hipokalemi periodik paralisis

38
Lapor an Kasus Duratul Fahlia 2008730061 Pembimbing: Dr. H. Toton Suryotono, Sp.PD

Upload: duratul-fahlia

Post on 08-Aug-2015

413 views

Category:

Documents


69 download

DESCRIPTION

laporan kasus

TRANSCRIPT

Lapora

n

Kasus

Duratul Fahlia2008730061

Pembimbing:Dr. H. Toton Suryotono,

Sp.PD

Identitas

Ny. I, 38 tahun, seorang ibu rumah tangga, berasal dari babakan, bandung. Masuk RSUD Cianjur karena Merasa lemas pada anggota gerak pada tanggal 3

januari 2013, di ruang samolo 2.

3 hari SMRS OS mulai mengeluh lemas, sering haus,banyak BAK, jantung berdebar dan mulai tidak melakukan aktivitas seperti biasanya. 2 hari SMRS OS masih dengan keluhan yang sama mengeluh sangat lemas pada seluruh anggota geraknya sampai sulit untuk digerakkan. Keluhan mulanya terasa pegal-pegal kemudian nyeri sampai dengan kram awalnya dirasakan pada bagian paha yang kemudian menjalar sampai ke kedua sisi betis, yang kemudian berlanjut kepada tangan kanan dan kiri, jari-jari pun terasa sangat kaku sehingga pasien utk bangun terasa sulit dan berat. 1 hari SMRS OS beristirahat dirumah berharap keluhan akan membaik, tapi ternyata keluhan menetap.

Os merasa pusing terus menerus dirasakan 3 hari terakhir disertai mual dan sering muntah sehingga nafsu makan menurun

Os juga mengeluh berat badan saat ini semakin menurun dari sebelumnya, penurunan berat badan dirasakan pertama kali saat 5 thn lalu, saat itu BB os 50 kg saat ini hanya 35 kg.

BAK normal, os BAB 2hari 1x, tidak ada nyeri perut . Tidak ada keluhan pada saluran napas .

5 bulan terakhir OS sering mengeluh nyeri ulu hati setiap kali serangan datang, yang membuat os semakin lemas karena menahan kesakitan.

Keluhan seperti ini sudah sering terjadi sejak 5 tahun lalu, OS mengaku setiap bulannya mengalami keluhan seperti ini 2-3 kali. Os mengatakan pernah dirawat di RS tahun 2011 karena keluhan yang sama seperti saat ini, 3 hari perawatan keadaan OS membaik diagnosa saat itu Hipokalemia.

Riwayat penyakit dahulu keluhan seperti ini sudah dirasakan sejak 5 tahun lalu, Hipertensi disangkal, diabetes melitus disangkal jantung disangkal.

Riwayat dikeluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama, riwayat hipertensi dikeluarga, riwayat diabetes melitus, penyakit jantung disangkal.

Riwayat menstruasi dan kandungan : os menstruasi usia 18 tahun, frekuensi 6 hari setiap bulan, siklus 28 hari, memiliki 6 anak, hingga saat ini belum menopause.12 bulan terakhir OS menggunakan KB suntik teratur, os sudah melakukan 4x suntikan/3 bulan.

Riwayat psikososial os sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu memasak, mencuci, membereskan rumah dan mengurus suami serta 6 orang anaknya, anak OS yang paling besar laki-laki usianya13 tahun dan yang paling kecil usia 2 tahun, jarak antar 1 anak dengan yang lain 2 tahun nan. OS mengaku cukup lelah dengan aktivitas kehidupan sehari-harinya. Os dirumah, makan teratur 2-3xsehari, os tidak merokok, dirumah os suami merokok, tidak mengkonsumsi alkohol.

Riwayat pengobatan, saat ada serangan keluhan os mengaku tidak pernah diobati hanya dengan beristirahat saja.

