waduk selorejo.docx

Upload: wida-faridah

Post on 30-Oct-2015

315 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Potensi wisata Waduk Selorejo Waduk Selorejo memiliki banyak potensi wisata. Kondisi alam yang masih alami menjadikan kawasan ini memiliki panorama yang indah. Waduk dikelilingi oleh perbukitan dan Gunung Anjasmoro, Gunung Kelud, serta Gunung Kawi. Udara di kawasan ini cukup sejuk 220C. Di sekitar waduk merupakan daerah perbukitan sehingga area ini dapat digunakan untuk wisata outbond dan juga berkemah. Kondisi wisata Waduk Selorejo sangat kondusif untuk penjelajahan karena memiliki medan jelajah yang sangat menantang. Terdapat kebun durian di dalam kawasan Wisata Waduk Selorejo. Jenis durian ini merupakan durian khas daerah Ngantang. Ketika musim durian tiba, wisatawan dapat memakan buah durian tersebut secara cuma-cuma. Kesejukan dan keasrian alam Waduk Selorejo didukung adanya berbagai jenis flora yang tumbuh di sekeliling waduk. Dari hasil pengamatan jenis-jenis flora yang berada di tepi Waduk Selorejo diantaranya adalah: pinus (Pinus merckusii), cemara (Casuarina equisetifolia), tanjung (Mimusops elengi), palem (Aiphanes caryotafolia), durian (Durio zibenthinus), nangka (Artocpus heterophyllus), jambu biji (Psidium guajava), kersen (Mutingia calabura L.) dan akasia (Acasia siberiana). Fauna yang dijumpai pada saat penelitian dilakukan di sekitar Waduk Selorejo diantaranya adalah burung, serangga, kupu-kupu, dan kucing. Beberapa jenis burung yang ada di kawasan Waduk Selorejo adalah burung bondol jawa (Lonchura leucogastroides), punai lengguak (Treron curvirostra), madu sriganti (Nectarina jugularis), gelatik jawa (Padda oryzivora). Ditemukan fauna yang tergolong buas atau membahayakan yakni ular. Akan tetapi frekwensi kemunculan ular jarang sehingga kawasan wisata Waduk Selorejo cukup aman dari gangguan binatang membahayakan.Potensi wisatawan Waduk Selorejo a. Aktivitas wisatawan Beragam aktivitas dilakukan oleh wisatawan di dalam kawasan wisata Waduk Selorejo diantaranya piknik, memancing, outbond, berenang, berperahu, dan wisata kuliner (Gambar 4).

Mayoritas wisatawan yang datang ke Waduk Selorejo berkunjung secara rombongan (70%). Mereka datang dari satu instansi yang sedang melakukan darmawisata ataupun pelatihan selebihnya, 20 % datang bersama keluarga dan 10% datang berdua bersama teman (Gambar 4a). Sebagian besar wisatawan datang menggunakan kendaraan pribadi seperti motor atau mobil (33%). Wisatawan yang menggunakan kendaraan umum seperti bis atau angkot (30%), berjalan kaki karena kawasan wisata dekat dengan tempat tinggal 20% dan 17% responden menggunakan kendaraan sewaan atau carter (Gambar 4b). Aktivitas wisatawan di Waduk Selorejo cukup bervariasi. Hal ini ditunjukkan oleh gambar 4c. Sebesar 60% responden menyatakan aktivitas yang dilakukan di Waduk Selorejo adalah piknik untuk melepas kejenuhan dengan duduk santai menikmati pemandangan alam. Aktivitas memancing dilakukan oleh 10% responden, outbond (4%), berenang (3%) dan lainnya seperti pelatihan atau wisata kuliner (23%). Dari berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan yang paling disukai oleh wisatawan (Gambar 4d) adalah wisata kuliner (37%), berperahu (23%), berenang (7%), outbond (7%), memancing (3%) dan lainnya seperti duduk santai (23%). Wisata kuliner menyajikan berbagai menu ikan khas Waduk Selorejo seperti ikan mujair (Oreochromis niloticus), tombro (Cyprinus carpio) dan wader ( Puntius bromoides) sehingga wisatawan tidak melewatkan untuk menikmatinya. Hal ini menjadikan pilihan tempat makan sebagian besar responden wisatawan sebesar 67% adalah di warung tenda. Selebihnya 27% responden membawa makan dari rumah dan 6% responden memilih tempat makan di restoran (Gambar 4e). Keinginan responden untuk datang lagi ke Waduk Selorejo sangat besar (87%). Dengan datang ke tempat ini wisatawan dapat mengurangi kejenuhan maupun dapat melakukan hobi yang jarang dilakukan sehari-hari seperti berenang, memancing dan outbond. Sedangkan, 13 % responden menyatakan tidak ingin kembali ke Waduk Selorejo karena jalan menuju kawasan yang kurang aman karena rawan kecelakaan dan tanah longsor maupun kondisi kawasan yang kotor karena banyak sampah (Gambar 4f). b. Jumlah kunjungan wisata Waduk Selorejo Ketertarikan dan antusias pengunjung wisata Waduk Selorejo cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari jumlah kunjungan yang tidak kurang dari 8.000 wisatawan per bulannya (Gambar 5).Pada tahun 2009 jumlah kunjungan wisatawan cukup banyak terjadi pada bulan Januari mencapai 35.243 orang dan bulan September mencapai 29.702 orang. Biasanya wisatawan memanfaatkan libur hari-hari besar untuk berwisata. Pada bulan Januari wisatawan memanfaatkan libur awal tahun dan pada bulan September wisatawan memanfaatkan libur Hari Raya Idul Fitri untuk bekunjung ke Waduk Selorejo. Dari data yang di peroleh, Waduk Selorejo dikunjungi wisatawan antara 300-500 orang setiap harinya.Karakteristik wisatawan Untuk mengetahui potensi wisatawan perlu diketahui karakteristik wisatawan (Gambar 6). Karakteristik wisatawan diantaranya jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan biaya responden berkunjung ke Waduk Selorejo.

