hendra kurniawan 1 - konteks.idkonteks.id/p/06-018.pdf · waduk jatigede yang terletak di kabupaten...
TRANSCRIPT
KoNTekS 6 K-35
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG
KABUPATEN MAJALENGKA
Hendra Kurniawan1
1Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta
ABSTRAK
Sesuai dengan amanat UU. No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, bahwa perwujudan
ketahanan pangan merupakan tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat, dalam hal ini
pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap
ketersediaan pangan, naik dalam jumlah dan mutunya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Berdasarkan hasil pemantauan kegiatan pengelolaan Sistim Jaringan Irigasi Rentang di Kabupaten
Majalengka, dapat digambarkan betapa kompleksnya permasalahan yang muncul dalam
pengelolaan Jaringan Irigasi.
Daerah Irigasi (DI) Rentang merupakan sentra produksi beras di Jawa Barat dengan luas areal
Irigasi mencapai 87.812 Ha yang mengairi 37 kecamatan dari 3 Kabupaten. dengan terjadinya
fluktuasi debit di musim hujan dan musim kemarau telah menyebabkan pada tanaman pertanian
mengalami kekurangan air. Untuk mengatasi kondisi tersebut, penggunaan air irigasi yang optimal
diperlukan agar hasil usaha tani tetap memperoleh keuntungan yang dikehendaki.
Optimalisasi penggunaan air irigasi memerlukan pengelolaan yang terarah dan terencana.
Parameter optimalisasi direncanakan berdasarkan sistem pembuatan keputusan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) yang didasarkan pada tiga kriteria yaitu Teknis, Ekonomi dan
Lingkungan. Batasan optimalisasi dibuat 4 (empat) alternatif yaitu perubahan jadwal tanam,
perubahan pola tanam, indeks pertanaman, dan luasan golongan.
Untuk mengatasi krisis air di DI Rentang, Pemerintah Pusat saat ini sudah memulai membangun
Waduk Jatigede yang terletak di Kabupaten Sumedang.
Berdasarkan Optimalisasi dari besarnya debit yang di alirkan oleh Waduk Jatigede ke bendung
Rentang adalah 2 alternatif yaitu 73 m3/dt atau 56 m
3/dt. Debit ini termasuk untuk air baku ke
Kabupaten Cirebon 1 m3/dt dan Kabupaten Indramayu 2.5 m
3/dt. Dengan hasil analisa sebagai
berikut :
a. Bila debit yang di pakai 73 m3/dt maka sistem yang di pakai 3 (tiga) golongan dengan Luas
Area yang terairi sebesar 32.400 Ha > 29.270 Ha
b. Bila debit yang di pakai 56 m3/dt maka sistem yang di pakai 4 (empat) golongan dengan Luas
Area yang terairi sebesar 29.411 Ha < 21.953 Ha
Kata kunci : ptimalisasi, irigasi, Rentang, Pola tanam.
I. PENDAHULUAN
Daerah Irigasi (DI) Rentang merupakan sentra produksi beras di Jawa Barat, Kegiatan pembangunan yang
sangat pesat mengakibatkan penggunaan lahan sawah cenderung terus mengalami alih fungsi dan tidak
terkendali. Jaringan irigasi yang bekerja kurang optimal menyebabkan kurangnya pasokan air pada lahan
sawah sehingga menyebabkan lahan menjadi kurang produktif dan petani mulai meninggalkan sawahnya
untuk bekerja pada sektor lain.
Daerah Irigasi Rentang sudah mulai dibangun dan dikembangkan sejak jaman Belanda. Bendung Rentang
lama dibangun pada tahu 1911 dan merupakan bendung gerak yang terdiri dari balok-balok kayu, dan
beroperasi sejak tahun 1916-1981. pengoperasian bendung dilakukan secara manual, yaitu dengan
mengangkat balok-balok kayu tersebut ketika banjir, dan memasangnya kembali untuk mendapatkan elevasi
muka air yang dibutuhkan, sesuai dengan besarnya debit air yang tersedia di sungai.