Riwayat alergi makanan dan obat disangkal

Pemeriksaan fisik

Ny.I tampak sakit sedang, dalam keadaan sadar penuh dan kooperatif saat diwawancara, pasien terlihat lemas, Memiliki tinggi badan 150 cm, berat badan 35 kg,status gizi : buruk (underweight), TD 110/70 mmhg, FN 88x/menit teratur, FP 22x/menit dan suhu badan 37ºC

Pemeriksaan fisik

Kepala – tulang tengkorak normosefalik, rambut hitam lurus, tidak mudah rontok. Mata- konjungtiva tidak anemis kiri dan kanan, sklera tidak ikterik kiri dan kanan, isokor dengan refleks cahaya positif normal, telinga bentuk normotia, hidung- septum digaris tengah, tidak ada nyeri tekan dan tanda perdarahan

Mulut- faring tampak hiperemis, keadaan gigi atas dan bawah normal, mukosa bibir kering. leher-tidak ada pembesaran KGB, tiroid dan denyut vena Jugularis normal

Pemeriksaan fisik

Thoraks simetris dengan ekspansi baik, focal fremitus sama kedua lapang dada, bunyi perkusi paru resonan di kedua lapang dada, suara napas vesikuler, tidak ada wheezing,mengi,ronki

Ictus cordis dapat dipalpasi pada linea axillaris anterior dalam ruang intercostal VI, bunyi jantung I dan II murni,reguler, tidak terdengar bunyi gallop maupun murmur.

Abdomen datar,lembek dan tidak nyeri tekan, dengan bising usus aktif normal. Tidak Teraba hepatosplenomegali, splenomegali, ginjal dalam batas normal.

Nyeri tekan pada epigastrium.Extremitas hangat tanpa edema, dan RCT

<2detik.

Parameter nilai Nilai normal

WBC 15,8x 10³/µL 4,8 – 10,8

RBC 4.60x 10³/µL 4,20 – 5,40

HGB 11,4 g/dl 12,0 – 16,0

HCT 35,9 % 37,0 – 47,0

MCV 78,0 fL 80,0 – 94,0

MCH 24,8 pg 27,0 – 31,0

MCHC 31,8 g/dl 33,0 – 37,0

PLT 549 x 10³/µL 150 - 450

RDW 14,9 % 9,0-14,0

PCT 0,16% 0,100-0,500

MPV 3,0 fl 8,0-12,0

PDW 17,5 % 10,0-18,0

GDS 122mg%

Pemeriksaan darah rutin tanggal 03 januari 2012

AssasmentO: OS tampak

lemas,pegal-pegal dan nyeri sampai dengan kram pada ekstermitas, jari-jari sangat kaku, poliuri, polidipsi, palpitasi, vomitus, headache, dan nyeri epigastrum.

Faring hiperemis dan mukosa bibir kering.

Nyeri tekan epigastrum.

WBC,HGB,PLT,RDW↓ : HCT,

MCV,MCH,MCHC,MPV

Diagonsa :gastropati + vomit + dehidrasi

Diagnosa banding dispepsiapenyakit refluks gastroesofageal

R/Pemeriksaan :- Cek kimia Darah - Cek elektrolit- sedimen urin

R/terapi :- infus RL:D5%; 1:2 20 tpm/mnt- Ranitidine 2x1 amp- ondansentron 2x8mg amp

Kimia darah hasil Nilai normal

Gula darah puasa 77 mg 70-110

Ureum 37,6 mg% 10-50

Kreatinin 1,2 mg% 0,5-1,0

SGPT 14 UL <32

SG 1,010 1,010

PH 7 7

LEU Neg Neg

NIT neg Neg

PRO 25 mg/dl 1+

GLU norm Neg

KET neg Neg

UBG norm Neg

BIL neg Neg

ERY 25/uL 2+

Color P-yel

clarity clear

04 januari 2013

Elektrolit hasil Nilai normal

Natrium 141,5 mEq/L 135-148

Kalium 1,12 mEq/L 3,50-5,30

Kalsium ion 1,23 mmol/L 1,15-1,29

04 januari 2013

Sedimen

Lekosit 2-4/LPB

Eritrosit 4-5/LPB

Epitel sel 2-4/LPB

gastropati + vomit + dehidrasi

S : OS masih tampak lemas,pegal-pegal dan nyeri sampai dengan kram pada ekstermitas, jari-jari sangat kaku, poliuri, polidipsi, palpitasi, vomitus, headache, dan nyeri epigastrum.

