kajian ekonomi regional - bi.go.id · harga komoditas internasional seperti cpo dan karet yang...

79
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Padang

Upload: hadung

Post on 07-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sumatera Barat

Triwulan I - 2010

Kantor Bank Indonesia Padang

Triwulan I-2010

BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI

Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Penerbit : Bank Indonesia Padang Tim Ekonomi Moneter - Kelompok Kajian Ekonomi Jl. Jenderal Sudirman 22 P A D A N G Telp : 0751-31700 Fax : 0751-27313 E-Mail : [email protected]

[email protected] [email protected] [email protected] [email protected]

i

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

anugerah-Nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sumatera Barat

(Sumbar) triwulan I-2010 dapat diterbitkan. Penyusunan KER Provinsi Sumbar dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan Bank Indonesia dalam mempertajam informasi tentang perekonomian

regional sehingga dapat mendukung formulasi kebijakan moneter Bank Indonesia. Lebih lanjut,

KER juga ditujukan sebagai informasi dan bahan masukan bagi pemerintah daerah, kalangan

perbankan di daerah, kalangan akademisi serta semua pihak yang membutuhkan informasi terkini

mengenai perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. KER ini selain diterbitkan dalam

bentuk buku, juga didiseminasikan dalam bentuk soft copy yang dapat diakses melalui

www.bi.go.id.

Perekonomian Sumatera Barat secara bertahap mulai bergerak positif setelah mengalami

tekanan akibat dampak gempa. Dampak gempa terhadap ekonomi Sumbar terlihat pada triwulan

IV-2009, dengan pertumbuhan yang hanya mencapai 0,90% (yoy). Pada triwulan I-2010 mulai

terjadi pemulihan ekonomi secara bertahap pada ekonomi Sumbar pasca gempa. Kinerja net-ekspor

menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Sumbar di tengah permintaan domestik baik

konsumsi dan investasi yang masih lemah. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan I-2010

diproyeksikan 3,56% (yoy). Sementara itu, inflasi tahunan Kota Padang pada akhir triwulan I-2010

sebesar 3,05 persen (yoy) yang didominasi oleh peningkatan harga pada Kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok, dan Tembakau.

Pada sisi perbankan, perkembangan berbagai indikator pada triwulan I-2010 menunjukkan

perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi pasca gempa. Penyaluran kredit oleh bank

umum di Sumbar menunjukkan arah positif, meskipun masih relatif terbatas dan tumbuh melambat.

Secara umum proses intermediasi perbankan umum di Sumbar berlangsung dengan baik.

Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu hingga terbitnya KER ini. Kami berharap semoga KER ini bermanfaat dan dapat

memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Kami senantiasa terbuka untuk

menerima saran dan kritik untuk perbaikan KER ke depan.

PPAADDAANNGG,, 55 MMEEII 22001100

Romeo Rissal

Pemimpin

ii

DDAAFFTTAARR IISSII

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................................... 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT................................ 4

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SUMATERA BARAT...................... 5

Boks: Ekonomi Zona Sumbagteng Mulai Kembali Bergairah

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL .......................................................... 15

Boks: Menuju Legalisasi TPID Sumatera Barat

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ................................................. 29

3.1. Intermediasi Perbankan ................................................................................... 30

3.1.1. Penghimpunan Dana Masyarakat............................................................. 31

3.1.2. Penyaluran Kredit ................................................................................... 33

3.2. Risiko Kredit Perbankan ................................................................................... 34

3.3. Risiko Pasar ...................................................................................................... 36

3.4. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM)..................................................... 37

3.5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)................................................ 39

3.6. Perkembangan Bank Umum Syariah................................................................. 41

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ...................................................... 45

4.1. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah............................................................... 45

4.2. Keuangan Pemerintah Daerah............................................................................ 47

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .................................................... 49

5.1 Transaksi Tunai..................................................................................................... 49

5.2. Transaksi Kliring................................................................................................. 50

5.3. Transaksi BI-RTGS............................................................................................. 51

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN......................................................................................... . 53

6.1. Ketenagakerjaan Daerah ..................................................................................... 53

6.2. Kesejahteraan ...................................................................................................... 55

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH.......................................... . 57

7.1. Perkiraan Ekonomi ........................................................................................... 57

7.2. Perkiraan Inflasi ................................................................................................ 60

Ringkasan Eksekutif

Bank Indonesia Padang 1

RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF

KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL

PPRROOVVIINNSSII SSUUMMAATTEERRAA BBAARRAATT

TTRRIIWWUULLAANN II -- 22001100

Pasca gempa,

perekonomian

Sumatera Barat

secara

bertahap mulai

bergerak

positif

Akselerasi

pertumbuhan

ekspor

menopang

pertumbuhan

ekonomi

Sumatera Barat

Inflasi Kota

Padang

meningkat

sebesar 3,05%

(yoy)

Inflasi tertinggi

terjadi pada

Kelompok

Makanan Jadi,

Minuman,

Rokok, dan

Tembakau.

Penyaluran

kredit tumbuh

positif seiring

Perekonomian Sumatera Barat secara bertahap mulai bergerak positif

setelah mengalami tekanan akibat dampak gempa. Dampak gempa

terhadap ekonomi Sumatera Barat terlihat pada triwulan IV-2009, dengan

pertumbuhan yang hanya mencapai 0,90% (yoy). Namun demikian

pertumbuhan ini relatif lebih baik dibandingkan perhitungan sebelumnya

yang diperkirakan akan terjadi kontraksi 0,14%. Secara keseluruhan, pada

tahun 2009 ekonomi Sumatera Barat tumbuh sebesar 4,16% (yoy), lebih baik

dibandingkan perkiraan semula sebesar 3,92% (yoy). Pada triwulan I-2010

perekonomian Sumatera Barat diperkirakan tumbuh sebesar 3,56% (yoy).

Baiknya kinerja permintaan eksternal menjadi penopang utama

pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I-2010. Pasca

gempa secara umum ekonomi Sumatera Barat banyak terbantu oleh

perkembangan permintaan eksternal, sehingga mampu mendorong ekonomi

tetap tumbuh positif di tengah permintaan domestik yang masih lemah.

Pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut diikuti oleh permintaan

ekonomi dunia kembali meningkat. Kondisi ini disertai dengan pergerakan

harga komoditas internasional seperti CPO dan karet yang terus menanjak.

Hal ini memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor Sumatera Barat

dengan CPO dan karet sebagai komoditi unggulannya. Pada triwulan IV-2009

ekspor Sumatera Barat tumbuh 11,91%, dan diperkirakan akan semakin

melesat pada triwulan I-2010 dengan tumbuh lebih dari 23%. Akselerasi

pertumbuhan ekspor ini cukup mengkompensasi pertumbuhan ekonomi

domestik baik dari konsumsi dan investasi yang diperkirakan masih tumbuh

relatif terbatas.

Setelah berada pada kisaran rendah dan stabil sepanjang tahun 2009,

inflasi Kota Padang kembali meningkat di triwulan I-2010. Dari sisi

penawaran (supply side), tekanan inflasi terjadi akibat faktor musiman belum

tibanya musim panen. Tercatat inflasi rata-rata kelompok makanan jadi di

tahun 2009 sebesar 8,84% (yoy). Setelah sempat sedikit menurun di triwulan

IV-2009, inflasi makanan jadi pada triwulan I 2010 kembali meningkat

menjadi sebesar 7,06% (yoy). Inflasi berikutnya terjadi pada kelompok

perumahan sebesar 3,53% (yoy), dan kelompok bahan makanan sebesar

2,42% (yoy). Setelah selama tiga triwulan berturut-turut mengalami deflasi,

kini kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 1,85% (yoy).

Sebaliknya, kelompok pendidikan justru mengalami deflasi sebesar 0,13%

(yoy) pada triwulan laporan.

Inflasi tahunan tertinggi masih di dominasi oleh Kelompok Makanan

Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau. Sepanjang tahun 2009, kelompok

makanan jadi hampir selalu menjadi kelompok barang dan jasa yang

mengalami inflasi tertinggi. Tercatat inflasi rata-rata kelompok makanan jadi

di tahun 2009 sebesar 8,84% (yoy). Setelah sempat sedikit menurun di

triwulan IV 2009, inflasi makanan jadi pada triwulan I 2010 kembali

meningkat menjadi sebesar 7,06% (yoy). Tingginya inflasi pada kelompok

makanan jadi disebabkan oleh tingginya inflasi subkelompok tembakau dan

minuman beralkohol akibat adanya kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun

2010.

Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan I-2010

menunjukkan perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi

pasca gempa. Penyaluran kredit oleh bank umum di Sumatera Barat

Ringkasan Eksekutif

Bank Indonesia Padang 2

berjalannya

kegiatan

ekonomi pasca

gempa

Kredit MKM

tumbuh

melambat

Penerimaan

pemerintah

meningkat

Transaksi

sistem

pembayaran

relatif stabil

Kondisi

ketenagakerja-

an dan

kesejahteraan

mulai membaik

Perekonomian

Sumatera Barat

Triwulan II-

2010

diperkirakan

tumbuh

sebesar

3,50±0,50%

Inflasi Kota

Padang

diperkirakan

meningkat

menunjukkan arah positif, meskipun masih relatif terbatas dan tumbuh

melambat. Proses intermediasi perbankan umum di Sumatera Barat

berlangsung dengan baik, seperti terlihat pada Loan-to-Deposit Ratio (LDR)

yang terus melebihi 100%. Non-Perfoming Loan (NPL) bank umum secara

keseluruhan masih relatif rendah, sedangkan NPL BPR masih perlu

mendapatkan perhatian dan pengawasan lebih. Sementara itu,

perkembangan penghimpunan DPK bank umum syariah pada triwulan I-2010

mampu mencatatkan pertumbuhan tinggi, disertai dengan jumlah

pembiayaan yang kualitasnya relatif terjaga.

Perkembangan kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) terus

mengalami pertumbuhan positif meskipun dengan arah melambat.

Pertumbuhan kredit MKM bank umum pada triwulan I-2010 sekitar 9,1%

(yoy), relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2009

yang mencapai 15,7%. Perlambatan ini bersumber dari penurunan

penyaluran kredit mikro, yang berkontraksi sekitar 35,8% (yoy). Peningkatan

terbesar terjadi pada penyaluran kredit kecil yang tumbuh tinggi dengan

mencapai sekitar 44%.

Membaiknya kondisi perekonomian pasca krisis dan pasca gempa

meningkatkan penerimaan pemerintah. Penerimaan pajak baik pajak pusat

maupun pajak daerah mengalami peningkatan. Namun demikian,

membaiknya realisasi pendapatan tersebut belum diikuti oleh optimalisasi

realisasi belanja baik realisasi belanja APBN maupun belanja APBD.

Perkembangan arus kas yang masuk dan keluar KBI Padang relatif stabil

di awal tahun 2010. Kegiatan pembayaran dengan menggunakan uang

kartal tidak mengalami gejolak berarti pasca gempa, tercermin dari

perkembangan arus kas yang stabil pada triwulan IV 2009 s.d awal tahun

2010. Sejak tahun 2007 KBI Padang selalu mengalami net inflow, hal ini

menunjukkan bahwa arus kas yang masuk ke Sumatera Barat selalu lebih

banyak dibanding arus kas yang keluar.

Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Sumbar pasca

gempa, mulai membaik. Dari jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia,

hingga bulan Maret 2010 tercatat hanya ada sebanyak 77 lowongan untuk

100.813 pencari kerja yang ada. Namun demikian, meningkatnya jumlah

pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbar cukup memberi angin

segar pada kondisi ketenagakerjaan Sumatera Barat pada umumnya.

Tercatat sebanyak 419 orang telah diberangkatkan selama periode Jan-Mar

2010. Sementara itu, kondisi kesejahteraan petani yang direfleksikan melalui

Nilai Tukar Petani (NTP) terus menunjukkan trend yang meningkat.

Pada triwulan II-2010 ekonomi Sumatera Barat diperkirakan semakin

membaik dengan tumbuh pada kisaran 3,50±0,50% seiring dengan

pemulihan kondisi ekonomi pasca gempa. Tingkat konsumsi diperkirakan

kembali bergairah. Pergerakan indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

memasuki awal triwulan II-2010 mulai memasuki area positif dengan

menanjak di atas angka 100. Pergerakan positif juga diikuti oleh Indeks

Penghasilan Saat Ini. Beberapa faktor yang diperkirakan dapat turut

mendongkrak konsumsi terkait dengan dilaksanakannya Pemilihan Umum

Kepala Daerah (Pilkada) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Pada akhir Juni 2010 dilaksanakan 14 Pilkada secara serentak di Sumatera

Barat. Selain itu, masuknya liburan sekolah pada pertengahan tahun 2010

diperkirakan dapat semakin memperbaiki kinerja konsumsi rumah tangga.

Inflasi Kota Padang pada triwulan II 2010 diperkirakan berada pada

kisaran 5,82±1% (yoy). Potensi kenaikan inflasi Kota Padang terbesar

diperkirakan berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan

bakar sebagai dampak dari kenaikan TDL. Kenaikan TDL diperkirakan akan

Ringkasan Eksekutif

Bank Indonesia Padang 3

sebesar

5,82±1,00%

(yoy)

memberikan kenaikan sumbangan inflasi Kota Padang sebesar 0,47%.

Masuknya masa liburan sekolah dan persiapan menghadapi tahun ajaran

baru yang jatuh di akhir tahun triwulan II 2010 berpotensi mendorong inflasi

pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Selain itu, pelaksanaan

Pilkada Provinsi Sumatera Barat serta seluruh kab/kota di Sumatera Barat

pada akhir Juni juga diperkirakan akan memberikan kontribusi terhadap

pergerakan harga barang-barang konsumsi.

Ringkasan Eksekutif

Bank Indonesia Padang 4

2008 2010

IV I II III IV I

MAKRO

IHK Kota Padang**) 116,03 116,08 114,53 117,72 118,41 119,62

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y %) 12,68 9,21 2,80 3,50 2,05 3,05

PDRB - harga konstan (miliar Rp) 8.973,76 9.014,03 9.072,64 9.323,41 9.054,50 9.334,68

- Pertanian 2.136,08 2.153,74 2.163,83 2.225,20 2.218,73 2.291,89

- Pertambangan dan Penggalian 276,06 278,13 279,27 283,45 284,59 289,17

- Industri Pengolahan 1.140,02 1.149,06 1.159,81 1.171,42 1.105,69 1.124,75

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 103,56 107,51 108,99 110,33 104,39 107,33

- Bangunan 448,30 451,35 453,32 454,92 454,36 482,84

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.664,78 1.666,28 1.682,44 1.774,20 1.550,16 1.605,50

- Pengangkutan dan Komunikasi 1.266,79 1.271,65 1.277,19 1.315,84 1.341,41 1.371,87

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 466,92 467,87 469,74 475,74 481,55 487,66

- Jasa 1.471,26 1.468,44 1.478,04 1.512,30 1.513,63 1.573,66

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6,35 5,82 5,11 7,88 0,09 3,56

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)*** 321,22 251,85 304,10 328,58 300,59 230,66

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)*** 791,61 769,73 633,93 801,86 567,87 401,71

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)*** 36,52 10,06 6,80 14,79 17,38 25,82

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)*** 78,44 41,62 23,31 40,94 79,73 69,06

PERBANKAN***

Bank Umum

Total Aset (Rp triliun) 20,37 21,92 22,63 22,94 24,31 25,40

DPK (Rp Triliun) 14,86 15,72 15,69 15,48 17,15 15,44

- Tabungan (Rp Triliun) 6,88 6,31 6,67 6,94 4,05 4,23

- Giro (Rp Triliun) 3,60 4,58 4,10 4,68 8,62 6,67

- Deposito (Rp Triliun) 4,38 4,83 4,91 4,68 4,49 4,51

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 16,14 16,43 17,37 16,48 17,79 17,73

- Modal Kerja 6,71 6,58 6,85 5,91 6,42 6,37

- Investasi 2,82 3,01 3,41 3,13 3,67 3,67

- Konsumsi 6,61 6,83 7,11 7,43 7,69 7,69

- LDR (%) 108,61 104,53 110,72 106,96 103,68 114,82

NPL (gross, %) 1,69 2,06 2,05 2,37 4,06 4,27

Kredit UMKM (triliun Rp)

Kredit Mikro (<Rp 50 juta) (triliun Rp) 4,79 4,67 4,59 4,22 4,29 3,00

Kredit Kecil (Rp 50 juta < X ≤ Rp 500 juta) (triliun Rp) 5,06 5,40 5,98 6,76 7,09 7,78

Kredit Menengah (Rp 500 juta < X ≤ Rp 5 miliar) (triliun Rp) 2,38 2,39 2,60 2,66 2,76 2,83

Total Kredit MKM (triliun Rp) 12,23 12,47 13,17 13,64 14,15 13,60

NPL MKM gross (%) 1,80 2,30 1,98 2,29 2,20 2,37

BPR

Total Aset (Rp triliun) 0,96 0,98 1,01 1,00 1,10 1,09

DPK (Rp Triliun) 0,58 0,63 0,63 0,61 0,72 0,71

- Tabungan (Rp Triliun) 0,35 0,37 0,37 0,35 0,43 0,41

- Deposito (Rp Triliun) 0,22 0,26 0,26 0,26 0,29 0,29

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 0,65 0,70 0,74 0,74 0,75 0,77

- Modal Kerja 0,40 0,44 0,47 0,08 0,48 0,50

- Investasi 0,09 0,09 0,09 0,08 0,08 0,08

- Konsumsi 0,16 0,17 0,19 0,19 0,19 0,19

Kredit UMKM (triliun Rp) 0,65 0,52 0,55 0,54 0,54 0,54

Rasio NPL Gross (%) 6,35 7,03 7,48 8,37 11,31 12,84

LDR (%) 123,35 115,19 118,62 123,09 104,48 108,54

Keterangan :

* Angka PDRB Tw.I-2010 merupakan proyeksi Bank Indonesia

** Menggunakan tahun dasar 2007=100

*** Angka impor dan ekspor Tw. I-2010 angka sementara, posisi Februari 2010, open file

*** Data Perbankan untuk Triwulan I-2010 menggunakan posisi akhir Februari 2010

Sumber :

- Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS

- Data Ekspor Impor berasal dari DSM-BI

- Data Perbankan berasal dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (Sekda) - BI

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Sumatera Barat

INDIKATOR2009

5 Bank Indonesia Padang

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

SUMATERA BARAT

Perekonomian Sumatera Barat secara bertahap mulai bergerak positif

setelah mengalami tekanan akibat dampak gempa. Dampak gempa

terhadap ekonomi Sumbar terlihat pada triwulan IV-2009, dengan pertumbuhan

yang hanya mencapai 0,90% (yoy) (Grafik 1.1). Namun demikian pertumbuhan ini

relatif lebih baik dibandingkan perhitungan sebelumnya yang diperkirakan akan

terjadi kontraksi 0,14%. Secara keseluruhan, pada tahun 2009 ekonomi Sumbar

tumbuh sebesar 4,16%, lebih baik dibandingkan perkiraan semula sebesar 3,92%.

Pada triwulan I-2010 perekonomian Sumbar diperkirakan tumbuh sebesar 3,56%.

Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang

Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Zona Sumatera Bagian Tengah (yoy)

Perekonomian Zona Ekonomi Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng)1

diperkirakan akan terus melaju seiring pembalikan ekonomi sejak kuartal

akhir 2009. Pada triwulan I-2010 perekonomian Riau, Jambi dan Kepulauan Riau

semakin bergairah dan menunjukkan peningkatan positif. Riau diperkirakan

tumbuh sebesar 3,01%, kemudian Jambi 5,94% serta diikuti oleh Kepulauan Riau

yang mampu mencatatkan pertumbuhan sekitar 7,5% (Grafik 1.2). Sementara itu,

ekonomi Sumbar yang semula melewatkan momentum pembalikan ekonomi

1 Bank Indonesia membagi wilayah ekonomi Sumatera menjadi 3 Zona Ekonomi yaitu Zona Sumatera

Bagian Utara (Aceh dan Sumut), Zona Sumatera Bagian Tengah (Sumbar, Riau, Jambi, Kepri), dan Zona

Sumatera Bagian Selatan (Sumsel, Babel, Lampung, Bengkulu).

5.66%

6.29%6.69%

6.71% 6.58%6.10%

6.44%

6.35%5.83%

5.01%

5.12%

0.90%

3.56%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

yoy

rata-rata

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Sumbar Riau Jambi Kepri

Pe

rse

n

2009 I

2009 II

2009 III

2009 IV

2010 I

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 6

seperti daerah-daerah lainnya di Zona Sumbagteng pada triwulan IV-2009,

diperkirakan mulai kembali melakukan pengejaran pertumbuhan.

Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang

Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang

Grafik 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy)

Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy)

Baiknya kinerja permintaan eksternal menjadi penopang utama

pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan I-2010. Pasca gempa secara

umum ekonomi Sumbar banyak terbantu oleh perkembangan permintaan

eksternal, sehingga mampu mendorong ekonomi tetap tumbuh positif di tengah

permintaan domestik yang masih lemah. Pemulihan ekonomi global yang terus

berlanjut diikuti oleh permintaan ekonomi dunia kembali meningkat. Kondisi ini

disertai dengan pergerakan harga komoditas internasional seperti CPO dan karet

yang terus menanjak. Hal ini memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor

Sumbar dengan CPO dan karet sebagai komoditi unggulannya. Pada triwulan IV-

2009 ekspor Sumbar tumbuh 11,91%, dan diperkirakan akan semakin melesat

pada triwulan I-2010 dengan tumbuh lebih dari 23% (Grafik 1.3). Akselerasi

pertumbuhan ekspor ini cukup mengkompensasi pertumbuhan ekonomi domestik

baik dari konsumsi dan investasi yang diperkirakan masih tumbuh relatif terbatas.

Konsumsi rumah tangga mulai mengalami pemulihan dan secara

perlahan kembali bergairah. Dampak gempa mengakibatkan konsumsi rumah

tangga pada triwulan IV-2009 anjlok hingga mengalami penurunan sebesar

4,43%. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya ruang dan pilihan konsumsi akibat

masih banyaknya pasar maupun tempat usaha yang masih belum beroperasi.

Memasuki triwulan I-2010, kegiatan konsumsi mulai bergerak kembali. Indikator

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Maret 2010 sudah mendekati

kembali area positif dengan posisi pada 97,75 (Grafik 1.5). Penyaluran kredit

konsumsi mengalami peningkatan 12,44% (yoy) (Grafik 1.7) yang didorong oleh

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

I II III IV I

2009 2010

Pe

rse

n

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Pemerintah

Investasi (PMTB)

Permintaan Domestik

Net Ekspor

-8.00

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

Pe

rta

nia

n

Ind

ust

ri P

en

go

lah

an

Ba

ng

un

an

PH

R

Ke

ua

ng

an

, Pe

rse

wa

an

&

Jasa

Jasa

-Ja

sa

Pe

rse

n

2009 Q.1 2009 Q.22009 Q.3 2009 Q.42010 Q.4

7

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

peningkatan pada kredit konsumsi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Apartemen

(KPA) untuk tipe ≤ 70 m2 (Grafik 1.8). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

masyarakat kembali mengalokasikan konsumsinya untuk perbaikan tempat

tinggal dan relokasi pemukiman yang menjauhi daerah rawan gempa dan

tsunami.

Sumber: Survei Konsumen, KBI Padang

Sumber: DPKD, Sumbar

Grafik 1.5. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Sumatera Barat

Grafik 1.6. Perkembangan Penjualan Sepeda Motor di Sumatera Barat

Sumber: Sekda, BI Sumber: Sekda, BI

Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Konsumsi Lokasi Proyek Sumbar

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Konsumsi KPR dan KPA tipe ≤ 70 m

2 Lokasi Proyek Sumbar

Mulai menggeliatnya konsumsi juga terlihat pada jumlah tabungan

perseorangan di bank umum yang mengalami penurunan. Sebelumnya

jumlah tabungan perseorangan mencapai puncaknya pada akhir 2009 mencapai

Rp 12,8 triliun (Grafik 1.9). Seiring dengan pulihnya kegiatan usaha, diikuti

dengan berjalannya kembali konsumsi, terlihat pada jumlah tabungan

perseorangan pada triwulan I-2010 menurun menjadi Rp 11,1 triliun. Selain itu,

tingkat penjualan kendaraan bermotor khususnya mini bus berada pada

kecenderungan yang terus mengalami peningkatan (Grafik 1.6).

