hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi …

71
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2019 Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh: Arga Prahastya Baswara 11161030000050 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2019

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh:

Arga Prahastya Baswara

11161030000050

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 28 November 2019

Arga Prahastya Baswara

Page 3: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA

MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Laporan Penelitian

diajukan kepada Fakultas Kedokteran untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:

Arga Prahastya Baswara

NIM: 11161030000050

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. DR. dr. H. Sardjana, SpOG(K), SH, NSL DR. Zeti Harriyati, M.Biomed

NIP. 196104161987091001 NIP. –

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 4: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS

MENSTRUASI PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, diajukan oleh Arga Prahastya Baswara

(NIM: 11161030000050), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada

tahun 2019. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.

Ciputat, 28 November 2019

DEWAN PENGUJI Ketua Sidang

Prof. DR. dr. H. Sardjana, SpOG(K), SH, NSL

NIP. 196104161987091001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. DR. dr. H. Sardjana, SpOG(K), SH, NSL DR. Zeti Harriyati, M.Biomed NIP. 196104161987091001 NIP. –

Penguji I Penguji II

dr. Nina Afiani, SpOG, M.Kes dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK

NIP. – NIP. –

PIMPINAN FAKULTAS PIMPINAN PRODI Dekan Fakultas Kedokteran Kepala Prodi Fakultas Kedokteran

dr. Hari Hendarto, PhD, SpPD- KEMD, FINASM DR. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT NIP. 197707272006042001 NIP. 19780507200501100

Page 5: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan rasa syukur saya panjatkan kepada Allah subhanahu wa

ta’ala atas segala limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesasikan penelitian

ini.Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad

shallalahu alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, serta seluruh umatnya.

Alhamdulillah penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. dr. Hari Hendarto, SpPD-KEMD, PhD selaku Dekan Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. DR. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT selaku Kepala Program studi

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. DR. dr. Sardjana, SpOG(K) SH selaku pembimbing I saya

yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberi arahan, nasihat,

dan bantuan dalam penyusunan penelitian ini.

4. DR. Zeti Harriyati, M.Biomed selaku pembimbing II saya yang

senantiasa meluangkan waktu untuk memberi arahan, nasihat, dan

bantuan dalam penyusunan penelitian ini.

5. Ayahanda Kukuh Pramono SE dan Ibunda drg. Iriani Deltiartini

Sp. Ort selaku kedua orang tua saya, dan kakak saya drg. Stacya

Amanda Pramitha yang senantiasa mencurahkan cinta dan

kasih,serta memberi semangat dan doa untuk kebaikan saya dalam

menjalani pendidikan dan keseharian saya hingga saat ini.

6. drg. Annisa Laifa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab (PJ)

modul riset PSPKD 2016.

7. Sahabat terdekat saya, Lazuardi Resi Sinatria, Setiyo Ramdani, Nik

Muhammad Daniel Haiqal, Zakky Ramadhan, Kahfi Ramadhan,

Fahreza Aditya, Michael Sadena Dibyantoro, Josia Rajagukguk,

Rizky Aditya Aulia, Indira Khairunnisa Effendi, Mulia Ade

Zulfadlan, Angela Kristofani, Sharima Ahmad yang senantiasa

mendengarkan keluh kesah selama penelitian dan ketika semangat

turun untuk mengerjakan penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

vi

8. Teman-teman kelompok riset saya, Laksana Firman Latief, Ahmad

Zaqi Zaenal Muttaqin, dan Devin Septia Bramanda yang berjuang

bersama dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Teman-teman saya, Fredianto Akil Nugroho, Andi Rizal

Nazaruddin Umar, Firyal Muhammad Haekal Shofi, Henry Aji

Purnomo, Alhayandi Deu, Nashih Abdillah, Amanda Saphira

Wardani, Faradilla Amirabagya, Muhammad Ilham Indraprasta,

Safira Rosiana Choirida, Siti Firyal Rafa, Ika Alifa Suryabrata,

Muhammad Rafli Iqbal yang selalu memberi semangat setiap hari

dan membantu dalam do’a.

10. Seluruh pihak yang membantu, memberi semangat, serta motivasi

dalam penelitian ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Saya menyadari dalam laporan penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan. Saya menerima berbagai kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak agar laporan penelitian ini menjadi

lebih baik. Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat

memberikan banyak manfaat bagi penulis khususnya dan para

pembaca pada umumnya.

Ciputat, 28 November 2019

Arga Prahastya Baswara

Page 7: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

vii

ABSTRAK

Arga Prahastya Baswara. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2019. 2019. Kecemasan merupakan perasaan cemas terhadap suatu kejadian yang akan datang. Prevalensi wanita mengalami kecemasan lebih tinggi (30,5%) selama masa hidupnya dibandingkan pria (19,2%). Salah satu perasaan yang dialami individu dengan ansietas adalah perasaan ketakutan, ketidakpastian yang berhubungan dengan sistem simpatis dan mempengaruhi gangguan fisiologis seperti siklus menstruasi pada wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019. Desain penelitian ini yaitu cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan total sampel adalah 81 subjek dari total 216 mahasiswi angkatan 2016, 2017 dan 2018. Cara kerja penelitian ini adalah melakukan informed consent kepada responden yang terpilih, dilanjutkan mengisi identitas, kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress Scale), dan kuesioner terkait siklus menstruasi. Dari hasil studi deskriptif yang dilakukan, didapatkan mahasiswi dengan kecemasan normal dan menstruasi teratur adalah 26 mahasiswi (32,1%), kecemasan normal dan menstruasi tidak teratur sebanyak 18 mahasiswi (22,2%), kecemasan ringan dan menstruasi teratur sebanyak 4 mahasiswi (4,9%), kecemasan ringan dan siklus menstruasi tidak teratur berjumlah 15 mahasiswi (18,6%), kecemasan sedang dan kecemasan berat dengan gangguan siklus menstruasi berjumlah 12 mahasiswi (14,8%) dan 6 mahasiswi (7,4%) dan tidak ada responden mengalami kecemasan sangat berat. Hasil uji analisis menggunakan somers’d dan didapatkan p value = 0.000 dengan Odds Ratio (OR) 11,917. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata kunci : Kecemasan, Siklus Menstruasi, Mahasiswi Fakultas Kedokteran

Page 8: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

viii

Arga Prahastya Baswara. Medical Education and Profession Study Program. Correlation Between Anxiety and Menstrural Cycle on Females in Faculty of Medicine Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2019. 2019.

Anxiety is an anxious feeling to an upcoming event. The prevalence of women experiencing anxiety is higher (30.5%) during their lifetime than men (19.2%). Feelings that experienced by individuals with an anxiety disorder are fear and uncertainty that associated with the sympathetic system and can affect physiological disorders such as menstrual cycles in women. The purpose of this study are to determine the correlation between anxiety and menstrual cycle on female students in Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta year 2019. The design of this study is using cross sectional. Sampling technique is using simple random sampling method with a total sample of 81 subjects from a total of 216 female students year 2016, 2017 and 2018. The following steps for collecting the data of this study are first, do informed consent to selected respondents, followed by filling in identity, DASS (Depression Anxiety Stress Scale) questionnaire, and questionnaires related to the menstrual cycle. The results from this descriptive study that female college students with normal anxiety levels with no menstrual cycle disorder are 26 female students (32.1%), normal anxiety levels with menstrual cycle disorders are 18 female students (22.2%), mild anxiety and no menstrual disorder cycle are 4 female students (4.9%), mild anxiety with menstrual cycle disorder are 15 female students (18.6%), moderate anxiety levels with menstrual cycle disorder are 12 female students (14.8%), severe anxiety with menstrual disorder are 6 female students (7, 4%) and none of the respondents experienced very severe anxiety. The results of the analysis test is using Somers’d and the results are p value = 0.000 with Odds Ratio (OR) 11,917. Thus, it can be concluded that statistically there is a relationship between anxiety and menstrual cycle in students of the Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keywords: Anxiety, Menstrual Cycle, Medical Students

Page 9: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... .v

ABSTRAK............................................................................................................vii

DAFTAR ISI.........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv

DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Hipotesis ............................................................................................ 2

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 3

1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti .............................................................. 3

1.5.2 Manfaat Bagi Institusi Kesehatan ............................................ 3

1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain ...................................................... 3

1.5.4 Manfaat Bagi Masyarakat ........................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .................................................................................. 4

2.1.1 Kecemasan ................................................................................... 4

2.1.1.1 Pengertian Kecemasan .......................................................... 4

2.1.1.2 Epidemiologi Kecemasan ..................................................... 4

2.1.1.3 Etiologi Kecemasan .............................................................. 4

2.1.1.4 Gejala Kecemasan ................................................................ 7

2.1.2 Hipotalamus dan Hipofisis ........................................................... 8

Page 10: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

x

2.1.2.1 Anatomi dan Fisiologi Hipotalamus-Hipofisis......................8

2.1.2.2 Sistem Limbik.......................................................................10

2.2 Siklus Menstruasi...............................................................................11

2.2.1 Pengertian Siklus Menstruasi.......................................................11

2.2.2 Fisiologi Siklus Menstruasi..........................................................11

2.2.2.1 Siklus Ovarium.....................................................................12

2.2.2.1.1 Fase Folikular..................................................................12

2.2.2.1.2 Fase Luteal.......................................................................16

2.2.2.2 Siklus Endometrium.............................................................19

2.2.2.2.1 Fase Regenerasi...............................................................19

2.2.2.2.2 Fase Proliferatif...............................................................19

2.2.2.2.3 Fase Sekretorik................................................................19

2.2.2.2.4 Fase Menstruasi...............................................................19

2.2.3 Mekanisme Perdarahan Menstruasi..............................................21

2.3 Gangguan Pada Siklus Menstruasi....................................................22

2.4 Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi.............................25

2.5 Kerangka Teori..................................................................................26

2.6 Kerangka Konsep..............................................................................27

2.7 Definisi Operasional..........................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian................................................................................29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................29

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................29

3.3.1 Kriteria Sampel..............................................................................29

3.4 Jumlah Sampel Penelitian...................................................................30

3.5 Teknik Pengambilan Sampel..............................................................30

3.6 Pengolahan dan Penyajian Data.........................................................30

3.7 Teknik Pengumpulan Data.................................................................30

3.7.1 Data Primer....................................................................................30

3.8 Alur Kerja Penelitian..........................................................................31

3.9 Pengolahan Data.................................................................................32

3.10 Analisis Data....................................................................................32

Page 11: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

xi

3.10.1 Analisis Univariat........................................................................32

3.10.1 Analisis Bivariat..........................................................................32

3.11. Etika Penelitian...............................................................................32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Univariat..............................................................................33

