hubungan antara tingkat stratifikasi sosial...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRATIFIKASI SOSIAL DENGAN
GAYA HIDUP KONSUMTIF BERBELANJA ONLINE
PADA KALANGAN MAHASISWA FISIP UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Divya Ayu Agiska
1112111000028
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
HUBI'NGAI\i AIITARA TINGKAT STRATIFIKASI SOSIAL DENGAI\
GAYA HIDUP KONSUMTIF BERBELANJA ONLINE
PADA XI.T,INCA}[ MAHASISWA FISIP UIN SYARIF IIIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Unfusr$ita$ lsrant l*ffir€rtSY*RIF }ITDAYA?ULLAH JANAFTA
Di bawah bimbingan:
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAIY ILMU POLITIK
I}NWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATT]LLAH
JAKARTA
2017
i
r r:-IIII I
Rn Setiti Shakuntala, M.Si
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRATIFIKASI SOSIAL DENGAN
GAYA HIDUP KONSUMTIF BERBELANJA ONLINE
PADA KALANGAN MAHASISWA FISIP UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (Uf$ Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22Maret20l7
Dl.ya Ayu Agiska
1.
J.
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIP SI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama: Divya Ayu Agiska
NIM: 1112111000028
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :
..HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRATTFIKASI SOSIAL DENGAN GAYA HIDUP
KONSUMTIF BERBELANJA ONLINE PADA KALANGAN MAHASISWA FISIP UINSYARIF HiDAYATULLAH JAKARTA"
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Jakarta,22Maret2017
Menyetujui,
Penrbinibing
Rr. Satiti Shakuntala, M.SiNIK.2013028s01
WCucu Nurhayati M.SiNIP. 1 97609 1 82003 122003
lil
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRATIFIKASI SOSIAL DENGANGAYA HIDUP KONSUMTIF BERBET,ANJA ONLINE
PADA KALANGAN MAHASISWA FISIP UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh
Divya Ayu Agiskatrtzrl 1000028
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal22Maret2017. Skripsi initelah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Sosiologi.
Ketua Sidang,
nn ro$/tnilttun, nn.siNrP. 1 9680 8t 61q97 032002
Penguji I,
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal2}Maret2}lT
Ketua Program StudiFISIP UIN Jakarta
fu,^,rlCucu Nurhayati, M.SiNIP. 1 97609t82003122003
1V
Ida Bambang Ruswandi, M.StatNrP. 1983 1005201503 1001
v
ABSTRAKSI
Penelitian yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Stratifikasi Sosial
dengan Gaya Hidup Konsumtif Berbelanja Online pada Kalangan Mahasiswa
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” ini bertujuan untuk menggambarkan
bagaimana tingkat stratifikasi sosial orang tua mahasiswa FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan menganalisa hubungan antara stratifikasi sosial dengan
gaya hidup konsumtif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan
analisa Crosstabs dan Spearman’s Rho. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode cluster dan accidental sampling. Subjek penelitian pada
penelitian ini adalah mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
tergolong aktif dari angkatan 2013 – 2015 dengan jumlah sampel sebanyak 260
mahasiswa. Kerangka teori yang digunakan adalah teori gaya hidup dari David
Chaney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
stratifikasi sosial dengan gaya hidup konsumtif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
analisis hubungan dengan menggunakan crosstabs bahwa terdapat hubungan
antara variabel independen (stratifikasi sosial) dengan variabel dependen (gaya
hidup konsumtif). Seperti halnya uji crosstabs, uji korelasi Spearman’s Rho juga
menunjukkan hasil yang sama antara variabel independen yaitu pendidikan
terakhir ayah, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua dan pengeluaran mahasiswa
dengan variabel dependen (gaya hidup konsumtif) karena memiliki nilai
signifikasi (sig) < 0,01 yang berarti memiliki korelasi antara kedua variabel. Hal
ini menjelaskan bahwa Ha1 diterima dengan nilai korelasi 0,000 yang berarti
bahwa terdapat korelasi antara pendidikan terakhir ayah dengan gaya hidup
konsumtif atau sama dengan jika pendidikan terakhir ayah tinggi maka
kesempatan mahasiswa untuk melakukan gaya hidup konsumtif akan semakin
tinggi pula. Selanjutnya untuk Ha4 memiliki nilai korelasi 0,000 yang berarti
terdapat korelasi antara pekerjaan ibu dengan gaya hidup konsumtif atau sama
dengan jika pekerjaan ibu tinggi maka kesempatan mahasiswa untuk melakukan
gaya hidup konsumtif akan semakin tinggi pula, dengan kata lain hipotesis ini
diterima. Kemudian untuk Ha5 memiliki nilai korelasi 0,000 yang berarti terdapat
korelasi antara pendapatan orang tua dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa.
Terakhir, Ha7 diterima dengan nilai signifikasi 0,004 yang berarti terdapat
korelasi antara pengeluaran mahasiswa dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa.
Kata Kunci: Stratifikasi Sosial, Gaya Hidup Konsumtif
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta
alam. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis selalu diberikan kesehatan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam penulis curahkan
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnahnya.
Skripsi ini, penulis susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan, doa,
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Joharotul Jamilah, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas motivasi dan ilmu yang telah
diberikan kepada penulis.
vii
4. Ibu Rr. Satiti Shakuntala M.Si selaku pembimbing skripsi yang penuh
dengan kesabaran, keikhlasan serta perhatiannya telah banyak memberikan
arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga
akhir.
5. Ibu Ida Rosyidah, MA dan Bapak Bambang Ruswandi, M.Stat selaku
Penguji I dan penguji II pada sidang skripsi. Terimaksih telah memberikan
motivasi, dukungan, dan saran pada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Terimakasih telah memberikan masukan-masukan yang membuat
penelitian ini sebagai penelitian yang layak untuk jurusan Sosiologi.
6. Serta seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik yang telah membantu kelancaran dan kemudahan bagi penulis
selama kuliah dan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Kedua orang tua penulis, Ayah Agus Rohadi dan Ibu Jumika yang selalu
memanjatkan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, yang selalu memberikan semangat dan bantuan secara moril
maupun materil, semoga Allah selalu melindungi kalian. Aamiin
8. Untuk adik-adikku tersayang Dwiki Hadi Prastya dan Dikha Latief
Rohizka yang telah memberikan semangat dan keceriaan bagi penulis
disaat mengalami kejenuhan dalam menyusun skripsi ini. Mbak beruntung
jadi kakak kalian.
9. Untuk seseorang yang berada dalam perjalanan hidup penulis, Biyan Muda
Intan yang telah rela meluangkan waktunya membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini dan selalu setia menemani penulis dalam senang
viii
maupun sedih berbagi waktu kapanpun dan dimanapun. Dan semoga
keberkahan dari Allah SWT selalu menaungi kita. Aamiin
10. Untuk teman-teman Sosiologi 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya satu persatu, yang telah berjuang bersama baik dalam
kegembiraan maupun kesedihan. Semoga semuanya dapat menuju
kesuksesan.
11. Seluruh mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis untuk mengisi kuesioner penelitian dan demi
kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa dan
dukungan kepada penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.
Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
yang pernah dilakukan. Semoga karya ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang
bersangkutan dan menjadi semangat untuk penelitian selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 22 Maret 2017
Divya Ayu Agiska
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iv
ABSTRAKSI .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ........................................................................... 1
B. Pertanyaan Masalah ........................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 9
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10
E. Kerangka Teori ................................................................................ 19
F. Definisi Konsep ............................................................................... 21
G. Hipotesis .......................................................................................... 27
H. Operasional Konsep ......................................................................... 29
I. Metode Penelitian ............................................................................ 35
1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 35
2. Lokasi Penelitian ........................................................................ 35
3. Populasi dan Sampel .................................................................. 35
4. Jenis Data ................................................................................... 39
5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 39
6. Skala Pengukuran ...................................................................... 40
7. Mengolah dan Memproses Data ................................................ 41
J. Sistematika Penulisan ...................................................................... 42
BAB II LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................. 43
B. Program Studi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................... 46
C. Profil Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .............. 48
x
D. Karakteristik Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .. 51
BAB III TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Tingkat Stratifikasi Sosial Mahasiswa FISIP UIN Jakarta .............. 64
1. Pendidikan ................................................................................. 64
2. Pekerjaan .................................................................................... 68
3. Pendapatan ................................................................................. 72
4. Uang Saku Mahasiswa ............................................................... 74
5. Pengeluaran Mahasiswa ............................................................. 76
B. Gaya Hidup Konsumtif .................................................................... 79
C. Analisa Hubungan antara Stratifikasi Sosial dengan Gaya Hidup
Konsumtif ...................................................................................... 104
1. Uji Analisa Crosstabs .............................................................. 104
2. Uji Analisa Spearman’s Rho .................................................... 116
D. Hasil Analisa Data ......................................................................... 118
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 122
B. Saran .............................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xv
LAMPIRAN ......................................................................................................... xx
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Pernah
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi
Daerah2010 – 2014 ........................................................................ 6
Tabel I.D.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 14
Tabel I.H.1 Operasionalisasi Konsep ............................................................... 30
Tabel I.I.1 Populasi berdasarkan Jurusan dan Angkatan .............................. 36
Tabel I.I.2 Distribusi Sampel ......................................................................... 38
Tabel III.C.1.a Program Studi : * Cluster Number of Case Crosstabulation ...... 105
Tabel III.C.1.b Pendidikan_ayah * Cluster Number of Case Crosstabulation ... 107
Tabel III.C.1.c Pendidikan_ibu * Cluster Number of Case Crosstabulation ..... 108
Tabel III.C.1.d Pekerjaan_ayah * Cluster Number of Case Crosstabulation ...... 109
Tabel III.C.1.e Pekerjaan_ibu * Cluster Number of Case Crosstabulation ........ 111
Tabel III.C.1.f Pendapatan_ortu * Cluster Number of Case Crosstabulation .... 113
Tabel III.C.1.g Uang_saku * Cluster Number of Case Crosstabulation ............ 114
Tabel III.C.1.h Pengeluaran * Cluster Number of Case Crosstabulation .......... 115
Tabel III.C.2.1 Koefisien Tingkat Hubungan Spearman ................................... 116
Tabel III.C.2.2 Korelasi Spearman’s Rho .......................................................... 117
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik I.A.1 Indonesia Internet Users ................................................................ 5
Grafik II.C.1 Jumlah Mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam 3 Tahun Terakhir ............................. 49
Grafik II.C.2 Jumlah Mahasiswa/i FISIP Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013-2015 Berdasarkan Jurusan 50
Grafik III.1 Program Studi .............................................................................. 55
Grafik III.2 Jenis Kelamin Mahasiswa............................................................. 58
Grafik III.3 Intesitas Mahasiswa Belanja Online ............................................ 59
Grafik III.4 Jenis Onlineshop yang sering digunakan ...................................... 60
Grafik III.5 Tempat Tinggal ............................................................................ 61
Grafik III.6 Akses Internet .............................................................................. 62
Grafik III.7 Telefon Seluler yang Dimiliki ...................................................... 63
Grafik III.A.1.a Pendidikan Terakhir Orang tua (Ayah) ....................................... 65
Grafik III.A.1.b Pendidikan Terakhir Orang tua (Ibu) .......................................... 67
Grafik III.A.2.a Pekerjaan Orang tua (Ayah) ........................................................ 69
Grafik III.A.2.b Pekerjaan Orang tua (Ibu) ........................................................... 71
Grafik III.A.3 Pendapatan Orang tua ................................................................. 73
Grafik III.A.4 Uang Saku Mahasiswa ................................................................ 75
Grafik III.A.5 Pengeluaran Mahasiswa .............................................................. 77
Grafik III.B.1.a Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki ....... 80
Grafik III.B.1.b Berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store ............. 81
Grafik III.B.1.c Berbelanja online karena cuaca yang terkadang tidak menentu . 82
Grafik III.B.1.d Berbelanja online karena iseng mengisi waktu senggang ........... 83
Grafik III.B.1.e Berbelanja online karena tidak sengaja melakukan pencarian
(googling) ke browser sehingga tertarik ..................................... 84
Grafik III.B.1.f Berbelanja online dapat diakses dimanapun ................................ 85
Grafik III.B.1.g Berbelanja online karena keterbatasan akses kendaraan sehingga
dapat melalui gadget tanpa harus keluar rumah .......................... 86
xiii
Grafik III.B.1.h Berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang
berbeda wilayah .......................................................................... 87
Grafik III.B.2.a Berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend ....... 89
Grafik III.B.2.b Berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan ...
pertemanan ................................................................................. 90
Grafik III.B.2.c Berbelanja online karena ikut-ikutan teman ................................ 91
Grafik III.B.2.d Berbelanja online karena ingin menjaga gengsi/ image
(menunjukkan status sosial) ....................................................... 92
Grafik III.B.2.e Berbelanja online menjadi kepuasan tersendiri ........................... 93
Grafik III.B.2.f Berbelanja online karena senang melakukan transaksi secara
online ........................................................................................... 94
Grafik III.B.2.g Berbelanja online agar ingin tampak berbeda dari yang lain ...... 95
Grafik III.B.2.h Berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang
lain .............................................................................................. 96
Grafik III.B.3.a Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus .............. 97
Grafik III.B.3.b Berbelanja online agar terlihat trendy saat hangout ................... 98
Grafik III.B.3.c Berbelanja online karena mencari produk luar negeri ................ 99
Grafik III.B.3.d Berbelanja online karena mengetahui produk luar negeri yang
berkualitas ................................................................................. 100
Grafik III.B.3.e Berbelanja online karena mengincar merk terkenal .................. 101
Grafik III.B.3.f Berbelanja online karena produk limited editon ........................ 102
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bentuk Kuesioner Try Out .................................................................. xx
Lampiran 2 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas ................................................ xxiv
Lampiran 3 Tabel r (Koefisien Korelasi Sederhana) ........................................... xxv
Lampiran 4 Bentuk Kuesioner Lapangan ........................................................ xxvii
Lampiran 5 K-Mean Cluster .............................................................................. xxxi
Lampiran 6 Bentuk Uji Reliabilitas dan Validitas .......................................... xxxiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Di Indonesia terdapat berbagai macam perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat. Perbedaan-perbedaan tersebut yang kemudian melahirkan lapisan-
lapisan atau strata tertentu dalam masyarakat. Stratifikasi sosial adalah
pengelompokan orang ke dalam tingkatan atau strata dalam hierarki secara
vertikal (Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, 2011: 399). Di dalam kehidupan
sehari-hari dapat dilihat dari sikap dan gaya hidup di antara kelompok-kelompok
sosial berdasarkan kelas tertentu. Atribut-atribut gaya hidup berdasarkan kelas
sosial dapat dilihat secara kasat mata. Secara sederhana, perbedaan kelas sosial
bisa terjadi dan dilihat dari perbedaan besaran penghasilan rata-rata seseorang
atau sekelompok orang dalam kesehariannya atau setiap bulannya. Sekelompok
orang yang memiliki tingkat penghasilan yang tinggi akan berbeda dengan
sekelompok orang yang berpenghasilan rendah, terutama menyangkut hal-hal
pemenuhan kebutuhan hidup kesehariannya.
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dielakkan bahwa terdapat
hierarki atau stratifikasi yang terjadi didalamnya. Mulai dari masyarakat kelas
bawah, kelas menengah dan juga kelas atas. Adanya penggolongan tersebut juga
mempengaruhi adanya kepemilikan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Stratifikasi sosial ini dianggap sebagai fenomena yang universal. Proses terjadinya
sistem pelapisan-pelapisan dalam masyarakat terjadi dengan sendirinya, atau
sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama. Proses terjadinya pelapisan sosial
2
yang terjadi dengan sendirinya berangkat dari kondisi perbedaan kemampuan
antar individu atau antar kelompok sosial. Setiap individu manusia memiliki
perbedaan kemampuan dalam memenuhi aset kebutuhan hidupnya, dalam arti
bagi kelompok yang memiliki kemampuan lebih dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya tentu akan menempati posisi strata yang lebih tinggi daripada kelompok
yang memiliki sedikit kemampuan. Kedudukan yang tinggi mempunyai gaya
hidup yang tersendiri, sebagai cara menyatakan kedudukan. (Elly M. Setiadi dan
Usman Kolip, 2011: 401).
Era globalisasi telah mengubah keadaan dunia saat ini yang tentunya
berbeda dengan keadaan terdahulu yang dirasakan di seluruh dunia. Termasuk
didalamnya perubahan yang terjadi pada gaya hidup masyarakatnya di kemudian
hari. Modernisasi telah banyak merubah kehidupan pada zaman ini.
Perkembangan kebutuhan hidup manusia terus mengalami perubahan dari zaman
ke zaman. Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia, semakin menuntut pula
terjadinya peningkatan gaya hidup (lifestyle) manusia itu sendiri. Gaya hidup
merupakan ciri sebuah dunia modern atau yang biasa juga disebut modernitas
(Chaney, 2003: 40).
Belakangan internet telah berkembang dengan pesat hingga saat ini,
terlebih dengan semakin banyak sekolah dan instansi pendidikan lainya yang
mewajibkan muridnya untuk mengenal internet, dan juga banyak situs jejaring
sosial dan online shop yang membuat masyarakat banyak yang menjadikan
internet sebagai suatu kebutuhan. Banyak hal baru yang timbul dari
berkembangnya internet, salah satunya adalah pembelian atau belanja barang
3
ataupun jasa secara online. Berbelanja secara online telah menjadi alternatif cara
pembelian barang ataupun jasa, penjualan secara online berkembang baik dari segi
pelayanan, efektifitas, keamanan, dan juga popularitas.
Dengan semakin bertambahnya jumlah pengguna internet, yang juga
menyuburkan tren belanja online yang semakin meningkat. Internet lambat laun
dapat mengubah pola dan gaya hidup masyarakat karena keberadaannya memilki
keuntungan yang dapat memudahkan masyarakat dalam berbagai hal. Bagi
masyarakat urban, selain sebagai kebutuhan, belanja bahkan sudah menjadi life
style (gaya hidup). Trend perilaku atau gaya hidup dalam kamus sosiologi berarti
pola tingkah laku dan budaya atau kebiasaan yang membedakan setiap orang
(Priyatna, 2013:58). Maka dari itu, gaya hidup modern kemudian menuntut
seseorang atau kelompok untuk selalu mencari informasi dalam memperbaharui
gaya hidup konsumtif.
Menurut situs internetworldstats.com – Asia Top Internet Countries,
June 30 2015 menggambarkan bahwa pada tahun 2015 jumlah pengguna internet
di Indonesia berkisar pada angka 73 juta, dan menempati urutan tertinggi ke
empat di Asia setelah China, India, dan Jepang. (source:
http://www.internetworldstats.com/stats3.htm diakses pada tanggal 12 Maret
2016).
Tren belanja online di Indonesia cenderung terus meningkat. Konsumen
Indonesia tetap menjadi pebelanja online yang paling aktif, dan sekitar 14% di
antaranya berbelanja online dengan menggunakan ponsel pintar, tablet atau
perangkat mobile lainnya. Angka tren konsumen Indonesia itu meningkat dua kali
4
lipat dari angka tren dunia. Hal itu terungkap lewat hasil penelitian Index E-
Commerce, sebuah survei global independen mengenai trend belanja online.
Index E-commerce mengungkapkan bahwa ketertarikan konsumen dalam belanja
sosial meningkat di seluruh dunia, dan hampir separuh konsumen (45%) secara
aktif merekomendasikan produk di media sosial.
Lonjakan belanja sosial paling besar terjadi di Amerika Serikat dengan
39% konsumen berbelanja dengan memanfaatkan media sosial (meningkat 20%
dibandingkan Agustus 2012). Di antara negara-negara Asia Tenggara yang
disurvei, Indonesia (78%) adalah yang terbanyak membagi rekomendasi lewat
jejaring sosial, diikuti Malaysia (67%) dan Thailand (65%).
(http://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/meningkat-tren-belanja-online-
indonesia/3494 diunduh pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 19.20)
5
Grafik I.A.1
Indonesia Internet Users
Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau
https://www.apjii.or.id/content/statistik/39
Sedangkan menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) bahwa pengguna internet di Indonesia dalam tahun 1998 hingga tahun
2015 mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Dimulai pada tahun 1998 yang
hanya sekitar 0.5 juta jiwa sampai pada tahun 2015 yang sampai mencapai 139
juta jiwa (https://www.apjii.or.id/content/statistik/39 diakses pada tanggal 1 April
2016 pukul 16:48). Dapat disimpulkan bahwa pengguna internet aktif di Indonesia
selalu mengalami peningkatan di tiap tahunnya, pengguna semakin dimudahkan
dengan keuntungan-keuntungan yang mereka dapat dari penggunaan internet.
Pertambahan ini tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi di kota kecil pengguna
internetnya juga akan meningkat.
0,5 1 1,9 4,2 4,5 8 11,2 16 20 20
25 30
42
55 63
82
107
139
(jutaan)
6
Tabel I.A.1
Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Pernah
Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Daerah
2010 – 2014
Tahun Klasifikasi Daerah Perkotaan +
Perdesaan Perkotaan Perdesaan
2010 17,74 4,16 10,92
2011 19,53 5,08 12,28
2012 23,04 6,31 14,70
2013 22,79 7,05 14,94
2014 25,84 8,37 17,14
Sumber: Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Atau www.bps.go.id diakses pada tanggal 01 April 2016 pukul 16.52
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa persentase penduduk usia 5
tahun ke atas yang pernah mengakses internet menurut klasifikasi daerah
(perkotaan, perdesaan) hampir selalu mengalami peningkatan disetiap tahunnya.
Data diatas menunjukkan bahwa perdesaan selalu mengalami peningkatan dari
tahun 2010 sampai tahun 2014. Begitupun dengan perkotaan, meski sempat
mengalami penurunan di tahun 2012 ke 2013 namun tingkat penurunannya tidak
terlalu signifikan, justru pada tahun berikutnya mengalami peningkatan yang
sangat signifikan (http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 01 April 2016 pukul
16.52). Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan persentase penduduk
pengguna internet aktif baik yang berada di perkotaan maupun di perdesaan selalu
mengalami peningkatan disetiap tahunnya.
Gaya hidup yang ditimbulkan dengan adanya kemajuan internet seperti
tren belanja online (online shopping) salah satunya adalah gaya hidup konsumtif.
