hasil monitoring uji petik kualitas air pdam · pdf fileb. berdasarkan permenkes no....
TRANSCRIPT
L A P O R A N
HASIL MONITORING UJI PETIK KUALITAS
AIR PDAM INTAN KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2015
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN
PEMBERANTASAN PENYAKIT
BANJARBARU
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan
Uji petik kualitas air PDAM Bandarmasih Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi data (data-base) dan gambaran
umum tentang keadaan kualitas air PDAM yang ada di wilayah Kabupaten Tapin.
Laporan Pelaksanaan Uji petik kualitas air PDAM di Kabupaten Tapin ini
diselesaikan berkat adanya kerjasama yang baik dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin
dan PDAM Kabupaten Tapin, untuk itu kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Dalam laporan ini kami menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan, oleh
karena itu kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Demikian laporan pelaksanaan uji petik kualitas air PDAM di Kabupaten Tapin ini di
buat, semoga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
untuk langkah-langkah perbaikan.
Banjarbaru, Juli 2014
Drs. Sri Wahyudhi, M.Kes
NIP. 19560330197809 1 001
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar …….……………………………………………………………... i
Daftar isi ………...………………………………………………………………... ii
Daftar Tabel …….………………………………………………………………... iii
Daftar grafik .............……………………………………………………............ iv
S BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...…………………..………..………………………… 1
B. Tujuan ……….………………………………………………………… 2
C. Metodologi. ...…….…............................................................................ 2
D. Manfaat.................. ................................................................................ 2
E. Lokasi kegiatan........................................................................................ 2
F. Jadwal kegiatan .......................................................................................
.
2
BAB II HASIL KEGIATAN
A. PDAM Kota Banjarmasin....................................................................... 3
B. Kualitas Air PDAM Kota Banjarmasin.................................................. 4
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Akses penduduk terhadap Air PDAM Kota Banjarmasin..................... 7
B. Kualitas Air PDAM Kota Banjarmasin................................................. 8
C. Pembahasan…………………………………………………………… 8
BAB IV. SIMPULAN & REKOMENDASI............................................ ................... 11
a. Kesimpulan ................................................... ........................................ 11
b. Saran/Rekomendasi………………….. .................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Luas Wilayah, jumlah Desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah
tangga dan kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Tapin tahun 2008
Lampiran 2 Kepala Keluarga yang memiliki Akses Air Bersih di Kabupaten Tapin
berdasarkan wilayah Puskesmas tahun 2009
Lampiran 3 Kegiatan Pemeriksaan Kualitas air PDAM Rantau tahun 2009
Lampiran 4 Hasil Pemeriksaan Air PDAM di Kabupaten
Tapin
SUMMARY EXECUTIVE
Pelaksanaan kegiataan uji petik kualitas air di Kab. Tapin Prov. Kalimantan Selatan
yang dilaksanakan oleh Bidang ADKL BBTKL-PPM Banjarbaru tanggal 27 – 30 September
2010 di Kabupaten Tapin bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin dan
PDAM Kabupaten Tapin dengan tujuan untuk memperoleh data kualitas air (air badan air, air
minum dan air bersih).
Adapun kegiatan uji petik kualitas air yang dilaksanakan di Kabupaten Tapin antara
lain sebagai berikut :
1. Pengambilan Sampel Air Sungai / Intake PDAM untuk memperoleh jenis data
Kualitas Bakteriologis, Kimia dan fisika
2. Pengambilan Sampel Air PDAM setelah Pengolahan/air jadi yang siap
dididstribusikan untuk memperoleh jenis data kualitas Bakteriologis, Kimia dan
fisika dan sisa chlor
3. Pengambilan sampel Air PDAM pada Konsumen/pelanggan PDAM untuk
memperoleh data kualitas air Bakteriologis, Kimia dan Fisika serta sisa chlor
4. Pengambilan sampel Air bersih pada Sumur Gali dan SPT di wilayah Kabupaten
Tapin untuk memperoleh data kualitas air Bakteriologis, Kimia dan Fisika
Dalam pelaksanaan Uji Petik Kualitas Air Parameter pemeriksaan berpedoman
pada Permenkes 492/Menkes/Per/10/2010, dan Permenkes
416/Menkes/Per/IX/1990 dan Peraturan Gubernur Kalsel no. 5 tahun 2007 dan
disesuai dengan kemampuan laboratorium BBTKL-PPM Banjarbaru
Dari hasil Kegiatan Pengambilan Sampel Air untuk memperoleh Data Kualitas
Air telah diperoleh gambaran hasil kegiatan sebagai berikut
1. Telah dilaksanakannya kesepatakan penentuan lokasi sampling antara petugas
BBTKL-PPM Banjarbaru, Dinas Kesehatan Kab. Tapin dan PDAM Kabupaten
Tapin sebagai titik pantau untuk kegiatan pemantauan selanjutnya
2. Telah dilaksanakannya pengambilan sampel kualitas air di SPAM-IKK
Bungur, SPAM-IKK Hiyung Tatakan, SPAM-IKK Hatungun Batu Apu, dan
SPAM-IKK Candi laras Selatan. Titik Pengambilan pada Sarana Air Bersih di
wilayah IKK setempat berupa Sumur Gali/SPT
3.
Pelaksanaan Kegiatan : tanggal 27 – 30 September 2010
I. DASAR PELAKSANAAN
a. SPPD dari : Kuasa Penggunaan Anggaran BBTKL-PPM
Banjarbaru
b. Nomor :
c. Nama Petugas : 1. Lukman Noor Akli, Amd.KL
2. Rabiatul Aulia, ST
d. Maksud : Pelaksanaan kegiatan uji petik kualitas air e. Lokasi Kegiatan : Wilayah IKK Kabupaten Tapin
f. Lamanya : 4 (empat) hari tanggal 27 – 30 September 2010 g. Pejabat yang ditemui : Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin
II. KEGIATAN
1. Pelaksanaan pengambilan sampel kualitas air, terdiri dari :
a. 4 sampel ABA/ intake PDAM (IKK)
b. 4 sampel air jadi setelah pengolahan pada instalasi PDAM (IKK)
c. 4 sampel air PDAM (IKK) di masyarakat pada distribusi terjauh
d. 4 sampel air bersih (SPT/SGL) di lokasi IKK yang bersangkutan
2. Parameter Pemeriksaan
a. Berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/10/2010
b. Berdasarkan Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990
c. Peraturan Gubernur Kalsel No. 5 tahun 2007
d. Disesuai dengan kemampuan Laboratorium BBTKL-PPM Banjarbaru
III. HASIL KEGIATAN Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel kualitas air tersebut diatas telah
diperoleh sampel air pada titik-titik pengambilan sebagai berikut :
a. Pengambilan Sampel air pada SPAM-IKK Bungur yang terdiri dari 1. Intake/sumber air baku sungai Tapin
2. Air jadi yang siap didistribusikan/air setelah pengolahan 3. Kran konsumen/Bapak Usman Ds.Bungur Lama Rt.I Kec.Bungur
4. SGL milik Bapak
b. Pengambilan air pada SPAM-IKK Tapin Tengah Tatakan yang terdiri dari
1. Intake/sumber air baku pada sungai Hiyung Tatakan
2. Kran konsumen an. Bapak
3. Kran konsumen/Bapak
4. SGL milik Bapa Samideri Tambarangan
c. Pengambilan air pada SPAM-IKK Batu Hapu, Hatungun
1. Intake/sumber air baku pada sungai Mengkoak
2. Air jadi yang siap didistribusikan/air setelah pengolahan
3. Kran konsumen/Bapak
4. SGL milik Bapak Husaini desa Turingin Batu Hapu
d. Pengambilan air pada SPAM-IKK Candilaras Selatan 1. Intake/sumber air baku pada sungai Negara
2. Air jadi yang siap didistribusikan/air setelah pengolahan
3. Kran konsumen/Bapak
4. Sumber air bersih SPT milik Bapak
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Pemantauan Kualitas air pada Sarana Penyediaan Air Bersih/minum merupakan
bagian penting yang harus dilakukan oleh Pemerintah daerah untuk memperoleh data kualitas air yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat suatu
kebijakan berkaitan dengan Upaya peningkatan kualitas air bersih/minum di masyarakat.
