h09awi

84
ANALISIS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KERAJINAN SEPATU DI KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus pada CV. Anugerah Jaya, Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas) OLEH AGUNG WIBOWO H14103021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: ari-anandapraja

Post on 27-Jun-2015

378 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: H09awi

ANALISIS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA KERAJINAN SEPATU DI KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus pada CV. Anugerah Jaya, Desa Suka Makmur, Kecamatan

Ciomas)

OLEH

AGUNG WIBOWO

H14103021

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: H09awi

RINGKASAN

AGUNG WIBOWO. Analisis Kinerja dan Strategi Pengembangan Usaha

Kerajinan Sepatu di Kabupaten Bogor Studi Kasus CV. Anugerah Jaya, Desa

Suka Makmur, Kecamatan Ciomas. (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI).

Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia telah memaparkan pada

publik bahwa upaya pembangunan ekonomi yang hanya ditumpukan kepada

sektor usaha besar dan konglomerasi ternyata tidak melahirkan suatu pondasi

yang kokoh bagi perekonomian. Sebaliknya sektor Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) yang sebelumnya dipandang sebelah mata, ternyata telah menunjukkan

dirinya sebagai sektor usaha yang dapat bertahan bahkan dapat memulihkan

perekonomian nasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan kontribusi yang

diberikan oleh sektor UKM dimana pasca krisis tahun 1997 pun jumlah UKM

semakin bertambah setiap tahunnya. Selain itu UKM juga mampu menyerap

tenaga kerja dan memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang cukup banyak

memiliki industri kecil. Jumlah industri kecil di Kabupaten Bogor pada tahun

2007 adalah sebanyak 1368 sedangkan jumlah usaha menengah dan besar adalah

sebanyak 667 (Disperindag, 2008). Jenis industri yang memiliki jumlah usaha

paling banyak di daerah Kabupaten Bogor adalah usaha barang yang terbuat dari

kulit. Usaha pada sektor ini memiliki jumlah sebanyak 145 usaha dan merupakan

jumlah terbesar ketiga setelah sektor tekstil dan industri logam (Disperindag,

2008). Industri kerajinan sepatu di kecamatan Ciomas merupakan salah satu

bidang usaha yang memberi peluang pada masyarakat desa untuk bekerja.

Penelitian ini menganalisis beberapa hal yaitu mengukur kinerja usaha

kerajinan sepatu di Kecamatan Ciomas, dan menganalisis kekuatan dan

kelemahan usaha kerajinan sepatu.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data

primer dan data sekunder. Data primer berkaitan dengan data yang dikumpulkan

untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang dilakukan dan diperoleh dengan

wawancara langsung terhadap pemilik usaha kerajinan sepatu CV. Anugerah

Jaya. Data sekunder merupakan data pelengkap diperoleh dengan cara pencatatan

(penggunaan data sekunder terlebih dahulu sebelum menentukan pengumpulan

data primer), pengumpulan data-data dari literatur atau bahan bacaan yang ada

dan dari instansi-instansi pemerintahan, seperti Badan Pusat Statistika, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, dan sebagainya.

Hasilnya menunjukkan tingkat keuntungan usaha kerajinan sepatu adalah

Rp.117.091.555,-, nilai ROI usaha kerajinan sepatu sebesar 19,71 persen dan nilai

rasio R/C sebesar 1,15. Dari segi faktor internal yang menjadi kekuatan bagi

industri kerajinan sepatu adalah produk sudah dikenal masyarakat luas, produk

yang dihasilkan berkualitas, harga yang ditawarkan bersaing, tenaga kerja tersedia

Page 3: H09awi

melimpah dan terlatih, lokasi dekat dengan pemasok, dan pimpinan kreatif.

Sedangkan yang menjadi kelemahannya adalah manajemen keuangan belum

teratur, manajemen persediaan bahan baku belum teratur, kurangnya pengawasan

produksi, lahan kerja kurang luas dan nyaman, teknologi minimalis, tidak ada

perhitungan harga pokok produksi dan sarana transportasi terbatas. Dari segi

faktor eksternal yang menjadi kekuatan adalah memiliki sistem pemasaran

terpusat, dan tempat penjualan strategis, serta memiliki banyak relasi. Sedangkan

yang menjadi kelemahannya adalah adanya pesaing dalam negeri, adanya pesaing

dari luar negeri, faktor musim, faktor inflasi, kekuatan tawar menawar pemasok

bahan dan grosir. Berdasarkan analisis SWOT maka strategi yang dapat

dijalankan dalam rangka mengembangkan usaha kerajinan sepatu adalah

Pemerintah membantu usaha kerajinan sepatu dengan regulasi yang mendukung

perkembangan usaha tersebut, misalnya: pemberian kredit lunak tanpa agunan dan

mendirikan koperasi atau paguyuban yang memfasilitasi kebutuhan modal dan

ketersediaan bahan baku yang relatif lebih murah.

Sarannya adalah karena kontribusi tenaga kerja terhadap usaha kerajinan

sepatu cukup banyak, maka pemerintah harus lebih perhatian terhadap sektor

UKM khususnya Industri kerajinan sepatu yaitu dengan melakukan pembinaan

secara intensif terhadap para pengusaha kerajinan sepatu, baik dari segi

permodalan maupun peningkatan skill para pengusaha kerajinan sepatu itu sendiri.

Perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi, perlu meningkatkan

efisiensi dan meningkat kualitas produk yang menarik minat konsumen. Selain

itu, karena melihat kontribusi pengeluaran bahan baku yang sangat besar dalam

usaha kerajinan sepatu, maka ntuk efisiensi biaya bahan baku, perlu dibentuknya

koperasi atau paguyuban yang bisa menyediakan bahan baku dengan harga yang

lebih murah. Sehingga keuntungan yang diperoleh pengrajin sepatu dapat lebih

besar. Dan terakhir untuk mempermudah memperoleh mendapatkan bantuan

kredit dari pemerintah dan perbankan, pengusaha kerajinan sepatu perlu membuat

pembukuan terhadap transaksi bisnisnya dan mengurus surat-surat yang berkaitan

dengan perizinan usaha.

Page 4: H09awi

ANALISIS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

KERAJINAN SEPATU DI KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus pada CV. Anugerah Jaya, Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas)

Oleh

AGUNG WIBOWO

H14103021

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 5: H09awi

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Agung Wibowo

Nomor Registrasi Pokok : H14103021

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Kinerja dan Strategi Pengembangan

Usaha Kerajinan Sepatu di Kabupaten

Bogor (Studi Kasus pada CV. Anugerah Jaya,

Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati M.Si

NIP. 131 653 137

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS.

NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan:

PERNYATAAN

Page 6: H09awi

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2009

Agung Wibowo

H14103021

RIWAYAT HIDUP

Page 7: H09awi

Penulis bernama Agung Wibowo lahir pada tanggal 24 April 1986 di

Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Jenjang pendidikan

penulis Alhamdulillah dilalui tanpa hambatan dan tepat pada waktunya. Penulis

menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri Mekar Sari I pada tahun 1997,

kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Tambun Bekasi dan lulus pada tahun

2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Tambun Selatan

Bekasi dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan

tinggi. Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis diterima

sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor (DIE FEM IPB). Selama menjadi

mahasiswa, penulis juga aktif dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan baik

tingkat kampus maupun nasional. Pada tingkat satu, penulis telah aktif sebagai

pengurus DKM Al huriyyah sebagai staff Departemen Informasi dan Komunikasi

(INFOKOM). Kemudian pada awal tingkat kedua, penulis diamanahkan sebagai

ketua lembaga legislatif mahasiswa tingkat fakultas yakni DPM FEM untuk

periode 2004-2005. Selain itu pada tahun yang sama, penulis juga aktif di

Departmen Kewirausahaan HIPOTESA. Kemudian pada tingkat tiga penulis

diamanahkan menjadi ketua Departmen Kajian FORMASI ( Forum Mahasiswa

Studi Islam) FEM. Penulis juga pernah tergabung dalam berbagai kepanitiaan

kegiatan kampus seperti Panitia PEMIRA dalam pemilihan Presma IPB Periode

2005-2006 dan Gema Alunan Syukur (GAS) dalam rangka Dies Natalis FEM

yang ke empat. Pada tingkat kelima, penulis aktif sebagai pengurus Maestro Muda

Indonesia. Disamping itu penulis juga aktif merintis usaha di kampus diantaranya

adalah Electronic Campus yang berlokasi di Gudang Buku Fateta IPB, LSI IPB,

Kopma Asrama Putra/i dan Minuman Teh Upet, Gongtea, serta jasa penyewaan

stand untuk kegiatan pameran kewirausahaan di IPB . Saat ini penulis menjabat

sebagai Direktur Utama PT Semestaguna Food and Beverage.

KATA PENGANTAR

Page 8: H09awi

Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,

atas pertolongan dan kemudahan-Nya serta limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul “Analisis Kinerja

dan Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sepatu Di Kabupaten Bogor

(Studi Kasus CV. Anugerah Jaya Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas)”.

Usaha Kecil dan Menengah merupakan topik yang sangat menarik karena

diharapkan berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan strategi

bertahan ditengah-tengah krisis. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan topik ini, khususnya didaerah Kabupaten Bogor yang menjadi

sentra penghasil sepatu. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih yang tulus penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Wiwiek Rindayati,

M.Si selaku Pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara

teknis maupun teoritis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Dosen penguji utama Dr. Ir. Sri Mulatsih M.Sc dan penguji komisi

pendidikan Ibu Widyastutik SE, M.Si atas semua saran dan masukkannya.

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS dan

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS yang telah

memberikan bimbingan dalam menjalankan perkuliahan di Program Studi

Ekonomi Studi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB.

3. Seluruh Staf pegawai dan karyawan Tata Usaha FEM dan Tata Usaha

Departemen Ilmu Ekonomi, Pak Suryadi, pak Cecep, pak Kholik, mas

Dona, mas Anto, mba Ati, mas Dede, mas Rian, kang Anwar, dan yang

lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya,

kebaikannya serta kenyamanan pelayanan yang diberikan.

4. Para pengrajin sepatu Ciomas yang telah membantu penulis memperoleh

data dan ilmu tentang usaha sepatu.

5. Teman-teman seperjuangan Ilmu Ekonomi 40, terimakasih atas

persahabatan selama masa kuliah, terutama kepada Aga, Henry, Yusuf,

Dindin, Cenita, Dian Abang, Heni, dan Fajar. Terimakasih atas bantuan dan

dorongan semangat yang diberikan.

Page 9: H09awi

6. Seluruh penghuni Al-Fath dan Wisma Galih yang telah memberi inspirasi

selama tinggal bersama, terutama Erik (Presma IPB 2007), Indra Tamrin,

dan Presiden Republik Galih Andri Meiriki.

7. Teman-teman yang telah berkenan untuk hadir pada seminar penulis,

terimakasih atas kehadirannya.

8. Pihak-pihak yang namanya tidak disebutkan disini, namun telah banyak

membantu penulis di dalam proses penelitian dan penulisan.

9. Tresna Aji Firmansyah terimakasih atas nasihat dan motivasi yang sering

diberikan.

10. Teman-teman di BEM dan DPM FEM 2004/2005 terimakasih atas

kerjasama yang pernah terjalin.

11. Tresna Resmi Asih sebagai sahabat yang selalu sabar.

12. Teman-teman di PT. Semesta Guna Food and Beverage, terutama kepada

Elang Gumilang dan kang Gigin Boneka Horta terimakasih atas

kepercayaan yang diberikan. InsyaAllah saya akan menjalankan perusahaan

dengan penuh amanah.

Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orangtua penulis yang telah memberikan kasih sayang dan

pengorbanannya selama ini. Juga keluarga besarku yang tak bisa disebutkan satu

persatu, terimakasih atas dukungan moril maupun materil, curahan kasih sayang,

perhatian dan do’a yang tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan studi

dengan baik.

Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi ini

kepada pembaca sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan yang

mudah-mudahan bermanfaat dan berguna bagi penelitian berikutnya.

Bogor, Mei 2009

Agung Wibowo

H14103021

Page 10: H09awi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

1.5. Ruang Lingkup ............................................................................ 9

II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 10

2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah(UKM) ............................... 10

2.2. Pengukuran Kinerja dan Efisiensi Usaha. .................................... 12

2.2.1. Pendapatan Usaha Industri Kecil ....................................... 13

2.2.2. Analisa Return on Investment (ROI) .................................. 18

2.2.3. R/C ................................................................................... 20

2.3. Analisis Deskriptif. ..................................................................... 20

2.4. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT). 20

2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................... 21

2.6. Kerangka Pemikiran ................................................................... 23

III. METODE PENELITIAN ................................................................... 24

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 24

3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 24

3.3. Metode Pengambilan Data. ......................................................... 25

3.4. Metode Analisis .......................................................................... 25

3.4.1. Analisis Deskriptif ............................................................. 25

3.4.2. Analisis Pendapatan Usaha ................................................. 26

3.4.3. Analisis Return on Investment(ROI) ................................... 27

3.4.4. Analisis Rasio R/C ............................................................. 27

Page 11: H09awi

3.4.5. Analisis SWOT .................................................................. 28

IV. GAMBARAN UMUM ........................................................................ 31

4.1. Geografi dan Pemerintahan ......................................................... 31

4.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan .................................................. 32

4.3. Keadaan Umum Industri Kerajinan Sepatu di Kabupaten Bogor . 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 38

5.1. Analisis Deskriptif ....................................................................... 38

5.1.1. Karakteristik Responden .................................................... 38

5.1.2. Karakteristik Pekerja Usaha Kerajinan Sepatu .................... 39

5.1.2.1. Usia Pekerja .......................................................... 39

5.1.2.2. Pendidikan Pekerja ................................................ 40

5.1.2.3. Pengalaman Kerja .................................................. 40

5.1.2.4. Jenis Pekerjaan ...................................................... 41

5.1.3. Karakteristik Usaha ............................................................ 42

5.1.3.1. Biaya Investasi ...................................................... 42

5.1.3.2. Pemasaran Produk ................................................. 42

5.1.3.3. Sumber Pasokan .................................................... 43

5.2. Analisis Kinerja Usaha ................................................................ 43

5.2.1. Pendapatan Usaha .............................................................. 43

5.2.2. Return on Investment .......................................................... 45

5.2.3. Rasio R/C ........................................................................... 46

5.3. Analisis SWOT ............................................................................ 47

5.3.1. Faktor Kekuatan..................................................................... 47

5.3.2. Faktor Kelemahan .................................................................. 48

5.3.3. Faktor Peluang ................................................................... 50

5.3.4. Faktor Ancaman ................................................................. 51

5.4.Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sepatu Berdasarkan

Analisi SWOT .............................................................................. 53