Saat ini gaya hidup konsumtif bukan lagi hal yang asing, namun merupakan sudah
7
menjadi hal yang populer dalam masyarakat, khususnya mahasiswa. Dahulu
mahasiswa tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dan gaya hidup
konsumtif, tetapi mereka lebih mementingkan masalah kebutuhan pokok daripada
masalah penampilan dan gaya hidup konsumtif. Perubahan gaya hidup konsumtif
pasti berkaitan erat dengan tingkat stratifikasi sosial mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa yang tergolong dalam masyarakat kelas atas tentu mengalami
perubahan gaya hidup konsumtif yang mencolok bila dibandingkan dengan
masyarakat kelas bawah. Perubahan gaya hidup konsumtif pasti juga diikuti
dengan tingkat perekonomian yang dimiliki oleh mahasiswa itu sendiri.
Perubahan yang terjadi pada mahasiswa diantaranya dari cara berpakaian,
bersosialisasi, dan kegiatan lainnya yang dianggap modern, gaul, keren oleh
mahasiswa.
Seiring perkembangan teknologi yang semakin meningkat, banyak
mahasiswa yang sering menggunakan media sosial untuk mencari barang-barang
kebutuhan mereka melalui ponsel pintar (smartphone) yang dimilikinya. Salah
satu contohnya adalah belanja online (online shopping), dimana mahasiswa yang
pesan pakaian, sepatu dan tas melalui online shop. Beberapa mahasiswa
menganggap dengan berbelanja online (online shopping) banyak keuntungan yang
didapat jika dibandingkan harus berbelanja langsung ke store. Mulai dari tidak
harus repot-repot keluar rumah, tidak harus tawar menawar, barang siap diantar,
dan juga transaksi yang mudah dan cepat. Dengan banyaknya keuntungan-
keuntungan yang didapat inilah, yang kemudian membuat para mahasiswa
8
ketagihan untuk berbelanja online kembali dengan berbagai macam online shop
yang ada.
Hal tersebut yang kemudian lama-kelamaan menjadi gaya hidup konsumtif
bagi beberapa mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya FISIP UIN
Jakarta angkatan 2013, 2014, 2015. Alasan di ambilnya tiga angkatan tersebut
karena penulis melihat realita di lapangan bahwa terjadi segmentasi atau
pengelompokkan diantara mahasiswa dalam proses sosialisasinya di lingkungan
kampus. Beberapa mahasiswa cenderung memilih teman yang memiliki selera
penampilan (modis) yang sama, yang kemudian terlihat seperti terjadi penyekatan
di ruang pergaulannya. Oleh karena itu, hal tersebut membuat peneliti menjadi
tertarik untuk melihat lebih dalam mengenai hubungan antara tingkat stratifikasi
sosial terhadap gaya hidup konsumtif berbelanja online pada kalangan mahasiswa
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan penulis kaji
dalam penelitian ini, adalah:
1. Bagaimana tingkat stratifikasi sosial orang tua dan mahasiswa FISIP
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?
2. Bagaimana gaya hidup konsumtif mahasiswa FISIP Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?
3. Apakah terdapat hubungan antara stratifikasi sosial terhadap gaya
hidup konsumtif berbelanja online di kalangan mahasiswa FISIP
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari pertanyaan penelitian diatas, penelitian ini bertujuan
untuk:
a. Untuk menggambarkan tingkat stratifikasi sosial orang tua dan
mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
b. Untuk menggambarkan gaya hidup konsumtif mahasiswa FISIP
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Untuk menggambarkan adakah hubungan antara stratifikasi sosial
dengan gaya hidup konsumtif berbelanja online di kalangan
mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian yang dilakukan ini, mampu memberikan manfaat yang
antara lain adalah;
a. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan informasi kepada para akademisi bahwa di
balik berkembangnya jumlah pengguna internet yang semakin meningkat
sekarang ini, dengan begitu mendorong berkembangnya bisnis-bisnis
10
online shop yang terus mengikuti perkembangan zaman dan merubah gaya
hidup (life style) masyarakat yang cenderung konsumtif.
Dan dapat memberikan khasanah baru bagi ilmu pengetahuan dan
secara sosiologis, dengan lahirnya modernitas memacu berkembangnya
teknologi yang semakin pesat diiringi dengan banyaknya keuntungan-
keuntungan yang didapat namun dibalik itu pula melahirkan gaya hidup
konsumtif.
b. Manfaat Praktis
Untuk memberikan informasi dan masukan kepada lokasi tempat
penelitan ini, FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk lebih
mengembangkan pendidikan karakter mahasiswa agar lulusan universitas
tidak hanya paham ilmu sosial tetapi juga didukung rasionalitas dan
moralitas ekonomi yang baik dalam prakteknya. Dan khususnya BEM,
agar lebih mensosialisasikan tentang penerapan gaya hidup sederhana
kepada mahasiswa-mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar
tidak terbawa derasnya arus modernisasi yang cenderung melahirkan gaya
hidup konsumtif dan bersifat hedonis. Dan lebih selektif dalam membeli
produk dan tentu sesuai kebutuhan.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini berisikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya
untuk dijadikan acuan atau sumber dalam penelitian ini yang berkaitan dengan
variable yang terdapat didalam penelitian.
11
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wulan Nindya Mantri (2007)
dalam penelitiannya mengenai “Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa
UNNES dan UNIKA dalam kehidupan kampus”, yang menjelaskan bahwa
mahasiswa konsumtif merupakan mahasiswa yang mengikuti mode di dalam
ataupun di luar kampus. Sering pergi ke tempat-tempat yang dapat meningkatkan
citra pergaulannya dan sering melakukan kegiatan belanja atau disebut shopping
oleh mahasiswa pada umumnya. Produk-produk yang menarik untuk dikonsumsi
oleh mahasiswa adalah produk-produk yang dapat mendukung penampilan dan
produk-produk yang dapat memenuhi kepuasan. Mahasiswa konsumtif seringnya
membeli produk-produk baru padahal produk-produk yang lama belum rusak atau
masih dapat digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif
mahasiswa dalam kehidupan kampus yaitu: Perilaku pergaulan mahasiswa,
Kehidupan ekonomi mahasiswa, Pengaruh informasi dan teknologi, Didikan dari
orangtua dan keluarga.
Kedua, penelitan mengenai “Hubungan Internet dengan Gaya Hidup
Konsumtif” pada 2013, yang dilakukan oleh Ismayanti (UIN Syarif Hidayatullah).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dari
penelitian ini menghasilkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya
mahasiswa/i mengakses internet dengan gaya hidup konsumtif. Semakin mereka
termasuk tingkatan pengguna yang lebih tinggi semakin tinggi pula peluang
mereka untuk memiliki gaya hidup konsumtif.
Ketiga, penelitian mengenai “Gaya Hidup Konsumtif dan Pencitraan Diri
Pelajar Pengguna Handphone di SMA Negeri 1 Sambi Boyolali” pada tahun
12
2008, yang dilakukan Siti Murdaningsih. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran gaya hidup konsumtif dan pencitraan diri yang ditampilkan
melalui handphone yang digunakan, serta bagaimana kaitan antara suatu gaya
hidup konsumtif dengan pencitraan diri pelajar dalam menggunakan handphone.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik
pengambilan sampel Purposive Sampling didukung dengan strategi Maximum
Variaton. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa handphone selain sebagai alat
komunikasi tetapi juga untuk meningkatkan gengsi. Seseorang yang pada awalnya
belum merasa membutuhkan handphone, pada akhirnya merasa butuh juga karena
gengsi dengan tema-teman yang sudah memiliki handphone bahkan yang bagus-
bagus. Supaya tidak dianggap ketinggalan jaman dan kuper atau supaya terlihat
dari orang yang mampu/kaya. Hal ini menunjukkan bahwa lebih penting
mendapat penghargaan diri daripada kebutuhan yang sebenarnya.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Tirtha Segoro pada 2013
mengenai “Gaya Hidup Konsumtif Pada Santri Pondok Pesantren Moderen”.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan latar belakang,
faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif dan solusi dalam
menghadapi gaya hidup konsumtif pada santri pondok pesantren modern. Metode
pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner terbuka dan wawancara. Hasil menunjukkan bahwa secara umum
keluarga sudah memberikan peran yang penting dalam mengajarkan pemahaman
tentang mengatur keuangan informan setiap bulan dengan mengajarkan cara
berhemat dan memberikan contoh langsung. Faktor yang mempengaruhi gaya
13
hidup konsumtif pada santri pondok pesantren modern adalah orang lain/
lingkungan. Hal ini juga berkaitan dengan usia santri yang tergolong remaja, yaitu
10-14 tahun dimana masa remaja adalah masa pencarian identitas diri yang
cenderung mengikuti kelompok acuan remaja tersebut.
Kelima, penelitian dengan judul “Salon sebagai Tren Gaya Hidup Kaum
Muda” oleh Lucia Sinto Dewi, mahasiswi jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Gajah Mada. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk
mengetahui penyebab menjamurnya salon di Yogyakarta dan mengetahui faktor-
faktor yang melatarbelakangi kaum muda pergi ke salon. Hasil penelitian ini
yaitu, menjamurnya salon disebabkan polusi udara, semakin padatnya aktivitas
dan semakin tingginya tingkat stress masyarakat menyebabkan penampilan
seseorang menjadi tidak menarik. Pemilihan salon tertentu bagi informan adalah
karena tren, harga, status, dan kepraktisan. Hubungan peer group sangat
berpengaruh terhadap kunjungan seorang remaja ke salon. Intensitas ke salon
bagi informan sangat mempengaruhi prestise seseorang, hingga ia akan dianggap
sebagai bagian dari orang-orang kelas atas atau orang kaya. Hasil yang sebanding
setelah pergi ke salon dengan pelayanannya pun membuat semakin banyak kaum
muda yang memilih untuk merawat tubuhnya dan bersolek di salon.
Selanjutnya, tesis yang ditulis oleh Weni Widhianti mengenai “Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Keinginan Membeli Konsumen pada Toko Pakaian
Online. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil dari penelitian ini
adalah bahwa konsumen kota Depok dalam melakukan pembelian pada toko
online didasarkan pada kesenangan pribadi konsumen yaitu kesenangan
14
menikmati proses belanja pada toko pakaian online dan merupakan cara untuk
mengisi waktu luang.
Tabel I.D.1
Tinjauan Pustaka
No Aspek
Perbandingan
Studi Terdahulu
1. a. Judul “Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif
Mahasiswa UNNES dan UNIKA dalam
kehidupan kampus”
b. Penulis Wulan Nindya Mantri (2007) Universitas
Negeri Semarang
c. Metode
Penelitian
Metode Kualitatif
d. Hasil Penelitian Mahasiswa konsumtif merupakan
mahasiswa yang mengikuti mode di dalam
ataupun di luar kampus. Sering pergi ke
tempat-tempat yang dapat meningkatkan
citra pergaulannya dan sering melakukan
kegiatan belanja atau disebut shopping oleh
mahasiswa pada umumnya. Produk-produk
yang menarik untuk dikonsumsi oleh
mahasiswa adalah produk-produk yang
dapat mendukung penampilan dan produk-
produk yang dapat memenuhi kepuasan.
Mahasiswa konsumtif seringnya membeli
produk-produk baru padahal produk-produk
yang lama belum rusak atau masih dapat
digunakan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup konsumtif
mahasiswa dalam kehidupan kampus yaitu:
15
Perilaku pergaulan mahasiswa, Kehidupan
ekonomi mahasiswa, Pengaruh informasi
dan teknologi, Didikan dari orangtua dan
keluarga.
2. a. Judul “Hubungan Internet dengan Gaya Hidup
Konsumtif”
b. Penulis Ismayanti (2013) UIN Syarif Hidayatullah
c. Metode
Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
d. Hasil Penelitian Dari penelitian ini menghasilkan bahwa
terdapat hubungan antara lamanya
mahasiswa/i mengakses internet dengan
gaya hidup konsumtif. Semakin mereka
termasuk tingkatan pengguna yang lebih
tinggi semakin tinggi pula peluang mereka
untuk memiliki gaya hidup konsumtif.
3. a. Judul Gaya Hidup Konsumtif dan Pencitraan Diri
Pelajar Pengguna Handphone di SMA
Negeri 1 Sambi Boyolali”.
b. Penulis Siti Murdaningsih (2008) Universitas
Sebelas Maret
c. Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif, dengan teknik
pengambilan sampel Purposive Sampling
didukung dengan strategi Maximum
Variaton.
d. Fokus Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran gaya hidup konsumtif dan
pencitraan diri yang ditampilkan melalui
handphone yang digunakan, serta bagaimana
16
kaitan antara suatu gaya hidup konsumtif
dengan pencitraan diri pelajar dalam
menggunakan handphone.
e. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
handphone selain sebagai alat komunikasi
tetapi juga untuk meningkatkan gengsi.
Seseorang yang pada awalnya belum merasa
membutuhkan handphone, pada akhirnya
merasa butuh juga karena gengsi dengan
tema-teman yang sudah memiliki handphone
bahkan yang bagus-bagus. Supaya tidak
dianggap ketinggalan jaman dan kuper atau
supaya terlihat dari orang yang
mampu/kaya. Hal ini menunjukkan bahwa
lebih penting mendapat penghargaan diri
daripada kebutuhan yang sebenarnya.
4. a. Judul “Gaya Hidup Konsumtif Pada Santri
Pondok Pesantren Moderen”.
b. Penulis Tirtha Segoro (2013)
c. Metode
Penelitian
Metode pengambilan data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner terbuka dan wawancara.
d. Fokus Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami
dan mendeskripsikan latar belakang, faktor-
faktor yang mempengaruhi gaya hidup
konsumtif dan solusi dalam menghadapi
gaya hidup konsumtif pada santri pondok
pesantren modern.
e. Hasil Penelitian Hasil menunjukkan bahwa secara umum
keluarga sudah memberikan peran yang
17
penting dalam mengajarkan pemahaman
tentang mengatur keuangan informan setiap
bulan dengan mengajarkan cara berhemat
dan memberikan contoh langsung. Faktor
yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif
pada santri pondok pesantren modern adalah
orang lain/ lingkungan. Hal ini juga
berkaitan dengan usia santri yang tergolong
remaja, yaitu 10-14 tahun dimana masa
remaja adalah masa pencarian identitas diri
yang cenderung mengikuti kelompok acuan
remaja tersebut.
5. a. Judul “Salon sebagai Tren Gaya Hidup Kaum
Muda”
b. Penulis Lucia Sinto Dewi (2007) Universitas Gajah
Mada
c. Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif
d. Fokus Penelitian Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk
mengetahui penyebab menjamurnya salon di
Yogyakarta dan mengetahui faktor-faktor
yang melatarbelakangi kaum muda pergi ke
salon.
e. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini yaitu, menjamurnya
salon disebabkan polusi udara, semakin
padatnya aktivitas dan semakin tingginya
tingkat stress masyarakat menyebabkan
penampilan seseorang menjadi tidak
menarik. Pemilihan salon tertentu bagi
informan adalah karena tren, harga, status,
18
dan kepraktisan. Hubungan peer group
sangat berpengaruh terhadap kunjungan
seorang remaja ke salon. Intensitas ke salon
bagi informan sangat mempengaruhi prestise
seseorang, hingga ia akan dianggap sebagai
bagian dari orang-orang kelas atas atau
orang kaya. Hasil yang sebanding setelah
pergi ke salon dengan pelayanannya pun
membuat semakin banyak kaum muda yang
memilih untuk merawat tubuhnya dan
bersolek di salon.
6. a. Judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keinginan Membeli Konsumen pada Toko
Pakaian Online. (tesis)
b. Penulis Weni Widhianti (2011) FISIP Universitas
Indonesia
c. Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif.
d. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
konsumen kota Depok dalam melakukan
pembelian pada toko online didasarkan pada
kesenangan pribadi konsumen yaitu
kesenangan menikmati proses belanja pada
toko pakaian online dan merupakan cara
untuk mengisi waktu luang.
Setelah melihat penelitian sebelumnya dalam berbagai penelitian diatas,
maka akan terlihat suatu perbedaan dan juga persamaan yang ada di dalam
penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dimiliki dalam
19
penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah sama-sama fokus mengenai
masalah seputar gaya hidup konsumtif.
Namun, perbedaan yang ada di penelitian ini dan penelitian sebelumnya
adalah penelitian terdahulu lebih melihat kepada penggunaan internet yang
berdampak pada gaya hidup konsumtif, seringnya pergi ke tempat-tempat yang
dapat meningkatkan citra pergaulan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
hidup konsumtif mahasiswa dalam kehidupan kampus yaitu: perilaku pergaulan
mahasiswa, kehidupan ekonomi mahasiswa, pengaruh informasi dan teknologi,
didikan dari orangtua dan keluarga. Sedangkan dalam penelitian penulis, lebih
kepada hubungan sosiologis antara hubungan stratifikasi sosial dengan gaya hidup
konsumtif berbelanja online di kalangan mahasiswa FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Kerangka Teoritis
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sosiologis, dan yang menjadi
objek dari sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar
manusia dan proses timbal balik yang timbul dari hubungan manusia dalam
masyarakat. Fokus dalam penelitian adalah stratifikasi sosial dan gaya hidup
konsumtif berbelanja online.
Pembahasan dalam penelitian ini penulis akan menggunakan Teori Gaya
Hidup. Teori gaya hidup (lifestyle) dikemukakan oleh David Chaney digunakan
sebagai penjelasan mengenai deskripsi gaya hidup konsumtif. Chaney memahami
gaya hidup sebagai proses aktualisasi diri dimana para aktor secara refleksif
terkait dengan bagaimana mereka harus hidup dalam suatu konteks
20
interdependensi global (Chaney, 1996: 23). Perkembangan di segala bidang
terjadi sekarang ini, baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut
seseorang untuk mampu beradaptasi dengan berbagai bentuk perubahan dan
pembaharuan. Untuk melihat suatu gaya hidup dapat dilihat dari barang-barang
yang dimiliki dan yang dipakai sehari-hari yang biasanya bersifat modis, trendy.
Dalam artian mengikuti mode/fashion dan mengikuti trend. Tetapi untuk dapat
mencapai sesuatu gaya hidup yang dinginkan, biasanya seseorang harus pula
mengeluarkan biaya lebih atau ekstra. Pengeluaran biaya yang berlebih tersebut
memicu seseorang mengkonsumsi barang dan jasa. Aktivitas konsumsi tidak lagi
didasarkan atas alasan kebutuhan, tetapi karena produk tersebut memiliki simbol
tertentu yang dapat menaikkan “pamor pembelinya”.
Kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa mahasiswa yang berada di
dalam kehidupan kampus berasal dari berbagai lapisan sosial yang berbeda.
Mahasiswa yang berada dalam keluarga kelas atas cenderung mempunyai gaya
hidup yang berbeda dengan kelas bawah. Mahasiswa yang berada di kelas atas
cenderung untuk berkonsumsi lebih banyak dibandingkan mahasiswa yang berada
di kelas bawah. Hal ini terjadi karena dengan sumber daya yang melimpah akan
membuat mahasiswa mudah dalam membelanjakannya.
Kehidupan kampus pun ikut membentuk gaya hidup khas di kalangan
mahasiswa dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi dalam mempertahankan
prestise dari masing-masing individu. Kini mahasiswa berubah dalam hal
berpakaian, pergaulan, pemakaian uang dan kebutuhan lain yang menjadi
berlebihan, tidak sesuai kebutuhan. Banyak mahasiswa yang melakukan apa saja
21
untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Mahasiswa di kampus,
terutama perempuan berlomba-lomba mengenakan pakaian mahal dari berbagai
jenis merek yang tersedia di pasaran. Tujuan mereka adalah untuk mendukung
penampilan dan memperlihatkan bahwa pakaian yang mereka pakai itu mahal,
tidak semua orang dapat memiliki pakaian tersebut.
Berbelanja online (online shopping) adalah suatu topik yang sedang
berkembang belakangan ini. Saat ini perkembangan online shopping bukan hanya
untuk memudahkan dalam pemenuhan kebutuhan saja, namun telah bergeser
sebagai bahan untuk terkesan kekinian atau up to date. Semuanya dijadikan
simbol keberadaan seseorang termasuk dalam berbelanja online dikalangan
mahasiswa yang cenderung ingin mencari identitas diri dan penghargaan.
Chaney juga mengungkapkan bahwa penampakan luar menjadi salah satu
situs paling penting dari gaya hidup. Hal-hal permukaan akan menjadi sangat
penting daripada fungsi. Gaya menggantikan substansi. Kulit akan menggantikan
isi. Mahasiswa yang selalu bersaing dalam kegiatan yang selalu dianggap baik dan
tinggi nilainya, tidak lepas dari gengsi yang dimilikinya. Mahasiswa tidak mau
dianggap kurang pergaulan (kuper), kuno, cupu baik dalam hal berpakaian,
mengkonsumsi makanan, maupun dalam hal pergaulan. Mahasiswa yang membeli
produk-produk mahal demi memenuhi kebutuhan dan agar selalu dianggap up to
date.
22
F. Definisi Konsep
1. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti
sistem berlapis-lapis dalam masyarakat; kata stratification berasal dari stratum
(jamaknya : strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis
(Sorokin dalam Soerjono, 2003: 51). Selama dalam masyarakat itu ada sesuatu
yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai,
maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya
sistem yang berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai itu
mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, kekuasaan, imu
pengetahuan, dan penghargaan yang lebih tinggi di masyarakat. Jika ada
sekelompok kecil dari masyarakat yang memiliki barang-barang berharga itu
dalam jumlah besar, maka masyarakat umumnya menganggap mereka sebagai
kelompok atau golongan yang berada pada lapisan atas. Sebaliknya dengan
mereka yang memiliki sedikit sekali atau hampir tidak memiliki barang sesuatu
yang berharga itu, punya kedudukan yang rendah di mata masyarakat (Jefta Leibo,
1995: 57).
Perbedaan gaya hidup (life style) menjadi sebuah pembatas dari tiap-tiap
kelas. Menurut Weber (dalam Sunarto. 2003: 91) perbedaan kelompok ditandai
oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang (seperti busana dan
produk-produk yang digunakan) dan kesempatan ideal maupun material (gaya
hidup dalam bersosialisasi). Sedangkan Jeffris mendefinisikan kelas sosial
23
merupakan “social and economic groups constitued by a coalesence of economic,
occupational and educational bonds”. Maksudnya adalah bahwa konsep kelas
melibatkan perpaduan antara ikatan-ikatan. Yang diantaranya adalah ekonomi,
pekerjaan dan pendidikan. Yang mana ketiga dimensi tersebut saling berkaitan.
Jeffris mengemukakan bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya dasar yang
dijadikan pedoman untuk mengklasifikasikan adanya kelas sosial, akan tetapi
ketiga dimensi tersebut mempunyai keterkaitan yang erat. Menurut Jeffris
pendidikan dan pekerjaan juga merupakan aspek penting dari kelas, karena
pendidikan sering menjadi prasyarat untuk seseorang mendapatkan pekerjaan
yang layak (Kamanto Sunarto, 1993: 115).
a) Ekonomi (Penghasilan)
Uang diperlukan pada kedudukan kelas sosial atas. Untuk dapat
memahami peran uang dalam menentukan kelas sosial, masyarakat harus
menyadari bahwa pada dasarnya kelas sosial merupakan suatu cara hidup.
Diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut cara hidup
orang berkelas sosial atas. Mereka mampu membeli rumah mewah, mobil,
pakaian, dan peralatan prabot rumah yang berkelas dan harganya mahal,
namun tidak saja hanya berdasarkan materi akan tetapi cara bersikap juga
menentukan kelas sosial mereka. Uang juga memiliki makna yang lain,
misalnya penghasilan seseorang yang diperoleh dari investasi lebih
memiliki prestise daripada penghasilan yang diperoleh dari tunjangan
pengangguran. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan profesional
lebih berfungsi daripada penghasilan yang berwujud upah pekerjaan kasar.
24
Sumber dan jenis penghasilan seseorang inilah yang memberi gambaran
tentang latar belakang keluarga dan kemungkinan cara hidupnya. Jadi,
uang memang merupakan determinan kelas sosial yang penting, hal
tersebut sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran
tentang latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang.
b) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan determinan kelas sosial lainnya. Pekerjaan
juga merupakan aspek kelas sosial yang penting, karena begitu banyak
segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Jika dapat
mengetahui jenis pekerjaan seseorang, tentu juga bisa menduga tinggi
rendahnya pendidikan, standar hidup, teman bergaul, jam bekerja, dan
kebiasaan sehari-harinya. Bahkan bisa menduga selera bacaan, selera
tempat berlibur, standar moral dan orientasi keagamaannya. Dengan kata
lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat
berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Keseluruhan cara hidup
seseoranglah yang pada akhirnya menentukan pada kelas sosial mana
orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik
untuk mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu juga pekerjaan
merupakan salah satu indikator terbaik untuk mengetahui kelas sosial
seseorang.
c) Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
lahirnya kelas sosial dimasyarakat, hal ini disebabkan karena apabila
25
seseorang mendapatkan pendidikan yang tinggi maka memerlukan biaya
dan motivasi yang besar, kemudian jenis dan tinggi-rendahnya pendidikan
juga mempengaruhi jenjang kelas sosial. Pendidikan juga bukan hanya
sekedar memberikan keterampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan
mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara hingga perubahan
dalam keseluruhan cara hidup seseorang.
Berdasarkan pemaparan diatas bahwa penghasilan, pekerjaan dan
pendidikan merupakan tiga indikator yang cukup jelas yang membuat seseorang
dapat digolongkan kedalam suatu strata sosial. Ketiga indikator ini juga biasa
dimanfaatkan oleh para ilmuwan dalam mengklasifikasikan kelas sosial, dan
ketiga indikator ini juga dinyatakan lebih objektif jika digunakan untuk tujuan
penelitian (Paul B. Horton, 2007: 11-12)
2. Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup adalah pola (durasi, intensitas, kuantitas) penggunaan waktu,
ruang dan barang di dalam kehidupan sosial. Gaya hidup dibentuk didalam sebuah
ruang sosial (social space), yang didalamnya terjadi sintesis antara aktivitas
belanja dan kesenangan (Piliang, 2003: 204). Sedangkan Konsumerisme
merupakan pola pikir dan tindakan dimana orang membeli barang bukan
dikarenakan barang tersebut dibutuhkan, melainkan karena tindakan membeli itu
sendiri memberikan kepuasan pada seseorang (Iskandar, 2010: 8). Konsumerisme
memiliki dua nilai. Yang pertama sebagai wujud pemuasan kebutuhan identitas
dan makna. Kedua sebagai fungsi sosial dan ekonomis (Haryanto Soedjatmiko,
2008: 9).
26
Pada saat ini, konsumerisme bukan hanya sebatas kegiatan membeli
sesuatu untuk dikonsumsi tetapi telah bergeser kepada suatu bentuk gaya hidup.
Gaya hidup merujuk pada kepekaan konsumen yang diidentifikasi oleh Hebdige
sebagai karakter konsumsi modern. Kegiatan konsumsi itu merujuk pada cara
orang-orang berusaha untuk menampilkan individualitas dan cita rasa melalui
pemilihan barang-barang tertentu. Individu secara aktif menggunakan barang-
barang konsumsi yang sedang kekinian seperti gaya berpakaian, tempat hiburan,
kendaraan dan juga lain sebagainya. Gaya hidup tersebut yang membuat
kecenderungan kelompok dalam menggunakan barang-barang untuk membedakan
seseorang dengan orang lain sekaligus mendukung pandangan bahwa konsumsi
dapat dipahami sebagai perjuangan memperoleh posisi sosial (Celia Lury, 1998:
112).
Mary Douglas dan Baraon Isherwood berpendapat bahwa konsumsi
merupakan proses sosial, sebagai bagian dari integral dari sistem sosial yang
dipakai untuk bertindak dan menjadi bagian dari kebutuhan sosial untuk
berhubungan dengan orang lain melalui perantara benda-benda. Mereka
menyebutkan ada tiga alasan mengapa seseorang membeli suatu barang, yaitu
(1) untuk memenuhi kebutuhan materi,
(2) untuk memenuhi kebutuhan psikis, dan
(3) untuk penampilan atau display.
Dua alasan pertama, alasannya pada pemenuhan kebutuhan sebagai
individu yaitu makan, berpakaian, berlibur atau rekreasi. Sementara alasan ketiga
lebih berkaitan dengan tuntutan masyarakat (Budi Susanto, 2005: 65).
27
Kemudian didalamnya terdiri beberapa indikator, yaitu:
a) Berbelanja online karena lebih mudah mencari barang termurah di
onlineshop dibandingkan offlineshop,
b) Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki,
c) Berbelanja online dapat di akses kapanpun tanpa batasan waktu,
d) Berbelanja online dapat di akses dimanapun,
e) Berbelanja online karena sedang kekinian/ mengikuti tren,
f) Berbelanja online karena ikut-ikutan teman,
g) Berbelanja online karena menjaga gengsi/image,
h) Berbelanja online menjadi kebanggaan atau kepuasan tersendiri,
i) Berbelanja online karena ingin tampak berbeda dari yang lain,
j) Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus,
k) Berbelanja online karena mencari produk luar negeri,
l) Berbelanja online karena mengincar merk terkenal (branded).
G. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
1998: 67). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarka pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
28
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik (Sugiyono, 2000: 51).
Berkaitan dengan penelitian ini maka variabel independen dan dependen
adalah sebagai berikut:
X = Variabel Bebas (independen)
Y = Variabel Terikat (dependen)
Keterangan:
X = Stratifikasi Sosial
X1 = Pendidikan Terakhir Ayah
X2 = Pendidikan Terakhir Ibu
X3 = Pekerjaan Ayah
X4 = Pekerjaan Ibu
X5 = Pendapatan Orang tua
X6 = Uang Saku Mahasiswa
X7 = Pengeluaran Mahasiswa
Y = Gaya Hidup Konsumtif
Berdasarkan kerangka berfikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis Nol (Ho)
Ho = Tidak terdapat hubungan antara stratifikasi sosial dengan gaya hidup
konsumtif mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hipotesis Alternatif (Ha)
29
Ha = Terdapat hubungan antara stratifikasi sosial dengan gaya hidup konsumtif
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha1 = Jika pendidikan terakhir orang tua (Ayah) tinggi maka gaya hidup
konsumtif pada mahasiswa akan semakin tinggi pula.
Ha2 = Jika pendidikan terakhir orang tua (Ibu) tinggi maka gaya hidup konsumtif
pada mahasiswa akan semakin tinggi pula.
Ha3 = Jika pekerjaan orang tua (Ayah) tinggi maka gaya hidup konsumtif pada
mahasiswa akan semakin tinggi pula.
Ha4 = Jika pekerjaan orang tua (Ibu) tinggi maka gaya hidup konsumtif pada
mahasiswa akan semakin tinggi pula.
Ha5 = Jika pendapatan orang tua tinggi maka gaya hidup konsumtif pada
mahasiswa akan semakin tinggi pula.
Ha6 = Jika uang saku mahasiswa tinggi maka gaya hidup konsumtif pada
mahasiswa akan semakin tinggi pula.
Ha7 = Jika pengeluaran mahasiswa tinggi maka gaya hidup konsumtif pada
mahasiswa akan semakin tinggi pula.
H. Operasional Konsep
Konsep yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, antara lain terdiri dari
dua variabel yaitu variabel independen (stratifikasi sosial) dan variabel dependen
(gaya hidup konsumtif) yang akan diuji hubungannya dengan menggunakan uji
Crosstab dan Spearman.
Dalam penelitian ini, variabel stratifikasi sosial diukur dari beberapa
indikator yaitu pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Sedangkan untuk variabel
30
gaya hidup konsumtif diukur dari beberapa indikator, yaitu berbelanja online
karena lebih mudah mencari barang termurah di onlineshop dibandingkan
offlineshop, berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki, berbelanja
online dapat di akses kapanpun tanpa batasan waktu, berbelanja online dapat di
akses dimanapun, berbelanja online karena sedang kekinian/ mengikuti tren,
berbelanja online karena ikut-ikutan teman, berbelanja online karena menjaga
gengsi/image, berbelanja online menjadi kebanggaan atau kepuasan tersendiri,
berbelanja online karena ingin tampak berbeda dari yang lain, berbelanja online
karena agar penampilan lebih bagus, berbelanja online karena mencari produk luar
negeri, berbelanja online karena mengincar merk terkenal (branded).
Berikut operasionalisasi konsep secara keseluruhan dalam bentuk tabel:
Tabel I.H.1
Operasionalisasi Konsep
Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan
Stratifikasi
Sosial
Pendidikan
Pendidikan terakhir
orangtua
1. Apa pendidikan
terakhir orangtua
anda?
Pekerjaan Jenis pekerjaan
orangtua
1. Apa jenis pekerjaan
orangtua anda?
Pendapatan
Pendapatan
(pendapatan
orangtua, uang
saku dan
pengeluaran
mahasiswa)
1. Berapa pendapatan
orangtua anda
perbulan?
2. Berapa rata-rata
pengeluaran
anda perbulan?
3. Berapa uang saku
anda perbulan?
31
4. Dimana tempat
tinggal anda saat
ini?
Gaya Hidup
Konsumtif
Untuk
memenuhi
kebutuhan
materi
Berbelanja online
karena lebih mudah
mencari barang
termurah di
onlineshop
dibandingkan
offlineshop
1. Berbelanja online
karena lebih mudah
mencari barang
termurah di
onlineshop
dibandingkan
offlineshop
2. Berbelanja online
karena
mendapatkan
diskon melalui
pembelian secara
online
Berbelanja online
karena keterbatasan
waktu yang
dimiliki
1. Berbelanja online
karena keterbatasan
waktu yang
dimiliki
2. Berbelanja online
sibuk bila harus
berkunjung ke
store
3. Berbelanja online
karena cuaca yang
terkadang tidak
menentu.
Berbelanja online
dapat diakses
1. Berbelanja online
dapat diakses
32
kapanpun tanpa
batasan waktu
kapanpun tanpa
batasan waktu tidak
diburu-buru
2. Berbelanja online
karena iseng
mengisi waktu
senggang
3. Berbelanja online
karena tidak
sengaja melakukan
pencarian
(googling) ke
browser sehingga
tertarik
Berbelanja online
dapat diakses
dimanapun
1. Berbelanja online
dapat diakses
dimanapun
2. Berbelanja online
karena keterbatasan
akses kendaraan
sehingga dapat
melalui gadget
tanpa harus keluar
rumah
3. Berbelanja online
karena dapat
menjangkau
onlineshop yang
berbeda wilayah
Untuk Berbelanja online 1. Berbelanja online
33
memenuhi
kebutuhan
psikis
karena sedang
kekinian/
mengikuti trend
karena sedang
kekinian/mengikuti
trend
Berbelanja online
karena ikut-ikutan
teman
1. Berbelanja online
karena ikut-ikutan
teman
2. Berbelanja online
karena dorongan
agar diterima di
lingkungan
pertemanan
Berbelanja online
karena menjaga
gengsi/image
1. Berbelanja online
karena ingin
menjaga
gengsi/image
(menunjukkan
status sosial)
Berbelanja online
menjadi
kebanggaan atau
kepuasan tersendiri
1. Berbelanja online
menjadi kepuasan
tersendiri dengan
sistem yang ada.
2. Berbelanja online
karena senang
melakukan
transaksi secara
online
Berbenja online
agar ingin tampak
berbeda dari yang
lain
1. Berbelanja online
karena ingin
menunjukan bahwa
dirinya berbeda
34
dari yang lain.
2. Berbelanja online
karena ingin dilihat
lebih unggul dari
yang lain
Untuk
penampilan
atau display
Berbelanja online
karena agar
penampilan lebih
bagus
1. Berbelanja online
karena agar
penampilan lebih
bagus
2. Berbelanja online
agar terlihat trendy
saat hangout
Berbelanja online
karena produk luar
negeri
1. Berbelanja online
karena mencari
produk luar negeri
2. Berbelanja online
karena mengetahui
produk luar negeri
yang berkualitas
Berbelanja online
karena mengincar
merk terkenal
(branded)
1. Berbelanja online
karena mengincar
merk terkenal
(branded)
2. Berbelanja online
karena produk
limited editon
35
I. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis
statistik. Analisis statistik merupakan semua kenyataan yang berbentuk angka-
angka tentang suatu kejadian khusus, dengan mengumpulkan, menyusun,
menyajikan, menggambarkan, menganalisa, atau menginterpretasikan data-data
yang berupa angka-angka (Mansoer, 2009: 1). Penelitian ini termasuk dalam
kerangka penelitian eksplanatif (explanatory research). Penelitian ini bermaksud
menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan (Faisal, 2003:21).
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kampus dua fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jalan Kertamukti
No.5 Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan. Peneliti memilih lokasi ini karena
peneliti ingin menganalisa lebih dalam mengenai pengaruh stratifikasi sosial
terhadap gaya hidup konsumtif pada kalangan mahasiswa FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tidak seperti dahulu, saat ini FISIP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tidak hanya berisikan mahasiswa yang berasal dari wilayah perdesaan saja,
namun telah di dominasi oleh masyarakat urban. Dimana tuntutan zaman yang
semakin maju mau tak mau membuat seseorang juga ikut mengikutinya. Segala
fasilitas, bujukan media dan kemudahan dapat diperoleh dengan mudah.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Jadi
yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang akan
36
dijadikan responden dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah mahasiswa FISIP tiga angkatan terakhir 2013, 2014 dan 2015. Alasan
peneliti memilih tiga angkatan tersebut karena penulis melihat realita di lapangan
bahwa terjadi segmentasi atau pengelompokkan diantara mahasiswa dalam proses
sosialisasinya di lingkungan kampus. Beberapa mahasiswa cenderung memilih
teman yang memiliki selera penampilan (modis) yang sama, yang kemudian
terlihat seperti terjadi penyekatan di ruang pergaulannya. Di samping itu,
mahasiswa yang berada pada angkatan tersebut kehadirannya di kampus masih
tinggi jika dibandingkan dengan angkatan di atasnya yang sudah tidak aktif di
kampus dan sedang mengerjakan tugas akhir. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik sendiri terdiri dari Program studi Sosiologi, Ilmu Politik dan Hubungan
Internasional. Sedangkan jumlah mahasiswa FISIP dari angkatan 2013-2015
adalah sebanyak 744 mahasiswa dengan sampel 35% atau sebanyak 260
responden yang diambil secara proporsional. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel
berikut: (Bagian administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).
Tabel I.I.1
Populasi berdasarkan Jurusan dan Angkatan
No Program Studi
Populasi (Angkatan)
2013 2014 2015
1. HI 96 102 122
2. Ilmu Politik 65 59 85
3. Sosiologi 73 60 82
Total 744 mahasiswa
Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
Populasi mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah 744
orang. Peneliti menetapkan tingkat eror 5% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Dengan demikian peneliti menggunakan rumus perhitungan sampel Slovin
(Bungin, 2008), berikut adalah rumus perhitungannya:
Persamaan I.1. Perhitungan Sampel
Keterangan:
n = jumlah sampel yang dicari
N = jumlah populasi
= nilai presisi (tingkat eror)
= 260.13986
Maka jumlah sampel yang akan diambil adalah 260.13986 dibulatkan
menjadi 260 mahasiswa sebagai responden. Selanjutnya untuk menentukan
responden dalam penelitian ini menggunakan sistem cluster sampling dan
accidental sampling.
38
Dalam menentukan cluster sampling, untuk menjaga sebaran responden
secara proporsional disetiap jurusan, maka penulis menentukkan distribusi
responden dengan rumus sebagai berikut (Hasan, 2011: 29):
Keterangan :
x = jumlah mahasiswa
n = jumlah target
N = populasi
Tabel I.I.2
Distribusi Sampel
Jurusan
Jumlah
mahasiswa
Proporsi Sampel
HI 320 111. 827958 112
Politik 209 73. 0376348 73
Sosiologi 215 75. 1344074 75
Total 744 260 260
Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setelah mendapatkan jumlah target responden di setiap jurusan secara
proporsional, langkah selanjutnya adalah mendapatkan target responden tersebut
di setiap jurusannya dengan cara accidental sampling yaitu teknik penentuan
sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample, bila dipandang orang yang
39
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Teknik
pengambilan sampel ini tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung
mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
4. Jenis Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner kepada
responden yaitu mahasiswa FISIP UIN Jakarta angkatan 2013-2015.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder meliputi peninggalan tertulis seperti arsip-
arsip dan termasuk juga buku-buku, artikel, teori, halaman web, laporan
penelitian sebelumnya, jurnal, makalah dan sumber lain yang berkaitan
dengan masalah penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara melakukan penyebaran kuesioner pada responden. Menurut Palispis,
kuesioner merupakan sebuah pertanyaan tertulis yang dirancang sesuai dengan
topik tertentu yang menjadi fokus penelitian, dilengkapi dengan jawaban yang
disediakan dalam setiap pertanyaannya, agar responden memilih/ memberikan
jawaban dari salah satu jawaban-jawaban yang telah disediakan, dengan tujuan
untuk mendapatkan infornasi tentang seorang objek atau persoalan-persoalan
tertentu yang menjadi fokus penelitian (Palispis, 1993:176).
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan try out
atau uji coba pertanyaan terhadap 28 responden secara acak pada tiap-tiap jurusan
40
di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 28 responden ini mewakili tiap-tiap
jurusan dari tiap angkatan yaitu angkatan 2013-2015. Try out adalah mencoba
instrumen penelitian pada objek penelitian semu, untuk mengetahui kredibilitas
instrumen tersebut (Bungin, 2013:59). Try Out ini dilakukan untuk mengetahui
pertanyaan yang dianggap valid dan reliabel utnuk dijadikan pertanyaan yang
sebenarnya.
6. Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala ordinal untuk mengukur
variabel independen (stratifikasi sosial); namun untuk kategori pekerjaan orang
tua menggunakan skala nominal. Variabel dependen (gaya hidup konsumtif)
menggunakan skala ordinal.
Skala nominal yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan atas
penggolongan. Pada penelitian ini, skala nominal digunakan pada variabel jenis
pekerjaan untuk melihat tingkat persentase dari masing-masing jenis pekerjaan
tanpa melakukan recoding.
Sedangkan skala ordinal adalah angka yang menunjukkan posisi dalam
suatu urutan tertentu atau dalam satu seri. Penentuan posisi itu tidak
memerhatikan jarak antara data kuantitatif yang satu dengan yang lain (Bungin,
2013: 127). Dalam penelitian ini, skala ordinal digunakan pada tiap variabel
independen (kecuali variabel jenis pekerjaan) dan dependen untuk melihat
tingkatan pada masing-masing pertanyaan yaitu rendah, menengah dan tinggi.
Untuk menentukan tingkatan tersebut maka sebelumnya dilakukan recode
(pengkodean ulang) pada tiap item pertanyaan, kemudian dijumlah selanjutnya
41
menentukkan nilai maximum dan minimum untuk nilai dari masing-masing
range.
7. Mengolah dan Memproses Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilakukan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan
dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding),
dan proses pembeberan (tabulating) (Bungin, 2013: 182-184).
a. Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data di lapangan.
b. Setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan berikutnya adalah
mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahapan coding. Data yang telah
diedit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat analisis.
c. Tabulasi merupakan bagian terakhir dari pengolahan data. Tabulasi adalah
memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka
serta menghitungnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program
SPSS 21 untuk mendukung pengolahan data.
Penelitian ini menggunakan uji crosstabs untuk melihat konsistensi
hubungan antara independen variabel (stratifikasi sosial) dengan dependen
variabel (gaya hidup konsumtif) dengan uji hubungan yang berbeda. Crosstabs
adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas satu baris atau lebih, dan satu kolom
atau lebih. Fasilitas crosstabs dalam SPSS dapat sekedar menampilkan apakah ada
hubungan antara baris dan kolom (Nisfiannoor, 2009: 80). Kemudian peneliti juga
menggunakan analisis Spearman. Analisis ini digunakan untuk menghitung data
42
ordinal dan mengukur keeratan hubungan antara dua variabel, dimana variabel
tidak berdistribusi normal (Nisfiannoor, 2009: 184).
J. Sistematika Penulisan
Bab pertama adalah Pendahuluan, membahas mengenai pernyataan
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teoritis, hipotesis, definisi dan operasional konsep, metode penelitian
dan sitematika penulisan.
Selanjutnya pada bab II adalah Lokasi Penelitian, membahas mengenai
gambaran umum FISIP UIN Syarif Hidayatullah didalamnya membahas mengenai
sejarah singkat, program-program studi, profil mahasiswa, dan karakteristik
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kemudian pada bab III adalah Temuan dan Analisa Data, memaparkan
mengenai hasil penelitian yaitu hasil uji validitas dan reliabilitas, analisis
deskriptif dan analisis penelitian dengan menggunakan uji hubungan Crosstabs
dan Spearman.
Sedangkan pada bab terakhir atau penutup, yakni bab IV, memaparkan
mengenai kesimpulan dan saran dari peneliti.