0

20

40

60

80

100

120

140

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009 2010

Ind

eks

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

Ap

r-0

7M

ay-0

7Ju

n-0

7Ju

l-0

7A

ug-

07

Sep

-07

Oct

-07

No

v-0

7D

ec-

07

Jan

-08

Feb

-08

Mar

-08

Ap

r-0

8M

ay-0

8Ju

n-0

8Ju

l-0

8A

ug-

08

Sep

-08

Oct

-08

No

v-0

8D

ec-

08

Jan

-09

Feb

-09

Mar

-09

Ap

r-0

9M

ay-0

9Ju

n-0

9Ju

l-0

9A

ug-

09

Oct

-09

No

v-0

9D

ec-

09

Jan

-10

Feb

-10

Min

ibu

s (u

nit

)

Sep

ed

a M

oto

r (u

nit

)

Sepeda Motor

Minibus

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Trili

un

Ru

pia

h

Total Kredit Konsumsi

Rata-Rata Kredit Konsumsi

0

100

200

300

400

500

600

700

Mili

ar R

up

iah

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 8

Sumber: Survei Konsumen dan SEKDA, BI

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.9. Perkembangan Jumlah Tabungan Perseorangan Bank Umum di Sumbar dan Indeks

Penghasilan Saat Ini

Grafik 1.10. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumbar

Sumber: Sekda, BI

Sumber: Sekda, BI

Grafik 1.11. Pertumbuhan (yoy) Kredit Investasi di Sektor Pertanian Lokasi Proyek di Sumbar

Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Lokasi Proyek di Sumbar (yoy)

Kegiatan investasi mulai bergerak, sebagian besar terkait dengan

pengeluaran investasi untuk pemulihan kegiatan usaha pasca gempa.

Pertumbuhan investasi pada triwulan IV-2009 terlihat pada perkembangan Produk

Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 2,64%. Investasi mulai terlihat pada

peningkatan kredit investasi, khususnya pada sektor properti (Grafik 1.12). Kondisi

ini terkait dengan kebutuhan para pelaku usaha untuk membangun dan

merenovasi tempat usahanya yang mengalami kerusakan akibat gempa. Pada

triwulan I-2010 peningkatan kredit investasi properti mengalami peningkatan

lebih dari 300%, meskipun secara nominal nilainya hanya mencapai Rp 66,3 miliar.

Peningkatan kredit investasi sangat terlihat di Kota Padang, sebagai daerah yang

terkena dampak gempa terbesar (Grafik 1.13). Hasil liasion juga mengkonfirmasi

bahwa investasi terjadi di tingkat perusahaan, seperti pada distributor kendaraan

utama di Sumbar yang mengalami peningkatan pengeluaran investasi khusus

untuk merekonstruksi gedung dengan biaya hingga Rp3,5 miliar. Di sisi lain, dana

rehabilitasi dan rekonstruksi tahap I yang telah masuk melalui APBN di rekening

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2008 2009 2010

Ind

eks

Trili

un

Ru

pia

h

Posisi Tabungan Perorangan (sisi kiri)

Indeks Penghasilan Saat Ini

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

Jan

-07

Fe

b-0

7M

ar-

07

Ap

r-0

7M

ay

-07

Jun

-07

Jul-

07

Au

g-0

7S

ep

-07

Oc

t-0

7N

ov

-07

De

c-0

7Ja

n-0

8F

eb

-08

Ma

r-0

8A

pr-

08

Ma

y-0

8Ju

n-0

8Ju

l-0

8A

ug

-08

Se

p-0

8O

ct-

08

No

v-0

8D

ec

-08

Jan

-09

Fe

b-0

9M

ar-

09

Ap

r-0

9M

ay

-09

Jun

-09

Jul-

09

Au

g-0

9S

ep

-09

Oc

t-0

9N

ov

-09

De

c-0

9Ja

n-1

0F

eb

-10

Ma

r-1

0

To

n

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan* Feb*

2009 2010

-

10

20

30

40

50

60

70

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

Q1

-20

09

Q2

-20

09

Q3

-20

09

Q4

-20

09

Q1

-20

10

*

Mili

ar R

up

iah

Mili

ar R

up

iah

Investasi properti (sisi kanan)

Investasi agrobisnis

Investasi lainnya

9

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

pemerintah daerah, realisasi untuk pembangunan kembali prasarana jalan dan

tata ruang pemukiman baru mencapai Rp 15,12 miliar dari total Rp 209,13 miliar

yang dialokasikan (Grafik 1.14).

Sumber: Sekda, BI

Sumber: TPT Rehab-Rekon BNPB

Grafik 1.13. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Lokasi Proyek Kab/Kota Sumbar

Grafik 1.14. Realisasi Dana Rehabilitasi dan Rekonstruksi untuk Prasarana Jalan dan Tata Ruang

Pemukiman Tahap I

Momentum peningkatan harga CPO dan karet belum diikuti oleh

peningkatan investasi di bidang agrobisnis. Beberapa pemain utama

perkebunan kelapa sawit dan karet di Sumbar belum mampu merespon trend

peningkatan harga CPO dan karet di pasar nasional untuk berinvestasi

meningkatkan produksinya. PT Lembah Karet, sebagai pemain besar perkebunan

karet di Sumbar berdasarkan hasil liasion belum melakukan investasi untuk

ekspansi produksi karetnya. Hal ini terjadi karena lahan pertanian karet di Sumbar

semakin berkurang. Begitu pula terjadi pada PT Incasi Raya, semakin terbatasnya

lahan kelapa sawit tidak hanya di Sumbar melainkan juga di Sumatera,

mendorong perusahaan berinvestasi untuk membuka lahan baru di luar wilayah

Sumatera pada tahun 2010. Situasi ini juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit

investasi di sektor pertanian yang relatif stagnan (Grafik 1.12).

Realisasi belanja pemerintah di Sumbar pada triwulan I-2010 masih

rendah seperti pola pada tahun-tahun sebelumnya. Realisasi belanja

pemerintah pusat di Sumbar menurun 8,87% dibandingkan periode yang sama

tahun lalu. Penurunan paling tajam terjadi pada kelompok belanja investasi

sebesar 31,04% atau Rp 19,33 miliar. Hal yang sama juga terjadi pada realisasi

belanja APBD Pemprov Sumbar yang baru tercapai sebesar 8,19%. Pendorong

pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan I-2010 dari sisi belanja pemerintah

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Mili

ar R

upia

h

Q4.2009

Q1.2010* 209.13

15.12

0

50

100

150

200

250

Prasarana Jalan dan Tata Ruang Pemukiman

Mili

ar R

up

iah Pagu

Realisasi Maret 2010

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 10

diharapkan dapat terbantu melalui realisasi dana rehabilitasi dan rekonstruksi

tahap I melalui APBN. Namun demikian, dari total sekitar Rp 313 miliar hingga

Maret 2010 baru terealisasi sekitar Rp 18,3 miliar. Realisasi tersebut digunakan

untuk pelaksanaan pilot project rekonstruksi pemukiman melalui Kelompok

Masyarakat (Pokmas) dengan difaslitiasi oleh Tim Pendamping Masyarakat (TPM).

Relatif lambatnya realisasi tersebut karena dana rehabilitasi dan rekonstruksi yang

sudah masuk ke rekening pemerintah untuk realisasinya harus mengikuti prosedur

dan administrasi keuangan seperti biasa.

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Sumber: Depkeu, diolah Grafik 1.15. Perkembangan Simpanan Pemerintah

Daerah di Bank Umum Sumbar Grafik 1.16. Perkembangan Realisasi Belanja

APBN di Sumbar

Net-ekspor Sumbar terus melejit seiring dengan pemulihan ekonomi

global dan peningkatan harga komoditas di pasar internasional.

Pertumbuhan net ekspor Sumbar pada triwulan IV-2009 mencapai 34,25% (yoy).

Pertumbuhan positif diproyeksikan terus berlanjut hingga triwulan I-2010, seperti

terlihat pada perkembangan nilai ekspor non migas Sumbar pada Februari 2010

mencapai USD 128,78 juta, atau tumbuh 44,12% dibandingkan tahun lalu (Grafik

1.17). Tingginya pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan nilai ekspor

CPO 41,99% dan karet 150,68% (Grafik 1.19). Peningkatan net ekspor dipicu oleh

meningkatnya rata-rata harga CPO di pasar internasional dari semula USD

725,46/metric ton pada akhir 2009 menjadi USD 791,26 pada akhir triwulan I-2010

(Grafik 1.18). Begitupula pada rata-rata harga karet, yang meningkat dari

USD283,14/kg menjadi USD 354,01/kg. Selain itu, pemulihan ekonomi pada

beberapa negara mitra dagang utama ekspor juga turut menjadi pemicu

tingginya kinerja net ekspor. Pada triwulan I-2010 net ekspor diproyeksikan dapat

tumbuh mencapai sekitar 60,72% (yoy).

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

Se

pO

ct

No

vD

ec

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ay

Jun

Jul

Au

gS

ep

Oc

tN

ov

De

cJa

nF

eb

Ma

rA

pr

Ma

yJu

nJu

lA

ug

Se

pO

ct

No

vD

ec

Jan

*F

eb

*

2007 2008 2009 2010

Mil

iar

Ru

pia

h

-

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

I-2006 I-2007 I-2008 I-2009 I-2010

Pangsa Belanja Operasional Pangsa Belanja Investasi

Total Belanja Belanja Operasional

Belanja Investasi

11

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.17. Perkembangan Ekspor dan Impor Sumatera Barat

Grafik 1.18. Perkembangan Rata-Rata Harga Internasional CPO dan Karet

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.19. Perkembangan Nilai Ekspor Sumbar Grafik 1.20. Perkembangan Volume Ekspor Sumbar

Sektor pertanian mengalami pertumbuhan relatif tinggi, didorong oleh

menggeliatnya subsektor tanaman perkebunan. Pertumbuhan sektor

pertanian pada triwulan I-2010 diperkirakan dapat mencapai 6,41%, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,87% (Grafik 1.21). Pertumbuhan

tersebut terjadi seiring dengan kecenderungan peningkatan pertumbuhan

subsektor tanaman perkebunan dari 6,56% pada triwulan IV-2009 menjadi 8,69%

pada triwulan I-2010. Hal ini tidak terlepas dari peran peningkatan harga

komoditas unggulan sektor perkebunan, kelapa sawit dan karet, di pasar

internasional. Indikator Nilai Tukar Petani (NTP) Tanaman Perkebunan Rakyat juga

menunjukkan peningkatan, dari 125 pada akhir 2009 menjadi 127,3 pada bulan

Februari 2010 (Grafik 1.22). Salah satu perusahaan perkebunan terbesar di

Sumbar, PT Bakrie Sumatera Plantation, hingga akhir tahun 2009 mencatatkan

nilai dan volume penjualan CPO dan karet meningkat, dan peningkatan ini

diperkirakan akan terus berlanjut hingga triwulan I-2010 (Grafik 1.23 dan 1.24).

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Oc

t

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Oc

t

No

v

De

c

Jan

Fe

b

2008 2009

rib

u U

SD

Ekspor

Impor

Trade Balance

Rata-Rata Ekspor Per Tahun

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

-

50

100

150

200

250

300

350

400

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Agt

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Agt

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Mar

2008 2009 2010

USD

/me

tric

to

n

USD

/kg

Karet (sisi kiri)

CPO (sisi kanan)

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Oc

t

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Ok

t

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Oc

t

No

v

De

s

Jan

Fe

b

2007 2008 2009 2010

Rib

u U

SD

Total Lemak, Minyak dan Malam Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

Oc

t

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Ok

t

No

v

De

c

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Oc

t

No

v

De

s

Jan

Fe

b

2007 2008 2009 2010

To

n

Total Lemak, Minyak dan Malam Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 12

Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang

Sumber: BPS

Grafik 1.21. Pertumbuhan Sektor Pertanian Sumbar (yoy)

Grafik 1.22. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumbar

Sumber: PT Bakrie Sumatra Plantation

Sumber: PT Bakrie Sumatra Plantation

Grafik 1.23. Perkembangan Nilai Penjualan Produksi Karet dan CPO PT Bakrie Sumatra

Plantation

Grafik 1.24. Perkembangan Volume Penjualan Produksi Karet dan CPO PT Bakrie Sumatra

Plantation

Subsektor tanaman bahan makanan diperkirakan masih dapat tumbuh

positif meskipun menghadapi sejumlah kendala. Mundurnya masa tanam

padi menyebabkan mundurnya masa panen padi bagi sebagian petani. Informasi

Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyatakan bahwa dampak el nino

menyebabkan mundurnya masa tanam padi. Situasi juga diperburuk dengan

tingginya intensitas hujan yang mengakibatkan sebagian hasil panen tidak

maksimal karena tingginya kadar air pada padi. Kondisi ini berdampak pada stok

di penggilingan menipis sehingga terjadi peningkatan rata-rata harga gabah

kering panen (GKP) dari Rp 3025,7/kg pada Desember 2009 menjadi Rp 3389,5/kg

pada Februari 2010 (Grafik 1.25). Namun demikian, kinerja subsektor tanaman

bahan makanan secara umum diperkirakan masih dapat relatif terjaga dengan

melihat NTP Tanaman Pangan Desember 2009-Februari 2010 hanya mengalami

sedikit penurunan dari 99,5 menjadi 99,43 (Grafik 1.22). Selain itu, berdasarkan

Angka Ramalan I, optimisme produktivitas padi pada 2010 juga masih terlihat,

yaitu terjadinya peningkatan produktivitas padi dari semula 47,91 kuintal/hektar

pada 2009 menjadi 48,7 kuintal/hektar pada 2010 (Grafik 1.26).

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan

Sektor Pertanian

80.00

90.00

100.00

110.00

120.00

130.00

140.00

May

-08

Jun

-08

Jul-

08

Au

g-0

8

Sep

-08

Oct

-08

No

v-0

8

De

c-0

8

Jan

-09

Feb

-09

Mar

-09

Ap

r-0

9

May

-09

Jun

-09

Jul-

09

Au

g-0

9

Sep

-09

Oct

-09

No

v-0

9

De

c-0

9

Jan

-10

Feb

-10

Ind

eks

NTP

Tanaman Pangan

Hortikultura

TPR

13

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

Sumber: BPS

Sumber: Departemen Pertanian RI

Grafik 1.25. Perkembangan Rata-Rata Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Sumbar

Grafik 1.26. Perkembangan Produktivitas Padi

Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang

Sumber: DPKD, Sumbar

Grafik 1.27. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Sumbar (yoy)

Grafik 1.28. Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor untuk Kegiatan Usaha di

Sumbar

Sektor industri pengolahan pada triwulan I-2010 belum mengalami

perbaikan signifikan. Kontraksi pada sektor industri pengolahan diperkirakan

terus berlanjut. Pasca gempa, pada triwulan IV-2009 mengalami kontraksi sebesar

3,01%, dan pada triwulan I-2010 kontraksi tersebut masih terjadi dengan

pertumbuhan sebesar -2,12% (Grafik 1.27). Determinan utama terjadinya

kontraksi ini berasal dari subsektor industri makanan, minuman dan tembakau

dan subsektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, yang masing-masing pada

triwulan I-2010 tumbuh -2,04% dan -4,64% (yoy). Perkembangan subsektor

industri semen dan barang galian bukan logam relatif stagnan, hanya tumbuh

0,21% (yoy). Hal ini terlihat pula oleh indikator penjualan kendaraan bermotor

untuk keperluan kegiatan industri dan perkembangan impor bahan baku untuk

industri olahan yang menunjukkan trend penurunan (Grafik 1.28 dan 1.29). Selain

itu, kredit perbankan ke sektor industri juga masih tertahan, dan bahkan pada

triwulan I-2010 tumbuh sekitar -24% (yoy) (Grafik 1.30).

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

May

-07

Jun

-07

Jul-

07

Au

g-0

7Se

p-0

7O

ct-0

7N

ov-

07

De

c-0

7Ja

n-0

8Fe

b-0

8M

ar-0

8A

pr-

08

May

-08

Jun

-08

Jul-

08

Au

g-0

8Se

p-0

8O

ct-0

8N

ov-

08

De

c-0

8Ja

n-0

9Fe

b-0

9M

ar-0

9A

pr-

09

May

-09

Jun

-09

Jul-

09

Au

g-0

9Se

p-0

9O

ct-0

9N

ov-

09

De

c-0

9Ja

n-1

0Fe

b-1

0

Rp

/Kg

0

10

20

30

40

50

60

Sumatera Barat Riau Jambi Kepulauan Riau

kuin

tal/

he

ktar

2009

2010-ARAM I

-8.00%

-6.00%

-4.00%

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Sektor Industri Pengolahan

Makanan, Minuman dan Tembakau

Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki

Semen & Brg. Galian bukan logam

0

50

100

150

200

250

300

Jan

-07

Feb

-07

Mar

-07

Ap

r-0

7M

ay-0

7Ju

n-0

7Ju

l-0

7A

ug-

07

Sep

-07

Oct

-07

No

v-0

7D

ec-

07

Jan

-08

Feb

-08

Mar

-08

Ap

r-0

8M

ay-0

8Ju

n-0

8Ju

l-0

8A

ug-

08

Sep

-08

Oct

-08

No

v-0

8D

ec-

08

Jan

-09

Feb

-09

Mar

-09

Ap

r-0

9M

ay-0

9Ju

n-0

9Ju

l-0

9A

ug-

09

Sep

-09

Oct

-09

No

v-0

9D

ec-

09

Jan

-10

Feb

-10

Un

it

Pick up

Truck

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 14

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Impor Bahan Baku Industri Sumbar

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Industri Bank Umum Lokasi Proyek Sumbar

Sumber: BPS, dan Proyeksi BI Padang

Sumber: BPS

Grafik 1.31. Perkembangan PDRB Sektor PHR Sumbar

Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Wisman Melalui Bandara Internasional Minangkabau

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) masih mengalami

pertumbuhan negatif. Sektor PHR merupakan sektor yang mengalami dampak

besar akibat gempa. Pada triwulan IV-2009 pertumbuhannya -6,71%, dan pada

triwulan I-2010 sektor ini sedikit mengalami perbaikan namun tak cukup

mengangkatnya untuk berada area positif, yaitu tumbuh -3,51% (Grafik 1.31).

Kontraksi terus berlanjut terutama pada subsektor hotel pada triwulan I-2010

tumbuh -13,13%, atau tidak mengalami perbaikan berarti dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh -14,83%. Stagnasi subsektor ini memerlukan pemulihan

relatif lama mengingat pembangunan kembali hotel-hotel yang rusak dan hancur

akibat gempa membutuhkan investasi dan permodalan cukup besar. Di sisi lain

jumlah wisatawan mancanegara (wisman) belum mencapai tingkat ke Sumbar

seperti sebelum terjadi gempa. Data terakhir pada bulan Februari 2010 jumlah

wisman ke Sumbar tumbuh -52,22% dari 4.611 orang pada Februari 2009

menurun menjadi hanya 2.203 orang (Grafik 1.32).

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan* Feb**

2009 2010

rib

u U

SD

(ci

f)

rib

u U

SD

(ci

f)

Bahan baku untuk industri (olahan) (sisi kiri)

Bahan baku untuk industri (primer) (sisi kanan)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

*

Feb

*

2008 2009 2010

Mili

ar R

up

iah

-20.00%

-15.00%

-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Sektor PHR

Perdagangan Besar & Eceran

Hotel

Restoran

-100.00%

-50.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Jan

-08

Feb

-08

Mar

-08

Ap

r-0

8M

ay-0

8Ju

n-0

8Ju

l-0

8A

ug-

08

Sep

-08

Oct

-08

No

v-0

8D

ec-

08

Jan

-09

Feb

-09

Mar

-09

Ap

r-0

9M

ay-0

9Ju

n-0

9Ju

l-0

9A

ug-

09

Sep

-09

Oct

-09

No

v-0

9D

ec-

09

Jan

-10

Feb

-10

Ora

ng

Jumlah Wisman Pertumbuhan (yoy)

15

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

Sumber: BPS

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.33. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Sumbar

Grafik 1.34. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Berbintang Kab/Kota di Sumbar

Pemulihan di subsektor perdagangan mulai terlihat. Beberapa pusat

perdagangan modern di Kota Padang yang semula terhenti akibat gempa

sebagian mulai kembali beroperasi seperti Plaza Andalas. Selain itu pasar-pasar

tradisional kembali berjalan meskipun sebagian beroperasi sebagai pasar darurat

untuk sementara waktu menunggu proses rekonstruksi dan rehabilitasi berjalan.

Kredit di sektor perdagangan yang disalurkan oleh bank umum dan BPR di

Sumbar juga menunjukkan peningkatan, pada triwulan I-2010 tumbuh sekitar

16% (yoy) (Grafik 1.36). Selain itu, arus barang perdagangan dalam negeri melalui

pelabuhan Teluk Bayur juga mengalami peningkatan 7,2% dibandingkan tahun

sebelumnya (Grafik 1.35). Dengan demikian, kontraksi pertumbuhan subsektor

perdagangan diproyeksikan semakin berkurang, dari semula tumbuh -6,71% pada

triwulan IV-2009 menjadi -3,51% pada triwulan I-2010.

Sumber: PT Pelindo

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik 1.35. Perkembangan Arus Barang

Perdagangan Dalam dan Luar Negeri melalui Pelabuhan Teluk Bayur

Grafik 1.36. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek

Sumbar

0

10

20

30

40

50

60

Jan

-08

Fe

b-0

8

Ma

r-0

8

Ap

r-0

8

Ma

y-0

8

Jun

-08

Jul-

08

Au

g-0

8

Se

p-0

8

Oc

t-0

8

No

v-0

8

De

c-0

8

Jan

-09

Fe

b-0

9

Ma

r-0

9

Ap

r-0

9

Ma

y-0

9

Jun

-09

Jul-

09

Au

g-0

9

Se

p-0

9

Oc

t-0

9

No

v-0

9

De

c-0

9

Jan

-10

Fe

b-1

0

%88.65

33.20

45.5351.37

55.70

48.26

27.4033.62

50.68

33.05

43.14

22.74

35.71

60.74

40.12

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Kab. Sijunjung Kab. Tanah Datar

Kab. Agam Kota Padang Kota Bukittinggi

Pe

rse

n

Des 2009

Jan 2010

Feb 2010

-

100

200

300

400

500

600

700

800

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR

2009 2010

Rib

u T

on

PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PERDAGANGAN DALAM NEGERI

0

1

2

3

4

5

6

Trili

un

Ru

pia

h

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 16

Halaman ini sengaja dikosongkan

B O K S

Kajian Ekonomi Zona Sumbagteng Tw.I-2010

Ekonomi Zona Sumbagteng Mulai Kembali Bergairah

Pertumbuhan ekonomi Zona Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) terus

meningkat pada triwulan I-2010. Pertumbuhan PDRB Zona Sumbagteng triwulan I-2010

diperkirakan meningkat dari 3,8% (y-o-y) menjadi 4,3% (y-o-y). Akselerasi pertumbuhan

ekonomi bersumber dari Provinsi Sumbar, Jambi, dan Riau. Kembali bergeraknya

perekonomian Sumbar pasca gempa serta semakin pulihnya perekonomian global

merupakan faktor pendorong optimisme perkiraan PDRB tersebut.

Dari sisi permintaan, konsumsi tumbuh stabil didorong oleh keyakinan

konsumen yang kuat dan daya beli yang meningkat. Pertumbuhan konsumsi terjadi

pada semua daerah, kecuali Sumbar, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi

pemerintah. Pertumbuhan konsumsi paling tinggi terjadi di Kepulauan Riau (22,38%) dan

Riau (7,89%). Investasi juga diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya

optimisme dunia usaha serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa di Sumbar.

Pertumbuhan ekspor diperkirakan kembali memasuki area positif semakin membaik ditopang

oleh meningkatnya harga komoditas dan meningkatnya permintaan negara mitra dagang. Di

sisi lain, realisasi belanja pemerintah masih terbatas. Posisi dana Pemda di perbankan

menunjukkan peningkatan pada awal tahun sebagaimana tahun sebelumnya. Hal ini

mengindikasikan tidak terdapat perubahan pola realisasi belanja pemerintah daerah meski

dana perimbangan telah ditransfer lebih cepat oleh pemerintah pusat.

Di sisi penawaran, peningkatan konsumsi direspon terutama oleh sektor-

sektor non-tradables. Sektor-Sektor non-tradables tumbuh tinggi pada triwulan I-2010.

