homeschooling kel.4

20

Click here to load reader

Upload: c9education

Post on 18-Jun-2015

998 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Homeschooling Kel.4

TUGAS KELOMPOK

HOME SCHOOLING

Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan

Dosen Pembimbing: Mardiah Moenir

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4:

Ludia Minda Parnita (109151425161)Furing Ratnasari (109151422304)Elvida Retno W (109151425226)Diyan Ratna S (109151425223)A. Dhani Tanthowi A (109151425214)

OFFERING C9

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MARET 2010

0

Page 2: Homeschooling Kel.4

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul Home Schooling dalam rangka memenuhi

tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah berkontribusi dalam pembuatan Karya Tulis ini, yaitu:

1. Ibu Mardiah Moenir selaku Dosen Pembimbing

2. Keluarga dan teman-teman Offering C9 yang senantiasa memotivasi dan

memberi dukungan moral maupun material

dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu di sini. Semoga

Allah menerima dan membalas kebaikan Bapak/ Ibu/ Saudara.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyajikan makalah ini dengan baik, namun

penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan mengharap kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah

ini bermanfaat bagi kita semua, para pembaca dan masyarakat umum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, April 2010

Penulis

1

Page 3: Homeschooling Kel.4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......... ............................................................................3

A. Latar Belakang........ ............................................................................3

B. Rumusan Masalah. . ............................................................................3

C. Tujuan...................... ............................................................................3

BAB II HOME SCHOOLING. . ............................................................................4

A. Pengertian Homeschooling..................................................................4

B. Jenis-jenis Homeschooling...................................................................5

C. Homeschooling di Indonesia...............................................................6

D. Kurikulum Homeschooling.................................................................8

E. Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling...................................10

BAB II PENUTUP.................... ..........................................................................12

A. Kesimpulan.............. ..........................................................................12

B. Saran........................ ..........................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................ ..........................................................................13

2

Page 4: Homeschooling Kel.4

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPendidikan yang mendukung masa depan anak adalah sesuai dengan

karakteristik anak. Hal yang paling penting adalah kenyamanan anak untuk menjalani proses pendidikan. Aktivitas yang menyenangkan akan lebih bermakna bagi anak, hal yang sama berlaku bagi pendidikan. Maka kenyamanan adalah hal yang sangat mempengaruhi efektifnya aktivitas pendidikan.

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda yang membuat anak memiliki imajinasi yang tinggi. Albert Einstein menganggap imajinasi sebagai kekayaan yang tak ternilai pada diri manusia. Maka fasilitas yang sesuai dengan karakteristik anak merupakan usaha untuk mengembangkan imajinasi anak, salah satunya dengan proses belajar yang menyenangkan dan mengasyikkan.

Proses pendidikan yang menyenangkan akan mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak dengan sangat efektif. Jika kunci keberhasilan pendidikan adalah menikmati apa yang dijalani, apa yang terjadi pada anak yang mempelajari pelajaran yang tidak mereka sukai seperti pada pendidikan formal, yaitu sekolah. Sistem pendidikan yang kaku ini mengekang imajinasi anak yang tinggi sehingga potensi, minat, dan bakat anak akan sulit untuk dikembangkan.

Potret buram dunia pendidikan yang ”membelenggu” imajinasi anak memicu berbagai ide dari para pendidik dan orang tua. Banyak sekolah alternatif yang terbentuk untuk mengoptimalkan potensi anak.

Optimalisasi potensi anak menjadi titik tekan proses belajar. Oleh karena itu, banyak sekolah alternatif yang disajikan untuk mengembangkan potensi anak sesuai dengan karakteristik anak. Homeschooling merupakan salah satu bentuk pendidikan alternatif yang memusatkan untuk mengembangkan potensi sesuai karakteristik anak. Konsep homeschooling, yaitu sekolah rumah yang diselenggarakan oleh orang tua lebih membuat anak nyaman dalam proses belajar. Konsep ini lebih memusatkan pada anak sehingga pengembangan potensi anak akan lebih optimal karena orang tua terlibat dalam proses belajar. Orang tua juga akan lebih tahu potensi anak yang akan dikembangkan, sehingga kegiatan belajar akan lebih efektif.

