hakikat manusia menurut konfusianisme korea …

21
HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA ABSTRAK Nama : Srikania Audrey Program Studi : Bahasa dan Kebudayaan Korea Judul : Hakikat Manusia Menurut Konfusianisme Korea Skripsi ini membahas upaya-upaya dalam mencapai pemahaman hakikat manusia menurut ajaran Konfusianisme Korea secara umum serta melalui contoh-contoh relasi antara manusia dengan alam semesta yang disebutkan dalam ajaran Konfusianisme Korea. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukan bahwa studi tentang hakikat manusia dalam Konfusianisme Korea memiliki pencapaian pemahaman yang berbeda dengan aliran filsafat timur lainnya seperti Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme Klasik. Melalui hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Konfusianisme Korea memuat salah satu bentuk pemahaman filsafat diri. Kata Kunci: Konfusianisme, Konfusianisme Korea, hakikat manusia, filsafat diri 1. Pendahuluan Pemikiran-pemikiran tentang hakikat manusia ada sejak zaman Yunani Kuno hingga sekarang. Socrates (469 SM – 399 SM), filsuf Yunani Kuno, mengatakan “Know thyself”, dan menurut John Ruskin (1819 – 1900) setiap manusia pernah bertanya pada dirinya sendiri “Whence did I come? What am I? Whither am I going?”. Kutipan filsuf- filsuf tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki rasa ingin tahu terhadap dirinya sebagai being atau zat hidup. Pertanyaan-pertanyaan seperti asal, hakikat, dan tujuan manusia dipicu oleh eksistensi manusia di alam semesta. Menurut Harold H. Titus (1959), manusia adalah makhluk luar biasa; Ia nampak seperti bagian dari alam semesta dan berpartisipasi di dalamnya, akan tetapi manusia juga nampak berada di atas alam semesta 1 dan terus mengasah kemampuannya untuk menguasai alam. Menurut interpretasi ilmu sains modern, manusia sama seperti organisme lainnya adalah bagian dari keteraturan fisika dan bertahan hidup dengan 1 Di atas alam semesta adalah ekspresi dari kenyataan bahwa manusia adalah being atau zat hidup yang berhasil melampaui seleksi alam hingga studi ini dilaksanakan. Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA

ABSTRAK

Nama : Srikania Audrey

Program Studi : Bahasa dan Kebudayaan Korea

Judul : Hakikat Manusia Menurut Konfusianisme Korea

Skripsi ini membahas upaya-upaya dalam mencapai pemahaman hakikat manusia menurut ajaran Konfusianisme Korea secara umum serta melalui contoh-contoh relasi antara manusia dengan alam semesta yang disebutkan dalam ajaran Konfusianisme Korea. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukan bahwa studi tentang hakikat manusia dalam Konfusianisme Korea memiliki pencapaian pemahaman yang berbeda dengan aliran filsafat timur lainnya seperti Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme Klasik. Melalui hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Konfusianisme Korea memuat salah satu bentuk pemahaman filsafat diri.

Kata Kunci:

Konfusianisme, Konfusianisme Korea, hakikat manusia, filsafat diri

1. Pendahuluan

Pemikiran-pemikiran tentang hakikat manusia ada sejak zaman Yunani Kuno

hingga sekarang. Socrates (469 SM – 399 SM), filsuf Yunani Kuno, mengatakan “Know

thyself”, dan menurut John Ruskin (1819 – 1900) setiap manusia pernah bertanya pada

dirinya sendiri “Whence did I come? What am I? Whither am I going?”. Kutipan filsuf-

filsuf tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki rasa ingin tahu terhadap dirinya

sebagai being atau zat hidup. Pertanyaan-pertanyaan seperti asal, hakikat, dan tujuan

manusia dipicu oleh eksistensi manusia di alam semesta.

Menurut Harold H. Titus (1959), manusia adalah makhluk luar biasa; Ia nampak

seperti bagian dari alam semesta dan berpartisipasi di dalamnya, akan tetapi manusia juga

nampak berada di atas alam semesta 1 dan terus mengasah kemampuannya untuk

menguasai alam. Menurut interpretasi ilmu sains modern, manusia sama seperti

organisme lainnya adalah bagian dari keteraturan fisika dan bertahan hidup dengan

1Di atas alam semesta adalah ekspresi dari kenyataan bahwa manusia adalah being atau zat hidup yang berhasil melampaui seleksi alam hingga studi ini dilaksanakan.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 2: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

mematuhi keteraturan fisika dan kimia yang ada di alam semesta2. Manusia menyerap zat

asing dan menjadikannya bagian dari zat dirinya sendiri, contohnya benafas; manusia

menghirup oksigen, sebagai senyawa berenergi tinggi, dan menggunakannya untuk

menjalankan fungsi hidup. Namun, sifat manusia sebagai zat hidup yang merupakan

bagian dari keteraturan hukum fisika dan kimia tidak membuatnya sama dengan zat hidup

lain.

Dalam filsafat terdapat dua aliran yang memberikan jawaban atas keberadaan

manusia; teori evolusi3 dan teori kreasionis4. Dalam teori evolusi dikatakan bahwa

manusia terus berkembang dan merupakan puncak dari mata rantai evolusi (Butler,

1968). Manusia dipandang sebagai bagian dari siklus materi dan energi yang ada dalam

alam semesta yang di mana eksistensi manusia ada sebagai manifestasi dari

berlangsungnya siklus ini. Dalam teori kreasionis dikatakan bahwa manusia, seperti

halnya alam semesta, merupakan hasil ciptaan dari creative cause yang pada umumnya

ditafsirkan sebagai Tuhan.

Hakikat Tuhan dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Menurut Platinga

(1967) Tuhan pada hakikatnya adalah maha pencipta, maha kuasa, dan maha baik.

Dalam pernyataan ini Platinga menjabarkan karakter-karakter Tuhan untuk mencapai

pemahaman hakikat Tuhan. Di Korea, usaha untuk mencapai pemahaman hakikat Tuhan

dibahas dalam The School of Nature and Principle 5 pada Dinasti Song. Menurut

pengajaran ini Tuhan sebagai creative cause disebut dengan 3 nama (dari total 6 nama6);

Great Ultimate, Principle, dan Heaven. Tuhan sebagai Great Ultimate didefinisikan oleh

Konfusius sebagai poros dari segala penciptaan. Kemudian Tuhan sebagai Principle

adalah dasar dari segala sesuatu yang ada dan sebagai pedoman dalam penciptaan.

