hubungan antara prevalensi depresi dengan tipe

15

Upload: others

Post on 28-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE
Page 2: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE LOCUS OF

CONTROL (LOC) PADA PESERTA MEDITASI DI KOTA DENPASAR

Cahya Rustina1, Susy Purnawati

2

1. Program Studi Pendidikan Dokter

2. Bagian Fisiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Depresi merupakan penyebab utama gangguan mental dan dapat mempengaruhi setiap

individu di dunia. Depresi berhubungan dengan kemampuan mengontrol diri atau locus

of control (LOC). Terdapat dua tipe LOC yaitu internal (LOC-i) dan eksternal (LOC-e).

Individu dengan LOC-e disebutkan mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian

depresi. Di sisi lain, peningkatan LOC-i dikaitkan dengan penurunan tingkat depresi.

Peningkatan LOC-i disertai dengan penurunan LOC-e pada individu itu sendiri.

Peningkatan LOC-i didapatkan pada individu yang melakukan meditasi. Tujuan

penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara prevalensi depresi dengan tipe LOC

pada peserta meditasi di kota Denpasar yang dilakukan pada bulan Maret sampai

November 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan

mengikutkan 180 responden. Responden mengisi kuesioner Beck’s Depression

Inventory dan IPC-LOC. Depresi dan tipe LOC kemudian dianalisis menggunakan uji

statistik Spearman correlation. Hasil penelitian didapatkan hubungan bermakna antara

depresi dengan tipe LOC ( R=0,6). Prevalensi depresi pada peserta meditasi di kota

Denpasar adalah 35,56%. Mayoritas peserta meditasi berumur 36 sampai 45 tahun

(32,2%), perempuan (78,9%), menikah (62,8%), pendidikan terakhir diploma/sarjana

(73,9%), tidak mempunyai kebiasaan merokok (95,0%), tidak mempunyai kebiasaan

mengkonsumsi alkohol (96,7%), pendapatan keluarga/bulan >Rp 3.500.000,00 (47,8%),

indeks massa tubuh normal (68,3%), dan LOC-e (57,2%). Disimpulkan terdapat

hubungan bermakna antara depresi dengan tipe LOC, dengan prevalensi depresi lebih

sedikit daripada yang tidak depresi pada peserta meditasi yang mayoritas berumur 36

sampai 45 tahun, perempuan, menikah, pendidikan terakhir diploma/sarjana, tidak

mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol, pendapatan keluarga/bulan

>Rp 3.500.000,00, indeks massa tubuh normal, dan mayoritas mempunyai tipe LOC-e.

Kata kunci : depresi, tipe LOC, meditasi

THE CORRELATION BETWEEN PREVALENCE OF DEPRESSION AND

TYPES OF LOCUS OF CONTROL (LOC) ON PARTICIPANTS OF

MEDITATION IN DENPASAR

ABSTRACT

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

In general, depression is the most caused mental disorder and give any influences to e

very people in the world. Depression related to self control ability or locus of control

(LOC). There were two types of LOC, such as internal (LOC-i) and external (LOC-e).

The people who were LOC-e had significance correlation with depression. Besides that,

the increase of LOC-i related to the reduction of the depression level. The increase of

LOC-i followed by the reduction of LOC-e on the people their self. The increase of

LOC-i was found on the people who did meditation. The purpose of this research was to

find out the correlation between the prevalence of depression with the types of LOC on

the meditation participants in Denpasar which had been done on March until November

2015. This research applied cross sectional design conducted on 180 respondents. The

respondents filled the questionnaire of the Beck’s Depression Inventory and IPC-LOC.

Spearman correlation applied to analyzed depression and the types of LOC. The result

of the research was significant correlations between depression and types of LOC

(R=0,6). The prevalence of depression on participants of meditation in Denpasar was

35,56%. The majority of the participants of meditation was 36 until 45 years old

(32,2%), female (78,9%), married (62,8%), diploma/scholar (73,9%), nonsmoker

(95,0%), nonalcoholic (96,7%), the income of the families in a month >Rp 3.500.000,00

(47,8%), normal body mass index (68,3%), and LOC-e (57,2%). The conclusion, there

was meaningful correlation between depression and the types of LOC, with less of the

prevalence of depression than who were not depression on the participant of meditation,

the majority was 36 until 45 years old, female, married, diploma/scholar, nonsmoker

and non alcoholic, income of the families in a month >Rp 3.500.000,00, normal body

mass index, and the majority which had the type of LOC-e.

