guru dank riter i a profesional

24
1 GURU DAN KRITERIA PROFESIONAL Oleh : Muhammad Isnaini email: [email protected] http//www.muhammadisnain.blogsopt.com A. Pendahuluan Menurut para ahli kata “profesional” memiliki beragam definisi, definisi pertama mengatakan “profesional” khusus dalam bidang olahraga dan seni, ada kata “pemain bayaran” dan ada pula “pemain amatir”. Jadi pemain bayaran dipergunakan untuk “profesional”, orang-orang yang melakukan kegiatan ini mendapat upah atau bayaran. Di samping itu kita juga mengenal pemain “amatir”, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan ini hanya untuk kesenangan saja, bukan mencari uang. Definisi lain, menurut sosiolog, memiliki konotasi simbolik berisi nilai. “Profesi” ialah istilah yang merupakan model bagi konsepsi pekerjaan yang diinginkan, dicita-citakan. Istilah ideologies ini dipakai sebagai kerangka acuan bagi usaha suatu pekerjaan dalam meningkatkan statusnya, ganjaran dan kondisi pekerjaannya. Good’s Dictionary of Education mendefinisikan sebagai “ suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi dan dikuasi oleh suatu kode etik yang khusus”. Vollmer melihat dari sudut pandangan sosiologi, bahwa profesi menunjukkan kepada kelompok pekerjaan dari jenis yang ideal, yang sebenarnya tidak ada dalam kenyataan tapi menyediakan suatu model status pekerjaan yang bisa diperoleh bila pekerjaan itu telah mencapai profesionalisasi dengan penuh. Dengan kata lain, istilah profesi menunjuk kepada suatu model yang abstrak dari sekelompok pekerjaan yang telah mencapai status profesi penuh, sedang istilah profesionalisasi menunjuk kepada proses di mana kelompok pekerjaan sedang mengubah sifat- sifatnya yang esensial mendekati model profesi yang sungguh. Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.

Upload: franciska-febriani-siregar

Post on 30-Dec-2014

36 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Guru Dank Riter i a Profesional

1

GURU DAN KRITERIA PROFESIONAL Oleh : Muhammad Isnaini

email: [email protected]

http//www.muhammadisnain.blogsopt.com

A. Pendahuluan

Menurut para ahli kata “profesional” memiliki beragam definisi,

definisi pertama mengatakan “profesional” khusus dalam bidang olahraga

dan seni, ada kata “pemain bayaran” dan ada pula “pemain amatir”. Jadi

pemain bayaran dipergunakan untuk “profesional”, orang-orang yang

melakukan kegiatan ini mendapat upah atau bayaran. Di samping itu kita

juga mengenal pemain “amatir”, yaitu orang-orang yang melakukan

kegiatan ini hanya untuk kesenangan saja, bukan mencari uang.

Definisi lain, menurut sosiolog, memiliki konotasi simbolik berisi

nilai. “Profesi” ialah istilah yang merupakan model bagi konsepsi

pekerjaan yang diinginkan, dicita-citakan. Istilah ideologies ini dipakai

sebagai kerangka acuan bagi usaha suatu pekerjaan dalam meningkatkan

statusnya, ganjaran dan kondisi pekerjaannya.

Good’s Dictionary of Education mendefinisikan sebagai “ suatu

pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di

perguruan tinggi dan dikuasi oleh suatu kode etik yang khusus”.

Vollmer melihat dari sudut pandangan sosiologi, bahwa profesi

menunjukkan kepada kelompok pekerjaan dari jenis yang ideal, yang

sebenarnya tidak ada dalam kenyataan tapi menyediakan suatu model

status pekerjaan yang bisa diperoleh bila pekerjaan itu telah mencapai

profesionalisasi dengan penuh. Dengan kata lain, istilah profesi menunjuk

kepada suatu model yang abstrak dari sekelompok pekerjaan yang telah

mencapai status profesi penuh, sedang istilah profesionalisasi menunjuk

kepada proses di mana kelompok pekerjaan sedang mengubah sifat-

sifatnya yang esensial mendekati model profesi yang sungguh.

Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.

Page 2: Guru Dank Riter i a Profesional

2

B. Kriteria Profesi Menurut Ahli

Menurut Glenn Langford1, kriteria profesi mencakup; (1) upah, (2)

memiliki pengetahuan dan keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab

dan tujuan, (4) mengutamakan layanan, (5) memiliki kesatuan, (6)

mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya.

Kriteria ini akan menjadi pembahasan berikut ini, masing-masing kriteria

di atas saling terkait antara satu dengan lainnya, rusak atau hilang salah

satu kriteria maka suatu pekerjaan tidak dapat dikategorikan profesional.

Selanjutnya penulis mencoba mengaitkan pekerjaan guru dengan kriteria di

atas ini, apakah sudah termasuk profesional ? atau sebatas jargon ?,

beberapa ahli berpendapat bahwa pekerjaan guru adalah sebuah profesi,

akan tetapi masih ada sebagian pakar mempertanyakan profesi guru suatu

jargon, sebab pekerjaan guru sering dilihat dari sebelah mata dan dinina

bobokkan dengan pangkat guru pahlawan tanpa jasa, tanpa menghiraukan

problem yang dihadapi guru, yaitu peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

diskriminasi guru.

Moore2 mengidentifikasikan profesi menurut ciri-ciri berikut;

1. Seseorang profesional menggunakan waktu penuh untuk

menjalankan pekerjaannya.

2. Ia terikat oleh panggilan hidup, dan dalam hal ini memperlakukan

pekerjaannya sebagai seperangkat norma kepatuhan dan perilaku.

3. Ia anggota organisasi profesional yang formal.

4. Ia menguasai pengetahuan yang berguna dan keterampilan atas

dasar latihan spesialisasi atau pendidikan yang sangat khusus.

5. Ia terikat dengan syarat-syarat kompetensi, kesadaran prestasi,

dan pengabdian.

1 Glenn Langford, Teaching as a profession An essay in the philosophy of education,

(Manchester, Manchester University Press1978).hl.7

2 W.E., Moore, The Profesional: Rules and Rules, New York, Russell Sage Foundation

1970).hl.

Page 3: Guru Dank Riter i a Profesional

3

6. Ia memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang

tinggi sekali.

