homeschooling dan kecerdasan sosial siswa (studi kasus...

312
HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS PADA KOMUNITAS HOMESCHOOLING KAK SETO DI PONDOK AREN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: CHENTAURI GALIH KISMARETY NIM : 1110015000016 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: vudiep

Post on 12-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA

(STUDI KASUS PADA KOMUNITAS HOMESCHOOLING KAK SETO

DI PONDOK AREN)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

CHENTAURI GALIH KISMARETY

NIM : 1110015000016

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 3: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 4: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 5: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 6: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

i

ABSTRAK

Chentauri Galih Kismarety. NIM: 1110015000016. Homeschooling dan

Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak

Seto di Pondok Aren). Skripsi Program Strata 1 (S1). Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecerdasan sosial

yang dimiliki siswa tingkat SMP di kelas komunitas homeschooling Kak Seto,

Pondok Aren. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah tiga orang

wali kelas terdiri dari tiap jenjang kelas dan enam orang siswa yang merupakan

perwakilan dari setiap jenjang kelas yaitu dua orang siswa kelas VII, dua orang

siswa kelas VIII, dan dua orang siswa kelas IX. Enam siswa tersebut dipilih

berdasarkan rekomendasi para wali kelas kemudian peneliti lakukan observasi

dengan tujuan untuk mendapat partisipan yang sesuai dengan kriteria dari dimensi

kecerdasan sosial. Setelah melakukan observasi, selanjutnya peneliti

mewawancarai mereka dengan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) enam partisipan yang

diwawancarai memiliki kecerdasan sosial yang baik, hal itu ditunjukkan dengan

terpenuhinya beberapa dimensi kecerdasan sosial seperti mereka cerdas

situasionalnya, mampu membawa diri, kejujuran dalam bersikap, mampu

menyampaikan ide atau gagasannya secara jelas sehingga orang lain dapat

mengerti dengan baik, dan empati. (2) satu orang dari enam partisipan

menunjukkan kecerdasan sosial yang baik terlihat dari terpenuhinya kelima

dimensi kecerdasan sosial, tiga partisipan menunjukkan kecerdasan sosial sedang

karena menunjukkan empat dimensi kecerdasan sosial, dan dua partisipan

menunjukkan kecerdasan sosial rendah karena hanya menunjukkan dua dimensi

dari lima dimensi kecerdasan sosial. Kesimpulan ini diambil berdasarkan

terpenuhinya beberapa dimensi kecerdasan sosial. (3) untuk menjawab pertanyaan

utama pada penelitian ini yaitu bagaimana kecerdasan sosial siswa pada tingkat

SMP di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto, peneliti menyimpulkan bahwa

anak yang mengikuti homeschooling khususnya pada kelas komunitas tetap dapat

berinteraksi dengan teman-teman maupun lingkungan sekitar karena kelas

komunitas mirip dengan sekolah formal, belajar di dalam satu ruangan yang

disebut kelas dan ada beberapa siswa di dalamnya. Hanya saja pada

homeschooling jumlah siswa tiap kelas tidak sebanyak di sekolah formal. Jumlah

siswa di kelas komunitas rata-rata 10 orang tiap kelasnya, dimana dalam kondisi

seperti itu tidak menutup kemungkinan jika para siswa berinteraksi satu sama lain.

Keadaan yang terjadi di Homeschooling Kak Seto bisa saja tidak terjadi pada

homeschooling lainnya, dikarenakan penelitian kualitatif tidak bisa

digeneralisasikan pada kasus dan situasi yang berbeda.

Kata Kunci: Homeschooling, Kecerdasan Sosial, Deskriptif Kualitatif

Page 7: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

ii

ABSTRACT

Chentauri Galih Kismarety. NIM: 1110015000016. Homeschooling and

Students Social Intelligence (Case Studies of Kak Seto Homeschooling

Community in Pondok Aren). Thesis of Bachelor Degree (S1). Faculty of

Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2015

The objective of this research was to find out the development of social

intelligence of junior high school students in Kak Seto homeschooling class

community, in Pondok Aren. The method used in this research was qualitative

descriptive with a case study approach. Sample of this research were three

teachers and six students in each grade, they are two students in 7th

grade, two

students in 8th

grade, and two students in 9th

grade. They were chosen based on the

recommendation from the teachers, then researcher did observation to get

participant who met the criteria of having some dimensions of social intelligence.

After observed the participants, then the researcher interviewed them used semi

structured interview technique.

The result of this research showed that: (1) six participants interviewed

have good social intelligence, it was showed that some of the social intelligence

dimensions were attained like they were intellegent in the situational, able to

adaptation and humble, honesty in act, able to presented their ideas clearly so

another people could understand it, and empathy. (2) One person from six

participants was indicated having good social intelligence, it was seen from the

fact that the student attained the five dimensions of social intelligence, three

participants had middle social intelligence because they attained four social

intelligence dimensions, and two participants had low social intelligence. This

conclusion was based on the completion of the social intelligence dimensions. (3)

To answer the main question in this research, “How is the junior high school

students social intelligence in Kak Seto homeschooling community,” researcher

concluded that the students who attend homeschooling especially in community

class are able to interact with friends and their surroundings because the

community class in homeschooling was like as formal school, the students study

in a room as called as a class and there are some students there. However, in

homeschooling the amount of the students in a class is not as many as in formal

school. The amount of the students in community class is around 10 people in

each class, in the condition like that, there is a possibility for the students to

communicate to each other. The condition that happened in Kak Seto

homeschooling cannot be generalized to other homeschooling, as the nature of

qualitative research that the findings applied per case.

Keywords: Homeschooling, Social Intelligence, Qualitative Descriptive

Page 8: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis dan disusun guna

memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik

materil ataupun spiritual sehingga penulis mengucapkan terima kasih. Rasa terima

kasih itu terutama penulis tujukan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maila Dinia Husni Rahim, MA selaku dosen pembimbing yang dengan

kesabarannya membimbing dan mengarahkan penulis selama penulisan

skripsi.

4. Ibu Farida Yuli Avisena selaku Kepala Sekolah SMP di Homeschooling Kak

Seto Pondok Aren yang telah memberi izin untuk penelitian selama skripsi.

5. Humas Homeschooling Kak Seto, Kak Sri Wahyuni dan guru-guru yang telah

memberikan bantuan selama penelitian skripsi di Homeschooling Kak Seto

Pondok Aren.

6. Murid-murid SMP di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren.

7. Ayahanda Nana Sutisna dan Ibunda Susilati tercinta yang telah memberikan

cinta dan kasih sayang, do’a, dukungan, perhatian dan fasilitas sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.

8. Adikku Dimas Galih Febyan Sutisna yang telah memberikan dukungan

selama penyusunan skripsi.

9. Sahabatku OTSE, Dini Halimah (Halmeoni), Gina Rosdianti (Ahjumma),

Cindy Febri Kostantia (Mamake), Lilian Paramita (Ny. Jong Woon),

Nurfadilah (Yoona Dilah), Teteh geulis Frisca Fauzia Khairunnissa dan

Page 9: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

iv

Desdemonawita (Tante sosialita), tiada kata yang lebih indah untuk

melukiskan kebaikan kalian. Kalian sahabat terbaikku.

10. “Miss Hyuk Jae” Arsendi Kasenda, “Ny. Ryeonggu” Esti Tri Ruhayani dan

Santi Megasari yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama

penyusunan skripsi.

11. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2010, terutama

REAKSI yang senantiasa berbagi dalam segala hal.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu meluangkan

waktu, tenaga, pikiran, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan semoga

dapat berguna bagi kita semua. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari

pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh penulis.

Jakarta, November 2015

Penulis

Page 10: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ................................................................................................ i

ABSTRACT ............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 7

D. Perumusan Masalah .............................................................. 7

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 7

F. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................... 7

1. Manfaat Teoritis ............................................................... 7

2. Manfaat Praktis ................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Homeschooling ..................................................................... 9

1. Pengertian Homeschooling .............................................. 9

2. Sejarah Homeschooling ................................................... 10

3. Jenis-jenis Homeschooling ............................................... 13

4. Keuntungan Homeschooling ............................................ 14

B. Kecerdasan Sosial ................................................................. 16

1. Pengertian Kecerdasan Sosial .......................................... 16

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial .... 17

Page 11: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

vi

3. Dimensi Kecerdasan Sosial .............................................. 18

C. Hasil Penelitian Relevan ....................................................... 19

D. Kerangka Konseptual ............................................................ 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 23

1. Tempat Penelitian ............................................................. 23

2. Waktu Penelitian .............................................................. 23

B. Metode Penelitian ................................................................. 24

C. Sampel dan Sumber Data Penelitian ...................................... 25

1. Sampel .............................................................................. 25

2. Sumber Data ..................................................................... 26

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 27

E. Instrumen Penelitian ............................................................. 28

F. Rencana Penguji Keabsahan Data ........................................ 32

G. Teknik Analisis Data ............................................................ 34

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Pendahuluan .......................................................................... 36

B. Profil Homeschooling Kak Seto Pondok Aren ..................... 36

C. Informasi Partisipan .............................................................. 38

D. Paparan Data Hasil Penelitian ............................................... 45

1. Hasil Observasi Siswa ...................................................... 46

2. Hasil Wawancara Guru .................................................... 50

3. Hasil Wawancara Siswa ................................................... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 65

B. Saran ...................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Lembar Observasi Kecerdasan Sosial

Siswa di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren ................ 29

Tabel 3.2 Instrumen Wawancara dengan Guru (Tutor) ........................ 30

Tabel 3.3 Instrumen Wawancara dengan Siswa ................................... 30

Tabel 3.4 instrumen Wawancara dengan Teman Dekat Siswa ............. 31

Page 13: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Reduksi Data

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Lembar Persetujuan menjadi Partisipan

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Pembuka

Lampiran 6 Transkrip Wawancara Inti

Lampiran 7 Member Check

Lampiran 8 Lembar Uji Referensi

Lampiran 9 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 10 Surat Ijin Observasi

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian

Page 14: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

yang layak bagi diri mereka, namun masih kita lihat dari berita televisi atau baca

di media cetak maupun online anak justru mendapatkan pengalaman kurang

menyenangkan selama bersekolah, misalnya saja kasus bullying (kekerasan atau

intimidasi) sehingga membuat sekolah dirasa kurang memberikan suasana aman,

nyaman, menyenangkan dan membangkitkan semangat perserta didik untuk

mengembangkan bakat, minat dan potensi pribadinya secara optimal. Belum lagi

peserta didik diwajibkan untuk mengikuti mata pelajaran yang sudah dirancang ke

dalam kurikulum tanpa mempertimbangkan karakteristik peserta didik. Seperti

yang disampaikan oleh Seto Mulyadi di bangkapos.com bahwa kurikulum yang

dikembangkan di Indonesia sering tidak berpihak kepada perkembangan perilaku

kecerdasan anak. Kurikulum terlalu padat dan cenderung dijejalkan kepada anak

yang seharusnya bisa dirangsang kreativitasnya sesuai potensi unggul yang

dimilikinya.1

Tidak hanya itu, orangtua juga khawatir dengan lingkungan negatif yang

sewaktu-waktu dapat menghampiri anak mereka ketika sedang menimba ilmu di

sekolah. Misalnya saja tawuran antar pelajar. Seperti yang diberitakan oleh

indosiar.com tahun lalu, tanggal 12 Desember 2014, terjadi tawuran antar pelajar

di fly over Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. Seusai melaksanakan ujian

semester sekolah, puluhan pelajar dari dua sekolah yakni SMK dan SMP

melakukan tawuran di jalanan. Para pelajar menggunakan senjata tajam dan saling

lembar batu. Bahkan para pelajar berduel satu persatu dengan menggunakan

senjata tajam seperti celurit dan golok. Mereka seolah tidak memikirkan

1Dedy Purwadi, Urgensi Kecerdasan Sosial, 2015, h. 1, (http://bangka.tribunnews.com).

Artikel ini diakses pada tanggal 08 Oktober 2015, pukul 11:01 WIB.

Page 15: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

2

keselamatan diri sendiri maupun pengguna jalan yang melintas di lokasi ini.

Tawuran ini sempat membuat arus lalu lintas di sekitar lokasi terhenti.2

Kasus lain yang mengisyaratkan bahwa sekolah formal belum memberikan

suasana aman, nyaman dan menyenangkan bagi para siswa yakni, guru melakukan

tindak kekerasan kepada siswa. Seperti yang diberitakan oleh SINDONEWS.com

pada tanggal 30 Oktober 2014 seorang siswa SMP Islam dianiaya oleh guru

agamanya. Kasus ini terjadi pada siswa SMP di Kabupaten Serang, Banten tahun

kemarin. Peristiwa tersebut terjadi ketika jam pelajaran sedang berlangsung.

Penganiayaan tersebut bermula ketika sang siswa ingin meminjam spidol ke

temannya, tiba-tiba guru tersebut menampar pipi kirinya dan bahkan sempat

mendorongnya. Siswa dipukul empat kali oleh guru. Siswa tersebut mengalami

luka di bagian wajah dan punggung akibat tamparan dan dorongan gurunya.

Peristiwa ini dilaporkan kepada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres

Serang oleh ayah dari siswa tersebut dengan maksud supaya tidak ada korban

lainnya.3

Kejadian serupa juga terjadi pada siswa SMP negeri di Desa Sukamaju,

Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi seperti yang diberitakan oleh

SINDONEWS.com pada tanggal 27 Oktober 2014 enam orang siswa menjadi

korban kekerasan guru saat camping. Sejumlah siswa mengaku di tendang dan

dipukul pada bagian wajahnya, bahkan sebagian siswa lainnya mengalami luka

lebam pada bagian punggung akibat di pukul menggunakan kayu. Akibat kejadian

tersebut siswa mengalami trauma sehingga terpaksa harus di dampingi

orangtuanya saat hendak masuk sekolah. Kondisi ini memicu para orangtua untuk

melaporkan tindak kekerasan yang telah dilakukan oleh guru berinisial DN ke

polsek setempat.4

2Mohamad Subadri Arifqi, Tawuran Pelajar: Saling Serang di Jalanan, 2014, h. 1,

(www.indosiar.com). Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015, pukul 10:01 WIB. 3Rasyid Ridho, Ditampar Guru, Siswa SMP Ini Melapor ke Polisi, 2014, h. 1,

(http://daerah.sindonews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 10:46

WIB. 4Toni Kamajaya, Enam Siswa Jadi Korban Kekerasan Guru saat Camping, 2014, h. 1-2,

(http://daerah.sindonews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 11:27

WIB.

Page 16: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

3

Masih dengan kasus yang sama, siswa SMP negeri di Subang, Jawa Barat,

seperti yang diberitakan oleh SINDONEWS.com pada tanggal 10 November

2014 delapan siswa menjadi korban pemukulan guru olahraga karena tidak

mengikuti acara yasinan di sekolah. Kedepalan siswa tersebut yakni Kevin Kelas

IX, Abdul Kelas IX, Dede Taryana Kelas IX, Iryanto Kelas IX, Nanda Permana

Kelas IX, M. Sandi Kelas IX, Anggis Rahmat Kelas IX dan Yopi Kelas VIII.

Insiden pemukulan ini terjadi sebanyak dua kali, yakni 7 November dan Sabtu 8

November berawal ketika delapan siswa tersebut telat masuk sekolah sehingga

tidak mengikuti kegiatan yasinan dan shalawatan yang rutin diadakan di sekolah

setiap hari Jumat. Saat itu salah satu guru mendatangi mereka, karena takut,

mereka berusaha lari dan guru itu pun mengejarnya. Tujuh dari delapan siswa

berhasil di kejar oleh guru, sedangkan seorang siswa lainnya berhasil lari karena

ketakutan. Tujuh siswa tersebut di beri hukuman, diantaranya dipukuli berkali-

kali di bagian punggung dengan menggunakan gagang alat pengepel lantai yang

terbuat dari aluminium, dipush up-kan, dilempar sepatu dan disuruh jalan jongkok

sambil menggendong tong sampah. Wajah mereka juga ditampar oleh guru

tersebut. Akibatnya mereka menderita luka lebam dan membiru di bagian

punggung serta pinggang. Seorang siswa yang berhasil lari, keesokan harinya di

panggil oleh guru dan di pukuli sampai tubuhnya merasa kesakitan. Orangtua

yang tidak menerima anaknya diperlakukan seperti itu, lantas melaporkan

kejadian tersebut kepada Polsek Pagaden.5

Berdasarkan kasus diatas dapat kita lihat bahwa sekolah formal masih

kurang dalam memberikan suasana belajar mengajar yang aman, nyaman dan

menyenangkan bagi siswa ketika berada di lingkungan sekolah. Seperti kasus

pertama, kedua dan ketiga yang diberitakan oleh SINDONEWS.com sikap guru

tersebut tidak mencerminkan sebagai seorang pendidik. Sepatutnya guru menjalin

hubungan yang baik dengan siswa sehingga terjalin kerjasama antara guru dengan

siswa agar tercipta suasana yang menyenangkan saat proses belajar mengajar

berlangsung.

5Usep Husaeni, Tak Ikut Yasinan, 8 Siswa SMPN Dipukuli Guru, 2015, h. 1-3,

(http://daerah.sindonews.com). Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2015, pukul 10:30

WIB.

Page 17: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

4

Pendidikan tidak selamanya dilakukan di sekolah saja, pendidikan dapat

dilakukan dimana pun dan kapan pun. Pada awalnya, pendidikan diselenggarakan

di rumah. Kegiatan ini dikenal dengan istilah otodidak. “Yakni, proses belajar

yang dilakukan secara mandiri dan dengan kemampuan sendiri. Kesadaran untuk

memperoleh ilmu pengetahuan bergantung pada kemauan yang tumbuh dalam

diri. Dari otodidak pula, tidak jarang berhasil menemukan teori-teori dasar ilmu

pengetahuan.”6

Demikian pula, sistem pendidikan tak hanya ada dalam bentuk formal

sebagaimana umumnya dikenal dan berkembang di masyarakat. Ada pun bentuk-

bentuk pendidikan lain (alternatif) yang dikenal dan diakui dalam sistem

pendidikan nasional yang berlaku di Indonesia, yakni pendidikan nonformal dan

informal yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 26 dan

27. Hasil pendidikan nonformal dan informal dapat dihargai setara dengan hasil

program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan yang

dilakukan di lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah

setempat dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Sekolah rumah atau yang lebih dikenal dengan nama homeschooling telah

menjadi tren di Indonesia beberapa tahun belakangan ini, terlebih setelah

pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengesahkan

pendidikan informal ini. Homeschooling menjadi pilihan bagi sebagian besar

orang karena alasan-alasan tertentu. Homeschooling merupakan pendidikan

alternatif yang lebih fleksibel dan suasana pembelajaran pun tidak formal, proses

pembelajaran dilakukan di rumah. Rumah dan segala isinya merupakan sumber

media pembelajaran siswa. Pada sistem homeschooling, orangtua dapat menjadi

fasilitator sepenuhnya bagi anak atau jika merasa perlu orangtua dapat memanggil

orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu untuk memberikan pengajaran

kepada anaknya, karena tidak semua orangtua berprofesi sebagai guru dan mampu

menjadi seorang guru yang dapat memenuhi kebutuhan proses belajar anak.

6Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?!, (Jogjakarta: Divapress,

2010), h. 65.

Page 18: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

5

Seperti yang dipaparkan dalam situs resmi fikarhomeschooling.net ada

beberapa alasan orang tua memilih pendidikan informal seperti homeschooling

karena keluarga dari anak tersebut yang selalu berpindah-pindah dari satu daerah

ke daerah lain atau bahkan dari dalam negeri hingga ke luar negeri. Selain itu juga

karena orang tua terpaksa menyekolahkan anak mereka pada pendidikan

homeshooling karena anak tersebut tidak memiliki kesempatan mengikuti

pendidikan formal seperti anak lainnya dengan beberapa pertimbangan salah

satunya adalah keamanan dan kesehatan. Yang terakhir alasan orang tua memilih

pendidikan informal seperti homeschooling adalah karena orang tua ingin anaknya

lebih fokus dalam hal belajar karena biasanya dalam satu kelas hanya ada

beberapa siswa saja.7

Tidak sepenuhnya homeschooling merupakan sekolah alternatif yang baik

untuk memberikan pendidikan kepada anak, terdapat kemungkinan adanya suatu

kekurangan dari sistem sekolah alternatif tersebut. Merujuk dari alasan orang

memilih sekolah di homeschooling seperti yang dipaparkan oleh situs

fikarhomeschooling.net, siswa yang bersekolah di homeschooling terkesan

kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena keluarga yang sering tidak

menetap tempat tinggalnya, mengakibatkan minimnya interaksi anak dengan

teman sebaya yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup

di lingkungan masyarakat.

Manusia sebagai makhluk sosial sangat memerlukan adanya lingkungan

sosial, karena kecenderungan manusia untuk bergaul dapat dilihat sejak lahir.

Bagi seorang anak, lingkungan sosial ini sangat diperlukan, karena disanalah

mereka akan bergaul dan terus berkembang di dalam lingkungannya. Anak yang

cerdas akan sosialnya dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan, orang baru,

suka bersosialisasi dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah, bisa

memahami dan berempati pada perasaan teman dan mampu bersikap netral

ditengah pertikaian antar teman. Anak seperti itu dapat dikategorikan sebagai

anak yang memiliki kecerdasan sosial.

7Fikar Homeschooling, 5 Alasan Memilih Homeschooling untuk Anak Anda, h. 1,

(http://fikarhomeschooling.net). Artikel ini diakses pada tanggal 12 April 2015, pukul 07:18 WIB.

Page 19: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

6

“Kecerdasan merupakan keterampilan berpikir dan kemampuan untuk

beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.”8 Sedangkan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat. Jadi kecerdasan sosial adalah kepandaian

berpikir yang berhubungan dengan masyarakat. Menurut Thorndike, “Kecerdasan

Sosial (Social Intelligence) didefinisikan sebagai kemampuan untuk berperilaku

bijaksana dalam berhubungan dengan sesama manusia.”9

Anak yang memiliki kecerdasan sosial, mereka mampu bergaul, berperan

serta dalam kelompok sebaya maupun dengan orang dewasa, dapat bersifat sopan

santun kepada orang lain dan berbicara dengan baik. Kenyataan terhadap

kecerdasan sosial anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi saat ini masih

rendah. Terbukti dengan adanya berbagai konflik seperti tawuran antar sekolah

seperti yang dilakukan anak-anak dari dua kubu perkumpulan.

Kapanpun seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah dengan

teman, anggota keluarga, guru, kenalan, asosiasi bisnis, cleaning service, maupun

penjaga toko, kecerdasan sosial merupakan suatu keterampilan yang harus

dimiliki setiap individu. Sikap yang menunjukkan individu cerdas secara sosial

dapat terlihat dalam bentuk kasih sayang, peduli sekitar, mampu membawa diri,

jujur, empati, menolong, menghargai dan perhatian terhadap orang lain maupun

kondisi sosial lingkungan sekitarnya.

Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untuk

mengangkat sebuah tema skripsi dengan judul “Homeschooling dan Kecerdasan

Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di

Pondok Aren)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi

masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

8John W. Santrock, Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2007),

h. 317. 9Makmun Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, Referensi Penting bagi

Para Pendidikan & Orangtua, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), h. 5.

Page 20: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

7

1. Dalam pendidikan formal siswa terlalu banyak tekanan sehingga keinginan

mereka terkadang tidak pernah di dengar.

2. Kekerasan yang dilakukan guru kepada siswa di sekolah formal menunjukkan

bahwa sekolah formal belum mampu memberikan rasa aman, nyaman dan

menyenangkan.

3. Dengan homeschooling anak kurang berinteraksi karena keluarga yang sering

tidak menetap tempat tinggalnya, faktor keamanan lingkungan sekolah dan

kesehatan fisik anak mengakibatkan minimnya interaksi dengan teman sebaya

maupun lingkungan sekitar.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah penelitian agar tidak

melebar. Adapun masalah pada penelitian ini hanya membahas tentang

kecerdasan sosial siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas Homeschooling

Kak Seto Pondok Aren.

D. Perumusan Masalah

“Bagaimana kecerdasan sosial siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas

Homeschooling Kak Seto Pondok Aren?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui perkembangan kecerdasan sosial

yang dimiliki siswa pada tingkat SMP di kelas komunitas Homeschooling Kak

Seto Pondok Aren yang nantinya dapat bergunan bagi siswa maupun lembaga

yang bersangkutan untuk meningkatkan kecerdasan sosial para siswa menjadi

lebih baik lagi.

F. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi informasi tentang model pendidikan alternatif yaitu

homeschooling.

Page 21: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

8

b. Diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap dunia

pendidikan terutama dalam pendidikan alternatif.

c. Sebagai bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya

terkait kecerdasan sosial siswa SMP pada kelas komunitas

homeschooling.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan

menambah pengetahuan mengenai perkembangan kecerdasan sosial

siswa SMP pada Komunitas Homeschooling Kak Seto, serta sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana strata satu (S1).

b. Bagi Homeschooling Kak Seto

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan kecerdasan sosial siswa homeschooling menjadi lebih

baik.

c. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi para

peneliti yang meneliti tentang homeschooling dan kecerdasan siswa.

Page 22: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Homeschooling

1. Pengertian Homeschooling

Orangtua memilih pendidikan informal seperti homeschooling karena

orangtua ingin anaknya lebih fokus dalam hal belajar. Hal ini diperkuat

dengan data di lapangan bahwa dalam satu kelas hanya terdapat beberapa

siswa saja yang lebih difokuskan pada anak tersebut. Pola pendidikan di

sekolah formal belum begitu fleksibel untuk membentuk karakter dan

mengoptimalisasi siswa sesuai dengan minat dan bakat seperti dikatakan oleh

Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd penulis buku Homeschooling Rumah

Kelasku, Dunia Sekolahku:

Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di

rumah, namun secara hirarki ia adalah sebuah sekolah alternatif yang

menempatkan anak sebagai subyek pendekatan pendidikan secara at

home. Dengan pendekatan ini anak merasa nyaman. Mereka bisa

belajar sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja

dan dimana saja, sebagaimana ia tengah berada di rumahnya sendiri.1

Homeschooling salah satu bentuk dari pendidikan alternatif (informal)

yang telah diakui oleh pendidikan nasional Indonesia sejak tahun 2003.

Seperti yang terlampir dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, “pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga

dan lingkungan.”2

Menurut Sumardiono penulis buku Apa Itu Homeschooling,

“homeschooling bukanlah lembaga, tetapi keluarga. Homeschooling adalah

model pendidikan saat keluarga memilih menyelenggarakan sendiri dan

bertanggung jawab pendidikan anak-anaknya.”3

1Arief Rachman, Homeschooling Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, (Jakarta: Buku Kompas,

2007), h. 18. 2UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 13, h. 2.

3Sumardiono, Apa Itu Homeschooling, 35 Gagasan Pendidikan Berbasis Keluarga, (Jakarta:

PandaMedia, 2014), h. 6.

Page 23: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

10

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

homeschooling adalah model pendidikan alternatif dengan sistem belajar

yang dapat disesuaikan dengan kondisi siswa dan tidak kaku saat proses

belajar sehingga siswa merasa nyaman ketika mengikuti proses pembelajaran.

Model pendidikan ini juga sudah diatur keberadaanya dalam UU RI.

Alasan mengapa orangtua lebih memilih memberikan pendidikan

anaknya di rumah daripada di sekolah formal karena adanya rasa

ketidakpuasan terhadap pola pendidikan sekolah formal, selain itu orangtua

khawatir tentang lingkungan negatif di luar sana yang kapan saja dapat

mempengaruhi kepribadian anaknya.

2. Sejarah Homeschooling

Awalnya, pendidikan diselenggarakan di rumah. Kegiatan itu disebut

dengan belajar sendiri atau otodidak. Otodidak berarti proses belajar yang

dilakukan secara mandiri dan dengan kemampuan sendiri. Dari proses

otodidak pula, dari waktu ke waktu terjadi perkembangan ilmu pengetahuan

dan cara berpikir di dalam diri seseorang.

Sejarah homeschooling berawal dari Amerika Serikat. Homeschooling

di Amerika sudah mulai sejak lama, tapi konsepnya berubah seiring

berjalannya waktu.

Homeschooling sudah ada sebelum adanya sekolah umum. Tidak

adanya sekolah umum yang dekat dengan tempat tinggal, kadang

tidak puas dengan sekolah yang ada, atau juga karena tidak adanya

akses untuk bisa sekolah, seperti masalah biaya yang membuat

homeschooling menjadi suatu sarana untuk mendapatkan pendidikan

yang setara dengan pendidikan di sekolah umum.4

Pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas

mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Jhon Caldwell Holt

merupakan guru sekaligus pengamat anak dan pendidikan, mengatakan

bahwa:

Penyelenggaraan pendidikan formal melalui sekolah adalah formatnya

yang bersifat instruktif. Tahun 1964, Holt menerbitkan sebuah buku

4Holy Setyowati Sie, Homeschooling Creating The Best of Me, (Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2010), h. 1.

Page 24: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

11

yang berjudul How Children Fail untuk mengkritik sekolah-sekolah

pada waktu itu. Buku tersebut sebagai dasar teori dalam upayanya

mengembangkan gagasannya sebagai guru yang mencermati

kegagalan akademik dari pendidikan dasar di sekolah akibat tekanan

kepada anak oleh orangtua/guru.5

Tiga tahun setelahnya, Holt menulis kembali buku dengan judul How

Children Learn, di mana ia menunjukkan bagaimana proses belajar anak.

Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan

luas dari masyarakat, tahun 1976, Holt kemudian menerbitkan karyanya yang

lain yakni “Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better.

Buku ini mendapatkan sambutan hangat dari para orangtua homeschooling di

berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan

majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Grow Without

Schooling.”6 Kemudian homeschooling terus berkembang dengan berbagai

alasan.

Sedangkan pengertian homeschooling atau sekolah rumah di

Indonesia sudah ada sejak tahun 1990-an. Walaupun begitu, istilah

homeschooling atau sekolah rumah masih dianggap sebagai istilah yang

relatif baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. “Sejak tanggal 4 Mei 2006,

di Jakarta telah dideklarasikan berdirinya ASAH PENA (Asosiasi Sekolah

Rumah dan Pendidikan Alternatif) oleh beberapa tokoh dan praktisi

pendidikan di Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pelindungannya adalah Dr. Ace Suryadi (Direktur Jenderal Pendidikan Luar

Sekolah) dengan para penasihat, antara lain Prof. Dr. Mansyur Ramli (Kepala

Balitbang Depdiknas) dan Dr. Ella Yuliawati (Direktur Kesetaraan

Depdiknas). Apresiasi Depdiknas terhadap lahirnya ASAH PENA tentu

memperkuat keyakinan bahwa homeschooling bisa merupakan salah satu

alternatif pendidikan pada masa depan.”7

5Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?!, (Jogjakarta: Divapress,

2010), h. 68. 6Mahariah, Homeschooling dalam Sistem Pendidikan Nasional dan Islam, Jurnal Al-Irsyad,

Vol. IV, 2014, h. 7. 7Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling, (Bandung: Progressio, 2007), h. 43.

Page 25: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

12

Menurut Seto Mulyadi, mantan Ketua Umum Komisi Nasional

Perlindungan Anak (Komnas PA) yang sekarang menjabat sebagai Ketua

Dewan Konsultatif Komisi Nasional Perlindungan Anak, “kemunculan

homeschooling sebagai salah satu alternatif memang perlu dibuktikan

keberhasilannya sebagai sebuah kompetisi proses menimba ilmu melalui

sistem nonformal.”8 Kehadiran homeschooling dilatarbelakangi sebagai

upaya mengantisipasi keberadaan pendidikan formal yang tidak merata di

tiap-tiap daerah. Informasi seputar homeschooling saat ini belum sepenuhnya

dapat dipahami oleh masyarakat, tetapi keberadaan dan legalitas

homeschooling sebagai bagian integral dalam sistem pendidikan yang berlaku

di Indonesia telah diatur dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 27:

(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan

lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

(2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui

sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta

didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal

sebagai-mana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.9

Pada homeschooling, orangtua memilih sendiri metode dan materi ajar

apa saja yang diperlukan untuk anak-anaknya. Tidak masalah apabila

orangtua tidak menggunakan tenaga ahli untuk membantu memberikan

pendidikan kepada anaknya. Tetapi jika orangtua merasa perlu adanya

bantuan dari tenaga ahli, misal menghadirkan seorang guru di rumah, maka

orangtua dapat memanggil guru kerumah untuk memberikan materi

pembelajaran kepada si anak.

Siswa homeschooling biasanya dihadapkan oleh pilihan harus

mengikuti ujian penyetaraan pendidikan atau tidak. Pendidikan kesetaraan

adalah hak dan bersifat pilihan. Jika siswa homeschooling menginginkannya,

mereka dapat menempuhnya. Jika tidak, orangtua tetap dapat memilih dan

8Indosiar, Homeschooling: Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah, 2015, h. 1,

(www.indosiar.com). Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015, pukul 14.03 WIB. 9UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 27 ayat 1, 2, dan 3, h. 9.

Page 26: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

13

memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Penyetaraan pendidikan ini

digunakan untuk dapat dihargai dan setara dengan hasil pendidikan formal,

tentu setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang

ditunjuk pemerintah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Penyetaraan dalam praktek homeschooling yaitu penyetaraan ujian, penilaian,

penyelenggaraan dan tujuan pendidikan. Pendidikan kesetaraan meliputi

program Paket A yang setara dengan lulusan SD, Paket B serta SMP dan

Paket C setara dengan SMA.

Jika kita bandingkan sejarah homeschooling di Amerika Serikat dan di

Indonesia, maka dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan secara spesifik.

Pemicu utama terselenggaranya homeschooling di kedua negara ini karena

faktor kekecewaan orangtua terhadap kondisi pendidikan di sekolah pada

umumnya.

3. Jenis-jenis Homeschooling

Beberapa orang beranggapan bahwa homeschooling hanya dilakukan

di rumah serta diajarkan oleh orangtua sendiri. Walaupun orangtua menjadi

penanggung jawab utama atas pendidikan anaknya, akan tetapi pendidikan

homeschooling tidak hanya dan harus dilakukan oleh orangtua sendiri.

Orangtua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan pada kursus atau para

homeschooler dapat membentuk kelompok-kelompok belajar untuk

bersosialisasi dengan homeschooler yang lain. Sesuai dengan namanya yaitu

homeschooling yang berarti belajar berpusat di rumah, tapi prosesnya tidak

hanya mengambil lokasi di rumah saja melainkan para orangtua dapat

menggunakan sarana apa saja dan dimana saja untuk pendidikan

homeschooling anaknya. Saat ini, setidaknya ada tiga jenis homeschooling

yang dibagi berdasarkan kegiatan homeschooling-nya. Hal ini dijelaskan oleh

Maulia D. Kembara yaitu homeschooling tunggal, homeschooling majemuk

dan komunitas homeschooling.10

Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan

oleh orangtua dalam satu keluarga saja yang dilibatkan dalam proses

10

Maulia D. Kembara, op. cit., h. 30-32.

Page 27: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

14

pembelajaran si anak. Dalam homeschooling jenis ini, orangtua benar-benar

mengambil peran sebagai pembimbing, teman belajar, sekaligus penilai.

Homeschooling tunggal memiliki fleksibilitas yang tinggi. Tempat, bentuk

dan waktu belajar bisa disepakati. Biasanya homeschooling jenis ini

diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus dari para homeschooler.

Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan

oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu, sementara kegiatan

pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing. Alasan

homeschooler memilih homeschooling jenis ini biasanya memiliki

kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga

untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium,

kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlet tenis), keahlian musik/seni,

kegiatan sosial dan kegiatan agama.

Sedangkan komunitas homeschooling merupakan gabungan beberapa

homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan

ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasarana,

dan jadwal pembelajaran.

Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat

beberapa jenis homeschooling, yaitu homeschooling tunggal, homeschooling

majemuk dan komunitas homeschooling. Pembeda dari masing-masing tipe

homeschooling adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh para

homeschooler. Penentuan dari jenis-jenis homeschooling mana yang akan

dipilih dan dilakukan tergantung dari orangtua dan anak yang menentukan,

semua itu dilakukan agar terwujudnya suasana belajar yang diinginkan,

menyenangkan dan sesuai dengan minat si anak.

4. Keuntungan Homeschooling

Adapun model pendidikan yang dipilih, baik pendidikan formal

maupun pendidikan nonformal keduanya memiliki keuntungan masing-

masing. Mengikuti proses pendidikan di homeschooling memiliki keuntungan

tersendiri bagi para homeschooler. Beberapa hal yang harus kita ketahui

tentang beberapa keuntungan dari pelaksanaan homeschooling, diantaranya:

Page 28: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

15

“Yang pertama, fleksibilitas waktu untuk belajar. Siswa dapat

mengatur jadwal waktu belajarnya sendiri, tetapi harus seizin dari

orangtua. Kedua, dapat menerapkan displin pada diri sendiri. Ketiga,

pengembangan bakat setiap anak secara maksimal. Keempat, belajar

sesuai dengan kecepatan masing-masing. Maksudnya, ketika kita

bersekolah di sekolah formal, biasanya kita akan mengikuti kecepatan

belajar semua siswa. Bagi yang belajarnya cepat, hal ini sangat

membosankan, tetapi bagi yang belajar sedikit lebih lambat dari yang

lain, tentu hal ini akan sangat membebankan karena pada saat siswa

belum paham sepenuhnya sudah harus berpindah ke bab berikutnya.

Kelima, kesempatan untuk mengatur kurikulum sendiri. Keenam,

tidak mendapat tekanan dari sesama teman. Kejadian yang sering

dijumpai di sekolah-sekolah formal, jumlah siswa yang banyak

dengan kecerdasan masing-masing anak berbeda-beda dan dari

berbagai tingkatan kelas sosial masyarakat yang berbeda, biasanya

akan memicu tekanan bagi siswa yang memiliki kecerdasan dan kelas

sosialnya lebih rendah dibandingkan teman-teman sekelasnya. Tetapi

jika di homeschooling rasa beban seperti itu tidak akan terjadi. Siswa

homeschooling bisa tumbuh dan belajar dengan lebih maksimal tanpa

perlu takut untuk mendapatkan ejekan dari orang lain. Yang ketujuh

kebebasan untuk belajar secara maksimal dengan cara apapun.”11

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa homeschooling

memberi banyak keuntungan bagi yang menjalani pendidikan nonformal ini.

Bagi anak yang memiliki kesibukan di luar pendidikan akademik,

homeschooling memberikan kemudahan dalam belajar karena waktu belajar

yang dapat disesuaikan dengan jadwal kegiatan si anak. Begitu pula bagi anak

yang mempunyai masalah dengan proses daya tangkap pembelajaran yang

lambat, mereka tidak perlu khawatir karena tertinggal pelajaran karena di

homeschooling siswa bisa belajar sendiri tanpa merasa ada beban ketika

belum paham dengan materi yang sedang diajarkan. Siswa homeschooling

dapat mengulang pelajarannya sendiri dengan bantuan tutor/guru tanpa harus

merasa malu dengan siswa yang memiliki kecepatan belajar lebih cepat dari

dirinya.

11

Holy Setyowati Sie, op.cit, h. 103-116.

Page 29: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

16

B. Kecerdasan Sosial

1. Pengertian Kecerdasan Sosial

Dari bayi hingga dewasa, manusia terus menerus mengalami interaksi

dengan lingkungannya. Seseorang dianggap inteligen, bila respon yang

diberikan sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Inteligensi anak

merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya

anak belajar di sekolah. Dalam buku Psikologi Umum, “intelegensi berasal

dari kata Latin intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu

sama lain (to organize, to relate, to bind, together)”.12

Kecerdasan sosial berkait rapat dengan perkataan “sosialisasi”. Kamus

Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “sosialisasi sebagai proses belajar

seorang anggota masyarakat dalam lingkungannya.”13

Manusia sebagai

makhluk individu selalu berhubungan dengan lingkungannya, karena tanpa

adanya hubungan ini individu bukanlah individu lagi. Contoh hubungan

manusia dengan lingkungan berupa interaksi sosial. Kecerdasan sosial kadang

disebut juga dengan “inteligensi interpersonal yaitu kemampuan untuk

memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain.”14

H. Bonner

dalam bukunya Social Psychology mengatakan bahwa “interaksi sosial adalah

suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang

satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang

lain atau sebaliknya.”15

Sedangkan menurut Goleman, beliau menggunakan

istilah “social intelligence untuk menjelaskan mengenai sekumpulan

keterampilan yang memungkinkan kita untuk menjadi efektif dalam

mengelola interaksi sosial.”16

Menurut Karl Albrecht dalam buku Cerdas Bergaul-Kunci Sukses

dalam Bisnis dan Masyarakat, beliau mendefinisikan kecerdasan sosial atau

12

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 89. 13

KBBI, Sosialisasi, (http://kbbi.web.id/sosialisasi). Diakses pada tanggal 16 Oktober 2014,

pukul 12:09 WIB. 14

John W. Santrock, op. cit., h. 323. 15

Abu Ahmadi, op. cit., h. 49. 16

Wenny Rosalia K dan Prihastuti, Hubungan antara Kecerdasan Sosial dengan Gaya

Penyelesaian Konflik Siswa Seminari Menengah ST. Vincentius A. Paulo Garum Blitar, Jurnal

INSAN, Vol. 13, 2011, h. 99.

Page 30: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

17

social intelligence (SI) sebagai “kemampuan untuk bekerja sama dengan

orang lain dan membuat mereka bersedia bekerja sama dengan Anda.”17

Selain itu menurut Buzan, kecerdasan sosial merupakan “ukuran kemampuan

diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat serta kemampuan untuk

berinteraksi sosial dengan orang di sekeliling atau sekitarnya.”18

Berdasarkan definisi diatas, dapat kita simpulkan yang dimaksud

kecerdasan sosial adalah kepandaian berpikir seseorang atau kemampuan

seseorang yang berhubungan dengan masyarakat, seperti berinteraksi (dengan

individu lain di lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja, sekolah, pasar,

tempat makan, dan sebagainya), bergaul, memahami dan bekerja sama.

Sebagai seorang siswa, kecerdasan sosial sangat diperlukan dalam

pembelajaran karena dapat membantu mereka dalam berinteraksi dengan

teman sebaya, teman sekelas, kakak kelas, adik kelas, guru sampai penjaga

sekolah, berinteraksi dengan masyarakat serta mempunyai keberanian

berbicara dengan orang lain untuk mengungkapkan pendapat.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial

Hubungan sosial di mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang di

dasari oleh kebutuhan yang sederhana pula. Semakin dewasa dan

bertambahnya umur manusia, kebutuhan manusia juga menjadi kompleks dan

dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi sangat

kompleks.

Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Sunarto dan B. Agung Hartono, perkembangan sosial dipengaruhi

oleh keluarga, kematangan (fisik dan psikis), pendidikan, dan kapasitas

mental (emosi dan inteligensi).19

17

Karl Albrecht, Cerdas Bergaul Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, Terj. dari

Social Intelligence: The New Science of Success oleh Devi Femina, dkk, (Jakarta: PPM, 2006),

Cet. 1, h. 3. 18

Frisda Agriani Ambarita, Pusdiklat Keuangan Umum: Mengenal Kecerdasan Sosial, 2014,

h. 1, (www.bppk.kemenkeu.go.id). Artikel ini diakses pada tanggal 30 April 2015, pukul 09.23

WIB. 19

Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2008), h. 130.

Page 31: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

18

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk untuk perkembangan

sosialnya. Dari keluarga seseorang belajar bagaimana norma-norma yang ada

di lingkungan, perilaku dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman berinteraksi

dalam keluarga menjadi awal dan pedoman untuk berinteraksi dengan

masyarakat.

Kematangan fisik dan psikis sangat diperlukan ketika bersosialisasi

karena untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan

menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan

emosional serta kemampuan berbahasa.

Pendidikan umumnya terjadi di sekolah. Sekolah bukan hanya sebagai

tempat untuk menimba ilmu pengetahuan tetapi juga tempat perkembangan

sosial siswa itu sendiri. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja

diberikan kepada siswa yang belajar di sekolah. Di sekolah siswa akan dapat

bekerja sama dalam kelompok, mematuhi aturan-aturan sekolah, dimana

semua itu termasuk dalam meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial

anak.

3. Dimensi Kecerdasan Sosial

Kecerdasan sosial mendapatkan peran penting ketika kita hendak

membangun sebuah hubungan yang harmonis dengan teman sebaya, tetangga,

rekan kerja, relasi dan lainnya. Hubungan harmonis tersebut dapat berjalan

dengan baik apabila kita mampu mengaplikasikan beberapa elemen penting

dalam kecerdasan sosial. Karl Albrecht dalam buku Social Intelligence: The

New Science of Success yang diterjemahkan ke dalam edisi bahasa Indonesia

dengan judul Cerdas Bergaul: Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat,

menyebut adanya lima dimensi yang bisa mengasah kecerdasan sosial

seseorang yang beliau singkat menjadi kata S.P.A.C.E, yaitu:

Dimensi yang pertama adalah kata S merujuk pada kata

kecerdasan situasional (situational awareness). Makna dari

kecerdasan ini adalah kemampuan untuk membaca situasi dan

mengartikan perilaku orang-orang dalam situasi tersebut, dalam hal

niat mereka yang mungkin, kondisi emosional, dan kemampuan untuk

berinteraksi. Dimensi yang kedua adalah kata P, merujuk pada kata

Page 32: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

19

kemampuan membawa diri (presence). Dimensi ini sering disebut

sebagai “bearing”, kehadiran menyatukan kisaran pola verbal dan

nonverbal, penampilan seseorang, postur, kualitas suara, dan

pergerakan halus. Dimensi yang ketiga adalah kata A, merujuk pada

kata autentisitas (authenticity) yang berarti kemampuan untuk

membaca situasi dari orang lain yang menangkap berbagai sinyal dari

perilaku kita yang membuat mereka menilai kita sebagai jujur,

terbuka, beretika, dapat dipercaya, dan berniat baik. Dimensi yang

keempat adalah kata C, merujuk pada kata kejelasan (clarity).

Dimensi ini menjelaskan kemampuan kita untuk menjelaskan diri kita,

menerangkan ide, menyampaikan data secara jelas dan akurat, serta

mengartikulasikan pandangan kita dan mengusulkan tindakan-

tindakan sehingga orang lain bisa menerimanya dengan senang hati.

Dimensi yang terkahir adalah kata E, yakni merujuk pada kata empati

(empathy). Makna dari empati disini bukan menyebutkan empati

sebagai memiliki perasaan untuk orang lain tetapi mendefinisikan

empati sebagai perasaan yang dibagi antara dua orang. Maksudnya

dalam kondisi ini kita akan mempertimbangkan empati sebagai

keadaan keterkaitan dengan orang lain yang menciptakan dasar bagi

interaksi positif dan kerja sama.20

Dari kelima dimensi yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan

bahwa pentingnya kelima dimensi kecerdasan sosial tersebut dalam

kehidupan sehari-hari, terutama dalam membangun hubungan yang baik

dengan orang lain.

C. Hasil Penelitian Relevan

Dalam pencarian judul dan beberapa kajian pustaka, peneliti menemukan

beberapa hasil yang relevan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Skripsi Moh Fauzi Ibrahim, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2010 dengan judul. “Implementasi Model

Homeschooling di Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat”. Penelitian ini

dilakukan di Komunitas Homeschooling Pelangi Ciputat. Permasalahan yang

menjadi fokus penelitian Moh Fauzi Ibrahim ini adalah tentang implementasi

yang dilakukan oleh Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat dengan

model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/unit studies) dan model

Homeschool Charlotte Mason, serta homeschooling komunitas. Selanjutnya

20

Karl Albrecht, op. cit., h. 29-30.

Page 33: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

20

dalam menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan Moh Fauzi Ibrahim

menggunakan metode kualitatif deskripsi dalam bentuk studi kasus. Data

diperoleh dari Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat Tangerang Selatan.

Sedangkan pengumpulan data diperoleh dengan metode wawancara,

observasi dan dokumentasi. Instrumennya yaitu peneliti sendiri dan pedoman

pengumpulan data. Keabsahan data dengan perpanjangan keikutsertaan

peneliti dan ketekunan pengamatan. Analisis data dalam penelitian ini

berproses secara induksi-interpretasi-konseptualisasi. Hasil dari penelitian ini

terdapat bahwa Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat telah

mengimplementasikan model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/

unit studies) dan model Homeschool Charlotte Mason, serta homeschooling

komunitas, tanpa melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya, sehingga

dapat lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel

dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, dan

yang terpenting supaya anak tidak terhambat.

2. Skripsi milik Pratiwi Wulandari mahasiswi Universitas Islam Negeri

Yogyakarta 2010 dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Sosial dengan

Perilaku Agresif Pada Siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta”.

Penelitian ini meneliti tentang adanya hubungan negatif antara kecerdasan

sosial dengan perilaku agresif pada siswa. Subjek yang digunakan adalah

siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Analisis yang digunakan

untuk mencari korelasi antara kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada

siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta adalah analisis product

moment dan pearson. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa ada

hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan sosial dengan perilaku

agresif pada siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Hal ini

berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan sosial maka perilaku agresif akan

semakin rendah. Namun sebaliknya, jika semakin rendah kecerdasan sosial

maka perilaku agresif akan semakin tinggi.

3. Skripsi milik Fifia Wandi mahasiswi Universitas Islam Negeri Malang 2008

dengan judul “Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Homeschooling

Page 34: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

21

(Studi Kasus di Komunitas Homeschooling Sekolah Dolan Malang).

Penelitian ini meneliti tentang orangtua homeschooler dapat menggunakan

kurikulum dari Diknas dengan kurikulum dari luar negeri, kurikulumnya juga

dapat dibuat sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Tidak ada

patokan khusus dalam penggunaan kurikulum, sehingga dapat

mengembangkannya sendiri. Selanjutnya dalam menjawab pertanyaan

penelitian yang diajukan, Fifia Wandi menggunakan metode kualitatif, yaitu

berupa data-data yang tertulis atau lisan. Pengumpulan data dilakukan dengan

metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data dengan

perpanjangan keikutsertakan peneliti dan ketekunan pengamatan. Hasil

penelitian mengungkapkan bahwa komunitas Homeschooling Sekolah Dolan

melakukan pengembangan materi kurikulum. Dalam hal urusan kurikulum

dikembangkan dengan menggali terus sumber kurikulum yang ada dan

setelah itu diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan anak, yang penting

tujuannya tercapai dan anak merasa nyaman dengan kurikulum yang ada.

Tidak semua kurikulum cocok dengan anak, sehingga yang sering terjadi

anak stres dengan pelajaran yang menumpuk. Kesimpulan dari penelitian ini

bahwa pengembangan materi kurikulum orangtua homeschooler dapat

menggunakan kurikulum dari Diknas dengan kurikulum dari luar negeri,

kurikulumnya juga dapat dibuat sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan

anak. Tidak ada patokan khusus dalam penggunaan kurikulum, sehingga

dapat mengembangkannya sendiri, dan metode yang digunakan disesuaikan

dengan kebutuhan anak serta penggunaan portofolio sebagai evaluasinya.

Page 35: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

22

D. Kerangka Konseptual

Gambar 1.

Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi Kasus pada Komunitas

Homeschooling Kak Seto di Pondok Aren)

Homeschooling

Kecerdasan

Sosial

Page 36: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di komunitas Homeschooling Kak Seto,

bertempat di Jl. Taman Makam Bahagia ABRI No.3A RT.001 RW.04

Kelurahan Parigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, Bintaro Sektor 9, Kota

Tangerang Selatan, Provinsi Banten, kode pos 15400, Indonesia. Telp: 021-

7451183, 082817031183 (hunting), 082917065790, Fax: 021-7451183. E-

mail: [email protected], website: http://www.hsks.sch.id.

Tempat ini peneliti pilih karena Homeschooling Kak Seto merupakan

lembaga pendidikan informal yang diakui oleh pemerintah. Selain itu alasan

peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena lokasi masih dapat dijangkau

oleh peneliti sehingga memudahkan untuk memperoleh data penelitian

dengan cepat.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian diadakan pada bulan September 2014

s/d Januari 2015 dengan rincian kegiatan:

a) Tahap Persiapan

Dilaksanakan sejak bulan September s/d November 2014, rincian

kegiatan meliputi:

1) Penyusunan proposal penelitian September 2014

2) Penyusunan lembar observasi dan wawancara Oktober 2014

3) Konsultasi dan perbaikan penelitian selama penelitian berlangsung

November 2014

b) Tahap Pelaksana

Penelitian dilaksanakan selama bulan November 2014 s/d Januari

2015, kegiatannya yakni:

1) Perizinan penelitian

2) Observasi lokasi

Page 37: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

24

3) Pengumpulan data

c) Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data akan dilakukan pada bulan Januari 2015 saat setelah

data yang diperlukan oleh peneliti telah terkumpul.

d) Tahap Penulisan

Penulisan dilaksanakan saat data sudah diolah, kegiatannya meliputi:

1) Membuat transkrip wawancara

2) Konsultasi hasil transkrip wawancara

3) Membuat Bab IV dan V

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang

tidak menggunakan prosedur analisis statistik. Menurut Bogdan dan Taylor

mendefinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada

latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).”1 Penelitian kualitatif memiliki

karakteristik antara lain berlangsung pada latar yang alamiah, karena data yang

dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan

pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang

datanya berupa kata-kata yang berasal dari wawancara, dokumen dan lain-lain,

mengutamakan untuk mendeskripsikan secara analisis suatu peristiwa atau proses

sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna

yang dalam dari hakekat proses tersebut. Metode deskriptif bertujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

1Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Rosda, 2010), h.

4.

Page 38: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

25

Studi kasus menurut Creswell dalam buku Haris Herdiansyah tentang

Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial adalah “suatu model

yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang berbatas” (bounded

system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan

penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi

yang kaya akan konteks.”2

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif

dengan pendekatan studi kasus adalah supaya peneliti dapat meneliti atau

menyelidiki objek penelitian sesuai dengan latar alamiah yang ada dan juga dapat

mendeskripsikan suatu keterangan dari seseorang, baik melalui wawancara dan

observasi. Metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada

penelitian ini peneliti gunakan untuk mengungkapkan perkembangan kecerdasan

sosial siswa SMP di komunitas Homeschooling Kak Seto.

