hiperparatiroidisme dan hipoparatiroidisme
DESCRIPTION
hiperparatiriodismeTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Selama sekresi hormone paratiroid (PTH), kelenjar paratiroid bertanggung jawab
mempertahankan kadar kalsium ekstraseluler. Hiperparatiroidisme adalah karakter
penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi hormone paratiroid, hormon asam amino
polipeptida. Sekresi hormon paratiroid diatur secara langsung oleh konsentrasi cairan ion
kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi cairan
kalsium dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat dari matriks tulang,
meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal.
Hormon paratiroid juga menyebabkan phosphaturia, jika kekurangan cairan fosfat.
hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer, sekunder dan tersier. (Lawrence
Kim, MD, 2005).
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan
sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan
dari metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan
hormon paratiroid yakni hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon
paratiroid sendiri secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan
yakni hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid. Parathormon yang
meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium
oleh usus meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium
sehingga manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan
ginjal.Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100
kasus dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika
Serikat penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000
kasus dalam setahun. Pada Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme
lebih besar dari pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000
1
orang tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih
besar 2 kali dari pria.
Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit
hiperparatiroid tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita
yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme.
Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering
hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada
semua usia tetapi yang tersering adalah pada dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali
dibandingkan laki-laki. Insidensnya mencapai 1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak
harus dipikirkan kemungkinan endokrinopati genetik seperti neoplasia endokrin multipel
tipe I dan II.
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang
membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh
karena itu yang terpenting hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar
kalsium dalam tubuh sesorang. Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat
terjadi pada kelainan atau gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan
untuk lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa
suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid
tidak semakin berat.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien hiperparatiroid
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian hiperparatiroid
b. Mampu memahami etiologi hiperparatiroid
c. Memahami patofisiologi hiperparatiroid
d. Mampu memahami manifestasi klinik hiperparatiroid
2
e. Mampu memahami pemeriksaan diagnosk hiperparatiroid
f. Mampu memahami komplikasi hiperparatiroid
g. Mampu memahami penatalaksanaan hiperparatiroid
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh
kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal
yang mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme dibagi menjadi 2, yaitu
hiperparatiroidisme primer dan sekunder. Hiperparatiroidisme primer terjadi dua atau
tiga kali lebih sering pada wanita daripada laki-laki dan pada pasien-pasien yang
berusia 60-70 tahun. Sedangkan hiperparatiroidisme sekunder disertai manifestasi
yang sama dengan pasien gagal ginjal kronis. Rakitisi ginjal akibat retensi fosfor akan
meningkatkan stimulasi pada kelenjar paratiroid dan meningkatkan sekresi hormon
paratiroid. (Brunner & Suddath, 2001)
Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan
sekresi hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Sekresi hormon
paratiroid diatur secara langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium. Efek utama dari
hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan
meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan
penyerapan kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal. Hormon
paratiroid juga menyebabkan phosphaturia, jika kekurangan cairan fosfat.
hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer, sekunder dan tersier. (Lawrence
Kim, MD, 2005, section 2).
Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid
memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan
hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat
membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan
kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak
walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat. (www.endocrine.com)
4
B. ETIOLOGI
Menurut Lawrence Kim, MD. 2005,etiologi hiperparatiroid yaitu:
1. Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal.
2. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma
atau hyperplasia). Biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan
kelainan endokrin lainny
3. Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma.
Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui.
Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin
neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan.
Familial hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe
hyperparathyroidism juga termasuk kedalam kategori ini.
4. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari
kelenjar yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada ± 15 % pasien
semua kelenjar hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia.
C. KLASIFIKASI
Hiperparatiroidisme primer (Primary hyperparathyroidism)
Kebanyakan pesakit yang menderita hiperparatiroidisme primer
mempunyai konsentrasi serum hormon paratiroid yang tinggi. Kira-kira 85% dari
keseluruhan hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan
15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau
hiperplasia). Sedikit hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid
karsinoma.
5
Hiperparatiroidisme sekunder (Secondary hyperparathyroidisme)
Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang
berlebihan kerana rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus,
kelainan ini berkaitan dengan kegagalan ginjal akut. Penyebab umum lainnya
adalah disebabkan oleh kekurangan vitamin D.
