hubungan antara intensitas komunikasi …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. naskah publikasi.pdf ·...

19
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : Tanjung Baralihan F100080179 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

Upload: dinhnga

Post on 08-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Naskah Publikasi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh :

Tanjung Baralihan

F100080179

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Drajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh :

Tanjung Baralihan

F100080179

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 3: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

iv

Page 4: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal
Page 5: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Tanjung Baralihan dan Susatyo Yuwono S.Psi, M.Si

[email protected]

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas

komunikasi interpersonal dengan motivasi belajar. Hipotesis yang diajukan adalah

ada hubungan positif antara intensitas komunikasi interpersonal dengan motivasi

belajar.

Subjek penelitian adalah seluruh siswa SMA di Surakarta dengan sampel

penelitian siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta dan siswa SMA Warga

Surakarta sejumlah 113 siswa. Penelitian ini menggunakan cluster random

sampling dengan mengacak cluster atau kelompok-kelompok yang akan dijadikan

subjek penelitian. Pengumpulan data menggunakan skala intensitas komunikasi

interpersonal dan skala motivasi belajar. Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah product moment.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh korelasi (r) sebesar 0,666; p =

0,000; (p < 0,01). Tingkat intensitas komunikasi interpersonal dengan Rerata

Empirik (RE) sebesar 67,39 dan Rerata hipotetik sebesar 57,5. Tingkat motivasi

belajar dengan Rerata Empirik(RE) sebesar 109,66 dan Rerata Hipotetik (RH)

sebesar 95. Sumbangan efektif variabel intensitas komunikasi interpersonal

terhadap motivasi belajar yang ditunjukkan oleh koefisien determinan = 0,444.

Tingkat intensitas komunikasi interpersonal termasuk kategori tinggi, dan tingkat

motivasi belajar yang termasuk kategori tinggi.

Kata kunci: motivasi belajar, intensitas komunikasi interpersonal

Page 6: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

1

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pendidikan dalam suatu

bangsa dianggap penting karena

dengan pendidikan dapat

meningkatkan mutu dan kualitas

sumber daya manusia. Meningkatnya

mutu dan kualitas sumber daya

manusia dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sehingga

tercapai kemajuan bangsa.

Menurut tabel liga global

yang diproduksi firma pendidikan

Pearson (2012) oleh Economist

Intelligence Unit (EIU) menunjukkan

bahwa sistem pendidikan Indonesia

menduduki rangking terbawah dari

40 negara. Sir Michael Barber,

penasihat pendidikan utama Pearson,

mengatakan negara-negara yang

berhasil memberikan status tinggi

pada guru dan memiliki "budaya"

pendidikan (BBC Indonesia, 2012).

Hasil dari tabel liga global

mengindikasikan rendahnya

kesadaran masyarakat Indonesia

untuk mendapatkan pendidikan lebih

tinggi.

Upaya pemerintah

meningkatkan pendidikan adalah

program wajib belajar 9 tahun yang

memberikan pendidikan formal

kepada masyarakat. Program wajib

belajar 9 tahun terdiri atas 6 tahun

pada jenjang sekolah dasar dan 3

tahun sekolah menengah pertama.

Pendidikan formal tidak dapat lepas

kaitannya dengan kegiatan belajar

mengajar yang sering disingkat

dengan KBM.

Di dalam kelas, masalah

besar untuk guru-guru dan siswa

adalah motivasi. Guru berharap

supaya setiap siswa menggunakan

bakat dan waktunya selama di

sekolah sehingga tujuan belajar

terjadi secara maksimum. Siswa

berusaha menggunakan potensi

mereka tumbuh secara cepat dengan

perkembangan bakat-bakat yang ada,

Page 7: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

2

namun tujuan guru sering kali

berbeda dengan apa yang ada di

dalam diri siswa sehingga motivasi

tidak berkembang malahan

terabaikan. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Hamdu dan Lisa

(2011) yang berjudul Pengaruh

Motivasi Belajar terhadap Prestasi

Belajar IPA di sekolah dasar

menyebutkan bahwa motivasi belajar

mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam prestasi siswa di

sekolah.

