bab i hukum internasional dan hubungan internasional · pdf filehubungan internasional, dan...

36
1 Bab ini menggambarkan pengertian hukum internasional dan hubungannya dengan hubungan internasional. Dalam bagian pengertian hukum internasional dilengkapi dengan penjelasan sumber hukum, juga maksud dan tujuan serta fungsi hukum internasional. Kedua, penjelasan hubungan internasional terdiri dari penjelasan terhadap tiga hal, yaitu hubungan internasional dan politik internasional, aspek-aspek hubungan internasional, teori dalam hubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. Dari kedua bagian tersebut, selain mahasiswa akan memahami hukum internasional juga menjawab pertanyaan relevansi hubungan internasional dengan hukum internasional. A. Hukum Internasional Dalam hubungan internasional, negara-negara telah memainkan peranan penting dalam berbagai bidang untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya ditingkat internasional. Hubungan internasional tersebut tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik jika tidak didukung instrumen hukum internasional yang mengikat dan dipatuhi negara-negara. Keberadaan hukum internasional bukan saja sangat penting melainkan sebagai kebutuhan yang tidak dapat diabaikan dalam masyarakat internasional. Sebagai suatu peraturan hukum yang memiliki cakupan begitu luas, hukum internasional terdiri dari prinsip-prinsip, peraturan-peraturan, dan kebiasaan internasional tentang tingkah laku negara-negara yang terikat untuk mematuhinya dan melaksanakanya. Utamanya terkait dengan BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

Upload: phamdien

Post on 01-Feb-2018

282 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

1

Bab ini menggambarkan pengertian hukum internasional dan hubungannya dengan

hubungan internasional. Dalam bagian pengertian hukum internasional dilengkapi dengan

penjelasan sumber hukum, juga maksud dan tujuan serta fungsi hukum internasional. Kedua,

penjelasan hubungan internasional terdiri dari penjelasan terhadap tiga hal, yaitu hubungan

internasional dan politik internasional, aspek-aspek hubungan internasional, teori dalam

hubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. Dari kedua bagian

tersebut, selain mahasiswa akan memahami hukum internasional juga menjawab pertanyaan

relevansi hubungan internasional dengan hukum internasional.

A. Hukum Internasional

Dalam hubungan internasional, negara-negara telah memainkan peranan penting dalam

berbagai bidang untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya ditingkat internasional.

Hubungan internasional tersebut tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik jika tidak

didukung instrumen hukum internasional yang mengikat dan dipatuhi negara-negara.

Keberadaan hukum internasional bukan saja sangat penting melainkan sebagai kebutuhan yang

tidak dapat diabaikan dalam masyarakat internasional.

Sebagai suatu peraturan hukum yang memiliki cakupan begitu luas, hukum internasional

terdiri dari prinsip-prinsip, peraturan-peraturan, dan kebiasaan internasional tentang tingkah laku

negara-negara yang terikat untuk mematuhinya dan melaksanakanya. Utamanya terkait dengan

BAB I

HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

Page 2: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

2

(1) pengaturan hubungan antara satu negara dengan negara lainnya, yang di dalamnya termasuk

peraturan hukum terkait dengan fungsi-fungsi lembaga-lembaga, organisasi-organisasi

internasional, hubungan mereka dengan sesamanya, atau hubungan mereka dengan negara-

negara dan individu-individu, dan (2) peraturan-peraturan hukum tertentu terkait antara

individu-individu dengan subyek hukum non-negara (non-state entities) dan aktor-aktor Negara

yang baru (new state actor), seperti kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah

daerah. Dalam hukum internasional diatur pula hak-hak dan kewajiban-kewajiban setiap individu

dan subyek hukum non-negara juga tergolong menjadi bagian dari hukum internasional atau juga

hubungan internasional.1 Hukum internasional publik memiliki sistem Negara sendiri, dengan

keunikan dalam penegakan peraturannya. Oleh karena hukum internasional juga terpisah dari

suatu hukum Negara municipal law, tidak sedikit hukum internasional ini diragukan sebagai

sesuatu yang bukan peraturan hukum. Tentu saja kritik ini muncul dari aliran John Austin yang

memahami hukum sebagai produk putusan dari penguasa, sebagaimana halnya Negara. Padahal

hukum internasional tidak didukukng oleh sistem pemerintahan global. Sebagaimana dalam

suatu negara didukung oleh institusi politik legislative, eksekutif dan yudikatif, kaum positivis

memandang Hukum Internasional mengikat karena ada kesepakatan antara kehendak negara

(State Will). Karena itu, menurut David J. Bedermen seluruh bangunan teori dan praktek hukum

internasional sangat tergantung pada beberapa penjelasan yang koheren mengapa aktor-aktor

harus mematuhi sekumpulan aturan hukum yang boleh jadi menyimpang dari kepentingan

negara-negara. Secara lebih eksplisit alasan-alasan negara patuh pada hukum internasional

karena para ahli hukum memerlukan gambaran suatu kesimpulan yang penting terkait sumber-

sumber, proses-proses, dan doktrin-doktrin hukum internasional.2

1 J. G. Starke. Introduction To International Law (Tenth Edition), London: Butterworths, 1989, hlm: 3. 2 David J. Bederman, The Spirit of International Law, Athen London. The University of George Press, 2002. Hal 4

Page 3: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

3

Menurut John O‟Brien, di awal abad kedua puluh, yang mengacu pada Hersch

Lauterpacht Oppenheim, hukum internasional publik (Public International Law) terlibat dengan

pengaturan hubungan antara negara-negara saja. Namun, saat ini telah terjadi perluasan cakupan

hukum internasional terkait dengan (1) hubungan antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban

negara-negara, dan diperluas kepada hubugan antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari

organisasi-organisasi internasional, (3) serta perusahaan-perusahaan (corporate), dan individu-

individu.3

Tentu saja hubungan yang terjadi antara negara-negara sesamanya, dan atau organisasi,

atau antara organisasi sesama organisasi internasional, juga peran individu dalam pergaulan

internasional berada dalam wilayah hukum publik yang bereda dari hukum internasional privat,

bersifat keperdataan. Misalnya, hubungan antara individu dengan individu dalam bidang

perkawinan karena berbeda bangsa dan agama. Kontrak mengenai pendirian usaha antara subyek

hukum non manusia seperti perusahaan di suatu negara juga tergolong ke dalam wilayah hukum

keperdataan internasional. Indikator tersebut diatas menunjukkan adanya perbedaan yang tidak

dibahas dalam kajian hukum internasional publik.

Di negara-negara Common Law, seperti di Inggris Britania, aspek-aspek hubungan

keperdataan masuk pada wilayah “conflict of laws”. Sama halnya dengan di Amerika Serikat,

Hukum Perdata Internasional jauh lebih banyak digunakan sebagai conflict of laws”. Dengan

kata lain, hukum internasional sebagai digariskan organisasi internasional PBB, berfungsi

sebagai instrumen hukum antara bangsa-bangsa dengan maksud dan tujuan untuk

memperjuangkan terciptanya perdamaian dunia (world peace), ketertiban dunia (world order)

dan berusaha mencegah negara-negara menggunakan kekerasan senjata dalam penyelesaian

3 John O‟ Brien, International Law, London- Sydney: Cavendish Publishing Limited, 2001, hlm: 1.

Page 4: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

4

sengketa internasional, melainkan cara-cara damai (peaceful mechanism) harus dikedepankan

agar tercipta keadilan dunia untuk semua (world justice for all).4

1.1 Sumber Hukum Internasional

Hukum internasional diakui sebagai pedoman global dalam mengatur tingkah laku dan

perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi internasional dan sejenisnya, secara tegas

menyandarkan pada sumber hukum internasional Pasal 38 Statuta International Court of Justice

(ICJ). Ayat (1) pengadilan yang fungsinya memutus berbagai sengketa harus mengacu dan

menerapkan pada sumber hukum berikut:: (a). konvensi internasional, apakah bersifat umum

atau khusus, menetapkan aturan-aturan yang diakui oleh Negara-negara pihak. (international

conventions, whether general or particular establishing rules expressly recognized by the

contesting state: (b) kebiasaan internasional sebagai bukti adanya praktek umum yang diteroima

sebagai hukum (international custom as evidence of general practice accepted as law; (c)

prinsip-prinsip umum hukum yang diakui Negara-negara beradap (general principles recognized

by civilized nations; (d) keputusan-keputusan pengadilan (pasal 59), dan ajaran ahli-ahli hukum

internasional yang memiliki kelayakan dan publikasi luas dari berbagai Negara, sebagai alat

pelengkap untuk menentukan hukum internasional.5

Pertama, Perjanjian internasional(International Treaty) adalah persetujuan antara dua

atau lebih negara dalam bentuk tertulis, diatur sesuai dengan prinsip-prinsip hukum

internasional. Secara umum dikelompok menjadi dua, yaitu Perjanjian Multilateral yaitu sebuah

persetujuan yang disepakati oleh lebih dari dua negara. Ketika perjanjian ini merupakan

4 Lihat secara umum tentang tujuan didirikannya organisasi internasional PBB, yang salah satunya adalah untuk

mendukung dan memfasilitasi lahirnya kesepakatan-kesepatan internasional yang mengikat negara-negara.

www.scribd.com/doc/65118478/Tujuan-organisasi-PBB 5 Zan Brownlie, principles of public

Page 5: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

5

cerminan dari pendapat masyarakat internasional pada umumnya, maka perjanjian tersebut bisa

menjadi apa yang disebut dengan traktat yang membuat hukum (Law-Making Treaty). Traktat

yang membuat Hukum. Perjanjian ini menciptakan norma umum hukum yang akan dipakai oleh

masyarakat internasional sebagai prinsip utama di masa mendatang guna menyelesaikan suatu

perkara di antara mereka.

Perjanjian Internasional dapat berfungsi sebagai bukti adanya kebiasaan internasional

ketik ada beberapa perjanjian bilateral terhadap kasus yang serupa yang memakai prinsip-prinsip

yang sama atau ketentuan-ketentuan yang serupa sehingga bisa menimbulkan akibat hukum yang

sama.6 Sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh beberapa negara bisa menjadi sebuah

kebiasaan jika aturan yang disepakati merupakan generalisasi dari praktek negara-negara dan

persyaratan bahwa hal tersebut dianggap sebagai sebuah hukum dapat dipenuhi.7Sebuah

perjanjian yang ditandatangani beberapa negara yang merupakan hasil kodifikasi dari beberapa

prinsip dalam kebiasaan internasional dan secara konsekuen telah mengikat pihak-pihak yang

tidak terlibat dalam perjanjian tersebut. Lihat preamble Geneva Convention on the High Seas

1958 dan treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of

Outer Space 1967. Pembahasan lebih luas akan dikemukakan dalam satu bab secara khusus

mengingat perjanjian internasional sangat penting kedudukannya dalam mengatur hubungan

internasional.

