hupem print 1

6
Kel 2parrrs A. Sumber Hukum 1. Pengertian Sumber dan Sumber Hukum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sumber adalah tempat keluar atau asal. Sedangkan pengertian sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila ada aturan-aturan yang dilanggar akan menimbulkan sanksi tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Yang dimaksud dengan istilah segala sesuatu yaitu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal, dari mana hukum itu dapat ditemukan, dari mana asal mulanya hukum dan lain sebagainya Menurut Sudikno Mertokusumo, pada hakekatnya yang dimaksud dengan sumber hukum adalah tempat kita dapat menemukan atau menggali hukumnya. Menurut Hans Kelsen, dalam bukunya General Theory of Law and State, istilah sumber hukum itu (source of law) dapat mengandung banyak pengertian karena sifatnya yang figurative dan highly ambiguous. 1) Lazimnya dipahami sebagai source of law ada dua macam yaitu custom dan statue. Oleh karena itu, sources of law biasa dipahami sebagai a method of creating law, custom and legislation, yaitu customary and statutory creation of law. 2) Sources of law juga dapat dikaitkan dengan cara untuk menilai alasan atau the reason of validity of law. Semua norma yang lebih tinggi merupakan sumber hukum bagi norma hukum yang lebih rendah. Oleh karena itu, pengertian sumber hukum (sources of law) itu identik dengan hukum itu sendiri (the source of law is always its self a law). 3) Source of law juga dipakai untuk hal-hal yang bersifat non-yuridis, seperti norma moral, etika, prinsip-prinsip politik, ataupun pendapat para ahli, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi pembentukan suatu normahukum sehingga dapat pula disebut sebagai sumber hukum atau the sources of law. Kata sumber hukum sering digunakan dalam berbagai arti, yaitu : (a) Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum, misalnya kehendak Tuhan, akal manusia, jiwa, bangsa, dan sebagainya (b) Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada hukum yang sekarang berlaku : hukum Perancis, hukum Romawi (c) Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada peraturan hukum (penguasa, masyarakat) (d) Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen, undang-undang, lontar, batu bertulis, dan sebagainya (e) Sebagai sumber terjadinya hukum : sumber yang menimbulkan hukum. 2. Sumber Hukum Materiil dan Formil Ahli hukum, Algra, membagi sumber hukum menjadi sumber hukum materiil dan sumber hukum formil Sumber Hukum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi kaidah hukum, yakni tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukkan hukum, misalnya : hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah (kriminologi, lalu lintas), perkembangan internasional, keadaan geografis. Ini semuanya merupakan obyek studi penting bagi sosiologi hukum. Dalam hal ini sumber hukum materiil mengandung arti sebagai hal-hal yang seharusnya dijadikan pertimbangan oleh yang berwenang dalam menentukan isi hukum. Hal-hal tersebut diantaranya faktor sosiologis, faktor filosofis, faktor historis, dll. Inti dari segala faktor-faktor tersebut adalah Pancasila yang merupakan states fundamental norm atau norma negara yang paling fundamental, ideologi. Dengan demikian sumber hukum material tidak dapat lain daripada Pancasila. Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber darimana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Sehingga aumber hukum formil telah dirumuskan peraturannya dalam sesuatu bentuk, yang menyebabkan ia berlaku umum, mengikat dan ditaati. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku. Untuk memperoleh sifatnya yang formal, sumber hukum mempunyai dua ciri, yaitu: (1) Dirumuskan dalam suatu bentuk, artinya ditinjau dari segi bentuknya menyebabkan norma suatu hukum positif dapat dikenali, berarti keputusan yang berwenang tersebut merupakan tempat ditemukannya hukum positif; (2) Berlaku umum, mengikat dan ditaati, artinya hukum positif harus dibentuk oleh yang mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan timbulnya norma hukum positif yang berlaku umum dan mengikat sehingga karenanya ditaati, artinya pula keputusan yang berwenang merupakan asalnya hukum positif. Sumber hukum formil dapat berupa sumber hukum yang tertulis (undang-undang, perjanjian- perjanjian, dll.), maupun sumber yang tidak tertulis (konvensi). Namun, yang diakui umum sebagai hukum formil ialah undang-undang, perjanjian antar negara, yurisprudensi dan kebiasaan. Berikut ini adalah macam- macam sumber hukum formil : (a) Undang-undang (state) Undang-undang dalam arti formil yaitu keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara terjadinya. Jadi, undang-undang dalam arti formil tidak lain merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan “Undang-Undang” karena cara pembentukannya. Undang-undang tersebut bersifat umum karena mengikat kepada semua orang dan merupakan produk lembaga legisatif. Undang-undang pun terdiri dari dua bagian, yaitu Konsiderans atau

