hasilkalikelarutan
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
PERCOBAAN X
HASIL KALI KELARUTAN, Ksp
OLEH:
NAMA : MUH. YAMIN A.
STAMBUK : F1C1 08 049
KELOMPOK : III
ASISTEN PEMBIMBING : WA ODE SITTI ZUBAYDAH
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009
HASIL KALI KELARUTAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dalam melakukan percobaan ini, yaitu :
1. Memperlihatkan prinsip-prinsip hasil kali kelarutan
2. Menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut
3. Menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan
Ksp pada suhu.
B. LANDASAN TEORI
Kebanyakan senyawa ion yang dikaitkan dengan Ksp sering diistilahkan tak
larut, maksud sesungguhnya adalah yang kelarutannya amat terbatas. Keterbatasan
Ksp untuk zat yang sedikit larut. Kita telah menggunakan istilah ”zat yang sedikit
larut” dalam perubahan hasil kali kelarutan. Larutan jenuh dari zat yang kelarutannya
terlalu pekat, sehingga aktivitasnya tak dapat dianggap sama dengan konsentrasi
molarnya. Tanpa anggapan ini konsep hasil kali kelarutan menjadi tidak jelas
maknanya. Sekalipun tidak dinyatakan ”sedikit larut” dalam kesetimbangan
kelarutan, apabila dinyatakan nilai Ksp, maka yang dimaksud adalah senyawa ion
yang sedikit larut. Semua zat yang terlarut berada dalam larutan sebagai kation dan
anion yang terpisah. Misalna, dalam larutan jenuh magnesium fluorida, pasangan ion
yang terdiri dari satu ion Mg2+ dan satu ion F-, atau MgF+, mungkin ditemukan.
Apabila pembentukkan pasangan ion terjadi dalam larutan, konsentrasi ion bebas
cenderung menurun. Ini berarti bahwa banyaknya zat yang harus dilarutkan untuk
empertahankan konsentrasi ion bebas yang diperlukan untuk memenuhi rumus Ksp
meningkat : kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukkan pasangan ion dalam
larutan (petrucci, 1988).
Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan mengukur
kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan
tepat jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan pelarut telah maksimum untuk
melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit
akan menjadi endapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan
nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion-ion ketika kesetimbangan tercapai antara
fase padat dari garam yang hanya sedikit larut dan larutan itu (Syukri, 1999).
Hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap suhu tertentu
adalah konstan, dengan konsentrasi ion dipangkatkan bilangan yang sama dengan
jumlah masing-masing ion yang bersangkutan. Kelarutan merupakan jumlah zat yang
terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh.
Sedangkan hasil kali kelarutan merupakan hasil akhir yang dicapai oleh hasil kali ion
ketika kesetimbangan tercapai antra fase padat dari garam yang hanya sedikit larut
dalam larutan tersebut (Keenan, 1991).
Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu
elektrolit yang sukar larut menurut kesetimbangan heterogen. Kelarutan suatu
elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter
larutannya. Jika konsentrasi ion total dalam larutan meningkat, gaya tarik ion menjadi
lebih nyata dan aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil dibandingkan
konsentrasi stoikhiometri atau terukurnya. Untuk ion yang terlibat dalam proses
pelarutan, ini berarti bahwa konsentrasi yang lebih tinggi harus terjadi sebelum
kesetimbangan tercapai dengan kata lain kelarutan akan meningkat (Oxtoby, 2001).
Proses pengendapan merupakan proses pemisahan yang mudah, cepat dan
murah. Pada prinsipnya pemisahan unsur - unsur dengan cara pengendapan karena
perbedaan besarnya harga hasil kali kelarutan (solubility product constant/KSp).
Proses pengendapan adalah proses terjadinya padatan karena melewati besarnya KSp,
yang harganya tertentu dan dalam keadaan jenuh. Untuk memudahkan, KSp diganti
dengan pKSp = fungsi logaritma = - log KSp merupakan besaran yang harganya
positip dan lebih besar dari nol, sehingga mudah untuk dimengerti (Suyanti, et
al.,2008).
