gpsr
TRANSCRIPT
B
A
B
I
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
L
a
t
a
r
BeGenitalia ambigu merupakan paradigma utama pada kondisi disorders of sex development (DSD) atau gangguan perkembangan sistem reproduksi (GPSR). Istilah GPSR merupakan istilah yang mencakup sekelompok kelainan bawaan dengan gangguan perkembangan kromosom, gonad atau anatomi jenis kelamin atipik, menggantikan istilah sebelumnya
Kelainan kromosom adalah semcam deviasi dari (1) jumlah kromosom diploid normal, yaitu 46 atau (2) morfologi kromosom normal. Kelainan ini mungkin mengenai kromosom seks atau mengenai autosom. Seperti telah disebutkan, kelainan kromosom yang bermula pada tingkat sel benih akan mencirikan semua sel tubuh dank arena itu pada umumnya dikethaui dengan membuat kariotip. Kelainan yang terjadi pada tingkat sel somatik,karena tidak khas untuk selusuh tubuh, bisanya ditemukan dengan cara lain
Masalah
Masalah yang kami angkat adalah “apa itu gangguan perkembangan reproduksi?”
Tujuan
Tujuan makalah kami ini adalah menjelaskan gangguan perkembangan sistem reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIANGenitalia ambigu merupakan paradigma utama pada kondisi disorders of sex development (DSD) atau
gangguan perkembangan sistem reproduksi (GPSR). Istilah GPSR merupakan istilah yang mencakup
sekelompok kelainan bawaan dengan gangguan perkembangan kromosom, gonad atau anatomi jenis
kelamin atipik, menggantikan istilah sebelumnya.
Kelainan kromosom adalah semcam deviasi dari (1) jumlah kromosom diploid normal, yaitu 46 atau
(2) morfologi kromosom normal.
K
e
l
a
i
n
a
n
i
n
i
m
u
n
g
k
i
n
m
e
n
g
e
n
a
i
k
r
o
m
o
s
o
m
s
e
k
s
a
t
a
u
m
e
n
g
e
n
a
i
a
u
t
o
s
o
m
.
S
e
p
e
r
t
i
t
e
l
a
h
d
i
s
e
b
u
t
k
a
n
,
k
e
l
a
i
n
a
n
k
r
o
m
o
s
o
m
y
a
n
g
b
e
r
m
u
l
a
p
a
d
a
t
i
n
g
k
a
t
s
e
l
b
e
n
i
h
a
k
a
n
m
e
n
c
i
r
i
k
a
n
s
e
m
u
a
s
e
l
t
u
b
u
h
d
a
n
k
a
r
e
n
a
i
t
u
p
a
d
a
u
m
u
m
n
y
a
d
i
k
e
t
h
a
u
i
d
e
n
g
a
n
m
e
m
b
u
a
t
k
a
r
i
o
t
i
p
.
K
e
l
a
i
n
a
n
y
a
n
g
t
e
r
j
a
d
i
p
a
d
a
t
i
n
g
k
a
t
s
e
l
s
o
m
a
t
i
k
,
k
a
r
e
n
a
t
i
d
a
k
k
h
a
s
u
n
t
u
k
s
e
l
u
s
u
h
t
u
b
u
h
,
b
i
s
a
n
y
a
d
i
t
e
m
u
k
a
n
d
e
n
g
a
n
c
a
r
a
l
a
i
n
Kelainan yang Timbul pada Tingkat Sel Benih
A
berasi kromosom yang tidak konsisten dengan perkembangan cukup bulan ini utero
menimbulkan oburtus spontan atau keguguran. Penelitian kariotip mengungkapkan
bahwa kurang lebih 50% kasus aboruts spontan disertai salah satu jenis kelainan
kromosom pada fetus itu. Namun terdapat variasi yang sangat besar pada aberasi
kromosom yang tidak mengecualikan perkembangan cukup-bulan, dan kurang 1 dari
setiap 160 bayi baru lahir mawarisi salah satu kelaianan sitogenik.
K
onstitusi Kromosom Seks Bertugas Menentukan Seks Primer. Konstitusi kromosom seks,
yang berbeda pada laki-laki dan perempuan, menentukan seks gonad seseorang. Gen tertentu pada
kromosom Y berpengaruh mengarahkan difrensiasi gonad embrio yang semula masih indiferen ke
arah pembentukan testis. Satu pegangan penting yang sudah lama diketahui tentang pengembangan
testis ialah bahwa ia diikuti oleh
p
e
n
a
m
p
a
k
a
n
s
u
a
t
u
u
n
s
u
r
p
e
r
m
u
k
a
a
nK
elainan Khas Kromosom Seks. Salah satu kelainan kromosom seks yang paling umum ialah
terdapatnya kromosom X ektsra pada seorang laki-laki., sehingga memiliki konstitusi kromosom
seks XXY. Pria dengan kombinasi kelainan ini biasanya memiliki testis kecil dan mandul. Dalam
kehidupannya kemudian mereka memperlihatkan tanda-tanda kemunduruan intelektual. Kondisi
ini, yang disbut sindrom Klinefelter, dapat diakibatkan gagalnya kedua kromosom X pada biang
(precursor) sel benih diploid maternal memisahkan diri dan masuk sel-sel berbeda pada meiosis;
malah kedua kromosom itu menuju ovum yang dibuahi spermatozoa yang membawa kromosom
Y. Lebih jarang konstitusi XXY terjadi bilal spermatozoa-XY (terjadi akibat gagalnya pemisahan
kromosom X dan Y sewaktu meiosis) membuahi ovum pembawa X normal. Kromosom seks sel-sel
ayah dapat pula gagal memisahkan diri pada kedua pembelahan meiosis, dan hal ini menghasilkan
konstitusi kromosom XXXY atau XXXXY. Varian sindrom Klinefelter demikian ditandai
perkembangan mental yang sangat terbelakang. Kelainan lain pada pria ialah susunan XYY. Laki-
laki dengan kombinasi khusus ini cenderung bertubuh tinggitinggi, dan terdapat indikasih bahwa
beberapa di antaranya mempunyai predisposisi berkelakuan agresfi atau antisosial. Tingkat
inteligensianya dapat sub-normal, namun umumnya tetap dapat mempunyai anak. Dalam hal ini
pemisahan kromosom seks ayah yang kurang sempurna pada pembelahan meiosis kedua selama
spermatogenesis menghasilkan spermatozoas YY yang pada pembuahan memberi dua kromosom
Y dan bukannya satu.
