strategi peningkatan partisipasi sekolah … · partisipasi sekolah program wajib belajar jalur...

161
STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH PROGRAM WAJIB BELAJAR JALUR PENDIDIKAN FORMAL DI KABUPATEN BOGOR PRIMA YUNITA PARAMATA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: truongnga

Post on 03-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH PROGRAM WAJIB BELAJAR JALUR PENDIDIKAN

FORMAL DI KABUPATEN BOGOR

PRIMA YUNITA PARAMATA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Strategi Peningkatan Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Agustus 2012

Prima Yunita Paramata NRP H 252100035

Page 3: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

ABSTRACT

PRIMA YUNITA PARAMATA. Strategy to Increase School Participation Compulsory Education Program at Formal Education in Bogor District. Under direction of SUMARDJO and LUKMAN M. BAGA

Implementation of primary and secondary education is one of the local government authority. In secondary education, the school participation rate is still less than 50 percent. There are four factors thought to affect the school participation rate, namely (1) internal factors of education, for example classroom capacity, availability of teachers, and the quality of education providers (2) conditions of community, for example parental income and education, interset of child to attend school, and child’s gender, (3) character of the area, like agriculture, trade/service,and industry, (4) local funding for education. The aims of this research are to analyze the internal education factors, conditions of community factors, character of the area that affect of school participation rate, the independence of local education funding, and to formulate the priorities strategic to improve the school participation. Multiple Linear Regression Analysis Method is used to analyze the internal education factors, Binary Logistic Regression Method is used to analyze the conditions of community factors, and character of the area, and the Independent Ratio is used to analyze the independence of local education funding. SWOT analysis is used to formulate the priorities strategic, followed by road map strategy to map these strategies in several years through a strategic architecture approach. According to the result of statistical test, classroom capacity is only one factor that significantly influence in the internal education factors. School participation rate will increase about 7,69 percent with the increasing of one percent of calssroom capacity. Parental education is significant influence in the conditions of community factors. Parents who graduated from junior high school and above are more likely to increase school participation than parents who graduated from elementary school and below. Agriculture and trade/service area are significant influence in character of the area. Trade/service area is more likely to increase school participation than agriculture and industry area. The independence of secondary education funding is showed a decrease from year to year. In 2008, the independence ratio is about 1.298, but in 2011, the independence ratio is about 38. There are nine strategies will be implemented through three policies in stages for five years with 11 programs and 21 projects that expected to improve the school participation. Signing of the MoU with the business, land acquisition, easements permitting for the establishment of schools, relocation of teachers, incentives permitting for teacher in certain areas and socialization of 12 years compulsory education are activities that allows performed in the first year.

Keywords : school participation rate, internal education factors, conditions of community factors, character of the area, local education funding, strategic priority.

Page 4: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

RINGKASAN

PRIMA YUNITA PARAMATA. Strategi Peningkatan Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten Bogor. Dibimbing Oleh SUMARDJO dan LUKMAN M. BAGA.

Penyelenggaraan pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia agar memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk membangun negara. Dalam rangka menyukseskan tujuan tersebut, pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar dan menyerahkan kewenangan penyelenggaraan pendidikan hingga jenjang pendidikan menengah kepada pemerintah daerah kabupaten /kota. Hingga saat ini, program wajib belajar tersebut belum dapat dituntaskan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya capaian angka partisipasi sekolah terutama pada jenjang pendidikan menengah. Tingkat partisipasi sekolah yang diukur melalui capaian angka partisipasi murni pada jenjang pendidikan dasar formal di tingkat sekolah dasar di Kabupaten Bogor telah mencapai 115,43 persen dan untuk tingkat sekolah menengah pertama telah mencapai 87,52 persen hingga tahun 2011, namun pada jenjang pendidikan menengah formal baru mencapai 38,54 persen. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi rendahnya tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal. Terdapat empat hal utama yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah, yaitu: (1) faktor internal pendidikan, meliputi : (a) ketersediaan daya tampung yang dalam hal ini diwakili oleh ketersediaan jumlah ruang kelas yang layak pakai, (b) ketersediaan guru yang berkualifikasi, dan (c) kualitas penyelenggaraan pendidikan yang diwakili oleh jumlah sekolah terakreditasi. (2) Faktor kondisi masyarakat, meliputi (a) penghasilan orang tua, dengan membandingkan antara penghasilan yang berada di bawah dan di atas UMK, dimana UMK Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sebesar Rp 1.172.000,00 (b) pendidikan orang tua, dengan membandingkan antara orang tua yang berpendidikan SD ke bawah dan yang berpendidikan SMP ke atas, (c) minat anak bersekolah, dengan membandingkan antara anak yang berminat sekolah dengan anak yang tidak berminat sekolah, dan (g) jenis kelamin anak, dengan membandingkan antara laki-laki dan perempuan. (3) Faktor karakteristik wilayah, dengan membandingkan antara karakter pertanian, perdagangan jasa dan industri, serta (4) Faktor ketersediaan dana pendidikan. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa jauh pengaruh faktor-faktor internal pendidikan, kondisi masyarakat, karakteristik wilayah dan dukungan pendanaan dari pemerintah Kabupaten Bogor terhadap tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah. Diharapkan dari hasil analisis tersebut akan terumuskan prioritas strategi yang tepat diambil oleh Pemerintah kabupaten Bogor dalam upaya meningkatkan partisipasi sekolah khususnya pada jenjang pendidikan menengah.

Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor internal pendidikan terhadap tingkat partisipasi sekolah digunakan metode analisis regresi linear berganda. Metode analisis regresi logistik biner digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor kondisi masyarakat dan faktor karakteristik wilayah terhadap partisipasi sekolah. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh keeratan hubungan antar variabel serta analisis rasio kemandirian pendanaan pendidikan digunakan untuk mengetahui kemandirian Pemerintah Kabupaten

Page 5: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

Bogor dalam pendanaan pendidikan menengah. Dengan menggunakan analisis deskriptif diharapkan dapat membantu menggambarkan dan menjelaskan secara deskriptif faktor-faktor yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang akan digunakan untuk merumuskan strategi melalui analisis SWOT. Identifikasi faktor internal dibatasi pada faktor internal pendidikan, sedangkan identifikasi faktor eksternal dibatasi pada faktor kondisi masyarakat, karakteristik wilayah, dan pendanaan Pemerintah Kabupaten Bogor terhadap pendidikan menengah. Hasil perumusan strategi melalui analisis SWOT kemudian dipetakan dalam bentuk prioritas strategi berdasarkan Road Map Strategy melalui pendekatan arsitektur strategi.

Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa ketersediaan daya tampung berpengaruh secara signifikan dengan tingkat kepercayaan α=0,05 terhadap angka partisipasi murni dengan nilai korelasi sebesar 0,7. Sedangkan ketersediaan guru yang berkualifikasi dan jumlah sekolah yang terakreditasi tidak berpengaruh signifikan terhadap capaian angka partisipasi murni dengan tingkat korelasi masing-masing sebesar 0,1 dan 0,2. Persamaan menunjukkan bahwa penambahan satu persen jumlah ruang kelas yang layak pakai akan meningkatkan 7,69 persen angka partisipasi murni. Adapun penambahan satu persen jumlah guru yang berkualifikasi hanya dapat meningkatkan capaian APM sebesar 0,08 persen, sedangkan penambahan satu persen jumlah sekolah yang terakreditasi hanya mampu meningkatkan capaian APM sebesar 0,05 persen. Hasil analisis regresi logistik biner terhadap faktor kondisi masyarakat menunjukkan bahwa secara bersamaan, hanya variabel pendidikan orang tua yang berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi sekolah. Orang tua yang berpenghasilan di atas UMK dan berpendidikan SMP ke atas lebih berpeluang menyekolahkan anaknya daripada orang tua yang berpenghasilan di bawah UMK dan berpendidikan SD ke bawah. Anak yang berminat sekolah dan berjenis kelamin perempuan lebih berpeluang untuk bersekolah pada jenjang pendidikan menengah dibandingkan dengan anak yang tidak berminat sekolah dan laki-laki. Hasil analisis regresi logistik biner terhadap faktor karakteristik wilayah menunjukkan bahwa wilayah pertanian dan perdagangan/jasa berpengaruh signifikan terhadap partisipasi sekolah. Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah yang berkarakteristik perdagangan/jasa lebih berpeluang untuk bersekolah dibandingkan dengan penduduk di wilayah industri dan pertanian. Hasil analisis rasio kemandirian menunjukkan bahwa ketergantungan Pemerintah Kabupaten Bogor terhadap dana bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi semakin lama semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin menurunnya rasio kemandirian daerah, yakni 1.298 pada tahun 2008 menjadi 38 pada tahun 2011.

Berdasarkan hasil analisis SWOT dapat dirumuskan sembilan strategi, meliputi dua strategi agresif, dua strategi stabilitasi/rasionalisasi, empat strategi diversifikasi dan satu strategi defensif. Strategi tersebut digunakan untuk menjalankan tiga kebijakan prioritas, yaitu (1) kebijakan optimalisasi pendanaan pendidikan menengah, (2) kebijakan peningkatan faktor internal pendidikan, dan (3) kebijakan peningkatan kondisi masyarakat. Prioritas strategi tersebut dipetakan melalui Road Map Strategy dengan pendekatan arsitektur strategi dalam bentuk pelaksanaan program/kegiatan untuk jangka waktu lima tahun dengan urutan sebagai berikut : (1) strategi optimalisasi pemanfaatan pendanaan pendidikan menengah. Strategi ini diimplementasikan ke dalam dua program yakni kerjasama pendanaan pendidikan dan penggalangan dana pendidikan untuk wajib belajar 12 tahun. Kerjasama pendanaan dapat ditempuh melalui kegiatan penandatanganan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri

Page 6: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

pada tahun pertama, sedangkan penggalangan dana pendidikan dapat ditempuh melalui kegiatan gerakan sadar menabung siswa sembilan tahun yang bisa dilakukan pada tahun keempat. (2) Meningkatkan aksesibilitas pendidikan di wilayah tertentu. Strategi ini diimplementasikan ke dalam satu program yakni pengembangan fasilitas terutama di wilayah pertanian yang ditempuh melalui empat kegiatan, yaitu pengadaan lahan pada tahun pertama, pemberian kemudahan perijinan bagi pembangunan sekolah baru pada tahun pertama, pembangunan sekolah baru pada tahun ketiga, dan pembangunan sekolah berbasis karakter wilayah pada tahun kelima. (3) Strategi optimalisasi aksesibilitas pendidikan berdasarkan kebutuhan wilayah. Strategi ini diimplementasikan ke dalam dua program, yaitu peningkatan daya tampung siswa terutama di wilayah pertanian dan penataan guru. Peningkatan daya tampung dapat ditempuh melalui tiga kegiatan yaitu pendirian SD-SMP-SMA satu atap yang memungkinkan untuk dilaksanakan pada tahun kedua, penambahan waktu oprasional sekolah yang memungkinkan dilaksanakan pada tahun ketiga, dan penambahan ruang kelas baru yang bisa dimulai pada tahun keempat. Sedangkan pemerataan pendidikan dapat ditempuh melalui tiga kegiatan, yaitu relokasi guru pada tahun pertama, pemberian insentif bagi guru khusus di wilayah tertentu pada tahun kedua, dan rekrutmen guru daerah yang bisa dilaksanakan pada tahun ketiga. (4) Strategi memperbaiki kualitas sarana dan prasarana pendidikan di wilayah yang membutuhkan. Strategi ini diimplementasikan ke dalam satu program yakni perbaikan sarana dan prasarana pendidikan yang ditempuh melalui dua kegiatan, yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua dan akreditasi lembaga pendidikan pada tahun kelima. (5) Strategi pemberian jaminan pendidikan daerah bagi siswa. Strategi ini diimplementasikan ke dalam satu program yakni bantuan daerah untuk siswa yang ditempuh melalui kegiatan pemberian beasiswa daerah dimulai pada tahun ketiga. (6) Strategi meningkatkan pemahaman masyarakat tentang wajib belajar 12 tahun. Strategi ini diimplementasikan ke dalam satu program yakni sosialisasi wajib belajar 12 tahun yang ditempuh melalui kegiatan gerakan sadar sekolah 12 tahun yang dimulai pada tahun pertama. (7) Strategi meningkatkan kepedulian penyelenggara pendidikan terhadap masyarakat. Strategi ini dapat dilaksanakan ke dalam satu program yaitu peningkatan kepedulian terhadap pendidikan masyarakat yang ditempuh melalui tiga kegiatan, yaitu pemberlakuan kuota siswa khusus untuk sekolah peduli lingkungan pada tahun keempat, pemberian beasiswa oleh sekolah swasta pada tahun kelima, dan penerapan sekolah murah bagi siswa kurang mampu pada tahun kelima. (8) Strategi meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Strategi ini diimplementasikan ke dalam satu program yakni peningkatan peran komite sekolah yang ditempuh melalui kegiatan optimalisasi komite sekolah pada tahun ketiga. (9) Strategi meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Strategi ini diimplementasikan ke dalam satu program yakni optimalisasi lintas sektor yang ditempuh melalui kegiatan-kegiatan lintas sektor dan dapat dimulai pada tahun kedua.

Kata kunci : tingkat partisipasi sekolah, faktor internal pendidikan, faktor kondisi masyarakat, faktor karakteristik wilayah, pendanaan pendidikan daerah, priotitas strategi.

Page 7: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 8: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH PROGRAM WAJIB BELAJAR JALUR PENDIDIKAN

FORMAL DI KABUPATEN BOGOR

PRIMA YUNITA PARAMATA

Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 9: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

Penguji Luar Komisi Ujian Tesis : Dr. Ir. Rasidin Karo-Karo Sitepu, M.Si

Page 10: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

Judul Tesis : Strategi Peningkatan Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten Bogor

Nama : Prima Yunita Paramata

NRP : H 252100035

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S Ketua

Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

Dr. Ir. Ma’mun Sarma, M.S, M.Ec

Tanggal Ujian : 20 Juli 2012

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Lulus :

Page 11: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah peningkatan partisipasi sekolah, dengan judul Strategi Peningkatan Partisipasi Sekolah Program wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S dan Bapak Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Rasidin Karo-Karo Sitepu, M.Si dan Bapak A.Faroby Falatehan, SP, M.Si yang telah banyak memberikan saran. Disamping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, M.S, M.Ec selaku ketua program studi Manajemen Pembangunan Daerah beserta segenap staf, Bupati Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan tugas belajar, pimpinan dan staf Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Bogor yang telah membantu kelancaran studi, Bapak Ujang Jelani dan Bapak Alexander yang membantu memberikan saran dalam pengumpulan dan pengolahan data, teman-teman MPD XII atas dukungannya, seluruh responden di Desa karehkel, Kelurahan Cisarua dan Desa Kembang Kuning yang telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan, serta mama, papa dan mertua atas segala doa dan dukungannya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada suami tercinta, Nana Sarip Sumarna UP dan anak-anak tersayang, Alhana, Alyana dan Alqana yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus serta kekuatan dan doa bagi penulis untuk tetap semangat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2012

Prima Yunita Paramata

Page 12: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 10 Juni 1973 dari ayah Ir. Katili Paramata dan ibu Dra. Heryaningsih. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 1990 penulis menamatkan pendidikan SMA dan mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih jurusan Sosial Ekonomi Perikanan pada Fakultas Perikanan IPB dan lulus pada tahun 1994. Pada tahun 2010 penulis mendapatkan beasiswa tugas belajar dari Pemerintah Kabupaten Bogor untuk melanjutkan pendidikan S2 pada program studi Manajemen Pembangunan Daerah IPB.

Penulis pernah bekerja sebagai peneliti pada divisi penelitian dan pengembangan PT. Japfa Comfeed Indonesia yang bergerak pada bidang pakan ternak di Banyuwangi, serta bekerja sebagai guru ekonomi dan akuntansi SMA pada Yayasan Bina Bangsa Sejahtera di Bogor. Sekarang ini penulis bekerja sebagai pegawai negeri sipil pada Subbid Pendidikan dan Kesehatan, Bidang Kesejahteraan rakyat dan Sosial Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor.

Page 13: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .............................................................................................. i DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 4 1.3 Tujuan ................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9 2.1 Pendidikan Sebagai Bagian dari Pembangunan Ekonomi ...... 9 2.2 Definisi Pendidikan yang Terkait Penelitian ............................ 10 2.3 Penyelenggaraan Pendidikan dalam Otonomi Daerah .............. 11 2.4 Peran Pendidikan dalam pembangunan Wilayah .................. 12 2.5 Pelayanan dan Mutu Pendidikan ........................................... 13 2.6 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Sekolah ........ 15 III. METODE PENELITIAN ................................................................... 25 3.1 Kerangka Pemikiran ............................................................ 25 3.2 Lokasi dan Waktu kajian ......................................................... 28 3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 29 3.4 Metode Analisis data .............................................................. 33 3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................ 33 3.4.2 Analisis Regresi Linear Berganda ............................ 33 3.4.3 Analisis Regresi Logistik Biner ................................. 34 3.4.4 Analisis Korelasi ...................................................... 36 3.4.5 Analisis rasio Kemandirian ....................................... 36 3.5 Metode Perumusan Strategi ................................................... 37 3.5.1 Analisis SWOT ........................................................... 37 IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR ........................................ 41 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi ...................................... 41 4.2 Kondisi Kependudukan ........................................................... 44 4.3 Kondisi Perekonomian ............................................................ 47 4.4 Kondisi Sosial ......................................................................... 49 4.5 Kondisi Umum Pendidikan di Kabupaten Bogor ..................... 52 V. FAKTOR-FAKTOR INTERNAL PENDIDIKAN ................................. 55 5.1 Hasil Analisis Paralel Seluruh variabel Faktor Internal terhadap Partisipasi Sekolah ............................................... 55 5.2 Daya Tampung Sekolah .......................................................... 58 5.3 Ketersediaan Guru .................................................................. 61 5.4 Penyelenggara Pendidikan dan Kualitas

Page 14: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

Penyelenggaraan Pendidikan ................................................. 64 5.4.1 Capaian Angka Partisipasi Murni ............................ 65 5.4.2 Jumlah dan Kualitas Ruang Kelas ......................... 66 5.4.3 Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan .................... 66 VI. FAKTOR-FAKTOR KONDISI MASYARAKAT ................................ 69 6.1 Hasil Analisis Paralel Seluruh Variabel Faktor Kondisi Masyarakat terhadap Partisipasi Sekolah ............................. 69 6.2 Faktor Orang Tua .................................................................... 70 6.2.1 Penghasilan Orang Tua ............................................. 71 6.2.2 Pendidikan Orang Tua ............................................... 73 6.3 Faktor Anak ........................................................................... 75 6.3.1 Minat Anak Bersekolah ............................................ 75 6.3.2 Jenis Kelamin ........................................................... 75 VII. FAKTOR KARAKTERISTIK WILAYAH ............................................ 79 7.1 Hasil Analisis Paralel Seluruh Variabel Faktor Karakteristik Wilayah terhadap Partisipasi Sekolah .............. 79 VIII. DUKUNGAN PENDANAAN PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR ..................................................................... 83 8.1 Kemandirian Anggaran Pendidikan di Kabupaten Bogor ........ 83 8.2 Alokasi Anggaran Pendidikan di Kabupaten Bogor ........ 83 8.3 Anggaran Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor ........ 88 IX. STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH ............. 93 9.1 Identifikasi Faktor Berdasarkan Analisis SWOT ................. 93 9.1.1 Identifikasi faktor Kekuatan (Strengths) ........... 93 9.1.2 Identifikasi Faktor Kelemahan (Weaknesses) ........ 94 9.1.3 Identifikasi Faktor Peluang ( Opportunities) ........... 96 9.1.4 Identifikasi Faktor Ancaman (Threats) .............. 97 9.2 Perumusan Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis SWOT .... 98 9.2.1 Strategi S-O (Aggressive Strategies) .................. 99 9.2.2 Strategi W-O (Turn-Around Strategies) ................. 100 9.2.3 Strategi S-T (Diversification Strategies) ................. 101 9.2.4 Strategi W-T (Defensive Strategies) ................. 102 9.3 Penyusunan Road Map Strategy dan Prioritas Program/kegiatan Berdasarkan Pendekatan Arsitektur Strategi ............................................................... 103 9.3.1 Kebijakan Peningkatan Pendanaan Pendidikan........... 106 9.3.2 Kebijakan Peningkatan Faktor Internal Pendidikan ... 106 9.3.3 Kebijakan Peningkatan Kondisi Masyarakat Terutama di Wilayah Pertanian ............................................. 111 X. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 115 10.1 Kesimpulan ........................................................................... 115 10.2 Saran ...................................................................................... 117 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 119 LAMPIRAN ................................................................................................ 124

Page 15: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Persentase Data Putus Sekolah di Berbagai Jenjang Pendidikan di Indonesia Tahun 2006-2009 ......................................................... 3 2. Perbandingan Jumlah Siswa Pada Jalur Pendidikan Formal dan Non Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011 ................................. 4 3. Kriteria Penentuan Kawasan Berdasarkan Sektor Pertanian, Perdagangan/Jasa, serta Industri ................................................... 30 4. Pemilihan Kecamatan Sampel Berdasarkan Kategori Sektor dan APM 31 5. Tujuan, Metode, Jenis dan Sumber Data ....................................... 32 6. Batasan Faktor Internal dan Eksternal dalam Analisis SWOT .... 37 7. Matriks SWOT ..................................................................................... 38 8. Kondisi Administratif Kabupaten Bogor Tahun 2012 .......................... 43 9. Pembagian Desa Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bogor .............. 44 10. PDRB Kabupaten Bogor tahun 2007-2010 .................................... 48 11. Capaian IPM Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010 ...................... 49 12. Laju Peningkatan Capaian IPM Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010 ................................................................................ 50 13. Perbandingan Kasus Masalah Sosial di kabupaten Bogor Tahun 2007 dan tahun 2010 ................................................................... 51 14. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Internal Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Sekolah ............................................ 56 15. Capaian APM SMA/Sederajat Tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011 .................................................................................... 57 16. Penyelenggaraan Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2011 ..................................................................................... 59 17. Perbandingan Guru-Sekolah Formal pada Jenjang Pendidikan Menengah di Setiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2010 .... 62 18. Komposisi Jumlah Guru dan Perbandingannya terhadap Sekolah di

Kabupaten Bogor Tahun 2011 ........................................................ 64 19. Perbandingan Penyelenggara Pendidikan Menengah Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011 ......................................................... 65

Page 16: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

20. Perbandingan Kualitas Ruang Kelas Antar Penyelenggara Pendidikan Menengah Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011 ..... 66 21. Status Askreditasi Sekolah di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jenis Sekolah Tahun 2011 ............................................................. 67 22. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Kondisi Masyarakat terhadap Partisipasi Sekolah ......................................................... 66 23. Keadaan Responden Berdasarkan Penghasilan................................... 71 24. Responden Berdasarkan Penghasilan dan Jumlah Tanggungan Keluarga ......................................................................................... 72 25. Perbandingan Hubungan Penghasilan Orang Tua dengan Partisipasi Sekolah Anak di Lokasi Sampel ..................................................... 73 26. Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan .......................... 74 27. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Partisipasi Sekolah Anak Berdasarkan Lokasi Sampel ........................................................... 74 28. Hubungan Minat Anak Bersekolah dengan Partisipasi Sekolah

Berdasarkan Lokasi Sampel .......................................................... 75 29. Perbandingan Anak yang Bersekolah dan Tidak Bersekolah Berdasarkan Jenis Kelamin di Lokasi Sampel ................................ 77 30. Hasil Anaklisis Statistik Pengaruh Faktor Karakteristik Wilayah

terhadap Partisipasi Sekolah ....................................................... 79 31. Hubungan Antara Pekerjaan Orang Tua dengan Partisipasi Sekolah

Anak Berdasarkan Karakteristik Wilayah............................................... 81 32. Perkembangan Belanja APBD Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011 .. 84 33. Perbandingan antara Persentase Kenaikan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung pada Anggaran Pendidikan Tahun 2008-2011 ........................................................................................ 87 34. Perbandingan Belanja Pendidikan Menengah terhadap Total Belanja Pendidikan ...................................................................................... 88 35. Perbandingan Dana Bantuan terhadap Belanja Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011 .......................... 90 36. Kebijakan, Strategi, Program dan Kegiatan Peningkatan Partisipasi Sekolah Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten Bogor ................. 105

Page 17: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Peringkat Pendidikan Indonesia terhadap Negara-Negara Asia Lainnya Tahun 2011 ...................................................................... 2 2. Capaian Angka Partisipasi Murni Jenjang Pendidikan Formal Tahun 2011 di Kabupaten Bogor................................................... 5 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Strategi Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar di Kabupaten Bogor.................................................. 27 4. Letak Geografis Kabupaten Bogor .................................................. 41 5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bogor Menurut Wilayah............ 45 6. Struktur Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2010........................ 45 7. Persentase Penduduk Kabupaten Bogor yang Bekerja Menurut Sektor Tahun 2010......................................................................... 46 8. Permasalahan Kependudukan di Kabupaten Bogor....................... 47 9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010... 47 10. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010..... 48 11. Laju Inflasi di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010......................... 49 12. Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bogor Tahun 2010 Berdasarkan latar belakang............................................................ 51 13. Perkembangan Jumlah Sekolah dalam Kewenangan Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011.............................................. 52 14. Perbandingan Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011.............................................................................. 53 15. Perkembangan Jumlah Guru di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011....................................................................................... 53 16. Perbandingan Jumlah Guru Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011............................................................................ 54 17. Kondisi Ruang Kelas Berdasarkan Jenis Pendidikan Menengah Formal di Kabupaten Bogor tahun 2011.......................................... 60 18. Perbandingan Capaian APM Penyelenggara Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor Tahun 2011.......................................... 65

Page 18: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

19. Keadaan Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan................. 73 20. Perbandingan Jumlah Anak Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Lokasi Sampel................................................................................ 76 21. Perbandingan Antara Anak laki-laki dan Perempuan yang Bersekolah dan Tidak Bersekolah.................................................. 76 22. Perbandingan Karakter Wilayah dengan Partisipasi Sekolah......... 80 23. Perkembangan Rasio Kemandirian Belanja Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011................................................ 83 24. Perkembangan Komposisi Belanja Langsung dan Tidak Langsung APBD Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011....................................... 85 25. Perbandingan Belanja APBD dengan Belanja Pendidikan di Kabupaten Bogor tahun 2008-2011 .............................................. 86 26. Komposisi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung pada Anggaran Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011......... 87 27. Perbandingan Belanja Pendidikan Menengah terhadap Belanja Langsung dan Total Belanja Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011 ...................................................................................... 89 28. Persentase Peningkatan Jumlah Dana Bantuan Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011......................... 90 29. Matriks Analisis SWOT dan Perumusan Alternatif Strategi ........... 99 30. Road Map Prioritas Peningkatan Partisipasi Sekolah pada Jenjang Pendidikan Menengah di kabupaten Bogor................................... 113

Page 19: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Internal terhadap

APM .......................................................................................... 124 2. Hasil Analisis Statistik Logistik Biner untuk Faktor Kondisi Masyarakat ................................................................................ 127 3. Hasil Analisis Statistik Logistik Biner Pengaruh Karakteristik Lingkungan terhadap Partisipasi Sekolah .................................... 132

Page 20: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

i

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .............................................................................................. i DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 4 1.3 Tujuan ................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9 2.1 Pendidikan Sebagai Bagian dari Pembangunan Ekonomi ...... 9 2.2 Definisi Pendidikan yang Terkait Penelitian ............................ 10 2.3 Penyelenggaraan Pendidikan dalam Otonomi Daerah .............. 11 2.4 Peran Pendidikan dalam pembangunan Wilayah .................. 12 2.5 Pelayanan dan Mutu Pendidikan ........................................... 13 2.6 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Sekolah ........ 15 III. METODE PENELITIAN ................................................................... 25 3.1 Kerangka Pemikiran ............................................................ 25 3.2 Lokasi dan Waktu kajian ......................................................... 28 3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 29 3.4 Metode Analisis data .............................................................. 33 3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................ 33 3.4.2 Analisis Regresi Linear Berganda ............................ 33 3.4.3 Analisis Regresi Logistik Biner ................................. 34 3.4.4 Analisis Korelasi ...................................................... 36 3.4.5 Analisis rasio Kemandirian ....................................... 36 3.5 Metode Perumusan Strategi ................................................... 37 3.5.1 Analisis SWOT ........................................................... 37 IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR ........................................ 41 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi ...................................... 41 4.2 Kondisi Kependudukan ........................................................... 44 4.3 Kondisi Perekonomian ............................................................ 47 4.4 Kondisi Sosial ......................................................................... 49 4.5 Kondisi Umum Pendidikan di Kabupaten Bogor ..................... 52 V. FAKTOR-FAKTOR INTERNAL PENDIDIKAN ................................. 55 5.1 Hasil Analisis Paralel Seluruh variabel Faktor Internal terhadap Partisipasi Sekolah ............................................... 55 5.2 Daya Tampung Sekolah .......................................................... 58 5.3 Ketersediaan Guru .................................................................. 61 5.4 Penyelenggara Pendidikan dan Kualitas

Page 21: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

ii

Penyelenggaraan Pendidikan ................................................. 64 5.4.1 Capaian Angka Partisipasi Murni ............................ 65 5.4.2 Jumlah dan Kualitas Ruang Kelas ......................... 66 5.4.3 Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan .................... 66 VI. FAKTOR-FAKTOR KONDISI MASYARAKAT ................................ 69 6.1 Hasil Analisis Paralel Seluruh Variabel Faktor Kondisi Masyarakat terhadap Partisipasi Sekolah ............................. 69 6.2 Faktor Orang Tua .................................................................... 70 6.2.1 Penghasilan Orang Tua ............................................. 71 6.2.2 Pendidikan Orang Tua ............................................... 73 6.3 Faktor Anak ........................................................................... 75 6.3.1 Minat Anak Bersekolah ............................................ 75 6.3.2 Jenis Kelamin ........................................................... 75 VII. FAKTOR KARAKTERISTIK WILAYAH ............................................ 79 7.1 Hasil Analisis Paralel Seluruh Variabel Faktor Karakteristik Wilayah terhadap Partisipasi Sekolah .............. 79 VIII. DUKUNGAN PENDANAAN PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR ..................................................................... 83 8.1 Kemandirian Anggaran Pendidikan di Kabupaten Bogor ........ 83 8.2 Alokasi Anggaran Pendidikan di Kabupaten Bogor ........ 83 8.3 Anggaran Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor ........ 88 IX. STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH ............. 93 9.1 Identifikasi Faktor Berdasarkan Analisis SWOT ................. 93 9.1.1 Identifikasi faktor Kekuatan (Strengths) ........... 93 9.1.2 Identifikasi Faktor Kelemahan (Weaknesses) ........ 94 9.1.3 Identifikasi Faktor Peluang ( Opportunities) ........... 96 9.1.4 Identifikasi Faktor Ancaman (Threats) .............. 97 9.2 Perumusan Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis SWOT .... 98 9.2.1 Strategi S-O (Aggressive Strategies) .................. 99 9.2.2 Strategi W-O (Turn-Around Strategies) ................. 100 9.2.3 Strategi S-T (Diversification Strategies) ................. 101 9.2.4 Strategi W-T (Defensive Strategies) ................. 102 9.3 Penyusunan Road Map Strategy dan Prioritas Program/kegiatan Berdasarkan Pendekatan Arsitektur Strategi ............................................................... 103 9.3.1 Kebijakan Peningkatan Pendanaan Pendidikan........... 106 9.3.2 Kebijakan Peningkatan Faktor Internal Pendidikan ... 106 9.3.3 Kebijakan Peningkatan Kondisi Masyarakat Terutama di Wilayah Pertanian ............................................. 111 X. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 115 10.1 Kesimpulan ........................................................................... 115 10.2 Saran ...................................................................................... 117 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 119 LAMPIRAN ................................................................................................ 124

