hiposmia

3
RHINITIS ALERGI 5.1 Definisi Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinorre, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai Ig E. 5.2 Etiologi Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi. Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak. Berbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca. 5.3 Gejala Berdasarkan hasil anamnesis, gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin yang berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan diri sendiri (self cleaning process). Bersin ini timbul akibat dilepaskannya histamin. Gejala lain yang mungkin timbul adalah keluar ingus yang encer dan banyak (rinore), 1

Upload: edwinyosua

Post on 25-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hiposmia

TRANSCRIPT

RHINITIS ALERGI

5.1 DefinisiRhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinorre, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai Ig E.

5.2 EtiologiRinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi. Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak.Berbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca.

5.3 Gejala Berdasarkan hasil anamnesis, gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin yang berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan diri sendiri (self cleaning process). Bersin ini timbul akibat dilepaskannya histamin. Gejala lain yang mungkin timbul adalah keluar ingus yang encer dan banyak (rinore), hidung tersumbat, hidung dan mata terasa gatal, kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).Pada pemeriksaan fisik, tampak gambaran allergic crease, yaitu gambaran garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah yang timbul akibat gosokan telapak atau punggung tangan pada hidung. Pada rinoskopi anterior, tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi.

5.4 Pemeriksaan PenunjangRinitis alergi dapat ditentukan sebabnya dengan melakukan uji tusuk atau skin prick test (SPT). Uji tusuk dapat dilakukan pada alergen hirup, alergen di tempat kerja, dan alergen makanan. Lokasi terbaik adalah daerah volar lengan bawah dengan jarak minimal 2 cm dari lipat siku dan pergelangan tangan. Setetes ekstrak alergen dalam gliserin diletakkan pada permukaan kulit. Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkit ke atas dengan jarum khusus untuk uji tusuk. Hasil positif bila wheal yang terbentuk >2 mm. Preparat antihistamin, efedrin/epinefrin, kortikosteroid dan -agonis dapat mengurangi reaktivitas kulit, sehingga harus dihentikan sebelum uji kulit. Uji kulit paling baik dilakukan setelah pasien berusia tiga tahun. Sensitivitas SPT terhadap alergen makanan lebih rendah dibanding alergen hirup. Dibanding uji intradermal, SPT memiliki sensitivitas yang lebih rendah namun spesifisitasnya lebih tinggi dan memiliki korelasi yang lebih baik dengan gejala yang timbul.

5.5 PenatalaksanaanPenatalaksanaan yang utama untuk rinitis alergi adalah menghindari alergen yang mencetuskan gejala. Dengan melakukan penghindaran alergen ini, diharapkan penderita dapat mengatasi rinitis alergi tanpa atau sedikit obat-obatan.Untuk mengatasi gejalanya, dapat diberikan antihistamin. Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1, yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target dan merupakan preparat farmakologik yang sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rinitis alergi. Pemeberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Anti-histamin dibagi dalam 2 golongan yaitu anti-histamin generasi 1 (klasik) dan generasi 2 (non sedatif). Anti-histamin 1 bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar darah otak (mempunyai efek terhadap SSP) dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Anti-histamin 2 bersifat lipofobik, sehingga sulit menembus sawar darah otak. Bersifat mengikat reseptor H-1 di perifer dan tidak memiliki efek kolinergik, antiadrenergik dan efek pada SSP minimal (non-sedatif). Anti-histamin diabsorbsi secara oral daengan cepat dan mudah serta efektif untuk mengatasi gejala obstruksi hidung pada fase lambat.

1