hhj
DESCRIPTION
hndsmTRANSCRIPT
Hipotiroid Kongenital dan Penatalaksanaannya pada Bayi Usia 2
Bulan
Josephine Claudia Sirait
102013396
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone : (021) 5694 – 2061 Email : jojo .claudia12 @gmail .com
Pendahuluan
Hipotiroid kongenital masih merupakan salah satu penyebab tersering
retardasi mental yang dapat dicegah. Kelainan ini disebabkan oleh kurang atau tidak
adanya hormon tiroid sejak dalam kandungan. Hipotiroid kongenital yang tidak iobati
sejak dini dapat mengakibatkan retardasi mental berat. Hormon tiroid sudah
diproduksi dan diperlukan oleh janin sejak usia kehamilan 12 minggu. Hormon tiroid
mempengaruhi metabolisme sel di seluruh tubuh sehingga berperan penting pada
pertumbuhan dan perkembangan anak.1
Di negara – negara yang telah memiliki kebijakan untuk melakukan skrining
hipotiroid, sebagian besar kasus hipotiroid kongenital ditemukan melalui program
skrining. Program skrining memungkinkan bayi untuk medapatkan terapi dini dan
memiliki prognosis yang lebih baik.1
Anamnesis
Pasien anak yang mengalami hipotiroidisme secara umum terlihat kurang aktif
dibandingkan anak-anak sebayanya. Pada neonatus umumnya gejala ini belum tampak
dengan jelas. Sehingga kemungkinan kasus ini baru terungkap ketika bayi sudah
berusia lebih dari 3 bulan. Orangtua mungkin datang dengan keluhan adanya
pembesaran pada lidah anak, anak terlihat lemah dan perkembangannya terhambat
dibandingkan sebayanya, anak tidak buang air besar, kulitnya kering, hingga adanya
goiter.2
1
Anamnesis yang digunakan merupakan allo-anamnesis, dimana pertanyaan
diajukan kepada orangtua. Tanyakan dulu anamnesis umum seperti usia bayi/anak dan
jenis kelamin. Setelah itu ditanyakan anamnesis khusus. Yang perlu ditanyakan untuk
kecurigaan kasus hipotiroid adalah:2
1. Penyakit saat ini/keluhan utama?
2. Apakah terjadi retardasi perkembangan pada bayi?
3. Apakah terjadi gagal tumbuh atau perawakan pendek pada bayi?
4. Apakah bayi mengalami letargi atau kurang aktif?
5. Apakah terjadi konstipasi pada bayi?
6. Apakah bayi malas menyusui?
7. Apakah suara menangis bayi serak?
8. Apakah bayi tampak pucat?
9. Apakah ada tonjolan di daerah abdomen khususnya di sekitar pusat?
10. Apakah waktu lahir, bayi mengalami kuning lebih dari 3 hari?
11. Apakah bayi memiliki riwayat berat badan lahir rendah?
12. Apakah bayi dilahirkan di daerah dengan kreatinsme endemik dan kekurangan
yodium?
13. Apakah bayi lahir matur atau lebih bulan (postmature)?
14. Apakah bayi memiliki riwayat berat badan lahir kurang dari 2000 gram atau
lebih dari 4000 gram?
15. Apakah ada riwayat gangguan tiroid dalam keluarga, penyakit ibu saat hamil,
obat antitiroid yang sedang diminum atau terapi sinar?
16. Apakah ibu berasal dari daerah endemik?
17. Adakah riwayat hipotiroid berupa ditemukannya struma pada ibu?
18. Apakah ibu mengkonsumsi obat-obat anti-tiroid?
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital adalah pemeriksaan umum yang dilakukan oleh
dokter untuk menilai kondisi pasien apakah baik atau buruk. Antara pemeriksaan
yang dilakukan ialah memeriksa suhu tubuh,nadi,tekanan darah dan frekuensi
nafas pasien.1
2
Tabel 1. Pemeriksaan tanda vital pada bayi1
Pemeriksaan Ciri/karakteristik
Tekanan
darah
Tekanan cenderung naik. Dalam keadaan normal,tekanan
darah sistolik di tungkai=tekanan di lengan karena ismus
aorta masih agak sempit.
Neonatus=80/45mmHg
6-12 bulan=90/60mmHg
Nadi Sangat bervariasi,bayi lebih sensitif terhadap penyakit atau
emosi.
Nadi bayi baru lahir=140 kali per menit
Nadi 0-6 bulan = 130 kali per menit
Nadi 6-12 bulan = 115 kali per menit
Frekuensi
nafas
Dilakukan dengan cara inspeksi(lihat gerakan nafas),
palpasi(letak tangan pada dinding abdomen) atau auskultasi.
Frekuensi antara 30-60 kali/menit
Suhu Paling akurat adalah pengukuran suhu melalui anus dengan
cara memasukkan thermometer ke dalam anus dengan
inklinasi 20 derajat sedalam 2-3cm.
Suhu lebih dari 38 derajat pada bayi <2-3 bulanInfeksi
serius.