B. Rumusan Masalah1. Apakah homeschooling itu?2. Bagaimana pelaksanaan jenis-jenis homeschooling?3. Bagaimanakah homeschooling di Indonesia?4. Bagaimanakah kurikulum homeschooling di Indonesia?5. Apa kelebihan dan kekurangan homeschooling?

C. Tujuan1. Untuk memahami pengertian homeschooling.2. Untuk memahami pelaksanaan jenis-jenis homeschooling.3. Untuk mengetahui pelaksanaan homeschooling di Indonesia4. Untuk mengetahui kurikulum homeschooling.5. Untuk mengetahui kelebuhan dan kekurangan homeschooling.

3

Page 5: Homeschooling Kel.4

BAB IIHOMESCHOOLING

A. PENGERTIAN HOMESCHOOLING

Secara epistimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan dirumah. Namun secara hakiki, homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subyek dengan pendekatan pendidikan secara at home. Pendekatan at home membuat anak merasa lebih nyaman dalam belajar, karena anak bisa belajar sesuai dengan keinginannya, kapan pun dan di mana pun, seperti di rumah. Jadi, homeschooling tidak berarti anak-anak belajar di rumah secara terus-menerus. Mereka bisa belajar kapan saja dan di mana saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti at home.

Maulina(2007:16) menyatakan, ”Secara prinsipal, homeschooling atau sekolah rumah adalah kosep pendidikan pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua. Proses belajar mengajar diupayakan berlangsung dalam susana kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara unik.”

Pada home schooling, optimalisasi potensi anak menjadi titik tekan proses belajar. Anak dibiarkan menemukan keasyikan dalam belajar dan mengasah kemampuan secara mandiri. Dengan adanya homeschooling, orang tua akan mengetahui bakat dan hobi anak-anaknya. Para orang tua juga bisa memonitori anak lebih mudah.

Pendidikan menjadikan manusia merdeka batin, pikiran, dan tenaga(Maulina,2007:26) adalah salah atu hal yang mempengaruhi terbentuknya homeschooling.

Alasan-alasan homeschooling dijadikan sebagai alternatif pendidikan pengganti pendidikan formal yang klasik.

1. Interaksi orang tua dengan anak lebih intensif2. Anak menguasai kompetensi3. Kegiatan dan waktu belajar lebih luwes4. Kesempatan bersosialisasi meluas5. Belajar dari pengalaman6. Pengawasan lebih efektif

PIONIR HOMESCHOOLING

Sebenarnya,bangsa Indonesia sudah lama mengenal homeschooling. Sebelum sistem pendidikan Belanda datang, homeschooling telah berkembang di Indonesia. Misalnya, para kiai secara khusus mendidik anaknya dalam lingkungan pesantren. Begitu pula para pendekar dan bangsawan jaman dulu. Mereka lebih suka mendidik anak mereka di dalam rumah dan padepokan daripada mempercayakan pendidikan anak mereka kepada orang lain. Itulah model homeschooling pada zaman dahulu.

Banyak alumni homeschooling yang menjadi tokoh pergerakan nasional, seperti Ki Hajar Dewantara, K.H. Agus, dan Buya Hamka . Begitu juga dengan banyak nama termasyur di dunia.1. Thomas Alva Edison2. Alexander Graham Bell3. Abraham Lincoln4. Galileo Galilei

4

Page 6: Homeschooling Kel.4

5. Mozart6. Benjamin Franklin7. Ki Hajar Dewantara8. K.H. Agus Salim9. Buya Hamka

B. JENIS-JENIS HOMESCHOOLING

Pada perkembangannya, homeschooling sudah banyak dipilih oleh kalangan orang tua sebagai alternatif pendidikan bagi anak-anaknya. Maka pegiat homeschooling terus-menerus menyempurnakan konsep ini, yakni dengan merespon perkembangan di masyarakat. Saat ini setidaknya ada tiga jenis homeschooling yang berkembang di masyarakat. Masing-masing tipe mempunyai keunggulan dan kelemahan1. Homeschooling tunggal

