ground handlingpenyebab jatuhnya pesawat boeing 777-200er malaysia airlines nomor penerbangan...
TRANSCRIPT
MANAJEMEN GROUND HANDLING
PENERBANGAN PESAWAT
Qammaddin, S.Kom., M. Kom
MANAJEMEN
GROUND HANDLING PENERBANGAN PESAWAT
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
© Qammaddin 2014
Manajemen Ground Handing Penerbangan Pesawat
1. Manajemen 2. Teknik 3. Teks
Penulis:
Qammaddin, S.Kom.,M. Kom
Editor/ Penyunting:
Lukman Santoso Az
Layout & Cover:
Ilham Tahir, S.Kom
Penyelaras Akhir:
Minan Nuri Rohman
Penerbit:
TrussmediaJl. Dongkelan No. 357 Krapyak Kulon, Panggungharjo,
Sewon, Bantul, Yogyakartaemail: [email protected]
cetakan I, Maret 2014x + 102; 14 x 20,5 cmISBN: 978-602-14672-4-4
Hari ini...Kembali kutoreh makna dalam perjalanan hidupkuPerjalanan panjang perjuangan dan masa depan
Penuh hambatan dan pengorbanan
Namun...Pengorbanan dan doaku selama ini
Kau balas dengan rahmat_MuKau berikan setetes ilmu kepadaku
Tapi tidaklah dapat kutulis betapa besar karunia_MuHingga aku sampai pada ujung perjalanan
PERSEMBAHAN
v
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala curahan rahmat, taufik, hidayah, dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga dapat menyelesaikan buku yang berjudul ” Manajemen Ground Handling Penerbangan Pesawat” dengan baik.
Beberapa waktu lalu dunia dihebohkan dengan terjadinya insiden hilanya pesawat B 777-200 milik maskapai Malaysia Airlines MH-370 yang membawa penumpang 239 dan 12 awak pesawat yang terdiri dari 12 kewarganegaraan. Bahkan proses pencarian yang melibatkan berbagai negara dan berlangsung berhari-hari tidak membuahkan hasil. Padahal menurut berbagai pakar penerbangan bahwa pesawat yang hilang tersebut termasuk kategori pesawat paling canggih dan keluaran terbaru.
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab jatuhnya sebuah pesawat terbang, menurut Hentje Pongoh (2014), mininal terdapat 4 faktor yang secara umum menjadi penyebab, antara lain: keadaan cuaca, gangguan teknis, aksi teroris, dan aksi pilot. Bila dilihat dari faktor pertama yaitu: kondisi cuaca, berdasarkan laporan dari Departemen Meteorologi Malaysia tidak terjadi perubahan cuaca yang signifikan ataupun cuaca buruk yang dapat mengganggu penerbangan MH-370 di wilayah perairan Malaysia
KATA PENGANTAR
vi
pada tanggal 8 Maret 2014. Informasi ini berdasarkan pada citra satelit yang diperoleh dari agen meteorologi Jepang (MTAT). Sehingga faktor cuaca kemungkinan besar bukanlah penyebab jatuhnya pesawat Boeing 777-200ER milik maskapai Malaysia Airlines itu.
Faktor kedua adalah: gangguan teknis dari pesawat sehingga berujung pada kegagalan fungsi dan sistem dalam pesawat untuk tetap dapat terbang. Berdasarkan laporan dari manajemen Malaysia Airlines bahwa pesawat Boeing 777-200 yang digunakan dalam penerbangan MH-370 itu telah melakukan perawatan rutin pada tanggal 23 Februari 2014, tepat 12 hari sebelum pesawat ini hilang pada tanggal 8 Maret 2014 dan dijadwalkan perawatan rutin berikutnya pada tanggal 19 Juni 2014, dapat dikatakan bahwa pesawat dalam kondisi ’sehat’ dan laik terbang. Informasi lainnya adalah kontak terakhir dari pilot dengan ‘air traffic control’ (ATC) Malaysia tidak dilaporkan adanya masalah teknis pesawat. Kalaupun terjadi situasi gawat darurat (’emergency’) didalam pesawat, maka pilot akan sesegera mungkin melaporkannya ke ATC ataupun mengirimkan ‘distress signal’. Termasuk bila terjadi kasus pembajakan pesawat dan si pembajak berusaha untuk masuk ke ruang kemudi (’cockpit’) maka pilot akan segera mengirimkan kode pembajakan pesawat kepada ATC.
Dalam kasus hilangnya pesawat jenis Airbus A330-203 milik maskapai Air France nomor penerbangan AF-447 dengan rute penerbangan dari Rio de Janeiro (Brasil) menuju ke Paris (Prancis) yang jatuh di Samudera Atlantik pada tanggal 1 Juni 2009 yang menewaskan seluruh penumpang (216 orang) dan awak pesawat (12 orang), terjadi kegagalan fungsi yang serius (’serious malfunction’) sehingga pilot begitu sibuk sehingga tidak sempat lagi mengirimkan sinyal ‘emergency’. Sehingga faktor kegagalan teknis yang sangat serius kemungkinan bisa menjadi penyebab jatuhnya pesawat Boeing 777-200ER milik maskapai Malaysia Airlines.
vii
Faktor ketiga adalah aksi teroris atau pembajakan. Mengacu pada informasi dari Interpol yang berhasil mengungkap identitas dari 2 orang warga negara Iran yang menggunakan 2 paspor curian milik warga negara Austria dan Italia, sehingga menimbulkan banyak kecurigaan. namun demikian, terkait faktor ini juga membutuhkan pembuktian sehingga memperoleh data yang valid. Bila memang terjadi aksi terorisme dalam bentuk peledakan pesawat terbang, maka tentunya terdapat suara ledakan yang keras diudara dan puing-puing dari pesawat akan dapat ditemukan baik di darat maupun di laut. Sehingga, tidak demikian dengan penerbangan pesawat Boeing 777-200ER milik maskapai Malaysia Airlines.
Faktor keempat adalah: manusia, dalam hal ini pilot. Kesalahan pilot (’pilot error’) bisa menjadi penyebab jatuhnya pesawat, seperti yang terjadi dalam kasus hilangnya pesawat jenis Boeing 737-400 milik maskapai Adam Air nomor penerbangan KI-574 dengan rute penerbangan dari Surabaya ke Manado yang jatuh di Selat Makasar, dekat Polewali, Sulawesi Selatan pada tanggal 1 Januari 2007. Dari hasil penyelidikan akhirnya kesalahan pilot dan kegagalan sistem navigasi dinyatakan sebagai penyebab jatuhnya pesawat yang menewaskan seluruh penumpang (96 orang) dan awak pesawat (6 orang).
Dari ulasan 4 (empat) faktor yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat, maka dapat dimungkinkan salah satunya menjadi penyebab jatuhnya pesawat Boeing 777-200ER Malaysia Airlines nomor penerbangan MH-370.
Ilustrasi kasus diatas merupakan salah satu contoh tragedi transportasi udara yang pernah ada di dunia. Salah satu penyebab umum kecelakaan di dalam dunia penerbangan adalah faktor teknis ataupun human error, yaitu akibat kurang hati-hati dalam pengambilan keputusan. Sebagai akibat melakukan kesalahan di mana kesalahan tersebut tidak selalu pilot, karena bisa pula terjadi di ground handling yang kurang teliti dalam memutuskan kelayakan keberangkatan pesawat, misalnya mekanik atau petugas.
viii
Akibat dari adanya kecelakaan dan tragedi penerbangan inilah yang menjadi alasan mengapa pengelolaan ground handling benar-benar menjadi penting untuk dioptimalkan. Untuk itu, pemanfaatan fasilitas teknologi informasi dengan membangun sistem komputerisasi dalam tata operasi darat dapat membantu stakeholders dalam mendukung pengambilan keputusan kelayakan keberangkatan pesawat atas kondisi/kerusakan pesawat secara cepat dan lebih mudah. Sehingga berdampak positif bagi pelanggan jasa penerbangan dan pihak maskapai.
Buku ini menjadi jawaban dari berbagai problematika manajemen transportasi udara. Buku ini menjadi sangat penting untuk dihadirkan sebagai upaya mendalami kajian pegambilan keputusan dan manajemen ground handling penerbangan pesawat agar dunia transportasi udara dapat bermetamorfosa menjadi lebih baik. Dengan bahasa yang sangat menarik, serta kaya dengan analisis, buku ini akan sangat penting dan berguna bagi kalangan mahasiswa, dosen, praktisi hukum, maupun masyarakat umum.
Selanjutnya, buku ini saya persembahkan pada Istriku yang selalu setia menemani dan memberi semangat dalam berkerja dan berkarya, serta semua anak-anakku yang menjadi inspirasi dan tenaga hidupku.
Penulis menyadari bahwa penulisan buku ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya. Karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak, sehingga dapat menjadi masukan yang baik untuk penerbitan karya saya berikutnya atau untuk menyempurnakannya.
Kolaka, 15 Maret 2014
Qammaddin, S.Kom., M. Kom
ix
PERSEMBAHAN ~ iii
KATA PENGANTAR ~ v
DAFTAR ISI ~ ix
BAB I PENDAHULUAN ~ 1
A. Problematika Transportasi Udara ~ 1B. Telaah Orisinalitas ~ 8
C. Sistematika Buku ~ 11
BAB II TELAAH TEORITIS ~ 13
A. Definisi Sistem Pendukung Keputusan ~ 13B. Tujuan dan Komponen Sistem Pendukung Keputusan ~ 14C. Sumber Data ~ 16D. Fase-Fase Proses Pengambilan Keputusan ~ 17E. Tahapan Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan ~ 20F. Tata Operasi Darat ~ 22G. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Ground Handling ~ 23H. Dasar Hukum ~ 26I. Cara Penanganan di Bandara dan Analisis Resiko ~ 28
DAFTAR ISI
x
BAB III MOTODOLOGI DAN ANALISIS SISTEM ~ 31
A. Identifikasi Analisis Sistem ~ 31B. Analisis Kategori SPK yang Memungkinkan Digunakan ~ 31C. Pemilihan Kategori SPK ~ 33D. Deskripisi Sistem ~ 34E. Sumber Data ~ 35
F. Model Sistem Pendukung Keputusan ~ 36
BAB IV PERANCANGAN ~ 49
A. Rancangan Basis Data ~ 49B. Rancangan Data Flow Diagram ~ 57
C. Rancangan Dialog ~ 61
BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ~ 71
A. Dialog Login ke Sistem ~ 75B. Analisa Hasil Nilai dan Resiko ~ 86
C. Pengujian Sistem ~ 87
BAB VI PENUTUP ~ 97
DAFTAR PUSTAKA ~ 99
TENTANG PENULIS ~ 102
1
A. Problematika Transportasi Udara
Di era modern saat ini, dalam rangka menunjang transportasi udara yang handal, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan kebutuhan operasional maupun kebutuhan masyarakat. Selain itu maskapai penerbangan juga dituntut untuk senantiasa dapat meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan, sejalan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat. Kualitas pelayanan menjadi isu yang penting dalam pengelolaan layanan jasa transportasi udara. Dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan teknologi, sektor transportasi udara memiliki kelebihan utama, yaitu faktor efisiensi waktu yang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan transportasi darat dan laut. Keuntungan inilah yang mendorong pengguna jasa transportasi lebih memilih menggunakan jasa transportasi udara.
Disamping memiliki kelebihan/keuntungan, moda transportasi udara memiliki faktor resiko keselamatan penerbangan yang cukup tinggi. Keselamatan penerbangan menjadi salah satu tujuan terselenggaranya moda transportasi udara. Menurut Federal Aviation Administration, sebagaimana dikutip Dewi M,.S (2010), menyatakan bahwa keselamatan penerbangan Indonesia masuk dalam kategori 2 atau unsafe level, pernyataan FAA ini berdasarkan temuan International Civil
BAB IPENDAHULUAN
2
Aviatiopn Organisation (ICAO) menyangkut sistem operasional navigasi penerbangan.
Salah satu penyebab utama dalam accident/kecelakaan di dalam dunia penerbangan adalah faktor teknis ataupun human error yaitu akibat kurang hati-hati dalam pengambilan keputusan. Sebagai akibat melakukan kesalahan di mana kesalahan tersebut tidak selalu pilot, karena bisa pula terjadi di ground handling yang kurang teliti dalam memtuskan kelayakan keberangkatan pesawat, misalnya mekanik atau petugas (Zazili A, 2008).
Tabel dibawah ini menunjukkan data kuantitatif kecelakaan pesawat udara lima tahun terakhir di Indonesia.
Gambar 1.1. Statistik Kecelakaan Pesawat Udara 2005-2009
Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Dephub RI
Berdasarkan data statistik kecelakaan di atas dapat
dikemukakan bahwa sejak tahun 2005 sampai dengan tahun
3
2009 dalam penerbangan komersial domestik terjadi 51 kali
kecelakaan, kecelakaan tertinggi pada tahun 2005 dan 2009,
yaitu sebanyak 11 kali sedangkan kecelakaan pesawat terendah
di tahun 2007 yaitu 9 kali.
Sedangkan kecelakan pesawat udara yang tergolong serius
dengan rincian sebagai berikut. Kurun waktu 2005-2009 terjadi
60 kali insiden kecelakaan pesawat udara, angka tertinggi
terjadi pada tahun 2009 yaitu 15 kali insiden dan terendah
terjadi pada tahun 2005 yaitu 8 kali. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa angka kecelakaan pesawat udara komersil di
Indonesia masih tergolong tinggi, dengan demikian diperlukan
langkah-langkah perbaikan dalam sistem penyelenggaraan
penerbangan domestik sehingga kasus kecelakaan atau insiden
dapat ditekan sekecil mungkin atau tidak ada sama sekali.
Dampak dari kecelakaan serius/berat lebih besar jika di
bandingkan dengan dampak dari kecelakaan ringan, pada kasus
kecelakaan serius biasanya mengakibatkan korban meninggal
dunia atau mengalami luka-luka atau ada yang mengalami cacat
tetap atau cacat sementara, serta musnahnya harta benda.
Akibat dari kecelakaan inilah yang menimbulkan bahwa
pengelolaan ground handling benar-benar dioptimalkan.
Salah satu akibat kecelakaan pesawat adalah meninggalnya
penumpang, berikut pada tabel 2 dikemukakan beberapa data
pesawat udara yang mengalami kecelakaan di tahun 2005 dan
korban meninggal.
4
Tabel 1.1. Korban Meninggal Kecelakaan Pesawat Udara
Tgl Operator / Maskapai
Uraian Kecelakaan Korban
02/02/05 Lion Air
Pesawat dengan nomor penerbangan GT 791 tujuan Ambon-makassar tergelicir di Bandara Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan
164 Penump-ang seluruh-nya selamat
11/02/05 Mandala Airlines
Pesawat dengan nomor penerbangan PK RIJ 296 tujuan Jakarta-Semarang tergelincir hingga unjung landasan Bandara Ahmad Yani, Semarang.
