halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang...

114

Upload: doankhue

Post on 04-Jul-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi
Page 2: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

i

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Kalimantan Selatan

Triwulan IV-2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Selatan

Page 4: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Kata Pengantar

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Selatan periode

triwulan IV-2015 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel

ekonomi makro di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, stabilitas sistem

keuangan, sistem pembayaran dan pengedaran uang rupiah, keuangan daerah, ketenagakerjaan,

kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan dan setahun mendatang.

Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi

pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, media, dan pihak-pihak

lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi

Kalimantan Selatan.

Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa perekonomian Kalimantan Selatan pada

triwulan IV-2015 mencatat pertumbuhan sebesar 4,14% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

lalu (3,86% yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor

pertambangan seiring berkurangnya kontraksi ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh

meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Lebih baiknya serapan

belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah.

Selanjutnya, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tercatat 5,14% (yoy),

menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (7,28%, yoy), utamanya dipengaruhi oleh

penurunan tekanan inflasi pangan seiring baiknya kapasitas dan pasokan serta koreksi harga BBM.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, kredit perbankan pada triwulan IV-2015 tumbuh 4,15%

(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (6,05% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya

kinerja sektor utama Kalimantan Selatan khususnya batubara. Sejalan dengan meningkatnya

pertumbuhan ekonomi, transaksi kliring tercatat tumbuh meningkat. Sementara itu, pengelolaan

uang rupiah mencatatkan net outflow.

BAB I Pada triwulan I-2016 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan

meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,3% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja

sektor pertambangan sejalan dengan membaiknya permintaan ekspor batubara dari negara mitra

utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Sementara itu, inflasi Kalimantan Selatan

pada akhir akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat temporer pada

kisaran 5,3% - 5,5% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas pangan di awal

tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang kondusif di

tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran target

inflasi 4±1%.

Page 6: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Kata Pengantar

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ii

Kesimpulan di atas merupakan hasil asesmen kami terhadap berbagai data dan informasi,

yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan bank, dan survei yang dilakukan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, juga berasal dari berbagai instansi terkait,

seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS Kalimantan Selatan,

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, Kantor Wilayah Dirjen Perbendaharaan

Negara, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut,

perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak

tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.

Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang

membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan yang

perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya

kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini

dapat terus terbina di masa yang akan datang.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam

mengupayakan hasil kerja yang terbaik.

Banjarmasin, 23 Februari 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HARYMURTHY GUNAWAN

Direktur

Page 7: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Daftar Tabel

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ v

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. vii

KETERANGAN DAN SUMBER DATA .............................................................................. ix

TABEL INDIKATOR TERPILIH .......................................................................................... xi

INFOGRAFIS ..................................................... ............................................................... xii

RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................. 1

BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ................................................... 7

1.1. Sisi Permintaan ............................................................................................... 8

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ................ 9

1.1.2. Konsumsi Pemerintah ................................................................... ......... 10

1.1.3. Investasi ................................................................................. ................ 11

1.1.4. Perkembangan Ekspor ............................................................................. 14

1.1.5. Perkembangan Impor ............................................................. ............... 18

1.2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah ... 19

1.2.1. Sektor Pertanian ..................................................................................... 21

1.2.2. Sektor Pertambangan ...................................................................... ...... 22

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ .... 24

1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ................ 25

1.2.5. Sektor Transportasi dan Komunikasi ..................... .................................. 27

1.2.6. Sektor Konstruksi ..................... .............................................................. 27

BOKS 1. Peran Sistem Logistik dalam Ketahanan Pangan ..................................................... 28

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... ........................................... 35

2. ........................... .. 35

2.2. Inflasi Triwulanan ........................................................... 36

2.3. Inflasi Tahunan ............................................................................................... 40

BOKS 2. Perbandingan Harga Komoditas Kab./Kota Terpilih di Kalimantan Selatan .............. 44

BAB 3. STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN, DAN PUR ....... ........... 49

3.1. Stabilitas Sistem Keuangan ........................................................................... 49

3.1.1. Intermediasi Perbankan ......................................................................... 52

Page 8: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Daftar Tabel

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iv

3.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi .................................................................. 52 37

3.1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga .......................................................... 53

3.1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ............................... 55

3.1.5. Perbankan Syariah .................................................................................. 55

3.2. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SP PUR)... ........................ 56

3.2.1. Transaksi Pembayaran ............................................................................. 56

3.2.2. Pengelolaan Uang Rupiah Kartal .......................................................... 57

3.2.3. Lembar Temuan Uang Palsu ................................................................. 60

BOKS 3. Kredit Usaha Rakyat (KUR) ............................................................................... 61

BOKS 4. Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) ................................................................................. 64

BAB 4. KEUANGAN DAERAH ........................................................ 69

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah .......................................................... 69

4.2. Realisasi Belanja Daerah .......... ....................................................................... 72

4.3. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2016 .......... ............................ 73

BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN .......................................................... 79

5. ............................................................................ 79

5.2. Kesejahteraan .......... ....................................................................................... 80

5.2.1. Daya Beli Masyarakat .............................................................................. 80

5.2.2. Nilai Tukar Petani ................................................................................... 81

BAB 6. PROSPEK EKONOMI .... .......................................................................................... 85

6.1. Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro ................................................. 86

6.2. Prakiraan Inflasi ............................................................................................... 88

DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................... 90

TIM PENYUSUN ..................................................................................................................... 92

Page 9: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Daftar Tabel

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan ............................... 9

Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan ................................ 13

Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan ............................................................... 15

Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan ............................................................ 15

Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 sektor) ........... 20

Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 Sektor) ............ 20

Tabel 1.7. Capaian Penerimaan Daerah dari Retribusi .................................................. 26

Tabel B1.1. Variabel dan Subvariabel Penyusun LPI ............................................................ 30

Tabel B1.2. Detail Skor Penyusun LPI Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014 ................. 30

Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan IV 2015 ...................................................... 38

Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IV 2015 ................................................... 38

Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahun 2015.......................... .................................................... 42

Tabel 2.4. Andil Deflasi Tahunan 2015.................... ..................................................... 42

Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial ........................... 51

Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial ........................ 51

Tabel 3.3. Kegiatan Triwulanan Kas Keliling 2015 ......................................................... 58

Tabel 3.4. Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal 2015 ............................................. 58

Tabel 3.5. Jumlah Kegiatan Program Kas Titipan 2015 .................................................. 59

Tabel 3.6. Data Triwulanan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 2015 ................................... 59

Tabel 3.7. Jumlah Lembar Temuan Uang Palsu .............................................................. 60

Tabel B3.1. Pencapaian KUR 2015 Nasional ............................................................... 62

Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel ............................... 69

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel .................................................. 70

Tabel 4.3. Transfer Pusat ke Daerah se-Kalimantan Selatan ........................................... 71

Tabel 4.4. Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan........................ 71

Tabel 4.5. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan....................................... 72

Tabel 4.6. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota ........................................................ 73

Tabel 4.7. APBD Pemetinah Provinsi Kalimantan Selatan 2016 ...................................... 74

Tabel 4.7. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota ........................................................ 75

Tabel 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012).... 81

Page 10: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Daftar Grafik

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor ........... 8

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan VS Nasional ................. 8

Grafik 1.3. Perkembangan Perekonomian Negara-negara Mitra Dagang Utama 2015.... 8

Grafik 1.4. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin ...................... 10

Grafik 1.5. Indeks Penyusun ITK Kalimantan Selatan: Indeks Pendapatan Rumah Tangga 10

Grafik 1.6. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan ............. 10

Grafik 1.7. Pendapatan per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan ...................................... 10

Grafik 1.8. Nilai Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan .................................. 14

Grafik 1.9. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan ............................... 14

Grafik 1.10. Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan .............................................. 14

Grafik 1.11. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan ................................................. 15

Grafik 1.12. Pertumbuhan Nilai PMDN Kalimantan Selatan .............................................. 15

Grafik 1.13. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti ....................................... 16

Grafik 1.14 . Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan ............................................ 16

Grafik 1.15. Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan ...................................... 16

Grafik 1.16 Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan Tahun 2015 17

Grafik 1.17. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan

Komoditas Unggulan .................................... ............................................. 17

Grafik 1.18. Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tahun 2015 . 17

Grafik 1.19. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan .. 17

Grafik 1.20. Perkembangan Permintaan Batubara Domestik ........................................... 18

Grafik 1.21. Perkembangan Permintaan Kelapa Sawit Domestik......... ............................. 18

Grafik 1.22. Produksi Padi Kalsel ................................................................................ 18

Grafik 1.23. Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan ..................... 18

Grafik 1.24. Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan

Berdasarkan Jenis Barang .............................................................................. 19

Grafik 1.25. Produksi Padi Kalimantan Selatan ................................................................. 22

Grafik 1.26. Produksi TBS Kalimantan Selatan .................................................................. 22

Grafik 1.27. Produksi Karet Kalimantan Selatan ............................................................... 22

Grafik 1.28. Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan ................................. 23

Grafik 1.29. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan ........ 23

Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan ....................... 24

Grafik 1.31. Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan ............. 24

Grafik 1.32. Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan......................................... 25

Grafik 1.33. Perkembangan Volume Ekspor CPO ............................................................. 25

Grafik 1.34. Perkembangan Volume Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan .................. 25

Grafik 1.35. Perkembangan Volume Muat Semen ............................................................ 25

Grafik 1.36. Aktivitas Bongkar dan Muat di Pelabuhan Trisakti......................................... 26

Grafik 1.37. Tingkat Hunian Hotel .................................................................................. 26

Grafik 1.38. Arus Labuh dan Berlayar Pelabuhan Trisakti .................................................. 27

Grafik 1.39. Arus Labuh dan Berlayar Pelabuhan Trisakti .................................................. 27

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional .................................................... 36

Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Se-Kalimantan Triwulan III-2015 ................................. 36

Grafik 2.3. Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Komponen Barang (qtq) ....................... 37

Grafik 2.4 Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab. Brebes ................ 39

Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan ........................................... 39

Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy) ........................................ 41

Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset, dan DPK Kalsel ....................................... 47

Grafik 3.2. Pertumbuhan LDR, Kredit, dan DPK ........................................................... 48

Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Berdsarkan Jenisnya ..................................................... 48

Grafik 3.4. Perumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya ................................................... 48

Page 12: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Daftar Grafik

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan viii

Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ............................................................ 52

Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi ............................................................................. 52

Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral ........................................................ 53

Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya ................................... 53

Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ............................................................ 54

Grafik 3.10. Pangsa Kredit Konsumsi ........................................................................... 54

Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Konsumsi ...................................................... 54

Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM .......................................................... 55

Grafik 3.13. Pangsa Kredit UMKM ................................................................................. 55

Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM ......................................................... 55

Grafik 3.15. Pertumbuhan dan NPL Kredit Perbankan Syariah ........................................ 56

Grafik 3.16. Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya .................................................... 56

Grafik 3.17. Pertumbuhan Kredit dan NPL Syariah .......................................................... 56

Grafik 3.18. Transaksi Kliring .......................................................................................... 57

Grafik 3.19. Inflow/Outflow Uang Kartal (Level) ............................................................... 57

Grafik 3.20. Inflow/Outflow Pertumbuhan ....................................................................... 57

Grafik 3.21. Rasio UTLE/Total Inflow ................................................................................. 59

Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah 2015.......................................................... 70

Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja .................................................. 73

Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja ....................... 79

Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ............................................................. 79

Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Konsumen ............................................................... 80

Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan.......................... 80

Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan .................................................. 86

Grafik 6.2. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Triwulan I-2016 .............................. 87

Grafik 6.3. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun 2016 .................................. 87

Grafik 6.4. Proyeksi Harga Komodtas ...................................................................... 87

Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan 2016 .................................................... 88

DAFTAR GAMBAR

Gambar B1.1 Sebaran Pengeluaran per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 ... 28

Gambar B1.2 Skor Penyusun LPI dan Ranking Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014 .. 31

Gambar B2.1 Perbandingan Harga Komoditas Terpilih pada Kabupaten/Kota Terpilih

di Kalimantan Selatan....................... ............................................................ 45

Gambar B4.1 Pencantuman Harga....................... .............................................................. 64

Page 13: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Keterangan dan Sumber Data

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ix

BAB II KETERANGAN DAN SUMBER DATA

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian

mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan

secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.

Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar

tahun 2010 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan,

beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan

impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan

Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi Statistik Data Sekunder Departemen Statistik,

Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan

Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan. Data-data lainnya berasal dari publikasi instansi,

pemerintahan maupun swasta, juga publikasi data berbayar.

Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah

lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei

Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.

Bab III Data stabilitas sistem keuangan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran

kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data

sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen

Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi nontunai melalui BI-RTGS

bersumber dari Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Bank

Indonesia, sedangkan data transaksi nontunai melalui kliring bersumber dari data kliring

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.

Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan

Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kantor

Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara.

Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional

(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data

pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan

angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga

bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai

suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.

Page 14: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Keterangan dan Sumber Data

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan x

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan

terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek

perluasan akses dan kepentingan nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku

yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and

Teamwork

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif

bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem

keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk

mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan

berkesinambungan

Page 15: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xi

TABEL INDIKATOR TERPILIH

a. Inflasi dan PDRB (Tahun Dasar 2010)

TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III TW - IV

153.49 116.04 122.00 108.32 110.91 111.66 116.04 115.90 117.64 119.75 122.00

6.98 7.28 5.14 4.89 6.81 4.81 7.28 7.00 6.07 7.03 5.14

153.49 115.97 121.80 108.22 110.91 111.63 115.97 115.82 117.55 119.59 121.80

6.98 7.16 5.03 4.84 6.81 4.67 7.16 7.02 6.05 6.94 5.03

116.93 124.75 109.57 111.79 112.10 116.93 116.93 118.79 121.93 124.75

8.80 6.69 5.49 7.02 6.54 8.80 6.72 6.26 8.31 6.69

Pertanian 16,862 18,753 20,424 3,544 5,078 5,797 4,334 3,897 5,580 6,400 4,548

Pertambangan & Penggalian 33,386 34,438 31,968 8,875 8,721 8,527 8,315 8,189 7,953 7,949 7,878

Industri Pengolahan 14,971 16,568 18,412 3,767 4,118 4,333 4,350 4,194 4,514 4,780 4,923

Listrik, Gas, & Air Bersih 473 563 662 129 134 142 158 154 165 167 176

Bangunan 7,978 9,192 10,627 2,032 2,228 2,413 2,518 2,408 2,524 2,761 2,934

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11,357 13,118 14,914 2,902 3,175 3,471 3,570 3,352 3,598 3,932 4,031

Pengangkutan dan Komunikasi 10,033 11,573 13,051 2,634 2,779 3,036 3,125 3,016 3,170 3,381 3,484

Keuangan, Persewaan, dan Jasa 6,823 7,775 8,600 1,859 1,916 1,971 2,030 2,070 2,078 2,219 2,233

Jasa 13,975 15,918 18,860 3,650 3,854 4,120 4,295 4,283 4,551 4,934 5,091

5.33% 4.85% 3.84% 5.24 5.57 4.64 4.01 3.97 3.32 3.92 4.14

9,473 9,053 8,914 2,200 2,023 1,784 1,799 1,659 1,410 1,352 1,261

141,263 146,947 152,387 36,932 34,918 32,153 33,308 31,318 25,747 28,162 27,491

540.8 361.2 327.3 106.9 65.5 34.6 105.1 61.8 64.0 64.2 97.7

166.4 141.5 155.7 56.6 61.1 50.2 53.3 56.1 44.2 56.1 86.0

2014TAHUN

2013

TAHUN

2014

TAHUN

2015

2015

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

INDIKATOR

IHK Kalimantan Selatan

Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y)

PDRB Harga Berlaku (Rp Miliar)

Pertumbuhan PDRB Riil (y-o-y)

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)

IHK Banjarmasin

Inflasi Banjarmasin (y-o-y)

IHK Tanjung

Inflasi Tanjung (y-o-y)

b. Stabilitas Sistem Keuangan

Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV

45,707 49,541 53,450 45,457 50,192 50,612 49,541 48,521 53,060 57,118 53,450

36,229 37,248 38,679 36,152 38,447 38,799 37,248 37,155 40,274 41,330 38,679

7,697 8,216 7,404 8,228 10,547 10,206 8,216 8,162 10,654 10,911 7,404

19,911 20,055 21,969 18,785 18,639 18,714 20,055 18,294 18,509 19,627 21,969

8,621 8,977 9,305 9,138 9,261 9,879 8,977 10,699 11,111 10,792 9,305

42,761 48,218 51,001 43,796 45,600 48,005 48,218 48,661 49,471 50,264 51,001

14,540 15,463 16,629 14,670 14,749 15,772 15,463 15,843 16,430 16,685 16,629

13,181 17,347 16,187 13,853 15,030 16,048 17,347 15,946 15,724 15,822 16,187

15,040 15,408 18,185 15,274 15,821 16,185 15,408 16,872 17,317 17,757 18,185

118.03% 129.45% 131.86% 121.15% 118.61% 123.73% 129.45% 130.97% 122.83% 121.61% 131.86%

NPL 1.38% 2.62% 3.10% 1.78% 2.22% 2.79% 2.62% 3.23% 3.60% 3.62% 3.10%

Deposito

Modal Kerja

Investasi

Kredit - Lokasi Proyek

Konsumsi

Total Asset

Giro

Tabungan

DPK

LDR - Lokasi Proyek

INDIKATOR 2013 2014 201520152014

c. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV

Inflow Kas (Rp miliar) 7,599 7,913 8,161 2,666 1,881 3,120 1,948 2,649 2,028 2,876 1,292

Outflow Kas (Rp miliar) 5,563 5,574 6,074 1,020 1,304 2,096 1,845 802 1,681 2,025 1,371

Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) 230,237 251,980 279,227 60,789 67,933 69,419 71,303 56,117 67,694 63,360

Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) 199 197 191 42 42 36 42 43 14,817 45

Nominal Kliring (Rp Miliar) 16,655 16,874 17,606 4,227 4,269 4,190 4,572 3,962 4,002 3,908 4,280

Volume Kliring (ribu lbr) 318 316 302 78 93 76 75 91 78 69 48

Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) 450 439 415 119 153 113 164 105 79 151 255

Volume Kliring Pengembalian (lembar) 8,041 8,133 8,493 2,207 3,050 2,384 2,948 2,286 1,723 2,143 2,122

Indikator 2013 2014 201520152014

Page 16: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xii

PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI

4,14% yoy

SEKTORAL PERMINTAAN

TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR

SSK SP PUR APBD KESEJAHTERAAN

OUTLOOK

Vol. Foods Adm. Price Core

5,14% yoy

4,7 %

Tw III

3.1%

yoy

Tw IV

-0.9%

yoy

Tw III

4,9%

yoy

Tw IV

4,8%

yoy

Tw III

0,2%

yoy

Tw IV

-21,4%

yoy

Tw III

5,5%

yoy

Tw IV

4.0%

yoy

7,03% yoy

Tw III

10.0%

yoy

Tw IV

2.9%

yoy

Tw III

6,7%

yoy

Tw IV

6.0%

yoy

3,86% yoy

triwulan IIItriwulan III

6,5% 3,8%

12,9% 7,9%

3,6 % 3,6%

Tw III

-0.2%

yoy

Tw IV

-0.7%

yoy

4,1%

Tw III Tw IV

P. Asset (yoy) Transaksi

Kliring

Tw III

-6.7%yoy

Tw IV

-6.4%yoy

Pengelolaan Uang Rupiah

INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW

Rp4,3T

Rp1,37T Rp1,29T Rp0,8T

Realisasi Pendapatan

Realisasi Belanja

97,3%

90,9%

Indeks Ketersediaan Lap. Kerja

Tw III

87,5

Tw IV

86,3

Indeks Penghasilan

Tw III

110.4

Tw IV

111.4

Nilai Tukar Petani

Tw III

99,8

Tw IV

99,3

Pertumbuhan Ekonomi Inflasi

Tw I: 4,1-4,3%yoy 2016: 3,9-4,3%yoy 2016: 3,0-5,0%yoy

triwulan IV

P. DPK (yoy)

P. Kredit (yoy)

NPL

triwulan IV

PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN

Tw I: 5,3-5,5%yoy

Sistem Pembayaran

Page 17: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiii

PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI

4,14% yoy

SEKTORAL PERMINTAAN

TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR

SSK SP APBD KESEJAHTERAAN

OUTLOOK

Vol. Foods Adm. Price Core

5,14% yoy

4,7 %

Tw III

3.1%

yoy

Tw IV

-0.9%

yoy

Tw III

4,9%

yoy

Tw IV

4,8%

yoy

Tw III

0,2%

yoy

Tw IV

-21,4%

yoy

Tw III

5,5%

yoy

Tw IV

4.0%

yoy

7,03% yoy

Tw III

10.0%

yoy

Tw IV

2.9%

yoy

Tw III

6,7%

yoy

Tw IV

6.0%

yoy

3,86% yoy

triwulan IIItriwulan III

6,5% 3,8%

12,9% 7,9%

3,6 % 3,6%

Tw III

-0.2%

yoy

Tw IV

-0.7%

yoy

4,1%

Tw III Tw IV

P. Asset (yoy)

Non Tunai

KLIRING

Tw III

-6.7%yoy

Tw IV

-6.4%yoy

Tunai

INFLOW OUTFLOW NET OUTFLOW

Rp4,3T

Rp1,37T Rp1,29T Rp0,8T

Realisasi Pendapatan

Realisasi Belanja

97,3%

90,9%

Indeks Ketersediaan Lap. Kerja

Tw III

87,5

Tw IV

86,3

Indeks Penghasilan

Tw III

110.4

Tw IV

111.4

Nilai Tukar Petani

Tw III

99,8

Tw IV

99,3

Pertumbuhan Ekonomi Inflasi

Tw I: 4,1-4,3%yoy 2016: 3,9-4,3%yoy 2016: 3,0-5,0%yoy

triwulan IV

P. DPK (yoy)

P. Kredit (yoy)

NPL

triwulan IV

PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN

Tw I: 5,3-5,5%yoy

Page 18: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 19: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 20: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xvi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 21: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Pada triwulan IV-2015 perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 4,14% (yoy),

meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92%1

(yoy). Peningkatan

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 didorong oleh meningkatnya

aktivitas investasi sehubungan dengan masih dipandang positifnya prospek ekonomi ke depan, yang

tercermin pula pada meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi. Permintaan domestik yang

relatif baik turut mendorong meningkatnya sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran

(PHR), serta sektor transportasi dan komunikasi. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor

pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat. Melambatnya sektor

pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga

batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya

berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru memasuki masa tanam pada triwulan IV-2015.

