hubungan asupan makan dengan kejadian ...digilib.unila.ac.id/55219/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN KURANG
ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKARAJA KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh:
AHMAD ALVIN DICTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
HUBUNGAN ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN KURANG
ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKARAJA KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
AHMAD ALVIN DICTARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
HUBUNGAN ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI
KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUKARAJA KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
AHMAD ALVIN DICTARA
Latar belakang: Prevalensi KEK di Provinsi Lampung pada tahun 2013 adalah
sebesar 21,3% pada wanita hamil dan 17,5% pada wanita tidak hamil. Prevalensi
KEK di kota Bandar Lampung sebanyak 24,5%. Keadaan ini adalah masalah
kesehatan dunia yang belum tuntas dan dapat mempengaruhi status gizi pada
generasi selanjutnya.
Tujuan: Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan asupan makan terhadap
kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sukaraja kota Bandar
Lampung.
Metode: Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
cross sectional dengan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi yaitu wanita
hamil trimester satu dan dua. Kriteria ekslusi yaitu wanita terdapat penyakit
infeksi kronis, menderita anemia, dan hiperemesis gravidarum. Responden
penelitian berjumlah 71 ibu hamil yang berusia 20-35 tahun. Data asupan makan
didapatkan dari kuesioner Semi quantitative food frequency questioner dan data
lingkar lengan atas (LILA) didapatkan melalui pengukuran langsung. Data diuji
menggunakan chi square test dan fisher test dengan CI 95% (α=0,05).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebesar 8,5% responden
menderita KEK. Responden yang memiliki asupan energi kurang (36,6%),
asupan karbohidrat kurang (69,0%), asupan protein kurang (11,3%), dan asupan
lemak kurang (39,4%), dengan hasil analisis bivariat fisher exact didapatkan
bahwa asupan energi dan protein berhubungan dengan KEK (p=0,022) dan
(p=0,017), sedangkan asupan karbohidrat dan lemak tidak berhubungan dengan
KEK (p=0,167) dan (p=0,204).
Simpulan: Terdapat hubungan signifikan antara asupan energi dan protein dengan
kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sukaraja kota Bandar
Lampung.
Kata kunci : asupan makan, KEK, LILA, ibu hamil
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN FOOD INTAKE AND CHRONIC ENERGY
DEFICIENCY (CED) OF PREGNANT WOMAN IN WORK AREA SUKARAJA’S
HEALTH CENTER IN BANDAR LAMPUNG
By
AHMAD ALVIN DICTARA
Background: The prevalence of chronic energy deficiency (CED) in Lampung
Province in 2013 was 21.3% for pregnant women and 17.5% for women who is
not pregnant. The prevalence of chronic energy deficiency (CED) in Bandar
Lampung was 24.5%. This situation is a global health problem that has not been
completed and could affect the next generation nutritional status.
Objective: This study was conducted to determine the relationship of food intake
with CED occured in pregnant women in work area of Sukaraja health center in
Bandar Lampung.
Methods: This quantitative research design with cross sectional approach with
consecutive sampling method. Inclusion criteria were first and second trimester
pregnant women. Exclusion criteria are women who include chronic infectious
diseases, suffer from anemia, and hyperemesis gravidarum. Respondents are as
many as 71 pregnant woman aged 20-35. Food intake data was obtained by semi
quantitative food frequency questioner and upper arm circumference (UAC) data
was obtained by direct measurement. The data tested using chi square test with
95% CI (α=0.05).
Results: The results showed that 8.5% of respondents suffer from CED; 36.6%
has low-energy intake, 63.4% has low-cabohydrate intake, 11.3% has low-protein
intake, and 39.4% has low-fat intake, with the result of fisher exact bivariate
analysis test was obtained that energy and protein intake has relation with CED
(p=0.022) and (p=0.017), while carbohydrate and fat intake has no relationship
with CED (p=0.167) and (p=0.204).
Conclusion: There is a significant relationship between energy and protein intake
with CED of pregnant woman in work area Sukaraja’s health center in Bandar
Lampung.
Keywords : food intake, chronic energy deficiency, upper arm circumference,
pregnant woman
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya pada tanggal 19 Juli 1997, merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Juanda dan Ibunda Henita Herliana.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Insan Kamil Bandar
Jaya Lampung Tengah pada tahun 2003, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD
Insan Kamil Bandar Jaya Lampung Tengah pada tahun 2009, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1 Poncowati Kecamatan Terbanggi Besar
pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN
Negeri 1 Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar pada tahun 2014.
Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif pada organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Forum Studi Islam Ibnu Sina (FSI) pada tahun
2014.
Dengan Mengucapkan Alhamdulillah. Skripsi ini
ku persembahkan untuk almarhum ayah, mama,
kakakku, adikku, sahabat-sahabatku dan semua
yang kusayangi
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akhirat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa” (QS. Thaha: 132)
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Skripsi Ini Berjudul “HUBUNGAN ASUPAN MAKAN DENGAN KEJADIAN
KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SUKARAJA KOTA BANDAR LAMPUNG” adalah
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akini, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. dr. Muhartono, M. Kes, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
3. dr. Dian Isti Anggraini, S.Ked, M.P.H selaku Pembimbing satu yang telah
bersedia untuk meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran,
nasihat dalam penelitian skripsi ini.
4. dr. Diana Mayasari, S.Ked, M.K.K selaku Pembimbing dua saya yang telah
bersedia untuk meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran,
nasihat dalam penelitian skripsi ini.
5. Dr. dr. Aila Karyus, S.Ked, M.Kes selaku Pembahas yang telah besedia
meluangkan waktu, memberikan masukan, kritik, saran dan nasihat
bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;
6. Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, M.Kes., Sp.MK selaku Pembimbing
Akademik atas waktu dan bimbingannya;
7. Almarhum Ayahanda tercinta, Bapak Juanda, terima kasih atas doa, kasih
sayang, nasihat serta bimbingan yang telah diberikan untuku, semoga Allah
SWT selalu melapangkan kuburnya dan di ampuni segala dosanya.
8. Ibunda, Ibu Henita, terima kasih atas doa, kasih sayang, nasihat serta
bimbingan yang telah diberikan untuku, serta selalu mengingatkanku untuk
selalu mengingat Allah SWT. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan
menjadikan ladang pahala;
9. Kakak dan adik saya, Chintiara Andani dan Azhar Adibi yang selalu
memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya;
10. Seluruh Staf Dosen dan pegawai FK Unila atas ilmu yang telah diberikan
kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk
mencapai cita-cita;
11. Seluruh Staf tenaga kesehatan puskesmas Sukaraja kota Bandar Lampung
yang memberikan dorongan, bimbingan dan doa setiap penelitian yang
dilakukan;
12. Seluruh responden yang telah membantu dalam jalannya penelitian dan
bersedia menjadi sampel penelitian saya;
13. Teman dekat saya Dea Eka Purnama atas kerjasamanya dan bimbingannya
dalam melakukan penelitian ini;
14. Teman-teman dekat saya Entan Teram Zettira dan Claudia Clarasinta yang
selalu memberikan motivasi dan dorongan dalam melakukan penelitian ini;
15. Teman-teman yang sudah membantu penelitian saya (Agung, Zafira, Irvan)
yang saling memberikan masukan dan bantuan selama penelitian
berlangsung.