VI. KESIMPULAN ................................................................................... 56

6.1. Kesimpulan ................................................................................ 56

6.2. Saran…………………………………………………………….... 57

Page 12: H09awi

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 59

LAMPIRAN .............................................................................................. 61

Page 13: H09awi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Tahun 1999-2006 di Indonesia

( Unit) .................................................................................................... 1

2. Jumlah dan Proporsi Unit Usaha, Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar

Tahun 2005-2006 di Indonesia ............................................................... 2

3. PDB Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2003-

2006 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) ................................... 4

4. Data Perkembangan Industri Kabupaten Bogor (2005-2007) ................. 6

5. Data Perkembangan Investasi Industri Kabupaten Bogor (2005-2007) ... 7

6. Pengelompokkan Kegiatan Usaha ditinjau dari Jumlah Pekerja ............. 12

7. Jumlah dan Proporsi Industri Kecil dan Menengah (UKM) Sepatu Menurut

Desa di Kecamatan Ciomas Tahun 2002 ................................................ 34

8. Identitas Responden.. ............................................................................ 38

9. Produksi Sepatu CV. Anugerah Jaya ..................................................... 39

10.Frekuensi Pekerja Berdasarkan Usia ...................................................... 39

11.Frekuensi Pekerja Berdasarkan Pendidikan ............................................ 40

12.Frekuensi Pengalaman Kerja Pekerja ..................................................... 40

13 Jenis Pekerjaan ...................................................................................... 41

14.Biaya Investasi Awal CV. Anugerah Jaya .............................................. 42

15.Kinerja Usaha Berdasarkan Pendapatan ................................................. 44

16 Kinerja Usaha Berdasarkan ROI ............................................................ 45

17.Kinerja Usaha Berdasarkan Rasio R/C................................................... 46

18. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kerajinan Sepatu ............................... 50

19. Peluang dan Ancaman Usaha Kerajinan Sepatu .................................... 53

Page 14: H09awi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 23

2. Diagram Analisis SWOT ....................................................................... 29

3. Mekanisme Sub-kontrak Komersial UKM Sepatu ................................. 37

4. Matriks Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sepatu Berdasarkan

SWOT ................................................................................................... 54

Page 15: H09awi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Penelitian ............................................................................ 61

2. Asset yang Berputar ............................................................................ 66

3. Data Produksi CV. Anugerah Jaya Tahun 2008 ................................... 67

4. Rincian Biaya Tetap Produksi per Kodi ............................................... 68

5. Data Perhitungan Kinerja Tahun 2008 ................................................. 69

Page 16: H09awi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia telah memaparkan pada

publik bahwa upaya pembangunan ekonomi yang hanya ditumpukan kepada

sektor usaha besar dan konglomerasi ternyata tidak melahirkan suatu pondasi

yang kokoh bagi perekonomian. Sebaliknya sektor Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) yang sebelumnya dipandang sebelah mata, ternyata telah menunjukkan

dirinya sebagai sektor usaha yang dapat bertahan bahkan dapat memulihkan

perekonomian nasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan kontribusi yang

diberikan oleh sektor UKM dimana pasca krisis tahun 1997 jumlah UKM tetap

memiliki proporsi yang terbesar terhadap lapangan usaha di Indonesia setiap

tahunnya.

Tabel 1. Jumlah Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Tahun 1999-2006 di

Indonesia (Unit)

Tahun Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar

1999 37.859.509

(99,85) 52.214 (0,13)

1.885 (0,00)

2000

39.705.204

(99,78)

78.832

(0,19)

5.675

(0,01)

2001 39.883.111

(99,78) 80.969 (0,20)

5.915 (0,02)

2002

41.859.444

(99,78)

85.050

(0,20)

6.132

(0,02)

2003 43.372.885

(99,78) 87.357 (0,20)

6.514 (0,02)

2004

44.684.351

(99,78)

93.036

(0,20)

6.686

(0,02)

2005 47.006.889

(99,78) 95.855 (0,20)

6.811 (0,02)

2006

48.822.925

(99,77)

106.711

(0,21)

7.204

(0,02)

Sumber : Departemen Koperasi, 2007

Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%)

Page 17: H09awi

Berdasarkan Tabel 1. sektor ekonomi UKM di Indonesia secara kuantitas

memiliki proporsi unit terbesar terhadap lapangan usaha. Pada tahun 1999 UKM

memiliki proporsi 99,85 persen terhadap lapangan usaha dan pada tahun 2005

proporsi UKM terhadap lapangan usaha di Indonesia tetap signifikan yakni

sebesar 99,78 persen sedangkan pada data terakhir yakni pada tahun 2006

proporsi UKM terhadap lapangan usaha di Indonesia sebesar 99,77 persen.

Tabel 2. Jumlah dan Proporsi Unit Usaha, Tenaga Kerja UKM dan Usaha

Besar Tahun 2005-2006 di Indonesia

Uraian

Tahun 2005 Tahun 2006

Jumlah Unit

Usaha (Unit)

Tenaga Kerja

(Orang)

Jumlah Unit

Usaha (Unit)

Tenaga Kerja

(orang)

UKM

47.102.744

(99,9)

83.233.793

(96,28)

48.929.636

(99,9)

85.416.493

(96,18)

Usaha

Besar

6.811

(0,1)

3.212.033

(3,72)

7.204

(0,1)

3.388.462

(3,82)

Jumlah

47.109.555

(100)

86.445.826

(100)

48.936.840

(100)

88.804.955

(100) Sumber : BPS, 2007 (diolah)

Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%)

Pada Tabel 2. dapat dilihat adanya peningkatan jumlah unit usaha sektor

UKM yang jauh lebih besar dari pada sektor usaha besar. Pada tahun 2005 jumlah

unit usaha sektor UKM sebesar 47,1 juta unit usaha sedangkan pada tahun 2006

jumlah unit usaha UKM meningkat menjadi 48,9 juta unit. Hal ini jauh berbeda

dibandingkan dengan sektor usaha besar yang hanya berjumlah 6,8 ribu unit usaha

pada tahun 2005 dan hanya berjumlah 7,2 ribu pada tahun 2006.

Kondisi ini dikarenakan: (1) sebagian besar UKM memproduksi barang

konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang

rendah, (2) sebagian besar UKM menggunakan modal sendiri dan tidak

mendapatkan modal dari bank sehingga implikasinya pada masa krisis,

keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga tidak berpengaruh

Page 18: H09awi

terhadap UKM, dan (3) dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan

menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya sehingga para

penganggur tersebut memasuki sektor informal yang pada umumnya berskala

kecil dengan melakukan kegiatan usaha yang berskala kecil, akibatnya jumlah

UKM meningkat (Partomo dan Soejdono, 2004). Dengan bertambahnya jumlah

unit UKM tiap tahunnya, maka hal ini membuka kesempatan kerja yang lebih

besar, sehingga sektor ini pun memungkinkan untuk menjadi salah satu alternatif

bagi pengurangan angka pengangguran di Indonesia.

Selain itu, Tabel 2. juga menyajikan informasi penyerapan tenaga kerja

sektor UKM dan usaha besar. Pada tahun 2005 UKM menyerap tenaga kerja

sebanyak 83,2 juta jiwa. Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak 96,28 persen

tenaga kerja diserap oleh UKM. Sedangkan pada tahun 2006, sektor UKM

menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 85,4 juta jiwa atau 96,18 persen terhadap

seluruh tenaga kerja di Indonesia. Posisi tersebut menunjukan bahwa UKM

berpotensi menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika

perekonomian.

Hal terakhir yang menunjukkan sektor UKM sebagai sektor yang dapat

bertahan di masa krisis bahkan dapat memulihkan perekonomian nasional dapat

dilihat dari kontribusi UKM terhadap PDB. Pada Tabel 3. terlihat peningkatan

PDB sektor UKM tiap tahunnya. Pada akhir tahun 2006 total PDB yang

disumbangkan UKM meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yakni sebesar

1.778.745,7 milyar atau sebesar 54,2 persen dari total PDB tahun 2006 yang

mencapai Rp.3.338,2 triliun. Berdasarkan lapangan usaha PDB terbesar setiap

tahunnya disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan pada

Page 19: H09awi

tahun 2006 menyumbang sebesar 478.535,1 milyar rupiah. Kemudian kedua

terbesar disumbang oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

sebesar 412.044,9 milyar rupiah. Secara keseluruhan meningkatnya PDB ini tidak

hanya disumbangkan oleh sektor UKM, tetapi juga disebabkan oleh peningkatan

kontribusi dari sektor lainnya.

Tabel 3. Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Kecil Menengah Menurut

Sektor Ekonomi Tahun 2003-2006 (Milyar Rupiah)

Sektor 2003 2004 2005 2006

1. Pertanian,

Peternakan,

Kehutanan dan

Perikanan

293.533,1 313.723,4 348.974,7 412.044,9

(25,66) (24,71) (22,98) (23,16)

2. Pertambangan

dan Penggalian

21.205,0 24.064,7 30.917,2 40.418,5

(1,85) (1,89) (2,03) (2,27)

3. Industri

Pengolahan

150.253,9 164.523,4 186.896,9 222.129,0

( 13,13) (12,95) (12,31) (12,48)

4. Listrik, Gas dan

Air Bersih

1.707,8 1.890,6 2.173,7 2.459,1

(0,14) (0,14) (0,14) (0,13)

5. Bangunan

83. 211,3

(7,27)

99.445,3

(7,83)

129.368,7

(8,52)

164.369,5

(9,24)

6. Perdagangan,

Hotel dan

Restoran

322.223,7 354.247,6 441.365,1 478.535,1

( 28,16%) (27,90) (29,07) (26,90)

7. Pengangkutan

dan Komunikasi

67.724,8 76.096,4 95.485,0 123.122,9

(5,92) (5,99) (6,28) (6,92)

8. Keuangan,

Persewaan dan

Jasa Perusahaan

111.242,3 124.868,3 147.459,5 172.620,2

(9,72) (9,83) (9,71) (9,70)

9. Jasa-jasa

92.825,9

(8,11)

110.620,9

(8,71)

135.420,9

(8,92)

163.046,5

(9,16)

PDB

1.143.927,8

(100)

1.269.480,6

(100)

1.518.061,7

(100)

1.778.745,7

(100)

PDB TANPA MIGAS 1.142.229,3 1.269.572,3 1.488.095,2 1.775.614,7 Sumber : Departemen Koperasi, 2007

Page 20: H09awi

Besarnya peran sektor UKM sebagai elemen strategis dalam upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat kecil menuntut berbagai kalangan

termasuk pemerintah daerah untuk ikut berperan serta dalam memajukan UKM.

Terutama dalam era otonomi daerah, masing-masing daerah berusaha untuk

mengembangkan potensi daerahnya dan salah satunya adalah dengan

mengembangkan sektor industri.

Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuhkembangkan kinerja

ekonomi usaha industri kecil perlu ditingkatkan. Karena perkembangan pada

industri kecil dan rumah tangga menyerap banyak tenaga kerja, umumnya

menjadikan usaha industri kecil lebih intensif menggunakan sumber daya lokal,

sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga

kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan

dan pembangunan ekonomi di daerahnya. Dari sisi kebijakan pemerintah, industri

kecil perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi

sebagian angkatan kerja namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya

pengentasan kemiskinan, memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga juga

berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah

krisis ekonomi.

1.2. Perumusan Masalah

Kontribusi yang diberikan oleh UKM terhadap negara adalah turut

memulihkan ekonomi nasional diantaranya karena jumlah usahanya yang

tersebar disetiap daerah dan jumlahnya terbesar dari seluruh unit usaha di

Indonesia. Jumlah UKM yang cukup banyak dan berkembang pesat salah

Page 21: H09awi

satunya terdapat di Kabupaten Bogor. Hal ini terlihat dari jumlah produsen yang

selalu meningkat setiap tahunnya dan salah satu industri yang paling

berkembang adalah industri kulit yang salah satu produknya berupa sepatu.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang cukup banyak memiliki

industri kecil. Jumlah industri kecil di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 adalah

sebanyak 867 (Disperindag, 2008). Jenis industri barang yang terbuat dari kulit

memiliki jumlah sebanyak 145 usaha dan merupakan jumlah terbesar ketiga

setelah sektor tekstil dan industri logam (Disperindag, 2008). Data mengenai

perkembangan industri dan jumlah industri tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Perkembangan Industri Kecil Kabupaten Bogor (2005-2007)

Jenis Industri Kecil Jumlah Unit Usaha

2005 2006 2007

1. Industri Logam 141 149 156

2. Industri Mesin 61 65 68

3. Industri Alat Angkut 23 26 33

4. Industri Elektronika 4 5 6

5. Ind. Tekstil & P. T 333 339 347

6. Industri Aneka 5 7 9

7. Industri Barang Dari Kulit 137 137 145

8. Ind. Kimia & Barang Kimia 44 50 56

9. Ind. Plastik & Barang Plastik 18 18 47

Total 766 796 867 Sumber : Disperindag Kabupaten Bogor, 2008

Berdasarkan Tabel 3. nilai investasi yang dihasilkan pada industri yang

terbuat dari kulit pada tahun 2007 mencapai Rp. 5,8 milyar yang merupakan

terbesar kedua setelah industri tekstil dan produk tekstil yang mencapai

Rp. 13,9 milyar. Nilai investasi yang dihasilkan tersebut mengindikasikan bahwa

usaha ini cukup menjanjikan sehingga jika dikembangkan memiliki prospek yang

cukup baik. Data mengenai perkembangan dan jumlah investasi tersebut dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 22: H09awi

Tabel 5. Data Perkembangan Investasi Industri Kecil Kabupaten Bogor

(2005-2007)

Jenis Industri Kecil Nilai Investasi (Rp)

2005 2006 2007

1. Industri Logam 3.977.580.000 4.330.957.000 4.828.330.000

2. Industri Mesin 2.972.660.000 3.360.460.000 3.676.660.000

3. Industri Alat Angkut 1.338.940.000 1.439.615.000 1.863.046.000

4. Industri Elektronika 268.340.000 317.760.000 367.260.000

5. Ind. Tekstil & P. T 13.158.900.000 13.442.588.000 13.954.597.000

6. Industri Aneka 230.650.000 781.137.500 850.437.500

7. Industri Barang Dari

Kulit 5.464.710.000 5.464.710.000 5.808.483.000

8. Ind. Kimia & Barang Kimia 1.076.897.533 1.265.295.180 1.611.919.180

9. Ind. Plastik & Barang

Plastik 1.076.897.533 1.265.295.180 917.309.390

Sumber : Disperindag Kabupaten Bogor, 2008

Sepatu merupakan salah satu barang yang terbuat dari kulit. Pengrajin

sepatu di Kabupaten Bogor tersebar di lima kecamatan, diantaranya Taman Sari,

Ciomas, Dramaga, Ciawi dan Parung. Tercatat Usaha Kecil Menengah (UKM)

jenis ini mencapai 5076 unit yang mempekerjakan 23.293 orang dengan nilai

investasi mencapai Rp. 27,87 miliar (Radar Bogor, 2008).