Terakhir adalah Tuhan sebagai Heaven yang melampaui segala ciptaannya dan

mengendalikan semesta—hingga takdir dari ciptaannya sendiri. 2Harold H. Titus. 1959. Living Issues in Philosophy. New York: American Book Company, Bab 103Teori Evolusi adalah teori yang dikukuhkan oleh Charles Darwin (1809-1882) seorang filsuf Naturalisme sekaligus geolog, dalam karyanya On The Origin of Species. 4Teori Kreasonis dikukuhkan oleh Philip Gosse (1810-1888) seorang filsuf Naturalisme Inggris, dalam karyanya Omphalos: An Attempt to Untie the Geological Knot. 5The School of Nature and Principle adalah sebuah lembaga pendidikan yang memberikan pengajaran-pengajaran tentang Neo-Konfusianisme. 6Konsep Tuhan yang diajarkan dalam The School of Nature and Principle ini sendiri sebenarnya memiliki 6 nama yang mewakili sifatnya masing-masing; Great Ultimate (Tai-chi), Principle (Li), Heaven (Tian), Lord on High (Shang-di), Spirit (Shen), dan The Way (Tao).

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 3: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

Konfusianisme Korea berusaha mencapai pemahaman tentang hakikat manusia

melalui kecenderungan manusia untuk melakukan relasi dan terus bekerjasama dengan

unit-unit dalam kehidupan. Pencapaian pemahaman ini diperoleh dengan menelaah relasi

yang terjadi antara manusia dengan sekitarnya. Namun, kebanyakan relasi yang dibahas

dalam Konfusianisme Korea menekankan pada hubungan antar sesama manusia.

Berangkat dari konsep ini, pemahaman hakikat manusia berdasarkan

Konfusianisme kerap dilandasi oleh sikap manusia dalam relasi antar sesamanya atau

dalam sebuah hubungan sosial. Beberapa studi tentang hakikat manusia berdasarkan

Konfusianisme akhirnya melandaskan pula pemahamannya pada hubungan sosial.

Namun hal ini tidak membatasi upaya pencapaian pemahaman hakikat manusia semata

berdasarkan hubungan sosial saja.

Konfusianisme adalah pemikiran mengenai sistem kemanusiaan yang bersifat

optimis 7 . Kebanyakan pemikiran dalam Konfusianisme Korea juga bersifat tidak

antroposentris. Salah satu tujuan ajaran ini adalah usaha untuk mencapai kesempurnaan

manusia melalui upaya pengembangan diri guna menciptakan keselarasan antara

manusia dengan alam semesta. Usaha ini adalah bukti bahwa manusia berupaya

membangun sebuah relasi dan keteraturan dengan bagian-bagian kesatuan entitas alam

semesta. Berlandaskan tujuan pemikiran Konfusianisme ini, apabila seseorang telah

berhasil menciptakan keselarasan dengan alam semesta melalui upaya pengembangan

diri maka orang tersebut telah mencapai titik kesempurnaan manusia (Keum: 2000).

Salah satu filsuf Konfusianisme Korea, Yi Yi (李珥), memiliki teori tentang

hubungan antara Li (理, Tuhan) dengan Ki (氣, alam semesta). Dalam teorinya Yi Yi

menyatakan bahwa alam semesta menciptakan konsep Tuhan. Konsep Tuhan tidak dapat

muncul secara terpisah tanpa adanya alam semesta yang memicu eksistensinya.

Sebaliknya, alam semesta juga tidak dapat dipisahkan dari konsep Tuhan, karena sifat

Tuhani merekat pada bagian-bagian dari kesatuan entitasnya. Upaya menyelaraskan diri

dengan alam dapat membantu seseorang mencapai titik kesempurnaan, karena dengan

menyelaraskan diri dengan alam, manusia juga berupaya untuk menyelaraskan diri 7Pemikiran sistem kemanusiaan yang bersifat positif dalam pernyataan ini berkaitan dengam proses pengembangan diri manusia dalam Konfusianisme. Salah satu karakter utama pengembangan diri ini adalah proses seseorang mempelajari kebenaran guna mencapai kebijakan. Hal ini sedikit berbeda dengan upaya pengembangan diri dalam pemikiran timur lainnya seperti Buddhisme dan Taosime. Baik Buddhisme maupun Taoisme, berusaha mencapai pemahaman tentang kebenaran dengan terlebih dahulu mempelajari kepalsuan-kepalsuan yang ada di dunia.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 4: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

dengan sifat-sifat Tuhani yang merekat pada alam semesta. Dari keselarasan pada alam

dan sifat Tuhani, manusia dapat mencapai keteraturan dunia.

Kesempurnaan manusia yang dicapai melalui pengembangan diri adalah bentuk

transformasi manusia menjadi orang bijak. Dalam upayanya untuk mengembangkan diri

manusia memahami realitas dirinya lebih jauh. Melalui pemahaman tentang realitas diri,

manusia bertambah dekat dengan pemahaman hakikat diri.

Pengembangan diri dalam upaya mencapai keselarasan dengan alam semesta

dalam Konfusianisme Korea dapat dijadikan landasan dalam mencapai pemahaman

hakikat manusia. Guna menciptakan relasi yang harmonis, manusia harus mencapai titik

kesempurnaan melalui pemahaman realitas diri dan mengembangkannya. Teori Yi Yi

tentang Li dan Ki juga mendukung manusia untuk melakukan relasi dengan alam semesta.

Teori Yi Yi menjelaskan bahwa Ki tidak dapat dipisahkan dari Li, karena nilai-nilai Li

terkandung dalam Ki. Upaya mencapai kesempurnaan bagi manusia adalah upaya

mendekatkan diri dengan Tuhannya dan Konfusianisme Korea memberikan alternatif

dalam pencapaian tujuan upaya tersebut melalui penciptaan relasi antara manusia dengan

alam semesta.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Manusia dan Alam Semesta

Dalam pembahasan ini manusia dibahas baik sebagai bagian dari alam

semesta maupun sebagai sebuah satuan entitas. Penulis berupaya untuk menjawab

pertanyaan “What am I?” tentang hakikat manusia. Namun hal ini tidak menutup

keterlibatan kedua pertanyaan lain karena pemahaman tentang hakikat manusia

bisa berangkat dari berbagai landasan; baik realitas diri hingga relasi yang

dibangun diri dalam kehidupan.