C. Sampel dan Sumber Data Penelitian

1. Sampel

Penelitian ini tidak menggunakan populasi, karena pada penelitian

kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi “Spradley menggunakan

istilah social situation atau situasi sosial.”3 Penelitian kualitatif berangkat dari

kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu, data yang di ambil dalam

cakupannya sedikit dan kecil dengan tujuan dapat menjawab pertanyaan riset.

Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah wali kelas dan siswa

Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada komunitas Homeschooling Kak Seto

di Pondok Aren. Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling adalah “teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut

yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek

2Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualtitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2011), h. 76. 3Prof. Dr. Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2011), h. 215.

Page 39: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

26

atau situasi sosial yang diteliti.”4 Pertimbangan tertentu pada penelitian ini

yaitu siswa yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan,

seperti memiliki kecerdasan sosial yang baik.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sembilan orang,

terdiri dari tiga orang wali kelas, yaitu satu orang wali kelas VII, satu orang

wali kelas VII dan satu orang wali kelas IX, dan enam orang siswa yaitu dua

orang siswa kelas VII, dua orang siswa kelas VIII, dan dua orang siswa kelas

IX SMP di komunitas Homeschooling Kak Seto. Alasan peneliti mengambil

subyek masing-masing dua orang siswa dari setiap jenjang kelas karena

diambil dari hasil observasi yang memiliki kelima dimensi kecerdasan sosial

yang telah ditentukan oleh peneliti pada lembar observasi.

2. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland “sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan seperti hasil wawancara, sedangkan

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.”5 Maksudnya, sumber data

primer yaitu data yang di dapatkan dari informan, baik melalui wawancara

dan observasi maupun data lainnya. Sedangkan sumber data sekunder, data

yang diperoleh bukan dari informan.

Sumber data primer yang peneliti dapatkan untuk penelitian ini adalah

hasil data dari informasi melalui wawancara dengan wali kelas dan siswa

SMP dari masing-masing jenjang kelas. Pengumpulan data primer dengan

teknik wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

perkembangan kecerdasan sosial siswa SMP di komunitas Homeschooling

Kak Seto, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang

diperoleh bukan dari informan melainkan data yang berupa arsip-arsip

sebagai data penunjang berlangsungnya penelitian. Diperoleh secara langsung

dari pihak-pihak yang berkaitan dengan objek kajian penulisan skripsi ini.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa lembar observasi yang

memuat tentang kecerdasan situasional (situational awareness), kemampuan

4Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 53-54.

5Lexy J. Moleong, op. cit., h. 157.

Page 40: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

27

membawa diri (presence), autentisitas (authenticity), kejelasan (clarity), dan

empati, serta diperkuat dengan wawancara eksternal, yakni wawancara

dengan orang terdekat dari informan di luar lingkungan homeschooling.

Dalam hal ini peneliti mewawancarai sahabat dari masing-masing informan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

wawancara dan observasi. Jika peneliti merasa belum cukup dengan data yang

diperoleh, peneliti memerlukan data tambahan seperti sumber data tertulis dan

foto.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu “pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.”6

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semi terstruktur. Ciri dari wawancara semi terstruktur yaitu

sebagai berikut:

Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan;

Kecepatan wawancara dapat diprediksi; Fleksibel, tetapi terkontrol

(dalam hal pertanyaan atau jawaban); Ada pedoman wawancara yang

dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata; dan

tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.7

Wawancara ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu wawancara

pembuka, wawancara inti dan member check. Wawancara pembuka berupa

perkenalan mengenai profil partisipan. Wawancara pembuka dilakukan

selama 10-20 menit, kemudian peneliti dan partisipan membuat kesepakatan

mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara selanjutnya yaitu

wawancara inti, dimana wawancara ini dilakukan selama kurang lebih 20-60

menit. Setelah itu peneliti menyusun hasil wawancara yang sudah dilakukan

6Ibid., h. 186.

7Ibid., h. 123.

Page 41: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

28

oleh informan kedalam bentuk transkrip wawancara, kemudian melakukan

pengecekkan data yang diperoleh peneliti kepada informan.

Dalam penelitian ini sampel yang akan diwawancarai berjumlah

sembilan orang terdiri dari tiga orang wali kelas, yaitu satu orang wali kelas

VII, satu orang wali kelas VII dan 1 (satu) orang wali kelas IX, dan 6 (enam)

orang siswa yaitu 2 (dua) orang siswa kelas VII, 2 (dua) orang siswa kelas

VIII, dan 2 (dua) orang siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) di

komunitas Homeschooling Kak Seto.

2. Observasi

Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk

memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.8 Peneliti menggunakan metode

behavioral checklist saat melakukan observasi. “Behavioral checklist

merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan

keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan

memberikan tanda cek (√) jika perilaku yang diobservasi muncul.”9

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecerdasan siswa

di homeschooling yang nantinya akan peneliti wawancarai.

3. Dokumentasi

Peneliti kualitatif juga memerlukan berbagai dokumentasi untuk

melengkapi data penelitian. Dokumentasi yang diperoleh berupa profil

homeschooling, transkrip hasil wawancara guru dan siswa, wawancara

dengan pihak eksternal, dan hasil observasi peneliti dengan partisipan.

E. Instrumen Penelitian

1. Pedoman Observasi

Berikut ini merupakan pedoman observasi yang akan dilakukan

peneliti kepada siswa.

8Haris Herdiansyah, op. cit., h. 131.

9Ibid., h. 136.

Page 42: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

29

Tabel 3.1

Instrumen Lembar Observasi

Kecerdasan Sosial Siswa di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren

No. Aspek Pengamatan Uraian Apek Pengamatan

1. Situational Awareness

(Kecerdasan Situasional)

Menghibur teman

Membantu teman

Mendengar lawan bicara saat

berbicara

Terjalin komunikasi secara

verbal

2. Presence

(Kemampuan Membawa

Diri)

Bersosialisai

Mudah berteman

Bersikap baik

3. Authenticity

(Autentisitas)

Memberi kesan pertama

Memberikan senyuman

Bertegur sapa

Memberi salam

Berbicara dengan sopan

4. Clarity

(Kejelasan) Interaksi secara non verbal

5. Empathy

(Empati)

Menghormati

Menghargai

Merasakan kesedihan orang lain

Merasakan kebahagiaan orang

lain

Berbagi makanan

Berbagi minuman

Menolong

Peneliti menggunakan teori kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh

Karl Albrecht sebagai instrumen pada lembar observasi.

Page 43: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

30

2. Wawancara dengan Guru dan Siswa

Berikut ini merupakan pedoman wawancara yang akan dilakukan

peneliti kepada guru (tutor) dan siswa.

Tabel 3.2

Instrumen Wawancara dengan Guru (Tutor)

WAWANCARA GURU

1. Pendapat guru tentang tingkah laku siswa ketika berada di lingkungan

homeschooling.

2. Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada guru kelas.

3. Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada teman sekelas.

4. Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada petugas di lingkungan

homeschooling.

5. Pendapat guru tentang sikap siswa ketika memberi salam saat bertemu

dengan guru/tutor.

6. Pendapat guru tentang sikap siswa ketika di kelas saat pembelajaran

berlangsung.

7. Pendapat guru tentang sikap siswa ketika berinteraksi dengan teman di

kelas.

8. Pendapat guru tentang pengertian kecerdasan sosial.

Tabel 3.3

Instrumen Wawancara dengan Siswa

WAWANCARA SISWA

1. Alasan siswa senang berteman dengan teman di homeschooling dan

cara siswa bermain dengan mereka.

2. Alasan siswa senang bermain dengan teman luar homeschooling dan

cara siswa bermain dengan mereka.

Page 44: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

31

3. Kapan siswa bertemu dengan teman-teman.

4. Intensitas bermain siswa dengan teman di rumah atau teman di

homeschooling.

5. Hal yang dilakukan siswa ketika bertemu dengan teman.

6. Siswa pernah sekolah di sekolah formal atau tidak.

7. Sejak kapan siswa sekolah di homeschooling.

8. Alasan memilih homeschooling daripada sekolah di sekolah formal.

9. Pendapat siswa tentang perbedaan yang dialami ketika bersekolah di

sekolah formal dengan di homeschooling.

10. Rasa nyaman siswa ketika bersekolah di homeschooling.

11. Sikap teman-teman homeschooling.

12. Sikap teman-teman di sekolah formal.

13. Cara bergaul siswa dengan teman di homeschooling.

14. Siswa menghibur teman yang sedang sedih dan cara siswa menghibur

temannya.

15. Siswa membantu teman yang kesulitan, hal yang biasa dilakukan

ketika membantu serta perasaan siswa setelah membantu.

16. Sikap siswa terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya,

gender dan kekurangan fisik.

17. Siswa mudah beradaptasi dan bersosialisasi di lingkungan baru atau

tidak serta cara siswa memperkenalkan diri di lingkungan baru.

18. Siswa berbagi makanan atau minuman ke teman.

19. Siswa membantu guru.

Tabel 3.4

Instrumen Wawancara dengan Teman Dekat Siswa

WAWANCARA TEMAN DEKAT SISWA

1. Sejak kapan kalian saling kenal? Dan sejak kapan kalian berteman atau

bersahabat?

Page 45: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

32

2. Kenapa kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana cara kamu

bermain dengan dia?

3. Kapan kalian saling bertemu untuk bermain?

4. Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan dia?

5. Hal apa aja yang dilakukan kalau bertemu? Sering atau tidak kalian

bertemu?

6. Dia itu orangnya seperti apa?

7. Senang atau tidak memiliki teman atau sahabat seperti dia?

8. Bagaimana sikap dia terhadap teman-temannya?

9. Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa dahulu yang

mengajak berkenalan?

10. Kamu sering di hibur sama dia ketika sedang bersedih? Bagaimana

cara dia menghibur kamu?

11. Kamu pernah dibantu dia ketika sedang kesulitan? Biasanya dia

melakukan apa untuk membantu kamu?

12. Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras,

budaya, gender dan kekurangan fisik?

13. Dia termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru?

Bagaimana cara dia memperkenalkan diri di lingkungan baru?

14. Dia sering berbagi makanan atau minuman ke teman-temannya? Apa

yang dia bagikan ke teman-teman?

15. Ceritakan awal perkenalan kalian sehingga kalian bisa beteman atau

bersahabat dengan dia sampai sekarang!

16. Kamu tahu alasan kenapa dia pindah sekolah ke homeschooling?

F. Rencana Penguji Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, “temuan atau data dapat dinyatakan valid

apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang di teliti.”10

Teknik pengujian keabsahan

10

Sugiyono, op. cit., h. 119.

Page 46: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

33

data pada penelitian ini meliputi meningkatkan ketekunan, triangulasi dan member

check. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan yang dimaksud di sini adalah “melakukan

pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat di rekam secara pasti

dan sistematis.”11

Pada pengujian keabsahan data dengan meningkatkan

ketekunan, peneliti melakukannya dengan cara mengecek kembali seluruh

data hasil penelitian, apakah terdapat kesalahan atau tidak, sehingga peneliti

dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang

sedang diamati.

2. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian ini diartikan sebagai “pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.”12

Pada penelitian

ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber

dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui wawancara dan

observasi kepada para informan. Setelah itu, “data yang diperoleh kemudian

dideskripsikan, dikategorisasikan mana pandangan yang sama dan mana

pandangan yang berbeda. Data yang telah dianalisis oleh peneliti, selanjutnya

menghasilkan suatu kesimpulan lanjutan yang akan dimintakan kesepakatan

(member check) kepada para subyek penelitian.”13

3. Member Check (Pengecekan Data ke Pemberi Data)

Member check adalah “proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.”14

Maksudnya

adalah agar informasi yang diperoleh akan digunakan dalam penulisan

11

Ibid., h. 124. 12

Ibid., h. 125. 13

Ibid., h. 127. 14

Ibid., h. 130.

Page 47: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

34

laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Adapun

pengecekan data meliputi “kategori analisis, penafsiran dan kesimpulan.”15

G. Teknik Analisis Data

Proses analisis data di mulai dengan menelaah seluruh data yang telah

terkumpul dari berbagai sumber, yaitu wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari dan di telaah, langkah berikutnya adalah

mengadakan reduksi data. “Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan

penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan

(script) yang akan dianalisis.”16

Proses analisis data dalam penelitian ini antara

lain sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data, peneliti telah melakukan analisis tema dan melakukan

pemilihan tema (kategorisasi) pada awal penelitian. Kemudian peneliti

melakukan verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti

benar adanya dengan syarat sudah melakukan wawancara, observasi, dan

lain-lainnya, kemudian hasil dari aktivitas tersebut adalah data. Ketika telah

mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisis, lalu tahap

selanjutnya adalah reduksi data.

2. Reduksi Data, kegiatan lanjutan dari pengumpulan data. Hasil kegiatan ini

untuk merubah hasil wawancara, observasi, dan hasil studi dokumentasi

menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya masing-masing. Kemudian

memilah-milah data serta memberi kode, menentukan fokus pada hal-hal

penting, mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

3. Mengolah data setengah jadi, dalam penelitian kualitatif, data setengah jadi

yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang

jelas dapat dimasukkan ke dalam suatu matriks kategorisasi atau sejenisnya.

Hasilnya dapat memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,

15

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif),

(Jakarta: GP Press, 2008), h. 234. 16

Haris Herdiansyah, op. cit., h. 165.

Page 48: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

35

kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami.

4. Kesimpulan atau verifikasi, “pada tahap ini merupakan tahap terakhir dalam

analisis data kualitatif menurut Miles & Huberman.”17

Peneliti membuat

kesimpulan dari temuan dan hasil penelitian dengan memberikan penjelasan

simpulan dari jawaban pertanyaan penelitian.18

Kesimpulan ini dibuktikan

dengan cara menafsirkan berdasarkan kategori yang telah dibuat sehingga

dapat diketahui kecerdasan sosial siswa di homeschooling.

17

Ibid., h. 178. 18

Ibid., h. 179.

Page 49: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pendahuluan

Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam sebagai

bentuk pencarian data dan observasi langsung dengan narasumber yang peneliti

sebut sebagai partisipan. Data yang diperoleh berupa data primer dan data

sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara, sedangkan data sekunder

berasal dari lembar observasi. Data-data yang telah dianalisis selanjutnya

dikategorisasikan sesuai dengan kategorinya. Pengumpulan data ini dilakukan dari

bulan November 2014 sampai dengan Januari 2015. Partisipan yang menjadi

narasumber adalah wali kelas dan siswa SMP di Homeschooling Kak Seto.

Pada bab ini pembaca dapat mengetahui bagaimana deskripsi kecerdasan

sosial siswa SMP di homeschooling. Selain membahas hasil wawancara, bab ini

juga membahas hasil obervasi yang dilakukan peneliti untuk mencari partisipan

yang akan di wawancarai serta membahas informasi partisipan. Observasi

dilakukan dengan meminta rekomendasi dua orang siswa dari setiap wali kelas

jenjang SMP di Homeschooling Kak Seto dengan tujuan agar partisipan yang

dipilih tepat sasaran sesuai dengan aspek kecerdasan sosial.

B. Profil Homeschooling Kak Seto Pondok Aren

Homeschooling Kak Seto (HSKS) secara resmi berdiri pada tanggal 4

April 2007, beralamat di Jl. Taman Makam Bahagia ABRI No.3A RT.001 RW.04

Kelurahan Parigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, Bintaro Sektor 9, Kota

Tangerang Selatan, Provinsi Banten, kode pos 15400, Indonesia. Telp: 021-

7451183, 082817031183 (hunting), 082917065790, Fax: 021-7451183. E-mail:

[email protected], website: http://www.hsks.sch.id.

Latar belakang didirikannya HSKS Pondok Aren karena anak-anak kurang

cocok dengan sistem pendidikan formal, dimana anak-anak mendapatkan

pengalaman kurang menyenangkan selama bersekolah, misalnya saja kasus

bullying, bentakan dan kekerasan dari guru bahkan penyamarataan kemampuan

Page 50: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

37

serta keterampilan anak.1 Hal tersebut membuat Kak Seto sebagai tokoh

pendidikan anak beserta timnya membangun komunitas sekolah rumah yang

disebut Homeschooling Kak Seto (HSKS) sebagai bentuk solusi alternatif bagi

orangtua dalam memberikan pendidikan kepada anak.

Homeschooling Kak Seto (HSKS) dilaksanakan berdasarkan filosofi

sederhana yaitu belajar dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan dengan siapa

saja. HSKS memiliki visi dan misi. Visi dari HSKS adalah menjadikan

Homeschooling Kak Seto (HSKS) sebagai salah satu institusi pendidikan anak

yang unggul dan menyediakan program pendidikan bagi anak agar memiliki

keterampilan, life skill dan karakter yang kokoh sebagai calon pemimpin bangsa

di masa depan. Sedangkan misinya yaitu pertama, menciptakan lingkungan belajar

yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan kebutuhan,

gaya belajar, kekuatan dan keterbatasan yang dimilikinya. Kedua, membantu

peserta didik menemukan minat dan bakatnya serta mengembangkan bakat dan

minat peserta didik secara optimal. Ketiga, membentuk peserta didik menjadi

manusia pembelajar seumur hidup yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi

dan karakter yang kuat. Keempat, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh

hubungan dari pelajaran yang diperlajari dengan kehidupan nyata. Kelima,

mengatasi keterbatasan, kelemahan peserta didik dengan melakukan pendekatan

personal.2

Jenjang pendidikan yang ada di HSKS di mulai dari tingkat SD, SMP, dan

SMA. Pada tingkat SD terdiri dari kelas I sampai kelas VI, tingkat SMP terdiri

dari kelas VII sampai kelas IX, sedangkan pada tingkat SMA terdiri dari kelas X

sampai kelas XII.

Homeschooling Kak Seto (HSKS) Pondok Aren mengklasifikasi kegiatan

pembelajaran homeschooling menjadi dua, yaitu komunitas dan Distance

Learning. Komunitas merupakan proses pembelajaran di mana siswa

dikumpulkan di sebuah kelas untuk belajar bersama sambil bersosialisasi dengan

teman-temannya. Dalam komunitas jadwal belajar siswa ditentukan oleh badan

1Dokumentasi, tanggal 11 Februari 2015.

2Dokumentasi, tanggal 11 Februari 2015.

Page 51: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

38

tutorial. Sedangkan Distance Learning merupakan proses pembelajaran dimana

siswa belajar di rumah dengan modul dan orangtua yang berperan besar sebagai

pendidiknya. Dalam Distance Learning jadwal belajar disusun sesuai kesepakatan

antara peserta dan orangtua.

HSKS Pondok Aren juga mengadakan kelas masa uji coba yang disebut

dengan trial class. Trial class dilaksanakan pada saat awal masuk sekolah.

Program trial class dilakukan sebanyak enam kali pertemuan atau dua minggu.

Kalau siswa merasa senang dan nyaman dengan proses pembelajaran, sosialisasi

dan akademiknya bagus, maka siswa tersebut dapat melanjutkan pelajaran di kelas

komunitas, sebaliknya jika ternyata siswa pasif, sosialisasi dan akademik kurang

bagus atau tidak ada peningkatan, maka siswa akan dipindahkan ke kelas Distance

Learning.3

HSKS Pondok Aren masih menggunakan kurikulum KTSP 20064, yaitu

mencakup standar isi, kelulusan, serta proses pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan.5 Legalitas ijazah siswa HSKS sudah diatur dalam

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

mengakomodasi homeschooling sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang

dapat dilakukan oleh masyarakat. Dalam pelaksanaannya, homeschooling berada

di bawah naungan Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jendral

Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional. Siswa yang memilih

homeschooling akan memperoleh ijazah kesetaraan yang di keluarkan oleh

DEPDIKNAS yaitu paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara

SMU/SMA. Ijazah ini dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan ke sekolah

formal atau yang lebih tinggi bahkan ke luar negeri sekalipun.

C. Informasi Partisipan

Dalam upaya mengetahui kecerdasan sosial siswa, jumlah yang dijadikan

partisipan untuk menjadi sumber data penelitian sebanyak enam orang yaitu, dua

3Wawancara dengan Sri Wahyuni (Humas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren), tanggal

07 Januari 2015. 4Ibid. Wawancara tanggal 07 Januari 2015.

5Dokumentasi, tanggal 24 April 2015.

Page 52: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

39

orang siswa kelas VII, dua orang siswa kelas VIII dan dua orang siswa kelas IX

berdasarkan rekomendasi wali kelas masing-masing. Kemudian peneliti

mewawancarai tiga orang wali kelas, yaitu satu orang wali kelas dari kelas tujuh,

satu orang wali kelas dari kelas delapan dan satu orang wali kelas dari kelas

sembilan. Agar lebih maksimal mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan,

peneliti mewawancarai enam partisipan tambahan, yakni masing-masing satu

orang teman atau sahabat dari partisipan di luar lingkungan Homeschooling Kak

Seto.

Penting sekali peneliti menjabarkan informasi dan latar belakang

partisipan pada bab ini agar pembaca dan penguji dapat memahami konteks dan

situasi penelitian. Pada penelitian kualitatif, kesimpulan penelitian tidak bisa di

generalisasikan, oleh karena itu siapa yang diwawancarai dan kapan diwawancarai

sangat penting karena kesimpulan dari penelitian ini akan berbeda jika dilakukan

dengan waktu yang berbeda dan mewawancarai orang yang berbeda. Berikut

adalah informasi partisipan:

Partisipan FZ adalah seorang tutor mata pelajaran IPA Fisika lahir di

Jakarta pada tanggal 23 Maret 1989, di Homeschooling Kak Seto (HSKS) ini

selain menjadi tutor Kak FZ begitu sapaan beliau di HSKS, juga menjabat sebagai

wali kelas untuk kelas VII. Beliau menjadi tutor di HSKS selama satu setengah

tahun yakni semenjak 10 Januari 2013 sampai sekarang. Sebelumnya beliau sudah

menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 dengan mengambil jurusan MIPA

Fisika.

Partisipan AR adalah seorang tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia lahir

di Jakarta pada tanggal 18 Desember 1988, di Homeschooling Kak Seto ini selain

menjadi tutor Kak AR juga menjabat sebagai wali kelas untuk kelas VIII. Beliau

menjadi tutor selama satu tahun tiga yakni dari tanggal 13 September 2013 sampai

sekarang dan sedang menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) di Universitas

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dengan mengambil jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Page 53: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

40

Partisipan MF adalah seorang tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia lahir

di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1989, di Homeschooling Kak Seto ini selain

menjadi tutor Kak MF juga menjabat sebagai wali kelas untuk kelas IX. Beliau

menjadi tutor semenjak 16 April 2012 dan sudah dua tahun menjabat sebagai tutor

di HSKS Pondok Aren. Beliau sudah menyelesaikan pendidikan sarjana strata

satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012

dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Partisipan K adalah siswa kelas VII B lahir di Jakarta pada tanggal 7 April

2002. K adalah siswa yang ramah, sopan, humoris, simpatik, pandai bersosialisasi

dan gemar fotografi. Hal ini terlihat dari cara K berbicara pada saat menjawab

pertanyaan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Partisipan K merupakan anak

terakhir dari dua bersaudara, dia memiliki satu orang kakak perempuan yang

sedang melaksanakan pendidikan di perguruan tinggi dan partisipan K tinggal di

daerah Lippo Karawaci yang jaraknya cukup jauh dari homeschooling.

Sehubungan dengan jarak rumah ke tempat sekolah yang cukup jauh, partisipan K

bersekolah dengan diantar oleh supir dan ditunggu sampai pulang sekolah. Selain

sekolah di kelas komunitas Homeschooling Kak Seto Pondok Aren, partisipan K

juga mengikuti berbagai kegiatan seperti kursus bahasa Inggris, kursus gitar dan

pergi berfoto, namun kegiatan berfoto saat ini sedang tidak dilakukan karena

sibuk dengan sekolah dan kegiatan kursus lainnya. Sebelumnya partisipan K

bersekolah di sekolah formal, tetapi begitu SMP dia lebih memilih sekolah di

homeschooling karena di sekolah terdahulu dia memiliki masalah dengan wali

kelas dan sebagian teman-temannya yang membuat dirinya tidak ingin pergi ke

sekolah formal tersebut. Partisipan K mendapatkan kenyamanan ketika bersekolah

di homeschooling, dia merasa bisa menjadi diri sendiri, dia dapat bertanya atau

berkonsultasi dengan tutor mengenai materi pelajaran yang belum dipahami,

waktu belajar yang di tempuh saat di homeschooling tidak sepadat ketika

bersekolah di sekolah formal jadi partisipan K dapat mengikuti kegiatan

pendukung sekolah lainnya seperti les dan atau melakukan kegemarannya tanpa

mengganggu waktu sekolah, sosialisasi partisipan K dengan teman-teman juga

sangat baik bahkan dia mampu bersosialisasi dengan teman satu angkatan dan

Page 54: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

41

kakak kelas. Kepribadian partisipan K yang ceria dan banyak berbicara inilah

yang memudahkan dia berinteraksi dengan siapapun termasuk dengan peneliti.

Partisipan T adalah siswi kelas VII A lahir di Jakarta pada tanggal 28 Juni

2001. T adalah siswi yang ramah dan sopan. Hal ini terlihat dari cara T menjawab

sapaan dan pertanyaan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Ketika peneliti

bertemu dan mengucapkan “Hai”, partisipan membalas “Hai, Kak” dengan

disertai senyuman dan jabatan tangan, kemudian pada saat wawancara

berlangsung partisipan menjawab semua pertanyaan peneliti dengan

menggunakan bahasa formal. Partisipan T merupakan anak tunggal, dia tinggal

bersama orangtuanya disebuah apartemen di daerah TB Simatupang. Sebelum

pindah ke apartemen, partisipan tinggal di daerah Pamulang.

Partisipan H adalah siswi kelas VIII B. H adalah siswi yang baik, ramah

dan sopan, hal tersebut terlihat dari cara berbicara dan menjawab pertanyaan pada

saat wawancara dengan peneliti. H tinggal di daerah Puri Bintaro sektor 9

(sembilan). Alasan H memilih untuk homeschooling karena sakit yang dideritanya

mengakibatkan dia jadi jarang masuk sekolah. Dampak dari jarang masuk sekolah

tersebut, partisipan H tidak disenangi oleh teman sekelasnya bahkan gurunya pun

demikian. Partisipan merasa tidak nyaman ketika harus datang ke sekolah, H

merasa ketakutan setiap ingin pergi ke sekolah dan dia tidak ingin pergi sekolah

karena itu. Akhirnya H memilih untuk sekolah di kelas komunitas Homeschooling

Kak Seto Pondok Aren. H merasa nyaman selama bersekolah di homeschooling,

sosialisasinya pun bagus terlihat dari kesehariannya selama peneliti berada di

lingkungan homeschooling seperti interaksinya dengan tutor, petugas resepsionis,

penjual di kantin, teman-teman sekelas, satu angkatan bahkan kakak kelas, serta

interaksi H dengan peneliti.

Partisipan A adalah siswi kelas VIII B berasal dari Jakarta yang memiliki

cita-cita menjadi musisi dan sutradara. A tinggal di daerah Radio Dalam.

Partisipan A merupakan siswi yang senang berbicara, ramah dan sopan, walaupun

di awal pertemuan tidak terlihat demikian. Partisipan A memerlukan waktu untuk

bisa bersosialisasi dengan lingkungan atau orang baru. Hal tersebut terlihat ketika

peneliti melakukan observasi di dua tempat yaitu depan ruang resepsionis dan di

Page 55: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

42

dalam kelas VIII B. Peneliti memilih kedua tempat itu karena di depan ruang

resepsionis adalah tempat di mana orang sering berlalu-lalang termasuk partisipan

A dan juga ruangan itu berdekatan dengan ruang kelasnya, kemudian di dalam

kelas, karena ruang kelas tempat dia berinteraksi dengan teman dan juga guru atau

tutor. Sosialisasi partisipan A di homeschooling maupun di luar homeschooling

keduanya sangat bagus. Dilihat dari hasil wawancara, selain mempunyai teman di

homeschooling, partisipan A juga memiliki banyak teman diluar homeschooling.

Partisipan A menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman ketika sedang

tidak ada kesibukan. Alasan partisipan A memilih homeschooling karena memiliki

masalah di sekolah terdahulunya. Sebelum sekolah di komunitas Homeschooling

Kak Seto Pondok Aren, partisipan A bersekolah di sekolah formal. Selain itu,

alasan partisipan A pindah sekolah karena dia ingin serius ke musik dan dengan

tetap tidak meninggalkan pendidikannya.

Partisipan N adalah siswi kelas IX A lahir di Depok pada tanggal 23

Februari 2001. Partisipan N adalah siswa yang ramah, sopan, pintar dan pemalu,

hal tersebut terlihat dari cara N berbicara pada saat di wawancarai oleh peneliti.

Partisipan N merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, adik yang pertama

sekolah kelas 5 (lima) SD (sekolah dasar) dan adik yang kedua sekolah kelas 2

(dua) SD. Partisipan N tinggal di daerah Ciputat bersama dengan kedua orangtua

dan kedua adiknya. Partisipan N pindah ke homeschooling sejak tahun ajaran baru

kelas IX. Dia pindah karena mengikuti sang Ayah yang di pindah tugaskan dari

pekerjaan. Alasan partisipan N memilih bersekolah di kelas komunitas

Homeschooling Kak Seto karena menurutnya sekolah formal jarang yang mudah

menerima siswa pindahan ketika mereka sudah dijenjang kelas akhir seperti kelas

IX dan partisipan N khawatir susah mengikuti pelajaran apabila bersekolah di

sekolah formal. Sosialisasi partisipan N kurang baik, partisipan memiliki sifat

pemalu yang berdampak pada sosialisasi dengan orang lain ataupun lingkungan

baru, misalnya seperti awal masuk sekolah di homeschooling, partisipan akan

berbicara ketika ada seseorang yang bertanya kepada dirinya terlebih dahulu

namun jika tidak ada yang bertanya dia tidak akan berbicara kepada siapa pun.

Page 56: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

43

Hal tersebut terlihat ketika peneliti melakukan observasi di lingkungan

homeschooling dan dari hasil wawancara peneliti dengan partisipan.

Partisipan B adalah siswa kelas IX A lahir di Tangerang pada tanggal 20

Desember 2000. Partisipan B adalah siswa yang ramah, sopan dan ceria. Hal ini

terlihat pada saat bertemu dengan peneliti, partisipan B memberi salam kepada

peneliti dan cara B berbicara pada saat menjawab pertanyaan wawancara.

Partisipan B merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Alasan B memilih

homeschooling karena memiliki masalah di sekolah sebelumnya. Sosialisasi

partisipan B terbilang sangat baik, terlihat ketika B berinteraksi dengan teman,

guru ataupun orang-orang di lingkungan homeschooling.

Partisipan S merupakan partisipan tambahan, dia adalah teman dari

partisipan K ketika di sekolah formal. Partisipan S lahir di Jakarta pada tanggal 08

Januari 2000. Partisipan S tinggal di daerah Bintaro. Partisipan S merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya kuliah semester 4 dan adik baru berusia 5

tahun. Alasan partisipan S senang bermain dengan partisipan K karena K orang

yang baik dan senang bercanda.

Partisipan V merupakan partisipan tambahan, dia adalah sahabat dari

partisipan T. Partisipan V lahir di Jakarta pada tanggal 06 November 2001 dan

tinggal di daerah Bintaro Sektor 3. Partisipan V merupakan anak kedua dari dua

bersaudara. Alasan partisipan V senang memiliki sahabat seperti partisipan T

karena individu yang baik, ramah, terkadang senang melucu, anak yang manja

terkadang juga bisa bersikap dewasa.

Partisipan I merupakan partisipan tambahan. Partisipan I adalah sahabat

dari partisipan H. Partisipan I lahir di Malang pada tanggal 14 April 2001.

Partisipan I tinggal di Bintaro Jaya Sektor 3A. Dia merupakan anak keempat dari

empat bersaudara. Partisipan I saat ini bersekolah di SMP Pembangunan Jaya.

Alasan partisipan I senang berteman dengan partisipan T karena orangnya asik,

agamis, baik ke semua orang, dewasa, dan juga bersahabat.

Partisipan M merupakan partisipan tambahan. Partisipan M adalah sahabat

dari partisipan A. Partisipan M lahir di Jakarta pada tanggal 11 September 2001.

Partisipan M tinggal di Jalan Cempaka Raya No.1, Bintaro. Saat ini partisipan M

Page 57: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

44

bersekolah di SMAN 19. Partisipan M merupakan anak ketiga dari empat

bersaudara. Partisipan M dan partisipan A tidak seumuran, partisipan M lebih tua

setahun dari partisipan A. Mereka saling kenal pada saat acara sekolah yang

diadakan oleh SMA 19 dan SMP 19. Partisipan M bersekolah di SMA 19 dan

partisipan A sekolah di SMP 19. Partisipan M yang terlebih dahulu mengajak

bicara partisipan A. Alasan partisipan M senang berteman dengan A karena

partisipan A orang yang baik, komunikatif ketika diajak berbicara, dapat

memberikan solusi ketika temannya meminta bantuan.

Partisipan Y merupakan partisipan tambahan. Partisipan Y merupakan

sahabat dari partisipan N. Partisipan Y lahir di Jakarta pada tanggal 13 April 2000

yang beralamat di komplek BDM Jalan Raya Sawangan Blok A No.16, Depok.

Sekarang partisipan Y bersekolah di SMAN 1 Depok. Partisipan Y merupakan

anak tunggal. Mereka bersahabat dari kelas 8 SMP saat partisipan N masih

bersekolah di sekolah formal tepat dimana partisipan Y bersekolah. Alasan

partisipan Y senang memilik sahabat seperti N, karena partisipan N merupakan

individu yang baik, pandai membuat lelucon, dan komunikatif, walaupun pada

awalnya partisipan N sangat pendiam, tetapi jika sudah mengenalnya lebih jauh

partisipan N merupakan individu yang menyenangkan.

Partisipan G merupakan partisipan tambahan. Partisipan G adalah teman

dari partisipan B. Partisipa G lahir di Jakarta pada tanggal 05 Juni 2001, anak

kedua dari dua bersaudara. Kakaknya kuliah semester dua. Partisipan G tingggal

di daerah Bintaro Jaya. Mereka berteman sejak kelas 7 atau SMP kelas 1. Alasan

partisipan G senang berteman dengan partisipan B karena partisipan B merupakan

individu yang baik walaupun partisipan B tidak menurut akan peraturan di

sekolah. Partisipan B juga individu yang komunikatif ketika diajak berbicara,

sehingga memudahkan dia mendapatkan teman baru.

Dari informasi partisipan di atas, diketahui bahwa partisipan memiliki

karakter individu yang berbeda-beda serta perbedaan latar belakang alasan

bersekolah di homeschooling. Ada enam orang siswa/i memilih bersekolah di

homeschooling karena mereka memiliki permasalahan dengan teman dan guru

ketika bersekolah di sekolah formal, serta ada satu siswi memilih bersekolah di

Page 58: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

45

homeschooling bukan karena memiliki masalah di sekolah terdahulunya tetapi

siswi ini pindah ke homeschooling karena mengikuti orangtua yang pindah

bekerja ke Jakarta dan partisipan beranggapan bahwa sekolah formal jarang yang

mudah menerima siswa pindahan ketika mereka sudah dijenjang kelas akhir.

Namun mereka memiliki persamaan yaitu mereka diwawancarai berdasarkan

rekomendasi dari setiap wali kelas dengan alasan siswa tersebut memiliki

kecerdasan sosial yang baik dibandingkan dengan teman-temannya dan mereka

merupakan individu yang baik, ramah dan sopan kepada orang lain. Maka dari itu

siswa yang diwawancarai sebanyak enam siswa dari tiga jenjang kelas yang

berbeda, masing-masing jenjang kelas di pilih dua orang untuk di observasi

terlebih dahulu dan kemudian akan peniliti wawancarai.

Adapun wali kelas yang peneliti wawancarai sejumlah tiga orang. Masing-

masing wali kelas mempunyai latar belakang pendidikan dan berapa lama mereka

menjadi tutor di homeschooling pun berbeda-beda. Dua orang wali kelas yakni

wali kelas kelas VII dan XI, beliau sama-sama menyelesaikan pendidikan strata

satu (S1) di Universitas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada tahun

2012 dan lahir pada tahun yang sama yaitu tahun 1989. Untuk wali kelas kelas VII

dan VIII, beliau selain menjadi wali kelas juga merupakan tutor mata pelajaran

Bahasa Indonesia di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren. Wali kelas kelas VII

menjadi tutor di homeschooling Kak Seto selama satu setengah tahun, wali kelas

kelas VII menjadi tutor selama satu tahun tiga bulan dan wali kelas kelas IX

menjadi tutor sudah selama dua tahun.

D. Paparan Data Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan data dan hasil

penelitian terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu

mendeskripsikan bagaimana kecerdasan sosial siswa SMP di Homeschooling Kak

Seto.

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil observasi di lingkungan

homeschooling dan jawaban pertanyaan partisipan pada saat diwawancarai.

Peneliti melakukan observasi sebelum dilakukannya wawancara dengan partisipan

Page 59: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

46

(siswa). Pada wawancara dengan guru terdapat 8 (delapan) pertanyaan dan

wawancara dengan siswa terdapat 19 (sembilan belas) pertanyaan. Hasil

wawancara peneliti buatkan transkrip, kemudian transkrip tersebut peneliti olah

dengan cara mereduksi data, menyajikan data atau menyimpulkan data. Data yang

di reduksi adalah informasi yang tidak berhubungan dengan penelitian. Data yang

disajikan di buat dalam bentuk-bentuk poin berdasarkan pertanyaan di instrumen

wawancara. Kemudian peneliti dapat menyimpulkannya secara deskriptif serta

penelitian ini akan menjawab pertanyaan penelitian dan bagaimana data tersebut

menjawab penelitian ini.

1. Hasil Observasi Siswa

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan obervasi setelah mendapatkan

rekomendasi partisipan (siswa) dari masing-masing wali kelas yang nantinya

partisipan tersebut peneliti wawancarai, karena ini penelitian kualitatif penting

sekali peneliti mewawancarai orang yang tepat agar pertanyaan penelitian dapat

terjawab. Oleh karena itu, observasi dilakukan peneliti bertujuan untuk

menentukan partisipan yang diwawancarai. Peneliti menyiapkan lembar observasi

yang di dalamnya terdapat lima dimensi kecerdasan sosial yang terdiri dari:

kecerdasan situasional, kemampuan membawa diri, autentisitas (perilaku yang

menyebabkan orang lain menilai bahwa kita adalah orang yang jujur, terbuka,

beretika, dapat dipercaya, dan berniat baik), kejelasan (kemampuan untuk

menjelaskan, menerangkan, menyampaikan serta mengartikulasikan pandangan

kita) dan empati.

Observasi ini dilakukan selama empat hari, terputus tidak dilakukan secara

terus menerus. Pada setiap waktunya peneliti duduk di lokasi observasi yaitu hari

pertama peneliti masuk ke ruang belajar kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto

dari jam 09:00 WIB sampai dengan jam 12:00 WIB. Pemilihan tempat ini

dikarenakan tempat interaksi antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan

siswa lainnya dan alasan pemilihan waktu karena pada jam tersebut merupakan

jam siswa masuk sekolah. Hari kedua peneliti duduk di depan ruang resepsionis

Homeschooling Kak Seto dari jam 08:30 WIB sampai dengan jam 12:00 WIB.

Pemilihan tempat ini dikarenakan jalur tersebut ramai orang berlalu-lalang serta

Page 60: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

47

dekat dengan ruang belajar siswa SMP dan pemilihan waktu karena jam tersebut

merupakan jam siswa untuk datang ke sekolah sampai mereka pulang sekolah.

Hari ketiga dan keempat peneliti duduk di kantin dari jam 08:30 WIB sampai

dengan jam 11:00 WIB. Pemilihan tempat ini dikarenakan tempat siswa

berinteraksi dengan para penjual makanan, minuman atau pun pegawai koperasi di

Homeschooling Kak Seto dan alasan pemilihan waktu karena jam tersebut

merupakan jam siswa datang ke sekolah dan waktu jam istirahat.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, terlihat bahwa kelima dimensi

kecerdasan sosial yang meliputi kecerdasan situasional, kemampuan membawa

diri, autentisitas (perilaku yang menyebabkan orang lain menilai bahwa kita

adalah orang yang jujur, terbuka, beretika, dapat dipercaya, dan berniat baik),

kejelasan (kemampuan untuk menjelaskan, menerangkan, menyampaikan serta

mengartikulasikan pandangan kita), dan empati muncul pada setiap siswa yang

menjadi partisipan. Untuk lebih jelas, berikut pemaparannya:

1.1 Kecerdasan Situasional (Situational Awareness)

Kecerdasan situasional adalah kemampuan untuk membaca

situasi dan mengartikan perilaku orang-orang dalam situasi tersebut.6

Dalam dimensi kecerdasan situasional, peneliti menemukan lima

partisipan yang akan di wawancarai. Kelima partisipan menunjukkan

perilaku menghibur teman yang bersedih dan membantu teman ketika

kesulitan belajar seperti membantu mengerjakan lembar kerja (LK)

mata pelajaran IPS.

1.2 Kemampuan Membawa Diri (Presence)

Kemampuan membawa diri menjelaskan tentang cara kita

mempengaruhi orang lain melalui penampilan, perasaan dan perilaku,

bahasa tubuh, serta bagaimana kita menguasai suatu ruangan.7 Dalam

dimensi ini peneliti menemukan empat partisipan yang menunjukkan

sikap mudah membawa diri di lingkungan homechooling. Seperti yang

6Karl Albrecht, Cerdas Bergaul Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, Terj. dari

Social Intelligence: The New Science of Success oleh Devi Femina, dkk, (Jakarta: PPM, 2006),

Cet. 1, h. 33. 7Ibid., h. 69.

Page 61: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

48

peneliti lihat saat melakukan observasi di lapangan, keempat partisipan

mudah berkenalan dan bergaul dengan siapa saja sehingga

memudahkan partisipan ketika bersosialisasi di lingkungan baru dan

mudah mendapatkan teman baru.

1.3 Autentisitas (Authenticity)

Dimensi autentisitas merupakan kemampuan kita dalam

membaca situasi dari perilaku kita yang membuat mereka menilai kita

sebagai individu yang jujur, terbuka, beretika, dapat dipercaya dan

berniat baik.8 Autentisitas bisa menjadi tolak ukur penilaian orang lain

terhadap diri kita, orang lain akan lebih mempercayai kita, apabila kita

tulus dalam segala perbuatan, berlaku apa adanya dan tidak dibuat-buat.

Seperti yang peneliti temukan ketika observasi, ada lima partisipan

memiliki sikap sesuai dengan apa yang terdapat di dalam dimensi

autentisitas, yakni ketika pertama kali bertemu dengan orang lain

partisipan menjadi invidu yang apa adanya namun tetap menunjukkan

sikap sopan ketika berbicara, memberikan sapaan ramah saat bertemu

dengan orang yang belum di kenal, dan cium tangan kepada orang yang

lebih tua misalnya dengan guru atau tutor.

1.4 Kejelasan (Clarity)

Dimaksud dimensi kejelasan (clarity) yaitu kemampuan untuk

menjelaskan diri kita dan mengartikulasikan pandangan kita agar orang

lain bisa menerima dengan senang hati. Dalam dimensi kejelasan,

peneliti menemukan empat partisipan yang memiliki aspek ini. Seperti

yang dilihat oleh peneliti saat melakukan observasi, keempat partisipan

menunjukkan kemampuan interaksi sosial yang berbeda-beda saat

menggunakan bahasa non verbal ketika berkomunikasi, yakni

memberikan anggukkan kepala ketika ditanya tutor apakah sudah

mengerti dengan materi pelajaran yang sedang dijelaskan, salim tangan

ketika bertemu dengan tutor atau orang yang lebih tua darinya,

memberikan senyuman sebagai tanda sapaan saat bertemu dengan orang

8Ibid., h. 89.

Page 62: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

49

lain, dan memasang raut wajah tidak senang ketika partisipan sedang

merasa kesal.

1.5 Empati (Empathy)

Empati dalam sosial inteligensi sebagai memiliki perasaan untuk

dibagi antara dua orang, maksudnya kita akan mempertimbangkan

empati sebagai keadaan keterkaitan dengan orang lain yang

menciptakan dasar bagi interaksi positif dan kerja sama.9 Dalam

dimensi empati, peneliti menemukan tiga partisipan yang memiliki

dimensi ini. Dilihat dari hasil observasi, ketiga partisipan menunjukkan

perilaku sadar dan perhatian pada perasaan orang lain, seperti partisipan

menghormati dan tidak membeda-bedakan teman yang berbeda agama,

suku, maupun kekurangan fisik. Partisipan juga ikut merasakan

kesedihan dan kebahagiaan orang lain, seperti ikut merasakan

kesedihan teman yang memiliki masalah dan merasa gembira pada saat

partisipan berhasil membantu permasalahan temannya. Tidak hanya itu,

partisipan juga saling berbagi makanan dan minuman dengan teman,

dan partisipan juga membantu para tutor membawakan media

pembelajaran seperti laptop, infocus atau kabel colokan.

Keenam siswa yang terpilih dari setiap jenjang kelas merupakan siswa

yang memenuhi kriteria dari dimensi kecerdasan sosial yang dijelaskan diatas.

Mereka yang memenuhi kriteria dari kecerdasan sosial tersebut kemudian peneliti

minta menjadi partisipan. Setelah disetujui, maka mereka mulai di wawancara

sebanyak tiga kali yaitu wawancara pembuka, wawancara inti, dan member check.

Wawancara pembuka dilakukan selama 20-30 menit setiap wawancaranya,

wawancara inti dilakukan selama 40-60 menit, dan member check dilakukan

setelah peneliti melakukan pengecekkan data yang telah diperoleh dari informan.

9Ibid., h. 139-140.

Page 63: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

50

2. Hasil Wawancara Guru

2.1 Pendapat wali kelas tentang tingkah laku anak ketika berada di

lingkungan homeschooling

Tingkah laku setiap individu berbeda-beda, ada yang aktif,

pendiam, dan biasa saja. Seperti yang dikatakan oleh ketiga wali kelas

saat wawancara bahwa:

“Di Homeschooling Kak Seto, siswa yang bersekolah di sini dari

berbagai kalangan, ada yang dari kalangan artis, atlit, anak yang

memiliki masalah ketika di sekolah sebelumnya bahkan sampai

anak berkebutuhan khusus.”10

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tingkah laku

individu tidak semuanya sama, faktor latar belakang dan pendidikan

keluarga yang menyebabkan beragamnya tingkah laku para siswa di

Homeschooling Kak Seto.

2.2 Pendapat wali kelas tentang interaksi siswa kepada Ibu/Bapak

selaku guru kelas

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari hubungan

antara satu dengan yang lainnya. Khususnya sekolah tempat di mana

terjadi interaksi secara aktif antara siswa dengan guru begitu pula

sebaliknya, siswa dengan siswa, siswa dengan karyawan sekolah dan

sebagainya. Menurut ketiga wali kelas, interaksi siswa di

homeschooling sangat baik, hal ini terungkap dari kesimpulan hasil

wawancara oleh ketiga wali kelas yaitu sebagai berikut:

“Interaksinya sopan sekali, ramah dengan tutor ataupun dengan

orang yang ada di homeschooling, anaknya juga baik-baik, dan

interaktif.”11

Interaksi siswa homeschooling Kak Seto dengan wali kelas atau

tutor terjalin sangat baik. Para siswa sangat sopan dan ramah terhadap

wali kelas ataupun tutor mata pelajaran. Setiap siswa bertemu dengan

10

Kesimpulan wawancara inti wali kelas SMP, tanggal 12 Januari 2015. 11

Ibid, kesimpulan wawancara wali kelas.

Page 64: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

51

tutor di luar kelas, mereka memberi salam dengan sopan seperti sapaan

akrab.

2.3 Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada teman sekelas

Tidak hanya interaksi dengan tutor saja yang bagus, tetapi

interaksi siswa kepada teman di kelasnya pun juga baik. Hal ini terlihat

dari kesimpulan hasil wawancara ketiga wali kelas, yaitu sebagai

berikut:

“Interaksi siswa dengan teman sekelasnya sangat sopan juga,

mereka bercanda bareng, dan ada yang humoris jadi temannya

senang dengan sifat humorisnya itu.”12

Dari pendapat guru diatas terlihat bahwa interaksi yang terjadi

pada siswa dengan teman sekelasnya sangat baik.

2.4 Pendapat guru tentang interaksi siswa kepada petugas di

lingkungan homeschooling

Pada pertanyaan ini, tidak semua wali kelas yang peneliti

wawancarai sering melihat bagaimana siswa berinteraksi dengan

petugas di lingkungan homeschooling. Hal ini terlihat dari kesimpulan

hasil wawancara dengan ketiga wali kelas, yaitu sebagai berikut:

“Kalau misalkan ke office boy atau apa saya belum pernah

melihat ya. Tapi kalau ke resepsionis interaksinya ya seperti

biasa, seperti me-nyerahkan tugas jika tidak bertemu langsung

dengan tutor yang bersangkutan. Sikap siswa ramah kok.”13

Dari pendapat wali kelas dalam wawancara di atas, walaupun

para wali kelas tidak sering melihat interaksi siswanya dengan para

pertugas yang ada di Homeschooling Kak Seto tetapi sudah dapat

dilihat ternyata interaksi siswa dengan para petugas di homeschooling

juga terjalin dengan baik.

12

Ibid., kesimpulan wawancara wali kelas. 13

Ibid., kesimpulan wawancara wali kelas.

Page 65: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

52

2.5 Pendapat guru tentang sikap siswa ketika memberi salam saat

bertemu dengan Ibu/Bapak

Tanpa disadari sikap terbentuk saat individu berinteraksi dengan

orang lain atau hanya dengan mengobservasi dari tingkah laku mereka.

Pembelajaran tersebut terjadi melalui proses pembelajaran sosial.

“Pembelajaran sosial adalah proses di mana kita mengadopsi informasi

baru, bentuk tingkah laku, atau sikap dari orang lain.”14

Sikap siswa di homeschooling secara keseluruhan hampir sama,

mereka ketika bertemu dengan tutor atau orang di lingkungan

homeschooling biasa memberikan sapaan, karena di homeschooling

tertanam sifat kekeluargaan antara guru dengan siswa, siswa dengan

siswa, sampai sesama guru juga demikian. Hal ini tentunya tidak seperti

di sekolah formal pada umumnya hubungan antara guru dengan siswa

terjalin seperti ada tembok batasan yang menghalangi. Hal ini

berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu M.F yang lebih di akrab

dengan panggilan Kak M selaku wali kelas dari kelas IX dan mengajar

mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut kutipan hasil wawancara:

“Kalau anak-anak di sini sebenarnya kalau memang bertemu

dengan kita itu lebih banyak say hi seperti biasa. Kalau

misalkan guru-guru lain, guru-guru sekolah formal dengan anak

muridnya mungkin agak malu-malu atau misalkan gimana.

Kalau di kita sih kebanyakan “Halo Kak” yang seperti itu.

Kadang juga ada yang salaman, tergantung anaknya.”15

2.6 Pendapat guru tentang sikap siswa ketika di kelas saat proses

pembelajaran berlangsung

Secara keseluruhan sikap siswa di Homeschooling Kak Seto

hampir sama, mereka memperhatikan guru ketika proses pembelajaran

berlangsung. Hanya beberapa anak saja yang tidak demikian,

tergantung dari karakteristik anak masing-masing dan kondisi kelas

14

Robert A. Baron and Donn Byrne, Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 1, Terj. dari

Social Psychology Tenth Edition oleh Ratna Djuwita, dkk., (Jakarta: Erlangga, 2004), Cet. I, h.

123. 15

Wawancara inti dengan MF (Wali kelas dari kelas IX dan tutor mata pelajaran Bahasa

Indonesia), tanggal 09 Januari 2015, pukul 14:27 WIB.

Page 66: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

53

pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat dilihat

dari hasil wawancara Ibu MF wali kelas dari kelas IX dan juga sebagai

tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut adalah kutipan dari hasil

wawancara:

“…cuma kalau anak-anak itu di sini agak terbatas dari segi

penuturan bahasanya. Maksudnya ketika kita berbicara di depan

untuk presentasi, kita kan membutuhkan public speaking ya.

Nah dia tuh ngerti nih apa masalahnya dia ngerti, bagaimana

cara menyelesaikannya tapi cara ngomongnya itu gimana, nah

itu sih kebanyakan. Sama aja ketika harus nulis gitu ya, nah itu

rata-rata point-nya dapet, tapi ketika di suruh memaparkan itu

argumen-argumennya yang kurang.”16

Hal tersebut tidak hanya terjadi di kelas IX saja, kelas VII dan

VIII pun demikian. Seperti yang dikatakan oleh Bapak FZ selaku wali

kelas dari kelas VII dan juga sebagai guru mata pelajaran Fisika,

sebagai berikut:

“...di kelas itu yang pertama di sini kan karakteristik anak beda-

beda nih Kak. Ada yang aktif, ada yang pendiem, ada yang

hyperactive, ada yang pasif. Sikapnya di kelas, nah kalau A ini

karakteristiknya dia itu gampang banget terganggu. Dengan apa,

kadang dengan pemikirannya dia yang di bawa dari rumah gitu

kan. Terus dengan keadaan di sekolah yang temen-temennya

perintah ini terus dia nyambungnya ke pembicaraan itu, gitu

kan. Banyak faktor, apalagi dengan sikap dia yang banyak

berbicara justru sangat mudah terpancing dan lebih cenderung

kurang fokus. Jadi ketika dia fokus, dia akan tenang.”17

Begitu pula dengan kelas VIII, seperti yang disampaikan dalam

wawancara dengan Bapak AR sebagai wali kelas dan juga tutor mata

pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai berikut:

“Diem, diem. Dia jarang bicara, lebih memperhatikan. Nah,

cuma kalau menurut dia, dia belum ngerti ya dia mau nanya

kalau memang dia belum ngerti.”18

16

Wawancara inti dengan MF, op. cit. 17

Wawancara inti dengan partisipan FZ (Wali kelas dari kelas VII dan tutor mata pelajaran

Fisika), tanggal 16 Januari 2015, pukul 12:05 WIB. 18

Wawancara inti dengan AR (Wali kelas dari kelas VIII dan tutor mata pelajaran Bahasa

Indonesia), tanggal 07 Januari 2015, pukul 15:14 WIB.

