aul.makalah depresi

43
MAKALAH GANGGUAN KOGNITIF DAN DEPRESI Disusun Oleh : Abdullah Shidqul Azmi Arifah Shabrina Aulia Ajrina Pembimbing : dr. Rusdi Effendi Sp.KJ STASE KLINIK GERIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: abdullah-shidqul-azmi

Post on 28-Dec-2015

80 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aul.makalah Depresi

MAKALAH

GANGGUAN KOGNITIF DAN DEPRESI

Disusun Oleh :

Abdullah Shidqul Azmi

Arifah Shabrina

Aulia Ajrina

Pembimbing :

dr. Rusdi Effendi Sp.KJ

STASE KLINIK GERIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

Page 2: Aul.makalah Depresi

1

BAB I

PENDAHULUAN

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia dan terjadi

penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi

satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara

umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia. Efek-efek

tersebut menentukan lansia dalam melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk.

Masalah-masalah kesehatan atau penyakit fisik dan atau kesehatan jiwa yang sering timbul

pada proses menua (lansia), diantaranya gangguan sirkulasi darah, gangguan metabolisme

hormonal, gangguan pada persendian, dan berbagai macam neoplasma.

Masalah sosial yang dihadapi lanjut usia (lansia) adalah bahwa keberadaan lansia

sering dipersepsikan negatif oleh masyarakat luas. Kaum lansia sering dianggap tidak

berdaya, sakit-sakitan, tidak produktif dan sebagainya. Perubahan perilaku ke arah negatif ini

justru akan mengancam keharmonisan dalam kehidupan lansia atau bahkan sering

menimbulkan masalah yang serius dalam kehidupannya. Bentuk-bentuk permasalahan yang

dihadapi lansia diantaranya timbul demensia, gejala depresi, skizofrenia, adanya delusi dan

sebagainya.

Proses kejiwaan dasar pada orang-orang tua tidak jauh berbeda dengan orang yang

lebih muda. Bagaimanapun, proses penuaan dan perubahan patologi mengakibatkan

persoalan-persoalan kejiwaan yang berhubungan erat dengan kelompok umur ini. Persoalan-

persoalan yang lazim dihadapi pada pengobatan adalah keterlibatan dan berubahnya

hubungan antara orang-orang tua dengan anak-anak mereka yang sudah remaja.

Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang

memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau

psikiatrik pada lanjut usia. Diagnosis dan terapi gangguan mental pada lanjut usia

memerlukan pengetahuan khusus, karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi klinis,

patogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara patogenesis dewasa muda dan lanjut

usia. Faktor penyulit pada pasien lanjut usia juga perlu dipertimbangkan, antara lain sering

adanya penyakit dan kecacatan medis kronis penyerta, pemakaian banyak obat (polifarmasi)

dan peningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif.

Page 3: Aul.makalah Depresi

2

BAB II

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : Ny. I

Usia : 70 tahun

Tanggal lahir : 15 April 1943

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Kawin

Alamat : Karawang

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah Dasar

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Jumlah Anak : 1 perempuan

Ruang rawat : Ruang Tulip

I. KELUHAN UTAMA

Pasien merasa murung dan bosan sejak ± 3 bulan yang lalu

II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

O Pasien merasa murung dan bosan sejak ± 3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh

badannya lemas, mudah lelah, merasa tidak berdaya, dan malas mengerjakan

aktivitas. Pasien sering berada di dalam kamar dan jarang berinteraksi dengan

orang lain. Nafsu makan menurun disangkal. Berat badan turun disangkal.

O Pasien kadang-kadang mengeluh nyeri kepala sejak ± 1 tahun yang lalu.

Dirasakan nyeri seperti berdenyut di kepala sebelah kanan. Nyeri pada tengkuk

dan leher disangkal. Keluhan mual disangkal. Nyeri berkurang dengan istirahat

dan pasien tidak mengkonsumsi obat pereda nyeri.

O Nyeri perut, nyeri dada dan sesak napas disangkal. Riwayat batuk lama

disangkal. Riwayat demam disangkal. Keluhan nyeri dan kaku sendi disangkal.

BAK dan BAB pasien tidak ada keluhan. Keluhan sulit tidur disangkal. Riwayat

penggunaan obat jangka lama disangkal.

Page 4: Aul.makalah Depresi

3

III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

O Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien

O Pasien memiliki riwayat darah tinggi ±1 tahun lalu yang tidak terkontrol.

O Riwayat kencing manis, asma, kanker, penyakit jantung, dan alergi disangkal.

O Riwayat merokok, minum alkohol dan konsumsi obat-obatan terlarang disangkal.

O Riwayat dirawat di RS dan riwayat operasi disangkal.

III. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

O Tidak ada di keluarga yang mengalami keluhan yang serupa.

O Pada keluarga riwayat kencing manis, penyakit jantung, hipertensi dan alergi tidak

ada

IV. RIWAYAT SOSIAL DAN KEBIASAAN

O Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok atau minum alkohol. Namun memiliki

kebiasaan minum kopi setiap hari 1 gelas sejak usia muda, minum teh dan jamu

jarang.

O Komunikasi interpersonal terbatas. Pasien sering menyendiri dan berdiam di

kamar.

V. RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT

Saat ini pasien tidak sedang mengkonsumsi obat

VI. ANALISA KEUANGAN

Saat ini pasien tinggal di panti tanpa penghasilan. Untuk kehidupan sehari-hari

ditanggung oleh panti (sandang, pangan, kesehatan).

VII. ANALISA LINGKUNGAN PANTI

Pasien tinggal di kamar lantai 1, ruang Tulip. Lantai dikamar pasien

cukup bersih dan kering. Tidak ada karpet dan lantai terbuat dari keramik yang tidak

licin. Penerangan di kamar pasien baik. Kloset yang terdapat di kamar pasien

cukup baik dengan bentuk kloset duduk dan terdapat pegangan di dinding kamar

mandi. Sirkulasi udara cukup karena jendela kamar selalu terbuka. Penerangan dalam

kamar juga cukup.