43
BAB II
LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat terbentuknya FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas muda di
lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Didirikan
pada bulan Juli tahun 2009, fakultas ini membuka tiga (3) program studi: Ilmu
Politik, Hubungan Internasional, dan Sosiologi. Semua program studi tersebut
merupakan kelanjutan dari program studi yang telah ada sebelumnya. Program
Studi Sosiologi merupakan reposisi dari program Studi Sosiologi Agama (SA) dan
Program Studi Ilmu Politik adalah pengembangan dari Program Studi Pemikiran
Politik Islam (PPI), keduanya berinduk di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
(FUF). Sementara itu, Program Studi Hubungan Internasional (HI) berada di
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS). Oleh karena itu, berdirinya FISIP UIN
Jakarta tahun 2009 lebih merupakan upaya pemantapan dan reorganisasi kajian-
kajian ilmu sosial di lingkungan UIN Jakarta (Pedoman Akademik Program Strata
1 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 303).
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) terletak di wilayah kampus
II, persis berdampingan dengan kampus Fakultas Psikologi. Selain itu, di area
kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga terdapat kampus Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Sekolah Pasca Sarjana, Pusat Pengkajian Islam
dan Masyarakat (PPIM), Pusat Bahasa (PB), Center for the Study of Religion and
Culture (CSRC), Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional
44
(Pustiknas), Syahida Inn, serta beberapa bangunan atau gedung lain di sekitar
lainnya.
Pesatnya kajian ilmu-ilmu sosial di lingkungan UIN Jakarta didorong oleh
pertumbuhan minat keilmuan civitas academicnya yang tidak lagi terbatas pada
aspek normatif dan doktriner agama. Ketika UIN Jakarta masih berupa Institut
Agama Islam Negeri (IAIN), hanya dua aspek inilah yang menjadi kajian
utamanya. Pembatasan ini sudah lama dianggap tidak memadai, dan karenanya
perlu memasukkan ilmu-ilmu yang bersifat empiris dan objektif. Wujud dari
perubahan orientasi keilmuan ini adalah pembentukan serangkaian fakultas umum
yang berlangsung sejak satu dasawarsa terakhir. Di antaranya adalah Fakultas
Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, dan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. FISIP merupakan bagian dari
transformasi besar UIN Jakarta yang terus berkembang pesat hingga saat ini.
Di samping alasan keilmuan, pembentukan FISIP juga untuk menjawab
tuntutan dinamika masyarakat ke depan. Perubahan sosial yang berjalan cepat
memerlukan ilmuwan sosial yang mumpuni agar dapat menganalisis berbagai
persoalan sosial-politik dengan baik.
Lahir dari institusi pendidikan tinggi yang menggeluti peradaban Islam,
posisi FISIP UIN Jakarta cukup strategis. Berbekal pengetahuan ke-Islam-an yang
mendalam, FISIP UIN Jakarta akan memadukan warisan keilmuan Barat dan
Islam dalam mengembangkan ilmu-ilmu sosial. Fakultas ini akan melibatkan
ilmuwan dari fakultas agama untuk mengajarkan aspek normatif Islam, dan
ilmuwan dari fakultas lain untuk memperkaya pengetahuan tentang peradaban
45
Islam. Melalui pengayaan proses belajar-mengajar, FISIP UIN Jakarta bermaksud
menjanjikan lulusannya sarjana ilmu sosial yang memiliki horizon pengetahuan
luas.
Visi dan Misi
Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik “akan mengembangkan diri
menjadi komunitas akademik yang mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik serta berperan aktif dalam mencari
solusi atas berbagai persoalan sosial dan politik yang berkembang dalam
masyarakat”.
Sedangkan Misi FISIP adalah sebagai berikut:
Menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang
menguasai khazanah keilmuan sosial dan politik Barat dan Islam secara
mendalam.
Menyelenggarakan proses belajar-mengajar untuk menghasilkan lulusan
yang memiliki integritas keilmuan, kebangsaaan, dan keislaman yang
tinggi.
Membentuk komunitas akademik melalui kegiatan penelitian dan
penerbitan karya-karya ilmiah di berbagai media akademik nasional dan
internasional.
Menerapkan ilmu sosial dan ilmu politik melalui kegiatan pengabdian
masyarakat untuk mendikung pembagunan bangsa Indonesia.
46
Membangun kerjasama akademik dengan Perguruan Tinggi Nasional dan
Internasional, serta memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga
sosial dan politik.
B. Program Studi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Studi Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta bertujuan menjadi pusat
pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam bidang
Ilmu Politik terkemuka di Indonesia dan dunia internasional dengan kemampuan
mengintegrasikan dimensi keilmuan, keislaman, serta keindonesiaan. Lulusan
prodi ini diharapkan mampu menguasai teori dan metodologi ilmu politik, baik
yang berkembang di Barat maupun yang berasal dari khazanah Islam. Prodi ini
telah mengembangkan kurikulum, menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi
nasional dan internasional, serta membangun kemitraan dengan lembaga-lembaga
sosial dan politik Indonesia.
Dengan dukungan staf pengajar dari berbagai lulusan universitas
terkemuka di Amerika, Eropa dan Timur Tengah serta dari perguruan tinggi
terbaik dalam negeri, Prodi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menawarkan iklim akademis yang lebih unggul dibanding yang lainnya.
Program Studi Sosiologi
Program Studi Sosiologi FISIP UIN Jakarta dirancang untuk menjadi
pusat pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam
47
bidang ilmu sosial yang kompeten di tingkat nasional dan internasional dengan
mengintegrasikan kajian ke-ilmuan, ke-Islaman, dan ke-Indonesiaan.
Disamping mempelajari warisan akademik Barat, Prodi Sosiologi juga
mengkaji ilmu-ilmu kemasyarakatan yang dikembangkan para ahli non-Barat.
Pemaduan ini bertujuan memberikan wawasan yang lebih luas tentang teori,
metodologi, dan berbagai hasil penelitian sosial. Diantara bidang yang mendapat
perhatian lebih khusus adalah sosiologi agama. Selain penting dikaji, sosiologi
agama belum banyak dikembangkan secara mendalam oleh FISIP di Perguruan
Tinggi lain di Indonesia.
Mahasiswa tidak hanya dibimbing mendalami sosiologi, tetapi juga
diajarkan pengetahuan dan praktik keagamaan. Sebagai pusat kajian ke-Islaman,
UIN Jakarta kaya akan sumber daya dosen agama yang mumpuni. Ditambah
dengan dosen utama dalam bidang sosiologi yang berasal dari berbagai Perguruan
Tinggi terkemuka luar dan dalam negeri, Prodi Sosiologi FISIP UIN Jakarta
menawarkan model pembelajaran ilmu-ilmu kemasyarakatan yang komprehensif.
Program Studi Hubungan Internasional
Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta berorientasi pada tuntutan global, yaitu kecenderungan berkembangnya
hubungan ekonomi politik internasional dan hubungan politik strategi
internasional. Program studi ini juga bertujuan menghasilkan sarjana yag memiliki
kemampuan mengkaji, meneliti, dan menerapkan ilmu hubungan internasional
dalam merespon isu-isu di dunia internasional.
48
Visi prodi ini adalah untuk menjadi pusat pendidikan, pengajaran,
penelitian dan pengabdian dalam bidang Hubungan Internasional yang
mengintegrasikan tradisi keilmuan umum dan keislaman. Berbekal hubungan
yang luas denga Dunia Muslim, prodi ini memberi perhatian lebih pada berbagai
persoalan internasional negara-negara Islam.
Program Studi Hubungan Internasional tidak saja menghadirkan tenaga
pengajar lulusan perguruan tinggi terbaik dalam dan luar negeri, tetapi juga
menampilkan tim akademik yang mumpuni.
C. Profil Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan data pada tahun 2013-2015 jumlah mahasiswa dan mahasiswi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
49
Grafik II.C.1
Jumlah Mahasiswa FISIP Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam 3 Tahun Terakhir
Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa FISIP dari 3
program studi yaitu Sosiologi, Ilmu Politik dan Hubungan Internasional pada
tahun 2013 berjumlah 234 mahasiswa, pada tahun 2014 berjumlah 221, dan tahun
2015 berjumlah 289 mahasiswa. Jumlah mahasiswa 3 tahun terakhir menunjukkan
data fluktuatif dari jumlah mahasiswa pada tahun 2013 yang berjumlah 234
mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 221 mahasiswa, dan kemudian
mengalami peningkatan menjadi 289 mahasiswa.
234 221
289
2013 2014 2015
50
Grafik II.C.2
Jumlah Mahasiswa/i FISIP Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013-2015 Berdasarkan Jurusan
Sumber: Bagian Administrasi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel diatas adalah jumlah mahasiswa berdasarkan jurusan dari tahun
2013-2015 yang menunjukkan bahwa Program Studi Sosiologi pada tiap tahunnya
mengalami fluktuasi, 73 mahasiswa pada tahun 2013, dan mengalami penurunan
pada tahun 2014 menjadi 60 mahasiswa, kemudian mengalami peningkatan yang
signifikan pada tahun 2015 sebanyak 82 mahasiswa. Sama halnya dengan
Program Studi Ilmu Politik, datanya menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun.
Penurunan jumlah mahasiswa dari yang tahun 2013 sebanyak 65 mahasiswa
menjadi 59 mahasiswa pada tahun 2014. Sementara Program Studi Hubungan
Internasional selalu mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Terhitung
73
60
82
65 59
85
96 102
122
2013 2014 2015
Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional
51
dari tahun 2013 sebanyak 96 mahasiswa, kemudian disusul menjadi 102
mahasiswa pada tahun berikutnya yakni tahun 2014. Dan kemudian mengalami
peningkatan kembali pada tahun 2015 sebanyak 122 mahasiswa. Jumlah
keseluruhan mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari tahun 2013-
2015 adalah 744 mahasiswa.
D. Karakteristik Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Secara
Umum
Mahasiswa merupakan pelajar yang belajar di Perguruan Tinggi, jenjang
pendidikan setelah masa Sekolah Menengah Atas. Dilihat d ari sudut usia,
kebanyakan mahasiswa berkisar antara umur 19-23 tahun, merupakan tahap
golongan remaja akhir (masa dewasa dini) yang cenderung bersifat transisi untuk
tampil lebih bagus dan menarik. Sifat transisi ini lebih memudahkan produsen
dalam mempengaruhi remaja dalam pembelian barang. Sifat labilitas yang
dimiliki remaja dalam membeli suatu produk menjadi acuan bagi industri-industri
dalam memproduksi barang. Hal ini terlihat dari cara mereka dalam berdandan,
bergaul, atau gaya hidup yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Gaya hidup mahasiswa ini tidak jauh berbeda pula dengan pelajar sekolah
menengah, mereka masih cenderung berubah-ubah karakternya untuk mencapai
tujuan menemukan jati diri.
Mahasiswa melakukan rutinitas perkuliahan di dalam kampus untuk
memperoleh ilmu pengetahuan secara umum maupun spesifik berdasarkan jurusan
yang mereka pilih. Selain rutinitas perkuliahan di dalam kelas, mahasiswa dituntut
untuk memperdalam wawasan dan ilmu pengetahuannya di luar perkuliahan
52
dengan mengikuti seminar, riset, kegiatan diskusi, studi banding dengan
universitas lain yang berada di dalam ataupun luar negeri. Mahasiswa FISIP UIN
Jakarta juga mengikuti beragam aktifitas di organisasi intra maupun ekstra
kampus. Kegiatan seperti ini bertujuan untuk membentuk mahasiswa agar lebih
bersifat mandiri untuk menambah wawasan mereka. Organisasi yang bersifat intra
atau berada dalam naungan kampus seperti BEMF (Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas), BEMJ (Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan) Sosiologi, Ilmu Politik
dan Hubungan Internasional, lembaga-lembaga semi otonom, kelompok-
kelompok diskusi tematik, kelompok minat dan bakat, dan lain-lain. Sedangkan di
ekstra kampus, mahasiswa FISIP UIN Jakarta dapat memilih beragam pilihan
kegiatan kemahasiswaan atau UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang berada di
lingkungan UIN Jakarta terdiri dari beberapa kegiatan organisasi mahasiswa
seperti LDK (Lembaga Dakwah Kampus), Teater Syahid, PSM (Paduan Suara
Mahasiswa), Bahasa FLAT (Foreign Languages Association), KMF (Komunitas
Mahasiswa Fotografi) KALACITRA, dll.
Secara umum FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki jadwal
perkuliahan dari hari senin sampai dengan jumat, dimulai dari pukul 07.30 –
16.45 WIB. Di sela-sela jam istirahat mahasiswa/i ini menghabiskan waktu
istirahat mereka dengan nongkrong di kantin sambil mengobrol, berdiskusi atau
hanya sekedar makan. Ada juga yang sekedar duduk-duduk di lobby sambil
mengakses internet melalui gadget yang mereka miliki, mengingat gedung FISIP
mempunyai fasilitaas wifi yang bisa diakses oleh para mahasiswa/i untuk
browsing tugas kuliah, atau hanya sekedar mengakses jejaring sosial salah satunya
53
situs belanja online. Online shop atau cara belanja dengan menggunakan barang
elektronik semakin mempermudah seseorang melakukan transaksi jual beli suatu
produk tanpa melakukan tatap muka. Kegiatan belanja tersebut didukung oleh
pengetahuan teknologi dan informasi yang semakin modern, dan pencitraan
pergaulan yang lebih luas mempengaruhi tingkat kehidupan yang dianggap
modern, gaul dan keren oleh mahasiswa.
Saat ini mahasiswa telah berubah dalam hal berpakaian, pergaulan,
pemakaian uang dan kebutuhan lain yang menjadi berlebihan, tidak sesuai
kebutuhan. Di lingkungan FISIP UIN Jakarta semakin variatifnya cara mahasiswa
dalam berpenampilan agar terlihat lebih bagus dan menunjukkan status sosial
yang dimiliki.
54
BAB III
TEMUAN DAN ANALISA DATA
Pada bab ini, peneliti menyajikan analisis deskriptif, serta analisis
hubungan yang menggunakan uji signifikasi hubungan atas data-data yang sudah
diperoleh dari lapangan dengan uji analisa Crosstabs dan Spearman’s Rho.
Subjek penelitian ini berjumlah 260 mahasiswa FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta mewakili populasi yang berjumlah 744 mahasiswa.
Responden terpilih adalah mereka yang tergolong aktif sebagai mahasiswa FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berada pada angkatan 2013-2015. Subjek
penelitian terbagi atas 3 program studi yang berada di FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yaitu program studi Hubungan Internasional dengan jumlah
responden sebesar 43%, kemudian Sosiologi sebanyak 29%, dan Ilmu Politik
sebanyak 28%. Dari data tiap jurusan, penyebaran kuesioner dilakukan pada tiap-
tiap semester dari semester 3, 5 dan 7 dengan jumlah total responden 260 orang.
Berikut adalah data grafik responden mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayaullah
Jakarta tahun 2016:
55
Grafik III.1
Program Studi
Setelah tahap penentuan sampel masing-masing prodi, peneliti pun
melakukan uji coba kuesioner (Try Out) yang disebar pada tiap angkatan, serta
menggunakan hasil analisa uji validitas dan reliabilitas.
Validitas adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang
ingin diukur. Sedangkan reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana hasil
pengukuran yang dilakukan tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran
kembali pada orang yang sama di waktu yang berbeda atau pada orang yang
berbeda di waktu yang sama (Nisfiannoor, 2009: 211).
Uji coba atau try out dilakukan untuk mengetahui butir-butir pertanyaan
mana saja yang dianggap memiliki nilai yang valid dan cukup reliabel, dan mana
yang tidak. Butir-butir yang reliabel kemudian akan dipertahankan, sedangkan
yang tidak reliabel atau tidak valid diperbaiki atau bahkan diganti item
pertanyaannya. Penyebaran kuesioner try out dilakukan pada 28 responden yang
diambil secara acak pada tiap-tiap jurusan per-angkatan. Kemudian pada tahap
29%
28%
43%
Sosiologi
Ilmu Politik
HubunganInternasional
56
selanjutnya, pada uji validitas dan reliabilitas, butir-butir pertanyaan akan dipilih
antara yang valid dan tidak. Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r
hitung (Corrected Item Total Correlation) dengan nilai r tabel. Jika r hitung > r
tabel dan nilainya positif maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Imam
Ghozali, 2005: 45). Sedangkan suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2005: 45).
Cutoff minimal alpha cronbach untuk sebuah alat ukur adalah 0,60 (Streiner dan
Norman, 2000; Garson, 2008).
Variabel-variabel dalam penelitian ini memiliki dua kategori; pertama,
Stratifikasi Sosial yang indikatornya terdiri dari pendidikan, pekerjaan,
pendapatan orangtua. Ketiga indikator ini merupakan indikator inti stratifikasi
sosial. Akan tetapi, karena target responden adalah mahasiswa yang mayoritas
belum bekerja maka ketiga indikator tersebut kemudian peneliti turunkan ke
dalam indikator seperti uang saku dan pengeluaran mahasiswa.
Adapun kategori kedua, gaya hidup konsumtif. Mary Douglas dan Baraon
Isherwood menyatakan ada tiga alasan mengapa seseorang membeli suatu barang,
yaitu untuk memenuhi kebutuhan materi, untuk memenuhi kebutuhan psikis dan
untuk penampilan atau display.
Kemudian didalamnya terdiri beberapa indikator, yaitu:
a) Berbelanja online karena lebih mudah mencari barang termurah di
onlineshop dibandingkan offlineshop,
57
b) Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki,
c) Berbelanja online dapat di akses kapanpun tanpa batasan waktu,
d) Berbelanja online dapat di akses dimanapun,
e) Berbelanja online karena sedang kekinian/ mengikuti tren,
f) Berbelanja online karena ikut-ikutan teman,
g) Berbelanja online karena menjaga gengsi/image,
h) Berbelanja online menjadi kebanggaan atau kepuasan tersendiri,
i) Berbelanja online karena ingin tampak berbeda dari yang lain,
j) Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus,
k) Berbelanja online karena mencari produk luar negeri,
l) Berbelanja online karena mengincar merk terkenal (branded)
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas (lihat lampiran 6) memiliki nilai
koefisien reliabel atau Alpha Cronbach’s 0,936 atau berada pada kriteria sangat
reliabel. Akan tetapi, terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid. Kemudian dilakukan
penghitungan ulang dengan menghilangkan item pertanyaan no.2 (yang paling
tidak valid) untuk melihat adakah perubahan pada item pertanyaan no.1 dan no.6.
Setelah tidak terdapat perubahan pada kedua item pertanyaan tersebut, kemudian
peneliti menghilangkan item pertanyaan no.1 dan no.2 dan melakukan
penghitungan ulang, namun tidak terdapat perubahan pada item pertanyaan no.6
(tetap tidak valid). Dengan demikian penulis menghapus ketiga item pertanyaan
tersebut.
58
Grafik III.2
Jenis Kelamin Mahasiswa
Grafik diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin mahasiswa pada
penelitian ini terdiri dari 60% responden perempuan dan 40% responden laki-laki.
Dapat dikatakan bahwa mahasiswa perempuan lebih sering berbelanja
dibandingkan laki-laki terkait akan kebutuhan perempuan yang lebih detail dan
spesifik dibandingkan kebutuhan laki-laki, seperti makeup, hijab, tas, sepatu,
pakaian, aksesoris, perawatan tubuh dan kebutuhan hidup lainnya. Namun tidak
menutup kemungkinan juga laki-laki suka berbelanja online untuk memenuhi
kebutuhan pribadinya dengan berbagai kemudahan yang dijumpai jika berbelanja
secara online.
40%
60%
Laki-laki
Perempuan
59
Grafik III.3
Intensitas Mahasiswa Belanja Online
Grafik diatas menunjukkan bahwa intensitas mahasiswa belanja memiliki
persentase paling tinggi sebesar 73,5% pada intensitas “kadang-kadang” atau
sama dengan 1 kali dalam sebulan melakukan belanja online, 16,9% pada
intensitas “sering” atau 2 – 3 kali dalam sebulan dan 9,6% pada intensitas “sangat
sering” atau lebih dari 3 kali dalam sebulan. Dapat dikatakan bahwa intensitas
mahasiswa dalam melakukan belanja online paling tinggi berada pada intensitas
waktu “kadang-kadang” sebesar 73,5%, artinya mahasiswa FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta melakukan kegiatan belanja online 1 kali dalam sebulan.
9,6%
16,9%
73,5%
Sangat Sering (>3x sebulan)
Sering (2 - 3xsebulan)
Kadang-kadang(1x sebulan)
60
Grafik III.4
Jenis Onlineshop yang sering digunakan
Grafik diatas menunjukkan bahwa jenis onlineshop yang sering digunakan
oleh mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki persentase
paling tinggi pada Onlineshop kategori “lain-lain” 43,5%, 20% pada onlineshop
“Lazada”, 16,9% pada onlineshop “BukaLapak”, 11,9% pada onlineshop
“Zalora”, 6,9% onlineshop “Tokopedia”, 0,8% pada onlineshop “Elevenia”.
Terdapat onlineshop pribadi yang juga memanfaatkan media sosial untuk
berjualan produknya salah satunya Instagram, sehingga tidak jarang pula banyak
mahasiswa yang berbelanja online menggunakan akun media sosialnya
(instagram) dibandingkan menggunakan situs belanja online seperti Lazada,
Zalora, BukaLapak, Tokopedia, dan lain sebagainya. Banyaknya responden yang
memilih Lazada sebagai onlineshop yang sering digunakan, dikarenakan adanya
kelebihan yang dimiliki dari onlineshop tersebut. Goes Tri Yadi (2016)
menyebutkan kelebihan dari Lazada yaitu website yang user-friendly, keamanan,
dan website Lazada dari segi SEO (Seacrh Engine Optimization) sangat baik. Di
20%
6,9%
16,9%
11,9%
0,8%
43,5%
Lazada
Tokopedia
BukaLapak
Zalora
Elevenia
Lain-lain
61
website Lazada memiliki tampilan yang menarik dan navigasi yang jelas serta
panduan yang cukup mudah dimengerti, keamanan dari Lazada sendiri sudah
tentu bisa dipertanggungjawabkan dan sangat terjamin, dan juga didukung dengan
sebuah sistem keamanan online yang disebut SSL (Secures Socket Layer) dimana
transaksi hanya bisa terbaca oleh situs atau server Lazada. Situs alexa.org
memperlihatkan bahwa Lazada ada di peringkat 2.176 global dan peringkat 32
untuk Indonesia. Tingkat bounce rate atau rata-rata waktu yang dihabiskan visitor
untuk mengunjungi website Lazada adalah sekitar 7 menit.
Grafik III.5
Tempat Tinggal
Grafik diatas menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah mahasiswa yang bertempat tinggal bersama orang tua
dengan nilai persentase 66,5%, 29,6% bertempat tinggal dengan menyewa kos-
kosan/kontrakan, 2,3% bertempat tinggal di asrama/pesantren, 1,2% bertempat
tinggal di rumah sendiri dan 0,4% menumpang bersama dengan sanak saudara.
