hubungan internasional indonesia

29
Hubungan Internasional dalam bidang Ekonomi Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia. 1 Kerjasama antarnegara memiliki bentuk yang bermacam-macam, mulai dari kerjasama ekonomi, perdagangan, dan lain-lain. Istilah kerjasama ekonomi internasional tidak sama dengan perdagangan internasional. Kerjasama ekonomi internasional mempunyai cakupan yang lebih luas daripada perdagangan internasional. Dengan demikian kerjasama ekonomi internasional adalah merupakan hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Berdasarkan pengertian kerjasama, maka setiap negara yang mengadakan kerjasama dengan negara lain dapat dipastikan mempunyai suatu tujuan. Sesuai dengan perspektif atau pandangan dari teori liberalisme, dimana perspektif liberali sme lebih cenderung memiliki keinginan untuk mengadakan kerjasama dalam penyelesaian masalah dan selalu percaya pada kemajuan individu dan kelompok. 2 1 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Internasional, Bab I, Pasal 1 2 Robert Jackson & Georg Sorensen, “Introduction to International Relations”, (Oxford, 1999) Chap. 4

Upload: muhammad-wahyu

Post on 29-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Hub. Internasional Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Internasional Indonesia

Hubungan Internasional dalam bidang Ekonomi

Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan

internasional yang dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-

lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga

swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.1

Kerjasama antarnegara memiliki bentuk yang bermacam-macam, mulai dari kerjasama

ekonomi, perdagangan, dan lain-lain. Istilah kerjasama ekonomi internasional tidak sama dengan

perdagangan internasional. Kerjasama ekonomi internasional mempunyai cakupan yang lebih

luas daripada perdagangan internasional. Dengan demikian kerjasama ekonomi internasional

adalah merupakan hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi

melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling

menguntungkan. Berdasarkan pengertian kerjasama, maka setiap negara yang mengadakan

kerjasama dengan negara lain dapat dipastikan mempunyai suatu tujuan. Sesuai dengan

perspektif

atau pandangan dari teori liberalisme, dimana perspektif liberalisme lebih cenderung memiliki

keinginan untuk mengadakan kerjasama dalam penyelesaian masalah dan selalu percaya pada

kemajuan individu dan kelompok.2

1 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Internasional, Bab I, Pasal 12 Robert Jackson & Georg Sorensen, “Introduction to International Relations”, (Oxford, 1999) Chap. 4

Page 2: Hubungan Internasional Indonesia

Tiap negara mempunyai keterbatasan jenis dan banyaknya sumber daya alam maupun

sumber daya manusia. Saudi Arabia mempunyai banyak minyak bumi tetapi miskin hasil rotan,

bahan makanan, dan hasil industri; Jepang tidak mempunyai tambang minyak tetapi mampu

menghasilkan barang-barang industri dengan teknologi tinggi; Indonesia mempunyai tambang

minyak dan sumber daya alam lainnya tetapi belum memiliki teknologi tinggi untuk

mengolahnya.

Untuk memenuhi semua kebutuhannya, suatu negara perlu bekerja sama dengan negara

lain atau perlu kerja sama ekonomi internasional. Suatu negara di dunia, walaupun sudah

modern, wilayahnya luas, dan sumber daya alamnya melimpah, tidak akan pernah mampu hidup

mandiri tanpa berhubungan dengan negara lain. Dewasa ini dengan semakin modern kebudayaan

umat manusia di suatu negara, justru semakin tinggi tingkat kebergantungannya terhadap negara

lain.

Kerja sama ekonomi internasional dapat berjalan dengan harmonis apabila tiap negara

yang terlibat dapat menikmati keuntungannya. Selain itu, kerja sama tersebut juga harus didasari

rasa ingin membantu negara lain. Mereka yang terlibat dalam kerja sama ekonomi internasional

harus memahami tujuan diadakannya kerja sama tersebut. Secara rinci, kerja sama ekonomi

internasional bertujuan sebagai berikut.

a. Mencukupi Kebutuhan dalam Negeri

Tidak ada negara yang memiliki semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

warga negaranya. Bagi Negara yang memiliki kelebihan suatu produk tertentu dapat

menjual ke negara lain sehingga semua negara dapat memperoleh barang yang

dibutuhkan.

b. Meningkatkan Produktivitas dalam Negeri

Dengan melakukan kerja sama ekonomi dengan negara lain, suatu Negara bisa

memperoleh bahan produksi yang belum dimiliki. Sumber-sumber produksi yang tidak

terdapat di dalam negeri

bisa diimpor dari luar negeri. Dengan demikian, produksi di dalam negeri menjadi lebih

lancar sehingga produktivitasnya meningkat.

c. Memperluas Lapangan Kerja

Page 3: Hubungan Internasional Indonesia

Kerja sama ekonomi internasional membuat ketercukupan sumber-sumber produksi yang

semula tidak dimiliki oleh suatu negara. Oleh karena ketercukupan sumber-sumber

produksi maka proses produksi bisa berjalan. Hal ini dapat menciptakan lapangan kerja.

d. Meningkatkan Pendapatan Negara melalui Ekspor

Ekspor dilakukan apabila harga di luar negeri lebih tinggi daripada di dalam negeri. Oleh

karena itu, ekspor dapat meningkatkan pendapatan karena perolehan penjualan

meningkat.

e. Memperkuat Rasa Persahabatan

Dengan melakukan kerja sama ekonomi internasional, jalinan persahabatan negara-

negara yang terlibat menjadi semakin baik. Hal ini karena adanya kesadaran bahwa

mereka saling membutuhkan.3

Bentuk-bentuk kerjasama Ekonomi Internasional

Banyak negara yang melakukan kerja sama ekonomi internasional karena menyadari

bahwa kerja sama ekonomi internasional memberikan manfaat. Kerja sama ini dapat dilakukan

antara negara maju dengan negara berkembang, atau antara sesama negara maju. Kerja sama

antara negara maju dengan negara berkembang diwujudkan dalam bentuk tukar-menukar barang

mentah dengan barang jadi, atau pertukaran barang mentah dengan modal dan tenaga ahli.

