hubungan pemberian asi eksklusif dengan ...repository.utu.ac.id/490/1/bab i_v.pdfinformasi tentang...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN ANGKAKEJADIAN DIARE PADA BAYI 0 - 6 BULAN DI PUSKESMAS
KAMPUNG AIE KECAMATAN SIMEULUE TENGAHKABUPATEN SIMEULUE
SKRIPSI
OLEH :
ZUHUR KURNIAWANNIM. 08C10104023
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT
2013
1
BABI
PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan
kematian anak di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab
utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi,
dan infeksi. Golongan umur yang paling rentan menderita akibat diare adalah
anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih rendah.(Nilton, dkk, 2008).
Kejadiandiarepada bayidapat disebabkankarenakesalahandalampemberian
makan,dimanabayisudah
diberimakanselainASI(AirSusuIbu)sebelumberusia4bulan(Susanti,2004 ).Perilaku
tersebutsangatberesiko bagibayiuntuk terkenadiarekarena
alasansebagaiberikut;(1)pencernaanbayibelummampumencerna makanan
selainASI,(2) bayikehilangankesempatanuntukmendapatkan zatkekebalan
yanghanyadapatdiperolehdariASI ,(3)adanyakemungkinanmakananyang
diberikanbayisudahterkontaminasiolehbakterikarenaalatyang digunakan
untukmemberikanmakananatauminumankepada bayitidaksteril.Berbeda
denganmakananpadatataupunsusuformula,ASI bagibayimerupakan makanan
yangpalingsempurna.PemberianASIsecaradinidaneksklusif sekurang-kurangnya 4-
6bulanakanmembantumencegahpenyakitpada bayi.
Halinidisebabkankarenaadanyaantibodipentingyang adadalamkolostrum
2
danASI.SelainituASIjugaselaluamandanbersihsehinggasangatkecilkemungkinanba
gikumanpenyakituntukdapat masuk kedalam tubuh bayi.(Depkes, 2001).
Dinegarayang sedang berkembangsepertiIndonesia, pajanan
mikroorganisme patogenmaupun zatalergenlainnya masihmerupakan
masalah.Infeksigastrointestinal maupun nongastrointestinallebih sering
ditemukanpadabayiyang mendapat penggantiairsusuibu(PASI)dibanding
denganyang mendapatairsusuibu(ASI).HalinimenandakanbahwaASI
merupakankomponenpenting padasistemimunmukosagastrointestinal
maupunmukosa lain,karena sebagianbesar mikroorganisme masukke dalam tubuh
melalui mukosa (Matondang, dkk, 2008).
Penelitian-penelitianyang sudahdilakukanparaahlidiIndiadengan
menggunakanASI donordarimanusia,didapatkankejadianinfeksi lebih
sedikitsecara bermaknadantidakterdapatinfeksiberatpadakelompokyang diberiASI
manusia,sedangkanbayipadakelompokyangtidakmendapatASI
banyakmengalamidiare,pneumonia,sepsis,danmeningitis (Tumbelaka, dkk, 2008).
Menurut Depkes RI (2010), Kejadian Luara Biasa (KLB) Diare terjadi di
11 propinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian
sebanyak 73 orang dengan CFR (Case Fatalitity Rate) sebesar 1,74 %. Nilai CFR
tersebut sama dengan nilai CFR tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat
194.466 kasus diare dan 99.304 kasus yang ditangani (51,1%).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Simeulue, penderita diare
Kabupaten Simeulue pada tahun 2012 mencapai angka 2143penderita secara
keseluruhan, sedangkan jumlah penderita diare pada bayi 0-6 bulan berjumlah 201
bayi. Dan jumlah penderita diare pada Puskesmas Kampung Aie Kecamatan
3
Simeulue Tengah pada tahun 2012 mencapai angka 268 penderita, sedangkan
pada bayi yang menderita diare mencapai 57 kasus.( Dinkes Kab. Simeulue,
2012).
Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2011 baru mencapai
11,845 atau 11.9% dari 99,863 bayi. Sedangkan jumlah bayi yang mendapat ASI
Eksklusif di Simeulue pada tahun 2011 hanya 236 bayi dari 1,775 bayi yang ada
di Kabupaten Simeulue atau hanya 13,3%. Rendahnya cakupan ini banyak
dipengaruhi oleh budaya memberikan makanan dan minuman terlalu dini kepada
bayi baru lahir, akibat dari pengetahuan keluarga tentang ASI yang masih sangat
minim. Disamping itu gencarnya propaganda susu formula terutama di perkotaan
dan prilaku ibu terhadap pemberian ASI. (Dinkes Aceh, 2011).
