hubungan kebiasaan makan makanan rendah serat...

13
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT DENGAN KEJADIAN APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat Cimahi Periode September 2016 - Januari 2017 MAKALAH Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Kedokteran Oleh Dewi Wulandari NIM 4111131031 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI MARET 2017

Upload: others

Post on 06-Aug-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN

RENDAH SERAT DENGAN KEJADIAN

APENDISITIS AKUT

Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat Cimahi Periode September

2016 - Januari 2017

MAKALAH

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

Dewi Wulandari

NIM 4111131031

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

MARET 2017

Page 2: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT

DENGAN KEJADIAN APENDISITIS AKUT

Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat Cimahi Periode September 2016 -

Januari 2017

Dewi Wulandari1, Endah Hamidah2, Priatna3

1

Fakultas Kedokteran UNJANI, 2Bagian Laboratorium Patologi Anatomi

Fakultas Kedokteran UNJANI, 3Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran UNJANI

ABSTRACT

Acute appendicitis is the most common digestive tract disease and the most frequent

cause of acute abdominal complaint. The incidence of acute appendicitis in

Indonesia ranks highest among acute abdominal emergency cases. The cause of

acute appendicitis related to many factors such as age, sex, and low fiber dietary.

This study aimed to obtain correlation between low fiber dietary with acute

apendicitis at Dustira Cimahi Hospital and Cibabat Cimahi Hospital in the period

of September 2016 – January 2017. This was analytical design research with cross-

sectional study. Subject in this study was acute appendicities patients who

diagnosed by a doctor and had surgery as well as histopathology examination.

Object in this study was secondary data from medical records of acute

appendicities patients. The result showed that there were 77 acute appendicitis

patients approved as inclusion criteria. Acute appendicitis was found as the most

common between the ages of 11-20 years that is 24 cases (31.2%). Woman was

more likely to have acute appendicitis than man with comparation 1,2:1. Acute

appendicitis patients were more likely low fiber dietary than high fiber dietary.

Acute appendicitis patients who low fiber dietary were found as the most common

between the ages of 11-20 years that is 14 cases (26.4%). Woman who have acute

appendicitis was more likely low fiber dietary than man. Analytical test result

showed that there was a significant correlation between low-fiber diet with acute

appendicitis incidence (95% CI; p = 0,009; PR = 7,7).

Keywords: acute appendicitis, low fiber dietary, histopathology examination

ABSTRAK

Apendisitis akut merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang paling

umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen akut.

Insidensi apendisitis akut di Indonesia menempati urutan tertinggi diantara kasus

kegawatan abdomen akut. Insidensi apendisitis akut berkaitan dengan beberapa

faktor seperti usia, jenis kelamin, dan kebiasaan makan makanan rendah serat.

1

Page 3: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan makanan

rendah serat dengan kejadian apendisitis akut di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

Cimahi periode September 2016 – Januari 2017. Penelitian ini menggunakan desain

analitik dengan rancangan cross sectional. Subjek pada penelitian ini adalah pasien

apendisitis akut yang telah didiagnosis oleh dokter dan dilakukan operasi serta

pemeriksaan histopatologi. Objek pada penelitian ini adalah catatan rekam medik

dari semua pasien apendisitis akut. Pada penelitian ini didapatkan jumlah kasus

apendisitis akut yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 77 sampel. Apendisitis

akut paling banyak ditemukan pada usia 11-20 tahun yaitu sebanyak 24 kasus

(31,2%). Perempuan lebih banyak mengalami apendisitis akut dibandingkan laki-

laki dengan perbandingan 1,2:1. Pasien apendisitis akut yang mengonsumsi rendah

serat lebih banyak dibandingkan yang mengonsumsi tinggi serat yaitu sebanyak 53

kasus (68,8%). Pasien apendisitis akut yang mengonsumsi rendah serat terbanyak

pada usia 11-20 tahun yaitu sebanyak 14 kasus (26,4%). Perempuan yang

mengalami apendisitis akut lebih banyak mengonsumsi rendah serat dibandingkan

laki-laki. Hasil uji analitik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

kebiasaan mengonsumsi makanan rendah serat dengan kejadian apendisitis akut

(95% CI; p = 0,009; PR = 7,7).