Motivasi adalah salah satu

prasyarat yang amat penting dalam

belajar. Dalam kata latin, kata

motivum menunjuk pada alasan

tertentu mengapa sesuatu itu

bergerak. Motivasi mempunyai

intensitas dan arah (direction). Gage

dan Berliner (Djiwandono,2008)

menyamakan motivasi seperti mesin

(intensitas) dan kemudi (direction).

Intensitas dan arah sering sulit

dipisahkan. Intensitas dari motivasi

yang digunakan untuk satu kegiatan

mungkin tergantung pada besarnya

intensitas itu daripada besarnya arah.

Sardiman (2001)

menyebutkan bahwa dalam kegiatan

belajar, motivasi belajar dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang

memberikan arah pada kegiatan

belajar sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh siswa dapat

tercapai. Karakteristik motivasi yang

tinggi ditandai dengan kesadaran

siswa untuk menguasai materi

pelajaran, adanya hasrat ingin tahu

yang tinggi terhadap pelajaran, ulet

dan tidak mudah putus asa ketika

mengerjakan tugas sekolah, menaruh

perhatian, minat dan merasa senang

ketika mengerjakan tugas sekolah,

kondisi lingkungan yang

mendukung, serta mempunyai

harapan berhasil yang tinggi.

Motivasi belajar tinggi yang

memudahkan siswa untuk

memahami pelajaran sehingga para

siswa mampu memperoleh prestasi

yang baik di sekolah. Hal ini senada

dengan penelitian yang dilakukan

Rafiqah (2013) yang menyatakan

bahwa motivasi belajar memiliki

pengeruh kontribusi sebesar 75,3%

Page 8: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

3

terhadap prestasi belajar siswa.

Motivasi belajar siswa juga

mendorong siswa untuk

mempersiapkan diri dalam menerima

pelajaran, contohnya seperti

mempersiapkan buku dan peralatan

sekolah, mengerjakan tugas-tugas

sekolah, serta mematuhi peraturan-

peraturan yang berlaku disekolah

sehingga kegiatan belajar mengajar

dapat berjalan dengan lancar.

Pada kenyataannya tidak

setiap siswa mempunyai motivasi

belajar yang sama, hal ini

ditunjukkan pada hasil wawancara

guru bimbingan konseling di salah

satu sekolah menengah atas swasta

menyebutkan kasus keterlambatan

adalah kasus yang sering terjadi.

Hampir setiap hari ada siswa yang

terlambat dengan berbagai macam

alasan yang dikemukakan. Guru BK

tersebut juga menambahkan bahwa

“Sebenarnya sekolah telah

memberlakukan peraturan yang ketat

untuk menangani siswa yang

mengalami keterlambatan yaitu

dengan pemanggilan orang tua atau

wali apabila siswa telah 3 kali

mengalami keterlambatan,

sedangkan untuk pelanggaran-

pelanggaran yang lainnya siswa akan

mendapat sanksi sesuai dengan

peraturan yang berlaku di sekolah”.

Dalam satu semester tercatat telah

terjadi kurang lebih 80 pelanggaran

yang dilakukan oleh siswa dengan

jumlah keseluruhan sekitar 600

siswa. Pelanggaran tersebut

mencakup pelanggaran

keterlambatan dan pelanggaran-

pelanggaran lainnya. Pelanggaraan

yang terjadi merupakan indikasi

menurunnya motivasi belajar siswa.

Ilahi dkk (2013) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa faktor yang

dominan mempengaruhi displin

siswa adalah kondisi psikologis

siswa itu sendiri.

Upaya yang dilakukan

sekolah untuk mengurangi angka

pelanggaran terhadap peraturan

sekolah adalah dengan di

tambahkannya pelajaran BK atau

bimbingan konseling dalam mata

pelajaran. Hal tersebut didukung

dengan penelitian yang dilakukan

oleh Smith (2011) yang mengatakan

ada bahwa layanan konseling

kelompok berpengaruh terhadap

Page 9: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

4

disiplin belajar siswa. Mata pelajaran

BK diisi dengan pengarahan-

pengarahan dan sharing-sharing

permasalahan dalam kegiatan belajar

mengajar yang dikomunikasikan oleh

Guru BK secara santai dan tidak

kaku sehingga siswa dapat terbuka

mengkomunikasikan permasalahan

yang terjadi. Hal ini menunjukkan

bahwa komunikasi penting dalam

kehidupan sehari- hari.