Perlunya peningkatan sosialisasi dan koordinasi ke Pemerintah Daerah berkaitan dengan Pengawasan Kualitas Air minum dan air bersih sehingga pihak Pemda akan
lebih menaruh perhatian yang lebih besar lagi terhadap pengawasan kualitas air bersih
dan air minum di wilayahnya masing-masing.
Perlunya kegiatan Diseminasi informasi hasil kegiatan ke Daerah oleh BBTKL-PPM
Banjarbaru .
Banjarbaru, 1 Oktober 2010
Mengetahui, Pelaksana Kegiatan,
An. Kabid. ADKL BBTKL-PPM Banjarbaru,
Kasie Lingkungan Fisik Kimia
Anggiat Martua, S.Si Lukman Noor Akli, Amd.KL
NIP. NIP. 196612051989031 001
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmono,Lingkungan Hidup dan Pencemaran, hubungannya dengan toksikologi senyawa logam, Jakarta, UI Press 2001.
2. Effendi, Hefni, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Jakarta, Kanisius 2003.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten HST, Profile tahun 2009 Dinkes Kab. HST, tahun 2010.
4. Depkes RI, Peraturan-peraturan di bidang Kesehatan, tahun 2005
5. BLHD Kab. HST, Laporan rutin Pemantauan Kualitas Air Badan Air d
Kabupaten HST, tahun 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Air yang bersih sangat dibutuhkan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup
sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk
keperluan pertanian dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan air bersih ataupun air
minum saat ini sulit memperolehnya secara langsung, hanya di tempat-tempat tertentu
saja kita dapat memperoleh air bersih ataupun air yang dapat langsung diminum, seperti
air pada pegunungan. Untuk memperoleh air bersih atau air minum tentunya saat ini
diperlukan fasilitas pengolahan. Melalui pengolahan air inilah kita merasa aman bahwa
air yang kita konsumsi tidak berdampak pada kesehatan. Salah satu Instalasi Pengolahan
Air yang ada di daerah Kabupaten/Kota adalah PDAM. Pemerintah dan masyarakat
mempercayakan PDAM sebagai sarana penyedia air bersih atau air minum untuk
kebutuhan mereka sehari-hari.
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan
kualitas air minum dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 736 Tahun2010 tentang tata laksana
pengawasan kualitas air minum, air minum didefinisikan sebagai air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Berdasarkan jenis pengolahannya air minum dapat berupa air dengan
sistem jaringan perpipaan (mis. PDAM), bukan jaringan perpipaan (air minum yang berasal
dari sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil
tangki air, atau bangunan/perlindungan mata air), dan depot air minum. Pada umumnya air
minum PDAM masih mengandalkan air sungai sebagai sumber air baku, padahal
sungai-sungai yang ada saat ini cenderung masih tidak terlindungi dan dijadikan sebagai
media penerima limbah baik domestik maupun non domestik.
Untuk menjaga agar kualitas air tidak semakin buruk maka diperlukan suatu
upaya pencegahan, langkah awalnya adalah dengan melakukan pemantauan secara
berkala dan berkesinambungan kemudian berkoordinasi dengan instansi terkait untuk
dilakukan perbaikan-perbaikan teknis pengelolaan sungai maupun menciptakan regulasi-
regulasi yang mengarah kepada perbaikan kualitas dan kuantitas air.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai perusahaan pengelola air minum
di kabupaten/kota dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan akan air minum bagi
masyarakat di wilayah kerjanya. Agar pengelolaan air minum dapat terlaksana dengan
baik dan benar diperlukan sistem manajemen yang profesional baik dari segi
perencanaan, kapasitas produksi, sistem pendistribusian, pengelolaan keuangan, serta
pengawasan, sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi.
BBTKLPP Banjarbaru merupakan unit pelaksanan teknis di lingkungan Kemenkes
RI yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal PP & PL mempunyai tugas pokok
salah satunya adalah pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).
Berdasarkan Permenkes RI No.736/Menkes/Per/VI/2010 tentang tata laksana
pengawasan kualitas air minum BBTKLPP dapat melakukan pengawasan kualitas air
minum sesuai dengan tupoksinya. Untuk itu BBTKLPP Banjarbaru melakukan kegiatan
uji petik kualitas air minum dibeberapa Kabupaten/Kota di wilayah kerja.
B. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data kualitas air Minum PDAM
Kabupaten Banjar.
C. Manfaat
1. Bagi BBTKLPP Banjarbaru:
a. Sebagai data base kualitas air di provinsi yang menjadi wilayah kerja BBTKLPP
Banjarbaru.
b. Sebagai dasar dan referensi dalam memberikan rekomendasi kepada pihak yang
berwenang untuk menjadi referensi upaya tindak lanjut.
2. Bagi Pemerintah Daerah setempat yang berwenang :
Sebagai masukan kepada pemerintah daerah/instansi untuk mengambil
kebijakan lebih lanjut, serta sebagai pertimbangan dalam perencanaan dan evaluasi
program kesehatan dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
1. Definisi Air
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua
air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
Menurut Mukono (2000), air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang
berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ke dalam
tubuh manusia, baik berupa minuman maupun makanan tidak menyebabkan penyakit,
maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah
mutlak diperlukan untuk mencegah kontak atau kotoran sebagai sumber penyakit
dengan air yang diperlukan.
2. Karakteristik Air
Air yang ada dalam kehidupan ini merupakan senyawa kimia dengan struktur
kimia yang secara umum dikenal sebagai H2O. Menurut Effendi (2003), air memiliki
karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain, karakteristik tersebut antara
lain :
a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0oC – 100oC, air berwujud
cair.
b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik.
c. Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah
proses perubahan air menjadi uap air.
d. Air merupakan pelarut yang baik.
e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
f. Air merupakan satu – satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.
