case : boeing 787 dreamliner

17
Tugas Mata Kuliah : Operation Manajement Dosen Pengampu: Budi Hartono, B.Eng., MPM, Ph.D. Studi Kasus Boeing 787 Dreamliner Oleh: Ayu Wanda Febrian 1566007 Pingkan Mayosi Fitriana 1566062 1

Upload: pingkan-mayosi-f

Post on 24-Jan-2016

130 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Tujuan dari Boeing go global adalah untuk menjangkau penjualan keberbagai negara dengan menerapkan strategi outsourching yang melibatkan lebih dari 300 negara.

TRANSCRIPT

Page 1: Case : Boeing 787 Dreamliner

Tugas

Mata Kuliah : Operation Manajement

Dosen Pengampu: Budi Hartono, B.Eng., MPM, Ph.D.

Studi Kasus

Boeing 787 Dreamliner

Oleh:

Ayu Wanda Febrian 1566007

Pingkan Mayosi Fitriana 1566062

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2015

1

Page 2: Case : Boeing 787 Dreamliner

Boeing

Boeing merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

dirgantara pembuatan pesawat terbang dan aeroangkasa. Boeing memiliki pusat

perusahaannya di Chicago, Illinois namun kelengkapan terbesar dalam fasilitas produksi

berada di Everett, Washington berdenkatan dengan Seattle, Washington.

William Edward Boeing mendirikan Boeing dengan nama awal Pacific Aero Products

bersama rekannya bernama George Conrad Westervelt pada tahun 1916, kemudian berganti

nama dengan Boeing mengambil nama belakang dari William Edward Boeing. Perusahaan

yang memiliki tagline “Forever New Frontiers” ini memiliki dua divisi utama yaitu Boeing

Integrated Defense Systems (IDS) bertanggung jawab untuk produk militer dan angkasa,

berikut daftar pesawat militer dari Boeing :

2

Page 5: Case : Boeing 787 Dreamliner

Kompetitor

Industri kedirgantaraan dunia dipegang oleh duopoli perusahaan besar dunia

yaitu Boeing dan Airbus. Airbus merupakan kompetitor paling kuat dari Boeing. Aibus

merupakan produsen pesawat dari Benua Eropa yang memiliki basis di Toulouse,

Perancis. Aibus Industrie didirikan pada tanggal 18 Desember 1969 dan mulai menjadi

industri komersil hadir sebagai pesaing Boeing tahun 2001. Pada awalnya Aibus

merupakan konsorsium dari beberapa perusahaan di Eropa, maka dalam perbandingan

outsouring kesempatan Aibus lebih kecil untuk alih daya produksi di luar Eropa.

Berbeda dengan Boeing yang memiliki kesempatan lebih luas, dengan Boeing 787 yang

memiliki outsource di seluruh penjuru dunia hingga berjumlah lebih dari 300 pemasok.

Airbus memperkuat posisinya sebagai pesaing Boeing dengan melakukan pengenalan

teknologi yang lebih maju dengan menggunakan material komposit pada pesawat A300,

namun Boeing juga tak mau ketinggalan dengan Boeing 787 Dreamliner sebagai

pesawat penumpang besar pertama yang menggunakan material komposit.

Boeing 787 Dreamliner

Boeing 787 Dreamliner merupakan salah satu produksi pesawat buatan Boeing

yang sangat berbeda dengan pendahulunya dan jenis lainnya. Boeing 787 digadang

sebagai pesawat canggih secara teknologi dan dengan rantai pasokan lebih besar. Sistem

outsorching Boeing 787 melibatkan lebih dari 300 pemasok dari berbagai Negara,

diantaranya :

Tabel 1 Beberapa pemasok Internasional dari Komponen Boeing 787

Pemasok Negara Kantor Pusat

Komponen

Latecoere Prancis Pintu penumpangLabinel Prancis Pemasangan kawatDassault Prancis Desain dan siklus hidup produk

perangkat lunak manajemenMessier-Bugatti Prancis Rem elektrikThales Prancis Sistem konversi energi listrikMessier-Dowty Prancis Struktur roda gigi pendaratanDiehl Jerman Pencahayaan interiorCobham Inggris Raya Pompa bahan bakar dan katupRolls-Royce Inggris Raya MesinSmiths Aerospace Inggris Raya Sistem komputer pusat

Page 6: Case : Boeing 787 Dreamliner

BAE system Inggris Raya ElektronikAlenia Aeronautica Italia Badan pesawat bagian tengah atasToray Industries Jepang Serat karbon untuk unit sayap dan ekorFuji Heavy Industries

Jepang Kotak sayap tengah

Kawasaki Heavy Industries

Jepang Badan pesawat bagian depan, bagian tetap di sayap

Teijin Seiki Jepang Penggerak hidrolikMitsubishi Heavy Ind.