Kedua, Kebiasaan Internasional (customary law) sebagai praktek yang diterima oleh

Negara-negara sebagai hukum, memiliki dua elemen yang harus terpenuhi untuk bisa digunakan

sebagai sumber hukum internasional. Unsur-unsur yang dilihat dalam praktek negara adalah

seberapa lama hal itu sudah dilakukan secara terus menerus (duration and continuation),

6 Lihat Lotus Case (1927) PCIJ reports, Series A, No. 10 7 Lihat North Sea Continental Shelf Cases (1969) ICJ Report, hal 3

Page 6: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

6

keseragaman atau kesamaan dari praktek tersebut dalam berbagai kesempatan dan berbagai

pihak yang terlibat (uniformity) serta kadar kebiasaan yang dimunculkan oleh tindakan tersebut

(generality)8.

Dari pendekatan psikologis, dikemukakan dalil, Opinio Juris sive Necessitatis. Ini adalah

pengakuan subyektif dari negara-negara yang memberlakukan kebiasaan internasional tertentu

dan kehendak untuk mematuhi kebiasaan internasional, sebagai sebuah aturan hukum yang

memberikan hak dan kewajiban bagi negara-negara tersebut. Bukti keberadaan sebuah kebiasaan

internasional ialah: Korespondensi Diplomatik, pernyataan kebijakan, siaran pers, pendapat dari

pejabat yang berwenang tentang hukum, keputusan eksekutif dan prakteknya, komentar resmi

dari pemerintah tentang rancangan yang dibuat oleh ILC, Undang-undang nasional, keputusan

pengadilan nasional, kutipan dalam sebuah perjanjian internasional, praktek lembaga-lembaga

internasional, dan resolusi yang dikeluarkan Sidang Umum PBB.

Suatu negara bisa secara terus menerus melakukan penolakan terhadap sebuah kebiasaan

internasional (persistent objector). Bukti penolakan tersebut harus jelas.9 Namun demikian, suatu

negara yang diam saja ketika proses pembentukan kebiasaan internasional berlangsung tidak

dapat menghindar dari pemberlakuan kebiasaan tersebut terhadapnya. Suatu kebiasaan

internasional bisa saja “exist” di wilayah tertentu saja, misal antar dua negara atau regional

saja.10

Ketiga, prinsip-Prinsip Hukum Umum diakui oleh Negara-negara barat (General

Principle of Law recognized by civilized states), Sumber hukum ini digunakan ketika perjanjian

internasional dan kebiasaan yang ditemukan tidak kuat dipakai sebagai dasar untuk memutuskan

8 Lihat Fisheries Jurisdiction (Merits) Case (1974) ICJ Reports, hal 3 dan North Sea Continental Shelf Cases (1969)

ICJ Report, hal 3 9 Lihat Anglo Norwegian Fisheries Case (1951) ICJ Reports, hal 116 10 Lihat Asylum Case (1950) ICJ Reports, hal. 266 dan The Rights of Passage over Indian Territory Case (1960) ICJ

Reports,hal 6

Page 7: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

7

suatu perkara. Hal ini penting dijadikan rujukan agar pengadilan tidak berhenti begitu saja ketika

tidak ada aturan yang mengatur (non liquet). Namun, sampai saat ini belum terlalu jelas apakah

yang dimaksud sebagai prinsip hukum hanya yang telah diakui oleh msayarakat internasional

ataukah prinsip hukum nasional tertentu saja sudah cukup.11

Prinsip hukum umum seringkali

berguna dan berfungsi sebagai keterangan untuk menginterpretasikan sebuah kebiasaan atau

perjanjian internasional. Hal ini terutama ditemukan dalam naskah persiapan suatu perjanjian

internasional.

Prinsip-prinsip yang pernah digunakan oleh Mahkamah Internasional antara lain adalah:

(a) Good Faith, adalah bahwa perjanjian yang mengikat para pihak harus dilaksanakan dengan

itikad baik; (b) Estoppel, adalah bahwa apabila suatu pihak memberikan pernyataan dan pihak

lainnya mengambil suatu tindakan yang berkaitan dengan pernyataan pihak pertama, maka pihak

pertama tidak diperbolehkan untuk menarik pernyataan yang telah dikeluarkannya, hal ini timbul

disebabkan karena kerugian bagi pihak kedua; (c) Res Judicata, dimaksudkan bahwa putusan

hakim harus dianggap benar sampai memperoleh kekuatan hukum tetap atau diputus lain oleh

pengadilan yang lebih tinggi; (d) Dalam menyelesaikan suatu sengketa internasional, para pihak

dapat menggunakan pembuktian tidak langsung (circumstantial evidence); (e) Equity, adalah

mekanisme untuk menyelesaikan persoalan yang seharusnya diisyaratkan oleh hukum; (f) Pacta

Sunt Servanda, adalah bahwa perjanjian internasional mempunyai kekuatan mengikat dan harus

ditepati oleh para pihak, dan; (g) effective occupation, adalah prinsip terkait penguasaan atau

pendudukan suatu wilayah oleh suatu negara secara efektif, dimana wilayah tersebut tidak

dikuasai oleh negara lain atau tidak ditelantarkan oleh penguasa sebelumnya.12

11 Lihat Kasus Barcelona Traction dalam karya Malcolm D. Evans, 2003, Hlm: 130. 12 Lihat Diversion of Water from the Meuse Case (1937) PCIJ Reports, Series A/B, no 70; Temple of Preah Vihear

Case (Merits) (1962) ICJ Reports, hal 6 dan the Corfu Channel Case (Merits) (1949) ICJ Reports hal 4

Page 8: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

8

Keempat, Keputusan Pengadilan, Ajaran Para Ahli, dan Keputusan Badan Internasional,

Keputusan Pengadilan Pasal 59 Statuta Mahkamah Internasional menegaskan bahwa “the

decision of the Court shall have no binding effect except between the parties and in respect of

that particular case”. Konsekuensinya: Mahkamah tidak mengakui prinsip Preseden dan

keputusan sebelumnya tidak mengikat secara teknis. Tujuannya adalah bahwa mencegah sebuah

prinsip yang sudah dipakai Mahkamah, dalam putusannya digunakan untuk negara lain atas

kasus yang berbeda13

. Keputusan Mahkamah bukan merupakan sumber formal dari sumber

hukum internasional. Keputusan Peradilan hanya memiliki nilai persuasif. Sementara keputusan

peradilan nasional berfungsi sebagai acuan tidak langsung adanya opinio juris terhadap suatu

praktek negara tertentu.

Hal yang sama juga berlaku untuk ajaran para ahli hukum internasional. Selain dilihat

sebagai sebuah doktrin yang melengkapi interpretasi sebuah perjanjian, kebiasaan maupun

prinsip umum hukum, sekaligus juga merupakan buki tidak langsung dari praktek dan opinio

juris dari suatu negara. Sebagai contoh putusan Norwegian fisheries case mengenai batas

wilayah laut, putusan pengadilan tersebut menjadi sumber hukum internasional karena penentuan

batas wilayah internasional secara sepihak tidak dapat diberlakukan secara efektif, terkecuali ada

perselisihan dari Negara tetangganya.14

Ajaran para ahli hukum Internasional dalam hukum internasional kontemporer, berfungsi

terbatas hanya dalam analisa fakt-fakta, pembentukan pendapat-pendapat dan kesimpulan-

kesimpulan yang mengarah kepada terjadinya kecenderungan umum dalam hukum internasional.

Tentu saja pendapat dan ajaran-ajaran tersebut bersifat pribadi dan subyektif, namun dengan

semakin banyaknya ajaran yang menyetujui akan suatu prinsip tertentu maka bisa dikatakan akan

13 Lihat Certain German Interest in Polish Upper Silesia Case (1926) PCIJ Reports, Series A, no 7. 14 Lihat, http://tyosetiadilaw.wordpress.com/2010/05/06/anglo-norway-fisheries-case/ 6 mei 2010.

Page 9: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

9

membentuk suatu kebiasaan baru. Pendapat dari para pejabat di bagian hukum masing-masing

negara, tidak bisa dianggap sebagai ajaran para ahli hukum internasional namun justru bisa

dilihat sebagai bagian dari praktek negara-negara. Contoh lain, penggunaan prinsip-prinsip “Pre-

emptive strike”, atau penangkapan tanpa bukti atau petunjuk bagi teroris sudah jauh diakui.

Padahal awal mulanya merupakan doktrin politik George W. Bush ketika tata tertib dunia

terancam oleh bom teroris.15

Sumber hukum yang bersandar pada ahli-ahli hukum yang memiliki reputasi dari

berbagai dunia sebagai instrumen pelengkap bagi penentuan peraturan hukum (the rule of law).

Sumber hukum dan para ahli ini digunakan hanya apabila dalam semua sumber tidak

mengaturnya. Karena itu, menurut Hugh Thrilway pada saat hakim-hakim di pengadilan tidak

memiliki sumber-sumber hukum lain, pengadilan tetap terikat dengan pandangan ahli tersebut.

Namun, jika terdapat suatu perubahan substantif dari pemikir hukum internasional terkait sumber

hukum tersebut, pengadilan bisa saja mempertimbangkan pemikiran tersebut ketika piagam tidak

memiliki kemampuan untuk mengatur persoalan yang ada.16

Dari keempat sumber hukum tersebut, model penerapannya mengenal hirarki dan

pengutamaan. Artinya setiap persoalan dan kasus yang timbul pertama harus ditinjau dalam

perjanjian internasional. Jika tidak terdapat di dalamnya, maka kebiasaan hukum internasional

baru digunakan. Selain pembagian menurut Statuta ICJ, masih terdapat sumber hukum

internasional lainnya.

a. Putusan Organisasi Internasional

15 Lihat Jawahir Thontowi, Terorisme Negara dan kerjasama men islam fundamentalis. Yogyakarta. UII press 2013.

69 16 Ibid,

Page 10: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

10

Putusan-putusan organisasi internasional dapat menjadi sumber hukum internasional.