16. Teman-teman kosan mahardika (Airlangga, Fadlan, Haikal, Naufal, Gusti,
Redi, Enggar, Macan, Arba, Baridi, Ardiyansyah, Brandon, Yuda, Karaeng
dan Aldo) yang saling membantu dan memberikan semangat atas kegiatan
selama perkuliahan ini;
17. Teman-teman sejawat angkatan 2014 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Akan tetapi, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung, 21 Desember 2018
Peneliti
Ahmad Alvin Dictara
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wanita hamil ........................................................................................ 5
2.2 Kurang Energi Kronik (KEK) .............................................................. 6
2.2.1 Definisi KEK .............................................................................. 6
2.2.2 Patofisiologi KEK ....................................................................... 8
2.2.3 Faktor Risiko KEK ..................................................................... 9
2.2.4 Dampak KEK ............................................................................ 12
2.3 Asupan Makan.................................................................................... 12
2.3.1 Zat Gizi Makro ......................................................................... 15
2.3.2 Zat Gizi Mikro .......................................................................... 19
2.4 Metode Penilaian Asupan Makan ...................................................... 20
2.4.1 Semi Quantitative Food Frequency Questionare (SQ-FFQ) .... 20
2.4.1.1 Beberapa jenis FFQ adalah sebagai berikut : ............. 21
2.4.1.2 Kelebihan FFQ yaitu : ................................................ 21
2.4.1.3 Keterbatasan FFQ yaitu : ............................................ 21
2.4.2 Food Recall ............................................................................... 23
2.4.3 Food Record ............................................................................. 24
2.5 Profil Lokasi Penelitian ...................................................................... 25
2.5.1 Gambaran Puskesmas Sukaraja ................................................ 25
2.5.2 Program Gizi ............................................................................. 26
ii
2.5.3 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ................................. 27
2.6 Hubungan Asupan Makan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis
(KEK) ................................................................................................. 28
2.7 Kerangka Teori ................................................................................... 29
2.8 Kerangka Konsep ............................................................................... 29
2.9 Hipotesis ............................................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 31
3.3.1 Populasi ..................................................................................... 31
3.3.2 Sampel ...................................................................................... 31
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 33
3.3.3.1 Kriteria inklusi ............................................................ 33
3.3.3.2 Kriteria Ekslusi ........................................................... 33
3.4 Identifikasi Variabel ........................................................................... 34
3.4.1 Variabel independen (variabel bebas)....................................... 34
3.4.2 Variabel dependen (variabel terikat) ........................................ 34
3.5 Definisi Operasional ........................................................................... 34
3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................... 35
3.6.1 Alat ........................................................................................... 35
3.6.2 Bahan ........................................................................................ 36
3.7 Alur Penelitian.................................................................................... 36
3.8 Pengumpulan Data ............................................................................. 37
3.8.1 Wawancara ............................................................................... 37
3.8.2 Observasi .................................................................................. 37
3.8.3 Penilaian kuisioner .................................................................... 37
3.9 Analisis Data ...................................................................................... 38
3.10 Etika Penelitian .................................................................................. 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 39
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 39
4.1.2 Analisis Univariat ..................................................................... 39
4.1.2.1 Asupan Energi ............................................................ 39
4.1.2.2 Asupan Karbohidrat .................................................... 40
4.1.2.3 Asupan Protein ........................................................... 40
4.1.2.4 Asupan Lemak ............................................................ 41
4.1.2.5 LILA ........................................................................... 41
4.1.3 Analisis Bivariat ....................................................................... 41
4.1.4.1 Hubungan antara Asupan Energi dengan Kejadian
KEK ............................................................................ 42
4.1.4.2 Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian
KEK ............................................................................ 43
4.1.4.3 Hubungan Asupan Protein dengan kejadian KEK ..... 44
4.1.4.4 Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian KEK ..... 45
iii
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 46
4.2.1 Asupan Energi .......................................................................... 46
4.2.2 Asupan Karbohidrat .................................................................. 48
4.2.3 Asupan Protein .......................................................................... 51
4.2.4 Asupan Lemak .......................................................................... 53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan............................................................................................. 56
5.2 Saran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 58
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi KEK menggunakan dasar IMT (kg/m2) ...................................... 7
2. Klasifikasi KEK menggunakan dasar LILA (cm) ......................................... 7
3. Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT) ........................................................... 8
4. Angka Kecukupan Zat Gizi Makro Untuk Orang Indonesia (Per Orang Per
Hari). ............................................................................................................ 14
5. Angka Kecukupan Zat Gizi Mikro Untuk Orang Indonesia (Per Orang Per
hari) .............................................................................................................. 15
6. Definisi Operasional .................................................................................... 35
7. Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia ............................................. 39
8. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan asupan energi .............. 40
9. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan asupan karbohidrat...... 40
10. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan asupan
protein .......................................................................................................... 40
11. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan asupan
lemak............................................................................................................ 41
12. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan KEK ............................ 41
13. Hubungan antara asupan energi dengan kejadian KEK .............................. 42
14. Hubungan antara asupan karbohidrat dengan kejadian KEK ...................... 43
15. Hubungan antara asupan protein dengan kejadian KEK ............................. 44
16. Hubungan antara asupan lemak dengan kejadian KEK ............................... 45
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil .............................. 29
2. Kerangka konsep ......................................................................................... 30
3. Alur Penelitian ............................................................................................. 36
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Lulus Kaji Etik
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Lembar Informasi Untuk Subjek Penelitian
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Lampiran 5. Kuesioner Food Recall
Lampiran 6. Data Penelitian
Lampiran 7. Analisis Data
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gangguan gizi menjadi masalah yang sangat penting saat ini dimulai sejak
dalam kandungan (janin), anak, dewasa, ibu hamil, dan usia lanjut. Gangguan
gizi yang terjadi pada fase dewasa biasanya bersifat permanen, tidak dapat
dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi.
Masalah yang paling dominan terjadi di Indonesia saat ini yaitu masalah gizi
kurang. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2016, terdapat
sebanyak 79,3 % ibu hamil berisiko kurang gizi. Masyarakat dengan
pengetahuan yang kurang tentang gizi biasanya terkena masalah gizi kurang
ini (Kemenkes RI, 2016).
Masalah gizi kurang terjadi pada penderita kurang energi kronis (KEK).
Kelompok usia yang memiliki resiko paling tinggi dalam masalah kurang
energi kronis (KEK) adalah wanita dan anak-anak. Gangguan gizi pada
wanita dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kebiasaan makan yang buruk,
pemahaman gizi yang salah, masuknya produk makanan dari luar yang
kurang bergizi dan penyakit infeksi kronik (Nurhaedar, 2012).
Data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi wanita dengan resiko
kurang energi kronik (KEK) pada kelompok usia 15-49 tahun yang hamil
2
adalah sebesar 38,5 % dan pada wanita yang tidak hamil sebesar 46,6 %.
Prevalensi kurang energi kronik (KEK) pada wanita hamil di provinsi
Lampung yaitu sebanyak 21,3% dan kota Bandar Lampung sebanyak 24,5%.
Kota Bandar Lampung menempati urutan ke-lima terbanyak angka prevalensi
kejadian kurang energi kronis (KEK) pada wanita hamil di provinsi Lampung
dan untuk di daerah perkotaan memiliki prevalensi 18,8% lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan yang mempunyai prevalensi 17,8%.
Menurut world health organization (WHO), apabila prevalensi KEK 20-30%
menunjukkan situasi rawan pangan gawat (Kemenkes RI, 2013).
Asupan makan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu, dimana
asupan makanan yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan
kesehatan pada ibu. Jika jumlah asupan makanan selama satu hari di ukur
dengan makanan yang bergizi, maka asupan makan tersebut dalam kategori
baik apabila terpenuhi kriteria tersebut dan pengukuran asupan makanan baik
apabila kebutuhan energi, karbohidrat dan protein tercukupi (Almatsier,
2009).
