hiperkalemia.docx
TRANSCRIPT
HIPERKALEMIA, HIPOKALEMIA, HIPERNATREMIA,HIPONATREMIA
Hiponatremia
DEFINISI
Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium yang lebih kecil
dari 136 mEq/L darah.
PENYEBAB
Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh terlalu banyaknya
air dalam tubuh.Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang yang minum air dalam jumlah yang
sangat banyak (seperti yang kadang terjadi pada kelainan psikis tertentu) dan pada penderita
yang dirawat di rumah sakit, yang menerima sejumlah besar cairan intravena.
Jumlah cairan yang masuk melebihi kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya.
Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari), bisa
menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang ginjalnya tidak berfungsi dengan baik,
misalnya pada gagal ginjal.
Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan sirosis hati, dimana
volume darah meningkat.Pada keadaan tersebut, kenaikan volume darah menyebabkan
pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total dalam tubuh biasanya meningkat juga.
Hiponatremia terjadi pada orang-orang yang kelenjar adrenalnya tidak berfungsi
(penyakit Addison), dimana natrium dikeluarkan dalam jumlah yang sangat banyak.
Pembuangan natrium ke dalam air kemih disebabkan oleh kekurangan hormon aldosteron.
Penderita Syndrome of Inappropriate Secretion of Antidiuretik Hormone (SIADH)
memiliki konsentrasi natrium yang rendah karena kelenjar hipofisa di dasar otak mengeluarkan
terlalu banyak hormon antidiuretik.
Hormon antidiuretik menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan sejumlah natrium dalam
darah.
Penyebab SIADH:
1. Meningitis dan ensefalitis
2. Tumor otak
3. Psikosa
4. Penyakit paru-paru (termasuk pneumonia dan kegagalan pernafasan akut)
5. Kanker (terutama kanker paru dan pankreas)
6. Obat-obatan:
- chlorpropamide (obat yang menurunkan kadar gula darah)
- Carbamazepine (obat anti kejang)
- Vincristine (obat anti kanker)
- Clofibrate (obat yang menurunkan kadar kolesterol)
- Obat-obat anti psikosa
- Aspirin, ibuprofen dan analgetik lainnya yang dijual bebas
- Vasopressin dan oxytocin (hormon antidiuretik buatan).
GEJALA
Beratnya gejala sebagian ditentukan oleh kecepatan menurunnya kadar natrium darah.
Jika kadar natrium menurun secara perlahan, gejala cenderung tidak parah dan tidak muncul
sampai kadar natrium benar-benar rendah.Jika kadar natrium menurun dengan cepat, gejala yang
timbul lebih parah dan meskipun penurunannya sedikit, tetapi gejala cenderung timbul.
Otak sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi natrium darah. Karena itu gejala
awal dari hiponatremia adalah letargi (keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat
dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur kembali).
Sejalan dengan makin memburuknya hiponatremia, otot-otot menjadi kaku dan bisa terjadi
kejang.
Pada kasus yang sangat berat, akan diikuti dengan stupor (penurunan kesadaran sebagian) dan
koma.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.
PENGOBATAN
Hiponatremia berat merupakan keadaan darurat yang memerlukan pengobatan segera.
Cairan intravena diberikan untuk meningkatkan konsentrasi natrium darah secara perlahan.
Kenaikan konsentrasi yang terlalu cepat bisa mengakibatkan kerusakan otak yang menetap.
Asupan cairan diawasi dibatasi dan penyebab hiponatremia diatasi.Jika keadaannya memburuk
atau tidak menunjukkan perbaikan setelah dilakukannya pembatasan asupan cairan, maka pada
SIADH diberikan demeclocycline atau diuretik thiazide untuk mengurangi efek hormon
antidiuretik terhadap ginjal.
hipernatremia
DEFINISI
Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana kadar natrium
dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.
PENYEBAB
Pada hipernatremia, tubuh mengandung terlalu sedikit air dibandingkan dengan jumlah
natrium.
Konsentrasi natrium darah biasanya meningkat secara tidak normal jika kehilangan cairan
melampaui kehilangan natrium, yang biasanya terjadi jika minum terlalu sedikit air.
Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara tidak langsung menunjukkan bahwa
seseorang tidak merasakan haus meskipun seharusnya dia haus, atau dia haus tetapi tidak dapat
memperoleh air yang cukup untuk minum.
Hipernatremia juga terjadi pada seseorang dengan:
- fungsi ginjal yang abnormal
- diare
- muntah
- demam
- keringat yang berlebihan.
Hipernatremia paling sering terjadi pada usia lanjut.
Pada orang tua biasanya rasa haus lebih lambat terbentuk dan tidak begitu kuat dibandingkan
dengan anak muda.Usia lanjut yang hanya mampu berbaring di tempat tidur saja atau yang
mengalami demensia (pilkun), mungkin tidak mampu untuk mendapatkan cukup air walaupun
saraf-saraf hausnya masih berfungsi.
Selain itu, pada usia lanjut, kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih mulai
berkurang, sehingga tidak dapat menahan air dengan baik.