Kondisi optimum yang dicapai dengan perbandingan molar 19/5, yang
merupakan variasi perbandingan terbesar dibandingan dua variasi lainnya
membuktikan bahwa kondisi kejenuhan larutan mempengaruhi proses pembentukan
kristal. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa pembentukan kristal dari larutan
homogen tidak terjadi tepat pada harga konsentrasi ion sesuai dengan hasil kali
kelarutan, tetapi baru akan terjadi saat konsentrasi zat terlarut jauh lebih tinggi
daripada konsentrasi larutan jenuhnya. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin
besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju
pembentukan inti (Dewi, et al.,2003).
Pada pH kurang dari 3, konsentrasi ion H+ cukup besar, sehingga reaksi (6)
cukup berarti untuk mengurangi jumlah Eu3+ yang bereaksi dengan pengemban. Pada
pH lebih tinggi dari 3, transport Eu(III) kembali menurun yang disebabkan mulai
terbentuknya senyawaan kompleks terlarut antara Eu(III) dengan ion hidroksida.
Selain itu, harga tetapan hasilkali kelarutan (Ksp) dari Eu(OH)3 yang relatif rendah
akan menyebabkan mulai mengendapnya senyawa tersebut. Kondisi pH umpan
sebesar 3 ini digunakan untuk mempelajari pengaruh komposisi pengemban
D2EHPA-TBP terhadap koefisien permeasi Eu(III) melalui SLM Hasil optimasi ini
ditunjukkan oleh Gambar 3. Laju transport terbaik diperoleh pada penggunaan
pengemban campuran 0,8 M D2EHPA dengan 0,2 M TBP (Buchari, et al., 2003).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Rak tabung Reaksi
2. Tabung Reaksi ( 4 buah)
3. Pembakar listrik
4. Termometer
5. Gegep
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Pb(NO3)2 0,079 M
2. KaCl 1 M
D. PROSEDUR KERJA
E. Hasil Pengamatan
10 mL 0,079M Pb(NO3)2
- dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi- ditambahkan KCl 1 M masing-masing
sebanyak 2; 2,5; 3; 3,5 mL pada tabung yang berbeda
- dikocok- dibiarkan beberapa menit- diamati apakah sudah terbentuk endapan
10 mL Pb(NO3)2 + KCl dengan volume berbeda dalam tabung reaksi
- ditempatkan pada gelas kimia yang telah dipanaskan di atas penangas
- diaduk dengan termometer- dicatat suhu pada saat endapan
tepat larut
Hasil pengamatan….?
1. Tabel Pengamatan
No Volume 0,079M Pb(NO3)2 (mL)
Volume 1,0 M KCl (mL)
Pembentukan endapan
T (oC)
1 10 1 Belum
2 10 1,5 Belum
3 10 2 Sudah 65
4 10 2,5 Sudah 66
5 10 3 Sudah 73
6 10 3,5 Sudah 75
2. Reaksi
Pb(NO3)2 + 2KCl PbCl2 + 2KNO3
PbCl2 Pb2+ + Cl-
3. Perhitungan
Untuk KCl 2 ml
Dik: V Pb(NO3)2 = 10 ml
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
V KCl = 2 ml
M KCl = 1 M
Dit : Ksp = .......?
Peny:
Mol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,079 M
= 0,79 mmol
Mol KCl = V KCl x M KCl
= 2 ml x 1 M
= 2 mmol
Reaksi pengendapan PbCl2
Pb(NO3)2 + 2KCl PbCl2 + 2KNO3
M 0,79 mmol 2 mmol - -
B 0,79 mmol 1,58 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
S - 0,42 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
Mol PbCl2 = 0,79 mmol
PbCl2 Pb2+ + Cl-
1 mol PbCl2 1 mol Pb2+ 2 mol Cl-
Sehingga,
Mol Pb2+ = mol PbCl2 = 0,79 mmol
Mol Cl- = 2 x mol PbCl2 = 1,58 mmol
Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 2 ml
= 12 ml
=
=
Ksp = x 2
= 0,0658 M x (0,132)2
= 1,1465 x 10-3 M3
Log Ksp = -2,9406
Merujuk dari hasil perhitungan di atas dengan cara yang sama, maka
perhitungan untuk keseluruhan volume KCl dapat dilihat pada tabel
berikut.