Dengan demikian perekonomian Kalimantan Selatan secara keseluruhan tahun 2015 tumbuh

sebesar 3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (4,85%

yoy). Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan bersumber dari

melambatnya kinerja sektor utama khususnya pertambangan, disebabkan perlambatan ekonomi

Tiongkok dan terus turunnya harga batubara, meskipun pertumbuhan ekonomi India dan negara

mitra lainnya meningkat.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Pergerakan inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 menurun dari

triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,14% (yoy),

menurun signfikan dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun inflasi 2014 (7,28%, yoy).

Penurunan inflasi tahunan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas

1Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan

Selatan pada triwulan III-2015 dari 3,86% (yoy) menjadi 3,92% (yoy).

1

Page 22: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 2

volatile foods di sepanjang tahun 2015 didukung produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga

dengan baik, koreksi harga bahan bakar minyak (BBM) seiring tren penurunan harga minyak

internasional serta penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten pada

akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 sedikit meningkat yang dipicu oleh kenaikan

permintaan masyarakat pada akhir tahun seiring dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW,

Natal dan Tahun Baru 2016.

STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja pertumbuhan kredit perbankan sedikit melambat dipengaruhi kinerja perekonomian

yang trennya melambat pada periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring tumbuh

meningkat sejalan dengan aktivitas ekonomi yang meningkat pada triwulan laporan. Kredit

perbankan pada Triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya

(4,71% yoy). Perlambatan utamanya bersumber dari dari kredit korporasi. Kualitas kredit membaik

yang ditunjukkan oleh turunnya Non Performing Loan (NPL). Sementara itu, pada sisi pengelolaan

uang rupiah, mencatatkan net outflow.

KEUANGAN DAERAH

Kinerja serapan belanja daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 lebih baik

dibandingkan dengan 2014. Serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih baik dari tahun

sebelumnya (89,2%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini sangat dibutuhkan guna menjaga

momentum dan mendorong perbaikan ekonomi. Di sisi lain, perlambatan ekonomi pada tahun

2015 berdampak pada realisasi pendapatan daerah yang tidak mencapai target yaitu sebesar

97,3%, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (100,5%).

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Kalimantan Selatan terindikasi melemah.

Berdasarkan hasil liaison dan Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank

Indonesia terdapat indikasi penurunan jumlah tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 dibandingkan

triwulan sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan

Selatan masih melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh

Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar

Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

PROSPEK EKONOMI

Pada triwulan I-2016 perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan tumbuh meningkat

sejalan dengan membaiknya sektor pertanian dan pertambangan. Peningkatan sektor pertanian

didorong oleh meningkatnya produksi tabama dan komoditas perkebunan sedangkan peningkatan

sektor pertambangan didorong oleh potensi meningkatnya permintaan khususnya dari Tiongkok

Page 23: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 3

sehubungan perayaan Imlek. Sementara itu dari sisi permintaan, peningkatnya pertumbuhan

ekonomi didorong oleh meningkatnya ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor batubara serta

meningkatnya konsumsi RT sejalan dengan perbaikan kinerja sektoral.

Secara keseluruhan di tahun 2016, perekonomian Kalimantan Selatan berpotensi tumbuh

meningkat, didorong oleh perbaikan kinerja di semua sektor utama yakni sektor pertanian,

pertambangan, dan industri pengolahan. Perbaikan kinerja sektoral khususnya sektor

pertambangan dan industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekspor. Sejalan dengan

kondisi sektoral yang membaik, investasi swasta akan meningkat. Investasi pemerintah juga akan

kembali mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan berlanjutnya pembangunan sejumlah

infrastruktur sehingga investasi secara keseluruhan akan meningkat. Perbaikan kondisi sektoral yang

tercermin pada kondisi korporasi akan berdampak pada kondisi RT sehingga konsumsi RT

diprakirakan juga akan tumbuh meningkat.

Dari sisi perkembangan harga, dengan memperhatikan laju inflasi pada triwulan laporan, tingkat

inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang

bersifat temporer pada kisaran 5,3% - 5,5% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah

komoditas pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca

yang kurang kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur

menurun ke sasaran target inflasi 4+1%.

Page 24: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 4

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 25: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 5

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Page 26: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 6

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 27: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 7

1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Pada triwulan IV-2015 perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 4,14% (yoy),

meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92%2

(yoy). Peningkatan

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 didorong oleh meningkatnya

aktivitas investasi sehubungan dengan masih dipandang positifnya prospek ekonomi ke depan, yang

tercermin pula pada meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi. Permintaan domestik yang

relatif baik turut mendorong meningkatnya sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran

(PHR), serta sektor transportasi dan komunikasi. Di sisi lain, sektor utama lainnya yakni sektor

pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat. Melambatnya sektor

pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok maupun harga

batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek positif El Nino yang hanya

berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru memasuki masa tanam pada triwulan IV-2015.

Dengan demikian perekonomian Kalimantan Selatan secara keseluruhan tahun 2015 tumbuh

sebesar 3,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (4,85%

yoy). Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan bersumber dari

melambatnya kinerja sektor utama khususnya pertambangan, disebabkan perlambatan ekonomi

Tiongkok dan terus turunnya harga batubara, meskipun pertumbuhan ekonomi India dan negara

mitra lainnya meningkat.

2Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan

Selatan pada triwulan III-2015 dari 3,86% (yoy) menjadi 3,92% (yoy).

1

Page 28: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 8

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Menurut Sektor

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan vs Nasional

Grafik 1.3. Perkembangan Perekonomian Negara-negara Mitra Dagang Utama Tahun 2015

Sumber: Trading Economics (diolah)

1.1. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2015 bersumber

dari meningkatnya pertumbuhan investasi seiring positifnya sentimen pelaku usaha terhadap

kondisi usaha ke depan. Sementara itu, konsumsi rumah tangga (RT) tumbuh relatif stabil

didukung terjaganya daya beli sehubungan dengan inflasi yang menurun serta masih baiknya

optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan.

Secara tahunan, pertumbuhan PDRB dari sisi permintaan masih ditahan oleh kinerja ekspor

serta investasi yang lebih hati-hati dan terbatas pada beberapa sektor. Meski demikian, di

tengah perlambatan kinerja ekspor, belanja pemerintah berhasil didorong sehingga berperan

menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Selain itu, daya beli masyarakat terjaga dengan baik

didukung lebih rendahnya inflasi Kalimantan Selatan pada tahun ini.

Page 29: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 9

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga (RT)

Konsumsi RT pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 4,83% (yoy), relatif stabil dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88%3

(yoy). Stabilnya pertumbuhan

konsumsi RT tercermin pada membaiknya pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota

Banjarmasin meskipun masih terkontraksi yakni dari -11,84% (yoy) menjadi -11,57% (yoy). Kondisi

pendapatan yang masih terbatas sebagaimana tercermin pada Indeks Pendapatan Rumah Tangga

yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan mengindikasikan konsumsi

yang lebih hati-hati. Indeks pendapatan RT masih dalam level yang optimis namun tercatat menurun

dari 108.69 menjadi 102.10. Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan agak menurun,

terlihat pada pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan IV-2015 tercatat melambat menjadi

8,44% (yoy) dari 9,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Secara tahunan, pertumbuhan konsumsi RT Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tercatat sebesar

4,87% yoy, stabil bila dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi RT pada tahun sebelumnya

(4,88% yoy). Stabilnya konsumsi RT disebabkan kondisi sektor utama yang menurun sehingga

menjadi penahan bagi tingkat pendapatan. Namun, inflasi yang menurun dari tahun sebelumnya

membantu terjaganya daya beli masyarakat.

3Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan

Selatan pada triwulan III-2015 dari 5,67% (yoy) menjadi 4,88% (yoy).

Page 30: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 10

Grafik 1.4. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin

Grafik 1.5.Indeks Penyusun ITK Kalimantan Selatan: Indeks Pendapatan Rumah Tangga

Grafik 1.6. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan

Grafik 1.7. Pendapatan per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan

Page 31: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 11

1.1.2. Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 6,45% (yoy), melambat dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,54%4

(yoy). Perlambatan disebabkan oleh

akselerasi serapan belanja pemerintah baik provinsi maupun kabupaten/kota yang lebih dahulu

terjadi pada triwulan-III 2015. Secara keseluruhan tahun, belanja pemerintah berhasil didorong

realisasinya sehingga turut menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi. Konsumsi pemerintah

tumbuh meningkat dari 2,67% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 5,64% (yoy) pada tahun 2015. Hal

ini tercermin pada realisasi serapan belanja Pemerintah Provinsi pada tahun 2015 tercatat sebesar

90,9%, lebih tinggi dari serapan tahun lalu yang sebesar 89,5%.

1.1.3. Investasi

Investasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 5,57% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,32% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan investasi pada triwulan laporan terjadi baik pada investasi bangunan maupun

nonbangunan. Pada triwulan laporan investasi bangunan tumbuh lebih kuat, sejalan dengan

membaiknya pertumbuhan penjualan semen. Sementara itu investasi nonbangunan tumbuh lebih

terbatas, tercermin dari pertumbuhan nilai impor barang modal industri yang termoderasi dari

181,16% (yoy) menjadi -4,75% (yoy). Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan investasi cenderung

terbatas, yaitu dari 5,79% pada tahun 2014 menjadi 5,35% pada tahun 2015. Hal ini dipengaruhi

tren perkembangan ekspor sehingga pengusaha lebih berhati-hati dalam merealisasikan investasinya

pada subsektor tertentu yang dinilai prospektif.

Sementara itu, peningkatan investasi bangunan terindikasi dari pertumbuhan penjualan semen yang

membaik yaitu dari -35,0% (yoy) menjadi -34,6% (yoy) pada triwulan IV-2015. Tidak ada

pembangunan infrastruktur fisik baru dengan nilai proyek besar pada triwulan IV-2015,

pembangunan bersifat lanjutan dari proyek yang sudah ada meliputi pembangunan sejumlah sarana

irigasi (Amandit, Batang Alai, Balangan dan Tapin), jalan dan jembatan serta investasi di sektor

swasta meliputi renovasi gedung perkantoran dan pengembangan properti. Demikian

perkembangan pembangunan infrastruktur sebagaimana dirilis dari data Building and Construction

Interchange (BCI).

4

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan merevisi angka pertumbuhan konsumsi pemerintah pada

triwulan III-2015 dari 6,53% (yoy) menjadi 12,54% (yoy).

Page 32: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 12

Di tengah perlambatan kinerja sektor utama, peran pemerintah sudah cukup baik dalam berupaya

mendorong investasi melalui realisasi pembangunan infrastruktur. Sejumlah infrastruktur vital

akhirnya dapat terealisasi pada tahun 2015 seperti pembangunan Bandara Syamsudin Noor dan

Bendungan Tapin. Tidak hanya investasi pemerintah, investasi swasta baik pada kelompok industri

maupun bisnis tercatat terealisasi pada tahun 2015 seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan dan

kantor swasta. Sejumlah pelaku usaha dari kelompok industri tetap melakukan investasi untuk

keberlangsungan bisnis ke depan baik dari sisi maintenance maupun yang mendukung ekpansi

bisnis5

. Pada kelompok industri kelapa sawit, sejumlah perusahaan kelapa sawit masih melakukan

replanting (terkait aturan mengenai Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) dan perbaikan

infrastruktur yang mendukung bisnis hulu hingga hilir seperti pembangunan jalan dan dermaga

khusus. Sementara itu perusahaan yang lebih besar melakukan investasi yang lebih bersifat forward

looking seperti pembangunan infrastruktur biodiesel.

5

Mengacu kepada hasil liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan selama tahun 2015 ke sejumlah perusahaan

kelapa sawit, karet dan plywood.

Page 33: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 13

Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan

Page 34: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 14

Grafik 1.8. Nilai Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan

Grafik 1.9. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan

Grafik 1.10. Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan

Pada triwulan-IV 2015, nilai penanaman modal asing (PMA) di Kalimantan Selatan tercatat sebesar

448 juta dolar AS atau tumbuh 322,24% (yoy), relatif tidak bergerak jauh bila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 354,34% (yoy). Pada triwulan yang sama

penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Kalimantan Selatan tercatat sebesar Rp1,09 triliun atau

tumbuh 189,82% (yoy) meningkat signifikan dibanding triwulan III-2015 yang tumbuh terkontraksi

-98,41% (yoy).

Pada tahun 2015 Total PMA yang masuk ke Kalimantan Selatan tercatat sebesar 961 juta dolar AS

(ekuivalen Rp 12,87 triliun), naik dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 502 juta dolar AS

(ekuivalen Rp 5,97 triliun). Sementara PMDN tercatat sebesar Rp2,06 triliun, menurun dari tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,61 triliun. Pada tahun 2015, investasi agregat (PMA dan

PMDN) terbesar berasal dari industri mineral non logam (industri semen asing, murni PMA) disusul

oleh investasi di sektor tanaman pangan dan perkebunan (didominasi oleh perkebunan dan 89,99%

didominasi oleh PMA) serta pertambangan (PMA perusahaan besar di Tabalong).

Page 35: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 15

Grafik 1.11. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan

Grafik 1.12. Pertumbuhan Nilai PMDN Kalimantan Selatan

Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan

Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan

Sektoral Nilai %

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik548 26.60%

Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi 357 17.31%

Hotel dan Restoran 307 14.92%

Tanaman Pangan dan Perkebunan 293 14.20%

Perdagangan dan Reparasi 153 7.44%

Lainnya 402 19.53%

Total 2,060 100.00%

Sumber: BKPM (diolah)

PMDN Kalimantan Selatan (Juta USD), 2015

1.1.4. Perkembangan Ekspor

Ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar -21,45% (yoy), terkontraksi

relatif dalam bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,18%6

(yoy) karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih melambat dan harga batubara yang

masih menurun. Secara keseluruhan tahun, ekspor Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh -

6,95% (yoy), terkontraksi lebih dalam dari tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar -0,71% (yoy).

Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan negara-negara mitra yang umumnya melambat sebagaimana

halnya pertumbuhan ekonomi dunia. Mengacu kepada aktivitas muat di Pelabuhan Trisakti, tercatat

bahwa pertumbuhan volume muat ke luar negeri pada triwulan laporan terkontraksi hingga -

19,47% (yoy). Sementara itu pertumbuhan volume muat ke luar negeri sepanjang tahun 2015

terkontraksi hingga -5,64% (yoy)

6

BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari

8,01% (yoy) menjadi 0,18% (yoy)

Page 36: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 16

Grafik 1.13. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti

Pada triwulan laporan nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan tumbuh terkontraksi -29,88%

(yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -24,21% (yoy). Sementara itu volume

ekspor terkontraksi -17,46% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -12,41%

(yoy). Kontraksi ekspor luar negeri utamanya disebabkan oleh penurunan ekspor batubara

khususnya ke Tiongkok dan Jepang. Perekonomian Tiongkok tercatat tidak tumbuh meningkat bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Jepang pada

triwulan laporan tercatat melambat seiring pertumbuhan investasi dan konsumsi domestik yang

masih lemah. Penurunan permintaan batubara dari Tiongkok dan Jepang meredam peningkatan

permintaan batubara dari India dan ASEAN pada triwulan laporan.

Grafik 1.14.Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan

Grafik 1.15.Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan

Komoditas batubara masih menjadi komoditas utama Kalimantan Selatan dengan sumbangan

mencapai 73,48% dari total nilai ekspor, diikuti oleh CPO (17,49%), kayulapis (4,44%) dan karet

alam serta olahan (2,87%). Dari sisi tren pertumbuhan, pada triwulan berjalan hanya ekspor CPO

yang tumbuh meningkat sementara komoditas lain baik batubara, karet alam maupun plywood

tumbuh melambat. Sementara itu secara tahunan ekspor seluruh komoditas tercatat tumbuh

melambat.

Page 37: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 17

Grafik 1.16. Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan Tahun 2015

Grafik 1.17. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan

Grafik 1.18. Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tahun 2015

Grafik 1.19. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan

Meningkatnya pertumbuhan ekspor CPO pada triwulan laporan utamanya berasal dari Italia dan

Pakistan. Meski tingkat permintaan dunia akan CPO dipercaya akan selalu positif namun kebijakan

ketat terhadap komoditas CPO menahan ekspor CPO ke sejumlah negara seperti India (proteksi

petani minyak nabati lokal melalui pengaturan bea impor CPO) dan sejumlah negara di Eropa

(terkait isu lingkungan). Pertumbuhan ekspor CPO ke India pada triwulan laporan tercatat melambat

sejalan dengan peningkatan bea impor CPO dari 7,5% menjadi 12,5%.

Ekspor antardaerah pada triwulan IV-2015 terindikasi tumbuh meningkat didorong oleh

meningkatnya pertumbuhan volume muat dalam negeri pada komoditas batubara dan kelapa sawit.

Domestic Market Obligation (DMO) terindikasi meningkat, hal tersebut sejalan dengan peningkatan

aktivitas industri di kawasan Jawa. Penjualan listrik industri di Jawa Timur dan Jawa Tengah tumbuh

meningkat pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu

peningkatan ekspor antar daerah pada komoditas kelapa sawit meningkat sejalan dengan

peningkatan konsumsi makanan dan minuman bertepatan dengan adanya libur Natal dan tahun

baru.