Sektor bangunan tumbuh paling tinggi (8,73%), diikuti sektor angkutan dan komunikasi

(7,83%), sektor jasa-jasa (7,38%), dan sektor keuangan (7,21%), dan sektor perdagangan,

hotel, dan restoran (6,13%). Pertumbuhan yang tinggi pada sektor-sektor non tradables ini

terjadi hampir pada semua provinsi, kecuali di Sumbar yang baru mulai recovery.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Zona Sumbagteng Sisi Permintaan (y-o-y)

Sumber: BPS dan Proyeksi Bank Indonesia

2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1

Permintaan Domestik 7.29% 8.65% 11.52% 10.57% 12.56% 7.81% 7.87% 6.55% 5.85%

Konsumsi 9.07% 8.85% 9.59% 9.76% 8.17% 7.89% 9.57% 8.85% 8.72%

Konsumsi Rumah Tangga 9.12% 9.04% 9.77% 10.16% 8.95% 7.99% 9.82% 8.09% 8.51%

Konsumsi Pemerintah 8.79% 7.77% 8.56% 7.49% 3.56% 7.23% 8.04% 13.30% 9.85%

Investasi 2.88% 8.14% 16.49% 12.65% 24.12% 7.60% 3.75% 0.79% -0.73%

PMTB 11.45% 13.15% 14.31% 12.25% 10.18% 8.94% 9.05% 9.55% 10.58%

Perubahan Stok 112.28% 88.26% -6.49% 9.39% -69.32% 20.47% 71.86% 75.31% 271.60%

Net Ekspor (Impor) 0.67% 3.61% -3.85% -6.72% -14.19% -8.34% -9.87% -3.90% -0.47%

Ekspor 8.63% 10.04% 6.07% 1.58% -2.65% -2.85% -1.81% -0.13% 3.67%

Impor 16.62% 16.06% 15.25% 8.68% 7.37% 1.74% 4.42% 2.63% 6.54%

PDRB 5.22% 7.12% 6.81% 5.36% 4.52% 3.08% 2.97% 3.76% 4.29%

Komponen2008 2009

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Zona Sumbagteng Dari Sisi Permintaan (y-o-y )

Inflasi tahunan Zona Sumbagteng kembali meningkat di triwulan I-2010 .

Setelah sempat mengalami trend perlambatan sejak triwulan IV-2008, inflasi Zona

Sumbagteng mencapai titik balik di triwulan I-2010. Inflasi Zona Sumbagteng yang sempat

mencapai titik terendah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir di triwulan IV-2009 yaitu

sebesar 1,93% (yoy), kini meningkat menjadi 2,58% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi Zona

Sumbagteng disebabkan oleh mulai meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat, adanya

pergerakan harga komoditas di pasar internasional, kondisi cuaca yang kurang kondusif serta

faktor mundurnya musim tanam dan panen padi.

Pergerakan inflasi Zona Sumbagteng masih searah dengan pergerakan inflasi

nasional. Secara umum, inflasi Zona Sumbagteng selalu bergerak searah dengan inflasi

nasional. Bahkan, sejak tahun 2008 inflasi Zona Sumbagteng cenderung berada di bawah

level inflasi nasional kecuali pada triwulan I-2009 dimana inflasi Zona Sumbagteng sedikit

berada di atas inflasi nasional. Pada triwulan I-2010, inflasi Zona Sumbagteng tercatat sebesar

2,58% (yoy) sedangkan inflasi Nasional sebesar 3,81% (yoy).

Sumber: BPS

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Nasional dan Zona Sumbagteng

Pertumbuhan ekonomi di Zona Sumbagteng pada triwulan II-2010

diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 4,18±0,90%. Dari sisi permintaan, konsumsi

tetap menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan. Diperkirakan pertumbuhan konsumsi

semakin melesat terkait dengan pelaksanaan Pilkada serentak di berbagai daerah. Selama

triwulan II-2010 diperkirakan cukup memberi ruang bagi pelaku ekonomi di sektor

perkebunan untuk merespon momentum trend peningkatan harga komoditas internasional

melalui ekspansi produksi.

Tabel 1.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Zona Sumbagteng (%, y-o-y)

Sumber: BPS dan Proyeksi Bank Indonesia

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I*

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pe

rse

n (%

)

Nasional Zona Sumbagteng

1 2 3 4 1P 2P

Sumatera Bag. Tengah 6.1 4.5 3.1 3.0 3.8 3.6 4.29 4,18 ± 0,9

1 Sumatera Barat 6.4 5.8 5.0 5.1 0.9 4.2 3.56 3,5 ± 0,5

2 Riau 5.7 5.1 2.1 1.5 3.0 3.0 3.01 3,3 ± 1

3 Kepulauan Riau 6.6 0.5 2.3 3.5 7.7 3.5 7.50 6,3 ± 1

4 Jambi 7.2 8.0 6.5 5.5 5.7 6.4 5.94 5,80 ± 1

2009 20102008 2009

17

Bab 3 : Inflasi

Bank Indonesia Padang

BAB II

PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

Setelah berada pada kisaran rendah dan stabil sepanjang tahun 2009, inflasi

kota Padang kembali meningkat di triwulan I-2010. Dari sisi penawaran (supply

side), tekanan inflasi terjadi akibat faktor musiman belum tibanya musim panen

komoditas bahan pangan, adanya kebijakan pemerintah terkait kenaikan tarif

cukai rokok dan HPP Gabah Kering Panen, serta pengaruh pergerakan harga

internasional. Sementara itu di sisi permintaan (demand side), meningkatnya

inflasi didorong oleh peningkatan permintaan khususnya barang-barang yang

terkait dengan rehab-rekon pasca gempa.

2.1. Perkembangan Inflasi Kota Padang

Faktor musiman belum masuknya musim panen serta adanya faktor eksternal

berupa pengaruh harga internasional turut memberikan pengaruh negatif

terhadap pembentukan tingkat inflasi Kota Padang. Belum masuknya musim

panen beberapa komoditas pangan terutama beras telah memberikan kontribusi

terhadap pergerakan harga beras di Kota Padang. Hal tersebut diperburuk oleh

kondisi cuaca yang sering turun hujan sehingga pasca panen menjadi tidak

maksimal. Akibatnya, pasokan bahan pangan terutama beras ke beberapa sentra

pasar di Kota Padang menjadi terbatas. Selain itu, trend peningkatan harga

komoditas di pasar internasional, telah berdampak pada naiknya harga komoditas

yang bersangkutan di pasar domestik seperti yang terjadi pada komoditas gula

pasir dan minyak goreng. Adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan Harga

Pembelian Pemerintah untuk Gabah Kering Panen (HPP GKP) sebesar 10% serta

adanya kenaikan tarif cukai rokok yang diberlakukan sejak awal tahun 2010, juga

ikut mendorong inflasi pada triwulan laporan. Inflasi tahunan Kota Padang

triwulan I 2010 tercatat sebesar 3,05 persen dengan inflasi tahun kalender sampai

dengan Maret 2010 sebesar 1,02 persen.

Beberapa proyek terkait rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa turut

mendorong peningkatan inflasi di triwulan I 2010. Pelaksanaan rehabilitasi dan

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 18

Tw I

2005Tw II Tw III Tw IV

Tw I

2006Tw II Tw III Tw IV

Tw I

2007Tw II Tw III Tw IV

Tw I

2008Tw II

Tw

III*Tw IV

Tw I

2009Tw II Tw III Tw IV

Tw I

2010

Nasional 8,81 7,42 9,06 17,1 15,7 15,5 14,5 6,60 6,52 5,77 6,95 6,59 8,16 11,0 12,1 11,0 7,92 3,65 2,83 2,78 3,43

Padang 12,5 8,35 11,6 20,4 14,1 16,4 14,4 8,05 10,7 7,79 9,00 6,90 7,59 12,6 13,0 12,6 9,21 2,8 3,55 2,05 3,05

0

5

10

15

20

pe

rse

n (%

)

BBM Naik

BBM Naik

rekonstruksi pasca gempa Sumbar telah di mulai pada Februari 2010. Beberapa

proyek seperti pembangunan kembali rumah, gedung dan perkantoran

memberikan tekanan terhadap pergerakan harga kelompok perumahan, listrik,

gas, dan bahan bakar. Peningkatan harga didorong oleh meningkatnya

kebutuhan material untuk pembangunan kembali berbagai infrastruktur.

Inflasi Kota Padang kembali berada di bawah level inflasi Nasional. Meskipun

mengalami kecenderungan meningkat, inflasi tahunan Kota Padang pada

triwulan laporan masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar

3,43% (yoy). Inflasi Kota Padang yang cenderung berada di atas level inflasi

nasional sejak tahun 2004, kini berangsur-angsur mendekati pergerakan inflasi

nasional. Bahkan, pada triwulan II dan IV tahun 2009 serta triwulan I 2010 ini,

inflasi Kota Padang tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional.

Grafik 2.1: Perkembangan Inflasi Kota Padang & Nasional (y-o-y)

2.2. Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di

Provinsi Tetangga

Kenaikan laju inflasi terjadi di seluruh kota di Zona Sumbagteng. Kenaikan

inflasi tertinggi terjadi di Kota Jambi yaitu dari 2,49 persen (yoy) di triwulan IV

2009, menjadi 3,79 persen (yoy) di triwulan I 2010. Sebaliknya, kenaikan inflasi

tahunan terendah terjadi di Pekanbaru yaitu dari 1,94 persen (yoy) menjadi 2,26

persen (yoy). Secara triwulanan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Batam yaitu

sebesar 1,72 persen (qtq), diikuti oleh Jambi sebesar 1,53 persen (qtq) dan Padang

sebesar 1,02 persen (qtq).

19

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

Secara bulanan, hanya Kota Batam yang mengalami inflasi di bulan Maret

2010. Di penghujung triwulan I 2010, hampir seluruh kota di Zona Sumbagteng

mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Padang sebesar 0,73 persen

(mtm) diikuti oleh Pekanbaru (0,34 %; mtm), Tanjung Pinang (0,28 %; mtm),

Dumai (0,13 %; mtm), dan Jambi (0,05 %; mtm). Sebaliknya, satu-satunya kota di

Zona Sumbagteng yang mengalami inflasi adalah Batam sebesar 0,25 % (mtm).

Inflasi tahunan hampir seluruh kota di Zona Sumbagteng berada di bawah

inflasi Nasional kecuali Jambi. Pada triwulan laporan, inflasi hampir seluruh kota

di Zona Sumbagteng berada di bawah inflasi nasional seperti inflasi Kota Padang

yang sebesar 3,05 persen (yoy), Batam (2,97%; yoy), Pekanbaru (2,26%; yoy), Tj.

Pinang (1,92%; yoy), dan Dumai (1,81%; yoy). Sementara itu, inflasi Kota Jambi

yang tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sejak triwulan II 2009,

kini kembali berada di atas level inflasi nasional yaitu sebesar 3,79% (yoy).

-

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang & Kota-kota di Propinsi Tetangga (y-o-y)

2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa

Inflasi tahunan tertinggi masih di dominasi oleh Kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok, dan Tembakau. Sepanjang tahun 2009, kelompok makanan

jadi hampir selalu menjadi kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi

tertinggi. Tercatat inflasi rata-rata kelompok makanan jadi di tahun 2009 sebesar

8,84% (yoy). Setelah sempat sedikit menurun di triwulan IV 2009, inflasi makanan

jadi pada triwulan I 2010 kembali meningkat menjadi sebesar 7,06% (yoy). Inflasi

berikutnya terjadi pada kelompok perumahan sebesar 3,53% (yoy), dan kelompok

bahan makanan sebesar 2,42% (yoy). Setelah selama tiga triwulan berturut-turut

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw.IV

Tw.I

2005 2006 2007 2008 2009 2010

pe

rse

n (%

)

Padang Pekanbaru Bengkulu Jambi Batam Nasional

TAH

UN

DA

SAR

200

7 =

100

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 20

mengalami deflasi, kini kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 1,85%

(yoy). Sebaliknya, kelompok pendidikan justru mengalami deflasi sebesar 0,13%

(yoy) pada triwulan laporan.

Tabel 2.1

Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %)

Secara triwulanan, kelompok makanan jadi dan kelompok bahan makanan

juga mendominasi inflasi periode laporan. Meskipun relatif lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,50% (qtq),

inflasi kelompok makanan jadi pada triwulan laporan adalah yang tertinggi

dibandingkan kelompok lainnya. Inflasi kelompok makanan jadi tercatat sebesar

1,85% (qtq) sedangkan inflasi kelompok bahan makanan sebesar 1,16% (qtq).

Sebaliknya, kelompok sandang dan pendidikan mengalami deflasi masing-masing

sebesar 0,33% (qtq) dan 0,11% (qtq).

Tabel 2.2

Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %)

Pada kelompok makanan jadi, inflasi triwulanan tertinggi terjadi pada

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Setelah relatif rendah di

sepanjang tahun 2009, subkelompok tembakau dan minuman beralkohol kembali

meningkat menjadi sebesar 4,53% (qtq). Sebaliknya, inflasi subkelompok

minuman yang tidak beralkohol yang mendominasi inflasi di sepanjang tahun

Tw. III* Tw. IV* Tw. I* Tw. II* Tw. III* Tw. IV* Tw. I*

UMUM / TOTAL 7,59 12,67 13,00 12,68 9,21 2,80 3,55 2,05 3,05

Bahan Makanan 9,51 23,02 21,90 21,26 11,35 1,33 7,05 0,60 2,42

Makanan Jadi 10,57 14,04 12,94 13,73 13,35 7,06 8,41 6,53 7,06

Perumahan 6,89 8,18 9,67 8,01 5,95 3,07 0,43 2,93 3,53

Sandang 8,84 4,47 5,57 5,69 6,89 5,41 4,14 4,42 0,58

Kesehatan 9,29 7,66 6,45 4,87 4,61 2,46 1,67 1,10 0,80

Pendidikan 3,04 3,30 8,93 9,01 8,99 8,18 0,62 0,16 -0,13

Transportasi & Komk 1,77 9,79 10,29 10,05 7,42 -1,89 -1,65 -1,04 1,85

Sumber : BPS Sumbar, diolah. *mulai Tw.II-2008 menggunakan tahun dasar 2007=100

2008Kelompok Barang & Jasa

Tw. II*

20102009

Tw. I

Tw. III* Tw. IV* Tw. I* Tw. II* Tw. III* Tw. IV* Tw. I*

UMUM / TOTAL 4,35 4,74 2,04 2,07 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02

Bahan Makanan 9,58 3,40 2,31 4,62 -0,64 -4,72 8,09 -1,68 1,16

Makanan Jadi 1,81 5,96 0,90 4,31 1,34 0,38 2,17 2,50 1,85

Perumahan 2,37 3,25 2,82 0,30 0,03 -0,08 0,19 2,79 0,61

Sandang 3,84 -1,12 2,13 1,49 3,48 -1,73 0,90 1,77 -0,33

Kesehatan 1,17 2,47 0,90 0,73 0,70 0,11 0,12 0,17 0,22

Pendidikan 0,65 0,89 7,40 0,50 0,18 0,04 -0,10 0,05 -0,11

Transportasi & Komk 0,72 11,89 0,37 -0,93 -1,46 0,13 0,61 -0,31 1,42

Sumber : BPS Sumbar, diolah. *mulai Tw.II-2008 menggunakan tahun dasar 2007=100

2008Kelompok Barang & Jasa

20102009

Tw. II*Tw. I

21

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

2009, kini mulai menurun dan relatif rendah menjadi sebesar 0,53% (qtq).

Demikian juga dengan inflasi subkelompok makanan jadi yang turun dari 3,57%

(qtq) di triwulan IV 2009 menjadi 1,09% (qtq) di triwulan I 2010.

Tingginya inflasi subkelompok tembakau dan minuman beralkohol dipicu

oleh adanya kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun 2010. Kenaikan tarif

cukai rokok yang diberlakukan sejak awal tahun 2010 bervariasi dari Rp15 hingga

Rp35 per batang. Kenaikan ini disesuaikan dengan jenis produksi rokok yang

dihasilkan seperti untuk Sigaret Kretek Mesin (SKM) Golongan I dan II, dengan

kenaikan rata-rata sebesar Rp20 per batang sedangkan Sigaret Putih Mesin (SPM) I

sebesar Rp35 dan SPM II sebesar Rp28 per batang. Untuk Sigaret Kretek tangan

(SKT) I, II dan III kenaikan sebesar Rp25 per batang. Kenaikan tarif cukai rokok,

dilakukan pemerintah selain untuk membendung pertumbuhan produsen rokok

skala kecil yang telah meroket dari 600 produsen pada tahun 1998 menjadi lebih

dari 3.000 perusahaan pada tahun 2009 serta untuk mencapai target penerimaan

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2010. Bujet penerimaan

dari sektor cukai hasil tembakau diperkirakan dapat mencapai Rp 55,9 triliun1

.

Masih tingginya harga gula pasir mendorong pergerakan inflasi di

subkelompok minuman yang tidak beralkohol. Hasil SPH KBI Padang

menunjukkan bahwa harga gula pasir di Kota Padang mencapai puncaknya sejak

minggu terakhir Desember 2009 yaitu sebesar Rp12.000/kg. Jika dibandingkan

rata-rata harga bulan Maret 2010 dengan harga pada bulan Desember 2009,

maka harga gula pasir tercatat masih mengalami kenaikan sebesar 16,79%.

Menurunnya produktivitas gula dalam negeri membuat stok gula tidak

mencukupi sehingga pemerintah masih menggantungkan pasokan melalui impor

dari berbagai negara seperti Thailand. Jika sesuai jadwal, PTPN dan pabrik gula

PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) baru akan mendatangkan gula impor pada

bulan Maret. Meskipun masih relatif kecil, namun sejak awal Maret 2010, harga

gula pasir di kota Padang sudah berhasil turun sebesar Rp250 per kg menjadi

Rp11.750 per kg.

1 www.kontan.co.id, 16 Januari 2010

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 22

Tabel 2.3

Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %)

Inflasi kelompok bahan makanan yang sempat mereda di triwulan IV 2009

sebesar 0,60% (qtq), kini kembali meningkat menjadi sebesar 2,42% (qtq).

Faktor musiman berakhirnya musim panen komoditas bahan pangan, memaksa

inflasi kelompok bahan makanan terutama yang berasal dari subkelompok padi-

padian, umbi-umbian dan hasilnya kembali meningkat. Meskipun mengalami

peningkatan inflasi, sebagian besar subkelompok yang ada justru mengalami

deflasi. Beberapa subkelompok yang tercatat mengalami inflasi cukup tinggi

adalah subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 10,98%

(qtq); dan subkelompok sayur-sayuran sebesar 7,15% (qtq). Sebaliknya,

subkelompok yang mengalami deflasi cukup besar adalah subkelompok bumbu-

bumbuan sebesar 17,16% (qtq); dan subkelompok buah-buahan sebesar 3,03%

(qtq).

Inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh tingginya inflasi

subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya. Pada triwulan laporan,

subkelompok padi-padian tercatat mengalami inflasi sebesar 10,98% (qtq).

Komoditas yang dominan memberikan sumbangan terhadap pembentukan inflasi

kelompok bahan makanan terutama subkelompok padi-padian adalah beras. Hasil

SPH KBI Padang menunjukkan bahwa harga beras di bulan Maret 2010 untuk

kualitas I naik rata-rata sebesar 4-5 persen dibandingkan posisi harga rata-rata

bulan Desember. Beras kualitas II naik sebesar 14 persen dan beras kualitas III naik

sebesar 19-22 persen.

Faktor musiman belum masuknya musim panen serta kondisi cuaca yang

kurang baik telah menyebabkan pasokan beras ke berbagai sentra

perdagangan menurun. Pasokan untuk pemenuhan kebutuhan saat ini banyak

bergantung dari hasil musim panen sebelumnya. Sementara itu, tingginya

intensitas hujan menyebabkan berkurangnya hasil panen padi sebagian besar

petani. Kondisi cuaca yang sering hujan menyebabkan buah padi yang hendak

TW.I TW.II* TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 1,68 6,28 0,90 4,31 1,34 0,38 2,17 2,50 1,85

Makanan Jadi 2,90 7,57 1,57 4,93 0,30 0,16 1,59 3,57 1,09

Minuman yang Tidak Beralkohol 1,05 3,16 0,78 2,16 6,12 1,51 6,69 2,36 0,53

Tembakau dan Minuman Beralkohol -0,67 5,00 -0,57 3,95 1,35 0,31 1,03 0,00 4,53Sumber : BPS Sumbar, diolah. * Menggunakan tahun dasar 2007.

2010Kelompok / Subkelompok

2009 2009

23

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

dipanen menjadi tidak maksimal karena mengandung banyak air. Akibatnya hasil

panen padi yang masuk ke beberapa pasar di Kota Padang menjadi berkurang.

Selain itu, menurut Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan dalam siaran

persnya menyatakan bahwa kenaikan harga beras yang terjadi sejak awal tahun

disebabkan oleh 7 faktor yakni pertama karena pengaruh psikologis kenaikan

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) tahun 2010 sebesar 10 persen, sesuai dengan

Inpres No.7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. Kedua, mundurnya masa

tanam yang mengakibatkan mundurnya panen, sehingga masa paceklik menjadi

lebih panjang. Ketiga, beras bersubsidi (rasdi) yang belum berjalan penuh atau

optimal. Keempat, ekspektasi pedagang karena gencarnya berita tentang

kenaikan harga beras dunia. Kelima, spekulasi kenaikan harga pupuk yang

diperkirakan akan diberlakukan mulai April 2010. Keenam, hambatan transportasi

akibat gangguan cuaca. Serta ketujuh, stok petani, penggilingan dan pedagang

relatif menipis2

.

Intensitas hujan yang tinggi telah membuat beberapa komoditas sayur

mengalami kenaikan harga. Curah hujan yang tinggi dan tidak menentu

terkadang disertai oleh angin kencang sejak awal tahun 2010, telah membuat

beberapa komoditas sayuran mengalami penurunan produktivitas. Beberapa jenis

sayuran yang tersedia juga kurang baik hasilnya karena kondisi cuaca yang

menyebabkan tanaman cepat membusuk. Inflasi subkelompok sayuran pada

triwulan I 2010 ini tercatat mencapai 7,15% (qtq).

Terus membaiknya harga CPO di pasar internasional ikut mendorong naiknya

harga minyak goreng domestik. Adanya peningkatan permintaan CPO dari

China dan India sejak akhir 2009 lalu telah membuat harga CPO kembali

meningkat. Hal ini berimbas pada kenaikan harga minyak goreng dalam negeri

terutama harga minyak goreng curah. Hasil SPH KBI Padang menunjukkan bahwa

harga minyak goreng curah pada bulan Maret 2010 meningkat sebesar 19,33 %

dibandingkan rata-rata harga bulan Desember 2009. Sementara itu, jika

dibandingkan dengan posisi bulan Maret 2009, harga minyak goreng curah naik

sebesar 7,7%. Disisi lain, adanya penghapusan PPn DTP (Pajak Pertambahan Nilai

Ditanggung Pemerintah) juga turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan

harga minyak goreng di tahun 2010 ini.

2 http://economy.okezone.com, 24 Januari 2010

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 24

TW.I TW.II* TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I

Bahan Makanan 8,20 4,70 2,31 4,62 -0,64 -4,72 8,09 -1,68 1,16

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10,90 0,05 0,39 4,89 9,88 -8,74 -0,07 3,36 10,98

Daging dan Hasil-hasilnya 7,09 4,59 2,23 3,30 0,54 2,09 0,45 -0,89 1,82

Ikan Segar 6,50 10,37 4,05 3,41 3,90 -6,56 3,91 0,92 -0,47

Ikan Diawetkan 11,83 10,28 7,14 7,31 -3,25 1,74 -1,75 1,07 -0,04

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 4,11 5,87 8,26 -1,42 -0,96 0,60 4,45 -1,75 -0,24

Sayur-sayuran 4,21 8,87 10,03 -0,99 0,09 -12,67 5,64 2,65 7,15

Kacang - kacangan 3,93 3,70 5,40 -1,64 0,64 -0,37 0,77 -9,46 -0,11

Buah - buahan 3,02 22,53 4,25 3,06 -6,38 9,35 1,97 -5,75 -3,03

Bumbu - bumbuan 9,33 -6,99 -8,58 25,27 -19,96 -13,93 76,92 -17,02 -17,16

Lemak dan Minyak 15,77 8,26 1,29 -1,15 -6,81 0,17 -1,50 6,06 0,41

Bahan Makanan Lainnya 1,41 3,00 0,09 1,10 -2,04 0,97 0,22 0,00 0,45Sumber : BPS Sumbar, diolah. * Menggunakan tahun dasar 2007.