Sedangkan kerja

sama antara sesama negara maju diwujudkan dalam bentuk pertukaran tenaga ahli serta Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi.

Dilihat dari letak geografisnya, kerja sama ekonomi internasional dapat dibedakan menjadi tiga

sebagai berikut:

a. Kerja sama ekonomi internasional, yaitu kerja sama di bidang ekonomi yang dilakukan

oleh banyak negara di dunia. Misal : WTO

b. Kerja sama ekonomi regional, yaitu kerja sama ekonomi yang dilakukan oleh negara-

negara yang berada dalam suatu kawasan tertentu. Misal : ASEAN, APEC.

3 http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pkop4426/M.swf diakses 14 Maret 2014

Page 4: Hubungan Internasional Indonesia

c. Kerja sama ekonomi antarregional, yaitu kerja sama ekonomi yang dilakukan oleh

negara-negara yang berada dalam satu kawasan dengan negara-negara yang berada di

kawasan yang lain.

Berdasarkan banyaknya negara peserta, kerja sama ekonomi internasional dapat dibedakan

menjadi dua sebagai berikut.

a. Kerja sama ekonomi bilateral, yaitu kerja sama ekonomi yang dilakukan oleh dua negara.

b. Kerja sama ekonomi multilateral, yaitu kerja sama ekonomi yang dilakukan oleh lebih

dari dua Negara.4

Dampak kerjasama Ekonomi Internasional

Setiap kerja sama internasional pada dasarnya harus saling menguntungkan kedua belah

pihak. Jangan sampai justru mengakibatkan kerugian salah satu pihak. Walaupun demikian tidak

bisa dipungkiri bahwa adanya kerja sama ekonomi antarnegara akan menimbulkan dampak

positif dan dampak negatif. Dampak positif maupun negatif yang terjadi dengan adanya kerja

sama ekonomi antarnegara sangat tergantung pada bidang kerja samanya. Adapun dampak

positif dan negatif yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Dampak Positif

1. Semakin Lancarnya perdagangan internasional maupun regional.

2. Adanya kestabilan harga, permintaan, dan penawaran.

3. Mengatasi berbagai permasalahan ekonomi bersama.

4. Memperkuat Posisi Perdagangan Suatu Negara dengan Ditandai Meningkatnya

Ekspor.

5. Mengatasi persaingan antarnegara yang tidak sehat.

6. Meningkatnya daya saing.

7. Meningkatkan perekonomian dalam negeri.

8. Meningkatkan pendapatan Negara utamanya devisa.

b. Dampak negatif

1. Produk Dalam Negeri akan Kalah Bersaing dengan Produk Luar Negeri Baik

Harga maupun Mutunya.

2. Produsen Dalam Negeri yang Tidak Mampu Bersaing Akhirnya akan Menutup

Usahanya.4 ibid

Page 5: Hubungan Internasional Indonesia

3. Dapat Menimbulkan Ketergantungan dengan Luar Negeri.

4. Terjadinya Keterikatan yang Menyebabkan Berkurangnya Kebebasan dalam

Mengatur Sendiri Kegiatan Ekomoni/Perdagangan.

5. Timbulnya Proteksi-Proteksi untuk Melindungi dan Mementingkan Negara

Anggotanya Sendiri (Diskriminasi).

6. Timbulnya Eksploitasi Sumber Daya Alam yang Berlebihan.

7. Pasar Dalam Negeri Dikuasai oleh Produk Asing.

Hubungan Internasional Indonesia di bidang Ekonomi.

Sejak merdeka, hubungan luar negeri Indonesia berpatokan pada kebijakan luar negeri

"bebas dan aktif" yang berdasarkan pada pasal 3 UU RI Nomor 37 tahun 1999 berdasarkan

penjelasan pasal ini, yang dimaksud dengan "bebas aktif" adalah politik luar negeri yang pada

hakikatnya bukan merupakan politik netral, melainkan politik luar negeri yang bebas

menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dan tidak

mengikatkan diri secara a priori pada satu kekuatan dunia serta secara aktif memberikan

sumbangan, baik dalam bentuk pemikiran maupun partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik,

sengketa dan permasalahan dunia lainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kebijakan luar negeri Indonesia pada masa Orde Baru yang dipimpin

Presiden Soeharto beralih dari sikap anti-Barat dan anti-Amerika yang menjadi ciri

pemerintahan Soekarno. Setelah Soeharto mengundurkan diri tahun 1998, pemerintah Indonesia

mempertahankan garis besar kebijakan luar negeri Soeharto yang moderat dan independen.