Walaupun prospek usaha sepatu cukup baik, namun pada kenyataannya

masih banyak pengrajin sepatu yang harus berhenti berproduksi karena belum

memperhitungkan keuntungan dan biaya secara jelas dari awal menjalankan

usaha, tak terkecuali pada pengrajin sepatu di Kabupaten Bogor. Jumlah pengrajin

sepatu yang masih bertahan dalam jangka panjang hanya sebagian kecil saja.

Bahkan produsen tersebut hanya akan berproduksi pada saat permintaan pasar

tinggi misalnya pada saat menjelang hari-hari besar, seperti lebaran, natal, tahun

Page 23: H09awi

baru, serta tahun ajaran baru sekolah. Disamping itu, tidak adanya organisasi

asosiasi (paguyuban) pengrajin sepatu menyebabkan pengrajin sepatu tidak

memiliki daya tawar dalam menentukan harga, baik bahan baku maupun harga

jual outputnya. Dalam hal bahan baku, pengrajin tidak mempunyai sumber

informasi yang akurat mengenai perkembangan harga bahan baku yang berlaku di

pasaran sehingga toko bahan baku dapat berlaku sewenang-wenang dalam

menentukan harga jual bahan baku tersebut. Sedangkan dalam hal output,

pengrajin tidak dapat menentukan harga jual yang layak karena pada umumnya

harga telah dipatok oleh grosir sepatu.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana karakteristik usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor ?

2. Bagaimana kinerja usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor?

3. Apa yang menjadi permasalahan pada usaha kerajinan sepatu di

Kabupaten Bogor dan bagaimana strategi pengembangannya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari

penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis karakteristik usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis kinerja usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor.

3. Menganalisis strategi pengembangan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten

Bogor.

Page 24: H09awi

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Memberikan informasi tentang usaha kerajinan sepatu sehingga dapat

bermanfaat sebagai bahan rujukan bagi pengambilan kebijakan

pengembangan usaha di sektor usaha kecil, khususnya usaha kerajinan

sepatu di Kabupaten Bogor.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan tambahan wawasan dan

pengetahuan bagi penulis dalam bidang keilmuwan yang dipelajari.

3. Penelitian ini juga diharapkan menjadi tambahan informasi untuk

penelitian-penelitian lanjutan.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Fokus penelitian ini adalah menganalisis kinerja usaha dan strategi

pengembangan kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor dengan mengambil

studi kasus pada CV. Anugerah Jaya yang berlokasi di Desa Suka

Makmur, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

2. Karakteristik usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor dalam penelitian

ini diuraikan dengan metode deskriptif.

Page 25: H09awi

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Menurut Undang-undang (UU) No. 9 tahun 1995, Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha atau yang memliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 milyar dan

milik warga negara Indonesia. Usaha kecil menengah (UKM) terbagi ke dalam

dua kriteria:

1. Sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 5 milyar, dan

2. Sektor non industri memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 600 juta

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki hasil

penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 milyar

Menurut Inpres No. 10 tahun 1999, usaha menengah adalah usaha yang

memiliki kriteria–kriteria berikut: memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200

juta sampai dengan paling banyak 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, milik warga Negara Indonesia. Berdiri sendiri dan bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar. Berbentuk

usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum dan badan

usaha yang berbadan hukum.

Definisi UKM sangat berlainan antara satu Negara dengan Negara lainnya,

namun dalam definisi tersebut setidaknya mencakup aspek penyerapan tenaga

kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang

Page 26: H09awi

diserap dalam kelompok perusahaan tersebut (range of the member of employes),

misalnya usaha kecil di United Kingdom adalah suatu usaha bila jumlah

karyawannya antara 1-200 orang; di Jepang antara 1-300 orang; di USA antara 1-

500 orang.

Departemen Perindustrian RI (1991) mendefinisikan industri kecil dan

kerajinan adalah kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan

jumlah nilai aset kurang dari Rp. 600 juta diluar nilai tanah dan bangunan yang

digunakannya. Sedangkan Bank Indonesia menentukan batas tertinggi dari

Investasi, diluar tanah dan bangunan, sebesar Rp. 600 juta bagi Industri kecil.

Mengacu pada Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil

dilihat dari segi keuntungan dan modal yang dimilikinya adalah:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha), atau

2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1 miliar/tahun

Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (1997) kriteria

industri kecil adalah industri dengan nilai investasi parusahaan seluruhnya sampai

200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan pemiliknya

adalah warga Negara Indonesia. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan 1999, nilai investasi perusahaan industri yang seluruhnya sampai

dengan satu miliar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

kewenangan pembinaannya berada pada direktorat Jenderal Industeri kecil dan

Dagang Kecil (Depperindag, 2000)

Industri kecil Indonesia menurut klasifikasi Badan Pusat Statistik (BPS)

dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:

Page 27: H09awi

1. Industri yang berskala besar dengan jumlah pekerja paling sedikit 50 orang.

2. Industri yang berskala sedang dengan jumlah pekerja 20 sampai 49 orang.

3. Industri yang berskala kecil dengan jumlah pekerja 5 sampai 19 orang.

Tabel 6. Pengelompokkan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja

Usaha Kecil Kecil I-kecil

Kecil II-kecil

1-9 orang

10-19 orang

Usaha Menengah Besar-kecil

Kecil-menengah

Menengah-menengah

Besar-menengah

100-199 orang

201-499 orang

500-999 orang

1000-1999 orang

Usaha Besar …………………………. >2000 pekerja Sumber : Partomo dan Soedjono, 2002

2.2. Pengukuran Kinerja dan Efisiensi Usaha

Pengukuran kinerja usaha menurut Legowo (1996) dapat diukur dengan

analisis pendapatan usaha, Indicator Return on Investment (ROI), dan rasio R/C.

Perusahaan yang memiliki kinerja usaha yang baik akan mampu meningkatkan

volume penjualan yang ditandai dengan semakin rendahnya biaya yang dicapai

industri dalam proses produksi, dengan demikian keuntungan yang diperoleh

industri semakin besar.

Kinerja menurut Legowo (1996) memiliki elemen, yaitu:

1. Efisiensi dalam produksi yaitu kemampuan berproduksi dengan efisien.

2. Efisiensi dalam penyaluran yaitu kemampuan mendistribusikan hasil produksi

dengan biaya rendah.

3. Dapat mengalokasikan sumber daya sehingga harga yang dikenakan kepada

konsumen rendah sesuai dengan biaya produksi termasuk keuntungan yang

normal bagi produsen.

4. Kinerja berupa mutu, harga, dan jumlah (variasi produksi) yang sesuai dan

bisa memuaskan konsumen.

Page 28: H09awi

Hasibuan (1993) memberikan pengertian efisiensi usaha adalah

menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah

input tertentu, baik secara kuantitas fisik maupun nilai ekonomis. Atau secara

singkat tidak ada sumber daya yang tidak digunakan dan terbuang, serta berusaha

menggunakan input seminimum mungkin. Efisiensi dikategorikan menjadi dua

golongan. Pertama, efisiensi internal dapat diperoleh melalui pengelolaan yang

baik dalam perusahaan. Para pengusaha melakukan berbagai macam cara untuk

memacu para pekerja, menekan biaya produksi dan mengawasi segala kegiatan

produksi. Kedua, alokasi efisien yang menentukan kondisi ekulibrium,

menunjukkan hubungan antara biaya dan output, artinya sumber daya yang

dialokasikan sedemikian rupa sehingga baik jumlah dan jenis barang yang

diproduksi tepat dan selaras dengan keinginan konsumen.

2.2.1. Pendapatan Usaha Industri Kecil

Menurut Tjakrawiralaksana (1987) pendapatan suatu usaha dapat

didefinisikan dengan pendekatan menurut ilmu ekonomi yaitu nilai maksimum

yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan

keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula, definisi tersebut

menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu

periode. Dengan kata lain, pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan awal

periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan

hanya dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan diartikan sebagai jumlah harta

kekayaan awal periode ditambah perubahan nilai yang bukan diakibatkan

perubahan modal dan hutang.

Page 29: H09awi

Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dengan

biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas jasa

atas tenaga kerja, modal keluarga yang dipakai dan pengelolaan yang dilakukan

anggota keluarga. Analisis kinerja usaha industri umumnya digunakan untuk

mengevaluasi kegiatan usaha dalam satu tahun (Tjakrawiralaksana, 1987).

Soekartawi, et al. (1986), mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan

dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu:

1. Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk

2. Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang

dan jasa bagi industri.

3. Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran

tunai.

4. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik

yang dijual maupun yang tidak dijual.

5. Pengeluaran total usaha, yaitu nilai semua masukan yang habis terpakai atau

dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.

6. Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antara penerimaan kotor usaha dan

pengeluaran total usaha.

Menurut Sucipto (2003), pendapatan merupakan tujuan utama dari setiap

kegiatan usaha baik usaha dagang, industri dan jasa sehingga mereka bersaing

untuk meningkatkan pendapatan karena dengan meningkatnya pendapatan maka

laba (keuntungan) yang diperoleh juga akan meningkat. Pendapatan disebabkan

oleh kegiatan industri dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk

mempertahankan diri dan pertumbuhan ekonomi. Pendapatan diperoleh dari hasil

Page 30: H09awi

penjualan barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama industri.

Tujuan dari analisa kinerja yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang dari

suatu kegiatan, dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan

atau tindakan yang akan dilakukan.

Penerimaan usaha adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu

tertentu baik dijual maupun dikonsumsi sendiri (Soekartawi, et al., 1986).

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan tingkat harga

yang sedang berlaku. Produk yag diperhitungkan bukan hanya produk yang dijual

tetapi juga produk yang dikonsumsi sendiri dengan mengendalikannya terhadap

harga yang berlaku dipasar. Penerimaan usaha tidak mencakup pinjaman untuk

keperluan usaha. Bila produk yang dihasilkan lebih dari satu komoditi, maka:

TR = P x Q .................................................................................................... (2.1)

dimana:

TR = Penerimaan Total

P = Harga

Q = Jumlah produk dijual maupun dipakai sendiri

Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang

semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah. Biaya adalah pengorbanan yang diduga

sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis tidak dapat

dihindarkan dan berhubungan dengan proses produksi tertentu. Biaya usaha dapat

dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan perilakunya terhadap volume

produksi, yaitu biaya yang berperilaku tetap dan berperilaku variabel.

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan

jumlah barang yang diproduksi, pengusaha harus tetap membiayainya berapapun

Page 31: H09awi

jumlah komoditi yang dihasilkan usahanya. Biaya yang tetap adalah lahan, mesin,

pajak, gaji pekerja dan pemeliharaan peralatan serta pajak. Tiap tambahan

investasi hanya dapat dibenarkan apabila pengusaha mampu membelinya dan

dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan. Keuntungan ini terjadi

karena berkurangnya biaya tidak tetap (variabel cost) atau meningkatnya produksi

pada saat waktu yang bersamaan, atau berkurangnya biaya tetap untuk setiap

satuan komoditi yang dihasilkan.

Biaya tidak tetap (variabel cost) adalah biaya yang berubah apabila skala

usaha berubah. Biaya ini ada apabila ada komoditas yang diproduksi. Biaya yang

tidak tetap adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain yang mendukung

produksi seperti listrik dan biaya air. Penentuan apakah suatu biaya tergolong

biaya tetap atau variabel tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan

keputusan itu dipertimbangkan dalam jangka panjang. Sebagian besar biaya

adalah biaya variabel.

Garrison dalam Ivana (2004) mengungkapkan bahwa biaya berkaitan

dengan semua tipe organisasi non bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Sebagian

besar perusahaan manufaktur membagi biaya ke dalam dua kategori yaitu biaya

produksi dan biaya non produksi.

a. Biaya Produksi

Sebagian besar perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam

tiga kategori antara lain:

1. Bahan Langsung

Bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi disebut bahan

mentah (raw material). Bahan langsung adalah bahan yang menjadi bagian tak

Page 32: H09awi

terpisahkan dari produk jadi dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke

produk tersebut.

2. Tenaga Kerja Langsung

Istilah tenaga kerja langsung digunakan untuk biaya tenaga kerja yang

dapat ditelusuri dengan mudah ke produk. Jadi, tenaga kerja langsung biasanya

disebut juga touch labor karena tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan

atas produk pada saat produksi

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead merupakan elemen ketiga biaya manufaktur termasuk

seluruh biaya manufaktur yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga

kerja langsung. Biaya overhead pabrik meliputi bahan tidak langsung, tenaga

kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik,

penerangan, pajak properti, penyusutan, dan asuransi fasilitas-fasilitas produksi.

b. Biaya Non Produksi

Pada umumnya biaya non produksi dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Biaya Penjualan dan Pemasaran

Biaya penjualan dan pemasaran adalah biaya yang diperlukan untuk

memenuhi pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk

disampaikan kepada konsumen. Biaya-biaya tersebut meliputi pengiklanan,

pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, biaya gudang

produk jadi.

2. Biaya Administrasi

Biaya administrasi terkait dengan biaya-biaya manajemen umum

organisasi seperti kompensasi eksekutif, akuntansi umum, sekretariat, public

Page 33: H09awi

relation, dan biaya sejenis yang terkait dengan administrasi umum organisasi

secara keseluruhan.

2.2.2. Analisa Return on Investment (ROI)

Menurut Kasmir (2006) analisa Return on Iinvestment (ROI) dalam analisa

keuangan merupakan salah satu teknik analisa yang bersifat menyeluruh. Analisa

ROI sudah merupakan teknik analisa lazim yang digunakan oleh perusahaan

untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI sendiri

adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan

perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang

digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan

demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi suatu

industri dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan

keuntungan tersebut. Nilai ROI akan ditentukan oleh dua faktor yaitu marjin laba

bersih (net profit margin) dan tingkat perputaran aktiva total (total asset

turnover). Perubahan dari marjin laba bersih dan tingkat perputaran aktiva, baik

masing-masing atau kedua-duanya akan menentukan nilai ROI.