Page 5: Aul.makalah Depresi

4

VIII. ANALISA GIZI

O BB : 59 kg TB : 152 cm

O IMT : 25,54 overweight (kriteria Asia Pasifik)

O Kebutuhan kalori basal : 1153 kkal

O keb.kalori/hari :1153 kkal x 1.12 : 1292 kkal

O Karbohidrat 60%: 194 g

O Protein 25% : 81 g

O Lemak 15% : 22 g

Pemeriksaan MNA

Page 6: Aul.makalah Depresi

5

IX. ANAMNESIS SISTEM

X. PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF (MMSE)

Interpretasi hasil : Gangguan Kognitif Ringan

Lampiran gambar pasien

Page 7: Aul.makalah Depresi

6

UJI AMT

XI. PEMERIKSAAN FUNGSIONAL ( INDEKS ADL BARTHEL)

XII. PEMERIKSAAN BERG BALANCE SCALE

Page 8: Aul.makalah Depresi

7

XIII. PEMERIKSAAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE

Hasil : Pasien mengalami depresi

XIV. STATUS MENTAL

Deskripsi umum

O Penampilan

Pasien perempuan mengenakan baju tidur, perawatan diri cukup baik,

O Perilaku dan aktivitas motorik

Pasien tampak tenang dan lebih lambat

O Pembicaraan

Pasien menjawab sesuai dengan yang ditanyakan,namun artikulasi kurang jelas.

Pertanyaan harus jelas dan mudah dimengerti, volume suara pasien agak pelan,

kecepatan bicara cukup,

O Sikap terhadap pemeriksa

Pasien kooperatif. Tampak cukup terbuka pada pemeriksa

Mood dan Afek

O Mood : Hipotim

O Afek : Terbatas

O Keserasian : Serasi

Gangguan Persepsi

O Tidak ditemukan halusinasi, depersonalisasi

Proses atau bentuk pikir

O Jawaban pasien sesuai dengan pertanyaan, tidak terdapat asosiasi longgar

Page 9: Aul.makalah Depresi

8

Isi Pikir

O Gangguan pikiran : Tidak ada waham

Pengendalian Impuls

O Pasien dapat mengendalikan dirinya selama proses anamnesis dan pemeriksaan fisik

Daya nilai sosial dan tilikan

O Baik, pasien bersikap sopan selama anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien juga

menyadari bahwa marah-marah dan menyakiti orang lain adalah perbuatan yang

salah.

O Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan

penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya

Taraf Dapat Dipercaya

O Secara keseluruhan pasien dapat dipercaya.

XV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pola dan analisa jalan

Pasien tidak menggunakan kursi roda, pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari

secara mandiri.

2. Keadaan umum

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4M5V6

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Status gizi : BB 59 TB 152 BMI 25,54

LLA 25 mm

Tanda Vital : TD duduk : 130/80 mmHg

TD Berbaring : 130/80 mmHg

Nadi : 84x/menit,regular,isi cukup

Suhu : 36,5o C

Pernafasan : 18x/menit regular

Keadaan Lokal

Trauma Stigmata : -

Perdarahan perifer : Capillary refill time <3 detik

KGB : tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)

Columna Vertebralis : Lurus ditengah, tidak ada nyeri tekan

Page 10: Aul.makalah Depresi

9

3. Kulit : Kering , scar (-), luka terbuka (-),dekubitus (-), memar (-)

4. Kepala : Normochepal, Rambut putih beruban, tidak mudah dicabut

5. Mata : Conjungtiva anemis (-) / (-)

Sklera Ikterik (-) / (-)

RCL (+) / (+) RCTL (+) / (+)

Pupil Bulat Isokhor

6. THT

- Telinga : normotia, Deformitas (-)/ (-)

- Hidung : Pernafasan cuping hidung ( - ): Deformitas (-);Sekret -/-, hiperemis -

/-, deviasi septum (-), edema -/-

- Tenggorokan : T1/T1 Tidak hiperemis

7. Leher : Trakea di tengah, Tiroid tidak teraba, JVP 5-2 cmH20 ;

pembesaran KGB (- ) nyeri tekan (-)

8. Mulut : Oral hygiene cukup baik, lidah tidak deviasi, gigi palsu (-),

faring tidak hiperemis

9. Paru

Inspeksi : gerakan nafas simetris dalam statis & dinamis

Palpasi : Nyeri tekan (-), emphysema subkutis (-) vokal fremitus sama pada

lapang paru dextra et sinistra

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler. Suara napas tambahan ronkhi -/- Wheezing -/-

10. Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi : teraba Ictus ordis pada 1 jari lateral MCL ICS 5 sinistra

Perkusi : Pinggang jantung ICS III PSL sinistra

: Batas kanan ICS 4 PSL dextra

: Batas Kiri 2 jari medial MCL ICS 5 sinistra

Auskultasi : BJ I & II regular, Murmur (-), Gallop (-)

10. Abdomen

Inspeksi : perut membuncit

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defanse muscular (-),

hepatoslenomegali (-) Nyeri tekan epigastrium (+)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) normal

Page 11: Aul.makalah Depresi

10

11. Punggung :deformitas (-), gibus (-)

12. Genitalia Eksterna : tidak diperiksa

13. Otot & Kerangka

- Analisa berjalan: pasien tidak menggunakan kursi roda

- Pemeriksaan untuk ekstremitas atas dan bawah dekstra et sinistra muskuloskeletal

dalam batas normal.

Ekstermitas atas Bahu Siku Wrist (hand) Jari tangan

Deformitas - - - -

Nyeri - - - -

Bejolan - - - -

ROM

- - Fleksi

- - Ekstensi

- - Abduksi

- - adduksi

- - Endorotasi

- - Eksorotasi

- - Pronasi

- - Supinasi

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Ekstremitas bawah Paha Lutut Wrist Foot Jari kaki

Deformitas - - - -

Nyeri - - - -

Bejolan - - - -

ROM

- - Fleksi

- - Ekstensi

- - Abduksi

- - adduksi

- - Endorotasi

- - Eksorotasi

- - Pronasi

- - Supinasi

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Page 12: Aul.makalah Depresi

11

XVI. PEMERIKSAAN STATUS NEUROLOGIS

GCS : E4M5V6

TRM : Kaku kuduk (-) Brudzinski I (- / -)

: Laseque >70o/>70

o

: Kernig >135o/>135

o Brudzinski II (- / - )

Nervus kranialis

N.I - Olfaktori : normosmia Dextra et Sinistra

N.II - Optikus

Visus Campus : Sama dengan pemeriksa Dextra et Sinistra

Lihat warna : tidak diperiksa

Funduskopi : tidak diperiksa

N II & III

Pupil Bulat Isokhor Ø 3mm /3mm

OD OS

RCL + +

RCTL + +

N. III (oculomotor) ,IV (tokhlearis) dan VI (absusen)

1) N.III

Ptosis : pasien bisa membuka kedua mata saat pemeriksa memberikan

tahanan dengan menekan ringan kelopak mata (m.levator palpebra)

