gpb strategy 2014 (bahasa indonesia)

Upload: bramantya-saputro

Post on 01-Mar-2018

260 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    1/152

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan PenganggaranPembangunan Hijau (P3H)untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia2015-2019

    Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral,Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI

    Desember 2014

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    2/152

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    3/152

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan PenganggaranPembangunan Hijau (P3H)untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia2015-2019

    Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral,Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI

    Jakarta, Desember 2014

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    4/152

    Untuk Pengutipan:Kementerian Keuangan (2014),untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019. Laporan Studi Kementerian Keuangan.Jakarta: Kementerian Keuangan

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H)

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    5/152

    Penyusunan dokumen Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) ini disiapkan oleh

    Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral (PKPPIM), Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian

    Keuangan, yang merumuskan tujuan dan ruang-lingkup dokumen strategiserta mengawalproses penyusunannya

    hingga akhir. Penyiapan dokumen Strategi P3H ini dimungkinkan berkat bantuan dari Program Dukungan

    Pembangunan Rendah Karbon (Low Carbon Support Programme) untuk Kementerian Keuangan RI dengan

    dukungan pendanaan dari United Kingdom's Climate Change Unit (UKCCU) , dibawah bimbingan, pengawasan

    dan masukan kebijakan selama proses penyusunannya oleh pimpinan dan pejabat teras dari PKPPIM dan Ditjen

    Anggaran, khususnya: Dr. Syurkani Ishak Kasim, Dr. Irfa Ampri, Ramadhan Harisman, Suharto Haryo

    Suwakhyo, Dr. Syaifullah, Dr. Joko Tri Haryanto serta Made Arya Wijaya dan Hageng S.Nugroho.

    Proses perumusan Strategi P3H telah melibatkan Tim Panel Penasehat Kebijakan dari kalangan Pemerintah dan

    Swasta terdiri dari Prof. Emil Salim, Dr. Mulia P. Nasution, Dr. Yono Reksoprodjo dan Dr. Suzanty Sitorus yang

    secara berkala melakukan review dan saran-saran perbaikan draft dokumen kepada Tim Teknis. Pekerjaan

    pengumpulan data, analisis dan penulisan laporan naskah strategi didukung oleh Tim Teknis yang dipimpin oleh

    Ismid Hadad (Penasehat Ahli Kebijakan & Pendanaan Perubahan Iklim) dan Kit Nicholson (Ketua Tim Ahli) serta

    Dr. Sonny Mumbunan, Dr. Berly Martawardaya, Zaki Fahmi dan Dhanie Nugroho selaku anggota tim ahli.

    Perumusan kebijakan juga didukung oleh tim para pejabat lintas sektor dari delapan kementerian/ lembaga

    Pemerintah yang terkait dengan program perubahan iklim dan ekonomi hijau melalui forum konsultasi dan 7 kali

    lokakarya di Jakarta dan Bogor yang dipandu oleh Tim Fasilitator dari Yayasan Pembangunan Berkelanjutan

    (YPB), khususnya Kiky M.A. Pulungan, Any Sulistyowati dan Maria Dian Nurani. Ucapan terima kasih ini

    ditujukan juga kepada Ismid Hadad, James Lamont dan Dr. Vira Ramelan untuk pemeriksaan akhir dan

    penyuntingan teknis naskah dokumen versibahasa Inggris dan terjemahan bahasa Indonesia.

    Para pemangku kepentingan lainnya yang juga ikut menyumbangkan kontribusi berharga melalui peran-serta

    mereka dalam forum konsultasi dan kerjasama dalam Perencanaan dan Penganggaraan Pembangunan Hijau

    diantaranya termasuk dari: Badan Kebijakan Fiskal, Biro Perencanaan dan Keuangan, Direktorat Jendral

    Anggaran, Perimbangan Keuangan, dan Pengelolaan Utang dari Kementerian Keuangan, BAPPENAS,

    Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Pertanian, Perhubungan,

    Industri, Pekerjaan Umum dan Dewan Nasional Perubahan Iklim, serta juga dari berbagai organisasi masyarakat

    sipil dan sejumlah lembaga mitra pembangunan internasional.

    Dr. Syurkani Ishak Kasim

    Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral

    Kementerian Keuangan

    Ungkapan Terima Kasih

    - iii -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    6/152

    Menanggapi tantangan perubahan iklim, Kementerian Keuangan melalui Pusat Kebijakan Pembiayaan PerubahanIklim dan Multilateral (PKPPIM) secara aktif telah melakukan serangkaian langkah dan regulasi yang terkait dengan

    kebijakan fiskal dan pendanaan. Penyusunan Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau(Strategi P3H) ini dilakukan oleh PKPPIM untuk merespon meningkatnya kekhawatiran akan risiko pembangunanyang disebabkan oleh perubahan iklim serta makin pesat dan besarnya kerusakan sumberdaya alam dandegradasi lingkungan, sehingga akan membawa dampak penurunan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.Karenanya diperlukan pendekatan baru dalam perencanaan pembangunan yang tidak hanya mengutamakansasaran pertumbuhan ekonomi saja, melainkan secara lebih serius memperhitungkan manfaat kelestarian modalsumberdaya alam dan juga pengembangan sumber daya manusia bagi masa depan bangsa. Untuk itu StrategiP3H disusun dengan tujuan untuk mengarus-utamakan kebijakan ekonomi hijau dan menyelaraskan prioritaskebijakan Pemerintah agar bisa mewujudkan manfaat pembangunan hijau demi pembangunan nasional yangberkelanjutan dalam jangka panjang.

    Dengan dipandu oleh perumusan visi, misi, tujuan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang lebih jelas,penyusunan Strategi P3H mengidentifikasi 6 area kebijakan kunci dan 21 program prioritas utama untuk mencapaimanfaat terbesar dari Ekonomi Hijau. Selanjutnya daftar kebijakan tersebut dibahas dan dipilih melalui proseskonsultasi yang melibatkan kelompok pejabat dari sejumlah kementerian kunci yaitu Kementerian Keuangan,Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral,Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan yang sebagian besarbertanggungjawab terhadap permasalahan perubahan iklim dan lingkungan hidup.

    Strategi dan prioritas kebijakan untuk perencanaan dan penganggaran pembangunan hijau ini dirancang untuktahun 2015 2019, yakni periode pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Halini dimaksudkan agar rencana pembangunan lima tahun di bawah Pemerintahan baru dapat menerapkanpendekatan pembangunan hijau yang berkelanjutan dengan didukung oleh kebijakan fiskal yang tepat. Mengingathakekat program lingkungan dan perubahan iklim bersifat lintas-sektor dan berjangka menengah, Strategi P3H juga menyediakan panduan perencanaan agar perencanaan anggaran pemerintah menggunakan KerangkaPengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dan sistem Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) sebagaimana yangdiamanatkan dalam Undang-undang Pembiayaan Publik. Untuk itu rumusan 21 program dan kebijakan prioritasyang dirangkum dalam Strategi P3H ini diharapkan dapat membantu Kementerian dan Lembaga tidak hanya dalammenyusun program-program ekonomi hijau dan target pencapaiannya, namun juga merumuskan kriteria,instrumen dan indikator kinerja. Selain itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.02/2014tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga(RKA-KL), setiap kegiatan yang menghasilkan luaran (output) yang berkaitan dengan perubahan iklim wajib untukditandai dalam dokumen anggaran. Hal ini untuk memastikan bahwa rencana alokasi anggaran dapat terekam danterukur sesuai dengan indikator yang ditetapkan, guna mengukur keberhasilan atau kegagalan pelaksanaannya.

    Kami menyampaikan apresiasi kepada Pusat Kebijakan Pembiayaan Iklim dan Multilateral atas upayanyamenyusun dokumen ini. Ucapan terima kasih khususnya kepada United Kingdom's Climate Change Unit(UKCCU) yang telah memberi dukungan untuk penyusunan Strategi P3H ini serta kepada Panel Penasehat Seniordipimpin Bapak Prof. Emil Salim yang telah memberi arahan kebijakan, kritik dan masukan perbaikan atas draftdokumen strategi. Demikian pula kami sampaikan penghargaan atas kerjasama yang diberikan oleh para pejabatdari Biro Perencanaan dan Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal, Direktorat Jendral Anggaran, PerimbanganKeuangan dan Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, dan juga dari BAPPENAS, Kementerian LingkunganHidup dan Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Perhubungan, Industri, Pekerjaan Umum dan DewanNasional Perubahan Iklim, terutama atas partisipasi aktif dan kontribusi mereka dalam proses perumusan strategiperencanaan dan penganggaran pembangunan hijau ini.

    Penyusunan Strategi P3H ini merupakan langkah awal yang cukup penting untuk menjadi acuan dan menjagakoridor kebijakan pembangunan hijau dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah dan JangkaPanjang paska 2015. Kemudian kami juga berharap Strategi P3H ini dapat digunakan sebagai dasar bagi upayareformasi kebijakan dan bagi penyusunan program-program prioritas di berbagai Sektor baik di Pusat maupun diDaerah pada tahun-tahun mendatang.

    Dr. Andin HadiyantoKepala Badan Kebijakan FiskalKementerian Keuangan

    Prakata

    - iv -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    7/152

    Sebagai hasil pelaksanaan rencana pembangunan nasional dalam lima tahun terakhir ini, Indonesia telahmencapai pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang kian meningkat.Pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu tercapai berkat adanya peran dan sumbangan yang cukup besar darikekayaan sumberdaya alam kita, terutama dari minyak dan gas bumi, batubara, serta hasil-hasil tambang,kehutanan dan pertanian. Akan tetapi, sebagai Negara agraris dan kepulauan yang sangat tergantung pada hasilbumi dan sumber daya alam, Indonesia juga sangat rentan terhadap ancaman dampak perubahan iklim, dansekaligus juga termasuk Negara pelepas emisi gas-rumahkaca yang besar, khususnya dari kehutanan dan sektorberbasis lahan lainnya. Di lain pihak, meningkatnya pembangunan perekonomian, pertumbuhan penduduk danperubahan iklim juga membawa tekanan yang semakin berat pada lahan, sumberdaya air dan energi, sehingga jelas mengancam pertumbuhan PDB Indonesia. Maka sebagai persiapan untuk menghadapi tantangan masadepan tersebut, Kementerian Keuangan RI berusaha mencari solusi kebijakan yang optimal melaluipengembangan agenda Ekonomi Hijau, dimana upaya untuk pemanfaatan sumberdaya alam jangka panjang danpengurangan dampak perubahan iklim dapat dicapai secara efektif tanpa harus menambah beban fiskalPemerintah. Untuk itu, kita membutuhkan Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau yangdiformulasikan dengan baik dan dapat diterapkan, agar menjadi bahan masukan kebijakan yang bermanfaat untukRencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah.

    Selain itu, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, emisi gas rumah kaca dari sumber energi yangberbasis fosil juga meningkat dengan pesat, sehingga dikhawatirkan akan menurunkan pertumbuhan ekonomidankualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang. Bahkan dari sisi konsumsi, meningkatnya permintaan dankonsumsi energi berbahan bakar minyak akan menimbulkan beban fiskal untuk subsidi energi yang semakin besardan memberi dampak negatif kepada masyarakat, lingkungan dan anggaran Negara.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, tantangan terbesar bagi pemerintah adalah bagaimana mengintegrasikankebijakan mengenai pengelolaan sumberdaya alam dan mitigasi serta adaptasi perubahan iklim ke dalam

    kerangka fiskal nasional utama dan proses perencanaan dan penganggaran pembangunan jangka pendek danmenengah. Mengingat upaya pembangunan sumberdaya alam mencakup bidang yang luas dan bersifat lintas-sektor dan lintas-daerah, maka langkah-langkah penanganannya membutuhkan sumberdaya keuangan yangsangat besar dari berbagai potensi dan sumber baik dari Pemerintah, Swasta, Masyarakat, Daerah maupun MitraInternasional.