Pada pemeriksaan fisik, yang pertama kita perhatikan adalah adanya tanda-tanda
hipotiroid meliputi:2
Lihat keadaan umum, apakah bayi tampak lemas dan jarang bergerak.
Adanya hernia umbilikalis.
3
Tipe wajah bayi yang khas dengan makroglosi (ekspresi bodoh).
Perhatikan fontanella pada bayi, apakah terdapat pelebaran maupun ada bagian
yang terbuka.
Adanya goiter.
Perhatikan panjang bayi / tinggi anak. Apakah ada hambatan pertumbuhan.
Pemeriksaan tanda vital meliputi pemeriksaan suhu, denyut nadi, tekanan darah dan
frekuensi pernapasan. Bayi dengan hipotiroidisme kongenital umumnya mengalami
hipotermia disertai penurunan tekanan nadi.2
2. Pemeriksaan Tumbuh Kembang (Antropometrik)
Pemeriksaan yang juga dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan fisik ialah
antropometri pada bayi dan anak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai derajat
perkembangan fisik anak.3
Aspek umum yang harus dilakukan oleh dokter ialah mencatat tinggi dan berat badan
anak pada kartu standard yang telah tersedia. Pada bayi,lingkar kepala selalu diukur
meskipun terlihat normal karena ia bernilai sebagai suatu data rujukan.3
Pada bayi (usia 0 – 2 tahun) bentuk pemeriksaan antropometri yang dilakukan ialah:3
a. Pemeriksaan panjang badan
Menggunakan infantometer. Panjang badan bayi normal menurut usia hingga 6 bulan:
- Usia 1 bulan : 49,8 – 54,6 cm
- Usia 2 bulan : 52,8 – 58,1 cm
- Usia 3 bulan : 55,5 – 61,1 cm
- Usia 4 bulan : 57,8 – 63,7 cm
- Usia 5 bulan : 59,8 – 65,9 cm
- Usia 6 bulan : 61,6 – 67,8 cm
b. Pemeriksaan berat badan
Dapat menggunakan weight infant scale maupun dacing. Berat badan bayi normal
dapat dihitung dengan rumus:
4
- Untuk usia 1-6 bulan : Berat badan lahir + (usia dalam bulan x 600) gram
- Untuk usia 7-12 bulan : Berat badan lahir + (usia dalam bulan x 500) gram
- Untuk usia 1-5 tahun: 2n + 8 kg, dimana n adalah usia dalam tahun
- Untuk memantau berat badan bayi dan kecepatan pertumbuhannya dapat
digunakan kartu menuju sehat.
c. Pemeriksaan lingkar kepala
Ukuran rata-rata lingkar kepala untuk bayi perempuan umumnya antara 31-38
cm, bayi laki-laki 32-36 cm. Ukuran lingkar kepala bayi akan bertambah sebanyak 2-
3 cm setiap bulannya untuk 3 bulan pertama, 1 cm setiap bulannya untuk 3 bulan
berikutnya dan akan terus melambat seiring dengan bertambahnya usia.2
Gambar 1. Kartu menuju sehat2
3. Pemeriksaan Fisik Tiroid (Apgar score Hipotiroid)
Pada pemeriksaan fisik, yang pertama kita perhatikan adalah adanya tanda-
tanda hipotiroid meliputi:4
- Lihat keadaan umum, apakah bayi tampak lemas dan jarang bergerak.
- Adanya hernia umbilikalis.
5
- Tipe wajah bayi yang khas dengan makroglosi (ekspresi bodoh).
- Perhatikan fontanella pada bayi, apakah terdapat pelebaran maupun ada bagian
yang terbuka.
- Adanya goiter.
- Perhatikan panjang bayi / tinggi anak. Apakah ada hambatan pertumbuhan.
- Diperhatikan/ dilakukan inspeksi dengan melihat wajah,tubuh dan kondisi umum
bayi saat datang ke dokter. Antara yang dapat dilihat pada anak dengan hipotiroid
adalah:
Tabel 2. Skor apgar pada hipotiroid4
Dicurigai adanya hipotiroid kongenital bila skor Apgar hipotiroid
kongenital>5, namun tidak ada tanda atau gejala yang tampak tidak menyingkirkan
kemungkinan hipotiroid kongenital.4
6
Gejala dan Tanda Skor
Hernia umbilikalis 2
Tipe wajah khas (edematous) 2
Pucat, dingin, hipotermia 1
Makroglosi 1
Hipotonia 1
Ikterus > 3 hari 1
Fontanella posterior terbuka (>3 cm) 1
Kulit kasar kering 1
Konstipasi 1
BB lahir > 3,5 kg 1
Kehamilan > 40 minggu 1
Kromosom Y tidak ada 1
4. Tes Denver
Uji skrining yang paling sering digunakan adalah development denver screening test
(DDST). DDST memberikan penilaian empat domain perkembangan pribadi-sosial,
penyesuaian motorik halus, bahasa dan motorik kasar sejak lahir sampai umur 6 tahun. Uji ini
dilakukan dalam waktu 20-30 menit tanpa pelatihan yang luas dan peralatan yang mahal.5
Aspek – aspek yang diuji dalam tes denver antara lain:5
1. Personal social
Aspek ini berhubungan dengan kemandirian, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Fine motor adaptive
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
otot-otot kecil saja tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan
untuk menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
3. Language
Kemampuan untuk memberikan respon pada suara, mengikuti perintah, dan berbicara
spontan
4. Gross motor
Aspek ini berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Dibawah ini merupakan kriteria hasil pemeriksaan tes Denver:5
1. Abnormal, bila:
a. Didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b. Dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
2. Meragukan, bila:
7
a. Pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b. Pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
