hiperkalemia.docx

56
HIPERKALEMIA, HIPOKALEMIA, HIPERNATREMIA,HIPONATREMIA Hiponatremia DEFINISI Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah. PENYEBAB Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh terlalu banyaknya air dalam tubuh.Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang yang minum air dalam jumlah yang sangat banyak (seperti yang kadang terjadi pada kelainan psikis tertentu) dan pada penderita yang dirawat di rumah sakit, yang menerima sejumlah besar cairan intravena. Jumlah cairan yang masuk melebihi kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya. Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang ginjalnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada gagal ginjal. Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan sirosis hati, dimana volume darah meningkat.Pada keadaan tersebut, kenaikan volume darah menyebabkan pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total dalam tubuh biasanya meningkat juga. Hiponatremia terjadi pada orang-orang yang kelenjar adrenalnya tidak berfungsi (penyakit Addison), dimana natrium

Upload: rudi-bae

Post on 31-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

HIPERKALEMIA, HIPOKALEMIA, HIPERNATREMIA,HIPONATREMIA

Hiponatremia

DEFINISI

Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium yang lebih kecil

dari 136 mEq/L darah.

PENYEBAB

Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh terlalu banyaknya

air dalam tubuh.Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang yang minum air dalam jumlah yang

sangat banyak (seperti yang kadang terjadi pada kelainan psikis tertentu) dan pada penderita

yang dirawat di rumah sakit, yang menerima sejumlah besar cairan intravena.

Jumlah cairan yang masuk melebihi kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya.

Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari), bisa

menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang ginjalnya tidak berfungsi dengan baik,

misalnya pada gagal ginjal.

Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan sirosis hati, dimana

volume darah meningkat.Pada keadaan tersebut, kenaikan volume darah menyebabkan

pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total dalam tubuh biasanya meningkat juga.

Hiponatremia terjadi pada orang-orang yang kelenjar adrenalnya tidak berfungsi

(penyakit Addison), dimana natrium dikeluarkan dalam jumlah yang sangat banyak.

Pembuangan natrium ke dalam air kemih disebabkan oleh kekurangan hormon aldosteron.

Penderita Syndrome of Inappropriate Secretion of Antidiuretik Hormone (SIADH)

memiliki konsentrasi natrium yang rendah karena kelenjar hipofisa di dasar otak mengeluarkan

terlalu banyak hormon antidiuretik.

Hormon antidiuretik menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan sejumlah natrium dalam

darah.

Penyebab SIADH:

1. Meningitis dan ensefalitis

2. Tumor otak

3. Psikosa

4. Penyakit paru-paru (termasuk pneumonia dan kegagalan pernafasan akut)

5. Kanker (terutama kanker paru dan pankreas)

6. Obat-obatan:

- chlorpropamide (obat yang menurunkan kadar gula darah)

- Carbamazepine (obat anti kejang)

- Vincristine (obat anti kanker)

- Clofibrate (obat yang menurunkan kadar kolesterol)

- Obat-obat anti psikosa

- Aspirin, ibuprofen dan analgetik lainnya yang dijual bebas

- Vasopressin dan oxytocin (hormon antidiuretik buatan).

GEJALA

Beratnya gejala sebagian ditentukan oleh kecepatan menurunnya kadar natrium darah.

Jika kadar natrium menurun secara perlahan, gejala cenderung tidak parah dan tidak muncul

sampai kadar natrium benar-benar rendah.Jika kadar natrium menurun dengan cepat, gejala yang

timbul lebih parah dan meskipun penurunannya sedikit, tetapi gejala cenderung timbul.

Otak sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi natrium darah. Karena itu gejala

awal dari hiponatremia adalah letargi (keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat

dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur kembali).

Sejalan dengan makin memburuknya hiponatremia, otot-otot menjadi kaku dan bisa terjadi

kejang.

Pada kasus yang sangat berat, akan diikuti dengan stupor (penurunan kesadaran sebagian) dan

koma.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.

PENGOBATAN

Hiponatremia berat merupakan keadaan darurat yang memerlukan pengobatan segera.

Cairan intravena diberikan untuk meningkatkan konsentrasi natrium darah secara perlahan.

Kenaikan konsentrasi yang terlalu cepat bisa mengakibatkan kerusakan otak yang menetap.

Asupan cairan diawasi dibatasi dan penyebab hiponatremia diatasi.Jika keadaannya memburuk

atau tidak menunjukkan perbaikan setelah dilakukannya pembatasan asupan cairan, maka pada

SIADH diberikan demeclocycline atau diuretik thiazide untuk mengurangi efek hormon

antidiuretik terhadap ginjal.

hipernatremia

DEFINISI

Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana kadar natrium

dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.

PENYEBAB

Pada hipernatremia, tubuh mengandung terlalu sedikit air dibandingkan dengan jumlah

natrium.

Konsentrasi natrium darah biasanya meningkat secara tidak normal jika kehilangan cairan

melampaui kehilangan natrium, yang biasanya terjadi jika minum terlalu sedikit air.

Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara tidak langsung menunjukkan bahwa

seseorang tidak merasakan haus meskipun seharusnya dia haus, atau dia haus tetapi tidak dapat

memperoleh air yang cukup untuk minum.

Hipernatremia juga terjadi pada seseorang dengan:

- fungsi ginjal yang abnormal

- diare

- muntah

- demam

- keringat yang berlebihan.

Hipernatremia paling sering terjadi pada usia lanjut.