Bendung Rentang merupakan bendung gerak, Pemilihan tipe bendung gerak ini terkait dengan kondisi
topografi daerah dimana bendung ini berada pada daerah yang relatif datar, dengan tujuan agar pada musim
penghujan debit banjir dapat melewati bendung dengan mudah, sedangkan pada musim kemarau dapat
dilakukan pembendungan maksimal untuk mendapatkan elevasi air yang dibutuhkan, Bendung ini dibangun
pada tahun 1981 – 1983 dengan teknologi baru, dan mulai dioperasikan pada tahun 1982. Pintu-pintu radial
yang berfungsi untuk mengendalikan tinggi muka air di bendung dikendalikan secara mekanis.
Keairan
K-36 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Pengendalian muka air dilakukan secara otomatis dengan memperhatikan tinggi muka air di sebelah hulu,
berdasarkan informasi tinggi muka air sungai yang terletak pada jarak kurang lebih 10 km di sebelah hulu,
yang disebut sebagai AWLR Monjot. Informasi mengenai tinggi muka air di Monjot diterima dan diolah
sehingga dapat diperkirakan besarnya debit banjir dan saat datangnya banjir pada bendung tersebut. Hal ini
ditindak lanjuti dengan pembukaan pintu sesuai dengan kebutuhan untuk melewati debit banjir tersebut,
sambil tetap menjaga elevasi muka air di sebelah hulu bendung agar dapat dilakukan pengambilan air ke
daerah irigasi.
Pada awal pengoperasiannya bendung ini mampu mengairi sawah seluas 91,302 Ha yang meliputi 3
Kabupaten yaitu Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu. Daerah Irigasi
(DI) Rentang memiliki dua saluran yaitu bagian kanan yang disebut sebagai Saluran Induk Sindopraja dan
bagian kiri disebut Saluran Induk Cipelang.. Menurut data dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Cimanuk Cisanggarung tahun 2010 luas layanan bendung Rentang menjadi seluas 87.812 Ha dengan 30%
bangunan pada jaringan irigasi mengalami kerusakan. Jika kondisi ini dibiarkan terus berlarut-larut
tentunya akan mempengaruhi produksi padi dan pada akhirnya dapat mengancam ketahanan pangan.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
2.1 MAKSUD
Melakukan kajian teknis terhadap bangunan dan saluran irigasi berdasarkan evaluasi data yang akurat dan
kondisi lapangan yang ada dan mengkaji masalah ketersediaan dan kebutuhan air irigasi untuk jika Waduk
Jatigede telah beroprasi. Sehingga akan diperoleh suatu rekomendasi untuk mengoptimalkan penggunaan
sumber daya air dari sungai Cimanuk untuk memenuhi kebutuhan air di hilir.
2.2 TUJUAN
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengembalikan/ meningkatkan kondisi dan fungsi sistem jaringan irigasi
dimana yang ingin dicapai dari penulisan kajian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kondisi existing jaringan irigasi yang sudah ada serta pemanfaatannya.
2) Membuat rencana teknis saluran irigasi
3) Menganalisis pola tanam pada Daerah Irigasi Rentang bila Waduk Jatigede telah beroprasi
III. GAMBARAN UMUM DAN PERMASALAHAN
3.1 GAMBARAN UMUM
Sesuai dengan Undang-Undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004 mulai tahun anggaran 2007 dikelola
oleh Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung namun untuk sumber daya manusianya masih
memanfaatkan dari dinas terkait yang ada pada wilayah kerja masing – masing. DI Rentang yang melayani
areal sawah seluas + 87.812 ha, tersebar di Kabupaten Majalengka (571 ha), Cirebon (20.620 ha) dan
Indramayu (66.621 ha)
Posisi geografis Daerah Irigasi Rentang berada pada 108º 20’ - 108º 50’ BT dan 6º 30’ - 7º 00’ LS dengan
luas daerah administrasi 390,48 Km2 daratannya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara.