P
erempuan yang lahir dengan kromosom X tambahan (dengan kata lain perempuan dengan XXX)
dapat pula disertai retardasi mental dan sejumlah di antaranya mandul. Kasus dengan kromosom
X yang lebih banyak lagi (misalnya XXXX dan XXXXX) hanya memperburuk keadaan.
P
erempuan yang dilahirkan dengan satu kromosom X dan bukannya dua, menampakkan kondisi
yang leibh jarang yang disebut Sindrom Turner. Istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
bahwa kurang satu pasang kromosom homolog pada sel diploid adalah monosomi. (Yun, monos,
tunggal). Selain beberapa bayi dengan monosomi pada kromosom X dan sejumlah kasus
monosomi 21, monosomi tidak dapat bertahan hidup. Diperlukan dua kromosom X agar ovarium
dapat berkembang sempurna. Perempuan yang lahir dengan konstitusi XO (huruf O menunjukan
bahwa homolog kromosom X tidak ada) hanya memiliki ovarium yang kurang berkembang dan
selain itu bertubuh pendek dan menampakkan ciri fisik khas lainnya. Payudara tidak membesar
dan tanda-tanda kelamin sekunder lainnya tidak nampak sebagaimana biasanya pada umur
pubertas.
I
ndividu demikian memiliki tingkat inteligensia normal namun jarang bermenstruasi dan hampir
semuanya mandul.
C
ontoh Kelainan pada Autosom. Lebih kurang 1 di antara 800 bayi dilahirkan dengan trisomi 21,
yang nama lainnya adalah sindrom down. Kelainan ini merupakan kelainan kromosom yang paling
banyak didapat pada bayi yang dilahirkan. Lagi pula risiko seorang ibu mendapat bayi dengan
sindrom Down sangat meningkat dengan bertambah umurnya, erutama bila dia hamil dalam masa
akhir masa reproduksinya. Individu dengan sindrom down bertubuh pendek dan mudah dikenali
oleh ciri mukanya yang khas dan tanda fisik lainnya yang kurang mencolok.Walaupun pada
umumnya bersifat riang gembira, mereka semua mengalami retardasi mental.
P
ada kebanyakan kasus, individu dengan sindrom down ketambahan satu kromosom utuh di dalam
selnya. Sewaktu dapat dipastikan bahwa kromsom ini termasuk kelompok G maka disepakati
menggolongkannya sebagai kromosom 21 tambahan. Teknik pemberian pita-pita kemduian
memastikan bahwa yang bersangkutan memang kromosom 21 lain. Namun trisomi 21 sekarang
secara luas dipakai karena menunjukkan bahwa dalam kasus sindrom Down klasik terdapat tiga
kromosom 21 dalam setiap sel.Simbol yang dipakai Menggambarkan Kariotip dan Kelainan Kromosom. Untuk dapat
menunjukkan konstitusi kromosom seseorang, jumlah total kromosomnya harus dicatat dulu,
diikuti komplemen kromosom seks. Tidak ada penjelasan khusus tentang autosom, kecuali bila
ditemukan kelainan padanya. Jadi kariotip pria normal digambarkan sebagai 46. XY. Konstitusi
kromosom perempuan dengan sindrom Down, yagn memilki kelebihan kromosom 21, akan
digambarkan sebagai 47.XX, + 21 (tana + menunjukkan adanya autosom tambahan). Kariotip laki-
laki dengan sindrom Klinefelter dengan dua kromosom X akan dicatat sebagai 47.XXY. Perempuan
dengan sindrom Turner akan dilukiskan dengan 45.X atau 45.XO (keduanya dapat diterima).
1. Kelainan yang Timbul pada Tingkat Sel Somatik
Pada tingkat sel somatik dapat terjadi dua jenis kelamin numerik. Pada yang disebut polilpoidi,
setiap sel mengandung lebih dari dua set kromosom haploid, tetapi jumlah kromosom tetap
berupa kelipatan jumlah haploid. Misalnya sel tetraploid memiliki dua kali jumlah kromosom
diploid. Jenis kelainan kedua ialah kondisi yang disebut aneuploidi. Dalam hal ini jumlah
kromosom tidak beraturan akibat adanya kesalahan sebelumnya dalam pemisahan kromosom
anak. Akibat adanya kesalahan itu ialah bahwa jumlah kromosom tidak sesuai dengan kelitapan
tepat jumlah haploid.
