hasi/ penelitian dan kegiatan ptlr tahun 2006 issn 0852 2979digilib.batan.go.id/e-prosiding/file...

3
Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979 PERAWATAN DAN PERBAIKAN EXHAUST FAN C 8104 A1B UNIT INSENERASI Marhaeni Joko Puspito Pusat Teknologi limbah Radioaktif, BATAN ABSTRAK PERAWATAN DAN PERBAIKAN EXHAUST FAN C 8104 A/B UNIT INSENERASI. Unit Insenerator adalah salah satu fasilitas pengolahan limbah radioaktif di PTLR, yaitu suatu sistem pengolahan limbah radioaktif dengan cara pembakaran. Temperatur operasi hingga 850°C, dengan menggunakan bahan bakar solar. Untuk dapat mencapai temperatur operasi tersebut unit insenerator didukung oleh 2 buah burner atau tungku pembakaran. Dalam sistem burner ini, baik burner I maupun burner II dilengkapi dengan 3 suplai bahan bakar, 5 kg/jam, 10 kg/jam dan 15 kg/jam yang masing-masing dikontrol oleh pneumatic valve, sedang pengapiannya dikontrol oleh electric igniter dan flame controller. Dalam unit insenerasi fungsi dari sistem exhaust sangat penting, karena untuk membuat negatif ruang bakar unit insenerator dan juga untuk membuang gas buang melalui cerobong. Karena begitu penting sistem exhaust maka perlu mendapat perawatan maupun perbaikan. ABSTRACT THE MAINTENANCE AND REPAIRING EXHAUSTS FAN C 8104 AlB OF INCINERATION UNIT. Incineration Unit is one of radioactive waste treatment facilities at Radioactive Waste Technology Center. Incineration use combustion method for treatment waste, the temperature operation until 850 DC with kerosene as fuel. In order to reach operation temperature, incineration is supported by two burners or combustion chambers. In this burner system, first burner as well as second burners have three stage fuel supplies are 5 kg/hr, 10 kg/hr, and 15kg/hr which is controlled by pneumatic valve. The flaming system is controlled by electric igniter and flame controller. In the incineration unit, exhaust system has a very important function because make a negative pressure at combustion chamber and also to extricate gas through stack. Base on that, exhaust system is needed to maintain regularly. PENDAHULUAN Untuk mencapai temperatur operasi yang telah diseting sebesar 850 DC pad a insenerator di PTLR dilakukan oleh dua buah burner dengan laju pembakaran masing- masing 5 kg/jam; 10 kg/jam; 15 kg/jam. Laju pembakaran tersebut digunakan untuk mencukupi suhu operasi secara bertahap sehingga refractory tidak mengalami beban beda suhu yang besar secara mend adak untuk menghindari kerusakan pada refractory. Masing-masing laju pembakaran dikontrol oleh beberapa pneumatic valve, pad a burner 1 laju 5 kg/jam dikontrol oleh pneumatic valve V81191 untuk kebutuhan udara, sedangkan untuk suplai bahan bakar solarnya dikontrol oleh pneumatic valve V81186 dan electric valve V81227, laju 10 kg/jam dikontrol oleh pneumatic valve V81190 untuk kebutuhan udara, sedangkan untuk suplai bahan bakar solarnya dikontrol oleh pneumatic valve V81187 dan electric valve V81228, laju 15 kg/jam dikontrol oleh pneumatic valve V81189 untuk kebutuhan udara, sedangkan untuk suplai bahan bakar solarnya dikontrol oleh pneumatic valve V81188 dan electric valve V81229. 548

Upload: lamhuong

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 2979digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Penelit... · system, first burner as well ... beda suhu yang

Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

PERAWATAN DAN PERBAIKAN EXHAUST FAN C 8104 A1BUNIT INSENERASI

Marhaeni Joko Puspito

Pusat Teknologi limbah Radioaktif, BATAN

ABSTRAKPERAWATAN DAN PERBAIKAN EXHAUST FAN C 8104 A/B UNIT INSENERASI. Unit

Insenerator adalah salah satu fasilitas pengolahan limbah radioaktif di PTLR, yaitu suatu sistempengolahan limbah radioaktif dengan cara pembakaran. Temperatur operasi hingga 850°C,dengan menggunakan bahan bakar solar. Untuk dapat mencapai temperatur operasi tersebutunit insenerator didukung oleh 2 buah burner atau tungku pembakaran. Dalam sistem burner ini,baik burner I maupun burner II dilengkapi dengan 3 suplai bahan bakar, 5 kg/jam, 10 kg/jam dan15 kg/jam yang masing-masing dikontrol oleh pneumatic valve, sedang pengapiannya dikontrololeh electric igniter dan flame controller. Dalam unit insenerasi fungsi dari sistem exhaust sangatpenting, karena untuk membuat negatif ruang bakar unit insenerator dan juga untuk membuanggas buang melalui cerobong. Karena begitu penting sistem exhaust maka perlu mendapatperawatan maupun perbaikan.

ABSTRACTTHE MAINTENANCE AND REPAIRING EXHAUSTS FAN C 8104 AlB OF

INCINERATION UNIT. Incineration Unit is one of radioactive waste treatment facilities at

Radioactive Waste Technology Center. Incineration use combustion method for treatment waste,the temperature operation until 850 DC with kerosene as fuel. In order to reach operationtemperature, incineration is supported by two burners or combustion chambers. In this burnersystem, first burner as well as second burners have three stage fuel supplies are 5 kg/hr, 10kg/hr, and 15kg/hr which is controlled by pneumatic valve. The flaming system is controlled byelectric igniter and flame controller. In the incineration unit, exhaust system has a very importantfunction because make a negative pressure at combustion chamber and also to extricate gasthrough stack. Base on that, exhaust system is needed to maintain regularly.

PENDAHULUAN

Untuk mencapai temperatur operasi yang telah diseting sebesar 850 DC pad a

insenerator di PTLR dilakukan oleh dua buah burner dengan laju pembakaran masing­

masing 5 kg/jam; 10 kg/jam; 15 kg/jam. Laju pembakaran tersebut digunakan untuk

mencukupi suhu operasi secara bertahap sehingga refractory tidak mengalami beban

beda suhu yang besar secara mend adak untuk menghindari kerusakan pada refractory.

Masing-masing laju pembakaran dikontrol oleh beberapa pneumatic valve, pad a

burner 1 laju 5 kg/jam dikontrol oleh pneumatic valve V81191 untuk kebutuhan udara,

sedangkan untuk suplai bahan bakar solarnya dikontrol oleh pneumatic valve V81186

dan electric valve V81227, laju 10 kg/jam dikontrol oleh pneumatic valve V81190 untuk

kebutuhan udara, sedangkan untuk suplai bahan bakar solarnya dikontrol oleh

pneumatic valve V81187 dan electric valve V81228, laju 15 kg/jam dikontrol oleh

pneumatic valve V81189 untuk kebutuhan udara, sedangkan untuk suplai bahan bakar

solarnya dikontrol oleh pneumatic valve V81188 dan electric valve V81229.

548

Page 2: Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 2979digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Penelit... · system, first burner as well ... beda suhu yang

Hasi/ Pene/ilian dan Kegialan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979

Burner 2 laju 5 kg/jam dikontrol oleh pneumatic valve V81197 untuk kebutuhan udara,

sedangkan untuk suplai bahan bakar solarnya dikontrol oleh pneumatic valve V81192

dan electric valve V81230, laju 10 kg/jam dikontrol oleh pneumatic valve V81196 untuk

kebutuhan udara, sedangkan untuk suplai bahan bakar solarnya dikontrol oleh

pneumatic valve V81193 dan electric valve V81231, laju 15 kg/jam dikontrol oleh

pneumatic valve V81195 untuk kebutuhan udara, sedangkan untuk suplai bahan bakar

solarnya dikontrol oleh pneumatic valve V81194 dan electric valve V81232. Pompa

P81008 digunakan untuk keperluan suplai bahan bakar solar dengan tekanan ~ 10 bar

agar pengabutan solar di nozzle tebentuk sehingga campuran bahan bakar dengan

udara di tungku mudah terbakar oleh pemantik api listrik (electric igniter) pada saat

penyalaan awal.

