hipotermi[1]

24
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOTERMI A. Defenisi Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh yang rendah atau berada dibawah normal. ( Maternal & Neonatal Health, Depkes RI, 2005) Hipotermi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuh terus - menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor faktor eksternall (http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html). Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C dan diukur melalui ketiak dengan termometer. (http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html). Hipotermi terbagi atas 3 macam, yaitu : 1. Hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36 – 36, 5 0 c 2. Hipotermi sedang yaitu suhu antara 32 – 36 0 c 3. Hipotermi berat yaitu suhu tubuh < 32 0 c (Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)

Upload: ndhaacwetyciinta-clalue

Post on 01-Feb-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hipotermi

TRANSCRIPT

Page 1: HIPOTERMI[1]

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOTERMI 

A.   Defenisi

Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh yang rendah atau berada dibawah normal.

( Maternal & Neonatal Health, Depkes RI, 2005)

Hipotermi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami

penurunan suhu tubuh terus - menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan

kerentanan terhadap faktor – faktor eksternall (http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-

hipotermi.html).

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi

adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C dan diukur melalui ketiak dengan

termometer.

(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html).

Hipotermi terbagi atas 3 macam, yaitu :

1. Hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36 – 36, 5 0 c

2. Hipotermi sedang yaitu suhu antara 32 – 36 0 c

3. Hipotermi berat yaitu suhu tubuh < 32 0 c

(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)

 

 

Page 2: HIPOTERMI[1]

B. Etiologi

Hipotermi dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu

lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau

tidak berpakaian.

(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)

Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

1.    Jaringan lemak subkutan tipis.

2.    Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar

3.    BBL tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.

4.    Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami

hipotermi.

(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html)

C. Patofisiologi

Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas. Bila

kehilangan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju pembentukan panas maka akan terjadi

penurunan suhu tubuh.

Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk

menghasilkan panas berupa :

1. Shivering Thermoregulation (ST) yaitu merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau

gemetar secara involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.

2. Non-shivering thermoregulation (NST) yaitu merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh

stimulasi sistem saraf simpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan

Page 3: HIPOTERMI[1]

oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat

akan meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh.

3. Vasokonstriksi perifer yaitu merupakan mekanisme yang distimulasi oleh sistem saraf

simpatis,kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk

berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran

darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.

Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan proses oksidasi

dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL (neonatus), NST (proses

oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utama dari suatu peningkatan produksi

panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang tahun pertama kehidupan,

jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan menurun.

(Kosim Sholeh M,dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 91)

D. Gejala Klinis

Hipotermi ditandai dengan bayi tidak mau minum, kurang aktif, pucat, takipnoe atau

takikardia. Sedangkan hipotermi yang berkepanjangan, akan menyebabkan terjadinya

peningkatan konsumsi oksigen, distres respirasi, gangguan keseimbangan asam basa,

hipoglikemia, defek koagulasi, dan pada keadaan yang berat akan menyebabkan kematian.

(Kosim Sholeh M,dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 93)

 

 

Page 4: HIPOTERMI[1]

E. Mekanisme hilangnya panas pada BBL

Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :

1.    Radiasi yaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya dari

bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin. Sumber

kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang

dingin.

2.    Konduksi yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua

objek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit BBL dengan

permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL yang berada pada

permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu proses penimbangan.

3.    Konveksi yaitu transfer panas yang terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara

permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin dipermukaan tubuh bayi. Sumber

kehilangan panas disini dapat berupa : inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada

waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit.

4.    Evaporasi yaitu panas yang terbuang akibat penguapan, melalui permukaan kulit dan

traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL yang basah setelah lahir,

atau pada waktu dimandikan.

(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal.89)

F. Akibat - akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi

Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu :

a. Hipoglikemi

b. Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme anaerob.

c. Kebutuhan oksigen yang meningkat.

d. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

Page 5: HIPOTERMI[1]

e. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai

hipotermi berat.

f. Shock.

g. Apnea

(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html)

G. Pencegahan Hipotermi

Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga

direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan

maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).

Alat-alat Inkubator untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator.

Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu

lingkungan 30°C. Radiant Warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau

untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe

untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).

Pengelolaan Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermi :

 

1.    Bayi cukup bulan

a. Letakkan BBL pada Radiant Warner.

b. Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi.

c. Tutup kepala.

d.   Bungkus tubuh segera.

e.   Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat

disusukan.

Page 6: HIPOTERMI[1]

2.    Bayi sakit

a. Seperti prosedur di atas.

b. Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil.

3.    Bayi kurang bulan (prematur)

a. Seperti prosedur di atas.

b. Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau radiant warner dengan servo

controle.

4.    Bayi yang sangat kecil

a. Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5 °C. Tutup kepala. -

Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada radiant warner.

b. Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5°C.

c. Dengan dinding double. Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat

tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan).

d. Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur lingkungan

yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.

H. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi

Untuk mencegah hipotermi menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk

mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah : Mengeringkan bayi segera

setelah lahir. Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat :

a)    Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.

b)    Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk

yang kering dan bersih.

c)    Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti

(Metode Kangguru).

d)    Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang pooting

reflex dan bayi memperoleh kalori dengan :

Page 7: HIPOTERMI[1]

Menyusui bayi.

Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau

pipet.

Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.

e) Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan.

f) Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.

g) Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir

sampai suhu tubuh normal.

Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu / keluarga dan penolong persalinan harus

menunda memandikan bayi :

a.    Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat, memandikan

bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat.

b.    Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram

sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu

tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.

I. Penanganan Hipotermi

1.    Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus

dilakukan adalah segera menghangatkan bayi didalam inkubator atau melalui penyinaran

lampu.

2.    Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap,

yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi

senantiasa hangat.

3.    Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih

dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai

tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.

4.    Metode lain untuk menghangatkan neonatus yang hipotermi adalah metode kanguru.

Metode kanguru ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang

lahir dengan berat badan rendah. Metode kanguru menyediakan situasi dan kondisi yang

mirip dengan rahim ibu, sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan

dunia luar. Keuntungan yang terdapat dalam metode kanguru bagi perawatan bayi baru lahir

adalah sbb :

Page 8: HIPOTERMI[1]

a. Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak

b. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan bayi

c. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik

d. Mengurangi stres pada ibu dan bayi

e. Mengurangi lama menangis pada bayi

f. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi

g. Meningkatkan produksi ASI

h. Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan dirumah sakit

i. Mempersingkat masa rawat dirumah sakit.

Kriteria bayi untuk metode kanguru :

1. Bayi dengan berat badan ≤ 2000 gram dan suhu badan dibawah normal.

2. Refleks dan kordinasi siap dan menelan yang baik.

3. Perkembangan selama di inkubator baik

4. Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukunga dalam keberhasilan

Langkah-langkah Metode kanguru :

1. Mempersiapkan daerah bersih yaitu ibu membersihkan daerah dada dan perut dengan

cara mandi 2 - 3 kali sehari. Tangan dan kaki harus selalu bersih dan kuku dipotong

secara berkala. Baju kanguru dan popok bayi harus bersih.

2. Bayi diletakkan dalam dekapan ibu sedemikian rupa sehinggga terjadi kontak langsung

antara kulit ibu dan kulit bayinya. Dengan demikian ibu tidak memakai BH agar kontak

terus menerus antara ibu dan bayi yang mengakibatkan suhu bayi tetap optimal yakni

pada suhu 36,500 C – 37,500 C.

3. Posisi bayi dalam keadaan tegak. Untuk menjaga kenyamanan ibu dan bayi sedemikian

rupa sehingga saat ibu dalam posisi berdiri, bayi tegak, ibu dalam posisi duduk bayi

juga tegak. Begitu juga ibu dalam posisi berbaring, bayi juga tegak berbaring sesuai

posisi ibu.