2009Kelompok / Subkelompok

2008 2009

Subkelompok bumbu-bumbuan kembali mengalami deflasi yang cukup dalam

yaitu sebesar 17,16% (qtq). Berdasarkan data yang ada, tampak bahwa

pergerakan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan sangat fluktuatif. Hal ini cukup

mengkhawatirkan terutama karena subkelompok ini memiliki sumbangan yang

cukup besar terhadap pergerakan inflasi kelompok bahan makanan bahkan inflasi

secara keseluruhan. Pergerakan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan didominasi

oleh komoditas cabe merah yang memili porsi besar terhadap pola konsumsi

masyarakat minagkabau. Data SPH KBI Padang menunjukkan bahwa rata-rata

harga cabe merah di bulan Maret 2010 mengalami penurunan cukup besar yaitu

sebesar 36,41% dibandingkan rata-rata harga di bulan Desember 2009. Harga

rata-rata cabe merah di bulan Maret 2010 sebesar Rp13.100/kg sementara di bulan

Desember 2009 sebesar Rp20.600/kg. Bahkan pada bulan januari dan februari

2010, harga cabe merah sempat mencapai Rp25.594/kg.

Tabel 2.4

Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %)

Adanya inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar

disebabkan masih berjalannya proses rekonstruksi dan rehabilitasi pasca

gempa Sumbar 30 September 2009 silam. Pada bulan Januari 2010, Dinas

Prasarana Jalan dan Tata Ruang Permukiman Sumbar sudah menerima SK

Gubernur tentang Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran. Pada tahap pertama,

anggaran sebesar Rp 313 milyar akan difokuskan untuk perbaikan jalan dan

jembatan. Sementara itu, pembangunan gedung-gedung pemerintah

diperkirakan akan berjalan bulan Juni 2010. Pada bulan Maret diharapkan

pembersihan puing-puing bangunan selesai dilaksanakan. Sementara itu,

penyaluran stimulan perumahan baru akan diberikan setelah ada kepastian dan

jaminan dari pemerintah daerah bahwa tidak ada gejolak di tengah-tengah

25

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

masyarakat. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi selain dilaksanakan oleh

Pemprov Sumbar juga dilakukan melalui program-program yang dilaksanakan

kementerian/lembaga atas usulan Pemprov Sumbar.

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar masih

didominasi oleh subkelompok biaya tempat tinggal. Pada triwulan laporan,

inflasi subkelompok biaya tempat tinggal tercatat kembali meningkat sebesar

1,10% (qtq). Meningkatnya kebutuhan akan material untuk pembangunan

kembali berbagai infrastruktur seperti rumah, gedung dan perkantoran,

memberikan tekanan terhadap pergerakan harga subkelompok biaya tempat

tinggal seperti batu bata, besi beton, pasir, semen, dan tukang bukan mandor.

Dari laporan NGO dan pemerintah daerah yang disampaikan ke Pemprov Sumbar,

beberapa proyek pembangunan infrastruktur pendidikan dan kegiatan pemulihan

sosial telah selesai dilaksanakan. Salah satu laporan dari Australian Agency for

Internasional Development (AusAID) menunjukkan, sudah dan akan membangun

20 sekolah senilai 5.000.000 dollar Australia (sekitar Rp41 Miliar). Sekolah Dasar

(SD) yang mendapat bantuan dari AusAID di Padang adalah SDN 10 Koto, SDN 34

Kuranji, SDN 15 Koto Gadang, SDN 33 Kalumbuk, SDN 09 Kayu Aro, SDN 16

Tanjung Aur, SDN 14 Tabing Bandar Gadang. Sementara itu di Pariaman adalah

SDN 8 Toboh Palabah, SDN 01 Koto Marapak, SDN 14 Cubadak Air, SDN 2 Kajai,

SDN 12 Sirambang. Selain itu untuk sektor kesehatan, telah dibangun 7 unit

puskesmas serta dilakukan renovasi terhadap 2 unit puskemas yang mengalami

kerusakan3

.

Tabel 2.5

Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %)

Deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi pada

triwulan IV 2009 kini mulai berbalik arah. Inflasi kelompok transpor dan

komunikasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,42% (qtq). Inflasi kelompok

3 www.antara-sumbar.com, 13 April 2010.

TW.I TW.II* TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 1,97 2,71 2,82 0,30 0,03 -0,08 0,19 2,79 0,61

Biaya Tempat Tinggal 2,37 4,45 0,07 0,41 -0,06 -0,15 0,38 4,72 1,10

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,56 -1,31 8,99 -0,24 -0,32 0,03 -0,08 0,69 0,00

Perlengkapan Rumahtangga 5,38 6,64 2,37 1,83 1,49 0,02 1,42 0,11 -0,01

Penyelenggaraan Rumahtangga 1,94 2,39 0,61 0,28 0,61 -0,04 -1,14 -0,05 0,09Sumber : BPS Sumbar, diolah. * Menggunakan tahun dasar 2007.

2010Kelompok / Subkelompok

2008 2009

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 26

transpor dan komunikasi didominasi oleh subkelompok transpor sebesar 1,85%

(qtq) diikuti oleh subkelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,49%

(qtq). Telah masuknya musim dingin di belahan bumi utara khususnya Amerika

Serikat mendorong permintaan untuk bahan bakar kembali meningkat.

Permintaan energi yang semakin tinggi ini membuat harga minyak mentah

kembali naik hingga di atas USD 80 per barrel di akhir triwulan I-2010.

Tabel 2.6

Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %)

2.4. Inflasi Kota Bukittinggi4

Sejalan dengan pergerakan inflasi Kota Padang, inflasi tahunan Kota

Bukittingi pada triwulan I 2010 mengalami peningkatan. Inflasi tahunan kota

Bukittinggi pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,51% (yoy) atau meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,04% (yoy). Inflasi tertinggi

terjadi pada kelompok sandang sebesar 11,14% (yoy) dengan andil 0,71%; diikuti

kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 9,14% (yoy)

dengan andil 1,59%; kelompok kesehatan sebesar 5,93% dengan andil 0,25%;

kelompok perumahan, listrik, gas & bahan bangunan sebesar 3,55% dengan andil

0,74%; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,10% dengan andil

0,07%; serta kelompok bahan makanan sebesar 0,54% (yoy) dengan andil 0,15%.

Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tidak

mengalami perubahan indeks.

Inflasi tahunan Kota Bukittinggi berada di atas inflasi Kota Padang dan inflasi

Nasional. Sejak triwulan IV 2009, inflasi Kota Bukittinggi cenderung berada di

atas inflasi Kota Padang dan Nasional yang berada dikisaran 2%. Inflasi Kota

Bukittinggi pada triwulan IV 2009 tercatat sebesar 3,04% (yoy). Tingginya inflasi

4 Bank Indonesia (BI) Padang dan BPS Provinsi Sumatera Barat bekerjasama melakukan penghitungan

Indeks Harga Konsumen (IHK) dan inflasi Kota Bukittinggi. Nilai konsumsi masyarakat Kota Padang

hasil SBH 2007 digunakan sebagai referensi (sister city) dalam menyusun paket komoditas (commodity

basket) dan diagram timbang yang akan digunakan untuk menghitung IHK dan inflasi Kota Bukittinggi.

Dari hasil pendekatan terpilih sebanyak 300 jenis barang/jasa yang menjadi paket komoditas

penghitungan IHK Kota Bukittinggi.

TW.I TW.II* TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I

Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,95 9,63 0,37 -0,93 -1,46 0,13 0,61 -0,31 1,42

Transpor 1,22 18,00 0,24 -2,34 -2,20 0,86 1,69 -0,43 1,85

Komunikasi Dan Pengiriman 0,06 -13,92 0,00 4,91 0,00 -2,73 -3,75 0,00 0,00

Sarana dan Penunjang Transpor 0,04 0,74 1,91 0,00 2,79 0,00 0,09 0,21 0,49

Jasa Keuangan 4,21 0,00 3,62 0,00 0,00 0,00 0,44 0,00 0,00Sumber : BPS Sumbar, diolah. * Menggunakan tahun dasar 2007.

2010Kelompok / Subkelompok

2008 2009

27

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

Kota Bukittinggi ini berlanjut hingga triwulan I 2010 dimana pada triwulan ini

Kota Padang dan Nasional berturut-turut mencatatkan inflasi sebesar 3,05% (yoy)

dan 3,42% (yoy) sedangkan Kota Bukittinggi sebesar 3,51% (yoy).

Tabel 2.7

Perkembangan Inflasi Kota Bukittinggi Menurut Kel. Barang dan Jasa

Tiga bulan pasca gempa Sumbar, pergerakan inflasi bulanan Kota Bukittinggi

tidak searah dengan inflasi Kota Padang. Pada bulan Oktober 2009 atau satu

bulan pasca gempa, inflasi Kota Padang merupakan yang tertinggi secara nasional

yaitu sebesar 1,78% (mtm). Sebaliknya, Kota Bukittinggi justru mengalami deflasi

sebesar 1,11% (mtm). Deflasi Kota Bukittinggi ini didorong oleh deflasi yang

terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,31% (mtm), kelompok transpor

0,14% (mtm), dan kelompok pendidikan sebesar 0,10% (mtm). Dua bulan pasca

gempa, ketika Kota Padang mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut

Kota Bukittinggi justru mengalami inflasi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

minimnya dampak gempa yang terjadi di Kota Bukittinggi sehingga aktivitas

ekonomi yang ada di daerah tersebut cenderung tidak mengalami kendala. Hal

tersebut juga terlihat dari pergerakan inflasi Kota Bukittinggi yang relatif searah

dengan pergerakan inflasi nasional.

Grafik 2.3: Perkembangan Inflasi Kota Bukittinggi, Kota Padang & Nasional (y-o-y)

IHK Maret

2010

Inflasi

Bulanan

(mtm)

Inflasi Tahun

Kalender (ytd)

Inflasi

Tahunan

(yoy)

Umum 116,50 -1,01 0,84 3,51

1 Bahan Makanan 124,45 -4,34 1,06 0,54

2 Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 118,01 0,72 2,26 9,14

3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 110,87 0,24 0,40 3,55

4 Sandang 123,58 0,09 -0,57 11,14

5 Kesehatan 118,88 0,25 1,15 5,93

6 Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 110,09 0,03 -0,04 1,10

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 109,73 0,02 0,29 0,00

KELOMPOK/ SUBKELOMPOK

-2

-1

0

1

2

MAR '09

APR '09

MEI '09

JUN '09

JUL '09

AGT '09

SEP '09

OKT '09

NOV '09

DES '09

JAN '10

FEB '10

MAR '10

Inflasi Kota Bukittinggi Inflasi Kota Padang Inflasi Nasional

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 28

Halaman ini sengaja dikosongkan

B O K S

Menuju Legalisasi TPID Sumatera Barat

Pasca pertemuan dengan Kepala Biro Perekonomian Sumbar serta

dukungan penuh dari Gubernur Sumbar, pembentukan Tim Pengelolaan

Inflasi Daerah Sumbar hanya menunggu waktu. Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) yang mulai dirintis sejak tahun 2008 kini telah terbentuk di 38 propinsi

di seluruh Indonesia. Sumbar merupakan salah satu propinsi yang hingga kini belum

memiliki TPID. Mengingat pentingnya peran TPID dalam mewujudkan inflasi yang

rendah dan stabil maka pemprov Sumbar melalui Kepala Biro Perekonomian telah

menyetujui untuk meningkatkan kelembagaan forum diskusi inflasi yang telah ada.

Dengan pertimbangan perlunya membangun awareness stakeholders di daerah

terlebih dahulu, disepakati bahwa nama tim yang akan terbentuk adalah Tim

Pengelolaan Inflasi Daerah. Menanggapi pernyataan pengamat ekonomi, Aviliani,

SE, M.Si. dalam acara Sambung Rasa Gubernur Sumbar dengan dunia perbankan dan

dunia usaha pada tanggal 30 Maret 2010 tentang pentingnya peran TPID dalam

membantu mengendalikan pergerakan harga di daerah, Gubernur Sumbar

menginstruksikan untuk segera membentuk tim pengendali inflasi. Dengan

dukungan Gubernur Sumbar inilah maka tidak lama lagi TPID Sumbar akan segera

diresmikan. Saat ini proses pembentukan tim telah memasuki tahap penyusunan SK

Gubernur.

Untuk pertama kalinya Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (RAKORNAS TPID) diselenggarakan di Bali pada tanggal 12

April 2010. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 38 TPID yang telah terbentuk dari

seluruh wilayah Indonesia. Sebagaimana dikutip dari Laporan Pelaksanaan Rapat

Koordinasi Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (RAKORNAS TPID) I Tahun 2010

yang disusun oleh, Kemenko Bidang Perekonomian dan Bank Indonesia, terdapat

beberapa kesimpulan terkait pelaksanaan RAKORNAS yaitu:

1. Kestabilan harga yang tercermin dari inflasi yang rendah dan stabil sangat

diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam hal ini, inflasi daerah memiliki peran yang strategis. Namun,

pengendalian inflasi daerah masih menghadapi berbagai tantangan terutama

terkait kendala pasokan dan distribusi serta struktur pasar yang terdistorsi.

2. Kendala pasokan dan distribusi muncul antara lain terkait kondisi geografis

ditengah infrastruktur yang masih terbatas. Selain itu, problema struktur

pasar yang terdistorsi menghambat upaya penurunan inflasi karena terjadi

keengganan penurunan harga (kekakuan harga).

3. Salah satu komoditas yang perlu dijaga pasokan dan distribusinya adalah

beras. BULOG sebagai lembaga yang berperan dalam menjaga kestabilan

harga beras masih menghadapi beberapa kendala seperti kualitas beras yang

kurang sesuai yang menyebabkan operasi pasar menjadi kurang efektif. Serta

lamanya proses identifikasi Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang menyebabkan

penyaluran RASKIN mengalami hambatan.

4. Upaya mewujudkan stabilitas harga membutuhkan sinergi kebijakan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia. Dalam hal ini,

kegiatan TPI Pusat difokuskan pada upaya pengendalian inflasi dalam skala

nasional terutama dalam memfasilitasi koordinasi kebijakan yang mencakup

kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan kebijakan sektoral. Sementara itu,

kegiatan TPID difokuskan untuk memberikan rekomendasi dalam rangka

menjaga kecukupan pasokan, mendukung kelancaran distribusi sekaligus

meminimalkan gangguan-gangguan (supply shocks). Disamping itu, kegiatan

TPID juga diarahkan untuk meminimalkan dampak akibat kebijakan

administered prices dan kebijakan lain yang berpotensi memicu inflasi seperti

kebijakan konversi energi.

5. Dana Insentif Daerah (DID) sebagai salah satu bentuk reward kepada PEMDA

atas prestasi yang dicapainya dalam hal kinerja keuangan dan kinerja

perekonomian masih menyisakan dua isu penting terkait inflasi:

Bobot kriteria inflasi dalam perhitungan DID saat ini hanya mempunyai

porsi 6% diusulkan untuk ditingkatkan. Selain itu, cara penilaian inflasi

yang saat ini menggunakan kriteria di atas atau di bawah inflasi nasional

dirasa kurang adil bagi daerah-daerah yang secara historis memiliki inflasi

dengan kecenderungan di atas inflasi nasional. Sebagai alternatif

digunakan kriteria di atas atau di bawah rata-rata inflasi historis daerah

yang bersangkutan.

PEMDA diberikan fleksibilitas untuk pemanfaatan dana DID termasuk

untuk pembiayaan kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi.

Beberapa kesepakatan yang dicapai dalam RAKORNAS guna mengoptimalkan

peran TPID dalam pengendalian inflasi daerah adalah sebagai berikut:

1. Penguatan aspek kelembagaan dan operasional TPID.

Dari sisi kelembagaan, hal ini a.l. ditempuh dengan:

─ memperkuat aspek legalitas TPID

─ menambah keanggotaan TPID dengan melibatkan instansi yang dipandang

penting

─ membantu upaya pengendalian inflasi daerah, seperti pihak kepolisian dan

KPPU di daerah

─ memperluas pembentukan TPID hingga mencakup 66 kota yang menjadi

dasar penghitungan inflasi di Indonesia

Dari sisi operasional, kegiatan TPID tidak hanya terbatas pada identifikasi

sumber potensi tekanan inflasi, namun juga pada rekomendasi atas opsi-

opsi kebijakan yang dapat ditempuh serta mengawal implementasi atas

rekomendasi dimaksud.

2. Penguatan koordinasi baik koordinasi TPI-TPID maupun antar TPID.

3. Koordinasi antar TPI dengan TPID terutama dalam menindak-lanjuti hasil

identifikasi tekanan inflasi daerah yang pemecahannya merupakan

kewenangan pemerintah pusat.

4. Koordinasi TPI-TPID dan antar TPID akan terus ditingkatkan yaitu melalui

penyelenggaraan RAKORNAS TPID secara rutin sekali dalam satu tahun.

29

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan I-2010

menunjukkan perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi

pasca gempa. Penyaluran kredit oleh bank umum di Sumbar menunjukkan arah

positif, meskipun masih relatif terbatas dan tumbuh melambat. Proses

intermediasi perbankan umum di Sumbar berlangsung dengan baik, seperti

terlihat pada Loan-to-Deposit Ratio (LDR) yang terus melebihi 100%. Non-

Perfoming Loan (NPL) bank umum secara keseluruhan masih relatif rendah,

sedangkan NPL BPR masih perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan lebih.

Sementara itu, perkembangan penghimpunan DPK bank umum syariah pada

triwulan I-2010 mampu mencatatkan pertumbuhan tinggi, disertai dengan jumlah

pembiayaan yang kualitasnya relatif terjaga.

Tabel 3.1. Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (juta rupiah)

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data sementara hingga bulan Februari 2010

(yoy) (qtq) (yoy) (qtq)

Aset 20,369,537 21,924,087 22,628,605 22,936,827 24,309,512 25,399,896 19.34% 5.98% 15.85% 4.49%

Giro 3,598,580 4,579,108 4,101,010 3,854,769 4,045,789 4,642,638 12.43% 4.96% 1.39% 14.75% 29.33%

Tabungan 6,886,214 6,310,084 6,671,718 6,940,342 8,616,374 6,674,372 25.12% 24.15% 5.77% -22.54% 42.16%

Simpanan Berjangka 4,384,540 4,831,750 4,912,803 4,684,818 4,492,673 4,512,301 2.47% -4.10% -6.61% 0.44% 28.51%

Total DPK 14,869,334 15,720,942 15,685,531 15,479,929 17,154,836 15,829,311 15.37% 10.82% 0.69% -7.73% 100.00%

Kredit Investasi 2,817,201 3,014,418 3,406,439 3,132,808 3,352,658 3,670,055 19.01% 7.02% 21.75% 9.47% 20.70%

Kredit Modal Kerja 6,714,550 6,582,998 6,848,774 5,910,992 6,422,589 6,367,424 -4.35% 8.66% -3.27% -0.86% 35.91%

Kredit Konsumsi 6,612,871 6,834,953 7,111,870 7,434,543 7,753,832 7,693,639 17.25% 4.29% 12.56% -0.78% 43.39%

Total Kredit Jenis Penggunaan 16,144,622 16,432,369 17,367,083 16,478,343 17,529,079 17,731,118 8.58% 6.38% 7.90% 1.15% 100.00%

Pertanian 2,129,632 2,534,239 2,582,988 2,224,801 2,224,380 1,957,100 4.45% -0.02% -22.77% -12.02% 11.04%

Pertambangan 168,097 106,853 164,972 151,489 112,095 74,406 -33.32% -26.00% -30.37% -33.62% 0.42%

Perindustrian 2,270,038 1,842,213 1,956,415 995,033 1,517,960 1,408,046 -33.13% 52.55% -23.57% -7.24% 7.94%

Perdagangan 3,733,401 3,830,687 4,133,971 4,248,107 4,575,104 4,474,183 22.55% 7.70% 16.80% -2.21% 25.23%

Jasa-jasa 1,230,583 1,283,424 1,416,867 1,424,370 1,345,708 1,392,184 9.36% -5.52% 8.47% 3.45% 7.85%

Lain-lain 6,612,871 6,834,953 7,111,870 7,434,543 7,753,832 8,425,199 17.25% 4.29% 23.27% 8.66% 47.52%

Total Kredit Sektor Ekonomi 16,144,622 16,432,369 17,367,083 16,478,343 17,529,079 17,731,118 8.58% 6.38% 7.90% 1.15% 100.00%

LDR 108.58% 104.53% 110.72% 106.45% 104.82% 104.82%

NPL 1.69% 2.06% 2.05% 2.37% 2.50% 2.63%

Pangsa

I-2010Indikator Perbankan I-2009 II-2009

Pertumbuhan IV-2009IV-2008 III-2009 IV-2009

Pertumbuhan I-2010*I-2010*

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 30

3.1. Intermediasi Perbankan

Perbankan umum di Sumbar mencatatkan pertumbuhan aset positif

diikuti peranan intermediasinya yang secara umum terus meningkat. Pada

triwulan I-2010 pertumbuhan aset bank umum di Sumbar mencapai sekitar 15,9%

(yoy) (Grafik 3.2). Meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan aset pada

triwulan sebelumnya, namun pertumbuhan positif ini mengindikasikan bahwa

aset bank umum di Sumbar masih dapat bergerak positif pasca gempa 30

September 2009 lalu. Peningkatan aset terbesar terjadi pada kelompok bank

swasta nasional yang tumbuh sekitar 23,9% (yoy), sedangkan kelompok bank

pemerintah tumbuh sekitar 13% (yoy).

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.1. – Perkembangan Aset Bank Umum Sumbar Per Kelompok Bank

Grafik 3.2. – Pertumbuhan Tahunan Aset Bank Umum Sumbar

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.3. – Perkembangan Tingkat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Sumbar

Grafik 3.4. – Perkembangan Aset Bank Umum Berdasatkan Valuta

Tingkat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) bank umum di Sumbar kembali

melaju di atas 100%. Pada triwulan I-2010 LDR bank umum di Sumbar mencapai

sekitar 112%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebedar 102,18%

(Grafik 3.3). Kondisi ini menunjukkan bahwa aliran kredit yang masuk ke Sumbar

sebagian masih ditopang oleh perbankan maupun lembaga keuangan lainnya

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

Juta

Ru

pia

h

Bank Swasta Nasional Bank Pemerintah Bank Umum

15.28%

19.29%

6.49%

19.34%

15.85%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010*

92.68%

97.48%

111.10%

117.50%

108.58%

104.53%

110.72%

106.89%

102.18%

112.01%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% 140.00%

2007

I-2008

II-2008

III-2008

IV-2008

I-2009

II-2009

III-2009

IV-2009

I-2010*

97

.34

%

97

.65

%

96

.45

%

97

.31

%

97

.26

%

97

.33

%

97

.31

%

97

.02

%

97

.67

%

2.6

6%

2.3

5%

3.5

5%

2.6

9%

2.7

4%

2.6

7%

2.6

9%

2.9

8%

2.3

3%

94%

95%

96%

97%

98%

99%

100%

Valas

Rupiah

31

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

yang beroperasi di luar wilayah Sumbar. Selain itu, pertumbuhan kredit yang jauh

lebih melesat dibandingkan pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK)

menjadi faktor penyebab tingginya LDR bank umum di Sumbar.

3.1.1. Penghimpunan Dana Masyarakat

Pada triwulan I-2010 pengumpulan DPK oleh bank umum di Sumbar

menunjukkan peningkatan yang relatif terbatas. DPK tumbuh hanya sekitar

0,69% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan dibandingkan akhir tahun 2009

terjadi penurunan jumlah DPK sekitar 7,7% (Grafik 3.6). Penurunan ini terjadi

karena menurunnya jumlah tabungan masyarakat dari semula pada triwulan IV-

2009 sebesar Rp 8,62 triliun menjadi sekitar Rp 6,67 triliun. Kondisi ini terjadi

karena pada triwulan IV-2009 kegiatan ekonomi di Sumbar pasca gempa masih

sangat terbatas. Dengan demikian, konsumsi masyarakat masih tertahan dan

berimplikasi pada terakumulasinya jumlah tabungan masyarakat hingga akhir

tahun. Memasuki triwulan I-2010 ekonomi mulai kembali berjalan dengan

beroperasinya sejumlah kegiatan usaha yang sebelumnya sempat terhenti. Hal ini

kemudian mendorong kembali kegiatan konsumsi masyarakat yang dicerminkan

dengan tergerusnya jumlah tabungan di perbankan. Hal ini juga ditunjukkan

dengan penurunan simpanan milik perseorangan dibandingkan akhir tahun 2009

tumbuh -13,4%.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.5. – Perkembangan DPK Bank Umum Sumbar Berdasarkan Jenis Simpanan

Grafik 3.6. – Pertumbuhan Tahunan dan Triwulanan DPK Bank Umum Sumbar

Perlambatan pertumbuhan jumlah deposito terus berlanjut. Pada triwulan

I-2010 dibandingkan akhir tahun 2009 hanya terjadi peningkatan jumlah deposito

sebesar 0,44% (Grafik 3.5). Bahkan jumlah deposito dibandingkan tahun lalu

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

9,000,000

10,000,000

Juta

Ru

pia

h

Giro Tabungan Simpanan Berjangka-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

2005 2006 2007 2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009I-2010*

yoy

qtq

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 32

terjadi penurunan sekitar 6,6%. Penurunan jumlah deposito terjadi seiring dengan

trend suku bunganya yang terus mengalami penurunan. Dibandingkan akhir

2009, terjadi penurunan suku bunga deposito 3 bulan rata-rata sebesar 0.4%,

deposito 6 bulan 0.5% dan deposito 12 bulan 0.73%. Di sisi lain, suku bunga

tabungan relatif stabil dengan berada pada kisaran 3% (Grafik 3.8).