3. Sumber air
Air dapat bersumber dari air hujan yaitu air yang berasal dari proses evaporasi,
kondensasi, dan presipitasi, sehingga air tersebut benar – benar murni sebagai H2O,
dengan demikian tidak terlarut sebagai mineral. sifat air yang demikian itu, disebut
dengan air lunak (soft water) dan bila diminum rasanya relatif kurang segar. Derajat
kekotoran air hujan ini sangat dipengaruhi oleh derajat pencemaran dimana hujan
terjadi.Semakin tinggi pencemarannya, maka akansemakin banyak pula zat – zat
pencemaran yang dibawa turun oleh air hujan. Hal ini tidak berlangsung lama, karena
beberapa menit setelah hujan, maka air hujan tersebut relatif bersih dari zat – zat
pencemar.Dengan kurangnya zat mineral yang terkandung di dalamnya, maka tambahan
garam mineral dalam makanan sangat dibutuhkan, yaitu untuk mengurangi risiko
timbulnya penyakit akibat kekurang zat mineral tertentu seperti sakit gondok.Penggunaan
air hujan sebagai sumber air minum dalam masyarakat merupakan secara perseorangan
adalah merupakan jalan terakhir, apabila sumber air lain tidak bisa dimanfaatkan
(Sandropi, 1984)
Air juga dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan/terperangkap di
dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh
alam.Penggunaan air tanah untuk keperluan sehari – hari memiliki keuntungan dan
kerugian. Menurut Sandropi (1984), keuntungan penggunaan air tanah adalah (1) pada
umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut, (2) paling praktis dan ekonomis
untuk mendapatkan dan membaginya, (3) lapisan tanah yang menampung air, biasanya
merupakan pengumpulan air yang alamiah. Sedangkan kerugian penggunaan air tanah
adalah seringkali memiliki kandungan mineral seperti Fe (besi), Mn (mangan), Ca
(kalsium), dan lain sebagainya dalam jumlah yang tidak dikehendaki, serta dalam
penggunaannya sering membutuhkan pemompaan (memerlukan pompa) yang juga
memerlukan biaya.
B. Air minum
1. Definisi air minum
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan
kualitas air minum dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 736 Tahun 2010 tentang tata
laksana pengawasan kualitas air minum, air minum didefinisikan sebagai air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Berdasarkan jenis pengolahannya air minum
dapat berupa air dengan sistem jaringan perpipaan (mis.PDAM), bukan jaringan
perpipaan (air minum yang berasal dari sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, atau bangunan/perlindungan
mata air), dan depot air minum.
2. Kebutuhan air minum
Bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, air merupakan kebutuhan
dasar.Tidak ada satupun makhluk hidup yang bisa hidup tanpa air.Menurut Slamet
(1994), di dalam tubuh manusia mengandung air dengan persentase 60% - 70% dari
seluruh berat badan, dan terdapat kira – kira 90% air di daerah jaringan lemak.
Menurut Wardhana (2001), Banyaknya pemakaian air tergantung pada kegiatan yang
dilakukan sehari – hari. Rata – rata pemakaian air di Indonesia untuk setiap orang
perharinya adalah 100 liter/orang/hari, dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5
liter untuk memasak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi, dan 45 liter
digunakan untuk jamban yaitu untuk penyiraman jamban (toilet flushing).
3. Kualitas air minum
Kelayakan air dapat diukur baik secara kualitas maupun kuantitas. Kualitas air
adalah sifat air dan kandungan energi, zat, makhluk hidup atau komponen lain dalam
air yang mencakup kualitas fisik, kimia, dan biologis (bakteriologis/mikrobiologis).
a. Kualitas fisik air minum
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010, persyaratan
fisik air minum dimasukkan ke dalam kelompok parameter wajib yang termasuk
parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan. Adapun
persyaratan fisik air minum adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Persyaratan Fisik Kualitas Air Minum
No. Parameter Fisik Satuan Kadar Maksimum yang
diperbolehkan
1 Bau - Tidak berbau
2 Jumlah zat padat terlarut (TDS) mg/L 500
3 Kekeruhan Skala NTU 5
4 Rasa - Tidak berasa
5 Suhu 0°C Suhu Udara ± 3
6 Warna Skala TCU 15
Keterangan : Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010
b. Kualitas kimia air
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut :
1) pH netral.
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Skala pH diukur dengan pH meter atau
lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7 berarti air
cenderung bersifat asam, sedangkan bila di atas 7 cenderung bersifat basa dan
rasanya pahit.
2) Tidak mengandung bahan kimia beracun.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
Sianida Sulfida, Fenolik.
3) Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti
Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain.
4) Kesadahan rendah.
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion- ion
(kation) logam valensi dua. Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-
garam yang terlarut di dalam air
Parameter kimiawi yang disyaratkan pada air minum jauh lebih banyak dan
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu parameter wajib dan parameter tambahan.
Persyaratan kimia pada air minum yang merupakan parameter wajib berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3.
Persyaratan Kimia Kualitas Air Minum
No. Parameter Kimia Satuan Kadar Maksimum yang
diperbolehkan
I . Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Kimia an - organik
1 Arsen mg/l 0,01
2 Fluorida mg/ l 1,5
3 Total kromium mg/l 0,05
4 Kadmium mg/l 0,003
5 Nitrit, sebagai (sebagai NO2-) mg/l 3
6 Nitrat, sebagai (sebagai NO3-) mg/l 50
7 Sianida mg/l 0,07
8 Selenium mg/l 0,01
II. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Kimiawi
1 Alumunium mg/l 0,2
2 Besi mg/l 0,3
3 Kesadahan mg/l 500
4 Khlorida mg/l 250
5 Mangan mg/l 0,4
6 pH - 6,5 – 8,5
7 Seng mg/l 3
8 Sulfat mg/l 250
9 Tembaga mg/l 2
10 Amonia mg/l 1,5
c. Kualitas biologi
Air yang baik tidak boleh mengandung bakteri Coliform. Air yang
mengandung bakteri golongan koli (Coli) dianggap telah terkontaminasi dengan
kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Pada air bersih persyaratan bakteriologis adalah
total coliform. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990,
persyaratan bakteriologis untuk air bersih perpipaan adalah 10 per 100 ml sampel
dan untuk air bersih non perpipaan adalah 50 per 100 ml sampel.
Pada air minum parameter mikrobiologis yang disyaratkan adalah total
coliform dan E. coli. Air minum yang baik harus memenuhi persyaratan
mikrobiologis untuk parameter total coliform dan E. coli sebesar 0 per 100 ml
sampel.