Kekurangan gizi dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi imunitas dan
permasalahan dalam kehamilan. Hal ini masih terus menjadi perhatian bagi
kalangan ahli biologi, imunolog, ahli gizi, dan beberapa ahli yang terkait di
dalam bidang tersebut (Siagian, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian studi diet total (SDT) di provinsi Lampung pada
tahun 2014, angka kecukupan energi dalam kategori kurang sebanyak 58,3%
dan yang baik sebanyak 31,2%. Untuk asupan protein dalam kategori kurang
3
sebanyak 45,9% dan yang baik sebanyak 18,6%. Rerata asupan lemak
sebanyak 45,1% dan rerata asupan karbohidrat 196,5 gram sedangkan
normalnya rerata asupan karbohidrat sebanyak 309 gram. Pada penelitian
tersebut Lampung masih berada di lima besar kekurangan energi, protein,
lemak, dan karbohidrat terbesar di Indonesia (Siswanto dkk., 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Sukaraja pada tahun 2018
dari bulan Januari sampai Mei terdapat 30 ibu hamil yang mengalami KEK.
Angka ini merupakan angka tertinggi dari seluruh puskesmas di kota Bandar
Lampung (Profil kesehatan kota Bandar Lampung, 2014) Melihat latar
belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan asupan makan dengan kejadian kurang energi kronik
(KEK) pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sukaraja Kota Bandar
Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini, ”Apakah terdapat hubungan antara asupan makan dengan
kejadian kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara asupan makan dengan kejadian kurang
energi kronik (KEK) pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas
Sukaraja Kota Bandar Lampung.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kejadian kurang energi kronis (KEK) dan
asupan makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada ibu
hamil di wilayah kerja puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung.
b. Mengetahui hubungan asupan makan (energi, karbohidrat, protein,
dan lemak) dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) di wilayah
kerja puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis tentang
asupan makan dan kejadian kurang energi kronis (KEK) di wilayah kerja
puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung.
b. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi yang dapat di ambil
manfaatnya tentang asupan makan dan kejadian kurang energi kronis
(KEK).
c. Instansi dan lembaga terkait
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi atau
lembaga terkait, khususnya bagi dinas kesehatan agar dapat memberikan
bantuan dan penyuluhan mengenai kejadian kurang energi kronis (KEK).
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dan bahan untuk
melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wanita hamil
Wanita hamil adalah seorang wanita yang mengalami perubahan anatomi dan
fisiologi dimulai segera setelah fertilisasi (proses bertemunya sel telur dan
sperma) dan terus berlanjut selama kehamilan. Kehamilan adalah suatu
keadaan dimana terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa yang kemudian
mengalami nidasi pada uterus dan berkembang sampai janin lahir, lamanya
hamill normal 37-42 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan menurut bulannya dibagi menjadi 3 yaitu: 1). Kehamilan matur
yaitu berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43
minggu (300 hari). 2). Kehamilan prematur yaitu kehamilan yang
berlangsung antara 28 dan 36 minggu. 3). Kehamilan postmatur yaitu
kehamilan lebih dari 43 minggu (Manuaba, 2010).
Pada siklus kehidupan, kesehatan wanita dipengaruhi oleh faktor biologis,
budaya, perilaku dan sosial. Faktor biologi adalah faktor yang paling
berpengaruh. Gizi yang cukup sangat penting bagi perempuan karena nutrisi
yang tidak memadai memberikan masalah kesehatan tidak hanya pada
kesehatan perempuan sendiri tetapi juga pada kesehatan anak-anak mereka
(Bronner, 1998).
6
Gizi selama kehamilan sangat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi yang
dilahirkan. KEK pada ibu hamil perlu diwaspadai kemungkinan ibu
melahirkan bayi berat lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak
janin terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari
dan kemungkinan prematur. Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil
yang mempunyai ukuran LILA kurang dari 23,5 cm. LILA pada ibu hamil
sangat berhubungan dengan IMT ibu hamil, sehingga pengukuran IMT ibu
hamil sama akuratnya dengan pengukuran LILA ibu hamil (Primadani, 2016).
Masalah gizi timbul karena perilaku konsumsi makanan yang salah. Perilaku
konsumsi makan yang salah adalah ketidakseimbangan antara konsumsi zat
gizi dan kecukupan gizi. Jika ibu hamil mengkonsumsi zat gizi kurang dari
kebutuhan gizinya dan berlangsung lama, maka ibu hamil itu akan menderita
gizi kurang yang dinamakan kurang energi kronis (Lubis, 2005).
2.2 Kurang Energi Kronik (KEK)
2.2.1 Definisi KEK
Pengertian dari kurang energi kronis (KEK) adalah keadaan dimana
seseorang kekurangan asupan energi dan protein yang terjadi pada
wanita yang berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan
gangguan kesehatan pada dirinya. Kurangnya asupan energi dan protein
tersebut terjadi pada waktu yang lama sehingga menyebabkan ukuran
indeks massa tubuh (IMT) berada di bawah normal, kurang dari 18,5
untuk orang dewasa (Almatsier, 2009).
7
Kekurangan energi kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. Resiko kekurangan energi kronis
(KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita KEK
bilamana LILA < 23,5 cm (Stephanie, 2016).
Tabel 1. Klasifikasi KEK menggunakan dasar IMT (kg/m2)
Tingkatan KEK IMT (kg/m2)
Normal >18,5
Tingkat I 17,0-18,4
Tingkat II 16,0-16,9
Tingkat III <16,0
Sumber: (Arisman, 2014)
Tabel 2. Klasifikasi KEK menggunakan dasar LILA (cm)
Klasifikasi Batas Ukur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Sumber: (Kemenkes RI, 2016)
Selain pengukuran KEK dengan menggunakan LILA terdapat
pengukuran status gizi. Pengukuran status gizi menurut kementerian
kesehatan pada anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
kelompok umur 5-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Indikator
status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan pada
hasil pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB) yang disajikan dalam bentuk tinggi badan menurut umur (TB/U)
dan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) (Kemenkes RI,
2016).
8
Status gizi dewasa adalah penilaian status gizi penduduk berumur ≥18
tahun yang dinilai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus
perhitungan IMT adalah berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m)
kuadrat. Klasifikasi IMT yang digunakan adalah:
Tabel 3. Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT)
Klasifikasi IMT (Kg/m2)
Kategori kurang < 18,5
Kategori normal ≥18,5 - <22,9
Kategori overweight ≥ 23,0
Kategori beresiko ≥23,0 - <24,9
Kategori obesitas I ≥25,0-29,9
Kategori obesitas II ≥30,0
Sumber: (WHO, 2007)
2.2.2 Patofisiologi KEK
Kekurangan asupan zat-zat gizi didukung dengan adanya faktor
lingkungan dan faktor manusia merupakan akibat dari terjadinya kurang
energi kronis (KEK), maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan
untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama
maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan
jaringan (Supariasa dkk., 2012).
Patofisiologi atau perjalanan penyakit gizi kurang terjadi melalui lima
tahapan yaitu: pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila
ketidakcukupan zat gizi ini berlangsung lama maka persediaan/
cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan
itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi
kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat badan.
9
Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang
ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi
yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik (Supariasa dkk., 2012).
2.2.3 Faktor Risiko KEK
a. Asupan Makan
Asupan makan merupakan salah satu dari berbagai faktor yang
berperan penting dalam terjadinya kurang energi kronik (KEK).
Pola makan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung
sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi
non heme (nabati), menu makanan juga banyak mengandung serat
yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi. Kebiasaan
dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita
lebih memberikan perhatian khusus pada bentuk tubuhnya. Mereka
selalu takut pada hal yang membuat mereka terlihat gemuk.
Sehingga kebanyakan dari wanita takut akan mengkonsumsi
makanan yang mengandung kalori banyak. Jika kebiasaan atau
pandangan ini terus terjadi, maka kejadian kurang energi kronik
(KEK) akan terjadi pada wanita yang memiliki pola makan
tersebut. Jika wanita punya kebiasaan buruk seperti merokok,
maka akan bertambah pula faktor resiko dari kejadian kurang
energi kronik ini (Rasuli dkk., 2016).
10
b. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui suatu objek dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap manusia yang
mempunyai dorongan dasar ingin tahu, untuk mencari penalaran
dan untuk mengaplikasikan pengalamannya (Adhiyati, 2013).