Menurut Kasmir (2006), analisis ROI memiliki beberapa kelebihan antara

lain:

1. Sebagai salah satu kelebihannya yang prinsipil yaitu sifatnya yang

menyeluruh. Perusahaan yang sudah menjalankan praktek akuntansi yang

baik, maka dengan menggunakan analisis ROI, manajemen dapat mengukur

efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi

bagian penjualan.

Page 34: H09awi

2. Bila perusahaan memiliki data rasio, maka dengan analisis ROI dapat

diperbandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan

perusahaan yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan berada

dibawah, sama atau sama-sama diatas rata-rataperusahaan yang sejenis.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk menghitung ROI adalah:

1. Menghitung net profit margin (marjin laba bersih) Perusahaan.

Marjin laba bersih merupakan rasio antara laba bersih yang diperoleh

perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai dalam periode yang sama.

Marjin laba bersih merupakan hasil pembagian antara laba bersih dengan

tingkat penjualan industri. Rasio ini menggambarkan laba bersih yang

diperoleh industri untuk setiap rupiah penjualan.

2. Menghitung total asset turnover (tingkat perputaran aktiva total) Industri

Tingkat perputaran aktiva total merupakan rasio antara jumlah aktiva yang

digunakan dalam operasi terhadap penjualan yang dicapai industri dalam

periode yang sama. Tingkat perputaran aktiva total merupakan hasil

pembagian antara penjualan dengan total aktiva industri. Rasio ini mengukur

seberapa sering aktiva dipergunakan dalam kegiatan industri.

3. Menghitung ROI

Imbalan terhadap investasi digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian

yang akan diperoleh atas penghasilan yang didapat dari total aktiva. Dalam

penghitungan ROI diperhitungkan imbalan tenaga kerja pada suatu industri

kecil yaitu imbalan tenaga kerja keluarga dan bukan keluarga.

Page 35: H09awi

2.2.3. R/C

Analisis Revenue-Cost ratio dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

nilai rupiah biaya yang digunakan dalam usaha dapat memberikan sejumlah nilai

penerimaan sebagai manfaatnya (Djamin, 1984).

2.3. Analisis Deskriptif

Menurut Wahyuni dan Muljono (2007) analisis deskriptif bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau

kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala

atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lainnya.

Dalam hal ini mungkin sudah ada hipotesa-hipotesa atau mungkin belum,

tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang

bersangkutan.

2.4. Analisis Strength, Weakness, Oppurtunity, and Threat (SWOT)

Menurut Rangkuti (2006) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan

peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian perencana strategi (strategi planner) harus menganalisis faktor-

faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam

Page 36: H09awi

kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang

paling populer dengan analisis situasi adalah analisis SWOT.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang industri kerajinan sepatu wanita yang dilakukan Faizal

(2007) mengkaji tentang tingkat kelayakan usaha sepatu di Kabupaten Bogor.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil uji kelayakan pada tingkat diskonto

12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 75.767.151,6 IRR sebesar 23 persen,

nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,56, PBP UKM sepatu Raffy Shoes adalah

3,42 tahun, ROI diperoleh sebesar 22 persen. Nilai BEP yang diperoleh sebesar

Rp. 137.696.000,- dan BEP produksinya sebanyak 306 kodi. Berdasarkan hasil

switching value usaha kerajinan sepatu Raffy Shoes tetap akan mencapai

keuntungan apabila peningkatan harga bahan baku yang terjadi tidak lebih dari 5,6

persen, peningkatan upah tenaga kerja tidak lebih dari 10 persen, dan penurunan

harga jual tidak lebih dari 10 persen.

Penelitian tentang analisis tingkat keuntungan dan penyerapan tenaga kerja

pada industri kecil sandal di Kabupaten Bogor yang dilakukan oleh Laswati

(2009) menyimpulkan tingkat keuntungan industri kecil tersebut hamper

mendekati nol (titik impas) sehingga industri dalam keadaan kritis. Berdasarkan

hasil analisis SWOT, hal yang menjadi faktor kekuatan industri kecil sandal itu

adalah potensi pekerja yang cukup baik karena keterampilan dan pengalaman,

ketepatan waktu dalam menyelesaikan pesanan, hubungan baik dengan grosir atau

pedagang dan kualitas yang cukup baik. Faktor kelemahan industri kecil sandal

adalah kapasitas produksi yang terbatas, faktor pekerja yang tidak selalu bersedia

Page 37: H09awi

bekerja secara optimal, saluran pemasaran yang tergantung pada agen (grosir) dan

modal yang kecil. Faktor peluang yang dapat membuat industri kecil sandal

berkembang adalah pasar yang selalu tersedia, lokasi strategi yang strategis karena

berada di dekat pasar bogor yang merupakan pusat grosir sandal dan sepatu, dan

adanya perdagangan bebas antar Negara. Sedangkan faktor ancaman industri kecil

sandal adalah krisis global yang membuat daya beli menurun, kebijakan

pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar, sehingga membuat harga bahan

baku naik, dan peraturan pemerintah yang kurang mendukung industri kecil

sandal.

Penelitian tentang industri emping melinjo yang dilakukan Chodijah

(1997). Penelitian ini mengkaji tentang keragaan ekonomi, kesempatan kerja dan

distribusi pendapatan pada industri kecil emping melinjo di Kabupaten Cirebon.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari keragaan ekonomi industri kecil

emping melinjo aspek pengadaan bahan baku, permodalan, dan penawaran masih

merupakan kendala utama. Tingkat pengembalian (R/C) industri pada saat bahan

baku melimpah sebesar 1,20 dan pada saat bahan baku jarang tingkat

pengembalian pendapatannya sebesar 1,30 dan 1,08.

Dalam hal kesempatan kerja industri ini mampu menyerap tenaga kerja

dari dalam keluarga per unit satu orang. Jika dilihat dari curahan waktu tenaga

kerjanya maka kecenderungan industri ini telah menggunakan jam kerja normal

menurut kriteria BPS. Tingkat pendapatan masing-masing pemilik faktor produksi

terbesar diperoleh pemilik bahan baku biji melinjo, yaitu petani melinjo.

Sedangkan distribusi pendapatan diantara pengusaha dan pemilik modal dan pihak

pekerja belum tercapai pembagian yang merata.

Page 38: H09awi

2.6. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

----------- : Hal yang di analisis

:Alur kerangka konsep penelitian

Krisis Ekonomi

Industri besar dan sedang

mengalami stagnasi

Pengangguran

meningkat

Potensi industri kerajinan Sepatu:

Menciptakan lapangan kerja baru

Penggunaan teknologi sederhana

Menggunakan sumberdaya lokal

Tenaga kerja non pendidikan

Pentingnya analisis kinerja usaha kerajinan sepatu :

Karakteristik

Pendapatan

ROI

Rasio R/C

SWOT

Strategi pengembangan usaha

kerajinan sepatu

Page 39: H09awi

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat usaha kerajinan sepatu yang menjadi objek penelitian adalah CV.

Anugerah Jaya yang berlokasi di Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan objek penelitian dilakukan

secara sengaja dengan pertimbangan bahwa usaha kerajinan sepatu tersebut

memiliki usaha representatif atau mewakili usaha sejenis yang pada umumnya ada

di Kabupaten Bogor.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga Februari 2009

meliputi kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan

dalam skripsi.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer berkaitan dengan data yang dikumpulkan untuk memenuhi

kebutuhan penelitian dan diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan

pemilik usaha objek penelitian. Data sekunder merupakan data pelengkap yang

diperoleh dari pengumpulan data-data dari literatur atau bahan bacaan dan dari

instansi-instansi pemerintahan, seperti Badan Pusat Statistika, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, dan sebagainya.

Page 40: H09awi

3.3. Metode Pengambilan Data

Metode penelitian adalah metode wawancara, yaitu studi kasus pada CV.

Anugerah Jaya di Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha atau pemilik usaha kerajinan

sepatu tersebut yang diteliti untuk melihat kinerja usaha dari sisi pendapatan

usaha, ROI, dan rasio R/C serta strategi pengembangan yang dilakukannya.

3.4. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif, analisis pendapatan usaha, analisis Return on Investment (ROI), dan

rasio R/C, serta analisis SWOT untuk menjelaskan faktor internal dan faktor

eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan usaha industri kerajinan sepatu.

3.4.1. Analisis Deskriptif

Menurut Wahyuni dan Muljono (2007) analisis deskriptif bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau

kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala

atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lainnya.

Dalam hal ini mungkin sudah ada hipotesa-hipotesa atau mungkin belum,

tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang

bersangkutan.

Page 41: H09awi

3.4.2. Analisis Pendapatan Usaha

Penerimaan usaha adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu

tertentu baik dijual maupun dikonsumsi sendiri (Soekartawi, et al., 1986).

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan tingkat harga

yang sedang berlaku. Digunakan rumus :

TR = P x Q ………………………………………………………………... (3.1)

Dimana :

TR = Penerimaan Total

P = Harga

Q = Jumlah produk dijual maupun dipakai sendiri

Pendapatan yang diukur adalah pendapatan atas biaya tunai dan

pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari

penerimaan total dikurangi dengan biaya tunai ditambah dengan biaya yang

benar-benar dikeluarkan baik biaya variabel maupun biaya tetap dan merupakan

ukuran kemampuan usaha untuk menghasilkan uang tunai. Termasuk biaya tunai

adalah tenaga kerja keluarga maupun upahan, biaya bahan baku dan fasilitas atau

peralatan. Sedangkan biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang

diperhitungkan.

Pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dari total

penerimaan dikurangi dengan biaya tunai termasuk biaya-biaya yang

diperhitungkan adalah penggunaan tenaga kerja keluarga, biaya imbangan atas

sewa lahan milik sendiri. Ukuran pendapatan mencakup nilai transakasi barang

dan perubahan nilai inventaris atau kekayaan usaha (Soekartawi, et al,. 1986).

Page 42: H09awi

Digunakan rumus:

π = TR – TC .................................................................................................... (3.2)

dimana:

π = Pendapatan atau keuntungan

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

3.4.3. Analisis Return on Investment (ROI)

Pengembalian atas investasi (ROI) adalah perbandingan antara pemasukan

(income) per tahun terhadap dana investasi yang memberikan indikasi probabilitas

suatu investasi. Semakin besar nilai ROI, maka akan semakin disukai industri

tersebut oleh investor. Digunakan rumus :

ROI = NB / TA x100% ..................................................................................... (3.3)

dimana :

ROI = Tingkat pengembalian atas invetasi/total aktiva (%)

NB = Pendapatan bersih setelah pajak (Rp/thn)

TA = Total aktiva / aktiva lancar dan aktiva tetap (Rp/thn)

3.4.4. Analisis Rasio R/C

Analisis R/C adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.

Revenue Cost Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi usaha terhadap

penggunaan setiap input. Analisis imbangan penerimaan dan biaya digunakan

untuk mengetahui realatif kinerja usaha berdasarkan perhitungan finansial.

R / C = TR / TC ................................................................................................ (3.4)

Page 43: H09awi

dimana :

TR = Total Penerimaan

TC = Total Pengeluaran

Kriteria:

R/C > 1, usaha menguntungkan

R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi

R/C< 1, usaha tidak menguntungkan atau rugi

Apabila R/C bernilai lebih dari satu, berarti penerimaan yang diperoleh

lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk menerima penerimaan

tersebut. Apabila nilai R/C tersebut kurang dari satu maka tiap unit biaya yang

dikeluarkan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh.

3.4.5. Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat).

Dilakukan untuk menjawab tujuan dan maksud penelitian tentang strategi

pengembangan yang perlu diterapkan untuk meningkatkan kinerja usaha kerajinan

sepatu. Analisis SWOT merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk

menyusun strategi pengembangan usaha berdasarkan kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

Menurut Rangkuti (2006) Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor

internal, yakni hal-hal yang berasal dari dalam diri sendiri. Sedangkan peluang

dan ancaman merupakan faktor eksternal, yakni faktor luar yang banyak

mempengaruhi kinerja usaha kerajinan sepatu.

Page 44: H09awi

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT

Penjelasan:

Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan

dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif.

Kuadran 2 : meskipun menghadapai berbagai ancaman, perusahaan masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

BERBAGAI PELUANG

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

1. Mendukung

strategi

agresif

2. Mendukung

strategi

diversifikasi

3. Mendukung

strategi turn-

around

4. Mendukung

strategi

defensif

Page 45: H09awi

peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi

(produk/pasar).

Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi

dilain pihak, perusahaan menghadapi beberapa kendala atau

kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan adalah

meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga

dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan

kelemahan internal.

Page 46: H09awi

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Geografi dan Pemerintahan

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung

dengan Ibu Kota RI dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 Km2

terletak antara 6.19°-6.47° lintang selatan dan 106°1’-107°103’ bujur timur.

Wilayah ini berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kota Depok

Sebelah Barat : Kabupaten Lebak

Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tanggerang

Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta

Sebelah Timur Laut : Kabupaten Bekasi

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi

Sebelah Tenggara : Kabupaten Cianjur

Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Kesejahteraan Sosial, pada tahun 2006 Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan,

427 desa/kelurahan, 3.516 RW dan 13.603 RT. Dari jumlah desa tersebut

mayoritas memiliki ketinggian diatas 500 m terhadap permukaan laut, yakni 234

desa, sedangkan diantara 500-700 meter ada 144 desa dan sisanya 49 desa sekitar

lebih dari 500 meter dari permukaan laut. Hampir sebagian besar desa pada

Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai Swakarya yakni 350 desa, lainnya

77 desa merupakan desa Swasembada, dan tidak ada desa Swadaya. Berdasarkan

klasifikasi daerah, yang dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan

penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 96 desa dan desa

pedesaan sebanyak 331 desa.

Page 47: H09awi

4.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan

Salah satu aset pembangunan yang paling dominan yang dimiliki banyak

negara berkembang pada umumnya jumlah penduduk dan angkatan kerja yang

demikian besar jumlahnya. Hasil sementara Sensus Daerah Tahun 2006 tercatat

bahwa penduduk Kabupaten Bogor yaitu 4.215.436 jiwa dan jumlah ini

merupakan yang terbesar diantara Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Berdasarkan

jumlah tersebut penduduk laki-lakinya berjumlah 2.163.853 jiwa dan perempuan

2.051.583 jiwa dengan ratio jenis kelamin 105. Sedangkan dari segi struktur

penduduk, Kabupaten Bogor mempunyai struktur penduduk umur muda, hal ini

akan membawa akibat semakin besarnya jumlah angkatan kerja.