Page 38: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 18

Grafik 1.20.Perkembangan Permintaan Batubara Domestik

Grafik 1.21.Perkembangan Permintaan Kelapa Sawit Domestik

1.1.5. Perkembangan Impor

Impor Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar -26,02% (yoy), terkontraksi

cukup dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,51%7

(yoy). Dengan demikian impor

Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni sebesar -8,80% (yoy)

sementara pada tahun sebelumnya impor tumbuh -2,44% (yoy). Perlambatan impor dalam negeri

pada triwulan laporan utamanya merespons perlambatan pertumbuhan ekspor di tengah relatif

stabilnya konsumsi RT (bongkar barang kebutuhan pokok dalam negeri). Di sisi lain, impor luar

negeri yang ditunjukkan oleh volume bongkar dari luar negeri tumbuh meningkat sejalan dengan

meningkatnya pertumbuhan investasi nonbangunan yang mendorong impor barang modal

khususnya mesin dan peralatan. Secara umum kontraksi impor yang lebih dalam pada tahun 2015

disebabkan oleh pertumbuhan pertumbuhan investasi yang masih terbatas serta konsumsi RT yang

tumbuh stabil.

Grafik 1.22. Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti

Grafik 1.23. Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan

7BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan impor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 dari

13,41% (yoy) menjadi 2,51% (yoy)

Page 39: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 19

Grafik 1.24. Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang

20.51

143.50

-100

-50

0

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoy

Data: Ekspor Impor KPw BI Kalsel (diolah)

Bahan Kimia

Mesin & peralatan

Material mentah

Nilai impor luar negeri pada triwulan laporan tercatat sebesar 97,70 juta dolar AS meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 64,18 juta dolar AS. Dari sisi volume, impor luar negeri

tercatat sebesar 56,08 ribu ton (tumbuh 11,72% yoy) menjadi 86,02 ribu ton (tumbuh 61,44%

yoy). Peningkatan impor luar negeri utamanya berasal dari barang modal industri seperti mesin dan

peralatan. Sementara itu volume impor dalam negeri yang ditunjukkan oleh volume bongkar dari

dalam negeri tumbuh sedikit membaik meski masih terkontraksi yakni dari -19.85% (yoy) pada

triwulan III-2015 menjadi -12,83% (yoy) pada triwulan laporan.

1.2. SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-

2015 bersumber dari pertumbuhan industri pengolahan, PHR, transportasi dan komunikasi

serta konstruksi yang didorong oleh masih baiknya permintaan domestik. Di sisi lain, sektor

utama lainnya yakni sektor pertambangan dan sektor pertanian kembali tumbuh melambat.

Melambatnya sektor pertambangan karena masih terus menurunnya pertumbuhan ekonomi

Tiongkok maupun harga batubara. Sedangkan melambatnya sektor pertanian karena puncak efek

positif El Nino yang hanya berlangsung pada triwulan III-2015 dan baru masuknya masa tanam pada

triwulan IV-2015.

Secara keseluruhan tahun 2015, perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh melambat terkait

melambatnya pertumbuhan negara mitra secara umum sebagaimana melambatnya

pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini berimplikasi pada terkontraksinya ekspor dan menurunnya

kinerja sektor pertambangan dan sektor pertanian. Sektor utama lainnya yakni sektor industri

pengolahan selama tahun 2015 tumbuh relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya

terkait masih baiknya permintaan CPO dari domestik.

Page 40: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 20

Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 sektor)

Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 sektor)

Page 41: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 21

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan IV-2015 tumbuh terkontraksi sebesar -0,90% (yoy), lebih

rendah dari triwulan sebelumnya (3,06%8

, yoy). Kontraksi yang terjadi pada pertumbuhan

sektor pertanian pada triwulan laporan utamanya disebabkan oleh turunnya produksi padi dan

karet. Meski luas tanam pada triwulan sebelumnya tercatat lebih besar dari tahun-tahun

sebelumnya, sejalan dengan dampak comparative advantage El Nino terhadap luas tanam. Efek

positif El Nino tidak teroptimalkan pada triwulan IV-2015 sehingga terjadi penurunan produksi pada

triwulan laporan. Produksi padi pada triwulan IV-2015 tercatat tumbuh terkontraksi sebesar

-37,71% (yoy).

Secara keseluruhan tahun, sektor pertanian Kalimantan Selatan pada tahun 2015 tumbuh

2,38% (yoy), melambat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 4,47% (yoy). Hal ini tercermin

pada pertumbuhan produksi padi yang tumbuh melambat menjadi 2,85% (yoy) dari tahun

sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,92% (yoy). Perlambatan produksi padi utamanya disebabkan

penurunan produktivitas terkait faktor cuaca yang kurang mendukung.

Efek negatif El Nino pada triwulan IV-2015 yang berimplikasi pada kondisi kering turut berdampak

pada subsektor perkebunan karet di mana produksi karet tercatat tumbuh melambat dari 8,83%

(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,52% (yoy) pada triwulan laporan. Meski demikian secara

tahunan produksi karet meningkat pesat dari 30,76 ribu ton pada tahun 2014 menjadi 35,71 ribu

ton atau tumbuh 16,09% (yoy), meningkat dari tahun 2014 yang tumbuh sebesar 6,99% (yoy).

Meski harga karet terus turun, perkebunan karet umumnya tetap beroperasi. Pemutusan hubungan

kerja pada perusahaan karet PMDN tercatat hampir tidak ada9

seiring upaya efisiensi yang dilakukan

perusahaan. Isu lingkungan juga tidak terlalu berdampak pada perkebunan karet dan restriksi

ekspansi lahan karet kontra lahan pertanian padi telah lama diselesaikan melalui nota kesepahaman

(Memorandum of Understanding/MoU) tentang Program Perubahan Jarak Tanam Karet antara

Kepala Dinas Perkebunan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dirjen Tanaman

pangan dan Hortikultura, Dirjen Perkebunan, Gubernur Kalimantan Selatan pada tahun 2013.

8BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor pertanian Kalimantan Selatan pada triwulan III-

2015 dari 3,89% (yoy) menjadi 3,06% (yoy) 9Disampaikan oleh Gapkindo Kalselteng dalam FGD terkait dampak paket kebijakan terhadap keberlangsungan

sektor utama Kalimantan Selatan, 13 Januari 2016

Page 42: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 22

Grafik 1.25.Produksi Padi Kalimantan Selatan

Grafik 1.26. Produksi TBS Kalimantan Selatan

Grafik 1.27. Produksi Karet Kalimantan Selatan

Berbeda dengan padi dan karet, produksi tandan buah segar (TBS) pada triwulan IV-2015 tumbuh

meningkat menjadi 15,23% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -19,89% (yoy). Produksi

TBS meningkat secara gradual menjelang akhir tahun sejalan dengan meningkatnya luas kebun

produktif setelah produksi tertahan pada triwulan-triwulan sebelumnya di 2015. Peningkatan

produksi yang baru terjadi pada triwulan akhir tidak dapat mendorong pertumbuhan produksi

secara tahunan. Produksi TBS pada tahun 2015 tercatat tumbuh terkontraksi sebesar -18,19% (yoy)

sementara pada tahun sebelumnya masih dapat tumbuh 0,84% (yoy).

1.2.2. Sektor Pertambangan

Pada triwulan IV-2015 sektor pertambangan Kalimantan Selatan tumbuh terkontraksi lebih

dalam yakni sebesar -0,66% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tumbuh -0,18%10

(yoy). Hal ini disebabkan masih lemahnya permintaan Tiongkok dan terus

menurunnya harga batubara sebagaimana tren penurunan harga minyak internasional.

10

BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan

III-2015 dari -0,27% (yoy) menjadi -0,18% (yoy)

Page 43: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 23

Secara keseluruhan tahun, sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada tahun 2015

tumbuh terkontraksi yakni sebesar -0,71% (yoy), melambat dibandingkan tahun 2014 yang

tercatat tumbuh 2,25% (yoy). Hal ini disebabkan tren penurunan permintaan Tiongkok maupun

negara lainnya. Selain itu, harga batubara juga lebih rendah yaitu sebesar 61,63 dolar AS pada

tahun 2015, menurun dari 75,14 dolar AS pada tahun 2014.

Perusahaan tambang batubara terbesar di Kalimantan Selatan merevisi target produksinya ke bawah

hingga dua kali selama tahun 2015 sejalan dengan keyakinan bahwa harga belum akan membaik

pada tahun tersebut. Meski demikian di tengah melambatnya perekonomian, lepas dari semester

pertama tahun 2015, pemerintah meluncurkan sejumlah paket kebijakan untuk menstimulus

perekonomian nasional khususnya sektor manufaktur sehingga pada akhirnya meningkatkan

permintaan energi dalam negeri yang mendorong penyerapan batubara domestik (DMO). Meski

DMO terindikasi meningkat pada triwulan akhir 2015, secara tahunan capaian DMO Kalimantan

Selatan lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Berbeda dengan kondisi permintaan domestik, volume ekspor batubara ke luar negeri pada triwulan

laporan tercatat tumbuh terkontraksi lebih dalam yakni dari -11,28% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi -19,19% (yoy) pada triwulan laporan. Kontraksi ekspor yang dalam pada

triwulan IV-2015 disebabkan oleh menurunnya permintaan batubara dari Tiongkok meski

permintaan dari India dan ASEAN membaik sementara itu secara tahunan kontraksi ekspor didorong

oleh melambatnya permintaan dari India dan ASEAN. Secara tahunan ekspor batubara Kalimantan

Selatan pada tahun 2015 terkontraksi semakin dalam yakni -18,84% (yoy) bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar -11,28% (yoy).

Grafik 1.28. Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan

Grafik 1.29. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan

Page 44: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 24

Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan

Grafik 1.31. Pertumbuhan Volume Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan

Industri pengolahan Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 5,19% (yoy),

meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,27%11

(yoy). Peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan laporan didorong oleh

pertumbuhan subsektor industri makanan dan minuman (kelapa sawit) subsektor subsektor industri

mineral nonlogam (semen). Secara keseluruhan tahun, industri pengolahan Kalimantan Selatan

pada tahun 2015 tumbuh sebesar 3,50% (yoy), relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang tumbuh 3,59% (yoy) seiring permintaan luar negeri yang terbatas di tengah

permintaan domestik yang relatif masih baik.

11BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan pada

triwulan III-2015 dari 1,88% (yoy) menjadi 2,27% (yoy)

Page 45: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 25

Grafik 1.32. Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan

Grafik 1.33. Perkembangan Volume Ekspor CPO

Grafik 1.34. Perkembangan Volume Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan

Grafik 1.35. Perkembangan Volume Muat Semen

Sejalan dengan meningkatnya pasokan TBS pada triwulan laporan, produksi CPO tumbuh

meningkat menjadi 11,04% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh -1,52% (yoy).

Peningkatan permintaan utamanya berasal dari Italia sementara itu permintaan dari Tiongkok masih

melemah serta permintaan dari India turun seiring dengan adanya kenaikan bea impor CPO dari

7,5% menjadi 12,5%. Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada industri semen, terindikasi dari

volume muat semen yang meningkat signifikan pada triwulan laporan.

1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor PHR pada triwulan IV-2015 tumbuh 7,79% (yoy), meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,26%12

(yoy). Meningkatnya pertumbuhan sektor

ini utamanya bersumber dari perdagangan barang modal terkait dengan aktivitas investasi yang

meningkat pada triwulan laporan.

12BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor PHR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015

dari 7,51% (yoy) menjadi 7,26% (yoy)

Page 46: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 26

Secara keseluruhan tahun 2015 sektor PHR tumbuh 7,61%, melambat bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 7,90%. Melemahnya sektor PHR bersumber dari

penurunan perdagangan besar dan ecaran, reparasi mobil dan sepeda motor maupun penyediaan

akomodasi dan makan minum. Perlambatan aktivitas perdagangan ditandai dengan melambatnya

pertumbuhan volume total bongkar dan muat dari 3,97% (yoy) menjadi -4,87% (yoy). Perlambatan

aktivitas bongkar muat mulai terjadi sejak tahun 2013, sejalan dengan dimulainya tren penurunan

pertumbuhan sektor PHR. Sementara penurunan bisnis akomodasi dan makan minum juga terjadi.

Bisnis akomodasi menurun sejalan dengan tren penurunan tingkat hunian (occupancy rate) sejak

tahun 2013, sejalan dengan perlambatan kinerja sektor utama. Perlambatan pada sektor PHR juga

dapat tercermin dari penerimaan retribusi yang banyak tidak mencapai target, baik Pemerintah

Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota.

Grafik 1.36. Aktivitas Bongkar dan Muat di Pelabuhan Trisakti

Grafik 1.37. Tingkat Hunian Hotel

Tabel 1.7. Capaian Penerimaan Daerah dari Retribusi

Page 47: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 27

1.2.5. Sektor Transportasi dan Komunikasi

Sektor transportasi pada triwulan IV-2015 tumbuh 8,56% (yoy), meningkat bila dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,94%[1]

(yoy). Impor daerah akan bahan kebutuhan

pokok pada triwulan laporan tercatat tumbuh membaik dan produksi TBS serta ekspor CPO

meningkat. Dengan demikian arus pengangkutan darat meningkat. Sementara itu arus

pengangkutan sungai danau dan penyeberangan serta udara terindikasi melambat sejalan dengan

masih melambatnya sektor pertambangan. Meski demikian kapasitas pelabuhan dan prasarana

penunjangnya menjadi faktor yang mendorong terjaganya kinerja sektor ini. Di sisi lain mulai

dikomersialisasikannya layanan telekomunikasi generasi ke-4 atau 4G LTE, menjadi sumber

pertumbuhan baru sektor komunikasi. Secara keseluruhan tahun, sektor transportasi dan

komunikasi tumbuh relatif stabil yaitu 7,65% (yoy) dari tahun 2014 yang tumbuh 7,64% (yoy).

Grafik 1.38. Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Trisakti

Grafik 1.39. Arus Penumpang di Bandara Syamsudin Noor

1.2.6. Sektor Konstruksi

Sektor konstruksi pada triwulan IV-2015 tumbuh 9,76% (yoy), meningkat bila dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,34%13

(yoy). Peningkatan sektor konstruksi pada

triwulan laporan sejalan dengan pertumbuhan investasi yang meningkat dari 5,32% (yoy) menjadi

5,57% (yoy). Peningkatan ini dipengaruhi munculnya sentiment positif terhadap prospek ekonomi

ke depan. Secara keseluruhan tahun 2015 sektor konstruksi tumbuh sedikit melambat yaitu

6,26% (yoy) dari tahun 2014 yang tumbuh 6,39% (yoy). Hal ini terkait pengaruh lemahnya

pertumbuhan sektor utama yang membuat pelaku usaha lebih selektif dalam melakukan investasi,

sejalan dengan perlambatan pertumbuhan investasi dari 5,79% (yoy) pada tahun 2014 menjadi

5,35% (yoy) pada tahun 2015

[1]BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor PHR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015

dari 6,28% (yoy) menjadi 6,94% (yoy) 13

BPS pada triwulan IV-2015 merevisi tingkat pertumbuhan sektor konstruksi Kalimantan Selatan pada triwulan III-

2015 dari 3,44% (yoy) menjadi 4,34% (yoy)

Page 48: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 28

BOKS 1

Peran Sistem Logistik dalam Ketahanan Pangan

Perlambatan Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan

Proses rebalancing perekonomian Tiongkok dari ketergantungan terhadap ekspor dan

investasi kepada penguatan konsumsi domestik berdampak pada negara mitra dagangnya dan

pada akhirnya kepada perekonomian dunia. Tidak hanya itu, reorientasi penggunaan energi

juga dilakukan oleh Tiongkok setelah pertumbuhan industri yang pesat menyumbang besar

pada peningkatan emisi gas rumah kaca.

Perlambatan ekonomi Tiongkok juga berdampak kepada Indonesia dan Kalimantan Selatan.

Dengan pangsa ekspor yang besar pada PDRB dan komoditas ekspor yang masih

terkonsentrasi khususnya pada batubara, terhitung sejak tahun 2013, pertumbuhan ekspor

Kalimantan Selatam terus terkontraksi lebih dalam.

Lokasi pertambangan batubara yang banyak terletak di luar pusat kota pada awalnya

mendorong perekonomian daerah tersebut hingga boom harga komoditas berakhir dan

sejumlah usaha tambang mulai ditinggalkan. Perekonomian sejumlah kabupaten tercatat ikut

lesu, aktivitas perdagangan turun dan banyak bisnis penginapan mengalami penurunan

occupancy rate hingga akhirnya tutup.

(a) Perkotaan (b) Pedesaan

Gambar B1.1 Sebaran Pengeluaran per Kapita Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015

Sumber: Susenas - Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Per Provinsi (Maret 2015), dalam ribu rupiah

Meski hanya angka kemiskinan kota yang tercatat meningkat, pengeluaran per kapita di

pedesaan terpusat pada tingkat pendapatan menengah ke bawah yakni 59,26% masyarakat

pedesaan memiliki pengeluaran per kapita di bawah Rp 750 ribu per bulan. Dengan demikian

penting untuk tetap memastikan kebutuhan dasar tetap terpenuhi di tengah tingkat

pendapatan masyarakat yang turun khususnya kebutuhan pangan.

Page 49: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 29

Ketahanan Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya

Keamanan pangan1

, mengacu kepada definisi FAO, adalah suatu situasi di mana orang-orang,

di sepanjang waktu, memiliki akses baik secara fisik maupun ekonomi, terhadap makanan

yang aman dan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan diet dan preferensi mereka sehingga

dapat tetap sehat dan beraktivitas.

Komoditas pangan merupakan salah satu kebutuhan yang sifatnya harus terus dipenuhi dan

kuantitasnya relatif tidak banyak berubah selama pola konsumsi (gaya hidup) tidak berubah.

Dengan demikian tekanan harga bahan pangan jarang sekali disebabkan oleh gejolak

permintaan kecuali pada event-event besar keagamaan ataupun budaya yang sudah dapat

diprediksi dan diukur tingkat risikonya. Tekanan harga bahan pangan lebih banyak

dipengaruhi oleh supply shocks yang utamanya bersumber dari kondisi cuaca.

Meski demikian, sejumlah wilayah di Indonesia belum dapat memproduksi sendiri sejumlah

bahan pangan strategis akibat kendala kondisi alam dan iklim. Dengan demikian untuk

memenuhi kebutuhan pangan lokal, daerah tersebut harus melakukan impor termasuk

Kalimantan Selatan. Akibatnya, risiko kenaikan harga tidak hanya bersumber pada supply

shocks (produktivitas) namun juga value added cost khususnya pada: (1). biaya distribusi dan

(2). biaya penyimpanan barang.

Alur Distribusi Bahan Pangan Strategis Kalimantan Selatan

Tiga komoditas yang menjadi perhatian adalah beras, cabe merah dan bawang merah.

Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang mengalami surplus beras setiap

harinya. Meski demikian, sentra produksi beras hanya tersebar di 7 kabupaten dari total 13

kota/kab yakni Tapin, Batola, HSS, Banjar, Tabalong, HST dan HSU. Dengan demikian penting

untuk menjaga distribusi beras di dalam provinsi. Kota Banjarmasin menjadi hub distribusi

beras (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng, BULOG dan

Pasar Klayan. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat.

Dua komoditas strategis kedua yang menjadi perhatian adalah cabe merah dan bawang

merah. Kalimantan Selatan tercatat sebagai provinsi dengan status defisit. Pasokan lokal

Kalimantan Selatan sifatnya minor dan hanya dihasilkan oleh 5 kab/kota meliputi Tanah Laut,

Banjarbaru, HSS, HST dan Tabalong sedangkan pasokan utama berasal dari Jawa Timur

kemudian diangkut ke Kalimantan melalui Pelabuhan Trisakti. Kota Banjarmasin menjadi hub

distribusi cabe merah (baik impor maupun lokal) sebelum akhirnya diteruskan ke Kaltim,

Kalteng dan Pasar Antasari. Distribusi lanjutan dilakukan melalui jalur darat.

1

cess, safe and nutritious food to meet their dietary

. Food and Agriculture Organization. Rome Declatarion on World Food

Security and World Food Summit Plan of Action. In Proceedings of the World Food Summit, Rome, Italy, 1-17 November 1996.