Pengetahuan tentang gizi akan membantu dalam mencari
pemecahan masalah tentang gizi yang ada saat ini. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan tanpa
didasari oleh pengetahuan, karena hal tersebut akan sangat penting
untuk membentuk tindakan seseorang. Sehingga orang tersebut
akan paham bagaimana permasalahan gizi yang ada dapat
dipelajari. Sehingga kedepannya permasalahan gizi ini tidak ada
lagi oleh karena orang sudah mengerti tentang pengetahuan gizi
(Adhiyati, 2013).
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu faktor utama yang dapat
mempengaruhi kualitas dari sumber daya manusia (SDM). Oleh
karena itu setiap individu berhak dan harus menjaga kesahatan.
Sehingga pekerjaan merupakan salah satu modal yang cukup
penting untuk dapat hidup produktif, bahagia, dan sejahtera. Secara
tidak langsung pekerjaan ini adalah merupakan modal yang penting
untuk dapat memenuhi status gizi, agar masalah kurang energi
11
kronik (KEK) dapat berkurang. Saat ini sedang terjadi krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Sehingga dapat menyebabkan
banyak keluarga tidak mampu memperoleh gizi yang layak karna
harga yang melambung tinggi. Oleh karena itu, pekerjaan
merupakan modal penting untuk menghasilkan jumlah pendapatan
yang cukup. Sehingga, orang tersebut dapat mencukupi kebutuhan
gizi secukupnya (Najoan & Manampiring, 2011).
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang paling utama dalam meningkatkan
pengetahuan sumber daya manusia. Orang yang memiliki tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan mengubah orientasi pada
tindakan dan perilaku dirinya, tahu lebih banyak tentang masalah
kesehatan dan memiliki status kesehatan yang baik. Pada
perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
rendah angka kesakitan dan angka kejadian kurang energi kronik
(KEK) (Muliawati, 2013).
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam hidup, agar
wanita tahu pentingnya pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sehingga dapat mempunyai hidup yang produktif. Pendidikan ini
akan mendapatkan pengetahuan untuk mengatur konsumsi
makanan dengan pola menu seimbang. Hal ini sangat diperlukan
pada masa tumbuh kembang wanita. Pengetahuan gizi ini dapat
diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal.
12
Pengetahuan gizi nonformal dapat diperoleh melalui berbagai
media. Pengetahuan gizi saat ini sudah dapat di akses melalui
media masa (koran, majalah dll) dan media elektronik (televisi,
radio) (Handono, 2010).
2.2.4 Dampak KEK
Kurang energi kronis (KEK) merupakan masalah yang belum
terpecahkan saat ini. Banyaknya faktor-faktor yang menjadi
penimbulnya masalah kurang energi kronis (KEK) ini sulit untuk
diatasi. Sehingga masalah KEK ini terus terjadi dari tahun-ketahun.
Apabila masalah ini tidak cepat ditangani, kurang energi kronis (KEK)
akan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang lebih lanjut dapat berakibat kegagalan pertumbuhan fisik,
perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas serta
meningkatkan angka kematian ibu dan angka kesakitan (Najoan &
Manampiring, 2011).
2.3 Asupan Makan
Ketersediaan pangan keluarga ialah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
serta mutu gizi yang baik. Tingkat pengetahuan keluarga menjadi salah satu
faktor penentu bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut.
Apabila pangan yang tersedia memenuhi kriteria empat sehat lima sempurna
maka keluarga tersebut memiliki pola pembelanjaan makanan yang bergizi.
13
Asupan makanan yang di konsumsi menentukan kualitas dan kuantitas
makanan (Depkes, 2007).
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam pengukuran status
gizi masyarakat. Jika masukan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi.
Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat
rawan, hal ini ditandai masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yang
disebabkan oleh perdarahan karena anemia dan Kekurangan Energi Kronik
(KEK) selama masa kehamilan. Salah satu indikator masalah gizi di
Indonesia adalah tingginya Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka
Kematian Ibu (AKI) akibat masalah gizi kronis (WKNP, 2008).
Bila kekurangan gizi dialami ibu selama masa kehamilan maka akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya,
antara lain: anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah secara
normal. Kurang gizi juga dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
premature, perdarahan setelah persalinan. Kurang gizi juga dapat
memengaruhi pertumbuhan janin, menimbulkan keguguran, abortus, cacat
bawaan serta rendahnya berat janin ketika lahir (Lubis, 2005).
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan wanita
yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal
dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam
negeri yaitu dengan upaya peningkatan produk hasil pertanian seperti bahan
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Pengukuran konsumsi
14
makanan sangat penting guna mengetahui kenyataan makanan yang dimakan
oleh masyarakat. Hal ini juga dapat berguna untuk mengukur gizi dan
menemukan faktor diet yang menjadi penyebab malnutrisi (Pratiwi, 2011).
Kebutuhan energi selama kehamilan normal perlu tambahan kira-kira 80.000
kalori selama kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan kalori
sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil. Kebutuhan energi
pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II
dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir masa kehamilan.
Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu
seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta
penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk
pertumbuhan janin dan plasenta (Lubis, 2005).
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut mentri kesehatan dapat
dilihat pada tabel 4 dan tabel 5.
Tabel 4. Angka Kecukupan Zat Gizi Makro Untuk Orang Indonesia (Per Orang Per
Hari).
Golongan
umur
Energi (Kkal) Karbohidrat
(Gram)
Protein
(Gram)
Lemak (Gram)
Wanita
19-29 tahun 2250 309 56 75
30-49 tahun 2150 323 57 60
Wanita hamil
Trimester I +180 +25 +20 +6
Trimester II +300 +40 +20 +10
Trimester III +300 +40 +20 +10
Sumber: (AKG, 2013)
15
Tabel 5. Angka Kecukupan Zat Gizi Mikro Untuk Orang Indonesia (Per Orang Per
hari)
Zat Gizi Waita Usia Subur Wanita Hamil
19-29 tahun 30-49 tahun Trimeseter I Trimeseter II Trimeseter III
Vitamin A (RE) 500 500 +300 +300 +300
Vitamin D (μg) 15 15 +0 +0 +0
Vitamin E (mg) 15 15 +0 +0 +0
Vitamin K (μg) 55 55 +0 +0 +0
Asam folat (μg) 400 400 +200 +200 +200
Vitamin B12 (μg) 2,4 2,4 +0,2 +0,2 +0,2
Vitamin C (mg) 75 75 +10 +10 +10
Kalsium (mg) 1100 1100 +200 +200 +200
Fosfor (mg) 700 700 +0 +0 +0
Magnesium (mg) 310 320 +40 +0 +0
Besi (mg) 26 26 +0 +9 +13
Yodium (μg) 150 150 +70 +70 +70
Mangan (mg) 1,8 1,8 +0,2 +0,2 +0,2
Flour (mg) 2,5 2,5 +0 +0 +0
Sumber: (AKG, 2013)
2.3.1 Zat Gizi Makro
a. Protein
Protein merupakan salah satu komponen terbesar tubuh sesudah air.
Beberapa enzim, hormon, pengangkut zat-zat gizi, darah, dan
matriks intraseluler adalah protein. Protein mempunyai fungsi khas
yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh
sehingga protein tidak dapat digantikan oleh zat lain. Protein
berfungsi sebagai fondasi sel pada manusia. Protein merupakan zat
yang berperan dalam pembangunan jaringan, pembentukan stuktur
tubuh, pertumbuhan, transportasi oksigen, serta pembentukan
sistem kekebalan tubuh. Sumber protein yang baik yaitu protein
16
yang berasal dari hewan (protein hewani) dan tumbuhan (protein
nabati) (Almatsier, 2009).