Page 67: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

54

Dari hasil wawancara dengan para wali kelas terlihat bahwa

walaupun beragam karatkteristik siswa, sikap siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran yang berlangsung di kelas bagus, tidak

mengganggu proses pembelajaran.

2.7 Pendapat guru tentang sikap siswa ketika berinteraksi dengan

teman di kelas

Guru berpendapat bahwa sikap siswa ketika berinteraksi dengan

teman di kelas sangat bagus. Mereka sopan, kooperatif, saling bercanda

dan menolong satu sama lain. Hal ini diakui oleh para wali kelas pada

saat di wawancarai sebagai berikut:

“...yang pertama tetap dengan sikapnya dia banyak ngomong,

tapi secara keseluruhan dia bisa menyelesaikan, karena daya

tangkapnya juga cepat, jadi anak ini, dia akan banyak ngomong

tapi perkerjaannya juga selesai gitu Kak. Kalau dia udah merasa

tidak ada yang di kerjain, ya udah dia ngobrol dengan temannya,

bercanda sama temannya.”19

Dari wawancara dengan Bapak F diatas terlihat bahwa interaksi

siswa homeschooling Kak Seto dengan teman ketika di kelas sangat

bagus. Demikian pula dengan siswa kelas VIII, hal ini dapat dilihat dari

hasil wawancara dengan Bapak AR, yaitu:

“…kooperatif tuh Kak, tergantung kalau lagi temennya ada

kesulitan dia bantuin. Jadi dia tuh gini, kalau orangnya asik dia

orangnya juga asik juga. Pokoknya orangnya asik aja deh. Baik

kelompok atau individu dia orangnya tuh asik.”20

Menurut Ibu MF juga demikian, bahwa interaksi siswa dengan

temannya tidak ada masalah. Siswa berperilaku sopan kepada siapapun.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara, yaitu:

“…interaksi dengan temannya itu hampir tidak ada masalah,

cara bicaranya sopan, dengan temannya sopan, dengan tutor

sopan, dengan siapapun dia sopan. Ini karakter yang memang

dia bagus deh kayanya…”21

19

Wawancara inti dengan partisipan FZ, op. cit. 20

Wawancara inti dengan AR, op. cit. 21

Wawancara inti dengan MF, op. cit.

Page 68: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

55

2.8 Pendapat guru tentang pengertian dari kecerdasan sosial

Guru berpendapat bahwa kecerdasan sosial berarti kemampuan

seseorang atau seorang individu untuk bisa membaca keadaan sekitar.

Jadi dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Artinya ketika ada

orang lain merasa kesedihan, dia ikut merasakan kesedihan. Kemudian

ikut berpartisipasi ketika ada kegiatan baik di sekolah ataupun di

lingkungan tempat tinggal.

3. Hasil Wawancara Siswa

3.1 Alasan siswa senang berteman dengan teman di homeschooling dan

cara siswa bermain dengannya

Keenam siswa memberikan jawaban yang sama, mereka

menjawab bahwa teman-teman di homeschooling baik, peduli dan

bersahabat sehingga mereka merasa senang jika berteman dengannya.

Cara mereka menghabiskan waktu bersama pada setiap partisipan

berbeda-beda. Tiga siswa menghabiskan waktu bersama teman dengan

pergi ke tempat makan setelah pulang sekolah, kemudian dua siswa

lainnya lebih sering menghabiskan waktu bersama teman dengan saling

bercerita satu sama lain ketika sebelum bel masuk sekolah, dan ada satu

siswa menghabiskan waktu bersama dengan teman setelah pulang

sekolah pergi ke tempat makan dan membicarakan hal seperti kegiatan

mereka hari ini.

3.2 Alasan siswa senang bermain dengan teman dari luar

homeschooling dan cara siswa bermain dengannya

Jawaban siswa pada pertanyaan ini semua menjawab kalau

teman di luar homeschooling sama baiknya dengan teman di

homeschooling dan cara mereka bermain dengan teman di luar

homeschooling juga tidak berbeda dengan teman-teman di

homeschooling, seperti bercerita dan jalan-jalan atau makan bersama.

Waktu pertemuan mereka dengan teman di luar homeschooling juga

Page 69: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

56

tidak sama, dikarenakan jadwal masuk sekolah mereka yang berbeda

dan mereka juga memiliki kesibukan masing-masing.

Siswa K pergi bersepeda bersama temannya ketika akhir pekan.

Berbeda dengan siswa T, hal tersebut tidak terjadi pada siswa B. Siswa

B tidak mempunyai teman selain di luar homeschooling, karena di

lingkungan rumah tidak ada teman sebaya. Hal ini diakui siswa B saat

di wawancarai yaitu:

“…engga punya temen di rumah. Engga ada. Soalnya di rumah

anak seumuran aku engga ada, anak kecil semua.”22

3.3 Kapan siswa bertemu dengan teman-teman

Pada pertanyaan ini, keenam siswa memberikan jawaban yang

sama. Mereka bertemu dengan teman di homeschooling hanya di hari

sekolah saja, yaitu Selasa, Kamis dan Jum’at, sedangkan untuk bertemu

dengan teman di luar homeschooling tergantung dari jadwal mereka dan

temannya. Jika ingin bertemu, sebelumnya mereka membuat janji

terlebih dahulu agar partisipan dapat bertemu dengan teman-temannya.

3.4 Berapa kali dalam satu minggu siswa bermain dengan teman di

rumah dan teman di homeschooling

Pada pertanyaan ini, enam siswa memberikan jawaban yang

sama. Keenam siswa bertemu dengan teman homeschooling hanya pada

saat hari sekolah saja, sedangkan kalau bertemu dengan teman di

rumah, partisipan dalam satu minggu belum tentu dapat bermain

bersama dengan teman rumah, dikarenakan jadwal masuk sekolah

mereka yang berbeda dan kesibukan dari kegiatan mereka selain

bersekolah juga berbeda-beda seperti, ada siswa yang mengikuti les

bimbingan belajar, les bahasa Inggris, les futsal, dan les musik.

3.5 Hal yang dilakukan saat siswa bertemu dengan teman dan sering

atau tidak bertemu mereka bertemu

Dalam menjawab pertanyaan ini, keenam partisipan

memberikan jawaban yang sama, yaitu partisipan K, T, H, A, N dan B

22

Wawancara inti dengan partisipan B, tanggal 16 Januari 2015, pukul 10:30 WIB.

Page 70: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

57

sering bertemu dengan teman homeschooling ketika hari sekolah tetapi

hal yang mereka lakukan tidak semuanya sama.

Hal yang dilakukan partisipan K ketika mereka bertemu yaitu

mengobrol dan bermain game online bersama, sedangkan partisipan T,

H, A, N dan B ketika mereka bertemu dengan temannya, mereka saling

mengobrol dan setelah pulang sekolah terkadang mereka pergi ke

tempat makan untuk sekedar makan siang.

3.6 Siswa pernah bersekolah di sekolah formal atau tidak

Pada pertanyaan ini, keenam partisipan menjawab sama, yaitu

mereka pernah bersekolah di sekolah formal sebelum akhirnya mereka

pindah ke homeschooling dengan berbagai faktor dari tiap partisipan.

Partisipan K sebelum pindah ke homeschooling, bersekolah di

SD bernuansa islami. Partisipan T sebelumnya sudah dua kali pindah

sekolah formal yaitu di sekolah formal swasta dan di sekolah Katolik.

Partisipan H dan A sebelumnya bersekolah di sekolah formal di daerah

Bintaro. Partisipan N sebelumnya bersekolah di sekolah formal

bernuansa islami. Partisipan B sebelumnya bersekolah di SMP swasta

bernuansa islami namun pindah ke pesantren, kemudian pindah ke

homeschooling.

3.7 Sejak kapan siswa bersekolah di homeschooling

Pada pertanyaan ini, keenam partisipan menjawab berbeda-beda.

Partisipan K bersekolah di homeschooling sejak masuk SMP. Partisipan

T bersekolah di homeschooling dari kelas 6 SD akhir semester satu dan

sekarang sudah kelas VII. Partispan H bersekolah di homeschooling

ketika kelas VIII sejak bulan Mei 2014 sesaat sebelum UAS. Partisipan

A bersekolah di homeschooling sejak tahun ajaran baru 2014/2015

kelas VIII, sedangkan partisipan N dan B bersekolah di homeschooling

sejak tahun ajaran baru 2014/2015 kelas IX.

Page 71: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

58

3.8 Alasan siswa lebih memilih homeschooling daripada bersekolah di

sekolah formal

Pada pertanyaan ini, terdapat lima partisipan menjawab memilih

homeschooling karena memiliki masalah ketika bersekolah di sekolah

formal. Dua partisipan pindah ke homeschooling karena sakit yang

membuat kedua siswi tersebut jarang masuk sekolah. Partisipan H

mengaku menjadi bahan pembicaraan teman-temannya ketika ia berada

di sekolah dan membuat partisipan tidak nyaman untuk datang ke

sekolah. Hal ini diakui partisipan H pada saat di wawancarai, yaitu:

“Karena kan dulu aku juga jarang masuk jadi kan pasti di

omongin kan. Jadi pas pertama aku masuk aku dicuekin.”23

Tidak hanya itu, sikap guru dan wakil kepala sekolah juga

membuat partisipan tidak nyaman untuk datang ke sekolah dan merasa

takut untuk datang ke sekolah, sehingga semangat untuk bersekolah

menjadi menurun. Hal ini disampaikan partisipan saat melakukan

wawancara, yaitu:

“Trus sama guru kan, aku kan sangking jarang masuknya,

gurunya bilang kalo sakit jangan manja. Kan jadi kayak gimaaa

gitu...trus kata wakil kepala sekolah, aku kan ceritain kan, aku di

rujuk-rujuk ke rumah sakit mana-mana kan memang untuk

sembuh, trus kata dia buang-buang duit aja. Ya udah, aku juga

udah engga nyaman. Aku setiap mau ke sekolah tuh aku

ketakutan, aku engga mau sekolah sangking kayak gitunya, tuh

aku sangking ketakutan gitu. Sampe aku tuh susah banget mau

sekolah.”24

Hal serupa juga dialami oleh partisipan T, partisipan pindah dari

sekolah formal ke homeschooling karena kondisi kesehatannya mulai

menurun pada saat kelas 5 SD dan sempat di rawat hampir satu bulan di

rumah sakit ketika kelas 6 SD, partisipan juga tidak ingin pergi ke

sekolah setelah mendengar kalau dirinya tidak bisa ikut UN (Ujian

Nasional) karena jarang masuk sekolah.

23

Wawancara inti dengan partisipan H, tanggal 15 Januari 2015, pukul 10:46 WIB. 24

Ibid.

Page 72: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

59

Berbeda dengan partisipan H dan T, satu partisipan memilih

bersekolah di homeschooling karena dia tidak menyukai adanya geng-

gengan di sekolah dan dia juga ingin lebih serius menekuni seni musik.

Hal ini seperti yang disampaikan partisipan pada saat diwawancarai,

yaitu:

“Ada masalah. Terus yang kayak ada geng-gengan gitu loh. Aku

kan engga suka ya yang kaya geng-gengan gitu, maksudnya

kayak lo kalau mau berteman sama gue ya berteman aja engga

usah pilih-pilih gitu jadi kayak selalu ngeledek satu sama lain

gitu (sambil memasang wajah tidak suka). Akhirnya aku pindah

dan aku pindah bukan karena itu juga, karena aku pengen lebih

serius ke musik.”25

Satu partisipan pindah ke homeschooling karena sewaktu

partisipan sekolah di sekolah formal, dia tidak taat dengan peraturan

sekolah sehingga mendapatkan dua kali surat pemberitahuan (SP) dan

terancam di drop out (DO) dari sekolah. Kemudian ada satu partisipan

memilih homeschooling karena mempunyai masalah dengan wali

kelasnya.

Namun ada satu partisipan lain, pindah ke homeschooling bukan

karena mempunyai masalah dengan teman atau guru di sekolah, tetapi

alasan partisipan pindah sekolah karena mengikuti orangtua yang

dipindahkan tempat kerjanya.

3.9 Pendapat siswa tentang perbedaan yang di alami ketika bersekolah

di sekolah formal dengan di homeschooling

Keenam partisipan memberi jawaban yang sama mengenai

perbedaan antara bersekolah di sekolah formal dengan di

homeschooling, mereka menjawab bahwa bersekolah di homeschooling

menyenangkan, lebih santai dan tidak membuat mereka stres dalam

menuntut ilmu dikarenakan mata pelajaran yang diajarkan tidak

sebanyak di sekolah formal. Siswa homeschooling hanya belajar enam

mata pelajaran, di mana keenam mata pelajaran tersebut merupakan

25

Wawancara inti dengan partisipan A, tanggal 15 Januari 2015, pukul 12:10 WIB.

Page 73: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

60

mata pelajaran ujian nasional (UN) sehingga siswa dapat lebih fokus

dalam belajar.

Partisipan juga menjawab kalau di homeschooling tidak ada

senioritas antar siswa. Siswa juga bisa jadi diri sendiri dan diberi

kebebasan untuk bertanya ketika belum memahami materi pelajaran

yang sedang diajarkan di sekolah, seperti yang dikatakan oleh partisipan

T, yaitu:

“Kalo disini kan istilahnya kita kayak dikasih kebebasan untuk

bertanya dan kalo kita engga bisa kayak dikasih waktu dan

engga terlalu ketat juga sekolahnya. Terus kalo di

homeschooling aku bisa jadi diri aku sendiri gitu jadi kelihatan

kalo aku ini orangnya kayak gimana, ketauan satu sama lain.”26

3.10 Rasa nyaman siswa ketika bersekolah di homeschooling

Pada pertanyaan ini, keenam partisipan memberikan jawaban

yang sama, yakni mereka merasa nyaman bersekolah di homeschooling.

Teman-temannya baik sehingga terjalin sosialisasi yang baik juga

diantara mereka dan cara belajar di homeschooling yang tidak terlalu

serius membuat siswa tidak terlalu terbebani oleh sistem pembelajaran.

Selain itu, siswa dapat membagi waktu antara kewajiban mereka

sebagai pelajar dengan kegiatan lainnya di luar pendidikan sekolah,

seperti yang disampaikan oleh partisipan A saat diwawancarai, yaitu:

“Aku kan mau serius ke musik ya Kak, jadi aku ngerasa bisa

bagi waktu aja antara pendidikan akademik dan hobi musik aku.

Kan kalo di sekolah formal agak sulit tuh ya Kak bagi-bagi

waktunya, kan di sekolah formal waktu belajarnya lebih lama

dibandingkan di homeschooling.”27

Tidak hanya itu, partisipan juga mengatakan bahwa tenaga

pengajar (tutor) di homeschooling bersikap baik, sehingga mereka

merasa nyaman dan tidak sungkan untuk bertanya tentang materi

pelajaran yang belum di mengerti.

26

Wawancara inti dengan partisipan T, tanggal 22 Januari 2015, pukul 12:00 WIB. 27

Wawancara inti dengan partisipan A, op. cit.

Page 74: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

61

3.11 Sikap teman-teman di homeschooling

Pada pertanyaan ini, kelima partisipan memberikan jawaban

sama. Kelima partisipan berpendapat bahwa teman-teman di

homeschooling baik-baik, ramah, saling menerima satu sama lain, bisa

membuat partisipan nyaman ketika bersama dan tidak adanya senioritas

sehingga terjalinnya interaksi antara kakak kelas dan adik kelas.

Tetapi ada satu partisipan yang berpendapat bahwa teman di

homeschooling tidak selalu bersikap baik kepada dia. Terkadang

temannya bersikap baik tetapi kadang juga tidak.

3.12 Sikap teman-teman di sekolah formal

Pada pertanyaan ini, keenam partisipan memberikan jawaban

yang sama. Mereka menjawab bahwa sikap teman-teman di sekolah

formal bervariasi, ada yang baik dan ada yang menyebalkan. Seperti

yang dikatakan oleh partisipan H, sebenarnya teman-teman di sekolah

terdahulu sikapnya baik tetapi kalau satu orang bersikap acuh ke satu

orang maka semua temannya akan bersikap seperti itu juga.

Berbeda dengan partisipan N, walaupun teman-teman di sekolah

terdahulu berkelompok-kelompok (bergeng), tapi teman sekelasnya

masih bisa kompak ketika ada kegiatan yang diadakan oleh kelasnya.

Seperti yang disampaikan partisipan N pada wawancara, yaitu:

“Seru juga, tapi yaaa geng-gengan gitu. Tapi, apa yaaa (berpikir)

ya kalo dulu dapet kelasnya sih yang seru semuanya, satu kelas

tuh kompak jadi enak. Kita pergi liburan kemana bareng-

bareng.”28

3.13 Cara bergaul siswa dengan teman-teman di homeschooling

Pada pertanyaan ini partisipan memberikan jawaban yang

berbeda-beda. Cara bergaul siswa dengan teman-teman baru di

homeschooling bervariasi, tidak semua partisipan dapat langsung

bergaul dengan temannya. Ada empat partisipan yang menjawab bahwa

pada saat pertama kali mereka bergaul, partisipan menyesuaikan diri

28

Ibid, Wawancara dengan partisipan A.

Page 75: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

62

terlebih dahulu dengan sikap teman-teman. Setelah beberapa bulan

bersama dan mengenali karakter satu sama lain, partisipan dengan

temannya tidak sungkan menunjukkan sikap mereka yang sebenarnya,

seperti mengobrol, tertawa bersama, bercanda, belajar bersama dan

membuat lelucon ringan.

Berbeda dengan keempat partisipan sebelumnya, terdapat dua

orang partisipan ketika pertama kali bergaul dengan teman baru di

homeschooling mereka langsung menunjukkan sifat asli dari keduanya,

seperti menyapa duluan teman barunya kemudian mengajaknya ngobrol

dan lama-kelamaan mereka menjadi dekat.

3.14 Siswa menghibur teman yang sedang sedih dan bagaimana cara

siswa menghibur

Keenam partisipan memberikan jawaban yang sama bahwa

mereka pernah menghibur teman yang sedang bersedih tetapi intensitas

menghiburnya tidak begitu sering, tergantung dari kondisi temannya

apakah sedang merasa sedih atau tidak. Seperti yang disampaikan oleh

partisipan T, bahwa dirinya tidak sering menghibur teman, tetapi

partisipan tidak menutup kemungkinan untuk menghibur teman ketika

dibutuhkan oleh temannya.

Cara menghibur dari keenam partisipan juga sama. Mereka

sama-sama menenangkan temannya, jika temannya sudah bisa diajak

bicara lalu partisipan mengajak temannya menceritakan apa

permasalahan yang dialami, kemudian partisipan membantu

memberikan penjelasan serta solusi dari permasalahan tersebut,

setelahnya partisipan menghibur agar temannya tidak berlarut-larut

dalam kesedihan. Sesekali partisipan juga mengajak temannya makan

diluar yang bertujuan agar temannya lebih cepat bangkit dari rasa

kesedihan yang sedang dialami.

Page 76: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

63

3.15 Siswa membantu teman yang kesulitan, hal yang biasa dilakukan

ketika membantu serta perasaan siswa setelah membantu

Keenam partisipan memberikan jawaban yang sama bahwa

mereka pernah membantu teman yang mengalami kesulitan. Partisipan

membantu membelikan makanan ke teman yang sedang tidak

membawa uang jajan, membantu memberikan solusi kepada teman saat

terjadi pertengkaran diantara teman, serta membantu teman ketika

kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah. Partisipan merasa senang

setelah membantu, mereka merasa seperti orang yang berguna karena

bisa membantu teman yang sedang kesulitan. Tetapi ada satu partisipan

yang sempat menyesal sudah menolong teman membelikan makanan,

karena uang jajan yang seharusnya untuk keesokkan hari menjadi

berkurang, tetapi pada akhirnya partisipan mengikhlaskan dan dia

berpikir bahwa nanti juga akan dapat uang jajan lagi dari orangtuanya.

3.16 Sikap siswa terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras,

budaya, gender dan kekurangan fisik

Pada pertanyaan ini kelima partisipan menjawab sama bahwa

mereka bersikap saling menghargai dan menghormati dengan adanya

perbedaan tersebut, karena mereka berteman dengan orangnya bukan

berteman dengan agama, ras, budaya, gender atau fisiknya.

Kelima partisipan tidak membeda-bedakan dalam hal berteman,

mereka satu sama lain berteman baik, saling mengobrol dan kumpul

bersama ketika di kelas. Tetapi ada satu partisan yang tidak demikian.

Partisipan tersebut bersikap cenderung cuek dengan teman yang

memiliki kekurangan fisik, karena menurut dia teman yang seperti itu

sedikit sulit jika diajak berteman.

3.17 Siswa mudah beradaptasi dan bersosialisasi di lingkungan baru

atau tidak dan cara siswa memperkenalkan diri di lingkungan baru

Pada pertanyaan ini terdapat lima partisipan menjawab bahwa

mereka mudah beradaptasi dan empat partisipan menjawab mereka

mudah dalam bersosialisasi di lingkungan baru. Namun cara mereka

Page 77: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

64

memperkenal-kan diri di lingkungan baru berbeda-beda. Ada empat

partisipan saat berkenalan dengan teman baru pertama-tama mereka

diem-dieman terlebih dulu, kemudian saling memberikan senyuman dan

setelah itu berkenalan. Tetapi berbeda dengan dua partisipan lainnya,

mereka langsung menyapa dan mengajak teman barunya ngobrol

seakan sudah kenal sebelumnya.

3.18 Siswa berbagi makanan atau minuman ke teman

Kelima partisipan menjawab sama, mereka sering berbagi

makanan ataupun minuman dengan teman sebagai dasar dari interaksi

mereka. Ada dua partisipan membagikan sebagian bekal makan yang di

bawa dari rumah ke temannya, dua partisipan berbagi makanan ringan

atau soft drink, dan satu partisipan mentraktir temannya ketika mereka

sedang jalan bersama ke suatu tempat.

3.19 Siswa membantu guru atau tutor

Pada pertanyaan ini lima partisipan memberikan jawaban yang

sama bahwa mereka pernah membantu tutor membawakan

perlengkapan pembelajaran seperti laptop, infocus dan kabel

sambungan. Tetapi ada satu partisipan yang tidak pernah membantu

karena tutor tidak pernah meminta tolong ke dirinya. Seperti yang

disampaikan pada saat wawancara, yaitu:

“Engga pernah. Tutornya engga pernah minta tolong. Aku kan

anak baru di sini jadi belum pernah ngebantu tutor bawain

sesuatu hehe.”29

29

Ibid. Wawancara dengan partisipan A.

Page 78: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asumsi masyarakat bahwa siswa yang mengikuti homeschooling

kecerdasan sosialnya akan kurang baik itu tidak sepenuhnya benar.

Masyarakat beranggapan bahwa anak homeschooling akan kurang

berinteraksi dengan teman-teman maupun dengan lingkungan sekitar,

namun pada penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang mengikuti

homeschooling khususnya pada kelas komunitas, para siswa tetap dapat

berinteraksi dengan teman-teman maupun lingkungan sekitar. Pada dasarnya

kelas komunitas mirip dengan sekolah formal, belajar di dalam satu ruangan

yang disebut kelas dan ada beberapa siswa di dalamnya, hanya saja pada

homeschooling jumlah siswa tiap kelas tidak sebanyak di sekolah formal.

Jumlah siswa di kelas komunitas rata-rata 10 orang tiap kelasnya, di mana

dalam kondisi seperti itu tidak menutup kemungkinan jika para siswa

berinteraksi satu sama lain, karena ini merupakan penelitian kualitatif maka

keadaan yang terjadi di Homeschooling Kak Seto bisa saja tidak terjadi pada

homeschooling lainnya.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan tentang kecerdasan

sosial siswa di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren terhadap enam

partisipan yang diwawancarai, keenam partisipan memiliki kecerdasan

sosial yang baik. Hal ini terlihat dari hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan karena terpenuhinya beberapa dimensi kecerdasan sosial yaitu,

mereka cerdas situasionalnya, mampu membawa diri dilingkungan, jujur

dalam bersikap, mampu menyampaikan ide atau gagasannya secara jelas

sehingga orang lain dapat mengerti dengan baik, dan empati.

Page 79: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

66

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diajukan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi para guru (tutor), wali kelas, dan pihak homeschooling

Untuk para guru, wali kelas dan pihak homeschooling diharapkan

lebih sering lagi mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan

kecerdasan sosial siswanya, seperti ekstrakurikuler. Kegiatan di dalam

ekstrakurikuler secara tidak langsung akan melatih kemampuan siswa

dalam bersosialisasi. Siswa akan belajar bahwa dalam bersosialisasi ada

sikap-sikap positif yang harus dikembangkan agar teman

disekelilingnya suka dan ada sikap-sikap negatif yang harus siswa

hindari agar tidak dijauhi oleh teman-temannya. Selain itu saat proses

belajar mengajar, guru pun juga bisa memasukkan beberapa dimensi

kecerdasan sosial yang dapat mengembangkan kecerdasan sosial siswa,

yakni guru bisa mengajak siswa untuk melakukan diskusi kelompok di

sela-sela pembelajaran. Maksud dan tujuan diskusi tersebut bukan

hanya sekedar agar siswa terbiasa untuk berani mengemukakan

pendapat, tetapi melatih siswa untuk bagaimana menghormati

perbedaan pendapat yang ada selama diskusi berlangsung.

2. Bagi para siswa

Para siswa diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan sosial

lebih baik lagi, seperti kemampuan membaca situasional di lingkungan

sekitar dan mampu membawa dirinya ke dalam lingkungan baru. Hal

tersebut dapat dilakukan siswa dengan cara lebih sering berinteraksi

dengan orang lain baik dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua

agar kemampuan bersosialisasinya menjadi terlatih dan siswa menjadi

terbiasa untuk berkomunikasi di lingkungan masyarakat.

3. Bagi para peneliti selanjutnya

Bagi para peneliti selanjutnya yang berminat ingin melanjutkan

penelitian dengan tema homeschooling dan kecerdasan sosial siswa

Page 80: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

67

SMP di kelas komunitas, semoga penelitian ini dapat menjadi acuan

serta bahan referensi penelitian Anda. Selain itu, disarankan untuk

mempertimbangkan teori yang dipakai sebagai alat ukur dan

menggunakan metode penelitian yang lain agar memperoleh data yang

lebih lengkap dan mendetail.

Page 81: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

68

DAFTAR PUSTAKA

A. Baron and Donn Byrne, Robert. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 1, Terj.

dari Social Psychology Tenth Edition oleh Ratna Djuwita, dkk, Cet.I.

Jakarta: Erlangga, 2004.

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Albrecht, Karl. Cerdas Bergaul Kunci Sukses dalam Bisnis dan Masyarakat, Terj.

dari Social Intelligence: The New Science of Success oleh Devi Femina,

dkk, Cet.1. Jakarta: PPM, 2006.

Ambarita, Frisda Agriani. Pusdiklat Keuangan Umum: Mengenal Kecerdasan

Sosial, www.bppk.kemenkeu.go.id. Artikel ini diakses pada tanggal 30

April 2015.

Arifqi, Mohammad Subadri. Tawuran Pelajar: Saling Serang di Jalanan,

www.indosiar.com. Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015.

_____. Brosur Homeschooling Kak Seto, pada tanggal 24 April 2015.

Fikar Homeschooling. 5 Alasan Memilih Homeschooling untuk Anak Anda,

http://fikarhomeschooling.net. Artikel ini diakses pada tanggal 12 April

2015.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualtitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika, 2011.

Husaeni, Usep. Tak Ikut Yasinan, 8 Siswa SMPN Dipukuli Guru,

http://daerah.sindonews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari

2015.

Ibrahim, Moh Fauzi. Implementasi Model Homeschooling di Komunitas Sekolah

Rumah Pelangi Ciputat. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2010, tidak dipublikasikan.

Indosiar. Homeschooling: Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah,

www.indosiar.com. Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015.

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif). Jakarta: GP Press, 2008.

Page 82: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

69

J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosda,

2010.

Kamajaya, Toni. Enam Siswa Jadi Korban Kekerasan Guru saat Camping,

http://daerah.sindonews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari

2015.

KBBI. Sosialisasi. http://kbbi.web.id/sosialisasi. Diakses pada tanggal 16 Oktober

2014.

Kembara, Maulia D. Panduan Lengkap Homeschooling. Bandung: Progressio,

2007.

Mahariah. Homeschooling dalam Sistem Pendidikan Nasional dan Islam, Jurnal

Al-Irsyad, Vol. IV, 2014.

Mubayiah, Makmun. Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, Referensi

Penting bagi Para Pendidikan & Orangtua. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2010.

Pratiwi, Wulandari. Hubungan antara Kecerdasan Sosial dengan Perilaku Agresif

pada Siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Yogyakarta:

Skripsi UIN Yogyakarta, 2010, tidak dipublikasikan.

____. Profil Homeschooling Kak Seto Pondok Aren, pada tanggal 11 Februari

2015.

Purwadi, Dedy. Urgensi Kecerdasan Sosial, http://bangka.tribunnews.com.

Artikel ini diakses pada tanggal 08 Oktober 2015.

Rachman, Arief. Homeschooling Rumah Kelasku, Duniaku Sekolahku. Jakarta:

Buku Kompas, 2007.

Ridho, Rasyid. Ditampar Guru, Siswa SMP Ini Melapor ke Polisi,

http://daerah.sindonews.com. Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari

2015.

Rosalia K, Wenny dan Prihastuti, Hubungan antara Kecerdasan Sosial dengan

Gaya Penyelesaian Konflik Siswa Seminari Menengah ST. Vincentius A.

Paulo Garum Blitar, Jurnal INSAN, Vol. 13, 2011.

Santoso, Satmoko Budi, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?!. Jogjakarta:

Divapress, 2010.

Page 83: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

70

Santrock, John W. Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas, Jilid 1. Jakarta:

Erlangga, 2007.

Setyowati Sie, Holy. Homeschooling Creating The Best of Me. Jakarta: Elex

Media Komputindo, 2010.

Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2011.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.

Sumardiono. Apa Itu Homeschooling, 35 Gagasan Pendidikan Berbasis

Keluarga. Jakarta: Panda Media, 2014.

Sunarto dan B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2008.

UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 13.

UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 27 ayat 1, 2, dan 3.

Wandi, Fifia. Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Homeschooling (Studi

Kasus di Komunitas Homeschooling Sekolah Dolan Malang). Malang:

Skripsi UIN Malang, 2008, tidak dipublikasikan.

Page 84: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

REDUKSI DATA

Wawancara Guru (Tutor)

Wawancara Siswa

Page 85: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

PEDOMAN WAWANCARA GURU

Judul Penelitian : “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi

Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di

Pondok Aren)”

Tanggal Penelitian : 15 – 22 Januari 2015

Pewawancara : Chentauri Galih Kismarety

Subjek Penelitian : Siswa Kelas VII, VIII dan IX Komunitas Homechooling

Kak Seto di Pondok Aren

A. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat

penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasian identitas partisipan

terjamin.

3. Meminta kesediaan calon partisipan untuk menandatangani surat

pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan.

B. Pertanyaan wawancara

Setelah partisipan menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia

menjadi partisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan

merekam isi pembicaraan dengan alat perekam berupa handphone.

1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana tingkah laku anak ketika berada di

lingkungan homeschooling?

2. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara interaksi siswa kepada guru

kelasnya?

3. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara interaksi siswa kepada teman

sekelas?

Page 86: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

4. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara interaksi siswa kepada petugas di

lingkungan homeschooling?

5. Bagaimana sikap siswa ketika member salam saat bertemu dengan

guru/tutor?

6. Bagaimana sikap siswa ketika di kelas saat pembelajaran berlangsung?

7. Bagaimana sikap siswa ketika berinteraksi dengan teman di kelas?

8. Menurut Bapak/Ibu, apa pengertian dari kecerdasan sosial?

C. Penutup

1. Menyampaikan terima kasih

2. Mengakhiri wawancara

Page 87: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

Judul Penelitian : “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi

Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di

Pondok Aren)”

Tanggal Penelitian : 06 – 15 Januari 2015

Pewawancara : Chentauri Galih Kismarety

Subjek Penelitian : Siswa Kelas VII, VIII dan IX Komunitas Homechooling

Kak Seto di Pondok Aren

A. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat

penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasian identitas partisipan

terjamin.

3. Meminta kesediaan calon partisipan untuk menandatangani surat

pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan.

B. Pertanyaan wawancara

Setelah partisipan menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia

menjadi partisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan

merekam isi pembicaraan dengan alat perekam berupa handphone.

1. Siapa teman dekat atau sahabat di komunitas homeschooling ini? Kenapa

kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana kamu bermain dengan

dia?

2. Siapa teman dekat atau sahabat di luar homeschooling? Kenapa kamu

senang bermain dengan dia? Bagaimana kamu bermain dengan dia?

3. Kapan kamu bertemu dengan teman-teman?

4. Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan teman di rumah

atau teman di homeschooling?

Page 88: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

5. Hal apa aja yang dilakukan kalau bertemu? Sering atau tidak kalian

bertemu?

6. Kamu sebelumnya pernah bersekolah di sekolah formal atau tidak?

7. Sejak kapan kamu bersekolah di homeschooling ini?

8. Kenapa lebih memilih homeschooling daripada bersekolah di sekolah

formal?

9. Menurut kamu apa perbedaan yang kamu alami ketika bersekolah di

sekolah formal dengan di homeschooling ini?

10. Kamu merasa nyaman atau tidak bersekolah di homeschooling ini?

11. Bagaimana sikap teman-teman di homeschooling?

12. Bagaimana sikap teman-teman di sekolah formal?

13. Bagaimana cara bergaul kamu dengan teman-teman di homeschooling?

14. Kamu sering menghibur teman yang sedang bersedih? Bagaimana cara

kamu menghiburnya?

15. Kamu pernah membantu teman yang sedang kesulitan? Biasanya kamu

melakukan apa untuk membantunya? Bagaimana perasaan kamu setelah

membantunya?

16. Bagaimana sikap kamu terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras,

budaya, gender dan kekurangan fisik?

17. Kamu termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru?

Bagaimana cara kamu memperkenalkan diri di lingkungan baru?

18. Kamu sering berbagi makanan atau minuman ke teman-teman? Apa yang

kamu bagikan ke mereka?

19. Kamu sering membantu guru? Biasanya ngebantu apa?

C. Penutup

1. Menyampaikan terima kasih

2. Mengakhiri wawancara

Page 89: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

PEDOMAN WAWANCARA

TEMAN DEKAT PARTISIPAN

Judul Penelitian : “Homeschooling dan Kecerdasan Sosial Siswa (Studi

Kasus pada Komunitas Homeschooling Kak Seto di

Pondok Aren)”

Pewawancara : Chentauri Galih Kismarety

A. Pendahuluan

1. Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat

penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasian identitas partisipan

terjamin.

3. Meminta kesediaan calon partisipan untuk menandatangani surat

pernyataan bahwa bersedia menjadi partisipan.

B. Pertanyaan wawancara

Setelah partisipan menandatangani surat pernyataan bahwa bersedia

menjadi partisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan

merekam isi pembicaraan dengan alat perekam berupa handphone.

1. Sejak kapan kalian saling kenal? Dan sejak kapan kalian berteman atau

bersahabat?

2. Kenapa kamu senang bermain dengan dia? Bagaimana cara kamu

bermain dengan dia?

3. Kapan kalian saling bertemu untuk bermain?

4. Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan dia?

5. Hal apa aja yang dilakukan kalau bertemu? Sering atau tidak kalian

bertemu?

6. Dia itu orangnya seperti apa?

Page 90: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

7. Senang atau tidak memiliki teman atau sahabat seperti dia?

8. Bagaimana sikap dia terhadap teman-temannya?

9. Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa dahulu yang

mengajak berkenalan?

10. Kamu sering di hibur sama dia ketika sedang bersedih? Bagaimana cara

dia menghibur kamu?

11. Kamu pernah dibantu dia ketika sedang kesulitan? Biasanya dia

melakukan apa untuk membantu kamu?

12. Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, ras,

budaya, gender dan kekurangan fisik?

13. Dia termasuk orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru?

Bagaimana cara dia memperkenalkan diri di lingkungan baru?

14. Dia sering berbagi makanan atau minuman ke teman-temannya? Apa

yang dia bagikan ke teman-teman?

15. Ceritakan awal perkenalan kalian sehingga kalian bisa beteman atau

bersahabat dengan dia sampai sekarang!

16. Kamu tahu alasan kenapa dia pindah sekolah ke homeschooling?

C. Penutup

1. Menyampaikan terima kasih

2. Mengakhiri wawancara

Page 91: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

LEMBAR OBSERVASI

KECERDASAN SOSIAL SISWA

DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN

PETUNJUK PENGISIAN:

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang

ditampilkan oleh siswa.

Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety

Nama Partisipan : K

Lokasi : Kantin Homeschooling Kak Seto Pondok Aren

Kelas : VII (Tujuh)

Waktu : Tanggal 15 Januari 2015, jam 09:00 WIB

NO. ASPEK

PENGAMATAN

URAIAN ASPEK

PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN

1.

Situational

Awareness

(Kecerdasan

Situasional)

Siswa menghibur teman yang

sedih √

Nenangin teman agar

tidak bersedih dengan

cara melucu

Siswa membantu teman yang

sedang kesulitan √

Membantu

mengerjakan Lembar

Kerja (LK) mapel IPS

Siswa menyimak lawan

bicara saat berbicara (dengan

orangtua, guru atau teman) √

Mendengarkan guru

saat menyampaikan

materi pelajaran

Siswa tidak menyela

pembicaraan ketika

berkomunikasi secara verbal

(dengan orangtua, guru atau

teman)

Mendengarkan dan

menghargai teman

ketika berbicara

2. Presence

(Kemampuan

Membawa Diri)

Siswa mudah bersosialisasi

dengan lingkungan baru √

Siswa banyak berbicara

kepada siapapun

Siswa mudah mendapatkan

teman √

Siswa mudah bergaul

Page 92: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Siswa saling mengingatkan

agar bersikap baik √

Memperingatkan teman

yang berisik saat

pelajaran berlangsung

3. Authenticity

(Autentisitas)

Siswa memberikan kesan

yang nyaman saat pertama

kali bertemu dengan orang

baru

√ Siswa merupakan

individu yang ceria

Siswa memberikan senyuman

ketika bertemu dengan orang

lain √

Siswa tidak sungkan

memberikan senyuman

ramah kepada siapapun

termasuk dengan

peneliti

Siswa menyapa ketika

bertemu dengan orang yang

di kenal √

Siswa mengucapkan

say hello dengan wajah

ceria

Siswa memberi salam (cium

tangan, anggukan kepala,

dsb) √

Siswa cium tangan

ketika bertemu dengan

tutor

Siswa menggunakan bahasa

yang baik saat berkomunikasi

(dengan guru atau teman) √

Siswa sopan saat

berbicara

4. Clarity

(Kejelasan)

Siswa berinteraksi

menggunakan bahasa non

verbal

5. Empathy

(Empati)

Siswa menghormati teman

yang berbeda suku, agama,

ras, budaya dan gender √

Siswa menghargai dan

berteman seperti biasa

Siswa menerima kekurangan

temannya (fisik, materi, dsb) √

Siswa berteman seperti

biasa

Siswa ikut merasakan

kesedihan orang lain √

Kalau teman menangis,

ikut menangis juga.

Siswa ikut merasakan

kebahagiaan orang lain √

Merasa gembira

Siswa berbagi makanan

kepada teman √

Berbagi bekal makanan

Siswa berbagi minuman

kepada teman √

Berbagi soft drink

Siswa membantu guru √ Membawakan laptop

atau infocus

Page 93: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

LEMBAR OBSERVASI

KECERDASAN SOSIAL SISWA

DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN

PETUNJUK PENGISIAN:

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang

ditampilkan oleh siswa.

Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety

Nama Partisipan : T

Lokasi : Kantin Homeschooling Kak Seto Pondok Aren

Kelas : VII (Tujuh)

Waktu : Tanggal 20 Januari 2015, jam 08:30 WIB

NO. ASPEK

PENGAMATAN

URAIAN ASPEK

PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN

1.

Situational

Awareness

(Kecerdasan

Situasional)

Siswa menghibur teman yang

sedih √

Siswa menenangkan

temannya dan

memberikan penjelasan

Siswa membantu teman yang

sedang kesulitan √ Membantu teman saat

kesulitan belajar

Siswa menyimak lawan

bicara saat berbicara (dengan

orangtua, guru atau teman) √

Mendengarkan dengan

baik ketika lawan

bicara sedang berbicara

Siswa tidak menyela

pembicaraan ketika

berkomunikasi secara verbal

(dengan orangtua, guru atau

teman)

Mendengarkan dan

menghargai teman

ketika berbicara

2. Presence

(Kemampuan

Membawa Diri)

Siswa mudah bersosialisasi

dengan lingkungan baru √

Siswa mudah untuk

berkenalan dengan

orang lain

Siswa mudah mendapatkan

teman √ Siswa mudah bergaul

Page 94: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Siswa saling mengingatkan

agar bersikap baik √

Memperingatkan teman

agar tidak berisik saat

pelajaran berlangsung

3. Authenticity

(Autentisitas)

Siswa memberikan kesan

yang nyaman saat pertama

kali bertemu dengan orang

baru

Menyapa dan bersikap

seakan sudah kenal

lama

Siswa memberikan senyuman

ketika bertemu dengan orang

lain √

Siswa tidak sungkan

memberikan senyuman

ramah dengan pegawai,

tutor dan peneliti

Siswa menyapa ketika

bertemu dengan orang yang

di kenal √

Siswa say hello dengan

wajah ceria

Siswa memberi salam (cium

tangan, anggukan kepala,

dsb) √

Siswa cium tangan

ketika bertemu dengan

tutor

Siswa menggunakan bahasa

yang baik saat berkomunikasi

(dengan guru atau teman) √

Siswa sopan saat

berbicara

4. Clarity

(Kejelasan)

Siswa berinteraksi

menggunakan bahasa non

verbal √

Kalau lagi kesel

memasang raut wajah

engga happy

5. Empathy

(Empati)

Siswa menghormati teman

yang berbeda suku, agama,

ras, budaya dan gender √

Siswa menghargai dan

berteman seperti biasa

Siswa menerima kekurangan

temannya (fisik, materi, dsb) √

Siswa berteman seperti

biasa seperti teman

yang lain

Siswa ikut merasakan

kesedihan orang lain √

Ikut bersedih ketika

teman curhat tentang

masalah yang di hadapi

Siswa ikut merasakan

kebahagiaan orang lain √

Siswa merasa senang

ketika membantu

menyelesaikan masalah

temannya

Siswa berbagi makanan

kepada teman √

Siswa mentraktir makan

siang

Siswa berbagi minuman

kepada teman √ Siswa membelikan soft

drink

Siswa membantu guru √ Membawakan infocus

Page 95: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

LEMBAR OBSERVASI

KECERDASAN SOSIAL SISWA

DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN

PETUNJUK PENGISIAN:

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang

ditampilkan oleh siswa.

Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety

Nama Partisipan : H

Lokasi : Ruang Belajar kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren

Kelas : VIII (Delapan)

Waktu : Tanggal 08 Januari 2015, jam 09:00 WIB

NO. ASPEK

PENGAMATAN

URAIAN ASPEK

PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN

1.

Situational

Awareness

(Kecerdasan

Situasional)

Siswa menghibur teman yang

sedih √

Nenangin teman agar

tidak bersedih

Siswa membantu teman yang

sedang kesulitan √

Memberikan solusi

ketika teman

mempunyai masalah

dengan temannya

Siswa menyimak lawan

bicara saat berbicara (dengan

orangtua, guru atau teman) √

Mendengarkan guru

saat menyampaikan

materi pelajaran

Siswa tidak menyela

pembicaraan ketika

berkomunikasi secara verbal

(dengan orangtua, guru atau

teman)

Menghargai pendapat

teman sekelas pada saat

mengeluarkan pendapat

ketika belajar

2. Presence

(Kemampuan

Membawa Diri)

Siswa mudah bersosialisasi

dengan lingkungan baru √

Siswa mudah

bersosialisasi jika

merasa nyaman dengan

lingkungan sekitar

Siswa mudah mendapatkan

teman √ Siswa mudah bergaul

Page 96: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Siswa saling mengingatkan

agar bersikap baik √

Memperingatkan

temannya agar cuci

tangan karena

tangannya kotor

3. Authenticity

(Autentisitas)

Siswa memberikan kesan

yang nyaman saat pertama

kali bertemu dengan orang

baru

Siswa memberikan

senyuman saat pertama

kali bertemu

Siswa memberikan senyuman

ketika bertemu dengan orang

lain √

Siswa tidak sungkan

memberikan senyuman

ketika pertama kali

bertemu dengan peneliti

Siswa menyapa ketika

bertemu dengan orang yang

di kenal √

Siswa mengucapkan

say hello

Siswa memberi salam (cium

tangan, anggukan kepala,

dsb) √

Siswa cium tangan

ketika bertemu dengan

tutor/guru

Siswa menggunakan bahasa

yang baik saat berkomunikasi

(dengan guru atau teman) √

Menggunakan bahasa

formal ketika berbicara

dengan guru, pegawai

HSKS atau orang yang

lebih tua darinya

4. Clarity

(Kejelasan)

Siswa berinteraksi

menggunakan bahasa non

verbal √

Memberikan anggukan

kepala ketika ditanya

sudah mengerti materi

pelajaran dengan tutor

5. Empathy

(Empati)

Siswa menghormati teman

yang berbeda suku, agama,

ras, budaya dan gender √

Siswa saling

menghormati

Siswa menerima kekurangan

temannya (fisik, materi, dsb) √

Siswa menganggap

teman yang kekurangan

fisik seperti temannya

yang normal

Siswa ikut merasakan

kesedihan orang lain √

Siswa bertanya kenapa

temannya bersedih

Siswa ikut merasakan

kebahagiaan orang lain √

Merasa senang ketika

masalah yang dihadapi

temannya terselesaikan

Siswa berbagi makanan

kepada teman √

Berbagi makanan

ringan dengan teman

Siswa berbagi minuman

kepada teman √

Berbagi minuman

ringan dengan teman

Siswa membantu guru √

Page 97: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

LEMBAR OBSERVASI

KECERDASAN SOSIAL SISWA

DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN

PETUNJUK PENGISIAN:

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang

ditampilkan oleh siswa.

Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety

Nama Partisipan : A

Lokasi : Ruang Belajar kelas VIII B di Homeschooling Kak Seto Pondok Aren

Kelas : VIII (Delapan)

Waktu : Tanggal 08 Januari 2015, jam 09:00 WIB

NO. ASPEK

PENGAMATAN

URAIAN ASPEK

PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN

1.

Situational

Awareness

(Kecerdasan

Situasional)

Siswa menghibur teman yang

sedih √

Menghibur teman yang

sedang berdukacita

Siswa membantu teman yang

sedang kesulitan √ Membantu teman yang

kesulitan belajar

Siswa menyimak lawan

bicara saat berbicara (dengan

orangtua, guru atau teman) √

Mendengarkan orang

lain berbicara dengan

sikap tenang

Siswa tidak menyela

pembicaraan ketika

berkomunikasi secara verbal

(dengan orangtua, guru atau

teman)

Berbicara jika lawan

bicara sudah selesai

2. Presence

(Kemampuan

Membawa Diri)

Siswa mudah bersosialisasi

dengan lingkungan baru √

Siswa mudah mendapatkan

teman

Siswa saling mengingatkan

agar bersikap baik √

Mengingatkan teman

agar jangan berisik

ketika proses belajar

mengajar berlangsung

Page 98: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

3. Authenticity

(Autentisitas)

Siswa memberikan kesan

yang nyaman saat pertama

kali bertemu dengan orang

baru

Siswa memberikan senyuman

ketika bertemu dengan orang

lain √

Siswa memberikan

senyum

Siswa menyapa ketika

bertemu dengan orang yang

di kenal √

Siswa mengucapkan

“hai”

Siswa memberi salam (cium

tangan, anggukan kepala,

dsb) √

Siswa salim tangan

ketika bertemu dengan

tutor atau orang yang

lebih tua dari dirinya

Siswa menggunakan bahasa

yang baik saat berkomunikasi

(dengan guru atau teman) √

Siswa menggunakan

bahasa yang sopan

ketika berbicara

4. Clarity

(Kejelasan)

Siswa berinteraksi

menggunakan bahasa non

verbal √

Berupa senyuman

5. Empathy

(Empati)

Siswa menghormati teman

yang berbeda suku, agama,

ras, budaya dan gender √

Siswa menghargai

apapun yang ada di diri

teman-temannya

Siswa menerima kekurangan

temannya (fisik, materi, dsb) √

Siswa menerima

kekurangan fisiknya

dengan cara menghibur

dan membantu

temannya agar menjadi

be your self

Siswa ikut merasakan

kesedihan orang lain √

Siswa sangat mudah

tersentuh bahkan bisa

sampai menangis

Siswa ikut merasakan

kebahagiaan orang lain √

Ketika temannya

berhasil mendekati

teman lawan jenisnya

Siswa berbagi makanan

kepada teman √

Berbagi snack

Siswa berbagi minuman

kepada teman √

Berbagi softdrink

Siswa membantu guru √

Page 99: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

LEMBAR OBSERVASI

KECERDASAN SOSIAL SISWA

DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN

PETUNJUK PENGISIAN:

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang

ditampilkan oleh siswa.

Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety

Nama Partisipan : B

Lokasi : Ruang Resepsionis Homeschooling Kak Seto Pondok Aren

Kelas : IX (Sembilan)

Waktu : Tanggal 13 Januari 2015, jam 10:30 WIB

NO. ASPEK

PENGAMATAN

URAIAN ASPEK

PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN

1.

Situational

Awareness

(Kecerdasan

Situasional)

Siswa menghibur teman yang

sedih √

Siswa bercanda atau

mengajak ngobrol dan

memberikan solusi

Siswa membantu teman yang

sedang kesulitan √

Meminjamkan uang ke

teman yang sedang

tidak mempunyai uang

Siswa menyimak lawan

bicara saat berbicara (dengan

orangtua, guru atau teman) √

Duduk dan menyimak

tutor sedang

menyampaikan materi

pelajaran

Siswa tidak menyela

pembicaraan ketika

berkomunikasi secara verbal

(dengan orangtua, guru atau

teman)

2. Presence

(Kemampuan

Membawa Diri)

Siswa mudah bersosialisasi

dengan lingkungan baru √ Siswa orang yang supel

Siswa mudah mendapatkan

teman √ Siswa mudah akrab

dengan orang lain

Page 100: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Siswa saling mengingatkan

agar bersikap baik √

Mengingatkan teman

agar jangan buang di

tempatnya

3. Authenticity

(Autentisitas)

Siswa memberikan kesan

yang nyaman saat pertama

kali bertemu dengan orang

baru

√ Siswa menjadi diri

sendiri

Siswa memberikan senyuman

ketika bertemu dengan orang

lain √

Memberikan senyum

dengan ramah

Siswa menyapa ketika

bertemu dengan orang yang

di kenal √

Mengucapkan

Assalamu’alaikum atau

kadang-kadang “Hai,

Kak”

Siswa memberi salam (cium

tangan, anggukan kepala,

dsb) √

Salim tangan

Siswa menggunakan bahasa

yang baik saat berkomunikasi

(dengan guru atau teman) √

Bahasa yang digunakan

sopan

4. Clarity

(Kejelasan)

Siswa berinteraksi

menggunakan bahasa non

verbal

5. Empathy

(Empati)

Siswa menghormati teman

yang berbeda suku, agama,

ras, budaya dan gender √

Biasa aja, karena siswa

berpikir kalau dia

berteman dengan

orangnya bukan

agamanya

Siswa menerima kekurangan

temannya (fisik, materi, dsb) √ Siswa berteman seperti

biasa

Siswa ikut merasakan

kesedihan orang lain √

Saat teman gagal

pendekatan dengan

teman wanitanya

Siswa ikut merasakan

kebahagiaan orang lain √

Ikut senang kalau

temannya berhasil

pendekatan dengan

wanita yang di sukai

Siswa berbagi makanan

kepada teman √

Siswa berbagi minuman

kepada teman √

Siswa membantu guru √

Membawakan alat-alat

untuk belajar, seperti

infocus.

Page 101: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

LEMBAR OBSERVASI

KECERDASAN SOSIAL SISWA

DI HOMESCHOOLING KAK SETO PONDOK AREN

PETUNJUK PENGISIAN:

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan sikap cerdas sosial yang

ditampilkan oleh siswa.

Nama Peneliti : Chentauri Galih Kismarety

Nama Partisipan : N

Lokasi : Ruang Resepsionis Homeschooling Kak Seto Pondok Aren

Kelas : IX (Sembilan)

Waktu : Tanggal 13 Januari 2015, jam 08:30 WIB

NO. ASPEK

PENGAMATAN

URAIAN ASPEK

PENGAMATAN YA TIDAK KETERANGAN

1.