Ketinggiannya bervariasi antara 0 – 25 m diatas permukaan laut. Dataran rendah umumnya terletak di
sepanjang Pantai Utara Jawa, dan sebagian lagi merupakan daerah dataran tinggi di wilayah bagian selatan
kabupaten Majalengka.
Sumber air berupa air permukaan di DI Rentang meliputi air sungai lebih banyak dimanfaatkan untuk
keperluan irigasi. Banyak aliran sungai yang melintas di Daerah Irigasi Rentang diantaranya yang besar
adalah Sungai Cimanuk, Jamblang, Ciwaringin, Winong, Sigranala, Kumpulkuwista dan banyak lagi
sungai-sungai kecil lainnya.
Curah hujan di daerah lokasi studi beriklim tropis dengan temperatur rata-rata harian berkisar 25º - 32º C
(siang hari) dan 20º - 25º C (malam hari). Kelembaban udara rata-rata harian 60% -70% (musim kering) dan
70% - 80% (musim penghujan). Kecepatan angin rata-rata harian 5-10 knot maksimumnya mencapai 20
knot. Curah hujan tiap tahun bervariasi antara 1.250-3.500 mm/tahun. Curah hujan tinggi biasanya pada
bulan Oktober - Mei, dan relatif kecil pada bulan Juni – September.
Keairan
KoNTekS 6
Universitas Trisakti , Jakarta 1-
Data Teknis Daerah Irigasi Rentang adalah sebagai berikut :
No.
1 Luas Areal Sawah
2 Bendung
3 Bangunan Air
4 Saluran Induk Sindopraja (51.388 ha)
5 Saluran Induk Cipelang (38.612 ha)
6 Saluran Sekunder
Sumber : BBWS Cimanuk Cisanggarung
Gambar 2 Peta Daerah Irigasi Rentang (Sumber : BBWS Cimanuk Cisanggarung)
-2 November 2012
Gambar 1 Bendung Rentang
Data Teknis Daerah Irigasi Rentang adalah sebagai berikut :
Uraian
Luas Areal Sawah 87.812
Bangunan Air
Saluran Induk Sindopraja (51.388 ha) 12.650
Saluran Induk Cipelang (38.612 ha) 11.332
Saluran Sekunder 156.881
Sumber : BBWS Cimanuk Cisanggarung
Peta Daerah Irigasi Rentang (Sumber : BBWS Cimanuk Cisanggarung)
K-37
Jumlah
87.812 Ha
1 buah
628 buah
12.650 m
11.332 m
156.881 m
Peta Daerah Irigasi Rentang (Sumber : BBWS Cimanuk Cisanggarung)
Keairan
K-38 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Gambar 3 Skema daerah irigasi Rentang.
3.2 PERMASALAHAN
Bendung Rentang memiliki dua pintu intake, yaitu intake kiri yang mengairi daerah irigasi di sisi kiri
Sungai Cimanuk melalui Saluran Induk Cipelang, Saluran Induk Utara dan Saluran Induk Barat. Sedangkan
intake kanan mengairi daerah irigasi di sisi kanan Sungai Cimanuk melalui Saluran Induk Sindopraja dan
Saluran Induk Gegesik.
Dari total 230.060,83 m panjang saluran dari jaringan intake kiri, 57,43 % diantaranya mengalami
kerusakan. Sedangkan dari 409.027,35 m panjang saluran dari intake kanan, 57,89 % diantaranya
mengalami kerusakan baik itu kerusakan ringan ataupun berat.
Jaringan Irigasi Rentang memiliki 202 buah bangunan di jaringan intake kiri dan 377 buah di jaringan
intake kanan. Dari 202 bangunan di jaringan intake kiri tersebut 34,65 % diantaranya mengalami kerusakan
berat dan ringan sedangkan di jaringan intake kanan mengalami kerusakan sebanyak 38 %.
