halaman ini sengaja dikosongkan - bi.go.id · didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring...

99

Upload: haminh

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Halaman ini sengaja dikosongkan

i

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Kalimantan Selatan

Triwulan III-2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Selatan

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kata Pengantar

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Selatan

periode triwulan III-2015 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan ini mengulas perkembangan terakhir

berbagai variabel ekonomi makro di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi,

sistem keuangan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan, kesejahteraan, serta

prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan dan setahun mendatang. Kami

mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi

pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, media, dan pihak-pihak

lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi

Kalimantan Selatan.

Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian

Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 mencatat pertumbuhan sebesar 3,86% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan lalu (3,14% yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi

didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya ekspor batubara. Selain

itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi,

serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-

jasa. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya

pertumbuhan ekonomi daerah.

Selanjutnya, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat 7,03% (yoy),

sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (6,07%, yoy), utamanya dipengaruhi

meningkatnya permintaan saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan.

Dari sisi kinerja perbankan, kredit perbankan pada triwulan III-2015 tumbuh 4,67% (yoy),

melambat dari triwulan sebelumnya (8,37% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja

sektor utama Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun

nontunai tumbuh melambat.

BAB I Pada triwulan IV-2015 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan

meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja

sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan ekspor batubara dari negara mitra utama dan

prospek harga batubara yang berpotensi naik. Sementara itu, inflasi Kalimantan Selatan pada akhir

triwulan IV-2015 diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan mengarah kisaran 4,7% -

4,9% yoy yang dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat hasil

paket kebijakan ekonomi jilid III serta terjaganya pasokan hingga di penghujung tahun.

Kesimpulan di atas merupakan hasil asesmen kami terhadap berbagai data dan

informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan bank, dan survei yang dilakukan oleh

Kata Pengantar

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ii

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, juga berasal dari berbagai

instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS

Kalimantan Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, Kantor Wilayah

Dirjen Perbendaharaan Negara, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi.

Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.

Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang

membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan

yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini.

Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak

yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga

hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita

dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.

Banjarmasin, 18 November 2015

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HARYMURTHY GUNAWAN

Direktur

Daftar Isi

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... v

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................................... vii

KETERANGAN DAN SUMBER DATA .................................................................................. ix

TABEL INDIKATOR TERPILIH ............................................................................................... xi

RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................... 1

BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ........................................... 7

1. Sisi Permintaan ......................................................................................... 7

1.1. Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ............. 8

1.2. Konsumsi Pemerintah ................................................................... ...... 9

1.3. Investasi .............................................................................................. 9

1.4. Perkembangan Ekspor ........................................................................ 12

1.5. Perkembangan Impor ............................................................. ............ 15

2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah 17

2.1. Sektor Pertanian ................................................................................ 18

2.2. Sektor Pertambangan ...................................................................... ... 19

2.3. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ . 21

2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ............. 21

BOKS1. Potensi Pengembangan Pariwisata Kalimantan Selatan .................................. 23

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ....................................... 31

........................... 31

2. Inflasi Triwulanan ...................................................... 33

3. Inflasi Tahunan ......................................................................................... 37

BAB 3. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ....... .............. 43

1. Stabilitas Sistem Keuangan ...................................................................... 43

1.1. Intermediasi Perbankan .................................................................... 44

1.2. Ketahanan Sektor Korporasi ............................................................. 46 37

1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga ...................................................... 47

1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ............................ 48

1.5. Perbankan Syariah ............................................................................ 49

Daftar Isi

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iv

2. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... ................................... 50

2.1. Transaksi Pembayaran Non Tunai .................................................... 50

2.2. Transaksi Pembayaran Tunai ............................................................ 50

BOKS2. Mendorong Pertambahan Ekonomi Melalui Pelonggaran Kebijakan

LTV / FLV ..................................................................................................... 51

BAB 4. KEUANGAN DAERAH ................................................. 55

1. Realisasi Pendapatan Daerah ...................................................... 55

2. Realisasi Belanja Daerah .......... .................................................................. 56

BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ................................................... 61

....................................................................... 61

2. Kesejahteraan .......... ................................................................................. 64

2.1. Daya Beli Masyarakat ......................................................................... 64

2.2. Nilai Tukar Petani ............................................................................. 64

BOKS3 Formula Baru Upah Minimum Provinsi .......................................................... 66

BAB 6. PROSPEK EKONOMI .... ................................................................................. 71

1. Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro ............................................. 71

2. Prakiraan Inflasi ......................................................................................... 72

DAFTAR ISTILAH

TIM PENYUSUN

Daftar Tabel

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan .................................. 8

Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan .................................... 11

Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan ................................................................... 12

Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan .................................................................. 12

Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 Sektor) ................. 17

Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 Sektor) ................... 17

Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan III 2015 ............................................................. 34

Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IIII 2015 ......................................................... 34

Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahunan TerbesarTriwulan III 2015 ................................................ 39

Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial ................................. 45

Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial .............................. 45

Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel ...................................... 55

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel ......................................................... 56

Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel .................................................................. 57

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Provinsi

Kalimantan Selatan Periode Februari 2012 - Agustus 2015 ............................... 61

Tabel 5.2. Presentase Penduduk Kalsel Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja

Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2013 Februari

2015 (%) ......................................................................................................... 63

Tabel 5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalsel (Tahun Dasar 2012) .............................. 65

Tabel 6.1 Proyeksi Harga Komoditas .................................................................................. 72

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Daftar Grafik

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor ................. 7

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan VS Nasional ........................ 7

Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Penjual Eceran (IPE) Kota Banjarmasin ............................... 8

Grafik 1.4. Indeks Penyusunan ITK Kalimantan Selatan ...................................................... 8

Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Konsumsi VS Kredit Umum Kalsel ..................................... 9

Grafik 1.6. Volume Impor Barang Modal Industri Kalsel ....................................................... 10

Grafik 1.7. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalsel ....................................................... 10

Grafik 1.8. Volume Konsumsi Semen Kalsel ....................................................................... 10

Grafik 1.9. Pertumbuhan Nilai PMA Kalsel .......................................................................... 12

Grafik 1.10. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti ........................................... 13

Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Ekspor Kalsel ................................................................... 13

Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Kalsel ................................................................ 13

Grafik 1.13. Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalsel Hingga Tw. III-15 ................... 14

Grafik 1.14 . Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalsel Berdasarkan Komoditas Unggulan .................. 14

Grafik 1.15. Distribusi Nilai Ekspor Kalsel Berdasarkan Negara Hingga Tw. II - 2015 ............... 14

Grafik 1.16 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan

Negara Tujuan ............................................................................................... 14

Grafik 1.17. Perkembangan Permintaan Batubara Domestik ................................................... 15

Grafik 1.18. Perkembangan Permintaan Karet Domestik ........................................................ 15

Grafik 1.19. Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti .......................................... 16

Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Kalsel ................................................... 16

Grafik 1.21. Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalsel Berdasarkan Jenis

Barang ........................................................................................................... 16

Grafik 1.22. Produksi Padi Kalsel .................................................................................... 18

Grafik 1.23. Produksi TBS Kalsel ....................................................................................... 18

Grafik 1.24. Produksi Karet Kalsel ....................................................................................... 19

Grafik 1.25. Perkembangan Produksi Batubara Kalsel ............................................................ 20

Grafik 1.26. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalsel ................................... 20

Grafik 1.27. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalsel ................................................... 20

Grafik 1.28. Perkembangan Negara Mitra (Pertumbuhan PDB) ............................................... 20

Grafik 1.29. Perkembangan Produksi CPO Kalsel .................................................................... 21

Grafik 1.30. Perkembangan Volume Penjualan Karet .............................................................. 21

Grafik 1.31. Perkembangan Bongkar Muat Di Pelabuhan ....................................................... 22

Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel ....................................................................................... 22

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional ........................................................... 32

Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Se-Kalimantan Triwulan III-2015 ....................................... 32

Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan secara Kuartalan (qtq) ............................ 32

Grafik 2.4 Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab. Brebes ...................... 36

Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan ................................................. 36

Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy) .............................................. 37

Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset, dan DPK Kalsel ............................................. 43

Grafik 3.2. Pertumbuhan LDR, Kredit, dan DPK ................................................................. 44

Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Berdsarkan Jenisnya ............................................................ 44

Grafik 3.4. Perumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya ......................................................... 44

Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ................................................................... 46

Grafik 3.6. Shere Kredit Korporasi ................................................................................. 46

Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral .............................................................. 46

Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya ......................................... 47

Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ................................................................... 47

Grafik 3.10. Shere Kredit Konsumsi ............................................................................... 47

Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Konsumsi ............................................................ 48

Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM ................................................................ 48

Grafik 3.13. Share Kredit UMKM .......................................................................................... 48

Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL Umum ............................................................... 48

Daftar Grafik

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan viii

Grafik 3.15. Pertumbuhan dan NPL Kredit Perbankan Syariah .............................................. 49

Grafik 3.16. Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya ........................................................... 49

Grafik 3.17. Pertumbuhan Kredit dan NPL Syariah ................................................................ 49

Grafik 3.18. Transaksi RTGS ................................................................................................. 50

Grafik 3.19. Transaksi Kliring ................................................................................................ 50

Grafik 3.20. SP Tunai (Level) ................................................................................................. 50

Grafik 3.21. SP Tunai (Pertumbuhan) .................................................................................... 50

Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Tw. III - 2015 ................................................. 56

Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Tw. III - 2015 ................................. 57

Grafik 5.1. Komposisi Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan ............................................... 62

Grafik 5.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran Berdasarkan Jenjang

Pendidikan .................................................................................................... 62

Grafik 5.3. Komposisi Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan ............................................... 62

Grafik 5.4. Saldo Bersi Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja ............................. 63

Grafik 5.5. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ................................................................. 63

Grafik 5.6. Indeks Penghasilan Konsumen ................................................................... 64

Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel ................................................... 64

Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalsel ................................................................... 71

Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia .............................................................. 71

Grafik 6.3. Proyeksi Inflasi Kalsel 2015 .......................................................................... 73

Keterangan dan Sumber Data

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ix

BAB II KETERANGAN DAN SUMBER DATA

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian

mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan

secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.

Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar

tahun 2010 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan.

Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman.

Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen

Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi Statistik Data Sekunder

Departemen Statistik, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi

dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.

Data-data lainnya dalam Bab 1 berasal dari publikasi instansi, pemerintahan maupun

swasta, juga publikasi data berbayar.

Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah

lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei

Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.

Bab III Data stabilitas sistem keuangan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran

kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data

sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen

Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi nontunai melalui BI-RTGS

bersumber dari Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Bank

Indonesia, sedangkan data transaksi nontunai melalui kliring bersumber dari data kliring

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.

Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan

Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kantor

Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara.

Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional

(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data

pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan

angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga

bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai

suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.

Keterangan dan Sumber Data

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan x

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan

terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek

perluasan akses dan kepentingan nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang

berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU

Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku

yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and

Teamwork

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif

bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem

keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk

mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan

berkesinambungan

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xi

TABEL INDIKATOR TERPILIH

a. Inflasi dan PDRB (Tahun Dasar 2010)

TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III

146,00 145,71 151,02 153,49 108,32 110,91 111,66 116,04 115,90 117,64 119,75

5,25 4,74 7,09 6,98 4,89 6,81 4,81 7,28 7,00 6,07 7,03

146,00 145,71 151,02 153,49 108,22 110,91 111,63 115,97 115,82 117,55 119,59

5,25 4,74 7,09 6,98 4,84 6,81 4,67 7,16 7,02 6,05 6,94

109,57 111,79 112,10 116,93 116,93 118,79 121,93

5,49 7,02 6,54 8,80 6,72 6,26 8,31

Pertanian 4.387 5.282 3.927 16.782 3.527 5.047 5.878 4.391 4.000 5.787 6.660

Pertambangan & Penggalian 8.070 8.399 8.898 33.484 8.963 8.906 8.869 8.829 8.639 8.350 8.420

Industri Pengolahan 3.654 3.924 4.002 14.971 3.854 4.226 4.542 4.678 4.490 4.841 5.129

Listrik, Gas, & Air Bersih 115 121 126 473 128 134 142 158 154 165 168

Bangunan 1.906 2.122 2.189 7.978 2.057 2.283 2.538 2.702 2.584 2.705 2.938

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.725 3.008 3.120 11.357 2.937 3.240 3.647 3.858 3.622 3.892 4.261

Pengangkutan dan Komunikasi 2.403 2.624 2.719 10.033 2.639 2.794 3.080 3.195 3.081 3.239 3.433

Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.660 1.751 1.784 6.823 1.859 1.916 1.971 2.055 2.089 2.083 2.213

Jasa 3.343 3.676 3.826 13.975 3.735 3.982 4.303 4.532 4.520 4.803 5.210

6,65 4,67 4,75 5,51 5,26 5,51 4,63 4,05 3,91 3,14 3,86

2.417 2.233 1.795 2.217 2.200 2.023 1.784 1.799 1.659 1.410 1.352

40.329 39.506 31.277 40.556 36.932 34.918 32.153 33.308 31.318 25.747 28.162

69,4 44,8 124,8 62,3 106,9 65,5 34,6 105,1 61,8 64,0 64,2

26,5 31,5 68,3 49,0 56,6 61,1 50,2 53,3 56,1 44,2 56,1

20152013 2014

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

INDIKATOR

IHK Kalimantan Selatan

Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y)

PDRB Harga Berlaku (Rp Miliar)

Pertumbuhan PDRB Riil (y-o-y)

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)

IHK Banjarmasin

Inflasi Banjarmasin (y-o-y)

IHK Tanjung

Inflasi Tanjung (y-o-y)

b. Stabilitas Sistem Keuangan

Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III

42.031 44.542 45.975 45.707 45.457 50.192 50.612 49.541 48.521 53.060 57.118

34.264 35.515 36.003 36.229 36.152 38.447 38.799 37.248 37.155 40.274 41.330

8.600 9.589 9.085 7.697 8.228 10.547 10.206 8.216 8.162 10.654 10.911

17.477 17.261 17.827 19.911 18.785 18.639 18.714 20.055 18.294 18.509 19.627

8.187 8.664 9.091 8.621 9.138 9.261 9.879 8.977 10.699 11.111 10.792

38.831 41.163 43.901 42.761 43.796 45.600 48.005 48.218 48.661 49.471 50.264

14.078 13.912 15.669 14.540 14.670 14.749 15.772 15.463 15.843 16.430 16.685

11.629 13.314 13.554 13.181 13.853 15.030 16.048 17.347 15.946 15.724 15.822

13.124 13.937 14.678 15.040 15.274 15.821 16.185 15.408 16.872 17.317 17.757

113,33% 115,90% 121,94% 118,03% 121,15% 118,61% 123,73% 129,45% 130,97% 122,83% 121,61%

NPL 1,44% 1,42% 1,42% 1,38% 1,78% 2,22% 2,79% 2,62% 3,23% 3,60% 3,62%

2015

Deposito

Modal Kerja

Investasi

Kredit - Lokasi Proyek

Konsumsi

Total Asset

Giro

Tabungan

DPK

LDR - Lokasi Proyek

2014INDIKATOR

2013

c. Sistem Pembayaran

Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III

Inflow Kas (Rp miliar) 2.417 1.783 2.630 1.645 2.666 1.881 3.120 1.948 2.649 2.028 2.876

Outflow Kas (Rp miliar) 733 1.373 2.208 2.168 1.020 1.304 2.096 1.845 802 1.681 2.025

Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) 71.719 82.818 72.416 71.217 60.789 67.933 69.419 71.303 56.117 67.694 63.360

Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) 47 48 43 47 42 42 36 42 43 45 45

Nominal Kliring (Rp Miliar) 4.505 4.479 4.369 4.737 4.227 4.269 4.190 4.572 3.962 4.002 3.908

Volume Kliring (ribu lbr) 81 83 56 82 78 93 76 75 91 78 69

Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) 117 106 109 388 119 153 113 164 105 79 151

Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2.135 2.297 2.419 2.311 2.207 3.050 2.384 2.948 2.286 1.723 2.143

20152014

Indikator

2013

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xii

PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI

3,86% yoy

SEKTORAL PERMINTAAN

TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR

SSK SP APBD TENAGA KERJA

OUTLOOK

Vol. Foods Adm. Price Core

7,03% yoy

8,5%

Tw II

4,0%

yoy

Tw III

3.9%

yoy

Tw II

5,8%

yoy

Tw III

5,7%

yoy

Tw II

2,53%

yoy

Tw III

8,0%

yoy

Tw II

5,8%

yoy

Tw III

5.5%

yoy

6,07% yoy

Tw II

7,2%

yoy

Tw III

10.0%

yoy

Tw II

5,9%

yoy

Tw III

6.7%

yoy

3,14% yoy

triwulan IItriwulan II

4,8% 6,5%

5,7% 12,9%

3,60% 3,62%

Tw II

-1,8%

yoy

Tw III

-0.3%

yoy

4,7%

Tw II Tw III

P. Asset (yoy)

Non Tunai

KLIRING RTGS

Tw II

-0,3%yoy

Tw III

-8,7%yoy

Tw II

-6,2%yoy

Tw III

-6.7%yoy

Tunai

INFLOW OUTFLOW NET INFLOW

Rp3,9T Rp63,4T

Rp2,9T Rp2,0T Rp0,9T

Realisasi Pendapatan

Realisasi Belanja

76,5%

60,0%

Tk. Pengangguran

Ags ‘14

3,8%

Ags ‘15

4,9%

Indeks Penghasilan

Tw II

119.0

Tw III

110.4

Nilai Tukar Petani

Tw II

100,6

Tw III

99,7

Pertumbuhan Ekonomi Inflasi

Tw IV: 4,0-4,2%yoy 2015: 3,5-3,9%yoy 2015: 4,7-4,9%yoy

PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN

triwulan III

P. DPK (yoy)

P. Kredit (yoy)

NPL

triwulan III

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiii

PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI

3,86% yoy

SEKTORAL PERMINTAAN

TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR

SSK SP APBD TENAGA KERJA

OUTLOOK

Vol. Foods Adm. Price Core

7,03% yoy

8,5%

Tw II

4,0%

yoy

Tw III

3.9%

yoy

Tw II

5,8%

yoy

Tw III

5,7%

yoy

Tw II

2,53%

yoy

Tw III

8,0%

yoy

Tw II

5,8%

yoy

Tw III

5.5%

yoy

6,07% yoy

Tw II

7,2%

yoy

Tw III

10.0%

yoy

Tw II

5,9%

yoy

Tw III

6.7%

yoy

3,14% yoy

triwulan IItriwulan II

4,8% 6,5%

5,7% 12,9%

3,60% 3,62%

Tw II

-1,8%

yoy

Tw III

-0.3%

yoy

4,7%

Tw II Tw III

P. Asset (yoy)

Non Tunai

KLIRING RTGS

Tw II

-0,3%yoy

Tw III

-8,7%yoy

Tw II

-6,2%yoy

Tw III

-6.7%yoy

Tunai

INFLOW OUTFLOW NET INFLOW

Rp3,9T Rp63,4T

Rp2,9T Rp2,0T Rp0,9T

Realisasi Pendapatan

Realisasi Belanja

76,5%

60,0%

Tk. Pengangguran

Ags ‘14

3,8%

Ags ‘15

4,9%

Indeks Penghasilan

Tw II

119.0

Tw III

110.4

Nilai Tukar Petani

Tw II

100,6

Tw III

99,7

Pertumbuhan Ekonomi Inflasi

Tw IV: 4,0-4,2%yoy 2015: 3,5-3,9%yoy 2015: 4,7-4,9%yoy

PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN

triwulan III

P. DPK (yoy)

P. Kredit (yoy)

NPL

triwulan III

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xvi

Halaman ini sengaja dikosongkan

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 3,86% (yoy),

meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya

ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring

meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

keuangan, dan sektor jasa-jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan lebih

ekspansif dari nasional yang pada triwulan III-2015 tumbuh 4,73% (yoy), sedikit meningkat dari

triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 4,67% (yoy).

