homeschooling dan kecerdasan sosial siswa (studi kasus...
TRANSCRIPT
HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA
(STUDI KASUS PADA KOMUNITAS HOMESCHOOLING KAK SETO
DI PONDOK AREN)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
CHENTAURI GALIH KISMARETY
NIM : 1110015000016
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
ABSTRAK
Chentauri Galih Kismarety. NIM: 1110015000016. Homeschooling dan
Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak
Seto di Pondok Aren). Skripsi Program Strata 1 (S1). Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecerdasan sosial
yang dimiliki siswa tingkat SMP di kelas komunitas homeschooling Kak Seto,
Pondok Aren. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah tiga orang
wali kelas terdiri dari tiap jenjang kelas dan enam orang siswa yang merupakan
perwakilan dari setiap jenjang kelas yaitu dua orang siswa kelas VII, dua orang
siswa kelas VIII, dan dua orang siswa kelas IX. Enam siswa tersebut dipilih
berdasarkan rekomendasi para wali kelas kemudian peneliti lakukan observasi
dengan tujuan untuk mendapat partisipan yang sesuai dengan kriteria dari dimensi
kecerdasan sosial. Setelah melakukan observasi, selanjutnya peneliti
mewawancarai mereka dengan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) enam partisipan yang
diwawancarai memiliki kecerdasan sosial yang baik, hal itu ditunjukkan dengan
terpenuhinya beberapa dimensi kecerdasan sosial seperti mereka cerdas
situasionalnya, mampu membawa diri, kejujuran dalam bersikap, mampu
menyampaikan ide atau gagasannya secara jelas sehingga orang lain dapat
mengerti dengan baik, dan empati. (2) satu orang dari enam partisipan
menunjukkan kecerdasan sosial yang baik terlihat dari terpenuhinya kelima
dimensi kecerdasan sosial, tiga partisipan menunjukkan kecerdasan sosial sedang
karena menunjukkan empat dimensi kecerdasan sosial, dan dua partisipan
menunjukkan kecerdasan sosial rendah karena hanya menunjukkan dua dimensi
dari lima dimensi kecerdasan sosial. Kesimpulan ini diambil berdasarkan
terpenuhinya beberapa dimensi kecerdasan sosial. (3) untuk menjawab pertanyaan
utama pada penelitian ini yaitu bagaimana kecerdasan sosial siswa pada tingkat
SMP di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto, peneliti menyimpulkan bahwa
anak yang mengikuti homeschooling khususnya pada kelas komunitas tetap dapat
berinteraksi dengan teman-teman maupun lingkungan sekitar karena kelas
komunitas mirip dengan sekolah formal, belajar di dalam satu ruangan yang
disebut kelas dan ada beberapa siswa di dalamnya. Hanya saja pada
homeschooling jumlah siswa tiap kelas tidak sebanyak di sekolah formal. Jumlah
siswa di kelas komunitas rata-rata 10 orang tiap kelasnya, dimana dalam kondisi
seperti itu tidak menutup kemungkinan jika para siswa berinteraksi satu sama lain.
Keadaan yang terjadi di Homeschooling Kak Seto bisa saja tidak terjadi pada
homeschooling lainnya, dikarenakan penelitian kualitatif tidak bisa
digeneralisasikan pada kasus dan situasi yang berbeda.
Kata Kunci: Homeschooling, Kecerdasan Sosial, Deskriptif Kualitatif
ii
ABSTRACT
Chentauri Galih Kismarety. NIM: 1110015000016. Homeschooling and
Students Social Intelligence (Case Studies of Kak Seto Homeschooling
Community in Pondok Aren). Thesis of Bachelor Degree (S1). Faculty of
Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2015
The objective of this research was to find out the development of social
intelligence of junior high school students in Kak Seto homeschooling class
community, in Pondok Aren. The method used in this research was qualitative
descriptive with a case study approach. Sample of this research were three
teachers and six students in each grade, they are two students in 7th
grade, two
students in 8th
grade, and two students in 9th
grade. They were chosen based on the
recommendation from the teachers, then researcher did observation to get
participant who met the criteria of having some dimensions of social intelligence.
After observed the participants, then the researcher interviewed them used semi
structured interview technique.
The result of this research showed that: (1) six participants interviewed
have good social intelligence, it was showed that some of the social intelligence
dimensions were attained like they were intellegent in the situational, able to
adaptation and humble, honesty in act, able to presented their ideas clearly so
another people could understand it, and empathy. (2) One person from six
participants was indicated having good social intelligence, it was seen from the
fact that the student attained the five dimensions of social intelligence, three
participants had middle social intelligence because they attained four social
intelligence dimensions, and two participants had low social intelligence. This
conclusion was based on the completion of the social intelligence dimensions. (3)
To answer the main question in this research, “How is the junior high school
students social intelligence in Kak Seto homeschooling community,” researcher
concluded that the students who attend homeschooling especially in community
class are able to interact with friends and their surroundings because the
community class in homeschooling was like as formal school, the students study
in a room as called as a class and there are some students there. However, in
homeschooling the amount of the students in a class is not as many as in formal
school. The amount of the students in community class is around 10 people in
each class, in the condition like that, there is a possibility for the students to
communicate to each other. The condition that happened in Kak Seto
homeschooling cannot be generalized to other homeschooling, as the nature of
qualitative research that the findings applied per case.
Keywords: Homeschooling, Social Intelligence, Qualitative Descriptive
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis dan disusun guna
memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik
materil ataupun spiritual sehingga penulis mengucapkan terima kasih. Rasa terima
kasih itu terutama penulis tujukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maila Dinia Husni Rahim, MA selaku dosen pembimbing yang dengan
kesabarannya membimbing dan mengarahkan penulis selama penulisan
skripsi.
4. Ibu Farida Yuli Avisena selaku Kepala Sekolah SMP di Homeschooling Kak
Seto Pondok Aren yang telah memberi izin untuk penelitian selama skripsi.
5. Humas Homeschooling Kak Seto, Kak Sri Wahyuni dan guru-guru yang telah
memberikan bantuan selama penelitian skripsi di Homeschooling Kak Seto
Pondok Aren.
6. Murid-murid SMP di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren.
7. Ayahanda Nana Sutisna dan Ibunda Susilati tercinta yang telah memberikan
cinta dan kasih sayang, do’a, dukungan, perhatian dan fasilitas sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
8. Adikku Dimas Galih Febyan Sutisna yang telah memberikan dukungan
selama penyusunan skripsi.
9. Sahabatku OTSE, Dini Halimah (Halmeoni), Gina Rosdianti (Ahjumma),
Cindy Febri Kostantia (Mamake), Lilian Paramita (Ny. Jong Woon),
Nurfadilah (Yoona Dilah), Teteh geulis Frisca Fauzia Khairunnissa dan
iv
Desdemonawita (Tante sosialita), tiada kata yang lebih indah untuk
melukiskan kebaikan kalian. Kalian sahabat terbaikku.
10. “Miss Hyuk Jae” Arsendi Kasenda, “Ny. Ryeonggu” Esti Tri Ruhayani dan
Santi Megasari yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama
penyusunan skripsi.
11. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2010, terutama
REAKSI yang senantiasa berbagi dalam segala hal.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu meluangkan
waktu, tenaga, pikiran, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan semoga
dapat berguna bagi kita semua. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari
pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh penulis.
Jakarta, November 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 7
D. Perumusan Masalah .............................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
F. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................... 7
1. Manfaat Teoritis ............................................................... 7
2. Manfaat Praktis ................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Homeschooling ..................................................................... 9
1. Pengertian Homeschooling .............................................. 9
2. Sejarah Homeschooling ................................................... 10
3. Jenis-jenis Homeschooling ............................................... 13
4. Keuntungan Homeschooling ............................................ 14
B. Kecerdasan Sosial ................................................................. 16
1. Pengertian Kecerdasan Sosial .......................................... 16
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial .... 17
vi
3. Dimensi Kecerdasan Sosial .............................................. 18
C. Hasil Penelitian Relevan ....................................................... 19
D. Kerangka Konseptual ............................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 23
1. Tempat Penelitian ............................................................. 23
2. Waktu Penelitian .............................................................. 23
B. Metode Penelitian ................................................................. 24
C. Sampel dan Sumber Data Penelitian ...................................... 25
1. Sampel .............................................................................. 25
2. Sumber Data ..................................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 27
E. Instrumen Penelitian ............................................................. 28
F. Rencana Penguji Keabsahan Data ........................................ 32
G. Teknik Analisis Data ............................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pendahuluan .......................................................................... 36
B. Profil Homeschooling Kak Seto Pondok Aren ..................... 36
C. Informasi Partisipan .............................................................. 38
D. Paparan Data Hasil Penelitian ............................................... 45
1. Hasil Observasi Siswa ...................................................... 46
2. Hasil Wawancara Guru .................................................... 50
3. Hasil Wawancara Siswa ................................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 65
B. Saran ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Instrumen Lembar Observasi Kecerdasan Sosial
Siswa di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren ................ 29
Tabel 3.2 Instrumen Wawancara dengan Guru (Tutor) ........................ 30
Tabel 3.3 Instrumen Wawancara dengan Siswa ................................... 30
Tabel 3.4 instrumen Wawancara dengan Teman Dekat Siswa ............. 31
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto Reduksi Data
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Lembar Observasi
Lampiran 4 Lembar Persetujuan menjadi Partisipan
Lampiran 5 Transkrip Wawancara Pembuka
Lampiran 6 Transkrip Wawancara Inti
Lampiran 7 Member Check
Lampiran 8 Lembar Uji Referensi
Lampiran 9 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 10 Surat Ijin Observasi
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan
yang layak bagi diri mereka, namun masih kita lihat dari berita televisi atau baca
di media cetak maupun online anak justru mendapatkan pengalaman kurang
menyenangkan selama bersekolah, misalnya saja kasus bullying (kekerasan atau
intimidasi) sehingga membuat sekolah dirasa kurang memberikan suasana aman,
nyaman, menyenangkan dan membangkitkan semangat perserta didik untuk
mengembangkan bakat, minat dan potensi pribadinya secara optimal. Belum lagi
peserta didik diwajibkan untuk mengikuti mata pelajaran yang sudah dirancang ke
dalam kurikulum tanpa mempertimbangkan karakteristik peserta didik. Seperti
yang disampaikan oleh Seto Mulyadi di bangkapos.com bahwa kurikulum yang
dikembangkan di Indonesia sering tidak berpihak kepada perkembangan perilaku
kecerdasan anak. Kurikulum terlalu padat dan cenderung dijejalkan kepada anak
yang seharusnya bisa dirangsang kreativitasnya sesuai potensi unggul yang
dimilikinya.1
Tidak hanya itu, orangtua juga khawatir dengan lingkungan negatif yang
sewaktu-waktu dapat menghampiri anak mereka ketika sedang menimba ilmu di
sekolah. Misalnya saja tawuran antar pelajar. Seperti yang diberitakan oleh
indosiar.com tahun lalu, tanggal 12 Desember 2014, terjadi tawuran antar pelajar
di fly over Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. Seusai melaksanakan ujian
semester sekolah, puluhan pelajar dari dua sekolah yakni SMK dan SMP
melakukan tawuran di jalanan. Para pelajar menggunakan senjata tajam dan saling
lembar batu. Bahkan para pelajar berduel satu persatu dengan menggunakan
senjata tajam seperti celurit dan golok. Mereka seolah tidak memikirkan
1Dedy Purwadi, Urgensi Kecerdasan Sosial, 2015, h. 1, (http://bangka.tribunnews.com).
Artikel ini diakses pada tanggal 08 Oktober 2015, pukul 11:01 WIB.
2
keselamatan diri sendiri maupun pengguna jalan yang melintas di lokasi ini.
Tawuran ini sempat membuat arus lalu lintas di sekitar lokasi terhenti.2
Kasus lain yang mengisyaratkan bahwa sekolah formal belum memberikan
suasana aman, nyaman dan menyenangkan bagi para siswa yakni, guru melakukan
tindak kekerasan kepada siswa. Seperti yang diberitakan oleh SINDONEWS.com
pada tanggal 30 Oktober 2014 seorang siswa SMP Islam dianiaya oleh guru
agamanya. Kasus ini terjadi pada siswa SMP di Kabupaten Serang, Banten tahun
kemarin. Peristiwa tersebut terjadi ketika jam pelajaran sedang berlangsung.
Penganiayaan tersebut bermula ketika sang siswa ingin meminjam spidol ke
temannya, tiba-tiba guru tersebut menampar pipi kirinya dan bahkan sempat
mendorongnya. Siswa dipukul empat kali oleh guru. Siswa tersebut mengalami
luka di bagian wajah dan punggung akibat tamparan dan dorongan gurunya.
Peristiwa ini dilaporkan kepada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres
Serang oleh ayah dari siswa tersebut dengan maksud supaya tidak ada korban
lainnya.3
Kejadian serupa juga terjadi pada siswa SMP negeri di Desa Sukamaju,
Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi seperti yang diberitakan oleh
SINDONEWS.com pada tanggal 27 Oktober 2014 enam orang siswa menjadi
korban kekerasan guru saat camping. Sejumlah siswa mengaku di tendang dan
dipukul pada bagian wajahnya, bahkan sebagian siswa lainnya mengalami luka
lebam pada bagian punggung akibat di pukul menggunakan kayu. Akibat kejadian
tersebut siswa mengalami trauma sehingga terpaksa harus di dampingi
orangtuanya saat hendak masuk sekolah. Kondisi ini memicu para orangtua untuk
melaporkan tindak kekerasan yang telah dilakukan oleh guru berinisial DN ke
polsek setempat.4
2Mohamad Subadri Arifqi, Tawuran Pelajar: Saling Serang di Jalanan, 2014, h. 1,
(www.indosiar.com). Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015, pukul 10:01 WIB. 3Rasyid Ridho, Ditampar Guru, Siswa SMP Ini Melapor ke Polisi, 2014, h. 1,
(http://daerah.sindonews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 10:46
WIB. 4Toni Kamajaya, Enam Siswa Jadi Korban Kekerasan Guru saat Camping, 2014, h. 1-2,
(http://daerah.sindonews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 11:27
WIB.
3
Masih dengan kasus yang sama, siswa SMP negeri di Subang, Jawa Barat,
seperti yang diberitakan oleh SINDONEWS.com pada tanggal 10 November
2014 delapan siswa menjadi korban pemukulan guru olahraga karena tidak
mengikuti acara yasinan di sekolah. Kedepalan siswa tersebut yakni Kevin Kelas
IX, Abdul Kelas IX, Dede Taryana Kelas IX, Iryanto Kelas IX, Nanda Permana
Kelas IX, M. Sandi Kelas IX, Anggis Rahmat Kelas IX dan Yopi Kelas VIII.
Insiden pemukulan ini terjadi sebanyak dua kali, yakni 7 November dan Sabtu 8
November berawal ketika delapan siswa tersebut telat masuk sekolah sehingga
tidak mengikuti kegiatan yasinan dan shalawatan yang rutin diadakan di sekolah
setiap hari Jumat. Saat itu salah satu guru mendatangi mereka, karena takut,
mereka berusaha lari dan guru itu pun mengejarnya. Tujuh dari delapan siswa
berhasil di kejar oleh guru, sedangkan seorang siswa lainnya berhasil lari karena
ketakutan. Tujuh siswa tersebut di beri hukuman, diantaranya dipukuli berkali-
kali di bagian punggung dengan menggunakan gagang alat pengepel lantai yang
terbuat dari aluminium, dipush up-kan, dilempar sepatu dan disuruh jalan jongkok
sambil menggendong tong sampah. Wajah mereka juga ditampar oleh guru
tersebut. Akibatnya mereka menderita luka lebam dan membiru di bagian
punggung serta pinggang. Seorang siswa yang berhasil lari, keesokan harinya di
panggil oleh guru dan di pukuli sampai tubuhnya merasa kesakitan. Orangtua
yang tidak menerima anaknya diperlakukan seperti itu, lantas melaporkan
kejadian tersebut kepada Polsek Pagaden.5
Berdasarkan kasus diatas dapat kita lihat bahwa sekolah formal masih
kurang dalam memberikan suasana belajar mengajar yang aman, nyaman dan
menyenangkan bagi siswa ketika berada di lingkungan sekolah. Seperti kasus
pertama, kedua dan ketiga yang diberitakan oleh SINDONEWS.com sikap guru
tersebut tidak mencerminkan sebagai seorang pendidik. Sepatutnya guru menjalin
hubungan yang baik dengan siswa sehingga terjalin kerjasama antara guru dengan
siswa agar tercipta suasana yang menyenangkan saat proses belajar mengajar
berlangsung.
5Usep Husaeni, Tak Ikut Yasinan, 8 Siswa SMPN Dipukuli Guru, 2015, h. 1-3,
(http://daerah.sindonews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 10:30
WIB.
4
Pendidikan tidak selamanya dilakukan di sekolah saja, pendidikan dapat
dilakukan dimana pun dan kapan pun. Pada awalnya, pendidikan diselenggarakan
di rumah. Kegiatan ini dikenal dengan istilah otodidak. “Yakni, proses belajar
yang dilakukan secara mandiri dan dengan kemampuan sendiri. Kesadaran untuk
memperoleh ilmu pengetahuan bergantung pada kemauan yang tumbuh dalam
diri. Dari otodidak pula, tidak jarang berhasil menemukan teori-teori dasar ilmu
pengetahuan.”6
Demikian pula, sistem pendidikan tak hanya ada dalam bentuk formal
sebagaimana umumnya dikenal dan berkembang di masyarakat. Ada pun bentuk-
bentuk pendidikan lain (alternatif) yang dikenal dan diakui dalam sistem
pendidikan nasional yang berlaku di Indonesia, yakni pendidikan nonformal dan
informal yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 26 dan
27. Hasil pendidikan nonformal dan informal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan yang
dilakukan di lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah
setempat dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Sekolah rumah atau yang lebih dikenal dengan nama homeschooling telah
menjadi tren di Indonesia beberapa tahun belakangan ini, terlebih setelah
pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengesahkan
pendidikan informal ini. Homeschooling menjadi pilihan bagi sebagian besar
orang karena alasan-alasan tertentu. Homeschooling merupakan pendidikan
alternatif yang lebih fleksibel dan suasana pembelajaran pun tidak formal, proses
pembelajaran dilakukan di rumah. Rumah dan segala isinya merupakan sumber
media pembelajaran siswa. Pada sistem homeschooling, orangtua dapat menjadi
fasilitator sepenuhnya bagi anak atau jika merasa perlu orangtua dapat memanggil
orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu untuk memberikan pengajaran
kepada anaknya, karena tidak semua orangtua berprofesi sebagai guru dan mampu
menjadi seorang guru yang dapat memenuhi kebutuhan proses belajar anak.
6Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?!, (Jogjakarta: Divapress,
2010), h. 65.
5
Seperti yang dipaparkan dalam situs resmi fikarhomeschooling.net ada
beberapa alasan orang tua memilih pendidikan informal seperti homeschooling
karena keluarga dari anak tersebut yang selalu berpindah-pindah dari satu daerah
ke daerah lain atau bahkan dari dalam negeri hingga ke luar negeri. Selain itu juga
karena orang tua terpaksa menyekolahkan anak mereka pada pendidikan
homeshooling karena anak tersebut tidak memiliki kesempatan mengikuti
pendidikan formal seperti anak lainnya dengan beberapa pertimbangan salah
satunya adalah keamanan dan kesehatan. Yang terakhir alasan orang tua memilih
pendidikan informal seperti homeschooling adalah karena orang tua ingin anaknya
lebih fokus dalam hal belajar karena biasanya dalam satu kelas hanya ada
beberapa siswa saja.7
Tidak sepenuhnya homeschooling merupakan sekolah alternatif yang baik
untuk memberikan pendidikan kepada anak, terdapat kemungkinan adanya suatu
kekurangan dari sistem sekolah alternatif tersebut. Merujuk dari alasan orang
memilih sekolah di homeschooling seperti yang dipaparkan oleh situs
fikarhomeschooling.net, siswa yang bersekolah di homeschooling terkesan
kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena keluarga yang sering tidak
menetap tempat tinggalnya, mengakibatkan minimnya interaksi anak dengan
teman sebaya yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup
di lingkungan masyarakat.
Manusia sebagai makhluk sosial sangat memerlukan adanya lingkungan
sosial, karena kecenderungan manusia untuk bergaul dapat dilihat sejak lahir.
Bagi seorang anak, lingkungan sosial ini sangat diperlukan, karena disanalah
mereka akan bergaul dan terus berkembang di dalam lingkungannya. Anak yang
cerdas akan sosialnya dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan, orang baru,
suka bersosialisasi dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah, bisa
memahami dan berempati pada perasaan teman dan mampu bersikap netral
ditengah pertikaian antar teman. Anak seperti itu dapat dikategorikan sebagai
anak yang memiliki kecerdasan sosial.
7Fikar Homeschooling, 5 Alasan Memilih Homeschooling untuk Anak Anda, h. 1,
(http://fikarhomeschooling.net). Artikel ini diakses pada tanggal 12 April 2015, pukul 07:18 WIB.
6
“Kecerdasan merupakan keterampilan berpikir dan kemampuan untuk
beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.”8 Sedangkan sosial
adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi kecerdasan sosial adalah kepandaian
berpikir yang berhubungan dengan masyarakat. Menurut Thorndike, “Kecerdasan
Sosial (Social Intelligence) didefinisikan sebagai kemampuan untuk berperilaku
bijaksana dalam berhubungan dengan sesama manusia.”9
Anak yang memiliki kecerdasan sosial, mereka mampu bergaul, berperan
serta dalam kelompok sebaya maupun dengan orang dewasa, dapat bersifat sopan
santun kepada orang lain dan berbicara dengan baik. Kenyataan terhadap
kecerdasan sosial anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi saat ini masih
rendah. Terbukti dengan adanya berbagai konflik seperti tawuran antar sekolah
seperti yang dilakukan anak-anak dari dua kubu perkumpulan.
Kapanpun seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah dengan
teman, anggota keluarga, guru, kenalan, asosiasi bisnis, cleaning service, maupun
penjaga toko, kecerdasan sosial merupakan suatu keterampilan yang harus
dimiliki setiap individu. Sikap yang menunjukkan individu cerdas secara sosial
dapat terlihat dalam bentuk kasih sayang, peduli sekitar, mampu membawa diri,
jujur, empati, menolong, menghargai dan perhatian terhadap orang lain maupun
kondisi sosial lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untuk
mengangkat sebuah tema skripsi dengan judul “Homeschooling dan Kecerdasan
Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di
Pondok Aren)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
8John W. Santrock, Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2007),
h. 317. 9Makmun Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, Referensi Penting bagi
Para Pendidikan & Orangtua, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), h. 5.
7
1. Dalam pendidikan formal siswa terlalu banyak tekanan sehingga keinginan
mereka terkadang tidak pernah di dengar.
2. Kekerasan yang dilakukan guru kepada siswa di sekolah formal menunjukkan
bahwa sekolah formal belum mampu memberikan rasa aman, nyaman dan
menyenangkan.
3. Dengan homeschooling anak kurang berinteraksi karena keluarga yang sering
tidak menetap tempat tinggalnya, faktor keamanan lingkungan sekolah dan
kesehatan fisik anak mengakibatkan minimnya interaksi dengan teman sebaya
maupun lingkungan sekitar.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah penelitian agar tidak
melebar. Adapun masalah pada penelitian ini hanya membahas tentang
kecerdasan sosial siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas Homeschooling
Kak Seto Pondok Aren.
D. Perumusan Masalah
“Bagaimana kecerdasan sosial siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas
Homeschooling Kak Seto Pondok Aren?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui perkembangan kecerdasan sosial
yang dimiliki siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas Homeschooling Kak
Seto Pondok Aren yang nantinya dapat bergunan bagi siswa maupun lembaga
yang bersangkutan untuk meningkatkan kecerdasan sosial para siswa menjadi
lebih baik lagi.
F. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi informasi tentang model pendidikan alternatif yaitu
homeschooling.
8
b. Diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap dunia
pendidikan terutama dalam pendidikan alternatif.
c. Sebagai bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya
terkait kecerdasan sosial siswa SMP pada kelas komunitas
homeschooling.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan
menambah pengetahuan mengenai perkembangan kecerdasan sosial
siswa SMP pada Komunitas Homeschooling Kak Seto, serta sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana strata satu (S1).
b. Bagi Homeschooling Kak Seto
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan kecerdasan sosial siswa homeschooling menjadi lebih
baik.
c. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi para
peneliti yang meneliti tentang homeschooling dan kecerdasan siswa.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Homeschooling
1. Pengertian Homeschooling
Orangtua memilih pendidikan informal seperti homeschooling karena
orangtua ingin anaknya lebih fokus dalam hal belajar. Hal ini diperkuat
dengan data di lapangan bahwa dalam satu kelas hanya terdapat beberapa
siswa saja yang lebih difokuskan pada anak tersebut. Pola pendidikan di
sekolah formal belum begitu fleksibel untuk membentuk karakter dan
mengoptimalisasi siswa sesuai dengan minat dan bakat seperti dikatakan oleh
Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd penulis buku Homeschooling Rumah
Kelasku, Dunia Sekolahku:
Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di
rumah, namun secara hirarki ia adalah sebuah sekolah alternatif yang
menempatkan anak sebagai subyek pendekatan pendidikan secara at
home. Dengan pendekatan ini anak merasa nyaman. Mereka bisa
belajar sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja
dan dimana saja, sebagaimana ia tengah berada di rumahnya sendiri.1
Homeschooling salah satu bentuk dari pendidikan alternatif (informal)
yang telah diakui oleh pendidikan nasional Indonesia sejak tahun 2003.
Seperti yang terlampir dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, “pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan.”2
Menurut Sumardiono penulis buku Apa Itu Homeschooling,
“homeschooling bukanlah lembaga, tetapi keluarga. Homeschooling adalah
model pendidikan saat keluarga memilih menyelenggarakan sendiri dan
bertanggung jawab pendidikan anak-anaknya.”3
1Arief Rachman, Homeschooling Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, (Jakarta: Buku Kompas,
2007), h. 18. 2UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 13, h. 2.
3Sumardiono, Apa Itu Homeschooling, 35 Gagasan Pendidikan Berbasis Keluarga, (Jakarta:
PandaMedia, 2014), h. 6.
10
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
homeschooling adalah model pendidikan alternatif dengan sistem belajar
yang dapat disesuaikan dengan kondisi siswa dan tidak kaku saat proses
belajar sehingga siswa merasa nyaman ketika mengikuti proses pembelajaran.
Model pendidikan ini juga sudah diatur keberadaanya dalam UU RI.
Alasan mengapa orangtua lebih memilih memberikan pendidikan
anaknya di rumah daripada di sekolah formal karena adanya rasa
ketidakpuasan terhadap pola pendidikan sekolah formal, selain itu orangtua
khawatir tentang lingkungan negatif di luar sana yang kapan saja dapat
mempengaruhi kepribadian anaknya.
2. Sejarah Homeschooling
Awalnya, pendidikan diselenggarakan di rumah. Kegiatan itu disebut
dengan belajar sendiri atau otodidak. Otodidak berarti proses belajar yang
dilakukan secara mandiri dan dengan kemampuan sendiri. Dari proses
otodidak pula, dari waktu ke waktu terjadi perkembangan ilmu pengetahuan
dan cara berpikir di dalam diri seseorang.
Sejarah homeschooling berawal dari Amerika Serikat. Homeschooling
di Amerika sudah mulai sejak lama, tapi konsepnya berubah seiring
berjalannya waktu.
Homeschooling sudah ada sebelum adanya sekolah umum. Tidak
adanya sekolah umum yang dekat dengan tempat tinggal, kadang
tidak puas dengan sekolah yang ada, atau juga karena tidak adanya
akses untuk bisa sekolah, seperti masalah biaya yang membuat
homeschooling menjadi suatu sarana untuk mendapatkan pendidikan
yang setara dengan pendidikan di sekolah umum.4
Pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas
mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Jhon Caldwell Holt
merupakan guru sekaligus pengamat anak dan pendidikan, mengatakan
bahwa:
Penyelenggaraan pendidikan formal melalui sekolah adalah formatnya
yang bersifat instruktif. Tahun 1964, Holt menerbitkan sebuah buku
4Holy Setyowati Sie, Homeschooling Creating The Best of Me, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2010), h. 1.
11
yang berjudul How Children Fail untuk mengkritik sekolah-sekolah
pada waktu itu. Buku tersebut sebagai dasar teori dalam upayanya
mengembangkan gagasannya sebagai guru yang mencermati
kegagalan akademik dari pendidikan dasar di sekolah akibat tekanan
kepada anak oleh orangtua/guru.5
Tiga tahun setelahnya, Holt menulis kembali buku dengan judul How
Children Learn, di mana ia menunjukkan bagaimana proses belajar anak.
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan
luas dari masyarakat, tahun 1976, Holt kemudian menerbitkan karyanya yang
lain yakni “Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better.
Buku ini mendapatkan sambutan hangat dari para orangtua homeschooling di
berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan
majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Grow Without
Schooling.”6 Kemudian homeschooling terus berkembang dengan berbagai
alasan.
Sedangkan pengertian homeschooling atau sekolah rumah di
Indonesia sudah ada sejak tahun 1990-an. Walaupun begitu, istilah
homeschooling atau sekolah rumah masih dianggap sebagai istilah yang
relatif baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. “Sejak tanggal 4 Mei 2006,
di Jakarta telah dideklarasikan berdirinya ASAH PENA (Asosiasi Sekolah
Rumah dan Pendidikan Alternatif) oleh beberapa tokoh dan praktisi
pendidikan di Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pelindungannya adalah Dr. Ace Suryadi (Direktur Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah) dengan para penasihat, antara lain Prof. Dr. Mansyur Ramli (Kepala
Balitbang Depdiknas) dan Dr. Ella Yuliawati (Direktur Kesetaraan
Depdiknas). Apresiasi Depdiknas terhadap lahirnya ASAH PENA tentu
memperkuat keyakinan bahwa homeschooling bisa merupakan salah satu
alternatif pendidikan pada masa depan.”7
5Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?!, (Jogjakarta: Divapress,
2010), h. 68. 6Mahariah, Homeschooling dalam Sistem Pendidikan Nasional dan Islam, Jurnal Al-Irsyad,
Vol. IV, 2014, h. 7. 7Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling, (Bandung: Progressio, 2007), h. 43.
12
Menurut Seto Mulyadi, mantan Ketua Umum Komisi Nasional
Perlindungan Anak (Komnas PA) yang sekarang menjabat sebagai Ketua
Dewan Konsultatif Komisi Nasional Perlindungan Anak, “kemunculan
homeschooling sebagai salah satu alternatif memang perlu dibuktikan
keberhasilannya sebagai sebuah kompetisi proses menimba ilmu melalui
sistem nonformal.”8 Kehadiran homeschooling dilatarbelakangi sebagai
upaya mengantisipasi keberadaan pendidikan formal yang tidak merata di
tiap-tiap daerah. Informasi seputar homeschooling saat ini belum sepenuhnya
dapat dipahami oleh masyarakat, tetapi keberadaan dan legalitas
homeschooling sebagai bagian integral dalam sistem pendidikan yang berlaku
di Indonesia telah diatur dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 27:
(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
(2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal
sebagai-mana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.9
Pada homeschooling, orangtua memilih sendiri metode dan materi ajar
apa saja yang diperlukan untuk anak-anaknya. Tidak masalah apabila
orangtua tidak menggunakan tenaga ahli untuk membantu memberikan
pendidikan kepada anaknya. Tetapi jika orangtua merasa perlu adanya
bantuan dari tenaga ahli, misal menghadirkan seorang guru di rumah, maka
orangtua dapat memanggil guru kerumah untuk memberikan materi
pembelajaran kepada si anak.
Siswa homeschooling biasanya dihadapkan oleh pilihan harus
mengikuti ujian penyetaraan pendidikan atau tidak. Pendidikan kesetaraan
adalah hak dan bersifat pilihan. Jika siswa homeschooling menginginkannya,
mereka dapat menempuhnya. Jika tidak, orangtua tetap dapat memilih dan
8Indosiar, Homeschooling: Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah, 2015, h. 1,
(www.indosiar.com). Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015, pukul 14.03 WIB. 9UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 27 ayat 1, 2, dan 3, h. 9.
13
memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Penyetaraan pendidikan ini
digunakan untuk dapat dihargai dan setara dengan hasil pendidikan formal,
tentu setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjuk pemerintah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Penyetaraan dalam praktek homeschooling yaitu penyetaraan ujian, penilaian,
penyelenggaraan dan tujuan pendidikan. Pendidikan kesetaraan meliputi
program Paket A yang setara dengan lulusan SD, Paket B serta SMP dan
Paket C setara dengan SMA.
Jika kita bandingkan sejarah homeschooling di Amerika Serikat dan di
Indonesia, maka dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan secara spesifik.
Pemicu utama terselenggaranya homeschooling di kedua negara ini karena
faktor kekecewaan orangtua terhadap kondisi pendidikan di sekolah pada
umumnya.
3. Jenis-jenis Homeschooling
Beberapa orang beranggapan bahwa homeschooling hanya dilakukan
di rumah serta diajarkan oleh orangtua sendiri. Walaupun orangtua menjadi
penanggung jawab utama atas pendidikan anaknya, akan tetapi pendidikan
homeschooling tidak hanya dan harus dilakukan oleh orangtua sendiri.
Orangtua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan pada kursus atau para
homeschooler dapat membentuk kelompok-kelompok belajar untuk
bersosialisasi dengan homeschooler yang lain. Sesuai dengan namanya yaitu
homeschooling yang berarti belajar berpusat di rumah, tapi prosesnya tidak
hanya mengambil lokasi di rumah saja melainkan para orangtua dapat
menggunakan sarana apa saja dan dimana saja untuk pendidikan
homeschooling anaknya. Saat ini, setidaknya ada tiga jenis homeschooling
yang dibagi berdasarkan kegiatan homeschooling-nya. Hal ini dijelaskan oleh
Maulia D. Kembara yaitu homeschooling tunggal, homeschooling majemuk
dan komunitas homeschooling.10
Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan
oleh orangtua dalam satu keluarga saja yang dilibatkan dalam proses
10
Maulia D. Kembara, op. cit., h. 30-32.
14
pembelajaran si anak. Dalam homeschooling jenis ini, orangtua benar-benar
mengambil peran sebagai pembimbing, teman belajar, sekaligus penilai.
Homeschooling tunggal memiliki fleksibilitas yang tinggi. Tempat, bentuk
dan waktu belajar bisa disepakati. Biasanya homeschooling jenis ini
diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus dari para homeschooler.
Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan
oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu, sementara kegiatan
pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing. Alasan
homeschooler memilih homeschooling jenis ini biasanya memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga
untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium,
kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlet tenis), keahlian musik/seni,
kegiatan sosial dan kegiatan agama.
Sedangkan komunitas homeschooling merupakan gabungan beberapa
homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan
ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasarana,
dan jadwal pembelajaran.
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat
beberapa jenis homeschooling, yaitu homeschooling tunggal, homeschooling
majemuk dan komunitas homeschooling. Pembeda dari masing-masing tipe
homeschooling adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh para
homeschooler. Penentuan dari jenis-jenis homeschooling mana yang akan
dipilih dan dilakukan tergantung dari orangtua dan anak yang menentukan,
semua itu dilakukan agar terwujudnya suasana belajar yang diinginkan,
menyenangkan dan sesuai dengan minat si anak.
4. Keuntungan Homeschooling
Adapun model pendidikan yang dipilih, baik pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal keduanya memiliki keuntungan masing-
masing. Mengikuti proses pendidikan di homeschooling memiliki keuntungan
tersendiri bagi para homeschooler. Beberapa hal yang harus kita ketahui
tentang beberapa keuntungan dari pelaksanaan homeschooling, diantaranya:
15
“Yang pertama, fleksibilitas waktu untuk belajar. Siswa dapat
mengatur jadwal waktu belajarnya sendiri, tetapi harus seizin dari
orangtua. Kedua, dapat menerapkan displin pada diri sendiri. Ketiga,
pengembangan bakat setiap anak secara maksimal. Keempat, belajar
sesuai dengan kecepatan masing-masing. Maksudnya, ketika kita
bersekolah di sekolah formal, biasanya kita akan mengikuti kecepatan
belajar semua siswa. Bagi yang belajarnya cepat, hal ini sangat
membosankan, tetapi bagi yang belajar sedikit lebih lambat dari yang
lain, tentu hal ini akan sangat membebankan karena pada saat siswa
belum paham sepenuhnya sudah harus berpindah ke bab berikutnya.
Kelima, kesempatan untuk mengatur kurikulum sendiri. Keenam,
tidak mendapat tekanan dari sesama teman. Kejadian yang sering
dijumpai di sekolah-sekolah formal, jumlah siswa yang banyak
dengan kecerdasan masing-masing anak berbeda-beda dan dari
berbagai tingkatan kelas sosial masyarakat yang berbeda, biasanya
akan memicu tekanan bagi siswa yang memiliki kecerdasan dan kelas
sosialnya lebih rendah dibandingkan teman-teman sekelasnya. Tetapi
jika di homeschooling rasa beban seperti itu tidak akan terjadi. Siswa
homeschooling bisa tumbuh dan belajar dengan lebih maksimal tanpa
perlu takut untuk mendapatkan ejekan dari orang lain. Yang ketujuh
kebebasan untuk belajar secara maksimal dengan cara apapun.”11
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa homeschooling
memberi banyak keuntungan bagi yang menjalani pendidikan nonformal ini.
Bagi anak yang memiliki kesibukan di luar pendidikan akademik,
homeschooling memberikan kemudahan dalam belajar karena waktu belajar
yang dapat disesuaikan dengan jadwal kegiatan si anak. Begitu pula bagi anak
yang mempunyai masalah dengan proses daya tangkap pembelajaran yang
lambat, mereka tidak perlu khawatir karena tertinggal pelajaran karena di
homeschooling siswa bisa belajar sendiri tanpa merasa ada beban ketika
belum paham dengan materi yang sedang diajarkan. Siswa homeschooling
dapat mengulang pelajarannya sendiri dengan bantuan tutor/guru tanpa harus
merasa malu dengan siswa yang memiliki kecepatan belajar lebih cepat dari
dirinya.
11
Holy Setyowati Sie, op.cit, h. 103-116.
16
B. Kecerdasan Sosial
1. Pengertian Kecerdasan Sosial
Dari bayi hingga dewasa, manusia terus menerus mengalami interaksi
dengan lingkungannya. Seseorang dianggap inteligen, bila respon yang
diberikan sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Inteligensi anak
merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya
anak belajar di sekolah. Dalam buku Psikologi Umum, “intelegensi berasal
dari kata Latin intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu
sama lain (to organize, to relate, to bind, together)”.12
Kecerdasan sosial berkait rapat dengan perkataan “sosialisasi”. Kamus
Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “sosialisasi sebagai proses belajar
seorang anggota masyarakat dalam lingkungannya.”13
Manusia sebagai
makhluk individu selalu berhubungan dengan lingkungannya, karena tanpa
adanya hubungan ini individu bukanlah individu lagi. Contoh hubungan
manusia dengan lingkungan berupa interaksi sosial. Kecerdasan sosial kadang
disebut juga dengan “inteligensi interpersonal yaitu kemampuan untuk
memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain.”14
H. Bonner
dalam bukunya Social Psychology mengatakan bahwa “interaksi sosial adalah
suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang
satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang
lain atau sebaliknya.”15
Sedangkan menurut Goleman, beliau menggunakan
istilah “social intelligence untuk menjelaskan mengenai sekumpulan
keterampilan yang memungkinkan kita untuk menjadi efektif dalam
mengelola interaksi sosial.”16
Menurut Karl Albrecht dalam buku Cerdas Bergaul-Kunci Sukses
dalam Bisnis dan Masyarakat, beliau mendefinisikan kecerdasan sosial atau
12
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 89. 13
KBBI, Sosialisasi, (http://kbbi.web.id/sosialisasi). Diakses pada tanggal 16 Oktober 2014,
pukul 12:09 WIB. 14
John W. Santrock, op. cit., h. 323. 15
Abu Ahmadi, op. cit., h. 49. 16
Wenny Rosalia K dan Prihastuti, Hubungan antara Kecerdasan Sosial dengan Gaya
Penyelesaian Konflik Siswa Seminari Menengah ST. Vincentius A. Paulo Garum Blitar, Jurnal
INSAN, Vol. 13, 2011, h. 99.
17
social intelligence (SI) sebagai “kemampuan untuk bekerja sama dengan
orang lain dan membuat mereka bersedia bekerja sama dengan Anda.”17
Selain itu menurut Buzan, kecerdasan sosial merupakan “ukuran kemampuan
diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat serta kemampuan untuk
berinteraksi sosial dengan orang di sekeliling atau sekitarnya.”18
Berdasarkan definisi diatas, dapat kita simpulkan yang dimaksud
kecerdasan sosial adalah kepandaian berpikir seseorang atau kemampuan
seseorang yang berhubungan dengan masyarakat, seperti berinteraksi (dengan
individu lain di lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja, sekolah, pasar,
tempat makan, dan sebagainya), bergaul, memahami dan bekerja sama.
Sebagai seorang siswa, kecerdasan sosial sangat diperlukan dalam
pembelajaran karena dapat membantu mereka dalam berinteraksi dengan
teman sebaya, teman sekelas, kakak kelas, adik kelas, guru sampai penjaga
sekolah, berinteraksi dengan masyarakat serta mempunyai keberanian
berbicara dengan orang lain untuk mengungkapkan pendapat.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial
Hubungan sosial di mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang di
dasari oleh kebutuhan yang sederhana pula. Semakin dewasa dan
bertambahnya umur manusia, kebutuhan manusia juga menjadi kompleks dan
dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi sangat
kompleks.
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Sunarto dan B. Agung Hartono, perkembangan sosial dipengaruhi
oleh keluarga, kematangan (fisik dan psikis), pendidikan, dan kapasitas
mental (emosi dan inteligensi).19
17
Karl Albrecht, Cerdas Bergaul Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, Terj. dari
Social Intelligence: The New Science of Success oleh Devi Femina, dkk, (Jakarta: PPM, 2006),
Cet. 1, h. 3. 18
Frisda Agriani Ambarita, Pusdiklat Keuangan Umum: Mengenal Kecerdasan Sosial, 2014,
h. 1, (www.bppk.kemenkeu.go.id). Artikel ini diakses pada tanggal 30 April 2015, pukul 09.23
WIB. 19
Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008), h. 130.
18
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk untuk perkembangan
sosialnya. Dari keluarga seseorang belajar bagaimana norma-norma yang ada
di lingkungan, perilaku dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman berinteraksi
dalam keluarga menjadi awal dan pedoman untuk berinteraksi dengan
masyarakat.
Kematangan fisik dan psikis sangat diperlukan ketika bersosialisasi
karena untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan
emosional serta kemampuan berbahasa.
Pendidikan umumnya terjadi di sekolah. Sekolah bukan hanya sebagai
tempat untuk menimba ilmu pengetahuan tetapi juga tempat perkembangan
sosial siswa itu sendiri. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada siswa yang belajar di sekolah. Di sekolah siswa akan dapat
bekerja sama dalam kelompok, mematuhi aturan-aturan sekolah, dimana
semua itu termasuk dalam meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial
anak.
3. Dimensi Kecerdasan Sosial
Kecerdasan sosial mendapatkan peran penting ketika kita hendak
membangun sebuah hubungan yang harmonis dengan teman sebaya, tetangga,
rekan kerja, relasi dan lainnya. Hubungan harmonis tersebut dapat berjalan
dengan baik apabila kita mampu mengaplikasikan beberapa elemen penting
dalam kecerdasan sosial. Karl Albrecht dalam buku Social Intelligence: The
New Science of Success yang diterjemahkan ke dalam edisi bahasa Indonesia
dengan judul Cerdas Bergaul: Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat,
menyebut adanya lima dimensi yang bisa mengasah kecerdasan sosial
seseorang yang beliau singkat menjadi kata S.P.A.C.E, yaitu:
Dimensi yang pertama adalah kata S merujuk pada kata
kecerdasan situasional (situational awareness). Makna dari
kecerdasan ini adalah kemampuan untuk membaca situasi dan
mengartikan perilaku orang-orang dalam situasi tersebut, dalam hal
niat mereka yang mungkin, kondisi emosional, dan kemampuan untuk
berinteraksi. Dimensi yang kedua adalah kata P, merujuk pada kata
19
kemampuan membawa diri (presence). Dimensi ini sering disebut
sebagai “bearing”, kehadiran menyatukan kisaran pola verbal dan
nonverbal, penampilan seseorang, postur, kualitas suara, dan
pergerakan halus. Dimensi yang ketiga adalah kata A, merujuk pada
kata autentisitas (authenticity) yang berarti kemampuan untuk
membaca situasi dari orang lain yang menangkap berbagai sinyal dari
perilaku kita yang membuat mereka menilai kita sebagai jujur,
terbuka, beretika, dapat dipercaya, dan berniat baik. Dimensi yang
keempat adalah kata C, merujuk pada kata kejelasan (clarity).
Dimensi ini menjelaskan kemampuan kita untuk menjelaskan diri kita,
menerangkan ide, menyampaikan data secara jelas dan akurat, serta
mengartikulasikan pandangan kita dan mengusulkan tindakan-
tindakan sehingga orang lain bisa menerimanya dengan senang hati.
Dimensi yang terkahir adalah kata E, yakni merujuk pada kata empati
(empathy). Makna dari empati disini bukan menyebutkan empati
sebagai memiliki perasaan untuk orang lain tetapi mendefinisikan
empati sebagai perasaan yang dibagi antara dua orang. Maksudnya
dalam kondisi ini kita akan mempertimbangkan empati sebagai
keadaan keterkaitan dengan orang lain yang menciptakan dasar bagi
interaksi positif dan kerja sama.20
Dari kelima dimensi yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan
bahwa pentingnya kelima dimensi kecerdasan sosial tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam membangun hubungan yang baik
dengan orang lain.
C. Hasil Penelitian Relevan
Dalam pencarian judul dan beberapa kajian pustaka, peneliti menemukan
beberapa hasil yang relevan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
1. Skripsi Moh Fauzi Ibrahim, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2010 dengan judul. “Implementasi Model
Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat”. Penelitian ini
dilakukan di Komunitas Homeschooling Pelangi Ciputat. Permasalahan yang
menjadi fokus penelitian Moh Fauzi Ibrahim ini adalah tentang implementasi
yang dilakukan oleh Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat dengan
model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/unit studies) dan model
Homeschool Charlotte Mason, serta homeschooling komunitas. Selanjutnya
20
Karl Albrecht, op. cit., h. 29-30.
20
dalam menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan Moh Fauzi Ibrahim
menggunakan metode kualitatif deskripsi dalam bentuk studi kasus. Data
diperoleh dari Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan.
Sedangkan pengumpulan data diperoleh dengan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi. Instrumennya yaitu peneliti sendiri dan pedoman
pengumpulan data. Keabsahan data dengan perpanjangan keikutsertaan
peneliti dan ketekunan pengamatan. Analisis data dalam penelitian ini
berproses secara induksi-interpretasi-konseptualisasi. Hasil dari penelitian ini
terdapat bahwa Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat telah
mengimplementasikan model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/
unit studies) dan model Homeschool Charlotte Mason, serta homeschooling
komunitas, tanpa melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya, sehingga
dapat lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel
dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, dan
yang terpenting supaya anak tidak terhambat.
2. Skripsi milik Pratiwi Wulandari mahasiswi Universitas Islam Negeri
Yogyakarta 2010 dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Sosial dengan
Perilaku Agresif Pada Siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta”.
Penelitian ini meneliti tentang adanya hubungan negatif antara kecerdasan
sosial dengan perilaku agresif pada siswa. Subjek yang digunakan adalah
siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Analisis yang digunakan
untuk mencari korelasi antara kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada
siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta adalah analisis product
moment dan pearson. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa ada
hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan sosial dengan perilaku
agresif pada siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Hal ini
berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan sosial maka perilaku agresif akan
semakin rendah. Namun sebaliknya, jika semakin rendah kecerdasan sosial
maka perilaku agresif akan semakin tinggi.
3. Skripsi milik Fifia Wandi mahasiswi Universitas Islam Negeri Malang 2008
dengan judul “Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Homeschooling
21
(Studi Kasus di Komunitas Homeschooling Sekolah Dolan Malang).
Penelitian ini meneliti tentang orangtua homeschooler dapat menggunakan
kurikulum dari Diknas dengan kurikulum dari luar negeri, kurikulumnya juga
dapat dibuat sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Tidak ada
patokan khusus dalam penggunaan kurikulum, sehingga dapat
mengembangkannya sendiri. Selanjutnya dalam menjawab pertanyaan
penelitian yang diajukan, Fifia Wandi menggunakan metode kualitatif, yaitu
berupa data-data yang tertulis atau lisan. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data dengan
perpanjangan keikutsertakan peneliti dan ketekunan pengamatan. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa komunitas Homeschooling Sekolah Dolan
melakukan pengembangan materi kurikulum. Dalam hal urusan kurikulum
dikembangkan dengan menggali terus sumber kurikulum yang ada dan
setelah itu diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan anak, yang penting
tujuannya tercapai dan anak merasa nyaman dengan kurikulum yang ada.
Tidak semua kurikulum cocok dengan anak, sehingga yang sering terjadi
anak stres dengan pelajaran yang menumpuk. Kesimpulan dari penelitian ini
bahwa pengembangan materi kurikulum orangtua homeschooler dapat
menggunakan kurikulum dari Diknas dengan kurikulum dari luar negeri,
kurikulumnya juga dapat dibuat sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan
anak. Tidak ada patokan khusus dalam penggunaan kurikulum, sehingga
dapat mengembangkannya sendiri, dan metode yang digunakan disesuaikan
dengan kebutuhan anak serta penggunaan portofolio sebagai evaluasinya.
22
D. Kerangka Konseptual
Gambar 1.
Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas
Homeschooling Kak Seto di Pondok Aren)
Homeschooling
Kecerdasan
Sosial
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di komunitas Homeschooling Kak Seto,
bertempat di Jl. Taman Makam Bahagia ABRI No.3A RT.001 RW.04
Kelurahan Parigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, Bintaro Sektor 9, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten, kode pos 15400, Indonesia. Telp: 021-
7451183, 082817031183 (hunting), 082917065790, Fax: 021-7451183. E-
mail: [email protected], website: http://www.hsks.sch.id.
Tempat ini peneliti pilih karena Homeschooling Kak Seto merupakan
lembaga pendidikan informal yang diakui oleh pemerintah. Selain itu alasan
peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena lokasi masih dapat dijangkau
oleh peneliti sehingga memudahkan untuk memperoleh data penelitian
dengan cepat.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian diadakan pada bulan September 2014
s/d Januari 2015 dengan rincian kegiatan:
a) Tahap Persiapan
Dilaksanakan sejak bulan September s/d November 2014, rincian
kegiatan meliputi:
1) Penyusunan proposal penelitian September 2014
2) Penyusunan lembar observasi dan wawancara Oktober 2014
3) Konsultasi dan perbaikan penelitian selama penelitian berlangsung
November 2014
b) Tahap Pelaksana
Penelitian dilaksanakan selama bulan November 2014 s/d Januari
2015, kegiatannya yakni:
1) Perizinan penelitian
2) Observasi lokasi
24
3) Pengumpulan data
c) Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data akan dilakukan pada bulan Januari 2015 saat setelah
data yang diperlukan oleh peneliti telah terkumpul.
d) Tahap Penulisan
Penulisan dilaksanakan saat data sudah diolah, kegiatannya meliputi:
1) Membuat transkrip wawancara
2) Konsultasi hasil transkrip wawancara
3) Membuat Bab IV dan V
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang
tidak menggunakan prosedur analisis statistik. Menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada
latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).”1 Penelitian kualitatif memiliki
karakteristik antara lain berlangsung pada latar yang alamiah, karena data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang
datanya berupa kata-kata yang berasal dari wawancara, dokumen dan lain-lain,
mengutamakan untuk mendeskripsikan secara analisis suatu peristiwa atau proses
sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna
yang dalam dari hakekat proses tersebut. Metode deskriptif bertujuan untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
1Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Rosda, 2010), h.
4.
25
Studi kasus menurut Creswell dalam buku Haris Herdiansyah tentang
Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial adalah “suatu model
yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang berbatas” (bounded
system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan
penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi
yang kaya akan konteks.”2
Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif
dengan pendekatan studi kasus adalah supaya peneliti dapat meneliti atau
menyelidiki objek penelitian sesuai dengan latar alamiah yang ada dan juga dapat
mendeskripsikan suatu keterangan dari seseorang, baik melalui wawancara dan
observasi. Metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada
penelitian ini peneliti gunakan untuk mengungkapkan perkembangan kecerdasan
sosial siswa SMP di komunitas Homeschooling Kak Seto.