Berdasarkan data dari Puskesmas Kampung Aie Kecamatan Simeulue
Tengah pada tahun 2012 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif secara penuh
hanya mencapai 10 bayi atau 4,12% dari 423 bayi yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Kampung Aie.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul“HubunganantarapemberianASI eksklusif dengan
angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas kampung Aie
Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue”.
1.2.PerumusanMasalah
Adakahhubunganantara pemberianASI eksklusif denganangka
kejadiandiarepadabayiumur 0-6bulandiPuskesmasKampung AieKecamatan
Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue ?
4
1.3.TujuanPenelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Antara Pemberian Asi
Ekslusif dengan Angka Kejadian Diare pada umur 0-6 Bulan di Puskesmas
Kampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan usia pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan
b. Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dalam memberikan ASI
eksklusif dengan kejadian diare pad bayi usia 0-6 bulan.
1.1. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis :
1. Bagi Peneliti lain, Sebagai bahan referensi yang ingin meneliti tentang
hubungan Antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare
usia 0-6 bulan.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar (FKM-
UTU), dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan bacaan serta
menambah koleksi bahan perpustakaan yang telah ada.
3. Bagi Penulis, memberi pengalaman dan kesempatan untuk melaksanakan
penelitian dengan metode yang benar dan penulis mampu berfikir lebih
baik dalam memahami masalah serta melakukan analisis secara ilmiah dan
sistematis.
5
1.4.2. Aplikatif :
1. Bagi masyarakat terutama ibu-ibu yang memiliki bayi, dapat member
informasi tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif selama 0-6 bulan
2. Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kampung Aie, sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya memberikan penyuluhan bagi masyarakat
tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayi.
6
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.Asi Eksklusif
2.1.1. Pengertian Asi Eksklusif
ASI Eksklusif Adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
pendamping (termasuk air jeruk, madu, air, gula), yang dimulai sejak bayi baru
lahir sampai dengan usia 6 bulan (Sulityawati:2009). Sedangkan menurut (Dwi
Sunar Prasetyono:2009) sesungguhnya yang dimaksud dengan pemberian ASI
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan
makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim,
kecuali vitamin, mineral, dan obat.
Akhir-akhir ini, kebanyakan wanita di Indonesia, khususnya para ibu
muda, gencar menggalakkan ASI Eksklusif. Tentunya, hal ini merupakan
kecenderungan yang sangat positif, karena kebutuhan makanan bayi pada 6 bulan
pertama setelah kelahiran memang diperoleh dari ASI. Sayangnya, fakta
menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif masih belum maksimal. Bahkan,
sebagian ayah belum mengetahui pengertian ASI Eksklusif, padahal ia adalah
figur utama yang memberi dukungan kepada ibu dalam memberikan ASI
eksklusif bagi bayinya (Dwi Sunar Prasetyono:2009).
Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu (ASI)
segera setelah melahirkan. ASI diproduksi oleh alveoli yang merupakan bagian
hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan makanan yang paling cocok
7
bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan
makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan
seperti susu sapi, susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh
sangat dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Susu buatan manusia (susu
formula) tidak dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi,
seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Krisnatuti dan Yenrina, 2001).
Air susu ibu selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi perlindungan
kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang dikandungnya. Walaupun ibu
dalam kondisi kekurangan gizi sekalipun, ASI tetap mengandung nutrisi esensial
yang cukup untuk bayi dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel
fagosit dan imunoglobulin (Munasir dan Kurniati, 2008). Sedangkan menurut
Roesli (2000) ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga
ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif.
2.1.2. Pengelompokkan ASI
Menurut (Purwanti 2004) pengelompokan ASI dikelompokan menjadi 3
yaitu :
a. ASI stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai hari ke 4. Kolostrum
berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan
sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera
bersih dan siap menerima ASI.
8
b. ASI stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke 4
sampai hari ke 10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan
hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat.
c. ASI stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke 10 sampai
seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan.