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 bersumber

dari peningkatan pertumbuhan ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah. Membaiknya

permintaan negara mitra mendorong perbaikan ekspor batubara pada triwulan-III 2015. Aktivitas

investasi yang meningkat tercermin pada meningkatnya impor barang modal maupun penjualan

semen. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya

pertumbuhan konsumsi pemerintah.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat 7,03% (yoy), sedikit

meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,07% yoy) yang utamanya

dipengaruhi oleh peningkatan permintaan saat menjelang Hari Raya Iedul Fitri pada awal

triwulan laporan. Kenaikan inflasi terutama disebabkan kenaikan harga makanan jadi/olahan dan

beberapa bahan makanan menyusul kenaikan permintaan masyarakat pada saat Ramadhan dan

Hari Raya Iedul Fitri. Namun demikian, inflasi masih dapat sedikit tertahan oleh koreksi harga

sejumlah bahan makanan penting seperti beras, bawang merah, ikan segar, buah-buahan dan

sayuran seiring cuaca yang kondusif serta peningkatan stok persediaan dari hasil panen raya di

daerah penghasil yang didukung oleh kelancaran distribusi.

1

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 2

STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kredit perbankan pada triwulan III-2015 tumbuh 4,71% (yoy), melambat dari triwulan

sebelumnya (8,49% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama

Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai

tumbuh melambat. Pertumbuhan kredit tercatat kembali melambat yang bersumber dari kredit

korporasi dengan risiko Non Performing Loan (NPL) yang relatif terjaga. Di sisi lain, pertumbuhan

kredit konsumsi meningkat merespons kebijakan pelonggaran LTV. Namun NPL-nya sedikit

meningkat karena pengaruh kenaikan angka pengangguran pada triwulan laporan. Perlambatan

transaksi sistem pembayaran terjadi pada seluruh jenis transaksi baik tunai maupun nontunai,

mencerminkan perbaikan pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas.

KEUANGAN DAERAH

Pada triwulan III-2015, realisasi keuangan daerah Provinsi Kalimantan Selatan tercatat menguat,

baik pada sisi pendapatan, maupun pada sisi belanja. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat

sebesar 76,5% pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (74,5%).

Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi

Kalimantan Selatan pada triwulan yang sama. Dari sisi realisasi serapan belanja daerah, tercatat serapan

sebesar 60%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,0%). Dukungan belanja fiskal

yang lebih baik ini turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikiasi melemah. Berdasarkan rilis data

Ketenagakerjaan BPS periode Agustus 2015 terdapat peningkatan tingkat pengangguran

dibandingkan tahun sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat

Kalimantan Selatan juga melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang

dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu

Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

PROSPEK EKONOMI

Pada triwulan IV-2015 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan

meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja

sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan eskpor batubara dari negara mitra

utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Kinerja sektor industri juga berpotensi

meningkat, khususnya CPO, seiring baiknya permintaan negara mitra maupun nasional serta

dukungan subsektor perkebunan yang sejalan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit yang

menghasilkan.

Realisasi inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 diprakirakan menurun signifikan

mengarah pada kisaran 4,7% - 4,9% (yoy). Penurunan inflasi tersebut diperkirakan akibat

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 3

terjaganya pasokan bahan makanan dengan baik serta penurunan tarif atau harga sejumlah

kebutuhan energi masyarakat menyusul paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III pada awal

triwulan IV-2015, disamping hilangnya faktor base effect kenaikan harga BBM dipenghujung tahun

lalu.

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 4

Halaman ini sengaja dikosongkan

Tabel Indikator Terpilih

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 5

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO REGIONAL

KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 6

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 7

1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 3,86% (yoy),

meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya

ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring

meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan lebih

ekspansif dari nasional yang pada triwulan III-2015 tumbuh 4,73% (yoy), sedikit meningkat dari

triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 4,67% (yoy).

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Menurut Sektor

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan vs Nasional

3.9

-1.8-0.3

1.9

3.9

7.5

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 … 2014 2015

% yoy

Sumber: BPS Kalsel (diolah)

PHR

PDRB

TambangIndustri

Pertanian

4.67 4.73

3.143.86

1.09

-0.41-1012345678

I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 … 2014 2015

% yoy

Sumber: BPS (diolah)

NasionalKalsel

Kalimantan

1.1. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 bersumber

dari peningkatan pertumbuhan ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah. Membaiknya

permintaan negara mitra mendorong perbaikan ekspor batubara pada triwulan-III 2015. Aktivitas

investasi yang meningkat tercermin pada meningkatnya impor barang modal maupun penjualan

semen. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya

pertumbuhan konsumsi pemerintah.

1

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 8

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan

Tw.II-2015

% (yoy) % (yoy) Pangsa SOG

Konsumsi Rumah Tangga 4.86 4.86 4.86 5.78 5.67 0.44 2.52

Konsumsi LNPRT 4.27 7.87 13.02 3.08 10.02 0.01 0.08

Konsumsi Pemerintah 3.54 3.60 2.67 5.87 6.53 0.11 0.70

Pembentukan Modal Tetap Bruto 5.11 5.75 5.79 4.92 5.32 0.21 1.12

Perubahan Stok & Diskrepansi Statistik -218.82 -66.01 -41.92 -1728.06 56.76 0.01 0.33

Ekspor Barang dan Jasa 0.38 0.16 -0.59 2.53 8.01 0.72 5.78

Impor Barang dan Jasa 0.80 -2.63 -2.29 8.88 13.41 -0.50 -6.67

PDRB 5.97 5.36 4.85 3.14 3.86 1.00 3.86

Sumber: BPS (diolah), % yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = share of growth

Penggunaan 2012 2013 2014Tw.III-2015

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga (RT)

Konsumsi RT pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 5,67% (yoy), sedikit melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,78% (yoy). Perlambatan tersebut

tercermin pada melambatnya pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin yang

menurun dari -3,17% (yoy) menjadi -5,19% (yoy). Demikian pula Indeks Pendapatan Rumah Tangga

yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan mencatat penurunan

tingkat pendapatan RT yaitu dari 111,57 menjadi 108,69. Pengaruh sedikit meningkatnya tekanan

inflasi pada triwulan III-2015 dampaknya relatif terbatas terhadap penurunan konsumsi RT

sebagaimana ditunjukkan oleh moderatnya penurunan Indeks Kaitan Inflasi terhadap Konsumsi dan

perlambatan pertumbuhan konsumsi RT. Pelemahan daya beli seiring dengan perlambatan

konsumsi RT turut terbantu oleh peran pembiayaan di mana pertumbuhan kredit konsumsi

meningkat dari 9,45% (yoy) menjadi 9,71% (yoy).

Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin

Grafik 1.4. Subindeks Penyusun Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Selatan

-3.17

-5.19-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

% yoy

Data: KPw BI Prov Kalsel (diolah)

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 9

Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan

9.45

9.71

0

5

10

15

20

25

30

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyRp. Triliun

Sumber: Laporan Bank Umum, KPw BI Prov Kalsel (diolah)Metode: lokasi proyek

Kredit KonsumsiPertumbuhan Kredit Konsumsi (sb. kanan)

1.1.2. Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 6,53% (yoy), meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,87% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah

didorong oleh lebih baiknya serapan belanja pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan hingga

triwulan-III 2015 yang mencapai 60,0%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 58,3%. Pencapaian ini menunjukkan baiknya peran fiskal daerah dalam

menopang pertumbuhan ekonomi daerah.

1.1.3. Investasi

Investasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 5,32% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,92% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan investasi terjadi baik pada investasi bangunan maupun investasi nonbangunan sejalan

dengan meningkatnya impor barang modal dan penjualan semen.

Meningkatnya investasi nonbangunan tercermin dari peningkatan pertumbuhan volume impor

barang modal industri yakni dari sebesar -0,31% (yoy) pada triwulan-II 2015 menjadi sebesar

317,32% (yoy) pada triwulan-III 2015. Investasi mesin dan peralatan mengalami peningkatan

seiring dengan berlanjutnya pembangunan pembangkit listrik Independent Power Producer (IPP)

Mulut Tambang (2x100 MW) di Tanjung, pembangkit Mini Hydro Power di Tabalong (10 MW),

berlanjutnya pembangunan transmisi listrik Satui, Banjarmasin dan Pelaihari. Perusahaan tambang

minyak di daerah Tabalong juga telah melalui proses tender bagi investasi infrastruktur tambangnya.

Meningkatnya investasi bangunan terindikasi dari peningkatan pertumbuhan volume bongkar

barang konstruksi baik dari luar negeri maupun dalam negeri serta peningkatan pertumbuhan

penjualan semen. Pertumbuhan volume bongkar barang konstruksi membaik dari

-34,42% (yoy) pada triwulan-II 2015 menjadi -28,44% (yoy) pada triwulan-III 2015. Volume

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 10

penjualan semen tercatat membaik dari -50,53% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi -34,99%

(yoy) pada triwulan III-2015.

Grafik 1.6. Volume Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan

Grafik 1.7. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan

(0.31)

317.32

-200

-100

0

100

200

300

400

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyRibu Ton

Sumber: Bea Cukai (diolah)*)SITC2-Machinery & Transportation Equipment

Volume Impor Barang Modal Industri*

Pertumbuhan Volume Impor Barang Modal Industri (sb. Kanan)

(34.42)(28.44)

-40

-30

-20

-10

0

10

20

0

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyRibu Ton

Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah)*)aspal, kayu gergajian, semen, baja/besi beton

Volume Bongkar Barang Konstruksi

Pertumbuhan Volume Bongkar Barang Konstruksi (sb. Kanan)

Grafik 1.8. Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan

(50.53)

(34.99)

-60

-40

-20

0

20

40

60

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyRibu Ton

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (diolah)

Volume Konsumsi Semen

Pertumbuhan Volume Konsumsi Semen (sb. Kanan)

Terdapat kemajuan pembangunan proyek pemerintah dan swasta sebagaimana terindikasi dari data

Building and Construction Interchange (BCI) Asia. Pada triwulan laporan pembangunan Bendungan

Tapin terealisasikan. Pembangunan Daerah Irigasi (DI) Amandit di Hulu Sungai Selatan juga sudah

mulai berlangsung setelah pada triwulan sebelumnya masih dalam fase post-tender. Pembangunan

serta perbaikan konektivitas darat juga meningkat pada triwulan laporan. Dari Rp. 1,94 triliun total

APBN dan APBD yang dialokasikan Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Selatan pada tahun 2015

untuk perbaikan jalan, kualitas pemukiman (air) dan irigasi, pada triwulan laporan sekitar 45 proyek

perbaikan jalan berlangsung, 2 di antaranya baru dimulai pada triwulan laporan, yakni Jalan

Sebamban-Pagatan dan Tambang Ulang-Kait-kait. Sementara itu 3 proyek pembangunan juga

tengah berlangsung yakni fase 1 jembatan Pulau Kalimantan-Pulau Laut, Jembatan Kota Lama dan

Jembatan Mandastana-Tanipah yang baru dimulai pada triwulan laporan. Pembangunan

noninfrastruktur juga berkembang cukup pesat pada triwulan laporan, ditunjukkan oleh

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 11

peningkatan jumlah proyek yang memasuki fase konstruksi pada triwulan laporan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan

2015Q2 2015Q3 2015Q2 2015Q3

Swasta Listrik 2. Concept 1 1 12 12

7. Construction: Main Contract Awarded 5 5 360 362

Non Infrastruktur 2. Concept 1 1 3 3

4. Documentation 2 1 5 5

6. Post tender 9 9 5 7

7. Construction: Main Contract Awarded 17 15 28 21

9. Construction: Subcontract(s) Awarded - 5 - 13

Infastruktur 6. Post tender - 1 - 1

Pemerintah Bandara, Pelabuhan, Terminal 6. Post tender 1 1 - 0

Irigasi, Waduk dan Air Bersih 7. Construction: Main Contract Awarded - 2 - 70

Jalan 6. Post tender 3 1 3 31

7. Construction: Main Contract Awarded 31 45 40 61

Jembatan 6. Post tender 1 - 1 -

7. Construction: Main Contract Awarded 2 4 3 6

Non Infrastruktur 2. Concept 11 4 4 3

4. Documentation 1 1 - 0

6. Post tender 10 8 - 3

7. Construction: Main Contract Awarded 33 50 37 53

Infastruktur 4. Documentation - 1 - 1

Total 2. Concept 13 6 19 19

4. Documentation 3 3 5 6

6. Post tender 24 20 9 42

7. Construction: Main Contract Awarded 88 121 468 573

9. Construction: Subcontract(s) Awarded - 5 - 13

Sumber: BCI Asia (diolah)

Keterangan:

(1). Jumlah dan nilai proyek merupakan data posisi.

(2). Infrastruktur: bangunan yang dinikmati publik secara langsung, baik milik swasta maupun pemerintah.

(3). Non Infrastruktur: bangunan yang tidak dinikmati publik secara langsung (kebutuhan operasional swasta/pemerintah).

Nilai Proyek

Juta USD

Pemilik Proyek Tipe Proyek Tahapan ProyekJumlah Proyek

Pada triwulan-III 2015, nilai penanaman modal asing (PMA) tercatat sebesar USD 352,1 juta atau

tumbuh 354,34% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -67,83%

(yoy) dengan nilai PMA sebesar USD 54,8 juta. Dari sisi sektoral, hingga triwulan-III 2015 PMA

terbesar dilakukan pada subsektor perkebunan, disusul oleh sektor properti, sektor transportasi,

gudang dan telekomunikasi serta sektor mineral nonlogam. Pada tahun 2015, konsesi lahan

perkebunan kelapa sawit Kalimantan Selatan meningkat 14,58% (yoy) yakni dari 480 ribu Ha

menjadi 550 ribu Ha1

. Peningkatan khususnya berasal dari lahan basah dan perkebunan rakyat pola

inti-plasma seiring dengan adanya ruang pengembangan lahan dari Permentan No. 98 Tahun 2013

tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Saat ini terdapat satu perusahaan asing dengan

1

GAPKI Kalimantan Selatan

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 12

pangsa perkebunan terluas di Indonesia berada di Kalimantan Selatan menempatkan refinery-nya di

Kalimantan Selatan. Dengan bisnis downstream yang luas dan panjang serta permintaan global

yang terus tumbuh, penempatan dan pengembangan bisnis upstream di Indonesia sangat

diperhitungkan.

Grafik 1.9. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan

Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan

(67.83)

354.34

-200

-100

0

100

200

300

400

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyUSD Juta

Sumber: BKPM (diolah)

Nilai PMAPertumbuhan Nilai PMA (sb. Kanan)

Sektoral Nilai %

Tanaman Pangan dan Perkebunan 192 37.47%

Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 91 17.74%

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 72 13.99%

Industri Mineral Non Logam 66 12.88%

Industri Makanan 65 12.63%

Lainnya 27 5.30%

Total 513 100.00%

Sumber: BKPM (diolah)

PMA Kalimantan Selatan (Juta USD), Q3 2015 YTD

Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan

Sektoral Nilai Dist

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik484 50.36%

Listrik, Gas dan Air 147 15.35%

Hotel dan Restoran 130 13.56%

Lainnya 199 20.74%

Total 961 100.00%

PMDN Kalimantan Selatan (Rp. Milyar), Q3 2015 YTD

Di sisi lain, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) Kalimantan Selatan tumbuh kian

terkontraksi. Pada triwulan III-2015 total PMDN tercatat sebesar Rp. 26,9 miliar, tumbuh -98,41%

(yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya -24,26% (yoy). Hingga triwulan-III 2015, PMDN

terbesar dilakukan pada sektor industri logam dasar. Hal tersebut sejalan dengan adanya

pembangunan smelter bijih besi di Pulau Sebuku yang proses pembangunannya masih berlangsung

hingga saat ini. Investasi terbesar kedua berasal dari pembangunan pembangkit milik swasta (IPP) di

Tabalong yang terus berlanjut.