Rasio jenis kelamin wisatawan yang menjadi responden terdiri dari 50% laki-laki dan 50% perempuan (Gambar 6a). Penentuan responden ini dipilih secara purpossif sampling berdasarkan orang yang ditemui di kawasan wisata pada saat duduk santai, memancing, berwisata kuliner, ataupun yang sedang membeli cinderamata. Pengunjung yang datang merupakan wisatawan yang berasal dari Kota dan Kabupaten Malang. Diantaranya adalah Pasuruan, Malang, Ponorogo, Jombang, Kediri, Blitar, Batu dan Pakisaji. Kisaran umur wisatawan yang menjadi responden antara 17-50 tahun (Gambar 6b). Persentase terbesar terdapat pada kisaran usia 20-29 tahun sebesar 53%. Hal ini disebabkan pada usia ini merupakan wisatawan yang suka dengan wisata jelajah dan outbond. Selebihnya 27% responden berusia 30-39 tahun, 10 % berusia 40-49 tahun, 7% berusia < 20 tahun dan 3% berusia 50 tahun. Data tingkat pendidikan responden adalah pendidikan terakhir yang ditempuh responden dan sudah memperoleh ijazahnya (Gambar 6c). Persentase terbesar adalah responden dengan pendidikan terakhir SMA (47%). Selebihnya merupakan responden dengan pendidikan terakhir S1 (37%), D3 (10%) dan SMP (6%). Semakin tinggi pendidikan wisatawan diasumsikan mereka paham tentang kelestarian lingkungan dan diharapkan dapat ikut serta dalam menjaga lingkungan kawasan wisata dengan tidak membuang sampah sembarangan.Jenis pekerjaan responden diantaranya adalah wiraswasta (30%), PNS (23%), karyawan swasta (20%), mahasiswa (17%), Ibu rumah tangga (7%) dan pelajar (3%) (Gambar 6d). Dari berbagai jenis pekerjaan responden dapat diketahui tingkat pendapatannya. Tingkat pendapatan responden paling tinggi sebesar Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 (33%). Pada umumnya responden tersebut bekerja sebagai PNS dan karyawan swasta. Selebihnya, pendapatan Rp. 500.000- Rp. 1.000.000 (30%), lebih dari Rp. 2.000.000 (20%) dan kurang dari Rp. 500.000 (17%) (Gambar 6e). Biaya yang dikeluarkan responden untuk berwisata ke Waduk Selorejo cukup bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya asal wisatawan, kendaraan yang digunakan dan aktivitas wisatawan. Mayoritas responden sebesar 43% mengeluarkan biaya kurang dari Rp.50.000. Hal ini disebabkan jarak tempat tinggal dari lokasi wisata tidak jauh sehingga biaya transportasi tidak mahal dan biaya masuk kawasan wisata relatif murah yakni Rp.7.500. Sebanyak 27% responden mengeluarkan biaya berkisar Rp.50.000-Rp.100.000 hal ini dikarenakan mereka biasanya mengajak anggota keluarga untuk berwisata. Selebihnya biaya wisata Rp.100.000-Rp.200.000 sebesar 17% dan >Rp.200.000 sebesar 13%. Pada umumnya, wisatawan yang mengeluarkan biaya sampai Rp.200.000 atau lebih adalah wisatawan yang berasal dari luar kota malang serta mengajak banyak anggota keluarga (Gambar 6f). d. Motivasi wisatawan Motivasi wisatawan berkunjung ke Waduk Selorejo ditunjukkan oleh Gambar 7.

Mayoritas responden sebesar (83%) menyatakan mendapatkan informasi mengenai keberadaan kawasan wisata Waduk Selorejo dari teman. Selain itu, informasi didapat dari leaflet/brosur (4%), media elektronik (3%) dan lainnya seperti spanduk yang terpasang di jalan yang menuju lokasi wisata sebesar10% (GambarDorongan wisatawan untuk berkunjung ke wisata Waduk Selorejo terdapat pada gambar 7b.Waduk Selorejo memiliki daya tarik pemandangan yang indah disebabkan adanya tiga gunung yang mengelilingnya, sehingga mendorong wisatawan ingin berkunjung ke kawasan ini. Hal ini dinyatakan oleh mayoritas responden sebanyak 40%. Hal lain yang mendorong wisatawan untuk berkunjung adalah karena diajak teman (33%), ingin menikmati makanan khas (10%) dan lainnya seperti ingin melakukan hobi memancing atau berenang (17%). Wisatawan yang berkunjung ke Waduk Selorejo memiliki tujuan yang bervariasi (Gambar 7c). Mayoritas responden sebanyak 47% memiliki tujuan ingin menghilangkan stress. Kejenuhan dengan kondisi keseharian menuntut seseorang untuk mendapat sebuah hiburan yang dapat menyegarkan kembali pikiran sehingga dapat beraktivitas secara optimal. Hal lain yang menjadi tujuan wisatawan adalah ingin menikmati pemandangan yang indah (30%), mengisi waktu luang (13%), menikmati fasilitas yang ada (3%) dan lainnya seperti adanya rapat atau pelatihan dari perusahaan (7%). Mayoritas responden sebesar 40% menyatakan alasan mereka berkunjung ke Waduk Selorejo adalah karena aksesibilitasnya yang mudah. Hal ini dikarenakan lokasinya yang strategis dilewati jalur dari Kota Malang menuju Kota Kediri, Pare, Jombang. Beberapa wisatawan menyatakan bahwa mereka berasal dari Kota Jombang yang menuju ke Malang. Akan tetapi mereka singgah terlebih dahulu untuk menikmati keindahan alam di Waduk Selorejo sebelum sampai tujuannya di Kota Malang. Alasan lain yang membuat wisatawan ingin berkunjung ke kawasan ini adalah biaya yang murah (37%), fasilitas yang lengkap (10%) dan lainnya seperti ingin kumpul bersama teman sebesar 13% (Gambar 7d).Sosial ekonomi masyarakat sekitar Waduk Selorejo a Karakteristik masyarakat sekitar Untuk mengetahui potensi masyarakat sekitar Waduk Selorejo dibutuhkan data masyarakat sekitar (Gambar 8). Responden masyarakat sekitar yang diambil di lapangan adalah 63% laki-laki dan 37% perempuan (Gambar 8a).

Responden laki-laki banyak dijumpai di sekitar waduk pada saat mereka sedang melakukan aktivitasnya seperti memancing ataupun yang sedang bekerja di dalam kawasan wisata. Sedangkan responden perempuan banyak dijumpai sebagai pedagang. Adapun beberapa responden dijumpai di rumah yakni di Desa Pandansari yang terletak di sebelah selatan waduk. Kisaran umur responden yakni 15-60 tahun. Persentase terbesar umur responden adalah 20-29 tahun sebesar 40% dan persentase terkecil kisaran umur responden adalah 10-19 tahun sebesar 7% (Gambar 8b). Pekerjaan masyarakat sekitar Waduk Selorejo dapat dilihat pada Gambar 8c. Pekerjaan masyarakat umumnya adalah sebagai petani (47%), pedagang (17%), ibu rumah tangga (13%), swasta (10%), tidak bekerja (10%) dan pelajar (7%). Tingkat pendidikan masyarakat sekitar Waduk Selorejo sebagian besar adalah SMP (47%), SD (30%) dan SMA sebesar 23% (Gambar 8d). Tingkat pendapatan responden bervariasi antara (Gambar 8e). Persentase tertinggi sebesar 46% tingkat pendapatan responden kurang dari Rp. 500.000. Pada tingkat pendapatan ini umumnya responden memiliki pekerjaan sebagai buruh tani ataupun anak muda yang pekerjaannya tidak tetap. Sebesar 37% responden berpendapatan Rp.500.000-1.000.000, 10% responden berpendapatan Rp. 1.000.000 dan 7% responden berpendapatan lebih dari Rp. 2.000.000. b. Manfaat dan pengaruh wisata bagi masyarakat sekitar Adanya kegiatan wisata dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat sekitar Waduk Selorejo. Pengaruh positif dan dampak negatif ditunjukkan oleh Gambar 9.