    Strategi P3H ini menyajikan kerangka kerja yang mengarahkan kebijakan pembangunan agar bisamenyumbangkan pola perlindungan yang efektif kepada lingkungan hidup dan sekaligus juga menunjangpertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Diharapkan perumusan prioritas program dan instrumenkebijakan dapat dilakukan secara jelas dan terencana sejalan dengan tujuan pembangunan nasional, sehinggamemungkinkan terjadinya transformasi kebijakan ke arah pola pembangunan hijau yang berkelanjutan. BagiKementerian Keuangan, pelaksanaan pola pembangunan hijau dapat dilakukan bukan hanya dari pengaturanalokasi anggaran belanja saja, tapi juga dengan merumuskan kebijakan untuk menggerakkan potensi sumberdayadi luar Pemerintah, baik swasta maupun masyarakat, agar mampu dan ikut aktif berperan-serta dalam pembiayaandan investasi untuk pembangunan ekonomi hijau. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana Pemerintah dapatmengintegrasikan strategi ini ke dalam kebijakan pembiayaan pembangunan hijau untuk pengaturan skala prioritasdan alokasi sumberdaya yang lebih baik, serta agar penggunaan mekanisme yang lebih tepat yang akanmeningkatkan mutu kebijakan anggaran dan memenuhi kebutuhan mitigasi perubahan iklim dan sasaran ekonomihijau.

    Saya mengucapkan apresiasi kepada Badan Kebijakan Fiskal, terutama Pusat Kebijakan Pembiayaan PerubahanIklim dan Multilateral dan berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dokumen ini. Strategiini tentunya turut menegaskan komitmen Kementerian Keuangan untuk mengembangkan pola pembangunan hijaudan berkelanjutan di Indonesia.

    Prof. Bambang P.S. BrodjonegoroMenteriKeuangan

    Kata Pengantar

    - v -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    8/152

    Daftar Isi

    Ungkapan Terima KasihPrakataKata PengantarDaftar IsiDaftar SingkatanDaftar PeristilahanRingkasan EksekutifBab 1: Pengantar

    Bab 2: Visi, Misi dan Tujuan

    Bab 3: Strategi, Kelembagaan dan Instrumen Kebijakan

    Bab 4: Program Prioritas untuk Strategi P3H

    Bab 5: Implementasi dan Perwujudan PDB Hijau

    Daftar PustakaPola Anggaran Pengeluaran untuk 21 Program PrioritasPenilaian Manfaat Ekonomi HijauSistem Perencanaan dan Penganggaran NasionalKebijakan Ekonomi Hijau yang Terindentifikasi dalam Enam DokumenKebijakan Utama dan Kontribusinya terhadap Lima Dimensi Ekonomi Hijau

    iiiivvvi

    viiixi

    xiv1

    1.1 Latar Belakang 11.2 Meningkatnya Ketertarikan Global terhadap Ekonomi Hijau 61.3 Perencanaan dan Penganggaran Hijau (P3H) di Indonesia 101.4 Anggaran Belanja untuk Prioritas Program P3H 141.5 Mengukur PDB Hijau 19

    1.6 Tantangan untuk Perencanaan Pembangunan Hijau 2125

    2.1 Visi dan Tujuan 252.2 Prinsip Pokok yang Menjadi Pedoman P3H 262.3 Penyesuaian Tujuan, Fungsi dan Kelembagaan Pembangunan 27

    333.1 Strategi dan Rencana Pembangunan Hijau 333.2 Peran dan Perangkat Kelembagaan untuk Menghijaukan Ekonomi 35

    434.1 Tujuan dan Metode Penyeleksian Prioritas 434.2 Kehutanan, Lahan Gambut dan Sumberdaya Laut 464.3 Pertanian 504.4 Energi dan Industri 554.5 Transportasi, Perencanaan Wilayah dan Perkotaan 684.6 Pendidikan dan Kesehatan 754.7 Intervensi Pendukung Lainnya 77

    815.1 Implikasi Pendanaan 815.2 Dampak terhadap Anggaran 905.3 Koordinasi dan Tata Kelola Pemerintahan: Mewujudkan PDB Hijau 935.4 Pemantauan dan Evaluasi 96

    100LAMPIRAN 1: 103LAMPIRAN 2: 108LAMPIRAN 3: 112LAMPIRAN 4:

    121

    Daftar TabelTabel 1 Prioritas Program dan Instrumen Strategi P3H xxTabel 2 Tonggak Penting Ekonomi Hijau di Indonesia 10Tabel 3 Target RAN-GRK 12Tabel 4 Belanja Pengeluaran Aktual dan yang Dianggarkan untuk 21 Prioritas P3H 2010 - 2014

    (milyar Rupiah) 17Tabel 5 Kebijakan Utama untuk Mencapai 4 Tujuan Berdasarkan Prinsip Pokok P3H 29Tabel 6 Instrumen dan Alat Ukur Pemerintah 38Tabel 7 Jenis Intervensi dan Peningkatan Investasi Swasta 39

    - vi -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    9/152

    Daftar Isi

    - vii -

    Tabel 8 Instrumen dan Kebijakan Utama Ekonomi Hijau 45Tabel 9 Distribusi Regional Investasi di MP3EI 73Tabel 10 Panduan Estimasi Subyektif Manfaat 82Tabel 11 Rata-rata Tertimbang dari Seluruh Prioritas Manfaat Dibagi dengan Biaya 83Tabel 12 Implikasi Pembelanjaan Pemerintah terhadap Berbagai Skenario P3H 87Tabel 13 Neraca Sumber Daya P3H (dalam Skenario Pertama) 89Tabel 14 Dampak Anggaran Bersih Positif dari Strategi P3H 90Tabel 15 Proporsi Anggaran Pengeluaran Hijau untuk Setiap Kementerian, Skenario Pertama 91Tabel 16 Jadwal Tindakan Terkoordinasi terhadap Strategi P3H 94Tabel 17 Risiko dan Upaya Strategi P3H 95Tabel 18 Indikator Dampak Tingkat Tinggi untuk Pemantauan Kinerja Ekonomi Hijau 97Tabel 19 Indikator Proses Tingkat Tinggi 97Tabel 20 Indikator untuk Memantau Kinerja 21 Intervensi Prioritas Teratas 98

    Tabel 21 Area Fokus SDG dan 21 Prioritas Utama Strategi P3H 99Tabel 22 Anggaran dan Pengeluaran Aktual untuk Kegiatan Terkait 21 Prioritas Utama Strategi P3H,2011-2014, dalam Milyar Rupiah 103

    Tabel 23 Kalender Anggaran 117Tabel 24 Strategi Resmi Pemerintah dan Strategi Pendukung 118

    Daftar GambarGambar 1 Ruang Lingkup Ekonomi Hijau 3Gambar 2 Metodologi untuk Penyusunan Strategi P3H 5Gambar 3 Tonggak Penting dalam Evolusi Ekonomi Hijau 7Gambar 4 Pemisahan Pertumbuhan dari Sumber Daya Alam 8Gambar 5 Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia 11Gambar 6 Belanja Pengeluaran Total untuk Prioritas P3H (2011 sampai 2014) 15Gambar 7 Anggaran Belanja Pengeluaran Berbobot untuk Prioritas Utama P3H (2010-2014) 16Gambar 8 Alokasi Anggaran Belanja untuk Mitigasi 18Gambar 9 Anggaran untuk Aksi RAN-GRK oleh Kementerian Pusat,

    di luar Infrastruktur Jalan dan Irigasi 18Gambar 10 PDB Hijau: PDB Konvensional 20Gambar 11 Perubahan Pengeluaran Subsidi Bahan Bakar dan Listrik 61Gambar 12 Contoh Program Pengurangan Subsidi Secara Bertahap di Masa Depan 64Gambar 13 Produksi Energi berdasarkan Jenis Bahan Bakar di Indonesia (2013-2022) 65Gambar 14 Jumlah Populasi dan Wilayah 73Gambar 15 Manfaat Ekonomi Tradisional dan Ekonomi Hijau 82

    Gambar 16 Manfaat-manfaat Tambahan Ekonomi Hijau Terhadap Kerugian CadanganSaat ini dan Masa Depan 87Gambar 17 RAN GRK dalam Struktur Perencanaan Nasional 113Gambar 18 Siklus Anggaran 116Gambar 19 Jenis dan Ruang Lingkup Pemantauan Program Pemerintah 120

    Daftar Kotak Kotak 1 Pengalaman Internasional dengan Perencanaan dan Penganggaran Ekonomi Hijau 9Kotak 2 Bobot Ekonomi Hijau dalam Analisis Pembelanjaan Hijau 14Kotak 3 Pengalaman Internasional dalam PDB Hijau 20Kotak 4 Pengalaman Internasional dalam Memanfaatkan Leveraging Ratio/Daya Ungkit 39Kotak 5 Hubungan antara Produktivitas Pertanian dan Ekonomi Hijau di Indonesia 51Kotak 6 Bukti Penelitian tentang Dampak Makroekonomi 83Kotak 7 Investasi Hijau Internasional: Laporan Investasi Hijau 88Kotak 8 Dana Alokasi Khusus (DAK) 95

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    10/152

    Daftar Singkatan

    APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Negara

    APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Daerah

    BAU Business As Usual (Cara

    Konvensional)

    BCR Benefit Cost Ratio (Rasio Biaya

    Manfaat)

    CBA Cost Benefit Analysis (Analisis Biaya

    Manfaat)

    PI Perubahan Iklim

    CE Cost-Effectiveness (Efektifitas Biaya)

    CIFOR Centre for International Forestry

    Research (Pusat Penelitian

    Kehutanan Internasional)

    COP Conference of the Parties

    (Konferensi Para Pihak - dari

    UNFCCC)

    CPEIR Climate Public Expenditure and

    Institutional Review (Kajian Institusi

    dan Belanja Pengeluaran Iklim)OMS Organisasi Masyarakat Sipil

    DAK Dana Alokasi Khusus

    DAU Dana Alokasi Umum

    DFID Department for International

    Development of the UK Government

    (Departemen Pembangunan

    Internasional Pemerintah Britania

    Raya)

    DGNREEC Direktorat Jenderal Energi Baru danTerbarukan dan Konservasi Energi,

    Kementerian ESDM

    DNPI Dewan Nasional Perubahan Iklim

    DR Dana Reboisasi

    ESDM Kementerian Energi dan Sumber

    Daya Mineral

    ESMAP Program Asistensi Manajemen

    Sektor Energi/ Energy Sector Mngt

    Assistance Program

    FIT Feed In Tariff

    FORDA Badan Penelitian dan Pembangunan

    Hutan, Kementerian Kehutanan

    BKK Badan Kebijakan Fiskal,

    Kementerian Keuangan

    DIG Dana Iklim Global

    PDB Produk Domestik Bruto

    EH Ekonomi Hijau

    GERHAN Gerakan Rehabilitasi Lahan Hutan

    GGGI Global Green Growth institute

    (Institut Pertumbuhan Hijau Global)

    GRK Gas Rumah Kaca

    GIZ Deutsche Gesellschaft fr

    Internationale Zusammenarbeit

    (Badan Kerjasama Internasional

    Jerman)

    ICCSR Indonesia Climate Change Sectoral

    Roadmap (Peta Jalan Sektoral

    Perubahan Iklim Indonesia - dari

    Bappenas)

    ICCTF Indonesia Climate Change TrustFund (Dana Perwalian Perubahan

    Iklim Indonesia - di bawah

    Bappenas)

    Rp Mata Uang Rupiah Indonesia

    IGIF Indonesia Green Investment Fund

    (Dana Investasi Hijau Indonesia)