1.1.4. Perkembangan Ekspor

Ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 8,01% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,53% (yoy). Mengacu kepada

aktivitas muat di Pelabuhan Trisakti, perbaikan pertumbuhan muat barang terjadi pada destinasi

ekspor luar negeri sementara itu destinasi domestik terindikasi melambat.

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 13

Grafik 1.10. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti

-20

-12

-4

4

12

20

28

36

44

52

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

% yoy

Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah)

Dalam Negeri

Luar Negeri

Pada triwulan laporan nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan terkontraksi -24,21% (yoy), lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi -30,27% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan

ekspor luar negeri utamanya didorong oleh meningkatnya ekspor batubara dari -35,87% (yoy) pada

triwulan II-2015 menjadi -25,10% (yoy) pada triwulan III-2015. Meningkatnya ekspor utamanya ke

negara mitra utama yaitu Tiongkok, ASEAN, dan Jepang.

Grafik 1.11.Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan

Grafik 1.12.Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan

(30.27)

(24.21)

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyUSD Milyar

Sumber: Bea Cukai (diolah)

Nilai Total Ekspor

Pertumbuhan Nilai Total Ekspor (sb. kanan)

(26.26)

(12.41)

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

05

1015202530354045

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyJuta Ton

Sumber: Bea Cukai (diolah)

Volume Total EksporPertumbuhan Volume Total Ekspor (sb. kanan)

Komoditas batubara masih menjadi komoditas utama Kalimantan Selatan dengan sumbangan

mencapai 74,24% dari total nilai ekspor, diikuti oleh CPO (16,81%), kayu lapis (4,34%) dan karet

alam serta olahan (2,93%). Dari sisi tren pertumbuhan, komoditas karet alam dan olahan serta

batubara mengalami peningkatan pertumbuhan. Komoditas karet mengalami peningkatan nilai

maupun volume seiring dengan meningkatnya permintaan dari Jepang dan Tiongkok.

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 14

Grafik 1.13. Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan hingga Tw.III-2015

Grafik 1.14. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan

-40

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

% yoy

Data: Bea Cukai (diolah)

CPOPlywood

Karet Alam & Olahan

Total EksporBatubara

Grafik 1.15. Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara hingga Tw.III-2015

Grafik 1.16. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan

AFRIKA, 0.09%

US, 0.78% AMERIKA excl US, 0.39%

Other ASIA, 9.46%

Tiongkok, 27.05%

India, 26.09%

Jepang, 11.50%

Korea Selatan, 3.63%

ASEAN, 13.95%

AUSTRALIA, 0.09%

EROPA, 6.95%

Sumber: Bea Cukai (diolah)

-60

-40

-20

0

20

40

60

I II III IV I II III

2012 2013 2014 2014 2015

% yoy

Sumber: Bea Cukai (diolah)*)ASIA dikurangi Tiongkok, India, Jepang, Korsel dan ASEAN

EROPA

Other ASIA*

ASEAN

Tiongkok

India

Jepang

Sementara itu kinerja ekspor komoditas lain seperti CPO dan plywood tumbuh melambat. Volume

dan nilai ekspor CPO ke India tumbuh melambat pada triwulan laporan. Sebagai konsumen minyak

nabati utama (minyak kedelai dan CPO) terbesar di dunia2

, perlambatan permintaan domestik yang

berlanjut hingga triwulan-III 2015 serta kecaman dari petani lokal atas derasnya impor minyak

nabati di India akibat harga CPO impor yang lebih murah di tengah terpaan El Nino yang cukup

kuat3

pada tahun ini menurunkan tingkat permintaan CPO dari negara tersebut. Sementara itu

ekspor plywood dengan pangsa ekspor utama Jepang mengalami penurunan permintaan di tengah

terbatasnya perbaikan pertumbuhan ekonomi Jepang. Sejumlah perusahaan plywood di Kalimantan

Selatan menyatakan bahwa pangsa pasar ekspor mereka untuk Jepang turun dari semula di kisaran

2

Disebutkan dalam analisis singkat Oilseed: World Markets and Trade (USDA, Nov 2015) 3

Mengacu kepada rilis akhir sebaran curah hujan monsoon di India dari India Meteorological Department

(ww.imd.gov.in/section/hydro/dynamic/rfmaps/sddaily.htm)

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 15

90% menjadi pada kisaran 65%-70%4

. Penurunan permintaan komoditas hasil hutan Kalimantan

Selatan lainnya seperti rotan dari Jepang juga tercatat menurun sepanjang 2015.

Ekspor antardaerah pada triwulan III-2015 tumbuh melambat seiring menurunnya pertumbuhan

volume muat batubara dan karet di Pelabuhan Trisakti dengan tujuan domestik. Perlambatan

pertumbuhan sektor manufaktur nasional yang lokasinya terpusat di Jawa menurunkan tingkat

penjualan listrik industri dan kebutuhan PLTU akan batubara. Sementara itu penurunan permintaan

karet domestik didorong oleh melambatnya industri otomotif nasional yang tercermin dari

melambatnya pertumbuhan angka penjualan motor.

Grafik 1.17.Perkembangan Permintaan Batubara Domestik

Grafik 1.18.Perkembangan Permintaan Karet Domestik

19.32

(20.09)-40

-20

0

20

40

60

80

0100200300400500600700800900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyRibu Ton

Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah)

Volume Muat Batubara DN

Pertumbuhan Volume Muat Batubara DN

38.57

-24.84

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyRibu Ton

Sumber: Gapkindo Kalselteng

Domestik karet

Pertumbuhan domestik karet (skala kanan)

1.1.5. Perkembangan Impor

Impor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 13,41% (yoy), meningkat

dari triwulan sebelumnya (8,88% yoy). Peningkatan impor didorong oleh meningkatnya impor

barang modal seiring dengan meningkatnya pertumbuhan investasi maupun barang konsumsi

dalam rangka pemenuhan kebutuhan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Juli 2015.

4

Liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 16

Grafik 1.19. Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti

Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan

-19.74

10.09

-75.29

-6.51

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoy

Sumber: KSOP Banjarmasin(diolah)

Dalam negeri

Luar negeri

-2.18

85.51

-100-80-60-40-20020406080100

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyRibu Ton

Sumber: Bea Cukai (diolah)

Nilai Total Impor

Pertumbuhan Nilai Total Impor (sk. kanan)

Grafik 1.21. Pertumbuhan Nilai Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang

20.51

143.50

-100

-50

0

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoy

Data: Bea Cukai (diolah)

Bahan Kimia

Mesin & peralatan

Material mentah

Nilai impor luar negeri pada triwulan laporan tercatat sebesar USD 64,18 juta atau tumbuh 85,21%

(yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (-2,18% yoy). Peningkatan impor luar negeri utamanya

berupa barang modal industri seperti mesin dan peralatan tumbuh meningkat dari 20,51% (yoy)

menjadi 143,50% (yoy).

Volume impor antardaerah pada triwulan laporan tumbuh 10,09% yoy, meningkat bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh -19,743% (yoy). Peningkatan volume

impor barang konsumsi terjadi pada komoditas gula pasir, susu, kacang kedelai serta makanan dan

minuman jadi dalam rangka kebutuhan Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Sementara itu

peningkatan impor barang investasi dari daerah lain terjadi pada komoditas baja/besi beton/bahan

bangunan dan pupuk.

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 17

1.2. SISI PENAWARAN : SEKTOR UTAMA DAERAH

Di sisi penawaran, menguatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan-III 2015

didorong oleh membaiknya pertumbuhan sektor pertambangan dan peningkatan pertumbuhan

sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa -jasa.

Membaiknya pertumbuhan sektor pertambangan didorong oleh perbaikan permintaan negara mitra

khususnya Tiongkok tercermin pada meningkatnya ekspor batubara. Meningkatnya pertumbuhan sektor

bangunan seiring menggeliatnya aktivitas investasi baik pemerintah maupun swasta, tercermin pada

meningkatnya impor barang modal. Meningkatnya sektor perdagangan bersumber dari meningkatnya

aktivitas perdagangan luar negeri maupun tingginya perdagangan barang pada saat Ramadhan dan Hari

Raya di awal triwulan laporan.

Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 kategori)

Tw.II-2015

% (yoy) % (yoy) Pangsa SOG

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.11 2.82 3.72 3.96 3.89 0.17 0.66

B Pertambangan dan Penggalian 7.04 4.34 2.60 -1.82 -0.27 0.27 -0.07

C Industri Pengolahan 5.08 3.67 3.59 2.15 1.88 0.13 0.24

D Pengadaan Listrik dan Gas 10.29 5.53 15.51 29.15 38.01 0.00 0.03

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1.62 2.71 9.11 7.46 4.70 0.00 0.02

F Konstruksi 6.26 5.89 6.39 3.18 3.44 0.07 0.25

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.74 8.25 8.20 7.16 7.36 0.08 0.60

H Transportasi dan Pergudangan 7.13 7.27 6.41 7.35 5.07 0.06 0.28

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.94 7.59 6.55 7.98 8.21 0.02 0.14

J Informasi dan Komunikasi 4.93 6.98 9.78 8.40 8.38 0.03 0.27

K Jasa Keuangan dan Asuransi 8.84 14.51 6.86 -1.67 6.54 0.03 0.20

L Real Estate 5.61 7.01 5.74 6.76 6.97 0.02 0.14

M,N Jasa Perusahaan 6.55 7.81 7.03 7.68 8.09 0.01 0.04

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.92 5.81 5.44 8.63 9.69 0.05 0.50

P Jasa Pendidikan 5.18 7.93 8.29 9.22 9.77 0.04 0.38

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.56 9.15 6.37 7.74 8.95 0.02 0.14

R,S,T,U Jasa lainnya 3.21 2.91 8.94 7.21 5.28 0.01 0.05

5.97 5.36 4.85 3.14 3.86 1.00 3.86

2012 2013 2014Tw.III-2015

Kategori

Total PDRB

Uraian

Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 sektor)

Tw.II-2015

% (yoy) % (yoy) Pangsa SOG

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.1 2.8 3.7 3.96 3.89 16.9% 0.7

Pertambangan dan Penggalian 7.0 4.3 2.6 -1.82 -0.27 27.2% -0.1

Industri Pengolahan 5.1 3.7 3.6 2.15 1.88 12.5% 0.2

Listrik, Gas dan Air* 3.1 3.2 10.3 11.36 10.58 0.4% 0.0

Konstruksi 6.3 5.9 6.4 3.18 3.44 7.1% 0.2

Perdagangan, Hotel dan Restoran** 7.8 8.1 7.9 7.31 7.51 9.8% 0.7

Transportasi dan Komunikasi *** 6.3 7.2 7.6 7.75 6.28 8.7% 0.5

Jasa Keuangan**** 7.4 11.0 6.5 2.28 6.84 5.6% 0.4

Jasa Lainnya***** 5.6 6.7 6.8 8.58 9.24 11.6% 1.1

Total PDRB 6.0 5.4 4.9 3.14 3.86 100.0% 3.9

Sumber: BPS Kalsel (diolah), % yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = share of growth

*regrup D dan E

**regrup G dan I

***regrup H dan J

****regrup K, L, M dan N

*****regrup O, P, Q, R, S, T dan U

2012Sektor 2013 2014Tw.III-2015

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 18

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), relatif stabil

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (3,96% yoy). Masih baiknya pertumbuhan sektor

pertanian utamanya didukung oleh baiknya kinerja subsektor tanaman bahan makanan seiring

baiknya produksi padi terkait program Upaya Khusus Swasembada Pangan pemerintah dan

comparative advantage lahan rawa Kalimantan Selatan. Di sisi lain, pertumbuhan subsektor

perkebunan agak tertahan oleh menurunnya produksi karet, meskipun pertumbuhan produksi

kelapa sawit meningkat pada triwulan laporan.

Kinerja subsektor tanaman bahan makanan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi padi.

Meski angka produktivitas padi rata-rata pada Aram II direvisi menjadi 41,50 kw/Ha dari angka

Aram I yang sebesar 42,48 kw/Ha, peningkatan luas tanam pada triwulan sebelumnya sebagai

dampak positif comparative advantage El Nino terhadap lahan rawa Kalimantan Selatan mendorong

peningkatan luas panen pada triwulan laporan. Data bulanan sementara dari Dinas Pertanian

Kalimantan Selatan mencatat luas panen padi Kalimantan Selatan sebesar 253 ribu Ha, meningkat

dari triwulan sebelumnya yang sebesar 181 Ha. Dengan demikian luas panen tumbuh sebesar

28,10% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,60% (yoy). Di sisi lain, kendala

umur tanaman karet di Kalimantan Selatan yang mulai tua, kondisi kering El Nino serta kabut asap

memberikan dampak negatif bagi produksi Karet Kalimantan Selatan5

.

Grafik 1.22.Produksi Padi Kalimantan Selatan

Grafik 1.23. Produksi TBS Kalimantan Selatan

7.25

25.36

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyJuta Ton

Sumber: Dinas Pertanian Kalsel (diolah)

Produksi PadiPertumbuhan Produksi Padi (sb. Kanan)

5

Gapkindo Kalselteng

-33.84

-19.89

-50

0

50

100

150

0

50

100

150

200

250

300

350

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014 2015

% yoyRibu Ton

Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalsel (diolah)Metode: pendekatan produksi pada data penetapan harga TBS

Produksi TBS

Pertumbuhan Produksi TBS (skala kanan)

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 19

Grafik 1.24. Produksi Karet Kalimantan Selatan

-0.70

-5.69

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyRibu Ton

Sumber: Gapkindo Kalselteng

Produksi karet

Pertumbuhan produksi karet (skala kanan)

Perkebunan kelapa sawit pada triwulan-III 2015 tercatat mengalami peningkatan produksi. Hal ini

terindikasi dari data sampling penetapan harga TBS. GAPKI Kalimantan Selatan menyatakan ke

depan produksi TBS Kalimantan Selatan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas

kebun baru yang memasuki tahap menghasilkan (umur ideal untuk panen). Untuk meningkatkan

daya saing industri kelapa sawit nasional, pemerintah mencanangkan Indonesian Sustainable Palm

Oil System (ISPO) melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.1403/3/2011 tentang

Pedoman Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO). Dalam peraturan tersebut pemerintah

mewajibkan usaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit untuk memenuhi kriteria ISPO paling

lambat tahun 2014. Replanting merupakan salah satu cara untuk mencapai ISPO dan merupakan

strategi bisnis yang memang sudah masuk dalam agenda perusahaan kelapa sawit termasuk salah

satu perusahaan asing dengan pangsa perkebunan terbesar di Kalimantan Selatan. Perusahaan

tersebut telah melakukan replanting yang terjadwal sejak 2009 dan secara bertahap hingga tahun

2018 semua tanaman telah diremajakan.

1.2.2. Sektor Pertambangan

Sektor pertambangan pada triwulan III-2015 terkontraksi sebesar -0,27% (yoy), meski masih

terkontraksi namun lebih baik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -1,82%

(yoy). Perbaikan pertumbuhan sektor pertambangan didorong oleh membaiknya permintaan

negara mitra utama khususnya Tiongkok sebagaimana tercermin pada membaiknya ekspor

batubara yang dari sisi volume tumbuh 44,66% (yoy), meningkat dari triwulan-II yang terkontraksi

sebesar -18,37% (yoy)

Pada triwulan laporan, realisasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok lebih tinggi dari yang diprakirakan

berbagai pengamat. Meskipun pertumbuhannya melambat yaitu dari 7,0% (yoy) menjadi 6,9%

(yoy), perlambatannya sudah lebih landai dari periode-periode sebelumnya. Peningkatan volume

ekspor batubara selain ke Tiongkok, juga terjadi ke negara tujuan India dan Jepang.

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 20

Grafik 1.25. Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan

Grafik 1.26. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan

(17.29)

(12.15)

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

% yoyRibu MT

Sumber: Kementrian ESDM (diolah)

Produksi BatubaraPertumbuhan Produksi Batubara

37.3740.88

33.06 35.96

17.1422.16

20.93

86

.78

83

.51

82

.91

82

.96

62

.63

59

.12

66

.94

64

.04

82

.86

77

.84

79

.07

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III

2013(DMO = 20,22%) 2014 (DMO = 25,9%) 2015 (DMO = 24,0%)

%

Sumber: Kementrian ESDM (diolah)

Ekspor DMO Target DMO

Grafik 1.27. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan

Grafik 1.28. Perekonomian Negara Mitra (Pertumbuhan PDB)

-28.10

-11.28

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

05

1015202530354045

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyJuta Ton

Data: Bea Cukai (diolah)

Volume Ekspor BatubaraPertumbuhan Volume Ekspor Batubara (sb. kanan)

7.00 7.00

6.90

7.50

7.00

7.30

6.6

6.7

6.8

6.9

7.0

7.1

7.2

7.3

7.4

7.5

7.6

Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3*

Tiongkok India

% yoy

Sumber: Reuters (diolah)

Di sisi lain, penyerapan domestik batubara cenderung menurun, tercermin dari turunnya persentase

DMO pada triwulan laporan. Penjualan listrik industri nasional tercatat menurun pada semester I-

2015 khususnya dari sektor industri baja. Penjualan listrik industri di kawasan industri yang terpusat

di Jawa Tengah dan Jawa Timur menurun pada triwulan laporan. Penjualan listrik industri regional

Jawa Tengah6

tumbuh terkontraksi yakni sebesar -0,87% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya

melambat dari 2,25% (yoy) pada triwulan-I menjadi 0,66% (yoy) pada triwulan-II. Sementara itu

pertumbuhan penjualan listrik industri di Jawa Timur7

juga mengalami tren perlambatan, pada

triwulan-III 2015 tercatat terkontraksi sebesar -3,87% (yoy). Perlambatan pertumbuhan manufaktur

nasional berpotensi menurunkan pencapaian target DMO tahun 2015 yang sebesar 91 juta ton di

mana penyerapan batubara oleh PLTU sampai dengan semester I-2015 hanya sebesar 32 juta ton.