C. Sampel dan Sumber Data Penelitian
1. Sampel
Penelitian ini tidak menggunakan populasi, karena pada penelitian
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi “Spradley menggunakan
istilah social situation atau situasi sosial.”3 Penelitian kualitatif berangkat dari
kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu, data yang di ambil dalam
cakupannya sedikit dan kecil dengan tujuan dapat menjawab pertanyaan riset.
Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah wali kelas dan siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada komunitas Homeschooling Kak Seto
di Pondok Aren. Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling adalah “teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek
2Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualtitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2011), h. 76. 3Prof. Dr. Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 215.
26
atau situasi sosial yang diteliti.”4 Pertimbangan tertentu pada penelitian ini
yaitu siswa yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan,
seperti memiliki kecerdasan sosial yang baik.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sembilan orang,
terdiri dari tiga orang wali kelas, yaitu satu orang wali kelas VII, satu orang
wali kelas VII dan satu orang wali kelas IX, dan enam orang siswa yaitu dua
orang siswa kelas VII, dua orang siswa kelas VIII, dan dua orang siswa kelas
IX SMP di komunitas Homeschooling Kak Seto. Alasan peneliti mengambil
subyek masing-masing dua orang siswa dari setiap jenjang kelas karena
diambil dari hasil observasi yang memiliki kelima dimensi kecerdasan sosial
yang telah ditentukan oleh peneliti pada lembar observasi.
2. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland “sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan seperti hasil wawancara, sedangkan
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.”5 Maksudnya, sumber data
primer yaitu data yang di dapatkan dari informan, baik melalui wawancara
dan observasi maupun data lainnya. Sedangkan sumber data sekunder, data
yang diperoleh bukan dari informan.
Sumber data primer yang peneliti dapatkan untuk penelitian ini adalah
hasil data dari informasi melalui wawancara dengan wali kelas dan siswa
SMP dari masing-masing jenjang kelas. Pengumpulan data primer dengan
teknik wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai
perkembangan kecerdasan sosial siswa SMP di komunitas Homeschooling
Kak Seto, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang
diperoleh bukan dari informan melainkan data yang berupa arsip-arsip
sebagai data penunjang berlangsungnya penelitian. Diperoleh secara langsung
dari pihak-pihak yang berkaitan dengan objek kajian penulisan skripsi ini.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa lembar observasi yang
memuat tentang kecerdasan situasional (situational awareness), kemampuan
4Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 53-54.
5Lexy J. Moleong, op. cit., h. 157.
27
membawa diri (presence), autentisitas (authenticity), kejelasan (clarity), dan
empati, serta diperkuat dengan wawancara eksternal, yakni wawancara
dengan orang terdekat dari informan di luar lingkungan homeschooling.
Dalam hal ini peneliti mewawancarai sahabat dari masing-masing informan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
wawancara dan observasi. Jika peneliti merasa belum cukup dengan data yang
diperoleh, peneliti memerlukan data tambahan seperti sumber data tertulis dan
foto.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu “pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.”6
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara semi terstruktur. Ciri dari wawancara semi terstruktur yaitu
sebagai berikut:
Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan;
Kecepatan wawancara dapat diprediksi; Fleksibel, tetapi terkontrol
(dalam hal pertanyaan atau jawaban); Ada pedoman wawancara yang
dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata; dan
tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.7
Wawancara ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu wawancara
pembuka, wawancara inti dan member check. Wawancara pembuka berupa
perkenalan mengenai profil partisipan. Wawancara pembuka dilakukan
selama 10-20 menit, kemudian peneliti dan partisipan membuat kesepakatan
mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara selanjutnya yaitu
wawancara inti, dimana wawancara ini dilakukan selama kurang lebih 20-60
menit. Setelah itu peneliti menyusun hasil wawancara yang sudah dilakukan
6Ibid., h. 186.
7Ibid., h. 123.
28
oleh informan kedalam bentuk transkrip wawancara, kemudian melakukan
pengecekkan data yang diperoleh peneliti kepada informan.
Dalam penelitian ini sampel yang akan diwawancarai berjumlah
sembilan orang terdiri dari tiga orang wali kelas, yaitu satu orang wali kelas
VII, satu orang wali kelas VII dan 1 (satu) orang wali kelas IX, dan 6 (enam)
orang siswa yaitu 2 (dua) orang siswa kelas VII, 2 (dua) orang siswa kelas
VIII, dan 2 (dua) orang siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
komunitas Homeschooling Kak Seto.
2. Observasi
Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.8 Peneliti menggunakan metode
behavioral checklist saat melakukan observasi. “Behavioral checklist
merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan
keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan
memberikan tanda cek (√) jika perilaku yang diobservasi muncul.”9
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecerdasan siswa
di homeschooling yang nantinya akan peneliti wawancarai.
3. Dokumentasi
Peneliti kualitatif juga memerlukan berbagai dokumentasi untuk
melengkapi data penelitian. Dokumentasi yang diperoleh berupa profil
homeschooling, transkrip hasil wawancara guru dan siswa, wawancara
dengan pihak eksternal, dan hasil observasi peneliti dengan partisipan.
E. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Observasi
Berikut ini merupakan pedoman observasi yang akan dilakukan
peneliti kepada siswa.
8Haris Herdiansyah, op. cit., h. 131.
9Ibid., h. 136.
29
Tabel 3.1
Instrumen Lembar Observasi
Kecerdasan Sosial Siswa di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
No. Aspek Pengamatan Uraian Apek Pengamatan
1. Situational Awareness
(Kecerdasan Situasional)
Menghibur teman
Membantu teman
Mendengar lawan bicara saat
berbicara
Terjalin komunikasi secara
verbal
2. Presence
(Kemampuan Membawa
Diri)
Bersosialisai
Mudah berteman
Bersikap baik
3. Authenticity
(Autentisitas)
Memberi kesan pertama
Memberikan senyuman
Bertegur sapa
Memberi salam
Berbicara dengan sopan
4. Clarity
(Kejelasan) Interaksi secara non verbal
5. Empathy
(Empati)
Menghormati
Menghargai
Merasakan kesedihan orang lain
Merasakan kebahagiaan orang
lain
Berbagi makanan
Berbagi minuman
Menolong
Peneliti menggunakan teori kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh
Karl Albrecht sebagai instrumen pada lembar observasi.
30
2. Wawancara dengan Guru dan Siswa
Berikut ini merupakan pedoman wawancara yang akan dilakukan
peneliti kepada guru (tutor) dan siswa.
Tabel 3.2
Instrumen Wawancara dengan Guru (Tutor)
WAWANCARA GURU
1. Pendapat guru tentang tingkah laku siswa ketika berada di lingkungan
homeschooling.
2. Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada guru kelas.
3. Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada teman sekelas.
4. Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada petugas di lingkungan
homeschooling.
5. Pendapat guru tentang sikap siswa ketika memberi salam saat bertemu
dengan guru/tutor.
6. Pendapat guru tentang sikap siswa ketika di kelas saat pembelajaran
berlangsung.
7. Pendapat guru tentang sikap siswa ketika berinteraksi dengan teman di
kelas.
8. Pendapat guru tentang pengertian kecerdasan sosial.
Tabel 3.3
Instrumen Wawancara dengan Siswa
WAWANCARA SISWA
1. Alasan siswa senang berteman dengan teman di homeschooling dan
cara siswa bermain dengan mereka.
2. Alasan siswa senang bermain dengan teman luar homeschooling dan
cara siswa bermain dengan mereka.
31
3. Kapan siswa bertemu dengan teman-teman.
4. Intensitas bermain siswa dengan teman di rumah atau teman di
homeschooling.
5. Hal yang dilakukan siswa ketika bertemu dengan teman.
6. Siswa pernah sekolah di sekolah formal atau tidak.
7. Sejak kapan siswa sekolah di homeschooling.
8. Alasan memilih homeschooling daripada sekolah di sekolah formal.
9. Pendapat siswa tentang perbedaan yang dialami ketika bersekolah di
sekolah formal dengan di homeschooling.
10. Rasa nyaman siswa ketika bersekolah di homeschooling.
11. Sikap teman-teman homeschooling.
12. Sikap teman-teman di sekolah formal.
13. Cara bergaul siswa dengan teman di homeschooling.
14. Siswa menghibur teman yang sedang sedih dan cara siswa menghibur
temannya.
15. Siswa membantu teman yang kesulitan, hal yang biasa dilakukan
ketika membantu serta perasaan siswa setelah membantu.
16. Sikap siswa terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya,
gender dan kekurangan fisik.
17. Siswa mudah beradaptasi dan bersosialisasi di lingkungan baru atau
tidak serta cara siswa memperkenalkan diri di lingkungan baru.
18. Siswa berbagi makanan atau minuman ke teman.
19. Siswa membantu guru.
Tabel 3.4
Instrumen Wawancara dengan Teman Dekat Siswa
WAWANCARA TEMAN DEKAT SISWA
1. Sejak kapan kalian saling kenal? Dan sejak kapan kalian berteman atau
bersahabat?
32
2. Kenapa kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana cara kamu
bermain dengan dia?
3. Kapan kalian saling bertemu untuk bermain?
4. Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan dia?
5. Hal apa aja yang dilakukan kalau bertemu? Sering atau tidak kalian
bertemu?
6. Dia itu orangnya seperti apa?
7. Senang atau tidak memiliki teman atau sahabat seperti dia?
8. Bagaimana sikap dia terhadap teman-temannya?
9. Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa dahulu yang
mengajak berkenalan?
10. Kamu sering di hibur sama dia ketika sedang bersedih? Bagaimana
cara dia menghibur kamu?
11. Kamu pernah dibantu dia ketika sedang kesulitan? Biasanya dia
melakukan apa untuk membantu kamu?
12. Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras,
budaya, gender dan kekurangan fisik?
13. Dia termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru?
Bagaimana cara dia memperkenalkan diri di lingkungan baru?
14. Dia sering berbagi makanan atau minuman ke teman-temannya? Apa
yang dia bagikan ke teman-teman?
15. Ceritakan awal perkenalan kalian sehingga kalian bisa beteman atau
bersahabat dengan dia sampai sekarang!
16. Kamu tahu alasan kenapa dia pindah sekolah ke homeschooling?
F. Rencana Penguji Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, “temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang di teliti.”10
Teknik pengujian keabsahan
10
Sugiyono, op. cit., h. 119.
33
data pada penelitian ini meliputi meningkatkan ketekunan, triangulasi dan member
check. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan yang dimaksud di sini adalah “melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat di rekam secara pasti
dan sistematis.”11
Pada pengujian keabsahan data dengan meningkatkan
ketekunan, peneliti melakukannya dengan cara mengecek kembali seluruh
data hasil penelitian, apakah terdapat kesalahan atau tidak, sehingga peneliti
dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
sedang diamati.
2. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian ini diartikan sebagai “pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.”12
Pada penelitian
ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui wawancara dan
observasi kepada para informan. Setelah itu, “data yang diperoleh kemudian
dideskripsikan, dikategorisasikan mana pandangan yang sama dan mana
pandangan yang berbeda. Data yang telah dianalisis oleh peneliti, selanjutnya
menghasilkan suatu kesimpulan lanjutan yang akan dimintakan kesepakatan
(member check) kepada para subyek penelitian.”13
3. Member Check (Pengecekan Data ke Pemberi Data)
Member check adalah “proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.”14
Maksudnya
adalah agar informasi yang diperoleh akan digunakan dalam penulisan
11
Ibid., h. 124. 12
Ibid., h. 125. 13
Ibid., h. 127. 14
Ibid., h. 130.
34
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Adapun
pengecekan data meliputi “kategori analisis, penafsiran dan kesimpulan.”15
G. Teknik Analisis Data
Proses analisis data di mulai dengan menelaah seluruh data yang telah
terkumpul dari berbagai sumber, yaitu wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari dan di telaah, langkah berikutnya adalah
mengadakan reduksi data. “Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan
penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan
(script) yang akan dianalisis.”16
Proses analisis data dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data, peneliti telah melakukan analisis tema dan melakukan
pemilihan tema (kategorisasi) pada awal penelitian. Kemudian peneliti
melakukan verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti
benar adanya dengan syarat sudah melakukan wawancara, observasi, dan
lain-lainnya, kemudian hasil dari aktivitas tersebut adalah data. Ketika telah
mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisis, lalu tahap
selanjutnya adalah reduksi data.
2. Reduksi Data, kegiatan lanjutan dari pengumpulan data. Hasil kegiatan ini
untuk merubah hasil wawancara, observasi, dan hasil studi dokumentasi
menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya masing-masing. Kemudian
memilah-milah data serta memberi kode, menentukan fokus pada hal-hal
penting, mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
3. Mengolah data setengah jadi, dalam penelitian kualitatif, data setengah jadi
yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang
jelas dapat dimasukkan ke dalam suatu matriks kategorisasi atau sejenisnya.
Hasilnya dapat memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,
15
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif),
(Jakarta: GP Press, 2008), h. 234. 16
Haris Herdiansyah, op. cit., h. 165.
35
kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami.
4. Kesimpulan atau verifikasi, “pada tahap ini merupakan tahap terakhir dalam
analisis data kualitatif menurut Miles & Huberman.”17
Peneliti membuat
kesimpulan dari temuan dan hasil penelitian dengan memberikan penjelasan
simpulan dari jawaban pertanyaan penelitian.18
Kesimpulan ini dibuktikan
dengan cara menafsirkan berdasarkan kategori yang telah dibuat sehingga
dapat diketahui kecerdasan sosial siswa di homeschooling.
17
Ibid., h. 178. 18
Ibid., h. 179.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pendahuluan
Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam sebagai
bentuk pencarian data dan observasi langsung dengan narasumber yang peneliti
sebut sebagai partisipan. Data yang diperoleh berupa data primer dan data
sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara, sedangkan data sekunder
berasal dari lembar observasi. Data-data yang telah dianalisis selanjutnya
dikategorisasikan sesuai dengan kategorinya. Pengumpulan data ini dilakukan dari
bulan November 2014 sampai dengan Januari 2015. Partisipan yang menjadi
narasumber adalah wali kelas dan siswa SMP di Homeschooling Kak Seto.
Pada bab ini pembaca dapat mengetahui bagaimana deskripsi kecerdasan
sosial siswa SMP di homeschooling. Selain membahas hasil wawancara, bab ini
juga membahas hasil obervasi yang dilakukan peneliti untuk mencari partisipan
yang akan di wawancarai serta membahas informasi partisipan. Observasi
dilakukan dengan meminta rekomendasi dua orang siswa dari setiap wali kelas
jenjang SMP di Homeschooling Kak Seto dengan tujuan agar partisipan yang
dipilih tepat sasaran sesuai dengan aspek kecerdasan sosial.
B. Profil Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Homeschooling Kak Seto (HSKS) secara resmi berdiri pada tanggal 4
April 2007, beralamat di Jl. Taman Makam Bahagia ABRI No.3A RT.001 RW.04
Kelurahan Parigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, Bintaro Sektor 9, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten, kode pos 15400, Indonesia. Telp: 021-
7451183, 082817031183 (hunting), 082917065790, Fax: 021-7451183. E-mail:
[email protected], website: http://www.hsks.sch.id.
Latar belakang didirikannya HSKS Pondok Aren karena anak-anak kurang
cocok dengan sistem pendidikan formal, dimana anak-anak mendapatkan
pengalaman kurang menyenangkan selama bersekolah, misalnya saja kasus
bullying, bentakan dan kekerasan dari guru bahkan penyamarataan kemampuan
37
serta keterampilan anak.1 Hal tersebut membuat Kak Seto sebagai tokoh
pendidikan anak beserta timnya membangun komunitas sekolah rumah yang
disebut Homeschooling Kak Seto (HSKS) sebagai bentuk solusi alternatif bagi
orangtua dalam memberikan pendidikan kepada anak.
Homeschooling Kak Seto (HSKS) dilaksanakan berdasarkan filosofi
sederhana yaitu belajar dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan dengan siapa
saja. HSKS memiliki visi dan misi. Visi dari HSKS adalah menjadikan
Homeschooling Kak Seto (HSKS) sebagai salah satu institusi pendidikan anak
yang unggul dan menyediakan program pendidikan bagi anak agar memiliki
keterampilan, life skill dan karakter yang kokoh sebagai calon pemimpin bangsa
di masa depan. Sedangkan misinya yaitu pertama, menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
gaya belajar, kekuatan dan keterbatasan yang dimilikinya. Kedua, membantu
peserta didik menemukan minat dan bakatnya serta mengembangkan bakat dan
minat peserta didik secara optimal. Ketiga, membentuk peserta didik menjadi
manusia pembelajar seumur hidup yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi
dan karakter yang kuat. Keempat, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
hubungan dari pelajaran yang diperlajari dengan kehidupan nyata. Kelima,
mengatasi keterbatasan, kelemahan peserta didik dengan melakukan pendekatan
personal.2
Jenjang pendidikan yang ada di HSKS di mulai dari tingkat SD, SMP, dan
SMA. Pada tingkat SD terdiri dari kelas I sampai kelas VI, tingkat SMP terdiri
dari kelas VII sampai kelas IX, sedangkan pada tingkat SMA terdiri dari kelas X
sampai kelas XII.
Homeschooling Kak Seto (HSKS) Pondok Aren mengklasifikasi kegiatan
pembelajaran homeschooling menjadi dua, yaitu komunitas dan Distance
Learning. Komunitas merupakan proses pembelajaran di mana siswa
dikumpulkan di sebuah kelas untuk belajar bersama sambil bersosialisasi dengan
teman-temannya. Dalam komunitas jadwal belajar siswa ditentukan oleh badan
1Dokumentasi, tanggal 11 Februari 2015.
2Dokumentasi, tanggal 11 Februari 2015.
38
tutorial. Sedangkan Distance Learning merupakan proses pembelajaran dimana
siswa belajar di rumah dengan modul dan orangtua yang berperan besar sebagai
pendidiknya. Dalam Distance Learning jadwal belajar disusun sesuai kesepakatan
antara peserta dan orangtua.
HSKS Pondok Aren juga mengadakan kelas masa uji coba yang disebut
dengan trial class. Trial class dilaksanakan pada saat awal masuk sekolah.
Program trial class dilakukan sebanyak enam kali pertemuan atau dua minggu.
Kalau siswa merasa senang dan nyaman dengan proses pembelajaran, sosialisasi
dan akademiknya bagus, maka siswa tersebut dapat melanjutkan pelajaran di kelas
komunitas, sebaliknya jika ternyata siswa pasif, sosialisasi dan akademik kurang
bagus atau tidak ada peningkatan, maka siswa akan dipindahkan ke kelas Distance
Learning.3
HSKS Pondok Aren masih menggunakan kurikulum KTSP 20064, yaitu
mencakup standar isi, kelulusan, serta proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.5 Legalitas ijazah siswa HSKS sudah diatur dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengakomodasi homeschooling sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang
dapat dilakukan oleh masyarakat. Dalam pelaksanaannya, homeschooling berada
di bawah naungan Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jendral
Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional. Siswa yang memilih
homeschooling akan memperoleh ijazah kesetaraan yang di keluarkan oleh
DEPDIKNAS yaitu paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara
SMU/SMA. Ijazah ini dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan ke sekolah
formal atau yang lebih tinggi bahkan ke luar negeri sekalipun.
C. Informasi Partisipan
Dalam upaya mengetahui kecerdasan sosial siswa, jumlah yang dijadikan
partisipan untuk menjadi sumber data penelitian sebanyak enam orang yaitu, dua
3Wawancara dengan Sri Wahyuni (Humas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren), tanggal
07 Januari 2015. 4Ibid. Wawancara tanggal 07 Januari 2015.
5Dokumentasi, tanggal 24 April 2015.
39
orang siswa kelas VII, dua orang siswa kelas VIII dan dua orang siswa kelas IX
berdasarkan rekomendasi wali kelas masing-masing. Kemudian peneliti
mewawancarai tiga orang wali kelas, yaitu satu orang wali kelas dari kelas tujuh,
satu orang wali kelas dari kelas delapan dan satu orang wali kelas dari kelas
sembilan. Agar lebih maksimal mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan,
peneliti mewawancarai enam partisipan tambahan, yakni masing-masing satu
orang teman atau sahabat dari partisipan di luar lingkungan Homeschooling Kak
Seto.
Penting sekali peneliti menjabarkan informasi dan latar belakang
partisipan pada bab ini agar pembaca dan penguji dapat memahami konteks dan
situasi penelitian. Pada penelitian kualitatif, kesimpulan penelitian tidak bisa di
generalisasikan, oleh karena itu siapa yang diwawancarai dan kapan diwawancarai
sangat penting karena kesimpulan dari penelitian ini akan berbeda jika dilakukan
dengan waktu yang berbeda dan mewawancarai orang yang berbeda. Berikut
adalah informasi partisipan:
Partisipan FZ adalah seorang tutor mata pelajaran IPA Fisika lahir di
Jakarta pada tanggal 23 Maret 1989, di Homeschooling Kak Seto (HSKS) ini
selain menjadi tutor Kak FZ begitu sapaan beliau di HSKS, juga menjabat sebagai
wali kelas untuk kelas VII. Beliau menjadi tutor di HSKS selama satu setengah
tahun yakni semenjak 10 Januari 2013 sampai sekarang. Sebelumnya beliau sudah
menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 dengan mengambil jurusan MIPA
Fisika.
Partisipan AR adalah seorang tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia lahir
di Jakarta pada tanggal 18 Desember 1988, di Homeschooling Kak Seto ini selain
menjadi tutor Kak AR juga menjabat sebagai wali kelas untuk kelas VIII. Beliau
menjadi tutor selama satu tahun tiga yakni dari tanggal 13 September 2013 sampai
sekarang dan sedang menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) di Universitas
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dengan mengambil jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
40
Partisipan MF adalah seorang tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia lahir
di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1989, di Homeschooling Kak Seto ini selain
menjadi tutor Kak MF juga menjabat sebagai wali kelas untuk kelas IX. Beliau
menjadi tutor semenjak 16 April 2012 dan sudah dua tahun menjabat sebagai tutor
di HSKS Pondok Aren. Beliau sudah menyelesaikan pendidikan sarjana strata
satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012
dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Partisipan K adalah siswa kelas VII B lahir di Jakarta pada tanggal 7 April
2002. K adalah siswa yang ramah, sopan, humoris, simpatik, pandai bersosialisasi
dan gemar fotografi. Hal ini terlihat dari cara K berbicara pada saat menjawab
pertanyaan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Partisipan K merupakan anak
terakhir dari dua bersaudara, dia memiliki satu orang kakak perempuan yang
sedang melaksanakan pendidikan di perguruan tinggi dan partisipan K tinggal di
daerah Lippo Karawaci yang jaraknya cukup jauh dari homeschooling.
Sehubungan dengan jarak rumah ke tempat sekolah yang cukup jauh, partisipan K
bersekolah dengan diantar oleh supir dan ditunggu sampai pulang sekolah. Selain
sekolah di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren, partisipan K
juga mengikuti berbagai kegiatan seperti kursus bahasa Inggris, kursus gitar dan
pergi berfoto, namun kegiatan berfoto saat ini sedang tidak dilakukan karena
sibuk dengan sekolah dan kegiatan kursus lainnya. Sebelumnya partisipan K
bersekolah di sekolah formal, tetapi begitu SMP dia lebih memilih sekolah di
homeschooling karena di sekolah terdahulu dia memiliki masalah dengan wali
kelas dan sebagian teman-temannya yang membuat dirinya tidak ingin pergi ke
sekolah formal tersebut. Partisipan K mendapatkan kenyamanan ketika bersekolah
di homeschooling, dia merasa bisa menjadi diri sendiri, dia dapat bertanya atau
berkonsultasi dengan tutor mengenai materi pelajaran yang belum dipahami,
waktu belajar yang di tempuh saat di homeschooling tidak sepadat ketika
bersekolah di sekolah formal jadi partisipan K dapat mengikuti kegiatan
pendukung sekolah lainnya seperti les dan atau melakukan kegemarannya tanpa
mengganggu waktu sekolah, sosialisasi partisipan K dengan teman-teman juga
sangat baik bahkan dia mampu bersosialisasi dengan teman satu angkatan dan
41
kakak kelas. Kepribadian partisipan K yang ceria dan banyak berbicara inilah
yang memudahkan dia berinteraksi dengan siapapun termasuk dengan peneliti.
Partisipan T adalah siswi kelas VII A lahir di Jakarta pada tanggal 28 Juni
2001. T adalah siswi yang ramah dan sopan. Hal ini terlihat dari cara T menjawab
sapaan dan pertanyaan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Ketika peneliti
bertemu dan mengucapkan “Hai”, partisipan membalas “Hai, Kak” dengan
disertai senyuman dan jabatan tangan, kemudian pada saat wawancara
berlangsung partisipan menjawab semua pertanyaan peneliti dengan
menggunakan bahasa formal. Partisipan T merupakan anak tunggal, dia tinggal
bersama orangtuanya disebuah apartemen di daerah TB Simatupang. Sebelum
pindah ke apartemen, partisipan tinggal di daerah Pamulang.
Partisipan H adalah siswi kelas VIII B. H adalah siswi yang baik, ramah
dan sopan, hal tersebut terlihat dari cara berbicara dan menjawab pertanyaan pada
saat wawancara dengan peneliti. H tinggal di daerah Puri Bintaro sektor 9
(sembilan). Alasan H memilih untuk homeschooling karena sakit yang dideritanya
mengakibatkan dia jadi jarang masuk sekolah. Dampak dari jarang masuk sekolah
tersebut, partisipan H tidak disenangi oleh teman sekelasnya bahkan gurunya pun
demikian. Partisipan merasa tidak nyaman ketika harus datang ke sekolah, H
merasa ketakutan setiap ingin pergi ke sekolah dan dia tidak ingin pergi sekolah
karena itu. Akhirnya H memilih untuk sekolah di kelas komunitas Homeschooling
Kak Seto Pondok Aren. H merasa nyaman selama bersekolah di homeschooling,
sosialisasinya pun bagus terlihat dari kesehariannya selama peneliti berada di
lingkungan homeschooling seperti interaksinya dengan tutor, petugas resepsionis,
penjual di kantin, teman-teman sekelas, satu angkatan bahkan kakak kelas, serta
interaksi H dengan peneliti.
Partisipan A adalah siswi kelas VIII B berasal dari Jakarta yang memiliki
cita-cita menjadi musisi dan sutradara. A tinggal di daerah Radio Dalam.
Partisipan A merupakan siswi yang senang berbicara, ramah dan sopan, walaupun
di awal pertemuan tidak terlihat demikian. Partisipan A memerlukan waktu untuk
bisa bersosialisasi dengan lingkungan atau orang baru. Hal tersebut terlihat ketika
peneliti melakukan observasi di dua tempat yaitu depan ruang resepsionis dan di
42
dalam kelas VIII B. Peneliti memilih kedua tempat itu karena di depan ruang
resepsionis adalah tempat di mana orang sering berlalu-lalang termasuk partisipan
A dan juga ruangan itu berdekatan dengan ruang kelasnya, kemudian di dalam
kelas, karena ruang kelas tempat dia berinteraksi dengan teman dan juga guru atau
tutor. Sosialisasi partisipan A di homeschooling maupun di luar homeschooling
keduanya sangat bagus. Dilihat dari hasil wawancara, selain mempunyai teman di
homeschooling, partisipan A juga memiliki banyak teman diluar homeschooling.
Partisipan A menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman ketika sedang
tidak ada kesibukan. Alasan partisipan A memilih homeschooling karena memiliki
masalah di sekolah terdahulunya. Sebelum sekolah di komunitas Homeschooling
Kak Seto Pondok Aren, partisipan A bersekolah di sekolah formal. Selain itu,
alasan partisipan A pindah sekolah karena dia ingin serius ke musik dan dengan
tetap tidak meninggalkan pendidikannya.
Partisipan N adalah siswi kelas IX A lahir di Depok pada tanggal 23
Februari 2001. Partisipan N adalah siswa yang ramah, sopan, pintar dan pemalu,
hal tersebut terlihat dari cara N berbicara pada saat di wawancarai oleh peneliti.
Partisipan N merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, adik yang pertama
sekolah kelas 5 (lima) SD (sekolah dasar) dan adik yang kedua sekolah kelas 2
(dua) SD. Partisipan N tinggal di daerah Ciputat bersama dengan kedua orangtua
dan kedua adiknya. Partisipan N pindah ke homeschooling sejak tahun ajaran baru
kelas IX. Dia pindah karena mengikuti sang Ayah yang di pindah tugaskan dari
pekerjaan. Alasan partisipan N memilih bersekolah di kelas komunitas
Homeschooling Kak Seto karena menurutnya sekolah formal jarang yang mudah
menerima siswa pindahan ketika mereka sudah dijenjang kelas akhir seperti kelas
IX dan partisipan N khawatir susah mengikuti pelajaran apabila bersekolah di
sekolah formal. Sosialisasi partisipan N kurang baik, partisipan memiliki sifat
pemalu yang berdampak pada sosialisasi dengan orang lain ataupun lingkungan
baru, misalnya seperti awal masuk sekolah di homeschooling, partisipan akan
berbicara ketika ada seseorang yang bertanya kepada dirinya terlebih dahulu
namun jika tidak ada yang bertanya dia tidak akan berbicara kepada siapa pun.
43
Hal tersebut terlihat ketika peneliti melakukan observasi di lingkungan
homeschooling dan dari hasil wawancara peneliti dengan partisipan.
Partisipan B adalah siswa kelas IX A lahir di Tangerang pada tanggal 20
Desember 2000. Partisipan B adalah siswa yang ramah, sopan dan ceria. Hal ini
terlihat pada saat bertemu dengan peneliti, partisipan B memberi salam kepada
peneliti dan cara B berbicara pada saat menjawab pertanyaan wawancara.
Partisipan B merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Alasan B memilih
homeschooling karena memiliki masalah di sekolah sebelumnya. Sosialisasi
partisipan B terbilang sangat baik, terlihat ketika B berinteraksi dengan teman,
guru ataupun orang-orang di lingkungan homeschooling.
Partisipan S merupakan partisipan tambahan, dia adalah teman dari
partisipan K ketika di sekolah formal. Partisipan S lahir di Jakarta pada tanggal 08
Januari 2000. Partisipan S tinggal di daerah Bintaro. Partisipan S merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya kuliah semester 4 dan adik baru berusia 5
tahun. Alasan partisipan S senang bermain dengan partisipan K karena K orang
yang baik dan senang bercanda.
Partisipan V merupakan partisipan tambahan, dia adalah sahabat dari
partisipan T. Partisipan V lahir di Jakarta pada tanggal 06 November 2001 dan
tinggal di daerah Bintaro Sektor 3. Partisipan V merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Alasan partisipan V senang memiliki sahabat seperti partisipan T
karena individu yang baik, ramah, terkadang senang melucu, anak yang manja
terkadang juga bisa bersikap dewasa.
Partisipan I merupakan partisipan tambahan. Partisipan I adalah sahabat
dari partisipan H. Partisipan I lahir di Malang pada tanggal 14 April 2001.
Partisipan I tinggal di Bintaro Jaya Sektor 3A. Dia merupakan anak keempat dari
empat bersaudara. Partisipan I saat ini bersekolah di SMP Pembangunan Jaya.
Alasan partisipan I senang berteman dengan partisipan T karena orangnya asik,
agamis, baik ke semua orang, dewasa, dan juga bersahabat.
Partisipan M merupakan partisipan tambahan. Partisipan M adalah sahabat
dari partisipan A. Partisipan M lahir di Jakarta pada tanggal 11 September 2001.
Partisipan M tinggal di Jalan Cempaka Raya No.1, Bintaro. Saat ini partisipan M
44
bersekolah di SMAN 19. Partisipan M merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Partisipan M dan partisipan A tidak seumuran, partisipan M lebih tua
setahun dari partisipan A. Mereka saling kenal pada saat acara sekolah yang
diadakan oleh SMA 19 dan SMP 19. Partisipan M bersekolah di SMA 19 dan
partisipan A sekolah di SMP 19. Partisipan M yang terlebih dahulu mengajak
bicara partisipan A. Alasan partisipan M senang berteman dengan A karena
partisipan A orang yang baik, komunikatif ketika diajak berbicara, dapat
memberikan solusi ketika temannya meminta bantuan.
Partisipan Y merupakan partisipan tambahan. Partisipan Y merupakan
sahabat dari partisipan N. Partisipan Y lahir di Jakarta pada tanggal 13 April 2000
yang beralamat di komplek BDM Jalan Raya Sawangan Blok A No.16, Depok.
Sekarang partisipan Y bersekolah di SMAN 1 Depok. Partisipan Y merupakan
anak tunggal. Mereka bersahabat dari kelas 8 SMP saat partisipan N masih
bersekolah di sekolah formal tepat dimana partisipan Y bersekolah. Alasan
partisipan Y senang memilik sahabat seperti N, karena partisipan N merupakan
individu yang baik, pandai membuat lelucon, dan komunikatif, walaupun pada
awalnya partisipan N sangat pendiam, tetapi jika sudah mengenalnya lebih jauh
partisipan N merupakan individu yang menyenangkan.
Partisipan G merupakan partisipan tambahan. Partisipan G adalah teman
dari partisipan B. Partisipa G lahir di Jakarta pada tanggal 05 Juni 2001, anak
kedua dari dua bersaudara. Kakaknya kuliah semester dua. Partisipan G tingggal
di daerah Bintaro Jaya. Mereka berteman sejak kelas 7 atau SMP kelas 1. Alasan
partisipan G senang berteman dengan partisipan B karena partisipan B merupakan
individu yang baik walaupun partisipan B tidak menurut akan peraturan di
sekolah. Partisipan B juga individu yang komunikatif ketika diajak berbicara,
sehingga memudahkan dia mendapatkan teman baru.
Dari informasi partisipan di atas, diketahui bahwa partisipan memiliki
karakter individu yang berbeda-beda serta perbedaan latar belakang alasan
bersekolah di homeschooling. Ada enam orang siswa/i memilih bersekolah di
homeschooling karena mereka memiliki permasalahan dengan teman dan guru
ketika bersekolah di sekolah formal, serta ada satu siswi memilih bersekolah di
45
homeschooling bukan karena memiliki masalah di sekolah terdahulunya tetapi
siswi ini pindah ke homeschooling karena mengikuti orangtua yang pindah
bekerja ke Jakarta dan partisipan beranggapan bahwa sekolah formal jarang yang
mudah menerima siswa pindahan ketika mereka sudah dijenjang kelas akhir.
Namun mereka memiliki persamaan yaitu mereka diwawancarai berdasarkan
rekomendasi dari setiap wali kelas dengan alasan siswa tersebut memiliki
kecerdasan sosial yang baik dibandingkan dengan teman-temannya dan mereka
merupakan individu yang baik, ramah dan sopan kepada orang lain. Maka dari itu
siswa yang diwawancarai sebanyak enam siswa dari tiga jenjang kelas yang
berbeda, masing-masing jenjang kelas di pilih dua orang untuk di observasi
terlebih dahulu dan kemudian akan peniliti wawancarai.
Adapun wali kelas yang peneliti wawancarai sejumlah tiga orang. Masing-
masing wali kelas mempunyai latar belakang pendidikan dan berapa lama mereka
menjadi tutor di homeschooling pun berbeda-beda. Dua orang wali kelas yakni
wali kelas kelas VII dan XI, beliau sama-sama menyelesaikan pendidikan strata
satu (S1) di Universitas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada tahun
2012 dan lahir pada tahun yang sama yaitu tahun 1989. Untuk wali kelas kelas VII
dan VIII, beliau selain menjadi wali kelas juga merupakan tutor mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren. Wali kelas kelas VII
menjadi tutor di homeschooling Kak Seto selama satu setengah tahun, wali kelas
kelas VII menjadi tutor selama satu tahun tiga bulan dan wali kelas kelas IX
menjadi tutor sudah selama dua tahun.
D. Paparan Data Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan data dan hasil
penelitian terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu
mendeskripsikan bagaimana kecerdasan sosial siswa SMP di Homeschooling Kak
Seto.
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil observasi di lingkungan
homeschooling dan jawaban pertanyaan partisipan pada saat diwawancarai.
Peneliti melakukan observasi sebelum dilakukannya wawancara dengan partisipan
46
(siswa). Pada wawancara dengan guru terdapat 8 (delapan) pertanyaan dan
wawancara dengan siswa terdapat 19 (sembilan belas) pertanyaan. Hasil
wawancara peneliti buatkan transkrip, kemudian transkrip tersebut peneliti olah
dengan cara mereduksi data, menyajikan data atau menyimpulkan data. Data yang
di reduksi adalah informasi yang tidak berhubungan dengan penelitian. Data yang
disajikan di buat dalam bentuk-bentuk poin berdasarkan pertanyaan di instrumen
wawancara. Kemudian peneliti dapat menyimpulkannya secara deskriptif serta
penelitian ini akan menjawab pertanyaan penelitian dan bagaimana data tersebut
menjawab penelitian ini.
1. Hasil Observasi Siswa
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan obervasi setelah mendapatkan
rekomendasi partisipan (siswa) dari masing-masing wali kelas yang nantinya
partisipan tersebut peneliti wawancarai, karena ini penelitian kualitatif penting
sekali peneliti mewawancarai orang yang tepat agar pertanyaan penelitian dapat
terjawab. Oleh karena itu, observasi dilakukan peneliti bertujuan untuk
menentukan partisipan yang diwawancarai. Peneliti menyiapkan lembar observasi
yang di dalamnya terdapat lima dimensi kecerdasan sosial yang terdiri dari:
kecerdasan situasional, kemampuan membawa diri, autentisitas (perilaku yang
menyebabkan orang lain menilai bahwa kita adalah orang yang jujur, terbuka,
beretika, dapat dipercaya, dan berniat baik), kejelasan (kemampuan untuk
menjelaskan, menerangkan, menyampaikan serta mengartikulasikan pandangan
kita) dan empati.
Observasi ini dilakukan selama empat hari, terputus tidak dilakukan secara
terus menerus. Pada setiap waktunya peneliti duduk di lokasi observasi yaitu hari
pertama peneliti masuk ke ruang belajar kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto
dari jam 09:00 WIB sampai dengan jam 12:00 WIB. Pemilihan tempat ini
dikarenakan tempat interaksi antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan
siswa lainnya dan alasan pemilihan waktu karena pada jam tersebut merupakan
jam siswa masuk sekolah. Hari kedua peneliti duduk di depan ruang resepsionis
Homeschooling Kak Seto dari jam 08:30 WIB sampai dengan jam 12:00 WIB.
Pemilihan tempat ini dikarenakan jalur tersebut ramai orang berlalu-lalang serta
47
dekat dengan ruang belajar siswa SMP dan pemilihan waktu karena jam tersebut
merupakan jam siswa untuk datang ke sekolah sampai mereka pulang sekolah.
Hari ketiga dan keempat peneliti duduk di kantin dari jam 08:30 WIB sampai
dengan jam 11:00 WIB. Pemilihan tempat ini dikarenakan tempat siswa
berinteraksi dengan para penjual makanan, minuman atau pun pegawai koperasi di
Homeschooling Kak Seto dan alasan pemilihan waktu karena jam tersebut
merupakan jam siswa datang ke sekolah dan waktu jam istirahat.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, terlihat bahwa kelima dimensi
kecerdasan sosial yang meliputi kecerdasan situasional, kemampuan membawa
diri, autentisitas (perilaku yang menyebabkan orang lain menilai bahwa kita
adalah orang yang jujur, terbuka, beretika, dapat dipercaya, dan berniat baik),
kejelasan (kemampuan untuk menjelaskan, menerangkan, menyampaikan serta
mengartikulasikan pandangan kita), dan empati muncul pada setiap siswa yang
menjadi partisipan. Untuk lebih jelas, berikut pemaparannya:
1.1 Kecerdasan Situasional (Situational Awareness)
Kecerdasan situasional adalah kemampuan untuk membaca
situasi dan mengartikan perilaku orang-orang dalam situasi tersebut.6
Dalam dimensi kecerdasan situasional, peneliti menemukan lima
partisipan yang akan di wawancarai. Kelima partisipan menunjukkan
perilaku menghibur teman yang bersedih dan membantu teman ketika
kesulitan belajar seperti membantu mengerjakan lembar kerja (LK)
mata pelajaran IPS.
1.2 Kemampuan Membawa Diri (Presence)
Kemampuan membawa diri menjelaskan tentang cara kita
mempengaruhi orang lain melalui penampilan, perasaan dan perilaku,
bahasa tubuh, serta bagaimana kita menguasai suatu ruangan.7 Dalam
dimensi ini peneliti menemukan empat partisipan yang menunjukkan
sikap mudah membawa diri di lingkungan homechooling. Seperti yang
6Karl Albrecht, Cerdas Bergaul Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, Terj. dari
Social Intelligence: The New Science of Success oleh Devi Femina, dkk, (Jakarta: PPM, 2006),
Cet. 1, h. 33. 7Ibid., h. 69.
48
peneliti lihat saat melakukan observasi di lapangan, keempat partisipan
mudah berkenalan dan bergaul dengan siapa saja sehingga
memudahkan partisipan ketika bersosialisasi di lingkungan baru dan
mudah mendapatkan teman baru.
1.3 Autentisitas (Authenticity)
Dimensi autentisitas merupakan kemampuan kita dalam
membaca situasi dari perilaku kita yang membuat mereka menilai kita
sebagai individu yang jujur, terbuka, beretika, dapat dipercaya dan
berniat baik.8 Autentisitas bisa menjadi tolak ukur penilaian orang lain
terhadap diri kita, orang lain akan lebih mempercayai kita, apabila kita
tulus dalam segala perbuatan, berlaku apa adanya dan tidak dibuat-buat.
Seperti yang peneliti temukan ketika observasi, ada lima partisipan
memiliki sikap sesuai dengan apa yang terdapat di dalam dimensi
autentisitas, yakni ketika pertama kali bertemu dengan orang lain
partisipan menjadi invidu yang apa adanya namun tetap menunjukkan
sikap sopan ketika berbicara, memberikan sapaan ramah saat bertemu
dengan orang yang belum di kenal, dan cium tangan kepada orang yang
lebih tua misalnya dengan guru atau tutor.
1.4 Kejelasan (Clarity)
Dimaksud dimensi kejelasan (clarity) yaitu kemampuan untuk
menjelaskan diri kita dan mengartikulasikan pandangan kita agar orang
lain bisa menerima dengan senang hati. Dalam dimensi kejelasan,
peneliti menemukan empat partisipan yang memiliki aspek ini. Seperti
yang dilihat oleh peneliti saat melakukan observasi, keempat partisipan
menunjukkan kemampuan interaksi sosial yang berbeda-beda saat
menggunakan bahasa non verbal ketika berkomunikasi, yakni
memberikan anggukkan kepala ketika ditanya tutor apakah sudah
mengerti dengan materi pelajaran yang sedang dijelaskan, salim tangan
ketika bertemu dengan tutor atau orang yang lebih tua darinya,
memberikan senyuman sebagai tanda sapaan saat bertemu dengan orang
8Ibid., h. 89.
49
lain, dan memasang raut wajah tidak senang ketika partisipan sedang
merasa kesal.
1.5 Empati (Empathy)
Empati dalam sosial inteligensi sebagai memiliki perasaan untuk
dibagi antara dua orang, maksudnya kita akan mempertimbangkan
empati sebagai keadaan keterkaitan dengan orang lain yang
menciptakan dasar bagi interaksi positif dan kerja sama.9 Dalam
dimensi empati, peneliti menemukan tiga partisipan yang memiliki
dimensi ini. Dilihat dari hasil observasi, ketiga partisipan menunjukkan
perilaku sadar dan perhatian pada perasaan orang lain, seperti partisipan
menghormati dan tidak membeda-bedakan teman yang berbeda agama,
suku, maupun kekurangan fisik. Partisipan juga ikut merasakan
kesedihan dan kebahagiaan orang lain, seperti ikut merasakan
kesedihan teman yang memiliki masalah dan merasa gembira pada saat
partisipan berhasil membantu permasalahan temannya. Tidak hanya itu,
partisipan juga saling berbagi makanan dan minuman dengan teman,
dan partisipan juga membantu para tutor membawakan media
pembelajaran seperti laptop, infocus atau kabel colokan.
Keenam siswa yang terpilih dari setiap jenjang kelas merupakan siswa
yang memenuhi kriteria dari dimensi kecerdasan sosial yang dijelaskan diatas.
Mereka yang memenuhi kriteria dari kecerdasan sosial tersebut kemudian peneliti
minta menjadi partisipan. Setelah disetujui, maka mereka mulai di wawancara
sebanyak tiga kali yaitu wawancara pembuka, wawancara inti, dan member check.
Wawancara pembuka dilakukan selama 20-30 menit setiap wawancaranya,
wawancara inti dilakukan selama 40-60 menit, dan member check dilakukan
setelah peneliti melakukan pengecekkan data yang telah diperoleh dari informan.
9Ibid., h. 139-140.
50
2. Hasil Wawancara Guru
2.1 Pendapat wali kelas tentang tingkah laku anak ketika berada di
lingkungan homeschooling
Tingkah laku setiap individu berbeda-beda, ada yang aktif,
pendiam, dan biasa saja. Seperti yang dikatakan oleh ketiga wali kelas
saat wawancara bahwa:
“Di Homeschooling Kak Seto, siswa yang bersekolah di sini dari
berbagai kalangan, ada yang dari kalangan artis, atlit, anak yang
memiliki masalah ketika di sekolah sebelumnya bahkan sampai
anak berkebutuhan khusus.”10
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tingkah laku
individu tidak semuanya sama, faktor latar belakang dan pendidikan
keluarga yang menyebabkan beragamnya tingkah laku para siswa di
Homeschooling Kak Seto.
2.2 Pendapat wali kelas tentang interaksi siswa kepada Ibu/Bapak
selaku guru kelas
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari hubungan
antara satu dengan yang lainnya. Khususnya sekolah tempat di mana
terjadi interaksi secara aktif antara siswa dengan guru begitu pula
sebaliknya, siswa dengan siswa, siswa dengan karyawan sekolah dan
sebagainya. Menurut ketiga wali kelas, interaksi siswa di
homeschooling sangat baik, hal ini terungkap dari kesimpulan hasil
wawancara oleh ketiga wali kelas yaitu sebagai berikut:
“Interaksinya sopan sekali, ramah dengan tutor ataupun dengan
orang yang ada di homeschooling, anaknya juga baik-baik, dan
interaktif.”11
Interaksi siswa homeschooling Kak Seto dengan wali kelas atau
tutor terjalin sangat baik. Para siswa sangat sopan dan ramah terhadap
wali kelas ataupun tutor mata pelajaran. Setiap siswa bertemu dengan
10
Kesimpulan wawancara inti wali kelas SMP, tanggal 12 Januari 2015. 11
Ibid, kesimpulan wawancara wali kelas.
51
tutor di luar kelas, mereka memberi salam dengan sopan seperti sapaan
akrab.
2.3 Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada teman sekelas
Tidak hanya interaksi dengan tutor saja yang bagus, tetapi
interaksi siswa kepada teman di kelasnya pun juga baik. Hal ini terlihat
dari kesimpulan hasil wawancara ketiga wali kelas, yaitu sebagai
berikut:
“Interaksi siswa dengan teman sekelasnya sangat sopan juga,
mereka bercanda bareng, dan ada yang humoris jadi temannya
senang dengan sifat humorisnya itu.”12
Dari pendapat guru diatas terlihat bahwa interaksi yang terjadi
pada siswa dengan teman sekelasnya sangat baik.
2.4 Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada petugas di
lingkungan homeschooling
Pada pertanyaan ini, tidak semua wali kelas yang peneliti
wawancarai sering melihat bagaimana siswa berinteraksi dengan
petugas di lingkungan homeschooling. Hal ini terlihat dari kesimpulan
hasil wawancara dengan ketiga wali kelas, yaitu sebagai berikut:
“Kalau misalkan ke office boy atau apa saya belum pernah
melihat ya. Tapi kalau ke resepsionis interaksinya ya seperti
biasa, seperti me-nyerahkan tugas jika tidak bertemu langsung
dengan tutor yang bersangkutan. Sikap siswa ramah kok.”13
Dari pendapat wali kelas dalam wawancara di atas, walaupun
para wali kelas tidak sering melihat interaksi siswanya dengan para
pertugas yang ada di Homeschooling Kak Seto tetapi sudah dapat
dilihat ternyata interaksi siswa dengan para petugas di homeschooling
juga terjalin dengan baik.
12
Ibid., kesimpulan wawancara wali kelas. 13
Ibid., kesimpulan wawancara wali kelas.
52
2.5 Pendapat guru tentang sikap siswa ketika memberi salam saat
bertemu dengan Ibu/Bapak
Tanpa disadari sikap terbentuk saat individu berinteraksi dengan
orang lain atau hanya dengan mengobservasi dari tingkah laku mereka.
Pembelajaran tersebut terjadi melalui proses pembelajaran sosial.
“Pembelajaran sosial adalah proses di mana kita mengadopsi informasi
baru, bentuk tingkah laku, atau sikap dari orang lain.”14
Sikap siswa di homeschooling secara keseluruhan hampir sama,
mereka ketika bertemu dengan tutor atau orang di lingkungan
homeschooling biasa memberikan sapaan, karena di homeschooling
tertanam sifat kekeluargaan antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, sampai sesama guru juga demikian. Hal ini tentunya tidak seperti
di sekolah formal pada umumnya hubungan antara guru dengan siswa
terjalin seperti ada tembok batasan yang menghalangi. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu M.F yang lebih di akrab
dengan panggilan Kak M selaku wali kelas dari kelas IX dan mengajar
mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut kutipan hasil wawancara:
“Kalau anak-anak di sini sebenarnya kalau memang bertemu
dengan kita itu lebih banyak say hi seperti biasa. Kalau
misalkan guru-guru lain, guru-guru sekolah formal dengan anak
muridnya mungkin agak malu-malu atau misalkan gimana.
Kalau di kita sih kebanyakan “Halo Kak” yang seperti itu.
Kadang juga ada yang salaman, tergantung anaknya.”15
2.6 Pendapat guru tentang sikap siswa ketika di kelas saat proses
pembelajaran berlangsung
Secara keseluruhan sikap siswa di Homeschooling Kak Seto
hampir sama, mereka memperhatikan guru ketika proses pembelajaran
berlangsung. Hanya beberapa anak saja yang tidak demikian,
tergantung dari karakteristik anak masing-masing dan kondisi kelas
14
Robert A. Baron and Donn Byrne, Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 1, Terj. dari
Social Psychology Tenth Edition oleh Ratna Djuwita, dkk., (Jakarta: Erlangga, 2004), Cet. I, h.
123. 15
Wawancara inti dengan MF (Wali kelas dari kelas IX dan tutor mata pelajaran Bahasa
Indonesia), tanggal 09 Januari 2015, pukul 14:27 WIB.
53
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil wawancara Ibu MF wali kelas dari kelas IX dan juga sebagai
tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut adalah kutipan dari hasil
wawancara:
“…cuma kalau anak-anak itu di sini agak terbatas dari segi
penuturan bahasanya. Maksudnya ketika kita berbicara di depan
untuk presentasi, kita kan membutuhkan public speaking ya.
Nah dia tuh ngerti nih apa masalahnya dia ngerti, bagaimana
cara menyelesaikannya tapi cara ngomongnya itu gimana, nah
itu sih kebanyakan. Sama aja ketika harus nulis gitu ya, nah itu
rata-rata point-nya dapet, tapi ketika di suruh memaparkan itu
argumen-argumennya yang kurang.”16
Hal tersebut tidak hanya terjadi di kelas IX saja, kelas VII dan
VIII pun demikian. Seperti yang dikatakan oleh Bapak FZ selaku wali
kelas dari kelas VII dan juga sebagai guru mata pelajaran Fisika,
sebagai berikut:
“...di kelas itu yang pertama di sini kan karakteristik anak beda-
beda nih Kak. Ada yang aktif, ada yang pendiem, ada yang
hyperactive, ada yang pasif. Sikapnya di kelas, nah kalau A ini
karakteristiknya dia itu gampang banget terganggu. Dengan apa,
kadang dengan pemikirannya dia yang di bawa dari rumah gitu
kan. Terus dengan keadaan di sekolah yang temen-temennya
perintah ini terus dia nyambungnya ke pembicaraan itu, gitu
kan. Banyak faktor, apalagi dengan sikap dia yang banyak
berbicara justru sangat mudah terpancing dan lebih cenderung
kurang fokus. Jadi ketika dia fokus, dia akan tenang.”17
Begitu pula dengan kelas VIII, seperti yang disampaikan dalam
wawancara dengan Bapak AR sebagai wali kelas dan juga tutor mata
pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai berikut:
“Diem, diem. Dia jarang bicara, lebih memperhatikan. Nah,
cuma kalau menurut dia, dia belum ngerti ya dia mau nanya
kalau memang dia belum ngerti.”18
16
Wawancara inti dengan MF, op. cit. 17
Wawancara inti dengan partisipan FZ (Wali kelas dari kelas VII dan tutor mata pelajaran
Fisika), tanggal 16 Januari 2015, pukul 12:05 WIB. 18
Wawancara inti dengan AR (Wali kelas dari kelas VIII dan tutor mata pelajaran Bahasa
Indonesia), tanggal 07 Januari 2015, pukul 15:14 WIB.