Greenwood3 menyarankan bahwa profesi-profesi dibedakan dari

non-profesi karena memiliki unsur yang esensial berikut;

1. Suatu dasar teori sistematis.

2. Kewenangan (authority) yang diakui oleh klien.

3. Sanksi dan pengakuan masyarakat atas kewenangan ini.

4. Kode etik yang mengatur hubungan-hubungan dari orang-orang

profesional dengan klien dan teman sejawat; dan

5. Kebudayaan profesi yang terdiri atas nilai-nilai, norma-norma

dan lambang-lambang.

Komisi Kebijaksanaan NEA Amerika Serikat, menyebutkan kriteria

profesi dalam bidang pendidikan, sebagai berikut;

1. Profesi didasarkan atas sejumlah pengetahuan yang dikhususkan.

2. Profesi mengejar kemajuan dalam kemampuan para anggotanya.

3. Profesi melayani kebutuhan para anggotanya (akan kesejahteraan

dan pertumbuhan profesional).

4. Profesi memiliki norma-norma etis.

5. Profesi mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah di bidangnya

(mengenai perubahan-perubahan dalam kurikulum, struktur

organisasi pendidikan, persiapan profesional, dst.).

6. Profesi memiliki solidaritas kelompok profesi.

Formulasi-formulasi tentang kriteria profesi tersebut di atas,

walaupun dalam kata-kata yang berbeda, pada hakekatnya memperlihatkan

persamaan yang besar dalam substansinya. Kiranya pembahasan berikut ini

penulis lebih cenderung mengupas kriteria Glenn Langford.

3 Vollmer, et al., Profesionalization, Englewood Cliff, N.J., Prentice-Hall. (1956).hl. 10-

19

Page 4: Guru Dank Riter i a Profesional

4

Upah dalam kriteria Glenn Langford menempati urutan pertama,

karena menurut penulis ia merupakan sesuatu yang paling utama, dengan

upah seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan

primer. Kebutuhan primer manusia seperti makan, minum, dan perumahan

terabaikan akan bisa membuat manusia tidak konsentrasi, serius dalam

menunaikan pekerjaannya. Upah yang seimbang akan mampu memberi

motivasi seseorang untuk bekerja maksimal, di samping itu manakala upah

terbaikan dalam satu organisasi sering terjadi gejolak dan kelesuan kerja.

Seseorang bekerja dengan prestasi tinggi harus diimbangi dengan

pengharagaan yang tinggi pula, yaitu berupa upah yang layak. Demikian

pula pekerjaan yang beresiko tinggi diimbangi dengan upah yang tinggi,

hal yang demikian sesuatu yang adil dalam pandangan profesional.

C. Upah

Istilah profesional memiliki pengertian yang bertolak belakang

dengan istilah amatir. Profesional pada umumnya seseorang mendapat

upah atau gaji dari apa yang dikerjakan, baik pekerjaan dilakukan secara

sempurna atau tidak. Pembahasan istilah “Profesional” dalam buku ini

dalam batas tertentu, pekerjaan tertentu pula, penulis tidak menulis secara

luas akan tetapi pembahasan ini akan terfokus pada “Guru Sebagai Tenaga

Profesional”, namun contoh-contoh yang penulis buat di dalam buku ini

adalah untuk memudah memahami pengertian profesional, namun penulis

mengakui banyak para ahli mendefinisikan profesional secara berbeda-

beda. Contoh profesional; dekorator adalah sebagai tenaga profesional

karena dia mendapatkan upah dari pekerjaannya, dan dapat memenuhi

kebutuhan hidup dari upah menghias, menata, mengecat, dan merapikan

suatu tempat. Seseorang yang merapikan, menata, mengecat, mengatur,

dan menata rumahnya sendiri atas keperluannya tidak dikategorikan

profesional karena pekerjaannya insidental serta tidak mendapat upah. Para

atlit merupakan pekerjaan profesional dengan pekerjaannya dia mendapat

upah atau gaji dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagian ada juga

para atlit yang menerima upah hanya sekedar cendra mata, hadiah, dan

Page 5: Guru Dank Riter i a Profesional

5

kesenangan, pekerjaan yang dilakukan orang-orang seperti itu disebut

amatir. Atlit amatir bertanding untuk kepentingan non-komersial dan

kesenangan serta tidak mencari uang, atlit amatir bertanding meng-atas

nama utusan suatu lembaga, kelompok, daerah, dan negara untuk mencapai

suatu prestasi atas nama yang diwakilinya (prestise). Atlit profesional

menjunjung nilai komersial untuk kalangan terbatas, sehingga

keterampilan, kemampuan yang dimiliki seseorang profesional dapat

membuat seseorang rela mengeluarkan uang untuk membayar demi

menyaksikan dan menikmatinya.

Selanjutnya, kita tidak dapat mengatakan sopir bus seorang

profesional, walaupun dia mendapatkan upah akan tetapi kalangan yang

membutuhkan adalah kalangan bebas/terbuka, sedangkan pertandingan

tinju yang dilaksanakan di sport hall, penontonnya, penggemarnya adalah

orang-orang terbatas, terutama berkenaan dengan hobbi, kepentingan,

keingintahuan, dan memiliki keuangan yang cukup.

Penggunaan istilah “profesional” menunjukkan suatu pekerjaan

pelayanan jasa kepada masyarakat, layanan jasa ini diberikan kepada

seseorang yang membutuhkan, seperti dokter, pengacara, guru,

olahragawan, apoteker, akuntan, hakim, pengarang dan lain sebagainya.

Penyedia jasa akan menjualkan jasa kepada masyarakat, dengan mendapat

imbalan atau upah yang telah ditentukan oleh penjual jasa atau kesepakatan

kedua belah pihak. Olahragawan profesional menjual jasa olahraganya

kepada orang dalam bentuk pertandingan antar sesama olahragawan

profesional, dalam olahraga dikenal olahragawan profesional dan amatir,

akan tetapi di dalam profesi dokter, pengacara, guru, dan lain-lain tidak

dikenal istilah amatir. Dokter menjual jasa kesehatan, pengacara menjual

jasa bantuan dan perlindungan hukum, dan guru menjual jasa bimbingan,

pengajaran, dan latihan. Profesi seseorang akan mendapatkan upah yang

didasari oleh keahlian, antara satu dokter akan berbeda imbalan dengan

dokter lain manakala dokter yang lain memiliki prestasi, keahlian, dan

spesialisasi lebih, demikian juga guru akan mendapat imbalan berupa gaji

Page 6: Guru Dank Riter i a Profesional

6

berdasarkan pangkat, golongan, pengalaman kerja, dan pendidikan.