6

PLN Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta 7

PLN Wilayah Jawa Timur

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 21

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan III-2015 sektor industri pengolahan tercatat tumbuh sebesar 1,88% (yoy),

melambat dari triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,15% (yoy). Perlambatan

sektor industri pengolahan didorong oleh menurunnya permintaan domestik karet olahan terkait

kondisi pasar yang masih lesu serta harga yang masih rendah maupun pasokan bahan baku yang

terkendala produktivitas (umur tanaman yang dominan tua), cuaca (kondisi kering El Nino dan

adaptasi terhadap kondisi asap). Pertumbuhan industri otomotif domestik yang melambat seiring

dengan turunnya angka penjualan kendaraan bermotor berpengaruh terhadap permintaan karet

olahan. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit (CPO), senada dengan produksi kelapa sawit (TBS),

mengalami peningkatan.

Grafik 1.29. Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan

Grafik 1.30. Perkembangan Volume Penjualan Karet

-46.89

-33.96

-100

-50

0

50

100

150

200

0

25

50

75

100

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014 2015

% yoyRibu Ton

Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalsel (diolah)

Metode: pendekatan produksi pada data penetapan harga TBS

Produksi CPOPertumbuhan Produksi CPO (skala kanan)

24.32

29.62 38.57

-24.84

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoy

Sumber: Gapkindo Kalselteng

Dalam negeri

1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kalimantan Selatan pada triwulan III-

2015 tercatat tumbuh sebesar 7,51% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 7,31% (yoy). Peningkatan kinerja sektor PHR didorong oleh meningkatnya

meningkatnya aktitas perdagangan luar negeri maupun tingginya perdagangan barang pada saat

Ramadhan dan Hari Raya di awal triwulan laporan. Hal ini juga tercermin pada meningkatnya

pertumbuhan total bongkar dan muat barang pada triwulan laporan menjadi 0,43% (yoy) dari

triwulan sebelumnya yang masih terkontraksi sebesar -0,14% (yoy). Di sisi lain, kinerja subsektor

perhotelan masih tertekan, tercermin pada tingkat hunian hotel baik bintang maupun nonbintang

yang menurun pada triwulan laporan.

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 22

Grafik 1.31. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Trisakti

Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel

-0.14

0.43

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoyJuta Ton

Data: KSOP Banjarmasin (diolah)

Volume Bongkar dan Muat (LN & DN)

Pertumbuhan Volume Bongkar dan Muat (LN & DN)

46.35

42.86

32.39 30.11

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

%

Data: BPS Prov Kalsel (diolah)

Hotel Berbintang

HotelNon Berbintang

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 23

BOKS

Potensi Pengembangan Pariwisata Kalimantan Selatan

Potensi Pariwisata Kalimantan Selatan

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki 127 objek wisata alam/budaya, 92 objek wisata sejarah/religi

dan 80 objek wisata khusus artifisial yang tersebar 11 kabupaten dan 2 kota. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan

Nasional, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki dua Destinasi Pariwisata Nasional yakni Banjarmasin

(Kota Banjarmasin) dan Martapura (Kab. Banjar) serta 1 Kawasan Strategis Pengembangan

Pariwisata Nasional yakni Loksado (Kab. HSS). Sementara itu mengacu kepada Perda Pemerintah

Provinsi Kalsel No. 11 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah

Tahun 2013-2028, total 13 kota dan kabupaten dikategorikan ke dalam 8 wilayah Destinasi

Pariwisata Provinsi. Sejumlah destinasi wisata menjadi unggulan Provinsi Kalimantan dan cukup

banyak diulas di sosial media seperti Pasar Terapung Lok Baintan (Kota Banjarmasin), Bukit

Langgara (Kab. HSS) dan Danau Biru Pengaron (Kab. Banjar). The Hidden Paradise of South

Borneo merupakan slogan pariwisata Kalimantan Selatan yang dideklarasikan oleh Dinas

Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan yang perlu untuk diperkenalkan lebih luas. Berdasarkan

pendekatan Tourism Area Life Cycle (TALC), objek wisata seperti Pulau Kembang dan Martapura

telah memasuki fase stagnan, sehingga perlu dipertajam keunggulannya ke arah peremajaan

(rejuvenation) dan tidak terjebak ke penurunan (decline).

Gambar B1.1 Tourism Area Life Cycle (TALC) Kalimantan Selatan

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 24

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 25

Kontribusi Pariwisata Kalimantan Selatan dalam Perekonomian

Pada tahun 2014 jumlah wisnus (wisatawan nusantara/domestik) dan wisman (wisatawan

mancanegara) masing-masing tumbuh meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun

sebelumnya meski PDRB tumbuh melambat dari 5,36% (yoy) menjadi 4,85% (yoy).

Sumber: Dinas Pariwisata Prov Kalsel (diolah)

Gambar B1.2. Perkembangan Jumlah

Wisatawan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2011 2012 2013 2014 2015Q3 YTD

% yoy

Sumber: BPS Kalsel (diolah)

Sektor Utama(Tambang,Tani, Manufaktur)

PDRB

Perdagangan

Akomodasi & Makan MinumLainnya

Gambar B1.3.Pertumbuhan PDRB Sektotal Kalsel

Tabel B1.1. Distribusi PDRB Sektoral Kalsel

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015Q3 YTD

Perdagangan 7.80% 8.03% 8.60% 9.14%

Akomodasi dan Makan Minum 1.72% 1.77% 1.80% 1.82%

Sektor Utama* 57.66% 56.30% 54.49% 52.40%

Lainnya 32.82% 33.90% 35.11% 36.65%

*)Pertambangan, Pertanian, Manufaktur

Sumber: BPS Kalsel (diolah)

Output sektor pariwisata yang didekati dari pertumbuhan PDRB sektor akomodasi dan makan

minum tercatat tumbuh melambat seiring dengan perlambatan pertumbuhan PDRB Kalimantan

Selatan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Meskipun pangsa sektor akomodasi dan makan minum

masih kurang dari 2% dari PDRB, tren pangsa sektor tersebut meningkat. Dinas Pariwisata

Kalimantan Selatan menargetkan peningkatan jumlah wisnus dan wisman yang sangat pesat pada

tahun 2019.

Asesmen Sektor Pariwisata Kalimantan Selatan

Sektor pariwisata Kalimantan Selatan diukur menggunakan sejumlah indikator mengacu kepada

The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015 (World Economic Forum). Indeks memiliki

rentang nilai 0 sampai dengan 1 (semakin mendekati 1 semakin baik kondisinya). Total indikator

yang digunakan untuk menyusun Indeks Daya Saing Pariwisata sebanyak 14 indikator yang

dibangun dari 17 data. Penjelasan mengenai penggunaan data yang digunakan dalam penyusunan

indeks daya saing pariwisata dapat dilihat pada tabel B1.2.

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 26

Tabel B1.2. Data Perhitungan Indeks Daya Saing Industri Pariwisata

Pilar Indikator Daya Saing Tujuan Data Tahun Sumber Data

1 Business Environment (BE)Mengukur daya tarik

investasi

Nilai FDI sektor

pariwisata*2014 BKPM

2 Economic Contribution (EC)

Mengukur peran sektor

pariwisata (prospek

investasi)

Pangsa PDRB sektor

pariwisata* (2010p,

ADHB)

2014 BPS

3 Safety and Security (SS)Mengukur tingkat

keamananJumlah kasus kriminal 2014 BPS

4 Health and Hygiene (HH)Mengukur kemampuan

penyediaan air bersih RT

Akses RT kepada air

bersih2014 BPS

5 Human Resources (HR)

Mengukur kualitas SDM

(termasuk sektor

pariwisata)

Indeks Pembangunan

Manusia2014 BPS

6 Technology Advancement Indicator (TAI)

Mengukur peran sektor

komunikasi dalam

perekonomian

Pangsa PDRB sektor

komunikasi (2010p,

ADHB)

2014 BPS

7 Prioritization of Travel & Tourism (PTT)

Mengukur tingkat

prioritas sektor

pariwisata dari Pemda

Pangsa APBD untuk

sektor pariwisata*2014 DJPBN

8 Price Competitiveness (PC)Mengukur tingkat biaya

wisata

Tingkat inflasi (inflasi),

lama menginap, TPK2014 BPS

9 Environmental Sustainability (ES)Mengukur risiko

lingkungan

Kadar partikulat pada

kondisi ekstremOkt 2015 BMKG

10 Air Transportation Infrastructure (ATI) Mengukur kapasitas bandaraKelas runaway ,

pengelola, rute2014 Kemenhub

11 Ground an Port Infrastructure (GPI) Mengukur kapasitas jalan Kualitas jalan nasional 2014 BPS

12 Tourist Service Infrastructure (TSI)Mengukur kesiapan

akomodasiJumlah kamar 2014 BPS

13 Natural Resources (NR)

14Cultural Resources and Business Travel

(CRBT)

Sumber: Perhitungan Tim Asesmen dan Advisory KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan

*)diwakili sektor akomodasi dan makan minum

Mengukur jumlah situs

pariwisata yang dikenal

nasional & dijadikan

basis kebijakan

pengembangan

Jumlah Kawasan

Pengembangan

Pariwisata Nasional

(KPPN)

2014Dinas

Pariwisata

Enabling Environment

T&T Policy & Enabling Condition

Infrastructure

Natural & Cultural Resources

Dari hasil perhitungan indikator penyusun indeks dapat diketahui beberapa kelemahan

Kalimantan Selatan dalam industri pariwisata. Skor terendah terjadi pada aspek PTT, TSII, NCRI, BE,

EC. Rendahnya PTT menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kalimantan Selatan perlu menjadi

prioritas Pemerintah Daerah untuk meningkatkan alokasi anggaran, seiring dengan rendahnya

alokasi anggaran dalam APBD tahun 2014 (tercatat 0,27%). Rendahnya TSI menunjukkan kesiapan

fasilitas akomodasi yang relatif rendah bila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. BE dan

EC secara tidak langsung saling terkait. Pada tahun 2014 tercatat tidak ada investasi baik PMA

maupun PMDN pada sektor pariwisata Kalimantan Selatan. Pangsa sektor akomodasi dan makan

minum Kalimantan Selatan pada tahun 2014 tercatat sebesar 1,80%, lebih rendah dari Kalimantan

Barat dan Kalimantan Tengah. Sementara itu pangsa sektor tersebut di Bali, Yogyakarta dan Nusa

Tenggara Barat masing-masing sebesar 19,49%, 9,98% dan 1,81%. Indikator terakhir dengan

nilai yang rendah adalah NCRI menunjukkan sedikitnya jumlah Kawasan Pengembangan Pariwisata

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 27

di Kalimantan Selatan yang masuk ke dalam agenda nasional padahal jumlah situs wisata alam

maupun budaya Kalimantan Selatan sangat banyak dan masih terjaga keasriannya. Dengan

demikian promosi harus lebih gencar dilakukan termasuk lewat media sosial mengingat situs

wisata Kalimantan Selatan belum banyak dikenal luas.

Kalimantan Selatan sebenarnya sudah memiliki keunggulan pada kesiapan infrastruktur khususnya

konektivitas darat meski untuk kapasitas bandara perlu untuk ditingkatkan sehingga kesempatan

untuk menjelajah Kalimantan Selatan lewat jalur darat sangat dimungkinkan. Budaya asli

Kalimantan Selatan yang cenderung religius juga mendukung tingkat keamanan dengan angka

kriminalitas yang cukup rendah.

0.00.20.40.60.81.0

BE

EC

SS

HH

HR

TAI

PTTPC

ES

AT

GPI

TSI

NCRI

0

.41

0.4

1

0.6

4

0.0

0

0.4

2

Enabling Environment

T&T Policy & Enabling

Conditions

Infrastructure Natural & Cultural

Resources

Indeks Daya Saing Industri

Pariwisata

Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah

Kalimantan Timur DIY Bali

Nusa Tenggara Barat

Gambar B1.4. Indikator Penyusun

Indeks

Gambar B1.5. Indeks Gabungan Kalsel dan Benchmark

Indeks daya saing industri pariwisata Kalimantan Selatan masih lebih rendah dari Kalimantan Timur

namun lebih baik dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah (detail komparasi nasional dapat

dilihat pada lampiran B1.1). Perbaikan dari sisi dukungan pemerintah daerah, SDM, infrastruktur

dan promosi situs wisata perlu untuk terus dilakukan. Setiap entitas dalam industri perlu untuk

duduk bersama dan mengevaluasi komitmen provinsi seperti yang tertuang dalam Perda Provinsi

Kalsel No. 11 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah tahun

2013-2028.

Referensi:

[1]. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015 (WEF, 2015)

[2]. Tourism Area Life Cycle (Butler, 2011)

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 28

Lampiran B1.1. Travel & Tourism Competitiveness Index

Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks

Bali 1 0.81 1 0.78 1 0.86 2 0.83 5 0.69

Nusa Tenggara Barat 2 0.56 20 0.40 2 0.70 8 0.61 9 0.54

Jawa Tengah 3 0.56 9 0.47 21 0.38 3 0.81 1 1.00

DKI Jakarta 4 0.55 2 0.65 8 0.56 15 0.52 20 0.23

Jawa Timur 5 0.54 6 0.49 20 0.40 1 0.91 10 0.54

DIY 6 0.54 3 0.64 14 0.48 4 0.68 26 0.15

Sulawesi Selatan 7 0.54 8 0.48 6 0.59 10 0.58 8 0.54

Sulawesi Utara 8 0.52 5 0.49 4 0.61 17 0.50 14 0.31

Kalimantan Timur 9 0.51 7 0.48 16 0.45 13 0.54 3 0.77

Jawa Barat 10 0.48 18 0.41 19 0.41 5 0.67 7 0.62

Papua 11 0.48 29 0.26 3 0.67 21 0.39 4 0.69

Nusa Tenggara Timur 12 0.45 11 0.46 23 0.35 20 0.43 2 0.85

Aceh 13 0.45 13 0.45 10 0.52 16 0.52 22 0.15

Maluku 14 0.44 10 0.46 11 0.52 23 0.33 15 0.31

Maluku Utara 15 0.44 15 0.42 7 0.58 26 0.30 16 0.31

Sumatera Barat 16 0.43 25 0.36 22 0.38 9 0.61 6 0.62

Sulawesi Tenggara 17 0.43 17 0.41 5 0.61 27 0.29 21 0.15

Sumatera Selatan 18 0.42 26 0.34 12 0.51 7 0.64 29 0.00

Kalimantan Selatan 19 0.42 16 0.42 18 0.41 6 0.64 31 0.00

Sulawesi Tengah 20 0.39 19 0.40 15 0.47 28 0.27 19 0.23

Banten 21 0.37 4 0.51 25 0.30 22 0.36 27 0.15

Kep Bangka Belitung 22 0.37 12 0.45 24 0.31 19 0.46 25 0.15

R i a u 23 0.36 24 0.36 28 0.28 11 0.57 18 0.31

Gorontalo 24 0.36 14 0.44 13 0.48 30 0.16 28 0.08

Sumatera Utara 25 0.35 28 0.33 29 0.28 14 0.53 12 0.38

Lampung 26 0.35 22 0.39 17 0.43 31 0.13 13 0.38

Kalimantan Barat 27 0.34 30 0.26 30 0.25 12 0.56 11 0.46

Papua Barat 28 0.33 31 0.23 9 0.54 29 0.16 17 0.31

J a m b i 29 0.32 27 0.33 27 0.28 18 0.47 23 0.15

Kalimantan Tengah 30 0.31 21 0.40 26 0.30 24 0.32 30 0.00

Bengkulu 31 0.30 23 0.38 31 0.25 25 0.32 24 0.15

Sumber: Perhitungan Tim Asesmen dan Advisory KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan

Catatan: mengacu kepada ketersediaan data, Prov Kepri dan Prov. Sulawesi Barat diasumsikan masih bergabung

dengan Prov. Riau dan Prov. Sulawesi Selatan

Enabling

Environment

T&T Policy &

EnablingInfrastructure

Natural &

Cultural

Resources

Travel Tourism

Competitiveness

IndexProvinsi

Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 29

BAB II

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 30

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 31

2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat 7,03% (yoy), sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya (6,07%, yoy), utamanya dipengaruhi meningkatnya

permintaan saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan. Kenaikan inflasi

terutama disebabkan kenaikan harga makanan jadi/olahan dan beberapa bahan makanan menyusul

kenaikan permintaan masyarakat pada saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Namun demikian,

inflasi masih dapat sedikit tertahan oleh koreksi harga sejumlah bahan makanan penting seperti beras,

bawang merah, ikan segar, buah-buahan dan sayuran seiring cuaca yang kondusif serta peningkatan

stok persediaan dari hasil panen raya di daerah penghasil yang didukung oleh kelancaran distribusi.