Kata kunci: apendisitis akut, makanan rendah serat, pemeriksaan histopatologi

PENDAHULUAN

Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu suatu

struktur tubular rudimenter yang berhubungan dengan sekum di sebelah kaudal

ileosekal. Apendisitis dibedakan menjadi akut dan kronis berdasarkan waktu

perkembangan penyakit. Apendisitis akut merupakan salah satu penyakit saluran

pencernaan yang paling umum ditemukan dan yang paling sering memberikan

keluhan abdomen akut dengan batasan durasi tidak lebih dari 48 jam disertai

keluhan gejala yang lebih khas dan jelas, sebaliknya apendisitis kronis merupakan

kasus yang jarang terjadi dan menunjukkan perjalanan penyakit yang lebih lambat

serta gejala yang lebih ringan dibandingkan apendisitis akut. Apendisitis akut

merupakan penyakit abdomen akut tersering yang ditangani oleh dokter bedah.1,2

Insidensi apendisitis akut di negara maju lebih tinggi dibandingkan negara

berkembang. Di Amerika terdapat 250.000 kasus apendisitis akut yang dilaporkan

tiap tahunnya yang mencangkup 7% populasi dengan insidensi 1,1 kasus per 1000

orang per tahun. Data yang dirilis oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2008

mencatat jumlah penderita apendisitis akut di Indonesia mencapai 591.819 orang

Page 4: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

3

dan meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang serta insidensi apendisitis

akut menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainnya. Pada

tahun 2013, jumlah penyakit sepuluh besar terbanyak pada pasien rawat inap

ditempati oleh penyakit apendisitis akut yang berada pada urutan kesembilan.3,4

Apendisitis akut dapat ditemukan pada semua usia, tetapi pada anak kurang dari

satu tahun jarang dilaporkan. Hal tersebut akibat struktur anatomi apendiks pada

anak kurang dari satu tahun yang berbentuk seperti kerucut yaitu melebar pada

bagian proksimal dan menyempit pada bagian distal sehingga menurunkan

terjadinya obstruksi pada lumen apendiks. 5-7

Insidensi apendisitis akut tertinggi pada kelompok usia 20-30 tahun. Hal

tersebut akibat hiperplasia limfoid yang sering terjadi pada usia ini. Insidensi pada

lelaki dan perempuan umumnya sama, kecuali pada usia 20-30 tahun dimana

insidensi pada lelaki lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu dengan ratio 1,5:1.

5-7

Apendisitis akut dapat disebabkan oleh berbagai hal, namun sumbatan

(obstruksi) pada lumen apendiks merupakan faktor utama sebagai penyebabnya.

Faktor risiko terjadinya penyumbatan lumen apendiks ialah adanya fekalit (tinja

yang mengeras) akibat gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari yang tidak sehat

seperti kurangnya mengonsumsi makanan berserat dalam menu sehari-hari.5-9

Di Asia dan Afrika, insidensi apendisitis akut lebih rendah diduga akibat

kebiasaan penggunaan makanan tinggi serat oleh setiap penduduknya. Insidensi

apendisitis lebih rendah terjadi pada masyarakat dengan kebiasaan makan makanan

tinggi serat dalam menu sehari-hari. Makanan tinggi serat dapat menurunkan

viskositas feses, menurunkan waktu transit di usus, dan meminimalisir

terbentuknya fekalit. Semua ini dapat menurunkan terjadinya sumbatan pada lumen

apendiks.2,5,10

Menurut Hwang dan Khumbhaar proporsi jaringan limfoid pada laki-laki lebih

banyak dibandingkan perempuan. Proporsi jaringan limfoid dan hiperplasia limfoid

terutama ditemukan pada usia 20-30 tahun. Menurut Evi (2009) pada usia remaja

dan dewasa muda terjadi kecenderungan terhadap pola makan yang tidak sehat

yaitu kurangnya mengonsumsi makanan berserat dalam menu sehari-hari. Semua

Page 5: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

4

faktor tersebut mempermudah terjadinya obstruksi pada lumen apendiks yang dapat

menyebabkan apendisitis akut.5-7,10

Penelitian Damanik (2015) mengenai hubungan kejadian apendisitis dengan

kebiasaan makan makanan rendah serat pada anak di RS H. Adam Malik didapatkan

hasil hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan makanan rendah serat

dengan kejadian apendisitis akut.10

Penelitian mengenai hubungan kebiasaan makan makanan rendah serat dengan

kejadian apendisitis akut belum pernah dilakukan di RS Dustira Cimahi dan RS

Cibabat Cimahi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

hubungan kebiasaan makan makanan rendah serat dengan kejadian apendisitis akut

di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat Cimahi periode September 2016 – Januari

2017.