4.2 Analisis Bivariat................................................................................37

4.3 Keterbatasan Penelitian.....................................................................39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan........................................................................................39

5.2 Saran..................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

LAMPIRAN..........................................................................................................42

Page 12: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1. Definisi Operasional Penelitian ...................................................................... 27

4.1. Gambaran Mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah menjadi responden ................................................................................ 33

4.2. Kecemasan Responden Berdasarkan Angkatan .............................................. 34

4.3. Gambaran Tingkat Kecemasan dan Siklus Menstruasi Mahasiswi Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ........................................................ 35

4.4. Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi .......................................... 36

Page 13: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1. Anatomi Hipotalamus dan Hipofisis ................................................................. 9

2.2. Regulasi Endokrin pada aksis Hipotalamus-Hipofisis ...................................... 9

2.3. Anatomi Korteks Sistem Limbik .................................................................... 10

2.4. Produksi Esterogen Oleh Folikel Ovarium ..................................................... 14

2.5. Struktur Folikel Matur (Folikel de Graaf) ...................................................... 15

2.6. Mekanisme Kontrol Umpan Balik Pada Fase Luteal ...................................... 17

2.7. Gambar perkembangan dan maturasi folikel, ovulasi, pembentukan korpus

luteal hingga degenerasi ovum pada siklus ovulasi ............................................... 18

2.8. Anatomi Uterus Beserta Dindingnya .............................................................. 19

2.9. Pengaruh hormon FSH, LH, Esterogen dan Progesteron dengan pematangan

telur dan dinding endometrium .............................................................................. 21

Page 14: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent dan Kuesioner ..................................... 41

Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data dengan SPSS ............................................. 50

Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 54

Page 15: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

xv

DAFTAR SINGKATAN

H-H-O : Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium

KKD : Keterampilan Klinik Dasar

OSCE : Objective Structured Clinical Examination

SOCA : Student Oral Case Analysis

HPA : Hipothalamus-Pituitary-Adrenal

ACTH : Adrenocorticoid Hormone

CRF : Corticotropin Releasing Factor

DHEA : Dehydroepiandrosterone

GABA : Gamma-AminoButyricAcid

ARAS : Ascending Reticular Activating System

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

ADH : Antidiuretic Hormone

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone

TSH : Thyrotropin Releasing Hormone

CRH : Corticotropin Releasing Hormone

GHRH : Growth Hormone Releasing Hormone

MSH : Melanocyte-Stimulating Hormone

FSH : Follicle-Stimulating Hormone

LH : Luteinizing Hormone

OMI : Oocyte Maturation Inhibitor

LI : Luteinization Inhibitor

β-hCG : Beta-Human Chorionic Gonadotrophin

IBS : Irritable Bowel Syndrome

PMS : Pre-Mesnstrual Syndrome

IMT : Indeks Massa Tubuh

DASS : Depression Anxiety Stress Scale

CI : Correlation Interval

OR : Odds-Ratio

Page 16: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

xvi

PGF2-α : Prostaglandin F2 Alpha

20α-HSD : 20α-hydroxysteroid dehydrogenase

StAR : Steroidogenic Acute Regulatory Protein sehingga produksi

ROS : Reactive Oxygen Species

VGEF : Vascular Endothelial Growth Factor

Page 17: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada perempuan, usia reproduktif dimulai ketika pertama kali haid atau

menarke. Haid pertama kali yang dialami oleh seorang perempuan terjadi pada usia

sekitar 11-15 tahun dengan rerata 13 tahun.1 Haid normal merupakan hasil akhir

siklus ovarium yang diawali dengan pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal

siklus kemudian pada pertengahan siklus terjadi ovulasi dari satu folikel dominan.

Jika tidak terjadi pembuahan kurang lebih 14 hari pascaovulasi, akan terjadi haid.2

Secara normal, siklus haid atau menstruasi pada wanita tidak kurang dari 24 hari

namun tidak lebih dari 35 hari. Terjadinya perdarahan pada menstruasi disebabkan

oleh luruhnya dinding endometrium pada rahim wanita karena tidak ada

pembuahan.2

Secara klinis, haid dinilai berdasarkan tiga hal. Pertama ialah siklus haid

yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid berikutnya. Kedua,

lama haid yaitu jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan haid berhenti.

Ketiga, jumlah darah yang keluar selama satu kali haid.2 Haid merupakan gabungan

dari hasil kerja sama yang sangat rapi dan synchronized dari sumbu Hipotalamus-

Hipofisis-Ovarium (H-H-O axis) dan jika pada sumbu H-H-O tidak terdapat

gangguan, maka akan menghasilkan proses ovulasi yang teratur sehingga

menghasilkan siklus haid yang teratur. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi siklus ovulasi yang dapat mengakibatkan memperpanjang siklus

haid, salah satunya ialah cemas atau anxiety.1, 17 Kecemasan merupakan respons terhadap suatu permasalahan yang akan

dihadapi atau akan datang. Namun, terdapat perbedaan antara kecemasan dengan

rasa takut di mana kecemasan cenderung pada sesuatu yang akan datang, sedangkan

rasa takut cenderung pada suatu ancaman yang terjadi saat ini. Rasa cemas (Anxiety)

dan rasa takut yang berlebih dapat mempengaruhi aktivitas simpatis. Individu yang

mengalami kecemasan cenderung memiliki perasaan yang selalu tidak tenang dan

rasa tertekan secara psikis.3

Page 18: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

2

Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan rasa cemas

pada individu, salah satunya ialah kegiatan perkuliahan yang terdiri dari berbagai

ujian dan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen untuk mahasiswa, khususnya pada

mahasiswa kedokteran. Kegiatan perkuliahan dengan jam kuliah yang padat, tugas

setiap minggu, minimnya waktu libur untuk istirahat, ujian seperti kuis sebelum

praktikum, ujian Keterampilan Klinik Dasar (KKD), ujian OSCE dan SOCA, dan

nilai minimum yang memenuhi persyaratan lulus dapat menjadi faktor pemicu

kecemasan pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Jakarta khususnya untuk

mahasiswi yang belum terbiasa dengan perkuliahan kedokteran atau mahasiswi

yang memiliki target untuk melanjutkan studi berikutnya setelah lulus dari

kedokteran S1 sehingga hal tersebut dapat memicu kecemasan pada mahasiswi dan

mempengaruhi siklus Haid. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Badria 2014)

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam menghadapi ujian OSCE pada tahun 2014, didapatkan

mahasiswa berjenis kelamin perempuan memiliki angka kecemasan lebih tinggi

(22%) dibandingkan laki-laki (8%).5 Terdapat penelitian lain pada mahasiswa

tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, dengan total responden

mahasiswi 52 orang, 30,77% (10 orang) mahasiswi mengalami kecemasan ringan,

59,62% (31 orang) mengalami kecemasan sedang, dan 9,62% (5 orang) mengalami

kecemasan berat.6 Namun, belum ada informasi penelitian apakah hubungan

kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi kedokteran.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan riset

untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi

pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.2.Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

1.3.Hipotesis

Terdapat hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 19: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

3

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapatnya suatu

hubungan antara kecemasan, baik ringan, sedang, ataupun berat dengan siklus

menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kecemasan mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2016-2018.

2. Mengetahui adanya hubungan kecemasan dengan siklus menstruasi pada

mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai hubungan

kecemasan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.2 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah ada saat ini.

Page 20: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

2.1.1. Kecemasan

2.1.1.1.Pengertian Kecemasan

Kecemasan, ansietas, atau anxiety merupakan perasaan cemas terhadap

suatu kejadian yang akan datang namun belum terjadi. Perbedaan dengan

rasa takut, anxiety merupakan rasa cemas terhadap sesuatu yang akan

datang sedangkan rasa takut merupakan kecemasan yang sedang terjadi.

Kecemasan merupakan diagnosis paling umum pada kasus psikiatri.

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, dari 8000 orang dewasa 28%

mengalami gejala yang mengarah kepada ansietas dalam masa hidupnya

yang memenuhi kriteria diagnosis DSM-IV-TR.3

2.1.1.2.Epidemiologi Kecemasan

The National Comorbidity Study melaporkan 1 dari 4 individu

mengalami setidaknya satu dari gangguan ansietas dengan prevalensi 17,7%

selama 12 bulan. Wanita mengalami ansietas lebih tinggi (30,5%) selama

masa hidupnya dibandingkan pria (19,2%).8

2.1.1.3.Etiologi Kecemasan

A. Teori Biologi

Bagian otak yang diduga berperan dalam timbulnya kecemasan

adalah pada bagian oksipitalis, tempat reseptor benzodiazepin tertinggi

di otak. Pada bagian sistem limbik, ganglia basal, dan korteks frontal

juga dihipotesiskan berpengaruh pada penyebab gangguan kecemasan.

Pada gangguan kecemasan juga ditemukan sistem serotogenik yang

abnormal dan neurotransmitter yang berikatan adalah GABA, serotonin,

norepinefrin dan glutamat.4

Page 21: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

5

B. Teori Saraf Otonom (Autonomic Nervous System)

Stimulasi pada saraf otonom, secara mayoritas terdiri dari asetilkolin

dan neuroepinefrin, dapat menyebabkan beberapa gejala, seperti

takikardi (sistem kardiovaskular), sakit kepala (muskular), diare (sistem

gastrointestinal), dan sesak nafas (sistem respirasi). Pada individu

dengan gangguan ansietas, dapat memicu saraf otonom untuk bereaksi

dan secara perlahan terus meningkat karena berkelanjutan dan diberi

stimulus secara terus menerus.8,9

C. Teori Neurotransmiter

Dalam ilmu syaraf, terdapat 2 klasifikasi neurotransmiter

berdasarkan fenotip, yaitu eksitatorik dan inhibitorik.8 Terdapat 3 jenis

neurotransmiter yang berhubungan dengan gangguan kecemasan, yaitu

norepinefrin, serotonin yang berperan sebagai neurotransmiter

eksitatorik, dan reseptor γ-aminobutyric (GABA) , atau secara spesifik

GABAA, yang berperan sebagai neurotransmiter inhibitorik.8,9

Teori umum pada hubungan norepinefrin dengan gangguan

kecemasan yaitu ada kemungkinan pada individu dengan gejala

kecemasan memiliki regulasi sistem noradrenergik yang kurang baik.

Gejala kronis yang dialami oleh individu dengan gangguan kecemasan,

seperti gangguan panik, insomnia, ketakutan, peningkatan emosi

(hyperarousal), merupakan karakteristik meningkatnya fungsi

noradrenergik. Badan sel sistem noradrenergik terlokalisasi pada lokus

seroleus, yang terletak di bagian rostral pons dan memproyeksi akson

menuju korteks serebral, sistem limbik, batang otak, dan sumsum tulang

belakang.8

Stress fisiologik dapat meningkatkan sintesis dan pengeluaran

kortisol. Kortisol memiliki peran dalam peningkatan rangsangan,

kewaspadaan, fokus, atensi, dan pembentukan memori. Namun, kortisol

dapat menginhibisi sistem reproduksi dan menahan respons imun.

