hubungan sanitasi lingkungan keluarga...

24
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI DIARE DAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA SEGIRI KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III (tiga) kesehatan Bidang Gizi Disusun Oleh: PRASISTIYANI LARTIANA Nomor Induk Mahasiswa G02. 204.00065 PROGRAM DIPLOMA III GIZI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2006

Upload: phungbao

Post on 05-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

1

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI DIARE DAN STATUS GIZI PADA BALITA

DI DESA SEGIRI KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Diploma III (tiga) kesehatan Bidang Gizi

Disusun Oleh:

PRASISTIYANI LARTIANA

Nomor Induk Mahasiswa G02. 204.00065

PROGRAM DIPLOMA III GIZI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2006

Page 2: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan menjadi kurang, baik, dan

lebih. (Almatsier, 2003).

Status gizi selain ditentukan oleh jumlah dan mutu pangan yang

dikonsumsi secara langsung dipengaruhi juga oleh penyakit infeksi. Dalam

keadaan gizi yang baik tubuh dapat mempertahankan diri terhadap penyakit

infeksi. dan sebaliknya gangguan gizi dapat memperburuk kemampuan anak

untuk mengatasi penyakit infeksi. Kesehatan dan sanitasi lingkungan juga

merupakan faktor yang akan mempengaruhi status gizi. Keadaan lingkungan

yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai penyakit antara lain

diare dan infeksi saluran pernapasan. Seseorang yang kurang zat gizi akan

mudah terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa, 2001).

Kebersihan lingkungan bukan merupakan faktor yang langsung

berpengaruh terhadap status gizi seseorang, tetapi faktor ini justru paling besar

peranannya. Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa lingkungan hidup

manusia dengan segala faktornya merupakan bagian dari lingkungan

kehidupan manusia. (Wied, 1986).

Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kematian dan

kesakitan anak-anak di negara sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 1000

juta kejadian diare tiap tahun menyerang anak balita dengan perkiraan 5 juta

kematian setiap tahun. Sekitar 80 % kematian ini terjadi pada dua tahun

pertama kehidupan anak (Depkes, RI, 1990).

Diare sering terjadi secara tiba-tiba dan perkembangannya cepat sekali

diberbagai daerah. Diare merupakan penyakit endemis yang terutama

menyerang anak balita dan menyebabkan kematian. Di Indonesia diperkirakan

25 % dari kematian anak balita disebabkan oleh diare (Moehji, 1992).

Page 3: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

2

Data dari Puskesmas Pabelan , bahwa di Desa Segiri prevalensi gizi

kurang tahun 2005 2,8% dan angka kejadian diare tahun 2005 sebesar 20,8%.

Angka ini menunjukkan persentase yang cukup tinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul permasalahan apakah ada

hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare dan status gizi

pada balita di Desa Segiri Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan

frekuensi diare dan status gizi pada balita di desa Segiri Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan sanitasi lingkungan keluarga balita

b. Mendeskripsikan frekuensi diare pada balita 1 bulan terakhir

c. Mendeskripsikan status gizi balita

d. Menganalisis hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi

diare pada balita.

e. Menganalisis hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan status

gizi balita.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi perencana program di Puskesmas

Dapat memberikan infomasi dan sebagai bahan intervensi petugas

puskesmas tentang sanitasi lingkungan keluarga kaitannya dengan

penyakit yang ditimbulkan

2. Bagi Masyarakat

Supaya masyarakat memperhatikan sanitasi lingkungan keluarga serta

bahaya penyakit yang ditimbulkan.

Page 4: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah tingkat kesehatan sebagai akibat dari pemasukan semua

zat gizi dalam makanan sehari-hari. Dapat pula dikatakan bahwa status

gizi adalah derajat kesehatan seseorang yang dipengaruhi antara lain oleh

tingkat kecukupan makanan yang dikonsumsi (Reksohadikusumo, 1989).

