hpsn 2017 kelola sampah dari sumbernya -...
TRANSCRIPT
Karya Cipta infrastruKtur permuKiman
Edisi 02/tahun XV
Februari 2017
KEMENTERIANPEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
HPSN 2017Kelola Sampah dari Sumbernya
HPSN 2017Kelola Sampah dari Sumbernya
17
02|Edisi 02Tahun XV
daftar isi Edisi 02/tahun XVFebruari 2017
04
2015
10
04 berita utamaHPsN 2017Kelola sampah dari sumbernya
08 liputan khususindonesia dan Jepang Tingkatkan Kerjasama Pembangunan infrastruktur
10 info barusanimas Tuntaskan Perilaku BABs di Jorong Balai Akad
11 Cipta Karya siap Bantu Atasi Permasalahan Pembangunan Keraton Kasunanan surakarta
12 Berpartisipasi dalam Program CsR Atlas Copco di Kabupaten serang
13 Cipta Karya Anggarkan 50 Miliar untuk daerah Tambak Lorok semarang
14 Bupati Pringsewu Lampung Resmikan Kawasan Pekon Jati Lampung
15 Bupati seluma Resmikan TPs-3R desa Lawang Agung
16 Menteri PUPR Tinjau Kawasan Kumuh di Kota Ambon
17 Bupati Pamekasan Resmikan TPA Angsanah
18 satker PsPLP Jawa Timur Peringati Hari Peduli sampah Nasional 2017
19 satker PKP Lampung Gelar Bakti sosial di Lokasi Banjir Kota Bandar Lampung
20 inovasiBekal Nikmat, Manfaatpun di dapat
22 Pengembangan (Lagi) Modul siKiPAs:Karya Generasi Muda untuk sektor Persampahan indonesia
26 Kebijakan PemampuanMasyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)untuk Miliki Rumah Layak Huni
30 sebaiknya anda tahuFakta sampah di indonesia
31 Masa Waktu Penguraian sampah
32 lensa CkAksi Jumat BersihPeringati HPsN 2017
33 Kunjungan dirjen Cipta Karya Ke Kawasan Bulak, Kota surabaya
34 seputar kitaFasilitator sanimas sumbar sebagai Ujung Tombak Perubahan Perilaku Bebas BABs
Pemerintah Kota Kotamobagu Tandatangani dokumen serah Terima Pengelolaan Aset TPA
sanimas Nagari Cubadak Berfungsi sebagai Ruang Terbuka Publik
13
Tahun XVEdisi 02 |03
editorialpelindungsri Hartoyo
penanggung Jawabrina agustin indriani
dewan redaKsidwityo a. soeranto, adjar prajudi, rina farida,
dodi Krispratmadi, mochammad natsir
pemimpin redaKsimardi parnowiyoto
penyunting redaKsiardhani p, indah raftiarty er, astaf aji pranaya
bagian produKsiari iswanti, bramanti nawang sari, dewi savitri,
rizqiah darmawiasih
bagian administrasi & distribusifajar drestha birawa, Harniati ulfah
Kontributorsri murni edi K, taufan madiasworo,
edward abdurrahman, tanozisochi lase, diana Kusumastuti, dian irawati,
marsaulina pasaribu, didiet a. akhdiat, nieke nindyaputri, prasetyo,
m. sundoro, darmawel umar, sandhi eko bramono, ade syaiful rachman,
Kusumawardhani, indah widyahapsari, bhima dhananjaya, airyn saputri Harahap, meinar
manurung
alamat redaKsiJl. pattimura no. 20, Kebayoran baru 12110
telp/fax. 021-7245754
Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email [email protected] atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id
http://ciptakarya.pu.go.id
@ditjenck
@ditjenciptakarya
ditjen Cipta Karya
ditjen Cipta Karya
Menjaga Kemaritiman Indonesia dari Sampah
Global Campaign of Clean Sea Champion Country”, kalimat tersebut merupakan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2017 yang diusulkan oleh UNEP (United Nations Environment Programme). Tema tersebut sejalan dengan tema besar Hari Peduli Sam
pah Nasional (HPSN) 2017, yaitu “Melaksanakan Pengelolaan Sampah Terintegrasi da ri Gunung, Sungai, Kota, Pantai, hingga Laut untuk Mewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020”. Uniknya, pada acara puncaknya di tanggal 21 Februari, tagline yang digunakan adalah “Nenek Moyangku Seorang Pelaut, Bukan Pembuang Sampah ke Laut”. Isu terkait laut merujuk kepada permasalahan sampah di Indonesia yang kini menjadi perhatian publik nasional bahkan sampai internasional melalui hasil penelitian Jena R. Jambeck. Penelitian dengan judul “Plastic Waste Inputs from Land into the Ocean” di tahun 2015 itu menyajikan data yang cukup memprihatinkan bahwa potensi sampah plastik yang mencemari lautan Indonesia telah mencapai kurang lebih 187 juta ton per tahun. Kesimpulannya, Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia setelah Cina yang menyumbang sampah ke lautan. Perlu ada “penyegaran” kembali terhadap sejarah bangsa Indonesia yang merupakan penjelajah bahari dan melestarikan sumber daya laut, bukan malah pembuang sampah lautan. Hal ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah yang tengah mengembangkan pembangunan sektor pariwisata dan infrastruktur transportasi penghubung antar kepulauan di Indonesia. Mengingat pembangunan tersebut perlu ditunjang dengan kondisi lingkungan laut yang bebas sempah terutama di kawasan pesisir dan laut. Maka dari itu peringatan HPSN 2017 tidak hanya sekedar acara seremonial belaka, namun juga dituangkan ke dalam aktivitas nyata oleh stakeholder terkait seperti pembersihan laut dan pantai di seluruh wilayah Indonesia, terutama wilayah yang tingkat pencemarannya tinggi. Rangkaian acara ini selain kegiatan kampanye, talk show, seminar, sosialisasi, maupun pelatihan, juga diselenggarakan kegiatan kreatif inovatif di tingkat kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Mulai dari bersihbersih pantai secara serempak di kawasan pantai wisata, pembersihan terumbu karang dari sampah pada titik penyelaman, pameran terkait kreatifitas dan inovasi daur ulang sampah, sampai dengan penghargaan kepada tokoh, aktivis, komunitas peduli sampah yang telah terbukti keterlibatannya dalam mengelola sampah secara aktif di masingmasing wilayahnya. Tidak lupa, setelah after-event seluruh panitia dihimbau agar menerapkan konsep less waste event yang intinya meminimalisir produksi timbulan sampah baik dari atribut acara, sampai limbah yang dihasilkan setelah penyelenggaraan acara ini. Penggunaan tagline retrospektif dalam HPSN 2017 sesungguhnya mengingatkan sekaligus menumbuhkan kembali jati diri bangsa Indonesia, yang secara geografis dan filosofis tidak terlepas dari kehidupan maritim (yang bebas sampah pastinya).(Teks: Redaksi)
04|Edisi 02Tahun XV
HPSN 2017Kelola Sampahdari Sumbernya“Kita tidak akan mungkin bisa meniadakan sampah 100 persen. Sebab, sampah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Namun, yang terpenting adalah pengelolaan sampah yang baik,” jelas Jusuf Kalla saat puncak acara peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2017 di Surabaya.
