home living - ftp.unpad.ac.id filepersoalannya apakah selera ... sejuknya hunian bambu rumah bambu...

1
FOTO-FOTO: MI / M IRFAN H OME & LIVING | SABTU, 19 FEBRUARI 2011 | HALAMAN 13 KETIKA PAK PRESIDEN MENYANYI Ada pepatah Latin berbunyi de gustibus non est disputandum. Artinya soal selera tidak bisa diperdebatkan. Persoalannya apakah selera semata-mata soal emosi? Jendela Buku, Hlm 15 Sejuknya Hunian Bambu Rumah bambu bisa menjadi alternatif hunian yang menarik. Selain sejuk dan asri, strukturnya tahan gempa. CHRISTINE FRANCISKA T ANAH seluas 11 hektare di kawasan Cibinong, Bogor, itu terlihat teduh dan asri. Sejauh mata memandang, rumpun-rumpun bambu tum- buh tinggi menjulang. Tiupan angin membuat daun-daun bergemerisik lirih. Seperti kembali ke kampung halaman saja rasanya. Di sana terdapat sebuah ru- mah tinggal yang terbuat dari bambu. Tiang-tiang penyang- ganya dibuat dari bambu betung kebo yang memiliki diameter 20 hingga 30 cm. Struktur bangunan dibuat dari bambu berdiameter lebih kecil, yang dijalin dengan tali ijuk berwarna hitam. Interiornya pun tak lepas dari bambu. Ada tempat tidur dari bambu, balai-balai, kursi, dan juga meja, dengan dinding anyaman bambu. Rumah itu dihuni Jatnika beserta anak istrinya sejak 15 tahun lalu. Kawasan di sekitar rumah merupakan area budi daya bambu yang termasuk dalam kompleks Yayasan Bambu Indonesia (YBI), sebuah yayasan yang memiliki perhatian terhadap pelestarian dan pemanfaatan tanaman bambu. Menurut Jatnika, yang men- jabat Ketua Harian dan Tenaga Ahli YBI, rumah bambu seperti miliknya punya banyak ke- unggulan jika dibandingkan dengan rumah tembok. Salah satunya adalah kemampuan bambu untuk menyerap pa- nas dan melepaskannya se- cara bertahap. Ini membuat kesejukan di rumah bambu terjaga sepanjang hari. Jika terik matahari datang, bambu masih melepas suhu dingin di pagi hari sambil perlahan menyimpan panas. Saat malam, panas itu dilepas hingga suhu ruangan tak ter- lalu dingin. “Bambu juga punya sirku- lasi udara yang bagus. Seba- nyak apa pun lapisan anyam- an bambu, udara selalu bisa masuk. Ini yang membuat rumah bambu tidak pengap dan nyaman,” ujar Jatnika. Ia menambahkan, rumah bambu juga antigempa. Struk- tur yang kuat dan ringan membuatnya bisa beradaptasi dengan guncangan. Teliti sejak tebang Perawatan rumah bambu sebenarnya tidak sulit, asalkan pilihan materialnya baik sejak awal. Kalau salah pilih, rumah bambu bisa cepat lapuk dima- kan hama. Untuk mewujudkan rumah bambu yang bagus, menurut Jatnika, ada beberapa hal yang bisa dijadikan penuntun pemi- lihan bambu. Pertama, pilih bambu yang tua dengan ruas- ruas bambu yang berakar dan berjamur. Warna bambu tua biasanya kekuningan dengan serat-serat kecokelatan. Tak seperti bambu muda yang punya kadar gula tinggi, bambu tua punya kadar gula yang sudah rendah. Dengan begitu, bambu tua punya ke- mungkinan lebih kecil untuk diserang hama seperti bubuk, opong terbang, dan seksrek- -menyerupai rayap, berupa butiran-butiran hitam. “Bambu tua kalau dicium sudah tak wangi tebu. Kalau dipukul bunyinya lebih nya- ring,” lanjut pria yang memiliki pengalaman mengenai bambu lebih dari 30 tahun itu. Tak cuma memilih bambu, cara menebang juga harus diperhatikan. Sebisa mungkin, pastikan bambu ditebang saat kadar airnya rendah. “Paling baik siang hari saat daunnya sudah layu. Jangan pernah me- nebang di saat malam terang bulan karena air pasang da- tang meresap ke bambu,” ujarnya. Bambu memang dike- nal sebagai taman yang punya daya serap tinggi. Satu pohon bambu bisa menyerap sekitar 1.500 liter air. Bambu juga perlu diawet- kan terlebih dahulu untuk mencegah hama. Tahap per- tama, bambu dijemur selama beberapa hari. Baru kemudian direndam dengan campuran air garam--yang berfungsi untuk menetralkan gula--dan kapur gamping--agar bentuk bambu tak berubah. Jika semua proses tersebut dilakukan dengan benar, ru- mah bambu tak perlu perawat- an macam-macam. Kondisinya akan bertahan baik untuk waktu yang lama. Permanen dan tradisional Di