Upload: jingga-amanda

Post on 24-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

qqwqwqw

TRANSCRIPT

Page 1: Hupem Print 1

Kel 2parrrsA. Sumber Hukum

1. Pengertian Sumber dan Sumber HukumMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sumber adalah tempat keluar atau asal. Sedangkan pengertian sumber hukum adalah segala

sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila ada aturan-aturan yang dilanggar akan menimbulkan sanksi tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Yang dimaksud dengan istilah segala sesuatu yaitu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal, dari mana hukum itu dapat ditemukan, dari mana asal mulanya hukum dan lain sebagainya

Menurut Sudikno Mertokusumo, pada hakekatnya yang dimaksud dengan sumber hukum adalah tempat kita dapat menemukan atau menggali hukumnya.

Menurut Hans Kelsen, dalam bukunya General Theory of Law and State, istilah sumber hukum itu (source of law) dapat mengandung banyak pengertian karena sifatnya yang figurative dan highly ambiguous.

1) Lazimnya dipahami sebagai source of law ada dua macam yaitu custom dan statue. Oleh karena itu, sources of law biasa dipahami sebagai a method of creating law, custom and legislation, yaitu customary and statutory creation of law.

2) Sources of law juga dapat dikaitkan dengan cara untuk menilai alasan atau the reason of validity of law. Semua norma yang lebih tinggi merupakan sumber hukum bagi norma hukum yang lebih rendah. Oleh karena itu, pengertian sumber hukum ( sources of law) itu identik dengan hukum itu sendiri (the source of law is always its self a law).

3) Source of law juga dipakai untuk hal-hal yang bersifat non-yuridis, seperti norma moral, etika, prinsip-prinsip politik, ataupun pendapat para ahli, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi pembentukan suatu normahukum sehingga dapat pula disebut sebagai sumber hukum atau the sources of law.

Kata sumber hukum sering digunakan dalam berbagai arti, yaitu :(a) Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum, misalnya kehendak Tuhan, akal manusia, jiwa, bangsa, dan

sebagainya(b) Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada hukum yang sekarang berlaku : hukum Perancis, hukum Romawi(c) Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada peraturan hukum (penguasa, masyarakat)(d) Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen, undang-undang, lontar, batu bertulis, dan sebagainya(e) Sebagai sumber terjadinya hukum : sumber yang menimbulkan hukum.

2. Sumber Hukum Materiil dan FormilAhli hukum, Algra, membagi sumber hukum menjadi sumber hukum materiil dan sumber hukum formilSumber Hukum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi kaidah hukum, yakni tempat darimana materi hukum itu diambil.

Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukkan hukum, misalnya : hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah (kriminologi, lalu lintas), perkembangan internasional, keadaan geografis. Ini semuanya merupakan obyek studi penting bagi sosiologi hukum.

