hipertensi pada lanjut usia
DESCRIPTION
Hipertensi Pada Lanjut UsiaTRANSCRIPT
HIPERTENSI PADA LANJUT USIARestu Farida, Sumarmi Soewoto
Sarasehan Geriatri RS dr.Moewardi Surakarta
Tawangmangu, 24 Juni 2012
Hipertensi atau tekanan darah tinggi bersama dengan Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah (Cardiovascular Disease=CVD) merupakan penyebab kematian
teratas di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi tak hanya
terjadi pada golongan ekonomi tinggi tapi dapat terjadi pada semua golongan sosial
ekonomi baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi/kejadian hipertensi
meningkat dari waktu ke waktu. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada
munculnya penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung (Congestif Heart Failure – CHF),
gagal ginjal (end stage renal disease), dan penyakit pembuluh darah perifer. Hipertensi sering
disebut “a silent killer” sebab penderita hipertensi dapat saja tidak menunjukkan gejala
hipertensi selama bertahun-tahun dan tiba-tiba mendapat serangan stroke atau jantung yang
fatal.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Definisi umum hipertensi adalah apabila tekanan sistolik (SBP) adalah 140 mm
Hg atau lebih, atau tekanan diastolik adalah 90 mm Hg atau lebih, atau pun kombinasi
keduanya. Artinya, tekanan dalam pembuluh darah secara konsisten berada di atas
normal. Hipertensi terjadi bila diameter arteri berkurang atau bila volume darah yang
melalui arteri meningkat.
Sebagian besar hipertensi tidak diketahui secara jelas penyebabnya. Biasanya disebut
dengan hipertensi primer, hipertensi esensial, atau hipertensi idiopatik. Akan tetapi ada
beberapa hal yang mungkin menjadi faktor pendorong hipertensi, yaitu: faktor keturunan,
hiperaktif susunan syaraf simpatik, sistem rennin-angiotensin, defek dalam ekstraksi natrium,
peningkatan natrium dan kalsium intraseluler, dan faktor gaya hidup (kebiasaan makan, alkohol,
dan rokok). Ada pula jenis hipertensi yang telah diketahui penyebabnya, tipe ini disebut
hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, kelebihan berat badan, kelebihan kolesterol (dislipidemia), dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Dalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang dikeluarkan oleh The Seventh of
Joint national Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure (JNC-7) 2003, WHO-ISH 1999, British Hypertension Society 2006,
European Society of Hypertension/ European Society of cardiology (ESH/ESC) 2007,
definisi hipertensi sama untuk semua golongan umur di atas 18 tahun.
KLASIFIKASI Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan DarahSistole (mmHg)
Tekanan DarahDiastole (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 - 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 - 159 90 - 99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
1. Riwayat Kesehatan Keluarga (genetik)
Apabila ada di keluarga anda seorang wanita yang berusia di bawah 65 tahun atau pria
berusia di bawah 55 tahun menderita penyakit jantung, risiko Anda terkena hipertensi akan
semakin besar.
2. Ras
Ras afro atau African-American memiliki tekanan darah yang cukup tinggi dibandingkan
dengan ras caucasian (kulit putih). Mereka juga cenderung sensitif terhadap natrium.
Umumnya, hipertensi menyerang mereka di usia muda. Oleh karena itu, mereka berisiko
tinggi terhadap penyakit jantung, stroke, dan ginjal.
3. Kelebihan Berat Badan
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok
etnik di semua umur. Risiko perkembangan hipertensi pada obesitas adalah 2 kali lebih tinggi
daripada orang dengan berat badan normal. Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat
berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Penelitian firmingham menyebutkan bahwa setiap
kenaikan 10% berat badan, maka terjadi peningkatan tekanan darah sebesar 7 mm Hg.
Penelitin yang lain menyebutkan, rata-rata, setiap kenaikan berat badan 0,5 kg akan
meningkatkan tekanan sistolik 1 mm Hg dan diastolik 0,5 mm Hg. Sementara Davis (1993)
menyatakan bahwa pada pria, peningkatan 10% berat badan, maka tekanan darah akan
meningkat sebesar 6,6 mmHg. Selain itu, kelebihan lemak tubuh dapat meningkatkan
volume plasma, menyempitkan pembuluh darah, dan memacu jantung untuk bekerja lebih
berat.
4. Usia
Bagi kebanyakan orang, peningkatan tekanan darah terjadi seseiring dengan bertambahnya
usia. Bagi kaum pria, hal ini terjadi lebih cepat daripada kaum wanita. Pria cenderung
memiliki tekanan darah tinggi saat usia 45-50 tahun, sedangkan wanita cenderung
mengalami hipertensi setelah 7-10 tahun setelah menopause.
5. Sensitivitas terhadap Natrium/sodium
Studi di Fakultas Kedokteran Indiana (2001) menunjukkan bahwa ada golongan orang yang
sensitif terhadap natrium, sehingga tekanan darahnya meningkat apabila mengkonsumsi diet
tinggi natrium. Akan tetapi tidak ada standar sensitif natrium. Studi lainnya menunjukkan
bahwa 30% orang Amerika yang menderita hipertensi disebabkan oleh tingginya konsumsi
natrium. Oleh karena itu, National Research Washington menganjurkan bahwa kebutuhan
minimal Natrium adalah 500 mg dan konsumsi maksimalnya adalah 2400 mg.