3. Tidak dapat dites : Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan.
4. Normal : Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Umumnya pada bayi dan anak dengan hipotiroid, didapatkan gangguan perkembangan
motorik dan bahasa.
Gambar 2. Contoh formulir tes Denver5
8
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fungsi Tiroid
Pada pemeriksaan penunjang, dianjurkan pemeriksaan fungsi tiroid. American
Thyroid Association menganjurkan pemeriksaan fungsi tiroid pada neonates untuk
mengetahui secara dini apakah bayi menderita hipotiroidisme serta mencegah bayi
dari efek kekurangan hormon tiroid tersebut di kemudian hari.2
Bentuk pemeriksaan fungsi tiroid yang diperlukan ialah pemeriksaan kadar
Thyroid Stimulating Hormon (TSH) serta kadar T4 bebas. Pada bayi yang baru lahir
kadar TSH berkisar antara 1.3 - 19 µIU/mL, kemudian menurun menjadi 0.6–10
µIU/mL saat berusia 10 minggu, 0.4–7.0 µIU/mL saat 14 minggu dan terus menurun
saat remaja dan dewasa menjadi 0.4–4.0 µIU/mL. Sedangkan kadar T4 pada bayi baru
lahir adalah 13,4 – 19,8 µg/100 ml dan akan menurun saat bayi berusia 7 – 10 hari
yaitu sekitar 10,4 – 18,4 µg/100 ml.2,3
Pada hipotiroid primer didapatkan penurunan kadar hormon tiroid (T4 dan T3)
serta peningkatan kadar TSH. Peningkatan kadar TSH ini terjadi karena feedback
negatif akibat penurunan kadar hormon tiroid. Pada kondisi subklinis dimana gejala
klinis belum terlihat didapatkan peningkatan kadar TSH, namun kadar hormon tiroid
masih dalam batas normal.4
Pada hipotiroidisme sekunder dan tersier didapatkan kadar TSH dan hormon
tiroid bebas yang rendah. Bila mendapatkan hal ini, maka perlu dilakukan tes
provokasi dengan memberi TRH. Pada hipotiroidisme sekunder tidak didapati
peningkatan kadar TSH, sedangkan pada hipotiroidisme tersier akan didapati
peningkatan kadar TSH.4
2. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin hanya dilakukan jika terdapat riwayat pemakaian atau
paparan yodium berlebihan baik pra – natal maupun pasca-natal, atau tinggal di
daerah endemik goiter. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis
etiologi hipotiroid kongenital transien.1
9
3. Radiologi
Jika diduga terdapat pertumbuhan di dalam kelenjar tiroid, dilakukan
pemeriksaan USG, untuk menentukan apakah pertumbuhan ini berupa cairan atau
padat.1
Sampai saat ini skintigrafi kelenjar tiroid masih merupakan cara terbaik untuk
menentukan etiologi hipotiroid kongenital. Untuk pemeriksaan pada neonatus
digunakan sodium pertechnetate (Tc99m) atau I123. Radioaktivitas I123 terlalu tinggi
dan kurang baik bagi jaringan tubuh sehingga jarang digunakan untuk neonatus.1
Pemeriksaan scanning thyroid dapat dilakukan dengan bantuan
Technetium (Tc-99m pertechnetate). Pemeriksaan ultrasonografi juga dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya goiter pada janin.1
Scanning kelenjar tiroid dengan yodium radioaktif atau teknetium, bisa
menunjukkan kelainan fisik pada kelenjar tiroid. Scanning tiroid juga bisa membantu
menentukan apakah fungsi dari suatu daerah tiroid bersifat normal, terlalu aktif atau
kurang aktif.1
Diagnosis
Diagnosis Kerja
Hipotiroid kongenital merupakan suatu kelainan dimana jumlah hormon tiroid
berada pada level dibawah normal. Gambaran klinis yang terlihat adalah didapatkan
bayi dengan wajah tipikal (ekspresi bodoh) dengan pembesaran lidah/makroglosi dan
fontanela major/frontal dan atau fontanella occipital yang terbuka lebar. Bayi
umumnya mengalami ikterus fisiologis lebih dari tiga hari, yang di kemudian hari
diikuti dengan hambatan perkembangan motorik dan mental. Selain itu juga didapati
gagguan perkembangan bicara. Bayi dan anak dengan hipotiroidisme umumnya
terlihat kurang aktif dibandingkan dengan sebayanya.4
Penegakan diagnosis hipotiroid kongenital atau kretin sporadik didasarkan
pada gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium. Hipotiroid kongenital / kretin
sporadik yang tidak diobati akan memberikan gejala klinis yang khas, sehingga
10
mudah dikenali. Apabila diagnosis hanya didasarkan pada gejala klinis saja maka
diagnosis akan terlambat 6 – 12 minggu atau lebih, sehingga diperlukan pemeriksaan
labolatorium.6
Perangkat diagnostik untuk Hipotiroid kongenital ialah:6
- Skor Apgar Hipotiroid kongenital dengan nilai > 5.