Keberadaan wisata waduk ini membuka kerjasama bagi masyarakat sekitar. Sebesar 77% responden maenyatakan terbukanya lapangan pekerjaan sehingga masyarakat sekitar bisa bekerja sebagai pegawai kawasan wisata maupun berdagang di dalam kawasan wisata. Namun, sebesar 23% responden menyatakan tidak bantuan apa-apa dari pihak pengelola (Gambar 9a). Dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan wisata tidak terlalu signifikan bagi masyarakat sekitar. Hal ini ditunjukkan oleh 77% responden 46

yang menyatakan tidak ada kekhawatiran apa-apa. Namun, sebesar 10% responden menyatakan dampak negatif yang dirasakan adalah kotornya kawasan, 7 % responden menyatakan tercemarnya perairan, 3% responden menyatakan tingkat keamanan masyarakat terganggu dan 3% responden menyatakan terpengaruhnya kehidupan masyarakat oleh perilaku wisatawan (Gambar 9b). c. Aktivitas dan persepsi masyarakat di dalam kawasan wisata Aktivitas yang dilakukan masyarakat sekitar di dalam kawasan cukup bervariasi diantaranya bekerja, berdagang dan memancing. Selain itu, persepsi masyarakat mengenai keberadaan Waduk Selorejo ditunjukkan oleh Gambar 10.

Sebagian besar (40%) responden melakukan aktivitas berdagang, 23% responden bekerja sebagai pegawai kawasan wisata dan lainnya seperti memancing, menjala ikan serta jalan-jalan sebesar 37% (Gambar 10a). Keikutsertaan masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian wisata dinyatakan oleh 70% responden bahwa mereka pernah ikut menjaga kelestarian dengan cara membantu petugas membersihkan eceng gondok di waduk dan 30% menyatakan belum pernah ikut menjaga kelestarian (Gambar 10b). Namun demikian, sebesar 83% masyarakat sekitar menyatakan kawasan Waduk Selorejo lestari dan 17% sisanya menyatakan kawasan ini tidak lestari (Gambar 10c). Semua masyarakat sekitar waduk (100%) tidak paham mengenai ekowisata (Gambar 10d). Adanya aktivitas wisata di Waduk Selorejo tidak mengganggu masyarakat. Hal ini dinyatakan oleh 90% responden dan sisanya sebesar 10% responden menyatakan terganggu karena berpendapat dapat merusak lingkungan (Gambar 10e). Sebesar 97% responden senang adanya kawasan wisata Waduk Selorejo (Gambar 10f). 4.2.5. Kesesuaian sumberdaya wisata Waduk Selorejo Analisis kesesuaian wisata dilakukan pada delapan lokasi. Terdapat 6 lokasi yang sudah terdapat kegiatan wisata (Gambar 11) dan 2 lokasi baru yang ditambahkan berpotensi dikembangkan untuk kegiatan wisata di Waduk Selorejo (Gambar 12). Adapun kegiatan wisata yang dianalisis adalah berperahu, memancing, duduk santai, berkemah dan outbond. Dari masing-masing lokasi diperoleh indeks kesesuaian wisata yang dikelompokkan dalam dua kategori yaitu sangat sesuai dan sesuai (Tabel 11) . Tabel 11. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) di Waduk SelorejoLokasi Skor Kesesuaian % Kegiatan yang dipilih Tingkat kategori

Perahu Memancing Duduk Santai Berkemah Outbond

1 80,39 Berperahu S

2 70,37 Memancing S

3 92,16 79,17 86,11 Duduk santai SS

4 72,55 93,15 77,78 Berkemah SS

5 66,67 79,49 86,11 Outbond SS

6 94,12 72,92 75 Duduk santai SS

7 72,55 87,50 91,67 Berkemah SS

8 72,55 77,08 91,67 Outbond SS

Lokasi 1 memiliki IKW sebesar 80,39% untuk kegiatan berperahu dengan tingkat kategori sesuai. Terdapat dermaga wisata perahu di tepi waduk serta terdapat kebun jambu yang letaknya 2 km dari dermaga. Wisata perahu menyediakan rute dermaga-kebun jambu dan rute mengelilingi Taman Wisata Waduk Selorejo. Lokasi 1 memiliki karakteristik warna perairan hijau jernih, tidak berbau, vegetasi yang hidup di tepi waduk diantaranya pohon akasia, pinus, durian dan kedalaman perairan pada lokasi ini 8 m. Lokasi 2 merupakan lokasi memancing bagi wisatwan. Berdasarkan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) lokasi ini sesuai dengan nilai IKW sebesar 70,37%. Pada lokasi 2 merupakan area memancing bagi wisatawan dengan karakteristik kawasan memiliki kedalaman perairan 2,5 m. Ikan yang di peroleh 2-3 jenis dan kelimpahan ikan banyak namun tepi waduk di lokasi ini cukup banyak tumbuh tanaman eceng gondok. Lokasi 3 memiliki IKW 92,16% sangat sesuai untuk kegiatan duduk santai. Areal ini menjadi favorit wisatawan untuk melakukan kegiatan tersebut karena kawasan ini berdekatan dengan mushola dan lokasi memancing. Terdapat beberapa tempat duduk permanen yang disediakan oleh pengelola sehingga wisatawan dapat melepas lelah di lokasi ini dengan duduk santai seusai melaksanakan ibadah di mushola. Parameter yang mendukung kawasan ini diantaranya hamparan datar berupa rumput, pemandangan berupa waduk, hutan dan pegunungan, vegetasi yang hidup didominasi akasia dan cemara, serta tidak ditemukan biota berbahaya. Lokasi 4 merupakan areal yang belum dimanfaatkan dengan baik karena tidak dipergunakan untuk kegiatan wisata. Berdasarkan penelitian areal ini memiliki IKW sebesar 93,15% dengan tingkat kategori sangat sesuai untuk kegiatan berkemah. Pengunjung yang datang bersama keluarga dapat mendirikan kemah di kawasan ini untuk menikmati pemandangan Waduk Selorejo. Parameter yang mendukung kawasan ini diantaranya hamparan datar berupa rumput, pemandangan berupa waduk, hutan, dan pegunungan, lebar tepi bendungan 8 m, vegetasi yang hidup didominasi akasia dan cemara, serta tidak ditemukan biota berbahaya.Lokasi 5 merupakan lokasi yang belum termanfaatkan dengan baik oleh pihak pengelola. Menurut hasil penelitian lokasi ini sangat sesuai untuk kegiatan outbond dengan IKW sebesar 86,11%. Karakteristik lokasi ini adalah hamparan datar berupa rumput, pemandangan berupa waduk, hutan dan pegunungan,lebar tepi bendungan 8 m, vegetasi yang hidup diantaranya akasia, cemara, dan pohon cherry, serta tidak ditemukan biota berbahaya.