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Sumber: SEKI, Bank Indonesia

Grafik 3.7. – Perkembangan DPK Bank Umum Sumbar Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.8. – Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum

Jumlah giro bank umum di Sumbar mengalami peningkatan seiring

dengan mulai masuknya dana pemerintah pusat ke daerah. Mengacu pada

posisi di akhir tahun 2009, jumlah giro pada triwulan I-2010 telah terjadi

peningkatan sekitar 15% (Grafik 3.5). Peningkatan terjadi karena transfer dana

perimbangan belum direspon dengan belanja daerah. Apabila dilihat berdasarkan

golongan pemilik, dalam rentang triwulan IV-2009 hingga triwulan I-2010 terjadi

peningkatan dana pemerintah daerah sekitar 45,6% (Grafik 3.10).

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.9. - Perkembangan Jumlah Rekening Simpanan Bank Umum di Sumbar

Grafik 3.10 - Perkembangan DPK Bank Umum di Sumbar Berdasarkan Golongan Pemilik

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

Juta

Ru

pia

h

Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional

0

2

4

6

8

10

12

Jan

-08

Fe

b-0

8M

ar-

08

Ap

r-0

8M

ay

-08

Jun

-08

Jul-

08

Au

g-0

8S

ep

-08

Oc

t-0

8N

ov

-08

De

c-0

8Ja

n-0

9F

eb

-09

Ma

r-0

9A

pr-

09

Ma

y-0

9Ju

n-0

9Ju

l-0

9A

ug

-09

Se

p-0

9O

ct-

09

No

v-0

9D

ec

-09

Jan

-10

Fe

b-1

0

Pe

rse

n (

%)

Tabungan

Deposito 1 Bln

Deposito 3 Bln

Deposito 6 Bln

Deposito 12 Bln

1,600,000

1,700,000

1,800,000

1,900,000

2,000,000

2,100,000

2,200,000

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

Re

ke

nin

g (sa

tua

n)R

ek

en

ing

(sa

tua

n)

Giro Simpanan Berjangka Tabungan (Sisi Kanan)

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

Juta

Ru

pia

h

Lembaga Keuangan BUMN/Pemerintah

Lembaga Keuangan Swasta

Pemerintah Daerah

Badan Usaha Bukan Keuangan Milik NegaraBadan Usaha Bukan-Keuangan Milik Swasta

33

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

3.1.2. Penyaluran Kredit

Penyaluran kredit oleh bank umum di Sumbar menunjukkan

pertumbuhan positif seiring dengan mulai berjalan kembali kegiatan

ekonomi pasca gempa. Kredit bank umum pada triwulan I-2010 tumbuh sekitar

7,9% (yoy) (Grafik 3.11). Pertumbuhan didorong oleh mulai menggeliat kembali

kegiatan konsumsi masyarakat yang ditunjukkan oleh peningkatan penyaluran

kredit konsumsi sebesar 12,6%. Peningkatan kredit konsumsi didorong oleh

peningkatan kredit pemilikan rumah (KPR) tipe ≤ 70 m2- yang tumbuh mencapai

sekitar 47,8%. Selain itu, kredit investasi juga tumbuh relatif tinggi sebesar 21,8%,

yang sebagian besar peningkatan ini ditopang oleh tingginya kredit investasi

properti. Situasi ini menggambarkan bahwa masyarakat dan pelaku usaha banyak

mengalokasikan kebutuhan untuk mulai menata kembali tempat tinggal maupun

tempat usahanya pasca gempa.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.11. – Jumlah Kredit dan Pertumbuhan Kredit Bank Umum Sumbar

Grafik 3.12. – Jumlah Kredit Kredit Bank Umum Sumbar Berdasarkan Kelompok Bank

Hingga posisi triwulan I-2010 penyaluran kredit bank umum di Sumbar

pada beberapa sektor ekonomi produktif masih tertahan. Pertumbuhan

positif penyaluran kredit hanya terjadi pada sektor PHR, jasa-jasa dan sektor lain-

lain, masing-masing dengan pertumbuhan sebesar 16,8%; 8,5%; dan 23,3%.

Sementara itu, perkembangan penyaluran kredit pada sektor pertanian,

pertambangan dan perindustrian menunjukkan pertumbuhan negatif. Kegiatan

ekonomi pada sektor produktif masih tertahan seiring dengan belum pulih

sepenuhnya kegiatan ekonomi pasca gempa, sehingga penyaluran kredit oleh

perbankan belum banyak mengalir pada sektor-sektor tersebut.

13.22%14.74%

36.45%

27.88%

23.87%

11.98%

2.97%

8.58%7.90%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

18,000,000

20,000,000

Juta

Ru

pia

h

Total Kredit Pertumbuhan Tahunan (sisi kanan)

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

2007 I-2008 II-2008 III-2008 IV-2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010*

Juta

Ru

pia

h

Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Bank Campuran

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 34

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.13. – Jumlah Kredit Kredit Bank Umum Sumbar Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.14. – Komposisi Penyaluran Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2009

3.2. Risiko Kredit Perbankan

Kualitas kredit bank umum di Sumbar secara umum masih relatif terjaga.

Namun demikian, perbankan umum perlu memberikan perhatian dan

pengelolaan kualitas kreditnya dengan melihat non-performing loan (NPL) pada

triwulan I-2010 yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL gross

bank umum di Sumbat meningkat dari 2,5% menjadi 2,63% (Grafik 3.15). Secara

nominal jumlah kredit bermasalah pada triwulan I-2010 mencapai sekitar Rp

465,94 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 438,7

miliar. Namun, peningkatan ini masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan

Bank Indonesia sebesar 5%.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: LBU, Bank Indonesia

Grafik 3.15. – Perkembangan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) Bank Umum di Sumbar

Grafik 3.16. – Perkembangan Jumlah Kredit dan NPL Bank Umum di Sumbar

Dari sisi penggunaan, peningkatan NPL dipacu oleh meningkatnya kredit

bermasalah pada kredit investasi. Pada triwulan I-2010 NPL kredit investasi

menunjukkan sekitar 5,4%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 4,85%

(Grafik 3.17). Sementara itu, secara sektoral peningkatan NPL terbesar terjadi

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

9,000,000

Juta

Ru

pia

h

Kredit Investasi

Kredit Modal Kerja

Kredit Konsumsi

11.04%0.42%

7.94%

25.23%

7.85%

47.52%

Pertanian

Pertambangan

Perindustrian

Perdagangan

Jasa-jasa

Lain-lain

3.89%

3.97%3.99%

2.67%

2.73%

2.39%

2.02%1.69%

2.06%

2.05%

2.37%

2.50% 2.63%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

4.50%

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

500,000

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

18,000,000

Juta

Ru

pia

h

Juta

Ru

pia

h

Total Kredit (Sisi Kiri) NPL (Sisi Kanan)

35

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

pada sektor pengangkutan, sektor konstruksi dan sektor pertanian, masing-

masing menunjukkan persentase sebesar 11%; 8,2% dan 6,7% (Grafik 3.18).

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.17. - Perkembangan Jumlah dan Rasio NPL Bank Umum di Sumbar Menurut Jenis

Penggunaan

Grafik 3.18. - Perkembangan Rasio NPL Bank Umum di Sumbar Menurut Sektor Ekonomi

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.19. Perkembangan Jumlah Kredit Dalam Perhatian Khusus (Kolektibilitas 2) Bank Umum di

Sumbar

Grafik 3.20. Perkembangan Jumlah Kredit Dalam Perhatian Khusus (Kolektibiltas 2) Bank Umum di Sumbar

Menurut Sektor Ekonomi

Jumlah kredit bank umum dengan status dalam perhatian khusus kembali

mengalami peningkatan. Pasca gempa telah dikeluarkan SK Gubernur Bank

Indonesia No.11/60/KEP.GBI/2009 mengenai penetapan 11 kab/kota yang

memerlukan perhatian khusus bagi para debitur terkena dampak gempa.

Kebijakan tersebut cukup efektif untuk mendorong pihak perbankan di Sumbar

untuk melakukan diskresi kebijakan kreditnya bagi para debitur yang mengalami

kesulitan pengembalian pinjaman kreditnya. Namun demikian, secara umum

kualitas kredit masih memerlukan pengelolaan dan pengawasan lebih, dengan

melihat semakin meningkatnya jumlah kredit kurang lancar pada triwulan I-2009

mencapai Rp 128 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2009 sebesar

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

Juta

Ru

pia

h

KMK KI KK

% KMK (sisi kanan) % KI (sisi kanan) % KK (sisi kanan)

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

20

08

/Jan

20

08

/Fe

b2

00

8/M

ar2

00

8/A

pr

20

08

/May

20

08

/Ju

n2

00

8/J

ul

20

08

/Au

g2

00

8/S

ep

20

08

/Oct

20

08

/No

v2

00

8/D

ec

20

09

/Jan

20

09

/Fe

b2

00

9/M

ar2

00

9/A

pr

20

09

/May

20

09

/Ju

n2

00

9/J

ul

20

09

/Au

g2

00

9/S

ep

20

09

/Oct

20

09

/No

v2

00

9/D

ec

20

10

/Jan

20

10

/Fe

b

Pertanian

Pertambangan

Industri pengolahan

Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

Listrik,Gas dan Air (sisi kanan)

0

200

400

600

800

1000

1200

20

08

/Jan

20

08

/Fe

b

20

08

/Mar

20

08

/Ap

r

20

08

/May

20

08

/Ju

n

20

08

/Ju

l

20

08

/Au

g

20

08

/Se

p

20

08

/Oct

20

08

/No

v

20

08

/De

c

20

09

/Jan

20

09

/Fe

b

20

09

/Mar

20

09

/Ap

r

20

09

/May

20

09

/Ju

n

20

09

/Ju

l

20

09

/Au

g

20

09

/Se

p

20

09

/Oct

20

09

/No

v

20

09

/De

c

20

10

/Jan

20

10

/Fe

b

Mili

ar R

up

iah

0

100

200

300

400

500

600

2008

/Jan

2008

/Feb

2008

/Mar

2008

/Apr

2008

/May

2008

/Jun

2008

/Jul

2008

/Aug

2008

/Sep

2008

/Oct

2008

/Nov

2008

/Dec

2009

/Jan

2009

/Feb

2009

/Mar

2009

/Apr

2009

/May

2009

/Jun

2009

/Jul

2009

/Aug

2009

/Sep

2009

/Oct

2009

/Nov

2009

/Dec

2010

/Jan

2010

/Feb

Mili

ar R

up

iah

Pertanian

Pertambangan

Industri pengolahan

Listrik,Gas dan Air

Konstruksi

Perdagangan

Pengangkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat

Lain-lain

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 36

Rp 73,8 miliar. Selain itu jumlah kredit dalam perhatian khusus juga menunjukkan

trend peningkatan dari semula Rp 628,34 miliar pada triwulan IV-2009 menjadi

sekitar Rp 870 miliar pada triwulan I-2010 (Grafik 3.19).

Baik pada kredit investasi maupun konsumsi menunjukkan pertambahan

jumlah kredit dalam perhatian khusus di triwulan I-2010. Dibandingkan

akhir tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah kredit dalam perhatian khusus pada

kredit investasi sekitar 49,7% dan kredit konsumsi sekitar 40%, yang masing-

masing jumlahnya mencapai sekitar Rp 145,7 miliar dan Rp 460,5 miliar (Grafik

3.21). Sedangkan dari sisi sektoral, jumlah kredit dalam perhatian khusus banyak

disumbang oleh kredit di sektor perdagangan dan sektor lain-lain yang masing-

masing mengalami peningkatan 10,2% dan 58,9% (Grafik 3.20). Jumlah kredit

perdagangan yang masuk dalam perhatian khusus mencapai Rp 209,4 miliar atau

sekitar 24% dari total jumlah kredit dalam perhatian khusus, sedangkan sektor

lain-lain mencapai sekitar 60%.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Sumber: SEKI, Bank Indonesia

Grafik 3.21. Perkembangan Jumlah Kredit Dalam Perhatian Khusus (Kolektibiltas 2) Bank Umum di

Sumbar Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 3.22. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit Bank Umum

3.3. Risiko Pasar

Pergerakan suku bunga kredit baik investasi, modal kerja maupun

konsumsi masih menunjukkan posisi yang persisten tinggi. Suku bunga

kredit konsumsi secara rata-rata paling tinggi dibandingkan suku bunga kredit

modal kerja maupun investasi. Pada posisi Februari 2010 menunjukkan rata-rata

suku bunga kredit konsumsi sekitar 16,36%, sedangkan suku bunga kredit modal

kerja 13,68% dan kredit investasi 13,21% (Grafik 3.22). Kredit konsumsi dengan

pengenaan cost of fund yang tinggi tersebut, kualitas kreditnya perlu

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

450000

500000

I-2

00

7

II-2

00

7

III-

20

07

IV-2

00

7

I-2

00

8

II-2

00

8

III-

20

08

IV-2

00

8

I-2

00

9

II-2

00

9

III-

20

09

IV-2

00

9

I-2

01

0*

Juta

Ru

pia

h

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

18.00%

De

c-0

7

Fe

b-0

8

Ap

r-0

8

Jun

-08

Au

g-0

8

Oct-

08

De

c-0

8

Fe

b-0

9

Ap

r-0

9

Jun

-09

Au

g-0

9

Oct-

09

De

c-0

9

Fe

b-1

0

BI-rate

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

37

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

diperhatikan dengan melihat terjadinya peningkatan jumlah kredit konsumsi yang

masuk dalam perhatian khusus (kolektibilitas 2). Jumlah kredit konsumsi

kolektibilitas 2 pada triwulan I-2010 mencapai Rp 460,46 miliar, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 328,72 miliar. Begitupula pada

kredit investasi, jumlah yang masuk dalam perhatian khusus meningkat dari Rp

97,29 miliar menjadi Rp 145,65 miliar.

3.4. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM)

Perkembangan kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) terus mengalami

pertumbuhan positif meskipun dengan arah melambat. Pertumbuhan kredit

MKM bank umum pada triwulan I-2010 sekitar 9,1% (yoy), relatif melambat

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2009 yang mencapai 15,7% (Grafik

3.23). Perlambatan ini bersumber dari penurunan penyaluran kredit mikro, yang

berkontraksi sekitar 35,8% (yoy). Peningkatan terbesar terjadi pada penyaluran

kredit kecil yang tumbuh tinggi dengan mencapai sekitar 44%.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.23. – Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit MKM Bank Umum Sumbar

Grafik 3.24. – Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Sumbar Berdasarkan Sektor Ekonomi Tw I 2010

Peningkatan jumlah kredit MKM pada triwulan I-2010 banyak didorong

oleh penyaluran kredit di sektor produktif. Hal ini ditunjukkan oleh

terjadinya pertumbuhan positif pada penyaluran kredit MKM untuk modal kerja

dan investasi, masing-masing mencapai 21,7% dan 32,4% (yoy) (Grafik 3.25).

Sementara itu, penyaluran kredit MKM untuk konsumsi justru mengalami

penurunan sekitar 14,3% (yoy). Dari sisi sektoral, peningkatan terbesar terjadi

pada kredit di sektor perdagangan yang tumbuh 18,9% (yoy), sedangkan

penyaluran pada kredit pertanian belum menunjukkan arah peningkatan.

19.86%

16.90%

29.18% 30.65%

25.99%

16.95%

12.71%

13.33%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

Juta

Ru

pia

h

Total Kredit MKM (sisi kiri) Pertumbuhan Kredit MKM (sisi kanan)

4.28% 0.18%1.05%

28.17%

9.54%

56.78%

Pertanian

Pertambangan

Perindustrian

Perdagangan

Jasa-jasa

Lain-lain

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 38

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: LBU, Bank Indonesia

Grafik 3.25. – Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Sumbar Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.26. – Perkembangan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) Kredit MKM Bank Umum

Sumbar

Kondisi NPL kredit MKM masih terjaga meskipun terjadi relatif sedikit

peningkatan. NPL kredit MKM pada triwulan I-2010 mencapai sekitar 2,37%,

meningkat dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,1% (Grafik 3.26).

Rasio NPL terbesar terjadi pada kredit investasi yang mencapai 5,7%, disusul kredit

modal kerja 3,9%. Namun demikian, dari sisi nominal jumlah NPL pada kredit

MKM secara umum tidak mengalami peningkatan signifikan dibandingkan akhir

2009. Salah satu faktor peningkatan rasio NPL dipengaruhi oleh pertumbuhan

penyaluran kredit MKM yang relatif melambat. Kendala sebagian pelaku usaha

mikro, kecil dan menengah akibat gempa turut belum terlihat dampak besar pada

terganggunya pengembalian pinjaman beserta bunganya kepada perbankan.

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.27. Perkembangan Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh Perbankan di Sumbar Menurut

Plafond

Grafik 3.28. Perkembangan Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh Perbankan di Sumbar Menurut

Jumlah Debitur

Perkembangan realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh perbankan di

Sumbar pada triwulan I-2010 mencapai Rp 299,23 miliar. Posisi ini sedikit

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

9,000,000

Juta

Ru

pia

h

Investasi

Modal Kerja

Konsumsi

2.59%

2.29%

1.97%1.80%

2.30%

1.98%

2.29% 2.20%2.37%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Jan

-09

Feb

-09

Mar

-09

Ap

r-0

9

May

-09

Jun

-09

Jul-

09

Au

g-0

9

Sep

-09

Oct

-09

No

v-0

9

De

c-0

9

Jan

-10

Feb

-10

Mar

-10

Mili

ar R

up

iah

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Jan

-09

Fe

b-0

9

Ma

r-0

9

Ap

r-0

9

Ma

y-0

9

Jun

-09

Jul-

09

Au

g-0

9

Se

p-0

9

Oc

t-0

9

No

v-0

9

De

c-0

9

Jan

-10

Fe

b-1

0

Ma

r-1

0

Rib

u O

ran

g

39

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan IV-2009 yang sebesar Rp 297,32

miliar. Sementara itu, jumlah debitur pada triwulan I-2010 mencapai 30.295

nasabah, yang juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2009 yang

tercatat 31.236 nasabah.

3.6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Perkembangan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menunjukkan

pertumbuhan 11,75% dibandingkan tahun lalu. Aset BPR di Sumbar pada

triwulan I-2010 mencapai sekitar Rp 1,09 triliun. Namun demikian selama satu

triwulan dibandingkan akhir tahun 2009 belum menunjukkan banyak perubahan.

Ekspansi peningkatan aset BPR secara umum masih relatif terbatas.

Penghimpunan DPK oleh BPR di Sumbar mengalami pertumbuhan positif

dengan arah yang melambat. Jumlah DPK BPR pada triwulan I-2010 mencapai

Rp 705 miliar atau tumbuh sekitar 15,8% dibandingkan tahun lalu (Grafik 3.29).

Namun pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 24,5%. Peningkatan terbesar terjadi

pada jumlah deposito yang tumbuh 17,5%, sedangkan tabungan tumbuh 14,6%.

Tingginya peningkatan deposito ini dipicu oleh suku bunga deposito yang

ditawarkan BPR cenderung lebih tinggi dibandingkan bank umum.

Tabel 3.2. Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (juta rupiah)

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

(yoy) (qtq) (yoy) (qtq)

Aset 958,251 976,776 1,011,948 1,000,425 1,096,071 1,091,548 14.38% 9.56% 11.75% -0.41%

Tabungan 352,582 359,754 369,929 348,818 428,727 412,118 21.60% 22.91% 14.56% -3.87% 58.45%

Simpanan Berjangka 222,447 249,296 257,642 258,929 286,901 292,920 28.97% 10.80% 17.50% 2.10% 41.55%

Total DPK 575,029 609,051 627,571 607,748 715,627 705,038 24.45% 17.75% 15.76% -1.48% 100.00%

Kredit Investasi 90,763 87,231 85,400 80,599 78,586 78,356 -13.42% -2.50% -10.17% -0.29% 10.24%

Kredit Modal Kerja 395,788 439,800 472,797 477,680 481,523 499,085 21.66% 0.80% 13.48% 3.65% 65.22%

Kredit Konsumsi 162,459 174,542 186,214 186,352 192,396 187,810 18.43% 3.24% 7.60% -2.38% 24.54%

Total Kredit Jenis Penggunaan 649,010 701,573 744,411 744,631 752,506 765,251 15.95% 1.06% 9.08% 1.69% 100.00%

Pertanian 124,697 119,696 126,329 125,017 124,749 127,053 0.04% -0.21% 6.15% 1.85% 16.60%

Pertambangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Perindustrian 10,723 12,669 13,805 13,748 13,798 14,765 28.68% 0.36% 16.54% 7.01% 1.93%

Perdagangan 269,991 299,990 321,310 322,832 324,013 336,989 20.01% 0.37% 12.33% 4.00% 44.04%

Jasa-jasa 76,724 81,041 89,485 87,724 89,249 91,757 16.33% 1.74% 13.22% 2.81% 11.99%

Lain-lain 166,876 188,176 193,483 195,309 200,696 194,687 20.27% 2.76% 3.46% -2.99% 25.44%

Total Kredit Sektor Ekonomi 649,010 701,573 744,411 744,631 752,506 765,251 15.95% 1.06% 9.08% 1.69% 100.00%

LDR 112.87% 115.19% 118.62% 122.52% 105.15% 108.54%

NPL 6.35% 7.03% 7.48% 8.37% 9.44% 8.30%

Indikator Perbankan IV-2008Pangsa I-

2010I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009

Pertumbuhan IV-2009I-2010*

Pertumbuhan I-2010*

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 40

Kredit modal kerja masih menjadi pilihan utama penyaluran kredit oleh

BPR. Penyaluran kredit modal kerja oleh BPR pada triwulan I-2010 hampir

mencapai Rp 500 miliar, atau meningkat sebesar 13,5% (yoy) (Grafik 3.30).

Kegiatan produktif jangka pendek mendominasi kredit yang disalurkan BPR

dengan pangsa mencapai lebih dari 65%. Penyaluran untuk kegiatan konsumsi

pada triwulan I-2010 mencapai Rp 187,8 miliar, atau tidak banyak mengalami

peningkatan, hanya meningkat sekitar 7,6%. Sedangkan untuk kredit investasi

masih stagnan dan mengalami penurunan.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.29. – Pertumbuhan tahunan DPK Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sumbar Berdasarkan

Jenis Simpanan

Grafik 3.30. – Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sumbar Berdasarkan Jenis Penggunaan

Intermediasi yang dilakukan BPR mencatatkan perkembangan positif

dengan LDR melebihi 100%. Kondisi menunjukkan bahwa pengumpulan DPK

oleh BPR di Sumbar tidak secepat pada upaya penyaluran kreditnya, sehingga

sebagian masih mengandalkan aliran dana dari perbankan atau lembaga

keuangan lain di luar Sumbar. Pada triwulan I-2010 LDR BPR mencapai 108,54%,

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 105,15% (Grafik 3.31).

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.31. – Perkembangan LDR Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sumbar Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.32. – Perkembangan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) BPR Sumbar 2009

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

2004 2005 2006 2007 2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009

Total DPK

Tabungan

Simpanan Berjangka

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Juta

Rup

iah

Kredit Investasi

Kredit Modal Kerja

Kredit Konsumsi

107.11%

110.76%

119.19%

131.62%

112.87%

115.19%

118.62%

111.34%

105.15%

108.54%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% 140.00%

2007

I-2008

II-2008

III-2008

IV-2008

I-2009

II-2009

III-2009

IV-2009

I-2010* 8.76%

6.17%6.74%

6.02% 6.03%

6.35%7.03%

7.48%

8.37%9.44%

8.30%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

41

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

Tekanan kredit bermasalah BPR mulai sedikit berkurang meskipun masih

berada pada posisi yang tinggi. NPL BPR pada triwulan I-2010 sebesar 8,3%,

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,44% (Grafik 3.32).

