i
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Kalimantan Selatan
Triwulan III-2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Selatan
Kata Pengantar
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Kalimantan Selatan
periode triwulan III-2015 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan ini mengulas perkembangan terakhir
berbagai variabel ekonomi makro di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi,
sistem keuangan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan, kesejahteraan, serta
prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan dan setahun mendatang. Kami
mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi
pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, media, dan pihak-pihak
lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi
Kalimantan Selatan.
Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian
Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 mencatat pertumbuhan sebesar 3,86% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan lalu (3,14% yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi
didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya ekspor batubara. Selain
itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring meningkatnya aktivitas investasi,
serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa-
jasa. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya
pertumbuhan ekonomi daerah.
Selanjutnya, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat 7,03% (yoy),
sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (6,07%, yoy), utamanya dipengaruhi
meningkatnya permintaan saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan.
Dari sisi kinerja perbankan, kredit perbankan pada triwulan III-2015 tumbuh 4,67% (yoy),
melambat dari triwulan sebelumnya (8,37% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja
sektor utama Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun
nontunai tumbuh melambat.
BAB I Pada triwulan IV-2015 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan
meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja
sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan ekspor batubara dari negara mitra utama dan
prospek harga batubara yang berpotensi naik. Sementara itu, inflasi Kalimantan Selatan pada akhir
triwulan IV-2015 diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan mengarah kisaran 4,7% -
4,9% yoy yang dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat hasil
paket kebijakan ekonomi jilid III serta terjaganya pasokan hingga di penghujung tahun.
Kesimpulan di atas merupakan hasil asesmen kami terhadap berbagai data dan
informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan bank, dan survei yang dilakukan oleh
Kata Pengantar
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, juga berasal dari berbagai
instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS
Kalimantan Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, Kantor Wilayah
Dirjen Perbendaharaan Negara, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi.
Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini.
Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang
membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan
yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini.
Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga
hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita
dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
Banjarmasin, 18 November 2015
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HARYMURTHY GUNAWAN
Direktur
Daftar Isi
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... v
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................................... vii
KETERANGAN DAN SUMBER DATA .................................................................................. ix
TABEL INDIKATOR TERPILIH ............................................................................................... xi
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................... 1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ........................................... 7
1. Sisi Permintaan ......................................................................................... 7
1.1. Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ............. 8
1.2. Konsumsi Pemerintah ................................................................... ...... 9
1.3. Investasi .............................................................................................. 9
1.4. Perkembangan Ekspor ........................................................................ 12
1.5. Perkembangan Impor ............................................................. ............ 15
2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah 17
2.1. Sektor Pertanian ................................................................................ 18
2.2. Sektor Pertambangan ...................................................................... ... 19
2.3. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ . 21
2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ............. 21
BOKS1. Potensi Pengembangan Pariwisata Kalimantan Selatan .................................. 23
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ....................................... 31
........................... 31
2. Inflasi Triwulanan ...................................................... 33
3. Inflasi Tahunan ......................................................................................... 37
BAB 3. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ....... .............. 43
1. Stabilitas Sistem Keuangan ...................................................................... 43
1.1. Intermediasi Perbankan .................................................................... 44
1.2. Ketahanan Sektor Korporasi ............................................................. 46 37
1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga ...................................................... 47
1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ............................ 48
1.5. Perbankan Syariah ............................................................................ 49
Daftar Isi
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan iv
2. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... ................................... 50
2.1. Transaksi Pembayaran Non Tunai .................................................... 50
2.2. Transaksi Pembayaran Tunai ............................................................ 50
BOKS2. Mendorong Pertambahan Ekonomi Melalui Pelonggaran Kebijakan
LTV / FLV ..................................................................................................... 51
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ................................................. 55
1. Realisasi Pendapatan Daerah ...................................................... 55
2. Realisasi Belanja Daerah .......... .................................................................. 56
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ................................................... 61
....................................................................... 61
2. Kesejahteraan .......... ................................................................................. 64
2.1. Daya Beli Masyarakat ......................................................................... 64
2.2. Nilai Tukar Petani ............................................................................. 64
BOKS3 Formula Baru Upah Minimum Provinsi .......................................................... 66
BAB 6. PROSPEK EKONOMI .... ................................................................................. 71
1. Prakiraan Kondisi Ekonomi Makro ............................................. 71
2. Prakiraan Inflasi ......................................................................................... 72
DAFTAR ISTILAH
TIM PENYUSUN
Daftar Tabel
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan .................................. 8
Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan .................................... 11
Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan ................................................................... 12
Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan .................................................................. 12
Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 Sektor) ................. 17
Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 Sektor) ................... 17
Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan III 2015 ............................................................. 34
Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan IIII 2015 ......................................................... 34
Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahunan TerbesarTriwulan III 2015 ................................................ 39
Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial ................................. 45
Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial .............................. 45
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel ...................................... 55
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel ......................................................... 56
Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel .................................................................. 57
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Provinsi
Kalimantan Selatan Periode Februari 2012 - Agustus 2015 ............................... 61
Tabel 5.2. Presentase Penduduk Kalsel Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja
Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2013 Februari
2015 (%) ......................................................................................................... 63
Tabel 5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalsel (Tahun Dasar 2012) .............................. 65
Tabel 6.1 Proyeksi Harga Komoditas .................................................................................. 72
Daftar Grafik
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Sektor ................. 7
Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan VS Nasional ........................ 7
Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Penjual Eceran (IPE) Kota Banjarmasin ............................... 8
Grafik 1.4. Indeks Penyusunan ITK Kalimantan Selatan ...................................................... 8
Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Konsumsi VS Kredit Umum Kalsel ..................................... 9
Grafik 1.6. Volume Impor Barang Modal Industri Kalsel ....................................................... 10
Grafik 1.7. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalsel ....................................................... 10
Grafik 1.8. Volume Konsumsi Semen Kalsel ....................................................................... 10
Grafik 1.9. Pertumbuhan Nilai PMA Kalsel .......................................................................... 12
Grafik 1.10. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti ........................................... 13
Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Ekspor Kalsel ................................................................... 13
Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Kalsel ................................................................ 13
Grafik 1.13. Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalsel Hingga Tw. III-15 ................... 14
Grafik 1.14 . Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalsel Berdasarkan Komoditas Unggulan .................. 14
Grafik 1.15. Distribusi Nilai Ekspor Kalsel Berdasarkan Negara Hingga Tw. II - 2015 ............... 14
Grafik 1.16 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan
Negara Tujuan ............................................................................................... 14
Grafik 1.17. Perkembangan Permintaan Batubara Domestik ................................................... 15
Grafik 1.18. Perkembangan Permintaan Karet Domestik ........................................................ 15
Grafik 1.19. Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti .......................................... 16
Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Kalsel ................................................... 16
Grafik 1.21. Pertumbuhan Volume Impor Luar Negeri Kalsel Berdasarkan Jenis
Barang ........................................................................................................... 16
Grafik 1.22. Produksi Padi Kalsel .................................................................................... 18
Grafik 1.23. Produksi TBS Kalsel ....................................................................................... 18
Grafik 1.24. Produksi Karet Kalsel ....................................................................................... 19
Grafik 1.25. Perkembangan Produksi Batubara Kalsel ............................................................ 20
Grafik 1.26. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalsel ................................... 20
Grafik 1.27. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalsel ................................................... 20
Grafik 1.28. Perkembangan Negara Mitra (Pertumbuhan PDB) ............................................... 20
Grafik 1.29. Perkembangan Produksi CPO Kalsel .................................................................... 21
Grafik 1.30. Perkembangan Volume Penjualan Karet .............................................................. 21
Grafik 1.31. Perkembangan Bongkar Muat Di Pelabuhan ....................................................... 22
Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel ....................................................................................... 22
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional ........................................................... 32
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Se-Kalimantan Triwulan III-2015 ....................................... 32
Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan secara Kuartalan (qtq) ............................ 32
Grafik 2.4 Perkembangan Produksi dan Harga Bawang Merah di Kab. Brebes ...................... 36
Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan ................................................. 36
Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Tahunan (yoy) .............................................. 37
Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset, dan DPK Kalsel ............................................. 43
Grafik 3.2. Pertumbuhan LDR, Kredit, dan DPK ................................................................. 44
Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Berdsarkan Jenisnya ............................................................ 44
Grafik 3.4. Perumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya ......................................................... 44
Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ................................................................... 46
Grafik 3.6. Shere Kredit Korporasi ................................................................................. 46
Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral .............................................................. 46
Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya ......................................... 47
Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit ................................................................... 47
Grafik 3.10. Shere Kredit Konsumsi ............................................................................... 47
Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Konsumsi ............................................................ 48
Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM ................................................................ 48
Grafik 3.13. Share Kredit UMKM .......................................................................................... 48
Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL Umum ............................................................... 48
Daftar Grafik
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan viii
Grafik 3.15. Pertumbuhan dan NPL Kredit Perbankan Syariah .............................................. 49
Grafik 3.16. Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya ........................................................... 49
Grafik 3.17. Pertumbuhan Kredit dan NPL Syariah ................................................................ 49
Grafik 3.18. Transaksi RTGS ................................................................................................. 50
Grafik 3.19. Transaksi Kliring ................................................................................................ 50
Grafik 3.20. SP Tunai (Level) ................................................................................................. 50
Grafik 3.21. SP Tunai (Pertumbuhan) .................................................................................... 50
Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Tw. III - 2015 ................................................. 56
Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Tw. III - 2015 ................................. 57
Grafik 5.1. Komposisi Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan ............................................... 62
Grafik 5.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran Berdasarkan Jenjang
Pendidikan .................................................................................................... 62
Grafik 5.3. Komposisi Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaan ............................................... 62
Grafik 5.4. Saldo Bersi Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja ............................. 63
Grafik 5.5. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ................................................................. 63
Grafik 5.6. Indeks Penghasilan Konsumen ................................................................... 64
Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel ................................................... 64
Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalsel ................................................................... 71
Grafik 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia .............................................................. 71
Grafik 6.3. Proyeksi Inflasi Kalsel 2015 .......................................................................... 73
Keterangan dan Sumber Data
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan ix
BAB II KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian
mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan
secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar
tahun 2010 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan.
Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman.
Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen
Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi Statistik Data Sekunder
Departemen Statistik, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi
dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Data-data lainnya dalam Bab 1 berasal dari publikasi instansi, pemerintahan maupun
swasta, juga publikasi data berbayar.
Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei
Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III Data stabilitas sistem keuangan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran
kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data
sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen
Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi nontunai melalui BI-RTGS
bersumber dari Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Bank
Indonesia, sedangkan data transaksi nontunai melalui kliring bersumber dari data kliring
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kantor
Wilayah Dirjen Perbendaharaan Negara.
Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data
pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan
angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga
bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai
suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan.
Keterangan dan Sumber Data
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan x
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai
strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan
terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap
perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek
perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU
Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku
yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and
Teamwork
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif
bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem
keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk
mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan
berkesinambungan
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xi
TABEL INDIKATOR TERPILIH
a. Inflasi dan PDRB (Tahun Dasar 2010)
TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - III
146,00 145,71 151,02 153,49 108,32 110,91 111,66 116,04 115,90 117,64 119,75
5,25 4,74 7,09 6,98 4,89 6,81 4,81 7,28 7,00 6,07 7,03
146,00 145,71 151,02 153,49 108,22 110,91 111,63 115,97 115,82 117,55 119,59
5,25 4,74 7,09 6,98 4,84 6,81 4,67 7,16 7,02 6,05 6,94
109,57 111,79 112,10 116,93 116,93 118,79 121,93
5,49 7,02 6,54 8,80 6,72 6,26 8,31
Pertanian 4.387 5.282 3.927 16.782 3.527 5.047 5.878 4.391 4.000 5.787 6.660
Pertambangan & Penggalian 8.070 8.399 8.898 33.484 8.963 8.906 8.869 8.829 8.639 8.350 8.420
Industri Pengolahan 3.654 3.924 4.002 14.971 3.854 4.226 4.542 4.678 4.490 4.841 5.129
Listrik, Gas, & Air Bersih 115 121 126 473 128 134 142 158 154 165 168
Bangunan 1.906 2.122 2.189 7.978 2.057 2.283 2.538 2.702 2.584 2.705 2.938
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.725 3.008 3.120 11.357 2.937 3.240 3.647 3.858 3.622 3.892 4.261
Pengangkutan dan Komunikasi 2.403 2.624 2.719 10.033 2.639 2.794 3.080 3.195 3.081 3.239 3.433
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.660 1.751 1.784 6.823 1.859 1.916 1.971 2.055 2.089 2.083 2.213
Jasa 3.343 3.676 3.826 13.975 3.735 3.982 4.303 4.532 4.520 4.803 5.210
6,65 4,67 4,75 5,51 5,26 5,51 4,63 4,05 3,91 3,14 3,86
2.417 2.233 1.795 2.217 2.200 2.023 1.784 1.799 1.659 1.410 1.352
40.329 39.506 31.277 40.556 36.932 34.918 32.153 33.308 31.318 25.747 28.162
69,4 44,8 124,8 62,3 106,9 65,5 34,6 105,1 61,8 64,0 64,2
26,5 31,5 68,3 49,0 56,6 61,1 50,2 53,3 56,1 44,2 56,1
20152013 2014
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
INDIKATOR
IHK Kalimantan Selatan
Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y)
PDRB Harga Berlaku (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB Riil (y-o-y)
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)
IHK Banjarmasin
Inflasi Banjarmasin (y-o-y)
IHK Tanjung
Inflasi Tanjung (y-o-y)
b. Stabilitas Sistem Keuangan
Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III
42.031 44.542 45.975 45.707 45.457 50.192 50.612 49.541 48.521 53.060 57.118
34.264 35.515 36.003 36.229 36.152 38.447 38.799 37.248 37.155 40.274 41.330
8.600 9.589 9.085 7.697 8.228 10.547 10.206 8.216 8.162 10.654 10.911
17.477 17.261 17.827 19.911 18.785 18.639 18.714 20.055 18.294 18.509 19.627
8.187 8.664 9.091 8.621 9.138 9.261 9.879 8.977 10.699 11.111 10.792
38.831 41.163 43.901 42.761 43.796 45.600 48.005 48.218 48.661 49.471 50.264
14.078 13.912 15.669 14.540 14.670 14.749 15.772 15.463 15.843 16.430 16.685
11.629 13.314 13.554 13.181 13.853 15.030 16.048 17.347 15.946 15.724 15.822
13.124 13.937 14.678 15.040 15.274 15.821 16.185 15.408 16.872 17.317 17.757
113,33% 115,90% 121,94% 118,03% 121,15% 118,61% 123,73% 129,45% 130,97% 122,83% 121,61%
NPL 1,44% 1,42% 1,42% 1,38% 1,78% 2,22% 2,79% 2,62% 3,23% 3,60% 3,62%
2015
Deposito
Modal Kerja
Investasi
Kredit - Lokasi Proyek
Konsumsi
Total Asset
Giro
Tabungan
DPK
LDR - Lokasi Proyek
2014INDIKATOR
2013
c. Sistem Pembayaran
Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III
Inflow Kas (Rp miliar) 2.417 1.783 2.630 1.645 2.666 1.881 3.120 1.948 2.649 2.028 2.876
Outflow Kas (Rp miliar) 733 1.373 2.208 2.168 1.020 1.304 2.096 1.845 802 1.681 2.025
Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) 71.719 82.818 72.416 71.217 60.789 67.933 69.419 71.303 56.117 67.694 63.360
Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) 47 48 43 47 42 42 36 42 43 45 45
Nominal Kliring (Rp Miliar) 4.505 4.479 4.369 4.737 4.227 4.269 4.190 4.572 3.962 4.002 3.908
Volume Kliring (ribu lbr) 81 83 56 82 78 93 76 75 91 78 69
Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) 117 106 109 388 119 153 113 164 105 79 151
Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2.135 2.297 2.419 2.311 2.207 3.050 2.384 2.948 2.286 1.723 2.143
20152014
Indikator
2013
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xii
PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI
3,86% yoy
SEKTORAL PERMINTAAN
TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR
SSK SP APBD TENAGA KERJA
OUTLOOK
Vol. Foods Adm. Price Core
7,03% yoy
8,5%
Tw II
4,0%
yoy
Tw III
3.9%
yoy
Tw II
5,8%
yoy
Tw III
5,7%
yoy
Tw II
2,53%
yoy
Tw III
8,0%
yoy
Tw II
5,8%
yoy
Tw III
5.5%
yoy
6,07% yoy
Tw II
7,2%
yoy
Tw III
10.0%
yoy
Tw II
5,9%
yoy
Tw III
6.7%
yoy
3,14% yoy
triwulan IItriwulan II
4,8% 6,5%
5,7% 12,9%
3,60% 3,62%
Tw II
-1,8%
yoy
Tw III
-0.3%
yoy
4,7%
Tw II Tw III
P. Asset (yoy)
Non Tunai
KLIRING RTGS
Tw II
-0,3%yoy
Tw III
-8,7%yoy
Tw II
-6,2%yoy
Tw III
-6.7%yoy
Tunai
INFLOW OUTFLOW NET INFLOW
Rp3,9T Rp63,4T
Rp2,9T Rp2,0T Rp0,9T
Realisasi Pendapatan
Realisasi Belanja
76,5%
60,0%
Tk. Pengangguran
Ags ‘14
3,8%
Ags ‘15
4,9%
Indeks Penghasilan
Tw II
119.0
Tw III
110.4
Nilai Tukar Petani
Tw II
100,6
Tw III
99,7
Pertumbuhan Ekonomi Inflasi
Tw IV: 4,0-4,2%yoy 2015: 3,5-3,9%yoy 2015: 4,7-4,9%yoy
PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN
triwulan III
P. DPK (yoy)
P. Kredit (yoy)
NPL
triwulan III
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiii
PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI
3,86% yoy
SEKTORAL PERMINTAAN
TAMBANG PERTANIAN KONSUMSI RT EKSPOR
SSK SP APBD TENAGA KERJA
OUTLOOK
Vol. Foods Adm. Price Core
7,03% yoy
8,5%
Tw II
4,0%
yoy
Tw III
3.9%
yoy
Tw II
5,8%
yoy
Tw III
5,7%
yoy
Tw II
2,53%
yoy
Tw III
8,0%
yoy
Tw II
5,8%
yoy
Tw III
5.5%
yoy
6,07% yoy
Tw II
7,2%
yoy
Tw III
10.0%
yoy
Tw II
5,9%
yoy
Tw III
6.7%
yoy
3,14% yoy
triwulan IItriwulan II
4,8% 6,5%
5,7% 12,9%
3,60% 3,62%
Tw II
-1,8%
yoy
Tw III
-0.3%
yoy
4,7%
Tw II Tw III
P. Asset (yoy)
Non Tunai
KLIRING RTGS
Tw II
-0,3%yoy
Tw III
-8,7%yoy
Tw II
-6,2%yoy
Tw III
-6.7%yoy
Tunai
INFLOW OUTFLOW NET INFLOW
Rp3,9T Rp63,4T
Rp2,9T Rp2,0T Rp0,9T
Realisasi Pendapatan
Realisasi Belanja
76,5%
60,0%
Tk. Pengangguran
Ags ‘14
3,8%
Ags ‘15
4,9%
Indeks Penghasilan
Tw II
119.0
Tw III
110.4
Nilai Tukar Petani
Tw II
100,6
Tw III
99,7
Pertumbuhan Ekonomi Inflasi
Tw IV: 4,0-4,2%yoy 2015: 3,5-3,9%yoy 2015: 4,7-4,9%yoy
PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATAN
triwulan III
P. DPK (yoy)
P. Kredit (yoy)
NPL
triwulan III
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xiv
Halaman ini sengaja dikosongkan
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan xvi
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.IIII 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 3,86% (yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya
ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring
meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
keuangan, dan sektor jasa-jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan lebih
ekspansif dari nasional yang pada triwulan III-2015 tumbuh 4,73% (yoy), sedikit meningkat dari
triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 4,67% (yoy).
Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 bersumber
dari peningkatan pertumbuhan ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah. Membaiknya
permintaan negara mitra mendorong perbaikan ekspor batubara pada triwulan-III 2015. Aktivitas
investasi yang meningkat tercermin pada meningkatnya impor barang modal maupun penjualan
semen. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya
pertumbuhan konsumsi pemerintah.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat 7,03% (yoy), sedikit
meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,07% yoy) yang utamanya
dipengaruhi oleh peningkatan permintaan saat menjelang Hari Raya Iedul Fitri pada awal
triwulan laporan. Kenaikan inflasi terutama disebabkan kenaikan harga makanan jadi/olahan dan
beberapa bahan makanan menyusul kenaikan permintaan masyarakat pada saat Ramadhan dan
Hari Raya Iedul Fitri. Namun demikian, inflasi masih dapat sedikit tertahan oleh koreksi harga
sejumlah bahan makanan penting seperti beras, bawang merah, ikan segar, buah-buahan dan
sayuran seiring cuaca yang kondusif serta peningkatan stok persediaan dari hasil panen raya di
daerah penghasil yang didukung oleh kelancaran distribusi.
1
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 2
STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kredit perbankan pada triwulan III-2015 tumbuh 4,71% (yoy), melambat dari triwulan
sebelumnya (8,49% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama
Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai
tumbuh melambat. Pertumbuhan kredit tercatat kembali melambat yang bersumber dari kredit
korporasi dengan risiko Non Performing Loan (NPL) yang relatif terjaga. Di sisi lain, pertumbuhan
kredit konsumsi meningkat merespons kebijakan pelonggaran LTV. Namun NPL-nya sedikit
meningkat karena pengaruh kenaikan angka pengangguran pada triwulan laporan. Perlambatan
transaksi sistem pembayaran terjadi pada seluruh jenis transaksi baik tunai maupun nontunai,
mencerminkan perbaikan pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas.
KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan III-2015, realisasi keuangan daerah Provinsi Kalimantan Selatan tercatat menguat,
baik pada sisi pendapatan, maupun pada sisi belanja. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat
sebesar 76,5% pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (74,5%).
Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan pada triwulan yang sama. Dari sisi realisasi serapan belanja daerah, tercatat serapan
sebesar 60%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,0%). Dukungan belanja fiskal
yang lebih baik ini turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikiasi melemah. Berdasarkan rilis data
Ketenagakerjaan BPS periode Agustus 2015 terdapat peningkatan tingkat pengangguran
dibandingkan tahun sebelumnya. Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat
Kalimantan Selatan juga melemah sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang
dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu
Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan laporan menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan IV-2015 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan
meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja
sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan eskpor batubara dari negara mitra
utama dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Kinerja sektor industri juga berpotensi
meningkat, khususnya CPO, seiring baiknya permintaan negara mitra maupun nasional serta
dukungan subsektor perkebunan yang sejalan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit yang
menghasilkan.
Realisasi inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 diprakirakan menurun signifikan
mengarah pada kisaran 4,7% - 4,9% (yoy). Penurunan inflasi tersebut diperkirakan akibat
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 3
terjaganya pasokan bahan makanan dengan baik serta penurunan tarif atau harga sejumlah
kebutuhan energi masyarakat menyusul paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III pada awal
triwulan IV-2015, disamping hilangnya faktor base effect kenaikan harga BBM dipenghujung tahun
lalu.
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
Tabel Indikator Terpilih
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 5
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONAL
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 7
1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 3,86% (yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya sektor pertambangan seiring membaiknya
ekspor batubara. Selain itu juga didukung oleh meningkatnya sektor bangunan seiring
meningkatnya aktivitas investasi, serta meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan lebih
ekspansif dari nasional yang pada triwulan III-2015 tumbuh 4,73% (yoy), sedikit meningkat dari
triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 4,67% (yoy).
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Menurut Sektor
Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan vs Nasional
3.9
-1.8-0.3
1.9
3.9
7.5
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014 … 2014 2015
% yoy
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
PHR
PDRB
TambangIndustri
Pertanian
4.67 4.73
3.143.86
1.09
-0.41-1012345678
I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014 … 2014 2015
% yoy
Sumber: BPS (diolah)
NasionalKalsel
Kalimantan
1.1. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 bersumber
dari peningkatan pertumbuhan ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah. Membaiknya
permintaan negara mitra mendorong perbaikan ekspor batubara pada triwulan-III 2015. Aktivitas
investasi yang meningkat tercermin pada meningkatnya impor barang modal maupun penjualan
semen. Lebih baiknya serapan belanja pemerintah juga turut mendorong meningkatnya
pertumbuhan konsumsi pemerintah.
1
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 8
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan
Tw.II-2015
% (yoy) % (yoy) Pangsa SOG
Konsumsi Rumah Tangga 4.86 4.86 4.86 5.78 5.67 0.44 2.52
Konsumsi LNPRT 4.27 7.87 13.02 3.08 10.02 0.01 0.08
Konsumsi Pemerintah 3.54 3.60 2.67 5.87 6.53 0.11 0.70
Pembentukan Modal Tetap Bruto 5.11 5.75 5.79 4.92 5.32 0.21 1.12
Perubahan Stok & Diskrepansi Statistik -218.82 -66.01 -41.92 -1728.06 56.76 0.01 0.33
Ekspor Barang dan Jasa 0.38 0.16 -0.59 2.53 8.01 0.72 5.78
Impor Barang dan Jasa 0.80 -2.63 -2.29 8.88 13.41 -0.50 -6.67
PDRB 5.97 5.36 4.85 3.14 3.86 1.00 3.86
Sumber: BPS (diolah), % yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = share of growth
Penggunaan 2012 2013 2014Tw.III-2015
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga (RT)
Konsumsi RT pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 5,67% (yoy), sedikit melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,78% (yoy). Perlambatan tersebut
tercermin pada melambatnya pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin yang
menurun dari -3,17% (yoy) menjadi -5,19% (yoy). Demikian pula Indeks Pendapatan Rumah Tangga
yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan mencatat penurunan
tingkat pendapatan RT yaitu dari 111,57 menjadi 108,69. Pengaruh sedikit meningkatnya tekanan
inflasi pada triwulan III-2015 dampaknya relatif terbatas terhadap penurunan konsumsi RT
sebagaimana ditunjukkan oleh moderatnya penurunan Indeks Kaitan Inflasi terhadap Konsumsi dan
perlambatan pertumbuhan konsumsi RT. Pelemahan daya beli seiring dengan perlambatan
konsumsi RT turut terbantu oleh peran pembiayaan di mana pertumbuhan kredit konsumsi
meningkat dari 9,45% (yoy) menjadi 9,71% (yoy).
Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran (IPE) Kota Banjarmasin
Grafik 1.4. Subindeks Penyusun Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Selatan
-3.17
-5.19-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
% yoy
Data: KPw BI Prov Kalsel (diolah)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 9
Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Konsumsi vs Kredit Umum Kalimantan Selatan
9.45
9.71
0
5
10
15
20
25
30
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyRp. Triliun
Sumber: Laporan Bank Umum, KPw BI Prov Kalsel (diolah)Metode: lokasi proyek
Kredit KonsumsiPertumbuhan Kredit Konsumsi (sb. kanan)
1.1.2. Konsumsi Pemerintah
Konsumsi pemerintah pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 6,53% (yoy), meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,87% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah
didorong oleh lebih baiknya serapan belanja pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan hingga
triwulan-III 2015 yang mencapai 60,0%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar 58,3%. Pencapaian ini menunjukkan baiknya peran fiskal daerah dalam
menopang pertumbuhan ekonomi daerah.
1.1.3. Investasi
Investasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 5,32% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,92% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan investasi terjadi baik pada investasi bangunan maupun investasi nonbangunan sejalan
dengan meningkatnya impor barang modal dan penjualan semen.
Meningkatnya investasi nonbangunan tercermin dari peningkatan pertumbuhan volume impor
barang modal industri yakni dari sebesar -0,31% (yoy) pada triwulan-II 2015 menjadi sebesar
317,32% (yoy) pada triwulan-III 2015. Investasi mesin dan peralatan mengalami peningkatan
seiring dengan berlanjutnya pembangunan pembangkit listrik Independent Power Producer (IPP)
Mulut Tambang (2x100 MW) di Tanjung, pembangkit Mini Hydro Power di Tabalong (10 MW),
berlanjutnya pembangunan transmisi listrik Satui, Banjarmasin dan Pelaihari. Perusahaan tambang
minyak di daerah Tabalong juga telah melalui proses tender bagi investasi infrastruktur tambangnya.
Meningkatnya investasi bangunan terindikasi dari peningkatan pertumbuhan volume bongkar
barang konstruksi baik dari luar negeri maupun dalam negeri serta peningkatan pertumbuhan
penjualan semen. Pertumbuhan volume bongkar barang konstruksi membaik dari
-34,42% (yoy) pada triwulan-II 2015 menjadi -28,44% (yoy) pada triwulan-III 2015. Volume
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 10
penjualan semen tercatat membaik dari -50,53% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi -34,99%
(yoy) pada triwulan III-2015.
Grafik 1.6. Volume Impor Barang Modal Industri Kalimantan Selatan
Grafik 1.7. Volume Bongkar Barang Konstruksi Kalimantan Selatan
(0.31)
317.32
-200
-100
0
100
200
300
400
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Ton
Sumber: Bea Cukai (diolah)*)SITC2-Machinery & Transportation Equipment
Volume Impor Barang Modal Industri*
Pertumbuhan Volume Impor Barang Modal Industri (sb. Kanan)
(34.42)(28.44)
-40
-30
-20
-10
0
10
20
0
100
200
300
400
500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Ton
Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah)*)aspal, kayu gergajian, semen, baja/besi beton
Volume Bongkar Barang Konstruksi
Pertumbuhan Volume Bongkar Barang Konstruksi (sb. Kanan)
Grafik 1.8. Volume Konsumsi Semen Kalimantan Selatan
(50.53)
(34.99)
-60
-40
-20
0
20
40
60
0
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Ton
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
Volume Konsumsi Semen
Pertumbuhan Volume Konsumsi Semen (sb. Kanan)
Terdapat kemajuan pembangunan proyek pemerintah dan swasta sebagaimana terindikasi dari data
Building and Construction Interchange (BCI) Asia. Pada triwulan laporan pembangunan Bendungan
Tapin terealisasikan. Pembangunan Daerah Irigasi (DI) Amandit di Hulu Sungai Selatan juga sudah
mulai berlangsung setelah pada triwulan sebelumnya masih dalam fase post-tender. Pembangunan
serta perbaikan konektivitas darat juga meningkat pada triwulan laporan. Dari Rp. 1,94 triliun total
APBN dan APBD yang dialokasikan Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Selatan pada tahun 2015
untuk perbaikan jalan, kualitas pemukiman (air) dan irigasi, pada triwulan laporan sekitar 45 proyek
perbaikan jalan berlangsung, 2 di antaranya baru dimulai pada triwulan laporan, yakni Jalan
Sebamban-Pagatan dan Tambang Ulang-Kait-kait. Sementara itu 3 proyek pembangunan juga
tengah berlangsung yakni fase 1 jembatan Pulau Kalimantan-Pulau Laut, Jembatan Kota Lama dan
Jembatan Mandastana-Tanipah yang baru dimulai pada triwulan laporan. Pembangunan
noninfrastruktur juga berkembang cukup pesat pada triwulan laporan, ditunjukkan oleh
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 11
peningkatan jumlah proyek yang memasuki fase konstruksi pada triwulan laporan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
Tabel 1.2. Perkembangan Pembangunan Fisik Kalimantan Selatan
2015Q2 2015Q3 2015Q2 2015Q3
Swasta Listrik 2. Concept 1 1 12 12
7. Construction: Main Contract Awarded 5 5 360 362
Non Infrastruktur 2. Concept 1 1 3 3
4. Documentation 2 1 5 5
6. Post tender 9 9 5 7
7. Construction: Main Contract Awarded 17 15 28 21
9. Construction: Subcontract(s) Awarded - 5 - 13
Infastruktur 6. Post tender - 1 - 1
Pemerintah Bandara, Pelabuhan, Terminal 6. Post tender 1 1 - 0
Irigasi, Waduk dan Air Bersih 7. Construction: Main Contract Awarded - 2 - 70
Jalan 6. Post tender 3 1 3 31
7. Construction: Main Contract Awarded 31 45 40 61
Jembatan 6. Post tender 1 - 1 -
7. Construction: Main Contract Awarded 2 4 3 6
Non Infrastruktur 2. Concept 11 4 4 3
4. Documentation 1 1 - 0
6. Post tender 10 8 - 3
7. Construction: Main Contract Awarded 33 50 37 53
Infastruktur 4. Documentation - 1 - 1
Total 2. Concept 13 6 19 19
4. Documentation 3 3 5 6
6. Post tender 24 20 9 42
7. Construction: Main Contract Awarded 88 121 468 573
9. Construction: Subcontract(s) Awarded - 5 - 13
Sumber: BCI Asia (diolah)
Keterangan:
(1). Jumlah dan nilai proyek merupakan data posisi.
(2). Infrastruktur: bangunan yang dinikmati publik secara langsung, baik milik swasta maupun pemerintah.
(3). Non Infrastruktur: bangunan yang tidak dinikmati publik secara langsung (kebutuhan operasional swasta/pemerintah).
Nilai Proyek
Juta USD
Pemilik Proyek Tipe Proyek Tahapan ProyekJumlah Proyek
Pada triwulan-III 2015, nilai penanaman modal asing (PMA) tercatat sebesar USD 352,1 juta atau
tumbuh 354,34% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -67,83%
(yoy) dengan nilai PMA sebesar USD 54,8 juta. Dari sisi sektoral, hingga triwulan-III 2015 PMA
terbesar dilakukan pada subsektor perkebunan, disusul oleh sektor properti, sektor transportasi,
gudang dan telekomunikasi serta sektor mineral nonlogam. Pada tahun 2015, konsesi lahan
perkebunan kelapa sawit Kalimantan Selatan meningkat 14,58% (yoy) yakni dari 480 ribu Ha
menjadi 550 ribu Ha1
. Peningkatan khususnya berasal dari lahan basah dan perkebunan rakyat pola
inti-plasma seiring dengan adanya ruang pengembangan lahan dari Permentan No. 98 Tahun 2013
tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Saat ini terdapat satu perusahaan asing dengan
1
GAPKI Kalimantan Selatan
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 12
pangsa perkebunan terluas di Indonesia berada di Kalimantan Selatan menempatkan refinery-nya di
Kalimantan Selatan. Dengan bisnis downstream yang luas dan panjang serta permintaan global
yang terus tumbuh, penempatan dan pengembangan bisnis upstream di Indonesia sangat
diperhitungkan.
Grafik 1.9. Pertumbuhan Nilai PMA Kalimantan Selatan
Tabel 1.3. Realisasi PMA Kalimantan Selatan
(67.83)
354.34
-200
-100
0
100
200
300
400
0
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyUSD Juta
Sumber: BKPM (diolah)
Nilai PMAPertumbuhan Nilai PMA (sb. Kanan)
Sektoral Nilai %
Tanaman Pangan dan Perkebunan 192 37.47%
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 91 17.74%
Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 72 13.99%
Industri Mineral Non Logam 66 12.88%
Industri Makanan 65 12.63%
Lainnya 27 5.30%
Total 513 100.00%
Sumber: BKPM (diolah)
PMA Kalimantan Selatan (Juta USD), Q3 2015 YTD
Tabel 1.4. Realisasi PMDN Kalimantan Selatan
Sektoral Nilai Dist
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik484 50.36%
Listrik, Gas dan Air 147 15.35%
Hotel dan Restoran 130 13.56%
Lainnya 199 20.74%
Total 961 100.00%
PMDN Kalimantan Selatan (Rp. Milyar), Q3 2015 YTD
Di sisi lain, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) Kalimantan Selatan tumbuh kian
terkontraksi. Pada triwulan III-2015 total PMDN tercatat sebesar Rp. 26,9 miliar, tumbuh -98,41%
(yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya -24,26% (yoy). Hingga triwulan-III 2015, PMDN
terbesar dilakukan pada sektor industri logam dasar. Hal tersebut sejalan dengan adanya
pembangunan smelter bijih besi di Pulau Sebuku yang proses pembangunannya masih berlangsung
hingga saat ini. Investasi terbesar kedua berasal dari pembangunan pembangkit milik swasta (IPP) di
Tabalong yang terus berlanjut.