    INCAS Indonesia's National Carbon

    Accounting System (Sistem Akuntasi

    Karbon Nasional Indonesia)IRR Internal Rate of Return

    (Pengembalian Laju Internal)

    JICA Japanese International Cooperation

    Agency (Badan Kerjasama

    Internasional Jepang)

    KLH Kementerian Lingkungan Hidup

    LECB Low Emission Capacity Building

    Programme (Program Pembangunan

    Kapasitas Emisi Rendah)

    - viii -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    11/152

    Daftar Singkatan

    LOI Letter of Intent (Norwegian

    Government (Surat Ketertarikan

    (Pemerintah Norwegia)

    LULUCF Land Use, Land Use Change and

    Forestry (Penggunaan Lahan,

    Perubahan Penggunaan Lahan, dan

    Kehutanan)

    MAC Marginal Abatement Cost (Biaya

    Pengurangan Marjinal)

    MACC Marginal Abatement Cost Curve

    (Kurva Biaya Pengurangan Marjinal)

    NBSAP Rencana Aksi dan Strategi

    Keanekaragaman Hayati Nasional

    MENPAN Kementerian Pendayagunaan

    Aparatur Negara dan Reformasi

    Birokrasi

    MER Monitoring, Evaluation and Reporting

    (Pemantauan, Evaluasi, dan

    Pelaporan)

    MFF Mitigation Fiscal Framework, Ministry

    of Finance (Kerangka Kerja FiskalMitigasi, Kementerian Keuangan)

    MP3EI Masterplan Percepatan dan

    Perluasan Pembangunan Ekonomi

    Indonesia 2011-2025

    MP3KI Masterplan Percepatan dan

    Perluasan Pengurangan Kemiskinan

    Indonesia 2011-2025

    MRV Measurement, Reporting and

    Verification (Pengukuran, Pelaporan,dan Verifikasi)

    MTEF Medium Term Expenditure

    Framework (Kerangka Kerja Belanja

    Pengeluaran Jangka Menengah)

    NPV Net Present Value

    NTFP Non Timber Forest Products (Produk

    Hutan Non Kayu)

    ODA Overseas Development Assistance

    (Bantuan Pembangunan LuarNegeri)

    PES Payment for Ecosystem Services

    (Pembayaran Jasa Ekosistem)

    PFM Public Financial Management

    (Manajemen Finansial Publik)

    PIP Pusat Investasi Pemerintah

    PLN Perusahaan Listrik Negara

    PPP Public-Private Partnership

    (Kemitraan Pemerintah-Swasta)

    RAD-GRK Rencana Aksi Daerah untuk

    Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

    RAN-GRK Rencana Aksi Nasional untuk

    Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

    REDD Reducing Emissions from

    Deforestation and forest Degradation

    (Pengurangan Emisi dari Deforestasi

    dan Kerusakan Hutan)

    RPJM Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah

    RPJP Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang

    RKA-KL Rencana Kerja & Anggaran Kementerian/ Lembaga

    RKP Rencana Kerja Pemerintah

    RKPD Rencana Kerja Pemerintah

    Daerah

    KNK Komunikasi Nasional Kedua kepada

    UNFCCC

    UKP4 Unit Kerja Presiden untuk

    Pengawasan & Pengendalian

    PembangunanUNDP United Nations Development

    Programme (Program Pembangunan

    PBB)

    UNFCCC United Nations Framework

    Convention on Climate Change

    (Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk

    Perubahan Iklim)

    USAID United States' Agency for

    International Development (LembagaBantuan Amerika Serikat untuk

    Pembangunan

    - ix -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    12/152

    Kementerian dan Lembaga

    Kementerian Pertanian Kementan

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral KemESDMKementerian Lingkungan Hidup KLH

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud

    Kementerian Keuangan Kemenkeu

    Kementerian Kehutanan Kemhut

    Kementerian Dalam negeri Kemendagri

    Kementerian Perindustrian Kemenperin

    Kementerian Pekerjaan Umum Kem.PU

    Kementerian Perhubungan Kemenhub

    Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara MENPAN

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kemenko Perekonomian

    Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kemenko Kesra

    Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP

    Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPENAS

    Badan Pusat Statistik BPS

    Dewan Nasional Perubahan Iklim DNPI

    Badan Nasional Penangulangan Bencana BNPB

    Perusahaan Listrik Negara PLN

    Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan UKP4

    - x-Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    13/152

    - xi -

    Adaptasi merujuk pada tindakan-tindakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap manusia danekosistem.

    Bonus demografi merujuk pada situasidemografis dimana sejak tahun 2010, penduduk Indonesia pada kelompokusia muda dan produktif tumbuh semakin cepat daripada kelompok populasi non produktif. Diperkirakan bahwadalam periode 2020-2030, proporsi penduduk pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar,mencapai sekitar 70% dari totalpopulasi. Ini dianggap sebagaibonus demografis karena Indonesia akan mendapatkesempatan untuk memanfaatkan populasi usia kerja produktif ini dan memaksimalkan produktifitas ekonomimereka untuk meningkatkan pembangunan negara secara keseluruhan, sebelum nantinya akan terjadipertumbuhan terbalik yang mengakibatkan penuaan dan kurang produktifnya populasi sehingga lebih sulit untukdidukung.

    Manfaat Ekonomis tambahan merujuk pada manfaat ekonomis yang ditimbulkan sebagai manfaat tambahan darisebuah kebijakan dengan sasaran utama non ekonomis.

    Discounting merujuk pada konvensi menambahkan aliran biaya dan manfaat masa depan sedemikian rupasehingga nilai-nilai di tahun mendatang dikurangidengan faktor diskon.

    Ketahanan pangan-energi-air merujuk pada kebutuhan untuk memastikan ketersediaan pangan, energi dansumber daya air sebagai infrastruktur dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, dimana kecukupanpangan dan energi sama-sama bergantung pada lahan dan air. Hubungan antara pangan, energi dan sumber dayaair digunakan untuk merefleksikan bahwa permintaan akan pangan dan energi menimbulkan tekanan pada sumberdaya air dan sumber daya alam, serta keterbatasan lahan. Istilah ini sering diperluas menjadi hubungan pangan-

    energi-air-iklim untuk merefleksikan fakta bahwa perubahan iklim seringkali mengurangi ketersediaan air danketahanan sumber daya energi.

    PDB Hijau merupakan penyesuaian pengertian konvensional Produk Domestik Bruto (PDB) dengan memasukkanperhitungan kerugian modalsumber daya alam dan perubahan modal sumber daya manusia.

    Ekonomi Hijau merupakan pendekatan pembangunan ekonomi dimana fokus konvensional pada pertumbuhanekonomi jangka pendek diperluas dengan menggunakan cara pandang pertumbuhan jangka panjang danmenempatkan perhatian secara eksplisit pada kualitas lingkungan, termasuk perubahan iklim dan keadilan sosial.Dengan demikian Ekonomi Hijau memperluas cakupan konvensional pembangunan berkelanjutan (yangmencakup ekonomi, masyarakat, dan lingkungan) untuk mencakup juga adaptasi dan mitigasi perubahan ikllim.Terdapat beragam pemahaman mengenai cakupan Ekonomi Hijau. Strategi P3H mengadopsi pendekatan UNEPdi mana fokus utama Ekonomi Hijau adalah lingkungan dan perubahan iklim, meskipun penting juga untukmemasukkan implikasi kebijakan-kebijakan Ekonomi Hijau ke dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang dankeadilan sosial.

    Manfaat Ekonomi Hijau menyediakan penilaian manfaat lebih luas yang akan diperoleh dengan menggunakanpendekatan Ekonomi Hijau. Manfaat-manfaat ini dapat dipotong nilainya untuk menghasilkan satu angka yangdapat dibandingkan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk sebuah intervensi kebijakan. Angka hasilpemotongan manfaat tersebut kemudian dibagi dengan biaya-biaya yang telah dipotong nilanya untukmenghasilkan Rasio Biaya Manfaat Ekonomi Hijau ( Green Economy Benefit Cost Ratio /GE-BCR).

    Daftar Peristilahan

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    14/152

    Daftar Peristilahan

    Bobot Ekonomi Hijau/ Green Economy Weight (or GE%) merupakan rasio manfaat Ekonomi Hijau yang timbulsebagaiakibat dari intervensi kebijakan publik terhadap manfaat total (manfaat total merupakan gabungan manfaatEkonomi Hijau dan ekonomi konvensional). GE% merefleksikan sejauh mana justifikasi sebuah intervensibergantung pada penggunaan cara pandang Ekonomi Hijau.

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (SP3H) merujuk pada sebuah strategi yangmenyediakan panduan kebijakan bagi pemerintah dalam hal bagaimana memasukkan cara pandang dan prioritaskebijakan hijau ke dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat nasional, sektoral, dan daerah,untuk mencapai tujuan secara berimbang dalam melindungi ekonomi jangka panjang dari kerugian dan kerusakansumber daya alam dan sumber daya manusia serta menghilangkan kesenjangan PDBHijau.

    Prinsip Utama merujuk pada tema-tema dan prinsip-prinsip paling penting yang digunakan dalam strategi P3H ini

    yang berlaku lintas kebijakan-kebijakan perencanaan dan penganggaran pembangunan. Pedoman prinsip yangdimaksud adalah: integrasi nasional dan daerah, peluang bonus demografi, penilaian sumber daya alam,pentingnya sumber daya pangan, energi, dan air serta ketahanan sumber daya pangan, air dan energi serta tatakelola pemerintahan yang baik. Pedoman prinsip ini hampir sama dengan tujuan-tujuan pembangunan namunmemberikan wawasan baru ke dalam isu-isu strategis Indonesia saat inidan bagaimana sebuah kebijakan strategisharus dimplementasikan, bukan dengan secara langsung menunjukkan manfaat-manfaat yang akan dicapai olehkebijakan-kebijakan tersebut.

    Instrumen merupakan pilihan-pilihan dan/atau alat-alat penerapan kebijakan yang dimiliki dan digunakan olehpemerintah untuk mempengaruhi perilaku dan kinerja lembaga dan perorangan, termasuk pengeluaran publik,insentif, dan peraturan.

    Pengarusutamaan merupakan proses pembuatan kebijakan pemerintah dimana inisiatif-inisiatif baru, sepertiEkonomi Hijau dan Pendekatan P3H, dimasukkan dan dikelola oleh sistem pemerintah sesuai dengan tujuan danstrategi nasional dengan melakukan penyesuaian terhadap prioritas, kebijakan, dan prosedur yang sudah ada, dantidak menambah institusidan/atau alokasi dana baru.

    Mitigasi merujuk pada tindakan-tindakan yang mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca dan membantumengurangi dampak dan tingkat perubahan iklim.

    Penganggaran berdasarkan kinerja merupakan sebuah pendekatan dalam sistem penganggaran dimanapengeluaran publik dikaitkan dengan tugas kerja tertentu yang dilaksanakan sesuai dengan indikator atau tujuanyang telah disepakati dan yang dapat diukur. Dalam kebanyakan versi modern dari penganggaran berdasarkankinerja, kementerian dan lembaga diminta untuk secara eksplisit menentukan tujuan-tujuan yang akan merekacapai serta indikator-indikator keberhasilan dan bagaimana keberhasilan tersebut diukur secara kuatitatif ataupunkualitatif.

    Efisiensi sumber daya merujuk pada sejauh mana aktivitas pembangunan dilakukan dengan menggunakansumber daya yang langka. Efisiensi energi merupakan contoh yang paling umum dari efisiensi sumber daya, tetapiefisiensi energi juga mempengaruhi sumber daya lain termasuk sumber daya alam dan sumber daya manusia.