4. Bayi tetap mengenakan popok untuk tidak mengotori ibu saat bayi BAB. Memakai topi

agar tidak kedinginan. Jika dihubungkan dengan program pemberian ASI metode ini

membantu bayi dekat dengan sumber ASI sehingga frekuensi menyusui lebih sering. 

Page 9: HIPOTERMI[1]

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Wawancara

a. Masalah yang berkaitan dengan ibu

1. Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, kehamilan kembar, malnutrisi dan

diabetes melitus.

2. Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat - obatan, alkohol dan rokok.

b. Bayi pada saat kelahiran

1. Berat badan biasanya < 2500 gr, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada,

kepala relatif lebih besar dibanding dada. (lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada < 30

cm), panjang badan 45 cm.

2. Kardiovaskuler, denyut jantung rata-rata 120 - 160 per menit pada bagian apikal,

kebisingan jantung terdengar pada seper empat bagian interkostal, aritmia, tekanan

darah sistol 45 - 60 mmHg, nada bervariasi antara 100 – 160 x / menit.

3. Gastrointestinal ,penonjolan abdomen, pengeluaran mikonium biasanya terjadi dalam

waktu 12 jam, refleks menelan dan menghisap yang lemah, peristaltik usus dapat

terlihat.

4. Mukoloskeletal, tulang kertilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut.

5. Paru, jumlah pernafasan rata – rata antara 4060 per menit diselingi periode apnea,

pernafasan tidak teratur, flaring nasal, dengkuran, terdengar suara gemeresik lipoprotein

paru - paru.

6. Ginjal, berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan untuk melarutkan

eksresi kedalam urine.

7. Reproduksi, bayi perempuan : klitoris yang menonjol dengan labia mayora yanng

belum berkembang; bay laki – laki skrotum yang belum berkembang sempurna dengan

rugae yang kecil, testis tidak turun kedalam skrotum

Page 10: HIPOTERMI[1]

b. Pemeriksaan fisik terdiri dari :

1.Auskultasi yaitu menggunakan pendengaran untuk mengidendifikasi bunyi khas seperti napas

dan bising usus.

2. Inspeksi yaitu menggunakan pandangan untuk mengidentifikasi penyimpangan dari normal,

seperti tanda lahir.

3.Palpasi yaitu menggunakan sentuhan untuk mengidentifikasi variasi diantara halus dan lembut

atau panas dan dingin.

4. Perkusi yaitu mengetuk pada bagian tertentu tubuh untuk mengevaluasi kondisi struktur yang

lebih dalam atau respon yang diberikan.

(Persis Mary Hamilton, edisi 6, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 1995, hal. 235)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya termoregulasi b/d imaturitas kontrol dan pengaturan suhu dan berkurangnya

lemak subkutan didalam tubuh.

2. Gangguan pertukaran gas b/d hipotermi (cold stress)

3. Tidak efektifnya pola nafas b/d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular.

4. Resiko terjadinya infeksi b/d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).

5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan mencerna nutrisi

(imaturitas saluran cerna).

(Marilynn E. Doenges, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Jakarta, 2001)

C. Intervensi dan Rasionalisasi

Dx. 1 : Tidak efektifnya termoregulasi b/d imaturitas kontrol dan pengaturan suhu

dan berkurangnya lemak subkutan didalam tubuh.

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal

KH : Suhu 36 – 370 C

-   Kulit hangat

-  Sianosis (-)

- Ekstremitas hangat

Page 11: HIPOTERMI[1]

Intervensi Rasionalisasi

  Kaji suhu dengan sering. Periksa suhu

rektal pada awalnya, selanjutnya

periksa suhu axila atau gunakan

termostat dengan dasar terbuka dan

penyebar hangat. Ulangi setiap 15

menit selama penghangatan ulang.

  Tempatkan bayi pada penghangat

(inkubator), tempat tidur terbuka

dengan penyebar hangat, atau tempat

tidur bayi terbuka dengan pakaian

tepat untuk bayi yang lebih besar atau

lebih tua. Gunakan bantalan pemanas

dibawah bayi bila perlu.

