hiperkolesterolemia.doc
TRANSCRIPT
1. Patofisiologi terjadinya hiperkolesterolemia dan hiperkoagulopati pada proteinuria.
a. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia yang disebabkan proteinuria pada sindrom nefrotik biasanya
karena terjadinya kenaikan lipid dan lipoprotein pada sindrom nefrotik sangat
kompleks, oleh karena adanya pengaruh timbal balik proses metabolisme lipoprotein.
Keadaan hipoproteinemia atau hipoalbuminemia akan menyebabkan kompensasi
pembentukan berbagai jenis protein termasuk lipoprotein oleh hati sehingga pada
penderita sindrom nefrotik dapat ditemukan adanya hiperkolesterolemia. Selain itu
klirens lemak yang berkurang menyebabkan terjadinya peningkatan lemak dalam darah.
Di samping albumin, enzim-enzim penting lainnya yang berperan dalam metabo-
lisme kolesterol ikut keluar bersama albumin melalui glomeruli, yang mengakibatkan
kolesterol dalam darah menjadi tinggi.
b. Hiperlipidemia
Proteinuria dapat mengakibatkan kurangnya protein dalam plasma atau biasa
disebut dengan Hipoalbuminemia. Dan hipoalbuminemia menyebabkan penurunan
tekanan onkotik koloid plasma intravaskuler. Aibat penurunan tekanan onkotik muncul
hiperlipidemia, disertai pula oleh penurunan aktivitas degradasi lemak karena
hilangnya a-glikoprotein sebagai perangsang lipase. Apabila kadar albumin serum
kembali normal, baik secara spontan ataupun dengan pemberian infus albumin, maka
umumnya kadar lipid kembali normal.
Kolesterol serum, VLDL (very low density lipoprotein), LDL (low density
lipoprotein), trigliserida meningkat sedangkan HDL (high density lipoprotein) dapat
meningkat, normal atau menurun. Hal ini disebabkan sintesis hipotprotein lipid
disintesis oleh penurunan katabolisme di perifer.Peningkatan albumin serum dan
penurunan tekanan onkotik.
c. Hiperkoagulopati
Keadaan ini disebabkan oleh hilangnya antitrombin (AT) III, protein S, C, dan
plasminogen activating factor dalam urin dan meningkatnya factor V, VII, VIII, X,
trombosit, fibrinogen, peningkatan agregasi trombosit, perubahan fungsi sel endotel
serta menurunnya factor zymogen.
Pasa sindrom nefrotik bisa terjadi trombosis vena dalam, karena adanya suatu
keadaan hiperkoagulopati. Kelainan tersebut disebabkan oleh perubahan tingkat dan
aktivitas berbagai faktor koagulasi intrinsik dan ekstrinsik. Mekanisme
hiperkoagulopati pada sindrom nefrotik cukup kompleks meliputi peningkatan
fibrinogen, hiperagregasi trombosit dan penurunan fibrinolisis. Gangguan koagulasi ini
semua yang terjadi disebabkan oleh adanya peningkatan sintesis protein oleh hati dan
terjadinya kehilangan protein melalui urin.
2. Bagaimana terjadinya efusi pleura dan ascites pada sindrom nefrotik.
Hipoalbuminemia merupakan faktor kunci terjadinya edema pada sindrom nefrotik.
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma sehingga plasma
bergeser dari intravaskular ke jaringan interstisium dan terjadi edema. Akibat penurunan
tekanan onkotik plasma dan bergesernya cairan plasma terjadi hipovolemia, dan ginjal
melakukan kompensasi dengan meningkatkan retensi natrium dan air. Mekanisme
kompensasi ini akan memperbaiki volume intravaskuler tetapi juga akan mengeksaserbasi
terjadinya hipoalbuminemia sehingga edema semakin berlanjut.
Jika edema semakin berat maka, lambat laun edema menjadi menyeluruh, yaitu ke
pinggang, perut dan tungkai bawah, bahkan bias sampai ke paru-paru. Mekanisme edema
ini dapat berlanjut menjadi asites karena adanya penimbunan cairan dan efusi pleura yang
terjadi karena adanya cairan dirongga sekitar paru-paru.
TUGAS
ILMU PENYAKIT DALAM “HUBUNGAN HIPERLIPIDEMIA DAN HIPERKOAGULOPATI
DENGAN PROTEINURIA SERTA HUBUNGAN ASCITES DAN EFUSI PLEURA
DENGAN SINDROM NEFROTIK”
Oleh:
Lorencye Tuhusula
2010-83-016
Dari:
dr. Yusu Huningkor, Sp PD. FINASIM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2013