hubungan model konseptual, falsafah, paradigma disiplin sains
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN MODEL KONSEPTUAL/TEORI KEPERAWATAN,
FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN
MAKALAH
Disusun oleh : Kelompok IV
1. Harwina Widya Astuti 12061953122. Liya Arista 12063033043. Muhammad Taukhid 12061955334. Neneng Kurniawati 12063033615. Zahrah Maulidia Septimar 1206195842
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2012
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan pengetahuan tentang perilaku dan kesehatan manusai
sepanjang daur kehidupan manusia berlandaskan falsafah keperawatan yang
meyakini manusai sebagai dindividu yang unik dan holistik. Falsafah
keperawatan, paradigma keperawatan, model konseptual dapat melandasi
perkembangan suatu teori keperawatan yang merupakan komponen disiplin
keilmuan keperawatan yang kemudian dapat lebih memperluas suatu
pengetahuan keperawatan. Keterkaitan dari setiap komponen ini menghasilkan
suatu pengayaan dan pengembangan ilmu keperawatan melalui suatu
penggunaan metoda ilmiah yang dapat menganalisis dan mensintesis ilmu
keperawatan dari berbagai disiplin ilmu lain.
Pelayanan keperawatan juga merupakan bagian penting dalam pelayanan
kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan
spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan
proses keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh
pengembangan teori dan model konseptual keperawatan. Perlu diyakini
bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila
didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset
keperawatan dan diimplementasikan di dalam praktek profesi keperawatan.
Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari
philosophy theory, grand theory, middle range theory, dan practice theory.
Teori-teori tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya,
dimulai dari philosophy theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice
theory sebagai yang lebih konkrit. Model konseptual keperawatan
dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi
kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini
sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktek
keperawatan.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Menganalisa penerapan hubungan model konseptual / teori keperawatan
dan falsafah, paradigma disiplin sains keperawatan
2. Tujuan Khusus :
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Menguraikan pengembangan empiris tentang teori/model konseptual
keperawatan
2. Menjelaskan perbedaan antara tingkat philosophical theory, Conceptual
models & Grand Theory, Nursing theory, Middle range theory dan
Practice theory
3. Menganalisa hubungan model konseptual atau teori keperawatan
dengan falsafah, dan paradigma keperawatan.
4. Menganalisa uraian dan kritisi refleksi / simulasi hubungan falsafah dan
paradigma model konseptual dan teori keperawatan secara empiris.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah Memberikan arahan bagi
penulis untuk menerapkan hubungan model konseptual / teori keperawatan
dan falsafah, paradigma disiplin sains keperawatan
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan Empiris Falsafah dan Model Konseptual
Empirisme adalah suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia dan
mengecilkan peranan akal. Ada dua ciri pokok empiris yaitu : teori tentang
makna dan teori pengetahuan. Teori tentang makna membahas asal usul ide
atau konsep, karena teori tidak mungkin muncul dengan sendirinya tanpa
adanya pengalaman atau kejadian yang mendasari. Teori pengetahuan adalah
kebenaran sebuah teori atau konsep melalui sebuah observasi atau pengujian
atau yang disebut dengan kebenaran a posteriori, bukan kebenaran a priori.
Tentang pengujian empiris, Suppe dan Jacox (1985) dalam Fitzpatrick
1989 mengemukakan sebuah pandangan yang dikenal dengan “Ghost of the
Received View” yang sering digunakan untuk memahami sebuah asumsi,
pandangan ini hanya menerima penjelasan teori yang bersifat eksperimen.
Pandangan ini telah sering diinterpretasikan dalam keperawatan, kemudian
para pakar melakukan pengujian terhadap model konseptual secara empiris,
biasanya melalui eksperimen terkontrol atau analisa data qualitatif.
Pendukung pandangan Juppe dan Jacox, akan menolak berbagai macam teori
empiris lain yang dianggap tidak penting atau kurang valid dalam
membuktikanya. Seiring eksperimen terkontrol dalam model konseptual telah
selesai dan direplikasi pada beberapa aspek dalam model konsep ini secara
empiris, maka istilah pandangan diatas dianggap sudah tidak berguna lagi.