Berdasarkan laporan kondisi Daerah Irigasi Rentang dari BBWS Cimanuk Cisanggarung tahun 2010, debit
yang tersedia pada Saluran Induk Sindopraja hanya 4,275 m3/det (21 %) dari debit rencana 20 m3/det, dan
pada Saluran Induk Cipelang hanya 2,584 m3/det (26 %) dari debit rencana 10 m3/det serta di hilir
bendung rentang 1,361 m3/det jadi total 8,220 m3/det
Hal ini disebabkan oleh :
a) Ketersediaan air mengalami kecenderungan semakin kritis terutama pada saat musim kemarau, hal ini
tergantung pada aliran alam sungai Cimanuk yang sangat dipengaruhi kondisi musim dan keadaan
Hidrologi DAS Cimanuk.
b) Terjadinya sedimentasi pada saluran induk, saluran sekunder sehingga kapasitas saluran berkurang.
c) Kondisi bangunan yang sudah tua sehingga banyak yang rusak dan tidak berfungsi secara optimal.
d) Terbatasnya dana yang tersedia untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan
Keairan
KoNTekS 6 K-39
Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012
IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 NERACA AIR DAN POLA TANAM
Untuk menanggulangi ketersediaan air yang semakin kritis, sistim pemberian air irigasi ke lahan sawah
dilakukan dengan cara sistim gilir, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan secara optimal disebabkan oleh kapasitas
saluran berkurang sehingga debit air yang dialirkan ke lahan sawah tidak sesuai dengan kebutuhan yang
mengakibatkan beberapa lahan sawah mengalami atau terancam kekeringan.
Debit rata-rata di bendung rentang berfluktuasi setiap tahunnya, namun secara umum mengalami kecenderungan
yang menurun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 4.
Gambar 4 Debit rata-rata tahunan Bendung Rentang
Dari data debit andalan dan rencana pemenuhan kebutuhan di DI Rentang diatas dapat dilihat pada Gambar 5 di
bawah ini.
Gambar 5 Grafik debit andalan dan kebutuhan air DI Rentang
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa keseimbangan antara debit yang tersedia dengan debit yang dibutuhkan
khususnya antara bulan Juni s.d. Oktober mengalami defisit, dimana pada bulan tersebut debit yang tersedia
lebih kecil daripada debit yang dibutuhkan. Pada saat ini pola tanam yang berlaku di DI. Rentang adalah sistem
pola tanam 3 (tiga) golongan, yaitu :
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Debit rata-rata tahunan (m3/dt)
0
50
100
150
200
250
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP
De
bit
(m
3/d
et)
GRAFIK DEBIT ANDALAN DAN KEBUTUHAN AIR
DI DAERAH IRIGASI RENTANG
Debit Kebutuhan
Debit Andalan
Keairan
K-40 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
- Golongan I, dengan musim tanam dimulai pada minggu ke-2 bulan Oktober
- Golongan II, dengan musim tanam dimulai pada minggu ke-1 bulan November
- Golongan III, dengan musim tanam dimulai pada minggu ke-2 bulan November
Untuk golongan II dan III pengalokasian air harus di gilir karena tidak mencukupi. Hal ini telah di sepakati
dengan SK kespakatan 3 Kepala Daerah (Majalengka, Indramayu, Kab. Cirebon) dan Gubernur Jawa Barat.
Jadi untuk mengatasi permasalahan diatas perlu penanganan kerusakan fisik saluran dan bangunan maupun
penanganan masalah sosial yang disesuaikan dengan sistim operasional dimana waduk Jatigede telah selesai
dibangun dan telah dioperasikan. Selain itu berikut penanganan masalah yang perlu di tindak lanjuti :
1. Pemeliharaan jaringan irigasi secara keseluruhan harus bersifat kontinyu dan biaya yang memadai.
2. Bangunan-bangunan pengambilan liar harus ditertibkan karena mempengaruhi sistim pemberian air pada
jaringan irigasi
3. Pemberian air harus dilakukan seadil-adilnya, walaupun terpaksa harus dengan bantuan pompa, kapasitas
pompa harus disesuaikan dengan kebutuhan air
4. Sampah-sampah yang berada pada saluran dan bangunan harus dibersihkan secara berkala agar tidak
menghalangi aliran air
5. Selain petugas pintu air yang menguasai cara operasional pintu, para petani harus disadarkan mengenai
kebersamaan dan disiplin secara baik.