Organisasi internasional sebagai suatu lembaga, memiliki organ-organ yang terstruktur menurut

kebutuhan organisasi itu sendiri dalam rangka mencapai tujuannya.17

Supaya semua organ

tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan demi terjalinnya hubungan antar organ-

organnya itu, dibutuhkan adanya peraturan yang berfungsi sebagai aturan permainan (rule of

procedure) yang berlaku intern bagi organisasi internasional itu sendiri. Disamping itu ada pula

yang berupa kesepakatan-kesepakatan yang mengikat sebagai norma hukum terhadap negara-

negara anggotanya. Dan dalam hal tidak memiliki kekuatan mengikat pun resolusi Majelis

Umum memiliki nilai-nilai normatif.

b. Equity

Sumber-sumber hukum lainnya yang merupakan perluasan dari sumber yang ada adalah

prinsip equity yang termasuk bagian dari kategori prinsip hukum umum. Namun, penggunaan

equity bersifat terbatas hanya dalam hal keadaan mendesak yakni dalam hal penggunaan hukum

umum untuk mendapat keadilan. Secara teoritik fungsi equity bisa dibagi menjadi tiga. Pertama,

equity dapat digunakan untuk mengadaptasikan ketentuan hukum terhadap fakta-fakta yang

terdapat dalam kasus-kasus individual (equity infra legem). Kedua, ditujukan untuk mengisi

kekosongan dalam hukum (equity praeter legem). Ketiga, digunakan sebagai dalih untuk tidak

diterapkannya sebuah hukum yang tidak adil (equity contra legem). Akehurst menyatakan bahwa

equity bukanlah sumber hukum formal.18

Lebih dekat sebagai nilai-nilai moralitas,kode etik baik

bersifat nasional maupun internasional.

Jadi, penggunaan equity adalah demi tercapainya keadilan bagi kedua belah pihak.

Dikenalnya equity dalam hukum internasional dinyatakan oleh Hakim Hudson dalam kasus [the]

Diversion of the Water from the Meuse sebagai berikut,‟that under art. 38 of the Statute, if not

17Supra., cat. kaki no. 5. 18 Michael Akehurst, „Equity and General Principles of Law‟, dalam 25 International Comparative and Law

Quarterly 1976.

Page 11: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

11

independently of that article, the Court has some freedom to consider principles of equity as part

of international law which it must apply‟.19

Sedangkan yang dimaksud dengan equity „adalah

mekanisme untuk menyelesaikan persoalan yang seharusnya diisyaratkan oleh hukum‟.20

c. Kode Etik dan Moral

Prinsip-prinsip etika dan pertimbangan atas dasar-dasar nilai-nilai kemanusiaan

sebenarnya merupakan warisan dari ajaran hukum alam. Nilai atau prinsip etika dan moral

universal ini telah berhasil ditanamkan dikalangan masyarakat. Nilai etika dan moral universal

ini disamping mengandung universalitas dan kemuliaan, juga bersifat luwes dan abadi. Dia

merupakan nilai yang mendasar dan fundamental. Oleh karena itulah dia berumur relatif lama

atau abadi sepanjang zaman. Karena nilai-nilai tersebut luhur, mulia dan agung, maka sifatnya

menjadi sangat abstrak dan umum sekali. Nilai-nilai luhur, dan agung inilah yang memancar dan

fungsinya adalah menjiwai norma-norma hukum maupun norma-norma lainya, yang secara riil

dan nyata berlaku dan mengikat masyarakat internasional.21

Agama moralitas dan ideologi selalu

muncul dan member pengaruh penting dalam pertumbuhan hukum internasional.22

Seiring dengan itu, Mashood a Baderin menegaskan bahwa ajaran agama dalam evolusi

hukum internasional masih tetap relevan.

“The current growing wav of scholarship on religion and international law in strong

indicator that religion us still very relevant to the modern evolution and future development of

international relation and international law.23

d. Hukum Lunak ( Soft Law )

Penggunaan istilah soft law pada dasarnya ditujukan untuk memberikan pembedaan

pengertian antara instrumen hukum keras (hard law) yang dibuat dan ditujukan untuk

19Dikutip dalam John O‟Brien, International . . . h. 90. 20 Id. 21 Dinah Shelton, „International . . . hh. 166-70. 22 Ibid David J. Bederman hal 11 23 Lihat Mashood Baderin, Religion And International Law; Analitical Survey of the Relationship. Dalam David

Amstrong, Routledge Handbook of International Law. New York. Routledge 2009; 177

Page 12: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

12

mendapatkan kepatuhan secara paksa terhadap para negara-pesertanya. Sedangkan hukum lunak

atau soft law adalah instrumen hukum yang mengandung norma-norma yang diharapkan suatu

saat nanti dapat menjadi bimbingan bagi aktor-aktor internasional tanpa memiliki kekuatan

hukum yang memaksa.24

Beberapa contoh hukum lunak adalah deklarasi-deklarasi yang

dihasilkan suatu organisasi internasional atau regional. Dalam gilirannya hukum kurang

mengikat dapat menjadi keras, keadaan ini tercermin pada kedudukan yang dimiliki oleh

Deklarasi Universal HAM yang pada saat ini sudah bukan lagi sekedar „deklarasi‟.25 Melainkan

dalam perkembangan diMillenium ketiga, negara-negara tidak dapat mengabaikan deklarasi

HAM.

e. Jus Cogen

Prinsip jus cogen adalah anggapan akan adanya sebuah norma yang memiliki keutamaan

dibanding dengan norma-norma lainnya. Dalam hal suatu norma telah memiliki status sebagai

jus cogen tidak dimungkinkan untuk mengalami pembatalan atau modifikasi oleh tindakan

apapun. Konsep ini dinyatakan oleh pasal 53 dari the Vienna Convention on the Law of Treaties,

yang berbunyi sebagai berikut:

a treaty is void if, at the time of its inclusion, it conflicts with a peremptory norm of

general international law. . . . a peremptory norm of general international law is a norm

accepted and recognized by the international community of states as a whole as a norm

from which no derogation is permitted and which can be modified only by a subsequent

norm of general international law having ther same character.’

Dengan kata lain, Jus Cogen sebagai sumber hukum tertinggi tidak dapat dibatalkan oleh

suatu kekuatan politik apapun. Persoalan mengenai bagaimana suatu norma dapat mencapai

status jus cogen masih bersifat kontroversial. Akan tetapi, beberapa norma telah menjadi jus

cogen seperti genosida, diskriminasi rasial, agresi, penyiksaan, dan perbudakan. Kembali pada

24Lihat Thomas Buergenthal, 'International Human Rights in an Historical Perspective', dalam Janusz

Symonides(ed.), Human Rights: Concept and Standards, Aldershot: UNESCO Publishing dan Ashgate, 2000.

h. 12; lihat juga Louis B. Sohn, 'The New Intenational Law: Protection of the Rightsof the Individuals Rather

than States', dalam 32 American University Law Review 1 (1982). hh. 16-7. 25 Supra cat. kaki no. 36.

Page 13: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

13

persoalan pertama bagaimana untuk mencapai status jus cogen para penulis berbeda pendapat

ada yang mengkaitkannya dengan kebiasaan bahkan ketentuan dalam traktat itu sendiri. Ada pula

yang mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum umum. Sedangkan ICJ dalam kasus the North

Sea Continental Shelf 26

dan kasus Barcelona Traction 27

membedakan antara kewajiban yang

dimiliki oleh suatu negara terhadap negara lainnya dan dengan kewajiban terhadap komunitas

internasional (erga omnes).28

Tujuan dan Fungsi Hukum Internasional

Secara teoritis, menurut JG. Starke bahwa kajian hukum internasional didukung oleh dua

alasan dengan maksud dan tujuan sebagai berikut;

Pertama, hukum internasional diamaksudkan sebagai suatu upaya untuk memelihara

perdamaian, dan (2) dan mengabaikan atas segala bentuk peraturan yang tidak menyukai

berbagai peraturan-peraturan terkait dengan kebijakan tinggi (a high policy) yakni berkaitan

dengan isu perdamaian atau perang. Kendatipun demikian hukum internasional tidak selalu

terkait dengan isu perdamaian, keamanan dan perang.

Kedua, hukum internasional berfungsi untuk kantor-kantor asing dan praktek para

pengacara internasional yang kesehariannya menerapkan dan mempertimbangkan penyelesaian

dengan peraturan hukum-hukum internasional yang terkait dengan berbagai ikhwal dan kasus

yang bertautan. Berulang kali telah timbul berbagai kasus misalnya, tentang tuntutan kompensasi

orang-orang asing yang terkena kecelakaan, peristiwa tentang deportasi terhadap orang-orang

asing, ektradisi, pesosalan nasional atau kewarga negaraan, atau tindakan dan hak ekstra-

teritorialitas dalam suatu negara, suatu penafsrian atas peraturan suatu perjanjian yang kompleks.

Ketiga, hukum international juga bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap berbagai

pelanggaran hukum internasional, sebagai hasil dan akibat dari peperangan atau konflik atau

26 ICJ Rep. 1969 3. 27 ICJ Rep. 1970 h. 3. 28 Lihat Dinah Shelton, „International . . .

Page 14: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

14

karena agresi militer, atau ketidak mampuan suatu negara untuk mencegah timbulnya problem

apidemik, sebagai persoalan pelucutan senjata, terrosime intenasional dan pelanggaran dalam

praktek konflik militer konvesnsinal dan konflik militer non-internasional.29

Adapun Fungsi hukum internasional, yaitu sebagai suatu sistem, hukum internasional

merupakan sistem hukum yang otonom, mandiri dari politik internasional. Tetapi fungsi

utamanya adalah yaitu untuk melayani kebutuhan-kebutuhan komunitas internasional termasuk

sistem Negara yang otentik. Kerjasama pimpinan membuat paradigma antar Negara

meniscayakan globalisme dan kebutuhan akan mencegah persoalan dan tantangan yang timbul.30

Terdapat beberapa maksud dan fungsi dari hukum internasional yang beraneka ragam

dan bahkan saling berlawanan satu sama lain atau “paradoksal”. Menurut Martti Koskienniemi,

fungsi hukum internasional merupakan bentuk dari perspektif politik dan hukum internasional.