Pada ibu hamil protein memiliki peran penting pada proses
pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta uterus, payudara,
serta peningkatan volume darah ibu. Penambahan protein
dibutuhkan pada masa kehamilan untuk memenuhi kebutuhan
protein sebesar 925 gr yang dideposit dalam janin, plasenta dan
jaringan maternal. Penambahan protein tiap hari pada trimester
pertama sampai ketiga yaitu 20 gram/hari (Cunningham, 2012).
Sebagian besar protein dianjurkan berasal dari sumber hewani,
misalnya daging susu, telur, keju, produk ayam dan ikan, karena
makanan-makanan ini mengandung kombinasi asam amino yang
optimal. Susu dan hasil olahannya telah lama dianggap sebagai
sumber nutrisi, terutama protein dan kalsium yang ideal bagi
wanita hamil (Cunningham, 2012).
b. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang adalah suatu zat gizi yang memiliki
fungsi utama sebagai penghasil energi, setiap gram karbohidrat
menghasilkan 4 kalori. Secara umum definisi karbohidrat adalah
senyawa organik yang mengandung atom karbon, hidrogen dan
oksigen, dan pada umumnya unsur hidrogen dan oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Karbohidrat dapat dibentuk dari
beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak di dalam
17
tubuh, namun sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan
pangan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Hutagalung, 2004).
Karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana (simple
sugar), karena tidak bisa lagi dihidrolisa. Monosakarida dapat
larut dalam air dan memiliki rasa manis, sehingga secara umum
disebut juga gula. Dalam Ilmu Gizi terdapat tiga jenis
monosakarida yang penting yaitu, glukosa, fruktosa dan
galaktosa.
2. Disakarida
Disakarida merupakan gabungan antara 2 (dua) monosakarida.
Disakarida dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sukrosa, maltosa
dan laktosa. Sukrosa Adalah gula yang digunakan sehari-hari,
sehingga lebih sering disebut gula meja atau gula pasir dan
disebut juga gula invert. Sukrosa mempunyai dua molekul
monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu
molekul fruktosa.
3. Polisakarida
Merupakan senyawa karbohidrat kompleks, yang dapat
mengandung lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang
tersusun membentuk rantai lurus ataupun bercabang.
Polisakarida memiliki rasa yang tawar (tidak manis), tidak
18
seperti monosakarida dan disakarida yang memiliki rasa manis
(Hutagalung, 2004).
c. Lemak
Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam, tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya
dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan
hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut yang
disebutkan di atas karena lemak memiliki polaritas yang sama
dengan pelarut tersebut. Bahan-bahan dan senyawa kimia akan
mudah larut dalam pelarut yang memiliki polaritas yang sama
dengan zat terlarut. Tetapi proses kimiawi dapat mengubah
polaritas suatu bahan atau senyawa kimia. Misalnya asam lemak
dalam larutan KOH berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi
lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut dan dapat diekstraksi
dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi dapat dinetralkan
kembali dengan penambahan asam sulfat encer (10 N) sehingga
dapat kembali diekstraksi dengan pelarut nonpolar (Herlina &
Ginting, 2002).
Klasifikasi lemak berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua, yaitu
(Herlina & Ginting, 2002).
1. Lemak nabati
Lemak nabati adalah lemak yang berasal dari tumbuhan.
19
Contohnya berasal dari biji-biji palawija (minyak jagung, biji
kapas), kulit buah tanaman tahunan (minyak zaitun, minyak
kelapa sawit), dan biji-biji tanaman tahunan (kelapa, coklat,
sawit). Lemak nabati mengandung sterol nabati yang sulit
diserap oleh usus, dan sterol nabati ini bukan kolesterol.
2. Lemak hewani
Lemak hewani adalah lemak yang berasal dari hewan. Contoh
lemak hewani yaitu susu yang berasal dair hewan peliharaan
(lemak susu hewani, unggas), daging hewan ternak (lemak sapi,
ayam, kambing, babi), hasil hewan laut (minyak ikan sardin).
Semua lemak hewani mengandung kolesterol, baik dalam
bentuk bebas maupun dalam bentuk gabungan dengan gliserol
yang menghasilkan bentuk ester.
2.3.2 Zat Gizi Mikro
Asupan zat gizi adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
meningkatkan kesehatan dan mendukung metabolisme makronutrien.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa asupan zat gizi mikro yang
cukup dapat membantu memelihara kemampuan fungsi kognitif. Hasil
penelitian di Madrid menyebutkan bahwa terdapat beberapa vitamin
yang memiliki hubungan dengan fungsi kognitif antara lain vitamin B1,
folat, riboflavin, dan vitamin C, selain itu suplementasi vitamin C dan E
dapat memberi efek protektif terhadap penurunan fungsi kognitif.
Vitamin C adalah antioksidan yang memiliki peran dalam menangkal
20
stres oksidatif. Vitamin C juga dibutuhkan dalam reaksi hidrolisis yaitu
sintesis amin-amin biogenik pada sistem saraf pusat dan medula
adrenal. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan pada membran sel.
Vitamin E dapat memperbaiki stres oksidatif dan resistensi insulin
sehingga dapat menurunkan dan menghalangi perkembangan
komplikasi kronis diabetes mellitus. Penelitian di Amerika menyatakan
bahwa defisiensi asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 juga dapat
menjadi penyebab kerusakan pada pembuluh darah otak dan penyebab
gangguan fungsi kognitif (Pramantara, 2012).
2.4 Metode Penilaian Asupan Makan
2.4.1 Semi quantitative food frequency questionare (SQ-FFQ)
Metode frekuensi makanan adalah suatu metode untuk memperoleh
data tentang frekuensi konsumsi makanan biasa atau makanan jadi
selama periode tertentu setiap hari, minggu, bulan, atau tahun. Dengan
menggunakan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran
pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode
pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu
berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling
sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi (Supariasa dkk.,
2012).
FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden
dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman. Frekuensi
konsumsi makanan dilihat dalam satu hari, atau minggu, atau bulan,
21
atau dalam waktu satu tahun. Kuesioner terdiri dari list jenis makanan
dan minuman.
2.4.1.1 Beberapa jenis FFQ adalah sebagai berikut :
a. Simple or nonquantitative FFQ, tidak memberikan pilihan
tentang porsi yang biasa dikonsumsi sehingga
menggunakan standar porsi.
b. Semiquantitative FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi,
misalnya sepotong roti, secangkir kopi.
c. Quantitative FFQ, memberikan pilihan porsi yang biasa
dikonsumsi responden, seperti kecil, sedang atau besar.
2.4.1.2 Kelebihan FFQ yaitu :
a. Dapat diisi sendiri oleh responden
b. Machine readable/dapat dibaca oleh mesin
c. Relative murah untuk populasi yang besar
d. Dapat digunakan untuk melihat hubungan antara diet
dengan penyakit
e. Data usual intake lebih representatif dibandingkan diet
record beberapa hari.
2.4.1.3 Keterbatasan FFQ yaitu :
a. Kemungkinan tidak menggambarkan usual food atau porsi
yang dipilih oleh responden
b. Tergantung pada kemampuan responden untuk
mendeskripsikan dietnya
22
FFQ Semi-kuantitatif (SQ-FFQ) adalah metode frekuensi makanan
yang telah dimodifikasi dengan memperkirakan atau estimasi URT
dalam gram. Pada FFQ semi kuantitatif skor zat gizi yang terdapat
disetiap subyek dihitung dengan cara mengkalikan frekuensi setiap jenis
makanan yang dikonsumsi yang diperoleh dari data komposisi makanan
yang tepat. Pengertian SQ-FFQ yang lain yaitu suatu metode atau cara
konsumsi yang dapat memberikan informasi mengenai data asupan gizi
secara umum dengan cara memodifikasi berdasarkan metode FFQ
(Food Frequency Questionnaire) (Gibson, 2005).