Hiperparatiroidisme tersier (Tertiary hyperparathyroidisme)
Hiperparatiroidisme tersier adalah perkembangan dari hiperparatiroidisme
sekunder yang telah diderita lama. Penyakit hiperparatiroidisme tersier ini
ditandai dengan perkembangan hipersekresi hormon paratiroid dan ini akan
menyebabkan peningkatan kalsium di dalam darah yaitu hiperkalsemia (hypercal-
cemia).
D. PATOFISIOLOGI
Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan oleh
hiperplasia atau neoplasma paratiroid) atau sekunder, dimana kasus biasanya
berhubungan dengan gagal ginjal kronis.
Pada 80% kasus, hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh adenoma
paratiroid jinak; 18% kasus diakibatkan oleh hiperplasia kelenjar paratiroid: dan 2%
kasus disebabkan oleh karsinoma paratiroid (damjanov,1996). Normalnya terdapat
empat kelenjar paratiroid. Adenoma atau karsinoma paratiroid ditandai oleh
pembesaran satu kelenjar, dengan kelenjar lainnya tetap normal. Pada hiperplasia
paratiroid, keempat kelenja membesar. Karena diagnosa adenoma atau hiperplasia
tidak dapat ditegakan preoperatif, jadi penting bagi ahli bedah untuk meneliti keempat
kelenjar tersebut. Jika teridentifikasi salah satu kelenjar tersebut mengalami
pembesaran adenomatosa, biasanya kelenjar tersebut diangkat dan laninnya dibiarkan
utuh. Jika ternyata keempat kelenjar tersebut mengalami pembesaran ahli bedah akan
mengangkat ketiga kelelanjar dan meninggalkan satu kelenjar saja yang seharusnya
mencukupi untuk mempertahankan homeostasis kalsium-fosfat.
6
Hiperplasia paratiroid sekunder dapat dibedakan dengan hiperplasia primer,
karena keempat kelenjar membesar secara simetris. Pembesaran kelanjar paratiroid
dan hiperfungsinya adalah mekanisme kompensasi yang dicetuskan oleh retensi
format dan hiperkalsemia yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. Osteomalasia
yang disebabkan oleh hipovitaminosis D, seperti pada riketsia, dapat mengakibatkan
dampak yang sama.
Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH
terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan resorpsi
kalsium dari limen tubulus ginjal. Dengan demikian mengurangi eksresi kalsium
dalam urine. PTH juga meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang
selanjutnya memudahkan ambilan kalsium dari makanan dalam usus. Sehingga
hiperkalsemia dan hipofosatmia kompensatori adalah abnormlitas biokimia yang
dideteksi melalui analisis darah. Konsentrasi PTH serum juga meningkat.
( Rumahorbor, Hotma,1999)
Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulng yang sering terjadi
adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya resorpsi tulang karena
peningkatan kadar hormon paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga sering terjadi pada
pasien, tapi tidak muncul secara langsung. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 5)
Kelebihan jumlah sekresi PTH menyebabkan hiperkalsemia yang langsung
bisa menimbulkan efek pada reseptor di tulang, traktus intestinal, dan ginjal. Secara
fisiologis sekresi PTH dihambat dengan tingginya ion kalsium serum. Mekanisme ini
tidak aktif pada keadaan adenoma, atau hiperplasia kelenjar, dimana hipersekresi
PTH berlangsung bersamaan dengan hiperkalsemia. Reabsorpsi kalsium dari tulang
dan peningkatan absorpsi dari usus merupakan efek langsung dari peningkatan PTH.
Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi
kalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat
meningkatkan insidens nefrolithiasis, yang mana dapt menimbulkan penurunan
7
kreanini klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium ekstraselular dapat
mengendap pada jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat kalsifikasi berbentuk nodul
pada kulit, jaringan subkutis, tendon (kalsifikasi tendonitis), dan kartilago
(khondrokalsinosis). Vitamin D memainkan peranan penting dalam metabolisme
kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH untuk bekerja di target organ.
E. MANIFESTASI KLINIK
Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan gejala akibat
terganggunya beberapa sistem organ. Gejala apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan
otot, mual, muntah, konstipasi, hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini
berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium dalam darah. Manifestasi psikologis
dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga
keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek langsung kalsium pada otak serta sistem
saraf. Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf
dan otot.
Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan
dengan peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasi
hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat presipitasi kalsium fosfat
8
dalam pelvis da ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal (rena calculi),
obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroidisme dapat terjadi
akibat demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa sel-sel raksasa
benigna akibat pertumbuhan osteoklast yang berlebihan. Pasien dapat mengalami
nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri
ketika menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan pemendekkan badan.
Kehilangan tulang yang berkaitan dengan hiperparatiroidisme merupakan faktor
risiko terjadinya fraktur.
Insidens ulkus peptikum dan prankreatis meningkat pada
hiperparatiroidisme dan dapat menyebabkan terjadinya gejala gastroitestinal.
(Brunner & Suddath, 2001)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level
kalsium dalam darah disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain
dapat menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah, tapi hanya
hiperparatiroidisme yang menaikkan kadar kalsium karena terlalu banyak hormon
paratiroid. Pemeriksaan radioimmunoassay untuk parathormon sangat sensitif dan
dapat membedakan hiperparatiroidisme primer dengan penyebab hiperkalasemia
lainnya pada lebih dari 90 % pasien yang mengalami kenaikan kadar kalsium serum.
Kenaikkan kadar kalsium serum saja merupakan gambaran yang nonspesifik
karena kadar dalam serum ini dapat berubah akibat diet, obat-obatan dan perubahan
pada ginjal serta tulang. Perubahan tulang dapat dideteksi dengan pemeriksaan sinar-
x atau pemindai tulang pada kasus-kasus penyakit yang sudah lanjut. Penggambaran
dengan sinar X pada abdomen bisa mengungkapkan adanya batu ginjal dan jumlah
urin selama 24 jam dapat menyediakan informasi kerusakan ginjal dan resiko batu
ginjal. Pemeriksaan antibodi ganda hormon paratiroid digunakan untuk membedakan
hiperparatiroidisme primer dengan keganasan, yang dapat menyebabkan
9
hiperkalsemia. Pemeriksaan USG, MRI, Pemindai thallium serta biopsi jarum halus
telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi paratiroid dan untuk menentukan lokasi
kista, adenoma serta hiperplasia pada kelenjar paratiroid.
Tes darah mempermudah diagnosis hiperparatiroidisme karena menunjukkan
penilaian yang akurat berapa jumlah hormon paratiroid. Sekali diagnosis didirikan,
tes yang lain sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya komplikasi. Karena tingginya
kadar hormon paratiroid dapat menyebabkan kerapuhan tulang karena kekurangan
kalsium, dan pengukuran kepadatan tulang sebaiknya dilakukan untuk memastikan
keadaan tulang dan resiko fraktura.
Salah satu kelemahan diagnostik adalah terjadinya penurunan bersihan
fragmen akhir karboksil PTH pada pasien gagal ginjal, menyebabkan peningkatan
palsu kadar PTH serum total. Penetuan PTH amino akhir atau PTH utuh
direkomendasikan untuk menilai fungsi paratiroid pasien gagal ginjal. (Clivge R.
Taylor, 2005, 783)
Laboratorium:
1) Kalsium serum meninggi
2) Fosfat serum rendah
3) Fosfatase alkali meninggi
4) Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
5) Foto Rontgen:
o Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
o Cystic-cystic dalam tulang
o Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
10
G. KOMPLIKASI
1) peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor
2) Dehidrasi
3) batu ginjal
4) hiperkalsemia
5) Osteoklastik
6) osteitis fibrosa cystica
H. PENATALAKSANAAN
Terapi yang dianjurkan bagi pasien hiperparatiroidisme primer adalah
tindakan bedah untuk mengangkat jaringan paratiriod yang abnormal. Namun
demikian, pada sebagian pasien yang asimtomatik disertai kenaikaan kadar kalsium
serum ringan dan fungsi ginjal yang normal, pembedahan dapat ditunda dan keadaan
pasien dipantau dengan cermat akan adanya kemungkinan bertambah parahnya
hiperkalsemia, kemunduran kondisi tulang, gangguan ginjal atau pembentukan batu
ginjal (renal calculi).