92 penump-ang seluruh-nya selamat
12/04/05 GT Air
Pesawat dengan nomor penerbangan PK-LTZ jatuh dalam perjalanan dari Timika menuju Eranatoli, Papua.
18 penump-ang dan awak pesawat tewas
05/09/05 Mandala Airlines
Pesawat dengan nomor penerbangan PK-RIM jatuh beberapa saat setelah ting-gal landas di Bandar Udara Polonia Medan
Korban Tewas : 97 pen-umpang, 5 awak dan 47 penduduk.
Korban selamat : 15 penumpang.
Sumber:Direktorat Jenderal Hubungan Udara Departemen Perhubungan
Berdasarkan data di atas dapat dinyatakan bahwa
kecelakaan pesawat dapat diterjadi ketika sedang lepas
landas (take off), pada saat mendarat (landing) dan pada saat
mengudara. Fakta ini menunjukan bahwa minimnya pengelolaan
5
ground handling yang tidak memberikan peringatan dini pada
kerusakan peralatan pesawat sebelum keberangkatan, misalnya
rem, roda pesawat atau baling-baling tidak berfungsi dengan
baik. Dari kasus kecelakaan di atas dapat dikemukakan korban
meninggal dunia sebanyak 115 penumpang di tahun 2005.
Sedangkan kecelakaan pesawat udara komersial yang paling
tragis adalah kecelakaan yang dialami oleh pesawat Adam Air di
perairan Majene Sulawesi Tengah pada tanggal 1 Januari 2007
yang menyebabkan 102 orang hilang (Majalah Gatra, Edisi 21
Maret 2007: 19).
Tingginya angka kecelakaan pesawat udara di Indonesia
maka pihak manajemen pelayanan darat di bandar udara harus
dikelola dengan cara-cara yang moderen, rangkaian aktivitas
ground handling harus direncanakan, diprogram, dipersiapkan,
diorganisasikan, diarahkan dan dievaluasi dengan penuh
perhitungan dan disiplin agar tidak menimbulkan accident yang
tidak kita diharapkan.
Dalam menata manajemen ground handling untuk
meminimalisir kesalahan yang berakibat fatal pada
penerbangan, juga memberi dampak lain dalam penerbangan
yakni delay atau keterlambatan. Keterlambatan penerbangan
sampai dengan saat ini masih menjadi persoalan serius
dalam kegiatan penerbangan, masalah ini banyak mendapat
perhatian dari berbagai pihak, persoalan ini sering dikeluhkan
oleh konsumen, yakni penundaan jadwal penerbangan tanpa
pemberitahuan, akibatnya keterlambatan penerbangan sesuai
jadwal yang telah ditetapkan bisa terjadi.
Terjadinya keterlambatan/delay penerbangan tersebut
disebabkan oleh faktor operasional ground handling. Faktor
6
operasional ini diantaranya kondisi atau kerusakan pesawat
serta penanganan penumpang dan bagasi sehingga pesawat
lama berada di bandara, manajer memerlukan waktu dalam
menentukan keputusan keberangkatan pesawat berdasarkan
informasi dari petugas. Harapan utama konsumen menggunakan
jasa penerbangan adalah ketepatan waktu tiba di tempat tujuan.
Berikut data statistik keterlambatan penerbangan dalam kurun
waktu bulan Juni-November 2007.
Berikut tabel Data kuantitatif Berdasarkan Rekapitulasi
Keterlambatan kurun Juni-November 2007.
Maskapai Jumlah Delay Penerbangan
%
Garuda Indonesia 1.539 16,96
Merpati 1.290 24,57
Mandala 365 36,61
Lion & Wings Air 1.711 28,61
Trigana 44 18,33
Express 4 20
Riau 101 5,83
Sriwujaya 486 16,56
Indonesia Air Asia 2.468 59,84
Batavia 2.384 51,17
Adam Air 1.885 36,96
Sumber Dit Angud Ditjen Hubud Dephub, 27 Pebruari 2008.
Faktor teknis adalah penyebab keterlambatan penerbangan dan seringkali diumumkan di bandar udara atau dalam pesawat. Alasan ini biasanya terkait operasional groundhandling yang lama di bandar udara karena petugas melakukan pengecekan kondisi atau kerusakan pesawat. Menurut data Direktorat
7
Jenderal Perhubungan Udara (2008) sebagaimana dikutip Zazili, menjelaskan alasan operasional masih jadi salah satu penyebab keterlambatan penerbangan pesawat pada sebagian maskapai niaga berjadwal. Mandala Airlines misalnya, memaparkan faktor teknik menyumbang 36,61 persen penyebab keterlambatan. Rekapitulasi penyebab keterlambatan yang didata dari 11 maskapai antara Juni-November 2007, menunjukkan masalah operasional ground handling sebagai penyebab dominan, rata-rata 30,61%.
Menurut Welly, P (2008), menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab keterlambatan pesawat adalah dari sisi manusianya (man) yakni lambatnya teknisi pesawat pada waktu memeriksa suatu pesawat sebelum keberangkatan dan kurang disiplinnya petugas Aircraftcrew, sedangkan dari sisi mesin (machine) yakni faktor teknis atau kerusakan pesawat dan tidak adanya pesawat pengganti karena keterbatasan pesawat yang beroperasi pada maskapai tersebut.
Dengan demikian, bahwa dalam praktik kegiatan transportasi udara sering kali pengangkut belum memenuhi kewajibannya secara baik dan benar dalam manajemen ground handling atau dapat dikatakan telah melakukan “wanprestasi”. Beberapa kasus telah dijelaskan sebelumnya yang dapat dikategorikan sebagai bentuk wanprestasi oleh pengangkut adalah tidak memberikan keselamatan/ keamanan dan kenyamanan penerbangan kepada penumpang, yaitu terjadinya kecelakaan pesawat dan penundaan keberangkatan atau “delay”.
Menurut Suharto & Eko (2009), menyatakan bahwa ground handling atau tata operasi darat adalah pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan pesawat di bandar udara, penanganan penumpang dan bagasi. Sedangkan menurut Colid, dkk (2009), mendefinisikan ground handling merupakan pelayanan yang diperlukan untuk kedatangan pesawat udara di,
8
dan keberangkatan dari suatu bandar udara selain pelayanan lalu lintas penerbangan (air traffic services).
Untuk itu, pemanfaatan fasilitas teknologi informasi dengan membangun sistem komputerisasi dalam tata operasi darat dapat membantu stakeholders dalam mendukung pengambilan keputusan kelayakan keberangkatan pesawat atau proses doking atas kondisi/ kerusakan pesawat secara cepat dan lebih mudah. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari beberapa alternatif keputusan maka dalam manajemen ground handling semua harus dikelola dengan baik dan optimal karena dituntut dalam ketelitian, kecepatan, akurasi dan efisiensi dalam pengelolaan pesawat, penumpang dan bagasi sehingga pesawat bisa tepat waktu untuk lepas landas dan selamat sampai di tujuan. Hal ini bisa berdampak positif bagi pelanggan jasa penerbangan dan pihak maskapai.
Dalam konteks ini Nasution (2009), menyatakan bahwa manajemen dalam bisnis adalah ilmu atau seni mengombinasikan ide, fasilitas, proses, bahan dan orang untuk memproduksi dan memasarkan barang dan jasa yang menguntungkan. Sehingga dalam hal membangun model sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan manajemen ground handling keberangkatan pesawat berbasis komputer dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat di dalam mengambil keputusan, demi masa depan transportasi udara yang lebih baik.
B. Telaah Orisinalitas
Kajian seputar Model Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Manajemen Ground Handling Keberangkatan Pesawat merupakan kajian awal dan masih baru. Beberapa kajian yang hampir serupa diantaranya. Mu’ammar (2009), dalam tesisnya yang berjudul, Sistem Pendukung Keputusan
9
Untuk Penilaian Tingkat Kerusakan Hutan Mangrov (Studi Kasus di Kota Dumai Propinsi Riau), peneliti menemukan banyak kemiripan rancang bangun dengan yang direncanakan oleh peneliti yang mungkin bisa digunakan sebagai bahan untuk melengkapi rancangan sistem pengambilan keputusan oleh peneliti. Informasi yang berharga dalam tesis ini adalah peta penentuan atribut-atribut bagi kerusakan mangrove yang tentunya memiliki kemiripan dengan peta penentuan atribut kegiatan ground handling pada penanganan kondisi fisik pesawat.
Selanjutnya Zazili (2008), dalam penelitiannya yang berjudul, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga Berjadwal Nasional. Kajiannya ini mengulas tentang penyelenggaraan penerbangan ternyata banyak hak-hak penumpang yang tidak dipenuhi sebagaimana mestinya oleh perusahaan penerbangan seperti banyak kasus kecelakaan yang berakibat kematian atau luka-luka, kehilangan barang dan keterlambatan penerbangan. Sehubungan dengan itu diperlukan adanya pengaturan-pengaturan secara hukum untuk menentukan tanggung jawab perusahaan penerbangan sehingga kepentingan penumpang terlindungi. Peneliti dapat menarik manfaat agar pihak terkait yang memonitoring jasa pelayanan di bandar udara harus tegas memberikan sanksi hukum bagi maskapai penerbangan yang melakukan penundaan penerbangan. Untuk diperlukan aturan sanksi bagi maskapai penerbangan yang menunda penerbangan tanpa alasan yang jelas yang dibenarkan oleh undang-undang.
Selanjurnya Welly (2008), tentang Keterlambatan (Delay) Penerbangan di Bandara Soekarno Hatta. Jurnal ini mengulas tentang Keterlambatan Penerbangan (Delay) yang bertujuan mengamati dan mengetahui terjadinya keterlambatan keberangkatan pesawat yang disebabkan oleh pelayanan Ground Handling. Keterlambatan dan pembatalan
10
kebarangkatan pesawat cenderung meningkat dan salah satu upaya yang harus ditempuh oleh perusahaan angkutan udara (maskapai) adalah mengeliminir keterlambatan tersebut untuk menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat pengguna jasa penerbangan dan juga mengutamakan unsur keselamatan (safety) dan ketepatan waktu keberangkatan atau on time performance (OTP). Dalam penelitian ini diidentifikasi faktor keterlambatan paling dominan adalah dari sisi manusianya (man) yakni lambatnya teknisi pesawat pada waktu memeriksa suatu pesawat sebelum keberangkatan dan kurang disiplinnya petugas Aircraftcrew, sedangkan dari sisi mesin (machine) yakni faktor teknis atau kerusakan pesawat dan tidak adanya pesawat pengganti karena keterbatasan pesawat yang beroperasi pada maskapai tersebut.
Juga Yanti (2005), tentang Peran Tenaga Kerja Paruh Waktu Dalam meningkatkan pelayanan Pada Perusahaan Ground Handling Departemen Services PT. Jasa Angkasa Semesta Bandara Soekarno Hatta. Jurnal ini menjelaskan bagaimana peran dan hambatan tenaga kerja dalam meningkatkan pelayanan serta penaggulangannya. Ditemukan minimya peran tenaga kerja di beberapa layanan penumpang akibat kurangnya pegawai profesional sehingga banyak komplain lambatnya pelayanan dan efek ini tidak menguntungkan bagi perusahaan ground handling dan juga pihak maskapai jika menyebar ke masyarakat. Upaya yang dilakukan dengan training management untuk mencari karyawan yang berkualitas dan mempergunakan jasa dari tenaga kerja paruh waktu yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pada konsumen.
Kemudian Heviandri (2009), tentang Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Layanan Di Bandara Soekarno-Hatta, Serta Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran City Check-In Terminal Di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
11
kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut layanan di Bandara, sehingga dapat memberikan masukkan berarti bagi pihak maskapai penerbangan. Dengan adanya penelitian ini, diidentifikasikan 5 atribut yang dipersepsikan oleh responden yang melekat pada layanan, yakni: (1) informasi tentang keberangkatan/kedatangan, (2) kemudahan akses menuju lokasi City Check-In Terminal (CCT), (3) pelayanan bagasi cepat dan aman, (4) pelayanan cepat, (5) keramahan karyawan, (6) profesionalisme karyawan, dan (7) penyampaikan informasi dengan jelas dan akurat.
C. Sistematika Buku
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi buku ini, maka buku sistematika buku ini akan dibagi dalam beberapa bagian. Pertama, bagian pendahuluan. Bab ini berisi bahasan mengenai latar belakang persoalan yang menjadi isi kajian buku ini, serta sistematika penulisannya.
Kedua, berisi Bab II yang merupakan telaah teoritis. Bab ini membahas seputar teori-teori yang digunakan dalam pembahasan seperti pengertian, tujuan, proses, karakteristik, komponen-komponen serta proses pengembangan sistem pendukung pengambilan keputusan, dasar hukum ground handling dan juga membahas telaah teoritis manajemen penerbangan.
Ketiga, merupakan Bab III, yang berisi Metodologi kajian. Bab ini berisi tentang penjelasan tentang metode analisis apa yang digunakan dan langkah-langkah apa yang ditempuh untuk menjawab persoalan dalam kajian buku ini.
Keempat, berisi Bab IV yang mencakup Analisis Sistem, yang secara spesifik mengupas kebutuhan sistem terkait data dan permodelan. Adapun Kelima, berisi Bab V, yaitu
12
Perancangan. Bab ini merupakan gambaran rancang bangun Sistem Pendukung Keputusan dan komponen-komponen yang terlibat dalam kajian ini.
Keenam, Bab VI, yang merupakan implementasi dan Pengujian Sistem. Bab ini membahas implementasi dari rancangan Model Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan secara lebih rinci dan komprehensif. Serta Ketujuh, merupakan Bab VII, yang berisi kajian penutup dan merupakan kesimpulan dari kajian buku ini.
13
A. Definisi Sistem Pendukung Keputusan
Scoot-Morton (Turban, 2005) mendefinisikan Sistem pendukung Keputusan (SPK) sebagai sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Pengertian SPK yang diusulkan Gory dan Scoot=Morton yang didukung oleh Little Turban (2005) mendefinisikan SPK sebagai sekumpulan model yang didasari dari prosedur-prosedur untuk memperoses data dan penilaian guna membantu seorang manajer dalam pengambilan keputusan. Menurut Little untuk mencapai keberhasilan, sistem tersebut haruslah sederhana, kokoh/kuat, mudah dikontrol, adaptif, lengkap pada hal-hal yang penting dan mudah untuk berkomunikasi. Secdara implisit pengertian tersebut berasumsi bahwa sistem tersebut berbasis komputer dan menyajikan kemampuan memecahkan masalah bagi penggunanya.