Lokasi 6 merupakan kawasan yang sangat sesuai untuk kegiatan duduk santai dengan nilai IKW sebesar 94,12%. Lokasi ini memiliki karakteristik lebar tepi 50

waduk >8 m, hamparan datar berupa rumput, pemandangan berupa waduk, hutan dan pegunungan, vegetasi yang hidup didominasi akasia dan cemara, serta tidak ditemukan biota berbahaya. Areal ini dekat dengan cottage area yang dibangun oleh pihak pengelola sebagai fasilitas penginapan. Lokasi 7 adalah kawasan yang dimanfaatkan oleh pengelola sebagai lokasi berkemah. Berdasarkan hasil penelitian, areal ini memiliki nilai IKW sebesar 91,67% dengan tingkat kategori sangat sesuai dengan peruntukkannya. Karakteristik lokasi ini adalah lebar tepi waduk >10 m, hamparan datar berupa rumput, vegetasi yang hidup diantaranya adalah pohon akasia, pemandangan berupa waduk, hutan, dan pegunungan.Lokasi 8 merupakan kawasan yang dimanfaatkan oleh pengelola sebagai lokasi outbond. Berdasarkan hasil penelitian, areal ini memiliki nilai IKW s ebesar 91,67% dengan tingkat kategori sangat sesuai dengan peruntukkannya. Karakteristik lokasi ini adalah lebar tepi waduk >8m, hamparan datar berupa rumput, vegetasi yang hidup diantaranya adalah pohon akasia. Namun, terkadang muncul binatang berbahaya yakni ular. 4.2.6 Daya dukung wisata Waduk Selorejo Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung oleh suatu kawasan terhadap penggunaan sumberdaya alam tanpa mengganggu alam dan manusia. Berdasarkan hasil pengamatan pada obyek wisata Waduk Selorejo ditentukan lima kegiatan wisata yang perlu diketahui daya dukungnya yakni memancing, berperahu, outbond, duduk santai dan berkemah. Penentuan kegiatan wisata ini didasarkan atas kegiatan wisata yang banyak dilakukan oleh wisatawan pada saat berada di Waduk Selorejo. Berdasarkan hasil penelitian, daya dukung kawasan wisata Waduk Selorejo sebesar 1.488 orang/hari (Tabel 12).Tabel 12. Daya Dukung Kawasan wisata Waduk Selorejo No Areal Jenis kegiatan wisata Potensi ekologis pengunjung (K) Unit area (Lt) Luas area yang dapat dimanfaatkan (Lp) Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung (Wp) Waktu yang disediakan oleh pengelola (Wt) Daya dukung kawasan (DDK)

1 1 Perahu 6 20000 101650 0,5 8 488

2 2 Memancing 1 240 3786 4 8 32

3 3,6 Duduk santai 2 16 5450 2 8 780

4 4,7 Berkemah 2 169 1038 24 24 36

5 5,8 Outbond 10 700 5326 4 8 152

Total 1488

Dilihat dari data jumlah kunjungan wisatawan tahun 2009 (lampiran 5) diketahui bahwa jumlah pengunjung Waduk Selorejo terbanyak terdapat pada Bulan Januari sebesar 35.243 orang. Jumlah tersebut masih memenuhi kapasitas atau daya dukung kawasan waduk yang berjumlah 1488 orang/hari atau sebesar 44.640 orang dalam satu bulan (Gambar 13). Namun, untuk dapat menampung pengunjung dengan kapasitas daya dukung maksimum, perlu dilengkapi fasilitas yang memadai agar kelestarian waduk dapat terjaga seperti penyediaan tempat sampah, perbaikan fasilitas mushola, dan pemeliharaan sumberdaya ikan. Lokasi 1 biasa digunakan untuk kegiatan berperahu. Pada lokasi ini daya dukung kawasan diperoleh sebesar 488 orang/hari. Kegiatan berperahu dapat dilakukan dengan rute bolak-balik kebun jambu atau berperahu mengelilingi daerah wisata. Wisata perahu motor berkapasitas 10-12 orang. Lokasi 2 dapat dilakukan kegiatan memancing dengan daya dukung kawasan sebesar 32 orang/hari. Pada lokasi ini kegiatan memancing terkendala oleh adanya eceng gondok yang tumbuh cukup banyak di pinggir waduk sehingga wisatawan sulit mendapatkan ikan. Kail yang digunakan untuk memancing sering tersangkut di tanaman eceng gondok, sehingga wisatwan perlu menyingkirkan tanaman eceng gondok terlebih dahulu agar dapat leluasa memancing. Lokasi 3 dan 6 merupakan kawasan yang sesuai untuk kegiatan duduk santai dengan daya dukung kawasan sebesar 780 orang/hari. Lokasi ini merupakan kawasan yang disediakan oleh pihak pengelola untuk kegiatan duduk santai, namun keterbatasan fasilitas duduk santai perlu menjadi perhatian bagi pihak pengelola yang disesuaikan dengan daya tampung kawasan. Lokasi 4 dan 7 sesuai untuk kegiatan berkemah dengan daya dukung kawasan sebesar 36 orang/hari. Lokasi 7 merupakan kawasan yang sudah dilalokasikan oleh pihak pengelola untuk kegiatan berkemah sedangkan lokasi 4 merupakan lokasi yang belum termanfaatkan untuk kegiatan wisata. Berdasarkan indeks kesesuaian wisata lokasi ini sesuai untuk kegiatan berkemah sehingga dapat menjadi masukan kepada pihak pengelola untuk dapat memanfaatkan sesuai dengan daya dukungnya. Lokasi 5 dan 8 merupakan kawasan untuk outbond dengan daya dukung kawasan sebesar 152 orang/hari. Lokasi 8 merupakan lokasi yang telah disediakan oleh pihak pengelola untuk berkemah. Sedangkan lokasi 5 merupakan area yang potensial untuk digunakan sebagai lokasi berkemah sesuai dengan nilai IKW. Dibawah ini merupakan gambar peta daya dukung wisata Waduk Selorejo.