54
Dari hasil wawancara dengan para wali kelas terlihat bahwa
walaupun beragam karatkteristik siswa, sikap siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas bagus, tidak
mengganggu proses pembelajaran.
2.7 Pendapat guru tentang sikap siswa ketika berinteraksi dengan
teman di kelas
Guru berpendapat bahwa sikap siswa ketika berinteraksi dengan
teman di kelas sangat bagus. Mereka sopan, kooperatif, saling bercanda
dan menolong satu sama lain. Hal ini diakui oleh para wali kelas pada
saat di wawancarai sebagai berikut:
“...yang pertama tetap dengan sikapnya dia banyak ngomong,
tapi secara keseluruhan dia bisa menyelesaikan, karena daya
tangkapnya juga cepat, jadi anak ini, dia akan banyak ngomong
tapi perkerjaannya juga selesai gitu Kak. Kalau dia udah merasa
tidak ada yang di kerjain, ya udah dia ngobrol dengan temannya,
bercanda sama temannya.”19
Dari wawancara dengan Bapak F diatas terlihat bahwa interaksi
siswa homeschooling Kak Seto dengan teman ketika di kelas sangat
bagus. Demikian pula dengan siswa kelas VIII, hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara dengan Bapak AR, yaitu:
“…kooperatif tuh Kak, tergantung kalau lagi temennya ada
kesulitan dia bantuin. Jadi dia tuh gini, kalau orangnya asik dia
orangnya juga asik juga. Pokoknya orangnya asik aja deh. Baik
kelompok atau individu dia orangnya tuh asik.”20
Menurut Ibu MF juga demikian, bahwa interaksi siswa dengan
temannya tidak ada masalah. Siswa berperilaku sopan kepada siapapun.
Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara, yaitu:
“…interaksi dengan temannya itu hampir tidak ada masalah,
cara bicaranya sopan, dengan temannya sopan, dengan tutor
sopan, dengan siapapun dia sopan. Ini karakter yang memang
dia bagus deh kayanya…”21
19
Wawancara inti dengan partisipan FZ, op. cit. 20
Wawancara inti dengan AR, op. cit. 21
Wawancara inti dengan MF, op. cit.
55
2.8 Pendapat guru tentang pengertian dari kecerdasan sosial
Guru berpendapat bahwa kecerdasan sosial berarti kemampuan
seseorang atau seorang individu untuk bisa membaca keadaan sekitar.
Jadi dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Artinya ketika ada
orang lain merasa kesedihan, dia ikut merasakan kesedihan. Kemudian
ikut berpartisipasi ketika ada kegiatan baik di sekolah ataupun di
lingkungan tempat tinggal.
3. Hasil Wawancara Siswa
3.1 Alasan siswa senang berteman dengan teman di homeschooling dan
cara siswa bermain dengannya
Keenam siswa memberikan jawaban yang sama, mereka
menjawab bahwa teman-teman di homeschooling baik, peduli dan
bersahabat sehingga mereka merasa senang jika berteman dengannya.
Cara mereka menghabiskan waktu bersama pada setiap partisipan
berbeda-beda. Tiga siswa menghabiskan waktu bersama teman dengan
pergi ke tempat makan setelah pulang sekolah, kemudian dua siswa
lainnya lebih sering menghabiskan waktu bersama teman dengan saling
bercerita satu sama lain ketika sebelum bel masuk sekolah, dan ada satu
siswa menghabiskan waktu bersama dengan teman setelah pulang
sekolah pergi ke tempat makan dan membicarakan hal seperti kegiatan
mereka hari ini.
3.2 Alasan siswa senang bermain dengan teman dari luar
homeschooling dan cara siswa bermain dengannya
Jawaban siswa pada pertanyaan ini semua menjawab kalau
teman di luar homeschooling sama baiknya dengan teman di
homeschooling dan cara mereka bermain dengan teman di luar
homeschooling juga tidak berbeda dengan teman-teman di
homeschooling, seperti bercerita dan jalan-jalan atau makan bersama.
Waktu pertemuan mereka dengan teman di luar homeschooling juga
56
tidak sama, dikarenakan jadwal masuk sekolah mereka yang berbeda
dan mereka juga memiliki kesibukan masing-masing.
Siswa K pergi bersepeda bersama temannya ketika akhir pekan.
Berbeda dengan siswa T, hal tersebut tidak terjadi pada siswa B. Siswa
B tidak mempunyai teman selain di luar homeschooling, karena di
lingkungan rumah tidak ada teman sebaya. Hal ini diakui siswa B saat
di wawancarai yaitu:
“…engga punya temen di rumah. Engga ada. Soalnya di rumah
anak seumuran aku engga ada, anak kecil semua.”22
3.3 Kapan siswa bertemu dengan teman-teman
Pada pertanyaan ini, keenam siswa memberikan jawaban yang
sama. Mereka bertemu dengan teman di homeschooling hanya di hari
sekolah saja, yaitu Selasa, Kamis dan Jum’at, sedangkan untuk bertemu
dengan teman di luar homeschooling tergantung dari jadwal mereka dan
temannya. Jika ingin bertemu, sebelumnya mereka membuat janji
terlebih dahulu agar partisipan dapat bertemu dengan teman-temannya.
3.4 Berapa kali dalam satu minggu siswa bermain dengan teman di
rumah dan teman di homeschooling
Pada pertanyaan ini, enam siswa memberikan jawaban yang
sama. Keenam siswa bertemu dengan teman homeschooling hanya pada
saat hari sekolah saja, sedangkan kalau bertemu dengan teman di
rumah, partisipan dalam satu minggu belum tentu dapat bermain
bersama dengan teman rumah, dikarenakan jadwal masuk sekolah
mereka yang berbeda dan kesibukan dari kegiatan mereka selain
bersekolah juga berbeda-beda seperti, ada siswa yang mengikuti les
bimbingan belajar, les bahasa Inggris, les futsal, dan les musik.
3.5 Hal yang dilakukan saat siswa bertemu dengan teman dan sering
atau tidak bertemu mereka bertemu
Dalam menjawab pertanyaan ini, keenam partisipan
memberikan jawaban yang sama, yaitu partisipan K, T, H, A, N dan B
22
Wawancara inti dengan partisipan B, tanggal 16 Januari 2015, pukul 10:30 WIB.
57
sering bertemu dengan teman homeschooling ketika hari sekolah tetapi
hal yang mereka lakukan tidak semuanya sama.
Hal yang dilakukan partisipan K ketika mereka bertemu yaitu
mengobrol dan bermain game online bersama, sedangkan partisipan T,
H, A, N dan B ketika mereka bertemu dengan temannya, mereka saling
mengobrol dan setelah pulang sekolah terkadang mereka pergi ke
tempat makan untuk sekedar makan siang.
3.6 Siswa pernah bersekolah di sekolah formal atau tidak
Pada pertanyaan ini, keenam partisipan menjawab sama, yaitu
mereka pernah bersekolah di sekolah formal sebelum akhirnya mereka
pindah ke homeschooling dengan berbagai faktor dari tiap partisipan.
Partisipan K sebelum pindah ke homeschooling, bersekolah di
SD bernuansa islami. Partisipan T sebelumnya sudah dua kali pindah
sekolah formal yaitu di sekolah formal swasta dan di sekolah Katolik.
Partisipan H dan A sebelumnya bersekolah di sekolah formal di daerah
Bintaro. Partisipan N sebelumnya bersekolah di sekolah formal
bernuansa islami. Partisipan B sebelumnya bersekolah di SMP swasta
bernuansa islami namun pindah ke pesantren, kemudian pindah ke
homeschooling.
3.7 Sejak kapan siswa bersekolah di homeschooling
Pada pertanyaan ini, keenam partisipan menjawab berbeda-beda.
Partisipan K bersekolah di homeschooling sejak masuk SMP. Partisipan
T bersekolah di homeschooling dari kelas 6 SD akhir semester satu dan
sekarang sudah kelas VII. Partispan H bersekolah di homeschooling
ketika kelas VIII sejak bulan Mei 2014 sesaat sebelum UAS. Partisipan
A bersekolah di homeschooling sejak tahun ajaran baru 2014/2015
kelas VIII, sedangkan partisipan N dan B bersekolah di homeschooling
sejak tahun ajaran baru 2014/2015 kelas IX.
58
3.8 Alasan siswa lebih memilih homeschooling daripada bersekolah di
sekolah formal
Pada pertanyaan ini, terdapat lima partisipan menjawab memilih
homeschooling karena memiliki masalah ketika bersekolah di sekolah
formal. Dua partisipan pindah ke homeschooling karena sakit yang
membuat kedua siswi tersebut jarang masuk sekolah. Partisipan H
mengaku menjadi bahan pembicaraan teman-temannya ketika ia berada
di sekolah dan membuat partisipan tidak nyaman untuk datang ke
sekolah. Hal ini diakui partisipan H pada saat di wawancarai, yaitu:
“Karena kan dulu aku juga jarang masuk jadi kan pasti di
omongin kan. Jadi pas pertama aku masuk aku dicuekin.”23
Tidak hanya itu, sikap guru dan wakil kepala sekolah juga
membuat partisipan tidak nyaman untuk datang ke sekolah dan merasa
takut untuk datang ke sekolah, sehingga semangat untuk bersekolah
menjadi menurun. Hal ini disampaikan partisipan saat melakukan
wawancara, yaitu:
“Trus sama guru kan, aku kan sangking jarang masuknya,
gurunya bilang kalo sakit jangan manja. Kan jadi kayak gimaaa
gitu...trus kata wakil kepala sekolah, aku kan ceritain kan, aku di
rujuk-rujuk ke rumah sakit mana-mana kan memang untuk
sembuh, trus kata dia buang-buang duit aja. Ya udah, aku juga
udah engga nyaman. Aku setiap mau ke sekolah tuh aku
ketakutan, aku engga mau sekolah sangking kayak gitunya, tuh
aku sangking ketakutan gitu. Sampe aku tuh susah banget mau
sekolah.”24
Hal serupa juga dialami oleh partisipan T, partisipan pindah dari
sekolah formal ke homeschooling karena kondisi kesehatannya mulai
menurun pada saat kelas 5 SD dan sempat di rawat hampir satu bulan di
rumah sakit ketika kelas 6 SD, partisipan juga tidak ingin pergi ke
sekolah setelah mendengar kalau dirinya tidak bisa ikut UN (Ujian
Nasional) karena jarang masuk sekolah.
23
Wawancara inti dengan partisipan H, tanggal 15 Januari 2015, pukul 10:46 WIB. 24
Ibid.
59
Berbeda dengan partisipan H dan T, satu partisipan memilih
bersekolah di homeschooling karena dia tidak menyukai adanya geng-
gengan di sekolah dan dia juga ingin lebih serius menekuni seni musik.
Hal ini seperti yang disampaikan partisipan pada saat diwawancarai,
yaitu:
“Ada masalah. Terus yang kayak ada geng-gengan gitu loh. Aku
kan engga suka ya yang kaya geng-gengan gitu, maksudnya
kayak lo kalau mau berteman sama gue ya berteman aja engga
usah pilih-pilih gitu jadi kayak selalu ngeledek satu sama lain
gitu (sambil memasang wajah tidak suka). Akhirnya aku pindah
dan aku pindah bukan karena itu juga, karena aku pengen lebih
serius ke musik.”25
Satu partisipan pindah ke homeschooling karena sewaktu
partisipan sekolah di sekolah formal, dia tidak taat dengan peraturan
sekolah sehingga mendapatkan dua kali surat pemberitahuan (SP) dan
terancam di drop out (DO) dari sekolah. Kemudian ada satu partisipan
memilih homeschooling karena mempunyai masalah dengan wali
kelasnya.
Namun ada satu partisipan lain, pindah ke homeschooling bukan
karena mempunyai masalah dengan teman atau guru di sekolah, tetapi
alasan partisipan pindah sekolah karena mengikuti orangtua yang
dipindahkan tempat kerjanya.
3.9 Pendapat siswa tentang perbedaan yang di alami ketika bersekolah
di sekolah formal dengan di homeschooling
Keenam partisipan memberi jawaban yang sama mengenai
perbedaan antara bersekolah di sekolah formal dengan di
homeschooling, mereka menjawab bahwa bersekolah di homeschooling
menyenangkan, lebih santai dan tidak membuat mereka stres dalam
menuntut ilmu dikarenakan mata pelajaran yang diajarkan tidak
sebanyak di sekolah formal. Siswa homeschooling hanya belajar enam
mata pelajaran, di mana keenam mata pelajaran tersebut merupakan
25
Wawancara inti dengan partisipan A, tanggal 15 Januari 2015, pukul 12:10 WIB.
60
mata pelajaran ujian nasional (UN) sehingga siswa dapat lebih fokus
dalam belajar.
Partisipan juga menjawab kalau di homeschooling tidak ada
senioritas antar siswa. Siswa juga bisa jadi diri sendiri dan diberi
kebebasan untuk bertanya ketika belum memahami materi pelajaran
yang sedang diajarkan di sekolah, seperti yang dikatakan oleh partisipan
T, yaitu:
“Kalo disini kan istilahnya kita kayak dikasih kebebasan untuk
bertanya dan kalo kita engga bisa kayak dikasih waktu dan
engga terlalu ketat juga sekolahnya. Terus kalo di
homeschooling aku bisa jadi diri aku sendiri gitu jadi kelihatan
kalo aku ini orangnya kayak gimana, ketauan satu sama lain.”26
3.10 Rasa nyaman siswa ketika bersekolah di homeschooling
Pada pertanyaan ini, keenam partisipan memberikan jawaban
yang sama, yakni mereka merasa nyaman bersekolah di homeschooling.
Teman-temannya baik sehingga terjalin sosialisasi yang baik juga
diantara mereka dan cara belajar di homeschooling yang tidak terlalu
serius membuat siswa tidak terlalu terbebani oleh sistem pembelajaran.
Selain itu, siswa dapat membagi waktu antara kewajiban mereka
sebagai pelajar dengan kegiatan lainnya di luar pendidikan sekolah,
seperti yang disampaikan oleh partisipan A saat diwawancarai, yaitu:
“Aku kan mau serius ke musik ya Kak, jadi aku ngerasa bisa
bagi waktu aja antara pendidikan akademik dan hobi musik aku.
Kan kalo di sekolah formal agak sulit tuh ya Kak bagi-bagi
waktunya, kan di sekolah formal waktu belajarnya lebih lama
dibandingkan di homeschooling.”27
Tidak hanya itu, partisipan juga mengatakan bahwa tenaga
pengajar (tutor) di homeschooling bersikap baik, sehingga mereka
merasa nyaman dan tidak sungkan untuk bertanya tentang materi
pelajaran yang belum di mengerti.
26
Wawancara inti dengan partisipan T, tanggal 22 Januari 2015, pukul 12:00 WIB. 27
Wawancara inti dengan partisipan A, op. cit.
61
3.11 Sikap teman-teman di homeschooling
Pada pertanyaan ini, kelima partisipan memberikan jawaban
sama. Kelima partisipan berpendapat bahwa teman-teman di
homeschooling baik-baik, ramah, saling menerima satu sama lain, bisa
membuat partisipan nyaman ketika bersama dan tidak adanya senioritas
sehingga terjalinnya interaksi antara kakak kelas dan adik kelas.
Tetapi ada satu partisipan yang berpendapat bahwa teman di
homeschooling tidak selalu bersikap baik kepada dia. Terkadang
temannya bersikap baik tetapi kadang juga tidak.
3.12 Sikap teman-teman di sekolah formal
Pada pertanyaan ini, keenam partisipan memberikan jawaban
yang sama. Mereka menjawab bahwa sikap teman-teman di sekolah
formal bervariasi, ada yang baik dan ada yang menyebalkan. Seperti
yang dikatakan oleh partisipan H, sebenarnya teman-teman di sekolah
terdahulu sikapnya baik tetapi kalau satu orang bersikap acuh ke satu
orang maka semua temannya akan bersikap seperti itu juga.
Berbeda dengan partisipan N, walaupun teman-teman di sekolah
terdahulu berkelompok-kelompok (bergeng), tapi teman sekelasnya
masih bisa kompak ketika ada kegiatan yang diadakan oleh kelasnya.
Seperti yang disampaikan partisipan N pada wawancara, yaitu:
“Seru juga, tapi yaaa geng-gengan gitu. Tapi, apa yaaa (berpikir)
ya kalo dulu dapet kelasnya sih yang seru semuanya, satu kelas
tuh kompak jadi enak. Kita pergi liburan kemana bareng-
bareng.”28
3.13 Cara bergaul siswa dengan teman-teman di homeschooling
Pada pertanyaan ini partisipan memberikan jawaban yang
berbeda-beda. Cara bergaul siswa dengan teman-teman baru di
homeschooling bervariasi, tidak semua partisipan dapat langsung
bergaul dengan temannya. Ada empat partisipan yang menjawab bahwa
pada saat pertama kali mereka bergaul, partisipan menyesuaikan diri
28
Ibid, Wawancara dengan partisipan A.
62
terlebih dahulu dengan sikap teman-teman. Setelah beberapa bulan
bersama dan mengenali karakter satu sama lain, partisipan dengan
temannya tidak sungkan menunjukkan sikap mereka yang sebenarnya,
seperti mengobrol, tertawa bersama, bercanda, belajar bersama dan
membuat lelucon ringan.
Berbeda dengan keempat partisipan sebelumnya, terdapat dua
orang partisipan ketika pertama kali bergaul dengan teman baru di
homeschooling mereka langsung menunjukkan sifat asli dari keduanya,
seperti menyapa duluan teman barunya kemudian mengajaknya ngobrol
dan lama-kelamaan mereka menjadi dekat.
3.14 Siswa menghibur teman yang sedang sedih dan bagaimana cara
siswa menghibur
Keenam partisipan memberikan jawaban yang sama bahwa
mereka pernah menghibur teman yang sedang bersedih tetapi intensitas
menghiburnya tidak begitu sering, tergantung dari kondisi temannya
apakah sedang merasa sedih atau tidak. Seperti yang disampaikan oleh
partisipan T, bahwa dirinya tidak sering menghibur teman, tetapi
partisipan tidak menutup kemungkinan untuk menghibur teman ketika
dibutuhkan oleh temannya.
Cara menghibur dari keenam partisipan juga sama. Mereka
sama-sama menenangkan temannya, jika temannya sudah bisa diajak
bicara lalu partisipan mengajak temannya menceritakan apa
permasalahan yang dialami, kemudian partisipan membantu
memberikan penjelasan serta solusi dari permasalahan tersebut,
setelahnya partisipan menghibur agar temannya tidak berlarut-larut
dalam kesedihan. Sesekali partisipan juga mengajak temannya makan
diluar yang bertujuan agar temannya lebih cepat bangkit dari rasa
kesedihan yang sedang dialami.
63
3.15 Siswa membantu teman yang kesulitan, hal yang biasa dilakukan
ketika membantu serta perasaan siswa setelah membantu
Keenam partisipan memberikan jawaban yang sama bahwa
mereka pernah membantu teman yang mengalami kesulitan. Partisipan
membantu membelikan makanan ke teman yang sedang tidak
membawa uang jajan, membantu memberikan solusi kepada teman saat
terjadi pertengkaran diantara teman, serta membantu teman ketika
kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah. Partisipan merasa senang
setelah membantu, mereka merasa seperti orang yang berguna karena
bisa membantu teman yang sedang kesulitan. Tetapi ada satu partisipan
yang sempat menyesal sudah menolong teman membelikan makanan,
karena uang jajan yang seharusnya untuk keesokkan hari menjadi
berkurang, tetapi pada akhirnya partisipan mengikhlaskan dan dia
berpikir bahwa nanti juga akan dapat uang jajan lagi dari orangtuanya.
3.16 Sikap siswa terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras,
budaya, gender dan kekurangan fisik
Pada pertanyaan ini kelima partisipan menjawab sama bahwa
mereka bersikap saling menghargai dan menghormati dengan adanya
perbedaan tersebut, karena mereka berteman dengan orangnya bukan
berteman dengan agama, ras, budaya, gender atau fisiknya.
Kelima partisipan tidak membeda-bedakan dalam hal berteman,
mereka satu sama lain berteman baik, saling mengobrol dan kumpul
bersama ketika di kelas. Tetapi ada satu partisan yang tidak demikian.
Partisipan tersebut bersikap cenderung cuek dengan teman yang
memiliki kekurangan fisik, karena menurut dia teman yang seperti itu
sedikit sulit jika diajak berteman.
3.17 Siswa mudah beradaptasi dan bersosialisasi di lingkungan baru
atau tidak dan cara siswa memperkenalkan diri di lingkungan baru
Pada pertanyaan ini terdapat lima partisipan menjawab bahwa
mereka mudah beradaptasi dan empat partisipan menjawab mereka
mudah dalam bersosialisasi di lingkungan baru. Namun cara mereka
64
memperkenal-kan diri di lingkungan baru berbeda-beda. Ada empat
partisipan saat berkenalan dengan teman baru pertama-tama mereka
diem-dieman terlebih dulu, kemudian saling memberikan senyuman dan
setelah itu berkenalan. Tetapi berbeda dengan dua partisipan lainnya,
mereka langsung menyapa dan mengajak teman barunya ngobrol
seakan sudah kenal sebelumnya.
3.18 Siswa berbagi makanan atau minuman ke teman
Kelima partisipan menjawab sama, mereka sering berbagi
makanan ataupun minuman dengan teman sebagai dasar dari interaksi
mereka. Ada dua partisipan membagikan sebagian bekal makan yang di
bawa dari rumah ke temannya, dua partisipan berbagi makanan ringan
atau soft drink, dan satu partisipan mentraktir temannya ketika mereka
sedang jalan bersama ke suatu tempat.
3.19 Siswa membantu guru atau tutor
Pada pertanyaan ini lima partisipan memberikan jawaban yang
sama bahwa mereka pernah membantu tutor membawakan
perlengkapan pembelajaran seperti laptop, infocus dan kabel
sambungan. Tetapi ada satu partisipan yang tidak pernah membantu
karena tutor tidak pernah meminta tolong ke dirinya. Seperti yang
disampaikan pada saat wawancara, yaitu:
“Engga pernah. Tutornya engga pernah minta tolong. Aku kan
anak baru di sini jadi belum pernah ngebantu tutor bawain
sesuatu hehe.”29
29
Ibid. Wawancara dengan partisipan A.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asumsi masyarakat bahwa siswa yang mengikuti homeschooling
kecerdasan sosialnya akan kurang baik itu tidak sepenuhnya benar.
Masyarakat beranggapan bahwa anak homeschooling akan kurang
berinteraksi dengan teman-teman maupun dengan lingkungan sekitar,
namun pada penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang mengikuti
homeschooling khususnya pada kelas komunitas, para siswa tetap dapat
berinteraksi dengan teman-teman maupun lingkungan sekitar. Pada dasarnya
kelas komunitas mirip dengan sekolah formal, belajar di dalam satu ruangan
yang disebut kelas dan ada beberapa siswa di dalamnya, hanya saja pada
homeschooling jumlah siswa tiap kelas tidak sebanyak di sekolah formal.
Jumlah siswa di kelas komunitas rata-rata 10 orang tiap kelasnya, di mana
dalam kondisi seperti itu tidak menutup kemungkinan jika para siswa
berinteraksi satu sama lain, karena ini merupakan penelitian kualitatif maka
keadaan yang terjadi di Homeschooling Kak Seto bisa saja tidak terjadi pada
homeschooling lainnya.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan tentang kecerdasan
sosial siswa di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren terhadap enam
partisipan yang diwawancarai, keenam partisipan memiliki kecerdasan
sosial yang baik. Hal ini terlihat dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan karena terpenuhinya beberapa dimensi kecerdasan sosial yaitu,
mereka cerdas situasionalnya, mampu membawa diri dilingkungan, jujur
dalam bersikap, mampu menyampaikan ide atau gagasannya secara jelas
sehingga orang lain dapat mengerti dengan baik, dan empati.
66
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diajukan beberapa saran, yaitu:
1. Bagi para guru (tutor), wali kelas, dan pihak homeschooling
Untuk para guru, wali kelas dan pihak homeschooling diharapkan
lebih sering lagi mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan
kecerdasan sosial siswanya, seperti ekstrakurikuler. Kegiatan di dalam
ekstrakurikuler secara tidak langsung akan melatih kemampuan siswa
dalam bersosialisasi. Siswa akan belajar bahwa dalam bersosialisasi ada
sikap-sikap positif yang harus dikembangkan agar teman
disekelilingnya suka dan ada sikap-sikap negatif yang harus siswa
hindari agar tidak dijauhi oleh teman-temannya. Selain itu saat proses
belajar mengajar, guru pun juga bisa memasukkan beberapa dimensi
kecerdasan sosial yang dapat mengembangkan kecerdasan sosial siswa,
yakni guru bisa mengajak siswa untuk melakukan diskusi kelompok di
sela-sela pembelajaran. Maksud dan tujuan diskusi tersebut bukan
hanya sekedar agar siswa terbiasa untuk berani mengemukakan
pendapat, tetapi melatih siswa untuk bagaimana menghormati
perbedaan pendapat yang ada selama diskusi berlangsung.
2. Bagi para siswa
Para siswa diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan sosial
lebih baik lagi, seperti kemampuan membaca situasional di lingkungan
sekitar dan mampu membawa dirinya ke dalam lingkungan baru. Hal
tersebut dapat dilakukan siswa dengan cara lebih sering berinteraksi
dengan orang lain baik dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua
agar kemampuan bersosialisasinya menjadi terlatih dan siswa menjadi
terbiasa untuk berkomunikasi di lingkungan masyarakat.
3. Bagi para peneliti selanjutnya
Bagi para peneliti selanjutnya yang berminat ingin melanjutkan
penelitian dengan tema homeschooling dan kecerdasan sosial siswa
67
SMP di kelas komunitas, semoga penelitian ini dapat menjadi acuan
serta bahan referensi penelitian Anda. Selain itu, disarankan untuk
mempertimbangkan teori yang dipakai sebagai alat ukur dan
menggunakan metode penelitian yang lain agar memperoleh data yang
lebih lengkap dan mendetail.
68
DAFTAR PUSTAKA
A. Baron and Donn Byrne, Robert. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 1, Terj.
dari Social Psychology Tenth Edition oleh Ratna Djuwita, dkk, Cet.I.
Jakarta: Erlangga, 2004.
Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Albrecht, Karl. Cerdas Bergaul Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, Terj.
dari Social Intelligence: The New Science of Success oleh Devi Femina,
dkk, Cet.1. Jakarta: PPM, 2006.
Ambarita, Frisda Agriani. Pusdiklat Keuangan Umum: Mengenal Kecerdasan
Sosial, www.bppk.kemenkeu.go.id. Artikel ini diakses pada tanggal 30
April 2015.
Arifqi, Mohammad Subadri. Tawuran Pelajar: Saling Serang di Jalanan,
www.indosiar.com. Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015.
_____. Brosur Homeschooling Kak Seto, pada tanggal 24 April 2015.
Fikar Homeschooling. 5 Alasan Memilih Homeschooling untuk Anak Anda,
http://fikarhomeschooling.net. Artikel ini diakses pada tanggal 12 April
2015.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualtitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Husaeni, Usep. Tak Ikut Yasinan, 8 Siswa SMPN Dipukuli Guru,
http://daerah.sindonews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari
2015.
Ibrahim, Moh Fauzi. Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Sekolah
Rumah Pelangi Ciputat. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010, tidak dipublikasikan.
Indosiar. Homeschooling: Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah,
www.indosiar.com. Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015.
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: GP Press, 2008.
69
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosda,
2010.
Kamajaya, Toni. Enam Siswa Jadi Korban Kekerasan Guru saat Camping,
http://daerah.sindonews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari
2015.
KBBI. Sosialisasi. http://kbbi.web.id/sosialisasi. Diakses pada tanggal 16 Oktober
2014.
Kembara, Maulia D. Panduan Lengkap Homeschooling. Bandung: Progressio,
2007.
Mahariah. Homeschooling dalam Sistem Pendidikan Nasional dan Islam, Jurnal
Al-Irsyad, Vol. IV, 2014.
Mubayiah, Makmun. Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, Referensi
Penting bagi Para Pendidikan & Orangtua. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2010.
Pratiwi, Wulandari. Hubungan antara Kecerdasan Sosial dengan Perilaku Agresif
pada Siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Yogyakarta:
Skripsi UIN Yogyakarta, 2010, tidak dipublikasikan.
____. Profil Homeschooling Kak Seto Pondok Aren, pada tanggal 11 Februari
2015.
Purwadi, Dedy. Urgensi Kecerdasan Sosial, http://bangka.tribunnews.com.
Artikel ini diakses pada tanggal 08 Oktober 2015.
Rachman, Arief. Homeschooling Rumah Kelasku, Duniaku Sekolahku. Jakarta:
Buku Kompas, 2007.
Ridho, Rasyid. Ditampar Guru, Siswa SMP Ini Melapor ke Polisi,
http://daerah.sindonews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari
2015.
Rosalia K, Wenny dan Prihastuti, Hubungan antara Kecerdasan Sosial dengan
Gaya Penyelesaian Konflik Siswa Seminari Menengah ST. Vincentius A.
Paulo Garum Blitar, Jurnal INSAN, Vol. 13, 2011.
Santoso, Satmoko Budi, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?!. Jogjakarta:
Divapress, 2010.
70
Santrock, John W. Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas, Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2007.
Setyowati Sie, Holy. Homeschooling Creating The Best of Me. Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2010.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2011.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.
Sumardiono. Apa Itu Homeschooling, 35 Gagasan Pendidikan Berbasis
Keluarga. Jakarta: Panda Media, 2014.
Sunarto dan B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2008.
UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 13.
UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 27 ayat 1, 2, dan 3.
Wandi, Fifia. Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Homeschooling (Studi
Kasus di Komunitas Homeschooling Sekolah Dolan Malang). Malang:
Skripsi UIN Malang, 2008, tidak dipublikasikan.
REDUKSI DATA
Wawancara Guru (Tutor)
Wawancara Siswa
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Judul Penelitian : “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi
Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di
Pondok Aren)”
Tanggal Penelitian : 15 – 22 Januari 2015
Pewawancara : Chentauri Galih Kismarety
Subjek Penelitian : Siswa Kelas VII, VIII dan IX Komunitas Homechooling
Kak Seto di Pondok Aren
A. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat
penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasian identitas partisipan
terjamin.
3. Meminta kesediaan calon partisipan untuk menandatangani surat
pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan.
B. Pertanyaan wawancara
Setelah partisipan menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia
menjadi partisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan
merekam isi pembicaraan dengan alat perekam berupa handphone.
1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana tingkah laku anak ketika berada di
lingkungan homeschooling?
2. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara interaksi siswa kepada guru
kelasnya?
3. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara interaksi siswa kepada teman
sekelas?
4. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara interaksi siswa kepada petugas di
lingkungan homeschooling?
5. Bagaimana sikap siswa ketika member salam saat bertemu dengan
guru/tutor?
6. Bagaimana sikap siswa ketika di kelas saat pembelajaran berlangsung?
7. Bagaimana sikap siswa ketika berinteraksi dengan teman di kelas?
8. Menurut Bapak/Ibu, apa pengertian dari kecerdasan sosial?
C. Penutup
1. Menyampaikan terima kasih
2. Mengakhiri wawancara
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Judul Penelitian : “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi
Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di
Pondok Aren)”
Tanggal Penelitian : 06 – 15 Januari 2015
Pewawancara : Chentauri Galih Kismarety
Subjek Penelitian : Siswa Kelas VII, VIII dan IX Komunitas Homechooling
Kak Seto di Pondok Aren
A. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat
penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasian identitas partisipan
terjamin.
3. Meminta kesediaan calon partisipan untuk menandatangani surat
pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan.
B. Pertanyaan wawancara
Setelah partisipan menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia
menjadi partisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan
merekam isi pembicaraan dengan alat perekam berupa handphone.
1. Siapa teman dekat atau sahabat di komunitas homeschooling ini? Kenapa
kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana kamu bermain dengan
dia?
2. Siapa teman dekat atau sahabat di luar homeschooling? Kenapa kamu
senang bermain dengan dia? Bagaimana kamu bermain dengan dia?
3. Kapan kamu bertemu dengan teman-teman?
4. Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan teman di rumah
atau teman di homeschooling?
5. Hal apa aja yang dilakukan kalau bertemu? Sering atau tidak kalian
bertemu?
6. Kamu sebelumnya pernah bersekolah di sekolah formal atau tidak?
7. Sejak kapan kamu bersekolah di homeschooling ini?
8. Kenapa lebih memilih homeschooling daripada bersekolah di sekolah
formal?
9. Menurut kamu apa perbedaan yang kamu alami ketika bersekolah di
sekolah formal dengan di homeschooling ini?
10. Kamu merasa nyaman atau tidak bersekolah di homeschooling ini?
11. Bagaimana sikap teman-teman di homeschooling?
12. Bagaimana sikap teman-teman di sekolah formal?
13. Bagaimana cara bergaul kamu dengan teman-teman di homeschooling?
14. Kamu sering menghibur teman yang sedang bersedih? Bagaimana cara
kamu menghiburnya?
15. Kamu pernah membantu teman yang sedang kesulitan? Biasanya kamu
melakukan apa untuk membantunya? Bagaimana perasaan kamu setelah
membantunya?
16. Bagaimana sikap kamu terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras,
budaya, gender dan kekurangan fisik?
17. Kamu termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru?
Bagaimana cara kamu memperkenalkan diri di lingkungan baru?
18. Kamu sering berbagi makanan atau minuman ke teman-teman? Apa yang
kamu bagikan ke mereka?
19. Kamu sering membantu guru? Biasanya ngebantu apa?
C. Penutup
1. Menyampaikan terima kasih
2. Mengakhiri wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
TEMAN DEKAT PARTISIPAN
Judul Penelitian : “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi
Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di
Pondok Aren)”
Pewawancara : Chentauri Galih Kismarety
A. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat
penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasian identitas partisipan
terjamin.
3. Meminta kesediaan calon partisipan untuk menandatangani surat
pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan.
B. Pertanyaan wawancara
Setelah partisipan menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia
menjadi partisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan
merekam isi pembicaraan dengan alat perekam berupa handphone.
1. Sejak kapan kalian saling kenal? Dan sejak kapan kalian berteman atau
bersahabat?
2. Kenapa kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana cara kamu
bermain dengan dia?
3. Kapan kalian saling bertemu untuk bermain?
4. Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan dia?
5. Hal apa aja yang dilakukan kalau bertemu? Sering atau tidak kalian
bertemu?
6. Dia itu orangnya seperti apa?
7. Senang atau tidak memiliki teman atau sahabat seperti dia?
8. Bagaimana sikap dia terhadap teman-temannya?
9. Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa dahulu yang
mengajak berkenalan?
10. Kamu sering di hibur sama dia ketika sedang bersedih? Bagaimana cara
dia menghibur kamu?
11. Kamu pernah dibantu dia ketika sedang kesulitan? Biasanya dia
melakukan apa untuk membantu kamu?
12. Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras,
budaya, gender dan kekurangan fisik?
13. Dia termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru?
Bagaimana cara dia memperkenalkan diri di lingkungan baru?
14. Dia sering berbagi makanan atau minuman ke teman-temannya? Apa
yang dia bagikan ke teman-teman?
15. Ceritakan awal perkenalan kalian sehingga kalian bisa beteman atau
bersahabat dengan dia sampai sekarang!
16. Kamu tahu alasan kenapa dia pindah sekolah ke homeschooling?
C. Penutup
1. Menyampaikan terima kasih
2. Mengakhiri wawancara
LEMBAR OBSERVASI
KECERDASAN SOSIAL SISWA
DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang
ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan : K
Lokasi : Kantin Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas : VII (Tujuh)
Waktu : Tanggal 15 Januari 2015, jam 09:00 WIB
NO. ASPEK
PENGAMATAN
URAIAN ASPEK
PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN
1.
Situational
Awareness
(Kecerdasan
Situasional)
Siswa menghibur teman yang
sedih √
Nenangin teman agar
tidak bersedih dengan
cara melucu
Siswa membantu teman yang
sedang kesulitan √
Membantu
mengerjakan Lembar
Kerja (LK) mapel IPS
Siswa menyimak lawan
bicara saat berbicara (dengan
orangtua, guru atau teman) √
Mendengarkan guru
saat menyampaikan
materi pelajaran
Siswa tidak menyela
pembicaraan ketika
berkomunikasi secara verbal
(dengan orangtua, guru atau
teman)
√
Mendengarkan dan
menghargai teman
ketika berbicara
2. Presence
(Kemampuan
Membawa Diri)
Siswa mudah bersosialisasi
dengan lingkungan baru √
Siswa banyak berbicara
kepada siapapun
Siswa mudah mendapatkan
teman √
Siswa mudah bergaul
Siswa saling mengingatkan
agar bersikap baik √
Memperingatkan teman
yang berisik saat
pelajaran berlangsung
3. Authenticity
(Autentisitas)
Siswa memberikan kesan
yang nyaman saat pertama
kali bertemu dengan orang
baru
√ Siswa merupakan
individu yang ceria
Siswa memberikan senyuman
ketika bertemu dengan orang
lain √
Siswa tidak sungkan
memberikan senyuman
ramah kepada siapapun
termasuk dengan
peneliti
Siswa menyapa ketika
bertemu dengan orang yang
di kenal √
Siswa mengucapkan
say hello dengan wajah
ceria
Siswa memberi salam (cium
tangan, anggukan kepala,
dsb) √
Siswa cium tangan
ketika bertemu dengan
tutor
Siswa menggunakan bahasa
yang baik saat berkomunikasi
(dengan guru atau teman) √
Siswa sopan saat
berbicara
4. Clarity
(Kejelasan)
Siswa berinteraksi
menggunakan bahasa non
verbal
√
5. Empathy
(Empati)
Siswa menghormati teman
yang berbeda suku, agama,
ras, budaya dan gender √
Siswa menghargai dan
berteman seperti biasa
Siswa menerima kekurangan
temannya (fisik, materi, dsb) √
Siswa berteman seperti
biasa
Siswa ikut merasakan
kesedihan orang lain √
Kalau teman menangis,
ikut menangis juga.
Siswa ikut merasakan
kebahagiaan orang lain √
Merasa gembira
Siswa berbagi makanan
kepada teman √
Berbagi bekal makanan
Siswa berbagi minuman
kepada teman √
Berbagi soft drink
Siswa membantu guru √ Membawakan laptop
atau infocus
LEMBAR OBSERVASI
KECERDASAN SOSIAL SISWA
DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang
ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan : T
Lokasi : Kantin Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas : VII (Tujuh)
Waktu : Tanggal 20 Januari 2015, jam 08:30 WIB
NO. ASPEK
PENGAMATAN
URAIAN ASPEK
PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN
1.
Situational
Awareness
(Kecerdasan
Situasional)
Siswa menghibur teman yang
sedih √
Siswa menenangkan
temannya dan
memberikan penjelasan
Siswa membantu teman yang
sedang kesulitan √ Membantu teman saat
kesulitan belajar
Siswa menyimak lawan
bicara saat berbicara (dengan
orangtua, guru atau teman) √
Mendengarkan dengan
baik ketika lawan
bicara sedang berbicara
Siswa tidak menyela
pembicaraan ketika
berkomunikasi secara verbal
(dengan orangtua, guru atau
teman)
√
Mendengarkan dan
menghargai teman
ketika berbicara
2. Presence
(Kemampuan
Membawa Diri)
Siswa mudah bersosialisasi
dengan lingkungan baru √
Siswa mudah untuk
berkenalan dengan
orang lain
Siswa mudah mendapatkan
teman √ Siswa mudah bergaul
Siswa saling mengingatkan
agar bersikap baik √
Memperingatkan teman
agar tidak berisik saat
pelajaran berlangsung
3. Authenticity
(Autentisitas)
Siswa memberikan kesan
yang nyaman saat pertama
kali bertemu dengan orang
baru
√
Menyapa dan bersikap
seakan sudah kenal
lama
Siswa memberikan senyuman
ketika bertemu dengan orang
lain √
Siswa tidak sungkan
memberikan senyuman
ramah dengan pegawai,
tutor dan peneliti
Siswa menyapa ketika
bertemu dengan orang yang
di kenal √
Siswa say hello dengan
wajah ceria
Siswa memberi salam (cium
tangan, anggukan kepala,
dsb) √
Siswa cium tangan
ketika bertemu dengan
tutor
Siswa menggunakan bahasa
yang baik saat berkomunikasi
(dengan guru atau teman) √
Siswa sopan saat
berbicara
4. Clarity
(Kejelasan)
Siswa berinteraksi
menggunakan bahasa non
verbal √
Kalau lagi kesel
memasang raut wajah
engga happy
5. Empathy
(Empati)
Siswa menghormati teman
yang berbeda suku, agama,
ras, budaya dan gender √
Siswa menghargai dan
berteman seperti biasa
Siswa menerima kekurangan
temannya (fisik, materi, dsb) √
Siswa berteman seperti
biasa seperti teman
yang lain
Siswa ikut merasakan
kesedihan orang lain √
Ikut bersedih ketika
teman curhat tentang
masalah yang di hadapi
Siswa ikut merasakan
kebahagiaan orang lain √
Siswa merasa senang
ketika membantu
menyelesaikan masalah
temannya
Siswa berbagi makanan
kepada teman √
Siswa mentraktir makan
siang
Siswa berbagi minuman
kepada teman √ Siswa membelikan soft
drink
Siswa membantu guru √ Membawakan infocus
LEMBAR OBSERVASI
KECERDASAN SOSIAL SISWA
DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang
ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan : H
Lokasi : Ruang Belajar kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas : VIII (Delapan)
Waktu : Tanggal 08 Januari 2015, jam 09:00 WIB
NO. ASPEK
PENGAMATAN
URAIAN ASPEK
PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN
1.
Situational
Awareness
(Kecerdasan
Situasional)
Siswa menghibur teman yang
sedih √
Nenangin teman agar
tidak bersedih
Siswa membantu teman yang
sedang kesulitan √
Memberikan solusi
ketika teman
mempunyai masalah
dengan temannya
Siswa menyimak lawan
bicara saat berbicara (dengan
orangtua, guru atau teman) √
Mendengarkan guru
saat menyampaikan
materi pelajaran
Siswa tidak menyela
pembicaraan ketika
berkomunikasi secara verbal
(dengan orangtua, guru atau
teman)
√
Menghargai pendapat
teman sekelas pada saat
mengeluarkan pendapat
ketika belajar
2. Presence
(Kemampuan
Membawa Diri)
Siswa mudah bersosialisasi
dengan lingkungan baru √
Siswa mudah
bersosialisasi jika
merasa nyaman dengan
lingkungan sekitar
Siswa mudah mendapatkan
teman √ Siswa mudah bergaul
Siswa saling mengingatkan
agar bersikap baik √
Memperingatkan
temannya agar cuci
tangan karena
tangannya kotor
3. Authenticity
(Autentisitas)
Siswa memberikan kesan
yang nyaman saat pertama
kali bertemu dengan orang
baru
√
Siswa memberikan
senyuman saat pertama
kali bertemu
Siswa memberikan senyuman
ketika bertemu dengan orang
lain √
Siswa tidak sungkan
memberikan senyuman
ketika pertama kali
bertemu dengan peneliti
Siswa menyapa ketika
bertemu dengan orang yang
di kenal √
Siswa mengucapkan
say hello
Siswa memberi salam (cium
tangan, anggukan kepala,
dsb) √
Siswa cium tangan
ketika bertemu dengan
tutor/guru
Siswa menggunakan bahasa
yang baik saat berkomunikasi
(dengan guru atau teman) √
Menggunakan bahasa
formal ketika berbicara
dengan guru, pegawai
HSKS atau orang yang
lebih tua darinya
4. Clarity
(Kejelasan)
Siswa berinteraksi
menggunakan bahasa non
verbal √
Memberikan anggukan
kepala ketika ditanya
sudah mengerti materi
pelajaran dengan tutor
5. Empathy
(Empati)
Siswa menghormati teman
yang berbeda suku, agama,
ras, budaya dan gender √
Siswa saling
menghormati
Siswa menerima kekurangan
temannya (fisik, materi, dsb) √
Siswa menganggap
teman yang kekurangan
fisik seperti temannya
yang normal
Siswa ikut merasakan
kesedihan orang lain √
Siswa bertanya kenapa
temannya bersedih
Siswa ikut merasakan
kebahagiaan orang lain √
Merasa senang ketika
masalah yang dihadapi
temannya terselesaikan
Siswa berbagi makanan
kepada teman √
Berbagi makanan
ringan dengan teman
Siswa berbagi minuman
kepada teman √
Berbagi minuman
ringan dengan teman
Siswa membantu guru √
LEMBAR OBSERVASI
KECERDASAN SOSIAL SISWA
DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang
ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan : A
Lokasi : Ruang Belajar kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas : VIII (Delapan)
Waktu : Tanggal 08 Januari 2015, jam 09:00 WIB
NO. ASPEK
PENGAMATAN
URAIAN ASPEK
PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN
1.
Situational
Awareness
(Kecerdasan
Situasional)
Siswa menghibur teman yang
sedih √
Menghibur teman yang
sedang berdukacita
Siswa membantu teman yang
sedang kesulitan √ Membantu teman yang
kesulitan belajar
Siswa menyimak lawan
bicara saat berbicara (dengan
orangtua, guru atau teman) √
Mendengarkan orang
lain berbicara dengan
sikap tenang
Siswa tidak menyela
pembicaraan ketika
berkomunikasi secara verbal
(dengan orangtua, guru atau
teman)
√
Berbicara jika lawan
bicara sudah selesai
2. Presence
(Kemampuan
Membawa Diri)
Siswa mudah bersosialisasi
dengan lingkungan baru √
Siswa mudah mendapatkan
teman
√
Siswa saling mengingatkan
agar bersikap baik √
Mengingatkan teman
agar jangan berisik
ketika proses belajar
mengajar berlangsung
3. Authenticity
(Autentisitas)
Siswa memberikan kesan
yang nyaman saat pertama
kali bertemu dengan orang
baru
√
Siswa memberikan senyuman
ketika bertemu dengan orang
lain √
Siswa memberikan
senyum
Siswa menyapa ketika
bertemu dengan orang yang
di kenal √
Siswa mengucapkan
“hai”
Siswa memberi salam (cium
tangan, anggukan kepala,
dsb) √
Siswa salim tangan
ketika bertemu dengan
tutor atau orang yang
lebih tua dari dirinya
Siswa menggunakan bahasa
yang baik saat berkomunikasi
(dengan guru atau teman) √
Siswa menggunakan
bahasa yang sopan
ketika berbicara
4. Clarity
(Kejelasan)
Siswa berinteraksi
menggunakan bahasa non
verbal √
Berupa senyuman
5. Empathy
(Empati)
Siswa menghormati teman
yang berbeda suku, agama,
ras, budaya dan gender √
Siswa menghargai
apapun yang ada di diri
teman-temannya
Siswa menerima kekurangan
temannya (fisik, materi, dsb) √
Siswa menerima
kekurangan fisiknya
dengan cara menghibur
dan membantu
temannya agar menjadi
be your self
Siswa ikut merasakan
kesedihan orang lain √
Siswa sangat mudah
tersentuh bahkan bisa
sampai menangis
Siswa ikut merasakan
kebahagiaan orang lain √
Ketika temannya
berhasil mendekati
teman lawan jenisnya
Siswa berbagi makanan
kepada teman √
Berbagi snack
Siswa berbagi minuman
kepada teman √
Berbagi softdrink
Siswa membantu guru √
LEMBAR OBSERVASI
KECERDASAN SOSIAL SISWA
DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang
ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan : B
Lokasi : Ruang Resepsionis Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas : IX (Sembilan)
Waktu : Tanggal 13 Januari 2015, jam 10:30 WIB
NO. ASPEK
PENGAMATAN
URAIAN ASPEK
PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN
1.
Situational
Awareness
(Kecerdasan
Situasional)
Siswa menghibur teman yang
sedih √
Siswa bercanda atau
mengajak ngobrol dan
memberikan solusi
Siswa membantu teman yang
sedang kesulitan √
Meminjamkan uang ke
teman yang sedang
tidak mempunyai uang
Siswa menyimak lawan
bicara saat berbicara (dengan
orangtua, guru atau teman) √
Duduk dan menyimak
tutor sedang
menyampaikan materi
pelajaran
Siswa tidak menyela
pembicaraan ketika
berkomunikasi secara verbal
(dengan orangtua, guru atau
teman)
√
2. Presence
(Kemampuan
Membawa Diri)
Siswa mudah bersosialisasi
dengan lingkungan baru √ Siswa orang yang supel
Siswa mudah mendapatkan
teman √ Siswa mudah akrab
dengan orang lain
Siswa saling mengingatkan
agar bersikap baik √
Mengingatkan teman
agar jangan buang di
tempatnya
3. Authenticity
(Autentisitas)
Siswa memberikan kesan
yang nyaman saat pertama
kali bertemu dengan orang
baru
√ Siswa menjadi diri
sendiri
Siswa memberikan senyuman
ketika bertemu dengan orang
lain √
Memberikan senyum
dengan ramah
Siswa menyapa ketika
bertemu dengan orang yang
di kenal √
Mengucapkan
Assalamu’alaikum atau
kadang-kadang “Hai,
Kak”
Siswa memberi salam (cium
tangan, anggukan kepala,
dsb) √
Salim tangan
Siswa menggunakan bahasa
yang baik saat berkomunikasi
(dengan guru atau teman) √
Bahasa yang digunakan
sopan
4. Clarity
(Kejelasan)
Siswa berinteraksi
menggunakan bahasa non
verbal
√
5. Empathy
(Empati)
Siswa menghormati teman
yang berbeda suku, agama,
ras, budaya dan gender √
Biasa aja, karena siswa
berpikir kalau dia
berteman dengan
orangnya bukan
agamanya
Siswa menerima kekurangan
temannya (fisik, materi, dsb) √ Siswa berteman seperti
biasa
Siswa ikut merasakan
kesedihan orang lain √
Saat teman gagal
pendekatan dengan
teman wanitanya
Siswa ikut merasakan
kebahagiaan orang lain √
Ikut senang kalau
temannya berhasil
pendekatan dengan
wanita yang di sukai
Siswa berbagi makanan
kepada teman √
Siswa berbagi minuman
kepada teman √
Siswa membantu guru √
Membawakan alat-alat
untuk belajar, seperti
infocus.
LEMBAR OBSERVASI
KECERDASAN SOSIAL SISWA
DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN
PETUNJUK PENGISIAN:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang
ditampilkan oleh siswa.
Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety
Nama Partisipan : N
Lokasi : Ruang Resepsionis Homeschooling Kak Seto Pondok Aren
Kelas : IX (Sembilan)
Waktu : Tanggal 13 Januari 2015, jam 08:30 WIB
NO. ASPEK
PENGAMATAN
URAIAN ASPEK
PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN
1.
Situational
Awareness
(Kecerdasan
Situasional)
Siswa menghibur teman yang
sedih √
Siswa bercanda atau
mengajak ngobrol
Siswa membantu teman yang
sedang kesulitan √
Memberi solusi
Siswa menyimak lawan
bicara saat berbicara (dengan
orangtua, guru atau teman) √
Diam dan menyimak,
kemudian berbicara
setelahnya
Siswa tidak menyela
pembicaraan ketika
berkomunikasi secara verbal
(dengan orangtua, guru atau
teman)
√
Mendengarkan tutor
ketika sedang
menjelaskan materi
2. Presence
(Kemampuan
Membawa Diri)
Siswa mudah bersosialisasi
dengan lingkungan baru √
Siswa mudah mendapatkan
teman √
Siswa saling mengingatkan
agar bersikap baik √
Memperingatkan teman
agar tidak berisik saat
pelajaran berlangsung
3. Authenticity
(Autentisitas)
Siswa memberikan kesan
yang nyaman saat pertama
kali bertemu dengan orang
baru
√
Menyapa dan bersikap
seakan sudah kenal
lama
Siswa memberikan senyuman
ketika bertemu dengan orang
lain √
Siswa tidak sungkan
memberikan senyuman
ramah dengan pegawai
tutor dan peneliti
Siswa menyapa ketika
bertemu dengan orang yang
di kenal √
Siswa mengucapkan
say hello dengan wajah
ceria
Siswa memberi salam (cium
tangan, anggukan kepala,
dsb) √
Siswa cium tangan
ketika bertemu dengan
tutor
Siswa menggunakan bahasa
yang baik saat berkomunikasi
(dengan guru atau teman) √
Siswa sopan saat
berbicara
4. Clarity
(Kejelasan)
Siswa berinteraksi
menggunakan bahasa non
verbal √
Salim saat bertemu
tutor
5. Empathy
(Empati)
Siswa menghormati teman
yang berbeda suku, agama,
ras, budaya dan gender √
Siswa tidak membeda-
bedakan teman
Siswa menerima kekurangan
temannya (fisik, materi, dsb) √
Siswa berteman seperti
biasa seperti teman
yang lain
Siswa ikut merasakan
kesedihan orang lain √
Ikut bersedih ketika
teman curhat tentang
masalah yang di hadapi
Siswa ikut merasakan
kebahagiaan orang lain √
Siswa merasa senang
ketika membantu
menyelesaikan masalah
temannya
Siswa berbagi makanan
kepada teman √
Siswa berbagi bekal
makanan dari rumah
Siswa berbagi minuman
kepada teman √
Siswa berbagi soft drink
Siswa membantu guru √ Membawakan infocus
atau kabel colokan
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA GURU
Partisipan : FZ
Jenis Kelamat : Laki-laki
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 15 Januari 2015
Waktu : 14:00 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Pak.