O : TD : 110/70 N : 88x/menit

P : 22x/menit S : 36,5 ºC

Faring masih hiperemis dan mukosa bibir kering.

Nyeri tekan epigastrum masih ada.

Belum mencapai target

Hasil pemeriksaan : Elektrolit :

Kalium Kimia darah :

Protein dan eritrosit Sedimen urin :

Terlampir Diagonsa :

gastropati + vomit + dehidrasi

Diagnosa banding dispepsiapenyakit refluks gastroesofageal

R/terapi :- infus RL:D5%; 1:2 20 tpm/mnt- Ranitidine 2x1 amp- ondansentron 2x8mg amp

R/ Pemeriksaan :-------

gastropati + vomit + dehidrasi

S : OS masih tampak lemas,pegal-pegal dan nyeri sampai dengan kram pada ekstermitas, jari-jari sangat kaku, poliuri, polidipsi, palpitasi, vomitus, headache, dan nyeri epigastrum.

O : TD : 110/70 N : 88x/menit

P : 22x/menit S : 36,5 ºC

Faring masih hiperemis dan mukosa bibir kering.

Nyeri tekan epigastrum masih ada.

Belum mencapai target

Diagnosa :gastropati + vomit + dehidrasi

dirubah menjadi Hipokalemi Peroidik Paralisis,

karena ada perubahan pada kalium yang signifikan disertai penggalian anamnesis yang lebih lengkap pada OS.

Diagnosa banding :1. Kehilangan K melalui ginjal2. Kehilangan K yang tidak melalui ginjal

R/terapi :- drip KCL 1 kolf/8jam dalam Nacl 500 cc.

R/ Pemeriksaan : Usg rusak EKG

EKG

Interpretasi EKG :1.Irama : reguler, identical P wave ada.

2.Heart Rate : 93x/menit.3.Axis : dalam batas normal.

4.Hipertrofi : tidak ada. Kesan : EKG masih dalam batas normal.

Hipokalemi Peroidik Paralisis

S : OS masih tampak lemas,pegal-pegal dan nyeri sampai dengan kram pada ekstermitas, jari-jari sangat kaku, poliuri, polidipsi, palpitasi, vomitus, headache, dan nyeri epigastrum.

O : TD : 110/70 N : 88x/menit

P : 22x/menit S : 36,5 ºC

Faring masih hiperemis dan mukosa bibir kering.

Nyeri tekan epigastrum masih ada.

Belum mencapai target

Hasil pemeriksaan :EKG masih dalam batas normal

Diagnosa : Hipokalemi Peroidik Paralisis dengan perbaikan

Diagnosa banding :1. Kehilangan K melalui ginjal2. Kehilangan K yang tidak melalui ginjal

R/terapi :- drip KCL 1 kolf/8jam dalam Nacl 500 cc.

R/ Pemeriksaan : Usg masih rusak Cek elektrolit ulang

Hipokalemi Peroidik ParalisisS : OS tampak segar,pegal-pegal

dan nyeri sampai dengan kram pada ekstermitas, dan jari-jari kaku sudah berkurang, palpitasi (-), vomitus(-), headache(+), dan nyeri epigastrum(+). BAK dan BAB normal.

O : TD : 110/70 N : 88x/menit

P : 22x/menit S : 36,5 ºC

Faring hiperemis (-) dan mukosa lembap.

Nyeri tekan epigastrum sudah berkurang.

Sudah ada perbaikan

Hasil pemeriksaan : Elektrolit :

Kalium Diagnosa :

Hipokalemi Peroidik Paralisis dengan perbaikan

Diagnosa banding :1. Kehilangan K melalui ginjal2. Kehilangan K yang tidak melalui ginjal

R/terapi :- drip KCL 1 kolf/8jam dalam Nacl 500 cc.

R/ Pemeriksaan : Usg ginjal dan hepar baru

akan dilakukan. Cek elektrolit ulang

07 januari 2013

Elektrolit hasil Nilai normal

Natrium 147,1 mEq/L 135-148

Kalium 2,23 mEq/L 3,50-5,30

Kalsium ion 1,14 mmol/L 1,15-1,29

USG

Hipokalemi Peroidik ParalisisS : OS tampak segar,pegal-pegal

dan nyeri sampai dengan kram pada ekstermitas, dan jari-jari kaku sudah berkurang, palpitasi (-), vomitus(-), headache(+), dan nyeri epigastrum(+). BAK dan BAB normal.