berita utama
Pada tahun 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menya tukan niat untuk mendukung Na wa
cita pemerintah dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional. Pemba ngu nan infrastruktur atau jasa kons truksi me ru pakan salah satu dari empat pilar peno pang selain kedaulatan pangan dan energi, daya saing industri dan per da gangan, pembiayaan pembangunan yang berke sinam bungan, dan ekonomi yang in klu sif atau pe me rataan akses. Menurut Wapres, sampah bisa menjadi kawan tetapi juga bisa menjadi lawan. Pada hakekatnya sampah menjadi kawan bila dikelola dan diolah dengan baik dan akan menjadi benda bernilai ekonomis. Hal berbalik seperti sumber penyakit dan bencana banjir akan menghampiri jika sampah tidak dikelola dengan baik. Di sisi lain Jusuf Kalla sangat meng apresiasi kotakota yang telah men jalankan upaya pengelolaan sampah secara baik. Kotakota tersebut di antaranya Surabaya, Makassar, Balikpapan, dan Depok. Namun,
Tahun XVEdisi 02 |05
per lu ada upaya yang berkelanjutan yang meli batkan semua pihak untuk dapat me wujudkan citacita Indonesia bersih sam pah pada tahun 2020. Berkenaan dengan hal tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengajak seluruh masyarakat untuk ikut mendukung gerakan kerelawanan menuju Indonesia be bas sampah pada tahun 2020. “Saya yakin hanya dengan gerakan kolektif yang masif, kita bisa berhasil dalam melakukan pengelolaan sampah,” kata Menteri Basuki. HPSN tahun 2017 diperingati untuk mengajak dan meningkatkan kesadaran masya rakat terhadap pengelolaan sampah. Ke giatan HPSN yang bertemakan “Peduli Sam pah Nasional 2017” juga sejalan dengan pem bangunan yang berkelanjutan untuk me wu judkan Indonesia bebas sampah tahun 2020. Dampaknya tentu bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia, tapi juga menambah kenyamanan wisatawan
asing yang masuk ke berbagai destinasi wisata Indonesia akan terus bertambah jumlahnya. Dirjen Cipta Karya Sri Hartoyo mengungkapkan, dalam rangka memperingati HPSN 2017 tersebut akan semakin mendorong kita semua untuk ikut serta merta dalam menangani sampah. “Kita harus mulai mendorong agar masalah sampah ini bisa ditangani dengan sebaikbainya, dalam arti menerapkan prinsip TPS 3R (reduse, reuse, recycle),” ujar Sri Hartoyo. Reduce berarti kegiatan membatasi atau meminimalkan produk sampah, reuse yaitu kegiatan menggunaulang atau upaya untuk menggunakan kembali sampah secara langsung, dan recycle adalah kegiatan mendaur ulang dengan upaya untuk memanfaatkan kembali sampah setelah melalui proses. Lebih lanjut, prinsip TPS 3R dapat mengurangi beban TPA semaksimal mungkin jika menerapkan prinsip tersebut dari sumbernya yakni dengan mulai melakukan pemilihan
sampah antara sampah kertas, organik, plastik, dan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Di samping mengurangi kuantitas sampah, adanya TPS 3R juga memberikan pembelajaran pengelolaan sampah kepada masya rakat melalui sumbernya dan penye rapan tenaga kerja. “Jadi tidak semua sampah dari asal atau sumbernya itu diambil dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan keterlibatan masyarakat, timbunan sampah bisa berkurang hingga 70%,” jelas Sri Hartoyo. Salah satu contoh pembangunan TPS 3R pada 2016 yang merupakan kerja bersama antara Kementerian PUPR, Pemerintah Daerah, dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yakni di Muara Jepu, Provinsi Bangka Belitung dan Amrih Lestari di Yogyakarta yang mengolah sampah menjadi pupuk. Dalam pembangunannya, TPS 3R dibangun dengan dana yang berasal dari APBN dan swadaya masyarakat. Kegiatan ter sebut dilakukan untuk merealisasikan TPS 3R,
06|Edisi 02Tahun XV
pada tahap awal, penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM), pelaksanaan kons truksi TPS 3R dan monitoring serta eva luasi paska konstruksi. Di Muara Jepu, TPS 3R dibangun di atas lahan seluas 200 m² dan memanfaatkan tanah hibah. Pilihan teknologi yang digunakan
adalah kompos sistem open window dan keranjang “Takakura Susun”. Pendanaannya bersumber dari APBN sebesar Rp. 400 juta dan swadaya masyarakat sebesar Rp. 6 juta, yang dapat melayani hingga 120 KK. Sedangkan untuk, TPS 3R Amrih Lestari sendiri yang memiliki luas 200 m² dan berada
di atas tanah kas desa. Meski menggunakan dana yang lebih sedikit dari APBN, sebesar Rp. 382,1 juta, namun KSM Amrih Lestari dapat melayani sekitar 400 hingga 500 KK. Dalam periode 20162019, ditargetkan dapat dibangun TPS 3R di 5.279 lokasi dengan kebutuhan dana sekitar Rp. 1 triliun. Persoalan sanitasi di Indonesia meru pakan persoalan yang serius, hal ini terbukti dari hasil Asia Pasific MDGs report 20142015 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki urutan ke delapan dengan akses sanitasi penduduk sejumlah 59%, dimana hal ini dikategorikan terlambat dalam mengakses ketepatan mencapai MDGs. Pencapaian pembangunan sanitasi di Indonesia sudah di atas 50% pada tahun 2015. Untuk bidang air limbah sudah mencapai 62,14%, persampahan 86,73%, dan drainase pada angka 58,85 %. Meskipun begitu masih banyak tanta ng an yang dihadapi dalam menuju universal ak ses bidang sanitasi, misalnya saja peningkatan pemahaman dan perhatian Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) terhadap
Tahun XVEdisi 02 |07
bidang sanitasi sebagai pengarusutamaan pembangunan, peningkatan kesadaran masya rakat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pemanfaatan alternatif sumber pendanaan di luar pemerintah (APBN/APBD) dan pemenuhan readiness criteria oleh Pemerintah Daerah untuk mewujudkan im ple mentasi pembangunan infrastruktur sani tasi. Untuk bidang persampahan, meskipun capaian pembangunannya hampir mencapai 100%, masih diperlukan pembangunan guna mewujudkan permukiman yang sehat dengan lingkungan yang bersih dalam rangka peningkatan kualitas hidup. Dalam upaya mewujudkan kondisi permukiman yang sehat sebagaimana mestinya, diperlukan strategi, rencana kegiatan, dan program secara terpadu. Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menyiapkan kegiatan strategis guna mendukung Indonesia bebas sampah tahun 2020. Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melakukan pembangunan infrastruktur permukiman bidang persam pahan melalui pembangunan TPA regional di 2 kabupaten/kota, pembangunan TPA skala kota di 46 kabupaten/kota, pembangunan TPST/TPS 3R di 193 kawasan pada 145 kabupaten/kota, dan pembangunan infra struk tur fasilitas pengolahan sementara sam pah di 3 kawasan pada 3 kabupaten/kota.
Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Cipta Karya optimis dapat mendukung gerakan Indonesia bebas sampah tahun 2020 dengan me nyiapkan kegiatan strategis berupa pem bangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional di 3 (tiga) kota yaitu TPA Regional Banjar Bakula, Banjarmasin, TPA
Regional Nambo, Bogor dan TPA Regional Legok Nangka, Bandung. Direktur Jenderal Cipta Karya Sri Hartoyo menambahkan bahwa, “jika kedua TPA Regional tersebut (TPA Regional Legok Nangka, Bandung dan TPA Regional Nambo, Bogor) telah selesai dibangun akan menjadi TPA regional pertama di Indonesia yang pengelolaan sampahnya secara terpadu menggunakan teknologi modern dan ramah lingkungan,” jelas Sri Hartoyo. Selain kegiatan pembangunan fisik, juga dilakukan pembangunan non fisik yang meliputi kampanye, edukasi dan promosi sanitasi, advokasi Pemerintah Daerah (eksekutif dan legislatif), bantuan teknis kelembagaan, pendampingan updating Stra tegi Sa nitasi Kota (SSK), memorandum pro g ram, Detail Engineering Design (DED), sinkronisasi lintas sektor, serta peningkatan kapasitas SDM. Dengan begitu diharapkan agar masyarakat memiliki kesadaran PHBS yang baik. Pemerintah Daerah berkomitmen untuk pembangunan sanitasi, kelembagaan sanitasi yang kuat, serta terpenuhinya gap kebutuhan pendanaan. Sementara, sudah banyak orang mulai menyadari bahwa sampah bukanlah masalah. Namun baru sedikit orang yang memulai aksinya dengan konsep 3R untuk mengurangi sebanyakbanyaknya sampah dari sumbernya sebelum dibuang ke TPA. (Teks: Redaksi)
TPA Muara Fajar
HPSN tahun 2017 diperingati untuk mengajak dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
08|Edisi 02Tahun XV
liputan khusus
Menindaklanjuti kerja sama antara Indonesia dan Jepang di bidang infrastruktur dan pariwisata, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengadakan The Fourth High Level Meeting on Infrastructure di Jakarta, Jumat (22/02/2017).
Pertemuan keempat ini bertujuan un tuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masingmasing negara. Baik Pemerintah
Jepang dan Indonesia, saling membuka diri untuk mempelajari pengetahuan yang berdampak baik untuk pembangunan yang ber kesinambungan, khususnya bidang per mukiman, jalan dan jembatan serta pariwisata. Dalam pengembangan pem bangunan pada sektor tersebut, dapat mem buat pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan pengembangan sumber daya ma nusia. Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Anita Firmanti mengingatkan, agar Kementerian PUPR dapat mengambil ilmu dari Ministry for Land, Infrastructure, Transport and Tourism of Japan, dan dapat mene rapkannya di Indonesia. Sementara, Vice Minister for Land, Infra
structure, Transport and Tourism of Japan Masafumi MORI mengungkapkan, jajaran instansinya akan belajar dari Indonesia karena beberapa tantangan dalam pembangunan di Jepang dan Indonesia hampir sama, seperti terkait bencana alam dan struktur tanah. Oleh sebab itu, strategi yang digunakan Indonesia dalam pembangunan dapat juga diterapkan di Jepang. Dalam Pleno dibahas mengenai tantangan dalam pengembangan infrastruktur atau yang dikenal dengan sebutan Nawacita. Dengan mengatasi tantangan tersebut, maka pengembangan infrastruktur akan berjalan dengan baik. Tantangan yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya sendiri adalah pencapaian Gerakan 1000100 dalam 3 aspek pembangunan, yaitu 100% akses aman air minum, 0% kawasan kumuh dan
Indonesia dan Jepang Tingkatkan KerjasamaPembangunan Infrastruktur
100% akses sanitasi layak. Sementara untuk pembangunan dan pengembangan di sektor pariwisata, Direktorat Jenderal Cipta Karya akan mendukung program tersebut sesuai tugas dan fungsinya yaitu pengembangan 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Urban Development SectorDirektur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Dwityo A. Soeranto dalam paparannya dengan judul Inner City Revitalization menjelaskan, ketidakmampuan Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan akan pembangunan perumahan dan permukiman berakibat pada tumbuhnya kawasan kumuh. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk tahun 20152019, menyebutkan Gerakan 1000100 pada tahun
Tahun XVEdisi 02 |09
2019 serta meningkatkan kualitas keamanan dan kenyamanan bangunan gedung melalui peningkatan dan pemeliharaan keselarasan bangunan gedung dan lingkungan sekitar atau revitalisasi. Revitalisasi adalah suatu usaha untuk mengembangkan kembali area atau bagian dari kota yang dulu merupakan daerah yang vital, tetapi kemudian mengalami penurunan dan kemerosotan. Proses revitalisasi itu sendiri meliputi aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Revitalisasi bertujuan untuk memacu pening katan kualitas lingkungan, ekonomi se tempat dan budaya serta pengembangan dae rah dalam skala yang lebih besar dengan ke rangka kerja yang berkelanjutan dalam pengem bangan perkotaan. Pencapaian dalam revitalisasi adalah untuk menghidupkan kembali daerah urban dan meningkatkan nilai lingkungan, eko nomi dan sosial pada daerah tersebut, sehingga akan meningkatkan kegiatan ekonomi kualitas ling kungan, penguatan modal masyarakat, meningkatkan kapasitas dari Pemerintah Dae rah dalam pengelolaan pengembangan dae rah urban, dan meningkatkan kontribusi finansial dari berbagai pemangku kepentingan. Penerapan terbaik revitalisasi dapat terlihat pada Benteng Orange (Ternate), Benteng Marlborough (Bengkulu), dan Ben teng Tenganan Pegrisingan, Ruang Ter buka Hijau Fatmawati (Wonosobo), Taman Sudirman (Banjarmasin), serta Benteng Wolio (BauBau).