Sementara, Turban (2005) memberikan pengertian yang mencakup semua SPK mulai dari dasar sampai yang paling ideal. Oleh Turban dikatakan sebagai sebuah SPK jika sistem tersebut adalah sebuah sistem informasi yang berbasis komputer yang bersifat interaktif, fleksibel dan dapat beradaptasi, dibangun secara khusus untuk mendukung pemecahan masalah
BAB II
TELAAH TEORITIS
14
manajemen yang tidak terstruktur untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, menggunakan data, menyediakan antar muka pengguna yang mudah, dan membolehkan pengambil keputusan untuk memakai wawasannya sendiri. Sebagai tambahan SPK dapat memakai model dibangun dalam proses yang interaktif, mendukung seluruh tingkat pengambilan keputusan dan dapat berisi komponen pengtahuan (knowledge).
B. Tujuan dan Komponen Sistem Pendukung Keputusan
1. Tujuan Sistem Pendukung KeputusanKeen dan Morton (McLeod, 2005) merumuskan tiga
tujuan yang harus dicapai dalam sebuah Sistem Pendukung Keputusan, yaitu:
a. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi-terstruktur.
b. Mendukung penilaian manajer, bukan mencoba menggantikannya.
c. Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan
manajer daripada efisiensinya.
2. Komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan
Subsistem-subsistem atau komponen-komponen sistem pendukung keputusan terdiri dari 4, yaitu subsistem manajemen data. Susbsistem manajemen model, susbsistem manajemen pengetahuan, subsistem antar muka pengguna. Gambat 2.1 menunjukan skema sistem penunjang keputusan. Keempat susbsistem tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
15
a. Subsistem Manajemen Data
Susbsistem manajemen data adalah susbsistem yang menyediakan data bagi sistem. Sumber data berasal dari data internal dan data eksternal. Susbsistem ini termasuk basis data, berisi data yang relevan untuk situasi dan diatur oleh perangkat kunak yang disebut Database Management System (DBMS).
b. Susbsistem Manajemen Model
Subsistem manajemen model adalah susbsistem yang berfungsi sebagai pengelola berbagai model. Model harus bersifat fleksibel artinya mampu membantu pengguna untuk memodifikasi atau menyempurnakan model seiring dengan perkembangan pengetahuan. Bahasa pemodelan untuk membangun model. Perangkat lunak ini sering disebut Model Base Management System (MBMS).
c. Susbsistem Manajemen Pengetahuan
Susbsistem manajemen pengetahuan adalah sebagai pendukung sembarang susbsistem yang lain atau sebagai suatu komponen yang bebas. Susbsistem ini berisi data item yang diproses untuk menghasilkan pemahaman, pengalaman, kumpulan pelejaran dan keahlian.
d. Subsistem antar muka pengguna
Susbsistem anatar muka pengguna adalah fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Melalui sistem dialog inilah sistem diartikulasikan dan sehingga pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang atau pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem pendukung keputusan dan memerintah sistem pendukung keputusan melalui sistem ini.
16
Secara diagram, skema sistem pendukung Keputusan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Skema Sistem Pendukung Keputusan (Turban, 2005)
C. Sumber Data
1. Data Internal
Data internal merupakan data yang berasal dari dalam organisasi. Data internal diperoleh dari sistem proses transaksi perusahaan atau organisasi
2. Data Eksternal
Data eksternal merupakan data yang berasal dari luar organisasi dan hares dimonitor dan ditangkap untuk meyakinkan bahwa data penting tidak terabaikan. Data eksternal diperoleh dari luar organisasi, misalnya data industri, data penelitian pasar, data senses, data
17
ketenagakerjaan regional, peraturan pemerintah, tarif pajak atau data perekonomian nasional yang dapat diperoleh lewat internet atau komputerisasi online.
3. Data Ekstraksi
Data ekstrasi merupakan penggabungan dari data internal dan data eksternal. Proses data ekstraksi akan menghasilkan database sistem pendukung keputusan. Data ekstrasi meliputi : import file, meringkas, menyaring dan mengkondensasi data yang menghasilkan laporan dari data yang ada di database. Proses ekstrasi dikelola dalam DBMS (Database Management System).
D. Fase-Fase Proses Pengambilan Keputusan
Dalam proses pengambilan keputusan, ada tiga fase utama dikemukakan oleh Simon (1977) dalam Turban, et al. (2005). Tiga fase utama itu meliputi : inteligensi, desain, dan pilihan (kriteria). Simon kemudian menambahkan fase keempat, yakni implementasi. Monitoring dapat dianggap sebagai fase kelima, sebagai bentuk umpan balik. Akan tetapi oleh Turban, monitoring dipandang sebagai fase inteligensi yang diterapkan pada fase implementasi.
Adapun Simon (1977) dalam Turban, et al. (2005) menjelaskan, Model Simon merupakan karakteristik yang paling kuat clan lengkap mengenai pengambilan keputusan rasional. Model Simon dapat dipaparkan dalam gambaran konseptual mengenai proses pengambilan keputusan. Ada aliran aktivitas yang terus menerus berlangsung mulai dari tahap inteligensi ke tahap desain, dan dari tahap desain ke tahap pilihan (garis tebal), namun pada sembarang fase, bisa jadi ada fase dimana perlu kembali ke fase sebelumnya
18
(umpan batik). Pemodelan pada dasamya adalah bagian dari proses tersebut.
Berikut adalah diagram alur gambaran Pengambilan
Keputusan/Proses Pemodelan:
19
Kegagalan disini adalah dalam arti, proses data yang diinput perlu ditinjau kembali atau dievaluasi (kembali mengalir ke Fase Inteligensi), sebagaimana aliran aktivitas yang ditunjukkan dalam proses pemodelan Simon.
Untuk lebih memahami pemodelan, di bawah ini dijelaskan fase-fase proses pengambilan keputusan sebagaimana yang dikatakan oleh Simon
1. Fase Inteligensi
Merupakan tahap pendefinisian masalah serta identifikasi informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan diambil. Langkah ini sangat menentukan tingkat ketepatan keputusan yang akan diambil, tentunya persoalan yang dihadapi harus dirumuskan terlebih dahulu secara jelas.
2. Fase Desain
Merupakan tahap analisa dalam kaftan mencari atau merumuskan alternatif pemecahan masalah. Setelah permasalahan dirumuskan dengan balk, maka tahap berikutnya adalah merancang atau membangun model pemecahan masalahnya dan menyusun berbagai alternatih pemecahan masalah.
3. Fase Pilihan
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
20
E. Tahapan Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan
Tahapan pengembangan sistem pendukung keputusan, terutama sistem pendukung keputusan yang besar, merupakan proses yang rumit. Proses tersebut melibatkan banyak hal yang bersifat teknis, seperti pemilihan perangkat keras dan jaringan, sampai hal yang berhungan dengan perilaku, seperti anatar pengguna manusia dengan mesin (komputer) dan akibat yang potensial pada seseorang maupun kelompok. Pengembangan sistem pendukung keputusan yang dikemukakan oleh Turban dibagi dalam delapan tahapan, kedelapan tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dalam tahapan ini lebih difokuskanpada penafsiran kebutuhan dan diagnosa masalah dengan mendefinisikan sasaran dan tuhuan dari sistem pendukung keputusan, menentukan kunci keputusan-keputusan sistem pendukung keputusan.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan keputusan kunci :
a. Sistem pendukung keputusan hanya alat yang memberi
informasi ke manajer, keputusaan akhir berada ditangan
manajer, bukan SPK.
b. Kemungkinan mengalami kesulitan untuk memberi
informasi ke manajer dalam pembuatan keputusan
sehingga harus berhati-hati dalam memberi keputusan
kunci.
21
2. Riset
Penentuan pendekatan yang relevan untuk keperluan pengguna dan ketersediaan sumber daya seperti perangkat keras, perangkat lunak dan pengalaman-pengalaman yang
relevan pada organisasi lain.
3. Analisa dan Desain Konseptual
Penentuan pendekatan terbaik dari sumber daya tertentu untuk mengimplementasikan SPK, termasuk sumber daya teknis, staf, keuangan dan organisasi. Pada dasarnya langkah ini adalah perencanaan konsep yang diikuti dengan studi kelayakan.
4. Perancangan
Dalam tahap desain ini ditujukan untuk menetukan spesifikasi komponen-komponen dari sistem pendukung
keputusan terdiri dari :
a. Subsistem basis data
b. Susbsistem model
c. Subsistem dialog
5. Konstruksi
Merupakan kelanjutan dari perancangan, dimana ketiga subsistem yang dirancang digabungkan menjadi suatu sistem
pendukung keputusan.
6. Implementasi
Dalam tahap implementasi ini meliputi testing, evaluasi,
demonstrasi, orientasi, pelatihan dan penyebaran sistem
kepada pengguna.
22
7. Perawatan dan Dokumentasi
Meliputi perencanaan untuk membina dukungan
terhadap sistem dan komunitas pengguna termasuk
pembuatan dokumentasi penggunaan dan perawatan.
Merupakan tahap yang harus dilakukan secara terus menerus
untuk mempertahankan keandalan sistem.
8. Adaptasi
Tahap ini memerlukan pengulangan dari langkah-langkah diatas pada waktu rentang tertentu untuk menanggapi perubahan-perubahan kebutuhan pengguna.
F. Tata Operasi Darat
Pelayanan di bandar udara dapat diberikan oleh Handling Agent. Yang dimaksud dengan Handling Agent adalah badan usaha yang ditunjuk dan dipercaya oleh perusahaan penerbangan (airlines) untuk memberikan pelayanan, baik sebagian maupun keseluruhan terhadap penumpang dan bagasi di bandara. Pelayanan ini menurut Widadi (2001), merupakan satu unit kerja yang tidak pernah berhubungan langsung dengan para pengguna jasa penerbangan, tetapi merupakan unit kerja yang sangat penting dan paling menentukan terhadap keberhasilan terlaksananya suatu penerbangan.
Pada umumnya, dalam aktivitas ground handling, pihak penyedia jasa atau dikenal dengan istilah ground handler, bertindak sebagai wakil dari operator pesawat udara yang dilayani, dan bertanggung jawab kepada operator tersebut. Oleh karena itu segenap personil ground handler dituntut untuk melaksanakan tugasnya masing-masing secara profesional dan bertanggung jawab, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
23
G. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Ground Handling
1. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan ground handling
Tujuan pelaksanaan kegiatan ground handling, menurut Natra (2000) adalah secara umum melakukan pelayanan darat terhadap pesawat udara, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Keamanan
Keamanan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan kegiatan, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1992 Tentang Penerbangan :
1) Pasal 20 : setiap fasilitas dan/atau peralatan penunjang penerbangan wajib memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan penumpang.
2) Pasal 30 ayat (1): Penyelenggara bandar udara bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselematan penumpang serta kelancaran pelayanannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan kegiatan, seluruh personil diwajibkan untuk memenuhi dan melaksanakan peratura-peraturan yang berlaku dalam lingkup kerja masing-masing.
b. Pelayanan
Kualitas pelayanan meliputi banyak hal, antara lain kenyamanan penumpang, ketepatan waktu dan ketepatan pelaksanaan dalam masing-masing jenis pekerjaan. Perlu diingat bahwa dalam kualitas pelayanan menentukan kualitas perusahaan. Perusahaan yang berkualitas, akan memiliki nilai lebih dalam berkompetisi, yang pada akhirnya akan menguntungkan sgenap unsur dalam perusahaan yang bersangkutan.
24
Terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan (Widadi, 2001) untuk melaksanakan tata operasi darat (Ground Handling).
a. Penanganan atau pelayanan penumpang di bandar udara
b. Formalitas yang harus dipenuhi
c. Penanganan pesawat selama berada di bandar udara.
Tiga aspek tersebut membedakan jenis Ground Handling, yaitu :
a. Ground Handling Technical
Ground Handling Technical merupakan pelayanan yang bersifat teknis untuk keperluan pesawat terbang. Pelayanan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
1) Isi bahan bakar
2) Membersihkan pesawat / kapal, termasuk WC, kursi dan pantry
3) Mempersiapkan makanan dan minuman bagi penumpang di pesawat
4) Marshaling, juru parkir yang memberikan aba-aba bagi pesawat terbang yang hendak mendarat
5) Pax Transportation, menjemput penumpang jika pesawat yang mereka tumpangi mendarat agak jauh dari ruang tunggu kedatangan
6) Air Operation, memberi keterangan mengenai cuaca kepada pilot
b. Ground Handling Pax
1) Departure Section
25
- Check in
Proses pelayanan/ pelaporan penumpang di bandar udara untuk menapatkan nomor tempat duduk di pesawat
- Document Clearance
Proses pelayanan/ penyelesaian dokumen perjala-nan bagi penumpang yang menggunakan jasa pen-erbangan internasional, baik yang akan berangkat maupun yang tiba
- Bagage Handling
Pelayanan untuk mengurusi bagasi penumpang, baik penumpang tiba maupun berangkat
- Load and Balance
Pelayanan untuk mengetahui daya muat pesawat, dalam hal ini termasuk penumpang , bagasi dan kargo yang berkaitan dengan kesinambungan/ kelancaran penerbangan.
- Boarding
Pelayanan yang diberikan kepada penumpang be-rangkat untuk memasuki pesawat
2) Arrival Section
- Bagage Handling
Pelayanan yang mengurusi bagasi penumpang, baik penumpang tiba maupun berangkat
- Lost and Found
Pelayanan yang diberikan kepada penumpang tiba dalam hal mengurusi barang/ bagasi yang tidak diketahui pemiliknya, maupun yang tidak ditemu-kan oleh pemiliknya
26
- Document Clearance
Proses pelayanan atau penyelesaian dokumen perjalanan bagi penumpang yang menggunakan jasa penerbangan internasional, baik yang akan berangkat maupun yang tiba.
2. Manfaat Pelaksanaan Ground handling
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak manajemen perusahaan ground handling. Adapun manfaat pelaksanaan manajemen perusahaan ground handling, adalah :
a. Menghadirkan sebuah sistem yang dapat memberikan kontribusi dalam membantu pengambil keputusan pada perusahaan ground handling.
b. Dukungan dari sistem yang terkomputerisasi ini dapat memberikan kemudahan dalam melakukan akses dan mempercepat proses pengolahan data secara akurat dan tepat serta meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan.
c. Dengan rancangan sistem ini diharapkan dapat digunakan sebagai penentuan langkah apa yang harus diambil untuk memutuskan layak tidaknya keberangkatan pesawat atau proses perbaikan (doking).
d. Terhindarnya dari kesalahan yang berakibat fatal bagi penerbangan tersebut.
H. Dasar Hukum Dalam pelaksanaan kegiatan jasa ground handling
pesawat udara di bandar udara mengacu pada peraturan perundang-undangan baik nasional maupun internasioanl yang berkaitan dengan pelayanan Ground Handling pesawat udara di bandar udara.