Dalam hal ini sumber hukum materiil mengandung arti sebagai hal-hal yang seharusnya dijadikan pertimbangan oleh yang berwenang dalam menentukan isi hukum. Hal-hal tersebut diantaranya faktor sosiologis, faktor filosofis, faktor historis, dll. Inti dari segala faktor-faktor tersebut adalah Pancasila yang merupakan states fundamental norm atau norma negara yang paling fundamental, ideologi. Dengan demikian sumber hukum material tidak dapat lain daripada Pancasila.

Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber darimana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Sehingga aumber hukum formil telah dirumuskan peraturannya dalam sesuatu bentuk, yang menyebabkan ia berlaku umum, mengikat dan ditaati. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku. Untuk memperoleh sifatnya yang formal, sumber hukum mempunyai dua ciri, yaitu:

(1) Dirumuskan dalam suatu bentuk, artinya ditinjau dari segi bentuknya menyebabkan norma suatu hukum positif dapat dikenali, berarti keputusan yang berwenang tersebut merupakan tempat ditemukannya hukum positif;

(2) Berlaku umum, mengikat dan ditaati, artinya hukum positif harus dibentuk oleh yang mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan timbulnya norma hukum positif yang berlaku umum dan mengikat sehingga karenanya ditaati, artinya pula keputusan yang berwenang merupakan asalnya hukum positif.Sumber hukum formil dapat berupa sumber hukum yang tertulis (undang-undang, perjanjian-perjanjian, dll.), maupun sumber yang tidak

tertulis (konvensi). Namun, yang diakui umum sebagai hukum formil ialah undang-undang, perjanjian antar negara, yurisprudensi dan kebiasaan. Berikut ini adalah macam- macam sumber hukum formil :(a) Undang-undang (state)

Undang-undang dalam arti formil yaitu keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara terjadinya. Jadi, undang-undang dalam arti formil tidak lain merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan “Undang-Undang” karena cara pembentukannya.

Undang-undang tersebut bersifat umum karena mengikat kepada semua orang dan merupakan produk lembaga legisatif. Undang-undang pun terdiri dari dua bagian, yaitu Konsiderans atau pertimbangan yang berisi pertimbangan pertimbangan mengapa undang-undang itu dibuat. Pertimbagan ini pada umumnya ditandai dengan kata kata “menimbang”, “membaca”, dan “mengingat”. Disamping itu undang-undang berisi diktum atau amar. Didalam amar inilah terdapat isi atau pasal-pasal undang-undang. Lalu yang kedua adalah Ketentuan Peralihan memiliki fungsi penting, yaitu mengisi kekosongan dalam hukum (recthsvacuum) dengan menghubungan waktu yang lampau dengan yang sekarang. Ketentuan peralihan itu berbunyi “apabila tidak ada ketentuannya, maka berlakulah peraturan yang lama”.

Undang-undang itu sendiri adalah hukum, karena berisi kaedah hukum untuk melindungi kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia itu seberapa dapat terlindungi, maka undang-undang harus diketahui oleh setiap orang. Bahkan setiap orang dianggap tahu akan undang-undang (iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur ).

(b) Kebiasaan (custom)Kebiasaan atau tradisi adalah sumber hukum yang tertua, sumber dari mana dikenal atau dapat digali sebagian dari hukum diluar

undang- undang, tempat kita dapat menemukan atau menggali hukumnya.Kebiasaan merupakan tindakan menurut pola tingkah laku yang tetap, ajeg, lazim, normal atau adat dalam masyarakat atau

pergaulan hidup tertentu. Setiap daerah, setiap golongan mempunyai kebiasaan sendiri- sendiri yang berbeda satu sama lain, dengan demikian kebiasaan merupakan hal yang beragam, kebiasaan juga merupakan hal yang mudah berubah (fashion, mode). Kebiasaan juga memiliki hubungan erat dengan sopan santun yang timbul dari kebiasaan.