Umpamanya seorang dosen di perguruan tinggi akan mendapat gaji dan

tunjangan fungsional yang berbeda, seperti; dosen berpangkat guru besar

akan berbeda imbalan diterimanya dibanding dengan dosen berpangkat

lektor, dan lain sebagainya.

Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional sebagaimana dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, bab XI,

pasal 39, ayat 2 bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi

pendidik pada perguruan tinggi. Sesungguhnya tepatlah apa yang pernah

disampaikan oleh Collieti 4,bahwa pekerjaan dosen, guru, dan instruktur adalah

pekerjaan profesi yang dilaksanakan secara profesional. Guru akan mendapat

tunjangan jabatan fungsional sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan

Presiden Republik Indonesia nomor 3 tahun 2003 tentang tunjangan tenaga

kependidikan sebagai berikut;

4 A.B., Collieti, Teaching Methods and Applied Teqniques, Keystone Pub-Ins, New

York. 1987).hl.22

Page 7: Guru Dank Riter i a Profesional

7

TUNJANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN

TERHITUNG MULAI BULAN OKTOBER 2002 NO JABATAN GOLONGAN/BESAR

TUNJANGAN

II III IV

KETERANGAN

1 2 3 4 5 6

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Guru

Pamong

Penilik

Guru yang diberi tambahan

sebagai Kepala Taman Kanak-Kanak, Raudhatul

Athfal/Bustanul Athfal, dan

yang sederajat

Guru yang diberi tugas

tambahan sebagai Kepala Sekolah dasar, Sekolah Dasar

Luar Biasa, Madrasah

Ibtidaiyah, dan yang sederajat

Guru yang diberi tugas

tambahan sebagai Kepala Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama, Madrasah

Tsanawiyah, dan yang sederajat

Guru yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala

Sekolah Menengah, Sekolah

Luar Biasa, Madrasah Aliyah, dan yang sederajat

Pengawas Sekolah dan Pengawas Mata Pelajaran

Pendidikan Agama pada

Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Athfal/Busthanul

Athfal, Sekolah Dasar,

Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Luar Biasa, dan yang sederajat

Pengawas Mata Pelajaran/Rumpun Mata

Pelajaran dan Pengawas Bimbingan dan Konseling pada

Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah

Menengah, Madrasah Aliyah,

dan yang sederajat

Pengawas Pendidikan pada

Sekolah Luar Biasa

Rp. 168.750,- Rp. 206.250,Rp.262.500,-

Rp. 168.750,- Rp. 206.250,-Rp.262.500,-

Rp. 168.750,-Rp. 206.250,-Rp.262.500,-

Rp.293.750,- Rp.331.250,- Rp. 387.500,-

Rp.293.750,-Rp.331.250,- Rp. 387.500,-

Rp.331.250,-Rp. 368.750,- Rp. 425.000,-

Rp. 431.250,- Rp.487.500,-

Rp. 368.750,- Rp.425.000,-

Rp. 493.750,- Rp. 550.000,-

Rp. 493.750,- Rp. 550.000,-

Tunjangan yang

diberikan kepada Guru yang diberi tugas

tambahan sebagai Kepala

Sekolah sudah termasuk tunjangan Tenaga

Kependidikan

Page 8: Guru Dank Riter i a Profesional

8

Penerimaan tunjangan yang menjadi patokan dari jasa yang

diberikan oleh seorang guru di luar gaji pegawai negeri sipil. Guru sebagai

tenaga profesional bukan saja melakukan tugas pembelajaran dalam ruang

lingkup mikro akan tetapi juga dalam ruang lingkup makro, yaitu;

melaksanakan amanah bangsa Indonesia menjalankan fungsi pendidikan

sebagaimana Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun

2003, bab II, pasal 3; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan berbangsa. Kemudian bab XI, pasal 40, ayat 2 bahwa pendidik

dan tenaga kependidikan berkewajiban;

a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;

b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan

mutu pendidikan; dan

c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan

kepadanya.

Pengangkatan tenaga kependidikan di lembaga pendidikan, secara

garis besar dapat digolongkan pada dua macam, yaitu; guru negeri dan

guru swasta. Guru negeri tidak hanya bertugas di sekolah negeri, akan

tetapi sebagian diperbantukan ke sekolah swasta, di Indonesia sampai saat

ini masih banyak membutuhkan tenaga guru, tidak semua sekolah negeri

memiliki guru yang lengkap, terutama guru mata pelajaran tertentu, seperti

guru matematika, biologi, fisika, kimia, agama, dan mata pelajaran lain.

Pengangkatan tenaga kependidikan yang selalu mendapat perhatian

pemerintah, namun pemerintah memiliki anggaran yang terbatas, maka

oleh sebab itu pemerintah mencari jalan keluar untuk mengangkat Guru

Bantu dengan beban pembiayaannya pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara. Pengangkatan Guru Bantu diatur dengan Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 034/U/2003,

tanggal 26 Maret 2003. Dalam pasal 1, ayat 1 guru bantu adalah guru

Page 9: Guru Dank Riter i a Profesional

9

bukan Pegawai Negeri, kemudian pasal 2 menyatakan guru bantu

berkedudukan sebagai pegawai Departemen Pendidikan Nasional yang

ditugas secara penuh pada sekolah. Guru bantu mempunyai kewajiban

sesuai pasal 6 adalah:

a. melaksanakan tugas mengajar, melatih, membimbing, dan unsur

pendidikan lainnya kepada peserta didik sesuai dengan ketentuan

yang berlaku;

b. melaksnakan tugas-tugas administrasi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku;

c. mematuhi segala ketentuan yang berlaku di sekolah tempat tugas;

dan

d. mematuhi ketentuan yang diatur dalam Surat Perjanjian Kerja

(SPK).

Guru bantu berakhir masa kerjanya sesuai dengan Surat Perjanjian

Kerja, dan dapat diperpanjang sebagai guru bantu selama 3 (tiga) tahun,

sampai umur 60 tahun, hal ini diatur dalam pasal 15. Honorarium guru

bantu diatur dalam Lampiran 1 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 034/U/2003 pasal 2, ayat 2 sebesar Rp.