- Nilai TSH >50 µU/ml dan kadar serum T4 rendah
- Pada beberapa keadaan hipotiroid kongenital seringkali disertai dengan
pembesaran kelenjar gondok (goiter) pada pemeriksaan USG.
Diagnosis Banding
Ada beberapa keadaan yang dapat dibandingkan dengan hipotiroidisme kongenital,
yaitu:
1. Hipotiroidisme didapat
Merupakan kekurangan kadar hormon tiroid yang terjadi setelah kelahiran.
Penyebabnya adalah tiroiditis, pemakaian obat anti tiroid, tiroidektomi dan kelainan
hipofisis. Sedangkan ada juga jenis hipotiroidisme idiopatik dimana terjadi reaksi
autoimun. Pada hipotiroidisme didapat bisa ditemukan intoleransi terhadap dingin,
kekerdilan, gangguan perkembangan motorik dan mental, miksudema serta dapat
disertai dengan goiter maupun tidak disertai dengan goiter. Pada hipotiroidisme
didapat, anak umumnya akan bertambah berat badan namun tidak disertai
pertambahan tinggi badan. Gangguan pertumbuhan terjadi pada usia sekolah. Kurva
pertumbuhan juga merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
kelainan ini. Pada hipotiroidisme kongenital, didapati gangguan pertumbuhan dari
bulan-bulan awal kehidupan, sedangkan pada hipotiroidisme didapat gangguan
pertumbuhan ini cenderung terjadi pada usia sekolah.7
11
Gambar 3. Perbandingan Kurva Pertumbuhan Anak Hipotiroid Kongenital dan
Didapat3
2. Sindrom Down
Merupakan kelainan dimana didapatkan 1 tambahan kromosom 21. Seperti pada
hipotiroidisme kongenital, bisa didapati adanya retardasi mental, hambatan
pertumbuhan, hipotonia dan makroglosi. Namun ada beberapa hal lain yang menyertai
sindrom Down yang tidak ditemukan pada hipotiroidisme kongenital, seperti bentuk
garis tangan yang tipikal, gangguan jantung kongenital dan pemisahan otot abdomen.4
Etiologi
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipotiroidisme kongenital pada
bayi. Berbagai kelainan tersebut dapat berasal dari kelenjar tiroid maupun dari luar
kelenjar tiroid yang mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid.3
Secara garis besar, hipotiroid kongenital dapat dibagi menjadi:
Hipotiroid kongenital menetap5
Primer
- Disgenesis kelenjar tiroid : aplasia, hipoplasia, atau ektopik
12
- Kelainan biosintesis hormone tiroid (dishormonogenesis)
- Iatrogenik : anak lahir dari ibu yang mendapat pengobatan iodium
- Radioaktif : aplasia kelenjar tiroid janin
Sekunder
- Kelainan bawaan perkembangan otak tengah : dysplasia sefalooptik atau aplasia
hipofisis
- Defisiensi thyroid stimulating hormone (TSH) yang dapat disertai defiensi growth
hormone (GH) atau adenocorticotropic hormone (ACTH)
- Resistensi jaringan terhadap hormone tiroid
Hipotiroid kongenital sementara/transien5
- Penggunaan obat pada ibu yang dapat melalui plasenta dan mempengaruhi sintesis
hormon tiroid bayi (obat goitrogen, iodium antiseptik)
- Adanya antibody anti tiroid dari ibu melalui barier plasenta
- Defisiensi iodium : penyakit goiter atau hipotiroid di daerah endemis idiopatik
Epidemiologi
Penyebab hipotiroid yang paling sering di seluruh dunia adalah defisiensi
yodium yang merupakan komponen pokok tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Insiden hipotiroid kongenital di Amerika Serikat adalah 1 dari 3500 kelahiran hidup.
Lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki – laki dengan
perbandingan 2:1. Anak dengan sindrom Down mempunyai risiko 35 kali lebih tinggi
untuk menderita hipotiroid kongenital dibandingkan anak normal. Insidens hipotiroid
di Indonesia diperkirakan jauh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 1: 1.500 kelahiran
hidup.1
13
Tabel 3. Gambaran insidens hipotiroid kongenital8
Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur
sebagai berikut:2
- Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang
hipofisis anterior.
- Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH)
yang merangsang kelenjar tiroid.