2.1.3. Manfaat ASI
Menurut Roesli (2000) Pemberian ASI mempunyai manfaat yang besar,
baik bagi ibu, bagi bayi, dan bagi lingkungan.
1. Manfaat ASI Bagi Ibu
a. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan, apabila bayi segera disusui
setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadi perdarahan setelah
melahirkan akan berkurang, karna pada ibu menyusui terjadi peningkatan
oksitosin yang berguna untuk menutup pembuluh darah sehingga
pendarahan akan cepat berhenti.
b. Mengurangi terjadinya anemia karena kakurangan zat besi akibat
pendarahan
c. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakn alat kontrasepsi
yang aman, mudah dan cukup berhasil.
d. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat
akan sangat membatu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.
9
e. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui memerlukan energi, maka
tubuh akan mengmbil dari lemak yang tertimbun selama hamil, sehingga
berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan
sebelum hamil.
f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker pada ibu yang memberikan
ASI Eksklusif.
g. Lebih ekonomis dan mudah.
2. Manfaat Pemberian ASI pada Bayi
a. ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang sangat ideal
komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi.
b. ASI Eksklusif meningkatkan daya tahan tubuh bayi
c. ASI Eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan
d. ASI Eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan
bayi.
3. Manfaat ASI bagi lingkungan
ASI akan mengurangi bertambahnya sampah. Dengan hanya memberi
ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, botol plastik dan karet.
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu memberikan ASI kepada bayi
antara lain:
10
1. Perubahan Sosial Budaya.
a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainya.
b. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu
botol.
c. Kepercayaan ibu pada mitos, padahal mitos adalah sesuatu yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya.
2. Faktor Psikologis
a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
b. Tekanan batin
3. Faktor fisik Ibu
Masalah payudara ibu, Puting susu datar atau masuk ke dalam, nyeri puting,
puting lecet, payudara bengkak.
4. Dukungan Suami
Respon suami yang diberikan pada istri dalam bentuk perhatian material dan
finansial.
5. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI (Roesli, 2004).
6. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
Penerangan justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang
menganjurkan penggantian ASI dari susu kaleng.
2.1.5. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif
Berdasarkan beberapa penelitian, terdadapat berbagai macam faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif antara lain :
11
1. Umur
Menurut Siswono tahun 2004 seseorang yang menjalani hidup dapat
diasumsikan bahwa semakin tua umurnya, maka pengalaman juga semakin
banyak, pengetahuannya semakin luas keahlian semakin mendalam, dan
kearifannya semakin mantap dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Umur
ibu dapat menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan kondisi
kehamilan , persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu
yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun disebut usia
reproduktif tidak sehat serta masih belum matang dan belum siap dalam hal
jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas serta cara
mengasuh dan menyusui bayinya (kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif).
Umur 20-35 tahun disebut usia reproduksi sehat. Usia reproduksi sehat
merupakan suatu kondisi dimana organ reproduksi telah siap atau matang untuk
menjalankan proses reproduksi kaitannya dalam pemberian ASI Ekslusif atau
laktasi serta didukung dengan kematangan psikis atau mental. Usia reproduksi
sehat juga dikatakan sebagai masa dewasa sehinnga mampu untuk menelaah
suatu masalah, dan sudah siap dalam hal jasmani dan sosial dalam mengahadapi
kehamilan, persalinan, nifas sreta cara mengasuh dan menyusui bayi kaitannya
dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
2. Pendidikan ibu
Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia,
usaha mengatur pengetahuan semula yang ada pada seorang individu itu.
Pendidikan menjadi tolak ukur yang penting dan dapat menentukan status
ekonomi, status sosial dan perubahan-perubahan lainnya. Pendidikan ibu
12
menpengaruhi pola pikir ibu untuk menentukan tindakannya baik yang
menguntungkan ataupun tidak. Diharapkan pola pikir dengan keadan yang ada,
misalnya saja pada seseorang berpendidikan tinggi dan berepengartahuan luas
akan lebih bisa menerima alasan untuk memebrrikan ASI Eksklusif karena pola
pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang berpendidikan rendah.