antara serbuan rumah bergaya modern, Jatnika meng- aku sudah membuat lebih dari 3.000 rumah bambu untuk keperluan restoran, tempat ibadah, gazebo, hall, hingga rumah tinggal. Pelanggannya pun tak datang dari dalam negeri saja, tapi juga negara te- tangga seperti Malaysia. “Lima puluh persen pesanan adalah rumah tinggal,” ujarnya. Rumah bambu bisa dipilih di antara dua jenis: rumah bambu semipermanen dan tradisional. Rumah bambu semipermanen diperkuat semen dan beratap genteng. Sementara itu, yang tradisional tidak dilengkapi campuran semen dengan atap dari ilalang. Kualitas rumah bambu paling baik membutuhkan Rp1,7 juta per meter untuk biaya pembangunannya. Un- tuk kualitas biasa, dibutuhkan sekitar Rp1,2 juta per meter. Jika kebetulan Anda ting- gal di kompleks perumahan, jangan takut untuk bereksperi- men dengan rumah bambu ini. Menurut Jatnika, banyak pe- langgannya yang membangun rumah bambu di kompleks perumahan. “Nanti tinggal disesuaikan saja luas lahan dan rancang bangunannya,” tambah dia. (M-3) miweekend @mediaindonesia.com DI area pelestarian dan pemberdayaan bambu milik Yayasan Bambu Indonesia (YBI), Cibinong, Bogor, Anda bisa menemukan berbagai jenis tanaman bambu. Jumlahnya lebih dari 30 jenis, sebut saja bambu betung, gombong, tali, haur hejo, ampel, krisik, awi tutul, juga bambu hitam. Semua dibudidayakan di atas lahan seluas 11 ha tersebut. Selain menjadi ‘museum’ bambu, area pelestarian YBI yang didirikan pada 1995 ini memanfaatkan bambu untuk berbagai fungsi. Termasuk anyam-anyaman bambu, furnitur, alat musik termasuk angklung, karinding, dan lainnya, hingga membuat rumah bambu. Untuk membuat rumah, ada empat jenis bambu yang biasa digunakan. Pertama, bambu betung kebo yang berukuran besar, digunakan sebagai tiang penyangga bangunan. Kedua, bambu gombong yang berukuran lebih kecil, untuk dibuat rangka ba- ngunan. Ketiga, bambu tali untuk rangka yang lebih detail, dan terakhir, bambu hitam yang biasa digunakan sebagai aksesori di bagian kusen atau dinding. Untuk membuat furnitur, jenis yang dipakai tak jauh beda. Jenis bambu tutul yang memiliki corak totol-totol biasa juga digunakan sebagai penghias furnitur. Indonesia merupakan salah satu surga tanaman bambu. Menurut Jatnika, Ketua Harian YBI, setidaknya ada 156 jenis bambu yang tersebar di seluruh Nusantara. “Dan kita adalah negara yang paling banyak memanfaatkan bambu,” kata dia saat ditemui di rumahnya yang berada di kawasan pelestarian YBI, Selasa (15/2). Namun, Jatnika punya keprihatinan tersendiri. Hingga kini masyarakat masih menganggap bahwa bambu merupakan tanaman liar. Nyatanya, tak ada satu pun yang mengklaim memiliki perke- bunan bambu yang kontinu menanam bambu. “Padahal di dunia, tak ada pohon yang punya manfaat lebih banyak daripada bambu. Semua bagiannya bisa digunakan untuk makan, obat-obatan, membuat alat musik, kerajinan tangan, dan lainnya,” ujar Jatnika. Agar bambu semakin lestari, Jatnika dan YBI rajin mengadakan pelatihan untuk mengolah bambu, termasuk membuat kerajinan dan rumah bambu. Ia dan timnya juga terus bereksperimen. Misalnya saja alat musik biola dan kecapi yang biasanya terbuat dari kayu, kini dikreasikan dengan bahan bambu. “Kita selalu usaha untuk eksplorasi ide-ide baru,” tambah Jatnika. Rumah bambu juga sebenarnya bukan barang baru, buktinya rumah bambu yang dihuni Jatnika bersama keluarga sudah ber- tahan selama 15 tahun. Selain awet, rumah dari bambu memiliki sirkulasi udara baik sehingga ruang di dalamnya selalu terasa sejuk. Menarik sebagai pilihan rumah bertampilan tradisional yang menyatu dengan alam. (CE/M-3) Masih Dianggap Tanaman Liar Jatnika Ketua Harian Yayasan Bambu Indonesia “Jangan pernah menebang di saat malam terang bulan karena air pasang meresap ke bambu.” TRADISIONAL: Rumah bambu tradsisional dengan atap ilalang. Dengan pengawetan dan cara penebangan yang tepat, bambu bisa dijadikan material rumah yang tahan lama. Tampak depan rumah bambu semipermanen. Ruang tamu. Balai-balai. K M Ad es di se Je