    - xii -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    15/152

    - xiii -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    16/152

    Ringkasan Eksekutif

    Pengantar. Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau ( Green Planning and BudgetingStrategy ), selanjutnya disebut Strategi P3H, ini mengungkapkan kian meningkatnya kekhawatiran terhadappertumbuhan ekonomi Indonesia, yang meski selama ini telah berhasil dicapai dengan baik, namun sangat rentandan terkendala oleh berbagai resiko lingkungan yang terkait dengan perubahan iklim dan kerugian serta kerusakansumberdaya alam. Penyusunan Strategi P3H ini didasari oleh kebutuhan mendesak agar Pemerintah RI dapatmemenuhi komitmennya melaksanakan Peraturan Presiden no. 61/2011 tentang Rencana Aksi Nasional (danDaerah) untuk Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN dan RAD GRK) pada tahun 2020. Strategi P3H jugamengungkapkan meningkatnya kekhawatiran terhadap perekonomian Indonesia yang sangat bergantung padapemanfaatan sumberdaya alam, sementara daya dukung lingkungan semakin menurun dan kebijakan hijau yangada tidak memadai. Oleh karena itu, Strategi P3H ini bertujuan untuk mendefinisikan rangkaian kebijakan yanglebih berkelanjutan dan menunjukkan bagaimana kebijakan tersebut dapat diimplementasikan sejalan denganKerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dan sistem Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), meskipunakan ada tambahan biaya yang diperlukan untuk mereformasi sebagian kebijakan baru.

    Strategi P3H ini mengadopsi pendekatan Ekonomi Hijau dengan fokus utama pada mitigasi dan adaptasi terhadapperubahan iklim, lingkungan hidup dan pertumbuhan jangka panjang. Strategi P3H ini disiapkan oleh PusatKebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral (PKPPIM), Kementerian Keuangan RI didukung oleh timantar kementerian dan panel penasihat senior.

    Visi dan Tujuan. Strategi P3H ini bertujuan untuk memastikan agar Indonesia dapat menjadi NegaraBerpenghasilan Tinggi ( High Income Country ) pada tahun 2033, meskipun ada kebutuhan untuk menurunkan emisidan adanya tantangan yang berasal dari perubahan iklim dan degradasi sumber daya alam yang memiliki peluangbesar untuk menurunkan pertumbuhan PDBdari 7% menjadi 3,5% di tahun 2050, jika Strategi P3H tidak dijalankan.Agar visi ini dapat tercapai maka diperlukan pendekatan baru dalam perencanaan pembangunan yangmempertimbangkan penilaian dan keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup selain sumber dayamanusia. Pendekatan ini harus diintegrasikan ke dalam kebijakan pembangunan nasional, sektoral maupunregional seperti yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah nasional (RPJM-N) dan RencanaStrategis Kementerian/Lini) periode 2015-2019, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam proses perencanaandan penganggaran dan pelaksanaan kebijakan hijau proritas.

    Lima Prinsip dan Arah Kebijakan. Untuk mendukung implementasi visi dan tujuan tersebut di atas, Strategi P3Hberlandaskan kepada lima prinsip kebijakan utama sebagai berikut:

    Integrasi Regional. Meningkatnya integrasi daerah dan perbaikan konektivitas hubungan antar-pulau akanmengurangi tekanan terhadap sumber daya alam di wilayah yang lebih maju di Indonesia dan membukapeluang kegiatan ekonomi baru berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan di wilayah

    yang kurang maju.

    Peluang Bonus Demografi. Proporsi jumlah penduduk dari kelompok usia muda yang produktif akan meningkatpada tahun 2020-2030. Kebijakan ekonomi hijau memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh populasiberusia muda saat ini dapat dilanjutkan pada dua dasawarsa selanjutnya, seiring dengan menuanya populasitersebut.

    Memperhitungkan Nilai Sumber Daya Alam. Perencanaan pembangunan dan penganggaran harusmempertimbangkan nilai sumberdaya alam, sehingga kegiatan yang dapat memperbaiki sumber daya tersebutdiprioritaskan dan kegiatan yang mengurangi nilai sumber daya alam dikurangi atau diharuskan membayarkerusakan yang ditimbulkan.

    Ketahanan Pangan, Energi & Air. Pembanganan Ekonomi Hijau harus memastikan ketersediaan sumberdayaalam yang terkait dengan kebutuhan manusia akan Pangan, Energi, dan Air, Hal ini dapat dicapai denganmemberikan prioritas utama terhadap produksi pangan, serta promosi penggunaan energi, air dan lahansecara efisien.

    - xiv -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    17/152

    Ringkasan Eksekutif

    Tata kelola Pemerintahan. Tata kelola pemerintahan senantiasa menjadi prioritas utama. Ekonomi Hijaumengadopsi kebijakan yang mempromosikan peningkatan peran masyarakat luas, baik sektor swasta maupunmasyarakat sipil. Kebijakan tersebut meliputi insentif, pembiayaan dan regulasi yang sangat tergantung padatata kelola pemerintahan yang baik.

    21 Prioritas Utama Strategi P3H. Dengan dipandu oleh visi, tujuan dan prinsip utama di atas, Strategi P3Hmengidentifikasi 6 area prioritas kebijakan dan menyusun 21 program yang dipilih sebagai prioritas utama yangdapat memberi manfaat terbesar bagi pembangunan Ekonomi Hijau. Proses penyusunan program prioritas inidimulai dengan mendata dan mengkaji seluruh kebijakan yang tercantum di dalam dokumen-dokumen strategidankebijakan pemerintah terkait sebagaimana dijelaskan dalam Lampiran 4 . Program Prioritas yang teridentifikasikemudian diseleksi lagi melalui konsultasi dengan kelompok para pejabat dari 8 Kementerian utama yang terlibat,dengan cara membuat peringkat manfaat untuk setiap kebijakan/program berdasarkan kontribusinya pada limadimensi Ekonomi Hijau (yaitu lingkungan hidup, mitigasi dan/atau adaptasi perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi

    jangka panjang, dan keadilan sosial). Kemudian, 21 prioritas program utama tersebut dikelompokkan menjadi 6kategori sebagaiberikut:

    Kehutanan, Lahan Gambut dan Terumbu karang : perlindungan atas kelestarian fungsi hutan, rehabilitasilahan gambut, perlindungan terumbu karang dan sumberdaya kelautan; dana cadangan abadi untukkonservasi kawasan lindung dan pengelolaan sumberdaya hayati secara lestari.

    Pertanian : pengembangan tanaman pangan yang tahan perubahan iklim, reformasi perkebunan kelapa sawitdan rehabilitasi prasarana irigasi.

    Energi dan Industri : efisiensi energi, pengembangan energi baru dan terbarukan, efisiensi penggunaansumberdaya di industri, penentuan harga BBM dan energi lainnya, pembangkit listrik skala besar, sistempenambangan berkelanjutan, dan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) pada lingkungan tersebut.

    Transportasi dan Pembangunan Daerah dan Perkotaan : sarana transportasi umum, pengelolaan sampah& limbah, konstruksi infrastruktur tahan bencana iklim, perencanaan pembangunan daerah, pola perencanaantata-ruang kota dan daerah yang ramah lingkungan, dan sebagainya.

    Pendidikan dan Kesehatan : sistem dan kurikulum pendidikan lingkungan, sistem layanan kesehatan yangpeka terhadap gejala penyakit akibat perubahan iklim, dan sebagainya.

    Prioritas Pendukung lainnya : sistem asuransi bencana alam, sistem pengelolaan reduksi bencanaalam/iklim, koordinasi perencanaan & pengendalian, tata-kelola pelaksanaan dan peningkatan kapasitas SDM

    dan kelembagaan.

    Tabel 1 yang dimuat sebagai Lampiran Ringkasan Eksekutif ini memberi gambaran lebih jelas dan rinci mengenai21 program prioritas di atas, dengan penjelasan tentang perangkat instrumen yang diperlukan untuk melaksanakanprioritas tersebut, serta anggaran dan indikator kunci untuk memantau program yang ada.

    Analisa Anggaran Belanja. Analisis terhadap Anggaran belanja Pemerintah terkini telah dilakukan pada tingkatkode anggaran kegiatan di seluruh anggaran Pemerintah untuk mengidentifikasi belanja pengeluaran apa sajayang ada kaitan dan relevansinya dengan 21 program prioritas utama Strategi GPB dalam kurun waktu 2011 hingga2014. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah total anggaran pengeluaran Pemerintah yang terkait dengan 21Program prioritas P3H telah mengalami kenaikan sebesar 24% dari tahun anggaran 2011 hingga 2014 dengan jumlah kumulatif melampaui 100 trilyun rupiah. Sekitar tiga per empat (75%) dari jumlah mata anggaranpengeluaran tsb ternyata digunakan untuk membiayai kegiatan program irigasi, transportasi umum, pembangunan jalan dan jembatan, dimana pengeluarannya lebih terdorong untuk memberi manfaat ekonomi yang konvensionalmeskipun ada juga beberapa unsur manfaat ekonomi hijau didalamnya.

    - xv -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    18/152

    Ringkasan Eksekutif

    Karena itu, kemudian dibuat dan diperkenalkan cara mengukur manfaat Ekonomi Hijau dengan sistempembobotan yang disebut Green Economy weight (GE%) atau Bobot Ekonomi Hijau yang dirumuskan sebagaiproporsi dari manfaat Ekonomi Hijau sebagai bagian dari manfaat total anggaran. Dengan cara itu, ketikapengeluaran total anggaran diukur bobotnya dengan menggunakan GE%, maka jumlah anggaran pengeluaranuntuk ekonomi hijau terlihat telah meningkat naik dari 14 trilyun rupiah menjadi lebih dari 19 trilyun rupiah dari 2011sampai 2014. Sebagai proporsi dari total anggaran pemerintah, pengeluaran tersebut tetap stabil sebesar 0,9%sampai 1.1% dari total pengeluaran pemerintah pusat. Sementara subsidi pemerintah untuk energi BBM antaratahun 2011 hingga 2014 berjumlah antara 255 hingga 350 trilyun rupiah setiap tahunnya, yang berarti menunjukkantiga kalikali lebih penting dariseluruh manfaat pengeluaran untuk ekonomi hijau bila digabung jadi satu.

    Instrumen Kebijakan. Program prioritas SP3H di atas akan dilaksanakan melalui berbagai instrumen kebijakan.Instrumen tersebut melibatkan unsur dana pengeluaran publik dan sebagian besar lainnya bertujuan untukmendayagunakan instrumen penunjang yang bertujuan memobilisasi dana dan investasi oleh swasta dan

    masyarakat sipil. Untuk itu, digunakan cara yang disebut leverage ratio atau daya ungkit untuk melihat proporsipengeluaran dana oleh sektor publik (Pemerintah) dan daya ungkitnya bila dibandingkan dengan pengeluaran daninvestasi dana yang dilakukan oleh sektor swasta dan masyarakat. Instrumen leverage ratio dapat dikelompokkandalam kategoriberikut:

    Instrumen belanja biasanya menunjukkan leverage ratio yang rendah, yang kurang dari 1. Ini penting untuksebagian kebijakan ekonomi hijau (misalnya pada kebijakan mengenai infrastruktur publik tahan iklim atauprogram kesehatan publik untuk penyakit yang peka terhadap perubahan iklim), tetapi dapat digantikan dengankebijakan dengan leverage ratio yang lebih tinggi seiring dengan meningkatnya kapasitas kelembagaan;

    Instrumen transfer finansial publik, termasuk insentif fiskal, yang bertujuan untuk mendorong investasi swastadan seringkali menunjukkan tingkat leverage ratio yang cukup baik, yaitu sebesar 2 hingga 4. Termasuk didalamnya subsidi (misalnya untuk kehutanan) dan insentif pajak (misalnya untuk berbagai kebijakan energi);

    Instrumen yang melibatkan sektor finansial (seperti bank, asuransi, dll) dalam mengimplementasikan kebijakanhijau (misalnya dana pinjaman, subsidi tingkat bunga, penjaminan pinjaman) cenderung meningkatkan leverage ratio , biasanya bisa mencapai 3 hingga 5, karena sektor finansial menambah kapasitas dan memilikiperan dalam meningkatkan dan menjamin keberlanjutan kebijakan.