SUBJEK, OBJEK, DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross sectional

yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder di

Bagian Bedah RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat Cimahi periode September 2016

– Januari 2017. Subjek pada penelitian ini adalah pasien apendisitis akut yang telah

didiagnosis oleh dokter dan dilakukan operasi serta pemeriksaan histopatologi.

Objek pada penelitian ini adalah data sekunder berupa catatan rekam medik dari

semua pasien apendisitis akut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang telah dilakukan di Bagian Bedah RS Dustira Cimahi dan RS

Cibabat Cimahi periode September 2016 sampai Januari 2017 didapatkan jumlah

seluruh kasus apendisitis akut sebanyak 228 kasus, namun yang termasuk kedalam

kriteria inklusi sebanyak 86 sampel. Sedangkan, sebanyak 142 sampel tidak

memenuhi kriteria inklusi karena tidak ada hasil pemeriksaan histopatologi.

Rincian sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu dari RS Dustira Cimahi

sebanyak 40 sampel, sedangkan dari RS Cibabat Cimahi sebanyak 46 sampel.

Jumlah kasus apendisitis akut yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 77 sampel,

Page 6: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

5

sedangkan yang bukan apendisitis akut sebanyak 9 sampel. Pemilihan sampel

apendisitis akut yaitu pasien yang telah didiagnosis apendisitis akut oleh dokter

berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan histopatologi. Dari hasil

pemeriksaan histopatologi yang termasuk kedalam apendisitis akut pada penelitian

ini adalah apendisitis akut, apendisitis akut dengan nekrosis luas, apendisitis

perforasi, apendisitis infiltrat, dan apendisitis kronis eksaserbasi akut. Seluruh

sampel tersebut diperoleh dari hasil rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi

dan dari kuesioner mengenai kebiasaan makan makanan rendah serat dan tinggi

serat.

Gambaran Apendisitis Akut Berdasarkan Usia

Gambaran apendisitis akut berdasarkan usia dikelompokan dengan interval 10

tahun dimulai dari usia 0 tahun. Rincian hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa kasus apendisitis akut berdasarkan usia paling banyak

ditemukan pada pasien remaja hingga dewasa muda yang berusia 11-20 tahun yaitu

sebanyak 24 kasus (31,2%) dan paling sedikit ditemukan pada usia lebih dari 60

tahun yaitu sebanyak 2 kasus (2,6%). Dengan rincian usia terendah pada usia 3

tahun dan usia tertinggi pada usia 64 tahun.

Tabel 1 Gambaran Apendisitis Akut Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase %

0 - 10 tahun 8 10,4

11 - 20 tahun 24 31,2

21 - 30 tahun 13 16,9

31 - 40 tahun 13 16,9

41 - 50 tahun 9 11,7

50 - 60 tahun 8 10,4

> 60 tahun 2 2,6

Total 77 100

Page 7: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

6

Menurut data epidemiologi, apendisitis akut jarang terjadi pada balita,

meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja akhir,

sedangkan angka ini menurun pada usia lanjut.5,6,11

Menurut Sjamsuhidajat (2010) hal tersebut akibat adanya hiperplasia limfoid

yang merupakan salah satu etiologi dari obstruksi apendiks. Hiperplasia limfoid ini

berhubungan dengan infeksi saluran napas atas, mononucleosis, gastroenteritis,

ataupun infeksi parasit. Hiperplasia limfoid pada orang dewasa lebih sering terjadi

dibandingkan anak-anak sehingga kejadian apendisitis akut pun sering ditemukan

pada usia ini. Selain itu, tingginya kejadian apendisitis akut pada usia ini dapat

terjadi karena kebiasaan mengonsumsi makanan rendah serat lebih tinggi pada usia

ini. Konsumsi biji-bijian dari sayuran dan buah segar yang cukup banyak juga

merupakan tempat dan sarana bagi pembentukan fekalit. Apendisitis akut jarang

terjadi pada anak-anak dibawah satu tahun. Hal tersebut kemungkinan akibat

stuktur apendiks yang berbentuk seperti kerucut yaitu lebar di bagian proksimal dan

sempit di bagian distal sehingga menurunkan risiko terjadinya obstruksi pada

apendiks.3,5,7

Gambaran Apendisitis Akut Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambaran pasien apendisitis akut berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