Seperti telah kita lihat, aneuploidi dapat pula terjadi dalam turunan pada tingkat sel benih,
yang menghasilkan jumlah kromosom seperti 45 dan 47. Poliploidi pun dapat terjadi pada sel
benih, namun hal ini hampir pasti berakhir sebagai abortus spontan. Sekalipun fetus tripoid
sampai lahir, yang dapat terjadi, mereka tidak dapat hidup terus.
Poloploidi yang Timbul dalam Sel Somatik. Walaupun poliploidi yang timbul dalam sel somatik
merupakan kelainan kromosom dalam arti bahwa ia merupakan penyimpangan dari jumlah
kromosom tipis (diploid), ia agaknya tidak disertai gangguan fungsional. Jadi adalah kejadian biasa
menemukan poliploidi pada sel tubuh tertentu, dan sel itu tetap berfungsi secara normal. Kasus
poliploidi paling ekstrem adalah megakariosit, sel biang (precursor) untuk trombosit, yang dapat
mencapai sampai 64 kali jumlah haploid kromosom. Populasi hepatosit pada hati menunjukkan
poliploidi yang lebih ringan tingkatannya, yang tampak berupa inti yang cukup besar dengan
banyak nukleolus. Banyak yang percaya bahwa poliploidi adalah hasil kegagalan pemisahan dua
kromatid setiap kromosm pada anafase, suatu kesalahan yang disebut ´ nondisjunctionµ, dengan
akibat bahwa kedua set kromosom anak tetap tinggal di daerah ekuator sel, tempat membran inti
dibentuk kembali dan membungkus semuanya dalam inti yang sama. Namun telah pula
dikemukakan mekanisme terjadinya poliploidi. Misalnya pada epitel pelapis kandung kemih,
kromosom sel berinti dua yang mengalami mitosis mungkn semua mengelompok kembali menjadi
inti tunggal yang dengan demikian memiliki kromosm berjumlah tetrapoid.
Aneuploidi yang Timbul dalam Sel Somatik. Pengkajian sel-sel mamalia dalam biakan memberi
kesan kuat bahwa mungkin terdapat semacam pembatasan yang diwariskan terhadap berapa kali
sebuah sel somatik normal dapat membelah, paling tidak kondisi biakan dilaksanakan. Misalnya
populasi sel yang diperoleh dari individu yang lebih tua ternyata mengalamil lebih sedikit
pembelahan in vitro bila dibandingkan dengan yang diperoleh dari individu yang lebih muda.
Pembatasan yang nyata ini terhadap potensi proliferatif total sel-sel somatik diduga merupakan
sejensi keadaan menua yang telah diprogram dan mungkin merupakan faktor penting yang
menentukan jangka hidup total seseorang. Walaupun rupa-rupanya ditentukan untuk berbagai
jenis sel normal (sel seperti sel induk dan limfosit mungkin merupakan perkecualian), pembatasan
ini bukan hal yang tak dapat dielakkan. Pemindahan sel-sel somatik dari satu biakan ke biakan lain
secara berulang dapat berakibat timbulnya turunan sel yang agaknya memilki potensi yang dapat
membelah terus menerus. Namun berkali-kali analisis kromosom memperlihatkan bahwa sel
dalam biakan yang begitu mudah dilipat gandakan itu telah mendapatkan jumlah kromosom
aneuploid, dan dalam hal ini mereka tidak lagi dianggap sebagai sel normal. Jadi proliferasi yang
berlangsung berulang-ulang pada sel somatik agaknya disertai risiko mengalami perubahan
genetik yang membuatnya kurang responsif terhadap faktor-faktor yang secara biasanya
mengatur porliferasi atau mengurangi reproduksinya. Lagi pula perubahan demikian agaknya
menjadi awal terjadinya aneuploidi.
Aneuploidi pada Umumnya Terdapat pada Sel Kanker. Sperti yang dapat diperkirakan, insidens
aneuploidi adalah khas tinggi untuk sel-sel ganas yang dapat dikatakan teru menerus mengalami
proliferasi. Diduga bahwa terjadi keganasan bila sel somatik mengalami perubahan genetik yagn
memungkinkannya berproliferasi dalam keadaan, yang biasanya tidak mengalami Proliferasi. Lagi
pula setiap kehilangan pengaturan fungsi khusus tertentu yang sebenarnya dapat dilakukan sel
atau turunannya, dapat bertentangan dengan kebutuhan badan sebagai satu kesatuan.
Karena transformasi sel normal menjadi sel kanker merupakan perubahan genetik, sel-sel
kanker dapat meneruskan sifat-sifat ganas dan invasinya kepada semua turunannya. Tambahan
pula, kecuali tumor ganas itu seluruhnya diangkat melalui cara bedah atau dimusnahkan secara
total dengan cara lain, sel-selnya dapat menyebar melalui darah atau getah bening ke bagian-
bagian tubuh lain yang terletak berjauhan dari letak asalnya. Pada tempat-tempat demikian sel-sel
kanker itu dapat membentuk pusat desktruksi dan penumbuhan invasif baru, peristiwa
penyebaran ini disebut metastasis, dan dengan cara demikian sel-sel kanker dapat menjalar ke
seluruh tubuh. Dengan tidak adanya respons terhadap pengaruh yang biasanya menghambat
proliferasi sel, maka sel-sel kanker akan tetap berproliferasi karena mereka tidak perlu
memperhatikan dan mengalah terhadap kematian tuan rumahnya.