Selain mewariskan keadaan ekonomi yang sangat parah, pemerintahan Orde Lama juga

mewariskan utang luar negeri yang sangat besar yakni mencapai 2,2-2,7 miliar, sehingga

pemerintah Orde Baru meminta negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran

kembali utang Indonesia. Pada tanggal 19-20 September 1966 pemerintah Indonesia

mengadakan perundingan dengan negara-negara kreditor di Tokyo, Pemerintah Indonesia akan

melakukan usaha bahwa devisa ekspor yang diperoleh Indonesia akan digunakan untuk

membayar utang yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku. Hal ini

Page 6: Hubungan Internasional Indonesia

mendapat tanggapan baik dari negara-negara kreditor. Perundinganpun dilanjutkan

di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai berikut :

1. Pembayaran hutang pokok dilaksanakan selama 30 tahun, dari tahun 1970 sampai

dengan 1999.

2. Pembayaran dilaksanakan secara angsuran, dengan angsuran tahunan yang sama

besarnya.

3. Selama waktu pengangsuran tidak dikenakan bunga.

4. Pembayaran hutang dilaksanakan atas dasar prinsip nondiskriminatif, baik terhadap

negara kreditor maupun terhadap sifat atau tujuan kredit.

Pada tanggal 23-24 Februari 1967 diadakan perundingan di Amsterdam, Belanda yang bertujuan

membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negeri serta kemungkinan pemberian

bantuan dengan syarat lunas, yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Intergovernmental Group

for Indonesia). Pemerintah Indonesia mengambil langkah tersebut untuk memenuhi

kebutuhannya guna pelaksanaan program-program stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi serta

persiapan-persiapan pembangunan. Di samping mengusahakan bantuan luar negeri tersebut,

pemerintah juga berusaha dan telah berhasil mengadakan penangguhan serta memperingan

syarat-syarat pembayaran kembali (rescheduling) hutang-hutang peninggalan Orde

Lama.Melalui pertemuan tersebut pemerintah Indonesia berhasil mengusahakan bantuan luar

negeri.

Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali dipulihkan.

MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia.

Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia harus didasarkan pada kepentingan nasional, seperti

pembangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan. 5 Penataan politik luar

negeri mulai digalakkan seperti bergabungnya kembali Indonesia dengan PBB pada tanggal 28

September 1966,dan pemulihan hubungan dengan Malaysia dan Singapura. Pada masa ini

Indonesia juga banyak terlibat aktif dalam berbagai organisasi Internasional seperti turut serta

dalam pendirian ASEAN, dan menjadi anggota APEC, OPEC, CGI, IMF, World Bank dan OKI.

Berikut adalah hubungan Indonesia dengan beberapa Organisasi Ekonomi Internasional :

5 http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1966-1998) diakses 13/03/2014

Page 7: Hubungan Internasional Indonesia

1. APEC

a. Sekilas mengenai APEC

Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) adalah forum kerja sama dari 22 Ekonomi di

lingkar Samudera Pasifik yang berdiri tahun 1989. Kerja sama di APEC meliputi tidak saja

perdagangan, tetapi juga upaya meningkatkan investasi dan kerja sama ekonomi lainnya

secara menyeluruh. Saat ini terdapat 22 Ekonomi yang menjadi anggota APEC. Kerja sama

di APEC merupakan kerja sama non-politis, ditandai dengan keanggotaan Hong Kong dan

Taiwan, serta karena bentuk kerja samanya yang difokuskan pada ekonomi,  perdagangan,

dan investasi. Selain ke-22 Ekonomi tersebut, APEC memiliki tiga pengamat (observer),

yaitu ASEAN Secretariat, Pacific Economic Cooperation Council (PECC), dan Pacific

Islands Forum (PIF) Secretariat.

 

Tujuan utama APEC adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

kesejahteraan di Asia Pasifik. Hal ini dilakukan dengan mendorong dan memfasilitasi

perdagangan dan investasi yang lebih bebas dan terbuka di kawasan, serta meningkatkan

kerja sama pengembangan kapasitas Ekonomi Anggota dengan target tahun 2010 untuk

Ekonomi maju dan tahun 2020 untuk Ekonomi berkembang. Tujuan APEC tersebut

tercantum dalam hasil kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Bogor pada tahun

1994 yang lebih dikenal dengan Bogor Declaration.

 

“… with the industrialized economies achieving the goal of free and open trade and

investment no later than the year 2010 and developing economies no later than the year

2020.”

 

Kerja sama di APEC dibangun berdasarkan beberapa prinsip yaitu consensus; voluntary and

non-binding; concerted unilateralism; dan differentiated time frame.

Prinsip consensus memiliki arti bahwa semua keputusan di APEC harus bermanfaat dan

disepakati oleh 22 Ekonomi Anggota. Prinsip voluntary and non-binding berarti kesepakatan

dilakukan secara sukarela dan tidak mengikat. Sementara itu, prinsip concerted

unilateralism berarti keputusan dilakukan secara bersama-sama sesuai dengan kemampuan

Page 8: Hubungan Internasional Indonesia

tiap Ekonomi tanpa syarat resiprositas, serta prinsip differentiated time frame berarti bahwa

Ekonomi maju diharapkan melakukan liberalisasi terlebih dahulu.