Komunikasi yang terjadi

dalam kegiatan belajar mengajar

merupakan komponen penting dalam

kelacaran proses belajar mengajar.

Hasil penelitan Lisa Hsu (2010)

dalam jurnalnya yang berjudul The

Impact of Perceived Teachers’

Nonverbal Immediecy on Students’

Motivation for Learning English

menyatakan bahwa perilaku

komunikasi nonverbal guru

berkorelasi positif dengan motivasi

belajar siswa. Cara guru

mengajar/menyampaikan materi

pelajaran merupakan salah satu

contoh bentuk komunikasi. Bahasa

dan pemilihan kata yang tepat dalam

berkomunikasi dapat mempermudah

siswa dalam memahami pelajaran.

Ketika siswa dapat memahami

pelajaran dengan mudah bukan tidak

mungkin nilai-nilai dalam mata

pelajaran dapat meningkat dan

termotivasi untuk mempelajari suatu

mata pelajaran. Selain itu

komunikasi yang baik dengan guru

juga dapat menimbulkan kondisi

yang kondusif untuk lingkungan

belajar sehingga siswa merasa

nyaman saat belajar. Komunikasi

antara guru dengan siswa atau

komunikasi antara sesama siswa

disebut komunikasi interpesonal.

Pontoh (2013) juga menyebutkan

dalam penelitianya bahwa ada

peranan komunikasi interpersonal

guru dalam peningkatan pengetahuan

anak baik verbal maupun non verbal

sehingga mampu meningkatkan

prestasi anak.

Kata komunikasi

interpersonal merupakan dua suku

kata yaitu komunikasi dan

interpersonal. Kata “komunikasi”

berasal dari bahasa Latin

communicare, berarti berpartisipasi

atau memberitahukan. Sedangkan

interpersonal merupakan keturunan

dari awalan inter¸ yang berarti

Page 10: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

5

“antara” dan kata person, yang

berarti “orang”. Komunikasi

interpersonal secara umum terjadi di

antara dua orang. Menurut Buber

mengidentifikasi komunikasi

interpersonal sebagai proses

transaksi (berkelanjutan) yang

selaktif, sistematis, dan unik, yang

mampu merefleksikan dan mampu

membangun pengetahuan bersama

orang lain. Prinsip-prnsip dalam

komunikasi interpersonal antara lain

kita tidak mungkin hidup tanpa

berkomunikasi, komunikasi

interpersonal adalah hal yang tidak

dapat diubah, komunikasi

interpersonal melibatkan masalah

etika, manusia menciptakan makna

dalam komunikasi interpersonal,

metakomunikasi memengaruhi

makna, komunikasi interpersonal

menciptakan hubungan yang

berkelanjutan, komunikasi tidak

dapat menyelesaikan masalah,

efektivitas komunikasi interpersonal

adalah sesuatu yang dapat dipelajari.

(Wood, 2013)

Komunikasi interpersonal

adalah cara utama untuk membangun

dan memperbaiki sebuah hubungan.

Ketika di dalam kelas hubungan

antara guru dengan siswa atau

hubungan antara sesama siswa

sangatlah penting. Dalam

penelitiannya Nugrahani dan

Margunani (2014) mengatakan

bahwa persepsi mengenai

kepemimpinan dan kemampuan

komunikasi guru secara simultan

berpengaruh pada motivasi belajar

siswa sebesar 65%. Komunikasi

interpersonal yang terjadi dalam

hubungan interpersonal yang baik

dapat meningkatkan motivasi siswa

ketika di kelas contohnya seperti

guru memberikan pujian kepada

siswa yang mendapat nilai yang

tinggi dalam suatu ujian, pujian yang

diberikan guru merupakan suatu

penguatan (reinforcement) untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

Hal ini senada dengan hasil

penelitian Setyowati dan Sukidjo

(2013) yang mengemukakan bahwa

ada pengaruh positif pemberian

reinforcement terhadap motivasi

belajar siswa

Hubungan interpersonal yang

baik mampu meningkatkan intensitas

komunikasi interpersonal yang

Page 11: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

6

menimbulkan keakraban antara satu

dengan yang lain sehingga berusaha

untuk selalu saling berhubungan.