Akomodasi : saat melihat jari (benda) kedua bola mata bergerak kearah

nasal dan pupil miosis

2) N.III .IV,VI

Kedudukan bola mata : Ortophori Dextra et Sinistra

Page 13: Aul.makalah Depresi

12

Pergerakan bola mata :

OD OS

Eksoftalmus : OD (–) OS(-)

N. V (trigeminus)

1) Cab. Motorik

a) Gerakan Rahang

- Saat pemeriksa memberikan tahanan ketika pesien menggerakkan

rahangnya ke bawah ke samping kiri dan kanan agar kembali ke posisi

tengah pasien bisa mempertahankan posisinya

- Saat pemeriksa menarik dagu kebawah pasien mengatup mulutnya

dengan kuat.

b) Menggigit

Saat menggigit tonus m.masetter dan m.tempralis teraba sama besar

2) Cab. Sensorik

Tidak ada perbedaan sensibilitas tiga dermatom Opthalmicus, maksilaris, dan

mandibularis dextra et Sinistra

3) Reflek

a) Refleks Masetter : tidak ada gerakan menutup mulut ketika jari pemeriksa

yang berada di dagu pasien (posisi melintang) dipukul dengan hammer

N. VII (fasialis)

1) Motorik

orbitofrontal

- wajah pasien simetris

- Gerakan saat mengangkat alis dan mengerutkan dahi pasien dekstra

et.sisnistra simetris

Orbikularis

Page 14: Aul.makalah Depresi

13

- Sudut bibir dan plica nasolabialis dekstra tidak ada yang lebih datar

dekstra et sisnistra saat pasien diminta untuk menyeringai sambil

menunjukkan gigi geligi

Tidak ada kebocoran pipi dekstra et.sisnistra saat pasien diminta

menggembungkan pipi & pemeriksa menekan pipi pasien

2) Sensorik

Pengecapan 2/3 lidah bagian depan dekstra et.sisnistra (tidak diperiksa)

N.VIII (vestobulochoclear)

Vestibular

- Vertigo, Nistagmus (maneuver hallpike tidak diperiksa)

- Romberg Tes, Romberg dipertajam, Fukuda,Tandem gait, jari-jari, jari-

hidung dan salah tunjuk (tidak dilakukan).

Pasien masih dapat mendengar detik arloji pada jarak 1 meter

N. IX (glosofaringeus), X (vagus)

o Motorik uvula ditengah, tidak tertarik ke kanan atau kekiri baik statis dan

dinamis

N. XI (Aksesorius)

o m.trapezius

saat mengangkat bahu pasien bisa melawan tahanan pemeriksa

o m.Sternokleidomastoideus

Saat menoleh ke satu sisi (kanan dan kiri) pasien bisa melawan tahanan yang

dilakukan pemeriksa

N. XII (Hipoglosus)

o Saat membuka mulut, lidah (statis) tidak ada deviasi, tidak ada tremor atau

fasikulasi

o Saat menjulurkan lidah (dinamis) tidak ada deviasi ke kanan sedikit, tidak ada

tremor atau fasikulasi

o Kekuatan pada saat pasien menekan lidah pada pipi nya sama

Page 15: Aul.makalah Depresi

14

Trofi : eutrofi

Tonus : Normotonus

Sistem Motorik : Ekstremitas : Atas 5555 | 5555

: Bawah 5555 | 5555

Sistem Sensorik

Propioseptif : Dextra et Sinistra baik

Eksteroseptif : Dextra et Sinistra baik

Fungsi Otonom

Miksi : Baik

Defekasi : Baik

Sekresi Keringat : Baik

Reflek Fisiologis

Biseps : +2 |+ 2

Triseps : +2 |+ 2

Radius : +2 |+ 2

Patella : +2 |+ 2

Achiles : +2 |+ 2

Reflek Patologi

Hoffman tromer : - | -

Babinski : - | -

Chaddok : - | -

Oppenhein : - | -

Schafer : - | -

Gonda : - | -

Rossolimo : - | -

Mendel-Bechterew : - | -

Klonus Patella : - | -

Klonus Achiles : - | -

Gerakan Involunter

Tremor : - | -

Khorea : - | -

Mioklonik : - | -

Tik : - | -

Fungsi Serebelar

Ataksia : - | -

Disdiadokinesis : - | -

Page 16: Aul.makalah Depresi

15

Jari-jari : - | -

Jari-hidung : - | -

Tumit-lutut : tidak diperiksa

Fenomena Rebound : - | -

Hipotoni : - | -

Romberg : - | -

Fungsi Luhur : Berbahasa / Memori

Fungsi Bicara : Disfoni (-)

Disatria (-)

Fungsi Menelan Disfagia (-)

XVII. DIAGNOSIS MEDIK

1. Depresi

2. Pre hipertensi (Klasifikasi JNC-VII)

3. Gangguan Kognitif Ringan

XVIII. GERIATRIC GIANT

O Cognitive Impairment

O Isolation

XIX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

O Aksis I F32.2 Episode Depresi berat tanpa gejala psikotik

O Aksis II Z03.2 tidak ada diagnosis

O Aksis III IOO-I99 penyakit sistem sirkulasi

O Aksis IV Tidak ada (none)

O Aksis V 60-51

XX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad funtionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : Dubia ad malam

Page 17: Aul.makalah Depresi

16

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demensia

Dementia adalah suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intektual dan

ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Garis

besar manifestasi kliniknya :

a. perjalanan penyakit yag bertahap (bulan atau tahun)

b. tidak terdapat gangguan kesadaran.

Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf

pusat. Pada beberapa penderita tua terjadi penurunan daya ingat dan gangguan psikomotor

yang masih wajar disebut sebagai sifat pelupa benigna akibat penuaan (benign senescent

forgetfullness). Keadaan ini tidak menyebabkan gangguan pada aktivitas hidup sehari-hari.

Beberapa penderita demensia sering mengalami depresi dan konfusio. Secara garis besar

demensia pada usia lanjut dikategorikan dalam 4 golongan :

a. Demensia degeneratif primer 50-60%

b. Demensia multi infark 10-20%

c. Demensia yang reversibel atau sebagian reversibel 20-30%

d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%.

Demensia badan Levy dan demensia frontotemporal merupakan demensia terbanyak

ketiga dan keempat. Pasien dengan demensia yang bersifat reversibel, dapat kembali

menjalankan kehidupan sehari-hari jika pengobatannya baik. Penyebab demensia reversibel:

D-drugs

Page 18: Aul.makalah Depresi

17

E-emotional

M-metabolik

E-eye and ear

N-nutritional

T-tumor and trauma

I-infeksi

A-arteriosclerotic.

