hasil kesepakatan kpi juli - desember 2010.pdf

39

Upload: dinhdieu

Post on 27-Jan-2017

237 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf
Page 2: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………. i

Daftar Isi …………………………………………………..…………………..……… ii

BAB I Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional

A. Forum Multilateral .............................................

B. Forum Regional ...................................................

C. Forum Bilateral ...................................................

1

5

10

BAB II Hasil-Hasil Perundingan Kerja Sama Perdagangan Internasional

A. Forum Multilateral ............................................

B. Forum Regional .................................................

C. Forum Bilateral .................................................

13

18

23

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 3: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

1

KATA PENGANTAR

Hasil-hasil kesepakatan kerja sama perdagangan internasional dalam perundingan internasional baik dalam forum multilateral, regional, dan bilateral selain dapat membuka akses pasar juga dapat mengamankan kebijakan perdagangan nasional serta mendapatkan capacity building dan technical assistance sesuai kepentingan nasional. Kebijakan–kebijakan perdagangan yang dibuat oleh Indonesia harus dapat dipertahankan di berbagai forum internasional sehingga tidak melanggar ketentuan perdagangan internasional.

Dengan terjalinnya kerja sama perdagangan internasional dengan negara mitra dagang Indonesia dapat menegosiasikan capacity building dan technical assistance dari negara tersebut sebagai salah satu kerja sama yang disepakati.

Dari hasil perundingan yang telah dicapai selama ini disusunlah buku Hasil-hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional di Forum Multilateral, Regional, dan Bilateral Periode Juli - Desember 2010.

Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelbagai pihak mengenai perkembangan perundingan-perundingan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan.

Jakarta, Desember 2010

Direktorat JenderalKerja Sama Perdagangan Internasional

Page 4: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

1

BAB IHASIL-HASIL KESEPAKATAN

KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI FORUM MULTILATERAL, REGIONAL, DAN BILATERAL

PERIODE JULI – DESEMBER 2010

Pada periode Juli-Desember 2010, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional telah berpartisipasi di berbagai perundingan di forum multilateral, regional, dan bilateral. Dari sejumlah perundingan tersebut telah menghasilkan kesepakatan berupa Memorandum of Understanding (MoU), Minutes of Meeting, Agreed Minutes, Declaration, Joint Statement, Agreed Conclusions, Protocol, dan Agreed Record, sementara perundingan lainnya masih berlanjut.

Selama tahun 2010 (periode Januari – Desember 2010) telah dilaksanakan sebanyak 175 perundingan di forum multilateral, regional, dan bilateral. Dari 175 perundingan tersebut telah menghasilkan 140 hasil perundingan.

Pada periode Juli – Desember 2010 perundingan diperoleh berbagai kesepakatan/ kerja sama yang secara garis besar disajikan dalam tabel berikut.

A. FORUM MULTILATERAL

NO TEMPAT/TANGGAL SIDANG HASIL SIDANG

1 Jenewa, Swiss2 Juli 2010

Sidang Committee on Specific Commitments

Annotated agenda for the Formal Meeting of the Committee on 2 July 2010

2 Samui Island, Thailand

5-9 Juli 2010

Sidang 44th Cocotech Meeting

44th Conclusion and Recommendation of the 44th APCC Cocotech Meeting

3 Jenewa, Swiss6-9 Juli 2010

Pertemuan Committee on Agriculture Special Session (COA SS)

Summary report

Page 5: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

2

4 Jenewa, Swiss12-16 Juli 2010

Sidang Negotiating Group on Trade Facilitation (NGTF)

Revised Draft Consolidated Negotiating Text

5 Jenewa, Swiss24 Juli 2010

Konsultasi Indonesia- Amerika Serikat terkait kebijakan Family Smoking Prevention and Tobacco Control

Penetapan Komposisi Ketua dan Anggota Panel Dispute Settlement Body (DSB) – World Trade Organization (WTO)

6 Phuket, Thailand 5-6 Agustus

2010

Sidang International Tripartite Rubber Council (ITRC) ke-18

Minutes of the 18th Meeting of ITRC

8 Jenewa, Swiss20-23

September 2010

Sidang Negotiating Group on Non Agricultural Market Access (NG-NAMA)

Chairman remarks

9 London, Inggris20-24

September 2010

Sidang ke-105 Dewan Kopi Internasional (International Coffee Council)

Decisions and Resolutions of the 105th Session of ICC

10 Jenewa, Swiss28 September

2010

Sidang Committee on Specific Commitments (CSC) WTO

1) Informal note by the secretariat: Roadmap for the verification exercise

2) Informal note by the secretariat: Classification issue raised in secretariat sectoral papers

11 Jenewa, Swiss29 September

2010

Sidang Committee for Trade in Financial Services WTO

1) Informal Note by the Chairperson: Dedicated discussion on the impact of technological developments on regulatory and compliance aspects of banking and other financial services under the GATS

2) Background Note by the Secretariat: Impact of

Page 6: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

3

technological developments on regulatory and compliance aspects of banking and other financial services under the GATS

12 Jenewa, Swiss27 September

2010

Sidang Working Party on Domestic Regulations WTO

Annotated agenda by the Chairman: Formal meeting of the WPDR on 27 September 2010

13 Jenewa, Swiss27 September – 1 Oktober 2010

Sidang Committee on Agriculture - Special Session (CoA-SS)

Summary report

14 Kochi, India 2-7 Oktober

2010

Sidang Assembly ke-33 dan komite tahunan ANRPC

Report of the Assembly and Other Committees of ANRPC

15 Istanbul,Turki 5-8 Oktober

2010

Sidang 26th Session Of The Standing (COMCEC)

Resolution of the 26th Session of Committee For Economic And Commercial Cooperation (COMCEC)

16 Istanbul, Turki 9-10 Oktober

2010

Sidang 11th High Level Trade Official D8

Report of the 11th Meeting of HLTO

17 Jenewa, Swiss26-28 Oktober

2010

Sidang Council for Trips dan Council for Trips Special Session

Minutes of Meeting

18 Cochin, India 8-11 November

2010

Sidang International Pepper Community (IPC) Sesi ke-38 dan Sidang IPC Terkait Lainnya

Report of the 38th Session and Other Meetings of IPC

19 Foz do Iguacu, Brasil

15-16 Desember 2010

Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Komite Negosiasi (KN) Global System of

1) Final Act Embodying the Results of the Sao Paulo Round of Negotiations (Lampiran 1)

2) Sao Paulo Round Protocol to

Page 7: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

4

Trade Preferences among Developing Countries (GSTP)

the Agreement on the Global System of Trade Preferences among Developing Countries (Lampiran 2)

3) Arrangements for the Implementation of the Results of the São Paulo Round of Negotiations (Lampiran 3)

B. FORUM REGIONAL

NO TEMPAT/TANGGAL SIDANG HASIL SIDANG

Page 8: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

5

1 Penang, Malaysia

28 Juni – 1 Juli 2010

4th Working Group on Trade and Investment (WGTI) IMT-GT

IMT-GT Working Group on Trade and Investment Report

2 Vung Tau, Vietnam

6-8 Juli 2010

Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) ke-62

Summary of Discussion

3 Bali, Indonesia 7-9 Juli 2010

Pertemuan ke-50 ASEAN Coordinating Committee on Investment (CCI)

Summary of Discussion

4 Bangkok, Thailand

12-16 Juli 2010

Pertemuan ke-27 ASEAN-India Trade Negotiating Committee dan Pertemuan terkait lainnya