Kurangnya fasilitas dan prasarana yang memadai Kurangnya fasilitas dan prasarana yang memadai akan mengurangi kenyamanan pengunjung di dalam suatu kawasan wisata (Gambar 14). Kurangnya fasilitas di kawasan wisata merupakan pendapat mayoritas responden (34%). Kurangnya fasilitas ini diantaranya tempat sampah dan tempat ibadah. Kurangnya tempat sampah berdampak sampah bungkus makanan berserakan di kawasan wisata. Terdapat satu tempat ibadah yang terdapat di dalam kawasan wisata berukuran kecil sehingga tidak dapat menampung banyak wisatawan yang ingin melakukan ibadah sholat.

Kekurangan yang lain diantaranya jenis wisata terutama untuk anak-anak (33%). Jenis wisata yang ditawarkan di Waduk Selorejo lebih banyak untuk orang dewasa, sedangkan pengunjung biasanya rombongan keluarga yang membawa anak-anak sehingga diperlukan lebih banyak taman bermain. Kenyamanan kurang karena sampah (20%), pelayanan kurang ramah (10%) dan lainnya (3%) seperti fasilitas untuk duduk santai yang kurang terawat. Kondisi sarana dan prasaran, fasilitas wisata serta keadaan lingkungan kawasan wisata Waduk Selorejo masih berlu dibenahi. Hal ini dinyatakan oleh sebagian responden (Gambar 14). Menurut responden kondisi Waduk Selorejo yang paling baik adalah keindahan alamnya. Sedangkan hal yang dinilai kurang oleh sebagian besar responden dalam kawasan ini adalah kebersihan lingkungan, tempat sampah, tempat beribadat, dan taman duduk.Kebersihan kawasan Waduk Selorejo kurang terjaga akibat banyak sampah yang berserakan di pinggir waduk. Hal ini disebabkan fasilitas tempat sampah yang kurang. Tempat sampah banyak yang tidak berfungsi dengan baik karena terisi oleh tanah. Di dalam kawasan wisata tempat ibadah hanya ada satu dengan ukuran yang kecil. Sedangkan tempat duduk-duduk santai kurang terawat sehingga tidak nyaman digunakan. Selebihnya kondisi fasilitas dan lingkungan kawasan seperti aksesibilitas, pelayanan oleh pengelola, keamanan, kenyamanan, keaslian lingkungan, peraturan yang ada, sistem tata ruang, perahu, warung penjualan makanan dan souvenir, toilet dan air bersih dinilai cukup oleh responden.Kelestarian kawasan Waduk Selorejo Persepsi wisatawan mengenai kelestarian, hambatan menuju kawasan, pengetahuan ekowisata dan kepuasan berwisata di Waduk Selorejo ditunjukkan Gambar 16.

Beberapa hambatan dinyatakan responden seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 16a. Waduk Selorejo terletak di kaki gunung sehingga jalan untuk menuju lokasi banyak terdapat kelokan. Di sepanjang sisi jalan terdapat hutan, lahan pertanian dan sungai besar. Badan jalan yang sempit dan rawan longsor di musim hujan menjadi hambatan utama wisatawan menuju kawasan wisata Waduk Selorejo. Hal ini dinyatakan mayoritas responden (33%). Sebesar 27% responden menyatakan biaya wisata yang mahal dikarenakan biaya banyak dikeluarkan untuk transportasi bagi responden yang berasal dari luar kota. Hambatan yang lain diantaranya tidak ada waktu luang (27%) dan lainnya (10%). Kelestarian alam Waduk Selorejo dinilai wisatawan semakin berkurang. Mayoritas responden (47%) menyatakan kelestarian alam Waduk Selorejo kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan sumberdaya ikan yang semakin sedikit jumlah dan jenisnya sehingga wisatawan yang berwisata memancing sering tidak mendapatkan ikan. Banyaknya sampah yang berserakan juga dinilai wisatawan mengurangi keindahan dan kelestarian alam. Selebihnya, kelestarian alam Waduk Selorejo dinilai baik oleh 46% responden dan dinilai buruk oleh 7% responden (Gambar 16b). Kelestarian kawasan wisata harus didukung oleh berbagai pihak baik dari pengelola, pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Pengetahuan mengenai kelestarian yang berkelanjutan hendaknya dimiliki oleh setiap orang. Pengunjung yang paham tentang hal ini akan menjaga kelestarian alam dalam setiap kegiatan wisata. Berdasarkan hasil penelitian, 80% responden wisatawan tidak mengetahui tentang ekowisata dan 20% responden mengetahui tentang ekowisata (Gambar 16c). Namun secara keseluruhan 70% responden menyatakan puas berkunjung ke Waduk Selorejo dan 30% menyatakan tidak puas (Gambar 16d).Strategi Pengelolaan Kawasan Wisata Waduk Selorejo Pemanfaatan potensi Waduk Selorejo memerlukan strategi yang tepat agar dapat lestari dan berkelanjutan. Penentuan strategi pengeloaan wisata Waduk Selorejo dilakukan dengan analisis SWOT. 4.4.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman objek wisata Waduk Selorejo a.Kekuatan (Strenght) a1. Kealamian wilayah Sumberdaya alam di sekitar Waduk Selorejo masih alami. Di sekitar waduk terdapat hutan, sawah, sungai serta pemukiman penduduk. Waduk Selorejo merupakan waduk yang dikelilingi oleh perbukitan, Gunung Anjasmoro, Gunung Kelud dan Gunung Kawi sehingga dapat menambah kesejukan udara. Pemandangan yang indah dapat dinikmati sepanjang perjalanan menuju kawasan wisata. Hal inilah yang membuat Waduk Selorejo terlihat masih alami sehingga menjadi kekuatan daya tarik bagi wisatawan. a2. Udara yang sejuk Perbukitan dan tiga gunung yang mengelilingi Waduk Selorejo membuat udara di kawasan wisata sangat sejuk yakni berkisar 220 C. Selain itu banyaknya pepohonan yang tumbuh di tepi waduk menambah kesejukan kawasan. Sedikit kendaraan yang berlalu lalang di sekitar tempat wisata menjadikan wisatawan nyaman dan tenang berada di wisata waduk ini. Kesejukan udara ini menjadi daya tarik wisatawan yang ingin menghirup udara bersih dan segar. a3. Letak yang strategis Lokasi wisata Waduk Selorejo dilalu oleh jalur yang menghubungkan Kota Malang ke Kediri, Jombang dan Blitar. Jalur ini memudahkan orang yang ingin menuju kota-kota tersebut dapat singgah terlebih dahulu ke wisata Waduk Selorejo untuk menikmati pemandangan yang indah dan membeli makanan serta cinderamata khas daerah Ngantang. a4. Dikelola Perum Jasa Tirta I Waduk Selorejo merupakan bagian dari Perum Jasa Tirta I yang dikelola oleh divisi Jasa ASA III (Jasa Air dan Sumber Air) dan sub PATA (Pariwisata). Divisi Jasa ASA bertugas untuk mengelola perairan waduk, sedangkan PATA bertugas untuk mengelola kawasan wisata. Dengan adanya pengelola yang terkoordinasi dengan baik diharapkan menjadi kekuatan untuk memanfaatkan waduk secara lestari dan berkelanjutan a5. Daerah penghasil durian khas Ngantang Kecamatan Ngantang memiliki keunikan tersendiri yakni dikenal sebagai daerah penghasil durian bajul. Durian ini memiliki kekhasan kulit buah berwarna jingga dengan ukuran buah durian kecil tetapi memiliki daging buah yang tebal dan manis. Hal ini merupakan kekuatan yang dapat menjadi daya tarik wisatawan.