Proses terjadinya pembakaran di tungku Insenerator harus memenuhi tiga unsur

yaitu adanya bahan bakar, udara dan panas/ api (disini diperankan oleh electric igniter)

dan suplai bahan bakar telah diterangkan di atas sedangkan kebutuan udara segarnya

diatur oleh fan F 8104 AlB yang didukung juga dengan fan F 8103 AlB, F 8102 AlB dan

F 8108 AlB

Karena begitu sangat pentingnya kebutuhan udara untuk proses pembakaran

dalam tungku insenerator yang diatur oleh fan F 8104 AlB, dan pada saat kerja sama

dengan Kobelco diketahui bahwa casing Fan F 8104 A/B mengalami kebocoran karena

korosi, maka sistem ini perlu mendapat perhatian di dalam perawatan dan perbaikan

sehingga insenerator siap untuk dioperasikan dan tidak mengalami gangguan pad a saat

proses sedang berjalan.

TAT A KERJA

Metode

1. Pendataan alat dan mekanisme kerja Exhaust Fan C 81004 AlB

Mempelajari cara melepas komponen exhaust fan C 81004 AlB

Mempelajari cara memasang kembali exhaust fan C 81004 AlB

Mempelajari equipment yang berkaitan dengan exhaust fan C 81004 AlB

2. Perencanaan perawatan dan perbaikan exhaust fan C 81004 AlB

Merencana perbaikan exhaust fan C 81004 AlB

Merencana perawatan exhaust fan C 81004 AlB

3. Pelaksanaan perawatan dan perbaikan exhaust fan C 81004 AlB

549

Page 3: Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 2979digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Penelit... · system, first burner as well ... beda suhu yang

Hasil Penelitian dan Kegialan PTLR Tahzln 2006 ISSN 0852 - 2979

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari kegiatan terse but diatas telah dilakukan penggantian casing fan C 8104 NB

yang bocor dengan material SS 304 sehinga tidak mudah lagi terkena korosi.

Penggantian V-belt pad a masing masing fan karena V-belt telah mengalami kerapuhan

walaupun jam operasi belum tercapai, melakukan pelumasan pada bearing dan

pelurusan kembali. Kerangka, casing dan motor telah di cat karena teramat kotor yang

disebabkan air soda yang bocor. Secara visual kondisi mekanik fan F 8104 NB dalam

kondisi siap operasional, tetapi belum bisa melakukan pengujian karena Kelistrikannya

masih dalam perbaikan.

Telah diperbaiki, dimodifikasi dan penggantian material saluran buangan (drain)

yang mampat karena pengerasan cairan soda pada fan F 8104 NB, aliran dibuat lebih

sing kat dan lancar sehingga tidak ada kemungkinan cairan soda tertinggal dan

mengendap pada pipa drain.

Blower C81002 dan C81008 dalam kondisi normal, dilakukan pelumasan dan

pelurusan kembali serta pengecekan beltnya, semua dalam kondisi normal.

KESIMPULAN

1. Kebocoran dan kropos pada casing fan F 8104 NB dikarenaka air soda yang terikut

dan terkumpul pad a casing tersebut

2. Air soda yang terkumpul di casing F 8104 NB karena pipa saluran buangan mampet

yang disebabkan oleh mengkristalnya air soda pad a saluran tersebut

3. Pipa saluran buangan perlu lebih singkat/ tidak berbelok-belok dan diameternya

agak besar untuk memperkecil terjadinya pengkristalan air soda.

4. PeLru senantiasa pengecekan dan pembersihan pipa saluran buangan (drain) pad a

saat berlangsung dan sesudah proses.

550