1.1.4. Perkembangan Ekspor
Ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 8,01% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,53% (yoy). Mengacu kepada
aktivitas muat di Pelabuhan Trisakti, perbaikan pertumbuhan muat barang terjadi pada destinasi
ekspor luar negeri sementara itu destinasi domestik terindikasi melambat.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 13
Grafik 1.10. Perkembangan Muat Barang di Pelabuhan Trisakti
-20
-12
-4
4
12
20
28
36
44
52
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
% yoy
Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah)
Dalam Negeri
Luar Negeri
Pada triwulan laporan nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan terkontraksi -24,21% (yoy), lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi -30,27% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan
ekspor luar negeri utamanya didorong oleh meningkatnya ekspor batubara dari -35,87% (yoy) pada
triwulan II-2015 menjadi -25,10% (yoy) pada triwulan III-2015. Meningkatnya ekspor utamanya ke
negara mitra utama yaitu Tiongkok, ASEAN, dan Jepang.
Grafik 1.11.Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan
Grafik 1.12.Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan
(30.27)
(24.21)
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyUSD Milyar
Sumber: Bea Cukai (diolah)
Nilai Total Ekspor
Pertumbuhan Nilai Total Ekspor (sb. kanan)
(26.26)
(12.41)
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
05
1015202530354045
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyJuta Ton
Sumber: Bea Cukai (diolah)
Volume Total EksporPertumbuhan Volume Total Ekspor (sb. kanan)
Komoditas batubara masih menjadi komoditas utama Kalimantan Selatan dengan sumbangan
mencapai 74,24% dari total nilai ekspor, diikuti oleh CPO (16,81%), kayu lapis (4,34%) dan karet
alam serta olahan (2,93%). Dari sisi tren pertumbuhan, komoditas karet alam dan olahan serta
batubara mengalami peningkatan pertumbuhan. Komoditas karet mengalami peningkatan nilai
maupun volume seiring dengan meningkatnya permintaan dari Jepang dan Tiongkok.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 14
Grafik 1.13. Distribusi Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Kalimantan Selatan hingga Tw.III-2015
Grafik 1.14. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas Unggulan
-40
-20
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
% yoy
Data: Bea Cukai (diolah)
CPOPlywood
Karet Alam & Olahan
Total EksporBatubara
Grafik 1.15. Distribusi Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara hingga Tw.III-2015
Grafik 1.16. Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
AFRIKA, 0.09%
US, 0.78% AMERIKA excl US, 0.39%
Other ASIA, 9.46%
Tiongkok, 27.05%
India, 26.09%
Jepang, 11.50%
Korea Selatan, 3.63%
ASEAN, 13.95%
AUSTRALIA, 0.09%
EROPA, 6.95%
Sumber: Bea Cukai (diolah)
-60
-40
-20
0
20
40
60
I II III IV I II III
2012 2013 2014 2014 2015
% yoy
Sumber: Bea Cukai (diolah)*)ASIA dikurangi Tiongkok, India, Jepang, Korsel dan ASEAN
EROPA
Other ASIA*
ASEAN
Tiongkok
India
Jepang
Sementara itu kinerja ekspor komoditas lain seperti CPO dan plywood tumbuh melambat. Volume
dan nilai ekspor CPO ke India tumbuh melambat pada triwulan laporan. Sebagai konsumen minyak
nabati utama (minyak kedelai dan CPO) terbesar di dunia2
, perlambatan permintaan domestik yang
berlanjut hingga triwulan-III 2015 serta kecaman dari petani lokal atas derasnya impor minyak
nabati di India akibat harga CPO impor yang lebih murah di tengah terpaan El Nino yang cukup
kuat3
pada tahun ini menurunkan tingkat permintaan CPO dari negara tersebut. Sementara itu
ekspor plywood dengan pangsa ekspor utama Jepang mengalami penurunan permintaan di tengah
terbatasnya perbaikan pertumbuhan ekonomi Jepang. Sejumlah perusahaan plywood di Kalimantan
Selatan menyatakan bahwa pangsa pasar ekspor mereka untuk Jepang turun dari semula di kisaran
2
Disebutkan dalam analisis singkat Oilseed: World Markets and Trade (USDA, Nov 2015) 3
Mengacu kepada rilis akhir sebaran curah hujan monsoon di India dari India Meteorological Department
(ww.imd.gov.in/section/hydro/dynamic/rfmaps/sddaily.htm)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 15
90% menjadi pada kisaran 65%-70%4
. Penurunan permintaan komoditas hasil hutan Kalimantan
Selatan lainnya seperti rotan dari Jepang juga tercatat menurun sepanjang 2015.
Ekspor antardaerah pada triwulan III-2015 tumbuh melambat seiring menurunnya pertumbuhan
volume muat batubara dan karet di Pelabuhan Trisakti dengan tujuan domestik. Perlambatan
pertumbuhan sektor manufaktur nasional yang lokasinya terpusat di Jawa menurunkan tingkat
penjualan listrik industri dan kebutuhan PLTU akan batubara. Sementara itu penurunan permintaan
karet domestik didorong oleh melambatnya industri otomotif nasional yang tercermin dari
melambatnya pertumbuhan angka penjualan motor.
Grafik 1.17.Perkembangan Permintaan Batubara Domestik
Grafik 1.18.Perkembangan Permintaan Karet Domestik
19.32
(20.09)-40
-20
0
20
40
60
80
0100200300400500600700800900
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Ton
Sumber: KSOP Banjarmasin (diolah)
Volume Muat Batubara DN
Pertumbuhan Volume Muat Batubara DN
38.57
-24.84
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Ton
Sumber: Gapkindo Kalselteng
Domestik karet
Pertumbuhan domestik karet (skala kanan)
1.1.5. Perkembangan Impor
Impor Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 13,41% (yoy), meningkat
dari triwulan sebelumnya (8,88% yoy). Peningkatan impor didorong oleh meningkatnya impor
barang modal seiring dengan meningkatnya pertumbuhan investasi maupun barang konsumsi
dalam rangka pemenuhan kebutuhan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Juli 2015.
4
Liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 16
Grafik 1.19. Pertumbuhan Volume Bongkar di Pelabuhan Trisakti
Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan
-19.74
10.09
-75.29
-6.51
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoy
Sumber: KSOP Banjarmasin(diolah)
Dalam negeri
Luar negeri
-2.18
85.51
-100-80-60-40-20020406080100
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Ton
Sumber: Bea Cukai (diolah)
Nilai Total Impor
Pertumbuhan Nilai Total Impor (sk. kanan)
Grafik 1.21. Pertumbuhan Nilai Impor Luar Negeri Kalimantan Selatan Berdasarkan Jenis Barang
20.51
143.50
-100
-50
0
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoy
Data: Bea Cukai (diolah)
Bahan Kimia
Mesin & peralatan
Material mentah
Nilai impor luar negeri pada triwulan laporan tercatat sebesar USD 64,18 juta atau tumbuh 85,21%
(yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya (-2,18% yoy). Peningkatan impor luar negeri utamanya
berupa barang modal industri seperti mesin dan peralatan tumbuh meningkat dari 20,51% (yoy)
menjadi 143,50% (yoy).
Volume impor antardaerah pada triwulan laporan tumbuh 10,09% yoy, meningkat bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh -19,743% (yoy). Peningkatan volume
impor barang konsumsi terjadi pada komoditas gula pasir, susu, kacang kedelai serta makanan dan
minuman jadi dalam rangka kebutuhan Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Sementara itu
peningkatan impor barang investasi dari daerah lain terjadi pada komoditas baja/besi beton/bahan
bangunan dan pupuk.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 17
1.2. SISI PENAWARAN : SEKTOR UTAMA DAERAH
Di sisi penawaran, menguatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan-III 2015
didorong oleh membaiknya pertumbuhan sektor pertambangan dan peningkatan pertumbuhan
sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, dan sektor jasa -jasa.
Membaiknya pertumbuhan sektor pertambangan didorong oleh perbaikan permintaan negara mitra
khususnya Tiongkok tercermin pada meningkatnya ekspor batubara. Meningkatnya pertumbuhan sektor
bangunan seiring menggeliatnya aktivitas investasi baik pemerintah maupun swasta, tercermin pada
meningkatnya impor barang modal. Meningkatnya sektor perdagangan bersumber dari meningkatnya
aktivitas perdagangan luar negeri maupun tingginya perdagangan barang pada saat Ramadhan dan Hari
Raya di awal triwulan laporan.
Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 kategori)
Tw.II-2015
% (yoy) % (yoy) Pangsa SOG
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.11 2.82 3.72 3.96 3.89 0.17 0.66
B Pertambangan dan Penggalian 7.04 4.34 2.60 -1.82 -0.27 0.27 -0.07
C Industri Pengolahan 5.08 3.67 3.59 2.15 1.88 0.13 0.24
D Pengadaan Listrik dan Gas 10.29 5.53 15.51 29.15 38.01 0.00 0.03
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1.62 2.71 9.11 7.46 4.70 0.00 0.02
F Konstruksi 6.26 5.89 6.39 3.18 3.44 0.07 0.25
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.74 8.25 8.20 7.16 7.36 0.08 0.60
H Transportasi dan Pergudangan 7.13 7.27 6.41 7.35 5.07 0.06 0.28
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.94 7.59 6.55 7.98 8.21 0.02 0.14
J Informasi dan Komunikasi 4.93 6.98 9.78 8.40 8.38 0.03 0.27
K Jasa Keuangan dan Asuransi 8.84 14.51 6.86 -1.67 6.54 0.03 0.20
L Real Estate 5.61 7.01 5.74 6.76 6.97 0.02 0.14
M,N Jasa Perusahaan 6.55 7.81 7.03 7.68 8.09 0.01 0.04
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.92 5.81 5.44 8.63 9.69 0.05 0.50
P Jasa Pendidikan 5.18 7.93 8.29 9.22 9.77 0.04 0.38
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.56 9.15 6.37 7.74 8.95 0.02 0.14
R,S,T,U Jasa lainnya 3.21 2.91 8.94 7.21 5.28 0.01 0.05
5.97 5.36 4.85 3.14 3.86 1.00 3.86
2012 2013 2014Tw.III-2015
Kategori
Total PDRB
Uraian
Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (9 sektor)
Tw.II-2015
% (yoy) % (yoy) Pangsa SOG
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.1 2.8 3.7 3.96 3.89 16.9% 0.7
Pertambangan dan Penggalian 7.0 4.3 2.6 -1.82 -0.27 27.2% -0.1
Industri Pengolahan 5.1 3.7 3.6 2.15 1.88 12.5% 0.2
Listrik, Gas dan Air* 3.1 3.2 10.3 11.36 10.58 0.4% 0.0
Konstruksi 6.3 5.9 6.4 3.18 3.44 7.1% 0.2
Perdagangan, Hotel dan Restoran** 7.8 8.1 7.9 7.31 7.51 9.8% 0.7
Transportasi dan Komunikasi *** 6.3 7.2 7.6 7.75 6.28 8.7% 0.5
Jasa Keuangan**** 7.4 11.0 6.5 2.28 6.84 5.6% 0.4
Jasa Lainnya***** 5.6 6.7 6.8 8.58 9.24 11.6% 1.1
Total PDRB 6.0 5.4 4.9 3.14 3.86 100.0% 3.9
Sumber: BPS Kalsel (diolah), % yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = share of growth
*regrup D dan E
**regrup G dan I
***regrup H dan J
****regrup K, L, M dan N
*****regrup O, P, Q, R, S, T dan U
2012Sektor 2013 2014Tw.III-2015
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 18
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), relatif stabil
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (3,96% yoy). Masih baiknya pertumbuhan sektor
pertanian utamanya didukung oleh baiknya kinerja subsektor tanaman bahan makanan seiring
baiknya produksi padi terkait program Upaya Khusus Swasembada Pangan pemerintah dan
comparative advantage lahan rawa Kalimantan Selatan. Di sisi lain, pertumbuhan subsektor
perkebunan agak tertahan oleh menurunnya produksi karet, meskipun pertumbuhan produksi
kelapa sawit meningkat pada triwulan laporan.
Kinerja subsektor tanaman bahan makanan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi padi.
Meski angka produktivitas padi rata-rata pada Aram II direvisi menjadi 41,50 kw/Ha dari angka
Aram I yang sebesar 42,48 kw/Ha, peningkatan luas tanam pada triwulan sebelumnya sebagai
dampak positif comparative advantage El Nino terhadap lahan rawa Kalimantan Selatan mendorong
peningkatan luas panen pada triwulan laporan. Data bulanan sementara dari Dinas Pertanian
Kalimantan Selatan mencatat luas panen padi Kalimantan Selatan sebesar 253 ribu Ha, meningkat
dari triwulan sebelumnya yang sebesar 181 Ha. Dengan demikian luas panen tumbuh sebesar
28,10% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,60% (yoy). Di sisi lain, kendala
umur tanaman karet di Kalimantan Selatan yang mulai tua, kondisi kering El Nino serta kabut asap
memberikan dampak negatif bagi produksi Karet Kalimantan Selatan5
.
Grafik 1.22.Produksi Padi Kalimantan Selatan
Grafik 1.23. Produksi TBS Kalimantan Selatan
7.25
25.36
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyJuta Ton
Sumber: Dinas Pertanian Kalsel (diolah)
Produksi PadiPertumbuhan Produksi Padi (sb. Kanan)
5
Gapkindo Kalselteng
-33.84
-19.89
-50
0
50
100
150
0
50
100
150
200
250
300
350
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Ton
Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalsel (diolah)Metode: pendekatan produksi pada data penetapan harga TBS
Produksi TBS
Pertumbuhan Produksi TBS (skala kanan)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 19
Grafik 1.24. Produksi Karet Kalimantan Selatan
-0.70
-5.69
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Ton
Sumber: Gapkindo Kalselteng
Produksi karet
Pertumbuhan produksi karet (skala kanan)
Perkebunan kelapa sawit pada triwulan-III 2015 tercatat mengalami peningkatan produksi. Hal ini
terindikasi dari data sampling penetapan harga TBS. GAPKI Kalimantan Selatan menyatakan ke
depan produksi TBS Kalimantan Selatan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas
kebun baru yang memasuki tahap menghasilkan (umur ideal untuk panen). Untuk meningkatkan
daya saing industri kelapa sawit nasional, pemerintah mencanangkan Indonesian Sustainable Palm
Oil System (ISPO) melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.1403/3/2011 tentang
Pedoman Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO). Dalam peraturan tersebut pemerintah
mewajibkan usaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit untuk memenuhi kriteria ISPO paling
lambat tahun 2014. Replanting merupakan salah satu cara untuk mencapai ISPO dan merupakan
strategi bisnis yang memang sudah masuk dalam agenda perusahaan kelapa sawit termasuk salah
satu perusahaan asing dengan pangsa perkebunan terbesar di Kalimantan Selatan. Perusahaan
tersebut telah melakukan replanting yang terjadwal sejak 2009 dan secara bertahap hingga tahun
2018 semua tanaman telah diremajakan.
1.2.2. Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan pada triwulan III-2015 terkontraksi sebesar -0,27% (yoy), meski masih
terkontraksi namun lebih baik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -1,82%
(yoy). Perbaikan pertumbuhan sektor pertambangan didorong oleh membaiknya permintaan
negara mitra utama khususnya Tiongkok sebagaimana tercermin pada membaiknya ekspor
batubara yang dari sisi volume tumbuh 44,66% (yoy), meningkat dari triwulan-II yang terkontraksi
sebesar -18,37% (yoy)
Pada triwulan laporan, realisasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok lebih tinggi dari yang diprakirakan
berbagai pengamat. Meskipun pertumbuhannya melambat yaitu dari 7,0% (yoy) menjadi 6,9%
(yoy), perlambatannya sudah lebih landai dari periode-periode sebelumnya. Peningkatan volume
ekspor batubara selain ke Tiongkok, juga terjadi ke negara tujuan India dan Jepang.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 20
Grafik 1.25. Perkembangan Produksi Batubara Kalimantan Selatan
Grafik 1.26. Perkembangan Alokasi DMO dan Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
(17.29)
(12.15)
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
% yoyRibu MT
Sumber: Kementrian ESDM (diolah)
Produksi BatubaraPertumbuhan Produksi Batubara
37.3740.88
33.06 35.96
17.1422.16
20.93
86
.78
83
.51
82
.91
82
.96
62
.63
59
.12
66
.94
64
.04
82
.86
77
.84
79
.07
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
I II III IV I II III IV I II III
2013(DMO = 20,22%) 2014 (DMO = 25,9%) 2015 (DMO = 24,0%)
%
Sumber: Kementrian ESDM (diolah)
Ekspor DMO Target DMO
Grafik 1.27. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
Grafik 1.28. Perekonomian Negara Mitra (Pertumbuhan PDB)
-28.10
-11.28
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
05
1015202530354045
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyJuta Ton
Data: Bea Cukai (diolah)
Volume Ekspor BatubaraPertumbuhan Volume Ekspor Batubara (sb. kanan)
7.00 7.00
6.90
7.50
7.00
7.30
6.6
6.7
6.8
6.9
7.0
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3*
Tiongkok India
% yoy
Sumber: Reuters (diolah)
Di sisi lain, penyerapan domestik batubara cenderung menurun, tercermin dari turunnya persentase
DMO pada triwulan laporan. Penjualan listrik industri nasional tercatat menurun pada semester I-
2015 khususnya dari sektor industri baja. Penjualan listrik industri di kawasan industri yang terpusat
di Jawa Tengah dan Jawa Timur menurun pada triwulan laporan. Penjualan listrik industri regional
Jawa Tengah6
tumbuh terkontraksi yakni sebesar -0,87% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya
melambat dari 2,25% (yoy) pada triwulan-I menjadi 0,66% (yoy) pada triwulan-II. Sementara itu
pertumbuhan penjualan listrik industri di Jawa Timur7
juga mengalami tren perlambatan, pada
triwulan-III 2015 tercatat terkontraksi sebesar -3,87% (yoy). Perlambatan pertumbuhan manufaktur
nasional berpotensi menurunkan pencapaian target DMO tahun 2015 yang sebesar 91 juta ton di
mana penyerapan batubara oleh PLTU sampai dengan semester I-2015 hanya sebesar 32 juta ton.