Meskipun demikian posisi tersebut secara umum masih berada di atas maksimum

NPL yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. Upaya pengawasan dan

pengelolaan kualitas kredit harus tetap menjadi perhatian penting bagi BPR

untuk mencegah semakin meningkatnya jumlah kredit bermasalah. Prinsip kehati-

hatian dalam operasional perbankan harus terus dioptimalkan disertai berbagai

langkah untuk mengatasi permasalahan NPL.

3.7. Perkembangan Bank Umum Syariah

Tabel 3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (juta rupiah)

Sumber: LBU, Bank Indonesia

Perkembangan aset bank umum syariah di Sumbar terus menunjukkan

pertumbuhan positif. Hingga posisi triwulan I-2010 aset bank umum syariah di

Sumbar sudah mencapai Rp 1,14 triliun, meningkat hampir 20% dibandingkan

tahun lalu. Upaya ekspansi pengumpulan DPK oleh bank umum syariah juga terus

terlihat. Jumlah DPK mencapai Rp 883,8 miliar atau meningkat 52,6% (yoy).

Persentase peningkatan DPK terbesar terjadi pada giro (74,9%), disusul deposito

(yoy) (qtq) (yoy) (qtq)

Asset 769,942 948,130 984,491 1,022,544 1,102,863 1,137,421 43.24% 7.85% 19.96% 3.13%

DPK 586,878 579,340 618,208 676,438 839,267 883,843 43.01% 24.07% 52.56% 5.31% 100.00%

Giro 42,610 48,610 50,881 62,874 79,968 85,012 87.67% 27.19% 74.89% 6.31% 9.62%

Tabungan 282,218 303,184 321,942 354,609 325,662 427,087 15.39% -8.16% 40.87% 31.14% 48.32%

Deposito 262,050 227,546 245,385 258,955 433,637 371,744 65.48% 67.46% 63.37% -14.27% 42.06%

Pembiayaan Total 794,076 879,594 986,882 1,054,724 1,086,788 945,070 36.86% 3.04% 7.44% -13.04% 100.00%

Modal Kerja 281,475 339,991 407,403 447,997 486,885 449,807 72.98% 8.68% 32.30% -7.62% 47.60%

Investasi 105,055 107,934 111,076 111,776 122,694 107,795 16.79% 9.77% -0.13% -12.14% 11.41%

Konsumsi 407,546 431,669 468,403 494,951 477,209 387,468 17.09% -3.58% -10.24% -18.81% 41.00%

Pembiayaan Sektoral 794,076 879,594 986,882 1,054,724 1,086,788 945,070 36.86% 3.04% 7.44% -13.04% 100.00%

Pertanian 29,784 30,639 31,458 28,895 36,433 31,826 22.32% 26.09% 3.87% -12.65% 3.37%

Pertambangan 441 441 441 441 441 350 0.00% 0.00% -20.63% -20.63% 0.04%

Industri 1,830 3,365 5,616 6,094 8,571 9,827 368.36% 40.65% 192.04% 14.65% 1.04%

Listrik, Gas dan Air - - - - - - - - -

Konstruksi 3,543 5,188 5,271 6,185 4,550 3,326 28.42% -26.43% -35.89% -26.90% 0.35%

Perdagangan 115,524 164,155 203,061 219,895 247,296 195,753 114.06% 12.46% 19.25% -20.84% 20.71%

Angkutan 8,679 8,030 7,486 7,310 2,550 2,306 -70.62% -65.12% -71.28% -9.57% 0.24%

Jasa Dunia 186,835 193,337 223,030 245,337 249,032 255,266 33.29% 1.51% 32.03% 2.50% 27.01%

Jasa Sosial 39,894 42,770 42,116 45,614 60,704 58,944 52.16% 33.08% 37.82% -2.90% 6.24%

Lain-Lain 407,546 431,669 468,403 494,953 477,211 387,472 17.09% -3.58% -10.24% -18.80% 41.00%

FDR 135.31% 151.83% 159.64% 155.92% 129.49% 106.93%

NPF (%) 1.34% 1.80% 2.60% 2.85% 1.66% 1.87%

III-2009 IV-2009Pertumbuhan IV-2009 Pangsa

I-2010IV-2008 I-2009 II-2009

Pertumbuhan I-2010I-2010

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 42

(63,4%) dan tabungan (40,9%). Peningkatan giro menunjukkan bahwa

pemerintah daerah maupun pelaku usaha di Sumbar mulai menggunakan jasa

perbankan syariah dalam menempatkan dananya.

Meski DPK tumbuh tinggi, penyaluran pembiayaan oleh bank umum

syariah di Sumbar belum menunjukkan peningkatan cukup besar. Pada

triwulan I-2010 jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum syariah di Sumbar

mencapai Rp 945 miliar, tumbuh 7,44 % dibandingkan tahun lalu. Pembiayaan

banyak diserap untuk modal kerja dengan pangsa mencapai 47,6% sedangkan

konsumsi 41% dan investasi 11,4%. Pembiayaan untuk modal kerja bergerak

relatif tinggi dengan pertumbuhan mencapai 32,3% (yoy), sedangkan pembiayaan

untuk investasi dan konsumsi relatif stagnan.

Sumber: LBU, Bank Indonesia

Sumber: LBU, Bank Indonesia

Grafik 3.33. – Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah di Sumbar Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 3.34. – Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah di Sumbar Menurut Sektor Ekonomi

Peran intermediasi bank umum syariah di Sumbar berjalan baik disertai

pengelolaan kualitas pembiayaan yang terjaga. Persentase Financing-to-

Deposit Ratio (FDR) bank umum syariah pada triwulan I-2010 sebesar 106,9%

(Grafik 3.35), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 129,5%. Penurunan

ini disebabkan oleh akselerasi peningkatan penghimpunan DPK yang lebih cepat

dibandingkan pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum syariah pada triwulan

pertama. Di sisi lain, Non-Performing Financing atau rasio pembiayaan bermasalah

juga masih relatif terjaga, meskipun terjadi sedikit peningkatan dari 1,66% pada

akhir tahun 2009 menjadi 1,87% pada triwulan I-2010 (Grafik 3.36).

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Juta

Ru

pia

h

Modal Kerja Investasi Konsumsi

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000 Ju

ta R

up

iah

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas dan Air

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

Jasa Dunia

Jasa Sosial

Lain-Lain

43

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

Sumber: LBU, Bank Indonesia

Sumber: LBU, Bank Indonesia

Grafik 3.35. – Perkembangan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) Bank Umum Syariah di Sumbar Menurut Jenis

Penggunaan

Grafik 3.36. – Perkembangan Non-Performing Financing (NPF) Bank Umum Syariah di Sumbar

Menurut Sektor Ekonomi

127.85%

152.90%

159.93%

135.31%

151.83%

159.64%

155.92%

129.49%

106.93%

0.00% 50.00% 100.00% 150.00% 200.00%

I-2008

II-2008

III-2008

IV-2008

I-2009

II-2009

III-2009

IV-2009

I-2010

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

I-2008 II-2008 III-2008 IV-2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 44

Halaman ini sengaja dikosongkan

45

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Membaiknya kondisi perekonomian pasca krisis dan pasca gempa

meningkatkan penerimaan pemerintah. Penerimaan pajak baik pajak pusat

maupun pajak daerah mengalami peningkatan. Sayangnya, membaiknya realisasi

pendapatan belum diikuti oleh optimalisasi realisasi belanja baik realisasi belanja

APBN maupun belanja APBD.

4.1. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Penerimaan pemerintah pusat dari wilayah Sumbar kembali meningkat

cukup tinggi pada triwulan I-2010. Membaiknya harga komoditas perkebunan

sejak triwulan I-2009 berimplikasi kepada peningkatan penerimaan pajak tahun

2009, yang penyampaian SPT-nya dilakukan pada akhir triwulan I-2010. Pada

grafik 4.1. terlihat bahwa krisis ekonomi yang terjadi sejak triwulan III-2008

berpengaruh kepada stagnasi penerimaan pajak triwulan I-2009. Hal yang sama

juga terjadi pada saat booming harga komoditas pada tahun 2007 yang

berpengaruh terhadap penerimaan pajak triwulan I- 2008.

Sumber : Depkeu, diolah Sumber : Depkeu, diolah

Grafik 4.1 Penerimaan Pajak APBN di Sumbar Grafik 4.2. Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar

Rasio penerimaan pajak dalam negeri terus menurun. Rasio pajak dalam

negeri terhadap total pendapatan pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 84%,

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I 2006 I 2007 I 2008 I 2009 I-2010

Rp milyar

Rasio Pajak DN Thd Total Pendapatan (sisi kanan)Rasio Pajak Perdagangan Intl Thd Total Pendapatan (sisi kanan)Total Pendapatan (sisi kiri)Pajak Dalam Negeri (sisi kiri)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

I-2006 I-2007 I-2008 I-2009 I-2010

Rp JutaRp Juta

Pajak Penghasilan

Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Bumi dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pendapatan Pajak Lainnya

Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang 46

sementara pada kurun waktu yang sama dalam lima tahun terakhir berada di atas

angka 90% (grafik 4.1.). Hal ini mengindikasikan bahwa peranan perdagangan

internasional semakin besar terhadap perekonomian Sumbar.

Membaiknya kegiatan ekonomi pasca gempa tercermin dari peningkatan

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dibandingkan Tw.I-2009,

penerimaan PPN triwulan I-2010 tumbuh 37,58% dari Rp 196,12 milyar menjadi Rp

269,82 milyar (grafik 4.2.). Hal ini mengakibatkan sumbangan PPN terhadap total

pajak dalam negeri meningkat dari 35% menjadi 39%. Sementara itu,

penyumbang terbesar pajak dalam negeri di Sumbar pada triwulan ini adalah

Pajak Penghasilan (PPh). Pangsa PPh terhadap total pajak dalam negeri sebesar

59% atau sebesar Rp 410,29 milyar.

Sumber : Depkeu, diolah Sumber : Depkeu, diolah

Grafik 4.3 Belanja APBN di Sumbar Grafik 4.4. Pangsa Belanja Operasional APBN di Sumbar

Realisasi belanja APBN di Sumbar menurun baik belanja operasional

maupun investasi. Realisasi belanja APBN di Sumbar triwulan ini tercatat sebesar

Rp 614,08 milyar (grafik 4.3.), menurun 8,87% dibandingkan periode yang sama

tahun lalu. Penurunan paling tajam terjadi pada kelompok belanja investasi

sebesar 31,04% atau Rp 19,33 miliar. Realisasi belanja investasi selama triwulan I-

2010 tercatat sebesar Rp 42,94 milyar yang didominasi oleh belanja jalan, irigasi,

dan jaringan sebesar Rp 38,97 miliar. Realisasi belanja investasi yang menurun

pada triwulan I-2010 diperkirakan karena belum optimalnya proses rehab-rekon

pasca gempa. Sementara itu, belanja operasional juga mengalami penurunan

sebesar 6,62% atau Rp 40,47 miliar. Penurunan belanja operasional bersumber

dari belanja lain-lain (-95,72%) dan belanja bantuan sosial (-14,97%).

-

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

I-2006 I-2007 I-2008 I-2009 I-2010

Pangsa Belanja Operasional Pangsa Belanja Investasi

Total Belanja Belanja Operasional

Belanja Investasi

60.38%69.05% 72.06%

53.43%67.37%

9.40%

10.78%10.79%

11.71%

14.16%

26.28%19.90% 16.31%

19.47%

17.73%15.39%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I-2006 I-2007 I-2008 I-2009 I-2010

Belanja Lain-Lain

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Barang

Belanja Pegawai

47

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang

Serapan dana rehab-rekon Sumbar

hingga akhir triwulan I-2010 masih

sangat minim. Laporan Tim

Pendukung Teknis Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Sumbar bulan Maret 2010

menunjukkan penyerapan anggaran

Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) terkait dana rehab

rekon tercatat sebesar 5,8% dari total

dana sebesar Rp 313 milyar1. Rendahnya penyerapan anggaran ini disebabkan

kegiatan yang baru dilakukan masih berkisar pada kegiatan lelang dan koordinasi

penetapan lokasi kegiatan di setiap kabupaten/kota.

4.2. Keuangan Pemerintah Daerah

Dana transfer perimbangan dari pemerintah pusat masih menjadi

tumpuan pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan per Februari 2010

sebesar Rp 166 miliar (21,63%). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang dianggarkan sebesar Rp 845 miliar sudah terkumpul sebesar Rp 123 miliar

(14,65%). Dana Alokasi Umum merupakan kontributor utama dana perimbangan

sebesar Rp 165 miliar. Sebaliknya, realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak baru

tercapai sebesar Rp 1 miliar sementara Dana Alokasi Khusus (DAK) belum terserap

sama sekali.

Sumber : Pemprov Sumbar, diolah Sumber : Pemprov Sumbar, diolah

Grafik 4.6 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemprov Sumbar

Grafik 4.7. % Realisasi Pendapatan Daerah Pemprov Sumbar

1 www.rehabrekon.org

845,916

769,697

40,115

123,912 166,476

13,198

PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Yang Sah

Anggaran

Realisasi

14.65%21.63%

32.90%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

PAD Dana Perimbangan

Lain-lain Pendapatan Yang

Sah

Sumber : www.rehabrekon.org, diolah

Grafik 4.5 Realisasi Belanja Rehab-Rekon BNPB

0

4

8

12

16

20

0

5

10

15

20

25

30

35

% (sisi kiri)

Rp milyar (sisi kanan)

Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang 48

Keterlambatan realisasi DAK juga terjadi pada sebagian besar

kabupaten/kota se Sumbar. Data Setdaprov Sumbar menunjukkan bahwa

realisasi fisik dan keuangan DAK hanya terjadi di Kabupaten Agam sebesar Rp 13

miliar dan Kabupaten Pasaman sebesar Rp 24 miliar. Total DAK yang disalurkan

untuk pemprov dan pemkab/pemko sebesar Rp 689 miliar. Pada tingkat provinsi,

bidang yang mendapat alokasi DAK tahun 2010 yaitu Kesehatan sebesar Rp 2,6

miliar, Jalan sebesar Rp 8,3 miliar, dan Irigasi sebesar Rp 8,1 miliar.

Sumber : Pemprov Sumbar, diolah Sumber : BI, diolah

Grafik 4.8 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Pemprov Sumbar

Grafik 4.9. Posisi Simpanan Pemda di Perbankan

Pola realisasi belanja daerah masih belum mengalami perbaikan

meskipun realisasi transfer Dana Alokasi Umum sudah sesuai jadwal.

Hingga akhir Maret 2010, realisasi belanja pemprov Sumbar baru tercapai sebesar

Rp 192 miliar (8,19%). Minimnya realisasi belanja terjadi baik pada belanja

langsung (7,99%) maupun belanja tidak langsung (8,44%) sebagaimana dalam

grafik 4.8. Hal ini yang menjelaskan pola simpanan pemda di perbankan yang

selalu meningkat pada awal-awal tahun anggaran dan kemudian menurun tajam

pada akhir tahun anggaran (grafik 4.9).

1,072 1,272

2,344

90 102 192

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah Belanja

Anggaran

Realisasi

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan* Feb*

2009 2010

Bab 2 : Keuangan Pemerintah Daerah

Bank Indonesia Padang 49

BAB V

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Kondisi perekonomian Sumbar pasca gempa bumi yang mulai pulih

diikuti dengan perkembangan transaksi sistem pembayaran, baik

transaksi tunai maupun non tunai yang relatif stabil. Sementara itu, jumlah

uang tidak layak edar, uang palsu, dan penolakan cek/BG kosong mengalami

penurunan dibanding triwulan sebelumnya.

5.1 Transaksi Tunai

Perkembangan arus kas yang masuk dan keluar KBI Padang relatif stabil

di awal tahun 2010 (Grafik 5.1). Kegiatan pembayaran dengan menggunakan

uang kartal tidak mengalami gejolak berarti pasca gempa, tercermin dari

perkembangan arus kas yang stabil pada triwulan IV 2009 s.d awal tahun 2010.

Sejak tahun 2007 KBI Padang selalu mengalami net inflow, hal ini menunjukkan

bahwa arus kas yang masuk ke Sumatera Barat selalu lebih banyak dibanding arus

kas yang keluar.

Pergerakan arus kas bersifat musiman. Setelah arus kas yang masuk dan

keluar sempat berada pada nilai cukup tinggi pada bulan Oktober s.d Desember

akibat perayaan Hari Raya Idul Fitri, kemudian pada triwulan I-2010 arus kas yang

masuk dan keluar lebih rendah dibanding triwulan IV-2009 atau masing-masing

turun 21,06% dan 59,47%.

Sumber : BI

Grafik 5.1. - Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk

(inflow) dan Keluar (outflow)

Sumber : BI

Grafik 5.2. - Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak

Edar (PTTB)

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Miliar Rp Inflow Outflow Net Inflow

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Miliar Rp%

PTTB

Rasio PTTB terhadap inflow

Bab V :Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang 50

Jumlah uang tidak layak edar (lusuh/rusak) lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya (Grafik 5.2). Pergerakan ini searah dengan menurunnya

kegiatan arus kas yang masuk dan keluar pada triwulan I-2010. Jumlah uang yang

masuk ke KBI Padang dan dimusnahkan menggunakan Mesin Racik Uang Kertas

(MRUK) sebesar Rp 1,3 T atau turun 15,58%.

Sumber : BI

Grafik 5.3. - Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat Sumber : BI

Grafik 5.4. – Persentase Temuan Uang Palsu di KKBI

Padang dan Kantor Pusat BI

Jumlah temuan uang palsu terendah sejak tahun 2008 (Grafik 5.3). Uang

palsu yang masuk ke KBI Padang pada triwulan I 2010 sebesar Rp 890 ribu, turun

dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 3,16 juta. Persentase temuan uang

palsu di KKBI Padang yang mencakup Sumatera Barat, Pekanbaru, Jambi, dan

Batam terbilang relatif kecil dibandingkan Kantor Pusat Bank Indonesia Jakarta

(grafik 5.4). Bahkan, rata-rata temuan uang palsu di KKBI Padang sejak tahun

2009 yaitu 1,01%, lebih rendah dibanding Kantor Koordinator BI lainnya di

Sumatera (KBI Medan dan KBI Palembang).

5.2 Transaksi Kliring

Perkembangan transaksi kliring relatif normal dan stabil (Grafik 5.5). Awal

tahun 2010, nilai transaksi kliring tidak berbeda jauh dengan triwulan

sebelumnya, hanya turun 0,1% sedangkan dari sisi volume mengalami

peningkatan sebesar 14,0%. Penurunan nilai nominal transaksi yang relatif kecil

disertai dengan meningkatnya volume transaksi menunjukkan bahwa nilai

nominal per transaksi kliring pada triwulan ini lebih kecil dibanding triwulan

sebelumnya.

Nilai dan volume penolakan cek/BG kosong menurun pada triwulan I-2010

(Grafik 5.6). Meskipun pergerakan nilai dan volume transaksi kliring relatif sama

dengan triwulan sebelumnya (Tabel 5.1), namun presentase nilai dan jumlah

1.27

3.64

1.93

4.26

3.08

4.91

2.383.16

0.8910

20

30

40

50

60

70

80

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010

LembarJuta Rp

Nominal (sisi kiri)

Lembar (sisi kanan)

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

-

5

10

15

20

25

30

Jan

-08

Feb

-08

Mar

-08

Ap

r-0

8

May

-08

Jun

-08

Jul-

08

Au

g-0

8

Sep

-08

Oct

-08

No

v-0

8

De

c-0

8

Jan

-09

Feb

-09

Mar

-09

Ap

r-0

9

May

-09

Jun

-09

Jul-

09

Au

g-0

9

Sep

-09

Oct

-09

No

v-0

9

De

c-0

9

Jan

-10

Feb

-10

%%

Kantor Pusat (sisi kanan) KKBI Padang (sisi kiri)KKBI Palembang (sisi kiri) KKBI Medan (sisi kiri)

51

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang

cek/BG kosong yang ditolak masing-masing hanya 2,27% dan 1,29%, lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya. Dengan demikian, kualitas kliring di KBI Padang

cukup baik pada triwulan I-2010.

Tabel 5.1 - Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

Sumber : BI

Sumber : BI Sumber : BI Grafik 5.5 – Rata-rata Harian Perputaran Kliring di KBI

Padang

Grafik 5.6 – Presentase Cek/BG Kosong terhadap

Transaksi Kliring

5.3 Transaksi BI-RTGS1

Volume transaksi BI-RTGS di

Sumatera Barat terus

mengalami peningkatan.

Berbagai keunggulan

pembayaran yang ditawarkan

oleh sistem BI-RTGS seperti lebih

aman, cepat, efisien dan real

time membuat tingginya minat masyarakat dalam menggunakan layanan

tersebut, tercermin dari volume transaksi BI-RTGS yang menunjukkan trend

peningkatan sejak tahun 2007 (Grafik 5.7). Pada triwulan-I 2010, volume transaksi

meningkat 1,39% sedangkan nilai transaksi mengalami penurunan 20,81% yang

lebih didorong karena faktor musiman.

1 Real-Time Gross Settlement.

2010

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw IPerputaran Kliring

Volume (s is i kiri) 91,6 95,0 95,1 88,7 89,5 89,3 90,7 76,0 86,6 14,0%

Nominal (s is i kanan) 2.987,8 3.477,8 3.528,8 3.224,1 2.712,7 2.770,4 3.061,3 3.152,8 3.151,2 -0,1%

Penolakan Cek/BG Kosong

- Volume (lembar) 789,0 1.149,0 1.741,0 2.020,0 1.779,0 2.101,0 2.621,0 2.439,0 1.969,0 -19,3%

- Nominal (miliar rp) 0,8 24,3 40,5 38,6 34,5 39,4 50,0 55,3 40,6 -26,6%

2008Keterangan qtq

2009

30

35

40

45

50

55

60

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Miliar rupiahLembar

Nominal Volume

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

II III IV I II III IV I

2008 2009 2010

% Volume Cek/BG Kosong

% Nilai Cek/BG Kosong

Sumber : BI

Grafik 5.7 - Perkembangan Transaksi RTGS Propinsi Sumatera Barat

5

10

15

20

25

30

35

40

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

RibuanTriliun Rupiah

NominalVolume

Bab V :Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang 52

Tabel 5.2 - Transaksi RTGS Propinsi Sumatera Barat

Sumber : BI

Kegiatan ekonomi pasca gempa yang sempat terhambat di Kab. Agam

kembali normal pada triwulan I-2010. Pada triwulan IV-2009 transaksi dari

luar Sumbar yang masuk ke Agam hanya Rp 26 miliar, namun pada triwulan I-

2010 telah meningkat kembali menjadi Rp1,7 triliun (Grafik 5.8). Peristiwa gempa

bumi Sumatera Barat menjadi salah satu pemicu turunnya transaksi RTGS dari luar

Sumbar ke Agam pada triwulan IV-2009. Nasabah utama pemakai layanan RTGS di

Agam umumnya bergerak di sektor perkebunan sawit. Gempa bumi berimplikasi

terhadap turunnya kondisi psikologis petani sawit, sarana prasarana pendukung

rusak, dan konsolidasi kebun sehingga penjualan sawit pun ikut turun.

Terhambatnya aktivitas kegiatan ekonomi tersebut mendorong penurunan

transaksi RTGS dari luar Sumbar ke Agam. Dari sisi teknis, sistem jaringan RTGS

telah beroperasi kembali sehari pasca gempa. Sementara itu, triwulan-I 2010

kegiatan ekonomi telah pulih, tercermin dari nilai transaksi RTGS dari luar Sumbar

yang kembali meningkat.