(c) Keputusan Hakim (Yurisprudensi)Yurisprudensi berarti peradilan pada umumnya (Judicature Rechtpraak) yaitu pelaksanaan hukum dalam hal konkrit terjadi tuntutan

hak yang dilaksanakan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan diadakan oleh negara serta bebas dari pengaruh siapapun. Yurisprudensi merupakan produk yudikatif, yang berisi kaedah atau peraturan hukum yang mengikat pihak- pihak yang

bersangkutan atau terhukum, sehingga yurisprudensi hanya mengikat orang- orang tertentu tidak mengikat semua orang secara umum seperti undang- undang.

Menurut Utrech, Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian mengenali masalah yang sama. Yurisprudensi dibedakan menjadi dua, yaitu: Yurisprudensi tetap, yaitu keputusan hakim selalu diikuti oleh hakim-hakim yang kemudian dan dijadikan dasar dalam mengadili suatu

perkara yang sama (standard arresten). Keputusan hakim yang terdahulu dapat diikuti atas dasar : Karena kewibawaan hakim pemutus perkara yang terdahulu. Karena pertimbangan praktis. Karena hakim yang berikutnya sependapat dengan keputusan hakim yang terdahulu.

Page 2: Hupem Print 1

Yurisprudensi tidak tetap, yaitu keputusa hakim yang terdahulu tidak selalu diikuti oleh hakim-hakim berikutnya. Bedanya dengan undang-undang adalah bahwa putusan pengadilan berisi peraturan-peratiran yang bersifat konkrit karena mengikat

orang orang tertentu, maka undang undang berisi peraturan-peraturan yang bersifat abstrak atau umum karena mengikat semua orang. Hakim dilarang untuk membuat peraturan yang bersifat umum yang mengikat setiap orang dalam putusannya, karena yang berwenang itu adalah lembaga legislatif. Sedangkan undang undang terdiri dari konsiderasi dan diktum, maka putusan terdiri dari bagian yang memuat identitas pihak yang bersangkutan, konsiderans, atau alasan yang digunakan ssebagai alat dasar putusan dan diktum, yaitu pokok putusan.

(d) TraktatTraktat (Treaty) adalah sumber hukum dalam arti formil, karena harus memenuhi persyaratan formal tertentu untuk dapat

dinamakan Perjanjian Internasional, yaitu perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih. Pihak pihak yang mengadakan perjanjian (baik bilateral maupun multilatteral) terikat pada perjanjian yang telah dibuat. Mereka harus menepati janji dan menaati. Baik traktat bilateral maupun multilateral, keduanya merupakan sumber hukum dalam arti formil karena traktat pada umunya berisi suatu aturan aturan tertentu. Perjanjian Internasional atau perjanjian antar negara memuat peraturan-peraturan hukum yang mengikat secara umum. Perjanjian ini mengandung materi sebagai berikut:

Soal politik atau soal yang dapat mempengatuhi haluan politik luar negeri, seperti perjanjian persahabatan, perjanjian persekutuan, dan perjanjian tentang perubahan wilayah.

Ikatan- ikatan yang sedemikian rupa yang mempengaruhi haluan politik luar negeri (perjanjian kerja sama ekonomi atau pinjaman uang).

Soal- soal yang menurut UUD atau sistem perundang-undangan yang harus diatur dalam undang-undang, contoh: kewarganegaraan.

(e) Pendapat Sarjana Hukum (Doktrin)Undang-undang, perjanjian internasional dan yurisprudensi adalah sumber hukum. Tidak mustahil ketiga sumber hukum itu tidak

dapat memberi semua jawaban mengenai hukumnya, maka hukumnya dicari dari pendapat-pendapat para sarjana hukum atau ilmu hukum. Pendapat sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah sumber hukum, tempat hukum dapat menemukan hukumnya. Istilah

doktrin juga dapat diartikan sebagai ajaran atau pendapat ahli hukum yang ternama dan dikemukakan secara ilmiah yang dapat dipakai sebagai alat bantu dengan usaha membuat hukum atau pengambilan keputusan oleh hakim. Pendapat atau ajaran ahli hukum akan menjadi lebih kuat aoabila pendapat atau ajaran tersebut telah merupakan doctrum comunitatis, yaitu pendapat, ajaran, atau keputusan hakim tersebut telah dimufakati. Doktrin termasuk sebagai sumber hukum, walaupun tidak ada peraturan perundangan yang mengatur atau mengharuskan hakim harus terikat pada doktrin.