Tinjauan empiris juga termasuk melakukan evaluasi terhadap kelebihan
model konseptual dalam situasi praktik keperawatan, dan sebuah tinjauan
sistematik pada aplikasi dan hasil dari penerapannya. Carper (1987) dalam
Fitzpatrick 1989 juga mengemukakan, sebagai tambahan pada penilaian
empiris, didalamnya juga terdapat estetika atau “art of Nursing”, serta etika
atau “the moral knowledge of nursing” dan personal sebagai intuisi untuk
proses memahami. Penggunaan salah satu konsep model keperawatan sebagai
panduan praktik akan meningkatkan kemampuan perawat dalam menganalisa
model konseptual, adekuat atau tidak model tersebut menjadi sebuah
pandangan. Secara intuisi penggunaan model konseptual dalam situasi praktik
juga akan menumbuhkan pemahaman baru tentang kesesuaian sebuah metode
pendekatan yang lebih efektif untuk digunakan dalam situasi tertentu.
Rew dan Barrow (1987) serta Banner (1984) telah mendiskusikan bahwa
aspek estetika dan personal intuisi ditemukan dalam praktik keperawatan.
Masalah estetika dalam penggunaan model-model konseptual juga perlu
untuk diatasi, hal ini untuk membentuk pengetahuan yang lebih baik dalam
pengkajian keperawatan yang mengacu pada sebuah model konsep. Secara
etika variasi pendekatan yang ditekankan oleh sebuah model konseptual juga
perlu dievaluasi, untuk mencegah munculnya masalah etik saat
menerapkannya.
Benner menggambarkan proses yang dilakukan oleh ahli di klinik
mungkin akan menghasilakan sebuah pengetahuan personal dan intuiitif, serta
pengetahuan tentang etika dan estetika. Pernyataan Benner juga mempunyai
makna bahwa penggunaan model keperawatan dapat dikombinasikan pada
beberapa bagian untuk mengidentifikasi hal-hal yang saling terkait. Sebuah
pemikiran yang sangat berbeda, bahwa kombinasi pengetahuan deduktif
dengan keahlian klinik sangat mungkin terjadi, dan akan memunculkan
sebuah kerangka kerja dari model konsep yang ada. Kombinasi penerapan ini
sangat berguna untuk menentukan langkah konkrit untuk menerapkan sebuah
konsep model.
Meleis (1985) dalam Fitzpatrick 1989, juga menuliskan bahwa
pengetahuan ilmiah dapat dikembangkan melalui banyak cara, beberapa
diantaranya adalah pengujian teori pada area praktik dan kemudian
memperbaikinya atau melakukan modifikasi terhadap teori tersebut, dan
menggunakan penelitian untuk mengembangkan teori dan kemudian
memeriksa teori yang dihasilkan dalam tatanan praktik. Proses ini
menunjukan bahwa untuk sebuah disiplin ilmu perlu dilakukan pengujian
secara empiris agar mampu dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah
serta dapat diterapkan secara konkrit. Pada disiplin ilmu keperawatan hasil
pengujian empiris dari falsafah menghasilkan model-model konseptual,
sementara pengujian empiris terhadap model konseptual akan menghasilkan
hal yang lebih konkrit yaitu teori-teori keperawatan.
2.2 Perbedaan antara tingkatan teori (Philosophical theory, grand theory,
middle range theory, dan practice theory) menurut Potter & Perry (2001).
Teori keperawatan mengalami perkembangan dari masa ke masa yang ditujukan
untuk penerapan teori yang sesuai dengan kondisi praktik. Ada perbedaan mendasar
dari perkembangan teori yang ada, seperti pada tabel berikut :
Philosophical Theory
Grand Theory Middle Range Theory
Practice Theory
- Falsafah
keperawatan
merupakan
karya awal
yang
mendahului era
teori.
- Falsafah
berkontribusi
untuk
pengetahauan
keperawatan
dengan
memberikan
arahan untuk
disiplin dan
membentuk
dasar untuk
keilmuan
professional,
yang mengarah
kepada
pemahaman
- Cakupannya
luas dan
kompleks.
- Membutuhkan
penelitian yang
spesifik sebelum
dapat
sepenuhnya diuji
cobakan
- Tidak
memberikan
panduan
terhadap
intervensi
keperawatan yan
spesifik, namun
memberikan
kerangka kerja
structural dan
ide yang abstrak.
- Cakupannya
lebih terbatas
dan kurang
abstrak
- Menjelaskan
fenomena
spesifik atau
konsep dan
mencerminkan
praktik
keperawatan
- Lebih tidak
abstrak, lebih
spesifik dan
cakupannya
lebih sempit
dibandingkan
dengan middle
range theory.