Homeschooling tunggal biasanya hanya melibatkan orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan yang lain.orang tua harus benar-benar mengambil peran sebagai pembimbing, teman belajar, sekaligus penilai.. terkadang orang tua menyewa seorang guru untuk datang ke rumah. Artinya, homeschooling tunggal memiliki fleksibelitas tinggi. Tempat, bentuk, dan waktu belajar bisa disepakati antar peserta didik

Kelemahannya, anak tidak memiliki mitra(partner) untuk saling mendukung, berbagi, atau membandingkan keberhasilan dalam proses belajar. Jika tidak diimbangi dengan model homeschooling lainnya, anak akan cenderung kurang bersosialisasi dan berekspresi sebagai syarat pendewasaan. Bagi orang tua, kesulitan yang dihadapi ketika penilaian hasil pendidikan dan mengusahakan penyetaraannya. Namun, jika pihak orang tua dan anak sudah siap untuk menghadapi resiko tersebut, hambatan-hambatan itu bukanlah masalah besar.

2. Homeschooling MajemukMajemuk berarti lebih dari satu, maka homeschooling ini melibatkan dua atau

lebih keluarga untuk kegiatan tertentu, sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan orang tua masing-masing.

Biasanya tipe ini melibatkan keluarga-keluarga yang memiliki kebutuhan yang dapat dikompromikan dalam kegiatan bersama. Contohnya, kegiatan olahraga, kegiatan musik atau seni, kegiatan sosial, dan kegiatan agama.

Maka kegiatan belajar akan lebih dinamis karena melibatkan anak-anak lain. Anak juga akan dilatih cara bersosialisasi. Dengan adanya kelompok-kelompok kecil, semangat berkompetisi pun akan muncul sehingga memacu anak untuk berprestasi lebih baik daripada yang lain. Masalah-masalah yang muncul dari interaksi yang terjadi berperan dalam pembentukan kepribadian anak yang kuat dan tahan banting.

Namun masalah yang terjadi dalam kelompok homeschooling ini adalah jadwal yang sering berbeda. Setiap orang tua memiliki kesibukan masing-masing sehingga waktu untuk mendampingi anak pun perlu disesuaikan. Maka dibutuhkan kompromi antar orang tua untuk menentukan waktu belajar bersama anak mereka.

5

Page 7: Homeschooling Kel.4

Dengan adanya beberapa anak, karakteristik anak semakin beragam sehingga dibutuhkan kehadiran para ahli bidang tertentu. Menghadapi karakteristik anak yang beragam tidaklah mudah, maka kehadiran para ahli menjadi mutlak. Misalanya, guru bidang studi yang mampu menggabungkan antara ilmu psikologi anak, kreativitas, dan kebebsan berekspresi tanpa menghilangkan kenyamanan belajar berkelompok.

Homeschooling majemuk mengajarkan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar dan karakter-karakter teman kelompok belajar yang berbeda. Namun penilaian tetap terhadap hasil pendidikan anak-anak tetap diselenggarakan orang tua dan berusaha untuk penyetaraannya.

3. Komunitas HomeschoolingHomeschooling tipe ini adalah penggabungan beberapa homeschooling

mejemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok(olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasaran, dan jadwal pembelajaran.

Konsep homeschooling ini lebih terkonsep dan terstruktur, juga lebih lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan aklak mulia, dan hasil pencapaian. Selain itu, fasilitas pembelajaran yang lebih baik, misalnya bengkel kerja, laboratorium alam, perpustakaan, dan fasilitas lain yang lebih menjanjikan.

Komunitas homeschooling memiliki ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas, tetapi dapat dikendalikan. Dukungan juga lebih besar karena masing-masing bertanggung jawab untuk saling mengajar sesuai dengan keahlian masing-masing.

C. HOMESCHOOLING DI INDONESIA

Sebenarnya,bangsa Indonesia sudah lama mengenal homeschooling. Sebelum sistem pendidikan Belanda datang, homeschooling telah berkembang di Indonesia. Misalnya, para kiai secara khusus mendidik anaknya dalam lingkungan pesantren. Begitu pula para pendekar dan bangsawan jaman dulu. Mereka lebih suka mendidik anak mereka di dalam rumah dan padepokan daripada mempercayakan pendidikan anak mereka kepada orang lain. Itulah model homeschooling pada zaman dahulu.