Partisipasi Angkatan Kerja merupakan perbandingan antara Jumlah

Angkatan Kerja dengan Penduduk berumur 10 tahun lebih. Tahun 2005 Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bogor untuk laki-laki 74,60

persen, perempuan 33,96 persen, dan secara total 54,85 persen. Adapun jumlah

penduduk yang bekerja sebanyak 176.879 laki-laki dan 135.242 perempuan dari

312.121 untuk total Kabupaten Bogor.

4.3. Keadaan Umum Industri Kerajinan Sepatu di Kabupaten Bogor

Usaha kecil dan menengah (UKM) sepatu di daerah Bogor muncul sekitar

tahun 1920-an di daerah Ciomas. Sampai dengan tahun 1950-an pembuatan

sepatu masih merupakan pekerjaan yang dilakukan individu atau usaha rumah

tangga, yang memproduksi sepatu kulit berkualitas tinggi. Jumlah unit usaha pada

waktu itu baru berjumlah 20 unit usaha. Para pengusaha sepatu Ciomas pertama

Page 48: H09awi

kali mempelajari keahlian membuat sepatu dengan bekerja sebagai buruh di

bengkel-bengkel sepatu di Jakarta. Setelah memiliki keahlian, mereka pulang

untuk mendirikan bengkel sepatu sendiri dan menjual produknya ke berbagai toko

di Jakarta atau kota-kota lain di Jawa Barat.

Awal tahun 1950-an, industri sepatu Ciomas berkembang pesat dengan

semakin bertambahnya jumlah usaha rumah tangga yang bergerak di bidang

sepatu. Perkembangan industri ini ditandai dengan berdirinya sebuah bentuk

usaha bersama dalam wadah Persebo (Perusahaan Sepatu Bogor). Koperasi ini

beranggotakan para pengrajin sepatu yang melayani order untuk memenuhi

kebutuhan sepatu militer, dan juga untuk membantu pemasaran produk-produk

bengkel disekitarnya. Persebo berperan penting dalam pertumbuhan pengrajin

sepatu di desa-desa sekitar Ciomas, sampai ketika terjadi resesi ekonomi pada

tahun 1960-an yang mengakibatkan perubahan-perubahan penting dalam struktur

internal dan eksternal pada industri ini.Setelah akhir 1960-an struktur internal

bisnis ini mengalami proses diferensiasi, yaitu dengan dilaksanakannya program

stabilisasi ekonomi. Sejumlah pengrajin skala usaha rumah tangga

mengembangkan bengkel mereka dengan mempekerjakan buruh.

Pada tahun 1970-an, pemilik modal besar mulai melibatkan diri dan

memperkenalkan sistem pembayaran dengan menggunakan ”bon”. Kemudian

pada tahun 1991 terbentuk kembali Koperasi Sepatu Perkasa Mas dan Koperasi

Warga Sepatu Ciomas. Namun koperasi ini tidak berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Dari hasil wawancara dengan pemilik usaha, ketidakberhasilan

koperasi sepatu tersebut disebabkan oleh faktor sumberdaya manusia yang terlibat

dalam koperasi itu sendiri, baik pengurus maupun anggotanya. Menurut data dari

Page 49: H09awi

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor (2002), Kecamatan

Ciomas merupakan sentra terbesar industri kecil dan menengah (UKM) sepatu di

kota Bogor. Data tahun 2002 menunjukkan ada 763 unit usaha industri sepatu di

Kecamatan Ciomas dan tersebar di desa-desa di Kecamatan tersebut. Proporsi unit

usaha UKM sepatu di Kecamatan Ciomas dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan

Tabel 7. terlihat bahwa Desa Parakan merupakan Desa yang paling banyak

terdapat UKM sepatu, diikuti oleh Desa Pasir Eurih dan Desa Mekarjaya. Selain

UKM sepatu, di Kecamatan Ciomas juga terdapat Industri besar yang bergerak di

bidang sepatu yang juga sekaligus memberikan order pada UKM sepatu di sekitar

Ciomas.

Tabel 7. Jumlah dan Proporsi Industri Kecil dan Menengah (UKM) Sepatu

menurut Desa di Kecamatan Ciomas Tahun 2002

Desa Jumlah Unit Usaha Persentase (%)

1. Sukaluyu

2. Sukaresmi

3. Taman Sari

4. Pasir Eurih

5. Sukamantri

6. Sirnagalih

7. Kota Batu

8. Parakan

9. Mekarjaya

10. Ciomas

11. Pagelaran

12. Ciomas Rahayu

13. Ciapus

14. Padasuka

15

30

11

122

21

76

75

181

83

42

32

26

25

24

1,97

3,93

1,44

15,99

2,75

9,96

9,83

23,72

10,88

5,50

4,19

3,41

3,28

3,15

Total 763 100,00

Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, 2002

Page 50: H09awi

Sistem Permodalan yang berlaku pada UKM sepatu di daerah Ciomas

sebagian besar adalah sistem bon putih, yaitu sistem kerjasama Produksi antara

pihak pengusaha sepatu sebagai produsen dan pihak pemberi order (Grosir)

sebagai konsumen. Sistem bon putih ini mampu memenuhi kekurangan pengusaha

industri kecil sepatu di daerah Ciomas dalam hal permodalan dan bahan baku.

Industri UKM sepatu pada umumnya menghasilkan sepatu dari bahan

imitasi. Sebelumnya industri UKM sepatu ini menghasilkan sepatu kulit, tetapi

karena tingginya permintaan terhadap bahan imitasi yang lebih lunak, maka

industri UKM sepatu di Kecamatan Ciomas lebih banyak menggunakan bahan

imitasi.

Sepatu yang dihasilkan industri ini bermacam-macam ukurannya, mulai

dari yang kecil sampai yang besar untuk pria dan wanita. Sejak enam tahun

terakhir ini sepatu dan sandal wanita merupakan produk yang paling banyak

diminati dan paling banyak permintaannya, karena sesuai dengan perkembangan

mode.

Pada saat musim ramai, menjelang Lebaran dan Natal seluruh bengkel sibuk

menerima pesanan sepatu dari konsumen (Grosir), dan biasanya pekerjaan dapat

berlangsung dari pagi sampai larut malam, sedangkan bila tidak sedang ramai

pekerjaan berlangsung dari pukul 08.00–16.00 petang. Dimusim-musim sepi,

industri sepatu mengurangi tenaga kerjanya dan buruh-buruh mencari pekerjaan

lain di sekitar daerah ciomas.

Sistem upah yang berlaku didasarkan pada sistem borongan, dimana buruh

dibayar berdasarkan jumlah sepatu yang dihasilkan (per kodi sepatu). Upah buruh

Page 51: H09awi

bervariasi berdasarkan tingkat kesulitan pembuatan sepatu. Para pengusaha UKM

sepatu di daerah Ciomas sebagian besar tidak memiliki sistem pencatatan dan

pembukuan yang jelas, sehingga mereka tidak tahu secara pasti apakah mereka

memperoleh untung atau mengalami kerugian.

Industri kerajinan sepatu di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

umumnya menghasilkan sepatu dan sandal dengan semua ukuran baik untuk pria

maupun untuk wanita. Bahan baku yang digunakan untuk membuat sepatu dan

sandal adalah kulit imitasi serta bahan lain yang digunakan yaitu lapis (AC),

lateks, sol, tamsin, spon, hak, lem, tekson, dus, pengeras, pur Ce, benang, dll.

Bahan-bahan ini diperoleh dari toko bahan di kota Bogor. Bagi pengusaha yang

memiliki modal cukup, maka bahan baku dapat mereka peroleh sesuai dengan

harga pasar, sedangkan pengusaha yang lemah dalam hal permodalan, maka

bahan baku mereka peroleh dengan modal kepercayaan dan kesepakatan dengan

pihak Grosir, dengan sistem hubungan sub kontrak komersial atau sering disebut

”bon putih”. Selain sistem bon putih pembelian bahan baku juga biasa diberikan

dengan sitem giro dengan tempo waktu satu bulan sampai dengan dua bulan,

namun dengan menggunakan kedua sistem ini pengusaha sepatu akan sangat

banyak memperoleh (charge) dan harga yang berlaku pun bukan lagi harga pasar,

sehingga mereka akan sangat dirugikan.

Dengan kedua sistem ini pengusaha diminta untuk memproduksi sepatu

sesuai dengan model atau tipe yang ditentukan oleh pihak Grosir. Modal awal

untuk mendapatkan bahan baku diberikan oleh pihak Grosir berupa selembar bon

putih atau selembar giro dengan cap/identitas Grosir untuk dibelanjakan pada toko

bahan yang telah ditentukan, dengan jumlah pesanan untuk satu minggu.

Page 52: H09awi

Pemberian bon putih atau giro ini dihitung sebagai uang muka dari total

pembayaran, yaitu sekitar 50 sampai 60 persen. Selanjutnya pengusaha akan

memproduksi di bengkel miliknya dengan melibatkan tenaga kerja. Pada saat

pengiriman barang, pihak grosir akan memberikan sejumlah uang untuk

membayar tenaga kerja, dengan memperhitungkan modal awal yang telah diambil

melalui bon putih atau giro, sisanya dibayar dengan menggunakan giro berjangka

waktu satu atau dua bulan yang dapat ditukarkan dengan uang tetapi dengan

potongan tertentu. Jika dilihat dari sistem hubungan subkontrak (sistem bon

putih/giro) dapat dilihat pada gambar 2, pengusaha hanya dapat memproduksi

sepatu jika ada pesanan dari pihak grosir. Dengan demikian pengrajin/tenaga kerja

juga akan bergantung pada jumlah pesanan yang diterima dari pihak grosir.

Gambar 3. Mekanisme Hubungan Sub-kontrak Komersial UKM sepatu

Sumber: Faizal (2007)

GROSIR

PRODUKSI

Pengrajin Sepatu

Arus

Pembayaran

(bon/giro)

BAHAN

BAKU

TENAGA KERJA

Pembayaran

upah

Pesanan

Pesanan Pemasaran

Page 53: H09awi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Deskriptif

Analisis bertujuan menggambarkan secara tepat sifat suatu individu,

keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau

untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala, atau frekuensi adanya

hubungan tertentu antar suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat.

5.1.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini yakni pemilik CV. Anugrah Jaya yang

memproduksi sepatu dan berlokasi di Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor. Adapun identitas responden sebagai berikut:

Tabel 8. Identitas Responden

No. Identitas Keterangan

1 Nama Aang Askolani

2 No. Telepon 085782785853/08780116280

3 Alamat RT 04/04 Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas

4 Jenis Kelamin Laki-laki

5 Usia 28 tahun

6 Status Lajang

7 Pekerjaan Pemilik CV. Anugerah Jaya (pengrajin sepatu)

8 Lama usaha 1,5 tahun

9 Lokasi usaha Lingkungan masyarakat di kawasan Desa Suka

Makmur

Sumber: data primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 8. lokasi usaha CV. Anugerah Jaya berada di lokasi

pemukiman atau lingkungan masyarakat, hal tersebut dilakukan untuk menghemat

pengeluaran jika dibandingkan menyewa tempat di kios, pasar atau kawasan

industri.

Page 54: H09awi

Tabel 9. Produksi Sepatu CV. Anugerah Jaya

No Jenis Sepatu Total Produksi/Minggu Harga(Rp)/kodi

1 Sandal Teplek 80 kodi 300.000

2 Sepatu pantofel Tak tentu 500.000

Sumber: data primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 9. CV. Anugerah Jaya mampu memproduksi rata-rata

80 kodi per minggunya atau setara dengan 1.600 pasang sepatu sandal teplek dan

terkadang memproduksi juga sepatu jenis pantofel, namun tidak tentu pesanannya,

sehingga sulit untuk memastikan kapasitas produksi sepatu jenis pantofel tersebut.

5.1.2. Karakteristik Pekerja Usaha Kerajinan Sepatu

Saat ini, CV. Anugerah Jaya memiliki pekerja sebanyak 20 orang yang

semuanya berjenis kelamin laki-laki. CV. Anugerah Jaya memiliki bengkel

produksi sebanyak empat lokasi yang tersebar di sekitar kawasan pemukiman

Desa Suka Makmur.

5.1.2.1. Usia Pekerja

Pekerja pada usaha kerajinan sepatu berdasarkan hasil wawancara pada

umunya berusia produktif, sehingga usaha kerajinan sepatu dapat menyerap

tenaga kerja produktif yang banyak di Indonesia.

Tabel 10. Frekuensi Pekerja Berdasarkan Usia di CV. Anugerah Jaya

No Strata Usia Jumlah Persentase (%)

1 12-17 tahun 0 0

2 18-25 tahun 17 85

3 26-55 tahun 3 15

4 55> tahun 0 0

Total 20 100

Sumber: data primer (diolah)

Page 55: H09awi

Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat usia pekerja pada usaha kerajinan

sepatu sebagain besar pada usia produktif, yakni pada rentang usia 18-55 tahun

sebesar 85 persen.

5.1.2.2. Pendidikan Pekerja

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menunjang

suatu pekerjaan, akan tetapi pendidikan formal tidak begitu diutamakan untuk

bekerja sebagai pengrajin sepatu. Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan,

tidak terdapat perbedaan berarti bagi mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar

(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum

(SMU/SMK) untuk bekerja sebagai pekerja di usaha kerajinan sepatu.

Berdasarkan Tabel 11. dapat dilihat bahwa pada umumnya pekerja pada usaha

kerajinan sepatu hanya berpendidikan Sekolah Dasar

Tabel 11. Frekuensi Pekerja Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD tidak tamat 0 0

2 SD tamat 18 90

3 SMP tidak tamat 2 10

4 SMP tamat 0 0

Total 20 100

Sumber: data primer (diolah)

5.1.2.3. Pengalaman Kerja

Para pekerja umumnya telah menekuni pekerjaan ini berkisar antara 1

tahun sampai 30 tahun seperti yang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Frekuensi Pengalaman Kerja Pekerja

No. Pengalaman Kerja (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 1-5 tahun 4 20

2 6-10 tahun 16 80

Total 20 100

Sumber: data primer (diolah)

Page 56: H09awi

Berdasarkan Tabel 12. Pengalaman kerja sebagian besar pada usaha

kerajinan sepatu berkisar 6-10 tahun, hal ini karena CV. Anugerah Jaya lebih

mengutamakan menjaga kualitas produk.

