hubungan antara tingkat stratifikasi sosial...

160
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRATIFIKASI SOSIAL DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF BERBELANJA ONLINE PADA KALANGAN MAHASISWA FISIP UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Divya Ayu Agiska 1112111000028 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: hacong

Post on 09-Mar-2019

266 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRATIFIKASI SOSIAL DENGAN

GAYA HIDUP KONSUMTIF BERBELANJA ONLINE

PADA KALANGAN MAHASISWA FISIP UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Divya Ayu Agiska

1112111000028

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

HUBI'NGAI\i AIITARA TINGKAT STRATIFIKASI SOSIAL DENGAI\

GAYA HIDUP KONSUMTIF BERBELANJA ONLINE

PADA XI.T,INCA}[ MAHASISWA FISIP UIN SYARIF IIIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Unfusr$ita$ lsrant l*ffir€rtSY*RIF }ITDAYA?ULLAH JANAFTA

Di bawah bimbingan:

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAIY ILMU POLITIK

I}NWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATT]LLAH

JAKARTA

2017

i

r r:-IIII I

Rn Setiti Shakuntala, M.Si

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRATIFIKASI SOSIAL DENGAN

GAYA HIDUP KONSUMTIF BERBELANJA ONLINE

PADA KALANGAN MAHASISWA FISIP UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (Uf$ Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22Maret20l7

Dl.ya Ayu Agiska

1.

J.

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIP SI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama: Divya Ayu Agiska

NIM: 1112111000028

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :

..HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRATTFIKASI SOSIAL DENGAN GAYA HIDUP

KONSUMTIF BERBELANJA ONLINE PADA KALANGAN MAHASISWA FISIP UINSYARIF HiDAYATULLAH JAKARTA"

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Jakarta,22Maret2017

Menyetujui,

Penrbinibing

Rr. Satiti Shakuntala, M.SiNIK.2013028s01

WCucu Nurhayati M.SiNIP. 1 97609 1 82003 122003

lil

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRATIFIKASI SOSIAL DENGANGAYA HIDUP KONSUMTIF BERBET,ANJA ONLINE

PADA KALANGAN MAHASISWA FISIP UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh

Divya Ayu Agiskatrtzrl 1000028

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal22Maret2017. Skripsi initelah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada

Program Studi Sosiologi.

Ketua Sidang,

nn ro$/tnilttun, nn.siNrP. 1 9680 8t 61q97 032002

Penguji I,

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal2}Maret2}lT

Ketua Program StudiFISIP UIN Jakarta

fu,^,rlCucu Nurhayati, M.SiNIP. 1 97609t82003122003

1V

Ida Bambang Ruswandi, M.StatNrP. 1983 1005201503 1001

v

ABSTRAKSI

Penelitian yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Stratifikasi Sosial

dengan Gaya Hidup Konsumtif Berbelanja Online pada Kalangan Mahasiswa

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” ini bertujuan untuk menggambarkan

bagaimana tingkat stratifikasi sosial orang tua mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan menganalisa hubungan antara stratifikasi sosial dengan

gaya hidup konsumtif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan

analisa Crosstabs dan Spearman’s Rho. Teknik pengambilan sampel

menggunakan metode cluster dan accidental sampling. Subjek penelitian pada

penelitian ini adalah mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

tergolong aktif dari angkatan 2013 – 2015 dengan jumlah sampel sebanyak 260

mahasiswa. Kerangka teori yang digunakan adalah teori gaya hidup dari David

Chaney.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

stratifikasi sosial dengan gaya hidup konsumtif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

analisis hubungan dengan menggunakan crosstabs bahwa terdapat hubungan

antara variabel independen (stratifikasi sosial) dengan variabel dependen (gaya

hidup konsumtif). Seperti halnya uji crosstabs, uji korelasi Spearman’s Rho juga

menunjukkan hasil yang sama antara variabel independen yaitu pendidikan

terakhir ayah, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua dan pengeluaran mahasiswa

dengan variabel dependen (gaya hidup konsumtif) karena memiliki nilai

signifikasi (sig) < 0,01 yang berarti memiliki korelasi antara kedua variabel. Hal

ini menjelaskan bahwa Ha1 diterima dengan nilai korelasi 0,000 yang berarti

bahwa terdapat korelasi antara pendidikan terakhir ayah dengan gaya hidup

konsumtif atau sama dengan jika pendidikan terakhir ayah tinggi maka

kesempatan mahasiswa untuk melakukan gaya hidup konsumtif akan semakin

tinggi pula. Selanjutnya untuk Ha4 memiliki nilai korelasi 0,000 yang berarti

terdapat korelasi antara pekerjaan ibu dengan gaya hidup konsumtif atau sama

dengan jika pekerjaan ibu tinggi maka kesempatan mahasiswa untuk melakukan

gaya hidup konsumtif akan semakin tinggi pula, dengan kata lain hipotesis ini

diterima. Kemudian untuk Ha5 memiliki nilai korelasi 0,000 yang berarti terdapat

korelasi antara pendapatan orang tua dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa.

Terakhir, Ha7 diterima dengan nilai signifikasi 0,004 yang berarti terdapat

korelasi antara pengeluaran mahasiswa dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa.

Kata Kunci: Stratifikasi Sosial, Gaya Hidup Konsumtif

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta

alam. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis selalu diberikan kesehatan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam penulis curahkan

kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan

seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnahnya.

Skripsi ini, penulis susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan, doa,

motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Joharotul Jamilah, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas motivasi dan ilmu yang telah

diberikan kepada penulis.

vii

4. Ibu Rr. Satiti Shakuntala M.Si selaku pembimbing skripsi yang penuh

dengan kesabaran, keikhlasan serta perhatiannya telah banyak memberikan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga

akhir.

5. Ibu Ida Rosyidah, MA dan Bapak Bambang Ruswandi, M.Stat selaku

Penguji I dan penguji II pada sidang skripsi. Terimaksih telah memberikan

motivasi, dukungan, dan saran pada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Terimakasih telah memberikan masukan-masukan yang membuat

penelitian ini sebagai penelitian yang layak untuk jurusan Sosiologi.

6. Serta seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah membantu kelancaran dan kemudahan bagi penulis

selama kuliah dan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Kedua orang tua penulis, Ayah Agus Rohadi dan Ibu Jumika yang selalu

memanjatkan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, yang selalu memberikan semangat dan bantuan secara moril

maupun materil, semoga Allah selalu melindungi kalian. Aamiin

8. Untuk adik-adikku tersayang Dwiki Hadi Prastya dan Dikha Latief

Rohizka yang telah memberikan semangat dan keceriaan bagi penulis

disaat mengalami kejenuhan dalam menyusun skripsi ini. Mbak beruntung

jadi kakak kalian.

9. Untuk seseorang yang berada dalam perjalanan hidup penulis, Biyan Muda

Intan yang telah rela meluangkan waktunya membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini dan selalu setia menemani penulis dalam senang

viii

maupun sedih berbagi waktu kapanpun dan dimanapun. Dan semoga

keberkahan dari Allah SWT selalu menaungi kita. Aamiin

10. Untuk teman-teman Sosiologi 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan

namanya satu persatu, yang telah berjuang bersama baik dalam

kegembiraan maupun kesedihan. Semoga semuanya dapat menuju

kesuksesan.

11. Seluruh mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis untuk mengisi kuesioner penelitian dan demi

kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa dan

dukungan kepada penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan

yang pernah dilakukan. Semoga karya ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang

bersangkutan dan menjadi semangat untuk penelitian selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 22 Maret 2017

Divya Ayu Agiska

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iv

ABSTRAKSI .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ........................................................................... 1

B. Pertanyaan Masalah ........................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 9

D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10

E. Kerangka Teori ................................................................................ 19

F. Definisi Konsep ............................................................................... 21

G. Hipotesis .......................................................................................... 27

H. Operasional Konsep ......................................................................... 29

I. Metode Penelitian ............................................................................ 35

1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 35

2. Lokasi Penelitian ........................................................................ 35

3. Populasi dan Sampel .................................................................. 35

4. Jenis Data ................................................................................... 39

5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 39

6. Skala Pengukuran ...................................................................... 40

7. Mengolah dan Memproses Data ................................................ 41

J. Sistematika Penulisan ...................................................................... 42

BAB II LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................. 43

B. Program Studi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................... 46

C. Profil Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .............. 48

x

D. Karakteristik Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .. 51

BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Tingkat Stratifikasi Sosial Mahasiswa FISIP UIN Jakarta .............. 64

1. Pendidikan ................................................................................. 64

2. Pekerjaan .................................................................................... 68

3. Pendapatan ................................................................................. 72

4. Uang Saku Mahasiswa ............................................................... 74

5. Pengeluaran Mahasiswa ............................................................. 76

B. Gaya Hidup Konsumtif .................................................................... 79

C. Analisa Hubungan antara Stratifikasi Sosial dengan Gaya Hidup

Konsumtif ...................................................................................... 104

1. Uji Analisa Crosstabs .............................................................. 104

2. Uji Analisa Spearman’s Rho .................................................... 116

D. Hasil Analisa Data ......................................................................... 118

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 122

B. Saran .............................................................................................. 125

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xv

LAMPIRAN ......................................................................................................... xx

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Pernah

Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi

Daerah2010 – 2014 ........................................................................ 6

Tabel I.D.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 14

Tabel I.H.1 Operasionalisasi Konsep ............................................................... 30

Tabel I.I.1 Populasi berdasarkan Jurusan dan Angkatan .............................. 36

Tabel I.I.2 Distribusi Sampel ......................................................................... 38

Tabel III.C.1.a Program Studi : * Cluster Number of Case Crosstabulation ...... 105

Tabel III.C.1.b Pendidikan_ayah * Cluster Number of Case Crosstabulation ... 107

Tabel III.C.1.c Pendidikan_ibu * Cluster Number of Case Crosstabulation ..... 108

Tabel III.C.1.d Pekerjaan_ayah * Cluster Number of Case Crosstabulation ...... 109

Tabel III.C.1.e Pekerjaan_ibu * Cluster Number of Case Crosstabulation ........ 111

Tabel III.C.1.f Pendapatan_ortu * Cluster Number of Case Crosstabulation .... 113

Tabel III.C.1.g Uang_saku * Cluster Number of Case Crosstabulation ............ 114

Tabel III.C.1.h Pengeluaran * Cluster Number of Case Crosstabulation .......... 115

Tabel III.C.2.1 Koefisien Tingkat Hubungan Spearman ................................... 116

Tabel III.C.2.2 Korelasi Spearman’s Rho .......................................................... 117

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik I.A.1 Indonesia Internet Users ................................................................ 5

Grafik II.C.1 Jumlah Mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam 3 Tahun Terakhir ............................. 49

Grafik II.C.2 Jumlah Mahasiswa/i FISIP Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013-2015 Berdasarkan Jurusan 50

Grafik III.1 Program Studi .............................................................................. 55

Grafik III.2 Jenis Kelamin Mahasiswa............................................................. 58

Grafik III.3 Intesitas Mahasiswa Belanja Online ............................................ 59

Grafik III.4 Jenis Onlineshop yang sering digunakan ...................................... 60

Grafik III.5 Tempat Tinggal ............................................................................ 61

Grafik III.6 Akses Internet .............................................................................. 62

Grafik III.7 Telefon Seluler yang Dimiliki ...................................................... 63

Grafik III.A.1.a Pendidikan Terakhir Orang tua (Ayah) ....................................... 65

Grafik III.A.1.b Pendidikan Terakhir Orang tua (Ibu) .......................................... 67

Grafik III.A.2.a Pekerjaan Orang tua (Ayah) ........................................................ 69

Grafik III.A.2.b Pekerjaan Orang tua (Ibu) ........................................................... 71

Grafik III.A.3 Pendapatan Orang tua ................................................................. 73

Grafik III.A.4 Uang Saku Mahasiswa ................................................................ 75

Grafik III.A.5 Pengeluaran Mahasiswa .............................................................. 77

Grafik III.B.1.a Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki ....... 80

Grafik III.B.1.b Berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store ............. 81

Grafik III.B.1.c Berbelanja online karena cuaca yang terkadang tidak menentu . 82

Grafik III.B.1.d Berbelanja online karena iseng mengisi waktu senggang ........... 83

Grafik III.B.1.e Berbelanja online karena tidak sengaja melakukan pencarian

(googling) ke browser sehingga tertarik ..................................... 84

Grafik III.B.1.f Berbelanja online dapat diakses dimanapun ................................ 85

Grafik III.B.1.g Berbelanja online karena keterbatasan akses kendaraan sehingga

dapat melalui gadget tanpa harus keluar rumah .......................... 86

xiii

Grafik III.B.1.h Berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang

berbeda wilayah .......................................................................... 87

Grafik III.B.2.a Berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend ....... 89

Grafik III.B.2.b Berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan ...

pertemanan ................................................................................. 90

Grafik III.B.2.c Berbelanja online karena ikut-ikutan teman ................................ 91

Grafik III.B.2.d Berbelanja online karena ingin menjaga gengsi/ image

(menunjukkan status sosial) ....................................................... 92

Grafik III.B.2.e Berbelanja online menjadi kepuasan tersendiri ........................... 93

Grafik III.B.2.f Berbelanja online karena senang melakukan transaksi secara

online ........................................................................................... 94

Grafik III.B.2.g Berbelanja online agar ingin tampak berbeda dari yang lain ...... 95

Grafik III.B.2.h Berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang

lain .............................................................................................. 96

Grafik III.B.3.a Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus .............. 97

Grafik III.B.3.b Berbelanja online agar terlihat trendy saat hangout ................... 98

Grafik III.B.3.c Berbelanja online karena mencari produk luar negeri ................ 99

Grafik III.B.3.d Berbelanja online karena mengetahui produk luar negeri yang

berkualitas ................................................................................. 100

Grafik III.B.3.e Berbelanja online karena mengincar merk terkenal .................. 101

Grafik III.B.3.f Berbelanja online karena produk limited editon ........................ 102

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bentuk Kuesioner Try Out .................................................................. xx

Lampiran 2 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas ................................................ xxiv

Lampiran 3 Tabel r (Koefisien Korelasi Sederhana) ........................................... xxv

Lampiran 4 Bentuk Kuesioner Lapangan ........................................................ xxvii

Lampiran 5 K-Mean Cluster .............................................................................. xxxi

Lampiran 6 Bentuk Uji Reliabilitas dan Validitas .......................................... xxxiv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Di Indonesia terdapat berbagai macam perbedaan-perbedaan dalam

masyarakat. Perbedaan-perbedaan tersebut yang kemudian melahirkan lapisan-

lapisan atau strata tertentu dalam masyarakat. Stratifikasi sosial adalah

pengelompokan orang ke dalam tingkatan atau strata dalam hierarki secara

vertikal (Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, 2011: 399). Di dalam kehidupan

sehari-hari dapat dilihat dari sikap dan gaya hidup di antara kelompok-kelompok

sosial berdasarkan kelas tertentu. Atribut-atribut gaya hidup berdasarkan kelas

sosial dapat dilihat secara kasat mata. Secara sederhana, perbedaan kelas sosial

bisa terjadi dan dilihat dari perbedaan besaran penghasilan rata-rata seseorang

atau sekelompok orang dalam kesehariannya atau setiap bulannya. Sekelompok

orang yang memiliki tingkat penghasilan yang tinggi akan berbeda dengan

sekelompok orang yang berpenghasilan rendah, terutama menyangkut hal-hal

pemenuhan kebutuhan hidup kesehariannya.

Dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dielakkan bahwa terdapat

hierarki atau stratifikasi yang terjadi didalamnya. Mulai dari masyarakat kelas

bawah, kelas menengah dan juga kelas atas. Adanya penggolongan tersebut juga

mempengaruhi adanya kepemilikan dan kebutuhan yang berbeda-beda.

Stratifikasi sosial ini dianggap sebagai fenomena yang universal. Proses terjadinya

sistem pelapisan-pelapisan dalam masyarakat terjadi dengan sendirinya, atau

sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama. Proses terjadinya pelapisan sosial

2

yang terjadi dengan sendirinya berangkat dari kondisi perbedaan kemampuan

antar individu atau antar kelompok sosial. Setiap individu manusia memiliki

perbedaan kemampuan dalam memenuhi aset kebutuhan hidupnya, dalam arti

bagi kelompok yang memiliki kemampuan lebih dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya tentu akan menempati posisi strata yang lebih tinggi daripada kelompok

yang memiliki sedikit kemampuan. Kedudukan yang tinggi mempunyai gaya

hidup yang tersendiri, sebagai cara menyatakan kedudukan. (Elly M. Setiadi dan

Usman Kolip, 2011: 401).

Era globalisasi telah mengubah keadaan dunia saat ini yang tentunya

berbeda dengan keadaan terdahulu yang dirasakan di seluruh dunia. Termasuk

didalamnya perubahan yang terjadi pada gaya hidup masyarakatnya di kemudian

hari. Modernisasi telah banyak merubah kehidupan pada zaman ini.

Perkembangan kebutuhan hidup manusia terus mengalami perubahan dari zaman

ke zaman. Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia, semakin menuntut pula

terjadinya peningkatan gaya hidup (lifestyle) manusia itu sendiri. Gaya hidup

merupakan ciri sebuah dunia modern atau yang biasa juga disebut modernitas

(Chaney, 2003: 40).

Belakangan internet telah berkembang dengan pesat hingga saat ini,

terlebih dengan semakin banyak sekolah dan instansi pendidikan lainya yang

mewajibkan muridnya untuk mengenal internet, dan juga banyak situs jejaring

sosial dan online shop yang membuat masyarakat banyak yang menjadikan

internet sebagai suatu kebutuhan. Banyak hal baru yang timbul dari

berkembangnya internet, salah satunya adalah pembelian atau belanja barang

3

ataupun jasa secara online. Berbelanja secara online telah menjadi alternatif cara

pembelian barang ataupun jasa, penjualan secara online berkembang baik dari segi

pelayanan, efektifitas, keamanan, dan juga popularitas.

Dengan semakin bertambahnya jumlah pengguna internet, yang juga

menyuburkan tren belanja online yang semakin meningkat. Internet lambat laun

dapat mengubah pola dan gaya hidup masyarakat karena keberadaannya memilki

keuntungan yang dapat memudahkan masyarakat dalam berbagai hal. Bagi

masyarakat urban, selain sebagai kebutuhan, belanja bahkan sudah menjadi life

style (gaya hidup). Trend perilaku atau gaya hidup dalam kamus sosiologi berarti

pola tingkah laku dan budaya atau kebiasaan yang membedakan setiap orang

(Priyatna, 2013:58). Maka dari itu, gaya hidup modern kemudian menuntut

seseorang atau kelompok untuk selalu mencari informasi dalam memperbaharui

gaya hidup konsumtif.

Menurut situs internetworldstats.com – Asia Top Internet Countries,

June 30 2015 menggambarkan bahwa pada tahun 2015 jumlah pengguna internet

di Indonesia berkisar pada angka 73 juta, dan menempati urutan tertinggi ke

empat di Asia setelah China, India, dan Jepang. (source:

http://www.internetworldstats.com/stats3.htm diakses pada tanggal 12 Maret

2016).

Tren belanja online di Indonesia cenderung terus meningkat. Konsumen

Indonesia tetap menjadi pebelanja online yang paling aktif, dan sekitar 14% di

antaranya berbelanja online dengan menggunakan ponsel pintar, tablet atau

perangkat mobile lainnya. Angka tren konsumen Indonesia itu meningkat dua kali

4

lipat dari angka tren dunia. Hal itu terungkap lewat hasil penelitian Index E-

Commerce, sebuah survei global independen mengenai trend belanja online.

Index E-commerce mengungkapkan bahwa ketertarikan konsumen dalam belanja

sosial meningkat di seluruh dunia, dan hampir separuh konsumen (45%) secara

aktif merekomendasikan produk di media sosial.

Lonjakan belanja sosial paling besar terjadi di Amerika Serikat dengan

39% konsumen berbelanja dengan memanfaatkan media sosial (meningkat 20%

dibandingkan Agustus 2012). Di antara negara-negara Asia Tenggara yang

disurvei, Indonesia (78%) adalah yang terbanyak membagi rekomendasi lewat

jejaring sosial, diikuti Malaysia (67%) dan Thailand (65%).

(http://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/meningkat-tren-belanja-online-

indonesia/3494 diunduh pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 19.20)

5

Grafik I.A.1

Indonesia Internet Users

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau

https://www.apjii.or.id/content/statistik/39

Sedangkan menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia) bahwa pengguna internet di Indonesia dalam tahun 1998 hingga tahun

2015 mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Dimulai pada tahun 1998 yang

hanya sekitar 0.5 juta jiwa sampai pada tahun 2015 yang sampai mencapai 139

juta jiwa (https://www.apjii.or.id/content/statistik/39 diakses pada tanggal 1 April

2016 pukul 16:48). Dapat disimpulkan bahwa pengguna internet aktif di Indonesia

selalu mengalami peningkatan di tiap tahunnya, pengguna semakin dimudahkan

dengan keuntungan-keuntungan yang mereka dapat dari penggunaan internet.

Pertambahan ini tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi di kota kecil pengguna

internetnya juga akan meningkat.

0,5 1 1,9 4,2 4,5 8 11,2 16 20 20

25 30

42

55 63

82

107

139

(jutaan)

6

Tabel I.A.1

Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Pernah

Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Daerah

2010 – 2014

Tahun Klasifikasi Daerah Perkotaan +

Perdesaan Perkotaan Perdesaan

2010 17,74 4,16 10,92

2011 19,53 5,08 12,28

2012 23,04 6,31 14,70

2013 22,79 7,05 14,94

2014 25,84 8,37 17,14

Sumber: Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Atau www.bps.go.id diakses pada tanggal 01 April 2016 pukul 16.52

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa persentase penduduk usia 5

tahun ke atas yang pernah mengakses internet menurut klasifikasi daerah

(perkotaan, perdesaan) hampir selalu mengalami peningkatan disetiap tahunnya.

Data diatas menunjukkan bahwa perdesaan selalu mengalami peningkatan dari

tahun 2010 sampai tahun 2014. Begitupun dengan perkotaan, meski sempat

mengalami penurunan di tahun 2012 ke 2013 namun tingkat penurunannya tidak

terlalu signifikan, justru pada tahun berikutnya mengalami peningkatan yang

sangat signifikan (http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 01 April 2016 pukul

16.52). Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan persentase penduduk

pengguna internet aktif baik yang berada di perkotaan maupun di perdesaan selalu

mengalami peningkatan disetiap tahunnya.

Gaya hidup yang ditimbulkan dengan adanya kemajuan internet seperti

tren belanja online (online shopping) salah satunya adalah gaya hidup konsumtif.