  

APEC saat ini dianggap sebagai salah satu forum ekonomi regional terpenting di Asia

Pasifik, karena melibatkan partisipasi para Pemimpin Ekonomi negara-negara kunci di

kawasan, seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Australia, dan tujuh anggota ASEAN. Dari

segi demografis, APEC merupakan organisasi yang besar karena menaungi penduduk

sejumlah 2,7 milyar jiwa. Empat belas dari 22 Ekonomi Anggota APEC merupakan 40

Ekonomi pengekspor terbesar di dunia, sementara sembilan anggota APEC tercatat sebagai

anggota G20. Selain itu, setiap tahun Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan, Menteri

Keuangan dan Menteri-Menteri lain hadir dalam pertemuan-pertemuan APEC. Kehadiran

para Pemimpin dan Menteri APEC tersebut selama ini juga dimanfaatkan sebagai

kesempatan untuk melakukan pembahasan masalah-masalah bilateral dan regional.6

b. Indonesia dan APEC

  

Total perdagangan Indonesia di tahun 1989 ke seluruh Ekonomi Anggota APEC adalah US$

29,9 milyar. Di tahun 2011, angka ini naik menjadi US$ 289,3 milyar, atau 75% dari total

perdagangan Indonesia. [1] Pada tahun 1994, nilai FDI (Foreign Direct Investment) masuk

ke Indonesia dari seluruh Ekonomi Anggota APEC adalah US$ 2,5 milyar. Di tahun 2011,

angka ini meningkat menjadi US$ 10,6 milyar atau 54% dari total FDI masuk ke Indonesia.

 

Bagi Indonesia, potensi dan peluang kerja sama ekonomi di APEC tersebut dapat

dimanfaatkan untuk mengembangkan kapasitas ekonomi, daya saing, dan inovasi Indonesia

dan mendorong terbukanya pasar di Asia Pasifik.

 

Pada tahun 2008, Indonesia mengajukan diri dan terpilih secara konsensus untuk menjadi

ketua dan tuan rumah KTT ke-21 APEC tahun 2013. Penyelenggaraan KTT ke-21 APEC dan

seluruh rangkaian pertemuan APEC di tahun 2013 di Indonesia perlu dimanfaatkan sebagai

peluang untuk menunjukan peran aktif Indonesia di dalam memajukan ketahanan ekonomi

6 http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=3&P=Regional&l=id diakses 12/03/2014

Page 9: Hubungan Internasional Indonesia

regional, memanfaatkan integrasi ekonomi kawasan bagi pertumbuhan ekonomi, penciptaan

lapangan kerja, serta peningkatan investasi, dan ekspor Indonesia. Selain itu, diharapkan

ketuanrumahan Indonesia dapat membawa manfaat positif bagi upaya mempromosikan

potensi perdagangan, investasi, pariwisata, serta kebudayaan.

 

Tema APEC Indonesia 2013 adalah “Resilient Asia-Pacific, Engine of Global

Growth.” Kepemimpinan Indonesia pada APEC tahun 2013 dapat dimanfaatkan untuk

mewujudkan kawasan Asia Pasifik yang tangguh, berketahanan, dan cepat pulih di tengah

krisis ekonomi. Perwujudan visi ini diharapkan dapat menjadikan kawasan Asia Pasifik

sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia. Guna mendukung pencapaian tema tersebut,

Indonesia mengusung tiga prioritas utama, yaitu meningkatkan upaya pencapaian Bogor

Goals (Attaining the Bogor Goals), mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang merata

(Achieving Sustainable Growth with Equity), serta meningkatkan konektivitas kawasan

(Promoting connectivity).

 

Di bawah prioritas Attaining the Bogor Goals, Indonesia berupaya mendorong penguatan

integrasi ekonomi regional melalui liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan mendukung

sistem perdagangan multilateral. Sementara itu, di bawah prioritas Achieving Sustainable

Growth with Equity, Indonesia berupaya mendorong penguatan peran UMKM dan wanita

dalam perekonomian, membahas masalah ketahanan pangan, serta mengarusutamakan isu-isu

kelautan di APEC. Sedangkan pada prioritas Promoting Connectivity, Indonesia berupaya

meningkatkan konektivitas fisik, institusional, dan perorangan di kawasan, diantaranya

melalui peningkatan kerja sama pengembangan dan investasi infrastruktur, kerja sama lintas

batas sektor pendidikan, kerja sama fasilitasi tanggap darurat bencana alam, serta kerja sama

fasilitasi pariwisata di kawasan Asia Pasifik.7

2. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)

a. Sejarah pembentukan ASEAN

Untuk mengatasi perseteruan yang sering terjadi di antara negara-negara Asia

Tenggara dan membentuk kerjasama regional yang lebih kokoh, maka lima Menteri

7 ibid

Page 10: Hubungan Internasional Indonesia

Luar Negeri yang berasal Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand

mengadakan pertemuan di Bangkok pada bulan Agustus 1967 yang menghasilkan

rancangan Joint Declaration, yang pada intinya mengatur tentang kerjasama regional

di kawasan tersebut. Sebagai puncak dari pertemuan tersebut, maka pada tanggal 8

Agustus 1967 ditandatangani Deklarasi ASEAN atau dikenal sebagai Deklarasi

Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan

para Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand.

Deklarasi tersebut menandai berdirinya Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara

(Association of South East Asian Nations/ASEAN). Masa awal pendirian ASEAN

lebih diwarnai oleh upaya-upaya membangun rasa saling percaya (confidence

building) antar negara anggota guna mengembangkan kerjasama regional yang

bersifat kooperatif namun belum bersifat integratif.