Partisipan : Wa’alaikumsalam. Panggil aja kakak, seperti yang lain.
Pewawancara : Oh, maaf sebelumnya saya tidak tau.
Partisipan : Iya tidak apa-apa (tersenyum). Ada apa ya kak?
Pewawancara : Perkenalkan kak, saya Chentauri mahasiswi dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menemui kakak karena
ingin melakukan wawancara dengan kakak.
Partisipan : Wawancara tentang apa ya?
Pewawancara : Begini kak, saya datang kemari karena sedang melakukan
penelitian skripsi di HSKS.
Partisipan : Penelitian tentang apa?
Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS.
Partisipan : Ooohh (manggut-manggut kepala).
Pewawancara : Kalau kakak bersedia aku wawancara, kakak harus isi
surat persetujuan dulu (memperlihatkan surat).
Partisipan : Surat untuk apa?
Pewawancara : Surat ini berisi kalau kakak bersedia menjadi informan
saya dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan data
pribadi kakak selama menjadi informan penelitian.
Partisipan : Oh begitu. Ini di isi nama lengkap atau panggilan aja?
Pewawancara : Di isi dengan nama lengkap kak.
Partisipan : Sudah (memberikan surat persetujuan).
Pewawancara : Terima kasih sudah bersedia menjadi informan saya kak
(tersenyum).
Partisipan : Iya sama-sama (tersenyum). Sekarang wawancaranya?
Pewawancara : Engga kak. Nanti kita janjian lagi untuk wawancaranya.
Hari ini saya ingin nanya-nanya tentang profil kakak dan
rekomendasi siswa untuk bisa saya ajak wawancara seperti
kakak dan sekaligus menjadi partisipan saya.
Partisipan : Oh gitu.
Pewawancara : Kapan aku bisa ketemu kakak lagi untuk wawancara?
Partisipan : Besok aja juga engga kenapa-kenapa.
Pewawancara : Besok jam berapa kak?
Partisipan : Sehabis anak-anak pulang sekolah aja, jam 14.00 WIB. Oh
ya kakak butuh berapa siswa untuk di wawancara?
Pewawancara : Minimal 2 (dua) orang kak, terserah cewek atau cowok.
Partisipan : Nanti saya carikan dulu ya kak. Saya tidak bisa kasih
sekarang nama-nama anaknya yang mau kakak
wawancara, paling saya whatsapp aja nama-namanya.
Kakak tinggal kasih nomer aja nanti saya hubungi kakak.
Pewawancara : Iya kak engga apa-apa. Terima kasih.
Partisipan : Kakak minta siswa kelas berapa?
Pewawancara : Kelas 7 (tujuh) kak sesuai dengan kakak sebagai wali
kelas hehe (tersenyum).
Partisipan : Oh iya (tersenyum).
Pewawancara : Sekarang aku mau nanya-nanya tentang profil kakak
boleh?
Partisipan : Iya boleh, silahkan.
Pewawancara : Nama lengkap kakak siapa?
Partisipan : Fxxxxxxxx.
Pewawancara : Di HS biasa di panggil apa kak? (tersenyum)
Partisipan : Biasa di panggil kak Oxx (tersenyum).
Pewawancara : Tempat tanggal lahir kakak di mana?
Partisipan : Di Jakarta.
Pewawancara : Tanggal berapa?
Partisipan : 23 Maret 1989.
Pewawancara : Tempat tinggal kakak dimana?
Partisipan : Aku tinggal di Lxxxx Bxxxx.
Pewawancara : Kakak lulusan dari universitas mana?
Partisipan : UIN Jakarta.
Pewawancara : Kakak UIN Jakarta juga?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Waktu itu ngambil jurusan apa?
Partisipan : Jurusan MIPA Fisika.
Pewawancara : Bukan dari fakultas tarbiyah kak?
Partisipan : Bukan hehe (tersenyum).
Pewawancara : Oh iya iya (menganggukkan kepala). Kakak udah berapa
lama mengajar di sini?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir sambil bersandar di kursi) jadi tutor di
sini sejak tahun 2013, kurang lebih 1 tahun setengah.
Tanggal 10 Januari 2013.
Pewawancara : Kakak wali kelas atau tutor mata pelajaran?
Partisipan : Saya wali kelas tapi untuk kelas 8 (delapan).
Pewawancara : Kalau disini semua tutor mengajar kelas 8 (delapan)
sampai kelas 9 (sembilan)?
Partisipan : Eeehhhmmm (bergumam) iya. Jadi tutor itu ngajar semua
kelas dari kelas 8 (delapan) sampai kelas 9 (sembilan). Itu
tinggal di tuker-tuker aja gitu jadwalnya.
Pewawancara : Kakak di sini mengajar mata pelajaran apa?
Partisipasi : Saya mengajar mata pelajaran IPA, saya di fisika, soalnya
kan IPA Biologi nanti ada lagi.
Pewawancara : Oh begitu kak. Oh iya kak, cara kakak mengajar
bagaimana?
Partisipan : Saya buat kontrak belajar kak. Perjanjiannya jika ada
siswa yang tidak mendengarkan pelajaran akan diberikan
peringatan dan jika sudah di beri peringatan sampai tiga
kali tapi tidak ada perubahan dari siswa barulah siswa di
kasih pilihan mau tetap di dalam kelas atau mau di luar.
Pewawancara : Dengan adanya kontrak belajar seperti itu diharapkan
siswa mudah diatur ya kak?
Partisipan : Mengharapkannya sih seperti itu, tapi biasanya anak-anak
akan bisa diatur kalo sudah ada kontrak belajar seperti itu.
Pewawancara : Kalo di kelas, ketika kakak sedang mengajar pernah buat
kelompok-kelompok engga?
Partisipan : Iya pernah. Satu kelas kan maksimal 10 orang. Nah saya
buat jadi 3 kelompok, ada yang 3 orang, ada yang 4 orang.
Biasanya saya kasih per sub bab dan nanti dipresentasikan
ke depan.
Pewawancara : Menurut kakak, kecerdasan sosial itu apa?
Partisipan : Kecerdasan sosial? Definisi kecerdasan sosial nih?
Pewawancara : Iya. Definisi menurut kakak bagaimana?
Partisipan : Kecerdasan sosial menurut saya nih yaa, kemampuan
seseorang atau seorang anak untuk bisa membaca keadaan
sekitar. Jadi dia bisa merasakan apa yang orang lain
rasakan. Artinya ketika ada orang lain merasa kesedihan,
dia ikut merasakan kesedihan. Terus ketika ada kegiatan di
sekolah dia itu ikut berpartisipasi, berarti sosialnya bagus
kan. Ya seperti itu lah kira-kira (tersenyum).
Pewawancara : Terima kasih kak atas waktu dan ketersediaan kakak untuk
saya wawancarai. Hari Jum’at tanggal 16 saya menemui
kakak lagi untuk melakukan wawancara selanjutnya.
Partisipan : Iya, sama-sama. Iya kak sampai ketemu hari Jum’at.
Pewawancara : Saya pamit pulang dulu kak, assalamu’alaikum.
Partisipan : Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA GURU
Partisipan : MF
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 09 Januari 2015
Waktu : 12:05 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Bu.
Partisipan : Wa’alaikumsalam.
Pewawancara : Maaf sebelumnya, aku enaknya manggil Ibu atau apa ya?
Partisipan : Kakak atau Ibu juga boleh. Biasanya di sini kita manggil
satu sama lain dengan sebutan kakak adik, agar seperti
keluarga (sambil tersenyum).
Pewawancara : Kalau begitu saya panggil kakak saja engga apa-apa kan?
(tersenyum)
Partisipan : Iya (tersenyum). Ada apa ya kamu menemui saya?
Pewawancara : Perkenalkan kak, saya Chentauri mahasiswi dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, saya menemui kakak
berdasarkan informasi dari humas HSKS.
Partisipan : Ada apa memangnya?
Pewawancara : Begini kak, saya menemui kakak untuk melakukan
wawancara.
Partisipan : Wawancara? Untuk apa?
Pewawancara : Iya wawancara dengan kakak. Aku sedang melakukan
penelitian skripsi kak.
Partisipan : Oh penelitian. Penelitian tentang apa?
Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa HSKS khususnya jenjang
SMP kak.
Partisipan : Ooohh (menganggukkan kepala). Lalu wawancaranya hari
ini?
Pewawancara : Engga kak. Hari ini saya bertanya-tanya tentang profil
kakak dulu dan meminta rekomendasi siswa yang nantinya
akan saya wawancarai juga seperti kakak ini.
Partisipan : Oke, boleh-boleh.
Pewawancara : Sebelumnya, kakak harus isi surat persetujuan menjadi
partisipan dulu kak (sambil menunjukkan surat
persetujuan).
Partisipan : Surat persetujuan? (Mengambil surat persetujuan)
Pewawancara : Iya kak.
Partisipan : Surat untuk apa? Isi namanya nama lengkap?
Pewawancara : Surat persetujuan ini berisi kalau kakak bersedia menjadi
informan aku dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan
data pribadi kakak selama menjadi informan penelitian
aku. Iya kak tulis nama sesuai dengan identitas.
Partisipan : Ini sudah (sambil mengembalikan surat persetujuan).
Pewawancara : Terima kasih ya kakak. Oh ya aku langsung nanya profil
kakak boleh?
Partisipan : Iya, silahkan.
Pewawancara : Nama lengkap kakak siapa?
Partisipan : Mxxxx Fxxxxxxxxx.
Pewawancara : Kalau di HS biasa di panggil apa kak? (tersenyum)
Partisipan : Biasa di panggil kak Mxxxx (tersenyum).
Pewawancara : Tempat tanggal lahir kakak di mana?
Partisipan : Di Jakarta.
Pewawancara : Tanggal berapa?
Partisipan : 21 Oktober 1989.
Pewawancara : Tempat tinggal kakak dimana?
Partisipan : Aku tinggal di Cxxxxxx.
Pewawancara : Kakak lulusan dari mana?
Partisipan : UIN.
Pewawancara : UIN Jakarta?
Partisipan : Iya (tersenyum).
Pewawancara : Lulusan dari jurusan apa kak?
Partisipan : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pewawancara : Satu almamater nih kita kak hehehe (tersenyum).
Partisipan : Iya hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Kakak udah berapa lama jadi tutor di sini?
Partisipan : Eeeehhhmm (berpikir)...saya mengajar disini kira-kira 2
tahun lebih. 2 tahun lebih dari bulan April. Berarti udah
ada 2 tahunan lah. Aku jadi tutor semenjak tanggal 16
April 2012.
Pewawancara : Kakak wali kelas atau tutor mata pelajaran?
Partisipan : Wali kelas dan tutor juga.
Pewawancara : Wali kelas kelas berapa kak?
Partisipan` : Kelas 9 (sembilan).
Pewawancara : Di HS jadi tutor apa kak?
Partisipan : Kalau di sini, eehhmm (berpikir) hampir semua tutor kalo
untuk SMP sendiri itu mengajar semua tingkatan. Kayak
misalnya eehhmm (berpikir) kayak saya mengajar Bahasa
Indonesia. Saya lulusan Bahasa Indonesia, mengajar
Bahasa Indonesia di kelas VII, VIII dan IX, gitu
(tersenyum).
Pewawancara : Oh begitu kak, berarti sama kayak kak Axxx?
Partisipan : Iya (menangguk), tapi nantinya di rolling. Satu minggu itu
kita masuk hanya tiga kali, Selasa, Kamis dan Jum’at
untuk kelas SMP, dan sedangkan pembelajarannya sendiri
itu hanya hari Selasa dan hari Kamis. Kalo hari Jum’at itu
kita ada kegiatan namanya Friday class, nah itu beragam.
Ada kegiatan kecerdasan emotional, visual, kinestetik,
agama, dan lain-lain jadi di rolling di hari Jum’at itu. Kita
sudah punya programnya semua. Sedangkan untuk
pembelajarannya sendiri satu hari itu satu, itu di hari
Selasa dan Kamis misalnya dari jam 09:00 WIB sampai
jam 12:00 WIB, jadi intensif pembelajaran paling sekitar
dua jam gitu, nah itu hanya satu pelajaran. Nah Kita
rolling dalam satu bulan.
Pewawancara : Oh begitu kak.
Partisipan : Iya kak. Oh iya, kamu butuh rekomendasi siswa berapa?
Dari kelas berapa aja?
Pewawancara : Kelas 9 (sembilan) aja kak, sesuai dengan kakak sebagai
wali kelasnya, karena kan aku tidak tau pribadi para siswa
di sini bagaimana jadi aku meminta rekomendasi siswa
sama kakak supaya mendapatkan siswa yang bisa aku ajak
untuk wawancara sekaligus menjadi partisipan pada
penelitian aku.
Partisipan : Oh begitu. Begini ya kak, aku engga bisa kasih tau anak-
anaknya siapa aja yang bisa langsung kakak wawancara
karena aku nanya anaknya terlebih dahulu, biar enak di
kakaknya juga. Bagaimana kak?
Pewawancara : Oh iya kak engga apa-apa seperti itu juga, terima kasih
banyak malah aku nya hehe (tersenyum).
Partisipan : Iya sama-sama (tersenyum). Nanti aku kabarin lewat SMS
atau whatsapp aja gimana? Ntar kakak kasih nomer kamu
aja ke aku.
Pewawancara : Iya kak nanti aku kasih nomer aku ke kakak.
Partisipan : Oke.
Pewawancara : Kakak ada yang deket banget engga sama siswa?
Partisipan : Kalo deket banget sama siswa itu hampir ke beberapa
siswa memang deket karena kalau kita mengajar di sini,
itu bukan hanya bagaimana Anda mengajar eeehhmm
(berpikir sambil melirik ke atas) transfer ilmu ke anak
didik juga, tapi cara kita adalah pendekatan dulu kepada
anak muridnya. Kalo misalkan kita tidak bisa dekat
dengan anak muridnya, kita engga bisa begitu mendalami
anak ini seperti apa dan tidak bisa untuk mengajarkan
yang benar-benar di pahami anak (tersenyum). Poin utama
adalah bagaimana cara deketin anaknya dulu gitu.
Pewawancara : Cara mengajar kakak di kelas bagaimana? Apa kakak suka
membuat kelompok-kelompok belajar agar siswa satu
sama lain dapat berinteraksi?
Partisipan : Eehhmm (berpikir) dalam beberapa materi sih iya
tergantung materinya kak. Kita kadang-kadang diskusi,
bikin kelompok kecil atau kelompok besar, nah kita sering
sih seperti itu, tergantung materinya juga. Kadang-kadang
kelompok seperti itu kan kita bisa melihat mana anak-anak
yang menonjol dalam hasil diskusi dalam satu kelompok
itu dan bagaimana anak-anak mengembangkan pola
pikirnya dari situ kan, dan kita bisa lihat interaksi siswa
dengan teman-temannya bagaimana. Kalo satu-satu kan
kadang malu ya untuk mengeluarkan pendapat, kalo
misalkan dibuat kelompok kan kita kasih tema diskusi atau
kita kasih problem, nah mereka menyelesaikan
masalahnya itu sendiri sampe akhirnya ada satu orang
yang dipilih misalnya untuk mengemukakan pendapatnya.
Nah di situ yang kita nilai bukan hanya sekedar apa
pendapatnya tapi kita juga bisa liat nih jalan pikirannya
kemana, karakter anaknya seperti apa, nah itu bisa kebaca
semua sih dari kelompok diskusi itu.
Pewawancara : Wawancara hari ini sampai di sini dulu kak. Terima kasih
sudah bersedia aku wawancarai dan sudah bersedia
meluangkan waktunya (tersenyum).
Partisipan : Iya, sama-sama. Kembali kasih (tersenyum).
Pewawancara : Untuk wawancara selanjutnya kapan aku bisa ketemu
kakak lagi?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir)…hari Senin aja gimana?
Pewawancara : Iya kak, aku terserah kakak aja bisanya kapan. Ngikutin
jadwal kakak aja.
Partisipan : Setelah selesai ngajar aja, sekitar jam 14.00 WIB.
Pewawancara : Oke kak. Aku pamit pulang ya kak.
Partisipan : Iya, hati-hati di jalan.
Pewawancara : Iya kak, terima kasih. Assalamu’alaikum (tersenyum).
Partisipan : Wa’alaikumsalam (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA GURU
Partisipan : AR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 06 Januari 2015
Waktu : 12:00 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Pak.
Partisipan : Wa’alaikumsalam.
Pewawancara : Maaf sebelumnya, aku enaknya manggil Bapak atau apa?
Partisipan : Kakak aja juga engga apa-apa (sambil tersenyum).
Pewawancara : Oh oke kak (tersenyum).
Partisipan : Ada apa ya kakak mau ketemu sama saya?
Pewawancara : Perkenalkan saya Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, saya menemui kakak berdasarkan
informasi dari humas HSKS.
Partisipan : Oh iya, lalu ada apa ya?
Pewawancara : Begini kak, saya menemui kakak untuk melakukan
wawancara dengan kakak.
Partisipan : Wawancara apa ya?
Pewawancara : Wawancara tentang kecerdasan sosial siswa HSKS
khususnya jenjang SMP kak.
Partisipan : Untuk keperluan apa?
Pewawancara : Saya sedang melakukan penelitian untuk skripsi saya, kak.
Partisipan : Oh iya (manggut-manggut kepala). Wawancara sekarang?
Pewawancara : Oh engga kak. Hari ini saya cuma bertanya-tanya tentang
profil kakak dan meminta rekomendasi siswa yang
nantinya akan saya wawancarai juga seperti kakak ini.
Partisipan : Oh kirain sekarang. Butuh berapa siswa yang akan
diwawancarai? Karena saya harus bertanya ke siswa
terlebih dahulu, apakah mereka ada waktu atau tidak.
Soalnya ya kak siswa di sini tidak hanya bersekolah di HS
tetapi mereka juga memiliki kegiatan lain di luar HS.
Pewawancara : Oh begitu ya kak. Kalau begitu saya menyesuaikan kakak
aja nanti ada berapa siswa yang bersedia untuk di
wawancara hehe (tersenyum).
Partisipan : Oke baik (sambil tersenyum).
Pewawancara : Sebelum itu, kakak harus mengisi surat persetujuan
menjadi partisipan dulu kak (sambil menunjukkan surat
persetujuan).
Partisipan : Pake surat persetujuan?
Pewawancara : Iya kak.
Partisipan : Suratnya untuk apa? Di isi nama lengkap?
Pewawancara : Surat persetujuan ini berisi kalau kakak bersedia menjadi
informan aku dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan
data pribadi kakak selama menjadi informan penelitian
aku. Iya kak, nama di isi sesuai dengan identitas ya.
Partisipan : Ini sudah (sambil mengembalikan surat persetujuan).
Pewawancara : Terima kasih kak. Oh ya, sekarang aku tanya-tanya
tentang profil kakak boleh?
Partisipan : Boleh. Tanya apa?
Pewawancara : Nama lengkap kakak siapa?
Partisipan : Axxx Rxxxxxx.
Pewawancara : Biasa di panggil siapa kak kalo di HS (tersenyum)?
Partisipan : Biasa di panggil kak Axxx (tersenyum).
Pewawancara : Tempat tanggal lahir kakak?
Partisipan : Di Jakarta.
Pewawancara : Tanggal berapa?
Partisipan : 18 Desember 1988.
Pewawancara : Tempat tinggal kakak dimana?
Partisipan : Saya tinggal di Bxxxxx.
Pewawancara : Kakak lulusan dari mana?
Partisipan : Saya masih melanjutkan studi di UIN Jakarta.
Pewawancara : Oh kakak masih studi di UIN (tersenyum).
Partisipan : Iya, kak (tersenyum).
Pewawancara : Ngambil jurusan apa kak?
Partisipan : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Pewawancara : Satu gedung sama saya berarti kak, tapi beda lantai.
Partisipan : Iya (tersenyum).
Pewawancara : Kakak udah berapa lama jadi tutor di sini?
Partisipan : Kurang lebih 1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan. Saya jadi tutor
dari tanggal 13 September 2013.
Pewawancara : Kakak wali kelas atau tutor mata pelajaran?
Partisipan : Wali kelas dan tutor juga kak.
Pewawancara : Wali kelas kelas berapa kak?
Partisipan` : Kelas 8 (delapan).
Pewawancara : Jadi tutor apa di sini?
Partisipan : Bahasa Indonesia.
Pewawancara : Oh begitu kak, berarti sama kayak kak Mxxxx berarti?
Partisipan : Iya (menangguk).
Pewawancara : Kalau cara kakak ngajar di kelas gimana sih supaya tiap
siswa sosialisasi di kelasnya bagus?
Partisipan : Eeehhhmm (berpikir, mengangkat tangan ke atas meja)
kadang aku gini kak, bikinnya...eeehhhmmm (bergumam)
kursi leter U atau engga kita bikin saling berhadap-
hadapan gitu. Nih aku di tengah (mempraktekkan dengan
kedua tangan) atau kadang aku muter, jadi semua saling
berhadapan. Semua tuh saling melihat gitu, baik temen ke
temen, temen ke kita, kita ke temen, jadi semuanya aktif
interaktif, jadi engga ada yang diem.
Pewawancara : Kakak cara mengajarnya lebih ke student center dong ya?
Partisipan : Iya, student center kak. Ada begini...(mengepalkan jari
tangan) berita, kalo yang kita tau kan kemaren kan kaya
lagi booming Air Asia gitu kan. Aku tanya kan...eehhmm
(bergumam) “Temen-temen aku bisa dong minta dari
temen-temen” gitu kan...(mencontohkan ketika meminta
respon dari pernyataan yang disampaikan ke siswa sambil
duduk). “Temen-temen...eehhmm (bergumam) ada yang
ini ga, tau...hhhmmm (bergumam lagi) berita Air Asia?”
(mencontohkan ketika bertanya kepada murid). “Ooohh
tau kok....gini gini gin” (mencontohkan jawaban siswa
ketika menjawab). “Kamu liatnya dimana sih?”, “TV kak”
(jawab siswa kata si tutor). Ada juga liat di internet, “oohh
liat di internet juga?”. Jadi eeehhhmmm (bergumam
sambil menata posisi duduknya) mulai jadi siswanya
mengeluarkan idenya juga atau pengetahuannya dianya
juga yang menyangkut materi. “Kamu tau engga apa sih
itu berita?” (mencontohkan ketika bertanya ke siswa),
“Engga tau Kak” (mencontohkan ketika siswa menjawab),
“Ya udah kamu coba sekarang browsing atau cari buku di
ruangan yang ada materi beritanya. Jadi aku tuh kalo
ngajarnya jarang pake power point, jadi lebih siswa yang
gerak, siswa yang aktif gitu.
Partisipan : Oh ya, tadi kakak minta rekomendasi siswa kelas berapa?
Pewawancara : Kelas 8 (delapan) aja kak sesuai dengan wali kelas yang
saya wawancara. Biasanya kan wali kelas lebih ngerti
dengan keadaan siswa didikannya kak hehe (tertawa).
Partisipan : Iya kak hehe (tertawa). Ya udah nanti saya hubungi
melalui SMS aja gimana?
Pewawancara : Iya kak engga apa-apa. Kak, berhubung hari ini sampai di
sini saja, selanjutnya kapan saya bisa bertemu kakak lagi
untuk melakukan wawancara selanjutnya?
Partisipan : Kapan ya? (berpikir)
Pewawancara : Saya mengikuti jadwal kakak aja, terserah kakak bisa
diwawancarai kapan.
Partisipan : Eeehhmm (berpikir)...besok saja kita wawancaranya kak,
tapi sore engga apa-apa? Karena saya ada sesuatu yang
harus dikerjain dulu.
Pewawancara : Oke engga apa-apa kak. Jam berapa saya bisa ketemunya
ya kak?
Partisipan : Jam 15:00 WIB aja kak.
Pewawancara : Iya kak, jam 15:00 WIB. Kak, terima kasih atas waktunya
hari ini dan sampai ketemu besok untuk wawancara
selanjutnya.
Partisipan : Iya kak, sama-sama.
Pewawancara : Assalamu’alaikum kak (tersenyum).
Partisipan : Wa’alaikumsalam (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan : K
Jenis Kelamat : Laki-laki
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 20 Januari 2015
Waktu : 10:30 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum perkenalkan aku Chentauri mahasiswi
dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sambil mengajak
bersalaman).
Partisipan : Iya (mengangguk sambil tersenyum). Ada apa kak?
Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi
kakak.
Partisipan : Wawancara untuk skripsi? Tentang apa emangnya kak?
Pewawancara : Iya. Kakak sedang melakukan penelitian untuk skripsi.
Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kamu
mau engga kakak wawancara?
Partisipan : Oh gitu, boleh deh aku bersedia di wawancara. Kapan
mulai wawancaranya?
Pewawancara : Berhubung sebentar lagi jam istirahat udah mau habis, kita
janjian untuk ketemu lagi buat wawancara berikutnya ya?
Besok lusa bisa?
Partisipan : Besok lusa itu hari apa ya? (berpikir)
Pewawancara : Hari Kamis.
Partisipan : Oh iya bisa, bisa. (sambil menganggukkan kepala)
Pewawancara : Oke deh wawancara selanjutnya kita ketemu hari Kamis
ya.
Partisipan : Iya kak. Jam berapa wawancaranya?
Pewawancara : Jam istirahat aja.
Partisipan : Oke, kak. Nanti wawancara di ruang konsultasi aja kak.
Pewawancara : Oke, kalo begitu. Oya, berhubung kamu bersedia untuk
diwawancarai, ini isi dulu surat persetujuannya.
Partisipan : Pake surat persetujuan? Surat persetujuan apa?
Pewawancara : Iya pake surat persetujuan. Surat persetujuannya berisi
tentang kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi
surat ini untuk merahasiakan data pribadi kamu selama
kamu menjadi informan penelitian kakak.
Partisipan : Oh begitu. Mana suratnya?
Pewawancara : Ini (menyerahkan kertas persetujuan). Silahkan di isi ya.
Partisipan : Tulis nama apa? Nama lengkap atau panggilan? Ada tanda
tangan juga?
Pewawancara : Isi dengan nama lengkap kamu ya dek. Iya ada tanda
tangannya, jangan lupa di isi juga ya.
Partisipan : Nomor induknya engga tau nih kak, gimana?
Pewawancara : Tapi disini siswanya punya nomor induk siswa kan?
Partisipan : Engga tau deh kak.
Pewawancara : Ya sudah sementara di kosongin aja dulu. Nanti kamu bisa
hubungi kakak kembali kalau udah tau nomornya.
Partisipan : Oke, ini udah. (mengembalikan surat perjanjian yang
sudah di isi)
Pewawancara : Sekarang kakak mau tanya-tanya tentang profil kamu dulu
boleh?
Partisipan : Boleh kak.
Pewawancara : Nama panjang kamu siapa?
Partisipan : KMAM.
Pewawancara : Kamu kelas berapa?
Partisipan : Kelas 7 (tujuh) B.
Pewawancara : Kamu lahir dimana dan tanggal berapa?
Partisipan : Lahir di Jakarta, 7 April 2002.
Pewawancara : Kamu tinggal dimana?
Partisipan : Di daerah deket Lippo Karawaci.
Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?
Partisipan : Dua bersaudara.
Pewawancara : Kamu kakaknya atau adeknya?
Partisipan : Adeknya.
Pewawancara : Kakak kamu cowok atau cewek?
Partisipan : Cewek.
Pewawancara : Kakak kamu kelas berapa?
Partisipan : Eeeehhmm (berpikir, melihat ke atas)...kuliah semester 6
(enam).
Pewawancara : Waaahh jauh juga ya jarak umurnya.
Partisipan : Iya (mengangguk).
Pewawancara : Kamu ke homeschooling di anter atau berangkat sendiri?
Partisipan : Di anter.
Pewawancara : Di anter siapa?
Partisipan : Supir.
Pewawancara : Supir kamu nungguin sampe pulang sekolah?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir sambil memainkan handphone) iya
di tungguin.
Pewawancara : Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?
Partisipan : Ekstrakulikuler? Eeeehhmmm (berpikir) ada kayanya.
Pewawancara : Kamu ikut ekstrakulikuler apa?
Partisipan : Fotografi.
Pewawancara : Di luar homeschooling ikut kegiatan lain engga?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir, melihat ke sebelah kanan) kalo
kegiatan lain di luar homeschooling itu aku les gitar sama
les Bahasa Inggris.
Pewawancara : Kamu les dirumah atau datang ke tempat les?
Partisipan : Dateng ke tempat les.
Pewawancara : Engga kok udah cukup wawancara hari ini. Terima kasih
ya atas waktunya, kita ketemu lagi hari Kamis untuk
wawancara selanjutnya.
Partisipan : Oke, kak. Sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan : T
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 20 Januari 2015
Waktu : 12:00 WIB
Pewawancara : Hai perkenalkan aku Chentauri mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (sambil bersalaman). Kalau boleh tau
nama kamu siapa?
Partisipan : Hai kak (bersalaman). Nama aku T. Ada apa ya kak?
Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi
kakak.
Partisipan : Penelitian tentang apa kak?
Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kamu
bersedia untuk di wawancarai engga?
Partisipan : Ooohh.. ya udah deh kak, aku mau (tersenyum). Susah
engga kak pertanyaannya? Hehehe (tertawa)
Pewawancara : Engga kok. Ini kan bukan lagi ujian lisan sama tutor hehehe
(tertawa). Kalau kamu bersedia untuk di wawancara, isi
dulu ya surat persetujuanya (sambil menyerahkan surat
persetujuan).
Partisipan : Pake surat persetujuan juga kak?
Pewawancara : Iya. Surat persetujuan ini berisi kalau kamu bersedia
menjadi informan kakak dan fungsi dari surat ini untuk
merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi
informan penelitian kakak.
Partisipan : Ini di isi semua? Nama yang di tulis, nama panggilan
sehari-hari atau nama lengkap kak?
Pewawancara : Iya di isi semua ya dek. Tulis nama lengkap kamu ya dan
jangan lupa isi nomor induk siswanya dan di tanda tangani.
Partisipan : Yah, aku gatau nomor induknya.
Pewawancara : Ya sudah dikosongkan dulu, nanti kalo kamu sudah tau
nomor induknya bisa hubungi kakak lagi ya.
Partisipan : Oke, kakak. Nih udah selesai (menyerahkan kembali surat
perjanjian).
Pewawancara : Terima kasih ya.
Partisipan : Iya, kak. Kapan mulai wawancaranya? Hari ini?
Pewawancara : Kayaknya engga hari ini, waktunya engga cukup. Kalau
besok lusa bisa kita wawancara?
Partisipan : Oh iya bisa kak. Jam berapa wawancaranya?
Pewawancara : Setelah kamu pulang sekolah aja gimana? Kamu bisa atau
engga? Soalnya di hari yang sama kakak ada wawancara
dengan siswa yang lain pas jam istirahat sekolah.
Partisipan : Oh kakak ada wawancara sama yang lain? Oke kak setelah
pulang sekolah juga engga apa-apa, aku bisa.
Pewawancara : Iya kakak ada wawancara sama yang lain. Oke deh hari
Kamis setelah pulang sekolah kita ketemu lagi untuk
wawancara selanjutnya ya?
Partisipan : Oke, kak. Mau wawancara di mana kak?
Pewawancara : Terserah kamu maunya di mana.
Partisipan : Di kantin aja gimana kak?
Pewawancara : Oke, kakak terserah kamu aja.
Partisipan : Sip kak. Kita wawancara di kantin aja. Terus sekarang ada
lagi yang bisa aku bantu kak?
Pewawancara : Iya nih ada, hehe (tersenyum). Sekarang kakak mau nanya-
nanya tentang profil kamu dulu boleh?
Partisipan : Boleh kak (tersenyum).
Pewawancara : Nama lengkap kamu siapa?
Partisipan : Nama lengkap aku TZ.
Pewawancara : Kamu kelas berapa?
Partisipan : Aku kelas 7 (tujuh), SMP kelas 1 (satu).
Pewawancara : Kelas 7 (tujuh) A.
Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan : Aku lahir di Jakarta tanggal 28 Juni 2001.
Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?
Partisipan : Tunggal. Satu-satunya (tersenyum).
Pewawancara : Oh anak tunggal. Kamu tinggal di mana?
Partisipan : Aku tinggal di apartemen daerah Tx Sxxxxxxxx. Tapi aku
juga ada rumah di daerah Pxxxxxxx.
Pewawancara : Kamu ke homeschooling di anter atau berangkat sendiri?
Partisipan : Di anter.
Pewawancara : Di anter sama siapa?
Partisipan : Sama supir ditungguin.
Pewawancara : Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?
Partisipan : Eeeehhmmm (berpikir sambil mengibas rambut) setau aku
sih nanti katanya sih ada cuman karena belom pasti
ditetapinnya kapan gitu, tapi katanya sih nanti ada.
Pewawancara : Kamu ikut kegiatan lain selain homeschooling?
Partisipan : Iya ikut.
Pewawancara : Ikut kegiatan apa?
Partisipan : Les bahasa Inggris. Baru itu aja sih, kemungkinan mau les
dancing juga.
Pewawancara : Kamu suka dancing?
Partisipan : He’eehmm...iya (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara : Sepertinya waktu istirahat udah mau abis, kamu harus
masuk ke kelas. Wawancara hari ini kita akhiri saja sampai
di sini.
Partisipan : Engga apa-apa kok kak, kalo masih ada yang mau ditanyain
dilanjutin aja wawancaranya (tersenyum).
Pewawancara : Engga kok, pertanyaan untuk hari ini udah semuanya
ditanyain. Terima kasih ya sudah meluangkan waktunya.
Hari kamis setelah kamu pulang sekolah kita ketemu di
kantin ya?
Partisipan : Oke, kak. Iya sama-sama hehe (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan : H
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 08 Januari 2015
Waktu : 09:40 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum, hai perkenalkan aku Chentauri
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sambil
bersalaman).
Partisipan : Wa’alaikumsalam, hai juga kakak (bersalaman). Kenapa ya
kak?
Pewawancara : Kakak di sini lagi penelitian untuk skripsi. Nah kamu mau
engga kakak wawancarai?
Partisipan : Wawancara aku kak? Emang tentang apa?
Pewawancara : Iya mau wawancara kamu hehe (tersenyum). Skripsi kakak
tentang kecerdasan sosial siswa SMP di Homeschooling
Kak Seto. Gimana kamu mau engga diwawancarai?
Partisipan : Ditanya apa aja nih kak? Hehehe (tersenyum)
Pewawancara : Engga ditanya macem-macem kok, tenang aja hehe
(tertawa). Kalo kamu bersedia nanti ada surat perjanjiannya,
fungsinya untuk merahasiakan data pribadi kamu, jadi
hanya kakak saja yang tau tentang data pribadi kamu.
Partisipan : Oh gitu kak, oke deh aku bersedia diwawancarai.
Pewawancara : Oke kalau kamu bersedia, silahkan isi surat perjanjian dulu
ya, ini (menyerahkan surat perjanjian).
Partisipan : Ini tulis nama lengkap kak?
Pewawancara : Iya di tulis nama lengkap kamu sesuai dengan identitas
sebenarnya ya.
Partisipan : Iya kak. Nih udah selesai di isi (tersenyum).
Pewawancara : Terima kasih (senyum).
Partisipan : Iya sama-sama (tersenyum). Wawancaranya sekarang kak?
Pewawancara : Engga sekarang. Hari ini kakak cuma mau nanya profil
kamu dulu boleh kan?
Partisipan : Boleh kak. Terus kita ada wawancara lagi nanti?
Pewawancara : Iya. Kamu bisa diwawancarai minggu depan?
Partisipan : Hari apa kak?
Pewawancara : Hari Selasa tanggal 13 Januari. Bisa engga?
Partisipan : Bentar ya kak, kayanya engga bisa deh. Hari Kamisnya aja
gimana?
Pewawancara : Oh, oke terserah kamu bisanya kapan.
Partisipan : Hari Kamis aja ya kak kita wawancaranya. Wawancaranya
di mana kak?
Pewawancara : Di kelas aja gimana? Soalnya kakak dapet izin dari wali
kelas kamu untuk mewawancarai kamu pas jam istirahat.
Partisipan : Oh, oke kak. Bisa…bisa (manggut-manggut kepala).
Pewawancara : Sekarang kakak wawancara tentang profil kamu dulu ya?
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Nama lengkap kamu siapa?
Partisipan : Nama aku HRR (tersenyum).
Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan : Aku lahir di Jakarta, 12 April 2001.
Pewawancara : Kamu kelas berapa?
Partisipan : Kelas 8 (delapan).
Pewawancara : Kamu tinggal di mana?
Partisipan : Di Pxxx Bxxxxx.
Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?
Partisipan : 2 (dua) bersaudara.
Pewawancara : Kamu kakaknya atau adiknya?
Partisipan : Aku kakaknya (tersenyum).
Pewawancara : Adik kamu cewek atau cowok?
Partisipan : Adik aku cewek kak, dia kelas 6 (enam) SD.
Pewawancara : Kamu ke homeschooling dianter atau berangkat sendiri?
Partisipan : Dianter.
Pewawancara : Dianter sama siapa?
Partisipan : Sama supir.
Pewawancara : Supir kamu nungguin sampe pulang sekolah?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?
Partisipan : Ada kak tapi belum ada yang jalan, yang baru jalan apa gitu
aku lupa hehehe (tertawa).
Pewawancara : Di luar homeschooling ikut kegiatan lain engga?
Partisipan : Engga sih kak, palingan les aja kak.
Pewawancara : Les apa kalo aku boleh tau?
Partisipan : Les bimbel kak, kayak tambahan gitu.
Pewawancara : Oke deh. Terima kasih ya atas waktunya. Kita ketemu lagi
hari Kamis untuk wawancara selanjutnya ya.
Partisipan : Iya kak, sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan : A
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 08 Januari 2015
Waktu : 10:35 WIB
Pewawancara : Hai aku Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (mengajak bersalaman dengan partisipan).
Partisipan : Hai juga kak (bersalaman). Ada apa kak?
Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi
kakak.
Partisipan : Boleh kak boleh. Tentang apa kak?
Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kalo kamu
mau di wawancara, nanti isi dulu surat persetujuannya.
Partisipan : Hah? Ada surat persetujuannya juga kak? Emang buat apa?
Pewawancara : Iya ada. Fungsi dari surat persetujuannya ini menjamin
kerahasiaan data pribadi kamu selama menjadi partisipan
kakak.
Partisipan : Oh begitu. Oke kak kapan kita mau wawancara? Sekarang
juga?
Pewawancara : Kalau sekarang waktunya engga cukup, abis istirahat kamu
masih ada pelajaran kan? Bagaimana kalau kita wawancara
minggu depan? Kamu bisa engga?
Partisipan : Iya kak aku masih ada pelajaran abis ini. Ya udah kak
minggu depan aja. Tapi hari apa kak?
Pewawancara : Hari Kamis aja gimana? Sekalian kakak ada wawancara
juga sama teman kamu.
Partisipan : Oke kak, aku bisa hari Kamis. Jam berapa kak?
Pewawancara : Setelah pulang sekolah aja gimana? Jam istirahat kakak
udah janjian wawancara sama teman kamu, kalo di satuin
nanti waktunya engga cukup, kan kalian masih ada
pelajaran setelah istirahat.
Partisipan : Oh iya kak, engga apa-apa aku bisa.
Pewawancara : Oh ya sekarang kakak mau nanya profil kamu dulu boleh?
Partisipan : Boleh kak (tersenyum).
Pewawancara : Nama kamu siapa?
Partisipan : Lengkap? Atau panggilan?
Pewawancara : Nama panggilan kamu emang siapa?
Partisipan : Axxx.
Pewawancara : Kalau nama lengkapnya?
Partisipan : ARA
Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan : Jakarta tanggal 4 Maret 2001.
Pewawancara : Kamu kelas berapa?
Partisipan : Aku kelas 8 (delapan).
Pewawancara : Rumah kamu di mana?
Partisipan : Rumahnya di Rxxxx Dxxxx.
Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?
Partisipan : 2 (dua) bersaudara.
Pewawancara : Kamu anak yang keberapa?
Partisipan : Anak terakhir, aku anak kedua kak.
Pewawancara : Kakak kamu cewek atau cowok?
Partisipan : Kakak aku cowok dan sudah kuliah.
Pewawancara : Jauh ya jaraknya sama kamu hehehe (tersenyum).
Partisipan : Iya kak hehe (tertawa).
Pewawancara : Kamu berangkat ke homeschooling di anter atau berangkat
sendiri?
Partisipan : Di anter kak.
Pewawancara : Di anter sama siapa?
Partisipan : Ke HSKS di anter supir atau mama.
Pewawancara : Supir atau mama kamu nungguin kamu sampe pulang
sekolah?
Partisipan : Engga di tungguin kak.
Pewawancara : Terus nanti kamu pulangnya bagaimana kalau tidak di
tungguin?
Partisipan : Tinggal nelfon nanti kalau udah waktunya pulang.
Pewawancara : Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?
Partisipan : Engga ada kayaknya kak.
Pewawancara : Kamu ikut kegitan lain selain homeschooling?
Partisipan : Aku les aja sih kak.
Pewawancara : Kamu les apa kalo kakak boleh tau?
Partisipan : Aku les musik kak.
Pewawancara : Kamu suka musik ya?
Partisipan : Iya kak dan pengen jadi musisi juga sih hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Semoga cita-cita kamu tercapai yaaa (tersenyum).
Partisipan : Amiiinn. Makasih kak.
Pewawancara : Untuk hari ini sampai disini dulu ya wawancaranya, kasian
kamu mau istirahat kan? Kamis depan kita ketemu untuk
wawancara selanjutnya.
Partisipan : Ga apa-apa kak, santai aja hehe (tersenyum). Oke kak.
Pewawancara : Terima kasih ya atas waktunya hari ini.
Partisipan : Oke kak, kembali kasih.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan : N
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 13 Januari 2015
Waktu : 10:35 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, aku
Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(sambil mengajak bersalaman).
Partisipan : Wa’laikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh kak
(bersalaman sambil tersenyum). Ada apa ini kak?
Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi
kakak.
Partisipan : Wawancara tentang apa kak?
Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kamu mau
engga kakak wawancara?
Partisipan : Iya kak mau.
Pewawancara : Kalo kamu bersedia kakak wawancara, ini isi dulu surat
persetujuannya (menyerahkan lembar persetujuan).
Partisipan : Surat persetujuan ini untuk apa kak?
Pewawancara : Surat persetujuan ini untuk bukti bahwa kamu bersedia
menjadi informan kakak dan fungsi dari surat ini untuk
merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi
informan penelitian kakak.
Partisipan : Aku isi dulu ya. Ini isi nama lengkap atau panggilan?
Pewawancara : Nama lengkap ya dek, sesuai sama identitas kamu. Nomor
induk siswanya dan tanda tangan jangan lupa di isi juga ya.
Partisipan : Iya kak. Nih udah selesai (mengembalikan surat persetujuan
partisipan). Wawancara sekarang kak?
Pewawancara : Terima kasih ya. Engga dek, kalau sekarang langsung
wawancara sepertinya waktunya engga cukup.
Partisipan : Terus kapan wawancaranya kak?
Pewawancara : Kamu bisanya kapan?
Partisipan : Hari sekolah aja sih kak.
Pewawancara : Minggu ini bisa? Hari Jum’at setelah kamu pulang sekolah
bisa engga?
Partisipan : InsyaAllah bisa kak.
Pewawancara : Oke, sekarang kakak mau nanya-nanya tentang profil kamu
dulu boleh?
Partisipan : Boleh kak.
Pewawancara : Nama lengkap kamu siapa?
Partisipan : NAQ.
Pewawancara : Kamu lahir dimana dan tanggal berapa?
Partisipan : Tempat tanggal lahir aku di Depok, 23 Februari 2001.
Pewawancara : Kamu tinggal dimana?
Partisipan : Di Cxxxxxx. Komplek Bxxxx Nxxx Ixxxx.
Pewawancara : Lumayan jauh ya kesini? Hehehe (tertawa)
Partisipan : Yaaaaaaaa (berpikir, melihat ke kiri) lumayan (tersenyum).
Tapi kan lewat belakang.
Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?
Partisipan : Bertiga.
Pewawancara : Kamu anak yang pertama?
Partisipan : Pertama (mengangguk).
Pewawancara : Adeknya kelas berapa?
Partisipan : Yang anak kedua kelas 5 (lima), yang ketiga kelas 2 (dua).
Pewawancara : Kamu kelas berapa?
Partisipan : Aku kelas 9 (Sembilan).
Pewawancara : Sebentar lagi mau ujian dong ya.
Partisipan : Iya hehe (tersenyum).
Pewawancara : Untuk hari ini sampai disini dulu ya dek wawancaranya.
Hari Jum’at kita ketemu lagi untuk wawancara selanjutnya
ya.
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Terima kasih atas waktunya dek.
Partisipasi : Iya kak sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan : B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 12 Februari 2015
Waktu : 11.30 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, aku
Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(sambil mengajak bersalaman).
Partisipan : Wa’laikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh, kak
(bersalaman sambil tersenyum). Ada apa kak?
Pewawancara : Begini, kakak sedang melakukan penelitian untuk skripsi
dan ingin mewawancarai kamu. Kamu bersedia untuk kakak
wawancara?
Partisipan : Wawancara kak? Duh jadi gimana gitu mau di wawancara
hahaha (tertawa).
Pewawancara : Iya kamu mau engga di wawancara?
Partisipan : Wawancara tentang apa kak?
Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kalo kamu
mau nanti isi dulu surat persetujuan.
Partisipan : Surat persetujuan apa kak? Hehehe (tertawa).
Pewawancara : Surat persetujuan kalo kamu bersedia menjadi informan
kakak dan fungsi surat itu untuk merahasiakan data pribadi
kamu selama kamu menjadi informan penelitian kakak.
Partisipan : Oooh gitu. Iya kak aku mau diwawancarai. Mana suratnya
kak?
Pewawancara : Ini dek, tolong di isi semua ya.
Partisipan : Boleh pinjem pulpen kak? Hehe (tertawa)
Pewawancara : Boleh, ini (menyerahkan pulpen).
Partisipan : Ini di tulis nama lengkap atau panggilan?
Pewawancara : Nama lengkap, sesuai sama identitas kamu ya.
Partisipan : Iya kak. Ini nomor identitas apa Kak? NIS homeschooling
kan?
Pewawancara : Iya NIS homeschooling.
Partisipan : Eh, ada tanda tangannya juga? Duuh jadi malu saya kak
pake tanda tangan segala haha (tertawa).
Pewawancara : Iya dong pake tanda tangan juga hehe (tertawa).
Partisipan : Ini kak udah selesai (menyerahkan kembali surat
persetujuan). Wawancaranya sekarang kak?
Pewawancara : Engga sekarang dek, sekarang kamu masih jam pelajaran
kan? Tadi aku ijin ke tutor kamu cuma mau wawancara
sebentar aja. Jadi hari ini aku mau nanya-nanya profil kamu
dulu boleh?
Partisipan : Boleh kak. Wawancara selanjutnya kapan kak?
Pewawancara : Minggu depan aja gimana? Jadwal kamu sekolah aja, hari
Jum’at bisa?
Partisipan : Bisa. Jam berapa wawancaranya?
Pewawancara : Jam istirahat aja gimana?
Partisipan : Siap kak.
Pewawancara : Sekarang kaka mau nanya-nanya profil kamu ya?
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Nama lengkap kamu siapa?
Partisipan : BRA
Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan : Aku lahir di Tangerang 20 Desember 2000.
Pewawancara : Di homeschooling ini ada ekstrakulikuler engga?
Partisipan : Ekstrakulikulernya sih baru ada tahun ini kak.
Pewawanacara : Kamu ikut ekstrakulikuler apa?
Partisipan : Aku masuknya futsal.
Pewawancara : Di luar HSKS ikut kegiatan lain engga?
Partisipan : Eeehhmmmm (berpikir, pandangan ke depan) sempet ikut
bola tapi lagi break aja karena udah mau UN.
Pewawancara : Latihan bolanya di mana?
Partisipan : Di Sxxxxxx, di Rxxxxxxx Mxxx.
Pewawancara : Kamu ke HSKS di anter atau berangkat sendiri?
Partisipan : Berangkat sendiri naik motor.
Pewawancara : Memang rumah kamu engga jauh dari sini?
Partisipan : Engga. Aku rumahnya di Gxxxx Rxxx.
Pewawancara : Masih di daerah-daerah Bxxxxxx?
Partisipan : Iya, masih di daerah Bxxxxxx.
Pewawancara : Kamu kelas berapa?
Partisipan : Aku kelas 9 (sembilan) A.
Pewawancara : Oke, sampai disini dulu ya wawancara kita hari ini. Kita
ketemu lagi hari Jum’at depan untuk wawancara selanjutnya
ya dek.
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Terima kasih atas waktunya hari ini dek.
Partisipan : Iya kak sama-sama. Assalamu’alaikum (salim tangan).
Pewawancara : Wa’laikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan : I
Jenis Kelamat : Perempuan
Tempat : Melalui Telepon
Tanggal : 17 Desember 2015
Waktu : 13:00 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum perkenalkan aku Chentauri mahasiswi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin melakukan
wawancara dengan kamu.
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Kemaren aku di kasih nomer telepon kamu sama Hxxx,
dia bilang langsung hubungi kamu aja kalau mau
wawancara. Sebelumnya Hxxx udah kasih tau kamu kan
kalau aku mau melakukan wawancara sama kamu?
Partisipan : Iya, kak. Hxxx nge-line aku beberapa hari yang lalu.
Emang wawancara apa sih kak?
Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi.
Kamu dipilih untuk di wawancara karena merupakan
teman terdekat dari partisipan kakak, yaitu sahabatnya
Hxxxxxx.
Partisipan : Oh iya kak, iya. Wawancaranya tentang apa emang kak?
Pewawancara : Tentang kecerdasan sosialnya si Hxxx di sekolah yang
dulu. Kamu satu sekolah sama Hxxx kan?
Partisipan : Iya satu sekolah.
Pewawancara : Kalau begitu, mau engga aku wawancara?
Partisipan : Oh gitu, mau deh. Eeehhmmm (bergumam) sekarang kak
wawancaranya? Eeehhmmm (bergumam lagi) maaf ya kak
kalo sekarang aku engga bisa.
Pewawancara : Oh, engga apa-apa kok kalo kamu engga bisa hari ini.
Kamu bisanya kapan?
Partisipan : Eehhmmm (berpikir) weekend aja kak.
Pewawancara : Besok bisa?
Partisipan : Iya bisa. Terus kita wawancaranya gimana?
Pewawancara : Oke deh wawancara selanjutnya kita ketemu hari Sabtu
ya. Eeehhmmm (bergumam)…enaknya kita ketemuan aja
gimana?
Partisipan : Ketemuan dimana? Eh, gini kak, besok aku sama Hxxx
kebetulan mau janjian ketemuan. Kalo sekalian
wawancara aja gimana?
Pewawancara : Mmmhhmmm enaknya kamu aja gimana, asal jangan
jauh-jauh karena aku dari Bekasi, hehehe (tertawa)
Partisipan : Hahaha (tertawa) jauh kak dari Bekasi.
Pewawancara : Iya.
Partisipan : Besok kita janjian makan di KFC, kak.
Pewawancara : KFC mana?
Partisipan : Itu loh KFC yang di belokan itu kak, masih di Bintaro
kok. Gimana kak?
Pewawancara : Aaah...iya aku tau. Ya udah engga apa-apa disana.
Partisipan : Wawancaranya pas makan siang aja ya?
Pewawancara : Iya boleh. Kisaran jam 12:00 WIB ya?
Partisipan : Jam 13:00 WIB lewatan aja kak.