Upload: dinhmien

Post on 06-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HOME LIVING - ftp.unpad.ac.id filePersoalannya apakah selera ... Sejuknya Hunian Bambu Rumah bambu bisa menjadi alternatif hunian yang menarik. Selain sejuk dan asri, strukturnya tahan

FOTO-FOTO: MI / M IRFAN

HOME & LIVING| SABTU, 19 FEBRUARI 2011 | HALAMAN 13

KETIKA PAK PRESIDEN MENYANYIAda pepatah Latin berbunyi de gustibus non est disputandum. Artinya soal selera tidak bisa diperdebatkan. Persoalannya apakah selera semata-mata soal emosi? Jendela Buku, Hlm 15

Sejuknya Hunian Bambu

Rumah bambu bisa menjadi alternatif hunian yang menarik. Selain sejuk dan asri, strukturnya tahan gempa.

CHRISTINE FRANCISKA

TANAH seluas 11 hektare di kawasan Cibinong, Bogor, itu terlihat teduh dan

asri. Sejauh mata memandang, rumpun-rumpun bambu tum-buh tinggi menjulang. Tiupan angin membuat daun-daun bergemerisik lirih. Seperti kembali ke kampung halaman saja rasanya.

Di sana terdapat sebuah ru-mah tinggal yang terbuat dari bambu. Tiang-tiang penyang-ganya dibuat dari bambu betung kebo yang memiliki diameter 20 hingga 30 cm. Struktur bangunan dibuat dari bambu berdiameter lebih kecil, yang dijalin dengan tali ijuk berwarna hitam.

Interiornya pun tak lepas dari bambu. Ada tempat tidur dari bambu, balai-balai, kursi, dan juga meja, dengan dinding anyaman bambu.

Rumah itu dihuni Jatnika beserta anak istrinya sejak 15 tahun lalu. Kawasan di sekitar rumah merupakan area budi daya bambu yang termasuk dalam kompleks Yayasan Bambu Indonesia (YBI), sebuah yayasan yang memiliki perhatian terhadap pelestarian dan pemanfaatan tanaman bambu.