Orang tua yang minum diuretik, yang memaksa ginjal mengeluarkan lebih banyak air, memiliki
resiko untuk menderita hipernatremia, terutama jika cuaca panas atau jika mereka sakit dan tidak
minum cukup air.
Hipernatemia selalu merupakan keadaan yang serius, terutama pada orang tua.Hampir separuh
dari seluruh orang tua yang dirawat di rumah sakit karena hipernatremia meninggal.Tingginya
angka kematian ini mungkin karena penderita juga memiliki penyakit berat yang memungkinkan
terjadinya hipernatremia.
Hipernatremia dapat juga terjadi akibat ginjal mengeluarkan terlalu banyak air, seperti yang
terjadi pada penyakit diabetes insipidus.Kelenjar hipofisa mengeluarkan terlalu sedikit hormon
antidiuretik (hormon antidiuretik menyebabkan ginjal menahan air) atau ginjal tidak memberikan
respon yang semestinya terhadap hormon.Penderita diabetes insipidus jarang mengalami
hiponatremia jika mereka memiliki rasa haus yang normal dan minum cukup air.
Penyebab utama dari hipernatremi:
1. Cedera kepala atau pembedahan saraf yang melibatkan kelenjar hipofisa
2. Gangguan dari elektrolit lainnya (hiperkalsemia dan hipokalemia)
3. Penggunaan obat (lithium, demeclocycline, diuretik)
4. Kehilangan cairan yang berlebihan (diare, muntah, demam, keringat berlebihan)
5. Penyakit sel sabit
6. Diabetes insipidus.
GEJALA
Gejala utama dari hipernatremia merupakan akibat dari kerusakan otak.
Hipernatremia yang berat dapat menyebabkan:
- kebingungan
- kejang otot
- kejang seluruh tubuh
- koma
- kematian.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.
PENGOBATAN
Hipernatremia diobati dengan pemberian cairan.Pada semua kasus terutama kasus ringan, cairan
diberikan secara intravena (melalui infus).Untuk membantu mengetahui apakah pembelian cairan
telah mencukupi, dilakukan pemeriksaan darah setiap beberapa jam.Konsentrasi natrium darah
diturunkan secara perlahan, karena perbaikan yang terlalu cepat bisa menyebabkan kerusakan
otak yang menetap.
Pemeriksaan darah atau air kemih tambahan dilakukan untuk mengetahui penyebab tingginya
konsentrasi natrium.Jika penyebabnya telah ditemukan, bisa diobati secara lebih spesifik.
Misalnya untuk diabetes insipidus diberikan hormon antidiuretik (vasopresin).
Hipokalemia
Definisi :
Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.
penyebab :
Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik. Jika konsentrasi kalium darah
terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak berfungsi secara normal atau terlalu
banyak kalium yang hilang melalui saluran pencernaan (karena diare, muntah, penggunaan obat
pencahar dalam waktu yang lama atau polip usus besar). Hipokalemia jarang disebabkan oleh
asupan yang kurang karena kalium banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari.
Kalium bisa hilang lewat air kemih karena beberapa alasan. Yang paling sering adalah
akibat penggunaan obat diuretik tertentu yang menyebabkan ginjal membuang natrium, air dan
kalium dalam jumlah yang berlebihan.
Pada sindroma Cushing, kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar hormon kostikosteroid
termasuk aldosteron. Aldosteron adalah hormon yang menyebabkan ginjal mengeluarkan kalium
dalam jumlah besar.
Ginjal juga mengeluarkan kalium dalam jumlah yang banyak pada orang-orang yang
mengkonsumsi sejumlah besar kayu manis atau mengunyah tembakau tertentu. Penderita
sindroma Liddle, sindroma Bartter dan sindroma Fanconi terlahir dengan penyakit ginjal bawaan
dimana mekanisme ginjal untuk menahan kalium terganggu.
Obat-obatan tertentu seperti insulin dan obat-obatan asma (albuterol, terbutalin dan
teofilin), meningkatkan perpindahan kalium ke dalam sel dan mengakibatkan hipokalemia.
Tetapi pemakaian obat-obatan ini jarang menjadi penyebab tunggal terjadinya hipokalemia.
Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali. Hipokalemia yang
lebih berat (kurang dari 3 mEq/L darah) bisa menyebabkan kelemahan otot, kejang otot dan
bahkan kelumpuhan. Irama jantung menjadi tidak normal, terutama pada penderita penyakit
jantung.
Diagnose :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya
LITERATUR
http://www.sidenreng.com/2009/03/hiponatremia/hipernatremia.com
ANALISA GAS DARAH
(AGD)
1. Definisi
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas
digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang
akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai
tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa
hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium
lainnya.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan
dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
1. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
2. Sistem dapar fosfat
3. Sistem dapar protein
4. Sistem dapar hemoglobin
Mekanisme pernafasan
Mekanisme ginjal
Mekanismenya terdiri dari:
1. Reabsorpsi ion HCO3-
2. Asidifikasi dari garam-garam dapar
3. Sekresi ammonia
2. Gangguan asam basa sederhana
Gangguan asam basa primer dan
kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai persamaan yang dikenal dengan
persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa adalah sebagai berikut:
Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat
dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal
untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk
mengubah PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal
pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH:
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa.
Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan
pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis,
sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam
basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut
asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen
HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila
gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik),
sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam
basa campuran.
Langkah-langkah untuk menilai gas darah:
1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan
dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien
mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis
respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH
kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan
dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran)
2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang
berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer
bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau
menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa
sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan
dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan
asam basa campuran).
3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal
ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang
sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran)
Rentang nilai normal
pH : 7, 35-7, 45 TCO2 : 23-27 mmol/L
PCO2 : 35-45 mmHg BE : 0 ± 2 mEq/L
PO2 : 80-100 mmHg saturasi O2 : 95 % atau lebih
HCO3 : 22-26 mEq/L
Tabel gangguan asam basa:
Jenis gangguan pH PCO2 HCO3
Asidosis respiratorik akut
N
Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian
Asidosis respiratorik terkompensasi penuh N
Asidosis metabolik akut
N
Asidosis metabolik terkompensasi sebagian
Asidosis metabolik terkompensasi penuh N
Asidosis respiratorik dan metabolik
Alkalosis respiratorik akut N
Alkalosis respiratorik tekompensasi sebagian
Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh N
Alkalosis metabolik akut N
Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian
Alkalosis metabolic terkompensasi penuh
N
Alkalosis metabolik dan respiratorik
Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:
1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat
dikeluarkan melalui ventilasi.
2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH,
seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi
ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess
dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi.
Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik
pada anak sakit kritis.
3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi
dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada
intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila
ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada
bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di
bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan
ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40.
Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi
terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH
lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih
dari 7,50.
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah
diberikan oksigen yang adekuat
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga
normal.
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan
tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat
menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan
oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan
distribusi oksigen.
3. Tujuan
Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
4. Indikasi
Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Pasien deangan edema pulmo
Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
Infark miokard
Pneumonia
Klien syok
Post pembedahan coronary arteri baypass
Resusitasi cardiac arrest
Klien dengan perubahan status respiratori
Anestesi yang terlalu lama
5. Lokasi pungsi arteri
Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)
Arteri brakialis
Arteri femoralis
Arteri tibialis posterior
Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain,
karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi
spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak
digunakan karena adanya risiko emboli otak.
Contoh allen’s test:
Cara allen’s test:
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri
radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam
15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan
tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan
tersebut dan periksa tangan yang lain.
6. Komplikasi
Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan
menimbulkan nyeri
Perdarahan
Cidera syaraf
Spasme arteri
7. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah
maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah
kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh
karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel
diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa,
dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2
yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan
dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku
Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan
anestesi lokal
Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui
kepatenan arteri
Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah
yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah
tercampur rata dan tidak membeku
Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras
daripada vena)
Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung
jarum dengan karet atau gabus
Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
Segera kirim ke laboratorium ( sito )
I. Persiapan pasien
Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
Jelaskan tentang allen’s test
J. Persiapan alat
Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan
nomor 20 atau 21 untuk dewasa
Heparin
Yodium-povidin
Penutup jarum (gabus atau karet)
Kasa steril
Kapas alkohol
Plester dan gunting
Pengalas
Handuk kecil
Sarung tangan sekali pakai
Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
Wadah berisi es
Kertas label untuk nama
Thermometer
Bengkok
Oksigen
Dapatkah seseorang bertahan hidup tanpa menghirup Oksigen? Saya yakin jawabannya adalah Tidak! Begitu esensialnya unsur ini bagi kehidupan sehingga apabila 10 detik saja otak manusia tidak mendapatkan oksigen, maka yang akan terjadi kemudian adalah penurunan kesadaran dan apabila terus berlanjut, otak akan mengalami kerusakan yang lebih berat dan irreversible.
Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistim kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2 yang masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler didalam jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 didalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap O2.
Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru sampai ke alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler. Dalam darah sebagian besar O2 bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%). Dewasa muda pria, jumlah darahnya ± 75 ml/kg , sedangkan wanita ± 65 ml/kg. Satu ml darah pria mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4 Molekul O2 membentuk HbO2; oksi hemoglobin.
Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai pembawa O2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Heme adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi fero. Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2.
Berikut ini akan dijabarkan beberapa keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksemia, hipoksia dan gagal nafas).
Hipoksemia
Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan menjadi ringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2, yaitu:
1. Hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%
2. Hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89%3. Hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2 kurang dari 75%.
Umur juga mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada ditempat yang tinggi.
Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yang bertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen arteriol (PaO2) dibawah 55 mmHg, kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO2) yang meningkat dan sebaliknya tekanan karbondioksida arteri (PaCO2) menurun, jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki.