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang setiap hari dilakukan responden dan
mendapat upah dari pekerjaannya itu. Ibu yang memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayinya sampai berumur 6 bulan saat ini masih rendah yaitu kurang dari
2%, jumlah total ibu melahirkan, itu antara lain terjadi karena banyaknya ibu yang
mempunyai pekerjaan di luar rumah. Jika ibu segera bekerja hal ini mungkin
menghambat pemberian ASI Ekslkusif (Suradi, 2004). Bekerja bukan alasan
untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan
bila mungkin sampai 6 bulan. Dengan adanya cuti hamil selama 3 bulan juga
dapat membantu ibu untuk dapat memberikan ASI Ekslusif, ditambah dengan
pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI yang
baik, dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap
memberikan ASI secara Eksklusif (Roesli, 2000).
4. Sosial Budaya dan Status Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penelaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Denga demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehinnga sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
13
5. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kebisaan, keahlian, keterampilan pemahaman atau
pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar
(Notoadmodjo, 2003). Dari pengalaman penelitian telah terbukti bahwa perilaku
seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003). Dengan adanya
pengetahuan yang cukup diharapkan informasi tentang kesehatan dan perilakunya
akan lebih mudah berubah dan diterima. Jadi jika pengetahuan ibu menyusui
tentang ASI Eksklusif kurang, kemungkinan besar akan mengganggu atau
menghambat dalam proses menyusui ibu sendiri (Suradi, 2004).
14
2.2.Diare
2.2.1. Definisi Penyakit Diare
Diare dalam penelitian ini adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar
lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan
fesesnya lunak. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah
lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila
frekuensi lebih dari 3kali (Masri, 2004). Sedangkan Menurut Depkes (2010), diare
adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak biasanya,
ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta frekwensi lebih dari 3 kali
sehari pada anak dan pada bayi lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir
darah.
Diare merupakan simptom, jadi bukan penyakit, sama halnya dengan
demam panas, bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit
tertentu, contoh: malaria, radang, paru, influinza, dan lain-lain. Ada dua jenis diare
menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah
diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat
serta berlangsung antara 3-5 hari. Sedangkan diare kronik adalah diare yang
berlanjut lebih dari 2 minggu, disertai kehilangan berat badan atau tidak
bertambahnya berat badan. (Widjaja,2002).
Menurut widjaja (2002), diare disebabkan oleh :
1. Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain :
15
a) Infeksi oleh bakteri : Escherichia colin, Salmonella thyposa, Vibrio
cholerea (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan
dan patogenik seperti pseudomunas. Infeksi hasil (disenteri)
b) Infeksi virus rotavirus
c) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides)
d) Infeksi jamur
e) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang
tenggorokan
f) Keracunan makanan.
2. Faktor malbsorbsi
Faktor malbsorbsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan
lemak. Malabsorbsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis
dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat,
tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi
lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida.
Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menadi
miclles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak diserap dengan baik.
3. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang.
Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada
anak dan balita.
16
4. Faktor Psikologis
Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi kecepatan gerakan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yang dapat menyebabkan diare.
2.2.2. Jenis Diare
Penyakit diare menurut Depkes RI (2010), berdasarkan jenisnya dibagi
menjadi empat yaitu :
1. Diare Akut
Diare akut adalah, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Akibatnya
adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.
2. Disentri
Disenteri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibatnya disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan
terjadinya komplikasi pada mukosa.
3. Diare Persiten
Diare persisten adalah yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
4. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persiten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti gangguan gizi, demam, atau penyakit
lainya.
17
2.2.3. Tanda-tanda diare
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir atau darah.Warna tinja makin lama berubah
menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asamlaktat, yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah
kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Depkes RI
(2010).
2.2.4. Gejala diare
Menurut widjaja (2002), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu badan meningkat
3. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
4. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Lecet pada anus
6. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
7. Muntah sebelum dan sesudah diare
18
8. Penurunan kadar gula darah (Hipoglekemia)
9. Dehidrasi (kekerangan cairan), dehidrasi ringan, dehidrsi sedang, dehidrasi
berat
2.2.5. Epidemiologi penyakit diare
Menurut Depkes RI (2009), epidemiologi diare adalah sebagai berikut :
Penyebaran kuman yang menyebabkan diare. Kuman penyebab diare biasanya
menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku
dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko
terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan
air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak.
2.2.6. Pencegahan diare
Menurut Depkes RI (2010) ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk
mencegah agar anak-anak tidak terjangkit penyakit diare, hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan ASI eksklusif
ASI turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada balita
karena antibodi dan zat-zat lain yang terkandung di dalamnya memberikan
perlindungan secara imunologi.
