hal.1 sub direktorat penyakit infeksi emerging 06 volume...

4
aji merupak an salah satu ibadah penting bagi umat Islam yang rutin diseleng- garakan tiap tahunnya. Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat Is- lam terbesar di dunia me- miliki kuota jamaah haji yang besar selain itu juga ibadah umroh yang dilaku- kan di sepanjang tahun kecuali musim haji. Pada tahun ini pemberangkatan jamaah haji Indonesia di- laksanakan mulai perten- gahan bulan Juli (17 Juli 2018) sebanyak 221.000 jemaah haji yang diberangkatan. Kunjungan ke negara endemis MERS sep- er ti Arab Saudi tanpa perlindungan diri yang cukup terhadap MERS merupakan salah satu faktor risiko adanya kasus importasi MERS ke negara asal. Dilaporkan hingga akhir bulan Juni 2018, sebanyak 2229 ka- sus MERS pada manusia dengan 791 ke- matian. Arab Saudi tercatat sebagai negara dengan laporan kasus terbanyak yaitu 1854 kasus dengan 717 kematian pada manusia. (sumber data dari WHO Regional Office East- ern Mediterranean Regional Office, 2018). Situasi MERS di Arab Saudi pada tahun 2018 menunjukkan bila kelompok berisiko terhadap MERS adalah laki-laki dengan kelompok umur 50-59 tahun (70% kasus pada tahun 2018 adalah laki-laki dengan kisaran usia 54 tahun). Berdasar- kan data rilis dari Kementerian Agama In- donesia, profil data jamaah haji 2017, Tetap Waspada, Tenang Jalani Ibadah MERS DI TANAH SUCI H VOLUME daftar isi Penyakit Mers Penyakit Listeriosis Pelatihan TGC Penyakit Sosialisasi Germas Pertemuan Uji Coba Workshop Penguatan hal.1 hal.3 hal.5 hal.6 hal.7 hal.8 Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karuniaNya buletin MASTER PIE edisi 6 dapat diterbitkan kehadapan para pembaca. Untuk edisi ini berisikan keg- iatan Pelatihan Tim Gerak Cepat (TGC) tingkat kab/kota se Provinsi DKI Jakarta, So- sialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Kota Padang, Kota Tasikma- laya dan Kota Blitar, Perte- muan Uji Coba Penyusunan Indikator Standar Pemetaan Risiko Penyakit Infeksi Emerging di Provinsi Lam- pung, Workshop Penguatan Kapasitas Jejaring Penyakit Infeksi Emerging di Depok Jawa Barat, Penyakit MERS dan Penyakit Listeriosis. Redaksi menerima sum- bangan artikel, laporan, re- portase, saduran, informasi dan foto-foto yang berkaitan dengan Penyakit Infeksi Emerging. Pengantar dari Redaksi JUNI 2018 06 Buletin Master PIE—Volume 06/Juni 2018 Halaman 8 Diterbitkan Oleh Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Pembina : Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Pengarah : Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penanggungjawab : Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Dewan Redaksi : dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Tulus Riyanto, SKM., M.Sc; dr. Lanny Luhukay; Luci Rahmadai Putri, SKM., MPH; Peremisdila Syafri, SKM; dr. A. Muchtar Nasir; dr. Listiana Aziza; Mariana Eka Rosida, SKM; Andini Wisdhanorita, SKM; Suharto, SKM; Adistikah Aqmarina, SKM; Kursianto, SKM., M.Si; Maulidiah Ihsan, SKM; Ibrahim, SKM., MPH Editor dan Layout : Fajrianto, SKM; Rina Surianti, SKM; Ari Wijayanti, SKM; Suharto, SKM; Pamugo Dwi Rahayu, S.Kom Alamat Redaksi : Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging Jln. Percetakan Negara No. 29 Gedung C Lantai 4 Jakarta Pusat 10290 ndonesia adalah negara tropis yang terletak di khatulis- tiwa dengan berbagai keanekaraga- man hayati. Ancaman penyakit in- feksi emerging yang muncul di dunia adalah penyakit zoonotik yang dapat menyerang hewan dan manusia, sep- erti suspek MERS dan Avian Influen- za (AI) strain H5N1 adalah penyakit infeksi emerging yang sering muncul di Indonesia. Kapasitas yang adekuat merupakan kunci keberhasilan dalam penanggulangan penyakit infeksi emerging tersebut. Sejauh ini masih kita jumpai beberapa keterbatasan dalam kapasitas yang kita miliki, termasuk dalam jejaring kerja un- tuk penanggulangan penyakit infeksi emerging. Kuatnya kapasitas dalam satu komponen yang tidak didukung dengan kapasitas jejaring kerja yang adekuat, akan menghambat proses penanggulangan. Misalnya, kapasi- tas laboratorium yang sudah baik jika tidak didukung dengan jejaring kerja dengan kapasitas SDM sur- veilans yang ada di lapangan, tentu tidak akan dapat dimanfaatkan untuk melakukan respon cepat konfirmasi suatu penyakit akibatnya penanggu- langan juga terhambat. Kegiatan Workshop penguatan kapasitas jejaring penyakit infeksi yang telah dilaksanakan pada tang- gal 5 – 7 Juni 2018 di Hotel Margo City Depok bertujuan menyamakan persepsi untuk meminimalisir kesala- han-kesalahan yang dijumpai dalam penanganan kasus penyakit infeksi emerging di lapangan melalui pen- guatan kapasitas jejaring lintas pro- gram dan lintas sektor terkait dengan pertimbangan bahwa keberhasilan penanggulangannya sangat ditentu- kan oleh peran dan dukungan lintas program terkait di Pusat dan Daerah bersama seluruh lapisan masyarakat (LRP & KUR) Acara Pembukaan oleh Ibu Direktur Surveilans dan Karanan Kesehatan, drg.R Vensya Sitohang, M.Epid (tengah) pada Pertemuan Workshop Penguatan Kapasitas Jejaring Penyakit Infeksi Emerging tgl 5-7 Juni 2018 di Hotel Margo City Depok Workshop Penguatan Kapasitas Jejaring Penyakit Infeksi Emerging di Depok Jawa Barat. I