Hipoksia alveolar menyebabkan kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi perfusi di area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner, eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan menyebabkan hipertensi pulmoner, gagal jantung kanan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat dibandingkan anoksia, sebab jarang dijumpai keadaan dimana benar-benar tidak ada O2 tertinggal dalam jaringan, secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis. Keempat kategori hipoksia adalah sebagai berikut :
Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2 darah arteri berkurang. Merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya. Gejala yang muncul pada keadaan ini antara lain alkalosis respiratorik, iritabilitas, insomnia, sakit kepala, sesak nafas, mual dan muntah.
Hipoksia anemik yaitu apabila O2 darah arteri normal tetapi mengalami denervasi. Sewaktu istirahat, hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah, kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan aktif.
Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran
darah ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.
Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik mungkin juga bermanfaat.
Gagal Nafas
Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan di instansi perawatan intensif. Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen darah dan sistem organ. Gagal nafas terjadi karena disfungsi sistem respirasi yang dimulai dengan peningkatan karbondioksida dan penurunan jumlah oksigen yang diangkut kedalam jaringan. Gagal nafas akut sebagai diagnosis tidak dibatasi oleh usia dan dapat terjadi karena berbagai proses penyakit. Gagal nafas hampir selalu dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi keterlibatan organ lain dalam proses respirasi tidak boleh diabaikan.
1. Gagal Nafas Tipe I
Pada tipe ini terjadi perubahan pertukaran gas yang diakibatkan kegagalan oksigenasi. PaO2 ≤50 mmHg merupakan ciri khusus tipe ini, sedangkan PaCO2 ≤40 mmHg, meskipun ini bisa juga disebabkan gagal nafas hiperkapnia. Ada 6 kondisi yang menyebabkan gagal nafas tipe I yaitu:
Ketidaknormalan tekanan partial oksigen inspirasi (low PIO2) Kegagalan difusi oksigen Ketidakseimbangan ventilasi / perfusi [V/Q mismatch] Pirau kanan ke kiri Hipoventilasi alveolar Konsumsi oksigen jaringan yang tinggi
2. Gagal Nafas Tipe II 2
Tipe ini dihubungkan dengan peningkatan karbondioksida karena kegagalan ventilasi dengan oksigen yang relatif cukup. Beberapa kelainan utama yang dihubungkan dengan gagal nafas tipe ini adalah kelainan sistem saraf sentral, kelemahan neuromuskuler dam deformiti dinding dada. Penyebab gagal nafas tipe II adalah :
Kerusakan pengaturan sentral Kelemahan neuromuskuler Trauma spina servikal Keracunan obat
Infeksi Penyakit neuromuskuler Kelelahan otot respirasi Kelumpuhan saraf frenikus Gangguan metabolisme Deformitas dada Distensi abdomen massif Obstruksi jalan nafas
Terapi oksigen merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.
Adapun syarat-syarat dalam pemberian oksigen adalah konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol, tidak terjadi penumpukan CO2, mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, efisien dan ekonomis, serta nyaman untuk pasien.
Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.
Berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 yang telah disebutkan, maka adapun indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :
Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah, Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia
melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan,
Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 dindikasikan kepada klien dengan gejala; sianosis, hipovolemi, perdarahan, anemia berat, keracunan CO, asidosis, selama dan sesudah pembedahan, klien dengan keadaan tidak sadar.
Pemberian oksigen untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu system aliran rendah dan system aliran tinggi;
1. Sistem Aliran Rendaha. Aliran rendah konsentrasi rendah
Menggunakan kanula nasal/binasal
Digunakan untuk pemberian O2 dengan aliran 1-6 lt/mnt Dengan memberikan FiO2 sebesar 24 – 44 %
Kadar O2 bertambah 4 % untuk tiap tambahan 1 lt/mt
b. Aliran rendah konsentrasi tinggi
Menggunakan sungkup muka (masker) sederhana
Aliran O2 sebesar 6-10 Lt/Mt Konsentrasi FiO2 sebesar 60 % Merupakan aliran rendah melalui hidung, nasofaring dan orofaring.
Menggunakan Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Aliran O2 yang diberikan 6 – 10 l/mnt. Konsentrasi FiO2 sebesar 80 % Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi, karena 1/3 bagian volume ekspirasi
masuk kantong. 2/3 bagian keluar lewat lubang-lubang samping sungkup
Menggunakan Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Aliran O2 diberikan 8-12 lt/mt Konsentrasi FiO2 sebesar 100% Udara inspirasi tidak bercampur dengan ekspirasi
2. Sistem Aliran Tinggi
a. Aliran tinggi konsentrasi rendah
Menggunakan Sungkup Venturi
Memberikan aliran yang bervariasi Konsentrasi O2 sebesar 24-25 % Dipakai pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur Untuk pasien hipercarbia yang disertai hipoksia
b. Aliran tinggi konsentrasi tinggi
Dengan menggunakan head box Sungkup CPAP (Continous Positive Airway Pressure)
Toksikasi oksigen dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotik dan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru
Asam biasanya diproduksi sebagai produk sampingan dalam sejumlah aktivitas metabolik termasuk pemecahan lemak.
Dalam tubuh, keseimbangan normal antara asam dan basa dikelola oleh bikarbonat.