6. Para petani pemakai air harus diberikan penyuluhan secara intensif agar mempunyai rasa memiliki pada
bagian jaringan irigasi yang menjamin air untuk ke sawahnya. Untuk kerusakan yang relative kecil, harus
mau bergotong royong memperbaiki sendiri dan menjaga agar tidak ada yang mengganggu lagi.
7. Untuk memudahkan operasional pembagian air ke cabang saluran sekunder dan ke saluran tersier semua
pintu ukur yang kerusakannya kecil diperbaiki dan kerusakannya berat diganti seluruhnya.
8. Rumah/bangunan yang berada di tepi saluran irigasi harus ditertibkan.
9. Permasalahan sosial perlu ditangani dengan penyuluhan dan pembinaan tehadap para petani yaitu dengan
mengaktifkan kembali kelembagaan P3A.
4.2 POLA TANAM DENGAN BEROPRASINYA WADUK JATIGEDE
Untuk mengatasi krisis air di DI Rentang, Pemerintah Pusat saat ini sudah memulai membangun Waduk
Jatigede yang terletak di Kabupaten Sumedang. Selain untuk mengatasi krisis air di DI Rentang, Waduk
Jatigede ini juga bertujuan untuk :
1. Menjamin ketersediaan air baku untuk wilayah Pantura Ciayu
2. Penanggulangan banjir
3. Pariwisata kawasan waduk
4. Tenaga listrik sebesar 2 x 55 MW = 110 MW
5. Budidaya ikan tangkapan
Dengan melihat uraian diatas, dimana ketersediaan air untuk DI Rentang yang akan terjamin dengan
dibangunnya Waduk Jatigede, sarana penunjang jaringan irigasi (saluran dan bangunannya) harus dalam
keadaan baik dan sesuai dengan kapasitas yang sudah disesuaikan.
Berdasarkan laporan dari BBWS Cimanuk-Cisanggarung bahwa bila Waduk Jatigede beroprasi besarnya debit
yang bisa dialirkan ke bendung Rentang adalah 2 alternatif yaitu 73 m3/dt atau 56 m
3/dt. Debit ini termasuk
untuk air baku ke Kabupaten Cirebon 1 m3/dt dan Kabupaten Indramayu 2.5 m
3/dt.
Tabel 3. Alternatif ketersediaan air pada musim kering
Alternatif
Ketersediaan Air di
Bendung
Air baku
(m3/dt)
Q untuk
irigasi Keterangan
(m3/dt) Cirebon Indramayu (m3/dt)
I 73.00 1.00 2.50 69.50
II 56.00 1.00 2.50 52.50
Keairan
KoNTekS 6 K-41
Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012
4.2.1 ANALISA POLA TANAM BILA WADUK JATIGEDE MULAI BEROPERASI
A. Dicoba Bila Debit DI. Rentang = 69.50 m3/dt
Dari tabel 3. diatas ketersediaan air pada musim kering untuk mengairi DI Rentang pada alternatif I sebesar
69.50 m3/dt.
Debit sebesar ini pada musim kemarau tidak akan bisa mengairi seluruh DI Rentang secara serempak.
Disini sistim golongan tetap harus dipertahankan.
1. Dicoba dengan sistim pemberian air tanpa golongan
Luas areal irigasi = 87.812 ha (serempak)
Dari hasil analisa untuk pemberian air secara serempak, pada musim kering , NFR (kebutuhan air untuk
sawah) = 1.409 l/dt/ha � kebutuhan air di saluran Induk = 2,168 l/dt/ha (analisa hidrologi). Q rencana di
saluran induk = 195,120 m3/dt.