Pertama, Hukum internasional memiliki tujuan umum yaitu untuk memenuhi tuntutan

Piagam PBB, yaitu melindungi perdamaian dunia (to safeguard international peace), juga

keamanan dan perdamaian (security and justice) dalam kaitannya dengan hubungan antara

negara-negara. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 Piagam PBB, bahwa organisasi memeiliki

tujuan sebagai Pusat untuk menciptakan harmonisasi perbuatan negara-negara dalam satu

pencapaian tujuan,dan tujuan akhir dari kerjasama internasional negara-negara. Sejak

disepakatinya, Perjanjian Westphalia, 1648 di Eropa, tujuan dari masyarakat internasional tidak

didasarkan kepada ajaran ideal suatu keagamaan yang bersifat transandental (there were no

religious or other transcendental notions of the good that international law should realize).

Melainkan suatu tujuan dan kesepakatan dari suatu komuntas internasional, yakni suatu sistem

yang dirancang bukan untuk mencapai suatu tujuan akhir, melainkan lebih diarahkan sebagai

suatu koordinasi dari tindakan praktis terhadap tujuan akan keberadaan suatu komunias dan

Hukum internasional bertujuan untuk menciptakan suatu perdamaian “peace”, dan keamanan

29 JG Starke. Introduction to International law (tenth Edition). Butterwoth. London. 1989: 17. 30 David.J. Bederman, hal 25.

Page 15: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

15

“security”,dan keadilan “justice”, yang didasarkan pada suatu persetujuan, dan pemahaman

antara angota-anggota dalam suatu sistem.31

Kedua, hukum internasional dan lembaganya memiliki maksud dan tujuan serta fungsi

untuk memelihara terwujudnya gagasan tentang adanya keseimbangan kepentingan, the idea of

the harmony of interests. Hadirnya suatu kesepakatan yang berada di bawah kesepakatan antara

negara-negara yang sedang berbeda kepentingan. Utamanya, hal ini timbul ketika negara-negara

dalam kenyataannya, tidak saja terikat oleh kesepakatan internasional dalam bentuk perjanjian-

perjanjian. Akan tetapi, juga harus menyadari akan pentingnya kepentingan-kepentingan negara

dalam arti ekonomi, militer atau pertahanan dan keamanan.

Dengan preseden hukum, Adolf Hitler sebagai bukti pelanggaran sekaligus bukti

kelemahan Liga Bangsa-Bangsa. Dalam konteks era globalisasi, banyak pemikir hukum dan

politik internasional yang mempercayai bahwa telah terjadi suatu marjnalisasi hukum

internasional sedang berlangsung dalam ruang lingkup yang semakin terpojokan. Hukum telah

menjadi variable tergantung dalam pusat kekuasaan, atau hukum internaasional telah tergantung

pada faktor-faktor instrumentalis untuk menggunakan hukum sebagai pelindung kepentingan

khusus dan daya dukung lainnya. Fungsi lain hukum internasional, mampu memperjungkan

suatu keseimbangan terkait dengan elaborasi ketergantungan antar negara. Karena akibat teori

globalisasi, terutama terkait dengan perdagangan internasional, keuangan internasional,

komunikasi internasional, dan seluruh faktor penting yang membuat suatu negara dapat hidup,

dan seluruh persyaratan dari system hukum internasioal dapat menyediakan suatu kerangka

kerja yang stabil dalam memperlihatakan adanya fungsi hukum internasional. Dalam konteks

dunia ketergantungan tersebut, maka lembaga-lembaga, prosedur dan mekanisme, hingga teori-

teori digunakan untuk suatu agumentasi, dapat mengartiukulasikan berbaagai kepentingan

negara-negara berdasarkan iternasionalisasi suatu istilah hukum sepeti, kedaulatan “sovereignty”,

31 Lihat Martti Koskenniemi. “What is International Law For”, di dalam Edward D. Malcom. International Law.

Page 16: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

16

perjanjian “treaty”, dan daya ikat (the binding force), tetapi membatasi apa yang disebut dengan

kepentingan negara atau identitas negara.

Ketiga, secara khusus Koskenniemi menyimpulkan bahwa fungsi dari Hukum

Internasional adalah menegaskan tugasnya sebagai suatu tehnik formal yang relative mandiri (as

a relatively autonomous formal technique), juga sebagai suatu instrument untuk meningkatkan

klaim khusus dan agenda-agenda dalam kaitannya dengan perjuangan politik. Jika, hukum

internasional sebagai suatu sistem yang mencari suatu kesepakatan negara-negara dengan

menuntut kemandirian yang luar biasa, akan tetapi keberadaanya tidak boleh eksklusif untuk

mereka.32

Melihat fungsi hukum internasional dikaitkan dengan teori kebijakan (policy) dan

kepentingan, maka ada dua aspek yang penting dalam melihat maksud dan tujuan dengan

menggunakan istilah kebijakan dalam hukum internasional.

Pertama, hukum internasional berkaitan dengan istilah kebijakan (sebagai tujuan) yang

harus dilihat dalam hukum itu sendiri. Setiap kebijakan-kebijakan ditujukan secara umum pada

perdamaian, keamanan, kerjasama (peace, security and co-operation) atau pada hal lebih spesifik

lagi. Dapat diungkapkan bahwa bentuk perajnjian-perjanjian, dalam deklarasi negara. Dengan

demikian, fungsi hukum internasional dikaitkan dengan kebijakan yaitu bahwa prinsip-prinsip

dalam penyelesaian sengketa secara damai, atau penentuan nasib negara sendiri, penghormatan

akan ahak-hak azasi manusia, perlindungan terhadap hak kemendekdaan suatu neara, dan

kemerdekaan. Untuk pemanfatan lautan merupakan contoh-conotoh utama dari tujuan dari

hukum internasional.

Kedua, maksud dan tujuan dari hukum internasional dapat dilihat dari kebijakan, yang

menekankan pentingnya komunitas internasional (international community). Keberadaan

kebijakan, sebagai suatu hukum khusus dalam komunitas internasional, terutama dalam situasi

kekhususan yang memerlukan adanya pengujian. Misalnya, penggunaan aturan hukum Veto bagi

32 Lihat Koskenniemi. 98.

Page 17: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

17

lima negara-negara besar, sesunggunya tidak konsisten dengan peraturan hukum internasional.

Namun, menjadi fungsional ketika dikaitkan dengan maksud dan tujuan untuk perdamaian dan

keamanan internasional. Penggunaan hak Veto akan berakibat hilangnya peraturan hukum.

Sebab, secara teoritis, hak veto menolak berbagai konsekuensi anti hukum yang sangat ektrim.

Suatu postulat bahwa peraturan hukum di dalamnya sendiri mengandung tujuan hukum yang

fundamental.33

Salah satunya keadilan sebagai hasil kesepakatan dari tujuan hukum. Namun,

ketika veto digunakan untuk menolak hasil kesepakatan Negara, maka hukum internasional telah

dilanggar.

B. Hubungan Internasional

Dalam bagian ini akan dijelaskan tentang apakah hubungan internasional dan kaitannya

dengan politik internasional. Beberapa aspek hubungan internasional dapat diwujudkan dalam

bentuk kerjasama perjanjian internasional, hubungan diplomasi, untuk aspek politik, ekonomi,

militer, teknologi dan informasi, serta aspek penyelesaian sengketa melalui perundingan dan

cara-cara lainnya. Terakhir, dalam bagian ini akan dijelaskan juga tentang teori-teori dalam

hubungan internasional.

Pengertian Hubungan Internasional

Antara Hubungan Internasional dengan Hukum Internasional sangatlah berkaitan.

Keduanya sama-sama memiliki cakupan internasional negara bangsa atau masyarakat global,

atau masyarakat internasional. Sebagai objeknya adalah negara-negara dalam melakukan

hubungan internasional, baik di bidang politik, ekonomi, teknologi dan lain-lain harus

didasarkan pada payung hukum demi tercapainya hak dan kewajiban masing-masing negara.

Melibatkan aktor-aktor yang mewakili pemerintahan suatu negara secara setara dan bermartabat,

dan upaya-upayanya. Tentang cara-cara negara memperjuangkan kepentingan nasionalnya,

33 Oscar Schachter. International Law in Theory and Practice. Boston London. Martinus Nijhoff Publihsers.

1991:26.

Page 18: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

18

selain terikat pada kewajiban internasional, juga dapat menggunakan pendekatan non-hukum.

Menurut K.J Holsti ada tiga kata kunci dalam hubungan internasional yaitu hubungan

internasional, kebijakan Luar Negeri, dan politik internasional.

Adapun yang dimaksud dengan hubungan internasional adalah seluruh bentuk interaksi

antar anggota-anggota dari suatu masyarakat yang terpisah baik yang didukung oleh pemerintah,

mencakup analisis terhadap kebijakan luar negeri atau proses politik antar negara-negara dan

kepentingan dalam seluruh bagian hubungan-hubungan antara masyarakat Di dalamnya terkait

dengan transaksi internasional, Palang Merah Internasional, tourism, perdagangan internasional,

komunikasi dan pengembangan nilai-nilai dan etika internasional. Sedangkan politik

internasional suatu upaya memahami atau mempelajari kebijakan luar negeri yang

memfokuskan pada upaya menjelaskan tentang kepentingan-kepentingan, tindakan-tindakan,

termasuk memahami elemen-elemen kekuatan dan kekuasaan yang paling besar disuatu

negara.34

Sedangkan kebijakan luar negeri terdiri dari pemahaman tentang tindakan-tindakan

negara terhadap lingkungan yang ada diluar dan kondisi dalam negeri. Seseorang yang

memahami tindakan-tindakan sebagai salah satu modal terhadap tindakan yang timbul sebagai

reaksi dari suatu negara atas respon dari negara lain, untuk melihat politik internasional, atau

proses interaksi antar dua atau lebih negara-negara. Sedangkan hubungan internasional sebelum

adanya Perjanjian Westphalia 1648 yaitu memahami peristiwa-peristiwa termasuk

kecenderungan-kecenderungan masa lalu. Teori-teori mengakui bahwa konsep inti didalam

suatu bidang negara, bangsa, kedaulatan, kekuatan, keseimbangan kekuatan (balance of power)

yang dikembangkan dan dibentuk oleh kondisi sejarah.35

Sebagai akibat peperangan agama tersebut, hubungan internasional semenjak Perjanjian

Westphalia 1648 tiga puluh tahun semenjak perang di Eropa, kekuasaan agama bergeser dari

negara dan ilmu pengetahuan. Munculnya sekularisasi berakibat agama dan ilmu pengetahuan

34 K.J Holsti, International Politics A Framework for Analysis.1983 Canada. Prentice Hall International, INC P.51 35 Karen Mingst, Essential of International Relations, W.W Northon & Company, 1990 P.18

Page 19: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

19

tidak dapat dihindarkan. Peran Hugo De Groote telah berdampak pada pemahaman manusia

terkait ilmu, agama dengan negara semakin sekuler.