Mild Cognitive Impairment (Gangguan Kognitif Ringan)

Gangguan kognitif ringan merupakan suatu bentuk transisi antara keadaan normal dan

demensia alzheimer. Memiliki kriteria sebagai berikut: keluhan gangguan memori

(dikemukakan oleh perawat), adanya gangguan memori pada pemeriksaan objektif, fungsi

kognitif secara umum baik, ADL intak, tidak mengalamo demensia.

Akhir-akhir ini kriteria MCI yang sering digunakan adalah a.penderita bisa normal

atau demensia, b.terdapat bukti memburuknya fungsi kognitif, c.ADL masih dipertahankan

dan fungsi instrumental komplek masih intak atau terganggu minimal. Perubahan MCI

menjadi alzheimer dilaporkab 2-31% per tahun, lebih banyak terjadi pada mereka yang

dirawat di klinik dibandingkan di masyarakat.

Klasifikasi

Menurut Umur:

1. Demensia senilis (>65th)

2. Demensia prasenilis (<65th)

Menurut perjalanan penyakit:

1. Reversibel, paling sering ditemukan karena penyebab :

a. D, drugs ( karena obat-obatan, contoh : polifarmasi )\

b. E, emotional ( gangguan jiwa seperti depresi, skizofrenia, dll )

c. M, metabolik atau endokrin, contohnya pada gangguan hormon tiroid

d. E, eye and ear, contohnya pada presbikusis

e. N, nutrisi, contohnya pada pasien malnutrisi

f. T, tumor dan trauma

Page 19: Aul.makalah Depresi

18

g. I, infeksi

h. A, aterosklerosis

2. Ireversibel

Menurut Etiologi secara Umum

1. Tipe non-Alzheimer

2. Demensia vaskular

3. Demensia badan Lewy (Lewy Body dementia)

4. Demensia Lobus fronto-temporal

5. Demensia terkait HIV-AIDS

6. Parkinson

7. Huntington syndrome

8. Pick syndrome

9. Jakob-Creutzfeldt syndrome

10. Gerstmann-Sträussler-Scheinker syndrome

11. Prion disease

12. Palsi Supranuklear progresif

13. Multiple sklerosis

14. Neurosifilis

15. Tipe campuran

Menurut sifat klinis:

1. Demensia proprius

2. Pseudo-demensia

Etiologi

Gejala demensia adalah gejala yang tidak khas untuk satu penyakit, banyak penyakit sistemik

yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia, tetapi beberapa penelitian menyatakan

bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular

(pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen

diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.

Page 20: Aul.makalah Depresi

19

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer.

Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat transmisi

impuls dari dan ke daerah kortikal terganggu. Penderita Alzheimer mengalami gangguan

memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

Gejala Klinis

1. Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan

neuro degeneratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif, dimana akibat proses

degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang masif. Kematian sel-sel otak ini baru

menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah

lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar,

berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-

barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga

timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Waham, halusinasi pendengaran atau penglihatan,

agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas

psikomotor.

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

Stadium I

Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung

dan aktifitas spontan menurun. Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa

hal baru yang dialami

Stadium II

Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain,

a. Disorientasi

b. gangguan bahasa (afasia)

c. penderita mudah bingung

Page 21: Aul.makalah Depresi

20

d. penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan

kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah

melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.

e. Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di

lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”

Stadium III

Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Dengan gejala :

Penderita menjadi vegetatif

tidak bergerak dan membisu

daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya

sendiri

tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil

kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain

kematian terjadi akibat infeksi atau trauma

2. Demensia Vaskuler

Demensia tipe Vaskuler disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. Stroke adalah

salah satu contoh penyakit vaskular yang paling sering ditemukan menyebabkan gejala

demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi

darah otak, sehingga depresi itu dapat diduga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih

sering dijumpai pada demensia tipe vaskuler.

Group Health Cooperative, membuat secara singkat stadium demensia berdasarkan gejala

klinis yang dapat dinilai secara objektif :

Page 22: Aul.makalah Depresi

21

1. Demensia primer Alzheimer

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian berat

sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari- hari dan aktivitas sosial. Kemunduran

kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat

(pelupa). Demensia terutama yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer berkaitan erat

Page 23: Aul.makalah Depresi

22

dengan usia lanjut. Penyakit alzheimer ini 60% menyebabkan kepikunan atau

demensia dan diperkirakan akan meningkat terus.

Gejala klasik penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan memori (daya

ingat) yang terjadi secara bertahap, termasuk kesulitan menemukan atau menyebutkan

kata yang tepat, tidak mampu mengenali objek, lupa cara menggunakan benda biasa

dan sederhana, seperti pensil, lupa mematikan kompor, menutup jendela atau menutup

pintu, suasana hati dan kepribadian dapat berubah, agitasi, masalah dengan daya

ingat, dan membuat keputusan yang buruk dapat menimbulkan perilaku yang tidak

biasa. Gejala ini sangat bervariasi dan bersifat individual. Gejala bertahap penyakit

alzheimer dapat terjadi dalam waktu yang berbeda- beda, bisa lebih cepat atau lebih

ambat. Gejala tersebut tidak selalu merupakan penyakit alzheimer, tetapi apabila

gejala tersebut berlangsung semakin sering dan nyata, perlu dipertimbangkan

kemungkinan penyakit Alzheimer.

2. Demensia multi-infark

Jenis kedua terbanyak setelah Alzheimer. Bisa didapatkan sendiri atau

bersama dengan demensia jenis lain. Didapatkan sebagai akibat/gejala sisa dari stoke

kortikal atau subkortikal yang berulang. Ciri yang khas yaitu gejala dan tanda

menunjukkan penurunan bertingkat dimana setiap episode akut menurunkan keadaan

kognitifnya. Sedangkan pada Alzheimer, gejala dan tanda berlangsung progresif.

Dengan MRI, lesi sering dapat dideteksi. Pemeriksaan dengan skor Hachimsky dapat

membantu menegakkan diagnosis demensia jenis ini. Pada banyak penderita sering

ditemukab jenis demensia campuran (multi infark dan Alzheimer).

3. Demensia dengan Badan Lewy

Demensia ini ditandai dengan adanya badan Lewy yang ada di batang otak dan

neokorteks. Gambaran klinik bervariasi, namun selalu terdapat gambaran 2 dari 3

keadaan yaitu fluktuasi kognisi, halusinasi visual, dab parkinsonisme. Gejala

tambahan diantaranya jatuh, sinkope, hilang kesadaran sepintas, sensitivitas

neuroleptik, delusi dan halusinasi. Adanya stroke harus disingkirkan.