Luas areal terairi = 69.500 / 2,168 = 32.057 ha < 87.812 ha
Jadi sistim serempak tidak bisa dilakukan
Luas areal irigasi = 87.812 Ha (serempak)
2. Dicoba dengan sistem 2 (dua) golongan
Per golongan = 87.812 Ha / 2 = 43.906 Ha
Dari hasil analisa untuk sistem 2 golongan, NFR = 1,569 l/dt/ha � kebutuhan air di saluran induk = 2,414
l/dt/ha (analisa hidrologi).
Luas areal terairi = 69.500 /2,414 = 28.790 Ha < 43.906 Ha
Jadi sistem 2 (dua) golongan tidak bisa dilakukan
3. Dicoba dengan sistem 3 (tiga) golongan
Per golongan = 87.812 Ha / 3 = 29.270 Ha
Dari hasil analisa untuk sistem 3 golongan, NFR = 1,394 l/dt/ha � kebutuhan air di saluran induk = 2,145
l/dt/ha (analisa hidrologi).
Luas areal terairi = 69.500 /2,145 = 32.400 Ha > 29.270 Ha
Jadi sistem 3 (tiga) golongan bisa terjamin penuh
B. Dicoba Bila Debit DI. Rentang = 52.50 m3/dt
Bila pemberian air ke Bendung Rentang sebesar 56.00 m3/dt. Debit tersebut diperuntukan untuk air baku
sebesar 3.50 m3/dt dan 52.50 m
3/dt untuk mengairi DI. Rentang.
1. Dicoba dengan sistem pemberian air tanpa golongan
Luas areal irigasi = 87.812 Ha (serempak)
Dari hasil analisa untuk sistem tanpa golongan (serempak), NFR = 1,51 l/dt/ha � kebutuhan air di saluran
induk = 2,32 l/dt/ha (analisa hidrologi).
Luas areal terairi = 52.500 /2,32 = 22.629 Ha < 87.812 Ha
Jadi sistem serempak tidak bisa dilakukan
2. Dicoba dengan sistem 2 (dua) golongan
Per golongan = 87.812 Ha / 2 = 43.906 Ha
Dari hasil analisa untuk sistem 2 golongan, NFR = 1,569 l/dt/ha � kebutuhan air di saluran induk = 2,414
l/dt/ha (analisa hidrologi).
Luas areal terairi = 52.500 /2,414 = 21.748 Ha < 43.906 Ha
Jadi sistem 2 (dua) golongan tidak bisa dilakukan
3. Dicoba dengan sistem 3 (tiga) golongan
Per golongan = 87.812 Ha / 3 = 29.270 Ha
Dari hasil analisa untuk sistem 3 golongan, NFR = 1,394 l/dt/ha � kebutuhan air di saluran induk = 2,145
l/dt/ha (analisa hidrologi).
Luas areal terairi =52.500 /2,415 = 21.739 Ha < 29.270 Ha
Jadi sistem 3 (tiga) golongan tidak bisa dilakukan
4. Dicoba dengan sistem 4 (lima) golongan
Per golongan = 87.812 Ha / 4 = 21.953 Ha
Dari hasil analisa untuk sistem 4 golongan, NFR = 1,16 l/dt/ha � kebutuhan air di saluran induk = 1,785
l/dt/ha (analisa hidrologi).