Tujuan dibentuknya ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok

adalah untuk :

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan

kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan

persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsabangsa

Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;

2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati

keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan

ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;

3. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalahmasalah

yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik,

ilmu pengetahuan dan administrasi;

4. Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian

dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik dan administrasi;

5. Bekerjasama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian dan

industri mereka, memperluas perdagangan dan pengkajian masalah masalah

komoditi internasional, memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan

komunikasi, serta meningkatkan taraf hidup rakyat mereka;

Page 11: Hubungan Internasional Indonesia

6. Memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara; dan

7. Memelihara kerjasama yang eratdan berguna dengan berbagai organisasi

internasional dan regional yang mempunyai tujuan serupa, dan untuk menjajagi

segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara erat diantara mereka

sendiri.

Adapun prinsip utama dalam kerjasama ASEAN, seperti yang terdapat dalam Treaty

of Amity and Cooperation in SouthEast Asia (TAC) pada tahun 1976 adalah: (i)

saling menghormati, (ii) kedaulatan dan kebebasan domestik tanpa adanya campur

tangan dari luar, (iii) non interference, (iv) penyelesaian perbedaan atau sengketa

dengan cara damai, (v) menghindari ancaman dan penggunaaan kekuatan/senjata dan

(vi) kerjasama efektif antara anggota.

b. Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (Asean Economic Community)

1. Sejarah pencanangan ASEAN Economic Community (AEC)

ASEAN Economic Community merupakan konsep yang mulai digunakan dan

diadopsi dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), di Bali,

bulan Oktober 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN

Community).

Pada saat berlangsungnya KTT ke-10 ASEAN di Vientiane, Laos, tahun 2004,

konsep Komunitas ASEAN mengalami kemajuan dengan disetujuinya Vientiane

Action Program (VAP) 2004-2010 yang merupakan strategi dan program kerja

utuk

mewujudkan ASEAN Vision. Pencapaian ASEAN Community semakin kuat

dengan ditandatanganinya “Cebu Declaration on the Acceleration of the

Establishment of an ASEAN Community by 2015” oleh para Pemimpin ASEAN

pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. Para

Pemimpin ASEAN juga menyepakati percepatan pembentukan ASEAN

Economic Community (AEC) dari tahun 2020 menjadi tahun 2015.

Page 12: Hubungan Internasional Indonesia

Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang dilaksanakan pada bulan Agustus

2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk mengembangkan ASEAN

Economic Community Blueprint yang merupakan panduan untuk terwujudnya

AEC. Declaration on ASEAN Economic Community Blueprint, ditanda tangani

pada tanggal 20 November 2007, memuat jadwal strategis untuk masing-masing

pilar yang disepakati dengan target waktu yang terbagi dalam empat fase yaitu

tahun 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013 dan 2014-2015. Penandatanganan AEC

Blueprint dilakukan bersamaan dengan penandatanganan Piagam ASEAN

(ASEAN Charter).

AEC Blueprint merupakan pedoman bagi Negara-negara Anggota ASEAN untuk

mencapai AEC 2015, dimana masing-masing negara berkewajiban untuk

melaksanakan komitmen dalam blueprinttersebut. AEC Blueprint memuat empat

kerangka utama seperti disajikan yaitu:

a. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan

elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran

modal yang lebih bebas;

b. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yangtinggi, dengan

elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen,hak atas kekayaan

intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;

c. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata

dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa

integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos,

dan Vietnam); dan

d. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan

perekonomian global dengan elemen perndekatan yang koheren dalam

hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam

jejaring produksi global.

Pada KTT ke-14 ASEAN tanggal 1 Maret 2009 di Hua Hin – Thailand, para

Pemimpin ASEAN menandatangani Roadmap for an ASEAN Community (2009-

Page 13: Hubungan Internasional Indonesia

2015) sebuah gagasan baru untuk mengimplementasikan secara tepat waktu tiga

Blueprint (Cetak Biru) ASEAN Community yaitu (1) ASEAN Political-Security

Community Blueprint (2) ASEAN Economic Community Blueprint dan (3)

ASEAN Socio-Culture Community Blueprint serta Initiative for ASEAN

Integration (IAI) Strategic Framework dan IAI Work Plan 2 (2009-2015).

Peta-Jalan tersebut menggantikan Program Aksi Vientiane (Vientiane

ActionProgram/VAP), dan diimplementasikan serta dimonitor oleh Badan

Kementerian Sektoral ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN, dengan didukung

oleh Komite Perwakilan Tetap. Perkembangan terkait dengan implementasi ketiga

peta-jalan tersebut disampaikan secara reguler kepada para Pemimpin ASEAN

melalui Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Council/ACC)-nya

masing-masing. 8

2. Elemen pasar tunggal dan berbasis produksi sebagai salah satu pilar ASEAN

Economic Community (AEC)

Untuk mewujudkan AEC pada tahun 2015, seluruh Negara ASEAN harus

melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil

secara bebas dan arus modal yang lebih bebas, sebagaimana digariskan dalam

AEC Blueprint.

a. Arus bebas Barang

Arus bebas barang merupakan salah satu elemen utama AEC Blueprint

dalam mewujudkan AEC dengan kekuatan pasar tunggal dan berbasis

produksi. Dengan mekanisme arus barang yang bebas dikawasan ASEAN

diharapkan jaringan produksi regional ASEAN akan terbentuk dengan

sendirinya.

b. Arus bebas jasa

Arus bebas jasa juga merupakan salah satu elemen penting dalam

pembentukan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi.