2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu klinis, biokimia, biofisik dan antropometri.

a. Penilaian secara klinis

Penilaian secara klinis gizi adalah penilaian yang mempelajari dan

mengevaluasi tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat gangguan

kesehatan dan penyakit kurang gizi.

b. Penilaian Secara Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen

yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam

jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine,

tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penilaian

keadaan gizi dengan cara ini, terutama di lapangan mengalami masalah

khususnya tekhnis fasilitas laboratorium serta biaya yang relati mahal.

c. Penilaian secara Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan

melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan

dalam situasi tertentu seperti kejadian epidemik. Cara yang digunakan

adalah tes adaptasi gelap.

Page 5: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

4

d. Penilaian secara Antropometri

Penilaian status gizi secara antropometri didasarkan atas pengeluaran

keadaan fisik dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi. Untuk entropometri yang digunakan dalam penentuan

status gizi diantaranya: berat badan, tinggi badan, tinggi badan, lingkar

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada dan tebal lemak

pada kulit. Dari semua ukuran itu yang paling sering digunakan adalah

berat badan (BB), dan tinggi badan (TB) yaitu berat badan

dibandingkan umur (BB/ U), tinggi badan dibandingkan umur (TB/ U),

berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/ TB). (Supariasa, 2001).

3. Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi menurut standar WHO-NCHS berdasarkan widya

karya Nasional pangan dan gizi VII adalah sebagai berikut:

TABEL 1.

KLASIFIKASI STATUS GIZI

No Klasifikasi Skor (Baku WHO-NCHS) 1. Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2.0 SD s/d 2.0 SD 3. Gizi kurang < - 2.0 SD 4. Gizi buruk < - 3.0 SD

Sumber : Widya Karya Nsional Pangan dan Gizi Tahun 2000

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

a. Konsumsi Makanan

Status gizi masyarakat ditentukan oleh konsumsi zat dan

kemampuan tubuh menyerap makanan yang mengandung zat gizi

untuk kesehatan. Jika konsumsi makan kurang akan mempermudah

timbulnya penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

mengakibatkan status gizi menurun.

Konsumsi makanan yang kurang memenuhi syarat-syarat gizi

merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi

anak, terutama pada anak usia prasekolah (Roedjito, 1989).

Page 6: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

5

b. Penyakit Infeksi

Anak yang menderita gizi kurang akan mudah terkena penyakit

infeksi khususnya diare dan penyakit saluran pernafasan. Masing-

masing keadaan tersebut mendorong dan dapat memperburuk keadaan.

Proses tersebut akan menimbulkan kesakitan yang semakin memburuk

dan dapat menyebabkan kematian.

Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup

kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi.

Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan

menurun yang berarti kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri

terhadap serangan infeksi menjadi turun. Infeksi memperburuk status

gizi, dan sebaliknya gangguan gizi memperburuk kemampuan anak

untuk mengatasi penyakit infeksi (Aritonang, 1996).

c. Sanitasi Lingkungan

Keadaan lingkungan yang kurang baik memungkinkan

terjadinya berbagai jenis penyakit, antara lain diare dan infeksi saluran

pencernaan. Seseorang yang kekurangan zat gizi akan mudah terserang

penyakit dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa, 2001)

d. Pendidikan Orang Tua

Latar belakang pendidikan orang tua, merupakan salah satu

unsur penting yang berperan dalam menentukan keadaan gizi anak.

Pada masyarakat yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah,

menunjukkan prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada

masyarakat yang tingkat pendidikannya cukup tinggi, prevalensi gizi

kurang lebih rendah.

e. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendidikan juga menentukan pola makan apa yang

dibeli dengan uang tersebut. Jika pendapatan meningkat, pembelanjaan

untuk membeli makanan juga bertambah. Dengan demikian

pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas

Page 7: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

6

makanan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap zat gizi

(Reksohadi Kusumo, 1989).