  Gunakan lampu pemanas selama

prosedur. Tutup penyebar hangat atau

bayi dengan penutup plastik atau

kertas aluminium bila tepat. Objek

panas berkontak dengan tubuh bayi,

seperti stetoskop, linen, dan pakain

  Kurangi pemajanan pada aliran udara,

hindari pembukaan pagar inkubator

yang tidak semestinya.

  Ganti pakaian atau linen tempat tidur

bila basah.

  Berikan penghangatan bertahap untuk

bayi dengan stress dingin

  Hipotermi membuat bayi cenderung

pada stress dingin, penggunaan

simpanan lemak coklat yang tidak

dapat diperbaharui bila ada, dan

penurunan sensitivitas untuk

meningkatkan kadar CO2

(hiperkapnia) atau penurunan kadar

O2 (hipoksia.

  Mempertahankan lingkungan

termonetral, membantu mencegah

stress dingin.

  Menurunkan kehilangan panas pada

lingkungan yang lebih dingin dari

ruangan

  Menurunkan kehilangan panas karena

konveksi/konduksi. Membatasi

kehilangan panas melalui radiasi.

Page 12: HIPOTERMI[1]

  Pantau suhu bayi bila keluar dari

lingkungan hangat. Berikan informasi

tentang termoregulasi kepada

orangtua.

  Menurunkan kehilangan melalui

evaporasi

  Peningkatan suhu tubuh yang capat

dapat menyebabkan konsumsi oksigen

berlebihan dan apnea.

  Kontak diluar tempat tidur, khususnya

dengan orangtua, mungkin singkat

saja, bila dimungkinkan, untuk

mencegah stress dingin.s

Dx. 2 : Gangguan pertukaran gas b/d hipotermi (cold stress)

Tujuan : Jalan napas paten dengan frekuensi pernapasan dan jantung dalam batas normal

KH: Bebas tanda distress pernapasan

Intervensi Rasionalisasi

  Kaji frekuensi dan upaya pernapasan

awal

  Perhatikan adanya pernapasan cuping

hidung, retraksi dada, pernapasan

  Pernapasan pertama, merupakan yang

paling sulit, menetapkan kapasitas

residu fungsional (KRF), shg 30-40 %

jaringan paru tetap mengembang

penuh asalkan ada kadar surfaktan

yang adekuat.

  Krekels dapat terdengar sampai cairan

direabsorpsi dari paru-paru. Ronchi

menandakan aspirasi sekresi oral

  Memudahkan drainase mukus dari

Page 13: HIPOTERMI[1]

mendengkur, krekels, atau ronchi

  Tempatkan bayi pada posisi

trendelenburg yang dimodifikasi pada

sudut 10 derajat

  Perhatikan nadi apikal

  Berikan rangsang taktil dan sensori

yang tepat

nasofaring dan trakea dengan gravitasi

  Frekuensi jantung kurang dari 100 x/i

menandakan asfiksia berat dan

kebutuhan terhadap resusitasi segera.

Takikardia (frekuensi jantung lebih

dari 160 x/i) dpt menandakan asfiksia

baru atau respon nomal berkenaan

dengan periode pertama reaktivitas

  Merangsang upaya pernapasan dan

dapat meningkatkan inspirasi oksigen

Dx. 3 : Tidak efektifnya pola nafas b/d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular.