Sel-sel kanker begitu seringnya menunjukkan aneuploidi sehingga ditemukannya kondisi ini
pada sel-sel somatik seseorang yang sebenarnya secara kromosom normal dapat dikatakan
sebagai sel-sel kanker. Namun tiadanya aneuploidi pada sel-sel demikian tidaklah menutup
kemungkinan bahwa sel-sel itu mungkin sel kanker, karena tidak semua sel kanker bersifat
aneuploid. Kemungkinan berubah menjadi kromosom aneuploid agak bertambah dengan makin
seringnya berproliferasi. Jadi aneuploidi yang timbul pada tingkat se somatik dapat merupakan
hasil akhir perubahan genetik yang melepaskan sel dari kendala terhadap proliferasi sel.
Contoh, Kelainan Struktur Kromosom yang Timbul pada Tingkat Sel Somatik. Penderita dengan
leukemia mielogen menahun, penyakit ganas (malignan) yang ditandai produksi berlebihan sel
darah putih tertentu, secara khas memiliki kromosom unik dalam komplemen kromosom sel-sel
sumsum tulang, karena ditemukan di Philadelphia, disebut kromosom Philadelphia Atau P.Ia
merupakan kromosom 22, yang kehilangan hampir setengah lengan panjangnya. Teknik
penampakan gurat-gurat pada kromosom menunjukkan bahwa bagian yang hilang itu hampir
selalu ditranslokasi pada kromosom 9. Tambahan lagi, sebagian kecil kromosom 9 juga
ditranslokasi pada kromosom 22, sehingga keadaan ini sebenarnya merupakan suatu translokasi
timbalbalik (reciprocal). Namun jumlah total kromosom tidak mengalami perubahan. Kromosom
Philadelphia dapat ditemukan pada kebanyakan penderita dengan luekemia mielogen menahun
dan merupakan petanda sitogenetik berharga yang membantu dalam mendiagnosis penyakit ini.
Walaupun aberasi kromosom khusus ini berhubungan dengan evolusi leukemia mielogen
menahun dan mungkin juga jenis leukemia lain, manfaat sebenarnya masih tetap belum jelas.
Karena kromosom Philadelphia timbul pada tingkat sel somatik, keadaan ini tidak diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya, dan tidak terdapat dalam setiap sel tubuh.
A. Macam-macam GPSR
1. Amenore primer dapat mengalami sindrom
Amenorea ini merupakan keadaan dimana menstruasi berhenti pada masa menstruasi teratur.
Sebelum akil baligh, normal jika haid tidak datang. Biasanya seorang wanita akan mengalami haid
pertama sekitar usia 10 tahun hingga 16 tahun, jika usianya sudah menginjak 16 tahun dan belum
haid, berarti hal ini perlu diwaspadai dan mendapat perhatian. Hal ini terjadi kemungkinan karena
fungsi indung telur hormon tidak normal, kesehatan atau masalah tekanan jiwa dan emosi.
Namun, pada wanita hamil, menyusui, dan menopause wajar jika wanita tersebut tidak
mengalami haid.
Ada dua jenis gangguan haid amenorea ini, yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea
primer adalah keadaan seorang wanita yang belum pernah mengalami menstruasi, padahal sudah
memasuki usia akil baligh. Hal ini menandakan adanya keterlambatan pertumbuhan seksual,
seperti tumbuhnya buah dada dan bulu-bulu di bagian tubuh tertentu. Sedangkan, amenorea
sekunder terjadi ketika menstruasi tiba-tiba terhenti selama empat bulan atau lebih atau
perlahan-lahan menjadi jarang dan akhirnya berhenti.
Penyebab
Ada banyak hal yang menyebabkan gangguan haid ini, antara lain:
µ §
a. Penyakit pada indung telur (ovarium) atau uterus (rahim), misalnya tumor ovarium, fibrosis
kistik, dan tumor adrenal.
b. Gangguan produksi hormon akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisis, kelenjar tifoid, kelenjar
adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem reproduksi lainnya. Misalnya
hipogonadisme, hipogonadotropik, hipotiroidisme, sindrom adrenogenital, sindrom penderas-
willi, penyakit ovarium polikistik, hiperplasia adrenal mengentas, dan sindrom cushing yang
menghasilkan sejumlah asar hormon kortisol oleh kelenjar adrenal.
c.Penyakit yang berat misalnya penyakit ginjal kronik, hipoglikemia, obesitas, dan malnutrisi.
d. Obat-obatan untuk penyakit kronik atau setelah berhenti minum konstrasepsi oral.
e. Pengangkatan kandung rahim (hysterectomy) atau indung telur (ovarium).
f. Kelainan bawaan pada sistem kehamilan, misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya
sekat pada vagina, serviks yang sempit, dan lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu
sempit/himen imperforata.
g. Penurunan berat badan yang drastis akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa,
dan bulimia.
h. Kelainan kromosom, misalnya sindrom turner atau sindrom swyer (sel hanya mengandung satu
kromosom X) dan hermafrodit sejati.
i. Olahraga yang berlebihan.
j. Sindrom ovarium polikistik
k. Obesitas
l. Penurunan berat badan yang drastis.
m. Kecemasan dan stres emosional.
n. Olahraga yang berlebihan.
o. Kehamilan.
p. Menopause
q. Disfungsi tiroid.
r.Tumor otak.
s.Kegagalan dilatasi dan kuretase.
t.Pengurangan lemak tubuh 15-17%.
u. Konsumsi hormon tambahan.
v. Konsumsi obat-obatan (bisulfan, klorambusil, siklofosfamid, fenotiazin, pil kontrasepsi, hormon
terapi).
w. Kelainan pada rahim seperti mola hidatidosa dan sindrom Asherman (pembentukan jaringan
parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan).
x.Kelainan endokrin (peningkatan aktivitas kelenjar adrenal yang menyebabkan sindrom cushing).