6
PLN Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta 7
PLN Wilayah Jawa Timur
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 21
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan III-2015 sektor industri pengolahan tercatat tumbuh sebesar 1,88% (yoy),
melambat dari triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,15% (yoy). Perlambatan
sektor industri pengolahan didorong oleh menurunnya permintaan domestik karet olahan terkait
kondisi pasar yang masih lesu serta harga yang masih rendah maupun pasokan bahan baku yang
terkendala produktivitas (umur tanaman yang dominan tua), cuaca (kondisi kering El Nino dan
adaptasi terhadap kondisi asap). Pertumbuhan industri otomotif domestik yang melambat seiring
dengan turunnya angka penjualan kendaraan bermotor berpengaruh terhadap permintaan karet
olahan. Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit (CPO), senada dengan produksi kelapa sawit (TBS),
mengalami peningkatan.
Grafik 1.29. Perkembangan Produksi CPO Kalimantan Selatan
Grafik 1.30. Perkembangan Volume Penjualan Karet
-46.89
-33.96
-100
-50
0
50
100
150
200
0
25
50
75
100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014 2015
% yoyRibu Ton
Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalsel (diolah)
Metode: pendekatan produksi pada data penetapan harga TBS
Produksi CPOPertumbuhan Produksi CPO (skala kanan)
24.32
29.62 38.57
-24.84
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoy
Sumber: Gapkindo Kalselteng
Dalam negeri
1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kalimantan Selatan pada triwulan III-
2015 tercatat tumbuh sebesar 7,51% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 7,31% (yoy). Peningkatan kinerja sektor PHR didorong oleh meningkatnya
meningkatnya aktitas perdagangan luar negeri maupun tingginya perdagangan barang pada saat
Ramadhan dan Hari Raya di awal triwulan laporan. Hal ini juga tercermin pada meningkatnya
pertumbuhan total bongkar dan muat barang pada triwulan laporan menjadi 0,43% (yoy) dari
triwulan sebelumnya yang masih terkontraksi sebesar -0,14% (yoy). Di sisi lain, kinerja subsektor
perhotelan masih tertekan, tercermin pada tingkat hunian hotel baik bintang maupun nonbintang
yang menurun pada triwulan laporan.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 22
Grafik 1.31. Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Trisakti
Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel
-0.14
0.43
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoyJuta Ton
Data: KSOP Banjarmasin (diolah)
Volume Bongkar dan Muat (LN & DN)
Pertumbuhan Volume Bongkar dan Muat (LN & DN)
46.35
42.86
32.39 30.11
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
%
Data: BPS Prov Kalsel (diolah)
Hotel Berbintang
HotelNon Berbintang
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 23
BOKS
Potensi Pengembangan Pariwisata Kalimantan Selatan
Potensi Pariwisata Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki 127 objek wisata alam/budaya, 92 objek wisata sejarah/religi
dan 80 objek wisata khusus artifisial yang tersebar 11 kabupaten dan 2 kota. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki dua Destinasi Pariwisata Nasional yakni Banjarmasin
(Kota Banjarmasin) dan Martapura (Kab. Banjar) serta 1 Kawasan Strategis Pengembangan
Pariwisata Nasional yakni Loksado (Kab. HSS). Sementara itu mengacu kepada Perda Pemerintah
Provinsi Kalsel No. 11 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Tahun 2013-2028, total 13 kota dan kabupaten dikategorikan ke dalam 8 wilayah Destinasi
Pariwisata Provinsi. Sejumlah destinasi wisata menjadi unggulan Provinsi Kalimantan dan cukup
banyak diulas di sosial media seperti Pasar Terapung Lok Baintan (Kota Banjarmasin), Bukit
Langgara (Kab. HSS) dan Danau Biru Pengaron (Kab. Banjar). The Hidden Paradise of South
Borneo merupakan slogan pariwisata Kalimantan Selatan yang dideklarasikan oleh Dinas
Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan yang perlu untuk diperkenalkan lebih luas. Berdasarkan
pendekatan Tourism Area Life Cycle (TALC), objek wisata seperti Pulau Kembang dan Martapura
telah memasuki fase stagnan, sehingga perlu dipertajam keunggulannya ke arah peremajaan
(rejuvenation) dan tidak terjebak ke penurunan (decline).
Gambar B1.1 Tourism Area Life Cycle (TALC) Kalimantan Selatan
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 25
Kontribusi Pariwisata Kalimantan Selatan dalam Perekonomian
Pada tahun 2014 jumlah wisnus (wisatawan nusantara/domestik) dan wisman (wisatawan
mancanegara) masing-masing tumbuh meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun
sebelumnya meski PDRB tumbuh melambat dari 5,36% (yoy) menjadi 4,85% (yoy).
Sumber: Dinas Pariwisata Prov Kalsel (diolah)
Gambar B1.2. Perkembangan Jumlah
Wisatawan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2011 2012 2013 2014 2015Q3 YTD
% yoy
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Sektor Utama(Tambang,Tani, Manufaktur)
PDRB
Perdagangan
Akomodasi & Makan MinumLainnya
Gambar B1.3.Pertumbuhan PDRB Sektotal Kalsel
Tabel B1.1. Distribusi PDRB Sektoral Kalsel
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015Q3 YTD
Perdagangan 7.80% 8.03% 8.60% 9.14%
Akomodasi dan Makan Minum 1.72% 1.77% 1.80% 1.82%
Sektor Utama* 57.66% 56.30% 54.49% 52.40%
Lainnya 32.82% 33.90% 35.11% 36.65%
*)Pertambangan, Pertanian, Manufaktur
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Output sektor pariwisata yang didekati dari pertumbuhan PDRB sektor akomodasi dan makan
minum tercatat tumbuh melambat seiring dengan perlambatan pertumbuhan PDRB Kalimantan
Selatan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Meskipun pangsa sektor akomodasi dan makan minum
masih kurang dari 2% dari PDRB, tren pangsa sektor tersebut meningkat. Dinas Pariwisata
Kalimantan Selatan menargetkan peningkatan jumlah wisnus dan wisman yang sangat pesat pada
tahun 2019.
Asesmen Sektor Pariwisata Kalimantan Selatan
Sektor pariwisata Kalimantan Selatan diukur menggunakan sejumlah indikator mengacu kepada
The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015 (World Economic Forum). Indeks memiliki
rentang nilai 0 sampai dengan 1 (semakin mendekati 1 semakin baik kondisinya). Total indikator
yang digunakan untuk menyusun Indeks Daya Saing Pariwisata sebanyak 14 indikator yang
dibangun dari 17 data. Penjelasan mengenai penggunaan data yang digunakan dalam penyusunan
indeks daya saing pariwisata dapat dilihat pada tabel B1.2.
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 26
Tabel B1.2. Data Perhitungan Indeks Daya Saing Industri Pariwisata
Pilar Indikator Daya Saing Tujuan Data Tahun Sumber Data
1 Business Environment (BE)Mengukur daya tarik
investasi
Nilai FDI sektor
pariwisata*2014 BKPM
2 Economic Contribution (EC)
Mengukur peran sektor
pariwisata (prospek
investasi)
Pangsa PDRB sektor
pariwisata* (2010p,
ADHB)
2014 BPS
3 Safety and Security (SS)Mengukur tingkat
keamananJumlah kasus kriminal 2014 BPS
4 Health and Hygiene (HH)Mengukur kemampuan
penyediaan air bersih RT
Akses RT kepada air
bersih2014 BPS
5 Human Resources (HR)
Mengukur kualitas SDM
(termasuk sektor
pariwisata)
Indeks Pembangunan
Manusia2014 BPS
6 Technology Advancement Indicator (TAI)
Mengukur peran sektor
komunikasi dalam
perekonomian
Pangsa PDRB sektor
komunikasi (2010p,
ADHB)
2014 BPS
7 Prioritization of Travel & Tourism (PTT)
Mengukur tingkat
prioritas sektor
pariwisata dari Pemda
Pangsa APBD untuk
sektor pariwisata*2014 DJPBN
8 Price Competitiveness (PC)Mengukur tingkat biaya
wisata
Tingkat inflasi (inflasi),
lama menginap, TPK2014 BPS
9 Environmental Sustainability (ES)Mengukur risiko
lingkungan
Kadar partikulat pada
kondisi ekstremOkt 2015 BMKG
10 Air Transportation Infrastructure (ATI) Mengukur kapasitas bandaraKelas runaway ,
pengelola, rute2014 Kemenhub
11 Ground an Port Infrastructure (GPI) Mengukur kapasitas jalan Kualitas jalan nasional 2014 BPS
12 Tourist Service Infrastructure (TSI)Mengukur kesiapan
akomodasiJumlah kamar 2014 BPS
13 Natural Resources (NR)
14Cultural Resources and Business Travel
(CRBT)
Sumber: Perhitungan Tim Asesmen dan Advisory KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
*)diwakili sektor akomodasi dan makan minum
Mengukur jumlah situs
pariwisata yang dikenal
nasional & dijadikan
basis kebijakan
pengembangan
Jumlah Kawasan
Pengembangan
Pariwisata Nasional
(KPPN)
2014Dinas
Pariwisata
Enabling Environment
T&T Policy & Enabling Condition
Infrastructure
Natural & Cultural Resources
Dari hasil perhitungan indikator penyusun indeks dapat diketahui beberapa kelemahan
Kalimantan Selatan dalam industri pariwisata. Skor terendah terjadi pada aspek PTT, TSII, NCRI, BE,
EC. Rendahnya PTT menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kalimantan Selatan perlu menjadi
prioritas Pemerintah Daerah untuk meningkatkan alokasi anggaran, seiring dengan rendahnya
alokasi anggaran dalam APBD tahun 2014 (tercatat 0,27%). Rendahnya TSI menunjukkan kesiapan
fasilitas akomodasi yang relatif rendah bila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. BE dan
EC secara tidak langsung saling terkait. Pada tahun 2014 tercatat tidak ada investasi baik PMA
maupun PMDN pada sektor pariwisata Kalimantan Selatan. Pangsa sektor akomodasi dan makan
minum Kalimantan Selatan pada tahun 2014 tercatat sebesar 1,80%, lebih rendah dari Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah. Sementara itu pangsa sektor tersebut di Bali, Yogyakarta dan Nusa
Tenggara Barat masing-masing sebesar 19,49%, 9,98% dan 1,81%. Indikator terakhir dengan
nilai yang rendah adalah NCRI menunjukkan sedikitnya jumlah Kawasan Pengembangan Pariwisata
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 27
di Kalimantan Selatan yang masuk ke dalam agenda nasional padahal jumlah situs wisata alam
maupun budaya Kalimantan Selatan sangat banyak dan masih terjaga keasriannya. Dengan
demikian promosi harus lebih gencar dilakukan termasuk lewat media sosial mengingat situs
wisata Kalimantan Selatan belum banyak dikenal luas.
Kalimantan Selatan sebenarnya sudah memiliki keunggulan pada kesiapan infrastruktur khususnya
konektivitas darat meski untuk kapasitas bandara perlu untuk ditingkatkan sehingga kesempatan
untuk menjelajah Kalimantan Selatan lewat jalur darat sangat dimungkinkan. Budaya asli
Kalimantan Selatan yang cenderung religius juga mendukung tingkat keamanan dengan angka
kriminalitas yang cukup rendah.
0.00.20.40.60.81.0
BE
EC
SS
HH
HR
TAI
PTTPC
ES
AT
GPI
TSI
NCRI
0
.41
0.4
1
0.6
4
0.0
0
0.4
2
Enabling Environment
T&T Policy & Enabling
Conditions
Infrastructure Natural & Cultural
Resources
Indeks Daya Saing Industri
Pariwisata
Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur DIY Bali
Nusa Tenggara Barat
Gambar B1.4. Indikator Penyusun
Indeks
Gambar B1.5. Indeks Gabungan Kalsel dan Benchmark
Indeks daya saing industri pariwisata Kalimantan Selatan masih lebih rendah dari Kalimantan Timur
namun lebih baik dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah (detail komparasi nasional dapat
dilihat pada lampiran B1.1). Perbaikan dari sisi dukungan pemerintah daerah, SDM, infrastruktur
dan promosi situs wisata perlu untuk terus dilakukan. Setiap entitas dalam industri perlu untuk
duduk bersama dan mengevaluasi komitmen provinsi seperti yang tertuang dalam Perda Provinsi
Kalsel No. 11 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah tahun
2013-2028.
Referensi:
[1]. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015 (WEF, 2015)
[2]. Tourism Area Life Cycle (Butler, 2011)
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 28
Lampiran B1.1. Travel & Tourism Competitiveness Index
Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks Rank Indeks
Bali 1 0.81 1 0.78 1 0.86 2 0.83 5 0.69
Nusa Tenggara Barat 2 0.56 20 0.40 2 0.70 8 0.61 9 0.54
Jawa Tengah 3 0.56 9 0.47 21 0.38 3 0.81 1 1.00
DKI Jakarta 4 0.55 2 0.65 8 0.56 15 0.52 20 0.23
Jawa Timur 5 0.54 6 0.49 20 0.40 1 0.91 10 0.54
DIY 6 0.54 3 0.64 14 0.48 4 0.68 26 0.15
Sulawesi Selatan 7 0.54 8 0.48 6 0.59 10 0.58 8 0.54
Sulawesi Utara 8 0.52 5 0.49 4 0.61 17 0.50 14 0.31
Kalimantan Timur 9 0.51 7 0.48 16 0.45 13 0.54 3 0.77
Jawa Barat 10 0.48 18 0.41 19 0.41 5 0.67 7 0.62
Papua 11 0.48 29 0.26 3 0.67 21 0.39 4 0.69
Nusa Tenggara Timur 12 0.45 11 0.46 23 0.35 20 0.43 2 0.85
Aceh 13 0.45 13 0.45 10 0.52 16 0.52 22 0.15
Maluku 14 0.44 10 0.46 11 0.52 23 0.33 15 0.31
Maluku Utara 15 0.44 15 0.42 7 0.58 26 0.30 16 0.31
Sumatera Barat 16 0.43 25 0.36 22 0.38 9 0.61 6 0.62
Sulawesi Tenggara 17 0.43 17 0.41 5 0.61 27 0.29 21 0.15
Sumatera Selatan 18 0.42 26 0.34 12 0.51 7 0.64 29 0.00
Kalimantan Selatan 19 0.42 16 0.42 18 0.41 6 0.64 31 0.00
Sulawesi Tengah 20 0.39 19 0.40 15 0.47 28 0.27 19 0.23
Banten 21 0.37 4 0.51 25 0.30 22 0.36 27 0.15
Kep Bangka Belitung 22 0.37 12 0.45 24 0.31 19 0.46 25 0.15
R i a u 23 0.36 24 0.36 28 0.28 11 0.57 18 0.31
Gorontalo 24 0.36 14 0.44 13 0.48 30 0.16 28 0.08
Sumatera Utara 25 0.35 28 0.33 29 0.28 14 0.53 12 0.38
Lampung 26 0.35 22 0.39 17 0.43 31 0.13 13 0.38
Kalimantan Barat 27 0.34 30 0.26 30 0.25 12 0.56 11 0.46
Papua Barat 28 0.33 31 0.23 9 0.54 29 0.16 17 0.31
J a m b i 29 0.32 27 0.33 27 0.28 18 0.47 23 0.15
Kalimantan Tengah 30 0.31 21 0.40 26 0.30 24 0.32 30 0.00
Bengkulu 31 0.30 23 0.38 31 0.25 25 0.32 24 0.15
Sumber: Perhitungan Tim Asesmen dan Advisory KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
Catatan: mengacu kepada ketersediaan data, Prov Kepri dan Prov. Sulawesi Barat diasumsikan masih bergabung
dengan Prov. Riau dan Prov. Sulawesi Selatan
Enabling
Environment
T&T Policy &
EnablingInfrastructure
Natural &
Cultural
Resources
Travel Tourism
Competitiveness
IndexProvinsi
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 29
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 30
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 31
2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 tercatat 7,03% (yoy), sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (6,07%, yoy), utamanya dipengaruhi meningkatnya
permintaan saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri pada awal triwulan laporan. Kenaikan inflasi
terutama disebabkan kenaikan harga makanan jadi/olahan dan beberapa bahan makanan menyusul
kenaikan permintaan masyarakat pada saat Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri. Namun demikian,
inflasi masih dapat sedikit tertahan oleh koreksi harga sejumlah bahan makanan penting seperti beras,
bawang merah, ikan segar, buah-buahan dan sayuran seiring cuaca yang kondusif serta peningkatan
stok persediaan dari hasil panen raya di daerah penghasil yang didukung oleh kelancaran distribusi.
2.1. KONDISI UMUM
Berlangsungnya Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri, liburan sekolah serta dimulainya tahun ajaran
baru pada awal triwulan III-2015 menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap peningkatan
inflasi pada triwulan ini sehingga inflasi tercatat sebesar 7,03% (yoy) atau 1,80% (qtq),
meningkat dari realisasi inflasi pada triwulan II-2015 yang tercatat sebesar 6,07% (yoy) atau
sebesar 1,50% (qtq). Secara umum, peningkatan inflasi dipicu oleh kenaikan harga sejumlah
kebutuhan pokok masyarakat khususnya makanan jadi/olahan saat lebaran pada awal triwulan laporan.