Sekresi kortisol yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping,

termasuk hipertensi, osteoporosis, immunosupresi, resistensi insulin,

Page 22: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

6

dislipidemia, gangguan koagulasi, aterosklerosis dan penyakit

kardiovaskular. Pada pasien dengan kecemasan, terdapat perubahan

pada fungsi pada aksis HPA (Hipothalamus-pituitary-Adrenal) dan

terdapat penelitian respons ACTH (Adrenocorticoid Hormone) menjadi

tumpul terhadap CRF (Corticotropin Releasing Factor) pada pasien

dengan gangguan panik.8

Mediator pada respons stres, seperti CRH (Corticotropin Releasing

Hormone) berfungsi untuk koordinasi terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi ketika stres seperti perilaku adaptif dan perubahan

fisiologis. Ketika berada dalam keadaan stres, CRH meningkat dan

mengakibatkan aktivasi aksis HPA dan mengeluarkan kortisol dan

DHEA (Dehydroepiandrosterone) dan CRH mengakibatkan inhibisi

fungsi neurovegetatif seperti nafsu makan, aktivitas seksual, dan sistem

endokrin untuk pertumbuhan dan reproduksi.8

GABA merupakan neurotransmitter inhibitorik primer pada sistem

saraf pusat (1 dari 3 neuron pada sistem saraf pusat adalah GABA dan

merupakan neurotransmitter utama). Peran aktivasi reseptor GABA

pada gangguan kecemasan adalah sebagai neuron inhibitorik. Inhibisi

neuron oleh GABA di mediasi oleh 2 jenis reseptor GABA yaitu

GABAA ionotropik yang bekerja cepat dan GABAB metabotropik yang

bekerja lamban dan respons inhibitorik yang berkepanjangan.12

Pada penelitian menggunakan hewan primata ditemukan bahwa

gejala kecemasan terinduksi ketika primata diberikan beta carboline,

sebuah antagonis GABA. Pemberian flumazenil, yang merupakan

antagonis GABA, menyebabkan serangan panik pada pasien dengan

gangguan panik sehingga peneliti menarik hipotesis bahwa pasien

dengan gangguan kecemasan memiliki gangguan fungsi reseptor

GABAA.8

D. Teori Genetik

Pada studi genetik terkait gangguan kecemasan, keturunan menjadi

faktor predisposisi pada pembentukan gangguan kecemasan. Sekitar

Page 23: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

7

25% dari keluarga tingkat pertama penderita kecemasan juga menderita

gangguan yang sama, dan pada pasangan kembar didapatkan 50% pada

kembar identik dan 15% pada kembar non-identik.4

2.1.1.4.Gejala Kecemasan

Secara klinis, pasien dengan kecemasan umumnya datang ke dokter

karena keluhan somatik, seperti3,4,8 :

• Diare dan gangguan pencernaan lain

• Sakit Kepala

• Sesak napas

• Berkeringat berlebihan

• Palpitasi

• Keringat dingin

• Rasa bergetar

• Kelelahan

Secara psikologik, gejala yang dapat ditemukan :

• Merasa khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak

menyenangkan

• Merasa tegang dan tidak bisa rileks dalam situasi apapun

• Khawatir dengan orang lain terhadap dirinya

• Dalam pikirannya selalu khawatir dan cemas

Page 24: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

8

2.1.2 Hipotalamus-Hipofisis

2.1.2.1. Anatomi dan Fisiologi Hipotalamus-Hipofisis

Hipotalamus merupakan kumpulan nuklei spesifik dan serat

terkaitnya yang berada di bawah talamus. Fungsi dari hipotalamus adalah

pusat integrasi bagi fungsi homeostatik dan penghubung antara sistem saraf

autonom dan sistem endokrin. Dalam homeostasis, hipotalamus berfungsi

untuk mengontrol suhu tubuh, mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin,

mengontrol nafsu makanan, mengontrol sekresi hipofisis anterior dan

menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior, sebagai pusat autonom

utama yang mempengaruhi otot polos, otot jantung dan kelenjar eksokrin,

kontrol kontraksi uterus dan ejeksi susu, berperan dalam siklus tidur-

bangun, dan berperan dalam emosi dan perilaku sehingga hipotalamus dapat

mempengaruhi sistem limbik, yang berfungsi bersama korteks dalam

kontrol emosi dan perilaku.7

Peran hipotalamus dalam sekresi hormon diteruskan menuju

hipofisis anterior dan posterior, yang dikontrol secara berbeda. Pada bagian

posterior, hipofisis mensekresi oksitosin dan Antidiuretic Hormone (ADH)

dan pada bagian anterior mensekresi Gonadotropin Releasing Hormone

(GnRH), Thyrotropin Releasing Hormone (TSH), Corticotropin Releasing

Hormone (CRH), Growth Hormone Releasing Hormone (GHRH), dan

faktor yang melakukan regulasi Melanocyte-Stimulating Hormone (MSH).

Hormon yang telah di sekresi oleh hipofisis dikeluarkan menuju sirkulasi

darah dan merangsang organ endokrin perifer untuk sekresi hormon

kemudian sirkulasi di darah dan konsentrasi dari hormon-hormon tersebut

mempengaruhi sekresi dari hipotalamus dan hipofisis melewati umpan balik

negatif.9

Page 25: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

9

Gambar 2.1 Anatomi Hipotalamus dan Hipofisis.7

Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition

Gambar 2.2 Regulasi Endokrin pada aksis Hipotalamus-Hipofisis9

Sumber : Duus’ Topical Diagnosis in Neurology 5th Edition

Page 26: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

10

2.1.2.2 Sistem Limbik

Sistem limbik merupakan struktur cincin pada otak depan yang

mengelilingi batang otak dan mencangkup bagian dari lobus-lobus korteks

serebrum, talamus, hipotalamus, dan nukleus basal.

Gambar 2.3. Anatomi korteks sistem limbik9

Sumber : Duus’ Topical Diagnosis in Neurology 5th Edition

Hubungan sistem limbik dengan hipotalamus dan sistem saraf

otonom adalah sistem limbik mempengaruhi dorongan dan perilaku afektif.

Secara teleologis, fungsi utama sistem limbik adalah pembentukan sifat dan

perilaku bertahan hidup (survival) pada individu.9 Amigdala terletak pada

inferior sisi bawah temporalis, berperan penting dalam proses masukan

yang menghasilkan sensasi takut.7 Pada zona medial dan sentral amigdala

adalah bagian dari sistem limbik. Secara teori, amigdala terhubung dengan

bagian otak tengah (midbrain) dan pada bagian nukleus medial dorsal

talamus dan dilanjutkan menuju korteks orbitofrontal. Stimulasi pada

amigdala telah ditemukan menghasilkan affective activation, yaitu respons

aktif, baik secara fisiologis ataupun psikologis yang dipengaruhi oleh

stimulus. Reaksi yang disebabkan oleh perasaan emosi, seperti marah, rasa

takut, dan agresi mempengaruhi reaksi otonom seperti meningkatnya

tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi napas. Perubahan atensi, nafsu

Page 27: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

11

makan, dan perilaku seksual bergantung dari bagian mana dari amigdala

terstimulasi.9

2.2. Siklus Menstruasi

2.2.1. Pengertian Siklus Menstruasi

Menstruasi atau Haid merupakan proses fisiologis yang dapat dilihat

pada perempuan dengan manifestasi perdarahan uterus karena luruhnya

endometrium yang disebabkan tidak adanya pembuahan kurang lebih 14

hari pascaovulasi.1,2

Secara klinis, tiga hal yang dapat dinilai dalam haid yaitu berdasarkan

siklus haid, dimana jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid

berikutnya, kemudian lama haid, yaitu jarak dari hari pertama haid sampai

perdarahan haid berhenti, dan jumlah darah yang keluar selama satu kali

haid.2

Siklus Menstruasi dapat dikatakan normal bila siklus tidak kurang dari

24 hari, namun tidak melebihi 35 hari dengan lama haid 3-7 hari dan jumlah

darah selama haid berlangsung tidak melebihi 80ml atau ganti pembalut 2-

6 kali per hari.2

2.2.2. Fisiologi Siklus Menstruasi

Menstruasi merupakan hasil dari proses kerja sama pada jaras

Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium (H-H-O axis). Untuk terjadinya siklus

menstruasi, terdapat 2 siklus yang setiap fase mempengaruhi satu sama

lain yaitu siklus ovarium dan siklus endometrium.

Siklus ovarium merupakan proses pematangan telur yang terjadi di

ovarium. Secara terus menerus, ovarium memiliki dua fase secara

bergantian yaitu fase folikular dan fase luteal, dimana fase folikular

didominasi oleh keberadaan folikel matang dan fase luteal ditandai

dengan adanya korpus luteal.7 Perkembangan dan maturasi folikel,

ovulasi, pembentukan korpus luteal hingga degenerasi merupakan

bagian dari siklus ovarium yang membutuhkan waktu kurang lebih 4

minggu.1

Page 28: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

12

Siklus Endometrium merupakan proses terjadinya perubahan

dinamis pada dinding endometrium yang dipengaruhi oleh hormon

estrogen dan progesteron. Pada fase awal, estrogen merangsang

pertumbuhan endometrium dan miometrium dan membentuk reseptor

progesteron di endometrium. Progesteron memiliki peran memfasilitasi

dinding uterus untuk menjadi lingkungan yang memadai ketika

terjadinya implantasi ovum pasca pembuahan. Siklus endometrium

terbagi menjadi 3, yaitu fase haid, fase proliferasi, dan fase sekretorik.7

2.2.2.1. Siklus Ovarium

Siklus ovarium merupakan fase terjadinya pembentukan dan

pertumbuhan folikel, ovulasi, pembentukan hingga degenerasi korpus

luteum yang terjadi kurang lebih 4 minggu.1 Terdapat 2 fase yang terjadi

dalam siklus ovarium, yaitu fase folikular dan fase luteal.

2.2.2.1.1. Fase Folikular

Pada siklus awal atau siklus folikular, sekresi gonadrotopin,

Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)

meningkat dengan FSH lebih dominan dibandingkan LH.2 Selama

pembentukan folikel, terdapat perubahan signifikan pada oosit. Sel-sel

yang mengelilingi oosit mengalami perubahan penting untuk persiapan

pembebasan sel telur dari ovarium seiring dengan penyimpanan dan

pembentukan bahan oleh oosit primer ketika terjadi pembuahan.7 Pada

fase ini, satu lapisan sel granulosa pada folikel primer mengalami

proliferasi untuk membentuk lapisan-lapisan yang mengelilingi oosit.