Upload: lamnguyet

Post on 09-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: hal.1 Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging 06 VOLUME ...infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Edisi_6.pdf · kasus pada tahun 2018 adalah laki-laki dengan kisaran usia 54 tahun)

aji merupak

an salah satu

ibadah penting bagi umat

Islam yang rutin diseleng-

garakan tiap tahunnya.

Indonesia sebagai negara

dengan jumlah umat Is-

lam terbesar di dunia me-

miliki kuota jamaah haji

yang besar selain itu juga

ibadah umroh yang dilaku-

kan di sepanjang tahun

kecuali musim haji. Pada

tahun ini pemberangkatan

jamaah haji Indonesia di-

laksanakan mulai perten-

gahan bulan Juli (17 Juli 2018) sebanyak

221.000 jemaah haji yang diberangkatan.

Kunjungan ke negara endemis MERS sep-

erti Arab Saudi tanpa perlindungan diri yang

cukup terhadap MERS merupakan salah

satu faktor risiko adanya kasus importasi

MERS ke negara asal. Dilaporkan hingga

akhir bulan Juni 2018, sebanyak 2229 ka-

sus MERS pada manusia dengan 791 ke-

matian. Arab Saudi tercatat sebagai negara

dengan laporan kasus terbanyak yaitu 1854

kasus dengan 717 kematian pada manusia.

(sumber data dari WHO Regional Office East-

ern Mediterranean Regional Office, 2018).

Situasi MERS di Arab Saudi pada

tahun 2018 menunjukkan bila kelompok

berisiko terhadap MERS adalah laki-laki

dengan kelompok umur 50-59 tahun (70%

kasus pada tahun 2018 adalah laki-laki

dengan kisaran usia 54 tahun). Berdasar-

kan data rilis dari Kementerian Agama In-

donesia, profil data jamaah haji 2017,

Tetap Waspada, Tenang Jalani IbadahMERS DI TANAH SUCI

H

VOLUME

daftar is i

Penyakit Mers

Penyakit Listeriosis

Pelatihan TGC Penyakit

Sosialisasi Germas

Pertemuan Uji Coba

Workshop Penguatan

hal.1

hal.3

hal.5

hal.6

hal.7

hal.8

Puji syukur kita panjatkan

kehadirat Allah SWT, atas

karuniaNya buletin MASTER

PIE edisi 6 dapat diterbitkan

kehadapan para pembaca.