2. Menggunakan air bersih yang cukup
19
Untuk mengurangi resiko menderita diare dapat dikurangi dengan
mengunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanannya.
3. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorongan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
4. Menggunakan jamban
Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
resiko penularan diare karena penularan kuman penyebab diare melalui tinja
dapat dihindari.
5. Memberikan imunisasi campak
Anak yang sakit campak sering disertai diare sehingga imunisasi campak
dapat mencegah terjadinya diare yang lebih parah lagi.
6. Membuang tinja bayi dengan benar
Membuang tinja bayi ke dalam jamban sesegera mungkin sehingga penularan
kuman penyebab diare melalui tinja bayi dapat dicegah.
2.3.Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare
Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh
dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah
kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan,
bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga
kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat
selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan
20
tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI (Roesli, 2005).
Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan,
akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit
karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit.
Oleh karena itu,dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif
akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan parasit. Ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang
mendapat ASI eksklusif minimal 4 bulan dengan bayi yang hanya diberi susu
formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering
mengalami problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan
pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat sakit
dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan perawatan (Wahyu,
2000).
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang menegaskan
tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak negatif pemberian cairan
tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi yang
diberi air putih atau minuman herbal, lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih
banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI Eksklusif (BKKBN, 2004).
21
2.4.Kerangka teori
Tinjauan kepustakaan diatas merupakan penjelasan dari kerangka teori
sebagai berikut:
Sumber : Modifikasi dari Green dalam Notoatmodjo (2005), Roesli (2000)
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Teori
1. Faktor
Predisposisi
- Umur ibu
- Pendidikan ibu
- Pekerjaan ibu
- Pengetahuan ibu
2. Faktor
Pemungkin
- Psikologis ibu
- Lingkungan ibu
- Sosial budaya ibu
- Status Ekonomi
3. Faktor Penguat
- Dukungan suami
- Dukungan tenaga
kesehatan
- Fisik ibu
Status Gizi Diare
Laktosa Intoleran
Frekwensi pemberianasi eksklusif
22
2.5.Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
2.6.Hipotesis Penelitian
1. Ada Hubungan usia pemberian Asi Eksklusif dengan Angka kejadian diare
di Puskesmas Kampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten
Simeulue.
2. Ada hubungan perilaku ibu dalam pemberian Asi Eksklusif dengan angka
kejadian Diare di Puskesmas Kampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah
Kabupaten Simeulue.
b. Perilaku ibu dalampemberian asi eksklusif
a. Usia pemberian asieksklusif
KeJadian Diare Usia
0-6 Bulan
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan rancangan studi korelasi
(Correlation study) yaitu untuk melihat hubungan antara Pemberian ASI
Eksklusif dengan angka kejadian diare di Puskesmas Kampung Aie Kecamatan
Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 juni sampai dengan 20 juni
2013. Tempat penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kampung Aie
Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-6
bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kampung Aie Kecamatan
Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue berjumlah 198 ibu yang mempunyai bayi
3.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada
rumusan (Arikunto, 2002) yang menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel
pada subjek penelitian kurang dari 100, maka dapat diambil semua sehingga
24
penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi bila jumlah subjek lebih dari
100 dapat diambil 10-20% dari populasi.
Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan
sample simple random sampling. 198 x 20%= 39,6=40 ibu yang mempunyai bayi
usia 0-6 bulan.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam melakukan penelitian ini mencakup data
primer dan data sekunder.
3.4.1. Data primer
Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. (Sugiyono 2010). Pengumpulan data primer dalam penelitian ini
melalui cara menyebarkan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan dengan
alternatif jawaban yang disesuaikan dengan tujuan penelitian serta dibagikan
kepada responden yaitu para ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan.
3.4.2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari PuskesmasKampung Aie, Dinas Kesehatan dan
Studi Kepustakaan (literatur) serta majalah/jurnal kesehatan yang berhubungan
dengan penelitian ini.
3.5. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan
atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Definisi operasional ini
memberikan informasi yang diperlukan untuk mengukur variabel yang akan
25
diteliti. Dengan kata lain, definisi operasional adalah definisi operasional adalah
definisi yang dibuat oleh peneliti itu sendiri (Kountur, 2007).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Independen
1 Variabel : Usia Pemberian ASI Eksklusif
Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Pengukuran
: Bayi mendapatkan ASI eksklusif secarapenuh selama 6 bulan.