Sementara itu harga sejumlah bahan makanan pokok penting seperti beras, telur ayam ras, bawang
merah, aneka cabe, ikan segar, buah-buahan dan sayuran terkoreksi secara signfikan pascalebaran di
triwulan laporan seiring dengan perbaikan pasokan dan keberhasilan panen raya yang terjadi di daerah
penghasil.
Dibandingkan dengan inflasi nasional, realisasi inflasi tersebut kembali berada sedikit di atas inflasi
nasional yang tercatat sebesar 6,83% (yoy) atau 0,97% (qtq). Bila dibandingkan dengan inflasi provinsi
se-Kalimantan, pencapaian inflasi Kalimantan Selatan hanya lebih tinggi dari realisasi inflasi Kalimantan
Tengah yang tercatat sebesar 5,75% (yoy).
2
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 32
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kalsel vs Nasional
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi se-Kalimantan Triwulan III-2015
7.03
6.83
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
% yoy
Sumber: BPS (diolah)
Nasional
Kalsel
7.40
8.84
5.75
7.03 7.33
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kalimantan Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim
% yoy
Sumber: BPS
Secara spasial, inflasi di Kalimantan Selatan diukur oleh inflasi pada dua kota, yaitu Kota Banjarmasin dan
Kota Tanjung.8 Pada triwulan III-2015, inflasi Kota Banjarmasin tercatat sebesar 6,94% (yoy) atau 1,73%
(qtq) sedangkan inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 8,31% (yoy) atau 2,62% (qtq). Dengan tingginya
bobot Kota Banjarmasin dibandingkan bobot Kota Tanjung, maka pergerakan inflasi Kalimantan Selatan
lebih didominasi oleh dinamika harga di Kota Banjarmasin.
Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Secara Kuartalan (qtq)
2.2. INFLASI TRIWULANAN
Secara triwulanan, Kalimantan selatan mengalami inflasi sebesar 1,80% (qtq), dengan realisasi
inflasi bulanan pada bulan Juli, Agustus, dan September 2015 masing-masing tercatat sebesar
8 Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Tahun 2012, inflasi Kalimantan Selatan dibentuk oleh inflasi yang terjadi
pada dua kota sampel SBH yang menjadi kota-kota penghitungan inflasi nasional yaitu Kota Banjarmasin dan Kota
Tanjung dengan bobot masing-masing kota sebesar 1,38% dan 0,11% terhadap bobot inflasi nasional (atau 92,6% dan
7,4% terhadap bobot inflasi Kalsel).
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 33
1,12% (mtm), 0,11% (mtm), dan 0,56% (mtm). Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2015 terutama
karena perayaan lebaran yang jatuh pada bulan tersebut sehingga mendorong kenaikan harga sejumlah
kebutuhan masyarakat khususnya bahan makanan dan makanan jadi serta tarif angkutan udara seiring
dengan permintaan masyarakat yang tinggi. Tekanan sedikit mereda pada bulan berikutnya seiring
dengan koreksi harga tarif angkutan udara serta penurunan harga sejumlah komoditas bahan makanan
pokok (volatile foods) karena persediaan (stok) yang cukup banyak dari hasil panen sejumlah komoditas
(beras, bawang merah, cabe merah) baik yang terjadi di daerah lokal maupun luar pulau.
Berdasarkan disagregasi inflasinya9, inflasi pada triwulan III-2015 sebagian besar disebabkan oleh
kenaikan harga komoditas-komoditas pada kelompok inflasi inti sedangkan inflasi pada kelompok
administered prices dan volatile foods relatif terjaga. Inflasi inti mengalami kenaikan yang siginfikan
yaitu sebesar 2,58% (qtq) dan memberikan andil pembentukan inflasi triwulanan yang terbesar
hingga 1,70% (qtq). Dengan kata lain inflasi inti menjadi sumber utama pembentukan inflasi pada
triwulan ini karena andil pembentukan inflasinya mencapai 94,4%. Sebagaimana biasanya, peningkatan
harga yang signifikan pada kelompok ini terkait dengan berlangsungnya lebaran pada awal triwulan.
Kenaikan harga yang terbesar terutama berasal dari sub kelompok makanan jadi dengan sumbangan
mencapai 0,71% (qtq), bahkan dari lima besar komoditas penyumbang inflasi terbesar selama triwulan
laporan empat diantaranya berasal dari subkelompok ini. Komoditas utama yang menyumbang inflasi
terbesar pada sub kelompok ini adalah ikan bakar dengan andil sebesar 0,19% (qtq), disusul oleh nasi
dengan lauk, ayam goreng, mie dan kue kering berminyak yang masing-masing memberikan andil sebesar
0,11%; 0,10%; 0,08% dan 0,07% (qtq). Fenomena kenaikan harga makanan jadi pada saat lebaran sudah
merupakan suatu kebiasaan yang berlangsung lama dan cenderung persisten dan lebih bersifat ekspektasi
dalam benak masyarakat yang menjadi salah satu tantangan berat pengendalian inflasi di negeri ini. Event
lebaran biasanya dijadikan momentum para pedagang makanan jadi atau olahan untuk men-setting harga
baru untuk produk mereka yang bukan bersifat temporer karena selanjutnya hampir tidak pernah turun
kembali meskipun terdapat penurunan harga bahan baku.
Selain makanan jadi, kenaikan harga juga berasal dari sub kelompok minuman tidak beralkohol yang
mempunyai andil sebesar 0,19% (qtq) yang disebabkan oleh kenaikan harga es, kopi bubuk, teh manis, ice
cream, minuman kesegaran, minuman ringan dan air mineral. Selanjutnya, sejumlah kenaikan harga terjadi
pada sub kelompok biaya tempat tinggal (sewa rumah), biaya pendidikan (buku tulis bergaris, TK, SD, SMP
9 Disagregasi inflasi adalah salah satu metode pengelompokan inflasi untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang
lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, yang terdiri dari:
Inflasi inti (core inflation) yaitu komponen inflasi yang cenderung persisten didalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi
oleh faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen, nilai tukar;
Volatile foods yaitu komponen inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) dalam kelompok bahan makanan
seperti panen, gangguan alam, gangguan pasokan/distribusi atau faktor perkembangan harga pangan demestik dan
internasional;
Administered prices yaitu inflasi yang dominan dipengaruhi kejutan (shock) berupa kebijakan harga Pemerintah seperti
harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif jalan tol, tarif PDAM, tarif parkir, dll.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 34
dan SMA), obat-obatan (obat dengan resep), perlengkapan rumah tangga dan kelompok sandang yang tidak
lepas dari pengaruh permintaan masyarakat yang meningkat dalam merayakan lebaran serta permulaan
tahun ajaran baru.
Selama triwulan laporan, tekanan inflasi inti cukup signifikan dengan kenaikan harga sebagian besar barang-
barang produk industri manufaktur seperti obat dengan resep, buku tulis, barang elektronik (AC), mobil,
sabun, pasta gigi, baju, kain gorden, kosmetik dan sebagainya yang hampir semuanya didatangkan dari
daerah lain atau impor. Kenaikan harga sejumlah barang hasil manufaktur tersebut diperkirakan sedikit
banyak juga terpengaruh oleh fluktuasi nilai rukar rupiah terhadap dolar AS yang relatif tertekan lebih dalam
selama triwulan III-2015 menyusul ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada Board Meeting bulan
September 2015.
Tabel 2.1. Andil Inflasi Terbesar Triwulan-III 2015
Tabel 2.2. Andil Deflasi Terbesar Triwulan-III 2015
No. KomoditasKelompok
Disagregasi
Inflasi
(qtq%)
Andil Inflasi
(qtq%)
1 Ikan bakar Core inflation 16.89 0.19
2 Sewa rumah Core inflation 1.85 0.11
3 Nasi dengan lauk Core inflation 3.36 0.11
4 Ayam goreng Core inflation 9.77 0.10
5 Mie Core inflation 4.02 0.08
6 Obat dengan resep Core inflation 10.06 0.08
7 Rokok kretek filter Adm. Prices 3.01 0.08
8 Kue kering berminyak Core inflation 7.84 0.07
9 Kacang panjang Vol. foods 32.51 0.06
10 Es Core inflation 8.94 0.06
Sumber: BPS (diolah)
No. KomoditasKelompok
Disagregasi
Inflasi
(qtq%)
Andil Inflasi
(qtq%)
1 Bawang merah Vol. foods -43.56 -0.21
2 Semangka Vol. foods -29.98 -0.10
3 Beras Vol. foods -1.00 -0.05
4 Angkutan udara Adm. Prices -3.09 -0.04
5 Tomat sayur Vol. foods -29.99 -0.04
6 Telur ayam ras Vol. foods -3.02 -0.03
7 Cabai merah Vol. foods -12.92 -0.02
8 Ikan asing telang Vol. foods -8.35 -0.01
9 Sepat siam Vol. foods -10.06 -0.01
10 Sawi Hijau Vol. foods -15.12 -0.01
Sumber: BPS (diolah)
Meskipun sempat meningkat pada awal triwulan, tekanan inflasi kelompok administered prices
berangsur mereda seiring sejumlah koreksi harga pasca lebaran sehingga inflasi tercatat sebesar
0,41% (qtq) dengan andil hanya sebesar 0,07% (qtq). Tarif angkutan udara, tarif listrik dan kenaikan
harga aneka rokok merupakan faktor utama tekanan inflasi administered prices pada awal triwulan. Tarif
angkutan udara mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan menjelang dan selama lebaran akibat
tingginya permintaan masyarakat, namun demikian dalam dua bulan berikutnya pasca lebaran mengalami
koreksi harga sehingga pada triwulan ini tarif angkutan udara mengalami deflasi dan menjadi faktor
penghambat inflasi dengan sumbangan sebesar -0,04% (qtq). Selanjutnya, tarif listrik mengalami
kenaikan yang tidak terlalu besar selama dua bulan awal khususnya pada segmen industri dan rumah
tangga kelas atas terkait dengan adjustment tarif listrik yang mengacu pada perkembangan harga
minyak, nilai tukar (kurs) dan inflasi terkini dan berangsur turun pada akhir triwulan seiring dengan
penurunan harga minyak internasional pada bulan sebelumnya. Kenaikan harga aneka rokok (rokok
kretek, rokok kretek filter, rokok putih) menjadi sumber inflasi utama selama triwulan III-2015 pada
kelompok ini dengan sumbangan total hingga sebesar 0,11%. Lebih jauh, kami mencatat bahwa
kenaikan harga aneka rokok tersebut hampir selalu terjadi tiap bulannya pada sepanjang tahun ini kecuali
di bulan Agustus 2015. Selain karena kenaikan tarif cukai kenaikan harga rokok sebesar 10% pada tahun
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 35
2015, kenaikan harga rokok ini juga dipengaruhi oleh strategi persaingan bisnis masing-masing merek
rokok tersebut dan hal inilah yang menyebabkan fluktuasi harga rokok ini sulit diprediksi.
Hal ini sedikit berbeda diperlihatkan oleh dinamika harga bahan bakar rumah tangga (BBRT) yaitu elpiji
12 kg, elpiji 3 kg, dan minyak tanah yang selama triwulan laporan justru terus mengalami penurunan
harga. Penurunan harga BBRT ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dunia (dari
sisi harga minyak tanah non subsidi yang sudah disesuaikan dengan harga keekonomian) serta adanya
perbaikan aturan distribusi elpiji 3 kg. Menjelang lebaran, Pertamina, Hiswana Migas dan Pemda di
Kalimantan Selatan berkomitmen untuk menertibkan atau menindak tegas agen/pangkalan gas elpiji yang
menjual elpiji 3 kg di atas harga eceran tertinggi serta menambah persediaan dalam menghadapi lebaran
sehingga harga elpiji 3 kg di tingkat eceran relatif terkendali dan menurun. Selain itu, proses konversi dari
minyak tanah ke elpiji 3 kg pada lima kabupaten tersisa di Kalimantan Selatan juga sudah mulai berjalan
sejak bulan Agustus 2015 dan diharapkan selesai sebelum akhir tahun ini yang memberikan sentiment
positif bagi dinamika harga elpiji 3 kg di tingkat eceran.
Tekanan inflasi kelompok volatile foods terjaga dengan baik, tercatat mengalami inflasi relatif
rendah tercatat sebesar 0,17% (qtq) dengan andil pembentukan inflasi hanya sebesar 0,02% (qtq).
Terjaganya tekanan inflasi volatile foods pada triwulan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pasokan
dan lancarnya distribusi seiring dengan cuaca yang kondusif serta peningkatan produksi hasil panen raya
padi maupun komoditas hortikultura baik di daerah lokal maupun yang terjadi di luar pulau. Tekanan
inflasi pada kelompok ini terutama terjadi pada awal triwulan yang bertepatan dengan perayaan lebaran
yang diikuti dengan peningkatan permintaan masyarakat sehingga sejumlah komoditas seperti daging
ayam ras, cabai merah, sejumlah sayuran dan buah-buahan mengalami kenaikan harga. Namun demikian,
seiring dengan meredanya permintaan masyarakat pascalebaran harga sejumlah komoditas tersebut
mengalami koreksi harga yang cukup signfikan sehingga tekanan inflasi dari kelompok ini relatif mereda
pada triwulan II-2015.
Dinamika harga sejumlah komoditas penting seperti beras, bawang merah, telur ayam ras dan aneka cabe
relatif stabil atau cenderung menurun selama triwulan III-2015. Harga beras tercatat stabil pada awal
triwulan meskipun bersamaan dengan perayaan lebaran serta kemudian cenderung menurun selama dua
bulan terakhir sehingga memberikan andil pembentukan deflasi yang menahan inflasi pada triwulan III-
2015 sebesar -0,05% (qtq). Penurunan harga beras ini disebabkan oleh stok persediaan yang cukup
melimpah karena bertepatan dengan panen raya padi khususnya varietas lokal (siam/unus) yang terjadi
pada triwulan laporan. Sebagaimana diketahui, preferensi masyarakat Kalimantan Selatan sebagian besar
cenderung lebih menyukai beras lokal sehingga meskipun telah terjadi panen raya padi jenis varietas
unggul pada triwulan II-2015 sebelumnya, harga beras masih terus mengalami kenaikan, baru kemudian
pada triwulan III-2015 yang bersamaan dengan panen padi varietas lokal harga beras dapat relatif
tertahan. Data produksi padi di Kalimantan Selatan memperlihatkan terjadinya peningkatan produksi pada
triwulan laporan yang berasal dari panen raya.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 36
Selanjutnya dinamika harga bawang merah selama triwulan laporan menunjukkan penurunan harga yang
cukup signifikan dan menjadi komoditas utama yang memberikan andil deflasi terbesar pada triwulan III-
2015 yaitu sebesar -0,21% (qtq). Kondisi penurunan harga bawang merah sudah dimulai sejak akhir
triwulan II-2015 dan berlanjut disepanjang triwulan III-2015 bahkan hingga awal triwulan IV-2015.
Penurunan harga bawang merah ini terutama disebabkan oleh pasokan yang melimpah seiring panen
raya yang terjadi pada sejumlah daerah penghasil seperti di Brebes, Nganjuk dan Bima (NTB) serta
distribusi pengiriman barang yang berlangsung lancar karena kondisi cuaca yang cukup kondusif.
Grafik 2.4. Perkembangan Produksi Bawang Merah
Grafik 2.5. Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Selatan
Produk perunggasan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras relatif terkendali seiring cuaca yang
kondusif sehingga memberikan pengaruh positif bagi produksi produk perunggasan tersebut. Daging
ayam ras mengalami kenaikan harga pada awal triwulan karena permintaan yang tinggi semasa lebaran
dan terkoreksi dalam dua bulan berikutnya sedangkan telur ayam ras mengalami penurunan harga selama
triwulan laporan.
Aneka cabe khususnya cabe merah mengalami kenaikan harga yang signfikan pada saat lebaran yang
lebih disebabkan oleh permintaan yang meningkat. Terbukti dalam dua bulan berikutnya mengalami
penurunan harga, sehingga pada triwulan laporan cabe merah mengalami deflasi dan memberikan andil
pembentukan deflasi sebesar -0,02% qtq. Di sisi lain, cabe rawit terus mengalami kenaikan harga
yang produksinya terbatas hanya di daerah Tapin dan Hulu Sungai yang umumnya disukai oleh
masyarakat Kalimantan Selatan.
Cerita sedikit berbeda terjadi pada dinamika harga ikan gabus yang merupakan bahan makanan favorit
masyarakat Kalimantan Selatan. Ikan gabus sempat mengalami penurunan harga sepanjang triwulan II
hingga awal triwulan III-2015, namun berangsur meningkat pada dua bulan terakhir triwulan laporan.
Berdasarkan informasi anecdotal yang berasal dari pelaku usaha, pedagang dan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) terkait, penurunan harga ikan gabus yang terjadi sebelumnya disebabkan oleh pasokan
yang cukup banyak dari tangkapan nelayan yang meningkat seiring cuaca kemarau yang kondusif.
Namun seiring dengan durasi kemarau yang lebih panjang pada tahun ini yang dipengaruhi oleh
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 37
fenomena El-Nino, keadaan yang bekembang justru sebaliknya karena sebagian rawa yang menjadi
habitat ikan gabus mengalami kekeringan sehingga jumlah tangkapan ikan gabus menurun dan pasokan
berkurang yang berujung pada peningkatan harga yang signifikan sejak pertengahan triwulan III-2015
dan memeberikan sumbangan pembentukan inflasi sebesar 0,03% (qtq) pada triwulan laporan.
2.3. INFLASI TAHUNAN
Secara Tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III -2015 tercatat sebesar 7,03% (yoy),
mengalami peningkatan yang bersifat temporer dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
6,07% (yoy). Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, peningkatan inflasi tahunan ini lebih bersifat
temporer yang dipicu oleh shock permintaan masyarakat yang tinggi pada saat lebaran dan diperkirakan
akan berangsur menurun kedepannya seiring koreksi dan penyesuaian harga yang telah terjadi
disepanjang tahun ini dan ke depannya.
Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kalimantan Selatan Secara Tahunan (yoy)
Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi
kelompok administered prices dan inflasi inti. Sedangkan tekanan inflasi pada kelompok volatile foods
cenderung mereda seiring dengan perbaikan pasokan hasil panen komoditas serta distribusi barang yang
terjaga dengan baik.
Inflasi administered prices tercatat sebesar 10,01% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 7,23% (yoy). Peningkatan inflasi tahunan pada kelompok ini
terutama disebabkan oleh berlanjutnya kenaikan harga aneka rokok disepanjang triwulan III-2015 serta
kenaikan tarif angkutan udara yang terjadi pada awal triwulan seiring kenaikan permintaan masyarakat
untuk mudik lebaran. Sementara itu, dampak kenaikan harga/tarif sejumlah kebutuhan energy
masyarakat seperti BBM, tarif listrik dan elpiji yang terjadi sebelumnya berangsur mereda.
Berdasarkan sumbangannya, inflasi administered prices tercatat mempunyai andil sebesar 1,57% (yoy)
dengan komoditas bensin yang menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan sumbangan hingga sebesar
0,36% (yoy) berangsur menurun dari sumbangan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,47%
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 38
yoy. Masih tercatatnya bensin sebagai penyumbang inflasi terbesar secara tahunan tidak lepas dari
kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM pada penghujung tahun sebelumnya sedangkan
penurunan harga BBM pada awal tahun mempunyai besaran persentase yang lebih kecil dari kenaikan
sebelumnya sehingga secara hitung-hitungan angka masih tercatat hingga triwulan laporan. Diperkirakan
dampak kenaikan harga bensin ini baru akan hilang pada akhir tahun. Sumbangan terbesar berikutnya
berasal dari bahan bakar rumah tangga yang memberikan andil sebesar 0,31% (yoy), juga semakin
mengecil dari sumbangan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,39% (yoy) seiring dengan
penurunan harga disepanjang triwulan III-2015. Berikut tarif listrik dengan sumbangan sebesar 0,26%
(yoy), juga semakin mengecil dari triwulan sebelumnya. Cerita sedikit berbeda terjadi pada aneka rokok
khususnya rokok kretek filter yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,25% (yoy), meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,22% (yoy) seiring dengan tren kenaikan harga rokok yang
terus berlanjut disepanjang triwulan III-2015.
Inflasi inti cenderung terus meningkat disepanjang tahun ini, hingga triwulan III -2015 inflasi inti
tercatat sebesar 6,75% (yoy) meningkat dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 5,87% (yoy). Tren
peningkatan inflasi inti pada triwulan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga makanan jadi, biaya
sewa rumah, biaya kesehatan dan biaya pendidikan seiring dengan perayaan lebaran, musim libur sekolah
dan permulaan tahun ajaran baru. Di samping itu, juga terdapat kenaikan harga sejumlah barang-barang
produksi manufaktur seperti barang-barang elektronik, kendaraan, produk perawatan jasmani, kosmetik
dan obat-obatan yang diperkirakan terjadi karena naiknya biaya produksi yang sedikit banyak terpengaruh
oleh perkembangan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang melemah.
Secara tahunan, andil inflasi inti merupakan yang terbesar dibandikan dengan dua kelompok lainnya.
Sumbangan inflasi inti pada triwulan III-2015 tercatat sebesar 4,47% (yoy), meningkat dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,87% (yoy). Dari daftar sepuluh besar komoditas penyumbang inflasi
terbesar secara tahunan, tercatat lima komoditas berasal dari komponen inflasi inti dengan total
sumbangan hingga sebesar 1,35% (yoy) yang sebagian besar adalah sub kemlopok makanan jadi.
Sumbangan terbesar berasal dari komoditas nasi dengan lauk yang mempunyai andil sebesar 0,36% yoy,
disusul dengan sewa rumah (0,27%-yoy), mie (0,26%-yoy), ikan bakar (0,23%-yoy) dan tarif rumah sakit
(0,22%-yoy).
Pergerakan inflasi volatile foods relatif terjaga dan cenderung menurun tercatat sebesar 5,51%
(yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,76% (yoy). Tertahannya tekanan inflasi
komponen ini disebabkan oleh perbaikan pasokan dan produksi sejumlah bahan makanan penting seiring
dengan berlangsungnya panen raya serta cuaca yang kondusif yang memperlancar distribusi barang antar
daerah. Panen padi jenis lokal yang terjadi pada triwulan laporan memberikan koreksi harga beras yang
cukup signfikan. Selain itu, stok bawang merah yang melimpah hasil panen daerah lain juga memberikan
kontribusi penurunan harga bawang merah selama triwulan laporan, disamping juga terjadi sejumlah
koreksi harga pada komoditas buah-buahan dan sayuran seperti semangka, melon, tomat sayur, wortel
dsb.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 39
Tabel 2.3. Andil Inflasi Tahunan Terbesar Triwulan-III 2015
1 Bensin Adm. Prices 11.17 0.36
2 Nasi dengan lauk Core inflation 11.48 0.36
3 Beras Vol. foods 8.15 0.36
4 Bahan bakar RT Adm. Prices 21.09 0.31
5 Sewa rumah Core inflation 4.49 0.27
6 Mie Core inflation 14.10 0.26
7 Tarif listrik Adm. Prices 10.92 0.26
8 Rokok kretek filter Adm. Prices 10.22 0.25
9 Ikan bakar Core inflation 20.24 0.23
10 Tarif RS Core inflation 15.70 0.22
Sumber: BPS (diolah)
No. KomoditasInflasi
(yoy %)
Andil inflasi
(yoy %)
Kelompok
Disagregasi
Pada triwulan ini, inflasi volatile foods memberikan andil inflasi sebesar 0,99% (yoy), berangsur menurun
dari andil pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,03% (yoy). Sumbangan terbesar berasal dari
beras yang menjadi satu-satunya komoditas volatile foods yang masuk dalam sepuluh besar komoditas
penyumbang inflasi tahunan dan mempunyai andil sebesar 0,36% (yoy) terkoreksi cukup besar dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,64% (yoy). Penurunan sumbangan inflasi beras tersebut
disebabkan oleh penurunan harga beras yang terjadi selama triwulan laporan seiring keberhasilan panen
raya padi jenis varietas lokal yang terjadi di sejumlah lumbung produksi wilayah Kalimantan Selatan.
Harga bawang merah juga terkoreksi cukup besar di triwulan laporan dengan sumbangan terhadap inflasi
sebesar 0,01% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,08% (yoy) yang dikarenakan
pasokan hasil panen dari luar pulau yang meningkat sehingga harga terkoreksi.
Sementara itu, salah satu komoditas penting di Kalimantan Selatan yaitu ikan gabus relatif terjaga dengan
andil pembentukan inflasi yang cukup rendah yaitu sebesar 0,003% (yoy) seiring dengan cuaca yang
kondusif dan mempermudah pasokan disepanjang triwulan II dan awal triwulan III-2015.
Bab II. Perkembangan Inflasi Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 40
Halaman ini sengaja dikosongkan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 41
BAB III
STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 43
1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kredit perbankan pada triwulan III-2015 tumbuh 4,71% (yoy), melambat dari triwulan
sebelumnya (8,49% yoy), utamanya dipengaruhi masih terbatasnya kinerja sektor utama
Kalimantan Selatan. Demikian pula transaksi sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai
tumbuh melambat. Pertumbuhan kredit tercatat kembali melambat yang bersumber dari kredit
korporasi dengan risiko Non Performing Loan (NPL) yang relatif terjaga. Di sisi lain, pertumbuhan kredit
konsumsi meningkat merespons kebijakan pelonggaran LTV. Namun NPL-nya sedikit meningkat karena
pengaruh kenaikan angka pengangguran pada triwulan laporan. Perlambatan transaksi sistem
pembayaran terjadi pada seluruh jenis transaksi baik tunai maupun nontunai, mencerminkan perbaikan
pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas.
3.1. STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Kredit perbankan tumbuh melambat pada triwulan III-2015 dipengaruhi masih terbatasnya kinerja
sektor utama Kalimantan Selatan yaitu tambang batubara. Meskipun membaik, pertumbuhan sektor ini
masih terkontraksi pada triwulan berjalan. Selain itu, perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan
kredit baru merespons pelemahan kualitas kredit pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, Dana Pihak
Ketiga (DPK) kembali tumbuh meningkat sejalan dengan tingkat konsumsi rumah tangga yang terjaga.
Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Umum, Aset dan DPK Kalimantan Selatan
4.75% 6.52%
8.49% 4.71%
5.71% 12.85%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%yoy
Tw. II Tw. III
Asset
Kredit
DPK
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
3
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 44
3.1.1. Intermediasi Perbankan
Kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan menurun, tercermin dari penurunan Loan-to-
Deposit Ratio (LDR) dari 122,8% pada triwulan II-2015 menjadi 121,6% pada triwulan laporan.
Perlambatan aktivitas intermediasi perbankan didorong oleh melambatnya penyaluran kredit yang
tumbuh 4,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (8,49% yoy).
Perlambatan kredit terjadi pada jenis kredit konsumsi dan kredit investasi. Di sisi lain, pertumbuhan DPK
kembali meningkat dari 4,80%(yoy) pada Triwulan II-2015 menjadi 6,50% (yoy). Kenaikan DPK terjadi
pada semua jenis penempatan dana, baik giro, tabungan, maupun deposito. Kinerja sektor utama yaitu
pertambangan yang membaik meski masih terkontraksi, berdampak positif pada relatif terjaganya
kualitas kredit. Non performing loan (NPL) tercatat sebesar 3,62%, tidak jauh berbeda dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,60%.
Grafik 3.2.Pertumbuhan LDR, Kredit dan DPK
Grafik 3.3.Pertumbuhan DPK Berdasarkan Jenisnya
8.49
4.714.75
6.52
122.83121.61
100.00
105.00
110.00
115.00
120.00
125.00
130.00
135.00
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%% yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi KC/KCP (DPK), Lokasi Proyek (Kredit)
Pertumbuhan Kredit
LDR (Sb. Kanan)
Pertumbuhan DPK
1.026.91
-0.70 4.88
19.98 9.24
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
% yoy
Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, DPK (KC/KP)
Tabungan
Giro
DepositoTw. II Tw. III
Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenisnya
11.40 5.79
4.62 -1.41
9.45 9.71
8.49 4.71
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
% yoy
Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek
Kredit Umum
Konsumsi
Modal kerja
Investasi
Tw. II Tw. III
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 45
Tabel 3.1. Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan secara Spasial
Secara spasial, pertumbuhan DPK tertinggi pada triwulan III-2015 terjadi di Kabupaten Balangan
(94,78% yoy) disusul Kabupaten Hulu Sungai Selatan (42,59% yoy). Kota Banjarmasin sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dengan porsi DPK terbesar di provinsi tersebut juga
mengalami peningkatan pertumbuhan DPK dari 2,41% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi 3,37%
(yoy) pada triwulan III-2015.
Tabel 3.2. Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan secara Spasial
Selanjutnya, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan III-2015 terjadi di Kabupaten Barito Kuala
(23,46% yoy) disusul Kabupaten Kota Baru (18,05% yoy). Kota Banjarmasin yang porsi kredit terbesar
di Provinsi Kalimantan Selatan justru mengalami penurunan pertumbuhan kredit dari 11,74% (yoy)
pada triwulan II-2015 menjadi 2,63% (yoy) pada triwulan III-2015.
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 46
3.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi
Perlambatan kinerja kredit pada triwulan III-2015 bersumber dari melemahnya kinerja kredit sektor PHR
sebagai sektor dengan pangsa kredit terbesar. Kredit PHR tercatat terkontraksi dari triwulan II-2015
yang tumbuh sebesar 3,40% (yoy) menjadi -1,04% (yoy) pada triwulan III-2015. Hal tersebut
dikarenakan bank cenderung berhati-hati dalam penyaluran kredit baru di tengah kualitas kredit yang
agak melemah. Melemahnya kinerja sektor PHR juga diiringi dengan peningkatan NPL dari 4,42% pada
triwulan II-2015 menjadi 6,09% pada triwulan II-2015. Sementara itu kredit sektor pertanian tercatat
tumbuh membaik dari 18,89% (yoy) menjadi 23,79% (yoy) pada triwulan III-2015 dan diiringi dengan
penurunan rasio NPL dari 1,10% menjadi 0,99%. Hal tersebut senada dengan baiknya prospek sektor
pertanian khususnya tanaman bahan makanan pada triwulan laporan.
Kredit sektor pertambangan tumbuh melambat pada triwulan laporan yaitu dari 84,59% (yoy) menjadi
29,53% (yoy), dipengaruhi pertumbuhan sektor pertambangan yang masih terkontraksi meskipun
membaik pada triwulan laporan. Di sisi lain, NPL menurun dari 3,17% menjadi 2,93%.
Grafik 3.5.Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit
Grafik 3.6. Pangsa Kredit Korporasi
8.49
4.71
3.60
3.62
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%% yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Pertumbuhan Kredit
NPL Kredit (sk. kanan)
PERTANIAN 20.12
TAMBANG
14.36
INDUSTRI, 6.31
LISTRIK, GAS
DAN AIR, 1.13
KONSTRUKSI, 5.54
PERDAGANGAN 28.47
AKOMODASI, 1.72
TRANSPORTASI8.16
REAL ESTATE,
9.72
JASA LAINNYA, 2.13
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit dan NPL Sektoral
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 47
3.1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Kredit konsumsi pada triwulan III-2015 tumbuh 9,71% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan
sebelumnya (9,45% yoy). Peningkatan penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan utamanya
bersumber dari peningkatan pertumbuhan KPR. KPR mengalami kenaikan dari 12,98% (yoy) pada
triwulan II-2015 menjadi 15,37% (yoy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, kredit multiguna dan kredit
kendaraan bermotor (KKB) sedikit melambat.
Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya
9.45 9.71
12.98 15.37
-5.87 -8.46
22.63 19.14
-20
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
% yoy
Data: Laporan Bank Umum Bank Indonesia, Kredit Lokasi Proyek
Konsumsi Umum
MultigunaKPR
KKB
Tw. II Tw. III
Kualitas kredit konsumsi sedikit melemah, tercermin pada NPL, yaitu dari 1,46% pada triwulan II-2015
menjadi 1,55% pada triwulan laporan. Kenaikan NPL terbesar terjadi pada KPR yang merupakan kredit
konsumsi dengan pangsa kredit terbesar kedua setelah kredit multiguna. Meningkatnya angka
pengangguran sebagaimana rilis BPS per Agustus 2015, menjadi faktor yang turut melemahkan kualitas
kredit konsumsi. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebagai kredit konsumsi dengan pangsa terbesar
ketiga tercatat tumbuh melambat dari -5,87% (yoy) pada triwulan lalu menjadi semakin terkontraksi
sebesar -8,46% (yoy).
Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit
Grafik 3.10. Share Kredit Konsumsi
9.45
9.71
1.46
1.55
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%% yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Pertumbuhan Kredit
NPL Kredit (sk. kanan)
KPR, 39.40%
Ruko/Rukan, 2.19%
Kendaraan Bermotor,
11.25%
Multiguna, 42.23%
Lainnya, 4.58%
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 48
Grafik 3.11. Pertumbuhan Kredit dan NPL Kredit Konsumsi
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
-20
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%% yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Konsumsi
Pertumbuhan KPR Pertumbuhan K. MultigunaPertumbuhan KKB NPL KPRNPL Multiguna NPL KKB
3.1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Pada triwulan III-2015 jumlah kredit yang tersalurkan pada UMKM tercatat sebesar Rp 10,60 triliun atau
tumbuh negatif -0,87% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2015 yang sebesar 2,04% (yoy).
Perlambatan kredit UMKM bersumber dari perlambatan kredit UMKM pada sektor pertambangan,
pengangkutan, dan jasa sosial masyarakat. Secara umum, proporsi kredit UMKM yang disalurkan di
Kalimantan Selatan adalah sebesar 18,57% dari total keseluruhan kredit perbankan.
Grafik 3.12. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM
Grafik 3.13. Share Kredit UMKM
2.04 -0.87
7.10
7.00
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-5
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%% yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
Pertumbuhan Kredit UMKM
NPL Kredit UMKM (skala kanan)
Pertanian, 13.6%
Pertambangan, 3.3%
Konstruksi, 8.7%
Perdagangan, 51.3%
Pengangkutan, 5.2%
Jasa Dunia Usaha, 7.9%
Lain-lain, 0.5%
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
Grafik 3.14. Pertumbuhan Kredit dan NPL UMKM
0
2
4
6
8
10
-20
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
%% yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit UMKM
Pertumbuhan K. Pertanian Pertumbuhan K. Konstruksi
Pertumbuhan K. Perdagangan NPL Pertanian (sk kanan)
NPL Konstruksi (sk kanan) NPL Perdagangan (sk kanan)
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 49
3.1.5. Perbankan Syariah
Pertumbuhan aset Perbankan Syariah membaik dari -4,64% (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi 0,1%
(yoy) pada triwulan III-2015. Namun demikian, pangsa aset Perbankan Syariah terhadap total Perbankan
di Kalimantan Selatan sedikit menurun dari 6,81% menjadi 6,31%. Pembiayaan yang tersalurkan oleh
Perbankan Syariah tumbuh sebesar 0,40% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (6,75% yoy).
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga melambat, yaitu dari 0,46% (yoy) menjadi -5,08% (yoy).
Sementara itu, Non Performing Financing Perbankan Syariah relaif terjaga yaitu dari 6,87% pada
triwulan II-2015 menjadi 6,85% pada triwulan berjalan.
