trend dan prevalensi diabetes mellitus tipe 2 di …eprints.ums.ac.id/64856/6/naskah...
TRANSCRIPT
1
TREND DAN PREVALENSI DIABETES MELLITUS TIPE 2
DI KOTA SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Program Studi Keperawatan
Oleh :
ARIESDA ISMI JANUARISTININGTYAS
J210 144 002
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
TREND DAN PREVALENSI DIABETES MELLITUS TIPE 2
DI KOTA SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
ARIESDA ISMI JANUARISTININGTYAS
J 210.144.002
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Okti Sri Purwanti, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB
NIK. 132311054
ii
iii
1
TREND DAN PREVALENSI DIABETES MELLITUS TIPE 2
DI KOTA SURAKARTA
Abstrak
Pendahuluan: Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang
mengalami trend dan prevalensi yang berubah karena berhubungan dengan faktor
risiko DM tipe 2 apabila tidak tertangani sehingga tidak menutup kemungkinan
muncul insiden setiap tahunnya. Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui trend dan prevalensi DM tipe 2 di Kota Surakarta tahun 2017.
Metodelogi Penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan 99
sampel melalui propotional random sampling. Analisis data menggunakan central
tendency dan analisa spasial ArcGIS versi 10.2. Hasil: Hasil penelitian diketahui
bahwa trend DM tipe 2 yaitu usia ≥ 46 tahun, berjenis kelamin perempuan, tingkat
pendidikan terakhir dari perguruan tinggi (D3/S1), pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga (IRT), dan tidak memiliki riwayat hipertensi. Tingkat insiden tertinggi di
Kecamatan Jebres (430 kasus baru), sedangkan insiden terendah di Kecamatan
Pasarkliwon (121 kasus baru). Prevalensi tertinggi di Kecamatan Serengan (14,38
per 1.000 penduduk) dan terendah di Kecamatan Pasarkliwon (8,02 per 1.000
penduduk). Kesimpulan: Perubahan prevalensi dan insiden DM tipe 2 terjadi
setiap tahunnya, dan digambarkan persebarannya menggunakan analisa spasial
GIS dengan keterangan semakin terang hingga memudar pewarnaannya maka
prevalensi semakin tinggi hingga semakin rendah. Saran perlu upaya pencegahan
DM tipe 2 dengan skrinning diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menurunkan prevalensi atau insiden kasus DM tipe 2 di Surakarta.
Kata kunci : DM tipe 2, trend, prevalensi, insiden.
Abstract
Introduction: Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that has a trend and
prevalence changes because its related to risk factor type 2 of DM if not handled
so any possibility of incident appear every year. Objective: The purpose of this
research is to know the trend and prevalence of DM type 2 in Surakarta City
2017. Research Methodology: This research is cross-sectional study with 99
samples through propotional random sampling. Data analysis use central
tendency and ArcGIS spatial analysis of version 10.2. Result: The results of the
study revealed that the trend of DM type 2 is age ≥ 46 years, female sex, recent
education level from college (D3 / S1), job as housewife (IRT), and has no history
of hypertension. The highest incidence rate in subdistrict Jebres (430 new case)
while the lowest incidence rate in subdistrict Pasarkliwon (121 new cases). The
highest prevalence in subdistrict Serengan (14,38 per 1.000 population) and the
2
lowest prevalence in subdistrict Pasarkliwon (8,02 per 1.000 population).
Conclusion: Changes in the prevalence and incidence type 2 of DM every year
and describe the spread using GIS spatial analysis with brighter information until
fading colouration than the higher the prevalence to the lower. Prevention type 2
of DM such as screening is need to improve quality of life and reduce the
prevalence or incidence type 2 of DM cases in Surakarta.
Keywords: type 2 DM, trend, prevalence, incidence.
1. PENDAHULUAN
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan
medis yang lama dengan cara mengendalikan kadar gula darah untuk terjadinya
komplikasi diabetes (ADA, 2015). DM tipe 2 merupakan kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang disebabkan oleh kerja insulin,
sekresi insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015).