- Berorientasi
pada suatu
tindakan nyata
untuk tujuan
yang spesifik.
- Fokus kepada
fenomena
keperawatan
spesifik yang
mencerminkan
praktik klinis
dan hanya
terbatas kepada
populasi atau
bagian dari
teotitis baru. situasi pada
teori
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa perbedaan antara Grand
Theory, Middle range theory dan practice theory terletak pada tingkatan
abstraksi dari teori-teori tersebut dan istilah dalam menjelaskan tujuan dari
masing-masing teori. Sedangkan Philosophical Theory merupakan karya awal
yang mendahului era teori dan menyajikan makna umum dari keperawatan dan
fenomenanya melalui penalaran logis dan penjelasan ide (Alligood, 2010).
Penjelasan lengkap untuk masing-masing jenis teori adalah sebagai berikut:
1. Philosophical Theory (Metatheory)
Falsafah memberikan pandangan umum yang luas dari keperawatan
yang berfungsi untuk memperjelas nilai-nilai keperawatan dalam
menjawab pertanyaan dalam berbagai disiplin (Alligood, 2010). Falsafah
juga disebut sebagai metatheory. Menurut Walker & Avant (2005)
metatheory merupakan proses dalam men-generalisasi pengetahuan dan
mendebatkan suatu isu besar yang berhubungan dengan asal teori, jenis
teori yang dibutuhkan, dan kriteria yang cocok untuk mengevaluasi teori.
Contohnya adalah Falsafah keperawatan menurut Florence Nightingale.
Falsafah dari Ninghtingale mengandung teori implisit yang memandu
praktik keperawatan.
2. Grand Theory
Grand Theory merupakan kerangka yang sistematis dari hakikat
keperawatan, misi serta tujuan asuhan keperawatan (Meleis, 1997).
Tingkat abstraksi grand theory membuat teori ini sulit untuk diujikan
secara empiris namun merupakan dasar pengembangan teori yang lebih
spesifik dari middle range theory dan practice theory (Peterson & Bredow,
2004). Contoh Grand Theory adalah Neuman’s Theory of health as
expanding consciousness.
3. Middle Range Theory
Meleis (1997) menjelaskan bahwa teori ini memiliki cakupan yang
terbatas, kurang abstrak, membahas fenomena atau konsep tertentu dan
mencerminkan praktik (administrasi, klinisi, atau pengajar). Contoh
Middle Range Theory adalah Orlando’s theory of Deliberating Nursing
Process. Peterson & Bredow (2004) menjelasan tentang Middle Range
Theory jika dibandingkan dengan Grand Theory:
- Lingkup lebih sempit
- Lebih tidak abstrak dan fenomenanya lebih spesifik
- Terdiri dari konsep yang lebih sedikit
- Perwakilan dari pandangan yang teratas dari realitas keperawatan
- Lebih cocok untuk pengujian secara empiris
- Lebih mudah diaplikasikan secara langsung pada praktik untuk
menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan keperawatan.
4. Practice Theory
Istilah lain untuk practice theory adalah micro theory dan situation-
specific theory. Walker & Avant (2005) menyebutkan bahwa teori ini
menjelaskan modalitas praktik. Inti dari teori ini adalah mendefinisikan
atau mengidentifikasi tujuan intervensi atau aktivitas untuk mencapai suatu
tujuan tertentu (McEwen & Wills, 2011). Practice theory dapat
menjelaskan elemen yang spesifik dari asuhan keperawatan, seperti teknik
untuk mengatasi nyeri kanker atau pengalaman yang khusus seperti
kematian dan perawatan terhadap kematian.
Sama seperti tingkatan teori lainnya, practice theory berasal dari
middle range theory, pengalaman praktik dan uji coba empiris. Practice
theory juga dikembangkan dari pengalaman klinis perawat yang telah
mengalami proses refleksi. Refleksi pada praktik mengarah kepada
wawasan yang berfungsi sebagai dasar dalam pengembangan teori.
Penelitian juga merupakan sumber yang penting dalam practice theory.