Pada orang tua biasanya rasa haus lebih lambat terbentuk dan tidak begitu kuat dibandingkan

dengan anak muda.Usia lanjut yang hanya mampu berbaring di tempat tidur saja atau yang

mengalami demensia (pilkun), mungkin tidak mampu untuk mendapatkan cukup air walaupun

saraf-saraf hausnya masih berfungsi.

Selain itu, pada usia lanjut, kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih mulai

berkurang, sehingga tidak dapat menahan air dengan baik.

Orang tua yang minum diuretik, yang memaksa ginjal mengeluarkan lebih banyak air, memiliki

resiko untuk menderita hipernatremia, terutama jika cuaca panas atau jika mereka sakit dan tidak

minum cukup air.

Hipernatemia selalu merupakan keadaan yang serius, terutama pada orang tua.Hampir separuh

dari seluruh orang tua yang dirawat di rumah sakit karena hipernatremia meninggal.Tingginya

angka kematian ini mungkin karena penderita juga memiliki penyakit berat yang memungkinkan

terjadinya hipernatremia.

Hipernatremia dapat juga terjadi akibat ginjal mengeluarkan terlalu banyak air, seperti yang

terjadi pada penyakit diabetes insipidus.Kelenjar hipofisa mengeluarkan terlalu sedikit hormon

antidiuretik (hormon antidiuretik menyebabkan ginjal menahan air) atau ginjal tidak memberikan

respon yang semestinya terhadap hormon.Penderita diabetes insipidus jarang mengalami

hiponatremia jika mereka memiliki rasa haus yang normal dan minum cukup air.

Penyebab utama dari hipernatremi:

1. Cedera kepala atau pembedahan saraf yang melibatkan kelenjar hipofisa

2. Gangguan dari elektrolit lainnya (hiperkalsemia dan hipokalemia)

3. Penggunaan obat (lithium, demeclocycline, diuretik)

4. Kehilangan cairan yang berlebihan (diare, muntah, demam, keringat berlebihan)

5. Penyakit sel sabit

6. Diabetes insipidus.

GEJALA

Gejala utama dari hipernatremia merupakan akibat dari kerusakan otak.

Hipernatremia yang berat dapat menyebabkan:

- kebingungan

- kejang otot

- kejang seluruh tubuh

- koma

- kematian.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.

PENGOBATAN

Hipernatremia diobati dengan pemberian cairan.Pada semua kasus terutama kasus ringan, cairan

diberikan secara intravena (melalui infus).Untuk membantu mengetahui apakah pembelian cairan

telah mencukupi, dilakukan pemeriksaan darah setiap beberapa jam.Konsentrasi natrium darah

diturunkan secara perlahan, karena perbaikan yang terlalu cepat bisa menyebabkan kerusakan

otak yang menetap.

Pemeriksaan darah atau air kemih tambahan dilakukan untuk mengetahui penyebab tingginya

konsentrasi natrium.Jika penyebabnya telah ditemukan, bisa diobati secara lebih spesifik.

Misalnya untuk diabetes insipidus diberikan hormon antidiuretik (vasopresin).

Hipokalemia

Definisi :

      Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan dimana

konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.

penyebab :

Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik. Jika konsentrasi kalium darah

terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak berfungsi secara normal atau terlalu

banyak kalium yang hilang melalui saluran pencernaan (karena diare, muntah, penggunaan obat

pencahar dalam waktu yang lama atau polip usus besar). Hipokalemia jarang disebabkan oleh

asupan yang kurang karena kalium banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari.

Kalium bisa hilang lewat air kemih karena beberapa alasan. Yang paling sering adalah

akibat penggunaan obat diuretik tertentu yang menyebabkan ginjal membuang natrium, air dan

kalium dalam jumlah yang berlebihan.

Pada sindroma Cushing, kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar hormon kostikosteroid

termasuk aldosteron. Aldosteron adalah hormon yang menyebabkan ginjal mengeluarkan kalium

dalam jumlah besar.

Ginjal juga mengeluarkan kalium dalam jumlah yang banyak pada orang-orang yang

mengkonsumsi sejumlah besar kayu manis atau mengunyah tembakau tertentu. Penderita

sindroma Liddle, sindroma Bartter dan sindroma Fanconi terlahir dengan penyakit ginjal bawaan

dimana mekanisme ginjal untuk menahan kalium terganggu.

Obat-obatan tertentu seperti insulin dan obat-obatan asma (albuterol, terbutalin dan

teofilin), meningkatkan perpindahan kalium ke dalam sel dan mengakibatkan hipokalemia.

Tetapi pemakaian obat-obatan ini jarang menjadi penyebab tunggal terjadinya hipokalemia.

           Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali. Hipokalemia yang

lebih berat (kurang dari 3 mEq/L darah) bisa menyebabkan kelemahan otot, kejang otot dan

bahkan kelumpuhan. Irama jantung menjadi tidak normal, terutama pada penderita penyakit

jantung.

Diagnose :

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya

LITERATUR

http://www.sidenreng.com/2009/03/hiponatremia/hipernatremia.com

ANALISA GAS DARAH

(AGD)

  

1. Definisi

Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam

basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan

kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas

digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang

akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai

tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa

hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus

menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium

lainnya.

Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan

dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:

    Mekanisme dapar kimia

Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:

1.      Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat

2.      Sistem dapar fosfat

3.      Sistem dapar protein

4.      Sistem dapar hemoglobin

    Mekanisme pernafasan

    Mekanisme ginjal

Mekanismenya terdiri dari:

1.     Reabsorpsi  ion HCO3-

2.     Asidifikasi dari garam-garam dapar

3.     Sekresi ammonia

 

2. Gangguan asam basa sederhana

Gangguan asam basa primer dan

kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai persamaan yang dikenal dengan

persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa adalah sebagai berikut:

 

                                                                      

   

Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat

dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal

untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk

mengubah PaCO2  (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal

pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH:

 

 

 

 

 

 

Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa.

Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan

pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis,

sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45  disebut alkalosis. Jika gangguan asam

basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut

asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen

HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila

gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik),

sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam

basa campuran.

Langkah-langkah untuk menilai gas darah:

1.      Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan

dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien

mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis

respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH

kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan

dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran)

2.      Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang

berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer

bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau

menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa

sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan

dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan

asam basa campuran).

3.      Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal

ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang

sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).

4.      Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa

campuran)

         Rentang nilai normal

pH             : 7, 35-7, 45                                         TCO2               : 23-27 mmol/L

PCO2         : 35-45 mmHg                                      BE                   : 0 ± 2 mEq/L

PO2            : 80-100 mmHg                                    saturasi O2        : 95 % atau lebih

HCO3        : 22-26 mEq/L

         Tabel gangguan asam basa:

Jenis gangguan pH PCO2 HCO3

Asidosis respiratorik akut

N

Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian    

Asidosis respiratorik terkompensasi  penuh N

Asidosis metabolik akut

N

Asidosis metabolik terkompensasi sebagian      

Asidosis metabolik terkompensasi penuh N

Asidosis respiratorik dan metabolik

Alkalosis respiratorik akut     N

Alkalosis respiratorik tekompensasi sebagian

Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh N

Alkalosis metabolik akut N

Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian

Alkalosis metabolic terkompensasi penuh

N

Alkalosis metabolik dan respiratorik    

    

  

              

     

 Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:

1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat

dikeluarkan melalui ventilasi.

2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH,

seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi

ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess

dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi.

Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik

pada anak sakit kritis.

3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi

dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada

intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila

ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada

bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.

4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di

bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan

ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.

5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40.

Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.

6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi

terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH

lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.

7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih

dari 7,50.

8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah

diberikan oksigen yang adekuat

9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga

normal.

10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan

tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat

menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan

oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan

distribusi oksigen.

 

3. Tujuan

         Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa

         Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler

         Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

 

4. Indikasi

         Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik

         Pasien deangan edema pulmo

         Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)

         Infark miokard

         Pneumonia

         Klien syok

         Post pembedahan coronary arteri baypass

         Resusitasi cardiac arrest

         Klien dengan perubahan status respiratori

         Anestesi yang terlalu lama

 

5. Lokasi pungsi arteri

         Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)

         Arteri brakialis

         Arteri femoralis

         Arteri tibialis posterior

         Arteri dorsalis pedis

Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain,

karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi

spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak

digunakan karena adanya risiko emboli otak.

Contoh allen’s test:

       

Cara allen’s test:

Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri

radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,

observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam

15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan

tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan

tersebut dan periksa tangan yang lain.

 

6. Komplikasi

         Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan

menimbulkan nyeri

         Perdarahan

         Cidera syaraf

         Spasme arteri

 

7. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD

   Gelembung udara

Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah

maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah

kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.

   Antikoagulan

Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin

yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh

karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.

   Metabolisme

Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia

membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel

diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa,

dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.

 

   Suhu

Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan

PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.

Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2

yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan

dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah

 

8. Hal-hal yang perlu diperhatikan

         Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih

         Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk

mencegah darah membeku

         Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan

anestesi lokal

         Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui

kepatenan arteri

         Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah

yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah  arteri

         Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah

tercampur rata dan tidak membeku

         Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras

daripada vena)

         Keluarkan  udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung

jarum dengan karet atau gabus

         Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil

         Segera kirim ke laboratorium ( sito )

 

I.  Persiapan pasien

         Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan

         Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit

         Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul

         Jelaskan tentang allen’s test

 

J.      Persiapan alat

         Spuit  2 ml atau 3ml  dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan

nomor 20 atau 21 untuk dewasa

         Heparin

         Yodium-povidin

         Penutup jarum (gabus atau karet)

         Kasa steril

         Kapas alkohol

         Plester dan gunting

         Pengalas

         Handuk kecil

         Sarung tangan sekali pakai

         Obat anestesi lokal jika dibutuhkan

         Wadah berisi es

         Kertas label untuk nama

         Thermometer

         Bengkok

 

 Oksigen

Dapatkah seseorang bertahan hidup tanpa menghirup Oksigen? Saya yakin jawabannya adalah Tidak! Begitu esensialnya unsur ini bagi kehidupan sehingga apabila 10 detik saja otak manusia tidak mendapatkan oksigen, maka yang akan terjadi kemudian adalah penurunan kesadaran dan apabila terus berlanjut, otak akan mengalami kerusakan yang lebih berat dan irreversible.

Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistim kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2 yang masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler didalam jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 didalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap O2.

Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru sampai ke alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler. Dalam darah sebagian besar O2 bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%). Dewasa muda pria, jumlah darahnya ± 75 ml/kg , sedangkan wanita ± 65 ml/kg. Satu ml darah pria mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4 Molekul O2 membentuk HbO2; oksi hemoglobin.

Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai pembawa O2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Heme adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi fero. Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2.

Berikut ini akan dijabarkan beberapa keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksemia, hipoksia dan gagal nafas).

Hipoksemia

Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan menjadi ringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2, yaitu:

1. Hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%

2. Hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89%3. Hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2 kurang dari 75%.

Umur juga mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada ditempat yang tinggi.

Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yang bertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen arteriol (PaO2) dibawah 55 mmHg, kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO2) yang meningkat dan sebaliknya tekanan karbondioksida arteri (PaCO2) menurun, jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki.

Hipoksia alveolar menyebabkan kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi perfusi di area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner, eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan menyebabkan hipertensi pulmoner, gagal jantung kanan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Hipoksia

Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat dibandingkan anoksia, sebab jarang dijumpai keadaan dimana benar-benar tidak ada O2 tertinggal dalam jaringan, secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis. Keempat kategori hipoksia adalah sebagai berikut :

Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2 darah arteri berkurang. Merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya. Gejala yang muncul pada keadaan ini antara lain alkalosis respiratorik, iritabilitas, insomnia, sakit kepala, sesak nafas, mual dan muntah.

Hipoksia anemik yaitu apabila O2 darah arteri normal tetapi mengalami denervasi. Sewaktu istirahat, hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah, kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan aktif.

Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran

darah ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.

Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik mungkin juga bermanfaat.

Gagal Nafas

Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan di instansi perawatan intensif. Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen darah dan sistem organ. Gagal nafas terjadi karena disfungsi sistem respirasi yang dimulai dengan peningkatan karbondioksida dan penurunan jumlah oksigen yang diangkut kedalam jaringan. Gagal nafas akut sebagai diagnosis tidak dibatasi oleh usia dan dapat terjadi karena berbagai proses penyakit. Gagal nafas hampir selalu dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi keterlibatan organ lain dalam proses respirasi tidak boleh diabaikan.

1. Gagal Nafas Tipe I

Pada tipe ini terjadi perubahan pertukaran gas yang diakibatkan kegagalan oksigenasi. PaO2 ≤50 mmHg merupakan ciri khusus tipe ini, sedangkan PaCO2 ≤40 mmHg, meskipun ini bisa juga disebabkan gagal nafas hiperkapnia. Ada 6 kondisi yang menyebabkan gagal nafas tipe I yaitu:

Ketidaknormalan tekanan partial oksigen inspirasi (low PIO2) Kegagalan difusi oksigen Ketidakseimbangan ventilasi / perfusi [V/Q mismatch] Pirau kanan ke kiri Hipoventilasi alveolar Konsumsi oksigen jaringan yang tinggi

2. Gagal Nafas Tipe II 2

Tipe ini dihubungkan dengan peningkatan karbondioksida karena kegagalan ventilasi dengan oksigen yang relatif cukup. Beberapa kelainan utama yang dihubungkan dengan gagal nafas tipe ini adalah kelainan sistem saraf sentral, kelemahan neuromuskuler dam deformiti dinding dada. Penyebab gagal nafas tipe II adalah :

Kerusakan pengaturan sentral Kelemahan neuromuskuler Trauma spina servikal Keracunan obat

Infeksi Penyakit neuromuskuler Kelelahan otot respirasi Kelumpuhan saraf frenikus Gangguan metabolisme Deformitas dada Distensi abdomen massif Obstruksi jalan nafas

Terapi oksigen merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.

Adapun syarat-syarat dalam pemberian oksigen adalah konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol, tidak terjadi penumpukan CO2, mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, efisien dan ekonomis, serta nyaman untuk pasien.

Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.

Berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 yang telah disebutkan, maka adapun indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :

Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah, Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia

melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan,

Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.

Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 dindikasikan kepada klien dengan gejala; sianosis, hipovolemi, perdarahan, anemia berat,  keracunan CO, asidosis, selama dan sesudah pembedahan, klien dengan keadaan tidak sadar.

Pemberian oksigen untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu system aliran rendah dan system aliran tinggi;

1. Sistem Aliran Rendaha. Aliran rendah konsentrasi rendah

Menggunakan kanula nasal/binasal

Digunakan untuk pemberian O2 dengan aliran 1-6 lt/mnt Dengan memberikan FiO2 sebesar 24 – 44 %

Kadar O2 bertambah 4 % untuk tiap tambahan 1 lt/mt

b. Aliran rendah konsentrasi tinggi

Menggunakan sungkup muka (masker) sederhana

Aliran O2 sebesar 6-10 Lt/Mt Konsentrasi FiO2 sebesar 60 % Merupakan aliran rendah melalui hidung, nasofaring dan orofaring.

Menggunakan Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Aliran O2 yang diberikan 6 – 10 l/mnt. Konsentrasi FiO2 sebesar 80 % Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi, karena 1/3 bagian volume ekspirasi

masuk kantong. 2/3 bagian keluar lewat lubang-lubang samping sungkup

Menggunakan Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

Aliran O2 diberikan 8-12 lt/mt Konsentrasi FiO2 sebesar 100% Udara inspirasi tidak bercampur dengan ekspirasi

2. Sistem Aliran Tinggi

a. Aliran tinggi konsentrasi  rendah

Menggunakan Sungkup Venturi

Memberikan aliran yang bervariasi Konsentrasi O2 sebesar 24-25 % Dipakai pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur Untuk pasien hipercarbia yang disertai hipoksia

b. Aliran  tinggi konsentrasi tinggi

Dengan menggunakan head box Sungkup CPAP (Continous Positive Airway Pressure)

Toksikasi oksigen dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotik dan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.

Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru

Asam biasanya diproduksi sebagai produk sampingan dalam sejumlah aktivitas metabolik termasuk pemecahan lemak.

Dalam tubuh, keseimbangan normal antara asam dan basa dikelola oleh bikarbonat.

Bikarbonat menetralisir asam dan dengan demikian mencegah akumulasi berlebihan dalam tubuh.

Faktor-faktor yang berkontribusi atas kelebihan produksi asam atau mengganggu produksi normal bikarbonat bisa menyebabkan asidosis metabolik (metabolic acidosis).

Apakah Asidosis Metabolik?

Asidosis metabolik adalah kondisi dimana keseimbangan asam-basa tubuh terganggu karena adanya peningkatan produksi asam atau berkurangnya produksi bikarbonat.

Kondisi ini akhirnya menyebabkan asidemia atau keasaman darah, dimana pH arteri turun hingga di bawah 7,35.

Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan koma dan bahkan kematian.

Penyebab

Asidosis metabolik disebabkan oleh peningkatan produksi asam atau mengkonsumsi makanan atau zat yang dapat dikonversi menjadi asam.

Kondisi ini juga disebabkan oleh hilangnya bikarbonat seperti dalam kasus diare dan asidosis tubulus ginjal.

Faktor lain, akumulasi asam laktat merupakan alasan lain di balik asidosis metabolik.

Akumulasi asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup oksigen untuk melakukan metabolisme karbohidrat, seperti dalam kasus gagal jantung dan syok.

Malaria juga bertanggung jawab pada munculnya kondisi ini kerena menghancurkan sel darah merah dan dengan demikian mengurangi tingkat oksigen dalam tubuh.

Kondisi ini pada gilirannya mengakibatkan akumulasi asam laktat yang dikenal sebagai asidosis laktik.

Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan asidosis. Penggunaan lemak, alih-alih karbohidrat, untuk menciptakan energi seperti dalam kasus diabetes mellitus, dapat mengakibatkan produksi asam berlebihan.

Asidosis metabolik bisa terjadi pula saat ginjal gagal mengeluarkan asam melalui urine yang merupakan gejala dari gagal ginjal.

Gejala

Asidosis metabolik biasanya ditandai dengan pernapasan yang cepat.

Gejala-gejala asidosis metabolik tidak selalu spesifik tergantung dari penyebab yang mendasarinya.

Nyeri dada, sakit kepala, jantung berdebar, otot dan nyeri tulang, kelemahan otot, dan sakit perut adalah beberapa gejala umum.

Asidosis laktik kadang-kadang ditandai dengan tekanan darah rendah dan anemia.

Karena kondisi ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, penderita mungkin mengalami kecemasan dan kantuk progresif.

Mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan adalah beberapa gejala lainnya.

Dalam kondisi ekstrim, dapat menimbulkan komplikasi berat seperti stupor, koma, dan kejang.

Pengobatan

Dokter biasanya melakukan tes darah seperti gas darah arteri dan analisis jumlah sel darah untuk mendiagnosa kondisi ini.

Pengobatan asidosis metabolik akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Jika pH darah turun hingga di bawah 7,1, pemberian bikarbonat secara intravena mungkin diperlukan untuk menetralisir asam.

Pada kasus yang berat, dialisis diperlukan untuk mengobati asidosis metabolik.

Ventilasi mekanis juga bisa digunakan untuk meringankan masalah pernapasan.

Memantau dan mengendalikan faktor yang menyebabkan asidosis metabolik adalah cara terbaik mencegah memburuknya kondisi.

Seperti misalnya, mengendalikan penyebab seperti diabetes dapat membantu mengontrol asidosis metabolik pada pasien diabetes.

Asidosis metabolik (metabolic acidosis) sering merupakan gejala dari beberapa penyakit serius seperti gagal ginjal, gagal jantung, dan diabetes.[]

Asam dikenal memiliki sifat korosif pada logam.

Bayangkan apa yang bisa dilakukan oleh asam pada tubuh kita.

Asidosis respiratorik (respiratory acidosis) adalah kondisi yang menyebabkan keseimbangan asam-basa tubuh terganggu.

Apakah Asidosis Respiratorik?

Asidosis respiratorik adalah kondisi medis dimana paru-paru tidak dapat mengeluarkan semua karbondioksida yang dihasilkan dalam tubuh.

Hal ini mengakibatkan gangguan keseimbangan asam-basa dan membuat cairan tubuh lebih asam, terutama darah.

Terdapat dua jenis asidosis respiratorik yaitu:

1. Akut

Kondisi ini mengacu pada kegagalan tiba-tiba pada sistem pernapasan sehingga memicu asidosis.

Hal ini dipicu oleh depresi sistem pernapasan pusat yang disebabkan berbagai alasan.

2. Kronis

Asidosis kronis mungkin merupakan kondisi sekunder untuk kondisi lain seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

PPOK akan meliputi penyakit bronchitis dan emphysema, dua penyakit di mana saluran udara menyempit sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.

Jenis asidosis ini juga ditemukan menyertai sindrom hipoventilasi obesitas.

Ini adalah kondisi medis di mana orang begitu gemuk sehingga tidak dapat bernapas normal atau cukup.

Hal ini akan mewujud pada peningkatan karbon dioksida dan penurunan kadar oksigen.