Angka kejadian penderita diabetes mellitus pada tahun 2015 di seluruh
dunia mencapai 415 juta jiwa, dan di perkirakan pada tahun 2040 jumlah
penderita diabetes mellitus menjadi 642 juta jiwa (WHO, 2016). Menurut
International Diabetic Federation (IDF) penderita diabetes mellitus di Indonesia
menempati urutan ke-7 di seluruh dunia dengan 8,5 juta jiwa dan urutan ke-6
untuk kasus kematian sebelum berusia 70 tahun akibat diabetes mellitus (IDF,
2015). Menurut data Dinas Kesehatan Surakarta menyatakan kota Surakarta
memiliki prevalensi DM tipe 2 yang mengalami perubahan dalam 5 tahun
terakhir. Peningkatan DM tipe 2 atau non dependent diabetes mellitus dari 5.223
kasus pada tahun 2016 mencapai 6.579 kasus pada tahun 2017 (Dinkes Surakarta,
2017).
Peningkatan prevalensi DM tipe 2 di Kota Surakarta disebabkan karena
beberapa faktor risiko antara lain riwayat DM keluarga, usia > 45 tahun, pola
makan yang buruk, aktivitas fisik yang kurang, dan merokok (Sukmaningsih,
2016). Tekanan darah tinggi (hipertensi) dan kelebihan kadar kolesterol (obesitas)
(Tjekyan, 2014). Tingkat hemoglobin 6,9% atau kurang (Tancredi et al., 2015).
Faktor-faktor risiko tersebut dapat menyebabkan mempengaruhi perubahan
prevalensi DM tipe 2 di Kota Surakarta jika melihat pada kondisi masyarakat di
Kota Surakarta.
3
Kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dengan jumlah
penduduk sebesar 570.876 jiwa. Secara administratif Kota Surakarta terbagi
menjadi 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan,
Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Kepadatan
penduduk tertinggi di Kecamatan Pasarkliwon dan terendah di Kecamatan Jebres
(Disdukcapil Surakarta, 2017).
Jumlah keluarga miskin yang terbilang besar tidak sebanding dengan status
kesehatan masyarakat. Ketidakseimbangan antara status kesehatan masyarakat
dengan pelayanan kesehatan yang diterima membuat angka kejadian DM tipe 2
dapat meningkat jika tidak tertangani karena DM tipe 2 hasil dari interaksi antara
faktor risiko genetik, lingkungan dan perilaku (Semenkovich et.al., 2015).
Perhitungan prevalensi dapat digunakan sebagai gambaran tingkat
keberhasilan program terhadap pemberantasan penyakit. Data Prevalensi
digunakan oleh perencana kesehatan untuk mengukur kebutuhan akan perawatan
dan pelayanan rumah sakit, bantuan dalam merencanakan fasilitas kesehatan dan
kebutuhan tenaga kerja (Hebel & McCarter, 2009). Angka kejadian (prevalence)
penyakit DM tipe 2 di Kota Surakarta yang terus berubah-ubah setiap tahunnya,
sangat membutuhkan upaya pengendalian terhadap kontrol faktor risiko penyakit
DM tipe 2. Namun karakteristik atau trend dari penyandang DM tipe 2 sendiri
perlu diketahui untuk mendukung program 4 pilar pengelolaan dan pencegahan
DM tipe 2 yang sudah ada.
Berdasarkan uraian diatas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
tentang trend dan prevalensi diabetes mellitus tipe 2 di kota Surakarta.
2. METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan cross-sectional. Studi cross sectional merupakan jenis
penelitian untuk memperoleh prevalensi penyakit dalam populasi pada satu saat,
sehingga dapat juga disebut dengan studi prevalens (prevalence study)
(Sastroasmoro, 2011).
Populasi dalam penelitian ini penyandang DM tipe 2 di Kota Surakarta
tahun 2017 sebanyak 6.579 pasien. Pengambilan sampel menggunakan
4
propotional random sampling menjadi 99 sampel. Pengumpulan data penelitian
menggunakan data sekunder dari Dinkes Surakarta bidang P2PTM dan melalui
SIMPUS di 17 Puskesmas.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Trend DM tipe 2 di Kota Surakarta tahun 2017
3.1.1. Usia
Tabel 1. Trend DM tipe 2 berdasarkan usia
Usia (tahun) Frekuensi Presentase (%)
≤ 45 23 23,2
≥ 46 76 76,8
Total 99 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel penyandang
DM tipe 2 berusia ≥ 46 tahun dengan presentase sebesar 76,8%.
Berdasarkan usia penyandang DM tipe 2 sebagian besar berusia ≥
46 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sukmaningsih,
(2016) dan Purwanti, Yetti & Herawati (2016) bahwa penyandang
DM tipe 2 banyak pada kelompok umur 46 – 55 tahun. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa Semakin meningkatnya usia
seseorang maka sirkulasi darah ke arah daerah perifer menurun
(Fatimah, 2015). Kemungkinan lain karena sel-sel jaringan tubuh
tidak peka atau resisten terhadap insulin karena faktor usia (Tandra,
2017).