Page 50: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 30

Komoditas strategis terakhir yang menjadi menjadi perhatian adalah bawang merah.

Kalimantan Selatan tercatat sebagai provinsi dengan status defisit. Pasokan lokal Kalimantan

Selatan sifatnya minor dan hanya dihasilkan oleh 5 kab/kota meliputi Tanah Laut, Banjarbaru,

HSS, Tapin dan Tabalong sedangkan pasokan utama berasal dari Jawa dan Nusa Tenggara

Barat. Pasokan dari luar masuk melalui Pelabuhan Trisakti untuk kemudian di angkut ke Kota

Banjarmasin yang menjadi hub distribusi bawang merah (baik impor maupun lokal) sebelum

akhirnya diteruskan ke Kaltim, Kalteng dan Pasar Lima. Distribusi lanjutan dilakukan melalui

jalur darat.

Dengan demikian, alur distribusi pangan strategis sangat bergantung kepada kondisi

infrastruktur perhubungan darat dan tentunya laut. Perlu diperhatikan juga bahwa pasokan ke

Kalteng dan Kaltim sangat bergantung kepada Kalsel sebagai pintu masuk barang.

Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index/LPI)

World Bank secara periodik mengeluarkan indeks kinerja logistik atau LPI setiap tahunnya. LPI

dibangun dari sejumlah variabel yaitu infrastructure, ease of shipment, logistics services, ease

of tracking, domestic logistic costs dan timeliness. Untuk menganalisasi kapasitas logistik

terkait distribusi pangan, LPI provinsi di Indonesia dibangun dengan mengadopsi beberapa

variabel yang digunakan World Bank. LPI dalam analisis ini dibangun dari tiga aspek meliputi

Transportation Infrastructure (TI), Logistic Competence (LC), Logistic Efficiency (LE) dan

Timeliness (TL). Detail mengenai variabel dan subvariabel dapat dilihat pada Tabel B1.1.

Tabel B1.1. Variabel dan Subvariabel Penyusun LPI

Page 51: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 31

Secara Umum kondisi sistem logistik Kalimantan Selatan membaik dari tahun 2010 ke tahun

2014 dengan perbaikan pada aspek Logistic Competence (LC), Logistic Efficiency (LE) dan

Timeliness (TL). Bila dilihat secara detail, relatif terhadap perkembangan seluruh provinsi di

Indonesia dari tahun 2010 ke tahun 2014, kemunduran terjadi pada aspek Transportation

Infrastructure (TI) khususnya pada jumlah bandara dan pelabuhan serta Logistic Competence

(LC) yaitu pada aspek volume bongkar muat. Kemunduran pada aspek TI Kalimantan Selatan

relatif terhadap provinsi lain tidak lepas dari program pemerintah maupun keputusan swasta

untuk berinvestasi pada bandara/pelabuhan sementara itu turunnya aktivitas bongkar muat di

Kalimantan Selatan lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan kinerja ekspor. Kedua penyebab

tersebut pada akhirnya kembali berakar kepada daya tarik perekonomian Kalimantan Selatan

sehingga pembangunan infrastruktur bandara dan pelabuhan menjadi sesuatu yang urgen.

Rank 1716.79

Rank 222.45

Rank 1021.50

Rank 1913.45

Rank 1629.78

Rank 1323.88

Rank 281.76

Rank 735.71

Rank 1320.00

Rank 1738.05

LPI TransportationInfrastructure

LogisticCompetence

Logistic Efficiency Timeliness

2010

2014

Gambar B1.2. Skor Penyusun LPI dan Ranking

Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014

Tabel B1.2. Detail Skor Penyusun LPI

Kalimantan Selatan Tahun 2010 dan 2014

Mengacu kepada keyakinan bahwa ships follow the trade menjadi penting bagi Kalimantan

Selatan untuk mempercepat industrialisasi sehingga kapasitas perdagangan menjadi

meningkat sehingga pembangunan infrastruktur logistik menjadi sesuatu yang urgen baik

bagi pemerintah maupun swasta. Dengan demikian kinerja logistik menjadi semakin baik dan

biaya logistik menjadi lebih efisien.

Referensi:

[1]. Logistic Performance Index (World Bank)

Page 52: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 32

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 53: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 33

BAB II

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Page 54: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 34

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 55: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 35

2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Pergerakan inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada akhir triwulan IV-2015 menurun dari

triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,14% (yoy),

menurun signfikan dari triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun inflasi 2014 (7,28%, yoy).

Penurunan inflasi tahunan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas

volatile foods di sepanjang tahun 2015 didukung produksi yang meningkat, pasokan yang terjaga

dengan baik, koreksi harga bahan bakar minyak (BBM) seiring tren penurunan harga minyak

internasional serta penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten pada

akhir tahun. Secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2015 sedikit meningkat yang dipicu oleh kenaikan

permintaan masyarakat pada akhir tahun seiring dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, natal

dan tahun baru 2016.

2.1. KONDISI UMUM

Secara umum inflasi pada pada akhir tahun 2015 menurun cukup signifikan meskipun meningkat

secara triwulanan. Secara tahunan, inflasi tahun 2015 tercatat sebesar 5,14% (yoy) menurun dari

triwulan III-2015 (7,03%, yoy) maupun tahun 2014 (7,28%, yoy). Secara triwulanan, inflasi

triwulan IV-2015 tercatat sebesar 1,88% (qtq), sedikit naik dari triwulan sebelumnya (1,80%,

qtq). Tren penurunan inflasi di akhir tahun dipengaruhi oleh penurunan harga BBM pada awal tahun

serta relatif stabilnya pergerakan harga bahan makanan karena produksi dan stok yang dapat diajaga

dengan baik. Khusus pada triwulan IV-2015, tekanan inflasi terbesar terjadi pada akhir tahun yang

dipicu oleh tingginya kenaikan inflasi angkutan udara berada di atas rata-rata historisnya karena

tingginya minat penduduk Kalimantan Selatan untuk berpergian baik untuk umroh atau berlibur saat

libur panjang akhir tahun. Selain itu, meningkatnya permintaan juga seiring kegiatan Maulid Nabi,

diantaranya tercermin pada inflasi baju muslim.

Dibandingkan dengan nasional, inflasi Kalimantan Selatan berada di atas inflasi nasional yang tercatat

sebesar 3,35% (yoy). Bila dibandingkan dengan regional Kalimantan, pencapaian inflasi Kalimantan

Selatan sedikit lebih tinggi dari rata-rata Kalimantan, namun masih lebih rendah dari Kalimantan Barat

yang sebesar 5,79%(yoy).

2

Page 56: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 36

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional

Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi se-Kalimantan

Secara spasial, inflasi Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi di dua kota yaitu Kota Banjarmasin dan Kota

Tanjung.14

Pada tahun 2015, inflasi Kota Banjarmasin tercatat sebesar 5,03% (yoy) atau 1,73% (qtq)

sedangkan inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 6,31% (yoy) atau 2,62% (qtq). Dengan tingginya bobot

Kota Banjarmasin dibandingkan bobot Kota Tanjung, maka pergerakan inflasi Kalimantan Selatan lebih

didominasi oleh dinamika harga di Kota Banjarmasin.

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, Kalimantan Selatan mengalami inflasi sebesar 1,88% qtq, dengan realisasi inflasi

bulanan pada bulan Oktober, November, dan Desember masing-masing tercatat sebesar 0,20%

mtm, 0,43% mtm dan 1,24% mtm. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember terutama karena

berlangsungnya beberapa kegiatan perayaan yang berdekatan waktunya yaitu Maulid Nabi Muhammad

SAW, Natal, tahun baru, dan liburan sekolah sehingga mendorong kenaikan harga sejumlah kebutuhan

masyarakat khususnya tarif angkutan udara, bahan makanan, makanan jadi, dan pakaian muslim seiring

dengan permintaan masyarakat yang tinggi.

Berdasarkan komponen inflasi15

, ketiga komponen inflasi mengalami peningkatan harga pada

triwulan IV-2015 yang terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada penghujung tahun 2015.

14 Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi

pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota

Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan

7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel).

15 Disagregasi komponen inflasi adalah salah satu metode pengelompokan inflasi untuk menghasilkan suatu indikator

inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, yang terdiri dari:

Inflasi inti (core inflation) yaitu komponen inflasi yang cenderung persisten didalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi

oleh faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen, nilai tukar;

Page 57: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 37

Komponen volatile foods mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 4,20% (qtq) dan memberikan

andil pembentukan inflasi triwulanan sebesar 0,73% (qtq). Tekanan inflasi volatile foods pada triwulan

ini terjadi dalam dua bulan terakhir yang disebabkan oleh penurunan produksi sejumlah komoditas bahan

makanan memasuki musim penghujan dan musim tanam serta tingginya permintaan masyarakat pada

penghujung tahun untuk merayakan hari besar keagamaan serta masa liburan akhir tahun. Penurunan

produksi terjadi pada sejumlah komoditas ikan segar, terutama ikan gabus, ikan nila, ikan papuyu dan

ikan sepat siam karena penangkapan yang relatif sulit dengan tingginya curah hujan. Selain ikan segar,

musim penghujan juga diperkirakan memengaruhi penurunan produksi pada produk perunggasan seperti

daging ayam ras dan telur ayam ras sehingga harganya meningkat saat permintaan masyarakat tinggi.

Selanjutnya beras dan bawang merah juga menurun produksinya seiring dengan berlangsungnya musim

tanam di Kalimantan Selatan maupun di daerah penghasil di Pulau Jawa.

Tabel 2.3. Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Komponen Barang (qtq)

Sebagaimana disampaikan sebelumnya, ikan gabus yang merupakan bahan makanan favorit masyarakat

Kalimantan Selatan mengalami kenaikan harga yang cukup signfikan pada triwulan ini. Ikan gabus

mengalami kenaikan harga hingga sebesar 33,98% (qtq) sehingga menjadi penyumbang inflasi kuartalan

terbesar kedua dengan andil inflasi sebesar 0,17% (qtq). Berdasarkan informasi anekdotal yang berasal

dari pelaku usaha, pedagang, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, kenaikan harga ikan

gabus disebabkan oleh pasokan yang mulai berkurang karena tangkapan nelayan menurun memasuki

musim penghujan dan cuaca yang kurang bersahabat. Musim hujan menyebabkan ketinggian air di

Volatile foods yaitu komponen inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) dalam kelompok bahan makanan

seperti panen, gangguan alam, gangguan pasokan/distribusi atau faktor perkembangan harga pangan demestik dan

internasional;

Administered prices yaitu inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) berupa kebijakan harga Pemerintah seperti

harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif jalan tol, tarif PDAM, tarif parkir, dll.

Page 58: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 38

daerah penangkapan ikan gabus naik karena rawa-rawa kembali tergenang sehingga penangkapan

menjadi relatif cukup sulit dan produksi menurun.

Dinamika harga beras relatif berfluktuasi selama triwulan IV-2015 karena sempat mengalami penurunan

harga pada bulan November sebelum kembali mengalami kenaikan harga pada bulan Desember,

sehingga secara keseluruhan beras mengalami kenaikan harga sebesar 0,51% (qtq) dan memberikan

sumbangan inflasi sebesar 0,02% (qtq). Kenaikan harga beras ini disebabkan oleh stok persediaan yang

mulai berkurang seiring dengan masuknya musim tanam. Data produksi padi di Kalimantan Selatan

memperlihatkan terjadinya penurunan produksi pada triwulan laporan seiring dengan berlangsungnya

musim tanam.

Selanjutnya dinamika harga bawang merah selama triwulan laporan menunjukkan kenaikan harga yang

cukup signifikan dan menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar ketiga pada

triwulan IV-2015 yaitu sebesar 0,13% (qtq). Kenaikan harga bawang merah mulai terjadi pada bulan

November dan meningkat cukup signifikan pada Desember, setelah mengalami penurunan harga yang

cukup lama sejak bulan Juli. Peningkatan harga terjadi karena mulai berkurangnya persediaan di pasaran

seiring dengan penurunan produksi pada sejumlah daerah penghasil seperti di Brebes, Nganjuk, dan Bima

karena sedang dalam masa tanam. Sementara pada saat yang bersamaan permintaan masyarakat cukup

tinggi sehubungan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal, dan tahun baru. Kondisi

tersebut diindikasikan dengan produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang rendah

pada bulan Oktober dan November 2015.

Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan IV-2016

Grafik 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IV-2016

Sumber: BPS, data diolah

Sumber: BPS, data diolah

Page 59: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 39

Produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras mengalami kenaikan harga memasuki

musim penghujan sehingga memengaruhi produksi perunggasan tersebut. Daging ayam ras mengalami

kenaikan harga yang signifikan pada akhir tahun karena permintaan yang tinggi sehubungan dengan

perayaan kegiatan keagamaan sebagaimana disinggung sebelumnya. Daging ayam ras mengalami inflasi

sebesar 9,20% (qtq) dengan andil sebesar 0,12% (qtq), sedangkan telur ayam ras mengalami inflasi

sebesar 6,79% (qtq) dan andil sebesar 0,06% (qtq).

Grafik 2.4. Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab Brebes

Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan

Hal yang sedikit berbeda terjadi pada aneka cabe, baik cabe merah maupun cabe rawit yang mengalami

kenaikan harga pada bulan November dan Desember terkait dengan cuaca musim penghujan serta

didorong oleh permintaan masyarakat yang tinggi pada penghujung tahun. Namun demikian, penurunan

harga yang cukup signfikan pada bulan Oktober menyebabkan aneka cabe mengalami deflasi pada

triwulan ini dengan sumbangan sebesar -0,01% (qtq).

Tekanan inflasi yang berasal dari komponen inflasi inti berangsur mereda pada triwulan ini, yang

mengalami inflasi sebesar 1,01% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,67% (qtq), menurun

signifikan dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada triwulan III-2015 yang mencapai 2,58%

(qtq) dan andil sebesar 1,70% (qtq). Tidak seperti triwulan sebelumnya, pergerakan inflasi inti relatif

terjaga sepanjang triwulan IV-2015 dengan peningkatan yang agak besar terjadi pada akhir tahun seiring

dengan peningkatan permintaan masyarakat menghadapi perayaan keagamaan dan liburan.

Tekanan inflasi inti pada triwulan ini terutama berasal dari kenaikan biaya tempat tinggal seperti sewa

rumah yang mengalami inflasi sebesar 1,61% (qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,10%

(qtq), sehingga masuk dalam lima besar penyumbang inflasi pada triwulan IV-2015. Selanjutnya, beberapa

komoditas makan jadi juga masih menjadi sumber tekanan inflasi dalam komponen ini meskipun

besarannya relatif tidak sebesar pada triwulan sebelumnya, diantaranya adalah martabak (sumbangan

0,09%, qtq), kue basah, donat dan roti manis (masing-masing dengan sumbangan sebesar 0,04%, qtq).

Kenaikan harga makanan jadi tersebut ditengarai berkaitan dengan perayaan keagamaan pada akhir

tahun.

Page 60: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 40

Selain beberapa komoditas tersebut di atas, kenaikan harga juga terjadi pada sejumlah komoditas

kelompok sandang, utamanya adalah baju muslim yang mengalami kenaikan harga yang signifikan yang

mengalami inflasi sebesar 12,80% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,05% (qtq). Kenaikan ini juga terkait

dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW serta liburan sekolah dan libur panjang akhir pekan yang

cukup banyak pada akhir tahun. Momen ini juga memicu kenaikan biaya rekreasi di Kalimantan Selatan

sebesar 16,67% (qtq) dan memberikan sumbangan sebesar 0,03% (qtq).

Tekanan inflasi komponen administered prices meningkat pada triwulan ini khususnya yang

terkonsentrasi pada akhir tahun sehingga tercatat inflasi sebesar 2,95% (qtq) dengan andil inflasi

sebesar 0,48% qtq; dari triwulan sebelumnya (0,41%, qtq). Tekanan inflasi komponen ini terutama

berasal dari tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan harga yang tinggi pada akhir tahun seiring

dengan permintaan masyarakat yang melonjak dalam menghadapi liburan akhir tahun. Tarif angkutan

udara tercatat mengalami kenaikan harga hingga 35,19% (qtq) dan menjadi penyumbang inflasi terbesar

pada triwulan IV-2015 yaitu sebesar 0,47% (qtq). Kenaikan tarif angkutan udara yang terjadi kali ini juga

tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan saat lebaran tahun ini (22,63%, qtq).

Selain tarif angkutan udara, tekanan inflasi administered prices pada triwulan ini juga berasal dari

kenaikan tarif listrik dan kenaikan harga aneka rokok kretek/filter meski sumbangannya tidak besar. Tarif

listrik memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,02% (qtq), sedangkan rokok kretek dan rokok kretek filter

masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,01% (qtq).

Hal sedikit berbeda diperlihatkan oleh dinamika harga bahan bakar rumah tangga (elpiji 12 kg, elpiji 3kg,

dan minyak tanah) yang pada triwulan laporan justru mengalami penurunan harga. Penurunan harga

BBRT ini dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia (dari sisi harga minyak tanah nonsubsidi yang

sudah disesuaikan dengan harga keekonomian) dan adanya perbaikan aturan distribusi elpiji 3kg. Hal ini

diperkuat dengan proses konversi dari minyak tanah ke elpiji 3kg pada lima kabupaten tersisa di

Kalimantan Selatan dapat diselesaikan menjelang akhir tahun ini sehingga memberikan sentimen positif

bagi dinamika harga elpiji 3 kg di tingkat eceran.

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara Tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 atau yang sekaligus merupakan

pencapaian inflasi tahun 2015 tercatat sebesar 5,14% (yoy), menurun signfikan dari triwulan III-

2015 (7,03%, yoy) serta lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2014 yang tercatat

sebesar 7,28% (yoy). Penurunan inflasi tahun 2015 ini disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang

berasal dari komoditas volatile foods sepanjang tahun 2015 akibat produksi yang meningkat, pasokan

yang terjaga dengan baik, dan koreksi harga BBM seiring tren penurunan harga minyak internasional

disepanjang tahun dan penyelesaian proses konversi bahan bakar gas elpiji 3 kg di lima kabupaten tersisa

pada akhir tahun sehingga harga bahan bakar rumah tangga berangsur stabil. Lebih jauh, inflasi pada

tahun 2015 ini lebih banyak bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada komponen inflasi inti,

khususnya terkait dengan produk makanan jadi dan biaya tempat tinggal.

Page 61: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 41

Tabel 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy)

Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di sepanjang tahun 2015 lebih banyak bersumber dari

komponen inflasi inti yang cenderung meningkat. Sedangkan tekanan inflasi pada komponen volatile

foods relatif menurun dan terjaga disepanjang tahun 2015 seiring dengan peningkatan produksi pangan,

perbaikan pasokan hasil panen komoditas serta distribusi barang yang terjaga dengan baik. Senada

dengan volatile foods, komponen administered prices juga mengalami penurunan tekanan secara

signfikan.

Inflasi inti cenderung meningkat disepanjang tahun ini, hingga akhir tahun 2015 inflasi inti tercatat

sebesar 6,02%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang tercatat sebesar 5,53%. Bila

dibandingkan dengan triwulan III-2015, sebagaimana telah diulas pada bagian sebelumnya, pergerakan

tekanan inflasi inti pada triwulan ini sedikit mereda dari posisi sebelumnya yang mencapai 6,75% (yoy).

Tekanan inflasi pada tahun 2015 ini banyak bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada

subkelompok makanan jadi, biaya kesehatan serta biaya tempat tinggal. Di samping itu, juga terdapat

kenaikan harga sejumlah barang-barang produksi manufaktur seperti barang-barang elektronik,

kendaraan, produk perawatan jasmani, kosmetik dan obat-obatan yang diperkirakan terjadi karena

kenaikan biaya produksi yang sedikit banyak terpengaruh oleh perkembangan kurs dolar Amerika Serikat

terhadap Rupiah yang terapresiasi pada tahun 2015.

