hubungan tingkat pengetahuan penderita asam urat...

Download HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-rizkadwiar... · hubungan tingkat pengetahuan penderita asam urat dengan

If you can't read please download the document

Upload: ledang

Post on 06-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT

    DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN

    TIMUR KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR

    SKRIPSI

    Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

    Oleh :

    Rizka Dwi Ariani

    NIM. S10038

    PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

    STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

    2014

  • ii

  • iii

    SURAT PERNYATAAN

    Yang bertanda tagan dibawah ini :

    Nama : Rizka Dwi Ariani

    NIM : S10038

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

    mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada

    Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

    2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

    tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim

    Penguji.

    3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

    atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

    dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang

    dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

    4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

    penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

    menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

    karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

    perguruan tinggi ini.

    Surakarta, 21 Juni 2014

    (Rizka Dwi Ariani)

    NIM. S10038

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah

    memberi kekuatan jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan

    Skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Asam Urat

    dengan Kepatuhan Diet Rendah Purin di Gawanan Timur Kecamatan Colomadu

    Karanganyar. Skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di

    Program S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam

    menyelesaikan penelitian ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan

    dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini

    penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

    1. Ibu Dra. Agnes Suharti M.SI selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,.M.Kep selaku Ketua Prodi S-1

    Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    3. Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji yang telah

    memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

    4. Bapak Sunardi, S.KM,.M.Kes selaku pembimbing pertama yang telah

    memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan Skripsi ini

    hingga selesai.

    5. Ibu Rufaida Nur Fitriana, S.Kep.,Ns selaku pembimbing kedua yang telah

    memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan Skripsi ini

    hingga selesai.

  • v

    6. Segenap dosen Prodi S-1 dan Staf pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta

    yang telah memberikan ilmu dan bimbingan pada penulis.

    7. Kedua Orang Tua Bapak Agung Djadmika dan Ibu Sumilah yang telah

    memberikan semangat, dorongan, dan doa dalam penyusunan Skripsi ini.

    8. Kedua kakak saya Distira Andris Hermawan dan Sri Rahayu, keluarga saya

    Mujiono, Sri Sudarmi dan Totok Indaryanto (Kuprit) beserta adik-adik saya

    Falvano Atallah Hermawan dan Nayla Ramadhina Reva yang selalu

    memberikan semangat dan doa pada penulis.

    9. Teman-teman prodi S-1 yang telah memberikan dorongan baik material dan

    spiritual dalam pembuatan Skripsi ini.

    10. Warga Gawanan Timur Kecamatan Colomadu Karanganyar yang telah

    bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini

    masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya

    membangun sangatlah penulis harapkan sehingga dapat menyempurnakan Skripsi

    ini.Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

    menambah wawasan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa

    STIKes Kusuma Husada Surakarta khususnya dan bagi Ilmu Keperawatan di

    Indonesia pada umumnya.

    Surakarta, 18 Juni 2014

    Peneliti

    (Rizka Dwi Ariani)

  • vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN............................................................ .................... ii

    SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

    ABSTRACT ........................................................................................................ xiii

    ABSTRAK .......................................................................................................... xiv

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

    1.5 Keaslian Penelitian ...................................................................... 7

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Teori ............................................................................. 9

    2.1.1 Pengetahuan ........................................................................ 9

    2.1.2 Kepatuhan .......................................................................... 16

  • vii

    2.1.3 Penyakit Asam Urat ............................................................ 19

    2.1.4 Diet Rendah Purin .............................................................. 28

    2.2 Kerangka Teori ............................................................................. 34

    2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 35

    2.4 Hipotesis ...................................................................................... 35

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 36

    3.2 Populasi dan Sampel .................................................................... 37

    3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 37

    3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran .............. 38

    3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .............................. 39

    3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .......................................... 45

    3.7 Etika Penelitian ............................................................................ 47

    BAB IV. HASIL PENELITIAN

    4.1 Karakteristik Responden .............................................................. 49

    4.2 Analisa Univariat ......................................................................... 50

    4.3 Analisa Bivariat ........................................................................... 51

    BAB V. PEMBAHASAN

    5.1 Karakteristik Responden ................................................................. 53

    5.2 Pengetahuan Tentang Diet Rendah Purin ....................................... 54

    5.3 Tingkat kepatuhan Penderita Asam Urat Dalam Melakukan Diet

    Rendah Purin ................................................................................... 55

  • viii

    5.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Penderita Asam Urat

    Terhadap Kepatuhan Diet Rendah Purin ......................................... 56

    BAB VI. PENUTUP

    6.1 Simpulan ......................................................................................... 59

    6.2 Saran ................................................................................................ 59

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian 7

    Tabel 3.1 Definisi Operasional 39

    Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 49

    Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 49

    Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Penderita Asam Urat Tentang Diet Rendah

    Purin 50

    Tabel 4.4 Tingkat Kepatuhan Penderita Asam Urat Dalam Melakukan Diet

    Rendah Purin 51

    Tabel 4.5 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Penderita Asam Urat

    Terhadap Kepatuhan Diet Rendah Purin 52

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Teori 34

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep 35

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Lampiran Keterangan

    1 F01 Usulan Topik Penelitian

    2 F02 Pengajuan Judul Skripsi

    3 F04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

    4 F05 Lembar Oponent Ujian Sidang Skripsi

    5 F06 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Skripsi

    6 F07 Pengajuan Ijin Penelitian

    7 Jadwal Penelittian

    8 Surat Studi Pendahuluan

    9 Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas

    10 Surat Keterangan Balasan Uji Validitas dan

    Reliabilitas

    11 Surat Ijin Penelitian

    12 Surat Keterangan Balasan Penelitian

    13 Permohonan Menjadi Responden

    14 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

    15 Kuesioner Pengetahuan Tentang Asam Urat dan

    Kepatuhan Diet Rendah Purin (Uji Validitas).

    16 Kuesioner Pengetahuan Tentang Asam Urat dan

    Kepatuhan Diet Rendah Purin (Penelitian).

    17 Hasil Nilai Uji Validitas Kuesioner

  • xii

    18 Hasil Nilai Penelitian Kuesioner

    19 Lembar Konsultasi

    20 Dokumentasi

  • xiii

    BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE

    KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014

    Rizka Dwi Ariani

    THE CORRELATION BETWEEN THE KNOWLEDGE LEVEL OF URIC

    ACID CLIENTS AND THEIR OBEDIENCE TO LOW PURINE DIET IN

    GAWANAN TIMUR, COLOMADU SUB-DISTRICT, KARANGANYAR

    Abstract

    Uric acid is the final metabolism product of purine. Low purine diet is done by

    limitedly consuming food with protein. The factors suspected to this disease are diet,

    body weight, and life style.

    The objective of this research is to investigate the correlation between the

    knowledge level of uric acid clients and their obedience to low purine diet.

    This research used the descriptive correlational method with the cross-sectional

    design to 30 uric acid clients in GawananTimur, Colomadu Sub-district,

    Karanganyar. The observed variables included knowledge level and obedience.

    The result of the research shows that the 16 clients (53.3%) have good

    knowledge on low purine diet. The 28 respondents (93.3%) have a good obedience

    level to conduct low purine diet. The result of analysis with the chi square test shows

    that the value of X2

    count is 7.232 at the significance value of p = 0.027, which is

    smaller than 0.05. Thus, it can be concluded that there is a correlation between the

    knowledge level of uric acidclients and their obedience to low purine diet in

    GawananTimur, Colomadu Sub-district, Karanganyar.

    Keywords : Knowledge level, uric acid, obedience and low purine diet.

    References : 25 (2003-2013)

  • PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

    STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

    2014

    Rizka Dwi Ariani

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT

    DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN TIMUR

    KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR

    Abstrak

    Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin. Diet rendah purin

    berasal dari makanan yang mengandung protein, pada penderita asam urat harus

    membatasi makanan yang mengandung protein berlebih. Faktor-faktor yang di

    duga mempengaruhi penyakit ini adalah diet, berat badan dan gaya hidup.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

    dengan kepatuhan diet rendah purin pada penderita asam urat.

    Desain penelitian descriptif correlation dengan pendekatan cross sectional

    pada 30 penderita asam urat di Gawanan Timur Kecamatan Colomadu

    Karanganyar. Variabel yang diamati yaitu tingkat pengetahuan dan kepatuhan.

    Penderita asam urat mempunyai pengetahuan baik tentang diet rendah purin

    yaitu sebanyak 16 responden (53,3%). Tingkat kepatuhan penderita asam urat

    dalam melakukan diet rendah purin adalah patuh yaitu sebanyak 28 responden

    (93,3%). Analisis data menggunakan uji chi square dengan nilai X2

    hitung sebesar

    7,232 dengan nilai signifikansi (p value) 0,027 < 0,05. Penelitian ini

    menyimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan penderita asam urat

    dengan kepatuhan diet rendah purin di Gawanan Timur Kecamatan Colomadu

    Karanganyar.

    Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Asam Urat, Kepatuhan, Diet Rendah

    Purin

    Daftar pustaka : 25 (2003-2013)

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pada masa Hippocrates dikenal luas sebuah penyakit yang bernama gout

    yang sering dinamakan sebagai penyakit para raja dan raja dari penyakit

    karena sering muncul pada kelompok masyarakat dengan kemampuan sosial

    ekonomi tinggi. Sebagaimana diketahui, kelompok masyarakat sosial ekonomi

    tinggi sering mengkonsumsi daging (yaitu keluarga kerajaan pada zaman

    dahulu), akibatnya menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat. Kepercayaan

    kuno menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh luka yang jatuh tetes

    demi tetes kedalam sendi (Damayanti 2012).

    Masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat.

    Pengertian ini perlu diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri sendi

    disebabkan oleh asam urat. Pengertian yang salah ini diperparah oleh iklan

    jamu atau obat tradisional. Penyakit rematik banyak jenisnya, tidak semua

    keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu asam urat. Untuk

    memastikannya perlu pemeriksaan dilaboratorium. Asam urat merupakan hasil

    metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang

    terdapat dalam inti sel tubuh. Faktor-faktor yang diduga juga mempengaruhi

    penyakit ini adalah diet, berat badan dan gaya hidup. Faktor risiko yang

    menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah usia, asupan senyawa

    purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan, hipertensi dan

  • 2

    penyakit jantung, obat-obatan tertentu (terutama diuretika) dan gangguan

    fungsi ginjal. Peningkatan kadar asam urat dalam darah atau hiperuricemia

    menurut suatu penelitian juga merupakan salah prediktor kuat terhadap

    kematian karena kerusakan kardiovaskuler (Andry. dkk 2009).

    Prevalensi asam urat di Indonesia menduduki urutan kedua setelah

    osteoarthritis. Prevalensi asam urat pada populasi di USA diperkirakan

    13,6/100.000 penduduk, sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-

    13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya

    umur. Berdasarkan data yang diperoleh pada tanggal 6 April 2010 di

    Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data bahwa warga pralansia dan

    lansia yang memeriksakan diri ke Puskesmas pada tahun 2009 sebanyak 1584

    orang, sebagian besar warga menderita penyakit radang sendi dengan jumlah

    899 orang (56,8%). Penyakit ini dikelompokan dalam penyakit khusus dan

    menduduki prioritas pertama dengan jumlah terbesar dari 10 penyakit prioritas

    lainnya. Salah satu bagian dari penyakit radang sendi ini adalah asam urat

    berjumlah 72 orang (8%), terdiri dari 34 (47,2%) wanita berumur >50 tahun,

    25 (34,7%) wanita

  • 3

    Choi. dkk (1986) yang dikutip oleh Andry. dkk (2009) melakukan

    Penelitian tentang gout pada populasi tenaga kesehatan laki-laki di Amerika

    Serikat, yang meliputi dokter gigi, optometris, osteopath, ahli farmasi,

    podiatrist, dan dokter hewan. Populasi tersebut berusia antara 40 sampai 75

    tahun. Hasil penelitianya selama 12 tahun menemukan 730 kasus gout baru.

    Mereka menemukan peningkatan risiko gout ketika responden mengonsumsi

    daging atau seafood dalam jumlah banyak (Andry. dkk 2009).

    Menurut Kramer & Curhan (2002); Wallace et al (2004) yang dikutip

    oleh Andry. dkk (2009) bukti yang mendukung bahwa faktor makanan,

    termasuk konsumsi alkohol dan makanan tinggi purin seperti seafood dan

    daging, dapat meningkatkan risiko gout Choi et al (2005). Dalam penelitian

    ini didapatkan bahwa penderita gout yang lebih tinggi adalah laki-laki

    dibandingkan peserta perempuan (Andry. dkk 2009).

    Penelitian yang dilakukan di Selandia Baru Australia Clinical Tr pada 5

    Juli 2006, tentang tujuan terapi asam urat serum (SUA) yaitu terapi pada

    individu dengan gout untuk mempromosikan pelarutan kristal dan mencegah

    pembentukan kristal dengan mencapai SUA tingkat sebesar 6 mg dL, 1 atau

    360 lmol L, 1. Baru-baru ini rekomendasi negara dalam manajemen gout

    adalah dengan memberikan pendidikan pasien dan gaya hidup yang tepat,

    serta saran mengenai penurunan berat badan jika obesitas, diet dan alkohol

    berkurang (terutama bir) merupakan aspek inti dari manajemen diet pada gout

    (Shulten. dkk 2009).

  • 4

    Asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh yang kadarnya

    tidak boleh berlebih, setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuhnya,

    karena setiap metabolisme normal akan dihasilkan asam urat sedangkan

    pemicunya adalah faktor makanan dan senyawa lain yang banyak

    mengandung purin. Purin ditemukan pada semua makanan yang mengandung

    protein. Sangatlah tidak mungkin untuk menyingkirkan semua makanan yang

    mengandung protein, mengingat fungsi utama protein sebagai zat pembangun

    untuk tubuh. Oleh karena itu makanan untuk penderita gout diatur menjadi

    diet rendah purin. Diet rendah purin juga membatasi lemak, karena lemak

    cenderung membatasi pengeluaran asam urat. Apabila penderita asam urat

    tidak melakukan diet rendah purin, maka akan terjadi penumpukan kristal

    asam urat pada sendi bahkan bisa pada ginjal yang dapat menyebabkan batu

    ginjal (Damayanti 2012).

    Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 9 November 2013 di

    Gawanan Timur Rt 2/Rw 6 Kecamatan Colomadu Karanganyar dengan

    jumlah penduduk 70 kepala keluarga atau 140 orang yaitu wanita sebanyak 70

    orang dan laki-laki sebanyak 70 orang. Setelah peneliti melakukan cek asam

    urat didapatkan 30 orang yang menderita asam urat, berdasarkan wawancara

    didapatkan data 10 orang mengatakan mengetahui tentang diet rendah purin

    (kacang-kacangan, daging, dan jeroan dapat meningkatkan asam urat),

    sebanyak 20 orang lainnya masih belum mengetahui tentang diet rendah purin

    (belum mengetahui bahwa daun melinjo, kaldu daging, dan minuman keras

    dapat meningkatkan kadar asam urat didalam tubuh).

  • 5

    Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengambil penelitian tentang

    hubungan tingkat pengetahuan penderita asam urat dengan kepatuhan diet

    rendah purin di Gawanan Timur Kecamatan Colomadu Karanganyar, karena

    ingin mengetahui apakah adanya hubungan antara tingkat pengetahuan

    penderita asam urat dengan kepatuhan diet rendah purin.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara

    tingkat pengetahuan penderita asam urat dengan kepatuhan diet rendah

    purin?.

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan umum :

    Untuk mengetahui apakah adanya hubungan tingkat pengetahuan

    dengan kepatuhan diet rendah purin pada penderita asam urat.

    1.3.2 Tujuan khusus :

    1.3.2.1 Mendiskripsikan tingkat pengetahuan penderita asam urat

    tentang diet rendah purin.

    1.3.2.2 Mendiskripsikan tingkat kepatuhan penderita asam urat dalam

    melakukan diet rendah purin.

    1.3.2.3 Menganalisis apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan

    penderita asam urat terhadap kepatuhan diet rendah purin.

  • 6

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat bagi masyarakat :

    Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya penderita

    asam urat, mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

    diet rendah purin, yang dapat berpengaruh pada penurunan kadar asam

    urat di dalam tubuh. Informasi tersebut diharapkan dapat membantu

    masyarakat yang menderita asam urat agar lebih patuh dalam

    menjalankan diet rendah purin.

    1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan :

    Dengan adanya penelitian ini institusi pendidikan jadi lebih

    dikenal oleh masyarakat serta mahasiswa selanjutnya dapat

    mengembangkan penelitian atau dapat digunakan sebagai acuan

    penelitian.

    1.4.3 Manfaat bagi peneliti :

    Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dari hasil penilitian

    yang telah dilakukan.

    1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain :

    Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini supaya lebih

    lengkap lagi dan lebih sempurna serta peneliti lain juga bisa

    mengembangkan penelitian ini dengan melakukan penelitian di masa

    mendatang, sehingga mengetahui perkembangan dari penyakit gout di

    masyarakat.

  • 7

    1.5 Keaslian Penelitian

    1.1 Tabel Keaslian Penelitian

    Nama

    Peneliti

    Judul Metode Hasil

    Andry.

    dkk

    (2009)

    Analisis Faktor-

    faktor yang

    Mempengaruhi

    Kadar Asam Urat

    Pada Pekerja

    Kantor Di Desa

    Karang Turi,

    Kecamatan

    Bumiayu,

    Kabupaten Brebes.