Berbicara mengenai politik internasional tidak terlepas dari kepentingan masing-masing

negara. Terkadang kepentingan negara tersebut tidak mudah dikompromikan manakala tidak

memiliki kesepakatan bersama. Kedaulatan negara utamanya yang masih merujuk model

kedaulatan Negara absolut, terkadang menghambat praktek diplomasi antara negara. Negara-

negara berprinsip bahwa sikap politik luar negeri diabdikan pada kepentingan nasional. Namun,

cara untuk memperjuangkan kepentingan nasional, antar lain membuat perjanjian internasional

dengan negara lain, baik perjanjian bilateral maupun multilateral. Perkembangan dunia yang

ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan

intensitas hubungan dan ketergantungan antar negara. Negara-negara dalam praktek hubungan

internasional sangat tergantung pada terselenggaranya perjanjian internasional.

Teori-Teori Tentang Hubungan Internasional

1. Teori Idealisme

Sejak Perang Dunia Pertama, 1918, Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson,

mengeluarkan pandangan dalam suatu Kongres untuk mencegah terjadinya konflik dan

peperangan. Program tersebut diusukan dengan membentuk suatu organisasi internasional,

bernama Liga Bangsa-Bangsa yaitu untuk dapat menghormati hukum internasional, larangan

untuk melakukan diplomasi secara rahasiah, dan meningkatkan praktek perjanjan internasional.

Usulan tersebut sebagai suatu pendekatan dalam memahami hubungan internasional. Pertama,

hukum internasional dan perdamaian dunia hanya mungkin dapat dipertahankan jika terdapat

suatu organisasi internaasional. Kedua, organisasi internasional diharapkan mampu untuk

mencegah timbulnya suatu praktek negosiasi dan diplomasi rahasia antara negara-negara sekutu

yang terkadang seringkali menimbulkan konflik dan juga persengketaan.

Karena itu, dengan adanya hukum internasional dan organisai internasional, negara-

negara wajib terikat untuk mematuhi norma hukum internasional, dan dapat mencegah negara-

Page 20: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

20

negara dari pelanggaran dengan harapan negara-negara dapat melakukan hal yang sama. Namun,

dalam kenyataan Liga Bangsa-Banga tidak memiliki kemampuan untuk mencegah timbulnya

peperangan, sehingga teori idelisme ini tumbang karena ternyata Perang Dunia Kedua tidak

dapat dicegah. Lebih dahsyat akibat-akibatnya, sebagaimana umat manusia menyadari betapa

mengerikan korban-korban perang sebgaia terjadi di Jepang, sebagai akibat Bom Herosima, di

Nagasaki 1945. Organisasi internasional yang semula dipandang sebagai badan yang mampu

memainkan hukum internasional dalam mengatur negara terbukti tidak berhasil. Itulah awal

permulaan lahirnya teori realisme yang mengkritik kelemahan teori idealisme.

2. Teori Realisme

Negara-negara sebagai aktor-aktor dalam dalam politik dan hubungan internasional, tidak

luput dari kepentingan negara-negara. Menurut teori realisme, negara-negara dapat melakukan

upaya dan pendekatan untuk mempeorleh kepentingan negara-negara masing dalam suatu sistem

dunia yang anarkis. Kepentingan nasional dirumuskan oleh pimpinan-pimpinan negara berbeda-

beda, tidak dapat dipungkiri pada akhirnya dapat menyulut timbulnya konflik dan peperangan.

Hans J. Morgenthau mengajukan enam prinsip dalam teori realisme dalam hubungan

internasional.

1) Realisme harus diatur oleh suatu hukum yang obyektif, yang berakar pada dasar alamiah

manusia;

2) Konsep kepentingan nasional didefinisikan sebagai suatu daya atau kekuatan, bahwa

kebijakan luar negeri merupakan tujuan utama;

3) Sementara kepentingan didedikasikan sebagai daya atau kekuatan adalah bukan subyek

dari perubahan sejarah, sebab penerapan kekuatan adalah menyatu;

4) Moralitas universal tidak dapat digunakan untuk menghakimi suatu perbuatan negara;

5) Realisme politik menolak untuk mengdientifikasi aspirasi moral dari suatu bangsa yang

khusus dengan moral hukum yang mengatur alam raya ini;

6) Atmosfer politik adalah berbeda dari ekonomi dan hukum, dan politik dalam dan luar

negeri berjalan menurut beeraapa prinsip yang berbeda (Morgenthau 1973).36

36 Lihat Martin Griffiths and Terry O‟Callaghan. Dalam Richard Devetak, Anthony Burke, dan Jim George, An

Introduction to International Relations. Australian Perspective. Merlbourne-Australia. 2007:59.\

Page 21: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

21

Dalam konteks tersebut, maka ketergantungan organisasi internasional dan hukum

internasional, telah menyandarkan dirinya pada keseimbangan kekuatan (a balance of power)

sebagai suatu instrumen utama yang dapat memerelihara dan mengekalkan perdamaian.

3. Teori Realisme Baru (Neo-Realism)

Suatu teori dalam hubungan internasional yang lahir sejak tahuh 1960-70-an, yang

menempatkan negara-negara dalam hubungan internasional yang menebarkan gagasan hak-hak

asasi manusia yang agresif, sebagai akibat dari ancaman dan penekanan ketidak puasan negara-

negara terhadap pendekatan teori realisme. Kritik itupun dengan serta muncul dimana

pertumbuhan gagasan tentang ketergantungan negara-negara (interdependence), baik dalam

sistem internasional, perkembangan sistem hukum dan norma hukum internasional yang

mengatur dan menata berbagai hubungan antara negara, dan dengan tambahan pentingnya sedikit

kontribusi dari suatu pemahaman terhadap hubungan antara negara-negara dengan pasar-pasar di

tingkat global. Paham neo-realis ini meninjau adanya keseimbangan kekuatan hanya dilindungi

dua kekuatan dunia (the bipolar balance of power) matahari.

Dalam pandangan Kenneth N. Waltz, hubungan internasional, dalam teori baru realisme

ini dibangun dengan tiga asumsi dasar:

1) Anarki (kekosongan dari suatu dasar kedaulatan) adalah adanya perbedaan dasar tentang

pembelaan diri sendiri dalam sistem intenasional („self-help international system).

Negara-negara berkewajiban untuk mendasarkan berbagai alat dan mekanismenya untuk

melindungi kepentingannya. Dalam hal ini, keamanan merupakan tujuan tertinggi dari

negara-negara. Karena itu, tidak sepantasnya menggunakan suatu argumentasi yang

samar-samar bersifat filosofis tentang manusia secara alamiah untuk melihat pembagian

kekuasaan merupakan hal utama dalam menjelaskan stabilitas dari suatu sistem.

2) Negara-negara merupakan aktor aktor utama dalam sistem internasional. Aktor-aktor

non-negara seperti korporasi-korporasi, organisasi-organisasi multi-internasional, telah

memainkan peranan penting, tetapi, memang negaralah yang utama. Klaim dari neo-realis

terkadang melakukan kritik untuk melihat pentingnya aktor-aktor lain, di luar negara.

Waltz menegaskan, “states are not and never have been the only international actors”.

3) Negara-negara merupakan aktor-akator paling rasional dalam hubungan internasional.

Sebagaimana Robert Keohane, menyatakan negara-negara itu umum konsisten, dan

memerintahkan berdasarkan sumber-sumber yang jelas. Karena itu, negara-negara selalu

menghitung biaya dan keuntungan untuk semua kebijakan atributif untuk memanfaatkan

Page 22: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

22

semaksimal mungkin sumber-sumber dan persepsi mereka terhadap realitas yang

sesungguhnya kan f agar memperoeh suatu dan kepentingan dan sumber jaminan.37

Dengan demikian, lembaga-lembaga internasional dapat memainkan peranan dalam

hubungan internasional, terutama terkait dengan arena keamanan. Para pendukung neorealis,

meyakini bahwa negara-negara pada khususnya berupaya mengimbangi dalam upaya

menghadapi negara-negara lain jika merupakan ancaman pada mereka. Jadi, kaum neo-realis,

lebih mengutamakan perhitungan adanya keseimbangan ancaman (balance of threat) dari pada

keseimbangan kekuatan.

Menurut Waltz, keseimbangan ancaman jauh lebih baik digunakan dari kedudukan

negara sekutu dari pada keseimbangan kekuatan kasar. Misalnya, untuk menjelaskan keadaan

Perang Dingin, bahwa proksimitas geografis, kekuatan terbuka, dan niat agresi negara-negara

Uni Soviet meningkatkan perilaku berimbang yang dimainkan oleh kekuatan regional dari Uni

Eropa dan Asia dalam bentuk persekutuan dengan Amerika Serikat.

Teori tentang keseimbangan ancaman (balance of threat) membantu menjelaskan alasan-

alasan mengapa keperihatinan kita terhadap peristiwa 11 September 2001, tidak seharusnya

dipandang oleh negara-negara sebagai upaya untuk menyeimbangkan AS sendirian, atau dengan

negara-negara lainnya.38

4. Teori Marxisme

Gagasan Karl Marx, tentang hubungan internasional selalu berangkat dari asumsi dasar

manusia dan perilaku ekonominya. Dengan mencoba menganalisis secara kombinasi antara

metode menerawang (predicitive), dengan metode penindakan (prescritive) dengan

memaksimalkan upaya kaum Marxis yang dipandang sebagai dialektika dari lingkaran sejarah

keberhasilan umat manusia dalam ideologi komunis. Tujuan akhir dalam suatu negara adalah

membentuk suatu masyarakat yang tidak mengenal lagi adanya perbedaan-perbedaan kelas sosial

37 38 Lihat Richard Devetak. Ibid: 57.

Page 23: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

23

(classless), dan masyarakat tanpa negara. Hal itu terjadi ketika keadilan dipahami sebagai suatu

prinsip sederhana yaitu, untuk setiap orang memperoleh sesuatu tergantung kepada

kemampuannya, dan setiap orang juga tergantung pada kebutuhan-kebutuhannya (from each

according to his ability, to each according to his needs).

