hubungan antara obesitas sentral … · pasien dengan diagnosis hernia nucleus pulposus pada...

79
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SENTRAL DENGAN DERAJAT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI KLINIK FISIOTERAPI KOTA MAKASSAR SKRIPSI OLEH DIAN FATMASARI C131 12 008 PROGRAM STUDI S1 PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Upload: lehuong

Post on 22-May-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SENTRAL DENGANDERAJAT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

DI KLINIK FISIOTERAPIKOTA MAKASSAR

SKRIPSI

OLEH

DIAN FATMASARI

C131 12 008

PROGRAM STUDI S1 PROFESI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SENTRAL DENGANDERAJAT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

DI KLINIK FISIOTERAPIKOTA MAKASSAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Disusun dan diajukan oleh

DIAN FATMASARI

Kepada

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dian Fatmasari

NIM : C13112008

Program Studi : Fisioterapi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, April 2016

Yang menyatakan

Dian Fatmasari

v

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih

dan Maha Penyayang atas segala limpahan rahmat dan karunia, serta ridho-Nya,

yang menuntun penulis menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan

Antara Obesitas Sentral Dengan Derajat Hernia Nucleus Pulposus Di Klinik

Fisioterapi Kota Makassar”. Shalawat dan Salam tercurah kepada Rasulullah

Muhammad SAW, sebagai panutan umat manusia dari segala sisi kehidupan, sang

pemimpin sejati yang telah membawa umatnya dari umat yang biadab menjadi

umat yang beradab.

Selama penulisan usulan penelitian hingga penulisan skripsi ini, penulis

banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, arahan-

arahan, petunjuk-petunjuk maupun dalam bentuk lain. Penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yusfina,

S.Ft.,Physio, M.Kes selaku pembimbing I yang begitu sabar dan tulus

memberikan bimbingan, masukan, dan ilmu pengetahuan yang begitu banyak

kepada penulis, semoga Allah SWT membukakan pintu-pintu rahmat dan karunia-

Nya untuk Ibu dan keluarga. Serta Mahmuddin, S.Ft, Physio selaku pembimbing

II, atas segala bimbingannya, semoga Allah SWT melimpahkan segala kebaikan

kepada Bapak dan keluarga. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

vi

1. Teristimewa untuk orangtua paling hebat di dunia, Bapak Syarifuddin,

S.Sos dan Ibu Hj. Patimah B. Dua sosok yang sangat menginspirasi

dan memotivasi anak-anaknya dalam menjalani hidup yang kemarin,

hari ini, esok, dan untuk selamanya. Sungguh tidak terbilang kebaikan

dan dukungan yang diberikan, baik dukungan moril maupun materil

serta atas doanya yang tulus buat anaknya. Karya yang sangat

sederhana ini tidak akan pernah cukup untuk membanggakan dan

membalas semua jasa yang telah di berikan.

2. Bapak Dr. H. Djohan Aras, S. Ft, Physio, M.Pd, M.Kes selaku Ketua

Jurusan Program Studi S1 Profesi Fisioterapi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin serta telah orangtua kedua di kampus yang

tulus serta sabar memberikan bimbingan dan bantuan dalam proses

perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin, yang tidak sempat penulis tuliskan namanya

satu persatu yang telah mendidik, membekali penulis dengan ilmu

pengetahuan dan pemahaman yang tak ternilai selama di bangku

kuliah.

4. Bapak Dr. H. Djohan Aras, S. Ft, Physio, M.Pd, M.Kes selaku penguji

I dan Bapak Adi Ahmad Gondo, S.Ft, Physio, M.Kes. selaku penguji II

yang telah memberikan masukan, kritikan dan saran yang membangun

dalam perbaikan skripsi ini.

vii

5. Bapak Achmad Fatillah selaku staf administrasi Jurusan Program Studi

S1 Profesi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

atas bantuannya dalam persuratan selama penelitian.

6. Bapak Amiruddin, SKM, S.Ft, Physio selaku pimpinan Klinik Indo

Physio, Bapak Dr. H. Djohan Aras, S. Ft, Physio, M.Pd, M.Kes selaku

pimpinan Klinik Physio Sakti dan Bapak Herdin Rusli, S.Ft, Physio,

M.Kes selaku pimpinan Klinik Asy-Syifa atas kesempatan dan bantuan

yang diberikan kepada penulis saat melakukan penelitian di klinik ini.

7. Kakak Intan Fatmasari serta kedua adikku Putri Fatmasari dan Ananda

Poetra Syarif yang juga selalu memberikan doa dan semangat dalam

segala hal. Juga nenekku tercinta Sitti Salnah yang selalu tulus

mendoakan kesuksesan cucu-cucunya.

8. Abang Muhammad Siddiq Basid yang selalu mendoakan,

menyemangati, dan dengan tulus dalam kesabarannya menanti.

Semoga segala yang kita berdua harapkan dan upayakan diberkahi

Allah SWT. Aamiin.

9. Saudara-saudara terhebatku Buntu T-GER Alumni ketiga SMA Negeri

Khusus Jeneponto (Ulil, Visca, Dpoe, Jie Jie, Bandang, Cwah, Icha,

Sayyede, Ridho, Pu’ding, Musafir, Biebeh, Cwagoeloe, Basoka, Dika,

Ryan, Donding, Yayu, dan Zul) yang selalu menjadi penyemangat

terkeren yang pernah ada. Semoga kedepannya kita menjadi orang-

orang yang bermanfaat.

10. Saudari-saudariku tercinta di Lingkaran Cinta atas segala suka dan

duka kebersamaan dalam mencari ridho Allah SWT.

viii

11. Rekan-rekan Forum Lingkar Pena yang telah memberikan semangat

dan kebahagiaan selama ini.

12. Teman-teman seperjuangan di Ikatan Mahasiswa Fisioterapi Indonesia

yang begitu banyak memberikan pelajaran berharga. Semoga ke

depannya Fisioterapi semakin berjaya di Indonesia.

13. Teman-teman dan kakak-kakak di PIK Mahasiswa Health Education

Of Reproductived Teenagers atas segala kebersamaan, pengalaman

berharga dan pelajaran tak ternilai.

14. Crew Radio Suara Medika 90.1 FM telah berbagi pengalaman baru di

dunia penyiaran selama penulis kuliah.

15. Rekan-Rekan posko KKN PK angkatan 50 Desa Arungkeke

Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto atas kerja samanya

selama kurang lebih dua bulan dalam menyelesaikan program kerja

untuk masyarakat.

16. Keluarga Mahasiswa HIMAFISIO FK-UNHAS atas pengalaman

organisasi yang diberikan dalam proses menjalani status sebagai

mahasiswa.

17. Staf Klinik Physio Sakti (Kak Tati, Kak Yahya, Kak Anto, dan Ririn)

atas segala bantuan serta tawa yang diberikan selama proses penelitian.

18. Penghuni Pondok Benhart II (Kak Arga, Kak Upik, Mia dan adik Rey)

yang telah memberikan warna selama ini.

19. Para responden yang dengan sukarela dan tulus membantu penulis

selama meneliti. Tanpa kalian penulis tidak akan bisa menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

ix

20. Sahabat-sahabat di Jember ada Dito dan Puji untuk doa dan

semangatnya. Semoga tetap menjadi sahabat dunia dan insya Allah di

akhirat.

21. Kakak Hudriani Jamal untuk semangat, bimbingan, dan sarannya

selama penyusunan skripsi ini.

22. Teman-teman mahasiswa Ca12tilage Fisioterapi FK-Unhas 2012.

Semangat dan sukses buat kita semua.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang tidak sempat

terukirkan namanya dalam skripsi ini, semoga Allah memberikan pahala yang

berlipat ganda. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan

maaf yang sedalam-dalamnya, jika dalam penulisan ini terdapat kekhilafan dan

jika keingintahuan pembaca tidak sepenuhnya terjawab sebab penulis juga sebagai

manusia tidak akan luput dari kesalahan. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, April 2015

P e n u l i s

ABSTRAK

DIAN FATMASARI Hubungan antara Obesitas Sentral dengan Derajat HerniaNucleus Pulposus di Klinik Fisioterapi Kota Makassar. Dibimbing oleh Yusfinadan Mahmuddin Yunus.

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan lunakdiantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus)mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleuspulposus pecah dan luruh menyebabkan penonjolan melalui anulus fibrosus kedalam kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraf. Pada kajianepidemiologis penyakit kronis yang dihubungkan dengan obesitas sentral, menjadifaktor risiko menyebabkan tekanan tinggi pada diskus punggung bawah. Menurutdata Riset Kesehatan Dasar (2013), sebanyak 18 provinsi memiliki prevalensiobesitas sentral di atas angka nasional termasuk salah satunya Sulawesi Selatan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentraldengan derajat hernia nucleus pulposus di Klinik Fisioterapi Kota Makassar.

Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitic pendekatan cross sectional.Banyaknya sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 orang yang semuanya adalahpasien dengan diagnosis Hernia Nucleus Pulposus pada lumbal. Pengumpulandata dilakukan dengan cara pengambilan data primer dan data sekunder berupapengukuran lingkar perut, wawancara, dan kemudian dilakukan pengolahan datamenggunakan program SPSS 16 selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dannarasi.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Spearman diperolehbahwa ada hubungan antara obesitas sentral dengan derajat Hernia NucleusPulposus di Klinik Fisioterapi Kota Makassar. Dari hasil uji spearman didapatkannilai p = 0.015 (p < 0.05) pada pria dan nilai p = 0.036 (p < 0.05) pada wanita.Sebagian besar sampel adalah pria dengan presentase 55,3%. Berdasarkan usiapaling banyak ditemukan pada kategori usia pertengahan (45-59 tahun) sebesar42,1%.

Kata Kunci : Hernia Nucleus Pulposus. Obesitas Sentral

ABSTRACT

Dian Fatmasari. The Correlation between Central Obesity and Hernia NucleusPulposus Degrees at Physiotherapy Clinic in Makassar (Supervised by Yusfinaand Mahmuddin Yunus).