4. Demensia Fronto Temporal

Sindroma demensia bisa diakibatkan oleh suatu proses degeneratif di regio

korteks anterior otak, yang secara neuropatologis berbeda dengan demensia

Page 24: Aul.makalah Depresi

23

Alzheimer. Pencitraan neurologik fungsional menunjukkan penurunan metabolisme

otak di daerah lobus temporal anterior dan frontal. Gambaran klinis menunjukkan

gangguan perilaku yang luas dengan awitan yang tersembunyi dan biasanya terjadi

antara usia 40-70 tahun. Sindroma ini menunjukkan suatu keadaan yang sangat

heterogen.

5. Demensia pada penyakit neurologik

Penyebab tersering karena penyakit parkinson, khorea huntington, dan

hidrosefalus tekanan normal. Pemeriksaan dengan MRI menunjukkan adanya

pelebaran ventrikel melebihi proporsi dibanding atrofi kortikal otak. Gejala mirip

demensia subkortikal, dengan adanya gejala postur dan langkah serta depresi.

6. Sindroma amnestik dan "pelupa benign akibat penuaan"

Gejala utama adalah gangguan memori dan tidak terdapat gangguan fungsi

intelektual. Penyebabnya adalah: defisiensi tiamin ( sering karena pemakaian alkohol

berlebihan), lesi pada struktur otak bagian temporal tengah akibat trauma atau

anoksia), iskemia global transien. Keluhan biasanya gangguan memori ringan dan

tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pencegahan demensia :

A. Secara teratur periksa tekanan darah

B. Mencegah cedera kepala

C. Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelektual dan aktivitas sosial

D. Mencegah paparan radiasi dan elektromagnet

E. Diet cukup vitamin E atau suplemen vitamin E kurang dari 400U/hari.

F. Upayakan makan sehat, kurangi lemak

G. Upayakan asupan vitamin B.12 dan asam folat yang cukup

H. Tidak merokok

I. Aktivitas fisik cukup dan tidur yang cukup

Rekomendasi :

A.jangan menggunakan statin untuk pencegahan demensia

B. jangan menggunakan obat NSAID

C.jangan gunakan TSH atau estrogen untuk pencegahan

Page 25: Aul.makalah Depresi

24

D.jangan gunakan inhibitor kolesterase untuk pencegahan

2.2 Depresi pada Pasien Usia Lanjut

Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi,

kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau

nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi. Masalah ini dapat menjadi kronis atau

berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus

tanggung jawab sehari-harinya (WHO, 2011). Episode depresi biasanya berlangsung selama

6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih.

Terdapat beberapa faktor biologis, fisik, psikologis dan social yang membuat

seseorang berusia lanjut rentan terhadap depresi. Perubahan pada system saraf pusat seperti

meningkatnya aktivitas monoamine oksidase dan berkurangnya konsentrasi neurotransmitter

(terutama katekolaminergik) dapat berperan dalam terjadinya depresi. Kondisi multipatologik

dan polifarmasi juga meningkatkan kejadian depresi.

Epidemiologi

Prevalensi depresi usia lanjut di pelayanan kesehatan primer adalah 17%, sementara di

pelayanan asuhan rumah (home care) adalah 13,5%. Prevalensi depresi yang diperoleh dari

ruang rawat akut geriatric yaitu 76,3%. Dengan proporsi depresi ringan 44,1%, depresi

sedang 18%, depresi berat 10,8% dan depresi sangat berat 3,2%.

Etiologi dan patogenesis

a. Faktor Biologi

Faktor neurotransmiter: Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan

dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin

hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-

Page 26: Aul.makalah Depresi

25

adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem

noradrenergik dalam depresi. Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor

adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan mengakibatkan

penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan.

Presipnatik reseptor adrenergik juga berlokasi di neuron serotonergik dan mengatur

jumlah serotonin yang dilepaskan. Dopamin juga sering berhubungan dengan patofisiologi

depresi. Faktor neurokimia lainnya seperti gamma aminobutyric acid (GABA) dan neuroaktif

peptida (vasopressin dan opiate endogen)

telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood.

b. Faktor Genetik

Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan

gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi

berat pada anak, pada anak kembar monozigot adalah 50%, sedangkan dizigot 10-25%).

Menurut penelitian Hickie et al., menunjukkan penderita late onset depresi terjadi karena

mutasi pada gene methylene tetrahydrofolate reductase yang merupakan kofaktor yang

terpenting dalam biosintesis monoamin. Mutasi ini tidak bisa diketemukan pada penderita

early onset depresi.

c. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan klinik

menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering

mendahului episode gangguan mood. Suatu teori menjelaskan bahwa stres yang menyertai

episode pertama akan menyebabkan perubahan fungsional neurotransmitter dan sistem

Page 27: Aul.makalah Depresi

26

pemberi tanda intra neuronal yang akhirnya perubahan tersebut menyebabkan seseorang

mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya.

Faktor kepribadian premorbid menunjukkan tidak ada satu kepribadian atau bentuk

kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri

kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe kepribadian seperti dependen,

obsesi kompulsif, histironik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan

dengan lainnya. Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud (1917) menyatakan suatu

hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien

depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang.

Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap

objek yang hilang.

Gambaran Klinis

Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum menurut

Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV): (American Psychiatric Association, 2000)

a) Perubahan fisik

b) Perubahan Pikiran

Page 28: Aul.makalah Depresi

27

Kurang percaya diri

c) Perubahan Perasaan

suami istri.

.

d) Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari

Penatalaksanaan

Indikasi pemberian obat antidepresi adalah untuk gangguan depresi sedang sampai berat,

episode depresi berulang dan depresi dengan gambaran melankolia atau psikotik.

Page 29: Aul.makalah Depresi

28

Saat ini golongan SSRI (serotonin selective reuptake inhibitor) merupakan obat antidepresi

yang dianjurkan sebagai lini pertama pada pasien usia lanjut. Golongan ini dianggap aman

karena sangat sedikit dimetabolisme oleh isoenzim sitokrom p-450 sehingga mengurangi

risiko interaksi obat.

Page 30: Aul.makalah Depresi

29

Page 31: Aul.makalah Depresi

30

Pengobatan antidepresi diberikan dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan-lahan.