    Instrumen dengan menggunakan Regulasi Pemerintah (misalnya standar lingkungan atau tata tertib yangmengatur peran energi terbarukan) cenderung memiliki leverage ratio yang jauh lebih tinggi, meskipun biayauntuk menegakkan regulasi dapat menjadi cukup tinggi, terutama karena lembaga penegakkannya masih barudibentuk;

    Transfer dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah juga mempunyai dampak berantai yang cukupbesar karena Pemerintah Daerah kemudian akan menggunakan satu atau beberapa instrument tersebut diatas.

    Strategi P3H bertujuan mengalihkan fokus kebijakan pendanaan Pemerintah, dari belanja publik langsung ( directpublic expenditure ) kepada penggunaan berbagai instrument lain seperti transfer keuangan dan kebijakan regulasiterhadap kegiatan promosi pembangunan hijau untuk meningkatkan dan menambah leverage ratio sehinggamemberi manfaat lebih luas dan lebih besar bagi swasta dan masyarakat.

    Skenario untuk Menjaga Target Pertumbuhan PDB. Tanpa Strategi P3H, atau bila Pemerintah terus melanjutkankebijakan pembangunan dengan pola konvensional seperti selama ini ( Business As Usual/BAU ), Indonesia akanmengalami banyak kerugian dan kerusakan akibat ancaman perubahan iklim dan terdegradasinya sumberdayaalam (SDA). Kerugian dan kerusakan SDA ini akan menurunkan laju pertumbuhan ekonomi nasional, dari target7% menjadi hanya 3.5% pada tahun 2050, dengan tingkat penurunan sebesar 2.5% akibat perubahan iklim dan

    - xvi -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    19/152

    Ringkasan Eksekutif

    - xvii -

    1.0% penurunan disebabkan degradasi sumberdaya alam. Kemerosotan pertumbuhan Produk Domestik Bruto(PDB) tersebut akan terus meningkat secara progresif, sebagai dampak dari pemanasan global dan makintergerusnya modal sumberdaya alam Indonesia di masa mendatang. Akibatnya, bila kita tetap dengan pola BAUdan tidak segera melakukan perubahan strategi pembangunan, maka total PDB Indonesia akan menjadi 6% lebihrendah pada tahun 2020 dan 19% lebih rendah pada tahun 2033. Strategi P3H bertujuan melindungi Indonesia darikemerosotan PDB tersebut. Selain itu, Indonesia harus menutup kesenjangan antara PDB Hijau dan PDBkonvensional, untuk memastikan pahwa pencapaian status negara berpendapatan tinggi tidak bergantung padapemanfaatan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.

    Strategi P3H mendefinisikan tiga skenario pendanaan untuk menanggapi tantangan Ekonomi Hijau danmempertahankan target pertumbuhan PDB, dan terutama untuk peningkatan anggaran belanja publik dan swastabagi 21 prioritas pembangunan hijau:

    Skenario pertama, pencapaian pertumbuhan PDB Hijau sebesar 7% dan untuk itu diperlukan penambahanporsi anggaran belanja Pemerintah Pusat yang difokuskan untuk prioritas hijau, dari tingkat 1,0% saat inimenjadi3,8% pada 2025;

    Skenario kedua peningkatan porsi belanja pemerintah untuk prioritas hijau menjadi 1,6% pada 2025 dankeberhasilan untuk mencegah separo kerusakan yang akan timbul dari perubahan iklim dan degradasi sumberdaya alam. Akibatnya, PDBtotal akan menurun hampir 10% di 2025 dan status HICakan tercapai pada 2035;

    Skenario ketiga melibatkan tingkat belanja pemerintah yang sama dengan skenario kedua, namun dengankeberhasilan mempercepat peralihan investasi hijau dari ketergantungan terhadap sektor publik ke sektorswasta dan masyarakat sipil, dengan perbaikan leverage ratio tiga kali lebih cepat. Ini melindungi Indonesia darisekitar tiga perempat perkiraan kerusakan akibat perubahan iklim dan degradasi sumber daya alam. Total PDBhanya 5% lebih rendap di 2025 dan statusHIC akan dicapaipada 2034.

    Pada setiap skenario tersebut, Strategi P3H memperkenalkan tiga kategori prioritas program untuk peningkatananggaran belanja pemerintah bagi pendanaan 21 program prioritas pembangunan Ekonomi Hijau. Pemilihankategori prioritas program tersebut dilakukan atas dasar dua kriteria. Pertama, adanya bukti nyata besarnyamanfaat Ekonomi Hijau dariprioritas tersebut. Kedua, adanya bukti atau indikasi jelas akan besarnya kemungkinanpenggunaan instrumen baru yang bisa mengungkit dan meningkatkan investasi dana swasta dengan skala lebihbesar.

    Kategori pertama , prioritas yang pengeluaran anggarannya akan bertumbuh menjadi 100% atau lebih, dalamarti riil, antara tahun 2015 2020, dibandingkan dengan peningkatan pengeluaran anggaran rata-rata sebesar

    40%, dalam skenario pertama. Yang termasuk kategori ini antara lain: program perlindungan fungsi hutan danlahan gambut; irigasi, efisiensi energi, peningkatan peran dan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR);pembangunan kota, daerah dan tata-ruang perkotaan; serta koordinasi program Ekonomi Hijau. Penghapusansubsidi energi secara bertahap juga termasuk dalam kategori pertama ini, namun tentu saja yang terkaitdengan pengurangan dan bukan kenaikan belanja pengeluaran.

    Kategori kedua prioritas yang anggaran pengeluarannya akan tumbuh sebesar 75%, dalam skenario pertama.Termasuk dalam kategori ini antara lain: terumbu karang dan perlindungan sumber daya kelautan, pertaniandengan tanaman yang mudah beradaptasi terhadap perubahan iklim; perkebunan kelapa sawit; energiterbarukan; efisiensi sumberdaya untuk industri; transportasi publik; dan pengelolaan reduksi bencana alam ;dan

    Kategori Ketiga untuk prioritas utama yang belanja pengeluarannya akan tumbuh sebesar 50%, dalamskenario pertama. Termasuk diantaranya: pembangkit listrik skala besar; penambangan berkelanjutan;

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    20/152

    Ringkasan Eksekutif

    pengelolaan limbah; konstruksi infrastruktur tahan bencana; pendidikan Ekonomi Hijau; layanan kesehatanyang peduli penyakit akibat perubahan iklim.

    Diasumsikan bahwa peningkatan anggaran belanja Ekonomi Hijau baik oleh pemerintah maupun swasta akanmenggantikan pengeluaran konvensional dan perlindungan terjadi karena adanya manfaat hijau tambahan, selainmanfaat konvensional yang umum. Peningkatan anggaran belanja pemerintah akan disertai dengan peningkataninvestasi sektor swasta dan masyarakat dalam kegiatan terkait Ekonomi Hijau, karena terdorong oleh bergesernyapenggunaan instrumen pemerintah ke arah penerapan regulasi dan pemberian insentif yang bisa menaikkankapasitas pendanaan sektor swasta. Pada dua skenario pertama, rata-rata tingkat daya ungkit ( leverage ratio ) daripengeluaran anggaran publik untuk mendanai 21 program prioritas Ekonomi Hijau akan bisa naik dari 1,9 padatahun 2014 menjadi 2,3 pada tahun 2020 dan lebih dari 5 dalam jangka panjang. Sehingga hasil akhirnya bisa dilihatbahwa sekitar 15% dari total dana investasi di Indonesia akan menjadi investasi hijau menjelang tahun 2033.Pada skenario ketiga, daya ungkit meningkat pesat menjadi 3,4 di 2020 dan melampaui 10 pada jangka panjang,

    sesuai tingkat yang umumnya ditemui negara-negara berpendapatan tinggi.

    Untuk sebagian besar Kementerian, ini berarti porsi anggaran belanja yang dikhususkan untuk kegiatan yangmendukung peningkatan kualitas dan keberlanjutan lingkungan harus ditingkatkan. Pada skenario kedua danketiga, jelas seluruh belanja Kemenhut harus termasuk kategori hijau pada 2025 sedangkan porsi untukkementerian lain masing-masing adalah 28% untuk Kemenhub, 10% untuk KemESDM, 8% untuk Kementan dan6% untuk Kem.PU. Pada skenario pertama, tidak cukup hanya dengan membelanjakan anggaran yang tersedia dikementerian lini untuk mendukung kegiatan lingkungan, namun diperlukan beberapa peningkatan anggaranbelanja di atas rata-rata nasional.

    Dampak Positif pada Anggaran Pemerintah. Kajian di atas menunjukkan bahwa meskipun akan terjadi sedikitpenambahan jumlah anggaran pengeluaran untuk pendanaan program Ekonomi Hijau, akan tetapi dibandingkanmanfaat pendapatan lebih besar yang akan diperoleh dari kegiatan Ekonomi Hijau itu, maka hasil akhirnya(pendapatan minus pengeluaran = net impact ) akan memberi dampak positif pada anggaran belanja pemerintah,karena beberapa alasan sebagaiberikut:

    Beberapa prioritas program P3H dapat didanai dengan cara merubah jenis dan sifat kegiatan padakementerian sektoral yang terkait tanpa perlu ada penambahan anggaran untuk kegiatan tersebut. Hal itu bisadilakukan, misalnya, melalui penerapan instrumen- instrumen baru yang bisa memperluas dan memperbesarinvestasi swasta.

    Kebijakan untuk mengurangi subsidi energi akan menjamin perolehan anggaran dalam jangka pendek.

    Pada jangka menengah dan panjang, strategi P3H akan mencegah terjadinya penurunan laju pertumbuhanekonomi, sehingga anggaran pendapatan umum dapat terlindungi; dan

    Kemungkinan besar juga akan ada peningkatan pendapatan bukan pajak sebagai akibat adanya kebijakan-kebijakan yang meningkatkan retribusi dan pendapatan dari biaya perizinan sebagai upaya untuk memperkuatdisinsentif, mencegah atau mengurangi terjadinya deforestasi, pencemaran lingkungan dan kegiatan tidakberkelanjutan lainnya.

    Hasilkajian menunjukkan bahwa dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas, Strategi P3H akan bisameningkatkan pendapatan anggaran publik menjadi Rp 6 trilyun lebih besar pada 2020 dan Rp 200 trilyun padatahun 2033. Peningkatan jumlah pendapatan tersebut akan memungkinkan Pemerintah untuk sedikit menaikkan jumlah anggaran belanjanya guna mendukung program-program Ekonomi Hijau, peningkatan layanan umum daninvestasi publik lainnya, dengan tetap mempertahankan batas defisit anggaran pemerintah pusat sebesar 1,3%dari PDB , sebagaimana dipersyaratkan dalam kerangka kebijakan ekonomi-makro.