Berdasarkan uraian diatas dapat

diketahui bahwa intensitas

komunikasi interpersonal antara guru

dengan siswa atau antar sesama

siswa perlu ditingkatkan untuk

menurunkan tingkat pelanggaran

yang terjadi sehingga mampu

meningkatkan prestasi di sekolah.

Uno (2008) menjelaskan

bahwa motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada

siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku.

Hal tersebut didukung oleh pendapat

Sadirman (2001) yang menyebutkan

bahwa dalam kegiatan belajar,

motivasi belajar dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya

pengggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang memberi

arah pada kegiatan belajar sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh siswa

dapat tercapai. dari pendapat kedua

tokoh tersebut dapat disimpulkan

bahwa motivasi belajar adalah

sebagai keseluruhan daya penggerrak

internal dan eksternal yang

menimbulkan kegiatan belajar

ditandai dengan adanya perubahan

tingkah laku yang menjamin

kelangsungan dan memberi arah

pada kegiatan belajar sehingga tujuan

yang dikehendaki dapat tercapai.

Motivasi belajar terdiri dari

beberapa aspek, seperti yang

dikemukakan oleh Gottlieb

(Lestari,2012) antara lain: kesadaran,

kemauan, kesenangan untuk belajar.

Brophy (Uno, 2008) juga

mengemukakan dua aspek dalam

motivasi belajar yaitu kondisi

lingkungan dan harapan berhasil.

Berdasarkan pendapat kedua tokoh

dapat disimpulkan bahwa aspek-

aspek motivasi belajar adalah

kesadaran, kemauan, kesenangan

untuk belajar, kondidi lingkungan

dan harapan berhasil yang muncul

dari dalam dan luar untuk mencapai

tujuan.

Komunikasi interpersonal

menurut Devito (Liliweri, 1997)

merupakan pengiriman pesan dari

sesorang dan diterima oleh orang lain

dengan efek umpan balik yang

langsung. Menurut Chaplin (2000)

intensitas yaitu kedalaman atau

Page 12: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

7

reaksi emosi dan kekuatan yang

mendukung suatu pendapat atau

sikap. Jadi dapat disimpulkan

intensitas komunikasi interpersonal

adalah kedalaman dan kekuatan yang

mendukung proses pengalihan

informasi serta memindahkan

pengertian dengan simbol-simbol

tertentu yang dilakuakan dua orang

dengan efek umpan balik yang

langsung.

Menurut Devito (Sulaeman,

2011) untuk mengukur intensitas

komunikasi interpersonal anatar

individu dapat ditinjau dari enam

aspek, yaitu: frekuensi komunikasi,

durasi yang digunakan untuk

berkomunikasi, perhatian yang

diberikan saat komunikasi,

keteraturan dalam komunikasi,

tingkat keluasan pesan dan jumlah

orang yang diajak bicara, dan tingkat

kedalaman pesan dalam komunikasi.

Berdasarkan uraian yang

dikemukakan maka hipotesis yang

dapat diajukan dalam penelitian ini

adalah “Ada hubungan positif antara

intensitas komunikasi interpersonal

dengan morivasi belajar.” Semakin

tinggi intensitas komunikasi

interpersonal semakin tinggi pula

motivasi belajar dan sebaliknya

semakin rendah intensitas

komunikasi interpersonal maka

semakin rendah motivasi belajar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan

variabel bebas intensitas komunikasi

interpersonal dan variabel tergantung

motivasi belajar. Penelitian ini

mengambil populasi seluruh siswa

SMA yang ada di Surakarta, dengan

sampel SMA Muhammadiyah 3

Surakarta dan SMA Warga

Surakarta. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan

cluster random sample, yaitu cara

atau teknik pengambilan sampel

dengan cara random atau acak dari

tiap-tiap kelas.

Pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan skala

intensitas komunikasi interpersonal

dan skala motivasi belajar yang

disusun oleh peneliti sendiri.

Metode analisis data yang

digunakan untuk mengetahui

hubungan intensitas komunikasi

interpersonal dengan motivasi belajar

Page 13: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

8

adalah analisis product moment dari

Pearson (Hadi,1994). Analisis

product moment diolah dengan SPSS

for windows versi 15.0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis

data menunjukkan ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara

intensitas komunikasi interpersonal

dengan motivasi belajar yang

ditunjukkan oleh nilai koefisien

korelasi (r) sebesar 0,666; p = 0,000;

(p < 0,01). Hal ini sesuai dengan

hipotesis yang diajukan penulis,

yaitu ada hubungan positif antara

intensitas komunikasi interpersonal

dengan motivasi belajar. Semakin

tinggi tingkat intensitas komunikasi

interpersonal yang dimiliki maka

semakin tinggi pula tingkat intensitas

komunikasi interpersonal.

Sebaliknya, jika subjek memiliki

tingkat intensitas komunikasi

interpersonal yang rendah maka akan

semakin rendah motivasi belajar.

Dengan demikian hipotesis diterima.

Menurut Sadirman (2001)

mengatakan fungsi dari motivasi

adalah mendorong manusia untuk

berbuat, menentukan arah perbuatan,

dan menyeleksi perbuatan. Motivasi

belajar membuat siswa lebih giat

dalam belajar sehingga dapat

menghasilkan prestasi yang baik di

sekolah. Siswa yang mempunyai

motivasi tinggi akan memiliki

karakteristik seperti beroentasi

terhadap penguasaan materi

pelajaran, mempunyai hasrat ingin

tahu/ keinginan siswa untuk mencari

hal-hal baru dan mencarinya lebih

jauh lagi, keuletan dalam

mengerjakan tugas dan tidak mudah

menyerah/ putus asa, menaruh

perhatian dan minat terhadap

pelajaran dan merasa senang

sewaktu mengerjakan tugas sekolah,

kondisi lingkungan mendukung,

memiliki harapan berhasil yang

tinggi. Sedangkan siswa yang

mempunyai motivasi rendah

memiliki karakteristik seperti siswa

kurang berorientasi terhadap

penguasaan materi pelajaran, tidak

ada hasrat untuk ingin tahu mencari

hal-hal yang baru, cepat

menyerah/putus asa ketika

mengerjakan tugas, malas belajar dan

cepat bosan dalam mengerjakan

tugas, kondisi lingkungan yang

Page 14: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

9

kurang mendukung, memiliki

harapan berhasil yang rendah.

Samtrock (2009)

mengemukakan faktor yang

memepengaruhi motivasi belajar

yaitu adanya motif sosial, hubungan

sosial, dan konstek budaya. Hal yang

paling mendasar dari sebuah

hubungan sosial adalah intensitas

komunikasi interpersonal. Siswa

yang mempunyai intensitas

komunikasi yang baik akan memiliki

karakteristik seperti interaksi dengan

guru berjalan mulus, santai dan

menyenangkan, siswa mau

mendengarkan, fokus, dan merespon

pelajaran, siswa mampu

mengungkapkan apa yang dirasakan

secara tepat dan jelas, saling

memberikan dukungan antar guru

dengan siswa, siswa mampu

menagani hal-hal yang bertentangan.

Sedangkan siswa yang mempunyai

intensitas komunikasi interpersonal

yang rendah akan cenderung

memiliki interaksi dengan guru dan

teman cenderung kaku dan kurang

menyenangkan, acuh tak acuh,

kurang fokus dan jarang merespon

pelajaran, kurang mampu

mengungkapkan apa yang dirasakan

secara tepat dan jelas, kurang mampu

memberi dukungan baik guru dengan

siswa, kurang mampu menangani

hal-hal yang bertentangan.