Untuk edisi ini berisikan keg-

iatan Pelatihan Tim Gerak

Cepat (TGC) tingkat kab/kota

se Provinsi DKI Jakarta, So-

sialisasi Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat (Germas) di

Kota Padang, Kota Tasikma-

laya dan Kota Blitar, Perte-

muan Uji Coba Penyusunan

Indikator Standar Pemetaan

Risiko Penyakit Infeksi

Emerging di Provinsi Lam-

pung, Workshop Penguatan

Kapasitas Jejaring Penyakit

Infeksi Emerging di Depok

Jawa Barat, Penyakit MERS

dan Penyakit Listeriosis.

Redaksi menerima sum-

bangan artikel, laporan, re-

portase, saduran, informasi

dan foto-foto yang berkaitan

dengan Penyakit Infeksi

Emerging.

Pengantar dari Redaksi

JUNI 2018

06

Buletin Master PIE—Volume 06/Juni 2018Halaman 8

Diterbitkan Oleh Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging

Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI

Pembina :Direktur Jenderal

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Pengarah :Sekretaris Direktorat Jenderal

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Penanggungjawab :Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan

Dewan Redaksi :dr. Ratna Budi Hapsari, MKM;

Tulus Riyanto, SKM., M.Sc; dr. Lanny Luhukay;Luci Rahmadai Putri, SKM., MPH;

Peremisdila Syafri, SKM; dr. A. Muchtar Nasir;dr. Listiana Aziza; Mariana Eka Rosida, SKM;

Andini Wisdhanorita, SKM; Suharto, SKM;Adistikah Aqmarina, SKM; Kursianto, SKM., M.Si;

Maulidiah Ihsan, SKM; Ibrahim, SKM., MPH

Editor dan Layout :Fajrianto, SKM; Rina Surianti, SKM;

Ari Wijayanti, SKM; Suharto, SKM;Pamugo Dwi Rahayu, S.Kom

Alamat Redaksi :Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging

Jln. Percetakan Negara No. 29 Gedung C Lantai 4

Jakarta Pusat 10290

ndonesia adalah negara tropis

yang terletak di khatulis-

tiwa dengan berbagai keanekaraga-

man hayati. Ancaman penyakit in-

feksi emerging yang muncul di dunia

adalah penyakit zoonotik yang dapat

menyerang hewan dan manusia, sep-

erti suspek MERS dan Avian Influen-

za (AI) strain H5N1 adalah penyakit

infeksi emerging yang sering muncul

di Indonesia. Kapasitas yang adekuat

merupakan kunci keberhasilan dalam

penanggulangan penyakit infeksi

emerging tersebut. Sejauh ini masih

kita jumpai beberapa keterbatasan

dalam kapasitas yang kita miliki,

termasuk dalam jejaring kerja un-

tuk penanggulangan penyakit infeksi

emerging. Kuatnya kapasitas dalam

satu komponen yang tidak didukung

dengan kapasitas jejaring kerja yang

adekuat, akan menghambat proses

penanggulangan. Misalnya, kapasi-

tas laboratorium yang sudah baik

jika tidak didukung dengan jejaring

kerja dengan kapasitas SDM sur-

veilans yang ada di lapangan, tentu

tidak akan dapat dimanfaatkan untuk

melakukan respon cepat konfirmasi

suatu penyakit akibatnya penanggu-

langan juga terhambat.

Kegiatan Workshop penguatan

kapasitas jejaring penyakit infeksi

yang telah dilaksanakan pada tang-

gal 5 – 7 Juni 2018 di Hotel Margo

City Depok bertujuan menyamakan

persepsi untuk meminimalisir kesala-

han-kesalahan yang dijumpai dalam

penanganan kasus penyakit infeksi

emerging di lapangan melalui pen-

guatan kapasitas jejaring lintas pro-

gram dan lintas sektor terkait dengan

pertimbangan bahwa keberhasilan

penanggulangannya sangat ditentu-

kan oleh peran dan dukungan lintas

program terkait di Pusat dan Daerah

bersama seluruh lapisan masyarakat

(LRP & KUR)

Acara Pembukaan oleh Ibu Direktur Surveilans dan Karantian Kesehatan, drg.R Vensya Sitohang, M.Epid (tengah) pada Pertemuan Workshop Penguatan Kapasitas Jejaring Penyakit Infeksi Emerging

tgl 5-7 Juni 2018 di Hotel Margo City Depok

Workshop Penguatan Kapasitas Jejaring Penyakit Infeksi Emerging di Depok Jawa Barat.