Summary of Discussion

5 Brunei Darussalam

18-23 Juli 2010

The 3rd ASEAN Senior Economic Officials’ Meeting of the 41st ASEAN Economic Ministers’ (SEOM 3/41) and Related Meetings

Summary of Discussion

6 Ho Chi Minh City, Vietnam

26-27 Juli 2010

Pertemuan High-Level Task Force on ASEAN Economic Integration (HLTF-EI) ke-18

Summary of Discussion

7 Siem Reap, Kamboja

27-30 Juli 2010

Pertemuan ke-3 ASEAN-Korea FTA Implementing Committee (AKFTA-IC)

Summary of Discussion

Page 9: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

6

8 Bangkok, Thailand

2-3 Agustus 2010

Pertemuan ke-2 ASEAN Caucus for the ASEAN-Japan Comprehensive Partnership Sub-Committee on Services

Summary of Discussion

9 Krabi, Thailand 3-5 Agustus

2010

IMT-GT 17th Senior Official and Ministerial Meeting dan7th Chief Ministers and Governors Forum

Joint Statement and Joint Report of the 17th IMT-GT Ministerial Meeting

10 Jakarta, Indonesia

9-10 Agustus 2010

Pertemuan The Special Meeting Of The ASEAN Coordinating Committee On Investment (Special CCI)

Summary of Discussion

11 Da Nang, Vietnam

22-27 Agustus 2010

The 42nd ASEAN Economic Ministers and Related Meetings

Summary of Discussion

12 New Delhi, India 31 Agustus 2010

Pertemuan ke-10 Working Group Services ASEAN-India Free Trade Agreement

Summary of Discussion

13 New Delhi, India 1–2 September

2010

Pertemuan ke-9 Working Group on Investment dalam kerangka ASEAN-India Free Trade Agreement

Summary of Discussion

Page 10: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

7

14 Nha Trang, Vietnam 15-17

September 2010

SEOM for the Joint Preparatory Meeting (JPM) for the 17th

ASEAN Summit

Summary of Discussion

15 Singapura 20-22

September 2010

The 2nd Special Meeting Of The ASEAN Coordinating Committee On Investment (Special CCI)

Summary of Discussion

16 Hoi An, Vietnam 21-26

September 2010

Pertemuan ke-3 ASEAN Plus Working Group Rule of Origin (AP-WGROO) dan Pertemuan ke-3 ASEAN Plus Working Group Tariff Nomenclatur (AP-WGTN)

Summary of Discussion

17 Sendai, Jepang22-23

September 2010

Pertemuan ke-3 APEC Committee on Trade and Investment (CTI-3)

CTI-3 chairs report to SOM

18 Kuching, Malaysia.

28 September -1 Oktober 2010

Senior Officials Meeting (SOM) ke-19 dan Ministerial Meeting (MM) ke-15, (BIMP EAGA)

Joint Statement dan Report of the 15th Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) Ministerial Meeting

19 Krabi, Thailand 5-8 Oktober

2010

Pertemuan ke-4 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Joint Committee (AJCEP-JC)

Summary of Discussion

20 Ha Noi, Vietnam 28-30 Oktober

2010

Pertemuan ASEAN Economic Community (AEC) Council dalam

1) Protocol to Amend the Protocol to Provide Special Consideration for Rice and

Page 11: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

8

Rangkaian Pertemuan The 17th

ASEAN Summit

Sugar (Lampiran 4)

2) Second Protocol to Amend the Agreement on Trade in Goods of the Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between the Association of Southeast Asian Nations and the People’s Republic of China (Lampiran 5)

3) Protocol to Implement the Eight Package of Commitments under the ASEAN Framework Agreement on Services (Lampiran 6)

21 Surabaya, Indonesia

3-4 November 2010

The 2nd Meeting of the ASEAN Trade Facilitation Joint Consultative Committee (2nd ATF-JCC)

Summary of Discussion

22 Surabaya, Indonesia

4-6 November 2010

The 2nd Meeting of the Coordinating Committee on the Implementation of the ATIGA (2nd CCA)

Summary of Discussion

23 Yokohama, Jepang

10-11 November 2010

APEC Ministerial Meeting (AMM) ke-22

1) Joint Statement "The Yokohama vision Bogor and beyond”

2) Statement advancing WTO Doha Development Agenda negotiations and resisting protectionism

24 Yokohama, Jepang

13-14 November 2010

APEC Economic Leaders’ Meeting ke-18

1) Yokohama declaration "The Yokohama vision Bogor and beyond”

2) Leaders statement on 2010

Page 12: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

9

Bogor goals assessment

3) The APEC Leaders growth strategy

4) Pathways to Free Trade Area on Asia Pacific

25 Manila, Filipina9-11 November

2010

63rd ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) and Related Sectoral Meetings

Summary of Discussion

26 Palembang, Indonesia

19 November 2010

The 2nd IMT-GT Trade, Investment and Tourism Data base Task Force Meeting

Report of the second IMT-GT Trade, Investment and Tourism Database (ITITD) taskforce meeting

27 Melbourne, Australia

22-26 November2010

Pertemuan ke-2 FTA Joint Committee of AANZFTA (FJC-AANZFTA)

Summary of Discussion

28 Jakarta, Indonesia

2-3 Desember 2010

Pertemuan ke-51 ASEAN Coordinating Committee on Investment

Summary of Discussion

C. FORUM BILATERALNO TEMPAT/

TANGGALSIDANG HASIL SIDANG

Page 13: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

10

1 Jakarta, Indonesia

6-9 Juli 2010

Pertemuan dengan Tim Uni Eropa

Joint Announcement

2 Beijing, China15-16 Juli 2010

Working Group of Expert for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation Meeting

Record of Discussions

3 Dili, Timor Leste25-27 Juli 2010

Joint Ministerial Commission ke-4 Indonesia - Timor Leste

1) Report of the Working Group on Trade, Investment, and Finance on the Fourth Joint Ministerial Commission between the Democratic Republic of Timor-Leste and the Republic of Indonesia (Lampiran 7)

2) Joint Statement Fourth Meeting of the Timor-Leste-Indonesia Joint Ministerial Commission for Bilateral Cooperation (Lampiran 8)

4 Jakarta, Indonesia

5-6 Agustus 2010

The Second Sub Committee Trade in Goods IJ-EPA

Record of Discussions

5 Yogyakarta, Indonesia

9-10 Agustus 2010

Senior Official Meeting on Trade and Investment Framework ke-2 Indonesia – Selandia Baru

1) Agreed Minutes the 2nd Senior Official Meeting on Trade and Investment Framework Indonesia-New Zealand (Lampiran 9)

2) Pemarafan Memorandum of Understanding between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of New Zealand on Environmental Cooperation

Page 14: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

11

6 Buenos Aires, Argentina

18-22 Sept 2010

Sidang Komisi Bersama ke-2 Indonesia-Argentina

Agreed Minutes Fifth Meeting of the Joint Commission for Economic and Commercial Cooperation between the Republic of Indonesia and the Argentine Republic (Lampiran 10)

7 Jenewa, Swiss26-29

September 2010

Pra negosiasi Indonesia EFTA dalam kerangka IE-CEPA

EFTA - Indonesia Organizational Meeting Informal Joint Summary

8 Bali, Indonesia30 September -

1 Oktober

Pertemuan Bilateral Indonesia - Amerika Serikat dalam rangka TIC ke- X

Rekomendasi dan konklusi atas pertemuan Trade and Investment (TIC) X RI-AS

9 Jakarta, Indonesia

7-8 Oktober 2010

Joint Study Group (JSG) Indonesia - Turki dalam rangka pembentukan Comprehensive Trade and Economic Parnership (CTEP)