460.000,00 (empat ratus enam puluh ribu rupiah) per bulan, sebelum

dipotong pajak penghasilan (PPh). Sebenarnya honorarium yang diterima

oleh guru bantu belumlah memadai manakala dibandingkan beban tugas

yang diberikan kepadanya. Kompas tanggal 20 Nopember 2004 menulis

tiga permasalahan dalam profesi guru di antaranya peningkatan

kesejahteraan sosial guru, yaitu upah yang diterimanya tidak setara dengan

tanggung jawab sehingga profesi yang diemban oleh sang guru tidak

begitu serius, mereka berupaya mencari penghasilan di luar profesi yang

sandangnya.

Sebagaimana yang telah saya utarakan di atas bahwa guru adalah

tenaga profesional, dengan tugas yang sangat berbeda dengan karyawan

kantor. Guru bertugas mengajar, membimbing, dan melatih siswa-siswa

dengan penuh perhatian khusus serta terikat dengan kode etik dan kontrak

Page 10: Guru Dank Riter i a Profesional

10

kerja, demikian juga dokter memusatkan perhatiannya dengan pasien agar

pasiennya sembuh dari penyakit yang dideritanya, dan dokter terikat

dengan kode etik kedokteran dan terikat dengan kontrak kerjanya. Seorang

guru bertugas memberi pembelajaran terhadap siswa-siswa dengan

memberi pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis,

dan dialogis. Demikian juga seorang pelukis profesional dia akan melukis

sesuatu sesuai dengan permintaan dan kontrak yang telah dilakukannya.

Semua pelayanan yang diberikan itu menunjukkan layanan jasa dan

mereka berhak atas pekerjaan itu pembayaran berupa imbalan atau upah.

D. Memiliki Pengetahuan dan Keterampilan

Besar dan kecilnya upah yang diterima oleh seorang profesional

sangat terkait sekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang

dimilikinya. Pekerja profesional dapat saja menerima tawaran upah dengan

berbagai alasan dan pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

akan tetapi bagi tenaga profesional yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan tinggi akan menawarkan jasanya dengan upah yang tinggi,

semakin mahir dan terampil seseorang semakin tinggi pula tawaran

upahnya, demikian pula sebaliknya tenaga profesional dengan pengetahuan

dan keterampilan rendah tidak mungkin akan menjualkan jasanya dengan

harga tinggi, manakala ditawarkan dengan tawaran tinggi, dia akan tidak

mendapat konsumen, oleh sebab itu dia harus menawarkan upah yang

seimbang. Sebagai contoh; seorang dokter ahli dan spesialis akan

menawarkan upah yang tinggi dibanding dengan dokter umum, namun

diakui di antara profesional yang memiliki pengetahuan dan keterampilan

tinggi akan melakukan penawaran yang kompetitif, secara hukum alam

seseorang akan memilih harga yang mudah dengan kualitas yang baik. Di

samping itu keyakinan, kepercayaan, dan kepuasan seseorang tidak dapat

diukur dengan jumlah uang, contohnya seseorang mungkin saja memilih

harga yang mahal dengan jaminan kualitas yang tinggi.

Page 11: Guru Dank Riter i a Profesional

11

Pengetahuan dan keterampilan diperlukan dalam pekerjaan

profesional, meskipun demikian, di dalam usaha perdagangan dibutuhkan

pengetahuan dan keterampilan untuk menjual barang dagangannya, akan

tetapi secara umum para pedagang dan teknisi harus mengetahui

bagaimana cara bertindak untuk melaksanakan sesuatu, dan tidak perlu

mengetahui mengapa harus melaksanakan sesuatu, karena mereka berbuat

menurut aturan ibu jari, dalam menentukan pekerjaan itu baik,

menguntungkan, dan tepat atau sebaliknya. Pekerja profesional harus

mampu melakukan sesuatu pekerjaan dengan berbagai macam kiat dan

pendekatan untuk mewujudkan suatu hasil, dan pekerjaan profesional

selalu dibutuhkan sepanjang hidup manusia, seperti tenaga pendidikan,

mengabdikan dirinya untuk mencerdaskan kehidupan manusia, manusia

bertambah, berkembang, dan dunia ilmu pengetahuan semakin maju, maka

semakin banyak tenaga kependidikan dibutuhkan, terutama yang berkaitan

dengan keahlian spesifik, tenaga profesional selalu menambah pengetahuan

dan keterampilan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan, kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi dari suatu masa ke masa. Demikian

profesi dokter selalu menambah pengetahuan dan keterampilan dengan

pengalaman-pengalaman, praktik-praktik, dan penelitian secara terus

menerus untuk mengantisipasi suatu penyakit selama ini belum ada, dan

sekarang menyerang masyarakat, seperti kasus (tahun 2004) penyakit

SARS, flu burung yang menyerang sebagian masyarakat China, Jepang,

Korea, Amerika, Eropa, dan lain sebagainya

Pengetahuan dan keterampilan diperlukan dalam suatu profesi, oleh

karena itu pengetahuan teoritis sudah dibekali semenjak dari awal jenjang

pendidikan program profesional, dan pelatihan keterampilan untuk

menunjang pengetahuan secara aplikatif. Seseorang yang masih belum

memiliki pengetahuan profesional, maka ia harus menambahkan

pendidikan ke jenjang pendidikan profesional, contoh; seorang guru yang

sudah mengajar di lembaga pendidikan tertentu akan tetapi dia lulusan non-

kependidikan, maka dia diharuskan mendapat Akta IV sebagaimana

Page 12: Guru Dank Riter i a Profesional

12

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

034/U/2003, pasal 8, butir d yang berbunyi sebagai berikut; “ Untuk guru

SLTP adalah lulusan S1 Kependidikan atau S1 Non-Kependidikan yang

mempunyai Akta IV, dan apabila sangat diperlukan dapat menerima

lulusan D III Kependidikan atau D III Non-Kependidikan yang mempunyai

Akta III, atau D II/Akta II mata pelajaran atau sederajat”. Demikian juga

butir c berbunyi “ Untuk guru SMU dan guru SMK adalah lulusan S1

Kependidikan atau S1 Non-Kependidikan yang mempunyai Akta IV.

Dengan kecakapan yang dimiliki profesional masyarakat tidak akan merasa

kecewa dan rugi mengeluarkan atau menghabiskan uangnya dengan

imbalan jasa yang diterimanya.