Secara tahunan, andil inflasi inti merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan dua komponen

lainnya. Sumbangan inflasi inti pada tahun 2015 tercatat sebesar 3,92% (yoy). Dari daftar sepuluh besar

komoditas penyumbang inflasi terbesar secara tahunan, tercatat lima komoditas berasal dari komponen

inflasi inti dengan total sumbangan hingga sebesar 1,16% (yoy) yang sebagian besar adalah sub

kelompok makanan jadi. Sumbangan terbesar berasal dari kenaikan sewa rumah yang mempunyai andil

sebesar 0,34% (yoy), disusul dengan komoditas nasi dengan lauk (0,22%, yoy), tarif rumah sakit (0,21%,

oy), mie (0,19%, yoy) dan ikan bakar (0,19%, yoy).

Pergerakan inflasi volatile foods relatif terjaga dan menurun pada tahun 2015 yaitu tercatat hanya

sebesar 4,00% (yoy), jauh lebih rendah dari tahun 2014 (10,03%, yoy) maupun triwulan

Page 62: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 42

sebelumnya (5,51%, yoy). Tertahannya tekan inflasi komponen ini disebabkan oleh perbaikan pasokan

dan produksi sejumlah bahan makanan penting seiring dengan berlangsungnya panen raya serta cuaca

yang kondusif yang memperlancar distribusi barang antardaerah.

Produksi padi di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 2,9% (yoy)

dibandingkan dengan tahun 2014, sehingga dinamika harga beras relatif stabil pada tahun ini. Inflasi

beras pada tahun 2015 tercatat sebesar 6,04% (yoy), menurun cukup signifikan dibandingkan dengan

inflasi beras pada tahun 2014 yang mencapai berada pada kisaran 15% (yoy). Selain beras, peningkatan

produksi dan perbaikan pasokan juga terjadi pada komoditas bahan makanan lainnya seperti aneka cabe

dan ikan gabus yang pada tahun ini secara kesuluruhan mengalami deflasi sehingga menjadi komoditas

penahan laju inflasi pada tahun ini. Sedangkan komoditas bahan makanan penting lainnya seperti daging

ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah pergerakan harganya relatif stabil dengan peningkatan

harga yang tidak terlalu besar.

Tabel 2.3. Andil Inflasi Terbesar Tahun 2015

Grafik 2.4. Andil Deflasi Terbesar Tahun 2015

Sumber: BPS, data diolah

1 BENSIN Adm. Prices -14.30 -0.58

2 CABAI MERAH Vol. foods -67.35 -0.20

3 CABAI RAWIT Vol. foods -47.40 -0.08

4 GABUS Vol. foods -10.09 -0.08

5 MINYAK GORENG Vol. foods -3.49 -0.03

6 SEMANGKA Vol. foods -9.43 -0.03

7 KEMBUNG/GEMBUNG/BANYAR Vol. foods -6.19 -0.03

8 NILA Vol. foods -3.53 -0.03

9 UDANG BASAH Vol. foods -2.24 -0.02

10 TELEPON SELULER Core Inflation -1.78 -0.01

No. KomoditasKelompok

Disagregasi

Inflasi

(yoy %)

Andil inflasi

(yoy %)

Sumber: BPS, data diolah

Pada tahun ini, komponen inflasi volatile foods memberikan andil inflasi hanya sebesar 0,75% (yoy), jauh

lebih rendah bila dibandingkan dengan sumbangan inflasi pada tahun 2014 yang mencapai 1,87% (yoy).

Sumbangan terbesar berasal dari beras yang mempunyai andil sebesar 0,26% (yoy) sedikit terkoreksi dari

sumbangan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,36% (yoy). Penurunan sumbangan inflasi beras

tersebut didukung oleh program upaya khusus swasembada pangan dan terjaganya stok beras sepanjang

tahun ini. Sumbangan terbesar berikutnya berasal dari komoditas daging ayam ras yang memberikan

sumbangan inflasi sebesar 0,18% (yoy), sedikit meningkat dari sumbangan pada triwulan III-2015 yang

tercatat sebesar 0,08% (yoy). Hal ini terutama disebabkan kenaikan harga di penghujung tahun ini.

Namun demikian, secara umum pergerakan harga daging ayam ras relatif stabil di sepanjang tahun 2015.

Selain stabilnya pergerakan harga sejumlah komoditas penting di atas, terjaganya inflasi volatile foods

juga dipengaruhi oleh sumbangan deflasi yang terjadi pada sejumlah komoditas bahan makanan penting

seperti cabe merah, cabe rawit, ikan gabus, dan ikan segar lainnya. Cabe merah mengalami deflasi yang

signfikan pada tahun ini dan memberikan sumbangan yang signfikan dalam menahan laju inflasi hingga

Page 63: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 43

sebesar -0,20% (yoy), disusul oleh cabe rawit (-0,08%, yoy), ikan gabus (-0,08%, yoy), minyak goreng (-

0,03%, yoy), semangka (-0,03%, yoy), ikan kembung (-0,03%, yoy), nila (-0,03%, yoy) dan udang basah

(0,02%, yoy).

Inflasi administered prices menurun signifikan pada tahun 2015, tercatat sebesar 2,86% (yoy), jauh

lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (10,66%, yoy). Angka realisasi ini juga menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,0% (yoy). Penurunan inflasi

komponen ini terutama disebabkan oleh koreksi harga BBM yang telah terjadi beberapa kali pada tahun

2015 sejalan dengan tren penurunan harga minyak internasional yang terus terjadi hingga akhir tahun.

Harga BBM khususnya bensin mengalami penurunan yang signifikan hingga sebesar -14,30% (yoy) pada

tahun 2015. Terlepas dari penurunan harga BBM tersebut, tekanan inflasi komponen administered prices

pada tahun ini berasal dari kenaikan tarif angkutan udara khususnya yang terjadi pada akhir tahun,

kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (elpiji 12 kg dan 3kg) yang terjadi di awal dan pertengahan

tahun terkait dengan proses konversi elpiji yang belum selesai, serta kenaikan harga aneka rokok sebagai

penyesuaian dari kenaikan cukai rokok sebesar 10% di tahun 2015

Berdasarkan sumbangannya, inflasi administered prices tercatat memiliki andil yang terkecil yaitu hanya

sebesar 0,48% (yoy) dengan komoditas tarif angkutan udara yang menjadi penyumbang inflasi terbesar

selama tahun 2015 dengan sumbangan sebesar 0,35% (yoy) khususnya dipicu oleh kenaikan tarif pada

saat libur panjang di akhir tahun. Berikutnya, sumbangan inflasi tertinggi dalam komponen ini berasal dari

bahan bakar rumah tangga dan komoditas rokok kretek filter yang masing-masing memberikan andil

inflasi sebesar 0,24% (yoy), disusul oleh tarif listrik yang memberikan sumbangan sebesar 0,06% (yoy).

Sebagaimana disinggung sebelumnya, bensin menjadi komoditas penahan inflasi terbesar pada tahun

2015 dengan sumbangan deflasi yang sangat signfikan hingga sebesar -0,58% (yoy).

Sementara itu, salah satu komoditas penting di Kalimantan Selatan yaitu ikan gabus relatif terjaga dengan

andil pembentukan inflasi yang cukup rendah yaitu sebesar 0,003% (yoy) seiring dengan cuaca yang

kondusif dan mempermudah pasokan disepanjang triwulan II dan awal triwulan III-2015.

Page 64: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 44

16 16

Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi

pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota

Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan

7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel).

BOKS 2

Perbandingan Harga Komoditas Kab./Kota Terpilih di Kalimantan Selatan

Dalam survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan BPS sebagai dasar penghitungan inflasi

nasional dilakukan penambahan komoditas dan kota penghitungan inflasi nasional menjadi 88 kota.

Sebagai bagian dari kota-kota penghitungan inflasi nasional, inflasi Kalimantan Selatan diukur oleh

inflasi di dua kota yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Tanjung16

. Namun demikian, kabupaten/kota

lainnya di Kalimantan Selatan selama ini juga melakukan pemantauan dan pencatatan harga

khususnya harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat.

Dalam boks kajian ini akan disajikan dinamika perkembangan harga beberapa komoditas penting di

Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tabalong. Secara umum, pergerakan harga

beberapa komoditas bahan makanan penting di ketiga kabupaten/kota tersebut selaras. Disparitas

harga antar kabupaten/kota tersebut juga relatif tidak terlalu lebar.

Beras

Pergerakan harga beras siam unus di sepanjang tahun 2015 pada ketiga kabupaten/kota tersebut

relatif selaras yang memperlihatkan puncak kenaikan harga terjadi pada saat menjelang lebaran.

Disparitas harga yang signifikan antar kabupaten/kota terjadi pada saat bulan puasa dan menjelang

lebaran dimana harga beras di Banjarmasin jauh lebih tinggi dibandingkan di Banjarbaru dan

Tabalong. Hal ini diperkirakan karena permintaan masyarakat di Banjarmasin cukup tinggi pada saat

itu sedangkan Kota Banjarmasin sendiri bukan merupakan daerah penghasil beras. Lain halnya

dengan Tabalong, disepanjang tahun 2015 pergerakan harga beras di Kab. Tabalong relatif berada

di bawah Banjarmasin dan Banjarbaru yang diduga karena Tabalong juga merupakan daerah

penghasil beras sehingga harga beras dapat relatif terjaga.

Cabe Merah

Sebagaimana yang tejadi pada beras, pergerakan harga cabe merah disepanjang 2015 secara umum

juga selaras, dimana kenaikan harga terjadi pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran kemudian

menurun dan kembali mengalami peningkatan harga pada akhir tahun seiring mulai berlangsungnya

musim hujan yang akan mempengaruhi produksi hortikultura. Selanjutnya, level harga yang relatif

lebih rendah terlihat di Kabupaten Tabalong yang diduga karena Tabalong juga merupakan salah

satu daerah penghasil cabe merah di Kalsel sehingga dapat menyumbang pasokan cabe merah lokal.

Page 65: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 45

Gambar B2.1. Perbandingan Harga Komoditas Terpilih pada Kabupaten/Kota Terpilih di

Kalimantan Selatan

Ikan Gabus

Ikan gabus merupakan komoditas utama di Kalimantan Selatan karena preferensi masyarakat yang

cukup tinggi untuk mengkonsumsi ikan gabus. Pergerakan harga ikan gabus di ketiga kab./kota

tersebut juga relatif selaras, dengan peningkatan harga terjadi pada saat memasuki musim

penghujan di awal dan diakhir tahun. Disparitas harga yang terjadi sedikit realtif lebar dengan

dengan harga terendah kembali terjadi di Kab. Tabalong yang diperkirakan juga karena Tabalong

juga merupakan salah satu daerah penghasil ikan gabus di Kalsel.

Bawang merah

Sebagaimana yang terjadi pada ketiga komoditas sebelumnya, pergerakan harga bawang merah

juga terlihat selaras antar kab./kota tersebut. Selain itu disparitas harga yang terjadi antar kab./kota

tersebut juga relatif kecil. Hal ini diperkirakan karena sebagian besar bawang merah yang beredar di

Kalimantan Selatan berasal dari luar daerah/pulau sehingga pergerakan harganya tidak terlalu

timpang pada masing-masing kabupaten/kota.

Page 66: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 46

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 67: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 47

BAB III

STABILITAS SISTEM KEUANGAN,

SISTEM PEMBAYARAN DAN

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Page 68: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 48

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 69: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 49

1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN, SISTEM PEMBAYARAN DAN

PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Kinerja pertumbuhan kredit perbankan sedikit melambat dipengaruhi kinerja perekonomian yang

trennya melambat pada periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring tumbuh meningkat

sejalan dengan aktivitas ekonomi yang meningkat pada triwulan laporan. Kredit perbankan pada

Triwulan IV-2015 tumbuh 4,15% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (4,71% yoy). Perlambatan

utamanya bersumber dari dari kredit korporasi. Kualitas kredit membaik yang ditunjukkan oleh

turunnya Non Performing Loan (NPL). Peningkatan transaksi sistem pembayaran terjadi pada jenis

transaksi kliring. Sementara itu, pada sisi pengelolaan uang rupiah, mencatatkan net outflow.

3.1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset dan DPK Kalimantan Selatan

6.52% 3.84%

4.71% 4.15%

12.85% 7.89%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

%yoy

Tw. III Tw. IV

Asset

Kredit

DPK

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)

3.1.1. Intermediasi Perbankan

Kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan masih cukup baik, tercermin dari meningkatnya

Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dari 121,6% pada Triwulan III-2015 menjadi 131,9% pada triwulan

laporan. Kenaikan LDR17

lebih dipengaruhi oleh perlambatan penghimpunan DPK yang lebih tajam

dibandingkan dengan perlambatan penyaluran kredit. Kinerja penyaluran kredit maupun

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tercatat melambat. Perlambatan pertumbuhan kredit

17 Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia. Kredit. Lokasi Proyek

3

Page 70: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 50

perbankan pada triwulan IV-2015 dipengaruhi oleh masih terbatasnya kinerja sektor utama Kalimantan

Selatan, yaitu pertambangan batubara yang masih terkontraksi pada triwulan ini. Di sisi lain, Dana Pihak

Ketiga (DPK) kembali tumbuh melambat sejalan dengan tingkat konsumsi rumah tangga belum

beranjak meningkat. Perlambatan DPK bersumber dari pertumbuhan Deposito dan Giro yang melambat

pada Triwulan IV-2015. Hal ini terkait dengan realisasi belanja pemerintah yang meningkat di akhir

tahun sehingga mengurangi saldo simpanan di perbankan. Selain itu, pertumbuhan kredit juga turut

melambat. Perlambatan pertumbuhan kredit utamanya bersumber dari Kredit Modal Kerja dan Kredit

Konsumsi. Salah satu kinerja sektor utama, yaitu industri pengolahan, yang membaik berdampak positif

pada relatif terjaganya kualitas kredit. Perkembangan Non performing loan (NPL) tercatat turun menjadi

3,61% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,62%.

Grafik 3.2.Pertumbuhan LDR, Kredit dan DPK

Grafik 3.3.Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya

4.7% 4.1%

6.5%3.8%

121.6%

131.9%

100.0%

105.0%

110.0%

115.0%

120.0%

125.0%

130.0%

135.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

yoy

Pertumbuhan Kredit

LDR (Sb. Kanan)

Pertumbuhan DPK

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)

6.9% -9.9%

4.9% 9.5%

9.2% 3.7%

6.5% 3.8%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

yoy

Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, DPK (KC/KP)

Tabungan

Giro

Deposito

Tw. III Tw. IV

TOTAL DPK

Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya

4.7% 4.1%

9.7% 8.4%

-1.4% 1.4%

5.8% 2.4%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Investasi

Total Kredit

Tw. III Tw. IV

Konsumsi

Modal Kerja

Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)

yoy

Page 71: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 51

Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan secara Spasial

DPK Tw. IV - 2015

Rp. (Triliun) Tw. III - 2015 (yoy) Tw. IV - 2015 (yoy)Arah

Pertumbuhan

1 Kab. Banjar 1,483.68 9.5% 15.8%

2 Kab. Tanah Laut 1,697.1 -0.3% -5.2%

3 Kab. Tapin 768.98 12.3% -0.1%

4 Kab. Hulu Sungai Selatan 696.3 42.6% 29.7%

5 Kab. Hulu Sungai Tengah 1,212.77 17.9% 16.3%

6 Kab. Hulu Sungai Utara 1,279.35 19.2% 12.3%

7 Kab. Barito Kuala 436.23 -7.1% -24.6%

8 Kab. Kota Baru 1,696.5 -4.3% -5.4%

9 Kab. Tabalong 1,747.07 19.2% 10.7%

10 Kab.Tanah Bumbu 1,387.08 1.5% 10.6%

11 Kab. Balangan 114.50 94.8% 47.7%

12 Kota Banjarmasin 24,400.88 3.4% 2.3%

13 Kota Banjarbaru 1,758.80 23.3% 13.2%

Prov. Kalimantan Selatan 38,679.19 6.5% 3.8%

Sumber: Laporan Bank Umum KPw BI Prov. Kalsel, lokasi proyek

Pertumbuhan

Rp triliun, kecuali disebutkan lain

No. Kabupaten / Kota

Secara spasial, pertumbuhan DPK tertinggi pada triwulan IV-2015 terjadi di Kabupaten Balangan

(47,7% yoy) disusul Kabupaten Hulu Sungai Selatan (29,7% yoy), meskipun secara umum

pertumbuhannya mengalami perlambatan dibandingkan sebelumnya. Kota Banjarmasin sebagai pusat

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dengan porsi DPK terbesar juga mengalami perlambatan

pertumbuhan DPK dari 3,4% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 2,3% (yoy) pada triwulan IV-2015.

Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan secara Spasial

KREDIT Tw. IV - 2015

Rp. (Triliun) Tw. III - 2015 (yoy) Tw. IV - 2015 (yoy)Arah

Pertumbuhan

1 Kab. Banjar 6,489.83 4.3% 3.9%

2 Kab. Tanah Laut 2,371.0 -15.1% -20.7%

3 Kab. Tapin 3,314.16 5.5% -2.1%

4 Kab. Hulu Sungai Selatan 750.1 -4.0% -12.9%

5 Kab. Hulu Sungai Tengah 1,049.96 7.9% 6.3%

6 Kab. Hulu Sungai Utara 766.90 1.2% -2.5%

7 Kab. Barito Kuala 1,775.52 23.5% 16.9%

8 Kab. Kota Baru 2,923.6 18.0% 24.2%

9 Kab. Tabalong 2,520.24 8.9% 12.0%

10 Kab.Tanah Bumbu 2,957.42 16.5% 34.3%

11 Kab. Balangan 442.61 3.3% 1.2%

12 Kota Banjarmasin 21,570.96 2.6% 1.9%

13 Kota Banjarbaru 4,068.51 7.2% 7.9%

Prov. Kalimantan Selatan 51,000.79 4.7% 4.1%

Sumber: Laporan Bank Umum KPw BI Prov. Kalsel, lokasi proyek

Pertumbuhan

Rp triliun, kecuali disebutkan lain

No. Kabupaten / Kota

Selanjutnya, pertumbuhan kredit tertinggi pada Triwulan IV-2015 terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu

(34,3% yoy) disusul Kabupaten Kota Baru (24.2% yoy) yang sama-sama mengalami peingkatan dari

triwulan sebelumnya. Kota Banjarmasin yang porsi kredit terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan justru

Page 72: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 52

mengalami perlambatan pertumbuhan kredit dari 2,6% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi hanya

sebesar 1,9% (yoy) pada Triwulan IV-2015.

3.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi

Secara sektoral, perlambatan kinerja kredit pada Triwulan IV-2015 bersumber dari melemahnya kinerja

kredit sektor Pertambangan dan Pertanian. Kinerja pertumbuhan kredit pertambangan melambat dari

29,5% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 18,5% (yoy), sedangkan kredit pertanian menjadi 23,8% (yoy)

dari 13,8% (yoy). Masih lesunya kinerja sektor pertambangan dan terbatasnya kinerja sektor pertanian

seiring masih turunnya harga komoditas, seperti harga batubara, sawit dan CPO, membuat perbankan

cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini turut dipengaruhi level Non Performing Loan

(NPL) yang dalam tren meningkat triwulan-triwulan sebelumnya. Upaya kehati-hatian perbankan dalam

menyalurkan kredit tersebut, meskipun berdampak pada penurunan pertumbuhan kredit, dapat

menurunkan tingkat NPL. Pada triwulan ini, NPL pertambangan turun menjadi 2,1% yang triwulan

sebelumnya tercatat 2,9% dan NPL pertanian turun dari 0,99% pada Tw-III 2015 menjadi 0,84% Tw IV

2015.

Di sisi lain, kinerja pertumbuhan kredit Perdagangan dapat sedikit menahan laju perlambatan

penyaluran kredit di Kalimantan Selatan. Kredit Sektor Perdagangan tumbuh sebesar 1,5% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya terkontraksi pada level -1,0%(yoy). Meningkatnya Kredit

Perdagangan sejalan dengan naiknya kinerja Sektor Perdagangan akibat meningkatnya aktivitas impor

barang modal untuk investasi swasta yang juga sedang meningkat pada triwulan berjalan. NPL Sektor

Perdagangan juga turun menjadi 5,72% yang pada Triwulan III-2015 tercatat 6,09%.