Minutes of Meeting Second Meeting of the Indonesia-Turkey Joint Study Group on the Feasibility of a Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP) between the Government of The Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Turkey (Lampiran 11)

10 Tokyo, Jepang14-15 Oktober

2010

The 2nd Meeting of Indonesia-Japan Economic Forum

Joint Press Release

11 Beijing, China21 Oktober 2010

Penandatanganan kerja sama RI-RRT

MoU by and between Indonesia Exim Bank and Industrial and Financial Cooperation between Republic of Indonesia and the People’s Republic of China

Page 15: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

12

12 Yokohama, Jepang

10 November 2010

Pertemuan dengan Federasi Rusia

The Memorandum of Understanding between the Ministry of Economic Development of the Russian Federation and the Ministry of Trade of Republic of Indonesia on Mutual Cooperation in the Field of Trade, Investment, and Economy (Lampiran 12)

13 Medan, Indonesia

23-26 November 2010

Trade Negotiating Committee ke-1 Indonesia-Iran

Agreed Minutes of the First Meeting of the Trade Negotiating Committee (TNC) on the Preferential Trade Agreement (PTA) between the Republic of Indonesia and the Islamic Republic of Iran (Lampiran 13)

14 Jakarta, Indonesia

1 Desember 2010

The third meeting of Working Group on Trade and Investment between Indonesia-EU

Agreed Conclusion and Follow up Points Third Meeting of the Working Group on Trade and Investment (WGTI) between Indonesia and EU (Lampiran 14)

15 Bali, Indonesia14-15 Desember

2010

The 2nd Meeting of Working Group of Expert for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation RI-RRT

Record of Discussions

Dari hasil-hasil kesepakatan yang telah diperoleh pada periode Juli - Desember 2010 diharapkan dapat segera diimplementasikan oleh kedua pihak.

Untuk lebih jelasnya terlampir disampaikan hasil-hasil perundingan di forum multilateral, regional, dan bilateral

Page 16: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

13

BAB IIHASIL-HASIL PERUNDINGAN

KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI FORUM MULTILATERAL, REGIONAL, DAN BILATERAL

A. FORUM KERJA SAMA MULTILATERAL

1. Diplomasi Perdagangan RI dalam Tatanan Perdagangan Dunia: WTO Setuju Bentuk Panel Sengketa Mengenai Larangan Perdagangan Rokok Kretek di Amerika Serikat

Sebagai kelanjutan permintaan Pemerintah Indonesia untuk pembentukan panel yang disampaikan dalam Sidang Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) World Trade Organization (WTO) pada tanggal 22 Juni 2010 di Jenewa, WTO telah mengabulkan permintaan tersebut pada tanggal 24 Juli 2010. Setelah melalui proses, maka pada tanggal 14 September 2010 telah ditetapkan 3 (tiga) orang sebagai anggota panel yaitu Mr. Ronald Soborio dari Costa Rica sebagai ketua, serta Mr. Ichiro Araki dari Jepang, dan Mr. Hugo Cayrius dari Uruguay sebagai anggota. Pemilihan panel tersebut didasarkan kepada pengetahuan dan pengalaman menangani kasus yang terjadi di WTO terutama penanganan terhadap kasus non tariff measures. Hal yang menarik dari dibentuknya panel tersebut adalah terdapat 8 negara yang menjadi pihak ketiga yaitu Brasil, Kolombia, Republik Dominika, Uni Eropa, Guatemala, Meksiko, Norwegia, dan Turki.

Sengketa bermula dari terbitnya Undang-Undang di Amerika Serikat (AS) yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi perokok anak muda sebagaimana tertuang dalam “Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act” yang diundang-undangkan pada bulan Juni 2009 dan mulai berlaku bulan September 2009. Pemerintah

Page 17: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

14

Indonesia menganggap peraturan tersebut telah melanggar ketentuan WTO karena secara diskriminatif mengecualikan rokok mentol dari larangan penjualan rokok beraroma di Amerika Serikat, namun memasukkan rokok kretek di dalam ketentuan tersebut. Padahal rokok kretek dan rokok mentol adalah "like products" sesuai Pasal 2.1 Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT Agreement). Sebagai informasi, sekitar 99 persen rokok kretek yang dijual di pasar AS diimpor dari Indonesia. Sebaliknya, hampir seluruh rokok mentol yang dijual di AS adalah hasil produksi domestik Amerika Serikat sendiri. Oleh karena itu, larangan atas impor rokok kretek tersebut merupakan bentuk perlakuan yang diskriminatif dan less favorable dibandingkan produk rokok mentol.

Menanggapi hal ini, Menteri Perdagangan RI menyatakan bahwa tindakan Pemerintah RI membawa AS ke DSB WTO merupakan masalah prinsip, karena telah terjadi diskriminasi di mana pengecualian terhadap mentol yang juga adalah rokok beraroma (flavoured) di dalam UU sementara kretek yang beraroma cengkih dilarang. Oleh karena itu, demi kepentingan nasional, Indonesia membawa masalah ini ke DSB WTO.

Menteri Perdagangan, Mari Pangestu lebih lanjut mengatakan bahwa ini merupakan langkah terakhir karena berbagai upaya dan lobby telah dilakukan sejak diluncurkannya Rancangan Undang-Undang tersebut hingga dibahas di kongres sampai diundangkan, namun tetap tidak berhasil membuahkan kesepakatan yang menguntungkan pihak Indonesia. Indonesia telah menyampaikan kepentingannya dalam berbagai forum bilateral dari tingkat senior official sampai di tingkat menteri baik secara formal maupun informal selama lebih dari 4 (empat) tahun, namun tidak membuahkan hasil. Sebagai anggota WTO, AS seharusnya melaksanakan kewajiban internasionalnya sebagaimana terdapat

Page 18: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

15

dalam Agreement on Technical Barriers to Trade dan GATT 1994, untuk tidak melakukan diskriminasi perdagangan.

Dengan terbentuknya panel tersebut, diharapkan kasus ini dapat diteliti dengan objektif dan menegakkan aturan serta dapat membuktikan pelanggaran yang dilakukan. Dalam sidang DSB WTO sebelumnya, delegasi RI menyampaikan alasan dan dasar hukum ketentuan WTO mengenai permintaan pembentukan panel kepada DSB. Indonesia meminta agar panel memeriksa pelanggaran yang dilakukan oleh AS terhadap ketentuan Pasal III GATT (General Agreement on Tariff and Trade) 1994, penggunaan Article XX GATT 1994 tanpa disertai bukti ilmiah serta tidak terpenuhinya persyaratan yang diatur oleh sejumlah pasal dalam Technical Barriers to Trade/TBT dan Sanitary and Phythosanitary/SPS. Pembentukan panel merupakan langkah tindak lanjut dalam proses penyelesaian sengketa dagang WTO. Hal ini dilakukan Indonesia setelah permintaan untuk konsultasi RI-AS pada tanggal 7 Maret 2010 dalam upaya mencari solusi atas Undang-Undang yang dikeluarkan AS gagal dipenuhi.