Situational

Awareness

(Kecerdasan

Situasional)

Siswa menghibur teman yang

sedih √

Siswa bercanda atau

mengajak ngobrol

Siswa membantu teman yang

sedang kesulitan √

Memberi solusi

Siswa menyimak lawan

bicara saat berbicara (dengan

orangtua, guru atau teman) √

Diam dan menyimak,

kemudian berbicara

setelahnya

Siswa tidak menyela

pembicaraan ketika

berkomunikasi secara verbal

(dengan orangtua, guru atau

teman)

Mendengarkan tutor

ketika sedang

menjelaskan materi

2. Presence

(Kemampuan

Membawa Diri)

Siswa mudah bersosialisasi

dengan lingkungan baru √

Siswa mudah mendapatkan

teman √

Siswa saling mengingatkan

agar bersikap baik √

Memperingatkan teman

agar tidak berisik saat

pelajaran berlangsung

Page 102: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

3. Authenticity

(Autentisitas)

Siswa memberikan kesan

yang nyaman saat pertama

kali bertemu dengan orang

baru

Menyapa dan bersikap

seakan sudah kenal

lama

Siswa memberikan senyuman

ketika bertemu dengan orang

lain √

Siswa tidak sungkan

memberikan senyuman

ramah dengan pegawai

tutor dan peneliti

Siswa menyapa ketika

bertemu dengan orang yang

di kenal √

Siswa mengucapkan

say hello dengan wajah

ceria

Siswa memberi salam (cium

tangan, anggukan kepala,

dsb) √

Siswa cium tangan

ketika bertemu dengan

tutor

Siswa menggunakan bahasa

yang baik saat berkomunikasi

(dengan guru atau teman) √

Siswa sopan saat

berbicara

4. Clarity

(Kejelasan)

Siswa berinteraksi

menggunakan bahasa non

verbal √

Salim saat bertemu

tutor

5. Empathy

(Empati)

Siswa menghormati teman

yang berbeda suku, agama,

ras, budaya dan gender √

Siswa tidak membeda-

bedakan teman

Siswa menerima kekurangan

temannya (fisik, materi, dsb) √

Siswa berteman seperti

biasa seperti teman

yang lain

Siswa ikut merasakan

kesedihan orang lain √

Ikut bersedih ketika

teman curhat tentang

masalah yang di hadapi

Siswa ikut merasakan

kebahagiaan orang lain √

Siswa merasa senang

ketika membantu

menyelesaikan masalah

temannya

Siswa berbagi makanan

kepada teman √

Siswa berbagi bekal

makanan dari rumah

Siswa berbagi minuman

kepada teman √

Siswa berbagi soft drink

Siswa membantu guru √ Membawakan infocus

atau kabel colokan

Page 103: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 104: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 105: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 106: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 107: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 108: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 109: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 110: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 111: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 112: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 113: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 114: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 115: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 116: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 117: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 118: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA GURU

Partisipan : FZ

Jenis Kelamat : Laki-laki

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 15 Januari 2015

Waktu : 14:00 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Pak.

Partisipan : Wa’alaikumsalam. Panggil aja kakak, seperti yang lain.

Pewawancara : Oh, maaf sebelumnya saya tidak tau.

Partisipan : Iya tidak apa-apa (tersenyum). Ada apa ya kak?

Pewawancara : Perkenalkan kak, saya Chentauri mahasiswi dari UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menemui kakak karena

ingin melakukan wawancara dengan kakak.

Partisipan : Wawancara tentang apa ya?

Pewawancara : Begini kak, saya datang kemari karena sedang melakukan

penelitian skripsi di HSKS.

Partisipan : Penelitian tentang apa?

Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS.

Partisipan : Ooohh (manggut-manggut kepala).

Pewawancara : Kalau kakak bersedia aku wawancara, kakak harus isi

surat persetujuan dulu (memperlihatkan surat).

Partisipan : Surat untuk apa?

Pewawancara : Surat ini berisi kalau kakak bersedia menjadi informan

saya dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan data

pribadi kakak selama menjadi informan penelitian.

Partisipan : Oh begitu. Ini di isi nama lengkap atau panggilan aja?

Pewawancara : Di isi dengan nama lengkap kak.

Partisipan : Sudah (memberikan surat persetujuan).

Page 119: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Terima kasih sudah bersedia menjadi informan saya kak

(tersenyum).

Partisipan : Iya sama-sama (tersenyum). Sekarang wawancaranya?

Pewawancara : Engga kak. Nanti kita janjian lagi untuk wawancaranya.

Hari ini saya ingin nanya-nanya tentang profil kakak dan

rekomendasi siswa untuk bisa saya ajak wawancara seperti

kakak dan sekaligus menjadi partisipan saya.

Partisipan : Oh gitu.

Pewawancara : Kapan aku bisa ketemu kakak lagi untuk wawancara?

Partisipan : Besok aja juga engga kenapa-kenapa.

Pewawancara : Besok jam berapa kak?

Partisipan : Sehabis anak-anak pulang sekolah aja, jam 14.00 WIB. Oh

ya kakak butuh berapa siswa untuk di wawancara?

Pewawancara : Minimal 2 (dua) orang kak, terserah cewek atau cowok.

Partisipan : Nanti saya carikan dulu ya kak. Saya tidak bisa kasih

sekarang nama-nama anaknya yang mau kakak

wawancara, paling saya whatsapp aja nama-namanya.

Kakak tinggal kasih nomer aja nanti saya hubungi kakak.

Pewawancara : Iya kak engga apa-apa. Terima kasih.

Partisipan : Kakak minta siswa kelas berapa?

Pewawancara : Kelas 7 (tujuh) kak sesuai dengan kakak sebagai wali

kelas hehe (tersenyum).

Partisipan : Oh iya (tersenyum).

Pewawancara : Sekarang aku mau nanya-nanya tentang profil kakak

boleh?

Partisipan : Iya boleh, silahkan.

Pewawancara : Nama lengkap kakak siapa?

Partisipan : Fxxxxxxxx.

Pewawancara : Di HS biasa di panggil apa kak? (tersenyum)

Partisipan : Biasa di panggil kak Oxx (tersenyum).

Pewawancara : Tempat tanggal lahir kakak di mana?

Page 120: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Di Jakarta.

Pewawancara : Tanggal berapa?

Partisipan : 23 Maret 1989.

Pewawancara : Tempat tinggal kakak dimana?

Partisipan : Aku tinggal di Lxxxx Bxxxx.

Pewawancara : Kakak lulusan dari universitas mana?

Partisipan : UIN Jakarta.

Pewawancara : Kakak UIN Jakarta juga?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Waktu itu ngambil jurusan apa?

Partisipan : Jurusan MIPA Fisika.

Pewawancara : Bukan dari fakultas tarbiyah kak?

Partisipan : Bukan hehe (tersenyum).

Pewawancara : Oh iya iya (menganggukkan kepala). Kakak udah berapa

lama mengajar di sini?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir sambil bersandar di kursi) jadi tutor di

sini sejak tahun 2013, kurang lebih 1 tahun setengah.

Tanggal 10 Januari 2013.

Pewawancara : Kakak wali kelas atau tutor mata pelajaran?

Partisipan : Saya wali kelas tapi untuk kelas 8 (delapan).

Pewawancara : Kalau disini semua tutor mengajar kelas 8 (delapan)

sampai kelas 9 (sembilan)?

Partisipan : Eeehhhmmm (bergumam) iya. Jadi tutor itu ngajar semua

kelas dari kelas 8 (delapan) sampai kelas 9 (sembilan). Itu

tinggal di tuker-tuker aja gitu jadwalnya.

Pewawancara : Kakak di sini mengajar mata pelajaran apa?

Partisipasi : Saya mengajar mata pelajaran IPA, saya di fisika, soalnya

kan IPA Biologi nanti ada lagi.

Pewawancara : Oh begitu kak. Oh iya kak, cara kakak mengajar

bagaimana?

Page 121: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Saya buat kontrak belajar kak. Perjanjiannya jika ada

siswa yang tidak mendengarkan pelajaran akan diberikan

peringatan dan jika sudah di beri peringatan sampai tiga

kali tapi tidak ada perubahan dari siswa barulah siswa di

kasih pilihan mau tetap di dalam kelas atau mau di luar.

Pewawancara : Dengan adanya kontrak belajar seperti itu diharapkan

siswa mudah diatur ya kak?

Partisipan : Mengharapkannya sih seperti itu, tapi biasanya anak-anak

akan bisa diatur kalo sudah ada kontrak belajar seperti itu.

Pewawancara : Kalo di kelas, ketika kakak sedang mengajar pernah buat

kelompok-kelompok engga?

Partisipan : Iya pernah. Satu kelas kan maksimal 10 orang. Nah saya

buat jadi 3 kelompok, ada yang 3 orang, ada yang 4 orang.

Biasanya saya kasih per sub bab dan nanti dipresentasikan

ke depan.

Pewawancara : Menurut kakak, kecerdasan sosial itu apa?

Partisipan : Kecerdasan sosial? Definisi kecerdasan sosial nih?

Pewawancara : Iya. Definisi menurut kakak bagaimana?

Partisipan : Kecerdasan sosial menurut saya nih yaa, kemampuan

seseorang atau seorang anak untuk bisa membaca keadaan

sekitar. Jadi dia bisa merasakan apa yang orang lain

rasakan. Artinya ketika ada orang lain merasa kesedihan,

dia ikut merasakan kesedihan. Terus ketika ada kegiatan di

sekolah dia itu ikut berpartisipasi, berarti sosialnya bagus

kan. Ya seperti itu lah kira-kira (tersenyum).

Pewawancara : Terima kasih kak atas waktu dan ketersediaan kakak untuk

saya wawancarai. Hari Jum’at tanggal 16 saya menemui

kakak lagi untuk melakukan wawancara selanjutnya.

Partisipan : Iya, sama-sama. Iya kak sampai ketemu hari Jum’at.

Pewawancara : Saya pamit pulang dulu kak, assalamu’alaikum.

Partisipan : Wa’alaikumsalam.

Page 122: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA GURU

Partisipan : MF

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 09 Januari 2015

Waktu : 12:05 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Bu.

Partisipan : Wa’alaikumsalam.

Pewawancara : Maaf sebelumnya, aku enaknya manggil Ibu atau apa ya?

Partisipan : Kakak atau Ibu juga boleh. Biasanya di sini kita manggil

satu sama lain dengan sebutan kakak adik, agar seperti

keluarga (sambil tersenyum).

Pewawancara : Kalau begitu saya panggil kakak saja engga apa-apa kan?

(tersenyum)

Partisipan : Iya (tersenyum). Ada apa ya kamu menemui saya?

Pewawancara : Perkenalkan kak, saya Chentauri mahasiswi dari UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, saya menemui kakak

berdasarkan informasi dari humas HSKS.

Partisipan : Ada apa memangnya?

Pewawancara : Begini kak, saya menemui kakak untuk melakukan

wawancara.

Partisipan : Wawancara? Untuk apa?

Pewawancara : Iya wawancara dengan kakak. Aku sedang melakukan

penelitian skripsi kak.

Partisipan : Oh penelitian. Penelitian tentang apa?

Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa HSKS khususnya jenjang

SMP kak.

Page 123: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Ooohh (menganggukkan kepala). Lalu wawancaranya hari

ini?

Pewawancara : Engga kak. Hari ini saya bertanya-tanya tentang profil

kakak dulu dan meminta rekomendasi siswa yang nantinya

akan saya wawancarai juga seperti kakak ini.

Partisipan : Oke, boleh-boleh.

Pewawancara : Sebelumnya, kakak harus isi surat persetujuan menjadi

partisipan dulu kak (sambil menunjukkan surat

persetujuan).

Partisipan : Surat persetujuan? (Mengambil surat persetujuan)

Pewawancara : Iya kak.

Partisipan : Surat untuk apa? Isi namanya nama lengkap?

Pewawancara : Surat persetujuan ini berisi kalau kakak bersedia menjadi

informan aku dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan

data pribadi kakak selama menjadi informan penelitian

aku. Iya kak tulis nama sesuai dengan identitas.

Partisipan : Ini sudah (sambil mengembalikan surat persetujuan).

Pewawancara : Terima kasih ya kakak. Oh ya aku langsung nanya profil

kakak boleh?

Partisipan : Iya, silahkan.

Pewawancara : Nama lengkap kakak siapa?

Partisipan : Mxxxx Fxxxxxxxxx.

Pewawancara : Kalau di HS biasa di panggil apa kak? (tersenyum)

Partisipan : Biasa di panggil kak Mxxxx (tersenyum).

Pewawancara : Tempat tanggal lahir kakak di mana?

Partisipan : Di Jakarta.

Pewawancara : Tanggal berapa?

Partisipan : 21 Oktober 1989.

Pewawancara : Tempat tinggal kakak dimana?

Partisipan : Aku tinggal di Cxxxxxx.

Pewawancara : Kakak lulusan dari mana?

Page 124: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : UIN.

Pewawancara : UIN Jakarta?

Partisipan : Iya (tersenyum).

Pewawancara : Lulusan dari jurusan apa kak?

Partisipan : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Pewawancara : Satu almamater nih kita kak hehehe (tersenyum).

Partisipan : Iya hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Kakak udah berapa lama jadi tutor di sini?

Partisipan : Eeeehhhmm (berpikir)...saya mengajar disini kira-kira 2

tahun lebih. 2 tahun lebih dari bulan April. Berarti udah

ada 2 tahunan lah. Aku jadi tutor semenjak tanggal 16

April 2012.

Pewawancara : Kakak wali kelas atau tutor mata pelajaran?

Partisipan : Wali kelas dan tutor juga.

Pewawancara : Wali kelas kelas berapa kak?

Partisipan` : Kelas 9 (sembilan).

Pewawancara : Di HS jadi tutor apa kak?

Partisipan : Kalau di sini, eehhmm (berpikir) hampir semua tutor kalo

untuk SMP sendiri itu mengajar semua tingkatan. Kayak

misalnya eehhmm (berpikir) kayak saya mengajar Bahasa

Indonesia. Saya lulusan Bahasa Indonesia, mengajar

Bahasa Indonesia di kelas VII, VIII dan IX, gitu

(tersenyum).

Pewawancara : Oh begitu kak, berarti sama kayak kak Axxx?

Partisipan : Iya (menangguk), tapi nantinya di rolling. Satu minggu itu

kita masuk hanya tiga kali, Selasa, Kamis dan Jum’at

untuk kelas SMP, dan sedangkan pembelajarannya sendiri

itu hanya hari Selasa dan hari Kamis. Kalo hari Jum’at itu

kita ada kegiatan namanya Friday class, nah itu beragam.

Ada kegiatan kecerdasan emotional, visual, kinestetik,

agama, dan lain-lain jadi di rolling di hari Jum’at itu. Kita

Page 125: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

sudah punya programnya semua. Sedangkan untuk

pembelajarannya sendiri satu hari itu satu, itu di hari

Selasa dan Kamis misalnya dari jam 09:00 WIB sampai

jam 12:00 WIB, jadi intensif pembelajaran paling sekitar

dua jam gitu, nah itu hanya satu pelajaran. Nah Kita

rolling dalam satu bulan.

Pewawancara : Oh begitu kak.

Partisipan : Iya kak. Oh iya, kamu butuh rekomendasi siswa berapa?

Dari kelas berapa aja?

Pewawancara : Kelas 9 (sembilan) aja kak, sesuai dengan kakak sebagai

wali kelasnya, karena kan aku tidak tau pribadi para siswa

di sini bagaimana jadi aku meminta rekomendasi siswa

sama kakak supaya mendapatkan siswa yang bisa aku ajak

untuk wawancara sekaligus menjadi partisipan pada

penelitian aku.

Partisipan : Oh begitu. Begini ya kak, aku engga bisa kasih tau anak-

anaknya siapa aja yang bisa langsung kakak wawancara

karena aku nanya anaknya terlebih dahulu, biar enak di

kakaknya juga. Bagaimana kak?

Pewawancara : Oh iya kak engga apa-apa seperti itu juga, terima kasih

banyak malah aku nya hehe (tersenyum).

Partisipan : Iya sama-sama (tersenyum). Nanti aku kabarin lewat SMS

atau whatsapp aja gimana? Ntar kakak kasih nomer kamu

aja ke aku.

Pewawancara : Iya kak nanti aku kasih nomer aku ke kakak.

Partisipan : Oke.

Pewawancara : Kakak ada yang deket banget engga sama siswa?

Partisipan : Kalo deket banget sama siswa itu hampir ke beberapa

siswa memang deket karena kalau kita mengajar di sini,

itu bukan hanya bagaimana Anda mengajar eeehhmm

(berpikir sambil melirik ke atas) transfer ilmu ke anak

Page 126: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

didik juga, tapi cara kita adalah pendekatan dulu kepada

anak muridnya. Kalo misalkan kita tidak bisa dekat

dengan anak muridnya, kita engga bisa begitu mendalami

anak ini seperti apa dan tidak bisa untuk mengajarkan

yang benar-benar di pahami anak (tersenyum). Poin utama

adalah bagaimana cara deketin anaknya dulu gitu.

Pewawancara : Cara mengajar kakak di kelas bagaimana? Apa kakak suka

membuat kelompok-kelompok belajar agar siswa satu

sama lain dapat berinteraksi?

Partisipan : Eehhmm (berpikir) dalam beberapa materi sih iya

tergantung materinya kak. Kita kadang-kadang diskusi,

bikin kelompok kecil atau kelompok besar, nah kita sering

sih seperti itu, tergantung materinya juga. Kadang-kadang

kelompok seperti itu kan kita bisa melihat mana anak-anak

yang menonjol dalam hasil diskusi dalam satu kelompok

itu dan bagaimana anak-anak mengembangkan pola

pikirnya dari situ kan, dan kita bisa lihat interaksi siswa

dengan teman-temannya bagaimana. Kalo satu-satu kan

kadang malu ya untuk mengeluarkan pendapat, kalo

misalkan dibuat kelompok kan kita kasih tema diskusi atau

kita kasih problem, nah mereka menyelesaikan

masalahnya itu sendiri sampe akhirnya ada satu orang

yang dipilih misalnya untuk mengemukakan pendapatnya.

Nah di situ yang kita nilai bukan hanya sekedar apa

pendapatnya tapi kita juga bisa liat nih jalan pikirannya

kemana, karakter anaknya seperti apa, nah itu bisa kebaca

semua sih dari kelompok diskusi itu.

Pewawancara : Wawancara hari ini sampai di sini dulu kak. Terima kasih

sudah bersedia aku wawancarai dan sudah bersedia

meluangkan waktunya (tersenyum).

Partisipan : Iya, sama-sama. Kembali kasih (tersenyum).

Page 127: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Untuk wawancara selanjutnya kapan aku bisa ketemu

kakak lagi?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir)…hari Senin aja gimana?

Pewawancara : Iya kak, aku terserah kakak aja bisanya kapan. Ngikutin

jadwal kakak aja.

Partisipan : Setelah selesai ngajar aja, sekitar jam 14.00 WIB.

Pewawancara : Oke kak. Aku pamit pulang ya kak.

Partisipan : Iya, hati-hati di jalan.

Pewawancara : Iya kak, terima kasih. Assalamu’alaikum (tersenyum).

Partisipan : Wa’alaikumsalam (tersenyum).

Page 128: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA GURU

Partisipan : AR

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 06 Januari 2015

Waktu : 12:00 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Pak.

Partisipan : Wa’alaikumsalam.

Pewawancara : Maaf sebelumnya, aku enaknya manggil Bapak atau apa?

Partisipan : Kakak aja juga engga apa-apa (sambil tersenyum).

Pewawancara : Oh oke kak (tersenyum).

Partisipan : Ada apa ya kakak mau ketemu sama saya?

Pewawancara : Perkenalkan saya Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, saya menemui kakak berdasarkan

informasi dari humas HSKS.

Partisipan : Oh iya, lalu ada apa ya?

Pewawancara : Begini kak, saya menemui kakak untuk melakukan

wawancara dengan kakak.

Partisipan : Wawancara apa ya?

Pewawancara : Wawancara tentang kecerdasan sosial siswa HSKS

khususnya jenjang SMP kak.

Partisipan : Untuk keperluan apa?

Pewawancara : Saya sedang melakukan penelitian untuk skripsi saya, kak.

Partisipan : Oh iya (manggut-manggut kepala). Wawancara sekarang?

Pewawancara : Oh engga kak. Hari ini saya cuma bertanya-tanya tentang

profil kakak dan meminta rekomendasi siswa yang

nantinya akan saya wawancarai juga seperti kakak ini.

Page 129: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Oh kirain sekarang. Butuh berapa siswa yang akan

diwawancarai? Karena saya harus bertanya ke siswa

terlebih dahulu, apakah mereka ada waktu atau tidak.

Soalnya ya kak siswa di sini tidak hanya bersekolah di HS

tetapi mereka juga memiliki kegiatan lain di luar HS.

Pewawancara : Oh begitu ya kak. Kalau begitu saya menyesuaikan kakak

aja nanti ada berapa siswa yang bersedia untuk di

wawancara hehe (tersenyum).

Partisipan : Oke baik (sambil tersenyum).

Pewawancara : Sebelum itu, kakak harus mengisi surat persetujuan

menjadi partisipan dulu kak (sambil menunjukkan surat

persetujuan).

Partisipan : Pake surat persetujuan?

Pewawancara : Iya kak.

Partisipan : Suratnya untuk apa? Di isi nama lengkap?

Pewawancara : Surat persetujuan ini berisi kalau kakak bersedia menjadi

informan aku dan fungsi dari surat ini untuk merahasiakan

data pribadi kakak selama menjadi informan penelitian

aku. Iya kak, nama di isi sesuai dengan identitas ya.

Partisipan : Ini sudah (sambil mengembalikan surat persetujuan).

Pewawancara : Terima kasih kak. Oh ya, sekarang aku tanya-tanya

tentang profil kakak boleh?

Partisipan : Boleh. Tanya apa?

Pewawancara : Nama lengkap kakak siapa?

Partisipan : Axxx Rxxxxxx.

Pewawancara : Biasa di panggil siapa kak kalo di HS (tersenyum)?

Partisipan : Biasa di panggil kak Axxx (tersenyum).

Pewawancara : Tempat tanggal lahir kakak?

Partisipan : Di Jakarta.

Pewawancara : Tanggal berapa?

Partisipan : 18 Desember 1988.

Page 130: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Tempat tinggal kakak dimana?

Partisipan : Saya tinggal di Bxxxxx.

Pewawancara : Kakak lulusan dari mana?

Partisipan : Saya masih melanjutkan studi di UIN Jakarta.

Pewawancara : Oh kakak masih studi di UIN (tersenyum).

Partisipan : Iya, kak (tersenyum).

Pewawancara : Ngambil jurusan apa kak?

Partisipan : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Pewawancara : Satu gedung sama saya berarti kak, tapi beda lantai.

Partisipan : Iya (tersenyum).

Pewawancara : Kakak udah berapa lama jadi tutor di sini?

Partisipan : Kurang lebih 1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan. Saya jadi tutor

dari tanggal 13 September 2013.

Pewawancara : Kakak wali kelas atau tutor mata pelajaran?

Partisipan : Wali kelas dan tutor juga kak.

Pewawancara : Wali kelas kelas berapa kak?

Partisipan` : Kelas 8 (delapan).

Pewawancara : Jadi tutor apa di sini?

Partisipan : Bahasa Indonesia.

Pewawancara : Oh begitu kak, berarti sama kayak kak Mxxxx berarti?

Partisipan : Iya (menangguk).

Pewawancara : Kalau cara kakak ngajar di kelas gimana sih supaya tiap

siswa sosialisasi di kelasnya bagus?

Partisipan : Eeehhhmm (berpikir, mengangkat tangan ke atas meja)

kadang aku gini kak, bikinnya...eeehhhmmm (bergumam)

kursi leter U atau engga kita bikin saling berhadap-

hadapan gitu. Nih aku di tengah (mempraktekkan dengan

kedua tangan) atau kadang aku muter, jadi semua saling

berhadapan. Semua tuh saling melihat gitu, baik temen ke

temen, temen ke kita, kita ke temen, jadi semuanya aktif

interaktif, jadi engga ada yang diem.

Page 131: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kakak cara mengajarnya lebih ke student center dong ya?

Partisipan : Iya, student center kak. Ada begini...(mengepalkan jari

tangan) berita, kalo yang kita tau kan kemaren kan kaya

lagi booming Air Asia gitu kan. Aku tanya kan...eehhmm

(bergumam) “Temen-temen aku bisa dong minta dari

temen-temen” gitu kan...(mencontohkan ketika meminta

respon dari pernyataan yang disampaikan ke siswa sambil

duduk). “Temen-temen...eehhmm (bergumam) ada yang

ini ga, tau...hhhmmm (bergumam lagi) berita Air Asia?”

(mencontohkan ketika bertanya kepada murid). “Ooohh

tau kok....gini gini gin” (mencontohkan jawaban siswa

ketika menjawab). “Kamu liatnya dimana sih?”, “TV kak”

(jawab siswa kata si tutor). Ada juga liat di internet, “oohh

liat di internet juga?”. Jadi eeehhhmmm (bergumam

sambil menata posisi duduknya) mulai jadi siswanya

mengeluarkan idenya juga atau pengetahuannya dianya

juga yang menyangkut materi. “Kamu tau engga apa sih

itu berita?” (mencontohkan ketika bertanya ke siswa),

“Engga tau Kak” (mencontohkan ketika siswa menjawab),

“Ya udah kamu coba sekarang browsing atau cari buku di

ruangan yang ada materi beritanya. Jadi aku tuh kalo

ngajarnya jarang pake power point, jadi lebih siswa yang

gerak, siswa yang aktif gitu.

Partisipan : Oh ya, tadi kakak minta rekomendasi siswa kelas berapa?

Pewawancara : Kelas 8 (delapan) aja kak sesuai dengan wali kelas yang

saya wawancara. Biasanya kan wali kelas lebih ngerti

dengan keadaan siswa didikannya kak hehe (tertawa).

Partisipan : Iya kak hehe (tertawa). Ya udah nanti saya hubungi

melalui SMS aja gimana?

Page 132: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Iya kak engga apa-apa. Kak, berhubung hari ini sampai di

sini saja, selanjutnya kapan saya bisa bertemu kakak lagi

untuk melakukan wawancara selanjutnya?

Partisipan : Kapan ya? (berpikir)

Pewawancara : Saya mengikuti jadwal kakak aja, terserah kakak bisa

diwawancarai kapan.

Partisipan : Eeehhmm (berpikir)...besok saja kita wawancaranya kak,

tapi sore engga apa-apa? Karena saya ada sesuatu yang

harus dikerjain dulu.

Pewawancara : Oke engga apa-apa kak. Jam berapa saya bisa ketemunya

ya kak?

Partisipan : Jam 15:00 WIB aja kak.

Pewawancara : Iya kak, jam 15:00 WIB. Kak, terima kasih atas waktunya

hari ini dan sampai ketemu besok untuk wawancara

selanjutnya.

Partisipan : Iya kak, sama-sama.

Pewawancara : Assalamu’alaikum kak (tersenyum).

Partisipan : Wa’alaikumsalam (tersenyum).

Page 133: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA

Partisipan : K

Jenis Kelamat : Laki-laki

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 20 Januari 2015

Waktu : 10:30 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum perkenalkan aku Chentauri mahasiswi

dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sambil mengajak

bersalaman).

Partisipan : Iya (mengangguk sambil tersenyum). Ada apa kak?

Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi

kakak.

Partisipan : Wawancara untuk skripsi? Tentang apa emangnya kak?

Pewawancara : Iya. Kakak sedang melakukan penelitian untuk skripsi.

Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kamu

mau engga kakak wawancara?

Partisipan : Oh gitu, boleh deh aku bersedia di wawancara. Kapan

mulai wawancaranya?

Pewawancara : Berhubung sebentar lagi jam istirahat udah mau habis, kita

janjian untuk ketemu lagi buat wawancara berikutnya ya?

Besok lusa bisa?

Partisipan : Besok lusa itu hari apa ya? (berpikir)

Pewawancara : Hari Kamis.

Partisipan : Oh iya bisa, bisa. (sambil menganggukkan kepala)

Pewawancara : Oke deh wawancara selanjutnya kita ketemu hari Kamis

ya.

Partisipan : Iya kak. Jam berapa wawancaranya?

Pewawancara : Jam istirahat aja.

Page 134: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Oke, kak. Nanti wawancara di ruang konsultasi aja kak.

Pewawancara : Oke, kalo begitu. Oya, berhubung kamu bersedia untuk

diwawancarai, ini isi dulu surat persetujuannya.

Partisipan : Pake surat persetujuan? Surat persetujuan apa?

Pewawancara : Iya pake surat persetujuan. Surat persetujuannya berisi

tentang kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi

surat ini untuk merahasiakan data pribadi kamu selama

kamu menjadi informan penelitian kakak.

Partisipan : Oh begitu. Mana suratnya?

Pewawancara : Ini (menyerahkan kertas persetujuan). Silahkan di isi ya.

Partisipan : Tulis nama apa? Nama lengkap atau panggilan? Ada tanda

tangan juga?

Pewawancara : Isi dengan nama lengkap kamu ya dek. Iya ada tanda

tangannya, jangan lupa di isi juga ya.

Partisipan : Nomor induknya engga tau nih kak, gimana?

Pewawancara : Tapi disini siswanya punya nomor induk siswa kan?

Partisipan : Engga tau deh kak.

Pewawancara : Ya sudah sementara di kosongin aja dulu. Nanti kamu bisa

hubungi kakak kembali kalau udah tau nomornya.

Partisipan : Oke, ini udah. (mengembalikan surat perjanjian yang

sudah di isi)

Pewawancara : Sekarang kakak mau tanya-tanya tentang profil kamu dulu

boleh?

Partisipan : Boleh kak.

Pewawancara : Nama panjang kamu siapa?

Partisipan : KMAM.

Pewawancara : Kamu kelas berapa?

Partisipan : Kelas 7 (tujuh) B.

Pewawancara : Kamu lahir dimana dan tanggal berapa?

Partisipan : Lahir di Jakarta, 7 April 2002.

Pewawancara : Kamu tinggal dimana?

Page 135: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Di daerah deket Lippo Karawaci.

Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?

Partisipan : Dua bersaudara.

Pewawancara : Kamu kakaknya atau adeknya?

Partisipan : Adeknya.

Pewawancara : Kakak kamu cowok atau cewek?

Partisipan : Cewek.

Pewawancara : Kakak kamu kelas berapa?

Partisipan : Eeeehhmm (berpikir, melihat ke atas)...kuliah semester 6

(enam).

Pewawancara : Waaahh jauh juga ya jarak umurnya.

Partisipan : Iya (mengangguk).

Pewawancara : Kamu ke homeschooling di anter atau berangkat sendiri?

Partisipan : Di anter.

Pewawancara : Di anter siapa?

Partisipan : Supir.

Pewawancara : Supir kamu nungguin sampe pulang sekolah?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir sambil memainkan handphone) iya

di tungguin.

Pewawancara : Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?

Partisipan : Ekstrakulikuler? Eeeehhmmm (berpikir) ada kayanya.

Pewawancara : Kamu ikut ekstrakulikuler apa?

Partisipan : Fotografi.

Pewawancara : Di luar homeschooling ikut kegiatan lain engga?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir, melihat ke sebelah kanan) kalo

kegiatan lain di luar homeschooling itu aku les gitar sama

les Bahasa Inggris.

Pewawancara : Kamu les dirumah atau datang ke tempat les?

Partisipan : Dateng ke tempat les.

Page 136: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Engga kok udah cukup wawancara hari ini. Terima kasih

ya atas waktunya, kita ketemu lagi hari Kamis untuk

wawancara selanjutnya.

Partisipan : Oke, kak. Sama-sama.

Page 137: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA

Partisipan : T

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 20 Januari 2015

Waktu : 12:00 WIB

Pewawancara : Hai perkenalkan aku Chentauri mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (sambil bersalaman). Kalau boleh tau

nama kamu siapa?

Partisipan : Hai kak (bersalaman). Nama aku T. Ada apa ya kak?

Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi

kakak.

Partisipan : Penelitian tentang apa kak?

Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kamu

bersedia untuk di wawancarai engga?

Partisipan : Ooohh.. ya udah deh kak, aku mau (tersenyum). Susah

engga kak pertanyaannya? Hehehe (tertawa)

Pewawancara : Engga kok. Ini kan bukan lagi ujian lisan sama tutor hehehe

(tertawa). Kalau kamu bersedia untuk di wawancara, isi

dulu ya surat persetujuanya (sambil menyerahkan surat

persetujuan).

Partisipan : Pake surat persetujuan juga kak?

Pewawancara : Iya. Surat persetujuan ini berisi kalau kamu bersedia

menjadi informan kakak dan fungsi dari surat ini untuk

merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi

informan penelitian kakak.

Partisipan : Ini di isi semua? Nama yang di tulis, nama panggilan

sehari-hari atau nama lengkap kak?

Page 138: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Iya di isi semua ya dek. Tulis nama lengkap kamu ya dan

jangan lupa isi nomor induk siswanya dan di tanda tangani.

Partisipan : Yah, aku gatau nomor induknya.

Pewawancara : Ya sudah dikosongkan dulu, nanti kalo kamu sudah tau

nomor induknya bisa hubungi kakak lagi ya.

Partisipan : Oke, kakak. Nih udah selesai (menyerahkan kembali surat

perjanjian).

Pewawancara : Terima kasih ya.

Partisipan : Iya, kak. Kapan mulai wawancaranya? Hari ini?

Pewawancara : Kayaknya engga hari ini, waktunya engga cukup. Kalau

besok lusa bisa kita wawancara?

Partisipan : Oh iya bisa kak. Jam berapa wawancaranya?

Pewawancara : Setelah kamu pulang sekolah aja gimana? Kamu bisa atau

engga? Soalnya di hari yang sama kakak ada wawancara

dengan siswa yang lain pas jam istirahat sekolah.

Partisipan : Oh kakak ada wawancara sama yang lain? Oke kak setelah

pulang sekolah juga engga apa-apa, aku bisa.

Pewawancara : Iya kakak ada wawancara sama yang lain. Oke deh hari

Kamis setelah pulang sekolah kita ketemu lagi untuk

wawancara selanjutnya ya?

Partisipan : Oke, kak. Mau wawancara di mana kak?

Pewawancara : Terserah kamu maunya di mana.

Partisipan : Di kantin aja gimana kak?

Pewawancara : Oke, kakak terserah kamu aja.

Partisipan : Sip kak. Kita wawancara di kantin aja. Terus sekarang ada

lagi yang bisa aku bantu kak?

Pewawancara : Iya nih ada, hehe (tersenyum). Sekarang kakak mau nanya-

nanya tentang profil kamu dulu boleh?

Partisipan : Boleh kak (tersenyum).

Pewawancara : Nama lengkap kamu siapa?

Partisipan : Nama lengkap aku TZ.

Page 139: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kamu kelas berapa?

Partisipan : Aku kelas 7 (tujuh), SMP kelas 1 (satu).

Pewawancara : Kelas 7 (tujuh) A.

Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?

Partisipan : Aku lahir di Jakarta tanggal 28 Juni 2001.

Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?

Partisipan : Tunggal. Satu-satunya (tersenyum).

Pewawancara : Oh anak tunggal. Kamu tinggal di mana?

Partisipan : Aku tinggal di apartemen daerah Tx Sxxxxxxxx. Tapi aku

juga ada rumah di daerah Pxxxxxxx.

Pewawancara : Kamu ke homeschooling di anter atau berangkat sendiri?

Partisipan : Di anter.

Pewawancara : Di anter sama siapa?

Partisipan : Sama supir ditungguin.

Pewawancara : Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?

Partisipan : Eeeehhmmm (berpikir sambil mengibas rambut) setau aku

sih nanti katanya sih ada cuman karena belom pasti

ditetapinnya kapan gitu, tapi katanya sih nanti ada.

Pewawancara : Kamu ikut kegiatan lain selain homeschooling?

Partisipan : Iya ikut.

Pewawancara : Ikut kegiatan apa?

Partisipan : Les bahasa Inggris. Baru itu aja sih, kemungkinan mau les

dancing juga.

Pewawancara : Kamu suka dancing?

Partisipan : He’eehmm...iya (mengangguk sambil tersenyum).

Pewawancara : Sepertinya waktu istirahat udah mau abis, kamu harus

masuk ke kelas. Wawancara hari ini kita akhiri saja sampai

di sini.

Partisipan : Engga apa-apa kok kak, kalo masih ada yang mau ditanyain

dilanjutin aja wawancaranya (tersenyum).

Page 140: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Engga kok, pertanyaan untuk hari ini udah semuanya

ditanyain. Terima kasih ya sudah meluangkan waktunya.

Hari kamis setelah kamu pulang sekolah kita ketemu di

kantin ya?

Partisipan : Oke, kak. Iya sama-sama hehe (tersenyum).

Page 141: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA

Partisipan : H

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 08 Januari 2015

Waktu : 09:40 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum, hai perkenalkan aku Chentauri

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sambil

bersalaman).

Partisipan : Wa’alaikumsalam, hai juga kakak (bersalaman). Kenapa ya

kak?

Pewawancara : Kakak di sini lagi penelitian untuk skripsi. Nah kamu mau

engga kakak wawancarai?

Partisipan : Wawancara aku kak? Emang tentang apa?

Pewawancara : Iya mau wawancara kamu hehe (tersenyum). Skripsi kakak

tentang kecerdasan sosial siswa SMP di Homeschooling

Kak Seto. Gimana kamu mau engga diwawancarai?

Partisipan : Ditanya apa aja nih kak? Hehehe (tersenyum)

Pewawancara : Engga ditanya macem-macem kok, tenang aja hehe

(tertawa). Kalo kamu bersedia nanti ada surat perjanjiannya,

fungsinya untuk merahasiakan data pribadi kamu, jadi

hanya kakak saja yang tau tentang data pribadi kamu.

Partisipan : Oh gitu kak, oke deh aku bersedia diwawancarai.

Pewawancara : Oke kalau kamu bersedia, silahkan isi surat perjanjian dulu

ya, ini (menyerahkan surat perjanjian).

Partisipan : Ini tulis nama lengkap kak?

Pewawancara : Iya di tulis nama lengkap kamu sesuai dengan identitas

sebenarnya ya.

Page 142: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Iya kak. Nih udah selesai di isi (tersenyum).

Pewawancara : Terima kasih (senyum).

Partisipan : Iya sama-sama (tersenyum). Wawancaranya sekarang kak?

Pewawancara : Engga sekarang. Hari ini kakak cuma mau nanya profil

kamu dulu boleh kan?

Partisipan : Boleh kak. Terus kita ada wawancara lagi nanti?

Pewawancara : Iya. Kamu bisa diwawancarai minggu depan?

Partisipan : Hari apa kak?

Pewawancara : Hari Selasa tanggal 13 Januari. Bisa engga?

Partisipan : Bentar ya kak, kayanya engga bisa deh. Hari Kamisnya aja

gimana?

Pewawancara : Oh, oke terserah kamu bisanya kapan.

Partisipan : Hari Kamis aja ya kak kita wawancaranya. Wawancaranya

di mana kak?

Pewawancara : Di kelas aja gimana? Soalnya kakak dapet izin dari wali

kelas kamu untuk mewawancarai kamu pas jam istirahat.

Partisipan : Oh, oke kak. Bisa…bisa (manggut-manggut kepala).

Pewawancara : Sekarang kakak wawancara tentang profil kamu dulu ya?

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Nama lengkap kamu siapa?

Partisipan : Nama aku HRR (tersenyum).

Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?

Partisipan : Aku lahir di Jakarta, 12 April 2001.

Pewawancara : Kamu kelas berapa?

Partisipan : Kelas 8 (delapan).

Pewawancara : Kamu tinggal di mana?

Partisipan : Di Pxxx Bxxxxx.

Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?

Partisipan : 2 (dua) bersaudara.

Pewawancara : Kamu kakaknya atau adiknya?

Partisipan : Aku kakaknya (tersenyum).

Page 143: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Adik kamu cewek atau cowok?

Partisipan : Adik aku cewek kak, dia kelas 6 (enam) SD.

Pewawancara : Kamu ke homeschooling dianter atau berangkat sendiri?

Partisipan : Dianter.

Pewawancara : Dianter sama siapa?

Partisipan : Sama supir.

Pewawancara : Supir kamu nungguin sampe pulang sekolah?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?

Partisipan : Ada kak tapi belum ada yang jalan, yang baru jalan apa gitu

aku lupa hehehe (tertawa).

Pewawancara : Di luar homeschooling ikut kegiatan lain engga?

Partisipan : Engga sih kak, palingan les aja kak.

Pewawancara : Les apa kalo aku boleh tau?

Partisipan : Les bimbel kak, kayak tambahan gitu.

Pewawancara : Oke deh. Terima kasih ya atas waktunya. Kita ketemu lagi

hari Kamis untuk wawancara selanjutnya ya.

Partisipan : Iya kak, sama-sama.

Page 144: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA

Partisipan : A

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 08 Januari 2015

Waktu : 10:35 WIB

Pewawancara : Hai aku Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta (mengajak bersalaman dengan partisipan).

Partisipan : Hai juga kak (bersalaman). Ada apa kak?

Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi

kakak.

Partisipan : Boleh kak boleh. Tentang apa kak?

Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kalo kamu

mau di wawancara, nanti isi dulu surat persetujuannya.

Partisipan : Hah? Ada surat persetujuannya juga kak? Emang buat apa?

Pewawancara : Iya ada. Fungsi dari surat persetujuannya ini menjamin

kerahasiaan data pribadi kamu selama menjadi partisipan

kakak.

Partisipan : Oh begitu. Oke kak kapan kita mau wawancara? Sekarang

juga?

Pewawancara : Kalau sekarang waktunya engga cukup, abis istirahat kamu

masih ada pelajaran kan? Bagaimana kalau kita wawancara

minggu depan? Kamu bisa engga?

Partisipan : Iya kak aku masih ada pelajaran abis ini. Ya udah kak

minggu depan aja. Tapi hari apa kak?

Pewawancara : Hari Kamis aja gimana? Sekalian kakak ada wawancara

juga sama teman kamu.

Partisipan : Oke kak, aku bisa hari Kamis. Jam berapa kak?

Page 145: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Setelah pulang sekolah aja gimana? Jam istirahat kakak

udah janjian wawancara sama teman kamu, kalo di satuin

nanti waktunya engga cukup, kan kalian masih ada

pelajaran setelah istirahat.

Partisipan : Oh iya kak, engga apa-apa aku bisa.

Pewawancara : Oh ya sekarang kakak mau nanya profil kamu dulu boleh?

Partisipan : Boleh kak (tersenyum).

Pewawancara : Nama kamu siapa?

Partisipan : Lengkap? Atau panggilan?

Pewawancara : Nama panggilan kamu emang siapa?

Partisipan : Axxx.

Pewawancara : Kalau nama lengkapnya?

Partisipan : ARA

Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?

Partisipan : Jakarta tanggal 4 Maret 2001.

Pewawancara : Kamu kelas berapa?

Partisipan : Aku kelas 8 (delapan).

Pewawancara : Rumah kamu di mana?

Partisipan : Rumahnya di Rxxxx Dxxxx.

Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?

Partisipan : 2 (dua) bersaudara.

Pewawancara : Kamu anak yang keberapa?

Partisipan : Anak terakhir, aku anak kedua kak.

Pewawancara : Kakak kamu cewek atau cowok?

Partisipan : Kakak aku cowok dan sudah kuliah.

Pewawancara : Jauh ya jaraknya sama kamu hehehe (tersenyum).

Partisipan : Iya kak hehe (tertawa).

Pewawancara : Kamu berangkat ke homeschooling di anter atau berangkat

sendiri?

Partisipan : Di anter kak.

Pewawancara : Di anter sama siapa?

Page 146: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Ke HSKS di anter supir atau mama.

Pewawancara : Supir atau mama kamu nungguin kamu sampe pulang

sekolah?

Partisipan : Engga di tungguin kak.

Pewawancara : Terus nanti kamu pulangnya bagaimana kalau tidak di

tungguin?

Partisipan : Tinggal nelfon nanti kalau udah waktunya pulang.

Pewawancara : Di HSKS ada kegiatan seperti ekstrakulikuler engga?

Partisipan : Engga ada kayaknya kak.

Pewawancara : Kamu ikut kegitan lain selain homeschooling?

Partisipan : Aku les aja sih kak.

Pewawancara : Kamu les apa kalo kakak boleh tau?

Partisipan : Aku les musik kak.

Pewawancara : Kamu suka musik ya?

Partisipan : Iya kak dan pengen jadi musisi juga sih hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Semoga cita-cita kamu tercapai yaaa (tersenyum).

Partisipan : Amiiinn. Makasih kak.

Pewawancara : Untuk hari ini sampai disini dulu ya wawancaranya, kasian

kamu mau istirahat kan? Kamis depan kita ketemu untuk

wawancara selanjutnya.

Partisipan : Ga apa-apa kak, santai aja hehe (tersenyum). Oke kak.

Pewawancara : Terima kasih ya atas waktunya hari ini.

Partisipan : Oke kak, kembali kasih.

Page 147: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA

Partisipan : N

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 13 Januari 2015

Waktu : 10:35 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, aku

Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(sambil mengajak bersalaman).

Partisipan : Wa’laikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh kak

(bersalaman sambil tersenyum). Ada apa ini kak?

Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi

kakak.

Partisipan : Wawancara tentang apa kak?

Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kamu mau

engga kakak wawancara?

Partisipan : Iya kak mau.

Pewawancara : Kalo kamu bersedia kakak wawancara, ini isi dulu surat

persetujuannya (menyerahkan lembar persetujuan).

Partisipan : Surat persetujuan ini untuk apa kak?

Pewawancara : Surat persetujuan ini untuk bukti bahwa kamu bersedia

menjadi informan kakak dan fungsi dari surat ini untuk

merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi

informan penelitian kakak.

Partisipan : Aku isi dulu ya. Ini isi nama lengkap atau panggilan?

Pewawancara : Nama lengkap ya dek, sesuai sama identitas kamu. Nomor

induk siswanya dan tanda tangan jangan lupa di isi juga ya.

Page 148: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Iya kak. Nih udah selesai (mengembalikan surat persetujuan

partisipan). Wawancara sekarang kak?

Pewawancara : Terima kasih ya. Engga dek, kalau sekarang langsung

wawancara sepertinya waktunya engga cukup.

Partisipan : Terus kapan wawancaranya kak?

Pewawancara : Kamu bisanya kapan?

Partisipan : Hari sekolah aja sih kak.

Pewawancara : Minggu ini bisa? Hari Jum’at setelah kamu pulang sekolah

bisa engga?

Partisipan : InsyaAllah bisa kak.

Pewawancara : Oke, sekarang kakak mau nanya-nanya tentang profil kamu

dulu boleh?

Partisipan : Boleh kak.

Pewawancara : Nama lengkap kamu siapa?

Partisipan : NAQ.

Pewawancara : Kamu lahir dimana dan tanggal berapa?

Partisipan : Tempat tanggal lahir aku di Depok, 23 Februari 2001.

Pewawancara : Kamu tinggal dimana?

Partisipan : Di Cxxxxxx. Komplek Bxxxx Nxxx Ixxxx.

Pewawancara : Lumayan jauh ya kesini? Hehehe (tertawa)

Partisipan : Yaaaaaaaa (berpikir, melihat ke kiri) lumayan (tersenyum).

Tapi kan lewat belakang.

Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?

Partisipan : Bertiga.

Pewawancara : Kamu anak yang pertama?

Partisipan : Pertama (mengangguk).

Pewawancara : Adeknya kelas berapa?

Partisipan : Yang anak kedua kelas 5 (lima), yang ketiga kelas 2 (dua).

Pewawancara : Kamu kelas berapa?

Partisipan : Aku kelas 9 (Sembilan).

Pewawancara : Sebentar lagi mau ujian dong ya.

Page 149: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Iya hehe (tersenyum).

Pewawancara : Untuk hari ini sampai disini dulu ya dek wawancaranya.

Hari Jum’at kita ketemu lagi untuk wawancara selanjutnya

ya.

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Terima kasih atas waktunya dek.

Partisipasi : Iya kak sama-sama.

Page 150: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA

Partisipan : B

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 12 Februari 2015

Waktu : 11.30 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, aku

Chentauri mahasiswi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(sambil mengajak bersalaman).

Partisipan : Wa’laikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh, kak

(bersalaman sambil tersenyum). Ada apa kak?

Pewawancara : Begini, kakak sedang melakukan penelitian untuk skripsi

dan ingin mewawancarai kamu. Kamu bersedia untuk kakak

wawancara?

Partisipan : Wawancara kak? Duh jadi gimana gitu mau di wawancara

hahaha (tertawa).

Pewawancara : Iya kamu mau engga di wawancara?

Partisipan : Wawancara tentang apa kak?

Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswa SMP di HSKS. Kalo kamu

mau nanti isi dulu surat persetujuan.

Partisipan : Surat persetujuan apa kak? Hehehe (tertawa).

Pewawancara : Surat persetujuan kalo kamu bersedia menjadi informan

kakak dan fungsi surat itu untuk merahasiakan data pribadi

kamu selama kamu menjadi informan penelitian kakak.

Partisipan : Oooh gitu. Iya kak aku mau diwawancarai. Mana suratnya

kak?

Pewawancara : Ini dek, tolong di isi semua ya.

Partisipan : Boleh pinjem pulpen kak? Hehe (tertawa)

Page 151: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Boleh, ini (menyerahkan pulpen).

Partisipan : Ini di tulis nama lengkap atau panggilan?

Pewawancara : Nama lengkap, sesuai sama identitas kamu ya.

Partisipan : Iya kak. Ini nomor identitas apa Kak? NIS homeschooling

kan?

Pewawancara : Iya NIS homeschooling.

Partisipan : Eh, ada tanda tangannya juga? Duuh jadi malu saya kak

pake tanda tangan segala haha (tertawa).

Pewawancara : Iya dong pake tanda tangan juga hehe (tertawa).

Partisipan : Ini kak udah selesai (menyerahkan kembali surat

persetujuan). Wawancaranya sekarang kak?

Pewawancara : Engga sekarang dek, sekarang kamu masih jam pelajaran

kan? Tadi aku ijin ke tutor kamu cuma mau wawancara

sebentar aja. Jadi hari ini aku mau nanya-nanya profil kamu

dulu boleh?

Partisipan : Boleh kak. Wawancara selanjutnya kapan kak?

Pewawancara : Minggu depan aja gimana? Jadwal kamu sekolah aja, hari

Jum’at bisa?

Partisipan : Bisa. Jam berapa wawancaranya?

Pewawancara : Jam istirahat aja gimana?

Partisipan : Siap kak.

Pewawancara : Sekarang kaka mau nanya-nanya profil kamu ya?

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Nama lengkap kamu siapa?

Partisipan : BRA

Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?

Partisipan : Aku lahir di Tangerang 20 Desember 2000.

Pewawancara : Di homeschooling ini ada ekstrakulikuler engga?

Partisipan : Ekstrakulikulernya sih baru ada tahun ini kak.

Pewawanacara : Kamu ikut ekstrakulikuler apa?

Partisipan : Aku masuknya futsal.

Page 152: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Di luar HSKS ikut kegiatan lain engga?

Partisipan : Eeehhmmmm (berpikir, pandangan ke depan) sempet ikut

bola tapi lagi break aja karena udah mau UN.

Pewawancara : Latihan bolanya di mana?

Partisipan : Di Sxxxxxx, di Rxxxxxxx Mxxx.

Pewawancara : Kamu ke HSKS di anter atau berangkat sendiri?

Partisipan : Berangkat sendiri naik motor.

Pewawancara : Memang rumah kamu engga jauh dari sini?

Partisipan : Engga. Aku rumahnya di Gxxxx Rxxx.

Pewawancara : Masih di daerah-daerah Bxxxxxx?

Partisipan : Iya, masih di daerah Bxxxxxx.

Pewawancara : Kamu kelas berapa?

Partisipan : Aku kelas 9 (sembilan) A.

Pewawancara : Oke, sampai disini dulu ya wawancara kita hari ini. Kita

ketemu lagi hari Jum’at depan untuk wawancara selanjutnya

ya dek.

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Terima kasih atas waktunya hari ini dek.

Partisipan : Iya kak sama-sama. Assalamu’alaikum (salim tangan).

Pewawancara : Wa’laikumsalam.

Page 153: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA

Partisipan : I

Jenis Kelamat : Perempuan

Tempat : Melalui Telepon

Tanggal : 17 Desember 2015

Waktu : 13:00 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum perkenalkan aku Chentauri mahasiswi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin melakukan

wawancara dengan kamu.

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Kemaren aku di kasih nomer telepon kamu sama Hxxx,

dia bilang langsung hubungi kamu aja kalau mau

wawancara. Sebelumnya Hxxx udah kasih tau kamu kan

kalau aku mau melakukan wawancara sama kamu?

Partisipan : Iya, kak. Hxxx nge-line aku beberapa hari yang lalu.

Emang wawancara apa sih kak?

Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian skripsi.

Kamu dipilih untuk di wawancara karena merupakan

teman terdekat dari partisipan kakak, yaitu sahabatnya

Hxxxxxx.

Partisipan : Oh iya kak, iya. Wawancaranya tentang apa emang kak?

Pewawancara : Tentang kecerdasan sosialnya si Hxxx di sekolah yang

dulu. Kamu satu sekolah sama Hxxx kan?

Partisipan : Iya satu sekolah.

Pewawancara : Kalau begitu, mau engga aku wawancara?

Partisipan : Oh gitu, mau deh. Eeehhmmm (bergumam) sekarang kak

wawancaranya? Eeehhmmm (bergumam lagi) maaf ya kak

kalo sekarang aku engga bisa.

Page 154: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Oh, engga apa-apa kok kalo kamu engga bisa hari ini.

Kamu bisanya kapan?

Partisipan : Eehhmmm (berpikir) weekend aja kak.

Pewawancara : Besok bisa?

Partisipan : Iya bisa. Terus kita wawancaranya gimana?

Pewawancara : Oke deh wawancara selanjutnya kita ketemu hari Sabtu

ya. Eeehhmmm (bergumam)…enaknya kita ketemuan aja

gimana?

Partisipan : Ketemuan dimana? Eh, gini kak, besok aku sama Hxxx

kebetulan mau janjian ketemuan. Kalo sekalian

wawancara aja gimana?