HNP is a disease where the soft gel disc was under pressured in one partof the posterior or lateral then the burst and disintegrate of nucleus pulposuscaused protrusion through the annulus fibrosus into the spinal canal and effectedthe suppression of nerve roots. The epidemiological study of chronic diseases thatassociated with central obesity, being a risk factor that causing high stress on thelower back disc. According to data from Basic Medical Research (RisetKesehatan Dasar) in 2013 , there was 18 provinces have central obesityprevalence above the national grade, one of them is South Sulawesi. This researchaimed to identify the correlation between the central obesity with HNP degrees atphysiotherapy in Makassar

This research was a observasi analitic with cross-sectional approach. Thetotal sampel of this research was 38 patients who were diagnosed lumbar HNP.Data collection was done by collecting primary and secondary data includeabdominal circumference measurement, interview, and analyzed data by SPPS 16program to be presented in tabular and narrative.

Based on the statistic analysis by using Spearman test, the test shows thatthere is a correlation between central obesity and HNP degrees at physiotherapyclinic in makassar. The spearman test result, in men group p = 0.015 (p < 0.05)and in women group p = 0.036 (p < 0.05). Most sampels were men (55,3%).Based on ages category, most sampels (42,1%) in intermediate category (45-59years old).

Keywords: Hernia Nucleus Pulposus, Central Obesity

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... x

ABSTRACT..................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ........................................ xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. RumusanMasalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hernia Nucleus Pulposus ................................ 8

B. Tinjauan Umum Obesitas Sentral ............................................... 17

C. Hubungan Obesitas Sentral dan Hernia Nucleus Pulposus ........ 25

xiii

D. Kerangka Teori............................................................................ 29

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep ........................................................................ 30

B. Hipotesis ...................................................................................... 30

BAB IV. METODE PENELITIAN

A. RancanganPenelitian ................................................................... 31

B. TempatdanWaktuPenelitian ........................................................ 31

C. PopulasidanSampelPenelitian...................................................... 31

D. Alur Penelitian............................................................................. 33

E. Variabel Penelitian ...................................................................... 34

F. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 35

G. Masalah Etika .............................................................................. 37

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian............................................................................ 38

B. Pembahasan ................................................................................. 41

C. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 47

BAB VI. PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 48

B. Saran ............................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. KOLUMNA VERTEBRALIS ............................................................... 9

2. LUMBAR VERTEBRA ....................................................................... 11

3. HERNIATED LUMBAR DISC ............................................................ 13

4. KERANGKA TEORI ........................................................................... 29

5. KERANGKA KONSEP ......................................................................... 30

6. ALUR PENELITIAN ............................................................................. 33

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. KLASIFIKASI BERAT BADAN DAN OBESITAS ............................ 20

2. DISTRIBUSI SAMPEL ........................................................................ 39

3. HASIL UJI SPEARMAN ....................................................................... 40

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. INFORMED CONSENT.......................................................................... 54

2. SURAT KETERANGAN PENELITIAN............................................... 55

3. HASIL UJI DATA SPSS ........................................................................ 58

4. DOKUMENTASI PENELITIAN ........................................................... 61

5. RIWAYAT HIDUP................................................................................. 62

xvii

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan

et al

dkk

HNP

Kg

LP

m2

NIH

WHO

et alii, dan kawan-kawan

dan kawan-kawan

Hernia Nucleus Pulposus

Kilogram

Lingkar pinggang

Meter kuadrat

National Institutes of Health

World Health Organization

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai abnormal atau berlebihan

akumulasi lemak yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2006). Obesitas

mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia bahkan sudah menjadi epidemi

global terutama di daerah perkotaan. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

obesitas dibagi menjadi tiga, yaitu: Obesitas I, Obesitas II dan Obesitas III.

Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua, yaitu: obesitas sentral

dan obesitas umum (Hasanah, 2013).

Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak

perut atau lemak pusat. Untuk penduduk barat, seseorang dikatakan obesitas

apabila IMTnya ≥ 30 kg/m² atau lingkar perut ≥ 102 cm pada pria dan ≥ 88 cm

pada wanita, sedangkan untuk penduduk Asia, IMTnya > 25 kg/m² atau lingkar

perut ≥ 90 cm pada pria dan ≥ 80 cm pada wanita (Hasanah, 2013)

Pada tahun 2014, WHO melaporkan lebih dari 1,9 milyar orang dewasa,

18 tahun dan lebih tua, mereka kelebihan berat badan. Ini lebih dari 600 juta yang

gemuk. Secara keseluruhan, sekitar 13% dari populasi orang dewasa di dunia

(11% dari laki-laki dan 15% perempuan) yang obesitas. Di tahun yang sama, 39%

dari orang dewasa berusia 18 tahun keatas (38% dari laki-laki dan 40% wanita)

mereka kelebihan berat badan. Prevalensi di seluruh dunia obesitas lebih dari dua

kali lipat antara tahun 1980-2014 (WHO, 2014)

2

Hasil data Riskesdas (2013), prevalensi obesitas penduduk laki-laki

dewasa (>18 tahun) di masing-masing provinsi tahun 2007, 2010 dan 2013.

Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7

persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun

2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1

persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%).

Secara nasional, prevalensi obesitas sentral pada 2013 adalah 26.6 %,

lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Prevalensi obesitas sentral

terendah di Nusa Tenggara Timur (15,2 %) dan tertinggi di DKI Jakarta (39,7 %).

Sebanyak 18 provinsi memiliki prevalensi obesitas sentral di atas angka nasional,

yaitu Jawa Timur, Bali, Riau, DI Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku

Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Papua

Barat, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Papua, Gorontalo, Sulawesi Utara,

dan DKI Jakarta (Riskesdas, 2013).

Penelitian yang dilakukan dengan karakteristik subjek berdasarkan tingkat

obesitas sentral jumlah subjek dengan tingkat obesitas sentral di kecamatan Tallo

Kota Makassar tahun 2010 pada 36 responden terbanyak yaitu 16 orang (44,4%)

(Mustamin, 2010).

Peningkatan prevalensi obesitas sentral ini, akan berdampak pada

munculnya berbagai penyakit degeneratif yang memberi efek buruk pada

kesehatan. Obesitas sentral meningkatkan berat pada tulang belakang dan tekanan

pada diskus, struktur tulang belakang serta herniasi pada diskus lumbalis yang

rawan terjadi. Ketika seseorang mengalami obesitas sentral biasanya kelebihan

berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti menambah kerja

3

tulang lumbal. Hal tersebut dapat dijelaskan pada orang obesitas sentral dimana

dengan berat badan yang berlebih tersebut seseorang lebih berisiko untuk

mengalami trauma (Hasanah, 2013).

Pada kajian epidemiologis didapati terjadinya peningkatan angka kejadian

beberapa penyakit kronis yang dihubungkan dengan obesitas. Salah satunya yaitu

nyeri pinggang bawah. Pada orang yang obesitas sentral tinggi faktor resiko untuk

terjadinya nyeri punggung bawah yang kronik (Hasanah, 2013).

HNP adalah salah satu penyebab nyeri punggung bawah. Hernia nukleus

pulposus (HNP) adalah penyakit tulang belakang fungsional yang khas yang

terjadi ketika nukleus pulposus terpapar oleh robeknya annulus. Hal ini terjadi

karena degeneratif, efek genetik, obesitas atau kelebihan berat badan, kurang

olahraga, postur tubuh yang buruk, dan kerja berlebihan (Lim et al, 2014).

Kelebihan berat badan meningkatkan berat pada tulang belakang dan tekanan

pada diskus, struktur tulang belakang, serta herniasi pada diskus lumbalis yang

rawan terjadi (Purnawati dkk, 2014).

Sekitar 40% nyeri punggung bawah disebabkan oleh HNP. Penderita

sering mengeluh sakit punggung menjalar ke tungkai bawah terutama saat

aktivitas membungkuk. Timbulnya rasa nyeri diakibatkan penekanan pada

susunan saraf tepi yang terjepit pada area tersebut. Secara umum kondisi ini

seringkali terkait dengan trauma mekanik akut, namun dapat juga sebagai

akumulasi dari beberapa trauma dalam kurun waktu tertentu (Liyadi, 2012)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan jumlah penderita HNP

sebanyak 162 kasus dengan rentang usia antara 20 – 79 tahun. Kejadian terbanyak

ditemukan pada kelompok usia 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 54 kasus (33,33 %).

4

HNP lebih banyak terjadi pada pria, yaitu 84 kasus (51,85 %) sedangkan pada

wanita sebanyak 78 kasus (48,15 %) dengan perbandingan mendekati 1:1. Lokasi

kelainan terbanyak terdapat di L4-L5 yaitu 107 kasus (55,15%).

Berat badan merupakan salah satu faktor ekspresi dari gaya hidup.

Semakin tidak teratur gaya hidup dan pola makan, semakin tinggi resiko terkena

obesitas khususnya obesitas sentral. Hal ini membawa konsekuensi akan

meningkatnya resiko terkena penyakit-penyakit lain salah satunya adalah nyeri

pinggang bawah.

Penelitian tentang hubungan obesitas sentral dengan nyeri punggung

bawah sudah banyak dilakukan, namun penelitian obesitas sentral dengan HNP

masih sangat jarang. Berdasarkan hasil observasi di salah satu klinik Fisioterapi di

Kota Makassar, terdapat pasien dengan kelebihan berat badan menderita nyeri

punggung bawah karena Hernia Nucleus Pulposus.

Prevalensi pasien Hernia Nucleus Pulposus di klinik Fisioterapi se-Kota

Makassar pun belum ada data pasti karea belum ada penelitian sebelumnya

tentang hal tersebut. Berdasarkan hasil temuan atau uraian di atas, memberikan

dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan obesitas

sentral dengan derajat Hernia Nucleus Pulposus di klinik Fisioterapi Kota

Makassar.

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas mengenai Obesitas Sentral dengan

Hernia Nucleus Pulposus sehingga menjadi landasan bagi peneliti untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Obesitas Sentral dengan Derajat Hernia

Nucleus Pulposus di klinik Fisioterapi Kota Makassar ”. Oleh karena itu, dapat

dikemukakan pertanyaan penelitian :

1. Bagaimana distibusi kejadian obesitas sentral di klinik Fisioterapi Kota

Makassar?