2. Pertemuan Tingkat Menteri Komite Negosiasi Global System of Trade Preferences among Developing Countries (GSTP)

Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) dihadiri oleh negara-negara partisipan Putaran Sao Paulo GSTP. Pertemuan utamanya ditujukan untuk penandatanganan dokumen/ instrumen dan penutupan Putaran Sao Paulo GSTP. PTM tersebut didahului oleh pertemuan tingkat Senior Officials Meeting (SOM) yang utamanya dimaksudkan untuk memfinalisasi proceedings PTM dan dokumen Final Act Embodying the Results of the Sao Paulo Round of Negotiations, serta Sao Paulo Round Protocol to the GSTP.

Page 19: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

16

Pada pelaksanaan SOM disepakati untuk mengadopsi dan melaporkan serta menyampaikan dokumen-dokumen dimaksud kepada PTM untuk ditandatangani. Selain itu, SOM juga sepakat untuk mendorong negara-negara partisipan yang sedang melakukan aksesi ke WTO untuk berpartisipasi dalam Putaran Sao Paulo. Pertemuan sepakat pula untuk membentuk Protokol tambahan yang berisi perlakuan khusus bagi para negara tersebut dan akan dibahas pada Pertemuan Komite Negosiasi berikutnya.

PTM dibuka dengan sambutan oleh Mr. Antonio Patriota, Sekjen Kemlu Brazil, dan Mr. Hector Timerman, Menteri Luar Negeri Argentina, dilanjutkan oleh Mr. Petko Draganov, Deputy Secretary General (DSG) of UNCTAD yang mewakili Sekjen UNCTAD, Dr. Supachai Panitchpakdi yang berhalangan hadir. Dalam kesempatan tersebut, statements disampaikan oleh para Ketua Delegasi dari Maroko, Argentina, Kuba, Mesir, India, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Paraguay, dan Zimbabwe.

Statement para Ketua Delegasi secara umum menyampaikan antara lain mengenai pentingnya perdagangan Selatan-Selatan sebagai pelengkap perdagangan global termasuk perdagangan Utara-Selatan; mengharapkan agar Protokol Sao Paulo dapat menjadi pendorong bagi peningkatan perdagangan Selatan-Selatan maupun global; meningkatkan cakupan modalitas yang sudah ada dan mengikutsertakan non tariff barriers; mendorong penyelesaian perundingan multilateral termasuk dalam kerangka WTO; dan mengajak negara partisipan lainnya untuk ikut serta dalam Protokol Sao Paulo.

Dalam penyampaian statement Ketua Delegasi Zimbabwe ditekankan agar isu pembentukan Working Group on Rules of Origin (WG-RoO) oleh Sub-committee of Signatories (SoS) dibahas di tingkat Komite Partisipan.

Page 20: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

17

Delri dalam statement-nya pada intinya menyampaikan bahwa Penutupan Putaran Sao Paulo menggambarkan tekad negara-negara berkembang untuk meningkatkan perdagangan Selatan-Selatan guna bersatu dan bekerja sama dalam mempromosikan dan mengintensifkan perdagangan yang saling menguntungkan. Selain itu, disampaikan pula bahwa tekad tersebut perlu segera diimplementasikan ke dalam perdagangan yang ada dan melengkapi Putaran Sao Paulo dengan segera membahas isu-isu pending seperti Rules of Origin/ RoO.

Selanjutnya kegiatan PTM ditutup dengan ditandatanganinya 2 (dua) dokumen: Final Act Embodying the Results of the Sao Paulo Round of Negotiations, sebagai komitmen politik dari negara partisipan untuk mengadopsi/ mengimplementasikan Sao Paulo Protocol; dan Sao Panto Round Protocol to the GSTP, sebagai dokumen Perjanjian yang mengikat ketentuan-ketentuan yang disepakati dalam Putaran Sao Paulo. Di samping itu, disahkan pula Arrangement for the Implementation of the Result of the Sao Paulo Round of Negotiations beserta Annex, sebagai dokumen pengaturan tercapainya implementasi dari hasil negosiasi Putaran Sao Paulo GSTP.

Page 21: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

18

B. FORUM REGIONAL

1. Pertemuan ASEAN Economic Community (AEC) Council dalam Rangkaian Pertemuan The 17th ASEAN Summit

KTT ASEAN ke-17 serta rangkaian KTT terkait lainnya dilaksanakan pada tanggal 28-30 Oktober 2010, di Hanoi, Vietnam. KTT ASEAN ini didahului dengan Pertemuan Dewan ASEAN Economic Community atau AEC yang membahas perkembangan implementasi AEC Blueprint dalam dua tahun terakhir, tantangan yang dihadapi dalam proses integrasi sektor jasa, upaya pengintegrasian sistem kepabeanan ASEAN, serta upaya memperkuat dialog dengan sektor bisnis. Delegasi Indonesia ke Pertemuan Dewan AEC kali ini dipimpin oleh alternate Ketua Dewan AEC Indonesia yakni Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, didampingi oleh Menteri Perindustrian M.S. Hidayat dan Kepala BKPM Gita Wiryawan. Pertemuan Dewan AEC kali ini pada intinya adalah memfinalisasikan laporan Dewan kepada para Pemimpin ASEAN dan membahas hal-hal strategis dalam upaya pencapaian AEC pada tahun 2015.

Para Menteri ASEAN yang duduk dalam Dewan AEC ini membahas perkembangan implementasi dari AEC Blueprint periode 2008-2009 dan 2010-2011, terutama tantangan yang dihadapi oleh hampir semua negara anggota untuk melaksanakan komitmennya secara tepat waktu. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah adanya perbedaan sistem peraturan perundangan dan prosedur domestik di antara anggota untuk meratifikasi kesepakatan yang telah dicapai dan melakukan penyesuaian ketentuan domestik dengan kesepakatan dimaksud. Untuk itu Dewan sepakat untuk menyampaikan rekomendasi kepada para Kepala Negara antara lain untuk memberikan dukungan politik dan mengalokasikan lebih banyak sumber-sumber yang diperlukan agar ketentuan dan

Page 22: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

19

prosedur nasional dapat lebih cepat disesuaikan dengan kesepakatan-kesepakatan regional.

Para Menteri juga membahas tantangan yang dihadapi dalam proses integrasi sektor jasa di ASEAN. Apabila kesepakatan ASEAN di bidang perdagangan barang dapat dikatakan sudah cukup maju, maka proses integrasi di bidang jasa dirasakan lebih kompleks dan menuntut perhatian khusus. Ini disebabkan antara lain oleh sangat beragamnya kepentingan dan kesiapan negara anggota di sektor jasa di banding kepentingan dan kesiapan di sektor barang. Filipina misalnya, memiliki keunggulan di sektor jasa tertentu yang justru merupakan sektor yang sensitif bagi Thailand atau Indonesia. Meski demikian, Dewan sepakat agar perbedaan-perbedaan ini dibahas secara lebih intensif dengan tetap memperhatikan kesiapan masing-masing negara dengan harapan bahwa pada tahun 2015 sektor jasa di ASEAN sudah cukup terintegrasi dan berdaya saing.

Karena ada perbedaan seperti itulah, maka Indonesia juga meminta agar pengukuran pelaksanaan AEC Blueprint oleh masing-masing negara anggota dapat lebih disempurnakan sehingga dapat merefleksikan pelaksanaan komitmen secara lebih proporsional. Tantangan yang dihadapi oleh Brunei atau Singapura misalnya, tentu berbeda jauh dari tantangan yang dihadapi oleh negara sebesar Indonesia. Namun langkah-langkah pembukaan yang telah ditempuh Indonesia sebetulnya cukup "comparable" dengan langkah yang ditempuh Singapura atau Brunei.