Building SectorDirektur Bina Penataan Bangunan Adjar Prajudi dalam paparannya membahas tentang Role of Building Regulation in Indonesia. Gam baran pencapaian bangunan gedung di Indonesia, dinilai dari beberapa aspek, yaitu aspek teknis, aspek administrasi dan aspek sumber daya manusia. Dalam rangka mewujudkan bangunan gedung yang layak, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, diperlukan penyesuaian dengan prosedur yang ada. Pe ranan Pemerintah Daerah dan kelompok masyarakat sangat penting untuk mendukung penerapan peraturan bangunan gedung di daerah, melalui peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan Pemerintah Daerah serta meningkatkan kesadaran dan pe mahaman dari kelompok masyarakat melalui
sosialisasi maupun pendidikan masyarakat. Selain itu, pengembangan dari jaringan kemitraan antara asosiasi profesional, akademisi, praktisi, dan sektor swasta dibutuhkan untuk memastikan tercapainya bangu nan gedung yang layak, baik dalam aspek administrasi dan aspek teknis. Bangunan layak harus memenuhi unsur 4 K yaitu keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Keamanan, yaitu mampu untuk menahan beban, mampu bertahan dari halilintar dan mampu bertahan dari kebakaran. Kesehatan, yaitu kualitas air, pencahayaan, sanitasi, dan bahan bangunan yang baik. Kenyamanan, yaitu adanya ruang ergonomis, ruang terbuka, udara, peman
antara peran pengatur dengan pengelola air limbah di beberapa kota dan kawasan di Indonesia, terbatasnya sumber daya manusia yang berkompetensi dalam mengelola, kurangnya koordinasi yang efektif mengenai petugas pengelolaan air limbah, kurangnya peraturan mengenai pengelolaan air limbah termasuk peraturan pelaksanaanm kurangnya pemanfaatan dari potensi air limbah. Lebih lanjut ia menuturkan, Indonesia masih tertinggal cukup jauh dari Jepang dalam penanganan air limbah maka Indonesia dapat menerapkan beberapa pengalaman Jepang dalam menangani air limbah seperti peraturan atau bentuk institusinya. Salah satu infrastruktur pengolahan air limbah
dangan, tahan getaran dan kebisingan. Kemudahan akses yakni kemudahan untuk ke luar masuk bangunan dan kelengkapan fasi litasnya.
Wastewater Management SectorDirektur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Dodi Krispatmadi mengungkapkan, Ditjen Cipta Karya tengah mendorong kabupaten/kota untuk membuat Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah (UPTD) khususnya yang menangani air limbah. Beberapa masalah yang sering dihadapi dalam mengembangkan pembangunan sa luran air limbah yaitu, banyaknya pengem bangan air limbah yang tidak mempunyai pemisah
yang telah dibangun atau dimanfaatkan yaitu Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) di Bali. DSDP dibangun bertujuan untuk melindungi sungai, laut dan air tanah agar tidak terjadi pencemaran, memperbaiki lingkungan yang berkualitas di pulau Bali sebagai destinasi wisata Internasional, memanfaatkan kembali air tanah yang sudah terkontaminasi baik sungai maupun laut. Kerjasama antara Indonesia dan Jepang ini diharapkan dapat meningkatkan pengem bangan infrastruktur permukiman dan pa ri wisata kedua negara, sehingga dapat me n dorong percepatan capaian Gerakan 1000100 pada tahun 2019. (Teks:EH)
10|Edisi 02Tahun XV
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Jorong Balai Akad, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, telah menjadikan masyarakat tidak berperilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Sanimas Tuntaskan Perilaku BABSdi Jorong Balai Akad
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Balai Akad, Yusri Yanto, ketika
pe resmian dan serah terima pekerjaan Sanimas Reguler di Jorong Balai Akad, Kamis (9/2/2016).
kantong kresek dan dilemparkan ke kebun belakang rumah. IPAL ini sendiri merupakan program Sanimas Reguler tahun 2016 dan dibangun di lokasi pasar dengan pagu dana Rp. 500 juta dengan penerima manfaat 50 Kepala Keluarga (KK).
Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Provinsi Sumatera Barat, yang diwakili PPK, Herianto mengharapkan kepada masyarakat untuk me manfaatkan dan menjaga infrastruktur yang telah dibangun.
“Agar pengelolaannya diserahkan oleh Kelompok Pemanfaat dan Penerima (KPP) dapat didukung oleh masyarakat pengguna dengan jalan musyawarah mufakat,” tutur Herianto.
Dalam serah terima dan peresmian ini dihadiri oleh perangkat Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar, Satuan Kerja PSPLP, KSM, KPP dan masyarakat Jorong Balai Akad.(Teks: rjp /randal sumbar/ari)
Menurut Yusri Yanto sebelum diba ngunnya infrastruktur IPAL ini, masya rakat Jorong Balai Akad memiliki kebiasaan buang air besar sembarangan yang menjadi fenomena “aster” (asoy terbang) yakni kebiasaan masyarakat yang membuang “limbah padatnya” dalam
info baru
Tahun XVEdisi 02 |11
info baru
Dirjen Cipta Karya Sri Hartoyo menghadiri rapat koordinasi yang diadakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan sejumlah kementerian, di kantor Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Selasa (07/02/2017).
Tujuan dari rakor yaitu untuk membahas permasalahan pembangunan Keraton Kasunanan Surakarta.
Rakor ini juga merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden terkait perkembangan terakhir di Keraton Kasunanan Surakarta, dimana pasca penandatanganan Nota Kesepahaman rekonsiliasi Keraton Kasu nanan Surakarta.
Hadir dalam rakor tersebut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo beserta Di rektur Bina Penataan Bangunan, Gubernur Jawa
Cipta Karya Siap Bantu Atasi Permasalahan PembangunanKeraton KasunananSurakarta
kegiatan pembangunannya akan kami atur terlebih dahulu sampai pertemuan minggu ini,” ujar Sri Hartoyo.
Untuk renovasi infrastruktur kegiatan ini Sri Hartoyo berharap agar situasinya menjadi lebih baik supaya dalam pembangunan Keraton Kasunanan Surakarta berjalan de ngan lancar.
Sementara Wali Kota Surakarta me minta kepada Dirjen Cipta Karya untuk pembangunan Keraton Kasunanan Surakarta dija lankan terlebih dahulu.(Teks: yudha-randal jateng/ari)
Tengah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Menteri Pariwisata RI, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri RI, Direktur Ketahanan Seni dan Budaya Ditjen Polotik dan PUM Kemendagri RI, Wali Kota Surakarta, Direktur Bina Penataan Ba ngunan Ditjen Cipta Karya Adjar Prajudi serta Kasubdit Ketahanan Seni dan Budaya Surakarta.
Dalam rapat tersebut, Sri Hartoyo menyatakan siap membantu pembangunan Ke raton Kasunanan Surakarta.“ Jadi kegiatan
12|Edisi 02Tahun XV
info baru
PT. Atlas Copco melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) tahun 2016, berupa penyediaan fasilitas sumber air bersih, di Desa Pasir Eurih, Kabupaten Serang, Banten. Fasilitas tersebut telah diserahterimakan kepada Pemda Kabupaten Serang, oleh Presiden Direktur PT. Atlas Copco Horst Wesel Selasa (07/02/2017).
Acara tersebut dihadiri oleh Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog, Wakil Bupati
Kabupaten Serang Pandji Tirtayasa, Presiden Direktur PT. Atlas Copco Horst Wesel untuk Asia Tenggara serta Robert Yap Direktur PT. Atlas Copco Indonesia.
Program CSR tersebut dilaksanakan pada awal tahun 2016 lalu, yang merupakan kontribusi Atlas Copco Group kepada masyarakat. Dalam sambutannya Presiden Direktur PT. Atlas Copco Horst Wesel mengungkapkan rasa bangganya karena Atlas Copco dapat mendukung program water4all sebagai proyek bersama masya rakat Banten.
“Program ini merupakan program kemanusiaan karena air merupakan sumber dari kehidupan, dan manusia di belahan dunia manapun memerlukan air bersih,” tutur Horst.
Dalam kesempatannya, Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog juga mengungkapkan, proyek ini mem beri kesempatan yang lebih baik untuk me ningkatkan taraf hidup masyarakat, baik da lam kesehatan maupun perekonomian.
“Diharapkan proyek bantuan air bersih ini dapat memberikan imbas besar bagi
warga sekitar. Proyek ini juga tak lepas dari dukungan dinas terkait di Kabupaten Serang, dari Bappeda Kabupaten Serang hingga Kementerian Pekerjaan Umum dan Peru mahan Rakyat,” kata Johanna.
Program ini juga berlangsung karena adanya komitmen para karyawan PT. Atlas Copco yang dengan sukarela menyisihkan peng hasilannya untuk disumbangkan dalam proyek ini.