Saat ini gaya hidup konsumtif bukan lagi hal yang asing, namun merupakan sudah

7

menjadi hal yang populer dalam masyarakat, khususnya mahasiswa. Dahulu

mahasiswa tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dan gaya hidup

konsumtif, tetapi mereka lebih mementingkan masalah kebutuhan pokok daripada

masalah penampilan dan gaya hidup konsumtif. Perubahan gaya hidup konsumtif

pasti berkaitan erat dengan tingkat stratifikasi sosial mahasiswa itu sendiri.

Mahasiswa yang tergolong dalam masyarakat kelas atas tentu mengalami

perubahan gaya hidup konsumtif yang mencolok bila dibandingkan dengan

masyarakat kelas bawah. Perubahan gaya hidup konsumtif pasti juga diikuti

dengan tingkat perekonomian yang dimiliki oleh mahasiswa itu sendiri.

Perubahan yang terjadi pada mahasiswa diantaranya dari cara berpakaian,

bersosialisasi, dan kegiatan lainnya yang dianggap modern, gaul, keren oleh

mahasiswa.

Seiring perkembangan teknologi yang semakin meningkat, banyak

mahasiswa yang sering menggunakan media sosial untuk mencari barang-barang

kebutuhan mereka melalui ponsel pintar (smartphone) yang dimilikinya. Salah

satu contohnya adalah belanja online (online shopping), dimana mahasiswa yang

pesan pakaian, sepatu dan tas melalui online shop. Beberapa mahasiswa

menganggap dengan berbelanja online (online shopping) banyak keuntungan yang

didapat jika dibandingkan harus berbelanja langsung ke store. Mulai dari tidak

harus repot-repot keluar rumah, tidak harus tawar menawar, barang siap diantar,

dan juga transaksi yang mudah dan cepat. Dengan banyaknya keuntungan-

keuntungan yang didapat inilah, yang kemudian membuat para mahasiswa

8

ketagihan untuk berbelanja online kembali dengan berbagai macam online shop

yang ada.

Hal tersebut yang kemudian lama-kelamaan menjadi gaya hidup konsumtif

bagi beberapa mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya FISIP UIN

Jakarta angkatan 2013, 2014, 2015. Alasan di ambilnya tiga angkatan tersebut

karena penulis melihat realita di lapangan bahwa terjadi segmentasi atau

pengelompokkan diantara mahasiswa dalam proses sosialisasinya di lingkungan

kampus. Beberapa mahasiswa cenderung memilih teman yang memiliki selera

penampilan (modis) yang sama, yang kemudian terlihat seperti terjadi penyekatan

di ruang pergaulannya. Oleh karena itu, hal tersebut membuat peneliti menjadi

tertarik untuk melihat lebih dalam mengenai hubungan antara tingkat stratifikasi

sosial terhadap gaya hidup konsumtif berbelanja online pada kalangan mahasiswa

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan penulis kaji

dalam penelitian ini, adalah:

1. Bagaimana tingkat stratifikasi sosial orang tua dan mahasiswa FISIP

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Bagaimana gaya hidup konsumtif mahasiswa FISIP Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

3. Apakah terdapat hubungan antara stratifikasi sosial terhadap gaya

hidup konsumtif berbelanja online di kalangan mahasiswa FISIP

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari pertanyaan penelitian diatas, penelitian ini bertujuan

untuk:

a. Untuk menggambarkan tingkat stratifikasi sosial orang tua dan

mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

b. Untuk menggambarkan gaya hidup konsumtif mahasiswa FISIP

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Untuk menggambarkan adakah hubungan antara stratifikasi sosial

dengan gaya hidup konsumtif berbelanja online di kalangan

mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian yang dilakukan ini, mampu memberikan manfaat yang

antara lain adalah;

a. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan informasi kepada para akademisi bahwa di

balik berkembangnya jumlah pengguna internet yang semakin meningkat

sekarang ini, dengan begitu mendorong berkembangnya bisnis-bisnis

10

online shop yang terus mengikuti perkembangan zaman dan merubah gaya

hidup (life style) masyarakat yang cenderung konsumtif.

Dan dapat memberikan khasanah baru bagi ilmu pengetahuan dan

secara sosiologis, dengan lahirnya modernitas memacu berkembangnya

teknologi yang semakin pesat diiringi dengan banyaknya keuntungan-

keuntungan yang didapat namun dibalik itu pula melahirkan gaya hidup

konsumtif.

b. Manfaat Praktis

Untuk memberikan informasi dan masukan kepada lokasi tempat

penelitan ini, FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk lebih

mengembangkan pendidikan karakter mahasiswa agar lulusan universitas

tidak hanya paham ilmu sosial tetapi juga didukung rasionalitas dan

moralitas ekonomi yang baik dalam prakteknya. Dan khususnya BEM,

agar lebih mensosialisasikan tentang penerapan gaya hidup sederhana

kepada mahasiswa-mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar

tidak terbawa derasnya arus modernisasi yang cenderung melahirkan gaya

hidup konsumtif dan bersifat hedonis. Dan lebih selektif dalam membeli

produk dan tentu sesuai kebutuhan.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini berisikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya

untuk dijadikan acuan atau sumber dalam penelitian ini yang berkaitan dengan

variable yang terdapat didalam penelitian.

11

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wulan Nindya Mantri (2007)

dalam penelitiannya mengenai “Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa

UNNES dan UNIKA dalam kehidupan kampus”, yang menjelaskan bahwa

mahasiswa konsumtif merupakan mahasiswa yang mengikuti mode di dalam

ataupun di luar kampus. Sering pergi ke tempat-tempat yang dapat meningkatkan

citra pergaulannya dan sering melakukan kegiatan belanja atau disebut shopping

oleh mahasiswa pada umumnya. Produk-produk yang menarik untuk dikonsumsi

oleh mahasiswa adalah produk-produk yang dapat mendukung penampilan dan

produk-produk yang dapat memenuhi kepuasan. Mahasiswa konsumtif seringnya

membeli produk-produk baru padahal produk-produk yang lama belum rusak atau

masih dapat digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif

mahasiswa dalam kehidupan kampus yaitu: Perilaku pergaulan mahasiswa,

Kehidupan ekonomi mahasiswa, Pengaruh informasi dan teknologi, Didikan dari

orangtua dan keluarga.

Kedua, penelitan mengenai “Hubungan Internet dengan Gaya Hidup

Konsumtif” pada 2013, yang dilakukan oleh Ismayanti (UIN Syarif Hidayatullah).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dari

penelitian ini menghasilkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya

mahasiswa/i mengakses internet dengan gaya hidup konsumtif. Semakin mereka

termasuk tingkatan pengguna yang lebih tinggi semakin tinggi pula peluang

mereka untuk memiliki gaya hidup konsumtif.

Ketiga, penelitian mengenai “Gaya Hidup Konsumtif dan Pencitraan Diri

Pelajar Pengguna Handphone di SMA Negeri 1 Sambi Boyolali” pada tahun

12

2008, yang dilakukan Siti Murdaningsih. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran gaya hidup konsumtif dan pencitraan diri yang ditampilkan

melalui handphone yang digunakan, serta bagaimana kaitan antara suatu gaya

hidup konsumtif dengan pencitraan diri pelajar dalam menggunakan handphone.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik

pengambilan sampel Purposive Sampling didukung dengan strategi Maximum

Variaton. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa handphone selain sebagai alat

komunikasi tetapi juga untuk meningkatkan gengsi. Seseorang yang pada awalnya

belum merasa membutuhkan handphone, pada akhirnya merasa butuh juga karena

gengsi dengan tema-teman yang sudah memiliki handphone bahkan yang bagus-

bagus. Supaya tidak dianggap ketinggalan jaman dan kuper atau supaya terlihat

dari orang yang mampu/kaya. Hal ini menunjukkan bahwa lebih penting

mendapat penghargaan diri daripada kebutuhan yang sebenarnya.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Tirtha Segoro pada 2013

mengenai “Gaya Hidup Konsumtif Pada Santri Pondok Pesantren Moderen”.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan latar belakang,

faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif dan solusi dalam

menghadapi gaya hidup konsumtif pada santri pondok pesantren modern. Metode

pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner terbuka dan wawancara. Hasil menunjukkan bahwa secara umum

keluarga sudah memberikan peran yang penting dalam mengajarkan pemahaman

tentang mengatur keuangan informan setiap bulan dengan mengajarkan cara

berhemat dan memberikan contoh langsung. Faktor yang mempengaruhi gaya

13

hidup konsumtif pada santri pondok pesantren modern adalah orang lain/

lingkungan. Hal ini juga berkaitan dengan usia santri yang tergolong remaja, yaitu

10-14 tahun dimana masa remaja adalah masa pencarian identitas diri yang

cenderung mengikuti kelompok acuan remaja tersebut.

Kelima, penelitian dengan judul “Salon sebagai Tren Gaya Hidup Kaum

Muda” oleh Lucia Sinto Dewi, mahasiswi jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik Universitas Gajah Mada. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk

mengetahui penyebab menjamurnya salon di Yogyakarta dan mengetahui faktor-

faktor yang melatarbelakangi kaum muda pergi ke salon. Hasil penelitian ini

yaitu, menjamurnya salon disebabkan polusi udara, semakin padatnya aktivitas

dan semakin tingginya tingkat stress masyarakat menyebabkan penampilan

seseorang menjadi tidak menarik. Pemilihan salon tertentu bagi informan adalah

karena tren, harga, status, dan kepraktisan. Hubungan peer group sangat

berpengaruh terhadap kunjungan seorang remaja ke salon. Intensitas ke salon

bagi informan sangat mempengaruhi prestise seseorang, hingga ia akan dianggap

sebagai bagian dari orang-orang kelas atas atau orang kaya. Hasil yang sebanding

setelah pergi ke salon dengan pelayanannya pun membuat semakin banyak kaum

muda yang memilih untuk merawat tubuhnya dan bersolek di salon.

Selanjutnya, tesis yang ditulis oleh Weni Widhianti mengenai “Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Keinginan Membeli Konsumen pada Toko Pakaian

Online. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil dari penelitian ini

adalah bahwa konsumen kota Depok dalam melakukan pembelian pada toko

online didasarkan pada kesenangan pribadi konsumen yaitu kesenangan

14

menikmati proses belanja pada toko pakaian online dan merupakan cara untuk

mengisi waktu luang.

Tabel I.D.1

Tinjauan Pustaka

No Aspek

Perbandingan

Studi Terdahulu

1. a. Judul “Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif

Mahasiswa UNNES dan UNIKA dalam

kehidupan kampus”

b. Penulis Wulan Nindya Mantri (2007) Universitas

Negeri Semarang

c. Metode

Penelitian

Metode Kualitatif

d. Hasil Penelitian Mahasiswa konsumtif merupakan

mahasiswa yang mengikuti mode di dalam

ataupun di luar kampus. Sering pergi ke

tempat-tempat yang dapat meningkatkan

citra pergaulannya dan sering melakukan

kegiatan belanja atau disebut shopping oleh

mahasiswa pada umumnya. Produk-produk

yang menarik untuk dikonsumsi oleh

mahasiswa adalah produk-produk yang

dapat mendukung penampilan dan produk-

produk yang dapat memenuhi kepuasan.

Mahasiswa konsumtif seringnya membeli

produk-produk baru padahal produk-produk

yang lama belum rusak atau masih dapat

digunakan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi gaya hidup konsumtif

mahasiswa dalam kehidupan kampus yaitu:

15

Perilaku pergaulan mahasiswa, Kehidupan

ekonomi mahasiswa, Pengaruh informasi

dan teknologi, Didikan dari orangtua dan

keluarga.

2. a. Judul “Hubungan Internet dengan Gaya Hidup

Konsumtif”

b. Penulis Ismayanti (2013) UIN Syarif Hidayatullah

c. Metode

Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif.

d. Hasil Penelitian Dari penelitian ini menghasilkan bahwa

terdapat hubungan antara lamanya

mahasiswa/i mengakses internet dengan

gaya hidup konsumtif. Semakin mereka

termasuk tingkatan pengguna yang lebih

tinggi semakin tinggi pula peluang mereka

untuk memiliki gaya hidup konsumtif.

3. a. Judul Gaya Hidup Konsumtif dan Pencitraan Diri

Pelajar Pengguna Handphone di SMA

Negeri 1 Sambi Boyolali”.

b. Penulis Siti Murdaningsih (2008) Universitas

Sebelas Maret

c. Metode

Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif, dengan teknik

pengambilan sampel Purposive Sampling

didukung dengan strategi Maximum

Variaton.

d. Fokus Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran gaya hidup konsumtif dan

pencitraan diri yang ditampilkan melalui

handphone yang digunakan, serta bagaimana

16

kaitan antara suatu gaya hidup konsumtif

dengan pencitraan diri pelajar dalam

menggunakan handphone.

e. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

handphone selain sebagai alat komunikasi

tetapi juga untuk meningkatkan gengsi.

Seseorang yang pada awalnya belum merasa

membutuhkan handphone, pada akhirnya

merasa butuh juga karena gengsi dengan

tema-teman yang sudah memiliki handphone

bahkan yang bagus-bagus. Supaya tidak

dianggap ketinggalan jaman dan kuper atau

supaya terlihat dari orang yang

mampu/kaya. Hal ini menunjukkan bahwa

lebih penting mendapat penghargaan diri

daripada kebutuhan yang sebenarnya.

4. a. Judul “Gaya Hidup Konsumtif Pada Santri

Pondok Pesantren Moderen”.

b. Penulis Tirtha Segoro (2013)

c. Metode

Penelitian

Metode pengambilan data yang dipakai

dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner terbuka dan wawancara.

d. Fokus Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami

dan mendeskripsikan latar belakang, faktor-

faktor yang mempengaruhi gaya hidup

konsumtif dan solusi dalam menghadapi

gaya hidup konsumtif pada santri pondok

pesantren modern.

e. Hasil Penelitian Hasil menunjukkan bahwa secara umum

keluarga sudah memberikan peran yang

17

penting dalam mengajarkan pemahaman

tentang mengatur keuangan informan setiap

bulan dengan mengajarkan cara berhemat

dan memberikan contoh langsung. Faktor

yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif

pada santri pondok pesantren modern adalah

orang lain/ lingkungan. Hal ini juga

berkaitan dengan usia santri yang tergolong

remaja, yaitu 10-14 tahun dimana masa

remaja adalah masa pencarian identitas diri

yang cenderung mengikuti kelompok acuan

remaja tersebut.

5. a. Judul “Salon sebagai Tren Gaya Hidup Kaum

Muda”

b. Penulis Lucia Sinto Dewi (2007) Universitas Gajah

Mada

c. Metode

Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif

d. Fokus Penelitian Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk

mengetahui penyebab menjamurnya salon di

Yogyakarta dan mengetahui faktor-faktor

yang melatarbelakangi kaum muda pergi ke

salon.

e. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini yaitu, menjamurnya

salon disebabkan polusi udara, semakin

padatnya aktivitas dan semakin tingginya

tingkat stress masyarakat menyebabkan

penampilan seseorang menjadi tidak

menarik. Pemilihan salon tertentu bagi

informan adalah karena tren, harga, status,

18

dan kepraktisan. Hubungan peer group

sangat berpengaruh terhadap kunjungan

seorang remaja ke salon. Intensitas ke salon

bagi informan sangat mempengaruhi prestise

seseorang, hingga ia akan dianggap sebagai

bagian dari orang-orang kelas atas atau

orang kaya. Hasil yang sebanding setelah

pergi ke salon dengan pelayanannya pun

membuat semakin banyak kaum muda yang

memilih untuk merawat tubuhnya dan

bersolek di salon.

6. a. Judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Keinginan Membeli Konsumen pada Toko

Pakaian Online. (tesis)

b. Penulis Weni Widhianti (2011) FISIP Universitas

Indonesia

c. Metode

Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif.

d. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah bahwa

konsumen kota Depok dalam melakukan

pembelian pada toko online didasarkan pada

kesenangan pribadi konsumen yaitu

kesenangan menikmati proses belanja pada

toko pakaian online dan merupakan cara

untuk mengisi waktu luang.

Setelah melihat penelitian sebelumnya dalam berbagai penelitian diatas,

maka akan terlihat suatu perbedaan dan juga persamaan yang ada di dalam

penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dimiliki dalam

19

penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah sama-sama fokus mengenai

masalah seputar gaya hidup konsumtif.

Namun, perbedaan yang ada di penelitian ini dan penelitian sebelumnya

adalah penelitian terdahulu lebih melihat kepada penggunaan internet yang

berdampak pada gaya hidup konsumtif, seringnya pergi ke tempat-tempat yang

dapat meningkatkan citra pergaulan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi gaya

hidup konsumtif mahasiswa dalam kehidupan kampus yaitu: perilaku pergaulan

mahasiswa, kehidupan ekonomi mahasiswa, pengaruh informasi dan teknologi,

didikan dari orangtua dan keluarga. Sedangkan dalam penelitian penulis, lebih

kepada hubungan sosiologis antara hubungan stratifikasi sosial dengan gaya hidup

konsumtif berbelanja online di kalangan mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

E. Kerangka Teoritis

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sosiologis, dan yang menjadi

objek dari sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar

manusia dan proses timbal balik yang timbul dari hubungan manusia dalam

masyarakat. Fokus dalam penelitian adalah stratifikasi sosial dan gaya hidup

konsumtif berbelanja online.

Pembahasan dalam penelitian ini penulis akan menggunakan Teori Gaya

Hidup. Teori gaya hidup (lifestyle) dikemukakan oleh David Chaney digunakan

sebagai penjelasan mengenai deskripsi gaya hidup konsumtif. Chaney memahami

gaya hidup sebagai proses aktualisasi diri dimana para aktor secara refleksif

terkait dengan bagaimana mereka harus hidup dalam suatu konteks

20

interdependensi global (Chaney, 1996: 23). Perkembangan di segala bidang

terjadi sekarang ini, baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut

seseorang untuk mampu beradaptasi dengan berbagai bentuk perubahan dan

pembaharuan. Untuk melihat suatu gaya hidup dapat dilihat dari barang-barang

yang dimiliki dan yang dipakai sehari-hari yang biasanya bersifat modis, trendy.

Dalam artian mengikuti mode/fashion dan mengikuti trend. Tetapi untuk dapat

mencapai sesuatu gaya hidup yang dinginkan, biasanya seseorang harus pula

mengeluarkan biaya lebih atau ekstra. Pengeluaran biaya yang berlebih tersebut

memicu seseorang mengkonsumsi barang dan jasa. Aktivitas konsumsi tidak lagi

didasarkan atas alasan kebutuhan, tetapi karena produk tersebut memiliki simbol

tertentu yang dapat menaikkan “pamor pembelinya”.

Kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa mahasiswa yang berada di

dalam kehidupan kampus berasal dari berbagai lapisan sosial yang berbeda.

Mahasiswa yang berada dalam keluarga kelas atas cenderung mempunyai gaya

hidup yang berbeda dengan kelas bawah. Mahasiswa yang berada di kelas atas

cenderung untuk berkonsumsi lebih banyak dibandingkan mahasiswa yang berada

di kelas bawah. Hal ini terjadi karena dengan sumber daya yang melimpah akan

membuat mahasiswa mudah dalam membelanjakannya.

Kehidupan kampus pun ikut membentuk gaya hidup khas di kalangan

mahasiswa dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi dalam mempertahankan

prestise dari masing-masing individu. Kini mahasiswa berubah dalam hal

berpakaian, pergaulan, pemakaian uang dan kebutuhan lain yang menjadi

berlebihan, tidak sesuai kebutuhan. Banyak mahasiswa yang melakukan apa saja

21

untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Mahasiswa di kampus,

terutama perempuan berlomba-lomba mengenakan pakaian mahal dari berbagai

jenis merek yang tersedia di pasaran. Tujuan mereka adalah untuk mendukung

penampilan dan memperlihatkan bahwa pakaian yang mereka pakai itu mahal,

tidak semua orang dapat memiliki pakaian tersebut.

Berbelanja online (online shopping) adalah suatu topik yang sedang

berkembang belakangan ini. Saat ini perkembangan online shopping bukan hanya

untuk memudahkan dalam pemenuhan kebutuhan saja, namun telah bergeser

sebagai bahan untuk terkesan kekinian atau up to date. Semuanya dijadikan

simbol keberadaan seseorang termasuk dalam berbelanja online dikalangan

mahasiswa yang cenderung ingin mencari identitas diri dan penghargaan.

Chaney juga mengungkapkan bahwa penampakan luar menjadi salah satu

situs paling penting dari gaya hidup. Hal-hal permukaan akan menjadi sangat

penting daripada fungsi. Gaya menggantikan substansi. Kulit akan menggantikan

isi. Mahasiswa yang selalu bersaing dalam kegiatan yang selalu dianggap baik dan

tinggi nilainya, tidak lepas dari gengsi yang dimilikinya. Mahasiswa tidak mau

dianggap kurang pergaulan (kuper), kuno, cupu baik dalam hal berpakaian,

mengkonsumsi makanan, maupun dalam hal pergaulan. Mahasiswa yang membeli

produk-produk mahal demi memenuhi kebutuhan dan agar selalu dianggap up to

date.

22

F. Definisi Konsep

1. Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti

sistem berlapis-lapis dalam masyarakat; kata stratification berasal dari stratum

(jamaknya : strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan

penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis

(Sorokin dalam Soerjono, 2003: 51). Selama dalam masyarakat itu ada sesuatu

yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai,

maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya

sistem yang berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai itu

mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, kekuasaan, imu

pengetahuan, dan penghargaan yang lebih tinggi di masyarakat. Jika ada

sekelompok kecil dari masyarakat yang memiliki barang-barang berharga itu

dalam jumlah besar, maka masyarakat umumnya menganggap mereka sebagai

kelompok atau golongan yang berada pada lapisan atas. Sebaliknya dengan

mereka yang memiliki sedikit sekali atau hampir tidak memiliki barang sesuatu

yang berharga itu, punya kedudukan yang rendah di mata masyarakat (Jefta Leibo,

1995: 57).

Perbedaan gaya hidup (life style) menjadi sebuah pembatas dari tiap-tiap

kelas. Menurut Weber (dalam Sunarto. 2003: 91) perbedaan kelompok ditandai

oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang (seperti busana dan

produk-produk yang digunakan) dan kesempatan ideal maupun material (gaya

hidup dalam bersosialisasi). Sedangkan Jeffris mendefinisikan kelas sosial

23

merupakan “social and economic groups constitued by a coalesence of economic,

occupational and educational bonds”. Maksudnya adalah bahwa konsep kelas

melibatkan perpaduan antara ikatan-ikatan. Yang diantaranya adalah ekonomi,

pekerjaan dan pendidikan. Yang mana ketiga dimensi tersebut saling berkaitan.