Agenda lain yang juga dibahas adalah laporan dari Ketua Forum Dirjen Kepabeanan ASEAN mengenai perkembangan proses integrasi kepabeanan regional termasuk kemajuan pengembangan National Single Window dan ASEAN Single Window (NSW/ASW). Diharapkan NSW/ASW nantinya dapat menjadi ‘’tulang punggung’’ sistem kepabeanan ASEAN di mana semua subsistem (yakni sistem

Page 23: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

20

kepabeanan di masing-masing negara anggota) terintegrasi ke dalam sebuah lingkungan yang memungkinkan terwujudnya prinsip inter-operability bagi terwujudnya sistem yang bekerja secara aman, cepat dan akurat. Indonesia merupakan negara anggota yang paling maju dalam mengembangkan NSW, dan Indonesia berharap negara-negara ASEAN-6 dapat segera menjalankan pilot project ASW dalam waktu dekat ini.

Setelah Dewan AEC menyelesaikan pertemuannya, para Menteri Ekonomi ASEAN menandatangani dua kesepakatan internal ASEAN, yakni the 8th Protocol to Implement the ASEAN Framework Agreement on Services, dan Protocol to Amend the Protocol to Give Special Consideration on Rice and Sugar. Protokol pertama merupakan bagian dari proses pengintegrasian sektor jasa di ASEAN secara bertahap, sementara protokol kedua merupakan penyesuaian terhadap beralihnya kesepakatan Common Effective Preferential Tariff for AFTA (CEPT-AFTA) ke perjanjian barang yang lebih komprehensif dan berlaku efektif sejak 17 Mei 2010, yakni ASEAN Trade in Goods Agreement.

KTT ASEAN Ke-17 secara resmi dibuka oleh Perdana Menteri Vietnam, Yang Mulia Nguyen Tan Dung. Dalam sambutannya, PM Viet Nam menggarisbawahi sejumlah pencapaian ASEAN pada tahun 2010 ini yang merupakan pengejawantahan dari visi ASEAN menjadi tindakan nyata yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat ASEAN, baik di bidang politik-keamanan, ekonomi, maupun sosial budaya.

Page 24: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

21

2. Pertemuan Tahunan Para Menteri Anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)

Pertemuan tahunan para Menteri anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) diselenggarakan di Yokohama, Jepang. Pertemuan yang berlangsung pada tanggal 10-11 November 2010 berada di bawah rangkaian pertemuan APEC atau yang disebut dengan Leaders’s Week. Tema utama APEC tahun 2010, yakni Change and Action menggambarkan tekad APEC dalam melakukan langkah-langkah konkret guna menghadapi berbagai tantangan serta perubahan untuk mengikuti tuntutan perkembangan dunia.

Pertemuan APEC saat ini memiliki arti sangat strategis karena dimaksudkan tidak saja untuk meningkatkan proses integrasi ekonomi regional yang telah berjalan selama ini, tetapi juga membahas bagaimana APEC dapat memanfaatkan momentum kali ini dan G-20 yang akan berlangsung di Seoul, Korea Selatan yang kemudian dilanjutkan dengan rangkaian pertemuan tingkat Leaders’ untuk kembali mendorong penyelesaian Perundingan Putaran Doha pada tahun 2011.

Sebelum acara resmi Pertemuan Para Menteri APEC yang ke-22 ini berlangsung di Conference Center Pacifico Yokohama, Menteri Perdagangan RI menghadiri AMM Small Group Breakfast. Dalam pertemuan ini Menteri Perdagangan RI bersama dengan anggota ekonomi APEC lainnya yakni Australia, China, Kanada, Indonesia, Jepang, Singapura, USA, Vietnam, dan Direktur Jenderal WTO Pascal Lamy, selama satu jam mendiskusikan perkembangan terakhir putaran Doha serta langkah yang harus diambil guna memanfaatkan tahun 2011 yang secara politis dapat dikatakan sebagai the window opportunity. Hal ini diterjemahkan sebagai banyaknya kendala yang akan dihadapi dalam melanjutkan dan mendorong Perundingan Putaran Doha mencapai tahap engagement pasca 2011, mengingat

Page 25: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

22

berbagai pemilihan umum akan berlangsung pada tahun 2012 di beberapa negara. Kunci yang memungkinkan terjadinya pergantian pemerintahan yang memiliki agenda dan pandangan yang berbeda terhadap mandat Doha.

Para Menteri selanjutnya menghadiri Pertemuan Tahunan Menteri APEC yang dilakukan dalam format retreat untuk hari pertama, yaitu dengan setting informal dan peserta yang terbatas. Pertemuan ini pun kembali dihadiri oleh Pascal Lamy guna menyampaikan situasi terakhir Perundingan DDA dalam forum yang lebih luas dibandingkan dengan acara sebelumnya, yang dilakukan dalam format Breakfast Meeting.

Selain membahas agenda rutin seperti perkembangan pelaksanaan program kerja dan pengembangan prakarsa-prakarsa baru. Para Menteri APEC juga membahas topik penting lainnya, yakni pencapaian Bogor Goals oleh ekonomi maju APEC pada tahun 2010.

Laporan final mengenai pencapaian Bogor Goals ini akan disampaikan kepada para Pemimpin Ekonomi APEC yang akan bertemu dalam pertemuan puncak APEC tanggal 13-14 November 2010 di Yokohama, Jepang. Selain itu, Para Menteri APEC juga membahas perkembangan integrasi ekonomi kawasan termasuk membahas Possible Pathways to Free Trade Area on the Asia Pacific (FTAAP), APEC Growth Strategy dan arah perkembangan APEC tidak hanya saat ini, namun juga di masa yang akan datang.

Page 26: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

23

C. FORUM BILATERAL

1. Pertemuan ke-4 Joint Ministerial Commission (JMC) RI-RDTL

Pertemuan JMC dilaksanakan pada tanggal 26-27 Juli 2010 di Kementerian Luar Negeri, Republic Democratic of Timor Leste (RDTL) di Dili, RDTL. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Indonesia dan delegasi RDTL dipimpin oleh Menteri Luar Negeri RDTL. Pertemuan JMC ke-4 menghasilkan Joint Statement yang ditandatangani oleh kedua Menlu.

Pertemuan ke-4 JMC diawali dengan Senior Officials' Meeting (SOM) dan pertemuan 5 (lima) Working Group (WG) yang dilakukan secara paralel pada tanggal 26 Juli 2010. SOM dipimpin oleh Direktur Jenderal Asia, Pasifik, dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Indonesia dan Secretary Jenderal, Ministry of Foreign Affairs, RDTL. Adapun lima working group pada SOM JMC adalah sebagai berikut:a). WG on Border Issues;b). WG on Trade, Investment, and Finance;c). WG on Legal Matters;d). WG on Education, Culture, Youth, and Sports;e). WG on Transport, Telecommunications, and Postal Services.

Kementerian Perdagangan RI menjadi koordinator untuk pertemuan WG on Trade, Investment, and Finance (WG on TIP), SOM-JMC. Pertemuan JMC ke-4 juga sepakat untuk meresmikan Pas Lintas Batas (PLB) yang ditandai dengan penandatanganan Joint Statement RI-RDTL pada tanggal 27 Juli 2010 oleh Menlu Rl dan RDTL yang disaksikan oleh Presiden RDTL, HE. Ramos Horta.