Page 22: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

iii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Persentase Data Putus Sekolah di Berbagai Jenjang Pendidikan di Indonesia Tahun 2006-2009 ......................................................... 3 2. Perbandingan Jumlah Siswa Pada Jalur Pendidikan Formal dan Non Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011 ................................. 4 3. Kriteria Penentuan Kawasan Berdasarkan Sektor Pertanian, Perdagangan/Jasa, serta Industri ................................................... 30 4. Pemilihan Kecamatan Sampel Berdasarkan Kategori Sektor dan APM 31 5. Tujuan, Metode, Jenis dan Sumber Data ....................................... 32 6. Batasan Faktor Internal dan Eksternal dalam Analisis SWOT .... 37 7. Matriks SWOT ..................................................................................... 38 8. Kondisi Administratif Kabupaten Bogor Tahun 2012 .......................... 43 9. Pembagian Desa Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bogor .............. 44 10. PDRB Kabupaten Bogor tahun 2007-2010 .................................... 48 11. Capaian IPM Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010 ...................... 49 12. Laju Peningkatan Capaian IPM Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010 ................................................................................ 50 13. Perbandingan Kasus Masalah Sosial di kabupaten Bogor Tahun 2007 dan tahun 2010 ................................................................... 51 14. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Internal Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Sekolah ............................................ 56 15. Capaian APM SMA/Sederajat Tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011 .................................................................................... 57 16. Penyelenggaraan Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2011 ..................................................................................... 59 17. Perbandingan Guru-Sekolah Formal pada Jenjang Pendidikan Menengah di Setiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2010 .... 62 18. Komposisi Jumlah Guru dan Perbandingannya terhadap Sekolah di

Kabupaten Bogor Tahun 2011 ........................................................ 64 19. Perbandingan Penyelenggara Pendidikan Menengah Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011 ......................................................... 65

Page 23: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

iv

20. Perbandingan Kualitas Ruang Kelas Antar Penyelenggara Pendidikan Menengah Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011 ..... 66 21. Status Askreditasi Sekolah di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jenis Sekolah Tahun 2011 ............................................................. 67 22. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Kondisi Masyarakat terhadap Partisipasi Sekolah ......................................................... 66 23. Keadaan Responden Berdasarkan Penghasilan................................... 71 24. Responden Berdasarkan Penghasilan dan Jumlah Tanggungan Keluarga ......................................................................................... 72 25. Perbandingan Hubungan Penghasilan Orang Tua dengan Partisipasi Sekolah Anak di Lokasi Sampel ..................................................... 73 26. Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan .......................... 74 27. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Partisipasi Sekolah Anak Berdasarkan Lokasi Sampel ........................................................... 74 28. Hubungan Minat Anak Bersekolah dengan Partisipasi Sekolah

Berdasarkan Lokasi Sampel .......................................................... 75 29. Perbandingan Anak yang Bersekolah dan Tidak Bersekolah Berdasarkan Jenis Kelamin di Lokasi Sampel ................................ 77 30. Hasil Anaklisis Statistik Pengaruh Faktor Karakteristik Wilayah

terhadap Partisipasi Sekolah ....................................................... 79 31. Hubungan Antara Pekerjaan Orang Tua dengan Partisipasi Sekolah

Anak Berdasarkan Karakteristik Wilayah............................................... 81 32. Perkembangan Belanja APBD Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011 .. 84 33. Perbandingan antara Persentase Kenaikan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung pada Anggaran Pendidikan Tahun 2008-2011 ........................................................................................ 87 34. Perbandingan Belanja Pendidikan Menengah terhadap Total Belanja Pendidikan ...................................................................................... 88 35. Perbandingan Dana Bantuan terhadap Belanja Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011 .......................... 90 36. Kebijakan, Strategi, Program dan Kegiatan Peningkatan Partisipasi Sekolah Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten Bogor ................. 105

Page 24: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Peringkat Pendidikan Indonesia terhadap Negara-Negara Asia Lainnya Tahun 2011 ...................................................................... 2 2. Capaian Angka Partisipasi Murni Jenjang Pendidikan Formal Tahun 2011 di Kabupaten Bogor................................................... 5 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Strategi Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar di Kabupaten Bogor.................................................. 27 4. Letak Geografis Kabupaten Bogor .................................................. 41 5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bogor Menurut Wilayah............ 45 6. Struktur Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2010........................ 45 7. Persentase Penduduk Kabupaten Bogor yang Bekerja Menurut Sektor Tahun 2010......................................................................... 46 8. Permasalahan Kependudukan di Kabupaten Bogor....................... 47 9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010... 47 10. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010..... 48 11. Laju Inflasi di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010......................... 49 12. Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bogor Tahun 2010 Berdasarkan latar belakang............................................................ 51 13. Perkembangan Jumlah Sekolah dalam Kewenangan Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011.............................................. 52 14. Perbandingan Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011.............................................................................. 53 15. Perkembangan Jumlah Guru di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011....................................................................................... 53 16. Perbandingan Jumlah Guru Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011............................................................................ 54 17. Kondisi Ruang Kelas Berdasarkan Jenis Pendidikan Menengah Formal di Kabupaten Bogor tahun 2011.......................................... 60 18. Perbandingan Capaian APM Penyelenggara Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor Tahun 2011.......................................... 65

Page 25: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

vi

19. Keadaan Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan................. 73 20. Perbandingan Jumlah Anak Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Lokasi Sampel................................................................................ 76 21. Perbandingan Antara Anak laki-laki dan Perempuan yang Bersekolah dan Tidak Bersekolah.................................................. 76 22. Perbandingan Karakter Wilayah dengan Partisipasi Sekolah......... 80 23. Perkembangan Rasio Kemandirian Belanja Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011................................................ 83 24. Perkembangan Komposisi Belanja Langsung dan Tidak Langsung APBD Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011....................................... 85 25. Perbandingan Belanja APBD dengan Belanja Pendidikan di Kabupaten Bogor tahun 2008-2011 .............................................. 86 26. Komposisi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung pada Anggaran Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011......... 87 27. Perbandingan Belanja Pendidikan Menengah terhadap Belanja Langsung dan Total Belanja Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011 ...................................................................................... 89 28. Persentase Peningkatan Jumlah Dana Bantuan Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011......................... 90 29. Matriks Analisis SWOT dan Perumusan Alternatif Strategi ........... 99 30. Road Map Prioritas Peningkatan Partisipasi Sekolah pada Jenjang Pendidikan Menengah di kabupaten Bogor................................... 113

Page 26: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Internal terhadap APM .......................................................................................... 124 2. Hasil Analisis Statistik Logistik Biner untuk Faktor Kondisi Masyarakat ................................................................................ 127 3. Hasil Analisis Statistik Logistik Biner Pengaruh Karakteristik Lingkungan terhadap Partisipasi Sekolah .................................... 132

Page 27: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan negara yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia saat

memproklamirkan kemerdekaannya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hal ini secara jelas tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Tujuan ini ditetapkan dalam konstitusi negara dengan pertimbangan bahwa

negara yang besar dan maju terletak pada kekuatan sumberdaya manusianya

yang berkualitas. Tilaar (2004) menyebutkan lima karakteristik kehidupan bangsa

yang cerdas, yaitu: (1) bangsa yang terdidik, (2) bangsa yang dapat memilih

sehingga dia bertanggung jawab atas pilihannya, (3) bangsa yang dapat

berpartisipasi di dalam kehidupan bermasyarakat bangsanya dan masyarakat

dunia, (4) bangsa yang mempunyai keterampilan dan lapangan kerja yang cukup

sehingga dapat meningkatkan derajat hidupnya dan sekaligus dapat bersaing

dengan bangsa-bangsa yang lain di dalam era globalisasi, dan (5) bangsa yang

menjaga keutuhan bangsa dengan identitas pluralistik di dalam masyarakatnya.

Sejalan dengan tujuan negara tersebut, maka pendidikan merupakan faktor

penting yang penyelenggaraannya ditujukan untuk mempersiapkan masyarakat

Indonesia dengan kualitas pendidikan tertentu yang distandarkan, baik secara

nasional maupun internasional, karena masyarakat yang berkualitas merupakan

aset dan investasi negara dalam hal sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya

manusia bukan semata-mata disebabkan oleh faktor pendidikan, namun

pendidikan menjadi faktor terpenting yang akan mempengaruhi aspek-aspek

lainnya. Menurut Suryadi (2002), investasi sumberdaya manusia (SDM) bukan

hanya tanggung jawab salah satu sektor pembangunan, tetapi tanggung jawab

multisektor di dalam satu kesatuan secara integral. Di samping itu, pendidikan

dapat dikatakan sebagai katalisator utama pengembangan sumberdaya manusia

dan faktor pendorong untuk mempercepat perubahan struktur ekonomi dan

ketenagakerjaan.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menjelang 67 tahun

kemerdekaan masih menyisakan banyak permasalahan. Ditinjau dari capaian

Indeks Pembangunan Pendidikan untuk Semua (PUS), Indonesia menempati

Page 28: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

2

peringkat ke-69 dari 127 negara di dunia1. Gambar 1 menyajikan data

perbandingan peringkat kondisi Pendidikan untuk Semua (Education for All)

antara Indonesia dengan negara-negara Asia lainnya.

Sumber : Harian Kompas, 3 Maret 2011 Gambar 1. Peringkat Pendidikan Indonesia Terhadap Negara-Negara Asia Lainnya Tahun 2011.

Permasalahan pendidikan lainnya adalah masih terdapatnya siswa putus

sekolah. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional RI tahun 2010,

masih terdapat siswa putus sekolah pada setiap jenjang pendidikan. Persentase

jumlah siswa putus sekolah meningkat seiring dengan semakin tingginya jenjang

pendidikan, sehingga angka putus sekolah tertinggi terdapat pada jenjang

pendidikan menengah (SMA/sederajat). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

1 Data ini dikeluarkan oleh UNESCO dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report

tahun 2011. Peringkat ini ternyata mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni peringkat

ke-65. Berdasarkan katagori yang telah ditentukan dalam pertemuan di Dakar, Senegal tahun

2000, peringkat ini membawa Indonesia ke dalam katagori medium (0,80-0,94 poin) dengan

melihat dari angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas,

angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah

dasar (Harian Kompas, 2011).

Page 29: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

3

Tabel 1. Persentase Data Putus Sekolah di Berbagai Jenjang Pendidikan di Indonesia Tahun 2006-2009

Tahun SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA

2006 2,37 2,88 3,08

2007 1,81 3,94 3,33

2008 1,64 2,49 2,68

2009 1,65 2,06 4,27

Rata -rata 1,87 2,84 3,34

Sumber : Pusat Statistik Pendidikan, 2010

Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah2, pemerintah daerah

diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan pendidikan dasar dan

menengah yang bersinergi dengan kewenangan pemerintah pusat. Salah satu

program pemerintah pusat adalah penyelenggaraan wajib belajar pendidikan

dasar sembilan tahun, yang berlaku wajib bagi seluruh penduduk usia sekolah 7-

15 tahun, dimana mereka harus menamatkan pendidikannya hingga ke jenjang

pendidikan SMP/sederajat. Program wajib belajar pendidikan sembilan tahun

kemudian diikuti dengan program wajib belajar pendidikan dua belas tahun bagi

seluruh penduduk usia sekolah 16-18 tahun, dimana mereka harus menamatkan

pendidikannya hingga ke jenjang pendidikan SMA/sederajat. Dengan adanya

otonomi daerah, program wajib belajar ini juga menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah.

Pemberlakuan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan

dua belas tahun ini masih tetap menjadi fokus pemerintah daerah selama angka

partisipasi sekolah belum mencapai seratus persen. Capaian angka partisipasi

sekolah di Jawa Barat pada tahun 2010 untuk tingkat SD baru mencapai 94

persen, SMP 85 persen dan SMA 57 persen. Adapun capaian angka partisipasi

murni di Kabupaten Bogor tahun 2011, baik pendidikan formal maupun non

formal pada tingkat SD/sederajat telah mencapai 110,41 persen, SMP/sederajat

88,77 persen, dan SMA/sederajat 39,76 persen. Capaian partisipasi sekolah

terendah baik di Jawa Barat maupun di Kabupaten Bogor, terdapat pada jenjang

pendidikan menengah (SMA) yang masih berkisar di bawah 60 persen.

2 Otonomi Daerah diundangkan melalui paket paket UU Otonomi Daerah (UU 22/99 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU 25/99 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Daerah yang diperbaharui dengan UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU 33/2004

tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

Page 30: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

4

Pemerintah Provinsi Jawa Barat masih sulit meningkatkan angka partisipasi

pendidikan SMA. Hal ini terutama disebabkan oleh keterbatasan ruang kelas3.

Rendahnya partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah (SMA/

sederajat) perlu dikaji penyebabnya. Terdapat banyak faktor selain kurangnya

daya tampung sekolah yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah. Salah satu faktor

penyebab adalah minimnya kemampuan penyediaan dana pemerintah dan

pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan. Di

sisi lain juga ditentukan oleh faktor kondisi masyarakat dan karakter wilayah

tempat tinggal. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu kajian

menyangkut bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan partisipasi

sekolah jenjang pendidikan menengah melalui jalur pendidikan formal.

1.2 Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah otonom yang pada tahun

2010 memiliki penduduk terbanyak di Indonesia, yakni 4.763.209 jiwa atau 11,06

persen dari total penduduk Jawa Barat dan 2,00 persen dari total penduduk

Indonesia. Jumlah penduduk usia sekolah (7-18 tahun) tercatat sebesar 21,09

persen dari total penduduknya. Sebagian besar penduduk usia sekolah yang

bersekolah memilih jalur pendidikan formal. Hal inilah yang menyebabkan hingga

saat ini fokus perhatian pemerintah daerah lebih banyak diarahkan pada

penyelenggaraan jalur pendidikan formal, karena masyarakat senantiasa

memberikan perhatian lebih besar untuk menempuh jalur pendidikan formal

daripada jalur pendidikan non formal. Tingginya animo masyarakat terhadap

pendidikan formal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Jumlah Siswa Pada Jalur Pendidikan Formal dan Non Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Jenjang Pendidikan Jumlah Siswa/Warga Belajar

Total Siswa Formal % Non Formal %

SD / Sederajat 658.258 657.258 99,85 1.000 0,15

SMP/ Sederajat 245.687 242.437 98,68 3.250 1,32

SMA / Sederajat 131.906 128.586 97,48 3.320 2,52

Sumber : Statistik Pendidikan Kabupaten Bogor, 2012

3 Disampaikan oleh Heryawan (2011) dalam http://www.pikiran-rakyat.com tanggal 1 Februari 2011

Page 31: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

5

Meskipun lebih dari 90 persen penduduk usia sekolah memilih jalur

pendidikan formal, namun capaian angka partisipasi sekolah pada jenjang

pendidikan menengah formal masih cukup rendah, yakni dibawah 50 persen.

Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber : Statistik Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011 Gambar 2. Capaian Angka Partisipasi Murni Jenjang Pendidikan Formal Tahun

2011 di Kabupaten Bogor

Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi rendahnya angka

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah adalah lemahnya faktor

internal pendidikan dalam memberikan akses dan layanan pendidikan, seperti

kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, guru yang berkualifikasi

mengajar, penyelenggara pendidikan dan kualitas penyelenggaraan pendidikan.

Oleh karena itu hal pertama yang perlu dianalisis adalah bagaimana pengaruh

faktor-faktor internal pendidikan terhadap tingkat partisipasi sekolah?

Selain faktor internal pendidikan, faktor kondisi masyarakat seperti faktor

orang tua, dan faktor anak itu sendiri, juga memungkinkan untuk mempengaruhi

rendahnya partisipasi sekolah. Diduga penghasilan dan tingkat pendidikan orang

tua merupakan faktor yang turut berpengaruh. Minat anak untuk melanjutkan

sekolahnya dan jenis kelamin anak juga diduga berpengaruh terhadap tingkat

partisipasi sekolah. Oleh karena itu, hal kedua yang perlu dianalisis adalah

Page 32: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

6

bagaimana pengaruh faktor-faktor kondisi masyarakat terhadap tingkat

partisipasi sekolah?

Kabupaten Bogor setidaknya memiliki tiga karakteristik wilayah yang cukup

menonjol, yaitu pertanian, perdagangan/jasa, dan industri. Diduga, karakter

wilayah ini turut mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah. Oleh karena itu hal

ketiga yang perlu dianalisis adalah bagaimana pengaruh karakteristik wilayah

terhadap tingkat partisipasi sekolah?

Pemerintah Daerah dalam hal ini merupakan pihak yang bertanggung

jawab untuk mengupayakan agar semua penduduk usia sekolah dasar dan

menengah bisa mengenyam pendidikan, meskipun terdapat pihak lain yang juga

menyelenggarakan pelayanan pendidikan, yakni swasta dan Kementerian

Agama. Pemerintah Daerah secara otonom memiliki kewenangan dalam

mengalokasikan anggaran belanja daerah yang ada untuk berbagai urusan

pemerintahan daerah, tak terkecuali pendidikan. Belanja pada setiap komponen

pendidikan dapat menunjukkan sejauhmana fokus pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan pendidikan yang diantaranya ditujukan untuk menuntaskan

program wajib belajar. Penganggaran pendidikan di daerah kabupaten/kota juga

tidak terlepas dari bantuan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Oleh

karena itu hal keempat yang perlu dianalisis adalah bagaimana kemandirian

pendanaan pendidikan menengah di Kabupaten Bogor?

Berdasarkan empat rumusan masalah yang spesifik tersebut, maka hal

kelima yang perlu diketahui adalah Bagaimana strategi yang tepat diambil

oleh Pemerintah Kabupaten Bogor untuk meningkatkan partisipasi sekolah

pada jenjang pendidikan menengah?

1.3 Tujuan

Penyusunan Tugas Akhir dengan judul Strategi Peningkatan Partisipasi

Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten Bogor ini

bertujuan utama untuk merumuskan strategi Pemerintah Kabupaten Bogor

dalam meningkatkan partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah

formal. Untuk mendukung tujuan utama tersebut, perlu ditetapkan tujuan

spesifik , yaitu :

Page 33: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

7

(1) Menganalisis faktor-faktor internal pendidikan yang mempengaruhi tingkat

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal di

Kabupaten Bogor.

(2) Menganalisis faktor-faktor kondisi masyarakat yang mempengaruhi tingkat

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal di

Kabupaten Bogor.

(3) Menganalisis faktor karakteristik wilayah yang mempengaruhi tingkat

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal di

Kabupaten Bogor.

(4) Menganalisis kemandirian pendanaan daerah pada sektor pendidikan

khususnya jenjang pendidikan menengah formal di Kabupaten Bogor.

(5) Merumuskan prioritas strategi dan program/kegiatan peningkatan

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk :

(1) Memberikan informasi berdasarkan hasil kajian secara akademis kepada

Pemerintah Kabupaten Bogor mengenai kondisi tingkat partisipasi sekolah

jalur pendidikan formal, sehingga pemerintah Kabupaten Bogor dapat

mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap pencapaian penuntasan

program wajib belajar dan peningkatan rata-rata lama sekolah.

(2) Bagi Pemerintah Kabupaten Bogor bermanfaat dalam perumusan

kebijakan strategis yang holistik, baik dalam sudut pandang internal

penyelenggaraan pendidikan, maupun eksternal yang terkait dengan faktor

sosial ekonomi masyarakat untuk meningkatkan partisipasi sekolah pada

jenjang pendidikan menengah, khususnya jalur pendidikan formal.

Page 34: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

8

Page 35: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan sebagai Bagian dari Pembangunan Ekonomi

Pendidikan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi tidak terlepas dari

adanya perencanaan pembangunan. Terdapat tujuh ciri perencanaan

pembangunan yang dikemukakan oleh Arsyad (1993), salah satunya adalah

adanya usaha untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap

(steady social economic growth). Begitu pula di antara enam unsur pokok

pembangunan, perencanaan pembangunan adalah program investasi yang

dilakukan secara sektoral (Arsyad,1993).

Berdasarkan perspektif pembangunan ekonomi, sumberdaya manusia,

ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya alam, dan kapasitas produksi yang

terpasang merupakan empat faktor dinamika yang memiliki interaksi dalam

perkembangan ekonomi jangka panjang. Peran sumberdaya manusia mengambil

tempat yang sentral, khususnya dalam pembangunan ekonomi negara-negara

berkembang, dimana kesejahteraan manusia dijadikan tujuan pokok dalam

ekonomi masyarakat (Djojohadikusumo, 1994). Lebih lanjut Djojohadikusumo

menyatakan bahwa telaahan mengenai peran pendidikan dalam pembangunan

biasanya berpangkal pada saran pendapat bahwa pendidikan merupakan

prasyarat untuk meningkatkan martabat manusia. Melalui pendidikan, warga

masyarakat mendapat kesempatan untuk membina kemampuannya dan

mengatur kehidupannya secara wajar. Perluasan kesempatan untuk memperoleh

pendidikan berarti membuka kesempatan ekonomis untuk mengupayakan

perbaikan dan kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat. Pembinaan mutu

sumberdaya manusia dalam rangka pembangunan ekonomi harus diartikan

sebagai usaha untuk meningkatkan dan meluaskan keterampilan teknis, keahlian

profesional dan kecerdasan akademis dalam kehidupan masyarakat secara

menyeluruh. Sementara Suryadi (2002) menyatakan bahwa pendidikan adalah

faktor pendorong untuk mempercepat perubahan struktur ekonomi dan

ketenagakerjaan.

Page 36: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

10

2.2 Definisi Pendidikan yang Terkait dengan Penelitian

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan

tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Masih menurut Undang-Undang

tersebut, sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan

yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang -

Undang No. 20 Tahun 2003, pasal 3).

Beberapa definisi variabel-variabel pendidikan menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah :

(1) Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai

dengan tujuan pendidikan .

(3) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

tinggi.

Page 37: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

11

(4) Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh

warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah

daerah.

(5) Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan

pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

(6) Sumberdaya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam

penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan,

masyarakat, dana, sarana dan prasarana.

2.3 Penyelenggaraan Pendidikan dalam Otonomi Daerah

Menurut Syarief, 2000 dalam Sjafrizal (2008), pada dasarnya ada tiga

alasan pokok mengapa diperlukan otonomi daerah, yaitu: (1) Political Equality,

yaitu guna meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada tingkat daerah, (2)

Local Accountability, yaitu meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab

pemerintah daerah dalam mewujudkan hak dan aspirasi masyarakat di daerah,

(3) Local Responsiveness, yaitu meningkatkan tanggung jawab pemerintah

daerah terhadap masalah-masalah sosial ekonomi yang terjadi di daerahnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan perspektif pemerintahan, pemerintah daerah yang memiliki

keunggulan bersaing adalah yang mempunyai kemampuan membentuk,

memiliki, mengelola resource, capabilities, dan kompetensi yang unggul, seperti

keuangan, sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kemampuan teknologi,

serta invisible asset seperti pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

(Muhammad, 2004). Lebih lanjut Muhammad menyatakan bahwa sebagian besar

daerah dalam melihat sumber-sumber kemakmuran hanya terfokus pada faktor

Page 38: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

12

karunia alam, sedangkan faktor bentukan manusia kurang mendapat perhatian

yang memadai padahal ini yang sangat menentukan.

Penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu kewenangan

pemerintahan daerah. Dengan adanya otonomi, daerah memiliki ruang yang

cukup untuk menata pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kekhasan

daerah dengan tanpa mengabaikan standar mutu pendidikan nasional, meskipun

di banyak daerah, pendidikan dipandang sebagai as business as usual / bukan

sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Alokasi

anggaran pendidikan memiliki korelasi positif dengan kualitas pendidikan yang

pada gilirannya menentukan kualitas sumberdaya manusia. Daerah-daerah yang

memiliki pendidikan berkualitas rata-rata memiliki infrastruktur pendidikan yang

bagus dan didukung oleh humanware berkualitas, pemerintah daerahnya

mengalokasikan anggaran pendidikan yang memadai (Muhammad, 2004).Di

samping itu mutu pendidikan pada umumnya menjadi lebih baik jika dilakukan

dengan menggunakan proses desentralisasi ( Chan, dkk, 2006).

Menurut Sjafrizal (2008), pengertian otonomi daerah mencakup dua hal

pokok yaitu : kewenangan untuk membuat hukum sendiri (own laws) dan

kebebasan untuk mengatur pemerintahan sendiri (self government). Oleh

karena itu, menurut Sjafrizal (2008) strategi pembangunan ekonomi daerah

berorientasi pada: (1) basis keuntungan komparatif daerah, (2) pengembangan

komoditi unggulan, (3) peningkatan kemampuan teknologi daerah, (4)

peningkatan kualitas sumberdaya manusia daerah, (5) pengembangan

kewirausahaan daerah, (6) pengembangan kawasan ekonomi terpadu, (7)

peningkatan kerjasama ekonomi antar daerah, (8) pembangunan ekonomi kota,

dan (9) pengembangan ekonomi desa.

2.4 Peran Pendidikan dalam Pembangunan Wilayah Daerah

Pembangunan daerah dengan pendekatan pengembangan kawasan akan

dapat meningkatkan daya guna dan nilai guna sumberdaya lokal, karena

pemanfaatan dilakukan secara ekonomis, efektif dan efisien (Sjafrizal, 2008).

Kegiatan pembangunan disusun berdasarkan karakteristik sumberdaya lokal

yang menunjukkan keandalannya sehingga membuka ruang bagi para pelaku

pembangunan terlibat secara aktif dalam proses pengembangannya (Sjafrizal,

2008). Pendekatan pembangunan kewilayahan selain dapat meningkatkan peran

Page 39: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

13

serta para pelaku pembangunan dalam proses pembangunan juga

menyeimbangkan pembangunan antar wilayah dan mengembangkan sektor-

sektor potensial yang disepakati dalam musyawarah pembangunan kawasan

tersebut (Sjafrizal, 2008).

Ketimpangan pembangunan antar wilayah pada dasarnya disebabkan oleh

adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi

demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan

ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong suatu proses pembangunan

juga menjadi berbeda. Karena itu tidaklah mengherankan bilamana pada setiap

daerah biasanya terdapat wilayah maju (developed region) dan wilayah

terbelakang (underdeveloped region). Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini

membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah.

Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai

implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang

dilakukan oleh pemerintah daerah (Sjafrizal, 2008).

Menurut Adi (2001) terdapat alternatif kebijakan untuk mengembangkan

daerah terbelakang, misalnya melalui investasi yang langsung diarahkan ke

sektor produktif atau penanaman modal di bidang social-overhead seperti

pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, pendidikan dan infrastruktur lainnya.

Ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat dapat disebabkan oleh banyak

faktor, diantaranya adalah karena rendahnya faktor pendidikan, keterampilan,

ataupun keahlian dari sumberdaya manusia yang ada di masyarakat tersebut.

2.5 Pelayanan dan Mutu Pendidikan

Menurut Djojohadikusumo (1994), di satu pihak tuntutan zaman

mengharuskan agar mutu pendidikan ditingkatkan dan kalau perlu membatasi

perluasannya secara kuantitatif, namun di pihak lain akan dihadapi secara terus

menerus desakan masyarakat agar disediakan kesempatan pendidikan yang

semakin meluas dengan fasilitasnya yang semakin banyak, kendatipun

mengabaikan segi mutunya. Di semua negara berkembang hal itu sungguh

memerlukan kearifan dalam pengelolaan kebijaksanaan pendidikan, yaitu untuk

memelihara titik-titik keseimbangan dalam perkembangan keadaan diantara dua

rupa pertimbangan yang dimaksud tadi.

Page 40: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

14

Guru merupakan salah satu indikator mutu pendidikan. Menurut

Djojohadikusumo (1994), kunci kebijaksanaan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan pada umumnya ialah memperbaiki mutu tenaga pengajar dan

membina motivasi golongan pengajar. Kelemahan pokok dalam sistem

pendidikan di negara-negara berkembang terletak pada sistem dan struktur

pendidikan umum di tingkat menengah dan yang langsung berkaitan dengan

pendidikan guru yang diperlukan.

Terdapat tiga upaya pengembangan pendidikan, yakni : (1) peningkatan

jumlah dan kualitas tenaga pendidikan, (2) pengembangan prasarana dan

sarana pendidikan, (3) perubahan manajemen pendidikan. Upaya pertama dan

kedua sudah diusahakan sejak lama namun demikian hasilnya masih belum

memadai. Karena itu, program pengembangan tersebut perlu terus dilanjutkan

dan dikembangkan (Sjafrizal, 2008).

Menurut Mulyasa (2002), perwujudan masyarakat berkualitas menjadi

tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik

menjadi subyek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang

tangguh, kreatif, mandiri dan profesional pada bidang masing-masing. Dalam

konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses

pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat

berbagai input seperti bahan ajar (kognitif, afektif atau psikomotorik), metodologi

(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi

dan sarana prasarana, dan sumberdaya lainnya serta penciptaan suasana yang

kondusif. Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang

dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu, dapat berupa hasil tes

kemampuan akademis dan prestasi di bidang lain (Departemen Pendidikan

Nasional, 2006). Mutu dalam konteks pendidikan berkaitan dengan upaya

memberikan pelayanan yang paripurna dan memuaskan bagi pemakai jasa

pendidikan (Sujanto, 2007).

Tinjauan kebermutuan pendidikan akan dilihat secara relatif dalam

berbagai aspek dan bergantung pada beberapa faktor, yakni : (1) pelayanan

penyelenggaraan pendidikan (dimensi proses), (2) ketersediaan fasilitas sarana

prasarana, (3) kuantitas dan kualitas tenaga kependidikan, (4) prestasi akademis

siswa, (5) kepuasan dan kepercayaan orang tua atau masyarakat kepada sistem

pendidikan (sekolah), (6) keterserapan lulusan oleh dunia kerja, (7) dampak

Page 41: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

15

terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan yang semakin bermartabat, dan (8)

kemampuan kompetisi lulusan dalam kehidupan (Sujanto, 2007).

Peningkatan hasil ditujukan oleh perbaikan dan perubahan keadaan secara

fisik yang diikuti oleh kepuasan masyarakat. Perbaikan dalam pelayanan

termasuk upaya pembentukan citra yang baik sangat penting agar peran serta

masyarakat terhadap pelayanan dapat ditingkatkan (Sjafrizal, 2008).

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan

antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada

berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang

sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator ini digunakan untuk

mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua

jenjang pendidikan. Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah

yang bersekolah di suatu daerah. Nilai ideal APS = 100 % dan tidak akan terjadi

lebih besar dari 100 %, karena murid usia sekolah dihitung dari murid yang ada

di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah.

Rumus untuk menghitung Angka Partisipasi Sekolah menurut Wakhinuddin4

(2009) adalah :

dimana :

N1 = Jumlah murid berbagai jenjang pendidikan pada kelompok usia sekolah tertentu

N2 = Jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tertentu yang sesuai

Perhitungan tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah

dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu APK (Angka Partisipasi Kasar)

atau APM (Angka Partisipasi Murni). APK didefinisikan sebagai perbandingan

antara jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan

4 Wakhinuddin, S. 2009. Angka Partisipasi Dalam Pendidikan. http://wakhinuddin. wordpress.com/

Page 42: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

16

sebagainya) dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan

dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk

mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan

tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak

usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.

Nilai APK bisa lebih besar dari 100 % karena terdapat murid yang berusia di luar

usia resmi sekolah, terletak di daerah kota, atau terletak pada daerah

perbatasan.

Rumus yang digunakan adalah :

Dimana :

N1 = Jumlah murid pada jenjang pendidikan menengah N2 = Jumlah penduduk usia 16-18 tahun

Adapun APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa

kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia

sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini

digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah

pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi APM berarti banyak

anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat pendidikan

tertentu. Nilai ideal APM = 100 % karena adanya murid usia sekolah dari luar

daerah tertentu, diperbolehkannya mengulang di setiap tingkat, daerah kota, atau

daerah perbatasan.

Rumus yang digunakan adalah:

Dimana :

N1 = Jumlah murid pada jenjang pendidikan menengah umur 16-18 tahun N2 = Jumlah penduduk usia 16-18 tahun

Perhitungan tingkat partisipasi sekolah dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan APM dengan pertimbangan agar diketahui tingkat partisipasi

sesungguhnya penduduk yang berusia sekolah 16-18 yang bersekolah pada

jenjang pendidikan menengah.