Metode FFQ hanya menampilkan frekuensi responden mengonsumsi
makanan tersebut dan tidak dilakukan dilakukan penimbangan ukuran
porsinya, sedangkan metode kuantitatif suatu penelitian menerangkan
hubungan antara nutrisi dan asupan makan. Sedangkan SQ-FFQ
memberikan gambaran ukuran porsi yang dikonsumsi seseorang dan
frekuensi makan dalam waktu hari, minggu, bulan, dan tahun serta
memberikan gambaran ukuran yang dimakan oleh responden dalam
bentuk porsi kecil, sedang maupun besar (Gibson, 2005).
prosedur penggunaan SQ FFQ menurut (Supariasa, 2012) adalah
sebagai berikut:
a. Subjek diwawancarai mengenai frekuensi mengkonsumsi jenis
makanan sumber zat gizi yang ingin diketahui, apakah harian,
mingguan, bulanan atau tahunan.
23
b. Subjek diwawancarai mengenai ukuran rumah tangga dan porsinya.
Untuk memudahkan subyek menjawab, pewawancara menggunakan
alat bantu foto ukuran bahan makanan.
c. Mengestimasi ukuran porsi yang dikonsumsi subyek ke dalam
ukuran berat (gram).
d. Mengkonversi semua frekuensi daftar bahan makanan untuk
perhari. Misalnya :
1) Nasi dikonsumsi 3x perhari ekuivalen dengan 3
2) Tahu dikonsumsi 4x perminggu ekuivalen dengan 4/7 perhari =
0,57
e. Mengalikan frekuensi perhari dengan ukuran porsi (gram) untuk
mendapatkan berat yang dikonsumsi dalam gram/hari
f. Hitung semua daftar bahan makanan yang dikonsumsi subyek
penelitian sesuai dengan yang terisi di dalam form.
g. Setelah semua bahan makanan diketahui berat yang dikonsumsi
dalam gram/hari, maka semua berat item dijumlahkan sehingga
diperoleh total asupan zat gizi dari subyek.
h. Cek dan teliti kembali untuk memastikan semua item bahan
makanan telah dihitung dan hasil penjumlahan berat (gr) bahan
makanan tidak terjadi kesalahan.
2.4.2 Food Recall
Prinsip dari metode food recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat
jenis dan jumlah makanan yang di konsumsi pada priode 24 jam yang
lalu. Dalam priode ini, responden diminta untuk menceritakan semua
24
makanan yang di makan dan di minum selama 24 jam yang lalu.
Biasanya dimulai sejak responden bangun pagi kemarin sampai dengan
dia istirahat atau tidur malam harinya. Dapat pula di mulai dari waktu
saat dilakukan wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam
(Supariasa dkk., 2012).
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam
data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh kerena itu,
untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi maknan
individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT
(sendok, gelas, piring, dan lain-lain) ukuran lainya yang bisa di
gunakan sehari-hari (Supariasa dkk., 2012).
2.4.3 food record
Metode ini disebut juga “food record” atau “diary record”, yang
digunakan untuk mencatat jumlah yang di konsumsi. Pada metode ini
responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum
setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau
menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam priode tertentu (2-4 hari
berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makan tersebut
(Gibson, 2005).
Kelebihan dari metode food record yaitu metode ini lebih relatif murah
dan cepat, dapat menjangkau dalam sampel yang besar, dapat diketahui
konsumsi zat gizi sehari, dan hasilnya lebih akurat. Tetapi metode ini
25
sangat bergantung dengan kejujuran dan kemampuan responden dalam
mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi (Gibson, 2005).
2.5 Profil Lokasi Penelitian
2.5.1 Gambaran Puskesmas Sukaraja
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut
Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja.
Puskesmas merupakan ujung tombak dari peranan pemerintah dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat luas.
Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
26
Puskesmas Sukaraja merupakan salah satu dari 30 puskesmas yang ada
di kota Bandar Lampung, terletak di kecamatan Sukaraja. Puskesmas
Sukaraja memiliki 3 puskesmas pembantu dan 42 posyandu. Secara
geografis cakupan luas wilayah kerja puskesmas Sukaraja seluas 376
m2
dengan jumlah penduduk 57.823 orang. Puskesmas Sukaraja terletak
di kecamatan Bumi Waras. Secara administratif Kecamatan Bumi
Waras memiliki 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Bumi Waras, Sukaraja,
Garuntang, Bumi Raya, dan Kangkung.
2.5.2 Program Gizi
Untuk program gizi selama tahun 2016-2017 sudah cukup baik. Kasus
gizi buruk pada anak dan bayi terpantau dengan baik. Kasus wanita
dengan kurang energi kronik masih cukup banyak dan pemberian
asupan makanan PMT untuk ibu hamil dilaksanakan dengan baik tetapi
masih terdapat wanita dengan KEK sebanyak 20 orang dalam kurun
waktu tahun 2016-2017 dan terdapat 2 orang kasus balita gizi buruk
yaitu di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja. Kasus balita gizi buruk ini
merupakan kasus lama yaitu disebabkan karena kelainan paru-paru dan
gizi buruk murni akibat pola asuh.
Pencapaian program ASI Eksklusif juga masih rendah 69%. Hal ini
disebabkan karena banyak ibu yang bekerja, masih rendahnya
pengetahuan dan kemauan ibu untuk menyusui bayi nya secara
eksklusif, serta kurangnya dukungan dari keluarga untuk menyusui
secara eksklusif. Berangkat dari permasalahan ini pada tahun 2016
27
puskesmas Sukaraja mempunyai inovasi dengan berkolaborasi bersama
program akupressure dan tanaman tradisional untuk meningkatkan
cakupan ASI eksklusif. Program tersebut adalah dengan membentuk
kelompok pendukung ASI dan asuhan mandiri (POKSIMAN) yang
terdiri dari ibu menyusui, kader, tokoh masyarakat yang dilatih untuk
dapat melakukan pijatan-pijatan pada titik-titik tertentu untuk
melancarkan produksi ASI serta menggerakkan masyarakat untuk
menanam tanaman serta memanfaatkannya untuk membuat ramuan
yang meningkatkan produksi ASI.
2.5.3 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Untuk program Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana (KIA-
KB) pada tahun 2016-2017 sebagian besar sudah mencapai target.
Kerjasama yang baik antara puskesmas dengan bidan yang ada di
puskesmas pembantu, bidan poskeskel serta bidan jejaring (BPS) perlu
semakin ditingkatkan lagi sehingga cakupan ibu hamil K1 dan K4 dapat
mencapai target. Hanya pencapaian peserta KB aktif masih jauh dari
yang ditargetkan terutama dalam penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP). Hal ini disebabkan karena masih rendahnya
pemahaman masyarakat tentang pentingnya Keluarga Berencana dan
masih banyaknya berbagai mitos yang beredar di masyarakat tentang
KB. Kegiatan penyuluhan di berbagai kesempatan kepada pasangan
usia subur tentang penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) terus dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan peserta KB
aktif tersebut.
28
2.6 Hubungan Asupan Makan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis
(KEK)
Faktor–faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil antara lain asupan
makan, pengetahuan ibu tentang gizi, usia ibu hamil, dan pendapatan keluarga
serta kesehatan ibu hamil. Salah satu penyebab munculnya gangguan gizi
adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari
(Surasih, 2005). Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Seyegan oleh
khaidar, menyebutkan bahwa kejadian kekurangan energi kronik pada ibu
hamil didaerah tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang jumlah
makanan dan pengetahuan tentang anggota keluarga untuk memperoleh
makanan, dimana energi, protein, karbohidrat, dan protein tidak tercukupi
dalam kehidupan sehari-hari (Khaidar, 2005).
Selain itu juga diperoleh informasi bahwa kekurangan energi kronik
dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas konsumsi asupan makan. Oleh karena
itu asupan makanan yang di konsumsi sehari-hari tidak memenuhi gizi yang
seimbang untuk ibu dan janinnya sendiri maupun keluarganya. Status gizi ibu
merupakan hal yang sangat penting sebelum melahirkan. Janin paling rentan
terhadap defisiensi gizi pada trimester pertama kehamilan, dan banyak ibu
hamil tidak menyadari tentang bahaya tersebut, sehingga akan lebih baik
pencegahannya dilaksanakan pada saat sebelum hamil (Garrow, 2014).