    Desain penelitian

    yang digunakan

    adalah analitik

    kuantitatif dengan

    menggunakan

    rancangan

    penelitian cross

    sectional.

    Mayoritas pekerja

    kantor (60%)

    mengalami

    hiperuricemia

    kemudian tidak

    ada hubungan

    antara intake

    purin, konsumsi

    alcohol, aktifitas

    dan umur dengan

    kadar asam urat

    pada pekerja

    kantor di Desa

    Karang Turi

    Kecamatan

    Bumiayu

    Kabupaten Brebes.

    Pipit, F.

    dkk(2010)

    Hubungan Antara

    Pola Makan

    dengan Kadar

    Asam Urat Darah

    Pada wanita

    Menopause di

    Posyandu Lansia

    Wilayah Kerja

    Puskesmas

    dr.soetomo

    Surabaya

    Desain penelitian

    yang digunakan

    adalah deskriptif

    analitik dengan

    pendekatan cross

    sectional.

    Ada hubungan

    antara pola makan

    dengan kadar asam

    urat darah pada

    wanita post

    menopause di

    Posyandu Lansia

    Puskesmas dr.

    Soetomo Surabaya

    Pada Bulan Juni

    2010.

    Shulten P.

    (2009)

    Peran Diet Dalam

    Pengolahan gout:

    Perbandingan

    Pengetahuan

    Sikap Terhadap

    Bukti Saat Ini.

    Sebuah kuesioner

    tentag frekuensi

    makanan digunakan

    untuk menentukan

    makanan yang

    dikonsumsi pasien

    dengan gout

    kuesioner yang

    terpisah dipakai

    pada pasien gout

    yang berhubungan

    diet modifikasi

    Proporsi peserta

    yang melaporkan

    konsumsi tidak

    konsisten dengan

    bukti saat ini untuk

    pengelolaan diet

    gout adalah

    alkohol n=14

    (48%), bir n=18

    (62%), seafood

    n=29 (100%),

    daging n=7 (24%),

  • 8

    (n=29). Kuesioner

    online untuk

    memeriksa sikap

    menuju pengelolaan

    diet gout

    diselesaikan oleh

    para profesional

    gizi dan

    rheumatologists.

    daging

    sapi/babi/domba

    n=24 (83%),

    produk susu n=12

    (41%), VIT C

    n=29 (100%). Dari

    61 rheumatologists

    dan 231 gizi

    professional yang

    menyelesaikan

    survey online,

    mayoritas

    dianggap bahwa

    penurunan berat

    badan dan

    konsumsi alkohol

    merupakan hasil

    yang penting atau

    sangat penting.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Teori

    2.1.1 Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan salah satu domain perilaku kesehatan.

    Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif)

    merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

    seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian

    ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

    daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo 2012).

    Beberapa langkah atau proses sebelum orang mengadopsi

    perilaku baru. Pertama adalah kesadaran, dimana orang tersebut

    menyadari stimulus tersebut. Kemudian dia mulai tertarik. Selanjutnya,

    orang tersebut akan menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus

    tersebut (evaluation). Setelah itu, dia akan mencoba melakukan apa

    yang dikehendaki oleh stimulus. Pada tahap akhir adalah adaptasi,

    berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya

    (Notoatmodjo 2012).

  • 10

    2.1.1.1 Tujuan Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2012), tujuan pengetahuan terdiri

    dari 2 yaitu:

    1. Untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan

    prasangka akibat ketidakpastian.

    2. Lebih mengetahui dan memahami.

    2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2012), macam-macam tingkat

    pengetahuan adalah sebagai berikut:

    1. Tahu (Know)

    Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang

    telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan

    tingkat ini adalah (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

    seluruh bahan yang telah dipelajari atau diterima.

    2. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

    dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang

    yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

    menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

    meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  • 11

    3. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

    menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan

    kondisi riil. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan

    hukum, rumus, metode prinsip, dsb.

    4. Analisa (Analysis)

    Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

    materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,

    tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan

    masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

    dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat

    menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

    memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

    5. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam

    bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu

    suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

    formulasi yang ada misalnya dapat menyusun,

    merencanakan, meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap

    teori yang ada.

  • 12

    6. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk

    melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    Penilaian-penilaian berdasarkan suatu Universitas Sumatera

    Utara kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan

    kriteria-kriteria yang telah ada.

    2.1.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan sepanjang

    sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara

    yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran,yaitu:

    1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.

    a. Cara coba salah (Trial and Error)

    Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,

    bahkan mungkin sebelum peradaban. Cara coba salah ini

    dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

    memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

    berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai

    masalah tersebut dapat dipecahkan.

    b. Cara kekuasaan atau otoritas

    Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa

    pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal atau

    informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan

    berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai

  • 13

    yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

    tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

    kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun

    penalaran sendiri.

    c. Berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai

    upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

    kembali pengalaman yang pernah diperolah dalam

    memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

    2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

    Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

    popular atau disebut metodologi penelitian. Akhirnya lahir

    suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita

    kenal dengan penelitian ilmiah.

    2.1.1.4 Pengukuran Pengetahuan

    Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo

    (2012), bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

    kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan

    tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung

    seperti lingkungan fisik, prasarana atau faktor pendorong yaitu

    sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

    atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

  • 14

    diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang

    bersifat kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan

    data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka, hasil

    perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara

    dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan

    diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan

    kedalam kalimat yang bersifat kualitatif.

    1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang

    diharapkan.

    2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang

    diharapkan.

    3. Kategori kurang yaitu menjawab benar

  • 15

    ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak

    berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

    2. Media masa atau informasi

    Informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal

    maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

    pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

    perubahan atau peningkatan pengetahuan.

    3. Sosial Budaya dan ekonomi

    Kebiasaan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

    melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

    Dengan demikian seseorang akan bertambah

    pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

    seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

    yang diperlukan ntuk kegiatan tertentu, sehingga status

    sosial ekonomi ini akan mempengaruhi ekonomi seseorang.

    4. Lingkungan

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

    individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

    Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

    pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

    lingkungan tersebut.

  • 16

    5. Pengalaman

    Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

    cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang

    diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

    lalu.

    6. Usia

    Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola

    pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

    berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

    pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik.

    2.1.2 Kepatuhan

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pranoto (2007), patuh

    adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan

    adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Sarafino (2003),

    mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita

    melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter

    atau orang lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku

    positif penderita dalam mencapai tujuan terapi. Kepatuhan ini dibedakan

    menjadi dua yaitu patuh penuh (total compliance) dan tidak patuh (non

    compliance).

  • 17

    2.1.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

    Menurut Niven (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi

    tingkat kepatuhan adalah:

    1. Pendidikan

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

    peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

    untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

    diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

    dan negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan,

    sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan

    yang aktif.

    2. Akomodasi

    Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri

    kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan

    adalah jarak dan waktu.

    3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

    Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari

    keluarga dan teman-teman, kelompok-kelompok pendukung

    dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program

    pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti

    merokok dan menurunkan konsumsi alkohol.

  • 18

    4. Perubahan model terapi

    Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin

    dan klien terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan

    (terapi).

    5. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

    Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan

    klien adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan

    balik pada klien setelah memperoleh infomasi tentang

    diagnosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan

    bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan,

    semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan.

    6. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi

    setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek

    tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

    perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

    dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

    Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar

    untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk

    mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur

    pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang

    diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau

  • 19

    diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi

    (Notoatmodjo 2012).

    7. Usia

    Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan

    sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur,

    tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

    matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan,

    masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada

    orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal

    ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya

    (Notoatmodjo 2012).

    8. Dukungan Keluarga

    Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri

    atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau

    pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi

    satu sama lain, mempertahankan satu kebudayaan (Effendy

    2006).

    2.1.3 Penyakit Asam urat

    2.1.3.1 Pengertian Asam Urat (Gout)

    Asam urat adalah salah satu penyakit arthritis yang

    disebabkan oleh metabolisme abnormal purin yang ditandai

    dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah (Sunita

  • 20

    2005). Peradangan sendi pada gout bersifat menahun, dan

    umumnya setelah terjadi serangan gout berulang, sendi yang

    terserang bisa menjadi bengkok atau cacat. Hampir 20%

    penderita gout juga mengidap batu ginjal (Junadi 2012).

    Nama-nama medis untuk penyakit asam urat pun

    tergantung fase penyakitnya. Jika kadar asam urat tinggi di

    dalam darah, tetapi belum pernah mempunyai keluhan maka

    disebut hiperurikemia asimtomatis. Jika terjadi serangan akut

    pada sendi maka disebut penyakit gout akut atau penyakit pirai

    akut. Jika sesudah serangan akut kemudian untuk sementara

    tidak ada keluhan lagi maka disebut penyakit gout interkritikal

    atau penyakit pirai kritikal. Jika penyakit ini menjadi kronis

    maka disebut penyakit gout kronis atau penyakit pirai kronis.