Tujuan : Pasien menunjukkan oksigenasi yang adekuat

Kriteria hasil :

a. Jalan napas tetap paten

b. Pernapasan memberikan oksigenasi & pembuangan CO2 yang adekuat

c. Frekuensi dan pola napas dalam batas yang sesuai dengan usia dan berat badan

d. Oksigenasi jaringan adekuat

Page 14: HIPOTERMI[1]

Intervensi Rasionalisasi

  Tempatkan bayi pada posisi terlentang

dengan leher sedikit ekstensi dan

hidung menghadap keatap dalam

posisi mengendus

  Hindari hiper ekstensi leher

  Observasi adanya penyimpangan dari

fungsi yang diinginkan serta kenali

tanda – tanda distress

  Gunakan tehnik penghisapan 2 orang

  Untuk mencegah adanya penyempitan

jalan napas

  Untuk mengurangi diameter trake

  Untuk menghilangkan mukus yang

sedang endotrakeal

  Karena asisten dapat memberikan

oksigen dengan cepat

Dx. 4 : Resiko terjadinya infeksi b/d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).

Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi nosokomial

KH: Bayi tidak menunjukkan tanda – tanda infeksi nosokomial

Intervensi Rasionalisasi

  Tingkatkan cara-cara mencuci tangan

pad staf, orangtua, dan pekerja lain per

protokol. Gunakan antiseptik sebelum

membantu dalam pembedahan atau

prosedur invasif

  Pantau staf dan pengunjung akan

adanya lesi kulit, lika basah, infeksi

pernapasan akut, demam,

  Mencuci tangan adalah praktek yang

paling penting untuk mencegah

kontaminasi silang serta mengontrol

infeksi dalam ruang perawatan

  Penularan penyakit pada neonatus dari

pekerja atau pengunjung dapat terjadi

Page 15: HIPOTERMI[1]

gastroenteritis, herpes simpleks aktif

(oral, genitalia, atau poronisial), dan

herpes zoster

  Berikan jarak yang adekuat antara bayi

atau antara unit inkubator atau unit

individu. Gunakan ruangan isolasi

terpisah dan teknik isolasi sesuai

indikasi

  Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi

  Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotika bila ditemukan

infeksi

secara langsung atau tidak langsung

  Memberikan jarak 4 – 6 kaki dengan

bayi membantu mencegah penyebaran

droplet atau infeksi melalui udara

  Bermanfaat dalam mendiagnosis

infeksi

  Obat antibiotik dapat mengurangi

penyebaran infeksi

Dx. 5 : Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan mencerna

nutrisi (imaturitas saluran cerna).

Page 16: HIPOTERMI[1]

Tujuan : Nutrisi terpenuhi

KH : Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat

Intervensi Rasionalisasi

  Kaji maturitas refleks berkenaan

dengan pemberian makan (mis :

menghisap, menelan, dan batuk)

  Auskultasi terhadap adanya bising

usus. Kaji status fisik dan status

pernapasan

  Mulai pemberian makan sementara

atau dengan menggunakan selang

sesuai indikasi

  Kaji pemasangan yang tepat dari

selang pemberian makan pad bayi,

gunakan prosedur pengkleman yang

tepat untuk mencegah masuknya udara

kedalam lambung

  Perhatikan adanya diare, muntah,

regurgitasi, residu lambung berlebihan

  Menentukan metode pemberian makan

yang tepat pada bayi

  Pemberian makan pertama pada bayi

stabil yang memiliki peristaltik dapat

dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.

  Pemberian makan per selang mungkin

perlu untuk memberikan nutrisi yang

adekuat pada bayi yang telah

mengalami koordinasi menghisap

yang buruk dan refleks menelan atau

yang menjadi lelah selama pemberian

makan

  Pemasangan selang pada trakea yang

tidak tepat dapat menurunkan fungsi

pernapasan

  Menandakan kerusakan fungsi

lambung. Resisu lambung lebih besar

dari 2 ml (diaspirasi melalui selang

nasogastrik sebelum pemberian

makan)

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: HIPOTERMI[1]

Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama, IDAI, Jakarta

Marilynn E. Doenges, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, edisi 2, EGC, Jakarta, 2001

Bobak, Lowdermilk, Jensen, Keperawatan Maternitas, edisi 4, EGC, Jakarta, 2005

Persis Mary Hamilton, edisi 6, Dasar - dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta, 1995

http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html

http://pato7-acmilan.blogspot.com/2009/02/askep-bblr.html

http://suradita.co.cc/