29
2.7 Kerangka Teori
Dampak
Penyebab
Langsung
Penyebab
Tidak Langsung
Kurang Pendidikan, Pengetahuan Dan Keterampilan
Pokok Masalah
di Masyarakat
Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan
Akar Masalah
(Nasional)
Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil
sumber: (Unicef, 1998)
2.8 Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian
sebagai berikut :
KURANG GIZI
Makan Penyakit Infeksi
Tidak Seimbang
Tidak Cukup
Persediaan
Pangan
Pola Asuh
Anak Tidak
Memadai
Sanitasi Dan Air
Bersih/Pelayanan
Kesehatan Dasar
Tidak Memadai
Kurang pemberdayaan wanita
dan keluarga, kurang pemanfaatan
sumberdaya masyarakat
Krisis Ekonomi,
Politik, Dan Sosial
30
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2. Kerangka konsep
2.9 Hipotesis
H0: Tidak terdapat hubungan asupan makan (energi, karbohidrat, protein, dan
lemak) dengan kejadian kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di
wilayah kerja puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung.
Ha:Terdapat hubungan asupan makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak)
dengan kejadian kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di wilayah
kerja puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung.
KEK pada ibu hamil
Asupan makan
(energi, karbohidrat,
protein, lemak)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan makan dengan
kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil yang diobservasi hanya
sekali pada satu waktu tertentu.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Sukaraja Kota Bandar
Lampung, Provinsi Lampung. Secara administratif Kecamatan Bumi Waras
memiliki 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Bumi Waras, Sukaraja, Garuntang,
Bumi Raya, dan Kangkung. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Juni - 8
Agustus 2018.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas sukaraja Kota Bandar Lampung.
3.3.2 Sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan rumus penelitian deskriptif kategorik (Dahlan, 2011).
32
Rumus besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan rumus deskriptif kategorik yaitu:
Keterangan:
n = Besar sampel penelitian
Z = Derivat baku alfa dengan tingkat kemaknaan 95%, hipotesis dua
arah sehingga Z = 1,96
P = Proporsi kategori variable yang diteliti 0,245 (DINKES, 2013)
Q = 1 – P yaitu sebesar 0,755
d = Presisi sebanyak 10% yaitu sebesar 0,1
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah:
Dari perhitungan besar sampel di atas sampel yang di temukan dengan
rumus deskriptif kategorik adalah 71,05 dapat dibulatkan menjadi 71
sampel. Untuk mengantisipasi adanya responden yang drop out maka
jumlah sampel ditambah sebanyak 10% sehingga jumlah sampel
menjadi 79 orang.
33
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan subjek penelitian (SP) yang diambil pada penelitian ini
adalah dengan menggunakan consecutive sampling. Consecutive
sampling adalah cara pemilihan sampel kepada sampel yang datang
secara berurutan sampai terpenuhinya jumlah sampel sesuai kriteria
pemilihan. Teknik penentuan sampel ini merupakan jenis non-
probability sampling yang paling baik dan mudah untuk dilakukan
(Notoadmodjo, 2010). Sampel tersebut diambil di wilayah kerja
puskesmas sukaraja kota Bandar Lampung yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
3.3.3.1 Kriteria inklusi
Kriteria dalam penelitian ini adalah:
1. Wanita Berusia 20-35 tahun
2. Dalam keadaan hamil trimester pertama dan kedua
3. Responden bersedia menjadi subjek penelitian dengan
mengisi lembar informed consent
3.3.3.2 Kriteria Ekslusi:
1. Wanita punya riwayat infeksi kronis (TBC, diare kronis,
HIV, Pneumonia)
2. Wanita menderita sakit hiperemesis gravidarum
3. Riwayat menderita anemia
34
3.4 Identifikasi Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
(Notoatmodjo, 2010).
3.4.1 Variabel independen (variabel bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan makan (energi,
karbohidrat, protein, dan lemak).
3.4.2 Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kurang energi kronik
(KEK).
3.5 Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel–variabel diamati/
diteliti perlu sekali variabel–variabel tersebut diberi batasan atau definisi
operasional. Definisi operasional dapat bermanfaat untuk mengarahkan
kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel–variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoadmodjo,
2012). Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati (Nursalam, 2013). Definisi operasional dari penelitian ini akan
dijelaskan pada tabel berikut:
35
Tabel 6. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Cara
ukur
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Asupan
Makan
Suatu gambaran
tingkat konsumsi
pangan seseorang
berdasar pada
perilaku makan
terkait frekuensi
makan, jumlah
dan jenis bahan
makanan yang
dimakan sehari-
hari yang akan
berdampak pada
status gizi,
meliputi asupan
gizi makro
(energi,
karbohidrat,
protein, dan
lemak) (Depkes,
2007)
kuisioner - SQ-FFQ
(Semi-
quantitative
food frequency
questionare)
1. Kurang :
<80%
TKG
2. Cukup : 80
– 110 %
TKG
3. Lebih : >
110%
TKG
Ordinal
2. Kurang
Energi
Kronik
(KEK)
Suatu keadaan
kekurangan
asupan energi dan
asupan protein
dalam waktu yang
lama (Almatsier,
2009)
Pengambil
an data
sekunder
dengan
buku
kesehatan
ibu dan
anak
Buku
kesehatan ibu
dan anak
1. Ya, jika
ukuran LILA
<23,5 cm
2. Tidak, jika
ukuran LILA
≥23,5 cm
Nominal
3.6 Instrumen Penelitian
3.6.1 Alat
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Alat tulis
b. Kuesioner SQ-FFQ
c. Daftar tabel komposisi makanan (DKBM)
d. Pita LILA dan spidol
36
3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengumpulan data berupa beberapa
pertanyaan mengenai berat badan dan tinggi badan.
3.7 Alur Penelitian
Seluruh rangkaian proses penelitian yang dimulai dari pembuatan proposal
sampai dengan pembuatan laporan hasil penelitian tampak pada gambar
Gambar 3. Alur Penelitian
Tahap persiapan
Tahap
pelaksanaan
Tahap
pengolahan data
Pembuatan proposal, pengurusan
surat izin etik
Pemilihan subjek penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi
Pengisian informed consent
Memberikan kuisioner yang akan
di jawab oleh responden
Pengukuran LILA untuk deteksi
KEK
Pencatatan hasil dan
pengumpulan data
Pengolahan dan analisis data
Analisis univariat dan bivariat
Pembahasan hasil dan simpulan
penelitian
37
3.8 Pengumpulan Data
Berikut cara pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah:
3.8.1 Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data yang dapat
dilakukan secara langsung dengan pengajuan pertanyaan kepada
responden/informan. Pada penelitian di lakukan wawancara untuk
mengumpulkan informasi berupa keadaan ekonomi, pekerjaan,
konsumsi makanan sehari-hari, informasi kesehatan, dll.
3.8.2 Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung terhadap kejadian atau
fenomena yang terdapat di lapangan. Pengamatan yang dilakukan yaitu
melihat ukuran lingkar lengan responden pada buku kesehatan ibu dan
anak.
3.8.3 Penilaian kuisioner
Penilaian kuisioner dilakukan setelah responden menjawab semua
pertanyaan pada kuisioner yang telah diberikan. Pengambilan data
kuisioner dengan memberikan kuisioner SQ-FFQ pada subjek
penelitian. Selain itu pengambilan informasi mengenai penilaian
kuisioner juga di dapat dari buku kesehatan ibu dan anak yang dimiliki
subjek penelitian.