3.1.2. Jenis Kelamin
Tabel 2. Trend DM tipe 2 berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki – laki 38 38,4
Perempuan 61 61,6
Total 99 100
5
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin
perempuan sebesar 61,6%.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penyandang DM
tipe 2 lebih banyak terjadi pada perempuan sejalan dengan penelitian
Rantung, Yetti, & Herawati (2015) dan Tamara, Bayhakki, & Nauli
(2014). Menurut Smeltzer & Bare (2013) mengemukakan secara fisik
perempuan memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang
lebih besar dari laki-laki. Ditambah akibat dari proses hormonal
seperti premenstrual syndrome dan pasca-menopause (Kautzky,
Herreiter, & Pacini, 2016). Peningkatan hormon estrogen dapat
menurunkan sensitivitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati (Pelt
& Beck, 2012)
3.1.3. Tingkat Pendidikan
Tabel 3. Trend DM tipe 2 berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Tidak sekolah 11 11,1
SD/sederajat 27 27,3
SMP/sederajat 8 8,1
SMA/sederajat 22 22,2
Perguruan Tinggi 31 31,3
Total 99 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel tingkat
pendidikan terakhir dari Perguruan tinggi (baik D3/S1) sebesar
31,%.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan penyandang
DM tipe 2 sebagian besar dari perguruan tinggi (D3/S1). Semakin
tinggi tingkat pendidikan bekemungkinan memiliki tingkat
kesibukan yang tinggi menyebabkan pola hidup tidak teratur seperti
kebiasaan makan cemilan atau makanan siap saji, konsumsi
makanan yang energi dan tinggi lemak, aktivitas fisik yang rendah
sehingga dapat mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya
6
energi sebagai lemak yang jarang digunakan. Biasanya gaya hidup
seperti ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan
(Gibney et al., 2009).
3.1.4 Jenis Pekerjaan
Tabel 4. Trend DM tipe 2 berdasarkan jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Ibu Rumah Tangga 47 47,5
Petani 0 0
Karyawan swasta 12 12,1
Wiraswasta 18 18,2
PNS 19 19,2
TNI/POLRI 3 3,0
Total 99 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan tertinggi dari kalangan
ibu rumah tangga (IRT) sebesar 47,5%.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa jenis pekerjaan sebagian
penyandang DM tipe 2 adalah ibu rumah tangga (IRT) sejalan
dengan penelitian Zainuddin, Utoma, & Herlina (2015) dan Alam
Miah & Yousuf (2018). Namun IRT dengan pendapatan keluarga
yang tergolong sedang hingga tinggi dibantu oleh asisten rumah
tangga di daerah urban atau perkotaan (Parajuli et al, 2014). Seperti
penelitian Vaidya & Krettek (2014) masyarakat daerah urban
khususnya IRT di Nepal memiliki waktu luang yang banyak yang
digunakan untuk menonton tv, bergaul, bergosip maupun bermain
kartu mengikuti kaum muda atau budaya modern. Gaya hidup yang
dipengaruhi oleh perubahan sosial ekonomi dan selera makan dapat
mengakibatkan pola makan masyarakat yang cenderung menjauhkan
konsep makanan yang seimbang sehingga berdampak negatif pada
kesehatan dan gizi (Suiraoka, 2012).
7
3.1.5 Riwayat Hipertensi
Tabel 5. Trend DM tipe 2 berdasarkan riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi Frekuensi Presentase
Tidak ada 65 65,7
Ada 34 34,3
Total 99 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel tidak
memiliki riwayat hipertensi sebesar 65,7%.
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar penyandang DM
tipe 2 tidak memliki riwayat hipertensi. Hipertensi merupakan salah
satu penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler termasuk
salah satu komplikasi kronis diabetes mellitus. Komplikasi kronis
diabetes mellitus seperti penyakit makrovaskuler (pembuluh darah
besar), penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil), dan
neuropati (Smeltzer & Bare, 2013). Sehingga dapat dikatakan
bahwa sampel pada penelitian ini belum terjadi komplikasi diabetes
3.2 Insiden DM tipe 2 di Kota Surakarta tahun 2017
Gambar 1. Insiden dan pasien lama DM tipe 2
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa insiden tertinggi
berada di Kecamatan Jebres (430 kasus baru) dan terendah di
Kecamatan Pasarkliwon (121 kasus baru).