Menteri pendidikan nasional pada Kabinet Indonesia Bersatu dalam

peringatan Hari Guru 2 Desember 2004 mencanangkan peningkatan guru

sebagai profesi, namun demikian bapak Suparman Sekretaris Eksekutif

Federasi Guru Independen Indonesia menyarankan agar pemerintah jangan

hanya merencanakan sertifikasi dan uji kompetensi bersifat administratif

belaka, melainkan harus menyentuh kepermasalahan guru yang mendasar,

menurut Suparman, lulusan dari Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan yang baik sebenarnya berkualitas. Permasalahannya, kualitas

mereka menurun begitu terjun ke dunia nyata pendidikan disebabkan oleh

tiga permasalahan. Pertama adalah peningkatan kualitas guru, guru perlu

diberi support dan kebebasan mengembangkan pendidikan setinggi-

tingginya, bahkan bagi guru sekolah dasar sekalipun. Pemerintah perlu

membuka kesempatan dengan memberikan beasiswa bagi guru, selain itu

penetaran, seminar dan kegiatan lain guna peningkatan kualitas jangan lagi

berorientasi proyek sehingga tidak bermanfaat.

Permasalahan kedua adalah peningkatan kesejahteraan sosial guru,

masih banyak kita menemukan gaji guru di bawah upah standar, terutama

guru swasta dan guru honorer. Sementara kita mengharapkan jaminan mutu

yang baik, sulit rasanya bagi guru untuk konsentrasi dengan upah yang

tidak seimbang.

Page 13: Guru Dank Riter i a Profesional

13

Permasalahan ketiga adalah menghapus diskriminasi status guru

yang saat ini beragam, mulai dari pegawai negeri sipil, pegawai honorer

dari pusat, provinsi, kabupaten, dan swasta. Bahkan, masih ada guru

sukarela. Mereka melakukan tugas yang sama namun imbalan dan

statusnya berbeda5.

Pengetahuan dan keterampilan bagi seorang guru suatu hal yang

mutlak, guru sebagai seorang komunikator menurut David K. Berlo (1960)

dalam bukunya “The Process of Communication” harus memiliki syarat,

yaitu; terampil berkomunikasi, sikap, pengetahuan, dan sistem sosial

budaya.

Para profesional, pada umumnya mendapat imbalan dari apa mereka

kerjakan, dan para profesional berbuat, bekerja berdasarkan pengetahuan

dan keterampilan khusus, dimiliki dan diperdapatkannya secara khusus.

Guru sosok profesional, telah membekali dirinya dengan pengetahuan dan

keterampilan khusus, seperti; mendalami Ilmu Pendidikan, Psychology,

Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Teori-Teori Belajar, dan ilmu

lainnya secara teoritis dan praktis di lembaga pendidikan khusus, seperti;

Fakultas keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Tarbiyah, dua

fakultas ini mendidik calon-calon tenaga profesional dalam bidang

keguruan. Demikian pula para profesional lainnya, seperti dokter dan

pengacara, sebelum terjun ke dunia profesional telah mendalaminya

pengetahuan dan keterampilan di lembaga pendidikan khusus pula, seperti;

Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum.

Prof. Dr. Achmad Sanusi6, membuat standar unjuk kerja guru dalam

meningkatkan kemampuan guru sebagai tenaga profesional, adalah

sebagaimana tabel di bawah ini;

5 Kompas, (Jakarta, PT. Kompas, 2004). Tgl 20 Nopember 2004.

6 Achmad Sanusi, Studi Pengembangan Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan,

(Bandung, IKIP Bandung1991).hl. 42-43

Page 14: Guru Dank Riter i a Profesional

14

KEMAMPUAN-KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU

Gugus Pengetahuan dan

Penguasaan Teknis Dasar

Profesional

Gugus Kemampuan

Profesional

Jenis Kegiatan Profesional

1. Pengetahuan tentang disiplin

ilmu pengetahuan sebagai

sumber bahan studi (structure,

concepts, dan way of knowing)

2. Penguasaan bidang studi

sebagai objek belajar

3. Pengetahuan tentang

karakteristik/perkembangan

pelajar

4. Pengetahuan tentang berbagai

model teori belajar (umum

maupun khusus)

5. Pengetahuan dan penguasaan

berbagai proses belajar

(umum dan khusus)

6. Pengetahuan tentang

karakteristik dan kondisi

sosial, ekonomi, budaya,

politik sebagai latar belakang

dan konteks berlangsung

proses pembelajaran

7. Pengetahuan tentang proses

sosialisasi & kulturalisasi

8. Pengetahuan dan penghayatan

Pancasila sebagai pandangan

hidup bangsa

9. Pengetahuan dan penguasaan

berbagai media sumber belajar

10. Pengetahuan tentang berbagai

jenis informasi kependidikan

dan manfaatnya

1. Merencanakan program

belajar-mengajar

2. Melaksanakan dan

memimpin proses

belajar-mengajar

3. Menilai kemajuan

belajar

4. Menafsirkan dan

memanfaatkan berbagai

informasi hasil penilaian

& penelitian untuk

memecahkan masalah

profesional

kependidikan

1.1 merumuskan tujuan-tujuan

instruksional

1.2 menguraikan deskrifsi satuan

bahasan

1.3 merancang kegiatan belajar-

mengajar

1.4 memilih media dan sumber

belajar

1.5 menyusun instrumen

evaluasi/tagihan

2.1 memimpin dan membimbing

proses belajar-mengajar

2.2 mengatur dan mengubah

suasana belajar-mengajar

2.3 menetapkan dan mengubah

urutan kegiatan belajar

3.1 memberikan skor atas hasil

evaluasi

3.2 mentransformasikan skor

menjadi nilai

3.3 menetapkan ranking

Standar unjuk kerja ini untuk dipedomani dan diterapkan oleh tenaga

kependidikan profesional, yang sering disebut dengan kompetensi guru,

maksudnya kemampuan yang tidak boleh tidak dimiliki dan diterapkan

oleh seorang guru, sedangkan menurut Depdikbud7;

a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar

keilmuannya.

b. Pengelolaan program belajar-mengajar.

7 Depdikbud, Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga

Kependidikan di Indonesia, (Jakarta, Depdikbud. 1980).