38
3.9 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Statistik pada
komputer dan dilakukan 2 macam analisis data, yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik tiap variabel penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-
Square (X2) dan alternatifnya Fisher’s Exact Test untuk menguji
kemaknaan, digunakan batas kemaknaan sebesar 5% (a = 0,05). Hasil uji
dikatakan bermakna bila nilai p = a (p = 0,05). Hasil uji dikatakan tidak
ada hubungan yang bermakna apabila p > a (p > 0,05).
3.10 Etika Penelitian
Penelitian ini sudah mendapat persetujuan etik dari tim etik Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor
2112/UN26.8/PP.05.02.00/2018. Adapun ketentuan etik yang telah
ditetapkan adalah persetujuan riset yang berisi pemberian informasi kepada
subjek penelitian mengenai keikutsertaan subjek penelitian dalam
penelitian.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Prevalensi KEK pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sukaraja kota
Bandar Lampung yaitu sebesar 8,5% dan yang tidak KEK sebesar 91,5%
2. Terdapat hubungan antara asupan energi dengan kejadian KEK pada ibu
hamil di wilayah kerja puskesmas Sukaraja kota Bandar Lampung
(p=0,022)
3. Tidak terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan kejadian KEK
pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sukaraja kota Bandar
Lampung (p=0,167)
4. Terdapat hubungan antara asupan protein dengan kejadian KEK pada ibu
hamil di wilayah kerja puskesmas Sukaraja kota Bandar Lampung
(p=0,017)
5. Tidak terdapat hubungan antara asupan lemak dengan kejadian KEK pada
ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Sukaraja kota Bandar Lampung
(p=0,204)
5.2 Saran
1. Puskesmas Sukaraja kota Bandar Lampung
a. Melakukan penyuluhan dan konseling gizi untuk meningkatkan
57
pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang serta risiko dan bahaya
KEK bagi ibu hamil dan calon generasi selanjutnya.
b. Melakukan pemberian makanan tambahan ibu hamil yang menderita
KEK secara berkelanjutan.
2. Ibu Hamil
a. Meningkatkan kesadaran dalam deteksi dini risiko KEK dengan aktif
melakukan pengukuran LILA dan pengukuran berat badan di posyandu
atau puskesmas.
b. Membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan yang beragam dan
bergizi tinggi.
c. Lebih memperhatikan berat badan dan tinggi badan untuk menjaga agar
tidak terjadi obesitas atau kekurangan gizi.
d. Segera ke tenaga kesehatan secepat mungkin apabila timbul komplikasi
dari kehamilan yang disebabkan oleh KEK.
3. Penelitian selanjutnya
a. Meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan risiko KEK selain
dari variabel yang diteliti pada penelitian ini.
b. Penilaian asupan makan dengan sebelumnya melakukan penjelasan
tentang ukuran rumah tangga (URT) dan metode lain, misalnya dengan
metode penimbangan makanan.
c. Meneliti secara mendalam dan melihat konsumsi makanan secara benar
dalam pengukuran jumlah makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiyati E. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Asupan Gizi Terhadap Kejadian
KEK Pada Ibu Hamil di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung
Tengah Provinsi Lampung [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada. Tersedia dari :http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=
penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=6
1002.
Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Arisman. 2014. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Beck ME. 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Hubungannya dengan Penyakit-penyakit
untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica (YEM).
Bronner Y, Baldwin K, Silver G. 1998. The Nutritional Status and Needs of
Women Oof Reproductive Age. WCHPC. Maryland: Jhons Hopkins
University. Hlm. 1-4.
Cunningham. 2012. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Dahlan MS. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Operasional
Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga. Jakarta.
Ernawati F, Rosmalina Y, Permanasari Y. 2013. Pengaruh Asupan Protein Ibu
Hamil Dan Panjang Badan Bayi Lahir Terhadap Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 12 Bulan Di Kabupaten Bogor. Bogor: Jurnal penelitian gizi
dan makanan. Badan litbangkes. 36(1): 1-11.
Garrow J, Webster-Gandy J, Madden A, M. Holdsworth. 2014. Gizi & Dietetika.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Gibson RS. 2005. Principle of Nutritional Assesment. New York: Oxford
University Press.
59
Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hamid F. 2014. Analisis Faktor-Faktor Risiko Kekurangan energi kronik (KEK)
pada Wanita Prakonsepsi di Kota Makassar Tahun 2014. [Skripsi].
Makassar: Universitas Hassanudin.
Handono NP. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pada Nutrisi, Pola Makan,
dan energi Tingkat Konsumsi dengan status Gizi Anak Usia Lima Tahun
Di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri. Wonogiri. Jurnal Keperawatan.
1(1): 1-7
Herlina N, Ginting M. 2002. Lemak dan Minyak [skripsi]. USU digital library.
Hlm.1-7.
Hutagalung H. 2004. Karbohidrat. USU digital library. 43(3):12-8
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profil Kesehatan Indonesia
2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Angka Kecukupan Gizi Yang
Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementrian Keseshatan Republik Indonesia. 2016. Buku Saku Pemantauan Status
Gizi dan Indikator Kinerja Gizi Tahun 2015. Jakarta: InfoDATIN.
Khaidar. 2005. Hubungan kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil Dengan
Berat Badan Lahir Bayi Di Wilayah Puskesmas Seyegan Kecamatan
Seyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta. [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Lubis Z. 2005. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
Dilahirkan. Tersedia dari: http://tumoutou.net.
Manuaba IAC, I Bagus, Gede IB. 2010. Ilmu Kebidanan: Penyakit Kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan. edisi kedua. Jakarta: EGC.
Muliawati S. 2012. Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di
Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2012.
INFOKES. 3(3): 1-23.
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Najoan J, Manampiring. 2011. Hubungan tingkat kurang sosial ekonomi dengan
kurang energi konik pada ibu hamil di Kelurahan Kombos Barat
Kecamatan Singkil Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi [skripsi].
Hlm. 1-44.
60
Notoadmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurhaedar J. 2012. Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja [Skripsi]. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Petrika Y, Hadi H, Nurdiati SD. 2013. Tingkat Asupan Energi dan Ketersediaan
Pangan Berhubungan dengan Risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK)
pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. 3(1):150-7.
Pramantara IDP, Rahmawati A, Purba M. 2012. Asupan Zat Gizi Mikro Dengan
Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 8(1): 195–
201.
Pratiwi AT. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Dengan Kejadian KEK
Pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Pamotan Kabupaten Rembang
Tahun 2011. [skripsi]. Semarang: Universitas Muhammadiyah.
Stephanie P, Kartika SKA. 2016. Gambaran Kejadian Kurang Energi Kronik Dan
Pola Makan Wanita Usia Subur Di Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan
Klungkung Bali 2014. Jurnal Medika 2016. 15(2): 176–181.
Rahayu NT. 2017. Hubungan Asupan Energi, Karbohidrat, dan Lemak Dengan
Status Obesitas Pada Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari.
Surakarta. Jurnal ilmu gizi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 1(12):
1-16.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan
penelitian dan pengembangan kesehatan. Depkes RI.
Siagian A. 2010. Gizi, Imunitas, dan Penyakit Infeksi. Medan: Universitas
Sumatra Utara. Hlm. 188–194.
Siswanto., Permaesih D., Lamid A., & Prihatini S. 2014. Diet total study: Survey
of individual food consumption Indonesia 2014. Ministry of Health
Republic of Indonesia. Edited by D. K. Trihono, Atmarita, Abas Basuni
Jahari. Jakarta: Tim SDT2014.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Surasih H. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Kurang
Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di Kabupaten Banjarnegara Tahun
2005 [skripsi]. Semarang:Universitas Negeri Semarang.
61
Unicef. 1998. The State of The World’s Children. Oxford University press.
Oxford.
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2008. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta.
World Health Organization (WHO). 2009. Women and Health; Today’s evidence,
Tomorrow Agenda Chapter 4. Geneva: World Health Organization. Hlm.
27-47.