I

Page 2: hal.1 Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging 06 VOLUME ...infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Edisi_6.pdf · kasus pada tahun 2018 adalah laki-laki dengan kisaran usia 54 tahun)

Buletin Master PIE—Volume 06/Juni 2018Halaman 2

sebagian besar jamaah haji Indo-

nesia berjenis kelamin perempuan

dengan jumlah 112.948 jamaah

(55,6%) dan laki-laki sebanyak

90.117 jamaah (44,4%). Adapun

untuk usia jamaah haji masih did-

ominasi oleh kelompok usia 50-61

tahun (70.629 jamaah). Kelompok

berisiko untuk terjadi kasus fatal

adalah kelompok dengan penyakit

bawaan seperti diabetes, gagal

ginjal, gangguan pada sistem per-

nafasan (penyakit paru-paru kro-

nis) dan gangguan pada sistem

imun yang biasanya diderita oleh

kelompok umur usia lanjut. Untuk

itu perlu dilakukan pemantau kes-

ehatan bagi jamaah haji sebelum

pemberangkatan, saat berada di

tanah suci, dan saat kembali pu-

lang ke Indonesia serta sosialisa-

si mengenai pesan-pesan keseha-

tan bagi jamaah agar tetap sehat

saat beribadah.

Beberapa tahun terkahir ini

penelitian epidemiologi menduga

penyebaran virus MERS-CoV be-

rasal dari unta berpunuk satu

(dromedary camelids), khususnya

yang unta muda berumur dibawah

empat tahun. Diperkirakan di du-

nia saat ini jumlah unta muda se-

banyak delapan juta ekor. Unta

berpunuk satu ini banyak ditemu-

kan di wilayah semenanjung Arab

dan juga di benua Afrika. Populasi

unta yang ada di dunia saat ini

mencapai 28 juta di dunia (tidak

termasuk spesies unta yang be-

rada di Australia), di mana 95%

dari total populasi adalah unta

berpunuk satu dan sisanya ada-

lah unta berpunuk dua (Camelus

bactrianus). (Faye, 2015, EMPRES

Animal Health 360. 2016). Sekitar

60% unta yang ada di dunia bera-

da di negara-negara Afrika Timur,

yang merupakan negara penting

pengekspor unta ke semenan-

jung Arab dan Mesir. MERS-CoV

sebelumnya pernah ditemukan di

beberapa negara diantaranya Me-

sir, Oman, Qatar dan Arab Saudi

serta antibodi MERS ditemukan di

beberapa negara di wilayah Timur

Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.

(WHO, 2018). Beberapa penili-

tian mengungkapkan penemuan

adanya antibodi virus MERS-CoV

atau virus lainnya yang mirip den-

gan virus MERS-CoV. Hal ini men-

jelaskan bila unta tersebut per-

nah terinfeksi MERS sebelumnya,

serta ditemukan sampel serologi

unta memiliki antibodi MERS yang

berasal dari Sudan dan Somalia

pada tahun 1983. (Liljander et

al., 2016)1. Namun hingga saat

ini, di beberapa negara dengan

unta yang teridentifikasi memiliki

antibodi MERS belum ada kasus

infeksi MERS pada manusia yang

dilaporkan di luar wilayah Seme-

nanjung Arab.

Saat ini menjadi perhatian

adalah penyebaran MERS yang

masih belum jelas, ditambah den-

gan kemungkinan unta berpunuk

satu sebagai penyebab utama pe-

nyebaran MERS dari hewan ke ma-

nusia. Walaupun telah diperoleh

bukti epidemiologi bila unta berpu-

nuk satu sebagai reservoir utama

namun masih diperlukan peneli-

tian lebih jauh. Hal ini menjadi

penting untuk diamati dan diteliti

mengingat adanya perdagangan

unta lintas negara dan benua

yang memunculkan kemungkinan

adanya risiko penyebaran MERS

di luar semenanjung Arab. Begitu-

pun dengan mobilitas penduduk

yang sangat tinggi kunjungan ke

negara endemis. Diikuti rangka-

ian kegiatan wisata berkunjung ke

peternakan unta, mengkonsumsi

produk olahan unta dalam kead-

aan mentah juga menjadi faktor

risiko penyebaran MERS. Oleh ka-

rena itu perlu meningkatkan kes-

iapsiagaan dan kewaspadaan dini

dalam upaya menghadapi MERS

dimulai dari pintu masuk negara

hingga ke wilayah.