Menurut Jatnika, yang men-jabat Ketua Harian dan Tenaga Ahli YBI, rumah bambu seperti miliknya punya banyak ke-unggulan jika dibandingkan dengan rumah tembok. Salah satunya adalah kemampuan bambu untuk menyerap pa-nas dan melepaskannya se-cara bertahap. Ini membuat kesejuk an di rumah bambu terjaga sepanjang hari.

Jika terik matahari datang, bambu masih melepas suhu dingin di pagi hari sambil perlahan menyimpan panas. Saat malam, panas itu dilepas hingga suhu ruangan tak ter-lalu dingin.

“Bambu juga punya sirku-

lasi udara yang bagus. Seba-nyak apa pun lapisan anyam-an bambu, udara selalu bisa masuk. Ini yang membuat rumah bambu tidak pengap dan nyaman,” ujar Jatnika.

Ia menambahkan, rumah bambu juga antigempa. Struk-tur yang kuat dan ringan membuatnya bisa beradaptasi dengan guncangan.

Teliti sejak tebangPerawatan rumah bambu

sebenarnya tidak sulit, asalkan pilihan materialnya baik sejak awal. Kalau salah pilih, rumah bambu bisa cepat lapuk dima-kan hama.

Untuk mewujudkan rumah bambu yang bagus, menurut Jatnika, ada beberapa hal yang bisa dijadikan penuntun pemi-lihan bambu. Pertama, pilih bambu yang tua dengan ruas-ruas bambu yang berakar dan berjamur. Warna bambu tua biasanya kekuningan dengan serat-serat kecokelatan.

Tak seperti bambu muda yang punya kadar gula tinggi, bambu tua punya kadar gula yang sudah rendah. Dengan begitu, bambu tua punya ke-mungkinan lebih kecil untuk diserang hama seperti bubuk, opong terbang, dan seksrek--menyerupai rayap, berupa butiran-butiran hitam.

“Bambu tua kalau dicium sudah tak wangi tebu. Kalau dipukul bunyinya lebih nya-ring,” lanjut pria yang memiliki pengalaman mengenai bambu lebih dari 30 tahun itu.

Tak cuma memilih bambu, cara menebang juga harus diperhatikan. Sebisa mungkin, pastikan bambu ditebang saat kadar airnya rendah. “Paling baik siang hari saat daunnya sudah layu. Jangan pernah me-nebang di saat malam terang bulan karena air pasang da-tang meresap ke bambu,” ujarnya. Bambu memang dike-nal sebagai taman yang punya daya serap tinggi. Satu pohon bambu bisa menyerap sekitar 1.500 liter air.

Bambu juga perlu diawet-kan terlebih dahulu untuk mencegah hama. Tahap per-tama, bambu dijemur selama beberapa hari. Baru kemudian direndam dengan campuran air garam--yang berfungsi untuk menetralkan gula--dan kapur gamping--agar bentuk bambu tak berubah.

Jika semua proses tersebut dilakukan dengan benar, ru-

mah bambu tak perlu perawat-an macam-macam. Kondisi nya akan bertahan baik untuk waktu yang lama.

Permanen dan tradisional

Di antara serbuan rumah bergaya modern, Jatnika meng-aku sudah membuat lebih dari

3.000 rumah bambu untuk keperluan restoran, tempat ibadah, gazebo, hall, hingga rumah tinggal. Pelanggannya pun tak datang dari dalam negeri saja, tapi juga negara te-tangga seperti Malaysia. “Lima puluh persen pesanan adalah rumah tinggal,” ujarnya.

Rumah bambu bisa dipilih di

antara dua jenis: rumah bambu semipermanen dan tradisional. Rumah bambu semipermanen diperkuat semen dan beratap genteng. Sementara itu, yang tradisional tidak dilengkapi campuran semen dengan atap dari ilalang.

Kualitas rumah bambu paling baik membutuhkan Rp1,7 juta per meter untuk biaya pembangunannya. Un-tuk kualitas biasa, dibutuhkan sekitar Rp1,2 juta per meter.