Grafik 3.15. Pertumbuhan LDR, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah
Grafik 3.16. Komposisi DPK Berdasarkan Kegiatan Bank
9
2.5
92
.6
92
.5
91
.9
91
.9
92
.5
92
.9
92
.1
92
.9
93
.2
93
.7
7.5 7.4 7.5 8.1 8.1 7.5 7.1 7.9 7.1 6.8 6.3
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III
2013 2014 2015
Sumber: LBU Bank Indonesia, Aset, Jenis Kegiatan Bank
Aset Perbankan Konvensional Aset Perbankan Syariah
Grafik 3.17. Pertumbuhan dan NPL Pembiayan Perbankan Syariah
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 50
3.2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
3.2.1. Sistem Pembayaran Nontunai
Pertumbuhan nilai transaksi pembayaran nontunai baik RTGS dan kliring tercatat melambat. Hal ini
ditengarai oleh masih terbatasnya pertumbuhan sektor utama Kalimantan Selatan maupun
termoderasinya konsumsi RT. Nilai transaksi RTGS pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp63,4 triliun
atau tumbuh -8,73% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
-0,35 % (yoy). Di sisi lain, nilai transaksi kliring, pada triwulan III-2015 tercatat sebesar Rp3,9 triliun atau
tumbuh -6,70%, sedikit melambat dibandingkan triwulan II-2015 yang tumbuh -6,25% yoy.
Grafik 3.18. Transaksi RTGS
Grafik 3.19. Transaksi Kliring
63.4
-8.73
-40
-20
0
20
40
60
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014 2015
Level Pertumbuhan (rhs)
Rp triliun % yoy
Sumber: Bank Indonesia, transaksi RTGS
3.9
-6.70
-20
0
20
40
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014 2015
Level Pertumbuhan (rhs)Rp triliun % yoy
Sumber: Bank Indonesia, SKNBI
3.2.2. Sistem Pembayaran Tunai
Pertumbuhan transaksi tunai masuk (inflow) dan keluar (outflow) tercatat melambat. Transaksi tunai
masuk (inflow) pada triwulan III-2015 tumbuh sebesar -7,81% (yoy), melambat dari triwulan
sebelumnya (7,81% yoy). Demikian pula, transaksi tunai keluar (outflow), terkontraksi sebesar -9,84%
(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya (28,86% yoy). Secara netto, transaksi pembayaran tunai
mencatatkan aliran bersih masuk (net inflow) sebesar Rp0,85 triliun, lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya sebesar Rp0,34 triliun. Hal ini sesuai dengan pola triwulanan yang selalu mencatatkan net
inflow lebih tinggi pada triwulan-III 2015.
Grafik 3.20. SP Tunai (Level)
Grafik 3.21. SP Tunai (Pertumbuhan)
2,876
2,025
851
-1,000
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Rp. Miliar
Sumber: Bank Indonesia
Inflow Outflow Net inflow
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 51
BOKS
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi melalui pelonggaran Kebijakan LTV / FLV
Pada 25 Mei 2015, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.17/10/PBI/DKMP
perihal Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti
dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Pelonggaran ini bertujuan
untuk menjaga pertumbuhan perekonomian nasional agar tetap berada pada momentum yang
positif serta untuk mendorong berjalannya fungsi intermediasi perbankan. Diharapkan, relevansi
dari kebijakan LTV dapat mendorong gairah perekonomian melalui konsumsi masyarakat
khususnya properti dan kendaraan bermotor.
Belajar dari kegagalan kebijakan terkait dengan kredit properti di Amerika Serikat yang berujung
pada resesi ekonomi, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan manajemen risiko pemberian kredit
properti dan kendaraan bermotor atau lebih dikenal dengan kebijakan Loan to Value (LTV). Dalam
perkembangannya, Bank Indonesia telah melakukan beberapa penyempurnaan dan perubahan
kebijakan LTV dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia
mewujudkan kebijakan tersebut pertama kali melalui SE BI No 14/10/DPNP (Bank Umum) dan SE
BI 14/33/DPbS (Bank Syariah) yang berlaku sejak 15 Juni 2012. Namun demikian, dikarenakan
masih terus meningkatnya kredit properti hingga mengakibatkan adanya kekhawatiran instabilitas
hingga Mei 2015 pasca Bank Indonesia melonggarkan LTV dengan menerbitkan Peraturan Bank
Indonesia No.17/10/PBI/DKMP yang secara lebih teknis diatur dalam SE BI No. 17/25/DKMP.
Perubahan dan penyempurnaan tersebut memiliki dampak terhadap perkembangan kredit
maupun harga properti di seluruh Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan. Hal ini tercermin
dari perkembangan kredit properti, yang terdiri dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Real
Estate, dan Kredit Konstruksi, di Kalimantan Selatan. Pada kebijakan pengetatan LTV jilid I di
tahun 2012, terlihat terdapat pengaruh terhadap turunnya pertumbuhan kredit properti.
Tingginya permintaan properti mendorong pertumbuhan kredit properti hingga mencapai
42,14% (yoy) di triwulan III-2014. Kemudian, diterbitkannya SE No. 15/40/DKMP sebagai upaya
pengetatan mengakibatkan pertumbuhan kredit properti di Kalimantan Selatan turun hingga
11,12% (yoy) di triwulan II-2015. Pada saat ini, sebagai upaya untuk menggiatkan perekonomian
yang sedang lesu, Bank Indonesia melonggarkan kebijakan LTV melalui PBI No. 17/10/PBI/DKMP
tanggal 29 Mei 2015.
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 52
Tabel B2.1 Event Analysis Kebijakan LTV
32.52
15.81
42.14
11.12 10.88
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III
2012 2013 2014 2015
% yoy
Sumber: Laporan Bank Umum, Kredit Lokasi Proyek
SE
BI N
O.1
4/1
0/D
PN
P SEB
I NO
.14/
33/D
Pb
S
SE
BI N
O.1
5/4
0/D
KM
P NO
.17/
10/P
BI/
DK
MP
SE
BI N
O.1
7/2
5/D
KM
P
Pengetatan (Kebijakan LTV Jilid I) Pengetatan (Kebijakan LTV Jilid II) PelonggaranKebijakan LTV
Secara umum, kredit properti masih menurun, namun demikian pelonggaran LTV terlihat
berdampak pada pertumbuhan KPR yang meningkat dari 12,96%(yoy) pada Tw.II-2015 menjadi
15,37% (yoy) pada Tw.III-2015. Peningkatan pertumbuhan KPR tersebut menunjukkan kebijakan
pelonggaran LTV secara efektif cukup berdampak untuk menggairahkan konsumsi properti di
Kalimantan Selatan untuk mendukung perekonomian, tercermin pada meningkatnya kinerja
sektor bangunan.
Tabel B2.2 Pertumbuhan Pembiayaan dan Sektor Terkait Properti
12.96 15.37
11.1210.8824.47
10.36
-24.57 -27.94
-160
-120
-80
-40
0
40
80
120
160
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015
% yoy% yoy
Sumber: Laporan Bank Umum, Kredit Lokasi Proyek
Pertumbuhan K. Real Estat (Sb.Kanan)
PertumbuhanK. Properti (Total)
Pertumbuhan KPR
Pertumbuhan K. Konstruksi(Sb.Kanan)
Upaya meningkatkan gairah properti di Kalimantan Selatan juga dilakukan oleh pihak-pihak
terkait, seperti REI Kalimantan Selatan maupun kalangan perbankan, melalui berbagai kegiatan
pameran/expo perumahan.
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 53
BAB IV
KEUANGAN DAERAH
Bab III. Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 54
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 55
4. KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan III-2015, realisasi keuangan daerah Provinsi Kalimantan Selatan tercatat menguat,
baik pada sisi pendapatan, maupun pada sisi belanja. Realisasi serapan pendapatan daerah tercatat
sebesar 76,5% pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (74,5%).
Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan pada triwulan yang sama. Dari sisi realisasi serapan belanja daerah, tercatat serapan
sebesar 60%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (58,0%). Dukungan belanja fiskal
yang lebih baik ini turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah.
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah
Dari sisi pendapatan daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III -
2015 menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi serapan pendapatan
daerah tercatat sebesar 76,5% dari APBD pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode yang sama
tahun sebelumnya (63,0%). Menguatnya serapan pendapatan daerah tidak terlepas dari menguatnya
pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada bertambahnya sumber-sumber pendapatan daerah. Hal
ini terlihat pada komponen pendapatan asli daerah (PAD) yang realisasi serapannya naik menjadi 66,0%
pada triwulan laporan, lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (65,4%). Di sisi lain,
realisasi serapan pendapatan yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan tercatat
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 97,5% pada triwulan III-2015, yang pada
triwulan II-2015 tercatat (93,4%).
4
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 56
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan
Namun demikian, masih tingginya Dana Perimbangan mengakibatkan tingkat kemandirian
fiskal Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Pada triwulan laporan, rasio kemandirian fiskal daerah (anggaran) tercatat sebesar 60,49%, lebih
rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (75,78%).
Grafik 4.1. Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Triwulan III-2015
4.2. Realisasi Belanja Daerah
Pada sisi belanja daerah, realisasi serapan APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-
2015 turut menguat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi serapan
pendapatan daerah tercatat sebesar 60,0% dari APBD pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari periode
yang sama tahun sebelumnya (58,3%). Menguatnya serapan belanja daerah turut mendorong
menguatnya pertumbuhan ekonomi. Menguatnya serapan belanja daerah utamanya bersumber dari
komponen belanja pegawai dan belanja bantuan keuangan. Realisasi serapan belanja pegawai tercatat
sebesar 66,3% pada triwulan III-2015, lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya pada
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 57
periode yang sama (60,8%). Penguatan serapan juga terjadi pada bantuan keuangan dan bantuan
sosial. Belanja Modal menguat tipis 0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, realiasi
serapan belanja barang dan jasa melemah namun secara nominal meningkat dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya.Menguatnya belanja modal dan belanja operasi adalah sinyal
positif bagi realisasi belanja pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi daerah.
Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel
Rasio belanja modal terhadap total belanja tercatat lebih rendah. Pada triwulan III-2015 rasio
belanja modal terhadap total belanja tercatat sebesar 16,85% lebih rendah dari triwulan yang sama
tahun sebelumnya 19,04%. Besarnya rasio belanja modal terhadap total belanja mencerminkan
besarnya perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Belanja modal pada
umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong
investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah.
Grafik 4.2. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Triwulan III-2015
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 58
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 59
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
Bab IV. Keuangan Daerah
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 60
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 61
5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan terindikiasi melemah. Berdasarkan rilis data
Ketenagakerjaan BPS periode Agustus 2015 terdapat peningkatan tingkat pengangguran dibandingkan
tahun sebelumnya. Namun demikian, sejumlah indikator dan informasi mengindikasikan adanya
perbaikan kondisi tenaga kerja pada sektor tertentu pada triwulan-III 2015.
Selaras dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga melemah
sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal yang sama
juga terlihat dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) yang selama triwulan
laporan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
5.1. KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2015 masih belum pulih
meskipun pertumbuhan ekonomi mulai membaik. Statistik ketenagakerjaan rilis BPS bulan Agustus
2015 masih menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 4,92%
dari sebelumnya 3,80%. Jumlah angkatan kerja dan jumlah orang bekerja masing-masing naik sebesar
45,9 ribu orang dan 22,04 ribu orang dibandingkan Agustus 2014, namun jumlah pengangguran juga
naik sebesar 23,9 ribu orang dalam kurun waktu tersebut. Di sisi lain, meningkatnya persentase jumlah
angkatan yang bekerja pada sektor formal, yang didominasi oleh pekerja buruh/karyawan, merupakan
dampak dari kenaikan pertumbuhan ekonomi, meskipun masih terbatas.
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Provinsi Kalimantan Selatan Periode Agustus 2012 - Agustus 2015
(ribu jiwa)
Uraian Ags 2012 Ags 2013 Ags 2014 Ags 2015
Penduduk Angkatan Kerja (jiwa) 1,939.07 1,900.35 1,941.29 1,987.25
a. Bekerja (jiwa) 189.39 1,830.81 1,867.46 1,889.50
b. Pengangguran (jiwa) 99.68 69.54 73.77 97.75
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 72.01 69.31 0.69 69.73
Tingkat Pengganguran Terbuka (%) 5.14 3.66 3.80 4.92
Pekerja Tidak Penuh 727.59 772.38 710.73 668.37
a. Setengah Pengangguran *) (jiwa) 226.46 154.37 139.52 156.31
b. Pekerja Paruh Waktu **) (jiwa) 501.13 618.01 571.21 512.06
Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2015 dan 2014, BPS Kalsel, diolah
5
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 62
Grafik 5.1. Komposisi Pekerja berdasarkan status Pekerjaan
Grafik 5.2. Perkembangan tingkat pengangguran berdasarkan jenjang pendidikan
36
.04
36
.26
36
.97
41
.48
63
.96
63
.74
63
.03
58
.52
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Aug-12 Aug-13 Aug-14 Aug-15
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Grafik 5.3. Komposisi Pekerja berdasarkan Status Pekerjaan (%, Agustus 2015)
58.52
41.48
20
16
7
15
3
38
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
FORMAL
NON FORMAL
Karyawan/Pegawai
Berusaha dibantu buruh tetap
Berusaha Sendiri
Berusaha dibantu buruh
tidak tetap
Pekerja Bebas
Pekerja Tak Dibayar
Dari sisi jenjang pendidikannya, kenaikan tingkat pengangguran paling besar terjadi pada jenjang
diploma/universitas dan SMA. Pada jenjang diploma/universitas, kenaikan pengangguran dari 4,11%
pada Agustus 2014 menjadi 6,86% pada Agustus 2015, sedangkan pada jenjang SMA, kenaikan
pengangguran menjadi 8,46% dari 7,60% pada Agustus 2014.
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 63
Tabel 5.2. Persentase Penduduk Kalimantan Selatan Usia 15 tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Sektor Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2013 – Februari 2015 (%)
Lapangan Pekerjaan Utama Agust 2012 Agust 2013 Agust 2014 Agust 2015
Pertanian 41.51 40.55 39.81 36.01
Industri 7.11 7.32 6.04 6.70
Bangunan 5.35 5.49 5.36 5.40
Perdagangan 21.34 21.42 23.28 24.43
Jasa Kemasyarakatan 13.61 14.94 15.05 17.36
Lainnya*) 11.08 10.28 10.46 10.10
Total 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2015 dan 2014, BPS Kalsel, diolah
*) Sektor lainnya terdiri dari: Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Angkutan dan keuangan
Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan kepada
sejumlah perusahaan di wilayah Kalimantan Selatan di sepanjang triwulan III-2015 mengindikasikan
sedikit kenaikan pada jumlah tenaga kerja. Sejumlah perusahaan contact liaison menginformasikan
masih mempertahankan karyawannya, khususnya pada sektor PHR, sedangkan sektor pertanian dan
sektor tambang masih cenderung melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja sebagai salah satu
kebijakan mereka terkait dengan penurunan permintaan. Indikasi kenaikan jumlah tenaga kerja
tersebut juga tertangkap dalam Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen
yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil SKDU memperlihatkan adanya indikasi
penurunan realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan III-2015 yang tercermin dalam angka Saldo
Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja yang tercatat sebesar 2,63% yang berarti bahwa
terdapat peningkatan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan
kondisi perekonomian terkini dan hasil liaison, penurunan tenaga kerja pada triwulan III-2015 terjadi
pada sektor pertambangan dan sektor pertanian yang mengalami kontraksi maupun perlambatan pada
triwulan ini.
Grafik 5.4. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Penggunaan Tenaga Kerja
Grafik 5.5. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 64
Selanjutnya, hasil survei konsumen menunjukkan adanya sedikit optimistisme yang
memperlihatkan indeks ketersediaan lapangan kerja disepanjang triwulan III-2015 yang tercatat sebesar
87,5 lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 80,0. Namun demikian, angka
indeks yang berada di bawah 100 menunjukkan pesimisme konsumen dalam melihat ketersediaan
lapangan kerja saat ini. Perbaikan ekspektasi konsumen tersebut diperkirakan masih akan berlangsung
sebagaimana terlihat pada adanya sedikit perbaikan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dalam
enam bulan ke depan mengacu kepada indeks ekspektasi lapangan kerja yang meningkat dari 70,8
pada triwulan II-2015 menjadii 78,1 pada triwulan laporan.
5.2. KESEJAHTERAAN
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang masih belum menujukkan perbaikan yang signifikan,
tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan juga mengalami penurunan yang terkonfirmasi
dalam sejumlah indikator.
5.2.1 Daya beli Masyarakat
Daya beli masyarakat terindikasikan melemah pada triwulan III-2015. Hasil Survei Konsumen Kota
Banjarmasin di triwulan III-2105 menunjukkan angka indeks penghasilan konsumen (IPK) sebesar 110,0,
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 119,0. Selanjutnya, sejalan dengan pengaruh
nuansa perlambatan ekonomi pada triwulan sebelumnya, ekspektasi penghasilan masyarakat dalam
enam bulan yang akan datang juga relatif menurun sebagaimana ditunjukkan oleh indeks ekspektasi
penghasilan yang lebih rendah pada triwulan III-2015, yaitu sebesar 147,1 dari sebelumnya 148,8.
Grafik 5.6. Indeks Penghasilan Konsumen
Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan
5.2.2 Nilai Tukar Petani
Pada triwulan III-2015, nilai tukar petani (NTP) Kalimantan Selatan yang mencerminkan
tingkat kesejahteraan petani tercatat sebesar 99,7 sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 100,6. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 65
harga yang dibayar petani (Ib) ketika harga yang diterima petani (lt) mengalami sedikit penurunan.
Kenaikan indeks harga yang dibayar (Ib) oleh petani pada triwulan ini secara umum disebabkan oleh
kenaikan harga-harga kebutuhan pokok pada periode Idul Fitri dan Tahun Baru Hijriyah di awal dan di
akhir triwulan III-2015, sedangkan melambatnya indeks harga yang diterima petani (It) diakibatkan oleh
penurunan NTP tanaman bahan pangan dan tanaman perkebunan rakyat.