Buletin Master PIE—Volume 06/Juni 2018 Halaman 7

Sesi diskusi pada kegiatan Pertemuan Uji Coba Penyusunan Indikator Standar Pemetaan Risiko Penyakit Infeksi Emerging tanggal 29-31 Mei 2018 di Sheraton Hotel Lampung

Acara Pembukaan oleh Kepala KKP Kelas II Lampung, Marjuned, SKM,M.Kes (tengah) pada Pertemuan Uji Coba Penyusunan Indikator Standar Pemetaan Risiko Penyakit Infeksi Emerging

tanggal 29 - 31 Mei 2018 di Sheraton Hotel Lampung

enilaian Risiko adalah

dasar untuk komunikasi

risiko yang efektif dalam memberi-

kan informasi yang tepat waktu

dan trasparan untuk memasti-

kan kesiapan dan daya tanggap

organisasi serta untuk memban-

gun kepercayaan di masyarakat.

Indonesia saat ini menghadapi

berbagai tantangan risiko kes-

ehatan. Dalam mengelola risiko

kesehatan, penilaian risiko yang

cepat dan tepat diperlukan untuk

tindakan intervensi yang didahu-

lui oleh pelatihan awal tentang

pengetahuan dan keterampialan

penilaian risiko. Melalui upaya

penilaian risiko ini diharapakan

upaya deteksi dini dapat dilaku-

kan tepat waktu, sehingga meng-

hasilkann respon yang memadai.

Dalam hal ini Subdit Penyakit In-

feksi emerging sangat merespon

dengan cepat hal – hal ataupun

kegiatan yang dapat meningkat-

kan kapasitas tenaga kesehatan

dalam penilaian risiko tersebut.

Pada tanggal 29 – 31 Mei

2018 telah dilaksanakan kegiatan

Pertemuan Uji Coba Penyusunan

Indikator Standar Pemetaan Risiko

pengetahuan tentang penilaian

risiko dalam mengelola keadaan

darurat kesehatan masyarakat

dan melatih peserta dalam meng-

isi pemetaan risikompenyakit in-

feksi emerging. Sedangkan Out-

put dari kegiatan ini diharapkan

Provinsi dan kabupaten/Kota da-

pat menilai risiko terhadap bahaya

penyakit yang timbul sehingga

menghasilkan intervensi dan re-

spon yang tepat dalam mengatasi

risiko yang timbul.

Peserta kegiatan ini berjum-

lah 50 orang yang terdiri dari Sub-

dit Penyakit Infeksi emerging Ditjen

P2P, Dinas Kesehatan Provinsi

dan kabupaten/Kota, Rumah sakit

Daerah, Dinas Pertanian, Peterna-

kan dan kehutanan kab/kota, Kan-

tor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Lampung dan Dinas Perhubungan

Provinsi Lampung. (IBR)

Penyakit Infeksi Emerging di Sher-

aton Hotel Lampung. Tujuan dari

kegiatan ini untuk meningkatkan

Pertemuan Uji Coba Penyusunan Indikator Standar Pemetaan Risiko Penyakit Infeksi Emerging di Provinsi Lampung.

P

Page 3: hal.1 Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging 06 VOLUME ...infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Edisi_6.pdf · kasus pada tahun 2018 adalah laki-laki dengan kisaran usia 54 tahun)

Buletin Master PIE—Volume 06/Juni 2018 Halaman 3

PENYAKIT LISTERIOSISYuk, Mari Mengenal Listeria Lebih Jauh!!!

ingga saat ini belum

ditemukan vaksin untuk

pengobatan atau pencegahan MERS.

Pengobatan yang diberikan pada

umumnya adalah tata laksana pera-

watan umum untuk menjaga kondisi

pasien tetap stabil. Di Indonesia,

risiko importasi kasus MERS cukup

besar mengingat Indonesia dengan

isteriosis disebabkan

infeksi bakteri Listeria

monocytogenes, dan menyebar

melalui pangan yang terkontami-

nasi (Foodborne Disease). Penyak-

it ini dapat menginfeksi manusia

maupun hewan. Manusia dapat

jumlah muslim terbesar di dunia dan

jumlah jamaah haji atau umrah yang

cukup banyak di sepanjang tahun.