O : TD : 110/70 N : 88x/menit

P : 22x/menit S : 36,5 ºC

Faring hiperemis (-) dan mukosa bibir lembap.

Nyeri tekan epigastrum sudah berkurang.

Sudah ada perbaikan

Hasil pemeriksaan : Usg ginjal dan hepar

normal Elektrolit :

Kalium Diagnosa :

Hipokalemi Peroidik Paralisis dengan perbaikan

Diagnosa banding :1. Kehilangan K melalui ginjal2. Kehilangan K yang tidak melalui ginjal

R/terapi :- drip KCL 1 kolf/8jam dalam Nacl 500 cc.

R/ Pemeriksaan : Cek elektrolit ulang

08 januari 2013

Elektrolit hasil Nilai normal

Natrium 145,5 mEq/L 135-148

Kalium 2,36 mEq/L 3,50-5,30

Kalsium ion 1,19 mmol/L 1,15-1,29

Hipokalemi Peroidik ParalisisS : OS tampak segar,pegal-

pegal dan nyeri sampai dengan kram pada ekstermitas, dan jari-jari kaku sudah berkurang, palpitasi (-), vomitus(-), headache(+), dan nyeri epigastrum(+). BAK dan BAB normal.

O : TD : 110/70 N : 88x/menit

P : 22x/menit S : 36,5 ºC

Faring hiperemis (-) dan mukosa bibir lembap.

Nyeri tekan epigastrum sudah berkurang.

Sudah ada perbaikan

Diagnosa : Hipokalemi Peroidik Paralisis dengan perbaikan

Diagnosa banding :1. Kehilangan K melalui ginjal2. Kehilangan K yang tidak melalui ginjal

R/terapi :- drip KCL 1 kolf/8jam dalam Nacl 500 cc.

R/ Pemeriksaan : Cek elektrolit ulang

Hipokalemi Peroidik ParalisisS : OS tampak segar,pegal-

pegal dan nyeri sampai dengan kram pada ekstermitas, dan jari-jari kaku sudah membaik, palpitasi (-), vomitus(-), headache(-), dan nyeri epigastrum(-). BAK dan BAB normal.

O : TD : 110/70 N : 88x/menit

P : 22x/menit S : 36,5 ºC

Faring hiperemis (-) dan mukosa bibir lembap.

Nyeri tekan epigastrum sudah berkurang.

Sudah mencapai target

Diagnosa : Hipokalemi Peroidik Paralisis dengan perbaikan

R/:OS sudah dapat pulang

10 januari 2013

Elektrolit hasil Nilai normal

Natrium 145,0 mEq/L 135-148

Kalium 2,55 mEq/L 3,50-5,30

Kalsium ion 1,20 mmol/L 1,15-1,29

Tinjauan Pustaka

Pendahuluan Kalium merupakan kation yang memiliki jumlah yang

sangat besar dalam tubuh dan terbanyak berada di intrasel. Kalium berfungsi dalam sintesis protein, kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaran hormon, transpor cairan, perkembangan janin.

Untuk menjaga kestabilan kalium di intrasel diperlukan keseimbangan elektrokimia yaitu keseimbangan antara kemampuan muatan negatif dalam sel untuk mengikat kalium dan kemampuan kekuatan kimiawi yang mendorong kalium keluar dari sel. Keseimbangan ini menghasilkan suatu kadar kalium yang kaku dalam plasma antara 3,5-5 meq/L.

Kadar kalium plasma kurang dari 3,5 meq/L hipokalemia dan kadar > 5 meq/L hiperkalemia. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan kelainan fatal listrik jantung aritmia.

DEFINISIHipokalemia periodik paralise adalah

kelainan yang ditandai dengan kadar potassium (kalium) yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan, disertai riwayat episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal.

EPIDEMIOLOGIAngka kejadian adalah sekitar 1

diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita dan biasanya lebih berat. Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20 tahun, frekuensi serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan peningkatan usia.