Dengan telah diresmikannya PLB maka pemerintah kedua negara sepakat untuk menggunakan PLB tersebut pada perbatasan Rl dan RDTL di Mota'ain terlebih dulu. Terkait dengan pasar tradisional di

Page 27: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

24

perbatasan, Pemerintah RDTL c.q Ministry of Tourism, Commerce and Industry pada kesempatan pertemuan WG on TIP menyampaikan keinginan mereka untuk meresmikan penggunaan pasar tradisional RDTL dan Indonesia khususnya di Mota'ain pada bulan Oktober 2010.

Kondisi fisik pasar di perbatasan Indonesia khususnya di Mota'ain telah digunakan sebagai tempat penjualan kebutuhan sehari-hari penduduk perbatasan setempat. Sehingga menurut pengamatan perlu adanya renovasi ulang atas pasar tersebut dan persiapan peresmian penggunaan pasar tradisional di Mota'ain.

2. Senior Official Meeting On Trade and Investment Framework ke-2 Indonesia - Selandia Baru

Pertemuan Senior Official Meeting on Trade and Investment Framework (SOM TIF) antara Indonesia dan Selandia Baru ke-2 telah dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 9-10 Agustus 2010 untuk membahas isu-isu yang menjadi kepentingan kedua negara.

Beberapa isu yang dibahas adalah kinerja perdagangan dan investasi bilateral, perkembangan isu multilateral terkait Doha Round (WTO) dan G-20, perkembangan kerja sama ASEAN, isu sertifikasi halal Selandia Baru, serta draf kerja sama pertanian, tenaga kerja, dan lingkungan hidup dalam kerangka bilateral economic cooperation packages yang terkait dengan AANZFTA.

a. Kesepakatan yang dihasilkan dalam SOM TIF ke 2 Indonesia dan Selandia Baru adalah sebagai berikut:

1) Kerja sama di bidang lingkungan hidup

Kedua negara telah menyepakati substansi MoU on Environmental Cooperation dan melakukan pemarafan (initialing) teks MoU. MoU tersebut diharapkan dapat

Page 28: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

25

ditandatangani oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup kedua negara dalam waktu dekat.

2) Kerja sama di bidang pertanian

Kedua negara menyepakati pembentukan Working Group on Agriculture yang akan mengoperasionalisasikan paket kerja sama bilateral dalam kerangka AANZFTA dan menjadi forum untuk mengidentifikasi kerja sama lebih lanjut di masa datang. Kedua belah pihak akan menindaklanjuti inisiatif ini dalam waktu dekat. Pada kesempatan ini Indonesia menegaskan pentingnya penguatan kerja sama yang lebih erat dengan Selandia Baru khususnya di bidang teknologi pertanian, capacity building, dan pengembangan daerah pedesaan.

3) Kerja sama di bidang tenaga kerja

Pembicaraan mengenai sektor tenaga kerja dilaksanakan secara terpisah. Indonesia mengharapkan kerja sama dapat dilakukan dalam lingkup yang lebih luas termasuk kerja sama di bidang penempatan tenaga kerja. Selandia Baru menegaskan bahwa komitmen implementasi penempatan tenaga kerja yang disepakati pada tahun 2008 akan dilaksanakan setelah penyelesaian paket kerja sama bilateral dalam kerangka AANZFTA. Komitmen temporary entry tersebut merupakan kebijakan pemerintah Selandia Baru untuk tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Selandia Baru secara temporer selama tiga tahun yang meliputi non-labor market access quota untuk 100 juru masak, non-labor market tested quota untuk tenaga pemotong hewan, dan 20 guru bahasa Indonesia dan reciprocal Working Holiday Scheme untuk 100 orang.

4) Kerja sama pembangunan

Page 29: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

26

Selandia Baru menyampaikan bahwa program bantuan kerja sama bilateral Indonesia dengan Selandia Baru menunjukkan tren yang positif di mana Indonesia termasuk salah satu penerima bantuan terbesar di Asia. Selandia Baru menyampaikan bahwa negara tersebut memberikan program bantuan baru ASEAN sebesar NZ$ 74 juta selama tiga tahun. Salah satu program tersebut adalah untuk agriculture diplomacy yang akan bermanfaat bagi Indonesia di masa mendatang.

b. Isu lain yang dibahas adalah mengenai perdagangan di bidang pertanian. Selandia Baru menyampaikan concern mereka atas banyaknya persyaratan pemeriksaan ekspor hewan ke Indonesia. Selandia Baru juga mengangkat pembatasan ekspor daging ke Indonesia. Indonesia menanggapi dengan menegaskan bahwa pemerintah Indonesia perlu menjamin adanya keseimbangan antara suplai daging dari produsen di dalam negeri dan luar negeri. Kedua belah pihak akhirnya sepakat bahwa semua isu SPS akan dikonsolidasikan melalui forum bilateral di bidang pertanian dan Komite SPS pada AANZFTA.

c. Selain hal tersebut Duta Besar Selandia Baru menyampaikan upaya kerja sama bisnis antara Selandia Baru dan Indonesia sebagai berikut:

1) Penjajakan kerja sama di bidang transportasi udara antara Garuda Indonesia dengan Auckland Airport dan Tourism Selandia Baru;

2) Penjajakan kerja sama dengan perusahaan besar Indonesia termasuk makanan olahan, konstruksi, dan sumber daya alam. Penjajakan telah dilaksanakan dengan Sinar Mas, Sumarecon, Salim Group, dan Ciputra;

3) Menjalin kembali kerja sama sektor swasta di bidang

Page 30: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

27

geothermal dan pendidikan antara beberapa perguruan tinggi negeri Indonesia dengan mitranya di Selandia Baru.

3. Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-5 Indonesia – Argentina

Sidang Komisi Bersama (SKB) diselenggarakan pada tanggal 21-22 September 2010 di Buenos Aires, Argentina. Delegasi Republik Indonesia (Delri) dipimpin oleh Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri, Duta Besar Ibu Retno L. P Marsudi didampingi oleh Duta Besar LBBP Rl untuk Republik Argentina, Ibu Nurmala Kartini Panjaitan Sjahrir. Sedangkan Delegasi Argentina dipimpin oleh Duta Besar Rodolfo Ignacio Rodriguez, Deputy National Director of International Economic Negotiations Kementerian Luar Negeri, Perdagangan Internasional dan Keagamaan Argentina.

Isu-isu yang dibahas dalam pertemuan adalah perkembangan hubungan kerja sama bilateral kedua negara dan upaya untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang seperti perdagangan, investasi, pertanian, energi (Compressed Natural Gas/CNG), kerja sama teknik, ilmiah dan teknologi, olah raga, pariwisata, pendidikan, farmasi, dan kekonsuleran. Selain itu, masing-masing Ketua Delegasi telah menyampaikan perkembangan situasi domestik negaranya, dan membahas mengenai isu-isu kawasan dan internasional yang menjadi kepentingan bersama seperti FEALAC, ASEAN-MERCOSUR, G20, dan WTO Doha Round.

4. The Second Meeting of Joint Study Group (JSG) Indonesia – Turkey

The Second Meeting of Joint Study Group (JSG) Indonesia - Turkey diselenggarakan pada tanggal 7-8 Oktober 2010 di Jakarta. Pertemuan kedua JSG Indonesia - Turki tersebut merupakan tindak lanjut dan komitmen kedua negara yang telah disepakati pada Pertemuan Pertama JSG Indonesia - Turki di Ankara, Turki pada

Page 31: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

28

tanggal 9-10 Maret 2010.