2. Bagaimana distibusi kejadian Hernia Nucleus Pulposus berdasarkan

jenis kelamin di klinik Fisioterapi Kota Makassar?

3. Bagaimana distibusi kejadian Hernia Nucleus Pulposus berdasarkan

usia di klinik Fisioterapi Kota Makassar?

4. Bagaimana distibusi derajat Hernia Nucleus Pulposus di klinik

Fisioterapi Kota Makassar?

5. Adakah hubungan antara obesitas sentral dengan derajat Hernia

Nucleus Pulposus di klinik Fisioterapi Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara obesitas sentral dengan derajat Hernia Nucleus

Pulposus di klinik Fisioterapi se-Kota Makassar.

6

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui distibusi kejadian obesitas sentral di klinik Fisioterapi

Kota Makassar.

b. Mengetahui distibusi kejadian Hernia Nucleus Pulposus

berdasarkan jenis kelamin di klinik Fisioterapi Kota Makassar

c. Mengetahui distibusi kejadian Hernia Nucleus Pulposus

berdasarkan usia di klinik Fisioterapi Kota Makassar

d. Mengetahui distibusi derajat Hernia Nucleus Pulposus di klinik

Fisioterapi Kota Makassar

e. Mengetahui adanya hubungan antara obesitas sentral dengan

derajat Hernia Nucleus Pulposus di klinik Fisioterapi Kota

Makassar

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Bagi pendidikan

Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan sekaligus

referensi bacaan terkait tentang obesitas sentral dengan Hernia

Nucleus Pulposus.

2. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti mengenai hubungan antara obesitas sentral

dengan Hernia Nucleus Pulposus.

7

3. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

masyarakat, mengenai faktor yang menyebabkan Hernia Nucleus

Pulposus.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Hernia Nucleus Pulposus

1. Anatomi Tulang Belakang

a. Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah dan

diantara ruas-ruas dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut

cakram sehingga tulang belakang dapat tegak dan membungkuk. Dan

disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut kenyal

yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang (Kemuningtyas,

2009). Variasi kedaerahan pada karakteristik vertebra (Ernest, 2009) :

1) Vertebra servikal (7)

a) Atlas adalah vertebra pertama yang tidak memiliki korpus dan

prosesus spinosus

b) Aksis adalah vertebra kedua yang serupa dengan vertebra

servikal lainnya, kecuali aksis memiliki proyeksi ke arah

superior.

2) Vertebra servikal yang khas adalah relatif kecil, tetapi ke arah

daerah toraks ukurannya meningkat

3) Vetebra torakal (12) lebih besar daripada vertebra-vertebra servikal

dan ke arah daerah lumbal semakin besar ukurannya. Prosesus

spinosus daerah torakal sangat panjang dan tersusun ke arah

kaudal.

9

4) Vertebra lumbal (5) sangat besar dan berat, secara progresif

membesar ke arah sakrum. Prosesus spinosusnya pendek gemuk

dan berproyeksi ke arah posterior. Struktur tersebut memungkinkan

ekstensi yang luas, serta sebagai akses sebatang jarum memasuki

kanalis intervertebralis.

5) Vertebra sakral (5) menyatu membentuk sakrum dan prosesus

spinosus yang menyatu membentuk krista sakral media.

6) Vertebra koksigis. Vertebra koksigis pertama mempunyai pedikel

rudimenter yang membentuk kornu koksiks. Vertebra koksigis ke

dua hingga ke empat mewakili korpus vertebra yang rudimenter.

Sumber : Atlas of human anatomy of Neetter (5th ed) (2010)

Gambar 2.1 : Kolumna Vertebralis

10

Diskus intervertebralis merupakan struktur hidrodinamik elastik,

penghubung utama antara dua vertebrae yang berurutan. Membentuk sepertiga

bagian (33%) dari seluruh panjang vertebrae lumbal (20% pada vertebrae thoraks

dan cervical) dan terbentuk dari tiga komponen. Berfungsi sebagai sendi universal,

sehingga dapat menyebabkan pergerakan yang lebih besar antara corpus vertebrae

daripada jika tulang vertebrae dihubungkan langsung satu dengan yang lainnya

(Vitriana, 2001)

Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian : annulus fibrosus,

nuckelus fibrosus, dan lempeng kartilago. Annulus fibrosus merupakan cincin yang

liat dan tersusun atas 10-12 lapisan jaringan ikat yang konsentrik dan

fibrokartilago. Di bagian anterior diperkuat oleh ligamentum longitudinalis

anterior dan posterior oleh ligamantum longitudinalis posterior. Nucleus pulposus

terletak di dalamnya pada posisi yang sedikit eksentrik pada arah posterior. Ia

merupakan sisa notochord yang tersususn oleh suatu bentuk kartilago yang lebih

lunak.

Struktur yang melingkari kanalis spinalis posterior dibentuk oleh dua

pedikel, dua lamina, dan prosesus spinosus. Arkus lamina antara tulang belakang

dihubungkan oleh suatu ligament kuning yang elastik yang dinamakan sebagai

ligamentum flavum. Bagian kaudal dari sumsum tulang belakang, kornus

medularis, terletak mulai dari level vertebra L1 ke bawah, danberakhir sebagai pita

tipis yang dinamakan filum terminale. Kanalis spinalis daerah lumbal yang

mengandung akar-akar saraf motorik dan sensorik lumbal maupun sakral yang

tampil seperti ekor kuda serta dinamakan kauda ekuina. Akar-akar saraf ini

terletak di dalam kantung durameter-arakhnoid yang berbentuk silindris dan berisi

likuor.

11

Sumber : Atlas of human anatomy of Neetter (5th ed) (2010)

Gambar 2.2 : Lumbar Vertebra

2. Hernia Nucleus Pulposus (HNP)

a. Pengertian Hernia Nucleus Pulposus Lumbal

Ada beberapa istilah untuk menyebutkan hernia nucleus pulposus

(HNP) yaitu herniated disc, prolapses dis, sequestred dis, prostudingdis,

bulging dis, ruptured disc, extrusded dis, soft disc, dan slipped disc yang

semuanya itu adalah suatu keadaan dimana anulus fibrosus beserta nukleus

pulposusnya menonjol ke dalam kanalis spinalis. Meskipun dapat terjadi di

12

mana saja pada kolumna vertebralis, HNP paling sering banyak terjadi pada

diskus intervertebralis L5-S1 (45%-50%) diikuti oleh (40$-45%) dan L3-

L4 (<10%). HNP pada L1-L2 jarang ditemukan (Mustamin, 2002)

Hernia atau diskus mengalami ruptur dapat terjadi ketika

intervertebralis terkompresi dan menonjol keluar (herniasi) atau ruptur,

sehingga menyebabkan nyeri pinggang (U.S of Health and Human Services

NIH, 2014)

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus

intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome

atau Lumbosacral radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri

pugggung bawah yang bersifat akut, kronik atau berulang. Hernia Nucleus

Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan lunak diantara

ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami

tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus

pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan melalui anulus

fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks

saraf (Leksana, 2013).

Herniasi diskus terjadi ketika anulus fibrosus mengalami ruptur,

memungkinkan nukleus pulposus keluar dari tempatnya. Ini disebut

Herniated Nucleus Pulposus (HNP) atau herniated disc. Herniasi diskusi

menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi. Herniasi diskus biasanya

menimbulkan nyeri radicular, yang sakit dalam distribusi akar saraf

dipengaruhi oleh herniasi dengan komponen yang kuat inflamasi dan

neuropatik (Peeters, 2011).

13

Mula-mula nucleus pulposus mengalami herniasi melalui cincin

konsentrik annulus fibrosus yang robek, dan menyebabkan cincin lain

dibagian luar yang masih intak menonjol setempat (fokal). Kedaan seperti

ini disebut prostrusio disc. Bila proses tersebut berlanjut, sebagian materi

nukleus kemudian akan menyusup keluar diskus (diskus ekstrusi) ke

anterior ligament longitudinalis posterior (herniasi discus subligament)

atau terus mask ke dalam kanalis spinalis (herniasi diskus fragmen bebas).

Prostusio atau ekstrusi diskus posterolateral akan menekan

(menjepit) akar saraf ipsilateral pada tempat keluarnya saraf dari kantong

dura. Jepitan saraf akan menampilkan gejala dan tanda radikuler sesuai

dengan distribusi persyarafannya. Herniasi diskus sentral yang signifikan

dapat melibatkan beberapa elemen kauda ekuina pada kedua sisi, sehingga

menampilkan radikulopatia bilateral atau bahkan gangguan sfingter seperti

retensio urine (Kesumaningtyas, 2009)

Sumber : http://www.mayfieldclinic.com

Gambar 2.3 : Herniated lumbar disc

14

b. Jenis Hernia Nucleus Pulposus

Menurut gradasinya, berniasi dari nukleus pulposus (Widhiana,

2002) bagi atas :

1. Protuded intervetebral disc, nukleus terlihat menonjol ke satu arah

tanpa kerusakan annulus fibrosus.

2. Prolapsed intervertebral disc, nukleus berpindah tetapi masih di

dalam lingkaran annulus fibrosus.

3. Extruded intervertebral disc, nukleus keluar dari annulus fibrosus

dan berada di bawah ligamentum longitudinal posterior.

4. Squestrated intervertebral disc, nukleus telah menembus

ligamentum longitudinal posterior.

c. Patofisiologi Hernia Nucleus Pulposus Lumbal

Menjelang usia 30 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan

pada anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat, serat-

serat fibroelastikterputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen.

Proses ini berlangsung terus menerus sehingga dalam anulus fibrosus

terbentuk rongga-rongga. Nukelus pulposus akan melakukan infiltrasi ke

dalam rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa

penyusutan kadar air. Jadi terjadi suatu keadaam dimana disatu pihak

volume materi nukleus pulposus berkurang dan pihak lain volume rongga

antar vertebra bertambah sehingga terjadi penurunan tekanan intradiskal.