2.1. KONDISI UMUM

Berlangsungnya Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri, liburan sekolah serta dimulainya tahun ajaran

baru pada awal triwulan III-2015 menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap peningkatan

inflasi pada triwulan ini sehingga inflasi tercatat sebesar 7,03% (yoy) atau 1,80% (qtq),

meningkat dari realisasi inflasi pada triwulan II-2015 yang tercatat sebesar 6,07% (yoy) atau

sebesar 1,50% (qtq). Secara umum, peningkatan inflasi dipicu oleh kenaikan harga sejumlah

kebutuhan pokok masyarakat khususnya makanan jadi/olahan saat lebaran pada awal triwulan laporan.

Sementara itu harga sejumlah bahan makanan pokok penting seperti beras, telur ayam ras, bawang

merah, aneka cabe, ikan segar, buah-buahan dan sayuran terkoreksi secara signfikan pascalebaran di

triwulan laporan seiring dengan perbaikan pasokan dan keberhasilan panen raya yang terjadi di daerah

penghasil.

Dibandingkan dengan inflasi nasional, realisasi inflasi tersebut kembali berada sedikit di atas inflasi

nasional yang tercatat sebesar 6,83% (yoy) atau 0,97% (qtq). Bila dibandingkan dengan inflasi provinsi

se-Kalimantan, pencapaian inflasi Kalimantan Selatan hanya lebih tinggi dari realisasi inflasi Kalimantan

Tengah yang tercatat sebesar 5,75% (yoy).

2

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 32

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional

Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi se-Kalimantan Triwulan III-2015

7.03

6.83

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

% yoy

Sumber: BPS (diolah)

Nasional

Kalsel

7.40

8.84

5.75

7.03 7.33

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Kalimantan Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim

% yoy

Sumber: BPS

Secara spasial, inflasi di Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi pada dua kota, yaitu Kota Banjarmasin dan

Kota Tanjung.8 Pada triwulan III-2015, inflasi Kota Banjarmasin tercatat sebesar 6,94% (yoy) atau 1,73%

(qtq) sedangkan inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 8,31% (yoy) atau 2,62% (qtq). Dengan tingginya

bobot Kota Banjarmasin dibandingkan bobot Kota Tanjung, maka pergerakan inflasi Kalimantan Selatan

lebih didominasi oleh dinamika harga di Kota Banjarmasin.

Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Secara Kuartalan (qtq)

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, Kalimantan selatan mengalami inflasi sebesar 1,80% (qtq), dengan realisasi

inflasi bulanan pada bulan Juli, Agustus, dan September 2015 masing-masing tercatat sebesar

8 Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi

pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota

Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan

7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel).

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 33

1,12% (mtm), 0,11% (mtm), dan 0,56% (mtm). Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2015 terutama

karena perayaan lebaran yang jatuh pada bulan tersebut sehingga mendorong kenaikan harga sejumlah

kebutuhan masyarakat khususnya bahan makanan dan makanan jadi serta tarif angkutan udara seiring

dengan permintaan masyarakat yang tinggi. Tekanan sedikit mereda pada bulan berikutnya seiring

dengan koreksi harga tarif angkutan udara serta penurunan harga sejumlah komoditas bahan makanan

pokok (volatile foods) karena persediaan (stok) yang cukup banyak dari hasil panen sejumlah komoditas

(beras, bawang merah, cabe merah) baik yang terjadi di daerah lokal maupun luar pulau.

Berdasarkan disagregasi inflasinya9, inflasi pada triwulan III-2015 sebagian besar disebabkan oleh

kenaikan harga komoditas-komoditas pada kelompok inflasi inti sedangkan inflasi pada kelompok

administered prices dan volatile foods relatif terjaga. Inflasi inti mengalami kenaikan yang siginfikan

yaitu sebesar 2,58% (qtq) dan memberikan andil pembentukan inflasi triwulanan yang terbesar

hingga 1,70% (qtq). Dengan kata lain inflasi inti menjadi sumber utama pembentukan inflasi pada

triwulan ini karena andil pembentukan inflasinya mencapai 94,4%. Sebagaimana biasanya, peningkatan

harga yang signifikan pada kelompok ini terkait dengan berlangsungnya lebaran pada awal triwulan.

Kenaikan harga yang terbesar terutama berasal dari sub kelompok makanan jadi dengan sumbangan

mencapai 0,71% (qtq), bahkan dari lima besar komoditas penyumbang inflasi terbesar selama triwulan

laporan empat diantaranya berasal dari subkelompok ini. Komoditas utama yang menyumbang inflasi

terbesar pada sub kelompok ini adalah ikan bakar dengan andil sebesar 0,19% (qtq), disusul oleh nasi

dengan lauk, ayam goreng, mie dan kue kering berminyak yang masing-masing memberikan andil sebesar

0,11%; 0,10%; 0,08% dan 0,07% (qtq). Fenomena kenaikan harga makanan jadi pada saat lebaran sudah

merupakan suatu kebiasaan yang berlangsung lama dan cenderung persisten dan lebih bersifat ekspektasi

dalam benak masyarakat yang menjadi salah satu tantangan berat pengendalian inflasi di negeri ini. Event

lebaran biasanya dijadikan momentum para pedagang makanan jadi atau olahan untuk men-setting harga

baru untuk produk mereka yang bukan bersifat temporer karena selanjutnya hampir tidak pernah turun

kembali meskipun terdapat penurunan harga bahan baku.

Selain makanan jadi, kenaikan harga juga berasal dari sub kelompok minuman tidak beralkohol yang

mempunyai andil sebesar 0,19% (qtq) yang disebabkan oleh kenaikan harga es, kopi bubuk, teh manis, ice

cream, minuman kesegaran, minuman ringan dan air mineral. Selanjutnya, sejumlah kenaikan harga terjadi

pada sub kelompok biaya tempat tinggal (sewa rumah), biaya pendidikan (buku tulis bergaris, TK, SD, SMP

9 Disagregasi inflasi adalah salah satu metode pengelompokan inflasi untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang

lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, yang terdiri dari:

Inflasi inti (core inflation) yaitu komponen inflasi yang cenderung persisten didalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi

oleh faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen, nilai tukar;

Volatile foods yaitu komponen inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) dalam kelompok bahan makanan

seperti panen, gangguan alam, gangguan pasokan/distribusi atau faktor perkembangan harga pangan demestik dan

internasional;

Administered prices yaitu inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) berupa kebijakan harga Pemerintah seperti

harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif jalan tol, tarif PDAM, tarif parkir, dll.

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 34

dan SMA), obat-obatan (obat dengan resep), perlengkapan rumah tangga dan kelompok sandang yang tidak

lepas dari pengaruh permintaan masyarakat yang meningkat dalam merayakan lebaran serta permulaan

tahun ajaran baru.

Selama triwulan laporan, tekanan inflasi inti cukup signifikan dengan kenaikan harga sebagian besar barang-

barang produk industri manufaktur seperti obat dengan resep, buku tulis, barang elektronik (AC), mobil,

sabun, pasta gigi, baju, kain gorden, kosmetik dan sebagainya yang hampir semuanya didatangkan dari

daerah lain atau impor. Kenaikan harga sejumlah barang hasil manufaktur tersebut diperkirakan sedikit

banyak juga terpengaruh oleh fluktuasi nilai rukar rupiah terhadap dolar AS yang relatif tertekan lebih dalam

selama triwulan III-2015 menyusul ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada Board Meeting bulan

September 2015.

Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan-III 2015

Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan-III 2015

No. KomoditasKelompok

Disagregasi

Inflasi

(qtq%)

Andil Inflasi

(qtq%)

1 Ikan bakar Core inflation 16.89 0.19

2 Sewa rumah Core inflation 1.85 0.11

3 Nasi dengan lauk Core inflation 3.36 0.11

4 Ayam goreng Core inflation 9.77 0.10

5 Mie Core inflation 4.02 0.08

6 Obat dengan resep Core inflation 10.06 0.08

7 Rokok kretek filter Adm. Prices 3.01 0.08

8 Kue kering berminyak Core inflation 7.84 0.07

9 Kacang panjang Vol. foods 32.51 0.06

10 Es Core inflation 8.94 0.06

Sumber: BPS (diolah)

No. KomoditasKelompok

Disagregasi

Inflasi

(qtq%)

Andil Inflasi

(qtq%)

1 Bawang merah Vol. foods -43.56 -0.21

2 Semangka Vol. foods -29.98 -0.10

3 Beras Vol. foods -1.00 -0.05

4 Angkutan udara Adm. Prices -3.09 -0.04

5 Tomat sayur Vol. foods -29.99 -0.04

6 Telur ayam ras Vol. foods -3.02 -0.03

7 Cabai merah Vol. foods -12.92 -0.02

8 Ikan asing telang Vol. foods -8.35 -0.01

9 Sepat siam Vol. foods -10.06 -0.01

10 Sawi Hijau Vol. foods -15.12 -0.01

Sumber: BPS (diolah)

Meskipun sempat meningkat pada awal triwulan, tekanan inflasi kelompok administered prices

berangsur mereda seiring sejumlah koreksi harga pasca lebaran sehingga inflasi tercatat sebesar

0,41% (qtq) dengan andil hanya sebesar 0,07% (qtq). Tarif angkutan udara, tarif listrik dan kenaikan

harga aneka rokok merupakan faktor utama tekanan inflasi administered prices pada awal triwulan. Tarif

angkutan udara mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan menjelang dan selama lebaran akibat

tingginya permintaan masyarakat, namun demikian dalam dua bulan berikutnya pasca lebaran mengalami

koreksi harga sehingga pada triwulan ini tarif angkutan udara mengalami deflasi dan menjadi faktor

penghambat inflasi dengan sumbangan sebesar -0,04% (qtq). Selanjutnya, tarif listrik mengalami

kenaikan yang tidak terlalu besar selama dua bulan awal khususnya pada segmen industri dan rumah

tangga kelas atas terkait dengan adjustment tarif listrik yang mengacu pada perkembangan harga

minyak, nilai tukar (kurs) dan inflasi terkini dan berangsur turun pada akhir triwulan seiring dengan

penurunan harga minyak internasional pada bulan sebelumnya. Kenaikan harga aneka rokok (rokok

kretek, rokok kretek filter, rokok putih) menjadi sumber inflasi utama selama triwulan III-2015 pada

kelompok ini dengan sumbangan total hingga sebesar 0,11%. Lebih jauh, kami mencatat bahwa

kenaikan harga aneka rokok tersebut hampir selalu terjadi tiap bulannya pada sepanjang tahun ini kecuali

di bulan Agustus 2015. Selain karena kenaikan tarif cukai kenaikan harga rokok sebesar 10% pada tahun

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 35

2015, kenaikan harga rokok ini juga dipengaruhi oleh strategi persaingan bisnis masing-masing merek

rokok tersebut dan hal inilah yang menyebabkan fluktuasi harga rokok ini sulit diprediksi.

Hal ini sedikit berbeda diperlihatkan oleh dinamika harga bahan bakar rumah tangga (BBRT) yaitu elpiji

12 kg, elpiji 3 kg, dan minyak tanah yang selama triwulan laporan justru terus mengalami penurunan

harga. Penurunan harga BBRT ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia (dari

sisi harga minyak tanah non subsidi yang sudah disesuaikan dengan harga keekonomian) serta adanya

perbaikan aturan distribusi elpiji 3 kg. Menjelang lebaran, Pertamina, Hiswana Migas dan Pemda di

Kalimantan Selatan berkomitmen untuk menertibkan atau menindak tegas agen/pangkalan gas elpiji yang

menjual elpiji 3 kg di atas harga eceran tertinggi serta menambah persediaan dalam menghadapi lebaran

sehingga harga elpiji 3 kg di tingkat eceran relatif terkendali dan menurun. Selain itu, proses konversi dari

minyak tanah ke elpiji 3 kg pada lima kabupaten tersisa di Kalimantan Selatan juga sudah mulai berjalan

sejak bulan Agustus 2015 dan diharapkan selesai sebelum akhir tahun ini yang memberikan sentiment

positif bagi dinamika harga elpiji 3 kg di tingkat eceran.

Tekanan inflasi kelompok volatile foods terjaga dengan baik, tercatat mengalami inflasi relatif

rendah tercatat sebesar 0,17% (qtq) dengan andil pembentukan inflasi hanya sebesar 0,02% (qtq).

Terjaganya tekanan inflasi volatile foods pada triwulan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pasokan

dan lancarnya distribusi seiring dengan cuaca yang kondusif serta peningkatan produksi hasil panen raya

padi maupun komoditas hortikultura baik di daerah lokal maupun yang terjadi di luar pulau. Tekanan

inflasi pada kelompok ini terutama terjadi pada awal triwulan yang bertepatan dengan perayaan lebaran

yang diikuti dengan peningkatan permintaan masyarakat sehingga sejumlah komoditas seperti daging

ayam ras, cabai merah, sejumlah sayuran dan buah-buahan mengalami kenaikan harga. Namun demikian,

seiring dengan meredanya permintaan masyarakat pascalebaran harga sejumlah komoditas tersebut

mengalami koreksi harga yang cukup signfikan sehingga tekanan inflasi dari kelompok ini relatif mereda

pada triwulan II-2015.

Dinamika harga sejumlah komoditas penting seperti beras, bawang merah, telur ayam ras dan aneka cabe

relatif stabil atau cenderung menurun selama triwulan III-2015. Harga beras tercatat stabil pada awal

triwulan meskipun bersamaan dengan perayaan lebaran serta kemudian cenderung menurun selama dua

bulan terakhir sehingga memberikan andil pembentukan deflasi yang menahan inflasi pada triwulan III-

2015 sebesar -0,05% (qtq). Penurunan harga beras ini disebabkan oleh stok persediaan yang cukup

melimpah karena bertepatan dengan panen raya padi khususnya varietas lokal (siam/unus) yang terjadi

pada triwulan laporan. Sebagaimana diketahui, preferensi masyarakat Kalimantan Selatan sebagian besar

cenderung lebih menyukai beras lokal sehingga meskipun telah terjadi panen raya padi jenis varietas

unggul pada triwulan II-2015 sebelumnya, harga beras masih terus mengalami kenaikan, baru kemudian

pada triwulan III-2015 yang bersamaan dengan panen padi varietas lokal harga beras dapat relatif

tertahan. Data produksi padi di Kalimantan Selatan memperlihatkan terjadinya peningkatan produksi pada

triwulan laporan yang berasal dari panen raya.

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 36

Selanjutnya dinamika harga bawang merah selama triwulan laporan menunjukkan penurunan harga yang

cukup signifikan dan menjadi komoditas utama yang memberikan andil deflasi terbesar pada triwulan III-

2015 yaitu sebesar -0,21% (qtq). Kondisi penurunan harga bawang merah sudah dimulai sejak akhir

triwulan II-2015 dan berlanjut disepanjang triwulan III-2015 bahkan hingga awal triwulan IV-2015.

Penurunan harga bawang merah ini terutama disebabkan oleh pasokan yang melimpah seiring panen

raya yang terjadi pada sejumlah daerah penghasil seperti di Brebes, Nganjuk dan Bima (NTB) serta

distribusi pengiriman barang yang berlangsung lancar karena kondisi cuaca yang cukup kondusif.

Grafik 2.4. Perkembangan Produksi Bawang Merah

Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan

Produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras relatif terkendali seiring cuaca yang

kondusif sehingga memberikan pengaruh positif bagi produksi produk perunggasan tersebut. Daging

ayam ras mengalami kenaikan harga pada awal triwulan karena permintaan yang tinggi semasa lebaran

dan terkoreksi dalam dua bulan berikutnya sedangkan telur ayam ras mengalami penurunan harga selama

triwulan laporan.

Aneka cabe khususnya cabe merah mengalami kenaikan harga yang signfikan pada saat lebaran yang

lebih disebabkan oleh permintaan yang meningkat. Terbukti dalam dua bulan berikutnya mengalami

penurunan harga, sehingga pada triwulan laporan cabe merah mengalami deflasi dan memberikan andil

pembentukan deflasi sebesar -0,02% qtq. Di sisi lain, cabe rawit terus mengalami kenaikan harga

yang produksinya terbatas hanya di daerah Tapin dan Hulu Sungai yang umumnya disukai oleh

masyarakat Kalimantan Selatan.

Cerita sedikit berbeda terjadi pada dinamika harga ikan gabus yang merupakan bahan makanan favorit

masyarakat Kalimantan Selatan. Ikan gabus sempat mengalami penurunan harga sepanjang triwulan II

hingga awal triwulan III-2015, namun berangsur meningkat pada dua bulan terakhir triwulan laporan.

Berdasarkan informasi anecdotal yang berasal dari pelaku usaha, pedagang dan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) terkait, penurunan harga ikan gabus yang terjadi sebelumnya disebabkan oleh pasokan

yang cukup banyak dari tangkapan nelayan yang meningkat seiring cuaca kemarau yang kondusif.

Namun seiring dengan durasi kemarau yang lebih panjang pada tahun ini yang dipengaruhi oleh

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 37

fenomena El-Nino, keadaan yang bekembang justru sebaliknya karena sebagian rawa yang menjadi

habitat ikan gabus mengalami kekeringan sehingga jumlah tangkapan ikan gabus menurun dan pasokan

berkurang yang berujung pada peningkatan harga yang signifikan sejak pertengahan triwulan III-2015

dan memeberikan sumbangan pembentukan inflasi sebesar 0,03% (qtq) pada triwulan laporan.