Page 43: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

17

Tingkat partisipasi sekolah dipengaruhi oleh ketersediaan daya tampung

sekolah, baik ruang kelas maupun pemerataan sarana. Iskandar (2009)

melakukan tiga analisis, yaitu: (1) analisis terhadap persebaran jumlah fasilitas

pendidikan SMA dan SMP di Kota Bogor untuk mengetahui gambaran

persebaran dan pemerataan jumlah fasilitas pendidikan SMP dan SMA di tiap

kecamatan, (2) analisis pemenuhan kebutuhan penduduk akan fasilitas

pendidikan SMP dan SMA untuk membandingkan kapasitas di setiap kecamatan

terhadap penduduk usia SMP dan SMA, dan (3) analisis tingkat pelayanan

fasilitas penduduk SMP dan SMA untuk melihat jangkauan layanan fasilitas

pendidikan dan aksesibilitas fasilitas.

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sebaran

fasilitas SMP dan SMA belum sesuai dengan standar pemerataan jumlah fasilitas

yang seharusnya. Fasilitas pendidikan SMP dan SMA belum bisa memenuhi

seluruh kebutuhan penduduk, dimana tingkat pemenuhan pada jenjang SMP

mencapai 90 persen, sedangkan SMA baru mencapai 47 persen. Di sisi lain,

tingkat pelayanan fasilitas yang baik dan merata belum tercapai di wilayah kota,

padahal jangkauan pelayanan sudah sampai keluar tingkat kecamatan. Malik

(2009) menyimpulkan bahwa pelayanan fasilitas pendidikan SLTA di Kabupaten

Minahasa Tenggara belum efisien dari aspek perbandingan pemenuhan

kebutuhan masyarakat dengan kecukupan jumlah fasilitas pendidikan dan

aksesibilitas berupa kondisi jalan. Hingga tahun 2028, Kabupaten Minahasa

Tenggara masih membutuhkan penambahan 24 buah SLTA.

Tingkat partisipasi sekolah juga dipengaruhi oleh seberapa besar peran

penyelenggara pendidikan, baik negeri maupun swasta. Lembaga

penyelenggara pendidikan swasta memiliki peran yang besar dalam

pembangunan pendidikan menengah. Chamidi (2002), menyimpulkan bahwa

secara umum sumbangan sekolah swasta terhadap pengembangan pendidikan

adalah besar walaupun kontribusi tersebut belum optimal. Salah satu cara yang

mungkin dapat digunakan untuk mengoptimalkan peran sekolah swasta adalah

dengan meningkatkan kualitas sekolah-sekolah swasta melalui : (1) pendirian

atau pembangunan sekolah swasta yang seharusnya berdasarkan keperluan

atau kebutuhan masyarakat setempat dan bukan pada keinginan pemerintah

pusat, (2) peningkatan kompetensi dan kualitas guru, peningkatan kualitas

sarana/prasarana pendidikan, peningkatan perencanaan pendidikan termasuk

kurikulum dan evaluasi.

Page 44: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

18

Menurut Muhammad (2004), kerap dipahami keliru bahwa pendidikan

semata-mata hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, padahal tanggung

jawab terhadap pendidikan adalah kewajiban kita semua; masyarakat, orang tua

peserta didik, sekolah dan pemerintah. Sekarang kita dihadapkan pada

keragaman mutu pendidikan, terutama setelah era otonomi. Ada daerah yang

mampu menghadirkan pendidikan berkualitas, tetapi ada juga daerah yang

pendidikannya sangat tertinggal. Secara umum penyelenggaraan pendidikan

dapat dilakukan oleh pihak swasta dalam bentuk pendirian sekolah swasta,

dimana sekolah swasta adalah sekolah yang diusahakan oleh selain pemerintah,

yaitu badan-badan swasta (Hasbullah, 2006).

Peran masyarakat dalam memantau pelaksanaan pendidikan juga turut

mempengaruhi pelaksanaan pendidikan dan tingkat partisipasi sekolah. Muiz

(2008) menyimpulkan bahwa Dewan Pendidikan dalam proses penyusunan

RKPD di Kota Cimahi ditempatkan pada derajat pemberi informasi berkualitas,

teman konsultasi sejati dan dewan penasehat yang efektif. Namun dalam

perencanaan kegiatan, Dewan Pendidikan sebagai pengguna layanan kegiatan

penyusunan RKPD hanyalah berfungsi sebagai partisipan yang wajib mengikuti

prosedur teknis dan operasional yang telah ditetapkan. Dewan Pendidikan tidak

dapat menentukan format maupun mekanisme pelaksanaan.

Di samping itu, tingkat partisipasi sekolah juga dipengaruhi oleh

kemampuan lembaga penyelenggara pendidikan dalam memperhatikan

karakteristik dan kebutuhan masyarakat dalam pendanaan pendidikan. Kurniady

(2004) menyimpulkan bahwa dalam menyelenggarakan pendidikan, suatu

lembaga seharusnya memperhatikan karakteristik, aspirasi dan kebutuhan

masyarakat. Sumber pendapatan sekolah pada jenjang pendidikan SMU

mayoritas berasal dari orang tua dan pemerintah. Dana yang diperoleh dari

orang tua dipergunakan untuk proses kegiatan pembelajaran kurikuler dan

ekstrakurikuler, sedang penerimaan dari pemerintah berupa gaji pegawai, KBM,

BOMM (Bantuan Operasional Manajemen Mutu), BIS (Bantuan Imbal Swadaya

dan Block Grant).

Kualitas penyelenggara pendidikan merupakan salah satu penentu tingkat

partisipasi sekolah. Chamidi (2002), menyimpulkan bahwa lembaga pendidikan

swasta memiliki kualitas yang sangat bervariasi. Untuk itu perlu adanya

keseimbangan anggaran yang proporsional antara sekolah negeri dengan

Page 45: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

19

sekolah swasta serta kejelasan dalam job description. Sudibyo (2009)

menyimpulkan bahwa masalah terhambatnya akreditasi pada SMA Islam

Pragolapati Semarang sejak tahun 1986 dengan status belum terakreditasi

(terdaftar) disebabkan oleh kurangnya pembinaan dan bimbingan terhadap

keseluruhan manajemen sekolah, padahal sekolah ini berpotensi untuk

terakreditasi. Akibatnya, dalam mengikuti ujian nasional, para siswa di sekolah ini

terpaksa harus menginduk pada sekolah negeri. Disamping itu letak sekolah

yang strategis berdekatan dengan SLTP serta mudah dijangkau oleh sarana

transportasi memungkinkan sekolah ini diminati oleh masyarakat sekitar. Adanya

status terakreditasi membuat minat masyarakat menyekolahkan semakin

meningkat.

Faktor kondisi masyarakat diduga mempengaruhi tingkat partisipasi

sekolah. Achmad (2008) menyimpulkan bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS)

untuk tingkat nasional tahun 2006 terbagi ke dalam empat kelompok umur, yaitu

7–12 tahun mewakili usia SD, 13–15 tahun mewakili usia SLTP, 16–18 tahun

mewakili usia SLTA, dan 19–24 tahun mewakili usia Perguruan Tinggi. Secara

umum, APS kelompok umur 7-12 tahun sebesar 97,39, APS kelompok umur 13-

15 tahun sebesar 84,08 persen, APS kelompok umur 16-18 tahun sebesar 53,92

persen dan APS kelompok umur 19-24 tahun sebesar 11,38 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi kelompok umur, semakin rendah Angka

Partisipasi Sekolah.

Bila didasarkan pada jenis kelamin, APS perempuan sedikit lebih besar

pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun, sementara pada kelompok

umur 16-18 dan 19-24 APS laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Ini berarti

bahwa semakin tinggi kelompok umur, partisipasi sekolah perempuan semakin

rendah. Bila diperhatikan lebih lanjut menurut daerah tempat tinggal, APS

penduduk perkotaan lebih besar dari APS penduduk pedesaan untuk semua

kelompok umur. Perbedaan menjadi semakin besar untuk kelompok umur yang

lebih tua. Ini berarti bahwa partisipasi sekolah bagi penduduk yang tinggal di

perkotaan lebih tinggi dibandingkan penduduk yang tinggal di pedesaan.

Semakin tinggi kelompok umur, semakin tinggi kesenjangan partisipasi sekolah

antara penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.

Status ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya APS. Semakin tinggi status ekonomi rumah tangga, memperlihatkan

Page 46: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

20

angka APS yang tertinggi untuk semua kelompok umur sekolah, setelah itu

posisi APS berikutnya ditempati oleh golongan status sosial menengah yang

berpendapatan menengah. Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan pada

Madrasah untuk program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dapat tercermin

dari angka APS untuk kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun, tidak

memperlihatkan beda yang terlalu signifikan untuk semua golongan status

ekonomi rumah tangga. Untuk kelompok umur 7-12 tahun APS golongan status

ekonomi tertinggi tercatat 98,70 persen, pada status ekonomi menengah sebesar

98,02 persen, dan pada status ekonomi terendah adalah 96,45 persen.

Perbedaan APS per status ekonomi rumah tangga sedikit melebar tapi

belum terlalu signifikan pada kelompok umur 13-15 tahun, tercatat APS pada

status ekonomi tertinggi sebesar 92,17 persen, selanjutnya pada status ekonomi

rumahtangga menengah APS nya sebesar 88,15 persen dan pada kelompok

status ekonomi terendah menunjukan APS sebesar 77,70 persen. Jarak APS

pada kelompok umur 16-18 antara status ekonomi rumah tangga yang tertinggi

dan terendah di daerah perkotaan sebesar 20,81 persen sedangkan di daerah

pedesaan jaraknya sebesar 29,27. Hal sebaliknya diperlihatkan pada kelompok

umur 19-24 tahun, jarak APS antara golongan status sosial tertinggi dan

terendah pada daerah perkotaan lebih lebar jaraknya dibanding daerah

pedesaan. Perbedaan APS untuk golongan umur ini di daerah perkotaan antara

golongan status ekonomi tertinggi dan terendah adalah sebesar 32,88 persen,

sedangkan di daerah pedesaan hanya berbeda 9,95 persen. Di samping itu,

pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun (7-15 tahun) di seluruh

provinsi telah merata, namun untuk usia 16-18 tahun terdapat kesenjangan antar

provinsi, yakni APS tertinggi diraih oleh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

dan yang terendah diraih oleh Provinsi Sulawesi Barat. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif terhadap perkembangan APK dan

APM menurut jenjang pendidikan.

Lutan (1991) menyatakan bahwa karena tingkat pendapatan yang

memadai belum merata, maka muncullah gejala seolah-olah terjadi proses

alokasi pada lembaga pendidikan. Di satu pihak, lembaga pendidikan merupakan

wahana untuk meningkatkan taraf pendapatan seseorang, tetapi di pihak lain,

pendidikan mendorong pemilahan status sosial. Di sini lah dilema antara

pemerataan dan peningkatan mutu yang harus dibarengi dengan tuntutan biaya

pendidikan yang murah. Letak masalahnya sesungguhnya bukan pada lembaga

Page 47: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

21

pendidikan yang memerlukan biaya, tetapi kesanggupan masyarakat untuk

memenuhi tuntutan pengeluaran yang sangat besar.

Cahyawati dan Oki (2011) menyatakan bahwa masalah pencapaian tuntas

pendidikan dasar terutama pada kelompok masyarakat miskin pada setiap

wilayah masih perlu menjadi perhatian dan penyelesaian. Demikian juga di

Kabupaten Ogan Ilir (OI) yang masih memiliki proporsi kemiskinan cukup tinggi.

Berdasarkan hasil analisis deskripsi menunjukkan bahwa angka putus sekolah

pendidikan dasar kelompok masyarakat miskin di Kabupaten OI sebesar 14,2

persen, rata-rata angka partisipasi murni (APM) SD baru mencapai 83,33 persen

dan rata-rata APM SMP hanya mencapai 67,73 persen. Hasil pemetaan biplot

menunjukkan bahwa kelompok Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang

Kuang, Lubuk Keliat, dan Pemulutan Barat memerlukan perhatian lebih, karena

angka putus sekolah SMP dan persentase penduduk miskin yang masih relatif

lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Demikian juga

Kecamatan Inderalaya dan Payaraman, masih memiliki angka putus sekolah SD

yang masih tinggi, yang dipengaruhi oleh kemiskinan pada kelompok kecamatan

tersebut.

Di samping itu, minat anak untuk bersekolah turut mempengaruhi tingkat

partisipasi sekolah. Demikian pula dengan motivasi orang tua untuk

menyekolahkan atau tidak menyekolahkan anaknya. Hutagaol (2009)

menyimpulkan bahwa minat dan motivasi memberi pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap mutu pendidikan. Dalam hal ini minat yang ada pada siswa

akan memotivasi siswa untuk belajar dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Adapun hal-hal dominan yang mempengaruhi minat adalah ketertarikan, jurusan

dan fasilitas yang ada di sekolah. Pramono (2009) menyimpulkan bahwa

sebanyak 53,33 persen siswa lulusan SLTP berminat melanjutkan pendidikannya

ke jenjang pendidikan menengah kejuruan (SMK). Hal ini disebabkan oleh

kemampuan orang tua dan jumlah keluarga serta keinginan untuk cepat

mendapatkan pekerjaan. Permasalahan yang terjadi adalah bahwa ketersediaan

SMK di Kabupaten Rembang baru dapat menampung 35 persen lulusan SLTP

yang berminat melanjutkan ke sekolah kejuruan.

Suradi (2006) menemukan bahwa tingkat pendidikan sebagian besar

(76,71 persen) penduduk Nusa Tenggara Barat relatif rendah, dimana mereka

tidak pernah sekolah dan hanya menamatkan SD. Berdasarkan Indikator

Page 48: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

22

Kesejahteraan Anak Provinsi Nusa Tenggara Barat (2003), tingkat partisipasi

sekolah penduduk usia 7-18 tahun dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok

usia 7-12 tahun (setingkat SD) sebesar 94,68 persen, kelompok usia 13-15 tahun

(setingkat SLTP) sebesar 72,33 persen dan kelompok usia 16-18 tahun

(setingkat SLTA) sebesar 42,96 persen. Sebagian besar atau 61,76 persen anak

di Nusa Tenggara Barat melakukan kegiatan bersekolah, sedangkan sebesar

21,11 persen atau sekitar 380.000 anak sudah tidak bersekolah lagi dan mereka

memiliki kegiatan bekerja atau menjadi pekerja anak. Anak yang bekerja tersebut

tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan

melakukan pekerjaan seperti membuat kerajinan tangan dan menjajakannya di

daerah-daerah wisata, menjadi pemulung, dan kusir cidomo.

Prayitno (2008) menyimpulkan bahwa pandangan orang tua tentang nilai

anak dalam program wajib belajar sembilan tahun masih rendah. Mereka lebih

senang apabila anak-anak mereka bisa membantu orang tua dalam memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. Persepsi mereka juga terhadap program wajib belajar

sembilan tahun masih rendah. Rata-rata mereka tidak mempedulikan apakah

anaknya mau bersekolah atau tidak, dan tidak ada motivasi serta dukungan dari

orang tua agar anak mereka sekolah. Rendahnya kondisi sosial ekonomi orang

tua mengakibatkan rendahnya pula kemampuan serta dukungan orang tua

terhadap program wajib belajar sembilan tahun. Lutan (1991) menyatakan bahwa

walaupun orang tua menyadari pentingnya pendidikan sebagai investasi, namun

persoalannya juga terkait dengan masalah seberapa lama orang tua sanggup

menanam sahamnya berupa penyediaan biaya bagi anak-anaknya untuk

melanjutkan sekolahnya. Pendidikan formal pada khususnya, lambat laun

memainkan peran sebagai penyaring calon siswa sesuai dengan kemampuan

orang tuanya untuk membiayai kegiatan pendidikannya. Berbagai pungutan pada

setiap kali masuk ke suatu jenjang yang lebih tinggi berkaitan dengan taraf

kemampuan ekonomi suatu keluarga. Semakin tinggi pendapatannya, semakin

kuat kemampuannya untuk membiayai putra-putrinya.

Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi tingkat partisipasi

sekolah adalah kemampuan pendanaan daerah. Toyamah dan Syaikhu (2004)

menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian di 11 kabupaten/kota di

Indonesia yakni di Kabupaten Rejang Lebong, Magelang, Tuban, Gowa, dan

Lombok Barat, serta Kota Pekanbaru, Bandar Lampung, Cilegon, Bandung,

Surakarta dan Pasuruan, sebagian kecil daerah kabupaten/kota tersebut telah

Page 49: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

23

mampu mengalokasikan dana pendidikan di luar belanja pegawai lebih dari 20

persen, sebagian besar daerah hanya mampu mengalokasikan kurang dari 10

persen. Pada umumnya 70 persen penerimaan daerah di kabupaten/kota sampel

berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU), kecuali untuk Kota Pekanbaru, Kota

Cilegon dan Kota Bandung yang hanya sebesar 50 persen. Sumbangan PAD

terhadap total penerimaan daerah rata-rata sebesar 7-8 persen, untuk kota lebih

besar daripada kabupaten yakni lebih dari 10 persen. Kesimpulan lainnya adalah

bahwa akibat alokasi dana semacam ini, sebagian besar SD sampel masih

kekurangan ruang kelas, dan keberadaan fasilitas pendukung relatif tersedia

terbatas. Di samping itu orang tua masih dikenakan biaya pungutan untuk

operasional sekolah dengan kontribusi lebih dari 50 persen.

Oktaviani, R dan Eka, P (2005) menyimpulkan bahwa sektor pendidikan

memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi terhadap sektor pendidikan itu sendiri

dan sektor jasa. Sektor pendidikan juga memiliki keterkaitan kebelakang yang

rendah terhadap sektor pertanian. Dengan demikian, perubahan kebijakan yang

mempengaruhi output sektor pendidikan tidak akan mempengaruhi output di

sektor pertanian dan pertambangan. Peningkatan pengeluaran pemerintah di

sektor pendidikan memberikan dampak positif tertinggi terhadap sektor

pendidikan negeri, tetapi memberikan dampak negatif terhadap sektor

pendidikan swasta. Jika pemerintah memberikan transfer secara langsung

kepada kelompok rumah tangga miskin, maka output pendidikan swasta akan

meningkat lebih tinggi daripada pendidikan negeri. Wajib belajar hingga 12 tahun

perlu digalakkan dan didukung untuk meningkatkan pendidikan Indonesia.

Sjafrizal (2008) mengemukakan bahwa peningkatan kemampuan daerah

tidak hanya dapat dilakukan melalui pengembangan kegiatan pemerintah sendiri,

tapi dapat juga dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta. Tentunya

kerjasama dengan pihak swasta ini hanya akan dapat dilakukan untuk kegiatan

komersil yang dapat mendatangkan keuntungan kepada pihak swasta yang

bersangkutan dan juga memberikan manfaat bagi warga kota. Pola yang lazim

dipakai dalam kerjasama tersebut biasanya adalah dimana pihak pemerintah

memberikan fasilitas dan perizinan serta pembayaran pajak, sedangkan pihak

swasta melakukan investasi. Pengelolaan kegiatan diserahkan seluruhnya

kepada pihak swasta sebagai pemilik modal. Peningkatan kerjasama dengan

pihak swasta ini akan sangat penting artinya bagi daerah yang mempunyai

keuangan relatif rendah.

Page 50: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

24

Page 51: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

25

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Dalam rangka melaksanakan kewenangan otonomi daerah yang salah

satunya adalah penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah, Pemerintah

Kabupaten Bogor berfungsi untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan

pendidikan masyarakat hingga dapat menyelesaikan pendidikannya sampai pada

jenjang pendidikan menengah. Hal ini dilakukan untuk menuntaskan program

wajib belajar yang merupakan program nasional.

Secara umum pelaksanaan program wajib belajar di Kabupaten Bogor

khususnya pada jalur pendidikan formal belum tuntas pada jenjang pendidikan

dasar (SMP/MTs) dan menengah (SMA/MA/SMK). Capaian angka partisipasi

murni untuk pendidikan dasar SMP/MTs pada jalur formal telah mencapai 87,52

persen. Hal ini berarti pemerintah daerah harus melakukan upaya-upaya

penyempurnaan kebijakan untuk menyelesaikan program wajib belajar sembilan

tahun jenjang pendidikan SMP/MTs dan mulai merintis upaya-upaya untuk

meningkatkan partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah, karena

capaian angka partisipasi sekolah untuk jenjang pendidikan menengah formal

baru mencapai 38,54 persen pada tahun 2011. Oleh karena itu dibutuhkan

strategi yang tepat untuk dapat menuntaskan program wajib belajar pada jalur

menengah ini.

Rendahnya capaian angka partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan

menengah ini diduga disebabkan oleh empat faktor utama, yakni:

(1) Faktor internal pendidikan, dimana diduga dikontribusi oleh kondisi daya

tampung sekolah yang diwakili oleh jumlah ruang kelas layak pakai, jumlah

guru yang layak mengajar, partisipasi dari penyelenggara pendidikan, serta

kualitas penyelenggaraan pendidikan.

(2) Faktor kondisi masyarakat. Terjadinya faktor ini diduga disebabkan oleh

faktor orang tua dan anak. Faktor orang tua diduga dikontribusi oleh

pengaruh penghasilan dan pendidikan. Faktor anak, diduga dikontribusi

oleh minat untuk melanjutkan sekolah dan jenis kelamin juga diduga

mempengaruhi partisipasi sekolah.

Page 52: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

26

(3) Faktor karakteristik wilayah. Faktor karakteristik wilayah tempat tinggal

yang bercorak pertanian, perdagangan/jasa atau industri, diduga

berkontribusi terhadap partisipasi sekolah.

(4) Faktor dukungan pendanaan daerah. Faktor ini diduga disebabkan oleh

minimnya alokasi anggaran asli daerah untuk pendidikan menengah.

Oleh karena itu diperlukan metode yang tepat untuk menganalisis faktor-

faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat partisipasi sekolah pada

jalur pendidikan formal jenjang pendidikan menengah tersebut. Dengan demikian

diharapkan akan muncul rumusan prioritas strategi yang dijabarkan dalam

bentuk kebijakan dan program/kegiatan untuk mengatasi penyebab-penyebab

tersebut. Hasil perumusan prioritas strategi tersebut dapat dijadikan kebijakan

penting bagi daerah untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah yang pada

akhirnya berdampak pada tuntasnya program wajib belajar di Kabupaten Bogor.

Pada Gambar 3 dapat dilihat kerangka alur pikir penelitian yang dibagi

dalam dua tahapan yakni tahapan identifikasi dan analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya angka partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan

menengah formal, serta tahapan perumusan strategi.

Page 53: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

27

Faktor Kondisi

Masyarakat (Analisis Regresi

Logistik Biner)

Faktor Pendanaan

Daerah (Analisis Rasio Kemandirian

Anggaran Pendidikan)

Ketersediaan Daya Tampung Sekolah

Ketersediaan guru

Penyelenggara Pendidikan dan

Kualitas Penyelenggaraan

Pendidikan

Faktor Orang tua

Faktor Anak

Alokasi Anggaran

Pendidikan

Angka Partisipasi

Sekolah Jenjang

pendidikan Menengah

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Strategi Peningkatan Partisipasi Sekolah

Program Wajib Belajar di Kabupaten Bogor

STRATEGI

PENINGKATAN

ANGKA PARTISIPASI

SEKOLAH JENJANG

SMA

PROGRAM WAJIB

BELAJAR

KEBIJAKAN

DAERAH

STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH JENJANG PENDIDIKAN

MENENGAH FORMAL (Analisis SWOT dan Arsitektur Strategi)

KEBIJAKAN

DAERAH

Tahapan Identifikasi dan Analisis Faktor

Tahapan Perumusan dan Perancangan Strategi

Faktor Karakteristik

Wilayah (Analisis Regresi Logistik Biner)

Wilayah

Pertanian

Wilayah

Perdagangan

/ jasa

Wilayah

Industri

Faktor Internal

Pendidikan (Analisis Regresi Linear berganda)

Page 54: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di wilayah otonomi Pemerintah Kabupaten

Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara

sengaja dengan pertimbangan :

(1) Kabupaten Bogor merupakan daerah otonomi yang dekat dengan ibukota

negara. Dengan demikian dampak pembangunan di ibukota negara ini

sedikit banyak akan memberikan pengaruh terhadap kondisi ekonomi,

sosial, lingkungan dan keamanan Kabupaten Bogor. Tidak terkecuali dari

pertimbangan tersebut, hal ini juga akan berpengaruh pada dunia

pendidikan khususnya tingkat partisipasi sekolah masyarakat Kabupaten

Bogor.

Di samping itu luas wilayah Kabupaten Bogor yang terbagi atas 40

kecamatan dan 430 desa/kelurahan, menyebabkan perlunya perhatian

lebih besar dalam hal pengelolaan dan pemantauan daerah. Hal ini

disebabkan oleh adanya dinamika antar kecamatan dan desa yang

cenderung berbeda. Salah satu hal yang membedakannya adalah

berdasarkan lapangan usaha. Beberapa kecamatan yang ada di wilayah

Barat dan Timur Kabupaten Bogor didominasi oleh sektor pertanian yang

dicirikan oleh banyaknya rumah tangga pertanian, karena sebagian besar

penduduknya bekerja di sektor pertanian. Sebagian besar kecamatan di

wilayah Tengah didominasi oleh sektor perdagangan dan jasa yang

dicirikan oleh banyaknya aktivitas usaha perdagangan dan jasa yang

dilakukan oleh masyarakat. Sementara itu, beberapa kecamatan di wilayah

Timur didominasi oleh sektor industri yang dicirikan oleh banyaknya

aktivitas usaha industri besar dan sedang.

(2) Kabupaten Bogor hingga tahun 2011 merupakan salah satu kabupaten di

Jawa Barat yang belum menuntaskan program wajib belajar, baik sembilan

tahun apalagi dua belas tahun.

Waktu pengambilan dan pengolahan data penelitian dilaksanakan selama

3 bulan, yakni bulan Maret-Mei 2012.

Page 55: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

29

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian ini berdasarkan

jenisnya terdiri atas :

(1) Data primer

Data primer dibutuhkan untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga, yakni

menganalisis faktor-faktor kondisi masyarakat dan faktor karakteristik wilayah

yang mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan

menengah atas di Kabupaten Bogor. Data primer yang diambil berupa data

kualitatif, diperoleh melalui dua cara, yaitu: (1) wawancara terstruktur, yakni

pengumpulan informasi melalui tanya jawab sesuai panduan pertanyaan, dan (2)

penyebaran kuesioner kepada responden yang dianggap mampu menjawab

pertanyaan secara mandiri.

Responden dipilih berdasarkan penentuan sampel dengan menggunakan

teknik cluster sampling dengan langkah-langkah berikut :

(1) Kabupaten Bogor dibagi atas tiga kawasan, yakni: (1) pertanian, (2)

perdagangan/jasa, dan (3) industri.

Kawasan pertanian dicirikan oleh banyaknya penduduk yang bekerja pada

sektor pertanian. Kawasan perdagangan dan jasa dicirikan oleh banyaknya

perusahaan/usaha, sedangkan kawasan industri dicirikan oleh banyaknya

jumlah industri besar dan sedang yang ada di suatu kecamatan.

(2) Melakukan pemeringkatan kecamatan dengan menggunakan data yang

sesuai dengan pembagian berdasarkan tiga kawasan yang ditentukan.

Kriteria penentuan kecamatan yang paling mencirikan sektor pertanian,

perdagangan/jasa, serta industri, dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 56: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

30

Tabel 3. Kriteria Penentuan Kawasan Berdasarkan Sektor Pertanian, Perdagangan dan Jasa, serta Industri

No Kawasan Kriteria

1

Pertanian

1. Jumlah rumah tangga petani dan petani

gurem

2 Perdagangan dan jasa 1. Jumlah perusahaan perdagangan besar dan

eceran

2. Jumlah perusahaan akomodasi dan makan minum, transportasi pergudangan, dan komunikasi

3. Jumlah perusahaan perantara keuangan

4. Jumlah real estate dan usaha persewaan

5. Jumlah jasa pendidikan

6. Jumlah jasa kesehatan dan kegiatan sosial

7. Jumlah jasa kemasyarakatan, sosial budaya,hiburan dan usaha perorangan lainnya

8. Jasa perorangan yang melayani rumah tangga

3

Industri

1. Jumlah industri besar dan sedang

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

(3) Membandingkan kecamatan dengan capaian angka partisipasi sekolah di

wilayah tersebut. Kecamatan yang diambil adalah kecamatan yang masing-

masing memiliki ciri dominan pada sektor pertanian, perdagangan dan

jasa, serta industri dengan nilai APM yang lebih rendah daripada nilai rata-

rata kabupaten pada tahun 2010 yakni 44,21 persen. Berdasarkan

perbandingan hasil pemeringkatan kecamatan dengan capaian APM,

diperoleh tiga kecamatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 57: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

31

Tabel 4. Pemilihan Kecamatan Sampel Berdasarkan Kategori Sektor dan APM

Kategori Sektor Kecamatan APM (%)

1. Pertanian 2. Perdagangan dan jasa 3. Industri

Leuwiliang Cisarua Klapanunggal

36,99 33,06 25,66

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2010 (diolah)

(4) Memilih satu desa pada masing-masing kecamatan yang paling

merepresentasikan ketiga sektor tersebut. Berdasarkan hasil analisis data

sekunder dan informasi dari aparat pemerintahan terkait, ditetapkan 3 desa

yang dijadikan lokasi pengambilan sampel responden, yakni : (1) Desa

Karehkel di Kecamatan Leuwiliang, (2) Kelurahan Cisarua di Kecamatan

Cisarua, dan (3) Desa Kembang Kuning di Kecamatan Klapanunggal.

(5) Menentukan katagori responden di tingkat desa dengan menggunakan

teknik purposive sampling. Teknik sampling ini digunakan berdasarkan

pertimbangan tertentu yakni keluarga yang memiliki anak usia 16-18 tahun

tanpa memperhatikan apakah anak itu bersekolah atau tidak. Adapun

pemilihan responden dilakukan berdasarkan informasi dari pemerintah

desa/kelurahan setempat dan pencarian langsung di lapangan.

(6) Menentukan jumlah responden sebanyak 20 orang untuk masing-masing

lokasi.

(2) Data sekunder

Data sekunder dibutuhkan untuk menjawab tujuan pertama dan keempat

dari penelitian ini, yaitu menganalisis faktor-faktor internal pendidikan yang

mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah pada jenjang menengah atas di

Kabupaten Bogor, dan menganalisis kemandirian pendanaan pendidikan di

Kabupaten Bogor. Jenis data ini diperoleh dari informasi dokumentasi dalam

bentuk studi kepustakaan yang dikeluarkan oleh instansi-instansi yang terkait

dengan topik penelitian. Adapun data sekunder yang dibutuhkan untuk

menjawab tujuan utama dan spesifik penelitian, dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 58: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

32

Tabel 5. Tujuan, Metode, Jenis dan Sumber Data

Tujuan Jenis Data Sumber Metode

Menganalisis faktor-faktor internal pendidikan yang mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Bogor

Data Sekunder: 1. Daya tampung Sekolah a. Jumlah penduduk usia sekolah b. Jumlah penduduk yang usia sekolah yang

bersekolah c. Jumlah sekolah dan ruang kelas 2. Jumlah guru pada jenjang pendidikan

menengah (SMA sederajat) a. Jumlah guru yang layak mengajar (S1-S3) b. Jumlah guru yang tidak layak mengajar (< S1) 3. Jumlah lembaga pendidikan SMA Sederajat a. SMA dan SMK Negeri b. SMA dan SMK Swasta c. MA Negeri d. MA Swasta 4. Status akreditasi sekolah a. Status sekolah berdasarkan nilai akreditasi (A,

B, C)

1. Dinas

Pendidikan 2. Kementerian

Agama 3. BPS 4. Bappeda

1. Analisis

statistik deskriptif

2. Analisis Korelasi

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Menganalisis faktor-faktor kondisi masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Bogor.