2.1.1. Manusia Sebagai Bagian Dari Alam Semesta

Interpretasi manusia dalam pembahasan ini mengacu pada tiga sudut

pandang: interpretasi klasik atau rasional, interpretasi Kristiani, dan

interpretasi ilmu pengetahuan alam modern. Manusia dalam interpretasi klasik

dipandang sebagai being yang unik dengan kemampuan untuk berpikir dan

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 5: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

bertindak secara rasional. Interpretasi manusia ini timbul karena terjadinya

perkembangan pada cerebrum.

Kedua adalah interpretasi Kristiani. Interpretasi ini lebih melihat hakikat

manusia berdasarkan asal usulnya—sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Manusia

dilihat sebagai makhluk yang diciptakan mengikuti citra Tuhan. Ia berada di

titik tengah antara alam duniawi dengan alam spiritual. Interpretasi Kristiani

berfokus pada sistem religi dan teologi sehingga konsep Tuhan tidak dapat

dipisahkan dari pemikiran-pemikiran tentang manusia.

Terakhir adalah Interpretasi ilmu pengetahuan alam modern. Hingga kini

ilmu pengetahuan8 melihat manusia sebagai; objek fisik, bagian dari kingdom

animalia dengan tingkat kompleksitas tinggi, mekanisme stimulan-responsif,

dan fokus sosial. Manusia dapat melakukan relasi dengan unit-unit alam

semesta karena manusia berada di dalam alam semesta. Sama halnya dengan

unit-unit lain di dalam alam semesta, manusia juga merupakan bagian dari

alam semesta. Oleh karena itu, manusia merupakan bagian dari alam semesta.

2.1.2. Alam Semesta Sebagai Sebuah Satuan Entitas

Manusia adalah bagian dari alam semesta. Eksistensinya di dalam lingkup

alam semesta menjadikannya salah satu dari ragam unit-unit yang ada. Istilah

alam semesta ini digunakan untuk mewakili kesatuan total dari segala yang

ada atau diakui eksistensinya. Termasuk dari kesatuan total ini adalah gugus

galaksi, dan segala sesuatu yang tidak dapat luput dari konsep ruang dan

waktu.

Walaupun berbagai interpretasi tentang alam semesta mencapai definisi

yang hampir sama, akan tetapi beberapa pihak9 masih mendebatkan unit-unit

yang ada di dalamnya. Sebagai contoh dari konsep yang diperdebatkan adalah

8Atau ilmu pengetahuan alam modern seperti yang disebutkan dalam Harold H. Titus. 1959. Living Issues in Philosophy. New York: American Book Company, Bab 109Beberapa pihak yang mendebatkan unit-unit yang ada di alam semesta adalah beberapa aliran filsafat seperti Humanisme, Naturalisme, dan Supernaturalisme. Naturalisme adalah aliran filsafat yang percaya bahwa alam semesta ada dan beroperasi dengan sendirinya. Supernaturalisme adalah filsafat yang sering dengan dikaitkan dengan Teologi arena mempercayai adanya energi supernatural yang bersifat melebihi kemampuan manusia, dan menciptakan alam semesta bedan isinya. Sementara Humanisme adalah aliran filsafat yang mengutamakan kesejahteraan umat manusia.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 6: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

keberadaan Tuhan. Dalam kaitannya dengan alam semesta terdapat dua

pandangan tentang keberadaan Tuhan: naturalisme dan supernaturalisme.

Orang-orang yang beranggapan bahwa tidak ada eksistensi lain di luar

eksistensi alam semesta disebut dengan naturalis. Sebaliknya, orang-orang

yang menganggap bahwa ada eksistensi lain yang berada di luar eksistensi

alam semesta disebut dengan supernaturalis. Selain Naturalisme dan

Supernaturalisme, terdapat aliran filsafat Humanisme. Humanisme

mengutamakan kesejahteraan dan kemakmuran manusia dalam studinya.

Teologi tidak dibahas secara mendalam dalam aliran ini hanya saja eksistensi

zat yang diinterpretasikan sebagai Tuhan ini berada satu dengan alam semesta

yang di mana manusia tinggal.

2.2.Hakikat Manusia Menurut Aliran Filsafat Timur

2.2.1. Hakikat Manusia Menurut Buddhisme

Ajaran Buddha dibawakan oleh Buddha Gautama, yang terlahir dengan

nama Siddharta Gautama. Dharma Buddha berusaha meluruskan sifat-sifat

duniawi manusia. Sifat-sifat duniawi manusia ini adalah kekhilafan manusia yang

jatuh ke dalam godaan mara dunia yang bersifat fana. Dalam Dharma Buddha

digambarkan bahwa manusia memiliki nafsu-nafsu duniawi yang selalu berakhir

pada penderitaan. Tujuan dari penyampaian Dharma-dhrama ini adalah agar

manusia dapat dibimbing menuju ke Buddhaan dirinya. Manusia dibimbing

menuju sejati diri yaitu hakikatnya sebagai pengemban jiwa Buddha. Dharma-

dharma Buddha berusaha mengembalikan manusia pada sifat dasarnya—sebagai

orang yang tidak guncang oleh pengaruh duniawi, apalagi mengejarnya.

2.2.2. Hakikat Manusia Menurut Taoisme

Taoisme adalah salah satu ajaran religi dan aliran filsafat tertua di Cina.

Ajaran ini menjunjung tinggi kehidupan yang harmoni dengan ‘tao’ (道) atau

jalan yang benar. Jalan yang benar ini dianggap sebagai pedoman hidup yang

paling tepat dalam bertindak maupun dalam memimpin manusia. Persatuan

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 7: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

antara Yin dan Yang dianggap sebagai simbol dari pentingnya keseimbangan

moral. Dari perlambangan keseimbangan ini Taoisme merujuk pada

terciptanya harmoni dan keteraturan alam. Maka dari itu Taoisme

mengajurkan pengikutnya untuk selalu menghormati dan menghargai hukum

dan norma yang ada di lingkungan kehidupan mereka.

Manusia memiliki kemampuan untuk mengacaukan maupun

mempertahankan dan mengembalikan keteraturan alam. Penggambaran Yin

dan Yang sebagai keteraturan alam semesta juga mewakili keteraturan-

keteraturan dari segala unit dalam satuan entitasnya—termasuk manusia.