B. Tinjauan Tentang Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah suatu keadaan abnormal dari pengeluaran berak

dengan frekuensi 3 kali atau lebih dengan melihat konsistensinya lembik

cair sampai cair dengan/ tanpa darah dan lendir dalam tinja (Dep Kes RI,

1990).

2. Faktor-faktor penyebab Diare

a. Faktor Makanan

Makanan sebagai penyebab diare merupakan penyebab non infeksi

yang paling sering, diantaranya:

− Makanan yang busuk, mengandung racun

− Perubahan susunan makanan yang mendadak, hal ini sering

terjadi pada bayi.

− Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi, yang

berupa amolaritas yang tinggi ataupun terlalu banyak serat.

b. Faktor Infeksi

Faktor infeksi merupakan penyebab yang paling sering dari diare,

dan pada garis besarnya dapat dibagi menjadi 2 golongan:

− Infeksi Parenteral

Merupakan infeki di luar usus, diperkirakan melalui jalur

susunan syaraf vegetatif mempengaruhi sistem saluran cerna

sehingga terjadi diare.

− Infeksi Enternal

Merupakan infeksi dalam usus. Dapat terjadi karena infeksi

oleh organisme disentri basiler, bakteri, salmonella dan

berbagai virus.

c. Faktor Psikik

Keadaan depresif pada umumnya melalui jalur susunan syaraf

vegetatif dapat menganggu saluran cerna sehingga terjadi diare. Pada

Page 8: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

7

anak-anak kondisi lingkungan sosiobiologik sering berperan dalam

penanganan diare.

d. Faktor lingkungan

Kurangnya penyediaan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi dan

hygiene perorangan juga dapat menyebabkan diare.

3. Akibat Diare

Akibat yang ditimbulkan diare adalah kekurangan cairan tubuh

dan garam-garam yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup

manusia. Akibat kekurangan cairan, kemungkinan akan menimbulkan

kematian. Kehilangan cairan terus menerus akan berakibat dehidrasi.

Selain itu, diare juga dapat mengakibatkan malnutrisi karena nafsu

makan yang berkurang. Malnutrisi akan menyebabkan resiko terjadinya

diare lebih berat dan lama. Yang pada akhirnya akan menyebabkan

kegagalan pertumbuhan dan kematian (Dep Kes RI, 1996).

4. Pencegahan Diare

Pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:

− Mengkonsumsi air minum yang aman dan sehat

− Mengkonsumsi makanan yang dimasak

− Menjaga kebersihan perorangan

− Menjaga lingkungan tetap sehat

− Makan makanan yang bergizi

C. Sanitasi Lingkungan

1. Pengertian

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup

kesehatan lingkungan tersebut antara lain: perumahan, pembuangan

kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,

pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan

sebagainya (Notoatmodjo, 1997).

Page 9: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

8

Sehat menurut WHO sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha

pengawasan terhadap semua faktor yang ada dalam lingkungan fisik yang

memberi pengaruh atau memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan,

fisik, mental dan kesejahteraan sosial.

Pengaruh lingkungan dalam rumah terhadap kegiatan sehari-hari

tidaklah secara langsung. Lingkungan yang kelihatannya tidak memiliki

potensi bahaya ternyata dapat menimbulkan gangguan kesehatan

penghuninya.

Lingkungan rumah bising, berdebu dan panas dapat menimbulkan

gangguan kesehatan pada akhirnya dapat menganggu kegiatan sehari-hari

(Dep Kes RI, 1996).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan

Tingkat kesehatan lingkungan ditentukan oleh berbagai

kemungkinan bahwa lingkungan berperan sebagai tempat pembiakan agen

hidup, tingkat kesehatan lingkungan yang tidak sehat dapat diukur dengan:

− Penyediaan air bersih yang kurang

− Pembuangan air limbah yang tidak memenuhi persyaratan

kesehatan.

− Penyediaan dan pemanfaatan tempat pembuangan kotoran

serta cara buang kotoran manusia yang tidak sehat.