Patofisiologi
Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini
menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron.
Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya
endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe
keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma
pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.
Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup
untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan
progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab
yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah
mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad
( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium.
Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional.
Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan
androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.
Diagnosis
Ada jenis amenore yang memerlukan pemeriksaan lengkap, akan tetapi ada juga yang dapat
ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan sederhana.
a. Anamnesis
Harus diketahui apakah amenore primer atau sekunder, selanjutnya apakah ada hubungannya
dengan faktor emosional, kemungkinan kehamilan, penderita menderita penyakit akut atau
menahun, apakah ada gejala penyakit metabolik.
b. Pemeriksaan umum
c. Keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk, penderita pendek atau tinggi, ciri
kelamin sekunder, hirsutisme.
Pemeriksaan ginekologik
Biasanya didapatkan adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, tumor ovarium dll.
Pemeriksaan Penunjang
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas dapat dilakukan pemeriksaan:
a. Rontgen: thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika
b. Sitologi vagina
c. Tes toleransi glukosa
d. Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise
e. Kerokan uterus
f. Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
g. Laparoskopi
h. Pemeriksaan kromatin seks
i. Pemeriksaan kadar hormone
Penanganan
Amenorea sendiri tidak memerlukan terapi tapi bagi penderita wanita muda yang mengeluh
tentang infertilitas atau sangat terganggu oleh tidak datangnya haid akan memerlukan
penanganan. Terapi umum dilakukan dengan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk
gizi, kehidupan dalam lingkungan sehat dan tenang. Pengurangan BB pada obesitas.
Terapi yang penting bila pada pemeriksaan ginekologi tidak ada kelainan mencolok
adalah dengan pemberian hormon gonadotropin yang berasal dari hipofise dan pemberian
klomifen
2. Sindrom insensitivitas androgen (andro-gen insensitivity syndrome, AIS)
Sindrom insensitivitas androgen (andro-gen insensitivity syndrome, AIS) adalah
sekumpulan gangguan perkembangan seksual akibat mutasi gen penyandi resep-tor
androgen. Pada AIS, seseorang yang secara genetik laki-laki (karena mempunyai satu
kromosom X dan satu kromosom Y) mengalami resistensi terhadap hormon laki-laki
sehingga hasil akhirnya secara fisik berpenampilan wanita.Sebagian besar AIS
berpenampilan under-virilization dengan beragam derajat dan/atau keadaan infertilitas.
Seseorang dengan complete androgen insensitivity syndrome (CAIS) berpenampilan
laki-laki, kecuali kariotipe 46XY yang disertai testis ande-sensus, yaitu keadaan yang
disebut testicu-lar feminization. Sejak tahun 1990, terungkap pemahaman mekanisme
molekuler AIS sekaligus pengelolaannya. Sangatlah penting memberikan perlindungan
hukum untuk golongan ini dan interseksual lainnya, juga meningkatkan kesadaran publik
dengan cara memacu pemahaman/pengertian dan penerimaan dari keragaman alamiah
identitas gender ini.
Informasi yang berharga, akurat, dan ilmiah untuk pasien sangat diperlukan, demikian
pula para dokter tidak lagi serta merta merekomendasikan terapi konvensial melalui
pembedahan. Keputusan memilih intervensi bedah kini dipandang sebagai hak/kebebasan
pasien, bukan sesuatu yang diharuskan untuk mengoreksi keadaan-keadaan yang ambigu,
seperti AIS. insiDEns Dan GEnEtik Insidens CAIS adalah 1:20.000.
Insidens derajat yang lebih rendah dari resistensi androgen tidak diketahui; menurut
beberapa peneliti, bisa lebih banyak atau bahkan lebih sedikit dari insidens CAIS. Bukti-
bukti memperlihatkan bahwa banyak kasus infertilitas pada pria yang tidak dapat
diterangkan sebabnya ternyata merupakan derajat ringan resistensi androgen. AIS pada
dasarnya merupakan kerancuan antara genotip dan fenotip gender.
Secara konvensional, seseorang dikatakan ber-genotip perempuan bila memiliki
kromosom 46XX dan bergenotip laki-laki bila memiilki kromosom 46XY. Berkaitan
dengan kaidah ini, individu pengidap AIS memiliki fenotip perempuan dengan kromosom
46XY (genotip laki-laki).
Fisiologi
Fungsi normal androgen dan Reseptor androgenUntuk dapat memahami sindrom insen-
sitivitas androgen, sebaiknya dimulai dengan menyegarkan kembali ingatan kita mengenai
efek normal testosteron pada perkembangan pria maupun wanita.
Androgen mamalia adalah testosteron beserta metabolitnya yang lebih poten,
dihidrotestosteron (DHT). Reseptor androgen adalah molekul protein besar yang terdiri
dari 910 asam amino. Setiap molekul terdiri dari bagian yang terikat androgen, yaitu bagian
jari zing yang terikat pada DNA dalam area sensitif kromatin dan area yang mengontrol
transkripsi. Testosteron pada sirkulasi berdifusi ke dalam.