Page 15: Guru Dank Riter i a Profesional

15

c. Pengelolaan kelas.

d. Penggunaan media dan sumber pembelajaran.

e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan

f. Pengelolaan interaksi belajar-mengajar.

g. Penilaian prestasi siswa

h. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.

i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah.

j. Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian

pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

E. Memiliki Rasa Tanggung Jawab dan Tujuan

Rasa tanggung jawab menunjukkan seseorang profesional dalam

melakukan sesuatu, hal ini yang tidak dimiliki pekerja-pekerja di luar

profesional, tidak ada istilah lempar batu sembunyi tangan atau tidak ada

pekerjaan yang lakukan dengan tidak bertanggung jawab, tidak

bertanggung jawab atas pekerjaan adalah sesuatu kehinaan dalam diri

seorang profesional. Seseorang profesional sebelum melakukan pekerjaan

akan menciptakan komitmen dan kesepakatan, apakah pekerjaan itu

berdasarkan kelompok, pihak-pihak, dan mitra lain dalam pekerjaan atau

tugas yang dilaksanakan, sehingga kesemua pihak tidak ada merasa

dirugikan, dan merasa puas atas hasil yang dicapai.

Dalam dunia pendidikan8, rasa tanggung jawab yang tinggi disebut

akuntabilitas, akuntabilitas dipandang sebagai alat kontrol dalam pekerjaan

pendidikan pada umumnya dan dalam perencanaan pendidikan khususnya.

Selanjutnya Elliot menjelaskan (1) cocok atau sesuai (fitting in) dengan

peranan yang diharapkan oleh orang lain dan (2) menjelaskan dan

mempertimbangkan kepada orang lain tentang keputusan dan tindakan

yang diambil. Akuntabilitas yang dimaksud di sini adalah performan yang

cocok dan meminta pertimbangan/penjelasan kepada orang lain.

8 Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Participatory dengan Pendekatan Sistem,

(Jakarta, Penerbit Rineka Cipta. 1990).hl. 156-171

Page 16: Guru Dank Riter i a Profesional

16

Sebagai contoh seorang guru yang mengajar merasa bertanggung

jawab atas materi yang disampaikannya kepada siswa sesuai dengan

kurikulum, tepat waktu masuk dan ke luar kelas, meningkatkan

kompetensi, kecapakan, keterampilan siswa, dan menilai hasil belajar

siswanya. Demikian juga guru mengajar penuh dengan kesiapan sebelum

dan sewaktu masuk kelas dengan pengetahuan, ketarampilan yang akan

diajarnya, tanggung jawab di sini bukanlah berarti memberi materi seperti

menyuapkan makanan ke dalam mulut anak kecil, akan tetapi bertanggung

jawab mengkondisikan belajar. Guru bertindak sebagai fasilitator,

mediator, dan menciptakan murid sebagai subjek belajar dengan tidak

mengabaikan kegiatan guru sebagai pembelajar sebagaimana yang

diungkapkan Gagne dan Briggs 9;

1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa,

2. Menjelaskan indikator/tujuan instruksional yang harus dicapai,

3. Mengingatkan kompetensi pra syarat,

4. Memberikan stimulus (masalah, topik, konsep),

5. Memberikan petunjuk belajar (cara mempelajarinya),

6. Memunculkan penampilan, kompetensi, dan keterampilan siswa,

7. Memberikan umpan balik (feed back),

8. Menilai penampilan dan memberi tagihan kepada siswa,

9. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan kepada siswa.

Demikian juga menurut Pidarta10

, siapa yang melakukan

akuntabilitas dalam pendidikan dan kepada siapakah akuntabilitas

ditujukan? Yang melaksanakan akuntabilitas ditekankan kepada (1) guru,

(2) administrator, (3) kelompok minoritas, (4) orang tua siswa, (5) ahli

psikometri, dan (6) orang-orang luar lainnya. Sedangkan akuntabilitas

ditujukan menurut ranking sebagai berikut; (1) kemajuan para siswa, (2)

pilihan program para siswa, (3) pemeriksaan oleh masyarakat/kontrol, (4)

9 Ibid.

10

Ibid.

Page 17: Guru Dank Riter i a Profesional

17

aktivitas ektra kurikuler, (5) penyakit dan kemungkinan sakit siswa, (6)

disiplin yang standar dan pakaian siswa, (7) materi pelajaran, dan (8)

metode dan strategi mengajar.

Walaupun tugas dosen, guru, dan instruktur memang tidak 100 %

waktunya mengajar, namun pekerjaan mengajar adalah pekerjaan utama

dan perlu dilaksanakan secara profesional. Karena profesi inilah maka

pekerjaan mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan “setengah hati”, atau

“separo-separo” atau “tidak serius”.

Tujuan yang hendak dicapai seorang profesional jelas dan

transparan. Melakukan prosedur, mekanisme yang tepat, akurat sehingga

hasil suatu pekerjaan kelak dicapai dengan penuh kepuasan kedua belah

pihak, kelompok atau para pemakai dan pengguna jasa. Rasa tanggung

jawab dan mencapai tujuan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan,

seseorang bertanggung jawab atas hasil yang akan dicapai dan dapat

memuaskan seseorang, bukanlah suatu pekerjaan profesional bila tanggung

jawab tidak diiringi dengan tercapai suatu tujuan atau hasil. Bertanggung

jawab di sini adalah sanggup melakukan suatu pekerjaan dengan penuh

resiko untuk tercapai suatu tujuan bersama serta saling menguntungkan

kedua belah pihak.

F. Mengutamakan Layanan

Pekerja profesional harus menyadari konsekuensi yang disandangnya

sebagai tenaga profesional, penyedia jasa terhadap kleinnya. Mereka

dihadapkan pada tantangan, di mana tenaga profesional diminta untuk

melayani kleinnya dengan ramah, sabar, penuh kepercayaan diri,

bertanggung jawab, menciptakan rasa aman, dan mendapatkan

perlindungan. Pengguna jasa merasa puas manakala mereka dilayani dan

diperlaku dengan baik, orang bijak mengatakan pengguna jasa ibarat

seorang raja, ia harus diladeni, dilayani, dan dihormati. Di sisi lain para

pekerja profesional adalah orang-orang terhormat yang pekerjaannya

diperdapat melalui proses dan pengalaman yang panjang berupa

mendapatkan pengetahuan khusus, keterampilan, dan lain sebagainya.

Page 18: Guru Dank Riter i a Profesional

18

Namun demikian mereka terikat dengan kode etik sebagai pelayan

masyarakat yang berwibawa dan mengayomi semua pengguna jasa sesuai

dengan keahlian yang dimilikinya.