− Tidak adanya penyediaan dan pemanfaatan tempat

pembuangan sampah rumah tangga yang memenuhi

persyaratan kesehatan.

− Tidak adanya penyediaan sarana pengawasan penyehatan

makanan.

− Penyediaan sarana perumahan yang tidak memenuhi

persyaratan kesehatan.

Page 10: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

9

3. Hal-hal yang menyangkut Sanitasi

a. Ventilasi

Situasi perumahan penduduk dapat diamati melalui perumahan

yang berada di daerah perkotaan dan pedesaan. Perumahan yang

berpenghuni banyak dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat-syarat

kesehatan dapat mempermudah dan memungkinkan adanya transisi

penyakit dan mempengaruhi keehatan penghuninya.

Ventilasi dalam rumah diperlukan untuk mengganti udara

ruangan yang terpakai, menjaga temperatur dan kelembaban udara

dalam ruangan. Ventilasi ruangan harus memenuhi syarat:

− Luas lubang ventilasi tetap

− Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak dicemari

oleh debu.

− Aliran udara jangan menyebabkan orang sakit.

b. Pencahayaan

Pencahayaan yang tidak mencukupi akan menyebabkan

kelelahan mata, disamping itu kurangnya pencahayaan akan

menyulitkan pemeliharaan kebersihan rumah.

Pencahayaannya yang cukup untuk penerangan ruangan di

dalam rumah merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Pencahayaan

dapat diperoleh dari pencahayaan dari sinar matahari. Pencahayaan

dari sinar matahari masuk ke dalam rumah melalui jendela, celah-

celah dan bagian rumah yang terkena sinar matahari hendaknya tidak

terhalang benda lain. Cahaya matahari ini berguna untuk penerangan,

juga dapat mengurangi kelembaban udara, memberantas nyamuk,

membunuh kuman penyebab penyakit. pencahayaan dari lampu atau

yang lain berguna unuk penerangan suatu ruangan (Suyono, 1985).

c. Lantai

Pada rumah yang berlantai tanah kelembaban lantainya akan

lebih tinggi dibandingkan dengan yang diplester. Lantai tanah tidak

bisa dibersihkan seperti halnya pada lantai berplester (pengepelan

Page 11: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

10

lantai) dengan menggunakan bahan anti kuman. Sehingga pada lantai

tanah kumah akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan lantai

plester/ ubin.

d. Dinding

Resiko menempati rumah dengan jenis dinding yang tidak

memenuhi syarat bukanlah faktor resiko langsung terhadap penyakit,

namun berkaitan dengan kelembaban udara.

Dinding rumah harus bersih, kering dan kuat. Dinding selain

untuk penyangga, juga untuk melindungi dari panas, hujan dan

sebaiknya untuk dinding rumah dibuatkan dari batu bata. (Dirjen PPM

dan PLP, 1992).

e. Kepadatan Penghuni

Resiko yang ditimbulkan oleh kepadatan penghuni rumah

terhadap terjadinya penyakit dimungkinkan karena:

− Kualitas udara dalam ruangan buruk

− Pemeliharaan ruangan tidak dilaksanakan dengan baik

− Jarak antar penghuni rumah lebih dekat.

Adapun persyaratan rumah sehat adalah:

− Harus memenuhi kebutuhan psichologis

− Terhindar dari penyakit menular

− Terhindar dari kecelakaan

f. Penyediaan air bersih

Air yang bersih adalah air yang dapat digunakan untuk

keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan

kesehatan dan dapat diminum apabila sudah masak.

Air untuk konsumsi rumah tangga yang didapatkan dari

sumbernya harus diolah terlebih dahulu sehingga memenuhi syarat

kesehatan.

Menurut Indang Entjan, syarat air minum ditentukan oleh 3

syarat, yaitu:

Page 12: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

11

1. Syarat fisik: air itu tidak berwarna, tidak mempunyai rasa, tidak

berbau dan jernih.