Dalam hubungan internasional, teori Marxis yang dipelopori oleh Karl Marx dan

Friederich Engels, menegaskan bahwa sistem ekonomi merupakan motif dasar utama setiap

masyarakat. Hubungan ekonomi membantu menjelaskan dan memahami seluruh hubungan sosial

dan politik. Konsep kelas dan perjuangan kelas dimaksudkan untuk mengawasi alat-alat produksi

merupakan akar terciptanya interaksi sosial. Adapun alat-alat produksi sebagai faktor-faktor

utama dalam interaksi sosial, digambarkaan dalam hubungan antara masyarakat pada masa

sebelum ada negara dengan lahirnya kaum kaya (bourgeoisie) sebagai pemilik dan pengawas

alat-alat produksi (alat-alat, mesin, dan organisasi-organisasi), termasuk di dalamnya bank-bank

yang berkaitan dengan fungsi lembaga-lembaga keuangan.

Dalam perkembangan hubungan internasional, pada akhirnya teori Marxis dan Leninis

telah menegaskan bahwa perang internasional merupakan produk negara-negara imperialis

kapitalis yang sedang mencari dan bertanding secara agresif untuk mencipakan pasar-pasar dan

ketergantungan politik. Konsekuensi logisnya adalah bahwa peperangan antara negara-negara

sosialis yang non-imperialis adalah sesuatu yang tidak terpikirkan. Secara faktual

diargumentasikan, bahwa sekali partai komunis sebagai suatu suatu sistem pemerintahan telah

berkembang biak, di berbagai penjuru dunia peperangan sebagai fenomena dunia akan sirna

dengan sendirinya. Namun, dalam kenyataan tidak demikian, sebab negara-negara yang memiliki

paham yang sama juga ikut terlibat dalam peperangan. Perang dingin terjadi antar Uni Soviet,

Cina, Hongaria, dan juga Vietnam dan Kamboja yang sesungguhnya memiliki kesamaan

ideologi.39

39 Lihat Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe. Introduction to International Relations: Power and Justice

(Nineth Edition). Englewood Cliffs New Jersey. Prentice-Hall International, Inc. 1978. 13.

Page 24: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

24

Nilai manfaat teori Marxis, saat ini dalam konteks global adalah, dampaknya terhadap

budaya ekonomi nasional, dan kegunaannya untuk membatasi penebaran kapitalisme masih tetap

diperhitungkan. Hampir kebanyakan para komentator terkait globalisasi berhutang budi pada

karya Karl Marx dari segi hutang intelektual dan sejenisnya. Begitu pula, pemikiran Marx telah

memberikan konribusi besar pada pemahaman tentang politik internasional, dengan menunjukan

berbagai keganjilan pengaruh dalam perdagangan bebas, dan hubungan kompleks yang terjadi di

antara negara-negara dengan kekuatan ekonomi dominan dan negara-negara miskin yang

mengekor negara-negara di dunia.

5. Teori Feminisme dalam Hubungan Internasional

Gerakan feminisme mendapatkan perhatian penting dalam hukum dan hubungan

internasional sejak awal tahun 1990-an. Isu feminisme ini telah menjadi gelombang besar

pembahasan masyarakat tentang isu-isu perempuan atau jender. Apa yang menjadi kajian teori

Feminis dalam hubungan internasional sesungguhnya mencakup ruang lingkup perbedaan

pendekatan, para ahi hubungan internasional memiliki komitmen tinggi dalam memahami

ketidakberutungan kebanyakan wanita yang menderita dalam politik internasional.

Kerugian wanita dalam hubungan internasional adalah (1) Kurangnya akses kaum

perempuaan untuk ambil bagian dalam politik, pembuatan kekuatan keputusan, dan akses pada

sumber-sumber ekonomi. (2) Para sarjana feminis internasional sangat peduli pada berbagai cara

dan studi dan praktek politik internasional yang merendahkan kaum perempuan. Isu-isu tersebut

merupakan bagian ketidakberuntungan dan ketidaksamaan untuk dijadikan suatu agenda untuk

kaum feminist dalam poltik internasional.

Katrina Lee Koo,40

menyatakan bahwa agenda hubungan internasional terkait dengan

feminisme mencakup latar belakang sosial, dan politik. Karena itu, hubungan internasional juga

menjadi sangat penting untuk dikaitakan dengan program demokratiasi. Agenda pertama, adalah

40 Lihat Richard Devetak

Page 25: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

25

feminis dalam hubungan internasional dengan cara mempersempit atau membatasi kaum

perempuan dalam aktifitas politik, perdagangan perempuan untuk perbudakan seks, prostitusi

untuk melayani militer, ekploitasi buruh di beberapa pabrik, kekerasan seksual pada saat keadaan

perang. Kedua, kepedulian selanjutnya adalah isu terkait dengan perempuan dan laki-laki yang

memiliki perbedaan pengalaman, tetapi memiliki kesamaan kontek. Sebagai contoh diterangkan

banyak wanita-wanita pekerja di Kementerian Pertahanan di Australia, tetapi telah menjadi

korban dari pelecahan seksual. Untuk itu, bagaimana agar perempuan tersebut tidak menjadi

obyek pelecehan para pekerja laki-laki.

Secara umum bahwa teori feminis dalam hubungan internasional dapat dikembangkan

sebagai berikut. (1) kaum feminis liberal mendasarkan pandangannya pada idea kebebasan dan

kesederajatan antara laki-laki dengan perempuan. (2). Sedangkan Feminis Marxis, beranggapan

bahwa kebebasan wanita dapat dicapai dengan menghancurkan kapitalisme dan penindasan

hubungan kelas, (3), Feminisme hitam (black feminism) telah meninjau tentang hubungan-

hubungan antara jender, diskriminasi didasarkan pada rasial. (4), budaya dan feminis

maternalistik beragrgumentasi bahwa bahwa sifat damainya kaum perempuan dapat berkonribusi

terhadap politik dan perdamaian global. (5) Feminisme Post-Kolonial mencari penjelasan tentang

perbedaan penderitaan dihadapi perempuan di dalam masyarakat di zaman penajajahan dan

paaska penajajahan yang acapkali dicampakan oleh feminisme penjajah. (6) Feminisme Paska

moden Kritis berupaya mencari jawaban atas pertanyaan mendasar tentang identitas laki-laki

dan perempuan, dan sifat-sifat alamiah jender dalam sisten internasional dan kemungkinan untuk

melakukan emansipasi untuk wanita.41

Dengan demikian, maka teori feminisme dalam hubungan internasional berusaha untuk

menciptakan perlakuan yang berkeadilan dalam hubungan internasional, melalui upaya

membuka peluang dan kesempatan yang sama dalam aspek ekonomi, politik, militer, dan

pertahanan.

41 . Katrina Lee Koo. Hal 81.

Page 26: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

26

6. Keadilan Global dan Demokrasi Kosmopolit

Teori ini memang tidak sebagaimana teori hubungan internasional yang lebih tampak

konkrit, empirit dan faktual. Melainkan lebih pada wacana yang abstrak dan normatif. Dalam

hubungan internasional, keadilan sangat penting karena menentukan antara nilai baik dan buruk,

nilai moral dan nilai etis, dan juga nilai kebenaran. Secara umum, keadilan dibedakan secara

keadilan substantif dan keadilan prosedural.

Keadilan substatif adalah merujuk pada kesederajatan hasil (outcome), dan pembagian

harta kekayaan atau daya dan kekuatan. Sedangkan keadilan prosedural, merujuk pada suatu

prosedur yang jujur, berimbang unuk memutuskan siapa untuk mendapatkan apa. Mengapa

keadilan itu begitu global? Pertanyaan ini menarik terkait dengan hubungan internasional? Di

satu pihak, John Rawls menegaskan bahwa keadilan adalah satu kebajikan dari lembaga-lembaga

sosial, sebagai kebenaran. Sebagai suatu sistem berpikir, hukum dan lembaga-lembaganya,

bagaimanapun efisiensinya dan tersusun rapi harus dibentuk atau dimusnahkan jika hukum dan

lembaga-lembaganya tidak berkeadilan. Para pemikir Etika Barat telah dirusak oleh akibat suatu

ketegangan antara kewajiban yang kita miliki dengan keharusan kita untuk berlaku sama dengan

orang lain.42

Menurut Theodore A. Coulombis, kaum tradisional memahami hubungan internasional

memusatkan perhatian pada aktivitas para diplomat dan tentara-tentara yang melaksanakan tugas

kebijakan luar negeri untuk memperjuangkan kepentingan nasional. Juga dapat dikenal,

hubungan internasional sama dengan diplomasi atau strategi (strategy), kerjasama (cooperation),

konflik (conflict), atau juga berbicara mengenai perang (war) dan damai (peace).

Kaum tradisional juga tidak merumuskan tentang politik internasional yang menjelaskan

ke dalam keadaan tertentu, memprediksi respon-respon para elit-elit terkait kebijakan politik luar

negeri suatu negara dalam keadaan krisis. Dengan kata lain, hubungan internasional dalam

42 Lihat Richard Shapsott. Global Justice and Cosmoploitas Demoncracy. Di dalam Introduction to International

Relations: Australian Perspective. By Richard Devetak, Anthony Burke and Jim Georgen

Page 27: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

27

kacamata politik adalah analisis tentang ketertiban dengan membagi-bagi aspek-aspek politik

dalam menciptakan keseimbangan dan memajukan sistem politik dengan menempatkannya

dalam hubungan internasional.

Karena itu, sebagai suatu disiplin keilmuan tentang hubungan internasional, haruslah

memiliki dasar pengetahuan hukum, sejara dan suatu pengalaman khususu terkait politik dan

budaya dari suatu wilayah di dunia. Faktor budaya menjadi sangat penting untuk menafsirkan

data-data kosong untuk mencegah bias peran dogma dan paham paternalistik.43

Holsti membedakan pemahaman antara politik internasional, kebijakan luar negeri

(foreign policy), dan hubungan internasional (international relation). Politik internasional

(international politic) memusatkan pengkajian pada kepentingan-kepentingan (interest),

tindakan-tindakan (actions), dan unsur-unsur kekuatan negara-negara adidaya.

Sedangkan hubungan-hubungan internasional merujuk pada berbagai bentuk interaksi

antara anggota-anggota dari berbagai masyarakat yang terpisahkan, apakah di dukung oleh

pemerintahan atau tidak. Termasuk didalamnya melakukan analisis terhadap kebijakan luar

negeri, proses-proses politik antar bangsa-bangsa, dengan perjuangan kepentingan dalam seluruh

aktivitas antar negara-negara, mencakup didalamnya memahami tentang organisasi perdagangan,

Palang Merah Internasional, pariwisata, perdagangan internasional, transportasi, komunikasi, dan

pembangunan nilai-nilai dan etika.