Tabel 2. Dari Tabel 2 didapatkan bahwa perempuan (54,5%) lebih banyak

mengalami apendisitis akut dibandingkan laki-laki (45,5%) dengan perbandingan

1,2 : 1.

Tabel 2 Gambaran Apendisitis Akut Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 35 45,5

Perempuan 42 54,5

Total 77 100

Menurut Sjamsuhidajat (2010) dikatakan bahwa laki-laki dan perempuan

umumnya memiliki kesempatan yang sama untuk menderita apendisitis akut,

Page 8: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

7

kecuali pada usia 20 sampai 30 tahun dimana insidensi pada laki-laki lebih tinggi

dibandingkan perempuan yaitu dengan ratio 1,5:1. Menurut penelitian yang

dilakukan Hwang dan Khumbhaar (1940), proporsi jaringan limfoid pada laki-laki

lebih banyak dibandingkan perempuan, namun tidak ada konfirmasi lebih lanjut

mengenai hal ini. Menurut Lee J (2009), Inflamasi pada apendiks lebih umum

ditemukan pada laki-laki diduga karena adanya perubahan anatomis.5,11,12

Gambaran Apendisitis Akut Berdasarkan Konsumsi Serat

Kebiasaan mengonsumsi sumber serat responden pada penelitian ini dilihat dari

kebiasaan responden dalam mengonsumsi sayuran, buah-buahan, serta kacang-

kacangan dalam 30 hari terakhir sebelum responden menderita apendisitis akut

dengan menggunakan Food Frequency Questionaire (FFQ). Untuk memudahkan

dalam analisis data, peneliti membagi kebiasaan mengonsumsi serat dalam 2

kategori, yaitu rendah serat dan tinggi serat.

Gambaran apendisitis akut berdasarkan konsumsi serat dapat dilihat pada Tabel

3. Dari Tabel 3 ditemukan bahwa pasien apendisitis akut yang mengonsumsi rendah

serat sebanyak 53 kasus dengan persentase 68,8%, sedangkan hanya 24 kasus

dengan persentase 31,2% yang mengonsumsi tinggi serat.

Tabel 3 Gambaran Apendisitis Akut Berdasarkan Konsumsi Serat

Konsumsi serat Frekuensi Persentase (%)

Rendah serat 53 68,8

Tinggi serat 24 31,2

Total 77 100

Perubahan gaya pola hidup masyarakat Indonesia yang menuju ke pola hidup

tidak sehat seperti kurang makan makanan berserat menyebabkan angka kejadian

apendisitis akut tinggi. Hal tersebut akibat makanan rendah serat akan

mempermudah terjadinya konstipasi. Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal

yang berakibat timbulnya obstruksi pada lumen apendiks dan meningkatkan

Page 9: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

8

pertumbuhan kuman flora normal di kolon sehingga mempermudah timbulnya

apendisitis akut.5,13-14

Gambaran Usia Pasien Apendisitis Akut yang Mengonsumsi Rendah Serat

Gambaran usia pasien apendisitis akut yang mengonsumsi rendah serat dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Gambaran Usia Pasien Apendisitis Akut yang Mengonsumsi Rendah Serat

Usia Frekuensi Rendah Serat Persentase (%)

0-10 6 11,3

11-20 14 26,4

21-30 12 22,7

31-40 9 17

41-50 7 13,2

51-60 4 7,5

>60 1 1,9

Total 53 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa pasien apendisitis akut yang

mengonsumsi rendah serat terbanyak pada pasien remaja hingga dewasa muda yang

berusia 11-20 tahun yaitu sebanyak 14 kasus (26,4%) dan paling sedikit pada usia

lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 1 kasus (1,9%).