2. Syarat bakteriologis : air itu harus bebas dari segala bakteri

terutama bakteri pathogen.

3. Syarat kimia: tidak mengandung bahan kimia yang

membahayakan kesehatan, misalnya CO2, NH4, H2S dan lain-

lain.

g. Pembuangan kotoran manusia (jamban)

Tempat pembuangan kotoran manusia (jamban) merupakan

hal yang sangat penting, dan harus selalu bersih, mudah

dibersihkan, cukup cahaya dan cukup ventilasi, harus rapat

sehingga terjamin rasa aman bagi pemakainya, dan jaraknya cukup

jauh dari sumber air.

Syarat pembuangan kotoran manusia menurut Ehlers dan

Steel dalam Indah Entjan adalah:

− Tidak mengotori tanah permukaan

− Tidak mengotori air tanah

− Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dipergunakan oleh lalat

untuk bertelur dan berkembang biak

− Kakus harus terlindung dan tertutup

h. Pembuangan air limbah atau sampah

Air limbah merupakan exereta manusia, air kotor dari

dapur, kamar mandi, WC, perusahaan-perusahaan, termasuk pula

air kotor permukaan tanah. Pembuangan air limbah yang kurang

baik akan menjadi sarang penyakit dan situasi rumah akan menjadi

lembab.

Pengaturan air limbah perlu dilakukan dengan baik, supaya:

− Mencegah pengotoran sumber air rumah tangga

− Kebersihan makanan terjaga

− Mencegah berkembangnya bibit penyakit

− Menghilangkan bau dan pemandangan tidak sedap

Page 13: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

12

D. Kerangka Teori

ekonomi budaya pendidikankepadatan penghuni

Sanitasi Lingkungan: - Ventilasi - Pencahayaan - Jenis dinding - Jenis lantai- Kepadatan penduduk

- Penyediaan air bersih - Jamban - Pembuangan air limbah/ sampah

HigieneMakanan

Penyakit Infeksi- ISPA- Diare

Status Gizi

Sumber : Supariasa, 2001

Konsumsi makanan

Page 14: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

13

E. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

- Ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare pada

balita

- Ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan status gizi balita

Sanitasi Lingkungan: - Ventilasi - Pencahayaan- Jenis dinding - Jenis lantai- Kepadatan penghuni - Penyediaan air bersih - Jamban - Pembuangan air limbah/ sampah

Status Gizi

Diare

Page 15: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan

crossectional di bidang gizi masyarakat, yang meneliti tentang hubungan

sanitasi lingkungan keluarga dengan Diare dan Status Gizi pada balita di Desa

Segiri Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Desa Segiri Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang.

2. Waktu

Waktu penelitian dimulai dari pembuatan proposal sampai penyusunan

karya tulis ilmiah yaitu mulai bulan Januari 2006 sampai bulan Juni 2006

Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2006.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua balita, sebanyak 141 balita. Dan

jumlah Sampel sebanyak 76 balita dengan menggunakan rumus (Lemeshow,

1997):

)1( . )1().1( .

22/1

2

22/1

PPZNdNPPZn−+−

−=

α

α

Keterangan:

n : besar sampel

N : besar populasi

Z : Standar deviasi normal (1,64 dengan C1 95%)

P : Target populasi (0,2)

Page 16: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

15

D : Derajat ketepatan yang digunakan 95%

α : Tingkat kepercayaan (5%)

Dari proses perhitungan diperoleh sampel sebanyak 76 balita. Sampel

dalam penelitian ini adalah semua balita yang terpilih untuk diteliti

berdasarkan hasil pengambilan sampel secara systematic random sampling.