4. Hubungan kualitas air dengan kesehatan
a. Kualitas Bakteriologis
Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter yang
mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan
bakteri dan mikroba. Kelompok protozoa dalam air seperti cacing dan tungau
merupakan jenis kuman parasitik yang berdampak terhadap kesehatan seperti
kecacingan, skabies, sedangkan air yang terkontaminasi dengan bakteri dan virus
juga dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya. Bakteri penyebab
bawaan air terbanyak adalah salmonella thypi/parathypi, Shigella, dan vebrio
cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti Rotavirus, virus Hepatitis A,
poliomyelitis, dan virus trachoma.
Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong Coliform
dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan sehingga
Eschericia coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal
dari kotoran hewan berdarah panas (Fardiaz,1992).
Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk
menentukan aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Bila coliform dalam air
ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri
patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya (Slamet, 1994).
b. Kualitas Kimia
1) Zat Organik (KMnO4)
Menurut Djajadiningrat (1992) zat organik terlarut menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut (DO) di dalam badan air. Kandungan zat
organik yang melebihi batas memungkinkan pertumbuhan kuman yang
membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.
2) Besi (Fe)
Kandungan besi dalam jumlah kecil dibutuhkan tubuh untuk proses
pembentukan sel-sel darah merah. Besi dalam ikatan protoporphyrin dalam
hemoglobin darah merupakan bagian yang terpenting dalam mengikat oksigen
(Talwar,1980).
Besi (Fe) yang tinggi membuat iritasi saluran gastrointestinal, sakit perut
dan diare serta terakumulasi dalam jaringan hati sehingga mengganggu fungsi
hati dan ginjal (Darmono,2001).
Konsentrasi yang lebih besar dari 0,3 mg/l dapat menimbulkan warna
kuning, memberi rasa yang tidak enak pada minuman, pengendapan pada
dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan.
3) Mangan (Mn)
Mangan pada konsentrasi yang lebih tinggi 0,5 mg/l menyebabkan rasa
tidak enak pada minuman dan efek pada kesehatan dapat menyebabkan
kerusakan hati (Tugaswati,T.1980).
Mempengaruhi faktor estetika (kondisi fisik air); mempengaruhi rasa,
warna, dan bau, menyebabkan noda, menimbulkan kerak pada perpipaan.
4) pH
pH yang lebih rendah dari 6,5 serta lebih tinggi dari 9,2 menyebabkan
karat pada pipa-pipa air, dan membuat beberapa senyawa kimia berubah
menjadi racun yang mengganggu kesehatan. pH yang rendah melarutkan email
(lapisan gigi) sehingga cepat keropos (Tugaswati, T.1980).
5) Air Raksa (Hg)
Hg yang diabsorpsi akan masuk ke dalam darah, ginjal, hati, limpa dan
tulang. Exresi lewat urine, faeces, keringat, air susu dan saliva. Hg organic
dapat merusak susunan syarat pusat (temor, atarcia, lapangan penglihatan
menciut, perubahan kepribadian), dan Hg anorganik merusak ginjal, dan
menyebabkan cacat bawaan.
6) Arsen (As)
Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah, koma,
meninggal. Secara kronis menimbulkan anorexia, kolik, mual, diare, icterus,
perdarahan pada ginjal, dan kanker julit, dapat juga berupa iritasi, alergi dan
cacat bawaan.
7) Barium (Ba)
Kadar barium berlebihan dapat mengganggu saluran pencernaan,
menimbulkan rasa mual, diare dan gangguan pada sistem syaraf pusat.
8) Fluorida (F)
Konsentrasi dalam jumlah kecil dibutuhkan sebgai pencegahan terhadap
penyakit caries gigi yang paling efektif tanpa merusak kesehatan. Konsentrasi
yang lebih dari 1,5 mg/l air dapat menyebabkan “Fluorosis” pada gigi, yaitu
terbentuknya noda-noda coklat yang tidak mudah hilang pada gigi.
9) Cadminum (Cd)
Keracunan akut akan menyebabkan gejala pencernaan (gastrointestinal)
dan ginjal. Secara kronis penyebab penyakit “itai-itai”, dengan gejala sakit
pinggang, tulang rapuh, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti
influenza, dan kemandulan pada laki-laki.
10) Kesadahan CaCO3
Penyebab langsung terhadap kesehatan tidak ada, tetapi kesadahan dapat
menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif.
11) Chlorida (Cl)
Dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan. Apabila berikatan
dengan ion natirum dapat menyebabkan rasa asin dan dapat merusak pipa-pipa
air.
12) Chromium Valensi 6 (Cr)
Kemungkinan dapat menyebabkan kanker pada kulit dan alat-alat
pernafasan.
13) Nitat, Nitrit sebagai N.
Gangguan pencernaan (gastro intestinal = GI), diare dengan darah,
convulsi, shock, coma, meninggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi
yang umum, sakit kepala, gangguan mental. Methemoglobinaemia, terutama
pada bayi (blue babies).
14) Perak (Ag).
Jika termakan akan mengendap pada kulit, mata dan mocus membrane
yang menyebabkan hilangnya warna jadi biru abu-abu tanpa reaksi nyata,
percobaan pada tikus menunjukkan kerusakan ginjal.
15) Selenimum (Se)
Memberikan pegnaruh terhadap kenaikan jumlah penyakit caries gigi
pada anak-anak. Menyebabkan gejala GI seperti muntah dan diare. Kemudian
terjadi gejala gangguan susunan syaraf seperti hilangnya refleks-refleks, iritasi
cerebral, convulsi dan kematian. Merupakan racun sistemik, kemungkinan
karsinogenik.
16) Seng/Zink (Zn)
Dalam jumlah kecil merupakan unsur yang penting untuk metabolisme
karena kekurangan Zn dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
Dalam jumlah besar menimbulkan rasa pahit.
17) Sulfat (SO4)
Dalam jumlah besar dapat beraksi dengan ion natirum atau magnesium
dalam air sehingga membentuk garam yang dapat menimbulkan iritasi, gastro-
intestinal. Formasi endapaan (hard scater) pada boilers dan heat exchangers.
18) Sulfida (H2S)
H2S bersifat racun dan berbau busuk. Dalam jumlah besar dapat
memperbesar keasaman air sehingga dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-
pipa logam. Menimbulkan rasa, bau, korosif dan iritans.
19) Tembaga (Cu)
Dalam jumlah kecil Cu sangat diperlukan tubuh untuk membentuk sel-sel
darah merah. Dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di
lidah, disamping dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
20) Timbal (Pb)
Sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia karena cenderung untuk
berakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dan meracuni jaringan syaraf.
21) Benzene
Menimbulkan rasa, warna atau bau tidak normal
22) Chlordane (Total isomer)
Terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan manusia dan
bersifat carcinogenic.
23) DDT
Terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan manusia dan
bersifat carcinogenic.
c. Kualitas Fisik
1) Suhu
Sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat
kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan.
2) Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikro organisme yang
berwarna. Secara alamiah air rawa berwarna kuning muda karena ada tannin,
asam humat, dll. Karena warna menyerupai urine, orang tidak sampai hati
menggunakannya.