    Jika penyakit itu menyebabkan timbulnya batu pada saluran

    kencing atau ginjal maka disebut penyakit batu urat. Benjolan-

    benjolan yang mengandung kristal natrium urat berwarna putih

    seperti kapur biasanya timbul di sekitar sendi pada gout kronis.

    Benjolan-benjolan ini disebut tofus (Kertia 2009).

    Penyakit asam urat lebih sering menyerang laki laki

    daripada wanita. Jika penyakit ini menyerang wanita maka pada

    umumnya wanita yang menderita adalah sudah menopause. Pada

    wanita yang belum menopause maka kadar hormon estrogen

    cukup tinggi, hormon ini membantu mengeluarkan asam urat

  • 21

    melalui kencing sehingga kadar asam urat wanita yang belum

    menopause pada umumnya normal. Laki-laki tidak mempunyai

    kadar hormon estrogen yang tinggi dalam darahnya sehingga

    asam urat sulit dikeluarkan melalui kencing dan resikonya adalah

    kadar asam urat darahnya bisa menjadi tinggi. Pada laki-laki

    penyakit asam urat sering menyerang di usia setengah baya. Pada

    usia setengah baya kadar hormon androgennya mulai stabil

    tinggi dan kadar asam urat darahnya pun bisa tinggi bahkan

    sudah bisa menimbulkan gejala penyakit asam urat akut (Junadi

    2012).

    2.1.3.2 Sumber Penyakit Asam Urat (Gout).

    Menurut Junadi (2012), asam urat didalam tubuh berasal

    dari beragam kondisi, yaitu :

    1. Asam urat endogen sebagai hasil metabolisme nukleoprotein

    jaringan. Seperti kita ketahui, nukleoprotein terdiri dari

    protein dan asam nukleat. Asam nukleat adalah kumpulan

    nukleotida yang terdiri dari basa purin dan pirimidin,

    karbohidrat, serta posfat.

    2. Asam urat eksogen yang berasal dari makanan yang

    mengandung nukleoprotein.

    3. Hasil sintesis yang secara langsung menghasilkan sejumlah

    besar asam urat karena adanya kelainan enzim yag sifatnya

    diturunkan atau karena suatu penyakit tertentu (misalnya

  • 22

    kanker darah) dimana sel-sel berkembang berlipat ganda dan

    dihancurkan dalam waktu yang singkat. Atau, efek beberapa

    jenis penyakit ginjal dan obat-obatan tertentu yang

    mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam

    urat.

    2.1.3.3 Stadium pada Penyakit Asam Urat (Gout).

    Menurut Junadi (2012), stadium asam urat dibagi menjadi

    beberapa macam, yaitu :

    1. Hiperurisemia: tanpa gejala atau hanya terasa tidak segar

    2. Arthritis akut: serangan akut dapat terjadi tanpa presipitasi

    apapun, tetapi dapat pula terjadi karena trauma lokal,

    pembedahan, stres, dan penggunaan obat-obatan.

    3. Fase interkritik (arthritis rekuren): terjadi arthritis yang

    rekuren dengan jarak satu serangan dengan serangan lainnya

    semakin pendek.

    4. Arthritis kronik: disebabkan oleh kelainan sendi yang

    menetap karena destruksi atau osteoarthrosis sekunder.

    2.1.3.4 Etiologi Penyakit Asam Urat (Gout).

    Menurut Andry. Dkk (2009) dan Junadi (2012), penyebab

    dari asam urat adalah sebagai berikut :

    1. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):

    a. Gout primer metabolik: terjadi karena sintesa atau

    pembentukan asam urat yang berlebihan.

  • 23

    b. Gout sekunder metabolik: terjadi karena pembentukan

    asam urat berlebihan karena penyakit lain, seperti

    leukemia, terutama yang di obati dengan sitostatika,

    psoriasis, polisitemiavera, dan mielofibrosis.

    2. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal):

    a. Gout renal primer: terjadi karena gangguan ekskresi

    asam urat dtubuli distal ginjal yang sehat.

    b. Gout renal sekunder: disebabkan oleh ginjal yang rusak,

    misalnya pada glomerunolefritis kronik, kerusakan ginjal

    kronis (Cronic renal failure).

    3. Perombakan pada usus yang berkurang. Serangan gout

    (athritis gout akut) secara mendadak, dapat dipicu oleh :

    a. Luka ringan

    b. Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan

    yang kaya akan protein purin, kelelahan.

    c. Stress secara emosional

    d. Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi

    asam urat seperti salicilat dosis kecil, hidroklorotiazit

    (diuretik), INH, porosemid, asam-asam keton hasil

    pemecahan lemak sebagai akibat dari terlalu banyak

    mengkonsumsi lemak.

    e. Kedinginan

  • 24

    f. Usia (wanita berumur >50 tahun, pada laki-laki berumur

    30-50 tahun).

    g. Asupan senyawa purin berlebih

    h. Konsumsi alkohol berlebih

    i. Kegemukan atau obesitas

    j. Hipertensi

    k. Penyakit jantung

    l. Obat-obatan tertentu (terutama deuretika)

    m. Gangguan fungsi ginjal.

    2.1.3.5 Manifestasi Klinis Asam Urat (Gout).

    Biasanya, serangan gout pertama hanya menyerang satu

    sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Kemudian,

    gejalanya menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali

    berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan

    berikutnya. Namun, gout cenderung akan semakin memburuk,

    dan serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama,

    lebih sering, dan menyerang beberapa sendi. Alhasil, sendi yang

    terserang bisa mengalami kerusakan permanen. Lazimnya,

    serangan gout terjadi di kaki (monoarthritis). Namun, 3-14%

    serangan juga bisa terjadi di banyak sendi (poliarthritis).

    Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout (poliarthritis)

    berulang adalah ibu jari (padogra), sendi tarsal kaki, pergelangan

  • 25

    kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa

    olekranon pada siku (Junadi 2012).

    Selain diatas, organ yang bisa terserang asam urat adalah

    sendi, otot, jaringan disekitar sendi, telinga, kelopak mata,

    jantung dan lain-lain. Jika kadar asam urat di dalam darah

    melebihi normal maka asam urat ini akan masuk ke organ-organ

    tersebut sehingga menimbulkan penyakit pada organ tersebut.

    Penyakit pada organ tersebut bisa disebabkan oleh asam urat

    secara langsung merusak organ tersebut (contohnya penyakit

    nefropati urat), bisa akibat peradangan sebab adanya kristal

    atrium urat (contohnya penyakit gout akut), bisa akibat natrium

    urat menjadi batu (contohnya penyakit batu urat). Penyakit asam

    urat bisa menimbulkan pegal-pegal akibat kristal natrium urat

    sering menumpuk di sendi dan jaringan di sekitar sendi

    (Kertia 2009).

    Nyeri yang hebat dirasakan oleh penderita gout pada satu

    atau beberapa sendi. Umumnya, serangan terjadi pada malam

    hari. Biasanya, hari sebelum serangan gout terjadi, penderita

    tampak segar bugar tanpa gejala atau keluhan, tepatnya pada

    tengah malam menjelang pagi, penderita terbangun karena

    merasakan sakit yang sangat hebat disertai nyeri yang semakin

    memburuk dan tidak tertahankan. Sendi yang terserang gout

    akan membengkak dan kulit di atasnya akan berwarna merah

  • 26

    atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat dan nyeri

    jika digerakkan, dan muncul benjolan pada sendi yang disebut

    (tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit di atasnya akan

    berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi). Gejala

    lainnya adalah muncul tofus di helix telinga atau pinggir sendi

    atau tendon. Menyentuh kulit di atas sendi yang terserang gout

    bisa memicu rasa nyeri yang luar biasa. Rasa nyeri ini akan

    berlangsung selama beberapa hari hingga sekitar satu minggu,

    lalu menghilang. Kristal dapat terbentuk di sendi-sendi perifer

    karena persendian tersebut lebih dingin dibandingkan persendian

    di tubuh lainnya, Karena asam urat cenderung membeku pada

    suhu dingin (Junadi 2012).

    2.1.3.6 Pemeriksaan Laboratorium.

    Penyakit pirai (gout) atau arthritis gout adalah penyakit

    yang disebabkan oleh tumpukan asam atau kristal urat pada

    jaringan, terutama pada jaringan sendi. Gout berhubungan erat

    dengan gangguan metabolisme purin yang memicu peningkatan

    kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar

    asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dL. Catatan kadar

    normal asam urat dalam darah untuk pria adalah 8 mg/dL,

    sedangkan wanita adalah 7 mg/dL (Junadi 2012).

    Pemeriksaan labolatorium untuk memonitor kadar asam

    urat didalam darah dan urine. Pemeriksaan darah diperlukan

  • 27

    untuk diagnosa asam urat, sedangkan premeriksaan urine untuk

    diagnosa batu ginjal. Kadar normal asam urat untuk pria antara

    2,1 sampai 8,5 mg/dL dan wanita 2,0 sampai 6,6 mg/dL. Bagi

    mereka yang berusia lanjut, kadar tersebut sedikit lebih tinggi.

    Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3,0 sampai 7,0 mg/dL.

    Bila lebih dari 7,0 mg/dL maka dapat menyebabkan serangan

    asam urat dan dianggap berlebihan. Dan bila lebih dari 12 mg/dL

    dapat menyebabkan batu ginjal (Sustrani. dkk 2007).

    2.1.3.7 Penatalaksanaan.

    Bagi penderita asam urat bisa mengkonsumsi obat

    alloppurinol karena allopurinol bekerja menurunkan produksi

    asam urat dengan cara penghambatan kerja enzim yang

    memproduksinya, yaitu enzim xantin oksidase. Selain bermanfaat

    menekan produksi asam urat, allopurinol juga memiliki efek

    positif dalam melawan kolestrol jahat dalam tubuh. Selain

    tersebut langkah pertama untuk mengurangi nyeri adalah dengan

    mengendalikan peradangan, baik dengan obat-obatan maupun

    dengan mengistirahatkan sendi yang sedang meradang

    (Junadi 2012).

    2.1.3.8 Pencegahan Asam Urat (Gout).

    Gout tidak dapat dicegah, tetapi beberapa faktor

    pencetusnya bisa dihindari, misalnya cidera, konsumsi alkohol

    yang berlebihan, makanan yang kaya protein. Untuk mencegah

  • 28

    kekambuhan, dianjurkan untuk minum banyak air, menghindari

    minuman beralkohol dan mengurangi makanan yang kaya akan

    protein. Banyak penderita gout yang memiliki kelebihan berat

    badan, jika berat badan mereka dikurangi, maka kerap kali kadar

    asam urat dalam darah akan kembali normal atau mendekati

    normal. Beberapa penderita gout, terutama yang mengalami

    serangan berulang yang hebat, mulai menjalani pengobatan

    jangka panjang ketika gejala gout telah menghilang dan

    pengobatan dilajutkan hingga diantara serangan. Kolkisin dosis

    rendah diminum setiap hari dan bisa mencegah serangan atau

    sekurang kurangnya, mengurangi frekuensi serangan.

    Mengkonsumsi obat anti peradangan non steroid secara rutin

    juga bisa mencegah terjadinya serangan gout berulang.

    Terkadang kolkisin dan obat anti peradangan non steroid

    diberikan dalam jangka waktu yang bersamaan. Namun

    kombinasi kedua obat ini tidak mencegah maupun memperbaiki

    kerusakan sendi karena pengendapan kristal dan memiliki risiko

    bagi penderita yang emmiliki yang memiliki penyakit ginjal atau

    hati (Junadi 2012).

    2.1.4 Diet Rendah Purin pada Penderita Asam Urat (Gout)

    Diet pada asam urat ini adalah diet rendah purin, rendah lemak,

    cukup vitamin dan mineral, diet ini dapat menurunkan berat badan, bila

  • 29

    ada tanda-tanda berat badan berlebih (Sunita 2005). Asam urat

    merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu

    komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh (Andry. dkk

    2009).

    Purin berasal dari makanan yang mengandung protein, contohnya

    jeroan, daging, kerang, kepiting, udang emping, kacang-kacangan,

    bayam, kangkung, kubis, durian, nanas, tape, alkohol, dan lain-lain. Ada

    penelitian yang membuktikan bahwa kopi juga mengakibatkan asam urat

    (Kertia 2009). Selain itu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

    asam urat adalah makanan yang dikonsumsi, umumnya makanan yang

    tidak seimbang (asupan protein yang mengandung purin terlalu tinggi)

    (Utami 2009). Di dalam tubuh, perputaran purin terjadi secara terus

    menerus seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA,

    sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat

    dalam jumlah yang substansial (Sacher 2004). Dalam keadaan normal

    kadar urat serum pada pria mulai meningkat saat pubertas. Pada wanita

    kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena

    estrogen membantu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.

    Setelah menopause, kadar serum urat meningkat seperti pada pria

    (Sylvia 2006).

    Makanan yang mengandung nucleoprotein, hampir semuanya

    makanan tersebut merupakan asal dari purin oleh sebab itu kita tidak

    mungkin menghilangkan purin dalam makanan sehari-hari. Sumber

  • 30

    asam urat yang berasal dari luar tubuh memang dapat diturunkan dengan

    melakukan diet rendah purin, tetapi pembentukkan asam urat dari dalam

    tubuh (endogeneus) tidak begitu banyak dipengaruhi oleh diet. Pada

    dasarnya, asam urat dapat terbentuk dalam tubuh dari metabolit

    sederhana yang berasal dari pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein.

    Alhasil, dapat disimpulkan bahwa diet purin secara ketat tidak dapat

    menurunkan cadangan asam urat dalam tubuh secara signifikan. Meski

    demikian, penderita gout tetap dianjurkan untuk menghindari makanan

    yang banyak mengandung purin (Junadi 2012).

    Dalam mengendalikan asam urat, sebaiknya penderita gout

    menghindari konsumsi protein purin secara berlebihan, yang banyak

    terdapat dalam bahan makanan, seperti usus (854 mg/100 gram), babat

    seperti limpa, jeroan (470mg/100 gram), daging sapi (385 mg/100

    gram), paru (398 mg/100 gram), otak, ginjal, ekstrakdaging, daging

    (babi, kambing), sarden, udang, siput, ikan-ikan kecil, ikan herring,

    mackerel, jamur kering, termasuk hasil peragian, seperti tape. Dan,

    konsumsi kacang-kacangan (kacang tanah 236 mg/100 gram), biji-

    bijian, sayuran hijau, seperti bayam (290 mg/100 gram), kangkung (298

    mg/100 gram), melinjo (223 mg/100 gram), daun melinjo (366 mg/100

    gram), tempe (141 mg/100 gram), dan tahu (108 mg/100 gram)

    (Junadi 2012).

    Makanan yang mengandung purin dalam kadar tinggi, tetapi dapat

    dimakan oleh penderita asam urat dalam jumlah terbatas yaitu bisa

  • 31

    dengan cara makan sereal, ikan air tawar, asparagus, kembang kol, belut,

    roti, ikan laut, unggas, kerang, gandum, kulit padi, dan emping. Alkohol

    perlu dihindari karena dapat menghambat pengeluaran asam urat dari

    dalam tubuh. Konsumsi lemak juga harus dibatasi, maksimal 15% saja

    (orang sehat 25%) dari total kalori, karena pembakaran lemak menjadi

    kalori akan meningkatkan keton darah (ketosis). Hal ini akan

    menghambat pembuangan asam urat melalui urin asupan protein

    dianjurkan secukupnya dan tidak berlebihan, sedangkan konsumsi

    karbohidrat perlu diperhatikan. Karbohidrat mempunyai tendensi untuk

    meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Karbohidrat yang

    sebaiknya dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks. Sementara itu,

    karbohidrat sederhana seperti gula, madu, sirup, dodol, dan selai justru

    dapat meningkatkan asam urat dalam darah (Junadi 2012).

    Perbanyak konsumsi air murni/H2O sebanyak 200 ml

    (satu gelas) setiap 2-3 jam pada siag hari, dan ketika bangun malam hari

    untuk buang air kecil (jika memungkinkan, gunakan alat pemurni air

    Reverse Osmosis KEN sigma). Minum tablet natrium bikarbonat satu

    tablet sehari, minum jus sari buah, terutama buah dan sayuran yang tidak

    asam, agar urin menjadi alkalis dan asam urat dapat dikeluarkan atau

    dinetralkan dengan suplemen Elken Spirulina yag bersifat 80% alkali.

    Meminum minuman tradisional seperti larutan kunyit dan temulawak

    yang mengandung curcumin, dapat mengurangi inflamasi pada sendi.

    Jika kadar asam urat dalam darah tinggi tetapi tanpa gejala klinis, maka

  • 32

    tidak perlu diobati, kecuali jika kadar asam urat dalam darah lebih dari

    9mg/dL. Kadar asam urat yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya

    perubahan pada organ ginjal berupa gout neuropati dan batu ginjal

    (Junadi 2012).

    Konsumsi buah yang banyak mengandung air juga sangat penting

    seperti semangka, melon, blewah, belimbing, dan jambu air. Buah yang

    dalam saluran cerna diubah menjadi alcohol, seperti durian dan nanas,

    sebaiknya dibatasi. Bagi penderita asam urat yang mengalami kelebihan

    berat badan atau kegemukan, dianjurkan untuk menurunkan berat

    badannya hingga mencapai ukuran normal, atau jika memungkinkan 10-

    15% dibawah normal. Terkait dengan penurunan berat badan, sebaiknya

    hal itu tidak dilakukan secara mendadak karena berpotensi memicu

    munculnya ketonemia yang notabene adalah faktor pencetus serangan

    asam urat. Tampaknya keton dan asam urat saling bersaing untuk keluar

    dari tubuh melalui urin. Dan umumnya yang kalah adalah asam urat,

    sehingga tetap tertahan dalam tubuh (Junadi 2012).