Sementara, PPK Perencanaan dan Pe
ngen dalian Provinsi Banten Rudy Hadi suprapto mengungkapkan apresiasi ke pada PT. Atlas Copco yang memutuskan men du kung penuh proyek ini. Proyek ini me mang memberikan imbas besar bagi warga sekitar, ka rena 200 KK di Desa Pasir Eurih men dapatkan air bersih.
Rudy juga berharap ke depannya banyak program CSR di Kementerian PUPR yang masuk ke Provinsi Banten. (Teks: EroRandalBanten/ari)
Atlas Copco Berpartisipasi dalam Program CSR di Kabupaten Serang
Tahun XVEdisi 02 |13
info baru
Dalam rangka kunjungan kerja Komisi V DPR RI pada masa persidangan II tahun 2016-2017, Komisi V DPR RI beserta rombongan dan didampingi Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Rina Farida, mengunjungi Kota Semarang, Kamis (02/02/2017).
Cipta Karya Anggarkan 50 Miliar untuk Daerah Tambak Lorok Semarang
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat menerima rombongan mengatakan, Pemerintah Kota Se ma
rang akan mendapatkan dukungan un tuk percepatan program pembangunan di tahun 2017 dan 2018.
“Ada beberapa program yang akan dikerjakan dengan anggaran Pemerintah Kota dan Pemerintah Pusat, yaitu normalisasi Kali Beringin, normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur (BKT), Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Waduk Jatibarang, penataan kawasan Kota Lama, Lampung Bahari Tambak Lorok, dan revitalisasi Pasar Ikan Tambak Lorok,” ujar Hendrar.
Sementara, Direktur PKP Rina Farida men jelaskan, revitalisasi pasar ikan Tambak Lorok akan dilakukan tahun 2017. “Ditjen Cipta Karya akan menggelontorkan anggaran Rp. 50 miliar untuk revitalisasi pasar yang dilakukan dalam 2 tahun anggaran secara multiyears (tahun jamak).
“Tahun ini sekitar Rp. 30 miliar, sedangkan sisanya di tahun 2018. Pembangunan tidak hanya pada kawasan pasar, tetapi juga berkelanjutan dengan pembangunan kolam retensi, perbaikan rumah tidak layak huni, hingga Ruang Terbuka Hijau (RTH),” tutur Rina.
Rina memastikan program di kawasan Tambak Lorok ini berjalan dengan baik. Dengan adanya revitalisasi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para pedagang dan melalui pembenahan dapat membuat pedagang merasa nyaman, sekaligus tumbuh berkembang.(Teks: yudha-Randal Jateng/bns)
Dengan adanya revitalisasidiharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para pedagang dan melalui pembenahan dapat membuat pedagang merasa nyaman, sekaligus tumbuh berkembang.
14|Edisi 02Tahun XV
info baruBupati Pringsewu Lampung Resmikan KawasanPekon Jati LampungBupati Pringsewu yang diwakili oleh Asisten II Bupati Bidang Ekonomi Pembangunan, Junaidi Hasyim meresmikan Kawasan Pekon Jati Lampung, Senin (06/02/2017).
Kawasan Pekon Jati Lampung merupakan hasil dari program pemberdayaan masyarakat untuk penataan
lingkungan secara mandiri yang dikenal dengan Program Penataan Ling kungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK).
Menurut Junaidi, secara nasional pada tahun 2015 masih terdapat 38.431 ha luasan kumuh, sedangkan luas kawasan kumuh di Kabupaten Pringsewu berdasarkan SK Bupati adalah 46.924 ha. “Pemerintah Kabupaten Pringsewu berkomitmen mengentaskan kawasan kumuh tersebut dalam rangka mendukung program 0% kawasan kumuh pada tahun 2019 serta menjamin keber lan jutan pendampingannya di tingkat kelu rahan,” tutur Junaidi.
Junaidi berharap pelaksanaan melalui PLPBK di Pekon Jati Agung menjadi model pe lak sanaan penanganan permukiman ku muh di Kabupaten Pringsewu. Adapun kegiatan infrastruktur yang diresmikan dari prog ram PLPBK adalah drainase sepanjang 1.740 meter, rabat beton 425 meter, plat deucker 20 meter, dan pengadaan pot kembang 24 unit, kegiatan ini dilaksanakan oleh 9 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan alokasi dana Rp. 850 juta, sedangkan untuk perencanaan PLPBK sebesar Rp. 150
Program ini memiliki konsep yang sangat realistis yaitu melibatkan berbagai unsur mulai dari pemerintah, masyarakat, dan kelompok peduli lainnya yang masuk da lam bingkai kolaborasi” tambahnya. Peme rintah Provinsi Lampung sangat peduli de ngan penanganan kumuh oleh karena nya melalui program reguler Satker PKP Pro vinsi Lampung ikut berkontribusi dalam pe nanganan wilayah kumuh termasuk di Pekon Jati Agung dan beberapa wilayah lain di Kabupaten Pringsewu,” tutur Haromie.
Bersamaan dengan peresmian kegiatan PLPBK, diresmikan juga hasil kegiatan program Sanitasi Masyarakat (Sanimas IDB) berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal senilai Rp. 425 juta. Di Pekon Jati Agung, luasan permukiman kumuh berdasarkan pendataan secara partisipatif sekitar 6,9 ha.
Sedangkan hasil validasi data baseline oleh masyarakat melalui kegiatan pemetaan swa daya adalah, total luasan kumuh di dua kecamatan dampingan program KOTAKU yak ni Kecamatan Pringsewu dan Ambarawa adalah 209,7 Ha yang tersebar di 5 kelurahan dan 18 Pekon.(Teks:Methariska Sylvia – Randal Lampung/ari)
juta, sehingga total dana PLPBK yang diterima Pekon Jati Agung adalah Rp. 1 miliar.
PLPBK merupakan intervensi lanjutan eks PNPM Mandiri Perkotaan yang sekarang bertransformasi menjadi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), dan merupakan pilot project penanganan kawasan kumuh. Pekon Jati Agung merupakan satusatunya lokasi yang menerima program PLPBK di Kabupaten Pringsewu.
Selain itu Pekon Jati Agung juga menerima sharing program dari Pemda Provinsi Lampung melalui Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman (Satker PKP) Provinsi Lampung berupa jalan aspal di 6 ruas jalan, jembatan gantung, dan ruang terbuka hijau senilai Rp. 3 miliar, dan dari Pemda Kabupaten Pringsewu berupa 210 meter jalan aspal senilai Rp. 175 juta.
Sementara itu, Kasatker PKP Provinsi Lampung, H. RM. Haromie Aqsho menjelaskan bahwa PLPBK merupakan Pilot Project dari PNPM Mandiri Perkotaan (pada saat itu) yang concern dalam penataan lingkungan yang berujung pada pengurangan luasan wilayah kumuh di wilayah sasaran. “PLPBK adalah salah satu yang melatarbelakangi peluncuran program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).
Tahun XVEdisi 02 |15
info baru
Bupati Seluma Bundra Jaya meresmikan Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS-3R) di Desa Lawang Agung Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma, Bengkulu beberapa waktu lalu.
Dalam sambutannya Bundra mengung kapkan, apresiasinya ter hadap Kemen terian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat melalui Satker PSPLP Pro vinsi Bengkulu yang telah membangun TPS3R.
“Semoga ke depannya TPS3R ini dapat difungsikan sebagaimana mestinya agar dapat menambah nilai ekonomi masyarakat dan diharapkan menjadi TPS3R percontohan di Provinsi Bengkulu,” tutur Bundra. Bundra berharap agar dengan adanya TPS3R ini
Bupati Seluma Resmikan TPS-3R Desa Lawang Agung
dapat memicu kreativitas masyarakat desa lainnya untuk mengejar ketertinggalan dalam pembangunan.
Sementara itu, Kepala Satker PSPLP Provinsi Bengkulu Azwar Alpian menjelaskan, serah terima TPS3R sesuai dengan kebijakan pencapaian akses universal sanitasi layak pada tahun 20152019 berupa 100% akses sanitasi. Maka dari itu dilaksanakanlah pembangunan infrastruktur sanitasi khu sus nya di bidang persampahan, salah satunya melalui program pembangunan TPS3R.
“TPS3R ini sudah dilengkapi dengan alat pengolah sampah berupa mesin pencacah biji plastik, pencacah pupuk kompos, mesin pengayak dan kendaraan pengangkut roda tiga sehingga dapat berfungsi dalam mengelola sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik dapat diolah di sini menjadi pupuk kompos yang hasilnya dapat digunakan untuk tanaman dan dijual, sehingga bisa meningkatkan ekonomi Desa Lawang Agung,” ungkap Azwar.
Berbeda dengan peresmian sebelumnya, pada peresmian TPS3R di Desa Lawang Agung juga dilakukan pelatihan untuk masyarakat dalam mengelola sampah. Peresmian TPS3R ini juga dihadiri oleh Kabag Humas Setda Kabupaten Seluma, Koor dinator Penyuluh BP3K, Polsek, Koramil, dan masyarakat setempat. (Teks: Indah/Memo/Randalbkl/ari)
serah terima TPS-3R sesuai dengan kebi-jakan pencapaian akses universal sanitasi layak pada tahun 2015-2019 berupa 100% akses sanitasi.
16|Edisi 02Tahun XV
info baru
Menteri PUPR Tinjau Kawasan Kumuhdi Kota AmbonMenteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono melakukan kunjungan kerja ke lokasi peningkatan kualitas permukiman kumuh di kawasan Nusaniwe, Ambon, pada Rabu,(9/2/2017).
Menteri PUPR didampingi oleh Direktur Pengembangan Kawasan Per mukiman Rina Farida, Kepala
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Ismail Usemahu, beserta Kasatker Pengembangan Kawasan Permukiman Julius D. Madete.