Perpaduan antara hitam dan putih adalah eksistensi dari 2 hal yang kontras di

dalam diri manusia dan kerap diinterpretasikan sebagai sifat baik dan buruk.

2.2.3. Hakikat Manusia Menurut Konfusianisme Klasik

Konfusianisme lahir di Cina pada abad ke 5 sebelum masehi. Ajaran ini

merupakan perkembangan dari pemikiran-pemikiran Konfusius yang

mempengaruhi nilai dan moral sosial masyarakat Cina dan masyarakat Asia

Timur. Pada awalnya Konfusianisme dipandang sebagai ajaran tentang etikat

dalam lingkup sosial. Kini Konfusianisme lebih dipandang sebagai pedoman

dalam membangun otoritas hirarki dan menjunjung tinggi rasa hormat.

Dalam Analect Konfusius digambarkan sebagai orang yang menjaga nilai-

nilai kebijakan yang luhur guna mengembalikan moral bangsa. Beberapa hal

yang diutamakan Konfusius dalam Analect10 adalah:

1. Teodisi11

2. Harmonisasi

3. Tenaga moral

4. Pengembangan diri 10Sumber : http://www.iep.utm.edu/confuciu/ 11Teodisi berasal dari Bahasa Inggris Theodicy yang berarti usaha untuk membenarkan eksistensi Tuhan dalam dunia yang mengandung kebaikan dan kejahatan. Usaha ini berusaha untuk memberikan relasi antara realita dunia dengan karakteristik tradisional Tuhan yaitu; maha baik, maha kuasa, dan maha bijak. Istilah ini pertama dikemukakan oleh Gottfried Leibniz, seorang filsuf Jerman.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 8: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

Melalui keempat hal utama yang disebutkan Konfusius dalam Analect

manusia dapat mencapai keselarasan dalam dirinya dengan semesta.

Keselarasan ini membawanya untuk bertindak secara layak terhadap diri

sendiri, lingkup sosial, maupun lingkup kosmik. Konfusius sendiri

memandang bahwa manusia memiliki potensi untuk menjadi satu dalam

harmoni dengan dalam dan luar dirinya secara berkesinambungan.

3. Analisis

3.1. Hakikat Manusia Dalam Pandangan Konfusianisme Korea Secara Umum

3.1.1. Sejarah Konfusianisme di Korea

Kerajaan yang tercatat dalam sejarah Korea secara berurutan adalah

sebagai berikut:

1. Gojoseon (2333 SM – 108 SM)

2. Tiga kerajaan:

• Goguryeo (37 SM- 688 M),

• Baekje (18 SM – 660 M),

• Silla (57 SM – 935 M), dan

• Gaya (42 SM – 562 M)

3. Kerajaan Silla bersatu (668 M - 935 M)

4. Balhae (698 M – 926 M)

5. Goryeo (918 M – 1392 M), dan

6. Joseon (1392 M – 1897 M)

Konfusianisme merupakan salah satu ajaran religi tertua di Korea.

Diperkirakan ajaran ini masuk dari Cina sekitar 403-221 S.M. pada Periode

Musim Gugur dan Musim Semi, dan Zaman Negara Berperang di Cina. Selain

itu Kija (Zhu Xi, 朱熹), seorang filsuf Cina, juga diutus ke Korea untuk

menyebarkan ajaran Konfusianisme. Beberapa catatan sejarah seperti Residual

Events of The Three Kingdoms ( ) dan Historical Records of The Three

Kingdoms ( ) beberapa kali menyebutkan kedatangan Kija ke Korea.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 9: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

Pada masa Tiga Kerajaan terdapat tiga kerajaan besar yang berkuasa di

semenanjung Korea: Goguryeo, Baekje dan Silla. Pada masa Tiga Kerajaan

Goguryeo banyak berinteraksi dengan Cina karena sungai Liaohe di timur

Cina dekat dengan perbatasan Goguryeo. Konfusianisme diperkirakan masuk

ke Goguryeo melalui hubungan antarkerajaan ini. Dalam Historical Records

of The Three Kingdoms juga disebutkan bahwa Goguryeo dan Silla adalah

kerajaan di semenanjung Korea pertama yang mendirikan institut

pembelajaran Konfusianisme.

Raja Sosurim (menjabat 371 M – 384 M) mendirikan Akademi Nasional

di Goguryeo, sebuah institusi dalam menciptakan tenaga pekerja yang

kompeten dalam mengelola administrasi kenegaraan. Selain Goguryeo,

Konfusianisme juga berkembang di kerajaan Baekje. Pada tahun 513 raja

Muryeong (menjabat 501 M – 523 M) mengirim Danyangi, seorang

cendikiawan Konfusianis, ke Jepang. Adanya Konfusianisme di kerajaan Silla

tercatat dalam Book of Liang Dynasty (梁書, pinyin: Liáng Shū) ; Records of

Silla yang di mana terdapat entri mengenai penggunaan tenaga penerjemah

Baekje dalam hubungan diplomasi antara Silla dan dinasti Liang. Beberapa

hal yang dipertukarkan dalam hubungan ini adalah budaya dan Konfusianisme

adalah satu di antaranya. Pada masa kerajaan Silla, Konfusianisme

berkembang secara berdampingan dengan ajaran Buddha.

Pada masa Silla Bersatu didirikan pula institusi nasional khusus

pembelajaran Konfusianisme dengan nama Akademi Nasional di tahun 682

masehi. Pendidikan Konfusianisme dirasa perlu dalam menciptakan tenaga

kerja administrasi kerajaan guna mewujudkan kerajaan yang harmonis.

Akademi Nasional ditujukan untuk menciptakan lulusan dengan kemampuan

pemahaman Konfusianisme yang beragam, maka akademi ini dibagi atas tiga

jurusan dengan bahan ajar yang berbeda pula. Namun setiap jurusan diberikan

dasar kitab Filial Piety ( 孝, pinyin: xiào) dan Analects of Confucius. Lulusan

Akademi Nasional diikutdankan dalam Ujian Sipil untuk ditempatkan pada

posisi-posisi tertentu dalam instansi pemerintahan. Ujian Sipil ini sendiri

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 10: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

memiliki jangkauan perekrutan yang luas dan dapat diikuti oleh lapisan

masyarakat di luar kaum aristokrat Silla Bersatu.