Penyebab Asidosis Respiratorik

Ada beberapa penyebab asidosis respiratorik, yang meliputi:

Penyakit yang berkaitan dengan saluran napas seperti penyakit paru obstruktif kronis atau asma.

Masalah yang terkait dengan dada yang menyebabkan melemahnya paru-paru. Penyakit yang mempengaruhi saraf dan otot yang bertugas memberi perintah ke paru-

paru untuk berkontraksi. Obat-obatan yang mempengaruhi pernafasan seperti benzodiazepin, terutama ketika

diiringi dengan konsumsi alkohol. Obesitas berat sehingga membuat seseorang kesulitan bernapas.

Gejala Asidosis Respiratorik

Sebagian gejala asidosis respiratorik mungkin mirip dengan gejala penyakit lain.

Gejala-gejala asidosis meliputi kebingungan, lesu, sesak napas, mengantuk, dan mudah lelah.

Beberapa gejala lain termasuk kulit hangat, hipertensi paru, denyut jantung tidak teratur, refleks tendon berkurang, batuk, mengi, mudah marah, dll.

Pengobatan Asidosis Respiratorik

Pengobatan masalah ini harus difokuskan pada akar penyebab yang mendasarinya.

Untuk asidosis respiratorik yang dipicu oleh penyakit paru-paru, pengobatan akan mencakup obat broncho-dilator untuk memperbaiki ganggaun jalan napas.

Saat tingkat oksigen darah turun, pemberian suplai oksigen terbukti membantu.

Merokok secara tidak langsung menyebabkan asidosis respiratorik (respiratory acidosis), sehingga menghindari rokok akan membuat derajat kesehatan semakin meningkat.[]

Alkalosis Metabolik: Penyebab, Gejala, dan PengobatannyaAmazine | Online Popular Knowledge

Tahukah Anda bahwa cairan tubuh memiliki keseimbangan pH?

Artinya, cairan tubuh memiliki unsur asam dan basa yang harus dijaga dalam kondisi seimbang.

Terganggunya keseimbangan akan mempengaruhi tubuh dan berpotensi mengakibatkan komplikasi serius.

Tingkat basa cairan tubuh yang tinggi akan menyebabkan alkalosis metabolik (alkalosis metabolic), sedangkan kelebihan asam akan menyebabkan asidosis metabolik (metabolic acidosis).

Alkalosis adalah kondisi dimana pH cairan tubuh, terutama darah, memiliki kandungan basa berlebih.

Dalam kondisi ini tingkat pH dari jaringan tubuh lebih tinggi dari kisaran pH normal.

Peningkatan basa disebabkan oleh naiknya konsentrasi serum bikarbonat (HCO3).

Ini adalah gangguan yang disebabkan oleh hilangnya atau turunnya ion hidrogen yang dipicu meningkatnya kadar bikarbonat dalam tubuh.

Secara sederhana, alkalosis disebabkan oleh hilangnya hidrogen (H +) atau meningkatnya bikarbonat (HCO3).

Penyebab

Seperti disebutkan sebelumnya, alkalosis metabolik disebabkan oleh kelebihan alkali (basa) yaitu bikarbonat dalam darah.

Kisaran normal pH darah adalah 7,36-7,44, yang berarti darah cenderung bersifat basa.

Sebagai pengingat, pH 7,0 dianggap netral, pH di atas 7,0 bersifat basa, sedangkan dibawah 7,0 adalah asam.

Penyebab metabolik alkalosis diantaranya adalah:

1. Kehilangan asam

Kehilangan asam (atau kehilangan hidrogen) bisa terjadi akibat muntah atau melalui buang air kecil.

Muntah menyebabkan hilangnya asam klorida dalam tubuh.

2. Penggunaan obat tertentu

Penggunaan obat tertentu dan obat diuretik juga dapat menyebabkan buang air kecil berlebihan.

Kondisi ini akan memicu alkalosis hipokalemia akibat hilangnya kalium dari tubuh.

3. Diare

Diare juga bisa menyebabkan alkalosis akibat tubuh kehilangan klorida.

4. Obat Alkalotic

Obat Alkalotic tertentu seperti yang diberikan untuk mengobati ulkus peptikum dan hyperacidity juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa.

5. Kontraksi ruang ekstraselular

Kontraksi ruang ekstraselular terjadi karena asupan obat diuretik yang menyebabkan alkalosis metabolik.

6. Hipokalemia

Hipokalemia juga dapat dikaitkan dengan alkalinitas yang berlebihan dalam tubuh.

Tanda dan Gejala

Pernapasan lambat merupakan gejala utama dari alkalosis metabolik. Pernapasan lambat berpotensi menyebabkan Apnea, yaitu tidak bernapas sama sekali untuk interval waktu tertentu.

Kondisi ini memicu perubahan warna pada kulit sehingga menjadi kebiruan atau keunguan.

Detak jantung juga akan berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan tekanan darah.

Gejala lain alkalosis metabolik meliputi mati rasa dan kesemutan, berkedut, kejang otot, mual, muntah, dan diare.

Penderita juga mengalami kebingungan dan pusing, sedang pada kasus berat mengakibatkan koma dan kejang.

Pengobatan

Pengobatan alkalosis metabolik akan tergantung dari penyebabnya.

Pengobatan terutama ditujukan untuk mengembalikan keseimbangan pH dalam tubuh. Untuk itu, tubuh harus terhidrasi dengan baik terlebih dahulu.