Namun, pola masyarakat negara ini terlanjur nyaman dengan formalitas. Sekolah pun bagi sebagian orang dianggap sebagai formalitas untuk memperoleh status sosial. Oleh sebab ini, homeschooling sulit diterima oleh masyarakat. Citra tidak formal dan ketidakjelasan jaminan hukum membuat sebagian ragu untuk melibatkan diri dalam kegiatan homeschooling.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan formalitas tertulis, peserta homeschooling bisa mengikuti ujian penyetaraan SD, SMP, dan SMA. Mereka juga bisa mendapatkan ijazah terakreditas internasional yang diakui oleh PBB.

Proses pembelajaran homeschooling lebih menekankan partisipasi orang tua dalam mendidik anak mereka dan merancang pola didik paling sesuai dengan karakter, minat, dan bakat anak. Konsekuensinya, orang tua harus memiliki ilmu pengetahuan yang up to date dan informasi tentang metode belajar dan pembelajaran.

Sebenarnya bentuk pendidikan at home sudah tidak asing lagi bagi warga Indonesia. Homeschooling adalah jenis alternatif pendidikan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga Indonesia dalam mendapatkan layanan pendidikan. Lamdasan-landasan hokum yang dijadikan sebagai landasan homeschooling, antara lain.

6

Page 8: Homeschooling Kel.4

UUD pasal 28 ayat (1) menegaskan, ”Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

Hal ini juga diperkuat oleh UU HAM 1999 Pasal 12, “Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya..., sesuai degan hak asasi manusia.”

Pernyataan tersebut memberikan kebebasan setiap individu untuk mendapatkan pendidikan dan jenis pendidikan yang dipilih. Tidak ada pembatasan pendidikan hanya bisa diperoleh melalui pendidikan formal di kelas, tetapi juga bisa diperoleh melalui pendidikan informal. Hal ini tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional(Sisdiknas), dalam Pasal 27 Ayat (1) dikatakan, ”Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.”

Lalu pada Ayat (2), ”Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan stsndar nasional pendidikan.”

Dengan ini kegiatan homeschooling telah dilindungi oleh undang-undang. Salah satu tipe homeschooling adalah komunitas. Kegiatan sekolah di rumah ini merupakan gabungan beberapa modelmajemuk dengan kurikulum yang lebih terstruktur sebagaimana pendidikan nonformal.

Maka, model persekolahan ini dapat didaftarkan ke Dinas Pendidikan sebagai komunitas pendidikan nonformal. Kemudian peserta didik mengikuti ujian nasional kesetaraan paket A(SD), paket B(SMP), dan paket C(SMA).

Pada pasal 4 menyakinkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan prinsip-prinsip cara menyelenggarakan, bentuk penyelenggaraan, dan pelaksanaan tertentu. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai-nilai keagamaan, kultural, dan kemajemukan.

Bentuk penyelenggaraan berupa.(i) satu kesatuan sistematik dengan sistem terbuka dan multi-makna; dan(ii) dalam sisitem terbuka yang memberikan fleksibilitas pilihan dan waktu

penyelesaian program lintas satuan jalur pendidikan(multy entry-multy exit system).

Pendidikan multi-makna berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, dan berbagai kecakapan hidup. Sistem banyak pintu masuk dan banyak pintu keluar memberikan peluang dan keleluasaan bagi praktisi homeschooling yang ingin masuk ke pendidikan formal dan sebaliknya.

Jaminan hukum lain yaitu amandemen Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang mengamanatkan pentingnya pendidikan nasional. Pasal 31 Ayat(1), ”setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.” Ayat (2), ”Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintahan wajib membiayainya.”

UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Pasal 5:

1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

7

Page 9: Homeschooling Kel.4

4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

D. KURIKULUM HOMESCHOOLING

Kurikulum pada homeschooling berada di tangan orang tua, sepenuhnya dirancang oleh orang tua. Orang tua bisa menggunakan sumber-sumber apa pun yang berada dekat dengan lingkungan anak. Biasa digunakan school in box yang berisi paket pelajaran lengkap dengan buku tulis dan pensil untuk setahun penuh.