Keywords : depression, types of LOC, meditation

PENDAHULUAN

Depresi merupakan kontributor

signifikan terhadap beban global

penyakit.1 Saat ini, depresi menduduki

peringkat keempat penyebab disabilitas

di seluruh dunia dan diprediksi menjadi

beban global penyakit kedua di dunia

setelah penyakit jantung iskemik pada

tahun 2020.1 Penyebab depresi adalah

multifaktorial.2 Dampak yang paling

buruk, depresi dapat menyebabkan

tindakan bunuh diri, dimana hampir satu

juta nyawa hilang setiap tahun karena

bunuh diri, yang berarti setiap hari

terjadi 3000 kematian bunuh diri.1

Berdasarkan data Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi

gangguan mental emosional seperti

depresi sebesar 6,0%.3 Kejadian depresi

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan,

1

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

status perkawinan, Indeks Massa Tubuh

(IMT), merokok, konsumsi alkohol,

usia, aktivitas fisik, masa kerja,

pendapatan per bulan, menopause,

penyakit medis dan pengobatan.4,5

Kejadian depresi dikaitkan dengan

kemampuan mengontrol diri yang

dihubungkan dengan pola pikir

seseorang terhadap keberhasilan

ataupun kegagalan, dimana hal ini akan

menimbulkan persepsi pada seseorang

ketika mengalami kejadian dalam

hidup.6 Persepsi ini disebut Locus of

Control (LOC).7 Terdapat dua tipe LOC

yaitu LOC tipe internal (LOC-i) dan

LOC tipe eksternal (LOC-e).

Peningkatan LOC-i pada individu

disertai dengan penurunan LOC-e pada

individu itu sendiri. Individu dengan

LOC-i memahami bahwa hasil yang

diperoleh tergantung pada seberapa

banyak usaha yang dilakukan,7

sedangkan individu dengan LOC-e

memandang semua kejadian dalam

hidupnya disebabkan oleh faktor luar

dirinya, seperti keberuntungan,

kebetulan, nasib, atau kuasa orang lain.8

Pada individu dengan LOC-i cenderung

merasa lebih bahagia, jarang stres,

sabar, optimis. Sedangkan individu

dengan LOC-e lebih rentan terhadap

depresi dan berbagai masalah

kesehatan.9

Penelitian sebelumnya

menyebutkan terdapat hubungan yang

signifikan antara LOC-e dan

depresi.10,11

Di sisi lain, peningkatan

LOC-i dikaitkan dengan penurunan

tingkat depresi.10

Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Nayak

(2013) dan Subandi (2002) didapatkan

peningkatan LOC-i secara signifikan

terjadi pada individu yang melakukan

meditasi,12,13

sehingga peserta meditasi

cenderung mempunyai tingkat LOC-i

lebih tinggi dibandingkan LOC-e, hal

ini menyebabkan terjadinya penurunan

tingkat depresi pada peserta meditasi.

Berdasarkan masalah di atas,

tujuan penelitian ini adalah mengetahui

hubungan antara depresi dengan tipe

locus of control (LOC) pada peserta

meditasi di kota Denpasar.

METODE

Penelitian cross-sectional analitik

ini dilakukan di 10 tempat meditasi di

kota Denpasar berdasarkan teknik

simple random sampling, dimulai pada

bulan Maret sampai November 2015.

Subjek penelitian dipilih berdasarkan

teknik simple random sampling

sehingga didapatkan 180 subjek

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

Normal

Depresi

penelitian. Kriteria inklusi penelitian ini

adalah peserta meditasi di 10 tempat

meditasi di kota Denpasar yang bersedia

mengikuti penelitian, berusia produktif

yaitu 15-64 tahun, dan telah mengikuti

meditasi minimal tiga kali. Sedangkan

kriteria eksklusinya adalah peserta

meditasi di 10 tempat meditasi di kota

Denpasar yang tidak hadir saat

pengambilan sampel dan tidak

melengkapi kuesioner. Peserta meditasi

yang ikut dalam penelitian mengisi

kuesioner secara volunter setelah

mengisi lembar persetujuan responden.