Pewawancara : Oke, kalo begitu. Oh ya, partisipan yang bersedia di
wawancara nanti ada surat persetujuannya. Nah berhubung
kita hari ini belum ketemu, besok sebelum wawancara
kamu isi suratnya dulu ya.
Partisipan : Surat persetujuan? Surat persetujuan apa?
Pewawancara : Iya pake surat persetujuan. Surat persetujuannya berisi
tentang kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi
surat ini untuk merahasiakan data pribadi kamu selama
kamu menjadi informan penelitian kakak.
Partisipan : Oh…
Pewawancara : Sekarang kakak mau tanya-tanya tentang profil kamu dulu
boleh?
Partisipan : Boleh.
Pewawancara : Nama panjang kamu siapa?
Partisipan : Ixxxxx.
Pewawancara : Kamu kelas berapa?
Partisipan : Kelas 9 (Sembilan).
Pewawancara : Kamu sekolah dimana?
Partisipan : SMP Pxxxxxxxxxx Jxxx.
Pewawancara : Kamu lahir dimana dan tanggal berapa?
Partisipan : Aku lahir di Malang, 14 April 2001.
Pewawancara : Kamu tinggal dimana?
Partisipan : Di Bxxxxx Jxxx Sxxxxx 3A.
Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?
Partisipan : Empat bersaudara.
Pewawancara : Kamu anak yang ke berapa?
Partisipan : Keempat.
Pewawancara : Pertanyaan untuk hari ini cukup samapai di sini aja.
Terima kasih ya Ixxxxx sudah meluangkan waktunya.
Partisipan : Iya, kak. Sama-sama.
Pewawancara : Sampai ketemu besok.
Partisipan : Iya. Oh iya kak, besok kabarin ya kalo kakak udah sampe.
Pewawancara : Iya nanti aku kabarin. Aku whatsapp ke kamu atau Hxxx
ya?
Partisipan : Ke aku juga boleh, ke Hxxx juga bisa kak.
Pewawancara : Ya udah kakak tutup ya teleponnya. Assalamu’alaikum.
Partisipan : Wa’alaikum salam.
TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA
Partisipan : Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat : Melalui Telepon
Tanggal : 26 Desember 2015
Waktu : 12:00 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum perkenalkan aku Chentauri mahasiswi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin melakukan
wawancara dengan kamu.
Partisipan : Wa’alaikumsalam. Ada apa?
Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian kakak.
Partisipan : Penelitian skripsi ya kak?
Pewawancara : Iya.
Partisipan : Tentang apa?
Pewawancara : Kakak mau nanya tentang kecerdasan sosialnya si Axxx di
sekolah yang terdahulu.
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Kamu bersedia untuk di wawancarai?
Partisipan : Nanya kecerdasan sosialnya gimana kak?
Pewawancara : Begini, kamu dipilih untuk aku wawancara karena kamu
merupakan teman terdekat dari Axxx. Axxx menjadi
informan kakak di dalam penelitian skripsi ini. Kamu kan
teman terdekatnya ketika di sekolah yang dulu pastinya
kamu lebih tau keseharian Axxx ketika sekolah di sekolah
yang dulu bagaimana. Maka dari itu kakak mau nanya-
nanya tentang sosialnya Axxx sewaktu di sekolah yang
lama bagaimana.
Partisipan : Oh iya.
Pewawancara : Bagaimana, kamu bersedia untuk aku wawancara?
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Kalau kamu bersedia untuk di wawancara, ada surat
persetujuan yang harus kamu isi terlebih dahulu. Tapi
berhubung kita saat ini engga bertatap muka, nanti lembaran
ini harus di isi ketika kita ketemu untuk melakukan
wawancara selanjutnya.
Partisipan : Pake surat persetujuan kak?
Pewawancara : Iya. Surat persetujuan ini berisi kalau kamu bersedia
menjadi informan kakak dan fungsi dari surat ini untuk
merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi
informan penelitian kakak.
Partisipan : Oh iya, tadi kakak bilang ada wawancara selanjutnya.
Emang ada berapa kali wawancara?
Pewawancara : Ada dua, yaitu wawancara pembuka dan inti. Nah yang
sekarang kita lakukan ini namanya wawancara pembuka.
Partisipan : Kalo wawancara inti, kita ngapain kak?
Pewawancara : Nanti pada saat wawancara inti, isi pertanyaannya sesuai
dengan maksud dan tujuan dari penelitian skripsi kakak.
Kalau yang hari ini kita lakukan, kakak cuma nanya-nanya
tentang profil kamu.
Partisipan : Iya. Terus wawancara intinya kapan kak? Sekarang juga?
Pewawancara : Engga sekarang, nanti kita atur waktu lagi. Kamu bisanya
hari apa?
Partisipan : Besok juga bisa, tapi jangan pagi-pagi ya kak takutnya aku
belom bangun, hehehe (tertawa).
Pewawancara : Hehehe (tertawa)…iya engga pagi-pagi kok. Kamu bisanya
jam berapa?
Partisipan : Siang aja, jam 12-an kak.
Pewawancara : Oke. By the way, kita ketemuan dimana?
Partisipan : Cafe Daebak aja gimana kak?
Pewawancara : Oke deh.
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Sekarang kakak mau nanya-nanya tentang profil kamu dulu
boleh?
Partisipan : Boleh.
Pewawancara : Kamu kelas berapa?
Partisipan : Aku kelas 10, sama kayak Axxx.
Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?
Partisipan : Jakarta, 13 April 2000.
Pewawancara : Kamu tinggal dimana?
Partisipan : Komplek Bxx Jalan Raya Sxxxxxxx Blok A No.1x
Pewawancara : Daerah Dxxxx ya?
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir)…sendirian.
Pewawancara : Oh anak tunggal.
Partisipan : Iya, anak tunggal.
Pewawancara : Sekarang kamu sekolah dimana?
Partisipan : Di SMA Negeri 1 Dxxxx.
Pewawancara : Eehhhmmm (bergumam)…wawancara hari ini sampai di
sini dulu ya. Besok kita ketemu lagi untuk melakukan
wawancara selanjutnya.
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Terima kasih atas waktunya ya Yxxxxxx.
Partisipan : Iya, sama-sama kak.
Pewawancara : Assalamu’alaikum…
Partisipan : Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI GURU
Partisipan : FZ
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 16 Januari 2015
Waktu : 12:05 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum kak, apa kabar? (sambil bersalaman)
Partisipan : (Bersalaman) Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah
baik. Kakak apa kabar?
Pewawancara : Alhamdulillah baik juga.
Partisipan : Sudah terima nama-nama siswa yang akan di
wawancarai kan?
Pewawancara : Iya kak sudah.
Partisipan : Saya sudah bicara ke anaknya tadi, dia bersedia untuk di
wawancara.
Pewawancara : Oh iya kak terima kasih (tersenyum). Saya bisa bertemu
mereka kapan ya kak?
Partisipan : Untuk kapan kakak bisa wawancara dengan mereka,
nanti kakak dengan siswa saja yang menentukan harinya
karena disesuaikan dengan waktu senggangnya mereka.
Pewawancara : Oke deh kak. Tapi kak, sebelum saya mewawancarai
siswanya, saya ingin melakukan observasi terlebih
dahulu dengan mereka.
Partisipan : Oh begitu.
Pewawancara : Bagaimana kak, saya bisa observasi siswanya dulu?
Partisipan : Observasinya gimana?
Pewawancara : Jadi begini kak, saya mengamati siswa dengan melihat
unsur-unsur dari kecerdasan sosial yang sudah tertera di
lembar observasi saya. Apakah siswa rekomendasi kakak
sesuai dengan kriteria yang ada di unsur kecerdasan
sosial atau tidak.
Partisipan : Pelaksanaan observasinya di mana?
Pewawancara : Terserah di mana kak. Di kelas juga bisa.
Partisipan : Ya udah nanti dikondisikan lagi kak.
Pewawancara : Iya kak. Oh ya, kakak dekat sekali dengan siswa yang
jadi rekomendasi kakak ini?
Partisipan : Deket…deket.
Pewawancara : Mereka kalau di kelas seperti apa?
Partisipan : Di sini kan karakteristik anak beda-beda nih kak (melihat
ke arah pewawancara). Ada yang aktif, ada yang
pendiem, ada yang hyperactive, ada yang pasif. Kalo
Axx termasuk orang yang di kategorikan aktif dan
hyperactive, begitu juga dengan Txxx. Keduanya sama-
sama aktif.
Pewawancara : Kenapa bisa di bilang seperti itu kak?
Partisipan : Eeehhhmmm (bergumam)...basicnya itu mereka dari
sekolah bukan sekolah sini ya, si Axx SD-nya bukan di
sini, masuk SMP di sini, karena memang eehhmm
(berpikir, mengerutkan dahi) dia itu milih sekolah yang
tidak terlalu formal, artinya dengan karakter itu ya dia itu
karakternya dia itu banyak omong kak, jadi sulit
mengkondisikan si Axx ini untuk bisa diam di kelas,
untuk mendengarkan. Eeehhmm (bergumam) jadi kita
agak tegas sedikit. Sedangkan Txxx, mungkin karena dia
perempuan jadi bisa diatur ketika berada di dalam kelas,
tapi aktif ketika pembelajaran berlangsung.
Pewawancara : Cara kakak supaya si Axx mau mengikuti pelajaran yang
diajarkan oleh kakak di kelas bagaimana?
Partisipan : Yang pertama kita buat aturan Kak. Jadi kontrak belajar.
Lalu kalau dia sudah melenceng sedikit kita ingatkan,
biasanya satu kali saya ingatkan, dua kali saya kasih
teguran, tiga kali dia pilih mau tetap di dalam kelas atau
mau di luar. Nah kalo udah kaya gitu anak-anak akan
bisa diatur. Ini berlaku untuk semua siswa saya sih kak
(tersenyum).
Pewawancara : Kontrak belajarnya di buat ketika di awal pertemuan?
Partisipan : Iya, di awal.
Pewawancara : Sikap mereka ketika berada di homeschooling bagaimana
Kak?
Partisipan : Mereka baik sama tutor, sama siswa atau pun eeehhhmm
(bergumam) orang di sekitar homeschooling dia cukup
sopan kak dan Axx, dia sangat antusias sekali ketika ada
kegiatan yang dia terlibat di dalam kegiatan itu.
Pewawancara : Misalnya seperti apa?
Partisipan : Misalnya dia ikut, kita kan punya namanya program
project class. Terus dia ambil kelas media. Kenapa dia
milih kelas media? Karena dia senang sekali fotografi
dan menulis berita. Jadi dia pilih kesitu. Nah kan
kemaren itu kita bikin acara baksos, kalo engga salah dia
aktif sekali gitu di situ. Record-nya si Axx ini untuk
kegiatan dan eeehhmmm (berpikir, melihat ke arah
kanan) hubungan antarsiswa memang bagus.
Pewawancara : Bagaimana interaksi mereka ketika di kelas?
Partisipan : Kalo Axx...kalo Axx ini interaksi di kelas ini dia itu
orangnya humoris ya. Jadi selain banyak berbicara, dia
juga sifatnya ceria jadi teman-teman yang lain juga aktif
karena dia seperti itu. Dia itu orangnya gampang emosi.
Misalnya eehhmmm (berpikir) dia punya satu konsep,
tugas, ataupun pekerjaan yang harusnya konsepnya yang
dia inginkan itu harus sama gitu dengan apa yang dia
pikirkan. Dia dia engga dengan mudah menerima
perubahan yang terjadi di lapangan. Nah kalo Txxx, dia
ini agak lebih tenang dibandingkan dengan Axx ketika di
kelas. Dia tetep main dan ngobrol dengan teman-
temannya tapi tidak sesering Axx ketika belajar dia
berbicara kesana kemari hahaha (tertawa).
Pewawancara : Oh begitu ya kak, sepertinya Axx agak susah diatur ya
kak haha (tertawa).
Partisipan : Ya seperti itu kak, tapi anaknya baik (tersenyum). Pernah
waktu itu kita ada projek di kelas. Teman- teman dia
yang kemaren rasakan itu ketika ada projek produksi,
konsumsi dan distribusi. Itu materi IPS kalo engga salah.
Nah kita ada prakteknya tuh.
Pewawancara : Prakteknya seperti apa?
Partisipan : Waktu itu kita bikin produk, nah si Axx dan
kelompoknya ini bikin suatu produk makanan namanya
Pizza Mie, mie yang dari pizza, eehhmm (bergumam)
pizza yang dari mie maksudnya. Dia bikin konsep dari
Axx, eh ketika di lapangan engga sesuai sama konsep
yang dari dia. Nah dari situ dia agak emosi juga, temen-
temen yang lain juga ikutan kesel gitu kan. Hal seperti
itu mungkin karena mereka sedang letih.
Pewawancara : Berlangsung lama engga kak marah-marahnya?
Partisipan : Engga sih biasanya. Ketika udah dibicarakan dengan
baik-baik, ya udah baikan lagi (tersenyum).
Pewawancara : Sikap mereka kalau ketemu sama lakak di luar kelas
bagaimana?
Partisipan : Eeehhhhmm (bergumam) kalo ketemu saya di luar
sikapnya baik sih. Emang anaknya baik, setiap ketemu
saya say hello dan lagi-lagi pasti nanya masalah kamera
dan hunting-hunting engga jelas gitu (tersenyum) kalo si
Axx. Kebetulan saya juga suka foto-foto (tersenyum).
Pewawancara : Mereka suka cium tangan kalau ketemu Kakak?
Partisipan : Axx biasanya cuma “Halo, Kak Oxx”, “Ya, Axx” terus
salaman, sedangkan Txxx sama juga seperti Axx tetapi
kadang Txxx bersalaman dengan saya. Udah seperti itu
aja.
Pewawancara : Kalo pada saat belajar sikap mereka bagaimana?
Partisipan : Sikapnya di kelas, nah kalau Axx ini karakteristiknya dia
itu gampang banget terganggu. Dengan apa, kadang
dengan eehhmm (berpikir melihat ke atas) pemikirannya
dia yang di bawa dari rumah gitu kan. Terus dengan
keadaan di sekolah yang temen-temennya perintah ini
terus dia nyambungnya ke pembicaraan itu gitu kan.
Banyak faktor, apalagi dengan sikap dia yang banyak
berbicara justru sangat mudah terpancing dan lebih
cenderung kurang fokus. Jadi ketika dia fokus, dia akan
tenang. Kalau si Txxx, dia ketika belajar fokus
mendengarkan, apabila jika ada yang engga dia mengerti
dia langsung bertanya.
Pewawancara : Dengan sikap Axx yang seperti itu mengganggu
akademiknya engga kak?
Partisipan : Eeeehhmm (begumam) sejauh ini engga.
Pewawancara : Berarti anaknya masih baik ya kak?
Partisipan : Iya. Itulah bagusnya si Axx, karena basic-nya dia Axx itu
dari sekolah Islamic, jadi rasa hormat ke orang lain itu
memang ada. Karena di sini kan karakternya beda-beda.
Pewawancara : Mereka pernah memberi sanggahan ketika diskusi engga
kak?
Partisipan : Jarang sih jarang. Kalo menyanggah jarang, palingan
cuma si Axx nyeletuk (tersenyum).
Pewawancara : Kayak gimana nyeletuknya kak?
Partisipan : Sambil bercanda sih. Nyeletuknya di luar topik pelajaran.
Pewawancara : Mereka ketika berbicara dengan tutor bagaimana?
Partisipan : Pada dasarnya mereka anak yang baik dan sopan ya kak
jadi mereka bicaranya normal aja, biasa aja. Engga
terlalu formal juga, engga terlalu melunjak juga.
Pewawancara : Menurut kakak, kecerdasan sosial itu apa?
Partisipan : Kecerdasan sosial? Definisi kecerdasan sosial nih?
Pewawancara : Iya. Definisi menurut kakak bagaimana?
Partisipan : Kecerdasan sosial menurut saya nih yaa, kemampuan
seseorang atau seorang anak untuk bisa membaca
keadaan sekitar. Jadi dia bisa merasakan apa yang orang
lain rasakan. Artinya ketika ada orang lain merasa
kesedihan, dia ikut merasakan kesedihan. Terus ketika
ada kegiatan di sekolah dia itu ikut berpartisipasi, berarti
sosialnya bagus kan. Ya seperti itu lah kira-kira
(tersenyum).
Pewawancara : Terima kasih ya kak atas waktu dan ketersediaan kakak
untuk saya wawancara hari ini (tersenyum).
Partisipan : Iya, sama-sama kak (tersenyum).
Pewawancara : Assalamu’alaikum.
Partisipan : Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI GURU
Partisipan : AR
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 07 Januari 2015
Waktu : 15:14 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum, apa kabar kak? (sambil bersalaman)
Partisipan : (Bersalaman) Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah
baik. Gini kak, tadi pagi udah saya bilangin ke anak-anak
yang akan di wawancara, mereka bersedia untuk di
wawancara. Nanti untuk kapan harinya kakak janjian
langsung aja sama anaknya.
Pewawancara : Oh iya kak, baik. Tapi gini kak, sebelum aku wawancara
dengan mereka, aku mau observasi siswanya terlebih
dahulu.
Partisipan : Observasi apa tuh kak?
Pewawancara : Observasi untuk mengamati siswa dengan melihat unsur-
unsur dari kecerdasan sosial yang sudah tertera di lembar
observasi kak. Apakah siswa sesuai dengan kriteria yang
ada di unsur kecerdasan sosial atau tidak, kak.
Partisipan : Oh begitu. Kebetulan kak besok saya yang mengajar di
kelas mereka, nanti kakak memakai kelas saya untuk
observasi mereka.
Pewawancara : Boleh minta nama siswa tersebut kak?
Partisipan : Eeeehhmm (bergumam) boleh. Namanya Hxxxxxx dan
Axxxx (tersenyum).
Pewawancara : Si Hxxxxxx tingkah laku ketika berada di homeschooling
seperti apa?
Partisipan : Sopan, baik, eehhmmm (bergumam) kooperatif.
Pewawancara : Kalau Axxx tingkah lakunya dia gimana kak?
Partisipan : Sama saja dengan Hxxxxxx, dia orangnya sopan dan
baik juga sih anaknya.
Pewawancara : Untuk interaksi mereka selaku kakak sebagai tutornya
gimana?
Partisipan : Interaktif, sopan sih kak. Eehhmm (bergumam sambil
kepala di anggukan dan tersenyum).
Pewawancara : Sopannya itu yang sopan banget atau yang...?
(pertanyaan terpotong karena partisipan langsung
menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan)
Partisipan : Sopan banget. Sopan banget, mereka agak pemalu sih
sebenarnya.
Pewawancara : Ooohh pemalu.
Partisipan : Iya (mengangguk).
Pewawancara : Awal masuk ada perkenalan perindividu engga kak?
Partisipan : Ada sih (menganggukkan kepala dan tersenyum).
Pewawancara : Terus cara interaksi si mereka dengan orang-orang di
sekitar homeschooling, kakak pernah liat engga?
Partisipan : Belum ya. Tapi orangnya tuh mudah bergaul kok,
meskipun dia itu awalnya pemalu tapi kalo udah kenal
enak kok.
Pewawancara : Kalo di kelas, mereka bagaimana? (suasana lokasi
wawancara berisik karena berdekatan dengan siswa yang
sedang mengobrol ketika jam istirahat)
Partisipan : Gimana? (partisipan menanyakan kembali pertanyaan
yang ditanyakan oleh pewawancara karena disebabkan
kondisi lingkungan wawancara yang kurang kondusif)
Pewawancara : Ketika di kelas, mereka ini gimana saat proses
pembelajaran berlangsung?
Partisipan : Diem, diem. Dia ehhmm (bergumam) jarang bicara,
lebih memperhatikan. Nah, mereka berdua kalau
menurutnya, dia belum ngerti ya dia mau nanya kalo
memang dia belum ngerti.
Pewawancara : Itu diemnya karena dia?
Partisipan : Memperhatikan...memperhatikan pelajaran. Kalo dia
memang hari itu engga ngerti, dia nanya “Kak, maaf mau
nanya dong” (mengangkat tangan kanan, mencontohkan
cara Hxxxxxx ketika bertanya). Ya pokoknya gitu enak
anaknya sumpah (tersenyum).
Pewawancara : Kalo interaksi mereka sama temennya di kelas gimana
kak?
Partisipan : Eehhmm (bergumam) interaksi sama temennya pada saat
itu yaa biasa aja sih, sewajarnya.
Pewawancara : Serius, bercanda atau gimana gitu kak?
Partisipan : Bercanda (berpikir, mata melirik keatas) tetep bercanda,
cuma gak sering.
Pewawancara : Oohh pemalu. Tapi dia termasuk anak yang engga
bermasalah kan kak?
Partisipan : Engga sih engga.
Pewawancara : Kan kalo Bahasa Indonesia itu kan seringnya eehhmm
(bergumam) engga sering juga sih ya kak hehe
(tersenyum) kalo misalkan lagi ngebahas apa dan
kemudian ada simulasinya. Kakak suka bikin kaya gitu
engga di kelas?
Partisipan : Pernah. Misalkan kaya bikin cerpen atau engga bikin
puisi kita keluar kelas dan kadang bikin drama, roleplay.
Pewawancara : Kalo drama tadi, apa Kak maaf?
Partisipan : Kalo drama...kita roleplay, ituuuu bermain peran.
Pewawancara : Oohh (mengangguk).
Partisipan : Kalo misalkan dari kita, kita...eehhmm (berpikir) bareng-
bareng cari majalah ke luar, mencari gunting ke ruangan
tutor.
Pewawancara : Cari majalah atau koran untuk cari berita ya Kak?
Partisipan : Ho’oh (mengangguk).
Pewawancara : Kakak di kelas pernah bikin kelompok-kelompok kecil
engga pada saat pembelajaran? Terus mereka seperti apa
ketika bersama dengan teman kelompok?
Partisipan : Iya pernah (mengangguk). Kooperatif tuh kak (merubah
posisi duduk menjadi tegak) tergantung...kalo lagi
eehhmm (berpikir, mata melirik ke atas) temennya ada
kesulitan mereka bantuin. Jadi tuh gini, kalo orangnya
asik mereka orangnya juga asik juga. Saling apa ya
namanya (berpikir, mata melirik ke kiri bawah) yaaa
pokoknya orangnya asik aja deh. Baik kelompok atau
individu dia orangnya tuh asik.
Pewawancara : Kalo ketemu kakak diluar kelas, cara menyapa mereka
ke kakak gimana?
Partisipan : Diem aja (tersenyum)...diem.
Pewawancara : Engga pernah “say hello” atau apa gitu kak?
Partisipan : Engga, engga, jarang sekali. Kan biasanya kan kalo
murid kan kadang-kadang “hai kak”, salim atau apa, nah
mereka jarang sekali melakukan itu. Dia diem, paling
juga senyum. Malu mungkin (tersenyum).
Pewawancara : Tapi nilai akademik mereka bagaimana?
Partisipan : Bagus (berbicara dengan suara pelan, kemudian
menanggukkan kepala).
Pewawancara : Mereka kalau di kelas gimana?
Partisipan : Tenang sih kak, mendengarkan. Anaknya asik. Nah
apalagi Hxxxxxx. Dia kalo lagi belajar tuh asik. Kalo
lagi di luar pendiem.
Pewawancara : Biasanya kan kalo di dalam kelompok suka ada beradu
argumen ya kak. Terus mereka gimana kak?
Partisipan : Sebenarnya bukan berargumen, jarang-jarang kita adu
debat gitu yaa. Sebenarnya lebih ke ide sama pendapat
mereka. Anak-anak kelas 8 (delapan) ini lebih kepada
punya alasan. Mereka tuh malu, malu berargumen.
Karena yang mereka tau hanya luarnya aja tapi engga tau
dalem. Contohnya (mencontohkan ketika tanya jawab
dengan siswa) “Kamu tau engga sih berita?”, “Berita itu
yaaa (berpikir) kejadian Kak”, “Yaaa apa yang
kejadian?”, “Yaaa yang benar-benar terjadi gitu loh”,
“Ya trus apa yang terjadi?”. Kakak sengaja diemin, “bisa
engga?" (mencontohkan tanya jawab dengan siswa
kembali), “ya engga tau Kak” (jawab siswa). Jadi anak-
anak tuh hanya tau luarnya aja, tanpa tau eeehhmm
(berpikir) mungkin entah karena malu atau kurang
eeehhmm (bergumam)...kurang buat referensinya. Kalo
misal-kan di kelas, aku tuh lebih kepada pemikiran,
pendapat.
Pewawancara : Mereka termasuk siswa yang baik di kelas?
Partisipan : Baik di homeschooling sih, baik di homeschooling
(sambil manggut-manggut kepala).
Pewawancara : Mereka kalo ketemu kakak senyum aja atau jalan begitu
gitu aja? Hehe (tertawa)
Partisipan : Senyum, senyum (sambil tersenyum). Dia mah senyum.
Dia tuh senyum. Begini kak, tapi engga nyapa, senyum
ya senyum aja, ngeliat aja juga senyum.
Pewawancara : Kalo sama yang lain gimana kak?
Partisipan : Gimana?
Pewawancara : Kalo ketemu sama yang lain selain tutor gimana? Kakak
pernah liat engga?
Partisipan : Yaaaaa cuek. Eeehhhmm (bergumam) dia tuh orangnya
pemalu. Kalo misalnya yang belom di kenal, jujur yaaa
eeeehhhmm (bergumam lagi) engga mau nyapa, engga
mau negor duluan gitu.
Pewawancara : Mereka ketika berbicara sangat berhati-hati? Maksudnya
dengan menggunakan bahasa formal.
Partisipan : Awalnya baku. Awalnya baku banget. Karena aku juga
eeehhm (berpikir) engga tau ya, yang aku tau ibunya
Hxxxxxx kan guru yaa. Tapi mungkin apa karena
diajarin ibunya etika, tata krama jadi bener-bener baku.
Kayak “Kak?”, “Kenapa Hxxxxxx?”, “Aku mau nanya”,
baru gitu dia ngomong. Jadi dia mau nunjuk diri...baru
dia mau nanya “Kak, aku mau nanya”, lalu saya jawab
“Oh iya silahkan”. Tapi belakangan ini mulai aktif, biasa
aja gitu, tapi kalo lagi praktek dia aktif. Kalau Axxx juga
sama, awalnya dia berbicara formal terkadang juga dia
menggunakan bahasa baku.
Pewawancara : Kalo untuk siswa yang lain gimana?
Partisipan : Beda-beda ... beda (mengangguk). Interaktif ada, yang
diem...diemnya tuh, dia tuh ngerti pelajaran atau dia
(berpikir) hanya duduk doang gitu kan, seperti 3D gitu
kan dateng duduk diam gitu kan, aku juga engga ngerti
(tersenyum).
Pewawancara : Biasanya kakak nanggepin siswa yang diem aja gimana?
Partisipan : Aku pancing-pancing biasanya.
Pewawancara : Biasanya di pancing kayak gimana?
Partisipan : Macem-macem. Ada games, ada pertanyaan yang
melibatkan secara individual.
Pewawancara : Biasanya untuk individual Kakak ngomongin apa?
Partisipan : Ngomongin buat eehhhmm (berpikir) topik yang di sukai
siswa. Tapi emang kan dari beragam basic ya anak-
anaknya itu. Ada yang atlit, ada yang anak dari pendidik
kaya Hxxxxxx, ada juga yang apa namanya (berpikir,
mata melirik ke atas) down syndrome, ada yang normal
biasa, ada yang hyperaktif, macem-macem. Tapi murid
di sini tertib-tertib.
Pewawancara : Gamesnya biasanya kaya gimana Kak?
Partisipan : Gamesnya kaya eeehhhmm (bergumam, mencontohkan
games) kayak coba angkat tangannya, gerak-gerakin
dulu. Coba pegang hidungnya gitu kan. Coba pegang
jidatnya gitu kan. Aku kadang ngeles, coba pegang jidat
(memegang hidung) “waahh Kakak bisa aja nih” (sahut
siswa). Nah kalo ada yang salah “waahh ketahuan nih
engga konsentrasi nih” (sahut tutor kepada siswa). Nah
gitu hehehe (tertawa).
Pewawancara : Itu kakak lakuin pas lagi ngapain?
Partisipan : Belajar, ketika menyampaikan materi. Kadang kan ada
yang diem, kadang ada yang ngawur. Kadang lagi
ngebahas berita, malah ngomongin gosip orang, Raffi
Ahmad. Macem-macem, jadi engga fokus gitu loh,
maunya ke benang merah tapi malah kemana-mana. Tapi
“coba diem dulu sebentar” (suruh tutor ketika siswa tidak
fokus dengan materi pembelajaran). Ya kayak gitu sih
biar fokus lagi.
Pewawancara : Cara Kakak untuk membuat siswa fokus lagi kaya gitu
ya?
Partisipasi : Iya seringnya giu.
Pewawancara : Menurut Kakak, apa sih arti dari kecerdasan sosial?
Partisipan : Kecerdasan sosial?
Pewawancara : Iya.
Partisipan : Kecerdasan bergaul kali ya. Mudah bergaul dengan
orang baru atau teman. Jadi bukan cuma mudah bergaul
dengan lingkungan baru atau teman aja sih.
Pewawancara : Misalnya seperti apa kak?
Partisipan : Kadang kan kalo eehhhmm (berpikir) kita masuk ke
lingkungan baru gitu yaa, bukan kita yang mengikuti
lingkungan tapi bagaimana kita bisa membuat eehhmm
(berpikir lagi) lingkungan itu sesuai dengan kita gitu.
Eeehhmm (bergumam) jadi supel lah.
Pewawancara : Oke kak, wawancara kita cukup sampai di sini. Terima
kasih sudah bersedia meluangkan waktunya (tersenyum).
Partisipan : Iya kak (tersenyum).
Pewawancara : Assalamu’alaikum.
Partisipan : Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI GURU
Partisipan : MF
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 12 Januari 2015
Waktu : 14:27 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum kakak (sambil bersalaman).
Partisipan : (Bersalaman) Wa’alaikumsalam.
Pewawancara : Apa kabar kak? (tersenyum)
Partisipan : Alhamdulillah baik kak (tersenyum). Kamu apa kabar?
Pewawancara : Alhamdulillah baik juga kak (tersenyum).
Partisipan : Waktu itu sudah aku kirim nama-nama siswanya. Kamu
udah janjian wawancara sama anak-anak?
Pewawancara : Sudah kak. Hari Jum’at aku mulai wawancara dengan
mereka. Oh ya kak, sebelum aku wawancara dengan
siswa, bisa engga aku masuk kelas untuk observasi
siswanya terlebih dahulu?
Partisipan : Observasi tentang apa?
Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswanya kak. Jadi nanti saya
mengamati siswa dengan melihat unsur-unsur dari
kecerdasan sosial yang ada di lembar observasi,
kemudian dilihat apakah siswa tersebut sesuai dengan
unsur dari kecerdasan sosial. Jika memenuhi, nantinya
akan di lanjut wawancara.
Partisipan : Oh, jadi kamu mau masuk kelas?
Pewawancara : Iya kak, tapi tidak mengganggu belajar mengajar
siswanya karena aku hanya duduk di bagian belakang
dan mengamati siswanya aja kak.
Partisipan : Oh ya tidak apa-apa.
Pewawancara : Menurut Kakak, Nxxxxx dan Bxxxxx itu kalau di kelas
bagaimana?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir, melirik ke arah samping kanan)
kalau Nxxxxx atau saya biasa manggil dia Axxx ini
sebenarnya sangat sopan ya, dia baru masuk di
homeschooling Kak Seto ini di kelas 9 (sembilan) ini, di
awal semester ganjil. Nah dia entah dengan teman
sebayanya atau entah dengan tutornya dia memang
sangat sopan. Cuma memang terkadang kalo di kelas
eehhhmm (berpikir) dia mengerti untuk pembelajaran
gitu, cuma masih malu-malu untuk menyampaikan
pendapatnya gitu. Cuma kan kalo kita berinteraksi
dengan orang atau kita mengajarkan anak kan kita tau
kalo nih anak ini sebenarnya mau ngomong cuma takut
gitu. Ketika kita deketin, kita ajak ngomong “Kamu
sebenarnya tau loh, tapi kamu malu aja mau ngomong”
(mencontohkan ketika tutor berbicara kepada siswa) trus
dia senyum-senyum, nah yang seperti itu. Jadi kita lebih
ke pendekatan apa yaaa (berpikir melihat ke atas)
personal sih. Kita tau karakteristik anaknya dulu baru
kita ngajar. Bxxxxx ini anaknya sopan dan baik juga,
tetapi lebih banyak omongnya daripada Axxx ketika di
kelas hehe (tersenyum), tetapi sikapnya tetap sopan.
Intinya kedua siswa ini individu yang baik dan sopan
dengan teman ataupun dengan tutor.
Pewawancara : Kalo interaksi sama teman kelasnya gimana?
Partisipan : Kalo anaknya sendiri, interaksi dengan teman sekelasnya
seperti yang tadi saya bilang, mereka cenderung
eeehhmmm (bergumam) sangat sopan juga, eehhmm
(bergumam lagi) bahkan bisa ngajak temennya untuk
lebih komunikatif gitu. Kan ada satu karakter anak itu
yang tidak mau bicara, bukan tidak bisa bicara tapi tidak
mau bicara, entah itu karena traumatik masa kecil
akhirnya itu menjadi sebuah eeehhmm (berpikir, melihat
ke arah kanan sambil memainkan jar-jari tangan diatas
meja) apa yaa...tameng buat dirinya. Istilahnya ngambek
dalam tanda kutip gitu sama orang tuanya, trus akhirnya
kebawa sampe sekarang, sampe kelas tiga SMP, eeehhm
(bergumam) tapi dia bisa ngajak walaupun dia diem, dia
bisa ngajak temennya dan sosialisasinya pun ke temen-
temennya itu baik.
Pewawancara : Berarti Axxx itu engga diem banget gitu ya kak
orangnya?
Partisipan : Eehhhmmm (berpikir, mata menatap lurus ke depan) di
bilang diem banget juga engga, dia sosialisasinya oke,
sopan. Untuk anak yang ini eehhmm (bergumam) oke
lah.
Pewawancara : Agak sedikit pemalu mungkin?
Partisipan : Eeeehhhmmm (bergumam) di bilang pemalu bisa jadi
hehehe (tertawa). Tapi tidak mengganggu sosialisasinya
ataupun eehhmm (bergumam) pekerjaan sekolahnya.
Akademiknya bagus, dia cenderung bagus dibanding
teman-temannya.
Pewawancara : Sikap dia ketika di dalam kelompok diskusi bagaimana?
Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) kalau untuk Axxx sendiri itu,
kalau individu dia oke, dia sendiri engga masalah.
Sedangkan kalau kelompok itu, dia bisa ngebawa sih
kak. Dia bisa ngebawa temennya misalkan dalam satu
kelompok di kasih masalah, dia bisa eehhhmm (berpikir,
melihat ke atas) mengemukakan pendapatnya. Cuma
kalo misalnya untuk diajak maju ke depan misalnya,
“Axxx yang maju untuk presentasi di depan” nah dia
masih agak malu-malu, tapi kalo misalkan agak dipaksa
kaya gitu juga dia bisa. Begitu juga dengan Bxxxxx, tapi
kalo Bxxxxx masih mau kalo di ajak maju ke depan.
Cuma kalo anak-anak itu disini agak terbatas dari segi
eeehhhmm (berpikir, menatap lurus ke depan) apa yaaa
(mengerutkan dahi)...penuturan bahasanya. Maksudnya
ketika kita berbicara di depan untuk presentasi, kita kan
membutuhkan public speaking ya. Nah dia tuh ngerti nih
apa masalahnya dia ngerti, bagaimana cara
menyelesaikannya tapi cara ngomongnya itu gimana
(menggerakkan kedua tangan ke depan), nah itu sih
kebanyakan. Sama aja ketika harus nulis gitu ya, nah itu
rata-rata pointnya dapet, tapi ketika disuruh memaparkan
itu argumen-argumennya yang kurang.
Pewawancara : Berarti mereka bisa di bilang aktif ya?
Partisipan : Kalo di bilang aktif mereka aktif, cuma eeehhhmmm
(bergumam) cenderung memang, anak-anak yang bukan
hanya sekedar di sini aja ya, tapi untuk memberikan
argumen itu agak sulit gitu, entah itu malu, entah itu apa
gitu.
Pewawancara : Ketika berdiskusi di dalam kelompok, kakak kan bisa liat
nih bagaimana interaksi anak-anak. Untuk mereka
berdua, interaksinya bagaimana kak?
Partisipan : Dengan temannya?
Pewawancara : Iya.
Partisipan : Untuk Axxx, interaksi dengan temannya itu hampir tidak
ada masalah, cara bicaranya sopan, dengan temannya
sopan, dengan tutor sopan, dengan siapapun dia sopan.
Ini karakter yang memang dia bagus deh kayanya.
Mungkin kalau kakak (menunjuk pewawancara) dengar
itu ada anak homeschooling yang seperti A, seperti B,
memang di sini banyak. Cuma untuk yang saya pilih
yang namanya Nxxxxx Axxx dan Bxxxxx ini,
karakternya yang positifnya, memang dia baik gitu
(tersenyum). Entah dari akademis maupun sikapnya.
Pewawancara : Kalo ketemu sama Kakak di luar jam pelajaran di
lingkungan homeschooling sikapnya bagaimana?
Partisipan : Kalo anak-anak disini sebenarnya kalo memang bertemu
dengan kita itu lebih banyak say hi seperti biasa. Kalo
misalkan guru-guru lain, guru-guru sekolah formal
dengan anak muridnya mungkin eehhmmm (berpikir,
melihat ke kanan) apa yaa (memincingkan kepala ke
kanan) agak malu-malu atau misalkan gimana. Kalo di
kita sih kebanyakan “halo Kak” yang seperti itu. Kadang
juga ada yang salaman, tergantung anaknya. Cuma kalo
si Axxx ini dia cenderung salaman dan say hi juga.
Pewawancara : Kakak pernah liat mereka sedang berinteraksi dengan
resepsionis, office boy, petugas kantin atau yang lainnya?
Gimana interaksi si Axxx?
Partisipan : Eeehhhmm (berpikir sambil membenarkan posisi duduk)
kalo untuk interaksi ke selain tutor. Selain tutor ya?
Pewawancara : Iya, selain tutor.
Partisipan : Kalau misalkan ke office boy atau apa, saya belum
pernah melihat ya. Tapi kalo untuk resepsionis sih seperti
biasa interaksinya. Paling kalo anak-anak itu sering
menyerahkan tugas gitu kan, kalo tidak ke kita langsung
kan ke resepsionis dulu. Nah disitu kan di catat dulu
tugas-tugasnya apa. Yaaa seperti biasa, karena anak ini
cenderungnya memang eeehhhmmm (bergumam) baik,
sopan, dari segi akademisnya juga bagus, ke siapapun
juga dia baik untuk karakter yang ini.
Pewawancara : Menurut kakak, apa sih arti dari kecerdasan sosial?
Partisipan : Kalau menurut aku ya kecerdasan sosial itu di mana
seseorang mampu beradaptasi dengan lingkungan, baik
itu lingkungan sekolah, rumah atau di mana pun mereka
berada sehingga mereka mudah mendapatkan teman.
Pewawancara : Oke kak wawancara hari ini selesai sampai di sini.
Partisipan : Udah selesai?
Pewawancara : Iya kak sudah. Terima kasih ya kak sudah bersedia untuk
aku wawancara (tersenyum).
Partisipan : Iya (tersenyum).
Pewawancara : Aku pamit pulang sekarang kak, Assalamu’alaikum.
Partisipan : Wa’alaikumsalam. Hati-hati di jalan (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA
Partisipan : K
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homescshooling Kak Seto
Tanggal : 22 Januari 2015
Waktu : 10:30 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum. Hai apa kabar K?
Partisipan : Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah baik.
Pewawancara : Hari ini kita bertemu lagi untuk melanjutkan wawancara
yang kemarin lusa sempat tertunda.
Partisipan : Oh iya kak.
Pewawancara : Oke, langsung kakak mulai saja ya wawancara hari ini.
Kamu punya temen deket di homeschooling engga?
Partisipan : Punya. Malahan banyak kak. Hehe (tersenyum).
Pewawancara : Waah sebanyak apa tuh dek? Hehe (ikut tersenyum). Salah
satunya siapa?
Partisipan : Salah satunya ya?
Pewawancara : Iya. Sebutkan salah satu nama temen kamu, yang kamu
merasa sangat dekat dengan dia.
Partisipan : Eeehhmm (berpikir, melihat ke arah handphone) Axxxxx.
Pewawancara : Kenapa sih kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Eeeehhmm (berpikir)...dia baik sih.
Pewawancara : Baiknya kaya gimana?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir) yaaaa dia baik gitu, enak lah kalau
berbicara gitu.
Pewawancara : Kamu merasa nyambung banget ya kalo lagi ngobrol sama
dia?
Partisipan : Iya seperti itu.
Pewawancara : Bagaimana sih cara kamu kalo lagi main sama dia?
Partisipan : Eeehhhmmm...eeeehhmmm...eeehhhmm (berpikir sambil
menggerakkan kedua kaki) hahaha bingung kak (tertawa).
Pewawancara : Ya kaya ngapain aja misalkan kamu bermain sama dia?
Partisipan : Misalkan ya kalo ketemu pagi-pagi sering ngobrol gitu.
Pewawancara : Terus?
Partisipan : Ya gitu aja (sambil tersenyum).
Pewawancara : Punya temen atau sahabat di luar homeschooling?
Partisipan : Hhhhmmm (mengangguk, sambil sibuk bermain game di
smartphone).
Pewawancara : Punya?
Partisipan : Punya (mengangguk).
Pewawancara : Namanya siapa?
Partisipan : Fxxxx.
Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Karena (berpikir) dia itu ya seneng bermain dengan Axx.
Seneng (mengangguk-anggukkan kepala).
Pewawancara : Kalian sama-sama punya satu hobi yang sama atau
bagaimana?
Partisipan : Ya, bersepeda.
Pewawancara : Kalau bersepeda biasanya setiap hari apa?
Partisipan : Setiap eeehhmm (berpikir) akhir pekan lah.
Pewawancara : Sering akhir pekan bersepeda?
Partisipan : Engga juga.
Pewawancara : Kapan kamu ketemu sama teman-teman di home-
schooling?
Partisipan : Saat sekolah.
Pewawancara : Kalau sama teman yang di rumah?
Partisipan : Ya kalo lagi ketemu aja. Kalo lagi di depan rumah, ya
kadang ketemu.
Pewawancara : Berapa kali dalam seminggu kamu bermain dengan teman
di rumah?
Partisipan : Eehhmmm (berpikir, sambil main gadget) bisa satu kali
dalam seminggu.
Pewawancara : Kalau yang di homeschooling?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir, melihat ke atas)…tergantung pas
hari sekolahnya.
Pewawancara : Oohh jadi nentuin hari sekolah aja kalau mau ketemu
sama temen yang di homeschooling?
Partisipan : Iya (mengangguk).
Pewawancara : Biasanya ngapain aja sih yang dilakukan kalau kalian
ketemu?
Partisipan : Eehhmm ngobrol, maen bareng.
Pewawancara : Main apa sih biasanya?
Partisipan : Yaa gini, main game online ini (sambil menunjukkan
game online yang sedang dimainkan di smartphone-nya).
Pewawancara : Sering engga sih kalian ketemu?
Partisipan : Lumayan sering ketemu.
Pewawancara : Sebelumnya kamu pernah sekolah di sekolah formal?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Dimana?
Partisipan : Waktu SD, di MI Ixxxxxxxx.
Pewawancara : Kemudian sejak kapan Axx sekolah di homeschooling?
Partisipan : Sejak SMP, kelas 1.
Pewawancara : Kenapa sih lebih memilih homeschooling daripada di
sekolah formal?
Partisipan : Eeehhmm pelajarannya lebih enaklah istilahnya, lebih bisa
ngatur jadwal jadi bisa les yang lain. Terus eehhmmm apa
namanya (berpikir, melihat ke arah pintu) eehhhmmm
(bergumam) lebih banyak kegiatan yang lain selain apa
namanya belajar menetap dirumah eh salah belajar
menetap di sekolah.
Pewawancara : Menurut kamu perpedaan apa yang kamu alami ketika
sekolah di sekolah formal dengan yang di homeschooling?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir) homeschooling perbedaannya yaaa
lebih nyantai daripada sekolah formal.
Pewawancara : Kalau di sekolah formal, dulu kegiatannya ngapain aja?
Partisipan : Kalo sekolah formal ya gitu biasanya belajar, tapi apa
namanya (berpikir) outingnya lebih jarang. Outing dan apa
namanya (berpikir lagi) dan kegiatan lainnya lebih jarang
gitu.
Pewawancara : Lebih menghabiskan waktu di kelas untuk belajar begitu
ya?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Kamu merasa nyaman engga di homeschooling?
Partisipan : Eehhmm nyaman.
Pewawancara : Nyamannya gimana? Apa kamu merasa seperti bagaimana
gitu?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir) merasa enak lah. Eeehhhmm
(berpikir) bersosialisasinya lebih enak lah, lebih nyaman
gitu daripada yang lainnya.
Pewawancara : Kamu termasuk orang yang pandai bersosialisasi engga
sih?
Partisipan : Beeeuuuuhhhhh jangan di tanya (dengan wajah semangat),
pandai. Lumayan lah hahaha (tertawa).
Pewawancara : Oh ya?
Partisipan : Tanya aja sama satu angkatan, Kak hehe (tersenyum).
Pewawancara : Kamu yang paling rame ya?
Partisipan : Pualiiiiingggg rame, Kak. Hahaha (tertawa keras).
Pewawancara : Menurut kamu, sikap teman-teman di homeschooling
gimana sih?
Partisipan : Sikapnya lumayan ramah lah istilahnya daripada sekolah
lain gitu.
Pewawancara : Nah, kamu kan sekarang kelas tujuh ya di homeschooling
ini? Sikap kakak kelas kamu ke kamu seperti apa?
Partisipan : Oohh baik kok. Eeehhmmm sering ngobrol juga, lumayan
bersosialisasi.
Pewawancara : Kalo ketemu sama kakak kelas di sini biasanya ngapain?
Partisipan : Ngobrol. Hehe (tertawa pelan).
Pewawancara : Biasanya ngobrol apa?
Partisipan : Eehhmmm engga jelas haha (tertawa).
Pewawancara : Kok ga jelas? Haha. Misalnya?
Partisipan : Yaaa ngobrol aja lah, hehe (tersenyum).
Pewawancara : Kalau sikap teman-teman di sekolah yang dulu gimana
sama kamu?
Partisipan : Eeehhmmm berteman baik juga. Tapi terkadang suka agak
ada suatu pertengkaran lah.
Pewawancara : Nah yang membuat kamu sampai milih untuk home-
schooling kenapa? Ada masalah di sekolah sebelumnya?
Partisipan : Ada juga sih, tapi engga juga. Di lihat dari segi home-
schooling itu apa yaa hhhmmm (berpikir), pelajarannya
lumayan lah buat apa namanya (berpikir sambil melihat ke
atas) selain belajar menetap (di homeschooling) juga bisa
les yang lain gitu.
Pewawancara : Jadi kamu engga ada masalah disekolah yang dulu?
Partisipan : Sempet ada masalah.
Pewawancara : Masalah apa?
Partisipan : Yaa pertengkaran lah.
Pewawancara : Itu aja?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Pertengkaran besar atau apa yang membuat kamu “ah gue
bete nih buat dateng ke sekolah yang dulu”?
Partisipan : Iya, pertengkaran sempet ada yang besar dan yang kecil
juga.
Pewawancara : Sama siapa?
Partisipan : Sama temen.
Pewawancara : Satu angkatan atau sama kakak kelas?
Partisipan : Eeehhmm satu angkatan, tapi pernah juga waktu itu sama
wali kelas.
Pewawancara : Waktu kamu kelas berapa?
Partisipan : Kelas 6.
Pewawancara : Kenapa emang?
Partisipan : Wali kelasnya kaya ngejebak saya sih.
Pewawancara : Kayak gimana?
Partisipan : Ya pokoknya kaya gitu lah.
Pewawancara : Kalau kamu bersedia untuk cerita silahkan cerita saja dek,
tapi kalau engga ya tidak apa.
Partisipan : Yaa seperti itu lah. Wali kelasnya itu yaaaa kayak
menyalahkan saya lah (raut muka kesal), padahal saya tuh
apa ya (berhenti sejenak mengingat kejadian tersebut),
sebenarnya gara-gara dia juga kenapa engga...kenapa
engga datang gitu. Seperti itu.
Pewawancara : Kenapa emang masalahnya?
Partisipan : Jadi waktu itu tuh eehhhhmmm pokoknya ada pesta gitu
kan, ada acara ulang tahun gitu lah.
Pewawancara : Ulang tahun siapa?
Partisipan : Ulang tahun saya.
Pewawancara : Di mana?
Partisipan : Di sekolah.
Pewawancara : Jadi dia itu tuh lagi ngajar di tempat lain, sebenarnya
engga masalah itu aja sih, sebenarnya ada masalah lain
juga. Menyalahkan saya juga, memojok-mojokkan saya
juga, saya juga apa namanya jadi...apa yaaa (berpikir) dia
kan wali kelas saya kok masa dia mojok-mojokkin saya
jadi saya lawan aja akhirnya. Bodo amat dia wali kelas
atau siapa, namanya dia juga begitu kan yaa dia ngajak
ribut berarti kan (berbicara dengan nada sedikit marah)
makannya saya lawan. Sampe waktu itu pernah eehhmmm
kepala sekolah sempet turun tangan gitu.
Pewawancara : Kamu salah satu anak dari komite sekolah?
Partisipan : Engga.
Pewawancara : Kenapa cuma gara-gara pesta ulang tahun sampai
dipermasalahkan oleh wali kelas kamu?
Partisipan : Engga tau tuh. Bukan soal itu aja, sebenarnya ada yang
lain tadi kan udah saya bilang. Ya karena udah sangat
kesel kan, udah sangat bikin ini lah (raut wajah kesal) ya
udah saya lawan aja, sempet saya bentak waktu itu.
Pewawancara : Oohh begitu. Oke sekarang saya mau nanya, cara kamu
bergaul di homeschooling ketika di kelas ngapain aja?
Partisipan : Ngobrol hehe. Bersosialisasi sama apa tuh namanya
(berpikir)...belajar.
Pewawancara : Kalau yang di luar sekolah biasanya cara bergaul kamu
ngapain?
Partisipan : Kalo yang di luar sekolah (berpikir, mengerutkan
dahi)...yaaa kita ngobrol, ya gitu aja.
Pewawancara : Sepertinya kamu hobi banget ngobrol ya?
Partisipan : Oohh iya (wajah bersemangat).
Pewawancara : Kamu sering engga menghibur teman yang lagi sedih?
Partisipan : Eehhhmmm (berpikir) sering juga menghibur teman yang
sedih.
Pewawancara : Misalnya ngapain?
Partisipan : Udah sabar aja. Terkadang bikin sedeng-sedengan
(tersenyum). Malah kadang dia suka ngatain saya
(meletakkan jari telunjuk sebelah kanan ke dahi dengan
arah setengah miring) stres, hahaha (tertawa).
Pewawancara : Hehehe (ikut tertawa). Ngomong-ngomong kamu kalau
lagi sedih atau kesulitan suka cerita ke teman engga?
Partisipan : Suka, tapi yang biasa lah. Yang bisa diperbincangkan lah
istilahnya.
Pewawancara : Jadi engga semua masalah di ceritain ke teman ya?
Partisipan : Iya (mengangguk).
Pewawancara : Biasanya ceritanya ke siapa?
Partisipan : Ke temen.
Pewawancara : Maksudnya cerita ke temen atau sahabat?
Partisipan : Ke temen aja lah.
Pewawancara : Siapa pun itu?
Partisipan : Iya, yang bisa diajak ngobrol.
Pewawancara : Terus tanggapan temen kamu bagaimana?
Partisipan : Tanggapan eehhhhm (bergumam) temen ngobrol itu ya
ngedengerin. Eehhmm (berpikir) ya gitu aja.
Pewawancara : Temannya ngasih saran engga?
Partisipan : Yaa sedikit ngasih saran.
Pewawancara : Tadi kan kamu bilang pernah membatu teman yang lagi
sedih ya?
Partisipan : Iya (mengangguk).
Pewawancara : Biasanya kamu melakukannya bagaimana?
Partisipan : Ehhmmm menghibur aja.
Pewawancara : Ngerasa seneng engga sih udah bisa bantuin temen seperti
itu?
Partisipan : Seneng, lumayan seneng.
Pewawancara : Pernah ngerasa engga kalo setelah Axx membantu teman,
nanti suatu saat teman yang dibantu akan membalas
bantuin yang udah di berikan oleh Axx?
Partisipan : Eeehhmmm engga juga.
Pewawancara : Jadi ikhlas aja?
Partisipan : Ikhlas aja (mengangguk). Ya kalo dia membantu ya
terserah, kalo dia engga bantu ya engga apa-apa.