    - xviii -Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    21/152

    Ringkasan Eksekutif

    - xix -

    Operasionalisasi Strategi P3H. Strategi P3H akan digunakan sebagai alat untuk membantu pemerintahmempersiapkan penyusunan anggaran. Strategi ini akan membantu Kementerian Keuangan dan Bappenasmendorong jajaran Kementerian dan Lembaga (K/L) dari sektor-serktor terkait serta Pemerintah Daerah untukmengintegrasikan pertimbangan Ekonomi Hijau ke dalam perencanaan dan penyusunan anggaran pembangunanK/L masing-masing. Strategi P3H juga mengharuskan K/L masing-masing untuk mempertimbangkan tujuanEkonomi Hijau ketika menyusun proposal kebijakan dan/atau program baru sebagai bagian dari prosespenyusunan anggaran. Hal itu dicapaidengan tiga cara:

    Pertama, usulan anggaran harus mendefinisikan dan memperkirakan manfaat ekonomi hijau yang akandicapai dan harus pula menjelaskan pentingnya manfaat tersebut untuk menjustifikasi usulan anggaran.Proposal tersebut harus menjelaskan estimasi persentase Ekonomi Hijau, yang akan menjadi bagian darisistem pembobotan anggaran ( budget scoring ).

    Kedua, usulan anggaran harus menjelaskan kontribusi yang akan diberikan terhadap peralihan menujupelibatan masyarakat yang lebih luas, termasuk berbagai badan usaha swasta dan organisasi masyarakatsipil. Usulan anggaran tersebut harus memuat pemanfaatan insentif yang lebih besar, pembiayaan atauregulasi; dan

    Ketiga, usulan anggaran harus merujuk pada sejauh mana usulan tersebut menerapkan kelima prinsippedoman Strategi P3H yang telah dijelaskan di atas. Hal ini akan memastikan bahwa manfaat ekonomi hijaudapat dimaksimalkan.

    Ketiga persyaratan tersebut di atas akan dijadikan rujukan dalam proses negosiasi anggaran, termasukpembahasan anggaran trilateral antara Kemenkeu, Bappenas dan Kementerian/Lembaga terkait. Kemenkeu akanmenggunakan persentase GE yang menjadi skor anggaran untuk mengawasi tren yang ada pada anggaran yangdiusulkan, termasuk di dalamnya Nota Keuangan yang memberikan laporan mengenai kontribusi anggaran yangdiusulkan terhadap penghijauan ekonomi Indonesia. Komitmen terhadap ekonomi hijau akan semakin nyata dalamstrategi nasional yang akan menjadi pedoman dalam formulasi kebijakan baru.

    Pemerintahan di tingkat Daerah akan memainkan peran semakin penting dalam mengelola dan melaksanakanpembangunan Ekonomi Hijau. Di banyak Negara, pemerintah perkotaan termasuk paling aktif merintis kebijakan-kebijakan ekonomi hijau. Peran Pemerintah Pusat akan ditekankan pada dukungan penguatan kapasitas kepadaPemerintah Daerah melalui kebijakan-kebijakan yang mengkombinasikan Peraturan Pemerintah dengan insentiffiskal keuangan. Berdasarkan pengalaman terkini, Pemerintah akan meningkatkan proyek perintisan untukpemberian dana-dana hibah Pemerintah Daerah, yang akan digunakan untuk prioritas Ekonomi Hijau tetapi jugamemberikan berbagai keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam menentukan prioritas-prioritas lain sesuai

    dengan tantangan dan kebutuhan masing-masing daerah.

    Strategi P3H mengusulkan agar Pemerintah lebih memperhatikan PDB Hijau, yang memperhitungkan degradasisumber daya alam dan dampak perubahan iklim. Kemenkeu akan mempertimbangkan implikasi perubahan iklimterhadap pertumbuhan ekonomi dalam penyusunan Kerangka Kerja Belanja Pengeluaran Anggaran JangkaMenengah. Ini akan membantu Pemerintah memberikan prioritas lebih kepada sumber daya alam berkelanjutanyang digunakan dalam proses perencanaan dan penganggaran tahunan dan dalam jangka menengah.

    Laporan Kemajuan P3H Tahunan ( GPB Annual Progress Report ) akan disiapkan dan disusun oleh PusatKebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral (PKPPIM) Kementerian Keuangan, pada setiap awalsiklus anggaran. Laporan ini mencakup penilaian atas kemajuan perkembangan Strategi Pembangunan Hijau diberbagai tingkat pemerintahan. Laporan tersebut akan mencakup analisis mengenai trend anggaran belanjapengeluaran paling mutakhir untuk kegiatan Ekonomi Hijau dalam APBN dan Rekening Pemerintah. Dan terakhir,masing-masing prioritas dalam 21 prioritas program teratas akan melaporkan indikator output dan indikatoroutcome (hasil), sebagai bagian yang umum dilakukan dalam pelaksanaan setiap sistem penganggaran.

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    22/152

    - xx -

    Tabel 1 Prioritas Program dan Instrumen Strategi P3H

    Pertanian

    Perlindungan Hutan, Lahan Gambut dan Terumbu karang

    Prioritas Program/Instrumen Anggaran 2014 dan Pemantauan Hasil/ %EH Indikator Keberhasilan

    F2: Lahan gambutyang terdegradasi(Kementan dan

    Pemda)

    Penguatan perlindungan hutan alamReforestasi lahan rusak/terdegradasiDana Abadi untuk KeanekaragamanHayati/Hutan AlamPertukaran lahan ( land swap )Berbagai insentif untuk penerapan REDD+Pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV)aksi RAN/RAD-GRK yang efektif

    Penegakan regulasi dan penertiban perizinanF1: Kehutanan(Kemenhut danPemda)

    F3: Terumbu karangdan Sumber dayaKelautan(KementerianKelautan danPerikanan )

    perlindungan terumbu karangRegulasi pengapalan antar pulau danpembuangan sampah/limbah di lautPengelolaan sumber daya kelautan dan pesisirPenegakan regulasi tentang kelautan danmaritim

    Peraturan dan penegakan hukum untuk

    pengelolaan lahan gambutRehabilitasi sistem irigasi kanal di kawasan

    lahan gambutBerbagai kebijakan khusus dan alokasianggaranRegulasi yang mendesak Pemerintah Daerahuntuk mendanai restorasi lahan gambutDana hibah APBN dan dana pendampingAPBD untuk penertiban dan rehabilitasi lahangambutMobilisasi sumberdaya komunitas lokal(kearifan lokal, tenaga kerja, dll)Pendayagunaan biaya-biaya yang berbasisproyek untuk lahan gambut

    Penerapan instrumen REDD+ untuk

    100% proteksi50% produktif

    Rp. 5 trilyun

    tipe dan kondisi hutan (lajudeforestasi berkurang sampaisetengah di 2018 dan 0 pada 2030)Pengukuran karbon/CO2Pembentukan dana abadi/dana

    Cakupan area hutan, berdasarkan

    100% restorasiN/A

    direstorasi (meningkat menjadi 0,1 juta ha di 2018 dan 0,3 juta ha di

    2030Jumlah dana hibah dan danapendamping yang tersedia dan yangterserap dalam pelaksanaanJumlah dan panjang kanal di lahangambut yang sudah direhabilitasi

    Luas lahan gambut yang sudah

    100% untukproteksi10-20% untuklain-lain

    Rp. 0,7 T

    yang terlindungi (meningkat dari62ribu km2 sekarang menjadi150ribu km2 di 2018 dan 500ribukm2 di 2030)

    Luas (Ha, Km) area terumbu karang

    A1: VarietasTanaman dan PraktikPertanian Hijau(Kementan)(Kementan/Kem.PU)

    A2: PerkebunanKelapa Sawit(Kementan)

    berbagai jenis varietas terbaru tahanperubahan iklim dan praktek pertanianhijau/ramah lingkunganPeningkatan program peyuluhan pertanianhijau/ramah lingkunganPendanaan dan asuransi pedesaan untuk

    petaniPelabelan dan sertifikasi

    Peningkatan dan peneriman riset tentang

    A3: Irigasi(Kementan/Kem.PU)

    Penghentian secara bertahap produksi kebunsawit di lahan gambutPenguatan pelaksanaan kebijakan biodiesel10% dan reformasi kontrak biofuel yang lebihfleksibel dengan PertaminaReformasi perdagangan sawit dan kebijakanperdagangan anti-dumping

    Pertukaran lahan ( land swap )

    kelompok-kelompok tani pengguna air irigasiuntuk tanaman pangan tahan iklim.

    Skema rehabilitasi dan perbaikan sistempengairan untuk pertanian hijau

    Pemeliharaan saluran dan berfungsinya

    10%produktivitashasil pertanian

    Rp. 2,4T

    menggunakan varietas tanamantahan iklim dan praktik pertanianterbaru (meningkat 0,1juta ha di2018 dan 0,5juta ha di 2030) km2 di

    Luas (hektar) lahan yang

    10%produktivitashasil pertanian

    Rp. 0,7T

    33% prod. HasilRp. 1,4T

    sekarang menjadi 35% di 2018 dan50% di 2030Luas area kebun kelapa sawit dilahan terdegradasi

    RSPO meningkat dari 28%

    (naik dari 6,7juta ha sekarangmenjadi 8,0 jutajuta ha di 2018 dan

    10,0juta ha di 2030)

    Area irigasi yang dikelola petani

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    23/152

    - xxi -

    Energi dan Industri

    Tabel 1 Prioritas Program dan Instrumen Strategi P3H

    E2: Energi

    Terbarukan(KemESDM) menunjang energi baru terbarukan (EBT)Penerapan skema Feed In Tariff , dan berbagaiinsentif fiskalDana bergulir dan dana jaminan pinjaman untukEBTPengurangan bea masuk untuk peralatan danteknologi EBTKesadaran usaha/jaringanFasilitas pendanaan untuk menjunjang usahaEBT skala UKM

    Kemudahan dalam perizinan dan usaha utuk

    20% prod.hasil

    Rp. 1,8T

    teknologi energi terbarukan(meningkat dari 4,8% sekarangmenjadi 8% di 2018 dan 23% di2030)

    Tenaga yang dihasilkan untuk tiap

    E3: EfisiensiPenggunaan Sumberdaya pada Industri(Kemenperin)

    E5: Pembangkitlistrik skala besar(Kem ESDM/PLN)

    E4: Energi dan hargabahan bakar dan(KemenkoPerekonomian/Kemenkeu)

    pinjamanRegulasiSkema percontohan dan proyek yang diinisasi

    oleh BUMN

    Insentif fiskal, dana bergulir, dana jaminan

    secara bertahapPenghematan subsidi yang dikompensasikanuntuk kesejahteraan sosial dan angkutan umumPenghematan anggaran yang digunakan untukpendanaan efisiensi energi dan investasi energiterbarukan

    Pengurangan anggaran subsidi BBM dan listrik

    dengan tingkat efsiensi tinggi, penggunaanteknologi CCS ( carbon capture & storage )Regulasi untuk memanfaatkan skema daninsentif dari pasar karbon

    Regulasi dan insentif untk efisiensi dantransmisi energi listrikPembangunan jaringan listrik pintar ( Smart grid )untuk memfasilitasi jaringan energi terbarukan

    Regulasi tentang teknologi bersih, pembangkit

    100% industrihijau5-10% industri

    hijau

    Rp. 0,4T

    N/ARp. 282,1T

    5%Rp. 6,2T

    sektorNilai tambah; input ratio berdasarkansektor

    Input fisik:output ratio, berdasarkan

    pengurangan subsidi dibandingkandengan yang direncanakan

    % kemajuan aktual dari

    listrikintensitas karbon dari pembangkit

    E6: PolaPenambanganBerkelanjutan(Kem ESDM)

    menghentikan operasi perusahaanpertambangan yang tidak bertanggung jawab.Penegakan aturan wajib AMDAL dan wajibsetor dana deposit untuk pembersihan danrehabilitasi lahan penambangan pascaoperasi/setelah ditutupRevisi kontrak terkait pendapatan tidak kenapajakReformasi untuk mendasarkan royalti pada netincome dan penggunaan sumberdayaKeterlibatan masyarakat dalam kegiatan pascapenambangan, termasuk pembayaran jasalingkungan oleh perusahaan tambang