Grafik 3.5.Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit

Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi

4.71%

4.15%

3.62%

3.10%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

3.5%

4.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Pertumbuhan Kredit

NPL Kredit (Sb. Kanan)

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

yoy

PERTANIAN 20.29

TAMBANG 14.37

INDUSTRI, 6.38

LISTRIK, GAS DAN AIR, 1.26

KONSTRUKSI, 4.34

PERDAGANGAN 29.64

AKOMODASI, 1.72

TRANSPORTASI8.19

REAL ESTATE, 9.30

JASA LAINNYA, 1.95

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

Page 73: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 53

Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Tambang

Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Pertanian (Sb.Kanan)

NPL Pertambangan (Sb.Kanan) NPL Perdagangan (Sb.Kanan)

yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

3.1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Di sisi penggunaan, pertumbuhan kredit konsumsi pada Triwulan IV-2015 melambat dari 9.7% (yoy)

pada Triwulan III-2015 menjadi 8.4% (yoy) pada Triwulan IV-2015. Melambatnya pertumbuhan kredit

konsumsi bersumber dari perlambatan KPR dan KKB. Beberapa indikator menunjukkan terbatasnya

konsumsi masyarakat Kalimantan Selatan pada Triwulan IV-2015. Berkurangnya lapangan pekerjaan

akibat perlambatan ekonomi Kalimantan Selatan mengakibatkan turunnya konsumsi rumah tangga.

Indeks Ketersediaan Kerja turun dari 87,5 pada Triwulan III-2015 menjadi 86,3 di Triwulan IV-2015.

Tidak tersedianya lapangan perkejaan membuat masyarakat mengurangi pengeluarannya pada triwulan

ini. Berdasarkan indeks Pengeluaran saat ini dibandingkan 3 bulan yang lalu, terdapat penurunan level

dari 183,8 pada triwulan lalu menjadi 140,0 di triwulan laporan. Selain itu, proporsi penggunaan

penghasilan rumah tangga untuk konsumsi mengalami penurunan. Berdasarkan Survei Konsumen Bank

Indonesia, rata-rata masyarakat menggunakan penghasilannya untuk berkonsumsi pada Triwulan III-

2015 adalah 72,2%, sedangkan pada Triwulan IV-2015 turun menjadi 63,3%.

Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya

9.7% 8.4%

15.4% 13.4%

-8.5% -19.2%

19.1% 8.7%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

yoy

Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek

Multiguna

TOTAL Konsumsi

KPR

KKBermotor

Tw. III Tw. IV

Page 74: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 54

Kualitas kredit konsumsi sedikit melemah yang tercermin pada NPL, yaitu dari 1,55% pada Triwulan III-

2015 menjadi 2,20% pada triwulan laporan. Kenaikan NPL bersumber dari NPL KKB yang meningkat

dari 2,81%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,99% (yoy).

Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit

Grafik 3.10. Pangsa Kredit Konsumsi

9.71%

8.4%

1.55%

2.2%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Pertumbuhan Kredit

NPL Kredit (Sb.Kanan)

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

yoy

KPR, 39.87%

Ruko/Rukan, 2.10%

Kendaraan Bermotor,

9.53%

Multiguna, 42.21%

Lainnya, 5.89%

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Konsumsi

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Pertumbuhan KPR Pertumbuhan K. MultigunaPertumbuhan KKB NPL KPR (Sb.Kanan)NPL Multiguna (Sb.Kanan) NPL KKB (Sb.Kanan)

yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

3.1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Pada Triwulan IV-2015 jumlah kredit yang tersalurkan pada UMKM tercatat sebesar Rp11,25triliun atau

tumbuh -2.2% (yoy), melambat dibandingkan Triwulan III-2015 yang senilai -0,9% (yoy). Perlambatan

kredit UMKM bersumber dari perlambatan kredit UMKM pada sektor pengangkutan, pertambangan

dan jasa sosial masyarakat. Hal ini sejalan dengan perkembangan ekonomi saat ini ketika sektor

pertambangan sebagai sektor ekonomi andalan Kalimantan Selatan tersebut mengalami penurunan.

Secara umum, proporsi kredit UMKM yang disalurkan di Kalimantan Selatan adalah sebesar 22,07%

dari total keseluruhan kredit perbankan.

Page 75: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 55

Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM

Grafik 3.13. Pangsa Kredit UMKM

-0.87%

-2.20%

7.00%

5.70%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM

Pertumbuhan Kredit UMKM

NPL Kredit UMKM (Sb.Kanan)

Pertanian, 14.1%

Pertambangan, 2.7%

Konstruksi, 7.6%

Perdagangan, 52.2%

Pengangkutan, 5.7%

Jasa Dunia Usaha, 7.9%

Lain-lain, 0.5%

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM

Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. KonstruksiPertumbuhan K. Perdagangan NPL Pertanian (Sb.Kanan)NPL Konstruksi (Sb.Kanan) NPL Perdagangan (Sb.Kanan)

yoyyoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM

3.1.5. Perbankan Syariah

Berbeda dengan kinerja perbankan secara umum, pertumbuhan perbankan syariah cenderung

meningkat Pertumbuhan aset Perbankan Syariah membaik dari 0,1%(yoy) pada Triwulan III-2015

menjadi 0,7% (yoy) pada Triwulan IV-2015. Selain itu, pangsa aset Perbankan Syariah terhadap total

Perbankan di Kalimantan Selatan turut meningkat dari 6,3% pada triwulan lalu menjadi 7,3% pada

triwulan ini. Pembiayaan yang tersalurkan oleh Perbankan Syariah tumbuh sebesar 7,6%(yoy),

meningkat dari triwulan sebelumnya (0,40% yoy). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga meningkat,

yaitu dari -5,1%(yoy) menjadi 2,7%(yoy). Sementara itu, ketahanan pembiayaan yang tergambarkan

dari Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah relatif terjaga, yaitu dari 6,8% pada Triwulan III-

2015 menjadi 6,4% pada triwulan berjalan.

Page 76: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 56

Grafik 3.15. Pertumbuhan LDR, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah

Grafik 3.16. Komposisi DPK Berdasarkan Kegiatan Bank

0.14% 0.71%

0.40% 7.63%

-5.08% 2.66%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Pertumbuhan Pembiayaan

Pertumbuhan Aset

PertumbuhanDPK

Tw III Tw IV

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Syariah

yoy

92

.5

92

.6

92

.5

91

.9

91

.9

92

.5

92

.9

92

.1

92

.9

93

.2

93

.7

92

.7

7.5 7.4 7.5 8.1 8.1 7.5 7.1 7.9 7.1 6.8 6.3 7.3

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Sumber: LBU Bank Indonesia, Aset, Jenis Kegiatan Bank

Aset PerbankanSyariah

Aset PerbankanKonvensional

Grafik 3.17. Pertumbuhan dan NPF Pembiayaan Perbankan Syariah

0.40%

7.63%

6.85%

6.4%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Pertumbuhan Pembiayaan

Pertumbuhan NPF

Page 77: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 57

3.2. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH (SP PUR)

3.2.1. Kliring

Pertumbuhan nilai transaksi pembayaran kliring relatif membaik pada Triwulan IV-2015. Nilai transaksi

kliring, pada Triwulan IV-2015 tercatat sebesar Rp4,3 triliun atau terkontraksi sebesar -6,44%(yoy),

sedikit membaik dibandingkan Triwulan III-2015 yang terkontraksi sebesar -6,70% yoy. Perbaikan ini

mencerminkan aktivitas ekonomi yang tumbuh meningkat pada triwulan laporan.

Grafik 3.18. Transaksi Kliring

3.91

4.28

-6.70

-6.44

-20

0

20

40

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2012 2013 2014 2015

Level Pertumbuhan (rhs)Rp triliun % yoy

Sumber: Bank Indonesia, SKNBI

3.2.2. Pengelolaan Uang Rupiah

Secara neto, transaksi pengelolaan uang rupiah mencatatkan aliran bersih masuk (net outflow) sebesar

Rp0,79triliun, dengan jumlah aliran masuk (inflow) sebesar Rp1,37triliun dan aliran keluar(out flow)

sejumlah Rp1,29triliun. Hal ini sesuai dengan pola triwulanan yang selalu mencatatkan net outflow

lebih tinggi pada Tw.IV mengingat terdapat libur sekolah, libur Natal dan tahun baru.

Grafik 3.19. Inflow/Outflow Uang Kartal (Level)

Grafik 3.20. Inflow/Outflow Pertumbuhan

1,292

1,371

-79

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2013 2014 2015

Rp miliar

Sumber: Bank Indonesia

2,028

1,681

347

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2012 2013 2014 2015

Inflow Outflow Net inflowRp miliar

Sumber: Unit Distribusi Uang KPw BI Kalsel

-33.65

-25.67

-40

-20

0

20

40

60

80

100

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2012 2013 2014 2015

% yoy

Inflow

Outflow

Sumber: Bank Indonesia

Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas ketersediaan uang kartal di masyarakat, Bank Indonesia

berkomitmen melaksanakan program-program pelayanan kas yang lebih baik. Pertama, guna

meningkatkan keterjangkauan uang kartal yang berkualitas untuk seluruh masyarakat, KPw BI Provinsi

Kalimantan Selatan secara rutin melaksanakan Program Kas Keliling, yaitu melaksanakan penukaran

Page 78: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 58

uang di luar loket KPw BI Kalimantan Selatan. Program Kas Keliling dibagi dalam beberapa kegiatan,

yaitu dalam kota, wholesale, dan daerah terpencil. Dalam pelaksanaannya selama 2015, jumlah

kegiatan dalam Program Kas Keliling pada Triwulan-IV 2015 adalah 46 kegiatan, 24 kegiatan di dalam

kota, 20 kegiatan wholesale, dan 2 kegiatan di daerah terpencil. Jumlah terbanyak terjadi di Triwulan-III

2015, yaitu 21 kegiatan mengingat terdapat 12 kegiatan kas keliling yang dilakukan bersama

perbankan di dalam Kota Banjarmasin.

Tabel 3.3. Kegiatan Triwulanan Kas Keliling 2015

Kegiatan Jan Feb Mar TW.I Apr Mei Jun TW.II Jul Ags Sep TW.III Okt Nop Des TW.IV TOTAL

Dalam Kota 1 0 2 3 1 2 3 12 5 17 1 1 24

Wholesale 2 2 2 6 2 2 4 1 3 4 2 4 6 20

Terpencil 1 1 0 2 0 0 0 2

TOTAL 4 3 4 11 2 1 4 7 12 6 3 21 3 4 0 7 46

Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel

Kedua, KPw BI Kalimantan Selatan juga melakukan penukaran uang kartal kepada masyarakat melalui

Perbankan. Total penukaran selama tahun 2015 adalah sebesar Rp120,0miliar. Pada Tw.IV penukaran

uang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lainnya. Penukaran uang kartal pada Tw. II 2015

merupakan jumlah yang terbesar pada tahun 2015, terkait dengan perayaan Lebaran.

Tabel 3.4. Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal 2015

100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1,000 500 200 100 50

I 7,748.70 4,329.80 6,522.00 8,928.54 6,195.82 5,082.40 156.30 340.78 653.25 224.00 94.90 0.50 40,276.99

II 6,298.50 3,012.90 9,908.74 10,795.91 8,648.89 6,272.56 228.46 799.92 506.75 236.60 101.60 0.45 46,811.28

III 6,645.60 3,160.55 3,379.94 3,141.39 3,105.40 1,843.50 160.72 208.72 85.50 32.40 15.80 0.10 21,779.61

IV 7,207.30 1,701.40 448.00 730.37 642.62 272.47 113.43 32.00 10.00 2.00 0.50 - 11,160.08

TOTAL 27,900.10 12,204.65 20,258.68 23,596.21 18,592.71 13,470.93 658.91 1,381.42 1,255.50 495.00 212.80 1.05 120,027.96

Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel

Rp juta, kecuali disebutkan lain

TriwulanPECAHAN UANG KERTAS PECAHAN UANG LOGAM Grand Total

Ketiga, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya terkait penyediaan uang

tunai layak edar, KPw BI Kalsel bekerja sama dengan sub Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD)

membuka layanan kas titipan di Batu Licin, Kab. Tanah Bumbu. Peresmian kas titipan tersebut

dilaksanakan pada 25 Agustus 2015 yang dihadiri oleh perbankan dan Pemerintah Kabupaten Tanah

Bumbu.

Kas titipan merupakan salah satu layanan kas luar kantor Bank Indonesia yang tujuannya untuk

memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan yang jauh kedudukannya dari Kantor Perwakilan Bank

Indonesia. Pembukaan kas titipan ini merupakan hasil kerjasama Bank Indonesia dengan 15 bank

umum di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru. Kerjasama Kas Titipan ini juga

merupakan bentuk tindak lanjut dari kebijakan pengalihan penukaran uang masyarakat dari Bank

Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada perbankan sejak 1 Agustus 2015. Dalam

perkembangannya, selama 2015, jumlah Program Kas Titipan pada 2015 adalah sebanyak 8 kali, 3

kegiatan di triwulan-III 2015 dan 5 kegiatan di triwulan-IV 2015. Kas Titipan yang dilakukan oleh KPw

Page 79: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 59

BI Provinsi Kalimantan Selatan disampaikan kepada PT BPD Kalimantan Selatan, Cabang Batulicin,

Kabupaten Tanah Bumbu.

Tabel 3.5. Jumlah Kegiatan Program Kas Titipan 2015

Kegiatan TW.I TW.II TW.III TW.IV TOTAL

Kas Titipan-BPD Kalsel 0 0 3 5 8

Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel

Selain keterjangkauan uang kartal, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Clean Money Policy,

yaitu kebijakan yang bertujuan untuk memastikan uang kartal yang dimiliki oleh masyarakat adalah

Uang Layak Edar (ULE). Selama 2015, KPw BI Kalimantan Selatan telah menerima Rp3,26triliun Uang

Tidak Layak Edar(UTLE) yang telah ditukarkan dengan ULE. Pada Tw.IV, jumlah UTLE yang diterima

paling besar dibandingkan dengan triwulan lain, yaitu sebesar Rp942,2miliar.

Tabel 3.6. Data Triwulanan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 2015

100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 1,000 500 200 100 50

I 389,000 295,300 36,200 33,320 20,410 7,820 375 1 21 2 2 - 782,451

II 348,700 251,500 32,420 30,170 18,150 6,730 387 - 5 4 2 - 688,068

III 377,200 362,350 38,560 38,140 23,795 7,618 458 - - - - - 848,121

IV 447,900 391,250 39,500 33,100 22,250 7,794 363 2 1 1 - - 942,161

TOTAL 1,562,800 1,300,400 146,680 134,730 84,605 29,962 1,583 3 27 7 4 - 3,260,800

Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel

PECAHAN UANG LOGAM Grand Total

Rp juta, kecuali disebutkan lain

TriwulanPECAHAN UANG KERTAS

Untuk mengetahui efektivitas pelayanan dalam rangka menarik UTLE dari masyarakat, digunakan rasio

UTLE dibandingkan dengan total inflow digunakan. Di KPw BI Kalsel, rata-rata rasio UTLE yang masuk

adalah 56,6%. Rasio paling tinggi terjadi di bulan Desember 2015, yaitu 62,6%, sedangkan yang

terendah terjadi di Agustus 2015, yang sebesar 25,6%.

Grafik 3.21. Rasio UTLE/Total Inflow

25.0 30.5

38.5 33.1 31.9

36.5

25.7 25.6

42.9 41.7 43.0

62.6

-

10

20

30

40

50

60

70

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

2015

Rasio (%)

Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan, dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel

3.2.3. Lembar Temuan Uang Palsu

Page 80: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 60

Selama Triwulan-IV 2015 tercatat sebanyak 414 lembar uang palsu yang ditemukan di Kalimantan Selatan.

Jumlah temuan uang palsu tersebut meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar

225 lembar. Dilihat dari sumbernya, uang palsu tersebut ditemukan dari penukaran uang di loket Bank

Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat

atau ditemukan oleh pihak kepolisian.

Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Selatan terus berupaya untuk meningkatkan awareness dari masyarakat melalui berbagai

macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah

di Kalimantan Selatan.

Tabel 3.7. Data Triwulanan Temuan Uang Palsu 2015

Pecahan Kertas Pecahan Koin

Lembar Keping

I 149 -

II 257

III 225 -

IV 414

TOTAL 1,045

Sumber: Unit Distribusi Uang, Layanan,

dan Administrasi Kas, KPw BI Kalsel

Triwulan

Page 81: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 61

BOKS 3

Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah skema kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang

khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha

produktif dan layak (feasible), namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan

yang ditetapkan oleh Perbankan (belum bankable). Pentingnya UMKMK untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat dimanifestasikan oleh Pemerintah dalam Program KUR. Program ini

merupakan program pemberian kredit/pembiayaan dengan nilai dibawah Rp 500.000.000 dengan

pola penjaminan oleh Pemerintah dengan besarnya coverage penjaminan maksimal 80% dari

plafon kredit untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, dan industri kecil, dan

70% dari plafon kredit untuk sektor lainnya. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan akses

pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala besar dan kurang

menjangkau pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti usaha rumah tangga dan jenis usaha

mikro lain yang bersifat informal, mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan

UMKM. Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut:

1. Mempercepat pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,

Menengah, danKoperasi (UMKMK)

2. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkanUMKM & Koperasi kepada

Lembaga Keuangan

3. Sebagai upaya penanggulangan / pengentasan kemiskinandan perluasan kesempatan kerja

Terdapat 3 (tiga) jenis KUR, yaitu:

1. KUR Mikro: KUR yang diberikan dengan plafon sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta

rupiah).

2. KUR Ritel: KUR yang diberikan dengan plafon diatas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. KUR TKI: KUR yang diberikan untuk membiayai keberangkatan calon TKI ke negara

penempatan dengan plafond s.d Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pelaksanaan Program KUR

Sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi KUR dengan skema baru oleh 5 Bank Pelaksana telah

mencapai Rp22,8 triliun atau 75,9% dari target penyaluran (Rp30 triliun) secara nasional. Jika

dikelompokkan berdasarkan jenisnya, penyaluran KUR Mikro, Retail, dan TKI masing-masing

mencapai Rp14,1 triliun (70,5% dari target), Rp8,7 triliun (96,2% dari target), dan Rp4,7 miliar

(0,5% dari target). Untuk jumlah debitur KUR mencapai 1.003.553 debitur, dengan penyaluran

yang masih terkonsentrasi di wilayah Jawa, terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Page 82: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 62

Tabel B3.1. Pencapaian KUR 2015 Nasional

Target 2015 s.d. 31 Desember 2015

Mikro 17,000 13,404.5 78.9%

Retail 4,000 2,799.4 70.0%

TKI 400 0.6 0.1%

Total 21,400 16,204.5 75.7%

Mikro 1,000 675.5 67.5%

Retail 2,000 2,830.3 141.5%

TKI 200 0.6 0.3%

Total 3,200 3,506.4 109.6%

Mikro 1,000 15.8 1.6%

Retail 2,000 3,026.9 151.3%

TKI 200 1.6 0.8%

Total 3,200 3,044.3 95.1%

Mikro 1,000 - 0.0%

Retail 1,000 - 0.0%

TKI 200 - 0.0%

Total 2,200 - 0.0%

Mikro - 0.0%

Sinarmas Retail - 0.0%

TKI N/A 1.9 N/A

Total N/A 1.9 N/A

Mikro 20,000 14,095.8 70.5%

Retail 9,000 8,656.5 96.2%

TKI 1,000 4.7 0.5%

Total 30,000 22,757.1 75.9%

BNI

BPD

Total

BRI

Bank Mandiri

Bank Jenis KURPenyaluran KUR (dlm Rp miliar) Pencapaian

s.d. 31 Desember 2015

Sampai saat ini, KUR menjadi salah satu program yang ditekankan oleh Pemerintah. Program KUR

menjadi salah satu fokus dalam Paket Kebijakan Jilid IV Pemerintah, yang juga menyasar

peningkatan ketenagakerjaan. Momentum ini sangat baik dalam rangka mendukung

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini masih melemah.