    Menurut Damayanti (2012), secara ringkas diet rendah purin dapat

    di klasifikasikan sebagai berikut :

    1. Kelompok I

    Kadar purin tinggi (100-1000mg purin atau 100mg bahan

    pangan), sebaiknya dihindari seperti otak, hati, jantung, ginjal,

    jeroan, ekstrak daging atau kaldu, bebek, burung, dara, sarden,

  • 33

    makarel, remis, karang, ikan kering, alkohol, ragi, (makanan yang

    diawetkan).

    2. Kelompok II

    Kadar purin sedang (50-100mg purin atau 100mg bahan

    pangan), konsumsi dibatasi maksimal 50-75mg, seperti daging sapi,

    ayam, ikan, udang, kacang-kacangan kering dan hasil olahannya,

    seperti tahu, tempe, asparagus, bayam, daun singkong, kembang kol,

    kangkung, daun dan buah melinjo, buncis, kapri, jamur.

    3. Kelompok III

    Kadar purin rendah (0-

  • 34

    2.2 Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Sumber: Junadi (2012), Notoatmodjo (2012),

    Pranoto (2007)

    Faktor-faktor

    yang

    mempengaruhi

    pengetahuan

    adalah :

    1. Pendidikan

    2. Media masa

    atau informasi

    3. Sosial budaya

    dan ekonomi

    4. Lingkungan

    5. Pengalaman

    6. Usia

    Asam Urat

    Asam urat

    merupakan salah

    satu penyakit

    arthritis yang

    disebabkan oleh

    metabolisme

    abnormal purin.

    Dengan nilai

    normal.yaitu pria

    antara 2,1-8,5

    mg/dL dan wanita

    2,0-6,6 mg/dL.

    Pengetahuan

    Pengetahuan

    merupakan salah

    satu domain

    perilaku

    kesehatan dan

    merupakan hasil

    dari tahu.

    Diet Rendah Purin

    Purin berasal dari makanan

    yang mengandung protein

    yaitu:

    1. Jeroan

    2. Daging

    3. Seafood

    4. Kacang-kacangan

    5. biji-bijian dan

    6. Sayuran hijau.

    Kepatuhan

    Patuh di kategorikan

    menjadi 2 yaitu:

    1. Patuh

    2. Tidak patuh

  • 35

    2.3 Kerangka Konsep

    variabel bebas variabel terikat

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

    permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

    Hipotesis nol (Ho) sering disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai

    dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan

    statistik. hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel

    atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis kerja

    (Ha) sering disebut hipotesis alternatif, yang menyatakan adanya hubungan

    antara variabel X dan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok

    (Arikunto 2010).

    H0 : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan penderita asam urat dengan

    kepatuhan diet rendah purin.

    Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita asam urat dengan

    kepatuhan diet rendah purin.

    Pengetahuan Kepatuhan diet rendah

    purin

  • 36

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian kuantitatif yaitu lebih menekankan analisisnya pada data-data

    numerikal (angka) yang di olah dengan metoda statistika. Pada dasarnya,

    pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian interensial (dalam rangka

    pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu

    probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Pada umumnya, penelitian

    kuantitatif merupakan penelitian sampel besar (Azwar 2012).

    Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

    kuantitatif dengan jenis rancangan descriptif corelation yaitu penelitian yang

    dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih,

    tanpa melakukan perubahan tambahan, atau manipulasi terhadap data yang

    memang sudah ada. Penelitian ini menggunakan design penelitian cross

    sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau

    observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu

    saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan

    pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Dengan studi ini akan diperoleh

    prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel independen) dihubungkan

    dengan penyebab (variabel dependen) (Nursalam 2013).

  • 37

    3.2 Populasi dan Sampel

    3.2.1 Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subjek peneliitan. Apabila seseorang

    ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

    penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010).

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita asam urat di

    Gawanan Timur Kecamatan Colomadu Karanganyar dengan jumlah

    sebanyak 30 orang yang menderita asam urat.

    3.2.2 Sampel

    Sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari populasi (Arikunto,

    2010). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua

    penderita asam urat di Gawanan Timur dengan jumlah responden

    sebanyak 30 orang dengan menggunakan teknik total sampling atau

    sampel jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi

    sampel, istilah lain total sampling adalah sensus, dimana semua anggota

    populasi dijadikan sampel (Hidayat 2007).

    3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

    3.3.1 Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan di Gawanan Timur Kecamatan

    Colomadu Karanganyar.

  • 38

    3.3.2 Waktu Penelitian

    Peneltian ini dimulai pada tanggal 9 November 2013 yaitu tahap

    pengumpulan data, pada bulan Desember peneliti menyelesaikan

    proposal. Pada tanggal 22 Februari peneliti melakukan uji validitas

    kuesioner di Grogolan Ketelan Rt 004/ Rw 002 Banjarsari Surakarta.

    Pada tanggal 29 Mei 2014 peneliti melakukan penelitian di Gawanan

    Timur Kecamatan Colomadu Karanganyar yaitu dengan satu kali

    pertemuan untuk pembagian kuesioner kepada responden.

    3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

    Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

    hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini hanya

    menggunakan dua variabel yaitu tingkat pengetahuan penderita asam urat dan

    kepatuhan diet rendah purin. Dengan variabel independen (bebas) yaitu

    pengetahuan penderita asam urat dan variabel dependen (terikat) yaitu

    kepatuhan diet rendah purin. Definisi operasional merupakan definisi yang

    membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau

    diteliti (Notoatmodjo 2003).

  • 39

    Tabel 3.1

    Definisi Operasional

    Nama

    Variabel

    Pengertian Indikator Alat

    Ukur

    Skala Skor

    Variabel

    Independen

    Pengetahuan

    Merupakan

    pemahaman

    responden

    terhadap

    penyakit

    asam urat

    1. Kategori baik

    yaitu menjawab

    benar 76%-100%

    dari yang

    diharapkan.

    2. Kategori cukup

    yaitu menjawab

    benar 56%-75%

    dari yang

    diharapkan.

    3. Kategori kurang

    yaitu menjawab

    benar

  • 40

    yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan

    jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto 2010).

    Dalam penelitian ini kuesioner yang disusun diambil dari sumber

    teori penyakit asam urat. Kuesioner yang digunakan adalah tingkat

    pengetahuan yaitu terdiri dari 22 soal dengan jumlah jawaban benar 18

    soal dan jawaban salah 4 soal, jawaban benar dengan skor 1 dan

    jawaban salah dengan skor 0, apabila responden mampu menjawab

    benar 76%-100% maka dikategorikan baik, bila menjawab benar 56%-

    75% maka dikategorikan cukup, dan bila menjawab benar

  • 41

    mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini

    menggunakan uji validitas dengan rumus product moment, yaitu:

    Keterangan :

    N : Jumlah responden

    rxy : Koefisien korelasi product moment

    x : Skor pertanyaan

    y : Skor total

    xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

    Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung>rtabel (0,361)

    (Riwidikdo 2010).

    Pengujian uji validitas dilakukan dengan menggunakan

    program komputer. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian

    ini terdiri dari 25 pertanyaan untuk pengetahuan dan setelah

    diujikan validitasnya didapatkan hasil bahwa ke 25 pertanyaan

    tersebut ada 22 yang valid dengan nilai (0,385 sampai 0,742)

    sedangkan nilai yang tidak valid yaitu (0,077 sampai 0,329) dan

    25 pertanyaan untuk kepatuhan dan setelah diujikan validitasnya

    didapatkan hasil bahwa ke 25 pertanyaan tersebut ada 21 yang

    valid dengan nilai (0,368 sampai 0,663) sedangkan yang tidak

    valid yaitu (0,025 sampai 0,334), semua data yang valid adalah

    dengan nilai rhitung > 0.361.

  • 42

    3.5.1.2 Uji Reliability

    Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

    instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

    pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen

    yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan

    responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya

    memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa

    kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto 2006).

    Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti

    menggunakan Alpha Chronbach.

    Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

    Keterangan

    r11 = Reliabilitas Instrument

    k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

    = Jumlah varian butir

    = Varians total

    Hasil uji instrumen didapatkan nilai alpha cronbach 's>

    rkriteria (0,60). Nilai realibilitas di penelitian ini dihitung dengan

    menggunakan program komputer. Kuesioner penelitian ini

    setelah diuji realibilitas didapatkan 22 kuesioner pengetahuan

    dengan nilai Alpha Chronbach 0,848, sedangkan 21 kuesioner

  • 43

    kepatuhan setelah dilakukan uji realibilitas didapatkan nilai

    Alpha Chronbach 0,840.

    3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

    Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan

    lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada

    responden, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.

    Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner

    diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:

    3.5.2.1 Data primer

    Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang

    dikumpulksn secara langsung pada saat berlangsungnya

    penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data yag

    diambil dari subyek peneliti yang diukur sesudah pemberian

    kuesioner tentang pengetahuan dan kepatuhan diet rendah purin.

    3.5.2.2 Data sekunder

    Data sekunder adalah data yang ada di Gawanan Timur

    Kecamatan Colomadu Karanganyar, literatur yang relevan dan

    sumber lain yang mendukung penelitian ini.

    Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang

    dilakukan adalah yang pertama warga dikumpulkan disalah satu

    rumah warga Gawanan Timur, yang kedua peneliti membagikan

    lembar persetujuan menjadi responden, setelah responden

  • 44

    menandatangani surat persetujuan, peneliti membagikan lembar

    kuesioner untuk diisi oleh responden, dalam pengisian lembar

    kuesioner ini berlangsung selama 2 jam.

    3.5.3 Tahap Pengumpulan Data

    Tahap pertama adalah orientasi yaitu pengajuan surat ijin kepada

    Kelurahan Gawanan Kecamatan Colomadu Karanganyar. Tahap

    pertama, peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung

    penelitian ini dengan membaca berbagai referensi dan jurnal, peneliti

    mencari literatur lain untuk mendalami topik penelitian ini. Tahap

    kedua, peneliti mencari literatur tentang prevalensi angka kejadian

    penderita asam urat secara global dan lokal dengan mencari berbagai

    jurnal dan referensi yang terkait. Tahap ketiga, peneliti menyusun

    proposal yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada pembimbing I

    dan pembimbing II. Tahap keempat, peneliti melakukan revisi proposal

    penelitian sebelum melaksanakan penelitian yang kemudian

    dikonsultasikan kembali kepada pembimbing I dan pembimbing II.

    Tahap kelima, peneliti mengajukan permohonan izin kepada Kelurahan

    Gawanan Kecamatan Colomadu Karanganyar.

    3.5.4 Tahap Pelaksanaan

    Tahap pertama, peneliti menetapkan objek penelitian dengan

    pemilihan sampel yaitu penderita asam urat. Tahap kedua, peneliti

  • 45

    melakukan pengambilan data dengan cara melakukan pengukuran

    tingkat pengetahuan serta kepatuhan penderita terhadap diet rendah

    purin. Tahap ketiga, peneliti melakukan analisa data yaitu pengumpulan

    responden penderita asam urat, kemudian pembagian kuesioner serta

    mendampingi saat menjawab kuesioner, pengisian kuesioner sudah

    selesai lalu dikumpulkan, setelah itu data diolah dengan menggunakan

    komputer. Tahap keempat, peneliti membuat laporan hasil penelitian.

    3.6 Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data

    3.6.1 Pengolahan Data

    Menurut Notoatmodjo (2003), setelah data terkumpul, maka

    langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum

    melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih

    dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa

    data tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu:

    1. Editing atau mengedit data, dimasukan untuk mengevaluasi

    kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang

    diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian.

    Dalam penelitian ini data yang digunakan sudah lengkap dan sesuai

    kriteria data yang digunakan.

    2. Coding atau mengkode data merupakan suatu metode untuk

    mengobservasi data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam

    simbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi

  • 46

    yang dilakukan. Dalam penelitian ini coding dilakukan dengan

    menggunakan angka 1,2,3 dan seterusnya.

    3. Entri data merupakan proses memasukkan data kedalam computer.

    4. Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut kriteria

    tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item.

    3.6.2 Analisa Data

    3.6.2.1 Analisa Univariat

    Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

    menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan

    dalam bentuk distribusi frekuensi yang dinarasikan

    (Notoatmodjo 2003). Dalam penelitian ini yaitu pengetahuan

    yang dibagi dengan kategori baik, cukup, dan kurang, serta

    kepatuhan yaitu dikategorikan menjadi patuh, kadang-kadang,

    dan tidak patuh yang akan di sajikan dalam bentuk tabel.

    3.6.2.2 Analisa Bivariat

    Menurut Notoatmodjo (2003) analisa bivariat adalah

    analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua

    variabel. Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan

    antara pengetahuan dan kepatuhan diet rendah purin. Dalam

    pengujian data dilakukan uji statistik Chi-Square karena

    pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi

    observasi atau yang benar-benar terjadi atau aktual dengan

  • 47

    frekuensi harapan. Yang dimaksud dengan frekuensi harapan

    adalah frekuensi yang nilainya dapat dihitung secara teoritis,

    sedangkan dengan frekuensi observasi adalah frekuensi yang

    nilainya di dapat dari hasil percobaan, untuk mengetahui

    hubungan, karena skala data ordinal-nominal dengan tingkat

    kepercayaan 95% atau =5%.

    Intepretasi hasil uji statistik bila:

    1. p value > (0,05) maka Ho diterima atau Ha ditolak, yang

    berarti tidak ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan

    diet rendah purin.

    2. p value (0,05) maka Ho ditolak atau Ha diterima, yang

    berarti ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet

    rendah purin.

    3.7 Etika Penelitian

    Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai

    berikut:

    3.7.1 Informed consent

    Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

    peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

    tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

    lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent

    adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

  • 48

    dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani

    lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

    menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

    informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan

    dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

    pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

    informasi yang mudah dihubungi, dll.

    3.7.2 Anonymity (tanpa nama)

    Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

    jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

    memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

    dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

    penelitian yang akan disajikan.

    3.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)

    Masaalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

    jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah

    masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

    kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

    dilaporkan pada hasil riset.

  • 49

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1. Karakteristik Responden

    4.1.1. Karakteristik responden berdasarkan umur

    Hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik responden

    berdasarkan umur adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

    Umur Frekuensi Persentase (%)

    16 25 tahun

    26 35 tahun

    36 45 tahun

    46 55 tahun

    3

    8

    13

    6

    10,0

    26,7

    43,3

    20,0

    Total 30 100

    Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa mayoritas responden berusia

    36 45 tahun yaitu sebanyak 13 responden (43,3%).

    4.1.2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

    Karakteristik subyek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

    SD

    SMP

    SMA

    PT

    1

    9

    14

    6

    3,3

    30,0

    46,7

    20,0

    Total 30 100

  • 50

    Hasil analisis seperti yang tersaji pada tabel 4.2 diatas

    didapatkan hasil bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat

    pendidikan SMA yaitu sebanyak 14 responden (46,7%).

    4.2. Analisis Univariat

    4.2.1. Tingkat pengetahuan penderita asam urat tentang diet rendah purin.

    Setelah dilakukan analisis deskriptif diketahui bahwa data

    penelitian tentang pengetahuan penderita asam urat tentang diet rendah

    purin bahwa skor tertinggi = 19, skor terendah = 8, mean = 16,13, range

    = 11, dan standart deviasi = 2,67. Distribusi responden tentang tingkat

    pengetahuan penderita asam urat tentang diet rendah purin dapat dilihat

    pada tabel sebagai berikut :

    Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Penderita Asam Urat Tentang Diet

    Rendah Purin.

    Pengetahuan Jumlah Persentase(%)

    Baik 16 53,3

    Cukup 12 40,0

    Kurang 2 6,7

    Jumlah 30 100

    Hasil diatas diketahui bahwa mayoritas tingkat pengetahuan

    penderita asam urat tentang diet rendah purin adalah baik yaitu

    sebanyak 16 responden (53,3%).

    4.2.2. Tingkat kepatuhan penderita asam urat dalam melakukan diet rendah

    purin.

  • 51

    Data penelitian tentang tingkat kepatuhan penderita asam urat

    dalam melakukan diet rendah purin diperoleh bahwa skor tertinggi =

    23, skor terendah = 6, mean = 14,90, range = 17 dan standart deviasi =

    4,444. Distribusi responden tentang tingkat kepatuhan penderita asam

    urat dalam melakukan diet rendah purin dapat dilihat pada tabel sebagai

    berikut :

    Tabel 4.4 Tingkat Kepatuhan Penderita Asam Urat Dalam Melakukan

    Diet Rendah Purin.

    Kepatuhan Jumlah Persentase(%)

    Patuh 28 93,3

    Tidak Patuh 2 6,7

    Jumlah 30 100

    Tabel 4.4 didapatkan bahwa mayoritas tingkat kepatuhan

    penderita asam urat dalam melakukan diet rendah purin adalah patuh

    yaitu sebanyak 28 responden (93,3%).