27
1. Ketentuan Internasional
Dalam pelaksanaan kegiatan jasa pelayanan ground handling pesawat udara, ketentuan internasional yang digunakan di indonesia adalah mangacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh International Air Transport Assosiatioan (IATA) yaitu Airport Handling Manual (AHM) atau yang dinamakan juga IATA Standart Ground Handling Agreement (ISGHA), yang sudah digunakan secara luas di seluruh dunia bahkan perusahaan yang bukan anggota IATA tersebut (IATA- SGHA, 2008).
2. Ketentuan Nasional
Ketentuan nasional yang menjadi acuan kegiatan jasa pelayanan ground handling keberangkatan pesawat di bandar udara terdapat dalam peraturan perundangan yang ditetapkan pemerintah, yaitu anatara lain meliputi :
a. Undang-undang nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, dalam pasal 30 menyatakan bahwa penyelenggaraan bandar udara bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan penerbangan serta kelancaran pelayanan (Anonim, 1992)
b. Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselematan Penerbangan, dalam pasal 42 menyatakan bahwa penyelenggaraan bandar iudara wajib memberikan pelayanan berupa penyediaan peralatan penunjang terhadap pesawat udara yang parkir di bandar udara (Anonim, 2001a).
c. Peraturan Pemerintah nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan, dalam Bab VI (Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29) menyebutkan antara lain tentang jenis kegiatan penunjang bandar udara dalam rangka menunjang kelancaran pelayanan jasa untuk kepentingan umum di
28
bandar udara umum, pelaksana kegiatan dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh pelaksana kegiatan penunjang bandar udara tersebut (Anonim, 2001b).
d. Keputusan Menteri perhubungan nomor KM 36 Tahun 1993 tentang Kriteria dan Klasifikasi Bandar Udara di indonesia (Anonim, 1993).
e. Ditindaklanjuti dengan Surat keputusan Menteri Perhubungan nomor 4 Tahun 1995 tentang Penyempurnaan dan Penataan Kelas Bandar Udara, yang memnberikan klasifikasi bandar udara didasarkan pada tingkat kemampuan bandar udara dalam setiap aspek yang dilayani pesawat udara, penumpang dan barang (Anonim, 1995).
I. Cara Penanganan di Bandara dan Analisis Resiko
1. Cara Penanganan di Bandara
Ada dua cara penangan pesawat di bandar udara, yaitu Turnaround Arragement dan Transit Arragement. Turnaround Arragement penangan bagi pesawat yang mendarat di kota tujuan akhir. Transit Arragement adalah penangan bagi pesawat yang mendarat di kota persinggahan atau transit.
Penangan pesawat di bandar udara, baik Turnorund Arragement maupun Transit Arragement menganut sistem yang sama. Perbedaannya terletak pada lama penanganannya. Penanganan Transit Arragement biasanya lebih pendek di banding Turnaround Arragement. Ini karena pada Transit Arragement ada perbedaan dalam hal-hal tertentu, yaitu :
a. Kabin tidak dibersihkan seluruhnya
b. Awak pesawat biasanya tidak berubah atau diganti
c. Penumpang transit tidak turun ke ruang transit.
29
d. Kadangkala catering penumpang sudah tersedia di dalam pesawat, kecuali jika ada penambahan penumpang pada saat-saat terakhir.
Prosedur penanganan pesawat di bandar udara antara satu jenis pesawat dengan jenis pesawat yang lain tidak sama. Namun, secara umum lama waktu yang diperlukan untuk keperluan Turnaround Arragement adalah 40 menit.
2. Analisis Resiko
Setiap kegiatan apapun juga selalu mengandung resiko, demikian juga dengan kegiatan ground handling. Terdapat resiko-resiko tertentu yang perlu diperhitungkan dalam penyusunan model dan proses-proses kesiapan penerbangan pesawat terbang. Untuk itu, berbagai analisis perlu dilakukan untuk menghindari resiko, terutama resiko kegagalan dalam penilaian dengan hasil yang kurang memuaskan.
Analisa resiko adalah dimana pengambilan keputusan harus memperhatikan beberapa hasil yang mungkin dari setiap alternatif, masing-masing dengan probabilitas kejadiannya. Pengambilan keputusan dapat menilai tingkat resiko berkaitan dengan setiap alternatif.
Menurut Flight Safety Foundation (2010), menyatakan bahwa sebelum keberangkatan pesawat udara, setiap kegiatan penerbangan baru atau yang sudah beroperasi, wajib dilakukan oleh operator pesawat udara yang ditangani oleh ground handling untuk melakukan pengecekan dan menilai tingkat resiko operasional.
Analisa resiko dapat dilakukan dengan menghitung nilai yang diharapkan dari setiap alternatif dan memilih alternatif dengan nilai terbaik. Dengan demikian dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan guna meningkatkan perbaikan (Turban, 2005).
31
A. Identifikasi Analisis Sistem
Pada tahap kajian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi persoalan yang ada, yang merupakan tahap inteligensi sebagai tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan menurut Simon dan Turban (Turban, 2005). Dalam menentukan penilaian keberangkatan pesawat pada ground handling, karakteristik masalahnya adalah sebagai berikut:
Pertama, Beberapa poin penilaian dikelompokkan untuk menilaI indikator tertentu. Kedua, Setiap indikator mempunyai bobot penilaian tertentu, sehingga untuk evaluasi bisa dilakukan dengan mempertimbangkan nilai untuk masing-masing indikator. Ketiga, Menghasilkan dua kategori output yaitu berangkat atau tidak (delay) dan layak beroperasi atau tidak (doking). Keempat, Membutuhkan database untuk penyimpanan data setiap kali penanganan ground handling
(berangkat atau tidak (delay) dan proses doking atau tidak.
B. Analisis Kategori SPK yang Memungkinkan Digunakan
Setelah identifikasi persoalan dilakukan, langkah
seanjutnya adalah melakukan analisa mengenai metode
BAB III
METODOLOGI DAN ANALISIS SISTEM
32
apa yang mungkin digunakan dalam perancangan sistem
pendukung keputusan. Langkah ini merupakan penjabaran
dari tahap kedua dari empat tahapan proses pengambilan
keputusan menurut Simon dan turban (Turban, 2005), yaitu
tahap pilihan.
Dengan memperhatikan karakteristik masalahnya, maka
kategori model SPK yang mungkin digunakan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Kategori SPK
Kategori Proses & Tujuan
Optimalisasi masalah dengan se-
dikit alternatif
Solusi terbaik dari sejumlah kecil
alternatif
Optimalisasi melalui algoritma
Solusi terbaik dari sejumlah
besar alternative dengan proses
pendekatan langkah – demi
langkah
Optimalisasi melalui rumusan
analitik
Solusi terbaik dengan satu lang-
kah menggunakan satu rumus
SimulasiSolusi terbaik dari berbagai alter-
natif melalui eksperimen
Heuristik Solusi terbaik dari aturan
Model PrediktifBerdasarkan skenario yang telah
ditentukan
Model-model lainnyaMemecahkan kasus what-if den-
gan menggunakan rumus
33
C. Pemilihan Kategori SPK
Pemilihan dilakukan terhadap pilihan-pilihan yang mungkin dilakukan yang sudah dianalisa pada proses sebelumnya (Turban, 2005). Langkah ini juga merupakan penjabaran dari tahap kedua dari empat tahapan proses pengambilan keputusan menurut Simon dan Turban (Turban, 2005), yaitu tahap pilihan.
Pihak maskapai harus memiliki nilai-nilai yang diyakini, dijunjung tinggi, dan menjadi penggerak seluruh anggota untuk mencapai tujuan perusahaan. Terdapat karakteristik tertentu sebagai pembentuk perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terfokus pada kelayakan beroperasi dan ketepatan keberangkatan pesawat (on time performance) dengan kategori model optimalisasi melalui rumusan analitik dengan satu langkah penyelesaian menggunakan satu formula/rumus tertentu dan atau menjalani proses perbaikan (doking) dengan kategori model optimalisasi masalah dengan sedikit alternatif menggunakan Multi Attribute Decission Making (MADM). Hasil yang telah diproses secara terkomputerisasi tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajer ground handling untuk merekomendasikan secara tertulis sebagai output dari sistem kepada pimpinan maskapai terkait kesiapan dan kondisi pesawat tersebut secara rutin/periodik.
Implementasi Model Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Manajemen Ground Handling Keberangkatan Pesawat ini dapat merubah orientasi budaya ground handling maskapai penerbangan di bandar udara menuju pelayanan yang berkualitas dengan cepat dan mudah. Oleh karena itu kelayakan dan ketepatan keberangkatan pesawat (on time performance) atau menjalani proses perbaikan (doking) merupakan hal terpenting yang perlu dipertimbangkan sebagai indikator keberhasilan implementasi sistem ini.
34
D. Deskripsi Sistem
Penggunaan sistem penentuan keberangkatan pesawat udara, diperlukan dari proses kegiatan-kegiatan ground handling yaitu Technical Handling, Passanger & Bagage Handling dan Ramp handling serta historys pesawat yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat di dalam mengambil keputusan dalam menentukan kesiapan keberangkatan pesawat udara dari jadwal berangkat yang telah ditentukan.
Sistematika pemecahan masalah dimulai dari ide dasar perkembangan pengambilan keputusan. Analisis ini kemudian dikaitkan dengan permasalahan para pengambil keputusan berdasarkan tinjauan beberapa elemen-elemen keputusan dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia melalui pendekatan suatu model pengambilan keputusan.
Sistem yang dibangun didasarkan atas metode pembobotan dengan memberi nilai pada setiap proses kesiapan keberangkatan pesawat dan historys pesawat. Nilai-nilai tersebut telah ditentukan oleh decision maker yang kemudian setiap nilai akan dikalikan dengan bobot kriterianya dan dijumlahkan sehingga akan didapat satu nilai yang akan menentukan kesiapan.
Sebelum melakukan rancang bangun sistem pendukung keputusan, ada beberapa tahapan yang perlu dilalui, dengan melakukan tahapan-tahapan untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan dalam sistem pendukung keputusan diharapkan akan menghasilkan sistem seperti yang diharapkan oleh pihak manajemen ground handling.
35
E. Sumber Data
Untuk dapat menghasilkan suatu informasi yang baik maka diperlukan data-data yang baik karena informasi pada dasarnnya merupakan hasil dari pengelolaan data yang dimasukkan pada suatu sistem yang bersangkutan. Dalam Sistem Pendukung Keputusan manajemen keberangkatan Pesawat ini dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu data internal, data eksternal dan data ekstraksi.
1. Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang berasal dari luar organisasi tetapi mempengaruhi dalam sistem pendukung keputusan. Adapun yang termasuk dalam data ekternal adalah sebagai berikut :
- Data pesawat- Data jadwal keberangkatan pesawat- Data maskapai- Data tipe pesawat- Data rute penerbangan
2. Data internal
Data internal adalah data yang berasal dari dalam organisasi, untuk mendukung sistem pendukung keputusan. Adapun yang tergolong dalam data internal:
- Data penilaian persiapan keberangkatan pesawat- Data historys pesawat
3. Ekstraksi Data
Ekstraksi data (Turban, 1998) adalah proses penampilan data dari beberapa sumber. Proses ekstraksi dikelola oleh DBMS. Dari data yang masuk maka disusun basis
36
data sistem pendukung keputusan sehingga dengan tersedianya basis data tersebut dapat dilakukan pengolahannya.
Berikut bagan alur SPK Manajemen Ground Handling Kesiapam Keberangkatan Pesawat.
F. Model Sistem Pendukung Keputusan
Model-model data manajemen ground handling keberangkatan pesawat yang direncanakan untuk digunakan pada rancangan sistem ini terbagi atas 2 model utama, yakni :
1. Model penilaian persiapan keberangkatan pesawat2. Model data historys tiap pesawat sebelum berangkat
37
1. Model Penilaian Persiapan Keberangkatan Pesawat
a. Model Penilaian Technical Handling
Model Technical Handling merupakan perawatan teknis pesawat udara yang mengacu pada peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/47/III/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara, penilaian kelayakan ini berdasarkan dengan memanfaatkan hasil laporan pengujian pesawat yang dilakukan oleh pihak ground handling. Model Technical Handling memiliki bobot 50%.
Untuk penilaian kelayakan Check AC Serviceable, Check Engine, Check Loading Gear, Check Wing, Check Tail Assembly, GSE & Technic Standby, Engine On, Check Pax Step dan Check High Loader dengan rincian penilaian :
0 – 20Kebutuhan pengecekan minimal dari prosedur pengecekan yang ditentukan
21 – 40Kebutuhan pengecekan hanya sebagian kecil dari prosedur pengecekan yang ditentukan
41 – 60Kebutuhan pengecekan lebih kurang setengah dari prosedur pengecekan yang ditentukan
61 – 80Kebutuhan pengecekan sebagian besar dari prosedur pengecekan yang ditentukan
81 – 100Kebutuhan pengecekan maksimal atau memenuhi prosedur pengecekan yang ditentukan.
38
Tabel 4.1. Model Penilaian Technical Handling Check (TH)
Kriteria PenilaianNilai
Range Kondisi
Check AC Serviceable Minimal Check AC Serviceable Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Check Engine Minimal Check AC Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Check Loading Gear Minimal Check Loading Gear Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
39
Check Wing Minimal Check Wing Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Check Tail Assembly Minimal Check Tail Assembly Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Check Engine On Minimal Check Engine On Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Check Pax Step Minimal Check Pax Step Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
40
GSE & Technic Standby Mini-mal
GSE & Technic Standby Maxi-mal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Check High Loader Minimal Check High Loader Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Sedangkan untuk mengukur pengisian Oil dan Refuelling dinyatakan dengan persentase pengisian, dengan rumus :
Dari hasil persentase maka didapat hasil rincian penilaian seperti yang terlihat pada tabel 4.2.
41
Tabel 4.2. Model Penilaian Technical Handling Oil and Refuelling (TH)
Kriteria Penilaian Nilai
Range Kondisi
Oil Minimal (%) Oil Maximal (%)
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Refueling Minimal Refueling Maximal (%)
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Total Nilai Technical Handling (NTH) dari model pe-nilaian tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
42
b. Model Penilaian Passanger & Bagage Handling
Model Passanger & Bagage Handling diberi bobot 30%, dimaksudkan untuk mengukur jumlah penumpang dan barang yang telah berada dalam pesawat disesuaikan dengan Passanger Manifest (Daftar Penumpang) dan Bagage Manifest (Daftar Barang) penumpang, dengan rumus :
- Persentase Passanger
- Persentase Bagage
Tabel 4.3. Model Penilaian Passanger & Bagage Handling (PB)
Kriteria Penilaian Nilai Bobot
Range Kondisi
30%
Passanger Minimal (%) Passanger Maximal (%)
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Bagage Minimal Bagage Maximal (%)
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
43
Total Nilai Passanger & Bagage (NPB) dari model penilaian
tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
c. Model Penilaian Ramp Handling
Model Ramp Handling diberi bobot 20%, merupakan pelayanan terhadap pesawat udara di darat yang langsung berkaitan dengan fisik pesawat udara. Kondisi ini diklasifikasikan atas 3 kategori penilaian, yaitu :
- Kondisi fisik pesawat Kotor, memiliki nilai 0
- Kondisi fisik pesawat Hendak Dibersihkan, memiliki nilai 50
- Kondisi fisik pesawat Bersih, memiliki nilai 100
Model penilaian dari kriteria ini sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.4.