Target 2016 dan Upaya Pemerintah

Target penyaluran KUR di tahun 2016 mencapai Rp100-Rp120triliun. Pemerintah mengalokasikan

anggaran subsidi bunga sebesar Rp10,6 triliun dalam APBN 2016. Pemerintah mengupayakan

sejumlah langkah dalam rangka mendukung pencapaian target KUR di tahun 2016 tersebut,

antara lain:

Perubahan regulasi KUR,

Dukungan Kementerian/Lembaga berupa penyediaan anggaran bagi kegiatan penyiapan

calon debitur KUR, penyusunan basis data calon debitur KUR, pembentukan tim

monitoring dan evaluasi KUR,

Dukungan Pemda berupa penyediaan anggaran kegiatan penunjang penyaluran KUR,

Penambahan jumlah bank penyalur KUR, serta mendorong keikutsertaan lembaga

keuangan non bank (LKNB), BPR, dan Koperasi sebagai lembaga linkage penyalur KUR,

Menghentikan dan mengintegrasikan skema kredit program yang telah berakhir,

Mengembangkan lebih lanjut kemampuan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) sebagai

basis data calon debitur KUR.

Page 83: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 63

BOKS 4

Kewajiban Penggunaan Rupiah

di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, sebagai negara yang

merdeka dan berdaulat, Indonesia memiliki Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan negara

yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Rupiah merupakan alat

pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI

guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, penggunaan

Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI juga diperlukan untuk mendukung tercapainya

kestabilan nilai tukar Rupiah. Tujuan ini sejalan dengan tujuan utama Bank Indonesia sebagai Bank

Sentral, yaitu menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank

Indonesia (PBI) 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah

diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia

sebagai otoritas moneter dan sistem pemba yaran berwenang mengatur kewajiban penggunaan

Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bank Indonesia

menerbitkan peraturan ini didasari oleh kewenangannya sebagai otoritas di bidang moneter dan

sistem pembayaran yang telah diatur dalam Undang-undang Bank Indonesia.

Dalam pengaturannya, PBI ini mengacu pada UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang yang

kemudian diperinci sesuai kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Berikut sebagian

ringkasan dari peraturan ini.

1. Transaksi yang diperbolehkan menggunakan valuta asing adalah sebagai berikut:

a. Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;

b. Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri

c. Transaksi perdagangan internasional

d. Simpanan di bank dalam bentuk valuta asing

e. Transaksi pembiayaan internasional,

f. Kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank berdasarkan Undang-Undang

yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah;

l. transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam valuta asing di pasar

perdana dan pasar sekunder berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai surat

utang negara dan surat berharga syariah negara; dan

m. transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang.

Page 84: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 64

2. Pelaku usaha juga wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah dan

dilarang mencantumkan harga barang dan/atau jasa secara dual quotation.

Gambar B4.1. Pencantuman Harga

3. Sanksi

a. Terhadap pelanggaran atas: (1) kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai; (2)

larangan menolak Rupiah, berlaku ketentuan berlaku ketentuan pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

b. Pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah sebaga imana dimaksud dalam Peraturan

Bank Indonesia ini untuk transaksi nontunai dikenakan sanksi administratif berupa teguran

tertulis; (2) kewajiban membayar; dan/atau; (3) larangan untuk ikut dalam lalu lintas

pembayaran; (4) Sanksi kewajiban membayar ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari

nilai transaksi, dengan jumlah kewajiban membayar paling banyak sebe sar

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

c. Pelanggaran atas kewajiban pencantuman harga barang dan jasa dalam Rupiah dan

kewajiban penyampaian laporan, keterangan, dan/atau data sebagaimana dimaksud PBI ini

dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

d. Selain mengenakan sanksi administratif, Bank Indonesia dapat merekomendasikan kepada

otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kewenangannya.

4. Dalam rangka melakukan pengawasan kepatuhan terhadap kewajiban penggunaan Rupiah di

Wilayah NKRI, Bank Indonesia melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Bank Indonesia dapat meminta laporan, keterangan, dan atau data kepada pihak yang

terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah.

b. Permintaan tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa melibatkan instansi terkait.

c. Bilamana terdapat pihak yang diminta oleh Bank Indonesia untuk menyampaikan laporan,

keterangan dan data tertentu maka pihak tersebut wajib memenuhi permintaan Bank

Indonesia.

d. Melakukan pengawasan langsung terhadap setiap pihak.

e. Menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian dalam rangka pengawasan terhadap

Page 85: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 65

kepatuhan setiap pihak.

Dalam rangka melaksanakan peraturan tersebut, pada 19 Agustus 2015 Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan melakukan Sosialisasi Kewajiban Penggunaan Rupiah. Dalam

sosialisasi tersebut, sebanyak 60 peserta yang berasal dari berbagai perusahaan di Banjarmasin

mengikuti kegiatan tersebut, antara lain hotel dan restoran, retailer modern, perusahaan ekspor-

impor, perusahaan persewaan peralatan berat, perusahaan industri pengolahan dan usaha jasa

keuangan. Melalui sosialisasi tersebut diharapkan para pelaku usaha dapat senantiasa

menggunakan rupiah dalam setiap transaksinya.

Page 86: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 66

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 87: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 67

BAB IV

KEUANGAN DAERAH

Page 88: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 68

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 89: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 69

4. KEUANGAN DAERAH

Kinerja serapan belanja daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 membaik

dibandingkan dengan 2014. Serapan belanja daerah tercatat sebesar 90,9%, lebih baik dari tahun

sebelumnya (89,2%). Dukungan belanja fiskal yang lebih baik ini sangat dibutuhkan guna menjaga

momentum dan mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, perlambatan ekonomi

pada tahun 2015 berdampak pada realisasi pendapatan daerah yang tidak mencapai target yaitu

sebesar 97,3%, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (100,5%).

Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan

Rp miliar kecuali disebutkan lain

APBD-P

2014 2015 2014 2015 2014 2015

Pendapatan Daerah 4,814.59 4,891.42 4,838.95 4,757.21 100.5% 97.3%

Pendapatan Asli Daerah 2,920.89 2,934.17 2,944.49 2,695.15 100.8% 91.9%

Dana Perimbangan 1,531.32 1,474.66 1,523.71 1,576.11 99.5% 106.9%

Lain-Lain Pendapatan yang Sah 362.39 482.59 370.75 485.95 102.3% 100.7%

Belanja Daerah 5,511.00 5,627.39 4,917.83 5,113.13 89.2% 90.9%

Belanja Operasi 4,103.12 4,299.16 3,648.44 3,889.35 88.9% 90.5%

Belanja Modal 1,399.20 1,318.24 1,266.88 1,221.80 90.5% 92.7%

Belanja Tidak Terduga 8.68 10.00 2.50 1.98 28.8% 19.8%

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan

Uraian Pos APBDRealisasi S/d Triwulan IV % Realisasi

4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH

Realisasi pendapatan daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada 2015 lebih rendah dari tahun

sebelumya, bahkan tidak mencapai target yang dianggarkan. Realisasi serapan pendapatan daerah

tercatat sebesar 97,3%, lebih rendah dari tahun sebelumnya (100,5%). Rendahnya realisasi pendapatan

daerah tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada berkurangnya

sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini jelas terlihat pada komponen pendapatan asli daerah (PAD)

yang realisasi serapannya menurun menjadi 91,9%, lebih rendah dari tahun sebelumnya (100,8%). Di

sisi lain, realisasi serapan pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan

tercatat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 106,9% dari angka tahun lalu

(99,5%).

4

Page 90: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 70

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan

Rp miliar kecuali disebutkan lain

2014 2015 2014 2015 2014 2015

Pendapatan Asli Daerah 2,920.89 2,934.17 2,944.49 2,695.15 100.8% 91.9%

Hasil Pajak Daerah 2,555.49 2,361.88 2,395.9 2,041.01 93.8% 86.4%

Hasil Retribusi Daerah 18.33 31.45 20.0 29.20 109.1% 92.8%

Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 45.75 52.62 46.9 50.48 102.5% 95.9%

lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 301.32 488.22 481.7 574.46 159.8% 117.7%

Dana Perimbangan 1,531.32 1,474.66 1,523.71 1,576.11 99.5% 106.9%

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 775.40 839.53 767.8 940.98 99.0% 112.1%

Dana Alokasi Umum 701.73 571.24 701.7 571.245 100.0% 100.0%

Dana Alokasi Khusus 54.19 63.89 54.2 63.9 100.0% 100.0%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 362.39 482.59 370.75 485.95 102.3% 100.7%

Total Pendapatan Daerah 4,814.59 4,891.42 4,838.95 4,757.21 100.5% 97.3%

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan

Uraian Pos APBDRealisasi S/d Triwulan IV % RealisasiAPBD-P

Menurunnya PAD berdampak pada menurunnya tingkat kemandirian fiskal Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan. Tahun 2015, rasio kemandirian fiskal daerah tercatat sebesar 52,18% pada Tahun

Anggaran 2015, lebih rendah dari tahun tahun sebelumnya (75,78%).

Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah 2015

78.11 76.29 75.78

52.18

0

20

40

60

80

100

2012 2013 2014 2015

%

Sumber: Bagian Akuntansi Provinsi Kalimantan Selatan

Menurunnya tingkat kemandirian fiskal tersebut diimbangi oleh meningkatnya dana pusat yang

ditransfer ke Kalimantan Selatan. Pada tahun 2015, Pagu Dana Transfer yang ditransfer ke Provinsi dan

Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan adalah sebesar Rp23,6triliun atau meningkat 88,3%

dibandingkan 2014 (Rp12,53triliun). Total realisasi 2015 tercatat sebesar Rp20,5 triliun atau terserap

87,0%. Realisasi terbesar terdapat pada Dana Alokasi Umum, yang tercatat sebesar Rp6,89triliun

dengan serapan sebesar 100%. Adapun Dana Desa, sebagai komponen baru Dana Transfer, telah

terserap sebesar Rp0,5triliun atau 100% dari pagunya.

Page 91: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 71

Tabel 4.3. Transfer Pusat ke Daerah se-Kalimantan Selatan

Pagu Realisasi Tw.IV Serapan (%)

Dana Bagi Hasil 3864.1 3172.4 3702.1 6260.5 4728.6 75.5

- Dana Bagi Hasil Pajak 687.0 691.1 708.5 624.7 690.3 110.5

- Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 3177.1 2481.2 2993.6 5635.8 4038.4 71.7

Dana Alokasi Umum 5867.8 6554.4 7001.0 6892.6 6892.6 100.0

Dana Alokasi Khusus 447.8 499.7 516.9 1440.8 1440.8 100.0

Dana Penyesuaian 1016.1 1184.1 1309.4 2231.2 2232.3 100.0

- Dana Desa 0.0 0.0 0.0 501.1 501.1 100.0

Total Transfer 11,195.7 11,410.6 12,529.4 23,586.8 20,524.1 87.0

Sumber: Sistem Informasi Transfer ke Daerah Dan Dana Desa, DJPK Kemenkeu

Rp miliar kecuali disebutkan lain

Jenis Transfer 2012 2013 20142015

Meskipun Dana Transfer meningkat, rata-rata realisasi Pendapatan Daerah secara spasial pada

kabupaten/kota juga di bawah target, yaitu 95%. Persentase realisasi Pendapatan tertinggi adalah Kab.

Barito Kuala, yaitu sebesar 100,42% dengan nominal Rp1,1triliun. Di sisi lain, persentase Realisasi

Pendapatan Kab. Tanah Bumbu merupakan yang terendah dibandingkan dengan Kab./Kota lainnya,

yaitu sebesar 86,48% dengan nominal Rp1,5triliun.Hal ini tidak lepas dari lemahnya kinerja sektor

pertambangan yang merupakan sektor unggulan kabupaten tersebut sehingga menurunkan sumber-

sumber PAD.

Tabel 4.4. Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan

Rp miliar kecuali disebutkan lain

No Kota/Kab Pagu 2015 Realisasi sd Tw IV 2015 % Realisasi

1 Kab. Banjar 1,553.78 1,493.72 96.13

2 Kab. Barito Kuala 1,142.50 1,147.30 100.42

3 Kab. Hulu Sungai Selatan 1,194.55 1,115.59 93.39

4 Kab. Hulu Sungai Tengah 1,179.56 1,096.87 92.99

5 Kab. Hulu Sungai Utara 1,119.31 1,120.67 100.12

6 Kab. Kotabaru 1,422.23 1,409.47 99.10

7 Kab. Tabalong 1,361.62 1,241.88 91.21

8 Kab. Tanah Laut 1,327.91 1,355.84 102.10

9 Kab. Tapin 1,188.66 1,140.99 95.99

10 Kota Banjarbaru 987.66 962.40 97.44

11 Kota Banjarmasin 1,622.24 1,406.75 86.72

12 Kab. Balangan 1,026.01 958.50 93.42

13 Kab. Tanah Bumbu 1,522.21 1,316.35 86.48

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan

Page 92: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 72

4.2. REALISASI BELANJA DAERAH

Pada sisi belanja daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada Triwulan IV-

2015 sedikit lebih baik dari tahun sebelumnya. Realisasi serapan belanja daerah tercatat sebesar

90,9%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (89,2%). Menguatnya serapan belanja daerah berperan

penting guna mendukung perekonomian agar tidak melambat lebih dalam. Menguatnya serapan

belanja daerah utamanya bersumber dari komponen belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan.

Realisasi serapan belanja pegawai tercatat sebesar 92,7% pada 2015, lebih tinggi dari tahun

sebelumnya (83,7%). Perbaikan serapan juga terjadi di Barang dan Jasa dan Belanja Modal. Belanja

Modal lebih tinggi 2,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Menguatnya belanja modal dan belanja

operasi adalah sinyal positif bagi realisasi belanja pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi

daerah.

Tabel 4.5. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan

Rp miliar kecuali disebutkan lain

APBD-P

2014 2015 2014 2015 2014 2015

Belanja Operasi 4,103.12 4,299.16 3,648.44 3,889.35 88.9% 90.5%

Belanja Pegawai 876.70 868.52 733.88 805.45 83.7% 92.7%

Belanja Barang dan Jasa 1,428.18 1,509.79 1,267.49 1,289.10 88.7% 85.4%

Belanja Bantuan Sosial 426.88 674.89 413.35 669.16 96.8% 99.2%

Belanja Bantuan Keuangan 1,371.35 1,245.96 1,233.72 1,125.64 90.0% 90.3%

Belanja Modal 1,399.20 1,318.24 1,266.88 1,221.80 90.5% 92.7%

Belanja Tidak Terduga 8.68 10.00 2.50 1.98 28.8% 19.8%

Total Belanja Daerah 5,511 5,627 4,918 5,113 89.2% 90.9%

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan

Uraian Pos APBDRealisasi S/d Triwulan IV % Realisasi

Rasio realisasi Belanja Modal terhadap realisasi total Belanja tercatat lebih tinggi. Pada 2015 rasio

belanja modal terhadap total belanja tercatat sebesar 23,43% lebih tinggi dari tahun sebelumnya

19,04%. Besarnya rasio belanja modal terhadap total belanja mencerminkan besarnya perhatian

pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Belanja modal pada umumnya dipergunakan

untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar

distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah.

Page 93: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 73

Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja

7.49 6.65

13.26

19.04

23.43

0

4

8

12

16

20

24

28

2011 2012 2013 2014 2015

%

Sumber: Bagian Akuntansi Provinsi Kalimantan Selatan

Secara spasial, rata-rata persentase realisasi belanja Triwulan IV-2015 di setiap kabupaten/kota sebesar

83,7%, berada di bawah persentase realisasi provinsi pada periode yang sama (90,9%). Realisasi tertinggi

dicatatkan oleh Kota Banjarbaru, sebesar 94,65% diikuti Kabupaten Barito Kuala (92,30%) dan

Kabupaten Tabalong (88,20%). Realisasi terendah adalah Kabupan Tanah Laut dengan persentase

60,23%.

Tabel 4.6. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota

Rp miliar kecuali disebutkan lain

No Kota/Kab Pagu 2015 Realisasi sd Tw IV 2015 % Realisasi

1 Kab. Banjar 2,043.76 1,764.17 86.32

2 Kab. Barito Kuala 1,385.06 1,278.41 92.30

3 Kab. Hulu Sungai Selatan 1,608.54 1,400.40 87.06

4 Kab. Hulu Sungai Tengah 1,340.29 1,164.58 86.89

5 Kab. Hulu Sungai Utara 1,433.14 1,234.79 86.16

6 Kab. Kotabaru 2,394.62 1,839.31 76.81

7 Kab. Tabalong 1,710.68 1,508.82 88.20

8 Kab. Tanah Laut 2,962.96 1,784.59 60.23

9 Kab. Tapin 1,906.19 1,391.52 73.00

10 Kota Banjarbaru 1,084.70 1,026.67 94.65

11 Kota Banjarmasin 2,105.42 1,758.87 83.54

12 Kab. Balangan 908.88 798.36 87.84

13 Kab. Tanah Bumbu 1,851.29 1,583.96 85.56

Sumber: Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran, DJPK Kemenkeu

4.3. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) 2016

Untuk Tahun Anggaran 2016, anggaran Pendapatan Provinsi Kalimantan Selatan daerah

meningkat 3% dibandingkan APBD-P 2015, sedangkan Anggaran Belanja Provinsi Kalimantan

Selatan dianggarkan -7% lebih rendah dibandingkan APBD-P 2015. Secara nominal, Anggaran

Pendapatan tercatat Rp5,0triliun, naik Rp142,6miliar (sekitar 3%) dibandingkan tahun anggaran 2015

Page 94: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 74

(Rp4,8triliun). Di sisi lain, Anggaran Belanja turun sebesar Rp418,3miliar (sekitar -7%) dibandingkan

APBD-P tahun 2014 menjadi Rp5.2triliun. Penurunan beanja ini disebakan potensi pendapatan yang

terbatas.

Tabel 4.7. APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan 2016

Rp miliar kecuali disebutkan lain

Nominal %

PENDAPATAN DAERAH 4,891.42 5,034.05 142.63 2.9%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 2,934.17 2,938.28 4.11 0.1%

Pajak Daerah 2,361.88 2,424.02 62.13 2.6%

Retribusi Daerah 31.45 24.29 -7.16 -22.8%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 52.62 50.34 -2.28 -4.3%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 488.22 439.65 -48.58 -9.9%

DANA PERIMBANGAN 1,474.66 1,639.22 164.56 11.2%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 839.53 859.70 20.17 2.4%

Dana Alokasi Umum 571.24 779.52 208.27 36.5%

Dana Alokasi Khusus 63.89 - 360.21 -100.0%

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 482.59 456.55 -26.04 -5.4%

Pendapatan Hibah 31.69 32.45 0.76 2.4%

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 450.90 424.10 -26.80 -5.9%

BELANJA DAERAH 5,627.39 5,209.05 -418.35 -7.4%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 2,617.36 2,482.53 -134.83 -5.2%

Belanja Pegawai 686.51 714.33 27.81 4.1%

Belanja Hibah 674.89 491.75 -183.14 -27.1%

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota

dan Pemerintah Desa 1,211.87 1,268.00 56.13 4.6%

Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 34.10 1.46 -32.63 -95.7%

Belanja Tidak Terduga 10.00 7.00 -3.00 -30.0%

BELANJA LANGSUNG 3,010.03 2,726.51 -283.52 -9.4%

Belanja Pegawai 182.01 105.24 -76.77 -42.2%

Belanja Barang dan Jasa 1,509.79 1,492.97 -16.81 -1.1%

Belanja Modal 1,318.24 1,128.30 -189.94 -14.4%

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan

UraianAPBD 2015 APBD 2016

Perubahan

Peningkatan Anggaran Pendapatan ditargetkan berasal dari naiknya anggaran Dana Perimbangan

sebesar Rp164,6miliar (11,2%), diikuti Pendapatan Asli Daerah yang meningkat tipis 0,1%.