: wawancara: Kuesioner:1. ≤6 bulan2. > 6 bulan
: Nominal
2 Variabel : Perilaku ibu
Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Pengukuran
: Kebersihan ibu sebelum memberikan ASIkepada bayi
: wawancara: Kuesioner:1. Baik2. Kurang Baik: Ordinal
Variabel dependen
3 Variabel : Kejadian Diare
Definisi
Cara UkurAlat UkurHasil Ukur
Skala Pengukuran
: Suatu kejadian dimana terjadi buang airbesar dengan intensitas lebih dari 3 s/d 4kali dan bentuknya cair.
: wawancara: Kuesioner:1. menderita diare2. tidak menderita diare: Ordinal
3.6. Aspek Pengukuran
3.6.1. Variabel Independen
Aspek pengukuran variabel independen adala[h usia pemberian ASI
Eksklusif, frekwensi pemberianASI dan perilaku ibu.
26
a. Variabel Usia Pemberian ASI Eksklusif
Pengukuran variabel didasarkan pada Skala Guttman dari 3 pertanyaan
dengan total skor 3, untuk jawaban “a” diberi skor 1 (satu) dan untuk jawaban “b”
diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang
diperoleh dengan kategori sebagai berikut :
a. ≤ 6 bulan, jika skor yang diperoleh responden ≤ 2
b. > 6, jika skor yang diperoleh responden > 2
b. Variabel Perilaku Ibu dalam pemberian ASI
Pengukuran variabel didasarkan pada Skala Guttman dari 3 pertanyaan
dengan total skor 3, untuk jawaban “a” diberi skor 1 (satu) dan untuk jawaban “b”
diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang
diperoleh dengan kategori sebagai berikut :
a. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 2
b. Kurang Baik, jika skor yang diperoleh responden ≤ 2
3.6.2. Variabel Dependen
Untuk mengetahui adanya kejadian diare yang diderita responden selama
satu bulan terakhir dengan kriteria sebagai berikut:
a. Mengalami penyakit diare, jika responden BAB dengan frekuensi lebih
dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi cair dalam satu bulan
terakhir.
27
b. Tidak mengalami penyakit diare, jika responden tidak BAB dengan
frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi cair dalam
satu bulan terakhir.
3.7. TeknikPengolahan dan Analisis Data
3.7.1. Pengolahan data
Pengolahan data pada penelitian ini meliputi tahapan sebagai berikut :
1. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti hdata yang telah terkumpul pada
kuesioner.
2. Coding, yaitu memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam
memasukan data ke program komputer.
3. Entry, yaitu memasukan data dalam program komputer untuk dilakukan
analisis lanjut.
4. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk, kemudian direkap dan
disusun dalam bentuk tebel agar dibaca dengan mudah.
3.7.2. Analisis data
Penelitain ini bersifat analitik, maka analisis data yang digunakan adalah :
1. Analisis univariat
Analisa data dengan mendistribusikan variabel penelitian yaitu
variabel menggunakan Usia pemberian ASI, Frekwensi pemberian ASI
Eksklusif, dan perilaku ibu dalam pemberian ASI serta variabel kejadian diare
pada usia 0-6 bulan yang disajikan dalam table distribusi frekuensi.
28
2. Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan
menggunakan uji Chi-Square.
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan dihitung nilai ood ratio (OR).
Aturan yang berlaku pada Chi-Square adalah :
a. Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5,
maka yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
b. Bila pada tabel 2 x 2 dan tidak ada niplai E < 5, maka yang digunakan
adalah Continutity Correction.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran umum lokasi penelitian
Puskesmas Kecamatan Simeulue Tengah merupakan sarana kesehatan
yang terletak di desa Kampung Aie terdiri dari 19 unit pustu dan 2 poskesdes.
Dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Simeulue Cut
- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Teupah Barat
- Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam
- Sebelah utara berbatasan dengan Samudra Hindia.
Luas wilayah kerja puskesmas 26528 Km2, dengan jumlah penduduk
Kecamatan Simeulue Tengah 9.583 jiwa.