3) Bau
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak diterima oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Bau anyir
karena tumbuhnya algae, dsb
4) Rasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan,
rasa pahit, asin, dsb.
BAB III
METODEOLOGI
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dimana data hasil pemeriksaan kualitas air
PDAM dibandingkan dengan baku mutu dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan.Waktu pelaksanaan kegiatan ini pada tanggal 03 s/d 06 Maret 2015.
C. Sampel Penelitian
Jumlah sampel yang diambil tiap Kabupaten/Kota berjumlah 30 sampel air PDAM.
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui :
a) Pengukuran kualitas air PDAM di lapangan
b) Pengukuran kualitas air PDAM di laboratorium
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui kajian beberapa literature
yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat yaitu rujukan teoritis yang
relevan.
E. Parameter yang diperiksa
Parameter yang diperiksa berdasarkan Permenkes 492/Menkes/IV/2010, tentang
persyaratan kualitas air minum. Adapun jenis parameter yang diperiksa yakni parameter
wajib, meliputi :
1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi : (Coliform dan Coli Tinja)
b. Kimia Anorganik (Arsen,Fluorida,Total kromium,Kadmium,NO2, NO3,Sianida,
Selenium
2. Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter fisik : (Bau, TDS, Rasa)
b. Parameter kimiawi : (Fe, Kesadahan, Cl, Mn, pH, Zn, SO4, Cu, NH3)
F. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dan pemeriksaan
laboratorium diolah dengan menggunakan seperangkat computer dan disajikan dalam
bentuk tabulasi dan grafik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Cakupan Penggunaan Air PDAM Intan Banjar
PDAM Intan Banjar berdiri sejak tahun 1982 diawali dengan sebuah badan
dengan nama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) dengan dasar hukum Keputusan
Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum No. 014/KPTS/CK/1982
tanggal 8 Februari 1982 tentang Pembentukan Badan Pengelola Air Minum (BPAM)
Kabupaten Banjar. Tahun 1988 berdasarkan Perda No. 5 Tahun 1988 didirikanlah
PDAM Kabupaten Banjar. Seiring perkembangan, PDAM Kabupaten Banjar kemudian
dirubah lagi melalui Perda Kabupaten Banjar No. 8 tahun 2001 tentang Perusahaan
Daerah Air Minum, dan terakhir sesuai dengan adanya penyertaan modal oleh dua
wilayah pemerintahan yaitu Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru, maka Perda
tersebut diperbaiki kembali dengan Perda No. 1 Tahun 2006 dengan nama PDAM Intan
Banjar. Sejak awal berdirinya, PDAM Intan Banjar melayani Kabupaten Banjar dan
Kotif Banjarbaru, setelah pemekaran wilayah pada tahun 1999 dibagi menjadi dua
wilayah yaitu Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru. Hingga saat ini PDAM Intan
Banjar masih melayani dua wilayah tersebut sesuai dengan isi peraturan daerah yang
menjadi acuan.
Pembangunan fisik PDAM Intan Banjar dimulai tahun 1979 dengan sistem
aerasi di IPA I STM. Sumber air baku diambil dari sumur bor dalam dengan jumlah 8
unit dengan kapasitas masing-masing sebesar 12,5 l/dt sehingga total semuanya
berjumlah 100 l/dt. Pada saat ini (tahun 2012) dari 8 unit sumur bor tersebut yang
berfungsi dan masih dioperasikan berjumlah 5 unit dengan kapasitas 20,5 l/dt, hal ini
dikarenakan debit airnya yang terus menurun dari waktu ke waktu.Tahun 1992
dibangun IPA II Pinus di Kota Banjarbaru dengan sistem paket pengolahan lengkap
konstruksi baja dengan kapasitas awal 20 l/dt dan pada saat sekarang (tahun 2012)
kapasitas IPA II Pinus sudah bertambah menjadi 170 l/dt. Sesuai Perda No. 1 Tahun
2006, PDAM Intan Banjar melayani dua wilayah atau daerah yaitu Kabupaten Banjar
dan Kota Banjarbaru. Dua wilayah tersebut sebelumnya merupakan satu daerah dan
dipimpin oleh Bupati Kabupaten Banjar, akan tetapi sejak tahun 1999 terjadi
pemekaran wilayah yang menjadikan Kota Banjarbaru berdiri sendiri dibawah
kepemimpinan Walikota Kota Banjarbaru.
Kabupaten Banjar memiliki luas wilayah ± 4.688 km² dan berpenduduk
sebanyak 506.204 jiwa menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 serta memiliki 19
kecamatan. Sedangkan Kota Banjarbaru memiliki luas wilayah ± 371 km² dengan
jumlah penduduk sebanyak 199.627 jiwa berdasar pada hasil sensus penduduk tahun
2010 dan terdiri dari 5 kecamatan. Hingga Agustus 2012 cakupan pelayanan PDAM
Intan Banjar mencapai 35,63% dengan total jumlah pelanggan sebanyak 39.691
sambungan. Area pelayanan PDAM Intan Banjar dibagi menjadi 10 wilayah yaitu :
BNA (Martapura&Banjarbaru), Karang Intan, Landasan Ulin, Kertak Hanyar, Sungai
Tabuk, Tambak Sirang, Astambul, Mataraman, Simpang Empat, dan Pengaron. Detail
pelayanan masing-masing sebagai berikut :
No. Lokasi
Jumlah
Sambungan
(buah)
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Cakupan
Pelayanan
(%)
1. BNA (Banjarbaru-
Martapura) 21.186 258.208 42,65
2. Karang Intan 148 30.291 3,10
3. Cab. I Landasan Ulin 7.552 83.519 46,41
4. Cab. II Kertak
Hanyar 4.180 40.612 53,92
5. Cab. II Sungai Tabuk 1.878 54.243 19,15
6. Cab. II Tambak
Sirang 2.296 17.629 76,46
7. Cab. III Astambul 598 35.047 9,67
8. Cab. III Mataraman 864 23.482 20,95
9. Cab. III Simpang
Empat 479 33.392 10,17
10. Cab. III Pengaron 510 15.724 23,21
Jumlah 39.691 592.147 35,63
(Data Agustus 2012)
2. Kualitas Air PDAM Intan Banjar
Gambaran kualitas air PDAM Intan Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan
Selatan diperoleh berdasarkan hasil uji petik kualitas air PDAM yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar bekerjasama dengan Balai Besar Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Banjabaru.