Bikarbonat menetralisir asam dan dengan demikian mencegah akumulasi berlebihan dalam tubuh.
Faktor-faktor yang berkontribusi atas kelebihan produksi asam atau mengganggu produksi normal bikarbonat bisa menyebabkan asidosis metabolik (metabolic acidosis).
Apakah Asidosis Metabolik?
Asidosis metabolik adalah kondisi dimana keseimbangan asam-basa tubuh terganggu karena adanya peningkatan produksi asam atau berkurangnya produksi bikarbonat.
Kondisi ini akhirnya menyebabkan asidemia atau keasaman darah, dimana pH arteri turun hingga di bawah 7,35.
Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan koma dan bahkan kematian.
Penyebab
Asidosis metabolik disebabkan oleh peningkatan produksi asam atau mengkonsumsi makanan atau zat yang dapat dikonversi menjadi asam.
Kondisi ini juga disebabkan oleh hilangnya bikarbonat seperti dalam kasus diare dan asidosis tubulus ginjal.
Faktor lain, akumulasi asam laktat merupakan alasan lain di balik asidosis metabolik.
Akumulasi asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup oksigen untuk melakukan metabolisme karbohidrat, seperti dalam kasus gagal jantung dan syok.
Malaria juga bertanggung jawab pada munculnya kondisi ini kerena menghancurkan sel darah merah dan dengan demikian mengurangi tingkat oksigen dalam tubuh.
Kondisi ini pada gilirannya mengakibatkan akumulasi asam laktat yang dikenal sebagai asidosis laktik.
Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan asidosis. Penggunaan lemak, alih-alih karbohidrat, untuk menciptakan energi seperti dalam kasus diabetes mellitus, dapat mengakibatkan produksi asam berlebihan.
Asidosis metabolik bisa terjadi pula saat ginjal gagal mengeluarkan asam melalui urine yang merupakan gejala dari gagal ginjal.
Gejala
Asidosis metabolik biasanya ditandai dengan pernapasan yang cepat.
Gejala-gejala asidosis metabolik tidak selalu spesifik tergantung dari penyebab yang mendasarinya.
Nyeri dada, sakit kepala, jantung berdebar, otot dan nyeri tulang, kelemahan otot, dan sakit perut adalah beberapa gejala umum.
Asidosis laktik kadang-kadang ditandai dengan tekanan darah rendah dan anemia.
Karena kondisi ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, penderita mungkin mengalami kecemasan dan kantuk progresif.
Mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan adalah beberapa gejala lainnya.
Dalam kondisi ekstrim, dapat menimbulkan komplikasi berat seperti stupor, koma, dan kejang.
Pengobatan
Dokter biasanya melakukan tes darah seperti gas darah arteri dan analisis jumlah sel darah untuk mendiagnosa kondisi ini.
Pengobatan asidosis metabolik akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Jika pH darah turun hingga di bawah 7,1, pemberian bikarbonat secara intravena mungkin diperlukan untuk menetralisir asam.
Pada kasus yang berat, dialisis diperlukan untuk mengobati asidosis metabolik.
Ventilasi mekanis juga bisa digunakan untuk meringankan masalah pernapasan.
Memantau dan mengendalikan faktor yang menyebabkan asidosis metabolik adalah cara terbaik mencegah memburuknya kondisi.
Seperti misalnya, mengendalikan penyebab seperti diabetes dapat membantu mengontrol asidosis metabolik pada pasien diabetes.
Asidosis metabolik (metabolic acidosis) sering merupakan gejala dari beberapa penyakit serius seperti gagal ginjal, gagal jantung, dan diabetes.[]
Asam dikenal memiliki sifat korosif pada logam.
Bayangkan apa yang bisa dilakukan oleh asam pada tubuh kita.
Asidosis respiratorik (respiratory acidosis) adalah kondisi yang menyebabkan keseimbangan asam-basa tubuh terganggu.
Apakah Asidosis Respiratorik?
Asidosis respiratorik adalah kondisi medis dimana paru-paru tidak dapat mengeluarkan semua karbondioksida yang dihasilkan dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan gangguan keseimbangan asam-basa dan membuat cairan tubuh lebih asam, terutama darah.
Terdapat dua jenis asidosis respiratorik yaitu:
1. Akut
Kondisi ini mengacu pada kegagalan tiba-tiba pada sistem pernapasan sehingga memicu asidosis.
Hal ini dipicu oleh depresi sistem pernapasan pusat yang disebabkan berbagai alasan.
2. Kronis
Asidosis kronis mungkin merupakan kondisi sekunder untuk kondisi lain seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
PPOK akan meliputi penyakit bronchitis dan emphysema, dua penyakit di mana saluran udara menyempit sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.
Jenis asidosis ini juga ditemukan menyertai sindrom hipoventilasi obesitas.
Ini adalah kondisi medis di mana orang begitu gemuk sehingga tidak dapat bernapas normal atau cukup.
Hal ini akan mewujud pada peningkatan karbon dioksida dan penurunan kadar oksigen.