V Pb(NO3)2
0,079M (ml)
V KCl1 M (ml)
Suhu [Pb2+] [Cl-] (10-3 M2) Ksp Log
Ksp1/T
(10-3 K-1)0C K
10 2 65 338 8,6856 1,1465 -2,9406 2,9586
10 2,5 66 339 7,9632 1,0034 -2,9985 2,9499
10 3 73 346 7,4176 0,9049 -3,0434 2,8902
10 3,5 75 348 6,8445 0,8008 -3,0965 2,8736
4. Grafik
Grafik hubungan log ksp terhadap 1/T
y = 1,4707x - 7,3113-3,12-3,1
-3,08-3,06-3,04-3,02
-3-2,98-2,96-2,94-2,92
2,86 2,88 2,9 2,92 2,94 2,96 2,98
1/T
Log
Ksp
Berdasarkan grafik diatas diperoleh persamaan y = 1,4707x-7,3113.
Persamaan Van’t Hoff telah memberikan Ksp = - + C. Persamaan grafik
tersebut identik dengan persamaan regresi linear Ksp, sehingga H dapat diperoleh
yaitu :
- = 1,4707
- Ho = 1,4707 x 2,303 x 8,314 J/mol K
Ho = -28,159702 J/mol K
F. PEMBAHASAN
Kelarutan dapat didefinisikan sebagai jumlah (konsentrasi) maksimum suatu
zat yang dapat larut ke dalam suatu larutan jenuh. Kelarutan sangat bergantung pada
jenis zat terlarut, karena pada dasarnya ada zat yang mudah larut dan ada pila zat
yang sukar larut. Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut,
terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut (endapan yang terbentuk)
dengan ion-ion zat itu yang larut. Kesetimbangan itu dicirikan oleh hasil kelarutan,
Ksp zat tersebut, Ksp zat tersebut merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang larut
dipangkatkan koefisien masing-masing ion.
Dalam percobaan kali ini, kita tidak akan hanya menentukan nilai Ksp PbCl2,
tetapi juga beberapa variabel-variabel tertentu seperti T (suhu pelarutan), dan ΔH0rx.
Pada percobaan yang pertama dilakukan pencampuran antara Pb(NO3)2 0,079 M
dengan volume tetap, yaitu 10 ml dengan KCl 1 M yang volumenya bervariasi.
Tujuannya adalah untuk melihat pada volume KCl yang keberapa terbentuk endapan.
Endapan yang terbentuk (PbCl2) inilah yang nantinya akan kita coba lihat
kelarutannya.
Setelah dilakukan percobaan, ternyata endapan PbCl2 belum terbentuk saat
volume KCl 1 ml dan 1,5 ml. Hal ini berarti bahwa harga Ksp masih jauh lebih besar
daripada konsentrasi ion-ion Pb2+ dan Cl- dalam larutan. Sedangkan pada volume KCl
sebesar 2 ml sampai 3,5 ml ternyata terbentuk endapan PbCl2. Sesuai dengan prinsip-
prinsip pengendapan, maka hal tersebut dikarenakan konsentrasi hasil kali ion-ion
penyusun PbCl2 (ion Pb2+ dan ion Cl-) > harga Ksp PbCl2. hal tersebut dapat dilihat
dari perhitungan yang menunjukkan bahwa harga hasil kali ion-ion Pb2+ dan Cl- >
harga Ksp pada suhu-suhu pengendapan yang telah dihitung sebelumnya.
Dari hasil pengamatan selama percobaan, kita melihat bahwa jumlah endapan
yang terbentuk semakin banyak seiring dengan pertambahan volume KCl. Semakin
banyaknya endapan yang diperoleh menunjukkan kelarutan dari Pb(NO3)2 semakin
kecil. Mengapa hal ini terjadi ? semakin kecilnya kelarutan itu disebabkab karena
efek ion senama, yaitu KCl yang tidak bereaksi.
Sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan,
penambahan konsentrasi ion NO3- dari senyawa KNO3 yang terbentuk akan
menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibat dari pergeseran itu, jumlah PbCl2 yang
larutakan semakin kecil. Dan dapat kita simpulkan bahwa ion senama akan
memperkecil kelarutan. Seperti yang kita lihat dalam tabel perhitungan bahwa nilai
Ksp semakin kecil, seiring dengan pertambahan volume.
Selain menghitung harga Ksp, kita juga akan menghitung harga T dan ΔH0rx.
T merupakan suhu saat endapan PbCl2 tepat larut. Semakin banyak endapan PbCl2
yang terbentuk semakin besar pula suhu yang dibutuhkan PbCl2 untuk tepat larut.
karena sesuai dengan persamaan van’t Hoff :
Log Ksp = - Ho/2,303 R.1/T + tetapan
maka akan dapat kita lihat bahwa nilai log Ksp berbanding terbalik dengan suhu (T).
Log Ksp menyatakan banyaknya PbCl2 yang dapat larut. Sehingga, jika PbCl2 yang
larut semakin sedikit ( endapan yang terbentuk semakin banyak) maka suhu pelarutan
endapan PbCl2 (T) yang dibutuhkan pun akan semakin besar.
Dengan cara perhitungan regresi linear kita dapat memperoleh nilai a dan b.
Nilai a = nilai tetapan, sedangkan nilai b kita dapat memperoleh nilai ΔH0. Setelah
nilai b disubtitusi maka nilai ΔH0rx = -28,159702 J/mol K. Nilai ΔH0rx. Yang (-)
negatif menunjukkan bahwa raksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm (melepaskan
panas).
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan :
1. Prinsip – prinsip hasil kali kelarutan, Ksp adalah jika kelarutan lebih kecil
dibanding Ksp maka larutan belum jenuh, jika kelarutan sama dengan Ksp
maka larutan dikatakan tepat jenuh dan jika kelarutan lebih besar dibanding
Ksp maka larutan dikatakan lewat jenuh.
2. Harga Ksp PbCl2 pada panambahan NaCl 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 mL berturut-
turut adalah 5,399.10-8; 3,755.10-7; 1,109.10-6; 2,314.10-6; 4.10-6
3. Panas palarutan PbCl2 berdasarkan sifat kebergantungan Ksp terhadap waktu
adalah -382942840 J/mol K
DAFTAR PUSTAKA
Buchari, Eti, T., dan Aminudin, S., 2003. Pengaruh Pelarut dan Temperatur terhadap Tranport Europium (III) melalui Membran Cair Berpendukung. Jurnal Matematika dan Sains Vol. 8 No. 4.
Dewi, D.F., dan Ali, M., 2003. Penyisihan Fosfat Dengan Proses Kristalisasi Dalam Reaktor Terfluidisasi Menggunakan Media Pasir Silika. Jurnal Purifikasi, Vol.4, No.4.
Keenan, Charles W. dkk., 1991, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Erlangga. Jakarta.
Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, 1988. Kimia Dasar jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Suyanti, M.W. Purwani, dan Muhadi, A.W., 2008. Peningkatan Kadar Neodimium Secara Proses Pengendapan Bertingkat Memakai Amonia. SEMINAR NASIONAL IV.
Syukri, 1999, Kimia Dasar 2, ITB Press, Bandung.
LAMPIRAN
Untuk KCl 2 ml
Dik: V Pb(NO3)2 = 10 ml
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
V KCl = 2 ml
M KCl = 1 M
Dit : Ksp = .......?
Peny:
Mol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,079 M
= 0,79 mmol
Mol KCl = V KCl x M KCl
= 2 ml x 1 M
= 2 mmol
Reaksi pengendapan PbCl2
Pb(NO3)2 + 2KCl PbCl2 + 2KNO3
M 0,79 mmol 2 mmol - -
B 0,79 mmol 1,58 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
S - 0,42 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
Mol PbCl2 = 0,79 mmol
PbCl2 Pb2+ + Cl-
1 mol PbCl2 1 mol Pb2+ 2 mol Cl-
Sehingga,
Mol Pb2+ = mol PbCl2 = 0,79 mmol
Mol Cl- = 2 x mol PbCl2 = 1,58 mmol
Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 2 ml
= 12 ml
=
=
Ksp = x 2
= 0,0658 M x (0,132 M)2
= 1,1465 x 10-3 M3
Log Ksp = -2,9406
Untuk KCl 2,5 ml
Dik: V Pb(NO3)2 = 10 ml
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
V KCl = 2,5 ml
M KCl = 1 M
Dit : Ksp = .......?
Peny:
Mol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,079 M
= 0,79 mmol
Mol KCl = V KCl x M KCl
= 2,5 ml x 1 M
= 2,5 mmol
Reaksi pengendapan PbCl2
Pb(NO3)2 + 2KCl PbCl2 + 2KNO3
M 0,79 mmol 2,5 mmol - -
B 0,79 mmol 1,58 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
S - 0,92 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
Mol PbCl2 = 0,79 mmol
PbCl2 Pb2+ + Cl-
1 mol PbCl2 1 mol Pb2+ 2 mol Cl-
Sehingga,
Mol Pb2+ = mol PbCl2 = 0,79 mmol
Mol Cl- = 2 x mol PbCl2 = 1,58 mmol
Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 2,5 ml
= 12,5 ml
=
=
Ksp = x 2
= 0,0632 M x (0,126 M)2
= 1,0034 x 10-3 M3
Log Ksp = -2,9985
Untuk KCl 3 ml
Dik: V Pb(NO3)2 = 10 ml
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
V KCl = 3 ml
M KCl = 1 M
Dit : Ksp = .......?
Peny:
Mol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,079 M
= 0,79 mmol
Mol KCl = V KCl x M KCl
= 3 ml x 1 M
= 3 mmol
Reaksi pengendapan PbCl2
Pb(NO3)2 + 2KCl PbCl2 + 2KNO3
M 0,79 mmol 3 mmol - -
B 0,79 mmol 1,58 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
S - 1,42 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
Mol PbCl2 = 0,79 mmol
PbCl2 Pb2+ + Cl-
1 mol PbCl2 1 mol Pb2+ 2 mol Cl-
Sehingga,
Mol Pb2+ = mol PbCl2 = 0,79 mmol
Mol Cl- = 2 x mol PbCl2 = 1,58 mmol
Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 3 ml
= 13 ml
=
=
Ksp = x 2
= 0,0608 M x (0,122 M)2
= 0,9049 x 10-3 M3
Log Ksp = -3,0434
Untuk KCl 3,5 ml
Dik: V Pb(NO3)2 = 10 ml
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
V KCl = 3,5 ml
M KCl = 1 M
Dit : Ksp = .......?
Peny:
Mol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,079 M
= 0,79 mmol
Mol KCl = V KCl x M KCl
= 3,5 ml x 1 M
= 3,5 mmol
Reaksi pengendapan PbCl2
Pb(NO3)2 + 2KCl PbCl2 + 2KNO3
M 0,79 mmol 3,5 mmol - -
B 0,79 mmol 1,58 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
S - 1,92 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
Mol PbCl2 = 0,79 mmol
PbCl2 Pb2+ + Cl-
1 mol PbCl2 1 mol Pb2+ 2 mol Cl-
Sehingga,
Mol Pb2+ = mol PbCl2 = 0,79 mmol
Mol Cl- = 2 x mol PbCl2 = 1,58 mmol
Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 3,5 ml
= 13,5 ml
=
=
Ksp = x 2
= 0,0585 M x (0,117 M)2
= 0,8008 x 10-3 M3
Log Ksp = -3,0965