Pewawancara : Mmmhhmmm enaknya kamu aja gimana, asal jangan

jauh-jauh karena aku dari Bekasi, hehehe (tertawa)

Partisipan : Hahaha (tertawa) jauh kak dari Bekasi.

Pewawancara : Iya.

Partisipan : Besok kita janjian makan di KFC, kak.

Pewawancara : KFC mana?

Partisipan : Itu loh KFC yang di belokan itu kak, masih di Bintaro

kok. Gimana kak?

Pewawancara : Aaah...iya aku tau. Ya udah engga apa-apa disana.

Partisipan : Wawancaranya pas makan siang aja ya?

Pewawancara : Iya boleh. Kisaran jam 12:00 WIB ya?

Partisipan : Jam 13:00 WIB lewatan aja kak.

Pewawancara : Oke, kalo begitu. Oh ya, partisipan yang bersedia di

wawancara nanti ada surat persetujuannya. Nah berhubung

kita hari ini belum ketemu, besok sebelum wawancara

kamu isi suratnya dulu ya.

Partisipan : Surat persetujuan? Surat persetujuan apa?

Pewawancara : Iya pake surat persetujuan. Surat persetujuannya berisi

tentang kamu bersedia menjadi informan kakak dan fungsi

Page 155: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

surat ini untuk merahasiakan data pribadi kamu selama

kamu menjadi informan penelitian kakak.

Partisipan : Oh…

Pewawancara : Sekarang kakak mau tanya-tanya tentang profil kamu dulu

boleh?

Partisipan : Boleh.

Pewawancara : Nama panjang kamu siapa?

Partisipan : Ixxxxx.

Pewawancara : Kamu kelas berapa?

Partisipan : Kelas 9 (Sembilan).

Pewawancara : Kamu sekolah dimana?

Partisipan : SMP Pxxxxxxxxxx Jxxx.

Pewawancara : Kamu lahir dimana dan tanggal berapa?

Partisipan : Aku lahir di Malang, 14 April 2001.

Pewawancara : Kamu tinggal dimana?

Partisipan : Di Bxxxxx Jxxx Sxxxxx 3A.

Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?

Partisipan : Empat bersaudara.

Pewawancara : Kamu anak yang ke berapa?

Partisipan : Keempat.

Pewawancara : Pertanyaan untuk hari ini cukup samapai di sini aja.

Terima kasih ya Ixxxxx sudah meluangkan waktunya.

Partisipan : Iya, kak. Sama-sama.

Pewawancara : Sampai ketemu besok.

Partisipan : Iya. Oh iya kak, besok kabarin ya kalo kakak udah sampe.

Pewawancara : Iya nanti aku kabarin. Aku whatsapp ke kamu atau Hxxx

ya?

Partisipan : Ke aku juga boleh, ke Hxxx juga bisa kak.

Pewawancara : Ya udah kakak tutup ya teleponnya. Assalamu’alaikum.

Partisipan : Wa’alaikum salam.

Page 156: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA PEMBUKA SISWA

Partisipan : Y

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat : Melalui Telepon

Tanggal : 26 Desember 2015

Waktu : 12:00 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum perkenalkan aku Chentauri mahasiswi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ingin melakukan

wawancara dengan kamu.

Partisipan : Wa’alaikumsalam. Ada apa?

Pewawancara : Kakak mau mewawancarai kamu untuk penelitian kakak.

Partisipan : Penelitian skripsi ya kak?

Pewawancara : Iya.

Partisipan : Tentang apa?

Pewawancara : Kakak mau nanya tentang kecerdasan sosialnya si Axxx di

sekolah yang terdahulu.

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Kamu bersedia untuk di wawancarai?

Partisipan : Nanya kecerdasan sosialnya gimana kak?

Pewawancara : Begini, kamu dipilih untuk aku wawancara karena kamu

merupakan teman terdekat dari Axxx. Axxx menjadi

informan kakak di dalam penelitian skripsi ini. Kamu kan

teman terdekatnya ketika di sekolah yang dulu pastinya

kamu lebih tau keseharian Axxx ketika sekolah di sekolah

yang dulu bagaimana. Maka dari itu kakak mau nanya-

nanya tentang sosialnya Axxx sewaktu di sekolah yang

lama bagaimana.

Partisipan : Oh iya.

Page 157: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Bagaimana, kamu bersedia untuk aku wawancara?

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Kalau kamu bersedia untuk di wawancara, ada surat

persetujuan yang harus kamu isi terlebih dahulu. Tapi

berhubung kita saat ini engga bertatap muka, nanti lembaran

ini harus di isi ketika kita ketemu untuk melakukan

wawancara selanjutnya.

Partisipan : Pake surat persetujuan kak?

Pewawancara : Iya. Surat persetujuan ini berisi kalau kamu bersedia

menjadi informan kakak dan fungsi dari surat ini untuk

merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi

informan penelitian kakak.

Partisipan : Oh iya, tadi kakak bilang ada wawancara selanjutnya.

Emang ada berapa kali wawancara?

Pewawancara : Ada dua, yaitu wawancara pembuka dan inti. Nah yang

sekarang kita lakukan ini namanya wawancara pembuka.

Partisipan : Kalo wawancara inti, kita ngapain kak?

Pewawancara : Nanti pada saat wawancara inti, isi pertanyaannya sesuai

dengan maksud dan tujuan dari penelitian skripsi kakak.

Kalau yang hari ini kita lakukan, kakak cuma nanya-nanya

tentang profil kamu.

Partisipan : Iya. Terus wawancara intinya kapan kak? Sekarang juga?

Pewawancara : Engga sekarang, nanti kita atur waktu lagi. Kamu bisanya

hari apa?

Partisipan : Besok juga bisa, tapi jangan pagi-pagi ya kak takutnya aku

belom bangun, hehehe (tertawa).

Pewawancara : Hehehe (tertawa)…iya engga pagi-pagi kok. Kamu bisanya

jam berapa?

Partisipan : Siang aja, jam 12-an kak.

Pewawancara : Oke. By the way, kita ketemuan dimana?

Partisipan : Cafe Daebak aja gimana kak?

Page 158: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Oke deh.

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Sekarang kakak mau nanya-nanya tentang profil kamu dulu

boleh?

Partisipan : Boleh.

Pewawancara : Kamu kelas berapa?

Partisipan : Aku kelas 10, sama kayak Axxx.

Pewawancara : Kamu lahir di mana dan tanggal berapa?

Partisipan : Jakarta, 13 April 2000.

Pewawancara : Kamu tinggal dimana?

Partisipan : Komplek Bxx Jalan Raya Sxxxxxxx Blok A No.1x

Pewawancara : Daerah Dxxxx ya?

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Kamu berapa bersaudara?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir)…sendirian.

Pewawancara : Oh anak tunggal.

Partisipan : Iya, anak tunggal.

Pewawancara : Sekarang kamu sekolah dimana?

Partisipan : Di SMA Negeri 1 Dxxxx.

Pewawancara : Eehhhmmm (bergumam)…wawancara hari ini sampai di

sini dulu ya. Besok kita ketemu lagi untuk melakukan

wawancara selanjutnya.

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Terima kasih atas waktunya ya Yxxxxxx.

Partisipan : Iya, sama-sama kak.

Pewawancara : Assalamu’alaikum…

Partisipan : Wa’alaikumsalam.

Page 159: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI GURU

Partisipan : FZ

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 16 Januari 2015

Waktu : 12:05 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum kak, apa kabar? (sambil bersalaman)

Partisipan : (Bersalaman) Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah

baik. Kakak apa kabar?

Pewawancara : Alhamdulillah baik juga.

Partisipan : Sudah terima nama-nama siswa yang akan di

wawancarai kan?

Pewawancara : Iya kak sudah.

Partisipan : Saya sudah bicara ke anaknya tadi, dia bersedia untuk di

wawancara.

Pewawancara : Oh iya kak terima kasih (tersenyum). Saya bisa bertemu

mereka kapan ya kak?

Partisipan : Untuk kapan kakak bisa wawancara dengan mereka,

nanti kakak dengan siswa saja yang menentukan harinya

karena disesuaikan dengan waktu senggangnya mereka.

Pewawancara : Oke deh kak. Tapi kak, sebelum saya mewawancarai

siswanya, saya ingin melakukan observasi terlebih

dahulu dengan mereka.

Partisipan : Oh begitu.

Pewawancara : Bagaimana kak, saya bisa observasi siswanya dulu?

Partisipan : Observasinya gimana?

Pewawancara : Jadi begini kak, saya mengamati siswa dengan melihat

unsur-unsur dari kecerdasan sosial yang sudah tertera di

lembar observasi saya. Apakah siswa rekomendasi kakak

Page 160: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

sesuai dengan kriteria yang ada di unsur kecerdasan

sosial atau tidak.

Partisipan : Pelaksanaan observasinya di mana?

Pewawancara : Terserah di mana kak. Di kelas juga bisa.

Partisipan : Ya udah nanti dikondisikan lagi kak.

Pewawancara : Iya kak. Oh ya, kakak dekat sekali dengan siswa yang

jadi rekomendasi kakak ini?

Partisipan : Deket…deket.

Pewawancara : Mereka kalau di kelas seperti apa?

Partisipan : Di sini kan karakteristik anak beda-beda nih kak (melihat

ke arah pewawancara). Ada yang aktif, ada yang

pendiem, ada yang hyperactive, ada yang pasif. Kalo

Axx termasuk orang yang di kategorikan aktif dan

hyperactive, begitu juga dengan Txxx. Keduanya sama-

sama aktif.

Pewawancara : Kenapa bisa di bilang seperti itu kak?

Partisipan : Eeehhhmmm (bergumam)...basicnya itu mereka dari

sekolah bukan sekolah sini ya, si Axx SD-nya bukan di

sini, masuk SMP di sini, karena memang eehhmm

(berpikir, mengerutkan dahi) dia itu milih sekolah yang

tidak terlalu formal, artinya dengan karakter itu ya dia itu

karakternya dia itu banyak omong kak, jadi sulit

mengkondisikan si Axx ini untuk bisa diam di kelas,

untuk mendengarkan. Eeehhmm (bergumam) jadi kita

agak tegas sedikit. Sedangkan Txxx, mungkin karena dia

perempuan jadi bisa diatur ketika berada di dalam kelas,

tapi aktif ketika pembelajaran berlangsung.

Pewawancara : Cara kakak supaya si Axx mau mengikuti pelajaran yang

diajarkan oleh kakak di kelas bagaimana?

Partisipan : Yang pertama kita buat aturan Kak. Jadi kontrak belajar.

Lalu kalau dia sudah melenceng sedikit kita ingatkan,

Page 161: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

biasanya satu kali saya ingatkan, dua kali saya kasih

teguran, tiga kali dia pilih mau tetap di dalam kelas atau

mau di luar. Nah kalo udah kaya gitu anak-anak akan

bisa diatur. Ini berlaku untuk semua siswa saya sih kak

(tersenyum).

Pewawancara : Kontrak belajarnya di buat ketika di awal pertemuan?

Partisipan : Iya, di awal.

Pewawancara : Sikap mereka ketika berada di homeschooling bagaimana

Kak?

Partisipan : Mereka baik sama tutor, sama siswa atau pun eeehhhmm

(bergumam) orang di sekitar homeschooling dia cukup

sopan kak dan Axx, dia sangat antusias sekali ketika ada

kegiatan yang dia terlibat di dalam kegiatan itu.

Pewawancara : Misalnya seperti apa?

Partisipan : Misalnya dia ikut, kita kan punya namanya program

project class. Terus dia ambil kelas media. Kenapa dia

milih kelas media? Karena dia senang sekali fotografi

dan menulis berita. Jadi dia pilih kesitu. Nah kan

kemaren itu kita bikin acara baksos, kalo engga salah dia

aktif sekali gitu di situ. Record-nya si Axx ini untuk

kegiatan dan eeehhmmm (berpikir, melihat ke arah

kanan) hubungan antarsiswa memang bagus.

Pewawancara : Bagaimana interaksi mereka ketika di kelas?

Partisipan : Kalo Axx...kalo Axx ini interaksi di kelas ini dia itu

orangnya humoris ya. Jadi selain banyak berbicara, dia

juga sifatnya ceria jadi teman-teman yang lain juga aktif

karena dia seperti itu. Dia itu orangnya gampang emosi.

Misalnya eehhmmm (berpikir) dia punya satu konsep,

tugas, ataupun pekerjaan yang harusnya konsepnya yang

dia inginkan itu harus sama gitu dengan apa yang dia

pikirkan. Dia dia engga dengan mudah menerima

Page 162: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

perubahan yang terjadi di lapangan. Nah kalo Txxx, dia

ini agak lebih tenang dibandingkan dengan Axx ketika di

kelas. Dia tetep main dan ngobrol dengan teman-

temannya tapi tidak sesering Axx ketika belajar dia

berbicara kesana kemari hahaha (tertawa).

Pewawancara : Oh begitu ya kak, sepertinya Axx agak susah diatur ya

kak haha (tertawa).

Partisipan : Ya seperti itu kak, tapi anaknya baik (tersenyum). Pernah

waktu itu kita ada projek di kelas. Teman- teman dia

yang kemaren rasakan itu ketika ada projek produksi,

konsumsi dan distribusi. Itu materi IPS kalo engga salah.

Nah kita ada prakteknya tuh.

Pewawancara : Prakteknya seperti apa?

Partisipan : Waktu itu kita bikin produk, nah si Axx dan

kelompoknya ini bikin suatu produk makanan namanya

Pizza Mie, mie yang dari pizza, eehhmm (bergumam)

pizza yang dari mie maksudnya. Dia bikin konsep dari

Axx, eh ketika di lapangan engga sesuai sama konsep

yang dari dia. Nah dari situ dia agak emosi juga, temen-

temen yang lain juga ikutan kesel gitu kan. Hal seperti

itu mungkin karena mereka sedang letih.

Pewawancara : Berlangsung lama engga kak marah-marahnya?

Partisipan : Engga sih biasanya. Ketika udah dibicarakan dengan

baik-baik, ya udah baikan lagi (tersenyum).

Pewawancara : Sikap mereka kalau ketemu sama lakak di luar kelas

bagaimana?

Partisipan : Eeehhhhmm (bergumam) kalo ketemu saya di luar

sikapnya baik sih. Emang anaknya baik, setiap ketemu

saya say hello dan lagi-lagi pasti nanya masalah kamera

dan hunting-hunting engga jelas gitu (tersenyum) kalo si

Axx. Kebetulan saya juga suka foto-foto (tersenyum).

Page 163: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Mereka suka cium tangan kalau ketemu Kakak?

Partisipan : Axx biasanya cuma “Halo, Kak Oxx”, “Ya, Axx” terus

salaman, sedangkan Txxx sama juga seperti Axx tetapi

kadang Txxx bersalaman dengan saya. Udah seperti itu

aja.

Pewawancara : Kalo pada saat belajar sikap mereka bagaimana?

Partisipan : Sikapnya di kelas, nah kalau Axx ini karakteristiknya dia

itu gampang banget terganggu. Dengan apa, kadang

dengan eehhmm (berpikir melihat ke atas) pemikirannya

dia yang di bawa dari rumah gitu kan. Terus dengan

keadaan di sekolah yang temen-temennya perintah ini

terus dia nyambungnya ke pembicaraan itu gitu kan.

Banyak faktor, apalagi dengan sikap dia yang banyak

berbicara justru sangat mudah terpancing dan lebih

cenderung kurang fokus. Jadi ketika dia fokus, dia akan

tenang. Kalau si Txxx, dia ketika belajar fokus

mendengarkan, apabila jika ada yang engga dia mengerti

dia langsung bertanya.

Pewawancara : Dengan sikap Axx yang seperti itu mengganggu

akademiknya engga kak?

Partisipan : Eeeehhmm (begumam) sejauh ini engga.

Pewawancara : Berarti anaknya masih baik ya kak?

Partisipan : Iya. Itulah bagusnya si Axx, karena basic-nya dia Axx itu

dari sekolah Islamic, jadi rasa hormat ke orang lain itu

memang ada. Karena di sini kan karakternya beda-beda.

Pewawancara : Mereka pernah memberi sanggahan ketika diskusi engga

kak?

Partisipan : Jarang sih jarang. Kalo menyanggah jarang, palingan

cuma si Axx nyeletuk (tersenyum).

Pewawancara : Kayak gimana nyeletuknya kak?

Partisipan : Sambil bercanda sih. Nyeletuknya di luar topik pelajaran.

Page 164: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Mereka ketika berbicara dengan tutor bagaimana?

Partisipan : Pada dasarnya mereka anak yang baik dan sopan ya kak

jadi mereka bicaranya normal aja, biasa aja. Engga

terlalu formal juga, engga terlalu melunjak juga.

Pewawancara : Menurut kakak, kecerdasan sosial itu apa?

Partisipan : Kecerdasan sosial? Definisi kecerdasan sosial nih?

Pewawancara : Iya. Definisi menurut kakak bagaimana?

Partisipan : Kecerdasan sosial menurut saya nih yaa, kemampuan

seseorang atau seorang anak untuk bisa membaca

keadaan sekitar. Jadi dia bisa merasakan apa yang orang

lain rasakan. Artinya ketika ada orang lain merasa

kesedihan, dia ikut merasakan kesedihan. Terus ketika

ada kegiatan di sekolah dia itu ikut berpartisipasi, berarti

sosialnya bagus kan. Ya seperti itu lah kira-kira

(tersenyum).

Pewawancara : Terima kasih ya kak atas waktu dan ketersediaan kakak

untuk saya wawancara hari ini (tersenyum).

Partisipan : Iya, sama-sama kak (tersenyum).

Pewawancara : Assalamu’alaikum.

Partisipan : Wa’alaikumsalam.

Page 165: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI GURU

Partisipan : AR

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 07 Januari 2015

Waktu : 15:14 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum, apa kabar kak? (sambil bersalaman)

Partisipan : (Bersalaman) Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah

baik. Gini kak, tadi pagi udah saya bilangin ke anak-anak

yang akan di wawancara, mereka bersedia untuk di

wawancara. Nanti untuk kapan harinya kakak janjian

langsung aja sama anaknya.

Pewawancara : Oh iya kak, baik. Tapi gini kak, sebelum aku wawancara

dengan mereka, aku mau observasi siswanya terlebih

dahulu.

Partisipan : Observasi apa tuh kak?

Pewawancara : Observasi untuk mengamati siswa dengan melihat unsur-

unsur dari kecerdasan sosial yang sudah tertera di lembar

observasi kak. Apakah siswa sesuai dengan kriteria yang

ada di unsur kecerdasan sosial atau tidak, kak.

Partisipan : Oh begitu. Kebetulan kak besok saya yang mengajar di

kelas mereka, nanti kakak memakai kelas saya untuk

observasi mereka.

Pewawancara : Boleh minta nama siswa tersebut kak?

Partisipan : Eeeehhmm (bergumam) boleh. Namanya Hxxxxxx dan

Axxxx (tersenyum).

Pewawancara : Si Hxxxxxx tingkah laku ketika berada di homeschooling

seperti apa?

Partisipan : Sopan, baik, eehhmmm (bergumam) kooperatif.

Page 166: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kalau Axxx tingkah lakunya dia gimana kak?

Partisipan : Sama saja dengan Hxxxxxx, dia orangnya sopan dan

baik juga sih anaknya.

Pewawancara : Untuk interaksi mereka selaku kakak sebagai tutornya

gimana?

Partisipan : Interaktif, sopan sih kak. Eehhmm (bergumam sambil

kepala di anggukan dan tersenyum).

Pewawancara : Sopannya itu yang sopan banget atau yang...?

(pertanyaan terpotong karena partisipan langsung

menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan)

Partisipan : Sopan banget. Sopan banget, mereka agak pemalu sih

sebenarnya.

Pewawancara : Ooohh pemalu.

Partisipan : Iya (mengangguk).

Pewawancara : Awal masuk ada perkenalan perindividu engga kak?

Partisipan : Ada sih (menganggukkan kepala dan tersenyum).

Pewawancara : Terus cara interaksi si mereka dengan orang-orang di

sekitar homeschooling, kakak pernah liat engga?

Partisipan : Belum ya. Tapi orangnya tuh mudah bergaul kok,

meskipun dia itu awalnya pemalu tapi kalo udah kenal

enak kok.

Pewawancara : Kalo di kelas, mereka bagaimana? (suasana lokasi

wawancara berisik karena berdekatan dengan siswa yang

sedang mengobrol ketika jam istirahat)

Partisipan : Gimana? (partisipan menanyakan kembali pertanyaan

yang ditanyakan oleh pewawancara karena disebabkan

kondisi lingkungan wawancara yang kurang kondusif)

Pewawancara : Ketika di kelas, mereka ini gimana saat proses

pembelajaran berlangsung?

Partisipan : Diem, diem. Dia ehhmm (bergumam) jarang bicara,

lebih memperhatikan. Nah, mereka berdua kalau

Page 167: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

menurutnya, dia belum ngerti ya dia mau nanya kalo

memang dia belum ngerti.

Pewawancara : Itu diemnya karena dia?

Partisipan : Memperhatikan...memperhatikan pelajaran. Kalo dia

memang hari itu engga ngerti, dia nanya “Kak, maaf mau

nanya dong” (mengangkat tangan kanan, mencontohkan

cara Hxxxxxx ketika bertanya). Ya pokoknya gitu enak

anaknya sumpah (tersenyum).

Pewawancara : Kalo interaksi mereka sama temennya di kelas gimana

kak?

Partisipan : Eehhmm (bergumam) interaksi sama temennya pada saat

itu yaa biasa aja sih, sewajarnya.

Pewawancara : Serius, bercanda atau gimana gitu kak?

Partisipan : Bercanda (berpikir, mata melirik keatas) tetep bercanda,

cuma gak sering.

Pewawancara : Oohh pemalu. Tapi dia termasuk anak yang engga

bermasalah kan kak?

Partisipan : Engga sih engga.

Pewawancara : Kan kalo Bahasa Indonesia itu kan seringnya eehhmm

(bergumam) engga sering juga sih ya kak hehe

(tersenyum) kalo misalkan lagi ngebahas apa dan

kemudian ada simulasinya. Kakak suka bikin kaya gitu

engga di kelas?

Partisipan : Pernah. Misalkan kaya bikin cerpen atau engga bikin

puisi kita keluar kelas dan kadang bikin drama, roleplay.

Pewawancara : Kalo drama tadi, apa Kak maaf?

Partisipan : Kalo drama...kita roleplay, ituuuu bermain peran.

Pewawancara : Oohh (mengangguk).

Partisipan : Kalo misalkan dari kita, kita...eehhmm (berpikir) bareng-

bareng cari majalah ke luar, mencari gunting ke ruangan

tutor.

Page 168: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Cari majalah atau koran untuk cari berita ya Kak?

Partisipan : Ho’oh (mengangguk).

Pewawancara : Kakak di kelas pernah bikin kelompok-kelompok kecil

engga pada saat pembelajaran? Terus mereka seperti apa

ketika bersama dengan teman kelompok?

Partisipan : Iya pernah (mengangguk). Kooperatif tuh kak (merubah

posisi duduk menjadi tegak) tergantung...kalo lagi

eehhmm (berpikir, mata melirik ke atas) temennya ada

kesulitan mereka bantuin. Jadi tuh gini, kalo orangnya

asik mereka orangnya juga asik juga. Saling apa ya

namanya (berpikir, mata melirik ke kiri bawah) yaaa

pokoknya orangnya asik aja deh. Baik kelompok atau

individu dia orangnya tuh asik.

Pewawancara : Kalo ketemu kakak diluar kelas, cara menyapa mereka

ke kakak gimana?

Partisipan : Diem aja (tersenyum)...diem.

Pewawancara : Engga pernah “say hello” atau apa gitu kak?

Partisipan : Engga, engga, jarang sekali. Kan biasanya kan kalo

murid kan kadang-kadang “hai kak”, salim atau apa, nah

mereka jarang sekali melakukan itu. Dia diem, paling

juga senyum. Malu mungkin (tersenyum).

Pewawancara : Tapi nilai akademik mereka bagaimana?

Partisipan : Bagus (berbicara dengan suara pelan, kemudian

menanggukkan kepala).

Pewawancara : Mereka kalau di kelas gimana?

Partisipan : Tenang sih kak, mendengarkan. Anaknya asik. Nah

apalagi Hxxxxxx. Dia kalo lagi belajar tuh asik. Kalo

lagi di luar pendiem.

Pewawancara : Biasanya kan kalo di dalam kelompok suka ada beradu

argumen ya kak. Terus mereka gimana kak?

Page 169: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Sebenarnya bukan berargumen, jarang-jarang kita adu

debat gitu yaa. Sebenarnya lebih ke ide sama pendapat

mereka. Anak-anak kelas 8 (delapan) ini lebih kepada

punya alasan. Mereka tuh malu, malu berargumen.

Karena yang mereka tau hanya luarnya aja tapi engga tau

dalem. Contohnya (mencontohkan ketika tanya jawab

dengan siswa) “Kamu tau engga sih berita?”, “Berita itu

yaaa (berpikir) kejadian Kak”, “Yaaa apa yang

kejadian?”, “Yaaa yang benar-benar terjadi gitu loh”,

“Ya trus apa yang terjadi?”. Kakak sengaja diemin, “bisa

engga?" (mencontohkan tanya jawab dengan siswa

kembali), “ya engga tau Kak” (jawab siswa). Jadi anak-

anak tuh hanya tau luarnya aja, tanpa tau eeehhmm

(berpikir) mungkin entah karena malu atau kurang

eeehhmm (bergumam)...kurang buat referensinya. Kalo

misal-kan di kelas, aku tuh lebih kepada pemikiran,

pendapat.

Pewawancara : Mereka termasuk siswa yang baik di kelas?

Partisipan : Baik di homeschooling sih, baik di homeschooling

(sambil manggut-manggut kepala).

Pewawancara : Mereka kalo ketemu kakak senyum aja atau jalan begitu

gitu aja? Hehe (tertawa)

Partisipan : Senyum, senyum (sambil tersenyum). Dia mah senyum.

Dia tuh senyum. Begini kak, tapi engga nyapa, senyum

ya senyum aja, ngeliat aja juga senyum.

Pewawancara : Kalo sama yang lain gimana kak?

Partisipan : Gimana?

Pewawancara : Kalo ketemu sama yang lain selain tutor gimana? Kakak

pernah liat engga?

Partisipan : Yaaaaa cuek. Eeehhhmm (bergumam) dia tuh orangnya

pemalu. Kalo misalnya yang belom di kenal, jujur yaaa

Page 170: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

eeeehhhmm (bergumam lagi) engga mau nyapa, engga

mau negor duluan gitu.

Pewawancara : Mereka ketika berbicara sangat berhati-hati? Maksudnya

dengan menggunakan bahasa formal.

Partisipan : Awalnya baku. Awalnya baku banget. Karena aku juga

eeehhm (berpikir) engga tau ya, yang aku tau ibunya

Hxxxxxx kan guru yaa. Tapi mungkin apa karena

diajarin ibunya etika, tata krama jadi bener-bener baku.

Kayak “Kak?”, “Kenapa Hxxxxxx?”, “Aku mau nanya”,

baru gitu dia ngomong. Jadi dia mau nunjuk diri...baru

dia mau nanya “Kak, aku mau nanya”, lalu saya jawab

“Oh iya silahkan”. Tapi belakangan ini mulai aktif, biasa

aja gitu, tapi kalo lagi praktek dia aktif. Kalau Axxx juga

sama, awalnya dia berbicara formal terkadang juga dia

menggunakan bahasa baku.

Pewawancara : Kalo untuk siswa yang lain gimana?

Partisipan : Beda-beda ... beda (mengangguk). Interaktif ada, yang

diem...diemnya tuh, dia tuh ngerti pelajaran atau dia

(berpikir) hanya duduk doang gitu kan, seperti 3D gitu

kan dateng duduk diam gitu kan, aku juga engga ngerti

(tersenyum).

Pewawancara : Biasanya kakak nanggepin siswa yang diem aja gimana?

Partisipan : Aku pancing-pancing biasanya.

Pewawancara : Biasanya di pancing kayak gimana?

Partisipan : Macem-macem. Ada games, ada pertanyaan yang

melibatkan secara individual.

Pewawancara : Biasanya untuk individual Kakak ngomongin apa?

Partisipan : Ngomongin buat eehhhmm (berpikir) topik yang di sukai

siswa. Tapi emang kan dari beragam basic ya anak-

anaknya itu. Ada yang atlit, ada yang anak dari pendidik

kaya Hxxxxxx, ada juga yang apa namanya (berpikir,

Page 171: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

mata melirik ke atas) down syndrome, ada yang normal

biasa, ada yang hyperaktif, macem-macem. Tapi murid

di sini tertib-tertib.

Pewawancara : Gamesnya biasanya kaya gimana Kak?

Partisipan : Gamesnya kaya eeehhhmm (bergumam, mencontohkan

games) kayak coba angkat tangannya, gerak-gerakin

dulu. Coba pegang hidungnya gitu kan. Coba pegang

jidatnya gitu kan. Aku kadang ngeles, coba pegang jidat

(memegang hidung) “waahh Kakak bisa aja nih” (sahut

siswa). Nah kalo ada yang salah “waahh ketahuan nih

engga konsentrasi nih” (sahut tutor kepada siswa). Nah

gitu hehehe (tertawa).

Pewawancara : Itu kakak lakuin pas lagi ngapain?

Partisipan : Belajar, ketika menyampaikan materi. Kadang kan ada

yang diem, kadang ada yang ngawur. Kadang lagi

ngebahas berita, malah ngomongin gosip orang, Raffi

Ahmad. Macem-macem, jadi engga fokus gitu loh,

maunya ke benang merah tapi malah kemana-mana. Tapi

“coba diem dulu sebentar” (suruh tutor ketika siswa tidak

fokus dengan materi pembelajaran). Ya kayak gitu sih

biar fokus lagi.

Pewawancara : Cara Kakak untuk membuat siswa fokus lagi kaya gitu

ya?

Partisipasi : Iya seringnya giu.

Pewawancara : Menurut Kakak, apa sih arti dari kecerdasan sosial?

Partisipan : Kecerdasan sosial?

Pewawancara : Iya.

Partisipan : Kecerdasan bergaul kali ya. Mudah bergaul dengan

orang baru atau teman. Jadi bukan cuma mudah bergaul

dengan lingkungan baru atau teman aja sih.

Pewawancara : Misalnya seperti apa kak?

Page 172: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Kadang kan kalo eehhhmm (berpikir) kita masuk ke

lingkungan baru gitu yaa, bukan kita yang mengikuti

lingkungan tapi bagaimana kita bisa membuat eehhmm

(berpikir lagi) lingkungan itu sesuai dengan kita gitu.

Eeehhmm (bergumam) jadi supel lah.

Pewawancara : Oke kak, wawancara kita cukup sampai di sini. Terima

kasih sudah bersedia meluangkan waktunya (tersenyum).

Partisipan : Iya kak (tersenyum).

Pewawancara : Assalamu’alaikum.

Partisipan : Wa’alaikumsalam.

Page 173: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI GURU

Partisipan : MF

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 12 Januari 2015

Waktu : 14:27 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum kakak (sambil bersalaman).

Partisipan : (Bersalaman) Wa’alaikumsalam.

Pewawancara : Apa kabar kak? (tersenyum)

Partisipan : Alhamdulillah baik kak (tersenyum). Kamu apa kabar?

Pewawancara : Alhamdulillah baik juga kak (tersenyum).

Partisipan : Waktu itu sudah aku kirim nama-nama siswanya. Kamu

udah janjian wawancara sama anak-anak?

Pewawancara : Sudah kak. Hari Jum’at aku mulai wawancara dengan

mereka. Oh ya kak, sebelum aku wawancara dengan

siswa, bisa engga aku masuk kelas untuk observasi

siswanya terlebih dahulu?

Partisipan : Observasi tentang apa?

Pewawancara : Tentang kecerdasan sosial siswanya kak. Jadi nanti saya

mengamati siswa dengan melihat unsur-unsur dari

kecerdasan sosial yang ada di lembar observasi,

kemudian dilihat apakah siswa tersebut sesuai dengan

unsur dari kecerdasan sosial. Jika memenuhi, nantinya

akan di lanjut wawancara.

Partisipan : Oh, jadi kamu mau masuk kelas?

Pewawancara : Iya kak, tapi tidak mengganggu belajar mengajar

siswanya karena aku hanya duduk di bagian belakang

dan mengamati siswanya aja kak.

Partisipan : Oh ya tidak apa-apa.

Page 174: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Menurut Kakak, Nxxxxx dan Bxxxxx itu kalau di kelas

bagaimana?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir, melirik ke arah samping kanan)

kalau Nxxxxx atau saya biasa manggil dia Axxx ini

sebenarnya sangat sopan ya, dia baru masuk di

homeschooling Kak Seto ini di kelas 9 (sembilan) ini, di

awal semester ganjil. Nah dia entah dengan teman

sebayanya atau entah dengan tutornya dia memang

sangat sopan. Cuma memang terkadang kalo di kelas

eehhhmm (berpikir) dia mengerti untuk pembelajaran

gitu, cuma masih malu-malu untuk menyampaikan

pendapatnya gitu. Cuma kan kalo kita berinteraksi

dengan orang atau kita mengajarkan anak kan kita tau

kalo nih anak ini sebenarnya mau ngomong cuma takut

gitu. Ketika kita deketin, kita ajak ngomong “Kamu

sebenarnya tau loh, tapi kamu malu aja mau ngomong”

(mencontohkan ketika tutor berbicara kepada siswa) trus

dia senyum-senyum, nah yang seperti itu. Jadi kita lebih

ke pendekatan apa yaaa (berpikir melihat ke atas)

personal sih. Kita tau karakteristik anaknya dulu baru

kita ngajar. Bxxxxx ini anaknya sopan dan baik juga,

tetapi lebih banyak omongnya daripada Axxx ketika di

kelas hehe (tersenyum), tetapi sikapnya tetap sopan.

Intinya kedua siswa ini individu yang baik dan sopan

dengan teman ataupun dengan tutor.

Pewawancara : Kalo interaksi sama teman kelasnya gimana?

Partisipan : Kalo anaknya sendiri, interaksi dengan teman sekelasnya

seperti yang tadi saya bilang, mereka cenderung

eeehhmmm (bergumam) sangat sopan juga, eehhmm

(bergumam lagi) bahkan bisa ngajak temennya untuk

lebih komunikatif gitu. Kan ada satu karakter anak itu

Page 175: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

yang tidak mau bicara, bukan tidak bisa bicara tapi tidak

mau bicara, entah itu karena traumatik masa kecil

akhirnya itu menjadi sebuah eeehhmm (berpikir, melihat

ke arah kanan sambil memainkan jar-jari tangan diatas

meja) apa yaa...tameng buat dirinya. Istilahnya ngambek

dalam tanda kutip gitu sama orang tuanya, trus akhirnya

kebawa sampe sekarang, sampe kelas tiga SMP, eeehhm

(bergumam) tapi dia bisa ngajak walaupun dia diem, dia

bisa ngajak temennya dan sosialisasinya pun ke temen-

temennya itu baik.

Pewawancara : Berarti Axxx itu engga diem banget gitu ya kak

orangnya?

Partisipan : Eehhhmmm (berpikir, mata menatap lurus ke depan) di

bilang diem banget juga engga, dia sosialisasinya oke,

sopan. Untuk anak yang ini eehhmm (bergumam) oke

lah.

Pewawancara : Agak sedikit pemalu mungkin?

Partisipan : Eeeehhhmmm (bergumam) di bilang pemalu bisa jadi

hehehe (tertawa). Tapi tidak mengganggu sosialisasinya

ataupun eehhmm (bergumam) pekerjaan sekolahnya.

Akademiknya bagus, dia cenderung bagus dibanding

teman-temannya.

Pewawancara : Sikap dia ketika di dalam kelompok diskusi bagaimana?

Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) kalau untuk Axxx sendiri itu,

kalau individu dia oke, dia sendiri engga masalah.

Sedangkan kalau kelompok itu, dia bisa ngebawa sih

kak. Dia bisa ngebawa temennya misalkan dalam satu

kelompok di kasih masalah, dia bisa eehhhmm (berpikir,

melihat ke atas) mengemukakan pendapatnya. Cuma

kalo misalnya untuk diajak maju ke depan misalnya,

“Axxx yang maju untuk presentasi di depan” nah dia

Page 176: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

masih agak malu-malu, tapi kalo misalkan agak dipaksa

kaya gitu juga dia bisa. Begitu juga dengan Bxxxxx, tapi

kalo Bxxxxx masih mau kalo di ajak maju ke depan.

Cuma kalo anak-anak itu disini agak terbatas dari segi

eeehhhmm (berpikir, menatap lurus ke depan) apa yaaa

(mengerutkan dahi)...penuturan bahasanya. Maksudnya

ketika kita berbicara di depan untuk presentasi, kita kan

membutuhkan public speaking ya. Nah dia tuh ngerti nih

apa masalahnya dia ngerti, bagaimana cara

menyelesaikannya tapi cara ngomongnya itu gimana

(menggerakkan kedua tangan ke depan), nah itu sih

kebanyakan. Sama aja ketika harus nulis gitu ya, nah itu

rata-rata pointnya dapet, tapi ketika disuruh memaparkan

itu argumen-argumennya yang kurang.

Pewawancara : Berarti mereka bisa di bilang aktif ya?

Partisipan : Kalo di bilang aktif mereka aktif, cuma eeehhhmmm

(bergumam) cenderung memang, anak-anak yang bukan

hanya sekedar di sini aja ya, tapi untuk memberikan

argumen itu agak sulit gitu, entah itu malu, entah itu apa

gitu.

Pewawancara : Ketika berdiskusi di dalam kelompok, kakak kan bisa liat

nih bagaimana interaksi anak-anak. Untuk mereka

berdua, interaksinya bagaimana kak?

Partisipan : Dengan temannya?

Pewawancara : Iya.

Partisipan : Untuk Axxx, interaksi dengan temannya itu hampir tidak

ada masalah, cara bicaranya sopan, dengan temannya

sopan, dengan tutor sopan, dengan siapapun dia sopan.

Ini karakter yang memang dia bagus deh kayanya.

Mungkin kalau kakak (menunjuk pewawancara) dengar

itu ada anak homeschooling yang seperti A, seperti B,

Page 177: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

memang di sini banyak. Cuma untuk yang saya pilih

yang namanya Nxxxxx Axxx dan Bxxxxx ini,

karakternya yang positifnya, memang dia baik gitu

(tersenyum). Entah dari akademis maupun sikapnya.

Pewawancara : Kalo ketemu sama Kakak di luar jam pelajaran di

lingkungan homeschooling sikapnya bagaimana?

Partisipan : Kalo anak-anak disini sebenarnya kalo memang bertemu

dengan kita itu lebih banyak say hi seperti biasa. Kalo

misalkan guru-guru lain, guru-guru sekolah formal

dengan anak muridnya mungkin eehhmmm (berpikir,

melihat ke kanan) apa yaa (memincingkan kepala ke

kanan) agak malu-malu atau misalkan gimana. Kalo di

kita sih kebanyakan “halo Kak” yang seperti itu. Kadang

juga ada yang salaman, tergantung anaknya. Cuma kalo

si Axxx ini dia cenderung salaman dan say hi juga.

Pewawancara : Kakak pernah liat mereka sedang berinteraksi dengan

resepsionis, office boy, petugas kantin atau yang lainnya?

Gimana interaksi si Axxx?

Partisipan : Eeehhhmm (berpikir sambil membenarkan posisi duduk)

kalo untuk interaksi ke selain tutor. Selain tutor ya?

Pewawancara : Iya, selain tutor.

Partisipan : Kalau misalkan ke office boy atau apa, saya belum

pernah melihat ya. Tapi kalo untuk resepsionis sih seperti

biasa interaksinya. Paling kalo anak-anak itu sering

menyerahkan tugas gitu kan, kalo tidak ke kita langsung

kan ke resepsionis dulu. Nah disitu kan di catat dulu

tugas-tugasnya apa. Yaaa seperti biasa, karena anak ini

cenderungnya memang eeehhhmmm (bergumam) baik,

sopan, dari segi akademisnya juga bagus, ke siapapun

juga dia baik untuk karakter yang ini.

Pewawancara : Menurut kakak, apa sih arti dari kecerdasan sosial?

Page 178: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Kalau menurut aku ya kecerdasan sosial itu di mana

seseorang mampu beradaptasi dengan lingkungan, baik

itu lingkungan sekolah, rumah atau di mana pun mereka

berada sehingga mereka mudah mendapatkan teman.

Pewawancara : Oke kak wawancara hari ini selesai sampai di sini.

Partisipan : Udah selesai?

Pewawancara : Iya kak sudah. Terima kasih ya kak sudah bersedia untuk

aku wawancara (tersenyum).

Partisipan : Iya (tersenyum).

Pewawancara : Aku pamit pulang sekarang kak, Assalamu’alaikum.

Partisipan : Wa’alaikumsalam. Hati-hati di jalan (tersenyum).

Page 179: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA

Partisipan : K

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homescshooling Kak Seto

Tanggal : 22 Januari 2015

Waktu : 10:30 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum. Hai apa kabar K?

Partisipan : Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah baik.

Pewawancara : Hari ini kita bertemu lagi untuk melanjutkan wawancara

yang kemarin lusa sempat tertunda.

Partisipan : Oh iya kak.

Pewawancara : Oke, langsung kakak mulai saja ya wawancara hari ini.

Kamu punya temen deket di homeschooling engga?

Partisipan : Punya. Malahan banyak kak. Hehe (tersenyum).

Pewawancara : Waah sebanyak apa tuh dek? Hehe (ikut tersenyum). Salah

satunya siapa?

Partisipan : Salah satunya ya?

Pewawancara : Iya. Sebutkan salah satu nama temen kamu, yang kamu

merasa sangat dekat dengan dia.

Partisipan : Eeehhmm (berpikir, melihat ke arah handphone) Axxxxx.

Pewawancara : Kenapa sih kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Eeeehhmm (berpikir)...dia baik sih.

Pewawancara : Baiknya kaya gimana?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir) yaaaa dia baik gitu, enak lah kalau

berbicara gitu.

Pewawancara : Kamu merasa nyambung banget ya kalo lagi ngobrol sama

dia?

Partisipan : Iya seperti itu.

Page 180: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Bagaimana sih cara kamu kalo lagi main sama dia?

Partisipan : Eeehhhmmm...eeeehhmmm...eeehhhmm (berpikir sambil

menggerakkan kedua kaki) hahaha bingung kak (tertawa).

Pewawancara : Ya kaya ngapain aja misalkan kamu bermain sama dia?

Partisipan : Misalkan ya kalo ketemu pagi-pagi sering ngobrol gitu.

Pewawancara : Terus?

Partisipan : Ya gitu aja (sambil tersenyum).

Pewawancara : Punya temen atau sahabat di luar homeschooling?

Partisipan : Hhhhmmm (mengangguk, sambil sibuk bermain game di

smartphone).

Pewawancara : Punya?

Partisipan : Punya (mengangguk).

Pewawancara : Namanya siapa?

Partisipan : Fxxxx.

Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Karena (berpikir) dia itu ya seneng bermain dengan Axx.

Seneng (mengangguk-anggukkan kepala).

Pewawancara : Kalian sama-sama punya satu hobi yang sama atau

bagaimana?

Partisipan : Ya, bersepeda.

Pewawancara : Kalau bersepeda biasanya setiap hari apa?

Partisipan : Setiap eeehhmm (berpikir) akhir pekan lah.

Pewawancara : Sering akhir pekan bersepeda?

Partisipan : Engga juga.

Pewawancara : Kapan kamu ketemu sama teman-teman di home-

schooling?

Partisipan : Saat sekolah.

Pewawancara : Kalau sama teman yang di rumah?

Partisipan : Ya kalo lagi ketemu aja. Kalo lagi di depan rumah, ya

kadang ketemu.

Page 181: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Berapa kali dalam seminggu kamu bermain dengan teman

di rumah?

Partisipan : Eehhmmm (berpikir, sambil main gadget) bisa satu kali

dalam seminggu.

Pewawancara : Kalau yang di homeschooling?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir, melihat ke atas)…tergantung pas

hari sekolahnya.

Pewawancara : Oohh jadi nentuin hari sekolah aja kalau mau ketemu

sama temen yang di homeschooling?

Partisipan : Iya (mengangguk).

Pewawancara : Biasanya ngapain aja sih yang dilakukan kalau kalian

ketemu?

Partisipan : Eehhmm ngobrol, maen bareng.

Pewawancara : Main apa sih biasanya?

Partisipan : Yaa gini, main game online ini (sambil menunjukkan

game online yang sedang dimainkan di smartphone-nya).

Pewawancara : Sering engga sih kalian ketemu?

Partisipan : Lumayan sering ketemu.

Pewawancara : Sebelumnya kamu pernah sekolah di sekolah formal?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Dimana?

Partisipan : Waktu SD, di MI Ixxxxxxxx.

Pewawancara : Kemudian sejak kapan Axx sekolah di homeschooling?

Partisipan : Sejak SMP, kelas 1.

Pewawancara : Kenapa sih lebih memilih homeschooling daripada di

sekolah formal?

Partisipan : Eeehhmm pelajarannya lebih enaklah istilahnya, lebih bisa

ngatur jadwal jadi bisa les yang lain. Terus eehhmmm apa

namanya (berpikir, melihat ke arah pintu) eehhhmmm

(bergumam) lebih banyak kegiatan yang lain selain apa

Page 182: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

namanya belajar menetap dirumah eh salah belajar

menetap di sekolah.

Pewawancara : Menurut kamu perpedaan apa yang kamu alami ketika

sekolah di sekolah formal dengan yang di homeschooling?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir) homeschooling perbedaannya yaaa

lebih nyantai daripada sekolah formal.

Pewawancara : Kalau di sekolah formal, dulu kegiatannya ngapain aja?

Partisipan : Kalo sekolah formal ya gitu biasanya belajar, tapi apa

namanya (berpikir) outingnya lebih jarang. Outing dan apa

namanya (berpikir lagi) dan kegiatan lainnya lebih jarang

gitu.

Pewawancara : Lebih menghabiskan waktu di kelas untuk belajar begitu

ya?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Kamu merasa nyaman engga di homeschooling?

Partisipan : Eehhmm nyaman.

Pewawancara : Nyamannya gimana? Apa kamu merasa seperti bagaimana

gitu?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir) merasa enak lah. Eeehhhmm

(berpikir) bersosialisasinya lebih enak lah, lebih nyaman

gitu daripada yang lainnya.

Pewawancara : Kamu termasuk orang yang pandai bersosialisasi engga

sih?

Partisipan : Beeeuuuuhhhhh jangan di tanya (dengan wajah semangat),

pandai. Lumayan lah hahaha (tertawa).

Pewawancara : Oh ya?

Partisipan : Tanya aja sama satu angkatan, Kak hehe (tersenyum).

Pewawancara : Kamu yang paling rame ya?

Partisipan : Pualiiiiingggg rame, Kak. Hahaha (tertawa keras).

Pewawancara : Menurut kamu, sikap teman-teman di homeschooling

gimana sih?

Page 183: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Sikapnya lumayan ramah lah istilahnya daripada sekolah

lain gitu.

Pewawancara : Nah, kamu kan sekarang kelas tujuh ya di homeschooling

ini? Sikap kakak kelas kamu ke kamu seperti apa?

Partisipan : Oohh baik kok. Eeehhmmm sering ngobrol juga, lumayan

bersosialisasi.

Pewawancara : Kalo ketemu sama kakak kelas di sini biasanya ngapain?

Partisipan : Ngobrol. Hehe (tertawa pelan).

Pewawancara : Biasanya ngobrol apa?

Partisipan : Eehhmmm engga jelas haha (tertawa).

Pewawancara : Kok ga jelas? Haha. Misalnya?

Partisipan : Yaaa ngobrol aja lah, hehe (tersenyum).

Pewawancara : Kalau sikap teman-teman di sekolah yang dulu gimana

sama kamu?

Partisipan : Eeehhmmm berteman baik juga. Tapi terkadang suka agak

ada suatu pertengkaran lah.

Pewawancara : Nah yang membuat kamu sampai milih untuk home-

schooling kenapa? Ada masalah di sekolah sebelumnya?

Partisipan : Ada juga sih, tapi engga juga. Di lihat dari segi home-

schooling itu apa yaa hhhmmm (berpikir), pelajarannya

lumayan lah buat apa namanya (berpikir sambil melihat ke

atas) selain belajar menetap (di homeschooling) juga bisa

les yang lain gitu.

Pewawancara : Jadi kamu engga ada masalah disekolah yang dulu?

Partisipan : Sempet ada masalah.

Pewawancara : Masalah apa?

Partisipan : Yaa pertengkaran lah.

Pewawancara : Itu aja?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Pertengkaran besar atau apa yang membuat kamu “ah gue

bete nih buat dateng ke sekolah yang dulu”?

Page 184: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Iya, pertengkaran sempet ada yang besar dan yang kecil

juga.

Pewawancara : Sama siapa?

Partisipan : Sama temen.

Pewawancara : Satu angkatan atau sama kakak kelas?

Partisipan : Eeehhmm satu angkatan, tapi pernah juga waktu itu sama

wali kelas.

Pewawancara : Waktu kamu kelas berapa?

Partisipan : Kelas 6.

Pewawancara : Kenapa emang?

Partisipan : Wali kelasnya kaya ngejebak saya sih.

Pewawancara : Kayak gimana?

Partisipan : Ya pokoknya kaya gitu lah.

Pewawancara : Kalau kamu bersedia untuk cerita silahkan cerita saja dek,

tapi kalau engga ya tidak apa.

Partisipan : Yaa seperti itu lah. Wali kelasnya itu yaaaa kayak

menyalahkan saya lah (raut muka kesal), padahal saya tuh

apa ya (berhenti sejenak mengingat kejadian tersebut),

sebenarnya gara-gara dia juga kenapa engga...kenapa

engga datang gitu. Seperti itu.

Pewawancara : Kenapa emang masalahnya?

Partisipan : Jadi waktu itu tuh eehhhhmmm pokoknya ada pesta gitu

kan, ada acara ulang tahun gitu lah.

Pewawancara : Ulang tahun siapa?

Partisipan : Ulang tahun saya.

Pewawancara : Di mana?

Partisipan : Di sekolah.

Pewawancara : Jadi dia itu tuh lagi ngajar di tempat lain, sebenarnya

engga masalah itu aja sih, sebenarnya ada masalah lain

juga. Menyalahkan saya juga, memojok-mojokkan saya

juga, saya juga apa namanya jadi...apa yaaa (berpikir) dia

Page 185: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

kan wali kelas saya kok masa dia mojok-mojokkin saya

jadi saya lawan aja akhirnya. Bodo amat dia wali kelas

atau siapa, namanya dia juga begitu kan yaa dia ngajak

ribut berarti kan (berbicara dengan nada sedikit marah)

makannya saya lawan. Sampe waktu itu pernah eehhmmm

kepala sekolah sempet turun tangan gitu.

Pewawancara : Kamu salah satu anak dari komite sekolah?

Partisipan : Engga.

Pewawancara : Kenapa cuma gara-gara pesta ulang tahun sampai

dipermasalahkan oleh wali kelas kamu?

Partisipan : Engga tau tuh. Bukan soal itu aja, sebenarnya ada yang

lain tadi kan udah saya bilang. Ya karena udah sangat

kesel kan, udah sangat bikin ini lah (raut wajah kesal) ya

udah saya lawan aja, sempet saya bentak waktu itu.

Pewawancara : Oohh begitu. Oke sekarang saya mau nanya, cara kamu

bergaul di homeschooling ketika di kelas ngapain aja?

Partisipan : Ngobrol hehe. Bersosialisasi sama apa tuh namanya

(berpikir)...belajar.

Pewawancara : Kalau yang di luar sekolah biasanya cara bergaul kamu

ngapain?

Partisipan : Kalo yang di luar sekolah (berpikir, mengerutkan

dahi)...yaaa kita ngobrol, ya gitu aja.

Pewawancara : Sepertinya kamu hobi banget ngobrol ya?

Partisipan : Oohh iya (wajah bersemangat).

Pewawancara : Kamu sering engga menghibur teman yang lagi sedih?

Partisipan : Eehhhmmm (berpikir) sering juga menghibur teman yang

sedih.

Pewawancara : Misalnya ngapain?

Partisipan : Udah sabar aja. Terkadang bikin sedeng-sedengan

(tersenyum). Malah kadang dia suka ngatain saya

Page 186: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

(meletakkan jari telunjuk sebelah kanan ke dahi dengan

arah setengah miring) stres, hahaha (tertawa).

Pewawancara : Hehehe (ikut tertawa). Ngomong-ngomong kamu kalau

lagi sedih atau kesulitan suka cerita ke teman engga?

Partisipan : Suka, tapi yang biasa lah. Yang bisa diperbincangkan lah

istilahnya.

Pewawancara : Jadi engga semua masalah di ceritain ke teman ya?

Partisipan : Iya (mengangguk).

Pewawancara : Biasanya ceritanya ke siapa?

Partisipan : Ke temen.

Pewawancara : Maksudnya cerita ke temen atau sahabat?

Partisipan : Ke temen aja lah.

Pewawancara : Siapa pun itu?

Partisipan : Iya, yang bisa diajak ngobrol.

Pewawancara : Terus tanggapan temen kamu bagaimana?

Partisipan : Tanggapan eehhhhm (bergumam) temen ngobrol itu ya

ngedengerin. Eehhmm (berpikir) ya gitu aja.

Pewawancara : Temannya ngasih saran engga?

Partisipan : Yaa sedikit ngasih saran.

Pewawancara : Tadi kan kamu bilang pernah membatu teman yang lagi

sedih ya?

Partisipan : Iya (mengangguk).

Pewawancara : Biasanya kamu melakukannya bagaimana?

Partisipan : Ehhmmm menghibur aja.

Pewawancara : Ngerasa seneng engga sih udah bisa bantuin temen seperti

itu?

Partisipan : Seneng, lumayan seneng.