Pelaksanaan kegiatan pengambilan sampel sebanyak 30 contoh air PDAM
dilaksanakan pada tanggal 03 s/d 06 Maret 2015. Pengambilan contoh air PDAM
Intan Kabupaten Banjar didasarkan pada Permenkes No.736/Menkes/Per/2010 tentang
Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum. Sedangkan kualitas air PDAM
berpedoman pada Permenkes No. 492/Menkes/Per/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum. Rekapitulasi hasil pemeriksaan laboratorium BBTKPP Banjarbaru dapat
dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil pemeriksaan laboratorium sampel air PDAM Intan
Kabupaten Banjar tahun 2015
Penyelenggara Lokasi Sampel Jlh.Sampel Jlh.Sampel Jlh.Sampel
Air Minum (IPA/IKK) Diperiksa MS % MS Diperiksa MS % MS Diperiksa MS % MS
PDAM Intan 1. Cabang III 8 7 87.5 8 6 75 8 7 87.5
Kab. Banjar 2. BNA Martapura 7 7 100 7 7 100 7 7 100
3. Cabang II 15 9 60 15 8 53 15 15 100
30 23 82.5 30 21 76 30 29 95.8Jumlah
PARAMETER YANG DI UJI
MIKROBIOLOGI FISIK KIMIA
Dari 3 lokasi IPA/IKK yang sampelnya diambil untuk kualitas Mikrobiologi di
IPA/IKK Cabang II dan III belum 100 % memenuhi syarat, namun untuk BNA
Martapura kualitas Mikrobiologinya sudah memenuhi syarat. Untuk fisik parameter
kekeruhan di IPA/IKK Cabang III dari 8 sampel yang diperiksa ada 6 sampel yang
memenuhi syarat, di IPA/IKK cabang II dari 15 sampel yang diperiksa ada 8 sampel
yang memenuhi syarat. Sedangkan pemeriksaan kimia masih ada beberapa parameter
yang belum memenuhi syarat di IPA/IKK cabang III, sedangkan untuk BNA
Martapura dan IPA/IKK Cabang II semua parameter kimia sudah memenuhi syarat.
a. Kualitas Fisik Air PDAM Intan Kabupaten Banjar
Berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum parameter fisik meliputi bau, kekeruhan, TDS, rasa dan suhu. Dari hasil
pemeriksaan di laboratorium terhadap 30 sampel yang diambil di masing-masing
IPA/IKK didapatkan hasil belum semua air PDAM memenuhi syarat dari segi
parameter fisik, adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil pemeriksaan laboratorium sampel air PDAM Intan
Kabupaten Banjar tahun 2015 parameter Fisik
Penyelenggara Lokasi Sampel Jlh.Sampel
Air Minum (IPA/IKK) Diperiksa MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS
PDAM Intan 1. Cabang III 8 8 100 6 75 8 100 8 100 8 100
Kab. Banjar 2. BNA Martapura 7 7 100 7 100 7 100 7 100 7 100
3. Cabang II 15 15 100 8 53 15 100 15 100 15 100
30 30 100 21 76 30 100 30 100 30 100Jumlah
Bau Kekeruhan TDS Rasa Suhu
Kualitas Fisik Air
Dari 3 lokasi IPA/IKK yang sampelnya diambil untuk kualitas fisik parameter
kekeruhan di IPA/IKK Cabang III dari 8 sampel yang diperiksa ada 6 sampel yang
memenuhi syarat, di IPA/IKK cabang II dari 15 sampel yang diperiksa ada 8 sampel
yang memenuhi syarat dan di BNA Martapura dari 7 sampel yang diambil untuk
parameter kekeruhannya semua sudah memenuhi syarat. Sedangkan untuk parameter
fisik lainnya yaitu bau, rasa dan suhu semua IPA/IKK sudah memenuhi syarat.
b. Kualitas Kimia air PDAM Intan Kabupaten Banjar
Berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum, parameter kimia meliputi parameter kimia yang berhubungan langsung
dengan kesehatan dan yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan. Dari
hasil pemeriksaan di laboratorium terhadap 30 sampel yang diambil di masing-
masing IPA/IKK, didapat hasil semua air PDAM sudah memenuhi syarat dari segi
parameter kimia yang berhubungan langsung dengan kesehatan, adapun rinciannya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil pemeriksaan laboratorium sampel air PDAM Intan
Kabupaten Banjar tahun 2015 parameter Kimia yang berhubungan dengan kesehatan
Penyelenggara Lokasi Sampel Jlh.Sampel
Air Minum (IPA/IKK) Diperiksa MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS
PDAM Intan 1. Cabang III 8 8 100 8 100 8 100 8 100 8 100 8 100 8 100
Kab. Banjar 2. BNA Martapura 7 7 100 7 100 7 100 7 100 7 100 7 100 7 100
3. Cabang II 15 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100
30 30 100 30 100 30 100 30 100 30 100 30 100 30 100
Kadmium Nitrit Nitrat Selenium
Jumlah
Arsen Flourida Total Kromium
Kualitas Kimia Yang Diperiksa
Dari 3 lokasi IPA/IKK yang sampelnya diambil untuk kualitas kimia parameter
yang berhubungan langsung dengan kesehatan di semua IPA/IKK sudah memenuhi
syarat.
Dari hasil pemeriksaan di laboratorium terhadap 30 sampel yang diambil di 3
lokasi IPA/IKK, didapat hasil belum semua air PDAM memenuhi syarat dari segi
parameter kimia yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan, adapun
rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil pemeriksaan laboratorium sampel air PDAM Intan
Kabupaten Banjar tahun 2015 parameter Kimia yang tidak berhubungan
dengan kesehatan
Penyelenggara Lokasi Sampel Jlh.Sampel
Air Minum (IPA/IKK) Diperiksa MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS MS % MS
PDAM Intan 1. Cabang III 8 8 100 7 87.5 8 100 8 100 8 100 8 100 8 100 8 100 8 100
Kab. Banjar 2. BNA Martapura 7 7 100 7 100 7 100 7 100 7 100 7 100 7 100 7 100 7 100
3. Cabang II 15 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 14 93
30 30 100 29 95.8 30 100 30 100 30 100 30 100 30 100 30 100 29 97.7
Aluminium Besi Kesadahan Khlorida Mn pH Zn Sulfat
Jumlah
Sisa Chlor
Kualitas Kimia Yang Diperiksa
Dari 3 lokasi IPA/IKK yang sampelnya diambil untuk kualitas kimia yang
tidak berhubungan langsung dengan kesehatan untuk parameter Besi di IPA/IKK
Cabang III dari 8 sampel yang diperiksa ada 7 sampel yang memenuhi syarat.
Adapun untuk parameter Sisa Chlor di IPA/IKK cabang II masih ada 1 sampel
yang belum memenuhi syarat, sedangkan untuk parameter Aluminium, Kesadahan,
Khlorida, Mn, pH, Zn dan Sulfat semua IPA/IKK sudah memenuhi syarat.
c. Kualitas Mikrobioligi air PDAM Kabupaten Tabalong
Berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum parameter Mikrobiologi meliputi Total Coliform dan E. Coli.