Penyebab Asidosis Respiratorik
Ada beberapa penyebab asidosis respiratorik, yang meliputi:
Penyakit yang berkaitan dengan saluran napas seperti penyakit paru obstruktif kronis atau asma.
Masalah yang terkait dengan dada yang menyebabkan melemahnya paru-paru. Penyakit yang mempengaruhi saraf dan otot yang bertugas memberi perintah ke paru-
paru untuk berkontraksi. Obat-obatan yang mempengaruhi pernafasan seperti benzodiazepin, terutama ketika
diiringi dengan konsumsi alkohol. Obesitas berat sehingga membuat seseorang kesulitan bernapas.
Gejala Asidosis Respiratorik
Sebagian gejala asidosis respiratorik mungkin mirip dengan gejala penyakit lain.
Gejala-gejala asidosis meliputi kebingungan, lesu, sesak napas, mengantuk, dan mudah lelah.
Beberapa gejala lain termasuk kulit hangat, hipertensi paru, denyut jantung tidak teratur, refleks tendon berkurang, batuk, mengi, mudah marah, dll.
Pengobatan Asidosis Respiratorik
Pengobatan masalah ini harus difokuskan pada akar penyebab yang mendasarinya.
Untuk asidosis respiratorik yang dipicu oleh penyakit paru-paru, pengobatan akan mencakup obat broncho-dilator untuk memperbaiki ganggaun jalan napas.
Saat tingkat oksigen darah turun, pemberian suplai oksigen terbukti membantu.
Merokok secara tidak langsung menyebabkan asidosis respiratorik (respiratory acidosis), sehingga menghindari rokok akan membuat derajat kesehatan semakin meningkat.[]
Alkalosis Metabolik: Penyebab, Gejala, dan PengobatannyaAmazine | Online Popular Knowledge
Tahukah Anda bahwa cairan tubuh memiliki keseimbangan pH?
Artinya, cairan tubuh memiliki unsur asam dan basa yang harus dijaga dalam kondisi seimbang.
Terganggunya keseimbangan akan mempengaruhi tubuh dan berpotensi mengakibatkan komplikasi serius.
Tingkat basa cairan tubuh yang tinggi akan menyebabkan alkalosis metabolik (alkalosis metabolic), sedangkan kelebihan asam akan menyebabkan asidosis metabolik (metabolic acidosis).
Alkalosis adalah kondisi dimana pH cairan tubuh, terutama darah, memiliki kandungan basa berlebih.
Dalam kondisi ini tingkat pH dari jaringan tubuh lebih tinggi dari kisaran pH normal.
Peningkatan basa disebabkan oleh naiknya konsentrasi serum bikarbonat (HCO3).
Ini adalah gangguan yang disebabkan oleh hilangnya atau turunnya ion hidrogen yang dipicu meningkatnya kadar bikarbonat dalam tubuh.
Secara sederhana, alkalosis disebabkan oleh hilangnya hidrogen (H +) atau meningkatnya bikarbonat (HCO3).
Penyebab
Seperti disebutkan sebelumnya, alkalosis metabolik disebabkan oleh kelebihan alkali (basa) yaitu bikarbonat dalam darah.
Kisaran normal pH darah adalah 7,36-7,44, yang berarti darah cenderung bersifat basa.
Sebagai pengingat, pH 7,0 dianggap netral, pH di atas 7,0 bersifat basa, sedangkan dibawah 7,0 adalah asam.
Penyebab metabolik alkalosis diantaranya adalah:
1. Kehilangan asam
Kehilangan asam (atau kehilangan hidrogen) bisa terjadi akibat muntah atau melalui buang air kecil.
Muntah menyebabkan hilangnya asam klorida dalam tubuh.
2. Penggunaan obat tertentu
Penggunaan obat tertentu dan obat diuretik juga dapat menyebabkan buang air kecil berlebihan.
Kondisi ini akan memicu alkalosis hipokalemia akibat hilangnya kalium dari tubuh.
3. Diare
Diare juga bisa menyebabkan alkalosis akibat tubuh kehilangan klorida.
4. Obat Alkalotic
Obat Alkalotic tertentu seperti yang diberikan untuk mengobati ulkus peptikum dan hyperacidity juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa.
5. Kontraksi ruang ekstraselular
Kontraksi ruang ekstraselular terjadi karena asupan obat diuretik yang menyebabkan alkalosis metabolik.
6. Hipokalemia
Hipokalemia juga dapat dikaitkan dengan alkalinitas yang berlebihan dalam tubuh.
Tanda dan Gejala
Pernapasan lambat merupakan gejala utama dari alkalosis metabolik. Pernapasan lambat berpotensi menyebabkan Apnea, yaitu tidak bernapas sama sekali untuk interval waktu tertentu.
Kondisi ini memicu perubahan warna pada kulit sehingga menjadi kebiruan atau keunguan.
Detak jantung juga akan berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan tekanan darah.
Gejala lain alkalosis metabolik meliputi mati rasa dan kesemutan, berkedut, kejang otot, mual, muntah, dan diare.
Penderita juga mengalami kebingungan dan pusing, sedang pada kasus berat mengakibatkan koma dan kejang.