Pewawancara : Pernah ngerasa engga kalo setelah Axx membantu teman,

nanti suatu saat teman yang dibantu akan membalas

bantuin yang udah di berikan oleh Axx?

Partisipan : Eeehhmmm engga juga.

Page 187: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Jadi ikhlas aja?

Partisipan : Ikhlas aja (mengangguk). Ya kalo dia membantu ya

terserah, kalo dia engga bantu ya engga apa-apa.

Pewawancara : Pernah bantu teman yang lagi kesulitan engga?

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Biasanya bantuin apa?

Partisipan : Ngerjain soal.

Pewawancara : Soal apa?

Partisipan : LK.

Pewawancara : Apa itu LK?

Partisipan : Lembar Kerja.

Pewawancara : Lembar kerja mata pelajaran apa?

Partisipan : Apa aja.

Pewawancara : Semua mata pelajaran?

Partisipan : Engga juga semuanya sih.

Pewawancara : Yang kamu inget pelajaran apa?

Partisipan : IPS.

Pewawancara : Memang kamu suka IPS?

Partisipan : Iya (mengangguk).

Pewawancara : Kakak orang IPS loh hehehe (tertawa).

Partisipan : Oh ya? hehehe (tertawa).

Pewawancara : Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya?

Partisipan : Perasaan aku senang bisa membantu dia. Jadi berasa

kayak orang pinter aku-nya kak haha (tertawa bangga).

Pewawancara : Oh ya, kamu punya teman yang berbeda suku, agama, dan

kekurangan fisik?

Partisipan : Iya (mengangguk).

Pewawancara : Terus sikap kamu ke mereka bagaimana?

Partisipan : Berteman baek.

Pewawancara : Suka ngajak ngobrol mereka engga?

Partisipan : Oh suka (menganggukkan kepala).

Page 188: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Axx termasuk orang yang mudah beradaptasi di

lingkungan baru engga?

Partisipan : Eeehhmmmm (berpikir) iya termasuk yang bisa lah.

Pewawancara : Bagaimana sih cara kamu memperkenalkan diri?

Partisipan : Dengan ngobrol hehehe (tertawa)

Pewawancara : Ngobrol apa?

Partisipan : Ya gitu.

Pewawancara : Begitunya bagaimana? Misalnya seperti kamu sok kenal

pas pertama kali bertemu?

Partisipan : Ya seperti itu. Saya SKSD aja sama teman hahaha

(tertawa).

Pewawancara : Oke, sekarang beralih ke pertanyaan selanjutnya. Kamu

itu suka berbagi makanan atau minuman engga sama

teman-teman?

Partisipan : Suka.

Pewawancara : Biasanya berbagi apa?

Partisipan : Lauk.

Pewawancara : Selalu dibawain lauk sama mama dari rumah?

Partisipan : He'ehhmm (mengangguk).

Pewawancara : Hari ini di bawain lauk sama mama?

Partisipan : Apa? (bertanya kembali)

Pewawancara : Hari ini di bawain lauk sama mama?

Partisipan : He'ehhmm (mengangguk).

Pewawancara : Axx suka bantuin tutor disini engga bawa laptop atau

buku?

Partisipan : Iya, pernah.

Pewawancara : Kamu bantuin apa?

Partisipan : Bantuin bawain laptop atau infocus.

Pewawancara : Kamu termasuk orang yang menghargai pendapat orang

lain engga sih?

Partisipan : He'ehhmm suka menghargai pendapat orang lain.

Page 189: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kalau ada orang yang pendapatnya berbeda dengan kamu,

sikap kamu menanggapi perbedaan pendapat tersebut

bagaimana?

Partisipan : Eehhmmm biasanya jgn gitu lah. Yaaa gitu aja sih.

Pewawancara : Kamu suka ikut merasakan kesedihan orang lain engga?

Partisipan : Suka, suka merasakan kesedihan orang lain.

Pewawancara : Misalnya seperti apa?

Partisipan : Dia nangis, ikutan nangis gitu.

Pewawancara : Bener seperti itu?

Partisipan : Ya, terkadang suka seperti itu.

Pewawancara : Oke. Sepertinya wawancara kita hari ini cukup sampai di

sini. Terima kasih sudah bersedia untuk saya wawancarai.

Partisipan : Iya sama-sama kak.

Page 190: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : T

Tempat : Kantin Homescshooling Kak Seto

Tanggal : 22 Januari 2015

Waktu : 12:00 WIB

Pewawancara : Hai T, apa kabar? Ketemu lagi ya kita hehe (tersenyum).

Partisipan : Iya, Kak. Puji Tuhan baik, Kak (tersenyum).

Pewawancara : Kita langsung mulai aja ya wawancaranya.

Partisipan : Iya, Kak.

Pewawancara : Txxx punya temen deket engga di homeschooling?

Partisipan : Eeehhmm banyak sih temen deket.

Pewawancara : Kalau boleh tau siapa namanya?

Partisipan : Kayak Mxxxx, gitu-gitu deh hehe (tertawa malu).

Pewawancara : Kenapa sih kamu suka main dengan dia?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir sambil merapihkan rambut)

sebenarnya sih banyak temen deket, cuma kalau sama dia

enak aja gitu diajak ngobrol, cerita-cerita.

Pewawancara : Biasanya ngobrolin apa?

Partisipan : Macem-macem hehehe (tertawa malu).

Pewawancara : Misalnya seperti apa?

Partisipan : Yaaa apa ya hehehe (tertawa lagi), ya cerita-cerita aja gitu

kaya curhat, tapi kalau curhat engga cuma ke dia doang.

Cerita ke yang lain juga.

Pewawancara : Biasanya sering curhat apa sih?

Partisipan : Banyak sih, tapi jarang cerita cuma berdua ada temen yang

lain juga. Ya saling curhat-curhatan aja kalo misalkan “eh

gini nih gue sama yang ini” terus minta pendapat ke

mereka.

Page 191: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Terus cara kamu bermain sama dia bagaimana?

Partisipan : Eeehhmm mainnya?

Pewawancara : Iya.

Partisipan : Mainnya, ya ngobrol lebih sering kaya ngobrol-ngobrol

gitu.

Pewawancara : Suka pergi keluar engga?

Partisipan : Suka. Engga sering sih, tapi suka main keluar.

Pewawancara : Biasanya main kemana?

Partisipan : Makan, paling ke McD. Rame-rame sih engga cuma sama

dia doang. Maksudnya kalau jalan sama dia doang jarang

berdua, biasanya rame-rame (sambil merapihkan rambut).

Pewawancara : Punya teman atau sahabat di luar homeschooling?

Partisipan : Ada (mengangguk).

Pewawancara : Namanya siapa?

Partisipan : Cxxxxx.

Pewawancara : Seumuran sama kamu?

Partisipan : Dia kelas 3 SMP. Umur lima belas tahun.

Pewawancara : Rumahnya deket sama kamu?

Partisipan : Rumahnya deket rumah nenek aku, karena kan dulu tuh

aku tinggalnya di rumah nenek aku, terus pas aku udah

ada apartemen di Tx Sxxxxxxxx aku udah jarang ke

rumah nenek. Dia tuh temen dari kecil, udah kaya kakak

aku sendiri.

Pewawancara : Oh…kamu sekarang tinggalnya di apartemen?

Partisipan : Iya (mengangguk sambil tersenyum).

Pewawancara : Tinggal di apartemen sama siapa?

Partisipan : Sama Mama.

Pewawancara : Kamu kenapa senang bermain dengang teman kamu yang

bernama Cxxxxx?

Partisipan : Karena dia orangnya dewasa, selalu ngingetin aku, suka

selalu ngasih saran gitu kalo “kamu kalo sama orang

Page 192: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

begini ya” gitu. Terus kalo aku lagi curhat nih ya misalnya

sampe nangis-nangis sama dia gitu Kak.

Pewawancara : Kamu udah menganggap dia seperti kakak sendiri ya?

Partisipan : Iya (tersenyum).

Pewawancara : Cara main kamu sama Cxxxxx bagaimana sih?

Partisipan : Biasanya aku ya yang main kerumahnya sih yang lebih

sering. Paling kalo dirumah tuh kita tidur-tiduran, terus

kalo engga tidur-tiduran tuh kita ngobrol, dia curhat aku

juga curhat, ketawa-ketawa, dengerin lagu ya gitu-gitu

doang sih.

Pewawancara : Kapan kamu ketemu sama teman-teman di

homeschooling?

Partisipan : Eehhmm maksudnya kapan kaya pertama kali ketemu?

Pewawancara : Bukan. Maksudnya tuh seperti hari apa aja ketemu sama

teman di homeschooling?

Partisipan : Ooohh hari. Ya seperti hari masuk sekolah aja sih Selasa,

Kamis dan Jum’at.

Pewawancara : Berarti ngikutin jadwal hari masuk sekolah aja ya?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Engga ada hari khusus selain hari masuk sekolah?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir sambil merapihkan rambut) engga ada

sih, karena kan yang lain juga punya kegiatan yang lain di

luar homeschooling

Pewawancara : Terus kalo ketemu sama teman yang dirumah kapan?

Partisipan : Tergantung juga kalo emang aku lagi dirumah yang di

Pxxxxxxx kita bisa ketemuan, tapi kadang dia juga ada

acara jadi engga tiap hari ketemu sih.

Pewawancara : Biasanya berapa kali dalam satu minggu kamu bermain

dengan teman yang di homeschooling?

Partisipan : Eeehhmm maksudnya dalam satu minggu?

Page 193: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Iya, dalam satu minggu.

Partisipan : Tergantung sih kak.

Pewawancara : Biasanya berapa kali?

Partisipan : Biasanyaaa (berpikir, melihat ke atas) ya kaya lagi masuk

aja kaya gini kan nanti pulang sekolah bisa jalan. Paling

seminggu tiga kali. Tergantung lah.

Pewawancara : Mungkin ketemunya disesuaikan dengan jadwal masuk

sekolah ya?

Partisipan : Engga gitu juga sih Kak. Soalnya kan mereka pada jauh-

jauh gitu rumahnya, kadang ada beberapa yang ngajak

nginep dirumahnya.

Pewawancara : Kamu sering nginep dirumah teman?

Partisipan : Belom sih. Lagi jarang nginep-nginep, yang lain sih yang

pada nginep kalo aku jarang sih.

Pewawancara : Kalau ketemu sama teman yang dirumah biasanya satu

minggu berapa kali?

Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) kadang seminggu engga ketemu

atau kadang kalo aku lagi dirumah yang ada temen-

temennya yang kaya di Pxxxxxxx itu mungkin bisa tiap

hari ketemu. Aku kan hubungin dia dulu udah pulang

sekolah belom, yuk main.

Pewawancara : Biasanya kalo kalian ketemu ngapain aja sih?

Partisipan : Ngobrol aja langsung hehehe (tertawa).

Pewawancara : Sering apa engga kegiatan tersebut dilakukan?

Partisipan : Sering hehe (tersenyum).

Pewawancara : Sebelumnya kamu pernah sekolah di sekolah formal?

Partisipan : Iya pernah.

Pewawancara : Di mana?

Partisipan : Oxx ex Lxxxxx di Pxxxxxxx.

Pewawancara : Sejak kapan kamu sekolah di homeschooling?

Partisipan : Kelas 6 SD semester satu terakhir.

Page 194: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kenapa sih lebih milih homeschooling daripada sekolah

formal?

Partisipan : Soalnyaaa (berpikir)...sebenarnya aku tuh dari kelas 1 SD

sekolah di sekolah formal, cuma karena udah mulai, aku

kan dari kelas 5 itu agak eehhmmm (bergumam) sering

drop badannya sakit gitu, sering masuk rumah sakit kan.

Nah kalo di sekolah formal kan masuknya engga sebebas

yang di homeschooling kan. Nah di sekolah yang dulu aku

tuh udah sempet udah kelas 6 masuk ke rumah sakit itu

satu bulan. Eh, engga sampe satu bulan hampir satu bulan

sisa harinya tuh dirumah gitu istirahat. Nah tiba-tiba

gurunya kaya mikir kalau aku tuh sakit pura-pura, terus

aku denger guru aku ngomong kalo kaya gini aku engga

bisa ikut UN. Jadinya aku udah kaya bete sendiri, aku

udah engga mau sekolah, aku sebenarnya udah sembuh.

Akhirnya sempet di cariin sekolah formal tapi kaya

sekolah eehhmmm (bergumam) Katolik gitu namanya

Fxxxx Axxxxxx tapi di situ engga cocok lagi soalnya

gurunya kayak keras gitu. Akhirnya mama nemu disini ya

udah pindah kesini (tersenyum).

Pewawancara : Kalau boleh tau emang waktu itu sakit apa sampai hampir

sebulan di rawat di rumah sakit?

Partisipan : Aku kan ada bronkitis. Iya bronkitis, cuma itu dulu kan.

Karena masih awal-awal jadi kayak parah, tapi sekarang

udah engga sering ngerasain sakit lagi.

Pewawancara : Menurut kamu perbedaan apa sih yang kamu alami ketika

bersekolah di sekolah formal dengan yang di

homeschooling?

Partisipan : Kalo di dulu ya, kalo di sekolah formal guru-gurunya pun

juga beda sama yang disini. Kalau disana kaya kalo kita

engga bisa kaya harus bisa dipaksain bisa gitu. Kalo disini

Page 195: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

kan istilahnya kita kayak dikasih kebebasan untuk

bertanya dan kalo kita engga bisa kayak dikasih waktu dan

engga terlalu ketat juga sekolahnya. Terus kalo di

homeschooling aku bisa jadi diri aku sendiri gitu jadi

kelihatan kalo aku ini orangnya kayak gimana, ketauan

satu sama lain (ekspresi wajah bersemangat).

Pewawancara : Kamu merasa nyaman engga sekolah di homeschooling?

Partisipan : Nyaman. Ya enak aja gitu. Dari kalo untuk belajar

nyaman, temen-temennya juga walaupun misalnya ada

yang nyebelin tapi kaya buru-buru inget sih kalo dia temen

aku. Yang paling bikin nyaman itu mungkin guru, temen

sama cara belajarnya juga, jadi bikin nyaman (tersenyum).

Pewawancara : Menurut kamu sikap teman-teman di homeschooling

seperti apa?

Partisipan : Macem-macem hehe (tertawa). Kaya beda-beda sih, kan

ada yang pendiem, ada yang asik, ada yang nyambung

sama aku, ada juga yang nyebelin gitu hehe (tersenyum).

Pewawancara : Kalau sikap teman-teman homeschooling ke kamu seperti

apa?

Partisipan : Temen deket aku gitu? Apa semua temen-temen yang ada

di homeschooling?

Pewawancara : Semua temen-temen.

Partisipan : Nah beda-beda sih Kak, ada yang kaya apa yaaa (berpikir,

mengerutkan dahi) cuek, ada yang nerima aku gitu ya

diajak main.

Pewawancara : Kamu kan kelas 7, pastikan ada dua tingkat kakak kelas

kamu yaitu kelas 8 dan kelas 9. Nah sikap kakak kelas ke

kamu bagaimana?

Partisipan : Aku akrab. Justru malah temen-temen deket aku dari kelas

8. Kalau dari anak kelas 7 mungkin engga terlalu akrab

gitu. Tapi sebenarnya mereka sih welcome aja temen-

Page 196: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

temennya, mungkin aku aja yang kayak susah kurang

eehhmm gimana yaa (berpikir, menggerakkan kaki) hehe

(tertawa). Jadi aku kebanyakan temenya anak kelas 8. Ada

kelas 7 juga tapi engga terlalu deket.

Pewawancara : Oh begitu.

Partisipan : Iya, Kak.

Pewawancara : Di kelas kamu emang jumlah siswanya berapa?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir) ada...empat orang, eh lima lima,

lima orang (kelima jari tangan kanan di keataskan sambil

menganggukkan kepala).

Pewawancara : Berapa jumlah laki-laki dan berapa jumlah perempuan?

Partisipan : Laki-laki dua tapi kayanya yang satu udah jarang masuk

mungkin DL ya jadi cuma tinggal satu dan perempuannya

ada tiga.

Pewawancara : Kalau sikap teman-teman di sekolah yang dulu kaya

gimana sih?

Partisipan : Bervariasi juga ya, beda-beda. Ada yang baik, ada yang

nyebelin. Ada salah satu temen aku yang emang engga

enak banget sifatnya nyebeliiinn banget dan itu yang bikin

aku juga jadi males masuk sekolah. Aku sempet mogok

sekolah lama gara-gara dia, karena dulu kan aku cengeng

tapi dulu ya kak hehe. Dulu aku cengeng, dia kaya sering

nge-bully aku gitu. Eeehhmm (berpkir) kaya engga suka

sama aku, suka menghasut temen-temen jadi temen-temen

di hasut untuk engga temenan sama aku.

Pewawancara : Biasanya di bully-nya seperti apa?

Partisipan : Iya lewat menghasut itu, temen-temen jadi kaya menjauh

terus kaya dikerjain gitu.

Pewawancara : Kamu di kerjain di kelas?

Page 197: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Kalo di kelas engga, eehhmmm (bergumam) cuma kalo di

luar kelas iya. Tapi keseringannya di hasut gitu,

diomongin, dijelek-jelekin.

Pewawancara : Cara bergaul kamu dengan teman-teman di homeschooling

kayak gimana sih?

Partisipan : Cara bergaulnya, yaaaaa aku menyesuaikan diri aja sih.

Merekanya kaya gimana ya akunya kaya gimana, jadi biar

engga semau aku sendiri. Tapi kalau merekanya begitu,

aku harus bisa kaya ngikutin merekanya juga gitu kan jadi

biar engga merekanya kesel gitu kan.

Pewawancara : Kamu sering bersosialisasi dengan orang-orang yang ada

di homeschooling engga?

Partisipan : Suka.

Pewawancara : Biasanya ngapain?

Partisipan : Kalo lagi lewat suka “hai” gitu doang sih hehe (tertawa),

kaya nyapa gitu Kak.

Pewawancara : Kamu sering menghibur teman yang lagi sedih engga?

Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) di homeschooling atau di luar

home-schooling?

Pewawancara : Di homeschooling dan di luar homeschooling.

Partisipan : Eeeehhmmm (berpikir melihat ke depan) kadang-kadang

sih iya. Misalkan kaya temen deket gitu kalo lagi sedih ya

bareng-bareng dihibur aja sih.

Pewawancara : Cara menghiburnya kaya gimana sih?

Partisipan : Tergantung juga sih dia sedihnya kaya gimana. Jadi

biasanya kita tenangin “udah lah engga apa-apa”, terus

kalo masalahnya sesama temen “udah biarin aja, temen itu

kaya dateng terus pergi, temen tuh emang kaya gitu”. Aku

kayak lebih ngasih penjelasan gitu sih Kak.

Pewawancara : Kamu kalau lagi sedih atau merasa kesulitan sering cerita

ke teman atau engga?

Page 198: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Iya cerita, hehe (tertawa).

Pewawancara : Cerita sama siapa?

Partisipan : Cxxxxxx.

Pewawanacara : Tanggapan teman kamu bagaimana?

Partisipan : Tanggapan dia, dia tuh sering ngasih saran atau biasanya

“ya udah lah biarin aja” atau kaya karena dia lebih dewasa

pikirannya jadi ya aku ngikutin apa saran dari dia kaya

“kamu tuh kaya gini aja kalo sama yang kayak gini”. Ya

kaya gitu-gitu aja sih Kak (tersenyum).

Pewawancara : Kalau tanggapan dari teman yang di homeschooling

bagaimana?

Partisipan : Ya sama, mereka suka ngasih saran. Terus kaya

kebanyakan mereka bilang “ya udah lah cuekin aja, engga

usah dipikirin”.

Pewawancara : Kamu pernah bantu temen yang sedang kesulitan engga?

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Kamu membantu apa?

Partisipan : Tergantung. Kalo dia kesulitan dalam belajar, ya aku

bantu dia semampu aku gitu kan. Ya kalo aku tau

materinya, aku bantuin semampu aku. Tapi kalo kesulitan

yang lain, ya biasanya bantuinnnya kaya bantuin ngasih

saran. Gitu-gitu doang.

Pewawancara : Biasanya ngebantu apa?

Partisipan : Apa yaaa (berpikir sambil berpangku tangan), ya biasanya

bantuin kalo temen minta tolong apa gitu kaya dia pengen

beli apa, misalnya dia lagi kaya belum selesai ngerjain

tugas tapi dia mau minum terus aku beliin dia minum.

Pewawancara : Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir melirik ke kiri)…perasaan aku seneng

ya yang pasti. Seneng udah bisa bantuin dia, kasian juga

Page 199: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

kan kalo dia lagi kehausan sedangkan dia lagi ngerjain

tugas.

Pewawancara : Kamu punya temen yang berbeda agama?

Partisipan : Eeehhmm banyak sih.

Pewawancara : Punya temen yang kekurangan fisik?

Partisipan : Oh ya ada. Dulu aku penah sekelas tapi sekarang udah

engga, waktu SMP pernah.

Pewawancara : Lalu sikap kamu ke mereka seperti apa?

Partisipan : Yaa biasa aja sih cuek. Tetep temen tapi kan ya kaya gitu

kan susah. Tapi biasa aja sih temenan kaya yang lain juga.

Pewawancara : Kamu termasuk orang yang mudah beradaptasi engga sih

di lingkungan baru?

Partisipan : Iya. Aku dari kecil kalo sama orang-orang baru gampang

kenalan, tapi kalo untuk kayak penyesuaian diri aku tuh

paling susah gitu, misalnya kayak dia sikapnya begini, aku

kadang kan masih suka egois sendiri Kak, tapi sekarang

udah mulai belajar sih kalo dia kayak begini aku kayak

begini.

Pewawancara : Bagaimana cara kamu memperkenalkan diri di lingkungan

baru?

Partisipan : Biasanya sih aku nyapa duluan. Terkadang nyapa duluan

atau kadang dia yang nyapa duluan, misalnya kayak

“nama kamu siapa?” baru deh kayak akrab terus ngobrol.

Pewawancara : Kamu sering engga berbagi makanan atau minuman ke

teman?

Partisipan : Hehehe (tersenyum) sering pastinya.

Pewawancara : Biasanya apa yang sering kamu bagi ke mereka?

Partisipan : Macem-macem misalnya kalo lagi jalan temen-temen

minta ngajak traktir ya aku traktir tapi nanti gantian gitu

traktirnya.

Pewawancara : Kamu sering bantu tutor engga?

Page 200: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Maksudnya bantuin tutor kaya gimana?

Pewawancara : Misalnya kaya bawain laptop atau apapun itu.

Partisipan : Oh. Iya pernah, biasanya suka dimintain tolong bawain

infocus.

Pewawancara : Kamu suka ikut merasakan kesedihan orang lain engga?

Partisipan : Kadang-kadang Kak kalo misalnya dia sedih banget jadi

aku ikutan sedih tapi kalo engga ya engga. Tergantung dia

sedih banget engga, misalnya kayak dia curhat yang sedih

jadi aku ikutan terharu dengernya, kalo biasa aja ya biasa

aja.

Pewawancara : Kamu termasuk orang yang menghargai pendapat orang

lain engga sih?

Partisipan : Iya sih, iya. Karena aku kan juga analogi kayak kelompok

gitu. Tapi kadang-kadang suka lupa gitu kan, suka kayak

tadi egois gitu, maunya pendapat sendiri tapi setelah itu

suka ke inget sendiri kalo itu kan pendapat temen, aku

harus nerima pendapat dia.

Pewawancara : Kamu kalau sama orang yang engga di kenal suka

menyapa engga?

Partisipan : Engga hehe (tersenyum). Biasanya sih kalo dia duluan

yang nyapa ya aku balik nyapa, tapi kalo engga nyapa ya

engga hahaha (tertawa).

Pewawancara : Tapi kamu pernah merasa engga kalau kamu pengen

menyapa duluan tetapi khawatir orang yang disapa engga

merespon kamu?

Partisipan : Nah iya aku sempet kaya gitu Kak. Aku takut kalo orang

yang aku sapa malah engga balik nyapa aku kan nanti

malu juga kalo di cuekin, engga cuma malu doang sih tapi

kesel juga kan Kak kalo kita lagi ngomong sama orang

tapi orang tersebut engga balik respon ke kita.

Page 201: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Ketika kamu ketemu sama tutor di luar kelas sikap kamu

bagaimana?

Partisipan : Biasanya sih yaa salim aja biasa gitu hehe (tertawa).

Pewawancara : Sering mengingatkan teman agar bersikap baik engga?

Partisipan : Seriiiing benget, tapi kadang temennya aja yang suka cuek

gitu.

Pewawancara : Biasanya apa yang kamu lakukan?

Partisipan : Biasanya kalo dia ngobrol atau misalkan tutor lagi

menjelaskan terus aku “ssssttttt jangan berisik!” biar

semuanya bisa denger juga kan Kak, tapi kalo cuma ke

satu orang ya aku “sstttt” (menempelkan jari telunjuk ke

depan bibir) gitu, hehe (tertawa).

Pewawancara : Oke Txxx cukup sampai disini wawancara kita. Terima

kasih sudah bersedia di wawancarai (bersalaman).

Partisipan : Iya Kak, sama-sama (bersalaman).

Page 202: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : H

Tempat : Ruang Belajar SMP Kelas VIII B di Homeschooling Kak

Seto

Tanggal : 15 Januari 2015

Waktu : 10:46 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum. Hai apa kabar Hxxx?

Partisipan : Wa’alaikumsalam, Alhamdulillah baik kak. Kakak apa

kabar?

Pewawancara : Alhamdulillah baik juga. Kita langsung mulai aja ya

wawancaranya?

Partisipan : Oh iya kak boleh-boleh.

Pewawancara : Kamu punya temen deket di homeschooling?

Partisipan : Punya (mengangguk).

Pewawancara : Namanya siapa?

Partisipan : Tuh (nunjuk ke arah temannya)...Axxx, Axxx, Txxxx

(melirik lagi ke arah temannya) yaaaa banyak soalnya

(menatap ke arah pewawancara kemudian tersenyum).

Pewawancara : Kenapa sih kamu senang bermain dengan mereka?

Partisipan : Orangnya baik, bersahabat juga (tersenyum).

Pewawancara : Trus kamu kalo lagi bermain dengan mereka mainnya

ngapain aja?

Partisipan : Mainnya makan hahaha (tertawa dengan keras).

Pewawancara : Kuliner ya?

Partisipan : Yaaa engga sih (tersenyum)...maksudnya yaaa (melirik

ke arah samping kanan) ngapa-ngapain aja (tersenyum).

Pewawancara : Maksudnya kaya gimana ngapainnya? Apa cuma

nongkrong? doang? Nonton?

Page 203: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Yaaaa ngobrol-ngobrol.

Pewawancara : Atau ngomongin cowok?

Partisipan : Aaaaaakkkkkkkk hahaha (tertawa terbahak-bahak

dengan suara yang keras).

Pewawancara : Gimana?

Partisipan : Yaaa...yaaa...(berpikir sambil tersenyum) ngapain aja,

engga tentu (melihat ke arah teman yang ada di

depannya).

Pewawancara : Seringnya kalo jalan tuh ngapain aja? Pergi kebioskop?

Atau yang lainnya?

Partisipan : Iya. Ya nonton doang atau jalan-jalan hehehe (tertawa).

Pewawancara : Hang out ya? (tersenyum)

Partisipan : Hehehe (tertawa).

Pewawancara : Kalo di luar homeschooling, kamu punya temen engga?

Partisipan : Punya.

Pewawancara : Temen deket banget?

Partisipan : Iya. Iya udah lama, udah 12 tahun sama dia.

Pewawancara : Kalo boleh tau namanya siapa?

Partisipan : Namanya Inxx. Jadi dari kecil aku udah temenan sama

dia.

Pewawancara : Ooohhhh Inxx. Jadi udah lama temenan sama dia. Itu

temen sekolah juga?

Partisipan : Jadi tetanggaan (sambil menggenggam kedua tangan di

atas meja). Jadi dari situ tuh udah kenal. Bener-bener

yang udah ngerti. Yang dari aku kelas 3 (sekolah dasar)

tuh aku udah dikenalin sama dia. Jadi sampai sekarang

tuh jadi sahabat. Tapi dulu tuh kita kaya berantem-

berantem gitu, terus sekarang jadi temen.

Pewawancara : Kapan waktu kamu bertemu sama temen-temen kamu?

Baik itu yang temen homeschooling atau temen rumah.

Page 204: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Kalo yang di homeschooling yaaaaa di sekolah. Kalo

yang (berpikir) yang temen, temen aku itu yang (berikir,

melirik ke bawah) kan aku jemput adek aku tuh di

sekolah. Jadi kan aku dulu sekolah disitu, jadi ketemu.

Jadi SMP sama SD waktu itu kan digabung kan. Dulu

kan aku di SMP PJ.

Pewawancara : Apa itu PJ?

Partisipan : Pxxxxxxxxxx Jxxx.

Pewawancara : Dimana lokasinya?

Partisipan : Di sektor 3 nya.

Pewawancara : Oooohh. Ngapain aja biasanya kalo ketemu sama temen

yang di rumah?

Partisipan : Yaaaa (berpikir, melihat ke atas) ngobrol, cerita-cerita,

kangen-kangenan.

Pewawancara : Trus jalan?

Partisipan : Iya jalan, nonton (tersenyum).

Pewawancara : Sering ketemu engga sama temen yang lama?

Partisipan : Sering sih. Soalnya kan aku kan sering jemput adek aku.

Yaaaa maksudnya engga sering banget gituu.

Pewawancara : Waktu buat jalan sama temen kamu di

homeschooling sama yang di rumah gimana?

Partisipan : Eeeehhmm (bergumam) engga terlalu sering sih. Kalo

misalkan yang di homeschooling paling ke McD, kalo

engga ke...(berpikir) ke situ-situ aja sih. Kalo yang di...di

sekolah yang lama kan mereka berangkat jam 07:15 WIB

pulang mereka ada yang jam 15:30 WIB, jam 17:00

WIB, kalo sabtu minggu tuh mereka kadang-kadang ada

les. Jadi lebih sulit aja gitu kalo mau ngajak jalan mereka

gitu.

Pewawancara : Berapa kali biasanya dalam satu minggu kamu bermain

dengan temen di rumah?

Page 205: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipasi : Yang dimana?

Pewawancara : Sahabat kamu yang di rumah.

Partisipan : Bukan di rumah sih ituuu. Maksudnya, kan sekarang aku

udah pindah kan, jadi (berpikir)...jarang sih jarang

(mengangguk).

Pewawancara : Kalo sama temen yang di homeschooling kapan

ketemunya?

Partisipan : Yaaaaaaa pas di sekolah aja sih Kak, atau engga palingan

Line-line-an. Aku juga temenan sama anak DL.

Pewawancara : DL itu apa?

Partisipan : Kan homeschooling ada komunitas sama DL.

Pewawancara : Oooh Distance Learning?

Partisipan : Yaaaa Distance Learning (tersenyum). Ya, aku ada di

Distance Learning temennya.

Pewawancara : Sebelum sekolah di homeschooling, kamu sekolah di

sekolah formal ya?

Partisipan : Iya (menganggukkan kepala kemudian tersenyum). Aku

dari TK sampe SMP semester dua akhir...(berpikir) eh

semester dua tengah-tengah aku di formal.

Pewawancara : Semester dua kelas berapa?

Partisipan : Semester dua kelas satu SMP, yang mau akhir-akhir

UAS trus aku pindah kesini.

Pewawancara : Kenapa kamu pindah?

Partisipan : Kan aku kan disitu, dulu aku sakit. Jadi tuh kaya

(berpikir) aku tiap pagi tuh, aku kan punya sakit maag,

lambung ku luka gitu kan, jadi kaya gimaa gitu...jadi

engga bisa pagi-pagi tuh aku engga boleh yang kaya

gimana-gimana (menggerakkan tangan ke arah depan).

Engga boleh terlalu capek juga, jadi home-schooling kan

waktunya cuma 3 jam. Masuk jam 10.15 eh jam 9.00 pun

baru masuk kan, jadi aku lebih milih homeschooling, dan

Page 206: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

pendekatannya pun di homeschooling lebih cepet dari

pada di sekolah-sekolah formal lain. Kan homeschooling

cuma dikit kan jadi pendekatan murid baru sama murid

lamanya kan bisa langsung gitu hehe (tersenyum).

Pewawancara : Kamu kalo di homeschooling berarti dari kapan?

Partisipan : Dari bulan mei pas mau UAS.

Pewawancara : Kenapa sih lebih milih homeschooling daripada sekolah

formal?

Partisipasi : Gimana yaaaaaa (berpikir, mata melirik ke

atas)...maksudnya kayaaa...(berpikir lagi) enak aja kalo

sekolah di homeschooling lebih...aku nya tuh lebih

nyaman gitu (tersenyum).

Pewawancara : Nyamannya kenapa?

Partisipan : Nyamannya (berpikir, mata melihat ke kanan dan

kiri)...yaaa karena enak aja gitu sekolahnya yang engga

terlalu, terlalu apa gituu hehe (tertawa).

Pewawancara : Gitunya kenapa? Hehe (tersenyum)

Partisipan : Engga terlalu formal-formal banget.

Pewawancara : Apa di sekolah yang dulu ada kejadian atau ada masalah?

Cerita aja kalau mau cerita (tersenyum).

Partisipan : Jadi aku kan...eeehhhmm (bergumam) aku kan sakit

dan juga jarang masuk. Abis itu ada masalah sama

gurunya juga, ada masalah sama temennya juga yaa gitu

deh (tersenyum malu).

Pewawancara : Kalo sama gurunya kaya kenapa?

Partisipan : Yaaa aku kan sakit, ya pokoknya banyak deh masalahnya

susah di ceritain (tersenyum).

Pewawancara : Emang kenapa? Kamu di bully?

Partisipan : Eeehhhmm (bergumam) iya...eehhhmm bukan sih

(tersenyum)...kaya diapain yaaa...gatau lah aku bingung

(menggaruk-garukkan kepala sambil tersenyum).

Page 207: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Yaaahh kok bingung sih, gimana? hehe (tersenyum)

Partisipan : Yaa sama kaya temen...yaaaaaa kaya di cuekin. Karena

kan dulu aku juga jarang masuk jadi kan pasti di

omongin kan. Jadi pas pertama aku masuk aku di cuekin.

Trus sama guru kan, aku kan sangking jarang masuknya,

gurunya bilang kalo sakit jangan manja, kan jadi kaya

gimaaa gitu...trus kata wakil kepala sekolah, aku kan

ceritain kan, aku kan di rujuk-rujuk ke rumah sakit

mana-mana kan memang untuk sembuh kan, trus kata dia

buang-buang duit aja...iya kan jadi gimana gitu kan

(ekspresi muka agak sedikit emosi). Ya udah, aku juga

udah engga nyaman. Aku setiap mau ke sekolah tuh aku

ketakutan, aku engga mau sekolah sangking kaya

gitunya, tuh aku sangking ketakutan gitu. Sampe aku tuh

susah banget mau sekolah.

Pewawancara : Perbedaan apa sih yang kamu alami ketika kamu

bersekolah di sekolah formal dengan yang di

homeschooling ini?

Partisipan : Kalo sekolah formal itu menurut aku lebih capek gitu ya

Kak, soalnya kan pelajarannya pun yang seni budaya pun

harus di ulang, ada ulangannya juga. Kalo disini kan

lebih enak 6 mata pelajaran, jadi lebih...lebih rileks. Kita

juga bisa belajar ngatur waktu juga. Misalnya disiplin

waktu, bisa ngatur waktu gitu.

Pewawancara : Kamu nyaman di homeschooling?

Partisipan : Nyaman banget (ekspresi wajah senang).

Pewawancara : Nyamannya gimana?

Partisipan : Yaaa aku rasanya nyaman, engga terlalu gimanaa gitu

hehehe (tersenyum). Gimana yaaaa (berpikir, melihat ke

atas)...kaya, aku seneng aja sekolah di sini. Welcome,

abis itu seru, abis itu pelajarannya eeehhmm (bergumam)

Page 208: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

yaa bukunya aja tuh udah ngerangkum semua gitu, jadi

kaya enak aja.

Pewawancara : Menurut kamu, bagaimana teman-teman di

homeschooling ini?

Partisipan : Baik. Baik kok (tersenyum).

Pewawancara : Welcome ya?

Partisipan : He’eemm (mengangguk).

Pewawancara : Kalau teman-teman di sekolah formal, sebelum kejadian

itu gimana?

Partisipan : Baik sih...tapi kaya gimana yaaa (ekspresi wajah tidak

sesenang sebelumnya) kalo misalkan begini, misalkan

satu orang nih dicuekin jadi semuanya ikut-ikutan jadi

kaya pada sekongkolan gitu.

Pewawancara : Kaya geng-gengan ya?

Partisipan : Iya(mengangguk-anggukan kepala)

Pewawancara : Kalo di homeschooling pada geng-gengan engga?

Partisipan : Engga sih. Kita kaya temen semua aja.

Pewawancara : Kalo cara bergaul kamu di homeschooling itu kayak

gimana sih?

Partisipan : Waktu pelajaran kita ketawa-ketawa bareng, abis itu

kenalan ntar lama-lama deket.

Pewawancra : Kalo kamu ketemu sama orang baru sikap kamu gimana?

Partisipan : Aku diem (tersenyum). Aku diem dulu. Lama-lama aku

tanya namanya siapa hahaha (tertawa dengan kelihatan

gigi).

Pewawancara : Diamnya berapa lama?

Partisipan : Sampe menurut aku, aku bisa nyapa dia atau engga

hehehe (tertawa)...sampe aku berani hahaha (tertawa

lagi).

Pewawancara : Kamu pernah menghibur teman yang sedang sedih

engga?

Page 209: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Iya (mengangguk sambil tersenyum).

Pewawancara : Caranya?

Partisipan : Nenangin dia gitu. Kaya nanya kenapa kamu sedih. Ya

gituuu hehehe (malu, tertawa).

Pewawancara : Kalau kamu lagi sedih sering cerita ke temen engga?

Tanggapan temen kamu gimana?

Partisipan : Kadang sih cerita. Yaaaaaaa (berpikir) mereka dengerin,

kadang juga ngasih saran sih.

Pewawancara : Pernah membantu teman yang kesulitan engga?

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Ngapain?

Partisipan : Misalkan aku bantuin dia, dia punya masalah sama

temennya, nah aku kasih solusi. Terus dia bilang “ooh

makasih”.

Pewawancara : Perasaaan kamu ketika udah nolongin gimana?

Partisipan : Seneng.

Pewawancara : Senengnya gimana?

Partisipan : Yaaa kaya..oohh dia percaya sama gue makanya dia

ceritanya ke gue.

Pewawancara : Kamu punya perasaan engga kalo suatu saat nanti temen

yang kamu bantuin tadi akan melakukan timbal balik

nolong kamu?

Partisipan : Aku sih engga pernah mikir itu ya, yang penting kalo aku

bantuin dia kalo dia seneng ya aku seneng. Aku engga

berharap yang kaya kalo gue bantu dia, dia bakal bantu

gue juga.

Pewawancara : Kamu punya temen yang berbeda suku, agama, ras,

budaya, gender?

Partisipan : Punya.

Pewawancara : Sikap kamu ke mereka gimana?

Page 210: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Biasa aja, kaya sama aja kaya temen-temen yang lain,

cuma kita saling menghormati aja.

Pewawancara : Kalau kamu punya temen yang kekurangan fisik, sikap

kamu ke dia gimana?

Partisipan : Yaaa aku yang kaya nganggep dia kaya tmn biasa

sendiri. Tapi ya kaya kita harus lebih ngerti aja kalo dia

tuh kaya gitu.

Pewawancara : Kamu suka ikut merasa kesedihan teman kamu engga?

Partisipan : Iya ngerasa. Trus aku tanya kenapa sedih.

Pewawancara : Hxxxxxx, kalo kamu ketemu sama orang yang engga di

kenal, respon kamu tuh gimana?

Partisipan : Aku senyumin (tersenyum).

Pewawancara : Suka nyapa sama orang yang engga di kenal engga?

Misalnya kaya aku yang dateng ke homeschooling ini

dan wawancara kamu (tersenyum).

Partisipan : Aku sih senyumin dia dulu. Kalo dia nya gitu hehehe

(tersenyum) aku ya gitu hehehe (tersenyum lagi).

Pewawancara : Suka mengingatkan teman agar bersikap baik engga?

Partisipan : Kadang-kadang. Kaya Vxxxx tadi. Aku suruh ngapain

gitu kan, kaya Vxxxx cuci tangan dulu aja, gimana dong.

Gituuu.

Pewawancara : Suka berbagi makanan engga sama teman?

Partisipan : Suka. Tuh yang kaya tadi (nunjuk ke arah temannya

yang di depan pintu) hehe (tertawa). Itu yang kaya aku

bagi makanan ringan ke temen.

Pewawancara : Kamu suka bantuin kakak-kakak tutor disini engga?

Misalnya bawain laptopnya, ambilin penghapus, spidol

atau apa gitu?

Partisipan : Jarang, tapi lupa (tersenyum).

Pewawancara : Menurut Hxxxxxx, kamu itu orang yang mudah

bersosialisasi di lingkungan baru atau engga?

Page 211: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Aku yaa (berpikir)...aku orangnya kalo akunya nyaman

sama mereka, aku tuh langsung gampang berosialisasi.

Pewawancara : Mudah bergaul sama orang baru?

Partisipan : He’ehh (mengangguk).

Pewawancara : Kamu merasa mudah mendapatkan teman?

Partisipan : Aku merasa iya mudah.

Pewawancara : Biasanya kamu untuk pertama kali ketemu sama orang

baru itu gimana?

Partisipan : Pertama kita diem-dieman dulu. Lama-lama aku

senyumin dia kan, ya udah aku kenalan siapa namanya,

lama-lama deket gitu.

Pewawancara : Hxxxxxx kalo ketemu dengan tutor-tutor di lingkungan

homeschooling cara nyapanya gimana?

Partisipasi : Yaaa... “hai Kak”. Ya gitu aja sih.

Pewawancara : Terima kasih ya sudah bersedia untuk kakak

wawancarai.

Partisipan : Iya kak, sama-sama.

Page 212: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA

Partisipan : A

Tempat : Ruang Belajar SMP Kelas VIII B di Homeschooling Kak

Seto

Tanggal : 15 Januari 2015

Waktu : 12:10 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum. Hai apa kabar Axxx? (sambil

bersalaman)

Partisipan : (Bersalaman) Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah

baik-baik. Kakak apa kabar?

Pewawancara : Alahmdulillah kakak baik juga.

Partisipan : Mulai sekarang nih kak wawancaranya?

Pewawancara : Iya di mulai sekarang aja. Oke kita mulai pertanyaannya,

kamu punya temen deket di homeschooling engga?

Partisipan : Punya, tuh (nunjuk ke arah temannya) Hxxx dan Axxx

yang paling deket sih.

Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan mereka?

Partisipan : Karena mereka care. Habis itu eeehhmmm (berpikir,

menatap pintu yang ada di depannya) walaupun mereka

kadang ngeselin, tapi kan ngeselinnya kan kaya bercanda

gitu kan jadi ya gitu dibandingkan sama yang anak-anak

gaul kan kadang mereka nyari sensasi doang jadi ya kaya

seperti itu.

Pewawancara : Bagaimana cara kamu kalo lagi bermain dengan mereka?

Partisipan : Cara mainnya ngesot kak hehehehe (tertawa), engga-

engga bercanda hehehe (tersenyum). Eeeehhmm

(berpikir) main aja kaya seru-seruan, bercanda-bercanda

Page 213: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

gitu, kaya maen kerumahnya, abis itu kaya jalan-jalan

bareng.

Pewawancara : Punya teman selain di homeschooling?

Partisipan : Beeuuhh banyak banget kalo di luar kak. Banyak

buangeeett (wajah bersemangat).

Pewawancara : Kapan kamu bertemu dengan teman di homeschooling

atau teman di luar homeschooling?

Partisipan : Kalo di homeschooling kan yang pasti kaya sesuai hari

masuknya kan. Ya kalo sama temen luar, biasanya

kadang kaya harus komunikasi dulu kaya “Lo dimana?”,

kaya kabar-kabaran dulu baru jalan bareng.

Pewawancara : Biasanya jalan kemana?

Partisipan : Yaaa engga tentu sih, engga tentu. Biasanya ke PIM, ke

Pondok Indah Mall.

Pewawancara : Kalo ketemu ngapain aja?

Partisipan : Hehehe (tertawa) yaaa (mata melihat ke atas) hehehe

(tertawa lagi) ngobrol-ngobrol, tuh kaya misalkan sama

cewe-cewe aja ngomonginnya cowok yang pasti lah yaa

(sambil memasang wajah semangat). Abis itu ya kaya

kalo ada cowok ganteng “Eh eh eh itu cowok ganteng

banget!” yang kaya gitu (tersenyum). Tapi kalo misalkan

nongkrongnya bareng temen cowok juga jadi kaya

ngobrol biasa aja.

Pewawancara : Sering ketemu engga?

Partisipan : Eeeehhhmmm (melirik kearah teman yang sedang

berbicara dengan temannya di depan) sebenarnya aku sih

kalo di anak-anak homeschooling sering sih.

Pewawancara : Kalo sama temen yang dirumah?

Partisipan : Sering, sering (menganggukkan kepala berulang-ulang).

Pewawancara : Biasanya seminggu berapa kali ketemuan sama mereka?

Partisipan : Sama temen luar?

Page 214: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Iya.

Partisipan : Kalo sama temen luar biasanya seminggu sekali atau dua

kali sih. Soalnya kan walaupun aku homeschooling kan

kaya agak santai, kalo mereka kan juga sekolah kan

apalagi aku temen-temennya SMA semua kebanyakan

jadi kaya ulangan harian gitu.

Pewawancara : Sebelum sekolah di sini, kamu sekolah di sekolah

formal?

Partisipan : Pernah di…(berpikir) Aku dari TK sampe kelas VII SMP

di Pxxxxxxxxxx Jxxx. Abis itu semester dua kelas

VIII...eh semester dua kelas VII pindah ke SMPN 1

(satu) kali. Abis itu karena engga betah di sana akhirnya

aku pindah kesini.

Pewawancara : Kenapa engga betahnya?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir) ada masalah. Terus yang kaya ada

geng-gengan gitu loh. Aku kan engga suka ya yang kaya

geng-gengan gitu, maksudnya kaya lo kalau mau

berteman sama gue ya berteman aja engga usah pilih-

pilih gitu jadi kaya selalu ngeledek satu sama lain gitu

(sambil memasang wajah tidak suka). Akhirnya aku

pindah dan aku pindah bukan karena itu juga, karena aku

pengen lebih serius ke musik.

Pewawancara : Emang cita-cita kamu apa?

Partisipan : Musisi atau engga sutradara (tersenyum).

Pewawancara : Sekarang kesibukan kamu selain di homeschooling

ngapain?

Partisipan : Aku suka performance gitu. Suka bikin video, pengen

jadi kaya youtubers gitu (tersenyum). Buat lucu-lucuan.

Hobinya aku itu main gitar, dengerin musik, nyanyi,

main piano.

Pewawancara : Kamu les musik juga?

Page 215: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Iya. Setiap hari rabu sama kamis.

Pewawancara : Sejak kapan Axxx sekolah di homeschooling?

Partisipan : Sejak (berpikir) kelas VIII semester 1 (satu).

Pewawancara : Kenapa lebih milih homeschooling daripada sekolah

formal?

Partisipasi : Soalnya kaya (sambil berpikir) santai sih engga. Tapi

yang eehhhmm kebanyakan kan isinya kaya yang punya

masalah atau engga yang kaya ada orang-orang yang

agak maaf yang agak kurang normal gitu. Eehhmm

(berpikir) aku kesini yaaa itu pengen lebih serius ke

musik. Kepengen dari sekarang, dari umur sekarang udah

pengen mencoba gimana sih caranya biar serius ke

musik. Abis itu kan kalo performance-nya dari kecil

kecil entar lama-lama kan bisa jadi besar, jadi pengen

mencoba dari sekarang biar nanti gedenya udah bisa gitu.

Pewawancara : Keluarga suka musik juga?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir) suka. Kakak aku anak band. Sodara

aku banyak sih yang musik-musik, tapi mama aku engga.

Pewawancara : Kamu merasa nyaman atau tidak bersekolah di

homeschooling?

Partisipan : Nyaman. Temennya baik-baik, ramah (tersenyum). Aku

kan mau serius ke musik ya kak, jadi aku ngerasa bisa

bagi waktu aja antara pendidikan akademik dan hobi

musik aku. Kan kalo di sekolah formal agak sulit tuh ya

kak bagi-bagi waktunya, kan di sekolah formal waktu

belajarnya lebih lama dibandingkan di homeschooling.

Pewawancara : Menurut kamu perbedaan apa yang kamu alami ketika

bersekolah di sekolah formal dengan yang di

homeschooling?

Partisipan : Kalo di sekolah formal, eeehhhmmm apa ya

(berpikir)...kakak kelasnya agak songong yang pasti.

Page 216: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Senioritasnya banyak banget (sambil memasang wajah

kesal). Abis itu yang kayak maksudnya mereka suruh

adik kelas respect gitu kayak menghargai tapi giliran kita

menghargai mereka, mereka sendiri engga menghargai

balik jadi ngapain dong kita menghargai mereka. Ya

kayak gitu, abis itu aku juga pernah di bully by the way.

Ya tapi aku ngelawan. Aku engga suka kalo ada orang

kaya gitu kan.

Pewawancara : Kamu di bully gimana?

Partisipan : Sebenarnya bukan di bully yang kaya “Eh, elo tuh

jelek!”. Tapi temen aku yang di bully, sahabat ya lah.

Terus aku nolongin dia, abis itu jadi aku yang kena gitu.

Tapi sahabat aku engga tau terima kasih, jadi aku kaya di

telantarin gitu. Tapi di situ temen-temen aku banyak,

cuma yang kaya dia-nya itu satu angkatan kaya kesel

sama dia gitu. Jadi ya aku kaya ya udah sih, berani-

beraniin diri lah ya. Soalnya kalo diem terus, makin lama

kan mereka tambah semakin aja jadi kita mesti lawan ya

mau gimana lagi (sambil memasang raut wajah tidak

senang).

Pewawancara : Menurut kamu, sikap teman-teman di homeschooling

gimana?

Partisipan : Ada yang baik, ramah, friendly, tapi ada juga kaya jutek,

cuek gitu.

Pewawancara : Bedanya teman-teman di sini sama di sekolah formal

gimana?

Partisipan : Kalo temen-temennya sih sama aja sih yang dulu sama

yang sekarang yang deket sama aku tuh yang seru-seru

banget sih. Tapi kalo yang sekarang lebih nyaman aja. Di

sini, mungkin...tapi kan ada kakak kelas yang engga

suka sama adik kelas. Tapi di sini kan engga boleh ada

Page 217: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

senioritas gitu kan kak, jadi ya kalo sekali di apa-apain

harus cerita gitu kan. Jadi ya lebih nyaman aja gitu kak,

lebih agak santai gitu.

Pewawancara : Cara bergaul Axxx sendiri gimana sih?

Partisipan : Aku pertamanya nih, aku tuh pertamanya kalo bergaul

tuh aku diem banget. Tapi entar kalo udah beberapa

bulan kemudian, masya Allah...nih tau sendiri nih orang

(nunjuk ke teman yang ada di sebelahnya). Udah kayak

bener-bener yang petakilan. Sebenarnya lebih dari itu sih

kalo sama temen-temen luar. Heeeuuuu gila banget

(sambil memasang reaksi wajah antusias). Kita kadang

tuh ya kalo lagi di mall suka lompat-lompat sendiri,

pokoknya gila banget deh kak hahaha (tertawa dengan

suara keras).

Pewawancara : Kamu pernah engga sih menghibur teman ketika

bersedih?

Partisipan : Eeeeuuhhh sering Kak. Alhamdulillah ya Allah,

subhanallah (memasang wajah senang).

Pewawancara : Cara menghiburnya bagaimana?

Partisipan : Jadi kan kayak, eehhmm bagaimana ya ngomongnya

susah deh (berpikir sambil memasang raut wajah tidak

nyaman).

Pewawancara : Kalo engga mau diceritain juga engga apa-apa.

Partisipasi : Eeeehhmm jadi gini, kan temen aku mamanya kan

meninggal, abis itu yang kaya di hari itu aku tuh ikut

dateng kesana gitu kan. Abis itu kan yang kaya ngomong

“Ya udah kamu ikhlasin aja, kasian mama kamu di sana

kalo kamu kaya gini”, ya trus kaya bercanda-bercanda

aja kaya “Eh, elu ngapain?”, kaya bercanda ketawa-

ketawa gitu. Trus diajak makan. Ya selama tiga hari itu

aku nginep dirumah dia, biar ada yang nemenin.

Page 218: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Pernah membantu teman yang merasa kesulitan materi

atau yang lainnya?

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Yang kamu tolong temen baik kamu?

Partisipan : Temen deket banget sih engga. Jadi waktu itu tuh lagi

belajar. Sebenarnya aku tuh agak stupid (sambil

memasang raut wajah malu), emang stupid sebenarnya.

Tapi kalo aku lagi serius nangkep pelajaran dan aku

ngerti, gurunya tuh suruh aku bantu temen aku yang

kesulitan belajar tadi trus akhirnya belajar bareng gitu.

Pewawancara : Bagaimana perasaan kamu setelah membantunya?

Partisipan : Ya pasti seneng kak, aku ngerasa eeehhhmmm (berpikir)

kayak aku berguna aja bisa bantuin temen belajar hehe

(tertawa).

Pewawancara : Kamu punya teman yang beda agama?

Partisipan : Banyak kak.

Pewawancara : Sikap kamu ke mereka bagaimana?

Partisipan : Ya pasti menghargai banget lah. Aku aja tuh punya

temen yang agamanya tuh Khonghucu, maksudnya kalo

mereka ngehargai agama aku pasti aku juga ngehargai

agama mereka kan. Jadi ya fine-fine aja. Aku juga

banyak temen yang agama Kristen.