Sebagai kelanjutan dari proses tersebut, maka terjadilah beberapa hal

(Mustamin, 2000), yaitu :

15

1) Penurunan tekanan intradiskal menyebabkan vertebra saling

mendekat mengakibatkan lepasnya ligamentum longitudinal

posterior dan anterior dari perlengketannya dan bagian yang

terlepas akan berlipat. Lipatan akan mengalami fibrosis dan disusul

kalsifikasi sehingga akan terbentuk osteofit.

2) Pendekatan 2 korpus vertebra akan mengakibatkan pendekatan

kapsul sendi artikulasio posterior sehingga timbul iritasi.

3) Materi nukleus pulposus yang mengisi rongga-rongga dalam anulus

fibrosus makin mendekati lapisan luar dan akhirnya lapisan paling

luar. Bila suatu ketika terjadi tekanan intradiskal yang tiba-tiba

meningkat, tekanan ini akan mampu mendorong nukleus pulposus

keluar. Hal ini merupakan awal terjadinya HNP lumbal.

d. Faktor Resiko Hernia Nucleus Pulposus

1) Usia adalah faktor yang paling umum selama dekage ketiga dan

keempat kehidupan (Peteers, 2011). Penelitian juga menyebutkan

HNP terjadi pada usia 30-50 tahun, saat nukleus pulposus masih

bersifat gelatinous. Kandungan air di dalam diskus akan berkurang

secara alamiah akibat bertambahnya usia (Atlas et al 2000 dalam

Kemuningtyas, 2009).

2) Rokok. Mengarah pada penurunan O2 ketegangan 2°

vasokontrinsik dengan penurunan unsur hara untu nukleus pulposus

(Peteers, 2011). Efek dari nikotin yang mengurangi aliran darah

pada vertebral dan merusak metabolisme diskus dan mambuat

16

diskus lebih sensitif pada stres fisik (Frymoyer 1983 dalam

Kemungtyas 2009).

3) Peningkatan kronik dalam strain pada diskus seperti batuk kronik,

duduk tanpa dukungan lumbal, mengangkat beban yang berat

(Peteers, 2011)

4) Postur tubuh yang dikombinasikan dengan kurangnya mekanika

tubuh yang menekan lumbalis tulang belakang dan mempengaruhi

distribusi berat badan (Peteers, 2011)

5) Obesitas. Kelebihan berat badan meningkatkan berat pada tulang

belakang dan tekanan pada diskus, struktur tulang belakang, serta

herniasi pada diskus lumbalis yang rawan terjadi (Purnawati et al,

2014). Purnamasari (2010) melaporkan terdapat 90 pasien rawat

inap yang menderita Low Back Pain (LBP) dan 16,5% diantaranya

termasuk dalam kategori obesitas di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

6) Cidera trauma seperti bermain olahraga, kecelakaan mobil atau

jatuh yang bisa melukai tendon, ligamen, atau otot yang

menghasilkan nyeri punggung bawah. Cidera trauma

memungkinkan tulang menjadi terkompresi yang bisa menyebabkan

diskus intervebtralis mengalami ruptur atau herniasi yang menekan

akar saraf di sumsum tulang belakang (U.S of Health and Human

Services NIH, 2014).

17

B. Tinjauan Umum Obesitas Sentral

Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai abnormal atau akumulasi

lemak berlebih yang menyebabkan risiko masalah kesehatan (WHO, 2016).

Menurut Obesitas merupakan gangguan metabolik komplek disebabkan oleh

banyak faktor termasuk genetik dan faktor lingkungan, dimana kejadian obesitas

merupakan kombinasi dari kedua faktor tersebut. Menurut Oetomo (2011), secara

patofiologi, obesitas merupakan proses penimbunan triasigliserol berlebih pada

jaringan adipose karena imbalance (ketidakseimbangan antara asupan energi

dengan penggunaannya) (Hasanah, 2013).

Ukuran populasi mentah obesitas adalah indeks massa tubuh (BMI), berat

badan seseorang (dalam Kg) dibagi dengan kuadrat nya tinggi badan (dalam

meter) (WHO, 2016). Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibedakan menjadi

dua jenis, yakni obesitas sentral dan obesitas umum. Panduan terbaru dari WHO

tahun 2000 mengkategorikan indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa

menjadi underweight (IMT <18.5), normal range (IMT 18.5-22.9) dan overweight

(IMT ≥23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese

1 (IMT 25.0-29.9) dan obese 2 (IMT ≥ 30.0) (Nurman, 2013).

Cara lain menilai obesitas ialah dengan mengukur lingkar perut (LP).

WHO menganjurkan LP sebaiknya diukur di pertengahan pada batas costa paling

bawah (tulang rusuk paling bawah) dan crista iliaka, dengan menggunakan

ukuran pita secara horizontal pada saat ekspirasi dengan kedua tungkai dilebarkan

20-30 cm. Subjek diminta untuk tidak menahan perutnya. Menurut klasifikasi

Asia Pasifik (2002), pria dengan LP ≥ 90 cm dan wanita ≥80 cm masuk kategori

obesitas (Hasanah, 2013).

18

Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan

pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah

sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh

lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami

obesitas (Henuhili, 2010 dalam Septiana 2014).

WHO (2000) dalam Nurlim 2013 membagi obesitas berdasarkan timbunan

lemak menajdi dua, yaitu :

1. Obesitas Android Tipe Sentral

Kelebihan lemak yang berpusat pada daerah perut (Intra abdominal

fat). Pada umumnya tipe ini dialami pria.

2. Obesitas tipe Ginekoid atau Tipe Perifer

Bila lemak tertimbun di setengah bagian bawah tubuh (pinggul dam

paha). Kegemukan tipe ini biasanya banyak dialami oleh wanita.

Beberapa penelitian menemukan bahwa peningkatan risiko kesehatan

lebih berhubungan dengan obesitas sentral dibandingkan dengan obesitas perifer.

1. Definisi Obesitas Sentral

WHO (2008), Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibedakan

menjadi dua jenis, yakni Abdominal obesity dan Obesitas umum. Obesitas

sentral atau Abdominal obesity merupakan kondisi kelebihan lemak yang

terpusat pada daerah perut (intraabdominal fat). Beberapa penelitian

sebelumnya menemukan bahwa peningkatan risiko kesehatan lebih

berhubungan dengan Abdominal obesity dibandingkan dengan obesitas

umum (Syukur, 2012).

19

Peningkatan prevalensi obesitas sentral ini, akan berdampak pada

munculnya berbagai penyakit degeneratif yang memberi efek buruk pada

kesehatan. Menurut Mustofa (2010), obesitas sentral dapat menimbulkan

berbagai penyakit seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, sleep apnea,

dislipidemia, maupun low back pain (nyeri punggung bawah) (Hasanah,

2013).

2. Pengukuran Obesitas Sentral

Pengukuran sederhana yang dapat digunakan untuk mendeteksi

obesitas sentral, yaitu: lingkar perut, rasio pinggang panggul (waist hip

ratio), WCR (waist chest ratio), dan WHtR (waist to-height-ratio).

Pengukuran lingkar perut merupakan suatu parameter yang menyediakan

perkiraan ukuran lemak tubuh yang mengumpul di perut. Pengukuran

lingkar perut menyediakan pengukuran distribusi lemak yang tidak dapat

digunakan pengukuran IMT (Kelley, 2007). IMT tidak dapat

membedakan antara berat yang berhubungan dengan otot dan lemak

(WHO 2000).

Cara menilai obesitas sentral ialah dengan mengukur lingkar perut

(LP). WHO menganjurkan lingkar perut sebaiknya diukur di pertengahan

pada batas costa paling bawah (tulang rusuk paling bawah) dan crista

iliaka, dengan menggunakan ukuran pita meteran secara horizontal. Pada

saat ekspirasi dengan kedua tungkai dilebarkan 20-30 cm. Subjek diminta

untuk tidak menahan perutnya. Menurut klasifikasi Asia Pasifik 2002 pria

dengan LP ≥ 90 cm dan wanita ≥ 80 cm masuk kategori obesitas sentral

(Hasanah, 2013).

20

3. Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT dan lingkar perut

Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan

lingkar perut menurut kriteria Asia Pasifik (2002) (Hasanah, 2013), dapat

dilihat pada tabel berikut :

Klasifikasi

IMT (kg/m²)

Risiko Ko-Morbiditas

Lingkar Perut

< 90 cm (Pria)

<80cm (Wanita)

≥ 90 cm (Pria)

≥80cm (Wanita)

Berat badan

kurang

< 18,5 rendah (risiko

meningkat pada

masalah klinis

lain)

Sedang

Kisaran Normal <18,5 – 22,9 Sedang Meningkat

Berat badan

lebih

≥ 23,0

Bersiko 23,0-24,9 Meningkat Moderat

Obese I 25,0-29,9 Moderat Berat

Obese II ≥ 30,0 Berat Sangat berat

Tabel 2.1 : Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan

IMT dan lingkar perut menurut kriteria Asia Pasifik

menurut WHO (2002)

21

4. Faktor Resiko Obesitas Sentral

a) Umur

Umur merupakan faktor prediksi dari terjadinya obesitas sentral.

Perubahan umur berkaitan dengan peningkatan dalam distribusi

jaringan lemak yang ditadai dengan meningkatnya ukuran lingkar

pinggang seseprang. Selain itu, perubahan umur juga diketahui

memiliki hubungan dengan terjadinya perubahan dalam komposisi

tubuh, dimana pada usia 20-30 tahun terjadi penurunan pada massa

bebas lemak dan peningkatan pada massa lemak (Tchernof dan

Depres 2013 dalam Rahmawati, 2015)

b) Jenis Kelamin

Pujiati (2010) dalam Rahmawati 2015, bahwa pada laki-laki

maupun perempuan memiliki distribusi lemak yang berbeda-beda.

Proporsi lemak pada laki-laki banyak terdapat pada bagian atas

tubuh, seperti bagian abdominal atau perut, sedangkan proporsi

lemak pada wanita lebih banyak pada bagian bawah tubuh, seperti

pada pinggang dan panggung.