Diet remaja saat ini cenderung kurang mengonsumsi serat. Dalam laporan

Riskesdas tahun 2007 disebutkan bahwa terdapat 93,8% pada kelompok usia 15-24

tahun yang kurang mengonsumsi serat, sedangkan pada remaja awal yang berusia

10-14 tahun di Indonesia hanya 6,4% yang mengonsumsi cukup serat. Di Provinsi

Jawa Barat konsumsi serat pada remaja awal lebih rendah dari persentase nasional

yaitu sebanyak 4,5%. Hasil Riskesdas tahun 2010-2013 menunjukkan bahwa secara

nasional perilaku penduduk usia lebih dari 10 tahun yang kurang mengonsumsi

serat masih diatas 90%. Kondisi ini sejalan dengan temuan hasil Survei Konsumsi

Makanan Individu (SKMI) dalam Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 bahwa

Page 10: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

9

konsumsi penduduk terhadap sayur dan olahannya serta buah dan olahannya masih

rendah.15,16

Masa remaja saat ini cenderung menggemari fast food yang tinggi akan kalori,

lemak, dan natrium, namun kurang akan serat. Selain itu, rendahnya konsumsi serat

pada remaja juga ada kaitannya dengan masih rendahnya pengetahuan mereka

tentang manfaat serat. Menurut Bahria dan Triyanti (2010) pengaruh rekan atau

kelompok sebaya pada masa remaja juga sangat berkaitan dimana pemilihan

makanan mereka berdasarkan penerimaan oleh teman sebanyanya. Kebiasaan

dalam mengonsumsi rendah serat pada remaja tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya obstruksi pada lumen apendiks sehingga mempermudah terjadinya

apendisitis akut.15,16

Gambaran Jenis Kelamin Pasien Apendisitis Akut yang Mengonsumsi Rendah

Serat

Gambaran jenis kelamin pasien apendisitis akut yang mengonsumsi rendah

serat dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 didapatkan bahwa dari 53

pasien apendisitis akut yang mengonsumsi rendah serat, perempuan lebih banyak

mengonsumsi rendah serat yaitu sebanyak 28 kasus (53%) dibandingkan laki-laki

yaitu sebanyak 25 kasus (47%).

Tabel 5 Gambaran Jenis Kelamin Pasien Apendisitis Akut yang Mengonsumsi

Rendah Serat

Jenis Kelamin Frekuensi Rendah Serat Persentase (%)

Laki-laki 25 47

Perempuan 28 53

Total 53 100

Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini hampir sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Evi Heryanti (2009) bahwa perempuan lebih

banyak mengonsumsi rendah serat (67%) dibandingkan laki-laki (33%), namun

berdasarkan hasil uji statistik disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna

Page 11: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

10

antara jenis kelamin dengan frekuensi kebiasaan makan makanan rendah serat (p-

value=1,000).

Berbeda halnya dengan penelitian Farida (2010) bahwa jenis kelamin

berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur dengan risk estimate sebesar 1,096

pada laki-laki. Hal tersebut diartikan bahwa secara umum laki-laki lebih banyak

mengonsumsi makanan yang tinggi kalori, tetapi lebih sedikit mengonsumsi buah

dan sayur dibandingkan perempuan karena adanya perbedaan jenis kegiatan serta

besar dan susunan tubuhnya sehingga kebutuhan konsumsinya berbeda. Perbedaan

jenis kelamin juga berperan dalam menentukan kebutuhan gizi masing-masing,

biasanya kebutuhan gizi lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan

sehingga laki-laki cenderung tidak menyukai makanan yang tidak mengenyangkan/

makanan ringan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, perempuan lebih

memperhatikan body image (citra tubuh) dibandingkan laki-laki sehingga

mengurangi konsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat serta lebih memilih

mengonsumsi buah dan sayur agar berat badannya tetap ideal.16,17

Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Rendah Serat dengan Kejadian

Apendisitis Akut

Hasil penelitian mengenai hubungan kebiasaan makan makanan rendah serat

dengan kejadian apendisitis akut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan

bahwa sebanyak 68,8% pasien apendisitis akut mengonsumsi makanan rendah serat

dan hanya 31,2% yang mengonsumsi tinggi serat sebelum mengalami kejadian

apendisitis akut.