Pengaruh intensitas

komunikasi interpersonal terhadap

motivasi belajar didukung oleh

penelitian Fraser (2010) dalam jurnal

yang berjudul Instructor-Student

Interpersonal Interaction and

Student Outcomes at the University

Level in Indonesia mengemukakan

bahwa efektifitas guru adalah

penciptaan dan pemeliharaan iklim

kelas yang positif dan kondusif untuk

belajar serta meningkatkan motivasi

belajar siswa, dalam hal ini intensitas

komunikasi interpersonal guru

dengan siswa memberikan kontribusi

untuk tujuan fundamental kegiatan

belajar mengajar yang lebih efektif

dan efisien. Penelitian lain yang di

lakukan oleh Lisa Hsu (2010) dalam

jurnalnya yang berjudul The Impact

of Perceived Teachers’ Nonverbal

Immediecy on Students’ Motivation

for Learning English menyatakan

bahwa perilaku komunikasi

nonverbal guru berkorelasi positif

dengan motivasi belajar siswa.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

10

Hal tersebut juga didukung

dari hasil analisis data diketahui

bahwa sumbangan efektif (se)

variabel intensitas komunikasi

interpersonal terhadap motivasi

belajar siswa sebesar 44,4% yang

ditunjukkan oleh koefisien

determinan = 0,444. Berarti masih

terdapat 55,6% yang mempengaruhi

motivasi belajar selain variabel

intensitas komunikasi interpersonal

seperti faktor internal yang meliputi

keadaan fisik dan psikis, minat,

ekspektasi dan nilai, tujuan, atribusi;

faktor emosional; dan faktor

eksternal yang meliputi motif sosial,

ekspektasi dan atribusi guru, jender,

sosialekonomi, konteks sosial

budaya.

Variabel intensitas

komunikasi interpersonal dalam

penelitian memiliki Rerata Empirik

(RE) sebesar 67,39 dengan Rerata

Hipotetik (RH) sebesar 57,5

termasuk pada kategori tinggi karena

Rerata Empirik (RE) sebesar 67,39

berada di antara +0,6 Standart

Deviasi (SD) yaitu 64,4 dan +1,8

Standart Deviasi (SD) sebesar 78,2.

Siswa yang termasuk pada kategori

tinggi sebesar 3,54% sebanyak 4

orang, kategori tinggi sebesar

61,06% sebanyak 69 orang, kategori

sedang sebesar 35,40% sebanyak 40

orang, sedangkan pada kategori

rendah dan sangat rendah sebesar

0% atau tidak orang yang berada

pada kategori rendah dan sangat

rendah.

Tabel 1. Kategorisasi Intensitas Komunikasi

Interpersonal

Variabel motivasi belajar

mempunyai Rerata Empirik (RE)

sebesar 109,66 dengan Rerata

Hipotetik (RH) sebesar 95 termasuk

pada kategori tinggi, karena Rerata

Empirik (RE) sebesar 109,66 berada

di antara +0,6 standart deviasi (SD)

yaitu 106, 4 dan +1,8 Standart

0

10

20

30

40

50

60

70

Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

pro

sen

tase

(%

)

Kategorisasi

Intensitas Komunikasi Interpersonal

Kategoris

asi

Interval

Skor RE RH

Freku

ensi

Prose

ntase

(%)

Sangat

Tinggi

78,2 ≤ X

< 92 4 3,54

Tinggi 64,4 ≤ X

< 78,2

67,3

9 69 61,06

Sedang 50,6 ≤ X

< 64,4 57,5 40 35,40

Rendah 36,8 ≤ X

< 50,6 0 0

Sangat

Rendah

23 ≤ X

< 36,8 0 0

Total 113 100

Page 16: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

11

Deviasi (SD) sebesar 129,2. Pada

kategori sangat tinggi ada sebesar

6,20% sebanyak 7 orang, kategori

tinggi sebesar 54,87% sebanyak 62

orang, kategori sedang sebesar

36,28% sebanyak 41 orang, kategori

rendah sebesar 2,65% sebanyak 3

orang, sedangkan kategori rendah

sebesar 0% atau tidak orang yang

termasuk kategori rendah.