Pengambilan sampel sistematik adalah suatu metode pengambilan sampel

pada unsur pertama saja dari contoh secara acak, sedangkan unsur lainnya

dipilih secara sistematik menurut pola tertentu untuk mendapatkan interval,

yaitu dengan rumus:

K = nN

Keterangan :

K : Kelipatan

N : Total Populasi

n : Jumlah sampel

K : 141 / 76 = 2

Dengan demikian setiap kelipatan dua ditarik sebagai sampel dengan

ketentuan pertama diambil secara acak.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden tentang

sanitasi lingkungan keluarga, frekuensi diare pada satu bulan terakhir

dengan menggunaan kuesioner. Data status gizi dengan pengukuran

atropometri berdasarkan indeks berat badan menurut umur. Pengukuran

Berat Badan menggunakan timbangan dacin kapasitas 25 kg dengan

ketelitian 0,1 kg. Data umur disesuaikan dengan tanggal lahir yang tertera

dalam kartu kelahiran dengan bulan penuh.

Page 17: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

16

2. Data sekunder

Data sekunder berupa data monografi desa yang meliputi keadaan umum

desa yang diperoleh dari sekretaris desa setempat.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah kedalam bentuk tabulasi, dianalisis, dan

diuji dengan Korelasi Spearman. Data status gizi diolah dengan menggunakan

Z skor baku WHO-NCHS menggunakan software Nutrisoft, dengan kategori

sebagai berikut:

- Gizi lebih : > 2.0 SD

- Gizi baik : - 2.0 SD s/d 2.0 SD

- Gizi kurang : < - 2.0 SD

- Gizi buruk : < - 3.0 SD

Dan rumus yang digunakan adalah:

Z skor = SB

mX −

Keterangan :

X : Berat badan hasil penimbangan

M : Nilai baku median

SD : Nilai simpangan baku

Data mengenai sanitasi lingkungan keluarga diperoleh dari kuesioner

yang kemudian setiap jawaban diberikan skor satu (1) jika jawaban betul dan

nol (0) jika jawaban salah, kemudian di dalam analisis deskriptif dikategorikan

sebagai berikut:

Baik : > 80% . Cukup : 60% - 80%. Kurang : < 60%.

Frekuensi diare diperoleh dari kuesioner yang diisi berdasarkan

pertanyaan yang diajukan kepada ibu balita tentang data klinis balita 1 bulan

terakhir. Uji kenormalan dengan Uji Kolmogorof Smirnov. Untuk data yang

berdistribusi normal diuji dengan Korelasi Person, untuk data yang

berdistribusi tidak normal diuji dengan Korelasi Spearman. Dalam pengolahan

data menggunakan program SPSS versi 11.0.

Page 18: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

17

Hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare

menggunakan uji korelasi Spearman, sedangkan hubungan sanitasi lingkungan

keluarga dengan status gizi menggunakan uji korelasi Person.

F. Definisi Operasional

1. Status gizi adalah tingkat kesehatan sebagai akibat dari pemasukan semua

zat gizi dalam makanan sehari-hari, diukur dengan cara antropometri

berdasarkan indeks Berat badan/umur dengan baku WHO-NCHS (skala

data interval).

2. Frekuensi diare adalah diare yang dialami balita pada 1 bulan terakhir

dengan frekuensi 3 kali atau lebih dengan melihat konsistensinya lembik

cair sampai cair dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja. Dengan

cara menanyakan kepada responden berapa kali balita terkena diare selama

satu bulan terakhir (skala data rasio).

3. Sanitasi lingkungan keluarga adalah kondisi lingkungan yang ada disekitar

makhluk hidup yang meliputi lingkungan fisik, mental dan kesejahteraan

sosial, yang diamati dalam penelitian ini dengan indikator lingkungan

secara fisik yang terdiri dari ventilasi, pencahayaan, lantai, penyediaan air

bersih, jamban, pembuangan air limbah atau sampah, yang masing-masing

terdiri dari satu pertanyaan dan siberi skor satu (1) baik, skor nol (0) tidak

baik (skala data interval).