44
Tabel 4.4. Model Penilaian Ramp Handling (RH)
Kriteria Kondisi Nilai Bobot
Portable Water & Injec-tion Water Servicing
Kotor
Hendak Dibersihkan
Bersih
0
50
100
20%
Galley Cleaning Kotor
Hendak Dibersihkan
Bersih
0
50
100
Cabin Cleaning Kotor
Hendak Dibersihkan
Bersih
0
50
100
Lavatory Servicing Kotor
Hendak Dibersihkan
Bersih
0
50
100
Total Nilai Ramp Handling (NRH) dari model penilaian
tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Berdasarkan model penilaian diatas, dan beserta kriteria-
kriterianya, maka formula untuk total penilaian kesiapan keberangkatan pesawat dari model-model penilaian tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
TPN = NTH + NPB + NRH
TPN = Total PenilaianNTH = Nilai Technical handlingNPB = Nilai Passanger & BagageNRH = Nilai Ramp Handling
45
Dari rumus TPN, dapat ditetapkan tingkat kesiapan ground handling dalam mengukur keberangkatan pesawat sebagai berikut :
1) Jika Total Penilaian (TPN) = 100 : Siap Berangkat (Fly)
2) Jika Total Penilaian (TPN) < 100 : Tidak Siap Berangkat (delay), tentukan waktu delay dan lakukan proses yang belum terpenuhi
2. Model Penilaian Data Historys
Model data historys, yakni terkait kondisi fisik pesawat dalam hal ini Technical Handling sebagai kriteria wajib. Hal untuk mengukur kondisi pesawat sebelum keberangkatan yang tercatat/terdokumentasi secara otomatis bersumber dari model persiapan keberangkatan pesawat dan kemudian dievaluasi secara rutin maupun berkala dalam model data historys untuk mengetahui pesawat mana saja yang selalu mempertahankan performansinya. Setiap kriteria memiliki bobot masing-masing dan merupakan kriteria keuntungan yang kemudian menghasilkan dua rekomendai sistem yakni kelayakan beroperasi (fly) dan menjalani proses perbaikan (doking) sesuai historysnya. Bobot penilaian setiap kriteria
dapat ditunjukkan pada tabel berikut.
46
Tabel 4.5. Model Penilaian Data Historys (DH)
Kriteria PenilaianNilai Bobot
Range KondisiCheck AC Serviceable Minimal Check AC Serviceable Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
5
Check Engine Minimal Check AC Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
15
Check Loading Gear Minimal Check Loading Gear Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
10
Check Wing Minimal Check Wing Maximal 10
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
Check Tail Assembly Minimal Check Tail Assembly Maximal 10
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
47
Check Engine On Minimal Check Engine On Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
15
Check Pax Step Minimal Check Pax Step Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
5
GSE & Technic Standby Minimal GSE & Technic Standby Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
10
Check High Loader Minimal Check High Loader Maximal
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
5
Oil Minimal (%) Oil Maximal (%)
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
5
Refueling Minimal Refueling Maximal (%)
48
81
61
41
21
0
100
80
60
40
20
100
80
60
40
20
10
Berdasarkan model penilaian diatas, dan beserta kriteria-kriterianya, maka formula untuk total penilaian kesiapan keberangkatan pesawat dari model-model penilaian tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
TNDH = Total Nilai Data HistorysNilai k = Jumlah Nilai KriteriaBobot k = Bobot kriteria
a. Jika Total Penilaian (TNDH) > 80 : Layak Beroperasi
b. Jika Total Penilaian (TNDH) < 80 : Tidak Layak Beroperasi (rekomendasi doking), perlu dilakukan top performance pada kondisi pesawat.
49
A. Rancangan Basis Data
Rancangan basis data merupakan serangkaian pertanyaan spesifik yang relevan dengan berbagai pemrosesan data, misalnya objek data yang akan diproses oleh sistem, komposisi masing-masing objek data dan atribut yang menggambarkannya serta bagaimana hubungan antara masing-masing obyek data tersebut.
Data yang akan digunakan dalam pendukung keputusan ini dtampung dalam basis data yang terintegrasi dengan komputer. Basis data dirancang agar data yang berkaitan dapat terorganisir dan tersimpan dengan baik sehingga memudahkan dalam pencarian dan manipulasi data.
1 . Entity Relationship Diagram (ERD)
Beberapa aturan bisnis mengenai relasi antar entitas dalam rancangan basis data sistem pendukung pengambilan keputusan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Entitas Maskapai dengan entitas pesawat berelasi “Memiliki”. Setiap maskapai penerbangan dapat memiliki beberapa pesawat. Sedangkan untuk setiap pesawat hanya dapat dimiliki oleh satu maskapai.
BAB IV
PERANCANGAN
50
b. Entitas Pesawat dengan entitas Tipe berelasi “Mempunyai”. Setiap tipe dapat mempunyai beberapa pesawat. Sedangkan untuk setiap pesawat hanya dapat dipunyai oleh satu tipe.
c. Entitas Pesawat dengan entitas Jadwal Keberangkatan Pesawat dengan entitas berelasi “Beroperasi”. Setiap pesawat dapat digunakan untuk beroperasi oleh beberapa jadwal keberangkatan. Sedangkan untuk setiap jadwal keberangkatan hanya dapat beroperasi hanya pada satu pesawat.
d. Entitas Jadwal Keberangkatan Pesawat dengan entitas Rute berelasi “Mempu nyai”. Setiap rute mempunyai beberapa jadwal keberangkatan pesawat. Sedangkan untuk jadwal keberangkatan hanya dapat dipunyai satu rute.
e. Entitas Rute dengan entitas Kota berelasi “Dilalui”. Setiap kota dapat dilalui oleh beberapa rute. Sedangkan setiap rute hanya dapat dilalui hanya pada satu kota.
f. Entitas Jadwal Keberangkatan Pesawat dengan entitas Analisa Resiko berelasi “Mendapatkan”. Untuk setiap jadwal keberangkatan bisa mendapatkan satu atau lebih analisis resiko.
g. Entitas Jadwal Keberangkatan Pesawat dengan entitas Persiapan Penilaian berelasi “Mendapatkan”. Setiap jadwal keberangkatan bisa mendapatkan satu atau lebih persiapan penilaian.
h. Entitas Proses Persiapan Penerbangan dengan entitas Persiapan Penilaian berelasi “Mempunyai”. Untuk setiap proses persiapan penerbangan bisa mempunyai satu atau lebih persiapan penilaian.
i. Entitas Model dengan entitas Proses Persiapan Penerbangan berelasi “Memiliki. Untuk setiap model dapat memiliki beberapa proses persiapan penerbangan.
51
Sedangkan untuk setiap proses persiapan penerbangan pesawat hanya dapat dimiliki oleh satu model.
j. Entitas Proses Persiapan dengan entitas Kondisi berelasi “Mempunyai”. Untuk setiap proses persiapan penerbangan dapat mempunyai beberapa Kondisi.
k. Entitas Proses Persiapan penerbangan dengan entitas “Range”. Untuk setiap proses persiapan penerbangan dapat memiliki beberapa Range Kondisi.
Berdasarkan aturan bisnis yang ada maka Entity Relathionship Diagram (ERD)/ Diagram Hubungan Entitas ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 5.1. ERD SPK Kesiapan Keberangkatan Pesawat.
11
1
M1M
M
M
1
1
M
1 M 1 M M 1Beroperasi Jadwal
Keberangkatan MendapatkanPersiapanPenilaian Mempunyai
ProsesPersiapan
Penerbangan
Maskapai
Pesawat
Tipe
Memiliki
Mempunyai Mempunyai Mendapatkan
Rute Dilalui Kota Analisa Resiko
Mempunyai
Rute
Mempunyai
Rute
MemakaiModel
1
1
M M
M
2 Tabel Basis Data
Tabel-tabel yang dilibatkan dalam basis data sistem pendukung keputusan ini diperoleh dari entitas-entitas yang
52
ada pada gambar Entity Relathionship Diagram. Tabel yang diperlukan antara lain :
a. Tabel Maskapai
Tabel yang digunakan menampung data dari maskapai penerbangan ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 5.1. Tabel Maskapai
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. Idmaskapai Integer 10 Auto, Primary
2. Nama Maskapai Varchar 25
b. Tabel Tipe
Berisi data-data tipe pesawat. Ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 5.2. Tabel Tipe
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. Idtipe Integer 10 Auto,Primary
2. Nama Tipe Pesawat Varchar 45
c. Tabel Pesawat
Tabel yang digunakan untuk menampung data pesawat.
Ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 5.3. Tabel Pesawat
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. Idpesawat Varchar 10 Primary
2. Idmaskapai Integer 10 Foreign
3. Idtipe Integer 10 Foreign
53
d. Tabel Kota
Tabel yang berisi data dari kota-kota yang akan menjadi kota keberangkatan dan dan kota tujuan penerbangan
pesawat. Ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 5.4. Tabel Kota
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. Idpesawat Varchar 10 Primary
2. Idmaskapai Integer 10 Foreign
3. Idtipe Integer 10 Foreign
e. Tabel Rute
Tabel yang berisi data dari rute penerbangan pesawat.
Ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 5.5. Tabel Rute
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. Idrute Integer 10 Primary
2. Idkota_asal Varchar 3 Foreign
3. Idkota_tujuan Varchar 3 Foreign
f. Tabel Jadwal Keberangkatan
Tabel yang berisi data Jadwal Keberangkatan pesawat.
Ditunjukkan pada tabel berikut.
54
Tabel 5.6. Tabel Jadwal Keberangkatan
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. Idjadwal_keberangkatan Integer 10 Auto, Primary
2. Idrute Integer 10 Foreign
3. Idpesawat Varchar 10 Foreign
4. Tanggal_berangkat DATE
5. Waktu_berangkat TIME
6. Status Varchar 255
7. Delay Integer 2
8. Total Penilaian Float
g. Tabel Proses Persiapan Penerbangan/Keberangkatan
Tabel yang berisi data proses yang digunakan untuk mempersiapan penerbangan pesawat udara. Ditunjukkan
pada tabel berikut.
Tabel 5.7. Tabel Proses Persiapan Penerbangan/Keberangkatan
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. IdProsesPersiapan Integer 10 Auto, Primary
2. NamaProses Varchar 45
3. IdModel Integer 10 Foreign
4. Tipe Varchar 45
h. Tabel Model
Tabel yang digunakan untuk menampung data model
penilaian. Ditunjukkan pada tabel berikut.
55
Tabel 4.8. Tabel Model
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. IdModel Integer 10 Auto, Primary
2. Nama Model Varchar 45
3. Bobot Float
i . Tabel Penilaian Persiapan
Berisi data penilaian persiapan penerbangan pesawat
udara. Ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 5.9. Tabel Penilaian
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. IdJadwal_keberangkatan Integer 10 Foreign
2. IdProses_Persiapan Integer 10 Auto, Primary
3. IDPenilaian_Persiapan Integer 10 Auto, Primary
4. Hasil Varchar 255
5. Nilai Integer 10
6. Idpilihanrange Integer 10
j. Tabel Analisis Resiko
Tabel yang digunakan untuk menampung data-data yang setelah melalui proses dapat dikategorikan tidak sesuai dengan kebutuhan standar yang telah ditetapkan.
Ditunjukkan pada tabel berikut.
56
Tabel 5.10. Tabel Analisis Resiko
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. Id_AnalisisResiko Integer 10 Primary
2. Idjadwal_keberangkatan Integer 10 Foreign
3. Analisis Varchar 255
4. IdProsesPersiapan Integer 10 Foreign
5. Delay Float
k. Tabel Kondisi
Tabel yang digunakan untuk menampung data-data kondisi yang dimiliki oleh suatu proses. Ditunjukkan pada
tabel berikut.
Tabel 5.11. Tabel Kondisi
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. Id_Pilihan Integer 10 Primary
2. Idproses Integer 10
3. Nama_pilihan Varchar 45
4. Nilai Varchar 10
l. Tabel Range Kondisi
Tabel yang digunakan untuk menampung data-data kondisi yang dimiliki oleh suatu proses. Ditunjukkan pada
tabel berikut.
57
Tabel 5.12. Tabel Range Kondisi
No. Field Tipe Ukuran Keterangan
1. Id_range Integer 10 Primary
2. Idproses Integer 10
3. Nama_range Varchar 45
4. Min Integer 10
5. max Integer 10
6. Nilai Integer 10
B. Rancangan Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD)/ diagram aliran data adalah sebuah teknik grafis yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari input menjadi output.
DFD digunakan untuk menyajikan sebuah sistem atau perangkat lunak pada setiap tingkat abstraksi. DFD dapat dipartisi ke dalam tingkat-tingkat yang merepresentasikan aliran informasi yang bertambah. DFD memberikan suatu mekanisme bagi pemodelan fungsional dan pemodelan aliran informasi. DFD untuk sistem pendukung pengambilan keputusan manajemen ground handling keberangkatan pesawat.
58
Pada DFD level 0 dalam proses SPK membutuhkan data-data masukan (input) dari petugas dan manager sehingga menghasilkan data keluaran (output) seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 5.2. DFD Level 0 SPK Kesiapan Keberangkatan Pesawat
Petugas
0
SPKPenentuan KelayakanPenerbangan Pesawat
Petugas
- Data maskapai- Data pesawat- Data tipe pesawat- Data kota- Data rute- Data jadwal keberangkatan- Penilaian kesiapan keberangkatan - Laporan kesiapan keberangkatan pesawat
- Laporan rekomendasi doking
- Data model- Data proses kesiapan- Data kondisi- Data range kondisi- Data delay
Pada DFD level 1 proses SPK dipecah menjadi beberapa proses yaitu : proses pengguna, proses UpdateDatabase, proses Kriteria dan Bobot, prose penilaian, penentuan analisis dan pembuatan laporan dimana proses-proses tersebut membutuhkan data masukan (input) sehingga menghasilkan data keluaran (output) sehingga menghasilkan data keluaran (output) seperti yang terlihat pada gambar berikut.