Sitoplasma sel sasaran, kemudian dimetabolisme menjadi estradiol, sebagian di rubah
menjadi DHT, dan sisanya tetap sebagai testosteron. Testosteron dan DHT dapat mengikat
reseptor androgen (androgen receptor, AR); DHT lebih poten dan berefek lebih lama.
Kombinasi ARDHT mengalami dimerisasi dengan cara berikatan dengan AR-DHT kedua,
lalu keduanya mengalami fosforilasi dan seluruh senyawa kompleks tersebut masuk ke
dalam inti sel untuk berikatan dengan elemen androgen pada regio promoter gen target
yang sensitif terhadap androgen. Transkripsi diamplifikasi atau dihambat oleh koaktivator
atau korepresor.Walaupun testosteron dapat diproduksi langsung ataupun tidak langsung
dari ovarium dan adrenal pada kehidupan selanjutnya, sumber utama testosteron pada
kehidupan awal fetus adalah testis, yang berperan besar dalam diferensiasi seksual.
Sebelum kelahiran, testosteron merangsang karakteristik primer seks laki-laki. Saat
pubertas, testosteron berpengaruh terhadap ciri kelamin sekunder laki-laki.
Efek prenatal t estosteron pada fetus 46XY Pada fetus normal dengan kariotipe 46XY,
keberadaan gen SRY merangsang testis untuk membentuk genital ridges pada abdomen
fetus beberapa minggu setelah konsepsi. Pada 6 minggu masa gestasi, anatomi fetus XY
atau XX tidak dapat dibedakan, hanya berupa jaringan yang belum berkembang yang akan
menjadi phallus, dan terdapat saluran urogenital yang terbuka dengan lipatan kulit bakal
labia atau skrotum. Pada kehamilan 7 minggu, testis mulai memproduksi testosteron.
Secara langsung, seperti juga DHT, testos-teron beraksi pada kulit dan jaringan area
genital. Ketika memasuki usia kehamilan 12 minggu, terbentuklah penis dengen
lubang(ureura dh }jungnya, sedangkan pepineu} menyatu dan menipis mambenttk scrotum
yanç siap untuk menerime440te3tis. Bukti-bukti me.unjujkan b!`wa remodedifg"ini
tdpjAdi sela-a kehidupan fetus, dan *ika tidak leogkáp pada usia 13 mingçu karen! tidak
ama wejumlah440te{tosteron, tidak akan$terja`i penutupal Vaginá dan Rerp)ndahan lubang
ureôra. Selanjutîya, testosterïn dal THT mempengaruhi perkemjangan penIs dAn derivat
sal5ra. oìffii intebna (pros-tat, epidilimis, vesikula semina|is, dan ves deferens).
E&ek testnsteron0"pnsônAtal440pada fetus046 XYSaat kelahiran$ kadar
pespnsteron"rendaH, tetapi0kemuDian menilg{a4 dalam bebe-rapa minggu. S%teha` 2
bulan, tercapai kadar normhl pada oeadaan 0ubertás ce"e,ul tada ikhIrnya turun Ke kadar
yang rendah, äan ìampir tiäak terdeteksI pata masa kanck-canak. Fqngsi biologiS kdfaikan
iji(TIdak diketahuI. Penel)tian pad! bmnatang menunjukkan bahwa hal tersebtt
berkontrijuri terhadap difEren3kas9 otak.
Egek testo3teron!pubebtal paäa anak 46 XI
Saat purErtas, banyák perubihao440fisik tyni 0ada omdua jenIs seks yang bersiäat
andrjgenik (bau badan!dewawa, kulit dan rAmbUt lebih beroinyak, jerawit$`raíbut akséla,
kumés, dan jambang). Pada masa ini, purkembangan ciri kelamin sekun$er pada8laki-laki
såluruhnya karDna pengaru` andrmgen (pertumbuhan 0e.is, maturasi jaringan
spermatogenik dan ferti,itas, jang-guv, suapa berat, rahang dan otov maskulin¬ rambuô
pada tubuh, tulang yang paäat). Ðada!la+i-lq+), qerubahan qtama saiasa440pubarta3 yhnG
dikaitkc| dengan estraeiol adámah!aiselerasi pejutUpaN"epifisis440(be-
rakhizn}a440`ertumbehan |iNggi baDan), dan (bmsa terjadi) ginekomastia.
eTIOPATOGENESIS
Insens)tivitas androgen terjadi a+ibat iu-dasi paea ee."untuk reseptor `ndro'en (AR) ùang
berlokasi tada kromowom Xq 11-1. Hal ini merup`kan X-linkeD recessive trait yane
pejyaoitnyq tida+ bexcejal!, atau0mmjimal.
Kromosom X Yang Di÷ariskan Óecára Resesif
Wanita ddngán mutasi tunggal gen AZ dapat mezupakin k`rier AIS. Anak ddngan
kroiosom 46 XY (secara genetij naki-l!Ki) akan Mem`unyaa 50e jemungkin!n AIS. Pada
koldisi X-linked`recessive lainnya, ibu karier daqat memperlihavkaî ciri minïr kelainan ini.
Karier EIR sgring Kali mempunyai Sedi+iu rambut akqila Dan pubis serta hanùa
bdrjerawat sefikit semasa`Remaha.