Pada laki-laki, total lemak viseral pada umumnya meningkat

dengan total lemak tubuh, sedangkan pada wanita, lemak viseral

ini kurang dipengaruhi oleh jumlah total lemak tubuhnya (Tchernof

dan Depres 2013 dalam Rahmawati, 2015).

22

c) Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu

penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di

tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif

memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung

mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas

fisik yang seimbang akan mengalami obesitas (Rahmatullah,2000

dalam Nurman 2012).

d) Asupan Gizi

1) Asupan Energi

Sumber makanan yang mengandung tinggi energi adalah

makanan yang mengandung lemak, seperti minyak, kacang-

kacangan dan biji-bijian. Selain itu, bahan makanan sumber

karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula murni

juga merupakan bahan makanan sumber energi (Almatsier

2010 dalam Rahmawati, 2015). Asupan energi yang tinggi

berhubungan dengan terjadinya obesitas sentral. Pada Bowen

dkk (2015) dalam Rahmawati 2015, diperoleh nilai p < 0,001

dimana ada hubungan antara asupan energi dengan obesitas

sentral.

2) Asupan Karbohidrat (KH) sederhana

Asupan karbohidrat yang memiliki risiko lebih tinggi terhadap

obesitas sentral adalah karbohidrat sederhana, yaitu gula

sukrosa, memiliki risiko 4,2 kali lebih tinggi terhadap obesitas

23

sentral apabila dikonsumsi >50g/hari (Burhan dkk, 2013 dalam

Rahmawati 2015).

3) Asupan protein

Penelitian yang dilakukan Naomi (2012) menunjukkan bahwa

ada hubungan antara asupan protein dengan obesitas sentral.

Asupan protein yang tinggi memiliki risiko 13,2 kali

mengalami obesitas sentral (Rahmawati, 2015).

4) Asupan lemak

Konsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak merupakan

faktor resiko obesitas sentral. Hasil penelitian Pujiati (2010)

menunjukkan adanya hubungan antara asupan lemak dengan

terjadinya obesitas sentral (Rahmawati, 2015).

e) Kondisi mental emosional

Seseorang yang mengalami stres dapat meningkatkan kadar

kortisol dan mengaktifkan saraf simpatik. Peningkatan kortisol ini

dapat mempengaruhi kerja otak. Seseorang yang mengalami stres

akan mengirinkan stimulus ke otak dan kemudian otak

mengirimkan sinyal ke tubuh untuk meningkatkan nafsu makan

(Purnamasari, 2013). Kombinasi antara peningkatan kortisol inilah

yang dapat mempengaruhi distribusi lemak dalam tubuh seseorang.

f) Status Ekonomi

Hubungan antara status ekonomi dengan obesitas sentral terletak

pada ketersediaan dalam membeli dan kemampuan dalam

memanfaatkan akses seperti, transportasi, kecanggihan

24

komunikasi, ketersediaan pangan, dan pendidikan. Seseorang

dengan status ekonomi tinggi memiliki kemudahan dalam akses

sehingga cenderung mendorong untuk kurang dalam melakukan

aktivitas (Sugianti dkk, 2009 dalam Rahmawati 2015).

g) Status perkawinan

Prevalensi obesitas tertinggi pada orang yang memiliki status cerai

dan terendah pada orang yang belum menikah (Erem et al. 2004

dalam Finna 2012). Hal ini karena kurangnya aktivitas fisik setelah

menikah dan perubahan pola makan yang menyesuaikan

pasangannya.

h) Merokok

Pujiati, 2010 dalam Rahmawati 2015, menyatakan bahwa

seseorang yang berhenti merokok akan mambuat sensasi makanan

bertambah sehingga menyebabkan berat badan meningkat. Selain

itu, perokok juga diketahui memiliki rangsangan lapar lebih rendah

dibandingkan yang tidak merokok.

i) Genetik

Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki

penyebab genetik. Akan tetapi anggota keluarga tidak hanya

berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan hidup yang dapat

mendorong terjadinya obesitas. Hasil penelitian menyebutkan

faktor genetik mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya

sendiri sebenarnya belum jelas, tetapi ada bukti yang mendukung

fakta tersebut. Dilaporkan bahwa anak-anak dari orang tua normal

25

mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan

bertambah menjadi 40-50% bila salah satu orang tua menderita

obesitas, dan akan meningkat menjadi 70-80% bila kedua orang tua

menderita obesitas (Helulili, 2010).

C. Hubungan Obesitas Sentral dengan Hernia Nucleus Pulposus

Tulang belakang memiliki fungsi mempertahankan posisi tegak pada

tubuh manusia, tetapi tidak hanya tulang yang berperan, otot juga memiliki

peranan untuk membantu tulang belakang dalam mempertahankan posisi dan

sebagai motor penggerak. Kaki hanya mampu menahan beban seberat 2 kg,

apabila pada orang dengan IMT tinggi, beban akan semakin bertambah dan

tulang belakang akan mulai tidak stabil ( Meliala, 2003 dalam Septiana 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Frilander dkk (2015), menunjukkan

bahwa kelebihan berat badan dan obesitas meningkatkan resiko LBP dan

lumbar radicular pain. Dimana untuk LBP, sangat berhubungan pada wanita

dibandingkan pada pria. Namun, pada lumbar radicular pain, tidak ditemukan

perbedaan gender.

Berat badan yang berlebih menyebabkan tonus otot abdomen lemah,

sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan

lordosis lumbalis akan bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada

otot paravertebra. Berat badan juga mempengaruhi tekanan kompresi pada

tulang belakang pada daerah lumbal ketika melakukan gerakan. Dari hal

tersebut, dimungkinkan terdapat hubungan bahwa orang yang mempunyai

26

kelebihan berat badan dapat berefek pada keleluasaan aktivitas gerak pada

lumbal (Purnamasari, 2010).

Saat ini obesitas merupakan kondisi pandemi. Obesitas diakui sebagai

masalah utama kesehatan masyarkat di negara-negara industri dan dikaitkan

dengan berbagai penyakit muskuloskeletal, termasuk gangguan tulang

belakang (Vismara et al, 2010). Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan

atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya

berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga

distribusi lemak diseluruh tubuh. Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko

yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit degenerative (WHO 2008

dalam Syukur 2012).

Obesitas Sentral adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan

lemak tubuh yang berlebih pada daerah perut, sehingga berat badan seseorang

jauh di atas normal dan kualitas lemak jadi banyak. Pada penderita dengan

obesitas sentral mungkin dengan perut yang besar dapat mengganggu

keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang.

Obesitas sentral meningkatkan berat pada tulang belakang dan tekanan

pada diskus, struktur tulang belakang serta herniasi pada diskus lumbalis yang

rawan terjadi. Ketika seseorang mengalami obesitas sentral biasanya kelebihan

berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti menambah kerja

tulang lumbal. Hal tersebut dapat dijelaskan pada orang obesitas sentral dimana

dengan berat badan yang berlebih tersebut seseorang lebih berisiko untuk

mengalami trauma (Hasanah, 2013).

27

Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk

menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan

mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah

satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas

adalah verterbra lumbal. Kelebihan berat badan menyebabkan tekanan tinggi

pada diskus punggung bawah (Purnamasari, 2010).

Sikap jelek seperti kepala menunduk, bahu melengkung ke depan, perut

menonjol ke depan, lordosis lumbal tampak berlebihan dan pantat menonjol ke

belakang (hiperlordosis) sehingga terjadi kelelahan otot dan memberikan

ketegangan pada ligament. Keadaan ini akan menimbulkan rasa nyeri, kadang-

kadang dapat mengiritasi saraf ischiadicus, dan apabila terjadi penyempitan

pada bantalan tulang belakang nyeri akan bertambah hebat sehingga keadaan

ini akan menimbulkan ketidakseimbangan kekuatan antara otot perut dan otot

punggung. Beban yang lebih pada lumbosacral untuk orang yang obesitas

sentral sehingga menyebabkan pembentukan kurva lumbal yang abnormal pada

area tersebut. Kurva yang abnormal ini, akan merusak pembungkus saraf pada

regio ini. Akibat rangsangan yang terus menerus dengan intensitas yang rendah

pada medula spinalis di regio ini, kornu dorsalis akan menjadi lebih sensitif.

Proses ini akan menghasilkan hiperalgesia sekunder pada neuron di sekitar lesi

pada regio lumbosakralis yang dikeluhkan pasien sebagai nyeri punggung

bawah (Hasanah, 2013)

Berdasarkan hasil penelitian oleh Danneels (2000), lemak infiltrasi

otot pasien dengan Hernia Nucleus Pulposus lebih besar daripada pasien

dengan non Hernia Nucleus Pulposus , karena rasa sakit dan peradangan

28

memulai mekanisme refleks-inhibisi, membatasi otot pergerakan fleksor dan

ekstensor (Lim, 2014)

Menurut penelitian oleh Lim et al (2014), dengan menggunakan Uji T-

berpasangan, ada perbedaan yang signifikan antara kelompok normal dan

kelompok HNP. Ketika membandingkan tarif infiltrasi di setiap tingkat

lumbalis tulang belakang, ditemukan nilai rata-rata lemak infiltrasi meningkat

di bagian bawah tulang belakang lumbal. Menurut Uji T-berpasangan, ada

perbedaan yang signifikan dalam tingkat lemak infiltrasi antara kelompok

normal dan kelompok HNP.

29

D. Kerangka Teori

Gambar 2.4. Kerangka Teori

Asupan Gizi :- Energi- Karbohidrat sederhana- Protein- Lemak

Aktivitas fisik

Usia

GenetikKondisi mental

emosional

Jenis kelaminStatus ekonomiMerokok

StatusperkawainanKetidakseimbangan

energi

Penimbunan lemaksubkutan dan viseral

Obesitas Sentral

Lordosis lumbalmeningkat

Beban ototparavertebra

meningkat

Derajat HNP

Diskus ruptur

Otot abdominallemah

30

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara obesitas sentral

dengan derajat Hernia Nucleus Pulposus di Klinik Fisioterapi Kota

Makassar.