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara Tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III -2015 tercatat sebesar 7,03% (yoy),

mengalami peningkatan yang bersifat temporer dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

6,07% (yoy). Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, peningkatan inflasi tahunan ini lebih bersifat

temporer yang dipicu oleh shock permintaan masyarakat yang tinggi pada saat lebaran dan diperkirakan

akan berangsur menurun kedepannya seiring koreksi dan penyesuaian harga yang telah terjadi

disepanjang tahun ini dan ke depannya.

Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Secara Tahunan (yoy)

Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi

kelompok administered prices dan inflasi inti. Sedangkan tekanan inflasi pada kelompok volatile foods

cenderung mereda seiring dengan perbaikan pasokan hasil panen komoditas serta distribusi barang yang

terjaga dengan baik.

Inflasi administered prices tercatat sebesar 10,01% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 7,23% (yoy). Peningkatan inflasi tahunan pada kelompok ini

terutama disebabkan oleh berlanjutnya kenaikan harga aneka rokok disepanjang triwulan III-2015 serta

kenaikan tarif angkutan udara yang terjadi pada awal triwulan seiring kenaikan permintaan masyarakat

untuk mudik lebaran. Sementara itu, dampak kenaikan harga/tarif sejumlah kebutuhan energy

masyarakat seperti BBM, tarif listrik dan elpiji yang terjadi sebelumnya berangsur mereda.

Berdasarkan sumbangannya, inflasi administered prices tercatat mempunyai andil sebesar 1,57% (yoy)

dengan komoditas bensin yang menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan sumbangan hingga sebesar

0,36% (yoy) berangsur menurun dari sumbangan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,47%

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 38

yoy. Masih tercatatnya bensin sebagai penyumbang inflasi terbesar secara tahunan tidak lepas dari

kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM pada penghujung tahun sebelumnya sedangkan

penurunan harga BBM pada awal tahun mempunyai besaran persentase yang lebih kecil dari kenaikan

sebelumnya sehingga secara hitung-hitungan angka masih tercatat hingga triwulan laporan. Diperkirakan

dampak kenaikan harga bensin ini baru akan hilang pada akhir tahun. Sumbangan terbesar berikutnya

berasal dari bahan bakar rumah tangga yang memberikan andil sebesar 0,31% (yoy), juga semakin

mengecil dari sumbangan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,39% (yoy) seiring dengan

penurunan harga disepanjang triwulan III-2015. Berikut tarif listrik dengan sumbangan sebesar 0,26%

(yoy), juga semakin mengecil dari triwulan sebelumnya. Cerita sedikit berbeda terjadi pada aneka rokok

khususnya rokok kretek filter yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,25% (yoy), meningkat dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,22% (yoy) seiring dengan tren kenaikan harga rokok yang

terus berlanjut disepanjang triwulan III-2015.

Inflasi inti cenderung terus meningkat disepanjang tahun ini, hingga triwulan III -2015 inflasi inti

tercatat sebesar 6,75% (yoy) meningkat dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 5,87% (yoy). Tren

peningkatan inflasi inti pada triwulan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga makanan jadi, biaya

sewa rumah, biaya kesehatan dan biaya pendidikan seiring dengan perayaan lebaran, musim libur sekolah

dan permulaan tahun ajaran baru. Di samping itu, juga terdapat kenaikan harga sejumlah barang-barang

produksi manufaktur seperti barang-barang elektronik, kendaraan, produk perawatan jasmani, kosmetik

dan obat-obatan yang diperkirakan terjadi karena naiknya biaya produksi yang sedikit banyak terpengaruh

oleh perkembangan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang melemah.

Secara tahunan, andil inflasi inti merupakan yang terbesar dibandikan dengan dua kelompok lainnya.

Sumbangan inflasi inti pada triwulan III-2015 tercatat sebesar 4,47% (yoy), meningkat dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,87% (yoy). Dari daftar sepuluh besar komoditas penyumbang inflasi

terbesar secara tahunan, tercatat lima komoditas berasal dari komponen inflasi inti dengan total

sumbangan hingga sebesar 1,35% (yoy) yang sebagian besar adalah sub kemlopok makanan jadi.

Sumbangan terbesar berasal dari komoditas nasi dengan lauk yang mempunyai andil sebesar 0,36% yoy,

disusul dengan sewa rumah (0,27%-yoy), mie (0,26%-yoy), ikan bakar (0,23%-yoy) dan tarif rumah sakit

(0,22%-yoy).

Pergerakan inflasi volatile foods relatif terjaga dan cenderung menurun tercatat sebesar 5,51%

(yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,76% (yoy). Tertahannya tekanan inflasi

komponen ini disebabkan oleh perbaikan pasokan dan produksi sejumlah bahan makanan penting seiring

dengan berlangsungnya panen raya serta cuaca yang kondusif yang memperlancar distribusi barang antar

daerah. Panen padi jenis lokal yang terjadi pada triwulan laporan memberikan koreksi harga beras yang

cukup signfikan. Selain itu, stok bawang merah yang melimpah hasil panen daerah lain juga memberikan

kontribusi penurunan harga bawang merah selama triwulan laporan, disamping juga terjadi sejumlah

koreksi harga pada komoditas buah-buahan dan sayuran seperti semangka, melon, tomat sayur, wortel

dsb.

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 39

Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahunan Terbesar Triwulan-III 2015

1 Bensin Adm. Prices 11.17 0.36

2 Nasi dengan lauk Core inflation 11.48 0.36

3 Beras Vol. foods 8.15 0.36

4 Bahan bakar RT Adm. Prices 21.09 0.31

5 Sewa rumah Core inflation 4.49 0.27

6 Mie Core inflation 14.10 0.26

7 Tarif listrik Adm. Prices 10.92 0.26

8 Rokok kretek filter Adm. Prices 10.22 0.25

9 Ikan bakar Core inflation 20.24 0.23

10 Tarif RS Core inflation 15.70 0.22

Sumber: BPS (diolah)

No. KomoditasInflasi

(yoy %)

Andil inflasi

(yoy %)

Kelompok

Disagregasi

Pada triwulan ini, inflasi volatile foods memberikan andil inflasi sebesar 0,99% (yoy), berangsur menurun

dari andil pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,03% (yoy). Sumbangan terbesar berasal dari

beras yang menjadi satu-satunya komoditas volatile foods yang masuk dalam sepuluh besar komoditas

penyumbang inflasi tahunan dan mempunyai andil sebesar 0,36% (yoy) terkoreksi cukup besar dari

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,64% (yoy). Penurunan sumbangan inflasi beras tersebut

disebabkan oleh penurunan harga beras yang terjadi selama triwulan laporan seiring keberhasilan panen

raya padi jenis varietas lokal yang terjadi di sejumlah lumbung produksi wilayah Kalimantan Selatan.

Harga bawang merah juga terkoreksi cukup besar di triwulan laporan dengan sumbangan terhadap inflasi

sebesar 0,01% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,08% (yoy) yang dikarenakan

pasokan hasil panen dari luar pulau yang meningkat sehingga harga terkoreksi.

Sementara itu, salah satu komoditas penting di Kalimantan Selatan yaitu ikan gabus relatif terjaga dengan

andil pembentukan inflasi yang cukup rendah yaitu sebesar 0,003% (yoy) seiring dengan cuaca yang

kondusif dan mempermudah pasokan disepanjang triwulan II dan awal triwulan III-2015.

Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 40

Halaman ini sengaja dikosongkan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 41

BAB III

STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 42

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 43

1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kredit perbankan pada triwulan III-2015 tumbuh 4,71% (yoy), melambat dari triwulan

sebelumnya (8,49% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama

Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai

tumbuh melambat. Pertumbuhan kredit tercatat kembali melambat yang bersumber dari kredit

korporasi dengan risiko Non Performing Loan (NPL) yang relatif terjaga. Di sisi lain, pertumbuhan kredit

konsumsi meningkat merespons kebijakan pelonggaran LTV. Namun NPL-nya sedikit meningkat karena

pengaruh kenaikan angka pengangguran pada triwulan laporan. Perlambatan transaksi sistem

pembayaran terjadi pada seluruh jenis transaksi baik tunai maupun nontunai, mencerminkan perbaikan

pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas.

3.1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Kredit perbankan tumbuh melambat pada triwulan III-2015 dipengaruhi masih terbatasnya kinerja

sektor utama Kalimantan Selatan yaitu tambang batubara. Meskipun membaik, pertumbuhan sektor ini

masih terkontraksi pada triwulan berjalan. Selain itu, perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan

kredit baru merespons pelemahan kualitas kredit pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, Dana Pihak

Ketiga (DPK) kembali tumbuh meningkat sejalan dengan tingkat konsumsi rumah tangga yang terjaga.

Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset dan DPK Kalimantan Selatan

4.75% 6.52%

8.49% 4.71%

5.71% 12.85%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

%yoy

Tw. II Tw. III

Asset

Kredit

DPK

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)

3

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 44

3.1.1. Intermediasi Perbankan

Kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan menurun, tercermin dari penurunan Loan-to-

Deposit Ratio (LDR) dari 122,8% pada triwulan II-2015 menjadi 121,6% pada triwulan laporan.

Perlambatan aktivitas intermediasi perbankan didorong oleh melambatnya penyaluran kredit yang

tumbuh 4,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,49% yoy).

Perlambatan kredit terjadi pada jenis kredit konsumsi dan kredit investasi. Di sisi lain, pertumbuhan DPK

kembali meningkat dari 4,80%(yoy) pada Triwulan II-2015 menjadi 6,50% (yoy). Kenaikan DPK terjadi

pada semua jenis penempatan dana, baik giro, tabungan, maupun deposito. Kinerja sektor utama yaitu

pertambangan yang membaik meski masih terkontraksi, berdampak positif pada relatif terjaganya

kualitas kredit. Non performing loan (NPL) tercatat sebesar 3,62%, tidak jauh berbeda dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,60%.

Grafik 3.2.Pertumbuhan LDR, Kredit dan DPK

Grafik 3.3.Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya

8.49

4.714.75

6.52

122.83121.61

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

125.00

130.00

135.00

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

%% yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)

Pertumbuhan Kredit

LDR (Sb. Kanan)

Pertumbuhan DPK

1.026.91

-0.70 4.88

19.98 9.24

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

% yoy

Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, DPK (KC/KP)

Tabungan

Giro

DepositoTw. II Tw. III

Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya

11.40 5.79

4.62 -1.41

9.45 9.71

8.49 4.71

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

% yoy

Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek

Kredit Umum

Konsumsi

Modal kerja

Investasi

Tw. II Tw. III

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 45

Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan secara Spasial

Secara spasial, pertumbuhan DPK tertinggi pada triwulan III-2015 terjadi di Kabupaten Balangan

(94,78% yoy) disusul Kabupaten Hulu Sungai Selatan (42,59% yoy). Kota Banjarmasin sebagai pusat

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dengan porsi DPK terbesar di provinsi tersebut juga

mengalami peningkatan pertumbuhan DPK dari 2,41% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi 3,37%

(yoy) pada triwulan III-2015.

Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan secara Spasial

Selanjutnya, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan III-2015 terjadi di Kabupaten Barito Kuala

(23,46% yoy) disusul Kabupaten Kota Baru (18,05% yoy). Kota Banjarmasin yang porsi kredit terbesar

di Provinsi Kalimantan Selatan justru mengalami penurunan pertumbuhan kredit dari 11,74% (yoy)

pada triwulan II-2015 menjadi 2,63% (yoy) pada triwulan III-2015.

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 46

3.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi

Perlambatan kinerja kredit pada triwulan III-2015 bersumber dari melemahnya kinerja kredit sektor PHR

sebagai sektor dengan pangsa kredit terbesar. Kredit PHR tercatat terkontraksi dari triwulan II-2015

yang tumbuh sebesar 3,40% (yoy) menjadi -1,04% (yoy) pada triwulan III-2015. Hal tersebut

dikarenakan bank cenderung berhati-hati dalam penyaluran kredit baru di tengah kualitas kredit yang

agak melemah. Melemahnya kinerja sektor PHR juga diiringi dengan peningkatan NPL dari 4,42% pada

triwulan II-2015 menjadi 6,09% pada triwulan II-2015. Sementara itu kredit sektor pertanian tercatat

tumbuh membaik dari 18,89% (yoy) menjadi 23,79% (yoy) pada triwulan III-2015 dan diiringi dengan

penurunan rasio NPL dari 1,10% menjadi 0,99%. Hal tersebut senada dengan baiknya prospek sektor

pertanian khususnya tanaman bahan makanan pada triwulan laporan.

Kredit sektor pertambangan tumbuh melambat pada triwulan laporan yaitu dari 84,59% (yoy) menjadi

29,53% (yoy), dipengaruhi pertumbuhan sektor pertambangan yang masih terkontraksi meskipun

membaik pada triwulan laporan. Di sisi lain, NPL menurun dari 3,17% menjadi 2,93%.

Grafik 3.5.Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit

Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi

8.49

4.71

3.60

3.62

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

%% yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

Pertumbuhan Kredit

NPL Kredit (sk. kanan)

PERTANIAN 20.12

TAMBANG

14.36

INDUSTRI, 6.31

LISTRIK, GAS

DAN AIR, 1.13

KONSTRUKSI, 5.54

PERDAGANGAN 28.47

AKOMODASI, 1.72

TRANSPORTASI8.16

REAL ESTATE,

9.72

JASA LAINNYA, 2.13

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 47

3.1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Kredit konsumsi pada triwulan III-2015 tumbuh 9,71% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan

sebelumnya (9,45% yoy). Peningkatan penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan utamanya

bersumber dari peningkatan pertumbuhan KPR. KPR mengalami kenaikan dari 12,98% (yoy) pada

triwulan II-2015 menjadi 15,37% (yoy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, kredit multiguna dan kredit

kendaraan bermotor (KKB) sedikit melambat.

Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya

9.45 9.71

12.98 15.37

-5.87 -8.46

22.63 19.14

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

% yoy

Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek

Konsumsi Umum

MultigunaKPR

KKB

Tw. II Tw. III

Kualitas kredit konsumsi sedikit melemah, tercermin pada NPL, yaitu dari 1,46% pada triwulan II-2015

menjadi 1,55% pada triwulan laporan. Kenaikan NPL terbesar terjadi pada KPR yang merupakan kredit

konsumsi dengan pangsa kredit terbesar kedua setelah kredit multiguna. Meningkatnya angka

pengangguran sebagaimana rilis BPS per Agustus 2015, menjadi faktor yang turut melemahkan kualitas

kredit konsumsi. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebagai kredit konsumsi dengan pangsa terbesar

ketiga tercatat tumbuh melambat dari -5,87% (yoy) pada triwulan lalu menjadi semakin terkontraksi

sebesar -8,46% (yoy).

Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit

Grafik 3.10. Share Kredit Konsumsi

9.45

9.71

1.46

1.55

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

1.8

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

%% yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

Pertumbuhan Kredit

NPL Kredit (sk. kanan)

KPR, 39.40%

Ruko/Rukan, 2.19%

Kendaraan Bermotor,

11.25%

Multiguna, 42.23%

Lainnya, 4.58%

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 48

Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Konsumsi

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

%% yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Konsumsi

Pertumbuhan KPR Pertumbuhan K. MultigunaPertumbuhan KKB NPL KPRNPL Multiguna NPL KKB

3.1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Pada triwulan III-2015 jumlah kredit yang tersalurkan pada UMKM tercatat sebesar Rp 10,60 triliun atau

tumbuh negatif -0,87% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2015 yang sebesar 2,04% (yoy).

Perlambatan kredit UMKM bersumber dari perlambatan kredit UMKM pada sektor pertambangan,

pengangkutan, dan jasa sosial masyarakat. Secara umum, proporsi kredit UMKM yang disalurkan di

Kalimantan Selatan adalah sebesar 18,57% dari total keseluruhan kredit perbankan.

Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM

Grafik 3.13. Share Kredit UMKM

2.04 -0.87

7.10

7.00

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

%% yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM

Pertumbuhan Kredit UMKM

NPL Kredit UMKM (skala kanan)

Pertanian, 13.6%

Pertambangan, 3.3%

Konstruksi, 8.7%

Perdagangan, 51.3%

Pengangkutan, 5.2%

Jasa Dunia Usaha, 7.9%

Lain-lain, 0.5%

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM

Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM

0

2

4

6

8

10

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

%% yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM

Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Konstruksi

Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Pertanian (sk kanan)

NPL Konstruksi (sk kanan) NPL Perdagangan (sk kanan)

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 49

3.1.5. Perbankan Syariah

Pertumbuhan aset Perbankan Syariah membaik dari -4,64% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi 0,1%

(yoy) pada triwulan III-2015. Namun demikian, pangsa aset Perbankan Syariah terhadap total Perbankan

di Kalimantan Selatan sedikit menurun dari 6,81% menjadi 6,31%. Pembiayaan yang tersalurkan oleh

Perbankan Syariah tumbuh sebesar 0,40% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (6,75% yoy).

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga melambat, yaitu dari 0,46% (yoy) menjadi -5,08% (yoy).

Sementara itu, Non Performing Financing Perbankan Syariah relaif terjaga yaitu dari 6,87% pada

triwulan II-2015 menjadi 6,85% pada triwulan berjalan.