Pewawancara : Pernah bantu teman yang lagi kesulitan engga?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Biasanya bantuin apa?
Partisipan : Ngerjain soal.
Pewawancara : Soal apa?
Partisipan : LK.
Pewawancara : Apa itu LK?
Partisipan : Lembar Kerja.
Pewawancara : Lembar kerja mata pelajaran apa?
Partisipan : Apa aja.
Pewawancara : Semua mata pelajaran?
Partisipan : Engga juga semuanya sih.
Pewawancara : Yang kamu inget pelajaran apa?
Partisipan : IPS.
Pewawancara : Memang kamu suka IPS?
Partisipan : Iya (mengangguk).
Pewawancara : Kakak orang IPS loh hehehe (tertawa).
Partisipan : Oh ya? hehehe (tertawa).
Pewawancara : Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya?
Partisipan : Perasaan aku senang bisa membantu dia. Jadi berasa
kayak orang pinter aku-nya kak haha (tertawa bangga).
Pewawancara : Oh ya, kamu punya teman yang berbeda suku, agama, dan
kekurangan fisik?
Partisipan : Iya (mengangguk).
Pewawancara : Terus sikap kamu ke mereka bagaimana?
Partisipan : Berteman baek.
Pewawancara : Suka ngajak ngobrol mereka engga?
Partisipan : Oh suka (menganggukkan kepala).
Pewawancara : Axx termasuk orang yang mudah beradaptasi di
lingkungan baru engga?
Partisipan : Eeehhmmmm (berpikir) iya termasuk yang bisa lah.
Pewawancara : Bagaimana sih cara kamu memperkenalkan diri?
Partisipan : Dengan ngobrol hehehe (tertawa)
Pewawancara : Ngobrol apa?
Partisipan : Ya gitu.
Pewawancara : Begitunya bagaimana? Misalnya seperti kamu sok kenal
pas pertama kali bertemu?
Partisipan : Ya seperti itu. Saya SKSD aja sama teman hahaha
(tertawa).
Pewawancara : Oke, sekarang beralih ke pertanyaan selanjutnya. Kamu
itu suka berbagi makanan atau minuman engga sama
teman-teman?
Partisipan : Suka.
Pewawancara : Biasanya berbagi apa?
Partisipan : Lauk.
Pewawancara : Selalu dibawain lauk sama mama dari rumah?
Partisipan : He'ehhmm (mengangguk).
Pewawancara : Hari ini di bawain lauk sama mama?
Partisipan : Apa? (bertanya kembali)
Pewawancara : Hari ini di bawain lauk sama mama?
Partisipan : He'ehhmm (mengangguk).
Pewawancara : Axx suka bantuin tutor disini engga bawa laptop atau
buku?
Partisipan : Iya, pernah.
Pewawancara : Kamu bantuin apa?
Partisipan : Bantuin bawain laptop atau infocus.
Pewawancara : Kamu termasuk orang yang menghargai pendapat orang
lain engga sih?
Partisipan : He'ehhmm suka menghargai pendapat orang lain.
Pewawancara : Kalau ada orang yang pendapatnya berbeda dengan kamu,
sikap kamu menanggapi perbedaan pendapat tersebut
bagaimana?
Partisipan : Eehhmmm biasanya jgn gitu lah. Yaaa gitu aja sih.
Pewawancara : Kamu suka ikut merasakan kesedihan orang lain engga?
Partisipan : Suka, suka merasakan kesedihan orang lain.
Pewawancara : Misalnya seperti apa?
Partisipan : Dia nangis, ikutan nangis gitu.
Pewawancara : Bener seperti itu?
Partisipan : Ya, terkadang suka seperti itu.
Pewawancara : Oke. Sepertinya wawancara kita hari ini cukup sampai di
sini. Terima kasih sudah bersedia untuk saya wawancarai.
Partisipan : Iya sama-sama kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : T
Tempat : Kantin Homescshooling Kak Seto
Tanggal : 22 Januari 2015
Waktu : 12:00 WIB
Pewawancara : Hai T, apa kabar? Ketemu lagi ya kita hehe (tersenyum).
Partisipan : Iya, Kak. Puji Tuhan baik, Kak (tersenyum).
Pewawancara : Kita langsung mulai aja ya wawancaranya.
Partisipan : Iya, Kak.
Pewawancara : Txxx punya temen deket engga di homeschooling?
Partisipan : Eeehhmm banyak sih temen deket.
Pewawancara : Kalau boleh tau siapa namanya?
Partisipan : Kayak Mxxxx, gitu-gitu deh hehe (tertawa malu).
Pewawancara : Kenapa sih kamu suka main dengan dia?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir sambil merapihkan rambut)
sebenarnya sih banyak temen deket, cuma kalau sama dia
enak aja gitu diajak ngobrol, cerita-cerita.
Pewawancara : Biasanya ngobrolin apa?
Partisipan : Macem-macem hehehe (tertawa malu).
Pewawancara : Misalnya seperti apa?
Partisipan : Yaaa apa ya hehehe (tertawa lagi), ya cerita-cerita aja gitu
kaya curhat, tapi kalau curhat engga cuma ke dia doang.
Cerita ke yang lain juga.
Pewawancara : Biasanya sering curhat apa sih?
Partisipan : Banyak sih, tapi jarang cerita cuma berdua ada temen yang
lain juga. Ya saling curhat-curhatan aja kalo misalkan “eh
gini nih gue sama yang ini” terus minta pendapat ke
mereka.
Pewawancara : Terus cara kamu bermain sama dia bagaimana?
Partisipan : Eeehhmm mainnya?
Pewawancara : Iya.
Partisipan : Mainnya, ya ngobrol lebih sering kaya ngobrol-ngobrol
gitu.
Pewawancara : Suka pergi keluar engga?
Partisipan : Suka. Engga sering sih, tapi suka main keluar.
Pewawancara : Biasanya main kemana?
Partisipan : Makan, paling ke McD. Rame-rame sih engga cuma sama
dia doang. Maksudnya kalau jalan sama dia doang jarang
berdua, biasanya rame-rame (sambil merapihkan rambut).
Pewawancara : Punya teman atau sahabat di luar homeschooling?
Partisipan : Ada (mengangguk).
Pewawancara : Namanya siapa?
Partisipan : Cxxxxx.
Pewawancara : Seumuran sama kamu?
Partisipan : Dia kelas 3 SMP. Umur lima belas tahun.
Pewawancara : Rumahnya deket sama kamu?
Partisipan : Rumahnya deket rumah nenek aku, karena kan dulu tuh
aku tinggalnya di rumah nenek aku, terus pas aku udah
ada apartemen di Tx Sxxxxxxxx aku udah jarang ke
rumah nenek. Dia tuh temen dari kecil, udah kaya kakak
aku sendiri.
Pewawancara : Oh…kamu sekarang tinggalnya di apartemen?
Partisipan : Iya (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara : Tinggal di apartemen sama siapa?
Partisipan : Sama Mama.
Pewawancara : Kamu kenapa senang bermain dengang teman kamu yang
bernama Cxxxxx?
Partisipan : Karena dia orangnya dewasa, selalu ngingetin aku, suka
selalu ngasih saran gitu kalo “kamu kalo sama orang
begini ya” gitu. Terus kalo aku lagi curhat nih ya misalnya
sampe nangis-nangis sama dia gitu Kak.
Pewawancara : Kamu udah menganggap dia seperti kakak sendiri ya?
Partisipan : Iya (tersenyum).
Pewawancara : Cara main kamu sama Cxxxxx bagaimana sih?
Partisipan : Biasanya aku ya yang main kerumahnya sih yang lebih
sering. Paling kalo dirumah tuh kita tidur-tiduran, terus
kalo engga tidur-tiduran tuh kita ngobrol, dia curhat aku
juga curhat, ketawa-ketawa, dengerin lagu ya gitu-gitu
doang sih.
Pewawancara : Kapan kamu ketemu sama teman-teman di
homeschooling?
Partisipan : Eehhmm maksudnya kapan kaya pertama kali ketemu?
Pewawancara : Bukan. Maksudnya tuh seperti hari apa aja ketemu sama
teman di homeschooling?
Partisipan : Ooohh hari. Ya seperti hari masuk sekolah aja sih Selasa,
Kamis dan Jum’at.
Pewawancara : Berarti ngikutin jadwal hari masuk sekolah aja ya?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Engga ada hari khusus selain hari masuk sekolah?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir sambil merapihkan rambut) engga ada
sih, karena kan yang lain juga punya kegiatan yang lain di
luar homeschooling
Pewawancara : Terus kalo ketemu sama teman yang dirumah kapan?
Partisipan : Tergantung juga kalo emang aku lagi dirumah yang di
Pxxxxxxx kita bisa ketemuan, tapi kadang dia juga ada
acara jadi engga tiap hari ketemu sih.
Pewawancara : Biasanya berapa kali dalam satu minggu kamu bermain
dengan teman yang di homeschooling?
Partisipan : Eeehhmm maksudnya dalam satu minggu?
Pewawancara : Iya, dalam satu minggu.
Partisipan : Tergantung sih kak.
Pewawancara : Biasanya berapa kali?
Partisipan : Biasanyaaa (berpikir, melihat ke atas) ya kaya lagi masuk
aja kaya gini kan nanti pulang sekolah bisa jalan. Paling
seminggu tiga kali. Tergantung lah.
Pewawancara : Mungkin ketemunya disesuaikan dengan jadwal masuk
sekolah ya?
Partisipan : Engga gitu juga sih Kak. Soalnya kan mereka pada jauh-
jauh gitu rumahnya, kadang ada beberapa yang ngajak
nginep dirumahnya.
Pewawancara : Kamu sering nginep dirumah teman?
Partisipan : Belom sih. Lagi jarang nginep-nginep, yang lain sih yang
pada nginep kalo aku jarang sih.
Pewawancara : Kalau ketemu sama teman yang dirumah biasanya satu
minggu berapa kali?
Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) kadang seminggu engga ketemu
atau kadang kalo aku lagi dirumah yang ada temen-
temennya yang kaya di Pxxxxxxx itu mungkin bisa tiap
hari ketemu. Aku kan hubungin dia dulu udah pulang
sekolah belom, yuk main.
Pewawancara : Biasanya kalo kalian ketemu ngapain aja sih?
Partisipan : Ngobrol aja langsung hehehe (tertawa).
Pewawancara : Sering apa engga kegiatan tersebut dilakukan?
Partisipan : Sering hehe (tersenyum).
Pewawancara : Sebelumnya kamu pernah sekolah di sekolah formal?
Partisipan : Iya pernah.
Pewawancara : Di mana?
Partisipan : Oxx ex Lxxxxx di Pxxxxxxx.
Pewawancara : Sejak kapan kamu sekolah di homeschooling?
Partisipan : Kelas 6 SD semester satu terakhir.
Pewawancara : Kenapa sih lebih milih homeschooling daripada sekolah
formal?
Partisipan : Soalnyaaa (berpikir)...sebenarnya aku tuh dari kelas 1 SD
sekolah di sekolah formal, cuma karena udah mulai, aku
kan dari kelas 5 itu agak eehhmmm (bergumam) sering
drop badannya sakit gitu, sering masuk rumah sakit kan.
Nah kalo di sekolah formal kan masuknya engga sebebas
yang di homeschooling kan. Nah di sekolah yang dulu aku
tuh udah sempet udah kelas 6 masuk ke rumah sakit itu
satu bulan. Eh, engga sampe satu bulan hampir satu bulan
sisa harinya tuh dirumah gitu istirahat. Nah tiba-tiba
gurunya kaya mikir kalau aku tuh sakit pura-pura, terus
aku denger guru aku ngomong kalo kaya gini aku engga
bisa ikut UN. Jadinya aku udah kaya bete sendiri, aku
udah engga mau sekolah, aku sebenarnya udah sembuh.
Akhirnya sempet di cariin sekolah formal tapi kaya
sekolah eehhmmm (bergumam) Katolik gitu namanya
Fxxxx Axxxxxx tapi di situ engga cocok lagi soalnya
gurunya kayak keras gitu. Akhirnya mama nemu disini ya
udah pindah kesini (tersenyum).
Pewawancara : Kalau boleh tau emang waktu itu sakit apa sampai hampir
sebulan di rawat di rumah sakit?
Partisipan : Aku kan ada bronkitis. Iya bronkitis, cuma itu dulu kan.
Karena masih awal-awal jadi kayak parah, tapi sekarang
udah engga sering ngerasain sakit lagi.
Pewawancara : Menurut kamu perbedaan apa sih yang kamu alami ketika
bersekolah di sekolah formal dengan yang di
homeschooling?
Partisipan : Kalo di dulu ya, kalo di sekolah formal guru-gurunya pun
juga beda sama yang disini. Kalau disana kaya kalo kita
engga bisa kaya harus bisa dipaksain bisa gitu. Kalo disini
kan istilahnya kita kayak dikasih kebebasan untuk
bertanya dan kalo kita engga bisa kayak dikasih waktu dan
engga terlalu ketat juga sekolahnya. Terus kalo di
homeschooling aku bisa jadi diri aku sendiri gitu jadi
kelihatan kalo aku ini orangnya kayak gimana, ketauan
satu sama lain (ekspresi wajah bersemangat).
Pewawancara : Kamu merasa nyaman engga sekolah di homeschooling?
Partisipan : Nyaman. Ya enak aja gitu. Dari kalo untuk belajar
nyaman, temen-temennya juga walaupun misalnya ada
yang nyebelin tapi kaya buru-buru inget sih kalo dia temen
aku. Yang paling bikin nyaman itu mungkin guru, temen
sama cara belajarnya juga, jadi bikin nyaman (tersenyum).
Pewawancara : Menurut kamu sikap teman-teman di homeschooling
seperti apa?
Partisipan : Macem-macem hehe (tertawa). Kaya beda-beda sih, kan
ada yang pendiem, ada yang asik, ada yang nyambung
sama aku, ada juga yang nyebelin gitu hehe (tersenyum).
Pewawancara : Kalau sikap teman-teman homeschooling ke kamu seperti
apa?
Partisipan : Temen deket aku gitu? Apa semua temen-temen yang ada
di homeschooling?
Pewawancara : Semua temen-temen.
Partisipan : Nah beda-beda sih Kak, ada yang kaya apa yaaa (berpikir,
mengerutkan dahi) cuek, ada yang nerima aku gitu ya
diajak main.
Pewawancara : Kamu kan kelas 7, pastikan ada dua tingkat kakak kelas
kamu yaitu kelas 8 dan kelas 9. Nah sikap kakak kelas ke
kamu bagaimana?
Partisipan : Aku akrab. Justru malah temen-temen deket aku dari kelas
8. Kalau dari anak kelas 7 mungkin engga terlalu akrab
gitu. Tapi sebenarnya mereka sih welcome aja temen-
temennya, mungkin aku aja yang kayak susah kurang
eehhmm gimana yaa (berpikir, menggerakkan kaki) hehe
(tertawa). Jadi aku kebanyakan temenya anak kelas 8. Ada
kelas 7 juga tapi engga terlalu deket.
Pewawancara : Oh begitu.
Partisipan : Iya, Kak.
Pewawancara : Di kelas kamu emang jumlah siswanya berapa?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir) ada...empat orang, eh lima lima,
lima orang (kelima jari tangan kanan di keataskan sambil
menganggukkan kepala).
Pewawancara : Berapa jumlah laki-laki dan berapa jumlah perempuan?
Partisipan : Laki-laki dua tapi kayanya yang satu udah jarang masuk
mungkin DL ya jadi cuma tinggal satu dan perempuannya
ada tiga.
Pewawancara : Kalau sikap teman-teman di sekolah yang dulu kaya
gimana sih?
Partisipan : Bervariasi juga ya, beda-beda. Ada yang baik, ada yang
nyebelin. Ada salah satu temen aku yang emang engga
enak banget sifatnya nyebeliiinn banget dan itu yang bikin
aku juga jadi males masuk sekolah. Aku sempet mogok
sekolah lama gara-gara dia, karena dulu kan aku cengeng
tapi dulu ya kak hehe. Dulu aku cengeng, dia kaya sering
nge-bully aku gitu. Eeehhmm (berpkir) kaya engga suka
sama aku, suka menghasut temen-temen jadi temen-temen
di hasut untuk engga temenan sama aku.
Pewawancara : Biasanya di bully-nya seperti apa?
Partisipan : Iya lewat menghasut itu, temen-temen jadi kaya menjauh
terus kaya dikerjain gitu.
Pewawancara : Kamu di kerjain di kelas?
Partisipan : Kalo di kelas engga, eehhmmm (bergumam) cuma kalo di
luar kelas iya. Tapi keseringannya di hasut gitu,
diomongin, dijelek-jelekin.
Pewawancara : Cara bergaul kamu dengan teman-teman di homeschooling
kayak gimana sih?
Partisipan : Cara bergaulnya, yaaaaa aku menyesuaikan diri aja sih.
Merekanya kaya gimana ya akunya kaya gimana, jadi biar
engga semau aku sendiri. Tapi kalau merekanya begitu,
aku harus bisa kaya ngikutin merekanya juga gitu kan jadi
biar engga merekanya kesel gitu kan.
Pewawancara : Kamu sering bersosialisasi dengan orang-orang yang ada
di homeschooling engga?
Partisipan : Suka.
Pewawancara : Biasanya ngapain?
Partisipan : Kalo lagi lewat suka “hai” gitu doang sih hehe (tertawa),
kaya nyapa gitu Kak.
Pewawancara : Kamu sering menghibur teman yang lagi sedih engga?
Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) di homeschooling atau di luar
home-schooling?
Pewawancara : Di homeschooling dan di luar homeschooling.
Partisipan : Eeeehhmmm (berpikir melihat ke depan) kadang-kadang
sih iya. Misalkan kaya temen deket gitu kalo lagi sedih ya
bareng-bareng dihibur aja sih.
Pewawancara : Cara menghiburnya kaya gimana sih?
Partisipan : Tergantung juga sih dia sedihnya kaya gimana. Jadi
biasanya kita tenangin “udah lah engga apa-apa”, terus
kalo masalahnya sesama temen “udah biarin aja, temen itu
kaya dateng terus pergi, temen tuh emang kaya gitu”. Aku
kayak lebih ngasih penjelasan gitu sih Kak.
Pewawancara : Kamu kalau lagi sedih atau merasa kesulitan sering cerita
ke teman atau engga?
Partisipan : Iya cerita, hehe (tertawa).
Pewawancara : Cerita sama siapa?
Partisipan : Cxxxxxx.
Pewawanacara : Tanggapan teman kamu bagaimana?
Partisipan : Tanggapan dia, dia tuh sering ngasih saran atau biasanya
“ya udah lah biarin aja” atau kaya karena dia lebih dewasa
pikirannya jadi ya aku ngikutin apa saran dari dia kaya
“kamu tuh kaya gini aja kalo sama yang kayak gini”. Ya
kaya gitu-gitu aja sih Kak (tersenyum).
Pewawancara : Kalau tanggapan dari teman yang di homeschooling
bagaimana?
Partisipan : Ya sama, mereka suka ngasih saran. Terus kaya
kebanyakan mereka bilang “ya udah lah cuekin aja, engga
usah dipikirin”.
Pewawancara : Kamu pernah bantu temen yang sedang kesulitan engga?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Kamu membantu apa?
Partisipan : Tergantung. Kalo dia kesulitan dalam belajar, ya aku
bantu dia semampu aku gitu kan. Ya kalo aku tau
materinya, aku bantuin semampu aku. Tapi kalo kesulitan
yang lain, ya biasanya bantuinnnya kaya bantuin ngasih
saran. Gitu-gitu doang.
Pewawancara : Biasanya ngebantu apa?
Partisipan : Apa yaaa (berpikir sambil berpangku tangan), ya biasanya
bantuin kalo temen minta tolong apa gitu kaya dia pengen
beli apa, misalnya dia lagi kaya belum selesai ngerjain
tugas tapi dia mau minum terus aku beliin dia minum.
Pewawancara : Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir melirik ke kiri)…perasaan aku seneng
ya yang pasti. Seneng udah bisa bantuin dia, kasian juga
kan kalo dia lagi kehausan sedangkan dia lagi ngerjain
tugas.
Pewawancara : Kamu punya temen yang berbeda agama?
Partisipan : Eeehhmm banyak sih.
Pewawancara : Punya temen yang kekurangan fisik?
Partisipan : Oh ya ada. Dulu aku penah sekelas tapi sekarang udah
engga, waktu SMP pernah.
Pewawancara : Lalu sikap kamu ke mereka seperti apa?
Partisipan : Yaa biasa aja sih cuek. Tetep temen tapi kan ya kaya gitu
kan susah. Tapi biasa aja sih temenan kaya yang lain juga.
Pewawancara : Kamu termasuk orang yang mudah beradaptasi engga sih
di lingkungan baru?
Partisipan : Iya. Aku dari kecil kalo sama orang-orang baru gampang
kenalan, tapi kalo untuk kayak penyesuaian diri aku tuh
paling susah gitu, misalnya kayak dia sikapnya begini, aku
kadang kan masih suka egois sendiri Kak, tapi sekarang
udah mulai belajar sih kalo dia kayak begini aku kayak
begini.
Pewawancara : Bagaimana cara kamu memperkenalkan diri di lingkungan
baru?
Partisipan : Biasanya sih aku nyapa duluan. Terkadang nyapa duluan
atau kadang dia yang nyapa duluan, misalnya kayak
“nama kamu siapa?” baru deh kayak akrab terus ngobrol.
Pewawancara : Kamu sering engga berbagi makanan atau minuman ke
teman?
Partisipan : Hehehe (tersenyum) sering pastinya.
Pewawancara : Biasanya apa yang sering kamu bagi ke mereka?
Partisipan : Macem-macem misalnya kalo lagi jalan temen-temen
minta ngajak traktir ya aku traktir tapi nanti gantian gitu
traktirnya.
Pewawancara : Kamu sering bantu tutor engga?
Partisipan : Maksudnya bantuin tutor kaya gimana?
Pewawancara : Misalnya kaya bawain laptop atau apapun itu.
Partisipan : Oh. Iya pernah, biasanya suka dimintain tolong bawain
infocus.
Pewawancara : Kamu suka ikut merasakan kesedihan orang lain engga?
Partisipan : Kadang-kadang Kak kalo misalnya dia sedih banget jadi
aku ikutan sedih tapi kalo engga ya engga. Tergantung dia
sedih banget engga, misalnya kayak dia curhat yang sedih
jadi aku ikutan terharu dengernya, kalo biasa aja ya biasa
aja.
Pewawancara : Kamu termasuk orang yang menghargai pendapat orang
lain engga sih?
Partisipan : Iya sih, iya. Karena aku kan juga analogi kayak kelompok
gitu. Tapi kadang-kadang suka lupa gitu kan, suka kayak
tadi egois gitu, maunya pendapat sendiri tapi setelah itu
suka ke inget sendiri kalo itu kan pendapat temen, aku
harus nerima pendapat dia.
Pewawancara : Kamu kalau sama orang yang engga di kenal suka
menyapa engga?
Partisipan : Engga hehe (tersenyum). Biasanya sih kalo dia duluan
yang nyapa ya aku balik nyapa, tapi kalo engga nyapa ya
engga hahaha (tertawa).
Pewawancara : Tapi kamu pernah merasa engga kalau kamu pengen
menyapa duluan tetapi khawatir orang yang disapa engga
merespon kamu?
Partisipan : Nah iya aku sempet kaya gitu Kak. Aku takut kalo orang
yang aku sapa malah engga balik nyapa aku kan nanti
malu juga kalo di cuekin, engga cuma malu doang sih tapi
kesel juga kan Kak kalo kita lagi ngomong sama orang
tapi orang tersebut engga balik respon ke kita.
Pewawancara : Ketika kamu ketemu sama tutor di luar kelas sikap kamu
bagaimana?
Partisipan : Biasanya sih yaa salim aja biasa gitu hehe (tertawa).
Pewawancara : Sering mengingatkan teman agar bersikap baik engga?
Partisipan : Seriiiing benget, tapi kadang temennya aja yang suka cuek
gitu.
Pewawancara : Biasanya apa yang kamu lakukan?
Partisipan : Biasanya kalo dia ngobrol atau misalkan tutor lagi
menjelaskan terus aku “ssssttttt jangan berisik!” biar
semuanya bisa denger juga kan Kak, tapi kalo cuma ke
satu orang ya aku “sstttt” (menempelkan jari telunjuk ke
depan bibir) gitu, hehe (tertawa).
Pewawancara : Oke Txxx cukup sampai disini wawancara kita. Terima
kasih sudah bersedia di wawancarai (bersalaman).
Partisipan : Iya Kak, sama-sama (bersalaman).
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : H
Tempat : Ruang Belajar SMP Kelas VIII B di Homeschooling Kak
Seto
Tanggal : 15 Januari 2015
Waktu : 10:46 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum. Hai apa kabar Hxxx?
Partisipan : Wa’alaikumsalam, Alhamdulillah baik kak. Kakak apa
kabar?
Pewawancara : Alhamdulillah baik juga. Kita langsung mulai aja ya
wawancaranya?
Partisipan : Oh iya kak boleh-boleh.
Pewawancara : Kamu punya temen deket di homeschooling?
Partisipan : Punya (mengangguk).
Pewawancara : Namanya siapa?
Partisipan : Tuh (nunjuk ke arah temannya)...Axxx, Axxx, Txxxx
(melirik lagi ke arah temannya) yaaaa banyak soalnya
(menatap ke arah pewawancara kemudian tersenyum).
Pewawancara : Kenapa sih kamu senang bermain dengan mereka?
Partisipan : Orangnya baik, bersahabat juga (tersenyum).
Pewawancara : Trus kamu kalo lagi bermain dengan mereka mainnya
ngapain aja?
Partisipan : Mainnya makan hahaha (tertawa dengan keras).
Pewawancara : Kuliner ya?
Partisipan : Yaaa engga sih (tersenyum)...maksudnya yaaa (melirik
ke arah samping kanan) ngapa-ngapain aja (tersenyum).
Pewawancara : Maksudnya kaya gimana ngapainnya? Apa cuma
nongkrong? doang? Nonton?
Partisipan : Yaaaa ngobrol-ngobrol.
Pewawancara : Atau ngomongin cowok?
Partisipan : Aaaaaakkkkkkkk hahaha (tertawa terbahak-bahak
dengan suara yang keras).
Pewawancara : Gimana?
Partisipan : Yaaa...yaaa...(berpikir sambil tersenyum) ngapain aja,
engga tentu (melihat ke arah teman yang ada di
depannya).
Pewawancara : Seringnya kalo jalan tuh ngapain aja? Pergi kebioskop?
Atau yang lainnya?
Partisipan : Iya. Ya nonton doang atau jalan-jalan hehehe (tertawa).
Pewawancara : Hang out ya? (tersenyum)
Partisipan : Hehehe (tertawa).
Pewawancara : Kalo di luar homeschooling, kamu punya temen engga?
Partisipan : Punya.
Pewawancara : Temen deket banget?
Partisipan : Iya. Iya udah lama, udah 12 tahun sama dia.
Pewawancara : Kalo boleh tau namanya siapa?
Partisipan : Namanya Inxx. Jadi dari kecil aku udah temenan sama
dia.
Pewawancara : Ooohhhh Inxx. Jadi udah lama temenan sama dia. Itu
temen sekolah juga?
Partisipan : Jadi tetanggaan (sambil menggenggam kedua tangan di
atas meja). Jadi dari situ tuh udah kenal. Bener-bener
yang udah ngerti. Yang dari aku kelas 3 (sekolah dasar)
tuh aku udah dikenalin sama dia. Jadi sampai sekarang
tuh jadi sahabat. Tapi dulu tuh kita kaya berantem-
berantem gitu, terus sekarang jadi temen.
Pewawancara : Kapan waktu kamu bertemu sama temen-temen kamu?
Baik itu yang temen homeschooling atau temen rumah.
Partisipan : Kalo yang di homeschooling yaaaaa di sekolah. Kalo
yang (berpikir) yang temen, temen aku itu yang (berikir,
melirik ke bawah) kan aku jemput adek aku tuh di
sekolah. Jadi kan aku dulu sekolah disitu, jadi ketemu.
Jadi SMP sama SD waktu itu kan digabung kan. Dulu
kan aku di SMP PJ.
Pewawancara : Apa itu PJ?
Partisipan : Pxxxxxxxxxx Jxxx.
Pewawancara : Dimana lokasinya?
Partisipan : Di sektor 3 nya.
Pewawancara : Oooohh. Ngapain aja biasanya kalo ketemu sama temen
yang di rumah?
Partisipan : Yaaaa (berpikir, melihat ke atas) ngobrol, cerita-cerita,
kangen-kangenan.
Pewawancara : Trus jalan?
Partisipan : Iya jalan, nonton (tersenyum).
Pewawancara : Sering ketemu engga sama temen yang lama?
Partisipan : Sering sih. Soalnya kan aku kan sering jemput adek aku.
Yaaaa maksudnya engga sering banget gituu.
Pewawancara : Waktu buat jalan sama temen kamu di
homeschooling sama yang di rumah gimana?
Partisipan : Eeeehhmm (bergumam) engga terlalu sering sih. Kalo
misalkan yang di homeschooling paling ke McD, kalo
engga ke...(berpikir) ke situ-situ aja sih. Kalo yang di...di
sekolah yang lama kan mereka berangkat jam 07:15 WIB
pulang mereka ada yang jam 15:30 WIB, jam 17:00
WIB, kalo sabtu minggu tuh mereka kadang-kadang ada
les. Jadi lebih sulit aja gitu kalo mau ngajak jalan mereka
gitu.
Pewawancara : Berapa kali biasanya dalam satu minggu kamu bermain
dengan temen di rumah?
Partisipasi : Yang dimana?
Pewawancara : Sahabat kamu yang di rumah.
Partisipan : Bukan di rumah sih ituuu. Maksudnya, kan sekarang aku
udah pindah kan, jadi (berpikir)...jarang sih jarang
(mengangguk).
Pewawancara : Kalo sama temen yang di homeschooling kapan
ketemunya?
Partisipan : Yaaaaaaa pas di sekolah aja sih Kak, atau engga palingan
Line-line-an. Aku juga temenan sama anak DL.
Pewawancara : DL itu apa?
Partisipan : Kan homeschooling ada komunitas sama DL.
Pewawancara : Oooh Distance Learning?
Partisipan : Yaaaa Distance Learning (tersenyum). Ya, aku ada di
Distance Learning temennya.
Pewawancara : Sebelum sekolah di homeschooling, kamu sekolah di
sekolah formal ya?
Partisipan : Iya (menganggukkan kepala kemudian tersenyum). Aku
dari TK sampe SMP semester dua akhir...(berpikir) eh
semester dua tengah-tengah aku di formal.
Pewawancara : Semester dua kelas berapa?
Partisipan : Semester dua kelas satu SMP, yang mau akhir-akhir
UAS trus aku pindah kesini.
Pewawancara : Kenapa kamu pindah?
Partisipan : Kan aku kan disitu, dulu aku sakit. Jadi tuh kaya
(berpikir) aku tiap pagi tuh, aku kan punya sakit maag,
lambung ku luka gitu kan, jadi kaya gimaa gitu...jadi
engga bisa pagi-pagi tuh aku engga boleh yang kaya
gimana-gimana (menggerakkan tangan ke arah depan).
Engga boleh terlalu capek juga, jadi home-schooling kan
waktunya cuma 3 jam. Masuk jam 10.15 eh jam 9.00 pun
baru masuk kan, jadi aku lebih milih homeschooling, dan
pendekatannya pun di homeschooling lebih cepet dari
pada di sekolah-sekolah formal lain. Kan homeschooling
cuma dikit kan jadi pendekatan murid baru sama murid
lamanya kan bisa langsung gitu hehe (tersenyum).
Pewawancara : Kamu kalo di homeschooling berarti dari kapan?
Partisipan : Dari bulan mei pas mau UAS.
Pewawancara : Kenapa sih lebih milih homeschooling daripada sekolah
formal?
Partisipasi : Gimana yaaaaaa (berpikir, mata melirik ke
atas)...maksudnya kayaaa...(berpikir lagi) enak aja kalo
sekolah di homeschooling lebih...aku nya tuh lebih
nyaman gitu (tersenyum).
Pewawancara : Nyamannya kenapa?
Partisipan : Nyamannya (berpikir, mata melihat ke kanan dan
kiri)...yaaa karena enak aja gitu sekolahnya yang engga
terlalu, terlalu apa gituu hehe (tertawa).
Pewawancara : Gitunya kenapa? Hehe (tersenyum)
Partisipan : Engga terlalu formal-formal banget.
Pewawancara : Apa di sekolah yang dulu ada kejadian atau ada masalah?
Cerita aja kalau mau cerita (tersenyum).
Partisipan : Jadi aku kan...eeehhhmm (bergumam) aku kan sakit
dan juga jarang masuk. Abis itu ada masalah sama
gurunya juga, ada masalah sama temennya juga yaa gitu
deh (tersenyum malu).
Pewawancara : Kalo sama gurunya kaya kenapa?
Partisipan : Yaaa aku kan sakit, ya pokoknya banyak deh masalahnya
susah di ceritain (tersenyum).
Pewawancara : Emang kenapa? Kamu di bully?
Partisipan : Eeehhhmm (bergumam) iya...eehhhmm bukan sih
(tersenyum)...kaya diapain yaaa...gatau lah aku bingung
(menggaruk-garukkan kepala sambil tersenyum).
Pewawancara : Yaaahh kok bingung sih, gimana? hehe (tersenyum)
Partisipan : Yaa sama kaya temen...yaaaaaa kaya di cuekin. Karena
kan dulu aku juga jarang masuk jadi kan pasti di
omongin kan. Jadi pas pertama aku masuk aku di cuekin.
Trus sama guru kan, aku kan sangking jarang masuknya,
gurunya bilang kalo sakit jangan manja, kan jadi kaya
gimaaa gitu...trus kata wakil kepala sekolah, aku kan
ceritain kan, aku kan di rujuk-rujuk ke rumah sakit
mana-mana kan memang untuk sembuh kan, trus kata dia
buang-buang duit aja...iya kan jadi gimana gitu kan
(ekspresi muka agak sedikit emosi). Ya udah, aku juga
udah engga nyaman. Aku setiap mau ke sekolah tuh aku
ketakutan, aku engga mau sekolah sangking kaya
gitunya, tuh aku sangking ketakutan gitu. Sampe aku tuh
susah banget mau sekolah.
Pewawancara : Perbedaan apa sih yang kamu alami ketika kamu
bersekolah di sekolah formal dengan yang di
homeschooling ini?
Partisipan : Kalo sekolah formal itu menurut aku lebih capek gitu ya
Kak, soalnya kan pelajarannya pun yang seni budaya pun
harus di ulang, ada ulangannya juga. Kalo disini kan
lebih enak 6 mata pelajaran, jadi lebih...lebih rileks. Kita
juga bisa belajar ngatur waktu juga. Misalnya disiplin
waktu, bisa ngatur waktu gitu.
Pewawancara : Kamu nyaman di homeschooling?
Partisipan : Nyaman banget (ekspresi wajah senang).
Pewawancara : Nyamannya gimana?
Partisipan : Yaaa aku rasanya nyaman, engga terlalu gimanaa gitu
hehehe (tersenyum). Gimana yaaaa (berpikir, melihat ke
atas)...kaya, aku seneng aja sekolah di sini. Welcome,
abis itu seru, abis itu pelajarannya eeehhmm (bergumam)
yaa bukunya aja tuh udah ngerangkum semua gitu, jadi
kaya enak aja.
Pewawancara : Menurut kamu, bagaimana teman-teman di
homeschooling ini?
Partisipan : Baik. Baik kok (tersenyum).
Pewawancara : Welcome ya?
Partisipan : He’eemm (mengangguk).
Pewawancara : Kalau teman-teman di sekolah formal, sebelum kejadian
itu gimana?
Partisipan : Baik sih...tapi kaya gimana yaaa (ekspresi wajah tidak
sesenang sebelumnya) kalo misalkan begini, misalkan
satu orang nih dicuekin jadi semuanya ikut-ikutan jadi
kaya pada sekongkolan gitu.
Pewawancara : Kaya geng-gengan ya?
Partisipan : Iya(mengangguk-anggukan kepala)
Pewawancara : Kalo di homeschooling pada geng-gengan engga?
Partisipan : Engga sih. Kita kaya temen semua aja.
Pewawancara : Kalo cara bergaul kamu di homeschooling itu kayak
gimana sih?
Partisipan : Waktu pelajaran kita ketawa-ketawa bareng, abis itu
kenalan ntar lama-lama deket.
Pewawancra : Kalo kamu ketemu sama orang baru sikap kamu gimana?
Partisipan : Aku diem (tersenyum). Aku diem dulu. Lama-lama aku
tanya namanya siapa hahaha (tertawa dengan kelihatan
gigi).
Pewawancara : Diamnya berapa lama?
Partisipan : Sampe menurut aku, aku bisa nyapa dia atau engga
hehehe (tertawa)...sampe aku berani hahaha (tertawa
lagi).
Pewawancara : Kamu pernah menghibur teman yang sedang sedih
engga?
Partisipan : Iya (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara : Caranya?
Partisipan : Nenangin dia gitu. Kaya nanya kenapa kamu sedih. Ya
gituuu hehehe (malu, tertawa).
Pewawancara : Kalau kamu lagi sedih sering cerita ke temen engga?
Tanggapan temen kamu gimana?
Partisipan : Kadang sih cerita. Yaaaaaaa (berpikir) mereka dengerin,
kadang juga ngasih saran sih.
Pewawancara : Pernah membantu teman yang kesulitan engga?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Ngapain?
Partisipan : Misalkan aku bantuin dia, dia punya masalah sama
temennya, nah aku kasih solusi. Terus dia bilang “ooh
makasih”.
Pewawancara : Perasaaan kamu ketika udah nolongin gimana?
Partisipan : Seneng.
Pewawancara : Senengnya gimana?
Partisipan : Yaaa kaya..oohh dia percaya sama gue makanya dia
ceritanya ke gue.
Pewawancara : Kamu punya perasaan engga kalo suatu saat nanti temen
yang kamu bantuin tadi akan melakukan timbal balik
nolong kamu?
Partisipan : Aku sih engga pernah mikir itu ya, yang penting kalo aku
bantuin dia kalo dia seneng ya aku seneng. Aku engga
berharap yang kaya kalo gue bantu dia, dia bakal bantu
gue juga.
Pewawancara : Kamu punya temen yang berbeda suku, agama, ras,
budaya, gender?
Partisipan : Punya.
Pewawancara : Sikap kamu ke mereka gimana?
Partisipan : Biasa aja, kaya sama aja kaya temen-temen yang lain,
cuma kita saling menghormati aja.
Pewawancara : Kalau kamu punya temen yang kekurangan fisik, sikap
kamu ke dia gimana?
Partisipan : Yaaa aku yang kaya nganggep dia kaya tmn biasa
sendiri. Tapi ya kaya kita harus lebih ngerti aja kalo dia
tuh kaya gitu.
Pewawancara : Kamu suka ikut merasa kesedihan teman kamu engga?
Partisipan : Iya ngerasa. Trus aku tanya kenapa sedih.
Pewawancara : Hxxxxxx, kalo kamu ketemu sama orang yang engga di
kenal, respon kamu tuh gimana?
Partisipan : Aku senyumin (tersenyum).
Pewawancara : Suka nyapa sama orang yang engga di kenal engga?
Misalnya kaya aku yang dateng ke homeschooling ini
dan wawancara kamu (tersenyum).
Partisipan : Aku sih senyumin dia dulu. Kalo dia nya gitu hehehe
(tersenyum) aku ya gitu hehehe (tersenyum lagi).
Pewawancara : Suka mengingatkan teman agar bersikap baik engga?
Partisipan : Kadang-kadang. Kaya Vxxxx tadi. Aku suruh ngapain
gitu kan, kaya Vxxxx cuci tangan dulu aja, gimana dong.
Gituuu.
Pewawancara : Suka berbagi makanan engga sama teman?
Partisipan : Suka. Tuh yang kaya tadi (nunjuk ke arah temannya
yang di depan pintu) hehe (tertawa). Itu yang kaya aku
bagi makanan ringan ke temen.
Pewawancara : Kamu suka bantuin kakak-kakak tutor disini engga?
Misalnya bawain laptopnya, ambilin penghapus, spidol
atau apa gitu?
Partisipan : Jarang, tapi lupa (tersenyum).
Pewawancara : Menurut Hxxxxxx, kamu itu orang yang mudah
bersosialisasi di lingkungan baru atau engga?
Partisipan : Aku yaa (berpikir)...aku orangnya kalo akunya nyaman
sama mereka, aku tuh langsung gampang berosialisasi.
Pewawancara : Mudah bergaul sama orang baru?
Partisipan : He’ehh (mengangguk).
Pewawancara : Kamu merasa mudah mendapatkan teman?
Partisipan : Aku merasa iya mudah.
Pewawancara : Biasanya kamu untuk pertama kali ketemu sama orang
baru itu gimana?
Partisipan : Pertama kita diem-dieman dulu. Lama-lama aku
senyumin dia kan, ya udah aku kenalan siapa namanya,
lama-lama deket gitu.
Pewawancara : Hxxxxxx kalo ketemu dengan tutor-tutor di lingkungan
homeschooling cara nyapanya gimana?
Partisipasi : Yaaa... “hai Kak”. Ya gitu aja sih.
Pewawancara : Terima kasih ya sudah bersedia untuk kakak
wawancarai.
Partisipan : Iya kak, sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA
Partisipan : A
Tempat : Ruang Belajar SMP Kelas VIII B di Homeschooling Kak
Seto
Tanggal : 15 Januari 2015
Waktu : 12:10 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum. Hai apa kabar Axxx? (sambil
bersalaman)
Partisipan : (Bersalaman) Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah
baik-baik. Kakak apa kabar?
Pewawancara : Alahmdulillah kakak baik juga.
Partisipan : Mulai sekarang nih kak wawancaranya?
Pewawancara : Iya di mulai sekarang aja. Oke kita mulai pertanyaannya,
kamu punya temen deket di homeschooling engga?
Partisipan : Punya, tuh (nunjuk ke arah temannya) Hxxx dan Axxx
yang paling deket sih.
Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan mereka?
Partisipan : Karena mereka care. Habis itu eeehhmmm (berpikir,
menatap pintu yang ada di depannya) walaupun mereka
kadang ngeselin, tapi kan ngeselinnya kan kaya bercanda
gitu kan jadi ya gitu dibandingkan sama yang anak-anak
gaul kan kadang mereka nyari sensasi doang jadi ya kaya
seperti itu.
Pewawancara : Bagaimana cara kamu kalo lagi bermain dengan mereka?
Partisipan : Cara mainnya ngesot kak hehehehe (tertawa), engga-
engga bercanda hehehe (tersenyum). Eeeehhmm
(berpikir) main aja kaya seru-seruan, bercanda-bercanda
gitu, kaya maen kerumahnya, abis itu kaya jalan-jalan
bareng.
Pewawancara : Punya teman selain di homeschooling?
Partisipan : Beeuuhh banyak banget kalo di luar kak. Banyak
buangeeett (wajah bersemangat).
Pewawancara : Kapan kamu bertemu dengan teman di homeschooling
atau teman di luar homeschooling?
Partisipan : Kalo di homeschooling kan yang pasti kaya sesuai hari
masuknya kan. Ya kalo sama temen luar, biasanya
kadang kaya harus komunikasi dulu kaya “Lo dimana?”,
kaya kabar-kabaran dulu baru jalan bareng.
Pewawancara : Biasanya jalan kemana?
Partisipan : Yaaa engga tentu sih, engga tentu. Biasanya ke PIM, ke
Pondok Indah Mall.
Pewawancara : Kalo ketemu ngapain aja?
Partisipan : Hehehe (tertawa) yaaa (mata melihat ke atas) hehehe
(tertawa lagi) ngobrol-ngobrol, tuh kaya misalkan sama
cewe-cewe aja ngomonginnya cowok yang pasti lah yaa
(sambil memasang wajah semangat). Abis itu ya kaya
kalo ada cowok ganteng “Eh eh eh itu cowok ganteng
banget!” yang kaya gitu (tersenyum). Tapi kalo misalkan
nongkrongnya bareng temen cowok juga jadi kaya
ngobrol biasa aja.
Pewawancara : Sering ketemu engga?
Partisipan : Eeeehhhmmm (melirik kearah teman yang sedang
berbicara dengan temannya di depan) sebenarnya aku sih
kalo di anak-anak homeschooling sering sih.
Pewawancara : Kalo sama temen yang dirumah?
Partisipan : Sering, sering (menganggukkan kepala berulang-ulang).
Pewawancara : Biasanya seminggu berapa kali ketemuan sama mereka?
Partisipan : Sama temen luar?
Pewawancara : Iya.
Partisipan : Kalo sama temen luar biasanya seminggu sekali atau dua
kali sih. Soalnya kan walaupun aku homeschooling kan
kaya agak santai, kalo mereka kan juga sekolah kan
apalagi aku temen-temennya SMA semua kebanyakan
jadi kaya ulangan harian gitu.
Pewawancara : Sebelum sekolah di sini, kamu sekolah di sekolah
formal?
Partisipan : Pernah di…(berpikir) Aku dari TK sampe kelas VII SMP
di Pxxxxxxxxxx Jxxx. Abis itu semester dua kelas
VIII...eh semester dua kelas VII pindah ke SMPN 1
(satu) kali. Abis itu karena engga betah di sana akhirnya
aku pindah kesini.
Pewawancara : Kenapa engga betahnya?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir) ada masalah. Terus yang kaya ada
geng-gengan gitu loh. Aku kan engga suka ya yang kaya
geng-gengan gitu, maksudnya kaya lo kalau mau
berteman sama gue ya berteman aja engga usah pilih-
pilih gitu jadi kaya selalu ngeledek satu sama lain gitu
(sambil memasang wajah tidak suka). Akhirnya aku
pindah dan aku pindah bukan karena itu juga, karena aku
pengen lebih serius ke musik.
Pewawancara : Emang cita-cita kamu apa?
Partisipan : Musisi atau engga sutradara (tersenyum).
Pewawancara : Sekarang kesibukan kamu selain di homeschooling
ngapain?
Partisipan : Aku suka performance gitu. Suka bikin video, pengen
jadi kaya youtubers gitu (tersenyum). Buat lucu-lucuan.
Hobinya aku itu main gitar, dengerin musik, nyanyi,
main piano.
Pewawancara : Kamu les musik juga?
Partisipan : Iya. Setiap hari rabu sama kamis.
Pewawancara : Sejak kapan Axxx sekolah di homeschooling?
Partisipan : Sejak (berpikir) kelas VIII semester 1 (satu).
Pewawancara : Kenapa lebih milih homeschooling daripada sekolah
formal?
Partisipasi : Soalnya kaya (sambil berpikir) santai sih engga. Tapi
yang eehhhmm kebanyakan kan isinya kaya yang punya
masalah atau engga yang kaya ada orang-orang yang
agak maaf yang agak kurang normal gitu. Eehhmm
(berpikir) aku kesini yaaa itu pengen lebih serius ke
musik. Kepengen dari sekarang, dari umur sekarang udah
pengen mencoba gimana sih caranya biar serius ke
musik. Abis itu kan kalo performance-nya dari kecil
kecil entar lama-lama kan bisa jadi besar, jadi pengen
mencoba dari sekarang biar nanti gedenya udah bisa gitu.
Pewawancara : Keluarga suka musik juga?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir) suka. Kakak aku anak band. Sodara
aku banyak sih yang musik-musik, tapi mama aku engga.
Pewawancara : Kamu merasa nyaman atau tidak bersekolah di
homeschooling?
Partisipan : Nyaman. Temennya baik-baik, ramah (tersenyum). Aku
kan mau serius ke musik ya kak, jadi aku ngerasa bisa
bagi waktu aja antara pendidikan akademik dan hobi
musik aku. Kan kalo di sekolah formal agak sulit tuh ya
kak bagi-bagi waktunya, kan di sekolah formal waktu
belajarnya lebih lama dibandingkan di homeschooling.
Pewawancara : Menurut kamu perbedaan apa yang kamu alami ketika
bersekolah di sekolah formal dengan yang di
homeschooling?
Partisipan : Kalo di sekolah formal, eeehhhmmm apa ya
(berpikir)...kakak kelasnya agak songong yang pasti.
Senioritasnya banyak banget (sambil memasang wajah
kesal). Abis itu yang kayak maksudnya mereka suruh
adik kelas respect gitu kayak menghargai tapi giliran kita
menghargai mereka, mereka sendiri engga menghargai
balik jadi ngapain dong kita menghargai mereka. Ya
kayak gitu, abis itu aku juga pernah di bully by the way.
Ya tapi aku ngelawan. Aku engga suka kalo ada orang
kaya gitu kan.
Pewawancara : Kamu di bully gimana?
Partisipan : Sebenarnya bukan di bully yang kaya “Eh, elo tuh
jelek!”. Tapi temen aku yang di bully, sahabat ya lah.
Terus aku nolongin dia, abis itu jadi aku yang kena gitu.
Tapi sahabat aku engga tau terima kasih, jadi aku kaya di
telantarin gitu. Tapi di situ temen-temen aku banyak,
cuma yang kaya dia-nya itu satu angkatan kaya kesel
sama dia gitu. Jadi ya aku kaya ya udah sih, berani-
beraniin diri lah ya. Soalnya kalo diem terus, makin lama
kan mereka tambah semakin aja jadi kita mesti lawan ya
mau gimana lagi (sambil memasang raut wajah tidak
senang).
Pewawancara : Menurut kamu, sikap teman-teman di homeschooling
gimana?
Partisipan : Ada yang baik, ramah, friendly, tapi ada juga kaya jutek,
cuek gitu.
Pewawancara : Bedanya teman-teman di sini sama di sekolah formal
gimana?
Partisipan : Kalo temen-temennya sih sama aja sih yang dulu sama
yang sekarang yang deket sama aku tuh yang seru-seru
banget sih. Tapi kalo yang sekarang lebih nyaman aja. Di
sini, mungkin...tapi kan ada kakak kelas yang engga
suka sama adik kelas. Tapi di sini kan engga boleh ada
senioritas gitu kan kak, jadi ya kalo sekali di apa-apain
harus cerita gitu kan. Jadi ya lebih nyaman aja gitu kak,
lebih agak santai gitu.
Pewawancara : Cara bergaul Axxx sendiri gimana sih?
Partisipan : Aku pertamanya nih, aku tuh pertamanya kalo bergaul
tuh aku diem banget. Tapi entar kalo udah beberapa
bulan kemudian, masya Allah...nih tau sendiri nih orang
(nunjuk ke teman yang ada di sebelahnya). Udah kayak
bener-bener yang petakilan. Sebenarnya lebih dari itu sih
kalo sama temen-temen luar. Heeeuuuu gila banget
(sambil memasang reaksi wajah antusias). Kita kadang
tuh ya kalo lagi di mall suka lompat-lompat sendiri,
pokoknya gila banget deh kak hahaha (tertawa dengan
suara keras).
Pewawancara : Kamu pernah engga sih menghibur teman ketika
bersedih?
Partisipan : Eeeeuuhhh sering Kak. Alhamdulillah ya Allah,
subhanallah (memasang wajah senang).
Pewawancara : Cara menghiburnya bagaimana?
Partisipan : Jadi kan kayak, eehhmm bagaimana ya ngomongnya
susah deh (berpikir sambil memasang raut wajah tidak
nyaman).
Pewawancara : Kalo engga mau diceritain juga engga apa-apa.
Partisipasi : Eeeehhmm jadi gini, kan temen aku mamanya kan
meninggal, abis itu yang kaya di hari itu aku tuh ikut
dateng kesana gitu kan. Abis itu kan yang kaya ngomong
“Ya udah kamu ikhlasin aja, kasian mama kamu di sana
kalo kamu kaya gini”, ya trus kaya bercanda-bercanda
aja kaya “Eh, elu ngapain?”, kaya bercanda ketawa-
ketawa gitu. Trus diajak makan. Ya selama tiga hari itu
aku nginep dirumah dia, biar ada yang nemenin.
Pewawancara : Pernah membantu teman yang merasa kesulitan materi
atau yang lainnya?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Yang kamu tolong temen baik kamu?
Partisipan : Temen deket banget sih engga. Jadi waktu itu tuh lagi
belajar. Sebenarnya aku tuh agak stupid (sambil
memasang raut wajah malu), emang stupid sebenarnya.
Tapi kalo aku lagi serius nangkep pelajaran dan aku
ngerti, gurunya tuh suruh aku bantu temen aku yang
kesulitan belajar tadi trus akhirnya belajar bareng gitu.
Pewawancara : Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya?
Partisipan : Ya pasti seneng kak, aku ngerasa eeehhhmmm (berpikir)
kayak aku berguna aja bisa bantuin temen belajar hehe
(tertawa).