Obesitas sentral(Variabel Independen)

Komposisilemak

Derajat HerniaNucleus Pulposus

(Variabel dependen)

Variabel Kontrol :

1. Trauma2. Postur tubuh

Variabel perancu :

1. Merokok2. Usia

31

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitic dengan

pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

antara obesitas setral dengan derajat Hernia Nucleus Pulposus di klinik

Fisioterapi Kota Makassar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di klinik Fisioterapi Kota Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Maret 2016

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian ini mencakup seluruh pasien yang

terdiagnosisHernia Nucleus Pulposusdi klinik Fisioterapi Kota Makassar

pada Maret2016.

32

2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus

analitis korelatif sebagai berikut :

= +0,5In + 3

= 1,65 + 0,8420,5In ,, + 3= 37,6

Keterangan :

n = Besar sampel

Zα = Deviat baku alfa = 1,65

Zβ = Deviat baku beta = 0,842

r = Korelasi = 0,4

Dari perhitungan di atas, besar sampel minimal dalam penelitian ini

adalah 38 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

teknik consecutive sampling.

33

3. Kriteria inklusi dan eksklusi

a. Kriteria Inklusi

1) Subjek penelitian adalah pasien yang terdiagnosis Hernia Nucleus

Pulposuspada lumbal di klinik Fisioterapi Kota Makassar pada

bulan Maret 2016

2) Berusia ≥ 20 tahun

3) Subjek penelitian bersedia mengikuti protappengukuran lingkar

pinggang.

b. Kriteria eksklusi

1) Pasien dengan riwayat trauma pada lumbal

2) Pasien dengan riwayat pasca operasi di daerah lumbal

3) Sedang hamil

D. Alur Penelitian

Bagan 4.1. Alur penelitian

Izin Penelitian

Pengukuran

Subjek Penelitian Wawancara

PencatatanPengolahandata

Analisis data Penyajian dataPenarikanKesimpulan

34

E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari :

a. Variabel independen adalah obesitas sentral

b. Varibel dependen adalah derajat Hernia Nucleus Pulposus

c. Variabel kontrol adalah riwayat trauma, postur tubuh, kehamilan

d. Variabel perancu adalah kebiasaan merokok dan usia

2. Definisi operasional variabel

a. Obesitas Sentral adalah peningkatan lemak tubuh yang hanya

terpusat dibagian perut yang diukur menggunakan lingkar

perut.Kriteria Objektif :

Ya : Bila responden diukur lingkar perutnya ≥ 90

cm untuk laki-laki dan≥ 80 cm pada

perempuan.

Tidak : Bila responden diukur lingkar perutnya < 90

cm untuk laki-laki dan < 80 cm pada

perempuan.

Lingkar perut adalah ukuran perut yang menunjukkan jumlah

penumpukanlemak yang berada pada bagian abdomen/perut.

Lingkar perut adalah ukuran perut yang menunjukkan jumlah

penumpukanlemak yang berada pada bagian abdomen/perut.

Alat Ukur : Pita antropometri (pita elastic/meteran cm).

35

Cara ukur :

1) Posisi sampel berdiri dengan melakukan ekspirasi dan inspirasi

normaldengan tungkai dilebarkan 20-30 cm.

2) Pengukuran dilakukan pada titik pertengahan antara costa 12

dan crista iliaca.

3) Letakkan pita antropometri (meteran) secara melingkar

horizontal dan tidak menekan kulit abdomen/perut.

b. Hernia Nucleus Pulposusadalahgangguan yang terjadi akibat

adanya penonjolan (hernia) bantalan (nucleus pulposus) di cakram

antar ruas tulang belakang (diskus) didaerah lumbalsehingga

penonjolan tersebut menekan saraf sebagai akibatnya menimbulkan

nyeri. Nyeri oleh karena HNP yang menjepit saraf dirasakan

menjalar ke bagian bawah dan jika lebih parah lagi akan terasa

nyerinya dari belakang paha menyebar ke bagian bawah hingga

betis pada satu sisi atau dua sisi. Diagnosis derajat HNP disertai

hasil MRI dan diagnosis Fisioterapis di Klinik.

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-

tahap berikut ini dengan bantuan program SPSS:

a. Editing

Tahapan ini, data yang telah terkumpul melalui pencacatan dan

pengukuranlingkar pinggang, dibaca kembali untuk melihat

dan mengoreksi kelengkapan dan kesempurnaan data.

36

b. Coding

Setelah tahap editing selesai, maka data-data yang berupa hasil

perhitunganlingkar pinggang sampel perlu diberi kode untuk

memudahkan dalam menganalisis data. Pemberian kode pada

data dilakukan dengan membagi sampel dalam beberapa

kategori seperti umur dan jenis kelamin.

c. Entry Data

Entry data dilakukan dengan memasukkan data-data yang

didapatkan dari pengukuran yang selanjutnya dimasukkan ke

dalam komputer dengan program SPSS.

d. Cleaning Data

Cleaning Data merupakan pengecekan kembali data yang

sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

Data yang sudah diolah akan dianalisis dengan menggunakan

analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat akan menghasilkan

distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel dan analisis bivariat

digunakan untuk menguji adanya hubungan obesitas sentral dengan derajat

HNP .

37

G. Masalah Etika

1. Informed concent

Informed concent merupakan surat kontrak antara peneliti dengan

responden dan menjadi bukti atas kesediaan seseorang menjadi responden.

2. Anonymous

Anonym berarti kesediaan peneliti untuk merahasiakan nama

responden, terkait dengan faktor-faktor tertentu.

3. Confidentiality

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti, segala hal yang tidak

terkait dengan penelitian dirahasiakan, sesuai kesepakatan antara responden

dengan peneliti.

38

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga klinik Fisioterapi di Kota Makassar

diantaranya klinik Physio Sakti, Klinik Indo Physio dan Klinik Fisioterapi

Asy-Syifa. Penelitian ini berlangsung sejak 7 Maret sampai 31 Maret 2016.

Banyaknya sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 orang yang semuanya

adalah pasien dengan diagnosis Hernia Nucleus Pulposus pada lumbal. Data

sekunder diperoleh dari bagian administrasi setiap klinik dan data primer

diperoleh melalui tanya jawab, wawancara, pengukuran tinggi badan, berat

badan dan lingkar pinggang. Selanjutnya data yang diperoleh diolah untuk

dianalisis dengan menggunakan aplikasi statistik SPSS 16.0. Berikut ini

distribusi data hasil dari penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks

massa tubuh, obesitas sentral, derajat HNP, dan hubungan antara obesitas

sentral dengan derajat HNP :

39

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks massatubuh, obesitas sentral dan HNP

Kategori n %Jenis kelamin

a. Pria 21 55,3 %b. Wanita 17 44,7 %

Total 38 100 %Usia

a. Dewasa muda (19-44 tahun) 12 31,6 %b. Usia pertengahan (45-59 tahun) 16 42,1 %c. Lanjut usia (60-74 tahun) 10 26,3 %

Total 38 100 %Obesitas sentral

a. Ya 34 89,5%b. Tidak 4 10,5%

Total 38 100%HNP

a. Derajat I 7 18,4 %b. Derajat II 31 81,6 %

Total 38 100%Sumber : Data PrimerKeterangan : n = Frekuensi, % = Persentase

Tabel 5.1 Menunjukkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin

didapatkan bahwa sebagian besar sampel adalah pria dengan presentase 55,3%

dan selebihnya adalah sampel perempuan sebesar 44,7%. Berdasarkan usia paling

banyak ditemukan pada kategori usia pertengahan (45-59 tahun) sebesar 42,1%,

kategori lanjut usia (60-74 tahun) sebesar 26,3%, dan kategori dewasa muda (19-

44 tahun) sebesar 31,6 %.

Distribusi sampel berdasarkan obesitas sentral diperoleh kategori obesitas

sentral sebesar 89,5% dan kategori tidak obesitas sentral sebanyak 10,5%. Dan

distribusi sampel berdasarkan derajat HNP didapatkan dari 38 sampel bahwa

sebagian besar berada pada derajat II sebesar 81,6% dan derajat I sebesar 18,4%.

40

Tabel 5.2 Hasil uji Spearman Obesitas sentral denganderajat HNP pada Pria

DerajatHNP

Obesitas Sentral Total (n) UjiSpearmanYa Tidak

I 3 - 3II 18 - 18 p = 0.015Total 21 0 21

Sumber : Data Primer

Data pada tabel 5.2 merupakan hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji spearman pada sampel Pria menunjukkan ada hubungan

antara obesitas sentral dengan derajat HNP, dengan p = 0.015 (p < 0.05).

Tabel 5.3 Hasil uji Spearman Obesitas sentral denganderajat HNP pada wanita

DerajatHNP

Obesitas Sentral Total (n) UjiSpearmanYa Tidak

I 2 2 4II 11 2 13 p = 0.036Total 13 3 17

Sumber : Data Primer

Data pada tabel 5.3 merupakan hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji spearman pada sampel Wanita menunjukkan ada

hubungan antara obesitas sentral dengan derajat HNP, dengan p = 0.036

(p < 0.05).

41

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara

obesitas sentral dengan derajat Hernia Necleus Pulposus di klinik Fisioterapi

kota Makassar. Serta mengetahui distribusi penderita Hernia Necleus

Pulposus berdasarkan usia, jenis kelamin, derajat HNP, dan jenis obesitas

sentral.

Pada penelitian ini dilakukan analisis data dengan uji Spearman yang

sejalan dengan jenis penelitian yang digunakan yaitu Crosssectional study.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Spearman

diperoleh bahwa ada hubungan antara obesitas sentral dengan derajat Hernia

Nucleus Pulposus di Klinik Fisioterapi Kota Makassar. Dari hasil uji

spearman didapatkan nilai p = 0.015 (p < 0.05) pada Pria dan nilai p = 0.036

(p < 0.05) pada wanita , didapatkan hubungan bermakna.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lim, et al

(2014) pada subjek sebesar 82 orang , terdiri dari pria dan perempuan yang

dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok normal dan pasien yang

menderita HNP. Menurut uji T-berpasangan ditemukan korelasi antara

obesitas dengan infiltrasi lemak di daerah lumbal begitupun dengan analisis

hubungan tingkat total infiltrasi untuk setiap kelompok., terdapat perbedaan

antara kelompok normal dan kelompok HNP.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Liyadi et al (2012)

pada sampel sebanyak 65 pasien HNP. Menunjukkan tidak ada hubungan

antara obesitas dan tidak obesitas dengan derajat penekanan radiks saraf

berdasarkan uji Chi Square (p=0,708).