Indonesia belum menyediakan kurikulum yang siap untuk langsung digunakan oleh orang tua, namun orang tua bisa menggunakan kurikulum yang biasa dijual lewat internet. Kurikulum siap pakai ini juga menawarkan manual teching bagi orang tua, lesson plan satu tahun untuk semua pelajaran, buku bacaan, buku kerja(work book), kaset/CD/DVD/video, perlengkapan seni dan ketrampilan, dan portofolio binder.

Orang tua juga bisa mengadaptasi kurikulum pendidikan formal yang telah dikenal oleh praktisi homeschooling. Materi yang didapatkan lalu dikembangkan untuk lingkungan sekolah yang dapat dipakai dalam lingkup rumah. Sehingga, jika anak ingin pindah ke sekolah formal, transisi akan lebih mudah. program ini juga meliputi tes yang standar sehingga anak memperoleh ijazah yang terakreditasi.

Karena orang tua yang menyusun kurikulum untuk anak mereka, maka mereka harus tahu cara yang benar untuk menyusun kurikulum. Langkah-langkah yang perlu dilakukan orang tua untuk menerapkan kurikulum:

1. Mencari tahu terlebih dahulu kompetensi apa yang harus dikuasai oleh setiap tingkatan kelas anak. Kompetensi ini bisa dilihat dari Standar Isi yang terdapat di puskur.net. Selain itu Sekarang juga sudah banyak beredar buku intisari pelajaran selama SD, SMP atau SMA.

2. Membandingkan semua kompetensi dari tiap pelajaran. Karena biasanya satu kompetensi dipelajari beberapa kali dalam mata pelajaran yang berbeda. Misalnya : Untuk kelas 1 SD ada topik Tentang Aku. Topik ini dibahas dimata pelajaran Bahasa Indonesia, Sains dan IPS. Didalam matematika ada kompetensi menghitung 1 – 10.  Dalam homeschooling orang tua tidak perlu menyediakan waktu yang berbeda-beda untuk belajar mata pelajaran yg berbeda dengan topik yang sama. Orang tua bisa menggabungkan semua kompetensi itu dalam satu waktu.  Orang tua bisa membahas anggota tubuh (sains), menghitung berapa jari kaki (matematika), mengajarkan tempat tinggal (IPS) serta membuat cerita tentang aku (bahasa Indonesia) dalam satu kesempatan. Sedangkan disekolah mungkin akan membutuhkan waktu lebih.

3. Menyusun semua kompetensi yang akan dia capai anak dalam satu semester dalam suatu tabel yang ditempelkan di tempat yang mudah diraih. Misalkan di kulkas. Beri tanda setiap anak berhasil mencapai kompetensi yg diharapkan.

4. Mengaplikasikan kompetensi yang ingin dicapai dalam kehidupan sehari-hari. Jangan berpatokan bahwa belajar harus selalu melalui buku teks. Misalkan dengan membagi kue untuk belajar pecahan atau dongeng tentang nabi sebelum tidur untuk pelajaran agama.

5. Membangkitkan mood yang membuat anak merasa bahagia sehingga  belajar juga akan menjadi menyenangkan.

8

Page 10: Homeschooling Kel.4

6. Membiarkan anak mempelajari sesuatu  secara tuntas dan mendalam. Ketika anak sedang asyik dengan bahasa Inggris biarkan dia menyelesaikannya walaupun mungkin hari itu dia tidak belajar topik lain.

Saat memilih kurikulum, hal yang harus diperhatikan adalah1. Orientasi akademis: dalam negeri, luar negeri, atau internasional.2. Nilai keluarga.3. Gaya belajar.4. Kemampuan finansial.

Dengan begitu akan terlaksana pembelajaran individual sehingga orang tua legih mudah mengamati penyerapan materi pelajaran oleh anak. Sehingga anak dapan mempelajari materi secara mendalam sebab waktu yang tersedia untuk bertanya dan menemukan jawaban lebih banyak.

Selain itu, orang tua juga bisa menambahkan muatan-muatan tambahan yang tidak terdapat pada kurikulum formal, untuk mengoptimalisasikan pengembangan potensi anak sesuai dengan bakat dan minat. Hal ini tidak bisa didapatkan dalam pendidikan formal.

