hernia skrotalis sin inkarserata

19
PRESENTASI KASUS BEDAH I. IDENTITAS Nama : Tn. S Umur : 44 Tahun Jenis Kelamin : Laki – laki Agama : Islam Alamat : Cirebon Pekerjaan : Tukang Becak Tanggal Pemeriksaan : 24 Mei 2006 II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Benjolan pada kantong kemaluan sebelah kiri yang tidak bisa masuk lagi sejak 1 tahun SMRS. Keluhan Tambahan : - Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak + 1 tahun SMRS pasien mengeluh terdapat benjolan pada kantong kemaluan sebelah kiri sebesar kepala bayi. Benjolan tidak bisa masuk kembali baik secara spontan 1

Upload: hevi-eka-tarsum

Post on 27-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

sin inkarserata

TRANSCRIPT

Page 1: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

PRESENTASI KASUS BEDAH

I. IDENTITAS

Nama : Tn. S

Umur : 44 Tahun

Jenis Kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Alamat : Cirebon

Pekerjaan : Tukang Becak

Tanggal Pemeriksaan : 24 Mei 2006

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Benjolan pada kantong kemaluan sebelah kiri

yang tidak bisa masuk lagi sejak 1 tahun SMRS.

Keluhan Tambahan : -

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak + 1 tahun SMRS pasien mengeluh terdapat benjolan pada kantong

kemaluan sebelah kiri sebesar kepala bayi. Benjolan tidak bisa masuk

kembali baik secara spontan ataupun dengan dorongan tangan. Benjolan

tetap ada pada posisi berdiri dan berbaring. Keluhan disertai dengan rasa

nyeri pada daerah kantong kemaluan, adanya mual, muntah, tidak dapat

BAB sejak dua hari SMRS. Riwayat demam disangkal. BAK tidak ada

keluhan. Karena keluhan ini pasien datang berobat ke Poli Bedah RSUD

Gunung Jati dan dianjurkan untuk dioperasi.

1

Page 2: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

Sebelumnya + 10 tahun SMRS pasien mengeluh benjolan tersebut

terdapat didaerah perut bawah kiri, dan seiring dengan berjalannya waktu

benjolan tersebut makin lama makin turun tanpa disadari pasien. Sejak 5

tahun SMRS, menurut pasien benjolan tersebut mulai ada didaerah kantong

kemaluan sebelah kiri dan benjolan tersebut masih bisa keluar masuk.

Benjolan keluar bila pasien berdiri, batuk atau mengedan. Dan masuk bila

pasien berbaring tanpa disertai adanya rasa nyeri, mual, muntah. Pasien

mengaku sering mengedan, pada saat melakukan pekerjaan

sehari – harinya sebagi tukang becak.

Riwayat Penyakit Dahulu : -

2

Page 3: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaa Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : TD : 120/ 70 MmHg

N : 80 x/ menit

RR : 20 x/ Menit

S : 36.60 C

Kepala : Normachepal

Mata

Conjunctiva : Anemis -/ -

Sklera : Ikterik -/ -

Pupil : Bulat

Reflek Cahaya : Isokor

Gerakan Bola Mata : Aktif ke segala arah

Leher : Tidak ada kelainan

THT : Tidak ada kelaianan

Thorax

Cor : Inspeksi : Palpasi ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasu : BJ I – II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Inspeksi : Pergerakan paru kanan dan kiri simetris

Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri sama

3

Page 4: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vasikuler, Rh -/ - , Wh -/ -

Abdomen : Inspeksi : Permukaan cembung supel

Palpasi : Nyeri tekan di bagian bawah abdomen

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+)

Rectal Toucher : Tonus sfingter ani baik

Ampula tidak kolaps

Mukosa rectum licin

Lendir (-), darah (-), Feses (+)

Prostat : konsistensi kenyal, batas atas

Teraba, nodul (-), NT (-)