59
Gambar 5.3. DFD Level 1 SPK Kesiapan Keberangkatan Pesawat
- IdJadwalKeberangkatan- Delay
Hasil penilaian
- Data model- Data Kondisi- Data range kondisi
- Data penilaian- Data delay- Data analisis resiko- Data kondisi- range kondisi
- Data jadwal penerbangan- Data model- Data proses persiapan
- Data tipe pesawat- Data kota- Data rute
- Data penilaian- Data maskapai- Data pesawat
- Delay keberangkatan pesawat
- Analisis resiko
- Data model- Data kondisi- Data proses persiapan- Data range kondisi
- Data maskapai- Data pesawat- Data tipe pesawat- Data kota- Data Rute
- data jadwal penerbangan
- Data maskapai- Data pesawat- Data tipe pesawat- Data kota- Data Rute- Data jadwal keberangkatan
PETUGAS
1
Pengguna
2
UpdateDatabase
3
Kriteriadan
Bobot
- Nama pengguna- Password
- Nama pengguna- Password Pengguna
Tipe Pesawat
Model
Kondisi
Range kondisi
Proses Persiapan
Penilaian
Analisis Resiko
Maskapai
Kota
Rute
Pesawat
Jadwal Keberangkatan
MANAGER
4
ProsesPenilaian,Penentuan
Analisisdan
PembuatanLaporan
- IdJadwalKeberangkatan- Data penilaian
- Laporan kesiapan keberangkatan pesawat
- Data pengguna
Pada DFD level 2 pada proses penilaian, penentuan analisis dan pembuatan laporan dipecah menjadi proses pemberian nilai, penghitungan nilai total dan penentuan kesiapan, analisa resiko, penentuan delay dan pembuatan laporan yang
60
membutuhkan data masukan (input) sehingga menghasilkan data keluaran (output) seperti data yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 5.4. DFD Level 2 Proses Penilaian dan Pembuatan Laporan
- IdJadwalBerangkat- Data Penilaian
- Hasil Penilaian
- Hasil Penilaian
- Datal penilaian
- Data analisis
Delay max
Delay per proses
Analisis
- Data jadwal penerbangan
- Data proses
- Data kondisi
- Data model
- Data range kondisi
- Data delay- Data penilaian- Data kondisi- Data range kondisi
- Data proses persiapan- Data model
- Data jadwal penerbangan
- Data rute- Data kota- Data tipe pesawat- Data pesawat- Data maskapai
4.1
Pemberian Nilai
4.2
PenghitunganNilai Total dan
PenentuanKesiapan
4.3
Analisis resiko
4.4
Penentuan Delay
4.5
PembuatanLaporan
PETUGASJadwalKeberangkatan
MANAGER
Proses Persiapan
Kondisi
Model
Range Kondisi
Maskapai
Pesawat
Tipe Pesawat
Kota
Rute
Penilaian
Delay per proses
IdJadwalKeberangkatan
Laporan PersiapanKeberangkatan Pesawat
Pada DFD level 3 pada proses penentuan delay dipecah menjadi proses pemberian delay keterlambatan pada setiap proses dan penentuan delay maksimum, yang membutuhkan
61
data IdjadwalBerangkat, waktu delay dan analisa resiko sehingga menghasilkan data delay jadwal keberangkatan seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 5.5. DFD Level 3 Proses Pemberian Delay
4.4.1
PemberianDelay
KeterlambatanPada setiap
Proses
4.4.2
Penentuan delaymaksimum
MANAGER
Analisa Resiko
Jadwalkeberangkatan
- IdJadwalBerangkat- Waktu Delay Analisa resiko
- Data delay
C. Rancangan Dialog
Rancangan dialog ini bertujuan untuk memudahkan terjadinya interaksi antara pemakai dengan sistem, dimana dalam dialog tersebut terdiri dari menu utama dan sub menu
utama yang lain.
1. Rancangan Dialog Menu Login ke Sistem
Form ini digunakan untuk mengatur akses pemakai terhadap sistem, dimana masing-masing diberi kewenangan yang berbeda-beda dalam pengelolaan sistem tersebut. Gambar 5.6 menunjukkam rancangan dialog menu login sistem.
62
Gambar 5.6. Desain Dialog Menu Login
2. Rancangan Dialog Menu Utama
Rancangan dialog menu utama ini terdiri dari rancangan dialog Pengguna, rancangan dialog Kriteria & Bobot, rancangan dialog UpdateDatabase, rancangan dialog Penilaian, dan rancangan dialog Utility. Rancangan dialog menu utama
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 5.7. Desain Dialog Pengguna
Gambar 5.8. Desain Dialog Menu Kriteria dan Bobot
Gambar 5.9. Desain Dialog Menu Update Database
63
Gambar 5.10. Desain Dialog Menu Penilaian
Gambar 5.11. Desain Dialog Utility
3. Rancangan Dialog Kriteria dan Bobot
Rancangan dialog Kriteria dan Bobot terdiri dari form form model dan proses persiapan. Rancangan dialog model ditunjukkan pada gambar 5.11 sampai dengan gambar 5.16.
a. Dialog Data Model SPK
Dialog model SPK ini terdiri atas Tombol Tambah, Edit dan Hapus. Pada Dialog input Data Model SPK terdiri dari inpput Data Model, input Bobot, tombol Rekam, Batal
dan tombol Batal.
Gambar 5.11. Desain Dialog data Model SPK
64
Gambar 5.12. Desain Dialog input data Model SPK
b. Dialog Data Proses Persiapan
Dialog Data Proses Persiapan Penerbangan ini berisi data-
data proses pada suatu model yang harus ditangani oleh
sebuah jada ground handling setelah input data kondisi
dan range.
Gambar 5.13. Dialog Data Proses Persiapan Keberangkatan
- Dialog Input Data Proses Persiapan ini terdiri atas kom-ponen Nama Model. Dialog Proses Persiapan SPK terdiri atas teks input Nama Proses, input Tipe, tombol Reka dan
batal.
Gambar 5.14. Desain Dialog Input Data Proses Persiapan Keberangkatan Pesawat
GUI Design Studio
65
- Dialog input Data Kondisi ini terdiri atas komponen Nama Model, Nama Proses. Pada Dialog Input Data Kondisi Proses Persiapan SPK terdiri atas teks input Nama Pilihan,
nilai proses, tombol Rekam, Batal dan Hapus.
Gambar 5.15. Desain Dialog input Data Proses Persiapan Keberangkatan Pesawat Tipe Kondisi
GUI Design Studio
- Dialog Input Data Range Kondisi ini terdiri atas komponen Nama Model, Nama proses. Pada Dialog Input Data Range Kondisi Proses Persiapan SPK terdiri atas teks input Nama Range, nilai min, nilai max, nilai proseds, tombol Rekam, Batal dan Hapus.
Gambar 5.16. Desain Dialog input Data Proses Persiapan Keberangkatan Pesawat Tipe Range
GUI Design Studio
66
4. Rancangan Dialog UpdateDatabase
Rancangan dialog pemasukan update database ini terdiri dari form data maskapai, form data pesawat, form data tipe pesawat, form data kota, form data penerbangan, form data jadwal penerbangan, form penilaian kesiapan penerbangan, form model persiapan penerbangan. Rancangan dialog pemasukkan data pada gambar 5.18 sampai dengan gambar 5.29.
a. Dialog Data Pesawat
Dialog data pesawat berisi data-data pesawat, maskapai
dan tipe yang dimiliki oleh sebuah maskapai.
Gambar 5.17. Desain Dialog Data Pesawat
GUI Design Studio
- Dialog Input Data Pesawat ini terdiri atas komponen pe-milihan maskapai, tombol Tambah, Edit dan hapus. Pada Dialog Input Data Pesawat terbang terdiri atas input Kode Pesawat, pemilihan Tipe Pesawat, tombol Rekam dan
Batal.
Gambar 5.18. Desain Dialog Input Data Pesawat
GUI Design Studio
67
- Dialog Maskapai ini terdiri atas tombol Tambah, Edit dan Hapus. Pada Dialog Input Data Maskapai terdiri atas teks Nama Maskapai, tombol Rekam, Edit dan tombol.
Gambar 5.19. Desain Dialog input Data Maskapai
- Dialog Data Tipe Pesawat Terbang ini terdiri atas tombol Tam-bah, Edit dan hapus. Pada Dialog Input Data Pesawat Terbang terdiri atas input Kode Pesawat, pemilihan Tipe Pesawat,
tombol Rekam, Edit dan Hapus.
Gambar 5.20. Desain Dialog Input Data Tipe Pesawat
b. Dialog Data Rute Penerbangan
Dialog Rute penerbangan ini terdiri atas tombol Tambah, Edit dan Hapus. Pada Dialog input data Rute Penerbangan
dan master data .
Gambar 5.21. Desain Dialog Data Rute Penerbangan
68
- Dialog input data Rute Penerbangan terdiri atas input Kota Asal, Kota Tujuan. Kode Kota Asal, input Kode Kota
Tujuan, tombol Rekam dan batal.
Gambar 5.22. Desain Dialog Input Data Rute Penerbangan
- Dialog master data Kota ini terdiri atas tombol Tambah, Edit dan hapus. Pada Dialog terdiri atas input ID Kota dan
Nama Kota.
Gambar 5.23. Desain Dialog Input Data Kota
c. Dialog Data Jadwal Keberangkatan
Dialog Jadwal Keberangkatan ini terdiri atas pemilihan ID Rute, pemilihan maskapai, pemilihan pesawat, pemilihan tanggal dan jam, pemilihan bulan, tombol Tambah, Edit dan Hapus. Pada Dialog Input Data Jadwal Keberangkatan terdiri atas pemilihan rute, input tanggal keberangkatan,
input waktu keberangkatan, tomboil Rekan dan Batal.
Gambar 5.24. Desain Dialog Data Jadwal Keberangkatan
69
Gambar 5.25. Desain Dialog Input Data Jadwal Keberangkatan
5. Rancangan Dialog Penilaian
Dialog data penilaian digunakan oleh petugas untuk menilai kesiapan pesawat terbang pada suatu jadwal keberangkatan pesawat. Menu Penilaian hanya memiliki satu Sub Menu yaitu Menu Penilaian kesiapan, seperti yang ditampilkan oleh gambar 5.26 .
Dialog penilaian Kesiapan Keberangkatan Pesawat
Dialog Penilaian Kesiapan Keberangkatan Pesawat ini terdiri atas teks ID keberangkatan, ID rute, rute penerbangan, maskapai, pesawat, ID, teks tanggal dan jam keberangkatan. Sedangkan dialog hasil analisis terdiri atas teks teks total penilaian dan teks delay keberangkatan. Tombol simpan laporan penilaian dengan konfirmasi menyimpan saja atau sekaligus cetak laporan.
Gambar 5.26. Desain Dialog Penilaian Kesiapan Keberangkatan Pesawat
6. Rancangan Dialog Laporan
Form laporan ada beberapa macam yaitu :
70
a. Laporan kesiapan keberangkatan pesawat, ditampilkan pada gambar 5.32
b. Laporan progres dari performansi pesawat
Gambar 5.32. Desain Dialog Laporan
7. Rancangan Proses
a. Proses Pemilihan Penilaian Jadwal Keberngkatan Pe-
sawat Terbang
Proses ini akan menampilkan dialog penilaian jadwal keberangkatan pesawat terbang yang akan dinilai. Pengguna harus memilih jadwal keberangkatan yang ditentukan dari maskapai penerbangan, nomor pesawat,
tahun keberangkatan, bulan keberangkatan.
b. Proses Penilaian dan Pemberian Delay Keberngkatan
Pesawat Terbang
Proses ini akan menampilkan dialog kesiapan
keberangkatan pesawat terbang. Antara pengguna
petugas dengan manager dibedakan hak aksesnya.
Petugas hanya dapat melakukan penilaian keberangkatan
pesawat tetapi manager juga dapat melakukan pemberian
nilai delay dan menghasilkan laporan.
71
A. Dialog Login ke Sistem
Pada bab ini akan dipaparkan implementasi dan pengujian sistem dari perancangan yang telah dilakukan guna merumuskan kerangka dan ruang lingkup terhadap suatu sistem pendukung keputusan.
Form ini berguna untuk mengatur hak akses pengguna, pada SPK ini ada dua pengguna utama yaitu sebagai petugas dan manager. Kode program dialog ini ditunjukkan oleh lampiran “Unit Login”. Gambar berikut ini menunjukkan
implementasi dari proses login ke sistem.
Gambar 6.1. Dialog Login ke Sistem
1. Dialog Menu Utama
Form menu utama baru dapat ditampilkan apabila kita telah melaksanakan login sistem secara benar. Pada bagian menu utama ini terdapat beberapa manu yaitu : pengguna, Kriteria dan Bobot, UpdateDatabase, Penilaian dan Utility. Kode program dialog ini ditunjukkan oleh lampiran “Unit
BAB V
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
72
Main. Gambar 6.2 menunjukkan implementasi menu utama.
Gambar 6.2. Dialog Menu Utama
2. Dialog Menu Pengguna
Form mempunyai beberapa sub menu antara lain : Style,
Logout dan Exit (keluar) dari sistem. Gambar 6.3 menunjukkan
implementasi dari menu berkas dengan sub menu-submenu
yang ada. Kode program dialog ini ditunjukkan oleh lampiran
“Unit Main”.
Gambar 6.3. Dialog Menu Pengguna
3. Dialog menu Kriteria dan Bobot
Form menu kriteria dan bobot ini terdiri dari sub menu : Model SPK dan Proses Persiapan Keberangkatan. Kode program menu ini ditunjukkan oleh lampiran “Unit Model”. Gambar 6.4
menunjukkan implementasi dari menu setup model.
Gambar 6.4. Dialog menu Kriteria dan Bobot
73
4. Dialog Data Model SPK
Dialog Data Kriteria SPK berisi data-data model sistem pendukung pengambilan keputusan. Kode program dialog ini ditunjukkan oleh lampiran “Unit Model”. Dialog Data Model
SPK dapat dilihat pada berikut.
Gambar 6.5. Dialog Data Model SPK
5. Form Pemasukkan Data Model SPK
Form Pemasukan data kriteria SPK untuk proses persiapan penerbangan pesawat berisi nama-nama proses dan bobotnya. Gambar berikut ini menunjukkan implementasi dari proses pemasukan data model SPK.
Gambar 6.6. Dialog Menu Pemasukan Data Model SPK
6. Dialog Data Proses Persiapan Penerbangan
Dialog Data Proses Persiapan Penerbangan ini berisi data-data proses pada suatu model yang harus ditangani oleh sebuah jada ground handling. Dimana ditiap proses dapat diberikan kondisi atau range kondisi sesuai dengan tipenya
74
masing-masing. Kode program dialog ini ditunjukkan oleh lampiran “Unit Proses”. Dialog ini ditunjukkan oleh gambar beikut.
Gambar 6.7. Dialog Data Proses Persiapan Penerbangan
a. Form Pemasukan Data Proses Persiapan
Form pemasukan data proses persiapan penerbangan pesawat berisi nama-nama proses dan tipenya. Gambar 6.8 menujukkan implmentasi dari proses pemasukan data proses
persiapan penerbangan pesawat.