Pada kesempatan ini, Menteri PUPR melihat infrastruktur hasil kinerja Ditjen Cipta Karya melalui Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman (Satker PKP) Provinsi Maluku, khususnya penanganan kawasan kumuh dan Ruang Terbuka Publik di daerah Wainitu.
Pada tahun 2016, Kementerian PUPR me ngalokasikan dana untuk peningkatan kualitas permukiman yang semula kumuh
di Kawasan Wainitu sebesar Rp 5,13 miliar yang terdiri dari Kecamatan Sirimau dan Kecamatan Nusaniwe.
Penanganan yang dilakukan berupa pembuatan jalan lapen di Kecamatan Nusaniwe sepanjang 2.848 meter dan di Kecamatan
Sirimau sepanjang 4.429 meter dengan lebar 3,54 meter. Masyarakat di Wainitu, kepada Menteri Basuki mengatakan sangat terbantu dengan program kawasan kumuh dan menyampaikan terima kasihnya.
Sebelumnya kawasan tersebut bangunannya tidak teratur, mayoritas bangunan semi permanen, drainase tak berfungsi optimal dan hanya 25% masyarakat yang memiliki jamban dan septic tank.
Kota Ambon sendiri berdasarkan Surat Ke putusan Walikota Ambon tahun 2014, me miliki kawasan kumuh seluas 102,64 ha, yang tersebar di 15 kelurahan atau desa. Dengan kategori kumuh berat terdapat di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Merah se luas 22,51 ha dan Kelurahan Rijali 6,5 ha.
Sementara itu Kasatker PKP Provinsi Maluku Julius, menambahkan bahwa di daerah tersebut direncanakan masuk dalam usulan untuk pembangunan rusunawa.
Tidak hanya Ruang Terbuka Publik Menteri PUPR juga melakukan kunjungan kerja ke kawasan kumuh Wainitu untuk melihat pelaksanaan pekerjaan, proses pembangunan dan pemanfaatan yang telah dirasakan oleh masyarakat melalui program KOTAKU.
“Dalam program KOTAKU telah dilaksanakan perbaikan dan pembangunan pada 85 rumah dengan kebutuhan pagu yang berbeda tergantung pada kerusakan yang perlu diperbaiki di tiap rumahnya sesuai dengan dana yang telah dianggarkan,” kata Julius.
Lanjut Julius, masyarakat daerah Wai nitu sangat antusias menyambut keda ta ngan Menteri PUPR. Mereka langsung me ngucapkan terima kasih karena sangat me rasa terbantu dengan adanya program KOTAKU ini.
Basuki berharap agar masyarakat selain memanfaatkannya juga dapat menjaga dan merawat infrastruktur yang telah terbangun.( Teks:RRA/ari)
Tahun XVEdisi 02 |17
info baru
Dalam momentum memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 2017, Bupati Pamekasan Achmad Syafii meresmikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Angsanah yang berada di lokasi Desa Angsanah, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Rabu (22/2/2017).
Bupati Pamekasan ResmikanTPA Angsanah
Tujuan peresmian TPA Angsanah yaitu untuk mensosialisasikan dan memprovokasi masyarakat di Kabupaten
Pamekasan supaya lebih peduli terhadap ling kungan, serta mewujudkan Indonesia ber sih sampah tahun 2020.
Achmad Syafii mengungkapkan, pengelo laan sampah menggunakan sanitary land-fill ini sangat penting, karena sampah akan dikelola dengan baik dan ditempatkan secara khusus sehingga tidak menimbulkan bau, termasuk air lindi yang berasal dari sampah tersebut.
“Ada sampah organik, dan sampah anorganik yang nantinya akan dikelola menjadi pupuk organik, jadi nantinya kita harapkan sampah itu menjadi sepertiga bagian kemudian ditimbun sampai beberapa tahun,” ujarnya.
Achmad Syafii berharap, agar sampah yang dikirim ke TPA Angsanah dapat dikelola dengan baik yang artinya telah terpisahkan sampah anorganik dan sampah organik.
Sementara itu, Dirjen Cipta Karya yang diwakili oleh Kasubdit Persampahan, Direktorat Pengembangan Penyehatan Ling kungan Permukiman (PPLP) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Moh. Sundoro mengatakan, perlu peran serta dari seluruh stakeholder untuk melakukan usaha yang berkelanjutan sebagai upaya penanganan sampah di Indonesia.
Moh. Sundoro menjelaskan, TPA Angsanah ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan fungsinya untuk melayani masyarakat, khususnya masyarakat per kotaan terkait sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Pamekasan.
Selain itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pamekasan Amin Jabir, dalam sambutannya menuturkan, Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN) merupakan momentum untuk memperbaiki pengelolaan sampah dan mensosialisasikan masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan di sekitarnya, selain itu guna mewujudkan visi Indonesia bersih sampah tahun 2020.
Turut hadir dalam acara itu, Kasatker Pe ngembangan Penyehatan Lingkungan Per mukiman (PPLP) Jawa Timur Dahlia Era wati, dan anggota Forum Komunikasi Pim pinan Daerah (Forkopimda), Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pame kasan, serta masyarakat di sektiar TPA Angsanah. Setelah acara peresmian ini dila kukan juga penanaman pohon bersama dan serah terima bantuan alat berat dari Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR.(Teks: bap/randaljatim/ari)
18|Edisi 02Tahun XV
info baru
Menindaklanjuti Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 4 tentang pelaksanaan Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN) tahun 2017, Satker Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Provinsi Jawa Timur melaksanakan kegiatan kerja bakti dan edukasi pengolahan sampah dengan pola 3R yaitu Reuse, Reduce, Recycle di Surabaya, Jumat (24/02/2017).
Satker PSPLP Jawa Timur PERINGATI HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL 2017
Tujuan diselenggarakan kegiatan ini untuk lebih peduli terhadap sampah dan menjaga ekosistem lingkungan
yang perlu dijaga dan dilestarikan agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup di masa sekarang dan yang akan datang. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh pimpinan dan staf di lingkungan Satker PSPLP Provinsi Jawa Timur.
Kepala Satker PSPLP Dahlia Erawati mengatakan, sampah adalah tanggung jawab bersama dan untuk dikelola dengan baik. “Kita harus sadar dan mengikuti peraturan terkait pengelolaan sampah guna mengatasi permasalahan sampah yang ada di sekitar
lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi serta memilah, dan meletakkan sampah pada tem patnya juga mengelola sampah secara ber tanggung jawab,” ungkapnya.
Dahlia berharap, seluruh karyawan dapat menerapkan pengelolaan sampah ini di rumah masingmasing dan lingkungan sekitarnya. Sehingga akan tercipta ling kungan bersih dari sampah, sehat dan nyaman, serta dapat terwujud Indonesia bebas sampah tahun 2020.(Teks: bap/randaljatim/ari)
kita. Selain itu, sebaiknya kita melaksanakan program/gerakan 3R, lebih peduli terhadap
Tahun XVEdisi 02 |19
info baru
Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) Provinsi Lampung beserta tim Kelompok Kerja PKP Nuwo Berseri Kota Bandar Lampung serta tim KOTAKU Kota Bandar Lampung menggelar bakti sosial di sejumlah lokasi banjir Kota Bandar Lampung, Jumat (24/02/2017).
Satker PKP Lampung Gelar Bakti Sosial di Lokasi Banjir Kota Bandar Lampung
Hujan deras dalam satu pekan terakhir mengakibatkan banjir di beberapa wilayah di Lampung. Di Kota Bandar
Lampung ada beberapa wilayah dengan ketinggian air mencapai 1 meter, salah satunya di Kelurahan Kuripan, Kecamatan Teluk Betung Timur.
Untuk meringankan beban para kor ban, Satker PKP Provinsi Lampung melakukan peng galangan dana, memberikan pakaian layak beserta bantuan makanan dan sembako. “Langkah ini kita ambil atas dasar kemanusiaan dan keprihatinan terha dap korban banjir, mengingat harta ben da masyarakat tidak dapat digunakan. Ak ses air minum dan air bersih terputus di
Karang Raya,” ujar Kasatker PKP Provinsi Lam pung Haromie Aqsho.
Haromie mengharapkan, ke depan ada sebuah solusi yang dapat mengurangi resiko banjir di beberapa wilayah yang rentan banjir. Sementara perbaikan sistem drainase dan normalisasi sungai nampaknya perlu dilakukan guna mengurangi dampak banjir. (Teks: Methariska Sylvia – Randal Lampung/bns)
wilayah banjir, maka kami bergerak mencoba memberikan kebutuhan korban banjir. Saat ini, telah didistribusikan 150 paket sembako, pakaian layak, dan air minum. Dana tersebut telah diserahkan kepada korban banjir di Kelurahan Kuripan, Kota Karang, dan Kota
20|Edisi 02Tahun XV
inovasi
BEKAL NIKMAT, MANFAATPUN DI DAPAT
Di setiap sekolah pasti memiliki kantin sekolah, begitu juga dengan sekolah penulis. Setiap jam istirahat berbunyi,
kantin sekolah selalu dipadati siswasiswi SD Karya Yosef, SMP, dan SMA Santo Petrus. Akibatnya, setelah kegiatan di sekolah usai tempat sampah penuh dan masih banyak pelajar yang membuang sampah sembarangan.