Pada tahun 885, Choe Chi-won, seorang pelajar di Changan kembali ke

Korea setelah mengikuti Guest and Tributary Examination. Choe Chi-won

dikenal sebagai salah satu cendikiawan Konfusianisme yang mewakili zaman

Silla Bersatu. Setelah kembali ke Korea ia dijadikan tenaga pengajar di

Akademi Nasional sekaligus bagian dari instansi pemerintahan. Choe Chi-

won adalah penganut Konfusianisme, ajaran Laozi dan ajaran Buddha. Maka

dari itu cara hidup Choe Chi-won merepresentasikan ajaran ketiganya.

Menurut Choe Chi-won cara menikmati nilai estetis dari alam

menggabungkan ketiga ajaran tersebut12:

1. Hiduplah dengan kekeluargaan di rumahmu dan setia pada rajamu.

2. Jangan berdiam diri dan mempercayai ajaran yang salah.

3. Jangan berbuat jahat dan sebarkan kebaikan.

Dari ketiga petuah tersebut, poin pertama adalah ajaran Konfusianis.

Pemahaman Konfusianisme di Korea hingga titik ini masih

menginterpretasikan ajaran-ajarannya sebagai kode etis dalam bertindak di

lingkup sosial.

Berlanjut dari periode Silla Bersatu, Korea memasuki periode Goryeo.

Pada tahun 936 Wang Geon mengemballikan keadaan politik yang terpecah

dibawah satu kekuasaan; kerajaan Goryeo. Ajaran Buddha dijadikan agama

nasional di kerajaan Goryeo, dan dalam History of Goryeo (Goryeosa, )

disebutkan bahwa landasan didirikannya Goryeo adalah keinginan untuk

memanifestasikan ajaran Buddha. Walaupun begitu Konfusianisme tidak

hilang dari sejarah Goryeo, hanya saja pengamalannya dijadikan

komplementer bagi pengamalan ajaran Buddha.

Transisi Goryeo ke Joseon bermula pada 1356 hingga 1392. Yi Seong-gye

diangkat sebagai Taejo ( , raja pertama) Joseon oleh sejumlah dewan

penasihat. Yi Seong-gye memiliki peran besar dalam berdirinya kerajaan

12Kang: 2003

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 11: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

Joseon. Ideologi negara pada periode Joseon berlandaskan ajaran Neo-

Konfusianisme13. Periode Joseon juga disebut sebagai periode puncak bagi

pemahaman hakikat manusia dalam Neo-Konfusianisme Korea. Banyak

cabang keilmuan Neo-konfusianisme yang didirikan pada abad ke 16 seperti

Yeongnam dan Giho—keduanya adalah sekolah Neo-Konfusianisme yang

didirikan oleh Yi Hwang dan Yi Yi, cendikiawan Neo-konfusianisme

representatif pada masanya. Pemahaman cabang keilmuan keduanya dilandasi

oleh teori Empat Tujuh:

• Empat bibit:

1. Rasa simpati sebagai awal timbulnya kebajikan.

2. Rasa malu dan ketidaksukaan sebagai awal timbulnya

kebenaran.

3. Sifat memuliakan dan menghormati sebagai awal dari

timbulnya kelayakan.

4. Pemikiran setuju dan tidak setuju sebagai awal dari timbulnya

pengetahuan.

• Tujuh emosi manusia:

1. Kebahagiaan

2. Amarah

3. Kesedihan

4. Rasa takut

5. Cinta

6. Rasa benci

7. Ketamakan

3.1.2. Hakikat Manusia Menurut Pemahaman Filsuf Representatif

3.1.2.1. Pemahaman Yi Hwang

Pemahaman Yi Hwang disebut dengan teori Pemunculan Bilateral

yang menjelaskan bahwa zat kuasa dan materi saling memunculkan nilai-13Adalah ajaran Konfusianisme yang dikembangkan oleh Zhu Xi (1130-1200). Neo-konfusianisme masuk ke Korea pada periode Goryeo, oleh Ahn Hyang, salah satu pelajar Konfusianisme yang pergi ke Cina untuk mempelajari Konfusianisme.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 12: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

nilai yang berawal dari dirinya dan mempengaruhi satu sama lain. Yi

Hwang menyatakan bahwa keempat bibitt berawal dari zat kuasa

sementara ketujuh emosi berawal dari materi. Manusia sebagai salah satu

bagian dari dunia materi harus memiliki kendali atas kemampuannya

dalam meng-ada-kan ketujuh emosi sesuai dengan aturan yang di-ada-kan

oleh zat kuasa atau zat Tuhani.

Yi Hwang mengukuhkan doktrin pengembangan pikir (mind

cultivation) bagi sekolah Yeongnam. Pengembangan pikir dimaksudkan

agar manusia dapat mewujudkan ketujuh emosi secara selektif

berdasarkan keempat bibit sebagai pedoman. Dengan mengendalikan alam

pikir, manusia dapat mengklasifikasi sensasi yang diterima dan mengatur

reaksi dari dirinya. Hal ini mengacu pada hakikat manusia sebagai

mekanisme stimulan-respontif.

Dari pemahaman Yi Hwang dapat disimpulkan bahwa manusia

adalah mekanisme stimulan-respontif sekaligus makhluk bernalar.

Manusia merespon stimulan yang ia terima dengan tindakan 14 dan

memiliki kemampuan untuk berpikir15 sebelum bertindak. Pemahaman

yang dicapai Yi Hwang melalui 4 bibit dan 7 emosi manusia

mengindikasikan sifat manusia (nature of human).

3.1.2.2. Pemahaman Yi Yi

Pemahaman Yi Yi mengenai hakikat manusia sedikit mengkritisi

pemahaman Yi Hwang yang dinilai kaku. Yi Yi menilai 4 bibit sebagai

alasan bagi dunia materi dalam mewujudkan 7 emosi manusia. Hal ini

tidak menutup kemungkinan bagi dunia materi untuk memiliki

kemampuan untuk meng-ada-kan maupun mewujudkan keempat bibit

14Tindakan dalam pemahaman Yi Hwang diwakilkan oleh output ketujuh emosi manusia. 15Kemampuan berpikir yang dimaksudkan adalah pelibatan keempat bibit dalam keseluruhan proses dari penerimaan impuls, pemikiran ide respon hingga perwujudannya.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 13: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

tersebut. Dengan kata lain manusia, sebagai bagian dari dunia materi,

memiliki kemampuan untuk menciptakan keempat bibit dalam dirinya16.