Dehidrasi karena gangguan pada ginjal mungkin terjadi, maka penderita
hiperparatiroidisme primer dapat menderita penyakit batu ginjal. Karena itu, pasien
dianjurkan untuk minum sebanyak 2000 ml cairan atau lebih untuk mencegah
terbentuknya batu ginjal. Jus buah yang asam dapat dianjurkan karena terdapat bukti
bahwa minuman ini dapt menurunkan pH urin. Kepada pasien diuminta untuk
melaporkan manifestasi batu ginjal yang lain seperti nyeri abdomen dan hemapturia.
Pemberian preparat diuretik thiazida harus dihindari oleh pasien hiperparatiroidisme
primer karena obat ini akan menurunkan eksresi kalsium lewat ginjal dan
menyebabkan kenaikan kadar kalsium serum. Disamping itu, pasien harus mengambil
tindakan untuk menghindari dehidrasi. Karena adanya resiko krisis hiperkalsemia,
11
kepada pasien harus diberitahukan untuk segera mencari bantuan medis jika terjadi
kondisi yang menimbulkan dehidrasi (muntah, diare).
Mobilitas pasien dengan banyak berjalan atau penggunaan kursi goyang harus
diupayakan sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami stress normal akan
melepaskan kalsium merupakan predisposisi terbentuknya batu ginjal.
Pemberian fosfat per oral menurunkan kadar kalsium serum pada sebagian
pasien. Penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan
pengendapan ektopik kalsium fosfat dalam jaringan lunak.
Diet dan obat-obatan. Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi meskipun pasien
dianjurkan untuk menghindari diet kalsium terbatas atau kalsium berlebih. Jika pasien
juga menderita ulkus peptikum, ia memerlukan preparat antasid dan diet protein yang
khusus. Karena anoreksia umum terjadi, peningkatan selera makan pasien harus
diupayakan. Jus buah, preparat pelunak feses dan aktivitas fisik disertai dengan
peningkatan asupan cairan akan membantu mengurangi gejal konstipasi yang
merupakan masalah pascaoperatif yang sering dijumpai pada pasien-pasien ini.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Identitas
1. Nama
2. Umur : Bisa terjadi pada semua kalang umur terutama pada wanita yang berumur 50
tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria.
3. Jenis kelamin : Terjadi pada laki-laki dan perempuan
4. Agama dan suku bangsa
b. Keluhan Utama
1. Sakit kepala, kelemahan, lethargi, dan kelelahan otot
2. Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, obstipasi, dan nyeri lambung
yang akan disertai penurunan berat badan.
3. Depresi
4. Nyeri tulang dan sendi
c. Riwaya penyakit sekarang
Pasien tampak lemah,biasanya adanya peningkatan ukuran kelenjar tiroid,
anoreksia, obstipasi, dan nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat
badan,Depresi,Nyeri tulang dan sendi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada keluarga riwayat penyakit yang dialami pasien seperti: apakah
pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama dan apakah keluarga
mempunyai penyakit yang sama.
13
e. Riwayat penyakit dalam keluarga
f. Riwayat trauma / fraktur tulang
g. Riwayat radiasi daerah leher dan kepala
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Breath (B1) :
Gejala: nafas pendek, dispnea nocturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa sputum kental
dan banyak.
Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan frekensi/kedalaman (pernafasan Kussmaul)
2. Blood (B2)
Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi,
Tanda: hipertensi (nadi kuat, edema jaringan, pitting pada kaki, telapak tangan), disritmia
jantung, pucat, kecenderungan perdarahan.
3. Brain (B3)
Gejala: penurunan daya ingat, depresi, gangguan tidur, koma.,
Tanda: gangguan status mental, penurunan tingkat kesadaran, ketidak mampuan
konsentrasi, emosional tidak stabil
4. Bladder (B4)
Gejala: penurunan frekuensi urine, obstruksi traktus urinarius, gagal fungsi ginjal (gagal
tahap lanjut), abdomen kembung,diare, atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine, oliguria, hiperkalsemia, Batu ginjal biasanya terdiri dari
kalsium oksalat atau kalsium fosfat
5. Bowel (B5)
14
Gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan.
Tanda: distensi abdomen, perubahan turgor kulit, kelainan lambung dan pankreas(tahap
akhir), Ulkus peptikum
6. Bone(B6)
Gejala: kelelahan ekstremitaas, kelemahan, malaise.