Jepang Kotak sayap

Chengdu Aircraft Cina KemudiHafei Aviation Cina Suku cadangKorean Airlines Korea selatan Ujung sayapSaab Swedia Pintu kargo dan aksesSumber : Operations Management: Sustainability and Supply Chain Management, 11th ed, Jay Heizer and Barry render

Sistem outsourching dari Boeing 787 merupakan alasan dari Boeing 787 untuk Go

Global. Hal tersebut memiliki tujuan untuk menarik konsumen dan bekerja sama dengan

Negara-negara tersebut, sehingga dapat menjangkau penjualan ke berbagai Negara di

seluruh Dunia.

Keunggulam kompetitif Boeing 787

Ramah lingkungan

Material pesawat terbuat dari serat karbon (carbon fibre) yang ramah

lingkungan. Selain itu, lampu yang digunakan juga sangat ramah lingkungan.

Teknologi

Pesawat ini menggunakan mesin Rolls-Royce Trent 1000  dan mesin General

Electric GEnx 2B-12 yang inovatif, serta menggunakan radar Honeywell versi

terbaru yang dirancang untuk memantau cuaca di depan pesawat dengan jarak

100.000 meter (100 km).

Bahan bakar

Bahan bakar Boeing 787 lebih irit dua kali lipat daripada Boeing 777.

Biaya

Dengan bahan bakar yang irit serta ramah lingkungan, sehingga biaya Boeing

787 akan menjadi lebih murah.

Permasalahan Boeing 787 Dreamliner

Page 7: Case : Boeing 787 Dreamliner

Pesawat terbang yang dirancang sedemikian canggih ternyata memiliki beberapa

kendala yang cukup serius. Tidak sedikit media internasional yang memberitakan terkait

kegagalan Boeing 787 Dreamliner. Pesawat yang terbang perdana pada tanggal 15

September 2009 mulai diperkenalkan ke publik pertama kali tanggal 26 Oktober 2011

melalui maskapai penerbangan Jepang All Noppon Airways (ANA). ANA memesan 50

buah pesawat tipe ini untuk kepentingan maskapainya. Prayitno Ramelan dalam

tulisannya di media online www.ramalanintelijen.net menjelaskan beberapa

permasalahan yang terjadi pada Boeing 787 Dreamliner. Permasalahan tersebut

diantaranya pecahnya kaca pesawat, kebocoran bahan bakar, masalah pada sistem

komputer, hingga yang paling menyedot perhatian publik adalah adanya kebakaran pada

baterai pesawat. Kebakaran pada baterai pesawat Boeing 787 Dreamliner menyebabkan

terjadinya pendaratan darurat penerbangan ANA dengan nomer penerbangan 692 dari

penerbangan Bandara Yamaguchi menuju Bandara Haneda pada tanggal 16 Januari

2013. Pendaratan darurat tersebut terjadi di Takamatsu setelah pesawat berhasil

mengudara selama 18 menit yang seharusnya akan menempuh jarak perjalanan selama

65 menit. Kejadian tersebut menyebabkan The Federal Aviation Administration (FAA)

untuk menghentikan operasi sementara pada pesawat jenis 787 Dreamliner demi

keamanan para penumpang. Tentunya masalah tersebut mempertaruhkan reputasi

Boeing sebagai produsen dan bagi ANA sebagai maskapai penerbangan yang

menggunakan Boeing 787. Ketidakpercayaan dan keraguan masyarakat akan

keselamatan mereka dipertaruhkan. Kejadian itu memberikan kerugian sangat besar

bagi Boeing karena pihak Boeing harus memeriksa dan meninjau kembali pesanan

Boeing 787 yang berjumlah 800 buah. Diantara sejumlah pesanan tersebut, pihak

Boeing juga harus memberikan ganti rugi kepada maskapai ANA akibat keterlambatan

pemenuhan pesanan.

The Sand Cone Model (Model Gundukan Pasir)

Ferdowr De Meyer (1990) mengemukakan pemikirannya mengenai komponen

yang perlu diperhatikan dalam rantai

pasokan (Supply Chain). Dapat

diamati model gundukan pasir, suatu

gundukan pasir berbentuk seperti

Page 8: Case : Boeing 787 Dreamliner

kerucut. Dikatakan gundukan karena antar komponen tidak dapat berdiri sendiri.

Komponen bawah sebagai dasar kuat bagi komponen diatasnya. Urutan dari komponen

yang perlu diperhatikan ada lima yaitu:

1. Quality (Kualitas)

merupakan komponen paling dasar dan paling penting dalam Sand Cone Model.