Data Primer

Responden

1. Analisis

statistik deskriptif

2. Analisis Regresi Logistik Biner

3. Analisis Korelasi

Menganalisis faktor karakteristik wilayah yang mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah di kabupaten Bogor

Data Primer

Responden

1. Analisis

statistik deskriptif

2. Analisis Regresi Logistik Biner

3. Analisis Korelasi

Menganalisis kemandirian pendanaan daerah untuk sektor pendidikan di Kabupaten Bogor

1. Anggaran Pendidikan asli APBD 2. Anggaran pendidikan bantuan non APBD

1. Bappeda 2. Dinas

Pengelolaan Keuangan Daerah

Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Merumuskan strategi peningkatan partisipasi sekolah di Kabupaten Bogor

Hasil olah data primer dan sekunder

1. Analisis

SWOT 2. Arsitektur

Strategi

Sumber : Hasil Analisis

Page 59: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

33

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data yang dikumpulkan sehingga mendapatkan hasil

dan kesimpulan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka digunakan

motode analisis data sebagai berikut :

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Pada penelitian ini, analisis statistik deskriptif digunakan untuk

menjabarkan dan menggambarkan secara deskriptif masing-masing faktor yang

diteliti. Di samping itu, analisis ini digunakan untuk membantu pengidentifikasian

unsur-unsur faktor internal dan eksternal dalam analisis SWOT.

3.4.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda adalah analisis regresi yang digunakan untuk

menduga nilai variabel terikat (dependent) dengan menggunakan lebih dari satu

variabel bebas (independent). Parameter penting yang dihasilkan dari analisis

regresi berganda yang bermanfaat untuk mengambil kesimpulan adalah: (1)

koefisien determinasi yang menggambarkan persentase keragaman variabel

terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas di mana nilai koefisien

determinasi semakin mendekati 100% berarti semakin baik, (2) selang

kepercayaan model yang menggambarkan tingkat perbedaan nyata (signifikan)

dari persamaan yang digunakan yang nilainya biasanya adalah 90 – 95% (alfa :

0,1 atau alfa : 0,05), (3) nilai intersep dan nilai koefisien model beserta selang

kepercayaannya masing-masing yang menggambarkan berapa nilai intersep dan

nilai koefisien masing-masing variabel bebas beserta selang kepercayaannya di

mana nilai-nilai ini kemudian dapat disusun menjadi sebuah persamaan regresi

berganda (Wibowo, 2008). Analisis regresi liner berganda ini digunakan untuk

menduga nilai variabel-variabel yang sesuai dengan tujuan pertama dari

penelitian.

Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor internal pendidikan yang diduga

mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah,

digunakan persamaan :

Page 60: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

34

Dimana :

Y(t) = Tingkat Partisipasi Sekolah tahun tertentu yang dicirikan oleh APM ßo = Koefisien intersep X1 = Ketersediaan daya tampung yang diwakili oleh jumlah ruang kelas

layak pakai X2 = Ketersediaan guru layak mengajar X3 = Kualitas penyelenggara pendidikan yang diwakili oleh akreditasi

sekolah t = tahun analisis

3.4.3 Analisis Regresi Logistik Biner

Analisis regresi logistik adalah analisis yang mengkaji hubungan pengaruh

peubah-peubah penjelas (X) terhadap peubah respon (Y) melalui model

persamaan matematis tertentu, dimana peubah respon dalam analisis regresi

berupa peubah kategori (Firdaus, 2011). Analisis ini merupakan suatu teknik

untuk menerangkan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon.

Pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon

dilakukan melalui transformasi dari regresi linear ke dalam bentuk logit. Adapun

formula transformasi logit tersebut menurut Firdaus (2011) adalah :

Dimana :

pi = peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon (Y) untuk orang ke-i, dengan nilai p berada antara 0-1

loge = logaritma dengan basis bilangan e

Adapun model yang digunakan untuk analisis regresi logistik adalah :

Dimana :

Logit (pi) = peluang kejadian sukses peubah respon (Y) β0 = intersep model garis regresi β1-n = slope model garis regresi X1-n = variabel penjelas

Page 61: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

35

Hipotesa yang dibangun dari persamaan regresi logistik biner adalah :

H0 = persamaan regresi bernilai 0, yakni [Logit (pi)] = 0

H1 = persamaan regresi tidak bernilai 0, yakni [Logit(pi)] ≠ 0

Untuk menguji kelayakan model regresi logistik biner yang dibangun, digunakan

metode maximum likelihood. Model dinyatakan layak digunakan apabila nilai -2

Log Likelihood < nilai chi square tabel. Adapun Berdasarkan uji Hosmer and

Lemeshow, jika nilai signifikansi > 0,05, maka terima H0. Hal ini berarti model

dinyatakan layak dan bisa diinterpretasikan. Sebaliknya jika nilai signifikansi <

0,05, maka tolak H0, dimana nilai 0,05 merupakan tingkat kepercayaan 95

persen.

Analisis regresi logistik biner dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor kondisi masyarakat yang diduga mempengaruhi tingkat

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal. Adapun variabel

respon (Y) dan variabel penjelas (X) yang digunakan adalah :

Y = Tingkat Partisipasi Sekolah yang dicirikan oleh nilai kategori “0” yaitu tidak bersekolah, dan “1” yaitu bersekolah

X1 = Faktor penghasilan orang tua yang dicirikan oleh nilai kategori (0) untuk penghasilan orang tua yang berada di bawah UMK, dan (1) untuk penghasilan orang tua yang berada di atas UMK

X2 = Faktor pendidikan orang tua yang dicirikan oleh nilai kategori (0) untuk orang tua yang berpendidikan SD ke bawah, dan (1) untuk orang tua yang berpendidikan SMP ke atas

X3 = Faktor minat anak bersekolah yang dicirikan oleh nilai kategori (0) untuk anak yang tidak berminat sekolah, dan (1) untuk anak yang berminat sekolah

X4 = Faktor jenis kelamin anak yang dicirikan oleh nilai kategori (0) untuk anak yang berjenis kelamin laki-laki, dan (1) untuk anak yang berjenis kelamin perempuan

Analisis regresi logistik biner dalam penelitian ini juga digunakan untuk

mengetahui faktor karakteristik wilayah yang diduga mempengaruhi tingkat

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal. Adapun variabel

respon (Y) dan variabel penjelas (X) yang digunakan adalah :

Y = Tingkat Partisipasi Sekolah yang dicirikan oleh nilai kategori “0” yaitu tidak bersekolah, dan “1” yaitu bersekolah

Page 62: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

36

X1 = Faktor karakteristik wilayah yang dicirikan oleh nilai kategori (0) untuk karakteristik wilayah pertanian, dan (1) untuk karakteristik wilayah perdagangan dan jasa

X2 = Faktor karakteristik wilayah yang dicirikan oleh nilai kategori (0) untuk karakteristik wilayah pertanian, dan (1) untuk karakteristik wilayah industri

3.4.4 Analisis Korelasi

Analisis ini digunakan untuk melihat sejauhmana keeratan hubungan

antara variabel-variabel yang diduga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal dengan capaian

tingkat partisipasi sekolah.

Rumus yang digunakan menurut Siregar, (2010) adalah :

Dimana :

r = koefisien korelasi X = variabel X yang digunakan Y = variabel tingkat partisipasi sekolah

3.4.5 Analisis Rasio Kemandirian

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan daerah dalam

membiayai sendiri pembangunan pendidikan, khususnya pembangunan

pendidikan menengah formal. Analisis ini juga dapat menunjukkan seberapa

besar ketergantungan daerah terhadap pembiayaan pendidikan dari pihak luar.

Rumus yang digunakan adalah :

Dimana :

RK = Rasio Kemandirian tahun tertentu APA = Anggaran pendidikan menengah asli daerah APB = Anggaran pendidikan menengah bantuan luar

Page 63: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

37

Keterangan :

Jika nilai rasio kemandirian semakin kecil, maka semakin besar ketergantungan

pemerintah daerah dalam membangun sektor pendidikan terhadap dana

bantuan, dan sebaliknya.

3.5 Metode Perumusan Strategi

Metode perumusan strategi digunakan untuk menganalisis alternatif

strategi yang mungkin muncul dari faktor-faktor hasil analisis data primer dan

sekunder.

3.5.1 Analisis SWOT

Analisis ini ditujukan untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi

suatu masalah yang berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT terdiri dari dua tahap, yaitu :

(1) identifikasi unsur SWOT, yakni unsur internal (kekuatan dan kelemahan) dan

eksternal (peluang dan ancaman), dan (2) perumusan strategi melalui matriks

SWOT yang berfungsi untuk menganalisis kondisi internal dan eksternal dari

faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya partisipasi sekolah pada

jenjang pendidikan SMA. Unsur-unsur internal dan eksternal yang diidentifikasi

diperoleh dari hasil analisis terhadap data primer dan sekunder yang digunakan.

Adapun batasan lingkungan internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Batasan Faktor Internal dan Eksternal dalam Analisis SWOT

Faktor Internal Faktor Eksternal

Semua unsur yang berhubungan dengan faktor internal pendidikan, meliputi: 1. Ketersediaan ruang kelas layak pakai 2. Ketersediaan guru yang berkualifikasi

mengajar 3. Kualitas penyelenggaraan pendidikan

(akreditasi sekolah)

Semua unsur yang berhubungan dengan faktor kondisi masyarakat, meliputi : 1. Penghasilan orang tua 2. Pendidikan orang tua 3. Motivasi orang tua menyekolahkan anak 4. Minat anak bersekolah 5. Jenis kelamin anak

Semua unsur yang berhubungan dengan karakteristik wilayah, meliputi : 1. Wilayah pertanian 2. Wilayah perdagangan/jasa 3. Wilayah industri

Semua unsur yang berhubungan dengan pendanaan pendidikan menegah

Sumber : Hasil Identifikasi

Page 64: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

38

Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal kemudian disandingkan

dalam matriks SWOT seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Matriks SWOT

Internal Strengths (S) Weaknesses (W)

Eksternal

Opportunities (O)

Strategi S-O Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O Memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan

Threats (T)

Strategi S-T Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti (1997)

Hasil perumusan strategi melalui analisis SWOT kemudian ditindaklanjuti

dengan melakukan pemetaan strategi berdasarkan prioritas melalui pendekatan

road map strategy. Menurut Baga (2009) pendekatan ini dapat menjelaskan dan

menunjukkan beberapa hal yang mendasar, yaitu :

(1) Prioritas penanganan suatu strategi dibandingkan strategi lainnya dengan

tetap menganggap penting semua strategi yang berhasil dirumuskan.

Perbedaan prioritas terlihat pada urutan urgensi penanganan suatu

strategi.

(2) Hubungan sekuensial antar strategi, sehingga dapat menghindarkan

terjadinya inefisiensi dan inefektivitas strategi.

(3) Hubungan resiprokal antar strategi yang mengindikasikan adanya

ketergantungan antar strategi dan pengaruh satu strategi terhadap strategi

lainnya.

(4) Menjelaskan time-frame implementasi masing-masing strategi dalam

periode waktu tertentu.

Implementasi strategi yang telah dipetakan kemudian disajikan melalui

perancangan arsitektur strategi. Arsitektur strategi merupakan sebuah

Page 65: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

39

pendekatan untuk mengimplementasikan perencanaan masa depan yang

dibangun sendiri berdasarkan keinginan untuk dapat melaksanakan

program/kegiatan agar lebih terarah sesuai dengan prioritas kebutuhan yang

telah ditetapkan sebelumnya (Yoshida, 2006).

Penyusunan arsitektur strategi dilakukan dengan mempertimbangkan

empat hal, yaitu :

(1) Urutan prioritas strategi yang telah dipetakan berdasarkan hasil identifikasi

faktor internal dan eksternal.

(2) Urutan prioritas kebijakan yang menjadi fokus dari beberapa strategi yang

berhubungan.

(3) Kesesuaian program/kegiatan dengan waktu pelaksanaan.

(4) Hubungan antar kegiatan.

Page 66: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

40

Page 67: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

41

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi

Kabupaten Bogor merupakan salah satu dari 26 kabupaten/kota di Provinsi

Jawa Barat yang memiliki luas ± 298.838,304 Ha. Secara geografis Kabupaten

Bogor terletak di antara 6º18'0" – 6º47'10" Lintang Selatan dan 106º23'45" –

107º13'30" Bujur Timur dan berbatasan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa

Barat serta Provinsi Banten. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Bogor

adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan,

Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten/Kota Bekasi;

- Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak;

- Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten

Cianjur dan Kabupaten Purwakarta;

- Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan

Kabupaten Cianjur;

- Bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bogor.

Letak geografis Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, 2011

Gambar 4. Letak Geografis Kabupaten Bogor

Page 68: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

42

Letak Kabupaten Bogor tidak berbatasan langsung dengan Provinsi DKI

Jakarta sebagai ibukota negara, namun jarak antara Kabupaten Bogor dengan

ibukota negara cukup dekat yakni kurang lebih sejauh 48 km. Dekatnya jarak ini

sedikit banyak mempengaruhi wilayah Kabupaten Bogor, baik dalam aspek

sosial, ekonomi, lingkungan, keamanan dan ketertiban.

Secara administratif, Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan yang terbagi

kedalam 413 desa, 17 kelurahan, 3.770 RW dan 15.124 RT dengan pusat

pemerintahan terletak di Kecamatan Cibinong. Rentang kendali wilayah di

Kabupaten Bogor sangat lebar, dimana 37,5 persen atau 15 kecamatan berjarak

kurang dari 25 km dari pusat pemerintahan daerah, 42,5 persen atau 17

kecamatan berjarak 25-50 km dan 20 persen atau delapan kecamatan berjarak

lebih dari 50 km. Lebarnya rentang kendali tersebut berdampak pada pelayanan

pemerintah daerah terhadap masyarakat, terutama pada kecamatan-kecamatan

yang jaraknya lebih dari 50 km dari pusat pemerintahan daerah. Rincian

kecamatan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 8.

Untuk mengurangi ketimpangan pelayanan bagi wilayah-wilayah

kecamatan yang secara geografis letaknya cukup jauh dari pusat pemerintahan

daerah, maka dibuatlah konsep sistem pusat permukiman perdesaan melalui

pembangunan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yang mencakup 64 desa /

kelurahan di 37 kecamatan. Konsep ini dibuat dalam upaya pengembangan

kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang memiliki keterkaitan kuat

terhadap wilayah yang dilayaninya. Diharapkan pembentukan desa pusat

pertumbuhan ini akan memberikan pengaruh yang besar bagi desa-desa di

sekitarnya. Kecamatan dan desa/kelurahan yang diarahkan menjadi desa pusat

pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 9.

Selain itu telah direncanakan pula sistem pusat permukiman perkotaan

dengan pembagian sebagai berikut :

(a) Orde I, yaitu Kecamatan Cibinong yang memiliki aksesibilitas tinggi

terhadap Pusat Kegiatan Nasional (PKN), antara lain wilayah

JABODETABOKPUNJUR

(b) Orde II, yaitu Kecamatan Cileungsi dan Kecamatan Leuwiliang yang

memiliki aksesibilitas tinggi terhadap Kecamatan Cibinong

Page 69: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

43

(c) Orde III, yaitu Kecamatan Jasinga, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan

Parung, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cigombong, dan Kecamatan Cariu.

Tabel 8. Kondisi Administratif Kabupaten Bogor Tahun 2012

No Kecamatan Luas

Wilayah

Jarak dari Ibukota

Kabupaten (km)

Jumlah

Desa/Kel RW RT

1 Nanggung 13.525,25 49 10 100 348

2 Leuwiliang 6.177,12 38 11 126 426

3 Leuwisadeng 3.283,12 45 8 56 272

4 Pamijahan 8.088,29 40 15 137 499

5 Cibungbulang 3.266,15 35 15 122 408

6 Ciampea 5.106,45 32 13 102 435

7 Tenjolaya 2.368,00 45 6 40 147

8 Dramaga 2.437,64 42 10 72 313

9 Ciomas 1.630,57 20 6 129 511

10 Tamansari 2.161,40 25 8 91 360

11 Cijeruk 3.166,23 38 9 64 259

12 Cigombong 4.042,52 41 9 80 287

13 Caringin 5.729,29 34 12 81 348

14 Ciawi 2.581,00 27 13 81 330

15 Cisarua 6.373,62 39 10 73 260

16 Megamendung 3.987,38 37 11 55 256

17 Sukaraja 4.297,38 9 13 105 539

18 Babakan Madang 9.871,00 8 9 70 259

19 Sukamakmur 12.678,00 59 10 74 233

20 Cariu 7.366,12 53 10 55 155

21 tanjungsari 12.998,71 66 10 75 175

22 Jonggol 12.686,00 39 14 119 335

23 Cileungsi 7.378,64 23 12 148 800

24 Klapanunggal 9.764,40 17 9 72 220

25 Gunung Putri 5.628,67 12 10 239 941

26 Citeureup 6.719,00 6 14 110 477

27 Cibinong 4.336,96 0 12 158 909

28 Bojonggede 2.955,32 21 9 140 724

29 Tajurhalang 2.927,76 15 7 79 352

30 Kemang 6.369,99 20 9 78 305

31 Rancabungur 2.168,67 17 7 51 194

32 Parung 7.376,69 22 9 53 230

33 Ciseeng 3.678,86 47 10 60 252

34 Gunung Sindur 5.126,00 32 10 87 340

35 Rumpin 11.100,77 42 13 109 459

36 Cigudeg 15.889,97 53 15 178 536

37 Sukajaya 7.628,31 55 9 85 282

38 Jasinga 20.806,50 64 16 99 449

39 Tenjolaya 6.444,75 79 9 42 192

40 Parung Panjang 6.259,00 87 11 74 307

Total 266.381,50 1.433 430 3.770 15.124

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan, 2011

Page 70: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

44

Tabel 9. Pembagian Desa Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bogor

Wilayah Jumlah

Kecamatan Kecamatan

dengan DPP Desa Pusat

Pertumbuhan

Barat 13 12 23

Tengah 20 18 23

Timur 7 7 18

Sumber : Perda RTRW Kabupaten Bogor, 2008

4.2 Kondisi Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2010 tercatat sebanyak

4.771.932 jiwa yang terdiri atas 2.452.562 jiwa laki-laki dan 2.319.370

perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 106. Adapun laju pertumbuhan

penduduk di Kabupaten Bogor sejak tahun 2000 hingga 2010 sebesar 3,15

persen yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk alami dan migrasi masuk.

Jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat yang jumlah penduduknya

tercatat sebanyak 43.053.732 jiwa, Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk

terbanyak, yakni sebesar 11,08 persen dari total penduduk Jawa Barat.

Sementara itu dari 33 provinsi di Indonesia, yang total penduduknya tercatat

sebanyak 237.641.326 jiwa, Provinsi Jawa Barat tercatat sebagai provinsi

dengan jumlah penduduk terbanyak, yakni sebesar 18,12 persen. Berdasarkan

hal ini dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Bogor merupakan

jumlah penduduk terbanyak diantara kabupaten/kota di Indonesia yakni sekitar

2,01 persen dari total penduduk Indonesia.

Keseluruhan penduduk Kabupaten Bogor tersebar di 40 wilayah

kecamatan dengan kepadatan penduduk rata-rata tahun 2010 tercatat sebesar

25,69 jiwa per hektar. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan

Ciomas, yakni 91,48 jiwa per hektar. Sedangkan kepadatan penduduk terendah

terdapat di Kecamatan Tanjungsari yakni 3,85 jiwa per hektar. Kabupaten Bogor

terbagi atas tiga wilayah, yakni wilayah barat meliputi 13 kecamatan, wilayah

tengah meliputi 20 kecamatan dan wilayah timur meliputi tujuh kecamatan. Rata-

rata kepadatan penduduk pada ketiga wilayah ini tidaklah sama, karena

penduduk lebih terkonsentrasi di wilayah tengah. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 5.

Page 71: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

45

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

Gambar 5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bogor Menurut Wilayah

Terkonsentrasinya sebagian besar penduduk di wilayah tengah yakni

sebanyak 34,61 persen dari total penduduk Kabupaten Bogor bisa jadi

dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas dan aksesibilitas pelayanan, sehingga

memudahkan penduduk untuk memenuhi semua kebutuhannya. Dilihat dari

struktur penduduk, mayoritas penduduk Kabupaten Bogor berusia produktif (15-

64 tahun) yakni sebesar 64,16 persen dari total penduduk yang ada. Hal ini

dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Bogor, 2011

Gambar 6. Struktur Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2010

Page 72: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

46

Kondisi struktur penduduk Kabupaten Bogor seperti yang disajikan pada

Gambar 6, berkonsekuensi pada rasio beban tanggungan penduduk usia

produktif yakni sebesar 55,86 persen, artinya setiap seratus penduduk

Kabupaten Bogor yang berusia produktif menanggung hampir 56 jiwa penduduk

usia tidak produktif yang didominasi oleh penduduk usia 0-14 tahun. Di sisi lain,

dari total penduduk usia produktif, sebanyak 56,26 persen merupakan penduduk

yang bekerja. Sektor pekerjaan yang menyerap tenaga kerja terbanyak adalah

sektor perdagangan, hotel dan restoran, yakni sebanyak 24,96 persen dari total

penduduk yang bekerja. Hal ini bisa menunjukkan bahwa pengaruh letak

geografis Kabupaten Bogor yang berdekatan dengan ibukota negara dapat

dicirikan oleh besarnya jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor non

pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

Gambar 7. Persentase Penduduk Kabupaten Bogor yang Bekerja Menurut Sektor Tahun 2010

Banyaknya jumlah penduduk usia produktif dengan rasio beban

tanggungan yang cukup besar, di satu sisi menimbulkan masalah kependudukan

lainnya, yaitu masalah pengangguran dan kemiskinan. Hal ini disebabkan karena

tidak semua penduduk usia produktif yang bekerja atau mendapatkan pekerjaan.

Hingga tahun 2010 pengangguran terbuka tercatat sebanyak 10,64 persen,

sedangkan jumlah penduduk miskin tercatat 9,97 persen dari total penduduk

Kabupaten Bogor. Di sisi lain sebanyak 23,16 persen penduduk Kabupaten

Bogor rawan terhadap kemiskinan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 73: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

47

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

Gambar 8. Permasalahan Kependudukan di Kabupaten Bogor Tahun 2010

4.3 Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian di Kabupaten Bogor sedikit banyak dipengaruhi oleh

kondisi perekonomian Jakarta sebagai ibukota negara, karena jarak Kabupaten

Bogor dengan Jakarta yang cukup dekat. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Bogor dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Rata-rata pertumbuhan ekonomi

lima tahun terakhir (2006-2010) tercatat sebesar 5,41 persen. Hal ini dapat dilihat

pada Gambar 9.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

Gambar 9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010

Page 74: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

48

Indikator perekonomian di Kabupaten Bogor juga terlihat dari besarnya

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan PDRB dan PDRB

perkapita berdasarkan atas harga berlaku dan harga konstan ini dapat dilihat

pada Tabel 10.

Tabel 10. PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010

PDRB (juta Rp) Tahun

2007 2008 2009 2010

PDRB atas harga berlaku

51.280.219,68 58.389.411,43 66.083.788,55 73.800.700,55

PDRB atas harga konstan

2.8151.318,85 29.721.698,04 30.952.137,83 32.526.449,67

PDRB perkapita atas harga berlaku

11.731.342,36 12.959.070,42 14.232.423,29 15.465.580,93

PDRB perkapita atas harga konstan

6.440.158,82 6.596.497,01 6.666.142,13 6.816.201,42

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

Berdasarkan data pada Tabel 10, terlihat bahwa sejak tahun 2007 hingga

tahun 2010 terjadi peningkatan nilai PDRB maupun PDRB perkapita. Namun

apabila dilihat dari laju pertumbuhannya, ternyata PDRB kabupaten Bogor atas

harga berlaku tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun 2007 sebesar 0,02

poin. PDRB atas harga konstan turun sebesar 0,01 poin, dan PDRB perkapita

atas harga berlaku juga turun sebesar 0,01 poin. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 11.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

Gambar 10. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010

Page 75: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

49

Sementara itu, laju inflasi di Kabupaten Bogor dari tahun 2006-2010

berfluktuasi dengan laju tertinggi terjadi pada tahun 2008. Secara rata-rata, laju

inflasi di Kabupaten Bogor tahun 2006-2010 mencapai sebesar 6,14 persen. Hal

ini dapat dilihat dalam Gambar 12.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

Gambar 11. Laju Inflasi di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010

4.4 Kondisi Sosial

Keberhasilan pembangunan di Kabupaten Bogor dari sudut pandang sosial

dapat dilihat dari berbagai hal, diantaranya adalah capaian Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) terutama pada aspek kesehatan dan pendidikan. Hingga tahun

2010 IPM Kabupaten Bogor mencapai 72,16 poin. Perkembangan capaian IPM

tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Capaian IPM Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010

Tahun

IPM

Angka Harapan

Hidup

Angka Melek Huruf

Rata-rata Lama

Sekolah

Kemampuan Daya Beli

IPM

2007 67,63 93,59 7,20 623,09 70,08

2008 68,03 93,59 7,20 627,74 70,66

2009 68,44 94,29 7,54 628,34 71,35

2010 68,86 95,02 7,98 629,62 72,16

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

Page 76: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

50

Besarnya harapan hidup masyarakat Kabupaten Bogor semakin lama

semakin meningkat hingga pada tahun 2010 mencapai usia hampir 69 tahun.

Pada bidang pendidikan, masih terdapat 4,98 persen penduduk diatas usia 15

tahun yang buta huruf, dan rata-rata pendidikan masyarakat Kabupaten Bogor

baru menamatkan jenjang pendidikan dasar tingkat SD/sederajat dan baru

menyelesaikan jenjang pendidikan SMP/sederajat pada kelas tujuh. Sementara

itu, kemampuan daya beli masyarakat baru mencapai Rp 629.620,00 pertahun.

Apabila dilihat dari laju peningkatan IPM dan komponen-komponennya,

maka dari tahun 2007 hingga tahun 2010 terjadi peningkatan IPM dengan laju

peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata lama sekolah. Hal ini menunjukkan

bahwa pembangunan dibidang pendidikan lebih besar terlihat hasilnya

dibandingkan dengan pembangunan di bidang kesehatan maupun ekonomi.

Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Laju Peningkatan Capaian IPM Kabupaten Bogor Tahun 2007-2010

Tahun

IPM

Angka Harapan

Hidup

Angka Melek Huruf

Rata-rata Lama

Sekolah

Kemampuan Daya Beli

IPM

2007-2008 0,59 0,00 0,00 0,75 0,83

2008-2009 0,60 0,75 4,72 0,10 0,98

2009-2010 0,61 0,77 5,84 0,20 1,14

Rata-Rata Peningkatan

0,60 0,51 3,52 0,35 0,98

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2011

Dekatnya wilayah Kabupaten Bogor dengan ibukota negara memberikan

dampak positif dan negatif terhadap kondisi sosial masyarakat. Dampak positif

terutama dirasakan dari tingginya aksesibilitas dan kemudahan pelayanan yang

dirasakan oleh masyarakat, sedangkan dampak negatif yang muncul adalah

tingginya kasus kriminalitas, kecelakaan lalu lintas, dan masalah sosial lainnya.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 77: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

51

Tabel 13. Perbandingan Kasus Masalah Sosial di Kabupaten Bogor Tahun 2007 dan Tahun 2010

Masalah Sosial

Tahun

% Kenaikan Kasus 2007 2010

Kecelakaan Lalu Lintas 162 518 219,75

Kriminalitas 2.455 4.864 98,13

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2007 dan 2011

Berdasarkan data pada Tabel 13, persentase peningkatan kasus

kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Bogor sangat tinggi hingga mencapai 219,75

persen pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2007, sedangkan kasus kriminalitas

meningkat sebesar 98,13 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor

rawan kecelakanaan lalu lintas dan kriminalitas. Di samping itu, masalah

kesejahteraan sosial juga banyak terjadi di Kabupaten Bogor, baik berlatar

belakang korban, anak, maupun latar belakang sosial lainnya. Masalah

kesejahteraan keluarga yang terjadi di Kabupaten Bogor 90,62 persen

disebabkan oleh latar belakang keluarga. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 13.

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, 2010

Gambar 12. Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bogor Tahun 2010

Berdasarkan Latar Belakang

Page 78: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

52

4.5 Kondisi Umum Pendidikan di Kabupaten Bogor

Penyelenggaraan pendidikan yang menjadi kewenangan Pemerintah

kabupaten Bogor adalah pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah. Disamping tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan

ada di tangan pemerintah daerah, pelaksanaan pendidikan pun dilaksanakan

juga oleh Kementerian Agama dan lembaga swasta. Peningkatan jumlah

sekolah, baik tingkat pra sekolah, dasar maupun menengah mengalami

peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 14.

Jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Bogor lebih banyak didominasi

oleh sekolah umum daripada sekolah keagamaan. Hal ini terjadi pada setiap

jenjang pendidikan. Sedangkan jumlah sekolah terbanyak terdapat pada jenjang

pendidikan dasar (SD/MI). Hal ini disebabkan oleh gencarnya upaya untuk

menuntaskan wajib belajar sembilan tahun di Kabupaten Bogor. Sedangkan

penyelenggaraan pendidikan usia dini (TK/RA) menempati posisi terbanyak

kedua setelah SD/MI. Hal ini mengingat pula bahwa sebesar 32,32 persen

penduduk Kabupaten Bogor adalah penduduk berusia 0-14 tahun.

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2007-2011

Gambar 13. Perkembangan Jumlah Sekolah dalam Kewenangan Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011

Apabila dilihat dari penyelenggara pendidikan, maka di wilayah Kabupaten

Bogor lebih banyak didominasi oleh sekolah swasta yang mengambil peran

cukup besar bagi pembangunan pendidikan dengan porsi lebih dari 50 persen

Page 79: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

53

dari total sekolah yang ada. Jumlah sekolah yang diselenggarakan oleh lembaga

swasta ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan persentase yang

lebih tinggi daripada peningkatan jumlah sekolah swasta. Hal ini dapat dilihat

pada gambar 15.

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2007-2011

Gambar 14. Perbandingan Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011

Jumlah guru yang ada di Kabupaten Bogor sebagian besar merupakan

guru yang mengajar pada jenjang pendidikan SD. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya jumlah Sekolah Dasar yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten

Bogor. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 16.

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2007-2011

Gambar 15. Perkembangan Jumlah Guru di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011

Page 80: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

54

Para guru yang mengabdi di sekolah-sekolah di Kabupaten Bogor

sebagian besar merupakan guru swasta dengan jumlah lebih dari 50 persen dari

total guru yang ada. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 17.

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2007-2011

Gambar 16. Perbandingan Jumlah Guru Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2011

Page 81: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

55

V. FAKTOR- FAKTOR INTERNAL PENDIDIKAN

5.1 Hasil Analisis Seluruh Variabel Faktor Internal terhadap Partisipasi Sekolah

Berdasarkan analisis yang dilakukan secara bersamaan pada seluruh

variabel faktor internal pendidikan yang diduga berpengaruh terhadap tingkat

partisipasi sekolah (Y) pada jenjang pendidikan menengah formal di Kabupaten

Bogor, maka diperoleh hasil bahwa model persamaan tersebut dibangun oleh

tiga variabel bebas yang dapat menjelaskan varians variabel terikatnya sebesar

53,05 persen. Hasil analisis terhadap masing-masing variabel yang dilakukan

secara bersamaan menunjukkan bahwa hanya variabel X1 (persentase jumlah

ruang kelas layak pakai) yang berpengaruh secara signifikan terhadap Y (tingkat

partisipasi sekolah), dimana nilai P-value<0,05. Sementara dua variabel lainnya,

yakni X2 (persentase jumlah guru yang berkualifikasi mengajar) dan X3

(persentase jumlah sekolah yang terakreditasi) memiliki nilai P-value>0,05 yang

berarti kedua variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

partisipasi sekolah yang diwakili oleh angka partisipasi murni. Model persamaan

ini tidak menunjukkan terjadinya multikolinearitas, karena diantara variabel-

variabel bebas tersebut tidak memiliki korelasi yang tinggi, dimana nilai toleransi

masing-masing variabel berada diatas 0,1.