Penelitian ini menggunakan

kuesioner karakteristik responden,

Beck’s Depression Inventory (BDI), dan

IPC-LOC. Kuesioner karakteristik

responden terdiri dari 10 pertanyaan

untuk mengetahui identitas dan faktor-

faktor yang mempengaruhi depresi.

Kuesioner BDI terdiri dari 21

pernyataan yang digunakan untuk

mengukur tingkat depresi subjek

penelitian (normal, mild mood

disturbance-borderline clinical

depression, moderate-severe-extreme

depression). Kuesioner ini mempnuyai

nilai α=0,91 dan nilai Cronbach’s alpha

sebesar 0,85.6 Kuesioner IPC terdiri dari

tiga faktor yaitu I (Internality), P

(Powerful Others), dan C (Chance).

Kuesioner ini terdiri dari 24 item

pernyataan. Skor yang lebih tinggi pada

faktor I berarti kecenderungan

internalitasnya lebih tinggi, sebaliknya

skor yang lebih tinggi pada faktor P dan

C diartikan memiliki kecenderungan

eksternalitas yang tinggi. Skala IPC ini

mempunyai nilai α=0,971 yang

diadaptasi dari penelitian Setyorini.14

Data yang diperoleh dianalisis

menggunakan software SPSS versi 17.

Dilakukan analisis deskriptif untuk

distribusi frekuensi tipe LOC, jenis

kelamin, status perkawinan, IMT, usia,

merokok, konsumsi alkohol, dan status

ekonomi. Data mengenai hubungan

antara depresi dengan tipe LOC

menggunakan uji Spearman correlation.

HASIL

Prevalensi Depresi pada Peserta

Meditasi di Kota Denpasar

Dari 180 orang responden,

didapatkan yang mengalami depresi

sebanyak 64 orang (35,56%) dan 116

orang (64,44%) dalam batas normal

(Gambar 1).

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

Gambar 1. Prevalensi Depresi pada

Peserta Meditasi di Kota Denpasar

Karakteristik Subjek Penelitian

Nilai median umur subjek

penelitian adalah 38 dengan nilai

interkuartil (IQR) sebesar 18. Sebagian

besar subjek penelitian berusia dewasa

akhir yaitu 58 orang. Perbandingan

antara perempuan dan laki-laki adalah

142 dan 38 orang yang sebagian besar

berstatus menikah yaitu sebanyak 113

orang (62,8%). Sedangkan status

pendidikan subjek penelitian sebagian

besar adalah diploma atau sarjana yaitu

133 orang (73,9%).

Tabel 1. Karakteristik Umur, Jenis

Kelamin, Status

Perkawinan, Pendidikan

Terakhir Subjek

Penelitian (n=180)

Variabel Frekuensi Persentase

Umur

Median

IQR

38

18

Remaja awal

(12 – 16 tahun)

2 1,1%

Remaja akhir

(17 – 25 tahun)

26 14,4%

Dewasa awal

(26 – 35 tahun)

48 26,7%

Dewasa akhir

(36 – 45 tahun)

58 32,2%

Lansia awal

(46 – 55 tahun)

38 21,1%

Lansia akhir

(56 – 65 tahun)

8 4,4%

Jenis Kelamin

Perempuan 142 78,9%

Laki-laki 38 21,1%

Status Perkawinan

Belum menikah 58 32,2%

Menikah 113 62,8%

Bercerai

/berpisah

9 5,0%

Pendidikan Terakhir

SD/SMP/MTS 6 3,3%

SMA/SMK 41 22,8%

Diploma/Sarjana 133 73,9%

Selain itu, sebagian besar subjek

penelitian tidak mempunyai kebiasaan

merokok dan mengkonsumsi alkohol.

Kemudian sebesar 47,8% sampel

64,44%

35,56%

39

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

penelitian mempunyai pendapatan

keluarga sangat tinggi. Dari indeks

massa tubuh, sebanyak 123 orang

tergolong normal serta sebanyak 73

orang (40,6%) subjek penelitian

mempunyai tipe locus of control

internal, empat orang (2,2%)

mempunyai locus of control yang

seimbang antara internal dan eksternal,

dan 103 orang (57,2%) mempunyai tipe

locus of control eksternal.