Di dalam homeschooling, rasa ingin tahu anak akan lebih besar. Banyaknya waktu yang tersedia menyebabkan anak selalu ingin bertanya apa yang telah ia temui, ia lihat, dan ia dengar. Maka guru(orang tua) harus memiliki pengetahuan yang lebih supaya dapat membimbing anak-anak mereka. Guru juga sebagai pemandu anak untuk mendapatkan pemecahan masalahnya sehingga belajar akan lebih bermakna.

Rasa keingintahuan anak yang besar memungkinkan guru terkadang tidak tahu jawaban persoalan tersebut. Guru tidak perlu segan untuk mengatakan ”tidak tahu” dan selanjutnya mengajak anak untuk mencari jawabannya bersama.

Kondisi belajar yang menyenangkan akan lebih berkesan dalam proses belajar pembelajaran dan pasti lebih efektif. Guru harus mampu melakukan hal tersebut.

Anak juga harus mampu mengkonsentrasikan dalam sebuah bahasan pelajaran. Hal ini berkaitan dengan durasi yang dibutuhkan. Depdiknas memberikan guideline jumlah jam belajar yang setara dengan paket A, B, dan C.

Paket ASetara SD/MITahap awal

Paket ASetara DS/MI

Paket BSetar SMP/MTs

Paket CSetara SMA/MA

595 jam/tahun 680 jam/tahun 816 jam/tahun 969 jam/tahun

180 hari/tahun 180 hari/tahun 180 Hari/tahun 180 hari/tahun

3.3 jam/hari 3.8 jam/hari 4.5 jam/hari 5.4 jam/hari

34 mg/tahun 34 mg/tahun 34 mg/tahun 34 mg/tahun

30 SKS/semester 30 SKS/semester 34 SKS/semester 38 SKS/semester

@ 35 menit @ 40 menit @ 40 menit @ 45 menit

Catatan:1. Kerumahtanggaan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran terkait.2. Etika bekerja ekonomi lokal diintergrasikan dan mata pelajaran ketrampilan

bermata pencahariaan diintegrasikan menjadi mata pelajaran kecapatan kerja.3. Untuk paket B dan C, diberikan mata pelajaran kecakapan kerja sebanyak

empat SKS yang dapat diberikan setiap semester atau diblok pada kelas semester akhir.

9

Page 11: Homeschooling Kel.4

Setiap pendidikan memerlukan penilaian untuk mengukur kemampuan yang diperoleh dalam proses pendidikan. Sitem penilaian pada homeschooling adalah dengan sistem penilaian pendidikan kesetaraan, antara lain:1. Penilaian mandiri dengan mengerjakan berbagai latihan yang terintegrasi dalam

setiapmodul.2. Penilaian formatif oleh tutor melalui pengamatan, diskusi, penugasan, ulangan,

proyek, dan portofolio dalam proses tutorial.3. penilaian semester4. Ujian Nasional oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan

Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.

Ketentuan mengeneai kesetaraan ini diatur dalam UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, pasal 29, ayat (6):

”Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.”Paket pendidikan kesetaraan dirancang untuk peserta didik yang berasal dari

masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah, dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup.

Mata pelajaran yang diujikan untuk yang setara dengan SD/MI, yaitu paket C adalah PKn, Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, dan IPA.

Lembaga-lembaga penyelengara kelompok belajar pendidikan kesetaraan.1. Sanggar Kegiatan Belajar2. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat(PKBM)3. Lembaga Kursus4. Komunitas Belajar atau Homeschooling.5. Pondok Pesantren6. Takmir Masjid/mushalla dan Pusat Majelis Taklim7. Lembaga Swadaya Masyarakat8. Yayasan badan hukum dan badan usaha9. Organisasi kemasyarakatan10. Organisasi sosial masyarakat11. Organisasi keagamaan12. Unit Pelaksanaan Teknis(UPT) Diklat Perikanan13. UPT Diklat Pertanian14. UPT Diklat Transmigrasi

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HOMESCHOOLING

Banyak kelebihan yang dapat diperoleh dari homeschooling, antara lain.