Grafik 3.15. Pertumbuhan LDR, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah

Grafik 3.16. Komposisi DPK Berdasarkan Kegiatan Bank

9

2.5

92

.6

92

.5

91

.9

91

.9

92

.5

92

.9

92

.1

92

.9

93

.2

93

.7

7.5 7.4 7.5 8.1 8.1 7.5 7.1 7.9 7.1 6.8 6.3

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015

Sumber: LBU Bank Indonesia, Aset, Jenis Kegiatan Bank

Aset Perbankan Konvensional Aset Perbankan Syariah

Grafik 3.17. Pertumbuhan dan NPL Pembiayan Perbankan Syariah

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 50

3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

3.2.1. Sistem Pembayaran Nontunai

Pertumbuhan nilai transaksi pembayaran nontunai baik RTGS dan kliring tercatat melambat. Hal ini

ditengarai oleh masih terbatasnya pertumbuhan sektor utama Kalimantan Selatan maupun

termoderasinya konsumsi RT. Nilai transaksi RTGS pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp63,4 triliun

atau tumbuh -8,73% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

-0,35 % (yoy). Di sisi lain, nilai transaksi kliring, pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp3,9 triliun atau

tumbuh -6,70%, sedikit melambat dibandingkan triwulan II-2015 yang tumbuh -6,25% yoy.

Grafik 3.18. Transaksi RTGS

Grafik 3.19. Transaksi Kliring

63.4

-8.73

-40

-20

0

20

40

60

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014 2015

Level Pertumbuhan (rhs)

Rp triliun % yoy

Sumber: Bank Indonesia, transaksi RTGS

3.9

-6.70

-20

0

20

40

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014 2015

Level Pertumbuhan (rhs)Rp triliun % yoy

Sumber: Bank Indonesia, SKNBI

3.2.2. Sistem Pembayaran Tunai

Pertumbuhan transaksi tunai masuk (inflow) dan keluar (outflow) tercatat melambat. Transaksi tunai

masuk (inflow) pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar -7,81% (yoy), melambat dari triwulan

sebelumnya (7,81% yoy). Demikian pula, transaksi tunai keluar (outflow), terkontraksi sebesar -9,84%

(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (28,86% yoy). Secara netto, transaksi pembayaran tunai

mencatatkan aliran bersih masuk (net inflow) sebesar Rp0,85 triliun, lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya sebesar Rp0,34 triliun. Hal ini sesuai dengan pola triwulanan yang selalu mencatatkan net

inflow lebih tinggi pada triwulan-III 2015.

Grafik 3.20. SP Tunai (Level)

Grafik 3.21. SP Tunai (Pertumbuhan)

2,876

2,025

851

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Rp. Miliar

Sumber: Bank Indonesia

Inflow Outflow Net inflow

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 51

BOKS

Mendorong Pertumbuhan Ekonomi melalui pelonggaran Kebijakan LTV / FLV

Pada 25 Mei 2015, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.17/10/PBI/DKMP

perihal Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti

dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Pelonggaran ini bertujuan

untuk menjaga pertumbuhan perekonomian nasional agar tetap berada pada momentum yang

positif serta untuk mendorong berjalannya fungsi intermediasi perbankan. Diharapkan, relevansi

dari kebijakan LTV dapat mendorong gairah perekonomian melalui konsumsi masyarakat

khususnya properti dan kendaraan bermotor.

Belajar dari kegagalan kebijakan terkait dengan kredit properti di Amerika Serikat yang berujung

pada resesi ekonomi, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan manajemen risiko pemberian kredit

properti dan kendaraan bermotor atau lebih dikenal dengan kebijakan Loan to Value (LTV). Dalam

perkembangannya, Bank Indonesia telah melakukan beberapa penyempurnaan dan perubahan

kebijakan LTV dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia

mewujudkan kebijakan tersebut pertama kali melalui SE BI No 14/10/DPNP (Bank Umum) dan SE

BI 14/33/DPbS (Bank Syariah) yang berlaku sejak 15 Juni 2012. Namun demikian, dikarenakan

masih terus meningkatnya kredit properti hingga mengakibatkan adanya kekhawatiran instabilitas

hingga Mei 2015 pasca Bank Indonesia melonggarkan LTV dengan menerbitkan Peraturan Bank

Indonesia No.17/10/PBI/DKMP yang secara lebih teknis diatur dalam SE BI No. 17/25/DKMP.

Perubahan dan penyempurnaan tersebut memiliki dampak terhadap perkembangan kredit

maupun harga properti di seluruh Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan. Hal ini tercermin

dari perkembangan kredit properti, yang terdiri dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Real

Estate, dan Kredit Konstruksi, di Kalimantan Selatan. Pada kebijakan pengetatan LTV jilid I di

tahun 2012, terlihat terdapat pengaruh terhadap turunnya pertumbuhan kredit properti.

Tingginya permintaan properti mendorong pertumbuhan kredit properti hingga mencapai

42,14% (yoy) di triwulan III-2014. Kemudian, diterbitkannya SE No. 15/40/DKMP sebagai upaya

pengetatan mengakibatkan pertumbuhan kredit properti di Kalimantan Selatan turun hingga

11,12% (yoy) di triwulan II-2015. Pada saat ini, sebagai upaya untuk menggiatkan perekonomian

yang sedang lesu, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan LTV melalui PBI No. 17/10/PBI/DKMP

tanggal 29 Mei 2015.

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 52

Tabel B2.1 Event Analysis Kebijakan LTV

32.52

15.81

42.14

11.12 10.88

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

2012 2013 2014 2015

% yoy

Sumber: Laporan Bank Umum, Kredit Lokasi Proyek

SE

BI N

O.1

4/1

0/D

PN

P SEB

I NO

.14/

33/D

Pb

S

SE

BI N

O.1

5/4

0/D

KM

P NO

.17/

10/P

BI/

DK

MP

SE

BI N

O.1

7/2

5/D

KM

P

Pengetatan (Kebijakan LTV Jilid I) Pengetatan (Kebijakan LTV Jilid II) PelonggaranKebijakan LTV

Secara umum, kredit properti masih menurun, namun demikian pelonggaran LTV terlihat

berdampak pada pertumbuhan KPR yang meningkat dari 12,96%(yoy) pada Tw.II-2015 menjadi

15,37% (yoy) pada Tw.III-2015. Peningkatan pertumbuhan KPR tersebut menunjukkan kebijakan

pelonggaran LTV secara efektif cukup berdampak untuk menggairahkan konsumsi properti di

Kalimantan Selatan untuk mendukung perekonomian, tercermin pada meningkatnya kinerja

sektor bangunan.

Tabel B2.2 Pertumbuhan Pembiayaan dan Sektor Terkait Properti

12.96 15.37

11.1210.8824.47

10.36

-24.57 -27.94

-160

-120

-80

-40

0

40

80

120

160

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

% yoy% yoy

Sumber: Laporan Bank Umum, Kredit Lokasi Proyek

Pertumbuhan K. Real Estat (Sb.Kanan)

PertumbuhanK. Properti (Total)

Pertumbuhan KPR

Pertumbuhan K. Konstruksi(Sb.Kanan)

Upaya meningkatkan gairah properti di Kalimantan Selatan juga dilakukan oleh pihak-pihak

terkait, seperti REI Kalimantan Selatan maupun kalangan perbankan, melalui berbagai kegiatan

pameran/expo perumahan.

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 53

BAB IV

KEUANGAN DAERAH

Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 54

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 55

4. KEUANGAN DAERAH

Pada triwulan III-2015, realisasi keuangan daerah Provinsi Kalimantan Selatan tercatat menguat,

baik pada sisi pendapatan, maupun pada sisi belanja. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat

sebesar 76,5% pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (74,5%).

Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi

Kalimantan Selatan pada triwulan yang sama. Dari sisi realisasi serapan belanja daerah, tercatat serapan

sebesar 60%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,0%). Dukungan belanja fiskal

yang lebih baik ini turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah.

Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah

Dari sisi pendapatan daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III -

2015 menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi serapan pendapatan

daerah tercatat sebesar 76,5% dari APBD pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama

tahun sebelumnya (63,0%). Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya

pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada bertambahnya sumber-sumber pendapatan daerah. Hal

ini terlihat pada komponen pendapatan asli daerah (PAD) yang realisasi serapannya naik menjadi 66,0%

pada triwulan laporan, lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (65,4%). Di sisi lain,

realisasi serapan pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan tercatat

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 97,5% pada triwulan III-2015, yang pada

triwulan II-2015 tercatat (93,4%).

4

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 56

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan

Namun demikian, masih tingginya Dana Perimbangan mengakibatkan tingkat kemandirian

fiskal Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Pada triwulan laporan, rasio kemandirian fiskal daerah (anggaran) tercatat sebesar 60,49%, lebih

rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (75,78%).

Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Triwulan III-2015

4.2. Realisasi Belanja Daerah

Pada sisi belanja daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-

2015 turut menguat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi serapan

pendapatan daerah tercatat sebesar 60,0% dari APBD pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode

yang sama tahun sebelumnya (58,3%). Menguatnya serapan belanja daerah turut mendorong

menguatnya pertumbuhan ekonomi. Menguatnya serapan belanja daerah utamanya bersumber dari

komponen belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan. Realisasi serapan belanja pegawai tercatat

sebesar 66,3% pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya pada

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 57

periode yang sama (60,8%). Penguatan serapan juga terjadi pada bantuan keuangan dan bantuan

sosial. Belanja Modal menguat tipis 0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, realiasi

serapan belanja barang dan jasa melemah namun secara nominal meningkat dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya.Menguatnya belanja modal dan belanja operasi adalah sinyal

positif bagi realisasi belanja pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi daerah.

Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel

Rasio belanja modal terhadap total belanja tercatat lebih rendah. Pada triwulan III-2015 rasio

belanja modal terhadap total belanja tercatat sebesar 16,85% lebih rendah dari triwulan yang sama

tahun sebelumnya 19,04%. Besarnya rasio belanja modal terhadap total belanja mencerminkan

besarnya perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Belanja modal pada

umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong

investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah.

Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Triwulan III-2015

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 58

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 59

BAB V

KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Bab IV. Keuangan Daerah

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 60

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 61

5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikiasi melemah. Berdasarkan rilis data

Ketenagakerjaan BPS periode Agustus 2015 terdapat peningkatan tingkat pengangguran dibandingkan

tahun sebelumnya. Namun demikian, sejumlah indikator dan informasi mengindikasikan adanya

perbaikan kondisi tenaga kerja pada sektor tertentu pada triwulan-III 2015.

Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga melemah

sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama

juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan

laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

5.1. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 masih belum pulih

meskipun pertumbuhan ekonomi mulai membaik. Statistik ketenagakerjaan rilis BPS bulan Agustus

2015 masih menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 4,92%

dari sebelumnya 3,80%. Jumlah angkatan kerja dan jumlah orang bekerja masing-masing naik sebesar

45,9 ribu orang dan 22,04 ribu orang dibandingkan Agustus 2014, namun jumlah pengangguran juga

naik sebesar 23,9 ribu orang dalam kurun waktu tersebut. Di sisi lain, meningkatnya persentase jumlah

angkatan yang bekerja pada sektor formal, yang didominasi oleh pekerja buruh/karyawan, merupakan

dampak dari kenaikan pertumbuhan ekonomi, meskipun masih terbatas.

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Provinsi Kalimantan Selatan Periode Agustus 2012 - Agustus 2015

(ribu jiwa)

Uraian Ags 2012 Ags 2013 Ags 2014 Ags 2015

Penduduk Angkatan Kerja (jiwa) 1,939.07 1,900.35 1,941.29 1,987.25

a. Bekerja (jiwa) 189.39 1,830.81 1,867.46 1,889.50

b. Pengangguran (jiwa) 99.68 69.54 73.77 97.75

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 72.01 69.31 0.69 69.73

Tingkat Pengganguran Terbuka (%) 5.14 3.66 3.80 4.92

Pekerja Tidak Penuh 727.59 772.38 710.73 668.37

a. Setengah Pengangguran *) (jiwa) 226.46 154.37 139.52 156.31

b. Pekerja Paruh Waktu **) (jiwa) 501.13 618.01 571.21 512.06

Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2015 dan 2014, BPS Kalsel, diolah

5

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 62

Grafik 5.1. Komposisi Pekerja berdasarkan status Pekerjaan

Grafik 5.2. Perkembangan tingkat pengangguran berdasarkan jenjang pendidikan

36

.04

36

.26

36

.97

41

.48

63

.96

63

.74

63

.03

58

.52

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Aug-12 Aug-13 Aug-14 Aug-15

Sumber: BPS Kalsel (diolah)

Grafik 5.3. Komposisi Pekerja berdasarkan Status Pekerjaan (%, Agustus 2015)

58.52

41.48

20

16

7

15

3

38

Sumber: BPS Kalsel (diolah)

FORMAL

NON FORMAL

Karyawan/Pegawai

Berusaha dibantu buruh tetap

Berusaha Sendiri

Berusaha dibantu buruh

tidak tetap

Pekerja Bebas

Pekerja Tak Dibayar

Dari sisi jenjang pendidikannya, kenaikan tingkat pengangguran paling besar terjadi pada jenjang

diploma/universitas dan SMA. Pada jenjang diploma/universitas, kenaikan pengangguran dari 4,11%

pada Agustus 2014 menjadi 6,86% pada Agustus 2015, sedangkan pada jenjang SMA, kenaikan

pengangguran menjadi 8,46% dari 7,60% pada Agustus 2014.

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 63

Tabel 5.2. Persentase Penduduk Kalimantan Selatan Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2013 – Februari 2015 (%)

Lapangan Pekerjaan Utama Agust 2012 Agust 2013 Agust 2014 Agust 2015

Pertanian 41.51 40.55 39.81 36.01

Industri 7.11 7.32 6.04 6.70

Bangunan 5.35 5.49 5.36 5.40

Perdagangan 21.34 21.42 23.28 24.43

Jasa Kemasyarakatan 13.61 14.94 15.05 17.36

Lainnya*) 11.08 10.28 10.46 10.10

Total 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2015 dan 2014, BPS Kalsel, diolah

*) Sektor lainnya terdiri dari: Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Angkutan dan keuangan

Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada

sejumlah perusahaan di wilayah Kalimantan Selatan di sepanjang triwulan III-2015 mengindikasikan

sedikit kenaikan pada jumlah tenaga kerja. Sejumlah perusahaan contact liaison menginformasikan

masih mempertahankan karyawannya, khususnya pada sektor PHR, sedangkan sektor pertanian dan

sektor tambang masih cenderung melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja sebagai salah satu

kebijakan mereka terkait dengan penurunan permintaan. Indikasi kenaikan jumlah tenaga kerja

tersebut juga tertangkap dalam Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen

yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil SKDU memperlihatkan adanya indikasi

penurunan realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan III-2015 yang tercermin dalam angka Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja yang tercatat sebesar 2,63% yang berarti bahwa

terdapat peningkatan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan

kondisi perekonomian terkini dan hasil liaison, penurunan tenaga kerja pada triwulan III-2015 terjadi

pada sektor pertambangan dan sektor pertanian yang mengalami kontraksi maupun perlambatan pada

triwulan ini.

Grafik 5.4. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja

Grafik 5.5. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 64

Selanjutnya, hasil survei konsumen menunjukkan adanya sedikit optimistisme yang

memperlihatkan indeks ketersediaan lapangan kerja disepanjang triwulan III-2015 yang tercatat sebesar

87,5 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 80,0. Namun demikian, angka

indeks yang berada di bawah 100 menunjukkan pesimisme konsumen dalam melihat ketersediaan

lapangan kerja saat ini. Perbaikan ekspektasi konsumen tersebut diperkirakan masih akan berlangsung

sebagaimana terlihat pada adanya sedikit perbaikan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dalam

enam bulan ke depan mengacu kepada indeks ekspektasi lapangan kerja yang meningkat dari 70,8

pada triwulan II-2015 menjadii 78,1 pada triwulan laporan.

5.2. KESEJAHTERAAN

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang masih belum menujukkan perbaikan yang signifikan,

tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga mengalami penurunan yang terkonfirmasi

dalam sejumlah indikator.

5.2.1 Daya beli Masyarakat

Daya beli masyarakat terindikasikan melemah pada triwulan III-2015. Hasil Survei Konsumen Kota

Banjarmasin di triwulan III-2105 menunjukkan angka indeks penghasilan konsumen (IPK) sebesar 110,0,

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 119,0. Selanjutnya, sejalan dengan pengaruh

nuansa perlambatan ekonomi pada triwulan sebelumnya, ekspektasi penghasilan masyarakat dalam

enam bulan yang akan datang juga relatif menurun sebagaimana ditunjukkan oleh indeks ekspektasi

penghasilan yang lebih rendah pada triwulan III-2015, yaitu sebesar 147,1 dari sebelumnya 148,8.

Grafik 5.6. Indeks Penghasilan Konsumen

Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan

5.2.2 Nilai Tukar Petani

Pada triwulan III-2015, nilai tukar petani (NTP) Kalimantan Selatan yang mencerminkan

tingkat kesejahteraan petani tercatat sebesar 99,7 sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 100,6. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 65

harga yang dibayar petani (Ib) ketika harga yang diterima petani (lt) mengalami sedikit penurunan.

Kenaikan indeks harga yang dibayar (Ib) oleh petani pada triwulan ini secara umum disebabkan oleh

kenaikan harga-harga kebutuhan pokok pada periode Idul Fitri dan Tahun Baru Hijriyah di awal dan di

akhir triwulan III-2015, sedangkan melambatnya indeks harga yang diterima petani (It) diakibatkan oleh

penurunan NTP tanaman bahan pangan dan tanaman perkebunan rakyat.