Penulis menganggap hal ini adalah “ma salah” yang tidak boleh dibiarkan, sampahsampah akan bertambah terus setiap harinya. Perlu segera mencari solu sinya, dan pihak sekolah sepakat mem buat program “membawa bekal dari rumah”. Untuk menunjang program tersebut, penulis membuat sebuah poster yang ditempel di tempattempat strategis di sekolah agar yang
Belinda Phelia *)
Salam Sanitasi!!Dari judul artikel, mungkin pembaca ada yang berpikir kalau isi artikel ini tentang “makanan”. Namun ternyata bukan, mari kita simak isi artikel ini.
inovasi
Mengatasi masalah sampah tentu dari hal yang terkecil yang dapat kita lakukan dan tentu dari lingkungan terdekat kita terlebih dahulu seperti di lingkungan dalam rumah, sekolah, dan yang terpenting adalah kesadaran dari diri sendiri, karena masalah sampah adalah tanggung jawab bersama.
Manfaat membawa bekal dari rumah sangat besar, selain mengurangi jumlah sampah, juga membuat hidup kita lebih sehat, karena bekal dari rumah lebih terjamin kebersihannya.
me lihat poster itu sadar dan termotivasi kemudian melakukannya.
Tidak lama sejak program ini diterapkan, efeknya sungguh luar biasa, sampahsampah mulai berkurang 80%. Penulis berharap ini adalah kesadaran dari pribadi siswa untuk membantu mengurangi sampah di sekolah, bukan karena takut dimarahi guru atau melanggar program yang diterapkan di sekolah.
Manfaat membawa bekal dari rumah sangat besar, selain mengurangi jumlah sampah, juga membuat hidup kita lebih sehat, karena bekal dari rumah lebih terjamin
kebersihannya. Di samping itu, dapat menjalin keakraban dan menumbuhkan rasa kekeluargaan antar sesama teman sekelas, ini pengalaman yang penulis rasakan sendiri. Setiap lonceng istirahat berbunyi, kemudian berkumpul bersama sambil membawa bekal masingmasing dan makan bersama, bahkan berbagi bekal tersebut.
Jika program ini diterapkan di sekolahsekolah, tentu akan sangat membantu mengatasi masalah sampah juga dapat mengajarkan kepada para siswa agar tidak jajan sembarangan karena kurang terjamin kebersihannya.
Jadi, selain bekal yang dibawa sendiri dari rumah lebih sehat dan nikmat, juga mendatangkan banyak manfaat.
Mengatasi masalah sampah tentu dari hal yang terkecil yang dapat kita lakukan dan tentu dari lingkungan terdekat kita terlebih dahulu seperti di lingkungan dalam rumah, sekolah, dan yang terpenting adalah kesadaran dari diri sendiri, karena masalah sampah adalah tanggung jawab bersama. Jadi, tunggu apa lagi “mari kita lakukan sekarang juga!”.
SALAM INDONESIA SEHAT!!Membawa Bekal dari Rumah dalam rangka Menggalakkan Gerakan Hidup Sehat dan Mengurangi Sampah di Sekolah
*) Duta Sanitasi Nasional 2014 (Pemenang Harapan II asal Kalimantan Barat)
22|Edisi 02Tahun XV
inovasiPengembangan (Lagi) Modul SIKIPAS:Karya Generasi Muda untuk Sektor Persampahan IndonesiaSandhi Eko Bramono *)
“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita”.
Inilah salah satu kata mutiara yang pernah diungkapkan oleh Bung Karno, proklamator kemerdekaan Indonesia,
yang membawa kita pada semangat bahwa tidak pernah ada kata menyerah dan ragu. Namun keberanian untuk bertindak, berani bekerja keras, berani untuk gagal, serta berani untuk berkorban demi citacita bangsa ini, yang tidak ingin menjadi bangsa yang “membebek”, namun bangsa yang memiliki identitas dan harga diri dalam mengisi pembangunan.
Direktorat Pengembangan Penyehatan Ling kungan Permukiman (PPLP) saat ini sedang mengembangkan infrastruktur pe ngolahan sampah berbasis institusi, yang dikenal dengan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Konstruksi dilaksanakan pada tahun jamak (melalui pendanaan APBN tahun 20152016, kemudian dilanjutkan pada tahun 2017), pada Satuan Kerja PPLP Strategis, yang dilaksanakan di tiga lokasi, yaitu Kota Balikpapan, Kota Malang, dan Kabupaten Lombok Timur, dengan kapasitas pengolahan 10 ton sampah tercampur/hari. Infrastruktur ini menjawab tantangan kepada Direktorat PPLP, dalam menyediakan infrastruktur pengolahan sampah berbasis institusi, yang bukan hanya berupa infrastruktur pem rosesan akhir sampah (TPA sampah) saja.
Proses PengolahanSampah dengan laju alir 10 ton sampah tercampur/hari atau setara dengan 40 m3
sampah tercampur/hari, diangkut dengan
menggunakan sekitar 7 unit truk sampah, ke TPST. Sampah akan dituang secara manual, untuk kemudian dialirkan menuju 2 buah
ban berjalan (belt conveyor), serta dilakukan pemilahan oleh 12 orang pemilah sampah, selama 2 jam.
Unit Fermentasi Anaerobik Sampah Organik pada TPST Kota Malang
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) saat ini sedang mengembangkan infrastruktur pengolahan sampah berbasis institusi, yang dikenal dengan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST).
Tahun XVEdisi 02 |23
inovasi
Dengan komposisi sampah organik yang mencapai 50 % atau setara dengan 5 ton sampah organik/hari, yang terdiri dari sampah makanan dan sampah halaman, untuk terus dialirkan dan dicacah dengan menggunakan mesin pencacah sampah organik. Sejumlah 2 ton sampah daur ulang/hari, yang terdiri dari sampah kertas, sampah plastik, sampah logam, dan sampah kaca, akan dikeluarkan dari ban berjalan untuk dijatuhkan ke kantong pengumpul, serta diangkut ke gu dang sampah daur ulang.
Masih terdapat 3 ton sampah residu/hari, yang terdiri dari sampah karet, sampah tekstil, dan sampah lainlain, yang juga akan dipisahkan dari ban berjalan, untuk kemudian diproses akhir dengan proses pengurugan di TPA sampah.
Sampah organik yang telah dicacah, kemudian dimasukkan ke dalam 6 buah wadah sampah organik tercacah berukuran 1,1 m3, untuk diangkut ke unit fermentasi anaerobik sampah organik dengan menggunakan forklift. Air lindi yang dihasilkan dari sampah kemudian ditampung dalam unit fermentasi anaerobik air lindi, serta diresirkulasikan ke dalam unit fermentasi anaerobik sampah organik, selama 2 jam setiap harinya.
Proses ini akan mereduksi kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau Chemical Oxygen Demand (COD) dari sampah organik, sehingga kompos padat yang akan
dihasilkan dari proses ini akan semakin cepat matang dan baik. Setelah mengalami proses fermentasi anaerobik selama 20 hari, maka sampah organik akan diangkut keluar dari unit fermentasi anaerobik sampah organik, dengan menggunakan forklift, untuk kemudian diolah secara aerobik pada unit fermentasi aerobik sampah organik.
Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja proses aerobik, maka dilakukan pemerasan sampah organik dengan menggunakan filter press, sehingga terjadi reduksi kadar air, yang akan mengurangi potensi bau yang ditimbulkan serta percepatan proses pe ma tangan kompos padat. Kompos padat tersebut kemudian mengalami perlakuan aerasi secara alami (windrow composting) selama 20 hari, sebelum kemudian dipanen, dan diangkut ke gudang kompos padat, sebelum dikeluarkan untuk siap digunakan sebagai material penggembur tanah (soil conditioner). Kompos cair juga dihasilkan dari proses ini, yang dapat
Pompa pada Unit Fermentasi Anerobik Air Lindi pada TPST Kota Malang
Unit Pemilahan Sampah Tercampur pada TPST Kota Balikpapan
Sejumlah 2 ton sampah daur ulang/hari, yang terdiri dari sampah kertas, sampah plastik, sampah logam, dan sampah kaca, akan dikeluarkan dari ban berjalan untuk dijatuhkan ke kantong pengumpul, serta diangkut ke gudang sampah daur ulang.
24|Edisi 02Tahun XV
inovasi
Unit Fermentasi Aerobik Sampah Organik pada TPST Kota Balikpapan
Gapura dan Papan Nama TPST Kabupaten Lombok Timur
diambil dari unit fermentasi anaerobik air lindi. Gas bio sebagai salah satu produk dalam proses anaerobik juga dapat diperoleh dari unit fermentasi anaerobik air lindi, untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif.
Kinerja TPSTKetiga TPST yang saat ini sedang dituntaskan pembangunannya, direncanakan selesai konstruksi pada akhir September 2017. Kemudian akan dilaksanakan uji coba (commissioning) hingga akhir Desember 2017, dengan melibatkan peran serta Pemerintah Kabupaten/Kota, selaku calon penerima aset.
Dalam menunjang kinerja TPST, akan dilakukan pendampingan secara menyeluruh, bukan saja yang mencakup aspek teknis
pah dengan kapasitas 10 ton sampah tercampur/hari atau setara dengan 40 m3 sampah tercampur/hari atau setara dengan pelayanan untuk 16.600 jiwa, dengan
teknologis, namun juga aspek kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola, kesia pan masyarakat sekitar yang harus dapat menerima kehadiran TPST, ketersediaan institusi pengelola yang andal, jaminan biaya operasipelihararawat, hingga ketersediaan produk pengaturan di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota yang akan menjamin keber langsungan kinerja TPST secara ber kelanjutan, sebelum nantinya dapat berpe luang untuk direplikasikan secara masif di lokasilokasi lain di seluruh Indonesia.