Jeffris mengemukakan bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya dasar yang

dijadikan pedoman untuk mengklasifikasikan adanya kelas sosial, akan tetapi

ketiga dimensi tersebut mempunyai keterkaitan yang erat. Menurut Jeffris

pendidikan dan pekerjaan juga merupakan aspek penting dari kelas, karena

pendidikan sering menjadi prasyarat untuk seseorang mendapatkan pekerjaan

yang layak (Kamanto Sunarto, 1993: 115).

a) Ekonomi (Penghasilan)

Uang diperlukan pada kedudukan kelas sosial atas. Untuk dapat

memahami peran uang dalam menentukan kelas sosial, masyarakat harus

menyadari bahwa pada dasarnya kelas sosial merupakan suatu cara hidup.

Diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut cara hidup

orang berkelas sosial atas. Mereka mampu membeli rumah mewah, mobil,

pakaian, dan peralatan prabot rumah yang berkelas dan harganya mahal,

namun tidak saja hanya berdasarkan materi akan tetapi cara bersikap juga

menentukan kelas sosial mereka. Uang juga memiliki makna yang lain,

misalnya penghasilan seseorang yang diperoleh dari investasi lebih

memiliki prestise daripada penghasilan yang diperoleh dari tunjangan

pengangguran. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan profesional

lebih berfungsi daripada penghasilan yang berwujud upah pekerjaan kasar.

24

Sumber dan jenis penghasilan seseorang inilah yang memberi gambaran

tentang latar belakang keluarga dan kemungkinan cara hidupnya. Jadi,

uang memang merupakan determinan kelas sosial yang penting, hal

tersebut sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran

tentang latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang.

b) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan determinan kelas sosial lainnya. Pekerjaan

juga merupakan aspek kelas sosial yang penting, karena begitu banyak

segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Jika dapat

mengetahui jenis pekerjaan seseorang, tentu juga bisa menduga tinggi

rendahnya pendidikan, standar hidup, teman bergaul, jam bekerja, dan

kebiasaan sehari-harinya. Bahkan bisa menduga selera bacaan, selera

tempat berlibur, standar moral dan orientasi keagamaannya. Dengan kata

lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat

berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Keseluruhan cara hidup

seseoranglah yang pada akhirnya menentukan pada kelas sosial mana

orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik

untuk mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu juga pekerjaan

merupakan salah satu indikator terbaik untuk mengetahui kelas sosial

seseorang.

c) Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap

lahirnya kelas sosial dimasyarakat, hal ini disebabkan karena apabila

25

seseorang mendapatkan pendidikan yang tinggi maka memerlukan biaya

dan motivasi yang besar, kemudian jenis dan tinggi-rendahnya pendidikan

juga mempengaruhi jenjang kelas sosial. Pendidikan juga bukan hanya

sekedar memberikan keterampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan

mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara hingga perubahan

dalam keseluruhan cara hidup seseorang.

Berdasarkan pemaparan diatas bahwa penghasilan, pekerjaan dan

pendidikan merupakan tiga indikator yang cukup jelas yang membuat seseorang

dapat digolongkan kedalam suatu strata sosial. Ketiga indikator ini juga biasa

dimanfaatkan oleh para ilmuwan dalam mengklasifikasikan kelas sosial, dan

ketiga indikator ini juga dinyatakan lebih objektif jika digunakan untuk tujuan

penelitian (Paul B. Horton, 2007: 11-12)

2. Gaya Hidup Konsumtif

Gaya hidup adalah pola (durasi, intensitas, kuantitas) penggunaan waktu,

ruang dan barang di dalam kehidupan sosial. Gaya hidup dibentuk didalam sebuah

ruang sosial (social space), yang didalamnya terjadi sintesis antara aktivitas

belanja dan kesenangan (Piliang, 2003: 204). Sedangkan Konsumerisme

merupakan pola pikir dan tindakan dimana orang membeli barang bukan

dikarenakan barang tersebut dibutuhkan, melainkan karena tindakan membeli itu

sendiri memberikan kepuasan pada seseorang (Iskandar, 2010: 8). Konsumerisme

memiliki dua nilai. Yang pertama sebagai wujud pemuasan kebutuhan identitas

dan makna. Kedua sebagai fungsi sosial dan ekonomis (Haryanto Soedjatmiko,

2008: 9).

26

Pada saat ini, konsumerisme bukan hanya sebatas kegiatan membeli

sesuatu untuk dikonsumsi tetapi telah bergeser kepada suatu bentuk gaya hidup.

Gaya hidup merujuk pada kepekaan konsumen yang diidentifikasi oleh Hebdige

sebagai karakter konsumsi modern. Kegiatan konsumsi itu merujuk pada cara

orang-orang berusaha untuk menampilkan individualitas dan cita rasa melalui

pemilihan barang-barang tertentu. Individu secara aktif menggunakan barang-

barang konsumsi yang sedang kekinian seperti gaya berpakaian, tempat hiburan,

kendaraan dan juga lain sebagainya. Gaya hidup tersebut yang membuat

kecenderungan kelompok dalam menggunakan barang-barang untuk membedakan

seseorang dengan orang lain sekaligus mendukung pandangan bahwa konsumsi

dapat dipahami sebagai perjuangan memperoleh posisi sosial (Celia Lury, 1998:

112).

Mary Douglas dan Baraon Isherwood berpendapat bahwa konsumsi

merupakan proses sosial, sebagai bagian dari integral dari sistem sosial yang

dipakai untuk bertindak dan menjadi bagian dari kebutuhan sosial untuk

berhubungan dengan orang lain melalui perantara benda-benda. Mereka

menyebutkan ada tiga alasan mengapa seseorang membeli suatu barang, yaitu

(1) untuk memenuhi kebutuhan materi,

(2) untuk memenuhi kebutuhan psikis, dan

(3) untuk penampilan atau display.

Dua alasan pertama, alasannya pada pemenuhan kebutuhan sebagai

individu yaitu makan, berpakaian, berlibur atau rekreasi. Sementara alasan ketiga

lebih berkaitan dengan tuntutan masyarakat (Budi Susanto, 2005: 65).

27

Kemudian didalamnya terdiri beberapa indikator, yaitu:

a) Berbelanja online karena lebih mudah mencari barang termurah di

onlineshop dibandingkan offlineshop,

b) Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki,

c) Berbelanja online dapat di akses kapanpun tanpa batasan waktu,

d) Berbelanja online dapat di akses dimanapun,

e) Berbelanja online karena sedang kekinian/ mengikuti tren,

f) Berbelanja online karena ikut-ikutan teman,

g) Berbelanja online karena menjaga gengsi/image,

h) Berbelanja online menjadi kebanggaan atau kepuasan tersendiri,

i) Berbelanja online karena ingin tampak berbeda dari yang lain,

j) Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus,

k) Berbelanja online karena mencari produk luar negeri,

l) Berbelanja online karena mengincar merk terkenal (branded).

G. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,

1998: 67). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarka pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan

28

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik (Sugiyono, 2000: 51).

Berkaitan dengan penelitian ini maka variabel independen dan dependen

adalah sebagai berikut:

X = Variabel Bebas (independen)

Y = Variabel Terikat (dependen)

Keterangan:

X = Stratifikasi Sosial

X1 = Pendidikan Terakhir Ayah

X2 = Pendidikan Terakhir Ibu

X3 = Pekerjaan Ayah

X4 = Pekerjaan Ibu

X5 = Pendapatan Orang tua

X6 = Uang Saku Mahasiswa

X7 = Pengeluaran Mahasiswa

Y = Gaya Hidup Konsumtif

Berdasarkan kerangka berfikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis Nol (Ho)

Ho = Tidak terdapat hubungan antara stratifikasi sosial dengan gaya hidup

konsumtif mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hipotesis Alternatif (Ha)

29

Ha = Terdapat hubungan antara stratifikasi sosial dengan gaya hidup konsumtif

mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ha1 = Jika pendidikan terakhir orang tua (Ayah) tinggi maka gaya hidup

konsumtif pada mahasiswa akan semakin tinggi pula.

Ha2 = Jika pendidikan terakhir orang tua (Ibu) tinggi maka gaya hidup konsumtif

pada mahasiswa akan semakin tinggi pula.

Ha3 = Jika pekerjaan orang tua (Ayah) tinggi maka gaya hidup konsumtif pada

mahasiswa akan semakin tinggi pula.

Ha4 = Jika pekerjaan orang tua (Ibu) tinggi maka gaya hidup konsumtif pada

mahasiswa akan semakin tinggi pula.

Ha5 = Jika pendapatan orang tua tinggi maka gaya hidup konsumtif pada

mahasiswa akan semakin tinggi pula.

Ha6 = Jika uang saku mahasiswa tinggi maka gaya hidup konsumtif pada

mahasiswa akan semakin tinggi pula.

Ha7 = Jika pengeluaran mahasiswa tinggi maka gaya hidup konsumtif pada

mahasiswa akan semakin tinggi pula.

H. Operasional Konsep

Konsep yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, antara lain terdiri dari

dua variabel yaitu variabel independen (stratifikasi sosial) dan variabel dependen

(gaya hidup konsumtif) yang akan diuji hubungannya dengan menggunakan uji

Crosstab dan Spearman.

Dalam penelitian ini, variabel stratifikasi sosial diukur dari beberapa

indikator yaitu pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Sedangkan untuk variabel

30

gaya hidup konsumtif diukur dari beberapa indikator, yaitu berbelanja online

karena lebih mudah mencari barang termurah di onlineshop dibandingkan

offlineshop, berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki, berbelanja

online dapat di akses kapanpun tanpa batasan waktu, berbelanja online dapat di

akses dimanapun, berbelanja online karena sedang kekinian/ mengikuti tren,

berbelanja online karena ikut-ikutan teman, berbelanja online karena menjaga

gengsi/image, berbelanja online menjadi kebanggaan atau kepuasan tersendiri,

berbelanja online karena ingin tampak berbeda dari yang lain, berbelanja online

karena agar penampilan lebih bagus, berbelanja online karena mencari produk luar

negeri, berbelanja online karena mengincar merk terkenal (branded).

Berikut operasionalisasi konsep secara keseluruhan dalam bentuk tabel:

Tabel I.H.1

Operasionalisasi Konsep

Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan

Stratifikasi

Sosial

Pendidikan

Pendidikan terakhir

orangtua

1. Apa pendidikan

terakhir orangtua

anda?

Pekerjaan Jenis pekerjaan

orangtua

1. Apa jenis pekerjaan

orangtua anda?

Pendapatan

Pendapatan

(pendapatan

orangtua, uang

saku dan

pengeluaran

mahasiswa)

1. Berapa pendapatan

orangtua anda

perbulan?

2. Berapa rata-rata

pengeluaran

anda perbulan?

3. Berapa uang saku

anda perbulan?

31

4. Dimana tempat

tinggal anda saat

ini?

Gaya Hidup

Konsumtif

Untuk

memenuhi

kebutuhan

materi

Berbelanja online

karena lebih mudah

mencari barang

termurah di

onlineshop

dibandingkan

offlineshop

1. Berbelanja online

karena lebih mudah

mencari barang

termurah di

onlineshop

dibandingkan

offlineshop

2. Berbelanja online

karena

mendapatkan

diskon melalui

pembelian secara

online

Berbelanja online

karena keterbatasan

waktu yang

dimiliki

1. Berbelanja online

karena keterbatasan

waktu yang

dimiliki

2. Berbelanja online

sibuk bila harus

berkunjung ke

store

3. Berbelanja online

karena cuaca yang

terkadang tidak

menentu.

Berbelanja online

dapat diakses

1. Berbelanja online

dapat diakses

32

kapanpun tanpa

batasan waktu

kapanpun tanpa

batasan waktu tidak

diburu-buru

2. Berbelanja online

karena iseng

mengisi waktu

senggang

3. Berbelanja online

karena tidak

sengaja melakukan

pencarian

(googling) ke

browser sehingga

tertarik

Berbelanja online

dapat diakses

dimanapun

1. Berbelanja online

dapat diakses

dimanapun

2. Berbelanja online

karena keterbatasan

akses kendaraan

sehingga dapat

melalui gadget

tanpa harus keluar

rumah

3. Berbelanja online

karena dapat

menjangkau

onlineshop yang

berbeda wilayah

Untuk Berbelanja online 1. Berbelanja online

33

memenuhi

kebutuhan

psikis

karena sedang

kekinian/

mengikuti trend

karena sedang

kekinian/mengikuti

trend

Berbelanja online

karena ikut-ikutan

teman

1. Berbelanja online

karena ikut-ikutan

teman

2. Berbelanja online

karena dorongan

agar diterima di

lingkungan

pertemanan

Berbelanja online

karena menjaga

gengsi/image

1. Berbelanja online

karena ingin

menjaga

gengsi/image

(menunjukkan

status sosial)

Berbelanja online

menjadi

kebanggaan atau

kepuasan tersendiri

1. Berbelanja online

menjadi kepuasan

tersendiri dengan

sistem yang ada.

2. Berbelanja online

karena senang

melakukan

transaksi secara

online

Berbenja online

agar ingin tampak

berbeda dari yang

lain

1. Berbelanja online

karena ingin

menunjukan bahwa

dirinya berbeda

34

dari yang lain.

2. Berbelanja online

karena ingin dilihat

lebih unggul dari

yang lain

Untuk

penampilan

atau display

Berbelanja online

karena agar

penampilan lebih

bagus

1. Berbelanja online

karena agar

penampilan lebih

bagus

2. Berbelanja online

agar terlihat trendy

saat hangout

Berbelanja online

karena produk luar

negeri

1. Berbelanja online

karena mencari

produk luar negeri

2. Berbelanja online

karena mengetahui

produk luar negeri

yang berkualitas

Berbelanja online

karena mengincar

merk terkenal

(branded)

1. Berbelanja online

karena mengincar

merk terkenal

(branded)

2. Berbelanja online

karena produk

limited editon

35

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis

statistik. Analisis statistik merupakan semua kenyataan yang berbentuk angka-

angka tentang suatu kejadian khusus, dengan mengumpulkan, menyusun,

menyajikan, menggambarkan, menganalisa, atau menginterpretasikan data-data

yang berupa angka-angka (Mansoer, 2009: 1). Penelitian ini termasuk dalam

kerangka penelitian eksplanatif (explanatory research). Penelitian ini bermaksud

menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan (Faisal, 2003:21).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kampus dua fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jalan Kertamukti

No.5 Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan. Peneliti memilih lokasi ini karena

peneliti ingin menganalisa lebih dalam mengenai pengaruh stratifikasi sosial

terhadap gaya hidup konsumtif pada kalangan mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Tidak seperti dahulu, saat ini FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tidak hanya berisikan mahasiswa yang berasal dari wilayah perdesaan saja,

namun telah di dominasi oleh masyarakat urban. Dimana tuntutan zaman yang

semakin maju mau tak mau membuat seseorang juga ikut mengikutinya. Segala

fasilitas, bujukan media dan kemudahan dapat diperoleh dengan mudah.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Jadi

yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang akan

36

dijadikan responden dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi

adalah mahasiswa FISIP tiga angkatan terakhir 2013, 2014 dan 2015. Alasan

peneliti memilih tiga angkatan tersebut karena penulis melihat realita di lapangan

bahwa terjadi segmentasi atau pengelompokkan diantara mahasiswa dalam proses

sosialisasinya di lingkungan kampus. Beberapa mahasiswa cenderung memilih

teman yang memiliki selera penampilan (modis) yang sama, yang kemudian

terlihat seperti terjadi penyekatan di ruang pergaulannya. Di samping itu,

mahasiswa yang berada pada angkatan tersebut kehadirannya di kampus masih

tinggi jika dibandingkan dengan angkatan di atasnya yang sudah tidak aktif di

kampus dan sedang mengerjakan tugas akhir. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik sendiri terdiri dari Program studi Sosiologi, Ilmu Politik dan Hubungan

Internasional. Sedangkan jumlah mahasiswa FISIP dari angkatan 2013-2015

adalah sebanyak 744 mahasiswa dengan sampel 35% atau sebanyak 260

responden yang diambil secara proporsional. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel

berikut: (Bagian administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

Tabel I.I.1

Populasi berdasarkan Jurusan dan Angkatan

No Program Studi

Populasi (Angkatan)

2013 2014 2015

1. HI 96 102 122

2. Ilmu Politik 65 59 85

3. Sosiologi 73 60 82

Total 744 mahasiswa

Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

37

Populasi mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah 744

orang. Peneliti menetapkan tingkat eror 5% dengan tingkat kepercayaan 95%.

Dengan demikian peneliti menggunakan rumus perhitungan sampel Slovin

(Bungin, 2008), berikut adalah rumus perhitungannya:

Persamaan I.1. Perhitungan Sampel

Keterangan:

n = jumlah sampel yang dicari

N = jumlah populasi

= nilai presisi (tingkat eror)

= 260.13986

Maka jumlah sampel yang akan diambil adalah 260.13986 dibulatkan

menjadi 260 mahasiswa sebagai responden. Selanjutnya untuk menentukan

responden dalam penelitian ini menggunakan sistem cluster sampling dan

accidental sampling.

38

Dalam menentukan cluster sampling, untuk menjaga sebaran responden

secara proporsional disetiap jurusan, maka penulis menentukkan distribusi

responden dengan rumus sebagai berikut (Hasan, 2011: 29):

Keterangan :

x = jumlah mahasiswa

n = jumlah target

N = populasi

Tabel I.I.2

Distribusi Sampel

Jurusan

Jumlah

mahasiswa

Proporsi Sampel

HI 320 111. 827958 112

Politik 209 73. 0376348 73

Sosiologi 215 75. 1344074 75

Total 744 260 260

Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Setelah mendapatkan jumlah target responden di setiap jurusan secara

proporsional, langkah selanjutnya adalah mendapatkan target responden tersebut

di setiap jurusannya dengan cara accidental sampling yaitu teknik penentuan

sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample, bila dipandang orang yang

39

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Teknik

pengambilan sampel ini tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung

mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.

4. Jenis Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner kepada

responden yaitu mahasiswa FISIP UIN Jakarta angkatan 2013-2015.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder meliputi peninggalan tertulis seperti arsip-

arsip dan termasuk juga buku-buku, artikel, teori, halaman web, laporan

penelitian sebelumnya, jurnal, makalah dan sumber lain yang berkaitan

dengan masalah penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara melakukan penyebaran kuesioner pada responden. Menurut Palispis,

kuesioner merupakan sebuah pertanyaan tertulis yang dirancang sesuai dengan

topik tertentu yang menjadi fokus penelitian, dilengkapi dengan jawaban yang

disediakan dalam setiap pertanyaannya, agar responden memilih/ memberikan

jawaban dari salah satu jawaban-jawaban yang telah disediakan, dengan tujuan

untuk mendapatkan infornasi tentang seorang objek atau persoalan-persoalan

tertentu yang menjadi fokus penelitian (Palispis, 1993:176).

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan try out

atau uji coba pertanyaan terhadap 28 responden secara acak pada tiap-tiap jurusan

40

di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 28 responden ini mewakili tiap-tiap

jurusan dari tiap angkatan yaitu angkatan 2013-2015. Try out adalah mencoba

instrumen penelitian pada objek penelitian semu, untuk mengetahui kredibilitas

instrumen tersebut (Bungin, 2013:59). Try Out ini dilakukan untuk mengetahui

pertanyaan yang dianggap valid dan reliabel utnuk dijadikan pertanyaan yang

sebenarnya.

6. Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala ordinal untuk mengukur

variabel independen (stratifikasi sosial); namun untuk kategori pekerjaan orang

tua menggunakan skala nominal. Variabel dependen (gaya hidup konsumtif)

menggunakan skala ordinal.

Skala nominal yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan atas

penggolongan. Pada penelitian ini, skala nominal digunakan pada variabel jenis

pekerjaan untuk melihat tingkat persentase dari masing-masing jenis pekerjaan

tanpa melakukan recoding.

Sedangkan skala ordinal adalah angka yang menunjukkan posisi dalam

suatu urutan tertentu atau dalam satu seri. Penentuan posisi itu tidak

memerhatikan jarak antara data kuantitatif yang satu dengan yang lain (Bungin,

2013: 127). Dalam penelitian ini, skala ordinal digunakan pada tiap variabel

independen (kecuali variabel jenis pekerjaan) dan dependen untuk melihat

tingkatan pada masing-masing pertanyaan yaitu rendah, menengah dan tinggi.

Untuk menentukan tingkatan tersebut maka sebelumnya dilakukan recode

(pengkodean ulang) pada tiap item pertanyaan, kemudian dijumlah selanjutnya

41

menentukkan nilai maximum dan minimum untuk nilai dari masing-masing

range.

7. Mengolah dan Memproses Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data

dilakukan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan

dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding),

dan proses pembeberan (tabulating) (Bungin, 2013: 182-184).

a. Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data di lapangan.

b. Setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan berikutnya adalah

mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahapan coding. Data yang telah

diedit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat analisis.

c. Tabulasi merupakan bagian terakhir dari pengolahan data. Tabulasi adalah

memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka

serta menghitungnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program

SPSS 21 untuk mendukung pengolahan data.

Penelitian ini menggunakan uji crosstabs untuk melihat konsistensi

hubungan antara independen variabel (stratifikasi sosial) dengan dependen

variabel (gaya hidup konsumtif) dengan uji hubungan yang berbeda. Crosstabs

adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas satu baris atau lebih, dan satu kolom

atau lebih. Fasilitas crosstabs dalam SPSS dapat sekedar menampilkan apakah ada

hubungan antara baris dan kolom (Nisfiannoor, 2009: 80). Kemudian peneliti juga

menggunakan analisis Spearman. Analisis ini digunakan untuk menghitung data

42

ordinal dan mengukur keeratan hubungan antara dua variabel, dimana variabel

tidak berdistribusi normal (Nisfiannoor, 2009: 184).

J. Sistematika Penulisan

Bab pertama adalah Pendahuluan, membahas mengenai pernyataan

masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teoritis, hipotesis, definisi dan operasional konsep, metode penelitian

dan sitematika penulisan.

Selanjutnya pada bab II adalah Lokasi Penelitian, membahas mengenai

gambaran umum FISIP UIN Syarif Hidayatullah didalamnya membahas mengenai

sejarah singkat, program-program studi, profil mahasiswa, dan karakteristik

mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kemudian pada bab III adalah Temuan dan Analisa Data, memaparkan

mengenai hasil penelitian yaitu hasil uji validitas dan reliabilitas, analisis

deskriptif dan analisis penelitian dengan menggunakan uji hubungan Crosstabs

dan Spearman.