Jadi, kajian internasional politik hanya akan terjadi jika fokus bahasa dan analisis

ditujukan pada peristiwa-peristiwa yang secara rasional berdampak secara langsung pada

hubungan antar pemerintahan. Karenanya, diplomasi bola ping-pong (table tennis), digunakan

sebagai kendaraan untuk memperjuangkan kepentingan.

Sebagaimana halnya hubungan China dengan Amerika Serikat. Sama halnya diplomasi

model tenis meja tersebut dipergunakan untuk menjalankan praktek hubungan internasional yang

43 Theodore A. Coulombis, Hlm: 23.

Page 28: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

28

biasa, sebagaimana pula praktek hubungan Australia dengan Selandia Baru, yang tidak perlu

menggunakan kebijakan yang terlalu kompleks.

Sama halnya kajian dalam hubungan internasional, yang menarik seluruh aspek

perdagangan internasional. Dalam politik internasional, kita tidak perlu peduli dengan

perdagangan internasional hanya kecuali jika sejauh pemerintah suatu negara menggunakan

ancaman ekonomi, keuntungan, rangsangan, dan tujuan politik atau hukuman untuk

memudahkan kerjasama internasional.44

Dalam periode perang dingin, peningkatan hubungan internasional telah banyak

dilakukan oleh aktor-aktor non-negara. Tetapi dalam faktanya, proses globalisasi menampilkan

tantangan baru terhadap sistem negara, namun juga negara-negara memainkan peranan utama

dalam sistem politik global. Hubungan internasional, di era Perang Dingin selalu dipengaruhi

oleh interaksi negara-negara dengan kemandirian mereka masing-masing.

Namun, ketimpangan tetap saja tampak. Sebab, menurut Mihaly Simai, diantara kurang

lebih 200 negara-negara yang ada saat ini, lebih tampak menonjolkan perbedaan ketimpangan

dari aspek luasnya wilayah, jumlah penduduk, kekuatan militer, kekuatan ekonomi, dan

sebagainya. Sebagian negara-negara yang kuat memiliki tingkat stabilitas yang mapan,

sedangkan negara-negara Islam saat ini rentan dan lemah. Timbulnya ketimpangan tersebut dapat

memicu konflik dalam politik global. Tentu saja, kecenderungan motif ekonomi dan militer juga

turut berubah.45

Aspek-aspek Hubungan Internasional

Suatu bentuk kerjasama antara dua pihak (bilateral treaty), antara tiga pihak (trilateral

treaties), atau beberapa pihak (multilateral treaties) untuk menyepakati suatu obyek tertentu

secara tertulis dengan mendasarkan pada kaidah-kaidah hukum. Perjanjian internasional dapat

44 K. J. Holsti, 1983, Hlm: 20 45 Mihaly Simai, The Future of Global Governance. Managing Risk and Change in International System,

Washington: Institute of Peace Press, 1994, Hlm: 40.

Page 29: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

29

dipaksakan pemberlakuannya sepanjang telah ditulis, disepakati dan/atau diratifikasi untuk

menjadi struktur hukum nasional. Fungsi dan kegunaan negara-negara terlibat dalam perjanjian

internasional selain untuk menunjukan kepada upaya negara dengan negara sahabat secara

formal tertulis. Juga menunjukan status negara semakin beradab dan modern. Bahkan dengan

mengembangkan perjanjian internasional, Negara-negara dapat mewujudkan status

kesederajatannya sebagai negara berdaulat. Dengan komunikasi, kerjasama dalam aspek

perjanjian internasional dapat dipandang sebagai kerjasama dalam hukum internasional,

sekaligus politik internasional.

a. Kerjasama Diplomasi

Suatu kerjasama dilakukan oleh negara-negara untuk menunjukan adanya kemampuan

negara-negara dalam hubungan internasional. Pengakuan negara atas keberadaan negara sahabat

atau negara tetangga merupakan bukti adanya hubungan diplomatik. Diplomasi adalah

hubungan-hubungan yang terorganisir antara pemerintah negara-negara sebagai dasar dari

seribu negara. Seorang Perdana Menteri, Nizam Malik, secara bijak menyarankan bahwa

kedaulatan atas kewenanganya untuk memperlakukan duta besar negara luar sebagaimana

memperlakukan dirinya sebagaimana mengirimkan seorang raja yang mengirimkan

perwakilan.46

Di satu pihak, melalui adanya pengakuan, negara-negara dapat melaksanakan

hubungan diplomatik melalui tukar menukar dokumen pengakuan, baik atas lahirnya negara

baru atau kepemimpinan lainnya pemerintahan baru. Selain itu, hubungan diplomatik dapat

diwujudkan dengan saling mengirim utusan korps diplomatik dan mendirikan kantor-kantor

kedutaan besar dan konsulat jenderal.

Di pihak lain, tidak kalah pentingnya, diatur juga hak-hak diplomatik sebagai hak

keistimewaan (previleges rights), hak kekebalan (immunity rights), dan hak tidak dapat

diganggu gugat (inviolability). Dasar hukum hubungan diplomatik diatur dalam Vienna

46 Op.Cit, Theodore Collombus, hlm: 124.

Page 30: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

30

Convention 1961 (kedutaan besar), Vienna Convention 1963 (konsuler), yang isinya mengatur

secara umum tentang persoalan diplomasi di tingkat konsuler.

b. Kerjasama Hak Asasi Manusia dan Pencapaian Perdamaian Dunia

Keterlibatan negara-negara dalam hal menghormati, menjunjung tinggi nilai-nilai HAM

universal, dan berupaya untuk berjuang dalam menciptakan dan membangun perdamaian dunia

(world peace) dan ketertiban dunia. Bentuk kerjasama negara-negara dalam nilai-nilai HAM

antara lain, memberikan bantuan kemanusiaan karena pengungsi domestik akibat bencana alam

(natural disaster) dan pengungsi internasional sebagian akibat adanya bencana kemanusiaan

(humanitarian disaster). Pengungsi dan pengungsi domestik menjadi bagian dari HAM

internasional.

Sedangkan kerjasama dalam konteks perdamaian dunia dan ketertiban dunia adalah

negara-negara ikut aktif dalam memelihara perdamaian dunia dengan cara menghindarkan diri

dari konflik-konflik dan tidak menggunakan kekerasan atau senjata api dalam menyelesaikan

sengketa. Selain itu, negara-negara memiliki kerjasama internasional dalam hal ikut serta

menjauhi dan menghiraukan staf militer dalam hal praktek intervensi kemanusiaan

(humanitarian intervention). Intervensi kemanusiaan diselenggarakan oleh PBB, dibawah

pengawasan dan Resolusi Dewan Keamanan PBB, merupakan putusan negara-negara adidaya.

c. Kerjasama Internasional yang Melibatkan Negara-negara

Kewajiban negara-negara untuk selalu menjunjung fungsi perdamaian dan ketertiban

dunia dengan selalu menyelesaikan sengketa secara damai, baik untuk kepentingan nasional

negara atau negara-negara, melalui model penyelesaian secara damai, lobi, negosiasi, mediasi,

rekonsiliasi, dan juga penggunaan peradilan internasional. Dalam konteks ini, negara-negara

tidak dapat berpangku tangan ketika negara-negara sahabatnya terkena masalah bencana alam

dan bencana kemanusiaan peperangan dan perang saudara.

Page 31: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

31

d. Kerjasama Pertahanan Militer dan Keamanan Internasional

Kerjasama internasional dalam membangun tatanan dunia yang tertib dan damai

memerlukan strategi dan metode yang interdisipliner, selain pendekatan hukum internasional

atau perjanjian internasional juga terdapat pendekatan diplomasi.

Dari pendekatan konvensional atau tradisional hubungan internasional tidak lepas dari

kajian tentang kekuatan (power) suatu negara. Menurut Hans Morgenthau konsep kekuatan itu

ditingkatkan posisinya yaitu sebagai kemampuan dari kebijakan luar negeri dilakukan oleh

aktor-aktor elit negara untuk mempengaruhi secara dominan pemikiran dan tindakan terhadap

pusat kekuasaan yang paling penting dalam kaitanya politik. Namun, konsep tentang kekuatan

politik di tingkat operasional acapkali menyimpang dari peraturan-peraturan yang ada. Sebab

hubungan dan pendekatan yang persuasive sebagai faktor yang menjadi dasar dalam hubungan

internasional.

Namun, karena kekuasaan dalam hubungan internasional terkait dengan kepentingan

politis nasional, maka menurut Morgenthau, konsep kekuatan dan kemampuan itu harus

dikaitkan dengan konsep keseimbangan kekuatan (balance of power) dan kesinambungan

(equilibirium). Konsep ini dimaksudkan sebagai suatu slogan yang memberikan pembenaran

pada terpeliharanya status quo (ketertiban) untuk memberikan kekuasaan pada negara-negara

dan negara-negara lain yang sedang mencari status quo dari klaim ketertinggalannya.47

1.2 Prinsip-prinsip dalam Hubungan Internasional

Adapun yang dimaksud dengan asas-asas hukum adalah general principle of

international recognised by civilised countries, suatu prinsip-prinsip umum dalam hukum

internasional yang diakui oleh negara-negara beradab yang pemberlakuannya bersifat universal,

dan tidak dibatasi oleh ruang waktu dan tempat.

47 Theodore A. Coulombus dan James Wolfe, Introduction to International Relations: Power and Justice, United

States of America, 1992, hlm: 24.

Page 32: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

32

Pertama, asas Pacta Sunt Servanda, suatu asas yang digunakan oleh negara-negara

untuk membebankan kewajiban-kewajiban kepada pihak-pihak untuk saling mematuhi dan

menghormatinya. Pandangan Anzilotti ini, terbukti tidak hanya berlaku pada cakupan hukum

internasional akan tetapi hukum negara-negara beradab juga telah mengakui adanya asas

tersebut. Misalnya dalam Al Qur‟an surat Al maidah menjelaskan antara lain “penuhilah janji-

janjimu”. Sebagaimana ajaran Islam, dengan sangat ketat mewajibkan kepada pihak-pihak yang

melakukan suatu transaksi hutang pituang dengan penundaan pembayarannya, maka pihak-

pihak diwajibkan untuk membikin suatu perjanjian secara tertulis dengan harpan terdapatnya

jaminan kepastian hukum.