TPST dirancang untuk menangani sam
konsumsi kebutuhan luas lahan (termasuk sarana penunjang) sebesar 4.000 m2. Selain itu, sebagai infrastruktur pengolahan sampah yang juga berperan dalam mitigasi emisi gas rumah kaca, maka dengan menggunakan formula matematika yang juga dikembangkan dari Direktorat PPLP, yaitu koefisien Garuda Super (Gas Rumah Kaca Dari Subdirektorat Persampahan), maka dapat dihitung potensi penurunan emisi gas rumah kaca dari TPST sebesar 8,12 ton CO2(eq)/hari. Sedangkan biaya operasipelihararawat yang dibu tuhkan untuk menjalankan TPST sesuai dengan kapasitas dan kinerja optimalnya adalah Rp. 135 ribu/ton atau setara dengan sekitar Rp. 500 juta/tahun.
Sampah akan dituang secara manual, untuk kemudian dialirkan menuju 2 buah ban berjalan (belt conveyor), serta dilakukan pemilahan oleh 12 orang pemilah sampah, selama 2 jam.
Modul SIKIPAS dan Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2014TPST yang saat ini dikembangkan merupakan modifikasi dari modul SIKIPAS (Sistem
Tahun XVEdisi 02 |25
inovasi
Dengan diraihnya penghargaan “Karya Konstruksi Indonesia 2014”, maka modul SIKIPAS dikem-bangkan secara tegas dan berani, dalam skala pelayanan yang lebih luas.
Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik Sam pah), yang dirancang dan dikembangkan oleh Direktorat PPLP, sebagai salah satu opsi teknologi dalam infrastruktur pengolahan sampah berbasis masyarakat atau Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R). Hingga saat ini, modul SIKIPAS adalah satusatunya infrastruktur yang berani untuk diajukan oleh Direktorat PPLP, pada “Karya Konstruksi Indonesia”, sebagai ajang tahunan penghargaan konstruksi yang dianugerahkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada kesempatan Karya Konstruksi Indonesia 2014, modul SIKIPAS berhasil meraih penghargaan sebagai Pemenang II, yang diserahkan dalam bentuk sertifikat dan pin emas, secara langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia saat itu, yaitu Djoko Kirmanto.
Dengan diraihnya penghargaan “Karya
Konstruksi Indonesia 2014”, maka modul SIKIPAS dikembangkan secara tegas dan berani, dalam skala pelayanan yang lebih luas, yaitu semula berwujud infrastruktur berbasis masyarakat, dan kini sedang dikembangkan menjadi infrastruktur berbasis institusi (TPST), untuk melalui serangkaian prosedur comissioning, sebelum dapat direplikasi lebih luas lagi.
Modul SIKIPAS, telah memberikan suatu pembelajaran dan pembuktian bahwa insan generasi muda di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, adalah generasi yang mampu untuk terus mengedepankan integritas, etos, komitmen, kompetensi, dan keberpihakan yang tinggi pada kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi/golongan, sehingga kelak akan membawa kita ke jendela cak ra wala baru dalam mengisi pembangunan infrastruktur di Indonesia. Ditunggu kehadiran infra strukturinfrastruktur “Karya Konstruksi Indonesia” berikutnya dari Direktorat Jenderal Cipta Karya!
*) Staf fungsional di Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Strategis, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kontak dengan penulis: [email protected]
Unit Fermentasi Anaerobik Sampah Organik pada TPST Kabupaten Lombok Timur
Penghargaan “Karya Konstruksi Indonesia 2014”untuk Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman terkait Modul SIKIPAS
26|Edisi 02Tahun XV
inovasiKebijakan PemampuanMasyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)untuk Miliki Rumah Layak HuniM. Andri Hakim dan Andreas Christiawan *)
Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar disamping makan dan minuman serta pakaian, sehingga tidak mengherankan bila kebutuhan akan rumah semakin tinggi seiring laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya.
Sementara pembangunan kawasan perumahan tidak secepat pertumbuhan penduduk. Hal ini semakin memperbesar
gap antara supply dan demand akan rumah. Direktorat Rumah Umum dan Komersial, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan menyebutkan bahwa backlog kepemilikan rumah mencapai 13,5 juta unit. Untuk memperkecil backlog tersebut, pemerintah mencanangkan program Sejuta Rumah.
Selama ini mekanisme pembangunan ru mah diserahkan ke pasar dan pembiayaan untuk membeli rumah menggunakan sistem kredit. Mekasnisme ini satu sisi memu dahkan dalam memenuhi supply rumah karena memungkinkan pihak swasta atau pengem bang menyediakan rumah ber sub sidi. Namun, di sisi lain, mekanisme ini menimbulkan masalah bagi konsumen khu susnya yang tergolong Ma syarakat Ber penghasilan Rendah (MBR).
Siapakah yang tergolong MBR?UndangUndang Nomor 1 Tahun 2011 mendefinisikan MBR sebagai masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapatkan dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Keterbatasan daya beli ini dilihat dari penghasilan yang diperoleh dan pengeluaran untuk rumah tangganya.
Selama ini fasilitas pembiayaan ru mah bersubsidi diberikan kepada masyarakat yang memiliki bukti penerimaan gaji atau upah yang nilainya di bawah Rp. 4 juta untuk kepe milikan rumah tapak atau di bawah Rp. 7 juta untuk memiliki rumah susun sederhana. Kenyataannya, MBR tidak hanya mereka yang mempunyai slip gaji, namun juga masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap. Oleh karena itu, konsep MBR yang berhak menerima fasilitas pembiayaan rumah harus diubah.
Mereka yang memiliki slip gaji dan ber
penghasilan tetap umumnya bekerja di sektor formal seperti TNI/Polri, PNS, pekerja, buruh, dan pekerjaan lain yang setiap bulannya diberi upah tetap. Sedangkan masyarakat
yang tidak memiliki penghasilan tetap umumnya bekerja di sektor informal seperti pedagang, petani, dan sebagainya.
Untuk menentukan kelompok masyarakat
Tahun XVEdisi 01 |27
inovasi
yang tergolong MBR, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 552/KPTS/M/2016 tentang Batasan Penghasilan Kelompok Sasaran KPR Bersubsidi, Batasan Harga Jual Rumah Sejahtera Tapak dan Satuan Rumah Sejahtera Susun, serta Bantuan Subsidi Bantuan Uang Muka Perumahan membedakan cara penghitungan penghasilan antara masyarakat yang berpenghasilan tetap dan tidak tetap. Untuk MBR berpenghasilan tetap penghasilannya dihitung berdasarkan upah yang diterima tiap bulan. Sedangkan bagi MBR berpenghasilan tidak tetap dihitung berdasarkan penghasilan ratarata tiap bulan yang diterimanya dalam setahun.
Bagaimana MBR dapat memiliki Rumah?Fasilitasi penyediaan rumah sederhana layak huni bagi MBR, sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 2011 menjadi tugas pemerintah baik pusat maupun daerah dengan meangalokasikan
Selama ini mekanisme pembangunan rumah diserahkan ke pasar dan pembiayaan untuk membeli rumah menggunakan sistem kredit.
anggaran untuk biaya pembangunan mendukung terwujudnya perumahan bagi MBR. Pembangunan perumahan yang dimak sud meliputi pembangunan rumah be ser ta prasarana, sarana, utilitas umum dan pe ningkatan kualitas perumahan.
Pemerintah menggandeng pihak swasta atau pengembang perumahan untuk menyediakan rumah bagi MBR. Agar rumah tersebut terjangkau oleh MBR, pemerintah pun memberikan batasan harga jual. Melalui Peraturan Menteri PUPR Nomor 425/KPTS/M/2015 tentang Batasan Harga Jual Rumah yang dapat Diperoleh melalui Kredit/Pembiayaan Pe milikan Rumah Sejahtera, pemerintah menetapkan harga jual rumah tapak dan rumah sejahtera susun untuk setiap provinsi.
Selain itu, agar MBR dapat membeli rumah, pemerintah telah menyiapkan beberapa skema bantuan yaitu program Fasilitas Liquiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2014 tentang Pe
tunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, dan Skema Selisih Angsuran Kredit sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 48/PRT/M/2015 tentang Skema Selisih Angsuran Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Dengan Menggunakan Pendapatan Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan. Bantuan yang diberikan kepada MBR diantaranya berupa bantuan uang muka dan subsidi bunga KPR. Fasilitas dan skema tersebut semua diberikan kepada MBR melalui bank pelaksana.
Prinsip 5C Perbankan dalam mengucurkan kredit umum nya menggunakan prinsip 5C da lam mem pertimbangkan seseorang layak menda patkan fasilitas kredit. Pertama, character adalah data tentang kepribadian dari calon nasabah seperti sifatsifat pribadi, kebiasaankebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga.
Data ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya, dengan kata lain ini merupakan willingness to pay. Kedua, capacity merupakan ukuran dari ability to pay
28|Edisi 02Tahun XV
inovasi
atau kemampuan dalam membayar yang dinilai dari kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya atau keuangannya. Ketiga, capital merupakan kondisi kekayaan yang dimiliki seseorang untuk menentukan besar plafon pembiayaan yang layak diberikan. Prinsip keempat, collateral merupakan jaminan yang mungkin dapat disita apabila ternyata calon pelanggan benarbenar tidak bisa memenuhi kewajibannya, dan kelima, condition merupakan pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah.
Berdasarkan prinsip 5C tersebut, masyarakat yang memiliki penghasilan tetap atau menerima upah setiap bulannya akan lebih bankable dibandingkan dengan ma syarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap. MBR yang tidak memiliki penghasilan tetap akan terbentur dengan kriteria capacity, dan capital karena perbankan masih menerapkan pembayaran kredit secara bulanan.