B. Klasifikasi Sumber Hukum1) Berdasarkan Sumber

Berdasarkan sumber, klasifikasi hukum terbagi dua, yaitu :1. Hukum Materiil (substantive law) terdiri dari peraturan-peraturan yang memberi hak dan membebani kewajiban-kewajiban. Selain itu

sumber material hukum, yaitu sumber hukum yang menentukan isi suatu norma hukum. Sumber material hukum dapat juga diartikan sebagai sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu norma hukum. Sumber material hukum ini dapat berupa nilai nilai, misalnya nilai kemanusiaan, nilai ketuhanan, nilai keadilan, dan dapat berupa fakta yang realitas perkembangan masyarakat, dinamika aspirasi masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya.

2. Hukum Formil yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunannya. Artinya, sumber hukum tersebut mempunyai bentuk spesifik dan tata cara penyusunannya juga sudah tertentu.Hukum formil menentukan bagaimana caranya melaksanakan hukum materiil, bagaimana caranya mewujudkan hak dan kewajiban dalam hal ada pelanggaran hukum atau sengketa : bagaimana menuntut pelunasan hutang, bagaimana menuntut penyerahan barang dan sebagainya. Hukum formil merupakan aturan permainan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara di pengadilan.

2) Berdasarkan Fungsia. Hukum Materiil

Hukum material (materiel recht atau substantive law), yaitu peraturan-peraturan yang memberi hak dan membebani kewajiban-kewajiban. Dapat juga didefinisikan keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara  subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain yang mengutamakan kepentingan tertentu; atau peraturan yang mengatur tentang perbuatan-perbutan yang dilarang dan yang diharuskan serta diperbolehkan, barang siapa yang melanggar peraturan tersebut akan dikenakan sanksi oleh pihak yang berwenang.

Setiap orang setiap harinya dapatlah dikatakan berhubungan dengan hukum materiil. Dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari orang sering melaksanakan hukum: belanja sehari-hari, naik becak, pergi ke tukang cukur dan sebagainya. Disini dalam melaksanakan hukum masing-masing memenuhi kewajibannya sehingga tidak terjadi konflik, semuanya terjadi secara teratur.

b. Hukum FormilAturan-aturan dari proses yang terjadi di dalam hukum formil, biasa disebut dengan “hukum acara”. Hukum formal atau

(formeelrecht/procesrecht/ajective law) atau hukum acara berisi tata cara untuk menyelesaikan perbuatan yang melanggar hukum materiil dan bagaimana cara mengajukan perkaranya ke pengadilan serta bagaimana cara-cara hakim memberi putusan. Dengan kata lain, hukum materiil ini berkaitan dengan upaya yang harus ditempuh agar hukum dapat dilaksanakan.. Contohnya Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Perdata, Hukum Acara PTUN, Hukum Acara Peradilan Agama, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Hukum Acara Pidana (Hukum pidana formal) adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur bagaimana cara

melaksanakan dan mempertahankan hukum pidana material;  atau keseluruhan peraturan  yang mengatur tata cara tindakan aparat penegak hukum apabila terjadi tindak pidana atau adanya persangkaan dilanggarnya undang-undang pidana.

Hukum Acara Perdata (Hukum perdata formal) adalah  keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan hukum perdata material; atau keseluruhan peraturan hukum yang mengatur tentang   tata cara orang atau badan  pribadi melaksanakan dan mempertahankan hak-haknya di peradilan perdata.