Ekstremitas : Tidak kada kelainan

Genital Inguinal : Lihat status lokalis

Status Lokalis

Regio skrotalis sinistra

Posisi berdiri

Inspeksi : tampak benjolan sebesar kepala bayi, warna

Sama dengan kulit

Palpasi : Teraba benjolan ukuran 15 x 10 x 6 cm3,

konsistensi Kenyal, bagian atas tidak teraba,

nyeri tekan (+)

Auskultasi : Bising Usus (+)

4

Page 5: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

Posisi Berbaring

Inspeksi : Tampak benjolan sebesar kepala bayi, warna

sama dengan kulit

Palpasi : Tampak benjolan ukuran 15 x 10 x 6 cm3

Konsistensi kenyal, batas atas tidak teraba,

Nyeri tekan (+), benjolan tidak dapat

dimasukan dengan dorongan tangan,

cincin hernia tidak teraba.

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan Transluminasi : -

IV. RESUME

Pasien seorang laki – laki berusia 44 tahun datang dengan keluhan

terdapat benjolan pada kantong kemaluan sebelah kiri sebesar kepala bayi

sejak 1 tahun SMRS. Benjolan tidak bisa masuk kembali secara spontan

ataupun dengan dorongan tangan. Benjolan tetap ada baik dalam posisi

berdiri dan berbaring. Keluhan disertai dengan rasa nyeri pada daerah

kantong kemaluan, mual, muntah, tidak dapat BAB sejak 2 hari SMRS.

Pasien mengakui sering mengedan Pada saat melakukan pekerjaan sehari –

seharinya sebagai tukang becak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio

skrotaris sinistra pada posisi berdiri : Inspeksi : tampak benjolan sebesar

kepala bayi, warna sama dengan kulit, palpasi : teraba benjolan ukuran 15 x

10 x 6 cm3, konsistensi kenyal. Batas atas tidak teraba, nyeri tekan (-),

auskultasi BU (+), pada posisi berbaring, warna sama dengan kulit, palpasi,

teraba benjolan ukuran 15 x 10 x 6 cm3,

5

Page 6: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

konsistensi kenyal, batas atas tak teraba, nyeri tekan (-) benjolan tidak

dapat dimasukan dengan dorongan tangan, cicncin hernia tidak teraba,

auskultasi BU (+).

V. DIAGNOSIS KERJ A

Hernia skrotalis sinistra inkarserata

VI. THERAPI

Operatif :

Herniotomi dan hernioplasti

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

6

Page 7: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

PENDAHULUAN

Hernia merupapakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan musculoapenourotik)

akibat tekanan rongga perut yang meninggi.Hernia terdiri dari cincin, kantong,

dan isi hernia.

Berdasarkan terjadinya, hernia di bagi atas hernia bawaan (kongenital)

dan hernia dapatan (akuisita). Berdasarkan sifatnya, hernia di bagi atas hernia

reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala

obstruksi usus. Dan hernia irreponibel bila isi kantong hernia tidak dapat

dikembalikan kedalam rongga.

Hernia akreta biasa disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada

peritoneum kantong hernia. Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, tidak dapat

kembali kedalam rongga perut disertai gangguan pasase disebut dengan hernia

inkaserata. Bila terjadi gangguan vaskulsasi disebut dengan hernia strangulasi

(strangulata) pada keadaan sebenarnya yang terjadi pada saat di mulai dengan

berbagai gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.

Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak

nomor dua setelah operasi darurat untuk apendisitis selain itu hernia inkarserata

merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.

Gambaran KlinikJenis Reponibel Nyeri Obstruks Sakit Toksik

Reponibel/ bebas Irreponibel/ akreta Inkaserasi Strangulasi

+---

--+

++

--++

--+

++

---

++

7

Page 8: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

ETIOLOGI

Hernia ingunialis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena

sebab yang didapat. Hernia dapat di jumpai pada tahap usia. Lebih banyak pada

pria ketimbang wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan

pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui

oleh kantong dan isi hernia, disamping itu diperlukan pula faktor yang mendorong

isi hernia melewati pintu yang sudah tidak cukup besar.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus

vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan

kelemahan otot dinding perut karena usia.

Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,

hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.

Insidens penyakit hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin

karena meningkatnya penyakit yang meningkat tekanan intraabdomen dan

jaringan penunjang antara lain terjadi akibat kerusakan neilionguinalis. Jika

kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia skrotalis.

HERNIA SKROTALIS

Hernia Skrotalis merupakan hernia ingunalis lateralis yang mencapai skrotum.

Kadang ditemukan hernia skrotalis sangat besar diagnosis ditegakan atas dasar

benjolan yang dapat diresposisi, atau, jika tidak dapat ditemukan hernia skrotalis

sangat besar. Diagnosis ditegakan atas dasar benjolan ayang dapat direposisi,

atau, jka tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatas jelas

disebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.

8

Page 9: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elafantiasis skrotum. Testis

yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.

PATOGENESIS

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis

tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan

peritoneum yang disebut dengan processus vaginalis periotonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya processus ini telah mengalami

obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak sama dengan menutup. Karena testis

kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka ini

akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila processus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan

timbul hernia inguinalis lateralis kongenital, pada orang tua kanalis tersebut telah

menutup. Namun lokus minoris resistensi, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka

kembali dan timbul hernia inguinalis.

DIAGNOSIS

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.

Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipat paha yang

muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang

setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang di jumpai : kalau ada biasanya dirasakan

di daerah epigastrium atau praumblikal berupa nyeri visceral karena regangan

pada mesenterium sewaktu satu segemen usus halus masuk kedalam kantong

9

Page 10: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi

karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau, jika

tidak dapat diresposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas disebelah

kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.

PENATALAKSANAAN

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia telah

diresposisi.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia

inguinalis. Prinsip dasar oparasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke

lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,

kemudian diresposisi. Kantong hernia dijahit - ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinlais. Hernioplastik lebih

penting dalam mencegah dalam terjadinya residif dibandingkan herniotomi.

Dikenal berbagai metode hernioplastik, seperti memperkecil annulus inguinalis

internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transfersa, dan

menjahitkan pertemuan m. Tranversus internus abdomis dan m. Oblikus internus

abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale

poupart menurut metode bassini, atau menjahitkan fasia transversa m.

Transversus abdominis, m. Oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper

pada metode Mc Vay.

10

Page 11: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi

dibandingkan dengan faktor konstitusi. Pada hernia inguinalis internus yang tidak

memadai, diantaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya

lipoma preperitoneal, atau kantong hernia tidak ditemukan. Pada hernia inginalis

medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang berlebihan pada

jahitan plastik atau kekurangan lain dalam tehnik.

Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakan prostesis mesh di

bawah peritoneum pada dinding perut.

KOMPLIKASI

Komplikasi karena bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.

Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat

terjadi kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ

ekstraperitoneal atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa

benjolan. Pada hernia strangulata, isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga

menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi

hernia, pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ

atau struktur di dalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya

udem menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya

peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis kantong hernia

akan berisi transdut. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang

akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi

hubungan dengan rongga perut.

11

Page 12: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

Gambaran klinik hernia inkaserata yang mengandung usus dimulai

dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,

elektronik asam basa.

Gambaran klinik hernia inkaserata yang mengandung usus dimulai

dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,

elektrolit dan asam basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan

vaskularisasi terjadi keadaan toksik akibat ganggren, gambaran klinik menjadi

kompleks sangat serius. Penderita mengeluh lebih hebat di tempat hernia nyeri

akan menetap karena rangsang pritoneum.

12

Page 13: Hernia Skrotalis Sin Inkarserata

DAFTAR PUSTAKA

Seymour 1, Schwartz. Hernia dinding Abdomen. Intisari prinsip – prinsip ilmu

bedah. Jakarta, EGC, 2000

Wim, de jong. Dinding perut, hernia, retropretoneum, dan omentum. Ilmu Bedah

Jakarta, EGC, 2004

13