Sedangkan pada bab terakhir atau penutup, yakni bab IV, memaparkan

mengenai kesimpulan dan saran dari peneliti.

43

BAB II

LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat terbentuknya FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas muda di

lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Didirikan

pada bulan Juli tahun 2009, fakultas ini membuka tiga (3) program studi: Ilmu

Politik, Hubungan Internasional, dan Sosiologi. Semua program studi tersebut

merupakan kelanjutan dari program studi yang telah ada sebelumnya. Program

Studi Sosiologi merupakan reposisi dari program Studi Sosiologi Agama (SA) dan

Program Studi Ilmu Politik adalah pengembangan dari Program Studi Pemikiran

Politik Islam (PPI), keduanya berinduk di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

(FUF). Sementara itu, Program Studi Hubungan Internasional (HI) berada di

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS). Oleh karena itu, berdirinya FISIP UIN

Jakarta tahun 2009 lebih merupakan upaya pemantapan dan reorganisasi kajian-

kajian ilmu sosial di lingkungan UIN Jakarta (Pedoman Akademik Program Strata

1 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 303).

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) terletak di wilayah kampus

II, persis berdampingan dengan kampus Fakultas Psikologi. Selain itu, di area

kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga terdapat kampus Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Sekolah Pasca Sarjana, Pusat Pengkajian Islam

dan Masyarakat (PPIM), Pusat Bahasa (PB), Center for the Study of Religion and

Culture (CSRC), Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional

44

(Pustiknas), Syahida Inn, serta beberapa bangunan atau gedung lain di sekitar

lainnya.

Pesatnya kajian ilmu-ilmu sosial di lingkungan UIN Jakarta didorong oleh

pertumbuhan minat keilmuan civitas academicnya yang tidak lagi terbatas pada

aspek normatif dan doktriner agama. Ketika UIN Jakarta masih berupa Institut

Agama Islam Negeri (IAIN), hanya dua aspek inilah yang menjadi kajian

utamanya. Pembatasan ini sudah lama dianggap tidak memadai, dan karenanya

perlu memasukkan ilmu-ilmu yang bersifat empiris dan objektif. Wujud dari

perubahan orientasi keilmuan ini adalah pembentukan serangkaian fakultas umum

yang berlangsung sejak satu dasawarsa terakhir. Di antaranya adalah Fakultas

Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, dan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. FISIP merupakan bagian dari

transformasi besar UIN Jakarta yang terus berkembang pesat hingga saat ini.

Di samping alasan keilmuan, pembentukan FISIP juga untuk menjawab

tuntutan dinamika masyarakat ke depan. Perubahan sosial yang berjalan cepat

memerlukan ilmuwan sosial yang mumpuni agar dapat menganalisis berbagai

persoalan sosial-politik dengan baik.

Lahir dari institusi pendidikan tinggi yang menggeluti peradaban Islam,

posisi FISIP UIN Jakarta cukup strategis. Berbekal pengetahuan ke-Islam-an yang

mendalam, FISIP UIN Jakarta akan memadukan warisan keilmuan Barat dan

Islam dalam mengembangkan ilmu-ilmu sosial. Fakultas ini akan melibatkan

ilmuwan dari fakultas agama untuk mengajarkan aspek normatif Islam, dan

ilmuwan dari fakultas lain untuk memperkaya pengetahuan tentang peradaban

45

Islam. Melalui pengayaan proses belajar-mengajar, FISIP UIN Jakarta bermaksud

menjanjikan lulusannya sarjana ilmu sosial yang memiliki horizon pengetahuan

luas.

Visi dan Misi

Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik “akan mengembangkan diri

menjadi komunitas akademik yang mampu memberikan kontribusi bagi

pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik serta berperan aktif dalam mencari

solusi atas berbagai persoalan sosial dan politik yang berkembang dalam

masyarakat”.

Sedangkan Misi FISIP adalah sebagai berikut:

Menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang

menguasai khazanah keilmuan sosial dan politik Barat dan Islam secara

mendalam.

Menyelenggarakan proses belajar-mengajar untuk menghasilkan lulusan

yang memiliki integritas keilmuan, kebangsaaan, dan keislaman yang

tinggi.

Membentuk komunitas akademik melalui kegiatan penelitian dan

penerbitan karya-karya ilmiah di berbagai media akademik nasional dan

internasional.

Menerapkan ilmu sosial dan ilmu politik melalui kegiatan pengabdian

masyarakat untuk mendikung pembagunan bangsa Indonesia.

46

Membangun kerjasama akademik dengan Perguruan Tinggi Nasional dan

Internasional, serta memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga

sosial dan politik.

B. Program Studi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program Studi Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta bertujuan menjadi pusat

pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam bidang

Ilmu Politik terkemuka di Indonesia dan dunia internasional dengan kemampuan

mengintegrasikan dimensi keilmuan, keislaman, serta keindonesiaan. Lulusan

prodi ini diharapkan mampu menguasai teori dan metodologi ilmu politik, baik

yang berkembang di Barat maupun yang berasal dari khazanah Islam. Prodi ini

telah mengembangkan kurikulum, menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi

nasional dan internasional, serta membangun kemitraan dengan lembaga-lembaga

sosial dan politik Indonesia.

Dengan dukungan staf pengajar dari berbagai lulusan universitas

terkemuka di Amerika, Eropa dan Timur Tengah serta dari perguruan tinggi

terbaik dalam negeri, Prodi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menawarkan iklim akademis yang lebih unggul dibanding yang lainnya.

Program Studi Sosiologi

Program Studi Sosiologi FISIP UIN Jakarta dirancang untuk menjadi

pusat pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam

47

bidang ilmu sosial yang kompeten di tingkat nasional dan internasional dengan

mengintegrasikan kajian ke-ilmuan, ke-Islaman, dan ke-Indonesiaan.

Disamping mempelajari warisan akademik Barat, Prodi Sosiologi juga

mengkaji ilmu-ilmu kemasyarakatan yang dikembangkan para ahli non-Barat.

Pemaduan ini bertujuan memberikan wawasan yang lebih luas tentang teori,

metodologi, dan berbagai hasil penelitian sosial. Diantara bidang yang mendapat

perhatian lebih khusus adalah sosiologi agama. Selain penting dikaji, sosiologi

agama belum banyak dikembangkan secara mendalam oleh FISIP di Perguruan

Tinggi lain di Indonesia.

Mahasiswa tidak hanya dibimbing mendalami sosiologi, tetapi juga

diajarkan pengetahuan dan praktik keagamaan. Sebagai pusat kajian ke-Islaman,

UIN Jakarta kaya akan sumber daya dosen agama yang mumpuni. Ditambah

dengan dosen utama dalam bidang sosiologi yang berasal dari berbagai Perguruan

Tinggi terkemuka luar dan dalam negeri, Prodi Sosiologi FISIP UIN Jakarta

menawarkan model pembelajaran ilmu-ilmu kemasyarakatan yang komprehensif.

Program Studi Hubungan Internasional

Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta berorientasi pada tuntutan global, yaitu kecenderungan berkembangnya

hubungan ekonomi politik internasional dan hubungan politik strategi

internasional. Program studi ini juga bertujuan menghasilkan sarjana yag memiliki

kemampuan mengkaji, meneliti, dan menerapkan ilmu hubungan internasional

dalam merespon isu-isu di dunia internasional.

48

Visi prodi ini adalah untuk menjadi pusat pendidikan, pengajaran,

penelitian dan pengabdian dalam bidang Hubungan Internasional yang

mengintegrasikan tradisi keilmuan umum dan keislaman. Berbekal hubungan

yang luas denga Dunia Muslim, prodi ini memberi perhatian lebih pada berbagai

persoalan internasional negara-negara Islam.

Program Studi Hubungan Internasional tidak saja menghadirkan tenaga

pengajar lulusan perguruan tinggi terbaik dalam dan luar negeri, tetapi juga

menampilkan tim akademik yang mumpuni.

C. Profil Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan data pada tahun 2013-2015 jumlah mahasiswa dan mahasiswi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:

49

Grafik II.C.1

Jumlah Mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dalam 3 Tahun Terakhir

Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa FISIP dari 3

program studi yaitu Sosiologi, Ilmu Politik dan Hubungan Internasional pada

tahun 2013 berjumlah 234 mahasiswa, pada tahun 2014 berjumlah 221, dan tahun

2015 berjumlah 289 mahasiswa. Jumlah mahasiswa 3 tahun terakhir menunjukkan

data fluktuatif dari jumlah mahasiswa pada tahun 2013 yang berjumlah 234

mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 221 mahasiswa, dan kemudian

mengalami peningkatan menjadi 289 mahasiswa.

234 221

289

2013 2014 2015

50

Grafik II.C.2

Jumlah Mahasiswa/i FISIP Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013-2015 Berdasarkan Jurusan

Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel diatas adalah jumlah mahasiswa berdasarkan jurusan dari tahun

2013-2015 yang menunjukkan bahwa Program Studi Sosiologi pada tiap tahunnya

mengalami fluktuasi, 73 mahasiswa pada tahun 2013, dan mengalami penurunan

pada tahun 2014 menjadi 60 mahasiswa, kemudian mengalami peningkatan yang

signifikan pada tahun 2015 sebanyak 82 mahasiswa. Sama halnya dengan

Program Studi Ilmu Politik, datanya menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun.

Penurunan jumlah mahasiswa dari yang tahun 2013 sebanyak 65 mahasiswa

menjadi 59 mahasiswa pada tahun 2014. Sementara Program Studi Hubungan

Internasional selalu mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Terhitung

73

60

82

65 59

85

96 102

122

2013 2014 2015

Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional

51

dari tahun 2013 sebanyak 96 mahasiswa, kemudian disusul menjadi 102

mahasiswa pada tahun berikutnya yakni tahun 2014. Dan kemudian mengalami

peningkatan kembali pada tahun 2015 sebanyak 122 mahasiswa. Jumlah

keseluruhan mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari tahun 2013-

2015 adalah 744 mahasiswa.

D. Karakteristik Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Secara

Umum

Mahasiswa merupakan pelajar yang belajar di Perguruan Tinggi, jenjang

pendidikan setelah masa Sekolah Menengah Atas. Dilihat d ari sudut usia,

kebanyakan mahasiswa berkisar antara umur 19-23 tahun, merupakan tahap

golongan remaja akhir (masa dewasa dini) yang cenderung bersifat transisi untuk

tampil lebih bagus dan menarik. Sifat transisi ini lebih memudahkan produsen

dalam mempengaruhi remaja dalam pembelian barang. Sifat labilitas yang

dimiliki remaja dalam membeli suatu produk menjadi acuan bagi industri-industri

dalam memproduksi barang. Hal ini terlihat dari cara mereka dalam berdandan,

bergaul, atau gaya hidup yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Gaya hidup mahasiswa ini tidak jauh berbeda pula dengan pelajar sekolah

menengah, mereka masih cenderung berubah-ubah karakternya untuk mencapai

tujuan menemukan jati diri.

Mahasiswa melakukan rutinitas perkuliahan di dalam kampus untuk

memperoleh ilmu pengetahuan secara umum maupun spesifik berdasarkan jurusan

yang mereka pilih. Selain rutinitas perkuliahan di dalam kelas, mahasiswa dituntut

untuk memperdalam wawasan dan ilmu pengetahuannya di luar perkuliahan

52

dengan mengikuti seminar, riset, kegiatan diskusi, studi banding dengan

universitas lain yang berada di dalam ataupun luar negeri. Mahasiswa FISIP UIN

Jakarta juga mengikuti beragam aktifitas di organisasi intra maupun ekstra

kampus. Kegiatan seperti ini bertujuan untuk membentuk mahasiswa agar lebih

bersifat mandiri untuk menambah wawasan mereka. Organisasi yang bersifat intra

atau berada dalam naungan kampus seperti BEMF (Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas), BEMJ (Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan) Sosiologi, Ilmu Politik

dan Hubungan Internasional, lembaga-lembaga semi otonom, kelompok-

kelompok diskusi tematik, kelompok minat dan bakat, dan lain-lain. Sedangkan di

ekstra kampus, mahasiswa FISIP UIN Jakarta dapat memilih beragam pilihan

kegiatan kemahasiswaan atau UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang berada di

lingkungan UIN Jakarta terdiri dari beberapa kegiatan organisasi mahasiswa

seperti LDK (Lembaga Dakwah Kampus), Teater Syahid, PSM (Paduan Suara

Mahasiswa), Bahasa FLAT (Foreign Languages Association), KMF (Komunitas

Mahasiswa Fotografi) KALACITRA, dll.

Secara umum FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki jadwal

perkuliahan dari hari senin sampai dengan jumat, dimulai dari pukul 07.30 –

16.45 WIB. Di sela-sela jam istirahat mahasiswa/i ini menghabiskan waktu

istirahat mereka dengan nongkrong di kantin sambil mengobrol, berdiskusi atau

hanya sekedar makan. Ada juga yang sekedar duduk-duduk di lobby sambil

mengakses internet melalui gadget yang mereka miliki, mengingat gedung FISIP

mempunyai fasilitaas wifi yang bisa diakses oleh para mahasiswa/i untuk

browsing tugas kuliah, atau hanya sekedar mengakses jejaring sosial salah satunya

53

situs belanja online. Online shop atau cara belanja dengan menggunakan barang

elektronik semakin mempermudah seseorang melakukan transaksi jual beli suatu

produk tanpa melakukan tatap muka. Kegiatan belanja tersebut didukung oleh

pengetahuan teknologi dan informasi yang semakin modern, dan pencitraan

pergaulan yang lebih luas mempengaruhi tingkat kehidupan yang dianggap

modern, gaul dan keren oleh mahasiswa.

Saat ini mahasiswa telah berubah dalam hal berpakaian, pergaulan,

pemakaian uang dan kebutuhan lain yang menjadi berlebihan, tidak sesuai

kebutuhan. Di lingkungan FISIP UIN Jakarta semakin variatifnya cara mahasiswa

dalam berpenampilan agar terlihat lebih bagus dan menunjukkan status sosial

yang dimiliki.

54

BAB III

TEMUAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini, peneliti menyajikan analisis deskriptif, serta analisis

hubungan yang menggunakan uji signifikasi hubungan atas data-data yang sudah

diperoleh dari lapangan dengan uji analisa Crosstabs dan Spearman’s Rho.

Subjek penelitian ini berjumlah 260 mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta mewakili populasi yang berjumlah 744 mahasiswa.

Responden terpilih adalah mereka yang tergolong aktif sebagai mahasiswa FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berada pada angkatan 2013-2015. Subjek

penelitian terbagi atas 3 program studi yang berada di FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yaitu program studi Hubungan Internasional dengan jumlah

responden sebesar 43%, kemudian Sosiologi sebanyak 29%, dan Ilmu Politik

sebanyak 28%. Dari data tiap jurusan, penyebaran kuesioner dilakukan pada tiap-

tiap semester dari semester 3, 5 dan 7 dengan jumlah total responden 260 orang.

Berikut adalah data grafik responden mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayaullah

Jakarta tahun 2016:

55

Grafik III.1

Program Studi

Setelah tahap penentuan sampel masing-masing prodi, peneliti pun

melakukan uji coba kuesioner (Try Out) yang disebar pada tiap angkatan, serta

menggunakan hasil analisa uji validitas dan reliabilitas.

Validitas adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang

ingin diukur. Sedangkan reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana hasil

pengukuran yang dilakukan tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran

kembali pada orang yang sama di waktu yang berbeda atau pada orang yang

berbeda di waktu yang sama (Nisfiannoor, 2009: 211).

Uji coba atau try out dilakukan untuk mengetahui butir-butir pertanyaan

mana saja yang dianggap memiliki nilai yang valid dan cukup reliabel, dan mana

yang tidak. Butir-butir yang reliabel kemudian akan dipertahankan, sedangkan

yang tidak reliabel atau tidak valid diperbaiki atau bahkan diganti item

pertanyaannya. Penyebaran kuesioner try out dilakukan pada 28 responden yang

diambil secara acak pada tiap-tiap jurusan per-angkatan. Kemudian pada tahap

29%

28%

43%

Sosiologi

Ilmu Politik

HubunganInternasional

56

selanjutnya, pada uji validitas dan reliabilitas, butir-butir pertanyaan akan dipilih

antara yang valid dan tidak. Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r

hitung (Corrected Item Total Correlation) dengan nilai r tabel. Jika r hitung > r

tabel dan nilainya positif maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Imam

Ghozali, 2005: 45). Sedangkan suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2005: 45).

Cutoff minimal alpha cronbach untuk sebuah alat ukur adalah 0,60 (Streiner dan

Norman, 2000; Garson, 2008).

Variabel-variabel dalam penelitian ini memiliki dua kategori; pertama,

Stratifikasi Sosial yang indikatornya terdiri dari pendidikan, pekerjaan,

pendapatan orangtua. Ketiga indikator ini merupakan indikator inti stratifikasi

sosial. Akan tetapi, karena target responden adalah mahasiswa yang mayoritas

belum bekerja maka ketiga indikator tersebut kemudian peneliti turunkan ke

dalam indikator seperti uang saku dan pengeluaran mahasiswa.

Adapun kategori kedua, gaya hidup konsumtif. Mary Douglas dan Baraon

Isherwood menyatakan ada tiga alasan mengapa seseorang membeli suatu barang,

yaitu untuk memenuhi kebutuhan materi, untuk memenuhi kebutuhan psikis dan

untuk penampilan atau display.

Kemudian didalamnya terdiri beberapa indikator, yaitu:

a) Berbelanja online karena lebih mudah mencari barang termurah di

onlineshop dibandingkan offlineshop,

57

b) Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki,

c) Berbelanja online dapat di akses kapanpun tanpa batasan waktu,

d) Berbelanja online dapat di akses dimanapun,

e) Berbelanja online karena sedang kekinian/ mengikuti tren,

f) Berbelanja online karena ikut-ikutan teman,

g) Berbelanja online karena menjaga gengsi/image,

h) Berbelanja online menjadi kebanggaan atau kepuasan tersendiri,

i) Berbelanja online karena ingin tampak berbeda dari yang lain,

j) Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus,

k) Berbelanja online karena mencari produk luar negeri,

l) Berbelanja online karena mengincar merk terkenal (branded)

Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas (lihat lampiran 6) memiliki nilai

koefisien reliabel atau Alpha Cronbach’s 0,936 atau berada pada kriteria sangat

reliabel. Akan tetapi, terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid. Kemudian dilakukan

penghitungan ulang dengan menghilangkan item pertanyaan no.2 (yang paling

tidak valid) untuk melihat adakah perubahan pada item pertanyaan no.1 dan no.6.

Setelah tidak terdapat perubahan pada kedua item pertanyaan tersebut, kemudian

peneliti menghilangkan item pertanyaan no.1 dan no.2 dan melakukan

penghitungan ulang, namun tidak terdapat perubahan pada item pertanyaan no.6

(tetap tidak valid). Dengan demikian penulis menghapus ketiga item pertanyaan

tersebut.

58

Grafik III.2

Jenis Kelamin Mahasiswa

Grafik diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin mahasiswa pada

penelitian ini terdiri dari 60% responden perempuan dan 40% responden laki-laki.

Dapat dikatakan bahwa mahasiswa perempuan lebih sering berbelanja

dibandingkan laki-laki terkait akan kebutuhan perempuan yang lebih detail dan

spesifik dibandingkan kebutuhan laki-laki, seperti makeup, hijab, tas, sepatu,

pakaian, aksesoris, perawatan tubuh dan kebutuhan hidup lainnya. Namun tidak

menutup kemungkinan juga laki-laki suka berbelanja online untuk memenuhi

kebutuhan pribadinya dengan berbagai kemudahan yang dijumpai jika berbelanja

secara online.

40%

60%

Laki-laki

Perempuan

59

Grafik III.3

Intensitas Mahasiswa Belanja Online

Grafik diatas menunjukkan bahwa intensitas mahasiswa belanja memiliki

persentase paling tinggi sebesar 73,5% pada intensitas “kadang-kadang” atau

sama dengan 1 kali dalam sebulan melakukan belanja online, 16,9% pada

intensitas “sering” atau 2 – 3 kali dalam sebulan dan 9,6% pada intensitas “sangat

sering” atau lebih dari 3 kali dalam sebulan. Dapat dikatakan bahwa intensitas

mahasiswa dalam melakukan belanja online paling tinggi berada pada intensitas

waktu “kadang-kadang” sebesar 73,5%, artinya mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta melakukan kegiatan belanja online 1 kali dalam sebulan.

9,6%

16,9%

73,5%

Sangat Sering (>3x sebulan)

Sering (2 - 3xsebulan)

Kadang-kadang(1x sebulan)

60

Grafik III.4

Jenis Onlineshop yang sering digunakan

Grafik diatas menunjukkan bahwa jenis onlineshop yang sering digunakan

oleh mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki persentase

paling tinggi pada Onlineshop kategori “lain-lain” 43,5%, 20% pada onlineshop

“Lazada”, 16,9% pada onlineshop “BukaLapak”, 11,9% pada onlineshop

“Zalora”, 6,9% onlineshop “Tokopedia”, 0,8% pada onlineshop “Elevenia”.

Terdapat onlineshop pribadi yang juga memanfaatkan media sosial untuk

berjualan produknya salah satunya Instagram, sehingga tidak jarang pula banyak

mahasiswa yang berbelanja online menggunakan akun media sosialnya

(instagram) dibandingkan menggunakan situs belanja online seperti Lazada,

Zalora, BukaLapak, Tokopedia, dan lain sebagainya. Banyaknya responden yang

memilih Lazada sebagai onlineshop yang sering digunakan, dikarenakan adanya

kelebihan yang dimiliki dari onlineshop tersebut. Goes Tri Yadi (2016)

menyebutkan kelebihan dari Lazada yaitu website yang user-friendly, keamanan,

dan website Lazada dari segi SEO (Seacrh Engine Optimization) sangat baik. Di

20%

6,9%

16,9%

11,9%

0,8%

43,5%

Lazada

Tokopedia

BukaLapak

Zalora

Elevenia

Lain-lain

61

website Lazada memiliki tampilan yang menarik dan navigasi yang jelas serta

panduan yang cukup mudah dimengerti, keamanan dari Lazada sendiri sudah

tentu bisa dipertanggungjawabkan dan sangat terjamin, dan juga didukung dengan

sebuah sistem keamanan online yang disebut SSL (Secures Socket Layer) dimana

transaksi hanya bisa terbaca oleh situs atau server Lazada. Situs alexa.org

memperlihatkan bahwa Lazada ada di peringkat 2.176 global dan peringkat 32

untuk Indonesia. Tingkat bounce rate atau rata-rata waktu yang dihabiskan visitor

untuk mengunjungi website Lazada adalah sekitar 7 menit.