Gambar 6.8. dialog Sub Menu Data Proses Persiapan Penerbangan
b. Form Pemasukan Data Kondisi
Form Pemasukan data kondisi proses persiapan penerbangan pesawat berisi nama-nama pilihan dan nilai, digunakan memasukkan data kondisi. Gambar berikut ini
menujukan implementasi dari proses pemasukan data kondisi.
75
Gambar 6.9. Dialog Sub Menu Data Kondisi Proses Persiapan Penerbangan
c. Form Pemasukan Data Range Kondisi
Form pemasukan data range kondisi berisi nama Range, Min, Max dan Nilai, digunakan kondisi memasukan data range. Gambar 6.10 menunjukan implementasi dari proses
pemasukan data range.
Gambar. 6.10. Dialog Sub Menu Data Range Kondisi Prose persia-pan Penerbangan Pesawat
d. Dialog Menu UpdateDatabase
Form menu UpdateDatabase ini terdiri dari sub menu: Data Pesawat, Data Rute Penerbangan dan Data Jadwal. Kode program menu ini ditunjukan oleh lampiran “Unit Utama”.
Gambar 6.11 menunjukan implementasi dari Menu Database.
76
Gambar 6.11. Dialog Menu Database
e. Dialog Data Pesawat
Dialog data pesawat berisi data-data pesawat terbang yang dimiliki oleh sebuah maskapai. Kode program dialog ini ditunjukan oleh lampiran “Unit Pesawat”. Dialog ini
ditunjukkan oleh gambar berikut.
Gambar 6.12. Dialog Data Pesawat
- Form Pemasukan data pesawat terbang berisi kode pe-sawat dan tipe pesawat. Dialog ini ditunjukan oleh gambar
berikut.
Gambar 6.13. Dialog Sub Menu Data Pesawat
77
f. Form Pemasukan Data Maskapai Penerbangan
Form pemasukan data maskapai penerbangan berisi nama maskapai penerbangan. Gambar 6.14 menunjukkan implementasi dari proses pemasukan data maskapai
penerbangan.
Gambar 6.14. Dialog Sub Menu Data Maskapai
- Form pemasukan data tipe pesawat terbang berisi nama tipe pesaawat. Dialog ini ditunjukan oleh gambar berikut.
Gambar 6.15. Dialog Sub Menu Input Data Tipe Pesawat
7. Dialog Data Rute Penerbangan
Dialog data rute penerbangan berisi data-data penerbangan yang akan dilalui oleh pesawat. Kode program dialog ini ditunjukkan oleh lampiran “Unit Rute Penerbangan”.
Dialog ini ditunjukan oleh gambar 6.16.
78
Gambar 6.16. Dialog Data Rute Penerbangan
- Form pemasukan data rute penerbangan berisi rute-rute penerbangan yang ditangani suatu measkapai penerban-gan. Gambar 6.17 menunjukan implementasi dari proses
pemasukan data rute penerbangan.
Gambar 6.17. Dialog Sub Menu Data Rute Penerbangan
- Form pemasukan data kota berisi nama kota dan kode kota. Gambar 6.18 menujukan implementasi dari proses pemasu-
kan data kota.
Gambar 6.18. Dialog Sub Menu Input Data Kota
79
8. Dialog Jadwal Keberangkatan
Dialog jadwal keberangkatan penerbangan berisi data-data jadwal keberangkatan yang akan dilalui oleh pesawat. Kode program dialog ini ditunjukan oleh lampiran “Unit Jadwal
Keberangkatan”. Dialog ini ditunjukan oleh gambar 6.19.
Gambar. 6.19. Dialog Jadwal Keberangkatan
- Form pemasukan data kota berisi rute, tanggal berangkat dan waktu berangkat. Gambar 6.20 menunjukan implmentasi dari proses pemasukan data jadwal keberangkatan.
Gambar 6.20. Dialog Input Jadwal Keberangkatan
9. Dialog Menu Penilaian
Dialog menu penilaian digunakan untuk melakukan proses penilaian, analisis resiko, memutuskan kesiapan
80
keberangkatan dan mengatur delay penerbangan. Kode program menu ini ditunjukan oleh lampiran “Unit utama”. Gambar 6.21 menunjukan implementasi dari dialog menu penilaian kesiapan keberangkatan
Gambar 6.21. Dialog Menu Penilaian
10. Dialog Penilaian Kesiapan Keberangkatan Pesawat
Dialog penilaian kesiapan keberangatan pesawat berikut hasil analisisnya digunakan oleh petugas didalam menilai kesiapan pesawat pada suatu jadwal penerbangan. Kode program dialog iniditunjukan oleh lampiran “Unit Penilaian Kesiapan Keberangkatan”. Dialog ini ditunjukan oleh gambar 6.22.
Gambar 6.22. Dialog Data Penilaian Keberangkatan Pesawat
81
11. History Penilaian Dan Doking
Dialog history penilaian dan doking ini merupakan hasil penilaian yang telah dilakukan sebelumnya dan pesawat mana saja yang direkomendasikan untuk doking. Kode program dialog iniditunjukan oleh lampiran “Unit Penilaian history dan doking”. Dialog ini ditunjukan oleh gambar 6.23.
Gambar 6.23. Dialog Data History Penilaian Keberangkatan Pesawat
Gambar 6.24. Dialog Data Doking
82
12. Analisa Hasil Sistem Pendukung Kuputusan
Hasil penilaian dari sistem pendukung pengambilan keputusan manajemen ground handling keberangkatan pesawat dibuat dalam bentuk laporan kesiapan penerbangan pesawat. Laporan ini didapat dari menu laporan. Dari laporan tersebut kita menentukan apakah suatu penerbangan pesawat dinyatakan siap terbang atau tidak dari sisi ground handler.
Dalam penetapan tersebut terdapat 17 komponen yang merupakan penilaian yang ditetapkan olleh manajer Groung Handling. Dimana penilaian ini dibagi dalam 3 (tiga) model penilaian yaitu model Technical Handling, Model Passangger & Bagage, Ramp Handling dan Historys. Model-model tersebut dimasukkan melalui form Model seperti tampak pada gambar
berikut.
Gambar 6.25. Dialog Data Model SPK
Penilaian terdiri dari : Check AC Serviceable, Check Engine, Oil, Check Loading Gear, Check Wing (Flap & Aileron), Check Tail Assembly, GSE & Technic Standby, Refueling, Check Pax Step, Check Engine On, Check High Loader, Passanger, Bagage, Portable Water Servicing and Injection Water Servicing, Gallery Cleaning, Cabin Cleaning dan Lavatory Servicing. form Proses Persiapan tampak pada gambar 6.26.
83
Gambar 6.26. Dialog Proses Persiapan
Sebelum petugas dapat melakukan penilaian terhadap suatu penerbangan pesawat melalui Form Penilaian Kesiapan Keberangkatan Pesawat, terlebih dahulu petugas mengisi data-data mulai dari Data Pesawat, Data Rute Penerbangan, Data Jadwal Penerbangan, dan penilaian. Form tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 6.27. Data Pesawat
84
Gambar 6.28. Data Rute
Gambar 6.29. Data Jadwal
Selanjutnya petugas memilih menu penilaian untuk menampilkan jadwal keberangkatan yang akan dinilai, yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
85
Gambar 6.30. Pemilihan Jadwal Keberangkatan yang akan dinilai
Gambar 6.31. Laporan Penilaian
Setelah memilih pesawat yang akan berangkat selanjutnya petugas melakukan proses penilaian dan petugas menentukan nilai kesiapan berdasarkan laporan dari unit-unit pengendali yang menangani setiap proses-proses tersebut dilapangan dan biasanya dengan menggunakan handy talky.
86
Untuk setiap proses-proses kesiapan pada suatu jadwal keberangkatan pesawat tampilan form bisa dilihat di sub bab 6.2.4.1 pada gambar 6.25 yang menunjukan Form Penilaian Kesiapan Keberangkatan Pesawat.
Dari hasil input data penilaian kemudian manajer melakukan analisa dan delay terhadap pesawat tersebut, dari hasil input penilaian proses-proses yang belum terlaksana akan terlihat pada menu analisa dan delay seperti terlihat pada sub bab 6.2.4.2 gambar 6.26.
Setiap proses dapat memiliki pilihan yang dapat dipilih oleh petugas dalam melakukan penilaian kesiapan penerbangan pesawat terbang. Sistem kemudian akan mengambil nilai dari pilihan tersebut dan menampilkan nilai tersebut pada kolom Skor.
Nilai dari tiap proses kemudian dijumlahkan untuk setiap modelnya dan hasilnya dikalikan dengan bobot model tersebut. Total penilaian untuk suatu jadwal penerbangan dihitung dengan menjumlahkan hasil yang didapat dari setiap model. Seperti terlihat di sub bab 6.2.4.1 pada gambar 4.25 yang menunjukkan Form penilaian kesiapan Keberangkatan pesawat, dimana total penilaian untuk jadwal penerbangan
tersebut adalah 96.81.
B. Analisa Hasil Nilai dan Resiko
1. Analisis Hasil Nilai
Dari pengolahan penilaian persiapan penerbangan pesawat yang ditampilkan di sub bab 6.2.4.1 pada ambar 6.25 yang menunjukkan Form Penilaian Kesiapan Keberangkatan Pesawat, tampak bahwa total penilaian yang dihasilkan yaitu sebesar 96.81. sehingga untuk mengukur kelayakan pemberian izin terbang trayek yang terbaik mengacu pada :
87
- Jika Total Penilaian (TPN) = 100 : Siap Berangkat (Fly)
- Jika Total Penilaian (TPN) < 100 : Tidak Siap Berangkat
(delay), tentukan waktu delay dan lakukan proses yang
belum terpenuhi
Pemberian nilai 100 tersebut didasarkan pada faktor
keselamatan (safety).
2. Analisis Resiko
Bahwa dalam proses penilaian persiapan penerbangan persawat yang di tampilkan di sub bab 6.2.4.1 pada gambar 6.25 yang menghasilkan nilai total 96.81, disebabkan adanya proses-proses yang belum terlaksana sehingga menghasilkan nilai dibawah 100.
Maka disini manajer melakukan kebijakan pemberian delay penerbangan, pemberian waktu delay diberikan manajer pada proses yang belum terlaksana berdasarkan laporan dan analisa dilapangan, serta waktu yang dibutuhkan dalam
penyelesaian setiap proses yang belum terlaksaana.
C. Pengujian Sistem
Pengujian dilakukan secara menyeluruh dan diharapkan dapat diketahui kekurangan-kekurangan dari sistem untuk kemudian dapat diperbaiki sehingga kesalahan dari sistem dapat diminimalisir atau dihilangkan. Pengujian sistem ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Setelah melalui tahapan input data dan proses data, akan menghasilkan nilai berupa kategori-kategori kesiapan keberangkatan pesawat. Nilai inipun tersimpan di historys untuk mengukur performansi pesawat setiap keberangkatan.
88
1. Pengujian Kasus Kesiapan Keberangkatan
- Technical Handling
Pengujian ini dilakukan pada Technical Handling dengan bobot penilaian 50%. Pada tabel 6.1 terlihat bahwa jumlah penilaian Technical Handling = 1040, maka diperoleh hasil
penilaian NTH = 47. Penilaian ini diperoleh berdasarkan rumus:
Tabel 6.1. Nilai-Nilai Technical Handling
Proses Nama model Nilai
Check AC Serviceable Technical Handling 100
Check Engine Technical Handling 80
Check Loading Gear Technical Handling 60
Check Wing (Flap & Aileron) Technical Handling 100
Check Tail Assembly Technical Handling 100
Check Engine On Technical Handling 100
Check Pax Step Technical Handling 100
GSE & Technic Standby Technical Handling 100
Check High Loader Technical Handling 100
Oil Technical Handling 100
Refueling Technical Handling 100
JUMLAH PENILAIAN 1040
89
- Pasangger & Bagage
Pengujian ini dilakukan pada Pasangger & Bagage dengan bobot penilaian 30%. Pada tabel 6.2 terlihat bahwa jumlah penilaian Nilai Passanger & Bagage (NPB) = 200, maka diperoleh hasil penilaian NPB = 30. Penilaian ini diperoleh berdasarkan rumus :
Tabel 6.2. Nilai-Nilai Pasangger & Bagage
Proses Nama Model Nilai
Passangger Passangger & Bagage Handling 100
Bagage Handling Passangger & Bagage Handling 100
JUMLAH PENILAIAN 200 200
- Ramp Handling
Pengujian ini dilakukan pada Ramp Handling dengan bobot penilaian 20%. Pada tabel 6.3 terlihat bahwa jumlah penilaian Nilai Ramp Handling (NRH) = 400, maka diperoleh hasil penilaian NRH = 20. Penilaian ini diperoleh berdasarkan rumus :
90
Tabel 6.3. Nilai-Nilai Ramp Handling
Proses Nama Model Nilai
Portable Water Servicing & IWS Ramp Handling 100
Galley Cleaning Ramp Handling 100
Cabin Cleaning Ramp Handling 100
Lavatory Servicing Ramp Handling 100
JUMLAH PENILAIAN 400
Setelah diperoleh jumlah nilai masing-masing unsur proses, selanjhutnya dapat ditetapkan kesiapan keberangkatan
pesawat berdasarkan range nilai sebagai berikut :
a. Jika Total Penilaian (TPN) = 100 : Siap Berangkat (Fly)
b. Jika Total Penilaian (TPN) < 100 : Tidak Siap Berangkat (delay), tentukan waktu delay dan lakukan proses yang
belum terpenuhi
Dari total penilaian (TPN) = 97 yang diperoleh dari unsur proses penilaian Technical Handling, Pasangger & Bagage dan Ramp Handling, maka hasil penilaian kesiapan keberangkatan pesawat adalah berada dalam kategori : Tidak Siap Berangkat
(delay).
91
2. Menetapkan Performansi Terbaik
- Perhitungan Simple Additive Weighting Method (SAW)
Dalam menetapkan pesawat yang memiliki performansi
terbaik dalam setiap harinya dapat dilakukan metode MADM.