Oleh karena itu perlu diinformasikan

mengenai pesan-pesan kesehatan

saat be-

rada di

Arab Sau-

di atau

n e g a r a

T i m u r

T e n g a h

la innya .

H a l - h a l

y a n g

p e r l u

diperhati-

kan bagi

s e t i a p

orang yang mengunjungi peterna-

kan unta, pasar hewan dengan unta

berpunuk satu sebagai salah satu

komoditi atau tempat lain dimana

terinfeksi melalui kontak langsung

dengan hewan yang terinfeksi

bakteri Listeria monocytogenes,

seringkali bersifat asimptomatik

dan tersebar luas di dunia, den-

gan tingkat kematian mencapai

20%-30%.Listeriosis pada orang

unta berpunuk satu berada harus

menerapkan perlindungan diri den-

gan:

v Menjaga kesehatan dan keber-

sihan diri

v Menggunakan masker pelind-

ung

v Tidak lupa mencuci tangan se-

belum dan setelah kontak den-

gan hewan apapun

v Menghindari kontak langsung

dengan hewan sakit.

v Tidak makan dan minum susu

atau daging unta mentah

v Hanya mengkonsumsi produk

dari hewan, khususnya unta

yang telah melewati proses ma-

sak (suhu tinggi) atau pasteur-

isasi dan ditangani dengan baik

dalam penyajiannya memenuhi

standar Hazard Analysis and

Critical Control Points (HACCP)

(SUL)

tanpa penyakit penyerta umumnya

menunjukkan gejala ringan seperti

demam, kelelahan, mual, muntah

dan diare. Bila tidak diobati, ge-

jala dapat berkembang menjadi

meningitis dan bakterimia. Pada

ibu hamil, infeksi Listeria dapat

TIPS AMAN CEGAH MERS SAAT IBADAH DI TANAH SUCI.

H

L

Buletin Master PIE—Volume 06/Juni 2018Halaman 6

sional dalam menghadapi Pen-

yakit Infeksi Emerging di Indo-

alam rangka percepatan

pelaksanaan kegiatan So-

sialisasi Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat (Germas) Program

Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Subdit Penyakit Infeksi

Emerging bersama Anggota DPR

RI telah melaksanakan kegia-

tan “Antisipasi Penyebaran Pen-

yakit Infeksi Emerging Berbasis

Masyarakat” yang di adakan di 3

kota, yaitu Kota Padang pada tang-

nesia. Sedangkan tujuh materi

inti meliputi : Deteksi Dini dan

gal 27 Mei 2018, Kota Tasikma-

laya pada tanggal 4dan Kota Blitar

pada tangal 28 Juni 2018.

Tujuan kegiatan ini ada-

lah mengantisipasi penyebaran

penyakit infeksi emerging demi

terwujudnya masyarakat yang se-

hat dan berkualitas. Pencegahan

penyakit sangat tergantung pada

prilaku individu, untuk itu gera-

kan masyarakat hidup sehat atau

Germas merupakan gerakan yang

Respon Menghadapi Penyakit In-

feksi Emerging di Pintu Masuk,

Deteksi Dini dan Respon Meng-

hadapi Penyakit Infeksi Emerging

di Wilayah, Prinsip Tatalaksana

Kasus Penyakit Infeksi Emerging

di Rumah Sakit, Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Fasyankes

dan Masyarakat, Pengelolaan Sp-

esimen Penyakit Infeksi Emerging,

Komunikasi Resiko dan Simulasi

Gabungan (MI,LA,AA)

terus menerus diprioritaskan. Ger-

mas ini merupakan langkah awal

membumikan masyarakat sehat

melalui meningkatkan gerakan

fisik, meningkatkan perilaku se-

hat dan meningkatkan kualitas

lingkungan yang bersih dan sehat.

Adapun sasaran dari kegiatan ini

adalah masyarakat, tenaga kese-

hatan beserta kader yang berjum-

lah 200 orang. Kegiatan ini dilak-

sanakan satu hari efektif. (LRP)

Simulasi Cuci Tangan pada Pelatihan TGC Penyakit Infeksi Emerging di Provinsi DKI Jakarta Tanggal 13-19 Mei 2018 di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hangjebat Jakarta

Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Kota Padang, Kota Tasikmalaya dan Kota Blitar.