Pernyataan Yi Yi pada Yulgok Jeonseo17 mengindikasikan potensi

manusia untuk memberikan respon yang kaya dalam ragam. Pernyataan

yang menyanggupi manusia untuk meng-ada-kan ketujuh emosi manusia

dan keempat bibit adalah salah satu buktinya. Kemampuan manusia dalam

mewujudkan kebaikan sebagaimana ia mewujudkan keburukan

menjadikannya makhluk multi-potensi. Lalu Yi Yi juga menyebutkan

bahwa materi melakukan pemunculan dengan menjadikan zat kuasa

sebagai alasannya, adalah insikasi bahwa manusia adalah makhluk

rasional. Manusia yang memiliki alasan dalam bertindakan akan

menyesuaikan tindakannya guna mencapai tujuan.

Yi Yi juga menegaskan bahwa manusia adalah bagian dari dunia

materi. Sebagai bagian dari dunia materi manusia tidak dapat lepas dari

konsep ruang dan waktu. Pernyataan Yi Yi mengemukakan manusia

sebagai zat mortal.

3.2.Hakikat Manusia Menurut Konfusianisme Korea

Keum (2000:11) menyatakan bahwa Konfusianisme berusaha memahami umat

manusia melalui relasinya dengan segala sesuatu di alam semesta (universe); hal

terpenting dalam sistem kemanusiaan18 ini adalah usaha manusia dalam mencapai

titik kesempurnaan manusia dalam relasinya dengan alam semesta.

Pada periode Joseon terjadi perdebatan antarfaksi di awal abad ke-18 antara pro-

Yeongnam dan pro-Giho. Debat ini kembali membahas hakikat manusia berdasarkan

pemahaman Yi Hwang dan Yi Yi yang awalnya berlangsung pada pertengahan abad

ke-16. Perdebatan ini juga menyinggung definisi alam semesta yang mengacu pada

pemikiran Zhu Xi dalam Zhongyong zhang (atau The Doctrine of The Mean) “segala

16Menciptakan atau meng-ada-kan keempat bibit dalam diri manusia adalah fenomena timbulnya nilai-nilai kebajikan, kebenaran, kelayakan dan pengetahuan dalam pikiran manusia akibat menerima impuls dari luar dirinya. 17Yulgok Jeonseo adalah kumpulan Karya Yi Yulgok 18Menurut Keum relasi manusia dengan segala sesuatu di dalam alam semesta dilandasi oleh sistem kemanusiaan karena relasi ini dibangun manusia dengan tindakan yang sesuai dengan kemanusiaan.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 14: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

sesuatu yang dianugerahkan zat kuasa adalah alam semesta”, dan The Works of

Mencius “alam semesta adalah kehidupan”. Dengan kata lain alam semesta adalah

segala sesuatu yang ada dalam kehidupan.

3.2.1. Manausia Dengan Sesama Manusia

Dalam Konfusianisme Korea, sistem kemanusiaan dipahami sebagai kode

etis dan paduan dalam menjalani hubungan sosial. Beberapa tipe hubungan sosial

yang disinggung dalam sistem kemanusiaan Konfusianisme Korea adalah sebagai

berikut:

1. Hubungan antara ayah dan anak

2. Hubungan antara subjek dan pemimpin

3. Hubungan antara suami dan istri

4. Hubungan antara kaum tua dan kaum muda

5. Hubungan dalam pertemanan

Perwujudan kelima hubungan sosial tersebut bermaksud untuk menjaga

nilai-nilai kebaikan seperti kebajikan, kebenaran, kelayakan, pengetahuan dan

ketulusan. Sistem kemanusiaan ini berupaya menciptakan kesejahteraan dalam

bermasyarakat dan menjaga eksistensinya dari masa ke masa selama sistem

tersebut dipatuhi. Dengan adanya kesejahteraan dalam bermasyarakat maka

harmoni dalam lingkup kehidupan pun dapat diciptakan.

Manusia hidup dengan memenuhi peran-peran tertentu dalam

bermasyarakat. Tindak laku seseorang dalam bermasyarakat harus sesuai dengan

peran yang ia miliki guna menciptakan kehidupan bermasyarakat yang teratur dan

harmonis. Sistem kemanusiaan ada untuk memastikan manusia berperilaku sesuai

perannya. Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial dalam Konfusianisme

Korea adalah individu yang berperilaku sesuai peran, berdasarkan moral, guna

mempertahankan keteraturan dalam lingkup kehidupannya.

3.2.2. Manusia Dengan Zat Kuasa

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 15: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

Konfusianisme Korea sebagai sebuah aliran filsafat terkadang dinilai

kurang dalam membahas konsep ketuhanan dalam pemikiran-pemikiran

tradisionalnya. Akan tetapi kemunculan Neo-konfusianisme memicu adanya

pembahasan-pembahasan metafisika zat kuasa (The Ultimate). Tidak disebutkan

bahwa zat kuasa ini adalah personifikasi dari Tuhan, hanya saja zat kuasa

dipercaya sebagai suatu zat yang melampaui konsep ruang dan waktu dan

mengatur aliran yang ada di alam semesta.

Zat kuasa disebut dengan 6 nama19 berbeda yang masing-masing mewakili

sifatnya:

1. The Great Ultimate atau Tai-chi menyatakan bahwa zat kuasa adalah

poros dari tindak penciptaan, dan sebagai dasar dari segala hal yang

ada.

2. Principle atau Li menyatakan bahwa zat kuasa asal dari segala sesuatu

yang ada dan sebagai dasar dari segala tindak penciptaan. Zat kuasa

adalah dasar dari segala eksistensi yang ada di dunia.

3. Heaven atau Tian menyatakan bahwa zat kuasa adalah suatu zat yang

melampaui alam semesta (konsep ruang dan waktu), oleh karena ittu

zat kuasa mampu mengendalikan ciptaannya20.

4. Lord on High atau Shangdi menyatakan bahwa zat kuasa adalah

sumber dari segala ganjaran dan penghargaan.

5. Spirit atau Shen menyatakan zat kuasa sebagai sebuah aliran energi

misterius yang memiliki fungsi-fungsi tersebdiri dalam semesta.