Grafik III.5

Tempat Tinggal

Grafik diatas menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta adalah mahasiswa yang bertempat tinggal bersama orang tua

dengan nilai persentase 66,5%, 29,6% bertempat tinggal dengan menyewa kos-

kosan/kontrakan, 2,3% bertempat tinggal di asrama/pesantren, 1,2% bertempat

tinggal di rumah sendiri dan 0,4% menumpang bersama dengan sanak saudara.

66,5%

1,2%

29,6%

0,4% 2,3%

bersama orang tua

rumah sendiri

kos-kosan/kontrakan

menumpang dengansanak saudara

asrama/pesantren

62

Grafik III.6

Akses Internet

Grafik diatas menunjukkan bahwa nilai persentase tertinggi sebesar 75,8%

mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan paket data

seluler dalam mengakses internet, selanjutnya mahasiswa yang menggunakan wifi

sebesar 22,7%, dan sisanya hanya sedikit mahasiswa yang menggunakan modem

orangtua/saudara, modem pribadi, dan jasa warnet. Dengan menggunakan paket

data seluler dan wifi memberikan kemudahan bagi seseorang dalam mengakses

internet dimana dan kapanpun. Hal ini sebagai salah satu bentuk modernitas

dalam kemajuan teknologi.

22,7%

75,8%

0,8% 0,8% 0% berlangganan wifi

menggunakan paketdata seluler

menggunakan modemorangtua/saudara

menggunakan modempribadi

menggunakan jasawarnet

63

Grafik III.7

Telefon seluler yang dimiliki

Grafik diatas menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta menggunakan android phone sebagai alat komunikasi

dengan persentase sebesar 85%. Selanjutnya disusul 13,8% mahasiswa yang

menggunakan IOS/Iphone dan sisanya menggunakan tablet PC. Penggunaan

android phone oleh hampir seluruh mahasiswa menggambarkan bahwa saat ini

dalam hal komunikasi dengan berbasis internet sudah menjadi kebutuhan untuk

menunjang aktifitas sehari-hari baik dalam proses sosialisasi maupun proses

belajar-mengajar.

1,2%

85%

13,8%

0%

Tablet PC

Android phone

IOS/Iphone

seluler biasa

64

A. Tingkat Stratifikasi Sosial Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa stratifikasi sosial orang tua

mahasiswa diukur dari beberapa indikator, yaitu pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan. Kemudian peneliti mengukurnya dari besaran uang saku dan

pengeluaran mahasiswa.

1. Pendidikan

Dalam Kamus Sosiologi, pendidikan adalah proses pengubahan sikap atau

tata kelakuan seseorang atau kelompok di dalam usaha mendewasakan manusia

melalui pengjaran dan pelatihan, atau proses, perbuatan, dan cara mendidik

(kamus sosiologi. Priyatna, 2013: 125). Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa

data dari pendidikan orangtua responden secara formal atau kegiatan pendidikan

yang dilaksanakan dalam suatu lembaga pendidikan formal seperti SD/ Sederajat,

SMP/ Sederajat, SMA/ Sederajat dan Perguruan Tinggi baik Negeri ataupun

Swasta.

Kategori pendidikan terakhir ayah memiliki nilai persentase tertinggi pada

lulusan Perguruan Tinggi 23,5%, untuk lulusan SMA/ Sederajat 16,5%, lulusan

SMP/ Sederajat 0%, lulusan SD/ Sederajat 2,7% dan tidak sekolah memiliki

persentase 0,4%. Berikut adalah grafik pendidikan terakhir orang tua (ayah) yang

dilihat dari perbandingan tiap jurusan, yaitu:

65

Grafik III.A.1.a

Pendidikan Terakhir Orang tua (Ayah)

Grafik diatas menunjukkan bahwa indikator pendidikan terakhir orang tua

(ayah) memiliki nilai persentase 0,4% pada kategori tidak sekolah yang terdapat

pada prodi Sosiologi, 0,4% pada prodi Hubungan Internasional. Kemudian pada

kategori lulusan SD memiliki nilai persentase 0,4% pada prodi Sosiologi, 1,2%

pada prodi Ilmu Politik, dan 2,7% pada prodi Hubungan Internasional. Pada

kategori lulusan SMA memiliki persentase 12% pada prodi Sosiologi, 5,8% pada

prodi Ilmu Politik, dan 16,5% pada prodi Hubungan Internasional. Selanjutnya

untuk lulusan Perguruan Tinggi persentasenya adalah 16% pada prodi Sosiologi,

21% pada prodi Ilmu Politik dan 23,5% pada prodi Hubungan Internasional.

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai tiga persentase

paling tinggi untuk lulusan terakhir orang tua (ayah), yakni secara keseluruhan

0,4% 0,4%

12%

16%

1,2%

5,8%

21%

0,4%

2,7%

16,5%

23,5%

tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi

sosiologi ilmu politik hubungan internasional

66

persentase tertinggi terdapat pada lulusan Perguruan Tinggi dengan persentase

23,5% yang terdapat pada prodi Hubungan Internasional, Ilmu Politik 21% dan

Sosiologi 16%. Sedangkan untuk persentase tertinggi kedua adalah lulusan SMA

dengan persentase tertinggi 16,5% yang terdapat pada prodi Hubungan

Internasional, Sosiologi 12% dan Ilmu Politik 5,8%. Dan untuk lulusan SD

persentase tertinggi terdapat pada prodi Hubungan Internasional 2,7%, Ilmu

Politik 1,2% dan Sosiologi 0,4%. Dan kategori tidak lulus sekolah menunjukkan

hasil persentase 0,4% pada prodi Sosiologi dan Hubungan Internasional.

Sedangkan untuk kategori pendidikan terakhir ibu memiliki nilai

persentase tertinggi pada lulusan Perguruan Tinggi 15,7%, lulusan SMA/

Sederajat 21%, lulusan SMP/ Sederajat 3%, lulusan SD/ Sederajat 3,5% dan tidak

bersekolah tidak menunjukkan persentase. Berikut adalah grafik pendidikan

terakhir orang tua (ibu) yang dilihat dari perbandingan tiap jurusan, yaitu:

67

Grafik III.A.1.b

Pendidikan Terakhir Orang tua (Ibu)

Grafik diatas menunjukkan bahwa indikator pendidikan terakhir orang tua

(ibu) pada kategori lulusan SD memiliki nilai persentase 1,5% pada prodi

Sosiologi, 0,7% pada prodi Ilmu Politik, dan 3,5% pada prodi Hubungan

Internasional. Pada kategori lulusan SMP memiliki persentase 3% pada prodi

Sosiologi, 1,5% pada prodi Ilmu Politik, dan 2,7% pada prodi Hubungan

Internasional. Kemudian pada kategori lulusan SMA memiliki persentase 14,6%

pada prodi Sosiologi, 17% pada prodi Ilmu Politik, dan 21% pada prodi

Hubungan Internasional. Selanjutnya untuk lulusan Perguruan Tinggi

persentasenya adalah 10% pada prodi Sosiologi, 8,8% pada prodi Ilmu Politik dan

15,7% pada prodi Hubungan Internasional.

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai tiga persentase

paling tinggi untuk lulusan terakhir orang tua (ibu), yakni secara keseluruhan

1,5% 3%

14,6%

10%

0,7% 1,5%

17%

8,8%

3,5% 2,7%

21%

15,7%

tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi

sosiologi ilmu politik hubungan internasional

68

persentase tertinggi terdapat pada lulusan SMA dengan persentase 21% yang

terdapat pada prodi Hubungan Internasional, Ilmu Politik 17% dan Sosiologi

14,6%. Sedangkan untuk persentase tertinggi kedua adalah lulusan Perguruan

Tinggi dengan persentase tertinggi 15,7% yang terdapat pada prodi Hubungan

Internasional, Sosiologi 10% dan Ilmu Politik 8,8%. Dan untuk lulusan SMP

persentase tertinggi terdapat pada prodi Sosiologi 3%, Hubungan Internasional

2,7% dan Politik 1,5%. Dan untuk lulusan SD persentase tertinggi terdapat pada

prodi Hubungan Internasional 3,5%, Sosiologi 15% dan Ilmu Politik 0,7%.

2. Pekerjaan

Indikator selanjutnya dari stratifikasi sosial adalah pekerjaan. Dalam

kamus sosiologi, pekerjaan atau profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan

keahlian khusus; orang yang telah ahli dan menggeluti bidang pekerjaan tertentu

dikenal sebagai orang yang profesional atau dalam kehidupan bermasyarakat telah

tumbuh dan berkembang berbagai macam profesi atau pekerjaan yang merupakan

sumber penghasilan (Kamus Sosiologi. Priyatna, 2013: 140). Berikut persentase

jenis pekerjaan orangtua mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

69

Grafik III.A.2.a

Pekerjan Orang tua (Ayah)

Untuk hasil persentase secara keseluruhan dari tiap jenis pekerjaan

orangtua (ayah) memiliki hasil sebagai berikut. Pada kategori jenis pekerjaan

sebagai buruh/petani/tukang/nelayan 2,3% terdapat pada prodi Sosiologi, 2% pada

prodi Hubungan Internasional dan 1,2% pada prodi Ilmu Politik. Pada kategori

2%

13%

17%

10%

1,2%

0,8%

1,2%

5,8%

12,7%

7,7%

0,8%

0%

2,3%

7%

9,6%

8,5%

0,4%

1,2%

Buruh/Petani/Tukang/Nelayan

Wirausaha

PNS

Pegawai Swasta

Profesional (Dokter, Pengacara, dll)

Tidak Bekerja

Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional

70

jenis pekerjaan sebagai wirausaha 13% pada prodi Hubungan Internasional, 7%

pada prodi Sosiologi dan 5,8% pada prodi Ilmu Politik. Pada kategori jenis

pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) 17% terdapat pada prodi

Hubungan Internasional, 12,7% pada prodi Ilmu Politik dan 9,6% pada prodi

Sosiologi. Kemudian pada kategori jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta 10%

pada prodi Hubungan Internasional, 8,5% pada prodi Sosiologi dan 7,7% pada

prodi Ilmu Politik. Selanjutnya pada kategori jenis pekerjaan sebagai profesional

(dokter, pengacara, dll) 1,2% pada prodi Hubungan Internasional, 0,8% pada

prodi Ilmu Politik dan 0,4% prodi Sosiologi. Selanjutnya pada kategori tidak

bekerja 1,2% terdapat pada prodi Sosiologi dan 0,8% pada prodi Hubungan

Internasional.

Grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi terdapat

pada kategori jenis pekerjaan orang tua (ayah) sebagai Pegawai Negeri Sipil

(PNS), pada prodi Hubungan Internasional terdapat 17%, 12,7% pada prodi Ilmu

Politik, dan 9,6% pada prodi Sosiologi.

71

Grafik III.A.2.b

Pekerjan Orang tua (Ibu)

Untuk hasil persentase secara keseluruhan dari tiap jenis pekerjaan

orangtua (ibu) memiliki hasil sebagai berikut. Pada kategori jenis pekerjaan

sebagai buruh/petani/tukang/nelayan 0,8% terdapat pada prodi Sosiologi, 0,4%

pada prodi Hubungan Internasional dan pada prodi Ilmu Politik. Pada kategori

0,4%

4,6%

6,5%

8,8%

0,8%

22%

0,4%

4,6%

4,6%

1,2%

0,4%

17%

0,8%

5%

3,8%

2,7%

0%

16,5%

Buruh/Petani/Tukang/Nelayan

Wirausaha

PNS

Pegawai Swasta

Profesional (Dokter, Pengacara, dll)

Tidak Bekerja

Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional

72

jenis pekerjaan sebagai wirausaha 5% pada prodi Hubungan Internasional, 4,6%

pada prodi Sosiologi dan prodi Ilmu Politik. Pada kategori jenis pekerjaan sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 6,5% terdapat pada prodi Hubungan Internasional,

4,6% pada prodi Ilmu Politik dan 3,8% pada prodi Sosiologi. Kemudian pada

kategori jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta 8,8% pada prodi Hubungan

Internasional, 2,7% pada prodi Sosiologi dan 1,2% pada prodi Ilmu Politik.

Selanjutnya pada kategori jenis pekerjaan sebagai profesional (dokter, pengacara,

dll) 0,8% pada prodi Hubungan Internasional dan 0,4% pada prodi Ilmu Politik.

Selanjutnya pada kategori tidak bekerja 22% terdapat pada prodi Hubungan

Internasional, 16,5% pada prodi Sosiologi dan 17% pada prodi Ilmu Politik.

Grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi terdapat

pada kategori jenis pekerjaan orang tua (ibu) dengan kategori tidak bekerja pada

prodi Hubungan Internasional terdapat 22%, 17% pada prodi Ilmu Politik, dan

16,5% pada prodi Sosiologi.

3. Pendapatan

Dalam Kamus Sosiologi, pendapatan atau penghasilan adalah perolehan

yang berupa uang dari hasil suatu kegiatan atau pekerjaan (Kamus Sosiologi.

Priyatna, 2013: 129). Pada indikator ini, sebelumnya telah dilakukan recoding

pada tiap tingkatan yaitu pada pendapatan rendah rentang nilainya antara < Rp.

2.000.000, pendapatan menengah yaitu Rp. 2.000.001 – Rp. 4.000.000, dan

pendapatan tinggi yaitu > Rp. 4.000.001.

73

Berikut ini adalah persentase pendapatan/ penghasilan orang tua

mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

Grafik III.A.3

Pendapatan Orang tua

Dari grafik di atas, terlihat bahwa mayoritas pendapatan orang tua berada

pada kategori kelas atas atau tinggi, yaitu dengan persentase pada prodi Sosiologi

15,4%, Ilmu Politik 16,5% dan Hubungan Internasional 25%. Sedangkan pada

kategori pendapatan kelas menengah memiliki nilai persentase pada prodi

Sosiologi 13,5%, Ilmu Politik 10,8% dan Hubungan Internasional 17,7%. Dan

untuk kategori pendapatan kelas bawah atau rendah memiliki nilai persentase

0,4% pada prodi Hubungan Internasional.

Pada indikator ini dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase paling tinggi

untuk pendapatan orangtua berada pada prodi Hubungan Internasional 25%, prodi

Ilmu Politik 16,5% dan prodi Sosiologi 15,4%.

13,5% 15,4%

10,8%

16,5%

0,4%

17,7%

25%

rendah menengah tinggi

sosiologi ilmu politik hubungan internasional

74

4. Uang Saku Mahasiswa

Pada dasarnya stratifikasi sosial seseorang dapat diukur dari tinggi atau

rendahnya pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Akan tetapi, karena target

responden penelitian adalah mahasiswa atau remaja yang mayoritas tidak bekerja

atau sama dengan belum mempunyai pendapatan tetap. Maka dari itu, selain

menggunakan ketiga indikator tersebut, indikator turunan yang digunakan adalah

uang saku dan pengeluaran mahasiswa.

Grafik di bawah ini memaparkan bahwa mayoritas mahasiswa FISIP UIN

Syarif Hidayatullah uang sakunya berada dalam kategori sedang yaitu pada

rentang nilai antara Rp. 500.001 – Rp.1.500.000 dengan total persentase 64,5%.

Sedangkan untuk mahasiswa yang uang sakunya kecil rentang nilainya yaitu <

Rp. 500.000 dengan total persentase 17,6% dan pada kategori uang saku besar

rentang nilainya yaitu antara > Rp. 1.500.001 dengan total persentase 17,6%.

Berikut adalah persentase besaran uang saku mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta secara keseluruhan, yaitu:

75

Grafik III.A.4

Uang Saku Mahasiswa

Hasil persentase secara keseluruhan untuk uang saku mahasiswa memiliki

hasil sebagai berikut. Pada kategori uang saku kecil 5% terdapat pada prodi

Sosiologi, 4,6% pada prodi Ilmu Politik dan 8% pada prodi Hubungan

Internasional. Selanjutnya pada kategori uang saku sedang memiliki hasil 20%

terdapat pada prodi Sosiologi, 18,5% pada prodi Ilmu Politik dan 26% pada prodi

Hubungan Internasional. Pada kategori uang saku besar memiliki hasil 3,8% pada

prodi Sosiologi, 5% pada prodi Ilmu Politik dan 8,8% pada prodi Hubungan

Internasional.

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar

mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki uang saku sedang

atau sama dengan rentang nilai Rp. 500.001 – Rp. 1.500.000 dengan persentase

5%

20%

3,8% 4,6%

18,5%

5%

8%

26%

8,8%

kecil sedang besar

Sosiologi Ilmu politik Hubungan Internasional

76

tertinggi 26% yang berada pada prodi Hubungan Internasional, sedangkan pada

prodi Sosiologi 20% dan prodi Ilmu Politik 18,5%.

5. Pengeluaran Mahasiswa

Pada kategori ini, pengeluaran mahasiswa digunakan untuk mengukur

keterkaitannya antara uang saku dengan pengeluaran mahasiswa yang mana akan

berpengaruh dengan mahasiswa dalam berperilaku konsumtif. Pada kategori ini

kemudian dilakukan perbandingan pengeluaran mahasiswa perjurusan yang mana

sebelumnya telah dilakukan recoding pada tiap tingkatan pengeluaran mahasiswa.

Pada pengeluaran rendah memiliki rentang nilai pengeluaran < Rp. 500.000, lalu

pada pengeluaran menengah memiliki rentang nilai pengeluaran antara Rp.

500.001 – Rp. 1.500.000 dan pada pengeluaran tinggi memiliki rentang nilai

antara > Rp. 1.500.001. Berikut ini adalah persentase pengeluaran mahasiswa

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

77

Grafik III.A.5

Pengeluaran Mahasiswa

Grafik di atas menunjukkan bahwa total persentase paling tinggi berada

pada kategori menengah dengan total nilai persentase 59,7%. Artinya, mayoritas

mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan pengeluaran antara

Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000. Sedangkan pada pengeluaran rendah memiliki total

nilai persentase 32,5% dan pengeluaran tinggi 7,8%.

Sedangkan untuk hasil persentase secara keseluruhan dari tiap pengeluaran

mahasiswa memiliki hasil sebagai berikut. Pada kategori rendah prodi Sosiologi

memiliki persentase 10,8%, Ilmu Politik 9% dan Hubungan Internasional 12,7%.

Pada kategori pengeluaran menengah memiliki hasil persentase 16,2% pada prodi

Sosiologi, 16,5% pada prodi Ilmu Politik dan 27% pada prodi Hubungan

Internasional. Pada kategori pengeluaran tinggi memiliki hasil persentase 2% pada

10,8%

16,2%

2%

9%

16,5%

2,3%

12,7%

27%

3,5%

rendah menengah tinggi

sosiologi ilmu politik hubungan internasional

78

prodi Sosiologi, 2,3% pada prodi Ilmu Politik, dan 3,5% pada prodi Hubungan

Internasional.

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa total persentase

tertinggi untuk pengeluaran mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adalah 59,7% yang berada pada kategori pengeluaran menengah atau sedang.

Sedangkan untuk persentase tertinggi (27%) dari tiap jurusan, terdapat pada prodi

Hubungan Internasional. Hal ini memiliki menunjukkan bahwa pada prodi

Hubungan Internasional memiliki peluang lebih besar dalam melakukan lifestyle

atau gaya hidup konsumtif dilihat dari persentase uang saku dan pengeluaran

mahasiswa.

79

B. Gaya Hidup Konsumtif

Pada bab sebelumnya (BAB I) telah dijelaskan beberapa indikator yang

menjadi acuan seseorang dalam melakukan gaya hidup konsumtif. Indikator-

indikator tersebut digambarkan ke dalam beberapa pertanyaan yang terdapat pada

variabel dependen. Dalam variabel dependen, pada tiap pertanyaan kemudian

dilakukan pemberian skor pada masing-masing jawaban untuk melihat seberapa

setuju mahasiswa dalam bergaya hidup konsumtif, yaitu; nilai SS (Sangat Setuju)

diberi skor 5, S (Setuju) diberi skor 4, KS (Kurang Setuju) diberi skor 3, TS

(Tidak Setuju) diberi skor 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1.

Untuk mengelompokkan variabel gaya hidup konsumtif, penulis

menggunakan metode K-Means Clustering yaitu metode yang mempartisi data ke

dalam cluster sehingga data yang memiliki karakteristik yang sama

dikelompokkan ke dalam satu cluster yang sama dan data yang mempunyai

karakteristik yang berbeda dikelompokkan ke dalam cluster yang lain (Yuda

Agusta, 2007). Berdasarkan tabel “Final Cluster Centers” (lihat lampiran 5), hasil

pengelompokkan dibagi menjadi; cluster 1 memiliki gaya hidup konsumtif

“sedang”, cluster 2 memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” dan cluster 3

memiliki gaya hidup konsumtif “rendah”.

Berikut ini adalah hasil temuan penelitian dengan menggunakan analisis

deskriptif, yaitu:

1. Membeli suatu barang untuk memenuhi kebutuhan materi. Untuk

mengukur indikator ini, digunakan pertanyaan:

- berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki,

80

- berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store,

- berbelanja online karena cuaca yang terkadang tidak menentu,

- berbelanja online karena iseng mengisi waktu senggang,

- berbelanja online karena tidak sengaja melakukan pencarian

(googling) ke browser

- berbelanja online dapat di akses dimanapun,

- berbelanja online karena keterbatasan akses kendaraan sehingga dapat

melalui gadget tanpa harus keluar rumah, dan

- berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda

wilayah

a. Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki, berikut

persentasenya:

Grafik III.B.1.a

Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki

22,3%

45,8%

20,8%

7,3% 3,8%

81

Dari grafik di atas, nilai persentase paling tinggi untuk pertanyaan

berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki adalah 45,8% pada

kategori “setuju”, 22,3% kategori “sangat setuju”, 20,8% kategori “kurang

setuju”, 7,3% kategori “tidak setuju” dan 3,8% kategori “sangat tidak setuju”.

Dengan kata lain, pendapat mahasiswa dalam berbelanja online karena

keterbatasan waktu yang dimiliki berada pada level setuju dengan persentase

45,8%.

b. Berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store, berikut

persentasenya:

Grafik III.B.1.b

Berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store

Dari grafik di atas, nilai persentase paling tinggi untuk berbelanja online

sibuk bila harus berkunjung ke store adalah 38,8% pada kategori “setuju”, 28,8%

kategori “kurang setuju”, 23,1% kategori “sangat setuju”, 6,9% kategori “tidak

23,1%

38,8%

28,8%

6,9%

2,3%

82

setuju” dan 2,3% kategori “sangat tidak setuju”. Dengan kata lain, pendapat

mahasiswa dalam berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store berada

pada level setuju dengan persentase 38,8%.

c. Berbelanja online karena cuaca yang terkadang tidak menentu, berikut

persentasenya:

Grafik III.B.1.c

Berbelanja online karena cuaca yang terkadang tidak menentu

Dari grafik di atas, persentase paling tinggi pada pertanyaan berbelanja

online karena cuaca yang terkadang tidak menentu berada pada kategori “setuju”

dengan nilai persentase sebesar 41,2%, kategori “kurang setuju” 31,9%, kategori

“sangat setuju” 12,7%, kategori “tidak setuju” 10,4% dan kategori “sangat tidak

setuju” 3,8%. Dengan kata lain, pendapat mahasiswa dalam berbelanja online

karena cuaca yang terkadang tidak menentu berada pada level setuju dengan

persentase 41,2%.