D

Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) tanggal 4 Juni 2018 bersama Anggota DPR RI Bapak Khairudin, SAG, MH di Kota Tasikmalaya

Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) tanggal 27 Mei 2018 bersama Anggota DPR RI

ibu Betti Shadiq Pasadigue di Kota Padang

Page 4: hal.1 Sub Direktorat Penyakit Infeksi Emerging 06 VOLUME ...infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Edisi_6.pdf · kasus pada tahun 2018 adalah laki-laki dengan kisaran usia 54 tahun)

Buletin Master PIE—Volume 06/Juni 2018Halaman 4

menyebabkan komplikasi kegugu-

ran, kematian janin, janin men-

galami Meningitis, atau kelahiran

prematur. Pada kelompok rentan

(anak-anak, orang tua, dan orang

dewasa dengan sistem kekeba-

lan yang lemah bakteri dapat me-

nyerang sistem saraf pusat dan

masuk dalam sirkulasi darah, se-

hingga menyebabkan pneumonia.

Masa inkubasi penyakit ini antara

3-70 hari. Listeriosis hanya dapat

didiagnosis secara pasti dengan

pembiakan di laboratorium. Untuk

pembiakan, spesimen yang digu-

nakan adalah : darah, cairan otak,

cairan sumsum tulang belakang,

dan plasenta.

Bakteri Listeria tersebar

di alam dengan habitat utama di

tanah. Bakteri ini dapat diisolasi

dari tanah, bahan tanaman mem-

busuk, kotoran, bahan pangan

hewani (segar atau beku), olahan

keju, susu yang belum diproses,

limbah rumah potong hewan, ter-

masuk di saluran pencernaan ma-

nusia dan hewan tanpa gejala. Lis-

teria tahan terhadap panas, asam

dan garam, serta dapat tumbuh

pada suhu 40C dan membentuk

biofilm. Karena distribusinya yang

luas, bakteri ini berpotensi untuk

mencemari pangan dalam ber-

bagai tahap penyediaan pangan,

mulai dari pembibitan, produksi,

pengepakan, distribusi, penyia-

pan, pengolahan, sampai penyaji-

an. Penyakit ini tersebar secara

global dihampir seluruh negara.

Pada Awal tahun 2018 ini

tercatat terjadi kejadian luar biasa

(KLB) infeksi Listeriosis di Aus-

tralia. Hingga 6 Maret 2018 ter-

catat 17 kasus dengan 4 kema-

tian yang tersebar pada 5 negara

bagian yaitu New South Wales

(NSW) 6 kasus, Victoria 6 kasus,

Quensland 4 kasus dan Tasmania

1 kasus. Semua kasus diketa-

hui mengkonsumsi melon kuning

(Rock Melon) sebelum mengalami

sakit. Sebagian besar kasus me-

nyerang lansia (<65 tahun) yang

juga memiliki penyakit penyerta.

Hasil vestigasi bersama anta-

ra otoritas kesehatan dan otoritas

pangan New South Wales (NSW)

mengidentifikasi bahwa sumber

infeksi berasal dari melon kuning

yang dibudidayakan oleh sebuah

perusahaan pertanian di Nericon,

Distrik Riverina, NSW. Namun de-

mikian belum diketahui dengan

pasti titik sumber kontaminasi

pada rantai penyediaan pangan

melon kuning. Dengan adanya ke-

jadian ini, pihak yang berwenang

di Australia telah menarik semua

produk terkontaminasi bakteri

listeria dari seluruh rantai penye-

diaan pangan pertanian tersebut

per tanggal 1 Maret 2018, sehing-

ga dapat dipastikan bahwa melon

kuning yang beredar di Australia

sekarang tidak terkontaminasi

bakteri Listeria yang terkait den-

gan kejadian luar biasa ini.

Menanggapi kejadian di atas,

Kementerian Pertanian RI pada

tanggal 6 Maret 2018 telah me-

nerbitkan Surat Keputusan Men-

teri Pertanian Nomor 207/Kpts/

KR.040/3/2018 tentang Penu-

tupan pemasukan Rock Melon

(Caloupe) dari Negara Australia ke

Wilayah Republik Indonesia:

a. Keputusan ini diberlakukan ter-

hadap Rock Melon yang dikirim

dari Australia sejak tanggal 3

Maret 2018.

b. Penutupan ini berlaku bagi

pengiriman yang dilakukan se-

cara langsung maupun transit

di negara lain.

c. Pemasukan Rock Melon ke

wilayah Republik Indonesia

yang dikirim dari Negara Aus-

tralia sejak tanggal 3 Maret

2018 dilakukan tindakan peno-

lakan dan/atau pemusnahan.