Tabel 5.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2012)
Berdasarkan subsektor, NTP Perkebunan memiliki NTP yang terendah yaitu sebesar 85,12 menurun dari
angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 86,78 poin. Rendahnya angka NTP subsektor
perkebunan ini tidak lepas dari rendahnya harga komoditas perkebunan internasional saat ini seperti
Sawit dan Karet. Sementara NTP tertinggi berada pada subsektor perikanan dan peternakan yang
masing-masing tercatat sebesar 111,27 dan 110,37 karena harga komoditas ternak dan ikan yang
relatif tinggi pada triwulan III-2015.
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 66
BOKS
Formula Baru Upah Minimum Provinsi
Upah Minimum Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp. 2.085.050,- atau naik
sebesar 11,5% dari UMP pada tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp. 1.0870.000,-. Besaran UMP
tersebut dihitung berdasarkan formula penghitungan upah minimum yang menjadi bagian dari Paket
Kebijakan Ekonomi Pemerintah Jilid IV. Ketentuan pengupahan yang baru ini diharapkan dapat
memperbaiki iklim usaha dan hubungan perusahaan dengan pekerja karena terdapat transparansi dan
kepastian mengenai besaran kenaikan upah yang mengacu pada kinerja perekonomian. Sehingga
pada gilirannya pengusaha dapat memperkirakan salah satu komponen biaya produksi dan bagi
pekerja mendapatkan kepastian kenaikan upah setiap tahunnya.
Ketentuan tersebut dilegalkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 tahun 2015 tentang
Pengupahan yang mewajibkan seluruh daerah untuk menggunakan formula penghitungan upah
dalam menetapkan UMP mulai tahun 2016 sebagai berikut:
Dimana: UMPn = Upah Minimum Provinsi yang akan datang
UMPt = Upah Minimum Provinsi tahun berjalan
Inflasit = inflasi tahun berjalan (ditetapkan dengan inflasi tahunan (year-on-year) pada
bulan September tahun berjalan)
%∆ PDB = pertumbuhan ekonomi nasional saat ini (ditetapkan pertumbuhan PDB yang
mencakup triwulan I dan II tahun berjalan dan triwulan III dan IV)
Data inflasi nasional bulan September 2015 tercatat sebesar 6,8% (yoy), sedangkan pertumbuhan
ekonomi nasional dalam periode kuartal I dan II 2015 dan kuartal III dan IV 2014 sebesar 4,8%.
Tabel B4.1 Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak Kalimantan Selatan 2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust
1 Banjarmasin 1,905,022 1,910,653 1,915,951 1,919,274 1,930,535 1,930,535 1,934,702 1,938,221 15,384,893 1,923,111.63
2 Banjarbaru 1,893,735 1,870,398 1,874,530 1,883,646 1,879,238 1,888,225 1,914,374 1,915,401 15,119,547 1,889,943.38
3 Banjar 1,889,615 1,872,029 1,901,311 1,902,560 1,907,512 1,910,286 1,913,836 1,914,573 15,211,722 1,901,465.25
4 Barito Kuala 1,910,241 1,949,243 1,958,287 1,963,860 2,005,092 2,066,652 2,080,487 2,082,345 16,016,207 2,002,025.88
5 Tanah Laut 1,855,476 1,846,075 1,848,625 1,865,927 1,875,749 1,885,571 1,897,887 1,891,729 14,967,039 1,870,879.88
6 Tapin 1,934,026 1,938,190 1,943,290 1,952,088 1,960,885 1,990,524 2,000,431 2,003,070 15,722,504 1,965,313.00
7 Hulu sungai Selatan 1,804,811 1,830,888 1,847,308 1,853,368 1,853,368 1,860,501 1,869,301 1,867,910 14,787,455 1,848,431.88
8 Hulu sungai Tengah 1,786,509 1,806,909 1,865,626 1,926,105 1,936,958 1,945,958 1,971,225 2,072,241 15,311,531 1,913,941.38
9 Hulu sungai Utara 1,870,794 1,904,485 1,898,249 1,997,888 2,018,531 2,018,507 2,063,834 2,053,528 15,825,816 1,978,227.00
10 Balangan 1,876,541 1,895,159 1,924,877 2,009,396 2,026,085 2,057,790 2,094,390 1,909,144 15,793,382 1,974,172.75
11 Tabalong 1,920,580 1,953,827 1,987,351 2,223,406 2,272,776 2,287,610 2,297,087 2,302,000 17,244,636 2,155,579.56
12 Tanah bumbu 1,941,888 1,934,850 1,930,745 1,936,140 1,939,659 1,954,205 1,994,465 1,995,051 15,627,003 1,953,375.38
13 Kotabaru 2,022,412 2,025,110 2,028,437 2,040,691 2,044,685 2,065,053 2,072,620 2,076,623 16,375,631 2,046,953.88
JUMLAH 24,611,650 24,737,816 24,924,587 25,474,349 25,651,073 25,861,417 26,104,639 26,021,836 203,387,366 25,423,420.81
KHL Rata-rata perbulan 1,893,204 1,902,909 1,917,276 1,959,565 1,973,159 1,989,340 2,008,049 2,001,680 15,645,182 1,955,647.75
No. Jumlah KHL Rata-rata2015
Kab/Kota
Dilihat dari sisi kesejahteraan pekerja, UMP Kalsel 2016 yang ditetapkan tersebut sudah cukup
memadai. Hal ini diindikasikan dengan data perkembangan kebutuhan hidup layak (KHL) sampai
dengan bulan Agustus 2015 yang memperlihatkan besarnya UMP 2016 yang ditetapkan berada diatas
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 67
rata-rata KHL di wilayah Kalsel. Secara spasial, angka UMP ini juga lebih tinggi dibandingkan KHL
(Agustus 2015) pada hampir semua Kab./Kota di Kalsel kecuali Kab. Tabalong. Secara Historis, selama
ini, penetapan UMP Kalsel selalu berada di atas angka KHL.
Dari penelusuran opini melalui media, angka UMP tersebut relatif dapat diterima oleh semua pihak.
APINDO Kalsel yang mewakili unsur pengusaha telah menyatakan menerima meskipun dirasa agak
memberatkan dalam kondisi perlambatan ekonomi sekarang ini. Sementara dari serikat pekerja yang
tergabung dalam Dewan Pengupahan Provinsi Kalsel memahami tekanan kondisi dunia usaha saat ini
sehingga menyatakan menerima usulan UMP 2016 tersebut.
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
2,200
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Ribu Rupiah
UMP Kalsel
KHL (t-1)*
Sumber: Disnakertrans Prov. Kalsel*KHL tersebut adalah angka KHL Kab./Kota terendah dalam bulan terakhir survey KHL (Agustus/September) tiap tahunnya sebelum dilakukan sidang penetapan usulan UMP oleh Dewan Pengupahan Provinsi Kalimantan Selatan.
Gambar B4.1 Perkembangan Kebutuhan Hidup Layak Kalimantan Selatan 2015
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 68
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 69
BAB VI
PROSPEK EKONOMI
Bab VI. Prospek Ekonomi
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 71
6. PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan IV-2015 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diprakirakan
meningkat dan berada dalam kisaran 4,0-4,2% (yoy) seiring dengan terus membaiknya kinerja
sektor pertambangan seiring membaiknya permintaan eskpor batubara dari negara mitra utama
dan prospek harga batubara yang berpotensi naik. Kinerja sektor industri juga berpotensi
meningkat, khususnya CPO, seiring baiknya permintaan negara mitra maupun nasional serta dukungan
subsektor perkebunan yang sejalan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit yang menghasilkan.
Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku
usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada
akhir triwulan IV-2015 diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan mengarah kisaran 4,7% -
4,9% yoy yang dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah kebutuhan energi masyarakat hasil paket
kebijakan ekonomi jilid III serta terjaganya pasokan dengan baik hingga di penghujung tahun.
6.1. PERKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI
Grafik 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan
Selatan Grafik 6.2.Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
3.7 4.0
5.44.9
3.9
3.13.9
4.2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
I II III IV I II III IVf
2013 2014 2015f … 2014 2015
% yoy
Sumber: BPS (diolah)
Nasional
Kalsel
Kalimantan
6.906.70
7.30 6.90
7.307.70
7.30 7.50
1.50 1.60
-0.10
0.60
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Q1 Q2 Q3 Q4f Q1f Q2f Q3f Q4f
2015 2016f … 2014 2015f 2016f
% yoy
Sumber: Concencus Forecast
Tiongkok
India
Jepang
Kinerja perekonomian Kalimantan Selatan diprakirakan akan meningkat pada triwulan IV-2015
dan berada dalam kisaran 4,0%-4,2% (yoy). Peningkatan didorong oleh membaiknya permintaan
ekspor negara mitra utama dan prospek kenaikan harga batubara. Meski pertumbuhan Tiongkok masih
dalam tren melambat, namun perlambatannya telah melandai. Realisasi pertumbuhan PDB Tiongkok
pada triwulan III-2105 lebih tinggi dari proyeksi beberapa pengamat internasional. Bedasarkan data
6
Bab VI. Prospek Ekonomi
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 72
Consensus Forecast, pada triwulan IV-2015, PDB Tiongkok akan tumbuh sebesar 6,7% yoy, sama
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan pertumbuhan ekonomi India dan
Jepang yang diprakirakan akan membaik pada triwulan-IV serta kumulatif 2015, didukung oleh
perbaikan kinerja manufaktur dan permintaan domestik. Harga batubara berpotensi naik pada
penghujung 2015 yaitu dari USD64/mt pada Tw.III-2015 menjadi USD67/mt pada Tw.IV-2015 sesuai
prakiraan harga komoditas IMF. Sementara, harga karet dan CPO diprakirakan masih tertahan
kenaikannya.
Tabel 6.1. Proyeksi Harga Komoditas
2015Q1 2015Q2 2015Q3 2015Q4 2015 2016
Batubara $/MT 65.6 63.2 63.6 66.7 64.8 70.6
Palm Oil $/MT 627.9 599.9 513.3 488.4 557.4 531.0
Karet cts/lb 78.6 81.2 81.6 77.9 79.8 86.8
Sumber: IMF (diolah)
Komodtas SatuanHarga Komoditas
Kinerja sektor industri berpotensi meningkat seiring baiknya permintaan negara mitra maupun
konsumsi domestik serta dukungan subsektor perkebunan dengan bertambahnya lahan kelapa sawit
yang menghasilkan. GAPKI Kalimantan Selatan menyatakan ke depan produksi kelapa sawit (TBS)
Kalimantan Selatan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas kebun baru yang
memasuki tahap menghasilkan (umur ideal untuk panen). Di sisi lain, kinerja subsektor tanaman bahan
makanan berisiko melambat karena pengaruh negatif El-Nino terhadap sawah irigasi dan tadah hujan
yang waktu tanamnya mundur. Sementara, masa puncak produksi padi sawah rawa lebak yang
mendapat dampak positif comparative advantage dari El-Nino telah terjadi pada triwulan sebelumnya.
Selain itu, BPS merevisi pertumbuhan produksi padi 2015 pada ARAM II dari 8,32% (yoy) menjadi
2,87% (yoy). Di tengah potensi penguatan ekspor, konsumsi RT diprakirakan sedikit tertahan akibat
ekspektasi tingkat penghasilan yang relatif melemah pada triwulan mendatang.
Dengan beberapa kondisi tersebut di atas, perekonomian Kalimantan Selatan untuk keseluruhan tahun
2015 diprakirakan akan berada pada kisaran 3,7%-3,9%.
6.2. PRAKIRAAN INFLASI
Realisasi inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2015 atau akhir tahun 2015
diperkirakan menurun signfikan mengarah kisaran 4,7% - 4,9% yoy. Penurunan inflasi tersebut
diperkirakan akibat terjaganya pasokan bahan makanan dengan baik serta penurunan tarif atau harga
sejumlah kebutuhan energi masyarakat menyusul launching paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III
pada awal triwulan IV-2015, disamping hilangnya faktor base effect kenaikan harga BBM dipenghujung
tahun lalu. Secara triwulanan, inflasi pada triwulan IV-2015 diprakirakan berada pada kisaran 1,40%
1,60% qtq, lebih rendah dibanding realisasi inflasi pada triwulan III-2015 yang tercatat sebesar 1,80%
qtq yang akan terkonsentrasi pada bulan Desember 2015 saat menjelang perayaan natal dan tahun
baru.
Bab VI. Prospek Ekonomi
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 73
Grafik 6.3. Proyeksi Inflasi Kalimantan Selatan 2015
Selanjutnya risiko inflasi yang diperkirakan akan mempengaruhi dinamika inflasi pada triwulan IV-2015
adalah sebagai berikut:
1. Dari sisi inflasi inti, risiko berasal dari kenaikan permintaan masyarakat untuk konsumsi selama
lebaran khususnya dari subkelompok makanan jadi, sandang dan barang-barang produk
manufaktur yang mengalami peningkatan permintaan. Selain itu, nilai tukar rupiah yang masih
tertekan terhadap dolar AS khususnya terkait dengan risiko kemungkinan kenaikan suku bunga the
Fed pada akhir tahun menyusul membaiknya indikator ekonomi di AS juga terus membayangi
perekonomian hingga saat ini sehingga berpotensi memberikan risiko imported inflation yang
berasal dari bahan baku maupun barang konsumsi hasil impor meskipun tekanannya sedikit
tertahan oleh pelemahan daya beli menyusul perlambatan ekonomi dan masih berlangsungnya tren
penurunan harga komoditas internasional.
2. Risiko dari sisi administered prices diperkirakan relatif mereda menyusul penurunan harga sejumlah
kebutuhan energi masyarakat (BBM jenis Solar, tarif listrik dan gas elpiji non subsidi) hasil paket
kebijakan ekonomi pemerintah jilid III di awal triwulan. Potensi risiko terbesar hanya berasal dari
kenaikan tarif angkutan udara menjelang libur panjang pada akhir tahun karena tingginya
permintaan masyarakat, serta kenaikan harga aneka rokok yang terus merayap setiap bulannya
selama disepanjang tahun ini.
3. Risiko inflasi volatile foods diperkirakan akan sedikit meningkat dengan memasuki musim
penghujan dan masa tanam padi. Harga beras diperkirakan akan merangkak naik mendekati akhir
tahun 2015 dan awal tahun depan seiring berkurangnya pasokan memasuki musim tanam, namun
relatif terkendali karena produksi padi pada tahun ini yang relatif meningkat sebagai dampak positif
El-Nino pada lahan rawa lebak. Harga ikan segar khususnya ikan gabus juga diperkirakan akan
Bab VI. Prospek Ekonomi
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 74
sedikit meningkat memasuki musim penghujan, namun dengan curah hujan yang diperkirakan
relatif rendah justru diperkirakan tangkapan akan tidak terlalu sulit karena kedalaman air rawa tidak
setinggi biasanya sehingga kenaikan harga ikan gabus dapat sedikit terjaga. Harga komoditas
bahan makanan lainnya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, produk hortikultura seperti aneka
cabe dan bawang merah diperkirakan akan kembali meningkat namun masih dalam taraf yang
normal dan terkendali seiring curah hujan yang diperkirakan tidak terlalu tinggi sehingga tidak
mengganggu produksi produk perunggasan dan tanaman hortikultura.
Selanjutnya, dengan faktor risiko yang berpotensi menurun tersebut diperkirakan inflasi Kalimantan
Selatan pada akhir tahun 2015 akan mengalami penurunan yang signifikan dan berada pada kisaran
4,7% - 4,9%. Selaras dengan target inflasi nasional tahun 2015 yang juga menurun berada pada level
4,0%+1%. Dalam rangka memastikan pencapaian inflasi yang rendah dan stabil, Pemerintah Daerah,
Bank Indonesia dan Stakeholder terkait perlu senantiasa melakukan koordinasi dalam upaya
pengendalian inflasi daerah tersebut.
Tabel Prospek
Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)
2012 2013
2014
2014
2015
2015*
I II III IV I II III IV
Pertumbuhan
PDRB, % yoy
6,0 5,4 5.26 5.51 4.63 4.05 4,85 3,91 3,14 3,86 4,0-4,2 3,7-3.9
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
*) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
Inflasi (%, yoy)
2011 2012 2013
2014 2015
I II III IV I II III IV
Perubahan IHK, % yoy 3,98 5,96 6,98 4,89 6,83 4,81 7,28 7,00 6,07 7,03 4,7 4,9
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
*) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 75
DAFTAR ISTILAH
Administered price Komoditas inflasi yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota
terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi
secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi
masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
pemberian otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu
bank.
Faktor Fundamental Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi
oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output
gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Nonfundamental Faktor nonfundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar
kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan
pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh
pemerintah (administered price)
Imported inflation Inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri
(eksternal)
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan
konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan
skala 1 100.
Indeks Harga Konsumen
(IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan
konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi
ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang,
dengan skala 1 100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui
peningkatan modal.
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada
pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan
cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit Ratio
(LDR)
Rasio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang
disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu
tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri
minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data suatu bulan dengan bulan
sebelumnya.
Non Performing Loan
(NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total
keseluruhan kreditnya
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 76
mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian
sebuah negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data suatu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban
waban
SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih
sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai
pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Komoditas inflasi yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena
faktor-faktor tertentu.
West Texas Intermediate Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak
dunia.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data suatu periode dengan periode yang
sama tahun sebelumnya.
KEKR Tw.III 2015 KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan 77
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab
Harymurthy Gunawan
Koordinator penyusun
Mohd Irwan
Tim penulis
Muhamad Shiroth, Arief Noor Rachman, R. Hutama Jaya Wardhana, Anita Pratiwi, dan Rubiyanto
Kontributor
Tim Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah
Unit Pelaksanaan Pengembangan UMKM
Tim Sistem Pembayaran
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
Tim Asesmen dan Advisory
Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin
No. Telp. +62 (511) 4368182 psw. 8236 No. Fax.+62 (511) 3354678
Email : [email protected], [email protected]