5.1.2.4. Jenis Pekerjaan

Pada CV. Anugerah Jaya terdapat dua jenis pekerjaan, yaitu: tukang

bawah dan tukang atas. Berdasarkan Tabel 13. Dapat dilihat jumlah proporsi dari

masing-masing jenis pekerjaan, yaitu: tukang atas 6 orang dan tukang bawh 14

orang.

Tabel 13. Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tukang Atas 6 30

2 Tukan Bawah 14 70

Total 20 100 Sumber : Data Primer

Adapun tugas dari masing-masing tukang adalah sebagai berikut:

1. Tukang bawah, pada jenis pekerjaan ini tugas tukang bawah adalah

melakukan pekerjaan, seperti: membuat permukaan sandal, menggunting,

pemberian lem pada bagian sol (bawah sandal), dan memasang pola pada

cetakan, serta memanaskan sandal di kompor agar lem merekat kuat dan

cepat kering.

2. Tukang atas, sedangkan pada jenis pekerjaan ini tugas tukang atas adalah

menyelesaikan bagian finishing, seperti: menjahit pola dan menyusun

sandal dari ukuran terkecil hingga terbesar setelah sandal selesai disusun,

barulah dilakukan pengepakan. Sandal tersebut dimasukkan ke dalam

kotak kardus.

Page 57: H09awi

5.1.3. Karakteristik Usaha

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, karakteristik usaha

kerajinan sepatu khususnya di CV. Anugerah Jaya. Berikut disajikan karakteristik

usaha industri kerajinan sepatu mengenai biaya investasi dan sumber pasokan.

5.1.3.1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan sebelum kegiatan

usaha dimulai (Tahun ke-0 atau bulan pertama) yaitu sejumlah dana yang dipakai

untuk menjalankan usaha.

Pada CV. Anugerah Jaya kepemilikan modal agar usaha tetap berjalan

sebesar Rp. 61.700.000 kegunaan modal dapat diuraikan pada Tabel 13.

Sedangkan, biaya untuk modal kerja seperti membeli bahan baku rutin

menggunakan sitem bon putih.

Tabel 14. Biaya Investasi Awal CV. Anugerah Jaya

Jenis Banyaknya Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Bangunan (unit) 1 Rp. 50.000.000 Rp. 50.000.000

Lahan (m2) 120 Rp. 60.000 Rp. 7.200.000

Mesin Jahit (unit) 7 Rp. 250.000 Rp. 1.750.000

Mesin Gurinda (unit) 5 Rp. 150.000 Rp. 750.000

Kayu Pola (kodi) 2 Rp. 500.000 Rp. 1.000.000

Perlengkapan (set) 1 Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000

Total Rp. 61.700.000

Sumber : Data Primer

5.1.3.2. Pemasaran Produk

Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa pemasaran dari CV.

Anugerah Jaya adalah pada satu grosir tetap yang selama ini menjadi mitra

pengrajin yaitu grosir sepatu Bonaf

Page 58: H09awi

5.1.3.3. Sumber Pasokan

Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa pasokan barang

pengrajin sepatu berasal dari toko grosir yang berlokasi di sekitar bengkel-bengkel

sepatu tempat pengrajin memproduksi sepatu. Dimana pengrajin yang

menggunakan sistem bon putih belanja bahan baku ditoko bahan yang sudah

bekerjasama dengan pihak Grosir sepatu yaitu toko bahan Hepi.

5.2 Analisis Kinerja Usaha

Kinerja usaha yang diteliti dalam penelitian ini adalah kinerja usaha CV.

Anugerah Jaya di Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Analisa kinerja industri kerajinan sepatu dapat dilihat dari indikator yaitu

pendapatan atau tingkat keuntungan, Return on Investment (ROI), dan Rasio

imbangan penerimaan R/C. Hasil analisis secara keseluruhan dapat dilihat pada

lampiran 2.

5.2.1 Pendapatan Usaha

Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara

mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang

diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran bahan baku (input),

pembayaran upah, pembayaran bunga bon putih, biaya penyusutan, biaya

transportasi, biaya listrik dan biaya konsumsi. Apabila hasil penjualan yang

diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya positif maka diperoleh

keuntungan atau pendapatan yang dapat dinikmati oleh para pengrajin atau

pengusaha sepatu. Mendirikan dan menjalankan kegiatan perusahaan adalah

Page 59: H09awi

kegiatan ekonomi yang dipenuhi oleh berbagai risiko. Tidak terdapat jaminan

bahwa sesuatu usaha akan pasti berhasil. Setiap bulan banyak perusahaan baru

muncul, tetapi banyak pula perusahaan sepatu yang gulung tikar dan pemiliknya

mengalami kerugian dalam bentuk uang maupun tenaga yang dikeluarkan. Hal ini

karena usaha kerajinan sepatu merupakan usaha yang bersifat musiman seperti

jamur dimusim hujan.

Dalam perekonomian rakyat biasanya terdapat banyak UKM yang

menghasilkan barang yang sejenis seperti sepatu, sehingga UKM tersebut harus

saling bersaingan untuk mendapatkan pasaran, dan melakukan kegiatan produksi

yang biaya rata-rata dibawah harga pasar. Sampai dimana keuntungan yang

diperoleh, atau kerugian yang dialami sangat tergantung kepada usaha-usaha

perusahaan/industri untuk meluaskan pasaran dan meminumkan biaya.

Dari hasil analisis keuntungan usaha industri kerajinan sepatu maka

keuntungan yang diperoleh pemilik CV. Anugerah Jaya selama 1 tahun yaitu pada

Tabel 14.

Tabel 15. Kinerja Usaha berdasarkan Pendapatan

Uraian Jumlah

Kontribusi

Pengeluaran (%)

Total Penerimaan Rp. 873.750.000

Pengeluaran:

Biaya Bahan Baku Rp. 520.231.500 68,75

Biaya Bunga Bon Putih Rp. 15.606.945 2,06

Biaya Tenaga Kerja Rp. 189.622.500 25,06

Biaya Transportasi Rp. 18.817.500 2,48

Biaya Penyusutan Bangunan Rp. 5.000.000 0,66

Biaya Penyusutan Perlengkapan Rp. 900.000 0,11

Biaya Konsumsi Rp. 4.800.000 0,63

Biaya Listrik Rp. 1.680.000 0,22

Total Pengeluaran Rp. 756.658.445

Pendapatan Bersih Rp. 117.091.555

Sumber : (olah data)

Page 60: H09awi

Berdasarkan Tabel 15. Pendapatan bersih yang diperoleh CV. Anugerah

Jaya yaitu Rp. 117.091.555 per tahun mengindikasikan tingkat keuntungan yang

diperoleh oleh perusahaan tersebut cukup tinggi.

5.2.2 Return on Investment (ROI)

Pengembalian atas investasi (ROI) memberikan indikasi probabilitas suatu

investasi. Dengan dilakukan analisis ini akan dapat diketahui industri kerajinan

sepatu yang disukai dan tidak disukai investor. Dan berapa besar tingkat

pengembalian modal industri kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan Tabel 16. nilai tingkat pengembalian atas investasi (ROI)

cukup tinggi yaitu sebesar 19,71 persen hal ini menunjukkan sebetulnya tingkat

pengembalian modal dari usaha kerajinan sepatu cukup tinggi, namun pada

kenyataannya dilapangan pemilik CV. Anugerah Jaya tidak menggunakan

modalnya sendiri melainkan dengan sistem bon putih yang diberikan oleh grosir

sepatu karena pemilik memiliki kelemahan dalam memasarkan produknya sendiri,

sehingga pengrajin tidak mau terlalu jauh dalam mengambil risiko.

Tabel 16. Kinerja Usaha Berdasarkan ROI

Kriteria / Uraian Nilai

Total Asset yang Berputar Rp. 593.231.500

Pendapatan Bersih (per tahun) Rp. 117.091.555

ROI (%/Thn) 19,71

Sumber : (olah data)

Nilai ROI sebesar 19,71 persen mengindikasikan rata-rata tingkat

pengembalian modal sebesar 19,71 persen per tahun. Misalnya ada suatu

pengusaha kerajinan sepatu yang untuk membiayai produki perbulan dibutuhkan

modal sebesar Rp. 25.000.000,- sehingga untuk membiayai biaya produksi selama

satu tahun dibutuhkan modal sebesar Rp. 300.000.000,-. Maka tingkat

Page 61: H09awi

pengembalian modal per tahun sebesar kurang lebih Rp. 57.000.000,-. Sehingga

dalalam kondisi normal investasi akan kembali setelah lima tahun dua bulan.

5.2.3 Rasio R/C

Analisis penerimaan atas biaya menunjukkan industri kerajinan sepatu

menguntungkan atau tidak. Usaha yang dikatakan menguntungkan jika nilai R/C

yang didapat lebih dari satu dan tidak menguntungkan jika nilai R/C yang didapat

adalah kurang dari satu.

Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. R/C

yang dihitung adalah R/C atas biaya tunai dan tidak tunai total. Berdasarkan Tabel

17. Menunjukkan nilai rasio R/C yang diperoleh R/C sebesar 1.15, artinya untuk

setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.15

menunjukkan bahwa usaha kerajinan sepatu CV. Anugerah Jaya akan

menguntungkan jika dikembangkan. Selain itu dapat dilihat juga rata-rata

imbangan penerimaan atas biaya pada Tabel 16.

Tabel 17. Kinerja Usaha Berdasarkan Rasio R/C

Kriteria/Uraian Nilai

Total Revenue (TR) Rp. 873.750.000

Total Cost (TC) Rp. 756.658.445

Rasio R/C per tahun 1,15

Sumber : (Olah Data)

Rata-rata R/C industri kerajinan sepatu sebesar 1,15 per tahun

mengindikasikan rata-rata imbangan penerimaan untuk setiap rupiah yang

dikeluarkan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor sebesar 1,15 per tahun

Page 62: H09awi

5.3. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana

strategi (strategi planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan

(kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

5.3.1. Faktor Kekuatan

Faktor kekuatan merupakan faktor internal atau faktor yang berasal dari

dalam perusahaan yang mampu mendukung perkembangan perusahaan secara

optimal jika potensi yang ada dimaksimalisasikan. Adapun faktor kekuatan yang

terdapat di CV. Anugerah Jaya dalam memproduksi sepatu adalah:

1. Produk yang dihasilkan berkualitas.

Dalam pembuatan sepatu, pekerja di CV. Anugerah Jaya sudah sangat

berpengalaman sehingga produk yang mereka hasilkan cukup berkualitas, hal

tersebut dapat dilihat dari komplain pedagang yang menjual produk CV.

Anugerah Jaya atau konsumen yang menggunakan selama ini belum pernah

terjadi.

2. Harga yang ditawarkan bersaing.

Harga merupakan suatu hal yang sangat sensitif bagi konsumen, apalagi

dalam dunia bisnis yang semakin banyak persaingan. Harga sepatu produksi CV.

Page 63: H09awi

Anugerah Jaya hingga saat ini masih terjangkau konsumen sehingga hingga saat

ini perusahaan masih mampu beroperasi karena penjualan yang cukup tinggi.

3. Sepatu yang dihasilkan unik dan kreatif.

Pada dasarnya, kunci utama dari produk sepatu yang berkualitas itu sangat

ditentukan oleh model yang unik. Pada umumya usaha kerajinan sepatu di Ciomas

cukup kreatif dalam membuat mode terbaru, termasuk hasil produksi CV.

Anugerah Jaya. Selain itu, perusahaan aktif mencari trend terbaru dari mode

sepatu yang sedang diminati dipasaran melalui media internet, majalah dan lain-

lain.

5.3.2. Faktor Kelemahan

Faktor kelemahan yang ada dalam internal CV. Anugerah Jaya adalah:

1. Manajemen keuangan belum teratur.

Sistem pencatatan keuangan pada CV. Anugerah Jaya belum tertata rapi,

CV. Anugerah Jaya tidak memiliki sistem pencatatan keuangan yang baik

sehingga mereka tidak mengetahui secara pasti berapa rupiah keuntungan yang

mereka peroleh selama menjalankan usaha. Selain itu tidak ada pemisahan yang

jelas antara pengeluaran pribadi dengan pengeluaran usaha yang menyebabkan

usaha sulit berkembang.

2. Manajemen persediaan bahan baku belum teratur.

Persediaan bahan baku memegang peranan penting dalam kelancaran

proses produksi, pada CV. Anugerah Jaya bahan baku dibeli pada saat dibutuhkan

dan tidak sesuai dengan perhitungan yang matang hanya berdasarkan perkiraan

saja, tidak adanya perhitungan yang jelas mengenai berapa jumlah bahan baku

Page 64: H09awi

yang sebetulnya dibutuhkan menyebabkan seringkali terjadi kelebihan baku

maupun kekurangan bahan baku pada saat produksi sedang berlangsung, sehingga

menganggu proses produksi, bahkan dapat membuat terlambat produksi pesanan.

3. Kurangnya pengawasan proses produksi dan kualitas.

Kontrol terhadap kualitas hanya dilakukan pada saat di awal pembuatan

sampel saja. Selanjutnya pengerjaan diserahkan sepenuhnya kepada para pekerja.

Kurangnya kontrol dalam proses produksi menyebabkan hasil produksi tidak

sesuai yang diharapkan dan tidak sama kualitasnya.

4. Lahan kerja kurang luas dan kurang nyaman

Lahan yang digunakan untuk tempat produksi merupakan rumah tempat

sehari-hari pemilik CV. Anugerah Jaya tinggal, sehingga luas tempat produksi

sangat terbatas sekali dan menyebabkan suasana bekerja menjadi kurang nyaman.

5. Teknologi minimal

Teknologi yang digunakan untuk proses produksi sangat minimalis proses

produksi sepatu di CV. Anugerah Jaya hanya menggunakan mesin-mesin

sederhana, yaitu: mesin jahit standar dan mesin gerinda yang berasal dari rakitan

mesin pompa air.

6. Perhitungan harga pokok produksi kurang akurat

CV. Anugerah Jaya hanya mengandalkan perhitungan kasar atau tidak

menggunakan perhitungan usaha yang baik dalam berproduksi, sehingga tidak

jarang biaya operasional yang dikeluarkan selama proses produksi tidak terhitung.

Page 65: H09awi

Tabel 18. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kerajinan Sepatu

No Kekuatan (S) No Kelemahan (W)

1 Produk yang dihasilkan

berkualitas. 1 Manajemen keuangan belum

teratur.

2 Harga yang ditawarkan bersaing.

2 Manajemen persediaan bahan

baku belum teratur.

3 Sepatu yang dihasilkan unik dan

kreatif.