Berdasarkan model yang dibangun, diperoleh persamaan sebagai berikut :

Y = 5,92 + 7,69 X1 + 0,08 X2 + 0,05 X3

Persamaan ini menunjukkan bahwa peningkatan satu persen jumlah ruang

kelas yang layak digunakan, akan meningkatkan partisipasi sekolah sebesar

7,69 persen. Demikian pula dengan penambahan persentase jumlah guru yang

berkualifikasi mengajar akan meningkatkan partisipasi sekolah sebesar 0,08

persen. Penambahan satu persen jumlah sekolah yang terakreditasi akan

meningkatkan partisipasi murni sebesar 0,05 persen. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 14.

Page 82: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

56

Tabel 14. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Internal Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Sekolah

Variabel Koefisien Signifikansi Korelasi

Konstanta 5, 98 0,88

% Jumlah Ruang Kelas Layak Pakai (X1) 7, 69

0,00 (Signifikan)

0,7

% Jumlah Guru yang berkualifikasi mengajar (X2)

0,08

0,85 (Tidak signifikan)

0,1

% Jumlah Sekolah Terakreditasi (X3) 0,05

0,80 (Tidak signifikan)

0,2

Sumber : Hasil Analisis

Adapun detail uraian dari masing-masing variabel dijelaskan secara terpisah

dengan menggunakan analisis deskriptif yang disertai dengan pembahasan hasil

analisis regresi.

Jumlah penduduk usia 16-18 tahun di Kabupaten Bogor pada tahun 2011

tercatat sebanyak 271.523 jiwa. Hal ini berarti bahwa sebanyak 5,33 persen dari

total penduduk Kabupaten Bogor merupakan penduduk usia sekolah yang

seharusnya mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan menengah. Di sisi lain

usia ini telah tercatat sebagai usia kerja, sehingga memungkinkan anak-anak

usia tersebut tidak melanjutkan pendidikannya pada jenjang menengah

(SMA/sederajat) dengan alasan bekerja. Hingga tahun 2011, jumlah penduduk

usia ini tidak seluruhnya tercatat sebagai siswa pada sekolah-sekolah yang ada

di Kabupaten Bogor. Dengan mengasumsikan jumlah penduduk usia sekolah

yang bersekolah di luar Kabupaten Bogor sama dengan jumlah penduduk luar

Kabupaten Bogor yang bersekolah pada jalur pendidikan menengah formal di

Kabupaten Bogor, tercatat hanya sebanyak 104.638 jiwa yang bersekolah. Hal

ini menyebabkan rendahnya angka partisipasi sekolah yang diukur dengan salah

satu ukuran yakni Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang pendidikan menengah

di Kabupaten Bogor yang hanya mencapai 38,54 persen. Pada Tabel 15 dapat

dilihat capaian APM pada setiap kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011.

Page 83: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

57

Tabel 15. Capaian APM SMA/Sederajat Tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011

No Kecamatan Jumlah

Penduduk 16-18 Tahun

Jumlah Siswa APM (%)

1. Kemang 5.258 6.952 132,22

2. Cibinong 18.579 16.412 88,34

3. Parung 6.403 4.781 74,67

4. Cibungbulang 7.123 4.520 63,46

5. Ciampea 8.372 4.777 57,06

6. Citeureup 11.288 6.325 56,03

7. Cariu 2.628 1.454 55,33

8. Cigombong 5.025 2.712 53,97

9. Ciawi 5.860 3.134 53,48

10. Leuwiliang 6.446 3.417 53,01

11. Jonggol 6.981 3.012 43,15

12. Cileungsi 14.018 5.060 36,10

13. Gunungputri 17.634 6.153 34,89

14. Parungpanjang 6.259 2.153 34,40

15. Rancabungur 2.848 885 31,07

16. Tajurhalang 5.534 1.679 30,34

17. Ciomas 8.488 2.558 30,14

18. Jasinga 5.296 1.551 29,29

19. Bojonggede 13.454 3.940 29,28

20. Klapanunggal 5.407 1.569 29,02

21. Cigudeg 6.673 1.886 28,26

22. Megamendung 5.513 1.549 28,10

23. Rumpin 7.349 2.040 27,76

24. Babakanmadang 5.863 1.624 27,70

25. Caringin 6.502 1.783 27,42

26. Pamijahan 7.617 2.041 26,80

27. Leuwisadeng 4.030 1.054 26,15

28. Gunungsindur 5.861 1.467 25,03

29. Dramaga 5.729 1.323 23,09

30. Ciseeng 5.589 1.263 22,60

31. Tenjo 3.760 804 21,38

32. Cisarua 6.410 1.315 20,51

33. Sukajaya 3.168 380 11,99

34. Tamansari 5.234 578 11,04

35. Sukamakmur 4.243 430 10,13

36. Tenjolaya 3.123 314 10,05

37. Sukaraja 9.858 932 9,45

38. Cijeruk 4.474 333 7,44

39. Nanggung 4.780 324 6,78

40. Tanjungsari 2.846 154 5,41

Sumber : Statistik Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011

Perbandingan antara jumlah penduduk usia sekolah dengan penduduk usia

sekolah yang bersekolah pada setiap kecamatan di Kabupaten Bogor berbeda-

Page 84: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

58

beda. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten

Bogor Tahun 2011, tingkat partisipasi sekolah tertinggi terdapat di Kecamatan

Kemang, dengan capaian APM sebesar 132,22 persen. Hal ini menunjukkan

bahwa penduduk usia sekolah di Kecamatan Kemang seluruhnya sudah

berpartisipasi pada jenjang pendidikan menengah formal, dan banyak pula

penduduk luar Kabupaten Bogor yang bersekolah di wilayah Kecamatan Kemang

yang diduga berasal dari Kota Bogor, Kota Depok dan Kota tangerang.

Sedangkan tingkat partisipasi terendah terdapat di Kecamatan Tanjungsari

dengan capaian APM sebesar 5,41 persen. Hal ini menunjukkan bahwa hanya

sekitar 5,41 persen penduduk usia 16-18 tahun yang bersekolah pada jenjang

pendidikan menengah formal di Kecamatan Tanjungsari.

5.2 Daya Tampung Sekolah

Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa daya tampung sekolah

yang diwakili oleh ketersediaan jumlah ruang kelas yang layak digunakan

berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan partisipasi sekolah yang

diwakili oleh APM, dengan nilai koefisien sebesar 7,69. Hal ini berarti bahwa

setiap penambahan satu persen jumlah ruang kelas yang layak pakai, akan

meningkatkan APM sebesar 7,69 persen.

Rendahnya capaian APM dapat diidentifikasi dari beberapa faktor internal,

yang salah satunya adalah daya tampung sekolah. Daya tampung sekolah

adalah kemampuan suatu sekolah untuk menyerap penduduk usia sekolah.

Wujud penyelenggaraan pendidikan menengah formal di Kabupaten Bogor

diantaranya terlihat dari adanya aktivitas belajar-mengajar yang dilaksanakan

oleh sejumlah sekolah menengah tingkat atas, baik sekolah umum, agama

maupun kejuruan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, lembaga

swasta dan Kementerian Agama. Pada tahun 2011, Kabupaten Bogor memiliki

468 unit sekolah yang melayani seluruh jenjang pendidikan menengah. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 16.

Page 85: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

59

Tabel 16. Penyelenggaraan Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2011

JENIS PENDIDIKAN MENENGAH JUMLAH

SEKOLAH %

JUMLAH SISWA

%

Sekolah Menengah Atas (SMA) 162 34,62 35.622 33,85

Madrasah Aliyah (MA) 83 17,74 10.051 10,13

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 223 47,65 58.965 56,02

TOTAL 468

104.638

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011

Dari total unit sekolah tersebut, penyelenggaraan pendidikan didominasi

oleh sekolah kejuruan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

usia 16-18 tahun memilih pendidikan kejuruan. Sejumlah unit sekolah tersebut

melayani 104.638 jiwa penduduk yang tercatat bersekolah pada jenjang tersebut,

padahal total penduduk usia 16-18 tahun berjumlah 271.523 jiwa. Hal ini berarti

bahwa terdapat 106.913 jiwa penduduk usia sekolah yang belum dilayani oleh

sekolah-sekolah yang ada. Dengan demikian, keberadaan sekolah yang ada

saat ini rata-rata hanya mampu melayani 223 jiwa penduduk usia sekolah yang

bersekolah. Apabila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk usia

sekolah, maka keberadaan sekolah yang ada, tanpa melihat jenis pendidikannya,

dapat menampung sekitar 580 jiwa penduduk usia sekolah.

Dilihat dari ketersediaan jumlah ruang kelas yang ada, dimana keberadaan

ruang kelas merupakan salah satu fasilitas yang paling penting bagi

penyelenggaraan jalur pendidikan formal, pada tahun 2011 secara umum

Kabupaten Bogor memiliki total ruang kelas sebanyak 2.637 ruang, dengan

rincian sebanyak 2.266 atau 85,93 persen ruang kelas dalam kondisi baik yang

layak digunakan, 278 ruang kelas atau 10,54 persen dalam kondisi rusak ringan

namun masih memungkinkan untuk digunakan, dan 93 ruang kelas atau 3,53

persen dalam kondisi rusak berat, yang tidak mungkin digunakan untuk kegiatan

belajar mengajar. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 129a/U/2004 tentang Standar pelayanan Minimal Bidang

Pendidikan, sebuah ruang kelas dapat menampung maksimum 40 siswa,

sehingga sebanyak 2.544 ruang kelas saat ini, baik yang berada dalam kondisi

baik maupun rusak ringan digunakan oleh 104.638 siswa. Hal ini berarti bahwa

setiap ruang kelas diisi oleh rata-rata 41 siswa, sehingga untuk tingkat

Page 86: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

60

Kabupaten Bogor jumlah ini dianggap telah melewati daya tampung maksimal

sekolah.

Persentase jumlah ruang kelas yang rusak berat sebagian besar berada

pada jenjang pendidikan SMA baik negeri maupun swasta. Adapun untuk ruang

kelas yang berstatus baik, sebagian besar berada pada jenis pendidikan SMK.

Layak tidaknya ruang kelas yang ada sangat mempengaruhi besarnya kapasitas

daya tampung siswa. Oleh karena itu, disamping animo masyarakat lebih

cenderung bersekolah di SMK, memungkinkan daya tampung SMK paling tinggi

karena sebagian besar ruang kelas yang dimiliki berstatus baik. Hal ini dapat

dilihat pada Gambar 18.

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011.

Gambar 17. Kondisi Ruang Kelas Berdasarkan Jenis Pendidikan Menengah Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Penelaahan terhadap kondisi daya tampung pada jenjang pendidikan

menengah di setiap kecamatan berdasarkan jumlah penduduk usia sekolah yang

tercatat bersekolah, memperlihatkan bahwa sebanyak 17 kecamatan atau 42,5

persen telah mengalami kelebihan daya tampung siswa, dan 23 kecamatan atau

57,5 persen kemampuan daya tampung bagi siswa usia sekolah masih

memadai. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas wilayah di Kabupaten Bogor

masih memungkinkan untuk menyerap siswa pada jenjang pendidikan

menengah tanpa mempertimbangkan jenis pendidikan yang diminati.

Perhitungan yang dilakukan berdasarkan keseluruhan jumlah penduduk usia

sekolah menunjukkan adanya perubahan komposisi daya tampung pada setiap

Page 87: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

61

kecamatan. Dengan jumlah ruang kelas yang ada, sebagian besar kecamatan

yakni sebanyak 39 kecamatan atau 97,5 persen dipastikan tidak dapat

menampung seluruh penduduk usia sekolah yang ada di wilayah tersebut,

karena telah melebihi kapasitas daya tampung. Hal ini menunjukkan bahwa jika

wajib belajar pendidikan 12 tahun digalakkan di Kabupaten Bogor, masih

dibutuhkan tambahan jumlah sekolah dan atau ruang kelas untuk dapat

menampung semua penduduk usia sekolah yang ada minimal hingga mencapai

daya tampung maksimal.

5.3 Ketersediaan Guru

Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa ketersediaan guru yang

diwakili oleh persentase jumlah guru yang berkualifikasi mengajar tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan partisipasi sekolah yang

diwakili oleh APM, dengan nilai koefisien sebesar 0,08. Hal ini menunjukkan

bahwa setiap penambahan satu persen jumlah guru yang berkualifikasi

mengajar, akan meningkatkan APM sebesar 0,08 persen.

Jumlah guru yang mengajar pada jenjang pendidikan menengah formal di

Kabupaten Bogor hingga tahun 2011 tercatat berjumlah 8.454 orang yang

tersebar pada sekolah umum, madrasah dan kejuruan. Ditinjau dari keseluruhan

jumlah guru yang ada, sebanyak 7.588 orang atau 89,75 persen merupakan guru

yang memiliki kualifikasi mengajar. Seorang guru dikatakan berkualifikasi

mengajar apabila memiliki latar belakang pendidikan minimum Strata-1 (S1), baik

dari jalur kependidikan maupun non kependidikan yang memiliki sertifikat

mengajar (Akta IV).

Setiap sekolah yang ada di Kabupaten Bogor rata-rata memiliki 18 orang

guru atau 16 orang guru yang berkualifikasi mengajar, namun penyebaran guru

pada setiap kecamatan di Kabupaten Bogor belum merata. Data mengenai rasio

guru terhadap jumlah sekolah dapat dilihat pada Tabel 17.

Page 88: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

62

Tabel 17. Perbandingan Guru-Sekolah Formal Pada Jenjang Pendidikan Menengah di Setiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011

No Kecamatan Jumlah Sekolah

Jumlah Guru

Rasio Guru :

Sekolah

Jumlah Guru yang

berkualifikasi mengajar

Rasio Guru yang

berkualifikasi mengajar :

Sekolah

1 Parung 14 384 27 366 26

2 Kemang 17 464 27 409 24

3 Cibungbulang 14 337 24 298 21

4 Cigudeg 7 161 23 147 21

5 Cisarua 6 136 23 123 21

6 Cariu 4 85 21 79 20

7 Jasinga 6 141 24 117 20

8 Bojonggede 20 405 20 375 19

9 Nanggung 3 59 20 56 19

10 Tajurhalang 9 177 20 168 19

11 Gunungputri 23 460 20 428 19

12 Ciawi 16 337 21 297 19

13 Megamendung 10 205 21 184 18

14 Rumpin 8 156 20 144 18

15 Cigombong 12 238 20 212 18

16 Babakanmadang 9 178 20 156 17

17 Cibinong 48 899 19 822 17

18 Sukajaya 1 17 17 17 17

19 Dramaga 5 98 20 84 17

20 Citeureup 22 396 18 362 16

21 Leuwiliang 17 284 17 272 16

22 Parungpanjang 14 253 18 223 16

23 Ciomas 14 234 17 212 15

24 Tenjo 5 92 18 74 15

25 Caringin 19 316 17 272 14

26 Klapanunggal 7 114 16 99 14

27 Jonggol 11 185 17 152 14

28 Pamijahan 14 213 15 191 14

29 Cileungsi 26 394 15 350 13

30 Cijeruk 3 46 15 39 13

31 Leuwisadeng 9 118 13 117 13

32 Ciampea 17 227 13 214 13

33 Ciseeng 11 139 13 118 11

34 Gunungsindur 13 176 14 139 11

35 Rancabungur 7 92 13 67 10

36 Tamansari 3 25 8 25 8

37 Sukaraja 9 80 9 72 8

38 Tajungsari 4 43 11 32 8

39 Tenjolaya 7 51 7 51 7

40 Sukamakmur 4 39 10 25 6

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011.

Page 89: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

63

Perhitungan terhadap rasio jumlah guru dengan jumlah sekolah yang ada

menunjukkan bahwa di Kecamatan Parung terdapat jumlah guru terbanyak,

yakni 27 orang guru atau 26 orang guru yang berkualifikasi mengajar untuk satu

sekolah, sedangkan di Kecamatan Sukamakmur terdapat guru dengan jumlah

paling sedikit, yakni 10 orang guru atau hanya ada enam orang guru yang

berkualifikasi mengajar untuk satu sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa

Kecamatan Sukamakmur masih mengalami kekurangan guru. Kondisi ini

memungkinkan disebabkan oleh jauhnya letak kecamatan Sukamakmur dari

pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, serta ketersediaan fasilitas infrastruktur

yang kurang memadai, sehingga banyak guru lebih memilih mengajar di daerah

perkotaan.

Kurangnya jumlah guru dalam suatu lembaga sekolah menyebabkan

permasalahan pada banyak hal. Salah satu diantaranya adalah sekolah tidak

bisa menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan baik, karena

kekurangan guru menyebabkan sekolah tidak dapat menerima siswa yang

melebihi batas kemampuan maksimum mengajar guru. Meskipun daya tampung

ruang kelas yang ada cukup memadai, namun jika terdapat kekurangan guru,

murid akan kekurangan pendamping dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil penelaahan terhadap perbandingan antara jumlah guru

dengan jumlah siswa, diperoleh kesimpulan bahwa jika melayani seluruh

penduduk usia sekolah, maka sebanyak 13 kecamatan atau 32,5 persen

kecamatan di Kabupaten Bogor masih mengalami kekurangan guru, dimana

idealnya seorang guru mengajar maksimal 40 siswa.

Komposisi jumlah guru terhadap jenis sekolah tidak sama antara sekolah

umum, madrasah dan kejuruan. SMK memiliki jumlah guru dan guru yang

berkualifikasi mengajar lebih sedikit dibandingkan dengan SMA dan MA,

meskipun jumlah guru terbanyak ada pada SMK. Hal ini menunjukkan bahwa

beban guru yang mengajar di SMK lebih tinggi dibandingkan dengan beban guru

yang mengajar di SMA dan MA. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18.

Page 90: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

64

Tabel 18. Komposisi Jumlah Guru dan Perbandingannya Terhadap Sekolah di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Uraian Jenis Pendidikan Formal

SMA MA SMK

Jumlah Guru 3.073 1.619 3.762

Jumlah Guru yang berkualifikasi mengajar 2.853 1.423 3.312

Jumlah Sekolah 162 83 223

Rasio Guru : Sekolah 18 20 17

Rasio Guru yang berkualifikasi mengajar : Sekolah

17 17 15

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011.

5.4 Penyelenggara Pendidikan dan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan

Berdasarkan analisis statistik, diperoleh hasil bahwa kualitas

penyelenggaraan pendidikan yang diwakili oleh persentase sekolah yang

terakreditasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

partisipasi sekolah yang diwakili oleh APM, dengan nilai koefisien sebesar 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan satu persen jumlah sekolah

yang terakreditasi, hanya akan meningkatkan APM sebesar 0,05 persen.

Penyelenggara pendidikan menengah pada jalur formal di Kabupaten

Bogor terdiri atas Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor yang menyelenggarakan

pendidikan umum dan kejuruan negeri, Kementerian Agama yang

menyelenggarakan pendidikan madrasah negeri, dan lembaga swasta yang

menyelenggarakan pendidikan umum, madrasah serta kejuruan. Hingga tahun

2011, penyelenggaraan pendidikan menengah formal baik pada sekolah umum,

madrasah maupun kejuruan lebih banyak didominasi oleh sekolah swasta. Lebih

dari 90 persen partisipasi lembaga pendidikan swasta yang ada di Kabupaten

Bogor diorientasikan pada penyelenggaraan sekolah kejuruan dan madrasah.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19.

Page 91: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

65

Tabel 19. Perbandingan Penyelenggara Pendidikan Menengah Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Penyelenggara Pendidikan

Sekolah Umum

% Madrasah % Sekolah Kejuruan

%

Pemerintah kab. Bogor 38 23,46 0 0,00 7 3,14

Kementerian Agama 0 0,00 5 6,02 0 0,00

Lembaga Swasta 124 76,54 78 93,98 216 96,86

Jumlah 162

83

223

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011.

Penyelenggaraan pendidikan menengah formal di Kabupaten Bogor jika

dikaitkan dengan perbandingan kualitas penyelenggara pendidikan dapat

diuraikan dalam beberapa hal, yaitu :

5.4.1 Capaian Angka partisipasi Murni

Angka partisipasi murni tertinggi dicapai melalui penyelenggaraan sekolah

kejuruan yakni 21,72 persen, sedangkan capaian APM terendah terdapat pada

penyelenggaraan madrasah yakni 3,70 persen. Partisipasi lembaga swasta jika

ditinjau dari aspek penyelenggara pendidikan menengah formal cukup besar

dalam menyumbang pencapaian APM pada setiap jenis pendidikan, terutama

sangat signifikan pada sekolah kejuruan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 19.

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011.

Gambar 18. Perbandingan Capaian APM Penyelenggara Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Page 92: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

66

5.4.2 Jumlah dan Kualitas Ruang Kelas

Pendidikan menengah formal yang diselenggarakan oleh lembaga swasta

memiliki fasilitas ruang kelas yang lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan

menengah formal yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan

Kementerian Agama. Dilihat dari kualitas dan kelayakan ruang kelas yang ada,

lembaga swasta masih lebih unggul. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Perbandingan Kualitas Ruang Kelas Antar Penyelenggara Pendidikan Menengah Formal di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Jenis pendidikan

Kondisi Ruang Kelas

Penyelenggara Pendidikan

Pemerintah Kab. Bogor

Kementerian Agama

Lembaga Swasta

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

SMA

Baik 343 70,7 0 0,0 507 92,5

Rusak Ringan 96 19,8 0 0,0 32 5,8

Rusak Berat 46 9,5 0 0,0 9 1,6

Total 485

0

548

MA

Baik 0 0,0 99 100,0 289 85,0

Rusak Ringan 0 0,0 0 0,0 35 10,3

Rusak Berat 0 0,0 0 0,0 16 4,7

Total 0 0 99

340

SMK

Baik 73 100,0 0 0,0 955 87,5

Rusak Ringan 0 0,0 0 0,0 115 10,5

Rusak Berat 0 0,0 0 0,0 22 2,0

Total 73 0 1.092

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011.

5.4.3 Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan

Ditinjau dari kualitas penyelenggaraan pendidikan, baik pendidikan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, Kementerian

Agama dan lembaga pendidikan swasta di Kabupaten Bogor, maka diantaranya

dapat dilihat dari status akreditasi sekolah. Secara umum dari 468 sekolah pada

jenjang pendidikan menengah yang ada di Kabupaten Bogor, sebanyak 282

sekolah atau 60,26 persen telah terakreditasi. Status akreditasi sekolah di satu

sisi merupakan salah satu hal yang diduga menjadi dasar pertimbangan bagi

orang tua untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah tersebut, karena jika

ditinjau dari sisi mutu, status akreditasi sekolah dapat dianggap sebagai salah

satu ukuran penjaminan mutu. Status akreditasi sekolah-sekolah pada jenjang

pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 21.

Page 93: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

67

Tabel 21. Status Akreditasi Sekolah di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jenis Sekolah Tahun 2011

Status Akreditasi

Jenis Seklolah

SMA % MA % SMK %

A 55 33,95 3 3,61 29 13,00

B 54 33,33 23 27,71 60 26,91

C 26 16,05 25 30,12 7 3,14

Belum Terakreditasi 27 16,67 32 38,55 127 56,95

Total 162

83

223

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2011

Secara umum, SMA memiliki jumlah sekolah dengan status terakreditasi A,

B dan C paling tinggi dibandingkan dengan MA dan SMK yakni sebesar 83,33

persen. MA memiliki 61,45 persen sekolah yang terakreditasi, sedangkan SMK

hanya memiliki 43,05 persen sekolah yang terakreditasi. Banyaknya daya

tampung penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan menengah yang

didominasi oleh SMK menunjukkan bahwa status akreditasi tidak mempengaruhi

angka partisipasi sekolah, karena masyarakat lebih mengutamakan mencari

sekolah yang dapat menampung anak mereka agar bisa bersekolah tanpa

mempertimbangkan status akreditasi sekolah. Hal ini didukung oleh data yang

menunjukkan bahwa sebagian besar SMK belum terakreditasi.

Page 94: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

68

Page 95: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

69

VI. FAKTOR-FAKTOR KONDISI MASYARAKAT

6.1 Hasil Analisis Seluruh Variabel Faktor Kondisi Masyarakat terhadap Partisipasi Sekolah

Hasil analisis regresi logistik biner dengan menggunakan alat analisis

SPSS versi 15,0 yang dilakukan secara bersamaan pada seluruh variabel faktor

kondisi masyarakat yang diduga berpengaruh terhadap tingkat partisipasi

sekolah (Y) pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Bogor, yakni : (1)

faktor orang tua yang diwakili oleh penghasilan orang tua (X1), dan pendidikan

orang tua (X2), serta (2) faktor anak yang diwakili oleh minat anak bersekolah

(X3), dan jenis kelamin anak (X4), menunjukkan bahwa :

(1) model yang digunakan layak untuk diinterpretasikan. Hal ini dibuktikan

dengan nilai signifikansi berdasarkan uji Hosmer and Lemeshow sebesar

0,556 > 0,05.

(2) Korelasi secara bersama-sama antara keempat variabel menghasilkan nilai

chi-square sebesar 30,254 dengan nilai signifikansi < 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa secara bersamaan, seluruh variabel penjelas (X1-X4)

berhubungan dengan variabel respon (Y).

(3) Berdasarkan nilai Nagelkerke R Square diperoleh nilai sebesar 0,555. Hal

ini berarti keempat variabel penjelas mampu menjelaskan varians

partisipasi sekolah sebesar 55,5 persen, sedangkan sisanya yaitu sebesar

44,5 persen dijelaskan oleh faktor lain.

(4) Nilai ketepatan prediksi seluruh variabel X terhadap variabel Y adalah

sebesar 78,3 persen.

Hasil analisis berupa tanda koefisien, signifikansi, dan peluang disajikan pada

Tabel 22. Variabel pendidikan orang tua memiliki pengaruh yang nyata

(signifikan) terhadap peluang anak untuk bersekolah pada jenjang pendidikan

menengah formal, sedangkan penghasilan orang tua, minat anak dan jenis

kelamin anak tidak berpengaruh secara signifikan.

Page 96: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

70

Tabel 22. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Kondisi Masyarakat terhadap Partisipasi Sekolah

Variabel Koefisien Signifikansi Peluang

Konstanta -23,369 0,999 0,000

Penghasilan orang tua di atas UMK 0,837 0,294 2,309 Pendidikan orang tua SMP ke atas 3,227 0,004 25,193 Anak berminat sekolah 22,821 0,999 81.458.815 Jenis kelamin anak perempuan 0,015 0,985 1,015

Sumber : Hasil Analisis

Penjelasan terhadap perbandingan masing-masing variabel penjelas (X)

adalah :

(1) Kondisi penghasilan orang tua sejalan dengan peluangnya menyekolahkan

anak. Pada kondisi variabel lainnya tetap, orang tua yang berpenghasilan

di atas UMK memiliki peluang 2,309 kali lebih besar untuk menyekolahkan

anaknya dibandingkan dengan orang tua yang berpenghasilan di bawah

UMK.

(2) Kondisi pendidikan orang tua sejalan dengan peluangnya menyekolahkan

anak. Pada kondisi variabel lainnya tetap, orang tua yang berpendidikan

SMP ke atas memiliki peluang 25,193 kali lebih besar untuk

menyekolahkan anaknya dibandingkan dengan orang tua yang

berpendidikan SD ke bawah.

(3) Kondisi minat anak sejalan dengan peluang untuk bersekolah. Pada

kondisi variabel lainnya tetap, anak yang berminat sekolah memiliki

peluang 8,15 X 107 kali lebih besar untuk bersekolah dibandingkan dengan

anak yang tidak berminat sekolah.

(4) Kondisi jenis kelamin sejalan dengan peluang anak bersekolah. Pada

kondisi variabel lainnya tetap, anak perempuan memiliki peluang 1,015 kali

lebih besar untuk bersekolah daripada anak laki-laki.

Adapun detail uraian dari masing-masing variabel dijelaskan secara

terpisah dengan menggunakan analisis deskriptif.

6.2 Faktor Orang tua

Faktor orang tua diduga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tinggi rendahnya tingkat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah

Page 97: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

71

di Kabupaten Bogor. Dalam penelitian ini, beberapa komponen faktor orang tua

yang dianggap berpengaruh adalah :

(1) Penghasilan orang tua

(2) Pendidikan orang tua

Berdasarkan hasil pengumpulan data primer yang dilakukan secara acak

terhadap 60 responden yang memiliki anak berusia 16-18 tahun di tiga desa

yang memiliki karakter berbeda, yakni : (1) Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang

yang memiliki karakteristik wilayah pertanian, (2) Kelurahan Cisarua Kecamatan

Cisarua yang memiliki karakteristik wilayah perdagangan dan jasa, serta (3)

Desa Kembang Kuning Kecamatan Klapanunggal yang memiliki karakteristik

wilayah industri, diperoleh beberapa informasi yang terkait dengan partisipasi

sekolah yang akan diuraikan masing-masing dalam sub-sub bab.

6.2.1 Penghasilan Orang tua

Penghasilan orang tua yang menjadi responden cukup bervariasi.

Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan bahwa rata-rata penghasilan orang

tua di ketiga lokasi sampel berbeda-beda, dimana rata-rata penghasilan terendah

ditemukan pada responden dari Desa karehkel, dan rata-rata penghasilan

tertinggi ditemukan pada responden dari Desa Kembang Kuning. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 23. Dari keseluruhan jumlah responden yang ada, sebanyak

36,67 persen berpenghasilan di bawah UMK (Upah Minimum Kabupaten),

dimana pada tahun 2011 UMK di Kabupaten Bogor ditetapkan sebesar Rp

1.172.000,00. Responden terbanyak dengan penghasilan di bawah UMK berasal

dari Desa Karehkel, sedangkan 63,33 persen responden berpenghasilan di atas

UMK.

Tabel 23. Keadaan Responden Berdasarkan Penghasilan

Desa/Kelurahan Penghasilan

Minimum Penghasilan maksimum

Rerata Penghasilan

Range

Karehkel 300.000 1.500.000 1.005.000 1.200.000

Cisarua 900.000 4.000.000 1.725.000 3.100.000

Kembang Kuning 600.000 5.000.000 2.405.000 4.400.000

Sumber : Data Primer (diolah)

Page 98: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

72

Setiap responden memiliki jumlah tanggungan keluarga yang berbeda-

beda. Sebagian besar responden memiliki tanggungan keluarga lebih dari tiga

orang, dengan rincian sebanyak 53 responden atau 88,33 persen memiliki

jumlah tanggungan keluarga lebih dari tiga orang, sedangkan tujuh orang atau

11,67 persen memiliki tanggungan keluarga kurang dari tiga orang. Komposisi

responden berdasarkan penghasilan dan jumlah tanggungan keluarga dapat

dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Responden Berdasarkan Penghasilan dan Jumlah Tanggungan Keluarga

Lokasi Sampel Penghasilan Jumlah Tanggungan

Total ≤ 3 Orang > 3 Orang

Desa karehkel Di Bawah UMK 4 9 13

Di atas UMK 0 7 7

Kelurahan Cisarua Di Bawah UMK 1 5 6

Di atas UMK 1 13 14

Desa kembang Kuning Di Bawah UMK 1 2 3

Di atas UMK 0 17 17

Sumber : Data Primer (diolah)

Hasil perhitungan tingkat partisipasi sekolah anak berdasarkan penghasilan

orang tua menunjukkan bahwa sebanyak 68,33 persen anak usia 16-18 tahun

bersekolah pada jenjang pendidikan menengah formal tanpa melihat jenis

pendidikan, dan 31,67 persen anak tidak bersekolah. Secara umum, sebagian

besar responden yang berasal dari Desa karehkel memiliki anak usia 16-18

tahun yang tidak melanjutkan hingga ke jenjang pendidikan menengah formal.

Sebagian besar responden tersebut berpenghasilan di bawah UMK.

Perbandingan antara penghasilan orang tua dengan partisipasi sekolah anak

pada jenjang pendidikan menengah dapat dilihat pada Tabel 25.

Perhitungan yang dilakukan dengan tidak membedakan penghasilan orang

tua, apakah di bawah atau di atas UMK menunjukkan bahwa anak responden

yang tidak bersekolah di Desa Karehkel sebanyak 50,00 persen, 10,00 persen di

Kelurahan Cisarua, dan 30 persen di Desa Kembang Kuning. Di samping itu,

dijumpai bahwa lima dari enam orang anak yang berasal dari responden dengan

penghasilan di atas UMK di Desa Kembang Kuning tidak bersekolah. Diduga hal

ini dipengaruhi oleh banyaknya jumlah tanggungan keluarga yang berjumlah 3-7

orang.