6. The Way atau Tao dalam pembahasan zat kuasa mewakili beberapa

sifat sekaligus; baik zat kuasa sebagai pengatur, dasar dari segala

tindak penciptaan, hingga sifatnya yang dapat melampaui konsep

ruang dan waktu.

Melalui hubungan antara manusia dengan zat kuasa dapat dipahami bahwa

manusia adalah agen bagi zat kuasa untuk mewujudkan nilai-nilai kebaikan

seperti yang dijabarkan dalam keempat bibit. Manusia sebagai bagian dari 19Keum (2000:4) 20Ciptaan yang dimaksud adalah bagian-bagian dari alam semesta (yaitu segala sesuatu dalam konsep ruang dan waktu). Zat kuasa sebagai dasar dari segala penciptaan kerap diartikan sebagai Sang Pencipta itu sendiri.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 16: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

dunia materi adalah substansi aktif yang memanifestasikan zat kuasa dalam

suatu perwujudan. Oleh karena itu manusia berperan untuk melestarikan nilai-

nilai zat kuasa guna mempertahankan harmoni aliran di alam semesta dari

masa ke masa.

3.2.3. Manusia Dengan Dirinya

Yi Hwang menilai kesadaran akan ‘diri’ memiliki peran yang penting

dalam menjalani sebuah proses pengembangan diri. Guna mencapai tahap yang di

mana seseorang dapat menjalani proses pengembangan diri, seseorang harus sadar

akan eksistensi diri, dan mengetahui siapa dan seperti apakah diri mereka tersebut.

Rangkaian proses dalam mencapai tahap tersebut terjadi dalam alam pikir

manusia. Berikut adalah tahapan dalam mencapai proses pengembangan diri:

1. Alam pikir

2. Kesadaran akan diri

3. Mengetahui diri sendiri

4. Refleksi diri

5. Pengembangan diri

Melalui rangkaian proses mental yang berlangsung dalam alam pikir ini

manusia menyadari eksistensi sebuah entitas yang ia sebut dengan dirinya. Entitas

yang manusia sebut sebagai diri adalah kesatuan dari:

1. Menerima rasa (perceiving)

2. Membayangkan (conceiving)

3. Berpikir (thinking)

4. Menimbulkan perasaan (feeling)

5. Ingin (willing), dan

6. Memutuskan (deciding).

Rangkaian proses mental yang terkonsentrasi pada dirinya menjadikan diri

sebagai pusat dari segala kegiatan tersebut. Kesadaran diri adalah kepekaan diri

terhadap dirinya sendiri. Diri ini tidak hanya sadar akan identitasnya sebagai ‘aku’,

diri juga menyadari fakta bahwa dirinya lah yang mengalami kesadaran tersebut.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 17: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

Alam semesta adalah sebuah dunia berisikan objek yang dapat diobservasi

oleh diri sebagai subjek. Melalui observasi mengenai dunia diri mengenal benar

dan salah, kesadaran (recognition), dan pengetahuan. Proses berpikir adalah

mekanisme diri dalam mengenal dirinya sebagai subjek. Konsep dunia yang diri

alami memiliki ekslusivitas yang di mana diri dan hanya diri sendiri lah yang

dapat merasakan dunia tersebut. Sebagai contoh, seseorang dapat paham dan

merasa simpati terhadap hidup orang lain, hanya saja ia tidak dapat merasakan

dunia orang lain tersebut. Hal ini dialami seseorang sebagaimana orang lain

berusaha mengalami diri selain dirinya. Dengan kata lain, diri ‘aku’ adalah

kesadaran yang berbeda dengan diri ‘kamu’ sehingga semesta yang dialami diri

‘aku’ adalah dunia yang hanya dialami oleh ‘aku’.

Manusia juga dapat membedakan dirinya dari diri yang lain21 dengan

menyadari substansi yang mewakili dirinya sebagai pusat dari pengalaman-

pengalaman psikologis tersebut. Substansi yang dimaksud adalah perwujudan

fisik manusia sebagai jembatan bagi dirinya dengan lingkup eksternal—

kehidupan. Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman, mengatakan bahwa “manusia

berbeda dari makhluk lain karena kesadarannya akan dirinya, maka dari itu

manusia adalah makhluk yang rasional”. Otak besar atau cerebrum manusia

memiliki kapasitas yang lebih besar dan memadai pemuatan proses-proses mental

yang lebih banyak dibandingkan makhluk lain. Berangkat dari kesimpulannya

dalam membedakan substansinya dengan substansi lain, dan dirinya dengan diri

yang lain manusia berupaya untuk memperkuat fakta bahwa dirinya berbeda dari

diri yang lain22.

Apabila manusia telah mengetahui siapa dirinya, maka ia dapat masuk ke

tahap refleksi diri. Refleksi diri adalah sebuah tindak introspeksi yang memicu

rasa ingin tahu seseorang tentang hakikat, tujuan, dan esensi diri. Manusia

dikatakan siap untuk memasuki tahap pengembangan diri apabila ia telah

memahami poin-poin dalam dirinya yang membutuhkan ‘pembenahan’ melalui

refleksi diri. Konfusianisme Korea telah berasumsi bahwa manusia pada

21Membedakan diri dari diri yang lain atau differ oneself from another. 22Dirinya berbeda dari diri yang lain atau he is different from the others.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 18: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

umumnya telah memenuhi keempat tahapan yang berawal dari alam pikir,

kesadaran akan diri, mengetahui diri sendiri, hingga refleksi diri. Konfusianisme

Korea mengakui hakikat manusia sebagai makhluk yang terus berkembang dalam

proses pikir dan mendukung keberlanjutan proses pikir tersebut dengan

menciptakan pengembangan diri.

4. Kesimpulan

Hakikat manusia adalah intisari atau dasar dari manusia yang diakui adanya.

Pemahaman mengenai hakikat manusia dapat dicapai melalui berbagai sudut pandang

seperti ilmu sosial, sosiologi, antropologi, psikologi dan filsafat. Konfusianisme Korea

sebagai salah satu aliran filsafat timur turut membahas pemahaman hakikat manusia.