2.3 Analisis Hubungan Model Konseptual/ Teori Keperawatan dengan
Filosofi dan Paradigma Keperawatan
Model konsep maupun teori keperawatan yang didasari filosofi sangat
erat hubunganya dengan paradigma keperawatan. penerapan konsep maupun
teori keperawatan harus selalu dikawal oleh paradigma, sehingga interaksinya
jelas dan terarah. Interaksinya adalah sebagai berikut :
Bagan 1 : Skema hubungan antara falsafah keperawatan, paradigma keperawatan dan model konseptual (hasil analisa kelompok)
Dari skema tersebut terlihat bahwa terdapat hubungan yang saling terkait
antara model konseptual/ teori keperawatan dengan filosofi dan paradigma
keperawatan, dimana falsafah keperawatan merupakan sistem nilai yang
mendasari munculnya beberapa teori seperti Grand theory, Middle range
theory, dan nursing theory.
Falsafah keperawatan sebagai keyakinan dasar dalam menerapkan teori
keperawatan terhadap metaparadigma keperawatan yang terdiri dari manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Dalam hal ini paradigma dapat
dijadikan parameter dasar dan kerangka kerja untuk mengatur sebuah disiplin
ilmu pengetahuan, hal ini berarti paradigma keperawatan akan memberikan
banyak kontribusi terhadap pengembangan teori-teori keperawatan. Fungsi
paradigma selain sebagai parameter adalah untuk mengidentifikasi batas-
batas materi subjek yang menjadi perhatian sebuah disiplin ilmu, paradigma
juga memberikan kesimpulan intelektual dan tujuan sosial dalam penerapan
disiplin ilmu.
FALSAFAH KEPERAWTAN
MODEL KONSEPTUAL
GRAND THEORY
GRAND THEORY
MIDDLE RANGE
THEORY
THEORY
MIDDLE RANGE
THEORY
THEORY
PRACTICE THEORY
PRACTICE THEORY
PARADIGMA KEPERAWATAN
PARADIGMA KEPERAWATAN
KONKRET
ABSTRAKABSTRAK
METATHEORYMETATHEORY
METODE ILMIAH
Hub. Langsung
Panduan
Klarifikasi
Pengujian Praktik
memperbaiki
Materi
Falsafah keperawatan yang merupakan landasan dasar praktik
keperawatan harus dimiliki oleh setiap perawat sebagai pedoman untuk
berfikir, mengambil keputusan dan bertindak. Falsafah ini juga terkait dengan
model konseptual keperawtan, yang diaplikasikan melalui metode ilmiah
akan menghasilkan teori-teori keperawatan baru. Teori-teori yang awalnya
bersifat abstrak akan menjadi konkret dengan melalui penelitian
menggunakan metode ilmiah, sehingga penerapanya dapat sesuai dengan
tujuan.
Pada skema diatas digambarkan bahwa grand theory yang merupakan
konsep paling abstrak karena hanya terdiri dari konsep global yang
menguraikan perspektif yang luas tentang praktek dan cara melihat fenomena
keperawatan. Untuk menerapkan teori tersebut dalam praktik keperawatan
masih perlu penjabaran lebih spesifik .
Untuk menjembatani kesenjangan antara grand theory dengan nursing
practice maka muncullah pemikiran tentang middle range theory yang dapat
dimanfaatkan untuk riset dan praktik. Peterson, Bredow (2004) dalam riset
middle range theory digunakan sebagai panduan dalam memilih variabel dan
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam praktik middle range theory
memfasilitasi pemahaman terhadap prilaku klien, menekankan intervensi, dan
menjelaskan tingkat efektifitas sebuah intervensi. Melalui penelitian ilmiah
middle range theory ini akan menjadi lebih spesifik dan aplikatif yang
dijabarkan dalam nursing practice.
2.4 Uraian dan Kritisi Refleksi/Simulasi Hubungan Falsafah dan Paradigma
Model Konseptual dan Teori Keperawatan Secara Empiris
2.4.1 Simulasi hubungan falsafah dan paradigma model konseptual dengan
teori keperawatan Dhorothea Orem, Peplau,Neuman dalam kasus gagal
ginjal kronik stadium akhir.