Hukum Acara Peradilan Agama adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur tata cara seseorang atau badan pribadi melaksanakan dan mempertahankan hak-haknya di peradilan agama; atau hukum yang mengatur tata cara bersengketa di peradilan agama.

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur tata cara orang atau badan perdata atau publik  mempertahankan dan melaksanakan hak-haknya  di peradilan tata usaha negara; atau hukum yang mengatur tata cara bersengketa antara orang atau badan perdata dengan pejabat tata usaha negara di peradilan tata usaha negara.

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur tata cara orang atau badan hukum perdata/publik melaksanakan dan mempertahankan hak-haknya di Mahkamah Konstitusi; atau hukum yang mengatur tata cara bersengketa di Mahkamah Konstitusi.

3) Berdasarkan Bentuk Hukum Tertulis

Hukum dan Pembangunan 2

Page 3: Hupem Print 1

Hukum yang dibuat oleh badan resmi atau oleh penguasa dan melalui prosedur yang jelas dan dipaksakan berlakunya pada masyarakat. Hukum ini biasanya di cantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Misalnya Undang-undang Dasar 1945, Peraturan Pemerintah, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan lain-lain. Macam-macam Hukum Tertulis: Kodifikasi ialah membukukan hukum sejenis, secara lengkap, sistematis menjadi satu dalam satu kitab undang-undang. Hukum tertulis

yang dikodifikasikan, misalnya: Hukum pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Hukum Perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (B.W) dan Hukum Dagang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (W.v.K.).

Tidak dikodifikasikan ialah tersebar sebagai peraturan yang berdiri sendiri. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, misalnya Undang-undang : Merek, Hak Cipta, Hak Patent, Kepailitan, Arbitrase, Perseoran Terbatas, Yayasan, Koperasi, Notaris dan sebagainya.

Catatan: Indonesia menganut hukum tertulis yang dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan penyederhanaan hukum serta kesatuan hukum. Kekurangannya adalah hukum tersebut bila dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal yang terus bergerak maju.

Hukum Tidak TertulisHukum tidak tertulis merupakan sinonim dari hukum kebiasaan, di Indonesia disebut dengan hukum adat. Hukum tidak tertulis

merupakan bentuk hukum yang tertua. Meski ada persamaan antara kebiasaan dengan hukum tidak tertulis, namun terdapat suatu unsur esensial yang membedakannya, yaitu faktor kesadaran hukum.

Kriteria terjadinya hukum tidak tertulis terdiri dari elemen materiil dan elemen intelektual. Elemen materiil terdiri dari kebiasaan yang terus menerus. Tidak hanya berhubungan dengan “tindakan” tetapi juga dengan “tidak berbuat”. Kebiasaan terwujud dari sikap yang dilakukan berulang-ulang yang dalam masyarakat diartikan sebagai perikelakuan yang sama. Elemen kedua mencakup kesadaran hukum, yaitu suatu kesadaran individu bahwa kebiasaan mereka juga merupakan hukum.

Sir Paul Vinogradoff mengatakan bahwa hukum tidak tertulis adalah aturan-aturan hukum yang tidak diundangkan oleh pembentuk undang-undang, atau dirumuskan oleh para hakim yang terdidik secara professional, tetapi muncul dari pandangan rakyat dan dikukuhkan oleh penggunaannya yang lama.

Salah satu contoh hukum tidak tertulis dalam praktik ke tatanegaraan, yaitu pidato kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus. Hukum tidak tertulis ini disebut dengan konvensi.