Suatu produk harus memiliki pondasi kualitas yang tidak hanya baik namun harus

sangat baik guna keberlangsungan produk dan mampu bersaing dengan pesaing.

2. Dependability (Dapat dipercayai). Setelah kualitas terpenuhi, produk tersebut harus

dapat memberikan kepercayaan bagi penggunanya. Seorang konsumen

membutuhkan keyakinan dalam menggunakan produk tersebut bahwa produk

tersebut akan aman mereka konsumsi dan produsen mampu

mempertanggungjawabkan serta menjamin produk tersebut tidak berdampak buruk.

3. Speed (Kecepatan). Komponen ketiga setelah kualitas dan dependability adanya

speed. Kecapakapan dalam melayani dengan menghasilkan produk lebih cepat.

4. Flexibility (fleksibel). Komponen keempat setelah kualitas, dependability, dan speed

adalah produksi bersifat fleksibel atau dapat dikatakan mudah dan cepat

menyesuaikan. Produksi tidak memiliki kendala berarti yang dapat menimbulkan

kerugian.

5. Cost (biaya). Komponen pelengkap setelah komponen dasar sampai keempat

terpenuhi adalah terkait biaya. Dalam proses produksi biaya harus dapat dikelola

dengan baik, dengan cara menekan biaya semaksimal mungkin. Hal tersebut

bertujuan agar tidak terjadi pembengkakan biaya.

Model gundukan pasir memberikan penjelasan bahwa antar komponen merupakan

satu kesatuan untuk menghasilkan produk yang super dengan kualitas merupakan

dasarnya. Produsen tidak diperkenankan memusatkan hanya pada satu komponen,

misalkan pada biaya. Untuk menekan biaya produsen melalaikan komponen lain. Hal

tersebut akan berakibat fatal bagi suatu produk. Seperti contoh yang terjadi pada kasus

Boeing 787 Dreamliner, kerusakan pada baterai disebabkan karena buruknya kualitas

yang sepertinya lalai dari perhatian Boeing.

Baterai Lithium-ion buatan GS Yuasa Corp Kyoto Jepang mengalami kegagalan

produksi sehingga Boieng 787 sementara diberhentikan beroprasi. Rasa percaya yang

diberikan Boeing kepada pihak pemasoknya ternyata menjadi bomerang baginya. Tanpa

Sumber: https://simoncroom.wordpress.com/2011/12/

Page 9: Case : Boeing 787 Dreamliner

melakukan pengujian yang berarti, Boeing memasang GS Yuasa sebagai rekanan bisnis

untuk mengurus baterai. Tentu hal tersebut merupakan kelalaian Boeing, sehingga yang

awalnya ingin menekan cost justru harus menambah biaya lebih untuk melakukan

investigasi untuk produksi selanjutnya. Boeing harus memperbaiki kegagalan tersebut

tidak hanya untuk keberlangsungannya sendiri namun juga untuk pemberikan

kepercayann kembali bagi pelanggannya.

Sebagai salah satu perusahaan terbesar produksi pesawat terbang Boeing dapat

melakukan beberapa tahapan analisis dalam proses pengembangan Strategi, yaitu :

Gambar 1 Proses Pengembangan Strategi

Sumber : Operations Management: Sustainability and Supply Chain Management, 11th ed, Jay

Heizer and Barry render

Langkah awal yang coba diterapkan Boeing ditinjau dari keinginannya menciptakan

pesawat yang Dreamliner dalam menganalisis lingkungan sudah tepat. Langkah yang

diambil adalah Boeing mencoba terobosan baru dengan menerapkan strategi perubahan

teknologi dan lingkungan. Boeing berusaha mewujudkan pesawat yang berteknologi

canggih terbaru dan tentunya pesawat yang ramah dengan lingkungan. Faktanya Boeing

harus meninjau kembali segala aspek dari pesawat Boeing 787. Boeing dituntut untuk

memberikan segala yang terbaik bagi pelanggan terutama rasa aman dan nyaman

selama perjalanan.

Tidak gampang memang mengembalikan kepercayaan publik setelah apa yang

terjadi dengan Boeing 787 Dreamliner. Dengan konsep Boeing yang mengedepankan

Menganalisis LingkunganMengidentifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman.

Memahami lingkungan, pelanggan, industri dan kompetitor

Menentukan Misi KorporasiMenyatakan alasan untuk keberadaan perusahaan dan mengidentifikasi nilai yang ingin

dicapai

Membentuk sebuah StrategiMembangun sebuah keunggulan kompetitif, seperti harga yang murah, desain atau

volume yang fleksibel, kualitas, pengiriman yang cepat, kebergantungan, jasa purnajual, atau lini produk yang luas.