Terbentuknya sekat yang berdasarkan glikoprotein aseluler yang

diproduksi oleh sel folikular mengelilingi oosit yang dikenal sebagai

Zona Pelusida. Taut celah (Gap Junction) menembus zona pelusida dan

menghubungkan oosit dengan sel-sel granulosa untuk memberikan

nutrien seperti glukosa, asam amino, dan molekul penting lain dan untuk

penyimpanan nutrien penting.7 Pada saat yang bersamaan, ketika oosit

semakin membesar dan sel granulosa mengalami proliferasi, jaringan

Page 29: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

13

ikat pada ovarium mengalami kontak dengan sel granulosa yang sedang

berkembang kemudian mengalami proliferasi dan diferensiasi

membentuk lapisan luar yang dikenal sebagai Sel Teka (Theca Cells).7

Pada awal fase folikular, sel teka hanya memiliki reseptor LH dan

sel granulosa hanya memiliki FSH. Untuk menghasilkan hormon

androgen, sel teka perlu dipicu oleh LH kemudian androgen memasuki

sel granulosa dan FSH mengubah androgen menjadi esterogen dengan

bantuan enzim aromatase. Peran FSH pada fase folikular cukup

dominan, yaitu memicu sekresi inhibin B untuk merangsang LH agar

meningkatkan sekresi androgen di sel teka dan memberi umpan balik

negatif FSH yang di sekresi oleh hipofisis. Selain itu, FSH memicu

aktivin yang berfungsi untuk memicu sekresi esterogen di sel granulosa.

Selain itu, FSH berperan dalam mengubah androgen menjadi esterogen

dengan bantuan enzim aromatase di sel granulosa, memicu proliferasi

sel granulosa sehingga folikel membesar, dan memperbanyak reseptor

FSH di sel granulosa dengan bantuan esterogen.2 Proses dan perubahan

yang terjadi secara signifikan tersebut mengubah folikel preantral

menjadi antral yang menyekresikan esterogen.7

Stimulasi secara terus menerus oleh FSH menyebabkan beberapa

folikel antral mengalami pertumbuhan menjadi lebih besar dan terus

meningkatnya sekresi esterogen. Kadar esterogen dan inhibin B pada

hari 5-7 siklus sudah cukup tinggi, dan keduanya menekan sekresi FSH

secara bersamaan namun tidak pada sekresi LH.2 Folikel dengan

konsentrasi esterogen tertinggi dengan rasio androgen : esterogen

terendah, dan memiliki reseptor FSH terbanyak pada sel granulosa, akan

menjadi folikel dominan. Folikel lainnya yang memiliki ukuran lebih

kecil akan mengalami atresia pada hari ke-8.1

Folikel dominan yang terus membesar menyebabkan sel granulosa

semakin membesar dan mengakibatkan kadar esterogen terus

meningkat. Sel granulosa mengelilingi ovum untuk membentuk

cumulus oophorus atau diskus proligerus yang mengaitkan ovum

dengan dinding folikel. Sel yang berdekatan dengan ovum tersusun

Page 30: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

14

secara radial, disebut korona radiata. Pada tahap ini, FSH bersama

esterogen membentuk reseptor LH yang sebelumnya hanya terdapat di

sel teka menjadi terdapat pada sel granulosa folikel dominan. Ketika

reseptor LH terbentuk di sel granulosa, inhibin A, yang berperan selama

fase luteal, mulai berperan untuk menggantikan inhibin B yang lebih

berperan pada fase folikular. Pembentukan reseptor LH pada sel

granulosa diperlukan untuk menginduksi ovulasi, luteinisasi sel

granulosa untuk membentuk korpus luteum dan sekresi progesteron.1,2

Gambar 2.4 Produksi esterogen oleh folikel ovarium7

Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition

Cairan pada sel folikular mengalami peningkatan, yang terdiri dari

esterogen, FSH, prolaktin, OMI (Oocyte Maturation Inhibitor), LI

(Luteinisasi Inhibitor), dan inhibin yang memiliki peran untuk inhibisi

FSH secara sentral.1 Folikel dominan berkembang menjadi folikel matur

(Folikel de Graaf) dalam waktu sekitar 14 hari setelah dimulainya

pembentukan folikel.7 Berukuran sekitar 20 mm, dari luar ke dalam,

folikel matur memiliki komponen struktur terdiri dari teka eksterna, teka

interna, membran granulosa, lapisan sel granulosa, diskus proligerus,

dan antrum yang memiliki cairan vesikular.

Page 31: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

15

Gambar 2.5 Struktur Folikel Matur (Folikel de Graaf)1

Sumber : DC Dutta’s Textbook of Gynecology 6th Edition

Pada akhir masa folikular, sekresi LH lebih dominan dibandingkan

FSH karena pada pertengahan siklus reseptor LH semakin bertambah

pada sel granulosa.1,2 Sekitar hari ke-12, ketika kadar esterogen 200

pg/ml dan bertahan lebih dari 50 jam, memacu sekresi LH sehingga

terjadi lonjakan sekresi LH (LH Surge).2

Lonjakan LH pada pertengahan siklus menyebabkan perubahan

besar dalam folikel, yaitu2,7 :

1. Menghambat sekresi OMI (Oocyte Maturation Inhibitor) yang

berperan untuk menahan miosis 1 pada awal siklus. Saat

lonjakan LH, miosis II oosit dimulai kembali sehingga terjadi

maturasi oosit.

2. Memicu pembentukan prostaglandin lokal pada sel granulosa.

Hal tersebut memicu ovulasi dengan perubahan vaskular

sehingga menyebabkan pembengkakan folikel secara cepat dan

kontraksi dinding folikel untuk “memecahkan” dinding folikel

agar oosit keluar saat ovulasi.

3. Memicu ovulasi dan luteinisasi tidak sempurna dari sel

granulosa yang terjadi karena masih ada hambatan dari oosit.

Karena luteinisasi tidak sempurna, sekresi progresteron sedikit

meningkat.

Page 32: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

16

Ovulasi merupakan kejadian dimana oosit keluar dari folikel sekitar

36-48 jam sejak awal lonjakan LH (LH Surge).2 Pascaovulasi, sel granulosa

mengalami luteinisasi, sehingga memasuki fase luteal.2

Ketika memasuki fase luteal, progresteron mengalami peningkatan

sangat drastis dan menghambat sekresi gonadotropin sehingga

mengakibatkan penurunan kadar LH dan FSH. Pada fase ini, LH tetap lebih

dominan dibandingkan dengan FSH karena LH masih dibutuhkan untuk

vaskularisasi dan steroidigenesis di korpus luteum. Mekanisme tersebut

menandakan sudah memasuki fase Luteal.2

2.2.2.1.2. Fase Luteal

Setelah ovulasi, folikel pecah yang tertinggal di ovarium mengalami

perubahan pada sel granulosa dan sel teka secara struktural dan membentuk

korpus luteal.7 Ketika memasuki fase luteal, yang berfungsi selama 2

minggu, sel-sel yang mengalami perubahan menjadi membesar dan

menghasilkan kadar progesteron dan esterogen secara aktif dan mengalami

peningkatan dengan progesteron lebih dominan dan peningkatannya sangat

drastis sehingga menghambat sekresi gonadotropin dan mengakibatkan

penurunan kadar LH dan FSH.

Kadar LH tetap lebih dominan dibandingkan dengan FSH karena

LH masih dibutuhkan untuk vaskularisasi dan steroidigenesis di korpus

luteum. Progesteron dan esterogen mencapai kadar maksimal pada

pertengahan fase luteal atau 7 hari pascaovulasi kemudian mengalami

penurunan secara perlahan karena akan mengalami atresia pada korpus

luteum jika tidak terjadi pembuahan.2

Jika terjadi pembuahan, maka korpus luteum akan terus

meningkatkan produksi progesteron dan esterogen dan tidak akan

mengalam degenerasi diikuti dengan implantasi sekitar 6-7 hari

pascaovulasi dan dihasilkan beta-human chorionic gonadotrophin (β-hCG)