Pengobatan
Pengobatan alkalosis metabolik akan tergantung dari penyebabnya.
Pengobatan terutama ditujukan untuk mengembalikan keseimbangan pH dalam tubuh. Untuk itu, tubuh harus terhidrasi dengan baik terlebih dahulu.
Obat-obat untuk mengembalikan larutan kimia yang hilang mungkin akan diberikan. Ketika alkalosis disebabkan karena hiperventilasi, penderita akan diberi lebih banyak suplai oksigen untuk mengatasi masalah ini.
Obat yang mengatur detak jantung, tekanan darah bisa pula diberikan, tergantung pada penyebabnya.
Penting untuk segera menangani alkalosis metabolik karena jika dibiarkan dapat menyebabkan risiko dan komplikasi seperti gagal jantung dan koma
Pemberian Oksigen dengan Berbagai Cara
Pengertian
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat
bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula nasal dan masker
oksigen. (Suparmi, 2008:66)
Tujuan Umum
1. Meningkatkan ekspansi dada
2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen
3. Membantu kelancaran metabolisme
4. Mencegah hipoksia
5. Menurunkan kerja jantung
6. Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea
7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru (Aryani,
2009:53)
Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam
darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak
mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas O2 dan CO2.
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien
asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena
kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih
lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat
dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas
yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami gangguan
untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat
dari keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan
mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang
cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan
posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
(Aryani, 2009:53)
Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan jumlah
aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas
spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat
menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker
rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang
tinggi yaitu sekitar 90-95%
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
3. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.
(Aryani, 2009:53)
Hal - hal yang perlu diperhatikan
Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas. Hal
ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk
mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien
Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien dengan
keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus mengobservasi lebih
sering terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen
Pada beberapa klien, pemasangan masker akan memberikan tidak nyaman karena merasa
“terperangkat”. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat meyakinkan klien
akan pentingnya pemakaian masker tersebut.
Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan
perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat
menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.
Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal
kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area
tempat penekanan tersebut.
Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan terapi
oksigen
Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu dengan
contoh masker.
Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF
Pasanglah tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien, di
bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan kepada
klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran.
(Aryani, 2009:53)
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA
Pengertian
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan
aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan selang yang terbuat dari
plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan
ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan
cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala
umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien untuk melakukan
aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani, 2009:54)
Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
(Aryani, 2009:54)
Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi
kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi, 2008:67)
Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya hanya 2-3
L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.
(Suparmi, 2008:67)
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN
Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan
posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan
mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask
bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya
vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
Macam Bentuk Masker :
a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8
liter/menit.
b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-
12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi.
Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung
reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara
inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat
pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)
Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul. (Suparmi, 2008:68)
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit dengan
konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)
Macam Dan Mode Ventilasi Mekanik / Ventilator.Seperti yang telah dijanjikan dalam postingan sebelum ini yaitu tentang ventilasi mekanik / ventilator maka pembahasan kali ini adalah mengenai hal tentang macam mode ventilasi mekanik dan semoga pula hal tentang macam ventilasi mekanik ini bisa berguna sahabat.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan pengertian dari ventilator adalah suatu alat yang dipergunakan dalam hal membantu sebagian ataupun seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi pasien.Ventilator itu sendiri terbagi menjadi beberapa macam.Macam ventilator menurut sifatnya itu adalah :
1. Volume Cycled Ventilator.Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
2. Pressure Cycled Ventilator.Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang status parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
3. Cycled Ventilator.Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit).Normal ratio Inspirasi : Ekspirasi adalah 1 : 2
Adapun mode ventilator terbagi menjadi :
1. Mode Control.Pada mode ventilator ini kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)
2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation.Pada mode ventilator ini memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau
ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
3. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport.Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
4. CPAP : Continous Positive Air Pressure.Pada mode ventilator ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
Dalam pemberian ventilator juga sebagai tenaga kesehatan tentunya mempunyai beberapa prosedur.Prosedur dalam hal pemberian ventilator sebelum dipasang adalah dengan melakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:
Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100% Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm,
ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditunjukkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas).
Bila selama pengobatan serta perawatan di ruang ICCU ini keadaan umum pasien membaik maka akan dilakukan penyapihan pada pasien.Penyapihan ini adalah menurunkan secara perlahan set-set dalam mesin ventilator dan disesuaikan dengan kondisi pasien dan bertujuan agar mesin ventilator itu bisa dilepas dan pasien tidak tergantung kepada mesin ventilator.Beberapa kriteria pasien penyapihan ventilator adalah :
Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar Volume tidal 4-5 ml/kg BB Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.