4) Berdasarkan LuasBerdasarkan luasnya hukum diklasifikasikan menjadi :(1) Hukum umum (lex generale), yaitu peraturan hukum yang berlaku umum atau berlaku bagi setiap orang.(2) Hukum khusus, yang dibedakan menjadi: hukum khusus yang berlakunya khusus untuk suatu tempat tertentu, jadi kekhususannya bertalian tempat (lex particulare), dan hukum khusus yang berlakunya khusus untuk hal-hal tertentu saja atau yang bertalian dengan segi tertentu dari kehidupan masyarakat ( ius

speciale). Ius speciale masih dibedakan lagi menjadi: yang khusus berlaku bagi golongan rakyat-rakyat tertentu, misalnya: hukum perdata bagi golongan Eropa (keturunannya); hukum perdata bagi golongan Timur Asing Cina (keturunannya); hukum perdata bagi golongan Timur Asing bukan Cina (keturunannya); hukum perdata bagi golongan Bumi Putera; Hukum Pidana Militer, dan yang khusus berlaku untuk suatu hubungan hukum tertentu, misalnya: hukum dagang.

Hubungan yang terjadi antara hukum umum dengan hukum khusus berlaku asas hukum atau adagium lex specialis derogat legi generale artinya hukum khusus mengesampingkan berlakunya hukum umum, apabila keduanya mengatur materi yang sama tetapi ternyata isinya saling bertentangan.

5) Berdasarkan IsinyaMenurut isi ketentuan hukum terbagi dua, yaitu hukum publik dan hukum privat atau perdata. Hukum publik lazimnya dirumuskan sebagai hukum yang mengatur kepentingan umum dan mengatur hubungan penguasa dengan warga

negaranya. Hukum publik ini adalah keseluruhan peraturan yang merupakan dasar negara dan mengatur pula bagaimana caranya negara melaksanakan tugasnya. Jadi merupakan perlindungan kepentingan negara, oleh karena itu memperhatikan kepentingan umum, maka pelaksanaan peraturan hukum publik dilakukan oleh penguasa. Contohnya, hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana, hukum acara, hukum internasional, dan lain lain.

Hukum privat atau perdata adalah hukum antar perorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain didalam hubungan keluarga dan didalam pergaulan masyarakat. Hukum dalam hubungan keluarga melahirkan hukum benda dan hukum perikatan. Masih ada bidang hukum perdata lain, yaitu hukum waris yang mengandung unsur hukum keluarga dan hukum benda. Jadi, bidang hukum perdata meliputi hukum tentang orang, hukum keluarga, hukum benda, hukum perikatan, dan hukum waris. Pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing pihak

6) Berdasarkan Tempat Berlakua. Hukum Nasional

Yaitu Hukum yang berlaku di dalam suatu negara yang bersangkutan, misalnya Hukum Nasional Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan menempatkan UUD 1945 sebagai hukum positif tertinggi.

Setiap negara memiliki wewenang untuk menentukan hukum yang berlaku di wilayahnya. Hukum nasional melekat pada suatu negara dan pada dasarnya dibatasi oleh wilayah suatu negara.

b. Hukum InternasionalYaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum yang terjadi dalam dunia internasional. adanay hukum ini didasari pada

kebutuhan dan perkembangan negara- negara di dunia.

7) Berdasarkan Waktu BerlakuHukum berdasarkan Waktu Berlakunya berdasarkan Hukum Positif atau Tata-Hukum dengan nama asing disebut ius constitutum sebagai

lawan kata dari pada ius constituendum. Yakni perbuatan hukum yang berdampak positif bagi masyarakat, seperti seseorang memliki keinginan untuk mencuri atau merampok, tetapi seseorang tersebut tidak jadi mencuri atau merampok karena mengetahui adanya hukuman atau sanksi bagi yang melakukan perbuatan tersebut. Berikut sebaliknya ius constituendum yakni Hukum Negatif ialah seseorang tersebut telah mengerti adanya hukuman atau sanksi bagi pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan-kejahatan tersebut tetapi seseorang tersebut seakan tak mempedulikan hal tersebut, seperti Korupsi. Serta Hukum Antar Waktu yakni Hukum Yang mengatur suatu peristiwa yang menyangkut hukum yang berlaku pada masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang.a. Ius Contitutum (Hukum Positif), yaitu hukum yang berlaku bagi seluruh warga negara dalam suatu waktu tertentu dan di dalam suatu tempat

tertentu. Hukum ini diterapan pada sistem hukum di Indonesia. Black’s Law Dictionary (Henry Campbell Black’s: 1968) menyebutkan arti dari hukum positif (positive law) adalah law actually and specifically enacted or adopted by proper authority for the government of an organized jurally society. Contoh : Hukum Pidana berdasrkan KUHP sekarang.