Tabel 6 Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Rendah Serat dengan Kejadian

Apendisitis Akut

Konsumsi

serat

Apendisitis akut

Ya Tidak

N % N %

P value PR

Rendah serat 53 68,8 2 22,2

Tinggi serat 24 31,2 7 77,8

Total 77 100 9 100

0,009 7,7

Page 12: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

11

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan

bahwa nilai p-value sebesar 0,009 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi makanan rendah serat

dengan kejadian apendisitis akut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Boyke Damanik dkk. di RSUP H. Adam Malik tahun 2016 yaitu ada hubungan

yang signifikan antara kebiasaan makan makanan rendah serat dengan kejadian

apendisitis pada anak (p-value = 0,0001).18

Perhitungan risiko relatif dilakukan dengan menggunakan nilai prevalensi ratio

(PR). Nilai PR didapatkan sebesar 7,7. Hasil ini menunjukkan bahwa kebiasaan

makan makanan rendah serat meningkatkan atau memperbesar kejadian apendisitis

akut sebesar 7,7 kali.

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah

serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Pengaruh nyata yang

telah dibuktikan dari makanan tinggi serat adalah bertambahnya volume feses,

melunaknya konsistensi feses, dan memperpendek waktu transit feses di usus.

Makanan tinggi serat memiliki kemampuan mengikat air di dalam kolon sehingga

membuat volume feses menjadi lebih besar dan merangsang saraf pada rektum yang

menimbulkan keinginan untuk defekasi dan feses lebih mudah dieliminasi. Dengan

demikian, makanan tinggi serat akan menurunkan terjadinya obstruksi pada lumen

apendiks. Berbeda halnya dengan makanan rendah serat yang akan mempermudah

terjadinya konstipasi. Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal yang berakibat

timbulnya obstruksi pada lumen apendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman

flora normal di kolon sehingga mempermudah timbulnya apendisitis akut. 5,13-14,18

SIMPULAN

Pada penelitian yang telah dilakukan di Bagian Bedah RS Dustira Cimahi dan

RS Cibabat Cimahi periode September 2016 - Januari 2017 dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Gambaran usia, jenis kelamin, dan konsumsi serat pasien apendisitis akut antara

lain:

Page 13: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN MAKANAN RENDAH SERAT …repository.unjani.ac.id/repository/8df4f6325a256c6e6e29... · 2017. 12. 12. · APENDISITIS AKUT Di RS Dustira Cimahi dan RS Cibabat

12

a. Pasien apendisitis akut paling banyak ditemukan pada usia 11-20 tahun

yaitu sebanyak 24 kasus (31,2%) dan paling sedikit pada usia lebih dari 60

tahun yaitu sebanyak 2 kasus (2,6%).

b. Perempuan yaitu sebanyak 42 kasus (54,5%) lebih banyak mengalami

apendisitis akut dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 35 kasus (45,5%).

c. Pasien apendisitis akut yang mengonsumsi rendah serat yaitu sebanyak 53

kasus (68,8%), sedangkan yang mengonsumsi tinggi serat hanya 24 kasus

(31,2%).

2. Gambaran usia pasien apendisitis akut yang mengonsumsi rendah serat

terbanyak pada usia 11-20 tahun yaitu sebanyak 26,4% dan paling sedikit pada

usia lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 1,9%.

3. Perempuan yang mengalami apendisitis akut lebih banyak mengonsumsi

rendah serat yaitu sebanyak 53% dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 47%.

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi makanan

rendah serat dengan kejadian apendisitis akut (95% CI; p = 0,009; PR = 7,7).

SARAN

1. Disarankan kepada pihak rumah sakit (RS Dustira Cimahi & RS Cibabat

Cimahi) untuk memperbaiki sistem pencatatan dan penyimpanan rekam medik

agar rekam medik tidak ada yang hilang atau tidak lengkap khususnya yaitu

berupa hasil pemeriksaan histopatologi.

2. Disarankan kepada dokter yang terkait agar melakukan pemeriksaan

histopatologi kepada setiap pasien apendisitis akut sebagai pemeriksaan gold

standard.

3. Disarankan kepada instansi terkait agar mengadakan penyuluhan tentang faktor

risiko penyebab apendisitis akut serta upaya pencegahan apendisitis akut

sehingga kejadian apendisitis akut dapat diturunkan.