Luas areal terairi = 52.500 /1,785 = 29.411 Ha > 21.953 Ha � OK
Jadi sistem 4 (lima) golongan bisa terjamin penuh
Keairan
K-42 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 KESIMPULAN
1. Pada awal pengoperasiannya bendung rentang ini mampu mengairi sawah seluas 91,302 Ha yang meliputi 3
Kabupaten yaitu Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu. Namun pada
tahun 2010 luas layanan bendung Rentang menjadi seluas 87.812 Ha dengan 30% bangunan pada jaringan
irigasi mengalami kerusakan
2. Beberapa masalah yang mempengaruhi ketahanan pangan pada daerah irigasi rentang adalah :
a) Ketersediaan air mengalami kecenderungan semakin kritis terutama pada saat musim kemarau, hal ini
tergantung pada aliran alam sungai Cimanuk yang sangat dipengaruhi kondisi musim dan keadaan
Hidrologi DAS Cimanuk.
b) Terjadinya sedimentasi pada saluran induk, saluran sekunder sehingga kapasitas saluran berkurang.
c) Kondisi bangunan yang sudah tua sehingga banyak yang rusak dan tidak berfungsi secara optimal.
d) Terbatasnya dana yang tersedia untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan
3. Debit yang tersedia pada Saluran Induk Sindopraja hanya 4,275 m3/det (21 %) dari debit rencana 20
m3/det, dan pada Saluran Induk Cipelang hanya 2,584 m3/det (26 %) dari debit rencana 10 m3/det serta di
hilir bendung rentang 1,361 m3/det jadi total 8,220 m3/det, ini menyebabkan pembagian pola tanam
golongan II dan III pada pengalokasian air harus di gilir karena tidak mencukupi. Hal ini telah di sepakati
dengan SK kespakatan 3 Kepala Daerah (Majalengka, Indramayu, Kab. Cirebon) dan Gubernur Jawa Barat.
4) Bila Waduk Jatigede mulai beroprasi besarnya debit yang bisa dialirkan ke bendung Rentang adalah 2
alternatif yaitu 73 m3/dt atau 56 m
3/dt. Debit ini termasuk untuk air baku ke Kabupaten Cirebon 1 m
3/dt dan
Kabupaten Indramayu 2.5 m3/dt. Dengan hasil analisa sebagai berikut :
a. Bila debit yang di pakai 73 m3/dt maka sistem yang di pakai 3 (tiga) golongan dengan Luas Area yang
terairi sebesar 32.400 Ha > 29.270 Ha
b. Bila debit yang di pakai 56 m3/dt maka sistem yang di pakai 4 (empat) golongan dengan Luas Area yang
terairi sebesar 29.411 Ha < 21.953 Ha
5.2 REKOMENDASI
1. Untuk menghindari berkurangnya produktivitas lahan akibat kurangnya suplai air dari saluran irigasi dan
mengingat kerusakan saluran pada jaringan irigasi Rentang yang mencapai + 57 %, perlu adanya rehabilitasi
jaringan irigasi pada DI Rentang agar suplai air dapat mencapai areal sawah yang paling jauh dari bendung.
2. Perlu adanya terobosan teknologi pertanian yang mampu menghemat penggunaan air pada tanaman seperti
pola penanaman padi SRI, TABELA, gogorancah dan teknologi pertanian lainnya, untuk mengantisipasi
kurangnya debit air dari bendung Rentang, agar produksi padi di DI Rentang dapat terus meningkat.
3. Mengaktifkan kembali kelembagaan P3A yang bertugas mengatur pembagian air dan melaksanakan kegiatan
O&P.
Keairan
KoNTekS 6 K-43
Universitas Trisakti , Jakarta 1-2 November 2012
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Muhamad Nur. (2008). Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Jawa
Barat. Thesis. ITB
Alkhamd, Mokhamad. (2008). Kajian Kondisi aringan Irigasi dan Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap
Ketahanan Pangan Studi Kasus Daerah Irigasi Rentang. Thesis. ITB
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 2010. Rencana Aksi Pemantapan
Ketahanan Pangan 2010-2012. Jakarta
Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung. 2009. Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI. Rentang.
Cirebon
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa
Barat tahun 2008 - 2013
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Indramayu. 2001 - 2009. Laporan Tahunan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Indramayu 2000 - 2008. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Indramayu, Indonesia.
Keairan
K-44 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012