Perhitungan data mengunakan Simple Additive Weighting
Method. Semua nilai rating diberikan pada setiap jenis pesawat
sebagai alternatif di setiap kriterianya, seperti terlihat pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1. Tabel Nilai Rating
AlternatifNilai di Setiap Kriteria
C1 C2 C3 C4 C5C6 C7 C8 C9 C10 C11
Lion B-734.708/709 100 89 100 100 100 100 100 100 100 100 100
MNA B-733.714/715 97 100 60 100 100 100 100 100 100 100 100
Lion B-734.728/721 99 100 60 100 100 98 100 100 100 100 100
SJ B-732.594/595 100 100 98 100 100 100 100 100 100 100 99
BTV B-733.661/662 99 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
GIA B-734.604/605 100 100 100 100 100 99 100 100 100 100 100
Wings MD-82.706/705 100 100 96 100 100 100 100 89 100 100 100
Lion B-734.702/703 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
D B-728.9030/9031 100 100 100 100 97 99 100 100 100 100 100
Selanjutnya matriks keputusan dibentuk dari tabel nilai
rating sebagai berikut :
92
X=
100 89 100 100 100 100 100 100 100 100 100
97 100 60 100 100 100 100 100 100 100 100
99 100 60 100 100 98 100 100 100 100 100
100 100 98 100 100 100 100 100 100 100 99
99 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 99 100 100 100 100 100
100 100 96 100 100 100 100 89 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 97 99 100 100 100 100 100
Selanjutnya dilakukan normalisasi nilai matriks X, sebagai berikut:
Untuk C1 s.d C11 adalah kriteria penilaian, maka dikategorikan sebagai nilai maksimum, dengan kata lain
semakin tinggi semakin bagus (benefit).
R11 = 1 100 = 100 = 1
Max(100,97,99,100,99,100,100,98100) 100
R12 = 1 97 = 97 = 0,97
Max(100,97,99,100,99,100,100,98100) 100
R13 = 1 99 = 99 = 0,99
Max(100,97,99,100,99,100,100,98100) 100
R14 = 1 100 = 100 = 1
Max(100,97,99,100,99,100,100,98100) 100
R15 = 1 99 = 99 = 0,99
Max(100,97,99,100,99,100,100,98100) 100
93
R16 = 1 100 = 100 = 1
Max(100,97,99,100,99,100,100,98100) 100
R17 = 1 100 = 100 = 1
Max(100,97,99,100,99,100,100,98100) 100
R18 = 1 98 = 98 = 0,98
Max(100,97,99,100,99,100,100,98100) 100
R19 = 1 100 = 100 = 1
Max(100,97,99,100,99,100,100,98100) 100
Sehingga diperoleh matrik trnormalisasi R sebagai beri-
kut:
R =
1 0,89 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0,97 1 0,60 1 1 1 1 1 1 1 1
0,99 1 0,60 1 1 0,98 1 1 1 1 1
1 1 0,98 1 1 1 1 1 1 1 0,99
0,99 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0,99 1 1 1 1 1
1 1 0,96 1 1 1 1 0,89 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0,97 0,99 1 1 1 1 1
Kemudian nilai kepentingan pada masing-masing kriteria sebagai berikut :
94
Kode Bobot Nilai Bobot (%)
W1 5
W2 15
W3 10
W4 10
W5 10
W6 15
W7 5
W8 10
W9 5
W10 5
W11 10
Total Bobot 100
Selanjutnya dilakukanlah proses perangkingan untuk mendapatkan hasil alternatif performansi semua pesawat yang paling terbaik disetiap harinya sebagai berikut :
95
Kod
e Nilai
Ran
k
V1
(0,5)(1)
+ (0
,15)(0
,89)
+ (0
,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0,10
)(1)
+ (0
,15)(1
) + (0,5)(
1) +
(0,10)(1
) + (0,5)(1
) + (0,5)(1
) + (0,10
)(1)
= 0
,71
2
V2
(0,5)(
0,97
) + (0
,15)(1
) + (0,10
)(0,
60) +
(0,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0,15
)(1)
+ (0
,5)(
1) +
(0,10)(1
) + (0,5)(1
) + (0,5)(
1) +
(0,10)(1
) = 0
,71
4
V3
(0,5)(
0,99
) + (0
,15)(1
) + (0,10
)(0,
60) +
(0,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0,15
)(0,
98) +
(0,5)(
1) +
(0,10)(1
) + (0,5)(1
) + (0
,5)(
1) +
(0,10
)(1)
= 0
,71
1
V4
(0,5)(
0,1)
+ (0
,15)(1
) + (0
,10)(0
,98)
+ (0
,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0,15
)(1)
+ (0
,5)(
1) +
(0,10)(1
) + (0
,5)(
1) +
(0,5)(
1) +
(0,10)(0
.99)
= 0
,71
3
V5
(0,5)(
0,99
) + (0
,15)(1
) + (0,10
)(1)
+ (0
,10)(1
) + (0,10
)(1)
+ (0
,15)(1
) + (0,5)(
1) +
(0,10)(1
) + (0,5)(1
) + (0,5)(1
) + (0,10
)(1)
= 0
,71
V6
(0,5)(
0,1)
+ (0
,15)(1
) + (0
,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0,15
)(0,
99) +
(0,5)(
1) +
(0,10)(1
) + (0
,5)(
1) +
(0,5)(
1) +
(0,10)(1
) = 0
,71
V7
(0,5)(
0,1)
+ (0
,15)(1
) + (0
,10)(0,96)
+ (0
,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0,15
)(1)
+ (0
,5)(
1) +
(0,10)(0
,89)
+ (0
,5)(
1) +
(0,5)(
1) +
(0,10)(1
) = 0
,71
V8
(0,5)(
0,1)
+ (0
,15)(1
) + (0
,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0,15
)(1)
+ (0,5)(1
) + (0,10)(1
) + (0
,5)(
1) +
(0,5)(
1) +
(0,10)(1
) = 0
,71
V9
(0,5)(
0,1)
+ (0
,15)(1
) + (0
,10)(1
) + (0
,10)(1
) + (0
,10)(0,97)
+ (0
,15)(0
,99)
+ (0
,5)(
1) +
(0,10
)(1)
+ (0
,5)(
1) +
(0,5)(
1) +
(0,10)(1
) = 0
,71
Nila
i te
rbes
ar a
da p
ada
V3
seh
ingg
a A
lter
nati
f Li
on B
-734
.728
/721
ada
lah
alte
rnat
if ya
ng t
erpi
lih s
ebag
ai p
esaw
at y
ang
mem
iliki
per
form
ansi
yan
g te
rbai
k.
Nila
i te
rbes
ar a
da p
ada
V3
sehi
ngga
Alte
rnati
f Li
on B
-734
.728
/721
ada
lah
alte
rnati
f ya
ng
terp
ilih
seba
gai p
esaw
at y
ang
mem
iliki
per
form
ansi
yan
g te
rbai
k.
97
Keputusan yang cepat dan tepat akan menjadi kunci keberhasilan seorang decision maker penerbangan pesawat. Memiliki informasi saja tidak membantu dalam pengambilan keputusan, bila tidak dikombinasikan menjadi alternatif-alternatif yang terbaik untuk pengambilan keputusan dalam manajemen gound handling penerbangan.
Oleh karena itu, berdasarkan kajian ini, dapat di rumuskan dalam beberapa kesimpulan, dalam konteks sistem pendukung keputusan kelayakan penerbangan pesawat, yaitu: Pertama, Model sistem pengambilan keputusan yang dapat digunakan untuk menilai kesiapan keberangkatan pesawat. Kedua, Hasil yang dapat diperoleh dari sistem yang terbentuk akan memberikan alternatif penilaian bagi para pengambil keputusan untuk menentukan kesiapan keberangkatan pesawat.
Ketiga, Model sistem pendukung pengambilan keputusan ini dibuat dengan memperhatikan proses yang diperlukan pada persiapan penerbangan pesawat terbang sebagai kriteria penilaian dan pemberian bobot. Keempat, Sistem ini juga menampilkan hasil perangkingan alternatif tipe pesawat yang akan dipilih sebagai pesawat yang memiliki performansi terbaik.
BAB VI
PENUTUP
98
Sementara itu, dengan kesimpulan demikian, dalam kajian ini beberapa rekomendasi yang penulis berikan, diantaranya, Pertama, Dengan adanya sistem yang tidak menggunakan basis data terdistribusi sehingga petugas di Ground Handling harus memasukkan ulang data yang didapat dari maskapai penerbangan seperti data maskapai, data pesawat dan data jadwal penerbangan. Sehingga dapat diupayakan mengintegrasikan perangkat-perangkat elektronik agar data diinput secara otomatis oleh perangkat lunak tersebut.
Kedua, Membangun desain dan aplikasi sistem pendukung keputusan pada penentuan ketepatan keberangkatan pesawat udara, menjadi sangat urgen, dari proses kegiatan-kegiatan ground handling sehingga dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat di dalam mengambil keputusan dalam menentukan kesiapan pesawat udara berangkat dari jadwal yang telah ditentukan, dengan mengacu pada peraturan-peraturan Penertiban Penumpang, barang dan kargo yang diangkut pesawat udara yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan. Artinya, resiko dapat mdiminimalisir sekecil mungkin, dalam arti tidak adanya kesalahan yang berakibat fatal bagi penerbangan tersebut.
Seperti insiden yang baru-baru ini terjadi, yang cukup menghebohkan dunia internasional tidak terjadi, yakni tragedi pesawat Malaysia Airlines MH370, yang menghilang. Padahal Pesawat B777 – 200 meruapakan pesawat jenis canggih dan bagus.
99
Anomin (2001), Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2001 ten-tang Keamanan dan Keselematan Penerbangan
Anomin (2008). Document SOP No.: GSA/SOP/006/I/08 Tentang Standart Operating Procedure Penanganan Ground Handling Bandar Udara Haluoleo/Wolter Monginsidi.
Anomin (2011). Document Report Data Arus Lalu Lintas Angkutan Udara Tentang Pergerakkan Pesawat Udara Di bandar Udara Haluoleo.
Anonim (1992). Undang-undang nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan
Anonim (1993). Keputusan Menteri perhubungan nomor KM 36 Tahun 1993 tentang Kriteria dan Klasifikasi Bandar Udara di indonesia (Anonim, 1993).
Anonim (1995) Surat keputusan Menteri Perhubungan nomor 4 Tahun 1995 tentang Penyempurnaan dan Penataan Kelas Ban-dar Udara,
Basuki, H. (2008) . Merancang Dan Merencana Lapangan Terbang (3th ed.). Bandung: Alumni.
Cholid., dkk (2009) . Penerbangan Sipil. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Civil Aviation Regulatory Commission. (2007). Ground Handling Services (Part. 140.). Yordania: Author.
DAFTAR PUSTAKA
100
Dewi, MS. (2010). Analisa Tingkat Kepuasan Penerbang Terhadap Kinerja Air Traffic Controller Bandar Udara Adisudjipto. Yogya-karta: Universitas Gadjah Mada.
FSF Inc. (2010). Flight Safety Foundation (Ver. 3). New York, AS: Au-thor.
Gaspersz, V. (2011) . Business Process Excelence: Peningkatan Ter-us-Menerus Menuju Perusahaan Kelas Dunia. Jakarta: Pene-bar Swadaya.
Heviandri, R., Sumarwan, U., & Retnaningsih (2009). Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Layanan Di Bandara Soekarno-Hatta, Serta Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran City Check-In Terminal Di Jakarta, 4, 9-15. Jurnal Manajemen & Bisnis IPB.
IATA SGHA (2008). Standard Ground Handling Agreement (2008 ed.). Swissport International Ltd. : Author.
Irianto, A. (2009) . Managing Airline Reservatioan System. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Kusrini. (2007) . Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputu-san. Yogyakarta : Andi Offset.
Mu’ammar, H. (2009). Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pe-nilaian Tingkat Kerusakan Hutan Mangrov (Studi Kasus di Kota Dumai Propinsi Riau. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Natalisa, D., (2005). Pemahaman Terhadap Segmentasi Pelang-gan: Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efektifitas Pemasaran Jasa Penerbangan, 3, 5-9. Jurnal Manajemen & Bisnis Unsri.
Natra (2000). Ground Handling Basics :Standar Operasional Prose-dur.
Pahlevi, S. (2010). Sistem Pengambilan Keputusan Pemilihan Guru Berprestasi menggunakan Metode Analitiycal Hierarchial Pro-cess (Studi Kasus SMK Negeri 1 Sampit Kalteng). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Pressman, R.S., (2001). Rekayasa Perangkat Linak, Pendekatan Praktisi (first book). Yogyakarta: Andi Offset
101
Redaksi Sinar Grafika. (2009). Undang-Undang Penerbangan 2009. Jakarta: Sinar Grafika.
Salim, A.A (2008). Manajemen Transportasi. Jakarta: RajaGrafin-do Persada.
Santi, W (2009). Document SOP No.: GSA/SOP/006/I/08. Kendari: Wolter Monginsidi Airport.
Santi, W (2009). Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Bayi Se-hat di Puskesmas Jatipura Karanganyar. Yogyakarta: Universi-tas Gajah Mada.
Sofyan , I. (2003) . Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2009) . Metode Penelitian Bisnis (14th ed.). Bandung: Alfabeta.
Suharto,A dan Eko, P. (2009) . Ground Handling: Manajemen Pelay-anan Udara Perusahaan Penerbangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Turban, E., dkk. (2005) . Decision Support System And Intelligent System (7th ed.). Yogyakarta : Andi Offset.
Welly, P. (2008). Keterlambatan Penerbangan (Delay) di Bandara Soekarno Hatta, Vol 20 No 11. Jurnal Manajemen & Bisnis Un-sri.
Widadi (2001). Tata Operasi Darat. Jakarta: Garsindo.
Wowor, H.F (2004). Sistem Pengambilan Keputusan Penetapan Kontribusi PAD dalam APBD Kabupaten/Kota (Studi Kasus Kota Manado Propinsi Sulawesi Utara). Yogyakarta: Universitas Ga-jah Mada
Yanti, P (2005). Peran Tenaga Kerja Paruh Waktu Dalam menin-gkatkan pelayanan Pada Perusahaan Ground Handling De-partemen Services PT. Jasa Angkasa Semesta Bandara Soek-arno Hatta, Vol 10,3, 185-196. Jurnal Pariwisata STP. Trisakti.
Zazili, A. (2008). Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga Berjadwal Nasional. Semarang: Uni-versitas Diponegoro.
102
TENTANG PENULIS
Qammaddin yang biasa di sapa Didin, lahir di Raha, 15 Maret 1979. Lulusan Pascasarjana Teknik Informatika dengan konsentrasi Sistem Informasi Enterprise Universitas Islam Indonesia (UII), Yog-yakarta pada tahun 2012.
Sehari-hari Didin berprofesi sebagai Staf Pengajar Analisis Per-ancangan Sistem Informasi, Analisis Proses Bisnis dan juga selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi di Universitas 19 November Kolaka.
Selain aktif sebagai pengajar, saat ini Didin masih aktif seb-agai trainer, programming, multimedia dan selalu mengembang-kan hobi lain disela-sela kesibukannya dalam memproduseri Film Mahasiswa-mahasiswa Prodi Sistem Informasi.
Beberapa karya filmnya yang sudah rilis berjudul “Internet oh Internet” dan “Menenangkan Badai” (Ide cerita: Sari Kartika). Please contact [email protected] for friendship and partner-ship.