66,5%
1,2%
29,6%
0,4% 2,3%
bersama orang tua
rumah sendiri
kos-kosan/kontrakan
menumpang dengansanak saudara
asrama/pesantren
62
Grafik III.6
Akses Internet
Grafik diatas menunjukkan bahwa nilai persentase tertinggi sebesar 75,8%
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan paket data
seluler dalam mengakses internet, selanjutnya mahasiswa yang menggunakan wifi
sebesar 22,7%, dan sisanya hanya sedikit mahasiswa yang menggunakan modem
orangtua/saudara, modem pribadi, dan jasa warnet. Dengan menggunakan paket
data seluler dan wifi memberikan kemudahan bagi seseorang dalam mengakses
internet dimana dan kapanpun. Hal ini sebagai salah satu bentuk modernitas
dalam kemajuan teknologi.
22,7%
75,8%
0,8% 0,8% 0% berlangganan wifi
menggunakan paketdata seluler
menggunakan modemorangtua/saudara
menggunakan modempribadi
menggunakan jasawarnet
63
Grafik III.7
Telefon seluler yang dimiliki
Grafik diatas menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menggunakan android phone sebagai alat komunikasi
dengan persentase sebesar 85%. Selanjutnya disusul 13,8% mahasiswa yang
menggunakan IOS/Iphone dan sisanya menggunakan tablet PC. Penggunaan
android phone oleh hampir seluruh mahasiswa menggambarkan bahwa saat ini
dalam hal komunikasi dengan berbasis internet sudah menjadi kebutuhan untuk
menunjang aktifitas sehari-hari baik dalam proses sosialisasi maupun proses
belajar-mengajar.
1,2%
85%
13,8%
0%
Tablet PC
Android phone
IOS/Iphone
seluler biasa
64
A. Tingkat Stratifikasi Sosial Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa stratifikasi sosial orang tua
mahasiswa diukur dari beberapa indikator, yaitu pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan. Kemudian peneliti mengukurnya dari besaran uang saku dan
pengeluaran mahasiswa.
1. Pendidikan
Dalam Kamus Sosiologi, pendidikan adalah proses pengubahan sikap atau
tata kelakuan seseorang atau kelompok di dalam usaha mendewasakan manusia
melalui pengjaran dan pelatihan, atau proses, perbuatan, dan cara mendidik
(kamus sosiologi. Priyatna, 2013: 125). Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa
data dari pendidikan orangtua responden secara formal atau kegiatan pendidikan
yang dilaksanakan dalam suatu lembaga pendidikan formal seperti SD/ Sederajat,
SMP/ Sederajat, SMA/ Sederajat dan Perguruan Tinggi baik Negeri ataupun
Swasta.
Kategori pendidikan terakhir ayah memiliki nilai persentase tertinggi pada
lulusan Perguruan Tinggi 23,5%, untuk lulusan SMA/ Sederajat 16,5%, lulusan
SMP/ Sederajat 0%, lulusan SD/ Sederajat 2,7% dan tidak sekolah memiliki
persentase 0,4%. Berikut adalah grafik pendidikan terakhir orang tua (ayah) yang
dilihat dari perbandingan tiap jurusan, yaitu:
65
Grafik III.A.1.a
Pendidikan Terakhir Orang tua (Ayah)
Grafik diatas menunjukkan bahwa indikator pendidikan terakhir orang tua
(ayah) memiliki nilai persentase 0,4% pada kategori tidak sekolah yang terdapat
pada prodi Sosiologi, 0,4% pada prodi Hubungan Internasional. Kemudian pada
kategori lulusan SD memiliki nilai persentase 0,4% pada prodi Sosiologi, 1,2%
pada prodi Ilmu Politik, dan 2,7% pada prodi Hubungan Internasional. Pada
kategori lulusan SMA memiliki persentase 12% pada prodi Sosiologi, 5,8% pada
prodi Ilmu Politik, dan 16,5% pada prodi Hubungan Internasional. Selanjutnya
untuk lulusan Perguruan Tinggi persentasenya adalah 16% pada prodi Sosiologi,
21% pada prodi Ilmu Politik dan 23,5% pada prodi Hubungan Internasional.
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai tiga persentase
paling tinggi untuk lulusan terakhir orang tua (ayah), yakni secara keseluruhan
0,4% 0,4%
12%
16%
1,2%
5,8%
21%
0,4%
2,7%
16,5%
23,5%
tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi
sosiologi ilmu politik hubungan internasional
66
persentase tertinggi terdapat pada lulusan Perguruan Tinggi dengan persentase
23,5% yang terdapat pada prodi Hubungan Internasional, Ilmu Politik 21% dan
Sosiologi 16%. Sedangkan untuk persentase tertinggi kedua adalah lulusan SMA
dengan persentase tertinggi 16,5% yang terdapat pada prodi Hubungan
Internasional, Sosiologi 12% dan Ilmu Politik 5,8%. Dan untuk lulusan SD
persentase tertinggi terdapat pada prodi Hubungan Internasional 2,7%, Ilmu
Politik 1,2% dan Sosiologi 0,4%. Dan kategori tidak lulus sekolah menunjukkan
hasil persentase 0,4% pada prodi Sosiologi dan Hubungan Internasional.
Sedangkan untuk kategori pendidikan terakhir ibu memiliki nilai
persentase tertinggi pada lulusan Perguruan Tinggi 15,7%, lulusan SMA/
Sederajat 21%, lulusan SMP/ Sederajat 3%, lulusan SD/ Sederajat 3,5% dan tidak
bersekolah tidak menunjukkan persentase. Berikut adalah grafik pendidikan
terakhir orang tua (ibu) yang dilihat dari perbandingan tiap jurusan, yaitu:
67
Grafik III.A.1.b
Pendidikan Terakhir Orang tua (Ibu)
Grafik diatas menunjukkan bahwa indikator pendidikan terakhir orang tua
(ibu) pada kategori lulusan SD memiliki nilai persentase 1,5% pada prodi
Sosiologi, 0,7% pada prodi Ilmu Politik, dan 3,5% pada prodi Hubungan
Internasional. Pada kategori lulusan SMP memiliki persentase 3% pada prodi
Sosiologi, 1,5% pada prodi Ilmu Politik, dan 2,7% pada prodi Hubungan
Internasional. Kemudian pada kategori lulusan SMA memiliki persentase 14,6%
pada prodi Sosiologi, 17% pada prodi Ilmu Politik, dan 21% pada prodi
Hubungan Internasional. Selanjutnya untuk lulusan Perguruan Tinggi
persentasenya adalah 10% pada prodi Sosiologi, 8,8% pada prodi Ilmu Politik dan
15,7% pada prodi Hubungan Internasional.
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai tiga persentase
paling tinggi untuk lulusan terakhir orang tua (ibu), yakni secara keseluruhan
1,5% 3%
14,6%
10%
0,7% 1,5%
17%
8,8%
3,5% 2,7%
21%
15,7%
tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi
sosiologi ilmu politik hubungan internasional
68
persentase tertinggi terdapat pada lulusan SMA dengan persentase 21% yang
terdapat pada prodi Hubungan Internasional, Ilmu Politik 17% dan Sosiologi
14,6%. Sedangkan untuk persentase tertinggi kedua adalah lulusan Perguruan
Tinggi dengan persentase tertinggi 15,7% yang terdapat pada prodi Hubungan
Internasional, Sosiologi 10% dan Ilmu Politik 8,8%. Dan untuk lulusan SMP
persentase tertinggi terdapat pada prodi Sosiologi 3%, Hubungan Internasional
2,7% dan Politik 1,5%. Dan untuk lulusan SD persentase tertinggi terdapat pada
prodi Hubungan Internasional 3,5%, Sosiologi 15% dan Ilmu Politik 0,7%.
2. Pekerjaan
Indikator selanjutnya dari stratifikasi sosial adalah pekerjaan. Dalam
kamus sosiologi, pekerjaan atau profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus; orang yang telah ahli dan menggeluti bidang pekerjaan tertentu
dikenal sebagai orang yang profesional atau dalam kehidupan bermasyarakat telah
tumbuh dan berkembang berbagai macam profesi atau pekerjaan yang merupakan
sumber penghasilan (Kamus Sosiologi. Priyatna, 2013: 140). Berikut persentase
jenis pekerjaan orangtua mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
69
Grafik III.A.2.a
Pekerjan Orang tua (Ayah)
Untuk hasil persentase secara keseluruhan dari tiap jenis pekerjaan
orangtua (ayah) memiliki hasil sebagai berikut. Pada kategori jenis pekerjaan
sebagai buruh/petani/tukang/nelayan 2,3% terdapat pada prodi Sosiologi, 2% pada
prodi Hubungan Internasional dan 1,2% pada prodi Ilmu Politik. Pada kategori
2%
13%
17%
10%
1,2%
0,8%
1,2%
5,8%
12,7%
7,7%
0,8%
0%
2,3%
7%
9,6%
8,5%
0,4%
1,2%
Buruh/Petani/Tukang/Nelayan
Wirausaha
PNS
Pegawai Swasta
Profesional (Dokter, Pengacara, dll)
Tidak Bekerja
Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional
70
jenis pekerjaan sebagai wirausaha 13% pada prodi Hubungan Internasional, 7%
pada prodi Sosiologi dan 5,8% pada prodi Ilmu Politik. Pada kategori jenis
pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) 17% terdapat pada prodi
Hubungan Internasional, 12,7% pada prodi Ilmu Politik dan 9,6% pada prodi
Sosiologi. Kemudian pada kategori jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta 10%
pada prodi Hubungan Internasional, 8,5% pada prodi Sosiologi dan 7,7% pada
prodi Ilmu Politik. Selanjutnya pada kategori jenis pekerjaan sebagai profesional
(dokter, pengacara, dll) 1,2% pada prodi Hubungan Internasional, 0,8% pada
prodi Ilmu Politik dan 0,4% prodi Sosiologi. Selanjutnya pada kategori tidak
bekerja 1,2% terdapat pada prodi Sosiologi dan 0,8% pada prodi Hubungan
Internasional.
Grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi terdapat
pada kategori jenis pekerjaan orang tua (ayah) sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS), pada prodi Hubungan Internasional terdapat 17%, 12,7% pada prodi Ilmu
Politik, dan 9,6% pada prodi Sosiologi.
71
Grafik III.A.2.b
Pekerjan Orang tua (Ibu)
Untuk hasil persentase secara keseluruhan dari tiap jenis pekerjaan
orangtua (ibu) memiliki hasil sebagai berikut. Pada kategori jenis pekerjaan
sebagai buruh/petani/tukang/nelayan 0,8% terdapat pada prodi Sosiologi, 0,4%
pada prodi Hubungan Internasional dan pada prodi Ilmu Politik. Pada kategori
0,4%
4,6%
6,5%
8,8%
0,8%
22%
0,4%
4,6%
4,6%
1,2%
0,4%
17%
0,8%
5%
3,8%
2,7%
0%
16,5%
Buruh/Petani/Tukang/Nelayan
Wirausaha
PNS
Pegawai Swasta
Profesional (Dokter, Pengacara, dll)
Tidak Bekerja
Sosiologi Ilmu Politik Hubungan Internasional
72
jenis pekerjaan sebagai wirausaha 5% pada prodi Hubungan Internasional, 4,6%
pada prodi Sosiologi dan prodi Ilmu Politik. Pada kategori jenis pekerjaan sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 6,5% terdapat pada prodi Hubungan Internasional,
4,6% pada prodi Ilmu Politik dan 3,8% pada prodi Sosiologi. Kemudian pada
kategori jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta 8,8% pada prodi Hubungan
Internasional, 2,7% pada prodi Sosiologi dan 1,2% pada prodi Ilmu Politik.
Selanjutnya pada kategori jenis pekerjaan sebagai profesional (dokter, pengacara,
dll) 0,8% pada prodi Hubungan Internasional dan 0,4% pada prodi Ilmu Politik.
Selanjutnya pada kategori tidak bekerja 22% terdapat pada prodi Hubungan
Internasional, 16,5% pada prodi Sosiologi dan 17% pada prodi Ilmu Politik.
Grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi terdapat
pada kategori jenis pekerjaan orang tua (ibu) dengan kategori tidak bekerja pada
prodi Hubungan Internasional terdapat 22%, 17% pada prodi Ilmu Politik, dan
16,5% pada prodi Sosiologi.
3. Pendapatan
Dalam Kamus Sosiologi, pendapatan atau penghasilan adalah perolehan
yang berupa uang dari hasil suatu kegiatan atau pekerjaan (Kamus Sosiologi.
Priyatna, 2013: 129). Pada indikator ini, sebelumnya telah dilakukan recoding
pada tiap tingkatan yaitu pada pendapatan rendah rentang nilainya antara < Rp.
2.000.000, pendapatan menengah yaitu Rp. 2.000.001 – Rp. 4.000.000, dan
pendapatan tinggi yaitu > Rp. 4.000.001.
73
Berikut ini adalah persentase pendapatan/ penghasilan orang tua
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
Grafik III.A.3
Pendapatan Orang tua
Dari grafik di atas, terlihat bahwa mayoritas pendapatan orang tua berada
pada kategori kelas atas atau tinggi, yaitu dengan persentase pada prodi Sosiologi
15,4%, Ilmu Politik 16,5% dan Hubungan Internasional 25%. Sedangkan pada
kategori pendapatan kelas menengah memiliki nilai persentase pada prodi
Sosiologi 13,5%, Ilmu Politik 10,8% dan Hubungan Internasional 17,7%. Dan
untuk kategori pendapatan kelas bawah atau rendah memiliki nilai persentase
0,4% pada prodi Hubungan Internasional.
Pada indikator ini dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase paling tinggi
untuk pendapatan orangtua berada pada prodi Hubungan Internasional 25%, prodi
Ilmu Politik 16,5% dan prodi Sosiologi 15,4%.
13,5% 15,4%
10,8%
16,5%
0,4%
17,7%
25%
rendah menengah tinggi
sosiologi ilmu politik hubungan internasional
74
4. Uang Saku Mahasiswa
Pada dasarnya stratifikasi sosial seseorang dapat diukur dari tinggi atau
rendahnya pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Akan tetapi, karena target
responden penelitian adalah mahasiswa atau remaja yang mayoritas tidak bekerja
atau sama dengan belum mempunyai pendapatan tetap. Maka dari itu, selain
menggunakan ketiga indikator tersebut, indikator turunan yang digunakan adalah
uang saku dan pengeluaran mahasiswa.
Grafik di bawah ini memaparkan bahwa mayoritas mahasiswa FISIP UIN
Syarif Hidayatullah uang sakunya berada dalam kategori sedang yaitu pada
rentang nilai antara Rp. 500.001 – Rp.1.500.000 dengan total persentase 64,5%.
Sedangkan untuk mahasiswa yang uang sakunya kecil rentang nilainya yaitu <
Rp. 500.000 dengan total persentase 17,6% dan pada kategori uang saku besar
rentang nilainya yaitu antara > Rp. 1.500.001 dengan total persentase 17,6%.
Berikut adalah persentase besaran uang saku mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta secara keseluruhan, yaitu:
75
Grafik III.A.4
Uang Saku Mahasiswa
Hasil persentase secara keseluruhan untuk uang saku mahasiswa memiliki
hasil sebagai berikut. Pada kategori uang saku kecil 5% terdapat pada prodi
Sosiologi, 4,6% pada prodi Ilmu Politik dan 8% pada prodi Hubungan
Internasional. Selanjutnya pada kategori uang saku sedang memiliki hasil 20%
terdapat pada prodi Sosiologi, 18,5% pada prodi Ilmu Politik dan 26% pada prodi
Hubungan Internasional. Pada kategori uang saku besar memiliki hasil 3,8% pada
prodi Sosiologi, 5% pada prodi Ilmu Politik dan 8,8% pada prodi Hubungan
Internasional.
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki uang saku sedang
atau sama dengan rentang nilai Rp. 500.001 – Rp. 1.500.000 dengan persentase
5%
20%
3,8% 4,6%
18,5%
5%
8%
26%
8,8%
kecil sedang besar
Sosiologi Ilmu politik Hubungan Internasional
76
tertinggi 26% yang berada pada prodi Hubungan Internasional, sedangkan pada
prodi Sosiologi 20% dan prodi Ilmu Politik 18,5%.
5. Pengeluaran Mahasiswa
Pada kategori ini, pengeluaran mahasiswa digunakan untuk mengukur
keterkaitannya antara uang saku dengan pengeluaran mahasiswa yang mana akan
berpengaruh dengan mahasiswa dalam berperilaku konsumtif. Pada kategori ini
kemudian dilakukan perbandingan pengeluaran mahasiswa perjurusan yang mana
sebelumnya telah dilakukan recoding pada tiap tingkatan pengeluaran mahasiswa.
Pada pengeluaran rendah memiliki rentang nilai pengeluaran < Rp. 500.000, lalu
pada pengeluaran menengah memiliki rentang nilai pengeluaran antara Rp.
500.001 – Rp. 1.500.000 dan pada pengeluaran tinggi memiliki rentang nilai
antara > Rp. 1.500.001. Berikut ini adalah persentase pengeluaran mahasiswa
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
77
Grafik III.A.5
Pengeluaran Mahasiswa
Grafik di atas menunjukkan bahwa total persentase paling tinggi berada
pada kategori menengah dengan total nilai persentase 59,7%. Artinya, mayoritas
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan pengeluaran antara
Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000. Sedangkan pada pengeluaran rendah memiliki total
nilai persentase 32,5% dan pengeluaran tinggi 7,8%.
Sedangkan untuk hasil persentase secara keseluruhan dari tiap pengeluaran
mahasiswa memiliki hasil sebagai berikut. Pada kategori rendah prodi Sosiologi
memiliki persentase 10,8%, Ilmu Politik 9% dan Hubungan Internasional 12,7%.
Pada kategori pengeluaran menengah memiliki hasil persentase 16,2% pada prodi
Sosiologi, 16,5% pada prodi Ilmu Politik dan 27% pada prodi Hubungan
Internasional. Pada kategori pengeluaran tinggi memiliki hasil persentase 2% pada
10,8%
16,2%
2%
9%
16,5%
2,3%
12,7%
27%
3,5%
rendah menengah tinggi
sosiologi ilmu politik hubungan internasional
78
prodi Sosiologi, 2,3% pada prodi Ilmu Politik, dan 3,5% pada prodi Hubungan
Internasional.
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa total persentase
tertinggi untuk pengeluaran mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
adalah 59,7% yang berada pada kategori pengeluaran menengah atau sedang.
Sedangkan untuk persentase tertinggi (27%) dari tiap jurusan, terdapat pada prodi
Hubungan Internasional. Hal ini memiliki menunjukkan bahwa pada prodi
Hubungan Internasional memiliki peluang lebih besar dalam melakukan lifestyle
atau gaya hidup konsumtif dilihat dari persentase uang saku dan pengeluaran
mahasiswa.
79
B. Gaya Hidup Konsumtif
Pada bab sebelumnya (BAB I) telah dijelaskan beberapa indikator yang
menjadi acuan seseorang dalam melakukan gaya hidup konsumtif. Indikator-
indikator tersebut digambarkan ke dalam beberapa pertanyaan yang terdapat pada
variabel dependen. Dalam variabel dependen, pada tiap pertanyaan kemudian
dilakukan pemberian skor pada masing-masing jawaban untuk melihat seberapa
setuju mahasiswa dalam bergaya hidup konsumtif, yaitu; nilai SS (Sangat Setuju)
diberi skor 5, S (Setuju) diberi skor 4, KS (Kurang Setuju) diberi skor 3, TS
(Tidak Setuju) diberi skor 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1.
Untuk mengelompokkan variabel gaya hidup konsumtif, penulis
menggunakan metode K-Means Clustering yaitu metode yang mempartisi data ke
dalam cluster sehingga data yang memiliki karakteristik yang sama
dikelompokkan ke dalam satu cluster yang sama dan data yang mempunyai
karakteristik yang berbeda dikelompokkan ke dalam cluster yang lain (Yuda
Agusta, 2007). Berdasarkan tabel “Final Cluster Centers” (lihat lampiran 5), hasil
pengelompokkan dibagi menjadi; cluster 1 memiliki gaya hidup konsumtif
“sedang”, cluster 2 memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” dan cluster 3
memiliki gaya hidup konsumtif “rendah”.
Berikut ini adalah hasil temuan penelitian dengan menggunakan analisis
deskriptif, yaitu:
1. Membeli suatu barang untuk memenuhi kebutuhan materi. Untuk
mengukur indikator ini, digunakan pertanyaan:
- berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki,
80
- berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store,
- berbelanja online karena cuaca yang terkadang tidak menentu,
- berbelanja online karena iseng mengisi waktu senggang,
- berbelanja online karena tidak sengaja melakukan pencarian
(googling) ke browser
- berbelanja online dapat di akses dimanapun,
- berbelanja online karena keterbatasan akses kendaraan sehingga dapat
melalui gadget tanpa harus keluar rumah, dan
- berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda
wilayah
a. Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki, berikut
persentasenya:
Grafik III.B.1.a
Berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki
22,3%
45,8%
20,8%
7,3% 3,8%
81
Dari grafik di atas, nilai persentase paling tinggi untuk pertanyaan
berbelanja online karena keterbatasan waktu yang dimiliki adalah 45,8% pada
kategori “setuju”, 22,3% kategori “sangat setuju”, 20,8% kategori “kurang
setuju”, 7,3% kategori “tidak setuju” dan 3,8% kategori “sangat tidak setuju”.
Dengan kata lain, pendapat mahasiswa dalam berbelanja online karena
keterbatasan waktu yang dimiliki berada pada level setuju dengan persentase
45,8%.
b. Berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store, berikut
persentasenya:
Grafik III.B.1.b
Berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store
Dari grafik di atas, nilai persentase paling tinggi untuk berbelanja online
sibuk bila harus berkunjung ke store adalah 38,8% pada kategori “setuju”, 28,8%
kategori “kurang setuju”, 23,1% kategori “sangat setuju”, 6,9% kategori “tidak
23,1%
38,8%
28,8%
6,9%
2,3%
82
setuju” dan 2,3% kategori “sangat tidak setuju”. Dengan kata lain, pendapat
mahasiswa dalam berbelanja online sibuk bila harus berkunjung ke store berada
pada level setuju dengan persentase 38,8%.
c. Berbelanja online karena cuaca yang terkadang tidak menentu, berikut
persentasenya:
Grafik III.B.1.c
Berbelanja online karena cuaca yang terkadang tidak menentu
Dari grafik di atas, persentase paling tinggi pada pertanyaan berbelanja
online karena cuaca yang terkadang tidak menentu berada pada kategori “setuju”
dengan nilai persentase sebesar 41,2%, kategori “kurang setuju” 31,9%, kategori
“sangat setuju” 12,7%, kategori “tidak setuju” 10,4% dan kategori “sangat tidak
setuju” 3,8%. Dengan kata lain, pendapat mahasiswa dalam berbelanja online
karena cuaca yang terkadang tidak menentu berada pada level setuju dengan
persentase 41,2%.