8 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic Community 2015, hlm 1-11

Page 14: Hubungan Internasional Indonesia

Liberalisasi jasa bertujuan untuk Menuju ASEAN Economic Community

2015 menghilangkan hambatan penyediaan jasa di antara negara-negara

ASEAN yang dilakukan melalui mekanisme yang diatur dalam ASEAN

Framework Agreement on Service (AFAS).

c. Arus bebas Investasi

Prinsip utama dalam meningkatkan daya saing ASEAN menarik

Penanaman Modal Asing (PMA) adalah menciptakan iklim investasi yang

kondusif di ASEAN. Oleh karenanya, arus investasi yang bebas dan

terbuka dipastikan akan meningkatkan PMA baik dari penanaman modal

yang bersumber dari intra-ASEAN maupun dari negara non ASEAN.

Dengan meningkatnya investasi asing, pembangunan ekonomi ASEAN

akan terus meningkat dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat

ASEAN..

d. Arus modal yang lebih bebas

Keterbukaan yang sangat bebas atas arus modal, akan berpotensi

menimbulkan risiko yang mengancam kestabilan kondisi perekonomian

suatu negara. Pada sisi yang berbeda, pembatasan atas aliran modal, akan

membuat suatu negara mengalami keterbatasan ketersedian kapital yang

diperlukan untuk mendorong peningkatan arus perdagangan dan

pengembangan pasar uang. Dengan mempertimbangkan, antara lain hal-

hal tersebut, maka ASEAN memutuskan hanya akan membuat arus modal

menjadi lebih bebas (freer). Konteks ‘lebih bebas’ dalam hal ini secara

umum dapat diterjemahkan dengan pengurangan (relaxing) atas restriksi-

restriks dalam arus modal misalnya relaxing on capital control.

e. Arus bebas tenaga kerja terampil

Apabila AEC terwujud pada tahun 2015, maka dipastikan akan terbuka

kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara ASEAN. Para warga

negara dapat keluar dan masuk dari satu negara ke negara lain

mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan di negara yang dituju.

Pembahasan tenaga kerja dalam AEC Blueprint Menuju ASEAN

Page 15: Hubungan Internasional Indonesia

Economic Community 2015tersebut dibatasi pada pengaturan khusus

tenaga kerja terampil (skilled labour) dan tidak terdapat pembahasan

mengenai tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour). Walaupun definisi

skilled labor tidak terdapat secara jelas pada AEC Blueprint, namun

secara umun skilled labor dapat diartikan sebagai pekerja yang mempunyai

ketrampilan atau keahlian khusus, pengetahuan, atau kemampuan di

bidangnya, yang bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademisi atau

sekolah teknik ataupun dari pengalaman kerja.9

f. Sektor prioritas terintegrasi

Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors/PIS) adalah sektor-

sektor yang dianggap strategis untuk diliberalisasikan menuju pasar

tunggaldan berbasis produksi. Para Menteri Ekonomi ASEAN dalam

Special Informal AEM Meeting, tanggal 12-13 Juli 2003 di Jakarta

menyepakati sebanyak 11 Sektor yang masuk kategori PIS.

Selanjutnya,pada tanggal 8 Desember 2006 di Cebu, Filipina, para Menteri

Ekonomi ASEAN menyetujui penambahan sektor Logistik sehingga

jumlah PIS menjadi 12 (dua belas) sektor. Dalam proses meliberalisasikan

seluruh sektor PIS tersebut, disepakati agar setiap Negara Anggota

ASEAN bertindak sebagai Koordinator untuk 12 sektor PIS.

3. IMF (International Monetary Fund)

IMF atau Dana Moneter Internasional adalah lembaga keuangan internasional yang

didirikan untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan internasional. IMF didirikan

pada tanggal 27 Desember 1945. Stelah sebelumnya diadakan konferensi oleh PBB di

Bretton Woods, New Hampshire, AS. Markas besar IMF berada di Washington DC,

AS. IMF didirikan dengan beberapa tujuan berikut ini.

a. Meningkatkan kerja sama keuangan atau moneter internasional dan memperlancar

pertumbuhan perdagangan internasional yang berimbang

9 ibid

Page 16: Hubungan Internasional Indonesia

b. Meningkatkan stabilitas nilai tukar uang dan membantu terciptanya lalu lintas

pembayaran antarnegara.

c. Menyediakan dana bantuan bagi negara anggota yang mengalami defisit yang

bersifat sementara dalam neraca pembayaran.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai IMF, maka kegiatan-kegiatan utama IMF

terdiri atas hal-hal berikut ini.

a. Memonitor kebijakan nilai tukar uang negara anggota.

b. Membantu negara anggota mengatasi masalah yang berkaitan dengan neraca

pembayaran.

c. Memberikan bantuan teknis dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas

institusi serta sumber daya manusianya.

Bantuan juga diberikan untuk mendesain dan mengimplementasikan kebijakan

makroekonomi serta perubahan struktural yang relatif. 

Setelah krisis ekonomi 1997 peran IMF dalam menentukan kebijakan ekonomi di

Indonesia sangat kuat. Kekuatan pengaruh kebijakan IMF tersebut berhasil

menjatuhkan rezim Suharto, Habibie dan Abdurrahman Wahid. Bahkan

pemerintahan Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono, nyaris menyerahkan

bulat-bulat kedaulatan kebijakan ekonomi pemerintah kepada IMF. Namun tidak

banyak yang mengetahui bahwa IMF dan Bank Dunia sebagai lembaga-lembaga

keuangan internasional (berbasis di Washington dan didominasi oleh AS dan negara-

negara barat lainnya) telah melakukan kontrol yang ketat terhadap kebijakan

ekonomi negara Indonesia sejak 1966.