Sebagai informasi tambahan,

data Sistem Informasi Karantina

Buletin Master PIE—Volume 06/Juni 2018 Halaman 5

ubdit Penyakit Infeksi

Emerging pada tanggal 13 -

19 Mei 2018 telah menyelengga-

rakan pelatihan Tim Gerak Cepat

(TGC) Penyakit Infeksi Emerging

di Provinsi DKI Jakarta yang dilak-

sanakan di Balai Besar Pelatihan

Kesehatan Hangjebat Jakarta.

Tujuan dari pelatihan ini diharap-

kan peserta mampu melaksana-

kan kesiapsiagaan, kewaspadaan

dini menghadapi penyakit infeksi

emerging di pintu masuk negara

(bandara, pelabuhan, dan PLDBN)

dan wilayah. Kegiatan ini diikuti

oleh 30 orang peserta yang be-

Pertanian Kementerian Pertanian

Republik Indonesia menunjukkan

belum pernah mencatat adanya

pemasukan buah Melon Kuning

asal Australia pada tahun 2017

hingga saat ini. Oleh karena itu,

Kementerian Pertanian menghim-

bau agar masyarakat tidak perlu

panik atau resah akan akibat dari

kejadian ini. Namun demikian,

masyarakat tetap diminta was-

pada terhadap penularan listeria,

karena bakteri ini juga ditemukan

di Indonesia. Hal ini berdasarkan

hasil studi Penelitian di Indonesia

oleh Yoni Darmawan Sugiri et al,

(2014) di Bandung yang menun-

jukkan hasil:

a. Listeria ditemukan di Indone-

sia. Pernah dideteksi pada

97,3% sampel karkas ayam

dari pasar tradisional dan su-

permarket di Bandung.

b. Listeria ditemukan pada

sampel kurang dari 100 colony

forming unit per gram (CFU/

gram). Untuk menimbulkan

penyakit pada orang dewasa

100 juta CFU/ gram. Dengan

demikian, jumlah Listeria yang

ditemukan tidak cukup untuk

menginfeksi orang dewasa.

Sebagai upaya pencegahan,

tindakan yang dapat dilakukan

masyarakat adalah sebagai beri-

kut:

a. Meningkatkan biosekuriti di

lingkungan pertanian (peterna-

kan dan perkebunan)

b. Dekontaminasi terhadap ba-

han pangan asal ternak mau-

pun terhadap peralatan yang

digunakan dalam proses peny-

iapan bahan pangan asal ter-

nak, dari kandang hingga siap

rasal dari suku dinas kesehatan

se Provinsi DKI, Labkesda dan Ru-

mah Sakit. Kegiatan Pelatihan ini

telah mendapatkan akreditasi dari

PPSDM Kementerian Kesehatan.

Pada akhir pelatihan peserta yang

santap.

c. Menghindari minum susu men-

tah atau tanpa pasteurisasi,

dan makan keju yang dibuat

dari susu tanpa passteurisasi.

d. Memasak dengan sempurna

pangan asal ternak dan ola-

hannya seperti daging sapi,

daging ayam, dan telur.

e. Mencuci bersih sayuran se-

belum dimakan, menyimpan

daging mentah terpisah dari

sayuran, mencuci tangan dan

semua peralatan yang diguna-

kan dalam pengolahan pangan

mentah.

f. Tidak menunda konsumsi

pangan yang tidak tahan lama.

g. Tidak menyimpan pangan dan

bahan pangan dalam refrigera-

tor lebih dari 7 hari (MI)

dinyatakan lulus pelatihan men-

dapatkan sertifikat bernilai 1 SKP

(setara dengan 59 JPL).

Bahan ajar pada pelatiahan ini

terdiri dari satu materi dasar

yaitu kebijakan dan strategi Na-

WARTA PENYAKIT INFEKSI EMERGINGPelatihan TGC Penyakit Infeksi Emerging di Provinsi DKI Jakarta

S

Pelatihan TGC Penyakit Infeksi Emerging di Provinsi DKI Jakarta Tanggal 13-19 Mei 2018 di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hangjebat Jakarta.