Kebanyakan indmtidu yang uerlahér defgcn AIS mewarisi kromoqom X tUnggal
deNfan dmfek gen"yAng`déturunkan dAri i"unya dAj Biqa mempunyai sauäara kandunf
dengen kelaiNan yang sama (tes karigr!sei1rang tepsedia ujtuk mencari pISiko relatif
dalam anggot` keluarga(ketika diagnorIS AIS Ditegak+an(. L%bhl dari 100 mutasi CV
dilapopkan menéobul{an beragam fenotip. FenoTip AAS441Yang terGolong -inimal `vau
rincan (sindrkm infertilitaw pa`a prya dan undepöirilized fartile"male syndroou) terj`di a
ibat!salah mutawi dengan kïdmn dunggal atau asAm amino yang@b%rbeda, sedangkan
bentUk colplet dan ha-piR441komplet dihasilkan441dari lutcsi ùa~g mempun}ai efek besar
pad¡ bentuk din struktur proteyn. Sekitcp 1/3 kasus AIS441adanah mutasi baru. Dalam
sebwah kasus CAIS, dilaporkan ter$a`at abnormalitas koaktivatnr AF-1$(actirating factor-
1).
DGfek Resep4or andro'en
Penye`cb TerbaOyqk AIS aDalah mutasi0geo penyandi rgsePtor antroge~, yang
mdfghasilKan prg<ein reseptor yang tidak iampu beò)katán den'qn hormon!atau dengan
DNA. AAS terj`di akibat bårbagai denek genetyk ðada Kr/mïsom X y`ng membuat tubuh
t)dak mampu meres`onr untuk menaepilkan felotip pria. AIS(terbági atas 2!kadeGori:
a. AIS komplet
Bent5k komplet ini te2jadi pada {atu dari qeuiap 20.000 kenahiran hi$up.
Ciri-ciri$keheÉnan ini:
erk%-cangan peniy"$aî bagian tubuh pria lainnya terganggu¬
an`k lahir sebbgai!rerempuan,
óaat pub%rtas, tanda-tanda sekr sekundep!(sequrti payudAra) BdrËumâanc, te4api
menctruasi tilaë derjadi dan infertkl.
berpENqmpil`n wanhta,"tåtari tidak memilaki utErus, mdmpunyai se`ikit bulu kediak
dq~ bimbuô põbis
b. AIS inkomp,eu
Pengidap AÉS inkomplit dapat bevpenamhilAn`sabagaI laki-laki `ôau peremq5an.
BaNyak terjadi pgnutupa~ sebagiaj bibir vagina luaò, pembesar!o kditoris, d`n váginA
dangkal. Sglainan!óangaT Bervariasi,"$cpav berupa sindrom Reifenspe® (disebut juga
sindrom Ginbevt-Dreyfus atau sin$rom Lu"s), yaitu derjadinya0perkembangan
paYudara qadq pria,`kggagalan turwnnya testys ke äaLam skrotum setelah kalahiran¬
dan harorpadia). AIS inioíplit iny0jug` mencAkup sekumxulan cejala!inferTilitas p!da
pr)a.
TANDA DIN GEJALA
Qasien0yang diting dencan tenfa dan!gejalA bebikut`hárus dikerigaa mengid!p AIS:
a. anak gadis"deogan ketarlambitan -%narke avau amenOrea priíer,
b. perem0uan ya~g mmncark penjelasan deotang {es}lit`n hubungan suami istri,
c. parempuan yang berobat karuna iNfepvinmtes,
d. perempucn dengán(`erkembangan payudara yang normal, tet`ri tidak ada`serviks ateu
utests, tidak ditmmukan testis¬ ut%ru{, adau ova2yum pada seOrang pasieN¬
e. hernia ingui~alis (kurang lebih 1%(`isidn 9anG menja,ani operasi hernia inguinalis
ternyata menghdap AIS),
f. ditemukan -`ssa ei0inguinal0ata5 d)`labia,
g. x%stic`berida di dalam abdomen atau dempat laIn,
h. ditemujan kromOwom \Y pada perempuan yane diperiks! kariotipenya untuk tujuan
lain
3. Sindroe K|diîefelter
Ini sebenarnya dápet`dikenali sejak dioI444mela`ui gejala-gejala yang`tampak. Tanda
Dan gejala-gejala!sindòom Klinefelter singat bervarkasi. Pada beberapq pria, {éndroM ini
akan eenimbulkan dampaK besar pada pdrtwmbuhan tan penampilan.
Sepeòti yanf444dipaparjan dalmo siÔ5s`Mcyocli.ic$ pada wejuml!` kasus, sindrol
Klknefe,ter444jufa dikaitkan dengao masalah kemampu`n âelajar dan berbah!sa.
Naíunbeciuq, ba~yák penderiua sindrom Klijefelter ying tIdaj menunjukkan$gej!la. ðada
janyak iasusŒ kelainaf ini tidak dapat didiagnosa hinggá mencapei usiq dewasa.
Samah qatu gejala yang tampak pada remaja pengidap Sindrom444Klinefelter
adalah0keterl!mbatan $alam memasuki masa pubeztqs atau icsa kedika Seozang anak
me.galami444perubahan fisik, xsikis,"dan Pematangan fungsI seksual.
BerikUt ink gejana-gejema$sindrom Klinefe|ter repliWarkan usia:
a. Bayi: Rada saat dylahirkan, gej!la dan tanda awal ielaijan inm`belum a{an tampak.!