14
- Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3
dan Tetraiodothyronin = T4 =Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan
yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja
daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang
rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya
umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila
hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak
adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang
disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT,
TSH, dan TRH.2
Hipotiroid kongenital yang bersifat sementara disebabkan oleh 2 hal:2
Jika ibu menggunakan obat-obatan yang menekan produksi hormon
tiroid (khususnya ibu yang menderita hipertiroid) pada saat hamil
sehingga janin terpapar dengan obat-obatan tersebut, atau jika ibu
memproduksi antibodi tiroid selama hamil yang memblokir produksi
hormon tiroid pada janin.
Kadar yodium yang berlebihan selama masa kehamilan / menyusui
akibat penggunaan obat-obatan yang mengandung yodium pada ibu
yang tidak menderita kekurangan yodium. Walaupun yodium sangat
penting dalam pembuatan hormon tiroid, kadar yang terlalu tinggi
dalam tubuh bayi dapat menurunkan fungsi kelenjar tiroid sehingga
produksi hormon terganggu.
Hipotiroid kongenital yang bersifat permanen disebabkan oleh 3 hal:2
Kesalahan pada pembentukan kelenjar tiroid pada masa perkembangan
janin, seperti kegagalan total atau partial dari perkembangan kelenjar
tiroid dan tumbuhnya kelenjar tiroid pada tempat yang salah.
Kesalahan pada pembentukan kelenjat tiroid ini adalah penyebab
15
tersering (80-85 % kemungkinan terjadi ) namun kemungkinan
berulang pada anak yang berikutnya sangat jarang dengan frekuensi 1
dari 4000 bayi lahir.
Gangguan pada proses pembuatan hormon tiroid, walaupun
pembentukan kelenjar tiroid normal. Gangguan ini menyebabkan
berkurangnya atau tidak adanya produksi hormon tiroid sehingga bayi
menderita hipotiroid kongenital. Gangguan ini diturunkan dari orang
tua kepada anaknya dengan kemungkinan pada setiap kehamilan
berikutnya 1 dari 4 anaknya akan menderita gangguan proses
pembuatan hormon tiroid.
Gangguan pada otak yang mengatur produksi hormon tiroid. gangguan
ini adalah penyebab hipotiroid kongenital yang paling jarang (<5%)
dan bisa bersifat keturunan atau tidak.
Hipotiroid dapat terjadi melalui jalur berikut:
Jalur 1
Agenesis tiroid dan keadaan lain yang sejenis menyebabkan sintesis dan
sekresi hormon tiroid menurun sehingga terjadi hipotiroid primer dengan peningkatan
kadar TSH tanpa adanya struma.1
Jalur 2
Defisiensi iodium berat menyebabkan sintesis dan sekresi hormon tiroid
menurun, sehingga hipofisis non sekresi TSH lebih banyak untuk memacu kelenjar
tiroid mensintesis dan mensekresi hormon tiroid agar sesuai dengan kebutuhan.
Akibatnya kadar TSH meningkat dan kelenjer tiroid membesar (stadium kompensasi).
Walaupun pada stadium ini terdapat struma difusa dan peningkatan kadar TSH, tetapi
kadar tiroid tetap normal. Bila kompensasi ini gagal, maka akan terjadi stadium
dekompensasi, yaitu terdapatnya struma difusa, peningktan kadar TSH, dan kadar
hormon tiroid rendah.1
Jalur 3
16
Semua hal yang terjadi pada kelenjer tiroid dapat mengganggu atau
menurunkan sintesis hormon tiroid (bahan/ obat goitrogenik, tiroiditis, pasca
tiroidektomi, pasca terapi dengan iodium radioaktif, dan adanya kelainan enzim
didalam jalur sintesis hormon tiroid) disebut dishormogenesis yang mengakibatkan
sekresi hormon tiroid menurun, sehingga terjadi hipotiroid dengan kadar TSH tinggi,
dengan/tanpa struma tergantung pada penyebabnya.1
Jalur 4A
Semua keadaan yang menyebabkan penurunan kadar TSH akibat kelainan
hipofisis akan mengakibatkan hipotiroid tanpa struma dengan kadar TSH yang sangat
rendah atau tidak terukur.1
Jalur 4B
Semua kelainan hipotalamus yang mengakibatkan yang menyebabkan sekresi
TSH ynag menurun akan menyebabkan hipotiroid dengan kadar TSH rendah dan
tanpa struma.1
Jalur 1, 2, dan 3 adalah patogenesis hipotiroid primer dengan kadar TSH yang
tinggi. Jalur 1 tanpa desertai struma, jalur 2 disertai struma, dan jalur 3 dapat dengan
atau tanpa struma. Jalur 4A dan 4B adalah patogenesis hipotiroid sekunder dengan
kadar TSH yang tidak terukur atau rendah dan tidak ditemukan struma.1
Manifestasi Klinik
Tanda – tanda klinis dini dari hipotiroid kongenital tidak dapat dikenali dengan
mudah dan pasti, sehingga banyak negara telah menganjurkan dilakukan screening hormon
tiroid pada neonatus.6
Manifestasi klinik dini pada hipotiroid kongenital adalah sebagai berikut :6
- Gangguan regulasi termal : hipotermia, sianosis perifer, ekstremitas dingin
- Gangguan gastrointestinal : gangguan makan, distensi abdomen, muntah,
konstipasi
- Gangguan neuromuscular : hipotonia, letargi
- Keterlambatan maturasi skeletal : fontanela dan sutura kranialis lebar, epifisis
femoral distal tak tampak
17
- Keterlambatan maturasi biokimia : ikterus
Setelah bayi berusia 3 bulan mulai tampak gambaran hipotiroid kongenital klasik yaitu:6
- suara tangis berat dan parau
- lidah membesar
- hipoplasia hidung / nasoorbital
- kulit kasar dan kering
- hernia umbilikalis
- reflek tendon menurun dan terlambat mencapai perkembangan sesuai umur.