Page 19: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Segiri

Desa Segiri merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang, yang luas wilayahnya adalah 225 Ha. Desa

Segiri terdiri dari empat (4) dusun yaitu : Karang Salam, Segiri, Gamolan dan

Gombang. Adapun jumlah penduduk Desa Segiri adalah 2.128 jiwa.

Adapun batas-batas wilayah Desa Segiri adalah sebagai berikut : sebelah

Utara berbatasan dengan Desa Semowo dan Desa Terban, wilayah Selatan

berbatasan dengan Desa Sumberejo, sebelah Timur berbatasan dengan Desa

Krandon dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karanggondang.

B. Sanitasi Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam

riwayat penyakit, oleh karena itu pengetahuan mengenai segi-segi penyehatan

(sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam tiap upaya kesehatan baik secara

individual maupun secara kelompok dalam masyarakat.

Rata-rata skor sanitasi lingkungan keluarga dari 76 ibu balita dalam

penelitian ini adalah 5,59 dan diperoleh nilai tertinggi 10 nilai terendah 1,00

dengan Standar Deviasi 2,26. Bila dikelompokkan menurut sanitasi

lingkungan baik, cukup, dan kurang maka didapatkan hasil seperti pada Tabel

2. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sanitasi lingkungan yang

tergolong baik sebanyak 9 keluarga (12%), dan tergolong kurang sebanyak 48

keluarga (63%).

TABEL 2

SANITASI LINGKUNGAN

Sanitasi Lingkungan Jumlah Persentase (%) Baik 9 12

Cukup 19 25 Kurang 48 63

Jumlah 76 100

Page 20: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

19

Dari 11 indikator yang digunakan dalam kuesioner sanitasi lingkungan

keluarga diketahui bahwa kondisi terburuk terjadi pada indikator pembuangan

air limbah rumah tangga. Dari 76 keluarga yang diteliti, terdapat 59 keluarga

(77%) yang membuang limbah ketempat yang tidak memenuhi syarat yaitu

dipekarangan rumah atau sungai yang menyebabkan kualitas sanitasi

lingkungan menjadi rendah. Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang dapat

menyebabkan berbagai penyakit, terutama penyakit menular antara lain diare

dan penyakit infeksi saluran pernafasan. Timbulnya penyakit tersebut

dimungkinkan karena sanitasi lingkungan yang kotor, biasanya sebagai tempat

sarang hewan perantara penyebab penyakit seperti lalat.

C. Frekuensi Diare

Data mengenai jumlah balita berdasar frekuensi diarenya dapat dilihat

pada Tabel 3. Dari Tabel 3 diketahui bahwa terdapat 67 balita (88.2%) yang

tidak menderita diare selama satu bulan terakhir, sedangkan balita yang

menderita diare 3 kali dalam satu bulan terakhir sebanyak 1 balita (1.3%).

Balita menderita diare diduga karena beberapa faktor antara lain karena

lingkungan kotor sebagai tempat sarang hewan perantara penyebab penyakit

seperti lalat, dimana lalat ini setelah hinggap dilingkungan kotor akan terbang

dan hinggap dimakanan sehingga makanan tidak higienis. Selain itu diare juga

disebabkan karena adanya infeksi dalam tubuh balita.

TABEL 3

DISTRIBUSI BALITA MENURUT FREKUENSI TERKENA DIARE

DALAM SATU BULAN TERAKHIR

Diare (Kali) Jumlah Persentase (%) 0 67 88,2 1 6 7,9 2 1 1,3 3 2 2,6

Jumlah 76 100

Page 21: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

20

D. Status Gizi

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa rata-rata status gizi yang

diukur dengan perhitungan Z skor dari 76 balita sebesar 0.3291 ± 1.537

dengan nilai Z skor tertinggi 5.1 dan nilai Z skor terendah -3.06.

Bila dikelompokkan menurut WHO-NCHS maka diperoleh hasil seperti

pada Tabel 4.