4.2. Hasil Penelitian4.2.1. Analisis Univariat
1. Usia Pemberian Asi Eksklusif
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia Pemberian Asi Eksklusif diPuskesmas Kampung Aie Kecamatan Simeulue TengahKabupaten Simeulue Tahun 2013
No Usia Pemberian Asi Frekuensi Persentase (%)
1 ≤ 6 Bulan 7 17,52 > 6 Bulan 33 82,5
Total 40 100Sumber : dari data primer (diolah tahun 2013)
30
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memberikan Asi Eksklusif pada usia > 6 bulan yaitu sebanyak 33 orang ( 82,5%)
dan yang memberikan pada usia ≤ 6 bulan yaitu sebanyak 7 orang (17,5%).
2. Perilaku Ibu
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu di Puskesmas Kampung AieKecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue Tahun2013
No Perilaku Ibu Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 17 42,52 Kurang 23 57,5
Total 40 100Sumber : dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki perilaku kurang baik yaitu sebanyak 23 orang (57,5%) dan yang
memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 17 orang (42,5%).
3. Kejadian Diare
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare di Puskesmas KampungAie Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue Tahun2013
No Kejadian Diare Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Menderita 23 57,52 Menderita 17 42,5
Total 40 100Sumber : dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
menyatakan pernah menderita diare yaitu sebanyak 17 orang (42,5%) dan yang
tidak menderita yaitu sebanyak 23 orang (35%).
31
4.2.2. Analisa Bivariat1. Hubungan Usia Pemberian Asi Eksklusif dengan Kejadian Diare
Tabel 4.5 Hubungan Usia Pemberian Asi Eksklusif dengan KejadianDiare di Puskesmas Kampung Aie Kecamatan SimeulueTengah Kabupaten Simeulue Tahun 2013
NoUsia
PemberianAsi Eksklusif
Kejadian DiareJumlah
PValue
ORMenderita Tidak
N % n % f %
0,6772,083
(0,352-12,320
1 ≤ 6 Bulan 2 28,6 5 71,4 7 1002 > 6 Bulan 15 45,5 18 54,5 33 100
Total 17 42,5 23 57,5 40 100Sumber : dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisis hubungan usia pemberian asi eksklusif dengan kejadian
diare diperoleh bahwa semua responden 7 orang dengan usia pemberian asi
eksklusif ≤ 6 bulan yang menderita diare (28,6%). Sedangkan di antara responden
yang usia pemberian asi eksklusifnya > 6 bulan terdapat 18 dari 33 (54,5%) tidak
mengalami diare.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai p value : 0,677 atau p : < 0,05,
artinya Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara usia pemberian asi eksklusif dengan kejadian diare di
Puskesmas Kampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue
tahun 2013.
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odds Ratio (OR) sebesar 2,083
yang artinya responden yang usia pemberian asi eksklusifnya ≤ 6 bulan
mempunyai peluang 2 kali untuk tidak mengalami diare.
32
2. Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare
Tabel 4.6 Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare di PuskesmasKampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah KabupatenSimeulue Tahun 2013
No Perilaku Ibu
Kejadian DiareJumlah
PValue
ORMenderita Tidak
N % n % f %
0,000136,571(4,024-332,344
1 Baik 1 5,9 16 94,1 17 1002 Kurang 16 69,6 7 30,4 23 100
Total 17 42,5 23 57,5 40 100Sumber : dari data primer (diolah tahun 2013)
Hasil analisis hubungan perilaku ibu dengan kejadian diare diperoleh
bahwa ada sebanyak 16 dari 17 (94,1%) ibu yang perilakunya baik yang tidak
mengalami diare. Sedangkan di antara ibu yang perilakunya kurang ada 16 dari 23
(69,6%) yang menderita diare.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai p value : 0,0001 atau p : < 0,05,
artinya Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara perilaku ibu dengan kejadian diare di Puskesmas Kampung Aie
Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue tahun 2013.
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odds Ratio (OR) sebesar
36,571 yang artinya responden yang perilakunya baik mempunyai peluang 36 kali
untuk tidak mengalami diare dibandingkan dengan yang perilakunya kurang baik.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan Usia Pemberian Asi dengan Kejadian Diare
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memberikan Asi Eksklusif pada usia > 6 bulan yaitu sebanyak 33 orang ( 82,5%)
dan yang memberikan pada usia ≤ 6 bulan yaitu sebanyak 7 orang (17,5%).