1. Membangun kemandirian dan kreativitas individual.2. Memberi peluang untuk mencapi kompetensi individual semaksimal mungkin,

tidak dibatasi oleh standar penilaian klasik.

10

Page 12: Homeschooling Kel.4

3. Manfaat rasa aman. Orang tua memberi perlindungan kepada anak dari hal-hal negatif akibat pergaulan salah, seperti tawuran, NAPZA, pergaulan menyimpang, dan jajan makanan yang malnutrisi.

4. Memberikan persiapan yang lebih baik untuk menghadapi kehidupan yg sebenarnya. Membantu anak lebih berkembang, memahami diri, dan perannya dalam dunia nyata, dan bebas berpendapat, menolak, atau menyepakati nilai-nilai tertentu.

5. Memberi ruang lebih luas anak untuk melakukan kegiatan keagamaan dan rekreasi/olahraga keluarga. Kebebasan dalam berkreasi turut mengembangkan potensi anak secara maksimal.

6. Kegiatan yang beragam membuat anak senang belajar. Belajar pun akan lebih bermakan untuk anak.

7. Keuntungan emosional

8. Menghilangkan tekanan seksual

9. Memperkuat ikatan keluarga. Orang tua dan anak akan terjalin komunikasi yang sering dan berkelanjutan sehingga anak akan merasa lebih nyaman dalam belajar.

Kekurangan homeschooling:1. Kekurangan pada homeschooling yang paling mungkin adalah kurangnya

wawasan orang tua dalam menentukan kurikulum, karena jika terjadi kesalahan, pengembangan potensi anak akan terhambat.

2. Indonesia belum mempunyai kurikulum tetap unruk homeschooling.3. Orang tua harus tahu cara mengembangkan mood anak agar mau belajar. Oleh

karena itu, orang tua dituntut untuk bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan namun tetap terarah.

4. Anak lebih egois, karena anak selalu diperhatikan orang tua. Dan sosialisasi anak terlalu sering dengan anak yang mempunyai bakat dan minat yang sama.

5. Keterbatasan waktu jika jadwal orang tua yang padat. Namun dapat diatasi dengan menyewa guru profesional dari luar.

6. Orang tua harus mengeluarkan uang lebih banyak daripada pendidikan formal(sekolah biasa), karena orang tua harus membuat atau membuat sendiri perlengkapan pendidikan untuk anak.

7. Orang tua dituntut untuk kreatif dalam menyusun kegiatan belajar supaya anak tidak cepat bosan.

11

Page 13: Homeschooling Kel.4

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanHomeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak-

anak sebagai subyek dengan pendekatan pendidikan secara at home. Pendidikannya menekankan pada pengembangan potensi anak dengan karakteristik masing-masing anak. Menyajikan pendidikan yang menyenangkan dan mengasyikkan, sehingga anak mampu mengembangkan potensi secara optimal.

Kurikulum yang ditentukan oleh orang tua yang tahu tentang karakteristik dan lingkungan anak membuat kurikulumnya lebih terarah pada pengembangan potensi anak.

B. SaranSetiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan

seharusnya tidak membelenggu imajinasi anak untuk mengembangkan potensi mereka. Oleh karena itu, pendidikan yang menyenangkan dan tidak membelenggu imajinasi sebagai unsur kreativitas, akan lebih bermakna bagi anak.

12

Page 14: Homeschooling Kel.4

DAFTAR PUSTAKA

Dara, Maina. 2007. Penerapan Kurikulum dalam Homeschooling, (online).  http://www.hupelita.com . Diakses 27 Maret 2010.

Fahima. 2005. Keuntungan dan Kerugian Homeschooling, (online). http://www.hupelita.com . Diakses 3 April 2010.

Kembara, Maulina D. 2007. Panduan Lengkap Homeschooling. Bandung: Progressio.Trinanda, Andi. 2007. Pendidikan Homeschooling…? Sudah Adiktifkah dengan

Pendidikan di Indonesia, (online). http://www.garutkab.go.id/download_files/article/PENDIDIKAN_HOME_SCHOOLING.doc . Diakses 3 April 2010.

13