Meningkatnya Dana Perimbangan sejalan dengan program Pemerintah Pusat dalam rangka

pembangunan daerah, termasuk pembangunan desa. Sementara itu, Dana Alokasi Khusus tidak

dianggarkan untuk tahun ini.

Page 95: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 75

Dari sisi Anggaran Belanja, penurunan terutama terjadi pada alokasi belanja modal yang dikurangi

Rp189,9miliar (-14,4%). Selain itu, alokasi Belanja Hibah juga diturunkan Rp183,14miliar (-27,1%). Di

sisi lain, terdapat peningkatan pada akun Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Desa dengan kenaikan terbesar Rp56,13miliar (4,6%). Peningkatan juga terjadi pada

Belanja Pegawai sebesar Rp27,8miliar dengan persentase kenaikan 4,1%.

Dalam tiga tahun terakhir, Penurunan Anggaran Belanja baru terjadi pada APBD Tahun Anggaran 2016.

Penurunan belanja ini diperkirakan terkait dengan kinerja ekonomi Kalimantan Selatan saat ini yang

sedang dalam kondisi perlambatan.

Tabel 4.8. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota

Rp miliar kecuali disebutkan lain

% Pertumbuhan

APBD-P 2014 APBD-P 2015 APBD 2016 2014 2015 2016

Pendapatan Daerah 4,814.59 4,891.42 5,034.05 9.13 1.60 2.92

Pendapatan Asli Daerah 2,920.89 2,934.17 2,938.28 8.69 0.45 0.14

Dana Perimbangan 1,531.32 1,474.66 1,639.22 11.52 -3.70 11.16

Lain-lain Pendapatan yang Sah 362.39 482.59 456.55 3.21 33.17 -5.40

Belanja Daerah 5,511.00 5,627.45 5,209.05 2.40 2.11 -7.44

Belanja Operasi 4,103.12 3,078.35 4,073.75 7.16 -24.98 32.34

Belanja Modal 1,399.20 1,318.24 1,128.30 -9.02 -5.79 -14.41

Belanja Tidak Terduga 8.68 10.00 7.00 -42.13 15.21 -30.00

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Wilayah Kalimantan Selatan

Uraian Pos APBDAPBD

Page 96: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 76

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 97: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 77

BAB V

KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Page 98: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 78

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 99: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 79

5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikasi melemah. Berdasarkan hasil liaison dan

Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia terdapat indikasi

penurunan jumlah tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya. Selaras

dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan masih melemah

sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama

juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan

laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

5.1. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 masih belum pulih

meskipun pertumbuhan ekonomi mulai membaik. Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada sejumlah perusahaan di wilayah Kalimantan Selatan

di sepanjang Triwulan IV-2015 mengindikasikan turunnya pada jumlah tenaga kerja. Sejumlah

perusahaan contact liaison menginformasikan bahwa terdapat sebagian karyawan tidak tetap yang

telah melewati masa kontrak dan karyawan yang telah melalui masa kerja (pensiun) pada Triwulan IV-

2015, khususnya sektor pertanian dan sektor pertambangan. Indikasi turunnya jumlah tenaga kerja

tersebut juga tertangkap dalam Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen

yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil SKDU memperlihatkan adanya indikasi

penurunan realisasi penggunaan tenaga kerja pada Triwulan IV-2015 yang tercermin dalam angka

Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja yang tercatat sebesar -4,49% yang berarti

bahwa terdapat pengurangan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan

dengan kondisi perekonomian terkini dan hasil liaison, penurunan tenaga kerja pada Triwulan IV-2015

terjadi pada sektor pertambangan dan sektor pertanian yang mengalami perlambatan pada triwulan ini.

Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja

Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

2.66 -4.49

3.14 1.39

-2.12 -2.54

1.92 0.00

-10

-5

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

% SBT

Sumber: Bank Indonesia (Survei Kegiatan Dunia Usaha/SKDU)

Total

PHR

Pertanian

Tambang

Tw III Tw IV

87.5

86.378.1

94.7

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Indeks

Sumber: Bank Indonesia (Survei Konsumen)

Indeks Ketersediaan Lap. Kerja saat ini

Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 6 bln yg akan datang

5

Page 100: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 80

Selanjutnya, hasil survei konsumen menunjukkan berkurangnya optimisme ketersediaan lapangan

kerja sepanjang Triwulan IV-2015. Dalam Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Triwulan IV-2015

tercatat sebesar 86,3, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

87,5. Angka indeks yang berada di bawah 100 menunjukkan pesimisme konsumen dalam melihat

ketersediaan lapangan kerja saat ini. Perbaikan ekspektasi konsumen tersebut diperkirakan akan

berlangsung sebagaimana terlihat pada adanya sedikit peningkatan ekspektasi ketersediaan lapangan

kerja dalam enam bulan ke depan mengacu kepada indeks ekspektasi lapangan kerja yang meningkat

dari 78,1 pada Triwulan III-2015 menjadii 94,7 pada triwulan laporan.

5.2. KESEJAHTERAAN

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang masih belum menujukkan peningkatan, perbaikan tingkat

kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga masih tertahan yang terkonfirmasi dalam sejumlah

indikator.

5.2.1 DAYA BELI MASYARAKAT

Daya beli masyarakat terindikasikan sedikit meningkat pada Triwulan-IV 2015. Hasil Survei Konsumen

Kota Banjarmasin di Triwulan-IV 2015 menunjukkan angka indeks penghasilan konsumen (IPK) sebesar

111,4, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 110,4. Selanjutnya, meskipun

ketersediaan lapangan kerja diekspektasikan menguat dalam 6 bulan yang akan datang, namun indeks

ekspektasi penghasilan konsumen 6 bulan yang akan datang justru mengalami penurunan, yaitu

sebesar 117,2 dari triwulan sebelumnya yang sebesar 148,8. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat

lebih berekspektasi untuk tetap bekerja walaupun penghasilan yang mereka peroleh leih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, pengaruh nuansa perlambatan ekonomi pada Triwulan-

IV 2014 masih memengaruhi ekspektasi konsumen pada triwulan laporan.

Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Konsumen

Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan

110.4 111.4

147.1

117.2

50

70

90

110

130

150

170

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Indeks

Sumber: Bank Indonesia (Survei Konsumen)

Indeks Penghasilan Konsumen saat ini

Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bln yg akan datang

99.7799.32

115.47 116.62

115.20

115.83

85

90

95

100

105

110

115

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Indeks

Sumber: BPS, Nilati Tukar Petani September 2015, diolah

Nilai tukar Petani

Indeks hargadibayar (Ib)

Indeks harga diterima (It)

Page 101: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 81

5.2.2 Nilai Tukar Petani

Pada Triwulan IV-2015, nilai tukar petani (NTP) Kalimantan Selatan yang mencerminkan

tingkat kesejahteraan petani tercatat sebesar 99,32 sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 99,77. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks

harga yang dibayar petani (Ib) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang diterima

petani (lt). Terbatasnya peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) diakibatkan oleh turunnya

harga komoditas internasional, seperti kelapa sawit dan karet.

Tabel 5.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012)

I II III IV I II III IV qtq yoy

98.97 98.76 97.89 98.97 104.74 102.78 101.59 108.14 6.45% 9.27%

100.94 98.86 101.87 99.51 99.75 100.34 102.47 108.98 6.35% 9.52%

97.80 93.87 89.80 88.56 88.31 86.78 85.12 83.21 -2.25% -6.04%

108.97 109.27 110.07 107.32 108.41 109.47 110.37 108.93 -1.30% 1.50%

108.58 108.09 109.30 108.16 110.27 109.98 111.27 110.71 -0.50% 2.36%

101.21 99.89 99.17 97.63 101.06 100.60 99.77 99.32 -0.45% 1.73%

107.92 108.54 109.07 110.95 114.67 115.86 115.20 115.83 0.54% 4.40%

106.63 108.66 109.98 113.64 113.47 115.17 115.47 116.62 0.99% 2.62%

a. 107.67 110.11 111.70 115.51 115.54 117.35 117.57 118.71 0.97% 2.77%

b. 104.18 105.21 105.83 108.99 108.30 109.65 110.14 110.19 0.04% 1.10%

Sumber: BPS Kalsel (diolah)

Perubahan (%)

Sektor, Kelompok dan Subkelompok

2014 2015

Tanaman Pangan

Nilai Tukar Petani

Hortikultura

Nilai Tukar Petani

Peternakan

Tanaman Perkebunan Rakyat

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani

Perikanan

Nilai Tukar Petani

Indeks harga yang dibayar petani (lb)

Indeks Konsumsi Rumah Tangga

Indeks BPPBM

Gabungan

Nilai Tukar Petani

Indeks harga yang diterima petani (lt)

Berdasarkan subsektor, NTP Perkebunan memiliki NTP yang terendah yaitu sebesar 83,21 menurun dari

angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 85,12 poin. Rendahnya angka NTP subsektor

perkebunan ini tidak lepas dari rendahnya harga komoditas perkebunan internasional saat ini seperti

Sawit dan Karet. Sementara NTP tertinggi berada pada subsektor perikanan dan peternakan yang

masing-masing tercatat sebesar 110,71 dan 108,93. Meskipun melemah, harga komoditas ternak dan

ikan masih relatif tinggi pada Triwulan IV-2015, sehingga indeks harga yang diterima petani dalam

subsektor tersebut lebih tinggi dari harga yang dibayar.

Page 102: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 82

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 103: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 83

BAB VI

PROSPEK EKONOMI

Page 104: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 84

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 105: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab VI. Prospek Ekonomi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 85

6. PROSPEK EKONOMI

Pada triwulan I-2016 perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan tumbuh meningkat sejalan

dengan membaiknya sektor pertanian dan pertambangan. Peningkatan sektor pertanian didorong

oleh meningkatnya produksi tabama dan komoditas perkebunan sedangkan peningkatan sektor

pertambangan didorong oleh potensi meningkatnya permintaan khususnya dari Tiongkok sehubungan

perayaan Imlek. Sementara itu dari sisi permintaan, peningkatnya pertumbuhan ekonomi didorong oleh

meningkatnya ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor batubara serta meningkatnya konsumsi RT

sejalan dengan perbaikan pada sektor pertanian dan pertambangan.

Secara keseluruhan di tahun 2016, perekonomian Kalimantan Selatan berpotensi tumbuh

meningkat, didorong oleh perbaikan kinerja di semua sektor utama yakni sektor pertanian,

pertambangan, dan industri pengolahan. Perbaikan kinerja sektoral khususnya sektor pertambangan

dan industri pengolahan akan mendorong peningkatan ekspor. Sejalan dengan kondisi sektoral yang

membaik, investasi swasta akan meningkat. Investasi pemerintah juga akan kembali mendorong

pertumbuhan ekonomi seiring dengan berlanjutnya pembangunan sejumlah infrastruktur sehingga

investasi secara keseluruhan akan meningkat. Perbaikan kondisi sektoral yang tercermin pada kondisi

korporasi akan berdampak pada kondisi RT sehingga konsumsi RT diprakirakan juga akan tumbuh

meningkat.

Dari sisi perkembangan harga, dengan memperhatikan laju inflasi pada triwulan laporan, tingkat inflasi

Kalimantan Selatan pada akhir triwulan I-2016 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat

temporer pada kisaran 5,30% - 5,50% (yoy) yang disebabkan oleh tekanan harga sejumlah komoditas

pangan di awal tahun seiring dengan berlangsungnya musim tanam padi serta cuaca yang kurang

kondusif di tengah-tengah musim penghujan. Pada akhir tahun, inflasi berangsur menurun ke sasaran

target inflasi 4+1%.

6

Page 106: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab VI. Prospek Ekonomi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 86

6.1. PERKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI

Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 didorong oleh

meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian dan sektor pertambangan. Peningkatan

pertumbuhan sektor pertanian telah diindikasikan oleh peningkatan luas tanam pada triwulan akhir

2015 selain didukung oleh meningkatnya produksi komoditas perkebunan khususnya kelapa sawit.

Sementara itu kontraksi pada pertumbuhan sektor pertambangan juga akan membaik berkenaan

dengan adanya perayaan Imlek18

yang akan mendorong permintaan batubara selain didukung oleh

potensi peningkatan permintaan batubara dari India sejalan dengan kondisi manufaktur yang membaik

di negara tersebut.

Permintaan Ekspor

Mengacu kepada Concencus Forecast, secara umum permintaan eksternal bagi Kalimantan Selatan

pada triwulan I-2016 akan meningkat khususnya dari India di mana pertumbuhan ekonomi negara

tersebut diprakirakan meningkat sejalan dengan perbaikan manufaktur dan konsumsi domestik yang

masih tumbuh positif. Sementara itu permintaan dari ASEAN diprakirakan relatif stabil demikian juga

dengan Jepang.

Permintaan ekspor Kalimantan Selatan pada 2016 secara keseluruhan diprakirakan menguat, didukung

oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi India, Jepang dan ASEAN (khususnya Thailand). Selain

permintaan terhadap energi (batubara), sejalan dengan perbaikan kondisi manufaktur, permintaan

terhadap barang konsumsi termasuk CPO dan karet juga berpotensi meningkat, ditopang oleh

pertumbuhan konsumsi domestik negara-negara tersebut yang menguat.

18

2016 halaman 1

Page 107: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab VI. Prospek Ekonomi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 87

Grafik 6.2. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Triwulan I-2016

Grafik 6.3. Prakiraan Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun 2016

Harga Komoditas

Mengacu kepada permintaan global ke depan, sejumlah harga komoditas pada triwulan I-2016 masih

tertahan khususnya batubara dan karet sementara itu harga CPO diprakirakan meningkat. Ke depan

permintaan minyak nabati dari India diprakirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya

permintaan domestik. Kuatnya permintaan domestik India ke depan akan menurunkan target

ekspornya akan minyak nabati. Sementara itu supplier dunia lainnya yakni Malaysia juga akan

berkontribusi pada penurunan suplai dunia seiring dengan potensi penurunan panen kelapa sawit pada

tahun 201619

.

Secara keseluruhan tahun, permintaan global yang masih lemah berdampak pada harga yang masih

turun di 2016 baik pada batubara, CPO maupun karet.

Grafik 6.4. Proyeksi Harga Komodtas

19Oilseeds: World Markets and Trade, United States Department of Agriculture, Edisis Februari 2016

Page 108: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab VI. Prospek Ekonomi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 88

Perbaikan sektor pertanian serta sektor pertambangan yang mendorong kinerka ekspor pada akhirnya

mendorong perbaikan pada konsumsi RT. Persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan

yang dicerminkan oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan penyusunnya yang bersumber dari Survei

Konsumen KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan selama tiga bulan terakhir menunjukkan peningkatan.

Dengan beberapa kondisi tersebut di atas, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016

diprakirakan akan berada pada kisaran 4,1%-4,3% (yoy). sedangkan selama tahun 2016 tumbuh pada

kisaran 3,9%-4,3% (yoy).

6.2. PRAKIRAAN INFLASI

Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2016 diperkirakan akan sedikit

meningkat yang bersifat temporer pada kisaran 5,30% - 5,50% (yoy) yang dipicu oleh tekanan

harga bahan pangan pada awal tahun seiring rendahnya pasokan yang dipengaruhi oleh kondisi

cuaca. Namun demikian, tekanan dari sisi volatile foods tersebut diperkirakan akan berangsur mereda

menjelang akhir triwulan seiring dengan membaiknya cuaca dan pasokan serta sedikit tertahan oleh

koreksi harga tarif angkutan udara yang kembali normal pada triwulan I-2016. Secara triwulanan, inflasi

pada triwulan I-2016 diprakirakan cukup rendah berada pada kisaran 0% 0,50% (qtq), jauh lebih

rendah dibanding realisasi pada triwulan IV-2015 yang tercatat sebesar 1,88% (qtq).

Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan 2016

Selanjutnya sejumlah risiko inflasi yang diperkirakan akan mempengaruhi dinamika inflasi pada triwulan

I-2016 adalah sebagai berikut:

1. Risiko inflasi terbesar diperkirakan berasal dari komponen volatile foods yang diperkirakan akan

sedikit meningkat pada awal triwulan seiring dengan tingginya curah hujan di tengah-tengah

musim penghujan namun akan kembali mereda dipenghujung triwulan depan. Harga ikan segar

khususnya ikan gabus juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan sulitnya penangkapan

Page 109: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

Bab VI. Prospek Ekonomi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 89

pada saat musim penghujan sehingga produksi menurun. Harga beras diperkirakan juga akan

merangkak naik seiring berkurangnya pasokan pada saat musim tanam. Harga komoditas bahan

makanan lainnya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, produk hortikultura seperti aneka cabe

dan bawang merah diperkirakan akan kembali meningkat terutama dipengaruhi oleh faktor cuaca.

2. Dari sisi inflasi inti, risiko berasal dari kenaikan permintaan masyarakat untuk perayaan hari imlek,

namun diperkirakan tidak terlalu besar sehingga pergerakan inflasi inti diperkirakan cukup moderat.

3. Risiko dari sisi administered prices diperkirakan relatif mereda menyusul koreksi tarif angkutan

udara yang kembali normal, namun masih terdapat potensi kenaikan seiring dengan libur long

weekend pada akhir bulan Maret 2016. Potensi risiko lainnya berasal dari kenaikan tarif listrik

khususnya pelanggan 900kVA ke atas yang telah ditetapkan pada bulan Desember 2016.

Dengan mempertimbangkan sejumlah faktor risiko tersebut, diperkirakan inflasi Kalimantan Selatan

pada akhir tahun 2016 akan mengalami perbaikan dari tahun 2015 dan berada pada kisaran 4,0+1%.

Selaras dengan target inflasi nasional tahun 2016 yang berada pada level 4,0%+1%.

Tabel Prospek

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)

2012 2013 2014

2015 2015 2016 2016-F

III III III IV I-F

Pertumbuhan PDRB, % yoy 6,0 5,3 4,9 3,92 3,92 3,92 4.01 3,84 4,1-4,3 3,9-4,3

Inflasi (%, yoy)

2012 2013 2014

2015 2016

2016-F

I II III IV I*

Perubahan IHK, % yoy 5,96 6,98 7,28 7,00 6,83 4,81 7,28 5,3 5,5 3,0 5,0

Sumber : BPS Provinsi Kalsel

*) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan

Page 110: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 90

DAFTAR ISTILAH

Administered price Komoditas inflasi yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah

daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan

pemberian otonomi daerah.

Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu

bank.

Faktor Fundamental Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi

oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output

gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Nonfundamental Faktor nonfundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan

pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh

pemerintah (administered price)

Imported inflation Inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri

(eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan

skala 1 100.

Indeks Harga Konsumen

(IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang,

dengan skala 1 100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui

peningkatan modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Loan to Deposit Ratio

(LDR)

Rasio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang

disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu

tertentu.

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data suatu bulan dengan bulan

sebelumnya.

Non Performing Loan

(NPL)

Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total

keseluruhan kreditnya

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang

mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Page 111: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 91

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian

sebuah negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data suatu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban

onden yang memberikan jawaban

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang

bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Komoditas inflasi yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena

faktor-faktor tertentu.

West Texas Intermediate Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak

dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data suatu periode dengan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Page 112: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 92

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab

Harymurthy Gunawan

Koordinator penyusun

Mohd Irwan

Tim penulis

Muhamad Shiroth, Arief Noor Rachman, R. Hutama Jaya Wardhana, Anita Pratiwi, dan Rubiyanto

Kontributor

Tim Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah

Unit Pelaksanaan Pengembangan UMKM

Tim Sistem Pembayaran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan

Tim Asesmen dan Advisory

Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin

No. Telp. +62 (511) 4368182 psw. 8236 No. Fax.+62 (511) 3354678

Email : [email protected], [email protected]

Page 113: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 93

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 114: Halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi

KEKR Tw.IV 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 94

Halaman ini sengaja dikosongkan