    4.3. Analisis Bivariat

    Pengujian hubungan antara tingkat pengetahuan penderita asam urat

    terhadap kepatuhan diet rendah purin menggunakan komputer dengan hasil

    sebagai berikut :

    Tabel 4.5 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Penderita Asam Urat

    Terhadap Kepatuhan Diet Rendah Purin

    Tingkat

    Pengetahuan

    Tingkat Kepatuhan c

    2

    p

    value

    Patuh Tidak patuh Jumlah 7,232 0,027

  • 52

    n % N % N %

    Kurang 1 3,3 1 3,3 2 6.7

    Cukup 11 36,7 1 3,3 12 40.0

    Baik 16 53,3 0 0,0 16 53.3

    Jumlah 28 93,3 2 6,7 30 100

    Hasil perhitungan dengan uji chi square diperoleh nilai X2 hitung

    sebesar 7,232 dengan nilai signifikansi (p value) 0,027 < 0,05 maka dapat

    disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan penderita asam

    urat dengan kepatuhan diet rendah purin.

  • 53

    BAB V

    PEMBAHASAN

    5.1. Karakteristik Responden

    5.1.1 Berdasarkan Umur

    Hasil analisis diketahui bahwa mayoritas subyek penelitian

    mayoritas responden berusia 3645 tahun yaitu sebanyak 13

    responden (43,3%). Usia responden termasuk dalam kategori usia

    dewasa akhir (Depkes 2009).

    Menurut Andry. Dkk (2009) bahwa salah satu penyebab dari

    penyakit asam urat adalah usia. Prevalensi kejadian asam urat lebih

    banyak terjadi antara umur 30-50 tahun.

    5.1.2 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden

    mempunyai tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 14 responden

    (46,7%). Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2012) bahwa salah satu

    faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan.

    Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan tinggi, maka

    orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu

    ditekankan pula bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak

    berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

  • 54

    5.2. Pengetahuan tentang Diet Rendah Purin

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penderita asam urat

    tentang diet rendah purin mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yaitu

    sebanyak 16 responden (53,3%). Pengetahuan dalam tingkat baik dalam hal

    ini berarti responden mampu menjawab 18 22 pertanyaan dengan benar.

    Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan

    salah satu domain perilaku kesehatan. Pengetahuan merupakan hasil tahu,

    dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu,

    pada hasil penelitian didapatkan hasil bahwa 16 responden yang

    berpengetahuan baik mereka mengetahui tentang diet rendah purin yaitu

    mereka tahu bahwa makanan seperti kacang-kacangan, daging, dan jeroan

    dapat meningkatkan kadar asam urat didalam tubuh, Pengetahuan (kognitif)

    merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

    seseorang (overt behavior), dalam hal ini pengetahuan responden yang sudah

    baik, membuat mereka membatasi makan makanan yang mengandung tinggi

    purin tersebut, sedangkan pada responden yang berpengetahuan kurang,

    mereka belum mengetahui tentang diet rendah purin misalnya jeroan dan

    melinjo yang bisa meningkatkan kadar asam urat didalam tubuh, hal itu

    menyebabkan perilaku responden tersebut tidak membatasi makanan yang

    mengandung purin, hal tersebut dipengaruhi oleh kurangnya informasi pada

    responden, menurut Pipit, dkk (2010) ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, informasi, dan ekonomi,

    karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

    pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

  • 55

    pengetahuan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor,

    yang pertama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk

    mengembangkan kepribadian dan kemampuan. Pendidikan tinggi yaitu orang

    yang berpendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

    pengetahuannya, namun seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

    mutlak berpengetahuan rendah pula, yang kedua adalah media masa atau

    informasi, informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal maupun non

    formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

    sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

    5.3. Tingkat Kepatuhan Penderita Asam Urat Dalam Melakukan Diet

    Rendah Purin

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat kepatuhan

    penderita asam urat dalam melakukan diet rendah purin adalah patuh yaitu

    sebanyak 28 responden (93,3%). Sarafino (2003), mendefinisikan kepatuhan

    (ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan

    perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain. Kepatuhan juga dapat

    didefinisikan sebagai perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi.

    Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu patuh penuh (total compliance)

    dan tidak patuh (non compliance).

    Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa tingkat kepatuhan

    responden termasuk dalam kategori patuh penuh. Menurut Pranoto (2007),

    patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan

    adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin, hal ini sesuai dengan hasil

  • 56

    penelitian yang didapat, bahwa responden menjalankan diet rendah purin

    dengan menjauhi makan-makanan yang mengandung tinggi purin seperti

    jeroan, kacang-kacangan dan daging, mereka berdisiplin dalam menjalankan

    dietnya. Menurut Notoatmodjo (2012) dari pengalaman terbukti bahwa

    perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

    perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, dengan begitu tingkat

    pengetahuan responden yang baik membuat responden menjadi patuh

    terhadap diet rendah purin, misalnya dengan menjauhi makanan yang

    mengandung tinggi purin misalnya jeroan, daging dan kacang-kacagan,

    dengan begitu perilaku merekan tersebut akan lebih langgeng, dibandingkan

    dengan responden yang berpengetahuan kurang lebih berpotensi untuk tidak

    menjalankan diet asam urat.

    5.4. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Penderita Asam Urat Terhadap

    Kepatuhan Diet Rendah Purin

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

    pengetahuan dengan kepatuhan diet rendah purin pada penderita asam urat,

    dengan nilai X2 hitung sebesar 7,232 dengan nilai signifikansi (p value) 0,027

    < 0,05.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan dari Niven (2008) bahwa

    salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah pengetahuan.

    Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian

    terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

  • 57

    dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut fungsinya

    pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari

    penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya, sesuai dengan

    penelitian bahwa responden memiliki dorongan rasa untuk ingin tahu

    makanan apa yang seharusnya dihindari atau dibatasi oleh penderita asam

    urat, setelah mereka tahu mereka akan mengorgaisasikan pengetetahuan dan

    pengalaman tersebut untuk berperilaku positif dengan menjalankan diet

    rendah purin dengan baik.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan

    penderita asam urat tentang diet rendah purin adalah baik yaitu sebanyak 16

    responden (53,3%) dengan tingkat kepatuhan patuh yaitu sebanyak 28

    responden (93,3%), dalam penelitian ini salah faktor yang mempengaruhi

    tingkat kepatuhan adalah pengetahuan, oleh sebab itu dengan pengetahuan

    yang baik, maka kepatuhan responden terhadap menjalankan diet rendah

    purinpun juga baik, responden lebih patuh dalam menjalankan diet rendah

    purinnya.

    Kepatuhan terhadap diet rendah purin, terkadang masyarakat memiliki

    pola makan yang normal, namun terkadang masih ada yang memiliki

    kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin secara

    berlebihan. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan

    apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah

    sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi (Notoatmodjo 2012).

    Menurut Pipit. dkk (2010), pengetahuan diperlukan sebelum melakukan

    suatu perbuatan yang sadar, pengetahuan dapat diperoleh melalui informasi

  • 58

    yang disampaikan oleh tenaga professional kesehatan, orang tua, guru, media

    masa, buku, dan sumber lainnya. Selain pengetahuan yang diperoleh oleh

    masyarakat, masih terdapat faktor-faktor lain yang menentukan makanan

    yang dikonsumsi sehari-hari, diantaranya adalah ekonomi, kaitanya dengan

    penelitian ini responden yang tidak patuh dalam menjalankan dietnya

    mungkin tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan namun status ekonomi

    mereka, ekonomi mereka yang tinggi ataupun rendah dapat mempengaruhi

    tingkat kepatuhan mereka, selain itu juga terdapat sikap, sosial budaya, dan

    agama. Untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu dan

    masyakat, perlu adanya kesadaran pribadi serta dukungan dari keluarga untuk

    menentukan suatu sikap yang mengarah pada pola kebiasaan hidup yang

    sehat.

  • 59

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1. Simpulan

    Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

    6.1.1. Mayoritas penderita asam urat mempunyai pengetahuan baik tentang

    diet rendah purin yaitu sebanyak 16 responden (53,3%).

    6.1.2. Mayoritas tingkat kepatuhan penderita asam urat dalam melakukan

    diet rendah purin adalah patuh yaitu sebanyak 28 responden (93,3%).

    6.1.3. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet rendah

    purin pada penderita asam urat dengan nilai X2 hitung sebesar 7,232

    dengan nilai signifikansi (p value) 0,027 < 0,05.

    6.2. Saran

    Saran dalam penelitian ini antara lain adalah :

    6.2.1. Bagi masyarakat :

    Masyarakat khususnya penderita asam urat hendaknya lebih

    patuh dalam melakukan konsumsi diet rendah purin untuk mencegah

    penurunan kadar asam urat di dalam tubuh.

    6.2.2. Bagi institusi pendidikan :

    Dengan adanya hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan

    baca dan acuan belajar serta bisa diaplikasikan dalam proses belajar

    mengajar

  • 60

    6.2.1. Bagi profesi :

    Perawat komunitas setempat dapat melakukan program

    pendidikan kesehatan dalam rangka upaya pencegahan asam urat dan

    pentingnya melakukan diet rendah purin di Posyandu Lansia

    6.2.2. Peneliti lain :

    Peneliti lain hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini

    misalnya dengan melakukan peneliti