287 284 121
430 374 549 502 574
1554
1904
0
500
1000
1500
2000
Insiden
Pasien Lama
8
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa insiden tertinggi berada di
Kecamatan Jebres. Berdasarkan wawancara dengan petugas perawat
PTM salah satu Puskesmas di Kecamatan Jebres bahwa insiden DM
tertinggi disebabkan karena kurang aktifnya masyarakat dalam
mengikuti program yang telah terjadwal (PROLANIS) dan kurangnya
kepatuhan dalam pengobatan DM tipe 2. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain masyarakat tidak
meminum obat tepat waktu atau rutin cek gula darah, tidak menjaga
pola makan, menunda jadwal kontrol rutinan ke pelayanan kesehatan
atau Puskesmas (Fathurohman, Fadhilah, & Kunci, 2016).
Peningkatan insiden DM tipe 2 yang berhubungan dengan
pengendalian 4 pilar yang beberapa pasien belum tahu tentang edukasi
diabetes mellitus, melakukan pengaturan makan yang belum baik,
olahraga ≤ 3 kali seminggu dengan frekuensi > 30 menit, dan sebagian
besar penyandang tidak patuh melakukan pengobatan (Putra &
Berawi, 2015).
3.3 Prevalensi DM tipe 2 di Kota Surakarta tahun 2017
Gambar 2. Analisa Spasial Prevalensi DM Tipe 2.
Berdasarkan gambar 2 menjelaskan bahwa semakin terang
pewarnaannya maka semakin tinggi prevalensinya berada di
9
Kecamatan Serengan sebesar 14,38. Sedangkan semakin pudar
pewarnaannya maka semakin rendah prevalensinya berada di
Kecamatan Pasarkliwon sebesar 8,02.
Hasil perhitungan dengan rumus prevalensi menunjukkan bahwa
prevalensi tertinggi berada di Kecamatan Serengan sebesar 14,38.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas perawat PTM di
puskesmas mengatakan bahwa 25% dari jumlah pasien DM tipe 2
tidak melakukan kontrol gula darah secara rutin. Kecamatan Serengan
dekat dengan pusat kota yang terdapat banyak jasa perdagangan,
restoran siap saji dan pusat perbelanjaan sehingga dapat berpengaruh
terhadap gaya hidup masyarakatnya. Menurut penelitian
Prabaningrum, Kusumawati, & Nugroho, 2014) mengemukakan
bahwa gaya hidup perkotaan memberikan pengaruh terhadap
perubahan pola makan yang buruk seperti kesukaan makanan asin,
makanan awetan, konsumsi cemilan dan konsumsi fast food, tingginya
konsumsi mie instan, penggunaan bumbu penyedap dan kurangnya
aktivitas fisik akibat kemajuan teknologi salah satunya ikon delivery
order baik makanan atau kebutuhan lain membuat masyarakat enggan
untuk bepergian atau beraktivitas.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
bahwa trend DM tipe 2 di Kota Surakarta pada tahun 2017 antara lain usia ≥ 46
tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan terakhir
dari Perguruan Tinggi (D3/S1), memiliki pekerjaan ibu rumah tangga (IRT), dan
tidak ada riwayat hipertensi. Kemudian tingkat insiden tertinggi berada di
Kecamatan Jebres sedangkan prevalensi tertinggi berada di Kecamatan Serengan.
Saran dari peneliti yaitu masyarakat ikut berperan aktif dalam program
seperti PROLANIS untuk mencegah adanya komplikasi, pihak instansi pelayanan
kesehatan dapat melakukan skrinning pada pasien DM tipe 2, pasien dengan
komplikasi DM, atau pasien dengan penyakit hipertensi dan DM guna
meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan angka kejadian maupun kasus baru
10
khususnya penyakit DM tipe 2, untuk peneliti selanjutnya adalah mengkaji lebih
mendetail untuk mengetahui faktor-faktor penyebab insiden tertinggi di
Kecamatan Jebres maupun prevalensi tertinggi di Kecamatan Serengan.
DAFTAR PUSTAKA
Alam Miah, M. B., & Yousuf, M. A. (2018). Analysis the significant risk factors
on type 2 diabetes perspective of Bangladesh. Diabetes and Metabolic
Syndrome: Clinical Research and Reviews.
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2018.05.012.
American Diabetes Association (ADA). (2014). Diagnosis and classification of
diabetes mellitus. Diabetes Care, 37(SUPPL.1), 81–90.
https://doi.org/10.2337/dc14-S081.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. (2016). Profil
Perkembangan Kependudukan Kota Surakarta 2016. Profil Perkembangan
Kependudukan Kota Surakarta, (2), 78. Retrieved from
http://dispendukcapil.surakarta.go.id/20XIV/images/pdf/GabunganProfil.pdf
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 48–49. Retrieved from
dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/Profil_2015_fix.pdf
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. (2017). Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun
2017. Surakarta : DKK Surakarta.
Fathurohman, I., Fadhilah, M., & Kunci, K. (2016). Gambaran Tingkat Risiko dan
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Buaran , Serpong Description of Risk Level and Factors Related to Risk of
Type 2 Diabetes Mellitus in Buaran , Serpong, 24(3), 186–202.
Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kearney, J. M., et al. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC.
Hebel, J. R., & McCarter, R. J. (2009). A Study Guide to Epidemiology and
Biostatistics Ed. 6. USA: Jones and Bartlett Inc.
International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas. International
Diabetes Federation. https://doi.org/10.1289/image.ehp.v119.i03.
Kautzky-Willer, A., Harreiter, J., & Pacini, G. (2016). Sex and gender differences
in risk, pathophysiology and complications of type 2 diabetes mellitus.
Endocrine Reviews, 37(3), 278–316. https://doi.org/10.1210/er.2015-1137.
11
Parajuli, J., Saleh, F., Thapa, N., & Ali, L. (2014). Factors associated with
nonadherence to diet and physical activity among Nepalese type 2 diabetes
patients; a cross sectional study. BMC Res Notes, 7, 758.
https://doi.org/10.1186/1756-0500-7-758.
Pelt, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Reseacrh: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice Ed. 9th. USA : Mc.Graw-Hill.
PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. 2015, (DM), 1–58.
Prabaningrum, R. (2014). Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Hipertensi
Dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah Pada Kejadian Hipertensi
Esensial Di Puskesmas Kratonan Surakarta, 34 – 54.
Purwanti, O. S., Yetti, K., & Herawati, T. (2016). Duration of Diabetic Correlated
Diseases With Diabetic Foot Ulcers At Dr Moewardi Hospital, International
Conference on Health and Well-Being (ICHWB),359–363.
Putra, I. W. A., & Berawi, K. (2015). Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Majority, 4(9), 8-12.
Semenkovich, K., Brown, M. E., Svrakic, D. M., & Lustman, P. J. (2015).
Depression in type 2 diabetes mellitus: prevalence, impact, and
treatment. Drugs, 75: 577. https://doi.org/10.1007/s40265-015-0347-4.
Smeltzer, S., & Bare, B. (2013). Translate of Brunner & Suddarth's Textbook of
Medical Surgical Nursing Ed. 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Sukmaningsih, W. R. (2016). Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di
Wilayah Kerja Puskesmas Purwodiningratan Surakarta. Publikasi Ilmiah
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 1, 16.
Tamara, E., Bayhakki, & Nauli, F. A. (2014). Hubungan Antara Dukungan
Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau. Jom Psik, 1 No. 2, 1–7.
Tancredi, M., Rosengren, A., Svensson, A.-M., Kosiborod, M., Pivodic, A.,
Gudbjörnsdottir, S., … Lind, M. (2015). Excess Mortality among Persons
with Type 2 Diabetes. New England Journal of Medicine, 373(18), 1720–
1732. https://doi.org/10.1056/NEJMoa1504347.
Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Daibetes.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
12
Tjekyan, R. M. S. (2014). Angka Kejadian Dan Faktor Risiko Hipertensi Di Kota
Palembang Tahun 2013, 401(1), 1–11. Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=471735&val=9692&titl
e=Angka Kejadian Dan Faktor Risiko Hipertensi Di Kota Palembang Tahun
2013.
Vaidya, A., & Krettek, A. (2014). Physical activity level and its
sociodemographic correlates in a peri-urban Nepalese population: A cross-
sectional study from the Jhaukhel-Duwakot health demographic surveillance
site. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity,
11(1). https://doi.org/10.1186/1479-5868-11-39.
World Health Organization. (2016). Global Report on Diabetes. Isbn, 978, 88.
https://doi.org/ISBN 978 92 4 156525 7.
Zainuddin, Utomo, W., & Herlina. (2015). Hubungan Stres dengan Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Journal of Medicine UNRI, 2(1),
890–898. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/188387-ID-hubungan-stres-
dengan-kualitas-hidup-pen.pdf.