ETIOLOGIHipokalemia periodik paralise biasanya

disebabkan oleh kelainan genetik otosomal dominan. Hal lain yang dapat menyebabakan terjadinya hipokalemia periodic paralise adalah tirotoksikosis.

Beberapa etiologi hipokalemia : Gangguan GinjalAsidosis Tubular Ginjal Hiperaldosteronisme Deplesi Kalium Leukemia

Gastrointestinal (source may be medical or psychiatric[6] , ie, anorexia or bulimia)

Muntah DiarePenggunaan laksatifLoop ileus

Efek obat Diuretik (most common cause)Agonis Beta-adrenergic SteroidTeofilin Aminoglikosida

Transcellular shift InsulinAlkalosis

Malnutrition or decreased dietary intake, parenteral nutrition

GEJALA KLINIS1. Kelemahan pada otot2. Perasaan lelah3. Intermiten 4. Palpitasi 5. Tekanan darah dapat meningkat6. Kelumpuhan atau rabdomiolisis (jika penurunan Kalium

amat berat)7. Terjadi setelah konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan

alkohol 8. Gangguan metabolisme protein9. Poliuria dan polidipsia10. Alkalosis metabolik

Gejala klinis nomor 1, 2, 3, 4 di atas merupakan gejala pada otot yang timbul jika kadar kalium kurang dari 3 mEq/ltr

DIAGNOSISDiagnosis didapatkan dari anamnesis

seperti adanya riwayat pada keluarga karena erat kaitannya dengan genetik serta gejala klinis seperti yang tersebut di atas, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Kadar K dalam serum.2. Kadar K, Na, Cl dalam urin 24 jam.3. Kadar Mg dalam serum.4. Analisis gas darah.5. Elektrokardiografi.

DIAGNOSIS BANDING1. Kehilangan K melalui ginjal.

a. Kalium dalam urin > 15 mEq/24 jam.b. Ekskresi kalium disertai poliuria (obat-obat diuretik, diuretic osmotik).

2. Kehilangan K yang tidak melalui ginjal.a. Kehilangan melalui saluran cerna (diare).b. Kehlangan melaluikeringat berlebihan.c. Diet rendah kalium.d. Muntah.e. Perpindahan kalium ke dalam sel (alkalosis, insulin agonis beta, paralisis periodik, leukemia).

3. Sindrom Cushing 4. Hipokalsemia 5. Hipomagnesemia

TERAPIPemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena

lebih mudah. Bila kadar kalium dalam serum > 3 mEq/L, koreksi K cukup per oral. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L.

Pemberian K intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai aritmia atau kelumpuhan otot pernafasan, diberikan dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik.

Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama pada pemberian secara intravena.

Pemberian acetazolamide untuk mencegah serangan dengan dosis 125-1500 mg/hari. Dichlorphenamide 50-150 mg/hari juga telah menunjukkan keefektifan yang sama.

Pemberian triamterene (25-100 mg/hari) atau spironolactone (25-100 mg/hari) apabila acetazolamide tidak memberikan efek pada orang tertentu.

KOMPLIKASItirotoksikosis periodik paralisisBatu ginjal akibat efek samping

acetazolamide.Arrhytmia.Kelemahan otot progresif

PROGNOSABaik apabila penderita mengurangi faktor

pencetus seperti mengurangi asupan karbohidrat, hindari alcohol dll. Serta pengobatan yang teratur.

DAFTAR PUSTAKA1. Guyton & hall. Kalium dalam cairan ekstraselular. EGC. 1997. 2. Mesiano taufik. Periodik paralisis. Available from http : //www.ommy &

nenny.com3. Ricardo Gabriel, dkk. Hipokalemic periodic paralisys. Available from http : //www.associacion medica argentina.com4. Anonim. Hipokalemic periodic paralisys. Available from http :

//www.genetics.com5. Anonim. Periodic paralisys. Available from http : //www.NINDS.com6. Ranie nh. Hipokalemic periodic paralisys. Available from http :

//www.webscapes.com7. Anonim. Hipokalemic periodic paralisys. Available from http :

//www.medlineplus.com8. Simadibrata M., dkk. (ed.). Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang

Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Hlm 93-4.

9. Sudoyo AW, dkk, (ed.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. hlm 137-8