Kedua pihak menyepakati adanya kontribusi positif dari perdagangan dan investasi yang lebih luas guna meningkatkan perdagangan bilateral dan hubungan ekonomi kedua negara ke tingkat yang lebih tinggi. Pihak Indonesia merekomendasikan langkah-langkah kerja sama ekonomi kedua negara yang diharapkan dapat memperkuat liberalisasi investasi dan perdagangan. Menanggapi hal tersebut pihak Turki mengingatkan bahwa isu kerja sama ekonomi telah menjadi bagian dari Joint Commission for Economic and Technical Cooperation (Sidang Komisi Bersama untuk Kerja Sama Ekonomi dan Teknik) Indonesia - Turki sehingga pembahasan isu cooperation dikecualikan dari studi JSG. Namun pihak Turki mengusulkan bahwa kedua belah pihak perlu untuk mengidentifikasi kemungkinan area-area kerja sama dengan instansi terkait.

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia meminta klarifikasi akan hubungan Turki dengan UE (kerja sama pada bidang Custom Union), terutama terkait dengan hubungan perdagangan dengan negara-negara ketiga. Pihak Turki kemudian menjelaskan bahwa cakupan Custom Union adalah produk-produk industri dengan mengecualikan produk batu bara dan besi Baja atau yang tergabung dalam European Coal and Steel Community (ECSC). Produk ECSC tersebut telah tercakup dalam Free Trade Agreement (FTA), sedangkan untuk produk-produk pertanian dikenakan Preferential Tarif. Dalam kerangka kerja sama ini, FTA dinegosiasikan dengan komitmen untuk mendapatkan keuntungan bersama dengan negara-negara ketiga yang telah atau baru akan memulai perundingan FTA dengan Uni Eropa. Pihak Turki juga menegaskan bahwa Turki memiliki kewenangannya sendiri dalam mengatur Bea Masuk dan kebijakan tarif.Pada pertemuan ini, kedua pihak saling bertukar informasi mengenai

Page 32: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

29

perkembangan free zones di kedua negara, di mana pihak Turki menginformasikan free zones di Turki yang terbagi dalam 20 free zones dan tiap-tiap free zones dikembangkan secara khusus sebagai basis produksi ekspor ke wilayah yang sudah ditentukan. Sedangkan pihak Indonesia menginformasikan bahwa Batam Indonesia Free Zone Authority (BIFTA) telah menandatangani Memorandum of Understanding on Cooperation Between the Batam Industrial Development Authority of the Republic of Indonesia and the Aegean Free Zone Development and Operating Company in Turkey namun pada saat ini intensitas kerja sama dari MoU tersebut kurang maksimal.

Setelah melakukan analisis dan berdasarkan data yang diolah oleh tim task force Indonesia untuk JSG Indonesia -Turki, disimpulkan untuk sementara bahwa Turki dan Indonesia memiliki komplementaritas di berbagai sektor perdagangan, terutama pada sektor perdagangan jasa. Pada pertemuan ini juga dilakukan saling bertukar informasi mengenai FTA yang telah dilaksanakan kedua negara, baik yang telah ditandatangani maupun yang masih dalam tahap negosiasi, hal ini diperlukan untuk mendapatkan referensi mengenai pola kerja sama ekonomi yang akan dibentuk oleh kedua negara.

Berkenaan dengan draft Joint Report, kedua pihak sepakat untuk melakukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut:

a) Menggunakan data statistik nasional sejauh mungkin;

b) Memperbarui dan rekonsiliasi seluruh angka statistik yang terdapat di dalam joint report;

c) Mengklarifikasi istilah-istilah apabila diperlukan;

d) Menggunakan tariff rates dari database WTO;

e) Penambahan informasi mengenai pemanfaatan skema GSP Turki

Page 33: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

30

oleh Indonesia;

f) Kedua pihak sepakat untuk mengelaborasi rezim perdagangan dan hambatan non tarif yang terjadi antara kedua negara;

g) Mengidentifikasi dasar-dasar aturan FTA di mana Indonesia atau Turki merupakan salah satu pihak yang menandatangani perjanjian tersebut; dan

h) Menambahkan dasar-dasar aturan rezim investasi asing di kedua negara.

Pertemuan JSG Indonesia - Turki Kedua kemudian ditutup dengan penandatanganan minutes of meeting yang dilakukan oleh Ketua Delegasi masing-masing negara dan saling menyatakan apresiasi dan harapan bahwa JSG akan dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan rekomendasi yang dapat berguna bagi peningkatan hubungan perdagangan kedua negara secara positif.

5. Penandatanganan Dialog Bersama Indonesia dan Federasi Rusia

Menteri Perdagangan RI memimpin delegasi Indonesia pada pertemuan tahunan Para Menteri APEC, yang berlangsung pada tanggal 10 - 11 November 2010 di Yokohama, Jepang. Menteri Perdagangan RI juga melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Pembangunan Ekonomi Federasi Rusia, E.S. Nabiullina. Dalam pertemuan tersebut kedua menteri membahas secara spesifik, seperti upaya peningkatan hubungan kedua negara, beberapa isu yang menjadi agenda utama pembahasan di APEC, bagaimana perkembangan APEC saat ini dan yang akan datang, serta bagaimana kedua negara dapat berkolaborasi guna meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan, investasi, dan ekonomi. Berkaitan dengan hal tersebut, kedua Menteri sepakat untuk melakukan penandatangan Joint Dialogue, pada tanggal 10 November 2010 di Yokohama.Joint Dialogue sendiri merupakan kesepakatan yang memiliki

Page 34: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

31

kerangka kerja sama yang berisi beberapa kesepakatan peningkatan kerja sama di bidang perdagangan, investasi, dan ekonomi melalui beberapa langkah kebijakan, yakni: (i) melakukan eksplorasi dan studi guna meningkatkan peluang kerja sama perdagangan, investasi, dan ekonomi; (ii) memberikan dukungan kepada dunia usaha; dan (iii) mempersiapkan action plan guna menghilangkan hambatan-hambatan di bidang perdagangan, investasi, dan ekonomi.

Kedua Menteri juga sepakat untuk menindaklanjuti Joint Dialogue tersebut dengan melakukan pertemuan setiap tahunnya, melalui kunjungan kerja sama yang dilakukan secara bergantian antara kedua negara. Joint Dialogue ini bukan merupakan forum tertutup, hal ini menggambarkan bahwa kedua negara saling memberikan kesempatan untuk mengundang perwakilan instansi maupun organisasi internasional lainnya, yang dianggap perlu dan memiliki kapasitas dalam memberikan dukungan guna meningkatkan kerja sama antar kedua negara di bidang-bidang yang telah disepakati bersama.

6. Pertemuan Trade Negotiating Committee Pertama Indonesia - Iran

Pertemuan Trade Negotiating Committee (TNC) Indonesia - Iran dilaksanakan pada tanggal 25-26 November 2010 di Medan. Pertemuan ini merupakan mandat dari kesepakatan yang telah dilakukan sebelumnya di mana dalam Joint Statement kedua Menteri Perdagangan di Teheran tahun 2003 sepakat merumuskan kerangka kerja sama pengurangan tarif dan hambatan perdagangan non tariff di kedua negara. Pada tahun 2004, kedua Menteri juga sepakat untuk membentuk Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP). Berdasarkan kesepakatan ini telah dibentuk juga Framework Agreement on CTEP yang ditandatangani pada bulan Juni 2005. Kedua kesepakatan tersebut bertujuan memberikan dasar bagi kedua belah pihak untuk melakukan perundingan dengan

Page 35: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

32

maksud untuk membentuk Indonesia - Iran CTEP berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui Preferential Trade Agreement (PTA).