12,7%

41,2%

31,9%

10,4%

3,8%

83

d. Berbelanja online karena iseng mengisi waktu senggang, berikut

persentasenya:

Grafik III.B.1.d

Berbelanja online karena iseng mengisi waktu senggang

Dari grafik di atas, persentase untuk pertanyaan berbelanja online karena

iseng mengisi waktu luang adalah 43,5% pada kategori “setuju”, 26,2% kategori

“kurang setuju”, 12,7% kategori “sangat setuju”, 11,2% kategori “tidak setuju”

dan 6,5% kategori “sangat tidak setuju”. Dari data di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa mayoritas responden berbelanja online bukan hanya karena

kebutuhan namun juga iseng mengisi waktu senggang.

e. Berbelanja online karena tidak sengaja melakukan pencarian (googling) ke

browser sehingga tertarik, berikut persentasenya:

12,7%

43,5%

26,2%

11,2%

6,5%

84

Grafik III.B.1.e

Berbelanja online karena tidak sengaja melakukan pencarian (googling) ke

browser sehingga tertarik

Dari grafik di atas, presentase untuk pertanyaan berbelanja online karena

tidak sengaja melakukan pencarian (googling) ke browser sehingga tertarik

berbelanja memiliki nilai persentase yang cukup tinggi sebesar 56,5% pada

kategori “setuju”, 18,8% untuk kategori “kurang setuju”, 11,5% pada kategori

“sangat setuju”, 10% kategori “tidak setuju” dan 3,1% sangat tidak setuju. Dapat

ditarik kesimpulan bahwa mayoritas responden berbelanja online bukan hanya

karena kebutuhan yang mendesak atau adanya niat berbelanja sebelumnya.

f. Berbelanja online dapat di akses dimanapun, berikut persentasenya:

11,5%

56,5%

18,8%

10%

3,1%

85

Grafik III.B.1.f

Berbelanja online dapat diakses dimanapun

Dari grafik di atas, persentase paling tinggi untuk indikator berbelanja

online dapat diakses dimanapun adalah 62,3% yang berada pada kategori “setuju”,

25% “sangat setuju”, 9,6% “kurang setuju”, 2,7% “tidak setuju” dan 0,4% pada

kategori “sangat tidak setuju”. Dengan kata lain bahwa mayoritas responden

setuju jika akses online dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan

berbelanja.

g. Berbelanja online karena keterbatasan akses kendaraan sehingga dapat

melalui gadget tanpa harus keluar rumah, berikut persentasenya:

25,0%

62,3%

9,6%

2,7% 0,4%

86

Grafik III.B.1.g

Berbelanja online karena keterbatasan akses kendaraan sehingga dapat

melalui gadget tanpa harus keluar rumah

Dari grafik di atas, dari indikator pertanyaan berbelanja online karena

keterbatasan akses kendaraan sehingga dapat melalui gadget tanpa harus keluar

rumah, menunjukkan nilai persentase paling tinggi terdapat pada kategori “setuju”

sebesar 36,5%, kategori “kurang setuju” 23,5%, “sangat setuju” 16,9%, “tidak

setuju” 14,6%, dan “sangat tidak setuju” 8,5%.

h. Berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda

wilayah, berikut persentasenya:

16,9%

36,5%

23,5%

14,6%

8,5%

87

Grafik III.B.1.h

Berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda

wilayah

Grafik di atas menunjukkan persentase paling tinggi pada pertanyaan

berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda wilayah

adalah 56,5% pada kategori “setuju”, 24,6% “sangat setuju”, 11,9% “kurang

setuju”, 4,6% “sangat tidak setuju” dan 2,3% “tidak setuju” Dari hasil grafik di

atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden setuju alasan berbelanja

online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda wilayah, misalnya di

luar kota bahkan luar negeri dengan mudah.

24,6%

56,5%

11,9%

2,3% 4,6%

88

2. Membeli suatu barang untuk memenuhi kebutuhan psikis. Untuk

mengukur indikator ini, digunakan pertanyaan:

- berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend,

- berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan

pertemanan,

- berbelanja online karena ikut-ikutan teman,

- berbelanja online karena ingin menjaga gengsi/ image (menunjukkan

status sosial),

- berbelanja online menjadi kepuasan tersendiri,

- berbelanja online karena senang melakukan transaksi secara online,

- berbelanja online agar ingin tampak berbeda dari yang lain, dan

- berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang lain

89

a. Berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend, berikut

persentasenya:

Grafik III.B.2.a

Berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend

Grafik di atas menunjukkan persentase paling tinggi pada pertanyaan

berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend adalah 26,9% yaitu

pada kategori “setuju” dan “sangat tidak setuju”. Kemudian berikutnya 20% pada

kategori “kurang setuju”, 17,3% “tidak setuju” dan 8,8% pada kategori “sangat

setuju”. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang setuju terhadap pertanyaan ini

tergolong mahasiswa kelas atas yang ingin selalu terlihat up to date terhadap

perkembangan zaman. Sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju tergolong

mahasiswa kelas bawah yang low profile, yang biasanya berbelanja hanya sesuai

dengan kebutuhan dan ala kadarnya tanpa mempertimbangkan aspek tertentu,

seperti nilai artistik dan sedang kekinian atau tidak.

8,8%

26,9%

20,0%

17,3%

26,9%

90

b. Berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan pertemanan,

berikut persentasenya:

Grafik III.B.2.b

Berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan pertemanan

Dari data grafik di atas, persentase paling tinggi untuk pertanyaan

berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan pertemanan adalah

38,1% pada kategori “sangat tidak setuju”, 23,8% kategori “setuju”, 17,7%

kategori “kurang setuju”, 14,2% kategori “tidak setuju” dan 6,2% kategori “sangat

tidak setuju”. Data di atas mengarah pada hasil negatif yaitu tidak begitu pengaruh

antara aktifitas berbelanja online terhadap hal pertemanan dengan latar belakang

kelas yang berbeda-beda.

6,2%

23,8%

17,7%

14,2%

38,1%

91

c. Berbelanja online karena ikut-ikutan teman, berikut persentasenya:

Grafik III.B.2.c

Berbelanja online karena ikut-ikutan teman

Grafik di atas menunjukkan persentase paling tinggi pada pertanyaan

berbelanja online karena ikut-ikutan teman adalah 32,3% yaitu pada kategori

“sangat tidak setuju”, 23,8% “kurang setuju”, 20,4% pada kategori “setuju”,

16,2% “tidak setuju” dan 7,3% pada kategori “sangat setuju”. Data di atas

mengarah pada hasil negatif yaitu mahasiswa dengan kegiatannya berbelanja

online tidak didasarkan pada keinginan untuk mengikuti teman namun lebih

menunjukkan identitasnya sendiri.

7,3%

20,4%

23,8%

16,2%

32,3%

92

d. Berbelanja online karena ingin menjaga gengsi/ image (menunjukkan status

sosial), berikut persentasenya:

Grafik III.B.2.d

berbelanja online karena ingin menjaga gengsi/ image (menunjukkan status

sosial)

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena ingin menjaga gengsi/image (menunjukkan status sosial) sama halnya

dengan mencerminkan kepribadian mengarah pada hasil negatif yaitu tidak ada

hubungannya stratifikasi sosial terhadap gaya hidup konsumtif mahasiswa dalam

berbelanja online. Persentase paling tinggi pada adalah 41,2% yaitu pada kategori

“sangat tidak setuju”, 22,3% pada kategori “setuju”, 18,5% pada kategori “kurang

setuju”, 11,9% pada kategori “tidak setuju” dan 6,2% pada kategori “sangat

setuju”.

6,2%

22,3%

18,5%

11,9%

41,2%

93

e. Berbelanja online menjadi kepuasan tersendiri, berikut persentasenya:

Grafik III.B.2.e

Berbelanja online menjadi kepuasan tersendiri

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena menjadi kepuasan tersendiri memiliki persentase paling tinggi adalah

41,9% yaitu pada kategori “setuju”, 23,8% “kurang setuju”, 14,2% pada kategori

“sangat setuju” dan “tidak setuju” dan 5,8% pada kategori “sangat tidak setuju”.

Dari data di atas menunjukkan bahwa mahasiswa merasa nyaman dan terdapat

kepuasan dalam dirinya dengan adanya kegiatan berbelanja secara online dengan

berbagai kemudahan dan keuntungan-keuntungan yang mereka terima.

14,2%

41,9%

23,8%

14,2%

5,8%

94

f. Berbelanja online karena senang melakukan transaksi secara online, berikut

persentasenya:

Grafik III.B.2.f

Berbelanja online karena senang melakukan transaksi secara online

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena senang melakukan transaksi secara online memiliki persentase paling

tinggi adalah 33,1% yaitu pada kategori “kurang setuju”, 30% “setuju”, 17,7%

“tidak setuju”, 11,5% “sangat setuju” dan 7,7% “sangat tidak setuju”. Data di atas

menunjukkan bahwa mahasiswa tidak begitu senang dengan melakukan transaksi

secara online dalam kegiatan berbelanja, dimana terdapat kesulitan seperti hanya

memiliki uang cash/ tunai sehingga merepotkan jika harus melakukan transaksi

melalui teller.

11,5%

30,0%

33,1%

17,7%

7,7%

95

g. Berbelanja online agar ingin tampak berbeda dari yang lain, berikut

persentasenya:

Grafik III.B.2.g

Berbelanja online agar ingin tampak berbeda dari yang lain

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena ingin tampak berbeda dari yang lain memiliki persentase paling tinggi

adalah 26,5% yaitu pada kategori “kurang setuju” dan “sangat tidak setuju”.

Selanjutnya 22,3% pada kategori “setuju”, 16,2% “tidak setuju” dan 8,5% “sangat

setuju”.

8,5%

22,3%

26,5%

16,2%

26,5%

96

h. Berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang lain, berikut

persentasenya:

Grafik III.B.2.h

Berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang lain

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena ingin dilihat lebih unggul dari yang lain memiliki persentase paling tinggi

adalah 36,9% yaitu pada kategori “sangat tidak setuju”, 23,5% “kurang setuju”,

22,3% “setuju”, 11,5% “tidak setuju” dan 5,8% “sangat setuju”. Dapat dikatakan

untuk pertanyaan berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang

lain dengan persentase tertinggi pada kategori “sangat tidak setuju” menunjukkan

bahwa mahasiswa cenderung tidak ingin menonjolkan sisi keunggulan yang

dimiliki dalam hal berbelanja.

5,8%

22,3% 23,5%

11,5%

36,9%

97

3. Membeli suatu barang untuk memenuhi kebutuhan penampilan atau

display. Untuk mengukur indikator ini, digunakan pertanyaan:

- berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus,

- berbelanja online agar terlihat trendy saat hangout,

- berbelanja online karena mencari produk luar negeri,

- berbelanja online karena mengetahui produk luar negeri yang

berkualitas,

- berbelanja online karena mengincar merk terkenal, dan

- berbelanja online karena produk limited editon

a. Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus, berikut persentasenya:

Grafik III.B.3.a

Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena agar penampilan lebih bagus memiliki persentase paling tinggi adalah

6,9%

34,6%

20,4%

12,7%

25,4%

98

34,6% yaitu pada kategori “setuju”, 25,4% “sangat tidak setuju”, 20,4% “kurang

setuju”, 12,7% “tidak setuju” dan 6,9% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk

pertanyaan berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus dengan

persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa mahasiswa ingin

terlihat bagus dan rapih dalam berpenampilan agar terlihat menarik dan

memperbaiki kekurangan yang dimiliki.

b. Berbelanja online agar terlihat trendy saat hangout, berikut persentasenya:

Grafik III.B.3.b

Berbelanja online agar terlihat trendy saat hangout

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena agar terlihat trendy saat hangout memiliki persentase paling tinggi adalah

28,8% yaitu pada kategori “setuju”, 28,1% “sangat tidak setuju”, 21,9% “kurang

setuju”, 12,7% “tidak setuju” dan 8,5% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk

pertanyaan berbelanja online karena agar terlihat trendy saat hangout dengan

8,5%

28,8%

21,9%

12,7%

28,1%

99

persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa mahasiswa

cenderung konsumtif dalam hal berbelanja online.

c. Berbelanja online karena mencari produk luar negeri, berikut persentasenya:

Grafik III.B.3.c

Berbelanja online karena mencari produk luar negeri

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena mencari produk luar negeri memiliki persentase paling tinggi adalah

36,9% yaitu pada kategori “setuju”, 32,3% “kurang setuju”, 13,1% “sangat tidak

setuju”, 9,6% “tidak setuju” dan 8,1% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk

pertanyaan berbelanja online karena mencari produk luar negeri dengan

persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa mahasiswa FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berbelanja online dengan alasan pertimbangan

8,1%

36,9%

32,3%

9,6%

13,1%

100

jarak wilayah dan waktu tempuh yang tidak efisien bila harus mengunjungi

langsung.

d. Berbelanja online karena mengetahui produk luar negeri yang berkualitas,

berikut persentasenya:

Grafik III.B.3.d

Berbelanja online karena mengetahui produk luar negeri yang

berkualitas

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena mengetahui produk luar negeri yang berkualitas memiliki persentase

paling tinggi adalah 44,6% yaitu pada kategori “setuju”, 21,9% “kurang setuju”,

12,7% “tidak setuju”, 11,9% “sangat tidak setuju” dan 8,8% “sangat setuju”.

Dapat dikatakan untuk pertanyaan berbelanja online karena mencari produk luar

negeri dengan persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa

mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berbelanja online dengan

8,8%

44,6%

21,9%

12,7% 11,9%

101

pertimbangan kualitas produk yang tentunya diketahui kualitasnya bagus oleh

masyarakat luas atau produk yang sudah memiliki “nama besar”.

e. Berbelanja online karena mengincar merk terkenal, berikut persentasenya:

Grafik III.B.3.e

Berbelanja online karena mengincar merk terkenal

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja

online karena mengincar merk terkenal memiliki persentase paling tinggi adalah

36,5% yaitu pada kategori “setuju”, 25,4% “kurang setuju”, 15,8% “tidak setuju”,

11,9% “sangat tidak setuju” dan 10,4% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk

pertanyaan berbelanja online karena mencari produk luar negeri dengan

persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa mahasiswa FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berbelanja online dengan pertimbangan merk

10,4%

36,5%

25,4%

15,8%

11,9%

102

atau brand dari sebuah produk dan mengesampingkan nilai harganya dibalik

barang bermerk tersebut.

f. Berbelanja online karena produk limited editon, berikut persentasenya:

Grafik III.B.3.f

Berbelanja online karena produk limited editon

Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online

karena produk limited edition memiliki persentase paling tinggi adalah 37,3%

yaitu pada kategori “setuju”, 21,5% “kurang setuju”, 15% “tidak setuju”, 11,9%

“sangat tidak setuju” dan 14,2% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk

pertanyaan berbelanja online karena produk limited edition dengan persentase

tertinggi pada kategori “setuju” sebanyak 37,3% menunjukkan bahwa sebagian

mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berbelanja online dengan

14,2%

37,3%

21,5%

15,0%

11,9%

103

pertimbangan merk dengan edisi terbatas yang hanya dapat dimiliki beberapa

orang saja.

104

C. Analisa Hubungan Antara Stratifikasi Sosial dan Gaya Hidup Konsumtif

Untuk mengetahui hubungan tingkat stratifikasi sosial terhadap gaya hidup

konsumtif, peneliti menganalisanya melalui hubungan atau kaitannya antara

variabel X yaitu pendidikan, pekerjaan, pendapatan orangtua, uang saku dan

pengeluaran mahasiswa dengan variabel Y yaitu gaya hidup konsumtif dengan

menggunakan uji Crosstabs dan Spearman’s Rho.

1. Uji Analisa Crosstabs

Crosstabs adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas satu baris atau

lebih dan satu kolom atau lebih. Pada Crosstabs juga dapat menampilkan

kaitan antara dua atau lebih variabel, sampai dengan menghitung apakah ada

hubungan antara baris dan kolom (Nisfiannoor. 2009: 80).

Dalam melakukan uji crosstabs, peneliti menggunakan data yang sudah

direcoding atau telah dilakukan pengkodean ulang pada beberapa indikator

dalam variabel stratifikasi sosial yang menggunakan data ordinal, yaitu pada

indikator pendidikan terakhir orang tua menggunakan kategori tidak sekolah,

kategori pendidikan dasar (meliputi lulusan SD, SMP, SMA), dan kategori

pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). Kemudian pada indikator pendapatan

orang tua diukur dari tiga tingkatan kelas yaitu rendah, menengah, dan tinggi.

Pada kategori tingkatan kelas rendah memiliki nilai pendapatan antara < Rp.

1.000.000, untuk kategori tingkat pendapatan kelas menengah memiliki nilai

pendapatan antara Rp. 1.000.001 – Rp. 4.000.000, dan untuk kategori tingkat

pendapatan kelas tinggi antara > Rp. 4.000.001. Sedangkan untuk data

105

nominal yaitu untuk jenis pekerjaan orangtua tidak dilakukan pengkodean

ulang.

a. Keterkaitan antara program studi dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa

Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara program studi dengan

gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:

Tabel III.C.1.a

Program Studi : * Cluster Number of Case Crosstabulation

Cluster Number of Case Total

1 2 3

Program

Studi :

Hubungan

Internasional

Count 34 53 25 112

% within Program Studi

:

30,4% 47,3% 22,3% 100,0%

Ilmu Politik

Count 12 32 29 73

% within Program Studi

:

16,4% 43,8% 39,7% 100,0%

Sosiologi

Count 17 35 23 75

% within Program Studi

:

22,7% 46,7% 30,7% 100,0%

Total

Count 63 120 77 260

% within Program Studi

:

24,2% 46,2% 29,6% 100,0%

Hasil Crosstabs di atas, menunjukkan bahwa program studi Sosiologi

memiliki nilai persentase 22,7% pada tingkat gaya hidup konsumtif menengah,

46,7% pada tingkat gaya hidup konsumtif tinggi dan 30,7% pada tingkat gaya

hidup konsumtif rendah. Kemudian pada program studi Ilmu Politik memiliki

nilai persentase 16,4% pada tingkat gaya hidup konsumtif menengah, 43,8% pada

tingkat gaya hidup konsumtif tinggi, dan 39,7% pada tingkat gaya hidup

konsumtif rendah. Sedangkan pada program studi Hubungan Internasional

106

memiliki nilai persentase 30,4% pada tingkat gaya hidup konsumtif menengah,

47,3% pada tingkat gaya hidup konsumtif tinggi, dan 33,9% pada tingkat gaya

hidup konsumtif rendah.

Dari hasil Crosstabs di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase

tertinggi atau 46,2% mahasiswa FISIP berada pada kategori gaya hidup konsumtif

tinggi dalam kegiatan berbelanja online. Sedangkan untuk program studi yang

mempunyai persentase paling tinggi dalam gaya hidup konsumtif adalah program

studi Hubungan Internasional dengan nilai persentase 47,3%.

b. Keterkaitan antara pendidikan terakhir ayah dengan gaya hidup konsumtif

mahasiswa

Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pendidikan terakhir ayah

dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:

107

Tabel III.C.1.b

pendidikan_ayah * Cluster Number of Case Crosstabulation

Cluster Number of Case Total

1 2 3

pendidikan_

ayah

Tidak

sekolah

Count 0 2 0 2

% within pendidikan_ayah 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%

Pendidikan

dasar

Count 25 44 31 100

% within pendidikan_ayah 25,0% 44,0% 31,0% 100,0%

Pendidikan

tinggi

Count 38 74 46 158

% within pendidikan_ayah 24,1% 46,8% 29,1% 100,0%

Total Count 63 120 77 260

% within pendidikan_ayah 24,2% 46,2% 29,6% 100,0%

Hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa responden yang orang tuanya

(ayah) berada pada kategori tidak sekolah memiliki nilai persentase 100% berada

pada gaya hidup konsumtif “tinggi”. Sedangkan untuk kategori lulusan

pendidikan dasar memiliki gaya hidup konsumtif “rendah” 31%, “menengah”

25% dan “tinggi” 44%”. Pada orang tua (ayah) yang lulusan pendidikan tinggi

memiliki gaya hidup konsumtif “rendah” 29,1%, “menengah 24,1%, dan “tinggi”

46,8%.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi

dalam gaya hidup konsumtif mahasiswa yang dilihat dari pendidikan terakhir

(ayah) terdapat pada kategori pendidikan tinggi (perguruan tinggi) 46,8% dengan

gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam kegiatan berbelanja online.

c. Keterkaitan antara pendidikan terakhir ibu dengan gaya hidup konsumtif

mahasiswa.

Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pendidikan terakhir ibu

dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:

108

Tabel III.C.1.c

pendidikan_ibu * Cluster Number of Case Crosstabulation

Cluster Number of Case Total

1 2 3

pendidikan_ibu

Pendidikan

dasar

Count 35 80 56 171

% within

pendidikan_ibu

20,5% 46,8% 32,7% 100,0%

Pendidikan

tinggi

Count 28 40 21 89

% within

pendidikan_ibu

31,5% 44,9% 23,6% 100,0%

Total

Count 63 120 77 260

% within

pendidikan_ibu

24,2% 46,2% 29,6% 100,0%

Dari hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir ibu

berada pada kategori lulusan pendidikan dasar memiliki nilai persentase 32,7%

berada pada gaya hidup konsumtif “rendah”, “menengah” 20,5%, dan “tinggi”

46,8%. Sedangkan orang tua (ibu) yang berada pada kategori lulusan pendidikan

tinggi memiliki gaya hidup konsumtif “rendah” 23,6%, “menengah 31,5%, dan

“tinggi” 44,9%.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi

dalam gaya hidup konsumtif mahasiswa yang dilihat dari pendidikan terakhir

(ibu) terdapat pada kategori pendidikan dasar (SD, SMP dan SMA) 46,8% dengan

gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam kegiatan berbelanja online.

d. Keterkaitan antara pekerjaan orang tua (ayah) dengan gaya hidup konsumtif

mahasiswa.

Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pekerjaan orang tua (ayah)

dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:

109

Tabel III.C.1.d

pekerjaan_ayah * Cluster Number of Case Crosstabulation

Cluster Number of Case Total

1 2 3

pekerjaan

_ayah

Buruh/Petani/T

ukang/Nelayan

Count 0 8 6 14

% within

pekerjaan_ayah

0,0% 57,1% 42,9% 100,0%

Wirausaha

Count 12 27 26 65

% within

pekerjaan_ayah

18,5% 41,5% 40,0% 100,0%

Pegawai Negeri

Sipil

Count 30 48 24 102

% within

pekerjaan_ayah

29,4% 47,1% 23,5% 100,0%

Pegawai

Swasta

Count 13 35 20 68

% within

pekerjaan_ayah

19,1% 51,5% 29,4% 100,0%

Profesional

(Dokter,

Pengacara, dll)

Count 4 2 0 6

% within

pekerjaan_ayah

66,7% 33,3% 0,0% 100,0%

Tidak Bekerja

Count 4 0 1 5

% within

pekerjaan_ayah

80,0% 0,0% 20,0% 100,0%

Total

Count 63 120 77 260

% within

pekerjaan_ayah

24,2% 46,2% 29,6% 100,0%

Dari hasil Crosstabs diatas menunjukkan hasil persentase pada jenis

pekerjaan orang tua (ayah) sebagai buruh/petani/tukang/nelayan memiliki gaya

hidup konsumtif yaitu 42,9% pada kategori “rendah”, 57,1% pada kategori

“tinggi”. Untuk jenis pekerjaan wirausaha memiliki hasil 40% pada kategori

“rendah”, 41,5% pada kategori “menengah”, 18,5% pada kategori “tinggi”. Pada

jenis pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki hasil 23,5% pada

kategori “rendah”, 29,4% pada kategori “menengah” dan 47,1% pada kategori

110

“tinggi”. Pada jenis pekerjaan pegawai swasta memiliki hasil persentase 29,4%

pada kategori “rendah”, 19,1% “menengah” dan 51,5% “tinggi”. Pada jenis

pekerjaan sebagai profesional (dokter, pengacara, dll) memiliki hasil 66,7% pada

kategori “menengah” dan 33,3% “tinggi”. Pada kategori tidak bekerja memiliki

hasil 20% pada kategori “rendah” dan 80% pada kategori “menengah” dalam gaya

hidup konsumtif.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi

dalam gaya hidup konsumtif mahasiswa yang dilihat dari jenis pekerjaan orang

tua (ayah) terdapat pada jenis pekerjaan orangtua sebagai Pegawai Negeri Sipil

(47,1%) dengan gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam kegiatan berbelanja online.

e. Keterkaitan antara pekerjaan orang tua (ibu) dengan gaya hidup konsumtif

mahasiswa.

Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pekerjaan orang tua (ibu) dengan

gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:

111

Tabel III.C.1.e

pekerjaan_ibu * Cluster Number of Case Crosstabulation

Cluster Number of Case Total

1 2 3

pekerjaan

_ibu

Buruh/Petani/T

ukang/Nelayan

Count 0 4 0 4

% within

pekerjaan_ibu

0,0% 100,0% 0,0% 100,0%

Wirausaha

Count 16 4 17 37

% within

pekerjaan_ibu

43,2% 10,8% 45,9% 100,0%

Pegawai Negeri

Sipil

Count 19 12 8 39

% within

pekerjaan_ibu

48,7% 30,8% 20,5% 100,0%

Pegawai

Swasta

Count 3 27 3 33

% within

pekerjaan_ibu

9,1% 81,8% 9,1% 100,0%

Profesional

(Dokter,

Pengacara, dll)

Count 0 0 3 3

% within

pekerjaan_ibu

0,0% 0,0% 100,0% 100,0%

Tidak Bekerja

Count 25 73 46 144

% within

pekerjaan_ibu

17,4% 50,7% 31,9% 100,0%

Total

Count 63 120 77 260

% within

pekerjaan_ibu

24,2% 46,2% 29,6% 100,0%

Dari hasil Crosstabs diatas menunjukkan hasil persentase pada jenis

pekerjaan orang tua (ibu) sebagai buruh/petani/tukang/nelayan memiliki gaya

hidup konsumtif yaitu 100% pada kategori “tinggi”. Untuk jenis pekerjaan

wirausaha memiliki hasil 45,9% pada kategori “rendah”, 43,2% pada kategori

“menengah” dan 10,8% pada kategori “tinggi”. Pada jenis pekerjaan sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki hasil 20,5% pada kategori “rendah”, 48,7%

pada kategori “menengah” dan 30,8% pada kategori “tinggi”. Pada jenis pekerjaan

112

pegawai swasta memiliki hasil persentase 9,1% pada kategori “rendah”, 9,1%

“menengah” dan 81,8% “tinggi”. Pada jenis pekerjaan sebagai profesional

(dokter, pengacara, dll) memiliki hasil 100% pada kategori “rendah”. Pada

kategori tidak bekerja memiliki hasil 31,9% pada kategori “rendah”, 17,4% pada

kategori “menengah” dan 50,7% pada kategori “tinggi” dalam gaya hidup

konsumtif.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi

dalam melakukan gaya hidup konsumtif mahasiswa yang dilihat dari jenis

pekerjaan orang tua (ibu) terdapat pada kategori tidak bekerja sebesar 50,7%

dengan gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam berbelanja online.

f. Keterkaitan antara pendapatan orang tua dengan gaya hidup konsumtif

mahasiswa.

Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pendapatan orang tua dengan

gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:

113

Tabel III.C.1.f

pendapatan_ortu * Cluster Number of Case Crosstabulation

Cluster Number of Case Total

1 2 3

pendapatan_

ortu

Rendah

Count 1 0 0 1

% within

pendapatan_ortu

100,0% 0,0% 0,0% 100,0%

Menengah

Count 23 61 27 111

% within

pendapatan_ortu

20,7% 55,0% 24,3% 100,0%

Tinggi

Count 39 59 50 148

% within

pendapatan_ortu

26,4% 39,9% 33,8% 100,0%

Total

Count 63 120 77 260

% within

pendapatan_ortu

24,2% 46,2% 29,6% 100,0%

Hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan

orang tua rendah memiliki gaya hidup konsumtif yaitu 100% pada kategori

“menengah”. Untuk kategori pendapatan menengah memiliki hasil pada gaya

hidup konsumtif yaitu “rendah” 24,3%, “menengah” 20,7%, dan “tinggi” 55%.

Pada orang tua dengan pendapatan tinggi menunjukkan gaya hidup konsumtif

yaitu “rendah” 33,8%, “menengah” 26,4% dan “tinggi” 39,9%.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam

berbelanja online sebesar 46,2%, sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori

ini dilakukan oleh mahasiswa dengan tingkat pendapatan orang tuanya menengah

dengan nilai persentase sebesar 55% yang berada pada kategori tinggi.

114

g. Keterkaitan antara uang saku dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa.

Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara uang saku dengan gaya hidup

konsumtif mahasiswa, yaitu:

Tabel III.C.1.g

uang_saku * Cluster Number of Case Crosstabulation

Cluster Number of Case Total

1 2 3

uang_saku

rendah Count 8 23 15 46

% within uang_saku 17,4% 50,0% 32,6% 100,0%

menengah Count 38 83 47 168

% within uang_saku 22,6% 49,4% 28,0% 100,0%

tinggi Count 17 14 15 46

% within uang_saku 37,0% 30,4% 32,6% 100,0%

Total Count 63 120 77 260

% within uang_saku 24,2% 46,2% 29,6% 100,0%

Hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa hubungan antara uang saku

rendah memiliki gaya hidup konsumtif yaitu 32,6% pada kategori “rendah”,

17,4% “menengah” dan 50% “tinggi”. Untuk kategori uang saku menengah

memiliki hasil pada gaya hidup konsumtif yaitu “rendah” 28%, “menengah”

22,6%, dan “tinggi” 49,4%. Pada kategori uang saku tinggi menunjukkan gaya

hidup konsumtif yaitu “rendah” 32,6%, “menengah” 37% dan “tinggi” 30,4%.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar

46,2%, sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh

mahasiswa dengan tingkat uang saku menengah dengan nilai persentase sebesar

115

49,4% yang berada pada kategori gaya hidup konsumtif tinggi dalam berbelanja

online

h. Keterkaitan antara pengeluaran dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa.

Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pengeluaran dengan gaya hidup

konsumtif mahasiswa, yaitu:

Tabel III.C.1.h

pengeluaran * Cluster Number of Case Crosstabulation

Cluster Number of Case Total

1 2 3

pengeluaran

Rendah Count 13 52 20 85

% within pengeluaran 15,3% 61,2% 23,5% 100,0%

Menengah Count 37 67 51 155

% within pengeluaran 23,9% 43,2% 32,9% 100,0%

Tinggi Count 13 1 6 20

% within pengeluaran 65,0% 5,0% 30,0% 100,0%

Total Count 63 120 77 260

% within pengeluaran 24,2% 46,2% 29,6% 100,0%

Hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa hubungan antara pengeluaran

rendah memiliki gaya hidup konsumtif yaitu 23,5% pada kategori “rendah”,

15,3% “menengah” dan 61,2% “tinggi”. Untuk kategori pengeluaran menengah

memiliki hasil pada gaya hidup konsumtif yaitu “rendah” 32,9%, “menengah”

23,9%, dan “tinggi” 43,2%. Pada kategori pengeluaran tinggi menunjukkan gaya

hidup konsumtif yaitu “rendah” 30%, “menengah” 65%, dan “tinggi” 5%.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar

46,2%, sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh

116

mahasiswa dengan tingkat pengeluaran menengah dengan nilai persentase sebesar

43,2% yang berada pada kategori tinggi dalam berbelanja online.

2. Uji Analisa Spearman’s Rho

Untuk mengetahui dan memperjelas hubungan antara stratifikasi sosial

denga gaya hidup konsumtif pada mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dilakukan uji korelasi dengan menggunakan analisa Spearman.

Korelasi Spearman dalam buku yang ditulis oleh Nisfiannoor (2009: 184)

adalah untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel, dimana variabel

tidak berdistribusi normal. Korelasi Spearman dianggap signifikasi apabila

memiliki nilai signifikasi < 0,01 yang ditandai dengan bintang dua (**) dan < 0,05

yang ditandai dengan bintang satu (*). Sedangkan untuk menetukan interpretasi

mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel, peneliti mengacu pada kriteria

yang ditulis oleh Sarwono (2006: 123), yaitu:

Tabel III.C.2.1

Koefisien Tingkat Hubungan Spearman

Koefisien Tingkat Hubungan

(Korelasi)

> 0 – 0,25 Sangat Lemah

> 0,25 – 0,5 Cukup

> 0,5 – 0,75 Kuat

> 0,75 – 0,99 Sangat Kuat

Sumber: Sarwono (2006: 123)

117

Untuk koefisien dengan hasil lebih dari 0 sampai 0,25 memiliki hasil

korelasi yang sangat lemah, lalu untuk hasil koefisien lebih dari 0,25 sampai 0,5

memiliki hasil korelasi yang cukup kuat, selanjutnya pada hasil koefisien lebih

dari 0,5 sampai 0,75 memiliki hasil yang kuat, dan untuk hasil koefisien lebih dari

0,75 sampai 0,99 memiliki hasil korelasi yang sangat kuat. Berikut adalah hasil

analisa menggunakan uji Spearman:

Tabel III.C.2.2

Korelasi Spearman’s Rho

No Hubungan r hitung Tingkat

Hubungan

Nilai

Signifikasi

Keterangan

1 Pendidikan

terakhir ayah

dengan gaya

hidup konsumtif

.214** Sangat

lemah

.000 Signifikan

2 Pendidikan

terakhir ibu

dengan gaya

hidup konsumtif

-.027 Sangat

lemah

.662 Tidak

signifikan

3 Pekerjaan ayah

dengan gaya

hidup konsumtif

.075 Sangat

lemah

.230 Tidak

signifikan

4 Pekerjaan ibu

dengan gaya

hidup konsumtif

.218** Sangat

lemah

.000 Signifikan

5 Pendapatan

orang tua dengan

gaya hidup

konsumtif

-.240** Sangat

lemah

.000 Signifikan

6 Uang saku

dengan gaya

hidup konsumtif

.026 Sangat

lemah

.675 Tidak

signifikan

7 Pengeluaran

mahasiswa

dengan gaya

hidup konsumtif

-.180** Sangat

lemah

.004 Signifikan

**. Korelasi dianggap signifikan apabila memiliki nilai signifikasi < 0,01

*. Korelasi dianggap signifikan apabila memiliki nilai signifikasi < 0,05

118

D. Hasil Analisa Data

Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa sebagian

besar mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan

kegiatan berbelanja online didasarkan pada alasan bahwa berbelanja online dapat

menunjang penampilannya agar lebih bagus dan trendy. Menurut Nancy Etcoff

dalam Survival of the Prettiest: The Science of Beauty (1991) menyebut gejala

tersebut dengan Lookisme. Lookisme adalah paham yang beranggapan bahwa bila

lebih baik tampilan anda, maka akan lebih sukseslah anda dalam kehidupan.

Mengingat bahwa produsen (onlineshop) akan selalu bersaing untuk mengupdate

produk yang mereka jual sesuai dengan perkembangan zaman dan tren terkini.

Menurut Featherstone yang dikutip dari buku ”Sociological Theory in the

Contemporary Era” (Scott dan Laura, 2002) bahwa gambaran yang dilakukan

oleh para produsen untuk mengembangkan budaya konsumerisme, yaitu dengan

membeli barang atau produk yang mengarah pada “aestheticisation (nilai

keindahan) lebih besar pengaruhnya dari kenyataan”.

Kemudian, alasan lain mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berbelanja online selain agar memperbagus penampilan, namun juga karena

mengincar merk terkenal. Merek menjadi sesuatu nilai untuk menunjukkan status

sosial yang digambarkan oleh barang atau produk yang dijual dengan cara

mengesampingkan nilai harga atau disebut Brand Minded. Menurut McNeal

(2007) yang dikutip dari Rifky Anugrah (2011) Brand Minded merupakan pola

pikir seseorang terhadap objek-objek komersil yang cenderung berorientasi pada

merek eksklusif dan terkenal.

119

Berdasarkan hasil korelasi Spearman’s Rho pada penelitian ini terlihat

adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ayah dengan gaya hidup

konsumtif mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan korelasi yang memiliki hasil

r(260) = 0,214; p = 0,000 < 0,01. Artinya bahwa terdapat hubungan antara

pendidikan ayah dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa dengan nilai signifikasi

lebih kecil nilainya dari taraf signifikasi (p = 0,01) yaitu 0,000. Hal ini juga

ditunjukkan dengan tingkat korelasi antara kedua variabel yaitu 0,214.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan “jika pendidikan

terakhir ayah tinggi maka gaya hidup konsumtif mahasiswa akan semakin tinggi

pula” dinyatakan diterima. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1989: 92)

yang menyatakan tingkat pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan

yang dilakukan manusia dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dewi Aprilia (2014)

yang berjudul “Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa FISIP Unila”

yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang mempunyai orangtua dengan

pendidikan tinggi maka perilaku konsumtifnya juga akan meningkat.

Korelasi antara pekerjaan ibu dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa

memiliki hasil positif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji data yaitu r(260) =

0,218; p = 0,000 < 0,01 artinya bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan ibu

dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa dengan nilai signifikasi lebih kecil

nilainya dari taraf signifikasi (p = 0,01) yaitu 0,000. Hal ini juga ditunjukkan

dengan korelasi koefisien 0,218. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang

menyatakan “jika pekerjaan ibu tinggi maka gaya hidup konsumtif mahasiswa

120

akan semakin tinggi pula” dinyatakan diterima. Sejalan dengan pendapat Kotler

(2003) bahwa gaya hidup yang menggambarkan “keseluruhan diri” seseorang atau

seluruh pola dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang terbentuk melalui

sebuah pekerjaan dan kelas sosial.

Korelasi antara pendapatan orang tua dengan gaya hidup konsumtif

mahasiswa ditunjukkan dengan hasil uji data yaitu r(260) = -0,240; p = 0,000 <

0,01 artinya bahwa terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan gaya

hidup konsumtif mahasiswa dengan nilai signifikasi lebih kecil nilainya dari taraf

signifikasi (p = 0,01) yaitu 0,000. Hal ini juga ditunjukkan dengan korelasi

koefisien -0,240. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap pembelian. Tingkat pendapatan dapat pula memengaruhi niat beli

(Istikhomah, 2013).

Korelasi antara pengeluaran mahasiswa dengan gaya hidup konsumtif

mahasiswa ditunjukkan dengan hasil uji data yaitu r(260) = -0,180; p = 0,004 <

0,01 artinya bahwa terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan gaya

hidup konsumtif mahasiswa dengan nilai signifikasi lebih kecil nilainya dari taraf

signifikasi (p = 0,01) yaitu 0,004. Hal ini juga ditunjukkan dengan korelasi

koefisien -0,180. Pengeluaran konsumsi adalah pengeluaran mahasiswa dalam

rangka pemakaian barang dang jasa hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan

yang diukur dalam rupiah selama periode tertentu. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Anita Saufika (2012) yang berjudul “Gaya Hidup

dan Kebiasaan Makan Mahasiswa” yang menunjukkan bahwa pengeluaran

konsumsi mahasiswa digunakan untuk menunjang gaya hidup, hiburan dan

121

kesehatan. Penelitian ini menggambarkan bahwa mahasiswa lebih memfokuskan

aktivitas, minat dan opini dalam kehidupan sehari-harinya pada hal-hal yang

berhubungan dengan hiburan, olahraga, kesehatan, dan organisasi dibandingkan

dengan kegiatan perkuliahan.

122

BAB IV

PENUTUP

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari analisa data yang telah

dilakukan dan saran baik bagi para pembaca ataupun penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

berikut adalah hasil temuan dan analisa peneliti mengenai stratifikasi sosial

mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan hubungannya terhadap

gaya hidup konsumtif, berikut hasilnya:

1. Pada penelitian ini, stratifikasi sosial mahasiswa diukur dari beberapa

indikator yaitu pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan pedapatan orang tua.

Dengan hasil bahwa stratifikasi sosial mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dikatakan tinggi dengan hasil bahwa: 1) Pendidikan

mayoritas orang tua (ayah dan ibu) adalah lulusan dari pendidikan tinggi

(Perguruan Tinggi) dan SMA/ sederajat, 2) Pekerjaan mayoritas dari orang

tua (ayah dan ibu) sebagai PNS dan ibu rumah tangga, dan 3) Pendapatan

mayoritas orang tua mahasiswa adalah diatas Rp. 4.000.001.

2. Pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, prodi yang memiliki peluang

lebih besar untuk berperilaku konsumtif adalah prodi Hubungan Internasional

(47,3%) dilihat dari stratifikasi sosial serta kegiatan berbelanja online dalam

gaya hidup konsumtif. Selanjutnya prodi tertinggi kedua adalah prodi

Sosiologi (46,7%) dan prodi Ilmu Politik (43,8%).

123

3. Hasil uji Crosstabs, dilihat dari pendidikan terakhir (ayah) terdapat pada

kategori pendidikan tinggi (perguruan tinggi) 46,8% dengan gaya hidup

konsumtif mahasiswa “tinggi”. Sedangkan dilihat dari pendidikan terakhir

(ibu) terdapat pada kategori pendidikan dasar (SD, SMP dan SMA) 46,8%

dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa “tinggi”.

Dilihat dari jenis pekerjaan orang tua (ayah) terdapat pada jenis

pekerjaan orangtua sebagai Pegawai Negeri Sipil (47,1%) dengan gaya hidup

konsumtif mahasiswa “tinggi”. Sedangkan dilihat dari jenis pekerjaan orang

tua (ibu) terdapat pada kategori tidak bekerja sebesar 50,7% dengan gaya

hidup konsumtif mahasiswa “tinggi”.

Dilihat dari pendapatan orang tua, mahasiswa FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar 46,2%,

sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh mahasiswa

dengan tingkat pendapatan orang tuanya menengah dengan nilai persentase

sebesar 55%.

Dilihat dari uang saku, mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar 46,2%, sedangkan

gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh mahasiswa dengan

tingkat uang saku menengah dengan nilai persentase sebesar 49,4%.

Dilihat dari aspek pengeluaran mahasiswa, mahasiswa FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar

46,2%, sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh

124

mahasiswa dengan tingkat pengeluaran menengah dengan nilai persentase

sebesar 43,2%.

4. Untuk uji analisa Spearman’s Rho, Pada uji korelasi antara pendidikan

terakhir ayah dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa memiliki hasil nilai

signifikan (sig) 0,000 < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis Ha1

diterima atau semakin tinggi pendidikan terakhir ayah maka gaya hidup

konsumtif pada mahasiswa akan semakin tinggi pula.

Kemudian pada uji korelasi antara pekerjaan ibu dengan gaya hidup

konsumtif mahasiswa memiliki hasil nilai signifikan (sig) 0,000 < 0,01. Hal

ini menunjukkan bahwa Hipotesis Ha4 diterima atau semakin tinggi

pekerjaan ibu maka gaya hidup konsumtif pada mahasiswa akan semakin

tinggi pula.

Selanjutnya pada uji korelasi antara pendapatan orang tua dengan gaya

hidup konsumtif mahasiswa memiliki hasil nilai signifikan (sig) 0,000 < 0,01.

Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis Ha5 diterima.

Terakhir, pada uji korelasi antara pengeluaran mahasiswa dengan gaya

hidup konsumtif mahasiswa memiliki hasil nilai signifikan (sig) 0,004 < 0,01.

Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis Ha7 diterima.

125

B. Saran

Dari kesimpulan sebagaimana hasil penelitian di atas, selanjutnya peneliti

bermaksud memberikan saran kepada berbagai pihak terkait antara stratifikasi

sosial terhadap gaya hidup konsumtif dalam berbelanja online. Saran peneliti

untuk para remaja khususnya mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan masyarakat umum, yaitu:

1. Secara akademis; penulis berharap untuk penelitian-penelitian selanjutnya

dapat lebih menganalisis dan mengidentifikasi secara lebih mendalam

mengenai hubungan stratifikasi sosial dengan gaya hidup konsumtif

berbelanja online baik pada masyarakat umum ataupun pelajar.

2. Secara praktis; agar mahasiswa ataupun masyarakat umum bisa lebih

bijaksana dalam melakukan kegiatan berbelanja online, mengingat dewasa ini

arus globalisasi semakin deras dan bersifat moderen sehingga sering

melupakan rasionalitas dalam berbelanja suatu barang atau produk tanpa

melakukan pertimbangan yang matang.