Page 10: Case : Boeing 787 Dreamliner

Rantai pasokan (Supply Chain), untuk keberlanjutannya mencapai keunggulan

kompetitif Boeing perlu menerapkan pendekatan strategis

Page 11: Case : Boeing 787 Dreamliner

Gambar 2 Memperoleh Keunggulan Kompetitif Melalui Operasi

Sumber : Operations Management: Sustainability and Supply Chain Management, 11th ed, Jay Heizer and Barry render

Kesimpulan

Tujuan dari Boeing go global adalah untuk menjangkau penjualan keberbagai

negara dengan menerapkan strategi outsourching yang melibatkan lebih dari 300

negara. Dalam perjalanan keberlanjutannya, Boeing sebagai salah satu perusahaan besar

dunia tidak seharusnya lalai dalam produksi. Tidak hanya merugikan Boeing sendiri tapi

juga bagi perusahaan maspakai yang menggunakan produk dari Boeing. Sistem rantai

pasokan tidak serta merta menjadi baik tanpa adanya standartisasi elemen pembentuk

pesawat. Aktivitas yang salah dalam outsourching (pengalihdayaan) memiliki resiko

tinggi apabila kurang perencanaan dan analisis. Layaknya model gundukan pasir,

Boeing wajib melalui tahapan komponen dasar sampai akhir

(quality+dependability+speed+flexibility+cost) tanpa harus mengunggulkan salah satu

komponen bahkan menghilangkannya. Selain itu Boeing perlu memperhatikan strategi

melalui sepuluh keputusan operasi guna mencapai keunggulan kompetitif.

10 keputusan operasi

Produk

Kualitas

Proses

Lokasi

Tata ruangSumber daya manusia

Rantai Pasokan

Persediaan

Penentuan Jadwal

Pemeliharaan

DIFERENSIASI:Desain Inovatif Lini produk yang luasJasa purna jualPengalaman

KEPEMIMPINAN DALAM BIAYA:Biaya overhead yang kecilPenggunaan kapasitas yang efektifManajemen persediaan

RESPONS:FleksibilitasKeandalanKecepatan

Diferensiasi (lebih baik)

Respons (lebih cepat)Low cost

leadership (lebih

murah)

StrategiKeunggulan Kompetitif

Page 12: Case : Boeing 787 Dreamliner

DAFTAR PUSTAKA

Aliya, Angga. 2014. Ada Retakan Juga di Sayap Boeing 787 yang Sedang Dirakit. (http://finance.detik.com/read/ada-retakan-juga-di-sayap-boeing-787-yang-sedang-dirakit, diakses tanggal 28 Agustus 2015)

Anonim. 2014. Baterai berasap, JAL istirahatkan Boeing 787. (http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/01/140115_japanairline_dreamlines_mesin, diakses tanggal 28 Agustus 2015)

Anonim. 2014. NTSB: GS Yuasa Lalai Lakukan Inspeksi Dalam Proses Pembuatan Baterai. (http://www.runway-aviation.com/ntsb-gs-yuasa-lalai-lakukan-inspeksi-dalam-proses-pembuatan-baterai-787/, diakses tanggal 28 Agustus 2015).

Anonim. 2014. Bahan bakar menetes dari sayap Boeing di Bangkok. (http://www.pikiran-rakyat.com/node/267117, diakses tanggal 28 Agustus 2015)

Anonim. 2011. Why we need to look much closer at risk when developing supply chain strategies. (https://simoncroom.wordpress.com/2011/12/, diaskses tanggal 28 Agustus 2015)

Anonim. Boeing. (https://id.wikipedia.org/wiki/Boeing , diakses tanggal 6 September 2015)

Anonim. Persaingan antara Airbus dan Boeing. (https://id.wikipedia.org/wiki/Persaingan_antara_Airbus_dan_Boeing , diakses tanggal 6 September 2015)

Anonim. Airbus dan Boeing Bersaing Ketat dalam Ajang Paris Air Show. (http://m.tribunnews.com/internasional/2015/06/16/airbus-dan-boeing-bersaing-ketat-dalam-ajang-paris-air-show-2015 diakses tanggal 6 September 2015)

Anonim. Airbus. (https://id.wikipedia.org/wiki/Airbus diakses tanggal 6 September 2015)

Heizer dan Render, Barry. 2014. Operation Management Sustainability and Suplly Chain Management: 11 th Edition . Pearson.

Xue, Jennie M. 2014. Kejayaan dan masalah Boeing 787 Dreamliner. (http://kolom.kontan.co.id/news/328/Kejayaan-dan-masalah-Boeing-787-Dreamliner, diakses tanggal 28 Agustus 2015)