Pewawancara : Sikap Axxx ke teman yang kekurangan fisik bagaimana?

Partisipan : Ya pasti kasihan, karena dia engga bisa ngelakuin

eehhmm apa yang sesuai sama dengan kita yang normal.

Ya ngehibur dia, ngebantu dia buat kaya be your self,

elo ga perlu jadi yang perfect karena dunia ini engga ada

yang perfect. Jadi ya syukurin aja apa yang elo udah

punya. Ya gitu aja sih Kak.

Pewawancara : Kalau ada teman yang sedih, kamu ikut merasakan

kesedihannya?

Page 219: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Pasti. Aku...aku orangnya tuh termasuk orang yang

perasaannya tuh tinggi banget gitu Kak, jadi kayak sekali

liat temen yang sedih tuh kasian. Kadang kalo yang

misalkan bener-bener serius-serius gitu sedihnya atau

masalahnya aku nangis gitu engga jelas hehe

(tersenyum). Ya nangis sampe keluar air mata gitu,

serius Kak.

Pewawancara : Kalo kamu sedang merasa sedih sering cerita ke teman

engga?

Partisipan : Sebenarnya bukan aku yang mau cerita sih. Aku kadang

tuh yang lebih pengen mendemin sendiri, jadi kayak di

balik sedih tapi di depan yang kayak senyum.

Sebenarnya aku yang kayak sedih (sambil menunjukkan

muka sedih). Aku nunggu temen nanya aja, jadi engga

langsung cerita ke temen. Kalo sahabat aku nanya

“Axxx, elo kenapa sih? Cerita dong” baru deh aku cerita.

Soalnya aku kalo cerita sama orang-orang tertentu doang

kak, yang bener-bener udah kayak sodara.

Pewawancara : Axxx merasa gampang engga bersosialisasi di

lingkungan baru?

Partisipan : Engga. Soalnya setiap orang itu nilai aku itu jutek

banget. Emang aku orangnya kalo baru pertama kali

ketemu sama orang keliatan jutek banget. Hampir

semuanya loh Kak bilang “Eh ini anak jutek banget sih”

(memasang wajah jutek). Tapi engga tau karena apa,

mungkin karena mataku yang bikin jutek. Ya tapi

semenjak udah kelamaan-kelamaan temen aku bilang nih

anak asik juga, seru. Trus aku bilang thank you hehehe

(tertawa senang).

Pewawancara : Kalau beradaptasi di lingkungan baru, kamu termasuk

orang yang mudah beradaptasi engga?

Page 220: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Sebenarnya sih aku mudah Kak kalo beradaptasi mah,

tapi ya gitu kalau untuk bersosialisasinya agak kurang,

kayak yang aku bilang tadi setiap orang kalo pertama

kali liat aku katanya aku ini jutek banget, padahal engga

kan ya Kak? Hahaha (tertawa).

Pewawancara : Haha iya engga kok. Oh ya kalau masalah mendapatkan

teman, kamu merasa mudah mendapatkan engga?

Partisipan : Yaaaa sebenarnya tergantung dia sih Kak. Kalo aku sih

ya kalo aku engga punya temen ya aku sih engga apa-

apa. Aku kalo temenan liat orangnya dulu sih.

Pewawancara : Kamu termasuk orang yang pendiam engga?

Partisipan : Engga. Ya kayak tadi aku bilang ke kakak. Aku itu kalo

udah kenal sama orang bisa udah kaya lebih-lebih dari

orang gila tingkahnya hahaha (tertawa). Tapi kalo untuk

pertama kali ketemu sama orang gitu, diem aja.

Pewawancara : Kenapa seperti itu? Karena kamu malu?

Partisipan : Engga. Yaaa engga tau. Aku tuh udah berusaha buat

yang kaya berusaha untuk ngobrol, tapi ya engga bisa,

bener-bener yang kayak diem kaku gitu dari kecil emang

gitu. Tapi disitu aku berusaha loh Kak buat bisa

bercanda-canda gitu, tapi pasti hasilnya garing

(tersenyum).

Pewawancara : Kalo kamu bertemu dengan orang yang belum di kenal

suka menyapa atau engga?

Partisipan : Maksudnya baru kenal gitu? Di kenalin temen?

Pewawancara : Iya maksudnya seperti itu.

Partisipan : Nyapa. Paling “hai”, terus kenalan kaya “Nama gue

Axxx”. Paling kaya gitu doang.

Pewawancara : Kalo ketemu sama tutor di homeshcooling sikapnya

bagaimana? Cium tangan atau cuma ngucapin “hai

Kak”?

Page 221: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Kadang salim. Kadang “hai Kak” doang.

Pewawancara : Axxx pernah engga mengingatkan teman untuk bersikap

baik ketika di kelas atau dimana pun?

Partisipan : Kalo baik sih sering. Aku itu eehhmm (bergumam) tipe

orang yang paling suka nasihatin, tapi sebenarnya aku

diri sendirinya engga bisa nasihatin diri sendiri. Jadi kalo

nasihatin orang jago tapi kalo buat diri sendiri engga bisa

hehe (tersenyum). Aku pernah nasihatin temen aku. Jadi

temen aku banyak yang broke gitu kan. Maksudnya

banyak yang udah bercerai. Mereka kan pastinya sedih

banget kan, pasti. Nah mereka kan suka curhat. Aku tuh

apa yaaa (berpikir), aku tuh yang selalu seminggu tuh

dapet kabar lagi kalo si ini lagi begini-begini, kan aku

jadi apa tuh Kak namanya (berpikir sambil tersenyum)

yang kalo misalkan kita punya masalah terus dicurhatin

gitu...

Pewawancra : Bimbingan konseling?

Partisipan : Nah iya itu. Aku tuh kaya begitu. Paling kasih nasihat

gitu hehe (tertawa). Tapi alhamdulillah berhasil hehe

(sambil memasang wajah senang).

Pewawancara : Kamu suka berbagi makanan atau minuman?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Misalnya apa?

Partisipan : Kadang aku suka bagi makanan atau softdrink gitu.

Pewawancara : Pernah bantu tutor bawain laptopnya atau proyektor?

Partisipan : Engga pernah. Tutornya engga pernah minta tolong. Aku

kan anak baru di sini jadi belum pernah ngebantu tutor

bawain sesuatu hehe (tersenyum).

Pewawancara : Oke, terima kasih ya Axxx sudah bersedia di wawancarai

hari ini.

Partisipan : Iya Kak, sama-sama (tersenyum).

Page 222: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA

Partisipan : N

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homeschooling Kak Seto

Tanggal : 16 Januari 2015

Waktu : 12:00 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Nxxxxxx?

Partisipan : Wa’alaikumsalam, Kak.

Pewawancara : Nxxxxxx apa kabar?

Partisipan : Alhamdulillah baik kak. Sekarang nih kak

wawancaranya?

Pewawancara : Oh iya sekarang aja kita mulai. Siapa teman dekat atau

sahabat kamu di homeschooling ini?

Partisipan : Hxxxxxx.

Pewawancara : Kamu berteman dengan Hxxxxxx aja?

Partisipan : He’eeeh (mengangguk sambil tersenyum).

Pewawancara : Hxxxxxx teman paling deket ya?

Partisipan : He’eeh (mengangguk), sama ada lagi anak Depok. Dia

anak DL. Axxx juga namanya hehehe (terseyum).

Pewawancara : Kenapa kamu seneng bermain sama mereka?

Partisipan : Seru aja. Eeehhhhmm (berpikir) enak diajak ngobrol,

engga apa yaaaa (berpikir, raut wajah malu-malu) ya gitu

engga jaim gitu hehehe (tersenyum malu-malu).

Pewawancara : Punya temen selain di homeschooling engga?

Partisipan : Ada dari sekolah lama.

Pewawancara : Kalau boleh tau mereka siapa aja?

Partisipan : Banyak sih ya. Ada Gxxx, Sxxxx, Sxxxx, eehhhm

(bergumam) Dxxx.

Page 223: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Dulunya sering main bareng? Kayak semacam satu

geng?

Partisipan : Iya hehehe (tertawa).

Pewawancara : Mereka orangnya gimana?

Partisipan : Seru juga engga jaim. Jadi kalo misalkan gila-gilaan juga

seru.

Pewawancara : Kalo kamu main sama temen yang di homeschooling

ngapain aja?

Partisipan : Biasanya mainnya kalo engga maen di kelas, ke McD,

nonton gitu.

Pewawancara : Kalo main sama temen yang dari sekolah lama biasanya

ngapain aja?

Partisipan : Yang dari sekolah lama paling...kan sekolah lama aku di

Depok, jadi kalo misalnya lagi kesana main juga sih

paling makan kalo lama disananya.

Pewawancara : Kalo ketemu sama temen-temen sebelumnya itu kapan

aja?

Partisipan : Pas sekolah aja sih, soalnya jarang keluar kalo lagi engga

sekolah, maksudnya kalo lagi engga sekolah jarang

pergi.

Pewawancara : Biasanya berapa kali dalam seminggu Axxx jalan sama

temen di homeschooling?

Partisipan : Seminggu (berpikir)...jarang ya, jarang keluar, palingan

sebulan maksimal dua kali.

Pewawancara : Axxx punya aktivitas di luar selain sekolah di

homeschooling?

Partisipan : Les.

Pewawancara : Les apa?

Partisipan : Les bimbel.

Pewawancara : Karena mau UN ya?

Partisipan : He’eehh (mengangguk sambil tersenyum).

Page 224: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Biasanya ngapain aja sih kalo ketemu sama teman-teman

kamu?

Partisipan : Ketemu? Ya cuma ngobrol, ya trus abis itu nanya-nanya

apa gitu misalnya, kan suka idolain siapa trus cerita-

cerita One Direction atau apa gitu hehe (tersenyum).

Pewawancara : Kalo sama temen yang di sekolah lama kalo ketemu

biasanya ngapain?

Partisipan : Sama juga sih. Misalnya nih ketemu, nanya-nanya di

sekolah ada apa yang baru atau pelajaran susah engga,

kan beda nih di sekolah sini kan, eeehhhmm (bergumam)

di sini sih lebih eehhmm (berpikir) apa yaaa...yang di

sana di pelajarin di sini di ulang lagi. Di sana lebih cepet

pelajaranannya.

Pewawancara : Axxx dulu sekolah di sekolah formal?

Partisipan : He’eeh (mengangguk).

Pewawancara : Di SMP mana?

Partisipan : Eeehhmmm di SMP Ixxxx Mxxxxxxxxxx.

Pewawancara : Dari TK sampe SMP di sekolah formal?

Partisipan : Iya, TK sampe SMP.

Pewawancara : Dari kapan Axxx sekolah di homeschooling?

Partisipan : Eeeehhmm (berpikir) naik kelas IX.

Pewawancara : Lebih tepatnya inget engga bulan apa?

Partisipan : Naik kelas IX yaaa pas masuk tahun ajaran baru.

Pewawancara : Kenapa lebih milih homeschooling daripada sekolah

formal?

Partisipasi : Kan baru pindah, jadi karena kelasnya baru juga jadi

males yang di sekolah formal, takutnya engga bisa

ngikutin pelajarannya atau kan beda-beda gitu kan jadi

pengen aja di homeschooling dan lebih santai.

Page 225: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Pindah bukan karena ada masalah di sekolah lama?

Misalkan di bully, engga suka sama temen-temennya

atau apa gitu?

Partisipan : Engga. Aku pindah kesini kan juga karena Papa aku

pindah kerja, jadi ikutan pindah deh.

Pewawancara : Menurut Axxx perbedaan yang kamu alami ketika

bersekolah di sekolah formal dengan di homeschooling

ini apa?

Partisipan : Bedanya di sini lebih santai, maksudnya engga santai

banget gitu tapi apa yaaaa...pelajarannya lebih masuk aja

sih karena kan kalo di sana cepet, di sekolah lama

maksudnya cepet belajarnya, di pressure terus gitu.

Pewawancara : Axxx ngerasa nyaman engga sih sekolah disini?

Partisipan : Enak. Nyaman sih hehe (tersenyum).

Pewawancara : Seneng?

Partisipan : He’eehmm seneng banget hehe (tersenyum).

Pewawancara : Tutornya gimana?

Partisipan : Tutornya itu eehhmm (bergumam) santai, engga gimana-

gimana gitu.

Pewawancara : Engga killer ya?

Partisipan : Iya engga killer, engga ada killer (tersenyum). Temen-

temennya juga santai, seru.

Pewawancara : Ada senioritas engga disini?

Partisipan : Engga, engga ada senioritas. Sama aja sih semuanya

sama kelas VIII. Makanya aku temenannya juga sama

kelas VIII hehehe (tertawa).

Pewawancara : Menurut Axxx, sikap temen-temen di homeschooling

gimana?

Partisipan : Baik-baik sih, seru-seru juga engga apa yaaa (berpikir)

hehehe (tersenyum) engga ada senioritas, engga ada

bully- bullyan gitu.

Page 226: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kalo temen-temen di sekolah dulu gimana?

Partisipasi : Seru juga, tapi yaaa geng-gengan gitu. Tapi, apa yaaa

(berpikir) ya kalo dulu dapet kelasnya sih yang seru

semuanya, satu kelas tuh kompak jadi enak. Kita pergi

liburan kemana bareng-bareng.

Pewawancara : Biasanya pergi kemana?

Partisipan : Ke Puncak. Terakhir kan ke Puncak. Ya perpisahan kelas

VIII ke Puncak.

Pewawancara : Perpisahan dari sekolah ya?

Partisipan : Iya. Eh, dari kelas sih bukan dari sekolah hehe

(tersenyum).

Pewawancara : Cara bergaul Axxx dengan teman-teman di

homeschooling kayak apa sih?

Partisipan : Sebenarnya sih kalo di sekolah tuh, engga...engga di

sekolah sih kalo di luar rumah tuh pendiem begitu.

Engga dateng-dateng langsung “Hei!” gitu. Jadi diem

sendiri-sendiri.

Pewawancara : Memangnya Axxx orangnya pendiem?

Partisipan : Kalo di rumah engga tapi kalo di luar rumah iya hehe

(tertawa).

Pewawancara : Kalo sama orang gimana? Suka nyapa engga?

Partisipan : Kalo kenal nyapa, tapi kalo engga kenal senyum aja.

Pewawancara : Sering menghibur temannya kalo lagi sedih engga?

Partisipan : Ya sering.

Pewawancara : Contohnya kayak apa?

Partisipan : Contohnya kayak misalnya lagi galau apa, misalnya

siapa gitu yang putus hehe (tersenyum), yaa di itu aja

(tersenyum kembali) kaya diajak bercanda atau diajak

ngobrol-ngobrol aja, sharing dulu.

Pewawancara : Terus ngasih solusi engga?

Partisipan : Yaaa kadang-kadang kalo bisa ngasih.

Page 227: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kalo temennya lagi kesulitan?

Partisipan : Kaya gimana?

Pewawancara : Ya misalnya temen kamu lagi kekurangan duit, uang

jajannya di potong atau apa gitu?

Partisipan : Ya bantu.

Pewawancara : Biasanya gimana cara bantuinnya?

Partisipan : Kalo ya misalnya, misalnya lagi engga bawa duit ya di

jajanin hehehe (tertawa) atau apa. Kalau masalah

keluarga, paling sharing abis itu hibur deh (tersenyum).

Pewawancara : Perasaan Axxx setelah membantu gimana?

Partisipan : Seneng sih, soalnya kan biar bisa temennya lebih engga

terlalu sedih lagi, engga terlalu mikirin hehe (tersenyum).

Pewawancara : Ada perasaan kalo suatu saat temen yang dibantu akan

bantu balik ke kita?

Partisipan : Engga sih. Ikhlas-ikhlas aja hehehe (tertawa).

Pewawancara : Tapi kadang punya perasaan seperti itu engga?

Partisipan : Kadang ada.

Pewawancara : Kalo Axxx lagi sedih biasanya suka cerita ke temen

engga?

Partisipan : Cerita. Tapi yang bisa di ceritain sih. Misalnya kaya

engga semuanya. Kaya misalnya apa yaa (berpikir, mata

melihat ke samping kiri) masalah sama temen lain atau

eehhmmm (bergumam) ya gitu-gitu aja masalah di

sekolah gitu.

Pewawancra : Terus tanggapan temen-temen Axxx gimana ketika kamu

lagi cerita ke mereka?

Partisipan : Dengerin. Kalo mereka bisa ngasih solusi, merek ngasih.

Pewawancara : Punya temen yang beda agama?

Partisipan : Ada, he’eh ada.

Pewawancara : Sikap kamu ke temen kamu itu gimana?

Partisipan : Ya sama aja sih. Engga dibeda-bedain.

Page 228: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Axxx itu termasuk orang yang mudah beradaptasi engga

sih di lingkungan baru?

Partisipan : Beradaptasi sih mudah, tapi kalo bersosialisasi kurang

hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Kenapa memang?

Partisipan : Eeehhhmm gimana ya (berpikir sambil membenarkan

posisi tempat duduk menjadi bersandar ke kursi)...

kadang tuh agak takut ngomong, berpendapat, untuk

ngomong sama orang lain tuh agak susah. Ya gatau sih

gitu aja hehe (terseyum).

Pewawancara : Oh gitu hehe (tersenyum). Biasanya kamu kalo cara

memperkenalkan diri di lingkungan baru itu seperti apa?

Partisipan : Perkenalkan diri? Eehhhmm kalo ada yang ini, yang

nanya aja hehehe (tertawa). Kalo engga ada yang nanya,

engga hehe (tertawa sambil memegang handphone). Jadi

misalkan ada yang datengin “Hai, namanya siapa?” baru

ngobrol hehe (tertawa sambil memegang hidung)

Pewawancara : Dulu pas pindah ke sini kan pasti belum kenal siapa-

siapa. Cara pertama kali kamu interaksi disini tuh

gimana?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir)...ada pas pertama masuk kan ada

yang nyapa gitu ya, akhirnya ngobrol abis itu lamaaa,

gimana yaa (berpikir dengan wajah agak bingung), trial

class...kan ada trial class pas lagi itu kan. Itu, apa

namanya jadi ngobrol sama dia dulu dan sama Hxxxxxx

juga.

Pewawancara : Tapi kalau sama Hxxxxxx kan kamu beda jenjang tuh

ya?

Partisipan : Iya iya, itu yang pertama kali juga beda, kelas VIII juga

yang pertama kali nanya aku.

Pewawancara : Jadi pas trial class itu semua di gabung?

Page 229: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Eeeehhhhmmm (bergumam) engga. Kan...bukan trial

class sih. Pertama kan kumpul di aula dulu gitu kan. Nah

dia nanya pas di situ, kalo di trial class ada lagi, tapi aku

engga deket sama dia. Pertama kali aku masuk, aku cewe

sendiri di kelas jadi engga terlalu deket sama yang

lainnya.

Pewawancara : Suka berbagi makanan engga sih sama temen-temen?

Partisipan : Eeehhhmm (bergumam) kalo bawa dari rumah hehehe

(tertawa) tapi biasanya bawa. Ya bagi. Kan engga enak

juga kalo makan sendiri hehehe (tertawa).

Pewawancara : Kamu sering bantu tutor bawain sesuatu engga?

Partisipan : Yaaaa kadang-kadang kan dimintain tolong gitu kan.

Pewawancara : Biasanya dimintain tolong apa?

Partisipan : Bawain proyektor atau kabel-kabelnya gitu.

Pewawancara : Terima kasih ya sudah bersedia kakak wawancarai hari

ini.

Partisipan : Iya kak, sama-sama.

Page 230: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI SISWA

Partisipan : B

Tempat : Ruang Konsultasi Siswa di Homescshooling Kak Seto

Tanggal : 16 Januari 2015

Waktu : 10:30 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum. Hai apa kabar K?

Partisipan : Wa’alaikumsalam kak. Alhamdulillah baik.

Pewawancara : Hari ini kita bertemu lagi untuk melanjutkan wawancara.

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Langsung aja ya mulai wawancaranya. Kamu punya teman

atau sahabat di homeschooling?

Partisipan : Punya (tersenyum).

Pewawancara : Namanya siapa?

Partisipan : Gxxxx.

Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Hahaha (tertawa keras)...eeehhmmm (berpikir) orangnya

tuh walaupun frontal tapi ya emang ga ngomongin di

belakang tapi ngomongnya langsung, kadang juga suka

nyemangatin hahaha (tertawa).

Pewawancara : Bagaimana cara kamu main sama dia?

Partisipan : Kita palingan jalan bareng, ngobrol-ngobrol apa aja.

Pewawancara : Biasanya kalau jalan kemana?

Partisipan : Nongkrong kadang di sekitar di Mxx, Sxxxx atau

Bxxxxxxx, di sekitar sini-sini aja soalnya dia rumahnya di

Bogor.

Pewawancara : Punya temen deket atau sahabat di luar homeschooling?

Partisipan : Eeehhmm (bergumam) dulu kan pesantren jadi eehhmmm

(berpikir) di pesantren aja temennya.

Page 231: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Teman yang paling dekat saat di pesantren siapa?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir, melihat ke atas) Axxx deh.

Pewawancara : Axxx orangnya seperti apa?

Partisipan : Diem-diem menghanyutkan.

Pewawancara : Loh kok bisa seperti itu?

Partisipan : Orangnya pendiem tapi kalo sekalinya ngomong langsung

di perhatiin gitu.

Pewawancara : Oohh diperhatiin. Seperti apa di perhatiinnya?

Partisipan : Jadi kaya pada segan gitu sama dia. Soalnya dia juga yang

eeehhmm (bergumam) kan di pesantren, dia hafalannya

yang paling tinggi.

Pewawancara : Kalau main sama Axxx itu apa aja yang kalian lakukan?

Partisipan : Main bola kita, main futsal bareng.

Pewawancara : Kamu memang hobi main bola ya?

Partisipan : Iya. Olahraga sih sebenarnya, basket sama futsal juga.

Pewawancara : Oohh. Oke sekarang aku tanya kapan kamu bertemu

dengan teman-teman di homeschooling?

Partisipan : Aku kan kesini pas pindah kelas 9 (sembilan). Deketnya

sih baru sebulan dua bulan dari aku pindah kesini.

Pewawancara : Kalau pergi sama mereka biasanya kapan?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir) tergantung mereka pada bisa. Aku

mah bisa aja. Sekolah kan pulang siang tuh kadang kalo

bisa jalan hari selasa ya jalan hari selasa, kamis ya kamis,

tergantung mereka bisanya aja.

Pewawancara : Punya temen dirumah engga?

Partisipan : Engga punya temen dirumah.

Pewawancara : Loh emang knp? Sama sekali engga punya?

Partisipan : Engga ada. Soalnya dirumah anak seumuran aku engga

ada, adanya anak kecil semua kak.

Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kamu bermain dengan

teman-teman di homeschooling?

Page 232: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : (Berpikir sambil mengerutkan dahi) Tiga kali seminggu.

Pas hari masuk sekolah aja.

Pewawancara : Setiap ketemu selalu langsung pergi?

Partisipan : Engga sih tergantung aja, nongkrong aja sih biasanya

palingan (sambil menganggukkan-anggukkan kepala).

Pewawancara : Kalo kalian ketemu, selain nongkrong apa aja yang kalian

lakukan?

Partisipan : Makan, ngobrol, jajan, nonton film.

Pewawancara : Biasanya kalian ngobrolin apa sih?

Partisipan : Ngobrolin tentang kegiatan sehari-hari.

Pewawancara : Curhat juga engga?

Partisipan : Engga, curhat engga.

Pewawancara : Kamu sebelumnya pernah sekolah di sekolah formal?

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Dari kelas berapa kamu sekolah di sekolah formal?

Partisipan : Dari SD kelas 1 (satu) sampai 6 (enam), terus pindah kan

kelas 7 (tujuh) itu di swasta juga setengah tahun, pindah

ke pesantren sampe naik ke kelas 9 (sembilan).

Pewawancara : Boleh tau kamu sekolah formal dimana aja?

Partisipan : SD itu di Ax-Bxxxx, SMP pas kelas 7 (tujuh) semester 1

(satu) di Ax-Bxxxx juga terus semester 2 (dua) pindah ke

Ax-Sxxxx di pesantren.

Pewawancara : Sejak kapan kamu sekolah di homeschooling?

Partisipan : Naik kelas 9 (sembilan).

Pewawancara : Berarti baru masuk tahun kemarin ya?

Partisipan : Iya baru tahun kemarin.

Pewawancara : Kenapa sih kamu lebih memilih homeschooling dari pada

sekolah formal?

Partisipan : Eeehhmm (bergumam) karena waktu itu kan pindah gara-

gara ada masalah.

Pewawancara : Masalah apa?

Page 233: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Bandel hehehe (tertawa malu).

Pewawancara : Bandel kenapa?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir) disana itu engga taat peraturan sering

kabur juga hehehe (tertawa). Ya udah akhirnya bunda kan

udah kena SP 2 (dua) kali, dari pada di drop out mending

pindah aja kata bunda.

Pewawancara : Kenapa engga masuk ke sekolah formal lagi?

Partisipan : Katanya di HSKS aja, lebih gampang.

Pewawancara : Maksudnya lebih gampang itu seperti apa?

Partisipan : Bisa nerima yang pindahan murid kelas 9 (sembilan) gitu.

Pewawancara : Selain itu, ada alasan lain kenapa kamu lebih milih

sekolah di homeschooling?

Partisipan : Awalnya sih engga mau tapi ya udah lah nikmatin aja di

jalani aja Kak.

Pewawancara : Oke, sekarang menurut kamu apa sih perbedaan yang

kamu alami ketika sekolah di sekolah formal dengan yang

di homeschooling?

Partisipan : Beeeuuhh banyak Kak.

Pewawancara : Contohnya seperti apa?

Partisipan : Eeehhmm (bergumam) belajarnya, paling pertama tuh

belajarnya. Di HSKS beda banget. Jadi HSKS, kan kalo di

sekolah formal tiap hari nah kalo di HSKS cuma tiga hari

dalam seminggu. Eeeehhmm (berpikir) belajarnya juga

cuma yang UN aja yang inti-intinya jadi materi yang

engga berbelit-belit banget gitu.

Pewawancara : Kamu merasa nyaman engga sekolah disini?

Partisipan : Nyaman banget (menunjukkan wajah senang).

Pewawancara : Nyamannya kenapa?

Partisipan : Waktunya efisien, santai. Ya enak lah pokoknya jadinya

engga terlalu stres-stres banget.

Page 234: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Menurut kamu sikap teman-teman di homeschooling

terhadap kamu seperti apa?

Partisipan : Tergantung.

Pewawancara : Tergantungnya seperti apa?

Partisipan : Kalo lagi baik ya baik, kalo lagi nyolot ya nyolot.

Tergantung dia sama aku juga.

Pewawancara : Nah kalo sikap teman-teman kamu dulu waktu di sekolah

formal gimana?

Partisipan : Lebih banyak yang engga suka.

Pewawancara : Kenapa memangnya?

Partisipan : Hehehe (tertawa) bandel sih udah gitu juga nyolot hehehe

(tertawa).

Pewawancara : Terus cara bermain kamu dengan teman-teman di

homeschooling seperti apa sih?

Partisipan : Ngobrol, bercanda, joke-joke ringan gitu aja, tapi kan ada

yang engga bisa diajak bercanda, yang bisa diajak

bercanda aja sih. Eeehhmm (bergumam) kadang kalo lagi

ada tugas ngerjain tugas sambil ngobrol.

Pewawancara : Kamu pernah engga menghibur teman yang lagi sedih?

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Kamu nolongin apa?

Partisipan : Sedihnya gimana dulu nih?

Pewawancara : Ya apa aja.

Partisipan : Sedih karena ada masalah atau lagi engga ada duit?

Hehehe (tertawa).

Pewawancara : Iya misalkan seperti itu.

Partisipan : Pernah waktu itu temen ada yang lagi engga ada duit aku

pinjemin, kalo engga kalo emang lagi ada duit banyak itu

kadang-kadang bayarin makan atau nonton.

Pewawancara : Kalo temen kamu lagi ada masalah bagaimana cara kamu

menolong dia?

Page 235: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Kan biasanya kan ngobrolnya di Line, aku ngasih

masukan-masukan aja. Banyak sih yang kaya gitu Kak,

banyak banget malah hampir setiap hari, duh sampe

pusing.

Pewawancara : Oh kamu jadi tempat curhatan teman-teman kamu ya?

Partisipan : Iya. Jadi ada kalo ada maunya.

Pewawancara : Teman kamu ada yang seperti itu?

Partisipan : Ada, jadi butuh kalo ada maunya. Ada yang kaya gitu

cuma jadi tempat curhat doang, kalo engga ada apa ya

bodo amat gitu.

Pewawancara : Kalau kamu lagi sedih biasanya curhat ke teman engga?

Partisipan : Hehehe (tertawa) ke Gxxxx doang.

Pewawancara : Terus tanggapan si Gxxxx ketika mendengar cerita kamu

bagimana?

Partisipan : Kadang-kadang cuma ngomong “Oh” doang tapi kadang-

kadang dikasih saran. Ya memang kaya gitu dia haha

(tertawa). Tapi sekalinya hasih saran ya ngebantu sih.

Pewawancara : Oh ya, tadi kan kamu bilang pernah membantu teman

yang sedang kesulitan. Perasaan kamu setelah membantu

bagaimana?

Partisipan : Iya, ngebantu dia beliin makan. Perasaannya sih sempet

nyesel juga karena uang yang untuk besok-besok jadi

habis, tapi ya udah sih ikhlasin aja, lagi juga nanti akan

dapet lagi.

Pewawancara : Pada saat kamu menolong, pernah punya perasaan kalau

suatu saat teman yang kita tolong akan menolong kita di

kemudian hari?

Partisipan : Eeeehhmm engga terlalu itu sih, engga terlalu

mengharapkan imbalan, ikhlas aja mau digantiin engga

apa-apa kalo mau diganti ya udah engga apa-apa.

Pewawancara : Kamu punya teman yang berbeda agama?

Page 236: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Nah itu Gxxxx beda agama.

Pewawancara : Agama dia apa?

Partisipan : Hindu.

Pewawancara : Sikap kamu ke dia bagaimana?

Partisipan : Biasa aja. Aku temenan sama orangnya kok bukan sama

agamanya. Agama kan beda-beda, kepercayaan orang kan

masing-masing engga bisa dipaksain.

Pewawancara : Kamu punya teman yang kekurangan fisik?

Partisipan : Punya.

Pewawancara : Sikap kamu ke dia bagaimana?

Partisipan : Sama aja. Sikap aku ke dia sama aja kaya sikap aku ke

temen aku yang lainnya.

Pewawancara : Ngomong-ngomong kamu termasuk orang yang mudah

beradaptasi di lingkungan baru engga sih?

Partisipan : Hehehe (tertawa) iya gampang banget.

Pewawancara : Cara kamu memperkenalkan diri di lingkungan baru

seperti apa?

Partisipan : Engga ngenalin gitu sih. Aku langsung main masuk-masuk

aja, jadi ya bodo amat jadi pas kenalannya pas udah

gabung aja. Pertama ikut-ikutan entar baru kenalan gitu.

Pewawancara : Kamu sering berbagi makanan atau minuman ke teman-

teman engga?

Partisipan : Engga hahaha (tertawa).

Pewawancara : Sama sekali engga pernah berbagi makanan atau minuman

ke teman?

Partisipan : Pernah sih.

Pewawancara : Tapi seringnya kamu yang minta ke mereka ya?

Partisipan : Iya hahaha (tertawa kencang).

Pewawancara : Kamu sering bantu tutor engga?

Partisipan : Membantu iya pernah.

Pewawancara : Membantu apa?

Page 237: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Bawain alat-alat buat belajar, kaya infocus gitu Kak.

Pewawancara : Kamu sering menyela pembicaraan orang lain engga?

Partisipan : Hehehe (tertawa) sering banget.

Pewawancara : Misalnya seperti apa?

Partisipan : Misalnya dia belum selesai ngomong aku langsung nanya.

Pewawancara : Terus sikap teman kamu itu bagaimana?

Partisipan : Langsung kesel hahaha (tertawa).

Pewawancara : Pernah merasakan kesedihan orang lain?

Partisipan : Gimana nih maksudnya?

Pewawancara : Misalnya teman kamu lagi sedih karena suatu hal, nah

kamu merasa simpati ke dia atau engga?

Partisipan : Oh iya, waktu itu temen aku gagal PDKT, biasa Kak hehe

(tertawa).

Pewawancara : Terus sikap kamu bagaimana?

Partisipan : “Udah bro yang sabar ya, gue juga ikut ngerasa kesedihan

elo”, kaya gitu aja sih hehe (tersenyum).

Pewawancara : Cara kamu memberikan kesan pertama dengan orang lain

bagaimana sih?

Partisipan : Aku jadi diri sendiri, mau dianggap apa kek terserah.

Pewawancara : Misalnya seperti apa?

Partisipan : Ya kalo misalnya (berpikir) gimana ya kalo misalnya

belom deket ya biasa aja dulu, tapi kalo udah deket baru

nunjukkin diri aja yang sebenarnya.

Pewawancara : Sikap kamu kalo ketemu tutor atau orang-orang disini

bagaimana?

Partisipan : Kadang-kadang mengucapkan Assalamu’alaikum atau

kadang-kadang “Hai, Kak”.

Pewawancara : Salim tangan engga kalo ketemu sama tutor?

Partisipan : Iya, kalo salim mah tetep.

Pewawancara : Kamu kalau sama orang yang belum dikenal sikapnya

bagaimana sih?

Page 238: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Seperti biasa aja.

Pewawancara : Seperti biasanya kaya apa?

Partisipan : Sekedar say hi, kalo misalnya dia tau orangnya seperti

begini-begini ya nanya aja, nanya tentang diri dia aja.

Pewawancara : Terima kasih adik Balfas sudah bersedia menjadi informan

Kakak dan meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

Partisipan : Iya engga apa-apa Kak. Terima kasih kembali.

Page 239: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : S

Tempat : Melalui Telepon

Tanggal : 17 Januari 2016

Waktu : 16:00 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Wr. Wb?

Partisipan : Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

Pewawancara : Apa kabar Gxxx?

Partisipan : Alhamdulillah baik kak. Kakak apa kabar?

Pewawancara : Alhamdulillah baik juga.

Partisipan : Kak maaf aku ngebatalin janjian ketemuannya. Soalnya

aku lagi engga bisa keluar rumah.

Pewawancara : Oh iya Gxxx engga apa-apa.

Partisipan : Maaf ya kak.

Pewawancara : Iya iya, hehe (tersenyum).

Partisipan : Mulai wawancaranya nih kak?

Pewawancara : Iya sekarang aja kita mulai.

Partisipan : Oke kak.

Pewawancara : Oh ya, terus tanda tangan surat persetujuannya gimana?

Partisipan : Oh iya ya ada surat persertujuan. Duh, gimana ya kak?

Eehhmmm (berpikir) kaka kirim ke e-mail aja suratnya.

Pewawancara : Oke. Nanti tanda tangannya di scan ya.

Partisipan : Kenapa di scan kak?

Pewawancara : Ya kalo engga di scan gimana aku bisa punya surat

pernyataan yang ada tanda tangan kamu Gxxx?

Partisipan : Eh iya juga ya kak, hahaha (tertawa).

Pewawancara : Hahaha (tertawa).

Partisipan : Ya udah nanti aku kirimin deh.

Page 240: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kita mulai aja ya wawancaranya?

Partisipan : Iya kak, boleh boleh.

Pewawancara : Sejak kapan kalian saling kenal?

Partisipan : Sejak dulu.

Pewawancara : Sejak dulunya kapan?

Partisipan : Sejak SMP

Pewawancara : Kelas berapa?

Partisipan : Kelas 1.

Pewawancara : Sejak kapan kalian mulai berteman atau bersahabat?

Partisipan : Sejak dia minjem pulpen ke saya pada saat pelajaran.

Jadi gini kak, pertama kan guru masuk, kejadiannya kalo

engga salah kelas 7. Setelah masuk tiba-tiba langsung

ulangan mendadak. Pada saat itu dia kebingunan nyari-

nyari sesuatu, terus dia menghampiri saya abis itu nanya

“boleh minjem pulpen engga?”, terus saya kasih

pulpennya, begitu kak ceritanya. Jadi pada saat ulangan

saya ambil pulpennya balik terus saya ajak ngobrol, saya

ajak ke kantin.

Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Karena orangnya asik kak, lucu.

Pewawacara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?

Partisipan : Biasanya sih dia…dia sih yang sering itu ngajak

bercanda, kalo saya sih diem-diem aja. Biasa aja. Dia

yang sering ke saya ngajak bercanda, cari perhatian ke

saya gitu.

Pewawancara : Contohnya seperti apa?

Partisipan : Biasanya melakukan hal-hal yang konyol, gila-gilaan,

gila-gila bareng gitulah kak hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Misalnya melakukan hal konyol seperti apa?

Partisipan : Yaaa nyanyi-nyanyi di kelas, teriak-teriakan engga jelas.

Ya gitu-gitu lah kak, hahaha (tertawa).

Page 241: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?

Partisipan : Pada saat di sekolah.

Pewawancara : Kalau di luar sekolah saling bertemu engga?

Partisipan : Iya, tapi jarang kak.

Pewawancara : Kenapa?

Partisipan : Karena ini kak rumah aku sama dia lumayan jauh, jadi

jarang ketemuan.

Pewawancara : Seringnya cuma ketemu di sekolah aja ya?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?

Partisipan : Lima atau berapa yaaa (berpikir)

Pewawancara : Lima hari itu maksudnya hari masuk sekolah aja gitu?

Partisipan : Iya hari sekolah.

Pewawancara : Kalau di luar hari sekolah biasanya berapa kali

ketemuannya?

Partisipan : Paling dua kali kak.

Pewawancara : Oh dua kali ya. Itu pas kapan kalian ketemu?

Partisipan : Sabtu sama Minggu.

Pewawancara : Oooh weekend aja ya?

Partisipan : Iya weekend.

Pewawancara : Hal apa saja yang biasa kalian lakukan ketika bertemu?

Partisipan : Main, makan, makan bareng, terus sama ngobrol-ngobrol

tentang sekolah.

Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?

Partisipan : Haduuuh dia itu orangnya super heboh.

Pewawancara : Hehehe (tertawa) terus?

Partisipan : Lucu, kocak abis, kadang-kadang otaknya nyangkut

kadang juga engga hahaha (tertawa). Ya pokoknya kocak

lah kak.

Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?

Partisipan : Ya ada senangnya, ada juga engganya.

Page 242: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kenapa engga senangnya?

Partisipan : Yaaa kadang-kadang gitu aja hahaha (tertawa).

Pewawancara : Maksudnya gitunya gimana?

Partisipan : Ya kadang-kadang nyambung, kadang-kadang bicaranya

engga jelas kak. Jadi begitu hehe (tertawa). Tapi ada

asiknya sih kak walaupun dia begitu.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain

selain kamu?

Partisipan : Waktu dulu mungkin engga pada kenal, pada saat

ketemu saya, dia jadi gila-gilaan, jadi apa namanya tuh

udah dikenalin lah diciriin lah sama orang-orang hehe

(tertawa), kayak misalnya temen-temen tuh pada bilang

“nah nih dia nih orang-orang yang agak-agak engga jelas

gitu hahaha (tertawa). Tapi engga jelasnya tuh engga

jelas kocak kak menghibur. Dia juga baik sama temen-

temennya, malah diajak ketawa-ketawa juga.

Pewawancara : Kakak mau minta diceritain dong awal pertama kalian

saling kenal? Siapa dulu yang pertama kali ngajak

kenalan?

Partisipan : Ya seperti yang di bilang pertama kali tadi saya kak,

yang pada saat ulangan mendadak dia celingak-celinguk

kayak mencari sesuatu. Terus dia langsung menghampiri

saya langsung bertanya boleh minjem pulpen engga.

Terus saya kasih pulpennya ke dia, terus duduk ulangan.

Selesai ulangan baru saya ambil lagi pulpen saya,

nyamperin dia terus ngobrol-ngobrol abis itu ngajakin

dia ke kantin kak.

Pewawancara : Berarti yang ngajak kenalan duluan kamu?

Partisipan : Iya, saya yang ngajak duluan.

Pewawancara : Awalnya gimana kamu ngajak ngobrol dia?

Page 243: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Pertama kan udah selesai ulangan. “Pulpennya boleh

saya minta?” terus dia bilang “nih silahkan”. Saya ngajak

dia ke kantin bareng makan bakso di sana, terus kata dia

ayo ke sana, langsung ngobrol-ngobrol di kantin. Jadi

ceritanya ngobrol-ngobrol kak. Setelah itu lama-lama

kebiasaan sampai beberapa hari, akhirnya kenal deket

kak.

Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?

Partisipan : Jarang sih kak. Soalnya saya kalo ada kesedihan jarang-

jarang cerita kak.

Pewawancara : Kamu engga cerita ke dia walaupun dia temen kamu?

Partisipan : Mmmhhmm (menganggukkan kepala) engga cerita.

Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang

mengalami kesulitan?

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Waktu itu kamu lagi kenapa?

Partisipan : Waktu itu, pada saat tugas PR. Saya sering kontak-

kontak sama dia, kontak BBM nanya-nanya soal sama

dia. Jadi gitu kak.

Pewawancara : Terus hal apa yang dia lakukan ketika kamu bertanya

tugas PR?

Partisipan : Dia sering ngajarin saya rumus-rumus soal MTK, saya

kebingungan sama soal MTK kak, rumus-rumusnya saya

engga ngerti. Jadi saya kontak BBM dia, terus dia ngasih

rumus yang mudah-mudah.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,

agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?

Partisipan : Baik. Baik-baik aja, malah diajak bercanda-canda juga.

Pewawancara : Menurut kamu, dia orangnya seperti apa?

Page 244: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Dia itu orangnya kocak, gokil, ada sisi yang baiknya, ada

sisi yang engga jelasnya. Ya gitu gitu lah kak hehe

(tertawa).

Pewawancara : Dia mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?

Partisipan : Mudah kak.

Pewawancara : Mudahnya bagaimana?

Partisipan : Soalnya dia tuh kan nganggep lingkungan itu kayak

rumah dia sendiri kak. Jadi semua orang itu dianggep dia

kayak temen bukan musuh.

Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke

teman-teman?

Partisipan : Sering, kak. Kadang-kadang dia kalo bawa makanan dari

kantin suka bilang ada yang mau engga, biasanya entar

gitu, nawarin ke temen-temen.

Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa dia pindah sekolah yang dulu?

Partisipan : Tau.

Pewawancara : Dia pernah cerita ke kamu?

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Dia cerita ke kamu kayak gimana?

Partisipan : Dia bilang kalo ada masalah gitu di sekolah. Emang

waktu itu kan kayak ada acara-acara gitu kan, terus

engga tau gimana awalnya dia engga cerita secara detail

kak, mungkin terlalu privasi. Dia ada perselisihan gitu

sama wali kelas, dia sempet ngelawan omongan wali

kelas. Dia juga ada masalah sama temennya kak.

Pewawancara : Oh begitu. Dia cuma cerita begitu aja ke kamu?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Baik Agung, wawancara kita hari ini selesai sampai di

sini.

Partisipan : Iya.

Page 245: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Baik Agung, wawancara kita hari ini selesai sampai di

sini.

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Terima kasih waktunya dan ketersediaan kamu untuk

kakak wawancara.

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Assalamu’alaikum.

Partisipan : Wa’alaikumsalam.

Page 246: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : V

Tempat : Melalui Telepon

Tanggal : 17 Januari 2016

Waktu : 18:30 WIB

Pewawancara : Hai Vxxxx?

Partisipan : Hai, kak.

Pewawancara : Kamu apa kabar?

Partisipan : Baik kak.

Pewawancara : Udah siap untuk wawancara sekarang?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Oya Vxxxx, e-mail saya sudah sampai ke kamu? Surat

persetujuannya sudah di isi belum? Soalnya aku belum

dapet e-mail balasan dari kamu.

Partisipan : Ya ampun kak maaf aku lupa.

Pewawancara : Bisa di kirim hari ini juga?

Partisipan : Iya kak bisa bisa, setelah wawancara ini deh aku kirim.

Pewawancara : Oke, kakak tunggu. Secepatnya ya Vxxxx hehe (tertawa)

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Baik, sekarang langsung kita mulai aja ya ke pertanyaan

yang pertama.

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Sejak kapan kamu dengan Txxx saling kenal?

Partisipan : Awal masuk sekolah.

Pewawancara : Di sekolah mana? Waktu SD atau yang SMP?

Partisipan : Waktu di SMP.

Pewawancara : SMP di homeschooling?

Partisipan : Iya, kak.

Page 247: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawacara : Sejak kapan kalian berteman atau bersahabat?

Partisipan : Sejak pertama masuk sekolah. Aku di kenalin sama

temen aku dan ternyata temennya dia temen aku juga, ya

udah kita kenalan.

Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Orangnya baik, walaupun pertama melihat kayak orang

jutek. Tapi sebenarnya dia baik banget kak.

Pewawancara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?

Partisipan : Kita ngobrol, cerita, saling curhat gitu, makan bareng.

Pewawanccara : Kapan kalian saling bertemu?

Partisipan : Di HSKS, pas hari sekolah.

Pewawancara : Kalo di luar HSKS suka ketemu engga?

Partisipan : Jarang sih kak.

Pewawancara : Kenapa?

Partisipan : Aku jarang keluar rumah, main-main gitu.

Pewawancara : Ooh. Jadi sering ketemunya kalau di sekolah aja ya?

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?

Partisipan : Eeehhmmm (berpikir)…tiga kali, kan jadwal sekolah

kak.

Pewawancara : Kalau di luar hari sekolah biasanya berapa kali

ketemuannya?

Partisipan : Eehhmmm (berpikir) tergantung sih kak.

Pewawancara : Biasanya berapa kali, sebulan mungkin aja kan kalian

ketemuan? Hehe (tertawa).

Partisipan : Eeehhhmm (berpikir) dua sampe tiga kali kayaknya kak.

Pewawancara : Kapan waktunya kalian ketemu?

Partisipan : Kalo di luar jam sekolah sih weekend kak, tapi engga

selalu weeken sih. Tergantung bisanya kita aja.

Pewawancara : Hal apa saja yang biasa kalian lakukan ketika bertemu?

Partisipan : Ngobrol-ngobrol, cerita-cerita kak.

Page 248: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Cerita apa?

Partisipan : Yaaa apa yaaa (berpikir). Ya cerita-cerita aja gitu kaya

curhat kak. Txxx sering curhat ke aku.

Pewawancara : Biasanya curhat apa?

Partisipan : Masalah sekolahnya, masalah pelajaran, kadang masalah

pribadi juga sih kak.

Pewawancara : Suka pergi keluar bareng engga?

Partisipan : Suka, tapi engga sering kak.

Pewawancara : Biasanya pergi kemana?

Partisipan : Palingan juga makan di luar. Pergi bareng-bareng sama

yang lain juga.

Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?

Partisipan : Baik, ramah, kadang suka ngelucu juga, kadang manja

kadang bisa jadi dewasa.

Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?

Partisipan : Seneng banget kak. Dia nyambung kalo diajak ngobrol.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain

selain kamu?

Partisipan : Baik juga. Cuma dia itu kalau sama orang yang belom di

kenal jutek gitu kak, dia diem aja sama orang itu. Tapi

kalo udah kenal dan deket sama dia, beeuuhh dia itu

ramah banget, baik, dan asik deh pokoknya kalo di ajak

ngobrol hehe (tertawa).

Pewawancara : Kakak mau minta diceritain dong awal pertama kalian

saling kenal? Siapa dulu yang pertama kali ngajak

kenalan?

Partisipan : Pas awal masuk kan di sini di kumpulin jadi satu tuh kak.

Terus aku awal bukan kenalan sama Txxx. Aku kenalan

sama temen aku yang baru kenal di situ juga. Di HSKS

kan ada trial class tuh kak. Nah ternyata aku sama Txxx

tuh satu kelas. Temen aku ini nih ternyata udah kenal

Page 249: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

sama Txxx, dia di kelas saling ngobrol dan aku di

kenalin ke Txxx sama temen aku. Ternyata aku sama

Txxx satu kelas. Awal Txxx tuh sombong banget kak

hehe (tertawa). Aku sering ajak ngobrol aja, lama-lama

kita saling kenal, makin akrab.

Pewawancara : Berarti yang ngajak kenalan duluan kamu?

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Gimana awal kamu ngajak ngobrol sama dia?

Partisipan : Ya aku tanya-tanya aja, ngajak ngobrol, nanya rumahnya

dimana, ngobrolin hobi-hobi kita, nanya-nanya pelajaran.

Gitu-gitu deh kak.

Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?

Partisipan : Sering kak. Dia walaupun kadang kayak anak kecil tapi

dia bisa bersikap dewasa. Kalo aku curhat sama dia, dia

suka ngasih saran, nasihat juga.

Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang

mengalami kesulitan?

Partisipan : Pernah kak.

Pewawancara : Waktu itu kamu lagi kenapa?

Partisipan : Aku waktu itu ada masalah di keluarga kan, terus aku

cerita sama dia.

Pewawancara : Masalah apa? Aku boleh tau?

Partisipan : Masalah pribadi kak. Masalah internal. Aku engga bisa

ceritain. Maaf kak.

Pewawancara : Oh iya engga apa-apa kalau engga bisa cerita.

Partisipan : Maaf ya kak.

Pewawancara : Iya engga apa-apa. Aku malah yang minta maaf.

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Sikap dia terhadap teman yang berbeda suku, agama, dan

ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?

Partisipan : Baik. Baik kak.

Page 250: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Dia menerima teman apa adanya ya?

Partisipan : Iya kak. Dia mah engga masalah dengan agama atau apa

pun itu.

Pewawancara : Dia mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?

Partisipan : Agak susah sih menurut aku.

Pewawancara : Kenapa?

Partisipan : Dia agak egois sih Kak. Tapi penyesuaian diri dia di

lingkungan baru tuh paling susah kak. Mesti kita dulu

yang negor dia.

Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke

teman-teman?

Partisipan : Sering kak.

Pewawancara : Biasanya apa yang sering kamu bagi ke mereka?

Partisipan : Macem-macem sih kak.

Pewawancara : Misalnya?

Partisipan : Kalo kita lagi jalan terus temen-temen yang laim minta

traktiran, nah nanti si Txxx traktir kita.

Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa dia pindah sekolah yang dulu?

Partisipan : Tau, tapi engga banget-banget.

Pewawancara : Dia cerita ke kamu kayak gimana?

Partisipan : Dia bilang ada masalah sama temen di sekolahnya yang

dulu. Terus dia itu kan dulu sakit yang mengharuskan

Txxx banyak-banyak istirahat. Kan kalo di sekolah

formal engga bisa banyak absen tuh kak, jadi dia

memilih untuk keluar dari sekolah yang dulu terus masuk

homeschooling.

Pewawancara : Oh begitu. Oke deh makasih ya Vxxxx udah bersedia

kakak wawancara.

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Selamat malam.

Partisipan : Malam kak.

Page 251: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : I

Tempat : KFC Bintaro

Tanggal : 18 Desember 2015

Waktu : 13:20 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Ixxxxx?

Partisipan : Wa’alaikumsalam, Kak.

Pewawancara : Ixxxxx apa kabar?

Partisipan : Alhamdulillah baik kak. Sekarang nih kak

wawancaranya?

Pewawancara : Iya sekarang kita mulai ya. Kakak mulai dari pertanyaan

Sejak kapan kalian saling kenal dan sejak kapan kalian

berteman?

Partisipan : Mmmmhhhmm dari kecil sih kak kita temenan, dari

umur 2 (dua) tahun. Kita itu kan tetanggaan dulunya

(sambil tersenyum).

Pewawancara : Loh emang kalau sekarang kalian udah engga

tetanggaan?

Partisipan : Engga kak. Hxxx kan di Sektor 9 (sembilan), kalo aku di

Bxxxxxx Jxxx Sxxxxx 3 (tiga) A.

Pewawancara : Ooohh kirain sampai sekarang tetanggaan, hehehe

(tertawa).

Partisipan : Udah engga kak, hehe (tertawa).

Pewawacara : Ya sudah kita lanjut ke pertanyaan lainnya. Ixxxxxx,

Kenapa kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Mmhhhmm gimana ya kak (berpikir) Hxxx itu orangnya

baik sih. Asik anaknya, agamis juga orangnya..

mmhhmmm agamis banget deh kak, hehe (tersenyum).

Page 252: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?

Partisipan : Gimana ya kak...mmhhhhmmm (berpikir).

Pewawancara : Gimana apanya? (tersenyum)

Partisipan : Hehehe (tertawa)…kita biasa aja sih kak, cerita-cerita

gitu, main ke rumah temen, makan bareng, pergi ke

mall.. ya gitu aja sih kak.

Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?

Partisipan : Kalau kita ada waktu aja sih kak.

Pewawancara : Biasanya saat kapan? Saat weekend kah?

Partisipan : Engga juga sih kak.

Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?

Partisipan : Engga nentu sih kak. Sebisanya kita aja. Karena kita kan

sekolahnya beda nih, jam masuknya dan pulang

sekolahnya kan pasti beda kak, ya kalo mau ketemuan

biasanya kita janjian dulu nyamain jadwal masing-

masing kak.

Pewawancara : Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir)…banyak sih kak.

Pewawancara : Misalnya seperti apa?

Partisipan : Eeehhhmm (berpikir)…cerita-cerita tentang sekolah sih

kak.

Pewawancara : Contohnya cerita tentang sekolah yang bagaimana?

Partisipan : Cerita tentang belajar di homeschooling tuh begini begini

begini, tuker-tukeran informasi tentang sekolah masing-

masing aja sih kak.

Pewawancara : Oooh begitu.

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?

Partisipan : Hxxx itu orangnya baiiiikkk banget, dewasa, udah kayak

kakak aku aja dia, agamis juga orangnya. Friendly

banget deh kak orangnya, bener. Hahaha (tertawa).

Page 253: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Dia bukan termasuk orang yang pendiam?

Partisipan : Mmhhhmmm…gimana ya kak…dia ga pendiam sih kalo

sama aku.