Seiring perkembangan teknologi dan informasi yang semaking canggih,

penulis mengharapkan pembaca bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin

sebelum melakukan kegiatan berbelanja pada sebuah produk secara online,

mengingat bahwa produsen akan selalu memberikan penawaran dan promosi

yang hanya menampilkan apa yang konsumen inginkan dengan memberi nilai

positif pada produk yang mereka jual.

xv

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Appelriuth, Scott dan Laura Desfor Edles. 2002. Sociological Theory in the

Contemporary Era. California State University, orthridge. California: Pine

Forge Press

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Prenada Group

---------------------. 2013. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Kencana

Prenada Group

Celia Lury. 1998. Budaya Konsumen (terj. Hasti T. Champion). Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia

Chaney, David. 1996. Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta:

Jalasutra

Faisal, Sanapiah. 2003. Format-format penelitian sosial. Raja Grafindo Persada:

Jakarta

Garson, David G. 2008. Hierarchical Linear Modeling. North California State

University: SAGE Publications, Inc

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang

Haris, Priyatna. 2013. Kamus Sosiologi. Bandung: Nuansa Cendekia

xvi

Haryanto Soedjatmiko. 2008. Saya Berbelanja Maka Saya. Ketika Konsumsi dan

Konsumeris. Yogyakarta: Jalasutra

Hasan, M. Iqbal. 2011. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif).

Jakarta: PT. Bumi Aksara

Iskandar. 2010. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: PR-FIKOM Universitas

Mercubuana

Jefta Leibo. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi Ofset

Kamanto Sunarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia

--------------------. 2003. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. Edisi kesebelas. Jakarta: Indeks

Kelompok Gramedia

Mansoer, Masri. 2009. Statistik Sosial. Jakarta: Ushul Press

Nisfiannoor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistik Modern: untuk Ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika

Palispis, Epitacio, S. 1993. Elements of research: applied of nursing, education

and business. Manila, Philippines: Dr. Gloria D. Lackson College Inc

Paul B. Horton. 2007. Sosiologi (jilid 2). Jakarta: Erlangga

Pilliang. Yasraf, Amir. 2003. Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studies Atas

Matinya Makna. Yogyakarta : Jalasutra

xvii

Ridwan, M.B.A dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistika untuk Penelitian:

Pendidikan Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya.

Jakarta: Kencana

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

------------. 2001. Metode Penelitian Teknik Bisnis. Bandung: Alfabeta

Suharsimi, Arikunto. 1997. Metode Penelitian (Pendekatan Penelitian). Jakarta:

PT. Rineka Cipta

------------------------. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Susanto, Budi (editor). 2005. Penghiburan Masa Lalu dan Budaya Hidup Masa

Kini Indonesia. Yogyakarta: Kanisius

Yuda Agusta. 2007. K-Means; Penerapan, Permasalahan, dan Metode Terkait.

xviii

Sumber Skripsi/ Tesis/ Hasil Penelitian

Anugrah, Rifky. 2011. Pengaruh Sikap terhadap Produk dan Gaya Hidup Brand

Minded terhadap Keputusan Membeli Smartphone Blackberry pada Siswa

SMA Al-azhar Bumi Serpong. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ismayanti. 2013. Hubungan Internet dengan Gaya Hidup Konsumtif: Studi kasus

Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Lucia Sinto Dewi. 2007. Salon sebagai Tren Gaya Hidup Kaum Muda.

Yogyakarta: Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah

Mada

Siti Murdaningsih. 2008. Gaya Hidup Konsumtif dan Pencitraan Diri Pelajar

Pengguna Handphone di SMA Negeri 1 Sambi Boyolali. Surakarta: Skripsi

Weni Widhianti. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keinginan Membeli

Konsumen pada Toko Pakaian Online. Depok: Tesis Departemen Ilmu

Administrasi FISIP Universitas Indonesia

Tirtha Segoro. 2013. Gaya Hidup Konsumtif pada Santri Pondok Pesantren

Modern. Surakarta

Wulan Nindya Mantri. 2007. Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa

UNNES dan UNIKA dalam kehidupan kampus. Semarang

xix

Aprilia, Dewi dan Hartoyo. 2014. Jurnal Penelitian: Analisis Sosiologis Perilaku

Konsumtif Mahasiswa (Studi pada Mahasiswa FISIP Universitas

Lampung). Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

Anita Saufika. 2012. Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan Mahasiswa. Institut

Pertanian Bogor

Goes Tri Yadi. 2016. Kelebihan dan Kekurangan 3 Online Shop (Lazada,

Bukalapak, Tokopedia). Jakarta: Universitas Esa Unggul

Tim Penyusun. 2012-2013. Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah. Jakarta

Sumber Internet:

http://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/meningkat-tren-belanja-online-

indonesia/34941 diakses pada tanggal 02 Oktober 2015

http://www.internetworldstats.com/stats3.htm diakses pada tanggal 02 Oktober

2015

http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 01 April 2016 pukul 16.52

https://www.apjii.or.id/content/statistik/39 diakses pada tanggal 1 April 2016

pukul 16:48

http://junaidichaniago.wordpress.com di akses 28 Desember 2016 pukul 11.20

xx

Lampiran 1

Bentuk Kuesioner Try Out

PERHATIAN UNTUK RESPONDEN

1. Pahami terlebih dahulu sebelum mengisi kuesioner

2. Silang atau Lingkari setiap jawaban responden secara jelas

3. Usahakan setiap pertanyaan terjawab oleh responden

4. Sebelum mengakhiri, periksa terlebih dahulu kuesioner dengan teliti dan

pastikan semua pertanyaan telah terjawab

BIODATA RESPONDEN

Nama: Prodi:

Umur: Semester:

Jenis Kelamin: L / P

Apakah anda pernah menggunakan online shop? ( Ya / Tidak )

Berapa sering anda berbelanja online?

1. Sangat Sering (2-3x sebulan)

2. Sering (1x sebulan)

3. Kadang-kadang (diatas 3 bulan)

Online Shop apa yang sering anda gunakan?

1. Lazada 4. Zalora

2. Tokopedia 5. Elevenia

3. BukaLapak 6. Lain-lain

A. STRATIFIKASI SOSIAL

1. Apa pendidikan terakhir Ayah anda?

1. Tidak Sekolah 4. SMA/ Sederajat

2. SD/ Sederajat 5. Perguruan Tinggi

3. SMP/ Sederajat

2. Apa pendidikan terakhir Ibu anda?

1. Tidak Sekolah 4. SMA/ Sederajat

2. SD/ Sederajat 5. Perguruan Tinggi

3. SMP/ Sederajat

3. Apakah jenis pekerjaan Ayah anda?

1. Buruh/Petani/Tukang/Nelayan 4. Pegawai Swasta

xxi

2. Wirausaha 5. Profesional (Dokter,

Pengacara, dll)

3. Pegawai Negeri Sipil 6. Tidak Bekerja

4. Apakah jenis pekerjaan Ibu anda?

1. Buruh/Petani/Tukang/Nelayan 4. Pegawai Swasta

2. Wirausaha 5. Profesional (Dokter,

Pengacara, dll)

3. Pegawai Negeri Sipil 6. Tidak Bekerja

5. Berapakah pendapatan Orangtua anda per-bulan?

1. Rp. < 1.000.000 4. Rp. 3.000.001 – Rp.

4.000.000

2. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 5. Rp. 4.000.001 – Rp.

5.000.000

3. Rp. 2.000.001 – Rp. 3.000.000 6. Rp. > 5.000.000

6. Berapakah uang saku anda per-bulannya?

1. Rp. < 500.000 4. Rp. 1.500.001 – Rp.

2.000.000

2. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 5. Rp. > 2.000.000

3. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000

7. Berapakah rata-rata pengeluaran anda setiap bulan?

1. Rp. <500.000 4. Rp. 1.500.001 – Rp.

2.000.000

2. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 5. Rp. >2.000.000

3. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000

8. Dimanakah tempat tinggal anda saat ini?

1. Bersama Orang Tua 4. Menumpang dengan sanak

saudara

2. Rumah sendiri 5. Asrama/Pesantren

3. Kos-kosan/ Kontrakan

9. Bagaimana anda mengakses internet? (boleh pilih lebih dari 1)

1. Berlangganan wifi 4. Menggunakan modem

pribadi

2. Menggunakan paket data seluler 5. Menggunakan jasa warnet

3. Menggunakan modem orangtua/saudara

10. Jenis telepon seluler apa yang anda miliki? (boleh pilih lebih dari 1)

1. Tablet PC 3. IOS/Iphone

2. Android Phone 4. Seluler biasa

xxii

B. GAYA HIDUP KONSUMTIF

Apakah anda Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak

Setuju (TS) atau Sangat Tidak Setuju (STS) melakukan aktivitas sebagai berikut:

No Pertanyaan SS S KS TS STS

11 Saya berbelanja online karena lebih

mudah mencari barang termurah di

onlineshop dibandingkan

offlineshop

12 Saya berbelanja online karena

mendapatkan diskon melalui

pembelian secara online

13 Saya berbelanja online karena

keterbatasan waktu yang dimiliki

14 Saya berbelanja online sibuk bila

harus berkunjung ke store

15 Saya berbelanja online karena

cuaca yang terkadang tidak

menentu

16 Saya berbelanja online dapat di

akses kapanpun tanpa batasan

waktu/tidak diburu-buru

17 Saya berbelanja online karena

iseng mengisi waktu senggang

18 Saya berbelanja online karena tidak

sengaja melakukan pencarian

(googling) ke browser sehingga

tertarik

19 Saya berbelanja online dapat di

akses dimanapun

20 Saya berbelanja online karena

keterbatasan akses kendaraan

sehingga dapat melalui gadget

tanpa harus keluar rumah

21 Saya berbelanja online karena

dapat menjangkau onlineshop yang

berbeda wilayah

22 Saya berbelanja online karena

sedang kekinian/mengikuti trend

xxiii

23 Saya berbelanja online karena ikut-

ikutan teman

24 Saya berbelanja online karena

dorongan agar diterima di

lingkungan pertemanan

25 Saya berbelanja online karena

ingin menjaga gengsi/ image

(menunjukkan status sosial)

26 Saya berbelanja online menjadi

kepuasan tersendiri

27 Saya berbelanja online karena

senang melakukan transaksi secara

online

28 Saya berbelanja online agar ingin

tampak berbeda dari yang lain

29 Saya berbelanja online karena

ingin dilihat lebih unggul dari yang

lain

30 Saya berbelanja online karena agar

penampilan lebih bagus

31 Saya berbelanja online agar terlihat

trendy saat hangout

32 Saya berbelanja online karena

mencari produk luar negeri

33 Saya berbelanja online karena

mengetahui produk luar negeri

yang berkualitas

34 Saya berbelanja online karena

mengincar merk terkenal (branded)

35 Saya berbelanja online karena

produk limited editon

xxiv

Lampiran 2

Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas

Reliability Statistics

Cro nbach's

Alpha N of Items

.936 25

Interpretasi : nilai cronbach = 0,936 (dikatakan reliabel jika nilainya > 0,5)

Kesimpulan = Data reliabel

Correlations

su

m

per

1

per

2 per3 per4 per5

per

6 per7 per8 per9

per1

0

per1

1

per1

2

per1

3

per1

4

per1

5

per1

6

per1

7

per1

8

per1

9

per2

0

per2

1

per2

2

per2

3

per2

4

per2

5

su

m

Pearson

Correlatio

n

1 .233 .128 .490*

*

.544*

*

.607*

*

.328 .507*

*

.630*

*

.462

*

.668** .585

** .742

** .763

** .734

** .739

** .568

** .679

** .796

** .837

** .690

** .829

** .669

** .718

** .768

** .723

**

Sig. (2-

tailed)

.232 .515 .008 .003 .001 .088 .006 .000 .013 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Interpretasi untuk melihat hasil validitas yaitu perhatikan nilai Pearson Correlation. Jika nilai Pearson Correlation > R tabel maka

dikatakan valid. Untuk jumlah sampel = 28, nilai R tabel dgn tingkat kepercayaan 0,05 adalah 0,374.

Kesimpulan : semua pertanyaan valid, kecuali item 1, 2 dan 6.

xxv

Lampiran 3

Tabel r untuk df = 1 - 50

df = (N-2)

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah

0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005

Tingkat signifikansi untuk uji dua arah

0.1 0.05 0.02 0.01 0.001

1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000

2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990

3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911

4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741

5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509

6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249

7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983

8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721

9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470

10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233

11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010

12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800

13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604

14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419

15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247

16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084

17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932

18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788

19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652

20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524

21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402

22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287

23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178

24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074

25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974

26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880

27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790

28 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703

29 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620

xxvi

30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541

31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465

32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392

33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322

34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254

35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189

36 0.2709 0.3202 0.3760 0.4128 0.5126

37 0.2673 0.3160 0.3712 0.4076 0.5066

38 0.2638 0.3120 0.3665 0.4026 0.5007

39 0.2605 0.3081 0.3621 0.3978 0.4950

40 0.2573 0.3044 0.3578 0.3932 0.4896

41 0.2542 0.3008 0.3536 0.3887 0.4843

42 0.2512 0.2973 0.3496 0.3843 0.4791

43 0.2483 0.2940 0.3457 0.3801 0.4742

44 0.2455 0.2907 0.3420 0.3761 0.4694

45 0.2429 0.2876 0.3384 0.3721 0.4647

46 0.2403 0.2845 0.3348 0.3683 0.4601

47 0.2377 0.2816 0.3314 0.3646 0.4557

48 0.2353 0.2787 0.3281 0.3610 0.4514

49 0.2329 0.2759 0.3249 0.3575 0.4473

50 0.2306 0.2732 0.3218 0.3542 0.4432

Sumber: Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010

xxvii

Lampiran 4

Bentuk Kuesioner Lapangan

PERHATIAN UNTUK RESPONDEN

1. Pahami terlebih dahulu sebelum mengisi kuesioner

2. Silang atau Lingkari setiap jawaban responden secara jelas

3. Usahakan setiap pertanyaan terjawab oleh responden

4. Sebelum mengakhiri, periksa terlebih dahulu kuesioner dengan teliti dan

pastikan semua pertanyaan telah terjawab

BIODATA RESPONDEN

Nama: Prodi:

Umur: Semester:

Jenis Kelamin: L / P

Apakah anda pernah menggunakan online shop? ( Ya / Tidak )

Berapa sering anda berbelanja online?

1. Sangat Sering (2-3x sebulan)

2. Sering (1x sebulan)

3. Kadang-kadang (diatas 3 bulan)

Online Shop apa yang sering anda gunakan?

1. Lazada 4. Zalora

2. Tokopedia 5. Elevenia

3. BukaLapak 6. Lain-lain

A. STRATIFIKASI SOSIAL

1. Apa pendidikan terakhir Ayah anda?

1. Tidak Sekolah 4. SMA/ Sederajat

2. SD/ Sederajat 5. Perguruan Tinggi

3. SMP/ Sederajat

2. Apa pendidikan terakhir Ibu anda?

1. Tidak Sekolah 4. SMA/ Sederajat

2. SD/ Sederajat 5. Perguruan Tinggi

3. SMP/ Sederajat

3. Apakah jenis pekerjaan Ayah anda?

1. Buruh/Petani/Tukang/Nelayan 4. Pegawai Swasta

2. Wirausaha 5. Profesional (Dokter,

Pengacara, dll)

3. Pegawai Negeri Sipil 6. Tidak Bekerja

xxviii

4. Apakah jenis pekerjaan Ibu anda?

1. Buruh/Petani/Tukang/Nelayan 4. Pegawai Swasta

2. Wirausaha 5. Profesional (Dokter,

Pengacara, dll)

3. Pegawai Negeri Sipil 6. Tidak Bekerja

5. Berapakah pendapatan Orangtua anda per-bulan?

1. Rp. < 1.000.000 4. Rp. 3.000.001 – Rp.

4.000.000

2. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 5. Rp. 4.000.001 – Rp.

5.000.000

3. Rp. 2.000.001 – Rp. 3.000.000 6. Rp. > 5.000.000

6. Berapakah uang saku anda per-bulannya?

1. Rp. < 500.000 4. Rp. 1.500.001 – Rp.

2.000.000

2. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 5. Rp. > 2.000.000

3. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000

7. Berapakah rata-rata pengeluaran anda setiap bulan?

1. Rp. <500.000 4. Rp. 1.500.001 – Rp.

2.000.000

2. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 5. Rp. >2.000.000

3. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000

8. Dimanakah tempat tinggal anda saat ini?

1. Bersama Orang Tua 4. Menumpang dengan sanak

saudarA

2. Rumah sendiri 5. Asrama/Pesantren

3. Kos-kosan/ Kontrakan

9. Bagaimana anda mengakses internet? (boleh pilih lebih dari 1)

1. Berlangganan wifi 4. Menggunakan modem

pribadi

2. Menggunakan paket data seluler 5. Menggunakan jasa warnet

3. Menggunakan modem orangtua/saudara

10. Jenis telepon seluler apa yang anda miliki? (boleh pilih lebih dari 1)

1. Tablet PC 3. IOS/Iphone

2. Android Phone 4. Seluler biasa

xxix

B. GAYA HIDUP KONSUMTIF

Apakah anda Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak

Setuju (TS) atau Sangat Tidak Setuju (STS) melakukan aktivitas sebagai berikut:

No Pertanyaan SS S KS TS STS

11 Saya berbelanja online karena

keterbatasan waktu yang dimiliki

12 Saya berbelanja online sibuk bila harus

berkunjung ke store

13 Saya berbelanja online karena cuaca yang

terkadang tidak menentu

14 Saya berbelanja online karena iseng

mengisi waktu senggang

15 Saya berbelanja online karena tidak

sengaja melakukan pencarian (googling)

ke browser sehingga tertarik

16 Saya berbelanja online dapat di akses

dimanapun

17 Saya berbelanja online karena

keterbatasan akses kendaraan sehingga

dapat melalui gadget tanpa harus keluar

rumah

18 Saya berbelanja online karena dapat

menjangkau onlineshop yang berbeda

wilayah

19 Saya berbelanja online karena sedang

kekinian/mengikuti trend

20 Saya berbelanja online karena ikut-ikutan

teman

21 Saya berbelanja online karena dorongan

agar diterima di lingkungan pertemanan

22 Saya berbelanja online karena ingin

menjaga gengsi/ image (menunjukkan

status sosial)

23 Saya berbelanja online menjadi kepuasan

tersendiri

24 Saya berbelanja online karena senang

melakukan transaksi secara online

25 Saya berbelanja online agar ingin tampak

xxx

berbeda dari yang lain

26 Saya berbelanja online karena ingin dilihat

lebih unggul dari yang lain

27 Saya berbelanja online karena agar

penampilan lebih bagus

28 Saya berbelanja online agar terlihat trendy

saat hangout

29 Saya berbelanja online karena mencari

produk luar negeri

30 Saya berbelanja online karena mengetahui

produk luar negeri yang berkualitas

31 Saya berbelanja online karena mengincar

merk terkenal (branded)

32 Saya berbelanja online karena produk

limited editon

xxxi

Lampiran 5

K-Mean Cluster

Final Cluster Centers

Cluster

1 2 3

Per3 5 4 2

Per4 5 4 1

Per5 5 2 2

Per7 1 4 4

Per8 4 4 4

Per9 4 5 4

Per10 5 5 3

Per11 4 5 2

Per12 1 5 1

Per13 1 5 1

Per14 1 5 1

Per15 1 5 1

Per16 5 5 1

Per17 5 5 1

Per18 1 5 1

Per19 1 5 1

Per20 1 5 1

Per21 1 5 1

Per22 5 5 1

Per23 5 5 1

Per24 4 5 1

Per25 5 5 1

Tabel “Initial Cluster Centers” diatas merupakan tampilan awal proses clustering

sebelum dilakukan proses iterasi.

xxxii

Iteration Historya

Iteration Change in Cluster Centers

1 2 3

1 5,346 4,928 4,600

2 ,380 ,160 ,220

3 ,066 ,000 ,057

4 ,000 ,000 ,000

a. Convergence achieved due to no or small

change in cluster centers. The maximum

absolute coordinate change for any center is

,000. The current iteration is 4. The minimum

distance between initial centers is 11,832.

Dari tabel “Iteration History” diatas, dapat diketahui bahwasanya proses iterasi

dilakukan sebanyak 4 kali. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan cluster yang

tepat. Dapat diketahui bahwa jarak minimum antar pusat cluster yang terjadi dari

hasil iterasi adalah 11,832.

Final Cluster Centers

Cluster

1 2 3

Per3 4 4 3

Per4 4 4 3

Per5 3 4 3

Per7 3 4 3

Per8 3 4 3

Per9 4 4 4

Per10 3 4 2

Per11 4 4 3

Per12 2 4 2

Per13 2 4 2

Per14 1 4 1

Per15 1 4 1

Per16 4 4 3

Per17 3 4 2

Per18 2 4 2

Per19 2 4 1

Per20 2 4 2

Per21 2 4 2

xxxiii

Per22 3 4 2

Per23 4 4 2

Per24 3 4 2

Per25 4 4 2

63 88 50

Pada output tabel “Final Cluster Centers” di atas, dapat diketahui bahwasanya

dalam cluster 1 memiliki gaya hidup konsumtif “sedang”, cluster 2 memiliki gaya

hidup konsumtif “tinggi” dan cluster 3 memiliki gaya hidup konsumtif “rendah”.

Number of Cases in each

Cluster

Cluster

1 63,000

2 120,000

3 77,000

Valid 260,000

Missing ,000

Cluster 1 berisikan 63 mahasiswa

Cluster 2 berisikan 120 mahasiswa

Cluster 3 berisikan 77 mahasiswa

xxxiv

Lampiran 6

Bentuk Uji Validitas dan Reliabilitas

Item

(Gaya Hidup

Konsumtif)

Corrected

Item Total

Correlation

Keterangan Alpha

Cronbach’s

Keterangan

per1 ,233 Tidak Valid

,936

Sangat

reliabel

per2 ,128 Tidak Valid

per3 ,490 Valid

per4 ,544 Valid

per5 ,607 Valid

per6 ,328 Tidak Valid

per7 ,507 Valid

per8 ,630 Valid

per9 ,462 Valid

per10 ,668 Valid

per11 ,585 Valid

per12 ,742 Valid

per13 ,763 Valid

per14 ,734 Valid

per15 ,739 Valid

per16 ,568 Valid

per17 ,679 Valid

per18 ,796 Valid

per19 ,837 Valid

per20 ,690 Valid

per21 ,829 Valid

per22 ,669 Valid

per23 ,718 Valid

per24 ,768 Valid

per25 ,723 Valid