b. Kelemahan (Weakness) b1. Pengelolaan kebersihan di kawasan wisata kurang baik Tingkat kebersihan di kawasan Waduk Selorejo masih kurang. Sampah plastik pembungkus makanan berserakan di sekitar waduk. Hal ini mengakibatkan pemandangan kurang indah dilihat. Sampah yang berserakan di sekitar waduk akibat dari kurangnya fasilitas bak sampah yang disediakan oleh pihak pengelola serta kurangnya kesadaran pengunjung untuk menyimpan sampah dan mengumpulkannya untuk dibuang di tempatnya. b2. Menurunnya sumberdaya ikan Menurut Bapak Supriono selaku pegawai Perum Jasa Tirta I Sub Divisi ASA III menjelaskan bahwa pada tahun 2008 perusahaan menebar benih ikan mujair60

(Oreochromis mossambicus) dan ikan tombro (Cyprinus carpio) sebanyak 100.000 ekor. Tujuan dari restocking (tebar benih) adalah untuk menjaga populasi ikan agar tidak punah selain dilakukan pemantauan kualitas air. Namun, pada saat penelitian ini dilakukan tahun 2010 produksi ikan hasil tangkapan nelayan maupun hasil dari memancing yang dilakukan oleh wisatawan tidak banyak.Wisatawan rata-rata memperoleh 3-5 ekor ikan dengan ukuran ikan yang kecil. Wisatawan mengeluhkan kondisi ini karena jika dibandingkan dengan awal tahun 2000 hasil dari kegiatan memancing yang dilakukan oleh wisatawan dapat mencapai lebih dari 10 ekor ikan. Penurunan hasil tangkapan ini disebabkan oleh alat tangkap yang digunakan oleh nelayan adalah jala lempar dengan ukuran mata jaring yang kecil sehingga banyak ikan yang masih juvenil ikut terjaring. b3. Kurangnya pengelolaan pengendalian gulma eceng gondok Di daerah wisata populasi eceng gondok tumbuh di tepian waduk hingga mencapai sepuluh meter ke arah tengah waduk. Hal ini sangat mengganggu aktivitas wisata perahu karena perahu sulit untuk parkir ke tepi waduk dan aktivitas memancing yang sulit karena kail pancing sering kali tersangkut perakaran eceng gondok. Selain itu, nilai keindahan waduk menjadi berkurang karena tumbuhnya eceng gondok di tengah waduk yang cukup banyak. Gangguan eceng gondok terjadi hampir setiap tahun di saat musim hujan. Aliran air dari sawah-sawah sekitar yang mengalir ke waduk membawa bibit eceng gondok yang jumlahnya terus meningkat. Terdapat lima orang yang bertugas membersihkan eceng gondok. b4. Keamanan wisata kurang di obyek wisata perahu Keamanan wisatawan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh pengelola. Dari data yang diperoleh, kedalaman waduk mencapai 40 m. Kedalaman ini cukup membahayakan bagi wisatawan jika tidak dilengkapi dengan alat pengaman. Dari pengamatan di lapangan, pada obyek wisata perahu, penumpang maupun nahkoda perahu tidak dilengkapi dengan pengaman seperti life jacket. Hal ini harus menjadi perhatian dari pihak pengelola agar dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan ketika wisatawan sedang berperahu. b5. Prasarana di kawasan wisata kurang memadai Kurangnya fasilitas penunjang di dalam kawasan wisata dapat mengurangi kenyamanan pengunjung. Beberapa fasilitas yang kurang memadai adalah bak sampah dan tempat ibadah. Dari pengamatan yang dilakukan di lapang, ditemukan dua bak sampah permanen yang dapat digunakan untuk membuang sampah dan tiga yang lainnya dalam kondisi rusak. Terdapat satu tempat ibadah berupa mushola di dalam kawasan wisata dengan ukuran 5x4 m. Pada waktu hari libur pengunjung wisata ini cukup banyak. Tetapi, mushola kecil ini tidak dapat menampung banyak orang untuk melakukan ibadah sholat dalam satu waktu. c. Peluang (Opportunities)

c1. Keberadaan obyek wisata lain Lokasi wisata Waduk Selorejo berada 30 km dari Kota Batu. Kota Batu di kenal sebagai Kota Agrowisata. Adanya obyek wisata yang terdapat di Kota Batu merupakan peluang bagi wisata Waduk Selorejo karena kedua obyek wisata ini berbeda. Kota Batu lebih terkenal dengan wisata kebun, bunga, dan buah, sedangakan Waduk Selorejo lebih menonjolkan wisata air sehingga wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu bisa menikmati pula wisata air yang ada di Waduk Selorejo dengan lokasi yang cukup dekat. c2. Pelatihan yang memanfaatkan wisata alam Banyaknya pelatihan dari berbagai instansi yang memanfaatkan wisata alam menjadikan peluang bagi wisata Waduk Selorejo untuk lebih dikenal oleh banyak orang. Di Waduk Selorejo terdapat gedung pertemuan dan lokasi outbond sehingga fasilitas pelatihan dapat dilakukan dalam satu tempat. c3. Aksesibilitas yang mudah Aksesibilitas cukup penting untuk dapat menunjang pengembangan kawasan wisata. Wisatawan akan lebih mudah untuk mencapai lokasi karena didukung oleh sarana seperti alat transportasi yang beroperasi selama 24 jam. Kendaraan umum seperti bis antar kota yang melewati kawasan waduk tesedia dalam waktu 24 jam Selain itu, di sekitar lokasi wisata terdapat pasar, pos polisi dan rumah sakit.c4. Dukungan dari masyarakat sekitar Masyarakat sekitar Waduk Selorejo pada umumnya mendukung adanya wisata Waduk Selorejo. Hal ini dapat mempermudah pengelola untuk dapat mengembangkan kawasan wisata ini. Dengan adanya kawasan wisata ini masyarakat sekitar dapat diberdayakan seperti menjadi karyawan di tempat wisata, membuka usaha warung makan dan membuka usaha kios cinderamata