Kedua, I‟tikad baik (Good Faith) adalah suatu „tikad baik menjadi sangat penting

dalam melaksanakan hubungan internasional. Sejak awal ajaran islam menegaskan bahwa

kejujuran dapat mendorong lahirnya perbuatan bajik, sebab perbuatan bajik sekecil jarropun akan

tetap kelihatan hasilnya. Sebagaimana perbuatan tidak bajik, dusta juga akan kelihatan hasilnya.

Hadits nabi menyatakan bahwa segala perbuatan dimulai dengan niat-niat yang baik menentukan

tujuan yang akan dicapai. Asas untuk saling menanamkan kejujuran dan satu lain bukan saja

penting melainkan telah menjadi kebutuhan dalam melaksanakan transaksi baik di tingkat

nasional dan tingkat internasional. Apalagi dalam kondisi teknologi informasi dan dunia maya,

akan mustahil suatu transaksi dapat berjalan dengan efisien dan efektif tanpda dukungan itikad

baik ini. Jadi universalitas itikad baik tidak pernah berubah dan tetap berpegang teguh dalam

setiap praktek transaksi atau kerjasama internasional.

Ketiga, asas kesederajatan (equality), suatu prinsip universal yang menempatkan setiap

orang Negara dan subyek lainnya sama sederajat didepan hukum. Secara lebih filosofis ajaran

islam menegaskan bahwa Tuhan telah menciptakan laki-laki dan perempuan, suku-suku, dan

bangsa-bangsa. Agar kamu sekalian saling mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling

mulia dihadapan Allah adalah yang paling tinggi ketakwaannya dihadapan Allah SWT.

Kendatipun demikian, Islam juga menempatkan perbedaan kemampuan antar subyek

hukum sehingga dapat menimbulkan tanggungjawab yang berbeda pula. Secara idealita

Page 33: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

33

kesederajatan tadi menjadi kewajiban yang oleh setiap subyek hukum, perorangan atau Negara

harus dipatuhi. Namun, secara implementatif ternyata menjadi relatif mengingat setiap orang,

Negara atau entitas politik lainnya dihadapkan pada kondisi sosial, budaya dan agama yang

berbeda-beda, sehingga menjadi sangat lazim, jika prinsip-prinsip kesetaraan tersebut dalam

hubungan internasional tidak dapat diterapkan secara hitam putih, melainkan harus ada proses

adaptasi dan penyesuaian. Dimana besar kecilnya suatu ukuran negara tidak dapat menghalangi

penerapan asas kesederajatan tersebut. Akibatnya, negara-negara memiliki kewajiban untuk

saling menghormati dan menjunjung tinggi kedaulatan negaranya masing-masing.

Keempat, asas tidak melakukan campur tangan (non-intervention principle) adalah suatu

prinsip dimana negara-negara tidak boleh diperbolehkan untuk ikut campur tangan urusan dalam

dan luar negerinya suatu negara. Suatu negara yang tegak berdiri di atas kedaulatan negara, itu

berarti suatu negara dapat berdiri dan menegakan kekuasaan dan kewenangannya terbebas dari

campur tangan asing, baik dalam arti terbebasnya ketergantungan secara ekonomi, politik,

kebudayaan dan pertahanan.

Pada dasarnya intervensi dilarang dalam hukum internasional, sebab praktek intervensi

mengganggu kemandirian negara-negara berdaulat. Jikapun intervensi, dalam kondisi tertentu

mungkin saja digunakan, maka syarat-syaratnya cukup berat, misalnya intervensi kolektif

(collective intervention), intervensi kemanusiaan (humanitarian intervention) atau intervensi

bersifat menghukum (punifive intervention) diakui dalam hukum internasional, yang didasarkan

pada piagam PBB, Bab VII pasal 52. Hal tersebut dimaksudkan sebagai cara mencegah

penggunaan kekerasan oleh suatu kelompok ke kelompok Negara lain. Karena itu, intervensi

yang mengandung persekongkolan jahat (conspiracy crime) sungguh dilarang. Sebagaimana

ajaran islam dalam Al-Qur‟an memerintahkan untuk saling menolong, tetapi dilarang keras

tolong-menolong dalam keburukan dan permusuhan. Ayat tersebut dapat digunakan untuk

menganalisis fakta yang begitu banyak Negara-negara adidaya melakukan kerjasama dan tolong-

Page 34: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

34

menolong untuk menghancurkan suatu Negara sebagaimana Negara-negara barat menggempur

Afghanistan pada 2002 dan irak pada tahun 2005.48

Kelima, asas hubungan bertetangga baik (good and friendly neigbourhood relations)

suatu asas yang dipergunakan oleh suatu negara untuk dapat hidup berdampingan sebagai

negara-negara tetangga satu sama lain. Upaya yang biasa dilakukan dalam kaitannya dengan

memelihara hubungan baik dan bersahabat antara negara-negara tetangga. Di satu pihak

menghormati atas berbagai kebijakan suatu negaranya dan selalu melakukan kerjasama dengan

menggunakan kerjasama melalui perjanjian internasional atau upaya diplomasi lainnya.Sangat

penting ketika negara-negara wajib dapat menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatan

militer dalam menyelesaikan suatu sengketa terkait dengan perjuangan untuk memperoleh

berbagai keuntungan untuk kepentingan nasionalnya. Dalam Pasal 1 angka 1 Piagam PBB

ditegaskan bahwa setiap negara wajib mengendalikan untuk tidak menggunakan kekerasan,

melainkan harus mengutamakan cara-cara perdamaian.49

Sebagaimana negara-negara ASEAN

memiliki kewajiban untuk memelihara hubungan persahabatan yang baik, karena ketertiban

dunia dapat diselenggarakan dengan terciptanya tata tertib dan perdamaian di ASEAN.50

Keenam, Asas hubungan timbal balik (reciprocal relations) Suatu asas penting yang

digunakan oleh negara-negara dimana sesungguhnya kedua negara saling tergantung karena itu,

negara-negara tersebut saling memberikan pengakuan kedaualatan dan pengakuan atas adanya

Pemerintahan baru atau pemimpin yang baru. Asas timbal balik itu juga dapat dipergunakan

ketika hubungan kedua negara berada dalam kondisi yang tidak bersahabat (unfriendly

relations), untuk saling menjatuhkan hukuman seperti pengusiran atau Persona Non Grata bagi

wakil-wakil diplomatik yang diduga telah melakukan pelanggaran diplomatik. Bahkan anggota

48 Jawahir Thontowi, Terorisme Negara. Kerjasama Konspiratif Menjinakkan Islam Fundamentalis, Yogyakarta:

UII Press, 2013, hal: 53. 49 Pasal 1 ayat (1):

bersama yang efektif untuk pencegahan dan penghapusan ancaman terhadap perdamaian, dan untuk menekan

tindakan agresi atau pelanggaran lain perdamaian, dan untuk membawa dengan cara damai , dan sesuai dengan

prinsip keadilan dan hukum internasional, penyesuaian atau penyelesaian sengketa internasional atau situasi

yang mungkin mengakibatkan pelanggaran perdamaian 50 Lihat Pasal 1 angka 7 Piagam ASEAN.

Page 35: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

35

diplomatik yang melakukan penyadapan dengan informasi rahasia intelejen atau melakukan

diplomatik lainnya dapat dilakukan pengusiran dalam waktu 24 jam.

Ketujuh, prinsip penggunaan hak Veto suatu hak istimewa yang dipegang negara-negara

adi-kuasa (Super Powers) untuk menolak dan/atau membatalkan berbagai putusan yang dibuat

dan telah disepakati anggota-anggota Dewan Keamanan PBB. Banyak pakar politik dan hukum

internasional yang memandang hak veto sebagai lambang status quo ketidak adilan dalam

hukum internasional. Secara historis dan juridis, hak veto hanya diberikan kepada lima negara-

negara besar yang diatur dalam Pasal 27 Piagam PBB. Dalam konteks, politik pasca Perang

Dunia Kedua, hak veto ada kaitannya dengan upaya negara-negara tersebut memelihara

keseimbangan kekuatan (balance of power) negara-negara di dunia. Timbulnya negara-negara

baru baik di Asia, Afrika, dan juga sebagaian Eropa timur umumnya terjadi setelah Perang Dunia

II berada dibawah pengawasan bantuan dari lima negara-negara besar (the big five contries).

Karena itu, ada usulan agar hak veto dihilangkan. Sebab pasca perang dingin hak veto sepertinya

tidak lagi diperlukan, karena tatanan masyarakat internasional telah berubah. HAM internasional

telah memberi kontribusi besar atas semakin efektifnya hukum internasional. Tidak mungkin

keadilan dapat terselenggara manakala kelima negara tersebut hanya mengakomodir negara-

negara bekas jajahannya, sementara banyak negara-negara dengan latar belakang agama tertentu

tidak terwakili dalam pemegang hak veto.

Kedelapan, prinsip free trade zone, yaitu prinsip wilayah perdagangan bebas yang

diberlakukan bagi negara-negara untuk menyepakati berbagai hak dan kewajiban internasional

dalam pelaksanaan perdagangan internasional, termasuk di dalamnya untuk saling tidak

membatasi adanya sistem perdagangan di dalam dan luar negeri dengan tidak membebankan

pajak masuk (import dan eksport) dan pajak keluar yang lebih meringankan. Pasar global telah

menjadi bagian dari sistem ekonomi dunia, menuntut kedaulatan negara semakin bergeser oleh

karena pembatasan masuk dan keluarnya, uang, SDM, SDA, barang, jasa, ilmu pengetahuan dan

teknologi telah menjadi kebutuhan dasar umat manusia. Pemberlakuan free trade di zona bebas

ASEAN akan diberlakukan tahun 2015. Hal ini seharusnya mendorong Negara-negara ASEAN

Page 36: BAB I HUKUM INTERNASIONAL DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL · PDF filehubungan internasional, dan prinsip-prinsip dalam hubungan internasional. ... perbuatan negara-negara, organisasi-organisasi

36

untuk mempersiapkan instrumen hukum internasional untuk diadopsi agar semua anggota

ASEAN, dapat mematuhi ketentuan tersebut, termasuk instrumen HAM bagi penyelesaian kasus-

kasus pelanggaran HAM berat di ASEAN. Selain itu, secara khusus Negara Indonesia yang

paling besar dilihat dari penduduk, luas wilayah, dan kekayaan alamnya. Mustahil dapat

mengelak penerapan free trade, sebagai kesepakatan internasional. Sumber daya manusialah

andalan utama dalam merespon era globalisasi yang member manfaat bagi kepentingan bangsa

dan Negara.

.