Ketika perekonomian Indonesia menghadapi krisis sepanjang dekade 50-an dan

tahun-tahun pertama 60-an, AS dan Bank Dunia melobi pemerintahan Soekarno

untuk menerima tawaran pinjaman besar kepada Indonesia. Syarat pinjaman tersebut

adalah pemerintah Indonesia menjalankan langkah-langkah penghematan sangat

ketat dan men-denasionalisasi-kan sektor ekonomi yang semula dimiliki pihak asing.

Tawaran Bank Dunia itu ditolak oleh Presiden Soekarno dalam sebuah rapat akbar di

Jakarta dengan seruan: "Go to hell with your aid!".

Tidak lama kemudian kedudukan Soekarno sebagai presiden digantikan oleh

Soeharto. Bersamaan dengan itu pula (Oktober 1966), pemerintahan Soeharto

Page 17: Hubungan Internasional Indonesia

menjalankan program stabilisasi yang dirumuskan dengan bantuan IMF dan

menghapus semua langkah-langkah nasionalisasi pemerintahan Soekarno. Program

tersebut adalah menghapuskan semua diskriminasi terhadap investasi asing dan

semua perlakuan istimewa pada sektor publik. Termasuk menghapuskan sistem

kontrol mata uang asing yang diberlakukan oleh rezim Sukarno. Kemudian IMF juga

membatasi belanja pemerintah agar tidak melebihi 10% dari pendapatan nasional.

Lalu diikuti dengan lahirnya Undang-undang Investasi Asing pada 1967. Undang-

undang ini memberikan masa bebas pajak lima-tahun bagi para investor asing dan

keringanan pajak selama lima tahun berikutnya.

Kontrol terhadap kebijakan ekonomi rezim Soeharto dijalankan oleh IMF dan

Bank Dunia melalui Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI) yang kemudian

berganti nama menjadi CGI (Kelompok Negara dan Lembaga Kreditor untuk

Indonesia). Badan ini lahir sebagai hasil diskusi diantara para kreditor Indonesia pada

1966. Pada 1967, badan tersebut beranggotakan Amerika Serikat Serikat, Jepang,

Jerman Barat, Inggris, Belanda, Italia, Perancis, Kanada, dan Australia, serta IMF

dan Bank Dunia.

Tiap tahun Bank Dunia menyiapkan sebuah laporan tentang kinerja mutakhir

Indonesia yang didiskusikan dalam rapat IGGI, yang juga dihadiri oleh perwakilan

pemerintah Indonesia. Beberapa bulan setelah pembahasan tersebut, IGGI

mengadakan rapat kedua untuk memperkirakan seberapa besar bantuan (pinjaman)

yang akan diberikan kepada Indonesia. Antara 1967 dan 1997, IMF dan Bank Dunia

telah membuat perekonomian Indonesia sedemikian terbuka untuk didikte oleh

pemodal Barat (khususnya dari Amerika Serikat Serikat) melalui dorongan untuk

menjalankan deregulasi dan swastanisasi.

Pada pertengahan 1997 Indonesia mengalami krisis yang parah dan puluhan juta

orang terdepak ke bawah garis kemiskinan. Namun IMF dan Bank Dunia tetap

memaksa pemerintah Indonesia untuk memangkas pengeluaran pemerintah untuk

sektor sosial (subsidi), melakukan deregulasi ekonomi dan menjalankan privatisasi

perusahaan milik negara. Di samping itu pemerintah didesak pula untuk melegitimasi

upah rendah. Seluruh tekanan itu justru meluaskan kemiskinan. Seorang birokrat

senior IMF mengaku bahwa seluruh kebijakan tersebut dilakukan untuk melayani

kepentingan investor asing, yang tidak lain adalah perusahaan-perusahaan besar di

negara pemegang saham utama lembaga ini.

Page 18: Hubungan Internasional Indonesia

Pelayanan ini diberikan dengan cara membukakan peluang bagi investor asing

untuk memasuki semua sektor dan pengurangan subsidi kebutuhan-kebutuhan dasar

seperti pendidikan, kesehatan, pangan dan perumahan. Termasuk menghilangkan

subsidi pada listrik, tarif telepon dan bahan bakar minyak. Padahal menurut Bank

Dunia, setengah dari seluruh rakyat Indonesia berpeluang 50:50 untuk jatuh miskin

tahun itu. Sepertiga dari seluruh rakyat Indonesia tidak mempunyai akses untuk

memperoleh air bersih atau layanan kesehatan atau tidak menamatkan sekolah dasar.

Namun lembaga pemberi utang ini tetap saja memperburuk situasi ini dengan

mengharuskaan pemerintah memotong belanja publik dan mengurangi tingkat

pertumbuhan lapangan kerja dengan alasan untuk menjadikan perekonomian lebih

efisien.

Yang tak kalah menarik yang perlu dikritik dari peran IMF adalah ketika lembaga

ini bahkan ingin ikut campur sampai masalah-masalah detail praktek kebijakan

ekonomi bahkan merambah pada kebijakan politik dari negara-negara yang

dibantunya. Untuk kasus negara kita, mulai dari cengkeh dan tarif nol persen untuk

beras, sampai skandal Bank Bali, audit Pertamina, mengurus RUU anti korupsi,

konflik pasca penentuan pendapat di Timtim, kasus Atambua, mengejar 20 debitor

terbesar, revisi APBN, mempersoalkan pergantian menko dan kepala BPPN, pasal-

pasal amandemen UU BI dan yang lainnya, semuanya IMF ingin campur tangan.