Pewawancara : Kamu punya teman yang beda agama?
Partisipan : Banyak kak.
Pewawancara : Sikap kamu ke mereka bagaimana?
Partisipan : Ya pasti menghargai banget lah. Aku aja tuh punya
temen yang agamanya tuh Khonghucu, maksudnya kalo
mereka ngehargai agama aku pasti aku juga ngehargai
agama mereka kan. Jadi ya fine-fine aja. Aku juga
banyak temen yang agama Kristen.
Pewawancara : Sikap Axxx ke teman yang kekurangan fisik bagaimana?
Partisipan : Ya pasti kasihan, karena dia engga bisa ngelakuin
eehhmm apa yang sesuai sama dengan kita yang normal.
Ya ngehibur dia, ngebantu dia buat kaya be your self,
elo ga perlu jadi yang perfect karena dunia ini engga ada
yang perfect. Jadi ya syukurin aja apa yang elo udah
punya. Ya gitu aja sih Kak.
Pewawancara : Kalau ada teman yang sedih, kamu ikut merasakan
kesedihannya?
Partisipan : Pasti. Aku...aku orangnya tuh termasuk orang yang
perasaannya tuh tinggi banget gitu Kak, jadi kayak sekali
liat temen yang sedih tuh kasian. Kadang kalo yang
misalkan bener-bener serius-serius gitu sedihnya atau
masalahnya aku nangis gitu engga jelas hehe
(tersenyum). Ya nangis sampe keluar air mata gitu,
serius Kak.
Pewawancara : Kalo kamu sedang merasa sedih sering cerita ke teman
engga?
Partisipan : Sebenarnya bukan aku yang mau cerita sih. Aku kadang
tuh yang lebih pengen mendemin sendiri, jadi kayak di
balik sedih tapi di depan yang kayak senyum.
Sebenarnya aku yang kayak sedih (sambil menunjukkan
muka sedih). Aku nunggu temen nanya aja, jadi engga
langsung cerita ke temen. Kalo sahabat aku nanya
“Axxx, elo kenapa sih? Cerita dong” baru deh aku cerita.
Soalnya aku kalo cerita sama orang-orang tertentu doang
kak, yang bener-bener udah kayak sodara.
Pewawancara : Axxx merasa gampang engga bersosialisasi di
lingkungan baru?
Partisipan : Engga. Soalnya setiap orang itu nilai aku itu jutek
banget. Emang aku orangnya kalo baru pertama kali
ketemu sama orang keliatan jutek banget. Hampir
semuanya loh Kak bilang “Eh ini anak jutek banget sih”
(memasang wajah jutek). Tapi engga tau karena apa,
mungkin karena mataku yang bikin jutek. Ya tapi
semenjak udah kelamaan-kelamaan temen aku bilang nih
anak asik juga, seru. Trus aku bilang thank you hehehe
(tertawa senang).
Pewawancara : Kalau beradaptasi di lingkungan baru, kamu termasuk
orang yang mudah beradaptasi engga?
Partisipan : Sebenarnya sih aku mudah Kak kalo beradaptasi mah,
tapi ya gitu kalau untuk bersosialisasinya agak kurang,
kayak yang aku bilang tadi setiap orang kalo pertama
kali liat aku katanya aku ini jutek banget, padahal engga
kan ya Kak? Hahaha (tertawa).
Pewawancara : Haha iya engga kok. Oh ya kalau masalah mendapatkan
teman, kamu merasa mudah mendapatkan engga?
Partisipan : Yaaaa sebenarnya tergantung dia sih Kak. Kalo aku sih
ya kalo aku engga punya temen ya aku sih engga apa-
apa. Aku kalo temenan liat orangnya dulu sih.
Pewawancara : Kamu termasuk orang yang pendiam engga?
Partisipan : Engga. Ya kayak tadi aku bilang ke kakak. Aku itu kalo
udah kenal sama orang bisa udah kaya lebih-lebih dari
orang gila tingkahnya hahaha (tertawa). Tapi kalo untuk
pertama kali ketemu sama orang gitu, diem aja.
Pewawancara : Kenapa seperti itu? Karena kamu malu?
Partisipan : Engga. Yaaa engga tau. Aku tuh udah berusaha buat
yang kaya berusaha untuk ngobrol, tapi ya engga bisa,
bener-bener yang kayak diem kaku gitu dari kecil emang
gitu. Tapi disitu aku berusaha loh Kak buat bisa
bercanda-canda gitu, tapi pasti hasilnya garing
(tersenyum).
Pewawancara : Kalo kamu bertemu dengan orang yang belum di kenal
suka menyapa atau engga?
Partisipan : Maksudnya baru kenal gitu? Di kenalin temen?
Pewawancara : Iya maksudnya seperti itu.
Partisipan : Nyapa. Paling “hai”, terus kenalan kaya “Nama gue
Axxx”. Paling kaya gitu doang.
Pewawancara : Kalo ketemu sama tutor di homeshcooling sikapnya
bagaimana? Cium tangan atau cuma ngucapin “hai
Kak”?
Partisipan : Kadang salim. Kadang “hai Kak” doang.
Pewawancara : Axxx pernah engga mengingatkan teman untuk bersikap
baik ketika di kelas atau dimana pun?
Partisipan : Kalo baik sih sering. Aku itu eehhmm (bergumam) tipe
orang yang paling suka nasihatin, tapi sebenarnya aku
diri sendirinya engga bisa nasihatin diri sendiri. Jadi kalo
nasihatin orang jago tapi kalo buat diri sendiri engga bisa
hehe (tersenyum). Aku pernah nasihatin temen aku. Jadi
temen aku banyak yang broke gitu kan. Maksudnya
banyak yang udah bercerai. Mereka kan pastinya sedih
banget kan, pasti. Nah mereka kan suka curhat. Aku tuh
apa yaaa (berpikir), aku tuh yang selalu seminggu tuh
dapet kabar lagi kalo si ini lagi begini-begini, kan aku
jadi apa tuh Kak namanya (berpikir sambil tersenyum)
yang kalo misalkan kita punya masalah terus dicurhatin
gitu...
Pewawancra : Bimbingan konseling?
Partisipan : Nah iya itu. Aku tuh kaya begitu. Paling kasih nasihat
gitu hehe (tertawa). Tapi alhamdulillah berhasil hehe
(sambil memasang wajah senang).
Pewawancara : Kamu suka berbagi makanan atau minuman?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Misalnya apa?
Partisipan : Kadang aku suka bagi makanan atau softdrink gitu.
Pewawancara : Pernah bantu tutor bawain laptopnya atau proyektor?
Partisipan : Engga pernah. Tutornya engga pernah minta tolong. Aku
kan anak baru di sini jadi belum pernah ngebantu tutor
bawain sesuatu hehe (tersenyum).
Pewawancara : Oke, terima kasih ya Axxx sudah bersedia di wawancarai
hari ini.
Partisipan : Iya Kak, sama-sama (tersenyum).
TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA
Partisipan : N
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto
Tanggal : 16 Januari 2015
Waktu : 12:00 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Nxxxxxx?
Partisipan : Wa’alaikumsalam, Kak.
Pewawancara : Nxxxxxx apa kabar?
Partisipan : Alhamdulillah baik kak. Sekarang nih kak
wawancaranya?
Pewawancara : Oh iya sekarang aja kita mulai. Siapa teman dekat atau
sahabat kamu di homeschooling ini?
Partisipan : Hxxxxxx.
Pewawancara : Kamu berteman dengan Hxxxxxx aja?
Partisipan : He’eeeh (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara : Hxxxxxx teman paling deket ya?
Partisipan : He’eeh (mengangguk), sama ada lagi anak Depok. Dia
anak DL. Axxx juga namanya hehehe (terseyum).
Pewawancara : Kenapa kamu seneng bermain sama mereka?
Partisipan : Seru aja. Eeehhhhmm (berpikir) enak diajak ngobrol,
engga apa yaaaa (berpikir, raut wajah malu-malu) ya gitu
engga jaim gitu hehehe (tersenyum malu-malu).
Pewawancara : Punya temen selain di homeschooling engga?
Partisipan : Ada dari sekolah lama.
Pewawancara : Kalau boleh tau mereka siapa aja?
Partisipan : Banyak sih ya. Ada Gxxx, Sxxxx, Sxxxx, eehhhm
(bergumam) Dxxx.
Pewawancara : Dulunya sering main bareng? Kayak semacam satu
geng?
Partisipan : Iya hehehe (tertawa).
Pewawancara : Mereka orangnya gimana?
Partisipan : Seru juga engga jaim. Jadi kalo misalkan gila-gilaan juga
seru.
Pewawancara : Kalo kamu main sama temen yang di homeschooling
ngapain aja?
Partisipan : Biasanya mainnya kalo engga maen di kelas, ke McD,
nonton gitu.
Pewawancara : Kalo main sama temen yang dari sekolah lama biasanya
ngapain aja?
Partisipan : Yang dari sekolah lama paling...kan sekolah lama aku di
Depok, jadi kalo misalnya lagi kesana main juga sih
paling makan kalo lama disananya.
Pewawancara : Kalo ketemu sama temen-temen sebelumnya itu kapan
aja?
Partisipan : Pas sekolah aja sih, soalnya jarang keluar kalo lagi engga
sekolah, maksudnya kalo lagi engga sekolah jarang
pergi.
Pewawancara : Biasanya berapa kali dalam seminggu Axxx jalan sama
temen di homeschooling?
Partisipan : Seminggu (berpikir)...jarang ya, jarang keluar, palingan
sebulan maksimal dua kali.
Pewawancara : Axxx punya aktivitas di luar selain sekolah di
homeschooling?
Partisipan : Les.
Pewawancara : Les apa?
Partisipan : Les bimbel.
Pewawancara : Karena mau UN ya?
Partisipan : He’eehh (mengangguk sambil tersenyum).
Pewawancara : Biasanya ngapain aja sih kalo ketemu sama teman-teman
kamu?
Partisipan : Ketemu? Ya cuma ngobrol, ya trus abis itu nanya-nanya
apa gitu misalnya, kan suka idolain siapa trus cerita-
cerita One Direction atau apa gitu hehe (tersenyum).
Pewawancara : Kalo sama temen yang di sekolah lama kalo ketemu
biasanya ngapain?
Partisipan : Sama juga sih. Misalnya nih ketemu, nanya-nanya di
sekolah ada apa yang baru atau pelajaran susah engga,
kan beda nih di sekolah sini kan, eeehhhmm (bergumam)
di sini sih lebih eehhmm (berpikir) apa yaaa...yang di
sana di pelajarin di sini di ulang lagi. Di sana lebih cepet
pelajaranannya.
Pewawancara : Axxx dulu sekolah di sekolah formal?
Partisipan : He’eeh (mengangguk).
Pewawancara : Di SMP mana?
Partisipan : Eeehhmmm di SMP Ixxxx Mxxxxxxxxxx.
Pewawancara : Dari TK sampe SMP di sekolah formal?
Partisipan : Iya, TK sampe SMP.
Pewawancara : Dari kapan Axxx sekolah di homeschooling?
Partisipan : Eeeehhmm (berpikir) naik kelas IX.
Pewawancara : Lebih tepatnya inget engga bulan apa?
Partisipan : Naik kelas IX yaaa pas masuk tahun ajaran baru.
Pewawancara : Kenapa lebih milih homeschooling daripada sekolah
formal?
Partisipasi : Kan baru pindah, jadi karena kelasnya baru juga jadi
males yang di sekolah formal, takutnya engga bisa
ngikutin pelajarannya atau kan beda-beda gitu kan jadi
pengen aja di homeschooling dan lebih santai.
Pewawancara : Pindah bukan karena ada masalah di sekolah lama?
Misalkan di bully, engga suka sama temen-temennya
atau apa gitu?
Partisipan : Engga. Aku pindah kesini kan juga karena Papa aku
pindah kerja, jadi ikutan pindah deh.
Pewawancara : Menurut Axxx perbedaan yang kamu alami ketika
bersekolah di sekolah formal dengan di homeschooling
ini apa?
Partisipan : Bedanya di sini lebih santai, maksudnya engga santai
banget gitu tapi apa yaaaa...pelajarannya lebih masuk aja
sih karena kan kalo di sana cepet, di sekolah lama
maksudnya cepet belajarnya, di pressure terus gitu.
Pewawancara : Axxx ngerasa nyaman engga sih sekolah disini?
Partisipan : Enak. Nyaman sih hehe (tersenyum).
Pewawancara : Seneng?
Partisipan : He’eehmm seneng banget hehe (tersenyum).
Pewawancara : Tutornya gimana?
Partisipan : Tutornya itu eehhmm (bergumam) santai, engga gimana-
gimana gitu.
Pewawancara : Engga killer ya?
Partisipan : Iya engga killer, engga ada killer (tersenyum). Temen-
temennya juga santai, seru.
Pewawancara : Ada senioritas engga disini?
Partisipan : Engga, engga ada senioritas. Sama aja sih semuanya
sama kelas VIII. Makanya aku temenannya juga sama
kelas VIII hehehe (tertawa).
Pewawancara : Menurut Axxx, sikap temen-temen di homeschooling
gimana?
Partisipan : Baik-baik sih, seru-seru juga engga apa yaaa (berpikir)
hehehe (tersenyum) engga ada senioritas, engga ada
bully- bullyan gitu.
Pewawancara : Kalo temen-temen di sekolah dulu gimana?
Partisipasi : Seru juga, tapi yaaa geng-gengan gitu. Tapi, apa yaaa
(berpikir) ya kalo dulu dapet kelasnya sih yang seru
semuanya, satu kelas tuh kompak jadi enak. Kita pergi
liburan kemana bareng-bareng.
Pewawancara : Biasanya pergi kemana?
Partisipan : Ke Puncak. Terakhir kan ke Puncak. Ya perpisahan kelas
VIII ke Puncak.
Pewawancara : Perpisahan dari sekolah ya?
Partisipan : Iya. Eh, dari kelas sih bukan dari sekolah hehe
(tersenyum).
Pewawancara : Cara bergaul Axxx dengan teman-teman di
homeschooling kayak apa sih?
Partisipan : Sebenarnya sih kalo di sekolah tuh, engga...engga di
sekolah sih kalo di luar rumah tuh pendiem begitu.
Engga dateng-dateng langsung “Hei!” gitu. Jadi diem
sendiri-sendiri.
Pewawancara : Memangnya Axxx orangnya pendiem?
Partisipan : Kalo di rumah engga tapi kalo di luar rumah iya hehe
(tertawa).
Pewawancara : Kalo sama orang gimana? Suka nyapa engga?
Partisipan : Kalo kenal nyapa, tapi kalo engga kenal senyum aja.
Pewawancara : Sering menghibur temannya kalo lagi sedih engga?
Partisipan : Ya sering.
Pewawancara : Contohnya kayak apa?
Partisipan : Contohnya kayak misalnya lagi galau apa, misalnya
siapa gitu yang putus hehe (tersenyum), yaa di itu aja
(tersenyum kembali) kaya diajak bercanda atau diajak
ngobrol-ngobrol aja, sharing dulu.
Pewawancara : Terus ngasih solusi engga?
Partisipan : Yaaa kadang-kadang kalo bisa ngasih.
Pewawancara : Kalo temennya lagi kesulitan?
Partisipan : Kaya gimana?
Pewawancara : Ya misalnya temen kamu lagi kekurangan duit, uang
jajannya di potong atau apa gitu?
Partisipan : Ya bantu.
Pewawancara : Biasanya gimana cara bantuinnya?
Partisipan : Kalo ya misalnya, misalnya lagi engga bawa duit ya di
jajanin hehehe (tertawa) atau apa. Kalau masalah
keluarga, paling sharing abis itu hibur deh (tersenyum).
Pewawancara : Perasaan Axxx setelah membantu gimana?
Partisipan : Seneng sih, soalnya kan biar bisa temennya lebih engga
terlalu sedih lagi, engga terlalu mikirin hehe (tersenyum).
Pewawancara : Ada perasaan kalo suatu saat temen yang dibantu akan
bantu balik ke kita?
Partisipan : Engga sih. Ikhlas-ikhlas aja hehehe (tertawa).
Pewawancara : Tapi kadang punya perasaan seperti itu engga?
Partisipan : Kadang ada.
Pewawancara : Kalo Axxx lagi sedih biasanya suka cerita ke temen
engga?
Partisipan : Cerita. Tapi yang bisa di ceritain sih. Misalnya kaya
engga semuanya. Kaya misalnya apa yaa (berpikir, mata
melihat ke samping kiri) masalah sama temen lain atau
eehhmmm (bergumam) ya gitu-gitu aja masalah di
sekolah gitu.
Pewawancra : Terus tanggapan temen-temen Axxx gimana ketika kamu
lagi cerita ke mereka?
Partisipan : Dengerin. Kalo mereka bisa ngasih solusi, merek ngasih.
Pewawancara : Punya temen yang beda agama?
Partisipan : Ada, he’eh ada.
Pewawancara : Sikap kamu ke temen kamu itu gimana?
Partisipan : Ya sama aja sih. Engga dibeda-bedain.
Pewawancara : Axxx itu termasuk orang yang mudah beradaptasi engga
sih di lingkungan baru?
Partisipan : Beradaptasi sih mudah, tapi kalo bersosialisasi kurang
hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Kenapa memang?
Partisipan : Eeehhhmm gimana ya (berpikir sambil membenarkan
posisi tempat duduk menjadi bersandar ke kursi)...
kadang tuh agak takut ngomong, berpendapat, untuk
ngomong sama orang lain tuh agak susah. Ya gatau sih
gitu aja hehe (terseyum).
Pewawancara : Oh gitu hehe (tersenyum). Biasanya kamu kalo cara
memperkenalkan diri di lingkungan baru itu seperti apa?
Partisipan : Perkenalkan diri? Eehhhmm kalo ada yang ini, yang
nanya aja hehehe (tertawa). Kalo engga ada yang nanya,
engga hehe (tertawa sambil memegang handphone). Jadi
misalkan ada yang datengin “Hai, namanya siapa?” baru
ngobrol hehe (tertawa sambil memegang hidung)
Pewawancara : Dulu pas pindah ke sini kan pasti belum kenal siapa-
siapa. Cara pertama kali kamu interaksi disini tuh
gimana?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir)...ada pas pertama masuk kan ada
yang nyapa gitu ya, akhirnya ngobrol abis itu lamaaa,
gimana yaa (berpikir dengan wajah agak bingung), trial
class...kan ada trial class pas lagi itu kan. Itu, apa
namanya jadi ngobrol sama dia dulu dan sama Hxxxxxx
juga.
Pewawancara : Tapi kalau sama Hxxxxxx kan kamu beda jenjang tuh
ya?
Partisipan : Iya iya, itu yang pertama kali juga beda, kelas VIII juga
yang pertama kali nanya aku.
Pewawancara : Jadi pas trial class itu semua di gabung?
Partisipan : Eeeehhhhmmm (bergumam) engga. Kan...bukan trial
class sih. Pertama kan kumpul di aula dulu gitu kan. Nah
dia nanya pas di situ, kalo di trial class ada lagi, tapi aku
engga deket sama dia. Pertama kali aku masuk, aku cewe
sendiri di kelas jadi engga terlalu deket sama yang
lainnya.
Pewawancara : Suka berbagi makanan engga sih sama temen-temen?
Partisipan : Eeehhhmm (bergumam) kalo bawa dari rumah hehehe
(tertawa) tapi biasanya bawa. Ya bagi. Kan engga enak
juga kalo makan sendiri hehehe (tertawa).
Pewawancara : Kamu sering bantu tutor bawain sesuatu engga?
Partisipan : Yaaaa kadang-kadang kan dimintain tolong gitu kan.
Pewawancara : Biasanya dimintain tolong apa?
Partisipan : Bawain proyektor atau kabel-kabelnya gitu.
Pewawancara : Terima kasih ya sudah bersedia kakak wawancarai hari
ini.
Partisipan : Iya kak, sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA
Partisipan : B
Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homescshooling Kak Seto
Tanggal : 16 Januari 2015
Waktu : 10:30 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum. Hai apa kabar K?
Partisipan : Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah baik.
Pewawancara : Hari ini kita bertemu lagi untuk melanjutkan wawancara.
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Langsung aja ya mulai wawancaranya. Kamu punya teman
atau sahabat di homeschooling?
Partisipan : Punya (tersenyum).
Pewawancara : Namanya siapa?
Partisipan : Gxxxx.
Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Hahaha (tertawa keras)...eeehhmmm (berpikir) orangnya
tuh walaupun frontal tapi ya emang ga ngomongin di
belakang tapi ngomongnya langsung, kadang juga suka
nyemangatin hahaha (tertawa).
Pewawancara : Bagaimana cara kamu main sama dia?
Partisipan : Kita palingan jalan bareng, ngobrol-ngobrol apa aja.
Pewawancara : Biasanya kalau jalan kemana?
Partisipan : Nongkrong kadang di sekitar di Mxx, Sxxxx atau
Bxxxxxxx, di sekitar sini-sini aja soalnya dia rumahnya di
Bogor.
Pewawancara : Punya temen deket atau sahabat di luar homeschooling?
Partisipan : Eeehhmm (bergumam) dulu kan pesantren jadi eehhmmm
(berpikir) di pesantren aja temennya.
Pewawancara : Teman yang paling dekat saat di pesantren siapa?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir, melihat ke atas) Axxx deh.
Pewawancara : Axxx orangnya seperti apa?
Partisipan : Diem-diem menghanyutkan.
Pewawancara : Loh kok bisa seperti itu?
Partisipan : Orangnya pendiem tapi kalo sekalinya ngomong langsung
di perhatiin gitu.
Pewawancara : Oohh diperhatiin. Seperti apa di perhatiinnya?
Partisipan : Jadi kaya pada segan gitu sama dia. Soalnya dia juga yang
eeehhmm (bergumam) kan di pesantren, dia hafalannya
yang paling tinggi.
Pewawancara : Kalau main sama Axxx itu apa aja yang kalian lakukan?
Partisipan : Main bola kita, main futsal bareng.
Pewawancara : Kamu memang hobi main bola ya?
Partisipan : Iya. Olahraga sih sebenarnya, basket sama futsal juga.
Pewawancara : Oohh. Oke sekarang aku tanya kapan kamu bertemu
dengan teman-teman di homeschooling?
Partisipan : Aku kan kesini pas pindah kelas 9 (sembilan). Deketnya
sih baru sebulan dua bulan dari aku pindah kesini.
Pewawancara : Kalau pergi sama mereka biasanya kapan?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir) tergantung mereka pada bisa. Aku
mah bisa aja. Sekolah kan pulang siang tuh kadang kalo
bisa jalan hari selasa ya jalan hari selasa, kamis ya kamis,
tergantung mereka bisanya aja.
Pewawancara : Punya temen dirumah engga?
Partisipan : Engga punya temen dirumah.
Pewawancara : Loh emang knp? Sama sekali engga punya?
Partisipan : Engga ada. Soalnya dirumah anak seumuran aku engga
ada, adanya anak kecil semua kak.
Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan
teman-teman di homeschooling?
Partisipan : (Berpikir sambil mengerutkan dahi) Tiga kali seminggu.
Pas hari masuk sekolah aja.
Pewawancara : Setiap ketemu selalu langsung pergi?
Partisipan : Engga sih tergantung aja, nongkrong aja sih biasanya
palingan (sambil menganggukkan-anggukkan kepala).
Pewawancara : Kalo kalian ketemu, selain nongkrong apa aja yang kalian
lakukan?
Partisipan : Makan, ngobrol, jajan, nonton film.
Pewawancara : Biasanya kalian ngobrolin apa sih?
Partisipan : Ngobrolin tentang kegiatan sehari-hari.
Pewawancara : Curhat juga engga?
Partisipan : Engga, curhat engga.
Pewawancara : Kamu sebelumnya pernah sekolah di sekolah formal?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Dari kelas berapa kamu sekolah di sekolah formal?
Partisipan : Dari SD kelas 1 (satu) sampai 6 (enam), terus pindah kan
kelas 7 (tujuh) itu di swasta juga setengah tahun, pindah
ke pesantren sampe naik ke kelas 9 (sembilan).
Pewawancara : Boleh tau kamu sekolah formal dimana aja?
Partisipan : SD itu di Ax-Bxxxx, SMP pas kelas 7 (tujuh) semester 1
(satu) di Ax-Bxxxx juga terus semester 2 (dua) pindah ke
Ax-Sxxxx di pesantren.
Pewawancara : Sejak kapan kamu sekolah di homeschooling?
Partisipan : Naik kelas 9 (sembilan).
Pewawancara : Berarti baru masuk tahun kemarin ya?
Partisipan : Iya baru tahun kemarin.
Pewawancara : Kenapa sih kamu lebih memilih homeschooling dari pada
sekolah formal?
Partisipan : Eeehhmm (bergumam) karena waktu itu kan pindah gara-
gara ada masalah.
Pewawancara : Masalah apa?
Partisipan : Bandel hehehe (tertawa malu).
Pewawancara : Bandel kenapa?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir) disana itu engga taat peraturan sering
kabur juga hehehe (tertawa). Ya udah akhirnya bunda kan
udah kena SP 2 (dua) kali, dari pada di drop out mending
pindah aja kata bunda.
Pewawancara : Kenapa engga masuk ke sekolah formal lagi?
Partisipan : Katanya di HSKS aja, lebih gampang.
Pewawancara : Maksudnya lebih gampang itu seperti apa?
Partisipan : Bisa nerima yang pindahan murid kelas 9 (sembilan) gitu.
Pewawancara : Selain itu, ada alasan lain kenapa kamu lebih milih
sekolah di homeschooling?
Partisipan : Awalnya sih engga mau tapi ya udah lah nikmatin aja di
jalani aja Kak.
Pewawancara : Oke, sekarang menurut kamu apa sih perbedaan yang
kamu alami ketika sekolah di sekolah formal dengan yang
di homeschooling?
Partisipan : Beeeuuhh banyak Kak.
Pewawancara : Contohnya seperti apa?
Partisipan : Eeehhmm (bergumam) belajarnya, paling pertama tuh
belajarnya. Di HSKS beda banget. Jadi HSKS, kan kalo di
sekolah formal tiap hari nah kalo di HSKS cuma tiga hari
dalam seminggu. Eeeehhmm (berpikir) belajarnya juga
cuma yang UN aja yang inti-intinya jadi materi yang
engga berbelit-belit banget gitu.
Pewawancara : Kamu merasa nyaman engga sekolah disini?
Partisipan : Nyaman banget (menunjukkan wajah senang).
Pewawancara : Nyamannya kenapa?
Partisipan : Waktunya efisien, santai. Ya enak lah pokoknya jadinya
engga terlalu stres-stres banget.
Pewawancara : Menurut kamu sikap teman-teman di homeschooling
terhadap kamu seperti apa?
Partisipan : Tergantung.
Pewawancara : Tergantungnya seperti apa?
Partisipan : Kalo lagi baik ya baik, kalo lagi nyolot ya nyolot.
Tergantung dia sama aku juga.
Pewawancara : Nah kalo sikap teman-teman kamu dulu waktu di sekolah
formal gimana?
Partisipan : Lebih banyak yang engga suka.
Pewawancara : Kenapa memangnya?
Partisipan : Hehehe (tertawa) bandel sih udah gitu juga nyolot hehehe
(tertawa).
Pewawancara : Terus cara bermain kamu dengan teman-teman di
homeschooling seperti apa sih?
Partisipan : Ngobrol, bercanda, joke-joke ringan gitu aja, tapi kan ada
yang engga bisa diajak bercanda, yang bisa diajak
bercanda aja sih. Eeehhmm (bergumam) kadang kalo lagi
ada tugas ngerjain tugas sambil ngobrol.
Pewawancara : Kamu pernah engga menghibur teman yang lagi sedih?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Kamu nolongin apa?
Partisipan : Sedihnya gimana dulu nih?
Pewawancara : Ya apa aja.
Partisipan : Sedih karena ada masalah atau lagi engga ada duit?
Hehehe (tertawa).
Pewawancara : Iya misalkan seperti itu.
Partisipan : Pernah waktu itu temen ada yang lagi engga ada duit aku
pinjemin, kalo engga kalo emang lagi ada duit banyak itu
kadang-kadang bayarin makan atau nonton.
Pewawancara : Kalo temen kamu lagi ada masalah bagaimana cara kamu
menolong dia?
Partisipan : Kan biasanya kan ngobrolnya di Line, aku ngasih
masukan-masukan aja. Banyak sih yang kaya gitu Kak,
banyak banget malah hampir setiap hari, duh sampe
pusing.
Pewawancara : Oh kamu jadi tempat curhatan teman-teman kamu ya?
Partisipan : Iya. Jadi ada kalo ada maunya.
Pewawancara : Teman kamu ada yang seperti itu?
Partisipan : Ada, jadi butuh kalo ada maunya. Ada yang kaya gitu
cuma jadi tempat curhat doang, kalo engga ada apa ya
bodo amat gitu.
Pewawancara : Kalau kamu lagi sedih biasanya curhat ke teman engga?
Partisipan : Hehehe (tertawa) ke Gxxxx doang.
Pewawancara : Terus tanggapan si Gxxxx ketika mendengar cerita kamu
bagimana?
Partisipan : Kadang-kadang cuma ngomong “Oh” doang tapi kadang-
kadang dikasih saran. Ya memang kaya gitu dia haha
(tertawa). Tapi sekalinya hasih saran ya ngebantu sih.
Pewawancara : Oh ya, tadi kan kamu bilang pernah membantu teman
yang sedang kesulitan. Perasaan kamu setelah membantu
bagaimana?
Partisipan : Iya, ngebantu dia beliin makan. Perasaannya sih sempet
nyesel juga karena uang yang untuk besok-besok jadi
habis, tapi ya udah sih ikhlasin aja, lagi juga nanti akan
dapet lagi.
Pewawancara : Pada saat kamu menolong, pernah punya perasaan kalau
suatu saat teman yang kita tolong akan menolong kita di
kemudian hari?
Partisipan : Eeeehhmm engga terlalu itu sih, engga terlalu
mengharapkan imbalan, ikhlas aja mau digantiin engga
apa-apa kalo mau diganti ya udah engga apa-apa.
Pewawancara : Kamu punya teman yang berbeda agama?
Partisipan : Nah itu Gxxxx beda agama.
Pewawancara : Agama dia apa?
Partisipan : Hindu.
Pewawancara : Sikap kamu ke dia bagaimana?
Partisipan : Biasa aja. Aku temenan sama orangnya kok bukan sama
agamanya. Agama kan beda-beda, kepercayaan orang kan
masing-masing engga bisa dipaksain.
Pewawancara : Kamu punya teman yang kekurangan fisik?
Partisipan : Punya.
Pewawancara : Sikap kamu ke dia bagaimana?
Partisipan : Sama aja. Sikap aku ke dia sama aja kaya sikap aku ke
temen aku yang lainnya.
Pewawancara : Ngomong-ngomong kamu termasuk orang yang mudah
beradaptasi di lingkungan baru engga sih?
Partisipan : Hehehe (tertawa) iya gampang banget.
Pewawancara : Cara kamu memperkenalkan diri di lingkungan baru
seperti apa?
Partisipan : Engga ngenalin gitu sih. Aku langsung main masuk-masuk
aja, jadi ya bodo amat jadi pas kenalannya pas udah
gabung aja. Pertama ikut-ikutan entar baru kenalan gitu.
Pewawancara : Kamu sering berbagi makanan atau minuman ke teman-
teman engga?
Partisipan : Engga hahaha (tertawa).
Pewawancara : Sama sekali engga pernah berbagi makanan atau minuman
ke teman?
Partisipan : Pernah sih.
Pewawancara : Tapi seringnya kamu yang minta ke mereka ya?
Partisipan : Iya hahaha (tertawa kencang).
Pewawancara : Kamu sering bantu tutor engga?
Partisipan : Membantu iya pernah.
Pewawancara : Membantu apa?
Partisipan : Bawain alat-alat buat belajar, kaya infocus gitu Kak.
Pewawancara : Kamu sering menyela pembicaraan orang lain engga?
Partisipan : Hehehe (tertawa) sering banget.
Pewawancara : Misalnya seperti apa?
Partisipan : Misalnya dia belum selesai ngomong aku langsung nanya.
Pewawancara : Terus sikap teman kamu itu bagaimana?
Partisipan : Langsung kesel hahaha (tertawa).
Pewawancara : Pernah merasakan kesedihan orang lain?
Partisipan : Gimana nih maksudnya?
Pewawancara : Misalnya teman kamu lagi sedih karena suatu hal, nah
kamu merasa simpati ke dia atau engga?
Partisipan : Oh iya, waktu itu temen aku gagal PDKT, biasa Kak hehe
(tertawa).
Pewawancara : Terus sikap kamu bagaimana?
Partisipan : “Udah bro yang sabar ya, gue juga ikut ngerasa kesedihan
elo”, kaya gitu aja sih hehe (tersenyum).
Pewawancara : Cara kamu memberikan kesan pertama dengan orang lain
bagaimana sih?
Partisipan : Aku jadi diri sendiri, mau dianggap apa kek terserah.
Pewawancara : Misalnya seperti apa?
Partisipan : Ya kalo misalnya (berpikir) gimana ya kalo misalnya
belom deket ya biasa aja dulu, tapi kalo udah deket baru
nunjukkin diri aja yang sebenarnya.
Pewawancara : Sikap kamu kalo ketemu tutor atau orang-orang disini
bagaimana?
Partisipan : Kadang-kadang mengucapkan Assalamu’alaikum atau
kadang-kadang “Hai, Kak”.
Pewawancara : Salim tangan engga kalo ketemu sama tutor?
Partisipan : Iya, kalo salim mah tetep.
Pewawancara : Kamu kalau sama orang yang belum dikenal sikapnya
bagaimana sih?
Partisipan : Seperti biasa aja.
Pewawancara : Seperti biasanya kaya apa?
Partisipan : Sekedar say hi, kalo misalnya dia tau orangnya seperti
begini-begini ya nanya aja, nanya tentang diri dia aja.
Pewawancara : Terima kasih adik Balfas sudah bersedia menjadi informan
Kakak dan meluangkan waktunya untuk diwawancarai.
Partisipan : Iya engga apa-apa Kak. Terima kasih kembali.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : S
Tempat : Melalui Telepon
Tanggal : 17 Januari 2016
Waktu : 16:00 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Wr. Wb?
Partisipan : Wa’alaikumsalam Wr. Wb.
Pewawancara : Apa kabar Gxxx?
Partisipan : Alhamdulillah baik kak. Kakak apa kabar?
Pewawancara : Alhamdulillah baik juga.
Partisipan : Kak maaf aku ngebatalin janjian ketemuannya. Soalnya
aku lagi engga bisa keluar rumah.
Pewawancara : Oh iya Gxxx engga apa-apa.
Partisipan : Maaf ya kak.
Pewawancara : Iya iya, hehe (tersenyum).
Partisipan : Mulai wawancaranya nih kak?
Pewawancara : Iya sekarang aja kita mulai.
Partisipan : Oke kak.
Pewawancara : Oh ya, terus tanda tangan surat persetujuannya gimana?
Partisipan : Oh iya ya ada surat persertujuan. Duh, gimana ya kak?
Eehhmmm (berpikir) kaka kirim ke e-mail aja suratnya.
Pewawancara : Oke. Nanti tanda tangannya di scan ya.
Partisipan : Kenapa di scan kak?
Pewawancara : Ya kalo engga di scan gimana aku bisa punya surat
pernyataan yang ada tanda tangan kamu Gxxx?
Partisipan : Eh iya juga ya kak, hahaha (tertawa).
Pewawancara : Hahaha (tertawa).
Partisipan : Ya udah nanti aku kirimin deh.
Pewawancara : Kita mulai aja ya wawancaranya?
Partisipan : Iya kak, boleh boleh.
Pewawancara : Sejak kapan kalian saling kenal?
Partisipan : Sejak dulu.
Pewawancara : Sejak dulunya kapan?
Partisipan : Sejak SMP
Pewawancara : Kelas berapa?
Partisipan : Kelas 1.
Pewawancara : Sejak kapan kalian mulai berteman atau bersahabat?
Partisipan : Sejak dia minjem pulpen ke saya pada saat pelajaran.
Jadi gini kak, pertama kan guru masuk, kejadiannya kalo
engga salah kelas 7. Setelah masuk tiba-tiba langsung
ulangan mendadak. Pada saat itu dia kebingunan nyari-
nyari sesuatu, terus dia menghampiri saya abis itu nanya
“boleh minjem pulpen engga?”, terus saya kasih
pulpennya, begitu kak ceritanya. Jadi pada saat ulangan
saya ambil pulpennya balik terus saya ajak ngobrol, saya
ajak ke kantin.
Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Karena orangnya asik kak, lucu.
Pewawacara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan : Biasanya sih dia…dia sih yang sering itu ngajak
bercanda, kalo saya sih diem-diem aja. Biasa aja. Dia
yang sering ke saya ngajak bercanda, cari perhatian ke
saya gitu.
Pewawancara : Contohnya seperti apa?
Partisipan : Biasanya melakukan hal-hal yang konyol, gila-gilaan,
gila-gila bareng gitulah kak hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Misalnya melakukan hal konyol seperti apa?
Partisipan : Yaaa nyanyi-nyanyi di kelas, teriak-teriakan engga jelas.
Ya gitu-gitu lah kak, hahaha (tertawa).
Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan : Pada saat di sekolah.
Pewawancara : Kalau di luar sekolah saling bertemu engga?
Partisipan : Iya, tapi jarang kak.
Pewawancara : Kenapa?
Partisipan : Karena ini kak rumah aku sama dia lumayan jauh, jadi
jarang ketemuan.
Pewawancara : Seringnya cuma ketemu di sekolah aja ya?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan : Lima atau berapa yaaa (berpikir)
Pewawancara : Lima hari itu maksudnya hari masuk sekolah aja gitu?
Partisipan : Iya hari sekolah.
Pewawancara : Kalau di luar hari sekolah biasanya berapa kali
ketemuannya?
Partisipan : Paling dua kali kak.
Pewawancara : Oh dua kali ya. Itu pas kapan kalian ketemu?
Partisipan : Sabtu sama Minggu.
Pewawancara : Oooh weekend aja ya?
Partisipan : Iya weekend.
Pewawancara : Hal apa saja yang biasa kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan : Main, makan, makan bareng, terus sama ngobrol-ngobrol
tentang sekolah.
Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan : Haduuuh dia itu orangnya super heboh.
Pewawancara : Hehehe (tertawa) terus?
Partisipan : Lucu, kocak abis, kadang-kadang otaknya nyangkut
kadang juga engga hahaha (tertawa). Ya pokoknya kocak
lah kak.
Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan : Ya ada senangnya, ada juga engganya.
Pewawancara : Kenapa engga senangnya?
Partisipan : Yaaa kadang-kadang gitu aja hahaha (tertawa).
Pewawancara : Maksudnya gitunya gimana?
Partisipan : Ya kadang-kadang nyambung, kadang-kadang bicaranya
engga jelas kak. Jadi begitu hehe (tertawa). Tapi ada
asiknya sih kak walaupun dia begitu.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain
selain kamu?
Partisipan : Waktu dulu mungkin engga pada kenal, pada saat
ketemu saya, dia jadi gila-gilaan, jadi apa namanya tuh
udah dikenalin lah diciriin lah sama orang-orang hehe
(tertawa), kayak misalnya temen-temen tuh pada bilang
“nah nih dia nih orang-orang yang agak-agak engga jelas
gitu hahaha (tertawa). Tapi engga jelasnya tuh engga
jelas kocak kak menghibur. Dia juga baik sama temen-
temennya, malah diajak ketawa-ketawa juga.
Pewawancara : Kakak mau minta diceritain dong awal pertama kalian
saling kenal? Siapa dulu yang pertama kali ngajak
kenalan?
Partisipan : Ya seperti yang di bilang pertama kali tadi saya kak,
yang pada saat ulangan mendadak dia celingak-celinguk
kayak mencari sesuatu. Terus dia langsung menghampiri
saya langsung bertanya boleh minjem pulpen engga.
Terus saya kasih pulpennya ke dia, terus duduk ulangan.
Selesai ulangan baru saya ambil lagi pulpen saya,
nyamperin dia terus ngobrol-ngobrol abis itu ngajakin
dia ke kantin kak.
Pewawancara : Berarti yang ngajak kenalan duluan kamu?
Partisipan : Iya, saya yang ngajak duluan.
Pewawancara : Awalnya gimana kamu ngajak ngobrol dia?
Partisipan : Pertama kan udah selesai ulangan. “Pulpennya boleh
saya minta?” terus dia bilang “nih silahkan”. Saya ngajak
dia ke kantin bareng makan bakso di sana, terus kata dia
ayo ke sana, langsung ngobrol-ngobrol di kantin. Jadi
ceritanya ngobrol-ngobrol kak. Setelah itu lama-lama
kebiasaan sampai beberapa hari, akhirnya kenal deket
kak.
Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan : Jarang sih kak. Soalnya saya kalo ada kesedihan jarang-
jarang cerita kak.
Pewawancara : Kamu engga cerita ke dia walaupun dia temen kamu?
Partisipan : Mmmhhmm (menganggukkan kepala) engga cerita.
Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang
mengalami kesulitan?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Waktu itu kamu lagi kenapa?
Partisipan : Waktu itu, pada saat tugas PR. Saya sering kontak-
kontak sama dia, kontak BBM nanya-nanya soal sama
dia. Jadi gitu kak.
Pewawancara : Terus hal apa yang dia lakukan ketika kamu bertanya
tugas PR?
Partisipan : Dia sering ngajarin saya rumus-rumus soal MTK, saya
kebingungan sama soal MTK kak, rumus-rumusnya saya
engga ngerti. Jadi saya kontak BBM dia, terus dia ngasih
rumus yang mudah-mudah.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,
agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan : Baik. Baik-baik aja, malah diajak bercanda-canda juga.
Pewawancara : Menurut kamu, dia orangnya seperti apa?
Partisipan : Dia itu orangnya kocak, gokil, ada sisi yang baiknya, ada
sisi yang engga jelasnya. Ya gitu gitu lah kak hehe
(tertawa).
Pewawancara : Dia mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?
Partisipan : Mudah kak.
Pewawancara : Mudahnya bagaimana?
Partisipan : Soalnya dia tuh kan nganggep lingkungan itu kayak
rumah dia sendiri kak. Jadi semua orang itu dianggep dia
kayak temen bukan musuh.
Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke
teman-teman?
Partisipan : Sering, kak. Kadang-kadang dia kalo bawa makanan dari
kantin suka bilang ada yang mau engga, biasanya entar
gitu, nawarin ke temen-temen.
Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa dia pindah sekolah yang dulu?
Partisipan : Tau.
Pewawancara : Dia pernah cerita ke kamu?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Dia cerita ke kamu kayak gimana?
Partisipan : Dia bilang kalo ada masalah gitu di sekolah. Emang
waktu itu kan kayak ada acara-acara gitu kan, terus
engga tau gimana awalnya dia engga cerita secara detail
kak, mungkin terlalu privasi. Dia ada perselisihan gitu
sama wali kelas, dia sempet ngelawan omongan wali
kelas. Dia juga ada masalah sama temennya kak.
Pewawancara : Oh begitu. Dia cuma cerita begitu aja ke kamu?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Baik Agung, wawancara kita hari ini selesai sampai di
sini.
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Baik Agung, wawancara kita hari ini selesai sampai di
sini.
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Terima kasih waktunya dan ketersediaan kamu untuk
kakak wawancara.
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Assalamu’alaikum.
Partisipan : Wa’alaikumsalam.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : V
Tempat : Melalui Telepon
Tanggal : 17 Januari 2016
Waktu : 18:30 WIB
Pewawancara : Hai Vxxxx?
Partisipan : Hai, kak.
Pewawancara : Kamu apa kabar?
Partisipan : Baik kak.
Pewawancara : Udah siap untuk wawancara sekarang?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Oya Vxxxx, e-mail saya sudah sampai ke kamu? Surat
persetujuannya sudah di isi belum? Soalnya aku belum
dapet e-mail balasan dari kamu.
Partisipan : Ya ampun kak maaf aku lupa.
Pewawancara : Bisa di kirim hari ini juga?
Partisipan : Iya kak bisa bisa, setelah wawancara ini deh aku kirim.
Pewawancara : Oke, kakak tunggu. Secepatnya ya Vxxxx hehe (tertawa)
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Baik, sekarang langsung kita mulai aja ya ke pertanyaan
yang pertama.
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Sejak kapan kamu dengan Txxx saling kenal?
Partisipan : Awal masuk sekolah.
Pewawancara : Di sekolah mana? Waktu SD atau yang SMP?
Partisipan : Waktu di SMP.
Pewawancara : SMP di homeschooling?
Partisipan : Iya, kak.
Pewawacara : Sejak kapan kalian berteman atau bersahabat?
Partisipan : Sejak pertama masuk sekolah. Aku di kenalin sama
temen aku dan ternyata temennya dia temen aku juga, ya
udah kita kenalan.
Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Orangnya baik, walaupun pertama melihat kayak orang
jutek. Tapi sebenarnya dia baik banget kak.
Pewawancara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan : Kita ngobrol, cerita, saling curhat gitu, makan bareng.
Pewawanccara : Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan : Di HSKS, pas hari sekolah.
Pewawancara : Kalo di luar HSKS suka ketemu engga?
Partisipan : Jarang sih kak.
Pewawancara : Kenapa?
Partisipan : Aku jarang keluar rumah, main-main gitu.
Pewawancara : Ooh. Jadi sering ketemunya kalau di sekolah aja ya?
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan : Eeehhmmm (berpikir)…tiga kali, kan jadwal sekolah
kak.
Pewawancara : Kalau di luar hari sekolah biasanya berapa kali
ketemuannya?
Partisipan : Eehhmmm (berpikir) tergantung sih kak.
Pewawancara : Biasanya berapa kali, sebulan mungkin aja kan kalian
ketemuan? Hehe (tertawa).
Partisipan : Eeehhhmm (berpikir) dua sampe tiga kali kayaknya kak.
Pewawancara : Kapan waktunya kalian ketemu?
Partisipan : Kalo di luar jam sekolah sih weekend kak, tapi engga
selalu weeken sih. Tergantung bisanya kita aja.
Pewawancara : Hal apa saja yang biasa kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan : Ngobrol-ngobrol, cerita-cerita kak.
Pewawancara : Cerita apa?
Partisipan : Yaaa apa yaaa (berpikir). Ya cerita-cerita aja gitu kaya
curhat kak. Txxx sering curhat ke aku.
Pewawancara : Biasanya curhat apa?
Partisipan : Masalah sekolahnya, masalah pelajaran, kadang masalah
pribadi juga sih kak.
Pewawancara : Suka pergi keluar bareng engga?
Partisipan : Suka, tapi engga sering kak.
Pewawancara : Biasanya pergi kemana?
Partisipan : Palingan juga makan di luar. Pergi bareng-bareng sama
yang lain juga.
Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan : Baik, ramah, kadang suka ngelucu juga, kadang manja
kadang bisa jadi dewasa.
Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan : Seneng banget kak. Dia nyambung kalo diajak ngobrol.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain
selain kamu?
Partisipan : Baik juga. Cuma dia itu kalau sama orang yang belom di
kenal jutek gitu kak, dia diem aja sama orang itu. Tapi
kalo udah kenal dan deket sama dia, beeuuhh dia itu
ramah banget, baik, dan asik deh pokoknya kalo di ajak
ngobrol hehe (tertawa).
Pewawancara : Kakak mau minta diceritain dong awal pertama kalian
saling kenal? Siapa dulu yang pertama kali ngajak
kenalan?
Partisipan : Pas awal masuk kan di sini di kumpulin jadi satu tuh kak.
Terus aku awal bukan kenalan sama Txxx. Aku kenalan
sama temen aku yang baru kenal di situ juga. Di HSKS
kan ada trial class tuh kak. Nah ternyata aku sama Txxx
tuh satu kelas. Temen aku ini nih ternyata udah kenal
sama Txxx, dia di kelas saling ngobrol dan aku di
kenalin ke Txxx sama temen aku. Ternyata aku sama
Txxx satu kelas. Awal Txxx tuh sombong banget kak
hehe (tertawa). Aku sering ajak ngobrol aja, lama-lama
kita saling kenal, makin akrab.
Pewawancara : Berarti yang ngajak kenalan duluan kamu?
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Gimana awal kamu ngajak ngobrol sama dia?
Partisipan : Ya aku tanya-tanya aja, ngajak ngobrol, nanya rumahnya
dimana, ngobrolin hobi-hobi kita, nanya-nanya pelajaran.
Gitu-gitu deh kak.
Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan : Sering kak. Dia walaupun kadang kayak anak kecil tapi
dia bisa bersikap dewasa. Kalo aku curhat sama dia, dia
suka ngasih saran, nasihat juga.
Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang
mengalami kesulitan?
Partisipan : Pernah kak.
Pewawancara : Waktu itu kamu lagi kenapa?
Partisipan : Aku waktu itu ada masalah di keluarga kan, terus aku
cerita sama dia.
Pewawancara : Masalah apa? Aku boleh tau?
Partisipan : Masalah pribadi kak. Masalah internal. Aku engga bisa
ceritain. Maaf kak.
Pewawancara : Oh iya engga apa-apa kalau engga bisa cerita.
Partisipan : Maaf ya kak.
Pewawancara : Iya engga apa-apa. Aku malah yang minta maaf.
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, dan
ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan : Baik. Baik kak.
Pewawancara : Dia menerima teman apa adanya ya?
Partisipan : Iya kak. Dia mah engga masalah dengan agama atau apa
pun itu.
Pewawancara : Dia mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?
Partisipan : Agak susah sih menurut aku.
Pewawancara : Kenapa?
Partisipan : Dia agak egois sih Kak. Tapi penyesuaian diri dia di
lingkungan baru tuh paling susah kak. Mesti kita dulu
yang negor dia.
Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke
teman-teman?
Partisipan : Sering kak.
Pewawancara : Biasanya apa yang sering kamu bagi ke mereka?
Partisipan : Macem-macem sih kak.
Pewawancara : Misalnya?
Partisipan : Kalo kita lagi jalan terus temen-temen yang laim minta
traktiran, nah nanti si Txxx traktir kita.
Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa dia pindah sekolah yang dulu?
Partisipan : Tau, tapi engga banget-banget.
Pewawancara : Dia cerita ke kamu kayak gimana?
Partisipan : Dia bilang ada masalah sama temen di sekolahnya yang
dulu. Terus dia itu kan dulu sakit yang mengharuskan
Txxx banyak-banyak istirahat. Kan kalo di sekolah
formal engga bisa banyak absen tuh kak, jadi dia
memilih untuk keluar dari sekolah yang dulu terus masuk
homeschooling.
Pewawancara : Oh begitu. Oke deh makasih ya Vxxxx udah bersedia
kakak wawancara.
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Selamat malam.
Partisipan : Malam kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : I
Tempat : KFC Bintaro
Tanggal : 18 Desember 2015
Waktu : 13:20 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Ixxxxx?
Partisipan : Wa’alaikumsalam, Kak.
Pewawancara : Ixxxxx apa kabar?
Partisipan : Alhamdulillah baik kak. Sekarang nih kak
wawancaranya?
Pewawancara : Iya sekarang kita mulai ya. Kakak mulai dari pertanyaan
Sejak kapan kalian saling kenal dan sejak kapan kalian
berteman?
Partisipan : Mmmmhhhmm dari kecil sih kak kita temenan, dari
umur 2 (dua) tahun. Kita itu kan tetanggaan dulunya
(sambil tersenyum).
Pewawancara : Loh emang kalau sekarang kalian udah engga
tetanggaan?
Partisipan : Engga kak. Hxxx kan di Sektor 9 (sembilan), kalo aku di
Bxxxxxx Jxxx Sxxxxx 3 (tiga) A.
Pewawancara : Ooohh kirain sampai sekarang tetanggaan, hehehe
(tertawa).
Partisipan : Udah engga kak, hehe (tertawa).
Pewawacara : Ya sudah kita lanjut ke pertanyaan lainnya. Ixxxxxx,
Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Mmhhhmm gimana ya kak (berpikir) Hxxx itu orangnya
baik sih. Asik anaknya, agamis juga orangnya..
mmhhmmm agamis banget deh kak, hehe (tersenyum).
Pewawancara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan : Gimana ya kak...mmhhhhmmm (berpikir).
Pewawancara : Gimana apanya? (tersenyum)
Partisipan : Hehehe (tertawa)…kita biasa aja sih kak, cerita-cerita
gitu, main ke rumah temen, makan bareng, pergi ke
mall.. ya gitu aja sih kak.
Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan : Kalau kita ada waktu aja sih kak.
Pewawancara : Biasanya saat kapan? Saat weekend kah?
Partisipan : Engga juga sih kak.
Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan : Engga nentu sih kak. Sebisanya kita aja. Karena kita kan
sekolahnya beda nih, jam masuknya dan pulang
sekolahnya kan pasti beda kak, ya kalo mau ketemuan
biasanya kita janjian dulu nyamain jadwal masing-
masing kak.
Pewawancara : Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir)…banyak sih kak.
Pewawancara : Misalnya seperti apa?
Partisipan : Eeehhhmm (berpikir)…cerita-cerita tentang sekolah sih
kak.
Pewawancara : Contohnya cerita tentang sekolah yang bagaimana?
Partisipan : Cerita tentang belajar di homeschooling tuh begini begini
begini, tuker-tukeran informasi tentang sekolah masing-
masing aja sih kak.
Pewawancara : Oooh begitu.
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan : Hxxx itu orangnya baiiiikkk banget, dewasa, udah kayak
kakak aku aja dia, agamis juga orangnya. Friendly
banget deh kak orangnya, bener. Hahaha (tertawa).
Pewawancara : Dia bukan termasuk orang yang pendiam?
Partisipan : Mmhhhmmm…gimana ya kak…dia ga pendiam sih kalo
sama aku.
Pewawancara : Menjadi dirinya sendiri ya kalau lagi sama kamu? Engga
malu-malu orangnya?
Partisipan : Iya kak, engga…jaim gitu deh anaknya. Kalo sama aku,
dia itu ya apa adanya aja.
Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan : Seneng kak, seneng banget (tersenyum). Dia enak kalau
diajak ngobrol, kalau aku curhat, dia suka ngasih saran
ke aku.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain
selain kamu?
Partisipan : Hhhmmm…Hxxx…biasa aja sih kak.
Pewawancara : Biasa aja gimana?
Partisipan : Yaaaa, baik. Baik juga dia sama yang lain. Hani tuh
orangnya baik kak ke siapa aja.
Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?
Partisipan : Dari mbak-mbak kita, hahaha (tertawa).
Pewawancara : Maksudnya kenal dari asisten rumah tangga kalian?
Partisipan : Iya kak hehehe (tersenyum). Kita kan tetanggaan, nah
kenalnya ya dari mbak-mbak kita itu deh. Kita sering
main sampai sekarang, dan satu sekolahan.
Pewawancara : Satu sekolahan di sekolah yang dulu?
Partisipan : Iya, di sekolah Pxxxxxxxxxx Jxxx.
Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan : Pernah kak, bahkan sering banget. Hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Contohnya seperti apa?
Partisipan : Mmmhhhhmm (berpikir)…kayak aku lagi ada masalah
sama temen nih kak, entar dia bilangin ke aku “udahlah
ga usah dipikirin, kalau udah engga cocok sama elo ya
udah biarin aja”.
Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang
mengalami kesulitan?
Partisipan : Pernah kak. Dia itu baik banget orangnya. Kalo aku lagi
kesulitan terus minta saran ke dia, nah dia kasih saran
yang membantu banget buat aku.
Pewawancara : Misalnya kamu sedang kesulitan apa?
Partisipan : Yaaa gimana ya kak…masalah pribadi kak. Maaf kak
aku engga bisa cerita.
Pewawancara : Oohh...iya aku ngerti, engga apa-apa kalau kamu engga
bisa ceritain. Maaf ya.
Partisipan : Iya kak engga apa-apa..hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Kita lanjut ke pertanyaan lainnya.
Partisipasi : Iya, kak.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,
agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan : Eeehhhmm (bergumam)…Hxxx biasa aja sih kak sama
mereka yang beda suku, agama, ras dan sebagainya.
Hxxx tetep baik sama mereka.
Pewawancara : Biasa aja karena cuek?
Partisipan : Eehhhmm (bergumam), gimana ya kak, ya bukan cuek
engga peduli gitu, tapi ya biasa aja kak.
Pewawancara : Engga mempermasalahkan teman yang berbeda dari dia?
Partisipan : Iya. Hxxx itu engga mempermasalahkan sih kak, dia
yaaa (berpikir) baik aja sama mereka. Berteman seperti
yang lain aja.
Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi
dilingkungan baru tidak?
Partisipan : Menurut aku nih ya kak?
Pewawancara : Iya menurut kamu.
Partisipan : Menurut aku, hhhmmm (bergumam) hahhaha (tertawa
sambil melihat ke arah temannya)…Hani itu orangnya
baik, periang, ke-ibuan, dewasa kak. Dia itu bisa jadi
kakak buat aku. Pokoknya Hani baik banget kak menurut
aku hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke
teman-teman?
Partisipan : Hhhmmm (bergumam)…berbagi kak. Kita sering
berbagi makanan atau minuman kak.
Pewawancara : Kayak sekarang ya?
Partisipan : Iya kak kayak sekarang. (Partisipan diwawancarai sambil
memakan makanan ringan). Kita sering berbagi makanan
satu sama lain hehe (tersenyum).
Pewawancara : Oya Indira, Hani pernah cerita ke kamu tentang alasan
kenapa dia pindah dari sekolah dan memilih
homeschooling?
Partisipan : Iya dia pernah cerita ke aku kak.
Pewawancara : Dia cerita seperti apa sama kamu?
Partisipasi : Hhhhmm (bergumam)…dia cerita kalo udah engga betah
di sekolah yang dulu.
Pewawancara : Karena apa dia engga betah sekolah di sana?
Partisipan : Dia sih cuma bilang, dia itu kan di sekolah yang dulu
jarang masuk ya kak.
Pewawancara : Iya. Terus dia bilang apa lagi?
Partisipan : Dia itu kan waktu sekolah di sana sakit ya kak jadi jarang
masuk. Nah, guru kan kalo dia masuk belajarnya ngulang
yang kemaren-kemaren kak.
Pewawancara : Eehhmmm…belajar ngulang yang kemaren-kemaren?
Maksudnya gimana ya?
Partisipan : Ooohh begini kak, maksudnya tuh guru mengulang
materi pelajaran sebelumnya yang udah disampaikan
sama guru. Nah, temen-temennya kan jadi pada sebel ya
kak sama Hxxx. Temen sekelasnya bilang “makanya
masuk dong”. Yaaa Hani kan jadi ngerasa engga nyaman
lagi kalo di kelas. Gitu aja sih kak Hxxx ceritanya.
Pewawancara : Kamu engga satu kelas sama Hxxx?
Partisipan : Engga kak, kita engga sekelas.
Pewawancara : Ooohh engga sekelas? Aku kira kalian sekelas.
Partisipan : Engga kak (tersenyum). Yaaa Hxxx cuma cerita begitu
aja sih kak, karena dia udah engga nyaman lagi sekolah
di sana jadi dia pindah dan milih homeschooling. Dia
pengen rasa nyaman ketika bersekolah. Lagi juga ya kak
di sekolah formal kan banyak banget tugasnya, mungkin
itu juga alasan yang membuat Hxxx pengen pindah.
Pewawancara : Oke begitu yaa..
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Oke deh, makasih banget ya Ixxxx sudah bersedia untuk
aku wawancara.
Partisipan : Iya kak, engga apa-apa.
Pewawancara : Terima ksih atas waktunya.
Partisipan : Iya kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : M
Tempat : Bakmi GM
Tanggal : 13 Januari 2016
Waktu : 17:00 WIB
Pewawancara : Hai Mxxxx?
Partisipan : Hai, kak.
Pewawancara : Kamu apa kabar?
Partisipan : Baik kak.
Pewawancara : Udah siap untuk wawancara sekarang?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Kalau udah siap, ini ada surat persetujuan yang kemaren
sempet aku bicarakan.
Partisipan : Iya. Ini di isi nama lengkap?
Pewawancara : Iya.
Partisipan : Eh, tapi aku lupa sama NIS.
Pewawancara : Engga usah di isi aja dulu, nanti gampang kamu tinggal
kasih tau ke aku kalo sudah inget.
Partisipan : Iya. Aku isi sekarang?
Pewawancara : Iya silahkan di isi. Oh ya, surat ini berfungsi untuk
merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi
informan penelitian kakak.
Partisipan : Oh gitu kak?
Pewawancara : Iya.
Partisipan : Nih kak udah (menyerahkan lembar persertujuan).
Pewawancara : Baik, sekarang langsung kita mulai aja ya ke pertanyaan
yang pertama. Sejak kapan kamu dengan Axxx saling
kenal?
Partisipan : Pas dia baru masuk sekolah tuh semester berapa yaaaa
(berpikir).
Pewawacara : Masuk sekolah dimana maksudnya?
Partisipan : Yang di SMP xx.
Pewawancara : Oh yang di SMP.
Partisipan : Iya. Engga sih sebenarnya gini kak, kita kenalnya justru
pas argy masuk SMP. Di xx tuh waktu itu ada acara,
SMP xx sama SMA xx.
Pewawancara : SMP xx dan SMA xx sekolahnya satu gedung?
Partisipan : Engga, cuma pas acara itu kita langsung deket sih. Kita
langsung contact-contact-an gitu, soalnya disuruh sama
kakak kelas, ya udah aku iya iya-in aja.
Pewawancara : Jadi waktu itu acara SMP dan SMA barengan?
Partisipan : Iya. Waktu itu sih kak, cuma sekali doang tapi. Cuma
kan waktu itu aku SMP-nya juga di xx jadi aku udah
kenal Axxx sih dari acara itu, cuma deketnya baru pas
mau naik kelas.
Pewawancara : Naik kelas berapa?
Partisipan : Kelas sepuluh. Tapi kita udah deket juga sih pas di SMP.
Pewawancara : Oh kamu kakak kelasnya Axxx?
Partisipan : Iya, dulu.
Pewawancara : Sejak kapan kalian mulai berteman atau bersahabat?
Partisipan : Waktu kapan yaaaaa (berpikir).
Pewawancara : Seinget kamu deh kapan?
Partisipan : Axxx kan masuk SMP xx itu kelas 7 semester 2. Nah
waktu itu tuh aku kelas berapa berarti yaaa
(berpiki)…berarti kelas 2 SMP. Ya disitu sih udah
lumayan deket. Aku udah mulai ngajak dia ngobrol gitu.
Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan Axxx?
Partisipan : Soalnya Axxx itu orangnya tuh baik banget dan dia itu
kalau misalnya diajak ngobrol tuh nyambung, terus dia
itu kalau diajak curhat juga bisa bantuin nyelesaiin, bisa
kasih nasihat. Tapi walaupun aku kakak kelasnya dia,
tapi dia itu lebih dewasa gitu dari aku.
Pewawancara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan : Biasanya kita itu ngapain yaaa (berpikir)…paling kalo
misalnya lagi di rumahnya dia, aku kan sering main tuh.
Aku sih biasanya nonton youtube bareng, atau engga
ngebahas idola kita juga gitu.
Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan : Kalau waktu masih di xx sih, kita ketemu ya di sekolah.
Pewawancara : Kalau sekarang biasanya ketemunya dimana?
Partisipan : Kalau untuk sekarang sih lagi jarang ketemu kak, karena
Axxx kan sekarang lagi sibuk mau ujian-ujian tuh. Dia
kan udah kelas 9.
Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan : Waktu itu sih kita ketemu kalo masih SMP pasti tiap hari
kita ketemu. Kalo semenjak aku SMA berarti kayak
weekend, kalo engga sama-sama sibuk 3 kali semingguan
lah. Tapi sekarang-sekarang ini kita jarang ketemu
karena Axxx sibuk mau ujian.
Pewawancara : Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan : Paling dengerin lagu bareng-bareng, terus kalau lagi di
mobil nyanyi bareng sambil teriak-teriak atau engga kita
makan bareng.
Pewawancara : Sering engga sih kalian bertemu untuk sekarang?
Partisipan : Jarang sih, yang tadi aku bilang kak, Axxx lagi sibuk jadi
kita jarang ketemu. Cuma waktu satu sekolah aja kita
sering ketemu.
Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan : Axxx itu orangnya itu konsisten.
Pewawancara : Konsistennya ngapain?
Partisipan : Jadi kalau misalnya dia udah meyakinkan kalau dia itu
tujuannya mau ke sini, ya udah kita ke sini engga pindah-
pindah lagi. Terus dia itu misalkan kalau kita mau pergi
tanpa direncanain dulu, tapi tetep aja kalau misalkan mau
ke satu tempat ya udah ke sana aja, kita jadinya jalan ke
sana deh kak. Axxx juga orangnya ramah banget, dia
walaupun punya masalah sama orang tetep aja baik sama
orang itu, dia juga sopan…sopan banget, terus dia
orangnya setia sih. Kalau dia punya temen dari dulu, dia
pasti inget-inget terus engga pernah lose contact gitu.
Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan : Seneng banget kak, dia baik banget soalnya.
Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx dengan teman-teman yang lain
selain kamu?
Partisipan : Dia sih orangnya asik banget kalau diajak temenan tuh,
dia friendly. Kalau misalkan dia punya temen baru
langsung di ajak main gitu atau engga dia langsung
kayak “iya, kamu dari mana? Gini gini gini”. Dia tuh
pokoknya friendly banget, asik, dan dia itu kalau di ajak
ngomong sama siapa pun tuh pasti langsung nyambung.
Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?
Partisipan : Jadi waktu itu kan dia masuk SMP xx waktu kelas 7
semester 2. Nah aku di situ tuh kelas 8 semester 2 berarti
kan. Nah terus, eeehhhhmmm (berpikir)…kita kan engga
satu kelas kan kak. Terus ada kabar-kabar gitu kan kak
kalau ada anak baru, anak-anak pada bilang “eh, ada
anak baru tuh di kelas 7, cantik kok orangnya”. Terus
habis itu udah kan. Guru aku juga bilang waktu itu kalau
ada anak baru di kelas 7, cewek. Nah terus aku kan mau
manggil temen aku juga, nah ternyata si Axxx itu
sepupuan sama temen aku yang di kelas tujuh. Terus pas
aku mau manggil, dari belakang tuh emang mereka mirip
banget kan jadinya kan aku salah manggil kan. Aku udah
sempet giniin pundaknya (menepuk pundak) gitu, aku
bilang ke dia “Eh, ke kantin bareng yuk. Lo kenapa diem
aja di kelas?”. Terus pas dia nengok ke aku eh ternyata
bukan temen aku kan, terus aku bilang ke Argy “eh,
sorry ya gue kira lo temen gue” gitu kan, pas dia balik ke
arah aku, mukanya dia kayak kesel gitu. Raut wajahnya
kayak orang mau bilang lo tuh udah salah nyolot gitu.
Aku kan emang orangnya dulu nyolot gitu kak kalau
baru kenal sama orang hehehe (tertawa). Terus aku
bilang “eh, sorry-sorry lo anak baru ya?”, dia jawab
“iya~” dia lembut gitu ngomongnya. Terus aku bilang
nama lo siapa, aku memperkenalkan diri aku lah dan dia
juga memperkenalkan diri. Nah, gara-gara dia diem di
kelas jadi aku ajak aja dia ke kantin. Akhirnya kita
ngobrol-ngobrol, dia juga ngobrol sama temen aku kan.
Cuma emang yang sering ngobrol itu ya aku berdua, aku
sama Axxx maksudnya, jadi makanya aku bisa deket.
Udah gitu aja kak.
Pewawancara : Awalnya emang kamu yang ngajak Axxx ngobrol duluan
ya?
Partisipan : Iya, kak. Ya waktu itu sih aku duluan, soalnya dia kan
waktu itu kan masih anak baru.
Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan : Sering banget. Aku kalau ada apa-apa biasanya cerita ke
dia, dan dia kalau ada apa-apa juga biasanya cerita ke
aku.
Pewawancara : Bagaimana cara Axxx menghibur kamu?
Partisipan : Ya dia itu ngeliat dulu masalah aku tuh kayak gimana,
nah terus dia coba nenangin aku sih kayak dia nanya
mending kamu begini begini begini, dia ngasih nasihat
aku. Terus biasanya sih dia ngajakin makan. Engga tau
kenapa kalo aku misalnya lagi sedih, dia lagi sedih kita
langsung makan aja gitu, ngemil kek kayak makanan
kecil gitu. Kalo engga minum. Minum apa sih tuh
namanya biasanya Mbaknya suka bikinin apa yaaa
(berpikir)…ada kayak minum gitu, aku lupa namanya.
Terus di bawa havefun gitu. Dia ngebecandain-candain
lagi, dia ngelucu-ngelucu lagi, atau engga ngasih video-
video yang lucu.
Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan : Pernah kak, bahkan sering banget. Hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Contohnya seperti apa?
Partisipan : Mmmhhhhmm (berpikir)…kayak aku lagi ada masalah
sama temen nih kak, entar dia bilangin ke aku “udahlah
ga usah dipikirin, kalau udah engga cocok sama elo ya
udah biarin aja”.
Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang
mengalami kesulitan?
Partisipan : Apa ya paling yaaa (berpikir)…sejauh ini sih kayaknya
engga deh. Engga pernah kayak aku punya masalah yang
besar gitu sampai aku butuh bantuan dia kayaknya sih
jarang sih. Paling cuma kalo kita mau makan, aku lagi
engga ada duit, terus dia bilang “ya udah makan aja,
pake duit gue dulu”. Tapi pas aku mau balikin uangnya,
dia malah bilang “udah engga usah”.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,
agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan : Iya aku juga sama Axxx kan beda agamanya. Dia Islam,
aku non Islam. Nah pertamanya tuh Axxx engga tau kalo
aku non Islam. Nah tiba-tiba dia kaget pas aku cerita kalo
aku lagi di gereja. Terus dia bilang “Oh, lu Kristen,
Myu?”. Aku tuh ngingetin dia solat, aku ngingetin dia
buat ngaji. Dia juga ngingetin aku kalo misalnya makan
berdo’a, kalo misalnya tidur berdo’a, jangan lupa ke
gereja, gitu gitu kak.
Pewawancara : Jadi saling mengingatkan gitu ya?
Partisipan : Iya sih saling mengingatkan.
Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi di
lingkungan baru tidak?
Partisipan : Menurut aku iya, iya dia mudah banget beradaptasi di
lingkungan baru sih. Misalnya kalo aku lagi ngenalin dia
ke temen-temen aku, dia bisa enjoy bareng, join bareng
kita juga gitu.
Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke
teman-teman?
Partisipan : Sering banget, sering banget. Dia sering traktir kita, dia
sering ngajakin kita makan kemana-mana gitu. Dia baik
banget pokoknya deh. Kalo misalnya soal makanan
minuman tuh, eeemmhhmm (bergumam) misalnya ada
temennya yang engga punya duit, misalnya aku, terus
tiba-tiba dia bilang “ya udah Mxx engga apa-apa kamu
pesen aja dulu pake duit aku”. Nah nanti kalo misalkan
aku mau ganti, dia bilang “ya udah engga usah, engga
apa-apa” gitu.
Pewawancara : Mxxxx, kamu tau engga alasan kenapa Axxx pindah dari
sekolah yang dulu dan memilih homeschooling?
Partisipan : Tau.
Pewawancara : Alasannya karena apa?
Partisipan : Karena dia mau fokus ke musik.
Pewawancara : Alasan kepindahan Axxx cuma karena ingin fokus ke
musik aja? Engga ada alasan yang lain kah?
Partisipan : Ada lagi.
Pewawancara : Apa itu?
Pewawancara : Di sekolah yang dulu kan kayak ada geng-gengan gitu
loh kak, jadi dia itu kayak merasa engga suka gitu kalo
ada geng-gengan gitu loh (sambil tersenyum).
Pewawancara : Kalo alasan utama yang membuat Axxx pindah sekolah
tuh karena apa?
Partisipan : Tetep musik sih kak. Dia suka banget sama yang
namanya musik. Dia tuh engga bisa kayak hidup tanpa
musik gitu, soalnya apa-apa dia dengerin lagu, dia tau
lagu baru aja dia tau, terus aransemen-aransemennya
gitu.
Pewawancara : Awalnya Axxx cerita engga kalo dia mau pindah dari
sekolah SMP xx?
Partisipan : Ya awalnya sih dia cuma cerita kayak dia engga suka
gitu sekolah di SMP xx karena kayak banyak geng-
gengan gitu. Dia awalnya ceritanya kayak begitu, tapi dia
juga cerita kalo dia itu emang bener-bener mau fokus ke
musik.
Pewawancara : Keluarga memang suka seni?
Partisipan : Engga sih, emang dia nya yang suka musik. Suka banget.
Pewawancara : Dan orangtuanya juga mendukung kalo Axxx suka musik
ya?
Partisipan : Iya, orangtuanya ngedukung banget. Justru eeehhmm
(bergumam) dia tuh udah daftar di sekolah musik gitu
buat SMA.
Pewawancara : Oh dia daftar sekolah SMA khusus musik?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Masih di daerah Jakarta?
Partisipan : Di New York deh kalo engga salah.
Pewawancara : Oke Mxxx wawancara kita hari ini udah selesai.
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Makasih banget ya atas waktunya, udah sering aku
gangguin terus, hubungin kamu terus untuk bisa
wawancara sama kamu hehe (tertawa).
Partisipan : Engga apa-apa, hehehe (tertawa).
Pewawancara : Makasih ya udah bersedia aku wawancara.
Partisipan : Iya kak, sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : Y
Tempat : Daebak Kafe
Tanggal : 27 Desember 2015
Waktu : 11:00 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya
Chentauri mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mmhhhmm kalau boleh tau nama kamu siapa?
Partisipan : Wa’alaikumsalam. Nama aku Yxxxxxx.
Pewawancara : Nama lengkapnya siapa?
Partisipan : Nama lengkap aku Yxxxxxx Qxxxxx Axxx.
Pewawancara : Bisa kita mulai wawancaranya sekarang?
Partisipan : Bisa kak.
Pewawancara : Sejak kapan kamu kenal dengan Axxx?
Partisipan : Sejak kelas 8 (delapan) SMP.
Pewawancara : Kalian dulun satu kelas?
Partisipan : Iya.
Pewawacara : Kalian bersahabat atau berteman?
Partisipan : Sahabatan, kak.
Pewawancara : Sampai sekarang kalian sahabatan?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Sejak kapan kalian bersahabat?
Partisipan : Dari kelas 8 itu, hehe (tersenyum).
Pewawancara : Dulu kalian teman sebangku?
Partisipan : Mmmhhmm (berpikir)…engga sebangku, eeehhhmmm
(bergumam) depan belakang gitu duduknya kak.
Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Karena nyambung kita ngobrolnya, hehehe (tertawa).
Pewawancara : Biasanya kalo ketemu hal apa yang kalian bicarakan?
Partisipan : Biasanya yaaa kayak kesukaan yang lagi booming gitu.
Pewawancara : Misalnya kayak apa tuh?
Partisipan : Misalnya film, musik.
Pewawancara : Bagaimana sih cara kamu bermain sama Axxx?
Partisipan : Kalau sekarang yaaa video call aja.
Pewawancara : Udah jarang ketemu ya?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Kapan terakhir kalian ketemuan?
Partisipan : Kalau engga salah ituuuu (berpikir, melihat ke
atas)…waktu sebelum…apa yaa…kalau engga salah
bulan November kayaknya.
Pewawancara : November tahun ini?
Partisipan : Iya, kalo engga salah bulan November.
Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan : Biasanya kalo hhhmmm (berpikir)…hhhmmm (berpikir
melihat ke lantai) kalo Axxx lagi ke Depok aja. Misalnya
ada acara apa gitu, terus engga sengaja kita ketemuan.
Soalnya sama-sama udah punya kegiatan jadi yaaa susah
juga.
Pewawancara : Sewaktu kalian satu sekolah, waktu untuk bertemunya
kapan?
Partisipan : Biasanya kalo ada tugas sekolah sama di sekolah aja.
Pewawancara : Engga pernah pergi bareng keluar?
Partisipan : Eeehhmmmm (berpikir)…itu sih jarang juga, soalnya dia
juga sibuk dan akunya juga sibuk kak.
Pewawancara : Waktu di sekolah yang dulu, berapa kali sih dalam satu
minggu kalian bertemu?
Partisipan : Bisaaa…eehhmmm (berpikir)…tiap minggu ketemu sih
biasanya.
Pewawancara : Maksud kakak ketemu di luar jam sekolah. Misalnya
pergi main bareng keluar gitu?
Partisipan : Ooohh paling engga tentu, kak. Soalnya gimana yaaa
(berpikir), aku sama Aufa ketemu kalo lagi ada tugas
sekolah aja gitu, jarang ketemu untuk main.
Pewawancara : Kalau dalam hitungan bulan, kamu inget engga berapa
kali kalian bertemu?
Partisipan : Eeehhmmm (mengingat-ingat)…antara 1 (satu) sampai 2
(dua) deh kayaknya.
Pewawancara : Biasanya hal apa saja yang kalian lakukan kalau ketemu?
Partisipan : Eeehhhmmm (bergumam) ngobrol, foto-foto, terus sama
makan.
Pewawancara : Menurut kamu, Axxx itu orangnya seperti apa?
Partisipan : Axxx itu seru, terus nyambung ngobrolnya, sama pinter
ngelawak juga.
Pewawancara : Oh begitu, kelihatannya Axxx orangnya pendiem ya?
Hehehe (tertawa)
Partisipan : Iya, hehehe (tertawa).
Pewawancara : Kamu senang atau engga punya sahabat kayak Axxx?
Partisipan : Seneng.
Pewawancara : Kenapa bisa senang punya sahabat seperti dia?
Partisipan : Karena dia seru, hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Serunya seperti apa?
Partisipan : Soalnya kita tuh nyambung ngobrolnya, jadi ya seneng
gitu kan, karena ngobrolnya nyambung jadi yang
diobrolin itu jadi seru, jadi ya seneng kak (sambil
tersenyum).
Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx ke teman-teman yang dulu?
Partisipan : Eeehhmmm…Axxx kalo ke temen-temen yang lain sih
biasa aja.
Pewawancara : Kalau lagi sama kamu gimana?
Partisipasi : Kalau ssama aku jadi seru gitu. Tiba-tiba dia jadi heboh
gitu.
Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa yang
pertama kali mengajak berkenalan?
Partisipan : Seinget aku dulu eehhhmm (bepikir)…punya temen lagi,
nah kalo engga salah dikenalin sama temen aku, temen
dia juga.
Pewawancara : Jadi kalian ini dikenalin sama temennya Axxx yang
ternyata temen kamu juga?
Partisipan : Iya. Awalnya kan belum begitu akrab terus jadinya
makin hari makin kenal dan akrab sama Axxx.
Pewawancara : Teman yang ngenalian kalian satu kelas sama kalian
juga?
Partisipan : Iya satu kelas.
Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama Axxx ketika lagi sedih?
Partisipan : Eehhhmmm (bergumam)…pernah.
Pewawancara : Bagaimana cara Axxx menghibur kamu?
Partisipan : Bikin ketawa, kak. Dia ngelakuin hal yang konyol.
Pewawancara : Axxx pernah bantu kamu ketika sedang kesulitan?
Partisipan : Pernah, kak.
Pewawancara : Biasanya Axxx ngelakuin apa?
Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) membantu hal apa aja yang
kesulitan, misalnya membantu ngerjain soal matematika
terus di bantu sama dia.
Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx dengan teman-teman yang beda
suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan
fisik?
Partisipan : Biasa aja sih kak. Engga ngehindar gitu.
Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi di
lingkungan baru engga?
Partisipasi : Kurang.
Pewawancara : Kenapa kamu bisa bilang begitu?
Partisipan : Karena dia pendiam, jadi orang ngeliatnya juga ya susah
gitu untuk diajak ngobrol.
Pewawancara : Pribadi dia itu seperti apa sih?
Partisipan : Aslinya sih dia engga pendiam, cuma kalo misalnya
baru-baru di tempat orang itu dia pendiam.
Pewawancara : Dia butuh waktu dulu ya untuk bisa berbaur dengan
orang lain?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Butuh waktu berapa lama?
Partisipan : Waktu aku dulu sih, waktunya kalo engga salah 2
minggu deh, tapi selama 2 minggu itu harus rutin gitu.
Maksudnya jangan jarang-jarang kita ngobrolnya gitu.
Nah karena dulu kan kita duduknya depan belakang tiap
hari sering ngobrol, nyambung dan kita jadi sahabatan
sampe sekarang.
Pewawancara : Axxx sering berbagi makanan dan minuman engga ke
kamu?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Misalnya berbagi apa?
Partisipan : Biasanya dia suka bagi-bagi somay gitu kalo lagi jajan.
Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa Axxx pindah sekolah?
Partisipan : Eeehhmm (bergumam)…dia karena rumahnya pindah ke
Tangerang.
Pewawancara : Cuma karena pindah rumah aja?
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Engga ada masalah di sekolah?
Partisipan : Kalo masalah sih kurang tau, tapi sih kayaknya engga
ada.
Pewawancara : Axxx engga cerita ke kamu kalau ada masalah
disekolahnya sampai-sampai dia memutuskan untuk
pindah sekolah?
Partisipan : Engga, kak. Dia cuma bilang karena ayahnya kerja terus
pindah rumahnya.
Pewawancara : Oohh begitu.
Partisipan : Iya, kak. Dia pindah ya cuma karena ayahnya kerja dan
dia pindah rumahnya juga.
Pewawancara : Yxxxxxx, wawancara kita hari ini sudah selesai.
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Terima kasih atas waktu dan ketersediaan kamu untuk
diwawancarai.
Partisipan : Iya , kak sama-sama.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : G
Tempat : Melalui Telepon
Tanggal : 17 Januari 2016
Waktu : 14:00 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Axxxx?
Partisipan : Wa’alaikumsalam, Kak.
Pewawancara : Apa kabar?
Partisipan : Alhamdulillah baik. Kakak apa kabar?
Pewawancara : Alhamdulillah baik juga.
Partisipan : Kak, maaf ya kita jadinya wawancara lewat telepon.
Soalnya dadakan ngasih kabar latihan futsalnya.
Pewawancara : Iya Axxxx engga apa-apa, bersyukur kamu masih mau
lanjut wawancaranya hehe (tertawa).
Partisipan : Iya, kak. Hahaha (tertawa). Kak, wawancaranya
sekarang aja, aku lagi istirahat nih.
Pewawancara : Oke sekarang kita mulai.
Partisipan : Eh iya kak, suratnya itu nanti aku kirimin tanda tangan
aku aja ya kak.
Pewawancara : Astaga kakak hampir lupa, engga inget sama surat
persetujuannya.
Partisipan : Yaah si kakak, hahaha (tertawa).
Pewawancara : Ya udah engga apa-apa di kirim. Nanti aku kirim
formatnya, terus tanda tangannya jangan lupa di scan ya.
Partisipan : Iya nanti aku scan deh.
Pewawancara : Kakak mulai wawancaranya ya?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Sejak kapan kalian saling kenal?
Partisipan : Sejak satu sekolah dulu.
Pewawancara : Sejak kapan kalian mulai berteman atau bersahabat?
Partisipan : Sejak berteman dekat.
Pewawancara : Berteman dekat dari kapan?
Partisipan : Awal masuk pas sekelas, kelas 7.
Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Anaknya seru, enak di ajak bercanda.
Pewawacara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan : Kita sering ledek-ledekan.
Pewawancara : Ledek-ledekan masalah apa?
Partisipan : Kayak main kata-kataan gitu sih, lebih ke ngatain satu
sama lain, hahaha (tertawa).
Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan : Di sekolah.
Pewawancara : Kalau di luar sekolah saling bertemu engga? Main
bareng misalnya?
Partisipan : Jarang.
Pewawancara : Kenapa?
Partisipan : Rumah kita jauh kak.
Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan : Lima hari.
Pewawancara : Lima hari, maksudnya lima hari jadwal sekolah?
Partisipan : Iya pas sekolah aja ketemunya.
Pewawancara : Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan : Main bola, main PS.
Pewawancara : Sering engga sih kalian bertemu untuk sekarang?
Partisipan : Jarang banget. Karena sekarang kan kita udah engga satu
sekolah lagi nih, paling kita BBM-an, Line, whatsapp.
Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan : Baik sih, tapi engga terlalu, dia lumayan bandel hehehe
(tertawa).
Pewawancara : Bandelnya gimana?
Partisipan : Suka bolos masuk pelajaran.
Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan : Iya seneng.
Pewawancara : Kenapa senang punya sahabat seperti dia?
Partisipan : Orangnya baik, enak sih di ajak ngobrol.
Pewawancara : Terus apa lagi?
Partisipan : Udah.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain
selain kamu?
Partisipan : Sikapnya…eemmhhhmmm (berpikir) ya dia baik sih.
Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?
Partisipan : Kita kan duduknya depan-depanan, terus sering ngobrol
bareng, main bareng. Terus akhirnya jadi akrab dan
berteman.
Pewawancara : Yang pertama kali ngajak ngobrol siapa?
Partisipan : Saya.
Pewawancara : Awalnya gimana kamu ngajak ngobrol dia?
Partisipan : Waktu itu nanya tugas.
Pewawancara : Tugas apa?
Partisipan : Tugas PR matematika. Waktu itu aku pengen liat tugas
matematika dia, terus dia bilang ya udah nih. Ya udah
dia kasih liat. Semenjak itu kita sering ngobrol.
Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Bagaimana cara dia menghibur kamu?
Partisipan : Waktu itu uang jajan aku ketinggalan, terus dia ngasih
pinjeman uang ke aku buat jajan. Terus kita pulang
bareng.
Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang
mengalami kesulitan?
Partisipan : Pernah.
Pewawancara : Waktu itu kamu lagi kenapa?
Partisipan : Lagi berenang, baru pengen berenang pas lagi di atas,
terus aku di dorong ke bawah sama temen. Terus di
bantu sama dia buat naik ke atas.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,
agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan : Sikapnya sama aja baik, engga pernah ngeledekin.
Pewawancara : Dia engga pernah membeda-bedakan teman ya?
Partisipan : Iya, engga pernah ngebeda-bedain.
Pewawancara : Menurut kamu, dia orangnya seperti apa?
Partisipan : Orangnya yaaa…baik sih. Kadang-kadang anaknya
rusuh.
Pewawancara : Rusuhnya bagaimana?
Partisipan : Kalo lagi main di rusuhin kayak di recokin gitu kak,
ngisengin gitu dia.
Pewawancara : Dia mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?
Partisipan : Mudah.
Pewawancara : Mudahnya bagaimana?
Partisipan : Karena dia anaknya gimana yaaa (berpikir)…dia mudah
bergaul, jadi gampang berbaur dengan yang lain.
Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke
teman-teman?
Partisipan : Jarang.
Pewawancara : Tapi dia pernah engga berbagi makanan atau minuman
walaupun sekali? Misalnya dia dari kantin beli makanan
dan nawarin ke temen-temen gitu?
Partisipan : Oh iya pernah. Waktu itu jam istirahat, terus dia ke
kantin beli nasi kuning. Abis itu dia ke kelas nawarin ke
temen-temen.
Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa dia pindah sekolah?
Partisipan : Tau, kak.
Pewawancara : Gimana tuh?
Partisipan : Dia suka bolos sekolah, bolos pelajaran. Terus ketauan
sama guru, guru BP.
Pewawancara : Terus sama guru BP diapain?
Partisipan : Di panggil, terus orang tuanya juga di panggil, di kasih
surat peringatan kalau sekali lagi dia melakukan itu di
keluarkan dari sekolah.
Pewawancara : Cuma itu saja alasannya?
Partisipan : Iya cuma itu sih yang aku tau. Dia cerita kayak gitu aja.
Pewawancara : Oke deh, makasih banget ya sudah bersedia untuk aku
wawancara.
Partisipan : Iya kak, engga apa-apa.
Pewawancara : Terima ksih atas waktunya.
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Assalamu’alaikum.
Partisipan : Wa’alaikumsalam kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : I
Tempat : KFC Bintaro
Tanggal : 18 Desember 2015
Waktu : 13:20 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Ixxxxx?
Partisipan : Wa’alaikumsalam, Kak.
Pewawancara : Ixxxxx apa kabar?
Partisipan : Alhamdulillah baik kak. Sekarang nih kak
wawancaranya?
Pewawancara : Iya sekarang kita mulai ya. Kakak mulai dari pertanyaan
Sejak kapan kalian saling kenal dan sejak kapan kalian
berteman?
Partisipan : Mmmmhhhmm dari kecil sih kak kita temenan, dari
umur 2 (dua) tahun. Kita itu kan tetanggaan dulunya
(sambil tersenyum).
Pewawancara : Loh emang kalau sekarang kalian udah engga
tetanggaan?
Partisipan : Engga kak. Hxxx kan di Sektor 9 (sembilan), kalo aku di
Bxxxxxx Jxxx Sxxxxx 3 (tiga) A.
Pewawancara : Ooohh kirain sampai sekarang tetanggaan, hehehe
(tertawa).
Partisipan : Udah engga kak, hehe (tertawa).
Pewawacara : Ya sudah kita lanjut ke pertanyaan lainnya. Ixxxxxx,
Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Mmhhhmm gimana ya kak (berpikir) Hxxx itu orangnya
baik sih. Asik anaknya, agamis juga orangnya..
mmhhmmm agamis banget deh kak, hehe (tersenyum).
Pewawancara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?
Partisipan : Gimana ya kak...mmhhhhmmm (berpikir).
Pewawancara : Gimana apanya? (tersenyum)
Partisipan : Hehehe (tertawa)…kita biasa aja sih kak, cerita-cerita
gitu, main ke rumah temen, makan bareng, pergi ke
mall.. ya gitu aja sih kak.
Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan : Kalau kita ada waktu aja sih kak.
Pewawancara : Biasanya saat kapan? Saat weekend kah?
Partisipan : Engga juga sih kak.
Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?
Partisipan : Engga nentu sih kak. Sebisanya kita aja. Karena kita kan
sekolahnya beda nih, jam masuknya dan pulang
sekolahnya kan pasti beda kak, ya kalo mau ketemuan
biasanya kita janjian dulu nyamain jadwal masing-
masing kak.
Pewawancara : Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?
Partisipan : Eeehhmm (berpikir)…banyak sih kak.
Pewawancara : Misalnya seperti apa?
Partisipan : Eeehhhmm (berpikir)…cerita-cerita tentang sekolah sih
kak.
Pewawancara : Contohnya cerita tentang sekolah yang bagaimana?
Partisipan : Cerita tentang belajar di homeschooling tuh begini begini
begini, tuker-tukeran informasi tentang sekolah masing-
masing aja sih kak.
Pewawancara : Oooh begitu.
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?
Partisipan : Hxxx itu orangnya baiiiikkk banget, dewasa, udah kayak
kakak aku aja dia, agamis juga orangnya. Friendly
banget deh kak orangnya, bener. Hahaha (tertawa).
Pewawancara : Dia bukan termasuk orang yang pendiam?
Partisipan : Mmhhhmmm…gimana ya kak…dia ga pendiam sih kalo
sama aku.
Pewawancara : Menjadi dirinya sendiri ya kalau lagi sama kamu? Engga
malu-malu orangnya?
Partisipan : Iya kak, engga…jaim gitu deh anaknya. Kalo sama aku,
dia itu ya apa adanya aja.
Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?
Partisipan : Seneng kak, seneng banget (tersenyum). Dia enak kalau
diajak ngobrol, kalau aku curhat, dia suka ngasih saran
ke aku.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain
selain kamu?
Partisipan : Hhhmmm…Hxxx…biasa aja sih kak.
Pewawancara : Biasa aja gimana?
Partisipan : Yaaaa, baik. Baik juga dia sama yang lain. Hani tuh
orangnya baik kak ke siapa aja.
Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?
Partisipan : Dari mbak-mbak kita, hahaha (tertawa).
Pewawancara : Maksudnya kenal dari asisten rumah tangga kalian?
Partisipan : Iya kak hehehe (tersenyum). Kita kan tetanggaan, nah
kenalnya ya dari mbak-mbak kita itu deh. Kita sering
main sampai sekarang, dan satu sekolahan.
Pewawancara : Satu sekolahan di sekolah yang dulu?
Partisipan : Iya, di sekolah Pxxxxxxxxxx Jxxx.
Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?
Partisipan : Pernah kak, bahkan sering banget. Hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Contohnya seperti apa?
Partisipan : Mmmhhhhmm (berpikir)…kayak aku lagi ada masalah
sama temen nih kak, entar dia bilangin ke aku “udahlah
ga usah dipikirin, kalau udah engga cocok sama elo ya
udah biarin aja”.
Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang
mengalami kesulitan?
Partisipan : Pernah kak. Dia itu baik banget orangnya. Kalo aku lagi
kesulitan terus minta saran ke dia, nah dia kasih saran
yang membantu banget buat aku.
Pewawancara : Misalnya kamu sedang kesulitan apa?
Partisipan : Yaaa gimana ya kak…masalah pribadi kak. Maaf kak
aku engga bisa cerita.
Pewawancara : Oohh...iya aku ngerti, engga apa-apa kalau kamu engga
bisa ceritain. Maaf ya.
Partisipan : Iya kak engga apa-apa..hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Kita lanjut ke pertanyaan lainnya.
Partisipasi : Iya, kak.
Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,
agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?
Partisipan : Eeehhhmm (bergumam)…Hxxx biasa aja sih kak sama
mereka yang beda suku, agama, ras dan sebagainya.
Hxxx tetep baik sama mereka.
Pewawancara : Biasa aja karena cuek?
Partisipan : Eehhhmm (bergumam), gimana ya kak, ya bukan cuek
engga peduli gitu, tapi ya biasa aja kak.
Pewawancara : Engga mempermasalahkan teman yang berbeda dari dia?
Partisipan : Iya. Hxxx itu engga mempermasalahkan sih kak, dia
yaaa (berpikir) baik aja sama mereka. Berteman seperti
yang lain aja.
Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi
dilingkungan baru tidak?
Partisipan : Menurut aku nih ya kak?
Pewawancara : Iya menurut kamu.
Partisipan : Menurut aku, hhhmmm (bergumam) hahhaha (tertawa
sambil melihat ke arah temannya)…Hani itu orangnya
baik, periang, ke-ibuan, dewasa kak. Dia itu bisa jadi
kakak buat aku. Pokoknya Hani baik banget kak menurut
aku hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke
teman-teman?
Partisipan : Hhhmmm (bergumam)…berbagi kak. Kita sering
berbagi makanan atau minuman kak.
Pewawancara : Kayak sekarang ya?
Partisipan : Iya kak kayak sekarang. (Partisipan diwawancarai sambil
memakan makanan ringan). Kita sering berbagi makanan
satu sama lain hehe (tersenyum).
Pewawancara : Oya Indira, Hani pernah cerita ke kamu tentang alasan
kenapa dia pindah dari sekolah dan memilih
homeschooling?
Partisipan : Iya dia pernah cerita ke aku kak.
Pewawancara : Dia cerita seperti apa sama kamu?
Partisipasi : Hhhhmm (bergumam)…dia cerita kalo udah engga betah
di sekolah yang dulu.
Pewawancara : Karena apa dia engga betah sekolah di sana?
Partisipan : Dia sih cuma bilang, dia itu kan di sekolah yang dulu
jarang masuk ya kak.
Pewawancara : Iya. Terus dia bilang apa lagi?
Partisipan : Dia itu kan waktu sekolah di sana sakit ya kak jadi jarang
masuk. Nah, guru kan kalo dia masuk belajarnya ngulang
yang kemaren-kemaren kak.
Pewawancara : Eehhmmm…belajar ngulang yang kemaren-kemaren?
Maksudnya gimana ya?
Partisipan : Ooohh begini kak, maksudnya tuh guru mengulang
materi pelajaran sebelumnya yang udah disampaikan
sama guru. Nah, temen-temennya kan jadi pada sebel ya
kak sama Hxxx. Temen sekelasnya bilang “makanya
masuk dong”. Yaaa Hani kan jadi ngerasa engga nyaman
lagi kalo di kelas. Gitu aja sih kak Hxxx ceritanya.
Pewawancara : Kamu engga satu kelas sama Hxxx?
Partisipan : Engga kak, kita engga sekelas.
Pewawancara : Ooohh engga sekelas? Aku kira kalian sekelas.
Partisipan : Engga kak (tersenyum). Yaaa Hxxx cuma cerita begitu
aja sih kak, karena dia udah engga nyaman lagi sekolah
di sana jadi dia pindah dan milih homeschooling. Dia
pengen rasa nyaman ketika bersekolah. Lagi juga ya kak
di sekolah formal kan banyak banget tugasnya, mungkin
itu juga alasan yang membuat Hxxx pengen pindah.
Pewawancara : Oke begitu yaa..
Partisipan : Iya kak.
Pewawancara : Oke deh, makasih banget ya Ixxxx sudah bersedia untuk
aku wawancara.
Partisipan : Iya kak, engga apa-apa.
Pewawancara : Terima ksih atas waktunya.
Partisipan : Iya kak.
TRANSKRIP WAWANCARA INTI
Partisipan : Y
Tempat : Daebak Kafe Depok
Tanggal : 27 Desember 2015
Waktu : 11:00 WIB
Pewawancara : Assalamu’alaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya
Chentauri mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mmhhhmm kalau boleh tau nama kamu siapa?
Partisipan : Wa’alaikumsalam. Nama aku Yxxxxxx.
Pewawancara : Nama lengkapnya siapa?
Partisipan : Nama lengkap aku Yxxxxxx Qxxxxx Axxx.
Pewawancara : Bisa kita mulai wawancaranya sekarang?
Partisipan : Bisa kak.
Pewawancara : Sejak kapan kamu kenal dengan Aufa?
Partisipan : Sejak kelas 8 (delapan) SMP.
Pewawancara : Kalian dulun satu kelas?
Partisipan : Iya.
Pewawacara : Kalian bersahabat atau berteman?
Partisipan : Sahabatan, kak.
Pewawancara : Sampai sekarang kalian sahabatan?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Sejak kapan kalian bersahabat?
Partisipan : Dari kelas 8 itu, hehe (tersenyum).
Pewawancara : Dulu kalian teman sebangku?
Partisipan : Mmmhhmm (berpikir)…engga sebangku, Hhhmmmhh
(bergumam) depan belakang gitu duduknya kak.
Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?
Partisipan : Karena nyambung kita ngobrolnya, hehehe (tertawa).
Pewawancara : Biasanya kalo ketemu hal apa yang kalian bicarakan?
Partisipan : Biasanya yaaa kayak kesukaan yang lagi booming gitu.
Pewawancara : Misalnya kayak apa tuh?
Partisipan : Misalnya film, musik.
Pewawancara : Bagaimana sih cara kamu bermain sama Axxx?
Partisipan : Kalau sekarang yaaa video call aja.
Pewawancara : Udah jarang ketemu ya?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Kapan terakhir kalian ketemuan?
Partisipan : Kalau engga salah ituuuu (berpikir, melihat ke
atas)…waktu sebelum…apa yaa…kalau engga salah
bulan November kayaknya.
Pewawancara : November tahun ini?
Partisipan : Iya, kalo engga salah bulan November.
Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?
Partisipan : Biasanya kalo hhhmmm (berpikir)…hhhmmm (berpikir
melihat ke lantai) kalo Axxx lagi ke Depok aja. Misalnya
ada acara apa gitu, terus engga sengaja kita ketemuan.
Soalnya sama-sama udah punya kegiatan jadi yaaa susah
juga.
Pewawancara : Sewaktu kalian satu sekolah, waktu untuk bertemunya
kapan?
Partisipan : Biasanya kalo ada tugas sekolah sama di sekolah aja.
Pewawancara : Engga pernah pergi bareng keluar?
Partisipan : Eeehhmmmm (berpikir)…itu sih jarang juga, soalnya dia
juga sibuk dan akunya juga sibuk kak.
Pewawancara : Waktu di sekolah yang dulu, berapa kali sih dalam satu
minggu kalian bertemu?
Partisipan : Bisaaa…eehhmmm (berpikir)…tiap minggu ketemu sih
biasanya.
Pewawancara : Maksud kakak ketemu di luar jam sekolah. Misalnya
pergi main bareng keluar gitu?
Partisipan : Ooohh paling engga tentu, kak. Soalnya gimana yaaa
(berpikir), aku sama Aufa ketemu kalo lagi ada tugas
sekolah aja gitu, jarang ketemu untuk main.
Pewawancara : Kalau dalam hitungan bulan, kamu inget engga berapa
kali kalian bertemu?
Partisipan : Eeehhmmm (mengingat-ingat)…antara 1 (satu) sampai 2
(dua) deh kayaknya.
Pewawancara : Biasanya hal apa saja yang kalian lakukan kalau ketemu?
Partisipan : Eeehhhmmm (bergumam) ngobrol, foto-foto, terus sama
makan.
Pewawancara : Menurut kamu, Axxx itu orangnya seperti apa?
Partisipan : Axxx itu seru, terus nyambung ngobrolnya, sama pinter
ngelawak juga.
Pewawancara : Oh begitu, kelihatannya Axxx orangnya pendiem ya?
Hehehe (tertawa)
Partisipan : Iya, hehehe (tertawa).
Pewawancara : Kamu senang atau engga punya sahabat kayak Axxx?
Partisipan : Seneng.
Pewawancara : Kenapa bisa senang punya sahabat seperti dia?
Partisipan : Karena dia seru, hehehe (tersenyum).
Pewawancara : Serunya seperti apa?
Partisipan : Soalnya kita tuh nyambung ngobrolnya, jadi ya seneng
gitu kan, karena ngobrolnya nyambung jadi yang
diobrolin itu jadi seru, jadi ya seneng kak (sambil
tersenyum).
Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx ke teman-teman yang dulu?
Partisipan : Eeehhmmm…Axxx kalo ke temen-temen yang lain sih
biasa aja.
Pewawancara : Kalau lagi sama kamu gimana?
Partisipasi : Kalau ssama aku jadi seru gitu. Tiba-tiba dia jadi heboh
gitu.
Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa yang
pertama kali mengajak berkenalan?
Partisipan : Seinget aku dulu eehhhmm (bepikir)…punya temen lagi,
nah kalo engga salah dikenalin sama temen aku, temen
dia juga.
Pewawancara : Jadi kalian ini dikenalin sama temennya Axxx yang
ternyata temen kamu juga?
Partisipan : Iya. Awalnya kan belum begitu akrab terus jadinya
makin hari makin kenal dan akrab sama Axxx.
Pewawancara : Teman yang ngenalian kalian satu kelas sama kalian
juga?
Partisipan : Iya satu kelas.
Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama Axxx ketika lagi sedih?
Partisipan : Eehhhmmm (bergumam)…pernah.
Pewawancara : Bagaimana cara Axxx menghibur kamu?
Partisipan : Bikin ketawa, kak. Dia ngelakuin hal yang konyol.
Pewawancara : Axxx pernah bantu kamu ketika sedang kesulitan?
Partisipan : Pernah, kak.
Pewawancara : Biasanya Axxx ngelakuin apa?
Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) membantu hal apa aja yang
kesulitan, misalnya membantu ngerjain soal matematika
terus di bantu sama dia.
Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx dengan teman-teman yang beda
suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan
fisik?
Partisipan : Biasa aja sih kak. Engga ngehindar gitu.
Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi di
lingkungan baru engga?
Partisipasi : Kurang.
Pewawancara : Kenapa kamu bisa bilang begitu?
Partisipan : Karena dia pendiam, jadi orang ngeliatnya juga ya susah
gitu untuk diajak ngobrol.
Pewawancara : Pribadi dia itu seperti apa sih?
Partisipan : Aslinya sih dia engga pendiam, cuma kalo misalnya
baru-baru di tempat orang itu dia pendiam.
Pewawancara : Dia butuh waktu dulu ya untuk bisa berbaur dengan
orang lain?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Butuh waktu berapa lama?
Partisipan : Waktu aku dulu sih, waktunya kalo engga salah 2
minggu deh, tapi selama 2 minggu itu harus rutin gitu.
Maksudnya jangan jarang-jarang kita ngobrolnya gitu.
Nah karena dulu kan kita duduknya depan belakang tiap
hari sering ngobrol, nyambung dan kita jadi sahabatan
sampe sekarang.
Pewawancara : Axxx sering berbagi makanan dan minuman engga ke
kamu?
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Misalnya berbagi apa?
Partisipan : Biasanya dia suka bagi-bagi somay gitu kalo lagi jajan.
Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa Axxx pindah sekolah?
Partisipan : Eeehhmm (bergumam)…dia karena rumahnya pindah ke
Tangerang.
Pewawancara : Cuma karena pindah rumah aja?
Partisipan : Iya, kak.
Pewawancara : Engga ada masalah di sekolah?
Partisipan : Kalo masalah sih kurang tau, tapi sih kayaknya engga
ada.
Pewawancara : Axxx engga cerita ke kamu kalau ada masalah
disekolahnya sampai-sampai dia memutuskan untuk
pindah sekolah?
Partisipan : Engga, kak. Dia cuma bilang karena ayahnya kerja terus
pindah rumahnya.
Pewawancara : Oohh begitu.
Partisipan : Iya, kak. Dia pindah ya cuma karena ayahnya kerja dan
dia pindah rumahnya juga.
Pewawancara : Yxxxxxx, wawancara kita hari ini sudah selesai.
Partisipan : Iya.
Pewawancara : Terima kasih atas waktu dan ketersediaan kamu untuk
diwawancarai.
Partisipan : Iya , kak sama-sama.