Tabel 5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012)

Berdasarkan subsektor, NTP Perkebunan memiliki NTP yang terendah yaitu sebesar 85,12 menurun dari

angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 86,78 poin. Rendahnya angka NTP subsektor

perkebunan ini tidak lepas dari rendahnya harga komoditas perkebunan internasional saat ini seperti

Sawit dan Karet. Sementara NTP tertinggi berada pada subsektor perikanan dan peternakan yang

masing-masing tercatat sebesar 111,27 dan 110,37 karena harga komoditas ternak dan ikan yang

relatif tinggi pada triwulan III-2015.

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 66

BOKS

Formula Baru Upah Minimum Provinsi

Upah Minimum Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp. 2.085.050,- atau naik

sebesar 11,5% dari UMP pada tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp. 1.0870.000,-. Besaran UMP

tersebut dihitung berdasarkan formula penghitungan upah minimum yang menjadi bagian dari Paket

Kebijakan Ekonomi Pemerintah Jilid IV. Ketentuan pengupahan yang baru ini diharapkan dapat

memperbaiki iklim usaha dan hubungan perusahaan dengan pekerja karena terdapat transparansi dan

kepastian mengenai besaran kenaikan upah yang mengacu pada kinerja perekonomian. Sehingga

pada gilirannya pengusaha dapat memperkirakan salah satu komponen biaya produksi dan bagi

pekerja mendapatkan kepastian kenaikan upah setiap tahunnya.

Ketentuan tersebut dilegalkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 tahun 2015 tentang

Pengupahan yang mewajibkan seluruh daerah untuk menggunakan formula penghitungan upah

dalam menetapkan UMP mulai tahun 2016 sebagai berikut:

Dimana: UMPn = Upah Minimum Provinsi yang akan datang

UMPt = Upah Minimum Provinsi tahun berjalan

Inflasit = inflasi tahun berjalan (ditetapkan dengan inflasi tahunan (year-on-year) pada

bulan September tahun berjalan)

%∆ PDB = pertumbuhan ekonomi nasional saat ini (ditetapkan pertumbuhan PDB yang

mencakup triwulan I dan II tahun berjalan dan triwulan III dan IV)

Data inflasi nasional bulan September 2015 tercatat sebesar 6,8% (yoy), sedangkan pertumbuhan

ekonomi nasional dalam periode kuartal I dan II 2015 dan kuartal III dan IV 2014 sebesar 4,8%.

Tabel B4.1 Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak Kalimantan Selatan 2015

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust

1 Banjarmasin 1,905,022 1,910,653 1,915,951 1,919,274 1,930,535 1,930,535 1,934,702 1,938,221 15,384,893 1,923,111.63

2 Banjarbaru 1,893,735 1,870,398 1,874,530 1,883,646 1,879,238 1,888,225 1,914,374 1,915,401 15,119,547 1,889,943.38

3 Banjar 1,889,615 1,872,029 1,901,311 1,902,560 1,907,512 1,910,286 1,913,836 1,914,573 15,211,722 1,901,465.25

4 Barito Kuala 1,910,241 1,949,243 1,958,287 1,963,860 2,005,092 2,066,652 2,080,487 2,082,345 16,016,207 2,002,025.88

5 Tanah Laut 1,855,476 1,846,075 1,848,625 1,865,927 1,875,749 1,885,571 1,897,887 1,891,729 14,967,039 1,870,879.88

6 Tapin 1,934,026 1,938,190 1,943,290 1,952,088 1,960,885 1,990,524 2,000,431 2,003,070 15,722,504 1,965,313.00

7 Hulu sungai Selatan 1,804,811 1,830,888 1,847,308 1,853,368 1,853,368 1,860,501 1,869,301 1,867,910 14,787,455 1,848,431.88

8 Hulu sungai Tengah 1,786,509 1,806,909 1,865,626 1,926,105 1,936,958 1,945,958 1,971,225 2,072,241 15,311,531 1,913,941.38

9 Hulu sungai Utara 1,870,794 1,904,485 1,898,249 1,997,888 2,018,531 2,018,507 2,063,834 2,053,528 15,825,816 1,978,227.00

10 Balangan 1,876,541 1,895,159 1,924,877 2,009,396 2,026,085 2,057,790 2,094,390 1,909,144 15,793,382 1,974,172.75

11 Tabalong 1,920,580 1,953,827 1,987,351 2,223,406 2,272,776 2,287,610 2,297,087 2,302,000 17,244,636 2,155,579.56

12 Tanah bumbu 1,941,888 1,934,850 1,930,745 1,936,140 1,939,659 1,954,205 1,994,465 1,995,051 15,627,003 1,953,375.38

13 Kotabaru 2,022,412 2,025,110 2,028,437 2,040,691 2,044,685 2,065,053 2,072,620 2,076,623 16,375,631 2,046,953.88

JUMLAH 24,611,650 24,737,816 24,924,587 25,474,349 25,651,073 25,861,417 26,104,639 26,021,836 203,387,366 25,423,420.81

KHL Rata-rata perbulan 1,893,204 1,902,909 1,917,276 1,959,565 1,973,159 1,989,340 2,008,049 2,001,680 15,645,182 1,955,647.75

No. Jumlah KHL Rata-rata2015

Kab/Kota

Dilihat dari sisi kesejahteraan pekerja, UMP Kalsel 2016 yang ditetapkan tersebut sudah cukup

memadai. Hal ini diindikasikan dengan data perkembangan kebutuhan hidup layak (KHL) sampai

dengan bulan Agustus 2015 yang memperlihatkan besarnya UMP 2016 yang ditetapkan berada diatas

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 67

rata-rata KHL di wilayah Kalsel. Secara spasial, angka UMP ini juga lebih tinggi dibandingkan KHL

(Agustus 2015) pada hampir semua Kab./Kota di Kalsel kecuali Kab. Tabalong. Secara Historis, selama

ini, penetapan UMP Kalsel selalu berada di atas angka KHL.

Dari penelusuran opini melalui media, angka UMP tersebut relatif dapat diterima oleh semua pihak.

APINDO Kalsel yang mewakili unsur pengusaha telah menyatakan menerima meskipun dirasa agak

memberatkan dalam kondisi perlambatan ekonomi sekarang ini. Sementara dari serikat pekerja yang

tergabung dalam Dewan Pengupahan Provinsi Kalsel memahami tekanan kondisi dunia usaha saat ini

sehingga menyatakan menerima usulan UMP 2016 tersebut.

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

2,200

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Ribu Rupiah

UMP Kalsel

KHL (t-1)*

Sumber: Disnakertrans Prov. Kalsel*KHL tersebut adalah angka KHL Kab./Kota terendah dalam bulan terakhir survey KHL (Agustus/September) tiap tahunnya sebelum dilakukan sidang penetapan usulan UMP oleh Dewan Pengupahan Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar B4.1 Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak Kalimantan Selatan 2015

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 68

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 69

BAB VI

PROSPEK EKONOMI

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 70

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bab VI. Prospek Ekonomi

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 71

6. PROSPEK EKONOMI

Pada triwulan IV-2015 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan

meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja

sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan eskpor batubara dari negara mitra utama

dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Kinerja sektor industri juga berpotensi

meningkat, khususnya CPO, seiring baiknya permintaan negara mitra maupun nasional serta dukungan

subsektor perkebunan yang sejalan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit yang menghasilkan.

Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku

usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada

akhir triwulan IV-2015 diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan mengarah kisaran 4,7% -

4,9% yoy yang dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat hasil paket

kebijakan ekonomi jilid III serta terjaganya pasokan dengan baik hingga di penghujung tahun.

6.1. PERKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI

Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan

Selatan Grafik 6.2.Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

3.7 4.0

5.44.9

3.9

3.13.9

4.2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IVf

2013 2014 2015f … 2014 2015

% yoy

Sumber: BPS (diolah)

Nasional

Kalsel

Kalimantan

6.906.70

7.30 6.90

7.307.70

7.30 7.50

1.50 1.60

-0.10

0.60

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Q1 Q2 Q3 Q4f Q1f Q2f Q3f Q4f

2015 2016f … 2014 2015f 2016f

% yoy

Sumber: Concencus Forecast

Tiongkok

India

Jepang

Kinerja perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan akan meningkat pada triwulan IV-2015

dan berada dalam kisaran 4,0%-4,2% (yoy). Peningkatan didorong oleh membaiknya permintaan

ekspor negara mitra utama dan prospek kenaikan harga batubara. Meski pertumbuhan Tiongkok masih

dalam tren melambat, namun perlambatannya telah melandai. Realisasi pertumbuhan PDB Tiongkok

pada triwulan III-2105 lebih tinggi dari proyeksi beberapa pengamat internasional. Bedasarkan data

6

Bab VI. Prospek Ekonomi

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 72

Consensus Forecast, pada triwulan IV-2015, PDB Tiongkok akan tumbuh sebesar 6,7% yoy, sama

dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan pertumbuhan ekonomi India dan

Jepang yang diprakirakan akan membaik pada triwulan-IV serta kumulatif 2015, didukung oleh

perbaikan kinerja manufaktur dan permintaan domestik. Harga batubara berpotensi naik pada

penghujung 2015 yaitu dari USD64/mt pada Tw.III-2015 menjadi USD67/mt pada Tw.IV-2015 sesuai

prakiraan harga komoditas IMF. Sementara, harga karet dan CPO diprakirakan masih tertahan

kenaikannya.

Tabel 6.1. Proyeksi Harga Komoditas

2015Q1 2015Q2 2015Q3 2015Q4 2015 2016

Batubara $/MT 65.6 63.2 63.6 66.7 64.8 70.6

Palm Oil $/MT 627.9 599.9 513.3 488.4 557.4 531.0

Karet cts/lb 78.6 81.2 81.6 77.9 79.8 86.8

Sumber: IMF (diolah)

Komodtas SatuanHarga Komoditas

Kinerja sektor industri berpotensi meningkat seiring baiknya permintaan negara mitra maupun

konsumsi domestik serta dukungan subsektor perkebunan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit

yang menghasilkan. GAPKI Kalimantan Selatan menyatakan ke depan produksi kelapa sawit (TBS)

Kalimantan Selatan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas kebun baru yang

memasuki tahap menghasilkan (umur ideal untuk panen). Di sisi lain, kinerja subsektor tanaman bahan

makanan berisiko melambat karena pengaruh negatif El-Nino terhadap sawah irigasi dan tadah hujan

yang waktu tanamnya mundur. Sementara, masa puncak produksi padi sawah rawa lebak yang

mendapat dampak positif comparative advantage dari El-Nino telah terjadi pada triwulan sebelumnya.

Selain itu, BPS merevisi pertumbuhan produksi padi 2015 pada ARAM II dari 8,32% (yoy) menjadi

2,87% (yoy). Di tengah potensi penguatan ekspor, konsumsi RT diprakirakan sedikit tertahan akibat

ekspektasi tingkat penghasilan yang relatif melemah pada triwulan mendatang.

Dengan beberapa kondisi tersebut di atas, perekonomian Kalimantan Selatan untuk keseluruhan tahun

2015 diprakirakan akan berada pada kisaran 3,7%-3,9%.

6.2. PRAKIRAAN INFLASI

Realisasi inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 atau akhir tahun 2015

diperkirakan menurun signfikan mengarah kisaran 4,7% - 4,9% yoy. Penurunan inflasi tersebut

diperkirakan akibat terjaganya pasokan bahan makanan dengan baik serta penurunan tarif atau harga

sejumlah kebutuhan energi masyarakat menyusul launching paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III

pada awal triwulan IV-2015, disamping hilangnya faktor base effect kenaikan harga BBM dipenghujung

tahun lalu. Secara triwulanan, inflasi pada triwulan IV-2015 diprakirakan berada pada kisaran 1,40%

1,60% qtq, lebih rendah dibanding realisasi inflasi pada triwulan III-2015 yang tercatat sebesar 1,80%

qtq yang akan terkonsentrasi pada bulan Desember 2015 saat menjelang perayaan natal dan tahun

baru.

Bab VI. Prospek Ekonomi

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 73

Grafik 6.3. Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan 2015

Selanjutnya risiko inflasi yang diperkirakan akan mempengaruhi dinamika inflasi pada triwulan IV-2015

adalah sebagai berikut:

1. Dari sisi inflasi inti, risiko berasal dari kenaikan permintaan masyarakat untuk konsumsi selama

lebaran khususnya dari subkelompok makanan jadi, sandang dan barang-barang produk

manufaktur yang mengalami peningkatan permintaan. Selain itu, nilai tukar rupiah yang masih

tertekan terhadap dolar AS khususnya terkait dengan risiko kemungkinan kenaikan suku bunga the

Fed pada akhir tahun menyusul membaiknya indikator ekonomi di AS juga terus membayangi

perekonomian hingga saat ini sehingga berpotensi memberikan risiko imported inflation yang

berasal dari bahan baku maupun barang konsumsi hasil impor meskipun tekanannya sedikit

tertahan oleh pelemahan daya beli menyusul perlambatan ekonomi dan masih berlangsungnya tren

penurunan harga komoditas internasional.

2. Risiko dari sisi administered prices diperkirakan relatif mereda menyusul penurunan harga sejumlah

kebutuhan energi masyarakat (BBM jenis Solar, tarif listrik dan gas elpiji non subsidi) hasil paket

kebijakan ekonomi pemerintah jilid III di awal triwulan. Potensi risiko terbesar hanya berasal dari

kenaikan tarif angkutan udara menjelang libur panjang pada akhir tahun karena tingginya

permintaan masyarakat, serta kenaikan harga aneka rokok yang terus merayap setiap bulannya

selama disepanjang tahun ini.

3. Risiko inflasi volatile foods diperkirakan akan sedikit meningkat dengan memasuki musim

penghujan dan masa tanam padi. Harga beras diperkirakan akan merangkak naik mendekati akhir

tahun 2015 dan awal tahun depan seiring berkurangnya pasokan memasuki musim tanam, namun

relatif terkendali karena produksi padi pada tahun ini yang relatif meningkat sebagai dampak positif

El-Nino pada lahan rawa lebak. Harga ikan segar khususnya ikan gabus juga diperkirakan akan

Bab VI. Prospek Ekonomi

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 74

sedikit meningkat memasuki musim penghujan, namun dengan curah hujan yang diperkirakan

relatif rendah justru diperkirakan tangkapan akan tidak terlalu sulit karena kedalaman air rawa tidak

setinggi biasanya sehingga kenaikan harga ikan gabus dapat sedikit terjaga. Harga komoditas

bahan makanan lainnya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, produk hortikultura seperti aneka

cabe dan bawang merah diperkirakan akan kembali meningkat namun masih dalam taraf yang

normal dan terkendali seiring curah hujan yang diperkirakan tidak terlalu tinggi sehingga tidak

mengganggu produksi produk perunggasan dan tanaman hortikultura.

Selanjutnya, dengan faktor risiko yang berpotensi menurun tersebut diperkirakan inflasi Kalimantan

Selatan pada akhir tahun 2015 akan mengalami penurunan yang signifikan dan berada pada kisaran

4,7% - 4,9%. Selaras dengan target inflasi nasional tahun 2015 yang juga menurun berada pada level

4,0%+1%. Dalam rangka memastikan pencapaian inflasi yang rendah dan stabil, Pemerintah Daerah,

Bank Indonesia dan Stakeholder terkait perlu senantiasa melakukan koordinasi dalam upaya

pengendalian inflasi daerah tersebut.

Tabel Prospek

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)

2012 2013

2014

2014

2015

2015*

I II III IV I II III IV

Pertumbuhan

PDRB, % yoy

6,0 5,4 5.26 5.51 4.63 4.05 4,85 3,91 3,14 3,86 4,0-4,2 3,7-3.9

Sumber : BPS Provinsi Kalsel

*) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan

Inflasi (%, yoy)

2011 2012 2013

2014 2015

I II III IV I II III IV

Perubahan IHK, % yoy 3,98 5,96 6,98 4,89 6,83 4,81 7,28 7,00 6,07 7,03 4,7 4,9

Sumber : BPS Provinsi Kalsel

*) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 75

DAFTAR ISTILAH

Administered price Komoditas inflasi yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah

daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan

pemberian otonomi daerah.

Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu

bank.

Faktor Fundamental Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi

oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output

gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Nonfundamental Faktor nonfundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan

pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh

pemerintah (administered price)

Imported inflation Inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri

(eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan

skala 1 100.

Indeks Harga Konsumen

(IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang,

dengan skala 1 100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui

peningkatan modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Loan to Deposit Ratio

(LDR)

Rasio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang

disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu

tertentu.

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data suatu bulan dengan bulan

sebelumnya.

Non Performing Loan

(NPL)

Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total

keseluruhan kreditnya

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 76

mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil

pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian

sebuah negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data suatu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban

waban

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang

bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Komoditas inflasi yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena

faktor-faktor tertentu.

West Texas Intermediate Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak

dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data suatu periode dengan periode yang

sama tahun sebelumnya.

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 77

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab

Harymurthy Gunawan

Koordinator penyusun

Mohd Irwan

Tim penulis

Muhamad Shiroth, Arief Noor Rachman, R. Hutama Jaya Wardhana, Anita Pratiwi, dan Rubiyanto

Kontributor

Tim Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah

Unit Pelaksanaan Pengembangan UMKM

Tim Sistem Pembayaran

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan

Tim Asesmen dan Advisory

Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin

No. Telp. +62 (511) 4368182 psw. 8236 No. Fax.+62 (511) 3354678

Email : [email protected], [email protected]

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 78

Halaman ini sengaja dikosongkan

KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 79

Halaman ini sengaja dikosongkan