Page 99: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

73

Tabel 25. Perbandingan Hubungan Penghasilan Orang tua dengan Partisipasi Sekolah Anak di Lokasi Sampel

Lokasi Sampel Penghasilan

Partisipasi Sekolah Anak

Total Bersekolah

Tidak Bersekolah

Desa karehkel Di Bawah UMK 5 8 13

Di atas UMK 5 2 7

Kelurahan Cisarua Di Bawah UMK 4 2 6

Di atas UMK 14 0 14

Desa kembang Kuning Di Bawah UMK 2 1 3

Di atas UMK 12 5 17

Sumber : Data Primer (diolah)

6.2.2 Pendidikan Orang tua

Orang tua yang menjadi responden memiliki tingkat pendidikan yang

beragam, mulai dari tidak pernah mengenyam bangku pendidikan, hingga

perguruan tinggi (S1). Sebagian besar responden, yakni sebanyak 45 persen

dari total responden mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat SD,

sedangkan paling sedikit, yakni 1,67 persen dari total responden sempat

bersekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Secara keseluruhan jumlah

responden berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh dapat dilihat pada

Gambar 20.

Sumber : Data Primer (diolah)

Gambar 19. Keadaan Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Page 100: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

74

Hasil penelitian di masing-masing lokasi penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden yang ada di Desa Karehkel berpendidikan

SD/sederajat. Kelurahan Cisarua mayoritas responden berpendidikan SMA

sederajat, sedangkan di Desa Kembang Kuning, didominasi oleh responden

yang berpendidikan SD dan SMA. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Orang tua

% Responden Berdasarkan Pendidikan

Karehkel Cisarua Kembang

Kuning

Tidak Bersekolah 0,00 5,00 5,00

SD/sederajat 75,00 20,00 40,00

SMP/sederajat 15,00 15,00 15,00

SMA/sederajat 10,00 55,00 40,00

PT 0,00 5,00 0,00

Sumber : Data Primer (diolah)

Hasil perhitungan terhadap hubungan antara tingkat pendidikan orang tua

dengan tingkat partisipasi sekolah anak menunjukkan bahwa di Desa Karehkel

dan Kembang Kuning, sebagian besar responden yang berpendidikan hingga

jenjang sekolah dasar memiliki anak yang tidak bersekolah, sedangkan bagi

orang tua yang memiliki pendidikan hingga jenjang SMP ke atas sebagian besar

memiliki anak yang bersekolah hingga ke jenjang pendidikan menengah formal.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Hubungan Pendidikan Orang tua dengan Partisipasi Sekolah Anak Berdasarkan Lokasi Sampel

Lokasi Sampel Pendidikan Orang tua

Partisipasi Sekolah Anak

Total Bersekolah

Tidak Bersekolah

Desa karehkel SD Ke bawah 6 9 15

SMP Ke atas 3 2 5

Kelurahan Cisarua SD Ke bawah 3 2 5

SMP Ke atas 15 0 15

Desa kembang Kuning

SD Ke bawah 3 6 9

SMP Ke atas 11 0 11

Sumber : Data Primer (diolah)

Page 101: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

75

6.3 Faktor Anak

Faktor anak diduga memiliki pengaruh terhadap partisipasi sekolah.

Dalam penelitian diduga terdapat dua komponen faktor yang berpengaruh, yaitu :

(1) Faktor minat anak untuk bersekolah

(2) Faktor jenis kelamin anak

Adapun data dan informasi yang terkait dengan kedua faktor tersebut diuraikan

ke dalam sub-sub bab.

6.3.1 Minat Anak Bersekolah

Secara umum sebagian besar anak memiliki keinginan yang muncul atas

kesadaran sendiri untuk melanjutkan pendidikannya hingga jenjang pendidikan

menengah, namun hanya sebanyak 68,33 persen dari keinginan tersebut yang

dapat tercapai, sementara sebanyak 26,67 persennya berminat untuk sekolah

namun tidak dapat melanjutkan sekolah. Dilihat dari masing-masing lokasi

sampel, ditemukan sebanyak lima persen anak di Desa Karehkel yang tidak

memiliki keinginan untuk bersekolah, sedangkan di lokasi lainnya tidak

ditemukan anak yang tidak ingin bersekolah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Hubungan Minat Anak Bersekolah dengan Partisipasi Sekolah Berdasarkan Lokasi Sampel

Lokasi Sampel Minat Anak Bersekolah

Partisipasi Sekolah Anak Total

Bersekolah Tidak Bersekolah

Desa karehkel Berminat 9 8 17

Tidak Berminat 0 3 3

Kelurahan Cisarua

Berminat 18 2 20

Tidak Berminat 0 0 0

Desa kembang Kuning

Berminat 14 6 20

Tidak Berminat 0 0 0

Sumber : Data Primer (diolah)

6.3.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin diduga mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah.

Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 60 persen responden memiliki anak

Page 102: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

76

perempuan yang berusia sekolah. Komposisi anak laki-laki dengan perempuan

pada setiap lokasi sampel dapat dilihat pada Gambar 21.

Sumber : Data Primer (diolah)

Gambar 20. Perbandingan Jumlah Anak Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Lokasi Sampel

Berdasarkan data yang dikumpulkan, diperoleh hasil bahwa di satu sisi

persentase anak perempuan yang bersekolah lebih banyak daripada anak laki-

laki, namun di sisi lain, persentase anak perempuan yang tidak bersekolah juga

lebih banyak daripada anak laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 21.

Sumber : Data Primer (diolah)

Gambar 21. Perbandingan Antara Anak Laki-laki dan Perempuan yang Bersekolah dan Tidak Bersekolah

Page 103: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

77

Hasil perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan

pada setiap lokasi sampel menunjukkan bahwa di Desa Karehkel dan Kembang

Kuning, anak perempuan lebih banyak yang tidak bersekolah, sedangkan di

Kelurahan Cisarua, anak laki-laki paling banyak bersekolah. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 29.

Tabel 29. Perbandingan Anak yang Bersekolah dan Tidak Bersekolah Berdasarkan Jenis Kelamin di Lokasi Sampel

Lokasi Sampel Jenis

Kelamin

Partisipasi Sekolah Anak

Total Bersekolah

Tidak Bersekolah

Desa karehkel Laki-laki 3 5 8

Perempuan 8 6 12

Kelurahan Cisarua Laki-laki 10 1 11

Perempuan 8 1 9

Desa kembang Kuning Laki-laki 5 1 6

Perempuan 9 5 14

Sumber : Data Primer (diolah)

Page 104: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

78

Page 105: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

79

VII. FAKTOR KARAKTERISTIK WILAYAH

7.1 Hasil Analisis Variabel Faktor Karakteristik Wilayah terhadap Partisipasi Sekolah

Faktor karakteristik wilayah yang diwakili oleh (1) pertanian, (2)

perdagangan /jasa, dan (3) industri, dengan wilayah pertanian sebagai faktor

pembanding, diduga berpengaruh terhadap tingkat partisipasi sekolah (Y) pada

jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Bogor. Hasil analisis regresi logistik

biner dengan menggunakan alat analisis SPSS versi 15,0 menunjukkan bahwa :

(1) model yang digunakan layak untuk diinterpretasikan. Hal ini dibuktikan

dengan nilai signifikansi berdasarkan uji Hosmer and Lemeshow sebesar

1,000 > 0,05.

(2) Korelasi secara bersama-sama antara kedua variabel menghasilkan nilai

chi-square sebesar 9,956 dengan nilai signifikansi < 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa secara bersamaan, seluruh variabel penjelas (X1dan

X2) berhubungan dengan variabel respon (Y).

(3) Berdasarkan nilai Nagelkerke R Square diperoleh hasil sebesar 0,214. Hal

ini berarti kedua variabel penjelas hanya mampu menjelaskan varians

partisipasi sekolah sebesar 21,4 persen, sedangkan sisanya yaitu sebesar

78,6 persen dijelaskan oleh faktor lain.

(4) Nilai ketepatan prediksi seluruh variabel X terhadap variabel Y adalah

sebesar 71,7 persen.

Hasil analisis berupa tanda koefisien, signifikansi, dan peluang disajikan

pada Tabel 30.

Tabel 30. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Karakteristik Wilayah Terhadap Partisipasi Sekolah

Variabel Koefisien Signifikansi Peluang

Konstanta -0,21 0,655 0,818

Pertanian (X) 0,018 Perdagangan/Jasa (X1) 2,398 0,06 11,000 Industri (X2) 1,048 0,114 2,852

Sumber : Hasil Analisis

Page 106: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

80

Variabel pertanian dan pertanian/jasa memiliki pengaruh yang nyata

(signifikan) terhadap peluang anak untuk bersekolah pada jenjang pendidikan

menengah formal, sedangkan variabel industri tidak berpengaruh secara

signifikan. Penjelasan terhadap perbandingan masing-masing variabel penjelas

(X) adalah :

(1) Peluang bersekolah bagi anak-anak yang tinggal di wilayah yang

berkarakteristik perdagangan/jasa, 11 kali lebih besar dibandingkan

dengan anak-anak yang tinggal di wilayah pertanian dan industri.

(2) Peluang bersekolah bagi anak-anak yang tinggal di wilayah yang

berkarakteristik industri 2,852 kali lebih besar dibandingkan dengan anak-

anak yang tinggal di wilayah pertanian dan perdagangan/jasa.

Berdasarkan data primer yang diperoleh, partisipasi sekolah terendah

terdapat di wilayah yang berkarakteristik pertanian. Hal ini ditunjukkan oleh

banyaknya persentase anak yang tidak bersekolah, yaitu sebesar 57,89 persen.

Sebaliknya, partisipasi sekolah tertinggi ada di wilayah yang berkarakteristik

perdagangan/jasa, yaitu sebesar 43,90 persen. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 23.

Sumber : Data Primer (diolah)

Gambar 22. Perbandingan Karakter Wilayah dengan Partisipasi Sekolah

Page 107: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

81

Sebanyak 57,89 persen anak usia 16-18 tahun yang tidak bersekolah pada

jenjang pendidikan menengah dan tinggal di wilayah pertanian tersebut memiliki

orang tua yang bermatapencaharian di sektor pertanian, sebaliknya anak yang

bersekolah memiliki orang tua yang berkerja di sektor non pertanian, meskipun

tinggal di wilayah pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Hubungan Antara Pekerjaan Orang tua dengan Partisipasi Sekolah Anak Berdasarkan Karakteristik Wilayah

Lokasi Sampel Pekerjaan Orang

tua

Partisipasi Sekolah Anak

Total Bersekolah

Tidak Bersekolah

Desa karehkel Sektor pertanian 0 7 7

Non Sektor Pertanian 13 0 13

Kelurahan Cisarua

Sektor pertanian 0 0 0

Non Sektor Pertanian 18 2 20

Desa Kembang Kuning

Sektor pertanian 0 0 0

Non Sektor Pertanian 14 6 20

Sumber : Data Primer (diolah)

Page 108: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

82

Page 109: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

83

VIII. DUKUNGAN PENDANAAN PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

8.1 Kemandirian Anggaran Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor

Berdasarkan perhitungan terhadap perbandingan antara dana pendidikan

menengah yang berasal dari dana asli daerah dengan dana pendidikan

menengah yang diperoleh dari bantuan, diperoleh hasil bahwa kemandirian

anggaran pendidikan menengah formal di Kabupaten Bogor semakin lama

semakin rendah. Hal ini ditunjukkan oleh semakin tingginya dana pendidikan

yang diperoleh dari bantuan dibandingkan dengan dana pendidikan asli daerah.

Kondisi ini dapat dilihat dalam Gambar 24.

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, (Diolah dari Tahun 2008-2011)

Gambar 23. Perkembangan Rasio Kemandirian Belanja Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

8.2 Alokasi Anggaran Pendidikan di Kabupaten Bogor

Penyelenggaraan pembangunan daerah di Kabupaten Bogor merupakan

tugas utama pemerintah daerah dalam era otonomi. Hal ini berimplikasi pada

kewajiban pemerintah daerah untuk menyiapkan sejumlah dana dalam rangka

memenuhi seluruh kebutuhan penyelenggaraan pembangunan tersebut sesuai

Page 110: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

84

dengan kemampuan daerah. Selama kurun waktu 2008-2011, Pemerintah

Daerah Kabupaten Bogor telah menganggarkan sejumlah dana yang dari tahun

ke tahun dengan nilai nominal yang terus mengalami peningkatan. Komponen

belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Belanja APBD) terdiri atas :

(1) Belanja tidak langsung, yang dialokasikan untuk : (a) belanja pegawai, (b)

hibah, (c) bantuan sosial, (d) belanja bagi hasil, (e) bantuan keuangan dan

(f) belanja tidak terduga.

(2) Belanja langsung, yang dialokasikan untuk mendanai program dan

kegiatan setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) secara langsung,

yaitu : (a) belanja pegawai, (b) belanja barang dan jasa, (c) belanja modal.

Perkembangan peningkatan belanja APBD di Kabupaten Bogor ini dapat dilihat

pada Tabel 32.

Tabel 32. Perkembangan Belanja APBD Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

Jenis belanja APBD Tahun (Juta)

2008 2009 2010 2011

Belanja Tidak langsung

1.193.992,59

1.266.963,76

1.418.667,36

1.725.455,23

% Kenaikan 6,11 11,97 21,63

Belanja langsung

900.421,41

1.113.631,46

1.367.277,05

1.839.719,33

% Kenaikan 23,68 22,78 34,55

Total belanja

2.094.413,10

2.380.595,22

2.785.944,41

3.565.174,55

% Kenaikan 13,66 17,03 27,97

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor Tahun 2008-2010

Secara nominal, dari tahun ke tahun terjadi peningkatan persentase jumlah

anggaran pada pos belanja, baik belanja tidak langsung, belanja langsung,

maupun belanja total. Namun perkembangan kenaikan anggaran belanja tidak

langsung dan total belanja setiap tahun lebih kecil daripada perkembangan

kenaikan belanja langsung, meskipun pada tahun 2010 terjadi penurunan

kenaikan persentase alokasi anggaran untuk belanja langsung jika dibandingkan

pada tahun 2009.

Perbandingan komposisi antara belanja tidak langsung dengan belanja

langsung terhadap total belanja pada struktur belanja APBD di Kabupaten Bogor

dari tahun 2008-2011 menunjukkan bahwa alokasi belanja langsung lebih kecil

Page 111: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

85

daripada belanja tidak langsung, kecuali pada tahun 2011, dimana anggaran

belanja langsung lebih besar daripada anggaran belanja tidak langsung.

Meskipun demikian, alokasi belanja langsung menunjukkan adanya peningkatan.

Hal ini menandakan bahwa anggaran riil untuk pelaksanaan program dan

kegiatan yang ada di setiap SKPD semakin meningkat. Berbeda halnya dengan

alokasi anggaran belanja tidak langsung yang mengambil porsi lebih dari 50

persen total belanja APBD, dalam kurun waktu 2008-2011 terus mengalami

penurunan, hingga pada tahun 2011, komposisi berubah yang menjadikan

anggaran belanja langsung meningkat menjadi lebih dari 50 persen. Hal ini

dapat dilihat pada Gambar 25.

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, (Diolah dari Tahun 2008-2011)

Gambar 24. Perkembangan Komposisi Belanja Langsung dan Tidak langsung APBD Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

Belanja daerah untuk penyelenggaraan urusan pendidikan merupakan

salah satu bagian yang wajib dialokasikan dari belanja APBD, mengingat

pendidikan merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah. Belanja

APBD untuk urusan wajib pendidikan tersebut dialokasikan melalui Dinas

Pendidikan Kabupaten Bogor. Berdasarkan amanat Amandemen keempat

Undang-undang Dasar 1945, pasal 33 ayat (4), prioritas anggaran pendidikan

yang harus dialokasikan oleh anggaran belanja negara dan daerah sekurang-

Page 112: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

86

kurangnya sebesar 20 persen. Adapun alokasi belanja APBD untuk urusan wajib

pendidikan di Kabupaten Bogor telah melebihi anggaran pendidikan minimal

yang telah ditetapkan, yakni lebih dari 20 persen per tahun. Persentase

peningkatan anggaran pendidikan tahun 2009 terhadap tahun 2008 tercatat

sebesar 20,47 persen, tahun 2010 terhadap tahun 2009 sebesar 30, 59 persen,

dan tahun 2011 terhadap tahun 2010 sebesar 48,65 persen. Perbandingan

antara belanja APBD dengan belanja pendidikan dapat dilihat pada Gambar 26.

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, (Diolah dari Tahun 2008-2011)

Gamba 25. Perbandingan Belanja APBD dengan Belanja Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

Anggaran pendidikan terdiri atas komponen belanja langsung dan belanja

tidak langsung. Selama kurun waktu tahun 2008-2011, anggaran pendidikan

terus mengalami kenaikan setiap tahunnya hingga hampir mencapai 50 persen

dari tahun sebelumnya. Kenaikan anggaran pendidikan ini berdampak pula pada

komposisi anggaran belanja langsung dan belanja tidak langsung pendidikan.

Belanja langsung mengalami kenaikan yang cukup besar, terutama pada tahun

2011, dimana anggaran belanja langsung melonjak hingga 120,77 persen dari

tahun 2010. Berbeda dengan alokasi anggaran pada komponen belanja tidak

langsung, meskipun terjadi kenaikan setiap tahunnya, namun peningkatannya

jauh lebih kecil dibandingkan dengan anggaran belanja langsung pendidikan. Hal

ini dapat dilihat pada Tabel 33.

Page 113: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

87

Tabel 33. Perbandingan Antara Persentase Kenaikan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Pada Anggaran Pendidikan Tahun 2008-2011

Tahun

Belanja (Juta)

Langsung %

Kenaikan Tidak

Langsung %

Kenaikan Total

% Kenaikan

2008 116.432,39 494.768,39 611.200,78

2009 185.393,26 59,23 558.708,71 12,92 744.101,97 21,74 2010 277.963,71 49,93 693.722,50 24,17 971.686,21 30,59 2011 613.649,88 120,77 830.745,88 19,75 1.444.395,76 48,65

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, (Diolah dari Tahun 2008-2011)

Seperti halnya pada belanja APBD, belanja tidak langsung pada urusan

pendidikan pun menghabiskan porsi yang paling besar, yakni diatas 70 persen

dari total belanja pendidikan, meskipun dari tahun ke tahun menunjukkan adanya

penurunan, terutama pada tahun 2011 yang alokasinya hampir mendekati 50

persen. Belanja tidak langsung digunakan untuk membiayai gaji dan tunjangan

pegawai negeri sipil dari kalangan pendidik dan tenaga kependidikan.

Sebaliknya, alokasi belanja langsung mendapatkan porsi yang lebih sedikit, yakni

masih dibawah 30 persen, meskipun dari tahun ke tahun menunjukkan adanya

peningkatan, terutama pada tahun 2011 yang alokasinya hampir mencapai 50

persen. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 27.

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, (Diolah dari Tahun 2008-2011)

Gambar 26. Komposisi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung pada Anggaran Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

Page 114: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

88

Belanja langsung pada urusan wajib pendidikan didistribusikan ke dalam

dua program, yaitu : (1) program utama, dan (2) program pendukung. Program

utama meliputi :

(1) Pendidikan Anak Usia Dini

(2) Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

(3) Pendidikan Menengah

(4) Pendidikan Non Formal

(5) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(6) Manajemen Pelayanan Pendidikan

Program pendukung merupakan program rutin di bidang ketatausahaan meliputi :

(1) Pelayanan Administrasi Perkantoran

(2) Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

(3) Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan

8.3 Anggaran Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor

Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan pendidikan menengah di

Kabupaten Bogor hingga saat ini masih mendapatkan porsi yang cukup kecil,

yakni baru berkisar tiga persen dari total anggaran pendidikan. Hal ini

menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan menengah belum menjadi

prioritas pembangunan bagi Pemerintah Kabupaten Bogor, karena hingga saat

ini Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor masih memfokuskan diri pada

penuntasan program wajib belajar pendidikan sembilan tahun untuk jenjang

pendidikan dasar SD dan SMP/sederajat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Perbandingan Belanja Pendidikan Menengah Terhadap Total Belanja Pendidikan

Belanja (Juta) Tahun

2008 2009 2010 2011

Belanja Urusan Pendidikan

617.682,30 744.101,97 971.686,21 1.444.395,76

Belanja Pendidikan Menengah

19.868,11 25.808,20 34.506,75 39.457,83

% Pendidikan Menengah terhadap Pendidikan

3,22 3,47 3,55 2,73

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, (Diolah dari Tahun 2008-2011)

Page 115: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

89

Persentase alokasi dana bagi penyelenggaraan pendidikan menengah

terhadap total belanja langsung pada anggaran pendidikan selama kurun waktu

Tahun 2008-2011 menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun, yakni

16,70 persen pada tahun 2008 menjadi 6,43 persen pada tahun 2011, meskipun

secara nominal terjadi peningkatan jumlah anggaran pada program pendidikan

menengah dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa alokasi anggaran untuk

pendidikan menengah selama kurun waktu 4 tahun mengalami penurunan

sebesar 10,27 persen. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 28.

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, (Diolah dari Tahun 2008-2011)

Gambar 27. Perbandingan Belanja Pendidikan Menengah Terhadap Belanja Langsung dan Total Belanja Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

Anggaran yang digunakan untuk menyelenggarakan pembangunan

pendidikan di Kabupaten Bogor yang diselenggarakan oleh Pemerintah

Kabupaten Bogor tidak seluruhnya berasal dari anggaran asli daerah. Di sisi

lain, sebagai daerah otonom, kebutuhan pemenuhan anggaran pendidikan pun

masih diperoleh dari dana bantuan, baik yang berasal dari pemerintah pusat

maupun pemerintah provinsi. Besarnya dana bantuan yang diterima oleh

Pemerintah Kabupaten Bogor dalam urusan wajib pendidikan tersebut bersifat

tidak tetap dari tahun ke tahun. Pada umumnya dana bantuan tersebut ditujukan

untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik, seperti pembangunan ruang kelas

baru dan rehabilitasi ruang kelas yang rusak. Keseluruhan dana bantuan

tersebut tercatat dalam APBD, sehingga total belanja APBD yang ada

merupakan gabungan dari dana belanja asli daerah dan dana bantuan.

Page 116: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

90

Penerimaan dana bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi

yang khusus dialokasikan untuk penyelenggaraan pendidikan menengah formal

selama kurun waktu tahun 2008-2011 cenderung semakin meningkat. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Perbandingan Dana Bantuan Terhadap Belanja Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

Tahun Belanja Pendidikan

Menengah (A)

Dana Bantuan Pendidikan

Menengah (B) % (B) Terhadap (A)

2008 19.868.112.500 1.421.603.000 7,16

2009 25.808.203.500 4.074.863.000 15,79

2010 34.506.754.000 8.937.613.800 25,90

2011 39.457.834.000 28.514.814.000 72,27

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, (Diolah dari Tahun 2008-2011)

Peningkatan porsi alokasi dana bantuan terhadap belanja program

pendidikan menengah dari tahun 2008 hingga tahun 2011sebesar 65,11 persen.

Adapun kenaikan jumlah dana bantuan tersebut pada tahun 2011 mencapai

219,04 persen dibandingkan tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 29.

Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, (Diolah dari Tahun 2008-2011)

Gambar 28. Persentase Peningkatan Jumlah Dana Bantuan Pendidikan Menengah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

Page 117: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

91

Dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat dan provinsi telah

ditentukan pengalokasiannya terutama untuk pembangunan ruang kelas baru

dan rehabilitasi ruang kelas yang rusak, dimana untuk kebutuhan fisik tersebut

dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Dengan semakin meningkatnya dana

bantuan tersebut, menandakan bahwa pemerintah Kabupaten Bogor

menggantungkan beban untuk menambah dan merehabilitasi ruang kelas pada

anggaran bantuan. Ketergantungan terhadap dana bantuan untuk pembangunan

ruang kelas baru dan rehabilitasi kelas yang rusak semakin tinggi akan

berdampak pada laju penyediaan daya tampung siswa. Hal ini disebabkan

karena pemerintah daerah mengandalkan pembangunan fisik dari dana bantuan

yang tidak rutin setiap tahun. Dengan demikian, sekolah-sekolah negeri yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor tidak dapat menambah

kapasitas daya tampung sekolah seiring dengan peningkatan kebutuhan

masyarakat akan ketersediaan daya tampung.

Page 118: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

92

Page 119: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

93

IX. STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH

9.1 Identifikasi Faktor Berdasarkan Analisis SWOT

Berdasarkan batasan yang telah ditetapkan dalam metodologi, bahwa

faktor internal pendidikan merupakan faktor analisis internal dalam SWOT,

sedangkan faktor analisis eksternal dalam SWOT adalah faktor kondisi

masyarakat dan anggaran pendidikan, maka berdasarkan batasan tersebut,

identifikasi kekuatan dan kelemahan difokuskan pada faktor internal pendidikan,

sedangkan identifikasi peluang dan ancaman difokuskan pada faktor kondisi

masyarakat dan anggaran pendidikan.

9.1.1 Identifikasi Faktor Kekuatan (Strengths)

Faktor kekuatan diidentifikasi berdasarkan uraian faktor-faktor internal

pendidikan, yakni daya tampung, guru, kelembagaan penyelenggaran

pendidikan, dan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan uraian

faktor-faktor tersebut, diperoleh identifikasi faktor-faktor kekuatan untuk dapat

meningkatkan partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal

sebagai berikut :

(1) Adanya kerjasama yang sinergis antar penyelenggara pendidikan menengah formal

Penyelenggaraan pendidikan menengah formal di Kabupaten Bogor

dilakukan secara bersama-sama oleh Pemerintah Daerah, Kementerian

Agama dan lembaga swasta. Sinergi antara ketiga unsur ini memperkuat

upaya untuk meningkatkan angka partisipasi murni. Hal ini ditandai dengan

lengkapnya jenis pendidikan menengah yang terdiri atas sekolah umum,

madrasah dan kejuruan. Ketiga penyelenggara ini melayani penduduk usia

sekolah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

(2) Ruang kelas yang ada sebagian besar layak pakai

Sebagian besar dari jumlah ruang kelas yang tersedia masih layak pakai.

Kelayakan ini terlihat dari 85,93 persen ruang kelas dalam kondisi baik, dan

10, 54 persen ruang kelas dalam kondisi rusak ringan. Hal ini berarti bahwa

ruang kelas yang layak pakai tersedia sebesar 96,47 persen.

Page 120: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

94

(3) Ketersediaan guru yang berkualifikasi mengajar

Sebagian besar guru yang mengajar pada jenjang pendidikan menengah

formal merupakan guru-guru yang telah memiliki kualifikasi mengajar (layak

mengajar). Hal ini ditunjukkan oleh 89,75 persen guru berlatar pendidikan

S1 hingga S3.

(4) Lembaga swasta berpartisipasi aktif

Peran lembaga swasta sangat dominan dalam membantu meningkatkan

penyelenggaraan pendidikan menengah formal di Kabupaten Bogor, baik

dari penyediaan ruang kelas maupun guru. Berdasarkan data yang ada,

penyelenggara pendidikan swasta yang melayani sekolah menengah umum

sebanyak 76,54 persen, madrasah 93,98 persen, dan sekolah menengah

kejuruan sebanyak 96,86 persen. Jumlah guru yang kompeten pada

penyelenggara pendidikan swasta sebanyak 68,21 persen, dimana 50,71

persen adalah guru SMA swasta, 76,37 persen guru MA swasta, dan 87,06

persen guru SMK swasta.

Disamping itu sekolah swasta memiliki kapasitas daya tampung murid paling

besar. Kapasitas daya tampung ini memungkinkan untuk menerima siswa

dalam jumlah yang besar. Dari jumlah sekolah swasta yang ada, kapasitas

daya tampungnya lebih dari 90 persen, karena sebagian besar ruang kelas

yang ada layak pakai.

(5) Sebagian besar sekolah menengah formal telah terakreditasi

Sekitar 60,26 persen sekolah menengah formal telah terakreditasi, dengan

rincian 18,59 persen sekolah terakreditasi A, 29,27 persen sekolah

terakreditasi B, dan 12,40 persen sekolah terakreditasi C.

9.1.2 Identifikasi Faktor Kelemahan (Weaknesses)

Faktor kelemahan diidentifikasi berdasarkan uraian faktor-faktor internal

pendidikan, yakni daya tampung, guru, kelembagaan penyelenggaran

pendidikan, dan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan uraian

faktor-faktor tersebut, diperoleh identifikasi faktor-faktor kelemahan yang dapat

mempengaruhi partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal

sebagai berikut :

Page 121: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

95

(1) Kapasitas daya tampung sekolah di setiap kecamatan belum merata

Daya tampung sekolah untuk setiap kecamatan tidak merata. Hal ini terlihat

dari adanya kecamatan yang telah mengalami kelebihan daya tampung,

yakni sebanyak 17 kecamatan, sementara masih terdapat kecamatan yang

masih memungkinkan untuk menambah jumlah siswa yakni 23 kecamatan.

Di samping itu belum semua penduduk usia sekolah bisa tertampung pada

sekolah-sekolah menengah yang ada. Tercatat masih terdapat 39,40 persen

jumlah penduduk usia sekolah yang belum terlayani oleh pendidikan

menengah.

(2) Jumlah dan distribusi guru di setiap kecamatan tidak merata

Rasio guru-sekolah masih rendah. Hal ini terlihat dari adanya kecamatan

yang memiliki sekitar 27 orang guru dalam satu sekolah, sementara ada

kecamatan yang hanya memiliki 7 orang guru dalam satu sekolah. Ini

menunjukkan bahwa ketersediaan jumlah guru di sekolah-sekolah masih

kurang. Kekurangan guru terutama dialami oleh SMK, padahal disisi lain

kemampuan daya tampungnya paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis

pendidikan menengah lainnya. Ketersediaan ruang kelas layak pakai untuk

SMK mencapai 98 persen, namun ketersediaan guru hanya 17 orang untuk

satu sekolah.

(3) Masih terdapat ruang kelas yang rusak berat

Keberadaan jumlah ruang kelas yang rusak berat sehingga tidak bisa

digunakan menyebabkan berkurangnya kapasitas daya tampung sekolah

bagi siswa di Kabupaten Bogor. Ruang kelas yang rusak berat tercatat

sebanyak 3,53 persen. SMA memiliki lebih banyak ruang kelas yang rusak

berat dibandingkan dengan jenis pendidikan lainnya, yakni sebesari 59,14

persen, sedangkan madrasah memiliki ruang kelas rusak berat paling

sedikit, yakni 17,20 persen.

(4) Minat masyarakat masih cenderung pada SMK

Tingginya minat masyarakat untuk bersekolah di SMK karena jenis sekolah

ini dipersiapkan agar lulusan siap bekerja, jika dilihat dari satu sisi

menimbulkan ketidakmerataan distribusi siswa terhadap jenis sekolah. Hal

ini terlihat dari rendahnya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya

ke madrasah,sehingga mengakibatkan jumlah siswa madrasah hanya

Page 122: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

96

sebanyak 10,13 persen dari total siswa yang ada. Di sisi lain, tingginya minat

masyarakat bersekolah di SMK tidak diimbangi dengan kualitas

penyelenggaraan pendidikan, karena sebanyak 56,95 persen SMK belum

terakreditasi.

9.1.3 Identifikasi Faktor Peluang (Opportunities)

Faktor peluang diidentifikasi berdasarkan uraian faktor-faktor kondisi

masyarakat, karakteristik wilayah, dan pendanaan anggaran pada pendidikan

menengah formal. Faktor kondisi masyarakat dilihat dari dua aspek, yaitu : (1)

faktor orang tua yang diwakili oleh penghasilan, dan pendidikan orang tua, serta

(2) faktor anak yang diwakili oleh minat anak bersekolah dan jenis kelamin.

Faktor karakteristik wilayah dilihat dari karakteristik wilayah pertanian,

perdagangan/jasa, dan industri. Adapun faktor pendanaan ditinjau dari

kemandirian anggaran pendidikan menengah formal.