42

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana

bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus

Pulposus) mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral

sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan

melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan

penekanan radiks saraf (Mansjoer,1997 dalam Leksana, 2013).

Obesitas Sentral adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan

lemak tubuh yang berlebih pada daerah perut, sehingga berat badan seseorang

jauh di atas normal dan kualitas lemak jadi banyak. Pada penderita dengan

obesitas sentral mungkin dengan perut yang besar dapat mengganggu

keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang.

Obesitas sentral meningkatkan berat pada tulang belakang dan tekanan

pada diskus, struktur tulang belakang serta herniasi pada diskus lumbalis yang

rawan terjadi. Ketika seseorang mengalami obesitas sentral biasanya

kelebihan berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti

menambah kerja tulang lumbal. Hal tersebut dapat dijelaskan pada orang

obesitas sentral dimana dengan berat badan yang berlebih tersebut seseorang

lebih berisiko untuk mengalami trauma (Hasanah, 2013).

Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk

menerima beban lebih sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan

dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang

belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbra

lumbal. Kelebihan berat badan menyebabkan tekanan tinggi pada diskus

punggung bawah (Purnamasari, 2010).

43

Berat badan berlebih merupakan faktor resiko terjadinya HNP. Hal ini

dimungkinkan karena meningkatnya beban aksial pada lumbal. Dalam sebuah

penelitian di Finlandia, Bostman melaporkan bahwa 27% pasien yang

menjalani operasi herniasi diskus mengalami obesitas, sedangkan prevalensi

penduduk yang mengalami kegemukan di Finlandia waktu itu hanya 16%.

Demikian pula hasil penelitian meta-analisis terbaru menemukan bahwa

pasien yang mengalami kelebihan berat badan dan pasien obesitas memiliki

resiko peningkatan statistik yang signifikan didiagnosis lumbalis

radiculopathy. Selain itu, obesitas telah dikaitkan dengan peningkatan risiko

herniations disc berulang setelah microdiscectomy. Dilaporkan pasien gemuk

12 kali lebih mungkin untuk mengalami herniasi berulang, dan 30 kali lebih

mungkin untuk menjalani operasi berulang dibandingkan pasien yang tidak

obesitas (Schroeder et al, 2016).

Penelitian epidemiologi hernia nucleus pulposus telah dilakukan, dan

banyak faktor risiko yang mungkin telah diidentifikasi. Pada penelitian ini

diperoleh bahwa dari total 38 sampel mayoritas berada pada kategori usia

pertengahan (45-59 tahun) sebesar 42,1%, kategori lanjut usia (60-74 tahun)

sebesar 26,3%, dan kategori dewasa muda (19-44 tahun) sebesar 31,6 %.

Penuaan menjadi faktor yang penting. Menjelang usia 30 tahun,

mulailah terjadi perubahan-perubahan pada anulus fibrosus dan nukleus

pulposus. Pada beberapa tempat, serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian

rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus menerus

sehingga dalam anulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus

akan melakukan infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut dan juga

44

mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi terbentuklah suatu

keadaan dimana disatu pihak volume materi nukleus pulposus berkurang dan

dipihak lain volume rongga vertebra bertambah sehingga terjadilah penurunan

tekanan intradiskal. (Widhiana, 2002).

Ketika volume nukleus pulposus yang terus mengisi rongga dalam

anulus fibrosus makin mendekati lapisan luar, sehingga bila suatu ketita

tekanan intradiskal ini mengalami peningkatan secara tiba-tiba akan mampu

mendorong nukleus pulposus keluar. Hal ini merupakan awal terjadinya HNP

lumbal.

Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan diskus untuk

menjalankan fungsinya juga menurun. Ketika Anda beranjak tua diskus Anda

mengalami kering. Dinding bagian diskus akan tidak berserat dan mengalami

kelemahan dan memungkinkan tidak lagi dapat berisi inti gel seperti di pusat.

Hal ini menyebabkan tonjolan atau pecah melalui robekan di dinding diskus,

menyebabkan rasa sakit ketika menekan saraf.

Kejadian nyeri pada tulang belakang meningkat seiring bertambahnya

usia sekitar 50-60 tahun. Penelitian lain menyebutkan HNP terjadi pada usia

30-50 tahun, saat nukleus pulposus masih bersifat gelitinous. Kandungan air di

dalam diskus akan berkurang secara alamiah akibat bertambahnya usia

(Kemuningtyas, 2009).

Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara

progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan

degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus

45

disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan

menjadi kurang elastis (Leksana, 2013).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Liyadi, dkk (2012)

bahwa pada penderita HNP sebanyak 65 pasien sebaran umur termuda adalah

25 tahun dan tertua 73 tahun dengan rerata umur 44,9 tahun. Penderita HNP

terbanyak berada pada kelompok umur 41-60 tahun, menunjukkan ada

hubungan signifikan antara umur dengan derajat penekanan radiks (p<0,001).

Derajat penekanan radiks pada penderita HNP semakin berat dengan semakin

tuanya umur. Penelitian yang dilakukan Pinzon (2012), diperoleh secara

konsekutif pada 40 orang pasien nyeri punggung bawah akibat hernia nukleus

pulposus usia berkisar antara 21-71 tahun, dengan rata-rata 50,4 ± 8,2 tahun.

Dalam penelitian ini distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin

didapatkan bahwa sebagian besar sampel adalah pria dengan presentase 55,3%

dan selebihnya adalah sampel perempuan sebesar 44,7%. Hasil ini sesuai

dengan Survey Finnish di Inggris. HNP paling sering terjadi pada laki-laki

dewasa dengan insiden puncak pada umur 40 dan 50 tahunan. Kejadian HNP

lumbalis pada penderita dengan nyeri punggung bawah pada sebuah survei

besar di Inggris oleh Finnish adalah 5% pada laki-laki dan 4% pada

perempuan. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus

intervertebralis L5-S1.(Faiz et al., 2002 dalam Pakadang 2014).

Kejadian HNP dua kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan pada

wanita (Bruce et al, 2015). Beberapa studi menunjukkan bahwa prevalensi

dari cidera tulang belakang lebih tinggi pada pria daripada wanita, dimana

cidera muskuloskletal pada ekstremitas atas lebih sering pada wanita. Hal ini

46

didasarkan pada jenis pekerjaan dan aktivitas fisik yang berbeda antara laki-

laki dan perempuan (Kemuningtyas, 2009).

HNP pada umumnya lebih banyak terjadi pada individu dengan

pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. Karena ligamentum

longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya,

maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral, dengan

kompresi radiks saraf (Pakadang, 2014).

Seidler et al dalam Schroeder (2016) pada penelitian case-control

menemukan hubungan antara pekerjaan dengan jumlah beban lumbal pada

kejadian HNP. Pendertita HNP secara signifikan terjadi pada pasien yang

mengalami stres berat karena pekerjaan, khususnya pekerjaan berulang

berdasarkan tenggat waktu.

Demikian pula, dalam penelitian case-control pada 4000 pasien di

Cina oleh Zhang et al, menemukan peningkatan signifikan secara statistik di

tingkat herniations disc lumbal pada pasien yang melaporkan mengalami

tekanan waktu besar dalam pekerjaan mereka (Schroeder, 2016).

Penyebab HNP sendiri bermacam-macam, dari riwayat cidera trauma,

gerakan yang salah sehingga tulang punggung mengalami penyempitan ke

bawah, ada juga karena sering membawa beban berat pada masa pertumbuhan,

kebiasaan sikap tubuh yang salah selama bertahun-tahun sehingga terjadi

penyempitan pada tulang vertebra dan terjadi penjepitan pada saraf

(Mardjono, 2000 dalam Pakadang 2014).

47

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang hendaknya diperbaiki

untuk penelitian selanjutnya :

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang hanya

menggambarkan variabel yang diteliti baik dependen dan independen

pada waktu yang sama terkadang ditemukan hubungan bias berupa

lemah melihat hubungan sebab akibat. Karena masih banyak faktor

penyebab lain yang mempengaruhi variabel independen yang tidak

dapat dikontrol oleh peneliti sehingga menjadi faktor perancu.

2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini masih kurang dalam

proses pengambilan data dan informasi yang lebih banyak tentang

riwayat kesehatan pasien.

3. Kurangnya informasi yang dapat dijangkau oleh peneliti kaitannya

dengan masalah yang menjadi objek penelitian dalam hal ini literatur-

literatur yang menyajikan informasi ilmiah dan hasil penelitian ilmiah

yang sama pada permasalahan yang sama.

48

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian mengenai Hubungan antara

Obesitas Sentral dengan Derajat Hernia Nucleus Pulposus di Klinik

Fisioterapi Kota Makassar 2016, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Distribusi kejadian obesitas sentral dari 38 sampel sebanyak

34 orang.

2. Distribusi kejadian HNP berdasarkan jenis kelamin diperoleh

kejadian pada laki-laki lebih banyak dibandingkan pada wanita.

3. Distribusi kejadian HNP berdasarkan usia terbanyak terdapat

pada kategori usia 45-59 tahun.

4. Distribusi derajat HNP terbanyak terdapat pada derajat II.

5. Ada hubungan antara obesitas sentral dengan derajat hernia

nucelus pulposus.