b. Ius Constituendum, yaitu hukum yang dicita-citakan, diharapkan, atau direncanakan yang akan berlaku di masa yang akan datang, tetapi belum menjadi kaidah dalam bentuk undang-undang atau peristiwa lain. Contoh: misalnya Hukum Pidana Nasional yang sampai sekarang masih terus disusun.

Hukum dan Pembangunan 3

Page 4: Hupem Print 1

c. Hukum universal, hukum asasi, atau hukum alam, yaitu hukum yang dianggap berlaku tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Berlaku sepanjang masa, dimanapun, dan terhadap siapapun. Contoh dari hukum alam :(a) Ajaran hukum alam telah dipergunakan sebagai sarana untuk mengubah sistem hukum Romawi kuno, menjadi sistem hukum

kosmopolitan.(b) Ajaran hukum alam telah dipergunakan sebagai sarana, dalam pertentangan antara pihak Gereja dengan kaisar-kaisar Jerman pada abad

menengah.(c) Validitas hukum internasional telah ditanamkan, atas dasar ajaran hukum alam.(d) Ajaran hukum alam telah dipergunakan dalam memperjuangkan kebebasan individu dalam perlawanannya terhadap absolutisme.(e) Ajaran hukum alam telah dipergunakan oleh hakim-hakim Amerika Serikat, menahan usaha-usaha lembaga legislatif untuk mengubah

dan memperketat kebebasan individu, dengan cara menafsirkan konstitusi.Perbedaan antara ius constitutum dan ius constituendum terletak pada faktor ruang waktu, yaitu masa kini dan masa yang akan datang dan

juga merupakan suatu abstraksi dari fakta, bahwa sesungguhnya segala sesuatu merupakan suatu proses perkembangan artinya suatu gejala yang ada sekarang akan hilang pada masa mendatang karena digantikan (atau dilanjutkan) oleh gejala yang semula dicita-citakan.

Perbedaan antara hukum alam dan hukum positif terletak pada ruang lingkup dari hukum. Pada ajaran hukum alam, terdapat prinsip-prinsip yang (ingin) diberlakukan secara universal artinya (ingin) diberlakukan di manapun dan pada waktu apapun juga. Pada hukum positif, pemberlakuannya pada tempat dan waktu tertentu karena masyarakat selalu berubah baik menurut waktu maupun tempat.

Dari kedua hukum tersebut, hukum alam dan hukum positif, maka terdapat tiga wawasan, yaitu:(a) Hukum alam sebagai sarana koreksi bagi hukum positif (hukum alam berhadapan dengan hukum positif).(b) Hukum alam menjadi inti hukum positif seperti hukum internasional (hukum alam terjalin atau menjiwai hukum positif)(c) Hukum alam sebagai pembenaran hak asasi (kebebasan dan kesamaan) manusia.

Usaha-usaha mempengaruhi praktik peradilan dengan ajaran-ajaran hukum alam tidaklah terlalu berhasil. Tetapi pengaruh hukum alam menjadi lebih berpengaruh secara tidak langsung terhadap para hakim dan pembentuk hukum, yang ternyata cukup besar. Ajaran hukum alam ternyata membawa pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan hukum internasional. Selain itu, hukum alam juga berpengaruh pada perubahan hukum publik ke arah yang lebih demokratis dan terhadap persamaan kedudukan di dalam hukum.

Hukum dan Pembangunan 4