Tenaga profesional juga harus memiliki kemampuan dan kerelaan

untuk memaklumi alam fikiran dan perasaan kleinnya, dia harus melayani

seseorang dengan rasa yang menyejukkan, menarik, gembira, dan merasa

puas atas layanan yang disuguhkannya.

Guru sebagai tenaga profesional akan melayani siswanya untuk

mengembangkan diri lebih maju, berfikir kritis, kreatif, mengambil

keputusan, dan memecahkan masalah serta tidak membedakan antara satu

siswa dengan lainnya. Guru sebagai pembimbing, pendidik, pengajar, dan

pelatih akan banyak menyita perhatiannya bila berhadapan dengan siswa

usia puber, pelayanan yang diberikan ini ekstra hati-hati dan penuh

perhatian, manakala pelayanan terhadap siswa pada usia itu terabaikan,

akan mengakibatkan kefatalan dalam segi pendidikan dan psikologis siswa,

sebab usia ini sangat menentukan masa depan mereka.

G. Memiliki Kesatuan

Kriteria kelima profesional adalah memiliki kesatuan atau organisasi,

kesatuan merupakan wadah untuk melakukan kerjasama guna mencapai

suatu tujuan bersama. Kerjasama tersebut berlangsung secara tertentu

(yang menyebabkan adanya bentuk), berdasarkan aturan-aturan dan

prinsip-prinsip yang tertentu pula. Setiap bentuk memiliki konfigurasi

tertentu, yang disebabkan oleh sesuatu di dalamnya yang disebut struktur.

Kerjasama yang dilakukan oleh orang-orang berdasarkan suatu

perjanjian untuk bekerjasama. Perjanjian tersebut dapat dilakukan secara

formal dan informal, dapat secara tertulis atau secara lisan atau

beradasarkan suatu sikap dan kelakuan yang tertentu, baik berupa ucapan

maupun perbuatan.

Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan bersama, siapa dan

bagaimana cara mencapai tujuan bersama tersebut tergantung dengan

Page 19: Guru Dank Riter i a Profesional

19

kesepakatan atau perjanjian yang dilakukan oleh orang-orang dalam suatu

organisasi atau kesatuan.

Dalam dunia profesional dikenal nama-nama organisasi yang bersifat

international dan nasional, seperti organisasi olahraga tinju adanya WBC,

IBF,dan WBO. Organisasi bisnis, seperti WTO, demikian pula organisasi

atau kesatuan yang bersifat nasional, adanya organisasi kedokteran (IDI),

hukum (LBH), guru (PGRI), konselor (IPBI), dan lain sebagainya.

Suatu profesi perlu memiliki kesatuan atau organisasi profesi yang

berfungsi sebagai lembaga pengendali keseluruhan profesi itu, baik secara

sendiri, maupun secara bersama-sama dengan pihak lain yang relevan.

Demikian juga suatu profesi memiliki kode etik yang dirancang oleh

organisasi profesi, yang berguna sebagai undang-undang untuk pengikat

dan menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan mempereratkan para

anggotanya dengan pihak lain yang bersangkutan, sehingga para anggota

memiliki patokan tentang apa yang harus, boleh, dan tidak boleh dilakukan

dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

Kode etik harus menjabarkan secara eksplisit batas-batas wewenang

dalam melaksanakan tugasnya sehingga perilakuknya tidak berbaur dengan

perilaku khusus yang seharusnya dilakukan oleh profesi lain, disertai

dengan perilaku marjinal yang masih layak dilakukan oleh profesi tersebut.

Kode Etik Guru Indonesia merupakan jiwa dari Pancasila dan

Undang-Undang dasar 1945 serta bertanggung jawab atas terwujudnya

cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, maka Guru

Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan

mempedomani dasar-dasar sebagai berikut;

1. Guru berbakti membimbing anak-didik seutuhnya untuk

membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

2. Guru mempunyai kejujuran profesional dalam menerapkan

kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak-didik masing-masing.

Page 20: Guru Dank Riter i a Profesional

20

3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh

informasi tentang anak-didik, tetapi menghindarkan diri dari

segala bentuk penyalah gunaan.

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara

hubungan orang tua murid sebaik-baiknya demi kepentingan

anak didik.

5. Guru memiliharakan hubungan baik dengan masyarakat di sekitar

sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk

kepentingan pendidikan.

6. Guru secara sendiri-sendiri dan / atau bersama-sama berusaha

mengembangkan dan meningkatkan profesinya.

7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru

baik berdasarkan hubungan kerja maupun di dalam hubungan

keseluruhan.

8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan

meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana

pengabdiannya.

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan

kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan.

Di samping kode etik guru Indonesia, ada pula kode etik jabatan guru

yang perlu ditaati oleh setiap guru, yaitu;

a. Guru sebagai manusia Pancasilais hendaknya senantiasa

menjunjung tinggi dan mewujudkan nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila.

b. Guru sebagai Pendidik hendaknya bertekad untuk mencintai

anak-anak dan jabatannya, serta selalu menjadikan dirinya suri

teladan bagi anak didiknya.

c. Setiap guru berkewajiban selalu menyelaraskan pengetahuan dan

meningkatkan kecakapan profesinya dengan perkembangan ilmu

pengetahuan terakhir.

Page 21: Guru Dank Riter i a Profesional

21

d. Setiap guru diharapkan selalu memperhitungkan masyarakat

sekitarnya, sebab pada hakekatnya pendidikan itu merupakan

tugas pembangunan dan tugas kemanusiaan.

e. Setiap guru berkewajiban meningkatkan kesehatan dan

keselarasan jasmaninya, sehingga berwujud penampilan pribadi

yang sebaik-baiknya, agar dapat melaksanakan tugas dengan

sebaik-baiknya pula.

f. Di dalam hal berpekaian dan berhias, seorang guru hendaknya

memperhatikan norma-norma estetika dan sopan santun.

g. Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis dalam

hubungan dengan atasannya dan sanggup menempatkan dirinya

sesuai dengan hierarkhi kepegawaian.

h. Jalinan hubungan antara seorang guru dengan atasannya

hendaknya selalu diarahkan untuk meningkatkan mutu dan

pelayanan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama.

i. Setiap guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat

korps dan meningkatkan rasa kekeluargaan dengan sesama guru

dan pegawai lainnya.

j. Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelesaikan

setiap persoalan yang timbul, atas dasar musyawarah dan

mufakat demi kepentingan bersama.

k. Setiap guru dalam pergaulannya dengan murid-muridnya tidak

dibenarkan mengaitkan persoalan politik dan idiologi yang

dianutnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

l. Setiap guru hendaknya mengadakan hubungan yang baik dengan

instansi, organisasi atau perorangan dalam mensukseskan

kerjanya.

m. Setiap guru berkewajiban untuk berpartisipasi secara aktif dalam

melaksanakan program dan kegaiatan sekolah.