Tabel 2. Kategorisasi Motivasi Belajar

Hal ini menunjukkan bahwa

intensitas komunikasi interpersonal

sehingga siswa dapat meningkatkan

motivasi belajar yang tercermin

dalam sikap siswa ketika menerima

pelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan

ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara intensitas

komunikasi interpersonal dengan

motivasi belajar. Setiap penelitian

memiliki kelemahan, adapun

kelemahan dalam penelitian ini antara

lain:

a. Alat pengumpul data hanya

menggunakan skala sehingga

belum mampu mengungkapkan

aspek-aspek motivasi belajar dan

intensitas komunikasi

interpersonal.

b. Ruang lingkup populasi yang

berada Surakarta sehingga tidak

mampu mencerminkan keadaan

di daerah lainnya

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan dari penelitian ini

maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut: 1). ada hubungan

positif yang signifikan antara

intensitas komunikasi interpersonal

dengan motivasi belajar, 2).

Sumbangan Efektif (SE) pada

0

10

20

30

40

50

60

Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

pro

sen

tase

(%)

kategorisasi

Motivasi Belajar

Kategor

isasi

Interval

Skor RE RH

Freku

ensi

Prose

ntase

(%)

Sangat

Tinggi

129,2 ≤ X

< 152 7 6,20

Tinggi 106,4 ≤ X

< 129,2 109,66 62 54,87

Sedang 83,6 ≤ X <

106,4 95 41 36,28

Rendah 60,5 ≤ X <

83,6 3 2,65

Sangat

Rendah

38 ≤ X <

60,5 0 0

Total 113 100

Page 17: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

12

variabel intensitas komunikasi

interpersonal terhadap motivasi

belajar sebesar 44,4%. 3). Tingkat

intensitas komunikasi interpersonal

tinggi. 4). Tingkat motivasi belajar

tinggi.

Berdasarkan kesimpulan

diatas, maka penulis memberikan

saran- saran sebagai berikut: 1).

Siswa diharapkan mampu

meningkatkan dan mempertahankan

motivasi belajar yang tergolong

tinggi dengan cara meningkat

frekuensi, durasi, perhatian,

keteraturan, keluasan dan jumlah

orang, dan kedalaman pesan ketika

berkomunikasi interpersonal baik

komunikasi siswa dengan guru

maupun antar sesama siwa untuk

mempererat hubungan interpersonal

sehingga mampu meningkatkan

prestasi belajar. 2). Bagi Kepala

Sekolah diharapkan

mempertahankan dan meningkatkan

intensitas komunikasi interpersonal

antara guru dan siswa sehingga

mampu meningkatkan motivasi

belajar siswa mengadakan

pertemuan serta sharing baik formal

maupun nonformal secara intensif

untuk mempererat hubungan antara

kepala sekolah, guru dan siswa

sehingga memiliki perasaan nyaman,

tidak canggung antara kepala

sekolah, guru dan siswa, tidak

mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dan berinteraksi

antara satu sama lain. 3). Bagi

peneliti selanjutnya hasil penelitian

ini diharapkan dapat digunakan

sebagai referensi dalam pengayaan

ilmu bidang psikologi khususnya

psikologi pendidikan. Perlu

dipertimbangkan bahwa intensitas

komunikasi interpersonal

memberikan peran terhadap

motivasi belajar sebesar 44,4%

sehingga terdapat 55,6% faktor lain

yang mempengaruhi motivasi

belajar. Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan dapat meneliti faktor-

faktor lain yang mempengaruhi

motivasi belajar, melengkapi

penelitan selanjutnya dengan teknik

pengumpulan data yang lain serta

memperluas ruang lingkup populasi

penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

BBC. (2012). Sistem Pendidikan

Indonesia Menempati

Peringkat Terendah Di

Page 18: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

13

Dunia. Artikel.

(http://www.bbc.co.uk/indon

esia/majalah/

2012/11/121127

education_ranks.shtml).

Diakses 26 April 2013

Chaplin, C. P. (2000). Kamus

Lengkap Psikologi.

Terjemahan Kartini

Kartono.Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Djiwandono,S.E.W. (2008).

Psikologi Pendidikan.