Pengobatan dibagi dalam 3 fase :

Fase akut yang berlangsung antara 6-12 minggu. Pada tahap ini dosis optimal obat

untuk memperbaiki gejala depresi diharapkan telah tercapai.

Fase lanjutan yakni dosis optimal dipertahankan selama 4-9 bulan untuk mencegah

terjadinya relaps.

Terapi rumatan yang berlangsung satu tahun atau lebih, terutama untuk depresi

dengan riwayat episode berulang.

Page 32: Aul.makalah Depresi

31

2.3 Pemeriksaan Psikiatrik pada Usia Lanjut

Penggalian riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental pada penderita usi lanjut

harus mengikuti format yang sama dengan yang berlaku pada dewasa muda .Karena

tingginya prevalensi gangguan kognitif pada usi lanjut,dokter/calon dokter harus menentukan

apakah penderita mengerti sifat dan tujuan pemeriksaan .Jika penderita mengalami gangguan

kognitif,riwayat pra-morbid dan riwayat sakit harus didapatkan dari anggota keluarga atau

mereka yang merawatnya. Namun,penderita juga tetap harus diperiksa tersendiri(walaupun

terlihat adanya gangguan yang jelas)untuk mempertahankan privasi hubungan dokter dan

penderita dan untuk menggali adakah pikiran bunuh diri atau gagasan paranoid dari penderita

yang mungkin tidak diungkapkan dengan kehadiran sanak saudara atau seorang perawat .

Riwayat psikiatrik

Bisa didapatkan dari alo- atau oto- anamnesisi.Riwayat psikiatrik lengkap termasuk

identifikasi awal (nama,usia,jenis kelamin,status perkawinan),keluhan utama,riwayat

penyakit sekarang ,riwayat penyakit dahulu (termasuk gangguan fisik yang pernah diderita),

riwayat pribadi dan riwayat keluarga. Pemakainan obat (termasuk obat yang dibeli

bebas).yang sedang atau pernah digunakan penderita juga penting untuk diketahui.

Penderita yang berusia diatas 65 tahun (atau di atas 60 tahun di Asia) sering memiliki

keluhan subyektif adanya gangguan daya ingat yang ringan,seperti tidak dapat mengingat

kembali nama orang atau keliru meletakkan benda-benda.Gangguan daya ingat yang

berhubungan dengan usia tersebut perlu dibedakan dengan adanya kecemasan pada saat

dilakukanpemeriksaan/wawancara. Riwayat medis penderita harus meliputi semua penyakit

Page 33: Aul.makalah Depresi

32

berat ,terutama gangguan kejang,kehilangan kesadaran ,nyeri kepala ,masalah penglihatan

dan kehilangan pendengaran.Riwayat penggunaan alkohol dan pemakaian zat yang lama

perlu diketahui karena bisa menyebabkan kelainan saat ini.

Riwayat keluarga harus termasuk penjelasan tentang sikap orang tua penderita dan

adaptasi terhadap ketuaan mereka.Jika mungkin informasi tentang kematian orang

tua,riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.

Situasi sosial penderita sekarang harus dinilai.Siapa yang harus merawat

penderita,apakah penderita mempunyai anak.Bagaimana karakteristik hubungan orangtua-

anak.Riwayat sosial ekonomi dipakai untuk menilai peran ekonomi dalam mengelola

pemyakit penderita dalam membuat anjuran terapi yang realistik.

Riwayat perkawinan,termasuk penjelasan tentang pasangan hidup dan karakteristik

hubungan.Jika penderita adalah janda atau duda,harus digali bagaimana rasa duka citanya

dulu saat ditinggal mati oleh pasanganya.Jika kehilangan pasangan hidup terjadi dalam satu

tahun terakhir,penderita dalam keadaan resiko tinggi mengalami peristiwa fisik atau

psikologik yang merugikan. Riwayat seksual penderita termasuk aktivitas seksual,orientasi

libido,mastrubasi,hubungan gelap diluar perkawinan dan gejala disfungsi seksual.

Pemeriksaan status mental

Pemeriksaan status mental meliputi bagaimana penderita berfikir(proses

pikir),merasakan dan bertingkah laku selama pemeriksaan.Keadaan umum penderita adalah

termasuk penampilan ,aktivitas psikomotorik,sikap terhadap pemeriksaan dan aktivitas

bicara.Gangguan motorik,antara lain gaya berjalan menyeret,posisi tubuh

membungkuk,gerakan jari seperti memilin pil,tremor dan asimetris tubuh perlu dicatat.

Banyak penderita depresi mungkin lambat dalam bicara dan gerakannya.Wajah seperti

topeng terdapat pada penderita penyakit parkison.

Bicara penderita dalam keadaan teragitasi dan cemas mungkin tertekan.Keluar air

mata dan menangis ditemukan pada gangguan depresi dan gangguan kognitif,terutama si

penderita merasa frustasi karena tidak mampu menjawab pertanyaan pemeriksa. Adanya alat

bantu dengar atau indikasi lain bahwa penderita menderita gangguan pendengaran,misalnya

selalu minta pertanyaan diulang,harus dicatat.

Sikap penderita pada pemeriksa untuk bekerjasama,curiga,bertahan dan tak berterima

kasih dapat memberi petunjuk tentang kemungkinan adanya reaksi transferensi.Penderita

lanjut usia dapat bereaksi pada dokter muda seolah-olah dokter adalah seorang tokoh yang

lebih tua ,tidak peduli terhadap adanya perbedaan usia.

Page 34: Aul.makalah Depresi

33

Penilaian fungsi

Penderita lanjut usia harus diperiksa tentang kemampuan mereka untuk

mempertahankan kemandirian dan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-

hari.Aktvitas tersebut adalah termasuk ke toilet,menyiapkan makanan,berpakaian ,berdandan

dan makan.Derajat kemampuan fungsional dari perilaku sehari-hari adalah suatu

pertimbangan penting dalam menyusun rencana terapi selanjutnya.

Mood,perasaan dan afek.

Di negara lain,bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian pada golongan

usia lanjut.Oleh karenanya pemeriksaan ide bunuh diri pada penderita lanjut usi sangat

penting.Perasaan kesepian ,tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya adalah gejala

depresi.Kesepian merupakan alasan yang paling sering dinyatakan oleh para lanjut usia yang

ingin bunuh diri .Depresi merupakan resiko yang tinggi untuk bunuh diri.