d. Ancaman (Threats) d1. Sedimentasi Sedimentasi menjadi suatu ancaman bagi setiap perairan lentik. Penyebab sedimentasi yang terjadi di Waduk Selorejo adalah penggundulan hutan dan alih fungsi lahan menjadi perumahan. Hal ini yang kemudian menyebabkan erosi yang lumpurnya kemudian masuk ke waduk. d2. Potensi buangan limbah domestik Kecamatan Ngantang merupakan daerah penghasil susu sapi perah. Rata-rata penduduk daerah ini memiliki ternak sapi perah. Kotoran dari sapi ini biasanya dibersihkan dan dibuang ke aliran sungai. Aliran sungai ini akan masuk ke dalam waduk sehingga akan menurunkan kualitas air waduk. Hal ini menyebabkan nilai BOD tinggi sehingga mengancam keberadaan biota ikan di dalam waduk. d3. Potensi bencana alam Bencana alam yakni banjir yang meluap di Sugai Konto dan tanah longsor terjadi pada bulan januari 2010. Hal ini menyebabkan banyaknya lumpur yang masuk ke waduk dan jalan menuju lokasi wisata terputus. 4.4.2 Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal Faktor inetrnal dan eksternal di tentukan terlebih dahulu sebelum dilakukam pembobotan pada faktor-faktor tersebut (Tabel 13 dan 14) Tabel 13. Tingkat kepentingan faktor internal obyek wisata Waduk Selorejo Simbol Faktor Kekuatan (Strengths) Tingkat kepentingan

S1 Kealamian wilayah yang dikelilingi oleh perbukitan Kekuatan yang sangat besar

S2 Udara yang sejuk 22C Kekuatan yang sangat besar

S3 Letak yang stratgis Kekuatan yang besar

S4 Dikelola Perum Jasa Tirta I Kekuatan yang besar

S5 Daerah penghasil buah durian khas Ngantang Kekuatan yang sedang

Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan

W1 Pengelolaan kebersihan di kawasan wisata kurang baik Kelemahan yang sangat berarti

W2 Berkurangnya sumberdaya ikan Kelemahan yang sangat berarti

W3 Kurangnya pengeloaan pengendalian gulma Eceng gondok Kelemahan yang sangat berarti

W4 Keamanan wisatawan kurang di obyek wisata perahu Kelemahan yang sangat berarti

W5 Fasilitas kurang memadai Kelemahan yang cukup bararti

Tabel 14. Tingkat kepentingan faktor eksternal obyek wisata Waduk Selorejo Simbol Faktor Peluang (Opportunities) Tingkat kepentingan

O1 Keberadaan obyek wisata lain Peluang yang tinggi

O2 Pelatihan oleh instansi yang memanfaatkan wisata alam Peluang yang tinggi

O3 Akssibilitas yang mudah Peluang yang tinggi

O4 Dukungan masyarakat sekitar Peluang sedang

Simbol Faktor Ancaman (Threats) Tingkat kepentingan

T1 Sedimentasi Ancaman sangat besar

T2 Potensi buangan limbah domestik Ancaman yang besar

T3 Potensi bencana alam Ancaman yang besar

4.4.3. Pembuatan matriks SWOT Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT (Tabel 15). Setiap unsur SWOT yang ada saling dihubungkan untuk memperoleh bebarapa alternatif strategi pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo. Matriks ini menghubungkan empat kemungkinan strategi, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada (strategi S-O), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi(strategi S-T, mendapatkan keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan (strategi W-O), kelemahan untuk menghindari ancaman (strategi W-T). 4.4.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penentuan prioritas strategi pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo dilakukan dengan menjumlahkan skor faktor-faktor yang saling terkait (Tabel 16). Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi.Tabel 15. Matriks SWOT wisata Waduk Selorejo Internal Eksternal Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1. Kealamian wilayah yang dikelilingi oleh perbukitan 1. Pengelolaan kebersihan dikawasan wisata kurang

2. Udara yang sejuk 220C 2. Menurunnya hasil sumberdaya ikan

3. Letak yang strategis 3.Kurangnya pengelolaan pengendalian gulma Eceng gondok

4. Dikelola BUMN 4.Keamanan wisatawan kurang di obyek wisata perahu

5. Daerah penghasil buah Durian khas Ngantang 5. Fasilitas kurang memadai

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O

1. Keberadaan obyek wisata lain 1. Mengoptimalkan aksesibilitas untuk memudahkan pengembangan wisata Waduk Selorejo 1. Pihak pengelola membuat standar keamanan untuk wisata perahu

2. Pelatihan oleh instansi yang memanfaatkan wisata alam 2.Mengadakan kerjasama antara pengelola dengan masyarakat sekitar waduk untuk meningkatkan potensi alam dan masyarakat daerah 2. Memperbaiki dan menambah fasilitas kebersihan di lingkungan

3. Aksesibilitas yang mudah 4. Dukungan masyarakat sekitar 3. Memperbanyak promosi wisata daerah Malang di berbagai media 3. Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga kelestarian waduk

4 Mengintroduksi ikan pemakan tumbuhan air

5.Memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar untuk dapat memanfaatkan eceng gondok

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

1.Sedimentasi 1. Berkerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mitigasi bencana 1. Mengajak masyarakat sekitar berperan serta menjaga kelestarian sumberdaya alam waduk

2. Potensi buangan limbah domestik 2. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mencegah terjadinya sedimentasi 2. Pengendalian dampak lingkungan secara pastisipatif

3. potensi bencana alam 3. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik

Tabel 16. Perangkingan alternatif strategi No Alternatif strategi Keterkaitan dengan unsur SWOT Skor Rangking

1 Mengoptimalkan aksesibilitas untuk memudahkan pengembangan wisata Waduk Selorejo S3,S4,O3 1,0520 2

2 Mengadakan kerjasama antara pengelola dengan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi alam dan masyarakt sekitar S1,S2,S4,O4 1,3773 1

3 Memperbanyak promosi wisata daerah Malang di berbagai media dan elektronik S4,O1 0,7528 5

4 Pihak pengelola membuat standar keamanan untuk wisata perahu W4,O4 0,2953 11

5 Memperbaiki dan menambah fasilitas kebersihan di lingkungan wisata W1,W5,O4 0,4374 9

6 Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga kelestarian waduk W1,W2,W3,O4 0,5139 8