Selanjutnya apa yang kita peroleh dengan menerapkan resep-resep ekonomi IMF

tersebut? Pertama, penerapan rezim kurs mengambang bebas. Pengalaman Indonesia

menunjukkan bahwa penguatan kurs selama era penerapan rezim kurs mengambang

bebas yang terjadi selama era 1997-sekarang adalah karena faktor-faktor politik yang

tak bisa diprediksi dan non manageable. Sangat riskan mewujudkan pemulihan

ekonomi kalau faktor penting seperti kurs rupiah yang stabil dan kuat terwujud oleh

faktor-faktor yang non manageable dan unpredictable tersebut. Ini akan menyulitkan

para pembuat kebijakan dalam memprediksi dampak kebijakan-kebijakan fiskal dan

moneternya terhadap kurs rupiah dan selanjutnya pada variabel-variabel ekonomi

lainnya seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, ekspor-import

dan lain-lain.

Di sisi lain regime exchange rate yang kita anut tersebut memang sangat kondusif

untuk berkembangnya spekulasi perusak stabilitas dan munculnya bermacam

gangguan terhadap pasar uang (Salvatore, 1996). Salvatore mengatakan, regime nilai

Page 19: Hubungan Internasional Indonesia

tukar yang cenderung mengambang bebas ini membuat perilaku para pedagang valas

terpacu untuk berspekulasi untuk mendapatkan keuntungan. Jika mereka tahu bahwa

suatu mata uang akan mengalami depresiasi, maka mereka segera menjual mata uang

tersebut karena mengharapkan depresiasi itu berlangsung terus, tanpa menghiraukan

dampak jangka panjangnya. Bila penjualan secara besar-besaran ini terus terjadi,

maka depresiasi yang masih dalam tahap rencana itu pun memang benar-benar akan

berlangsung terus. Dampak buruknya bagi negara yang mata uangnya terdepresiasi

dengan cara demikian, akan merangsang timbulnya keyakinan akan terjadinya inflasi

dan akan mendorong kenaikan tingkat harga serta upah, sehingga pada akhirnya juga

memacu depresiasi lebih lanjut. Negara yang bersangkutan akan terjebak dalam

”lingkaran setan” depresiasi dan inflasi.

Kedua, kebijakan moneter ketat, kebijakan ini telah banyak dikritik pedas para

pengamat dan pelaku bisnis. Yang jelas kebijakan ini telah mematikan sektor riil

karena sulitnya tersedia dana investasi dengan suku bunga rendah yang berdampak

lanjut meningkatkan jumlah pengangguran. Disamping kebijakan tersebut juga

membebani APBN. Sedangkan misi kebijakan moneter ketat untuk menekan inflasi

dan capital outflow masih harus diklarifikasikan kontribusinya untuk Indonesia

karena; pertama, inflasi di negara kita bukan hanya masalah moneter, tetapi juga bisa

karena faktor distorsi di sektor riil, misalnya karena praktek-praktek monopoli atau

oligopoli, ganjalan distribusi, KKN (transaction cost) yang tinggi yang dikenal

dengan istilah supply side inflation atau inflasi yang terjadi karena rupiah yang tetap

terpuruk dibandingkan dolar sehingga input produksi industri Indonesia yang pada

umumnya dari luar negeri dan harus dibeli dengan dolar, menjadi naik nilainya

ketika dirupiahkan, akibatnya barang-jasa yang input produksinya impor tersebut

juga akan naik (import inflation).

Kedua kebijakan suku bunga tinggi untuk menekan capital outflow juga masih

dipertanyakan. Karena informasi yang dapat kita tangkap dari kalangan dunia usaha,

masuknya modal asing ke dalam negeri lebih besar karena masalah country risk

khususnya stabilitas sosial politik dan keamanan dan law enforcement.

Ketiga, kebijakan penerapan fiskal ketat dan liberalisasi perdagangan dan sistem

finansial yang termanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan seperti pencabutan

subsidi, penggenjotan pajak, privatisasi dan penjualan aset-aset perusahaan domestik

Page 20: Hubungan Internasional Indonesia

secara murah dan jor - joran. Yang didapat dari kebijakan seperti ini adalah rakyat

semakin sengsara karena subsidi mereka dihapuskan dan daya beli turun, tetapi

penghematan uang negara tetap tidak terwujud karena korupsi tetap merajalela. Di

sisi lain dengan penjualan aset domestik yang jor - joran ke pihak asing hanya

berdampak pihak asing akan semakin menentukan formulasi kebijaksanaan ekonomi

dan sosial Indonesia dan penguasaan devisa pun akan berada di tangan mereka

dengan intensitas yang lebih besar.

Dan mungkin yang terakhir adalah membuat Indonesia berhutang sampai jumlah

yang fantastis, yaitu Rp. 1.800 Trilyun. Hal ini membuat rakyat bahkan yang masih

balita, menanggung sekitar Rp. 90 juta per orang. Paket – paket kebijakan yang

disarankan IMF yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah krisis yang terjadi

1997 tidak tercapai. Malah hanya membuat pemerintah pusing untuk membayar

tagihan hutang setiap periode jatuh temponya.10

10 http://maximusblue.blogspot.com/2009/11/review-dampak-bantuan-imf-terhadap_30.html diakses 16 Maret 2014