Tabel 2. Karakteristik Kebiasaan

Merokok, Konsumsi

Alkohol, Pendapatan

Keluarga/Bulan, Indeks

Massa Tubuh, Locus of

Control Subjek Penelitian

(n=180)

Variabel Frekuensi Persentase

Kebiasaan

merokok

Ya

Tidak

9

171

5,0%

95,0%

Konsumsi alkohol

Ya

Tidak

6

174

3,3%

96,7%

Pendapatan

keluarga/bulan

>Rp3.500.000

Rp2.500.000–

3.500.000

86

43

47,8%

23,9%

Rp1.500.000–Rp

2.500.000

<Rp 1.500,000

25

26

13,9%

14,4%

Indeks Massa

Tubuh

Underweight

Normal

Overweight

Obese I

Obese II

24

123

30

3

-

13,3%

68,3%

16,7%

1,7%

-

LOC

LOC-i

LOC-ie

LOC-e

73

4

103

40,6%

2,2%

57,2%

Hubungan antara Depresi dengan

Tipe Locus of Control (LOC)

Prevalensi depresi kategori Mild

Mood Disturbance – Borderline

Clinical Depression (MB) paling

banyak didapatkan pada subjek

penelitian dengan tipe LOC eksternal

(LOC-e) yaitu sebanyak 73 orang,

sedangkan kategori normal paling

banyak didapatkan pada subjek

penelitian dengan tipe LOC internal

(LOC-i) yaitu sebanyak 54 orang.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

Berdasarkan uji statistik

menggunakan Spearman correlation

didapatkan hubungan antara depresi

dengan tipe locus of control (LOC)

mempunyai nilai p = 0,0001 dan

koefisien korelasi R = 0,6. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel LOC

mempunyai hubungan signifikan positif

sedang terhadap kejadian depresi.

Namun penelitian ini belum mampu

menggambarkan besar pengaruh

masing-masing tipe LOC terhadap

kejadian depresi (Tabel 3).

Tabel 3. Hubungan Antara Depresi dengan Tipe LOC

Variabel LOC

Skor Depresi Korelasi Spearman

Normal

(0 – 10)

MB

(11 – 20)

MSE

(21- >40)

R p

Internal

Internal-Eksternal

Eksternal

73 (100%)

4 (100%)

39 (37,9%)

0 (0,0%)

0 (0,0%)

54 (52,4%)

0 (0,0%)

0 (0,0%)

10 (5,6%)

0,6

0,0001

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek Penelitia dan Prevalensi Depresi pada Peserta Meditasi di Kota

Denpasar

Pada penelitian ini didapat beberapa karakteristik subjek penelitian, diantaranya adalah

usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, pendapatan keluarga, indeks massa tubuh, dan locus of control. Karakteristik subjek

penelitian ini merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian depresi. Hal ini

sesuai dengan penelitian oleh Setyaningsih dkk tahun 2011 dan Cho Ho-Sung et al. tahun

2013 yang menyatakan bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, Indeks

Massa Tubuh (IMT), merokok, konsumsi alkohol, usia, aktivitas fisik, masa kerja,

pendapatan per bulan, menopause, penyakit medis dan pengobatan mempengaruhi kejadian

depresi.4,5

Umur berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi stressor,

menggunkan sumber dukungan, dan mempunyai coping. Pada penelitian ini, mayoritas

subjek penelitian berada pada kategori dewasa akhir (35 – 46 tahun) yaitu sebanyak 56 orang

(32,2%). Kategori umur ini masih berada pada rentang umur produktif, dimana pada masa ini

banyak sekali stressor yang harus dihadapi seseorang dan jika tidak mempunyai mekanisme

coping terhadap stressor tersebut maka dapat menimbulkan gangguan berupa

ketidakseimbangan fisik dan psikis, termasuk stres dan depresi. Penelitian oleh Setyaningsih

dkk pada tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata umur respondennya adalah 46 tahun dan

tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap harga diri yang rendah atau depresi. Hal ini

dikarenakan umur responden termasuk dalam rentang umur dewasa sampai dewasa lanjut

sehingga sudah lebih arif dalam menyikapi setiap masalah dalam hidupnya.4

Penelitian ini juga menunjukkan perbandingan perempuan dan laki-laki yaitu 142

orang (78,9%) dan 38 orang (21,1%). Jenis kelamin juga mempengaruhi kejadian depresi.