33
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat hubungan yang bermakna antara
usia pemberian asi eksklusif dengan kejadian diare (p value : 0,677).
Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh
dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah
kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan,
bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga
kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat
selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan
tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI (Roesli, 2005).
Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan,
akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit
karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit.
Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif
akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan parasit. Ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang
mendapat ASI eksklusif minimal 4 bulan dengan bayi yang hanya diberi susu
formula. Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering
mengalami problema kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan
pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat sakit
dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan perawatan (Wahyu,
2000).
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang menegaskan
tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak negatif pemberian cairan
34
tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi yang
diberi air putih atau minuman herbal, lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih
banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI Eksklusif (BKKBN, 2004).
Angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI
Eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
ASI Eksklusif. Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan bersih bagi
bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga
menurut Depkes (2001) sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk
dapat masuk ke dalam tubuh bayi.
Menurut Masri (2004), diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh
untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun
banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan
dehidrasi yang dapat berakibat kematian.
4.3.3. Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
perilaku kurang baik yaitu sebanyak 23 responden (57,5%) dan yang memiliki
perilaku baik yaitu sebanyak 17 responden (42,5%). Berdasarkan uji statistik
yang dilakukan terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku ibu dengan
kejadian diare (p value = 0,0001).
Idealnya bayi yang diberi ASI eksklusif tidak terkena diare karena ASI
merupakan makanan alami yang ideal bagi bayi dan sesuai dengan kondisi sistem
pencernaan bayi yang belum matur (pada bayi 0-6 bulan) sehingga tidak
menyebabkan alergi pada bayi. Namun ada juga bayi yang diberi ASI eksklusif
35
terkena diare baik jarang maupun sering. Hal ini bisa terjadi karena beberapa
faktor baik dari bayi maupun perilaku ibu. Penyebab diare dari faktor bayi adalah
adanya infeksi baik di dalam ataupun di luar saluran pencernaan baik itu infeksi
bakteri, virus, maupun infeksi parasit.
Perilaku ibu juga dapat menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare
seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak (Purwanti, 2004).
Berbagai perilaku kebersihan ibu seperti kebiasaan tidak mencuci tangan
dengan sabun sesudah buang air besar atau sebelum menjamah makanan,
memudahkan penularan penyakit GE yang ditularkan melalui fecal-oral, tidak
membiasakan balita buang air besar di toilet, dimana pada tinja terdapat rotavirus
yang dapat hidup berminggu-minggu di luar tubuh manusia serta penggunaan
botol susu yang tidak disterilkan kembali setelah dipakai kemungkinan
meningkatkan resiko terjadinya diare pada bayi dan balita (Nursalam, dkk, 2005).
Balita dapat mengalami lebih dari satu kali kejadian diare setiap tahunnya
(Sudarmo. M.s, dkk, 2004).
Hal ini sesuai dengan Sulika dalam Nursalam (2005) bahwa perilaku sehat
dipengaruhi adanya faktor internal keluarga seperti halnya ibu atau masyarakat
yang mempermudah untuk berperilaku hidup sehat. Seorang ibu memegang
peranan penting bagi kesehatan balitanya, dimana balita sangat tergantung pada
ibu dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Perilaku hidup ibu yang tidak sehat
seperti penggunaan botol susu dan cara penyeterilan botol susu yang salah, tidak
membiasakan balita untuk BAB di toilet, membuang tinja selain di toilet, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
36
memegang makanan merupakan faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya
kejadian diare. (Nursalam, dkk, 2005)
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
1. Adanya hubungan yang bermakna antara usia pemberian asi eksklusif dengan
kejadian diare di Puskesmas Kampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah
Kabupaten Simeulue tahun 2013 (p value : 0,677)
2. Adanya hubungan yang bermakna antara perilaku ibu dengan kejadian diare
di Puskesmas Kampung Aie Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten
Simeulue tahun 2013 (p value = 0,0001)
5.2 Saran
1. Bagi ibu-ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Kampung Aie Kecamatan
Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue harus berusaha memberikan ASI
eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.
2. Bagi pengelola program gizi Puskesmas Kampung Aie Kecamatan Simeulue
Tengah Kabupaten Simeulue, diharapkan dapat memberikan penyuluhan
tentang ASI eksklusif kepada masyarakat, khususnya kepada ibu-ibu bayi