oleh sel trofoblas. β-hCG memiliki peran dalam mempertahankan korpus

luteum (yang menjadi korpus luteum kehamilan) hingga minggu ke-10

untuk mengeluarkan estrogen dan progesteron, sebelum digantikan oleh

plasenta.7

Page 33: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

17

Namun, jika ovum yang telah dibebaskan tidak mengalami

pembuahan, maka sel-sel luteal pada korpus luteum akan mengalami

degenerasi dan difagositosis serta membentuk massa jaringan fibrosa yang

diketahui sebagai Korpus Albicans. Degenerasi korpus luteum terjadi

sekitar 14 hari pascaovulasi, dan terjadi karena progesteron memberikan

umpan balik negatif terhadap LH sehingga korpus luteum degenerasi.7

Gambar 2.7. Mekanisme Kontrol Umpan Balik Pada Fase Luteal.7

Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition

Menurut penelitian Devoto et al (2009), terjadinya luteolisis karena

prostaglandin F2 alpha (PGF2-α) menginduksi ekspresi 20α-

hydroxysteroid dehydrogenase (20α-HSD) pada sel luteal tikus, sehingga

hilangnya fungsi sekresi progesteron. Pada kultur sel granulosa-luteal

manusia, PGF2-α mensupresi gen steroidogenic acute regulatory protein

(StAR) sehingga produksi progesteron menurun. Penurunan perfusi dan

Page 34: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

18

berbagai faktor yang di produksi oleh makrofag atau leukosit seperti

reactive oxygen species (ROS) dapat mempengaruhi korpus luteum secara

fungsi dan struktur sehingga dapat mempengaruhi fungsi sel endotelial

korpus luteum dan menghilangkan ekspresi vascular endothelial growth

factor (VGEF) dan molekul yang mempengaruhi kelangsungan hidup sel

endotelial korpus luteum.18

Setelah korpus luteum berdegenerasi menjadi korpus albicans,

kadar progesteron dan esterogen mengalam penurunan hingga titik

terendah, mengakibatkan sekresi gonadotropin kembali meningkat karena

menurunnya inhibisi dari progesteron yang telah menurun. Pada fase

tersebut, FSH lebih dominan dibandingkan LH sehingga memasuki siklus

baru. 2,7

Gambar 2.7. Gambar perkembangan dan maturasi folikel, ovulasi, pembentukan

korpus luteal hingga degenerasi ovum pada siklus ovulasi.7

Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition

Page 35: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

19

2.2.2.2.Siklus Endometrium

Endometrium merupakan lapisan dalam uterus yang memiliki

banyak pembuluh darah dan kelenjar.6 Terdapat 2 pembagian pada

Endometrium, yaitu stratum basalis (zona basalis) dan zona fungsional.1

Gambar 2.8 Anatomi Uterus Beserta Dindingnya10

Sumber : Gerald J. Tortora & Bryan Derrickson Principles of Anatomy and

Physiology

Pengaruh hormonal seperti estrogen dan progesteron yang berasal

dari siklus ovarium hanya terjadi pada zona fungsional, sedangkan pada

zona basalis tidak.1 Peran estrogen pada endometrium adalah merangsang

pertumbuhan dinding dan menginduksi sintesis reseptor progesteron

sehingga progesteron hanya dapat bekerja pada dinding endometrium jika

reseptor sudah “disiapkan” oleh estrogen. Progesteron mempengaruhi

jaringan ikat pada endometrium menjadi lebih longgar dan edema

diakibatkan akumulasi air dan elektrolit. Lebih lanjut, progesteron

mempersiapkan lingkungan endometrium menjadi tenang dengan

mengurangi kontraksi uterus, menyimpan glikogen dalam jumlah besar dan

Page 36: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

20

merangsang pertumbuhan pembuluh darah yang berfungsi untuk

memfasilitasi ovum yang telah dibuahi untuk implantasi ke dinding

endometrium.6 Terbagi dalam 4 tahapan, yaitu Fase Regenerasi, Fase

Proliferasi, Fase Sekretorik, dan Menstruasi.7

2.2.2.2.1 Fase Regenerasi

Regenerasi endometrium dimulai sebelum menstruasi berhenti dan

selesai 2-3 hari setelah menstruasi berakhir. Pada fase ini, pembuluh darah

baru tumbuh pada pembuluh darah lama yang telah degenerasi. Sementara

itu, kelenjar-kelenjar dan sel stroma regenerasi dari sisa-sisa siklus

menstruasi sebelumnya pada sel basal.

2.2.2.2.2 Fase Proliferatif

Pada fase proliferatif, terjadi dari hari ke-5 atau 6 sampai hari ke-14

hingga ovulasi. Terjadinya proliferasi karena meningkatnya esterogen pada

ovarium. Perubahan yang terjadi berupa epitel endometrium yang menjadi

kolumnar, sel stromal berubah bentuk menjadi spindle-shaped, dan

ketebalan pada endometrium menjadi 3mm hingga 4mm.1

2.2.2.2.3 Fase Sekretorik

Perubahan pada komponen-komponen endometrium terjadi karena

peran estrogen dan progesteron yang berasal dari korpus luteum setelah

ovulasi. Fase sekretorik dimulai saat hari ke-15 dan berhenti 5 sampai 6 hari

karena menstruasi. Bagian luar epitel endometrium semakin tinggi

berbentuk kolumnar dan bersilia dan kelenjar-kelenjar pada endometrium

semakin membesar. Pada sel stromal menjadi bengkak, besar, dan

berbentuk polyhedral. Ketika fase ini berlangsung, ketebalan endometrium

mencapai puncak hingga 6-8 mm dan akan berhenti sekitar 5 sampai 6 hari

dan akan berlanjut menuju fase menstruasi karena tidak ada pembuahan.1

2.2.2.2.4 Fase Menstruasi

Fase ini merupakan degenerasi dan luruhnya dinding endometrium

karena terjadinya penurunan drastis estrogen dan progesteron. Karena

terjadinya perubahan hormon ke fase semula (fase ovulasi), maka FSH dan

LH kembali mengalami peningkatan.1

Page 37: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

21

2.2.3. Mekanisme Perdarahan Menstruasi

Perubahan degeneratif secara dominan berada pada bagian vaskular

dinding endometrium. Berhentinya aliran darah dan spasme pembuluh

darah arteriol menyebabkan kerusakan dinding arteriol. Ketika terjadi fase

relaksasi, darah keluar dari dinding pembuluh yang mengalami kerusakan.

Proses degeneratif tersebut bersifat cepat dan melibatkan seluruh komponen

fungsional pada lapisan endometrium yang telah rusak.1,7

Perdarahan pada menstruasi berasal dari rusaknya arteri, vena, dan

pembuluh darah kapiler. Darah dan lapisan superfisial endometrium

meluruh dan menuju cavum uteri. Darah mengalami penggumpalan pada

cavum uteri namun kembali menjadi cair karena plasmin. Perdarahan

menstruasi terhenti karena vasokonstriksi jangka panjang, kontraksi otot

dinding myometrium, dan agregasi platelet lokal dengan deposisi fibrin di

sekitarnya. Sekresi estrogen menyebabkan pembentukan gumpalan-

gumpalan pada celah pembuluh darah untuk memperbaiki dinding

endometrium.1,2

Gambar 2.9 Pengaruh hormon FSH, LH, Estrogen dan Progesteron dengan

pematangan telur dan dinding endometrium.7

Sumber : Sherwood Human Physiology From Cells to Systems 9th Edition

Page 38: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

22

2.3.Gangguan Pada Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi merupakan sistem yang sangat kompleks pada perempuan.

Perdarahan pada menstruasi melibatkan aksis H-H-O dan uterus serta faktor

eksternal dari organ reproduksi. Gangguan haid merupakan keluhan umum yang

pernah atau dialami oleh perempuan dan bervariasi dari ringan sampai berat,

sehingga pada beberapa individu yang menderita gangguan siklus menstruasi dapat

menyebabkan rasa frustasi. Pada beberapa negara industri, dilaporkan bahwa 21%

mengalami siklus haid memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid dan 6%

mengalami perdarahan pasca senggama. Pada RSUD Dr. Soetomo Surabaya

dilaporkan angka kejadian perdarahan uterus abnormal sebanyak 12,48% dan 8,8%

dari keseluruhan kunjungan poli kandungan.2

Berdasarkan Speroff, definisi sebagai gangguan haid adalah2 :

• Gangguan Lama dan Jumlah Haid

1. Hipermenorea (Menoragia)

Menoragia adalah perdarahan menstruasi dengan jumlah darah lebih

banyak dan lebih lama dari normal namun dengan siklus yang normal

teratur.

2. Hipomenorea

Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah yang

sedikit dan/atau durasi yang lebih pendek dari normal.

• Gangguan Siklus Haid

3. Polimenorea

Polimenorea merupakan haid dengan siklus yang memendek dari

normal, yaitu kurang dari 21 hari dan bersifat konstan pada frekuensi

tersebut. Jika frekuensi siklus lebih cepat disertai perdarahan berlebih

atau memanjang, disebut epimenorrhagia. Penyebab polimenorea adalah

fase folikular memendek, gangguan endokrin yang mengakibatkan

gangguan ovulasi, dan kongesti ovarium karena peradangan.1,2

4. Oligomenorea

Oligomenorea merupakan haid yang terjadi lebih panjang, melebihi

35 hari dari normal dan frekuensi tersebut bersifat konstan. Pada remaja,

oligomenorea terjadi karena adanya gangguan pada aksis Hipotalamus-

Page 39: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

23

Hipofisis-Ovarium endometrium. Faktor stress fisik dan emosi dapat

mengakibatkan siklus yang lebih panjang (>35 hari), penyakit kronis,

gangguan endokrin, tumor pada hipofisis, dan gangguan nutrisi seperti

obesitas dapat mempengaruhi terjadinya oligomenorea. Umunya pada

wanita dengan gangguan siklus memanjang perlu evaluasi lebih lanjut

apakah terkait dengan obeitas dan infertilitas, karena dapat berhubungan

dengan sindrom metabolik.1,2

5. Amenorea

Amenorea adalah suatu kelainan pada siklus haid dimana tidak

terjadinya haid pada seorang perempuan. Tiga tanda yang dimiliki

penderita amenorea yaitu1,2 :

- Tidak terjadinya haid sampai dengan usia 14 tahun disertai tidak

adanya pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder.

- Tidak terjadi haid sampai dengan usia 16 tahun, namun disertai

pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder.

- Tidak terjadi haid selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan

yang sebelumnya sudah pernah haid.

• Gangguan Lain yang berhbungan dengan Haid

6. Dismenorea

Dismenorea merupakan nyeri ketika sedang haid, umumnya dengan

rasa kram dan penderita merasakan nyeri tersebut pada abdomen bawah.

Keluhan nyeri dapat bervariasi, dari ringan hingga berat dan keparahan

dari dismenorea berhubungan langsung dengan lama dan jumlah darah

haid. Dismenorea dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu dismenorea

primer dan sekunder.1,2

Dismenorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukannya keadaan

patologis pada panggul dan berhubungan dengan kontraksi miometrium

sehingga terjadi iskemi akibat prostaglandin yang diproduksi oleh

endometrium fase sekresi.2

Sedangkan pada dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang

berhubungan dengan keadaan patologis pada organ genitalia perempuan,

contohnya adalah endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis

Page 40: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

24

serviks, perlekatan panggul, dan gejala pada gastrointestinal seperti

irritable bowel syndrome (IBS).2

7. Sindroma Prahaid (Pre Mesnstrual Syndrome)2,5.

Keluhan sindroma prahaid, atau Pre Mesnstrual Syndrome (PMS),

merupakan keadaan yang belum dapat dijelaskan secara etiologi, namun

diduga karena peran hormon esterogen, progersteron, prolaktin, dan

aldosteron. Gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron

dapat menyebabkan retensi cairan pada tubuh seorang perempuan dan

mengakibatkan terjadi keluhan PMS.

Keluhan yang umumnya terjadi antara lain cemas, lelah, susah

konsentrasi, sulit tidur, hilangnya energi, myalgia, sakit kepala, sakit

perut, dan nyeri tekan pada payudara. Berdasarkan American Psychiatric

Association memberikan kriteria diagnosis seperti :

• Keluhan muncul ketika memasuki minggu terakhir fase terakhir

luteal dan berakhir setelah mulainya haid

• Didapatkan minimal 5 keluhan sebagai berikut :

- Gangguan Mood

- Cemas

- Emosi Labil (tiba-tiba marah, takut)

- Konflik pada diri sendiri (Interpersonal)

- Mudah lelah

- Susah untuk konsentrasi

- Susah tidur (insomnia)

- Perubahan nafsu makan

- Susah untuk kontrol diri

- Nyeri pada sendi, kepala, dan payudara karena adanya retensi

cairan

• Keluhan mempengaruhi kualitas hidup sehari-hari

• Keluhan tidak berhubungan dengan gangguan psikatri lainnya

Page 41: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

25

2.4.Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi

Pada wanita, siklus normal haid dipengaruhi oleh jaras Hipotalamus-Hipofisis-

Ovarium (H-H-O axis). Hipotalamus akan mengeluarkan Gonadotropin Releasing

Hormone (GnRH), kemudian merangsang hipofisis anterior untuk sekresi Folicle

Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) untuk perkembangan

dan pematangan folikel pada ovarium dan memasuki fase folikular. Setelah

melewati fase folikular, akan terjadi ovulasi dan memasuki fase luteal yang

berlangsung selama 7 hari. Jika tidak terjadi pembuahan, maka dinding uterus akan

luruh dan terjadi menstruasi.7

Faktor eksternal, seperti tuntutan dalam kegiatan ataupun pekerjaan, dan dalam

di bawah keadaan tekanan dapat memicu stresor dan mengakibatkan aktivasi

respons simpatis yang melibatkan jaras Hipotalamus-hipofisis anterior-korteks

adrenal. Hipotalamus melakukan sekresi Corticotropin Releasing Hormone (CRH)

kemudian menuju hipofisis anterior, dan pada hipofisis anterior mensekresi

Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) dan korteks adrenal mengeluarkan

adrenalin dan kortisol, menyebabkan kadar adrenalin dan kortisol meningkat.