3 Kurangnya pengawasan proses

produksi dan kualitas.

4 4 Lahan kerja kurang luas dan

kurang nyaman

5 5 Teknologi minimal

6 6 Perhitungan harga pokok

produksi kurang akurat

Sumber : (ola data)

5.3.3. Faktor Peluang

Faktor peluang merupakan faktor eksternal atau berasal dari luar

perusahaan yang menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk berkembang secara

optimal jika mampu memanfaatkannya secara maksimal. Adapun faktor peluang

bagi CV. Anugerah Jaya adalah:

1. Produk sudah dikenal masyarakat.

Keunggulan produk yang dihasilkan oleh industri kerajinan sepatu di

Ciomas adalah sudah dikenal oleh masyarakat luas. Hal tersebut berimbas pada

hail produksi sepatu CV. Anugerah Jaya yang berlokasi di Ciomas, sehingga tak

jarang banyak pembeli yang datang dari luar kota Bogor yaitu Jabodetabek,

Surabaya dan Bali.

2. Ketersedian sumberdaya manusia

Pekerja pada umumnya berasal dari warga sekitar tempat usaha sehingga

pekerja bagi CV. Anugerah Jaya mudah didapat dan pada umumnya mereka sudah

Page 66: H09awi

terlatih sehingga tidak sulit untuk memberikan pengarahan kepada para

pekerjanya.

3. Lokasi dekat dengan pemasok.

Kedekatan lokasi dengan pemasok mempengaruhi pada tingkat persediaan

bahan baku. Semakin dekat lokasi dengan pemasok akan semakin mudah dalam

hal persediaan bahan baku. Lokasi pemasok bahan baku (toko bahan) adalah

sekitar tempat produksi CV. Anugerah Jaya.

4. Memiliki sistem pemasaran terpusat

Industri kerajinan sepatu di Kecamatan Ciomas, termasuk CV. Anugerah

Jaya sudah memiliki sentra penjualan (grosir) sepatu yaitu didekat stasiun Bogor.

Sehingga memudahkan untuk melakukan transaksi dagang dengan pedagang dan

pelanggan.

5. Tempat penjualan strategis

Tempat penjualan sangat penting dalam memasarkan suatu produk. Jika

tempat penjualan semakin strategis, maka akan mudah memasuki pasar. Tempat

yang dijadikan sebagai sentra penjualan kerajinan sepatu produksi CV. Anugerah

Jaya berlokasi di dekat Stasiun Bogor, sehingga mempermudah konsumen yang

ingin membeli sepatu.

6. Memiliki banyak relasi

Grosir sepatu telah memiliki relasi yang cukup luas, sehingga dapat

membantu pengrajin sepatu termasuk CV. Anugerah Jaya dalam memasarkan

produknya. Rata-rata para pembeli berasal dari Jabodetabek, Surabaya dan Bali.

Page 67: H09awi

5.3.4. Faktor Ancaman

Adapun faktor ancaman yang bersifat eksternal bagi perkembangan CV.

Anugerah Jaya adalah:

1. Sarana transportasi terbatas

Akses jalan dari tempat produksi ke tempat grosir masih kurang

mendukung. Apalagi bengkel atau tempat produksi CV. Anugerah Jaya berlokasi

di pemukiman pedesaan, sehingga alat transportasi yang diandalkan untuk

mengirim barang adalah sepeda motor atau ojek motor.

2. Pesaing dari dalam Negeri

Pesaing pengrajin sepatu di Kecamatan Ciomas terdapat di beberapa

tempat di Indonesia seperti para pengrajin sepatu di Bandung yang terkenal

dengan sepatu Cibaduyutnya dan di daerah Sukabumi.

3. Pesaing dari luar Negeri

Pesaing utama pengrajin sepatu di Ciomas termasuk CV. Anugerah Jaya

adalah produk-produk sepatu dari luar negeri yang sudah menggunakan teknologi

yang canggih sehingga dapat menghasilkan kualitas yang baik dan harga yang

murah, seperti produk sepatu dari China yang harganya dapat lebih murah dengan

kualitas yang cukup baik

4. Musim.

Pesanan usaha sepatu biasanya ramai hanya pada waktu-waktu tertentu.

Misalnya saat Lebaran, Natal, dan menjelang perayaan tahun baru sedangkan pada

bulan-bulan biasa pesanan sepatu sangat minim sekali.

Page 68: H09awi

5. Inflasi

Faktor kenaikan setiap harga barang akan mempengaruhi daya beli

masyarakat dan pengeluaran untuk pembelian bahan baku. Jika terjadi kenaikan

sedikit saja pada harga barang maka akan berpengaruh pada biaya produksi.

6. Kekuatan daya tawar menawar grosir (pemasok bahan)

Pemasok bahan baku memiliki kekuatan tawar menawar yang tinggi

karena mereka menguasai pasar dan memiliki modal yang banyak, sehingga

pengusaha sepatu seperti CV. Anugerah Jaya yang memiliki keterbatasan modal

harus mengikuti harga yang ditetapkan oleh pemasok bahan baku.

Tabel 19. Peluang dan Ancaman Usaha Kerajinan Sepatu

No Peluang (O) No Ancaman (T)

1 Produk sudah dikenal masyarakat 1 Sarana transportasi terbatas

2 Ketersedian sumberdaya manusia

2 Pesaing dari dalam Negeri

3 Lokasi dekat dengan pemasok.

3 Pesaing dari luar Negeri

4 Memiliki sistem pemasaran

terpusat

4 Musim.

5 Tempat penjualan strategis 5 Inflasi

6 Memiliki banyak relasi

6 Kekuatan daya tawar menawar

grosir (pemasok bahan)

Sumber: (olah data)

5.4. Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sepatu Berdasarkan Analisis

SWOT

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam rangka

mengembangkan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor berdasarkan studi

kasus pada CV. Anugerah Jaya di Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas

dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Page 69: H09awi

KEKUATAN

1. Produk yang

dihasilkan berkualitas

2. Harga yang ditawarkan

bersaing.

3. Sepatu yang dihasilkan

unik dan kreatif.

KELEMAHAN

1. Manajemen keuangan

belum teratur

2. Manajemen persediaan

bahan baku belum

teratur.

3. Kurangnya

pengawasan proses

produksi dan kualitas.

4. Lahan kerja kurang

luas dan kurang

nyaman

5. Teknologi minimal

6. Perhitungan harga

pokok produksi kurang

akurat

PELUANG

1. Produk sudah dikenal

masyarakat

2. Ketersedian

sumberdaya manusia

3. Lokasi dekat dengan

pemasok.

4. Memiliki sistem

pemasaran terpusat

5. Tempat penjualan

strategis

6. Memiliki banyak

relasi

STRATEGI SO

1. Pemerintah dapat

membantu usaha

kerajinan sepatu

dengan memberikan

fasilitas-fasilitas agar

tercipta jalur distribusi

yang baru.

2. Pelaku usaha kecil

tersebut lebih kreatif

dalam memproduksi

sepatu.

3. Bekerjasama dengan

pihak-pihak lain yang

dapat membantu dalam

pemasaran

STRATEGI WO

1. Pemerintah

memberikan pelatihan

tentang manajemen

keuangan, manajemen

perusahaan dan

lainnya.

2. Pelaku usaha lebih

fokus pada pemupukan

kapital untuk meng-

upgrade teknologi

yang dimiliki.

ANCAMAN

1. Kekuatan daya tawar

menawar grosir

(pemasok bahan)

2. Inflasi

3. Musim.

4. Pesaing dari luar

Negeri

5. Pesaing dari dalam

Negeri

6. Sarana transportasi

terbatas

STRATEGI ST

1. Perlu dibentuknya

koperasi pengrajin atau

paguyuban yang dapat

menjual bahan baku

kebutuhan pengrajin

dan penyediaan modal

kerja

2. Pemerintah membatasi

impor sepatu.

STRATEGI WT

1. Pemerintah lebih

mendukung usaha

kerajinan sepatu

dengan mengeluarkan

regulasi yang

memudahkan pengrajin

untuk berkembang.

Gambar 4. Matriks strategi pengembangan usaha kerajinan sepatu berdasarkan SWOT

Faktor

Internal

Faktor

Eksternal

Page 70: H09awi

Berdasarkan analisis dengan menggunakan matriks SWOT yang dapat dilihat

pada Gambar 3. dapat disarankan beberapa strategi pengembangan usaha

kerajinan sepatu, diantaranya:

1. Pemerintah membantu usaha kerajinan sepatu dengan regulasi yang

mendukung perkembangan usaha tersebut. Misalnya: pemberian kredit lunak

tanpa agunan.

2. Strategi pembentukan koperasi atau paguyuban yang memfasilitasi kebutuhan

modal dan ketersediaan bahan baku yang relatif lebih murah.

3. Strategi pengembangan sumberdaya manusia dengan peningkatan softskill

pelaku usaha.

4. Kerjasama dengan pihak-pihak yang membantu dalam melancarkan

pemasaran.

Page 71: H09awi

VI. KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis kinerja dan strategi

pengembangan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor, maka dapat

disimpulkan :

1. Hasil kinerja usaha industri kerajinan sepatu cukup bagus ditunjukkan oleh

tingkat keuntungan sebesar Rp. 117.091.555 per tahun, Return of Investment

(ROI) sebesar 19,71 persen, dan Rasio R/C sebesar 1,15 per tahun

mengindikasikan rata-rata imbangan penerimaan untuk setiap rupiah yang

dikeluarkan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor sebesar 1,15 per

tahun.

2. Keuntungan yang diperoleh pengrajin sepatu sangat dipengaruhi oleh volume

produksi yang ditentukkan oleh Grosir Sepatu. Oleh karena itu pengrajin perlu

sekreatif mungkin dalam menciptakan model-model terbaru dari sepatu yang

mereka produksi.

3. Besarnya upah didasarkan atas jumlah barang yang diproduksi dan jenis

pekerjaannya, tidak dikaitkan dengan prestasi kerja. Curahan kerja pekerja

akan meningkat apabila terjadi peningkatan jumlah pemintaan sepatu yang

dipesan oleh grosir. Hal ini akan meningkatkan volume penjualan produksi

sepatu.

4. Dari segi faktor internal yang menjadi kekuatan adalah produk sudah dikenal

masyarakat luas, produk yang dihasilkan berkualitas, harga yang ditawarkan

Page 72: H09awi

bersaing, ketersedian sumberdaya manusia, lokasi dekat dengan pemasok, dan

pimpinan kreatif. Sedangkan yang menjadi kelemahannya adalah manajemen

keuangan belum teratur, manajemen persediaan bahan baku belum teratur,

kurangnya pengawasan proses produksi dan kualitas, lahan kerja kurang luas

dan kurang nyaman, teknologi minimal, tidak adanya perhitungan harga

pokok produksi secara akurat, dan sarana transportasi terbatas.

5. Dari segi faktor eksternal yang menjadi kekuatan adalah memiliki sistem

pemasaran terpusat dan tempat penjualan (Grosir) strategis, serta memiliki

banyak relasi, sedangkan yang menjadi kelemahannya adalah adanya pesaing

dari dalam negeri, adanya pesaing dari luar negeri, faktor musim, inflasi,

kekuatan tawar menawar grosir (pemasok bahan)

6. Berdasarkan analisis SWOT maka strategi yang dapat dijalankan dalam

rangka mengembangkan usaha kerajinan sepatu adalah Pemerintah membantu

usaha kerajinan sepatu dengan regulasi yang mendukung perkembangan usaha

tersebut, misalnya: pemberian kredit lunak tanpa agunan dan mendirikan

koperasi atau paguyuban yang memfasilitasi kebutuhan modal dan

ketersediaan bahan baku yang relatif lebih murah

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan sebagai bahan pertimbangan menunjang

keberasilan pengembangan usaha pada industri kerajinan sepatu di Kabupaten

Bogor adalah :

Page 73: H09awi

1. Karena kontribusi tenaga kerja terhadap usaha kerajinan sepatu cukup banyak,

maka pemerintah harus lebih perhatian terhadap sektor UKM khususnya

Industri kerajinan sepatu yaitu dengan melakukan pembinaan secara intensif

terhadap para pengusaha kerajinan sepatu, baik dari segi permodalan maupun

peningkatan skill para pengusaha kerajinan sepatu itu sendiri.

2. Perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi, perlu

meningkatkan efisiensi dan meningkat kualitas produk yang menarik minat

konsumen.

3. Melihat kontribusi pengeluaran bahan baku yang sangat besar dalam usaha

kerajinan sepatu, maka ntuk efisiensi biaya bahan baku, perlu dibentuknya

koperasi atau paguyuban yang bisa menyediakan bahan baku dengan harga

yang lebih murah. Sehingga keuntungan yang diperoleh pengrajin sepatu

dapat lebih besar.

4. Untuk mempermudah memperoleh mendapatkan bantuan kredit dari

pemerintah dan perbankan, pengusaha kerajinan sepatu perlu membuat

pembukuan terhadap transaksi bisnisnya dan mengurus surat-surat yang

berkaitan dengan perizinan usaha.

Page 74: H09awi

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2007. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2007. BPS

Kabupaten Bogor. Bogor

---------------------------. 1997-2007. Statistik Indonesia. BPS, Jakarta.

Chodijah, Ida. 1997. Keragaan Ekonomi, Kesempatan Kerja, dan Distribusi

Pendapatan pada Indistri Kecil Emping Melinjo [Skripsi]. Jurusan Ilmu-

ilmu Sosial Ekonomi Pertanian: Fakultas Pertanian IPB, Bogor

Departemen Koperasi. 2007. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor, UKM

di Indonesia. Depkop, Jakarta.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2008. Potensi dan

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor.

Djamin, Z. 1984. Perencanaan dan Analisa Proyek. LPFE UI, Jakarta.

Dumairy, MS. 2000. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta.

Faizal, R. 2008. Analisis Pengembangan Usaha Industri Kerajinan Sepatu Wanita

di Kabupaten Bogor [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri : Persaingan, Monopoli, dan

Regulasi. LP3S, Jakarta.

Ivana, R. 2004. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah

Kerajinan dengan Pendekatan Penelitian Aksi Partisipatif [Skripsi].

Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. Edisis Kedua. BPFE, Yogyakarta.

Kasmir.2006. Kewirausahaan. Rajawali Pers, Jakarta.

Laswati. 2009. Analisis Tingkat Keuntungan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada

Industri Kecil Sandal di Desa Sirna Galih, Kecamatan Tamansari,

Kabupaten Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Legowo. 1996. Persaingan Usaha dan Pengambilan Keputusan Manajerial.