Dari hasil pemeriksaan di laboratorium terhadap 30 sampel yang diambil di masing-
masing IPA/IKK didapatkan hasil belum semua air PDAM memenuhi syarat dari
segi parameter Mikrobilogi, adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil pemeriksaan laboratorium sampel air PDAM Intan
Kabupaten Banjar tahun 2015 parameter Mikrobiologi
Penyelenggara Lokasi Sampel Jlh.Sampel
Air Minum (IPA/IKK) Diperiksa MS % MS MS % MS
PDAM Intan 1. Cabang III 8 7 87.5 7 87.5
Kab. Banjar 2. BNA Martapura 7 7 100 7 100
3. Cabang II 15 11 73 9 60
30 25 86.8 23 82.5
Kualitas Mikrobiologi
E.Coli Total Coliform
Jumlah
Dari 3 lokasi IPA/IKK yang sampelnya diambil untuk kualitas Mikrobiologi
untuk parameter Coliform dan E.Coli di IPA/IKK Cabang II dari 8 sampel yang
diperiksa ada 7 sampel yang memenuhi syarat, di IPA/IKK Cabang III dari 15
sampel yang diperiksa ada 11 sampel memenuhi syarat untuk parameter E.Coli dan
9 sampel yang memenuhi syarat untuk parameter Coliform. Adapun di IPA/IKK
BNA Martapura semua sampel sudah memenuhi syarat, baik parameter E.Coli
maupun Total Coliform.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 30 sampel air yang berasal dari beberapa
instalasi pengolahan dan sambungan rumah penduduk yang diambil dapat dilihat ada
beberapa sampel yang kandungan parameternya melampaui batas maksimum atau
belum memenuhi syarat berdasarkan Permenkes RI No.492 tahun 2010. Adapun
parameter yang belum memenuhi syarat pada air PDAM Intan Kabupaten Banjar adalah
Jenis Parameter Mikrobiologi (Coliform, E.Coli), jenis parameter Fisik (kekeruhan),
jenis parameter Kimia ( Besi) dan Sisa Chlor.
Parameter yang melebihi batas maksimum yaitu untuk Jenis Mikrobiologi
parameter Coliform ada 7 titik lokasi dan E. Coli ada 5 titik lokasi. Sedangkan
parameter yang melebihi batas maksimum untuk Jenis parameter fisik (kekeruhan)
terdapat pada 9 titik sampel, parameter kimia (Besi) dan Sisa Chlor ada 1 titik lokasi
belum memenuhi syarat berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
1. Parameter Mikrobiologi (Coliform dan E.Coli)
Bakteri yang umum digunakan sebagai indikator tercemarnya air adalah bakteri
Escherichia coli, yang merupakan salah satu bakteri yang tergolong coliform dan
hidup normal di dalam kotoran manusia dan hewan. Adanya bakteri tinja (feses) di
perairan sangat tidak dikehendaki, baik ditinjau dari segi estetika, kebersihan, sanitasi
maupun kemungkinan terjadinya infeksi berbahaya. Mikroba patogen asal tinja yang
sering menyebabkan penyakit disentri yang ditularkan melalui air mencakup
salmonella, shigella dan coliform. Bakteri coliform total merupakan semua jenis
bakteri aerobik, anaerobik fakultatif, dan rod-shape (bakteri batang) yang dapat
memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC.
Bakteri coliform total terdiri dari Escherichia coli, Citrobacter, Klebsiella, dan
Enterobacter. Fecal coliform adalah anggota dari coliform yang mampu
memfermentasi laktosa pada suhu 44,5oC dan merupakan bagian yang paling dominan
(97%) pada tinja manusia dan hewan (Effendi, 2003). Alaerts dan Santika (1994)
menyatakan bahwa Fecal coliform merupakan bakteri petunjuk adanya pencemaran
tinja yang paling efisien, karena Fecal coliform hanya dan selalu terdapat dalam tinja
manusia.
Tingginya angka coliform dan coli tinja juga sangat memungkinkan adanya
organisme pathogen yang dapat merugikan kesehatan bagi yang memanfaatkan air
tersebut. Sehingga dalam hal ini air PDAM tidak layak dan berbahaya untuk di
konsumsi secara langsung.
2. Kekeruhan
Air yang berkualitas harus jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan
oleh adanya butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungannya,
maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan air ini menggunakan satuan unit
kekeruhan nepnelometrik atau (NepnelometricTurbidity Unit = NTU). Kekeruhan
yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya,
pernafasan dan daya lihat organism akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya
kedalaman air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan
dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air. (Effendi,2003).
Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi: tanah liat, lumpur,
bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang
tersuspensi lainnya. Nilai yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada bahan-bahan
tersuspensi pada jalannya sinar melalui sampel.Nilai ini tidak secara langsung
menunjukkan banyaknya bahan tersuspensi, tetapi ia menunjukkan kemungkinan
penerimaan konsumen terhadap air tersebut. Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air
yang membahayakan, tetapi ia menjadi tidak disenangi karena rupanya. Untuk
membuat air memuaskan untuk penggunaan rumah tangga, usaha penghilangan secara
hampir sempurna bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan, adalah hal yang
penting. Menurut Clair N Sawyer dkk. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang
harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagiumum,mengingat bahwa kekeruhan
tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan
akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi(Sutrisno,2006).
Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan
seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk
mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut.
Kekeruhan ini sendiri diakibatkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang
berukuran 10 nm sampai 10 µm. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut tidak lain
adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman,ganggang dan sebagainya.Kekeruhan
dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang
disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam
Fe (III), atau salah satu polielektrolit organis. Selain pembubuhan flokulan diperlukan
pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flog-flog ini mengumpulkan partikel-partikel
kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap
(Alaerts, 1987).
3. Parameter Besi (Fe)
Batas Maksimum yang diperbolehkan untuk Fe yang ada dalam air minum adalah
0,3 mg/l menurut Permenkes RI No.492 tahun 2010. Berdasarkan hasil Pemeriksaan
Laboratorium ada beberapa sampel air PDAM yang Fe nya masih tinggi antara lain :
IKK Kuaro 1 sampel dan IKK Tanah Grogot 1 sampel.
Air yang terlalu banyak mengandung Logam Besi (Fe) ini akan berwarna kuning
sampai kecoklatan, bau yang kurang enak, rasa amis, dan meningkatkan pertumbuhan
beberapa jenis bakteri. Biasanya Fe ini selain berasal dari alam (tanah) juga dapat
bersumber dari proses electroplating, penambangan, dan sampah rumah tangga(baterai,
korek api, barang elektronik, kaleng cat, kertas, tinta dan bahan-bahan yang
mengandung besi). Dampaknya terhadap kesehatan manusia yaitu dalam konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan gangguan penyerapan oksigen dalam darah, ditandai dengan
gejala pusing, mual dan dapat merusak fungsi saraf. Tinginya Fe juga akan membuat
mahalnya proses pengolahan air oleh pihak PDAM, peralatan akan mudah rusak dan
perlakuan air baku akan sedikit rumit, karena adanya penambahan instalasi aerasi guna
mengurangi kandungan Fe dalam air.