Setelah usia 6 bulan anak tampak bodoh karena retardasi mental. Pada kurun usia
berikutnya disamping pertumbuhan tinggi badan yang sangat terganggu (cebol) terdapat juga
gangguan neurologik khususnya tanda – tanda disfungsi serebeler, misalnya gangguan
keseimbangan, tremor, disartri dan lainnya.6
Apabila hipotiroid kongenital ini tidak diobati maka akan timbul komplikasi yaitu
gangguan tumbuh / short stature, gangguan perkembangan intelek (intellectual disability /
retardasi mental), gangguan pendengaran dan dekompensasi kordis. Keterlambatan
pemberian terapi setiap satu bulan akan menurunkan IQ I poin.6
Tabel 4. Gejala hipotiroid kongenital9
Sistem organ Manifestasi Klinis
Kulit dan jaringan ikat Kulit dingin, kering dan pucat, rambut kasar, kering dan
rapuh, kuku tebal, lambat tumbuh.
Miksedema, carotenemia, Puffy face, makroglosi, erupsi
gigi lambat, hipoplasia enamel.
Kardiovaskuler Bradikardi, efusi perikardial, kardiomegali, tekanan
darah rendah.
Neuromuskuler Lamban (mental dan fisik), gangguan neurologis dan
fisik, refleks tendon lambat, hipotonia, hernia
umbilikalis, retardasi ental, disfungsi serebelum (pada
bayi), tuli.
18
Pernafasan Efusi pleura, sindrom sleep apnoe (obstruksi saluran
nafas karena lidah besar, hipotoni otot faring), sindrom
distress nafas.
Ginjal dan metabolisme elektrolit, Retensi air, edema, hiponatremia, hipokalsemia
Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein Gemuk, intoleransi terhadap dingin, absorbsi glukosa
lambat, hiperlipidemia, sintesis proteolipid dan protein
pada susunan saraf bayi menurun.
Saluran cerna dan hepar Obstpasi (menurunnya gerakan usus), ikterus
berkepanjangan (fungsi konjugasi hepar menurun)
Hematopoetik Anemia karena menurunnya eritropoesis, kemampuan
absorbsi zat besi rendah.
Skelet/somatik Produksi GH dan IGF 1 menurun, menyebabkan
hambatan pertumbuhan, pusat osifikasi sekunder
terhambat, maturitas dan aktifitas sel-sel tulang
menurun.
Reproduksi Pubertas terlambat, pubertas precoks, gangguan haid.
Penatalaksanaan
Walaupun pengobatan hipotiroid efisien, mudah, murah dan memberikan hasil yang
sangat memuaskan, namun perlu dilakukan pemantauan dan pengawasan yang ketat
mengingat pentingnya masa depan anak, khususnya perkembangan mentalnya.1
Tujuan pengobatan adalah:1
a. Mengembalikan fungsi metabolisme yang esensial agar menjadi normal dalam waktu
singkat. Termasuk fungsi termoregulasi, respirasi, metabolisme otot dan otot jantung
yang sangat diperlukan pada masa awal kehidupan seperti proses enzimatik di otak,
perkembangan akson, dendrite, sel glia dan proses mielinisasi neuron.
b. Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak
c. Mengembalikan tingkat maturitas biologis yang normal, khususnya otak
Medikamentosa
19
Terapi harus dimulai segera setelah diagnosis hipotiroid kongenital ditegakkan. Orang
tua pasin harus diberikan penjelasan mengenai kemungkinan penyebab hipoiroid, pentingnya
kepatuhan minum obat dan prognosisnya baik jika terapi diberikan secara dini. Natrium L-
tiroksin (sodium L-thyroxin) merupakan obat yang tepat untuk pengobatan hipotiroid
kongenital. Karena 80% T3 dalam sirkulasi darah berasal dari monodeiodinasi dari T4 maka
dengan dosis yang tepat kadar T4 dan T3 akan segera kembali normal. Dalam prakteknya
pemberian dosis inisial berkisar antara 25, 37,5 atau 50 g per hari. Tiroksin sebaiknya tidak
diberikan bersama-sama dengan protein kedele atau zat besi atau makanan tinggi serat karena
makanan ini akan mengikat T4 dan atau menghambat penyerapannya.1
Dosis tiroksin
Pada umumnya dosis bervariasi tergantung dari berat badan dan disesuaikan dengan
respons masing-masing anak dalam menormalkan kadar T4. Sebagai pedoman, dosis yang
umum digunakan adalah :1
0 – 6 bulan 25-50 g/hari atau 8-15 g/kg/hari
6 – 12 bulan 50-75 g/hari atau 7-10 g/kg/hari
1 – 5 tahun 50-100 g/hari atau 5-7 g/kg/hari
5 – 10 tahun 100-150 g/hari atau 3-5 g/kg/hari
>10-12 tahun 100-200 g/hari atau 2-4 g/kg/hari
Setelah masa bayi biasanya dosis berkisar sekitar 100 g/m2/hari
Untuk neonatus yang terdeteksi pada minggu awal kehidupan direkomendasikan
untuk diberikan dosis inisial sebesar 10-15 µg/kg/hari karena lebih cepat dalam normalisasi
kadar T4 dan TSH. Bayi-bayi dengan hipotiroidisme berat ( kadar T4 sangat rendah, TSH
sangat tinggi, dan hilangnya epifise femoral distal dan tibia proksimal pada gambaran
radiologi lutut) harus dimulai dengan dosis 15 µg/kgBB/hari.1
Terapi Pada Diagnosis Yang Meragukan
Kadang-kadang kita dihadapkan pada diagnosis yang meragukan dan dituntut untuk
menetukan pengobatan, misalnya bila pada hasil pemeriksaan serum didapatkan kadar T4
rendah dengan TSH normal atau kadar T4 normal dengan kadar TSH sedikit meninggi. Bila
hal ini terjadi pada bayi cukup bulan maka harus dilakukan skintigrafi tiroid untuk
memastikan diagnosis. 1
Bila pada skintigram didapatkan hipoplasia, aplasia, kelenjar tiroid ektopik, maka
dapat diberikan preparat hormone tiroid. Bila keadaan kelenjar tiroid normal, maka harus
20
dilakukan pemeriksaan ulang kadar T4 dan TSH. Bila hasil pemeriksaan kadar TSH
meningkat maka pengobatan harus segera dimulai, dan bila kadar T4 dan TSH normal maka
pengobatan harus ditunda. 1
Terapi Pada Bayi Prematur
Bila kadar T4 rendah dan TSH normal maka untuk memastikan perlunya pengobatan
tidak perlu dilakukan skintigrafi, namun cukup dengan pemeriksaan kadar T4 dan TSH
secara serial. Umumnya kadar T4 meningkat mendekati angka normal, sedangkan TSH tetap
normal. Bila kadar T4 terus menurun dan TSH meningkat, dapat dipertimbangkan skintigrafi
tiroid dan pengobatan dapat dimulai. Tetapi bila tanda-tanda klinis hipotiroid jelas maka tidak
perlu dilakukan skintigrafi atau pemeriksaan darah ulang dan dapat langsung diberikan
pengobatan. Setelah usia 2 atau 3 tahun, pengobatan dihentikan untuk sementara sambil
dilakukan evaluasi apakah hipotiroid yang terjadi transien atau menetap.1
Terapi Dengan Dosis Penuh Atau Bertahap
Secara umum pengobatan langsung dengan dosis penuh aman bagi neonatus. Bila ada
tanda-tanda kelainan jantung atau tanda-tanda dekompensasi jantung, maka pengobatan
dianjurkan dimulai dengan dosis rendah, yaitu 1/3 dosis, dan setelah selang beberapa hari
dinaikkan 1/3 dosis lagi sampai dosis penuh yang dianjurkan tercapai. 1
Non Medikamentosa
Monitoring10
Untuk menentukan dosis pengobatan yang diberikan, harus dilakukan pemantauan
kemajuan klinis maupun kimiawi secara berkala karena terapi setiap kasus bersifat individual.
Pemantauan pada pasien dengan hipotiroid kongenital antara lain:
1. Pertumbuhan dan perkembangan
2. Pemantauan kadar T4 bebas dan TSH
Kadar T4 harus dijaga dalam batas normal ( 10-16 µg/dl) atau T4 bebas dalam rentang 1,4-2,3
ng/dl dengan TSH ditekan dalam batas normal. Bone-age tiap tahun.
Jadwal pemeriksaan kadar T4 dan TSH, yaitu setiap 1-2 bulan selama 6 bulan
pertama kehidupan, tiap 3-4 bulan pada usia 6 bulan – 3 tahun, selanjutnya tiap 6-12 bulan.
Selain itu kadar T4 dan TSH juga harus diperiksa 6-8 minggu setelah perubahan dosis.
Hal ini penting untuk mencegah pengobatan yang berlebihan. Efek samping dari pengobatan
21
berlebihan ini adalah fusi dini dari sutura, percepatan kematangan tulang, dan masalah pada
tempramen, dan perilaku.
Hal ini penting untuk mencegah pengobatan yang berlebihan. Efek samping dari
pengobatan berlebihan ini adalah fusi dini dari sutura, percepatan kematangan tulang, dan
masalah pada tempramen, dan perilaku.
Suportif
Selain pengobatan hormonal juga diperlukan beberapa pengobatan suportif lainnya.