Self care adalah konsep keperawatan yang dikembangkan oleh
Orem yaitu tentang aktivitas yang dilakukan individu merupakan
indikasi kemampuan untuk mengupayakan kehidupan, kesehatan dan
kemakmuran dirinya. Meskipun dalam konsep ini memperlihatkan
kemampuan klien secaara individu, namun Orem tidak membatasi jika
self care dilakukan oleh tenaga kesehatan, keluarga maupun teman dari
klien dalam mengupayakan kesehatannya baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek. Dalam konsep ini kegiatan self care adalah
mengajarkan perilaku dan kepercayaan perawat kepada klien bahwa self
care akan meningkatkan kesejahteraan klien, perawat mengajarkan
klien untuk mengontrol kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
klien. Konsep ini masih banyak digunakan dalam dunia keperawatan
sekarang ini, utamanya untuk hal promosi kesehatan dan upaya
pencegahan kondisi sakit.
Penerapan self care pada klien dengan gagal ginjal kronis
bertujuan untuk memodifikasi nutrisi dan ciran, pola tidur yang baik,
pembatasan penggunaan enrgi dan mengantisipasi terapi kompleks yang
mungkin dihadapi klien (Hemodialisa, CAPD, transplantasi ginjal).
Klien harus didorong untuk aktif dalam merawat dirinya sendiri,
dengan cara berpartisipasi untuk mengambil keputusan yang berkaitan
dengan pemilihan terapi, pemenuhan nutrisi dan pembatasan cairan, dan
menghadapi hemodialisa yang diberikan.
Menurut Ricka (2002) dalam Graham (2006) menjelaskan bahwa
ada enam kategori self care yang dibutuhkan pada klien dengan gagl
ginjal kronik, yaitu :
1. Meninjau dan mengamankan medikasi yang sesuai
2. Menyadari efek dari kondisi patologis
3. Mengukur kefektifan pengobatan yang sesuai dengan
pencegahan penyakit
4. Menyadari ketidaknyamanan dan kemungkinan adanya cidera.
5. Menekankan kepada klien bahwa bagian dari kesehatan dan
memerlukan pembelajaran untuk mengahdapi efek penyakit.
6. Membantu klien dalam memperkirakan kegiatan yang masih
dapat dilakukan dengan efek pengobatan atau terapi seperti
dialisis atau transplantasi.
Kategori 1 sampai 4 berhubungan dengan adanya perubahan dan
pemenuhan nutrisi, cairan, pola eliminasi serta medikasi yang memang
harus dilakukan klien untuk mempertahankan kondisi. Sementara
Kategori nomor 5 dan 6 menurut Orem adalah kegiatan dimana klien
harus memperkirakan tentang risiko terapi untuk jangka panjang.
Keadaan ini sangat berpengaruh pada kondisi psikologi klien, menerima
kondisi efek samping dari terapi sangat berat bagi klien, terutama jika
harus mengalami dialisis terus menerus. Respon pertama klien yang
umum adalah penolakan (denial) karena klien akan melakukan dialisis
seumur hidup, meskipun respon ini positif tetapi dapat memberikan
dampak pada keluarga dan proses penyembuhan. Hal ini
menggambarkan bahwa penyakit yang terjadi dapat berdampak bagi
semua aspek kehidupan klien yang mungkin tidak dapat dihadapi klien
secara mandiri. Aspek psikologis ini masih belum digabarkan secara
jelas dalam model Orem.
Sementara itu Neuman memandang klien secara holistik dan
multidimensi, dengan fokus pada reaksi stres dan reduksi stres, model
ini dikembangkan dari filosofi Nightingle. Saat diaplikasikan pada
kasus yang sama dengan model Orem diatas, maka model konsep
Neuman akan lebih menekankan persepsi klien dan keluarga, sehingga
dapat mengambil keputusan secara bersama pada saat kondisi yang
kritis. Model ini dapat dimanfaatkan sebagai kerangka kerja dalam
pengambilan keputusan pada kondisi penyakit gagal ginjal kronis.
Model ini telah diuji cobakan oleh Breckenridge (1997) untuk menguji
pilihan keputusan klien gagal ginjal kronis, dan hasilnya klien
cenderung lebih memilih terapi transplantasi daripada melakuakan
hemodialisa seumur hidup. Penelitian ini menunjukkan bahwa model
sistem Neuman dapat digunakan untuk menentukan keputusan klien
pada populasi ini, dan terlihat lebih meminimalisir beban psikologis
klien. Hal ini menunjukkan bahwa mengaplikasikan teori pada praktik
keperawatan adalah cara yang tepat dilakukan untuk memvalidasikan
sebuah teori atau konsep.