6. Rokok
Kebiasaan merokok dapat memperberat kerja jantung sehingga mendorong naiknya tekanan
darah.
7. Alkohol
Konsumsi lebih dari 250 ml alkohol sehari dapat meningkatkan tekanan darah, melemahkan
otot jantung, serta menyebabkan kegemukan dan atherosklerosis (penyempitan pembuluh
darah). Akibatnya, mempercepat timbulnya penyakit jantung yang kebih parah.
8. Diabetes dan Dislipidemia
Kedua penyakit ini dapat mempercepat terjadinya atherosklerosis dan meningkatkan tekanan
darah.
GEJALA HIPERTENSI
Gejala hipertensi tidak sama pada setiap orang (bervariasi), bahkan dapat tanpa gejala.
Gejala umumnya adalah pusing, melayang, berputar, pusing tujuh keliling, nyeri kepala
berdenyut, pandangan mata kabur, tidak jelas bahkan sampai menjadi buta, mual,
muntah, pelupa, mudah marah, sulit tidur, kaki bengkak, sesak napas, mimisan, serta
bila terjadi stroke maka penderita dapat tidak sadar dan terjadi kelumpuhan organ
tubuh.
KOMPLIKASI HIPERTENSI
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi
terhadap target organ.
Tabel 2. Manifestasi Hipertensi terhadap Organ TargetSistem Organ Manifestasi
Jantung
Secara klinis, elektrokardiografis, atau radiologis memperlihatkan bukti adanya penyakit pada arteri koroner; hipertrofi pada ventrikel kiri; malfungsi pada ventrikel kiri atau gagal jantung. Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan tenaga ekstra keras. Otot jantung akan semakin menebal dan lemah sehingga kehabisan energi untuk memompa lagi. Parahnya lagi apabila terjadi penyumbatan pembuluh akibat aterosklerosis. Gejalanya yaitu pembangkakan pada pergelangan kaki (swollen ankles), peningkatan berat badan, dan napas tersengal-sengal.
Serebrovaskuler
Serangan ischemic sementara atau stroke Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh darah sulit dilatasi sehingga aliran darah menuju otak kekurangan oksigen (hipoksia). Keadaan otak hipoksia ini mengakibatkan serangan yang disebut stroke. Pembuluh darah di otak juga sangat sensitif sehingga ketika semakin melemah maka menimbulkan pendarahan akibat pecahnya pembuluh darah (stroke haemorrhagic).
PeriferKetiadaan satu atau lebih denyut nadi secara ekstrim (selain dorsalis pedis) dengan atau tanpa claudication yang sebentar-sebentar; aneurysm.
Renal
Serum creatinin >130 mcg/L (1,5 mg/dL); proteinuria (+1 atau lebih); micro-albuminemia. Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan ginjal terlalu tinggi, pembuluh darah kecil akan rusak. Ginjal juga tidak mampu lagi menyaring dan mengeluarkan sisa. Umumnya, gejala kerusakan ginjal tidak segera tampak. Namun jika dibiarkan, komplikasinya menimbulkan masalah serius.
Retinopathy
Pendarahan (haemorrhages) atau penetesan darah, dengan atau tanpa papilledema. Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah di belakang mata. Gejalanya yaitu pandangan kabur dan berbayang.
PENGELOLAAN HIPERTENSI PADA USIA LANJUT
Hipertensi pada usia lanjut sama seperti hipertensi pada usia lainya. Walaupun risiko
terjadinya komplikasi lebih besar. Penurunan tekanan darah akan menurunkan risiko
morbiditas maupun mortalitas maupun mortalitas akibat komplikasi kardiovaskular.
Secara garis besar, penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu farmakologik
(obat-obatan anti hipertensi) dan non farmakologik (meliputi modifikasi gaya hidup,
menurunkan berat badan, berhenti merokok, mengurangi asupan garam serta aktivitas
fisik/berolahraga).
Target tekanan darah pada usia lanjut adalah:
Tekanan darah sistolik (TDS): <140 mmHg
Tekanan darah diastolik (TDD): 85-90 mmHg
Pengobatan hipertensi harus dimulai sejak dini untuk mencegah kerusakan organ
target, tanpa memandang usia.
1. Menurunkan BB bila kegemukan
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.
Penelitian Framingham menyebutkan bahwa setiap kenaikan 10% berat badan, maka terjadi
peningkatan tekanan darah sebesar 7 mm Hg. Penelitin yang lain menyebutkan, rata-rata,
setiap kenaikan berat badan 0,5 kg akan meningkatkan tekanan sistolik 1 mmHg dan diastolik
0,5 mmHg. Sementara Davis (1993) menyatakan bahwa pada pria, peningkatan 10% berat
badan, maka tekanan darah akan meningkat sebesar 6,6 mmHg. Oleh karen itu, manajemen
berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi. Selain itu, kelebihan lemak
tubuh dapat meningkatkan volume plasma, menyempitkan pembuluh darah, dan memacu
jantung untuk bekerja lebih berat.