Seiring pertambahan usia, merdka tampak meMidikh mtot Ùang444lemaè® P
%rKemjaogan modorikî}a pun uarìqmbit. ayi pendEri4a sindrom444ini butuh wakdu
yano lam! tjtqk mencapii fase dueuk, merengkak$atau berjalan $ibandingkaN
bayi$lain~ya.
b. Remaja:`Poster pgnderita sindrom Kliîefe|ter a+an taip!k lebih tinggi Dan Memiliki kaki
yang panja.g äibandine(afak laki-laki lain. Tetápi`merEka$lebil lambat mengal#mi Masa
pubertar dibAndijgkan remaja lainnia. Ketaka mencapai pubdrtas, mereka justru
runya445Tubuh yang`ti¤ak beroto|, tidak balyak(tumbeh bulu$pada tub7h dal wajahny!
dibandingken remaja hain.
Ukõran testiS iereka0p}~ lebil kmc)l dan kerEs dibantangkan laki-l!ki seusienya.
pada"beberapA +as4s, rendahnyA4kadar tespos4ebïn aKibap sindrom Klinefeltar dapat
mejyåbabkaN pembesaran jarinwan rayudara (gynecomastéa), tulaNg yang lebil raPuh dan
rendahîia tingkat anerf!. Anak pengida0 sindrom cender}ng `emalu`din tidak sebesani
ce0erti aoak lainnya.
c. Deuasa: Penampilan pria penderyta sind6om!Olinefelter biasanya tampak n{rmal,
meskipun postur mereka mungkin Lebah0tinggi dari rata-rata. Jioa mereka tidak
diteraph denæan testosteron, mereka Cenderõno(akan -emilii) tulang yang r`puh
(osteoporosis). Pria denean syjdroí KlinefelTeò sqndroMe jiasanya$memiléki fungsi
sekstAl yang Normal tetapi meraka infervil rehinggA thdak tapat membuahi untui
memberikan anak.
4. Sindrom Tu2ner
Turner Syndrkme adalah kelaina. genddmk yang ditemukan terutama!pafa wanita. Hal
ini disebabkan ëarefa tidak adanya sebagian adau seluruh kromosnm X. Hal iîi ienghimbat
pertumbuhan d`n perkembangan *Arakteristik sdksUal sekenler ketikq$gadis0mencapái
qub!btaw. Bahkan ovarium rerkembang menuju ketitaksuburan.Gafgo5a~ depat"bervasiasi
dalam kgpasehin dan jika sel-sel yang lebih sedikit terpengeruhì kelaiNan ringan. Penyakit
terjadi secara aca+ dan didak memiliki !pa-epa hubujgannya!$enoan usi` iBu, obat-ojatan,
virus atau b Ëteri.
a. Bebikut adalah gejala sinergm µurner pada anak-anak:-Kar!kteristik per`wakan
pendek
b. nyaman dari kulau di daepah leher
c. Terkul!i Kelopak
d. Qerkembancan tu,ang abnor/al yáNg me.gabah ke dada rada neas
e. Kupan'nya kara{teriutak seksual qekunDår pada mas! puberpas dan ini mencakup
hamp)r t)dak ada ralbut keíaluen dan pa{ueara sangat kebil
f. PenyamPitan `o2ta
g. GerahaM mukak`tu`!aorta
h. Tid k menstruasi pala puberpas (Innmrtility
i. Mata kering
Biasajya betina dengan sin`rom Turîer tidak tumbuh terlalu tinggi
Tinegiarava-p`tq óçkitar 14· km atau 77,8 afci. Mereka adalah`sekitar`2``sm (7,<0inci)
ldzih`pmndak daZ)pada bata-rava tmnggi perumPuen ya.g Nïzmal dan tydak memiliki
ëulaifan.MAnak%ajak deîgan sindrom"Ttrner sangat bgltaf terhadap koîfysi terkait
hainnya. Fr!ãtuz lecih$sering terjadi s%|ema lasa +anaë-kanak447dan ostemporosis0patah
tulalg ietika447mereka men*adi dewasa. Penyebab utama osteoprosis saat usi` dewasa�
tidak mencUk5pa jumlah estrogen d@lam dara(,$SElayn itu(0Type HI diabetms, gançgu!n
viroid, juvenile rheumatoid arthritis- tekanan0darai tinggI dan masala` ginnal dapa4
datemukan pad` beberapa perempuan.
BAB III
PDNUTUT-
A. Kesimpwlan
Kelaénan kvom/sol(ada|ah seícam de6ia3i dari447(1) jumlah(kroeosoo diploiD
n/ríal, yamtq 76 mtau (2- mozfologi kromksnm normal. Kelain!n ini mujgkin mglge~aI
kromo3om såks atau447mengena)$autosom, Macam-macam GPSR447: 1&0Cme~ore
prilmr dap!t menoala}i siædrom , 2.Sindrom incensipivitas0androggn (andro%wen
insen{itiv)ty 3yndrome,0 AIS), 3.447Sindp/m KlehNefålôåbl 4. Séjdrmm Tqrner"
B. Waran
Semoga dengan aäanya makIlah447iniaPembaca dapat mengetahui tEngertiqn FPSR
beserta m`cam-macAm nya äcn dipát melakuka~ acUhqn kepe2awatan sesuai dgnfa. keve.tuan.