Jakarta: PT Grasindo

Fraser, B.J. dkk. (2010). Instructor-

Student Interpersonal

Interaction and Student

Outcomes at theUniversity

Level in Indonesia. The Open

Education Journal. Vol 3,

21-33

Hadi, S. (1994). Analisis Regresi.

Yogyakarta. Andi Offset

Hamdu, G. dan Lisa, A. (2011).

Pengaruh Motivasi Belajar

Terhadap Prestasi Belajar

IPA Di Sekolah Dasar.

Jurnal pendidikan. Vol 12,

No. 1, 81-86

Ilahi, R., Syahniar. dan Ibrahim, I.

(2013). Faktor yang

Mempengaruhi Pelanggaran

Disiplin Siswa dan

Implikasinya Terhadap

Layanan Bimbingan dan

Konseling. Jurnal Ilmiah

Konseling. Vol 2, No. 2, 20-

25

Lestari, R. D. (2012). Hubungan

Antara Motivasi Belajar dan

Dukungan Orang Tua

Dengan prestasi Belajar

Siswa. Skripsi. (Tidak

Diterbitkan). Surakarta.

Fakultas Psikologi Universita

Muhammadiyah Surakarta

Liliweri. (1997). Komunikasi Antar

Pribadi. Bandung: PT.Citra

Aditya Bakti

Lisa, Hsu. (2010). The Impact of

Perceived Teachers’

Nonverbal Immediecy on

Students’ Motivation for

Learning English. Asian EFL

Journal. Vol 12, 1-17

Nugrahani, R. dan Margunani.

(2014). Pengaruh Persepsi

Siswa Mengenai

Kepemimpinan dan

Kemampuan Komunikasi

Guru Terhadap Motivasi

Belajar Siswa Pada Mata

pelajaran Ekonomi Kelas IX

IPS SMA Negeri 1 Sayung

Tahun Ajaran 2013/2014.

Economic Education

Analysis Journal. Vol 3, No.

3

Pearson. (2012). Index of Cognitive

Skills and Educational

Attainment.(http:// the

learning

curve.pearson.com/index/ind

ex-ranking). Diakses 19 Mei

2013

Pontoh, W. P. (2013). Peranan

Komunikasi Interpersonal

Guru dalam Meningkatkan

Pengetahuan Anak. Jurnal

Acta Diurna. Vol 1, No 1

Santrok, J. W. (2009). Psikologi

Pendidikan. Terjemahan

Diana Angelica. Jakarta:

Selemba Humanika

Sardiman, A. M. (2001). Interaksi

dan Motivasi Belajar

Page 19: HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI …eprints.ums.ac.id/37625/13/02. Naskah Publikasi.pdf · pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal

14

Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Setyowati, U. D. dan Sukidjo.

(2013). Pengaruh Pemberian

Penguatan (Reinforcement)

dan Fasilitas Belajar

Terhadap Motivasi Belajar

dan Prestasi Belajar

Ekonomi. Jurnal Pendidikan

dan Ekonomi. Vol 3, No. 5

Smith, M. B. (2011). Pengaruh

Layanan Konseling Terhadap

Disiplin Belajar Siswa di

SMA Negeri 1 Atinggola

Kabupaten Gorontalu Utara.

Jurnal Penelitian dan

Pendidikan. Vol 8, No. 1, 22-

32

Sulaeman, B. (2011). Perbedaan

Intensitas Komunikasi

Melalui Fitur Blackberry

Messenger Berdasarkan Tipe

Kepribadian Ekstrovert dan

Introvert pada Mahasiswa

Universitas Bina Nusantara.

Skripsi. (Tidak Diterbitkan).

Jakarta. Fakultas Psikologi

Universitas Bina Nusantara

Rafiqah, M. Yumansyah. dan

Mayasari, S. (2013).

Pengaruh Motivasi Belajar

Siswa Terhadap Prestasi

Belajar Siswa. Jurnal

Bimbingan Konseling. Vol 2,

No. 2

Uno, H. B. (2008). Teori Motivasi &

Pengukurannya. Jakarta:

Bumi Aksara

Wood, J.T. (2013). Komunikasi

Interpersonal. Edisi Keenam

(Terjemahan Rio Dwi R).

Jakarta: Salemba Humanika