TABEL 4

DISTRIBUSI BALITA MENURUT STATUS GIZI

Status Gizi Jumlah Prosentase Lebih 8 10,5% Baik 63 82,9% Kurang 4 5,3% Buruk 1 1,3% Jumlah 76 100%

Dari Tabel 4 diperoleh data bahwa sebanyak 63 balita (82.9%) status

gizi baik. Ditemukan status gizi buruk 1 balita (1.3%), status gizi kurang 4

balita (5.3%) dan status gizi lebih sebanyak 8 balita (10.5%). Terdapatnya

status gizi lebih, gizi kurang dan gizi buruk dimungkinkan karena pola

konsumsi makan yang salah.

E. Hubungan Sanitasi Lingkungan Keluarga dengan Frekuensi Diare

Pada diagram tebar diketahui bahwa ada kecenderungan semakin baik

sanitasi lingkungan keluarga tidak diikuti dengan semakin rendah balita yang

menderita diare. Sedangkan dari hasil uji Korelasi Spearman diperoleh hasil

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan sanitasi lingkungan keluarga

dengan frekuensi diare yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar -

0,052 dengan p > 0,05. Hasil dari penelitian ini bertantangan dengan

pernyataan yang ditulis oleh Supariasa 2001, bahwa keadaan lingkungan yang

kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit infeksi antara

lain diare dan infeksi saluran pernafasan. Hal ini karena faktor penyebab diare

tidak hanya sanitasi lingkungan saja, melainkan juga disebabkan oleh faktor

makanan, infeksi dan psikis.

Page 22: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

21

GAMBAR 1

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA

DENGAN FREKUENSI DIARE

Sanitasi Lingkungan

121086420

Frek

uens

i Dia

re

3,5

3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

,5

0,0

-,5

F. Hubungan Sanitasi Lingkungan Keluarga dengan Status Gizi

GAMBAR 2

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN

STATUS GIZI BALITA

Sanitasi Lingkungan

121086420

Sta

tus

Giz

i

6

4

2

0

-2

-4

Page 23: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

22

Dari diagram tebar diketahui bahwa semakin baik sanitasi lingkungan

keluarga tidak diikuti dengan semakin baiknya status gizi. Dari hasil uji

korelasi Pearson diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara sanitasi

lingkungan keluarga dengan status gizi yang ditunjukkan oleh koefisien

korelasi sebesar 0,004 dengan p > 0,05. Hal ini dikarenakan status gizi selain

dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan, juga dipengaruhi oleh beberapa fakor

antara lain penyakit infeksi dan konsumsi makanan. Dalam keadaan gizi yang

baik tubuh dapat mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi dan

sebaliknya gangguan gizi dapat memperburuk kemampuan anak untuk

mengatasi penyakit infeksi. Jika konsumsi makan kurang akan mempermudah

timbulnya penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

mengakibatkan status gizi menurun. Anak yang menderita kurang gizi akan

mudah terkena infeksi khususnya diare dan penyakit saluran pernafasan.

Masing-masing faktor tersebut akan memperburuk keadaan.

Page 24: HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006... · puskesmas tentang sanitasi ... Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik - 2 ... merupakan

23

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sanitasi lingkungan pada keluarga balita sebanyak 63% tergolong kurang.

2. Balita yang terkena frekuensi diare 1 kali 7,9%.

3. Balita dengan status gizi kurang 5,3% dan balita dengan status gizi buruk

1,3%.

4. Tidak ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare

pada balita.

5. Tidak ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan status gizi balita.

B. Saran

1. Perlu adanya peningkatan sanitasi lingkungan dengan cara penyuluhan

kepada ibu balita.

2. Terhadap balita gizi buruk, perlu ada tindak lanjut dari puskesmas dengan

cara pendataan dan penyuluhan kepada ibu balita, serta perawatan dan

pemberian makanan tambahan kepada penderita gizi buruk