Studi tentang hakikat manusia tidak berhenti pada pemahaman Yi Hwang dan Yi

Yi saja. Keum (2000:11) menyatakan “Konfusianisme berusaha memahami umat

manusia melalui relasinya dengan segala sesuatu di alam semesta”. Akan tetapi konsep

alam semesta (universe) adalah entitas dari segala sesuatu yang berada di dalam konsep

ruang dan waktu. Hingga kini belum ada bukti bahwa manusia telah melakukan relasi

dengan seluruh bagian alam semesta, maka pemahaman ini akan mengacu pada konsep

alam semesta yang diangkat dalam perdebatan hakikat manusia yang berlangsung pada

abad ke-18, periode Joseon; alam semesta adalah kehidupan. Pemahaman ini melibatkan

tiga bentuk relasi manusia: manusia dengan sesama manusia, manusia dengan zat kuasa

dan manusia dengan dirinya.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 19: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Buber, Martin. 1955. Between Man and Man. London: Macmillan Co.

Butler, J. A. V. 1957. Science and Human Life. New York: Basic Books Inc.

Chai, Chu dan Winberg Chai. 1973. Confucianism. New York: Barron’s Educational.

Creel, H. G. 1953. Chinese Thought from Confucius to Mao Tse-tung. Chicago: University of

Chicago Press.

Dewey, John. 1922. Human Nature and Conduct: An Introduction to Social Psychology. New

York: Modern Library

Han Woo Keun. 1971. History of Korea. Korea:____

Honderich, Ted dan Miles Burnyeat. 1979. Philosophy As It Is. London: Penguin Books.

Kang, Jae Eun. 2003. The Land of Scholars; Two Thousand Years of Korean Confucianism.

Korea: Hangilsa Publishing Company.

Keum, Jang Tae. 2000. Confucianism and Korean Thoughts. Seoul: Jimoondang Publishing

Company.

Lewis, C. S. 1996. Miracles. New York: Simon and Schuster.

Margenau, Henry. 1950. The Nature of Physical reality; A Philosophy of Modern Physics. New

York: McGraw-Hill Book Company, inc.

Nivison, David S. 1996. The Ways of Confucianism: Investigations in Chinese Philosophy.

Illinois: Open Court Publishing Company.

Platinga, Alvin. 1974. God, Freedom and Evil. New York: Harper and Row.

Ro, Young-Chan. 1989. The Korean Neo-Confucianism of Yi Yulgok. New York: State

University of New York Press.

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 20: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

Rogers, Carl R. 1954. Becoming a Person. Ohio: Oberlin Printing Company.

Titus, Harold H. 1959. Living Issues in Philosophy. New York: American Book Company.

Yang, Key P. dan Gregory Henderson. 1958. An Outline History on Korean Confucianism I: The

Early Period and Yi Factionalism. Ann Arbor: Association for Asian Studies

Zulli, Floyd. 1969. The World’s Great Classics: An Invitation to Great Reading. New York:

Glorier Ultratype

____. 1979. Ajaran Sang Buddha. Jakarta: P.T. Dainippon Gitakarya Printing

SITUS

Astuti, Kartika D. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Umum dan Islam. 13 Februari 2015..

http://kartika-d.blogspot.com/2014/05/hakikat-manusia-menurut-pandangan-umum.html

Caroll College. Theories of Human Nature. 09 Februari 2015.

http://www.carroll.edu/msmillie/philhumbeing/theorieshumannature.htm

Chung, Douglas K. Confucianism: A Potrait. Akses 26 April 2015.

http://www.faithresource.com/showcase/confucianism/confucianismoverview.htm

Corrigan, L. Taoism Teachings and Beliefs. 09 April 2015.

http://people.opposingviews.com/taoism-teachings-beliefs-2589.html

Donar, S. Antropologi. 04 April 2015. http://donarsri.blogspot.com/2013/04/bab-2-antropologi-

makhluk-manusia.html

Harun, A. Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Ekonomi. 09 April 2015.

http://harunarcom.blogspot.com/2012/11/31-manusia-sebagai-makhluk-sosial-dan.html

Khasanah, M. Hakikat Manusia. 04 April 2015.

http://filsafat.kompasiana.com/2014/03/09/hakikat-manusia-638185.html

Khawaja, Moign. Confucius – Great Sage, Humblest Master. Akses 3 Mei 2015.

http://outernationalist.net/?p=836

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015

Page 21: HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIANISME KOREA …

Littlejohn, Ronnie. Daoist Philosophy. 13 April 2015 http://www.iep.utm.edu/daoism/

New World Encyclopedia. 27 Januari 2015.

http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Gija_Joseon

Peterson, Mark. Yi Hwang (Toegye). Akses 24 April 2015.

http://chosonkorea.org/index.php/people/scholars/master-toegye-yi-hwang-philosopher

Richey, Jeffrey. Confucius. Akses 13 April 2015. http://www.iep.utm.edu/confuciu/

Richey, Jeffrey. Mencius akses 25 April 2015. http://www.iep.utm.edu/mencius/

Shneider, V. B. What Is It To Be Rational? 16 Februari 2015.

https://philosophynow.org/issues/1/What_Is_It_To_Be_Rational

Stuart, J. Morality of Taoism. 09 April 2015. http://people.opposingviews.com/morality-taoism-

4464.html

______. The Three Kingdom History. 27 Januari 2015.

http://www.korea.net/AboutKorea/Korea-at-a-Glance/History

______. History of Buddhism in Korea. 09 April 2015. http://www.korea4expats.com/article-Korean-buddhism.html

______. Following The Buddha’s Footsteps. 09 April 2015.

http://online.sfsu.edu/rone/Buddhism/footsteps.htm

______. Religion Library: Taoism. 09 April 2015. http://www.patheos.com/Library/Taoism.html

______. Confucianism. Akses 13 April 2015

http://www.patheos.com/Library/Confucianism.html

______. Philosophy 312: Orieantal Philosophy Humanism, Naturalism, Supernaturalism. Akses 25 April 2015. http://philosophy.lander.edu/oriental/naturalism.html

______. Philosophy 312: Oriental Philosophy Chapter 2: With The Samanas. Akses 2 Mei 2015. http://philosophy.lander.edu/oriental/samanas.html

______. Philosophy 312: Oriental Philosophy Main Concepts of Confucianism Akses 2 Mei 2015. http://philosophy.lander.edu/oriental/main.html

______. Hostory of Korea Gojoseon . Akses 3 Mei 2015. http://www.koreaaward.com/kor/108

Hakikat manusia ..., Srikania Audrey, FIB UI, 2015