UI-Press, Jakarta.

Page 75: H09awi

Meliani, C. 2008. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Mochi

di Kota Sukabumi. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Nicholson, W. 1995. Teori Mikroekonomi : Prinsip dan Dasar

Pengembangannya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Partomo, T. dan A. Soejono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi.

Ghalia, Jakarta.

Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik. Terjemahan. Bina Rupa

Aksara, Jakarta.

Radar Bogor. 26 Mei 2008. “Usaha Kecil Sepatu makin Menggeliat di Bogor”.

Radar Bogor: 5

Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Simanjuntak, P. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. LPFE UI,

Jakarta.

Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, dan J Brian Hardaker. 1984. Ilmu

Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press,

Jakarta.

Sucipto. 2003. Analisis PSAK No. 23 Tentang Pendapatan. Fakultas Ekonomi,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tjakrawiraklaksana, A. 1983. Usaha Tani. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta.

Wahyuni, E.S dan Muljono, P. 2007. Metode Penelitian Sosial. Penerbit Andi,

Jakarta

Page 76: H09awi

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

ANALISIS KINERJA DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN USAHA KERAJINAN SEPATU

DI KABUPATEN BOGOR

Kuisioner ini digunakan dalam rangka penyusunan bahan penelitian untuk skripsi oleh Agung

Wibowo, mahasiswa Program Sarjana Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Mohon Bapak/Ibu

berkenan mengisi kuisioner dengan jujur dan objektif sesuai dengan kondisi yang sebenarnya,

karena hal ini sangat membatu keberhasilan penelitian ini. Terimakasih

I. IDENTITAS RESPONDEN:

1. Nama :………………………………………………….

2. Alamat Rumah :.............................................................................

3. Alamat Tempat Usaha:.............................................................................

II. KARAKTERIDTIK RESPONDEN

1. Jenis Kelamin : (1) laki-laki (2) perempuan

2. Umur : ...................................................................................................

3. Status : (1) Bujangan (2) menikah (3) janda/duda

4. Jumlah anggota keluarga :.......................................................................

5. Pekerjaan utama :..........................................................................................

III. INFORMASI UMUM USAHA

1. Nama UKM .................................................................................................

2. Nama Pemilik/ Pimpinan UKM ....................................................................

3. Jenis Usaha :...................................................................................................

4. Lama usaha :..................................................................................................

5. Tahun Pendirian Usaha :................................................................................

6. Lokasi usaha : (1) lingkungan masyarakat (2) pasar tradisional (3) kaki lima (4) keliling

dan mengapa anda memilih tempat tersebut?.......................................................................

Page 77: H09awi

7. Konsumen produk sepatu : (1) pria (2) wanita (3) anak-anak dan jelaskan pilihan mana

yang mendominasi?...................................................................

8. Usaha kerajinan sepatu merupakan pekerjaan utama atau sambilan?............

9. Bagaimana prospek usaha sepatu (1) menguntungkan (2) rugi (3).......................................

10. Adakah manfaat sosialnya ? ......................................................................

11. Apakah usaha sepatu Anda telah memiliki surat izin pendirian usaha dan berbagai aspek

legalitas lainnya ?

12. Adakah pesaing ? (1) dalam wilayah kabupaten Bogor (2) luar kabupaten Sukabumi

13. Bagaimana kondisi pesaing tersebut dari dua aspek yaitu :

Keunggulan............................................................................................................................

Kelemahan.............................................................................................................................

14. Apa kelebihan produk sepatu anda?..........................................................

15. Jelaskan kemudahan dan kesulitan dalam mengembangkan usaha sepatu Anda ?

.....................................................................................................................

IV. PERMODALAN

1. Bagaimana perolehan modal usaha? (1) sendiri (2) keluarga (3) pinjaman berapa

besar Rp..............................................................

2. Berapa modal yang dibutuhkan dalam usaha ini?..........................

3. Berapa nilai aset yang dimiliki saat ini?..........................................

4. Apakah UKM sepatu Anda pernah mendapat bantuan permodalan dari pemerintah

kabupaten bogor?.................................................

5. Apakah UKM sepatu Anda pernah mengajukan pinjaman kepada lembaga

keuangan/ Bank?.........................................................................................................

V. KETENAGAKERJAAN

1. Berapa jumlah tenaga kerja dalam UKM sepatu Anda?.................

2. Berapa rataan jam kerja perhari karyawan UKM sepatu Anda? (bedakan antara

pria, wanita dewasa dan anak-anak)....................

3. Bearapa besarnya upah yang diberikan kepada karyawan UKM sepatu

Anda?......................................................................................

4. Bagaimana cara/ sistem pembayaran upah dalam UKM sepatu Anda? Sebutkan

jika lebih dari satu cara dan adakah bonus/premi?..............

5. Darimana tenaga kerja berasal?...........................................................

6. Bagaimana sistem perekrutan tenaga kerja?.........................................

7. Apakah terdapat pelatihan yang diberikan pada para pekerja?.............

8. Apa masalah yang terdapat pada tenaga kerja?.....................................

9. Bagaimana cara mengatasinya selama ini?.........................................

10. Adakah perlindungan tenaga kerja? Dan bagaimana bentuknya?.......

Page 78: H09awi

VI. PEROLEHAN INPUT

1. Darimana bahan baku diperoleh?..........................................................

2. Siapa yang menjadi pemasok bahan baku?...........................................

3. Apakah pemasok tetap atau terdapat banyak pemasok?.......................

4. Bagaimana sistem manajemen persediaan bahan baku?.......................

5. Berapa rataan pengeluaran bahan baku setiap bulannya?.....................

6. Bagaimana harga yang ditawarkan pemasok bahan baku?...................

7. Dari mana memperoleh informasi harga bahan baku?..........................

8. Bagaimana sistem penyimpana bahan baku?........................................

9. Berapa jumlah dan harga bahan baku yang dibutuhkan, terperinci dibawah ini?

BAHAN BAKU PRODUKSI Satuan Jumlah Harga

satuan Total

1 Bahan Sepatu M

2 AC (Lapis) M

3 Tamsin Dus

4 Texon Lbr

5 Sol Kodi

6 Benang Lusin

7 Spon Lbr

8 Tatak (Alas Sepatu) M

9 Paku Kg

10 Lem Kuning Klng

11 Lem PU Klng

12 Dus Kodi

13 Tinta Btl

14 Tali Roll

15 pulpen Putih Lsn

16 Pulpen Biru Lsn

17 Latex Ltr

TOTAL BIAYA BAHAN BAKU

VII. PRODUKSI

1. Apa saja bahan baku utama dari produk sepatu yang dihasilkan?......

2. Apa saja bahan baku penunjang dari produk yang dihasilkan?.........

3. Berapa kapasitas produksi yang dihasilkan?.....................................

4. Bagaimana perkembangan jumlah produk?..................................

5. Berapa nilai produksi tertinggi dan nilai produksi terendah?..........

Page 79: H09awi

6. Bagaimana sistem produksi yang dijalankan (persediaan barang atau berdasarkan

pesanan)?.....................................................................

7. Berapa jam kerja UKM per hari, hari kerja dalam satu bulan?........

8. Apa saja peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan barang?.......................

9. Bagaimana tahap-tahap proses produksi dalam menghasilkan produk ( diagram

alur produksi)? Berapa orang tenaga kerja yang diperlukan untuk mengerjakan

setiap bagian produksi dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan

setiap fungsi produksi?...............................................................................................

10. Masalah apa yang menjasi kendala dalam proses produksi ( bahan baku, tenaga

kerja, modal, dan peralatan)?....................................

11. Bagaimana cara perolehan bahan baku?.......................................

12. Bagaimana manajemen bahan baku yang dilakukan?......................

VIII. PEMASARAN OUTPUT

1. Jenis sepatu apa saja yang dihasilkan oleh UKM sepatu Anda?.....

2. Bagaimana sistem distribusi yang dijalankan UKM sepatu Anda untuk

memasarkan produknya?...................................................

3. Baerapa harga jual yang diterapkan oleh UKM sepatu Anda? Apakah harga jual

tersebut sama untuk semua jenis konsumen atau ada perbedaan? Jika ada berapa

kisarannya?................................

4. Bagaimana sistem penyerahan barang kepada konsumen?..............

5. Bagaimana cara pemesanan dan pembayaran yang dilakukan oleh konsumen?.........

6. Apakah penjualan output hanya kepada orang tertentu/langganan atau berubah-

ubah menurut harga?

7. Dimanakah penyerahan barang dilakukan?

8. Bagaimana fluktuasi harga output?

Berapa harga tertinggi dan kapal hal ini terjadi?

Berapa harga terendah dan kapan hal ini terjadi?

Berapa harga rataan?

9. Siapa dan bagaimana yang menentukan harga output?

10. Bagaimana cara pembayaran yang dilakukan pembeli?

11. Jika barang/ouput disimpan? Dimana disimpannya? Berapa lama disimpan?

Berapa biaya penyimpanannya?

12. Adakah permasalahan/kesulitan dalam memasarkan output, jelaskan?

13. Apakah terdapat hubungan antara pengusaha dengan pabrik, atau pedagang

perantara (misalnya, ikatan utang dan kontrak?) dan bagaimana aturan mainnya?

Page 80: H09awi

IX. ANALISIS PENDAPATAN USAHA

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Pendapatan Usaha Industri Sepatu

1. Penerimaan rata-rata

Per hari?.............................................................................................

Per minggu?.......................................................................................

Per bulan?..........................................................................................

2. Pengeluaran Usaha

Jenis Pengeluaran Perhari/minggu Perbulan Pertahun

Bahan baku/pelengkap

Upah tenaga kerja

Listrik, Air, Telepon

Biaya transportasi pembelian

bahan baku

Pajak, retribusi

Tabungan

Gaji lembur

Biaya pemeliharaan peralatan

Biaya lainnya

Total pengeluaran

Page 81: H09awi

Lampiran 2. Asset yang berputar

Investasi Awal (A)

No

Nama

Investasi Satuan

Harga Satuan Jumlah

1 Bangunan 1 Rp 50.000.000 Rp 50.000.000

2 Lahan 120 Rp 60.000 Rp 7.200.000

3 Mesin Jahit 7 Rp 250.000 Rp 1.750.000

4 Mesin Gurinda 5 Rp 150.000 Rp 750.000

5 Kayu Pola 2 Rp 500.000 Rp 1.000.000

6 Perlengkapan 1 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

Total Rp 61.700.000

Asset Bergerak(B)

No Nama Asset Satuan Harga Satuan Jumlah

1 Motor 1 Rp 12.000.000 Rp 12.000.000

2 Bahan Baku 2895 Rp 179.700 Rp 520.231.500

Total Rp 532.231.500

Total Asset Yg Berputar (A+B) Rp 593.931.500

Page 82: H09awi

Lampiran 3. Data Produksi CV. Anugerah Jaya Tahun 2008

Bulan

Jumlah

(Kodi) Harga / Kodi Penerimaan

Januari 300 Rp 315.000 Rp 94.500.000

Februari 25 Rp 315.000 Rp 7.875.000

Maret 25 Rp 315.000 Rp 7.875.000

April 25 Rp 300.000 Rp 7.500.000

Mei 280 Rp 300.000 Rp 84.000.000

Juni 320 Rp 300.000 Rp 96.000.000

Juli 320 Rp 300.000 Rp 96.000.000

Agustus 320 Rp 300.000 Rp 96.000.000

September 320 Rp 300.000 Rp 96.000.000

Oktober 320 Rp 300.000 Rp 96.000.000

November 320 Rp 300.000 Rp 96.000.000

Desember 320 Rp 300.000 Rp 96.000.000

Total Penerimaan Rp 873.750.000

Page 83: H09awi

Lampiran 4. Rincian Biaya Tetap Produksi per Kodi

No Biaya Produksi Satuan Jumlah Harga Satuan Total

1 Bahan Baku :

Bahan Sepatu / AC (Lapis) M 1,5 Rp 30.000 Rp 45.000

Tamsin Dus 1 Rp 5.000 Rp 5.000

Texon/Karton Lbr 1 Rp 12.000 Rp 12.000

Sol Kodi 1 Rp 35.000 Rp 35.000

Benang Lusin 1 Rp 4.000 Rp 4.000

Spon 2 mm (lapisan texon) Lbr 1 Rp 4.000 Rp 4.000

Lem Kuning Klng 1 Rp 7.500 Rp 7.500

Lem PU Klng 1 Rp 7.500 Rp 7.500

Dus Kodi 1 Rp 10.000 Rp 10.000

Tali Roll 1 Rp 1.200 Rp 1.200

Pulpen putih Bh 1 Rp 2.000 Rp 2.000

Pulpen biru Bh 1 Rp 2.000 Rp 2.000

Latex Ltr 1 Rp 5.000 Rp 15.000

Spon 8 mm Lbr 1 Rp 9.500 Rp 9.500

Sol Tambahan Lbr 1 Rp 9.500 Rp 9.500

Minyak Tanah Ltr 1 Rp 8.000 Rp 8.000

Lem PC Klng 1 Rp 2.500 Rp 2.500

Total Biaya Bahan Baku Rp 179.700

2 Biaya Tenaga Kerja : Satuan Jumlah Harga Satuan Total

Tukang Atas Kodi 1 Rp 18.000 Rp 18.000

Tukang Bawah Kodi 1 Rp 47.500 Rp 47.500

Total Biaya Tenaga Kerja Rp 65.500

Total Biaya Tetap Produksi per Kodi Rp. 245.200

Page 84: H09awi

Lampiran 5. Data Perhitungan Kinerja Tahun 2008

Total Penerimaan

(TR) Rp 873.750.000

Pengeluaran Biaya Banyaknya Jumlah

Biaya Bahan Baku Rp 179.700 2895 Kodi Rp 520.231.500

Biaya Bunga Bon

Putih Rp 5.391 2895 Kodi Rp 15.606.945

Biaya Tenaga Kerja Rp 65.500 2895 Kodi Rp 189.622.500

Biaya Transportasi Rp 6.500 2895 Kodi Rp 18.817.500

Biaya Listrik Rp 140.000 12 Bulan Rp 1.680.000

Biaya Konsumsi Rp 400.000 12 Bulan Rp 4.800.000

Biaya Penyusutan

Bangunan Rp5.000.000 1 Tahun Rp 5.000.000

Biaya Penyusutan

Peralatan R 900.000 1 Tahun Rp 900.000

Total Pengeluaran (TC) Rp 756.658.445

Pendapatan Rp 117.091.555

ROI 19,71465649

R/C 1,15474823