2.4.2 Kritisi hubungan falsafah dan paradigma model konseptual dengan teori
keperawatan
Meskipun teori keperawatan relevan untuk praktik keperawatan
tetapi tidak semua teori dapat diterapkan dalam praktik. Marriner-
Tomey (1994) mendeskripsikan tentang teori bahwa “theoritical models
of reality, often a reality that is not directly observable”. Teori
keperawatan dibuat berdasarkan kondisi sesungguhnya dimasyarakat,
namun keadaan yang sesungguhnya sering tidak diobservasi secara
langsung, sehingga tidak semua teori keperawatan dapat diaplikasikan
secara langsung pada tataran praktik. Penerapan teori-teori keperawatan
masih memerlukan kerangka kerja yang lebih nyata dan lebih aplikatif,
hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan yang teliti sehingga dapat
menentukan intervensi dan tujuan perawatan yang tepat.
Pada kasus gagal ginjal kronis model Orem dan Neuman saling
mendukung pada beberapa aspek klien. Namun model self care Orem
cenderung dapat lebih luas digunakan pada area KMB daripada model
Neuman, yaitu pada area Diabetes pada usia dewasa, perawatan
ambulasi, ansietas, kanker, kanker berhubungan denga kelemahan,
penyakit jantung, perawatan kritis, penyakit Guillain Bare syndrome,
hemodialysis, perawatan intensif, perawatan jangka panjang, onkologi,
perawatan ostomy, perioperatif, kecemasan pre operasi, penyakit ginjal,
rheumatoid arthritis, penyalahgunaan obat, kekerasan pada perempuan,
gerontologi, perawatan di rumah sakit, kesehatan mental, adminitrasi
keperawatan, keperawatan dewasa muda, keperawatan
dewasa,keperawatan komunitas, keperawatan lansia, keperawatan anak,
keperawatan pada perempuan, kesehatan kerja, kehamilan, dan
rehabilitasi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Falsafah keperawatan mengandung pokok pemahaman bahwa manusia
adalah makhluk yang holistik dengan berbagai keunikannya masing-masing.
Hal ini lah yang mendasari pemberian asuhan keperawatan secara manusiawi
dan komprehensif pada rentang sehat maupun sakit. Dengan berlandaskan
falsafah tersebut akan dihasilkan pelayanan keperawatan yang komprehensif
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan serta menciptakan kemaslahatan
manusia.
Model konseptual keperawatan yang berlandaskan paradigma
keperawatan (manusia, sehat, kesehatan dan lingkungan) pada akhirnya akan
melandasi lahirnya suatu teori keperawatan mulai dari yang paling abstrak
(grand theory) sampai dengan teori yang lebih konkret dan aplikatif (practice
theory). Teori-teori keperawatan tersebuut dapat dikembangkan melalui
pengalaman empiris yang menunjang masing-masing bidang dan tujuan utama
teori keperawatan. Proses pengembangan teori keperawatan dapat meliputi
pengujian teori, memperbaiki teori maupun memodifikasi serta menggunakan
penelitian dalam penerapan teori tersebut.
3.2 SARAN
3.2.1 Perawat perlu mengembangkan pengetahuan dengan berlandaskan
kepada falsafah dan paradigm keperawatan
3.2.2 Perawat perlu mengadakan riset dengan tujuan untuk mengembangkan
teori keperawatan guna meningkatkan pemberian pelayanan
keperawatan.
Daftar Pustaka
Alligood, Martha R, and Tomey, Ann Marriner. 2006, “Nursing theory: utilization and application. Fourth Edition”, St.Louis: MosbyElsevier
2010, “Nursing theorists and their work Seventh Edition”, Missouri: Mosby Elsevier.
Christensen, Paula J., and Kenney, Janet W. 1995, “Nursing process: application of conceptual models Fourth edition”, St. Louis: Mosby Year Book.
Fitzpatrick, J., Whall, Ann. 1989. Conceptual Models of Nursing: Analysis and
Application. Connecticut: Appleton & Lange
Graham, J. 2006, "Nursing theory and clinical practice: How three nursing
models can be incorporated into the care of patients with end stage kidney
disease", CANNT Journal, vol. 16, no. 4, pp. 28-31.
Mc Ewen, M. & Wills, E. M. 2011, “Theoritical basis for Nursing, 3rd ed.”,
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
Peterson, S., Bredow, T. 2004, “Middle range theories: Apllication to nursing
research”, Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.