Selain kadar kortisol yang meningkat, terdapat antagonis Gamma-Amino Butyric

Acid (GABA) yang menyebabkan berkurangnya reseptor GABA dan

mengakibatkan berkurangnya hambatan timbulnya kecemasan.7,8

Karena mekanisme kecemasan dan mekanisme menstruasi melewati jaras yang

sama, yaitu pada hipotalamus dan hipofisis anterior, maka dapat terjadi inhibisi

jaras siklus menstruasi (H-H-O Axis) yaitu pada hipotalamus, yang sekresi GnRH

dihambat oleh CRH dan Kortisol (glukokortikoid) baik secara langsung ataupun

tidak langsung sehingga mengakibatkan pematangan sel telur pada fase folikular

mengalami gangguan atau terjadi keterlambatan dan mengakibatkan siklus

menstruasi menjadi terganggu. Inhibisi FSH dan LH yang disebabkan oleh kortisol

dapat menyebabkan perkembangan folikel terganggu sehingga dapat

memperpanjang ovulasi dan memperpanjang waktu menstruasi.7,10,16

Sel teka dan sel stroma pada ovarium memiliki reseptor glukokortikoid, seingga

jika kadar kortisol tinggi dapat mengganggu konversi kolesterol menjadi androgen

yang terjadi pada sel teka dan perkembangan folikel menjadi terganggu.17

Page 42: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

26

2.5.Kerangka Teori

(+) Syaraf Simpatis

Mahasiswi preklinik FK UIN SH Jakarta angkatan 2016 - 2018

Menghadapi ujian modul

Berbicara di depan umum dan penguji

Stressor

Jam kuliah padat

Hipokampus

Amigdala

Lateral Basal

Sentral

Hipotalamus

Kortisol

Mulut Kering,

Takikardi, dilatasi pupil

Sekresi Adrenalin

Anxiety (Kecemasan)

Lokus Seruleus

Regio Periakueduktal

Sekresi norepinefrin

Perubahan perilaku dan respons fisiologik

Rasa Ketakutan

Hipofisis Anterior FSH LH

Ovarium

Folikel Primer

Folikel Sekunder

Folikel de Graaf

Dinding endometrium luruh

Siklus Menstruasi

CRH GnRH

ACTH

(-)

(-)

Sel Teka

Sel Granulosa

Korpus Luteum

Ovulasi

Korpus Albicans

Tidak ada pembuahan

Estrogen

Progesteron (-)

= Faktor yang diteliti = Faktor yang tidak diteliti

(+)

Page 43: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

27

2.6.Kerangka Konsep

Mahasiswi FK UIN SH Jakarta angkatan 2016 - 2018

Kecemasan

Analisis data

Siklus Menstruasi

Stressor

Page 44: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

28

2.7.Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara

Ukur

Skala

Ukur

1 Kecemasan Penilaian reaksi tubuh

terhadap rangsangan

saraf otonom, efek pada

otot skeletal, perasaan

cemas pada suatu

situasi, dan pengalaman

pribadi yang

menyebabkan rasa

cemas.14

Kuesioner

DASS 42

(Nomor 2, 4, 7,

9, 15, 19, 20,

23, 25, 28, 30,

36, 40, 41)

Baca Kategorik

2 Siklus

Menstruasi

Keteraturan siklus

menstruasi mahasiswi

Fakultas Kedokteran

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

selama 3 bulan terakhir.

Kuesioner Baca Kategorik

Page 45: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan

pendekatan cross-sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan di laksanakan pada Juli 2019 hingga Oktober 2019.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang terjangkau pada penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016 sampai dengan 2018

dengan metode simple random sampling.

3.3.1 Kriteria Sampel

Faktor Inklusi

• Mahasiswi dengan kriteria:

o Mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta angkatan 2016 sampai dengan 2018.

o Aktif mengalami siklus menstruasi.

o Bersedia untuk mengisi kuesioner yang telah peneliti berikan

Faktor Eksklusi

• Mahasiswi dengan riwayat gangguan pada sistem reproduksi.

• Mahasiswi yang menggunakan obat hormonal.

• Mahasiswi dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) Underweight dan

Obese.

• Mahasiswi dengan riwayat gangguan siklus menstruasi sejak

sebelum masuk kuliah hingga sekarang.

Page 46: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

30

3.4 Jumlah Sampel Penelitian

Rumus besar sampel berdasarkan pertanyaan penelitian deskriptif.

n = [𝒁𝜶 𝟐𝑷 𝟏(𝑷 )𝒁𝜷 𝑷𝟏 𝟏(𝑷𝟏 )𝑷𝟐(𝟏(𝑷𝟐)]𝟐

(𝑷𝟏(𝑷𝟐)𝟐

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Zα = Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% yaitu sebesar 1,96

Zβ = Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 80% yaitu sebesar 0,84

P = Proporsi rata-rata ((P1-P2)/2)

P1 = Proporsi tingkat kejadian siklus menstruasi tidak teratur pada

kelompok mahasiswi yang mengalami = 0,24.10

P2 = Proporsi tingkat kejadian siklus menstruasi teratur pada

kelompok mahasiswi yang mengalami = 0,56.10

Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 37

orang. Untuk mengantisipasi kekurangan data, perlu ditambahkan 10% sehingga

jumlah minimal responden yang diperlukan untuk sampel sebanyak 81 orang.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling

3.6. Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data yang akan peneliti lakukan adalah dengan data

primer

3.7.1. Data Primer

1. Data Kecemasan

Data kecemasan diperoleh dengan kuesioner yang dilakukan secara

randomized kepada subjek-subjek yang berasal dari keseluruhan besar sampel

penelitian yang telah ditentukan kemudian data tersebut diolah dan dibedakan

dengan katagori mengalami kecemasan dan tidak mengalami kecemasan (Normal).

Page 47: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

31

2. Data siklus menstruasi

Data siklus menstruasi diperoleh dengan menggunakan cara randomized

kepada subjek-subjek yang berasal dari keseluruhan besar sampel penelitian yang

telah ditentukan kemudian data yang telah diperoleh dibedakan bersarkan kategori

menstruasi teratur dan tidak teratur.

3.8. Alur Kerja Penelitian

Mahasiswi FK UIN SH Jakarta angkatan 2016 - 2018 yang telah

ditetapkan menjadi sampel penelitian

Informed consent

Bersedia Tidak Bersedia

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Pengisian Kuesioner

Pengolahan data

Mengalami gangguan kecemasan

Analisa hubungan kecemasan dengan siklus

menstruasi

Tidak mengalami gangguan kecemasan

Siklus menstruasi teratur

Siklus menstruasi tidak teratur

Page 48: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

32

3.9. Pengolahan Data

Setelah tercatat, semua data dikumpulkan kemudian dilanjutkan dengan

menggunakan program SPSS unutk pengolahan data. Setelah semua data telah

lengkap dan terkumpul, tahap selanjutnya yaitu memeriksa seluruh data hasil

pengisisan kuesioner oleh responden atau editing. Setelah editing selesai, tahap

selanjutnya adalah pemberian nilai kepada setiap jawaban dari responden yaitu

proses coding dan dilanjutkan dengan tahap berikutnya adalah melakukan

pemasukan data atau entry data ke komputer serta dilakukan proses cleaning data

untuk koreksi jika ada kesalahan data yang dimasukkan. Setelah data benar-benar

terolah, dilanjutkan dengan analisa lebih lanjut terhadap data yang telah diperoleh

dengan menggunakan software pengolahan data.

3.10. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dengan dua tahapan, yaitu analisis univariat

dan analisis bivariat.

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsi karakteristik dari

variabel independen dan dependen.

3.10.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan dependen dengan analisis uji Somers’d.

3.11. Etika Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan informed consent sebelum mengisi

kuesioner dan menggunakan kaji etik.

Page 49: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan sejak Juli hingga Oktober

2019. Subjek penelitian adalah mahasiswi preklinik pada Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016, 2017 dan 2018 yang berlokasi pada Jl.

Kertamukti Raya No. 5, Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan. Total keseluruhan

mahasiswi berjumlah 216 mahasiswi dengan jumlah angkatan 2016 sebanyak 50

mahasiswi, 2017 berjumlah 77 mahasiswi dan 2018 berjumlah 89 mahasiswi.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 81 orang mahasiswi dari total

gabungan seluruh angkatan dengan melakukan simple random sampling. Penelitian

ini memiliki faktor eksklusi yaitu mahasiswi dengan indeks massa tubuh (IMT)

yang tidak normal (underweight, overweight, obese 1, obese 2) sehingga mahasiswi

dengan IMT tidak normal akan dikeluarkan dari sampel dan dilakukan random

kembali untuk mencapai jumlah target sampel.

Berdasarkan hasil random sampling yang dilakukan oleh peneliti, total dari

216 mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Jakarta tahun 2019, didapatkan 19

mahasiswi angkatan 2016, 37 mahasiswi angkatan 2017, dan 25 mahasiswi dari

angkatan 2018 yang memasuki kriteria inklusi. Random sampling dilakukan

sebanyak dua kali karena dari 81 mahasiswi yang terpilih menjadi responden, hanya

57 yang memenuhi kriteria inklusi karena 24 mahasiswi yang terpilih memiliki IMT

yang tidak normal sehingga tidak dapat menjadi sampel penelitian.

Peneliti melakukan random sampling kembali untuk mendapatkan sampel

dengan kriteria inklusi yang sesuai hingga target sampel terpenuhi dan setelah

mendapatkan jumlah mahasiswi yang sesuai dengan kriteria inklusi, peneliti tidak

melakukan pengambilan sampling kembali.

Page 50: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

34

4.1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah metode analisis yang digunakan untuk

menganalisis variabel-variabel karakteristik individu secara deskriptif dengan

menggunakan persentase dan distribusi frekuensi.11 Pada penelitian ini, variabel

yang dianalisis berupa: karakteristik responden yang terdiri dari angkatan, umur,

tingkat kecemasan dan siklus menstruasi.