Pertemuan pertama TNC ini dipimpin oleh Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan dan pihak Iran dipimpin oleh Duta Besar Iran di Jakarta. TNC telah membahas kemungkinan kesepakatan adanya PTA antara Indonesia - Iran. Pertemuan konsultasi pendahuluan dalam bentuk tim teknis telah dilakukan pada tahun 2006 dan 2008. Indonesia telah menyampaikan request list dan modalitas penurunan tarif serta menanggapi draft PTA dan Rules of Origin, namun karena waktu telah berjalan cukup lama, pertemuan TNC yang pertama ini melihat kembali proposal tersebut. Indonesia telah menyampaikan sejumlah 776 tariff line (10 digit HS) dengan total nilai ekspor sekitar US$ 305,0 juta sedangkan pihak Iran menyampaikan sekitar 522 tariff line (8 digit HS) dengan nilai impor sekitar US$ 120,0 juta. Mengingat adanya perbedaan digit HS pada kedua negara, maka telah disepakati untuk melihat kembali masing-masing produk dalam HS tersebut agar dalam implementasinya di kemudian hari tidak menjadi masalah. Mengenai modalitas penurunan tarif, Indonesia pada tahun 2008 telah mengusulkan formula dengan Margin of Preference (MOP) tertentu untuk besaran tarif tertentu. Semakin tinggi tarif impor, maka semakin tinggi pula pemotongannya. Formula ini akan memberikan akses yang lebih besar bagi produk Indonesia yang selama ini banyak terkena tarif yang tinggi di Iran. Pertemuan juga membahas mengenai Rules of Origin (RoO), namun mengingat isu yang sangat teknis maka kedua pihak sepakat untuk membahas dalam kesempatan yang akan datang. Masalah RoO sangat penting karena akan berdampak kepada keberhasilan penggunaan preferential yang diberikan dalam perjanjian. PTA ini merupakan jembatan untuk menuju Indonesia-Iran Comprehensive Trade and Economic Partnership Agreement (II-CTEPA).

Produk utama ekspor Indonesia ke Iran antara lain palm oil, pipa

Page 36: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

33

baja, baja, kertas, karet, electronic products, ban kendaraan, kayu dan produk kayu, coffee, tea, pakaian jadi, ikan. Sedangkan impor utama Indonesia dari Iran adalah antara lain hydrocarbon, fertilizers, bitumen and asphalt, unwrought aluminium, gypsum, synthetic rubber, dates, etc. Kedua pihak menyepakati untuk melanjutkan pembahasan dan diharapkan dapat diselesaikan pada akhir tahun 2011 dan diharapkan PTA dapat diberlakukan pada Januari 2012.

7. The 3rd Meeting Of Working Group On Trade and Investment (WGTI)Pada tanggal 1 Desember 2010, telah dilangsungkan Pertemuan ke-3 WGTI Indonesia – Uni Eropa. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari Pertemuan ke-2 WGTI yang telah dilaksanakan pada tanggal 25-26 Maret di Brussels, Belgia. WGTI merupakan suatu forum pertemuan bilateral Indonesia – UE yang bertujuan untuk membahas beberapa isu terkait perdagangan dan investasi yang menjadi perhatian dari masing-masing pihak Indonesia dan UE.

Delegasi RI dipimpin oleh Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, dan Delegasi UE dipimpin oleh Rupert Schlegelmilch, Head of Trade Relations with South Asia, Korea, and ASEAN dari European Commission di Brussel. Delegasi RI terdiri dari wakil dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, BKPM, Badan POM, KADIN, dan MUI. Sementara delegasi UE terdiri dari DG For Trade, DG AGRI, DG SANCO, dan EU Delegation to Indonesia.

WGTI ke-3 membahas isu-isu baru yang terus berkembang dan terjadi dalam hubungan perdagangan Indonesia dengan UE. Selain itu, pending issues pada WGTI-2 juga dibahas dan melihat perkembangannya. Pertemuan kali ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia dan UE untuk saling meningkatkan dan

Page 37: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

34

mengembangkan economic cooperation di antara kedua belah pihak.

Agenda pertemuan juga mendengarkan rekomendasi hasil dari: pertemuan European Union – Indonesia Business Dialogue (EIBD); pembahasan tindak lanjut dari hasil pertemuan WGTI ke-2; penyampaian laporan pertemuan Sub Working Group (SWG) farmasi/ kosmetik, SWG Investasi, SWG Sanitary and Phytosanitary; diskusi isu hambatan perdagangan yang dihadapi Indonesia dan UE; dan beberapa isu lainnya terkait dengan upaya peningkatan hubungan perdagangan bilateral Indonesia – UE yaitu Trade Support Programme (TSP) II, Trade Cooperation Facility (TCF). Di samping itu, pihak UE juga mempresentasikan kebijakan barunya dan perkembangan atas The United Nations Economic Commission for Europe (UN-ECE) yang menangani standardisasi perdagangan internasional di antaranya produk otomotif di mana Indonesia berencana untuk bergabung.

Concern utama Indonesia yang diangkat dalam pertemuan WGTI-3 adalah isu: (i) Renewable Energy Directive (RED): Indonesia meminta klarifikasi atas skema sustainablity certificate, default value, informasi atas ISPO yang akan menjadi standar Indonesia atas Palm oil; (ii) Registration, Evaluation, Authorization, and Restriction of Chemicals (REACH): capacity building, partnership cooperation; (iii) Akses Pasar: yaitu tarif eskalasi atas cacao dan tuna, serta isu Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing di mana pihak Indonesia mengusulkan adanya bantuan teknis dari pihak UE dalam cakupan regional.

Sementara, concern utama UE adalah isu: (i) investasi, yaitu equity cap on horticulture, kandungan lokal bidang telekomunikasi dan pertambangan; (ii) SPS, yaitu import conditions for meat, dairy products, and plants products; dan (iii) TBT: labelling dan SNI.Pada kesempatan ini, untuk mengakomodasi kepentingan

Page 38: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf

35

pengusaha, perwakilan dari KADIN Indonesia dan Eurocham memaparkan hasil pertemuan European Union – Indonesia Business Dialogue (EIBD) yang telah berlangsung pada tanggal 29-30 November 2010. EIBD menghasilkan rekomendasi dan outcomes yang dipersiapkan oleh 8 (delapan) working groups berupa position papers: “European Union-Indonesia Business Dialogue 2010 Policy Recommendations”. Diharapkan rekomendasi tersebut akan berguna bagi masing-masing pemerintah kedua negara dalam meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi. EIBD dimaksudkan sebagai konferensi tahunan yang menjembatani dialog antar pemerintah dan pelaku bisnis sehingga pelaku bisnis dapat memberikan masukan bagi kebijakan pemerintah yang telah ada maupun yang akan dilakukan kemudian.

Agenda lain yang dibahas pada pertemuan ke-3 WGTI ialah exchange of views atas isu perdagangan multilateral, ASEAN dan negosiasi liberalisasi perdagangan yang tengah berlangsung antara EU dan Indonesia dengan pihak ketiga.

Pertemuan diakhiri dengan kesepakatan kedua belah pihak untuk menindaklanjuti pending issues (Investment, SPS, Pharmacy/ Cosmetics, dan Industry and Environment) pada pertemuan WGTI berikutnya.

Page 39: Hasil Kesepakatan KPI Juli - Desember 2010.pdf