Pewawancara : Menjadi dirinya sendiri ya kalau lagi sama kamu? Engga

malu-malu orangnya?

Partisipan : Iya kak, engga…jaim gitu deh anaknya. Kalo sama aku,

dia itu ya apa adanya aja.

Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?

Partisipan : Seneng kak, seneng banget (tersenyum). Dia enak kalau

diajak ngobrol, kalau aku curhat, dia suka ngasih saran

ke aku.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain

selain kamu?

Partisipan : Hhhmmm…Hxxx…biasa aja sih kak.

Pewawancara : Biasa aja gimana?

Partisipan : Yaaaa, baik. Baik juga dia sama yang lain. Hani tuh

orangnya baik kak ke siapa aja.

Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?

Partisipan : Dari mbak-mbak kita, hahaha (tertawa).

Pewawancara : Maksudnya kenal dari asisten rumah tangga kalian?

Partisipan : Iya kak hehehe (tersenyum). Kita kan tetanggaan, nah

kenalnya ya dari mbak-mbak kita itu deh. Kita sering

main sampai sekarang, dan satu sekolahan.

Pewawancara : Satu sekolahan di sekolah yang dulu?

Partisipan : Iya, di sekolah Pxxxxxxxxxx Jxxx.

Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?

Partisipan : Pernah kak, bahkan sering banget. Hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Contohnya seperti apa?

Partisipan : Mmmhhhhmm (berpikir)…kayak aku lagi ada masalah

sama temen nih kak, entar dia bilangin ke aku “udahlah

Page 254: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

ga usah dipikirin, kalau udah engga cocok sama elo ya

udah biarin aja”.

Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang

mengalami kesulitan?

Partisipan : Pernah kak. Dia itu baik banget orangnya. Kalo aku lagi

kesulitan terus minta saran ke dia, nah dia kasih saran

yang membantu banget buat aku.

Pewawancara : Misalnya kamu sedang kesulitan apa?

Partisipan : Yaaa gimana ya kak…masalah pribadi kak. Maaf kak

aku engga bisa cerita.

Pewawancara : Oohh...iya aku ngerti, engga apa-apa kalau kamu engga

bisa ceritain. Maaf ya.

Partisipan : Iya kak engga apa-apa..hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Kita lanjut ke pertanyaan lainnya.

Partisipasi : Iya, kak.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,

agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?

Partisipan : Eeehhhmm (bergumam)…Hxxx biasa aja sih kak sama

mereka yang beda suku, agama, ras dan sebagainya.

Hxxx tetep baik sama mereka.

Pewawancara : Biasa aja karena cuek?

Partisipan : Eehhhmm (bergumam), gimana ya kak, ya bukan cuek

engga peduli gitu, tapi ya biasa aja kak.

Pewawancara : Engga mempermasalahkan teman yang berbeda dari dia?

Partisipan : Iya. Hxxx itu engga mempermasalahkan sih kak, dia

yaaa (berpikir) baik aja sama mereka. Berteman seperti

yang lain aja.

Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi

dilingkungan baru tidak?

Partisipan : Menurut aku nih ya kak?

Pewawancara : Iya menurut kamu.

Page 255: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Menurut aku, hhhmmm (bergumam) hahhaha (tertawa

sambil melihat ke arah temannya)…Hani itu orangnya

baik, periang, ke-ibuan, dewasa kak. Dia itu bisa jadi

kakak buat aku. Pokoknya Hani baik banget kak menurut

aku hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke

teman-teman?

Partisipan : Hhhmmm (bergumam)…berbagi kak. Kita sering

berbagi makanan atau minuman kak.

Pewawancara : Kayak sekarang ya?

Partisipan : Iya kak kayak sekarang. (Partisipan diwawancarai sambil

memakan makanan ringan). Kita sering berbagi makanan

satu sama lain hehe (tersenyum).

Pewawancara : Oya Indira, Hani pernah cerita ke kamu tentang alasan

kenapa dia pindah dari sekolah dan memilih

homeschooling?

Partisipan : Iya dia pernah cerita ke aku kak.

Pewawancara : Dia cerita seperti apa sama kamu?

Partisipasi : Hhhhmm (bergumam)…dia cerita kalo udah engga betah

di sekolah yang dulu.

Pewawancara : Karena apa dia engga betah sekolah di sana?

Partisipan : Dia sih cuma bilang, dia itu kan di sekolah yang dulu

jarang masuk ya kak.

Pewawancara : Iya. Terus dia bilang apa lagi?

Partisipan : Dia itu kan waktu sekolah di sana sakit ya kak jadi jarang

masuk. Nah, guru kan kalo dia masuk belajarnya ngulang

yang kemaren-kemaren kak.

Pewawancara : Eehhmmm…belajar ngulang yang kemaren-kemaren?

Maksudnya gimana ya?

Partisipan : Ooohh begini kak, maksudnya tuh guru mengulang

materi pelajaran sebelumnya yang udah disampaikan

Page 256: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

sama guru. Nah, temen-temennya kan jadi pada sebel ya

kak sama Hxxx. Temen sekelasnya bilang “makanya

masuk dong”. Yaaa Hani kan jadi ngerasa engga nyaman

lagi kalo di kelas. Gitu aja sih kak Hxxx ceritanya.

Pewawancara : Kamu engga satu kelas sama Hxxx?

Partisipan : Engga kak, kita engga sekelas.

Pewawancara : Ooohh engga sekelas? Aku kira kalian sekelas.

Partisipan : Engga kak (tersenyum). Yaaa Hxxx cuma cerita begitu

aja sih kak, karena dia udah engga nyaman lagi sekolah

di sana jadi dia pindah dan milih homeschooling. Dia

pengen rasa nyaman ketika bersekolah. Lagi juga ya kak

di sekolah formal kan banyak banget tugasnya, mungkin

itu juga alasan yang membuat Hxxx pengen pindah.

Pewawancara : Oke begitu yaa..

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Oke deh, makasih banget ya Ixxxx sudah bersedia untuk

aku wawancara.

Partisipan : Iya kak, engga apa-apa.

Pewawancara : Terima ksih atas waktunya.

Partisipan : Iya kak.

Page 257: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : M

Tempat : Bakmi GM

Tanggal : 13 Januari 2016

Waktu : 17:00 WIB

Pewawancara : Hai Mxxxx?

Partisipan : Hai, kak.

Pewawancara : Kamu apa kabar?

Partisipan : Baik kak.

Pewawancara : Udah siap untuk wawancara sekarang?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Kalau udah siap, ini ada surat persetujuan yang kemaren

sempet aku bicarakan.

Partisipan : Iya. Ini di isi nama lengkap?

Pewawancara : Iya.

Partisipan : Eh, tapi aku lupa sama NIS.

Pewawancara : Engga usah di isi aja dulu, nanti gampang kamu tinggal

kasih tau ke aku kalo sudah inget.

Partisipan : Iya. Aku isi sekarang?

Pewawancara : Iya silahkan di isi. Oh ya, surat ini berfungsi untuk

merahasiakan data pribadi kamu selama kamu menjadi

informan penelitian kakak.

Partisipan : Oh gitu kak?

Pewawancara : Iya.

Partisipan : Nih kak udah (menyerahkan lembar persertujuan).

Pewawancara : Baik, sekarang langsung kita mulai aja ya ke pertanyaan

yang pertama. Sejak kapan kamu dengan Axxx saling

kenal?

Page 258: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Pas dia baru masuk sekolah tuh semester berapa yaaaa

(berpikir).

Pewawacara : Masuk sekolah dimana maksudnya?

Partisipan : Yang di SMP xx.

Pewawancara : Oh yang di SMP.

Partisipan : Iya. Engga sih sebenarnya gini kak, kita kenalnya justru

pas argy masuk SMP. Di xx tuh waktu itu ada acara,

SMP xx sama SMA xx.

Pewawancara : SMP xx dan SMA xx sekolahnya satu gedung?

Partisipan : Engga, cuma pas acara itu kita langsung deket sih. Kita

langsung contact-contact-an gitu, soalnya disuruh sama

kakak kelas, ya udah aku iya iya-in aja.

Pewawancara : Jadi waktu itu acara SMP dan SMA barengan?

Partisipan : Iya. Waktu itu sih kak, cuma sekali doang tapi. Cuma

kan waktu itu aku SMP-nya juga di xx jadi aku udah

kenal Axxx sih dari acara itu, cuma deketnya baru pas

mau naik kelas.

Pewawancara : Naik kelas berapa?

Partisipan : Kelas sepuluh. Tapi kita udah deket juga sih pas di SMP.

Pewawancara : Oh kamu kakak kelasnya Axxx?

Partisipan : Iya, dulu.

Pewawancara : Sejak kapan kalian mulai berteman atau bersahabat?

Partisipan : Waktu kapan yaaaaa (berpikir).

Pewawancara : Seinget kamu deh kapan?

Partisipan : Axxx kan masuk SMP xx itu kelas 7 semester 2. Nah

waktu itu tuh aku kelas berapa berarti yaaa

(berpiki)…berarti kelas 2 SMP. Ya disitu sih udah

lumayan deket. Aku udah mulai ngajak dia ngobrol gitu.

Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan Axxx?

Partisipan : Soalnya Axxx itu orangnya tuh baik banget dan dia itu

kalau misalnya diajak ngobrol tuh nyambung, terus dia

Page 259: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

itu kalau diajak curhat juga bisa bantuin nyelesaiin, bisa

kasih nasihat. Tapi walaupun aku kakak kelasnya dia,

tapi dia itu lebih dewasa gitu dari aku.

Pewawancara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?

Partisipan : Biasanya kita itu ngapain yaaa (berpikir)…paling kalo

misalnya lagi di rumahnya dia, aku kan sering main tuh.

Aku sih biasanya nonton youtube bareng, atau engga

ngebahas idola kita juga gitu.

Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?

Partisipan : Kalau waktu masih di xx sih, kita ketemu ya di sekolah.

Pewawancara : Kalau sekarang biasanya ketemunya dimana?

Partisipan : Kalau untuk sekarang sih lagi jarang ketemu kak, karena

Axxx kan sekarang lagi sibuk mau ujian-ujian tuh. Dia

kan udah kelas 9.

Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?

Partisipan : Waktu itu sih kita ketemu kalo masih SMP pasti tiap hari

kita ketemu. Kalo semenjak aku SMA berarti kayak

weekend, kalo engga sama-sama sibuk 3 kali semingguan

lah. Tapi sekarang-sekarang ini kita jarang ketemu

karena Axxx sibuk mau ujian.

Pewawancara : Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?

Partisipan : Paling dengerin lagu bareng-bareng, terus kalau lagi di

mobil nyanyi bareng sambil teriak-teriak atau engga kita

makan bareng.

Pewawancara : Sering engga sih kalian bertemu untuk sekarang?

Partisipan : Jarang sih, yang tadi aku bilang kak, Axxx lagi sibuk jadi

kita jarang ketemu. Cuma waktu satu sekolah aja kita

sering ketemu.

Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?

Partisipan : Axxx itu orangnya itu konsisten.

Pewawancara : Konsistennya ngapain?

Page 260: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Jadi kalau misalnya dia udah meyakinkan kalau dia itu

tujuannya mau ke sini, ya udah kita ke sini engga pindah-

pindah lagi. Terus dia itu misalkan kalau kita mau pergi

tanpa direncanain dulu, tapi tetep aja kalau misalkan mau

ke satu tempat ya udah ke sana aja, kita jadinya jalan ke

sana deh kak. Axxx juga orangnya ramah banget, dia

walaupun punya masalah sama orang tetep aja baik sama

orang itu, dia juga sopan…sopan banget, terus dia

orangnya setia sih. Kalau dia punya temen dari dulu, dia

pasti inget-inget terus engga pernah lose contact gitu.

Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?

Partisipan : Seneng banget kak, dia baik banget soalnya.

Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx dengan teman-teman yang lain

selain kamu?

Partisipan : Dia sih orangnya asik banget kalau diajak temenan tuh,

dia friendly. Kalau misalkan dia punya temen baru

langsung di ajak main gitu atau engga dia langsung

kayak “iya, kamu dari mana? Gini gini gini”. Dia tuh

pokoknya friendly banget, asik, dan dia itu kalau di ajak

ngomong sama siapa pun tuh pasti langsung nyambung.

Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?

Partisipan : Jadi waktu itu kan dia masuk SMP xx waktu kelas 7

semester 2. Nah aku di situ tuh kelas 8 semester 2 berarti

kan. Nah terus, eeehhhhmmm (berpikir)…kita kan engga

satu kelas kan kak. Terus ada kabar-kabar gitu kan kak

kalau ada anak baru, anak-anak pada bilang “eh, ada

anak baru tuh di kelas 7, cantik kok orangnya”. Terus

habis itu udah kan. Guru aku juga bilang waktu itu kalau

ada anak baru di kelas 7, cewek. Nah terus aku kan mau

manggil temen aku juga, nah ternyata si Axxx itu

sepupuan sama temen aku yang di kelas tujuh. Terus pas

Page 261: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

aku mau manggil, dari belakang tuh emang mereka mirip

banget kan jadinya kan aku salah manggil kan. Aku udah

sempet giniin pundaknya (menepuk pundak) gitu, aku

bilang ke dia “Eh, ke kantin bareng yuk. Lo kenapa diem

aja di kelas?”. Terus pas dia nengok ke aku eh ternyata

bukan temen aku kan, terus aku bilang ke Argy “eh,

sorry ya gue kira lo temen gue” gitu kan, pas dia balik ke

arah aku, mukanya dia kayak kesel gitu. Raut wajahnya

kayak orang mau bilang lo tuh udah salah nyolot gitu.

Aku kan emang orangnya dulu nyolot gitu kak kalau

baru kenal sama orang hehehe (tertawa). Terus aku

bilang “eh, sorry-sorry lo anak baru ya?”, dia jawab

“iya~” dia lembut gitu ngomongnya. Terus aku bilang

nama lo siapa, aku memperkenalkan diri aku lah dan dia

juga memperkenalkan diri. Nah, gara-gara dia diem di

kelas jadi aku ajak aja dia ke kantin. Akhirnya kita

ngobrol-ngobrol, dia juga ngobrol sama temen aku kan.

Cuma emang yang sering ngobrol itu ya aku berdua, aku

sama Axxx maksudnya, jadi makanya aku bisa deket.

Udah gitu aja kak.

Pewawancara : Awalnya emang kamu yang ngajak Axxx ngobrol duluan

ya?

Partisipan : Iya, kak. Ya waktu itu sih aku duluan, soalnya dia kan

waktu itu kan masih anak baru.

Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?

Partisipan : Sering banget. Aku kalau ada apa-apa biasanya cerita ke

dia, dan dia kalau ada apa-apa juga biasanya cerita ke

aku.

Pewawancara : Bagaimana cara Axxx menghibur kamu?

Partisipan : Ya dia itu ngeliat dulu masalah aku tuh kayak gimana,

nah terus dia coba nenangin aku sih kayak dia nanya

Page 262: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

mending kamu begini begini begini, dia ngasih nasihat

aku. Terus biasanya sih dia ngajakin makan. Engga tau

kenapa kalo aku misalnya lagi sedih, dia lagi sedih kita

langsung makan aja gitu, ngemil kek kayak makanan

kecil gitu. Kalo engga minum. Minum apa sih tuh

namanya biasanya Mbaknya suka bikinin apa yaaa

(berpikir)…ada kayak minum gitu, aku lupa namanya.

Terus di bawa havefun gitu. Dia ngebecandain-candain

lagi, dia ngelucu-ngelucu lagi, atau engga ngasih video-

video yang lucu.

Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?

Partisipan : Pernah kak, bahkan sering banget. Hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Contohnya seperti apa?

Partisipan : Mmmhhhhmm (berpikir)…kayak aku lagi ada masalah

sama temen nih kak, entar dia bilangin ke aku “udahlah

ga usah dipikirin, kalau udah engga cocok sama elo ya

udah biarin aja”.

Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang

mengalami kesulitan?

Partisipan : Apa ya paling yaaa (berpikir)…sejauh ini sih kayaknya

engga deh. Engga pernah kayak aku punya masalah yang

besar gitu sampai aku butuh bantuan dia kayaknya sih

jarang sih. Paling cuma kalo kita mau makan, aku lagi

engga ada duit, terus dia bilang “ya udah makan aja,

pake duit gue dulu”. Tapi pas aku mau balikin uangnya,

dia malah bilang “udah engga usah”.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,

agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?

Partisipan : Iya aku juga sama Axxx kan beda agamanya. Dia Islam,

aku non Islam. Nah pertamanya tuh Axxx engga tau kalo

aku non Islam. Nah tiba-tiba dia kaget pas aku cerita kalo

Page 263: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

aku lagi di gereja. Terus dia bilang “Oh, lu Kristen,

Myu?”. Aku tuh ngingetin dia solat, aku ngingetin dia

buat ngaji. Dia juga ngingetin aku kalo misalnya makan

berdo’a, kalo misalnya tidur berdo’a, jangan lupa ke

gereja, gitu gitu kak.

Pewawancara : Jadi saling mengingatkan gitu ya?

Partisipan : Iya sih saling mengingatkan.

Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi di

lingkungan baru tidak?

Partisipan : Menurut aku iya, iya dia mudah banget beradaptasi di

lingkungan baru sih. Misalnya kalo aku lagi ngenalin dia

ke temen-temen aku, dia bisa enjoy bareng, join bareng

kita juga gitu.

Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke

teman-teman?

Partisipan : Sering banget, sering banget. Dia sering traktir kita, dia

sering ngajakin kita makan kemana-mana gitu. Dia baik

banget pokoknya deh. Kalo misalnya soal makanan

minuman tuh, eeemmhhmm (bergumam) misalnya ada

temennya yang engga punya duit, misalnya aku, terus

tiba-tiba dia bilang “ya udah Mxx engga apa-apa kamu

pesen aja dulu pake duit aku”. Nah nanti kalo misalkan

aku mau ganti, dia bilang “ya udah engga usah, engga

apa-apa” gitu.

Pewawancara : Mxxxx, kamu tau engga alasan kenapa Axxx pindah dari

sekolah yang dulu dan memilih homeschooling?

Partisipan : Tau.

Pewawancara : Alasannya karena apa?

Partisipan : Karena dia mau fokus ke musik.

Pewawancara : Alasan kepindahan Axxx cuma karena ingin fokus ke

musik aja? Engga ada alasan yang lain kah?

Page 264: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Ada lagi.

Pewawancara : Apa itu?

Pewawancara : Di sekolah yang dulu kan kayak ada geng-gengan gitu

loh kak, jadi dia itu kayak merasa engga suka gitu kalo

ada geng-gengan gitu loh (sambil tersenyum).

Pewawancara : Kalo alasan utama yang membuat Axxx pindah sekolah

tuh karena apa?

Partisipan : Tetep musik sih kak. Dia suka banget sama yang

namanya musik. Dia tuh engga bisa kayak hidup tanpa

musik gitu, soalnya apa-apa dia dengerin lagu, dia tau

lagu baru aja dia tau, terus aransemen-aransemennya

gitu.

Pewawancara : Awalnya Axxx cerita engga kalo dia mau pindah dari

sekolah SMP xx?

Partisipan : Ya awalnya sih dia cuma cerita kayak dia engga suka

gitu sekolah di SMP xx karena kayak banyak geng-

gengan gitu. Dia awalnya ceritanya kayak begitu, tapi dia

juga cerita kalo dia itu emang bener-bener mau fokus ke

musik.

Pewawancara : Keluarga memang suka seni?

Partisipan : Engga sih, emang dia nya yang suka musik. Suka banget.

Pewawancara : Dan orangtuanya juga mendukung kalo Axxx suka musik

ya?

Partisipan : Iya, orangtuanya ngedukung banget. Justru eeehhmm

(bergumam) dia tuh udah daftar di sekolah musik gitu

buat SMA.

Pewawancara : Oh dia daftar sekolah SMA khusus musik?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Masih di daerah Jakarta?

Partisipan : Di New York deh kalo engga salah.

Pewawancara : Oke Mxxx wawancara kita hari ini udah selesai.

Page 265: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Makasih banget ya atas waktunya, udah sering aku

gangguin terus, hubungin kamu terus untuk bisa

wawancara sama kamu hehe (tertawa).

Partisipan : Engga apa-apa, hehehe (tertawa).

Pewawancara : Makasih ya udah bersedia aku wawancara.

Partisipan : Iya kak, sama-sama.

Page 266: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : Y

Tempat : Daebak Kafe

Tanggal : 27 Desember 2015

Waktu : 11:00 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya

Chentauri mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mmhhhmm kalau boleh tau nama kamu siapa?

Partisipan : Wa’alaikumsalam. Nama aku Yxxxxxx.

Pewawancara : Nama lengkapnya siapa?

Partisipan : Nama lengkap aku Yxxxxxx Qxxxxx Axxx.

Pewawancara : Bisa kita mulai wawancaranya sekarang?

Partisipan : Bisa kak.

Pewawancara : Sejak kapan kamu kenal dengan Axxx?

Partisipan : Sejak kelas 8 (delapan) SMP.

Pewawancara : Kalian dulun satu kelas?

Partisipan : Iya.

Pewawacara : Kalian bersahabat atau berteman?

Partisipan : Sahabatan, kak.

Pewawancara : Sampai sekarang kalian sahabatan?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Sejak kapan kalian bersahabat?

Partisipan : Dari kelas 8 itu, hehe (tersenyum).

Pewawancara : Dulu kalian teman sebangku?

Partisipan : Mmmhhmm (berpikir)…engga sebangku, eeehhhmmm

(bergumam) depan belakang gitu duduknya kak.

Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Karena nyambung kita ngobrolnya, hehehe (tertawa).

Page 267: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Biasanya kalo ketemu hal apa yang kalian bicarakan?

Partisipan : Biasanya yaaa kayak kesukaan yang lagi booming gitu.

Pewawancara : Misalnya kayak apa tuh?

Partisipan : Misalnya film, musik.

Pewawancara : Bagaimana sih cara kamu bermain sama Axxx?

Partisipan : Kalau sekarang yaaa video call aja.

Pewawancara : Udah jarang ketemu ya?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Kapan terakhir kalian ketemuan?

Partisipan : Kalau engga salah ituuuu (berpikir, melihat ke

atas)…waktu sebelum…apa yaa…kalau engga salah

bulan November kayaknya.

Pewawancara : November tahun ini?

Partisipan : Iya, kalo engga salah bulan November.

Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?

Partisipan : Biasanya kalo hhhmmm (berpikir)…hhhmmm (berpikir

melihat ke lantai) kalo Axxx lagi ke Depok aja. Misalnya

ada acara apa gitu, terus engga sengaja kita ketemuan.

Soalnya sama-sama udah punya kegiatan jadi yaaa susah

juga.

Pewawancara : Sewaktu kalian satu sekolah, waktu untuk bertemunya

kapan?

Partisipan : Biasanya kalo ada tugas sekolah sama di sekolah aja.

Pewawancara : Engga pernah pergi bareng keluar?

Partisipan : Eeehhmmmm (berpikir)…itu sih jarang juga, soalnya dia

juga sibuk dan akunya juga sibuk kak.

Pewawancara : Waktu di sekolah yang dulu, berapa kali sih dalam satu

minggu kalian bertemu?

Partisipan : Bisaaa…eehhmmm (berpikir)…tiap minggu ketemu sih

biasanya.

Page 268: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Maksud kakak ketemu di luar jam sekolah. Misalnya

pergi main bareng keluar gitu?

Partisipan : Ooohh paling engga tentu, kak. Soalnya gimana yaaa

(berpikir), aku sama Aufa ketemu kalo lagi ada tugas

sekolah aja gitu, jarang ketemu untuk main.

Pewawancara : Kalau dalam hitungan bulan, kamu inget engga berapa

kali kalian bertemu?

Partisipan : Eeehhmmm (mengingat-ingat)…antara 1 (satu) sampai 2

(dua) deh kayaknya.

Pewawancara : Biasanya hal apa saja yang kalian lakukan kalau ketemu?

Partisipan : Eeehhhmmm (bergumam) ngobrol, foto-foto, terus sama

makan.

Pewawancara : Menurut kamu, Axxx itu orangnya seperti apa?

Partisipan : Axxx itu seru, terus nyambung ngobrolnya, sama pinter

ngelawak juga.

Pewawancara : Oh begitu, kelihatannya Axxx orangnya pendiem ya?

Hehehe (tertawa)

Partisipan : Iya, hehehe (tertawa).

Pewawancara : Kamu senang atau engga punya sahabat kayak Axxx?

Partisipan : Seneng.

Pewawancara : Kenapa bisa senang punya sahabat seperti dia?

Partisipan : Karena dia seru, hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Serunya seperti apa?

Partisipan : Soalnya kita tuh nyambung ngobrolnya, jadi ya seneng

gitu kan, karena ngobrolnya nyambung jadi yang

diobrolin itu jadi seru, jadi ya seneng kak (sambil

tersenyum).

Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx ke teman-teman yang dulu?

Partisipan : Eeehhmmm…Axxx kalo ke temen-temen yang lain sih

biasa aja.

Pewawancara : Kalau lagi sama kamu gimana?

Page 269: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipasi : Kalau ssama aku jadi seru gitu. Tiba-tiba dia jadi heboh

gitu.

Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa yang

pertama kali mengajak berkenalan?

Partisipan : Seinget aku dulu eehhhmm (bepikir)…punya temen lagi,

nah kalo engga salah dikenalin sama temen aku, temen

dia juga.

Pewawancara : Jadi kalian ini dikenalin sama temennya Axxx yang

ternyata temen kamu juga?

Partisipan : Iya. Awalnya kan belum begitu akrab terus jadinya

makin hari makin kenal dan akrab sama Axxx.

Pewawancara : Teman yang ngenalian kalian satu kelas sama kalian

juga?

Partisipan : Iya satu kelas.

Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama Axxx ketika lagi sedih?

Partisipan : Eehhhmmm (bergumam)…pernah.

Pewawancara : Bagaimana cara Axxx menghibur kamu?

Partisipan : Bikin ketawa, kak. Dia ngelakuin hal yang konyol.

Pewawancara : Axxx pernah bantu kamu ketika sedang kesulitan?

Partisipan : Pernah, kak.

Pewawancara : Biasanya Axxx ngelakuin apa?

Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) membantu hal apa aja yang

kesulitan, misalnya membantu ngerjain soal matematika

terus di bantu sama dia.

Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx dengan teman-teman yang beda

suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan

fisik?

Partisipan : Biasa aja sih kak. Engga ngehindar gitu.

Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi di

lingkungan baru engga?

Partisipasi : Kurang.

Page 270: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kenapa kamu bisa bilang begitu?

Partisipan : Karena dia pendiam, jadi orang ngeliatnya juga ya susah

gitu untuk diajak ngobrol.

Pewawancara : Pribadi dia itu seperti apa sih?

Partisipan : Aslinya sih dia engga pendiam, cuma kalo misalnya

baru-baru di tempat orang itu dia pendiam.

Pewawancara : Dia butuh waktu dulu ya untuk bisa berbaur dengan

orang lain?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Butuh waktu berapa lama?

Partisipan : Waktu aku dulu sih, waktunya kalo engga salah 2

minggu deh, tapi selama 2 minggu itu harus rutin gitu.

Maksudnya jangan jarang-jarang kita ngobrolnya gitu.

Nah karena dulu kan kita duduknya depan belakang tiap

hari sering ngobrol, nyambung dan kita jadi sahabatan

sampe sekarang.

Pewawancara : Axxx sering berbagi makanan dan minuman engga ke

kamu?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Misalnya berbagi apa?

Partisipan : Biasanya dia suka bagi-bagi somay gitu kalo lagi jajan.

Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa Axxx pindah sekolah?

Partisipan : Eeehhmm (bergumam)…dia karena rumahnya pindah ke

Tangerang.

Pewawancara : Cuma karena pindah rumah aja?

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Engga ada masalah di sekolah?

Partisipan : Kalo masalah sih kurang tau, tapi sih kayaknya engga

ada.

Page 271: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Axxx engga cerita ke kamu kalau ada masalah

disekolahnya sampai-sampai dia memutuskan untuk

pindah sekolah?

Partisipan : Engga, kak. Dia cuma bilang karena ayahnya kerja terus

pindah rumahnya.

Pewawancara : Oohh begitu.

Partisipan : Iya, kak. Dia pindah ya cuma karena ayahnya kerja dan

dia pindah rumahnya juga.

Pewawancara : Yxxxxxx, wawancara kita hari ini sudah selesai.

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Terima kasih atas waktu dan ketersediaan kamu untuk

diwawancarai.

Partisipan : Iya , kak sama-sama.

Page 272: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : G

Tempat : Melalui Telepon

Tanggal : 17 Januari 2016

Waktu : 14:00 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Axxxx?

Partisipan : Wa’alaikumsalam, Kak.

Pewawancara : Apa kabar?

Partisipan : Alhamdulillah baik. Kakak apa kabar?

Pewawancara : Alhamdulillah baik juga.

Partisipan : Kak, maaf ya kita jadinya wawancara lewat telepon.

Soalnya dadakan ngasih kabar latihan futsalnya.

Pewawancara : Iya Axxxx engga apa-apa, bersyukur kamu masih mau

lanjut wawancaranya hehe (tertawa).

Partisipan : Iya, kak. Hahaha (tertawa). Kak, wawancaranya

sekarang aja, aku lagi istirahat nih.

Pewawancara : Oke sekarang kita mulai.

Partisipan : Eh iya kak, suratnya itu nanti aku kirimin tanda tangan

aku aja ya kak.

Pewawancara : Astaga kakak hampir lupa, engga inget sama surat

persetujuannya.

Partisipan : Yaah si kakak, hahaha (tertawa).

Pewawancara : Ya udah engga apa-apa di kirim. Nanti aku kirim

formatnya, terus tanda tangannya jangan lupa di scan ya.

Partisipan : Iya nanti aku scan deh.

Pewawancara : Kakak mulai wawancaranya ya?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Sejak kapan kalian saling kenal?

Page 273: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Sejak satu sekolah dulu.

Pewawancara : Sejak kapan kalian mulai berteman atau bersahabat?

Partisipan : Sejak berteman dekat.

Pewawancara : Berteman dekat dari kapan?

Partisipan : Awal masuk pas sekelas, kelas 7.

Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Anaknya seru, enak di ajak bercanda.

Pewawacara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?

Partisipan : Kita sering ledek-ledekan.

Pewawancara : Ledek-ledekan masalah apa?

Partisipan : Kayak main kata-kataan gitu sih, lebih ke ngatain satu

sama lain, hahaha (tertawa).

Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?

Partisipan : Di sekolah.

Pewawancara : Kalau di luar sekolah saling bertemu engga? Main

bareng misalnya?

Partisipan : Jarang.

Pewawancara : Kenapa?

Partisipan : Rumah kita jauh kak.

Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?

Partisipan : Lima hari.

Pewawancara : Lima hari, maksudnya lima hari jadwal sekolah?

Partisipan : Iya pas sekolah aja ketemunya.

Pewawancara : Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?

Partisipan : Main bola, main PS.

Pewawancara : Sering engga sih kalian bertemu untuk sekarang?

Partisipan : Jarang banget. Karena sekarang kan kita udah engga satu

sekolah lagi nih, paling kita BBM-an, Line, whatsapp.

Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?

Partisipan : Baik sih, tapi engga terlalu, dia lumayan bandel hehehe

(tertawa).

Page 274: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Bandelnya gimana?

Partisipan : Suka bolos masuk pelajaran.

Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?

Partisipan : Iya seneng.

Pewawancara : Kenapa senang punya sahabat seperti dia?

Partisipan : Orangnya baik, enak sih di ajak ngobrol.

Pewawancara : Terus apa lagi?

Partisipan : Udah.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain

selain kamu?

Partisipan : Sikapnya…eemmhhhmmm (berpikir) ya dia baik sih.

Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?

Partisipan : Kita kan duduknya depan-depanan, terus sering ngobrol

bareng, main bareng. Terus akhirnya jadi akrab dan

berteman.

Pewawancara : Yang pertama kali ngajak ngobrol siapa?

Partisipan : Saya.

Pewawancara : Awalnya gimana kamu ngajak ngobrol dia?

Partisipan : Waktu itu nanya tugas.

Pewawancara : Tugas apa?

Partisipan : Tugas PR matematika. Waktu itu aku pengen liat tugas

matematika dia, terus dia bilang ya udah nih. Ya udah

dia kasih liat. Semenjak itu kita sering ngobrol.

Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Bagaimana cara dia menghibur kamu?

Partisipan : Waktu itu uang jajan aku ketinggalan, terus dia ngasih

pinjeman uang ke aku buat jajan. Terus kita pulang

bareng.

Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang

mengalami kesulitan?

Page 275: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Pernah.

Pewawancara : Waktu itu kamu lagi kenapa?

Partisipan : Lagi berenang, baru pengen berenang pas lagi di atas,

terus aku di dorong ke bawah sama temen. Terus di

bantu sama dia buat naik ke atas.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,

agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?

Partisipan : Sikapnya sama aja baik, engga pernah ngeledekin.

Pewawancara : Dia engga pernah membeda-bedakan teman ya?

Partisipan : Iya, engga pernah ngebeda-bedain.

Pewawancara : Menurut kamu, dia orangnya seperti apa?

Partisipan : Orangnya yaaa…baik sih. Kadang-kadang anaknya

rusuh.

Pewawancara : Rusuhnya bagaimana?

Partisipan : Kalo lagi main di rusuhin kayak di recokin gitu kak,

ngisengin gitu dia.

Pewawancara : Dia mudah beradaptasi di lingkungan baru tidak?

Partisipan : Mudah.

Pewawancara : Mudahnya bagaimana?

Partisipan : Karena dia anaknya gimana yaaa (berpikir)…dia mudah

bergaul, jadi gampang berbaur dengan yang lain.

Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke

teman-teman?

Partisipan : Jarang.

Pewawancara : Tapi dia pernah engga berbagi makanan atau minuman

walaupun sekali? Misalnya dia dari kantin beli makanan

dan nawarin ke temen-temen gitu?

Partisipan : Oh iya pernah. Waktu itu jam istirahat, terus dia ke

kantin beli nasi kuning. Abis itu dia ke kelas nawarin ke

temen-temen.

Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa dia pindah sekolah?

Page 276: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Tau, kak.

Pewawancara : Gimana tuh?

Partisipan : Dia suka bolos sekolah, bolos pelajaran. Terus ketauan

sama guru, guru BP.

Pewawancara : Terus sama guru BP diapain?

Partisipan : Di panggil, terus orang tuanya juga di panggil, di kasih

surat peringatan kalau sekali lagi dia melakukan itu di

keluarkan dari sekolah.

Pewawancara : Cuma itu saja alasannya?

Partisipan : Iya cuma itu sih yang aku tau. Dia cerita kayak gitu aja.

Pewawancara : Oke deh, makasih banget ya sudah bersedia untuk aku

wawancara.

Partisipan : Iya kak, engga apa-apa.

Pewawancara : Terima ksih atas waktunya.

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Assalamu’alaikum.

Partisipan : Wa’alaikumsalam kak.

Page 277: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : I

Tempat : KFC Bintaro

Tanggal : 18 Desember 2015

Waktu : 13:20 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Ixxxxx?

Partisipan : Wa’alaikumsalam, Kak.

Pewawancara : Ixxxxx apa kabar?

Partisipan : Alhamdulillah baik kak. Sekarang nih kak

wawancaranya?

Pewawancara : Iya sekarang kita mulai ya. Kakak mulai dari pertanyaan

Sejak kapan kalian saling kenal dan sejak kapan kalian

berteman?

Partisipan : Mmmmhhhmm dari kecil sih kak kita temenan, dari

umur 2 (dua) tahun. Kita itu kan tetanggaan dulunya

(sambil tersenyum).

Pewawancara : Loh emang kalau sekarang kalian udah engga

tetanggaan?

Partisipan : Engga kak. Hxxx kan di Sektor 9 (sembilan), kalo aku di

Bxxxxxx Jxxx Sxxxxx 3 (tiga) A.

Pewawancara : Ooohh kirain sampai sekarang tetanggaan, hehehe

(tertawa).

Partisipan : Udah engga kak, hehe (tertawa).

Pewawacara : Ya sudah kita lanjut ke pertanyaan lainnya. Ixxxxxx,

Kenapa kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Mmhhhmm gimana ya kak (berpikir) Hxxx itu orangnya

baik sih. Asik anaknya, agamis juga orangnya..

mmhhmmm agamis banget deh kak, hehe (tersenyum).

Page 278: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Bagaimana cara kamu bermain dengan dia?

Partisipan : Gimana ya kak...mmhhhhmmm (berpikir).

Pewawancara : Gimana apanya? (tersenyum)

Partisipan : Hehehe (tertawa)…kita biasa aja sih kak, cerita-cerita

gitu, main ke rumah temen, makan bareng, pergi ke

mall.. ya gitu aja sih kak.

Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?

Partisipan : Kalau kita ada waktu aja sih kak.

Pewawancara : Biasanya saat kapan? Saat weekend kah?

Partisipan : Engga juga sih kak.

Pewawancara : Berapa kali dalam satu minggu kalian bertemu?

Partisipan : Engga nentu sih kak. Sebisanya kita aja. Karena kita kan

sekolahnya beda nih, jam masuknya dan pulang

sekolahnya kan pasti beda kak, ya kalo mau ketemuan

biasanya kita janjian dulu nyamain jadwal masing-

masing kak.

Pewawancara : Hal apa saja yang kalian lakukan ketika bertemu?

Partisipan : Eeehhmm (berpikir)…banyak sih kak.

Pewawancara : Misalnya seperti apa?

Partisipan : Eeehhhmm (berpikir)…cerita-cerita tentang sekolah sih

kak.

Pewawancara : Contohnya cerita tentang sekolah yang bagaimana?

Partisipan : Cerita tentang belajar di homeschooling tuh begini begini

begini, tuker-tukeran informasi tentang sekolah masing-

masing aja sih kak.

Pewawancara : Oooh begitu.

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Menurut kamu dia orangnya seperti apa sih?

Partisipan : Hxxx itu orangnya baiiiikkk banget, dewasa, udah kayak

kakak aku aja dia, agamis juga orangnya. Friendly

banget deh kak orangnya, bener. Hahaha (tertawa).

Page 279: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Dia bukan termasuk orang yang pendiam?

Partisipan : Mmhhhmmm…gimana ya kak…dia ga pendiam sih kalo

sama aku.

Pewawancara : Menjadi dirinya sendiri ya kalau lagi sama kamu? Engga

malu-malu orangnya?

Partisipan : Iya kak, engga…jaim gitu deh anaknya. Kalo sama aku,

dia itu ya apa adanya aja.

Pewawancara : Senang atau engga punya sahabat seperti dia?

Partisipan : Seneng kak, seneng banget (tersenyum). Dia enak kalau

diajak ngobrol, kalau aku curhat, dia suka ngasih saran

ke aku.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia dengan teman-teman yang lain

selain kamu?

Partisipan : Hhhmmm…Hxxx…biasa aja sih kak.

Pewawancara : Biasa aja gimana?

Partisipan : Yaaaa, baik. Baik juga dia sama yang lain. Hani tuh

orangnya baik kak ke siapa aja.

Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal?

Partisipan : Dari mbak-mbak kita, hahaha (tertawa).

Pewawancara : Maksudnya kenal dari asisten rumah tangga kalian?

Partisipan : Iya kak hehehe (tersenyum). Kita kan tetanggaan, nah

kenalnya ya dari mbak-mbak kita itu deh. Kita sering

main sampai sekarang, dan satu sekolahan.

Pewawancara : Satu sekolahan di sekolah yang dulu?

Partisipan : Iya, di sekolah Pxxxxxxxxxx Jxxx.

Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama dia ketika sedang bersedih?

Partisipan : Pernah kak, bahkan sering banget. Hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Contohnya seperti apa?

Partisipan : Mmmhhhhmm (berpikir)…kayak aku lagi ada masalah

sama temen nih kak, entar dia bilangin ke aku “udahlah

Page 280: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

ga usah dipikirin, kalau udah engga cocok sama elo ya

udah biarin aja”.

Pewawancara : Kamu pernah di bantu sama dia ketika sedang

mengalami kesulitan?

Partisipan : Pernah kak. Dia itu baik banget orangnya. Kalo aku lagi

kesulitan terus minta saran ke dia, nah dia kasih saran

yang membantu banget buat aku.

Pewawancara : Misalnya kamu sedang kesulitan apa?

Partisipan : Yaaa gimana ya kak…masalah pribadi kak. Maaf kak

aku engga bisa cerita.

Pewawancara : Oohh...iya aku ngerti, engga apa-apa kalau kamu engga

bisa ceritain. Maaf ya.

Partisipan : Iya kak engga apa-apa..hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Kita lanjut ke pertanyaan lainnya.

Partisipasi : Iya, kak.

Pewawancara : Bagaimana sikap dia terhadap teman yang berbeda suku,

agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan fisik?

Partisipan : Eeehhhmm (bergumam)…Hxxx biasa aja sih kak sama

mereka yang beda suku, agama, ras dan sebagainya.

Hxxx tetep baik sama mereka.

Pewawancara : Biasa aja karena cuek?

Partisipan : Eehhhmm (bergumam), gimana ya kak, ya bukan cuek

engga peduli gitu, tapi ya biasa aja kak.

Pewawancara : Engga mempermasalahkan teman yang berbeda dari dia?

Partisipan : Iya. Hxxx itu engga mempermasalahkan sih kak, dia

yaaa (berpikir) baik aja sama mereka. Berteman seperti

yang lain aja.

Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi

dilingkungan baru tidak?

Partisipan : Menurut aku nih ya kak?

Pewawancara : Iya menurut kamu.

Page 281: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipan : Menurut aku, hhhmmm (bergumam) hahhaha (tertawa

sambil melihat ke arah temannya)…Hani itu orangnya

baik, periang, ke-ibuan, dewasa kak. Dia itu bisa jadi

kakak buat aku. Pokoknya Hani baik banget kak menurut

aku hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Dia sering berbagi makanan atau minuman engga ke

teman-teman?

Partisipan : Hhhmmm (bergumam)…berbagi kak. Kita sering

berbagi makanan atau minuman kak.

Pewawancara : Kayak sekarang ya?

Partisipan : Iya kak kayak sekarang. (Partisipan diwawancarai sambil

memakan makanan ringan). Kita sering berbagi makanan

satu sama lain hehe (tersenyum).

Pewawancara : Oya Indira, Hani pernah cerita ke kamu tentang alasan

kenapa dia pindah dari sekolah dan memilih

homeschooling?

Partisipan : Iya dia pernah cerita ke aku kak.

Pewawancara : Dia cerita seperti apa sama kamu?

Partisipasi : Hhhhmm (bergumam)…dia cerita kalo udah engga betah

di sekolah yang dulu.

Pewawancara : Karena apa dia engga betah sekolah di sana?

Partisipan : Dia sih cuma bilang, dia itu kan di sekolah yang dulu

jarang masuk ya kak.

Pewawancara : Iya. Terus dia bilang apa lagi?

Partisipan : Dia itu kan waktu sekolah di sana sakit ya kak jadi jarang

masuk. Nah, guru kan kalo dia masuk belajarnya ngulang

yang kemaren-kemaren kak.

Pewawancara : Eehhmmm…belajar ngulang yang kemaren-kemaren?

Maksudnya gimana ya?

Partisipan : Ooohh begini kak, maksudnya tuh guru mengulang

materi pelajaran sebelumnya yang udah disampaikan

Page 282: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

sama guru. Nah, temen-temennya kan jadi pada sebel ya

kak sama Hxxx. Temen sekelasnya bilang “makanya

masuk dong”. Yaaa Hani kan jadi ngerasa engga nyaman

lagi kalo di kelas. Gitu aja sih kak Hxxx ceritanya.

Pewawancara : Kamu engga satu kelas sama Hxxx?

Partisipan : Engga kak, kita engga sekelas.

Pewawancara : Ooohh engga sekelas? Aku kira kalian sekelas.

Partisipan : Engga kak (tersenyum). Yaaa Hxxx cuma cerita begitu

aja sih kak, karena dia udah engga nyaman lagi sekolah

di sana jadi dia pindah dan milih homeschooling. Dia

pengen rasa nyaman ketika bersekolah. Lagi juga ya kak

di sekolah formal kan banyak banget tugasnya, mungkin

itu juga alasan yang membuat Hxxx pengen pindah.

Pewawancara : Oke begitu yaa..

Partisipan : Iya kak.

Pewawancara : Oke deh, makasih banget ya Ixxxx sudah bersedia untuk

aku wawancara.

Partisipan : Iya kak, engga apa-apa.

Pewawancara : Terima ksih atas waktunya.

Partisipan : Iya kak.

Page 283: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

TRANSKRIP WAWANCARA INTI

Partisipan : Y

Tempat : Daebak Kafe Depok

Tanggal : 27 Desember 2015

Waktu : 11:00 WIB

Pewawancara : Assalamu’alaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya

Chentauri mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mmhhhmm kalau boleh tau nama kamu siapa?

Partisipan : Wa’alaikumsalam. Nama aku Yxxxxxx.

Pewawancara : Nama lengkapnya siapa?

Partisipan : Nama lengkap aku Yxxxxxx Qxxxxx Axxx.

Pewawancara : Bisa kita mulai wawancaranya sekarang?

Partisipan : Bisa kak.

Pewawancara : Sejak kapan kamu kenal dengan Aufa?

Partisipan : Sejak kelas 8 (delapan) SMP.

Pewawancara : Kalian dulun satu kelas?

Partisipan : Iya.

Pewawacara : Kalian bersahabat atau berteman?

Partisipan : Sahabatan, kak.

Pewawancara : Sampai sekarang kalian sahabatan?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Sejak kapan kalian bersahabat?

Partisipan : Dari kelas 8 itu, hehe (tersenyum).

Pewawancara : Dulu kalian teman sebangku?

Partisipan : Mmmhhmm (berpikir)…engga sebangku, Hhhmmmhh

(bergumam) depan belakang gitu duduknya kak.

Pewawancara : Kenapa kamu senang bermain dengan dia?

Partisipan : Karena nyambung kita ngobrolnya, hehehe (tertawa).

Page 284: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Biasanya kalo ketemu hal apa yang kalian bicarakan?

Partisipan : Biasanya yaaa kayak kesukaan yang lagi booming gitu.

Pewawancara : Misalnya kayak apa tuh?

Partisipan : Misalnya film, musik.

Pewawancara : Bagaimana sih cara kamu bermain sama Axxx?

Partisipan : Kalau sekarang yaaa video call aja.

Pewawancara : Udah jarang ketemu ya?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Kapan terakhir kalian ketemuan?

Partisipan : Kalau engga salah ituuuu (berpikir, melihat ke

atas)…waktu sebelum…apa yaa…kalau engga salah

bulan November kayaknya.

Pewawancara : November tahun ini?

Partisipan : Iya, kalo engga salah bulan November.

Pewawancara : Kapan kalian saling bertemu?

Partisipan : Biasanya kalo hhhmmm (berpikir)…hhhmmm (berpikir

melihat ke lantai) kalo Axxx lagi ke Depok aja. Misalnya

ada acara apa gitu, terus engga sengaja kita ketemuan.

Soalnya sama-sama udah punya kegiatan jadi yaaa susah

juga.

Pewawancara : Sewaktu kalian satu sekolah, waktu untuk bertemunya

kapan?

Partisipan : Biasanya kalo ada tugas sekolah sama di sekolah aja.

Pewawancara : Engga pernah pergi bareng keluar?

Partisipan : Eeehhmmmm (berpikir)…itu sih jarang juga, soalnya dia

juga sibuk dan akunya juga sibuk kak.

Pewawancara : Waktu di sekolah yang dulu, berapa kali sih dalam satu

minggu kalian bertemu?

Partisipan : Bisaaa…eehhmmm (berpikir)…tiap minggu ketemu sih

biasanya.

Page 285: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Maksud kakak ketemu di luar jam sekolah. Misalnya

pergi main bareng keluar gitu?

Partisipan : Ooohh paling engga tentu, kak. Soalnya gimana yaaa

(berpikir), aku sama Aufa ketemu kalo lagi ada tugas

sekolah aja gitu, jarang ketemu untuk main.

Pewawancara : Kalau dalam hitungan bulan, kamu inget engga berapa

kali kalian bertemu?

Partisipan : Eeehhmmm (mengingat-ingat)…antara 1 (satu) sampai 2

(dua) deh kayaknya.

Pewawancara : Biasanya hal apa saja yang kalian lakukan kalau ketemu?

Partisipan : Eeehhhmmm (bergumam) ngobrol, foto-foto, terus sama

makan.

Pewawancara : Menurut kamu, Axxx itu orangnya seperti apa?

Partisipan : Axxx itu seru, terus nyambung ngobrolnya, sama pinter

ngelawak juga.

Pewawancara : Oh begitu, kelihatannya Axxx orangnya pendiem ya?

Hehehe (tertawa)

Partisipan : Iya, hehehe (tertawa).

Pewawancara : Kamu senang atau engga punya sahabat kayak Axxx?

Partisipan : Seneng.

Pewawancara : Kenapa bisa senang punya sahabat seperti dia?

Partisipan : Karena dia seru, hehehe (tersenyum).

Pewawancara : Serunya seperti apa?

Partisipan : Soalnya kita tuh nyambung ngobrolnya, jadi ya seneng

gitu kan, karena ngobrolnya nyambung jadi yang

diobrolin itu jadi seru, jadi ya seneng kak (sambil

tersenyum).

Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx ke teman-teman yang dulu?

Partisipan : Eeehhmmm…Axxx kalo ke temen-temen yang lain sih

biasa aja.

Pewawancara : Kalau lagi sama kamu gimana?

Page 286: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Partisipasi : Kalau ssama aku jadi seru gitu. Tiba-tiba dia jadi heboh

gitu.

Pewawancara : Bagaimana awal pertama kalian saling kenal? Siapa yang

pertama kali mengajak berkenalan?

Partisipan : Seinget aku dulu eehhhmm (bepikir)…punya temen lagi,

nah kalo engga salah dikenalin sama temen aku, temen

dia juga.

Pewawancara : Jadi kalian ini dikenalin sama temennya Axxx yang

ternyata temen kamu juga?

Partisipan : Iya. Awalnya kan belum begitu akrab terus jadinya

makin hari makin kenal dan akrab sama Axxx.

Pewawancara : Teman yang ngenalian kalian satu kelas sama kalian

juga?

Partisipan : Iya satu kelas.

Pewawancara : Kamu pernah di hibur sama Axxx ketika lagi sedih?

Partisipan : Eehhhmmm (bergumam)…pernah.

Pewawancara : Bagaimana cara Axxx menghibur kamu?

Partisipan : Bikin ketawa, kak. Dia ngelakuin hal yang konyol.

Pewawancara : Axxx pernah bantu kamu ketika sedang kesulitan?

Partisipan : Pernah, kak.

Pewawancara : Biasanya Axxx ngelakuin apa?

Partisipan : Eeehhmmm (bergumam) membantu hal apa aja yang

kesulitan, misalnya membantu ngerjain soal matematika

terus di bantu sama dia.

Pewawancara : Bagaimana sikap Axxx dengan teman-teman yang beda

suku, agama, dan ras, budaya, gender dan kekurangan

fisik?

Partisipan : Biasa aja sih kak. Engga ngehindar gitu.

Pewawancara : Menurut kamu, dia orang yang mudah beradaptasi di

lingkungan baru engga?

Partisipasi : Kurang.

Page 287: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Kenapa kamu bisa bilang begitu?

Partisipan : Karena dia pendiam, jadi orang ngeliatnya juga ya susah

gitu untuk diajak ngobrol.

Pewawancara : Pribadi dia itu seperti apa sih?

Partisipan : Aslinya sih dia engga pendiam, cuma kalo misalnya

baru-baru di tempat orang itu dia pendiam.

Pewawancara : Dia butuh waktu dulu ya untuk bisa berbaur dengan

orang lain?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Butuh waktu berapa lama?

Partisipan : Waktu aku dulu sih, waktunya kalo engga salah 2

minggu deh, tapi selama 2 minggu itu harus rutin gitu.

Maksudnya jangan jarang-jarang kita ngobrolnya gitu.

Nah karena dulu kan kita duduknya depan belakang tiap

hari sering ngobrol, nyambung dan kita jadi sahabatan

sampe sekarang.

Pewawancara : Axxx sering berbagi makanan dan minuman engga ke

kamu?

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Misalnya berbagi apa?

Partisipan : Biasanya dia suka bagi-bagi somay gitu kalo lagi jajan.

Pewawancara : Kamu tau alasan kenapa Axxx pindah sekolah?

Partisipan : Eeehhmm (bergumam)…dia karena rumahnya pindah ke

Tangerang.

Pewawancara : Cuma karena pindah rumah aja?

Partisipan : Iya, kak.

Pewawancara : Engga ada masalah di sekolah?

Partisipan : Kalo masalah sih kurang tau, tapi sih kayaknya engga

ada.

Page 288: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah

Pewawancara : Axxx engga cerita ke kamu kalau ada masalah

disekolahnya sampai-sampai dia memutuskan untuk

pindah sekolah?

Partisipan : Engga, kak. Dia cuma bilang karena ayahnya kerja terus

pindah rumahnya.

Pewawancara : Oohh begitu.

Partisipan : Iya, kak. Dia pindah ya cuma karena ayahnya kerja dan

dia pindah rumahnya juga.

Pewawancara : Yxxxxxx, wawancara kita hari ini sudah selesai.

Partisipan : Iya.

Pewawancara : Terima kasih atas waktu dan ketersediaan kamu untuk

diwawancarai.

Partisipan : Iya , kak sama-sama.

Page 289: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 290: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 291: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 292: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 293: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 294: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 295: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 296: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 297: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 298: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 299: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 300: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 301: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 302: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 303: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 304: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 305: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 306: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 307: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 308: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 309: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 310: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 311: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah
Page 312: HOMESCHOOLING DAN KECERDASAN SOSIAL SISWA (STUDI KASUS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33711/2... · dengan pendekatan studi kasus. Sampel penelitian ini adalah