Dari berbagai penelitian yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan simpulan yang

hampir sama yaitu perempuan memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami depresi, hal ini

diduga karena perempuan mempunyai permasalahan yang kompleks seperti faktor biologis,

psikologis, dan juga kemungkinan faktor genetik. Selain itu, faktor status perkawinan juga

dapat mempengaruhi kejadian depresi, dimana individu yang tidak menikah atau mengalami

perpisahan atau perceraian termasuk kelompok risiko tinggi mengalami gangguan jiwa.4

Namun menariknya, menurut American Psychological Assosiation individu yang menikah

lebih banyak mengalami depresi karena kebutuhan hidup lebih besar daripada yang tidak

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

menikah, seperti menafkahi keluarga.15

Disebutkan pula bahwa tingkat pendidikan

berhubungan dengan depresi, yaitu gangguan depresi lebih sering terjadi pada orang yang

berpendidikan rendah.15

Faktor lainnya adalah kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol,

dimana kedua faktor ini mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian depresi. Hal

ini sesuai dengan penelitian Iswara dkk pada tahun 2014.6 Penelitian lain oleh Cho Ho-Sung

et al. pada tahun 2013 menunjukkan hal yang sama yaitu kebiasaan konsumsi alkohol

meningkatkan kejadian depresi secara signifikan, namun kebiasaan merokok tidak

menunjukkan hasil yang signifikan terhadap kejadian depresi.5 Perbedaan hasil dari kedua

penelitian tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan subjek penelitian, jumlah

sampel, dan ras dari subjek penelitian.

Karakteristik subjek penelitian berdasarkan pendapatan keluarga/bulan didapatkan

jumlah subjek penelitian kategori sangat tinggi atau >Rp 3.500.000,00 lebih banyak

dibandingkan kategori lain. Pendapatan keluarga/bulan juga mempengaruhi kejadian depresi,

dimana individu dengan pendapatan rendah lebih banyak mengalami depresi.16

Selain itu,

kejadian depresi juga berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh

merupakan salah satu indikator yang menggambarkan status gizi individu. Keadaan depresi

mempunyai kontribusi yang besar dalam menentukan asupan makan,17

baik nafsu makan

berkurang atau meningkat.18

Hal ini sejalan dengan penelitian Iswara dkk pada tahun 2014

yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara IMT dengan depresi.6 Karakteristik

terakhir yang diteliti dalam penelitian ini adalah locus of control (LOC), dimana didapatkan

73 orang (40,6%) subjek penelitian mempunyai tipe locus of control internal, empat orang

(2,2%) mempunyai locus of control yang seimbang antara internal dan eksternal, dan 103

orang (57,2%) mempunyai tipe locus of control eksternal. Beberapa penelitian menyatakan

bahwa LOC berhubungan dengan depresi. Individu dengan LOC eksternal lebih rentan

terhadap depresi dan berbagai masalah kesehatan.9

Di lain sisi penurunan kejadian depresi dikaitkan dengan meditasi. Meditasi adalah

latihan pikiran dan tubuh yang dipercaya sejak dahulu dapat meningkatkan ketenangan,

relaksasi dan keseimbangan pikiran, coping terhadap suatu penyakit fisik, serta meningkatkan

kesehatan secara menyeluruh. Latihan pikiran dan tubuh ini berfokus pada interaksi antara

otak, pikiran, tubuh, dan sikap.19

Penelitian ini menunjukkan perbandingan prevalensi depresi

dengan tidak depresi atau normal adalah 35,56% dan 64,44%, yang berarti sebagian besar

peserta meditasi di kota Denpasar tidak mengalami depresi. Hal ini diduga karena di 10

tempat meditasi di kota Denpasar menggunakan metode meditasi relaksasi. Penelitian yang

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

dilakukan oleh National Institues of Mental Health dalam The Depression Self Help Plan

oleh BACP menyatakan bahwa depresi sebagian disebabkan oleh cabang dari sistem saraf

otonom yang memicu respon fight/flight sangat aktif sehingga meningkatkan kadar hormon

stres di dalam aliran darah, salah satunya adalah kortisol.20

Penelitian tersebut menyatakan

bahwa peningkatan kadar kortisol secara kronis mengganggu kemampuan otak dalam

memproduksi hormon serotonin yang berperan terhadap peningkatan mood, dimana hal inilah

yang akan berimplikasi terhadap kejadian depresi. Metode relaksasi dalam meditasi

merupakan suatu teknik yang memicu penghambatan respon fight/flight, yang selanjutnya

disebut respon relaksasi.20

Respon relaksasi didapat dari aktivasi saraf parasimpatis yang

dapat menurunkan kadar hormon stres di dalam tubuh sehingga relaksasi yang dilakukan

secara rutin dapat mengembalikan keadaan tubuh dan biokimianya pada level pre-stres.21