12,7%
41,2%
31,9%
10,4%
3,8%
83
d. Berbelanja online karena iseng mengisi waktu senggang, berikut
persentasenya:
Grafik III.B.1.d
Berbelanja online karena iseng mengisi waktu senggang
Dari grafik di atas, persentase untuk pertanyaan berbelanja online karena
iseng mengisi waktu luang adalah 43,5% pada kategori “setuju”, 26,2% kategori
“kurang setuju”, 12,7% kategori “sangat setuju”, 11,2% kategori “tidak setuju”
dan 6,5% kategori “sangat tidak setuju”. Dari data di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa mayoritas responden berbelanja online bukan hanya karena
kebutuhan namun juga iseng mengisi waktu senggang.
e. Berbelanja online karena tidak sengaja melakukan pencarian (googling) ke
browser sehingga tertarik, berikut persentasenya:
12,7%
43,5%
26,2%
11,2%
6,5%
84
Grafik III.B.1.e
Berbelanja online karena tidak sengaja melakukan pencarian (googling) ke
browser sehingga tertarik
Dari grafik di atas, presentase untuk pertanyaan berbelanja online karena
tidak sengaja melakukan pencarian (googling) ke browser sehingga tertarik
berbelanja memiliki nilai persentase yang cukup tinggi sebesar 56,5% pada
kategori “setuju”, 18,8% untuk kategori “kurang setuju”, 11,5% pada kategori
“sangat setuju”, 10% kategori “tidak setuju” dan 3,1% sangat tidak setuju. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa mayoritas responden berbelanja online bukan hanya
karena kebutuhan yang mendesak atau adanya niat berbelanja sebelumnya.
f. Berbelanja online dapat di akses dimanapun, berikut persentasenya:
11,5%
56,5%
18,8%
10%
3,1%
85
Grafik III.B.1.f
Berbelanja online dapat diakses dimanapun
Dari grafik di atas, persentase paling tinggi untuk indikator berbelanja
online dapat diakses dimanapun adalah 62,3% yang berada pada kategori “setuju”,
25% “sangat setuju”, 9,6% “kurang setuju”, 2,7% “tidak setuju” dan 0,4% pada
kategori “sangat tidak setuju”. Dengan kata lain bahwa mayoritas responden
setuju jika akses online dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan
berbelanja.
g. Berbelanja online karena keterbatasan akses kendaraan sehingga dapat
melalui gadget tanpa harus keluar rumah, berikut persentasenya:
25,0%
62,3%
9,6%
2,7% 0,4%
86
Grafik III.B.1.g
Berbelanja online karena keterbatasan akses kendaraan sehingga dapat
melalui gadget tanpa harus keluar rumah
Dari grafik di atas, dari indikator pertanyaan berbelanja online karena
keterbatasan akses kendaraan sehingga dapat melalui gadget tanpa harus keluar
rumah, menunjukkan nilai persentase paling tinggi terdapat pada kategori “setuju”
sebesar 36,5%, kategori “kurang setuju” 23,5%, “sangat setuju” 16,9%, “tidak
setuju” 14,6%, dan “sangat tidak setuju” 8,5%.
h. Berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda
wilayah, berikut persentasenya:
16,9%
36,5%
23,5%
14,6%
8,5%
87
Grafik III.B.1.h
Berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda
wilayah
Grafik di atas menunjukkan persentase paling tinggi pada pertanyaan
berbelanja online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda wilayah
adalah 56,5% pada kategori “setuju”, 24,6% “sangat setuju”, 11,9% “kurang
setuju”, 4,6% “sangat tidak setuju” dan 2,3% “tidak setuju” Dari hasil grafik di
atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden setuju alasan berbelanja
online karena dapat menjangkau onlineshop yang berbeda wilayah, misalnya di
luar kota bahkan luar negeri dengan mudah.
24,6%
56,5%
11,9%
2,3% 4,6%
88
2. Membeli suatu barang untuk memenuhi kebutuhan psikis. Untuk
mengukur indikator ini, digunakan pertanyaan:
- berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend,
- berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan
pertemanan,
- berbelanja online karena ikut-ikutan teman,
- berbelanja online karena ingin menjaga gengsi/ image (menunjukkan
status sosial),
- berbelanja online menjadi kepuasan tersendiri,
- berbelanja online karena senang melakukan transaksi secara online,
- berbelanja online agar ingin tampak berbeda dari yang lain, dan
- berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang lain
89
a. Berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend, berikut
persentasenya:
Grafik III.B.2.a
Berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend
Grafik di atas menunjukkan persentase paling tinggi pada pertanyaan
berbelanja online karena sedang kekinian/mengikuti trend adalah 26,9% yaitu
pada kategori “setuju” dan “sangat tidak setuju”. Kemudian berikutnya 20% pada
kategori “kurang setuju”, 17,3% “tidak setuju” dan 8,8% pada kategori “sangat
setuju”. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang setuju terhadap pertanyaan ini
tergolong mahasiswa kelas atas yang ingin selalu terlihat up to date terhadap
perkembangan zaman. Sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju tergolong
mahasiswa kelas bawah yang low profile, yang biasanya berbelanja hanya sesuai
dengan kebutuhan dan ala kadarnya tanpa mempertimbangkan aspek tertentu,
seperti nilai artistik dan sedang kekinian atau tidak.
8,8%
26,9%
20,0%
17,3%
26,9%
90
b. Berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan pertemanan,
berikut persentasenya:
Grafik III.B.2.b
Berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan pertemanan
Dari data grafik di atas, persentase paling tinggi untuk pertanyaan
berbelanja online karena dorongan agar diterima di lingkungan pertemanan adalah
38,1% pada kategori “sangat tidak setuju”, 23,8% kategori “setuju”, 17,7%
kategori “kurang setuju”, 14,2% kategori “tidak setuju” dan 6,2% kategori “sangat
tidak setuju”. Data di atas mengarah pada hasil negatif yaitu tidak begitu pengaruh
antara aktifitas berbelanja online terhadap hal pertemanan dengan latar belakang
kelas yang berbeda-beda.
6,2%
23,8%
17,7%
14,2%
38,1%
91
c. Berbelanja online karena ikut-ikutan teman, berikut persentasenya:
Grafik III.B.2.c
Berbelanja online karena ikut-ikutan teman
Grafik di atas menunjukkan persentase paling tinggi pada pertanyaan
berbelanja online karena ikut-ikutan teman adalah 32,3% yaitu pada kategori
“sangat tidak setuju”, 23,8% “kurang setuju”, 20,4% pada kategori “setuju”,
16,2% “tidak setuju” dan 7,3% pada kategori “sangat setuju”. Data di atas
mengarah pada hasil negatif yaitu mahasiswa dengan kegiatannya berbelanja
online tidak didasarkan pada keinginan untuk mengikuti teman namun lebih
menunjukkan identitasnya sendiri.
7,3%
20,4%
23,8%
16,2%
32,3%
92
d. Berbelanja online karena ingin menjaga gengsi/ image (menunjukkan status
sosial), berikut persentasenya:
Grafik III.B.2.d
berbelanja online karena ingin menjaga gengsi/ image (menunjukkan status
sosial)
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena ingin menjaga gengsi/image (menunjukkan status sosial) sama halnya
dengan mencerminkan kepribadian mengarah pada hasil negatif yaitu tidak ada
hubungannya stratifikasi sosial terhadap gaya hidup konsumtif mahasiswa dalam
berbelanja online. Persentase paling tinggi pada adalah 41,2% yaitu pada kategori
“sangat tidak setuju”, 22,3% pada kategori “setuju”, 18,5% pada kategori “kurang
setuju”, 11,9% pada kategori “tidak setuju” dan 6,2% pada kategori “sangat
setuju”.
6,2%
22,3%
18,5%
11,9%
41,2%
93
e. Berbelanja online menjadi kepuasan tersendiri, berikut persentasenya:
Grafik III.B.2.e
Berbelanja online menjadi kepuasan tersendiri
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena menjadi kepuasan tersendiri memiliki persentase paling tinggi adalah
41,9% yaitu pada kategori “setuju”, 23,8% “kurang setuju”, 14,2% pada kategori
“sangat setuju” dan “tidak setuju” dan 5,8% pada kategori “sangat tidak setuju”.
Dari data di atas menunjukkan bahwa mahasiswa merasa nyaman dan terdapat
kepuasan dalam dirinya dengan adanya kegiatan berbelanja secara online dengan
berbagai kemudahan dan keuntungan-keuntungan yang mereka terima.
14,2%
41,9%
23,8%
14,2%
5,8%
94
f. Berbelanja online karena senang melakukan transaksi secara online, berikut
persentasenya:
Grafik III.B.2.f
Berbelanja online karena senang melakukan transaksi secara online
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena senang melakukan transaksi secara online memiliki persentase paling
tinggi adalah 33,1% yaitu pada kategori “kurang setuju”, 30% “setuju”, 17,7%
“tidak setuju”, 11,5% “sangat setuju” dan 7,7% “sangat tidak setuju”. Data di atas
menunjukkan bahwa mahasiswa tidak begitu senang dengan melakukan transaksi
secara online dalam kegiatan berbelanja, dimana terdapat kesulitan seperti hanya
memiliki uang cash/ tunai sehingga merepotkan jika harus melakukan transaksi
melalui teller.
11,5%
30,0%
33,1%
17,7%
7,7%
95
g. Berbelanja online agar ingin tampak berbeda dari yang lain, berikut
persentasenya:
Grafik III.B.2.g
Berbelanja online agar ingin tampak berbeda dari yang lain
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena ingin tampak berbeda dari yang lain memiliki persentase paling tinggi
adalah 26,5% yaitu pada kategori “kurang setuju” dan “sangat tidak setuju”.
Selanjutnya 22,3% pada kategori “setuju”, 16,2% “tidak setuju” dan 8,5% “sangat
setuju”.
8,5%
22,3%
26,5%
16,2%
26,5%
96
h. Berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang lain, berikut
persentasenya:
Grafik III.B.2.h
Berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang lain
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena ingin dilihat lebih unggul dari yang lain memiliki persentase paling tinggi
adalah 36,9% yaitu pada kategori “sangat tidak setuju”, 23,5% “kurang setuju”,
22,3% “setuju”, 11,5% “tidak setuju” dan 5,8% “sangat setuju”. Dapat dikatakan
untuk pertanyaan berbelanja online karena ingin dilihat lebih unggul dari yang
lain dengan persentase tertinggi pada kategori “sangat tidak setuju” menunjukkan
bahwa mahasiswa cenderung tidak ingin menonjolkan sisi keunggulan yang
dimiliki dalam hal berbelanja.
5,8%
22,3% 23,5%
11,5%
36,9%
97
3. Membeli suatu barang untuk memenuhi kebutuhan penampilan atau
display. Untuk mengukur indikator ini, digunakan pertanyaan:
- berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus,
- berbelanja online agar terlihat trendy saat hangout,
- berbelanja online karena mencari produk luar negeri,
- berbelanja online karena mengetahui produk luar negeri yang
berkualitas,
- berbelanja online karena mengincar merk terkenal, dan
- berbelanja online karena produk limited editon
a. Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus, berikut persentasenya:
Grafik III.B.3.a
Berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena agar penampilan lebih bagus memiliki persentase paling tinggi adalah
6,9%
34,6%
20,4%
12,7%
25,4%
98
34,6% yaitu pada kategori “setuju”, 25,4% “sangat tidak setuju”, 20,4% “kurang
setuju”, 12,7% “tidak setuju” dan 6,9% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk
pertanyaan berbelanja online karena agar penampilan lebih bagus dengan
persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa mahasiswa ingin
terlihat bagus dan rapih dalam berpenampilan agar terlihat menarik dan
memperbaiki kekurangan yang dimiliki.
b. Berbelanja online agar terlihat trendy saat hangout, berikut persentasenya:
Grafik III.B.3.b
Berbelanja online agar terlihat trendy saat hangout
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena agar terlihat trendy saat hangout memiliki persentase paling tinggi adalah
28,8% yaitu pada kategori “setuju”, 28,1% “sangat tidak setuju”, 21,9% “kurang
setuju”, 12,7% “tidak setuju” dan 8,5% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk
pertanyaan berbelanja online karena agar terlihat trendy saat hangout dengan
8,5%
28,8%
21,9%
12,7%
28,1%
99
persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa mahasiswa
cenderung konsumtif dalam hal berbelanja online.
c. Berbelanja online karena mencari produk luar negeri, berikut persentasenya:
Grafik III.B.3.c
Berbelanja online karena mencari produk luar negeri
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena mencari produk luar negeri memiliki persentase paling tinggi adalah
36,9% yaitu pada kategori “setuju”, 32,3% “kurang setuju”, 13,1% “sangat tidak
setuju”, 9,6% “tidak setuju” dan 8,1% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk
pertanyaan berbelanja online karena mencari produk luar negeri dengan
persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa mahasiswa FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berbelanja online dengan alasan pertimbangan
8,1%
36,9%
32,3%
9,6%
13,1%
100
jarak wilayah dan waktu tempuh yang tidak efisien bila harus mengunjungi
langsung.
d. Berbelanja online karena mengetahui produk luar negeri yang berkualitas,
berikut persentasenya:
Grafik III.B.3.d
Berbelanja online karena mengetahui produk luar negeri yang
berkualitas
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena mengetahui produk luar negeri yang berkualitas memiliki persentase
paling tinggi adalah 44,6% yaitu pada kategori “setuju”, 21,9% “kurang setuju”,
12,7% “tidak setuju”, 11,9% “sangat tidak setuju” dan 8,8% “sangat setuju”.
Dapat dikatakan untuk pertanyaan berbelanja online karena mencari produk luar
negeri dengan persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berbelanja online dengan
8,8%
44,6%
21,9%
12,7% 11,9%
101
pertimbangan kualitas produk yang tentunya diketahui kualitasnya bagus oleh
masyarakat luas atau produk yang sudah memiliki “nama besar”.
e. Berbelanja online karena mengincar merk terkenal, berikut persentasenya:
Grafik III.B.3.e
Berbelanja online karena mengincar merk terkenal
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja
online karena mengincar merk terkenal memiliki persentase paling tinggi adalah
36,5% yaitu pada kategori “setuju”, 25,4% “kurang setuju”, 15,8% “tidak setuju”,
11,9% “sangat tidak setuju” dan 10,4% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk
pertanyaan berbelanja online karena mencari produk luar negeri dengan
persentase tertinggi pada kategori “setuju” menunjukkan bahwa mahasiswa FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berbelanja online dengan pertimbangan merk
10,4%
36,5%
25,4%
15,8%
11,9%
102
atau brand dari sebuah produk dan mengesampingkan nilai harganya dibalik
barang bermerk tersebut.
f. Berbelanja online karena produk limited editon, berikut persentasenya:
Grafik III.B.3.f
Berbelanja online karena produk limited editon
Grafik di atas menunjukkan persentase untuk pertanyaan berbelanja online
karena produk limited edition memiliki persentase paling tinggi adalah 37,3%
yaitu pada kategori “setuju”, 21,5% “kurang setuju”, 15% “tidak setuju”, 11,9%
“sangat tidak setuju” dan 14,2% “sangat setuju”. Dapat dikatakan untuk
pertanyaan berbelanja online karena produk limited edition dengan persentase
tertinggi pada kategori “setuju” sebanyak 37,3% menunjukkan bahwa sebagian
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berbelanja online dengan
14,2%
37,3%
21,5%
15,0%
11,9%
104
C. Analisa Hubungan Antara Stratifikasi Sosial dan Gaya Hidup Konsumtif
Untuk mengetahui hubungan tingkat stratifikasi sosial terhadap gaya hidup
konsumtif, peneliti menganalisanya melalui hubungan atau kaitannya antara
variabel X yaitu pendidikan, pekerjaan, pendapatan orangtua, uang saku dan
pengeluaran mahasiswa dengan variabel Y yaitu gaya hidup konsumtif dengan
menggunakan uji Crosstabs dan Spearman’s Rho.
1. Uji Analisa Crosstabs
Crosstabs adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas satu baris atau
lebih dan satu kolom atau lebih. Pada Crosstabs juga dapat menampilkan
kaitan antara dua atau lebih variabel, sampai dengan menghitung apakah ada
hubungan antara baris dan kolom (Nisfiannoor. 2009: 80).
Dalam melakukan uji crosstabs, peneliti menggunakan data yang sudah
direcoding atau telah dilakukan pengkodean ulang pada beberapa indikator
dalam variabel stratifikasi sosial yang menggunakan data ordinal, yaitu pada
indikator pendidikan terakhir orang tua menggunakan kategori tidak sekolah,
kategori pendidikan dasar (meliputi lulusan SD, SMP, SMA), dan kategori
pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). Kemudian pada indikator pendapatan
orang tua diukur dari tiga tingkatan kelas yaitu rendah, menengah, dan tinggi.
Pada kategori tingkatan kelas rendah memiliki nilai pendapatan antara < Rp.
1.000.000, untuk kategori tingkat pendapatan kelas menengah memiliki nilai
pendapatan antara Rp. 1.000.001 – Rp. 4.000.000, dan untuk kategori tingkat
pendapatan kelas tinggi antara > Rp. 4.000.001. Sedangkan untuk data
105
nominal yaitu untuk jenis pekerjaan orangtua tidak dilakukan pengkodean
ulang.
a. Keterkaitan antara program studi dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa
Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara program studi dengan
gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:
Tabel III.C.1.a
Program Studi : * Cluster Number of Case Crosstabulation
Cluster Number of Case Total
1 2 3
Program
Studi :
Hubungan
Internasional
Count 34 53 25 112
% within Program Studi
:
30,4% 47,3% 22,3% 100,0%
Ilmu Politik
Count 12 32 29 73
% within Program Studi
:
16,4% 43,8% 39,7% 100,0%
Sosiologi
Count 17 35 23 75
% within Program Studi
:
22,7% 46,7% 30,7% 100,0%
Total
Count 63 120 77 260
% within Program Studi
:
24,2% 46,2% 29,6% 100,0%
Hasil Crosstabs di atas, menunjukkan bahwa program studi Sosiologi
memiliki nilai persentase 22,7% pada tingkat gaya hidup konsumtif menengah,
46,7% pada tingkat gaya hidup konsumtif tinggi dan 30,7% pada tingkat gaya
hidup konsumtif rendah. Kemudian pada program studi Ilmu Politik memiliki
nilai persentase 16,4% pada tingkat gaya hidup konsumtif menengah, 43,8% pada
tingkat gaya hidup konsumtif tinggi, dan 39,7% pada tingkat gaya hidup
konsumtif rendah. Sedangkan pada program studi Hubungan Internasional
106
memiliki nilai persentase 30,4% pada tingkat gaya hidup konsumtif menengah,
47,3% pada tingkat gaya hidup konsumtif tinggi, dan 33,9% pada tingkat gaya
hidup konsumtif rendah.
Dari hasil Crosstabs di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase
tertinggi atau 46,2% mahasiswa FISIP berada pada kategori gaya hidup konsumtif
tinggi dalam kegiatan berbelanja online. Sedangkan untuk program studi yang
mempunyai persentase paling tinggi dalam gaya hidup konsumtif adalah program
studi Hubungan Internasional dengan nilai persentase 47,3%.
b. Keterkaitan antara pendidikan terakhir ayah dengan gaya hidup konsumtif
mahasiswa
Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pendidikan terakhir ayah
dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:
107
Tabel III.C.1.b
pendidikan_ayah * Cluster Number of Case Crosstabulation
Cluster Number of Case Total
1 2 3
pendidikan_
ayah
Tidak
sekolah
Count 0 2 0 2
% within pendidikan_ayah 0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Pendidikan
dasar
Count 25 44 31 100
% within pendidikan_ayah 25,0% 44,0% 31,0% 100,0%
Pendidikan
tinggi
Count 38 74 46 158
% within pendidikan_ayah 24,1% 46,8% 29,1% 100,0%
Total Count 63 120 77 260
% within pendidikan_ayah 24,2% 46,2% 29,6% 100,0%
Hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa responden yang orang tuanya
(ayah) berada pada kategori tidak sekolah memiliki nilai persentase 100% berada
pada gaya hidup konsumtif “tinggi”. Sedangkan untuk kategori lulusan
pendidikan dasar memiliki gaya hidup konsumtif “rendah” 31%, “menengah”
25% dan “tinggi” 44%”. Pada orang tua (ayah) yang lulusan pendidikan tinggi
memiliki gaya hidup konsumtif “rendah” 29,1%, “menengah 24,1%, dan “tinggi”
46,8%.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi
dalam gaya hidup konsumtif mahasiswa yang dilihat dari pendidikan terakhir
(ayah) terdapat pada kategori pendidikan tinggi (perguruan tinggi) 46,8% dengan
gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam kegiatan berbelanja online.
c. Keterkaitan antara pendidikan terakhir ibu dengan gaya hidup konsumtif
mahasiswa.
Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pendidikan terakhir ibu
dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:
108
Tabel III.C.1.c
pendidikan_ibu * Cluster Number of Case Crosstabulation
Cluster Number of Case Total
1 2 3
pendidikan_ibu
Pendidikan
dasar
Count 35 80 56 171
% within
pendidikan_ibu
20,5% 46,8% 32,7% 100,0%
Pendidikan
tinggi
Count 28 40 21 89
% within
pendidikan_ibu
31,5% 44,9% 23,6% 100,0%
Total
Count 63 120 77 260
% within
pendidikan_ibu
24,2% 46,2% 29,6% 100,0%
Dari hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir ibu
berada pada kategori lulusan pendidikan dasar memiliki nilai persentase 32,7%
berada pada gaya hidup konsumtif “rendah”, “menengah” 20,5%, dan “tinggi”
46,8%. Sedangkan orang tua (ibu) yang berada pada kategori lulusan pendidikan
tinggi memiliki gaya hidup konsumtif “rendah” 23,6%, “menengah 31,5%, dan
“tinggi” 44,9%.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi
dalam gaya hidup konsumtif mahasiswa yang dilihat dari pendidikan terakhir
(ibu) terdapat pada kategori pendidikan dasar (SD, SMP dan SMA) 46,8% dengan
gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam kegiatan berbelanja online.
d. Keterkaitan antara pekerjaan orang tua (ayah) dengan gaya hidup konsumtif
mahasiswa.
Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pekerjaan orang tua (ayah)
dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:
109
Tabel III.C.1.d
pekerjaan_ayah * Cluster Number of Case Crosstabulation
Cluster Number of Case Total
1 2 3
pekerjaan
_ayah
Buruh/Petani/T
ukang/Nelayan
Count 0 8 6 14
% within
pekerjaan_ayah
0,0% 57,1% 42,9% 100,0%
Wirausaha
Count 12 27 26 65
% within
pekerjaan_ayah
18,5% 41,5% 40,0% 100,0%
Pegawai Negeri
Sipil
Count 30 48 24 102
% within
pekerjaan_ayah
29,4% 47,1% 23,5% 100,0%
Pegawai
Swasta
Count 13 35 20 68
% within
pekerjaan_ayah
19,1% 51,5% 29,4% 100,0%
Profesional
(Dokter,
Pengacara, dll)
Count 4 2 0 6
% within
pekerjaan_ayah
66,7% 33,3% 0,0% 100,0%
Tidak Bekerja
Count 4 0 1 5
% within
pekerjaan_ayah
80,0% 0,0% 20,0% 100,0%
Total
Count 63 120 77 260
% within
pekerjaan_ayah
24,2% 46,2% 29,6% 100,0%
Dari hasil Crosstabs diatas menunjukkan hasil persentase pada jenis
pekerjaan orang tua (ayah) sebagai buruh/petani/tukang/nelayan memiliki gaya
hidup konsumtif yaitu 42,9% pada kategori “rendah”, 57,1% pada kategori
“tinggi”. Untuk jenis pekerjaan wirausaha memiliki hasil 40% pada kategori
“rendah”, 41,5% pada kategori “menengah”, 18,5% pada kategori “tinggi”. Pada
jenis pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki hasil 23,5% pada
kategori “rendah”, 29,4% pada kategori “menengah” dan 47,1% pada kategori
110
“tinggi”. Pada jenis pekerjaan pegawai swasta memiliki hasil persentase 29,4%
pada kategori “rendah”, 19,1% “menengah” dan 51,5% “tinggi”. Pada jenis
pekerjaan sebagai profesional (dokter, pengacara, dll) memiliki hasil 66,7% pada
kategori “menengah” dan 33,3% “tinggi”. Pada kategori tidak bekerja memiliki
hasil 20% pada kategori “rendah” dan 80% pada kategori “menengah” dalam gaya
hidup konsumtif.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi
dalam gaya hidup konsumtif mahasiswa yang dilihat dari jenis pekerjaan orang
tua (ayah) terdapat pada jenis pekerjaan orangtua sebagai Pegawai Negeri Sipil
(47,1%) dengan gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam kegiatan berbelanja online.
e. Keterkaitan antara pekerjaan orang tua (ibu) dengan gaya hidup konsumtif
mahasiswa.
Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pekerjaan orang tua (ibu) dengan
gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:
111
Tabel III.C.1.e
pekerjaan_ibu * Cluster Number of Case Crosstabulation
Cluster Number of Case Total
1 2 3
pekerjaan
_ibu
Buruh/Petani/T
ukang/Nelayan
Count 0 4 0 4
% within
pekerjaan_ibu
0,0% 100,0% 0,0% 100,0%
Wirausaha
Count 16 4 17 37
% within
pekerjaan_ibu
43,2% 10,8% 45,9% 100,0%
Pegawai Negeri
Sipil
Count 19 12 8 39
% within
pekerjaan_ibu
48,7% 30,8% 20,5% 100,0%
Pegawai
Swasta
Count 3 27 3 33
% within
pekerjaan_ibu
9,1% 81,8% 9,1% 100,0%
Profesional
(Dokter,
Pengacara, dll)
Count 0 0 3 3
% within
pekerjaan_ibu
0,0% 0,0% 100,0% 100,0%
Tidak Bekerja
Count 25 73 46 144
% within
pekerjaan_ibu
17,4% 50,7% 31,9% 100,0%
Total
Count 63 120 77 260
% within
pekerjaan_ibu
24,2% 46,2% 29,6% 100,0%
Dari hasil Crosstabs diatas menunjukkan hasil persentase pada jenis
pekerjaan orang tua (ibu) sebagai buruh/petani/tukang/nelayan memiliki gaya
hidup konsumtif yaitu 100% pada kategori “tinggi”. Untuk jenis pekerjaan
wirausaha memiliki hasil 45,9% pada kategori “rendah”, 43,2% pada kategori
“menengah” dan 10,8% pada kategori “tinggi”. Pada jenis pekerjaan sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki hasil 20,5% pada kategori “rendah”, 48,7%
pada kategori “menengah” dan 30,8% pada kategori “tinggi”. Pada jenis pekerjaan
112
pegawai swasta memiliki hasil persentase 9,1% pada kategori “rendah”, 9,1%
“menengah” dan 81,8% “tinggi”. Pada jenis pekerjaan sebagai profesional
(dokter, pengacara, dll) memiliki hasil 100% pada kategori “rendah”. Pada
kategori tidak bekerja memiliki hasil 31,9% pada kategori “rendah”, 17,4% pada
kategori “menengah” dan 50,7% pada kategori “tinggi” dalam gaya hidup
konsumtif.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase tertinggi
dalam melakukan gaya hidup konsumtif mahasiswa yang dilihat dari jenis
pekerjaan orang tua (ibu) terdapat pada kategori tidak bekerja sebesar 50,7%
dengan gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam berbelanja online.
f. Keterkaitan antara pendapatan orang tua dengan gaya hidup konsumtif
mahasiswa.
Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pendapatan orang tua dengan
gaya hidup konsumtif mahasiswa, yaitu:
113
Tabel III.C.1.f
pendapatan_ortu * Cluster Number of Case Crosstabulation
Cluster Number of Case Total
1 2 3
pendapatan_
ortu
Rendah
Count 1 0 0 1
% within
pendapatan_ortu
100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Menengah
Count 23 61 27 111
% within
pendapatan_ortu
20,7% 55,0% 24,3% 100,0%
Tinggi
Count 39 59 50 148
% within
pendapatan_ortu
26,4% 39,9% 33,8% 100,0%
Total
Count 63 120 77 260
% within
pendapatan_ortu
24,2% 46,2% 29,6% 100,0%
Hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan
orang tua rendah memiliki gaya hidup konsumtif yaitu 100% pada kategori
“menengah”. Untuk kategori pendapatan menengah memiliki hasil pada gaya
hidup konsumtif yaitu “rendah” 24,3%, “menengah” 20,7%, dan “tinggi” 55%.
Pada orang tua dengan pendapatan tinggi menunjukkan gaya hidup konsumtif
yaitu “rendah” 33,8%, “menengah” 26,4% dan “tinggi” 39,9%.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” dalam
berbelanja online sebesar 46,2%, sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori
ini dilakukan oleh mahasiswa dengan tingkat pendapatan orang tuanya menengah
dengan nilai persentase sebesar 55% yang berada pada kategori tinggi.
114
g. Keterkaitan antara uang saku dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa.
Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara uang saku dengan gaya hidup
konsumtif mahasiswa, yaitu:
Tabel III.C.1.g
uang_saku * Cluster Number of Case Crosstabulation
Cluster Number of Case Total
1 2 3
uang_saku
rendah Count 8 23 15 46
% within uang_saku 17,4% 50,0% 32,6% 100,0%
menengah Count 38 83 47 168
% within uang_saku 22,6% 49,4% 28,0% 100,0%
tinggi Count 17 14 15 46
% within uang_saku 37,0% 30,4% 32,6% 100,0%
Total Count 63 120 77 260
% within uang_saku 24,2% 46,2% 29,6% 100,0%
Hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa hubungan antara uang saku
rendah memiliki gaya hidup konsumtif yaitu 32,6% pada kategori “rendah”,
17,4% “menengah” dan 50% “tinggi”. Untuk kategori uang saku menengah
memiliki hasil pada gaya hidup konsumtif yaitu “rendah” 28%, “menengah”
22,6%, dan “tinggi” 49,4%. Pada kategori uang saku tinggi menunjukkan gaya
hidup konsumtif yaitu “rendah” 32,6%, “menengah” 37% dan “tinggi” 30,4%.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar
46,2%, sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh
mahasiswa dengan tingkat uang saku menengah dengan nilai persentase sebesar
115
49,4% yang berada pada kategori gaya hidup konsumtif tinggi dalam berbelanja
online
h. Keterkaitan antara pengeluaran dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa.
Berikut adalah hasil uji Crosstabs antara pengeluaran dengan gaya hidup
konsumtif mahasiswa, yaitu:
Tabel III.C.1.h
pengeluaran * Cluster Number of Case Crosstabulation
Cluster Number of Case Total
1 2 3
pengeluaran
Rendah Count 13 52 20 85
% within pengeluaran 15,3% 61,2% 23,5% 100,0%
Menengah Count 37 67 51 155
% within pengeluaran 23,9% 43,2% 32,9% 100,0%
Tinggi Count 13 1 6 20
% within pengeluaran 65,0% 5,0% 30,0% 100,0%
Total Count 63 120 77 260
% within pengeluaran 24,2% 46,2% 29,6% 100,0%
Hasil Crosstabs di atas menunjukkan bahwa hubungan antara pengeluaran
rendah memiliki gaya hidup konsumtif yaitu 23,5% pada kategori “rendah”,
15,3% “menengah” dan 61,2% “tinggi”. Untuk kategori pengeluaran menengah
memiliki hasil pada gaya hidup konsumtif yaitu “rendah” 32,9%, “menengah”
23,9%, dan “tinggi” 43,2%. Pada kategori pengeluaran tinggi menunjukkan gaya
hidup konsumtif yaitu “rendah” 30%, “menengah” 65%, dan “tinggi” 5%.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar
46,2%, sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh
116
mahasiswa dengan tingkat pengeluaran menengah dengan nilai persentase sebesar
43,2% yang berada pada kategori tinggi dalam berbelanja online.
2. Uji Analisa Spearman’s Rho
Untuk mengetahui dan memperjelas hubungan antara stratifikasi sosial
denga gaya hidup konsumtif pada mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dilakukan uji korelasi dengan menggunakan analisa Spearman.
Korelasi Spearman dalam buku yang ditulis oleh Nisfiannoor (2009: 184)
adalah untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel, dimana variabel
tidak berdistribusi normal. Korelasi Spearman dianggap signifikasi apabila
memiliki nilai signifikasi < 0,01 yang ditandai dengan bintang dua (**) dan < 0,05
yang ditandai dengan bintang satu (*). Sedangkan untuk menetukan interpretasi
mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel, peneliti mengacu pada kriteria
yang ditulis oleh Sarwono (2006: 123), yaitu:
Tabel III.C.2.1
Koefisien Tingkat Hubungan Spearman
Koefisien Tingkat Hubungan
(Korelasi)
> 0 – 0,25 Sangat Lemah
> 0,25 – 0,5 Cukup
> 0,5 – 0,75 Kuat
> 0,75 – 0,99 Sangat Kuat
Sumber: Sarwono (2006: 123)
117
Untuk koefisien dengan hasil lebih dari 0 sampai 0,25 memiliki hasil
korelasi yang sangat lemah, lalu untuk hasil koefisien lebih dari 0,25 sampai 0,5
memiliki hasil korelasi yang cukup kuat, selanjutnya pada hasil koefisien lebih
dari 0,5 sampai 0,75 memiliki hasil yang kuat, dan untuk hasil koefisien lebih dari
0,75 sampai 0,99 memiliki hasil korelasi yang sangat kuat. Berikut adalah hasil
analisa menggunakan uji Spearman:
Tabel III.C.2.2
Korelasi Spearman’s Rho
No Hubungan r hitung Tingkat
Hubungan
Nilai
Signifikasi
Keterangan
1 Pendidikan
terakhir ayah
dengan gaya
hidup konsumtif
.214** Sangat
lemah
.000 Signifikan
2 Pendidikan
terakhir ibu
dengan gaya
hidup konsumtif
-.027 Sangat
lemah
.662 Tidak
signifikan
3 Pekerjaan ayah
dengan gaya
hidup konsumtif
.075 Sangat
lemah
.230 Tidak
signifikan
4 Pekerjaan ibu
dengan gaya
hidup konsumtif
.218** Sangat
lemah
.000 Signifikan
5 Pendapatan
orang tua dengan
gaya hidup
konsumtif
-.240** Sangat
lemah
.000 Signifikan
6 Uang saku
dengan gaya
hidup konsumtif
.026 Sangat
lemah
.675 Tidak
signifikan
7 Pengeluaran
mahasiswa
dengan gaya
hidup konsumtif
-.180** Sangat
lemah
.004 Signifikan
**. Korelasi dianggap signifikan apabila memiliki nilai signifikasi < 0,01
*. Korelasi dianggap signifikan apabila memiliki nilai signifikasi < 0,05
118
D. Hasil Analisa Data
Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa sebagian
besar mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan
kegiatan berbelanja online didasarkan pada alasan bahwa berbelanja online dapat
menunjang penampilannya agar lebih bagus dan trendy. Menurut Nancy Etcoff
dalam Survival of the Prettiest: The Science of Beauty (1991) menyebut gejala
tersebut dengan Lookisme. Lookisme adalah paham yang beranggapan bahwa bila
lebih baik tampilan anda, maka akan lebih sukseslah anda dalam kehidupan.
Mengingat bahwa produsen (onlineshop) akan selalu bersaing untuk mengupdate
produk yang mereka jual sesuai dengan perkembangan zaman dan tren terkini.
Menurut Featherstone yang dikutip dari buku ”Sociological Theory in the
Contemporary Era” (Scott dan Laura, 2002) bahwa gambaran yang dilakukan
oleh para produsen untuk mengembangkan budaya konsumerisme, yaitu dengan
membeli barang atau produk yang mengarah pada “aestheticisation (nilai
keindahan) lebih besar pengaruhnya dari kenyataan”.
Kemudian, alasan lain mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berbelanja online selain agar memperbagus penampilan, namun juga karena
mengincar merk terkenal. Merek menjadi sesuatu nilai untuk menunjukkan status
sosial yang digambarkan oleh barang atau produk yang dijual dengan cara
mengesampingkan nilai harga atau disebut Brand Minded. Menurut McNeal
(2007) yang dikutip dari Rifky Anugrah (2011) Brand Minded merupakan pola
pikir seseorang terhadap objek-objek komersil yang cenderung berorientasi pada
merek eksklusif dan terkenal.
119
Berdasarkan hasil korelasi Spearman’s Rho pada penelitian ini terlihat
adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ayah dengan gaya hidup
konsumtif mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan korelasi yang memiliki hasil
r(260) = 0,214; p = 0,000 < 0,01. Artinya bahwa terdapat hubungan antara
pendidikan ayah dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa dengan nilai signifikasi
lebih kecil nilainya dari taraf signifikasi (p = 0,01) yaitu 0,000. Hal ini juga
ditunjukkan dengan tingkat korelasi antara kedua variabel yaitu 0,214.
Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan “jika pendidikan
terakhir ayah tinggi maka gaya hidup konsumtif mahasiswa akan semakin tinggi
pula” dinyatakan diterima. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1989: 92)
yang menyatakan tingkat pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan
yang dilakukan manusia dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dewi Aprilia (2014)
yang berjudul “Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa FISIP Unila”
yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang mempunyai orangtua dengan
pendidikan tinggi maka perilaku konsumtifnya juga akan meningkat.
Korelasi antara pekerjaan ibu dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa
memiliki hasil positif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji data yaitu r(260) =
0,218; p = 0,000 < 0,01 artinya bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan ibu
dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa dengan nilai signifikasi lebih kecil
nilainya dari taraf signifikasi (p = 0,01) yaitu 0,000. Hal ini juga ditunjukkan
dengan korelasi koefisien 0,218. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang
menyatakan “jika pekerjaan ibu tinggi maka gaya hidup konsumtif mahasiswa
120
akan semakin tinggi pula” dinyatakan diterima. Sejalan dengan pendapat Kotler
(2003) bahwa gaya hidup yang menggambarkan “keseluruhan diri” seseorang atau
seluruh pola dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang terbentuk melalui
sebuah pekerjaan dan kelas sosial.
Korelasi antara pendapatan orang tua dengan gaya hidup konsumtif
mahasiswa ditunjukkan dengan hasil uji data yaitu r(260) = -0,240; p = 0,000 <
0,01 artinya bahwa terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan gaya
hidup konsumtif mahasiswa dengan nilai signifikasi lebih kecil nilainya dari taraf
signifikasi (p = 0,01) yaitu 0,000. Hal ini juga ditunjukkan dengan korelasi
koefisien -0,240. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pembelian. Tingkat pendapatan dapat pula memengaruhi niat beli
(Istikhomah, 2013).
Korelasi antara pengeluaran mahasiswa dengan gaya hidup konsumtif
mahasiswa ditunjukkan dengan hasil uji data yaitu r(260) = -0,180; p = 0,004 <
0,01 artinya bahwa terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan gaya
hidup konsumtif mahasiswa dengan nilai signifikasi lebih kecil nilainya dari taraf
signifikasi (p = 0,01) yaitu 0,004. Hal ini juga ditunjukkan dengan korelasi
koefisien -0,180. Pengeluaran konsumsi adalah pengeluaran mahasiswa dalam
rangka pemakaian barang dang jasa hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan
yang diukur dalam rupiah selama periode tertentu. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Anita Saufika (2012) yang berjudul “Gaya Hidup
dan Kebiasaan Makan Mahasiswa” yang menunjukkan bahwa pengeluaran
konsumsi mahasiswa digunakan untuk menunjang gaya hidup, hiburan dan
121
kesehatan. Penelitian ini menggambarkan bahwa mahasiswa lebih memfokuskan
aktivitas, minat dan opini dalam kehidupan sehari-harinya pada hal-hal yang
berhubungan dengan hiburan, olahraga, kesehatan, dan organisasi dibandingkan
dengan kegiatan perkuliahan.
122
BAB IV
PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari analisa data yang telah
dilakukan dan saran baik bagi para pembaca ataupun penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
berikut adalah hasil temuan dan analisa peneliti mengenai stratifikasi sosial
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan hubungannya terhadap
gaya hidup konsumtif, berikut hasilnya:
1. Pada penelitian ini, stratifikasi sosial mahasiswa diukur dari beberapa
indikator yaitu pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan pedapatan orang tua.
Dengan hasil bahwa stratifikasi sosial mahasiswa FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dikatakan tinggi dengan hasil bahwa: 1) Pendidikan
mayoritas orang tua (ayah dan ibu) adalah lulusan dari pendidikan tinggi
(Perguruan Tinggi) dan SMA/ sederajat, 2) Pekerjaan mayoritas dari orang
tua (ayah dan ibu) sebagai PNS dan ibu rumah tangga, dan 3) Pendapatan
mayoritas orang tua mahasiswa adalah diatas Rp. 4.000.001.
2. Pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, prodi yang memiliki peluang
lebih besar untuk berperilaku konsumtif adalah prodi Hubungan Internasional
(47,3%) dilihat dari stratifikasi sosial serta kegiatan berbelanja online dalam
gaya hidup konsumtif. Selanjutnya prodi tertinggi kedua adalah prodi
Sosiologi (46,7%) dan prodi Ilmu Politik (43,8%).
123
3. Hasil uji Crosstabs, dilihat dari pendidikan terakhir (ayah) terdapat pada
kategori pendidikan tinggi (perguruan tinggi) 46,8% dengan gaya hidup
konsumtif mahasiswa “tinggi”. Sedangkan dilihat dari pendidikan terakhir
(ibu) terdapat pada kategori pendidikan dasar (SD, SMP dan SMA) 46,8%
dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa “tinggi”.
Dilihat dari jenis pekerjaan orang tua (ayah) terdapat pada jenis
pekerjaan orangtua sebagai Pegawai Negeri Sipil (47,1%) dengan gaya hidup
konsumtif mahasiswa “tinggi”. Sedangkan dilihat dari jenis pekerjaan orang
tua (ibu) terdapat pada kategori tidak bekerja sebesar 50,7% dengan gaya
hidup konsumtif mahasiswa “tinggi”.
Dilihat dari pendapatan orang tua, mahasiswa FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar 46,2%,
sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh mahasiswa
dengan tingkat pendapatan orang tuanya menengah dengan nilai persentase
sebesar 55%.
Dilihat dari uang saku, mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar 46,2%, sedangkan
gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh mahasiswa dengan
tingkat uang saku menengah dengan nilai persentase sebesar 49,4%.
Dilihat dari aspek pengeluaran mahasiswa, mahasiswa FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup konsumtif “tinggi” sebesar
46,2%, sedangkan gaya hidup konsumtif pada kategori ini dilakukan oleh
124
mahasiswa dengan tingkat pengeluaran menengah dengan nilai persentase
sebesar 43,2%.
4. Untuk uji analisa Spearman’s Rho, Pada uji korelasi antara pendidikan
terakhir ayah dengan gaya hidup konsumtif mahasiswa memiliki hasil nilai
signifikan (sig) 0,000 < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis Ha1
diterima atau semakin tinggi pendidikan terakhir ayah maka gaya hidup
konsumtif pada mahasiswa akan semakin tinggi pula.
Kemudian pada uji korelasi antara pekerjaan ibu dengan gaya hidup
konsumtif mahasiswa memiliki hasil nilai signifikan (sig) 0,000 < 0,01. Hal
ini menunjukkan bahwa Hipotesis Ha4 diterima atau semakin tinggi
pekerjaan ibu maka gaya hidup konsumtif pada mahasiswa akan semakin
tinggi pula.
Selanjutnya pada uji korelasi antara pendapatan orang tua dengan gaya
hidup konsumtif mahasiswa memiliki hasil nilai signifikan (sig) 0,000 < 0,01.
Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis Ha5 diterima.
Terakhir, pada uji korelasi antara pengeluaran mahasiswa dengan gaya
hidup konsumtif mahasiswa memiliki hasil nilai signifikan (sig) 0,004 < 0,01.
Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis Ha7 diterima.
125
B. Saran
Dari kesimpulan sebagaimana hasil penelitian di atas, selanjutnya peneliti
bermaksud memberikan saran kepada berbagai pihak terkait antara stratifikasi
sosial terhadap gaya hidup konsumtif dalam berbelanja online. Saran peneliti
untuk para remaja khususnya mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan masyarakat umum, yaitu:
1. Secara akademis; penulis berharap untuk penelitian-penelitian selanjutnya
dapat lebih menganalisis dan mengidentifikasi secara lebih mendalam
mengenai hubungan stratifikasi sosial dengan gaya hidup konsumtif
berbelanja online baik pada masyarakat umum ataupun pelajar.