Page 22: Guru Dank Riter i a Profesional

22

n. Setiap guru diwajibkan memakai peraturan-peraturan dan

menekankan self-discipline serta menyesuaikan diri dengan adat

istiadat setempat secara fleksibel.

H. Pengakuan Orang Lain terhadap Pekerjaan Guru

Pekerjaan yang geluti guru merupakan pekerjaan yang mulia, mereka

melepaskan belenggu kebodohan, mencerdaskan manusia, menciptakan

manusia berakhlak, berbudi, beriman, bertaqwa, menggunakan fikiran,

perasaan, dan melatihkan keterampilan manusia. Guru dikenal sebagai

agen perubahan, agen sosial, agen budaya, agen nilai, agen agama, dan

masih banyak lagi pangkat yang disandang oleh seorang guru. Tanpa

adanya tenaga kependidikan (guru) bagaimanalah jadinya peradaban

manusia, orang tua penuh dengan kesibukan sehari-hari untuk mencari

nafkah, berkarya, berprofesi, dan lain-lain sebagainya. Demikian juga

sebagian orang tua yang rendah tarap pendidikan dan ekonominya akan

sukar membimbing, melatih, dan mengajar anak-anak mereka, maka guru-

lah di sekolah akan mendidik, membimbing, dan melatih anak-anak

mereka.

Penyair Syauki11

mengakui nilai seorang guru dengan kata-kata

sebagai berikut: Berdiri dan hormatilah guru dan berilah ia penghargaan,

seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul.

Sekarang pengakuan terhadap seorang guru hanya tinggal sebatas

nama kenangan, bahwa beliau adalah guruku, ustazku, kepedulian terhadap

jasa yang diberi oleh guru telah terlindas oleh kesibukan material, dan

kadang-kadang guru diukur dengan material, sebagian orang tua menitip

uang pada anaknya untuk diberikan kepada gurunya, agar guru itu memberi

perhatian pada anak-anak mereka, hal ini yang merusak lembaga

pendidikan kita dewasa ini, sehingga ada kecendrungan guru untuk

materialistis. Sang guru sudah berani meminta parcel kepada siswa-siswa,

11

Mohd. Athiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta. Bulan

Bintang. 1969). hl. 131

Page 23: Guru Dank Riter i a Profesional

23

meminta imbalan kepada orang tua bahwa anak mereka diperhatikan di

sekolah. Sebenarnya masih banyak cara-cara lain untuk menghormati guru

dengan jalan resmi, apakah itu berupa sumbangan, donatur dan lain

sebagainya. Lembaga sekolah sekarang sudah membentuk komite sekolah,

komite sekolah berfungsi menjembatani lembaga dengan orang tua untuk

mengembangkan pembelajaran serta meningkatkan kesejahteraan dan

kualitas guru-guru.

Pada zaman dulu penghormatan masyarakat terhadap guru tidak

dapat disama dengan sekarang. Saya ingat waktu kecil dulu, para orang tua

bermufakat untuk membantu guru-guru bertani, bersawah, dan berkebun.

Guru dari anak-anak mereka betul dihormati dengan menunjukkan

kepedulian orang tua terhadap kesejahteraan guru, sehingga guru dapat

konsentrasi melakukan pembelajaran di sekolah dan guru tidak pusing lagi

dengan kebutuhan hidupnya. Pergeseran ini terjadi diakibatkan

perkembangan zaman, dan manusia di atas bumi ini sudah dihadapkan

dengan kesibukan masing-masing, akan tetapi masih banyak cara lain

membantu para guru di sekolah dengan jalan yang baik, tanpa kepedulian

orang tua pembelajaran kurang berjalan dengan sempurna.

Prof. Dr. Ahmad Sanusi guru besar UPI Bandung mengatakan dari

enam karakteristik ini, maka pengakuan terhadap karakteristik keenam ini

yang masih lemah, khalayak masih meragukan profesi guru, apakah

pekerjaan guru itu hanya boleh dilakukan pelaku-pelaku profesional ?, atau

dapat dilakukan oleh siapa pun tanpa persyaratan kompetensi khusus.

Pendapat di atas mengacu pada praktik di lapangan, sebagian

lembaga-lembaga sekolah masih ada yang mempekerjakan tenaga

kependidikan yang bukan dari lulusan kependidikan, yang tidak memiliki

pengetahuan kependidikan, hanya dibekali pengetahuan bidang studi atau

materi sesuai dengan jurusan yang ditempuhnya di perguruan tinggi, tetapi

akhir ini dengan diterbitkan surat keputusan menteri pendidikan nasional

nomor 034/U/2003 bahwa tenaga kependidikan boleh diangkat dari non-

kependidikan yang mempunyai akta IV. Akta IV merupakan sertifikasi

Page 24: Guru Dank Riter i a Profesional

24

keguruan yang dilakukan oleh FKIP, Fakultas Tarbiyah IAIN, STKIP, dan

STAIS.

DAFTAR BACAAN

Anonim, (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003,

Jakarta, Penerbit Sinar Grafika.

Al-Abrasy, Mohd. Athiyah. (1969). Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,

Jakarta. Bulan Bintang.

Collieti, A.B., (1987). Teaching Methods and Applied Teqniques, Keystone

Pub-Ins, New York.

Depdikbud, (1980). Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem

Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indonesia, Jakarta,

Depdikbud.

Langford, Glenn, (1978). Teaching as a profession An essay in the

philosophy of education, Manchester, Manchester University

Press.

Moore, W.E., (1970). The Profesional: Rules and Rules, New York,

Russell Sage Foundation.

Pidarta, Made, (1990). Perencanaan Pendidikan Participatory dengan

Pendekatan Sistem, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta.

Sanusi, Achmad (1991).Studi Pengembangan Pendidikan Profesional

Tenaga Kependidikan, Bandung, IKIP Bandung.

Vollmer, et al., (1956). Profesionalization, Englewood Cliff, N.J., Prentice-

Hall..