Tanda: penurunan rentang gerak, kehilangan tonus otot, kelemahan otot,atrofi otot
7. Integritas ego
Gejala: faktor stress (finansial, hubungan)
Tanda: menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadiann.
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid.
2. Bebas T4 (tiroksin)
3. Bebas T3 (triiodotironin)
4. Kalsium serum meninggi
5. Fosfat serum rendah
6. Fosfatase alkali meninggi
7. Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
8. Rontgen:
1. Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
2. Cystic-cystic dalam tulang
3. Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
15
IV.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hiperparatiroid antara
lain :
1. Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur
patologi.
2. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan mual
4. Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.
V. INTERVENSI
Dx I : Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan fraktur
patologi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak akan mengalami
cedera, seperti yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya fraktur patologi
INTERVENSI
Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentan untuk mengalami fraktur patologis
bahkan oleh benturan ringan sekalipun. Bila klien mengalami penurunan kesadaran
pasanglah tirali tempat tidurnya.
Hindarkan klien dari satu posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan hati-hati.
Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi kelemahan fisik.
Atur aktivitas yang tidak melelahkan klien.
Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah posisi tubuh, dan cara
berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-tiba.
16
Ajarkan klien cara menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan. Anjurkan klien agar
berjalan secara perlahan-lahan.
DX II : Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan kembali pada
haluaran urine normal, seperti yang ditunjukan oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran
urine 30 – 60 ml/jam
Kriteria hasil:
Mampu ke toilet secara mandiri
Tidak ada infeksi saluran kemih.
Pola pengeluaran urine yang dapat diperkirakan.
Eliminasi urine tidak terganggu
INTERVENSI :
Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi,konsistensi, bau, volume, dan warna yang tepat.
Dapatkan spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis dengan tepat
Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi urine.
Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan saat makan diantara waktu makan dan diawal
petang.
Informasikan pada pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
DX III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan mual
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mendapat asupan
makanan yang adekuat, seperti yang dibuktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada
atau dapat mempertahankan berat badan ideal.
17
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
Tidak ada tanda – tanda malnutrisi.
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
INTERVENSI :
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
Berikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi (diit rendah kalsium untuk
memperbaiki hiperkalsemia)
Dx IV : Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mempertahankan
pola BAB normal, seperti yang dibuktikan oleh BAB setiap hari (sesuai dengan kebiasaan
pasien).
Kriteria hasil :
Mengeluarkan feses tanpa bantuan
Mengkonsumsi cairan dan serat yang adekuat
Latihan dalam jumlah yang adekuat
Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri.
18
INTERVENSI
Kaji warna dan konsistensi feses
Kaji adanya inpaksi
Pantau adanya tanda dan gejala ruptur usus
Ajarkan pada pasien tentang efek diet (misal : cairan dan serat ) pada eliminasi.
Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada
tanda vital.
19
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN :
Hiperparatiroid adalah penyakit yang disebabkan oleh kelebihan sekresi hormon
paratiroid (PTH). Hiperparatiroid ada tiga jenis yaitu hiperparatiroid pimer, sekunder dan
tersier. Hipertiroid menyebabkan keadaan hiperkalsemia dan hipofosfatemia.
B. SARAN :
Hal – hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hiperparatiroid :
Minum banyak air terutama air putih. Meminum banyak cairan dapat mencegah
pembentukan batu ginjal.
Senam dan olah raga. Ini salah satu cara terbaik untuk membentuk tulang kuat dan
memlambatkan kerusakkan tulang.
Pengambilan vitamin D. Pengambilan vitamin D yang mencukupi dapat membantu dalam
penyerapan kalsium.
Jangan merokok. Merokok dapat meningkatkan perapuhan tulang seiring meningkatnya
masalah kesehatan.
Berwaspada terhadap kondisi yang dapat meningkatkan kadar kalsium. Kondisi tertentu
seperti penykit gastrointestinal dapat menyebabkan kadar kalsium dalam darah
meningkat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8),
EGC, Jakarta
Doengoes, Marylin, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
http://www.endocrineweb.com/; diakses tanggal 10 oktober 2012
http://contoh-askep.blogspot.jp/2008/10/daftar-isi.html
http://felyyana.blogspot.com/2009/12/kolellitiasis.html
21