Jika kebetulan Anda ting-gal di kompleks perumahan, jangan takut untuk bereksperi-men dengan rumah bambu ini. Menurut Jatnika, banyak pe-langgannya yang membangun rumah bambu di kompleks perumahan. “Nanti tinggal disesuaikan saja luas lahan dan rancang bangunannya,” tambah dia. (M-3)

[email protected]

DI area pelestarian dan pemberdayaan bambu milik Yayasan Bambu Indonesia (YBI), Cibinong, Bogor, Anda bisa menemukan berbagai jenis tanaman bambu. Jumlahnya lebih dari 30 jenis, sebut saja bambu betung, gombong, tali, haur hejo, ampel, krisik, awi tutul, juga bambu hitam. Semua dibudidayakan di atas lahan seluas 11 ha tersebut.

Selain menjadi ‘museum’ bambu, area pelestarian YBI yang didirikan pada 1995 ini memanfaatkan bambu untuk berbagai fungsi. Termasuk anyam-anyaman bambu, furnitur, alat musik termasuk angklung, karinding, dan lainnya, hingga membuat rumah bambu.

Untuk membuat rumah, ada empat jenis bambu yang biasa digunakan. Pertama, bambu betung kebo yang berukuran besar, digunakan sebagai tiang penyangga bangunan. Kedua, bambu gombong yang berukuran lebih kecil, untuk dibuat rangka ba-ngunan. Ketiga, bambu tali untuk rangka yang lebih detail, dan terakhir, bambu hitam yang biasa digunakan sebagai aksesori di bagian kusen atau dinding.

Untuk membuat furnitur, jenis yang dipakai tak jauh beda. Jenis bambu tutul yang memiliki corak totol-totol biasa juga digunakan sebagai penghias furnitur.

Indonesia merupakan salah satu surga tanaman bambu. Menurut Jatnika, Ketua Harian YBI, setidaknya ada 156 jenis bambu yang tersebar di seluruh Nusantara. “Dan kita adalah negara yang paling banyak memanfaatkan bambu,” kata dia saat ditemui di rumahnya yang berada di kawasan pelestarian YBI, Selasa (15/2).

Namun, Jatnika punya keprihatinan tersendiri. Hingga kini masyarakat masih menganggap bahwa bambu merupakan tanam an liar. Nyatanya, tak ada satu pun yang mengklaim memiliki perke-bunan bambu yang kontinu menanam bambu.

“Padahal di dunia, tak ada pohon yang punya manfaat lebih banyak daripada bambu. Semua bagiannya bisa digunakan untuk makan, obat-obatan, membuat alat musik, kerajinan tangan, dan lainnya,” ujar Jatnika.

Agar bambu semakin lestari, Jatnika dan YBI rajin mengadakan pelatihan untuk mengolah bambu, termasuk membuat kerajinan dan rumah bambu. Ia dan timnya juga terus bereksperimen. Misalnya saja alat musik biola dan kecapi yang biasanya terbuat dari kayu, kini dikreasikan dengan bahan bambu. “Kita selalu usaha untuk eks plorasi ide-ide baru,” tambah Jatnika.

Rumah bambu juga sebenarnya bukan barang baru, buktinya rumah bambu yang dihuni Jatnika bersama keluarga sudah ber-tahan selama 15 tahun. Selain awet, rumah dari bambu memiliki sirkulasi udara baik sehingga ruang di dalamnya selalu terasa sejuk. Menarik sebagai pilihan rumah bertampilan tradisional yang menyatu dengan alam. (CE/M-3)

Masih Dianggap Tanaman Liar

JatnikaKetua HarianYayasan Bambu Indonesia

“Jangan pernah menebang di saat malam terang bulan karena air pasang meresap ke bambu.”

TRADISIONAL: Rumah bambu tradsisional dengan atap ilalang. Dengan pengawetan dan cara penebangan yang tepat, bambu bisa dijadikan material rumah yang tahan lama.

Tampak depan rumah bambu semipermanen.

Ruang tamu.

Balai-balai.

KMAdesdiseJe