Berdasarkan uraian faktor-faktor tersebut, diperoleh identifikasi faktor-

faktor peluang peningkatan partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan

menengah formal sebagai berikut :

(1) Orang tua yang berpenghasilan di atas UMK

Penghasilan orang tua sebagian besar berada di atas Upah Minimum

Kabupaten (UMK), sehingga berpeluang untuk mampu menyekolahkan

anaknya. Berdasarkan hasil penelitian di lokasi sampel, sebanyak 63,33

persen orang tua berpenghasilan di atas UMK. Hal ini menunjukkan bahwa

orang tua yang berpenghasilan di atas UMK dapat menyediakan biaya

pendidikan yang dibutuhkan.

(2) Pendidikan orang tua SMP ke atas

Sebanyak 93,55 persen orang tua yang berpendidikan SMP ke atas. Bagi

orang tua yang memiliki pendidikan SMP ke atas, ternyata berpeluang untuk

cenderung menyekolahkan anaknya minimal hingga jenjang pendidikan

menengah.

(3) Minat anak tinggi untuk bersekolah

Sebanyak 95 persen anak usia 16-18 tahun ternyata memiliki minat untuk

melanjutkan sekolah minimal hingga jenjang pendidikan menengah.

Page 123: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

97

(4) Karakteristik wilayah industri dan perdagangan/jasa kondusif untuk anak bersekolah

Partisipasi sekolah terbukti tinggi pada wilayah-wilayah kecamatan yang

berkarakter industri maupun perdagangan/jasa. Hal ini terlihat dari

persentase jumlah anak yang bersekolah di kedua wilayah tersebut.

Sebanyak 90 persen anak yang tinggal di lingkungan perdagangan/jasa

ternyata bersekolah, dan 70 persen anak yang tinggal di lingkungan industri

juga bersekolah pada jenjang pendidikan menengah formal.

9.1.4 Identifikasi Faktor Ancaman (Threats)

Faktor ancaman diidentifikasi berdasarkan uraian faktor-faktor eksternal

yang dilihat dari faktor kondisi masyarakat, karakteristik wilayah, dan pendanaan

pendidikan menengah formal. Berdasarkan uraian faktor-faktor tersebut,

diperoleh hasil identifikasi ancaman sebagai berikut :

(1) Rendahnya penghasilan orang tua

Masih terdapat orang tua yang berpenghasilan rendah, yakni di bawah UMK.

Hal ini menyebabkan mereka tidak mampu menyekolahkan anak mereka.

Berdasarkan temuan di lokasi penelitian, sekitar 36,67 persen orang tua

berpenghasilan rendah.

(2) Tingginya jumlah tanggungan keluarga

Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan orang tua sebagian

besar lebih dari tiga orang, sehingga beban orang tua untuk menyekolahkan

anak dirasa cukup membaratkan. Sebanyak 88,33 persen keluarga

responden memiliki tanggungan anggota keluarga lebih dari tiga orang.

(3) Orang tua berpenghasilan di atas UMK, namun anaknya tidak bersekolah

Masih adanya orang tua yang berpenghasilan di atas UMK namun anaknya

tidak bersekolah. Sebanyak 38,87 persen anak yang tidak bersekolah

memiliki orang tua berpenghasilan di atas UMK.

(4) Rendahnya pendidikan orang tua

Sebagian besar orang tua masih berpendidikan rendah, yakni SD ke bawah.

Tingkat pendidikan orang tua ternyata berpengaruh kepada kecenderungan

orang tua untuk tidak menyekolahkan anaknya. Berdasarkan data, sebanyak

Page 124: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

98

58,62 persen orang tua yang berpendidikan rendah tidak menyekolahkan

anaknya.

(5) Anak tidak berminat sekolah

Masih terdapat anak yang tidak berminat untuk melanjutkan sekolah minimal

hingga ke jenjang pendidikan menengah, meskipun tidak ada kendala dari

pihak orang tua. Sebanyak 15,79 persen anak yang tidak bersekolah secara

sengaja tidak berminat untuk bersekolah.

(6) Banyak anak perempuan yang tidak bersekolah

Sebanyak 63,16 persen anak yang tidak bersekolah adalah anak

perempuan.

(7) Banyak anak tidak bersekolah di daerah yang berkarakteristik

pertanian

Sebanyak 57,89 persen anak yang tinggal di wilayah berkarakteristik

pertanian tidak melanjutkan sekolahnya hingga ke jenjang pendidikan

menengah.

(8) Rendahnya kemandirian daerah dalam pendanaan pendidikan menengah

Kemandirian pendanaan pendidikan di Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun

menunjukkan penurunan. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya

ketergantungan daerah terhadap dana bantuan, baik dari provinsi maupun

pusat.

9.2 Perumusan Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis SWOT

Strategi adalah sekumpulan sasaran yang disertai dengan metode-metode

untuk mencapainya (Rustiadi, E, dkk, 2011). Strategi dalam unsur perencanaan

meliputi hal yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai tujuan yang bersifat

normatif dan terukur. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap faktor-faktor yang

menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka dapat dirumuskan

beberapa alternatif strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi

sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal. Hasil perumusan alternatif

strategi disajikan pada Gambar 30.

Page 125: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

99

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)

1. Adanya kerjasama yang sinergis antar penyelenggara pendidikan menengah formal

2. Ruang kelas yang ada sebagian besar layak pakai

3. Guru-guru yang ada sebagian besar berkualifikasi mengajar

4. Lembaga swasta berperan dominan

5. Sebagian besar sekolah sudah terakreditasi

1. Kapasitas daya tampung sekolah di setiap kecamatan tidak merata

2. Jumlah dan distribusi guru di setiap kecamatan tidak merata

3. Masih ada ruang kelas yang rusak berat

4. Minat masyarakat cenderung memilih jenis pendidikan SMK

Peluang (Opportunities) Strategi S-O

(Aggressive Strategies) Strategi W-O

(Turn-Around Strategies)

1. Orang tua yang berpenghasilan di atas UMK

2. Pendidikan orang tua SMP ke atas

3. Minat anak tinggi untuk bersekolah

4. Karakter wilayah perdagangan/jasa dan industri mendukung untuk anak bersekolah

1. Meningkatkan aksesibilitas pendidikan berdasarkan kebutuhan dan karakter wilayah (S1-5 ; O 1-4)

2. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan (S 1,4 ; O 1,2)

1. Optimalisasi aksesibilitas pendidikan berdasarkan kebutuhan wilayah (W 1,2,4 ; O 1-4)

2. Memperbaiki kualitas sarana dan prasarana pendidikan di wilayah yang membutuhkan (W 2,3 ; O 1-4)

Ancaman (Threats) Strategi S-T

(Diversification Strategies) Strategi W-T

(Defensive Strategies)

1. Rendahnya penghasilan orang tua

2. Tingginya jumlah tanggungan keluarga

3. Orang tua berpenghasilan di atas UMK namun anaknya tidak bersekolah

4 Rendahnya pendidikan orang tua

5. Anak tidak berminat sekolah meskipun orang tua mampu

6. Banyak anak perempuan tidak bersekolah

7. Di wilayah pertanian banyak anak tidak bersekolah

8. Kemandirian pendanaan daerah rendah

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang wajib belajar 12 tahun (S 1,4 ; T 3-7)

2. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat (S 1,3,4 ; T 1,2,7)

3. Memberikan jaminan pendidikan daerah bagi siswa(S 1,4 ; T 1,6,7)

4. Meningkatkan kepedulian penyelenggara pendidikan terhadap masyarakat (S 1-5 ; O 1,4,5,6,8)

1. Optimalisasi pemanfaatan pendanaan pendidikan ( W 1-3 ; T 8)

Gambar 29. Matriks Analisis SWOT dan Perumusan Alternatif Strategi

9.2.1 Strategi S-O (Aggressive Strategies)

Strategi ini disusun dengan memanfaatkan seluruh kekuatan agar dapat

memanfaatkan seluruh peluang yang ada (Rangkuti, 1997). Secara garis besar,

kekuatan yang ada meliputi kerjasama antar penyelenggara pendidikan

menengah, ketersediaan ruang kelas yang layak pakai, guru yang berkualitas

mengajar, lembaga swasta yang berpartisipasi aktif, dan kualitas sekolah yang

terakreditasi. Adapun peluang yang harus dimanfaatkan adalah orang tua yang

berpenghasilan di atas UMK dan berpendidikan SMP ke atas, anak yang

Page 126: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

100

memiliki keinginan kuat untuk bersekolah, serta lingkungan kondusif yang

mendukung anak bersekolah yakni diluar sektor pertanian. Beberapa alternatif

strategi yang memungkinkan untuk disusun dalam rangka memanfaatkan

peluang adalah :

(1) Meningkatkan aksesibilitas pendidikan

Strategi ini dilakukan untuk memanfaatkan semua unsur penunjang yang

ada, seperti ketersediaan daya tampung, guru berkualitas dan kerjasama

antar penyelenggara pendidikan untuk dapat mengoptimalkan peluang yang

ada di masyarakat, terutama pada kelompok masyarakat yang potensial dan

tidak berkendala dalam mengapresiasi pendidikan menengah.

(2) Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

Strategi ini dilakukan untuk memanfaatkan potensi besar masyarakat yang

memberikan perhatian terhadap penyelenggaraan pendidikan menengah.

Peran dan partisipasi masyarakat tersebut dapat berupa peningkatan komite

sekolah yang merupakan wadah masyarakat yang peduli kepada

pendidikan.

9.2.2 Strategi W-O (Turn-Around Strategies)

Strategi ini disusun dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk

mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki (Rangkuti, 1997). Secara garis

besar, kelemahan yang ada meliputi tidak meratanya daya tampung sekolah di

setiap kecamatan, permasalahan ketersediaan dan distribusi guru, ruang kelas

masih banyak yang rusak, dan minat masyarakat terhadap salah satu jenis

pendidikan menengah. Adapun peluang yang harus dimanfaatkan adalah orang

tua yang berpenghasilan di atas UMK dan berpendidikan SMP ke atas, anak

yang memiliki keinginan kuat untuk bersekolah, serta lingkungan kondusif yang

mendukung anak bersekolah yakni diluar sektor pertanian. Beberapa alternatif

strategi yang memungkinkan untuk disusun dalam rangka mengatasi kelemahan

adalah :

(1) Optimalisasi aksesibilitas pendidikan berdasarkan kebutuhan wilayah

Strategi ini dilakukan mengingat masih banyak penduduk usia sekolah yang

belum dapat dijangkau, akibat masih kurangnya kapasitas daya tampung,

Page 127: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

101

padahal potensi dan apresiasi terhadap penyelenggaraan pendidikan

menengah formal cukup besar. Strategi ini dilaksanaan di wilayah-wilayah

yang sangat membutuhkan adanya sekolah, terutama pada kecamatan-

kecamatan yang memiliki kelebihan kapasitas daya tampung.

(2) Memperbaiki kualitas sarana dan prasarana pendidikan di wilayah yang membutuhkan

Strategi ini dilakukan untuk merehabilitasi sarana yang ada agar dapat

berfungsi kembali dengan baik, terutama ditujukan untuk ruang kelas yang

rusak berat. Disamping itu, strategi ini dilakukan pula untuk mengatasi

permasalahan jumlah dan distribusi guru yang kurang dan belum merata

pada kecamatan-kecamatan yang masih kekurangan guru, sehingga dapat

mengotimalkan pelayanan kepada masyarakat, terutama bagi masyarakat

yang membutuhkan dan tidak berkendala untuk bersekolah. Strategi ini

mencakup pula bagaimana membuat agar masyarakat dapat memanfaatkan

jeni-jenis pendidikan yang ada tanpa menghilangkan kecenderungan untuk

mencari sekolah yang mempersiapkan siswa untuk siap kerja.

9.2.3 Strategi S-T (Diversification Strategies)

Strategi ini disusun untuk memanfaatkan seluruh kekuatan yang ada

secara optimal dengan cara menekan seminimal mungkin ancaman yang

dihadapi (Rangkuti, 1997). Secara umum ancaman yang dihadapi cukup banyak,

terutama berkaitan dengan orang tua, dimana pendidikan orang tua rendah,

banyaknya jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan orang tua rata-

rata lebih dari tiga orang, dan berpenghasilan tinggi namun tidak mau

menyekolahkan anaknya. Di samping itu, ancaman yang muncul dari sisi anak

seperti anak yang sudah tidak berminat bersekolah, banyaknya anak perempuan

yang tidak bersekolah, serta karakter wilayah pertanian yang sebagian besar

penduduknya tidak meneruskan sekolah hingga jenjang pendidikan menengah.

Di sisi lain, ancaman juga muncul dari tingginya ketergantungan pendananan

pendidikan menengah terhadap bantuan luar. Kekuatan yang dimiliki untuk

digunakan meminimalkan ancaman meliputi kerjasama antar penyelenggara

pendidikan menengah, ketersediaan ruang kelas yang layak pakai, guru yang

berkompetensi, lembaga swasta yang berpartisipasi aktif, dan kualitas sekolah

Page 128: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

102

yang terakreditasi. Beberapa alternatif strategi yang memungkinkan untuk

disusun dalam rangka meminimalkan ancaman adalah :

(1) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang wajib belajar 12 tahun

Strategi ini disusun untuk membuka dan meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya penyelenggaraan pendidikan menengah

sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kesejahteraan.

(2) Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat

Strategi ini disusun untuk memfasilitasi upaya penyelesaian berbagai

kendala di masyarakat terutama terkait dengan faktor ekonomi masyarakat.

Diharapkan pemberdayaan ekonomi akan meningkatkan taraf hidup

masyarakat sehingga mampu menyekolahkan anaknya. Strategi ini

dilakukan dengan melibatkan berbagai lembaga teknis dan dinas daerah.

(3) Memberikan jaminan pendidikan daerah bagi siswa

Strategi ini disusun untuk melayani masyarakat yang secara teknis sangat

berkendala dalam pembiayaan operasional pendidikan, sehingga tidak ada

alasan bagi masyarakat untuk tidak menyekolahkan anaknya.

(4) Meningkatkan kepedulian penyelenggara pendidikan terhadap masyarakat

Strategi ini dilakukan untuk memanfaatkan potensi kekuatan yang dimiliki

penyelenggara pendidikan terutama swasta untuk membantu masyarakat.

9.2.4 Strategi W-T (Defensive Strategies)

Strategi ini disusun untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman (Rangkuti, 1997). Kelemahan yang ada meliputi tidak

meratanya daya tampung sekolah di setiap kecamatan, permasalahan

ketersediaan dan distribusi guru, ruang kelas masih banyak yang rusak, dan

minat masyarakat terhadap salah satu jenis pendidikan menengah. Sedangkan

ancaman yang dihadapi cukup banyak, terutama berkaitan dengan orang tua,

dimana penghasilan dan pendidikan orang tua rendah, banyaknya jumlah

anggota keluarga yang menjadi tanggungan orang tua rata-rata lebih dari tiga

orang, dan berpenghasilan tinggi namun tidak mau menyekolahkan anaknya. Di

Page 129: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

103

samping itu, ancaman yang muncul dari sisi anak seperti yang sudah tidak

berminat bersekolah, dan banyaknya perempuan yang tidak bersekolah. Faktor

ancaman lainnya adalah karakteristik wilayah pertanian yang sebagian besar

penduduknya tidak meneruskan sekolah hingga jenjang pendidikan menengah.

Di sisi lain, ancaman juga muncul dari tingginya ketergantungan pendananan

pendidikan menengah terhadap bantuan luar. Alternatif strategi yang

memungkinkan untuk disusun dalam rangka meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman adalah :

(1). Optimalisasi pemanfaatan pendanaan pendidikan menengah

Strategi ini dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan ketimpangan

alokasi pendanaan dalam penyelenggaraan pendidikan menengah, terutama

dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasaran pendidikan menengah

formal, dengan melihat keterbatasan pendanaan daerah yang ada.

9.3 Penyusunan Road Map Strategy dan Prioritas Program/Kegiatan Berdasarkan Pendekatan Arsitektur Strategi

Berdasarkan hasil analisis SWOT ditemukan sebanyak sembilan strategi

yang memungkinkan untuk dilaksanakan dalam upaya meningkatkan partisipasi

sekolah pada jenjang pendidikan menengah. Terdapat dua strategi agresif, dua

strategi stabilitatif/rasional, empat strategi diversifikatif, dan satu strategi defensif.

Agar terwujud pelaksanaan strategi yang berkesinambungan dan saling

bersinergi antar satu strategi dengan strategi lainnya, maka pemetaan

pelaksanaan strategi tersebut disusun dalam bentuk kebijakan. Kebijakan

merupakan sekumpulan aktivitas terukur yang ingin dicapai dalam jangka pendek

dan dilakukan dengan cara-cara tertentu (Rustiadi dkk, 2011). Dalam hal ini,

kebijakan yang dilakukan dibagi atas tiga pengelompokan utama berdasarkan

prioritas, yaitu: (1) kebijakan optimalisasi pendanaan pendidikan, (2) kebijakan

peningkatan faktor internal pendidikan, dan (3) kebijakan peningkatan kondisi

masyarakat terutama di wilayah pertanian. Ketiga kebijakan tersebut disusun

berdasarkan rentang waktu tertentu yang dalam hal ini direncanakan selama lima

tahun. Penetapan waktu selama lima tahun disesuaikan menurut agenda

perencanaan pembangunan jangka menengah daerah, sehingga memungkinkan

bagi tahapan pelaksanaan program/kegiatan.

Page 130: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

104

Pemetaan alternatif strategi yang telah dirumuskan hingga terimplementasi

dalam bentuk program/kegiatan dilakukan melalui pendekatan arsitektur strategi.

Secara tabulasi, pemetaan ini disajikan pada Tabel 36.

Page 131: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

105

Tabel 36. Kebijakan, Strategi, Program dan Kegiatan Peningkatan Partisipasi Sekolah Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten Bogor

Prioritas Kebijakan

Prioritas Strategi Program Kegiatan Waktu Pelaksanaan

(Tahun) SKPD

Pelaksana I II III IV V

1. Peningkat an Pendanaan Pendidikan Menengah

1.Optimalisasi Pemanfaatan Pendanaan Pendidikan

1.Kerjasama Pendanaan Pendidikan

1.Penandatanganan MoU dengan DU/DI

Disdik, Setda

2.Pendanaan Pendidikan Sembilan tahun

2.Gerakan sadar Menabung Sembilan tahun (Pencanangan)

Disdik

2. Peningkatan Faktor Internal Pendidikan

2.Meningkatkan Aksesibilitas Pendidikan

3.Pengembangan Fasilitas terutama di Wilayah Pertanian

3.Pengadaan Lahan Disdik *, DTBP, DTRP, Setda

4.Pemberian Kemudahan Perijinan pembangunan Sekolah Baru (Rutin)

Disdik

5.Pembangunan Sekolah Baru

Disdik * , DTBP, DTRP

6.Pembangunan Sekolah berbasis

Karakteristik Wilayah

Disdik*, Dinsosnakertrans, Distanhut, Disnakkan, Diskoperindag

3.Optimalisasi Aksesibilitas

Pendidikan Berdasarkan Kebutuhan Wilayah

4.Peningkatan Daya

tampung Siswa terutama di Wilayah Pertanian

7. Pendirian SD-SMP-SMA Satu

Atap

Disdik*, DTBP, DTRP

8.Penambahan Waktu Operasional Sekolah

Disdik*, BKPP

9. Penambahan Ruang Kelas Baru Disdik*, DTBP, DTRP

5.Penataan Guru 10. Relokasi Guru

Disdik*, BKPP

11. Pemberian Intensif Khusus Guru di Wilayah Tertentu (Rutin)

Disdik*, BKPP, DKD

12. Rekturtmen Guru Bantu Daerah Disdik*, BKPP,DKD

4. Memperbaiki kualitas sarana dan prasarana pendidikan di wilayah yang membutuhkan

6.Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan

13.Rehabilitasi Ruang kelas (Rutin) Disdik*, DTBP

14. Akreditasi Lembaga Pendidikan (Rutin)

Disdik

7.Meningkatkan kepedulian penyelenggara pendidikan terhadap masyarakat

7.Peningkatan Kepedulian terhadap Pendidikan Masyarakat

15. Pemberlakuan Kuota Siswa Khusus untuk Sekolah Peduli Lingkungan (Rutin)

Disdik, Setda

16. Pemberian Beasiswa Sekolah Swasta (Rutin)

Disdik, Setda

17.Penerapan Sekolah Murah bagi Siswa Kurang mampu (Rutin)

Disdik

3. Peningkatan Kondisi Masyarakat terutama di Wilayah Pertanian

5.Pemberian jaminan pendidikan daerah bagi siswa

8.Bantuan Daerah untuk Siswa

18.Pemberian Beasiswa Daerah (Rutin)

Disdik,Setda DKD

6.Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap wajib belajar 12 tahun

9.Sosialisasi Wajib Belajar Pendidikan 12 tahun

19.Gerakan Sadar Sekolah 12 Tahun (Pencanangan)

Disdik,BPMPD

8.Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

10.Peningkatan Peran Komite Sekolah

20.Optimalisasi Komite Sekolah Disdik

9.Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat

11.Optimalisasi Lintas Sektoral

21.Kegiatan Lintas Sektoral (Rutin) Bappeda, Disdik, SKPD terkait

Sumber : Hasil Analisis SWOT

Keterangan : Disdik: Dinas Pendidikan; Setda: Sekretariat Daerah; DTBP: Dinas Tata Bangunan dan Permukiman; DTRP:Dinas Tata Ruang dan Pertanahan; BKPP:Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan;DKD:Dinas Keuangan Daerah;BPMPD:Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; SKPD:Satuan Kerja Perangkat Daerah;Dinsosnakertran:Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;Distanhut:Dinas Pertanian dan Kehutanan; Disnakkan : Dinas Peternakan dan Perikanan; Diskoperindag:Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan; Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; *) Koordinator.

Page 132: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

106

9.3.1 Kebijakan Peningkatan Pendanaan Pendidikan

Kebijakan pendanaan pendidikan diorientasikan pada bagaimana agar

daerah dapat mengalokasikan anggaran pendidikan yang ada agar optimal

dalam membiayai pendidikan menengah. Kebijakan ini merupakan implementasi

dari satu strategi defensif, yaitu :

(1) Optimalisasi pemanfaatan pendanaan pendidikan menengah

Optimalisasi pendanaan pendidikan merupakan strategi prioritas pertama

yang dicanangkan. Strategi ini dapat diimplementasikan ke dalam dua

program, yakni : (a) program kerjasama pendanaan pendidikan, dan (b)

program penggalangan dana pendidikan untuk wajib belajar 12 tahun.

Program kerjasama pendanaan pendidikan dijadikan sebagai salah satu

alternatif implementasi strategi dalam rangka mengajak para pemangku

kepentingan terutama dari sektor bisnis untuk berpartisipasi dalam

membantu pendanaan pendidikan menengah formal. Program ini dapat

dilakukan melalui satu kegiatan, yakni penandatanganan kerjasama

dengan dunia usaha dan dunia industri. Kegiatan ini memungkinkan untuk

dilaksanakan pada tahun pertama. Penanggung jawab kegiatan ini adalah

Dinas Pendidikan sebagai SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang

berwenang untuk menyelenggarakan pendidikan, serta Sekretariat Daerah

yang berwenang untuk melakukan kerjasama daerah dengan pihak-pihak

di luar Pemerintah Kabupaten Bogor.

Program penggalangan dana pendidikan untuk wajib belajar 12 tahun

dapat dilakukan melalui kegiatan gerakan sadar menabung siswa sembilan

tahun, dengan mempertimbangkan bahwa masyarakat perlu diberikan

pemahaman untuk ikut berpartisipasi dalam merencanakan pendidikan

anaknya minimal hingga jenjang pendidikan menengah. Kegiatan ini

merupakan kegiatan rutin yang pencanangannya dapat dilakukan pada

tahun keempat. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan.

9.3.2 Kebijakan Peningkatan Faktor Internal Pendidikan

Kebijakan peningkatan faktor internal pendidikan lebih diorientasikan

kepada terselenggaranya program/kegiatan yang mendukung peningkatan daya

Page 133: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

107

serap penduduk usia sekolah dan terlaksananya proses belajar-mengajar.

Kebijakan ini merupakan implementasi dari empat strategi, yaitu :

(1) Meningkatkan aksesibilitas pendidikan

Strategi ini merupakan strategi prioritas kedua yang bertujuan untuk

menambah fasilitas dan memperkuat jaringan infrastruktur yang sudah ada

dengan lebih efektif dan efisien. Strategi ini dapat diimplementasikan ke

dalam program pengembangan fasilitas pendidikan, terutama di wilayah

pendidikan. Program ini diimplementasikan ke dalam 4 kegiatan, yaitu : (a)

Pengadaan lahan sekolah. Kegiatan ini dilakukan untuk menyediakan

lokasi bagi pembangunan sekolah baru maupun penambahan unit ruang

kelas yang sudah ada. Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada tahun

pertama dan disesuaikan menurut kebutuhan pengadaan lahan.

Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan selaku SKPD

yang memiliki kewenangan penyelenggaraan pendidikan, berkoordinasi

dengan Dinas Tata Bangunan dan Permukiman, Dinas tata Ruang dan

Pertanahan, serta Sekretariat Daerah. (b) Pemberian kemudahan perijinan

bagi pembangunan sekolah baru. Kegiatan ini juga dapat dilakukan pada

tahun pertama dan berlangsung secara rutin berdasarkan adanya

permintaan penyelenggara sekolah untuk membangun unit sekolah baru.

Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan. (c)

Pembangunan sekolah baru. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah

aksesibilitas pendidikan di wilayah-wilayah tertentu yang membutuhkan,

sehingga dapat meningkatkan daya tampung siswa. Kegiatan ini dapat

dilaksanakan pada tahun ketiga dan memungkinkan untuk dilaksanakan

secara rutin sesuai dengan kemampuan dana daerah yang tersedia serta

prioritas kebutuhan masyarakat akan adanya sekolah baru. Penanggung

jawab kegiatan ini adalah Dinas pendidikan yang berkoordinasi dengan

Dinas tata Bangunan dan permukiman serta Dinas tata Ruang dan

Pertanahan. (d) Pembangunan SMK berbasis karakteristik wilayah.

Kegiatan ini ditujukan untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat untuk

siap bekerja setelah menempuh jenjang pendidikan menengah yang

disesuaikan dengan permintaan wilayah, seperti pertanian, industri dan

perdagangan/jasa. Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada tahun kelima.

Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan yang

berkoordinasi dengan dinas terkait, seperti Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Page 134: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

108

Transmigrasi, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan

Perikanan untuk teknis muatan SMK yang berkarakteristik pertanian, dan

dengan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan untuk teknis SMK

yang berkarakteristik perdagangan/jasa dan insustri.

(2) Optimalisasi aksesibilitas pendidikan berdasarkan kebutuhan wilayah

Strategi ini merupakan strategi prioritas ketiga yang bertujuan untuk

memanfaatkan fasilitas yang telah ada dalam rangka meminimalkan

ketimpangan daya tampung, mengingat adanya peluang dan kebutuhan

masyarakat yang tidak berkendala dalam bersekolah. Strategi ini dapat

diimplementasikan ke dalam dua program, yakni : (a) Peningkatan daya

tampung siswa terutama di wilayah pertanian, dan (b) Pemerataan

pendidikan.

Program peningkatan daya tampung dapat dilakukan melalui dua kegiatan,

yaitu : (1) Pendirian SD-SMP-SMA satu atap. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk memanfaatkan ruang kelas SD atau SMP yang telah ada untuk

dijadikan tempat pembelajaran bagi pendidikan menengah khususnya pada

wilayah-wilayah yang belum memungkinkan dibangun sekolah baru dalam

waktu dekat. Kegiatan ini dapat mulai dilaksanakan pada tahun kedua dan

memungkinkan untuk dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya sesuai

dengan kebutuhan wilayah. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas

Pendidikan, berkoordinasi dengan Dinas Tata Bangunan dan Permukiman

serta Dinas Tata Ruang dan Pertanahan. (2) Penambahan waktu

operasional sekolah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memaksimalkan

fungsi kelas agar dapat menampung lebih banyak rombongan belajar

dengan cara membagi rombongan ke dalam beberapa termin

pembelajaran mulai dari pagi hari hingga sore hari. Kegiatan ini dapat

dimulai pada tahun ketiga dan memungkinkan untuk dilaksanakan pada

tahun-tahun berikutnya sesuai dengan kebutuhan wilayah. Penanggung

jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan Badan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan. (3) Penambahan ruang kelas

baru. Kegiatan ini ditujukan untuk memanfaatkan lahan sekolah yang

masih ada dalam rangka menambah kapasitas daya tampung sekolah.

Kegiatan ini dapat dilakukan pada tahun keempat. Penanggung jawab

Page 135: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

109

kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan, berkoordinasi dengan Dinas Tata

Bangunan dan Permukiman serta Dinas Tata Ruang dan Pertanahan.

Program penataan guru bertujuan untuk mengatur ulang distribusi guru

yang telah ada disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan wilayah.

Program ini dapat dilakukan melalui tiga kegiatan, yaitu : (1) Relokasi guru.

Relokasi guru dilakukan dengan tujuan untuk mendistribusikan guru secara

merata sesuai dengan kebutuhan guru dan kompetensi guru. Diupayakan

agar relokasi guru dapat mempertimbangkan lokasi mengajar dan tempat

tinggal guru. Kegiatan ini dapat dilakukan pada tahun pertama dan dapat

dilakukan secara periodik setiap lima tahun sekali. Penanggung jawab

kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan Badan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan. (2) Pemberian insentif bagi guru

khusus di wilayah tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan

penghargaan kepada guru-guru yang berdedikasi dan mengabdi di

wilayah-wilayah yang sulit dijangkau atau terpencil. Diharapkan dengan

adanya pemberian insentif tersebut, dapat meningkatkan kinerja guru di

wilayah tertentu. Kegiatan ini dapat dilakukan pada tahun kedua dan

dilaksanakan secara rutin selama kebijakan ini masih berlaku. Penanggung

jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan Badan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan serta Dinas Keuangan Daerah. (3)

Rekrutmen guru bantu daerah. Kegiatan ini ditujukan khusus untuk wilayah

kecamatan yang membutuhkan guru, sementara jumlah guru yang ada

tidak memungkinkan untuk didistribusikan ke tempat-tempat tertentu.

Kegiatan ini memungkinkan untuk dapat dilaksanakan pada tahun ketiga

dan dapat dilaksanakan juga pada tahun-tahun berikutnya sesuai dengan

kebutuhan pengadaan guru bantu di lingkup Pemerintah Kabupaten Bogor.

Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan berkoordinasi

dengan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan serta Dinas

Keuangan Daerah.

(3) Memperbaiki kualitas sarana dan prasarana pendidikan di wilayah yang membutuhkan

Strategi ini merupakan strategi prioritas keempat yang dapat

diimplementasikan ke dalam satu program, yaitu program perbaikan sarana

dan prasarana pendidikan. Program ini dapat ditempuh melalui dua

kegiatan, yaitu : (1) rehabilitasi ruang kelas, dan (2) akreditasi sekolah.

Page 136: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

110

Kegiatan rehabilitasi ruang kelas merupakan upaya untuk memfungsikan

kembali ruang kelas yang rusak, terutama rusak berat sehingga dapat

kembali digunakan. Kegiatan ini dapat mulai dilaksanakan pada tahun

kedua dan memungkinkan untuk dilaksanakan secara rutin sesuai dengan

kebutuhan dan alokasi dana yang tersedia. Penanggung jawab kegiatan

ini adalah Dinas Pendidikan, berkoordinasi dengan Dinas Tata Bangunan

dan Permukiman. Kegiatan akreditasi sekolah bertujuan untuk

meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan

oleh seluruh penyelenggara pendidikan menengah. Kegiatan ini dapat

dilaksanakan pada tahun kelima secara periodik sesuai dengan aturan

yang berlaku. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan.