Gangguan persepsi

Halusinasi dan ilusi pada lanjut usia merupakan fenomena yang disebabkan oleh

penurunan ketajaman sensorik.Pemeriksa harus mencatat apakah penderita mengalami

kebingungan terhadap waktu atau tempat selama episode halusinasi dapat disebabkan oleh

tumor otak dan patologo fokal yang lain.Pemeriksaan yang lebih lanjut diperlukan untuk

menegakkan diagnosis pasti.

Fungsi visuospasial.

Suatu penurunan kapasitas visuospasial adalah normal dengan lanjutnya usia.Meminta

penderita untuk mencotoh gambar atau menggambar mungkin membantu dalam

penilaian.Pemeriksaan neuropsikologis harus dilaksanakan jika fungsi visuospasial sangat

terganggu.

Proses berpikir

Gangguan pada progresi pikiran adalah neologisme,gado-gado

kata,sirkumstansialitas,asosiasi longgar,asosiasi bunyi,flight of ideas,dan retardasi.Hilangnya

kemampuan untuk dapat mengerti pikiran abstrak mungkin tanda awal dementia.

Isi pikiran harus diperiksa adanya obsesi ,preokupasi somatik,kompulsi atau

waham.Gagasan tentang bunuh diri atau pembunuhan harus dicari .Pemeriksaan harus

Page 35: Aul.makalah Depresi

34

menentukan apakah terdapat waham dan bagaimana waham tersebut mempengaruhi

kehidupan penderita.Waham mungkin merupakan alasan untuk dirawat.Pasien yang sulit

mendengar mungkin secara keliru diklasifikasikan sebagai paranoid atau pencuriga.

Sensorium dan kognisi

Sensorium mempermasalhkan fungsi dari indra tertentu,sedangkan kognisi

mempermasalahkan inrformasi dan intelektual.

Kesadaran

Indikator yang peka terhadap disfungsi otak adalah adanya perubahan kesadaran

,adanya fluktuasi tingkat kesadaran atau tampak letargik.Pada keadaan yang berat penderita

dalam keadaan somnolen atau stupor.

Orientasi

Gangguan orientasi terhadap waktu,tempat dan orang berhubungan dengan gangguan

kognisi.Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif,gangguan

kecemasan,gangguan buatan,gangguan konversi dan gangguan kepribadian,terutama selam

periode stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung. Pemeriksa harus menguji orientasi

terhadap tempat dengan meminta penderita menggambar lokasi saat ini.Orientasi terhadap

orang mungkin dinilai dengan dua cara :apakah penderita,mengenali namnya sendiri,dan

apakah juga mengenali perawat dan dokter.Orientasi waktu diuji dengan menanyakan

tanggal,tahun,bulan dan hari.

Daya ingat

Daya ingat dinilai dalam hal daya ingat jangka panjang,pendek dan segera.Tes yang

diberikan pada penderita dengan memberikan angka enam digit dan penderita diminta untuk

mengulangi maju mundur .Penderita dengan daya ingat yang tak terganggu biasanya dapat

mengingat enam angka maju dan lima angka mundur .Daya ingat jangka panjang diuji

dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir,nama dan hari ulang tahun anak-anak

penderita.Daya ingat jangka pendek dapat diperiksa dengan beberapa cara ,misalnya dengan

menyebut tiga benda pada awal wawancara dan meminta penderita mengingat kembali benda

tersebut akhir wawancara.Atau dengan memberikan cerita singkat pada penderita dan

penderita diminta untuk mengulangi cerita tadi secara tepat/persisi.

Fungsi intelektual,konsentrasi,informasi dan kecerdasan

Page 36: Aul.makalah Depresi

35

Sejumlah fungsi intelektual mungkin diajukan untuk menilai pengetahuan umum dan

fungsi intelektual.Menghitung dapat diujikan dengan meminta penderita untu mengurangi 7

dari angka 100 dan mengurangi 7 lagi dari hasil akhir dan seterusnya sampai tercapai angka

2.Pemeriksa mencatat respons sebagai dasar untuk penguji selanjutnya.Pemeriksa juga dapat

meminta penderita intuk menghitung mundur dari 20 ke 1,dan mencatat waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan pemeriksaan tersebut.

Membaca dan menulis

Penting bagi klinisi untuk memeriksa kemampuan membaca menulis dan menetukan

apakah penderita mempunyai defisit bicara khusus.Pemeriksaan dapat meminta penderita

membaca kisah singkat dengan suara keras atau menulis kalimat sederhana untuk menguji

gangguan membaca atau menulis pada penderita .Apakah menulis dengan tangan kiri atau

kanan juga perlu dicatat.

2.4 Beberapa Masalah di Bidang Psikogeriatris

Kesepian

Kesepian atau loneliness,biasanya dialami oleh seorang lanjut usia pada saat

meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat ,terutama bila dirinya sendiri saat itu juga

mengalami penurunan status kesehatan,misalnya menderita berbagai penyakit fisik

berat,gangguan mobilitas atau gangguan sensorik,terutama gangguan pendengaran.

Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.Banyak diantara lansia yang

hidup sendiri tidak mengalami kesepian,karena aktivitas sosial yang masih tinggi,taetapi

dilain pihak terhadap lansia yang walaupun hidup dilingkungan yang beranggotakan cukup

banyak ,mengalami kesepian.

Pada penedreita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat berarti,karena bisa

bertindak menghibur,memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial

penderita,disamping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan dirumah bila bila memang

terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.

Gangguan cemas

Gangguan cemas dibagi dalam beberapa golongan ,yaitu fobia,gangguan

panik,gangguan cemas umum,gangguan stres pasca trauma dan gangguan obsesif-

kompulsif.Puncak Insidensi antara usi 20-40 tahun,dan prevalensi pada lansia lebih kecil

dibandingkan pada dewasa muda.Pada usia lanjut seringkali gangguan cemas ini merupakan

Page 37: Aul.makalah Depresi

36

kelanjutan dari dewasa muda.Awitan yang terjadi pada usia lanjut biasanya

berhubungan/sekunder akibat depresi,penyakit medis,efek samping obat atau gejala

penghentian mendadak dari suatu obat.

Gejala dan pengobatan pada usia lanjut hampir serupa dengan pada usia dewasa

muda,oleh karenanya tidak akan disinggung lebih mendalam.

Psikologis pada usia lanjut

Berbagai bentuk psikosis bisa terdapat pada usia lanjut,baik sebagai kelanjutan

keadaan pada dewasa muda atau yang timbul pada usia lanjut.Pada dasarnya jenis dan

Penatalaksanaanya hampir tidak berbeda dengan yang terdapat pada populasi dewasa

muda.Walaupun beberapa jenis khusus akan disinggung sedikit berikut ini.