Sumber : BI Sumber : BI Grafik 5.8 – Nilai Transaksi RTGS tiap Kab/Kota dari

Luar Sumbar (t) Grafik 5.9 –Transaksi RTGS dari Luar Sumbar (t) di Kota

Padang & Kab Agam

2010

I II III IV I II III IV I

RTGS (Rp Miliar) 15.263,51 18.349,34 18.407,71 31.170,78 23.840,80 28.816,34 42.782,78 39.691,17 31.429,72 -20,81% 31,83%

Dari Sumbar

Ke Sumbar (f-t) 1.404,25 2.341,74 2.016,19 4.697,28 3.203,15 2.771,69 7.485,15 6.896,04 4.841,16 -29,80% 51,14%

Ke Luar Sumbar (f) 6.648,29 7.282,69 6.368,46 10.283,08 6.950,70 7.502,82 12.127,70 12.315,90 9.609,74 -21,97% 38,26%

Ke Sumbar

Dari luar Sumbar (t) 7.210,97 8.724,91 10.023,06 16.190,43 13.686,95 18.541,84 23.169,94 20.479,23 16.978,82 -17,09% 24,05%

RTGS (volume) 24.201 30.249 27.299 30.262 26.422 32.036 32.365,00 36.776,00 37.288,00 1,39% 41,12%

Dari Sumbar

Ke Sumbar (f-t) 2.908 2.677 2.293 2.787 2.103 2.683 2.596,00 2.812,00 3.428,00 21,91% 63,01%

Ke Luar Sumbar (f) 9.779 11.837 10.624 12.059 10.626 12.425 12.833,00 13.427,00 14.812,00 10,32% 39,39%

Ke Sumbar

Dari luar Sumbar (t) 11.514 15.735 14.382 15.416 13.693 16.928 16.936 20.537 19.048 -7,25% 39,11%

2008 2009yoy qtq

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

RTGS To Q2 RTGS To Q3 RTGS To Q4 RTGS to Q1

SOLOK

SAWAHLUNTO

PESISIR SELATAN

PAYAKUMBUH

PASAMAN

PARIAMAN

PADANG

BUKITTINGGI

AGAM

2.616

394 49 16 4 7 38 128

1.606

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

Juli Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

Mil

iar

Rp

Padang Agam

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang 53

BAB VI

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Sumbar pasca

gempa, sedikit membaik. Dari jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia,

hingga bulan Maret 2010 tercatat hanya ada sebanyak 77 lowongan untuk

100.813 pencari kerja yang ada. Namun demikian, meningkatnya jumlah

pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbar cukup memberi

angin segar pada kondisi ketenagakerjaan Sumbar pada umumnya.

Tercatat sebanyak 419 orang telah diberangkatkan selama periode Jan-Mar

2010. Sementara itu, kondisi kesejahteraan petani yang direfleksikan

melalui Nilai Tukar Petani (NTP) terus menunjukkan trend yang meningkat.

6.1. Ketenagakerjaan Daerah

Jumlah lowongan kerja yang tersedia di Sumbar, masih belum mampu

menampung besarnya jumlah pencari kerja yang terus meningkat.

Hingga bulan Maret 2010, jumlah pencari kerja di Sumbar tercatat

sebanyak 100.813 orang. Jumlah ini meningkat sebesar 6,3% atau sebanyak

6.776 orang dibandingkan posisi Desember 2009. Sementara itu, jumlah

lowongan kerja yang tersedia hingga bulan Maret hanya sebanyak 77

dimana 34 diantaranya berada di Kota Padang, 23 di Kab. Solok, 15 di Kota

Padang Panjang dan 5 di Kab. 50 Kota. Sebagian besar lowongan

pekerjaan yang ada di isi oleh tenaga kerja wanita yaitu sebanyak 70

orang. Penyerapan tenaga kerja terbesar pada periode ini adalah industri

pengolahan dengan total tenaga kerja terserap sebanyak 51 orang dimana

seluruhnya berada di Kota Padang. Sisanya sebanyak 26 orang

dipekerjakan pada sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan,

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang 54

tanah, dan jasa perusahaan. Jika dirinci berdasarkan kelompok jabatan,

maka 44% atau 34 diantaranya merupakan pejabat pelaksana tata usaha

dan tenaga ybdi2

; 64,58% atau 19 orang merupakan tenaga produksi dan

tenaga ybdi; 22,08% atau 17 orang merupakan tenaga usaha jasa, 7,79%

atau 6 orang merupakan tenaga profesional, teknis dan tenaga ybdi serta 1

orang lainnya bekerja sebagai tenaga kepemimpinan dan

ketatalaksanaan3

.

Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbar yang sempat

menurun drastis di tahun 2009, kini mulai menunjukkan adanya

peningkatan. Data pengiriman TKI yang dirilis oleh Disnakertrans Sumbar

memperlihatkan adanya peningkatan pengiriman TKI Sumbar yang sangat

tajam jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada

triwulan I 2009, jumlah TKI yang diberangkatkan ke luar negeri tercatat

hanya sebanyak 81 orang. Penurunan pengiriman ini terkait adanya krisis

global yang melanda negara tujuan pengiriman seperti Malaysia. Namun

demikian, pada triwulan laporan tercatat jumlah TKI yang diberangkatkan

ke luar negeri telah mencapai 419 orang atau meningkat sebesar 417%

(yoy). Seiring dengan pulihnya perekonomian global diharapkan peluang

untuk pengiriman TKI asal Sumbar dapat kembali meningkat.

TKI asal Sumbar yang diberangkatkan mayoritas merupakan tamatan

SLTA/ setingkat, berusia di atas 15 tahun dan bekerja pada sektor

industri pengolahan di negara Malaysia. Sekitar 67% atau sejumlah 279

orang TKI berpendidikan SLTA/setingkat dan 33% lainnya atau sekitar 139

orang berpendidikan SLTP/ setingkat. Lebih dari 60% TKI tersebut berusia

antara 15-21 tahun sedangkan sisanya berusia di atas 21 tahun. Sektor

terbesar penyerap TKI asal Sumbar adalah sektor industri pengolahan

dimana mereka bekerja sebagai tenaga operator pengeluaran.

2 YBDI : Yang Berhubungan Dengan Itu, berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia

(KBLI) 3 Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Barat, tanggal 26 April 2010

55

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang

Namun demikian, meningkatnya jumlah TKI Sumbar yang dikirimkan ke

luar negeri tidak dibarengi oleh pertumbuhan Perusahaan Pengerah

Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Di Sumbar terdapat 36 unit PJTKI

yang beroperasi. Menurut Kepala Bidang Penempatan dan Pengembangan

Tenaga Kerja Disnaker Sumbar, sampai dengan Maret 2010 terdapat 18

unit perusahaan yang tutup beroperasi. Seluruh perusahaan yang terpaksa

tutup itu antara lain akibat sulitnya mencari `job order` ke luar negeri

terutama negara-negara penerima, dan juga karena tidak memiliki

jaringan yang kuat4

. Terlebih pasca gempa Sumbar, banyak orang tua yang

takut melepas anaknya bekerja ke luar negeri dan lebih memilih mencari

lapangan pekerjaan di dalam negeri.

Tabel 6.1.

Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia Daerah Asal Dalam Prov. Sumatera Barat

6.2. Kesejahteraan5

Nilai Tukar Petani (NTP) Sumbar yang sempat turun pada bulan

Oktober 2009, kini berbalik arah dan kembali mengalami tren yang

meningkat. NTP merupakan salah satu indikator tingkat kemampuan daya

4 http://news.id.finroll.com, 20 April 2010

5 Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No.18/04/13/Th.XIII, 1 April 2010

Pertumb.

s.d Mar s.d Jun s.d Sept s.d Des s.d Mar s.d Jun s.d Sept s.d Des s.d Mar (yoy, %)

Menurut Pendidikan 2.068 1.613 429 966 1.372 1.756 81 285 664 997 419 4,17

- SD - - - - - - - 1 1 1 - -

- SLTP/Setingkat 119 139 60 158 257 346 37 100 164 319 139 2,76

- SLTA/Setingkat 1.948 1.473 369 807 1.114 1.402 44 184 498 675 279 5,34

- D.I, D.II & D.III - 1 - 1 1 8 - - 1 1 1 0,00

- Sarjana 1 - - - - - - - - 1 - -

Menurut Usia 2.068 1.613 429 966 1.372 1.756 81 285 664 997 419 4,17

- < 15 tahun - - - - - - - - - - -

- 15 - 21 tahun 837 681 199 451 667 878 49 157 344 514 253 4,16

- > 21 tahun 1.231 932 230 515 705 878 32 128 320 483 166 4,19

Menurut Lapangan Usaha 2.068 1.613 429 966 1.372 1.756 81 285 665 997 419 4,17

- Pertanian/Perkebunan - 54 - 2 2 2 2 2 2 2 2 0,00

- Industri Pengolahan 2.068 1.540 429 964 1.370 1.734 78 281 661 993 417 4,35

- Perdagangan Besar - 13 - - - - 1 2 2 2 - -

- Lainnya - 6 - - - 20 - - - - - -

Menurut Negara Tujuan 2.068 1.613 429 966 1.372 1.756 81 285 664 997 419 4,17

- Malaysia 2.068 1.610 429 966 1.372 1.722 81 285 664 997 419 4,17

- Brunei Darussalam - 3 - - - - - - - - -

- Saudi Arabia - - - - - 20 - - - - -

- Korea - - - - - 14 - - - - - Sumber : Disnakertrans Sumbar

2009Keterangan 2006 2007

2008 2010

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang 56

beli petani. Satu bulan pasca gempa, NTP Sumbar sempat turun sebesar

1,12% (mtm). Namun demikian, sejak bulan Nopember 2009 NTP Sumbar

kembali mengalami trend yang meningkat hingga pada bulan Februari

2010 tercatat tumbuh sebesar 0,02% (mtm). Kenaikan ini disebabkan oleh

adanya kenaikan pada indeks harga hasil produksi pertanian sebesar 0,75%

(mtm) disisi lain indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah

tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian hanya mengalami

kenaikan sebesar 0,73% (mtm).

Pada bulan Februari 2010, tercatat NTP dua subsektor mengalami

kenaikan dan 3 subsektor lainnya mengalami penurunan indeks.

Subsektor yang mengalami kenaikan indeks adalah subsektor holtikultura

sebesar 1,36% (mtm) dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar

0,38% (mtm). Sebaliknya, 3 subsektor yang mengalami penurunan antara

lain subsektor padi palawija sebesar 0,46% (mtm), subsektor peternakan

0,92% (mtm), dan subsektor perikanan 0,20% (mtm).

Sumber : BPS Sumbar

Sumber : BPS Sumbar

Grafik 6.1 Perkembangan Nilai Tukar

Petani Sumbar

Grafik 6.2 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumbar Sektoral

95,00

100,00

105,00

110,00

Indeks (2007=100)

80,00

90,00

100,00

110,00

120,00

130,00

140,00

Me

i-0

8Ju

n-0

8Ju

l-0

8A

gust

-08

Sep

-08

Okt

-08

No

p-0

8D

es-

08

Jan

-09

Feb

-09

Ap

r-0

9M

ay-0

9Ju

n-0

9Ju

l-0

9A

gust

-09

Sep

-09

Okt

-09

No

p-0

9D

es-

09

Jan

-10

Feb

-10

Tanaman Pangan

Hortikultura

TPR

Peternakan

Perikanan

57

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

DAERAH

7.1. Perkiraan Ekonomi

Pada triwulan II-2010 ekonomi Sumatera Barat diperkirakan semakin

membaik dengan tumbuh pada kisaran 3,50±0,50% seiring dengan pemulihan

kondisi ekonomi pasca gempa. Tingkat konsumsi diperkirakan kembali

bergairah. Pergerakan indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memasuki

awal triwulan II-2010 mulai memasuki area positif dengan menanjak di atas angka

100. Pergerakan positif juga diikuti oleh Indeks Penghasilan Saat Ini. Beberapa

faktor yang diperkirakan dapat turut mendongkrak konsumsi terkait dengan

dilaksanakannya Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) baik di tingkat Provinsi

maupun Kabupaten/Kota. Pada akhir Juni 2010 dilaksanakan 14 Pilkada secara

serentak di Sumbar. Selain itu, masuknya liburan sekolah pada pertengahan tahun

2010 diperkirakan dapat semakin memperbaiki kinerja konsumsi rumah tangga.

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Sumber: SKDU, Bank Indonesia

Grafik 7.1. Perkembangan Indikator Survei

Konsumen

Grafik 7.2. Perkembangan Ekspektasi

Kegiatan Usaha (Total Sektor)

Dorongan ekonomi Sumbar melalui net-ekspor akan terus berlanjut di

triwulan II-2010. Harga CPO dan karet di pasar internasional diperkirakan masih

mengalami peningkatan. Kondisi ini akan semakin meningkatkan kinerja net-

ekspor Sumbar yang memiliki komoditas unggulan CPO dan karet. Hal ini juga

akan berimplikasi pada semakin menggeliatnya subsektor perkebunan, sehingga

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2008 2009 2010

Ind

eks

IKK

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketepatan Waktu Membeli Durable Goods

0

5

10

15

20

25

30

35

IV-2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010

SBT

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang 58

pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2010 secara umum mengalami

peningkatan.

Sumber: Bloomberg

Grafik 7.3. Trend dan Pergerakan Rata-Rata Harga CPO di Pasar

Internasional

Sumber: Bloomberg

Grafik T.4. Trend dan Pergerakan Rata-Rata Harga Karet di Pasar

Internasional

Dari sisi belanja pemerintah, realisasi dana rehabilitasi dan rekonstruksi

diperkirakan membantu ekonomi Sumbar bergerak positif. Dana rehabilitasi

dan rekonstruksi Tahap I sekitar Rp313 miliar ditargetkan harus terrealisasi pada

bulan Mei 2010, sehingga kemudian dapat dilanjutkan pencarian dana pada

tahap selanjutnya. Realisasi ini diharapkan dapat menjadi stimulus pergerakan

ekonomi, terutama pada daerah yang kegiatan ekonominya lesu akibat dampak

gempa.

Sementara itu, perkembangan di sektor industri pengolahan masih relatif

terbatas. Kegiatan investasi di tingkat perusahaan masih banyak diwarnai oleh

kegiatan investasi rekonstruksi dan relokasi tempat usaha. Investasi di bidang

perkebunan kelapa sawit dan CPO pun masih tertahan mengingat lahan

perkebunan yang semakin terbatas. Kegiatan industri diperkirakan kembali

bergerak khususnya pada subsektor industri makanan, minuman dan tembakau,

seperti terlihat hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan

peningkatan ekspektasi kegiatan usaha pada subsektor ini. Kegiatan subsektor

industri makanan, minuman dan tembakau relatif cepat pulih pasca gempa

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar

May Ju

lSe

pNo

v Jan Mar Ap

rJu

n

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

USD/

met

ric to

n

CPO

Trendline (MA 3)

Trendline (Polynomial 6)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Jan

Mar

May Ju

lSe

pNo

vJa

nM

arM

ay Jul

Sep

Nov

Jan

Mar

May Ju

lSe

pNo

vJa

nM

arM

ay Jul

Sep

Nov

Jan

Mar

May Ju

lSe

pNo

vJa

nM

arM

ay Jul

Sep

Nov

Jan

Mar

May Ju

lSe

pNo

vJa

nM

arM

ay Jul

Sep

Nov

Jan

Mar

May Ju

lSe

pNo

vJa

nM

arM

ay Jul

Sep

Nov

Jan

Mar Ap

rJu

n

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

USD/

kg

Karet

Trendline (MA 3)

Trendline (Polynomial 5)

59

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang

mengingat sebagian banyak diwarnai oleh kegiatan industri skala UMKM. Selain

itu tingkat permintaan akan hasil produk subsektor ini masih akan tinggi seiring

dengan upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat.

Sumber: SKDU, Bank Indonesia

Sumber: SKDU, Bank Indonesia

Grafik 7.5. Perkembangan Ekspektasi

Kegiatan Usaha Pada Sektor Industri

Pengolahan

Grafik 7.6. Perkembangan Ekspektasi

Kegiatan Usaha Pada Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya subsektor perdagangan

kembali bergerak. Beberapa kegiatan usaha perdagangan moderen mulai

kembali beroperasi pasca gempa, dan pembenahan kegiatan usahanya semakin

membaik pada triwulan II-2010. Sementara itu, kegiatan di subsektor hotel masih

akan stagnan terkait dengan kebutuhan pengeluaran modal dan investasi tinggi

untuk pembangunan kembali hotel-hotel berbintang yang rusak dan hancur

akibat gempa.

Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera (%, y-o-y)

Sumber: BPS dan Proyeksi Bank Indonesia

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Subsektor Makanan, minuman dan tembakau

Subsektor Kimia dan barang dari karet

Subsektor Semen dan barang galian bukan logam

SBT

IV-2008

IV-2009

I-2010 -1

0

1

2

3

4

5

6

Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Subsektor Perdagangan Subsektor Hotel

SBT

IV-2008

IV-2009

I-2010

1 2 3 4 1P 2P

Sumatera 4.9 2.9 2.8 3.6 4.2 3.4 4.41 4,42 ± 0,8

Sumatera Bag. Utara 3.3 1.1 1.3 3.5 3.9 2.4 4.12 4,17 ± 0,54

1 NAD (5.3) (9.5) (8.5) (1.8) (2.0) (5.6) -2.49 -1,88 ± 1

2 Sumatera Utara 6.4 4.6 4.6 5.1 5.7 5.0 6.05 5,96 ± 1

Sumatera Bag. Tengah 6.1 4.5 3.1 3.0 3.8 3.6 4.29 4,18 ± 0,9

1 Sumatera Barat 6.4 5.8 5.0 5.1 0.9 4.2 3.56 3,5 ± 0,5

2 Riau 5.7 5.1 2.1 1.5 3.0 3.0 3.01 3,3 ± 1

3 Kepulauan Riau 6.6 0.5 2.3 3.5 7.7 3.5 7.50 6,3 ± 1

4 Jambi 7.2 8.0 6.5 5.5 5.7 6.4 5.94 5,80 ± 1

Sumatera Bag. Selatan 5.1 2.7 4.5 4.8 5.1 4.3 4.97 5,14 ± 0,95

1 Sumatera Selatan 5.1 2.5 3.9 4.3 5.2 4.1 4.98 4.95 ± 1

2 Bangka Belitung 4.5 (0.5) 2.4 5.4 6.9 3.5 6.52 5.13 ± 1

3 Lampung 5.3 4.3 6.0 6.0 4.0 5.1 4.03 5,64 ± 1

4 Bengkulu 5.3 1.5 4.5 2.8 7.5 4.0 7.35 4,25 ± 0,25

2009 20102008 2009

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang 60

7.2. Perkiraan Inflasi

Trend meningkatnya inflasi di triwulan I 2010 diperkirakan akan terus

berlanjut hingga triwulan II 2010. Inflasi Kota Padang yang sempat mencapai

titik terendah dalam 10 tahun terakhir pada triwulan IV 2009, mulai berbalik arah

di triwulan I 2010. Memasuki triwulan II 2010, adanya rencana pemerintah untuk

menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 15% pada bulan Juni 2010

diperkirakan akan memicu inflasi kembali naik secara signifikan. Selain itu, trend

kenaikan harga energi dan komoditas internasional diperkirakan dapat kembali

menekan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar

serta kelompok makanan jadi. Masuknya masa liburan sekolah di pertengahan

tahun serta persiapan menghadapi tahun ajaran baru diperkirakan akan

mendorong inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.

Pelaksanaan Pilkada pada akhir Juni diperkirakan juga akan memberikan

kontribusi terhadap pergerakan harga barang-barang konsumsi terutama yang

berhubungan dengan aktivitas persiapan maupun pelaksanaan Pilkada.

Grafik 7.7. Perkembangan Ekspektasi Inflasi >5%

Inflasi Kota Padang pada triwulan II 2010 diperkirakan berada pada kisaran

5,82±1% (yoy). Potensi kenaikan inflasi Kota Padang terbesar diperkirakan

berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebagai

dampak dari kenaikan TDL. Kenaikan TDL diperkirakan akan memberikan

kenaikan sumbangan inflasi kota Padang sebesar 0,47%. Masuknya masa liburan

sekolah dan persiapan menghadapi tahun ajaran baru yang jatuh di akhir tahun

triwulan II 2010 berpotensi mendorong inflasi pada kelompok pendidikan,

rekreasi, dan olahraga. Selain itu, pelaksanaan Pilkada Provinsi Sumbar serta

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni Juli

Agus

t

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

2009 2010

ekspektasi harga 3 bulan yad ekspektasi harga 6 bulan yad

61

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang

seluruh kab/kota di Sumbar pada akhir Juni juga diperkirakan akan memberikan

kontribusi terhadap pergerakan harga barang-barang konsumsi.

Dari sisi penawaran (supply side), masuknya musim panen di triwulan II 2010

diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pembentukan harga

komoditas bahan pangan terutama kelompok bahan makanan dan makanan

jadi. Harga beras yang mulai stabil di akhir triwulan I 2010 diperkirakan akan

mengalami penurunan di triwulan II menyusul masuknya musim panen komoditas

yang bersangkutan. Apabila tidak ada gejolak yang berarti terhadap pasokan dan

distribusi bahan pangan serta didukung oleh kondisi cuaca yang kondusif maka

tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan diperkirakan dapat mereda.

Namun demikian, ancaman inflasi kelompok bahan makanan masih dapat terjadi

sebagai dampak naiknya harga komoditas CPO di pasar internasional serta

kerusakan beberapa jalur distribusi yang sempat longsor pasca musim penghujan

lalu. Adanya kebijakan pemerintah untuk membuka keran impor gula mulai bulan

Maret 2010 lalu diharapkan juga dapat meredam kenaikan inflasi kelompok

makanan jadi akibat adanya kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun 2010.