4. Chlorine
Dalam Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air minum, disebutkan bahwa Chlorin adalah bahan desinfektan. Keberadaan bahan
desinfektan chlorine di dalam air dibatasi konsentrasinya sebesar 5 mg/l. Desinfeksi
dengan chlorine akan efektif apabila chlor bebas yang berada dalam air berkisar
antara 0,2 mg/l s/d 0,5 mg/l. Dan tidak akan efektif apabila melebih kisaran tersebut
di atas. Berdasarkan pemeriksaan sampel di lapangan dengan menggunakan chlorine
test didapatkan hasil bahwa 7 sampel mengandung chlor bebas sebesar 0,1 mg/l – 1,0
mg/l dan 2 sampel mengandung chlor bebas sebesar 0 mg/l. .
Proses desinfeksi dengan chlor juga ditentukan oleh kualitas fisik air. Air yang
terlalu keruh dapat menghambat proses chlorinasi, karena partikel-partikel yang lebih
kecil tidak dapat mengendap. Disinfeksi pada air yang keruh sangat sulit dilakukan
dan tidak praktis (Moller, 1999). Daya bunuh yang dimiliki chlor akan menjadi lemah
dan berkurang, menyebabkan bakteri akan tetap ada dan bahkan akan berkembang
biak apabila didalam air juga terdapat kandungan zat organik yang tinggi
Tidak efektifnya proses desinfeksi pada air PDAM dalam suatu instalasi bisa
juga disebabkan oleh :
1. Derajat keasaman yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, chlorin akan efektif
membunuh kuman di air pada derajat keasaman 6,5 – 8,5
2. Adanya pengendapan kaporit dalam galon campuran kaporit dan air, sehingga
terjadi penyumbatan pada kran galon, hal ini dapat menyebabkan kadar sisa chlor
dalam air tidak efektif untuk membasmi kuman
3. Adanya kebocoran pipa distribusi dari bak pengolahan (Chlorinasi ke reservoir)
sehingga mencemari air hasil olahan, apalagi diperparah dengan adanya kebocoran
pipa yang berdekatan dengan sumber pencemar, sehingga sangat memungkinkan
terjadinya kontaminasi.
Klorin merupakan zat kimia yang relatif murah dan siap digunakan, begitu
dilarutkan dalam air dengan jumlah yang cukup akan merusak sebagian besar kuman
penyebab penyakit tanpa membahayakan manusia. Zat khlor telah lama
dikenal sebagai bahan desinfektan (pembunuh kuman) sejak abad ke 20. Khlor
dipilih tidak saja karena keefektifannya dalam mematikan mikroorganisme namun
juga pada konsentrasi pemakaian normal tidak berbahaya bagi manusia, hewan
peliharaan, ikan dan mahkluk air lainnya, mudah dan aman untuk disimpan, murah,
penganalisaan di air cukup sederhana, dapat menyediakan perlindungan pasca
pengolahan (residual protection) di air minum. Pada prinsipnya zat khlor adalah zat
oksidator yang kuat yang dapat menembus sel tubuh mikroorganisme dan
membuatnya mati. Zat khlor bisa berada dalam beberapa bentuk turunannya seperti
Sodium hipoklorit, Kalsium Hipoklorit, khlor dioksida(gas), monokhloramin.
Berbagai macam turunan khlor tersebut memiliki efektifitas yang berbeda-beda
dalam membunuh mikroorganisme. Zat turunan khlor yang paling sering digunakan
adalah Sodium Hipoklorit (NaOCl) dan Kalsium Hipoklorit (Ca(OCl2) yang
reaksinya dengan air akan menghasilkan khlor bebas (HOCl dan OCl) yang sangat
efektif membunuh kuman. Perlu juga diperhatikan, tingkat efektifitas khlor dalam
membunuh kuman, dipengaruhi juga oleh oleh kualitas air yang akan diolah.
Partikel tersuspensi seperti tanah/lumpur dapat menghalangi reaksi antara
mikroorganisme dengan zat khlor. Proses mematikan mikroorganisme oleh khlor
bebas umumnya lebih berlangsung pada pH tingkat keasaman rendah (<6.5). Khlor
juga harus dibiarkan bereaksi dalam air dalam waktu yang cukup (minimum 30
menit) dalam kondisi tercampur sempurna untuk menjamin seluruh mikroorganisme
telah mati. Berdasarkan Permenkes No.492 tahun 2010 bahwa kadar sisa chlor
dalam air olahan PDAM tidak melebihi 0,5 mg/l
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Kualitas Mikrobiologi air PDAM Intan Kabupaten Banjar dari 30 sampel yang
diperiksa 82,5% memenuhi syarat.
2. Kualitas Fisik air PDAM Intan Kabupaten Banjar dari 30 sampel yang
diperiksa 76% memenuhi syarat.
3. Kualitas Kimia air PDAM Intan Kabupaten Banjar dari 30 sampel yang
diperiksa 95,8% memenuhi syarat .
4. Sisa Chlor dari 30 sampel yang diperiksa masih ada 1 titik lokasi yang belum
memenuhi syarat berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
B. Saran/Rekomendasi
a. PDAM :
1. Berdasarkan Permenkes RI No.736/Menkes/Per/VI/2010 tentang tatalaksana
pengawasan kualitas air minum, PDAM berkewajiban melakukan pengawasan
internal terhadap kualitas air minum secara berkala.
2. Hasil pengawasan internal kualitas air minum dilaporkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten setempat setiap bulannya.
3. Meningkatkan proses pengolahan air sehingga air yang didistribusikan memenuhi
syarat sesuai Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/VI/2010 tentang persyaratan
kualitas air minum.
b. Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten :
1. Berdasarkan Permenkes RI No.736/Menkes/Per/VI/2010 tentang tatalaksana
pengawasan kualitas air minum, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
berkewajiban melakukan pengawasan eksternal terhadap kualitas air minum
2. Hasil pengawasan eksternal kualitas air minum dilaporkan kepada
Walikota/Bupati setiap 6 (enam) bulan.
c. Masyarakat :
1. Mengingat kualitas mikrobiologi pada sampel air PDAM Kabupaten Tabalong
masih belum memenuhi syarat, maka sebaiknya air yang digunakan harus diolah
terlebih dahulu, atau dimasak hingga mendidih dengan suhu 100oC selama 10
menit
2. Membudayakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) baik di dalam rumah
maupun di lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kepmenkes, 2001, Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, Jakarta
2. Ditjen PP&PL Depkes RI, 2009 Petunjuk Teknis Pengelolaan Air Minum Rumah
Tangga
3. Permenkes, 492/Menkes/Per/2010, Persyaratan Kualitas air Minum
4. Permenkes RI No. 736/Menkes/Per/2010 tentang Tatalaksana pengawasan kualitas air
minum
5. Wardhana, Wisnu Arya, 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta Buletin
Epidemiologi surveilans dan teknologi.
6. Palar, Heryando, 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan kedua.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.