Obat-obat untuk mengembalikan larutan kimia yang hilang mungkin akan diberikan. Ketika alkalosis disebabkan karena hiperventilasi, penderita akan diberi lebih banyak suplai oksigen untuk mengatasi masalah ini.

Obat yang mengatur detak jantung, tekanan darah bisa pula diberikan, tergantung pada penyebabnya.

Penting untuk segera menangani alkalosis metabolik karena jika dibiarkan dapat menyebabkan risiko dan komplikasi seperti gagal jantung dan koma

Pemberian Oksigen dengan Berbagai Cara

Pengertian

Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat

bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula nasal dan masker

oksigen. (Suparmi, 2008:66)

Tujuan Umum 

1. Meningkatkan ekspansi dada

2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen 

3. Membantu kelancaran metabolisme

4. Mencegah hipoksia 

5. Menurunkan kerja jantung 

6. Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea

7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru (Aryani,

2009:53)

Indikasi

Efektif diberikan pada klien yang mengalami :

1.      Gagal nafas

Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam

darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2  sehingga sistem pernapasan tidak

mampu memenuhi metabolisme tubuh. 

2.      Gangguan jantung (gagal jantung)

Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. 

3.      Kelumpuhan alat pernafasan

Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan

oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan

pertukaran gas O2 dan CO2.

4.    Perubahan pola napas.

Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien

asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena

kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih

lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat

dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)

5.      Keadaan gawat (misalnya : koma)

Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas

yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.

6.      Trauma paru

Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan  mengalami gangguan

untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.

7.      Metabolisme yang meningkat : luka bakar

Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat

dari keadaan hipermetabolisme.

8.      Post operasi

Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan

mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang

cukup.

9.      Keracunan karbon monoksida

Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan

posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.

(Aryani, 2009:53)

Kontraindikasi

Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan jumlah

aliran yang  tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini

1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas

spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat

menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker

rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang

tinggi yaitu sekitar 90-95%

2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah

3.  Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.

(Aryani, 2009:53)

Hal - hal yang perlu diperhatikan

Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas. Hal

ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk

mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien

 Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien dengan

keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus mengobservasi lebih

sering terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen

Pada beberapa klien, pemasangan masker akan  memberikan tidak nyaman karena merasa

“terperangkat”. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat meyakinkan klien

akan pentingnya pemakaian masker tersebut.

Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan

perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat

menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.

Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal

kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area

tempat penekanan tersebut.

Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan terapi

oksigen

 Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu dengan

contoh masker.

Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF

Pasanglah tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien, di

bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan kepada

klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen yang dapat

menyebabkan kebakaran.

       (Aryani, 2009:53)

  

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA

Pengertian 

    Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan

aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan selang yang terbuat dari

plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan

ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan

cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala

umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam

mengirimkan  oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu  klien untuk melakukan

aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani, 2009:54)

Tujuan

a.    Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.

b.    Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.

(Aryani, 2009:54)

Indikasi

Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi

kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi, 2008:67)

 Prinsip

a.  Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya hanya 2-3

L/menit.

b.    Membutuhkan pernapasan hidung

c.    Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.

(Suparmi, 2008:67)

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN

Pengertian

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan

posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan

mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask

bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya

vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)

    Macam Bentuk Masker :

 

a.    Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8

liter/menit. 

b.    Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-

12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi.

Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung

reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara

inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi

daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)

c.    Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan

kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan

udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat

pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat

inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2  yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)

Tujuan 

    Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul. (Suparmi, 2008:68)

Prinsip

  Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit dengan

konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)

Macam Dan Mode Ventilasi Mekanik / Ventilator.Seperti yang telah dijanjikan dalam postingan sebelum ini yaitu tentang ventilasi mekanik / ventilator maka pembahasan kali ini adalah mengenai hal tentang macam mode ventilasi mekanik dan semoga pula hal tentang macam ventilasi mekanik ini bisa berguna sahabat.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan pengertian dari ventilator adalah suatu alat yang dipergunakan dalam hal membantu sebagian ataupun seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi pasien.Ventilator itu sendiri terbagi menjadi beberapa macam.Macam ventilator menurut sifatnya itu adalah :

1. Volume Cycled Ventilator.Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.

2. Pressure Cycled Ventilator.Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang status parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.

3. Cycled Ventilator.Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit).Normal ratio Inspirasi : Ekspirasi adalah 1 : 2

Adapun mode ventilator terbagi menjadi :

1. Mode Control.Pada mode ventilator ini kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)

2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation.Pada mode ventilator ini memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau

ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.

3. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport.Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.

4. CPAP : Continous Positive Air Pressure.Pada mode ventilator ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

Dalam pemberian ventilator juga sebagai tenaga kesehatan tentunya mempunyai beberapa prosedur.Prosedur dalam hal pemberian ventilator sebelum dipasang adalah dengan melakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:

Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100% Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm,

ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditunjukkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas).

Bila selama pengobatan serta perawatan di ruang ICCU ini keadaan umum pasien membaik maka akan dilakukan penyapihan pada pasien.Penyapihan ini adalah menurunkan secara perlahan set-set dalam mesin ventilator dan disesuaikan dengan kondisi pasien dan bertujuan agar mesin ventilator itu bisa dilepas dan pasien tidak tergantung kepada mesin ventilator.Beberapa kriteria pasien penyapihan ventilator adalah :

Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar Volume tidal 4-5 ml/kg BB Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.