7 Mengintroduksi ikan pemakan tumbuhan air W3,O4 0,2953 12

8 Memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar untuk dapat memanfaatkan eceng gondok W3,O4 0,2953 13

9 Berkerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mitigasi bencana S4,T1,T2,T3 0,7644 4

10 Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik S4,T2 0,4156 10

11 Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mencegah adanya bencana alam S4,T1,T3 0,5783 7

12 Mengajak masyarakat sekitar berperan serta menjaga kelestarian sumberdaya alam waduk W2,W3,T2,T3 0,6139 6

13 Pengendalian dampak lingkungan secara partisipatif antara divisi Jasa ASA III dan Jasa Umum W1,W2,W3,W4,W5,T1,T2 0,9048 3

Dari 13 alternatif strategi yang dihasilkan, maka tiga prioritas utama sebagai rencana strategi dalam upaya pengelolaan kawasan obyek wisata Waduk Selorejo. 1. Mengadakan kerjasama antara pengelola dengan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi alam dan masyarakat sekitar

Keberhasilan dalam pengelolaan ekowisata tidak lepas dari kerjasama antara pengelola dan Stakeholders (sektor swasta dan masyarakat) dari level daerah sampai level nasional (Spoule, 1996; Fennel, 1999 in Maryadi 2004). Pengelolaan kawasan wisata Waduk Selorejo tidak lepas dari peran pengelola yakni Perum Jasa Tirta I dengan masyarakat sekitar. Dengan adanya kerjasama yang baik dari keduanya maka potensi alam Waduk Selorejo dapat dioptimalkan. Potensi alam Kecamatan Ngantang cukup besar mulai dari bentang alam yang dikelilingi oleh tiga gunung sehingga memberikan panorama yang indah dan kesejukan udara serta tanah yang subur untuk lahan pertanian. Selain itu, daerah ini penghasil buah durian yang khas Durian Bajul yang dapat menjadi kekhasan kawasan wisata Waduk Selorejo sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Masyarakat sekitar waduk dapat mengoptimalkan potensi ini untuk meningkatkan pendapatan serta memperkenalkan adanya wisata Waduk Selorejo. Untuk mengatasi masalah eceng gondok, pihak pengelola dapat bekerjasama dengan masyarakat sekitar dengan memberikan pelatihan memanfaatkan eceng gondok untuk kerajinan tangan. Masyarakat diberi pelatihan sebagai pengrajin eceng gondok sehingga dapat mambantu mengurangi masalah tumbuhan air. Hasil dari kerajinan yang telah dibuat oleh masyarakat dapat dijual di lokasi wisata sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Adanya alternatif dalam pengelolaan sumberdaya alam diharapkan agar masyarakat tidak semata-mata bekerja sebagai petani tetapi bisa sebagai pemandu wisata, pengrajin, dengan demikian diharapkan ada peningkatan pendapatan masyarakat. 2. Mengoptimalkan aksesibilitas untuk memudahkan pengembangan wisata Waduk Selorejo

Kemudahan aksesibilitas hendaknya menjadi perhatian khusus bagi pihak pengelola agar wisatawan merasa nyaman berada di kawasan wisata. Pihak pengelola dapat melakukan kerjasama dengan masyarakat untuk mengadakan transportasi 24 jam menuju kawasan misalnya fasilitas ojek maupun biro perjalanan. Adanya pasar di dekat kawasan lebih diramaikan lagi oleh masyarakat sekitar dengan menjual cinderamata dan komoditas lokal khas daerah ngantang. 3. Pengendalian dampak lingkungan secara partisipatif antara divisi Jasa ASA III dan divisi Jasa Umum

Pengelolaan Waduk Selorejo di tangani oleh divisi Jasa ASA III (Jasa Air dan Sumber Air) dan subdivisi PATA (Pariwisata) dibawah divisi Jasa Umum I. Untuk kawasan perairan waduk di kelola oleh divisi Jasa ASA III, sedangkan kawasan wisata Selorejo dikelola oleh sub divisi PATA. Untuk mendapatkan pengelolaan secara optimal, perlu dilakukan koordinasi yang baik antara kedua belah pihak misalnya dalam hal menangani masalah pengendalian eceng gondok, pengelolaan kebersihan kawasan wisata, serta pemanfaatan lahan. Hal ini harus dilakukan agar kelestarian kawasan tetap berkelanjutan. Ilyas dan Budihardjo (1995) in Rahmawaty (2002), mengemukaan bahwa bagi suatu perencanaan terpadu, sangat penting perlu dipahami akan proses dan interaksi alami yang berlangsung, potensi yang tersedia, interaksi antara berbagai kepentingan, agar tidak menimbulkan kompetisi dalam pemanfaatan, yang mengakibatkan pada benturan yang menjurus pada tidak lestarinya sumberdaya dan menurunnya kondisi sosial ekonomi, serta tidak berlanjutnya pembangunan.

Lampiran 2. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data No. Komponen data Jenis data Sumber data Teknik pengambilan data

1. Keadaan umum kawasan wisata Waduk Selorejo

a. Sejarah kawasan Primer Responden Wawancara

b. Demografi Sekunder Laporan Studi pustaka

c. Sarana dan prasarana Primer dan sekunder Lapangan dan laporan Observasi lapang dan studi pustaka

2. Sumber Daya Alam (SDA)

a.Flora (Vegetasi dan tumbuhan air) Primer dan Sekunder Lapangan dan Laporan Observasi lapang dan Studi pustaka

b. Fauna (Ikan dan biota air lain) Primer dan Sekunder Lapangan, responden dan Laporan Observasi lapang dan Studi pustaka

3. Kualitas Air Waduk Selorejo

Parameter Fisika

a. Suhu Primer Lapangan Observasi lapang

b. Kecerahan Primer Lapangan Observasi lapang

c. Warna Primer Lapangan Observasi lapang

Parameter Kimia

a. DO Primer Lapangan Observasi lapang

b. BOD5 Primer Lapangan Observasi lapang

c.Total Phosphat Primer Lapangan Observasi lapang

d. pH Primer Lapangan Observasi lapang

e. Nitrit Primer Lapangan Observasi lapang

f. Nitrat Primer Lapangan

4. Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Masyarakat Primer Responden Wawancara

b. Pengunjung Primer Responden Wawancara

c. Pihak pengelola Primer Responden Wawancara

5 Dampak pengelolaan Primer dan sekunder Responden dan lapangan Wawancara dan observasi lapang

6 Isu-isu yang berkembang Primer dan sekunder Responden dan lapangan Wawancara dan observasi lapang

7 Kebijakan pengelolaan Primer dan sekunder Responden dan lapangan Wawancara dan observasi lapang