49

B. Saran

1. Disarankan kepada masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat untuk

menghindari penumpukan lemak berlebih yang dapat meningkatkan

risiko masalah pada lumbal.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan obesitas sentral

dan obesitas perifer dengan derajat Hernia Nucleus Pulposus untuk

melihat faktor mana yang lebih berpengaruhi dalam peningkatan

derajat Hernia Nucleus Pulposus.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian dan

instrumen yang lebih tepat untuk mengontrol faktor perancu dan

mengingat bahwa masih kurangnya data serta penelitian yang lebih

mendalam mengenai masalah ini, khususnya di Indonesia.

50

DAFTAR PUSTAKA

Ernest, W.A. 2012. Quick Review Anatomi Klinik Edisi Kedua Jilid I. TangerangSelatan : Binarupa Aksara Publisher.

Finna, Ayu. 2012. Hubungan Antara Obesitas dengan Regulasi Emosi pada SiswaSMAN1 Malang. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Frilander, et al. 2015. Role of overweight and obesity in low back disordersamong men: a longitudinal study with a life course approach. BMJ Open2015 ; 5 : e007805 doi:10.1136/bmjopen-2015-007805 di akses diOpenbmjopen.bmj.com pada 9 Februari 2016

Hasanah. 2013. Analisis Hubungan Obesitas Sentral dengan Kejadian NyeriPunggung Bawah pada pasien di Poli Klinik RS UNHAS Makassar 2012.Makassar : Fakultas Kedokteran UNHAS.

Henuhili. 2010. Gen-Gen Penyebab Obesitas dan Hubungannya dengan Perilakumakan. Yogyakarta : Fakultas MIPA UNY.

Kelley. 2007. Waist circumference and cardiometabolic risk: a consensusstatement from Shaping America's Health: Association for WeightManagement and Obesity Prevention; NAASO, The Obesity Society; theAmerican Society for Nutrition; and the American Diabetes Association.Am J Clin Nutr. 2007 May;85(5):1197-202.

Kemuningtyas. 2009. Gambaran Faktor-Faktor yang berhubungan dengankeluhan subjektif Hernia Nukleus Pulposus pada perawat unit IGD, operasi,kebidanan dan syaraf di RS Dr. H. Abdul Moeleoek Propinsi lampung 2009.Depok : Fakultas kedokteran UniversitasIndonesia.

Leksana. 2013. Hernia Nukleus Pulposus Lumbal Ringan pada Janda lanjut usiayang tinggal dengan keponakan dengan usia yang sama. UniversitasLampung. Medula Volume L 1 Nomor 2.

Lim, et al. 2014. A Study on Dispersion and Rate of Fat Infiltration in theLumbarSpine of Patients with Herniated Nucleus Polpusus. J Phys Ther Sci. 2014Jan; 26(1): 37–40.

Liyadi, et al. 2012. Correlation between nerves radix pressure digree based onlumbosacral MRI and the result of laseque’s test on the parient with Lowerback pain. Makassar : Fakultas Kedokteran UNHAS.

May Field Clinic. 2016. Brain dan Spine. Di akses dihttp://www.mayfieldclinic.com pada 25 Februari 2016.

51

Mustamin. 2010. asupan energi dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitassentral pada ibu rumah tangga di kelurahan ujung pandang barukecamatan tallo kota makassar. Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2, Juli –Desember 2010

Netter, Frank H. 2010. Atlas of human anatomy of Neetter (5th ed). Amerika :Elsevier.

NIH. 2014. Low Back Pain. US Departement of Health and Human Sevices,Public Health Sevice National Institutes of Health.

Nurlim. 2013. Hubungan Obesitas Sentral dengan Peningkatan Vo2 Max padamahasiswa Fisioterapi Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar

Nurman. 2013. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitaspunggung bawah pada mahasiswa program S1 Fisioterapi FakultasKedokteran Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013.

Pakadang, Radus. 2014. The Relationship between degree of Facet Tropism withdegree of nerve radix compression in patient with Hernia Nucleus Pulposusby MRI Lumbosacral examination. Makassar : Konsentrasi pendidikandokter spesialis terpadu program studi biomedik program pascasarjanaUniversitas Hasanuddin.

Peeters. 2011. Herniated Nucleus Pulposus. Diakses di www.clinicalkey.compada 20 Februari 2016

Pinzon. 2012. Profil Klinis Pasien Nyeri punggung bawah karena Hernia NukleusPulposus. Yogyakarta : SMF Saraf RS Bhetesda. CDK-198/Vol. 39 No. 10.2012.

Purnamasari H, Gunarso U, Rujito L. Overweight Sebagai Faktor Resiko LowBack Pain Pada Pasien Poli Saraf RSUD Prof. Dr. Margono SoekarjoPurwokerto. Mandala of Health. 2010; 4(1): p. 26-32.

Purnawati, dkk. 2014. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) KategoriOverweight dan Obesitas dengan Keluhan Low Back Pain (LBP) padaMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Rahmawati, Dwi. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan ObesitasSentral pada mahasiswa program studi kesehatan masyarakat UIN SyarifHidayatullah Jakarta angkatan 2012-2014. Jakarta : Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

Riskesda. 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanKementerian Kesehatan RI

52

Schroeder et al. 2015. The epidemiology and pathophysiology of lumbar discherniations. Volume 28, Issue 1, Pages 2–7. Diakses di clinicalkey.com pada 12April 2016.

Septiana Maria. 2014. Hubungan indeks massa tubuh dengan angka kejadian lowback pain di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Solo : Fakultas KedokteranUniversitas Muhammadiyah Surakarta.

Syukur. 2012. Hubungan Overweight dan Obesitas Sentral Abdominal padaKejadian Nyeri Punggung bawah di Poli Fisioterapi RSUD Kota Makassar.Makassar : Fakultas Kedokteran UNHAS.

Vismara, et al. 2010. Effect of Obesity and Low Back Pain on Spinal Mobility : ACross Sectional Study in Women. JNER Volume 7, No. 33.

Vitriana. 2001. Aspek anatomi dan biomekanik tulang lumbosacral dalamhubungannya dengan nyeri punggung bawah. Bandung : SMF RehabilitasMedik FK UNPAD/RSP Dr. Hasan Sadikin

WHO. 2006. Global Database on Body Mass Index. Di akses dihttp://apps.who.int/bmi/ pada 27 Januari 2016.

WHO. 2006. Obesity and Overweight. Diakses dihttp://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/ pada 25 Februari2016

Widhiana. 2002. Sensitivitas dan spesifisitas tes provokasi batuk, bersin, danmengejan dalam mendiagnosis Hernia Nukleus Pulposus Lumbal. Semarang: Program Pendidikan Dokter spesialis I Ilmu penyakit syaraf FK UNDIP

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah :

Nama : Dian Fatmasari

NIM : C 131 12 008

Adalah salah satu mahasiswa Program Studi Fisioterapi, Fakultas

Kedokteran, Universitas Hasanuddin yang sedang melakukan penelitian tentang

hubungan antara obesitas sentral dengan derajat Hernia Nucleus Pulposus di

klinik Fisioterapi Kota Makassar.

Identitas semua responden dan informasi yang diperoleh dalam penelitian

ini akan di jamin kerahasiaannya dan menjadi tanggung jawab saya sebagai

peneliti apabila informasi yang diberikan merugikan di kemudian hari. Semua

aspek dalam penelitian ini akan didiskusikan dengan ahlinya di Program Studi

Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.

Bapak / Ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja tanpa

paksaan apapun. Jika Bapak / Ibu memutuskan untuk mengundurkan diri dari

penelitian ini, semua data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak akan

disalahgunakan tanpa izin responden. Informasi yang diperoleh dalam penelitian

ini merupakan bahan atau data yang akan bermanfaat bagi pengembangan Ilmu

Fisioterapi dan akan dipublikasikan dalam bentuk skripsi. Atas kesediaan dan

kerjasama Bapak / Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Makassar, Maret 2016

Peneliti

HASIL UJI DATA SPSS

Frequencies

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pria 21 55.3 55.3 55.3

wanita 17 44.7 44.7 100.0

Total 38 100.0 100.0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dewasa muda 12 31.6 31.6 31.6

usia pertengahan 16 42.1 42.1 73.7

lanjut usia 10 26.3 26.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

obesitassentral

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 34 89.5 89.5 89.5

Tidak 4 10.5 10.5 100.0

Total 38 100.0 100.0

derajatHNP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid I 7 18.4 18.4 18.4

II 31 81.6 81.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

Bar Chart

Correlations

1. Pria

Correlations

derajatHNP lingkarpinggang

Spearman's rho derajatHNP Correlation Coefficient 1.000 .524*

Sig. (2-tailed) . .015

N 21 21

lingkarpinggang Correlation Coefficient .524* 1.000

Sig. (2-tailed) .015 .

N 21 21

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

2. Wanita

Correlations

derajatHNP lingkarpinggang

Spearman's rho derajatHNP Correlation Coefficient 1.000 .512*

Sig. (2-tailed) . .036

N 17 17

lingkarpinggang Correlation Coefficient .512* 1.000

Sig. (2-tailed) .036 .

N 17 17

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

DOKUMENTASI PENELITIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dian Fatmasari

Tempat dan tanggal lahir : Bantaeng, 25 Februari 1995

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia

Alamat Rumah : Jl. Sahabat 3 Pondok Benhart II

Pendidikan Normal : 1. SD Inpres No. 249 Tr. Ganrang Kab. Jeneponto

2. SMP Negeri 2 Arungkeke Kab. Jeneponto

3. SMA Negeri Khusus Kab. Jeneponto

Nama Orangtua : Ayah : Syarifuddin, S.Sos

Ibu : Hj. Patimah

Pengalaman organisasi : 1. Menteri Keuangan Ikatan Mahasiswa

Fisioterapi Indonesia Periode 2014-2015

2. Bendahara Umum Pusat Informasi dan

Konseling Health Education of Reproductived

Teenagers Unhas periode 2013-2014

3. Koordinator Hubungan Masyarakat Forum

Lingkar Pena Unhas periode 2015-2016

4. Anggota Divisi Pendidikan dan Pengembangan

Keilmuan Himpunan Mahasiswa Fisioterapi

(HIMAFISIO) FK-UNHAS periode 2014-2015

5. Crew Radio Suara Medika 90.1 FM