2. Secara praktis; agar mahasiswa ataupun masyarakat umum bisa lebih
bijaksana dalam melakukan kegiatan berbelanja online, mengingat dewasa ini
arus globalisasi semakin deras dan bersifat moderen sehingga sering
melupakan rasionalitas dalam berbelanja suatu barang atau produk tanpa
melakukan pertimbangan yang matang.
Seiring perkembangan teknologi dan informasi yang semaking canggih,
penulis mengharapkan pembaca bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin
sebelum melakukan kegiatan berbelanja pada sebuah produk secara online,
mengingat bahwa produsen akan selalu memberikan penawaran dan promosi
yang hanya menampilkan apa yang konsumen inginkan dengan memberi nilai
positif pada produk yang mereka jual.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Appelriuth, Scott dan Laura Desfor Edles. 2002. Sociological Theory in the
Contemporary Era. California State University, orthridge. California: Pine
Forge Press
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Prenada Group
---------------------. 2013. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Kencana
Prenada Group
Celia Lury. 1998. Budaya Konsumen (terj. Hasti T. Champion). Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
Chaney, David. 1996. Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta:
Jalasutra
Faisal, Sanapiah. 2003. Format-format penelitian sosial. Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Garson, David G. 2008. Hierarchical Linear Modeling. North California State
University: SAGE Publications, Inc
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang
Haris, Priyatna. 2013. Kamus Sosiologi. Bandung: Nuansa Cendekia
xvi
Haryanto Soedjatmiko. 2008. Saya Berbelanja Maka Saya. Ketika Konsumsi dan
Konsumeris. Yogyakarta: Jalasutra
Hasan, M. Iqbal. 2011. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif).
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Iskandar. 2010. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: PR-FIKOM Universitas
Mercubuana
Jefta Leibo. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi Ofset
Kamanto Sunarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
--------------------. 2003. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. Edisi kesebelas. Jakarta: Indeks
Kelompok Gramedia
Mansoer, Masri. 2009. Statistik Sosial. Jakarta: Ushul Press
Nisfiannoor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistik Modern: untuk Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika
Palispis, Epitacio, S. 1993. Elements of research: applied of nursing, education
and business. Manila, Philippines: Dr. Gloria D. Lackson College Inc
Paul B. Horton. 2007. Sosiologi (jilid 2). Jakarta: Erlangga
Pilliang. Yasraf, Amir. 2003. Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studies Atas
Matinya Makna. Yogyakarta : Jalasutra
xvii
Ridwan, M.B.A dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistika untuk Penelitian:
Pendidikan Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya.
Jakarta: Kencana
Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
------------. 2001. Metode Penelitian Teknik Bisnis. Bandung: Alfabeta
Suharsimi, Arikunto. 1997. Metode Penelitian (Pendekatan Penelitian). Jakarta:
PT. Rineka Cipta
------------------------. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Susanto, Budi (editor). 2005. Penghiburan Masa Lalu dan Budaya Hidup Masa
Kini Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Yuda Agusta. 2007. K-Means; Penerapan, Permasalahan, dan Metode Terkait.
xviii
Sumber Skripsi/ Tesis/ Hasil Penelitian
Anugrah, Rifky. 2011. Pengaruh Sikap terhadap Produk dan Gaya Hidup Brand
Minded terhadap Keputusan Membeli Smartphone Blackberry pada Siswa
SMA Al-azhar Bumi Serpong. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ismayanti. 2013. Hubungan Internet dengan Gaya Hidup Konsumtif: Studi kasus
Mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Lucia Sinto Dewi. 2007. Salon sebagai Tren Gaya Hidup Kaum Muda.
Yogyakarta: Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah
Mada
Siti Murdaningsih. 2008. Gaya Hidup Konsumtif dan Pencitraan Diri Pelajar
Pengguna Handphone di SMA Negeri 1 Sambi Boyolali. Surakarta: Skripsi
Weni Widhianti. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keinginan Membeli
Konsumen pada Toko Pakaian Online. Depok: Tesis Departemen Ilmu
Administrasi FISIP Universitas Indonesia
Tirtha Segoro. 2013. Gaya Hidup Konsumtif pada Santri Pondok Pesantren
Modern. Surakarta
Wulan Nindya Mantri. 2007. Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa
UNNES dan UNIKA dalam kehidupan kampus. Semarang
xix
Aprilia, Dewi dan Hartoyo. 2014. Jurnal Penelitian: Analisis Sosiologis Perilaku
Konsumtif Mahasiswa (Studi pada Mahasiswa FISIP Universitas
Lampung). Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
Anita Saufika. 2012. Gaya Hidup dan Kebiasaan Makan Mahasiswa. Institut
Pertanian Bogor
Goes Tri Yadi. 2016. Kelebihan dan Kekurangan 3 Online Shop (Lazada,
Bukalapak, Tokopedia). Jakarta: Universitas Esa Unggul
Tim Penyusun. 2012-2013. Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah. Jakarta
Sumber Internet:
http://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/meningkat-tren-belanja-online-
indonesia/34941 diakses pada tanggal 02 Oktober 2015
http://www.internetworldstats.com/stats3.htm diakses pada tanggal 02 Oktober
2015
http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 01 April 2016 pukul 16.52
https://www.apjii.or.id/content/statistik/39 diakses pada tanggal 1 April 2016
pukul 16:48
http://junaidichaniago.wordpress.com di akses 28 Desember 2016 pukul 11.20
xx
Lampiran 1
Bentuk Kuesioner Try Out
PERHATIAN UNTUK RESPONDEN
1. Pahami terlebih dahulu sebelum mengisi kuesioner
2. Silang atau Lingkari setiap jawaban responden secara jelas
3. Usahakan setiap pertanyaan terjawab oleh responden
4. Sebelum mengakhiri, periksa terlebih dahulu kuesioner dengan teliti dan
pastikan semua pertanyaan telah terjawab
BIODATA RESPONDEN
Nama: Prodi:
Umur: Semester:
Jenis Kelamin: L / P
Apakah anda pernah menggunakan online shop? ( Ya / Tidak )
Berapa sering anda berbelanja online?
1. Sangat Sering (2-3x sebulan)
2. Sering (1x sebulan)
3. Kadang-kadang (diatas 3 bulan)
Online Shop apa yang sering anda gunakan?
1. Lazada 4. Zalora
2. Tokopedia 5. Elevenia
3. BukaLapak 6. Lain-lain
A. STRATIFIKASI SOSIAL
1. Apa pendidikan terakhir Ayah anda?
1. Tidak Sekolah 4. SMA/ Sederajat
2. SD/ Sederajat 5. Perguruan Tinggi
3. SMP/ Sederajat
2. Apa pendidikan terakhir Ibu anda?
1. Tidak Sekolah 4. SMA/ Sederajat
2. SD/ Sederajat 5. Perguruan Tinggi
3. SMP/ Sederajat
3. Apakah jenis pekerjaan Ayah anda?
1. Buruh/Petani/Tukang/Nelayan 4. Pegawai Swasta
xxi
2. Wirausaha 5. Profesional (Dokter,
Pengacara, dll)
3. Pegawai Negeri Sipil 6. Tidak Bekerja
4. Apakah jenis pekerjaan Ibu anda?
1. Buruh/Petani/Tukang/Nelayan 4. Pegawai Swasta
2. Wirausaha 5. Profesional (Dokter,
Pengacara, dll)
3. Pegawai Negeri Sipil 6. Tidak Bekerja
5. Berapakah pendapatan Orangtua anda per-bulan?
1. Rp. < 1.000.000 4. Rp. 3.000.001 – Rp.
4.000.000
2. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 5. Rp. 4.000.001 – Rp.
5.000.000
3. Rp. 2.000.001 – Rp. 3.000.000 6. Rp. > 5.000.000
6. Berapakah uang saku anda per-bulannya?
1. Rp. < 500.000 4. Rp. 1.500.001 – Rp.
2.000.000
2. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 5. Rp. > 2.000.000
3. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000
7. Berapakah rata-rata pengeluaran anda setiap bulan?
1. Rp. <500.000 4. Rp. 1.500.001 – Rp.
2.000.000
2. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 5. Rp. >2.000.000
3. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000
8. Dimanakah tempat tinggal anda saat ini?
1. Bersama Orang Tua 4. Menumpang dengan sanak
saudara
2. Rumah sendiri 5. Asrama/Pesantren
3. Kos-kosan/ Kontrakan
9. Bagaimana anda mengakses internet? (boleh pilih lebih dari 1)
1. Berlangganan wifi 4. Menggunakan modem
pribadi
2. Menggunakan paket data seluler 5. Menggunakan jasa warnet
3. Menggunakan modem orangtua/saudara
10. Jenis telepon seluler apa yang anda miliki? (boleh pilih lebih dari 1)
1. Tablet PC 3. IOS/Iphone
2. Android Phone 4. Seluler biasa
xxii
B. GAYA HIDUP KONSUMTIF
Apakah anda Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak
Setuju (TS) atau Sangat Tidak Setuju (STS) melakukan aktivitas sebagai berikut:
No Pertanyaan SS S KS TS STS
11 Saya berbelanja online karena lebih
mudah mencari barang termurah di
onlineshop dibandingkan
offlineshop
12 Saya berbelanja online karena
mendapatkan diskon melalui
pembelian secara online
13 Saya berbelanja online karena
keterbatasan waktu yang dimiliki
14 Saya berbelanja online sibuk bila
harus berkunjung ke store
15 Saya berbelanja online karena
cuaca yang terkadang tidak
menentu
16 Saya berbelanja online dapat di
akses kapanpun tanpa batasan
waktu/tidak diburu-buru
17 Saya berbelanja online karena
iseng mengisi waktu senggang
18 Saya berbelanja online karena tidak
sengaja melakukan pencarian
(googling) ke browser sehingga
tertarik
19 Saya berbelanja online dapat di
akses dimanapun
20 Saya berbelanja online karena
keterbatasan akses kendaraan
sehingga dapat melalui gadget
tanpa harus keluar rumah
21 Saya berbelanja online karena
dapat menjangkau onlineshop yang
berbeda wilayah
22 Saya berbelanja online karena
sedang kekinian/mengikuti trend
xxiii
23 Saya berbelanja online karena ikut-
ikutan teman
24 Saya berbelanja online karena
dorongan agar diterima di
lingkungan pertemanan
25 Saya berbelanja online karena
ingin menjaga gengsi/ image
(menunjukkan status sosial)
26 Saya berbelanja online menjadi
kepuasan tersendiri
27 Saya berbelanja online karena
senang melakukan transaksi secara
online
28 Saya berbelanja online agar ingin
tampak berbeda dari yang lain
29 Saya berbelanja online karena
ingin dilihat lebih unggul dari yang
lain
30 Saya berbelanja online karena agar
penampilan lebih bagus
31 Saya berbelanja online agar terlihat
trendy saat hangout
32 Saya berbelanja online karena
mencari produk luar negeri
33 Saya berbelanja online karena
mengetahui produk luar negeri
yang berkualitas
34 Saya berbelanja online karena
mengincar merk terkenal (branded)
35 Saya berbelanja online karena
produk limited editon
xxiv
Lampiran 2
Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas
Reliability Statistics
Cro nbach's
Alpha N of Items
.936 25
Interpretasi : nilai cronbach = 0,936 (dikatakan reliabel jika nilainya > 0,5)
Kesimpulan = Data reliabel
Correlations
su
m
per
1
per
2 per3 per4 per5
per
6 per7 per8 per9
per1
0
per1
1
per1
2
per1
3
per1
4
per1
5
per1
6
per1
7
per1
8
per1
9
per2
0
per2
1
per2
2
per2
3
per2
4
per2
5
su
m
Pearson
Correlatio
n
1 .233 .128 .490*
*
.544*
*
.607*
*
.328 .507*
*
.630*
*
.462
*
.668** .585
** .742
** .763
** .734
** .739
** .568
** .679
** .796
** .837
** .690
** .829
** .669
** .718
** .768
** .723
**
Sig. (2-
tailed)
.232 .515 .008 .003 .001 .088 .006 .000 .013 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Interpretasi untuk melihat hasil validitas yaitu perhatikan nilai Pearson Correlation. Jika nilai Pearson Correlation > R tabel maka
dikatakan valid. Untuk jumlah sampel = 28, nilai R tabel dgn tingkat kepercayaan 0,05 adalah 0,374.
Kesimpulan : semua pertanyaan valid, kecuali item 1, 2 dan 6.
xxv
Lampiran 3
Tabel r untuk df = 1 - 50
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah
0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000
2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990
3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911
4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741
5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509
6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249
7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983
8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721
9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470
10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233
11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010
12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800
13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604
14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419
15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247
16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084
17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932
18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788
19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652
20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524
21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402
22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287
23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178
24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074
25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974
26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880
27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790
28 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703
29 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620
xxvi
30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541
31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465
32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392
33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322
34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254
35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189
36 0.2709 0.3202 0.3760 0.4128 0.5126
37 0.2673 0.3160 0.3712 0.4076 0.5066
38 0.2638 0.3120 0.3665 0.4026 0.5007
39 0.2605 0.3081 0.3621 0.3978 0.4950
40 0.2573 0.3044 0.3578 0.3932 0.4896
41 0.2542 0.3008 0.3536 0.3887 0.4843
42 0.2512 0.2973 0.3496 0.3843 0.4791
43 0.2483 0.2940 0.3457 0.3801 0.4742
44 0.2455 0.2907 0.3420 0.3761 0.4694
45 0.2429 0.2876 0.3384 0.3721 0.4647
46 0.2403 0.2845 0.3348 0.3683 0.4601
47 0.2377 0.2816 0.3314 0.3646 0.4557
48 0.2353 0.2787 0.3281 0.3610 0.4514
49 0.2329 0.2759 0.3249 0.3575 0.4473
50 0.2306 0.2732 0.3218 0.3542 0.4432
Sumber: Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010
xxvii
Lampiran 4
Bentuk Kuesioner Lapangan
PERHATIAN UNTUK RESPONDEN
1. Pahami terlebih dahulu sebelum mengisi kuesioner
2. Silang atau Lingkari setiap jawaban responden secara jelas
3. Usahakan setiap pertanyaan terjawab oleh responden
4. Sebelum mengakhiri, periksa terlebih dahulu kuesioner dengan teliti dan
pastikan semua pertanyaan telah terjawab
BIODATA RESPONDEN
Nama: Prodi:
Umur: Semester:
Jenis Kelamin: L / P
Apakah anda pernah menggunakan online shop? ( Ya / Tidak )
Berapa sering anda berbelanja online?
1. Sangat Sering (2-3x sebulan)
2. Sering (1x sebulan)
3. Kadang-kadang (diatas 3 bulan)
Online Shop apa yang sering anda gunakan?
1. Lazada 4. Zalora
2. Tokopedia 5. Elevenia
3. BukaLapak 6. Lain-lain
A. STRATIFIKASI SOSIAL
1. Apa pendidikan terakhir Ayah anda?
1. Tidak Sekolah 4. SMA/ Sederajat
2. SD/ Sederajat 5. Perguruan Tinggi
3. SMP/ Sederajat
2. Apa pendidikan terakhir Ibu anda?
1. Tidak Sekolah 4. SMA/ Sederajat
2. SD/ Sederajat 5. Perguruan Tinggi
3. SMP/ Sederajat
3. Apakah jenis pekerjaan Ayah anda?
1. Buruh/Petani/Tukang/Nelayan 4. Pegawai Swasta
2. Wirausaha 5. Profesional (Dokter,
Pengacara, dll)
3. Pegawai Negeri Sipil 6. Tidak Bekerja
xxviii
4. Apakah jenis pekerjaan Ibu anda?
1. Buruh/Petani/Tukang/Nelayan 4. Pegawai Swasta
2. Wirausaha 5. Profesional (Dokter,
Pengacara, dll)
3. Pegawai Negeri Sipil 6. Tidak Bekerja
5. Berapakah pendapatan Orangtua anda per-bulan?
1. Rp. < 1.000.000 4. Rp. 3.000.001 – Rp.
4.000.000
2. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 5. Rp. 4.000.001 – Rp.
5.000.000
3. Rp. 2.000.001 – Rp. 3.000.000 6. Rp. > 5.000.000
6. Berapakah uang saku anda per-bulannya?
1. Rp. < 500.000 4. Rp. 1.500.001 – Rp.
2.000.000
2. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 5. Rp. > 2.000.000
3. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000
7. Berapakah rata-rata pengeluaran anda setiap bulan?
1. Rp. <500.000 4. Rp. 1.500.001 – Rp.
2.000.000
2. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 5. Rp. >2.000.000
3. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000
8. Dimanakah tempat tinggal anda saat ini?
1. Bersama Orang Tua 4. Menumpang dengan sanak
saudarA
2. Rumah sendiri 5. Asrama/Pesantren
3. Kos-kosan/ Kontrakan
9. Bagaimana anda mengakses internet? (boleh pilih lebih dari 1)
1. Berlangganan wifi 4. Menggunakan modem
pribadi
2. Menggunakan paket data seluler 5. Menggunakan jasa warnet
3. Menggunakan modem orangtua/saudara
10. Jenis telepon seluler apa yang anda miliki? (boleh pilih lebih dari 1)
1. Tablet PC 3. IOS/Iphone
2. Android Phone 4. Seluler biasa
xxix
B. GAYA HIDUP KONSUMTIF
Apakah anda Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak
Setuju (TS) atau Sangat Tidak Setuju (STS) melakukan aktivitas sebagai berikut:
No Pertanyaan SS S KS TS STS
11 Saya berbelanja online karena
keterbatasan waktu yang dimiliki
12 Saya berbelanja online sibuk bila harus
berkunjung ke store
13 Saya berbelanja online karena cuaca yang
terkadang tidak menentu
14 Saya berbelanja online karena iseng
mengisi waktu senggang
15 Saya berbelanja online karena tidak
sengaja melakukan pencarian (googling)
ke browser sehingga tertarik
16 Saya berbelanja online dapat di akses
dimanapun
17 Saya berbelanja online karena
keterbatasan akses kendaraan sehingga
dapat melalui gadget tanpa harus keluar
rumah
18 Saya berbelanja online karena dapat
menjangkau onlineshop yang berbeda
wilayah
19 Saya berbelanja online karena sedang
kekinian/mengikuti trend
20 Saya berbelanja online karena ikut-ikutan
teman
21 Saya berbelanja online karena dorongan
agar diterima di lingkungan pertemanan
22 Saya berbelanja online karena ingin
menjaga gengsi/ image (menunjukkan
status sosial)
23 Saya berbelanja online menjadi kepuasan
tersendiri
24 Saya berbelanja online karena senang
melakukan transaksi secara online
25 Saya berbelanja online agar ingin tampak
xxx
berbeda dari yang lain
26 Saya berbelanja online karena ingin dilihat
lebih unggul dari yang lain
27 Saya berbelanja online karena agar
penampilan lebih bagus
28 Saya berbelanja online agar terlihat trendy
saat hangout
29 Saya berbelanja online karena mencari
produk luar negeri
30 Saya berbelanja online karena mengetahui
produk luar negeri yang berkualitas
31 Saya berbelanja online karena mengincar
merk terkenal (branded)
32 Saya berbelanja online karena produk
limited editon
xxxi
Lampiran 5
K-Mean Cluster
Final Cluster Centers
Cluster
1 2 3
Per3 5 4 2
Per4 5 4 1
Per5 5 2 2
Per7 1 4 4
Per8 4 4 4
Per9 4 5 4
Per10 5 5 3
Per11 4 5 2
Per12 1 5 1
Per13 1 5 1
Per14 1 5 1
Per15 1 5 1
Per16 5 5 1
Per17 5 5 1
Per18 1 5 1
Per19 1 5 1
Per20 1 5 1
Per21 1 5 1
Per22 5 5 1
Per23 5 5 1
Per24 4 5 1
Per25 5 5 1
Tabel “Initial Cluster Centers” diatas merupakan tampilan awal proses clustering
sebelum dilakukan proses iterasi.
xxxii
Iteration Historya
Iteration Change in Cluster Centers
1 2 3
1 5,346 4,928 4,600
2 ,380 ,160 ,220
3 ,066 ,000 ,057
4 ,000 ,000 ,000
a. Convergence achieved due to no or small
change in cluster centers. The maximum
absolute coordinate change for any center is
,000. The current iteration is 4. The minimum
distance between initial centers is 11,832.
Dari tabel “Iteration History” diatas, dapat diketahui bahwasanya proses iterasi
dilakukan sebanyak 4 kali. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan cluster yang
tepat. Dapat diketahui bahwa jarak minimum antar pusat cluster yang terjadi dari
hasil iterasi adalah 11,832.
Final Cluster Centers
Cluster
1 2 3
Per3 4 4 3
Per4 4 4 3
Per5 3 4 3
Per7 3 4 3
Per8 3 4 3
Per9 4 4 4
Per10 3 4 2
Per11 4 4 3
Per12 2 4 2
Per13 2 4 2
Per14 1 4 1
Per15 1 4 1
Per16 4 4 3
Per17 3 4 2
Per18 2 4 2
Per19 2 4 1
Per20 2 4 2
Per21 2 4 2
xxxiii
Per22 3 4 2
Per23 4 4 2
Per24 3 4 2
Per25 4 4 2
63 88 50
Pada output tabel “Final Cluster Centers” di atas, dapat diketahui bahwasanya
dalam cluster 1 memiliki gaya hidup konsumtif “sedang”, cluster 2 memiliki gaya
hidup konsumtif “tinggi” dan cluster 3 memiliki gaya hidup konsumtif “rendah”.
Number of Cases in each
Cluster
Cluster
1 63,000
2 120,000
3 77,000
Valid 260,000
Missing ,000
Cluster 1 berisikan 63 mahasiswa
Cluster 2 berisikan 120 mahasiswa
Cluster 3 berisikan 77 mahasiswa
xxxiv
Lampiran 6
Bentuk Uji Validitas dan Reliabilitas
Item
(Gaya Hidup
Konsumtif)
Corrected
Item Total
Correlation
Keterangan Alpha
Cronbach’s
Keterangan
per1 ,233 Tidak Valid
,936
Sangat
reliabel
per2 ,128 Tidak Valid
per3 ,490 Valid
per4 ,544 Valid
per5 ,607 Valid
per6 ,328 Tidak Valid
per7 ,507 Valid
per8 ,630 Valid
per9 ,462 Valid
per10 ,668 Valid
per11 ,585 Valid
per12 ,742 Valid
per13 ,763 Valid
per14 ,734 Valid
per15 ,739 Valid
per16 ,568 Valid
per17 ,679 Valid
per18 ,796 Valid
per19 ,837 Valid
per20 ,690 Valid
per21 ,829 Valid
per22 ,669 Valid
per23 ,718 Valid
per24 ,768 Valid
per25 ,723 Valid