    Reformasi perizinan tambang dan100% hijau5-20% lain-lain

    Rp. 6,0T

    direhabilitasi% wilayah tambang yang

    dana jaminan pinjaman untuk penerapanefisiensi energiPenerapan peraturan tentang efisiensi energiuntuk bangunan gedung, pusat perbelanjaan,kendaraan, perlengkapan dan kantorpemerintahSkema rintisan dan pengembangan teknologiyang diperlukanKesadaran masyarakat dan program rintisan(pilot) mengenai efisiensi energi

    Program pemberian insentif, dana bergulir,E1: Efisiensi Energi(KemESDM) sektor dalam PDB (kwh/Rp)

    berdasarkan sektor (turun dari15,8kWh/$ sekarang menjadi 15,5 di2018 dan 15,0 di 2030)

    Intensitas pengunaan energi per20% prod. hasilRp. 0,1T

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

    Prioritas Program/Instrumen Anggaran 2014 dan Pemantauan Hasil/ %EH Indikator Keberhasilan

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    24/152

    - xxii -

    Tabel 1 Prioritas Program dan Instrumen Strategi P3H

    konektivitas antar-pulauInsentif untuk relokasi industri dan pusatperbelanjaan ke luar Jakarta dan kota besar

    lainnyaProgram kesehatan dan pendidikan untukwilayah Indonesia Timur dan merubahpandangan terhadap wilayah Indonesia bagianTimurDana Peruntukan Tanah dan DanaPerolehan/Pembebasan Tanah untukmenjamin pembelian tanah dan lahan kotayang aman dari bencana dan perubahan iklimdan mempercepat pembangunan infrastrukturyang terhambat masalah lahan danpembiayaanFasilitas Pengembangan Proyek untukmendukung proyek infrastruktur KemitraanPemerintah dan Swasta guna PembangunanPerkotaan Hijau

    Infrastruktur untuk hubungan antar-wilayah dan

    jembatan, pelabuhan dan prasarana lain yangmemasukkan standar tahan bencana dan iklimRegulasi dan peningkatan anggaran untukinvestasi publik pada infrastruktur yang tahanterhadap bencana dan perubahan iklim

    Pembuatan rancangan dan konstruksi jalan,

    pemerintah kota untuk pengelolaan sampahKebijakan dan kampanye nasional tentangkesadaran mendaur ulang sampah rumahtangga dan membangun sistem pengelolaan

    sampah yang ramah lingkunganPemberian insentif untuk program konversisampah menjadi sumber energi

    Mendorong peningkatan alokasi anggaran oleh

    Transportasi, Perencanaan Perkotaan dan Pembangunan Daerah

    hemat energiPeningkatan investai dan alokasi anggaranuntuk moda kereta api dan transportasi lautuntuk lalu-lintas antar-pulauStrategi nasional yang mencakup semua tingkatpemerintahanTransfer dana pemerintah pusat untuk

    mendukung pendanaan sistem transportasiperkotaan yang rendah karbon dan ramahlingkunganSistem disinsentif untuk penggunaan kendaraanpribadiHibah untuk investasi sarana dan penjaminanharga tarifPengelolaan parkir dan lalu lintas untuk modadengan dengan bahan bakar alternatif

    Penggunaan moda transportasi publik yang

    E7: Tanggung jawabsosial perusahaan(CSR)

    sosial dari perusahaan dan masyarakat secaraumumPembuatan database, sustainability Report, dansebagainya untuk Ekonomi Hijau

    Peningkatan kesadaran akan tanggung jawab100%Rp. 0,01T

    CSRJumlah perusahaan publik terdaftarnaik dari 80 saat ini menjadi targetyang disetujui bersama KADIN

    Anggaran belanja untuk kegiatan

    T1: TransportasiPublik(Kemenhub/Pemda)

    T2: PengelolaanSampah(Kem LH/Pemda)

    T3: PembangunanInfrastruktur TahanBencanadan Perubahan(Kem.PU/Pemda)

    T4: PembangunanDaerah danPerencanaanPerkotaan

    (Bappenas/KemenkoPerekonomian/ Pemda)

    50%perkotaan/ keretaapi5% laut

    Rp. 35T

    100% untukpencemaran20-50%lainnya

    Rp. 3,1T

    5%Rp. 41,2T

    50%pemerataan10% lain-lain

    Rp. 4,1T

    standar tahan bencana dan iklim% proyek yang menggunakan

    atau dikonversi menjadi energi% sampah yang dibuang ke TPA

    menggunakan moda kereta api naikdari 202juta saat ini menjadi 250jutatahun 2018 dan 400juta di 2030% perjalanan yang menggunakantransportasi publikWaktu tempuh perjalanan dantingkat kecelakaan

    Jumlah perjalanan yang

    pendapatan regionalRasio upah di wilayah kaya terhadapwilayah miskin berkurang dari 1.6saat ini menjadi 1.5 di tahun 2018dan 1.2 di tahun 2030Jumlah perusahaan dan saranaumum di lokasi rawan bencana

    Koefisien gini tentang ketimpangan

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

    Prioritas Program/Instrumen Anggaran 2014 dan Pemantauan Hasil/ %EH Indikator Keberhasilan

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    25/152

    - xxiii -

    Prioritas Pendukung Lainnya

    Tabel 1 Prioritas Program dan Instrumen Strategi P3H

    iklim dan Ekonomi hijau dalam kurikulumsekolah di semua jenjang pendidikan, terutamapada bidang ilmu pengetahuan dan teknologiPeningkatan pendanaan untuk riset danpengembangan teknologi karbon rendah danramah lingkungan

    Memasukkan pemahaman tentang perubahan

    korban dan pencegahan penyakit sensitifperubahan iklim terhadap perubahan iklim

    Meninjau alokasi anggaran untuk penanganan

    program pendidikan lingkungan danekonomi hijauAnggaran belanja pada program PImencapai 0,1% dari seluruhanggaran belanja pendidikan di2018 dan 0,5% di 2030

    Jumlah siswa yang ikut serta dalam

    perubahan iklimAnggaran belanja untuk program PImencapai 0,2% dari seluruhanggaran belanja kesehatan di2018 dan 1,0% di 2030

    % penanganan penyakit sensitif

    Pendidikan dan Kesehatan

    untuk investasi pembangunan hijau untukfasilitasi publikStudi mengenai zonasi, perencanaanpenggunaan lahan dan prasarana di perkotaanyang tahan/aman dari bencana dan perubahaniklimPartisipasi publik dalam perencanaanpembangunan kota dan daerah yang ramahlingkunganUjicoba ketahanan pembangkit listrik,prasarana air dan TPA terhadap risikobencana alam dan perubahan iklim

    Jaminan bank untuk BUMN/sektor swasta

    alokasi dana APBN/APBDKoordinasi antar instansi dalam persiapan danpenanggulangan bencanaPeran serta masyarakat lokal dalam kesiapanbencana

    Pengadaan sistem asuransi bencana alam dari

    terkait program P3HPeningkatan tata kelola pemerintahan ditingkat pusat dan daerahPeningkatan kesadaran masyarakat mengenaigaya hidup hijauPengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV)nasional untuk mitigasi dan adaptasiperubahan termasuk RAN/RAD-GRK danRAN-APIPenggunaan indeks kerentanan (VulnerabilityIndeks)Kajian dan evaluasi tentang pelaksanaanStrategi P3H

    Peningkatan kapasitas instansi pemerintah

    S1: Reduksi danPenanggulanganBencana(Kemenkokesra/ BNPB)

    S2: Koordinasi,PengembanganKapasitas, dll(Presiden/Kemenkeu /Bappenas/KLH)

    5%Rp. 2,8T

    100%Rp. 0.6T

    pengelolaan bencanaKomunitas yang memiliki rencana

    H1: Pendidikan(KemenkoPerekonomian/ Kemendikbud)

    H2: Kesehatan(Kemenkes)

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

    Prioritas Program/Instrumen Anggaran 2014 dan Pemantauan Hasil/ %EH Indikator Keberhasilan

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    26/152

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019- xxiv -

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    27/152

    Geothermal Power Plant, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Foto: South Pole

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019 - xxv -

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    28/152

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    29/152

    Bab 1: Pengantar

    Bab ini menjelaskan latar belakang dan situasi umum mengenai meningkatnya ketertarikan dan berkembangnyapengalaman di tingkat internasional maupun di Indonesia dalam isu Ekonomi Hijau. Penjelasan tersebut mencakuppengembangan kebijakan dan program perubahan iklim di Indonesia, serta keterkaitan yang erat antara lingkungandan perubahan iklim, sebagai upaya untuk meningkatkan komitmen Pemerintah terhadap kebijakan lingkungandan arah pembangunan hijau yang berkelanjutan. Bab ini juga mengkaji proses perencanaan dan penganggaranyang berpengaruh terhadap Ekonomi Hijau dan menunjukkan pengeluaran anggaran untuk 21 prioritas utamaStrategi P3H sebagaimana yang diidentifikasi pada Bab 4. Hasil analisis ini dibandingkan dengan pengeluarananggaran yang diidentifikasi dari dua sumber lain, yaitu: Kerangka Kerja Fiskal Mitigasi dan analisis terbaru olehClimate Policy Initiative. Pembahasan dalam bab ini juga merujuk pada sejumlah pencapaian dalam pengukuranPDB Hijau baik di tingkat internasionalmaupun di Indonesia. Sebagai penutup, bab ini akan membahas kesimpulanyang merujuk pada berbagai tantangan utama yang dihadapi dalam perencanaan kebijakan pembangunan hijau di Indonesia.

    1.1 Latar Belakang

    Strategi Perencanaan dan Penganggaran Hijau (P3H) ini mengungkapkan kian meningkatnya kekhawatiranbahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang meski selama ini telah berhasil dicapai dengan baik, sangat rentanterhadap sejumlah risiko yang terkait perubahan iklim dan kerugian serta kerusakan sumber daya alam.Kekhawatiran dan kepedulian serupa juga dirasakan meningkat di negara lain. Meskipun demikian, karakter risikotersebut sangat bervariasidan berbagainegara menanggapinya dengan reaksiyang juga bervariasi.

    Masih sedikit strategi P3H internasional yang dapat menjadi panduan untuk Indonesia. Akan tetapi, beberapa

    pengalaman terkait strategi perubahan iklim menunjukkan bagaimana kekhawatiran yang lintas sektoral dapatdiintegrasikan ke dalam anggaran nasional. Pengalaman ini tidak hanya memberikan analisis paralel mengenaiefektivitas program yang berkontribusi pada mitigasi dan adaptasi, namun juga bertujuan untuk menggunakananalisis tersebut untuk memengaruhi sistem anggaran yang sudah ada tanpa memerlukan perubahan yang terlalubesar. Pendekatan ini paling efektif diterapkan di negara yang memiliki komitmen terhadap sistem penganggaranberbasis hasil (results-based budgeting).

    Penyusunan strategi P3H ini dipicu oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi ekonomi di Indonesiadewasa ini dan juga tantangan masa depan yang kita hadapi, baik di tingkat nasional maupun global. Faktorpertama adalah kebutuhan mendesak dari Pemerintah Indonesia dapat memenuhi komitmennya melaksanakanPeraturan Presiden untuk mitigasi perubahan iklim dalam bentuk Rencana Aksi Nasional dan Daerah untukPenurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN dan RAD GRK), pada tahun 2020. Faktor kedua, adanya ketergantunganperekonomian Indonesia pada pemanfaatan sumberdaya alam yang telah melampaui dayadukung lingkungannyadan terancam oleh kerugian lebih besar karena dampak perubahan iklim, serta makin pesat dan besarnyakerusakan sumberdaya alam dan degradasi lingkungan, sehingga pada gilirannya akan menurunkan tingkatpertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Ketiga, meskipun telah ada banyak kebijakan, regulasi dan rencanaaksi untuk mengatasi berbagai masalah terkait sumberdaya alam, lingkungan hidup, mitigasi dan adaptasiperubahan iklim, namun banyak diantaranya yang tidak efektif, bahkan belum bisa terlaksana karena terkendalaoleh faktor perencanaan nasional, pendanaan dan anggaran yang tak tersedia atau malah tak memadai.