Grafik 7.8. Prediksi Inflasi Sumbar pada Triwulan II-2010

0

5

10

15

I II III IV I II III* IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

per

sen

(%)

*mulai menggunakan tahun dasar 2007

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang 62

Halaman ini sengaja dikosongkan

Lampiran

2010****

Jumlah I II III IV Jumlah I

1. PERTANIAN 17.272.739,30 4.465.462,82 4.318.689,45 4.671.176,35 4.664.606,34 18.119.934,96 4.962.757,69

a. Tanaman Bahan Makanan 8.860.632,28 2.334.025,54 2.225.141,56 2.453.434,23 2.417.819,25 9.430.420,58 2.629.561,85

b. Tanaman Perkebunan 3.846.951,74 937.755,10 919.217,80 973.710,27 1.004.543,66 3.835.226,83 1.051.031,28

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.388.729,80 367.949,85 360.267,09 384.793,96 391.206,09 1.504.216,99 410.574,49

d. Kehutanan 1.098.987,41 284.601,93 279.354,35 289.033,28 290.859,09 1.143.848,65 298.783,82

e. Perikanan 2.077.438,06 541.130,39 534.708,65 570.204,61 560.178,26 2.206.221,92 572.806,25

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2.351.407,34 624.253,97 627.122,71 645.049,97 648.434,89 2.544.861,54 658.960,00

a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

b. Pertambangan tanpa Migas 308.764,43 81.450,35 80.298,74 80.984,10 82.385,51 325.118,69 83.514,19

c. Penggalian 2.042.642,90 542.803,62 546.823,97 564.065,87 566.049,39 2.219.742,85 575.445,81

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 8.553.816,92 2.272.388,81 2.284.726,39 2.377.383,22 2.260.696,71 9.195.195,11 2.325.726,08

a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

b. Industri Tanpa Migas **) 8.553.816,92 2.272.388,81 2.284.726,39 2.377.383,22 2.260.696,71 9.195.195,11 2.325.726,08

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2.158.882,16 575.730,67 584.215,82 623.537,91 571.935,96 2.355.420,35 601.048,58

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3.424.707,34 914.357,04 914.920,55 957.083,86 886.540,51 3.672.901,96 917.584,88

3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 285.061,14 73.324,60 74.532,31 76.888,46 77.129,28 301.874,64 78.591,67

4. Kertas dan Barang Cetakan 21.706,60 5.511,30 5.550,78 5.705,96 5.740,01 22.508,06 5.791,43

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 508.273,66 132.427,98 134.020,57 136.499,93 136.619,18 539.567,66 137.434,80

6. Semen & Brg. Galian bukan logam 1.985.302,62 527.743,46 527.754,99 533.694,38 538.541,20 2.127.734,03 540.920,08

7. Logam Dasar Besi & Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 167.128,27 42.583,65 43.015,21 43.248,66 43.464,11 172.311,63 43.622,45

9. Barang lainnya 2.755,13 710,11 716,16 724,05 726,46 2.876,78 732,20

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 863.207,12 223.682,77 226.795,17 229.627,40 218.566,59 898.671,93 224.797,72

a. Listrik 789.428,64 203.662,88 206.222,12 208.398,13 198.605,41 816.888,55 204.525,02

b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

c. Air Bersih 73.778,47 20.019,89 20.573,05 21.229,26 19.961,18 81.783,38 20.272,69

5. BANGUNAN 3.904.656,99 1.064.303,16 1.066.786,98 1.087.921,19 1.094.517,79 4.313.529,12 1.203.963,45

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 12.529.351,36 3.385.384,77 3.351.074,72 3.698.034,70 3.292.062,88 13.726.557,06 3.469.904,38

a. Perdagangan Besar & Eceran 12.128.765,52 3.278.193,13 3.242.102,93 3.579.635,90 3.191.312,87 13.291.244,83 3.362.139,18

b. Hotel 108.003,22 29.258,71 29.587,76 32.125,21 26.434,90 117.406,58 27.405,27

c. Restoran 292.582,63 77.932,93 79.384,03 86.273,58 74.315,11 317.905,65 80.359,93

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10.603.054,63 2.801.485,10 2.818.198,79 2.928.476,86 2.994.456,93 11.542.617,68 3.089.319,90

a. Pengangkutan 8.697.860,69 2.301.033,34 2.316.671,87 2.407.344,60 2.456.620,78 9.481.670,59 2.539.594,52

1. Angkutan Rel 51.906,34 13.596,50 13.930,30 14.376,22 13.663,21 55.566,22 13.983,46

2. Angkutan Jalan Raya 6.083.926,22 1.610.547,35 1.623.120,54 1.692.202,25 1.723.548,37 6.649.418,52 1.792.523,33

3. Angkutan Laut 584.335,22 149.041,29 149.618,20 150.738,92 151.586,61 600.985,02 153.796,44

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 242.681,81 63.823,01 64.435,24 66.189,66 66.761,87 261.209,78 67.937,19

5. Angkutan Udara 971.155,16 260.952,34 261.637,12 274.970,07 288.079,33 1.085.638,86 292.521,40

6. Jasa Penunjang Angkutan 763.855,93 203.072,85 203.930,47 208.867,48 212.981,39 828.852,19 218.832,70

b. Komunikasi 1.905.193,94 500.451,76 501.526,91 521.132,26 537.836,15 2.060.947,09 549.725,39

1. Pos dan Telekomunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 3.462.672,60 930.605,85 934.513,89 951.459,53 966.523,77 3.783.103,04 982.066,40

a. Bank 1.079.687,49 289.836,67 291.278,73 296.390,44 301.552,51 1.179.058,35 306.872,21

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 850.031,27 227.787,83 229.210,16 233.931,99 238.308,40 929.238,38 242.540,20

c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

d. Sewa Bangunan 1.437.073,57 387.280,18 388.230,81 394.557,15 399.618,78 1.569.686,92 405.309,42

e. Jasa Perusahaan 95.880,26 25.701,17 25.794,19 26.579,95 27.044,08 105.119,39 27.344,57

9. JASA-JASA 11.073.303,78 2.972.867,54 2.993.144,76 3.093.601,70 3.111.345,82 12.170.959,82 3.272.938,77

a. Pemerintahan Umum 7.636.538,27 2.034.776,45 2.052.449,66 2.102.674,74 2.149.381,09 8.339.281,95 2.279.173,33

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 4.770.743,03 1.276.673,63 1.292.635,11 1.317.895,57 1.341.013,35 5.228.217,66 1.418.851,26

2. Jasa Pemerintah lainnya 2.865.795,23 758.102,82 759.814,55 784.779,17 808.367,74 3.111.064,28 860.322,08

b. Swasta 3.436.765,51 938.091,09 940.695,10 990.926,95 961.964,73 3.831.677,88 993.765,43

1. Sosial Kemasyarakatan 1.319.760,05 357.442,41 358.312,19 375.981,77 387.434,83 1.479.171,20 400.574,96

2. Hiburan & Rekreasi 329.044,25 91.565,54 91.738,49 97.112,70 88.725,43 369.142,15 92.231,44

3. Perorangan & Rumahtangga 1.787.961,21 489.083,14 490.644,42 517.832,48 485.804,48 1.983.364,53 500.959,03

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 70.614.210,04 18.740.434,79 18.621.052,85 19.682.730,92 19.251.211,71 76.295.430,26 20.190.434,39

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

** angka sementara

*** angka sangat sementara

**** angka proyeksi KBI Padang

LAMPIRAN 1

LAPANGAN USAHA2008**

PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU PROVINSI SUMBAR

TRIWULANAN TAHUN 2008-2010

2009***

2010****

Jumlah I II III IV Jumlah I

1. PERTANIAN 8.437.318,94 2.153.738,02 2.163.828,74 2.225.204,65 2.218.728,79 8.761.500,20 2.291.893,95

a. Tanaman Bahan Makanan 4.221.788,54 1.093.176,39 1.095.243,47 1.131.589,20 1.111.085,84 4.431.094,91 1.159.185,73

b. Tanaman Perkebunan 2.143.270,55 530.448,94 535.294,88 547.475,35 563.892,49 2.177.111,66 576.523,69

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 660.209,58 169.078,61 170.264,02 175.344,14 177.798,97 692.485,75 184.324,19

d. Kehutanan 466.328,79 116.637,49 116.793,57 118.687,19 119.149,23 471.267,48 121.627,54

e. Perikanan 945.721,49 244.396,59 246.232,80 252.108,77 246.802,25 989.540,40 250.232,80

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.081.278,74 278.128,88 279.271,80 283.452,40 284.585,71 1.125.438,81 289.165,52

a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

b. Pertambangan tanpa Migas 193.176,07 49.963,96 49.232,92 49.096,88 49.765,60 198.059,36 50.447,39

c. Penggalian 888.102,67 228.164,92 230.038,89 234.355,53 234.820,11 927.379,45 238.718,13

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.464.272,82 1.149.061,29 1.159.807,53 1.171.423,23 1.105.693,49 4.585.985,55 1.124.752,85

a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

b. Industri Tanpa Migas **) 4.464.272,82 1.149.061,29 1.159.807,53 1.171.423,23 1.105.693,49 4.585.985,55 1.124.752,85

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 1.194.981,40 305.229,82 310.745,72 316.851,28 289.492,95 1.222.319,76 298.988,31

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1.784.397,11 461.358,89 465.563,26 470.913,11 432.041,62 1.829.876,87 439.947,98

3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 129.392,68 32.424,88 32.824,36 33.090,99 33.025,05 131.365,28 33.612,90

4. Kertas dan Barang Cetakan 14.253,62 3.589,14 3.613,26 3.622,92 3.619,84 14.445,16 3.641,92

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 304.379,51 78.198,40 78.892,21 79.281,06 78.983,01 315.354,68 79.409,52

6. Semen & Brg. Galian bukan logam 942.080,11 244.424,04 244.121,79 243.546,23 244.378,78 976.470,83 244.940,85

7. Logam Dasar Besi & Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 93.302,72 23.463,10 23.671,20 23.739,53 23.773,80 94.647,63 23.830,86

9. Barang lainnya 1.485,66 373,03 375,74 378,12 378,44 1.505,34 380,51

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 407.582,49 107.511,72 108.993,97 110.328,41 104.391,65 431.225,75 107.332,97

a. Listrik 368.274,98 97.112,21 98.308,65 99.303,84 94.067,06 388.791,76 96.851,45

b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

c. Air Bersih 39.307,50 10.399,52 10.685,32 11.024,56 10.324,59 42.433,99 10.481,52

5. BANGUNAN 1.739.217,10 451.352,25 453.323,44 454.920,79 454.361,24 1.813.957,73 482.840,60

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6.462.695,03 1.666.275,50 1.682.437,35 1.774.204,03 1.550.156,33 6.673.073,21 1.605.501,18

a. Perdagangan Besar & Eceran 6.244.779,04 1.609.955,89 1.625.290,17 1.714.939,80 1.500.570,39 6.450.756,25 1.553.390,46

b. Hotel 55.736,28 14.509,44 14.656,49 15.224,48 12.343,85 56.734,25 12.604,31

c. Restoran 162.179,72 41.810,18 42.490,69 44.039,75 37.242,09 165.582,71 39.506,41

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4.916.482,80 1.271.645,55 1.277.185,92 1.315.836,64 1.341.407,75 5.206.075,86 1.371.866,11

a. Pengangkutan 3.632.555,79 935.788,08 940.761,18 966.521,15 981.282,61 3.824.353,02 1.004.178,34

1. Angkutan Rel 29.022,93 7.458,82 7.621,85 7.806,19 7.398,58 30.285,44 7.508,82

2. Angkutan Jalan Raya 2.370.160,29 611.967,99 615.969,37 634.136,56 642.227,00 2.504.300,92 661.249,76

3. Angkutan Laut 261.757,81 65.273,25 65.437,10 65.837,91 66.126,44 262.674,70 66.523,20

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 72.777,55 18.794,60 18.949,12 19.294,40 19.328,13 76.366,25 19.584,81

5. Angkutan Udara 492.345,12 128.310,49 128.501,40 133.335,81 138.824,34 528.972,05 140.505,51

6. Jasa Penunjang Angkutan 406.492,10 103.982,93 104.282,34 106.110,28 107.378,11 421.753,66 108.806,24

b. Komunikasi 1.283.927,01 335.857,47 336.424,74 349.315,49 360.125,14 1.381.722,83 367.687,76

1. Pos dan Telekomunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 1.810.785,14 467.872,77 469.744,44 475.736,56 481.552,72 1.894.906,49 487.661,41

a. Bank 631.389,96 162.927,92 163.691,96 165.596,47 167.501,28 659.717,63 169.729,05

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 435.776,91 112.679,20 113.341,64 114.914,72 116.525,10 457.460,66 118.071,39

c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

d. Sewa Bangunan 691.609,68 178.808,99 179.225,66 181.400,20 183.504,83 722.939,68 185.714,23

e. Jasa Perusahaan 52.008,59 13.456,66 13.485,18 13.825,17 14.021,51 54.788,52 14.146,75

9. JASA-JASA 5.688.288,51 1.468.444,08 1.478.044,85 1.512.303,91 1.513.626,26 5.972.419,10 1.573.663,47

a. Pemerintahan Umum 3.739.259,88 961.355,94 969.625,43 988.337,80 1.008.802,38 3.928.121,54 1.054.725,59

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2.372.916,53 610.388,63 617.914,90 627.333,97 637.551,57 2.493.189,08 664.392,49

2. Jasa Pemerintah lainnya 1.366.343,35 350.967,31 351.710,52 361.003,83 371.250,81 1.434.932,46 390.333,10

b. Swasta 1.949.028,63 507.088,14 508.419,43 523.966,11 504.823,88 2.044.297,56 518.937,88

1. Sosial Kemasyarakatan 688.420,59 179.179,42 179.595,67 185.725,68 191.050,11 735.550,88 196.838,93

2. Hiburan & Rekreasi 221.385,03 58.751,74 58.844,47 60.558,48 54.855,39 233.010,09 56.906,98

3. Perorangan & Rumahtangga 1.039.223,02 269.156,98 269.979,29 277.681,95 258.918,38 1.075.736,59 265.191,97

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 35.007.921,57 9.014.030,06 9.072.638,06 9.323.410,63 9.054.503,94 36.464.582,69 9.334.678,06

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

** angka sementara

*** angka sangat sementara

**** angka proyeksi KBI Padang

LAPANGAN USAHA2008**

LAMPIRAN 2

PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN PROVINSI SUMBAR

TRIWULANAN TAHUN 2008-2010

2009***

Jumlah I II III IV Jumlah I

1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA/ 39.033.463,46 10.363.927,40 10.453.444,86 11.263.215,22 10.677.955,25 42.758.542,72 11.051.036,04

Private Consumption Expenditure

A. MAKANAN/Food 24.393.044,17 6.496.440,97 6.530.264,21 7.211.055,09 7.032.890,00 27.270.650,27 7.295.335,40

B. NON MAKANAN/Non-Food 14.640.419,29 3.867.486,42 3.923.180,65 4.052.160,13 3.645.065,25 15.487.892,45 3.755.700,64

2. PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA 654.326,00 173.288,66 176.873,95 178.872,24 199.448,22 728.483,07 191.444,21

SWASTA NIRLABA/ Non-profit Institution

Consumption Expenditure

3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH/ 7.988.669,95 2.225.364,26 2.283.152,54 2.332.258,55 2.441.885,00 9.282.660,35 2.676.212,75

Government Consumption Expenditure

4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO/ 12.514.398,08 3.384.203,17 3.461.008,55 3.567.316,03 3.581.231,02 13.993.758,77 3.816.427,73

Gross Domestic Fixed capital Formation

5. PERUBAHAN STOK/Change in Stock -290.893,94 1.105.592,59 61.963,23 -86.507,81 -559.528,33 521.519,68 -72.367,48

6. EKSPOR BARANG-BARANG DAN JASA-JASA/ 21.230.113,72 3.876.329,62 4.349.398,91 5.224.589,52 5.471.778,25 18.922.096,30 5.223.936,41

Export of Goods and Services

Antar Daerah 17.726.095,53 2.787.505,28 3.203.206,58 3.994.157,01 4.234.567,13 14.219.435,99 3.937.205,52

Antar Negara 3.504.018,19 1.088.824,35 1.146.192,33 1.230.432,51 1.237.211,12 4.702.660,31 1.286.730,88

7. DIKURANGI IMPOR BARANG-BARANG DAN 10.515.867,23 2.388.270,92 2.164.789,18 2.797.012,83 2.561.557,69 9.911.630,63 2.696.254,87

JASA-JASA/ Less Import of Goods and Services

Antar Daerah 5.753.465,06 974.441,12 710.719,65 1.286.894,24 798.432,16 3.770.487,17 950.624,73

Antar Negara 4.762.402,17 1.413.829,80 1.454.069,53 1.510.118,59 1.763.125,54 6.141.143,45 1.745.630,14

70.614.210,04 18.740.434,79 18.621.052,85 19.682.730,92 19.251.211,71 76.295.430,26 20.190.434,79

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

** angka sementara

*** angka sangat sementara

**** angka proyeksi KBI Padang

Jumlah/ Total

JENIS PENGGUNAAN2008**

LAMPIRAN 3

PDRB MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU PROVINSI SUMBAR

TRIWULANAN TAHUN 2008-2010

2010***2009***

Jumlah I II III IV Jumlah I

1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA/ 18.541.006,93 4.722.793,07 4.780.903,27 4.859.965,77 4.482.219,74 18.845.881,84 18.845.881,84

Private Consumption Expenditure

A. MAKANAN/Food 11.747.217,64 2.990.656,75 3.020.304,33 3.061.597,93 2.909.623,03 11.982.182,05 11.982.182,05

B. NON MAKANAN/Non-Food 6.793.789,29 1.732.136,31 1.760.598,94 1.798.367,84 1.572.596,70 6.863.699,79 6.863.699,79

2. PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA 314.228,72 81.263,43 82.677,42 83.493,63 90.590,59 338.025,07 338.025,07

SWASTA NIRLABA/ Non-profit Institution

Consumption Expenditure

3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH/ 4.020.198,56 1.046.689,57 1.065.379,26 1.078.441,87 1.095.616,00 4.286.126,69 4.286.126,69

Government Consumption Expenditure

4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO/ 6.112.929,37 1.580.328,14 1.594.280,73 1.619.535,44 1.599.889,33 6.400.354,94 6.400.354,94

Gross Domestic Fixed capital Formation

5. PERUBAHAN STOK/Change in Stock -174.221,38 172.495,81 188.113,38 182.167,83 33.341,02 706.111,70 706.111,70

6. EKSPOR BARANG-BARANG DAN JASA-JASA/ 11.195.074,59 2.600.798,24 2.546.163,13 2.818.725,54 3.121.545,31 11.175.102,62 11.175.102,62

Export of Goods and Services

Antar Daerah 9172747,529 2031426,821 1952675,412 2188527,04 2493223,854 8753723,527 8753723,527

Antar Negara 2.022.327,06 569.371,42 593.487,72 630.198,50 628.321,45 2.421.379,09 2.421.379,09

7. DIKURANGI IMPOR BARANG-BARANG DAN 5.001.295,22 1.190.338,20 1.173.634,40 1.312.069,37 1.461.980,81 5.372.158,27 5.372.158,27

JASA-JASA/ Less Import of Goods and Services

Antar Daerah 2.827.458,84 556.946,95 514.201,27 610.814,98 703.463,40 2.619.562,09 2.619.562,09

Antar Negara 2.173.836,38 633.391,25 659.433,13 701.254,38 758.517,41 2.752.596,18 2.752.596,18

35.007.921,57 9.014.030,06 9.083.882,78 9.330.260,71 8.961.221,16 36.379.444,59 36.379.444,59

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

** angka sementara

*** angka sangat sementara

**** angka proyeksi KBI Padang

2010****

Jumlah/Total

2008 **JENIS PENGGUNAAN

2009***

LAMPIRAN 4

PDRB MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN PROVINSI SUMBAR

TRIWULANAN TAHUN 2008-2010

AkhirPeriode IHK Perub.(%)

2007

Jan 155,42 156,19 147,05 138,93 120,43 136,79 167,12 151,84 1,27%

Feb 159,53 157,21 147,63 140,75 120,55 136,79 167,17 153,57 1,14%

Mar 165,09 157,44 147,71 141,01 120,65 136,79 167,44 155,45 1,22%

Apr 160,00 157,97 147,70 142,03 121,52 136,44 168,08 154,10 -0,87%

Mei 152,36 159,00 148,03 141,86 123,76 136,44 168,56 152,06 -1,33%

Jun 151,94 160,44 149,00 141,32 125,05 136,44 168,79 152,40 0,22%

Jul 153,73 161,13 150,11 142,48 125,79 137,38 168,79 153,48 0,71%

Agt 153,77 161,64 151,48 143,61 126,22 138,78 168,77 154,03 0,36%

Sep 156,95 163,95 151,58 144,86 127,01 138,75 168,65 155,54 0,98%

Okt 159,27 164,44 151,69 146,09 128,78 138,75 168,44 156,51 0,62%

Nov 161,20 165,79 153,64 147,40 129,02 138,66 168,67 157,87 0,87%

Des 164,98 170,98 154,22 147,80 130,34 140,04 169,19 160,28 1,53%

2008

Jan 167,25 171,24 156,06 149,97 130,46 140,19 169,82 161,68 0,87%

Feb 176,15 172,28 156,62 150,33 130,59 140,65 170,18 164,90 1,99%

Mar 180,79 174,08 157,88 153,47 131,86 140,95 170,41 167,25 1,43%

Apr 180,71 177,07 157,80 151,37 132,70 141,14 169,06 167,40 0,09%

Mei 180,38 177,48 159,88 151,02 134,11 141,90 172,20 168,30 0,54%

Jun 186,95 184,45 163,01 151,74 135,12 142,20 190,68 175,18 4,09%

Mei* 114,69 109,20 105,34 103,12 107,23 102,17 99,57 107,03 na

Jun 118,86 113,49 107,40 103,61 108,03 102,38 110,25 111,41 4,09%

Jul 121,17 114,10 109,31 104,80 108,89 108,55 110,58 113,09 1,51%

Agt 121,69 114,16 109,35 103,61 108,86 109,96 110,59 113,26 0,15%

Sep 121,61 114,51 110,43 105,82 109,00 109,96 110,66 113,68 0,37%

Okt 123,47 117,61 110,62 106,37 109,42 110,05 110,71 114,81 0,99%

Nov 126,54 118,47 110,65 106,36 109,71 110,20 110,81 115,79 0,85%

Des 127,23 119,44 110,76 107,4 109,80 110,51 109,63 116,03 0,21%

2009

Jan 127,90 119,57 110,59 107,87 109,97 110,54 108,14 115,94 -0,08%

Feb 129,73 120,64 110,74 110,61 110,18 110,71 107,63 116,73 0,68%

Mar 126,41 121,04 110,79 111,14 110,57 110,71 108,03 116,03 -0,60%

Apr 122,73 121,34 110,79 109,33 110,55 110,74 108,71 115,20 -0,72%

Mei 121,44 121,38 110,72 108,89 110,74 110,75 108,17 114,75 -0,39%

Jun 120,44 121,50 110,70 109,22 110,69 110,75 108,17 114,53 -0,19%

Jul 123,37 122,06 110,68 109,30 110,77 110,54 108,29 115,39 0,75%

Agt 125,10 123,21 110,86 108,96 110,64 110,64 107,57 115,91 0.45%

Sep 130,18 124,14 110,91 110,20 110,82 110,64 108,83 117,72 1,56%

Okt 135,40 126,38 113,23 110,66 110,84 110,65 108,09 119,82 1,78%

Nov 132,54 126,29 113,47 111,63 110,96 110,69 108,13 119,19 -0,53%

Des 127,99 127,24 114,00 112,15 111,21 110,69 108,49 118,41 -0,65%

2010

Jan 133,17 129,53 114,14 111,92 111,25 110,69 109,20 120,29 1,59%

Feb 133,25 129,60 114,79 111,66 111,26 110,57 109,49 120,50 0,17%

Mar 129,47 129,59 114,70 111,78 111,46 110,57 110,03 119,62 -0,73%Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, * Mulai Menggunakan tahun dasar 2007 = 100

KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPORTU M U M

Lampiran 5

Indeks Harga Konsumen Kota Padang

BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG

Perubahan Perubahan

Des 2009 Mar 2010 q-t-q y-o-y

UMUM 118,41 119,62 1,02% 2,05%

BAHAN MAKANAN 127,99 129,47 1,16% 0,60%Padi-padian, Ubi-ubian dan Hasil-hasilnya 121,76 135,13 10,98% 3,57%Daging dan Hasil-hasilnya 125,79 128,08 1,82% 2,19%Ikan Segar 134,81 134,18 -0,47% 1,80%Ikan Diawetkan 146,88 146,82 -0,04% -2,26%Telur, Susu & Hasil-hasilnya 131,1 130,79 -0,24% 2,25%Sayur-sayuran 120,58 129,2 7,15% -5,21%Kacang-kacangan 115,03 114,9 -0,11% -8,52%Buah-buahan 129,89 125,95 -3,03% -1,62%Bumbu-bumbuan 130,85 108,39 -17,16% 1,14%Lemak & Minyak 138,36 138,93 0,41% -2,49%Bahan makanan lainnya 111,61 112,11 0,45% -0,88%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 127,24 129,59 1,85% 6,53%Makanan Jadi 128,09 129,49 1,09% 5,69%Minuman yang Tidak Beralkohol 131,57 132,27 0,53% 17,63%Tembakau & Minuman Beralkohol 122,78 128,34 4,53% 2,70%

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 114 114,7 0,61% 2,93%Biaya Tempat Tinggal 116,66 117,94 1,10% 4,89%Bahan Bakar, Penerangan & Air 109,02 109,02 0,00% 0,31%Perlengkapan Rumah Tangga 126,53 126,52 -0,01% 3,06%Penyelenggaraan Rumah Tangga 106 106,1 0,09% -0,62%

SANDANG 112,15 111,78 -0,33% 4,42%Sandang Laki-laki 105,94 106,61 0,63% 3,28%Sandang Wanita 107,77 108,55 0,72% 0,97%Sandang Anak-anak 106,48 106,5 0,02% 0,43%Barang Pribadi, Sandang lainnya 133,86 129,84 -3,00% 14,53%

KESEHATAN 111,21 111,46 0,22% 1,28%Jasa Kesehatan 104,26 104,56 0,29% 0,00%Obat-obatan 120,81 120,86 0,04% 2,22%Jasa Perawatan & Jasmani 105,98 105,98 0,00% 0,00%Perawatan Jasmani & Kosmetik 113,68 114 0,28% 2,01%

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA 110,69 110,57 -0,11% 0,16%Jasa Pendidikan 113,15 113,15 0,00% 0,72%Kursus Pelatihan 116,2 116,2 0,00% 2,21%Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 105,76 104,97 -0,75% -2,38%Rekreasi 104,25 104,25 0,00% -0,56%Olahraga 103,85 103,85 0,00% 0,66%

TRANSPORT, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 108,49 110,03 1,42% -1,04%Transportasi 117,12 119,29 1,85% -0,13%Komunikasi & Pengiriman 82,37 82,37 0,00% -6,38%Sarana & Penunjang Transportasi 105,88 106,40 0,49% 3,10%Jasa Keuangan 108,46 108,46 0,00% 0,44%

Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, * Menggunakan tahun dasar 2007 = 100

Kelompok / Subkelompok

LAMPIRAN 6

Inflasi Kota Padang Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa(Tahun Dasar 2007)

IHK

Halaman ini sengaja dikosongkan