Tabel 4.1 Gambaran Mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah menjadi responden

Variabel Jumlah (N) Presentase (%)

Angkatan

2016 19 23,5 2017 37 45,7 2018 25 30,9 Umur

18 9 11,1 19 31 38,3 20 23 28,4 21 18 22,2

Total 81 100

Pada tabel 4.1, menunjukkan hasil bahwa dari 81 mahasiswi yang terpilih

menjadi sampel, berdasarkan gambaran angkatan, paling banyak terpilih adalah

angkatan 2017 berjumlah 37 mahasiswa (45,7%) dari total keseluruhan 77

mahasiswi, diikuti dengan angkatan 2016 berjumlah 19 mahasiswi (23,5%) dari

total 50 mahasiswi, 2017 berjumlah, dan angkatan 2018 sebanyak 25 mahasiswi

(30,9%) dari total keseluruhan 89 mahasiswi.

Berdasarkan data tabel, umur responden terbanyak adalah umur 19 tahun

dengan jumlah 31 mahasiswi (38,3%), dilanjutkan mahasiswi dengan umur 20

tahun berjumlah 23 sampel (28,4%), umur 21 tahun berjumlah 18 mahasiswi

(22,2%), dan umur 18 tahun berjumlah 9 mahasiswi (9%).

Page 51: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

35

Tabel 4.2. Kecemasan Responden Berdasarkan Angkatan

Kecemasan Angkatan

Total 2016 2017 2018

N % N % N % N % Cemas 7 8,6 17 21 13 16,1 37 45,7

Tidak Cemas 12 14,8 20 24,7 12 14,8 44 54,3 Total 19 23,4 37 45,7 25 30,9 81 100

Pada tabel 4.2, dapat menunjukkan bahwa pada angkatan 2016 terdapat 7

mahasiswi (8,6%) mengalami gangguan cemas dan 12 mahasiswi (14,8%),

angkatan 2017 terdapat 17 mahasiswi (21%) yang mengalami cemas dan 20

mahasiswi (24,7%) tidak mengalami gangguan cemas dan angkatan 2018 terdapat

13 mahasiswi mengalami cemas dan 12 mahasiswi tidak mengalami gangguan

cemas.

Grafik 4.1 Kecemasan Responden Berdasarkan Angkatan

Analisis pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami

gangguan cemas pada angkatan 2018 lebih tinggi dibandingkan mahasiswi yang

tidak mengalami gangguan cemas pada angkatan tersebut, berbeda dengan

angkatan 2016 dan 2017 yang tidak cemas lebih tinggi dibandingkan yang

mengalami gangguan cemas.

8,60%

21% 16,10% 14,80%

24,70%

14,80%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

2016 2017 2018

Angkatan

Cemas TidakCemas

Page 52: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

36

Tabel 4.3 Gambaran Tingkat Kecemasan dan Siklus Menstruasi Mahasiswi

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan tabel 4.2, gambaran tingkat kecemasan paling tinggi

merupakan tingkat kecemasan normal dengan total 44 mahasiswi (54,3%)

dilanjutkan dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 19 mahasiswi (23,5%),

kecemasan sedang 12 mahasiswi (14,8%), kecemasan berat 6 mahasiswi (7,4%)

dan tidak ada yang mengalami kecemasan sangat berat.

Untuk variabel siklus menstruasi, responden yang tidak mengalami

gangguan siklus menstruasi berjumlah 30 mahasiswi (30%) dan ada gangguan

siklus menstruasi sebanyak 51 mahasiswi (63%).

Penilaian kecemasan beserta tingkatannya menggunakan DASS 42

(Depression Anxiety Stress Scale). Skala kecemasan pada pertanyaan DASS 42

adalah menilai rangsangan otonom, efek otot skeletal, kecemasan berdasarkan

situasi, dan pengalaman subjektif terkait rasa cemas. Berdasarkan penelitian Imam

(2008) terkait penggunaan DASS pada mahasiswa Universitas Islam Internasional

Malaysia, didapatkan bahwa penggunaan DASS 42 untuk mengukur depresi,

ansietas, dan stres memiliki hasil yang signifikan dan perempuan lebih dominan

dalam merasakan cemas dan stres dibandingkan laki-laki.13

Variabel Jumlah (N)

Presentase (%)

Tingkat Kecemasan Normal 44 54,3 Kecemasan Ringan 19 23,5 Kecemasan Sedang 12 14,8 Kecemasan Berat 6 7,4 Kecemasan Sangat Berat 0 0 Siklus menstruasi Tidak Teratur 30 37 Teratur 51 63 Total 81 100

Page 53: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

37

4.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan metode analisis data yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh atau korelasi antara 2 variabel atau lebih yang diteliti.11

Pada penelitian ini, analisis bivariat yang digunaan adalah uji Somers’d.

Tabel 4.4 Hubungan Kecemasan dengan Siklus Menstruasi

Kecemasan

Siklus Menstruasi Total P

value Odds Ratio Teratur Tidak

Teratur N % N % N %

0,000 11,917

Cemas 4 4,9 33 40,8 37 45,7 (3,592 - 39,531) Tidak Cemas 26 32,1 18 22,2 44 54,3

Total 30 37 51 63 81 100

Berdasarkan tabel 4.4, didapatkan mahasiswi dengan gangguan kecemasan

dan siklus menstruasi teratur berjumlah 4 mahasiswi (4,9%), mahasiswi tidak

cemas dan menstruasi teratur berjumlah 26 mahasiswi (32,1%). Sedangkan

mahasiswi dengan gangguan cemas dan menstruasi tidak teratur berjumlah 33

mahasiswi (40,8%) dan mahasiswi tidak memiliki gangguan cemas namun siklus

menstruasi tidak teratur berjumlah 18 mahasiswi (22,2%).

Berdasarkan hasil uji Somers’d, didapatkan hasil P = 0,000 dan α = 0,05,

dimana p > α, maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

korelasi yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi dengan

kekuatan korelasi sedang (0,498) dengan arah korelasi positif dan hasil uji odds

ratio didapatkan bahwa nilai OR = 11,917 dengan Confidence Interval (CI) = 3,592

– 39,531. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa responden yang

mengalami gangguan kecemasan memiliki risiko siklus menstruasi tidak teratur

sebesar 11,917 kali dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak mengalami

gangguan kecemasan. Hal ini dapat terjadi karena peneliti melakukan wawancara

kepada responden yang terpilih ketika sedang berlangsung modul clinical

reasoning baik pada angkatan 2016, 2017 dan 2018 sehingga memperkuat perasaan

cemas pada responden terkait ujian yang akan datang.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Saodah (2018) memiliki hasil yang

serupa yaitu terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus menstruasi

Page 54: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

38

pada Fakultas Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Hal

tersebut terjadi karena pada penelitian tersebut dipengaruhi kegiatan kuliah yang

padat, memasuki semester akhir, dan persiapan dalam menjalankan ujian akhir

sehingga banyak mahasiswi keperawatan tersebut mengalami cemas dan rasa takut.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Ekayanti dkk (2013) yaitu tidak

terdapat hubungan tingkat stress dengan pola siklus menstruasi pada Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Hal tersebut dapat terjadi

karena parameter yang digunakan berbeda yaitu stres. Stres merupakan perasaan

tertekan atau takut terhadap keadaan yang sedang dialami sedangkan kecemasan

merupakan perasaan takut, cemas, dan ketidakpastian terhadap kejadian yang akan

datang (belum terjadi).3 Parameter pada DASS 42 yang digunakan untuk

kecemasan juga berbeda dengan stres.

4.3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah

A. Penelitian hanya dilakukan pada mahasiswi preklinik Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sampel 81

mahasiswi dari total 216 mahasiswi.

B. Peneliti mengambil sampel ketika sedang berlangsung ujian tahunan

(Clinical Reasoning) dan tidak diteruskan ketika ujian selesai karena

keterbatasan waktu.

Page 55: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini didapatkan mahasiswi dengan gangguan kecemasan

dan siklus menstruasi teratur sebesar 4,9%, mahasiswi tidak cemas dan

menstruasi teratur sebesar 32,1%. Sedangkan mahasiswi dengan gangguan

cemas dan menstruasi tidak teratur berjumlah sebesar 40,8% dan

mahasiswi tidak memiliki gangguan cemas namun siklus menstruasi tidak

teratur sebesar 22,2%.

2. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kecemasan

dengan siklus menstruasi pada mahasiswi preklinik Fakultas Kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terkait faktor yang dapat

mempengaruhi siklus menstruasi pada mahasiswi kedokteran, seperti

hubungan dengan status gizi.

2. Pada penelitian berikutnya, perlu dilakukan evaluasi faktor kecemasan

pada waktu yang berbeda.

Page 56: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Dutta, DC et al. Textbook of Gynecology. New Delhi: Jaypee Brothers

Medical Publishers (P) Ltd. 2013.

2. Prawirohardjo S, Wiknjosatrio H. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta:

PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2017

3. Kring A, Johnson S, Davison G, Neale J. Abnormal Psychology Twelfth

Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. 2012

4. Elvira S, Gitayanti H. Buku Ajar Psikiatri Edisi Ketiga. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI. 2018

5. Badrya, L. “Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa Kedokteran

Laki-Laki dan Perempuan Angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dalam Menghadapi Ujian OSCE”, Skripsi, Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015

6. Hayati N. “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Pola Menstruasi pada

Mahasiswi yang Sedang Menyusun Tugas Akhir di Jurusan D-IV Bidan

Pendidik Tahun Ajaran 2013-2014 Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara”, Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. 2014.

7. Sherwood, L et al. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2016.

8. Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Synopsis of Psychiatry. Philadelphia:

Wolters Kluwer. 2015

9. Baehr M, Frotscher M. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology. Struttgart:

Thieme. 2012

10. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. USA:

John Wiley & Sons, Inc. 2009

11. Sari AD. “Hubungan antara Status Gizi Pola Makan dan Stres dengan

Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di SMA Negeri 68 Jakarta Tahun

2013”, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

2013.

12. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Edisi 4. Jakarta: CV Sagung Seto; 2011.

Page 57: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

41

13. Saodah, I. “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Siklus Menstruasi pada

Mahasiswa S1 Keperawatan Semester Akhir di Universitas Islam Sultan

Agung Semarang”. Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula. 2018.

14. Imam S. “Depression Anxiety Stress Scale: Revisited”. Jurnal, Universitas

Islam Internasional Malaysia. 2008.