Metode meditasi relaksasi yang dapat mempengaruhi prevalensi depresi pada penelitian ini

juga didukung oleh penelitian Goyal et al. pada tahun 2014 yang menunjukkan sebanyak

3.515 subjek penelitian mendapatkan 47 percobaan latihan meditasi dan menunjukkan adanya

perbaikan bermakna sedang terhadap depresi dengan effect size 0,38 [95% CI, 0,12-0,64]. 22

Hubungan Antara Depresi dengan Tipe Locus of Control (LOC)

Kejadian depresi juga dipengaruhi oleh kemampuan mengontrol diri atau disebut

sebagai locus of control (LOC). Pada penelitian ini didapatkan jumlah subjek penelitian

depresi kategori MB dan MSE paling banyak didapatkan pada subjek penelitian dengan tipe

LOC eksternal (LOC-e), sedangkan kategori normal paling banyak didapatkan pada subjek

penelitian dengan tipe LOC internal (LOC-i) dan mempunyai hubungan signifikan positif

sedang (nilai R = 0,6). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abdolmanafi et al. pada

tahun 2011 juga menunjukkan hubungan signifikan antara LOC dengan depresi pada 127

pasien gangguan depresi mayor.23

Selain itu, penelitian oleh Bagherian et al. tahun 2008 juga

menunjukkan hal yang sama, yaitu sebanyak 134 subjek penelitian mempunyai hubungan

signifikan positif antara LOC-e dengan depresi, kecemasan, paranoid, dan somatisasi.24

Kejadian depresi cenderung tinggi pada subjek penelitian tipe LOC-e. Hal ini karena LOC-e

menimbulkan perasaan pesimis. Selain itu, seseorang dengan LOC-e memiliki persepsi

bahwa suatu kejadian dalam hidupnya merupakan hasil di luar kontrol dirinya sehingga

cenderung merasa tertekan dan cenderung menjadi depresi. Sebaliknya, hal tersebut tidak

terjadi pada subjek penelitian dengan tipe LOC-i sehingga angka kejadian depresinya pun

lebih rendah.6

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, prevalensi depresi pada peserta meditasi

di kota Denpasar lebih sedikit dibandingkan yang tidak depresi, dimana tipe LOC-e lebih

banyak didapatkan pada subjek penelitian yang mengalami depresi. Mayoritas peserta

meditasi di kota Denpasar adalah umur dewasa akhir yaitu 36 – 45 tahun, sebagian besar

perempuan dan menikah, pendidikan terakhir diploma/sarjana, tidak mempunyai kebiasaan

merokok, tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol, pendapatan keluarga/bulan >

Rp 3.500.000,00, indeks massa tubuh yang normal, dan mayoritas mempunyai tipe LOC-e.

Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara depresi dengan tipe LOC pada peserta

meditasi di kota Denpasar.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 2012. World suicide prevention day 2012.[Online] Tersedia

di : http://www.who.int/mediacentre/events/annual/world_suicide_ prevention_day/en/

[Diakses: 19 Desember 2012].

2. Joyce P. 2009. Epidemiology of mood disorder In: Gelder, M., Andreasen, N., Lopez-

Ibor, J., Geddes, J. (Eds). 2009. The New Oxford textbook of Psychiatry Oxford: Oxford

University Press pp 645-650.

3. Departemen Kesehatan. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.

Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI,2013.

4. Setyaningsih, T. R. B., Wijayana,K. A., Suharmilah. 2011. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Payudara yang Sudah

Mendapatkan Terapi di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Purwokerto:

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

5. Cho Ho-Sung, Kim Young-Wook, Lee Kang-Ho, Jeong-Baek-Geun, Kang Yune-Sik,

Park Ki-Soo. 2013. The Relationship Between Depressive Symptoms Among Female

Workers and Job Stres and Sleep Quality. Annals of Occupational and Environmental

Medicine 2013, 25:12.