Parafrenia

Adalah suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdpat pada lanjut usia yang

ditandai dengan waham (Biasanya waham curiga dan menuduh),sering penderita merasa

tetangga mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat.Biasanya terjadi pada individu yang

terisolasi atau menarik diri pada kegiatan sosial.Apabila waham tersebut menimbulkan

keributan antar tetangga atau bahkan skandal,pemberian terapi dengan derivat fenotiasin

sering bisa menenangkan.

Sindroma Diogenes

Adalah suatu keadaan dimana seorang lanjut usia menunjukkan penampakan perilaku

yang sangat terganggu .Rumah atau kamar sangat kotor,bercak dan bau urin dan feses

dimana-mana(karena sering penderita terlihat bermain-main dengan feses/urin).Tikus

berkeliaran dan sebagainya. Penderita menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur

(“nyusuh”).

Individu lanjut usia yang menderita keadaan ini biasanya mempunyai IQ yang

tinggi,50% kasus intelektualnya normal. Mereka biasanya menolak untuk dimasukkan di

institusi.Upaya untuk mengadakan pengaturan/pembersihan rumah/kasar,biasanya akan

gagal,karena setelah beberapa waktu hal tersebut akan terulang kembali.

Page 38: Aul.makalah Depresi

37

BAB IV

ANALISIS KASUS

Depresi ditemukan pada anamnesis :

Gejala utama :

Perasaan depresif

Hilangnya minat dan semangat

Mudah lelah dan hilang tenaga

Gejala lain :

Konsentrasi menurun

Harga diri menurun

Perasaan bersalah

Pesimis terhadap masa depan

Gagasan bunuh diri

Gangguan tidur

Gangguan nafsu makan

Menurunnya libido

Maka masuk tingkat depresi berat. Untuk tatalaksana :

Saat ini golongan SSRI (serotonin selective reuptake inhibitor) merupakan obat antidepresi

yang dianjurkan sebagai lini pertama pada pasien usia lanjut. Golongan ini dianggap aman

karena sangat sedikit dimetabolisme oleh isoenzim sitokrom p-450 sehingga mengurangi

risiko interaksi obat.

Page 39: Aul.makalah Depresi

38

Pre Hipertensi

- Anamnesis :

O Pasien kadang-kadang mengeluh nyeri kepala sejak ± 1 tahun yang lalu. Dirasakan

nyeri seperti berdenyut di kepala sebelah kanan. Nyeri pada tengkuk dan leher

disangkal. Keluhan mual disangkal.

Biasanya pasien dengan hipertensi mengeluh nyeri kepala. Riwayat hipertensi di

keluarga juga harus dijadikan pertimbangan dalam penegakan diagnosis hipertensi. Makanan

dengan lemak jenuh selain meningkatkan viskositas darah dapat juga mempermudah

pembentukan arterosklerosis yang dipengaruhi juga oleh aktifitas fisik yang rendah. Faktor

Page 40: Aul.makalah Depresi

39

usia juga berpengaruh terhadap hipertensi yang diderita oleh pasien. Faktor yang berperan

dalam kejadian hipertensi pada usian tua adalah sebagai berikut :

Penurunan kadar renin akibat menurunnya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini

menyebabkan suatu sirkulus vitiosus yaitu kejadia : hipertens-gromerulo-sklerosis-

hipertensi yang berlangsung terus menerus.

Peningkatan senssitivitas terhadap asupan natrium.

Penurunan elastisistas pada pembuluh darah perifer akibat proses menua yangakan

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

Perubahan ateromatus akibat proses menua meneybabkan disfungsi endotel yang

berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan susbstansikimiawi lain yang

kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses

sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang mengakibatkan kenaikan

tekanan darah.

- Pemeriksaan fisik :

- Penatalaksanaan

Page 41: Aul.makalah Depresi

40

Gangguan Kognitif Ringan

Gangguan kognitif ringan merupakan suatu bentuk transisi antara keadaan normal dan

demensia alzheimer. Memiliki kriteria sebagai berikut: keluhan gangguan memori, adanya

gangguan memori pada pemeriksaan objektif, fungsi kognitif secara umum baik, ADL intak,

tidak mengalamo demensia.

Akhir-akhir ini kriteria MCI yang sering digunakan adalah a.penderita bisa normal

atau demensia, b.terdapat bukti memburuknya fungsi kognitif, c.ADL masih dipertahankan

dan fungsi instrumental komplek masih intak atau terganggu minimal.

Pencegahan Demensia

O Secara teratur periksa tekanan darah

O Mencegah cedera kepala

O Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelektual dan aktivitas sosial

O Mencegah paparan radiasi dan elektromagnet

O Upayakan makan sehat, kurangi lemak

O Upayakan asupan vitamin B.12 dan asam folat yang cukup

O Tidak merokok

O Aktivitas fisik cukup dan tidur yang cukup

KESIMPULAN

Ny.I 70 tahun dengan multipatologi dan sudah masuk ke dalam kategori geriatri. Pasien

mengalami masalah psikososial dan masalah fisik. Diagnosis pasien ini adalah :

O Depresi berat tanpa gejala psikotik

O Hipertensi stage I (klasifikasi JNC VII)

O Gangguan kognitif ringan

Tatalaksana yang dilakukan tidak hanya dari segi farmakologi, namun dari segi non

farmakologi (nutrisi, edukasi). Sehingga diperlukan sebuah tim yang meliputi spesialis

penyakit dalam, spesialis saraf, perawat geriatric (bisa digantikan oleh keluarga), psikologi

untuk supportif dari segi psikologi.

Page 42: Aul.makalah Depresi

41

DAFTAR PUSTAKA

O Darmojo, Boedhi. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-4. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI;2009

O Gelder, MG, et.al.New Oxford Textbook of Psychiatry. Oxford University

Press;2000.

O Goldman, HH, et.al. Review of General Psychiatry. 5th

edition. New York : The

McGraw Hill;2000.

O Henry CJK. (2005). Basal Metabolic Rate Studies in Humans: Measurements and

Developmnet of New Equations. Public Health Nutrition.

O Lim,CH.et.al. Clinical Practice Guidelines Management of Major Depressive

Disorder. Malaysian Family Physician 2011; Volume 6, Number 1.

O Maslim, Rusdi. D, SpKJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. CetakanPertama. PT

Nuh Jaya. Jakarta. 2001

O Sudoyo, Aru W. et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Interna

Publishing;2009

Page 43: Aul.makalah Depresi

42

LAMPIRAN FOTO PASIEN NY.I