15. Niven K, Miles E. “Affect Arousal. In: Gellman M.D., Turner J.R. (eds)

Encyclopedia of Behavioral Medicine”. Jurnal, Springer: New York. 2013

16. Ekayanti F, Zain T, Hadi S. “Pengaruh Tingkat Stress Terhadap Pola

Menstruasi Pada Mahasiswi Preklinik Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013”. Jurnal, Ciputat. 2013.

17. Tsigos C, Kyrou I, Kassi E, Chrousos G. “Stress, Endocrine Physiology

and Pathophysiology”. Jurnal, South Dartmouth : Massachusetts. 2016.

18. Devoto, L et al. “The Human Corpus Luteum : Life Cycle and Function in

Natural Cycles”. Jurnal, American Society for Reproductive Medicine.

2009.

Page 58: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

42

Lampiran 1. Lembar Informed Consent dan Kuesioner

Lembar Kuesioner

Assalamualaikum Wr. Wb.

Perkenalkan, saya Arga Prahastya Baswara mahasiswa Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 6 yang saat ini sedang

mengerjakan skripsi untuk memenuhi syarat kelulusan dan mendapatkan gelar

Sarjana Kedokteran. Skripsi yang saya teliti mengenai hubungan kecemasan

dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2016, 2017 dan 2018.

Kuesioner yang saya berikan kepada saudari adalah kuesioner Depression

Anxiety and Stress Scale (DASS) 42) dan pertanyaan terkait dengan menstruasi dan

siklusnya. Saya berharap Saudari jujur saat mengisi kuesioner ini sesuai yang

saudari alami saat ini. Jawaban yang saudari berikan tidak ada indikator benar

atau salah dan diharapkan jangan sampai ada kolom yang terlewat. Hasil

kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan sebagai kepentingan penelitian

Peneliti sehingga rahasia terjamin. Peneliti mengucapkan terima kasih atas

kesediaan saudari yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Hormat saya,

Arga Prahastya Baswara

Page 59: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

43

Identitas Responden

Nama / NIM : Usia : Berat Badan : Tinggi Badan :

Semester :

Angkatan : (2016 / 2017 / 2018)* Usia Pertama : Tahun Kali Menstruasi

Riwayat Gangguan : (Pernah / Sedang / Tidak)* Reproduksi Merokok : (Ya / Tidak)* Minum Alkohol : (Ya / Tidak)*

ID Line :

Dengan ini saya bersedia untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tanpa

paksaan dari pihak manapun.

Ciputat, 2019

( )

*) Lingkari salah satu

Page 60: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

44

Kuesioner DASS 42

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan

pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.

Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan

sering

3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara

memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan

pengalaman Bapak/Ibu/Saudara yang anda alami saat ini. Tidak ada jawaban yang

benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri

Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang

terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.

No PERNYATAAN 0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi

mudah marah karena hal-hal sepele.

2 Saya merasa bibir saya sering kering.

3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan

perasaan positif.

4 Saya mengalami kesulitan bernafas

(misalnya: seringkali terengah-engah atau

tidak dapat bernafas padahal tidak

melakukan aktivitas fisik sebelumnya).

5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk

melakukan suatu kegiatan.

Page 61: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

45

6 Saya cenderung bereaksi berlebihan

terhadap suatu situasi.

7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa

mau ’copot’).

8 Saya merasa sulit untuk bersantai.

9 Saya menemukan diri saya berada dalam

situasi yang membuat saya merasa sangat

cemas dan saya akan merasa sangat lega jika

semua ini berakhir.

10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat

diharapkan di masa depan.

11 Saya menemukan diri saya mudah merasa

kesal.

12 Saya merasa telah menghabiskan banyak

energi untuk merasa cemas.

13 Saya merasa sedih dan tertekan.

14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak

sabar ketika mengalami penundaan

(misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu

sesuatu).

15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

16 Saya merasa saya kehilangan minat akan

segala hal.

17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga

sebagai seorang manusia.

18 Saya merasa bahwa saya mudah

tersinggung.

19 Saya berkeringat secara berlebihan

(misalnya: tangan berkeringat), padahal

Page 62: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

46

temperatur tidak panas atau tidak melakukan

aktivitas fisik sebelumnya.

20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.

21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.

22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.

23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.

24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari

berbagai hal yang saya lakukan.

25

Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun

saya tidak sehabis melakukan aktivitas fisik

(misalnya: merasa detak jantung meningkat

atau melemah).

26 Saya merasa putus asa dan sedih.

27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah

marah.

28 Saya merasa saya hampir panik.

29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah

sesuatu membuat saya kesal.

30 Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’

oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa

saya lakukan.

31 Saya tidak merasa antusias dalam hal

apapun.

32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi

gangguan terhadap hal yang sedang saya

lakukan.

33 Saya sedang merasa gelisah.

34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.

Page 63: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

47

35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun

yang menghalangi saya untuk

menyelesaikan hal yang sedang saya

lakukan.

36 Saya merasa sangat ketakutan.

37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa

depan.

38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.

39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana

saya mungkin menjadi panik dan

mempermalukan diri sendiri.

41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada

tangan).

42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan

inisiatif dalam melakukan sesuatu.

Page 64: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

48

Kuesioner Menstruasi

1. Apakah anda saat ini sedang dalam penggunaan obat-obatan yang

mengandung hormonal?

a. Ya

b. Tidak

2. Pada saat terjadi menstruasi pertama, berapakah usia Anda?

a. < 11 Tahun (lanjut ke pertanyaan nomor 3)

b. > 11 Tahun (lanjut ke pertanyaan nomor 4)

3. Jika < 11 tahun, pada rentang usia berapa anda menstruasi pertama?

a. 7 – 9 Tahun, berapa tepatnya ______________

b. 9 – 11 Tahun, berapa tepatnya ______________

4. Jika > 11 tahun, pada rentang usia berapa anda menstruasi pertama?

a. 14 – 16 Tahun, berapa tepatnya ______________

b. 12 – 14 Tahun, berapa tepatnya ______________

5. Pada saat terjadi menstruasi pertama, Anda sedang berada dimana?

a. Luar rumah (lanjut ke pertanyaan nomor 7)

b. Dalam rumah (lanjut ke pertanyaan nomor 6)

6. Dimana Anda menstruasi pertama saat berada didalam rumah?

a. Kamar tidur

b. Kamar mandi

7. Dimana Anda menstruasi pertama saat berada diluar rumah?

a. Dalam perjalanan

b. Sekolah

8. Siapa orang pertama yang mengetahui menstruasi pertama anda?

a. Teman

b. Orang Tua

9. Darimana informasi yang Anda dapat mengenai menstruasi petama Anda?

a. Teman

b. Orang Tua

10. Apakah siklus Anda teratur setiap bulannya (24-35 hari)?

a. Ya (lanjut ke pertanyaan nomor 11)

b. Tidak (lanjut ke pertanyaan nomor 12)

Page 65: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

49

11. Jika Ya, berapa lama menstruasi Anda setiap bulannya?

a. > 7 hari

b. ≤ 7 hari

12. Jika Tidak, berapa lama menstruasi Anda setiap bulannya?

a. ≤ 7 hari

b. > 7 hari

13. Pada 3 bulan terakhir, apakah hari pertama menstruasi Anda mengalami

kemajuan dari biasanya?

a. Tidak

b. Ya (lanjut ke pertanyaan nomor 14)

14. Jika Ya, maju berapa hari dari hari biasanya pertama menstruasi?

a. ≤ 3 hari

b. > 3 hari

15. Pada 3 bulan terakhir, Apakah hari pertama menstruasi Anda mengalami

kemunduran dari biasanya?

a. Tidak

b. Ya (lanjut ke pertanyaan nomor 16)

16. Jika Ya, mundur berapa hari dari hari biasanya pertama menstruasi?

a. ≤ 3 hari

b. > 3 hari

17. Apakah volume darah yang keluar selalu sama setiap harinya?

a. Ya

b. Tidak (lanjut ke pertanyaan nomor 18 – 19)

18. Pada rentang hari ke berapa darah yang keluar lebih banyak dari hari

lainnya?

a. Hari ke 6 atau lebih

b. Hari ke 5 – 6

c. Hari ke 4 – 5

d. Hari ke 3 – 4

e. Hari ke 1 – 3

Page 66: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

50

19. Pada rentang hari ke berapa darah yang keluar lebih sedikit dari hari

lainnya?

a. Hari ke 1 – 3

b. Hari ke 3 – 4

c. Hari ke 4 – 5

d. Hari ke 5 - 6

e. Hari ke 6 atau lebih

20. Selama menstruasi, berapa banyak pembalut yang Anda ganti?

a. 2 kali

b. 3 kali

c. 4 kali

d. 5 kali

e. 6 kali

Page 67: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

51

Lampiran 2. Hasil

1. Kecemasan dengan Siklus Menstruasi

2. Tingkat Kecemasan dengan siklus menstruasi

No. Tingkat Kecemasan Siklus Menstruasi

Teratur Tidak Teratur N % N % 1 Normal 26 86,7 18 54,3

2 Kecemasan Ringan 4 13,3 15 23,5

3 Kecemasan Sedang 0 23,5 12 14,8

4 Kecemasan Berat 0 0 6 7,4

3. Tingkat Kecemasan dengan Angkatan

No Tingkat Kecemasan Angkatan

2016 2017 2018 1 Normal 12 20 12

2 Kecemasan Ringan 5 7 7

3 Kecemasan Sedang 2 6 4

4 Kecemasan Berat 0 4 2 Total 19 37 25

No. Tingkat Kecemasan Frekuensi Persen (%)

1 Normal 44 54,3

2 Kecemasan Ringan 19 23,5

3 Kecemasan Sedang 12 14,8

4 Kecemasan Berat 6 7,4

Page 68: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

52

4. Tingkat Ansietas dengan Umur

5. Kecemasan dengan Gangguan Menstruasi

6. Hasil Statistik (Somers’d)

No Tingkat Kecemasan Umur

18 19 20 21

1 Normal 5 18 12 9

2 Kecemasan Ringan 2 6 6 5

3 Kecemasan Sedang 1 5 3 3

4 Kecemasan Berat 1 2 2 1

Page 69: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

53

7. Hasil Statistik Korelasi (Odds Ratio)

Page 70: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

54

Lampiran 3.

Keterangan Lolos Kaji Etik

Page 71: HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI …

55

Lampiran 4.

Riwayat Penulis

Nama : Arga Prahastya Baswara

NIM : 11161030000050

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 19 September 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. Rasamala HJ. Marzuki No. 37 Menteng Dalam,

Pancoran, Tebet, Jakarta Selatan 12870

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2002 – 2003 : TK Yasporbi I

2003 – 2008 : SD Yasporbi Pancoran

2008 – 2011 : SMP Islam Al-Azhar 1 Pusat

2011 – 2014 : SMA Islam Al-Azhar 3 Pusat

2016 – sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta