hubungan antara keteraturan makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa

21
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN PENCEGAHAN GASTRITIS PADA MAHASISWA JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN 2014 (Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang) PROPOSAL PENELITIAN Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologo Penelitian Kuantitatif Dosen Pengampu : Lukman Fauzi,S.Km,M.Kes Oleh Eka Setyaningsih 6411414100 Rombel 4

Upload: ekasetyaningsih

Post on 18-Feb-2016

62 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

TUGAS

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN PENCEGAHAN GASTRITIS PADA MAHASISWA JURUSAN ILMU KESEHATAN

MASYARAKAT ANGKATAN 2014

(Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang)

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologo Penelitian Kuantitatif

Dosen Pengampu : Lukman Fauzi,S.Km,M.Kes

OlehEka Setyaningsih

6411414100Rombel 4

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah,

di satu sisi penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

sampai sekarang belum banyak tertangani, di sisi lain telah terjadi peningkatan kasus

penyakit-penyakit tidak menular (PTM) yang sebagian besar disebabkan karena

perubahan pola gaya hidup yang menjadi semakin tidak sehat.

Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang

paling sering terjadi. Penyakit gastritis yang terjadi karena inflamasi pada lapisan

lambung yang mengakibatkan terjadinya nyeri pada bagian perut (Cahyono, 2008).

Sebagai organ cerna, lambung berfungsi untuk menyimpan makanan dan

mencernakan kembali makanan menjadi partikel yang lebih kecil untuk diteruskan ke

duodenum (Misnadiarly, 2009). Gastritis merupakan peradangan dari mukosa

lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (Wijoyo, 2009). Gastritis

adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus atau lokal,

dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh diperut (tengah), tidak nyaman pada

epigastrium, mual, dan muntah (Ardiansyah, 2012). Gastritis sering dianggap

penyakit ringan, namun dapat merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan

resiko untuk terkena kanker lambung hingga menyebabkan kematian.

Badan penelitian kesehatan dunia WHO (2012), mengadakan tinjauan

terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka

kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%,

Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari

Page 3: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar

583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi

melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial

lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.

Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan

awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita (Zhaoshen, 2014). Penderita

gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada

beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari

238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011,

gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat

inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes, 2009).

Angka. Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI

angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6%

yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar

46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5 %, Palembang 35,35, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2

%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat. Berdasarkan data dari

Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2008 menurut urutan besar penyakit di

puskesmas, gastritis menempati urutan ke-9 dengan jumlah penderita sebesar 14.702

orang. Kejadian penyakit gastritis di puskesmas pada tahun 2009 menempati urutan ke-4

dengan jumlah penderita sebanyak 22.785 orang. Penyakit gastritis ini meningkat dari

tahun sebelumnya dan pada tahun 2010 kejadian gastritis di puskesmas menempati urutan

ke-9 dengan jumlah penderita sebanyak 14.702 orang, sedangkan berdasarkan

rekapitulasi data kesakitan tahun 2011 Dinas Kesehatan Kota Semarang penderita

gastritis sebanyak 11.925 orang (Profil Kesehatan Semarang, 2011).

Hasil penelitian Karwati (2012), dengan judul hubungan frekuensi konsumsi

makanan beresiko gastritis dan stres dengan kejadian gastritis terhadap wanita usia 20-44

Page 4: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

tahun yang berobat di Puskesmas Cilembang dengan hasil, sebagian responden

mengalami gastritis sebesar 62,25%, responden dengan frekuensi konsumsi makanan

beresiko gastritis sebesar 52,46% dan responden yang stres sebesar 57,38%. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa, ada hubungan signifikan antara frekuensi konsumsi

makanan beresiko gastritis dan stresdengan kejadian gastritis pada responden wanita usia

20-44 di Puskesmas Cilembang (Karwati, 2012).

Berdasarkan data dari Pusat Layanan Kesehatan Universitas Negeri Semarang,

dapat diketahui bahwa mahasiswa yang menderita gastritis dari bulan Januari 2014

sampai bulan April 2015 sebanyak 268 mahasiswa. Selain itu, masih banyak mahasiswa

yang sering mengabaikan gastritis, terutama apabila aktivitas perkuliahan mereka

meningkat dan sering lupa untuk makan tepat waktu. Mengingat besarnya dampak atau

akibat buruk yang dapat terjadi karena penyakit gastritis, khususnya pada mahasiswa

maka penulis tertarik untuk melakukan survei mengenai faktor risiko kejadian gastritis

pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang.

Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur. Kebiasaan makan

yang buruk dan mengkomsumsi makanan yang tidak hygien merupakan faktor resiko

terjadinya gastritis (Wahyu, 2011). Gastritis biasanya diawali oleh frekuensi konsumsi

makan dan minum yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam

lambung meningkat. Depdiknas mendefinisikan pola makan sebagai suatu usaha atau

cara seseorang untuk makan demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sedangkan

menurut WHO pola makan yaitu suatu cara atau usaha yang dilakukan oleh seseorang

untuk makan guna memenuhi kebutuhan biologis dan fisiologis tubuh. Menurut

Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan

yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan,

sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.

Page 5: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk membuat

penelitian bertemakan karakteristik pola makan dengan kejadian gastritis pada

mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Adakah hubungan antara kebiasaan makan dengan pencegahan

Gastritist Angkatan 2015 Universitas Negeri Semarang?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1.2.2.1 Bagaimanakah gambaran kebiasaan makan pada mahasiswa yang

dapat mencegah penyakit gastritis pada mahasiswa Ilmu Kesehatan

Masyarakat Unnes?

1.2.2.2 Bagaimanakah gambaran jenis makanan yang dikonsumsi yang

dapat mencegah penyakit gastritis oleh mahasiswa Ilmu Kesehatan

Masyarakat Unnes?

1.2.2.3 Bagaimanakah sikap mahasiswa dalam melakukan pencegahan

terhadap penyakit gastritis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan kebiasaan makan dengan pencegahan Gastritis Pada

Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui gambaran pola makan pada mahasiswa yang dapat

menimbulkan penyakit gastritis pada mahasiswa Ilmu Kesehatan

Masyarakat Unnes.

Page 6: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

1.3.2.2 Mengetahui gambaran pola jenis makanan yang dikonsumsi oleh

mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Unnes.

1.3.2.3 Mengetahui hubungan frekuensi makan dengan kejadian gastritis pada

mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Unnes.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Memberikan informasi kepada mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan

masyarakat Unnes agar tidak terbebas dari penyakit gastritis.

1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Memberikan informasi kepada mahasiswa , dam akhirnya mahasiswa

jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat tidak akan menderita penyakit

gastritis.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat dan

bahan kepustakaan, sehingga dapat menambah informasi serta diharapkan

hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan lebih lanjut untuk mengetahui

hubungan karakteristik pola makan dengan kejadian gastritis pada

mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Page 7: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Nama Peneliti

Tahun dan Tempat Penelitian

Rancangan Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Hubungan kebiasaan makan dengan pencegahan Gastritis pada siswa kelas x di sma Negeri1 likupang

Bryan Kevin Mawey Adeleida Kaawoan Hendro Bidjuni

Tahun 2014 di Likupang Manado

Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional

Variabel bebas : kebiasaan makanVariabel Pencegahan penyakit gastritis

Hasil penelitian menggunakan analisis uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau 95%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 < α = 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan kebiasaan makan dengan pencegahan gastritis pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Likupang

Page 8: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

Tabel 1.2 Matriks Perbedaan Penelitian

Pembeda Eka Setyaningsih Bryan Kevin Mawey Adeleida Kaawoan Hendro Bidjuni

(1) (2) (3)Judul Penelitian Hubungan kebiasaan makan dengan

pencegahan Gastritis pada mahasiswa ilmu kesehatan masyarakat

Hubungan kebiasaan makan dengan pencegahan Gastritis pada siswa kelas x di sma Negeri1 likupang

Tahun dan Tempat Penelitian

Tahun 2015, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Tahun 2014 di Likupang Manado

Variabel Penelitian Variabel Bebas : Faktor – factor resiko gastritisVariabel Terikat : Kejadian Penyakit Gastritis

Variabel bebas : kebiasaan makanVariabel Pencegahan penyakit gastritis

Desain Penelitian Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional

Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti akandilakukan di Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Peneliti akan melakukan penelitian pada bulan Februari 2016 sampai bulan

Maret 2016.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang dikaji adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang

membahas hubungan antara keteraturan pola makan dengan pencegahan

kejadian gastritis.

Page 9: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Gastritis

2.1.1 Pengertian Gastritis

1. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung

(Sudoyo, 2006).

2. Gastitisadalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,

kronik, difus, atau lokal yang di sebabkan oleh bakteri atau obatobatan (Price,

2005).

3. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang

ditemukan berupa dispepsia atau indigesti (Mansjoer, 2001).

4. Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian

mukosa(Inayah, 2004).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah

peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara

akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan

iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang

menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang

ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.

2.1.2 Anatomi

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling

banyak terutama didaerah epigaster, dan sebagian di sebelah kiri daerah

hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri

Page 10: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

berhubungan dengan osofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah

diapragma di depan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.

Secara anatomis lambung terdiri dari :

1. Fundus Fentrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum

kardium dan biasanya penuh berisi gas.

2. Korpus Ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian

bawah kurvantura minor.

3. Antrum Pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal

membentuk spinter pilorus.

4. Kurvatura Minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum

lkardiak sampai ke pilorus.

5. Kurvatura Mayor, lebih panjang dari pada kurvantura minor terbentang dari

sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus fentrikuli menuju ke kanansampai

ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas

kurvatura mayor sampai ke limpa.

6. Osteum Kardiakum, merupakan tempat dimana osofagus bagian abdomen

masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik(Setiadi, 2007).

Lambung terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limfa

menempel pada sebelah kiri fundus. Kedua ujung lambung dilindungi oleh

sfingter yang mengatur pemasukan dan pengeluaran. Sfingter kardia atau sfingter

esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan mencegah

refluks isi lambung memasuki esophagus kembali. Daerah lambung tempat

pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter

pilorikum berelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika

Page 11: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke

dalam lambung.

Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami

stenosis ( penyempitan pilorus yang menyumbat ) sebagai komplikasi dari

penyakit tukak lambung. Stenosis pilorus atau pilorospasme terjadi bila serat-serat

otot disekelilingnya mengalami hipertropi atau spasme sehingga sfingter gagal

berelaksasi untuk mengalirkan makanan dari lambung ke dalam duodenum.

Lambung terdiri atas empat bagian yaitu :

a. Tunika serosa atau lapisan luar

Merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium

viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum dan terus

memanjang kearah hati, membentuk omentum minus. Lipatan peritonium yang

keluar dari satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum.

Omentum minor terdiri atas ligamentum hepatogastrikum dan hepatoduodenalis ,

menyokong lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura

mayor, peritonium terus ke bawah membentuk omentum mayus, yang menutupi

usus halus dari depan seperti apron besar. Sakus omentum minus adalah tempat

yang sering terjadi penimbunan cairan ( pseudokista pankreatikum ) akibat

komplikasi pankreatitis akut.

b. Lapisan berotot ( Muskularis )

Tersusun dari tiga lapis otot polos yaitu :

a) Lapisan longitudinal, yang paling luar terbentang dari esophagus ke bawah

dan terutama melewati kurvatura minor dan mayor.

Page 12: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

b) Lapisan otot sirkuler, yang ditengah merupakan lapisan yang paling tebal

dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter dan berada dibawah

lapisan pertama.

c) Lapisan oblik, lapisan yang paling dalam merupakan lanjutan lapisan otot

fundus dan terbentang sampai pilorus.

c. Lapisan submukosa

Terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan lapisan mukosa

dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak bersama

gerakan peristaltik. Lapisan ini mengandung pleksus saraf dan saluran limfe.

d. Lapisan mukosa

Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal yang

disebut rugae. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini yaitu :

a) Kelenjar kardia, berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan

mukus.

b) Kelenjar fundus atau gastrik, terletak di fundus dan pada hampir seluruh

korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tiga

tipe utama sel yaitu :

Sel-sel zimogenik atau chief cell, mensekresikan pepsinogen diubah menjadi

pepsin dalam suasana asam.

Sel-sel parietal, mensekresikan asam hidroklorida dan faktor instrinsik. Faktor

instrinsik diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 di dalam usus halus.

Kekurangan faktor instrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa.

Sel-sel mukus ( leher ), di temukan di leher fundus atau kelenjar-kelenjar

gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel

G yang terletak pada daerah pilorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar

Page 13: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain

yang di sekresikan oleh lambung enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-

ion natrium, kalium, dan klorida(Price, 2005).

Struktur syaraf penyokong lambung :Persyarafan lambung sepenuhnya

otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke

dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mencabangkan ramus

gastrik, pilorik, hepatik, dan seliaka. Persarafan simpatis adalah melalui saraf

splangnikus major dan ganglia seliakum. Serabut-serabut eferen menghantarkan

impuls nyeri yang di rangsang oleh peregangan, kontraksi otot dan peradangan,

dan di rasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut eferen simpatis

menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesentenikus

( auerbach ) dan submukosa ( meissner ) membentuk persarafan intrinsik dinding

lambung dan mengkoordinasi aktivitas motorik dan sekresi mukosa

lambung.Komponen vaskularisasi pada lambung : Seluruh suplai darah di

lambung dan pankreas ( serta hati, empedu dan limfa ) terutama berasal dari arteri

seliaka atau trunkus seliaka, yang mempercabangkan cabang-cabang yang

ensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis

adalah arteria gastroduodenalis dan arteria pankreatikoduodenalis

( retroduodenalis ) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak

dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri ini dan menyebabkan

perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta yang berasal dari

pankreas, limpa dan bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena

porta(Price, 2005).

Page 14: Hubungan Antara Keteraturan Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa