hasil tugas individu pkn.doc

9
KESENIAN MUSIK KAKULA DI DAERAH SULAWESI TENGAH 1. Deskripsi Singkat Musik Kakula Musik Kakula adalah salah satu seni musik tradisional suku Kaili khususnya dan masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya. Sudah sangat sukar menentukan kapan mulai dikenal oleh masyarakat di daerah ini. Pada tahun 1618 agama Islam masuk di daerah ini dengan membawa serta pula kebudayaannya. Mengikuti penyebar-penyebar Islam ini sebagai alat pendukung dakwah, mereka membawa serta alat musik yang terbuat dari tembaga/kuningan yang sekarang ini dikenal dengan musik Kakula. Alat musik tersebut berbentuk bulat dan pada bagian tengahya muncul atau munjung, sama dengan bonang di Pulau Jawa. Namun jauh sebelum alat musik ini masuk, daerah ini sudah mengenal alat musik yang terbuat dari kayu yang pipih dengan panjang kira-kira 60 cm dan tebal 2 cm serta lebar 5 sampai 6 cm disesuaikan dengan nada. Alat musik tersebut juga sering mereka katakan sebagai gamba-gamba. Gamba-gamba kayu adalah salah satu bentuk embrio atau awal dari musik kakula karena nada yang ada pada musik kakula yang terbuat dari tembaga/kuningan

Upload: ade-jaya

Post on 13-Aug-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil Tugas Individu PKn.doc

KESENIAN MUSIK KAKULA DI DAERAH SULAWESI TENGAH

1. Deskripsi Singkat Musik Kakula

Musik Kakula adalah salah satu seni musik tradisional suku Kaili

khususnya dan masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya. Sudah sangat sukar

menentukan kapan mulai dikenal oleh masyarakat di daerah ini. Pada tahun 1618

agama Islam masuk di daerah ini dengan membawa serta pula kebudayaannya.

Mengikuti penyebar-penyebar Islam ini sebagai alat pendukung dakwah, mereka

membawa serta alat musik yang terbuat dari tembaga/kuningan yang sekarang ini

dikenal dengan musik Kakula. Alat musik tersebut berbentuk bulat dan pada

bagian tengahya muncul atau munjung, sama dengan bonang di Pulau Jawa.

Namun jauh sebelum alat musik ini masuk, daerah ini sudah mengenal alat

musik yang terbuat dari kayu yang pipih dengan panjang kira-kira 60 cm dan tebal

2 cm serta lebar 5 sampai 6 cm disesuaikan dengan nada. Alat musik tersebut juga

sering mereka katakan sebagai gamba-gamba. Gamba-gamba kayu adalah salah

satu bentuk embrio atau awal dari musik kakula karena nada yang ada pada musik

kakula yang terbuat dari tembaga/kuningan persis dengan nada yang ada pada

gamba-gamba atau Musik Kakula Kayu.

Masyarakat Sulawesi Tengah dikenal sebagai masyarakat agraris karena

sebagian besar penduduk Sulawesi Tengah hidup dari pertanian. Masyarakat

itulah pemilik Musik Kakula atau Gamba-gamba kayu tadi.

Musik Gamba-gamba yang dibuat dari kayu waru dengan ukuran:

- Panjang 60 cm

- Lebar 6 cm

- Tebal 1,5 cm

Ukuran tersebut bisa saja tidak tepat, sebab alat musik ini dibuat sesuai

dengan nada yang sama persis seperti nada pada alat musik kakula yang terbuat

dari tembaga/kuningan yakni:

Page 2: Hasil Tugas Individu PKn.doc

la, do, re, mi, sol, la, si

6 1 2 3 5 6 7

dengan melihat nada-nada di atas yang tidak memiliki nada fa (4) maka

sudah jelas musik ini masih pentatonis. Dengan hadirnya musik Kakula yang

terbuat dari tembaga/kuningan, masyarakat di daerah ini meningkatkan pula

kreasinya, dari musik kakula kayu ditingkatkan lagi yakni dibuat dari besi roda

pedati dengan ukuran: – Panjang 30 cm, – Lebar 5 cm.

Menempati wadah sama dengan wadah gamba-gamba. Nada masih sama

dengan nada kakula kayu maupun kakula yang terbuat dari tembaga/kuningan

hanya suaranya lebih nyaring. Tidak hanya sampai di situ keinginan masyarakat

berkreasi, memperhatikan kakula dari tembaga pada bagian tengah terdapat

bulatan yang sudah pasti lebih membuat suara lebib merdu, maka mereka juga

membuat bulatan pada tengah kakula yang mereka buat dari besi roda pedati

sehingga bentuk tengahnya sama dengan kakula tembaga/kuningan.

Nadanya masil tetap sama dengan Kakula Kayu, Kakula Besi Roda Pedati

bahkan Kakula Tembaga/Kuningan. Keberadaan Kakula besi dan

perkembangannya tidak mempengaruhi kehidupan kakula kayu. Kakula kayu

tetap bertahan hingga sekarang hanya bunyi dan fungsinya yang berbeda. Di atas

sudah dijelaskan bahwa musik Kakula yang terbuat dari tembaga/kuningan yang

berbentuk bulat sama dengan bonang di pulau Jawa tersebut sudah masuk

kepesisir pantai Sulawesi Tengah seiring dengan masuknya agama Islam pada

tahun 1618. Alat musik Kakula yang terbuat dari tembaga/kuningan di lengkapi

dengan 2 (dua) buah gendang dan 2 (dua) buah gong.

2. Ekspresi dan Performansi

a. Peralatan

Bapak Hasan M. Bahasyuan adalah seorang seniman musik kakula tradisi

(pemain) disamping sebagai pemain musik juga sebagai pencipta tari. Setelah

Page 3: Hasil Tugas Individu PKn.doc

beberapa tarinya berhasil diiringi oleh seperangkat alat musik kakula yang masih

pentatonis, terdiri dari tujuh buah kakula dengan nada masing-masing

la, do, re, mi, sol, la, si, do,

6 1 2 3 5 6 7 1

Ditambah dengan dua buah gong dengan nada A dan C serta dua buah

gendang masing-masing satu buah gendang besar dan satu buah gendang kecil.

Tahun 1969 Bapak Hasan M. Bahasyuan merasa alat musik pengiring tarinya

begitu miskin sehingga beliau berkreasi membuat musik kakula dari 7 buah

menjadi 24 buah. Alat musik tersebut ditata dalam satu wadah yang lumrahnya

dibuat dari kayu dan papan. Kakula diatur dan disusun jadi 3 (tiga) baris dengan

nada masing-masing

Baris I : 1 2 4 5 6 4 3 2

Baris II : 1 2 3 4 5 6 7 1

Baris III : 7 6 5 4 43 2 2

Alat musik ini dilengkapi pula dengan masing-masing gong dengan nada-

nada :

Bes, D, C, G, A, E, F

2 (dua) buah gendang masing-masing sebuah gendang kecil dan sebuah

gendang besar, sepasang repe-repe atau cymbal. 1 (satu) unit gamba-gamba

dengan nada-nada

5 6 – 7 2 4 – 5 6 – 1 2 4

5 6 7 – 1 2 3 4 – 5 6 7 – 1 2 3 45

juga sebatang suling besar atau Lalove.

Perangkat musik ini dimaksudkan seniman besar Sulawesi Tengah

almarhum Hasan M. Bahasyuan tersebut untuk menngiringi tari-tari ciptaannya

Page 4: Hasil Tugas Individu PKn.doc

bahkan tari-tari tradisional daerah ini. Kakula makin melekat di hati masyarakat

Sulawesi Tengah karena baik penampilan maupun fungsinya lebih baik dari

sebelumnya. Tahun 1992 melalui Taman Budaya Propinsi Sulawesi Tengah alat

musik Kakula yang sudah di kreasikan oleh Hasan M. Bahasyuan direkayasa

kembali untuk mendapatkan bentuk lain dan penampilan yang lain pula.

Perubahan hasil rekayasa sangat terasa sebab baik wadah tempat kakula,

penabuh dan bertambahnya beberapa alat-alat kesenian tradisional yang belum

populer untuk memperkaya musik ini seperti Pare’e, Banggula.

Kakula rekayasa terdiri dari

Kakula melodi 6 1 2 3 5 6

Kakula Rythem 1 1 2 3 4

Kakula Rythem 11 4 6 1

3 (tiga) buah Gendang:

- 1 (satu) Gendang besar

- 1 (satu) Gendang sedang

- 1 (satu) Gendang kecil

1 (satu) buah Lalove (suling besar)

1 (satu) pasang Repe-Repe (Cymbal)

1 (satu) buah Pare’e,

1 (satu) unit Gamba-Gamba

7 (tujuh) buah Gong dengan nada C, D, E, F, G, A dan Bes

b. Kronologis

Teknik Permainan. Teknik Permainan yang dimaksud adalah cara

memainkan instrumen tersebut sesuai aturan di dalam membunyikan sesuai

kebutuhan. Teknik Permainan terdiri dari:

Page 5: Hasil Tugas Individu PKn.doc

1. Teknik permainan musik Kakula sebagai pengiring Manca

atau Pencak Silat. Pemusik terdiri dari 5 orang yakni:

1 orang penabuh Kakula (Kakula 2 buah ditabuh secara

bergantian sehingga menghasilkan bunyi yang saling mengisi)

1 orang penabuh Gong (Gong kecil 2 buah yang saling

mengisi dengan Kakula)

2 orang penabuh Gendang (Gendang 2 buah sebagai mat)

Fungsi bunyi-bunyian ini adalah untuk memberi perangsang pada

pemain. Makin cepat pukulan makin cepat pula pemain Manca

melepaskan serangan-serangannya silih berganti.

2. Teknik permainan musik Kakula sebagai pengirring Upacara Adat.

Pemusik terdiri dari 4 orang masing-masing memegang alat musik Kakula

(7 atau 8) buah. 1 orang penabuh Gong (Gong 2 buah). 2 orang penabuh

Gendang (Gendang 2 buah).

3. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Musik Kakula

Masyarakat Sulawesi Tengah utamanya Kabupaten Donggala yang

merasa memiliki musik Kakula sebagai alat musik tradisional daerah ini, sangat

menerima bahkan bangga menyaksikan pertunjukan musik Kakula ini, baik

disajikan dalam bentuk tradisionalnya sebagai penjemputan pengantin Pria atau

menandakan bahwa disalah sebuah rumah keluarga mengadakan pesta seperti

Nokeso, Nosuna (kitanan), dan dalam penjemputan tamu-tamu terhormat ke

daerah, bahkan disajikan dalam bentuk perkembangannya yang sudah dikreasikan

mengiringi tari dan lagu-lagu daerahpun masih mendapat tempat di hati

masyarakat dari desa hingga ke Kota.

Page 6: Hasil Tugas Individu PKn.doc

4. Prospek Nilai-nilai dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Kesenian musik kakula merupakan salah satu bentuk kesenian yang sudah

dikenal oleh seluruh masyarakat Sulawesi Tengah dan merupakan salah satu

bentuk peninggalan kesenian zaman dahulu yang masih bertahan. Dengan adanya

peninggalan-peninggalan kesenian daerah yang masih bertahan, musik kakula

dapat dianggap sebagai salah satu kekayaan kesenian yang ada di Indonesia yang

tidak bisa didapatkan dinegara manapun, dan juga semakin memantapkan

Indonesia di mata dunia karena negara Indonesia dikenal sebagai negara yang

terdiri dari berbacam-macam suku bangsa dan budaya yang tidak dimilik negara

manapun di dunia ini.