Strategi BankableUntuk merubah MBR yang non-bankable menjadi bankable, diperlukan kebijakan khusus yang dapat memberikan kemudahan kredit bagi MBR yang berpenghasilan tidak tetap. Alternatif pertama adalah jatuh tempo pembayaran angsuran yang dapat disesuaikan dengan kondisi MBR. Peraturan
Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Ban tuan Pe rolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah menjelaskan bahwa MBR yang berpenghasilan tidak tetap yang bekerja di sektor informal dapat melakukan penyetoran dana untuk pembayaran angsuran KPR bersubsidi kepada bank pelaksana secara harian, mingguan, atau sesuai dengan ke bijakan bank pelaksana. Hal ini berarti MBR yang berpenghasilan tidak tetap memiliki keleluasaan dalam melakukan pembayaran angsuran KPR bersubsidi. Sebagai contoh, seorang petani yang hanya memperoleh penghasilan ketika panen setiap 3 bulan, maka pembayaran angsuran dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Alternatif kedua adalah memperbesar Marginal Propensity to Save (MPS). MPS merupakan elastisitas peningkatan tabungan
masyarakat pada setiap peningkatan pendapatan masyarakat. Hal ini berarti memperbesar porsi pendapatan masyarakat untuk tabungan yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan. Berdasarkan data BPS tahun 2014, ratarata porsi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi baik makanan dan non makanan mencapai 88%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat hanya menyisihkan 12% dari penghasilannya untuk ditabung. Untuk meningkatkan tabungan, masyarakat sedikit “dipaksa” untuk menabung seperti membayar iuran. Pada jangka waktu tertentu, simpanan tersebut dapat digunakan untuk membiayai uang muka (DP). Terkait hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan UndangUndang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat.
Disamping permasalahan kriteria bankable, MBR juga menghadapi masalah
Pemerintah menggandeng pihak swasta atau pengembang perumahan untuk menyediakan rumah bagi MBR.
Tahun XVEdisi 02 |29
inovasi
Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah menjelaskan bahwa MBR yang berpenghasilan tidak tetap yang bekerja di sektor informal dapat melakukan penyetoran dana untuk pembayaran angsuran KPR bersubsidi kepada bank pelaksana secara harian, mingguan, atau sesuai dengan kebijakan bank pelaksana.
kesem patan untuk memperoleh rumah yang dise diakan pemerintah. Untuk menghindari seseorang yang tidak tergolong MBR membeli rumah yang disediakan khusus untuk MBR untuk tujuan investasi, pemerintah mengatur syaratsyarat yang harus dipenuhi apabila seseorang akan membeli rumah tersebut melalui Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2016.
Menurut peraturan tersebut, salah satu persyaratan seseorang berhak memperoleh fasilitas pembiayaan rumah untuk MBR adalah belum memiliki rumah baik secara perorangan maupun keluarga (suami dan istri). Untuk memastikan bahwa seseorang belum memiliki rumah atau mendapatkan fasilitas pembiayaan dari pemerintah memang diperlukan database yang dapat memberikan informasi kepemilikan rumah, se perti halnya kepemilikan kendaraan.
Selama ini MBR yang menjadi kelompok sasaran penerima fasilitas pembiayaan perumahan adalah MBR yang memiliki penghasilan tetap. Padahal hampir 60% masyarakat Indonesia bekerja di sektor informal yang tidak memiliki penghasilan tetap. Oleh karena itu, kelompok MBR yang berpenghasilan tidak tetap harus dimam
pukan secara sosial dan ekonomi agar juga mendapat kesempatan memiliki dan menempati rumah yang layak huni.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelum nya, bahwa berberapa alternatif dapat digunakan untuk menjadikan MBR yang berpenghasilan tidak tetap bankable. Salah satunya adalah dengan memperbesar tabungan keluarga dalam bentuk Tabungan
Perumahan Rakyat. Dengan adanya tabungan tersebut, prinsip 5C yang menjadi pertimbangan perbankan untuk mengucurkan kredit dapat terpenuhi. (Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT) Badan Penelitian dan Pengembangan).
*) Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT) Badan Penelitian dan Pengembangan
30|Edisi 02Tahun XV
sebaiknya anda tahu
FAKTA SAMPAH DI INDONESIA
Sumber : Berbagai sumber
Lautan Indonesia adalah perairan kedua di dunia yang menyimpan sampah plastik terbanyak
Sebuah kajian Universitas Georgia yang dirilis tahun lalu menemukan lautan di Indonesia ialah perairan kedua di dunia yang menyimpan sampah plastik terbanyak.Lautan yang ada di Indonesia adalah wilayah laut kedua yang menyimpan sampah plastik terbanyak di dunia. Bahkan Indonesia adalah negara terbesar kedua yang
menyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok.
Dikutip dari BBC Indonesia, inilah lima hal yang perlu kamu ketahui terkait krisis sampah tersebut.
Setiap hari tumpukan sampah setinggi Candi Borobudur dibuang di Bantar GebangJumlah penduduk di Indonesia mencapai 250 juta jiwa dan estimasi produksi sampah per hari mencapai 0,7 kg, maka jumlah sampah nasional per hari yang perlu dikelola mencapai 175 ribu ton. Sedangkan sampah DKI Jakarta yang dibuang ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi melonjak hingga 7 ribu ton perhari yang diperkirakan setara dengan tinggi Candi Borobudur. Jumlah ini diluar kontrak kerja pengelolaan yang hanya 2 ribu ton setiap harinya.
Peraturan Pemerintah Untuk membayar kantong plastikHasil riset bahwa warga Indonesia ini menyumbang 700 lembar kantong plastik per orang per tahun membuat pemerintah di beberapa kota besar di Indonesia telah membuat kebijakan untuk mengenakan biaya tambahan untuk membeli plastik ketika berbelanja di toko retail maupun super market. Tujuannya untuk menekan jumlah penggunaan kantong plastik oleh masyarakat, bahkan sampai dikampanyekan untuk membawa kantong belanjaan sendiri dari rumah.
Sampah yang dibuang setiap harinya ke Sungai Ciliwung bisa mencapai seluas tujuh lapangan sepak bola
Sungai Ciliwung adalah satu sungai tua di Jakarta yang dipenuhi oleh sampah. Diperkirakan sampah seluas tujuh lapangan sepak bola
dibuang ke sungai ini setiap hari.
Indonesia bertekad mengakhiri krisis sampah
pada 2020 dengan mengubah limbah
menjadi energiTanggal 21 Februari ditetapkan
sebagai Hari Peduli Sampah Nasional dan ada Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 21 Februari 2016 dicanangkanlah
sebuah gerakan Indonesia bebas sampah 2020 untuk menyebarkan dan meningkatkan kepedulian masyarakat terkait masalah sampah di negeri ini. Harapannya adalah
terwujudnya Indonesia yang bebas dari sampah di tahun 2020.
Tahun XVEdisi 02 |31
MASA WAKTU PENGURAIAN SAMPAH
Sumber : Berbagai sumber
Semoga dengan mengetahui masa waktu penguraian sampah, kita menjadi lebih bijak untuk menentukan kemana sampahsampah tersebut harus kita buang. (text :IR)
Kertas2 – 5 Bulan
Benda Berbahan Kulit25 – 43 Tahun
Kain Katun1,5 Bulan
Kulit Jeruk 6 Bulan
Kardus/Karton5 Bulan
Filter Rokok10 – 12 Tahun
Kantung Plastik10 – 20 Tahun
Baju/Kaos Kaki yang berbahan Nilon30 – 40 Tahun
Botol kaca / Benda berbahan kaca1 Juta Tahun
Plastik Keras (Botol Plastik, Tupperware, dll)50 – 80 Tahun
Jaring Ikan30 – 40 Tahun
Aluminium80 – 100 Tahun
Kaleng Timah200 – 400 Tahun
Batu Baterai bekas100 Tahun
32|Edisi 02Tahun XV
lensa CK
AksiJumat BersihPeringati HPSN 2017
Tahun XVEdisi 02 |33
Kunjungan Dirjen Cipta KaryaKE KAWASAN BULAK, KOTA SURABAYA
34|Edisi 02Tahun XV
seputar kita
Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Provinsi Sulawesi Utara melakukan Serah Terima Pengelolaan Aset Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) kepada Pemerintah Kota Kotamobagu, Kamis (02/02/2017). Dalam proses serah terima ini Satker PSPLP Provinsi Sulut disambut langsung oleh Wali kota yang didampingi oleh Kadis PU dan Kadis BLH Kota Kotamobagu. (Teks: Melky Kaunang/ Randal Sulut/ari)
Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman (PSPLP) Provinsi Sumatera Barat melaksanakan perekrutan tenaga fasilitator program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) yang dibiayai dari dana bantuan pinjaman Islamic Development Bank untuk kegiatan tahun 2017, Kamis (2/2/2017) di Padang. (Teks: rjp/randalsumbar/ari)
Pemerintah Kota Kotamobagu Tandatangani Dokumen Serah Terima Pengelolaan Aset TPA
Fasilitator Sanimas Sumbar Sebagai Ujung Tombak Perubahan Perilaku Bebas BABS
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Nagari Cubadak Kabupaten Tanah Datar berfungsi sebagai pengolahan air limbah yang juga digunakan sebagai ruang terbuka publik, dibangun pada tahun 2016 dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 500 juta.
Hal tersebut dituturkan Kepala Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi Sumatera Barat, Irman, di selasela peresmian Sanimas Reguler Kenagarian Cubadak, di Kabupaten Tanah Datar, beberapa waktu lalu.(Teks: rjp/randalsumbar/ari)
Sanimas Nagari Cubadak Berfungsi Sebagai Ruang Terbuka Publik
Tahun XVEdisi 02 |35
Hari Peduli Sampah Nasional
2017
MEWUJUDKAN INDONESIA
BERSIH SAMPAH 2020
www.ciptakarya.pu.go.id @ditjenciptakarya @ditjenckDitjen cipta karya Ditjen cipta karya