(4) Meningkatkan kepedulian penyelenggara pendidikan terhadap masyarakat

Strategi ini dicanangkan sebagai prioritas ketujuh dan diimplementasikan

ke dalam satu program, yaitu program Peningkatan kepedulian terhadap

pendidikan masyarakat. Program ini ditempuh melalui tiga kegiatan, yaitu

(a) pemberlakuan kuota khusus bagi siswa yang berada di sekitar

lingkungan untuk sekolah peduli lingkungan sekolah. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk menjaring sejumlah penduduk usia sekolah 16-18

tahun yang berada di wilayah sekitar sekolah untuk dapat bersekolah.

Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan berkoordinasi

dengan Sekretariat Daerah. Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada tahun

keempat dan bersifat rutin. (b) Pemberian beasiswa oleh sekolah swasta.

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu sejumlah penduduk usia sekolah

yang berkendala biaya agar mampu melanjutkan pendidikannya di

lembaga pendidikan swasta. Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada tahun

kelima dan bersifat rutin. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas

Pendidikan berkoordinasi dengan Sekretariat Daerah. (c) Pemberlakuan

sekolah gratis/murah bagi siswa yang kurang mampu. Kegiatan ini

bertujuan untuk membebaskan siswa yang benar-benar tidak mampu

memenuhi kebutuhan pendidikan. Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada

tahun kelima dan bersifat rutin. Penanggung jawab kegiatan ini adalah

Dinas Pendidikan.

Page 137: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

111

9.3.3 Kebijakan Peningkatan Kondisi Masyarakat Terutama di Wilayah Pertanian

Kebijakan peningkatan kondisi masyarakat terutama di wilayah pertanian

lebih diorientasikan kepada peningkatan pemberdayaan dan kesadaran

masyarakat untuk menyekolahkan anaknya minimal hingga ke jenjang

pendidikan menengah. Kebijakan ini merupakan implementasi empat strategi,

yaitu :

(1) Pemberian jaminan pendidikan daerah bagi siswa

Strategi ini merupakan prioritas kelima yang dapat diimplementasikan ke

dalam satu program, yaitu program bantuan daerah untuk siswa. Program

ini dapat dilakukan melalui satu kegiatan, yaitu pemberian beasiswa

daerah. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan akses siswa untuk

dapat bersekolah melalui kebijakan daerah yang berlaku untuk semua

siswa pada jenjang pendidikan menengah. Kegiatan ini dapat dimulai

pada tahun ketiga dan bersifat rutin sesuai dengan kebijakan pimpinan

daerah. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan

berkoordinasi dengan Sekretariat Daerah dan Dinas Keuangan Daerah.

(2) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang wajib belajar 12 tahun

Strategi ini merupakan prioritas keenam yang dapat diimplementasikan

kedalam satu program, yaitu sosialisasi wajib belajar 12 tahun. Program ini

bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama

yang berada di wilayah pertanian, berpenghasilan rendah dan

berpendidikan rendah tentang pentingnya menyekolahkan anak minimal

hingga sampai pada jenjang pendidikan menengah. Program ini dapat

diimplementasikan melalui satu kegiatan yakni gerakan sadar sekolah 12

tahun yang pencanangannya dapat dilaksanakan pada tahun pertama dan

bersifat rutin. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan

berkoordinasi dengan badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa.

(3) Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

Strategi ini dicanangkan menjadi prioritas kedelapan yang dapat

diimplementasikan ke dalam satu program, yaitu program peningkatan

peran komite sekolah. Komite sekolah merupakan wadah orang tua siswa

Page 138: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

112

untuk memantau penyelenggaraan pendidikan sekolah dengan tujuan agar

penyelenggaraan pendidikan dapat berlangsung sesuai harapan semua

pihak. Peran komite sekolah dapat berjalan dengan baik apabila

dioptimalkan. Oleh karena itu, program ini dilaksanakan melalui satu

kegiatan yakni optimalisasi komite sekolah yang dapat dilaksanakan pada

tahun ketiga. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan

(4) Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat

Strategi ini merupakan strategi prioritas kesembilan yang

diimplementasikan ke dalam satu program, yaitu program optimalisasi

lintas sektoral. Upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah pada

hakikatnya merupakan upaya bersama antar sektor yang terkait dengan

pemberdayaan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, program ini

dilaksanakan melalui kegiatan lintas sektor yang dapat dimulai pada tahun

kedua dan bersifat rutin. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai koordinator program dan

kegiatan lintas sektor bersama dengan Dinas Pendidikan sebagai

penanggung jawab masalah pendidikan dan SKPD yang terkait langsung

dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Road Map Strategy dan program/kegiatan yang tersaji melalui pendekatan

arsitektur strategi dapat dilihat pada Gambar 31.

Page 139: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

113

Tahun Pelaksanaan I II III IV V

Prioritas

Strategi

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Prioritas

Kebijakan

Faktor Kondisi

Masyarakat

Faktor Internal

Pendidikan

Pendanaan

Penandatanganan

MoU dengan

DU/DI

Gerakan sadar

menabung 9

tahun

Relokasi guru Pendirian SD-

SMP-SMA satu

atap

Peningkatan Partisipasi Sekolah

Insentif guru

khusus

Rekrutmen

guru bantu

daerah tertentu

Penambahan

ruang kelas

baru

Pengadaan

lahan

Pembangunan

sekolah baru

Pembangunan

SMK berbasis

karakter

wilayah

Kemudahan

perijinan

pendirian

sekolah Rehabilitasi

ruang kelas

Akreditasi

sekolah

Beasiswa

daerah

Sosialisasi

wajib sekolah

12 tahun

Penguatan

komite sekolah

Pemberlakuan

Kuota sekolah

peduli

lingkungan Beasiswa

sekolah swasta

Sekolah

murah/gratis

bagi siswa

kurang mampu

dan berprestasi

Kerjasama lintas

sektoral

pemberdayaan

masyarakat

Gambar 30. Road Map Strategy dan Prioritas Program/kegiatan Peningkatan Partisipasi Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Menengah Formal

di Kabupaten Bogor dengan Pendekatan Arsitektur Strategi

Optimalisasi

Pendanaan

Pendidikan

Meningkatkan aksesibilitas

Optimalisasi

aksesibilitas

Perbaikan

kualitas sarpras

Jaminan

pendidikan

daerah

Pemahaman

wajar 12 tahun

Kepedulian

penyelenggara

pendidikan

Peran dan

partisipasi

masyarakat

Pemberdayaan

ekonomi

1

2

3

1 1

1 1

2

2

2

2

2 2

3 2 3 2

3

2

4 2

5 3

2 4

6

3

7 2

7

2

8 3

9 3

113

Page 140: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

114

Page 141: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

115

X. KESIMPULAN DAN SARAN

10.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan untuk menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan pada bab pendahuluan, maka kesimpulan

yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

(1) Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode regresi linear

berganda terhadap faktor-faktor internal pendidikan, yakni ketersediaan

daya tampung sekolah, ketersediaan guru yang berkualifikasi mengajar,

dan kualitas penyelenggaraan pendidikan yang diduga mempengaruhi

angka partisipasi murni, diperoleh hasil bahwa faktor ketersediaan daya

tampung yang diwakili oleh ketersediaan jumlah ruang kelas yang layak

pakai berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan angka

partisipasi murni pada jenjang pendidikan menengah formal di Kabupaten

Bogor.

(2) Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode regresi logistik biner

terhadap faktor kondisi masyarakat yang dilihat dari dua faktor, yakni faktor

orang tua yang diwakili oleh penghasilan dan pendidikan orang tua, dan

faktor anak yang diwakili oleh minat bersekolah dan jenis kelamin,

diperoleh hasil bahwa faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap

partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah formal di

Kabupaten Bogor adalah pendidikan orang tua. Peluang bersekolah bagi

penduduk usia 16-18 tahun di Kabupaten Bogor ternyata ditemukan pada

kondisi orang tua yang berpenghasilan di atas UMK, orang tua yang

berpendidikan SMP ke atas, anak yang berminat sekolah, dan anak yang

berjenis kelamin perempuan.

(3) Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode regresi logistik biner

terhadap faktor karakteristik wilayah yang dilihat dari tiga katagori, yaitu

pertanian, perdagangan/jasa, dan industri, diperoleh hasil bahwa

karakteristik wilayah pertanian dan perdagangan/jasa berpengaruh secara

signifikan terhadap partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah

formal di Kabupaten Bogor. Peluang bersekolah bagi penduduk usia 16-18

tahun di Kabupaten Bogor ternyata lebih besar ditemukan pada wilayah

Page 142: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

116

yang memiliki karakteristik perdagangan/jasa, sedangkan peluang tidak

bersekolah ternyata lebih besar ditemukan pada wilayah yang memiliki

karakteristik pertanian.

(4) Berdasarkan analisis terhadap kemandirian daerah dalam pendanaan

pendidikan menengah di Kabupaten Bogor dengan menggunakan

perhitungan rasio kemandirian, diperoleh hasil bahwa tingkat kemandirian

pendanaan pendidikan menengah semakin lama semakin rendah. Hal ini

disebabkan oleh semakin tingginya ketergantungan daerah terhadap dana

bantuan yang berasal dari luar alokasi anggaran asli daerah.

(5) Berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap faktor internal dan eksternal,

teridentifikasi lima faktor kekuatan, empat faktor kelemahan, empat faktor

peluang, dan delapan faktor ancaman. Hasil identifikasi tersebut

melahirkan dua strategi agresif, dua strategi stabilisasi/rasionalisasi, empat

strategi diversifikasi dan satu strategi defensif. Dengan demikian, dalam

rangka meningkatkan partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan

menengah formal, Pemerintah Kabupaten Bogor lebih banyak bertumpu

pada strategi diversifikasi.

Berdasarkan hasil perancangan pelaksanaan strategi dengan

menggunakan road map strategy dan pendekatan arsitektur strategi,

diperoleh rumusan sembilan prioritas strategi dengan urutan prioritas yaitu :

(a) Optimalisasi pemanfaatan pendanaan pendidikan, (b) Meningkatkan

aksesibilitas pendidikan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik wilayah,

(c) Optimalisasi aksesibilitas pendidikan berdasarkan kebutuhan wilayah,

(d) Memperbaiki kualitas sarana dan prasarana pendidikan di wilayah yang

membutuhkan, (e) Memberikan jaminan pendidikan daerah bagi siswa, (f)

Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap wajib belajar 12 tahun,

(g) Meningkatkan kepedulian penyelenggara pendidikan terhadap

masyarakat, (h) Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan, dan (i) Meningkatkan pemberdayaan

ekonomi masyarakat.

Strategi tersebut dapat diimplementasikan ke dalam tiga kebijakan

prioritas, yaitu : (a) Peningkatan pendanaan pendidikan, (b) Peningkatan

faktor internal pendidikan, dan (c) Peningkatan kondisi masyarakat.

Berdasarkan pendekatan arsitektur strategi, kesembilan prioritas strategi

Page 143: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

117

yang diimplementasikan ke dalam tiga prioritas kebijakan tersebut

dilaksanakan melalui 11 program dan 21 kegiatan baik rutin maupun tidak

rutin secara bertahap dalam waktu lima tahun. Tahun pertama

dimungkinkan untuk melaksanakan enam kegiatan, tahun kedua sebanyak

empat kegiatan, tahun ketiga sebanyak tiga kegiatan, tahun keempat

sebanyak tiga kegiatan, dan pada tahun kelima sebanyak empat kegiatan.

10.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang ada, beberapa saran yang

direkomendasikan dalam rangka meningkatkan partisipasi sekolah pada jenjang

pendidikan menengah formal di Kabupaten Bogor adalah :

(1) Pemerintah Kabupaten Bogor perlu melakukan kerjasama pendanaan

pendidikan dengan dunia usaha/dunia industri mengingat adanya

keterbatasan alokasi anggaran asli daerah dalam APBD.

(2) Pemerintah Kabupaten Bogor perlu melakukan strategi peningkatan

aksesibilitas pendidikan dan mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas yang

sudah ada untuk menambah kapasitas daya tampung sekolah. Kegiatan-

kegiatan seperti pemberian kemudahan perijinan penyelenggaraan

pendidikan, pengadaan lahan, pembangunan sekolah baru terutama

berbasis karakteristik wilayah, penambahan ruang kelas, dan rehabilitasi

ruang kelas yang rusak, perlu terus dilakukan agar dapat memenuhi

kebutuhan daya tampung sekolah.

(3) Pemerintah Kabupaten Bogor perlu menggalakkan sosialisasi wajib belajar

12 tahun kepada masyarakat, terutama di kalangan masyarakat yang

berpendidikan rendah di wilayah pertanian, sehingga diharapkan akan

muncul kesadaran untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang

pendidikan menengah.

(4) Pemerintah Kabupaten Bogor perlu memberikan jaminan pendidikan

daerah bagi siswa usia sekolah 16-18 tahun dan dapat melakukan

kerjasama dengan penyelenggara pendidikan lainnya untuk

mengupayakan bantuan biaya pendidikan menengah bagi masyarakat

seperti beasiswa di sekolah swasta, pemberian keringanan biaya

Page 144: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

118

operasional sekolah, atau sekolah gratis untuk merangsang masyarakat

agar bersekolah.

(5) Pemerintah Kabupaten Bogor perlu membangun snediri dan memberikan

kesempatan bagi penyelenggara pendidikan lainnya untuk membangun

sekolah yang berkarakteristik wilayah, terutama sekolah formal jenis SMK

yang berbasis keunggulan lokal, seperti membangun SMK pertanian dan

teknologi pasca panen di wilayah pertanian, SMK teknologi dan informatika

di wilayah industri, dan SMK bisnis/perhotelan di wilayah perdagangan /

jasa.

(6) Peningkatan partisipasi sekolah merupakan tanggung jawab seluruh

perangkat daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Bogor perlu

senantiasa membangun koordinasi lintas sektoral terutama pada sektor-

sektor yang terkait dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Page 145: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

119

DAFTAR PUSTAKA

Acmad,Z. 2008. Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan Siswa Madrasah.

http://pendis. kemenag.go.id/ Adi,W. 2001. Kajian Ketimpangan Pembangunan Ekonomi antar Wilayah

Indonesia. Pusat Penelitian dan pengembangan Ekonomi dan Pembangunan (PEP-LIPI). Jakarta. Perpustakaan.ekonomi.lipi.go.id

Arsyad,L. 1993. Ekonomi Pembangunan. Gunadarma. Jakarta. Cetakan-1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2011. Kabupaten Bogor dalam Angka

Tahun 2010. Bogor. Baga, L.M. 2009. Strategi Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pertanian

Berbasis Jagung di Provinsi Gorontalo. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 No. 1 April 2009. Program Magister Profesional Manajemen Pembangunan Daerah. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2012. Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Bogor Tahun 2011. Cibinong. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2011. Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Bogor Tahun 2010. Cibinong. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2010. Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Bogor Tahun 2009. Cibinong. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2009. Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Bogor Tahun 2008. Cibinong. Cahyawati, D.S dan Oki, D. 2011. Pemetaan Biplot untuk Masalah Putus Sekolah

Pendidikan Dasar pada Masyarakat Miskin antar Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir. Jurusan Matematika, Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan. http://jpsmipaunsri.files. wordpress.com/.

Chamidi, S. 2002. Kontribusi Sekolah Swasta bagi Pendidikan di Indonesia.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 035 Tahun ke-8, Maret 2002. Badan Penelitan dan Pengembangan Depdiknas. ISSN: 0215-2673.

Chan,S.M dan Tuti, T.S. 2006. Analisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era

Otonomi Daerah. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kilas Balik Pendidikan Nasional. Pusat

Informasi dan Humas Depdiknas. Jakarta. Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. 2011. Statistik Pendidikan Kabupaten Bogor

Tahun 2011/2012. Pemerintah Kabupaten Bogor.

Page 146: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

120

Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. 2010. Statistik Pendidikan Kabupaten Bogor Tahun 2010/2011. Pemerintah Kabupaten Bogor.

Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. 2009. Statistik Pendidikan Kabupaten Bogor

Tahun 2009/2010. Pemerintah Kabupaten Bogor. Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. 2008. Statistik Pendidikan Kabupaten Bogor

Tahun 2008/2009. Pemerintah Kabupaten Bogor. Djojohadikusumo,S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori

Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. LP3ES. Jakarta. Firdaus, M dkk. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif Untuk Manajemen dan Bisnis.

IPB Press. Bogor. Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta. Edisi-5. Hutagaol, Y.M.R. 2009. Minat dan Motivasi Siswa Memilih Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Mendorong Peningkatan Mutu Pendidikan di Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. http://repository.usu.ac.id/

Iskandar, M. 2009. Evaluasi Sebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA

di Kota Bogor. Tesis Program Studi Perencanaan Wilayah Kota. Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan. Institut Teknologi Bandung.

Kurniady, D.A. 2004. Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan Pengaruhnya

Terhadap Kualitas Pendidikan. (Kajian Pada SMU di Dinas Pendidikan Kota Bandung). Tesis Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana UPI Bandung. Bandung.

Lutan, R. 1991. Mesin Penggiling Status Sosial. Biaya Melanjutkan Sekolah.

Dilema dalam Pendidikan : Murah, Merata dan Bermutu. Mimbar Pendidikan. Jurnal Pendidikan No. 1 Tahun X April 1991. Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. ISSN 0215-2673.

Malik, A.A.M. 2009. Arahan Distribusi Fasilitas Pendidikan SLTA di Kabupaten

Minahasa Tenggara Tahun 2028. Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut Tekonologi Bandung. Bandung.

Kementerian Pendidikan Nasional RI. 2004. Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan. Jakarta.

Muhammad, F. 2004. Gagasan dan Pemikiran Membangun Sulawesi.

Puslitbang Gorontalo Post. Gorontalo. Cetakan-1. Muiz, A. 2008. Tingkat Partisipasi Dewan Pendidikan dalam Proses Penyusunan

Rencana Kerj Pemerintah Daerah (RKPD) Urusan Pendidikan Kota Cimahi Tahun 2008. Tesis Program Studi Magister Perencanaan Wilayah

Page 147: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

121

dan Kota. Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB. Bandung.

Mulyasa,E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik,

Implementasi dan Inovasi. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung. Cetakan-9 (2006).

Oktaviani, R dan Eka P. 2005. Dampak Kebijakan Pemerintah pada Sektor

Pendidikan Terhadap Ekonomi Indonesia dan Distribusi Pendapatan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Politik vol.6(I) April 2005. Institue for Development of Economics and Finance (INDEF). Jakarta-Indonesia. ISSN : 1410-2625

Pramono, Y. 2009. Kajian Kebutuhan dan Penyediaan Sekolah Menengah

Kejuruan di Kabupaten Rembang. Tesis Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/

Prayitno,D. 2008. Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Kebijakan

Pemerintah (Studi Kasus Pelaksanaan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun Di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke). Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/

Presiden Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rustiadi, E, dkk. 2011. Perencanaan dan pengembangan Wilayah. Crestpent

Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. Siregar,S. 2010. Statistik Deskriptif Untuk Penelitian. Rajawali Press. Jakarta. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Padang.

Cetakan-1. Sudibyo, A.P. 2009. Supervisi Kelompok Pendekatan Direktif, Strategi untuk

Meningkatkan Skor Akreditasi Pada SMA Islam Pragolapati Semarang. Jurnal Widyatama Vol 6. No. 2. Juni 2009. Semarang. http://isjd. pdii.lipi.go.id/

Sujanto,B. 2007. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Model Pengelolaan

Sekolah di Era Otonomi Daerah. CV. Sagung Seto. Jakarta. Cetakan-2 (2009).

Sujanto,B. 2007. Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum. Mengorek

Kegelisahan Guru. CV. Sagung Seto. Jakarta.

Page 148: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

122

Suradi. 2006. Perlindungan Anak di Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial, Vol 11 No.03,2006:1-17. http://www.depsos.go.id/

Suryadi,A. 2002. Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan : Isu, Teori dan

Aplikasi. Balai Pustaka. Jakarta. Cetakan-2. Tilaar, HAR. 2004. Multikulturisme : Tantangan-Tantangan Global Masa Depan

Dalam Transformasi Pendidikan Nasional. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Toyamah,N dan Syaikhu, U. 2004. Laporan Lapangan SMERU Alokasi Anggaran

Pendidikan di Era Otnomi Daerah : Implikasinya terhadap pengelolaan pelayanan pendidikan dasar. http://www.smeru.or.id/

Wibowo, E. 2008. Strategi Perancangan Kebijakan Umum APBD Untuk

Meningkatkan Kualitas Pembangunan Manusia Di Kabupaten Bogor. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Yoshida, D.F. 2006. Arsitektur Strategik. Solusi Meraih Kemenangan dalam

Dunia yang Senantiasa Berubah. PT. Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia. Jakarta.

Page 149: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

123

LAMPIRAN

Page 150: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

124

Lampiran 1. Hasil Analisis Statistik Pengaruh Faktor Internal Terhadap Angka Partisipasi Murni

Descriptive Statistics

Mean Std.

Deviation N

Angka Partisipasi Murni

34,8085 24,75418 40

% Ruang Kelas Layak Pakai 2,5005 2,30573 40

% Guru Layak mengajar

88,8108 7,41020 40

% Jumlah Sekolah terakreditasi

62,7675 16,93949 40

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 % Jumlah Sekolah terakreditasi, % Guru Layak mengajar, % Ruang Kelas Layak Pakai(a)

. Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Angka Partisipasi Murni Model Summary

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Change Statistics

R Square Change

F Change df1 df2

Sig. F Change

R Square Change

F Change df1 df2

1 ,728(a) ,530 ,491 17,65591 ,530 13,554 3 36 ,000

a Predictors: (Constant), % Jumlah Sekolah terakreditasi, % Guru Layak mengajar, % Ruang Kelas Layak Pakai

Page 151: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

125

Correlations

Angka Partisipas

i Murni % Ruang Kelas

Layak Pakai % Guru Layak

mengajar

% Jumlah Sekolah

terakreditasi

Pearson Correlation

Angka Partisipasi Murni

1,000 ,728 ,139 ,208

% Ruang Kelas Layak Pakai ,728 1,000 ,171 ,253

% Guru Layak mengajar

,139 ,171 1,000 -,193

% Jumlah Sekolah terakreditasi ,208 ,253 -,193 1,000

Sig. (1-tailed) Angka Partisipasi Murni

. ,000 ,196 ,099

% Ruang Kelas Layak Pakai ,000 . ,146 ,058

% Guru Layak mengajar

,196 ,146 . ,116

% Jumlah Sekolah terakreditasi ,099 ,058 ,116 .

N Angka Partisipasi Murni

40 40 40 40

% Ruang Kelas Layak Pakai 40 40 40 40

% Guru Layak mengajar

40 40 40 40

% Jumlah Sekolah terakreditasi 40 40 40 40

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 12675,679 3 4225,226 13,554 ,000(a)

Residual 11222,323 36 311,731

Total 23898,001 39

a Predictors: (Constant), % Jumlah Sekolah terakreditasi, % Guru Layak mengajar, % Ruang Kelas Layak Pakai b Dependent Variable: Angka Partisipasi Murni

Page 152: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

126

Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

Tolerance VIF B

Std. Error

1 (Constant) 5,984 39,053 ,153 ,879

% Ruang Kelas Layak Pakai 7,685 1,303 ,716 5,900 ,000 ,728 ,701 ,674 ,886 1,129

% Guru Layak mengajar

,076 ,400 ,023 ,191 ,850 ,139 ,032 ,022 ,911 1,097

% Jumlah Sekolah terakreditasi

,045 ,178 ,031 ,254 ,801 ,208 ,042 ,029 ,878 1,138

a Dependent Variable: Angka Partisipasi Murni

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension Eigenvalue Condition

Index Variance Proportions

(Constant)

% Ruang Kelas Layak

Pakai

% Guru Layak

mengajar

% Jumlah Sekolah

terakreditasi (Constant)

% Ruang Kelas Layak

Pakai

1 1 3,595 1,000 ,00 ,02 ,00 ,00

2 ,354 3,185 ,00 ,90 ,00 ,01

3 ,048 8,648 ,01 ,02 ,03 ,83

4 ,003 35,685 ,99 ,05 ,97 ,16

a Dependent Variable: Angka Partisipasi Murni

Page 153: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

127

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Biner untuk Faktor Kondisi Masyarakat

Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Selected Cases Included in Analysis 60 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 60 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 60 100,0

a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak bersekolah 0

bersekolah 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter

coding

(1) (1)

Jenis kelamin laki-laki 25 ,000

perempuan 35 1,000

Pendidikan orang tua SD ke bawah 29 ,000

SMP ke atas 31 1,000

Minat anak bersekolah tidak berminat 3 ,000

berminat 57 1,000

Penghasilan orang tua di bawah UMK 22 ,000

di atas UMK 38 1,000

Iteration History(a,b,c)

Iteration -2 Log

likelihood Coefficients

Constant Constant

Step 0 1 74,936 ,733

2 74,920 ,769

3 74,920 ,769

a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 74,920 c Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.

Page 154: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

128

Classification Table(a,b)

Observed Predicted

Partisipasi Sekolah Percentage

Correct

tidak

bersekolah bersekolah tidak

bersekolah

Step 0 Partisipasi Sekolah tidak bersekolah 0 19 ,0

bersekolah 0 41 100,0

Overall Percentage 68,3

a Constant is included in the model. b The cut value is ,500 Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 0 Constant ,769 ,278 7,680 1 ,006 2,158

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables X1(1) 8,403 1 ,004

X2(1) 18,845 1 ,000

X3(1) 6,814 1 ,009

X4(1) ,266 1 ,606

Overall Statistics 25,458 4 ,000

Page 155: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

129

Iteration History(a,b,c,d)

Iteration -2 Log

likelihood Coefficients

Constant X1(1) X2(1) X3(1) X4(1) Constant

Step 1 1 49,433 -3,082 ,680 1,707 2,598 ,059

2 45,531 -4,736 ,829 2,533 4,190 ,035

3 44,807 -6,161 ,845 3,040 5,612 ,016

4 44,705 -7,333 ,838 3,210 6,785 ,015

5 44,680 -8,361 ,837 3,226 7,812 ,015

6 44,671 -9,366 ,837 3,227 8,818 ,015

7 44,668 -10,368 ,837 3,227 9,820 ,015

8 44,666 -11,369 ,837 3,227 10,820 ,015

9 44,666 -12,369 ,837 3,227 11,821 ,015

10 44,666 -13,369 ,837 3,227 12,821 ,015

11 44,666 -14,369 ,837 3,227 13,821 ,015

12 44,666 -15,369 ,837 3,227 14,821 ,015

13 44,666 -16,369 ,837 3,227 15,821 ,015

14 44,666 -17,369 ,837 3,227 16,821 ,015

15 44,666 -18,369 ,837 3,227 17,821 ,015

16 44,666 -19,369 ,837 3,227 18,821 ,015

17 44,666 -20,369 ,837 3,227 19,821 ,015

18 44,666 -21,369 ,837 3,227 20,821 ,015

19 44,666 -22,369 ,837 3,227 21,821 ,015

20 44,666 -23,369 ,837 3,227 22,821 ,015

a Method: Enter b Constant is included in the model. c Initial -2 Log Likelihood: 74,920 d Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found. Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 30,254 4 ,000

Block 30,254 4 ,000

Model 30,254 4 ,000

Model Summary

Step -2 Log

likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 44,666(a) ,396 ,555

a Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Page 156: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

130

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 3,953 5 ,556

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Partisipasi Sekolah = tidak bersekolah

Partisipasi Sekolah = bersekolah Total

Observed Expected Observed Expected Observed

Step 1 1 3 3,000 0 ,000 3

2 6 5,704 3 3,296 9

3 4 5,042 4 2,958 8

4 5 4,254 5 5,746 10

5 1 ,254 3 3,746 4

6 0 ,376 13 12,624 13

7 0 ,370 13 12,630 13

Classification Table(a)

Observed Predicted

Partisipasi Sekolah Percentage

Correct

tidak

bersekolah bersekolah tidak

bersekolah

Step 1

Partisipasi Sekolah

tidak bersekolah 13 6 68,4

bersekolah 7 34 82,9

Overall Percentage 78,3

a The cut value is ,500 Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Lower Uppe

r Lowe

r Upper Lower Upper

Step 1(a)

X1(1) ,837 ,797 1,103 1 ,294 2,309 ,484 11,005

X2(1) 3,227 1,135 8,084 1 ,004 25,193 2,725 232,949

X3(1) 22,821

21582,180

,000 1 ,999 8145881560,

093 ,000 .

X4(1) ,015 ,777 ,000 1 ,985 1,015 ,221 4,654

Constant -23,369

21582,180

,000 1 ,999 ,000

a Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4.

Page 157: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

131

Correlation Matrix

Constant X1(1) X2(1) X3(1) X4(1)

Step 1 Constant 1,000 ,000 ,000 -1,000 ,000

X1(1) ,000 1,000 -,267 ,000 -,260

X2(1) ,000 -,267 1,000 ,000 ,094

X3(1) -1,000 ,000 ,000 1,000 ,000

X4(1) ,000 -,260 ,094 ,000 1,000

Page 158: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

132

Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik Logistik Biner Pengaruh Karakteristik Lingkungan terhadap Partisipasi Sekolah

Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Selected Cases Included in Analysis 60 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 60 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 60 100,0

a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak bersekolah 0

Bersekolah 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter coding

(1) (2) (1)

Karakteristik Wilayah

pertanian 20 ,000 ,000

Perdagangan/jasa 20 1,000 ,000

Industri 20 ,000 1,000

Iteration History(a,b,c)

Iteration -2 Log

likelihood Coefficients

Constant Constant

Step 0 1 74,936 ,733

2 74,920 ,769

3 74,920 ,769

a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 74,920 c Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.

Page 159: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

133

Classification Table(a,b)

Observed Predicted

Partisipasi Sekolah Percentage

Correct

tidak

bersekolah Bersekolah tidak

bersekolah

Step 0 Partisipasi Sekolah tidak bersekolah 0 19 ,0

Bersekolah 0 41 100,0

Overall Percentage 68,3

a Constant is included in the model. b The cut value is ,500 Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 0 Constant ,769 ,278 7,680 1 ,006 2,158

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables X 9,397 2 ,009

X(1) 6,508 1 ,011

X(2) ,039 1 ,844

Overall Statistics 9,397 2 ,009

Iteration History(a,b,c,d)

Iteration -2 Log

likelihood Coefficients

Constant X(1) X(2) Constant

Step 1 1 65,726 -,200 1,800 1,000

2 64,986 -,201 2,287 1,048

3 64,963 -,201 2,393 1,048

4 64,963 -,201 2,398 1,048

5 64,963 -,201 2,398 1,048

a Method: Enter b Constant is included in the model. c Initial -2 Log Likelihood: 74,920 d Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Page 160: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

134

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 9,956 2 ,007

Block 9,956 2 ,007

Model 9,956 2 ,007

Model Summary

Step -2 Log

likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 64,963(a) ,153 ,214

a Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 ,000 1 1,000

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Partisipasi Sekolah = tidak bersekolah

Partisipasi Sekolah = Bersekolah Total

Observed Expected Observed Expected Observed

Step 1 1 11 11,000 9 9,000 20

2 6 6,000 14 14,000 20

3 2 2,000 18 18,000 20

Classification Table(a)

Observed Predicted

Partisipasi Sekolah Percentage

Correct

tidak

bersekolah Bersekolah tidak

bersekolah

Step 1 Partisipasi Sekolah tidak bersekolah

11 8 57,9

Bersekolah 9 32 78,0

Overall Percentage 71,7

a The cut value is ,500

Page 161: STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI SEKOLAH … · Partisipasi Sekolah Program Wajib Belajar Jalur Pendidikan Formal di Kabupaten ... yaitu rehabilitasi ruang kelas pada tahun kedua

135

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 1(a)

X 8,022 2 ,018

X(1) 2,398 ,870 7,590 1 ,006 11,000 1,998 60,572

X(2) 1,048 ,663 2,495 1 ,114 2,852 ,777 10,467

Constant -,201 ,449 ,199 1 ,655 ,818

a Variable(s) entered on step 1: X. Correlation Matrix

Constant X(1) X(2)

Step 1 Constant 1,000 -,516 -,678

X(1) -,516 1,000 ,350

X(2) -,678 ,350 1,000