    Perkembangan yang memprihatinkan inimengisyarakatan perlunya strategi pertumbuhan ekonomi baru yang tidakmenguras habis sumber kekayaan alam dan menurunkan fungsi lingkungan hidup, namun memanfaatkan,memperkaya dan mengembangkan sumberdaya alam tersebut secara bijak agar terus lestari dan memberi hasil-hasil pembangunan yang lebih merata. Karena itu, kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidupperlu masuk dalam pokok-pokok kebijakan ekonomi-makro dan ke dalam arus-utama perencanaan pembangunannasional jangka menengah dan jangka panjang. Sistem dan proses perencanaan dan penganggaran

    1

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    30/152

    2

    pembangunan nasional harus mengintegrasikan semua aspek dan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup,guna menjamin keberlanjutan pembangunan Indonesia di semua sektor dan di setiap tingkat.

    Strategi ini dibuat dengan mengacu pada mandat Kementerian Keuangan untuk pengelolaan keuangan publik,yang mensyaratkan bahwa Kementerian Keuangan wajib menggunakan Kerangka Pengeluaran JangkaMenengah (KPJM) untuk perencanaan bertahun jamak dan menerapkan sistem Penganggaran Berbasis Kinerja(PBK) yang menggunakan indikator output (keluaran), outcome (hasil) dan kinerja untuk mengukur keberhasilanberbagai program dalam bidang perubahan iklim dan lingkungan hidup.

    Strategi P3H Indonesia mengidentifikasi dan menjelaskan sejumlah pilihan program pemerintah yang akanmemberikan dampak terbesar terhadap perubahan iklim dan lingkungan. Pekerjaan ini dilandaskan pada beragamstrategi yang sudah ada terkait dengan Ekonomi Hijau. Kerja ini juga memasukkan hasil konsultasi dengan stafpemerintah yang diperoleh melalui lokakarya kelompok lintas kementerian dan studi banding model PertumbuhanHijau di Korea Selatan. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai risiko potensial dari perubahan iklim,kerusakan sumber daya alam, dan dampak dari sejumlah program prioritas. Dengan demikian, Strategi P3H dapatmengkaji kecukupan berbagaikegiatan saat ini dan menyusun sebuah rencana yang dapat melindungi negara dariberbagai risiko lingkungan.

    Tantangan Pembiayaan. Strategi P3H ini menjelaskan tantangan yang akan dihadapi dan peluang yang diperoleh jika Pemerintah mengadopsi agenda pembangunan Ekonomi Hijau dan mengimplementasikan Strategi ini.Agenda pembangunan Ekonomi Hijau dan pelaksanaan Strategi P3H akan membuat Pemerintah berhadapandengan beberapa tantangan, termasuk diantaranya tantangan pembiayaan bagi Kementerian Keuangan.Pertama, adanya kebijakan dan prioritas program pembangunan hijau jelas akan mendorong terjadinya perubahanmendasar dan juga tambahan atau kenaikan atas anggaran Pemerintah, serta juga pembiayaan untuk investasiinfrastruktur, pada saat Pemerintah hanya mempunyai ruang fiskal yang sangat terbatas. Kedua, ada jurang

    perbedaan yang cukup besar dan makin melebar antara berbagai biaya operasional untuk penyediaan saranapublik dan subsidi energi untuk pembangunan hijau dengan kesediaan masyarakat untuk membayar biaya/hargakeekonomian tarif energi, transportasi publik dan infrastruktur lain, sehingga karenanya menjadi sulit bagiPemerintah untuk bisa menaikkan tarif/harga dan/atau menghilangkan subsidi energi dan listrik tanpa ada gejolaksosial. Ketiga, Pemerintah Daerah, meski memiliki kemampuan ekonomi yang berbeda, seyogyanya tetap ikutbertanggungjawab atas pendanaan bagi pembangunan sarana hijau untuk kepentingan umum di daerahnya.Namun, kenyataannya sebagian besar Pemerintah Daerah tidak melakukan dan tidak menyediakan alokasi danauntuk pembangunan prasarana/sarana transportasi publik, sehingga karenanya pembangunan sarana hijau untukpublik di Daerah tetap saja semakin tergantung pada dana anggaran transfer dari Pemerintah Pusat.

    Definisi Ekonomi Hijau. Pendekatan Ekonomi Hijau menggunakan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yangsudah ada (yaitu ekonomi, masyarakat, dan lingkungan) dan menambahkan dua dimensi perubahan iklim (yaitumitigasi dan adaptasi). Dengan demikian Ekonomi Hijau bekerja berdasarkan lima dimensi dalam sudut pandangpembangunan jangka panjang. Dimensi tersebut tidak setara dan membutuhkan beberapa penafsiran.

    Strategi P3H dirancang dengan pemahaman bahwa process perencanaan dan penganggaran yang berlakuselama ini didorong oleh keinginan kuat untuk mencapai laju pertumbuhan PDB yang tinggi sebagaimana yangtelah dicapai Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini. Hal ini dikarenakan pertumbuhan PDBdinilai sangatpenting untuk menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan. Tetapi Strategi P3Hmenekankan bahwa negara perlu memastikan agar laju pertumbuhan ini dapat berkelanjutan dalam jangkapanjang. Negara juga perlu memperhatikan isu-isu penting seputar keadilan sosial, lingkungan, dan perubahaniklim untuk pertumbuhan dalam jangka waktu yang lebih panjang.

    Pemikiran bahwa PDB mengabaikan berbagai elemen penting dari kesejahteraan, termasuk di dalamnyalingkungan dan kesejahteraan sosial, telah muncul selama kurang lebih 40 tahun. Ada ketertarikan besar,khususnya dalam memperluas PDB untuk juga memperhitungkan nilai sumber daya alam yang belakangan barusaja diperluas dengan memasukkan perhitungan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). UNEP mendefinisikan Enonomi

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    31/152

    Hijau sebagai ekonomi yang menghasilkan "peningkatan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial, dengan tetapmengurangi berbagai risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi secara signifikan."

    Situs web Inisiatif Ekonomi Hijau UNEPkemudian melanjutkan dengan pernyataan berikut:

    "Secara praktis, Ekonomi Hijau adalah ekonomi dimana pertumbuhan pendapatan dan lapangan pekerjaandidorong oleh investasi publik dan swasta yang mengurangi emisi karbon dan polusi, meningkatkan efisiensi energi dan sumber daya alam, dan mencegah kehilangan keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.

    Gambar 1 merupakan ilustrasi ruang lingkup Ekonomi Hijau. Diagram kiri menampilkan pendekatan yang diambiloleh Strategi P3H dan menunjukkan bahwa meskipun pendekatan Ekonomi Hijau menggunakan lima dimensi,perhatian dan ketertarikan terhadap dimensi ekonomi dan dimensi sosial akan terkait dan tidak dapat dilepaskandari elemen lingkungan dan/atau perubahan iklim.

    Diagram di sebelah kanan menampilkan lima dimensi pertumbuhan hijau yang telah diidentifikasi oleh The GlobalGreen Growth Institute (GGGI) di Indonesia. Kelima dimensi tersebut merupakan gabungan dari tiga dimensipembangunan berkelanjutan (yaitu ekonomi, masyarakat, dan lingkungan) dan dua dimensi perubahan iklim (yaituadaptasi dan mitigasi). Definisi dari dimensi tersebut menyiratkan bahwa terdapat irisan antara dimensi adaptasi(yaitu upaya penyesuaian terhadap dampak perubahan iklim) dan tiga dimensi dari pembangunan berkelanjutan,karena masing-masing dimensi dari pembangunan berkelanjutan perlu memilikidaya lenting yang lebih baik.

    Diagram kanan juga menampilkan pendekatan yang saat ini digunakan oleh Bappenas dalam membangun modelEkonomi Hijau Indonesia (I-GEM) dengan dukungan dari program LECB. Pendekatan I-GEM bertujuan untukmelihat keterkaitan penting dari kelima dimensi Ekonomi Hijau dalam konteks Indonesia, sesuai definisi dari GGGI.I-GEM mengidentifikasi tiga dari lima dimensi (mitigasi, lingkungan, dan masyarakat) sebagai penggerak Ekonomi

    Hijau dan melihat dimensi lainnya (daya lenting/resilience dan pertumbuhan) sebagaihasil (outcome).

    Adaption

    Economy

    Mitigation

    EnvironmentSociety

    ReducingEnvironmental Risks

    ReducingEcological Scarcities

    ImprovementSocial Equity

    GreenhouseGas

    EmissionReduction

    Social,Economic andEnvironmental

    Resilience

    Inclusiveand

    EquitableGrowth

    Healthy andProductive

    EcosystemsProvidingServices

    SustainedEconomic

    GrowthGreenGrowth

    DRIVERS

    OUTCOMES

    Pendekatan Strategi P3H Pendekatan GGGI dan LECB

    Sumber: Strategi P3H Sumber: GGGI dan LECB

    Gambar 1 Ruang Lingkup Ekonomi Hijau

    3

    Laporan Studi Kementerian Keuangan tentang:Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia 2015-2019

  • 7/25/2019 GPB Strategy 2014 (Bahasa Indonesia)

    32/152

    4

    Upaya untuk mencapai pertumbuhan jangka pendek sering dibenarkan dengan argumentasi bahwa pertumbuhan jangka pendek dapat diinvestasikan kembali ( re-invested ) untuk menghasilkan pertumbuhan lebih jauh dalam jangka panjang. Akan tetapi, terdapat beberapa alasan mengapa tidak ada jaminan hal tersebut akan terjadi,karena dalam pelaksanaannya, sebagaimana yang terjadi di banyak Negara, apabila pembangunan berfokusuntuk mencapai pertumbuhan jangka pendek semata, maka cenderung akan menghasilkan pertumbuhan jangkapanjang yang rendah.

    Pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan dalam jangka pendek tidak dapat diinvestasikan kembali sehinggatidak dapat menghasilkan pertumbuhan di masa depan. Hal ini dapat terjadi, contohnya jika nilai tambahdiperoleh oleh kelompok masyarakat yang memiliki tingkat tabungan yang rendah.

    Sebagian besar keuntungan Indonesia bergantung pada sumber daya alam. Dalam kebanyakan kasus,sumber daya ini bersifat terbatas (contoh hutan, tanah, hidrokarbon, dan beberapa mineral seperit bauksit).

    Pendekatan Ekonomi Hijau secara eksplisit menyadari batasan ini dan memastikan bahwa sumber dayadigunakan seefisien mungkin dan perencanaan dibuat secara bertahap agar terhindar dari kegagalan produksiyang luar biasa.

    Pertumbuhan masa depan yang tidak bergantung pada sumber daya alam akan bergantung pada sumber dayamanusia, yang dapat dikembangkan melalui peningkatan keadilan sosial.

    Pertumbuhan yang tidak memperhitungkan kerusakan yang dapat disebabkan oleh perubahan iklim, sepertibanjir dan kekeringan, cenderung akan mengalami peningkatan kerugian, khususnya sekitar tahun 2050berdasarkan proyeksi IPCC untuk jangka yang lebih panjang.

    Metodologi dan Struktur Laporan. Penyusunan Strategi P3H ini melibatkan enam alur kegiatan kajian tentangKebijakan, Pengeluaran Publik, Skenario Anggaran, Manajemen, Analisis Biaya Manfaat, dan Dampak Nasional,seperti yang dirangkum dalam Gamba