6. Iswara,N. P. A. A., Mahayati,L. N. A., Dewi,N. M. R. P. 2014. Hubungan antara

Prevalensi Depresi dengan Tipe Locus of Control (LOC) Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

7. Asthiningsih,N. W. W., Marchira, C. R., Sedyowinarso, M. 2010. Hubungan

Kemampuan Kontrol Diri dengan Kecenderungan Depresi pada Mahasiswa Program B

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

PSIK FK UGM. Berita Kedokteran Masyarakat Vol.26, No.3, September 2010, hal.138-

143.

8. Jaya,E., Danta G., Rahmat,I. 2005. Burnout Ditinjau dari Locus of Control Inernal dan

Eksternal. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38, No.3, September 2005, hal. 213-

8.

9. Breet,L., Chris,M., Marie,P. 2010. The Relationship Between the Perception of Own

Locus of Control and Regression of Adolescent Boys. South African Juornal of

Education, Vol.30:511-526.

10. Heath, Robin L, Saliba, Matilda, Mahmassani, Oula, Major, Stella C, & Khoury, Brigitte A. 2008. Locus

of control moderates the relationship between headache pain and depression. The journal of

headache and pain, 9 (5), 301-308.

11. Cohen, Esther, Sade, Michal, Benarroch, Fortu, Pollak, Yehuda, & Gross-Tsur, Varda. 2008. Locus of

control, perceived parenting style, and symptoms of anxiety and depression in children with Tourette’s

syndrome. European child & adolescent psychiatry, 17 (5), 299-305.

12. Nayak, R. D. 2013. Impact of Meditation on Alienation and Locus of Control of IT

Professionals. International Journal of Humanities and Social Science Invention ISSN

(Online): 2319 – 7722, ISSN (Print): 2319 – 7714 www.ijhssi.org Volume 2 Issue 2 ǁ

February. 2013ǁ PP.15-17.

13. Subandi. 2002. Latihan Meditasi untuk Psikoterapi. Dalam Subandi (ed.). Psikoterapi:

Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta : Unit Publikasi Fakultas

Psikologi UGM.

14. Setyorini, T. D. 2002. Pengaruh Sikap Terhdap Peran Tradisional-Non Tradisional

Wanita dan Locus of Control terhadap Motivasi Berprestasi pada Wanita Pedagang

Batik Etnis Jawa, Cina, dan Arab di Pasar Klewer Kotamadya Surakarta. Jakarta:

Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

15. American Psychological Assosiation. 2005. What is Depression?. Didapat dari

:http://www.apa.org/ppo/issues/depress.html

16. National Academy On An Aging Society. 2000. Depresion A treatable disease.

Washington : number 9.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI DEPRESI DENGAN TIPE

17. Fatimah-Muis S, Puruhita N. 2010. Gizi pada lansia. Dalam: Martono H, Pranaka K.

Buku ajar Boedhi-Darmojo: geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.

18. Tirta M, Wirasto RT, Huriyati E. 2010. Status Stres Psikososial dan Hubungannya

dengan Status Gizi Siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.

6(3):138- 144.

19. National Center for Complementary and Integrative Health (NCCIH). 2014. Meditation:

What you need to know. Didapat dari :

http://nccih.nih.gov/health/meditation/overview.htm

20. British Association for Counceling and Psychotherapy (BACP). 2008. The Depression

self help plan : Relaxation Training. Volume 4.

21. Benson H. 2000. The Relaxation Response. Bantam

22. Goyal M, Singh S, Sibinga EM. 2014. Meditation programs for psychological stres and

well-being: a systematic review and meta-analysis. JAMA Internal Medicine 174(3):357-

368

23. Abdolmanafi, A., Besharat, MA., Farahani, H., Khodaii, MR. 2011. The Moderating role

of locus of control on the relationship between anger and depression in patients with

major depression disorder. Procedia - Social and Behavioral Sciences 30 : 297 – 301.

24. Bagherian, R., Ahmadzadeh,G., Baghbanian,A. 2008. Relationship between Dimensions

of Locus of Control and Mental Helath in Iranian University Students. Iranian Journal of

Psychiatry and Behavioral Sciences (IJPBS), Volume 3: 33-37