Anemia berat diobati sesuai dengan protokol anemia berat. Rehabilitasi atau fisioterapi
diperlukan untuk mengatasi retardasi perkembangan motorik yang sudah terjadi. Penilaian
intelegensi atau IQ dilakukan menjelang usia sekolah untuk mengetahui jenis sekolah yang
dapat diikuti, sekolah biasa atau luar biasa. 10
Diet
Suplementasi Iodium sangat dibutuhkan terutama di daerah defisiensi Iodium.
Umumnya anak yang menderita hipotiroid kongenital dan mendapat replacement hormon
tiroid, asupan makanan yang mengandung goitrogen harus dibatasi seperti asparagus, bayam,
brokoli, kubis, kacang-kacangan, lobak, salada, dan susu kedelai karena dapat rnenurunkan
absorbsi Sodium-L-Tiroksin. 10
Skrining
Di negara maju program skrining hipotiroid congenital pada neonatus sudah
dilakukan. Sedangkan untuk negar berkembang seperti Indonesia masih menjadi kebijakan
nasional. Tujuannya adalah untuk eradikasi retardasi retardasi mental akibat hipotirod
kogenital. 1
Skrining dilakukan dengan mengukur kadar T4 atau TSH yang dilakukan pada kertas
saring pada usia 3-4 hari. Bayi yang memiliki kadar TSH awal > 50 µU/mL memiliki
kemungkinan sangat besar untuk menderita hipotiroid kongenital permanen, sedangkan kadar
TSH 20-49 µU/mL dapat menunujukkan hipotiroid transien atau positif palsu. 1
Prognosis
Adanya program skrining neonatus untuk mendeteksi hipotiorid kongenital, prognosis bayi
hipotiroid kongenital lebih baik dari sebelumnya. Diagnosis awal dan pengobatan yang cukup
sejak umur minggu pertama kehidupan memungkinkan pertumbuhan linier yang normal dan
intelegensinya setingkat dengan saudara kandung yang tidak terkena.1
Komplikasi1
22
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang
menyebabkan koma.
Kematian dapat terjadi tanpa penggantian hormone tiroid dan stabilisasi gejala.
Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini mencakup
penggantian hormon yang berlebihan, ansietas, atrofi otot, osteoporosis dan fibrilasi
atrium.
Pencegahan
Pada masa kehamilan hindari penggunaan obat-obatan antitiroid secara berlebihan, yodium
profilaksis pada daerah-daerah endemik, diagnosis dini melalui pemeriksaan penyaringan
pada neonatus. Sedangkan pada hipotiroidisme dewasa dapat dilakukan dengan pemeriksaan
ulang tahunan.1
Kesimpulan
Hipotiroid kongenital merupakan gangguan pertumbuhan kelenjar tiroid secara
kongenital. Gejala klinis Hipotiroid kongenital tidak begitu jelas Diagnosis Hipotiroid
kongenital ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, laboratorium,
dan skrining. Skrining pada Hipotiroid kongenital dilakukan pada minggu pertama bayi lahir,
untuk mencegah komplikasi lanjut.
Daftar Pustaka
1. Batubara J, Tridjaja B, Pulungan AB. Buku ajar endokrinologi anak. Edisi ke – 1.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. h.205 – 221.
2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid ke – 1.
Jakarta: Percetakan Infomedika; 2007. h. 266-8.
3. Abraham MR, Julien IEH, Colin DR. Buku ajar pediatrik rudolph. Jakarta: EGC;
2006. h. 1930-8.
4. Vinay K, Ramzi SC, Stanley R. Buku ajar patologi robbins. Edisi ke – 7. Jakarta:
EGC; 2007. h. 833-5.
23
5. Stephen SA. Ilmu kesehatan anak Nelson. Dalam: Samik W, penyunting.
Pertumbuhan dan perkembangan. Edisi ke – 15. Jakarta: EGC; 2000.h .45-85.
6. Kumorowulan S, Supadmi S. Desember 2010. Kretin endemik dan kretin sporadik
(hipotirod kongenital). MGMI. Vol 1, No. 3.
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=87693&val=4898&title=KRETIN%20ENDEMIK%20DAN%20KRETIN
%20SPORADIK%20(HIPOTIROID%20KONGENITAL). Diakses pada 22
November 2015.
7. Roberts CG, Ladenson PW. Hypothyroidsm. New York : Lancet; 2004. h. 793-803.
8. Rastogi MV, Lafranchi SH. 2010. Congenital hypothyroidsm. Orphanet Journal of
Rare Diseases. Vol 5, No. 17. http://www.ojrd.com/content/pdf/1750-1172-5-17.pdf.
Diakses pada 22 November 2015.
9. Van vliet, G, Polak, M. Pediatric endocrinology. Edisi ke – 5. Volume ke – 2. Thyroid
disorders in infancy. New York : Informa Healthcare USA Inc; 2007.h. 392-8.
10. Jian, Vandana, dkk. Congenital hypothyroidism. Di akses dari
www.newbornwhocc.org. Diakses pada 22 November 2015.
24