- See more at: http://askep-net.blogspot.com/2012/04/macam-dan-mode-ventilasi-mekanik.html#sthash.PXb2romD.dpuf
INPEPSA 500 MG/5 ML SUSPENSI 100 ML
Tags: gaster, Ulkus duodenum, gastritis kronis
Brand: : Fahrenheit
Product Code:: G
Komposisi: Sucralfate
Indikasi: Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum dan gaster, gastritis kronis
Dosis: Dewasa : 2 sendok takar 4 kali/hari
Pemberian Obat: Diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan dan menjelang tidur malam
Perhatian: Pasien dialisis, hamil, laktasi, anak, gagal ginjal kronik
Efek Samping: Mulut kering, konstipasi
Interaksi Obat: Menurunkan absorpsi simetidin, siprofloksasin, digoksin, ketokonazol, norfloksasin, fenitoin, ranitidin, tetrasiklin dan teofilin
Kemasan: Suspensi 500 mg/5 mL x 100 ml x 1
2. Tranexamic AcidNama Dagang : KALNEX (kalbe), Plasminex ( sanbe), Trasamin (otto).
Cara kerja obat :Aktifitas antiplasminikMenghambat aktifitas dari aktifaktor plasmonogen dan plasmine. Aktifitas anti plasminik telah dibuktikan dengan berbagai percobaan “ in vitro” penemuan aktifitas plamin dalam darah dan aktifitas plasma setempat, setelah diberikan pada tubuh manusia.Aktifitas HemostatisMencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan kerapuan faskuler dan pemecahan factor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis dengan berkurangnya waktu pendarahan dan lama pendarahan.
Indikasia. Untuk fibrinolosis local seperti: epistaksi, prostaktetomi, konisasi servik,
b. Edema angioneurotonik herediterc. Pendarahan abnormal sesudah operasi
Pendaragan sesudah operasi gigi dan penderita hemophilia
Dosis dan cara pemberiana. Klanex kapsul 250 mg
Dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3-4 kali sehari, 1-2 kapsulb. Klanex tablet 500 mg
Dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3-4 kali sehari, 1 tabletc. Kalmex 50 mg injeksi
Sehari 1-2 ampul (5-10ml) disuntikan secara intravena atau intramuscular, dibagi dalam 1-2 disis. Pada waktu atau setelah operasi, bila diperlukan dapat diberikan 2-10 ampul (10-50 ml) dengan infuse intravena.
d. Kalmex 100 mg injeksi2.5 – 5 ml perhari disuntikan secara intravena atau intra muscular dibagi dalam 1-2 dosisi. Pada waktu atau setelah operasi bila dperlukan dapat diberiklan sebanyak 5-25 ml dengan cara infuse intravena.
Efek sampinga. Gangguan-gangguan gastrointestinal, mual, muntah, anaroreksia, pusing, ekstantema dan sakit
kepala dapat timbul pada pemberian secara oralGejala-gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya
b. Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabakan pusing dan impotensi
3. Asam AminokaproatCara Kerja Obat:Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing sari activator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan mengahncurkan fibrinogen atau fibrin dan factor pembekuan darah lain. Pleh karena itu, asam aminokaproat dapat mengatasi pendarahan berat akibat fibrinologis yang berlebihan. Dugaan adanya fibrinologis yang berlebihan dapat disasarkan atas hasil tes laboratorium berupa waktu thrombin dan protrombin yang memanjang, hipofibrinogenemia atau kadar plasmanogen yang menurun.
IndikasiAsam aminokaproat digunakan untuk mengatasi hematuria yang bearsl dari kandung kemih. Prostate atau uretra pada penderita yang mengalami rostatektomi transurethral atau suprapublik, asam aminokoprat mengurangi hematuria pasca bedah secara bermakna. Akan tetapi, penggunaan harus dibatasi pada penderita dengan pendarahan berat yang penyebab pendarahannya tidak dapat diperbaiki. Asam aminokoprat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen.
Dosis
Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 per oral atau infuse IV, secara lambat, lalu 1 gram tiap jam atau 6 gram tiap 6 jam bila fungsi normal, dengan dosisi tersebut dihasilkan kadar terapi efektif 13 mg/dl plasma. Pada pasien penyakit ginjal atau oliguria diperlukan dosis lebih kecil. Anak-anak 100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan IV asam aminokaproat harus dilarutkan ringer. Namun masih diperlukan bukti lebvih lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini jangka panjang untuk dosis di atas
Efek sampingAsam aminokaproat dapat menyeb Abakan prutius, eriterma konjungtiva dan hidung tersumbat. Efek samping yang paling berbahaya adalah thrombosisi umum karena itu penderita yang mendapatkan obat ini harus diperikasa mekanisme hemostatik.
4. Asam TraneksamatAsam traneksamat mempunyai indikasi dan cara kerja obat yang sama dengan asam aminoproat tetapi 10 kali lebih paten dengan efek samping yang lebih ringan. Asam traneksamat cepat diabsorsi dari saluran cerna, sampai 40% dari satu dosis oral dan 90 % dari 1 dosis IV diekresi melalui urin dalam 24 jam. Obat ini dapat melalui sawar uri
DosisDosisi yng dianjurkan 0.5 – 1 gram diberiklan 2-3 kali sehari secara IV lambat sekurangnya dalam waktu 5 menit. Cara pemberian lain perorang 1-1.5 gram, 2-3 kali/hari. Pada pasien gagal ginjal dosis dikurangi.