- See more at: http://askep-net.blogspot.com/2012/04/macam-dan-mode-ventilasi-mekanik.html#sthash.PXb2romD.dpuf

INPEPSA 500 MG/5 ML SUSPENSI 100 ML

Tags: gaster, Ulkus duodenum, gastritis kronis

Brand: : Fahrenheit

Product Code:: G

Komposisi: Sucralfate

Indikasi: Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum dan gaster, gastritis kronis

Dosis: Dewasa : 2 sendok takar 4 kali/hari

Pemberian Obat: Diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan dan menjelang tidur malam

Perhatian: Pasien dialisis, hamil, laktasi, anak, gagal ginjal kronik

Efek Samping: Mulut kering, konstipasi

Interaksi Obat: Menurunkan absorpsi simetidin, siprofloksasin, digoksin, ketokonazol, norfloksasin, fenitoin, ranitidin, tetrasiklin dan teofilin

Kemasan: Suspensi 500 mg/5 mL x 100 ml x 1

2.      Tranexamic AcidNama Dagang : KALNEX (kalbe), Plasminex ( sanbe), Trasamin (otto).

Cara kerja obat :Aktifitas antiplasminikMenghambat aktifitas dari aktifaktor plasmonogen dan plasmine. Aktifitas anti plasminik telah dibuktikan dengan berbagai percobaan “ in vitro” penemuan aktifitas plamin dalam darah dan aktifitas plasma setempat, setelah diberikan pada tubuh manusia.Aktifitas HemostatisMencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan kerapuan faskuler dan pemecahan factor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis dengan berkurangnya waktu pendarahan dan lama pendarahan.

Indikasia.       Untuk fibrinolosis local seperti: epistaksi, prostaktetomi, konisasi servik,

b.      Edema angioneurotonik herediterc.       Pendarahan abnormal sesudah operasi

Pendaragan sesudah operasi gigi dan penderita hemophilia

Dosis dan cara pemberiana.       Klanex kapsul 250 mg

Dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3-4 kali sehari, 1-2 kapsulb.      Klanex tablet 500 mg

Dosis lazim secara oral untuk dewasa: 3-4 kali sehari, 1 tabletc.       Kalmex 50 mg injeksi

Sehari 1-2 ampul (5-10ml) disuntikan secara intravena atau intramuscular, dibagi dalam 1-2 disis. Pada waktu atau setelah operasi, bila diperlukan dapat diberikan 2-10 ampul (10-50 ml) dengan infuse intravena.

d.      Kalmex 100 mg injeksi2.5 – 5 ml perhari disuntikan secara intravena atau intra muscular dibagi dalam 1-2 dosisi. Pada waktu atau setelah operasi bila dperlukan dapat diberiklan sebanyak 5-25 ml dengan cara infuse intravena.

Efek sampinga.       Gangguan-gangguan gastrointestinal, mual, muntah, anaroreksia, pusing, ekstantema dan sakit

kepala dapat timbul pada pemberian secara oralGejala-gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya

b.      Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabakan pusing dan impotensi

3.      Asam AminokaproatCara Kerja Obat:Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing sari activator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan mengahncurkan fibrinogen atau fibrin dan factor pembekuan darah lain. Pleh karena itu, asam aminokaproat dapat mengatasi pendarahan berat akibat fibrinologis yang berlebihan. Dugaan adanya fibrinologis yang berlebihan dapat disasarkan atas hasil tes laboratorium berupa waktu thrombin dan protrombin yang memanjang, hipofibrinogenemia atau kadar plasmanogen yang menurun.

IndikasiAsam aminokaproat digunakan untuk mengatasi hematuria yang bearsl dari kandung kemih. Prostate atau uretra pada penderita yang mengalami rostatektomi transurethral atau suprapublik, asam aminokoprat mengurangi hematuria pasca bedah secara bermakna. Akan tetapi, penggunaan harus dibatasi pada penderita dengan pendarahan berat yang penyebab pendarahannya tidak dapat diperbaiki. Asam aminokoprat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen.

Dosis

Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 per oral atau infuse IV, secara lambat, lalu 1 gram tiap jam atau 6 gram tiap 6 jam bila fungsi normal, dengan dosisi tersebut dihasilkan kadar terapi efektif 13 mg/dl plasma. Pada pasien penyakit ginjal atau oliguria diperlukan dosis lebih kecil. Anak-anak 100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan IV asam aminokaproat harus dilarutkan ringer. Namun masih diperlukan bukti lebvih lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini jangka panjang untuk dosis di atas

Efek sampingAsam aminokaproat dapat menyeb Abakan prutius, eriterma konjungtiva dan hidung tersumbat. Efek samping yang paling berbahaya adalah thrombosisi umum karena itu penderita yang mendapatkan obat ini harus diperikasa mekanisme hemostatik.

4.      Asam TraneksamatAsam traneksamat mempunyai indikasi dan cara kerja obat yang sama dengan asam aminoproat tetapi 10 kali lebih paten dengan efek samping yang lebih ringan. Asam traneksamat cepat diabsorsi dari saluran cerna, sampai 40% dari satu dosis oral dan 90 % dari 1 dosis IV diekresi melalui urin dalam 24 jam. Obat ini dapat melalui sawar uri

DosisDosisi yng dianjurkan 0.5 – 1 gram diberiklan 2-3 kali sehari secara IV lambat sekurangnya dalam waktu 5 menit. Cara pemberian lain perorang 1-1.5 gram, 2-3 kali/hari. Pada pasien gagal ginjal dosis dikurangi.